BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Storytelling. BAB 2... · 2019. 9. 17. · 12 BAB 2 TINJAUAN...

52
12 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Storytelling 2.1.1 Pengertian Storytelling Menurut (Aliyah, 2011) Storytelling terdiri dari Story berarti cerita dan telling berarti pencerita. Penggabungan dua kata storytelling disebut juga bercerita cerita atau menceritakan cerita. Selain itu, Storytelling disebut juga bercerita atau mendongeng seperti yang dikemukan oleh Malan, mendongeng adalah bercerita berdasarkan tradisi lisan. Storytelling merupakan usaha yang dilakukan oleh pendogeng dalam menyampaikan isi perasaan, buah pikiran atau sebuah cerita kepada anak serta lisan. Storytelling atau mendongeng adalah cerita khayali yang dianggap tidak benar-benar terjadi, baik oleh penuturnya maupun oleh pendongarnya. Dongeng tidak terikat oleh ketentuan normatif dan faktual tentang pelaku, waktu dan tempat (Musfiroh, 2005). Pelakunya adalah makhluk-makhluk khayali yang memiliki kebijaksanaan atau kekurangan untuk mengantur masalah manusia dengan segala macam cara. Dongeng diceritakan terutama untuk hiburan,walaupun banyak juga yang melukiskan kebenaran atau bahkan moral Disamping itu, storytelling sangat bermanfaat sekali bagi guru seperti halnya dikemukakan oleh Loban (Aliyah, 2011) menyatakan bahwa storytelling dapat menjadi motivasi untuk mengembangkan daya kesadaran, memperluas imajinasi anak, orangtua atau meningkatkan kegiatan storytelling pada berbagai

Transcript of BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Storytelling. BAB 2... · 2019. 9. 17. · 12 BAB 2 TINJAUAN...

Page 1: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Storytelling. BAB 2... · 2019. 9. 17. · 12 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Storytelling 2.1.1 Pengertian Storytelling Menurut (Aliyah, 2011)

12

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Storytelling

2.1.1 Pengertian Storytelling

Menurut (Aliyah, 2011) Storytelling terdiri dari Story berarti cerita dan

telling berarti pencerita. Penggabungan dua kata storytelling disebut juga bercerita

cerita atau menceritakan cerita. Selain itu, Storytelling disebut juga bercerita atau

mendongeng seperti yang dikemukan oleh Malan, mendongeng adalah bercerita

berdasarkan tradisi lisan. Storytelling merupakan usaha yang dilakukan oleh

pendogeng dalam menyampaikan isi perasaan, buah pikiran atau sebuah cerita

kepada anak serta lisan.

Storytelling atau mendongeng adalah cerita khayali yang dianggap tidak

benar-benar terjadi, baik oleh penuturnya maupun oleh pendongarnya. Dongeng

tidak terikat oleh ketentuan normatif dan faktual tentang pelaku, waktu dan tempat

(Musfiroh, 2005). Pelakunya adalah makhluk-makhluk khayali yang memiliki

kebijaksanaan atau kekurangan untuk mengantur masalah manusia dengan segala

macam cara. Dongeng diceritakan terutama untuk hiburan,walaupun banyak juga

yang melukiskan kebenaran atau bahkan moral

Disamping itu, storytelling sangat bermanfaat sekali bagi guru seperti

halnya dikemukakan oleh Loban (Aliyah, 2011) menyatakan bahwa storytelling

dapat menjadi motivasi untuk mengembangkan daya kesadaran, memperluas

imajinasi anak, orangtua atau meningkatkan kegiatan storytelling pada berbagai

Page 2: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Storytelling. BAB 2... · 2019. 9. 17. · 12 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Storytelling 2.1.1 Pengertian Storytelling Menurut (Aliyah, 2011)

13

kesempatan seperti ketika anak-anak sedang bermain, anak menjelang tidur atau

guru sedang membahas tema digunakan metode storytelling

Menurut Pellowski (Nurcahyanu, 2010) mendifinisikan Storytelling sebagai

sebuah seni atau seni dari sebuah keterampilan bernarasi dari cerita-cerita dalam

bentuk syair atau prosa, yang dipertunjukkan atau dinyanyikan, dengan atau tanpa

musik, gambar, ataupun dengan iringan lain yang mungkin dapat dipelajari secara

lisan, baik melalui sumber tercentak, ataupun melalui sumber rekaman mekanik.

2.1.2 Jenis-jenis Storytelling

Membagi dongeng menjadi beberapa bagian yaitu,

2.1.2.1 Legenda

Legenda adalah cerita prosa rakyat yang dianggap oleh yang mempunyai

cerita sebagai sesuatu yang benar-benar terjadi. Oleh karena itu legenda sering

sekali disebut dengan sejarah. Walaupun demikian, karena tidak tertulis, maka

kisah tersebut telah mengalami distorasi sehingga sering kali jauh berbeda dengan

kisah asli. Legenda adalah jenis dongeng yang berhubungan dengan peristiwa

sejarah atau kejadian alam, misalnya terjadian sesuatu nama tempat dan bentuk

topografi suatu daerah, yaitu bentuk permukaan suatu daerah (bukti, jurang dan

sebaginya)

Page 3: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Storytelling. BAB 2... · 2019. 9. 17. · 12 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Storytelling 2.1.1 Pengertian Storytelling Menurut (Aliyah, 2011)

14

Gambar 2.1 Asal Usul Danau Toba

2.1.2.2 Fabel

Fabel adalah dongeng tentang kehidupan binantang yang digambarkan dapat

bicara seperti manusia. Ceritacerita fabel sangat luwes digunakan untuk menyindir

perilaku manusia tanpa membuat manusia tersinggung. Misalnya: dongeng kancil,

Page 4: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Storytelling. BAB 2... · 2019. 9. 17. · 12 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Storytelling 2.1.1 Pengertian Storytelling Menurut (Aliyah, 2011)

15

kelinci dan kura-kura. Cerita binatang (fables, fabel) adalah satu bentuk cerita

(tradisional) yang menampilkan binatang sebagai toko cerita. Binatang-binatang

tersebut dapat berpikir dan berinteraksi layaknya komunitas manusia, juga dengan

permasalahan hidup layaknya manusia, Nurgiayantoro (2010).

Gambar 2.2 Si Kancil Mencuri Timun

Page 5: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Storytelling. BAB 2... · 2019. 9. 17. · 12 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Storytelling 2.1.1 Pengertian Storytelling Menurut (Aliyah, 2011)

16

2.1.2.3 Mite

Mite adalah cerita yang berkisahkan tentang orang-orang yang mempunyai

supranatural. Mite atau mitos adalah dongeng yang mengandung unsur-unsur

misteri, dunia gaib, dan alam dewa yang dianggap benar-benar terjadi oleh

masyarakat pemilik mite tersebut. Sugiarto (2009)

Gambar 2.3 Asal Usul Pantai Selatan (Nyi Roro Kidul)

Page 6: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Storytelling. BAB 2... · 2019. 9. 17. · 12 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Storytelling 2.1.1 Pengertian Storytelling Menurut (Aliyah, 2011)

17

2.1.2.4 Sage

Sage adalah cerita tentang sejarah yang mengisahkan tentang kesaktian

seseorang disuatu daerah. Sage merupakan dongeng yang mengandung unsur

sejarah, dilengkapi dengan unsur kesaktian dan keajaiban. Sumoharjo (2003) Dari

pengertian jenis-jenis Storytelling di atas ialah penelitian menyimpulkan bahwa

legenda adalah cerita rakyat yang mencerikan tentng asal-usul suatu daerah atau

tempat yang dikaitan dengan hal-hal nyata walaupun cerita tersebut tidak benar-

benar terjadi.

Gambar 2.4 Asal Mulai Candi Roro Jonggrang

2.1.3 Manfaat Storytelling

Berbicara mengenai storytelling sungguh banyak manfaatnya, tak hanya

bagi anak –anak tetapi juga bagi orang yang mendongengkannya. Memurut

Hibana (dalam Kusmiadi, 2008), manfaat dari kegiatan mendongeng ini antara

lain adalah: (1)Mengambarkan fantasi, empati, dan berbagai jenis perasaan lain.

Page 7: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Storytelling. BAB 2... · 2019. 9. 17. · 12 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Storytelling 2.1.1 Pengertian Storytelling Menurut (Aliyah, 2011)

18

(2)Memumbuhkan minat baca. (3) Membangun kedekatan dan keharmonisan. (4)

Media pembelajaran.

Adapun manfaat bagi anak dengan mendongeng antara lain adalah : (1)

Mengembangkan daya pikir dan imajinasi anak. (2) Mengembangkan kemampuan

berbicara anak. (3) Mengembangkan daya sosialisasi anak. (4) Sarana komunikasi

anak dengan orangtuanya. Selain itu, menurut Mubarok (2008) ada beberapa

manfaat yang akan kita peroleh dengan bercerita, antara lain : (1) Sebagai saran

untuk menyampaikan nasehat dan contoh suri tauladan dari khasanah cerita-cerita

islami. (2) Membentuk perilaku yang baik sesuai misi yang terkandung di

dalamnya. (4) Menyampaikan ajaran agama terutama islam, baik sejarah islam,

kisah Nabi dan Rosul, orang-orang sholeh dan sebagiannya. (5) Sebagai sarana

hiburan yang sederhana, efektif dan menari.

Sedangkan untuk pemilihan cerita, kita bisa memilih cerita dengan kriteria

sebagai berikut : (1) Mengandung unsur-unsur Islam dan Pendidikan. (2)

Mengandung nasehat-nasehat dan contoh suri tauladan dan akhlaq yang mulia. (3)

Cerita tersebut tidak merusak perkembangan kepribadian anak. (4) Berikan

suasana yang menarik ketika menyampaikan cerita (gambaran, sedih atau marah

dan sebagiannya)

2.1.4 Proses Storytelling

Hal terpenting dalam kegiatan storytelling adalah proses. Dalam proses

inilah terjadi interaksi antara pendongeng dengan audiencenya. Melalui proses ini

dapat terjalin komunikasi antara pendongeng dengan audiencenya. Karena

kegiatan mendongeng ini penting bagi anak, maka kegiatan tersebut harus

dikemas sedemikian rupa supaya menarik. Agar kegiatan Storytelling yang

Page 8: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Storytelling. BAB 2... · 2019. 9. 17. · 12 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Storytelling 2.1.1 Pengertian Storytelling Menurut (Aliyah, 2011)

19

disamopaikan menarik, maka dibutuhkan adanya tahapan-tahapan dalam

mendongeng, tiknik yang digunakan dalam mendongeng serta siapa saja pihak

yang terlibat dalam kegiatan tersebut untuk menentukan lancar tidaknya proses ini

berjalan. Teknik yang digunakan dalamstorytelling serta siapa saja pihak yang

terlibat dalam kegiatan storytelling turut menentukan lancara tau tidaknya proses

storytelling ini berjalan. Maka berikut ini akan diuraikan hal-hal tersebut.

2.1.4.1 Tahapan Storytelling

Menurut Geisler (2009) menyebutkan ada tiga tahapan dalam storytelling,

yaitu persiapan sebelum acara storytelling dimulai, saat proses storytelling

berlangsung, hingga kegiatan storytelling selesai. Maka untuk mengetahui lebih

jelas berikut ini uraian langkah langkah tersebut:

a. Kegiatan Pembuka

Pada awal kegiatan, storyteller akan menarik fokus anak-anak dengan

sebuah permainan konsentrasi, sehingga tercipta sebuah kontak dua arah antara

storyteller dan audience, hal ini karena Geisler mensyarat kanadanya kontak mata

antara storyteller dan audience.

b. Kegiatan Inti

Kegiatan selanjutnya adalah kegiatan inti yaitu storytelling. Storyteller akan

membawakan cerita dengan memperhatikan kata-kata, gesture tubuh, dan

permainan suara sehingga menampilkan gambaran visual dalam alam pikir anak-

anak sebagai audience. Cerita yang akan diberikan adalah satu judul cerita yang

akan diberikan selama satu hari. Intensitas pemberian cerita sebanyak satu kali

Page 9: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Storytelling. BAB 2... · 2019. 9. 17. · 12 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Storytelling 2.1.1 Pengertian Storytelling Menurut (Aliyah, 2011)

20

dan satu hari dikaitkan dengan pengalaman yang telah dilalui oleh pengasuh

tersebut bahwa sanyal anak dapat mengingat satu materi atau tema pelajaran saja

membutuhkan 4 sampai 6 kali pertemuan. Oleh karena itu, pemberian cerita

sebanyak satu kali dan satu hari adalah untuk menghindari bias pengaruh selain

treatmentstorytelling, karena perkembangan anak diusia tersebut sangat cepat.

c. Kegiatan Penutup

Kegiatan penutup adalah memberikan kesempatan kepada audience untuk

mengungkapkan pendapatnya secara lisan mengenai cerita yang sudah

didengarkan, lalu memberikan kesempatan pula untuk menunjukkannya secara

visual dikertas bergambar yang telah dipersiapkan. Kegiatan ini sebagai

operasional dari aspek yang ada didalam teor istorytelling dari Geisler yaitu

memberikan pengalaman yang bermakna setelah mendengarkan storytelling. Pada

saat storytelling, ada beberapa faktor yang dapat menunjang berlangsungnya

proses storytelli gagar menjadi menarik untuk disimak (Asfandiyar, 2007), antara

lain:

1. Kontak mata

Saatstorytelling berlangsung, storyteller harus melakukan kontak mata

dengan audience. Padanglah audience dan diam sejenak. Dengan melakukan

kontak mata audience akan merasa dirinya diperhatikan dan diajak untuk

berinteraksi. Selain itu, dengan melakukan kontak mata kita dapat menyimak

apakah audience menyimak jalan cerita atau tidak. Dengan begitu, storyteller

dapa tmengetahui reaksi dari audience.

Page 10: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Storytelling. BAB 2... · 2019. 9. 17. · 12 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Storytelling 2.1.1 Pengertian Storytelling Menurut (Aliyah, 2011)

21

2. Mimik wajah

Pada saat storytelling sedang berlangsung, mimik wajah storyteller dapat

menunjang hidup atau tidaknya sebuah cerita yang disampaikan. Storyteller harus

dapat mengekspresikan wajahnya sesuai dengan situasi yang didongengkan.

Untuk menampilkan mimik wajah yang menggambarkan perasaan tokoh tidaklah

mudah untuk dilakukan.

3. Gerak tubuh

Gerakan tubuh storyteller waktu proses storytelling dapat mendukung

menggambarkan jalan cerita yang lebih menarik. Cerita yang distorytelling- kan

akan terasa berbeda jika storyteller melakukan gerakan-gerakan yang

merefleksikan apa yang dilakukan tokoh-tokoh yang didongengkannya. Lain

halnya, jika storyteller hanya mendongeng kan dengan posisi yang statis dari awal

hingga akhir. Cerita akan terasa membosankan, dan akhirnya audience tidak

antusias lagi mendengarkan cerita.

4. Suara

Tinggi rendahnya suara yang diperdengarkan dapat digunakan storyteller

untuk membawaan akan merasakan situasi dari cerita yang didengarkan.

Storyteller biasanyaakan meninggikan intonasi suaranya untuk merefleksikan

cerita yang menegangkan. Kemudian kembali menurunkan keposisi datar saat

cerita kembali pada situasi semula. Selain itu, storyteller profesional biasanya

mampu menurunkan suara-suara dari karakter tokoh yang didongengkan.

Misalnya suara gunung meletus, tanah yang sedang ambruk.

Page 11: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Storytelling. BAB 2... · 2019. 9. 17. · 12 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Storytelling 2.1.1 Pengertian Storytelling Menurut (Aliyah, 2011)

22

5. Kecepatan

Storyteller harus mampu mengatur kecepatan atau tempo dalam storytelling.

Jaga agar kecepatan dalam berbicara selalu ada dalam tempo yang sama atau

ajeg.cerita yang disampaikan tidak telalu cepat sehinga aanak-anak menjadi

bingung ataupun terlalu lambat sehingga menyebabkan anak-anak menjadi bosan.

Penerapan metode storytelling untuk anak usia 3-6 tahun, waktu untuk bercerita

sekitar 10-15 menit (Erlia, 2014). Namun dalam hal ini, proses bercerita dilakukan

selama ±30 menit yang dijeda-jeda per ±10 menit.

6. Alat peraga

Untuk menarik minat anak-anak dalam proses storytelling, perlu adanya alat

peraga seperti misalnya boneka kecil yang dipakai ditangan untuk mewakili tokoh

yang sedang menjadi materi dongeng. Adapun alat peragalain yang dapat

digunakan antara lain boneka, wayang, kain, gambar ataupun dengan cara

menggambar langsung. Storytelling dengan menggunakan alat peraga dapat

membuat story terasa lebih menarik, karena anak-anak dapat langsung melihat

bentuk visual dari cerita yang disampaikan.

2.1.4.2 Pihak yang Terkait Saat Storytelling

1. Storyteller

Storyteller adalah orang yang menyampaikan cerita. Kriteria storyteller

yang baik: (a) Memiliki berbagai kepribadian sebagai orang-orang atau peran-

peran orang lain dibidang lain. (b) Memiliki beberapa sifat yang bisa dibagikan

sebagai suatu kemampuan untuk tampil (c) Memiliki kemampuan berbicara

Page 12: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Storytelling. BAB 2... · 2019. 9. 17. · 12 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Storytelling 2.1.1 Pengertian Storytelling Menurut (Aliyah, 2011)

23

dengan otoritas dan animasi. (d) Memiliki rasa peduli terhadap audience dan apa

yang mereka butuhkan (e) Disiplin untuk bekerja pada storytelling sebagai suatu

seni (f) Memiliki kekuatan emosi untuk mengatasi penolakan (g) Memiliki

kepercayaan dalam talenta dan bakat mereka sendiri (h) Menyukai dan menikmati

cerita maupun proses penyampaiannya. (i) Menjadikan diri sebagai bagian dari

audience.

2. Audi

ence/ Pendengar Audience atau pendengar adalah anak atau orang yang

mendengarkan cerita yang dibawakan oleh storyteller. Macam-macam tipe gaya

belajar audience adalah:

a. Audio

Anak yang memiliki gaya belajar audio, belajar dengan mengandalkan

pendengaran untuk bisa memahami sekaligus mengingatnya.

b. Visual

Anak yang memiliki gaya belajar visual, belajar dengan menitik beratkan

ketajaman penglihatan.

c. Kinestetik

Anak yang memiliki gaya belajar kinestetik mengharuskan anak tersebut

menyentuh sesuatu yang memberikan informasi tertentu agar ia bisa

mengingatnya. Dalam membawakan cerita, storyteller dapat memulainya dengan

mengajak anak membayangkan tempat kejadiannya, misalnya ditengah hutan

Page 13: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Storytelling. BAB 2... · 2019. 9. 17. · 12 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Storytelling 2.1.1 Pengertian Storytelling Menurut (Aliyah, 2011)

24

yang lebat, ditepisungai yang airnya jernih dan kemudian dapat dilanjutkan

dengan pengantar mengenai suasana ceritanya. Storyteller dapat membuat cerita

sendiri yang akan diceritakan sehingga tidak hanya terpaku padat eksatau cerita

dari buku saja. Apalagi jika pada saat storytelling didukung dengan soundsystem

yang memadai sehingga suara storyteller dapat terdengar jelas serta lebih dapat

merangsang indera auditori untuk dapat menangkap informasi secara efektif.

Storytelling ini dapat menggunakan alat peragalainnya seperti boneka, gambar,

kain, maupun storytelling dengan diiringi music seperti yang dilakukan

storyteller. Jika storyteller dapat melakuk anak seperti tunjukan simulasi bencana

atau eksperimen suatu kejadian bencana dengan menggunakan alat peraga, anak

akan merasa tertarik karena membuat dan memperhatikan langsung bagaimana

prosesnya. Misalnya, pada simulasi bencana gunung meletus. Dengan teknik ini

dapat menjawab dan meyakinkan pengetahuan yang dimiliki oleh anak karena

tampak bagaimana prosesnya terkait dengan pola berpikir anak yang intuitif.

2.1.5 Metode Pembelajaran Storytelling / dongeng

Pengertian Mendongeng Menceritakan kembali cerita-cerita yang telah

terjadi. (Kampus Besar Bahasa Indonesia, Badai Pustaka). Mendongeng

merupakan batu loncatan yang sangat penting dalam membentuk seorang menjadi

jenius. Mendongeng memicau kekuatan pola berpikir yang super, yang

melepaskan pola imajinasi seorang yang menjadi lebih jenius. Menurut alhi

psikolog anak, pertumbuhan mental seorang anak berjalan sangat cepat, terutama

sampai anak berusia eman tahun, sampai umurnya enam tahun, kecepatan belajar

anak bagi kuda yang berlomba dalam pacuan. Setelah melewati usia ini, kecepatan

anak akan menurun, dan lebih mendatar (Suci. 2015 )

Page 14: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Storytelling. BAB 2... · 2019. 9. 17. · 12 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Storytelling 2.1.1 Pengertian Storytelling Menurut (Aliyah, 2011)

25

Sebelum pendidikan si anak dikemas bentuk formal, orang tua, atau kakek

dan nenek, biasanya menjadi guru si anak. Dahulu kala, pedidikan, secara tidak

langsung, tetapi dengan cara yang sangat bermakna, diterapkan melalui

mendongeng. Sekelompok anak-anak akan duduk mengelilingi api unggun,

dibawah sebatang pohon, dan seorang dewasa akan menceritakan sesuatu yang

sangat memikiat, dan menarik perhatian. Kemudian, tulisan mulai memberikan

pengaruh pada lireratur lisan tradisonal ini.

Menurut Notoatmodjo (2007) Media penyuluhan adalah semua sarana untuk

menampilkan pesan informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator sehingga

sasaran dapat meningkatkan pengetahuan dan merubah perilaku seseorang ke arah

positif. Pemilihan metode pendidikan kesehatan bergantung pada beberapa faktor,

yakni karakteristik sasaran, (jumlah, status social ekonomi, jenis kelamin), waktu

dan tempat yang tersedia, serta tujuan yang spesifik yang ingin dicapai dengan

pendidikan kesehatan tersebut (perubahan pengetahuan, sikap atau praktik

partisipan) (Nursalam, 2008). Musfiqon (2012), Penyuluhan kesehatan tidak dapat

lepas dari media, karena melalui media, pesan yang disampaikan dapat lebih

menarik dan mudah dipahami., jenis-jenis pendidikan kesehatan diantaranya.

Media cetak (poster, banner, booklet, leaflet, flyer, flip chart, surat kabar, dan foto

yang mengungkapkan informasi kesehatan), dan media elektronik (televisi, radio,

video film, cassette, CD, VCD). Oleh karena itu, untuk memperoleh hasil belajar

yang efektif, factor instrumental (alat peraga, kurikulum, fasilitator belajar, dan

metode belajar) dirancang sedemikian rupa sehingga sesuai dengan materi dan

subjek (Nursalam, 2008).

Page 15: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Storytelling. BAB 2... · 2019. 9. 17. · 12 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Storytelling 2.1.1 Pengertian Storytelling Menurut (Aliyah, 2011)

26

a. Metode Cerita

Menurut Moeslichatoen (2010), cerita adalah metode yang paling menarik,

paling disukai, dan paling menempel ingatan seorang anak, karena sebuah cerita

sulit untuk dilupakan dan membuat pendengarnya suka kepada orang yang

menceritakannya, selain itu metode cerita mempunyai beberapa makna penting

bagi perkembangan anak usia prasekolah, diantaranya dapat mengkomunikasikan

nilai-nilai pengetahuan, nilai budaya, nilai keagamaan, nilai sosial, dan dapat

menanamkan etos kerja, etos waktu, dan etos alam. Menurut Arif Sadjiman

(2009), gambar termasuk media non proyeksi. Cerita gambar adalah media

gambar, bagan, atau skema yang biasanya di pajang di dinding, atau dicetak besar

seperti banner, media cerita bergambar merupakan rangkaian kegiatan/cerita yang

disajikan secara berurutan, yang dapat digunakan untuk menstimulasi kemauan

dan kemampuan anak dengan menggunakan simbol atau gambar yang menarik

(Sri Anita, 2009). Tujuan bercerita menurut Takwin (2007), antara lain,

mengembangkan kemampuan anak dalam menafsirkan peristiwa yang ada diluar

pengalaman langsungnya, memperluas pemahaman dan daya imajinasi anak,

mengembangkan kemampuan menyimak dan mendengar aktif pada diri anak,

mengembangkan sikap positif anak terhadap suatu hal. Manfaat atau Kegunaan

dari media bergambar menurut Azhar (2006), Fungsi Atensi (menarik dan

mengarahkan perhatian siswa untuk konsentrasi kepada isi materi yang

disampaikan dan ditampilkan), Fungsi Afektif (media ini dapat terlihat dari

tingkat kenikmatan siswa ketika belajar (melihat) teks bergambar, gambar atau

lambang visual akan menggugah emosi dan sikap anak-anak, Fungsi Kognitif

(terlihat dari beberapa penelitian yang mengungkapkan bahwa lambang visual

Page 16: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Storytelling. BAB 2... · 2019. 9. 17. · 12 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Storytelling 2.1.1 Pengertian Storytelling Menurut (Aliyah, 2011)

27

atau gambar memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat

informasi yang terkandung dalam gambar), Fungsi kompensatoris (membantu

siswa yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks

dan mengingatnya kembali). Kelebihan metode cerita Bergambar menurut Arif

Sadiman (2009), diantaranya, dapat digunakan untuk menjelaskan suatu masalah

di kehidupan, bernilai ekonomis, mudah dijangkau, mudah digunakan baik

individu, ataupun kelompok, anak dapat memahami isi gambar sehingga anak

lebih termotivasi dan lebih tertarik untuk membaca dan mengetahui isi cerita

bergambar. Sedangkan kelemahan metode cerita bergambar menurut Arif

Sadiman (2009), diantaranya, butuh kemampuan khusus untuk menarik perhatian

anak agar dapat konsentrasi kepada pemateri dan isi materi yang disampaikan

melalui media bergambar, akan muncul banyak presepsi dari suatu gambar

tersebut, karena hanya secara visual.

b. Poster

Menurut Nursalam (2008) pendidikan kesehatan dapat diberikan kepada

sasaran baik secara langsung ataupun melalui media tertentu. Poster merupakan

penggambaran yang ditunjukan sebagai pemberitahuan, peringatan, maupun

penggugah selera yang biasanya berisi gambar-gambar (Musfiqon, 2012). Sri

Anita (2009) mengatakan bahwa Poster adalah suatu gambar yang

mengkombinasi unsur visual seperti garis, gambar, dan kata-kata yang bermaksud

menarik perhatian serta mengkomunikasikan pesan secara singkat.

Menurut Nana S dan Ahmad R (2010) secara umum poster memiliki

kegunaan yaitu, memotivasi siswa dalam belajar, sebagai peringatan, berisi

Page 17: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Storytelling. BAB 2... · 2019. 9. 17. · 12 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Storytelling 2.1.1 Pengertian Storytelling Menurut (Aliyah, 2011)

28

tentang peringatan terhadap sesuatu misal hukuman, kesehatan, agama, dan lain-

lain, pengalaman kreatif melalui poster kegiatan menjadi lebih kreatif untuk

membuat ide, cerita, karangan dari sebuah poster yang dipajang. Ciri-ciri poster

yang baik menurut Arief S (dalam Musfiqon, 2012) adalah, sederhana,

menyajikan suatu ide, dan untuk mencapai satu tujuan pokok, berwarna, tulisan

jelas, dan bervariasi. Kelebihan media poster menurut Daryanto (2012), yaitu,

tahan lama, mencakup banyak orang, biaya lebih rendah, dapat di bawa kemana-

mana, tidak perlu listrik, mempermudah pemahaman dan dapat meningkatkan

gairah untuk belajar, dapat mempermudah dan mempercepat pemahaman siswa

terhadap pesan yang disajikan, dapat dilengkapi dengan warna-warna sehingga

lebih menarik perhatian siswa, bentuknya sederhana tanpa memerlukan peralatan

khusus dan mudah penempatannya, sedikit memerlukan informasi tambahan,

pembuatannya mudah, harganya murah, dan bisa diperbanyak. Sedangkan

kelemahan poster menurut Daryanto (2012), yaitu, membutuhkan keterampilan

khusus dalam pembuatannya dan penyajian pesan hanya berupa visual. Menurut

Nursalam (2008), kemampuan partisipan dalam mengingat suatu informasi yang

disampaikan melalui pendidikan kesehatan menurut teknik dan medianya

digambarkan dalam sebuah Kerucut Edgar Dale, sasaran akan mampu mengingat

informasi yang diberikan dengan persentase yang berbeda beda sesuai dengan

metode dan media yang digunakan dalam memberikan pendidikan kesehatan.

Page 18: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Storytelling. BAB 2... · 2019. 9. 17. · 12 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Storytelling 2.1.1 Pengertian Storytelling Menurut (Aliyah, 2011)

29

2.2 Konsep Anak Usia Prasekolah

2.2.1 Pengertian Anak Usia Prasekolah

Anak usia sekolah disebut juga perkembangan masa pertengahan dan akhir

anak yang merupakan kelanjutan dari masa awal anak. Permulaan masa

pertengahan dan akhir ini ditandai dengan terjadinya perkembangan fisik,

motorik, kognitif, kogitif, meningkatkan daya pikir anak dan psikososial anak.

Menurut Anita (2011) para pendidik melabelkan akhir masa kanak-kanak dengan

usia sekolah dasar. Pada usia tersebut anak diharapkan memperoleh dasardasar

pengetahuan yang dianggap penting untuk keberhasilan penyesuaian diri pada

kehidupan dewasa. Namun bagi banyak orang tua masa kanak-kanak akhir

merupakan usia yang menyulitkan dimana anak tidak lagi mau menuruti perintah

dan dimana ia lebih banyak dipengeruhi oleh teman-teman sebaya daripada oleh

orang tua maupun anggota keluarga lain.

Pada masa sekolah ini (3-6 tahun) anak sudah matang untuk memasuki

sekolah dasar. Matang bersekolah ditandai oleh ciri-ciri sebagai berikut: (a) Telah

mencapai taraf perkembangan jasmaniah serta kesehatannya. (b) Telah cukup

taraf perkembangan sosialnya, sehingga telah mampu menyesuaikan diri dengan

teman-temannya. (c) Mempunyai minat terhadap kecakapan-kecakapan dan

pengetahuan sebagai kenyataan yang perlu dalam hidupnya. (d) Kesanggupan

untuk bekerja sendiri, tidak banyak menggantungkan pada orang lain.

(e)Kesanggupan mengakui kewibawaan guru, sebagai orang lain yang baru.

Menurut Anita (2011) bagi ahli psikologi, akhir masa kanak-kanak adalah

usia berkelompok yaitu suatu masa dimana perhatian utama anak tertuju pada

Page 19: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Storytelling. BAB 2... · 2019. 9. 17. · 12 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Storytelling 2.1.1 Pengertian Storytelling Menurut (Aliyah, 2011)

30

keinginan diterima oleh teman-teman sebaya. Oleh karena itu, anak ingin

menyesuaikan dengan standar yang disetujui kelompok dalam penampilan,

bebicara dan perilaku. Keadaan ini mendorong ahli psikologi untuk menyebut

periode ini sebagai usia penyesuaian diri.Akhir masa kanak-kanak seringkali

disebut usia bermain oleh para ahli psikologi, bukan karena terdapat lebih banyak

waktu untuk bermain daripada dalam periode-periode lain-hal mana tidak

dimungkinkan lagi apabila anak-anak sudah sekolah, melainkan karena terdapat

tumpang tindih antara ciri-ciri kegiatan bermain anak-anak yang lebih muda

dengan ciri-ciri bermain anak-anak remaja.

2.2.2 Karakteristik Perkembangan Anak Usia Sekolah Dasar

Menurut Anita (2011) pertumbuhan dan perkembangan anak sebenarnya

merupakan suatu kesatuan yang menyeluruh. Perkembangan dan pertumbuhan

anak meliputi dari perkembangan emosi, jasmani, bahasa dan sosial. Sedangkan

menurut Arthur mengidentifikasinya ada empat dimensi perkembangan kepada

anak, yaitu perkembangan sosial dan emosional, perkembangan fisik,

perkembangan kognitif, dan perkembangan bahasa. Adapun karakteristik

perkembangan anak usia sekolah dasar mencakup beberapa aspek, yaitu:

A. Perkembangan Fisik, Otak dan Motorik

Menurut Ariyanti (Thobroni, 2011) mengungkapkan bahwa perkembangan

fisik atau pertumbuhan biologi merupakan salah satu aspek yang sangat penting

bagi perkembangan individu terutama bagi anak usia sekolah dasar.

Sedangkan menurut Thobroni (2011) pada usia anak sekolah dasar,

perubahan berat badan lebih banyak daripada tinggi badan. Perubahan ini karena

ada penambahan ukuran dalam kerangka tulang belulang, sistem otot dan organ

Page 20: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Storytelling. BAB 2... · 2019. 9. 17. · 12 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Storytelling 2.1.1 Pengertian Storytelling Menurut (Aliyah, 2011)

31

lainnya. Pertumbuhan fisik akan mengalami peningkatan pada berat badan anak

selama masa ini terjadi terutama karena bertambahnya ukuran sistem rangka dan

otot, serta ukuran beberapa organ tubuh. Sehingga pada masa ini keseimbangan

badannya akan relatif berkembang dengan baik. Disamping itu, perkembangan

otak yang dialami oleh anak akan mengalami proses perkembangan lebih cepat.

Perkembangan ini disebabkan oleh penambahan jumlah dan ukuran ujung-ujung

saraf yang ada di dalam dan sekitar otak. Selain itu ditambah dengan adanya

proses melinasi yaitu terdesaknya sel-sel saraf oleh lemak sehingga meningkatkan

kecepatan informasi.

Untuk memparhalus keterampilan-keterampilan motoriknya, anak harus

melakukan berbagai aktivitas fisik, seperti memukul bola, melompat tali, ataupun

melakukan suatu gerak keseimbangan diatas balok. Menurut Thobroni (2011) hal

ini menandakan bahwa mereka sudah mampu mengontrol dan mengkoordinasi

setiap gerakan badan. Di usianya (6 tahun), tangan anak semakin kuat dan lebih

suka menggambar menggunakan pensil daripada krayon.

B. Perkembangan Kognitif

Menurut Thobroni (2011) beberapa pakar seperti Mussen, Conger, dan

Kagan mengatakan bahwa perkembangan anak, kognisis, atau penalaran mengacu

pada berbagai proses, antara lain sebagai berikut: (a) Persepsi; penemuan,

penataan, dan penafsiran terhadap informasi dari dunia luar dan lingkungan

internal. (b) Memori; penyimpanan dan pemakaian/pemanfaatan informasi yang

telah dirasakan. (c) Penalaran; penggunaan pengetahuan untuk membuat

kesimpulan-kesimpulan dan untuk menarik konklusi-konklusi. (d) Refleksi;

penilaian terhadap kualitas gagasan-gagasan dan cara pemecahan/penyelesaian.

Page 21: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Storytelling. BAB 2... · 2019. 9. 17. · 12 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Storytelling 2.1.1 Pengertian Storytelling Menurut (Aliyah, 2011)

32

(e) Wawasan; penemuan hubungan-hubungan baru antara dua atau lebih bagian-

bagian pengetahuan.

C. Perkembangan Moral

Menurut Piaget (Thobroni, 2011), perkembangan moral terbagi menjadi dua

tahap, yaitu heteronomus morality dan autonomus morality. Pada tahap

heteronomus morality, anak banyak beranggapan bahwa anak dalam melakukan

suatu hal banyak menimbang akibat dari sesuatu yang telah mereka lakukan,

bukan maksud dari apa yang telah ia lakukan. Masih menurut Piaget, dalam masa

anak berkembang mereka banyak mengalami kemajuan pemahaman tentang

masalah-masalah sosial yang ada disekitarnya. Hal ini juga karena pengaruh dari

teman sebaya mereka. Dari teman sebaya, mungkin mereka banyak menemukan

kesamaan pengangan. Hal tersebut belum tentu mereka dapatkan dengan mereka

hanya berhubungan dengan orangtua atau keluarga.

D. Perkembangan Emosional

Aspek emosi mengalami perkembangan yang signifikan pada periode anak.

Seiring bertambah usia, kemampuan anak untuk mengenali emosinya semakin

berkembang. Anak juga semakin menyadari perasaan dirinya dan perasaan orang

lain. Selain itu, anak juga semakin mampu mengatur ekspresi dan emosi dalam

situasi sosial dan mampu bereaksi terhadap kondisi stress yang dialami orang lain.

Menurut Daniel Goleman (dalam Nurhayati, 2008), dalam buku Thobroni

menyebutkan bahwa kecerdasan emosi mencakup unsur-unsur sebagai berikut :

(1) Kemampuam sesorang mengenali emosionalnya sndiri. (2) Kemampuan

mengelola sesuana hati. (3) Memampuan momotivasi diri sendiri. (4) Kemampuan

mengendalikan nafsu makan.

Page 22: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Storytelling. BAB 2... · 2019. 9. 17. · 12 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Storytelling 2.1.1 Pengertian Storytelling Menurut (Aliyah, 2011)

33

E. Perkembangan Bahasa

Menurut Santrock (2002) pada masa ini, berlangsung perubahanperubahan

di dalam perbendaharaan kata dan tata bahasa. Membaca sangat berperan dalam

dunia bahasa mereka. Sedangkan menurut Yusuf (2004) bahasa adalah sarana

berkomunikasi dengan orang lain. Dalam pengertian tercakup semua cara untuk

berkomunikasi, dimana pikiran dan perasaan dinyatakan dalam bentuk tulisan,

lisan, isyarat, atau gerak dengan menggunakan kata-kata, kalimat bunyi, lambang,

gambar atau lukisan. Dengan bahasa, semua manusia dapat mengenal dirinya,

sesama manusia, alam sekitar, ilmu pengetahuan, dan nilai-nilai moral atau

agama. Yusuf (2004) berpendapat juga bahwa usia sekolah dasar ini merupakan

masa berkembang pesatnya kemampuan mengenal dan menguasai perbendaharaan

kata (vocabulary). Pada awal masa ini, anak sudah menguasai sekitar 2.500 kata,

dan pada masa akhir (usia 11-12) telah dapat menguasai sekitar 50.000 kata.

Dengan dikuasainya keterampilan membaca dan berkomunikasi dengan orang

lain, anak sudah gemar membaca atau mendengarkan cerita yang bersifat kritis

(tentang perjalanan/petualangan, riwayat para pahlawan, dan sebagainya).

Terdapat dua faktor penting yang mempengaruhi perkembangan bahasa, yaitu

sebagai berikut: (a) Proses jadi matang, dengan perkataan lain anak itu menjadi

matang (organ-organ suara/bicara sudah berfungsi) untuk berkata-kata. (b) Proses

belajar, yang berarti bahwa anak yang telah matang untuk berbicara lalu

mempelajari bahasa orang lain dengan jalan mengimitasi atau meniru ucapan atau

kata-kata yang didengarnya. Di sekolah, diberikan pelajaran bahasa yang dengan

sengaja menambah perbendaharaan katanya, mengajar menyusun struktur kalimat,

peribahaasa, kesusastraan, dan keterampilan mengarang. Dengan dibekali

Page 23: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Storytelling. BAB 2... · 2019. 9. 17. · 12 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Storytelling 2.1.1 Pengertian Storytelling Menurut (Aliyah, 2011)

34

pelajaran bahasa ini, diharapkan peserta didik dapat menguasai dan

mempergunakannya sebagai alat untuk: (a) Bekomunikasi dengan orang lain. (b)

Menyatakan isi hatinya (perasaannya). (c) Memahami keterampilan mengolah

informasi yang diterimanya.(d) Berpikir (menyatakan gagasan atau pendapat). (e)

Mengembangkan kepribadiannya, seperti menyatakan sikap dan keyakinannya.

Menurut Santrock (2002) pada masa pertengahan dan akhir anak-anak, suatu

perubahan terjadi pada cara anak-anak berfikir tentang kata-kata. Mereka menjadi

kurang terikat dengan tindakan-tindakan dan dimensi perseptual yang berkaitan

dengan kata-kata, dan pendekatan mereka menjadi lebih analitis terhadap kata-

kata. Peningkatan kemampuan ini, membuat mereka memahami kata-kata yang

tidak berkaitan langsung dengan pengalaman-pengalaman pribadi mereka. Hal ini

memungkinkan anak-anak menambahkan kata-kata yang lebih abstrak ke dalam

perbendaharaan kata mereka.

2.2.3 Perkembangan Kognitif dan Bahasa Kelompok Usia 3-4 Tahun

2.2.3.1 Perkembangan Kognifit dan Bahasa Anak

Teori perkembangan kognitif menyatakan bahwa kecerdasaan atau

kemampuan kognitif anak mengalami kemajuan melalui empat tahap yang jelas.

Masing-masing tahap dicirikan oleh kemunculan kemampuan dan cara mengolah

informasi yang baru. Mengggolongkan tahap perkembangan kognitif pada anak

Usia 3-6 Tahun umumnya meraka berada pada tahap Pre-Operational (Santrock,

2007)

Page 24: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Storytelling. BAB 2... · 2019. 9. 17. · 12 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Storytelling 2.1.1 Pengertian Storytelling Menurut (Aliyah, 2011)

35

Tabel 2.1 Tahap Perkembangan Kognitif

Tahapan Usia

Sensorimotor 0-2 Tahun

Pre-Operational 2-6 atau 7 Tahun

Konkrik Operational 6 atau 7 tahun-11 atau 12 tahun

Formal Operational >12 tahun

Pemikiran Praoperasional adalah awal kemampuan untuk merekonstruksi

pada tingkat pemikiran apa yang telah dilakukan dalam perilaku. Pemikiran

praoperasional dapat dibagi kedalam dua sub tahap yaitu fungsi simbolis (2-4

tahun) dan pemikiran intuif (4-6/7 tahun)

2.2.4 Tugas Perkembangan Anak Usia Prasekolah

Setiap tahap perkembangan mempunyai tugas-tugas perkembangan

masingmasing. Begitu juga pada tahap perkembangan di usia sekolah. Menurut

Havighurst (Thonthowi, 2012) menyatakan bahwa tugas perkembangan adalah

tugas yang muncul pada saat atau sekitar suatu periode tertentu dari kehidupan

individu, yang jika berhasil akan menimbulkan rasa bahagia dan membawa ke

arah keberhasilan dalam melaksanakan tugas-tugas berikutnya. Akan tetapi, jika

gagal menimbulkan rasa tidak bahagia dan kesulitan dalam menghadapi tugas-

tugas berikutnya.

Menurut Thonthowi (2012), adapun tugas-tugas perkembangan pada masa

anak sekolah ini antara lain: (a) Mempelajari kecakapan jasmaniah yang

dibutuhkan untuk bermain-main sehari-hari. Ia belajar bahwa teman-teman sebaya

dan sepermainan "mengganjar" anak yang berhasil "menghukum" anak yang tidak

Page 25: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Storytelling. BAB 2... · 2019. 9. 17. · 12 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Storytelling 2.1.1 Pengertian Storytelling Menurut (Aliyah, 2011)

36

berhasil. (b) Membentuk sikap yang baik terhadap diri sendiri sebagai suatu

makhluk yang tumbuh dan berkembang. Ia belajar mengetahui bahwa anak akan

dihargai atau dicela tergantung kepada kecekatannya. (c) Belajar bergaul dengan

teman sebayanya. Ia meninggalkan lingkungan keluarganya memasuki dunia

teman sebayanya, yang berarti perubahan dari lingkungan keamanan emosional ke

lingkungan baru yang mengandung persaingan dalam usaha menarik perhatian

orang lain. (d) Mempelajari peran sosial sebagai laki-laki atau perempuan menurut

ukuran kepantasan masyarakat. Ia belajar berlaku sebagai anak laki-laki atau anak

perempuan, kemudian ia mengidentifikasikan diri dengan ayah atau ibunya. (e)

Memperkembang kecekatan-kecekatan dasar dalam membaca, menulis dan

matematika. (f) Memperkembang pengertian-pengenrtian yang perlu untuk

kehidupan seharihari. Pada masa sekolah ini, pengertian-pengertian itu semakin

berkembang. (g) Memperkembang kata hati, kesusilaan dan ukuran-ukuran nilai-

nilai. Pada akhir masa sekolah dapat diharapkan anak sudah stabil dalam

pemilihan perilaku berdasarkan ukuran nilai itu. (h) Mencapai kebebasan pribadi.

Ia mulai mengadakan pemilihan dan identifikasi tidak terbatas pada orangtua

tetapi dapat juga pada orang lain ataupun pada tokoh-tokoh yang dikagumi. (i)

Memperkembang sikap terhadap lembaga-lembaga dan kelompok-kelompok

sosial. Tugas ini dipelajari melalui cara-cara seperti: (a) Meniru orang terkemuka;

(b) Pengumpulan pengalaman; (c) Pengalaman emosional yang mendalam dan

sebagainya. Tahap ini merupakan saat anak mempelajari sikap dasar sosial.

Page 26: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Storytelling. BAB 2... · 2019. 9. 17. · 12 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Storytelling 2.1.1 Pengertian Storytelling Menurut (Aliyah, 2011)

37

2.3 Konsep Perilaku

2.3.1 Pengertian Perilaku

Menurut Syahreni (2011) perilaku adalah kegiatan yang dilakukan oleh

individu baik yang dapat diamati (dilihat) secara langsung maupun tidak

langsung. Sehat adalah suatu kondisi atau keadaan yang baik, mencakup fisik,

mental dan sosial, jadi bukan hanya terbebas dari penyakit saja. Sehingga perilaku

sehat adalah tindakan seseorang ataupun kegiatan yang dilakukan oleh seseorang,

baik langsung maupun tidak langsung, untuk mempertahankan dan meringkatkan

kesehatan serta mencegah resiko penyakit.

Menurut Notoatmodjo (2010) perilaku kehesatan (healthy behavior)

diartikan sebagai respon seseorang terhadap stimulus atau objek yang berkaitan

dengan sehat-sakit, penyakit dan faktor-faktor yang memengaruhi kesehatan

seperti lingkungan, makanan, minum dan pelayanan kesehatan.

2.3.2 Skinner perilaku kesehatan (healthy behavior)

Diartikan sebagai respon seseorang terhadap stimulus atau objek yang

berkaitan dengan sehat-sakit, penyakit, dan faktor-faktor yang memengaruhi

kesehatan seperti lingkungan, makanan, minuman, dan pelayanan kesehatan.

Dengan kata lain, perilaku kesehatan adalah semua aktivitas atau kegiatan

seseorang, baik yang dapat diamati (observable) maupun yang tidak dapat diamati

(unobservable), yang berkaitan dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan.

Pemeliharaan kesehatan ini mencakup mencegah atau melindungi diri dari

penyakit dan masalah kesehatan lain, meningkatkan kesehatan, dan mencari

penyembuhan apabila sakit atau terkena masalah kesehatan. Perilaku kesehatan

Page 27: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Storytelling. BAB 2... · 2019. 9. 17. · 12 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Storytelling 2.1.1 Pengertian Storytelling Menurut (Aliyah, 2011)

38

merupakan suatu repson seseorang (organisme) terhadap stimulus atau obyek

yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan

dan minuman serta lingkungan. Dalam konteks pelayanan kesehatan, perilaku

kesehatan dibagi menjadi dua: (1) Perilaku masyarakat yang dilayani atau

menerima pelayanan (consumer), Perilaku pemberi pelayanan atau petugas

kesehatan yang melayani (provider). Dimensi Perilaku kesehatan dibagi menjadi

dua (Soekidjo Notoatmojo, 2010), yaitu: (1) Healthy Behavior yaitu perilaku

orang sehat untuk mencegah penyakit dan meningkatkan kesehatan. Disebut juga

perilaku preventif (Tindakan atau upaya untuk mencegah dari sakit dan masalah

kesehatan yang lain: kecelakaan) dan promotif (Tindakan atau kegiatan untuk

memelihara dan meningkatkannya kesehatannya). Contoh: (1) Makan dengan gizi

seimbang, (2) Olah raga/kegiatan fisik secara teratur, (3) Tidak mengkonsumsi

makanan/minuman yang mengandung zat adiktif , (4) Istirahat cukup, (5)

Rekreasi /mengendalikan stress. (2) Health Seeking Behavior yaitu perilaku orang

sakit untuk memperoleh kesembuhan dan pemulihan kesehatannya. Disebut juga

perilaku kuratif dan rehabilitative yang mencakup kegiatan: (1)Mengenali gejala

penyakit , (2) Upaya memperoleh kesembuhan dan pemulihan yaitu dengan

mengobati sendiri atau mencari pelayanan (tradisional, profesional), (3) Patuh

terhadap proses penyembuhan dan pemulihan (complientce) atau kepatuhan.

2.3.3 Faktor yang mempengaruhi perilaku

Perilaku kesehatan adalah semua aktivitas atau kegiatan seseorang, baik

yang dapat diamati (observable) maupun yang tidak dapat diamati (unobservable),

yang berkaitan dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. Faktor-faktor

Page 28: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Storytelling. BAB 2... · 2019. 9. 17. · 12 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Storytelling 2.1.1 Pengertian Storytelling Menurut (Aliyah, 2011)

39

yang berpengaruh terhadap perilaku hidup sehat antara lain dipengaruhi oleh

(Soekidjo Notoatmojo, 2010):

1. Faktor makanan dan minuman terdiri dari kebiasaan makan pagi, pemilihan

jenis makanan, jumlah makanan dan minuman, kebersihan makanan.

2. Faktor perilaku terhadap kebersihan diri sendiri terdiri dari mandi,

membersihkan mulut dan gigi, membersihkan tangan dan kaki, kebersihan

pakaian.

3. Faktor perilaku terhadap kebersihan lingkungan lingkungan terdiri dari

kebersiahn kamar, kebersihan rumah, kebersihan lingkungan rumah, kebersihan

lingkungan sekolah.

Faktor perilaku terhadap sakit dan penyakit terdiri dari pemelihraan

kesehatan, pencegahan terhadap penyakit, rencana pengobatan dan pemulihan

kesehatan. Faktor keseimbangan antara kegiatan istirahat dan olahraga terdiri dari

banyaknya waktu istirahat, aktivitas di rumah dan olahraga teratur.

2.3.4 Indikasi/ Aspek/ Ciri-ciri Perilaku

Bower & Bower (dalam Nurmiati, 2008) mengungkapkan ciri-ciri perilaku

agresif sebagai berikut: (1) Mengekspresikan perasaannya tanpa mengindahkan

atau menyinggung perasaan orang lain. (2) Banyak berbicara dan dengan cara

yang cepat, serta banyak membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan dirinya.(3)

Mata tidak ekspresif, merendahkan, dingin, melotot, dan memalingkan muka

ketika berbicara dengan orang lain. (4) Ketika dipuji orang lain, ia akan

membanggakan dirinya hingga membuat orang yang memujinya merasa

tersinggung. (5) Bersikap “sok tahu” yaitu mencoba untuk memberikan opini atau

Page 29: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Storytelling. BAB 2... · 2019. 9. 17. · 12 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Storytelling 2.1.1 Pengertian Storytelling Menurut (Aliyah, 2011)

40

pendapat atas semua hal, menunjukkan pandangan mereka, berpikir bahwa

mereka memiliki semua bukti, analisa dan jawaban. (6) Menyerang orang lain

yang tidak sependapat dengan dirinya, dengan cara memotong pembicaraan,

mengintimidasi, mendominasi, atau terlalu mengontrol. (7) Menyerang,

mengintimidasi, mengkritik, tanpa meminta penjelasan lebih lanjut. (8) Tidak mau

tahu terhadap berbagai alasan yang melatarbelakangi tindakan sesuatu yang tidak

menyenangkan. (9) Menyatakan ketidaksetujuan dengan nada menyerang dan

mengintimidasi, hingga menyinggung perasaan orang lain. (10) Mempertahankan

haknya tanpa mempedulikan hak orang lain. (11) Menyampaikan keluhan dengan

sikap meledak-ledak. (12) Mengkonfrontasi kembali dalam merespon sesuatu.

Bower & Bower (dalam Nurmiati, 2008) juga menjelaskan bahwa perilaku

agresif merupakan corak perilaku yang mengungkapkan pikiran, perasaan,

kehendak dan kepentingan yang dilakukan melalui kata-kata dan atau tindakan-

tindakan yang keras, kasar, menekan dan melecehkan tanpa mempertimbangkan

perasaan dan harga diri orang lain. Orang dengan perilaku agresif sangat menjaga

hak-hak dan kepentingan sendiri, tetapi sebaliknya kurang menghargai hak-hak

dan kepentingan orang lain. Tujuannya ingin serba menang dan memperoleh apa

yang diinginkan dengan mengalahkan orang lain. Mottonya “I’ OK, you’re not

OK”.

Bentuk-bentuk Perilaku

Myers (Sarwono, 2002) membagi bentuk-bentuk perilaku berdasarkan sifat

menjadi dua, yaitu: (a) Perilaku agresif yang bersifat fisik seperti memukul,

menendang, melempar, merusak serta bentuk-bentuk lain yang dapat

Page 30: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Storytelling. BAB 2... · 2019. 9. 17. · 12 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Storytelling 2.1.1 Pengertian Storytelling Menurut (Aliyah, 2011)

41

mengakibatkan sakit atau luka pada objek atau sumber frustrasi. (b) Perilaku yang

bersifat verbal bentuk perilaku agresif yang bersifat verbal seperti mencaci maki,

berteriak-teriak, megeluarkan kata-kata kotor atau kata-kata kasar dan bentuk-

bentuk lain yang bersifat verbal dan mengakibatkan “sakit” pada objek yang tidak

menginginkannya.

Myers (Sarwono, 2002) juga membagi jenis-jenis perilaku agresif berdasarkan

sebab terjadi menjadi dua, yaitu: (a) Perilaku karena rasa benci atau karena emosi.

Perilaku karena rasa benci atau karena emosi adalah ungkapan kemarahan

atau ditandai dengan emosi yang tinggi, semata-mata dilakukan dengan menyakiti

orang lain, sebagai ungkapan kemarahan. Oleh karena itu, perilaku agresif dalam

hostille aggression ini adalah tujuan dari perilaku agresif itu sendiri. (b) Perilaku

sebagai sarana untuk mencapai tujuan lain. Jenis instrumental aggression ini pada

umumnya tidak disertai emosi. Perilaku agresif hanya merupakan sarana untuk

mencapai tujuan lain selain penderitaan korbannya. Instrumental aggression ini

mencakup perkelahian untuk membela diri, penyerangan terhadap seseorang

ketika terjadi perampokan, perkelahian untuk membuktikan kekuasaan atau

dominasi seseorang. Perbedaan dari kedua jenis perilaku agresif ini adlah dari

tujuan yang mendasarinya. Hostille aggression hanya semata-mata unuk

melampiaskan emosi, sedangkan instrumental aggression dilakukan untuk

mencapai suatu tujuan tertentu.

Page 31: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Storytelling. BAB 2... · 2019. 9. 17. · 12 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Storytelling 2.1.1 Pengertian Storytelling Menurut (Aliyah, 2011)

42

2.3.5 Ciri-ciri Perilaku

A. Fisik

Ciri-ciri dewasa dalam aspek fisik yaitu : (1) Menerima hal-hal tidak bisa

diubah dari ciri-ciri fisik yang ada sejak lahir. (2) Menempatkan seks pada

proporsi yang wajar. (3) Dapat memilih makanan yang memenuhi persyaratan

gizi. (4) Memiliki keseimbangan antara bekerja dan istirahat.

B. Intelektual

Ciri-ciri dewasa dalam aspek Intelektual : (1) Dipimpin akal sehat. (2)

Tekun. (3) Hidup dalam dunia realitas. (4) Melihat ke masa depan. (5) Menarik

manfaat dari kegagalan. (6) Rajin dan mau berusaha. (7) Memiliki inisiatif.

C. Emosi

Ciri-ciri dewasa dalam aspek Emosi : (1) Dapat mengontrol emosi. (2)

Percaya pada diri sendiri. (3) Bebas dari iri hati. (4) Dapat menunggu untuk

mendapatkan apa yang diinginkan. (5) Memiliki emosi yang wajar dan dengan

kadar yang sesuai : malu, takut, rasa bersalah. (6) Tidak merasakan kesepian

walaupun sendirian.

D. Sosial

Ciri-ciri dewasa dalam aspek Sosial : (1) Memiliki teman baik pria dan

wanita. (2) Dapat bergaul dengan teman sebaya maupun yang beda usia. (3) Tidak

terpengaruh oleh teman sebaya (bebas dari peer pressure). (4) Melihat dari sudut

orang lain (dapat merasakan sukacita/dukacita orang lain). (5) Melihat apa yang

Page 32: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Storytelling. BAB 2... · 2019. 9. 17. · 12 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Storytelling 2.1.1 Pengertian Storytelling Menurut (Aliyah, 2011)

43

baik pada orang lain. (6) Obyektif dalam menilai diri sendiri dan orang lain,

mengaku kalah ketika memang kalah. (7) Menghormati orang tua, tetapi tidak

bergantung pada mereka. (8) Memiliki rasa humor, mampu menertawai diri

sendiri. (9) Bertanggung jawab atas kesalahan pribadi. (10) Dapat menyesuaikan

diri dan menempatkan diri. (11) Senang atas keberhasilan orang lain. (12) Dapat

mempercayai orang lain. (13) Sabar mendengar cerita orang lain. (14) Bisa dekat

dengan orang lain dan membina keintiman.

E. Moral-Spiritual

Ciri-ciri dewasa dalam aspek Moral-Spiritual :

1. Menerima nilai moral yang berlaku universal untuk kebaikan semua (jujur,

tangg

2. ung jawab, keberanian, keadilan, kebenaran, komitmen, kepedulian,

kesetiaan, kesabaran, toleransi, kerjasama, integritas, menghormati hak orang lain,

pengorbanan untuk sesuatu yang luhur/mulia). 2. Berbuat baik pada orang lain. 3.

Takut akan Tuhan. 4. Memiliki hubungan pribadi dengan Tuhan. 5. Menggunakan

hidupnya untuk memuliakan Tuhan. 6. Bersyukur untuk apa yang dimiliki. 7.

Tahan menderita secara wajar.

2.4 Konsep Sayur

Sayur merupakan kelompok bahan makanan dari bahan nabati (tumbuh-

tumbuhan). Sayur adalah bahan makanan yang berasal dari tumbuhan. Bagian

tumbuhan yang dapat dibuat antara lain dari daun (sebagaian besar sayur adalah

daun), batang (wortel dalah umbi batang), bunga (jantung pisang), buah muda

Page 33: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Storytelling. BAB 2... · 2019. 9. 17. · 12 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Storytelling 2.1.1 Pengertian Storytelling Menurut (Aliyah, 2011)

44

(Labu), sehingga dapat dikatakan bahwa semua bagian tumbuhan dapat dijadikan

bahan makanan sayur.

Sebagai Negara tropis, Indonesia sangat kaya akan sayur. Oleh karna itu,

patut disayangkan jika konsumsi sayur masyarakat masih relatif rendah

dibandingkan Negara lain yang bukan penghasilan sayur (Astawa, 2008).

2.4.1 Penggolongan sayur

Menurut Astawan (2008), berdasarkan bagian tamanan yang dapat dimakan,

sayuran dibedakan menjadi : (1) Kankung, sawi, katuk dan bayam. (2) Brokoli

dan kembang kol. (3) Terong, cabe, ketimun dan tomat. (4) Asparagus dan

rebung. (5) Wortel dan lobak. (6) Kentang dan bawang.

2.4.2 Kandungan Gizi dan Manfaat Sayur

Sayur merupakan sumber serat, vitamin A, vitamin C, vitamin B khusunya

asam folat, berbagai mineral seperti magnesium, kalium, kalsium dan Fe, namun

tidak mengandung lemak maupun kolesterol. Setiap sayur mempunyai kandungan

vitamin dan mineral yang berbeda.

Menurut Sakirindah (2008), kandungan vitamin dan mineral pada sayur

memang berbeda-beda tidak saja diantara berbagai spesies dan varietas, namun

juga di dalam varietas sendiri yang tumbuh pada kondisi lingkungan yang

berbeda, iklim, macam tanah dan pupuk, semuanya berpengaruh terhadap

kandungan vitamin dan mineral dalam produk sayur yang dihasilkan. Menurut

Khomsan, dkk (2008), sayur mempunyai banyak manfaat bagi kesehatan. Ada dua

alasan utama yang membuat konsumsi sayur sangat penting untuk kesehatan,

Page 34: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Storytelling. BAB 2... · 2019. 9. 17. · 12 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Storytelling 2.1.1 Pengertian Storytelling Menurut (Aliyah, 2011)

45

yaitu : (1) Sayur sangat kaya akan kandungan vitamin, mineral dan gizi lainnya

yang dibutuhkan oleh tubuh manusia. Tanpa mengonsumsi sayur, maka

kebutuhan gizi sperti vitamin C, vitamin A, potassium dan folat kurang terpenuhi.

Oleh karena itu sayur merupakan sumber makanan yang baik dan menyehatkan.

(2) Beberapa penelitian menunjukan bahwa orang yang mengonsumsi tinggi sayur

dapat menurunkan insiden terkena penyakit kronis. Salah satu studi epidemiologi

yang mengkaji secara umum terhadap perilaku sekelompok masyarakat

menunjukkan bahwa masyarakat Cina, Jepang dan Korea lebih sedikit terkena

kanke dan penyakit jantung koroner dibandingkan masyarakat Eropa dan

Amerika. Hal ini disebabkan karena masyarakat Korea, Jepang dan Cina dikenal

sangat suka mengonsumsi sayuran lebih banyak dan Negara dan Amerika.

Sayuran segar juga mengandung enzim aktif yang dapat mempercepat reaksi-

reaksi kimia di dalam tubuh. Komponen gizi dan komponen aktif non-nutrisi yang

terkandung dalam sayur berguna sebagai antioksidan untuk menertalkan radikal

bebas, anti kanker dan menetralkan kolesterol jahat. Selain itu dalam sayuran

terdapat dua jenis serat yang bermanfaat bagi kesehatan pencernaan dan

mikroflora usus, yaiu serat larut air dan tidak larut air.serat larut air dapat

memperbaiki performa mikroflora usus sehingga jumlah bakteri baik dapat

tumbuh dengan sempurna. Sedangkan serat tidak larut air akan menghambat

pertumbuhan bakteri jahat sebagai pencetus sebagai macam penyakit (Khomsan,

dkk, 2008)

2.4.3 Dampak Kurang Konsumsi Sayur

Beberapa dampak apabila seseorang kurang konsumsi sayur menurut

Ruwaidah (2007), antara lain:

Page 35: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Storytelling. BAB 2... · 2019. 9. 17. · 12 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Storytelling 2.1.1 Pengertian Storytelling Menurut (Aliyah, 2011)

46

1. Meningkatkan Kolesterol Darah

Jika tubuh kurang konsumsi sayur yang kaya akan serat, maka dapat

mengakibatkan tubuh kelebihan kolesterol darah, karena kandungan serat dalam

sayur mampu menjerat lemak dalam usus, sehingga mencegah penyerapan lemak

oleh tubuh. Dengan demikian serat membantu mengurangi kadar kolesterol dalam

darah. Serat tidak larut (lignin) dan serat larut (pectin) mempunyai efek mengikat

zat-zat organik seperti asam empedu dan kolesterol sehingga menurunkan jumlah

asam lemak di dalam saluran pencernaan. Pergikatan empedu oleh serat juga

menyebabkan asam empedu keluar dari siklus enterohepatic, karena asam empedu

yang disekresi ke usus tidak dapat diabsorpsi, tetapi terbuang ke dalam fases.

Penurunan jumlah asam empedu menyababkan hepar harus menggunakan

kolesterol sebagai bahan untuk membentuk asam empedu. Hal inilah yang

menyebabkan serat dapat menurunkan kadar kolesterol (Nainggolan dan

Adimunca, 2005). Jika konsumsi serat kurang, maka proses tersebut tidak terjadi

dan akan menyebabkan kolestrol darah meningkat.

2. Gangguan Penglihatan /Mata

Gangguan pada mata dapat diakibatkan karena tubuh kekurangan giinya

berupa betakaroten. Gangguan matadapat diatasi dengan banyak mengonsumsi

wortel, selada air, dan buah-buahan lainnya (Ruwaidah, 2007).

Kandungan vitamin A dalam sayur penting untuk pertumbuhan, penglihatan

dan meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit dan infeksi. Vitamin A

berfungsi dalam penglihatan normal pada cahaya terang berhubungan langsung

dengan vitamin A yang tersedia di dalam darah untuk membentuk rodopsin yang

membantu proses melihat (Ruwaidah, 2007).

Page 36: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Storytelling. BAB 2... · 2019. 9. 17. · 12 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Storytelling 2.1.1 Pengertian Storytelling Menurut (Aliyah, 2011)

47

3. Menurunkan Kekebalan

Tubuh sayur sangat kaya dengan kandungan vitamin C yang merupakan

antioksidan kuat dan pengikat radikal bebas. Vitamin C juga meningkatkan kerja

sistem imunitas sehingga mampu mencegah berbagai penyakit infeksi bahkan

dapat menghancurkan sel kanker. Jika tubuh kekurangan asupan sayur maka

imunitas/kekebalan tubuh akan menurun.

4. Meningkatkan Resiko Kegemukan

Kurang konsumsi sayur dapat meningkatkan risiko kegemukan dan diabetes

pada seseorang (WHO,2003).

Sayuran juga merupakan sumber vitamin dan mineral yang sangat

bermanfaat untuk pertumbuhan dan perkembangan individu. Seseorang yang

mengonsumsi cukup sayuran dengan jenis yang bervariasi akan mendapatkan

kecukupan sebagaian besar mineral mikro dan serat yang dapat mencegah

terjadinya kegemukan. Selain itu, sayuran juga berperan dalam upaya pencegahan

penyakit degeneratif seperti PJK (penyakit jantung kronis). Kanker, diabetes dan

obesitas (Khomsan, 2009)

5. Meningkatkan Resiko Kanker Kolon

Diet tinggi lemak dan rendah serat (sayur) dapat meningkatkan risiko kanker

kolon. Penelitian epidemiologis menunjukkan perbedaan insidenkanker kolorektal

di Negara maju seperti Amerika, Eropa dan di Negara berkembang seperti Asia

dan Afrika. Hal itu dikarenakan perbedaan jenis makanan di Negara maju dan

Negara berkembang tersebut, dimana masyarakat di Negara maju lebih banyak

mengonsumsi lemak dari pada di Negara berkembang (Puspitasari, 2006)

Page 37: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Storytelling. BAB 2... · 2019. 9. 17. · 12 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Storytelling 2.1.1 Pengertian Storytelling Menurut (Aliyah, 2011)

48

Serat dapat menekan resiko kanker karena serat makanan diketahui

memperlambat penyerapan dan pencernaan karbohidrat, juga membatasi insulin

yang dilepas ke pembuluh darah. Terlalu banyak insulin (hormon penganturan

kadar gula darah)akan menghasilkan protein dalam darah yang menambah risiko

munculnya kanker, yang disebut insulin growth foktor (IGF). Serat dapat melekat

pada partikel penyebab kanker lalu membawanya keluar dari dalam tubuh

(Puspitasari,2006).

6. Meningkatkan Risiko Sembelit (konstipasi)

Konsumsi serat makanan dari sayur, khususnya serat tak larut (tak dapat

dicerna dan tak larut air) menghasilkan tinja yang lunak. Sehingga diperlukan

kontraksi otot minimal untuk mengeluarkan fases dengan lancar. Sehingga

mengurangi konstipasi (sulit buang air besar). Diet tinggi serat juga dimaksudkan

untuk menrangsang gerakan peristaltik usus agar defekasi (pembuangan tinja)

dapat berjalan normal. Kekurangan serat akan menyebabkan tinja mengeras

sehingga memerlukan kontraksi otot yang besar untuk mengeluarkan atau perlu

mengejan lebih kuat. Hal inilah yang sering menyebabkan konstipasi. Oleh sebab

itu, diperlukan konsumsi serat yang cukup khususnya yang berasal dari sayur

(Puspitasari, 2006)

2.4.4 Kecukupan Konsumsi Sayur yang Dianjurkan

Menurut Pedoman Gizi Seimbang (2014), bagi anak usia sekolah dianjukan

untuk mengkonsumsi sayuran sebanyak 300-400 gram yang terdiri dari 250 gram

sayur (setara dengan 2,5 porsi atau 2,5 gelas sayur setelah dimasukandan

ditiriskan). Sedangkan organisasi pangan dan pertanian dunia Food and

Agriculture Organization (FAO), merekomendasikan warga dunia untuk makan

Page 38: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Storytelling. BAB 2... · 2019. 9. 17. · 12 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Storytelling 2.1.1 Pengertian Storytelling Menurut (Aliyah, 2011)

49

sayur secara teratur sebanyak 75 kg/kapita/tahun begitupun dengan WHO

merekomendasikan agar konsumsi sayur sebanyak 400 gram tiap hari.

2.4.5 Hormon Paling Berpengaruh yang Menentukan Berat Badan Anda

Beberapa hormon berperan penting dalam proses penurunan berat badan.

Ada yang jumlahnya harus dikurangi, ada pula yang sebaiknya dikurangi atau

ditekan produksinya dalam tubuh. Ini dia delapan hormon yang menjadi kunci

untuk mendapatkan bentuk dan berat tubuh ideal, serta cara mengoptimalkannya,

seperti dikutip dari Shape.

1. Ghrelin

Hormon ini diproduksi di dalam perut dan 'bekerja sama' dengan otak untuk

memberi sinyal lapar. Usaha mengurangi kalori dengan tujuan untuk menurunkan

berat badan, meningkatkan jumlah hormon ini dalam tubuh. Bahkan hingga

setelah 12 bulan diet rendah kalori berlangsung, penelitian menunjukkan bahwa

tingkat ghrelin tetap meningkat. Dengan kata lain, tubuh Anda akan selalu sulit

beradaptasi untuk makan lebih sedikit dan secara terus menerus mengirim sinyal

lapar. Inilah sebabnya mengapa mempertahankan berat badan ideal lebih sulit

dibandingkan menurunkannya.

Kabar baiknya, jumlah ghrelin dalam tubuh bisa dikurangi. Olahraga berintensitas

tinggi seperti aerobik, kickboxing atau jogging bermanfaat menurunkan tingkat

ghrelin. Itulah sebabnya latihan fisik merupakan kunci utama dalam

menghilangkan lemak dan menjaga berat badan tetap ideal.

2. Leptin

Hormon ini dilepaskan oleh sel-sel lemak. Leptin berinteraksi dengan otak,

memerintahkan tubuh untuk makan lebih sedikit dan membakar lebih banyak

Page 39: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Storytelling. BAB 2... · 2019. 9. 17. · 12 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Storytelling 2.1.1 Pengertian Storytelling Menurut (Aliyah, 2011)

50

kalori. Semakin banyak lemak tubuh yang Anda miliki, semakin besar juga

jumlah leptin yang dilepaskan --kondisi ini disebut leptin resistance. Jangan

menganggap ini kondisi yang baik, karena jika dilepaskan dalam jumlah

berlebihan otak justru menjadi kebal dengan sinyal leptin. Untuk memaksimalkan

sensitivitas otak terhadap leptin, tidurlah yang cukup dan perbanyak asupan

antioksidan dengan mengonsumsi buah beri (stroberi, blueberry, ceri, anggur)

serta sayuran hijau dan merah.

3. Adiponectin

Adiponectin juga salah satu hormon yang dilepaskan dari sel lemak. Tapi

tidak seperti leptin, semakin kurus tubuh akan lebih banyak juga adiponectin yang

diproduksi sel lemak. Hormon ini meningkatkan kemampuan otot untuk

menggunakan karbohidrat sebagai energi, meningkatkan metabolisme tubuh dan

menekan nafsu makan.

Anda bisa memaksimalkan level adiponectin dengan lebih banyak bergerak

sepanjang hari serta mengganti karbohidrat sederhana (nasi putih, mie ayam,

bubur ayam) menjadi karbohidrat kompleks (nasi merah, pasta, oatmeal).

Disarankan juga mengonsumsi lemak tak jenuh tunggal seperti minyak zaitun dan

alpukat.

4. Insulin

Insulin memainkan peran sangat penting dalam tubuh. Hormon ini

diperlukan untuk proses pemulihan pasca olahraga, pembentukan otot dan

menjaga kadar gula dalam darah secara optimal. Namun, ketika asupan

karbohidrat terlalu tinggi dan produksi insulin jadi 'menggila' di dalam tubuh, bisa

menghambat pemecahan dan pembakaran lemak yang bertumpuk. Insulin dan

Page 40: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Storytelling. BAB 2... · 2019. 9. 17. · 12 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Storytelling 2.1.1 Pengertian Storytelling Menurut (Aliyah, 2011)

51

karbohidrat sangat berkaitan erat. Semakin banyak konsumsi karbohidrat, akan

lebih banyak insulin yang dilepaskan. Agar kerja insulin untuk mengurangi lemak

lebih optimal, konsumsilah karbohidrat yang berasal dari sayur dan buah-buahan.

Batasi konsumsi nasi putih dan tepung menjadi porsi yang lebih kecil.

5. Glucagon

Glucagon merupakan hormon yang cara kerjanya kebalikan dari insulin.

Jika insulin menyimpan karbohidrat dan membentuk lemak, glucagon

bertanggung jawab menghancurkan timbunan karbohidrat dan lemak; melepaskan

mereka sehingga tubuh Anda bisa menggunakannya untuk energi. Konsumsi

makanan tinggi protein dan rendah karbohidrat merupakan cara paling baik untuk

memaksimalkan pelepasan glucagon.

6. CCK

Kependekan dari Cholecystokinin, hormon ini dilepaskan dari sel ke usus

kapanpun Anda makan protein atau lemak. Tapi CCK tidak hanya menetap di

usus. Sebaliknya, CCK akan 'bekerja sama' dengan sistem syaraf dan perut untuk

memperlambat proses pencernaan. Hasilnya, Anda akan merasa kenyang lebih

lama. Agar mendapatkan manfaat maksimal dari hormon ini, pastikan Anda

mendapatkan protein dan lemak sehat dari setiap makanan yang dikonsumsi.

7. Epinephrine

Epinephrine memicu pembakaran lemak yang nantinya dikeluarkan sebagai

energi untuk tubuh. Hormon ini juga bisa menahan hasrat makan. Bagaimana agar

Epinephrine bekerja maksimal? Jawabannya adalah olahraga; aktivitas fisik

mendorong pelepasan Epinephrine dalam tubuh.

8. Hormon Pertumbuhan

Page 41: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Storytelling. BAB 2... · 2019. 9. 17. · 12 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Storytelling 2.1.1 Pengertian Storytelling Menurut (Aliyah, 2011)

52

Hormon pertumbuhan atau growth hormone, sering disebut-sebut sebagai

kunci agar awet muda. Tapi manfaatnya tak hanya itu, hormon pertumbuhan juga

membantu penurunan berat badan. Hormon ini berinteraksi dengan sel-sel lemak

dan 'memerintahkan' mereka untuk hancur serta membakar cadangan lemak untuk

energi. Hormon pertumbuhan bisa ditingkatkan jumlahnya dengan olahraga

intensitas tinggi, circuit training (semi-kardio) dan tidur yang berkualitas.

2.4.6 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Konsumsi Sayur

Menurut Lastariwati dan Ratnaningsih (2006) dalam Dilapanga (2008),

menyatakan bahwa konsumsi makanan dan minuman dipengaruhi oleh 2 faktor

utama yaitu:

1. Faktor intrinsik yang terdiiri dari : umur dan jenis kelamin

2. Faktor ekstrinsik yang terdiri dari : tingkat ekonomi, pekerjaan, pendidikan,

pengalaman, iklan, lingkungan sosial dan kebudayaan.

3. Pola Kegiatan : kegiatan main air, kegiatan main pura-pura

4. Pola Solusi : sebisa mungkin, usahakan lakukan segala sesuatunya sesuai

rutinitas yang mengkonsumsi sayur.

5. Pola Makan ; Tidak suka makan Sayur, jajanan di luar, jajan sembarangan

Perilaku konsumsi dan penelitian makanan pada seseorang sangat kompleks

dan dipengaruhi oleh berbagai interaksi faktor. Beberapa faktor diatas merupakan

faktor yang diduga berhubungan dengan perilaku konsumsi sayur di Indonesia.

Penjelasan dari masing-masing variabel tersebut, yaitu:

Page 42: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Storytelling. BAB 2... · 2019. 9. 17. · 12 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Storytelling 2.1.1 Pengertian Storytelling Menurut (Aliyah, 2011)

53

1. Umur

Menurut Depkes (2008), umur adalah masa kehidup responden dalam tahun

dengan pembulatan ke bawah atau umur pada waktu ulan tahun yang terakhir.

Umur mempunyai peran yang sangat penting dalam menentukan pemilihan

makanan atau gizi yang dibutuhkan oleh tubuh manusia. Pada masa bayi,

seseorang tidak mempunyai pilihan terdapat apa yang meraka makan, sedangkan

pada saat dewasa, seseorang mulai mempunyai kontrol terdapat apa yang mereka

makan. Proses tersebut sudah dimulai saat masa kanak-kanak, mereka mulai

memiliki kesukaan terhadap makanan tertentu. Saat seseorang tumbuh menjadi

remaja dan dewasa, pengaruh terhadap kebisaan makan mereka sangat kompleks.

Menurut WHO (1971) dalam Ruwaidah (2006), pengolongan umur

dikaterorikan menjadi 4, yaitu anaka-anak (<10 tahun), remaja (10-24 tahun),

dewasa (25-59 tahun) dan lanjut usia (>60 tahun). Untuk golongan anaka-anak

dan remaja, kebutuhan gizinya harus lebih dipertahankan karena masa anak-anak

dan remaja merupakan masa pertumbuhan sehingga kecukupan gizinya harus

tercukupi agar mencapai pertumbuhan optimal dan sebagai upaya pencegahan

timbulnya berbagai penyakit di masa yang akan datang (Wulansari,2009)

Namun, kebutuhan gizi untuk kelompok umur dewasa dan lansia juga harus

tetap dipertahankan agar tubuh tetap sehat. Kebutuhan remaja terkait konsumsi

sayur sebaiknya tercukupi, karena sayur sangat penting sebagai sumber vitamin

dan mineral serta sebagai penetral kadar kolesterol darah terutama yang berasal

dari pangan hewani. Dengan mengonsumsi sayur, kadar kolesterol dapat

terkontrol. Oleh karena itu, semua golongan umur membutuhkan konsumsi sayur

dalam jumlah yang cukup, khususnya remaja.

Page 43: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Storytelling. BAB 2... · 2019. 9. 17. · 12 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Storytelling 2.1.1 Pengertian Storytelling Menurut (Aliyah, 2011)

54

Berdasarkan penelitian NHANES dari tahun 2001-2006 dalam Bahria

(2009) ditemukan bahwa umur tidak berhubungan secara signifikasi dengan

perilaku konsumsi sayur. Dalam penelitian ini diketahui bahwa antara orang

Amerika yang berumur >40 tahun hanya 45% yang memenuhi rekomendasi

minimum mengonsumsi 5 porsi sayur per hari, sedangkan penduduk umur <40

tahun sebanyak 45% yang perperilaku cukup konsumsi sayur

2. Jenis Kelamin

Menurut Depkes (2008), jenis kelamin adalah perbedaan seks yang didapat

sejak lahir yang dibedakan antara laki-laki dan perempuan. Jenis kelamin

menentukam besar kecilnya kebutuhan gizi bagi seseorang karena pertumbuhan

dan perkembangan individu sangat berbeda antara laki-laki dan perempuan.

Dalam keluarga biasanya anak laki-laki mendapat prioritas yang lebih tinggi

dalam distribusi makanan dari pada anak perempuan.

3. Tingkat Ekonomi

Mayoritas masyarakat yang konsumsi makannya kurang optimal terutama

yang berasal dari keluarga dengan status ekonomi rendah.karena keluarga dengan

pendapatan terbatas, besar kemungkinan kurang dapat memenuhi kebutuhan

makannya sejumlah yang di perlukan tubuh. Setidaknya keanekaragam bahan

makanan kurang terjamin, karena dengan uang terbatas itu tidak akan banyak

pilihan (Suhardjo,2006) pada penelitian Mac Farlane (2007) ditemukan bahwa

masyarakat yang status ekonominya tinggi selalu tersedia sayuran saat makan

dirumah.

Kemudian dalam penelitian Utsman (2009), berdasarkan uji statistik

ditemukan bahwa tingkat ekonomi berpengaruh secara signifikan terhadap

Page 44: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Storytelling. BAB 2... · 2019. 9. 17. · 12 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Storytelling 2.1.1 Pengertian Storytelling Menurut (Aliyah, 2011)

55

perilaku konsumsi. Hal ini menunjukan orang yang memilih daya beli yang baik

maka bisa memenuhi kebutuhan terdapat bahan makanan.

4. Pengalaman Individu

Dalam perjalanan hidup manusia, terjadi berbagai macam pengalaman, salah

satunya adalah pengalaman dalam mengonsumsi makanan. Seseorang tentu

memiliki penilaian tersendiri terhadap jenis makanan tertentu, ada yang suka dan

tidak suka/pantang mengonsumsimakanan tertentu dengan alasan yang bermacam-

macam, seperti seseorang tidak mau mengonsumsi makanan tertuntu karena

berdasarkan pengalaman pribadi bahwa makanan tersebut menimbulkan alergi

atau memiliki rasa yang kurang enak dan lain-lain (Suhardjo,2006)

5. Iklan/ Media Massa

Menurut Fiesher dan Diane (2003) dalam Bahria (2009), maka bisa

berpengaruh positif maupun negara dalam mempromosikan berbagai macam

informasi. Perkembangan teknologi dan media massa juga mempunyai peran

dalam mempromosikan pemilihan makanan.

Media massa sebagai salah satu saran komunikasi berpengaruh besar

membentuk opini dan kepercaan seseorang. Dalam penyampaiaan informasi,

media massa membawa pesan dan sugesti yang mengarahkan opini seseorang

(Suhardjo, 2006). Dalam penelitian Srimaryani (2010), ditemukan bahwa

iklan/media massa tidak berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku

konsumsi individu.

6. Sosial-Ekonomi-Politik

Sistem sosial-ekonomi-politik dalam suatu Negara merupakan salah satu

penyebab yang mendasar yang mempengaruhi perilaku konsumsi di masyarakat

Page 45: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Storytelling. BAB 2... · 2019. 9. 17. · 12 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Storytelling 2.1.1 Pengertian Storytelling Menurut (Aliyah, 2011)

56

dengan sistem sosial, ekonomi dan politik yang baik, maka jumlah ketersediaan

pangan akan tercukupi, namun jika Negara tersebut memiliki masalah dalam

sistem sosial, ekonomi dan politik, maka ketersediaan pengan bagi masyarakat

akan mengalami gangguan bahkan kekurangan pangan yang dapat mengakibatkan

berbagai masalah kesehatan (Suhardjo,2006)

Sedangkan menurut teori Lawrence Green (1980) dalam Notoamodjo (2010)

Green mencoba menganalisis perilaku manusia berangkat dari tingkat kesehatan.

Bahwa kesehatan seseorang dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yaitu faktor perilaku

(behavior cause) dan faktor diluar perilaku (non behavior causes).

Faktor perilaku ditentukan atau dibentuk oleh :

1. Faktor predisposisi (predisposing factor), faktor mempermudah atau

mempredesposisi terjadi perilaku meliputi pendidikan anak, pengetahuan

gizi anak

2. Faktor pemungkin (enablng factor), faktor-faktor pemungkin atau

menfasilitasi perilaku yang mencakup ketersediaan sayur

3. Faktor pengaut (reinforcement factor),

faktor-faktor penguat yang mendorong terjadian perilaku meliputi pekerjaan

orangtua, pengetahuan orangtua, pendapatan perkapita, jumlah anggota

keluarga, pengaruh teman sebaya.

Page 46: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Storytelling. BAB 2... · 2019. 9. 17. · 12 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Storytelling 2.1.1 Pengertian Storytelling Menurut (Aliyah, 2011)

57

2.5 Keaslian Penelitian

Tabel 2.2 Keaslian Penelitian

No JUDUL

ARTIKEL :

Penulis, Tahun

METODE

(Desain, Sampel,

Variabel, Instrumen,

Analisis)

HASIL

PENELITIAN

1. Judul Artikel :

STORYTELLING

SEBAGAI

UPAYA

MENINGKATKA

N KONSUMSI

SAYUR

Nor Za’idah

Asy’ariyah, 2015

Desain Penelitian :

Quasy Experimental

Sampel :

Teknik Purposive

Variabel

- Variabel

Independen :

Storytelling

- Variabel

Dependen :

Pengetahuan dan

sikap konsumsi

sayur

Instrument :

Experimen, Media Flash

card

Analisa / Uji Statistik

:

1. Berdasarkan

table 1 menunjukan

bahwa 75%

pengetahuan yang

sangat rendah

tentang pengetahuan

konsumsi sayur

pada saat pretes,

tingkat pengetahuan

konsumsi sayur

kelompok kontrol

saat pretest sebagian

besar pada tingkat

rendah 68,75%

memiliki

pengetahuan rendah

tentang konsumsi

sayur

Page 47: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Storytelling. BAB 2... · 2019. 9. 17. · 12 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Storytelling 2.1.1 Pengertian Storytelling Menurut (Aliyah, 2011)

58

Analisis menggunakan

Wilcoxon Signed Rank

Test dan Mann

Berdasarkan table 2

menunjukan sikap

siswa pada

kelompok perilaku

saat pretest memiliki

perbandinga sikap

positif dan sikap

negatif,yang

memiliki sifat positif

terhadap konsumsi

sayur sebanyak

50%, sedangkan

besar kelompok

kontrol bersikap

positif dalam

konsumsi sayur

yang dibuktikan

56,25% memiliki

sikap posisf saat

dilakukan pretest,

sebagian besar

kelompok perlakuan

memiliki sifat positif

dalam konsumsi

Page 48: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Storytelling. BAB 2... · 2019. 9. 17. · 12 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Storytelling 2.1.1 Pengertian Storytelling Menurut (Aliyah, 2011)

59

sayur setelah

diberikan intervensi

storytelling 68,75%.

Jumlah yang

memiliki sikap

positif terhadap

konsusmis sayur

50% dan memiliki

sifat negatif

sebanyak 50%

2. Judul Artikel :

PENGARUH

METODE

STORYTELLING

TERHADAP

PENINGKATAN

PERILAKU

PROSOSIAL

ANAK USIA 4-5

TAHUN DI

TAMAN

KANAK-

KANAK

ISLAMIYAH

Desain Penelitian : Pre-

Experimental

Sampel : 17

Siswa

Variabel

- Variabel

Independen :

Storytelling

- Variabel

Dependen :

Peningkatan

perilaku prososial

Instrument : berbagi,

Bekerja sama, Menolong,

Penggunaan metode

Storytelling dalam

peningkatan

perilaku prososial

anak usia 4-5 tahun

berpengaruh

terhadap perilaku

anak. Serta dapat

dilihat juga dari

penghitungan uji-T

dalam T hitung

sebesar -11,393 dan

T tabel sebesar -

2,119

Page 49: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Storytelling. BAB 2... · 2019. 9. 17. · 12 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Storytelling 2.1.1 Pengertian Storytelling Menurut (Aliyah, 2011)

60

PONTIANAK

Nanik Fitria

Anggraini,

Kejujuran

Analisa / Uji Statistik

: analisis mengunakan

data pre-test dan post-test

dilakukan dengan

perhitungan uji-T

3. Judul Artikel :

PERBEDAAN

KONSUMSI

SAYUR

SEBELUM DAN

SESUDAH

PENDIDIKAN

KESEHATAN

DENGAN

METODE

STORYTELLING

PADA ANAK

SEKOLAH

DASAR DI SDN

MULYOAGUNG

04 DAU

MALANG

Desain Penelitian : Pre-

Experiment

Sampel : Total

Sampling Sebanyak 24

Anak

Variabel

- Variabel

Independen :

Storytelling

- Variabel

Dependen :

Konsumsi Sayur

Instrument : Lembar

Wawancara Food Recall,

sedangkan Storytelling

menggunakan Media

Wayang Kartu

Analisa / Uji Statistik

1. Berdasarkan

tabel 1 menunjukan

sebagian besar umur

9 tahun yaitu 13

anak 54,2% dan

sebagian besar

berjenis kelamin

laki-laki yaitu 15

anak 62,5%

2. Berdasarkan

tabel 2 menunjukan

sebagian besar

orangtua bekerja

swasta yaitu 8 anak

33,3% dan sebagian

besar orangtua

berpendidikan

terakhir SD yaitu 8

Page 50: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Storytelling. BAB 2... · 2019. 9. 17. · 12 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Storytelling 2.1.1 Pengertian Storytelling Menurut (Aliyah, 2011)

61

: Uji Wilcoxon dengan

menggunakan Program

SPSS

anak 33,3%

3. Berdasarkan

tabel 3menunjukan

sebagian besar anak

kurang

mengkonsumsi

sayur yaitu 16 anak

66,7%

4. Berdasarkan

tabel 4 menunjukan

sebagian besar anak

cukup

mengkonsumsi

sayur yaitu 17 anak

70,8%

Berdasarkan tabel 5

menunjukan rata-

rata konsumsi sayur

responden sebelum

storytelling adalah

90,21 gram perhari

dan sesudah

diberikan

storytelling rata-rata

Page 51: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Storytelling. BAB 2... · 2019. 9. 17. · 12 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Storytelling 2.1.1 Pengertian Storytelling Menurut (Aliyah, 2011)

62

konsumsi sayur

128,71 gram perhari

4. Judul Artikel :

PERAN

PENDIDIK

KESEHATAN

DALAM

MENINGKATKA

N

PENGETAHUAN

ANAK

TENTANG

PENTINGNYA

SAYUR

Ronasari Mahaji

Putri, 2017

Desain Penelitian : One

Group Pre Test

Sampel : Anak

Pra Sekolah Usia 4-6

Tahun

Variabel

- Variabel

Independen :

Pendidikan

Kesehatan (gizi)

- Variabel

Dependen :

Pengetahuan

Anak

Instrument : Pra

Eksperiment

Analisa / Uji Statistik

:

Analisa dengan uji

Statistik Paired T Test

1. Berdasarkan

tabel 1 Distribusi

Frekuensi

berdasarkan Umur

anak TK Pesantren

Al Madaniyah

Landungsari

Malang

diinterpretasikan

bahwa sebagian

besar responden

mempunyai umur 5

tahun yaitu sebesar

32 sebanyak 65,3%

2. Berdasrkan tabel

2 diinterpretasikan

bahwa sebagian

besar berada di

kelompok B yaitu

31 anak sebanyak

63,3%

3. Berdasarkan

Page 52: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Storytelling. BAB 2... · 2019. 9. 17. · 12 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Storytelling 2.1.1 Pengertian Storytelling Menurut (Aliyah, 2011)

63

tabel 3

diinterpretasikan

bahwa hampir

setengah ayah

mempunyai

pendidikan SI yaitu

sebanyak 18 orang

yaitu 36,7%

4. Berdasarkan

tabel 4 Frekuensi

pendidikan ibu

diinterpretasikan

bahwa hampir

setengah ibu

mempunyai

pendidikan SI yaitu

sebanyak 17 orang

(34,7%)