EVALUASI KURIKULUM

download EVALUASI KURIKULUM

of 147

Transcript of EVALUASI KURIKULUM

EVALUASI KURIKULUM : PENGERTIAN, KEPENTINGAN DAN MASALAH YANG DIHADAPI Ditulis oleh zulharman di/pada Agustus 4, 2007 PENDAHULUAN Evaluasi merupakan bagian dari sistem manajemen yaitu perencanaan, organisasi, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi. Kurikulum juga dirancang dari tahap perencanaan, organisasi kemudian pelaksanaan dan akhirnya monitoring dan evaluasi. Tanpa evaluasi, maka tidak akan mengetahui bagaimana kondisi kurikulum tersebut dalam rancangan, pelaksanaan serta hasilnya. Tulisan ini akan membahas mengenai pengertian evaluasi kurikulum, pentingnya evaluasi kurikulum dan masalah yang dihadapi dalam melaksanakan evaluasi kurikulum. ISI A. Pengertian Evaluasi Kurikulum

Pemahaman mengenai pengertian evaluasi kurikulum dapat berbeda-beda sesuai dengan pengertian kurikulum yang bervariasi menurut para pakar kurikulum. Oleh karena itu penulis mencoba menjabarkan definisi dari evaluasi dan definisi dari kurikulum secara per kata sehingga lebih mudah untuk memahami evaluasi kurikulum.Pengertian evaluasi menurut joint committee, 1981 ialah penelitian yang sistematik atau yang teratur tentang manfaat atau guna beberapa obyek. Purwanto dan Atwi Suparman, 1999 mendefinisikan evaluasi adalah proses penerapan prosedur ilmiah untuk mengumpulkan data yang valid dan reliabel untuk membuat keputusan tentang suatu program. Rutman and Mowbray 1983 mendefinisikan evaluasi adalah penggunaan metode ilmiah untuk menilai implementasi dan outcomes suatu program yang berguna untuk proses membuat keputusan. Chelimsky 1989 mendefinisikan evaluasi adalah suatu metode penelitian yang sistematis untuk menilai rancangan, implementasi dan efektifitas suatu program. Dari definisi evaluasi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa evaluasi adalah penerapan prosedur ilmiah yang sistematis untuk menilai rancangan, implementasi dan efektifitas suatu program.1,2,3Sedangkan pengertian kurikulum adalah :4 a. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (Pasal 1 Butir 19 UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional); b. Seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pembelajaran serta metode yang digunakan sebagai pedoman menyelenggarakan kegiatan pembelajaran (Keputusan Menteri Kesehatan Nomor: 725/Menkes/SK/V/2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelatihan di bidang Kesehatan.). c. Kurikulum pendidikan tinggi adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi maupun bahan kajian dan pelajaran serta cara penyampaian dan penilaiannya yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar-mengajar di perguruan tinggi (Pasal 1 Butir 6 Kepmendiknas No. 232/U/2000 tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa); d. Menurut Grayson (1978), kurikulum adalah suatu perencanaan untuk mendapatkan keluaran (out- comes) yang diharapkan dari suatu pembelajaran. Perencanaan tersebut disusun secara terstruktur untuk suatu bidang studi, sehingga memberikan pedoman dan instruksi untuk mengembangkan strategi pembelajaran (Materi di dalam kurikulum harus

diorganisasikan dengan baik agar sasaran (goals) dan tujuan (objectives) pendidikan yang telah ditetapkan dapat tercapai;e. Sedangkan menurut Harsono (2005), kurikulum merupakan gagasan pendidikan yang diekpresikan dalam praktik. Dalam bahasa latin, kurikulum berarti track atau jalur pacu. Saat ini definisi kurikulum semakin berkembang, sehingga yang dimaksud kurikulum tidak hanya gagasan pendidikan tetapi juga termasuk seluruh program pembelajaran yang terencana dari suatu institusi pendidikan. Dari pengertian evaluasi dan kurikulum di atas maka penulis menyimpulkan bahwa pengertian evaluasi kurikulum adalah penelitian yang sistematik tentang manfaat, kesesuaian efektifitas dan efisiensi dari kurikulum yang diterapkan. Atau evaluasi kurikulum adalah proses penerapan prosedur ilmiah untuk mengumpulkan data yang valid dan reliable untuk membuat keputusan tentang kurikulum yang sedang berjalan atau telah dijalankan. Evaluasi kurikulum ini dapat mencakup keseluruhan kurikulum atau masing-masing komponen kurikulum seperti tujuan, isi, atau metode pembelajaran yang ada dalam kurikulum tersebut.Secara sederhana evaluasi kurikulum dapat disamakan dengan penelitian karena evaluasi kurikulum menggunakan penelitian yang sistematik, menerapkan prosedur ilmiah dan metode penelitian. Perbedaan antara evaluasi dan penelitian terletak pada tujuannya. Evaluasi bertujuan untuk menggumpulkan, menganalisis dan menyajikan data untuk bahan penentuan keputusan mengenai kurikulum apakah akan direvisi atau diganti. Sedangkan penelitian memiliki tujuan yang lebih luas dari evaluasi yaitu menggumpulkan, menganalisis dan menyajikan data untuk menguji teori atau membuat teori baru.1,2,3 Fokus evaluasi kurikulum dapat dilakukan pada outcome dari kurikulum tersebut (outcomes based evaluation) dan juga dapat pada komponen kurikulum tersebut (intrinsic evaluation). Outcomes based evaluation merupakan fokus evaluasi kurikulum yang paling sering dilakukan. Pertanyaan yang muncul pada jenis evaluasi ini adalah apakah kurikulum telah mencapai tujuan yang harus dicapainya? dan bagaimanakah pengaruh kurikulum terhadap suatu pencapaian yang diinginkan?. Sedangkan fokus evaluasi intrinsic evaluation seperti evaluasi sarana prasarana penunjang kurikulum, evaluasi sumber daya manusia untuk menunjang kurikulum dan karakteristik mahasiswa yang menjalankan kurikulum tersebut.5 B. Pentingnya Evaluasi Kurikulum Penulis setuju dengan pentingnya dilakukan evaluasi kurikulum. Evaluasi kurikulum dapat menyajikan informasi mengenai kesesuaian, efektifitas dan efisiensi kurikulum tersebut terhadap tujuan yang ingin dicapai dan penggunaan sumber daya, yang mana informasi ini sangat berguna sebagai bahan pembuat keputusan apakah kurikulum tersebut masih dijalankan tetapi perlu revisi atau kurikulum tersebut harus diganti dengan kurikulum yang baru. Evaluasi kurikulum juga penting dilakukan dalam rangka penyesuaian dengan perkembangan ilmu pengetahuan, kemajuan teknologi dan kebutuhan pasar yang berubah. 1,2,3 Evaluasi kurikulum dapat menyajikan bahan informasi mengenai area area kelemahan kurikulum sehingga dari hasil evaluasi dapat dilakukan proses perbaikan menuju yang lebih baik. Evaluasi ini dikenal dengan evaluasi formatif. Evaluasi ini biasanya dilakukan waktu proses berjalan. Evaluasi kurikulum juga dapat menilai kebaikan kurikulum apakah kurikulum tersebut masih tetap dilaksanakan atau tidak, yang dikenal evaluasi sumatif. 5

C. Masalah dalam Evaluasi Kurikulum Norman dan Schmidt 2002 mengemukakan ada beberapa kesulitan dalam penerapan evaluasi kurikulum , yaitu : 6 1. 2. 3. 4. Kesulitan dalam pengukuran Kesulitan dalan penerapan randomisasi dan double blind Kesulitan dalam menstandarkan intervensi dalam pendidikan. Pengaruh intervensi dalam pendidikan mudah dipengaruhi oleh faktor-faktor lain sehingga pengaruh intervensi tersebut seakan-akan lemah.

Penulis mencoba menganalisa masalah yang dihadapi dalam melakukan evaluasi kurikulum, yaitu : 1. Dasar teori yang digunakan dalam evaluasi kurikulum lemahDasar teori yang melatarbelakangi kurikulum lemah akan mempengaruhi evaluasi kurikulum tersebut. Ketidakcukupan teori dalam mendukung penjelasan terhadap hasil intervensi suatu kurikulum yang dievaluasi akan membuat penelitian (evaluasi kurikulum) tidak baik. Teori akan membantu memahami kompleksitas lingkungan pendidikan yang akan dievaluasi. Contohnya Colliver mengkritisi bahwa Problem Based Learning (PBL) tidak cukup hanya menggunakan teori kontekstual learning untuk menjelaskan efektivitas PBL. Kritisi ini ditanggapi oleh Albanese dengan mengemukakan teori lain yang mendukung PBL yaitu, information-processing theory, complex learning, self determination theory. Schdmit membantah bahwa sebenarnya bukan teorinya yang lemah akan tetapi kesalahan terletak kepada peneliti tersebut dalam memahami dan menerapkan teori tersebut dalam penelitian. 7,8,9,10 2. Intervensi pendidikan yang dilakukan tidak memungkinkan dilakukan BlindedDalam penelitian pendidikan khususnya penelitian evaluasi kurikulum, ditemukan kesulitan dalam menerapkan metode blinded dalam melakukan intervensi pendidikan. Dengan tidak adanya blinded maka subjek penelitian mengetahui bahwa mereka mendapat intervensi atau perlakuan sehingga mereka akan melakukan dengan serius atau sungguhsungguh. Hal ini tentu saja dapat mengakibatkan bias dalam penelitian evaluasi kurikulum. 7,8,9,10 3. Kesulitan dalam melakukan randomisasiKesulitan melakukan penelitian evaluasi kurikulum dengan metode randomisasi dapat disebabkan karena subjek penelitian yang akan diteliti sedikit atau kemungkinan hanya institusi itu sendiri yang melakukannya. Apabila intervensi yang digunakan hanya pada institusi tersebut maka timbul pertanyaan, apakah mungkin mencari kelompok kontrol dan randomisasi?. 7,8,9,10 4. Kesulitan dalam menstandarkan intervensi yang dilakukan/kesulitan dalam menseragamkan intervensi.Dalam dunia pendidikan sulit sekali untuk menseragamkan sebuah perlakuan cotohnya penerapan PBL yang mana memiliki berbagai macam pola penerapan. Norman (2002) mengemukakan tidak ada dosis yang standar atau fixed dalam intervensi pedidikan. Hal ini berbeda untuk penelitian di biomed seperti pengaruh obat terhadap suatu penyakit, yang mana dapat ditentukan dosis yang fixed. Berbeda dengan penelitian evaluasi kurikulum misalnya pengaruh PBL terhadap kemamuan Self Directed Learning (SDL). Penerapan PBL di berbagai FK dapat bermacam-macam. Kemungkinan penerapan SDL dalam PBL di FK A 50 % , sedangkan di FK B adalah 70 % , maka apabila mereka dijadikan subjek penelitian maka tentu saja pengaruh PBL terhadap SDL akan berbeda. 7,8,9,10 5. Masalah Etika penelitianMasalah etika penelitian merupakan hal yang perlu dipertimbangkan. Penerapan intervensi dengan metode blinded dalam penelitian pendidikan sering terhalang dengan isu etika. Secara etika intervensi tersebut harus dijelaskan kepada subjek penelitian sehingga dapat dipertanggungjawabkan. Padahal

apabila suatu intervensi diketahui oleh subjek penelitian maka ada kecendrungan subjek penelitian melakukan dengan sungguh-sungguh sehingga penelitian tidak berjalan secara alamiah.Pengaruh hasil penelitian terhadap institusi juga perlu dipertimbangkan. Adanya prediksi nantinya pengaruh hasil penelitian yang akan menentang kebijaksanaan institusi dapat mengkibatkan kadangkala peneliti menghindari resiko ini dengan cara menghilangkan salah satu variable dengan harapan hasil penelitian tidak akan menentang kebijaksanaan. 7,8,9,10 6. Tidak adanya pure outcomeOutcome yang dihasilkan dari sebuah intervensi pendidikan seringkali tidak merupakan outcome murni dari intervensi tersebut. Hal ini disebabkan karena banyaknya faktor penganggu yang mana secara tidak langsung berhubungan dengan hasil penelitian. Postner dan Rudnitsky, 1994 juga mengemukakan dalam outcome based evaluation terdapat informasi mengenai main effect dan side effect sehingga kadangkala peneliti kesulitan membedakan atara main effect dan side effect ini.7,8,9,10

7. Kesulitan mencari alat ukurEvaluasi pendidikan merupakan salah satu komponen utama yang tidak dapat dipisahkan dari rencana pendidikan. Namun perlu dicatat bahwa tidak semua bentuk evaluasi dapat dipakai untuk mengukur pencapaian tujuan pendidikan yang telah ditentukan. Informasi tentang tingkat keberhasilan pendidikan akan dapat dilihat apabila alat evaluasi yang digunakan sesuai dan dapat mengukur setiap tujuan. Alat ukur yang tidak relevan dapat mengakibatkan hasil pengukuran tidak tepat bahkan salah sama sekali. 7,8,9,10 8. Penggunaan Perspektif kurikulum yang berbeda sebagai pembandingPostner mengemukakan ada lima perspektif dalam kurikulum yaitu traditional, experiential, Behavioral, structure of discipline dan constructivist. Masing-masing perspektif ini memiliki tujuannya masing-masing. Dalam melakukan evaluasi kurikulum kita harus mengetahui perspektif kurikulum yang akan dievaluasi dan perspektif kurikulum pembanding. Hal ini sering terlihat dalam evaluasi kurikulum dengan menggunakan metode comparative outcome based yang bila tidak memperhatikan masalah ini akan melahirkan bias dalam evaluasi. Kurikulum dengan perspektif tradisional tentu saja berlainan dengan kurikulum yang memiliki perspektif konstruktivist. Contoh kurikulum tradisional menekankan pada recall of knowledge sedangkan kurikulum konstruktivist menekankan pada konsep dasar dan ketrampilan berpikir. Apabila ada penelitian yang menghasilkan bahwa kurikulum tradisional di pendidikan dokter lebih baik dalam hal knowledge dibandingkan dengan PBL hal ini tentu saja dapat dimengerti karena perspektifnya berbeda. Penelitian yang menggunakan metode perbandingan kurikulum yang perspektifnya berbeda ini seringkali menjadi kritikan oleh para ahli. 5 KESIMPULAN Evaluasi kurikulum adalah proses penerapan prosedur ilmiah untuk mengumpulkan data yang valid dan reliabel untuk membuat keputusan tentang kurikulum yang sedang berjalan atau telah dijalankan. Secara sederhana evaluasi kurikulum dapat disamakan dengan penelitian, karena evaluasi kurikulum menggunakan penelitian yang sistematik, menerapkan prosedur ilmiah dan metode penelitian. Evaluasi kurikulum penting dilakukan dalam rangka penyesuaian dengan perkembangan ilmu pengetahuan, kemajuan teknologi dan kebutuhan pasar. Ada banyak masalah dalam penerapan evaluasi kurikulum seperti dasar teori yang digunakan dalam evaluasi kurikulum lemah, intervensi pendidikan yang dilakukan tidak memungkinkan dilakukan blinded, kesulitan dalam melakukan randomisasi, kesulitan dalam menstandarkan intervensi yang dilakukan, masalah etika penelitian, tidak adanya pure outcome, kesulitan mencari alat ukur dan penggunaan perspektif kurikulum yang berbeda sebagai pembanding. Oleh karena itu dengan memahami pengertian evaluasi kurikulum dan persamaan serta perbedaannya dengan penelitian diharapkan evaluasi kurikulum yang akan dibuat dapat menjadi valid,

reliabel dan sangat berguna sebagai bahan pertimbangan dalam membuat keputusan tentang kurikulum tersebut. DAFTAR PUSTAKA 1. Lindeman, M. (2007). Program Evaluation. [Internet]. Available from: ww.tedi.uq.edu.au/conferences/A_conf/papers/Isaacs.html > Accessed 3 July 2007]. [Accessed 3 July 2007]. 3. Trochim, W.M.K. (2006). Introduction to Evaluation. [Internet]. Available from: < http://www.socialresearchmethods.net/kb/intreval.php> [Accessed 3 July 2007]. 4. Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Direktorat Pembinaan Akademik dan Kemahasiswaan,(2003). Buku II Kurikulum Program Studi. 5. Posner, G.J., (2004). Analyzing The Curriculum. Mc Graw Hill. United States. 6. Amin, Z.E., Eng, K.H., (2003). Basics in Medical Education, World Scientific, Singapore. 7. Dolman, D.(2003). The effectiveness of PBL : the debate continous. Some concerns about the BEME movement. Medical Education 2003;37:1129-1130 8. Farrow, R. The effectiveness of PBL: the debate continues. Is meta analysis helpful? Medical Education 2003;37:1131-1132 9. Norman, G.R, Schdmidt H.G. Effectiveness of problem based learning curricula: theory, practice and paper darts. Medical Education 2000;34:721-728. 10. Albanese, M. Problem based learning: why curricula are likely to show little effect on knowledge and clinical skills. Medical Education 2000;34:729-738. http://zulharman79.wordpress.com/2007/08/04/evaluasi-kurikulum-pengertiankepentingan-dan-masalah-yang-dihadapi/

Evaluasi KurikulumPengertian Menurut Drs. Asep Herry Hernawan, M.Pd o Evaluasi Proses penentuan nilai sesuatu berdasarkan kriteria tertentu o Evaluasi Kurikulum Evaluasi program pendidikan bagi peserta didik dalam lingkup luas atau terbatas, dilakukan terhadap kurikulum potensial maupun kurikulum aktual Evaluation is the process for determining the degree to which these changes in behavior are actually taking place (Tyler) Evaluation as a process for describing an evaluand and judging its merit and worth (Lincoln and Guba) Evaluation is the effort to understand the functioning and effect of a program (Meyers) Evaluation is an observed value compared to some standard (Stake) Hubungan antara evaluasi, pengukuran, dan tes Menurut HANSISWANY KAMARGA

klik 2x pada gambar untuk memperbesar Tes adalah suatu alat pengumpulan data yang dirancang secara khusus: o pola jawaban yang dirancang harus memenuhi perangkat kriteria ayng ketat; o aspek yang di tes khusus dan terbatas; o hasilnya dinyatakan dalam bentuk angka Pengukuran adalah suatu set aturan mengenai pemberian angka terhadap hasil suatu kegiatan pengukuran : o Biasanya dilakukan melalui tes o Didasarkan pada teori pengukuran psikometrik Evaluasi adalah proses pemberian pertimbangan mengenai nilai dan arti dari sesuatu yang dipertimbangkan CAKUPAN PROSES EVALUASI Menurut Drs. Asep Herry Hernawan, M.Pd Judgement (Menetapkan suatu nilai) o Subjektif o Objektif (berdasar kriteria yang disepakati) Kriteria o Internal (program) o Eksternal (luar program) Objek Penilaian o Luas (Program Pendidikan)

o Terbatas (Program belajar-mengajar) KATEGORI EVALUASI KURIKULUM PENILAIAN KONTEKS o Dasar dalam menentukan tujuan program o Fisibilitas dengan kondisi dan situasi di mana program itu akan dilaksanakan PENILAIAN INPUT (MASUKAN) o Memperoleh informasi dan menyajikan keterangan sebagai dasar pemanfaatan sumber daya untuk pencapaian tujuan PENILAIAN PROSES o Mengetahui kekuatan/kelemahan rencana dan pelaksanaan o Memperoleh informasi untuk perbaikan, penyempurnaan, pengembangan program PENILAIAN OUTPUT (KELUARAN-HASIL) o Menentukan keberhasilan program dan dampaknya Adapun menurut HANSISWANY KAMARGA evaluasi kurikulum Proses pemberian pertimbangan (judgement) mengenai nilai dan arti dari kurikulum yang dipertimbangkan

klik 2x pada gambar untuk memperbesar Pekerjaan evaluator bukan pekerjaan bebas seperti melakukan penelitian. Evaluasi harus berhubungan dengan kegunaan praktis; kalau tidak bisa menunjukkan kegunaan praktis maka dianggap kegagalan evaluasi 3 Konsep penting dalam evaluasi menurut HANSISWANY KAMARGA Proses Evaluasi adalah suatu proses bukan suatu hasil / produk. Hasil yang diperoleh dari kegiatan evaluasi adalah nilai dan arti evaluan; sedangkan kegiatan untuk sampai kepada pemberian nilai dan arti itu yang dinamakan evaluasi Pemberian nilai Dilakukan apabila seorang evaluator memberikan pertimbangannya mengenai evaluan tanpa menghubungkannya dengan sesuatu yang bersifat dari luar (internal pada diri evaluan) Pemberian arti Berhubungan dengan posisi & peranan evaluan tersebut dalam suatu konteks tertentu TUJUAN EVALUASI KURIKULUM Drs. Asep Herry Hernawan, M.Pd Pengambilan Keputusan Penyempurnaan Kurikulum (pelaksanaan, pembinaan, dan pengembangan) o JANGKA PENDEK meningkatkan efektivitas kurikulum (derajat pencapaian tujuan) meningkatkan pengelolaan kegiatan kurikuler (pemanfaatan tenaga, waktu, tempat, fasilitas, sarana, biaya) o JANGKA PANJANG Melihat hasil yang dicapai kurikulum dan dampaknya terhadap performance lulusan Dasar bagi pembinaan mekanisme balikan, perbaikan, dan penyempurnaan pelaksanaan kurikulum Serta dalam persentasi Dian Andayanai, S.Pd tujuan evaluasi kurikulum adalah

klik 2x pada gambar untuk memperbesar MODEL EVALUASI KURIKULUM Measurement o Menempatkan kedudukan setiap siswa dalam kelompoknya melalui pengembangan norma kelompok dalam evaluasi hasil belajar o Membandingkan hasil belajar antara dua atau lebih kelompok yang menggunakan program/ metode pengajaran yang berbeda-beda melalui analisis secara kuantitatif o Teknik evaluasi yang digunakan terutama tes yang disusun dalam bentuk obyektif, yang terus dikembangkan untuk menghasilkan alat evaluasi yang reliable dan valid Congruence o Menggunakan Prosedur pre-and-post-assessment dengan menempuh langkah-langkah pokok sebagai berikut: penegasan tujuan, pengembangan alat evaluasi, dan penggunaan hasil evaluasi o Analisis hasil evaluai dilakukan secara bagian demi bagian o Teknik evaluasi mencakup tes dan teknik-teknik evaluasi lainnya yang cocok untuk menilai berbagai jenis perilaku yang terkandung dalam tujuan o Kurang menyetujui diadakannya evaluasi perbandingan antara dua atau lebih program Illumination o Menggunakan prosedur yang disebut progressive focusing dengan langkah-langkah pokok: orientasi, pengamatan yang lebih terarah, analisis sebab akibat o Bersifat kualitatif terbuka dan fleksibel eklektif o Teknik evaluasi mencakup observasi, wawancara, angket, analisis dokumen dan bila perlu mencakup pula tes Educational System Evaluation o Membandingkan performance setiap dimensi program dengan kriteria internal o Membandingkan performance program dengan menggunakan kriteria eksternal yaitu performance program yang lain o Teknik evaluasi mencakup tes, observasi, wawancara, enmgket dan analisis dokumen Sedangkan menurut HANSISWANY KAMARGA tujuan kurikulum adalah: Menentukan efektivitas suatu kurikulum/program pembelajaran Menentukan keunggulan dan kelemahan kurikulum/program pembelajaran Menentukan tingkat keberhasilan pencapaian hasil belajar peserta didik Menentukan masukan untuk memperbaiki program Mendeskripsikan kondisi pelaksanaan kurikulum Menetapkan keterkaitan antarkomponen kurikulum Fungsi Evaluasi Menurut Tyler : evaluasi produk)Untuk memperbaiki kurikulum (melalui hasil belajar Menurut Cronbach : Untuk memperbaiki kurikulum dan memberi penghargaan Menurut Scriven : Untuk mengurangi kekurangan-kekurangan yang ada.

Scriven membedakan evaluasi kurikulum dalam 2 fungsi yakni Fungsi Formatif dan Fungsi Sumatif o Fungsi Formatif : dilaksanakan apabila kegiatan evaluasi diarahkan untuk memperbaiki bagian tertentu dari kurikulum yang sedang dikembangkan o Fungsi Sumatif : dilaksanakan apabila kurikulum telah dianggap selesai pengembangannya (evaluasi terhadap hasil kurikulum) Langkah Umum Evaluasi Menurut HANSISWANY KAMARGA

klik 2x pada gambar untuk memperbesar DIMENSI EVALUASI KURIKULUM Menurut Drs. Asep Herry Hernawan, M.Pd Dimensi Program (Kurikulum Ideal) TUJUAN (institusional, kurikuler, instruksional) Lingkup abilitas/kompetensi, Kedalaman/keluasan tujuan Kesinambungan antar tujuan Relevansi antar tujuan Rumusan kalimat ISI KURIKULUM (Struktur, Komposisi, Jumlah mata ajaran, alokasi waktu) Kesesuaian dengan tujuan Scope dan sequence Sifat isi Esensi Kesinambungan Organisasi Keseimbangan Kegunaan PEDOMAN PELAKSANAAN Proses belajar-mengajar Sistem penilaian Administrasi dan supervisi Sumber belajar Dimensi Pelaksanaan (Kurikulum Aktual) Masukan Masukan Mentah (peserta didik) Jumlah Minat dan motivasi Kecakapan sebelumnya Bakat/potensi Latar belakang Masukan Alat Bahan pelajaran/pelatihan Alat-alat pembelajaran

Media dan sumber belajar Pengajar/pelatih (jumlah dan kualitasnya) Sistem administrasi Prasarana pendidikan Masukan Lingkungan Lingkungan sosial Lingkungan budaya Lingkungan geografis Lingkungan religius Proses Interaksi unsur-unsur masukan untuk mencapai tujuan Keluaran Hasil langsung berupa perubahan tingkah laku (kompetensi) setelah mengalami proses Dampak Kompetensi peserta didik di masyarakat/tempat bekerja PRINSIP EVALUASI KURIKULUM Menurut Drs. Asep Herry Hernawan, M.Pd

klik 2x pada gambar untuk memperbesar BENTUK EVALUASI KURIKULUM Dalam persentasi Drs. Asep Herry Hernawan, M.Pd PENILAIAN FORMATIF (MONITORING) Dilaksanakan pada saat berlangsungnya suatu program Tujuan utamanya memperbaiki kelemahan sesegera mungkin, build in dalam pelaksanaan program Dilaksanakan secara kontinu agar objektif dan komprehensif Hasilnya segera disusun dan digunakan dalam program selanjutnya Alat penilaian : observasi, wawancara, tes Penilai : pengajar/pelatih, kepala diklat, supervisor, tim penilai khusus Segi yang dinilai : pelaksanaan pengajaran, penilaian, bimbingan, administrasi, penggunaan sumber belajar, sarana pendidikan, dll. PENILAIAN SUMATIF Dilaksanakan setelah selesainya suatu program Tujuan utamanya menilai keberhasilan suatu program dilihat dari tujuan yang telah ditentukan sebelumnya Aspek yang dinilai terutama produk atau hasil dari program PROSEDUR EVALUASI KURIKULUM TAHAP PERSIAPAN Menyusun TOR (term of reference) Target dan sasaran penilaian Lingkup dan objek yang dinilai Alat dan instrumen yang digunakan

P rosedur dan cara penilaian Organisasi pelaksana Biaya Dsb. Klarifikasi (penjabaran dari TOR) Mengadakan penelaahan perangkat evaluasi (tujuan, isi, strategi, sumber data, instrumen, dan jadwal) Ujicoba Penilaian (try-out) Melaksanakan teknik dan prosedur penilaian di luar sampel penilaian Tujuannya untuk melihat keterandalan alat penilaian dan melatih tenaga penilai Hasil ujicoba dijadikan dasar perbaikan dan penyempurnaan TAHAP PELAKSANAAN Pengumpulan data lapangan Penyusunan dan pengolahan data Penyajian/deskripsi data Menentukan judgement, rekomendasi, implikasi Menyusun laporan Sumber: Sumber data berasal dari persentasinya Drs. Asep Herry Hernawan, M.Pd dalam persentasi Evaluasi Kurikulum Dian Andayani, S.Pd dalam persentasi Evaluasi Kurikulum HANSISWANY KAMARGA dalam persentasi Evaluasi Kurikulum Serta sumberlain yang mendukung postingan ini. Diposkan oleh Yahya Nursidik di 19.33 Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Berbagi ke Google Buzz

Entri Populer

Manusia Sebagai Makhluk Individu dan Makhluk Sosial

Manusia Sebagai Makhluk Individu dan Makhluk SosialManusia Sebagai Makhluk Individu Individu berasal dari kata in dan devided. Dalam Bahasa ...

Geopolitik dan Geostrategi Indonesia

Konsepsi GeopolitikGeopolitik secara etimologi berasal dari kata geo (bahasa Yunani) yang berarti bumi yang menjadi wilayah hidup. Sedangkan...

Model-Model Komunikasi

MODEL-MODEL KOMUNIKASITEORI TEORI KOMUNIKASI PADA TAHAP AWALMenurut Effendy (2003) teori dan model komunikasi yang tampil pada tahun awal ...

KOMUNIKASI INTERPERSONAL

KOMUNIKASI INTERPERSONAL Pengertian komunikasi InterpersonalKita dapat memahami makna atau pengertian dari komunikasi interpersonal dengan m...

Pengertian Media

Kata media berasal dari bahasa latin Medius yang secara harafiah berarti tengah, perantara, atau pengantar. namun penegertian media dalam pr...

Teori Dasar Komunikasi Data Teori Dasar Komunikasi Data 2.I. Pengertian Komunikasi Data, Telekomunikasi dan Pengolahan DataKomunikasi data merupakan gabungan dari tekni...

TEORI BEHAVIORISME

TEORI BEHAVIORISMEPRINSIP PRINSIP TEORI BEHAVIORISME1. Obyek psikologi adalah tingkah laku2. semua bentuk tingkah laku di kembalikan pada re...

Teori Humanistik

TEORI HUMANISTIK Prinsip- prinsip belajar humanistic:A.Manusia mempunyai belajar alamiB.Belajar signifikan terjadi apabila mqateri plajaran...

Ketahanan Nasional

1. Konsepsi Ketahanan NasionalKonsepsi pengembangan kekuatan nasional melalui pengaturan dan penyelenggaraan kesejahteraan dan keamanan yang...

Definisi Perkembangan

1. Definisi PerkembanganPerkembangan dapat diartikan sebagai perubahan berkesinambungan dan progresif dalam organisme, dari lahir sampai mat... Apa Definisinya @2010 Bandung | diet pills http://apadefinisinya.blogspot.com/2008/11/evaluasi-kurikulum.html

EVALUASI KURIKULUMOktober 31, 2008 Wahidin Pengertian Evaluasi Kurikulum Evaluasi Dan Kurikulum Merupakan 2 Disiplin Ilmuyang Berdiri Sendiri,Ada Pihak Yang Berpendapat Antara Keduanya Tidak Ada Hubungan,Tetapi Ada Pihak Lain Yang Menyatakan Keduanya Mempunyai Hubungan Yang Sangat Erat.Hubungan Tersebut Merpakan Hubungan Sebab Akibat,Perubahan Dalam Kurikulum Berpengaruh Pada Evaluasi Kurikulum,Sebaliknya Perubahan Evaluasi Perubahan Evaluasi Akan Memberi Warna Pada Pelaksanaan Kurikulum,Hubungan Antara Evaluasi Dengan Kurikulum Bersifat Organis Dan Prosesnya Berlangsung Secara Evolusioner. Evaluasi Kurikulum Sukar Di Rumuskan Secara Tegas Hal Itu Disebabkan Beberapa Faktor : 1. Evaluasi Kurikulum Berkenaan Dengan Fenomena-Fenomena Yang Terus Berubah 2. Objek Evaluasi Kurikulum Adalah Sesuatu Yang Berubah-Ubah Sesuai Dengan Konsep Yang Digunakan 3. Evaluasi Kurikulum Merupakan Suatu Usaha Yang Dilakukan Oleh Manusia Yang Sifatnya Juga Berubah R.A Becher,Seorang Ahli Pendidikan Dari Universitas Sussex Inggris Menyatakan Tiap Program Pengembangan Kurikulum Mempunyai Style Dan Karakteristik Tertentu, Dan Evaluasi Dari Program Tersebut Akan Memperhatikan Style Dan Karakteristik Yang Sama Pula ,Seorang Evaluator Akan Menyusun Program Evaluasi Kurikulum Sesuai Dengan Style Dan Karakteristik Yang Dikembangkannya. Konsep-Konsep Evaluasi Kurikulum Dibagi Menjadi 2 1. Deskriptif 2. Preskriptif Luas Atau Sempitnya Suatu Suatu Program Evaluasi Kurikulum Sebenarnya Ditentukan Oleh Tujuannya.Doll ( 1976 ) Mengemukakan Syarat-Syarat Suatu Program Evaluasi

Kurikulum Yaitu Suatu Evaluasi Kurikulum Harus Nilai Dan Penilaian ,Punya Tujuan Atau Sasaran Yang Jelas,Bersifat Menyeluruh Dan Terus Menerus Berfungsi Diagnostik Dan Tevintegrasi. Evaluasi Kurikulum Juga Bervariasi,Bergantung Pada Dimensi-Dimensi Yang Menjadi Fokus Evaluasi,Salah Satu Dimensi Yang Sering Mendapat Sorotan Adalah Kuantitas Dan Kualitas A. Konsep Kurikulum Kurikulum Merupakan Daerah Studi Intelek Yang Cukup Luas.Banyak Teori Tentang Kurikulum,Beberapa Teori Menekankan Pada Rencana,Yang Lainnya Pada Inovasi Pada Dasar-Dasar Filosofis Dan Pada Konsep-Konsep Yang Diambil Dari Ilmu Prilaku Manusia.Secara Sederhana Kurikulum Dapat Diklasifikasikan Atas Teori -Teori Yang Lebih Menekankan Pada Isi Kurikulum,Pada Situasi Pendidikan Serta Pada Organisasi Kurikulum 1) Penekanan Kepada Isi Kurikulum Strategi Pengembangan Yang Menekankan Isi Merupakan Yang Paling Lama Dan Banyak Dipakai,Tetapi Juga Terus Mendapat Penyempurnaan Atau Pembaharuan.SebabSebab Yang Mendorong Pembaharuan Ini Bermacam-Macam : Karena Didorong Oleh Tuntutan Untuk Menguatkan Kembali Nilai-Nilai Moral Dan Budaya Dari Masyarakat 2) Karena Perubahan Dasar Filosifis Tentang Struktur Pengetahuan 3) Karena Adanya Tuntutan Bahwa Kurikulum Harus Lebih Berorientasi Pada Pekerjaan 4) Penekanan Pada Situasi Pendidikan Tipe Kurikulum Ini Lebih Menekankan Pada Masalah Dimana,Bersifat Khusus,Sangat Memperhatikan Dan Disesuaikan Dengan Lingkungannya,Seperti Kurikulum Kelompok Masyarakat Nelayan,Kurikulum Daerah Pesisir Dll,Tujuanya Adalah Menghasilkan Kurikulum Yang Benar-Benar Merefleksikan Dunia Dari Kehidupan Dari Lingkungan Anak,Sifat Lain Tipe Ini Adalah Kurang Atau Tidak Menekan Kepada Spesifikasi Dan Organisasi Lebih Menunjukan Fleksibelitas Dalam Interpretasi Dan Pelaksanaanya,Pengetahuan Dianggap Bersifat Relatif Terhadap Situasi-Situasi Yang Khusus Sesuai Dengan Kondisi Setempat,Kurikulum Ini Ruang Lingkupnya Sempit

5) Penekanan Pada Organisasi Tipe Kurikulum Ini Sangat Menekankan Pada Proses Belajar Mengajar,Meskipun Dengan Berbagai Perbedaan Dan Disana-Sini Ada Pertentangan.Menurut Bruner Dan Jean Piageat,Keduanya Sangat Mempengaruhi Perkembangan Kurikulum Tipe Ini ( Pengajaran Berprogram,Pengajaran Modul,Pengajaran Dengan Bantuan Komputer ) Perbedaanya Sangat Jelas Antara Kurikulum Yang Menekankan Organisasi Dengan Yang Menekankan Isi, Dan Situasi Adalah Memberikan Perhatian Yang Sangat Besar Kepada Peserta Didik,Anak Menurut Bruner Merupakan Hasil Yang Sangat Kompleks ,Biologi Dan Sosial Harus Berpartisipasi Secara Aktif Dalam Lingkungan Belajar,Menguasai Bahasa Dan Menguasai Kemampuan-Kemampuan Kognitif A. Implementasi Dan Evaluasi Kurikulum Konsep Kurikulum Yang Menekankan Isi,Memberikan Peranan Besar Pada Analisis Pengetahuan Baru Yang Ada,Konsep Penilaian Menutut Penilaian Secara Rinci Tentang Lingkungan Belajar,Dan Konsep Organisasi Memberi Perhatian Besar Pada Struktur Belajar Pengembangan Kurikulum Yang Menekankan Isi Membutuhkan Waktu Mempersiapakan Situasi Belajar Dan Menyatukannya Dengan Tujuan Pengajaran Yang Cukup Lama.Kurikulum Yang Menekankan Pada Situasi Waktu Untuk Mempersiapkannya Lebih Pendek,Sedangkan Kurikulum Yang Menekankan Pada Organisasi Waktu Persiapannya Hampir Sama Dengan Kurikulum Yang Menekankan Pada Isi,Kurikulum Yang Menekankan Organisasi,Strategi Penyebarannya Sangat Mengutamakan Latihan Guru Model Evaluasi Kaitnya Dengan Teori Kurikulum Perbedaan Konsep Dan Strategi Pengembangan Dan Penyebaran Kurikulumnya ,Juga Menimbulkan Perbedaan Dalam Rancangan Evaluasi ,Model Evaluasi Yang Bersifat Komporatif Atau Menekankan Pada Objek Sangat Sesuai Bagi Kurikulum Yang Bersifat Rasional Dan Menekankan Isi,Dalam Kurikulum Menekankan Situasi Sukar Disusun Evaluasi Yang Bersifat Kompratif Karena Konteksnya Bukan Terhadap Guru Atau Satu Tujuan Tetapi Terdapat Banyak Tujuan. Pada Kurikulum Yang Menekankan Organisasi,Tugas Evaluasi Lebih Sulit Lagi,Karena Isi Dan Hasil Kurikulum Bukan Hal Yang Utama,Yang Utama Adalah Aktivitas Dan Kemampuan Siswa Salah Satu Pemecahan Bagi Masalah Ini Dengan Pendekatan Yang Bersifat Elektrik Seprti Dalam Proyek Kurikulum Humanistik Dan CARE ( Center For Applied Research In Education ) Dalam Proyek Itu Dicari Perbandingan Materi Antara

Proyek Yang Menggunakan Guru Yang Terlatih Dengan Yang Tidak Terlatih ,Dalam Evaluasinya Juga Diteliti Pengaruh Umum Dari Proyek,Dengan Cara Mengumpulkan Bahan-Bahan Secara Studi Kasus Dari Sekolah-Sekolah Proyek Teori Kurikilim Dan Teori Evaluasi,Model Evaluasi Kurikulum Berkaitan Erat Dengan Konsep Kurikulum Yang Digunakan,Seperti Model Pengembangan Dan Penyebaran Dihasilkan Oleh Kurikulum Yang Menekankan Isi Macam-Macam Model Evaluasi Yang Dipergunkan Bertumpu Pada Aspek -Aspek Tertentu Yang Diutamakan Dalam Proses Pelaksanaan Kurikulum.Model Evaluasi Yang Bersifat Kompratif Berkaitan Erat Dengan Tingkah-Tingkah Laku Individu,Evaluasi Yang Menekakan Tujuan Berkaitan Erat Dengan Kurikulum Yang Menekankan Pada Bahan Ajar Atau Isi Kurikulum Model ( Pendekatan ) Antropologis Dalam Evaluasi Ditujukan Untuk Mengevaluasi Tingkah-Tingkah Laku Dalam Suatu Lembaga Sosial,Dengan Demikian Sesungguhnya Terdpat Hubungan Yang Sangat Erat Antara Evaluasi Dengan Kurikulum. A. Peranan Evaluasi Kurikulum Evaluasi kurikulum dapat dilihat sebagai proses sosial dan sebagai institusi sosial mempunyai asal usul,sejarah struktur serta intersef sendiri,beberapa karakteristik dari proyek-proyek kurikulumyang telah dikembangkan di inggris,umpamanya : 1. Lebih Berkenaan Dengan Inovasi Daripada Dengan Kurikulum Yang Ada 2. Lebih Berskala Nasional Daripada Lokal 3. Di Biyayai Oleh Grant Dari Luar Yang Berjangka Pendek Daripada Oleh Anggaran Tetap 4. Lebih Banyak Dipengaruhi Oleh Kebiasaan Penelitian Yang Bersifat Psikometris Daripada Kebiasaan Lamayang Berupa Penelitian Sosial Peranan Evaluasi Kebijaksanaan Dalam Kurikulum Khususnya Pendidikan Umumnya Minimal Berkenaan Dengan 3 Hal Yaitu : 1. Evaluasi Sebagai Moral Judgement,Konsep Utama Dalam Evaluasi Adalah Masalah Nilai,Hasil Dari Suatu Evaluasi Berisi Suatu Nilai Yang Akan Digunakan Untuk Tindakan Selanjutnya Hal Ini Mengandung 2 Pengertian 1,Evaluasi Berisi Suatu Skala Nilai Moral,Berdasarkan Skala Tersebut Suatu Objek Evaluasi Dapat Dinilai 2,Evaluasi Berisi Suatu Perangkat Kriteria Praktis Berdasarkan Kriteria-Kriteria Suatu Hasil Dapat Dinilai

2. Evaluasi Dan Penentuan Keputusan,Pengambilan Keputusan Dalam Pelaksanaan Pendidikan Atau Kurikulumbanyak Yaitu:Guru,Murid,Orang Tua,Kepala Sekolah,Para Inspektur,Pengembangan Kurikulum Dll,Beberapa Diantara Mereka Yang Memegang Peranan Paling Besar Dalam Penetuan Keputusan.Pada Prinsipnya Tiap Individu Diatas Membuat Keputusansesuai Dengan Posisinya. 3. Evaluasi Dan Konsesus Nilai Dalam Berbagai Situasi Pendidkan Serta Kegiatan Pelaksanaan Evaluasi Kurikulum Sejumlah Nilai-Nilai Dibawakan Oleh OrangOrang Yang Ikut Terlibat Dalam Kegiatan Penilaian Atau Evaluasi,Para Partisipan Dalam Evaluasi Pendidikan Dapat Terdiri Dari :Orang Tua,Murid,Guru,Pengembang Kurikulum,Administrator,Ahli Politik,Ahli Ekonomi,Penerbit,Arsitek Dsb.Bagaimana Caranya Agar Dapat Diantara Mereka Terdapat Kesatuan Penilaian Hanya Dapat Di Capai Melalui Suatu Consensus. Secara Historis Konsensus Nilai Dalam Evaluasi Kurikulum Berasal Tradisi Tes Mental Serta Eksperimen A. UJIAN SEBAGAI EVALUASI SOSIAL Sejsk Diperkenalkanya System Ujian Atau Tes Untuk Umum Di Amerika Serikat Dan Negara-Negara Lain Pengukuran Yang Berbentuk Umum ( Publik ) Tsb Merupakan Salah Satu Model Dalam Pendidikan Menguji Adalah Mengevaluasikan Dengan Adanya Ujian-Ujian Tersebut,Maka Jenis-Jenis Kemampuan Tertentu Dipandang Menunjukan Status Lebih Tinggi Dibandingkan Dengan Kemampuan Lainnya, Keberhasilan Dalam Ujian Pengetahuan Dan Kemampuan Skolistik, Selama Bertahun-Tahun Di Tentukan Oleh Kemampuan Mengingat Fakta-Fakta Kecenderungan Ini Bukan Saja Di Dasari Oleh Teori Psikologi Lama, Yang Memandang Bahwa Otak Yang Lebih Baik Mampu Menguasai Fakta Lebih Banyak,Tetapi Juga Oleh Keadaan Masyarakat Dimana BukuBuku Sumber Pengetahuan Secara Relative Tidak Berubah Selama 2 Abad.Ujian Bukan Saja Menunjukan Nilai Pengetahuan Atau Kemampuan Social,Tetapi Juga Peraturan Dari Sekolah.Dalam Dua Decade Pertama Dari Abad 20 Sejumlah Ahli Psikologi Dikumpulkan Dalam Satu Komisi Untuk Menyusun Tes Kecerdasan.Hasilnya Digunakan Untk Menyeleksi Anak-Anak Yang Akan Masuk Kesekolah, Menengah Yang Tidak Mampu Membayar Uang Sekolah.Kemudian Testersebut Juga Digunakan Barometer Penentuan Kenaikan Kelas ,System Ujian Seperti Yang Dilakukan Diatas,Lebih Banyak Digunakan Untuk Mengukur Atau Menguji Kemampuan Individu Kalau Untuk Mengukur Kemampuan Siswa Digunakan Istilah Examantion Atau Asesment Maka Untuk Penilain Keseluruhan Situasi Sekolah Atau Kurikulum Lebih Tepat Digunakan Istilah Evalution

Para Evaluator Menyadari Bahwa Aneka Macam Kerangka Kerja Evaluasi Mempunyai Implikasi Terhadap Penentuan Keputusan Pendidikan.Barry Me Donald ( 1975 ) Membedakan Adanya Tiga Tipe Evaluasi Dalam Pendidikan Dan Kurikulum Yaitu : 1. Evaluasi Birokratik,Merupakan Suatu Layanan Yang Bersipat Unconditional Terhadap Lembaga-Lembaga Pemerintahan Yang Memiliki Wewenang Control Terbesar Dalam Alokasi Sumber-Sumber Pendidikan 2. Evaluasi Otoraktik Merupakan Layanan Evaluasi Terhadap Lembaga-Lembaga Pemerintah Yang Mempunyai Wewenang Control Cukup Besar Dalam Mengalokasikan Sumber-Sumber Pendidikan 3. Evaluasi Demokrasi Merupakan Layanan Pembesaran Informasi Terhadap Masyarakat, Tentang Program-Program Pendidikan. Sebagai Contoh MC DONALD Memandang Bahwa Pelaksanaan Evaluasi Di Amerika Serikat Dewasa Ini Bersifat Birokratik Karena Kenyataanya Evaluasi Basar Di Percayai Oleh Pemerintah Pusat Atau Negara Bagian,Kedudukan Evaluator Berbeda-Beda Di Bawah Lembaga-Lembaga Federal F. Model-Model Evaluasi Kurikulum 1. Evaluasi Model Penelitian a. Tes Psikologi Pada Umumnya Mempunyai Dua Bentuk Yaitu Tes Intelegensi Yang Di Tujukan Untuk Mengukur Kemampuan Bawaan,Serta Tes Hasil Belajar Yang Mengukur Prilaku Skolastik. b. Eksperimen Lapangan Dalam Pendidikan,Di Mulai Tahun 1930 Dengan Menggunakan Metode Yang Biasa Di Gunakan Dalam Penelitian Botani Pertaman,Ada Beberapa Kesulitan Yang Dihadapi Dalam Ekperimen Tersebut : 1. Kesulitan Administrasi,Sedikit Sekali Sekolsh Yang Bersedia Dijadikan Sekolah Eksperimen. 2. Masalah Teknis Dan Logis Yaitu Kesulitan Menciptakan Suasan Kelas Yang Sam Waktu Kelompok-Kelompok Yang Di Uji 3. Sukar Untuk Mencampurkan Guru-Guru Untuk Mengajar Pada Kelompok Eksperimen Dengan Kelmpok Control,Pengaruh Guru-Guru Tersebut Sukar Dikontrol

4. Adanya Keterbatasan Mengenai Manipulasi Eksperimen Yang Dapt Dilakukan 2. Evaluasi Model Objektif Evaluasi Model Objektif ( Model Tujuan ) Berasal Dari Amerika Serikat,Perbedaan Model Objektif Ada Dalam Dua Hal : 1) Dalam Model Objektif Evaluasi Merupakan Bagiasn Yang Sangat Penting Dari Proses Pengembangan Kurikulum 2) Kurikulum Tidak Dibandingkan Dengan Kurikulum Lain Tetapi Diukur Dengan Seperangkat Objektif ( Tujan Khusus ) .Ada Beberapa Persyaratan Yang Harus Dipenuhi Oleh Tim Pengembang Model Objektif : 1. Ada Kesepakatan Tentang Tujuan-Tujuan Kurikulum. 2. Merumuskan Tujuan-Tujuan Dalam Perbuatan Siswa. 3. Menyusun Materi Kurikulum Yang Sesuai Dengan Tujuan Tersebut. 4. Mengukur Kesesuaian Antara Perilaku Siswa Dengan Hasil Yang Diinginkan. Dasar-Dasar Teori Tylor Dan Bloom Menjadi Prinsip Sentral Dalam Berbagai Rancangan Kurikulum Dan Mencapai Puncaknya Dalam Sistem Belajar Berprogram Dan Sistem Intruksional. Sistem Pengajaran Yang Terkenal Adalah IPI (Individually Prescribed Instruction). Suatu Program Yang Dikembangkan Oleh Learning Research And Develovment Centre Unuversitas Pittsburg. Dalam IPI Anak Mengikuti Kurikulum Yang Memiliki 7 Unsur : 1. Tujuan-Tujuan Pengajaran Yang Disusun Dalam Daerah- Daerah Tingkat-Tingkat Dan Unit-Unit. 2. Suatu Prosedur Program Testing. 3. Pedoman Prosedur Penulisan. 4. Materi Dan Alat Pengajaran. 5. Kegiatan Guru Dalam Kelas.

6. Kegiatan Murid Dalam Kelas. 7. Prosedur Pengelolaan Kelas. 3. Model Campuran Multivariasi. Evaluasi Model Perbandingan (Comparative Approach) Dan Model Tylor Dan Bloom Melahirkan Evaluasi Model Campuran Multivariasi, Yaitu Strategi Evaluasi Yang Menyatukan Unsure-Unsur Dari Kedua Pendekatan Tersebut. Metode-Metode Tersebut Masuk Ke Bidang Kurikulum Setelah Computer Dan Program Paket Berkembang Yaitu Tahun 1960. Program Paket Berisi Program Statistik Yang Sederhana Yang Tidak Membutuhkan Pengetahuan Computer Untuk Menggunakannya. Dengan Berkembangnya Penggunaan Computer Memungkinkan Studi Lapangan Tidak Di Hambat Oleh Kesalahan Dan Kelambatan. Semua Masalah Pegolahan Statistik Dapat Dikerjakan Dengan Computer. Langka- Langkah Model Multivariasi Tersebut Adalah : 1. Mencari Sekolah Yang Berminat Untuk Dievaluasi/Diteliti. 2. Pelaksanaan Program. 3. Sementara Tim Menyusun Tujuan Yang Meliputi Semua Tujuan Dari Pengajaran Umpamanya Dengan Metode Global Dan Metode Unsure Dapat Disiapkan Tes Tambahan. 4. Bila Semua Informasi Yang Diharapkan Telah Terkumpul, Maka Mulailah Pekerjaan Computer. 5. Tipe Analisis Dapat Juga Digunakan Untuk Mengukur Pengaruh Bersama Dan Beberapa Variable Yang Berbeda. Beberapa Kesulitan Dihadapi Dalam Model Campuran Multivariasi Ini 1. Diharapkan Memberi Tes Statistik Yang Signifikan (Model Kurikulum Ini Lebih Sesuai Bagi Evaluasi Skala Besar. 2. Terlalu Banyak Variabel Yang Perlu Dihitung Pada Suatu Saat Kemampuan Computer Hanya Sampai 40 Variabel

3. Meskipun Model Multivariasi Telah Mengurangi Masalah Control Berkenaan Dengan Eksperimen Lapangan Tetapi Tetap Menghadapi Masalah-Masalah Perbandingan. G. Evaluasi Kurikulum Pada Tingkat Makro Dan Mikro 1. Evaluasi Pada Tingkat Mikro a. Tujuan Evaluasi Adanya Sekurang-Kurangnya Dua Tujuan Pokok Yang Ingin Dicapai Melalui Kegiatan Evaluasi Kurikulum.Pada Tingkay Mikro Ini Mengukur Efek Pengajaran Tujuan Utama Evaluasi Program Pada Tingkat Mikro Adalah Untuk Memperoleh Gambaran Tentang Efek Atau Pengaruh Dari Pengajaran Yang Telah Diberikan Terhadap Penguasaan,Kemampuan Yang Ingin Dicapai Dalam Suatu Mata Ajaran Efek Atau Pengaruh Tersebut Dapat Diketahui Bila Dilakukan Perbadingan Antara Hasil Yang Dicapai Peserta Didik Sebelum Dan Sesudah Pengajaran Diberikan. Memperbaiki Pengajaran,Disamping Untuk Keperluan Pengukuran Efek Atau Pengaruh Pengajaran Evaluasi Program Tingkat Mikro Bertujuan Pula Untuk Memperoleh Gambaran Ataupun Inpormasi Tentang Bagian-Bagian Pelajaran Yang Masih Belum Dipahami Oleh Para Peserta Didik. b. Jenis-Jenis Evaluasi Evaluasi Awal Di Lakukan Sebelum Pengajaran Diberikan,Fungsinya Ialah Untuk Mengetahui Kemampua Awal Peserta Didik Tentang Pelajaran Yang Akan Diberikan. Evaluasi Antara ; Dilakukan Pada Setiap Unit Bahan Yang Diberikan Dalam Suatu Mata Pelajaran,Dapat Berbentuk Tes Dan Bentuk-Bentuk Evaluasi Yang Lain Tentang Unit Yang Bersangkutan.

Evaluasi Akhir Dilaukan Setelah Pengajaran Diberikan.Fungsinya Ialah Untuk Memperoleh Gambaran Tentang Kemampuan Yang Dicapai Pesrta Didik Pada Akhir Program. 2. Evaluasi Kurikulum Pada Tinkat Yang Lebih Makro Berikut Ini Berturut-Turut Akan Dijelaskan Tentag Tujuan,Jenis,Dan Skema Kegiatan Evaluasi Kurikulum Yang Tingkat Lebih Makro. a. Tujuan Evaluasi Evaluasi Kurikulum Pada Tingkat Yang Lebih Makro Dilakukan Untuk Menghasilkan Masukan-Masukan Yang Diperlukan Bagi Penyusunan Dan Perbaikan : Tujuan Dan Program Kurikulum Bahan Dan Pertalatan / Pasilitas Pendidikan a. Jenis Evaluasi Untuk Mencapai Tujuan Evaluasi Ada 4 Jenis Evaluasi Yang Perlu Dilakukan : Evaluasi Kontek : Evaluasi Ini Diadakan Untuk Menghasilkan Informasi Yang Diperlukan Dalam Perecanaan Program,Khususnya Dalam Penetuan Tujuan Dan Program Kuriklum Diklat Evaluasi Masukan : Evaluasi Ini Diadakan Untuk Menghasilkan Informasi Yang Diperlukan Dalam Penyiapan Dan Perbaikan Peralatan Pendidikan Yang Meliputi Bahan Ajar,Sarana / Alat Penunjang Media Pengajaran Stap Pengajar,Dan Sebagainya. Evaluasi Proses / Hasil Jangka Pendek : Informasi Untuk Keperluan Perbaikan Program Dan Pelaksanaan Pendidikan Mencakup Baik Informasi Tentang Proses Maupun Hasil Jangka Pendek Yang Dicapai Peserta Didik Selama Dan Pada Akhir Tiap Unit Program. Evaluasi Dampak / Hasil Jangka Panjang : Evaluasi Ini Diadakan Untuk Menghasilkan Informasi Yang Diperlukan Bagi Peninjauan Kembali Keseluruhan Program Pendidikan Dan Penentu Kegiatan Tindak Lanjut Yang Diperlukan Termasuk Perbaiakan Kurikulum Pada Siklus / Putaran Hidup.

BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Evaluasi Kurikulum Memegang Perenan Penting Baik Dalam Penetuan Kebijaksanaan Pendidikan Pada Umumnya,Maupun Pada Pengambilan Keputusan Dalam Kurikulum.Hasil-Hasil Evaluasi Kurikulum Dapat Digunakan Oleh Para Pemegang Kebjaksanaan Pendidikan Dan Para Pemegang Kurikulum Dalam Memeilih Dan Menetapkan Kebjaksanaan Pengembangan System Pendidikan Dan Pengembanagan Model Kurikulum Yang Digunakan.Hasil-Hasil Evaluasi Kurikulum Juga Dapat Digunakan Pleh Guru-Guru,Kepala Sekolah Dan Para Pelaksana Pendidikan Lainnya,Dalam Memahami Dan Membantu Perkembangan Siswa, Memilih Bahan Pelajaran,Memilih Metode Dan Alat-Alat Bantu Pelajaran, Cara Penilaian Serta Fasilitas Pendidikan Lainnya. DAFTAR PUSTAKA _______________ Pengembangan Kurikulum ______ Tim Pengembangan MKDK Kurikulum Dan Pembelajaran. ________ Bandung Jurusan Kurikulum Dan Teknologi Pendidikan FIP UPI http://makalahkumakalahmu.wordpress.com/2008/10/31/evaluasi-kurikulum/

MENGAPA PERLU EVALUASI KURIKULUM?Oleh : Hermana Somantrie The American Evaluation Association telah mengeluarkan satu set kode etik bagi para evaluator dalam bidang pendidikan yang dinamakan dengan the Guiding Principles for Evaluators. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut: (1) Systematic Inquiry: Evaluators conduct systematic, databased inquiries about whatever is being evaluated; (2) Competence: Evaluators provide competent performance to stakeholders; (3) Integrity/Honesty: Evaluators ensure the honesty and integrity of the entire evaluation process; (4) Respect for People: Evaluators respect the security, dignity and self-worth of the respondents, program participants, clients, and other stakeholders with whom they interact; and (5) Responsibilities for General and Public Welfare: Evaluators articulate and take into account the diversity of interests and values that may be related to the general and public welfare. Kode etik semacam itu belum ada di Indonesia, padahal hal itu sangat diperlukan agar hasil evaluasi merupakan informasi yang akurat, obyektif, dan terhindar dari bumbu kepentingan kelompok tertentu. Begitu pula, dalam penilaian kurikulum tentu juga harus

mengaplikasikan kode etik yang ketat untuk menghasilkan informasi yang akurat, obyektif, dan terhindar dari bumbu kepentingan kelompok tertentu. Banyak pengertian tentang penilaian kurikulum, namun dalam kolom ini tidak akan membahas pengertian tersebut. Pembahasan akan lebih difokuskan pada prosedur kegiatan evaluasi kurikulum sebagai berikut: Identify specific purposes for assessing student learning; Develop a comprehensive assessment plan Select/develop assessment tools and scoring procedures that are valid and reliable; Identify procedures for collecting assessment data; Identify procedures for analyzing and interpreting information and drawing conclusions based on the data (including analysis of the performance of various subgroups of students); Identify procedures for establishing at least three levels of performance (specific to the content standard and the assessment tool when appropriate) to assist in determining whether students have achieved at a satisfactory level (at least two levels describe performance that is proficient or advanced and at least one level describes students who are not yet performing at the proficient level); Identify procedures for using assessment information to determine long-range and annual improvement goals; Identify procedures for using assessment information in making decisions focused on improving teaching and learning (data based decision making); Provide support to staff in using data to make instructional decisions; Define procedures for regular and clear communication about assessment results to the various internal and external publics; Define data reporting procedures; Verify that assessment tools are fair for all students and are consistent with all state and federal mandates; Verify that assessment tools measure the curriculum that is written and delivered; Identify roles and responsibilities of key groups; Ensure participation of eligible students receiving special education services in district-wide assessments. Prosedur lainnya yang bisa digunakan dalam evaluasi kurikulum yaitu sebagaimana yang tampak dalam diagram berikut ini.

Oleh karena penilaian kurikulum dimaksudkan untuk menghasilkan informasi yang akurat, obyektif, dan terhindar dari bumbu kepentingan kelompok tertentu, semua staf Puskur harus memiliki kompetensi yang handal untuk melakukan penilaian kurikulum.(* Dr. Hermana Somantrie, MA Peneliti Pendidikan, Pusat Kurikulum).

Pemutakhiran Terakhir ( Rabu, 30 September 2009 15:34 ) http://www.puskur.net/index.php?option=com_content&view=article&id=74:beritautama-4&catid=36:headline&Itemid=50

Dunia Arif

Jumat, 25 Desember 2009Evaluasi kurikulumEvaluasi dan Kurikulum Evaluasi kurikulum memegang peranan penting baik dalam penentuan kebijaksanaan pendidikan pada umumnya, maupun pada pengambilan keputusan dalam kurikulum. Hasil-hasil evaluasi kurikulum dapat digunakan oleh para pemegang kebijaksanaan pendidikan dan para pengembang kurikulumdalam memilih dan menetapkan kebijaksanaan pengembangan system pendidikan dan pengembangan model kurikulum yang digunakan. Hasil-hasil evaluasi kurikulum juga dapat digunakan oleh guru-guru, kepala sekolah dan para pelaksana pendidikan lainnya, dalam memahami dan membantu perkembangan siswa, memilih bahan pelajaran, memilih metode dan alat-alat Bantu pelajaran, cara penilaian serta fasilitas pendidikan lainnya. Evaluasi kurikulum sukar dirumuskan secara tegas, hal itu disebabkan beberapa factor : 1.Evaluasi kurikulum berkenaan dengan fenomena-fenomena yang terus berubah. 2.Objek evaluasi kurikulum adalah sesuatu yang berubah-ubah sesuai dengan konsep kurikulum yang digunakan. 3.Evaluasi kurikulum merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh manusia yang sifatnya

juga berubah. Evaluasi dan kurikulum merupakan dua disiplin yang berdiri sendiri. Ada pihak yang berpendapat bahwa keduanya tidak ada hubungan, tetapi ada pihak lain yang menyatakan keduanya mempunyai hubungan yang sangat erat. Pihak yang memandang ada hubungan, hubungan tersebut merupakan hubungan sebab akibat. Perubahan dalam kurikulum berpengaruh pada evaluasi kurikulum, sebaliknya perubahan evaluasi akan memberi warna pada pelaksanaan kurikulum. Hubungan antara evaluasi dengan kurikulum bersifat organis, dan prosesnya beerlangsung evolusioner. Pandangan-pandangan lama yang tidak sesuai lagi dengan tuntutan zaman, secara berangsur-angsur diganti dengan pandangan baru yang lebih sesuai. R.A Becher, seorang ahli pendidikan dari Universitas Sussex, Inggris menyatakan bahwa : Tiap program pengembangan kurikulum mempunyai style dan karakteristik tertentu, dan evaluasi dari program tersebut akan memperlihatkan style dan karakteristik yang sama pula. Seorang evaluatorakanmenyusun program evaluasi kurikulum sesuai dengan style dan karakteristik kurikulum yang dikembangkannya. Juga terjadi sebaliknya, hasil program evaluasi kurikulum akan mempengaruhi pelaksanaan praktek kurikulum. Evaluasi merupakan kegiatan yang sangat luas, kompleks dan terus menerus untuk mengetahui proses dan hasil pelaksanaan system pendidikan dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan. Evaluasi juga meliputi rentangan yang cukup luas, mulai dari yang bersifat sanat informal sampai dengan yang sangat formal. Pada tingkat yang sangat informal evaluasi berbentuk perkiraan, dugaan atau pendapat tentang perubahanperubahan yang telah dicapai oleh program sekolah. Pada tingakt yang lebih formal evaluasi kurikulum meliputi pengumpulan dan pencatatan data, sedangkan pada tingkat yang sangat formal berbentuk pengukuran berbagai bentuk kemajuan kearah tujuan yang telah ditentukan. Komponen-komponen kurikulum yang dievaluasi juga sangat luas. Program evaluasi kurikulum bukan hanya mengevaluasi hasil belajar dan proses pembelajarannya, tetapi juga desain dan implementasi kurikulum, kemampuan dan unjuk kerja guru, kemampuan dan kemajuan siwa, sarana dan fasilitas dan sumber-sumer belajar, dan lain-lain. Adapun pengertian evaluasi kurikulum dapat berbeda-beda sesuai dengan pengertian kurikulum yang berfariasi menurut pakar kurikulum. Oleh karena itu penulis mencoba menjabarkan definisi dari evaluasi dan definisi dari kurikulum secara per kata sehingga lebih mudah untuk memahami evaluasi kurikulum. Pengertian evaluasi menurut joint committee, 1981 ialah penelitian yang sistematik atau yang teratur tentang manfaat atau guna beberpa obyek. Purwanto dan Atwi Suparman, 1999 mendefinisikan evaluasi adalah proses penerapan prosedur ilmiah untuk mengumpulkan data yang valid dan reliable untuk membuat keputusan tentang suatu program. Rutman and Mowbray 1983 mendefinisikan evaluasi adalah penggunaan metode ilmiah untuk menilai implementasi dan outcomes suatu program yang berguna untuk proses membuat keputusan. Chelimsky 1989 mendefinisikan evaluasi adalah suatu metode penelitian yang sistematis untuk menilai rancangan, implementasi dan efektifitas suatu program. Dari definisi evaluasi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa evaluasi adalah penerapan prosedur ilmiah yang sistematis untuk menilai rancangan, implementasi dan efektifitas suatu program. Sedangkan pengertian kurikulum adalah : a.Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatanpembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu ( Pasal 1 Butir 19 UU No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional ). b.Seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pembelajaran serta metode yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran ( keputusan Menteri Kesehatan No: 725/Mekes/SK/V/2003 tentang pedoman penyelenggaraan Pelatihan di bidang Kesehatan ) c.Kurikulum pendidikan tinggi adalahseperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi maupun bahan kajian dan pelajaran serta penyampaian dan penilaiannya yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar di perguruan tinggi ( Pasal 1 Butir 6 Kepmendinas No. 232/U/2000 tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum

Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa ) d.Menurut Grayson (1978), kurikulum adalah suatu perencanaan untuk mendapatkan keluaran (out- comes) yang diharapkan dari suatu pembelajaran. Perencanaan tersebut disususn secara terstruktur untuk suatu bidang studi, sehingga memberikan pedoman dan instruksi untuk pengembangan strategi pembelajaran (Materi didalam kurikulum harus diorganisasikan dengan baik agar sasaran (goals) dan sasaran (objectives) pendidikan yang telah ditetapkan dapat tercapai. Sedangkan menurut Harsono (2005), kurikulum merupakan gagasan pendidikan yang diekspresikan dalam praktik. Dalam bahasa latin, kurikulum berarti track atau jalur pacu.saat ini definisi kurikulum semakin berkembang, sehingga yang dimaksud kurikulum tidak hanya gagasan pendidikan tetapi juga termasuk seluruh program pembelajaran yang terencana dari suatu institusi pendidikan. Dari pengertian evaluasi dan kurikulum diatas maka penulis menyimpulkan bahwa pengertian evaluasi kurikulum adalah penelitian yang sistematik tentang manfaat, kesesuaian efektiftas dan efesensi dari kurikulum yang diterapkan. Atau evaluasi kurikulum adalah proses penerapan prosedur ilmiah untuk mengumpulkan data yang valid dan reliabel untuk membuat keputusan tentang kurikulum yang sedang berjalan atau telah dijalankan. Secara sederhana evaluasi kurikulum dapat disamakan dengan penelitian karena evaluasi kurikulum menggunakan penelitian yang sistematik, menerapkan prosedur ilmiah dametode penelitian.perbedaan antara evaluasi dan penelitian terletak pada tujuannya.evaluasi bertujuan untuk mengumpulkan, menganalisis dan menyajikan data dan bahan untuk bahan penentuan keputusan mengenai kurikulum apakah akan direfisi atau diganti. Sedangkan penelitian memiliki tujuan yang lebih luas dari evaluasi yaitu mengumpulkan, menganalisis dan menyajikan data untuk menguji teori atau membuat teori baru. B. Konsep Kurikulum Kurikulum merupakan daerah study intelek yang sangat luas. Banyak teori tentang kurikulum. Beberapa teori menekankan pada rencana, yang lain pada inovasi, pada dasar filosofis, dan pada konsep-konsep yang diambil dari ilmu perilaku manusia. Ini menunjukkan betapa luasnya teori tentang kurikulum. Secara sederhana teori kurikulum dapat diklasifikasikan atas teori-teori yang lebih menekankan pada isi kurikulum, pada situasi pendidikan serta pada organisasi kurikulum. Penekanan kepada isi kurikulum. Strategi pengembangan yang menekankan isi merupakan yang paling lama dan banyak dipakai, tetapi terus maendapat penyempurnaan atau pembaharuan ini bermacam-macam. Pertama , karena didorongoleh tuntutan untuk menguatkan kembali nilai-nilai moral dan budaya dari masyarakat. Kedua, karena perubahan dasar filosofis tentang struktur pengetahuan. Ketiga, karena ada tuntutan bahwa kurikulum harus kebih berorentasi pada pekerjaan. Faktor-faktor tersebut tidak timbul dari atau tidak ada hubungannya dengan sistem institusi persekolahan, tetapi sangat mempengaruhi pengembangan kurikulum. Pengaruhnya terhadap pengembangan kurikulum umpamanya, penguatan kembali nilainilai moral dan budayaakan meminya perhatian yang lebih besar pada kumplan ilmu pengetahuan masa lalu, orientasi kepada pekerjaan akan lebih banyak melihat kemasa depan, sedangkan titik tolak pada pandangan filosofis akan lebih menekankan pada disiplin-disiplin keilmuan. Pengembangan kurikulum yang menekankan isi bersifat material centered. Kurikulum ini memandang murid sebagai penerima resep yang pasif. Secara teoritis kurikulum yang menekankan isi dapat diukur, mempunyai tujuan yang apabila telah ditransfer pada anak dapat dikuasai oleh anak. Ini merupakan engineering approach. Anak dianggap bahan kasar yang tak berdaya, bersama dengan teman-temannya yang lain dicetak melalui blue print masyarakat. Penekanan pada situasi pendidikan. Tipe kurikulum ini menekankan pada masalah dimana ( where ), bersifat khusus, sangat memperhatikan dan disesuaikan dengan lingkungannya. Tipe ini akan menghasilkan kurikulum berdasarkan situasi-situasi

lingkungan, seperti kurikulum pedesaan, kurikulum masyarakat nelayan dll.

C. Pentingnya Evaluasi Kurikulum Penulis setuju dengan pentingnya dilakukan evaluasi kurikulum. Evaluasi kurikulum dapat menyajikan informasi mengenai kesesuaian, efektifitas dan efesiensi kurikulum tersebut terhadap tujuan yang ingin dicapai dan penggunaan sumber daya, yang mana informasi ini sangat berguna sebagai bahan pembuat keputusan apakah kurikulum masih perlu dijalankan tetapi perlu revisi atau kurikulum tersebut harus diganti dengan kurikulum yang baru. Evaluasi kurikulum juga penting dilakukan dalam rangka penyesuaian dengan perkembanganilmu pengetahuan, kemajuan teknologi dan kebutuhan pasar berubah. Evaluasi kurikulum dapat menyajikan bahan informasi mengenai area-area kelemahan kurikulum, sehingga hasil evaluasi dapat dilakukan proses perbaikan menuju yang lebih baik. Evaluasi ini dikenal dengan evaluasi formatif. Evaluasi ini biasanya dilakukan waktu proses berjalan. Evaluasi kurikulum juga dapat menilai kebaikan kurikulum apakah kurikulum tersebut masih dilaksanakan atau tidak, yang dikenal dengan evaluasi sumatif.. D. Masalah Dalam Evaluasi kurikulum Norman dan Schmdt 2002 mengemukakan ada beberapa kesulitan dalam penerapan evaluasi kurikulum, yaitu : 1.Kesulitan dalam pengukuran 2.Kesulitan dalam penerapan randomisasi dan double blind 3.Kesulitan dalam menstandartkan intervensi dalam pendidikan 4.Pengaruh intervensi dalam pendidikan mudah dipengaruhi oleh faktor-faktor lain sehingga pengaruh intervensi tersebut seakan-akan lemah Adapun hasil analisa masalah yang dihadapi dalam melakukan valuasi kurikulum, yaitu : 1.Dasar teori yang digunakan dalam evaluasi kurikulum lemah. Dasar teori yang melatarbelakangi lemah akan mempengaruhi evaluasi kurikulum tersebut. Ketidakcukupan teori dalam mendukung penjelasan terhadap hasil intervensi suatu kurikulum yang dievaluasi akan membuat penelitian (evaluasi kurikulum) tidak baik. Teori akan membantu memahami kompleksitas lingkungan pendidikan yang akan dievaluasi. 2.Intervensi pendidikan yang akan dilakukan tidak memungkinkan dilakukan Blinded dalam penelitian pendidikan khususnyapenelitian evaluasi kurikulum, ditemukan kesulitn dalam menerapkan metode Blinded dalam melakukan intervensi pendidikan. Dengan tidak adanya Blinded maka subjek penelitian mengetahui bahwa mereka mendapatintervensi atau perlakuan sehingga mereka akan melakukan dengan serius atau sungguh-sungguh. Hal ini tentu saja dapat mengakibatkan bias dalam penelitian evaluasi kurikulum. 3.Kesukitan dalam randomisasi, kesulitan melakukan penelitian evaluasi kurikulum dengan metoderandomisasi dapat disebabkan karena subjek penelitian yang akan diteliti sedikit atau kemungkinan hannyainstitusi itu sendiri yang melakukannya. Apabila intervensi yang digunakan hanya pada institusi tersebut maka timbul pertanyaannya, apakah mungkin mencari kelompok dan randomisasi ? 4.Dll. E. Model-Model Evaluasi Kurikulum Evaluasi kurikulum merupakan merupakan suatu tema yang luas, meliputi banyak kegiatan, meliputi sejumlah prosedur, bahkan dapat merupakan suatu lapangan studi yang berdiri sendiri. Evaluasi kurikulum juga merupakan suatu fenomenayang multifaset, memiliki banyak segi.

Bagian ini membahas membahas perkembangan evaluasi kurikulum, yaitu evaluasi kurikulum sebagai fenomena sejarah, suatu elemen dalam prosessosial sihubungkan dengan perkembangan pendidikan . 1. Evaluasi Model Penelitian Model evaluasi kurikulum yang menggunakan model penelitian didasarkan atas teori dan metode tes psikologi serta eksperimen lapangan Eksperimen lapangan dalam pendidikan, dimualai tahun 1930 dengan menggunakan metode yang biasa digunakan dalam penelitian botani pertanian. Model eksperimen dalam botani pertanian dapat digunakan dalam pendidikana, anak disamakan dengan benih, sedang kurikulumserta berbagai fasilitas serta sistem sekolah dapat disamakan dengan tanah dan pemeliharaannya Salah stu pendekatan dalam evaluasi yang menggunakan eksperimen lapanganadalah mengadakan perbandingan antara duamacam kelompok anak, umpamanya yang mengguanakan dua metodebelajar yang berbeda. Kelompok pertama belajar membaca dengan metode global dan kelompok lain menggunakan metode unsur. Ada beberapa kesulitan yang dihadapi dalam eksperimen tersebut sebagai berikut : 1. Kesulitan adminitratif, sedikit sekali sekolah yang mau dijadikan sekolah eksperimen 2.Masalah teknis dan logis, yaitu kesulitan menciptakan kondisi kelas yang sama untuk kelompok-kelompok yang diuji 3.Sulit mencampurkan guru-guru untuk mengajar pada kelompk eksperimen dengan kelompok kontrol,pengaruh guru-guru tersebut sukar dikontrol 4.Ada keterbatasan mengenai manipulasi eksperimen yang dapat dilakukan 2. Evaluasi Model Objektif Evaluasi model objektif berasal dari Ameriaka Serikat. Perbedaan odel objektif dengan model komparatif adalah dalam dua hal. Pertama dalam model objektif, evaluasi merupakan bagian yang sangat penting dari proses pengembangan kurikulum. Para evaluator mempunyai perananmenghimpun pendapat-pendapat orang luar tentang inovasi kurikulum yang dilaksanakan. Evaluasi dilakukan pada akhir pengembangan kurikulum, kegiatan penilaian ini sering disebut evaluasi sumatif. Kedua kurikulum tidak dibandingkan dengan kurikulum laintetapi diukur dengan seperangkat objektif (tujuan khusus). Keberhasilan pelaksanaan kurikulum diukur oleh penguasaan siswa akan tujuantujuan tersebut. Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh tim pengembang model objektif : 1)Ada kesepakatan tentang tujuan-tujuan kurikulum 2)Merumuskan tujuan-tujuan tersebut dalam perbuatan siswa 3)Menyusun materi kurikulum yang sesuai dengan tujuan tersebut 4)Mengukur kesesuaian antara perilaku siswa dengan hasil yang diinginkan. Pendekatan inilah yang digunakan oleh Ralph Taylor (1930) dalam menysun tes dengan titik tolak pada perumusan tujuan tes, sebagai asal mula pendekatan sistem (system approach). Pada tahun 1950-an Benyamin S.Bloom dengan kawan-kawannya menyusun klasifikasi sistem tujuan yang meliputi daerah-daerah belajar (cognitive domain). 3. Model Campuran Multivariasi Evaluasi model perbandingan (comparative approach) dan model taylor dan bloom melahirkan evaluasi model campuran multivariasi, yaitu strategi evaluasi yang menyatukan unsur-unsur darikedua pendekatan tersebut strategi ini memungkinkan membandingkan lebih dari satu kurikulum dan secara serempak keberhasilan tiap kurikulum diukur berdasarkan kriteria khusus dari masing- masing kurikulum. Program paket berisi program statistik yang sederhana yang tidak membutuhkan komputer untuk menggunakannya. Dengan berkembangnya penggunaan komputer memungkinkan studi lapangan tidak dihambat oleh kesalahan dan kelambatan. Semua masalah pengolahan statistik dapat dikerjakan dapat dikerjakan dengan komputer. Langkah- langkah multivariasi tersebut adalah sebagai berikut: 1. Mencari sekolah yang berminat untuk dievaluasi/ diteliti 2. Pelaksanaan program. Bila tidak ada pencampuran sekolah tekanannya pada partisipasi yang optimal 3. Sementara tim menyusun tujuan yang meliputi semua tujuan dari pengajaran

umpamanya dengan metode global dan metode unsur, dapat disiapkan tes tambahan 4. Bila semua informasi yang diharapkan telah terkumpul, maka mulailah pekerjaan komputer 5. tipe analisis dapat juga digunakan untuk mengukur pengaruh bersama dari beberapa variabel yng berbeda Beberapa kesulitan yang dihadapi dalam model campuran multivariasi ini. Kesulitan pertama adalah diharapkan memberikan tes statistik yang signifikan. Maka untuk itu dibutuhkan seratus kelas dengan sepuluh pengukuran, dan ini lebih memungkinkan daripaea sepuluh kelas dengan seratus pengukuran. Jadi model multivariasi ini lebih sesuai bagi evaluasi kurikulum sekala besar. Kesulitan kedua adalah terlalu banyaknya variabel yang perlu dihitung pada suatu saat, kemampuan komputer hanya sampai empat puluh variabel sedangkan dengan model ini dapat dikumplkan sampai tiga ratus variabel. Kesulitan ketiga, meskipun model miltivariasi telah mengurangi masalah kontrol berkenaan dengan eksperimen lapangan tetapi tetap menghadapi masalah- masalah perbandingan

BAB III KESIMPULAN Evaluasi kurikulum adalah proses penerapan prosedur untuk mengimpulkan data yang valid dan reliabel untuk membuat keputusan tentang kurikulum yang sedang berjalan atau yag telah dijalankan. Secara sederhana evaluasi kurikulum dapat disamakan dengan penelitian, kaena evaluasi kurikulum menggunakan penelitian yang sistematik, menerapkan prosedur ilmiah dan metode penelitian. Evaluasi kurikulum penting dilakukan dalam rangka penyesuaian dengan perkembangan ilmu pengetahuan, kemajuan teknologi dan kebutuhan pasar. Ada banyak masalah dalam penerapan evaluasi kurikulum seperti dasar yang digunakan dalam evaluasi kurikulum lemah, intervensi yang dilukukan tidak memungkinkan blinded, kesulitan dalam melakukan randomisasi, kesulitan dalam menstandartkan intervrensi yang dilakukan masalah etika penelitian, tidak adanya pure aut come, kesulitan mencari alat ukur dan penggunaan perspektif kurikulum yang berbeda sebagai pembanding. Oleh karena itu dengan memahami pengertian evaluasi kurikulum dan persamaan serta pebedaanya dengan penelitian diharapkan evaluasi kurikulum yang akan dibuat dapat menjadi valid, reliabel dan sangat berguna sebagai bahan pertimbangan dalam membuat keputusan tentang kurikulum tersebut.

DAFTAR PUSTAKA 1.Lindeman, M. (2007). Program Evaluation [Internet].Avaliable from: www.tedi.uq.edu.au/conferences/A_ conf/papers/Isaacs.html Accessed 3 July 2007 2.Silver, H.(2004). Evaluation Research in Education. [Internet]. Available from: < outh.ac.uk/resined/evaluation/index.htm> [Accessed 3 July 2007] 3.Trochim, W.M.K. (2006). Inti\roduction to Evaluation. [Internet]. Avaliable from:< http://www.sosialresearchmethods.net/kb/interval.php> [Accessed 3 July 2007]. 4.Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Direktorat Pembinaan Akademik Dan Kemahasiswaan,(2003). Buku II- Kurikulum Program Studi. 5.Posner,G.J., (2004). Analyzing The Curriculum. Mc Graw Hill. United States. 6.Amin,Z.E, Eng, K.H., (2003). Basics in Medial Education, World Scientific, Singapore. 7.Dolman, D.(2003).The Effectifveness of PBL : the debate contineus. Some concerns about the BEME movement. Medical Education 2003;37:1129-1130 8.Farraw, R. The effectivenes of PBL : the debate contineus. Is meta analizis helpful? Medical Education 2003;37:1131-1132 9.Norman, G.R, Schdmidt H.g. Effectifeness of problem based learning curiccula: theory, practice and paper darts. Medical Education 2000;34:721-728. 10.Sukmadinata, Prof.dr. Nana Syaodih (2009). Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek.PT. Remaja Rosdakaya.Bandung Diposkan oleh Saikhul di 06.54 http://saichul.blogspot.com/2009/12/panduan-penyusunan-kurikulum-ktsp.html

Konsep Kurikulum Pengertian Kurikulum

Untuk mendapatkan rumusan tentang pengertian kurikulum, para ahli mengemukakan pandangan yang beragam. Dalam pandangan klasik, lebih menekankan kurikulum dipandang sebagai rencana pelajaran di suatu sekolah. Pelajaran-pelajaran dan materi apa yang harus ditempuh di sekolah, itulah kurikulum. George A. Beauchamp (1986) mengemukakan bahwa : A Curriculun is a written document which may contain many ingredients, but basically it is a plan for the education of pupils during their enrollment in given school. Dalam pandangan modern, pengertian kurikulum lebih dianggap sebagai suatu pengalaman atau sesuatu yang nyata terjadi dalam proses pendidikan, seperti dikemukakan oleh Caswel dan Campbell (1935) yang mengatakan bahwa kurikulum to be composed of all the experiences children have under the

guidance of teachers. Dipertegas lagi oleh pemikiran Ronald C. Doll (1974) yang mengatakan bahwa : the curriculum has changed from content of courses study and list of subject and courses to all experiences which are offered to learners under the auspices or direction of school. Untuk mengakomodasi perbedaan pandangan tersebut, Hamid Hasan (1988)

mengemukakan bahwa konsep kurikulum dapat ditinjau dalam empat dimensi, yaitu: 1. kurikulum sebagai suatu ide; yang dihasilkan melalui teori-teori dan penelitian, khususnya dalam bidang kurikulum dan pendidikan. 2. kurikulum sebagai suatu rencana tertulis, sebagai perwujudan dari kurikulum sebagai suatu ide; yang didalamnya memuat tentang tujuan, bahan, kegiatan, alat-alat, dan waktu. 3. kurikulum sebagai suatu kegiatan, yang merupakan pelaksanaan dari kurikulum sebagai suatu rencana tertulis; dalam bentuk praktek pembelajaran. 4. kurikulum sebagai suatu hasil yang merupakan konsekwensi dari kurikulum sebagai suatu kegiatan, dalam bentuk ketercapaian tujuan kurikulum yakni tercapainya perubahan perilaku atau kemampuan tertentu dari para peserta didik. Sementara itu, Purwadi (2003) memilah pengertian kurikulum menjadi enam bagian : (1) kurikulum sebagai ide; (2) kurikulum formal berupa dokumen yang dijadikan sebagai pedoman dan panduan dalam melaksanakan kurikulum; (3) kurikulum menurut persepsi pengajar; (4) kurikulum operasional yang dilaksanakan atau dioprasional kan oleh pengajar di kelas; (5) kurikulum experience yakni kurikulum yang dialami oleh peserta didik; dan (6) kurikulum yang diperoleh dari penerapan kurikulum. Dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional sebagaimana dapat dilihat dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 menyatakan bahwa: Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Sumber: Akhmad Sudrajat

vandha.wordpress.com/kail.../artikel.../konsep-kurikulum/ - Tembolok - Mirip document.write(''); 1 Kurikulum

Perkataan kurikulum berasal dari perkataan Latin yang merujuk kepada laluan dalam sesua pertandingan. Berdasarkan kepada konsep tersebut , perkataan kurikulum adalah berka

rapat dengan perkataaan laluan atau laluan-lauan. Sehingga awal abad ke 20, kurikulu merujuk kepada kandungan dan bahan pembelajaran yang berkembang iaitu apa i persekolahan. Ahli progresif dan behaviouris pada lewat abad ke 19 dan abad ke 2 membincangkan tentang kurikulum dengan memasukkan unsur-unsur seperti kepelbagaia keperluan masyarakatan dan strategi-strategi pengajaran.

Frank Bobbit (1918), dalam buku The Curriculum menghuraikan kurikulum sebagai : i) keseluruhan pengalaman, yang tak terarah perkembangan kebolehan individu atau dan terarah, terumpu

kepa

ii)

satu siri latihan pengalaman langsung secara sedar digunakan oleh sekolah unt melengkap dan menyempurnakan pendedahannya. Konsep beliau menekankan kepa pemupukan perkembangan individu melalui segala pengalaman termasuk pengalam yang dirancangkan oleh sekolah.

John Dewey (1902,halaman 5) dalam bukunya The Child and The Curriculum merujuk istil kurikulum sebagai pengajian di sekolah dengan mengambil kira kandungan dari masa lamp hingga masa kini. Pembentukan kurikulum menekankan kepetingn dan keperluan masyaraka Beliau selanjutnya menghuraikan konsep ini dalam bukunya Democracy and Education (191 halaman 125). Dewey menyatakan bahawa skema kurikulum harus mengambil kira penyesuai pembelajaran dengan keperluan sesebuah komuniti; ia harus membuat pilihan dengan ni meningkatkan kehidupan yang dilalui supaya masa depan akan menjadi lebih baik dari ma lampau. Di sini, elemen rekonstruksionism social dapat dikesan dengan melihat kea rah ma keperluan masyarakat diletakkan sebagai objektif utama, tanpa menafikan kepentingan individ

Diantara lain definisi kurikulum adalah seperti berikut :

-urutan pengalaman yang ditetapkan oleh sekolah untuk mendisiplinkan cara berfikir d bertindak (Valiga, T & Magel, C., 2001)

-isi kandungan dan proses formal dan tidak formal yang mana pelajar memperolehi ilmu d kefahaman, mengembangkan kemahiran dan mengubah sikap serta menghargai dan mempelaja nilai-nilai murni di sekolah (Doll, R. 1996)

-pengalaman pembelajaran yang dirancang dan dibimbing serta hasil pembelajaran ya diinginkan, yang dibentuk secara sistematik dengan pembinaan semula ilmu dan pengalaman sekolah, bagi pertumbuhan dalm hal kecekapan sosial peribadi secara berterusan d

bersungguh-sungguh

-kurikulum sekolah adalah satu siri peristiwa yang terancang yang bertujuan untuk membe kesan pendidikan kepada murid di sekolah

-kurikulum seharusnya mempunyai matlamat awalan untuk dicapai, isi kandungan, proses d pengalaman yang dipilih untuk memudahkan pembelajaran; tahap tanggungjawab yang perlu ambil oleh guru dan pelajar untuk pembelajaran; bagaimana dan dimana kurikulum dilaksanak (Dillard & Laidig, 1998)

-Menurut Laporan Jawatan Kuasa Kabinet 1979, dalam konteks Malaysia , kurikulum bol didefinisikan sebagai :

Semua perancangan pendidikan yang dilaksanakan oleh sekolah atau institusi pendidikan adal untuk mencapai matlamat pendidikan. Kurikulum mengandungi dua aspek :

-sukatan dan kandungan mata pelajaran dengan aktiviti pengajaran dan pembelajaran -kurikulum seperti sukan, persatuan dan unit beruniform

-Mengikut Akta Pendidikan 1996; Pendidikan (Peraturan Kurikulum Kebangsaan) 199 mendefinisikan Kurikulum Kebangsaan sebagai :

program pendidikanyang merangkumi aktiviti kurikulum dan kokurikulum yang mencakupi sem ilmu pengetahuan, kemahiran, norma, nilai, elemen budaya dan kepercayaan untuk memban mengembangkan murid sepenuhnya dari aspek fizikal, rohani, mental dan emosi serta memupu dan memperkembangkan nilai murni yang diingini serta untuk menyebarkan ilmu pengetahuan

Umumnya, bagaimanakah anda mendefinisikan kurikulum? Carta berikut mungkin dap membantu anda memperoleh pengertian konsep dan kurikulum.

Konsep Umum Kurikulum

Konsep kurikulum dapat dijelaskan dengan lebih baik lagi melalui cara bagaimana sekol menjawab sembilan soalan kurikulum yang berikut ini :

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Apakah yang harus diajar ? Kepada siapa ia harus diajar ? Mengapa ia harus diajar ? Bagaimana ia harus diajar ? Bila (berapa lama dan bagaimana susunannya?) harus ia diajar? Bagaimana kita harus tahu bahawa pembelajaran telah berlaku? Apakah sumber yang akan digunakan (buku teks, bahan, video dll)? Dalam keadaan bagaimanakah kurikulum akan dilaksanakan? Apakah kumpulan (kooperat homogenous, individu) yang akan digunakan? 9. Apakah aspek situasi bilik darjah (susunan meja kerusi,ekologi bilik darjah) yang ak digambarkan dalam kurikulum?

2.0 Jenis-Jenis Kurikulum

Apakah jenis kurikulum yang anda tahu ? Sebenarnya terdapat dua jenis kurikulum utama iai kurikulum formal dan tersembunyi.

Kurikulum formal ialah rancangan di mana aktiviti pembelajaran dijalankan supaya matlam atau objektif pendidikan dan sekolah tercapai. Ia merupakan satu set dokumen unt dilaksanakan. Ia mengandungi hal sebenar yang berlaku dibilik darjah dan apa yang tel disediakan dan dinilai. Setiap sekolah ada kurikulum terancang iaitu satu set objektif ya berstruktur dengan kandungan dan pengalaman belajar serta hasil yang dijangkakan. merupakan rancangan eksplisit dan operasional yang dihasratkan, lazimnya dikelolakan mengik mata pelajaran dan gred, di mana peranan guru didefinisikan dengan jelas (Ornstein, A.C. Hunkins, F, 1983)

Kurikulum tersembunyi adalah sesuatu yang tidak terancang dan tidak formal. Ia mungk disebut sebagai kurikulum tak rasmi atau terlindung atau tak formal. Kurikulum dikelolakan di luar konteks pengajaran rasmi. Ia merupakan perlakuan dan sikap yang dibaw kedalam bilik darjah dan sekolah tanpa disedari dan disebut kerana tidak dinyatakan seca eksplisit. Ia terdiri dari peraturan tidak bertulis, konvokesyen, adat resam dan nilai budaya. dibentuk oleh faktor-faktor seperti status sosioekonomi dan latar belakang pengalaman gu dan murid.

Jadi apakah peranan anda sebagai guru dalam kurikulum tersembunyi? Anda harus berupa untuk mengenalpasti aspek-aspek kurikulum tersembunyi, terutamanya kemungkin ketidakfungsiaan potensi atau pengalaman pembelajaran negatif dan di mana-ma kemungkinanan untuk mengawal dan memperbaiki situasi.

Huraian ringkas yang berikut membolehkan anda membezakan antara pelbagai jenis kurikulum.

Kurikulum Bertulis/Yang Dihasratkan -

kurikulum yang dimuatkan dalam panduan kurikulum negeri dan daerah seper Kurikulum Kebangsaan iaitu KBSR/KBSM/Kurikulum Pra-Sekolah

Kurikulum Cadangan -

kurikulum yang dicadangkan oleh pakar-pakar pendidik, pertubuhan profesion suruhanjaya pembentuk dan pembuat dasar

Kurikulum Masa Depan -

merangkumi pendekatan berpusatkan murid yang membolehkan mereka memaha kekuatan dan kelamahan masing-masing serta berupaya belajar sepanjang hayat

-

pengalaman belajar direka untuk membantu murid menyepadukan pengetahu baru dan memurnikan bagi melahirkan celik akal melalui banding beza, membu induksi, deduksi dan menganalisis

-

pengalaman belajar memberikan murid peluang untuk menggunakan pengetahu secara bermakna bagi membolehkan mereka membuat keputusan dan unt membentuk pmikiran kritikal, kreatif dan futurisitik serta penyelesaian masal seperti Kajian Masa Depan 3 pendekatan boleh digunakan untuk melaksanakan visi ini :

-

-kandungan akan dibekalkan menggunakan pelbagai strategi

melalui

pelbagai

cara

penyampaian

deng

-kurikulum akan dibina sebagai modul dan diakses melalui rangkaian jaringan

-bahan, pengalaman dan sokongan akan diperolehi daripada pelbagai sumber d disepadukan ke dalam struktur teras kurikulum Kurikulum Sokongan -

kurikulum yang digambarkan dan dibentuk oleh sumber yang disediakan unt menyokong atau menyampaikan

Kurikulum Tersembunyi terletak diluar konteks pengajaran rasmi, belajar secara implisit

mengandungi peraturan tak bertulis. Konvensi, adat resam, nilai budaya ya dikenali sebagai sekolah, sperti sopan santun, menjaga kebersihan dan jujur

-

dibentuk oleh faktor seperti sosioekonomi dan latar belakang pengalaman d murid

Kurikulum Yang Di Ajar kurikulum yang dapat di lihat ketika memerhati pengajaran guru

Kurikulum Yang Di Uji set pembelajaran yang dinilai dalam ujian yang digubal oleh guru , ujian dibina peringka daerah dan ujian piawaian

Kurikulum Yang Di Alami/Di Pelajari -

semua perubahan pada nilai, persepsi dan tingkah laku yang berlaku adalah ha daripada pengalaman persekolahan

Hubungan kurikulum boleh dijelaskan melalui rajah yang berkaitan dengan lapisan kurikulum

3.0 Model Kurikulum

Terdapat pelbagai model kurikulum yang dibincangkan oleh Raplh Tyler (1949), Hilda Taba (1966) , Stenhouse (1975) dan Stake (1976).

a) Model Perkembangan Tyler

Berdasarkan 4 persoalan asas

i) ii)

Apakah tujuan pendidikan yang perlu dicapai oleh sekolah? Apakah pengalaman pendidikan yang boleh diberikan yang mungkin dapat mencapai tujuan tersebut ? Bagaimanakah pengalaman pendidikan ini boleh disusun secara berkesan?

iii) iv)

Bagaimanakah dapat kita tentukan sama ada tujuan ini boleh dicapai atau sebaliknya

Penekanan pada pembentukan objektif tingkah laku sebagai tujuan sebenar pendidikan bukanl untuk guru melakukan sesuatu aktiviti tetapi untuk membawa perubahan signifikan dalam po tingkah laku murid. Adalah penting untuk mengenal pasti bahawa sebarang pernyataan objekt sekolah adalah merupakan pernyataan perubahan yang berlaku dikalangan murid

Adalah sistematik dan memberi panduan yang kukuh untuk menentukan objektif tingkah la dan menyediakan hasilan yang jelas supaya kandungan kurikulum dan kaedah penyampaian dap disusun dan hasilannya boleh dinilai.

b) Model Perkembangan Taba

Kurikulum sebagai rancangan untuk bertindak Pendekatan bawah keatas (bottoms-up) terhadap kurikulum di mana guru memainkan peranan utama Peraturan tertentu untuk membina kurikulum dan guru harus membantu dalam proses perkembangannya 7 langkah dalam perkembangan kurikulum adalah : i) ii) iii) mendiagnosis keperluan pembentukan objektif pemilihan kandungan

iv) v) vi) vii)

pengurusan kandungan pemilihan pengalaman pembelajaran pengelolaan aktiviti pembelajaran penilaian

c) Model Perkembangan Stenhouse

Kurikulum sebagai satu proses Kurikulum bukan berbentuk fizikal tetapi berkaitan dengan interaksi guru, murid dan ilmu

Kurikulum adalah perkara sebenar yang berlaku dalam bilik darjah dan dilakukan oleh seseoran untuk membuat persediaan dan penilaian Proses yang aktif dan dihubungkaitkan dengan set penaakulan praktikal Aristotle Cubaan penyampaian prinsip-prinsip dan ciri-ciri pendidikan dalam satu bentuk terbuka untuk penilitian kritis dan boleh diterjemahkan kebentuk prakital Perlu penyediaan asas untuk merancang sesuatu kursus , mengkaji secara emperikal dan mempertimbangkan alasan secara praktikal. Ia harus menawarkan :

a) Perancangan prinsip pemilihan kandungan apa yang perlu diajar dan dipelajari prinsip perkembangan startegi pengajaran - bagaimana ia dipelajari dan diajar prinsip membuat keputusan tentang urutan

panduan untuk guru bagi kesesuaian untuk melaksanakan kurikulum dalam pelbag konteks maklumat tentang kepelbagaian kesan dalam konteks yang berbeza

-

Justifikasi : bermatlamatkan mudah diakses untuk diteliti dan dikritik Melihat Kurikulum sebagai sesuatu bentuk spesifikasi tentang amalan pengajaran Hasil kurikulum ini adalah hasil perkembangan kandungan dan cara daripada kerjasama antara

guru dan murid

Pembelajaran adalah berpusatkan murid dengan fokusnya adalah interaksi ; proses pembelajaran merupakan fokus utama guru

4.0 Faktor Mempengaruhi Pembentukan dan Perubahan Kurikulum

2.0

Rumusan

Kurikulum adalah rancangan untuk pembelajaran. Semua rancangan mengandungi visi ya mentakrifkan nilai sosial dan struktur yang diterjemahkan ke dalam pengalaman. Perkembang kurikulum ialah proses yang dinilainya diterjemah dan disusun ke dalam pengalam pembelajaran.

Perkembangan kurikulum, sebagai satu proses , merupakan putaran asas yan mengandungi menganalisis, mereka bentuk, melaksanakan dan menilai. Proses ini digunakan di sem peringkat dalam pembentukan konsep dan menyepadukan semua usaha untuk meningkatk kualiti program persekolahan.

Kurikulum ialah segala pengalaman pembelajaran yang dirancang dan diarahkan oleh sebu sekolah untuk mencapai matlamat pendidikan.

Dibawah kurikulum akademik, terdapat pelbagai jenis kurikulum, seperti kurikulum integra teras dan aktiviti atau pengalaman yang dapat digabungkan untuk membentuk kurikulum forma

Pembentukkan dan perubahan dalam kurikulum dipengaruhi oleh polisi-polisi kerajaan, matlam dan keutamaan program, keperluan negara dan masyarakat, keperluan individu serta keperlu menyeluruh. http://kdckdpm06.bravehost.com/kurikulum.htm

Konsep KurikulumPosted by dream's zone Sabtu, Januari 23 Konsep kurikulum berkembang sejalan dengan perkembangan teori dan praktek pendidikan, juga bervariasi sesuai dengan aliran atau teori pendidikan yang dianutnya. Menurut pandangan lama, kurikulum merupakan kumpulan mata-mata pelajaran yang harus disampaikan guru atau dipelajari oleh siswa. Pandangan yang muncul sejak zaman Yunani kuna ini, dalam lingkungan tertentu masih dioakai hingga kini, sebagaimana pendapat Robert S. Zais (1976:7), a recesourse of subject matters to be mastered. Menurut pendapat ini, kurikulum identik dengan bidang studi. Ada pendapat yang menyatakan bahwa kurikulum merupakan pengalaman belajar, pendapat ini dikemukakan antara lain oleh Caswell dan Cambell (1975), to be composed of all the experiences children have under the guidance of theachers. Ronald C Doll (1974:22), menggambarkan kurikulum telah berubah dari kontens belajar (isi) ke

proses, dari skop yang sempit kepada yang lebih luas, dari materi ke pengalaman, baik di rumah, sekolah maupun lingkungan masyarakat, bersama guru atau tidak, ada hubungannya dengan pelajaran ataupun tidak, termasuk upaya guru dan fasilitas untuk mendorongnya. Meskipun, pemaknaan kurikulum demikian, mendapat kritik dari Mauritz Johnson (1967:130), menurutnya pengalaman hanya akan terjadi bila siswa berinteraksi dengan ligkungannya, interaksi seperti demikian bukan kurikulum tetapi pengajaran. Menurutnya, kurikulum hanya berkenaan dengan a structured series of intended learning outcomes, hasil yang dicapai dari hasil belajar siswa. Oleh karena itu, perencaan dan pelaksanaan isi, kegiatan belajar mengajar, evaluasi termasuk pengajaran. Mc Donald (1967:3) memandang kurikulum sebagai rencana pendidikan atau pengajaran, yang terdiri dari empat komponen, yaitu: mengajar (kegiatan professional guru terhadap murid), belajar (kegiatan responsi siswa terhadap guru), pembelajaran (interaksi antara guru murid pada proses belajar mengajar) dan kurikulum (pedoman proses belajar mengajar). Bauchamp (1968) menekankan kurikulum sebagai rencana pendidikan atau pengajaran. Ia menegaskan bahwa kurikulum adalah dokumen tertulis dan sekaligus merupakan rencana pendidikan yang given di sekolah. Tetapi, kurikulum tidak hanya dinilai dari segi dokumen dan rencana pendidikan, karena ia harus memiliki fungsi operasional kegaiatan belajar mengajar, dan menjadi pedoman bagi pengajar maupun pelajar. Hilda Taba (1962) berpendapat, kurikulum tidak hanya terletak pada pelaksanaanya, tetapi pada keluasan cakupannya, terutama pada isi, metode dan tujuannya, terutama tujuan jangka panjang, karena justeru kurikulum terletak pada tujuannya yang umum dan jangka panjang itu, sedangkan imlementasinya yang sempit termasuk pada pengajaran, yang keduanya harus kontinum. Kurikulum, juga merupakan perwujudan penerapan teori baik yang terkait dengan bidang studi maupun yang terkait dengan konsep, penentuan, pengembangan desain, implementasi, dan evaluasiya. Oleh karna itu, ia merupakan rencana pengajaran dan sistem yang berisi tujuan yang ingin dicapai, bahan yang akan disajikan, kegiatan pengajaran, alat-alat pengajaran, dan jadwal waktu pengajaran. Sebagai suatu sistem kurikulum merupakan bagian dari sistem organisasi sekolah yang menyangkut penentuan kebijakan kurikulum