EVALUASI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI TINGKAT...

126
EVALUASI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI TINGKAT SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) DI KABUPATEN BELU, NUSA TENGGARA TIMUR TESIS PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN Diajukan oleh Efrems Hendro Loe Loko 132222211 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Transcript of EVALUASI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI TINGKAT...

Page 1: EVALUASI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI TINGKAT …repository.usd.ac.id/7229/2/132222211_full.pdfKata kunci: Evaluasi, Implementasi, Kurikulum dan Kurikulum 2013 PLAGIAT MERUPAKAN

EVALUASI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI

TINGKAT SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) DI

KABUPATEN BELU, NUSA TENGGARA TIMUR

TESIS

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN

Diajukan oleh

Efrems Hendro Loe Loko

132222211

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2016

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: EVALUASI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI TINGKAT …repository.usd.ac.id/7229/2/132222211_full.pdfKata kunci: Evaluasi, Implementasi, Kurikulum dan Kurikulum 2013 PLAGIAT MERUPAKAN

i

EVALUASI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI

TINGKAT SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) DI

KABUPATEN BELU, NUSA TENGGARA TIMUR

TESIS

UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN

MENCAPAI DERAJAT SARJANA S-2.

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN

Diajukan oleh

Efrems Hendro Loe Loko

132222211

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2016

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: EVALUASI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI TINGKAT …repository.usd.ac.id/7229/2/132222211_full.pdfKata kunci: Evaluasi, Implementasi, Kurikulum dan Kurikulum 2013 PLAGIAT MERUPAKAN

ii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: EVALUASI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI TINGKAT …repository.usd.ac.id/7229/2/132222211_full.pdfKata kunci: Evaluasi, Implementasi, Kurikulum dan Kurikulum 2013 PLAGIAT MERUPAKAN

iii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: EVALUASI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI TINGKAT …repository.usd.ac.id/7229/2/132222211_full.pdfKata kunci: Evaluasi, Implementasi, Kurikulum dan Kurikulum 2013 PLAGIAT MERUPAKAN

iv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: EVALUASI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI TINGKAT …repository.usd.ac.id/7229/2/132222211_full.pdfKata kunci: Evaluasi, Implementasi, Kurikulum dan Kurikulum 2013 PLAGIAT MERUPAKAN

v

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: EVALUASI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI TINGKAT …repository.usd.ac.id/7229/2/132222211_full.pdfKata kunci: Evaluasi, Implementasi, Kurikulum dan Kurikulum 2013 PLAGIAT MERUPAKAN

vi

INTISARI

EVALUASI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI TINGKAT

SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) DI KABUPATEN BELU

NUSA TENGGARA TIMUR

Penelitian ini bertujuan untuk melakukan evaluasi terhadap implementasi

Kurikulum 2013 di Tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kabupaten Belu,

NTT. Jenis Penelitian menggunakan metode deskriptif kualitatif denagn

pendekatan evaluasi. Model evaluasi yang digunakan adalah model CIPP (contex,

input, process dan product). Pengambilan sampel menggunakan metode sampel

bertujuan (purposive sampling). Keseluruhan informan berjumlah 156 orang.

Masing-masing terdiri dari 7 orang kepala sekolah, guru berjumlah 70 orang,

siswa berjumlah 70 orang, komite sekolah berjumlah 7 orang dan pengawas

berjumlah 2. Teknik pengumpulan data menggunakan metode wawancara,

pembagian kuesioner, observasi dan dokumentasi. Teknik analitis data

menggunakan model deskriptif analitis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari

evaluasi contex(1) Sarana prasarana penunjang implementasi K13 di Kabupaten

Belu berada pada kategori kurang baik (50, 57%), pemahaman siswa dan guru berada

pada kategori baik, sedangkan keterlibatan komite sekolah dalam pengembangan K13

belum maksimal. Dari evaluasi input, buku pedoman guru dan siswa tidak terlaksana

karena belum tersedianya buku. Pelatihan guru dan kepala sekolah berjalan

dengan sangat baik (79, 44%) Sedangkan pendampingan guru berjalan dengan

kurang baik (37,31%). Manajemen pembelajaran berada pada kategori cukup baik

(73,47%) dan layanan kesiswaan juga berada pada kategori baik (69,64%). Berdasarkan

hasil evaluasi contex, proses pembelajaran berjalan dengan cukup baik (76,51%).

Sedangkan proses penilaian berjalan kurang baik (49, 28%). Hasil dari evaluasi

input (keluaran) hasil yang diperoleh adalah banyak warga sekolah yang senang dengan

kehadiran K13. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masih ada kendala- kendala dalam

implementasi pleh karena itu direkomendasikan strategi untuk mengatasi kendala

implementasi K13 di tingkat SMA di Kabupaten Belu. matang, koordinasi terhadap

rencana implementasi, fokus pada pelaksanaan dan meningkatkan pengawasan dan

evaluasi.

Kata kunci : Evaluasi, Implementasi, Kurikulum dan Kurikulum 2013

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: EVALUASI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI TINGKAT …repository.usd.ac.id/7229/2/132222211_full.pdfKata kunci: Evaluasi, Implementasi, Kurikulum dan Kurikulum 2013 PLAGIAT MERUPAKAN

vii

ABSTRACT

EVALUATION OF IMPLEMENTATION CURRICULUM 2013 IN THE

SENIOR HIGH SCHOOL LEVEL IN THE DISTRICT BELU,

EAST NUSA TENGGARA

This study aims to evaluate the implementation of Curriculum 2013 in

Level School High School in the district Belu, NTT. Type research uses

descriptive method with qualitative evaluation approach. Evaluation model used is

the CIPP (contex, input, process and product) model. The subjects consisting of

sthis study was established using the purposive sampling technique. Overall

informants totaling 156 people. Each consists of seven principals, teachers

informants 70 people, students 70 people, school committee amounted to 7

people and supervisors amounted to 2. The data collection technique using

interviews, questionnaires distribution, observation and documentation.

Mechanical analytical data using analytical descriptive model.The results showed

that of the evaluation contex (1) Means infrastructure supporting the

implementation of K13 in district Belu are in the unfavorable category (50, 57%),

understanding of students and teachers were in the good category, while the

school committee's involvement in the development of K13 is not maximized.

From the input evaluation, the teacher manual and the student was not

implemented because of the unavailability of books. Training teachers and

principals went very well (79, 44%), while teacher mentoring runs poorly

(37.31%). Learning management that are in good category (73.47%) and student

services are also in a good category (69.64%). Based on the evaluation contex, the

learning process works very well (76.51%). While the assessment process going

well (49, 28%). The results of the evaluation of the input (output) results obtained

are many schools are happy with the presence of K-13.The results showed that

there are still obstacles in the implementation therefore recommended strategies to

overcome implementation obstacles K13 at the high school level in Belu. Strategy

in the form of careful planning, the coordination of the implementation plan,

focusing on the implementation and improve monitoring and evaluation.

Keywords: Evaluation, Implementation, Curriculum and Curriculum 2013

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: EVALUASI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI TINGKAT …repository.usd.ac.id/7229/2/132222211_full.pdfKata kunci: Evaluasi, Implementasi, Kurikulum dan Kurikulum 2013 PLAGIAT MERUPAKAN

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................ i

HALAMAN PERNYATAAN ................................................................. ii

LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................... iii

KATA PENGANTAR ............................................................................. v

DAFTAR ISI ............................................................................................ vii

DAFTAR TABEL ................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xiii

INTISARI ................................................................................................ xiv

ABSTRACT ............................................................................................. xv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................. 1

B. Perumusan Masalah .......................................................... 5

C. Tujuan Penelitian ............................................................. 6

D. Manfaat Penelitian ........................................................... 6

E. Batasan Penelitian ............................................................ 6

F. Sistematika Penulisan ......................................................................... 7

G. Keterbatasan Penelitian ...................................................................... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Evaluasi Implementasi Kurikulum ...................................... 9

1. Evaluasi ....................................................................................... 9

2. Implementasi ............................................................ 10

3. Kurikulum ................................................................ 11

a. Pengertian Kurikulum .......................................... 11

b. Kurikulum 2013 ................................................... 13

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: EVALUASI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI TINGKAT …repository.usd.ac.id/7229/2/132222211_full.pdfKata kunci: Evaluasi, Implementasi, Kurikulum dan Kurikulum 2013 PLAGIAT MERUPAKAN

ix

1) Tujuan Kurikulum 2013 .................................. 14

2) Landasan Yuridis Kurikulum 2013 ................. 14

3) Struktur Kurikulum 2013 ................................ 15

4. Implementasi Kurikulum ........................................... 16

5. Evaluasi Kurikulum ....................................................................

a. Konsep Evaluasi Kurikulum ................................ 18

b. Peranan Evaluasi Kurikulum ............................... 20

c. Tujuan Evaluasi Kurikulum ................................. 21

d. Model Evaluasi Kurikulum .................................. 23

B. Faktor-faktor dalam Implementasi Kurikulum .................................. 26

1. Faktor Perencanaan Implementasi Kurikulum ............................ 26

2. Faktor Kurikulum........................................................................ 27

3. Faktor Guru dalam Implementasi Kurikulum ............................. 28

4. Faktor Sarana dan Prasarana ....................................................... 30

5. Faktor Iklim dan Budaya Sekolah............................................... 31

6. Faktor Peran Kepala Sekolah ...................................................... 32

7. Faktor Pelaksanaan Penilaian ..................................................... 33

8. Faktor Keterlibatan Komite Sekolah .......................................... 34

C. Strategi Untuk Implementasi Kurikulum 2013 ................................. 35

1. Strategi Diklat Guru Kelas/Mapel, Kepala Sekolah,

dan Pengawas .............................................................................. 35

2. Pengadaan Sarana dan Prasarana ................................................ 36

3. Pendampingan Pendidik ................................................................... 37

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: EVALUASI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI TINGKAT …repository.usd.ac.id/7229/2/132222211_full.pdfKata kunci: Evaluasi, Implementasi, Kurikulum dan Kurikulum 2013 PLAGIAT MERUPAKAN

x

BAB III METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian ......................................... 39

B. Jenis Penelitian .............................................................. 39

C. Teknik Pengumpulan Data ............................................. 40

1. Wawancara ............................................................... 40

2. Kuesioner.................................................................. 41

3. Dokumentasi ............................................................. 43

4. Pengamatan .............................................................. 44

D. Informan ........................................................................ 44

E. Teknik Analisis Data ...................................................... 45

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Evaluasi Implementasi Kurikulum 2013 di Kabupaten

Belu Model CIPP ........................................................... 49

1. Evaluasi Konteks (Contex) ....................................... 49

a. Sarana Prasarana ................................................. 50

b. Pemahaman Guru tentang Kurikulum 2013 ........... 53

c. Pemahaman Siswa tentang Kurikulum 2013 ......... 55

d. Keterlibatan Orang Tua (Komite Sekolah)

dalam Kurikulum ................................................ 58

2. Evaluasi Masukan (Input) ......................................... 62

a. Buku Pedoman Guru dan Siswa ........................... 62

b. Pelatihan dan Pendampingan Guru ....................... 65

c. Manajemen Pembelajaran .................................... 72

d. Layanan Kesiswaan ............................................. 75

3. Evaluasi Proses (Process) ......................................... 77

a. Proses Pembelajaran ........................................... 78

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: EVALUASI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI TINGKAT …repository.usd.ac.id/7229/2/132222211_full.pdfKata kunci: Evaluasi, Implementasi, Kurikulum dan Kurikulum 2013 PLAGIAT MERUPAKAN

xi

b. Proses Penilaian ................................................. 82

4. Evaluasi Keluaran (Product) ..................................... 82

B. Faktor-faktor yang Menghambat Implementasi

Kurikulum 2013 di Kabupaten Belu ................................ 89

C. Strategi-strategi untuk Mengatasi Kendala

Implementasi Kurikulum 2013 di Kabupaten Belu ........... 94

1. Perencanaan (Planning) ............................................ 96

2. Pengorganisasian (Organizing) .................................. 98

3. Pelaksanaan (Actuating) ......................................... 100

4. Pengawasan (Controlling) ....................................... 104

BAB V KESIMPULAN

A. Kesimpulan .................................................................. 106

B. Saran ................................................................................................ 108

DAFTAR PUSTAKA ......................................................... 109

LAMPIRAN

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: EVALUASI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI TINGKAT …repository.usd.ac.id/7229/2/132222211_full.pdfKata kunci: Evaluasi, Implementasi, Kurikulum dan Kurikulum 2013 PLAGIAT MERUPAKAN

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Tabel Gradasi jawaban responden ................................................. 40

Tabel 3.2 Kategori Tingkatan Jawaban Responden ....................................... 46

Tabel 4.1 Hasil Skor Nilai Sarana Prasarana ................................................. 50

Tabel 4.2 Hasil Skor Nilai Pelatihan K13 ...................................................... 65

Tabel 4.3 Hasil Skor Nilai Pendampingan .................................................... 69

Tabel 4.4 Hasil Skor Nilai Manajemen Pembelajaran Kasek ........................ 72

Tabel 4.5 Hasil Skor Nilai Layanan Kesiswaan ............................................ 75

Tabel 4.6 Hasil Skor Nilai Proses Pembelajaran ........................................... 77

Tabel 4.7 Hasil Skor Nilai Proses penilaian .................................................. 81

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: EVALUASI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI TINGKAT …repository.usd.ac.id/7229/2/132222211_full.pdfKata kunci: Evaluasi, Implementasi, Kurikulum dan Kurikulum 2013 PLAGIAT MERUPAKAN

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Perbedaan Kurikulum 2013 dan KTSP 114

Lampiran 2 Lembar Permohonan Menjadi Responden 115

Lampiran 3 Surat Persetujuan Responden 116

Lampiran 4 Pedoman Wawancara 117

Lampiran 5 Kuesioner 119

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: EVALUASI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI TINGKAT …repository.usd.ac.id/7229/2/132222211_full.pdfKata kunci: Evaluasi, Implementasi, Kurikulum dan Kurikulum 2013 PLAGIAT MERUPAKAN

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Memasuki pertengahan tahun 2013, dunia pendidikan Indonesia

dihadapkan pada kebijakan nasional yang sangat penting, yaitu mulai

diterapkannya Kurikulum 2013(K-13). Penerapan K-13 di seluruh sekolah di

Indonesia ini mengacu pada Permendikbud No. 81A tahun 2013 tentang

implementasi K-13. Kebijakan kurikulum baru menjadi menarik untuk terus

dikaji, terutama secara akademik. Hal ini karena kurikulum merupakan salah

satu aspek penting dalam proses pendidikan, dan selalu mengalami proses

pembaharuan seiring dengan perkembangan yang terjadi di masyarakat. Oleh

sebab itu, pembaharuan kurikulum harus dipandang sebagai suatu tuntutan

perubahan. Dinamika perkembangan kurikulum sebagai suatu tuntutan

perubahan mengandung implikasi bahwa perubahan kurikulum merupakan

sesuatu yang imperatif agar kurikulum yang berlaku tetap memiliki relevansi

dengan kebutuhan masyarakat.

Kebijakan tentang pemberlakukan K-13 harus dilihat dalam konteks

tuntutan perubahan yang harus dihadapi oleh bangsa Indonesia, baik saat ini

maupun untuk masa yang akan datang. Pada setiap kesempatan sosialisasi K-

13, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI ketika itu Muhammad Nuh

(2013) mengemukakan bahwa terdapat berbagai rasional pentingnya K-13.

Pertama, penyiapan generasi emas Indonesia dalam rangka seratus tahun

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: EVALUASI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI TINGKAT …repository.usd.ac.id/7229/2/132222211_full.pdfKata kunci: Evaluasi, Implementasi, Kurikulum dan Kurikulum 2013 PLAGIAT MERUPAKAN

2

Indonesia merdeka. Hal ini berkaitan dengan struktur penduduk Indonesia

2010, penduduk usia 0-9 tahun dan 10-19 tahun menempati porsi yang sangat

besar, yaitu usia 0-9 tahun berjumlah 45,93 juta, dan usia 10-19 thn

berjumlah 43,55 juta (Indratno, 2013). Kedua adalah masalah pembentukan

karakter bangsa. Beberapa masalah penting pembangunan karakter bangsa

dan negara Indonesia saat ini dan ke depan antara lain adalah disorientasi dan

belum dihayatinya nilai-nilai Pancasila, bergesernya nilai-nilai etika dalam

kehidupan berbangsa dan bernegara, memudarnya kesadaran terhadap nilai-

nilai budaya bangsa, ancaman disintegrasi bangsa, dan melemahnya

kemandirian bangsa (Winataputra, 2010:9).

Perubahan kurikulum 2006 menjadi K-13 pada dasarnya adalah

perubahan pola pikir (mindset), dapat dikatakan merupakan perubahan

budaya mengajar dari para guru dalam melaksanakan pendidikan di sekolah.

Dengan demikian untuk mendukung pelaksanaan K-13 harus sesuai dengan

rancangan yang diinginkan (Mulyasa, 2013).

Seiring berjalannya waktu, keputusan pun berubah. K-13 yang sudah

dijalankan pada tahun ajaran baru 2013/2014 dibatalkan melalui surat edaran

Menteri dan Kebudayaan Nomor 179342/MPK/KR/2014 tanggal 5 Desember

2014. Ada tiga keputusan utama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI

yang dijelaskan pada surat edaran tersebut:

1. Menghentikan pelaksanaan K-13 bagi sekolah yang baru melaksanakan.

K-13 mulai tahun pelajaran 2014/2015. Sekolah yang baru melaksanakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: EVALUASI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI TINGKAT …repository.usd.ac.id/7229/2/132222211_full.pdfKata kunci: Evaluasi, Implementasi, Kurikulum dan Kurikulum 2013 PLAGIAT MERUPAKAN

3

K-13 satu semester ini supaya kembali melaksanakan Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 pada semester genap 2014/2015.

2. Tetap melaksanakan K-13 bagi sekolah-sekolah yang sudah melaksanakan

K-13 tahun pelajaran 2013/2014.

3. Mengembalikan tugas pengembangan K-13 kepada Pusat Kurikulum dan

Perbukuan. Dan, pemerintah akan melakukan perbaikan mendasar

terhadap K-13 sehingga dapat dilaksanakan dengan baik

Hal ini memicu perdebatan diantara para akademisi, intelektual,

pemerhati pendidikan, guru-guru dan juga siswa. Abduhzen (2015) Direktur

Institute for Education Reform Universitas Paramadina, Jakarta: Ketua

Litbang PB PGRI, berpendapat bahwa kebijakan pemberhentian kurikulum

ini adalah sesuatu yang sulit dan tak langsung menyelesaikan problem K-13

yang tergesa-gesa, bahkan menjadi komplikasi bagi pembelajaran mendatang.

Namun, putusan ini mesti diambil agar beragam kerancuan substansi dan

kesukaran teknis implementasi K-13 tak berkepanjangan. Sedangkan Fadillah

(2014) berpendapat bahwa alangkah bijaksana bila evaluasi sebagaimana

dicantumkan dalam pasal 2 ayat 2 dilakukan secara lengkap dan menyeluruh

sebelum kurikulum baru ini diterapkan di seluruh sekolah. Konsekuensi dari

penerapan menyeluruh sebelum evaluasi lengkap adalah bermunculannya

masalah-masalah yang sesungguhnya bisa dihindari jika proses perubahan

dilakukan secara lebih seksama dan tidak terburu-buru.

Berdasarkan keputusan Permendikbud No. 81A tahun 2013 tentang

Implementasi K-13, sebagai bagian dari negara Republik Indonesia, seluruh

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: EVALUASI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI TINGKAT …repository.usd.ac.id/7229/2/132222211_full.pdfKata kunci: Evaluasi, Implementasi, Kurikulum dan Kurikulum 2013 PLAGIAT MERUPAKAN

4

lapisan pendidikan di Kabupaten Belu mulai dari tingkat SD, SMP,

SMA/SMK sampai pada tingkat Perguruan Tinggi, turut mengambil bagian

dalam penerapan K-13 meskipun hanya 1 (satu) semester. Selama

implementasi kurikulum ini banyak hal yang dilalui dan dirasakan bersama

oleh pemerintah Dinas Pendidikan Kabupaten Belu bersama seluruh

jajarannya termasuk sekolah-sekolah. Banyak faktor yang dianggap

menghambat terlaksananya K-13 ini. Konkritnya berdasarkan studi

pendahuluan di Kabupaten Belu menunjukkan beberapa guru mengeluhkan

waktu untuk sosialisasi K-13 yang terlalu singkat, persiapan implementasi

yang terbatas, dan kesulitan dalam melakukan penilaian. Sedangkan dari

beberapa siswa calon responden mengeluhkan jam sekolah berlebihan dan

terlalu menekan siswa. Setelah keluarnya surat edaran dari Mendikbud

tentang pemberhentian sementara K-13 ini, Dinas Pendidikan Kabupaten

Belu dan sekolah-sekolah merasa senang karena sepertinya ada beban di

pundak yang terangkat begitu saja. Tanpa banyak pertimbangan mereka pun

memberhentikan Impelementasi K-13.

Mencermati fenomena di atas dan kondisi pelaksanaan K-13 di setiap

satuan pendidikan semenjak K-13 diberlakukan pada tahun ajaran 2014/2015

hingga diberhentikan dengan alasan peninjauan ulang, penulis tertarik untuk

melakukan penelitian dengan tema “Evaluasi Implementasi K-13 di Tingkat

Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kabupaten Belu-Nusa Tenggara Timur”.

Evaluasi kurikulum adalah suatu aktivitas ilmiah yang memiliki

keterkaitan erat dengan proses pengembangan kurikulum (Hasan, 2009).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: EVALUASI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI TINGKAT …repository.usd.ac.id/7229/2/132222211_full.pdfKata kunci: Evaluasi, Implementasi, Kurikulum dan Kurikulum 2013 PLAGIAT MERUPAKAN

5

Menurut Mafuddin (2011) dalam penelitian mereka tentang evaluasi KTSP

Bahasa Asing SMA, evaluasi terhadap kurikulum memainkan peranan yang

sangat penting dalam proses pendidikan karena merupakan proses

pengambilan keputusan dengan menggunakan informasi yang diperoleh

melalui pengukuran baik kualitatif maupun kuantitatif. Maksud evaluasi tentu

saja adalah memberi nilai tentang kualitas sesuatu; seberapa proses atau hasil

suatu program (misalnya) dapat dicapai.

Studi ini merupakan sebuah kajian akademis dari perspektif manajemen

untuk melakukan sebuah evaluasi mengenai implementasi K-13 di tingkat

SMA di Kabupaten Belu Nusa Tenggara Timur. Hal ini penting dilakukan

karena kurikulum ini tetap akan diimplementasikan di seluruh wilayah NKRI

(Negara Kesatuan Republik Indonesia), sehingga pemangku kepentingan

termasuk pemerintah, pihak sekolah, siswa dan orang tua perlu mendapat

masukan yang obyektif tentang kelebihan dan kelemahan K-13 sehingga

implementasinya dapat menghasilkan mutu pendidikan yang lebih baik.

B. 0Perumusan Masalah

Dengan latar belakang masalah di atas, maka masalah-masalah yang

akan diteliti dalam studi ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana Implementasi K-13 di Kabupaten Belu?

2. Apa kendala yang dihadapi dalam implementasi K-13 di Kabupaten Belu?

3. Apa strategi terbaik yang harus disiapkan dan digunakan untuk

menghadapi kendala implementasi K-13 di Kabupaten Belu?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: EVALUASI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI TINGKAT …repository.usd.ac.id/7229/2/132222211_full.pdfKata kunci: Evaluasi, Implementasi, Kurikulum dan Kurikulum 2013 PLAGIAT MERUPAKAN

6

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini

adalah:

1. Untuk mengetahui sejauh mana implementasi K-13 di Kabupaten Belu?

2. Untuk mendeskripsikan kendala-kendala implementasi K-13 SMA di

Kabupaten Belu?

3. Untuk memberi gambaran dan strategi dalam menghadapi kendala

implementasi K-13 ke depannya.

D. Manfaat Penelitian

Studi ini bermanfaat bagi pengembangan teori manajemen khususnya

dalam hal pendidikan. Intervensi teori manajemen dalam menyikapi

kurikulum dan implikasinya akan memperkaya teori manajemen pendidikan,

agar pengelolaan pendidikan dapat dilaksanakan secara lebih efektif dan

efisien, sesuai dengan prinsip-prinsip manajemen modern.

E. Batasan Penelitian

Studi ini terbatas pada aspek evaluasi sebagai bagian dari manajemen

terhadap K-13. Sekalipun demikian, beberapa fakta yang berkaitan dengan

obyek manajemen seperti perencanaan, pelaksanaan dan capaian ikut dibahas

juga dalam kerangka evaluasi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: EVALUASI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI TINGKAT …repository.usd.ac.id/7229/2/132222211_full.pdfKata kunci: Evaluasi, Implementasi, Kurikulum dan Kurikulum 2013 PLAGIAT MERUPAKAN

7

F. Sistematika Penulisan

Tesis ini disajikan dalam beberapa bab, dengan sistematika sebagai

berikut:

BAB I Pendahuluan, berisi uraian mengenai latar belakang masalah,

identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan

penelitian, batasan penelitian dan sistematika penulisan. BAB II Tinjauan

Pustaka berisi uraian teoritik mengenai evaluasi, implementasi, kurikulum

dan hambatan implementasi kurikulum. BAB III Metodologi Penelitian berisi

uraian mengenai profil lokasi penelitian metode penelitian, populasi dan

sampel, metode pengumpulan data, dan metode analisis data.

Bab IV Evaluasi Implementasi K-13 di Kabupaten Belu-Nusa Tenggara

Timur, bagian ini berisi analisis data penelitian, interpretasi dan disertai

pembahasan hasil penelitian. BAB V Kesimpulan dan Saran sebagai bab

penutup, di bagian ini disarikan kesimpulan hasil penelitian disertai saran-

saran yang relevan.

G. Keterbatasan Penelitian

1. Ada kepala sekolah dan guru yang tidak jujur dengan keadaan sekolah

yang sesungguhnya

2. Ketiadaaan buku pedoman guru dan siswa membuat penulis sulit

melakukan penelitian khusus tentang buku pedoman guru dan siswa.

3. Keterbatasan waktu dan akses terhadap informasi. Belum semua guru dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: EVALUASI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI TINGKAT …repository.usd.ac.id/7229/2/132222211_full.pdfKata kunci: Evaluasi, Implementasi, Kurikulum dan Kurikulum 2013 PLAGIAT MERUPAKAN

8

siswa mengisi angket. Belum semua sekolah diobservasi.

4. Evaluasi implementasi K-13 pada tahap outcomes hanya sebatas pada hasil

tanggapan warga sekolah terhadap kehadiran K-13 sedangkan dampak

pelaksanaan K-13 bagi guru dan siswa, dampak lingkungan pembelajaran

belum bisa digali lebih lanjut karena siswa yang melaksanakan K-13 baru

berjalan 3 semester

BAB II

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: EVALUASI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI TINGKAT …repository.usd.ac.id/7229/2/132222211_full.pdfKata kunci: Evaluasi, Implementasi, Kurikulum dan Kurikulum 2013 PLAGIAT MERUPAKAN

9

TINJAUAN PUSTAKA

A. Evaluasi Implementasi Kurikulum

1. Evaluasi

Evaluasi merupakan bagian dari sistem manajemen. Menurut

Liderman (2007), secara umum sistem manajemen mencakup empat

bagian yaitu 1. Perencanaan, 2. Pengorganisasian, 3. Pelaksanaan, dan 4.

Evaluasi.

Perencanaan merupakan proses yang mendahului pengambilan

keputusan (Robbins, et al., 2009).

Pengorganisasian adalah penyusunan struktur organisasi yang

sesuai dengan tujuan organisasi, sumber daya yang dimilikinya dan

lingkungan yang melingkupinya (Handoko, 2003).

Pelaksanaan merupakan sistem kerjasama sekelompok orang, yang

dilakukan dengan pembidangan dan pembagian seluruh pekerjaan atau

tugas dengan membentuk sejumlah satuan atau unit kerja, yang

menghimpun pekerjaan sejenis dalam satu-satuan kerja. Kemudian

dilanjutkan dengan menetapkan wewenang dan tanggungjawab masing-

masing dengan mengatur hubungan kerja baik secara vertikal maupun

horizontal (De Bruyn, Lillien, 2008).

Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil

implementasi dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk

melihat keberhasilannya. Dari evaluasi kemudian akan tersedia informasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: EVALUASI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI TINGKAT …repository.usd.ac.id/7229/2/132222211_full.pdfKata kunci: Evaluasi, Implementasi, Kurikulum dan Kurikulum 2013 PLAGIAT MERUPAKAN

10

mengenai sejauh mana suatu kegiatan tertentu telah dicapai sehingga bisa

diketahui bila terdapat perbedaan antara rencana yang telah ditetapkan

dengan hasil yang bisa dicapai. Setiap program, kegiatan atau aktivitas

yang direncanakan selalu diakhiri dengan suatu evaluasi (Liderman, 2007).

Evaluasi dimaksudkan untuk melihat kembali apakah suatu program atau

kegiatan telah sesuai dengan perencanaan atau belum (Sukmadinata,

2008).

2. Implementasi

Meter dan Horn (1965) dalam Wahab (2001) merumuskan makna

implementasi sebagai berikut: tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh

individu-individu/pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah

atau swasta yang diarahkan demi tercapainya tujuan-tujuan yang telah

digariskan dalam keputusan kebijaksanaan.

Miller (1985) (dalam Subandijah, 2006) mendefenisikan

implementasi sebagai kegiatan memenuhi, melaksanakan, memproduksi

dan menyelesaikan sebuah kebijakan yang telah diambil sebelumnya.

Sementara itu Tornanatzky dan Johnson, 1982 (dalam Subandijah, 2006)

membuat batasan tentang implementasi sebagai terjemahan dari alat,

teknik, proses atau metode dari pengetahuan untuk berlatih.

Dari pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa

implementasi adalah tindakan melaksanakan atau mewujudkan apa yang

telah ditetapkan sebagai kebijakan suatu lembaga tertentu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: EVALUASI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI TINGKAT …repository.usd.ac.id/7229/2/132222211_full.pdfKata kunci: Evaluasi, Implementasi, Kurikulum dan Kurikulum 2013 PLAGIAT MERUPAKAN

11

3. Kurikulum

a. Pengertian Kurikulum

Pada awal mulanya, istilah kurikulum berasal dari bahasa

Yunani yaitu curir, artinya “pelari” dan curere yang berarti “tempat

berpacu”. Kurikulum berarti jarak yang harus ditempuh oleh pelari

dari awal (start) sampai akhir (finish) untuk bisa mendapatkan

penghargaan. Dalam dunia pendidikan, jarak tersebut diartikan program

pendidikan yang berisi mata pelajaran. Dengan demikian, pengertian

sederhana kurikulum dari bahasa aslinya yaitu program pendidikan

berisi mata pelajaran yang harus ditempuh oleh siswa untuk bisa

memperoleh ijazah ( Arifin, 2013).

Caswel & Campbell (1935) dalam Majid (2014) mendefinisikan

kurikulum dengan pengertian yang hampir sama sebagai: “ to be composed

of all experiences children have under the guidance of teacher”.

Kurikulum berisi seperangkat rencana berisi pengalaman yang akan

dimiliki siswa di bawah bimbingan guru. Kurikulum yang dirancang

merupakan satu set rencana yang berisi pengalaman yang akan dimiliki

siswa selama mengikuti program pendidikan. Pengalaman siswa dalam

serangkaian kegiatan pembelajaran berada di bawah bimbingan guru.

Guru bertanggung jawab dalam membimbing siswa selama proses

pembelajaran dalam mengimplementasi sebuah kurikulum.

Saylor (1956) dalam Oliva (1992) memberikan definisi yang

sejalan dengan beberapa pendapat di atas tentang kurikulum bahwa:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: EVALUASI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI TINGKAT …repository.usd.ac.id/7229/2/132222211_full.pdfKata kunci: Evaluasi, Implementasi, Kurikulum dan Kurikulum 2013 PLAGIAT MERUPAKAN

12

"curriculum as a plan for providing sets of learning opportunities for

persons to be educated”. Kurikulum sebagai rencana untuk menyediakan

kesempatan belajar bagi orang-orang untuk dididik. Dalam hal ini,

kurikulum disusun untuk memberikan berbagai kesempatan siswa untuk

belajar. Siswa diberi kesempatan untuk menambah kemampuan diri.

Oliva (1992) menjelaskan bahwa pada masa Gaius Julius Caesar

dikenal sebuah trek oval yang di atasnya digunakan untuk arena

balap kereta Romawi. Trek itu disebut the curriculum. Pada masa itu

kurikulum diartikan sebagai jarak yang harus ditempuh oleh seorang

pelari dimulai dari titik start sampai finish untuk mendapatkan medali

atau penghargaan.

Definisi yang terkait dengan kurikulum memberikan penekanan

tertentu. Seperti 2 definisi yang dirangkum oleh Marsh (2009) berikut:

a) “Curriculum is all planned learnings for which the school is

responsible”, b) “the totality of learning experiences provided to

students so that they can attain general skills and knowledge at a

variety of learning sites”. Dapat diartikan bahwa kurikulum adalah semua

rencana pembelajaran yang menjadi tanggung jawab sekolah dan juga

pengalaman yang diberikan kepada siswa dalam belajar sehingga

mereka dapat mencapai keterampilan umum dan pengetahuan di

berbagai materi pembelajaran.

Pengertian yang serupa dijelaskan dalam Undang-Undang nomor

20 tahun 2003 dan peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2005

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: EVALUASI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI TINGKAT …repository.usd.ac.id/7229/2/132222211_full.pdfKata kunci: Evaluasi, Implementasi, Kurikulum dan Kurikulum 2013 PLAGIAT MERUPAKAN

13

menetapkan pengertian kurikulum sebagai: seperangkat rencana dan

pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang

digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran

untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kurikulum berisi perencanaan

dan pengaturan yang berisi tujuan, bahan ajar, cara yang ditempuh untuk

mencapai tujuan yang digunakan sebagai pedoman pembelajaran.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa

kurikulum merupakan rencana/program kegiatan pembelajaran yang berisi

tujuan, isi, dan bahan/materi pelajaran yang akan memberikan pengalaman

belajar bagi siswa, memberikan bekal ketrampilan umum dan pengetahuan

untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

b. Kurikulum 2013

Berdasarkan Permendikbud nomor 81A tentang implementasi K-

13, kurikulum yang diterapkan dalam dunia pendidikan di Indonesia mulai

tahun ajaran 2013/2014 adalah K-13. K-13 merupakan langkah lanjutan

dari KTSP 2006 yang mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan

keterampilan secara terpadu. (Perbedaan KTSP dan K-13 lihat pada

lampiran 1).

1) Tujuan K-13

Dengan demikian, K-13 bertujuan untuk mempersiapkan insan

Indonesia supaya memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: EVALUASI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI TINGKAT …repository.usd.ac.id/7229/2/132222211_full.pdfKata kunci: Evaluasi, Implementasi, Kurikulum dan Kurikulum 2013 PLAGIAT MERUPAKAN

14

warganegara yang kreatif, produktif, kreatif, inovatif, afektif serta

mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa,

bernegara, dan peradaban dunia (Dokumen K-13).

2) Dasar/Landasan Yuridis K-13

a) Landasan Filosofis

(1) Filosofis Pancasila yang memberikan berbagai prinsip dasar dalam

pembangunan pendidikan

(2) Filosofi pendidikan yang berbasis pada nilai-nilai luhur,

(3) Nilai akademik, kebutuhan siswa, dan masyarakat.

b) Landasan Yuridis

(1) RPJMM 2010-2014 Sektor Pendidikan, tentang Perubahan

metodologi Pembelajaran dan Penataan Kurikulum

(2) PP No. 19 tahun 2005, Tentang Standar Nasional Pendidikan.

(3) INPRES Nomor 1 Tahun 2010, tentang Percepatan Pelaksanaan

Prioritas Pembangunan Nasional, penyempurnaan kurikulum dan

metode pembelajaran aktif berdasarkan nilai-nilai budaya bangsa

untuk membentuk daya saing dan karakter bangsa.

c) Landasan Konseptual

(1) Relevansi pendidikan (link and match)

(2) Kurikulum berbasis kompetensi dan karakter

(3) Pembelajaran kontekstual (contextual teaching and

(4) learning)

(5) Pembelajaran aktif (student active learning)

(6) Penilaian yang valid, utuh, dan menyeluruh (Dokumen K-13).

3) Struktur Kurikulum 2013 untuk SMA

Dalam K-13 SMA terdapat 3 kelompok mata pelajaran. Pertama,

kelompok A yang didalamnya terdapat mata pelajaran Pendidikan

Agama, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia,

Matematika, Sejarah Indonesia dan Bahasa Inggris. Kedua, kelompok B

yang terdiri dari mata pelajaran Seni Budaya, Pendidikan Jasmani,

Olahraga, dan Kesehatan, serta Prakarya. Ketiga, kelompok C atau mata

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: EVALUASI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI TINGKAT …repository.usd.ac.id/7229/2/132222211_full.pdfKata kunci: Evaluasi, Implementasi, Kurikulum dan Kurikulum 2013 PLAGIAT MERUPAKAN

15

pelajaran peminatan yang didalamnya terdapat peminatan akademik

Matematika dan Sains (Matematika, Biologi, Fisika, dan Kimia),

peminatan Sosial (Geografi, Sejarah, Ekonomi, Sosiologi dan

Antropologi), serta peminatan Bahasa (Bahasa dan Sastra Indonesia,

Bahasa dan Sastra Mandarin, Bahasa dan Sastra Inggris, Bahasa dan

Sastra Arab). Ada juga mata pelajaran pilihan yang terdiri dari bahasa

asing lain (Jepang, Korea, Jerman, Prancis), Literasi Media, Teknologi

Terapan, dan lainnya.

Seluruh siswa wajib mengikuti pelajaran kelompok A dan

kelompok B, serta memilih salah satu pelajaran peminatan dengan

menempuh 18 jam untuk pelajaran wajib, 16 jam untuk pelajaran

peminatan, dan 6 jam untuk mata pelajaran lintas minat, pendalaman

minat, pelajaran pilihan, maupun pelajaran pilihan tambahan dari

sekolah. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam K-13

jumlah mata pelajaran menjadi berkurang, sebaliknya jumlah jam

pelajaran semakin bertambah. Peminatan mata pelajaran untuk SMA

dimulai dari kelas X (Dokumen K-13).

4. Implementasi Kurikulum

Fullan (2007) mendefinisikan implementasi kurikulum sebagai :

“Putting into practice of an idea, program or set of activities which is new

to the individual or organization using it”. Implementasi kurikulum

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: EVALUASI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI TINGKAT …repository.usd.ac.id/7229/2/132222211_full.pdfKata kunci: Evaluasi, Implementasi, Kurikulum dan Kurikulum 2013 PLAGIAT MERUPAKAN

16

adalah kegiatan mempraktikan/menerapkan suatu ide, program atau

seperangkat kegiatan yang baru untuk individu atau organisasi yang

menggunakan kurikulum. Sebuah ide, program, atau rencana kegiatan bisa

nyata diterapkan melalui serangkain kegiatan implementasi. Implementasi

bisa dilakukan perorangan ataupun kelompok.

Marsh (2009) menyebutkan hal senada bahwa: “Implementation

refers to actual use, but there is also an important, attitudinal,

‟element”. Penerapan kurikulum mengacu pada penggunaan kurikulum

secara aktual, namun yang terpenting adalah yang berkaitan dengan

elemen sikap‟.

Implementasi kurikulum mencakup tiga kegiatan pokok, yakni

pengembangan program, pelaksanaan pembelajaran, dan evaluasi

pembelajaran. Pengembangan program berkiatan dengan kegiatan

menyusun rancangan kurikulum. Kegiatan menerapkan rancangan

kurikulum dalam kegiatan pembelajaran. Evaluasi pembelajaran berupa

kegiatan untuk menilai proses pembelajaran (Kunandar, 2011).

Menurut Rusman (2012), pembelajaran di dalam kelas menjadi

tempat untuk melaksanakan dan menguji kurikulum. Dalam kegiatan

pembelajaran, konsep kurikulum akan diwujudkan secara nyata (actual

curriculum-curriculum in action) dalam implementasi kurikulum oleh

guru sebagai implementator kurikulum.

Ada dua hal penting dari kurikulum yaitu kurikulum sebagai

dokumen dan kurikulum sebagai implementasi. Sebagai dokumen,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: EVALUASI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI TINGKAT …repository.usd.ac.id/7229/2/132222211_full.pdfKata kunci: Evaluasi, Implementasi, Kurikulum dan Kurikulum 2013 PLAGIAT MERUPAKAN

17

kurikulum berfungsi sebagai pedoman bagi guru. Sedangkan kurikulum

sebagai implementasi adalah realisasi dari pedoman dalam kegiatan

pembelajaran (Suyanto & Asep, 2013).

Hal tersebut selaras dengan pernyataan Katuuk (2014),

bahwa implementasi kurikulum dapat dilihat dalam dua sudut pandang

yaitu sebagai instrumen dan sebagai proses. Sebagai instrumen,

implementasi berperan dalam mewujudkan gagasan, ide, dan/atau

tujuan kurikulum. Implementasi kurikulum sebagai suatu proses

sebagai upaya mewujudkan tujuan kurikulum ke dalam proses

pembelajaran.

Majid (2014) memaknai implementasi kurikulum sebagai

operasionalisasi konsep kurikulum yang masih bersifat potensial (tertulis)

menjadi aktual dalam bentuk kegiatan pembelajaran.

Jadi implementasi kurikulum dapat diartikan sebagai

penerapan dari ide, program, dan rancangan kurikulum yang masih

bersifat tertulis sebagai bahan pedoman bagi guru ke dalam

aktivitas/tingkah laku nyata pada proses pembelajaran untuk mencapai

tujuan kurikulum.

5. Evaluasi Kurikulum

a. Konsep Evaluasi Kurikulum

Evaluasi kurikulum memegang peranan penting baik dalam

penentuan kebijakan pendidikan umumnya mau pun pada tingkat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: EVALUASI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI TINGKAT …repository.usd.ac.id/7229/2/132222211_full.pdfKata kunci: Evaluasi, Implementasi, Kurikulum dan Kurikulum 2013 PLAGIAT MERUPAKAN

18

pengambilan keputusan dalam kurikulum. Hasil-hasil evaluasi

kurikulum dapat digunakan oleh para pemegang kebijakan pendidikan

dan para pengembang kurikulum dalam memilih dan menetapkan

kebijakan pengembangan model kurikulum dan pendekatan yang

digunakan. Tanpa evaluasi, maka tidak akan diketahui bagaimana

kondisi kurikulum tersebut dalam rancangan, pelaksanaan serta

hasilnya (Chronholm dan Goldkuhl, 2003).

Yusuf (2012) mengatakan bahwa dilihat dari berbagai konsep

kurikulum, evaluasi memiliki kedudukan yang sangat penting dan

strategis. Jika ingin memahami dan mengembangkan kurikulum, maka

wajib mempelajari tentang evaluasi karena evaluasi merupakan konsep

yang melekat pada kurikulum. Kurikulum penting untuk dievaluasi dan

dikembangkan secara baik dan berkelanjutan untuk memacu para

pelaksana kurikulum di sekolah yang siap pakai, aktif, dan kreatif serta

mampu menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi lembaga

pendidikan yang ada didalamnya. Untuk mencapai hal tersebut,

diperlukan suatu sistem kurikulum yang efektif dan efisien pada setiap

program kegiatan pendidikan.

Dari konsep evaluasi kurikulum di atas, jelas bahwa evaluasi

kurikulum dimaksudkan sebagai suatu proses mempertimbangkan

untuk memberi nilai dan arti terhadap suatu kurikulum pendidikan dan

pelatihan tertentu. Dengan demikian evaluasi kurikulum adalah proses

penerapan prosedur ilmiah untuk mengumpulkan data yang valid dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: EVALUASI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI TINGKAT …repository.usd.ac.id/7229/2/132222211_full.pdfKata kunci: Evaluasi, Implementasi, Kurikulum dan Kurikulum 2013 PLAGIAT MERUPAKAN

19

untuk membuat keputusan tentang kurikulum pendidikan dan pelatihan

yang sedang berjalan atau telah dijalankan.

Evaluasi kurikulum minimal terfokus pada empat bidang; yaitu

evaluasi terhadap penggunaan kurikulum, desain kurikulum

(curriculum design), hasil dari peserta didik, liable kurikulum. Dengan

kata lain, liable evaluasi kurikulum dapat dilakukan pada hasil

(outcome) dari kurikulum tersebut (outcomes based evaluation) dan

juga dapat pada komponen kurikulum tersebut (intrinsic evaluation).

Outcomes based evaluation merupakan liable evaluasi kurikulum yang

paling sering dilakukan (Worthen, Sanders. 1981).

Wilayah evaluasi kurikulum yang akan memberikan sejumlah

informasi yang penting bagi perancang dan pengembang kurikulum

menyangkut kelemahan dan kekuatan sebuah kurikulum yang telah

dirancang dan diimplementasikan sehingga informasi ini akan sangat

berguna untuk pengambangan dan perubahan kurikulum di masa yang

akan datang sekaligus sebagai tolak ukur keberhasilan pendidikan

Indonesia dalam menciptakan manusia Indonesia yang bermutu dan

berdaya saing dalam persaingan global (Yunus, 2010).

b. Peranan Evaluasi Kurikulum

Peranan evaluasi kurikulum khususnya dalam penentuan

kebijaksanaan pendidikan itu berkenaan dengan tiga hal, yaitu:

1) Evaluasi sebagai moral judgment (penilaian)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: EVALUASI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI TINGKAT …repository.usd.ac.id/7229/2/132222211_full.pdfKata kunci: Evaluasi, Implementasi, Kurikulum dan Kurikulum 2013 PLAGIAT MERUPAKAN

20

Konsep utama dalam evaluasi adalah masalah nilai. Hasil dari

suatu evaluasi berisi suatu nilai yang akan digunakan untuk tindakan

berikutnya.

2) Evaluasi dan penentuan keputusan

Pengambil keputusan dalam pelaksanaan pendidikan atau

kurikulum itu sangatlah banyak, misalnya: guru, siswa, orang tua,

kepala sekolah, para pengembang kurikulum dan sebagainya. Pada

prinsipnya tiap individu di atas membuat keputusan sesuai posisinya.

Besar kecilnya peranan keputusan yang diambil itu sesuai

dengan lingkup tanggung jawabnya, serta lingkup masalah yang

dihadapinya. Misalnya siswa mengambil keputusan sesuai dengan

kepentingannya,apabila seorang siswa mendapat nilai kurang baik,

maka keputusanyang diambil adalah meningkatkan kualitas

belajarnya. Beberapa hasilevaluasi akan menjadi pertimbangan bagi

pengambil keputusan (Zaini, 2009).

3) Evaluasi dan konsensus nilai

Dalam berbagai situasi pendidikan serta kegiatan pelaksanaan

evaluasikurikulum, sejumlah nilai-nilai dibawakan oleh orang-orang

yang ikutterlibat dalam kegiatan penilaian atau evaluasi. Para

partisipan dalamevaluasi pendidikan dapat terdiri dari: orang tua,

siswa, guru, pengembang kurikulum, administrator, dan sebagainya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: EVALUASI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI TINGKAT …repository.usd.ac.id/7229/2/132222211_full.pdfKata kunci: Evaluasi, Implementasi, Kurikulum dan Kurikulum 2013 PLAGIAT MERUPAKAN

21

Sehingga kesatuan penilaian diantara mereka (partisipan dalam

evaluasi pendidikan) hanya dapatdicapai melalui suatu konsensus.

Secara historis konsensus nilai dalam evaluasi kurikulum berasal

dari tradisi tes mental serta eksperimen. Konsensus tersebut berupa

kerangka kerja penelitian yang dipusatkan pada tujuan-tujuan

khusus, pengukuran prestasi belajaryang bersifat behavioral, analisis

statistik dari prestasi test dan posttes (Zaini, 2009).

c. Tujuan Evaluasi Kurikulum

Evaluasi kurikulum dimaksudkan untuk memeriksa tingkat

ketercapaian tujuan pendidikan yang ingin diwujudkan melalui

kurikulum yang bersangkutan, indikator kinerja yang akan dievaluasi

yaitu efektivitas program (Syaodih, 2009).

Dalam arti luas evaluasi kurikulum dimaksudkan untuk

memeriksa kinerja kurikulum secara keseluruhan ditinjau dari beberapa

aspek yaitu efektivitas, relevansi, efisiensi, dan kelayakan (feasibility)

program. Evaluasi dalam pengembangan kurikulum dimaksudkan untuk

keperluan:

1) Perbaikan program

Evaluasi bersifat konstruktif karena informasi hasil evaluasi

dijadikan input bagi perbaikan pengembangan program kurikulum.

Jadi evaluasi dipandang sebagai tolak ukur hasil pengembangan

sistem.

2) Pertanggungjawaban kepada berbagai pihak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: EVALUASI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI TINGKAT …repository.usd.ac.id/7229/2/132222211_full.pdfKata kunci: Evaluasi, Implementasi, Kurikulum dan Kurikulum 2013 PLAGIAT MERUPAKAN

22

Selama dan terutama pada fase pengembangan kurikulum

diperlukan pertanggungjawaban sosial, ekonomi, dan moral berupa

kekuatan dan kelemahan kurikulum serta upaya untuk

mengatasinya dari berbagai pihak yang mensponsori kegiatan

pengembangan kurikulum dan yang menjadi konsumen dari

kurikulum yang telah dikembangkan.

3) Penentuan tindak lanjut hasil pengembangan

Tindak lanjut hasil pengembangan kurikulum dapat

berbentuk jawaban atas dua kemungkinan pertanyaan. Pertama,

apakah kurikulum baru tersebut akan atau tidak akan

disebarluaskan ke dalam sistem yang ada? Kedua, dalam kondisi

yang bagaimana dan dengan cara yang bagaimana pula kurikulum

baru tersebut akan disebarluaskan ke dalam sistem yang ada?

Pertanyaan yang kedua dirasakan lebih konstruktif dan lebih dapat

diterima ditinjau dari segi sosial, ekonomi, moral, maupun teknis.

Jadi untuk menghasilkan informasi yang diperlukan dalam

menjawab pertanyaan yang kedua itulah diperlukan adanya

kegiatan evaluasi (Sukmadinata, 2011).

d. Model Evaluasi Kurikulum CIPP

Sesuai dengan namanya, model ini terbentuk dari 4 jenis

evaluasi yaitu evaluasi konteks (contex), masukan (input), pelaksanaan

(process), dan hasil (product) yang dikembangkan pertama kali oleh

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: EVALUASI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI TINGKAT …repository.usd.ac.id/7229/2/132222211_full.pdfKata kunci: Evaluasi, Implementasi, Kurikulum dan Kurikulum 2013 PLAGIAT MERUPAKAN

23

Stufflebeam pada tahun 1971. Model ini menitikberatkan pada

pandangan bahwa keberhasilan program pendidikan di pengaruhi oleh

berbagai faktor diantaranya: karakteristik peserta didik, lingkungan,

tujuan program, peralatan yang digunakan serta prosedur dan

mekanisme pelaksanaan program itu sendiri.

Dalam penelitian ini, yang termasuk dalam komponen CIPP

yang akan dievaluasi adalah :

1) Contex: Menurut Zaenal (2009), konteks diartikan sebagai situasi

atau latar belakang yang mempengaruhi jenis-jenis tujuan dan

strategi pendidikan yang akan dikembangkan dalam program yang

bersangkutan. Unsur-unsur yang akan dievaluasi dalam evaluasi ini

konteks adalah: keadaan sekolah yang bersangkutan yaitu mengenai

sumber daya manusia dan sarana prasarana yang ada di sekolah

tersebut, pemahaman guru tentang K-13, pemahaman siswa tentang

2013 dan keterlibatan orang tua (komite sekolah) dalam

perkembangan kurikulum.

2) Input: Menurut Widoyoko (2009), evaluasi input (masukan)

membantu mengatur keputusan, menentukan sumber-sumber yang

ada, alternative apa yang diambil, apa rencana dan strategi untuk

mencapai tujuan, dan bagaimana prosedur kerja untuk

mencapainya. Menurut Stufflebeam(1977) sebagaimana yang

dikutip Arikunto (2009), mengungkapkan bahwa pertanyaan yang

berkenaan dengan masukan mengarah pada pemecahan masalah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: EVALUASI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI TINGKAT …repository.usd.ac.id/7229/2/132222211_full.pdfKata kunci: Evaluasi, Implementasi, Kurikulum dan Kurikulum 2013 PLAGIAT MERUPAKAN

24

yang mendorong diselenggarakannya program yang bersangkutan.

Komponen evaluasi masukan dalam implementasi K-13 meliputi:

pengadaan buku, pelatihan guru dan kepala sekolah, pelaksanaan

pembelajaran , dan pelaksanaan pendampingan K-13.

3) Process: Worthen & Sanders (1981) dalam Widoyoko (2009)

menjelaskan bahwa, evaluasi proses menekankan pada tiga tujuan :

Pertama: evaluasi proses digunakan untuk mendeteksi atau

memprediksi rancangan prosedur atau rancangan implementasi

selama tahap implementasi, Kedua: menyediakan informasi untuk

keputusan program dan sebagai rekaman atau arsip prosedur yang

telah terjadi. Ketiga: Evaluasi proses meliputi koleksi data

penilaian yang telah ditentukan dan diterapkan dalam praktik

pelaksanaan program. Pada dasarnya evaluasi proses untuk

mengetahui sampai sejauh mana rencana telah diterapkan dan

komponen apa yang perlu diperbaiki. Sedangkan menurut

Suharsimi Arikunto (2009), evaluasi proses dalam model CIPP

menunjuk pada “apa” (what) kegiatan yang dilakukan dalam

program, “siapa” (who) orang yang ditunjuk sebagai penanggung

jawab program, “kapan” (when) kegiatan akan selesai. Dalam

model CIPP, evaluasi proses diarahkan pada seberapa jauh kegiatan

yang dilaksanakan di dalam program sudah terlaksana sesuai

dengan rencana. Komponen evaluasi proses dalam implementasi K-

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: EVALUASI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI TINGKAT …repository.usd.ac.id/7229/2/132222211_full.pdfKata kunci: Evaluasi, Implementasi, Kurikulum dan Kurikulum 2013 PLAGIAT MERUPAKAN

25

13 meliputi: proses pembelajaran dan proses penilaian serta

manajemen pembelajaran.

4) Product: Sax (1980) dalam Widoyoko, 2009 memberikan

pengertian evaluasi produk/hasil adalah sebagai “ to allow to

project director (or techer) to make decision of program “. Dari

evaluasi proses diharapkan dapat membantu pimpinan proyek atau

guru untuk membuat keputusan yang berkenaan dengan kelanjutan,

akhir, maupun modifikasi program. Sementara menurut Yusuf

(2000) dalam Widoyoko (2009) menerangkan, evaluasi produk

untuk membantu membuat keputusan selanjutnya, baik mengenai

hasil yang telah dicapai maupun apa yang dilakukan setelah

program itu berjalan.

Dari pendapat diatas maka dapat ditarik kesimpuan bahwa,

evaluasi produk merupakan penilaian yang dilakukan untuk melihat

ketercapaian/ keberhasilan suatu program dalam mencapai tujuan

yang telah ditentukan sebelumnya. Pada tahap evaluasi inilah

seorang evaluator dapat menentukan atau memberikan rekomendasi

kepada evaluan apakah suatu program dapat dilanjutkan,

dikembangkan/modifikasi, atau bahkan dihentikan.

Berhubungan dengan penelitian evaluasi implementasi K-13

ini, hal-hal yang akan dievaluasi adalah: Bagaimana tanggapan umum

para responden tentang implementasi? Faktor kepuasan terhadap

kehadiran K-13 menjadi dasar dalam evaluasi product ini karena hanya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: EVALUASI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI TINGKAT …repository.usd.ac.id/7229/2/132222211_full.pdfKata kunci: Evaluasi, Implementasi, Kurikulum dan Kurikulum 2013 PLAGIAT MERUPAKAN

26

diselenggarakan selama 1 semester dan belum memiliki outcome atau

hasil pembelajaran. Hal berikutnya yang diperhatikan dalam evalausi

product ini adalah strategi-stretegi yang perlu disiapkan di Kabupaten

Belu dalam menghadapi implementasi K-13.

B. Faktor-faktor dalam Implementasi Kurikulum

Faktor-faktor implementasi kurikulum merupakan kondisi yang akan

mempengaruhi keberhasilan implementasi kurikulum. Karenanya, kondisi

tersebut perlu mendapatkan perhatian dalam manajemen implementasi

kurikulum.

1. Faktor Perencanaan Implementasi Kurikulum

Perencanaan merupakan faktor strategis dalam implementasi suatu

kurikulum, terutama kurikulum baru. Implementasi kurikulum terkait

dengan banyak faktor yang harus dipersiapkan agar implementasi berhasil

dengan baik. Perencanaan dapat menjadi instrument penting untuk evaluasi

program sejauh mana tujuan dan sasaran implementasi kurikulum dapat

dicapai. Labane (2009) mengemukakan, di dalam implementasinya, setiap

kurikulum, terutama kurikulum baru akan menghadapi banyak masalah.

Perencanaan akan membantu mengidentifikasi cara-cara mengatasi masalah

dan sekaligus membantu mengurangi masalah-masalah yang akan muncul di

dalam implementasi kurikulum. Kejelasan dalam perencanaan terhadap

setiap aspek-aspek implementasi kurikulum tersebut akan memberi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: EVALUASI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI TINGKAT …repository.usd.ac.id/7229/2/132222211_full.pdfKata kunci: Evaluasi, Implementasi, Kurikulum dan Kurikulum 2013 PLAGIAT MERUPAKAN

27

kepastian bahwa implementasi kurikulum akan berjalan dengan baik

(Hasbullah, 2015).

2. Faktor Kurikulum

Faktor kurikulum merupakan faktor yang berpengaruh terhadap

implementasi kurikulum itu sendiri. Altrichter (2005) menyebutkan

conceptual matters sebagai salah satu limiting factors dalam implementasi

kurikulum. Bennie & Newstead (1999) (dalam Katuuk 2014) menyebutkan

faktor dalam kurikulum yaitu,

a. Kelemahan dalam konstruksi kurikulum, (errors in the construction of

the document); baik perencanaan maupun pengembangannya. Evaluasi

terhadap kurikulum lama, kajian dan analisis terhadap kerangka

konseptual dan kontekstual kurikulum baru, serta keterlibatan berbagai

pihak termasuk keterlibatan pengguna kurikulum sangat penting untuk

memperkuat konstruksi kurikulum baru.

b. Kesalahan dalam hal isi kurikulum (content errors). Kesalahan isi

kurikulum terutama dilihat dari relevansi dan kontektualitas isi

kurikulum. Kesalahan pada isi kurikulum dapat menyebabkan anak

menerima materi yang tidak standar dan akan berimplikasi pada

kemampuan anak untuk kompetitif.

c. Kesesuaian isi kurikulum (in appropriate content), terutama dilihat dari

aspek psikologis, yaitu kesesuaian dengan tingkat perkembangan

inteligensi, sosial, dan moral anak. Artinya, sikuens bahan ajar sudah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: EVALUASI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI TINGKAT …repository.usd.ac.id/7229/2/132222211_full.pdfKata kunci: Evaluasi, Implementasi, Kurikulum dan Kurikulum 2013 PLAGIAT MERUPAKAN

28

harus memperhatikan kesesuaiannya dengan perkembangan

kemampuan-kemampuan psikologis anak.

3. Faktor Guru dalam Implementasi Kurikulum

Guru mempunyai peranan yang penting dalam implementasi

kurikulum. Peran guru tersebut terutama dalam menjadikan kurikulum

sebagai sesuatu yang aktual (actual curriculum) dalam kegiatan

pembelajaran. Altirchter (2005) menyebutkan tiga faktor penting dari guru

sebagai faktor-faktor yang membatasi implementasi kurikulum, yaitu (1)

competencies and attitude; (2) decision-making participation; and (3)

quality of collegial relationship. Ketiga faktor yang dikemukakan Altirchter

tersebut menunjuk pada kompetensi, baik kompetensi profesional,

kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian maupun kompetensi sosial.

Partisipasi dalam pengambilan keputusan menunjuk pada kemampuan

partisipatif guru dalam pengambilan keputusan, baik pengembangan

kurikulum maupun pembelajaran.

Demikian juga dengan kualitas hubungan kolegial di sekolah

dengan sesama guru. Kualitas hubungan kolegial tersebut penting untuk

memperkuat kemampuan parsisipatif guru. Marsh, (2009) menyebutkan

bahwa teachers content knowledge merupakan salah satu faktor rintangan

dalam implementasi kurikulum baru. Melalui penelitian yang mereka

lakukan, ditemukan bahwa teacher content knowledge does influence

classroom instruction and the richness of learners’ mathematical

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: EVALUASI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI TINGKAT …repository.usd.ac.id/7229/2/132222211_full.pdfKata kunci: Evaluasi, Implementasi, Kurikulum dan Kurikulum 2013 PLAGIAT MERUPAKAN

29

experiences. Hasil penelitian ini memperkuat proposisi mengenai peran

pengetahuan konseptual guru yang melandasi bahan ajar.

Guru sudah harus memiliki pengetahuan konseptual yang kuat, baik

konten bidang studi maupun pengetahuan konseptual pedagogik dan

pembelajaran. Penguasan konten pedagogik dan keilmuan bidang studi akan

memperkuat kemampuan guru dalam mengembangkan silabus, bahan ajar,

dan pendekatan-pendekatan metodologis pembelajaran. Pengembangan

kemampuan guru untuk implementasi kurikulum baru memerlukan suatu

manajemen kuat dan baik yang mencakup pengembangan kompetensi, baik

kompetensi profesional, pedagogik, kepribadian maupun social (Suyanto,

Jihad,.2013).

4. Faktor Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana menjadi salah satu faktor yang mempunyai

peranan penting dalam implementasi kurikulum. Menurut Badan

Pengembangan Mutu Pendidikan (2013) terdapat sarana dan prasarana

utama yang sangat diperlukan dalam implementasi kurikulum baru, yang

terdiri atas hal-hal berikut.

a. Buku pelajaran.

Perubahan kurikulum dan pemberlakukan kurikulum baru akan

berimplikasi pada perubahan materi dan isi kurikulum. Hal ini berarti

diperlukan buku untuk bahan ajar yang baru. Manajemen perbukuan

dalam rangka implementasi kurikulum baru akan mencakup a)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: EVALUASI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI TINGKAT …repository.usd.ac.id/7229/2/132222211_full.pdfKata kunci: Evaluasi, Implementasi, Kurikulum dan Kurikulum 2013 PLAGIAT MERUPAKAN

30

penentuan jenis, bentuk, dan isi bahan buku; b) pengadaan buku; c)

distribusi buku; dan d) evaluasi dan umpan balik.

b. Laboratorium peralatan dan bahan.

Peralatan dan bahan sudah harus tersedia dalam rasio yang

mencukupi dan yang memenuhi standar mutu minimal laboratorium.

c. Ketersediaan berbagai media pembelajaran

Baik jenis, bentuk maupun model. Media-media pembelajaran

tersebut dapat terdiri atas dari media cetak, elektronik, maupun media

berbasis lingkungan sekolah.

d. Aksesibilitas penggunaan sarana dan prasarana

Aksesibilitas penggunaan sarana dan prasarana oleh siswa dan

guru. Ketersediaan sarana dan prasarana mudah mengakses ataupun

memanfaatkan media yang tersedia.

e. Pemeliharaan, perawatan, dan pengembangan sarana dan prasarana.

Sarana dan prasarana yang tersedia memerlukan perawatan,

pemeliharaan, dan pengembangan sehingga dapat dijamin ketersediaan

sarana dan prasarana tersebut secara berkelanjutan. Buku dan bahan ajar

memerlukan peninjauan kembali setiap tahun ajaran. Laboratorium baik

peralatan maupun bahan sudah harus dijamin selalui tersedia dalam

keadaan baik dan bermutu.

5. Faktor Iklim dan Budaya Sekolah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: EVALUASI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI TINGKAT …repository.usd.ac.id/7229/2/132222211_full.pdfKata kunci: Evaluasi, Implementasi, Kurikulum dan Kurikulum 2013 PLAGIAT MERUPAKAN

31

Setiap kurikulum baru memuat banyak hal yang baru. Inovasi-

inovasi baru dapat mencakup tema-tema yang diusung, tata kelola,

pendekatan dalam proses pembelajaran, muatan dan isi kurikulum, dan atau

sistem penilaian. Inovasi dan hal-hal baru tersebut membutuhkan perubahan

dalam pola pikir, sikap, dan juga iklim serta budaya sekolah.

Iklim sekolah sudah harus diciptakan dan dibangun sehingga

memberi ruang terbentuknya sikap dan perilaku ilmiah dalam proses

pembelajaran. Bennie & Newstead, 1999 (dalam Katuuk, 2014)

mengemukakan bahwa school culture sebagai salah satu faktor yang dapat

merintangi implementasi berbagai inovasi kurikulum baru. Berdasarkan

kesimpulan hasil penelitian tersebut, tampak bahwa budaya sekolah

mempunyai pengaruh yang sangat penting dalam implementasi kurikulum.

Guru mempunyai peran yang penting dalam membangun dan menciptakan

budaya sekolah yang kondusif. Peran itu dapat dilakukan melalui perubahan

cara berpikir, sikap, dan perilaku yang nampak dalam kegiatan-kegiatan

pembelajaran yang dikembangkan guru.

Menurut Nurdin, dkk, (2011) Guru dapat memulai perubahan itu

melalui proses pembelajaran, dari pendekatan pembelajaran yang rote

learning ke pembelajaran meaningfull learning. Melalui proses

pembelajaran, siswa dilatih dan dibiasakan untuk melakukan langkah-

langkah ilmiah, seperti mengamati, menanya, mencoba, menganalisis,

mengkonstruksi idea atau fakta, menarik konklusi, serta melakukan evaluasi

kritis. Budaya belajar seperti ini akan menjadi budaya sekolah, yaitu ketika

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: EVALUASI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI TINGKAT …repository.usd.ac.id/7229/2/132222211_full.pdfKata kunci: Evaluasi, Implementasi, Kurikulum dan Kurikulum 2013 PLAGIAT MERUPAKAN

32

terjadi proses institusionalisasi nilai-nilai ilmiah sehingga menjadi nilai

lembaga.

6. Faktor Peran Kepala Sekolah

Kepala sekolah mengemban fungsi manajerial dalam implementasi

kurikulum. Fungsi manajerial tersebut mencakup fungsi perencanaan,

pelaksanaan, monitoring, dan evaluasi, serta fungsi pengembangan.

Dimba (2001) melalui hasil penelitiannya mengemukakan lima

aspek penting dari peran kepala sekolah dalam implementasi kurikulum.

a. Kemampuan kepala sekolah dalam mengorganisir kegiatan

pengembangan, seperti inservice training programmes, workshop, staff

development meetings and by inviting experts.

b. Mengembangkan strategi implementasi yang beragam untuk

membimbing guru.

c. Melakukan kolaborasi dengan pemangku kepentingan (stakeholders)

dalam menata kelola perubahan kurikulum.

d. Melibatkan stakeholders dalam manajemen implementasi.

e. Melibatkan orang tua dalam implementasi.

7. Faktor Pelaksanaan Penilaian

Penilaian pendidikan sebagai proses pengumpulan dan pengolahan

informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik mencakup:

penilaian otentik, penilaian diri, penilaian berbasis portofolio, ulangan,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: EVALUASI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI TINGKAT …repository.usd.ac.id/7229/2/132222211_full.pdfKata kunci: Evaluasi, Implementasi, Kurikulum dan Kurikulum 2013 PLAGIAT MERUPAKAN

33

ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, ujian

tingkat kompetensi, ujian mutu tingkat kompetensi, ujian nasional, dan ujian

sekolah/madrasah (Sudjana. 2005).

Selanjutnya Sukardi (2012) menegaskan bahwa penilaian dilakukan

oleh guru terhadap hasil pembelajaran untuk mengukur tingkat pencapaian

kompetensi peserta didik, serta digunakan sebagai bahan penyusunan

laporan kemajuan hasil belajar, dan memperbaiki proses pembelajaran.

Penilaian dilakukan secara konsisten, sistematik, dan terprogram dengan

menggunakan tes dan non tes dalam bentuk tertulis atau lisan, pengamatan

kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek

dan/atau produk, portofolio, dan penilaian diri.

Hasil belajar adalah hasil yang dicapai dari proses belajar mengajar

sesuai dengan tujuan pendidikan. Hasil belajar diukur untuk mengetahui

pencapaian tujuan pendidikan sehingga hasil belajar harus sesuai dengan

tujuan pendidikan (Purwanto, 2011).

8. Faktor Keterlibatan Komite Sekolah

Penyelenggaraan otonomi daerah harus diartikan sebagai upaya

pemberdayaan daerah dan masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan

masyarakat dalam segala bidang kehidupan, termasuk bidang pendidikan.

Untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam bidang pendidikan,

diperlukan wadah yang dapat mengakomodasi pandangan, aspirasi, dan

menggali potensi masyarakat untuk menjamin demokratisasi, transparansi,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: EVALUASI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI TINGKAT …repository.usd.ac.id/7229/2/132222211_full.pdfKata kunci: Evaluasi, Implementasi, Kurikulum dan Kurikulum 2013 PLAGIAT MERUPAKAN

34

dan akuntabilitas. Salah satu wadah tersebut adalah Dewan Pendidikan di

tingkat kabupaten/kota dan komite sekolah di tingkat satuan pendidikan

(Mulyasa, 2013).

Dewan pendidikan dan komite sekolah merupakan amanat rakyat

yang telah tertuang dalam UU Nomor 25 tahun 2000 tentang program

pembangunan nasional (Propernas 2000–2004). Amanat rakyat ini selaras

dengan kebijakan otonomi daerah, yang telah memposisikan kabupaten/kota

sebagai pemegang kewenangan dan tanggungjawab dalam penyelenggaraan

pendidikan. Pelaksanaan pendidikan di daerah tidak hanya diserahkan

kepada kabupaten/kota, melainkan juga dalam beberapa hal telah diberikan

kepada satuan pendidikan, baik pada jalur pendidikan sekolah maupun luar

sekolah (Hamalik, 2008).

Dengan kata lain, keberhasilan dalam penyelenggaraan pendidikan

tidak hanya menjadi tanggungjawab pemerintah pusat, melainkan juga

pemerintah propinsi, kabupaten/kota, dan pihak sekolah, orang tua, dan

masyarakat atau stakeholder pendidikan.

C. Strategi Implementasi Kurikulum 2013

1. Strategi Diklat Guru Kelas/Mapel, Kepala Sekolah, Pegawas

Pelatihan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PTK) adalah bagian

dari pengembangan kurikulum. Pelatihan PTK disesuaikan dengan strategi

implementasi yaitu: tahun pertama 2013 sampai tahun 2015 ketika

kurikulum sudah dinyatakan sepenuhnya diimplementasikan. Strategi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: EVALUASI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI TINGKAT …repository.usd.ac.id/7229/2/132222211_full.pdfKata kunci: Evaluasi, Implementasi, Kurikulum dan Kurikulum 2013 PLAGIAT MERUPAKAN

35

pelatihan dimulai dengan melatih calon pelatih (Master Trainer) yang terdiri

atas unsur-unsur, yaitu Dinas Pendidikan, Dosen, Widyaiswara, guru inti

nasional, pengawas dan kepala sekolah berprestasi. Langkah berikutnya

adalah melatih master teacher yang terdiri dari guru inti, pengawas dan

kepala sekolah. Pelatihan yang bersifat masal dilakukan dengan melibatkan

semua guru kelas dan guru mata di tingkat SD, SMP dan SMA/SMK.

(Dokumen K-13, 2012).

Lebih lanjut, dalam dokumen K-13 ditambahkan proses pelatihan di

daerah dilaksanakan oleh pemerintah daerah dalam bentuk pelatihan Kepala

Sekolah, Sekolah dan Guru Sasaran. Kejelasan materi pelatihan adalah

sangat penting sehingga peserta pelatihan dapat memahami secara

mendalam segala seluk beluk berkenaan dengan implementasi K-13. Materi

yang disampaikan haruslah mencakup perubahan mindset yang diharapkan,

substansi konten materi, pendekatan dan metode yang digunakan dalam

mengimplementasikan, yang disajikan dengan cara menarik oleh

instruktur/nara sumber yang ditunjuk sehingga peserta pelatihan mempunyai

keyakinan yang baik untuk menerapkannya. Agar hasil pelatihan dapat

berdayaguna dan berhasil guna, pengelolaan pelatihan selayaknya

dikerjakan oleh individu yang profesional, yang mampu menyediakan

sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk pelatihan.

2. Pengadaan Sarana dan Prasarana

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: EVALUASI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI TINGKAT …repository.usd.ac.id/7229/2/132222211_full.pdfKata kunci: Evaluasi, Implementasi, Kurikulum dan Kurikulum 2013 PLAGIAT MERUPAKAN

36

Pengadaan sarana-prasarana sangat ditekankan dalam K-13.

Ketersediaan buku yang berkualitas merupakan salah satu prasarana

pendidikan yang sangat penting dibutuhkan dalam menunjang keberhasilan

proses pendidikan. Sebagaimana dalam PP No 19/2005 tentang SNP dalam

pasal 42 tentang Standar Sarana dan Prasarana disebutkan bahwa setiap

satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabot, peralatan

pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan

habis pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang

proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.

3. Pendampingan Pendidik

Pada awal proses pembelajaran dalam mengimplementasikan K-13,

akan dilakukan pendampingan agar guru maupun kepala sekolah dapat

meningkatkan kemampuan mereka dalam melaksanakan proses

pembelajaran dan manajemen sekolah sesuai K-13. Proses pendampingan

dilakukan oleh pendamping yang dipilih dari guru-guru terbaik dan sudah

terlatih sebagai guru pendamping. Proses pembelajaran di kelas dilakukan

oleh guru yang telah dilatih. Proses pembelajaran meliputi perencanaan

pembelajaran dengan menyiapkan RPP, proses pembelajaran dengan

pendekatan saintifik dan penilaian oleh guru (Implementasi K-13, 2012).

Pendampingan merupakan langkah awal yang sangat penting untuk

mempercepat pemahaman dan keterampilan dalam mengimplementasikan

K-13. Kegiatan pendampingan bertujuan memberi penguatan kepada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: EVALUASI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI TINGKAT …repository.usd.ac.id/7229/2/132222211_full.pdfKata kunci: Evaluasi, Implementasi, Kurikulum dan Kurikulum 2013 PLAGIAT MERUPAKAN

37

sekolah agar dapat melaksanakan K-13 dari tahapan merencanakan

pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, dan mengevaluasi pencapaian

kompetensi peserta didik dengan baik.

Fokus pendampingan pelaksanaan K-13 meliputi pemantapan

pengetahuan guru terhadap K-13 yang mencakup: Standar Kompetensi

Lulusan (SKL), kerangka dasar dan struktur kurikulum, standar proses,

standar penilaian dan pengisian laporan hasil pencapaian kompetensi (rapor)

peserta didik, penyusunan RPP, serta pengembangan bahan ajar, buku guru,

buku siswa, muatan lokal, matrikulasi (bridging course), bimbingan dan

konseling, dan ekstrakurikulerm (Puslitbang Kebudayaan, 2012).

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di 7 SMA di Kabupaten Belu Provinsi Nusa

Tenggara Timur di 5 Kecamatan yang berbeda. Kabupaten Belu merupakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: EVALUASI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI TINGKAT …repository.usd.ac.id/7229/2/132222211_full.pdfKata kunci: Evaluasi, Implementasi, Kurikulum dan Kurikulum 2013 PLAGIAT MERUPAKAN

38

sebuah Kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Kabupaten

ini beribukota di Kota Atambua. Memiliki luas wilayah 1.284,94 km², terbagi

dalam 12 kecamatan, 12 kelurahan dan 96 desa, termasuk 30 desa dalam 8

kecamatan perbatasan.

Total penduduk 368.081 jiwa pada tahun 2013 dengan kepadatan penduduk 0,

29 jiwa/km. (Badan Pusat Statistik Kabupaten Belu, 2013).

Wilayah Kabupaten Belu berbatasan dengan:

Utara : Selat Ombai

Selatan : Kabupaten Malaka

Barat : Kabupaten Timur Tengah Utara

Timur : Timor Leste

B. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif yaitu salah satu

penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk mencari jalan keluar atau

pemecahan masalah terhadap hal yang terjadi kemudian disajikan data dan

analisa terhadap informasi yang dikumpulkan (Nazir, 2009). Berhubungan

dengan penelitian ini, maka jenis penelitian ini akan menuturkan dan

menafsirkan data yang berkaitan dengan situasi yang terjadi, sikap,

fenomena-fenomena dan pandangan yang menggejala tentang proses dan

hasil implementasi K-13 di Kabupaten Belu.

C. Teknik Pengumpulan Data

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: EVALUASI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI TINGKAT …repository.usd.ac.id/7229/2/132222211_full.pdfKata kunci: Evaluasi, Implementasi, Kurikulum dan Kurikulum 2013 PLAGIAT MERUPAKAN

39

Untuk mendapatkan data bagi keperluan penelitian ini, peneliti

melakukan wawancara, observasi, dokumentasi dan pembagian kuesioner

kepada pihak-pihak yang terkait dengan implementasi K-13 yaitu: Dinas

Pendidikan Kabupaten Belu, kepala sekolah, guru, siswa, orang tua, komite

dan pengawas sekolah di tingkat SMA di Kabupaten Belu.

1. Wawancara

Teknik wawancara yang digunakan yaitu wawancara semi

terstruktur (yang berpacu pada pedoman namun sifatnya masih terbuka).

Kelompok yang akan menjadi narasumber adalah orang-orang yang

terlibat langsung dalam implementasi K-13 yaitu Kepala Bidang

Kurikulum SMA, yang mewakili Dinas Pendidikan dan Kebudayaan

Kabupaten Belu, guru-guru SMA sebanyak 14 orang, siswa siswi SMA

sebanyak 14 orang dan koordinator pengawas sekolah tingkat SMA serta

komite sekola sebanyak 7 orang. Wawancara terhadap kelompok

narasumber ini dimaksudkan untuk mendapatkan informasi tentang proses

implementasi K-13 dan hasil yang diperoleh setelah diimplementasi

selama 1 semester. Wawancara ini dimaksudkan untuk menjawab

permasalahan kedua dalam penelitian ini yaitu Apa kendala implementasi

K-13 di Kabupaten Belu? (melengkapi dan mengkonfirmasi data-data

yang sudah diperoleh dari kuesioner secara khusus tentang sarana-

prasarana).

2. Kuesioner

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: EVALUASI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI TINGKAT …repository.usd.ac.id/7229/2/132222211_full.pdfKata kunci: Evaluasi, Implementasi, Kurikulum dan Kurikulum 2013 PLAGIAT MERUPAKAN

40

Kuesioner dalam penelitian ini dibuat untuk menggali informasi

dan data tentang masalah penelitian pertama yakni proses dan hasil

implementasi K-13 di tingkat SMA di Kabupaten Belu. Kuesioner yang

dibagikan kepada responden adalah yang berhubungan dengan

implementasi K-13. Jenis kuesioner yang digunakan untuk menjaring data

dalam penelitian ini adalah kuesioner tertutup yaitu sejumlah pernyataan

yang dilengkapi dengan alternatif jawaban, sehingga responden tidak

memungkinkan lagi untuk memilih jawaban selain jawaban yang telah

ditentukan oleh peneliti. Jawaban dalam kuesioner terdiri dari 4

opsi/jawaban .

Tabel 3.1

Tabel Gradasi Jawaban Responden

No Keterangan Skor

1 Sangat baik, sangat setuju/sangat

sesuai/selalu/positif diberi

4

2 Baik, sering/setuju, sesuai / layak

3

3 Tidak baik, tidak setuju, tidak

sesuai/kadang/negatif

2

4 Sangat tidak setuju, sangat tidak sesuai/ tidak

pernah

1

Tabel gradasi di atas digunakan untuk mengukur tingkatan jawaban

responden atas pertanyaan yang diajukan oleh peneliti dalam kuesioner.

Setiap jawaban responden yang telah dibobot akan dihitung skornya dan

dipersentase. Pembobotan dilakukan secara manual oleh peneliti.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: EVALUASI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI TINGKAT …repository.usd.ac.id/7229/2/132222211_full.pdfKata kunci: Evaluasi, Implementasi, Kurikulum dan Kurikulum 2013 PLAGIAT MERUPAKAN

41

Kuesioner yang dibagikan teridiri lagi 5 kuesioner, yaitu:

a. Kuesioner Kepala sekolah

Variabel yang diukur dalam kuesioner ini adalah: Pelatihan

guru, proses pembelajaran, proses penilaian, manajemen

pembelajaran dan sarana prasarana

b. Kuesioner Guru

Variabel yang diukur dalam kuesioner ini adalah : Buku

((kelengkapan buku, keterbacaan, kesuaian isi, kebenaran/akurasi

isi), pelatihan, pendampingan guru, proses pembelajaran, proses

penilaian, sarana dan prasarana.

c. Kuesioner Siswa

Variabel yang diukur dalam kuesioner ini adalah : Buku

siswa (kelengkapan buku, keterbacaan, kesuaian isi,

kebenaran/akurasi isi), proses pembelajaran, layanan kesiswaan,

sarana dan prasarana

d. Kuesioner Pengawas

Variabel dalam kuesioner ini adalah: pelatihan, proses

pembelajaran, dan saran prasarana.

e. Kuesioner Komite sekolah

Variabel dalam kuesiner ini adalah : Layanan Kesiswaan,

Kerjasama dengan sekolah, dan saran prasarana.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 56: EVALUASI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI TINGKAT …repository.usd.ac.id/7229/2/132222211_full.pdfKata kunci: Evaluasi, Implementasi, Kurikulum dan Kurikulum 2013 PLAGIAT MERUPAKAN

42

3. Dokumentasi

Dokumen menurut Sugiyono (2010) merupakan catatan peristiwa

yang sudah berlalu. Data-data yang akan dikumpulkan melalui

dokumentasi ini adalah arsip-arsip berupa dokumen format penilaian

siswa, rancangan pembelajaran guru, dokumen pribadi guru berupa

rancangan pembelajaran, dan silabus yang berhubungan dengan

implementasi K-13. Hasil penelitian dari observasi, pembagian kuesiner

dan wawancara akan semakin sah dan dapat dipercaya apabila didukung

oleh foto-foto (dokumentasi).

Data-data yang akan dikumpulkan melalui dokumentasi ini adalah

arsip-arsip berupa dokumen format penilaian siswa, rancanagan

pembelajaran guru, dokumen pribadi guru berupa rancangan pembelajaran,

dan silabus yang berhubungan dengan implementasi K-13.

4. Pengamatan (Observasi).

Pengamatan (observasi) ini dimaksudkan untuk melengkapi data

yang diperoleh dari wawancara dan pengisian kuesiner untuk menjawab

ketiga permasalahan dalam penelitian ini.

Hal-hal yang diamati dalam penelitian ini adalah sarana prasarana

seperti: kondisi sekolah, gedung sekolah, ruangan belajar, ketersediaan

buku pedoman pembelajaran, ketersediaan laboratorium (IPA, Bahasa dan

komputer), perpustakaan, akses internet, dan fasilitas olahraga yang ada di

sekolah dan digunakan dalam implementasi K-13. Jenis observasi yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 57: EVALUASI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI TINGKAT …repository.usd.ac.id/7229/2/132222211_full.pdfKata kunci: Evaluasi, Implementasi, Kurikulum dan Kurikulum 2013 PLAGIAT MERUPAKAN

43

digunakan adalah observasi non sistematis dimana peneliti tidak membawa

instrumen pengamatan. Peneliti datang di lokasi penelitian untuk melihat

dan mengamati segala kondisi fisik sekolah yang terdapat di lokasi

penelitian. Semua yang dilihat dan diamati tersebut dicatat secara apa

adanya, kemudian dari catatan tersebut diberikan komentar dan tanggapan

atau diabstraksikan. Untuk mempermudah dalam melakukan observasi,

maka digunakan alat bantu perekam yaitu foto camera.

D. Informan

Sumber informasi dari penelitian ini adalah pihak-pihak yang terlibat

dalam implementasi K-13 di SMA di Kabupaten Belu. Teknik yang

digunakan dalam menetukan informan adalah sampel bertujuan (purposive

sampling). Purposive sampling ini dimaksudkan untuk menetapkan sampel

dengan memilih beberapa sampel tertentu yang dinilai sesuai dengan masalah

penelitian (Nursalam, 2010). Sampel diambil secara sengaja sesuai dengan

persyaratan sampel yang diperlukan yaitu pihak-pihak yang terlibat langsung

dalam implementasi K-13 di tingkat SMA di Kabupaten Belu.

Berdasarkan pertimbangan untuk memperoleh data yang akurat

tentang implementasi K-13 di Kabupaten Belu maka peneliti memilih

beberapa informan yang dianggap berperan dan berpartisipasi langsung dalam

implementasi K-13 di Kabupaten Belu. Lokasi yang dijadikan tempat

penelitian adalah 7 sekolah yang letaknya dalam wilayah Kabupaten Belu.

Informan dalam penelitian ini terdiri dari:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 58: EVALUASI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI TINGKAT …repository.usd.ac.id/7229/2/132222211_full.pdfKata kunci: Evaluasi, Implementasi, Kurikulum dan Kurikulum 2013 PLAGIAT MERUPAKAN

44

1. Kepala sekolah (berjumlah 7 orang),

2. Guru-guru (berjumlah 70 orang),

3. Siswa (berjumlah 70 orang),

4. Komite sekolah (berjumlah 7 orang)

5. Sampel pengawas berjumlah 2 untuk keseluruahan sekolah.

Maka, jumlah keseluruhan informan dalam penelitian ini adalah 156 orang.

E. Teknik Analisis Data

Menurut Bogdan dalam Sugiyono (2010) analisis data adalah

proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari

hasil wawancara, kuesioner, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain sehingga

dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan pada orang lain.

Untuk keperluan analisis data, peneliti menggunakan jenis penelitian

deskriptif analisis, yaitu penelitian yang bermaksud untuk memahami

fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian misalnya perilaku,

persepsi, motivasi, tindakan (Moleong, 2010).

Ada dua jenis data yang terkumpul dalam penelitian ini, yaitu data

kuantitatif (kuesiner) dan data kualitatif (wawancara).

1. Data kuantitatif (kuesioner)

Data yang terkumpul melalui pembagian kuesioner akan dianalisis

dengan menggunakan metode deskriptif analitis dengan mencari deskriptif

persentase. Ini dimaksudkan untuk mendeskripsikan data persentase yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 59: EVALUASI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI TINGKAT …repository.usd.ac.id/7229/2/132222211_full.pdfKata kunci: Evaluasi, Implementasi, Kurikulum dan Kurikulum 2013 PLAGIAT MERUPAKAN

45

terkumpul menurut jawaban responden terhadap setiap aspek yang

ditanyakan oleh peneliti dalam kuesioner penelitian.

Rumus Deskriptif Persentase

DP

Keterangan:

DP = Deskriptif persentase

N = Skor empirik (skor yang diperoleh dari jawaban responden)

N = Skor ideal

Sedangkan rumus untuk menentukan besarnya skor ideal (N) adalah:

Angka 4 di atas menunjukkan skor item tertinggi dalam tiap aspek

kuesioner.

Data hasil deskriptif persentase akan dimasukkan ke dalam

kategori jawaban kemudian akan diperoleh kesimpulan mengenaisetiap

aspek yang dianalisis. Kategori jawaban ini dimulai dari 1% - 100%

(kategori tidak baik – kategori sangat baik).

Tabel 3.2

Kategori Tingkatan Jawaban Responden

No Tingkatan Jawaban Kesimpulan

D P 𝒏

𝑵 𝒙 𝟏𝟎𝟎

Skor Ideal (N) = 4 × jumlah responden untuk tiap aspek

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 60: EVALUASI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI TINGKAT …repository.usd.ac.id/7229/2/132222211_full.pdfKata kunci: Evaluasi, Implementasi, Kurikulum dan Kurikulum 2013 PLAGIAT MERUPAKAN

46

Keterangan :

Skor capaian di atas diperoleh dari skor empirik (skor yang diperoleh dari

jawaban responden ) dibagi dengan nilai ideal.

Kesimpulan adalah standar yang diberikan untuk menilai jawaban semua

responden.

2. Data Kualitatif (Wawancara)

Data yang terkumpul melalui wawancara dituliskan dalam bentuk

kata-kata atau lisan. Data yang terkumpulkan dari beberapa nara sumber

yang ada dilapangan, sebelum penulis menyajikannya, terlebih dahulu

akan dilakukan proses analisa agar nantinya data tersebut benar-benar

dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

Adapun langkah-langkah proses analisis data menurut Miles dan

Huberman (2009) adalah sebagai berikut:

a. Mereduksi data, yaitu peneliti menelaah kembali seluruh catatan yang

diperoleh melalui teknik observasi, wawancara, dan dokumen-

dokumen. Reduksi data adalah kegiatan mengabtraksi atau merangkum

data dalam suatu laporan yang sistematis dan difokuskan pada hal-hal

yang inti.

1 76% - 100% Sangat Baik

2 51% - 75% Baik

3 26% – 50% Kurang baik

4 1% - 25% Tidak Baik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 61: EVALUASI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI TINGKAT …repository.usd.ac.id/7229/2/132222211_full.pdfKata kunci: Evaluasi, Implementasi, Kurikulum dan Kurikulum 2013 PLAGIAT MERUPAKAN

47

Dalam penelitian ini, reduksi data dilakukan untuk memilah-

milah data yang telah didapatkan berdasarkan indikator yang telah

ditetapkan. Meskipun instrument telah di buat, tidak berarti tidak ada

data yang berada diluar pembahasan. Data inilah yang perlu direduksi.

hasil wawancara yang tidak berhubungan dengan penelitian.

b. Display data, yakni merangkum hal-hal pokok dan kemudian disusun

dalam bentuk deskripsi yang naratif dan sistematis sehingga dapat

memudahkan untuk mencari tema sentral sesuai dengan fokus atau

rumusan unsur-unsur dan mempermudah untuk memberi makna.

c. Penarikan kesimpulan adalah kegiatan terakhir yang dilakukan dan

merupakan pokok dari hasil penelitian. Penarikan kesimpulan

merupakan jawaban dari rumusan masalah yang telah dirumuskan

sejak awal dan diharapkan merupakan temuan baru yang sebelumnya

belum pernah ada.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Implementasi Kurikulum 2013 di Kabupaten Belu Model CIPP

Dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik

Indonesia No. 81A, tahun 2013 dikatakan evaluasi implementasi kurikulum

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 62: EVALUASI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI TINGKAT …repository.usd.ac.id/7229/2/132222211_full.pdfKata kunci: Evaluasi, Implementasi, Kurikulum dan Kurikulum 2013 PLAGIAT MERUPAKAN

48

dilakukan untuk mengkaji keterlaksanaan dan dampak dari penerapan

kurikulum. Model evaluasi yang digunakan peneliti untuk memperoleh data

mengenai implementasi kurikulum di tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA)

di Kabupaten Belu adalah model CIPP. Sesuai dengan namanya, model ini

terbentuk dari 4 jenis evaluasi yaitu evaluasi konteks (context), masukan

(input), pelaksanaan (process), dan hasil (product) yang dikembangkan kali

pertama oleh Stufflebeam (1971).

1. Evaluasi Konteks (contex)

Arikunto (2009) menjelaskan bahwa, evaluasi konteks adalah

upaya untuk menggambarkan dan merinci lingkungan kebutuhan yang

tidak terpenuhi, populasi dan sampel yang dilayani, dan tujuan proyek.

Indikator dalam evaluasi konteks adalah:

a. Keadaan sekolah yang bersangkutan :sarana prasarana yang ada di

sekolah tersebut

b. Pemahaman guru tentang K-13,

c. Pemahaman siswa tentang K-13

d. Keterlibatan komite sekolah dalam pengembangan kurikulum.

a. Sarana Prasarana

Menurut Syarief (2012), sarana dan prasarana dalam konteks

pendidikan adalah semua fasilitas yang diperlukan dalam proses belajaran

mengajar, baik yang bergerak maupun tidak bergerak, yang secara

langsung ataupun tidak langsung dapat berpengaruh terhadap tujuan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 63: EVALUASI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI TINGKAT …repository.usd.ac.id/7229/2/132222211_full.pdfKata kunci: Evaluasi, Implementasi, Kurikulum dan Kurikulum 2013 PLAGIAT MERUPAKAN

49

pendidikan. Pengadaan sarana-prasarana sangat ditekankan dalam K-13.

Dalam penelitian ini, aspek sarana dan prasarana terdiri dari 5 indikator,

yaitu :

1) Ketersediaan laboratorium yang memadai untuk menunjang

implemetasi K-13

2) Ketersediaan berbagai media pembelajaran (media cetak, elektronik,

maupun media berbasis lingkungan sekolah) selain buku.

3) Ketersediaan aksebilitas penggunaan sarana dan prasarana

4) Kelayakan kondisi fasilitas pendukung pembelajaran

5) Terfasilitasinya bahan ajar yang dibutuhkan guru dalam proses

pembelajaran

Kuesioner tentang sarana prasarana ini dibagikan kepada kepala

sekolah, guru, siswa, pengawas dan komite sekolah. Berdasarkan hasil dari

pembagian kuesioner kepada responden yang dilakukan di SMA di

Kabupaten Belu, diperoleh data sebagai berikut

Tabel 4.1.

Skor Nilai Aspek Sarana Prasarana

No Responden Jumlah n N DP Kesimpulan

1 Kepala

Sekolah

7 64 140 45,71% Kurang

Baik

2 Guru 70 818 1400 58, 42% Baik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 64: EVALUASI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI TINGKAT …repository.usd.ac.id/7229/2/132222211_full.pdfKata kunci: Evaluasi, Implementasi, Kurikulum dan Kurikulum 2013 PLAGIAT MERUPAKAN

50

3 Siswa 70 600 1400 42,85% Kurang

Baik

4 Pengawas 2 23 40 57, 50% Baik

5 Komite

sekolah

7 69 140 49,28% Kurang

Baik

Jumlah 156 50, 57% Kurang

Baik

Keterangan:

n: skor nilai yang diperoleh dari jawaban responden

N: skor ideal seluruh responden. Karena seluruh pertanyaan dalam

kuesioner berjumlah 5 maka dikalikan dengan 5

DP : Deskripsi Persentase

Data di atas menunjukkan bahwa sarana dan prasarana penunjang

implementasi K-13 di Kabupaten Belu masuk dalam kategori kurang baik.

Hal ini menjadi indikasi terhambatnnya implementasi K-13 di Kabupaten

Belu. Berdasarkan data wawancara juga diperoleh hasil yang negatif

mengenai aspek sarana dan prasarana, yaitu:

“Hal yang menghambat kami dalam melaksanakan kurikulum baru

ini adalah sarana dan prasarana seperti buku tidak ada,

laboratorium juga hanya ada untuk MIPA saja, tidak tahu pegang

computer, belum tahu main internet”.

(Kanisius Leto, Siswa SMAN I Lamaknen)

“Tidak bisa dipungkiri bahwa sarana prasarana pendukung K-13

menjadi halangan dan kendala utama bagi semua sekolah dalam

melaksanakan K-13. Hal ini terjadi karena durasi waktu

pemberitahuan tentang implementasi dan persiapan sekolah yang

terlalu singkat sehingga membuat kami kesulitan untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 65: EVALUASI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI TINGKAT …repository.usd.ac.id/7229/2/132222211_full.pdfKata kunci: Evaluasi, Implementasi, Kurikulum dan Kurikulum 2013 PLAGIAT MERUPAKAN

51

mempersipkan segala sesuatu terkait implementasi K-13 di

Kabupaten Belu. Tetapi ke depannya, saya rasa kami sebagai

pemerintah siap untuk implementasi K-13 di Kabupaten Belu,

paling lambat tahun 2019, setelah kami melakukan pembenahan-

pembenahan”.

(Novelino Ramos, Kepala Bidang Kurikulum di Dinas Pendidikan

dan Kebudayaan Kabuapten Belu).

“Dari hasil pengawasan dan superivisor yang kami lakukan, semua

guru mengeluhkan kekurangan sarana prasarana yang menghambat

mereka dalam melaksanakan K-13. Bahkan ada beberapa sekolah

di kecamatan yang jauh dari Kota yang mengeluhkan akses internet

yang tidak terjangkau. Mereka mengeluhkan hal ini karena K-13

yang berbasis teknolgi, yang mana internet dan fasilitas lainya

seperti ketersediaan computer menjadi sangat penting”.

(Marsel Bau, Pengawas SMA di Kabupaten Belu).

Berdasarkan data kuesioner dan data wawancara yang diperoleh

peneliti di lapangan, peneliti bisa mengatakan bahwa sarana prasarana di

Kabupaten Belu masih mengalami kekurangan yang signifikan. Hal ini

bisa dilihat pada tabel 4.1. di atas. Dalam tabel di atas tergambar jelas

bahwa dari kuesioner yang dibagikan kepada responden, rata-rata yang

diperoleh adalah 50, 57%. Skor terendah dari aspek sarana prasarana

diperoleh dari pengisian kuesioner yang dilakukan oleh siswa yaitu

42,85% sedangkan skor tertinggi diperoleh dari kuesioner yang diisi oleh

guru yaitu 58, 42%. Sedangkan dari data wawancara, peneliti juga bisa

mengatakan bahwa sarana prasarana seperti ketiadaan buku, kekurangan

laboratorium dan kekurangan komputer menjadi kendala tersendiri dalam

implementasi K-13 di tingkat SMA di Kabupaten Belu. Selain itu, masalah

persiapan menjadi dimensi yang juga disorot oleh pihak pemerintah dalam

implementasi K-13 ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 66: EVALUASI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI TINGKAT …repository.usd.ac.id/7229/2/132222211_full.pdfKata kunci: Evaluasi, Implementasi, Kurikulum dan Kurikulum 2013 PLAGIAT MERUPAKAN

52

Sarana dan prasarana pendidikan merupakan salah satu sumber

daya yang penting dan utama dalam menunjang proses pembelajaran di

sekolah. Untuk itu, perlu dilakukan peningkatan dalam pendayagunaan

dan pengelolaannya agar tujuan yang diharpkan dapat tercapai. Dari hasil

penelitian yang diperoleh, peneliti merekomendasikan cara untuk

mengatasi kendala yang dihadapi dalam aspek sarana dan prasarana, yaitu:

pelibatan pemerintah baik pusat maupun daerah untuk merencanakan

secara matang rencana implementasi K-13 secara khusus di daerah

tertinggal seperti Kabupaten Belu dengan cara mengadakan sarana

prasarana penunjang implementasi K-13 seperti mengecek ketersediaan

laboratorium, kelancaran distribusi buku dan ketersediaan komputer dan

jaringan internet dan media pem,belajaran pendukung implementasi K-13

sebelum mengambil keputusan untuk menerapkan Kurikulum baru.

b. Pemahaman Guru tentang K-13

Data mengenai pemahaman guru tentang K-13 diperoleh melalui

wawancara yang dilakukan peneliti terhadap para responden. Dari

wawancara yang dilakukan peneliti mengenai pemahaman guru terhadap

K-13 diperoleh penjelasan sebagai berikut.

“Tentang K-13, sebenarnya tidak berbeda dengan Kurikulum yang

lama (KTSP) yang sudah kami selama ini. Yang sedikit

membedakan adalah kurikulum baru dalam hal ini K-13 lebih

menekankan pada pemanfaatan teknologi, dan kami memahami itu,

hanya saja guru-guru yang ada di sekolah ini, terutama yang

Pegawai Negeri Sipil atau guru-guru tua tidak mengerti tentang

pemanfaatan komputer dan alat peraga elektronik lainnya karena

sejak dulu sudah mengajar secara manual jadi mengalami kesulitan

dalam penggunaan teknologi”

(Amandus Bau, S.Pd, Guru SMAN I Lamaknen)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 67: EVALUASI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI TINGKAT …repository.usd.ac.id/7229/2/132222211_full.pdfKata kunci: Evaluasi, Implementasi, Kurikulum dan Kurikulum 2013 PLAGIAT MERUPAKAN

53

“Kami guru-guru memahami K-13 melalui pelatihan yang sudah

kami dapatkan selama 3 hari di Atambua. K-13 ini sebenranya

hanya pengembangan dari KTSP, untuk menghadapi perubahan

jaman yang semakin meningkat. Memang sangat perlu siswa

disiapkan untuk menghadapi perubahan jaman ini, tetapi ada hal

yang perlu diperhatikan adalah ada guru yang sama sekali tidak

mengerti tentang komputer sampai saat ini sehingga perlu adanya

usaha atau tuntutan dari pemerintah untuk mewajibkan guru-guru

tahu mengoperasi komputer”.

(Lambertus Suri, Guru di SMAN 1 Tasifeto Timur).

“Saya awalnya belum memahami, tetapi setelah diberikan pelatihan

dan mulai diterapkan saya perlahan mulai mengerti. Ketiadaan

buku pedoman saat itu membuat saya mencari jalan sendiri untuk

memahaminya lewat pencarian di internet”.

( Marsela C. Luan, S.Pd, Guru SMAK Bina Karya Atambua)

Dari hasil wawancara yang dilakukan di atas, dapat dilihat bahwa

guru sudah memahami K-13, baik melalui pelatihan yang diberikan,

maupun secara autodidak (belajar sendiri), hanya memang harus diakui

bahwa belum semua pihak memahami karena keterbelakangan

pengetahuan akan teknologi yang menjadi basis dari pengembangan K-13.

Hal yang harus dilakukan untuk mengatasi hal ini adalah perlu

adanya upaya dan tuntutan dari pemerintah bagi setiap guru untuk bisa

mengoperasikan komputer dan alat peraga lainnya agar tidak lagi terjadi

hambatan dalam implementasi K-13 ke depannya. Selain itu, perlu adanya

pelatihan yang terus menerus di setiap gugus untuk meningkatkan

pemahaman guru tentang implementasi K-13.

c. Pemahaman Siswa tentang K-13

Data mengenai pemahaman siswa tentang K-13 juga diperoleh

melalui wawancara yang dilakukan peneliti terhadap para responden

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 68: EVALUASI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI TINGKAT …repository.usd.ac.id/7229/2/132222211_full.pdfKata kunci: Evaluasi, Implementasi, Kurikulum dan Kurikulum 2013 PLAGIAT MERUPAKAN

54

(siswa). Berdasarkan hasil penelitian dan hasil wawancara yang dilakukan

oleh peneliti di Kabupaten Belu, diperoleh hasil yang beragam mengenai

pemahaman siswa tentang K-13.

“Awalnya kami tidak menegerti K-13, karena tidak ada

pemberitahuan sebelumnya dari kepala sekolah dan guru guru

untuk melaksanakan K-13 di semester yang baru. Setelah

memasuki semester yang baru, kami mulai dengan K-13, ada hal

baru yang kami alami yaitu gaya pembelajaran yang berbeda dari

sebelumnya. Akhirnya guru memberitahu bahwa ada kurikulum

baru yang digunakan dalam semester ini. Setelah mengikuti hamper

sebulan akhirnya kami mengetahui tentang cara kerja dari

kurikulum ini, yaitu kami siswa lebih aktif dan guru lebih pasif

dalam proses pembelajaran”.

(Gratiana Mau, Siswa SMA Stella Maris Atambua).

“Saya sangat memahami K-13 ini, saya yakin begitu juga dengan

teman-teman saya. Kami bisa melakukan perintah yang diberikan

oleh guru dengan baik, misalnya mengerjakan tugas,

mempresentasikan tugas di hadapan teman-teman dan kegiatan-

kegiatan lainnya”.

(Naldo Andrew Pitu, Siswa SMAN I Atambua).

“Saya tidak mengerti dengan K-13 dan hanya secara terpaksa

melaksanakannya karena kami dipaksa dari sekolah untuk

mengikuti surat yang sudah dikeluarkan”.

(Cerlia De Jesus Henrique, Siawa SMA Stella Gratia Atambua).

“Saya hanya tahu bahwa bahwa K-13 itu lebih fokus pada siswa

dan siswa lebih aktif dari guru, sedangkan hal-hal lain menyangkut

K-13 belum saya tahu dan pahami karena belum ada

pemberitahuan dari guru dan saat itu waktu masuk liburan kami

langsung diberitahu untuk melaksanakan kurikulum baru ini”.

(Karolus Bere, Siswa SMAK Mgr. Gabriel Manek Lahurus).

Hal utama yang tergambar dari wawancara di atas adalah bahwa

para siswa SMA di Kabupaten Belu umumnya sudah memahami cara kerja

dan implementasi K-13, meskipun ada yang pemahamannnya terlambat

karena tidak ada sosialisasi dan pemberitahuan dari pihak sekolah terlebih

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 69: EVALUASI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI TINGKAT …repository.usd.ac.id/7229/2/132222211_full.pdfKata kunci: Evaluasi, Implementasi, Kurikulum dan Kurikulum 2013 PLAGIAT MERUPAKAN

55

dahulu. Ada pula yang terlambat memahami karena secara terpaksa

melaksanakannya karena adanya surat edaran dari Menteri untuk

implementasi K-13 sekolah diwajibkan untuk melaksanakan K-13. Ketika

diminta konfirmasi mengenai dampak keputusan dari pemerintah

mengenai implementasi 2013, kepala sekolah SMA Stella Gratia

mengatakan :

“Tentu saja setiap keputusan yang dibuat oleh pusat menimbulkan

dampak bagi kami warga sekolah karena kita berada dalam satu

system dengan pemerintahan pusat. Kita tidak mugkin tidak

melaksanakan apa yang sudah dikeluarkan oleh pemerintah pusat

karena kita berpikir keputusan itu adalah keputusan yang terbaik

dalam rangka mempersiapkan masa depan anak-anak kita”

(Godefridus Nahak, SE.MM, Kepala Sekolah SMA Stella Gratia

Atambua).

K-13 yang lebih mengedepankan dan menuntut siswa (peserta

didik) untuk lebih berperan aktif dalam mengembangkan pengetahuan dan

kecakapan yang dimiliki dengan mengeksplorasi semua sumber belajar

yang ada, tampaknya memang hendak menjadikan siswa bukan lagi

sebagai gelas kosong yang harus diisi, namun menjadi gelas yang sudah

terisi dan siap untuk dikreasikan dalam pembelajaran yang dilaksanakan.

Tugas paling utama guru tidak lagi menjadi sumber belajar utama bagi

peserta didik (siswa), namun tugas guru kini lebih pada motivator bagi

peserta didik agar menemukan kembali semangat dan rasa ingin tahu yang

dimilikinya sehingga peserta didik akan mengeksplorasi semua sumber

belajar yang ada di sekitarnya. Untuk mendukung hal di atas, siswa

dituntut dan diberi pengetahuan untuk memahami peran dan fungsi mereka

dalam kurikulum itu (Alawiyah, 2013).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 70: EVALUASI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI TINGKAT …repository.usd.ac.id/7229/2/132222211_full.pdfKata kunci: Evaluasi, Implementasi, Kurikulum dan Kurikulum 2013 PLAGIAT MERUPAKAN

56

Hal positif yang bisa diperoleh dari implementasi K-13 di

Kabupaten Belu secara khusus pada tingkat SMA adalah banyak siswa

yang lebih senang dan menerima keberadaan dan penerapan K-13.

Pekerjaan yang masih tersisa dari hal positif ini adalah pemahaman siswa

tentang penerapan K-13.

Mengingat bahwa siswa merupakan salah satu elemen penting

dalam pendidikan dan merupakan sasaran utama dalam peningkatan

kualitas pendidikan yang akan berkontribusi terhadap upaya peningkatan

kualitas hidup suatu bangsa, maka siswa perlu dikelola, diatur, ditata,

dikelola dan dikembangkan agar menjadi produk pendidikan yang

bermutu, maka hambatan-hambatan yang dihadapi siswa dalam proses

pembelajaran perlu dicarikan solusinya. Solusi yang ditawarkan dari

persoalan pemahaman siswa terhadap pemahaman K-13 yaitu

kepemimpinan kepala sekolah mempunyai peran penting dalam

memfasilitasi para guru dan tenaga pendidikan lainnya untuk dapat

mengatur sedemikian rupa sehingga siswa (anak didik) bisa memahami

substansi dari K-13 dan implementasi K-13. Kepala sekolah harus bisa

memanfaatkan fungsinya sebagai manajer untuk mengatur semuanya.

Kepala sekolah harus bisa mengakomodir para guru di setiap sekolah

untuk memberikan minimal sosialisasi kepada para siswa tentang peran

dan keberadaan siswa dalam kurikulum baru. Sedangkan hal maksimal

yang bisa dilakukan kepala sekolah adalah mendatangkan penyuluh dari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 71: EVALUASI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI TINGKAT …repository.usd.ac.id/7229/2/132222211_full.pdfKata kunci: Evaluasi, Implementasi, Kurikulum dan Kurikulum 2013 PLAGIAT MERUPAKAN

57

propinsi atau orang yang mengerti dan memahami kurikulum 20913 untuk

memberikan penyuluhan dan pelatihan kepada para siswa mengenai K-13.

d. Keterlibatan Orang Tua (Komite Sekolah) Dalam Pengembangan

Kurikulum

Sebagai salah satu aspek penting dalam pengembangan kurikulum,

partisipasi masyarakat dan orangtua peserta didik samngat diperlukan

dalam pembuatan berbagai keputusan. Dengan demikian masayarakat

dapat lebih memahami, mengawasi dan membantu sekolah dalam

pengelolaan sekolah yang bersangkutan.

Data keterlibatan orang tua dalam pengembangan kurikulum ini

diperoleh dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan

orangtua siswa. Hasil wawancara yang diperoleh dalam penelitian ini

ketika diminta penjelasan mengenai keterlibatan orang tua dalam

pengembangan K-13 adalah sebagai berikut :

“Kami tidak pernah diberitahu oleh pihak sekolah bahwa akan

dilaksanakan kurikulum baru dalam semester yang baru itu. Dalam

pertemuan-pertemuan rutin di sekolah kami hanya selalu

ditekankan untuk selalu terlibat dalam kegiatan-kegiatan sekolah,

itu pun apabila kami diminta dari sekolah untuk terlibat”.

(Guido Laku Leto, Komite Sekolah SMAN I Lamaknen).

“Dalam pertemuan awal semester 2014/2015 yang lalu kami orang

tua diberitahukan oleh kepala sekolah bahwa akan diberlakukan

kurikulum baru di seluruh Indonesia termasuk sekolah ini.

Selanjutnya kami diminta untuk terlibat dalam proses pembelajaran

dan penilaian siswa terutam membantu anak-anak kami belajar di

rumah”.

(Aloysius Luan Mau, Komite Sekolah SMAK Stella Gratia,

Atambua).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 72: EVALUASI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI TINGKAT …repository.usd.ac.id/7229/2/132222211_full.pdfKata kunci: Evaluasi, Implementasi, Kurikulum dan Kurikulum 2013 PLAGIAT MERUPAKAN

58

“Kami sering dilibatkan dalam kegiatan-kegiatan di sekolah, tetapi

saya secara pribadi tidak pernah tau kalo ada pembaharuan

kurikulum. Mungkin karena saya tidak mengikuti pertemuan awal

tahun ajaran baru kemarin karena sakit”.

(Drs. Silverius Mau, Komite Sekolah SMAK Surya Atambua”.

Dari penjelasan yang diperoleh peneliti melalui wawancara dapat

diindikasikan bahwa ada orang tua yang mengetahui akan

diiplementasikannya K-13 di sekolah mereka karena sudah terlebih dahulu

diberitahukan oleh kepala sekolah tetapi belum sepenuhnya memahami K-

13. Ada pula orang tua yang belum mengetahui tentang implementasi K-

13 di sekolah mereka karena tidak ada informasi dari sekolah. Hal yang

perlu dilakukan adalah harus adanya sosialisasi terlebih dahulu kepada

orang tua siswa mengenai implementasi kurikulum agar tidak ada

kesalahpahaman antara orang tua, siswa dan pihak sekolah.

Keberadaan komite sekolah (dan dewan pendidikan) secara legal

formal tertuang dalam Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor

044/U/2002. Dalam keputusan menteri ini, komite sekolah dimaksudkan

sebagai sebuah badan mandiri yang mewadahi peran serta masyarakat

dalam rangka meningkatkan mutu, pemerataan, dan efisiensi pengelolaan

pendidikan di satuan pendidikan baik pada pendidikan prasekolah, jalur

pendidikan sekolah, maupun jalur pendidikan luar sekolah.

Berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor

044/U/2002 tanggal 2 April 2002 menetapkan bahwa Komite Sekolah

berperan sebagai: (a) Pemberi pertimbangan (advisor agency) dalam

penentuan dan pelaksanaan kebijakan pendidikan di satuan pendidikan. (b)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 73: EVALUASI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI TINGKAT …repository.usd.ac.id/7229/2/132222211_full.pdfKata kunci: Evaluasi, Implementasi, Kurikulum dan Kurikulum 2013 PLAGIAT MERUPAKAN

59

Pendukung (supporting agency), baik yang berwujud financial, pemikiran

maupun tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan disatuan pendidikan.

(c) Pengontrol (controlling agency) dalam rangka transparansi dan

akuntabilitas penyelenggaraan dan keluaran pendidikan di satuan

pendidikan. (d) Mediator antara pemerintah (executive) di satuan

pendidikan.

Peran komite sekolah dalam pengembangan kurikulum merupakan

hal penting untuk menentukan tujuan awal akan dibawa kemana sekolah

tersebut nantinya, tidak hanya hal tersebut tetpi juga komite sekolah

memiliki peran penting dalam masalah perancangan alat untuk memandu

jalannya kegiatan pendidikan. Akan tetapi realita yang ada menunjukkan

bahwa peran komite sekolah yang sangat penting bagi sekolah yang salah

satunya sebagai pengembang kurikulum yang dijadikan acuan untuk

melakukan kegiatan pendidikan dinilai masih sangat kurang.

Kepala sekolah dan guru memiliki tugas dan tanggung jawab

terhadap keterlibatan komite sekolah dalam pengembangan kurikulum.

Tugas dan tanggug jawab itu harus dikonkritkan dengan melibatkan

komite sekolah dalam pengambilan keputusan yang berhubungan dengan

siswa. Langkah kongkrit yang ditawarkan penulis dalam memberdayakan

komite sekolah dalam pengembangan kurikulum adalah:

1) Sebaiknya peran Komite Sekolah dapat disosialisasikan secara

komprehensif kepada guru dan kepala sekolah. Demikian pula

sebaliknya, peran kepala sekolah juga perlu disosialisasikan kepada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 74: EVALUASI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI TINGKAT …repository.usd.ac.id/7229/2/132222211_full.pdfKata kunci: Evaluasi, Implementasi, Kurikulum dan Kurikulum 2013 PLAGIAT MERUPAKAN

60

Komite Sekolah. Tujuannya adalah untuk menghindari persepsi yang

keliru terhadap peran masing-masing dalam penyelenggaraan

pendidikan. Dengan pengetahuan dan pemahaman peran

stakeholders (pemangku kepentingan) yang lebih baik, harapan untuk

menumbuhkan sense of belonging (rasa memiliki) dan sense of

trushting menjadi kenyataan.

2) Eksistensi komite sekolah perlu didukung oleh peraturan daerah

(Perda) sehingga aspek legalitas dan mekanisme kontrol semakin kuat.

Pembentukan Komite Sekolah yang memiliki kekuatan hukum akan

menumbuhkan sikap kehati-hatian dalam penyelenggaraan

pendidikan. Dengan demikian pelayanan tidak asal jadi dan

pendidikan tidak salah urus.

3) SDM Komite Sekolah perlu ditingkatkan melalui pelatihan/atau

membuat persyaratan pendidikan minimal untuk menjadi anggota

Komite Sekolah. Latar belakang pendidikan yang memadai membuat

pola pikir Komite Sekolah dapat bersinergi dengan kepala sekolah.

Rendahnya tingkat pendidikan dan kurangnya pengetahuan tentang

manajemen pendidikan menjadikan Komite Sekolah sebagai kuda

tunggangan atau sebagai stempel untuk melegalisasi berbagai

pungutan yang dapat meresahkan masyarakat.

Pada akhirnya, dengan bersinerginya kepala sekolah, guru, dan

komite sekolah dalam pengembangan kurikulum, hal itu akan majadikan

penyelenggaraan pendidikan di sekolah lebih dinamis dan semakin besar

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 75: EVALUASI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI TINGKAT …repository.usd.ac.id/7229/2/132222211_full.pdfKata kunci: Evaluasi, Implementasi, Kurikulum dan Kurikulum 2013 PLAGIAT MERUPAKAN

61

peluangnya untuk mencapai tujuan pendidikan. Pendidikan sekolah tidak

semata-mata bermanfaat bagi pencapaian tujuan belajar anak didik,

melainkan juga bermanfaat untuk memupuk dan menyuburkan nilai

kebersamaan dan tanggung jawab bersma bagi kemajuan bangsa melalui

peningkatan kualitas pendidikan/sekolah.

2. Evaluasi Masukan (Input)

Menurut Widoyoko (2009), evaluasi input (masukan) membantu

mengatur keputusan, menentukan sumber-sumber yang ada, alternative apa

yang diambil, apa rencana dan strategi untuk mencapai tujuan dan

bagaimana prosedur kerja untuk mencapainya.

a. Buku Pedoman Guru dan Siswa

Pada K-13 buku guru merupakan kunci guru dalam melaksanakan

kegiatan belajar mengajar, buku guru memuat materi pembelajaran dan

langkah-langkah pembelajaran yang digunakan guru sebagai pedoman

proses belajar mengajar di kelas.

Data mengenai buku pedoman guru dan siswa diperoleh melalui

wawancara yang dilakukan terhadap responden yang terdiri dari: kepala

sekolah, siswa, dan guru. Hal ini terjadi karena data aspek ketersediaan

buku pedoman guru dan siswa yang sedianya akan diperoleh melalui

pembagian kuesioner tidak terealisasi karena belum tersedianya buku

pedoman guru dan siswa di sekolah yang dijadikan lokasi penelitian. Hasil

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 76: EVALUASI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI TINGKAT …repository.usd.ac.id/7229/2/132222211_full.pdfKata kunci: Evaluasi, Implementasi, Kurikulum dan Kurikulum 2013 PLAGIAT MERUPAKAN

62

yang diperoleh dari wawancara di lapangan terkait pengadaan buku adalah

sebagai berikut:

“Kami dari pihak sekolah mewajibkan para guru mata pelajaran

untuk membeli buku-buku berbasis K-13, karena mau diadakan

oleh sekolah tetapi dana BOS belum cair dan kami tidak memiliki

kas sekolah. Begitu juga dengan buku pedoman siswa juga kami

terlambat adakan karena alasan yang sama yaitu menunggu

pencairan dana BOS”

(Alfonsius Asa Nahak, A.Md, Kepala sekolah SMA Bina

Karya).

“Saya berkoordinasi dengan bendahara untuk mengadakan buku

pedoman guru dengan menggunakan uang kas yang ada dan

akhirnya buku itu ada untuk memberi pemahaman kepada guru dan

gambaran sepintas kepada siswa mengenai penerapan K-13”.

(Yohanes Bau Mali, S.Pd, Kepala Sekolah SMA Weluli).

“Saya dan teman-teman mengalami kesulitan ketika harus memulai

sesuatu yang baru tanpa buku pedoman. Hal ini membuat saya

berinisiatif untuk membeli buku menggunakan uang pribadi,

meskipun harganya lebih mahal”.

(Lambertus Ikun, Guru SMAK Surya Atambua).

“Buku pedoman siswa, ada guru yang memaksa kami untuk

membeli buku sendiri di toko buku, sedangkan ada juga yang

menyuruh kami untuk foto copy dari yang sudah ada di guru.

Tetapi ada mata pelajaran yang kami tidak pake buku”.

(Silvino Barito Martins, Siswa SMA Bina Karya).

“Banyak buku yang tidak ada, pak. Ada mata pelajaran yang sampe

kami kembali pake kurikulum lama kami tidak pake buku saat

pelajaran”

(Natriana Koko, Siswa SMAN I Tasifeto Timur).

Wawancara diatas menggambarkan guru-guru di Kabupaten Belu

memilih untuk menyediakan buku secara mandiri dalam hal ini dibeli

sendiri di toko buku terdekat. Hal ini terjadi karena buku yang seharusnya

disediakan oleh pihak sekolah terkendala oleh pencairan dana BOS yang

terlambat sehingga buku pun terlambat diadakan. Hal ini menyebabkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 77: EVALUASI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI TINGKAT …repository.usd.ac.id/7229/2/132222211_full.pdfKata kunci: Evaluasi, Implementasi, Kurikulum dan Kurikulum 2013 PLAGIAT MERUPAKAN

63

Guru-guru dan murid-murid di Kabupaten Belu memilih membeli buku

pelajaran di toko buku, bahkan harga buku lebih mahal dari harga eceran

yang di tetapkan kemendikbud.

Buku sebagai sumber informasi tentunya berperan penting sebagai

pedoman siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar di kelas

(Dokumen K-13).

Kabupaten Belu menjadi salah satu daerah di Indonesia yang

mengalami keterlambatan distribusi buku. Masalah ini tentu saja sangat

menghambat penerapan K-13 sebagai kurikulum yang baru diterapkan di

Kabupaten Belu. Sebagai kurikulum baru, para guru dan siswa tentu saja

sangat membutuhkan buku sebagai pedoman dalam proses pembelajaran.

Permasalahan tersebut seharusnya harus segera di tangani

pemerintah, untuk melakukan pembenahan dalam hal pencairan dana BOS

sehingga nantinya tidak lagi terjadi hal-hal teknis yang menjadi kendala

implementasi K-13. Selain penanganan ketepatan pencairan dana BOS,

pemerintah juga harus lebih teliti dalam mengambil keputusan untuk

menerapkan kurikulum baru.

Harusnya K-13 diterapkan setelah buku pedoman guru dan siswa

tiba di sekolah-sekolah dan siap untuk digunakan. Karena seperti yang

tertera dalam dokumen K-13 bahwa buku akan menjadi pedoman dalam

proses pembelajaran. Jadi tanpa buku, proses pembelajaran tidak mungkin

terjadi, kalaupun terjadi maka itu bisa dikatakan bahwa sebuah

keterpaksaan melaksanakan keputusan pemerintah dalam hal ini Menteri

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 78: EVALUASI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI TINGKAT …repository.usd.ac.id/7229/2/132222211_full.pdfKata kunci: Evaluasi, Implementasi, Kurikulum dan Kurikulum 2013 PLAGIAT MERUPAKAN

64

Pendidikan dan Kebudayaan dan hal lainnya adalah para guru tidak mau

membiarkan anak didiknya tersesat dengan keaaan ini, sehingga para guru

berusaha senmaksimal mungkin untuk menrapkan K-13 meskipun dalam

keadaan terpaksa.

b. Pelatihan dan Pendampingan Guru

Sejak persiapan implementasi K-13 SMA di Kabupaten Belu telah

melakukan pelatihan guru, kepala sekolah dan pengawas. Pelatihan

dilakukan secara berjenjang dan kerkesinambungan. Pelatihan untuk

implementasi K-13 diselenggarakan oleh LPMP, Diknas maupun sekolah

secara mandiri, sehingga dalam waktu singkat Kabupaten Belu telah

mampu menyelenggarakan pelatihan yang cukup signifikan.

Data mengenai pelatihan dan pendampingan guru diperoleh dari

pembagian kuesioner dan wawancara dengan responden. Kuesioner

dibagikan kepada kepala sekolah, guru dan pengawas. Dalam aspek

pelatihan terdapat 5 indikator yaitu:

1) Keseuaian materi pelatihan yang diberikan dengan kebutuhan guru

dalam proses pembelajaran

2) Kesesuaian kompetensi instruktor yang memberi pelatihan dengan

materi pelatihan yang diberikan

3) Kesesuaian alokasi waktu yang disediakan dengan materi pelatihan

4) Penyampaian materi tentang softskill (kepemimpinan, kepribadian, dll)

dalam pelatihan

5) Penekanan pentingnya pengembangan karakter anak didik dalam K-13

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 79: EVALUASI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI TINGKAT …repository.usd.ac.id/7229/2/132222211_full.pdfKata kunci: Evaluasi, Implementasi, Kurikulum dan Kurikulum 2013 PLAGIAT MERUPAKAN

65

Sedangkan dari aspek pendampingan, hanya 1 indikatornya yaitu :

kunjungan dan pendampingan yang dilakukan oleh tim dari Provinsi atau

Kabupaten kepada bapak/ibu guru selama implementasi K-13.

Berdasarkan hasil analisis data diperoleh persentase persepsi kepala

sekolah, guru dan pengawas terhadap penyelenggaraan pelatihan adalah

sebagai berikut

Tabel 4.2

Tabel Skor Nilai aspek Pelatihan

No Responden Jumlah n N DP Kesimpulan

1 Kepala

Sekolah

7 38 56 67, 85% Baik

2 Guru 70 1120 1400 80% Sangat Baik

3 Pengawas 2 19 24 79,17% Baik

Jumlah 79 75, 67% Cukup Baik

Keterangan :

n: Skor nilai yang diperoleh dari jawaban responden

N: Skor ideal seluruh responden. Untuk aspek pelatihan karena

seluruh pertanyaan dalam kuesioner berjumlah 5 maka dikalikan

dengan 5, sedangkan untuk kepala sekolah dikalikan 2 karena

jumlah pertanyaannya berjumlah dua.

DP :Deskripsi Persentase

Mencermati data penelitian di atas dapat dipastikan bahwa

pelaksanaan pelatihan terhadap guru dan kepala sekolah dari persepsi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 80: EVALUASI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI TINGKAT …repository.usd.ac.id/7229/2/132222211_full.pdfKata kunci: Evaluasi, Implementasi, Kurikulum dan Kurikulum 2013 PLAGIAT MERUPAKAN

66

kepala sekolah berjalan dengan baik yaitu sebesar 67, 85%. Sedangkan

menurut pendapat dan persepsi para guru, pelatihan berjalan sangat baik

dengan persentase yang diperoleh sebesar 80%. Mengkonfirmasi data

yang diperoleh dari guru dan kepala sekolah, peneliti membagikan

kuesioner kepada pengawas sebagai supervisor, auditor dan sekaligus

sebagai pengawas bagi para guru dan kepala sekolah. Dari kuesioner

yang dibagikan diperoleh hasil sebesar 79, 16%. Jadi dapat dikatakn

bahwa pelatihan yang dilaksanakan dalama rangka implementasi K-13 di

Kabupaten Belu berjalan dengan baik dengan rata-rata persentase hasil

penelitian 75, 67%.

Sedangkan berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti

mengenai dimensi pelatihan yang diberikan kepada para guru ada

berbagai macam pandangan yang berbeda mengenai hal ini.

Penjelasan yang diperoleh peneliti dari hasil wawancara adalah sebagai

berikut:

“Menurut saya pelatihan dan pendampingan yang diberikan

sangat sesuai dengan apa yang kami para guru butuhkan di

lapangan ketika harus mendidik anak-anak dengan kurikulum

yang baru. Sedangkan waktu yang disediakan untuk pelatihan

masih sangat kurang karena kami dipaksa untuk memahami

memahami materi K-13 dalam waktu yang relatif singkat yaitu 3

hari pelatihan. Hal ini membuat kami mengalami kesulitan dalam

pengembangan K-13 terutama dalam hal penilaian karena banyak

aspek baru yang muncul dalam format penilaian”

(Rio Kali, S.Pd, Guru Bahasa Inggris SMA I Tasifeto Timur).

Senada dengan hal ini, kepala sekolah SMA Mgr Gabriel Manek

Lahurus Bapak Videlis Bau menambahkan bahwa staf gurunya

mengalami kesulitan dalam hal penilaian karena alokasi waktu pelatihan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 81: EVALUASI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI TINGKAT …repository.usd.ac.id/7229/2/132222211_full.pdfKata kunci: Evaluasi, Implementasi, Kurikulum dan Kurikulum 2013 PLAGIAT MERUPAKAN

67

yang singkat dan tidak adanya pelatihan khusus soal apek aspek dalam

K-13.

“Guru-guru saya banyak mengeluhkan tentang format penilaian

dalam K-13 yang menuntut guru guru untuk melakukan penilaian

kepada para siswa dari banyak aspek. Setelah saya mencari tahu

apa akar masalahnya akhirnya saya menemukan bahwa yang

menjadi persoalan adalah waktu pelatihan yang singkat dan

materi dipaparkan secara umum saja, dalam hal ini tidak dibagi

dalam dimensi-dimensi menurut kurikulum yang baru”.

(Videlis Bau, S. Ag, Kepala sekolah SMAK Gabriel Manek-

Lahurus).

Pada dimensi pendampingan dari tim Kabupaten atau Propinsi

diperoleh hasil sebagai berikut: dari kuesioner yang dibagikan kepada

para guru diperoleh hasil 48,31%. Sedangkan hasil olah data mengenai

pelatihan persepsi kepala sekolah adalah 46,45%. Persensentase rata-rata

yang diperoleh dari analisa data adalah 44,88%. Nampak bahwa

pendampingan terhadap implementasi K-13 di tingkat SMA di

Kabupaten Belu berjalan kurang baik.

Hasil wawancara dengan para guru dan para kepala sekolah juga

menggambarkan dengan jelas kondisi real di lapangan terkait

pendampingan pelaksanaan K-13.

“Selama 6 bulan kami menjalankan K-13, kami tidak pernah

mendapat kunjungan dari Pendamping K-13 dari Kabupaten

ataupun Provinsi. Dan hari ini saya kaget dan baru mengetahui

bahwa ternyata dalam K-13 ada Tim pendamping yang rutin

mengunjungi sekolah untuk melihat penerapan K-13”

( Yohanes Bau Mali,S.Pd, Kepala Sekolah SMAN I Lamaknen).

“Tidak pernah ada yang mengunjungi sekolah kami untuk

melihat perkembangan penerapan K-13. Kami dengan para gury

saling bahu membahu untuk menyelesaikan persoalan yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 82: EVALUASI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI TINGKAT …repository.usd.ac.id/7229/2/132222211_full.pdfKata kunci: Evaluasi, Implementasi, Kurikulum dan Kurikulum 2013 PLAGIAT MERUPAKAN

68

muncul dalam penerapan K-13. Ada pengawas yang datang itu

pun bukan untuk mendampingi kami tetapi untuk melakukan

supervisi”.

( Prima Tae, S.Pd, Guru SMA Stella Gratia Atambua).

“Kami tidak pernah melakukan pengawasan dan pendampingan

secara khusus ke sekolah-sekolah. Kami hanya melakukan

supervisi secara umum ke sekolah-sekolah. Selain karena jarak

yang lumayan jauh kalo ke luar kota, juga karena kami tidak

dibiayai. Kami hanya mengharapkan gaji bulanan kami”.

(Marsel Bau, Pengawas Tingkat SMA Kabupaten Belu).

Menurut Pangabean (2004) pelatihan dapat didefinisikan sebagai

suatu cara yang digunakan untuk memberikan atau meningkatkan

keterampilan yang dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan. Pelatihan

bisa diartikan juga sebagai kesiapan. Menurut Arikunto (2011), kesiapan

adalah suatu kompetensi, sehingga seseorang yang mempunyai

kompetensi bararti seseorang tersebut memiliki kesiapan yang cukup

untuk berbuat sesuatu. Kesiapan tersebut mulai dari pemahaman, mental,

maupun kemampuan guru yang berasal dari dalam diri guru itu sendiri

dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar.

Pelatihan yang dilakukan di Kabupaten Belu dalam rangka

pengembangan K-13 merupakan persiapan dalam menghadapi

implementasi K-13. Bagi banyak guru menilai pelatihan berjalan dengan

cukup baik (lihat tabel pelatihan di atas). Hal ini dilandaskan pada

pengalaman dan pengetahuan yang diperoleh para guru setelah mengikuti

pelatihan. Tetapi bagi segelintir guru merasa bahwa pelatihan ini berjalan

kurang baik dengan berbagai alasan yang mendasarinya diantaranya

alokasi pelatihan yang terlalu singkat, pelatihan hanya berfokus pada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 83: EVALUASI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI TINGKAT …repository.usd.ac.id/7229/2/132222211_full.pdfKata kunci: Evaluasi, Implementasi, Kurikulum dan Kurikulum 2013 PLAGIAT MERUPAKAN

69

pengetahuan umum seputar K-13 dan instruktur pelatihan yang kurang

menguasai materi pelatihan. Akibatnya adalah banyak guru yang merasa

kesulitan dalam mengaplikasikan materi pelatihan khususnya dalam

aplikasi penilaian. Kesulitan-kesulitan ini sekaligus memotret bahwa

pelatihan berjalan kurang baik dan kurang terfokus pada seluruh aspek

dalam pengembangan K-13.

Tabel 4.3

Tabel Skor Nilai Aspek Pendampingan

No Responden Jumlah n N DP Kesimpulan

1 Kepala

Sekolah

7 10 28 35,71% Kurang Baik

2 Guru 70 109 280 38,92% Kurang Baik

Jumlah 77 37,31% Kurang Baik

Keterangan

n: Skor nilai yang diperoleh dari jawaban responden

N: Skor ideal seluruh responden. untuk aspek pendampingan, jumlah

pertanyannya adalah 1 sehingga akan dikali 1.

DP: Deskripsi Persentase

Sedangkan dari seluruh aspek evaluasi, aspek pendampingan

memperoleh skor terendah yaitu 44, 48% (lihat tabel 4.3). Padahal jika

dilihat, aspek pendampingan menjadi salah satu aspek penentu dalam

menyukseskan implementasi K-13. Pendampingan bertujuan untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 84: EVALUASI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI TINGKAT …repository.usd.ac.id/7229/2/132222211_full.pdfKata kunci: Evaluasi, Implementasi, Kurikulum dan Kurikulum 2013 PLAGIAT MERUPAKAN

70

memperoleh hasil implementasi dari setiap sekolah, untuk memngetahui

perkembangan setiap sekolah dalam implementasi K-13. Dari

pendampingan, para siswa, guru dan kepala sekolah bisa menyampaikan

kesulitan yang mereka hadapi dalam implementasi K-13. Para guru

secara jujur mengatakan bahwa tidak pernah ada tim pendamping yang

datang ke sekolah mereka. Para pengawas juga ketika dikonfirmasi

mengatakan hal yang sama dengan alasan jarak yang terlalu jauh.

Untuk mengatasi persoalan di atas, beberapa hal kongkrit yang

harus dilaksanakan di Kabupaten Belu terkait dengan pelatihan dan

pendampingan adalah:

1) Pelatihan harus difokuskan pada seluruh aspek pengembangan K-13

mulai dari aspek layanan kesiswaan, proses pembelajaran hingga

aspek penilaian.

2) Waktu pelaksanaan harus disusun sesuai rencana dan kebutuhan

sosialisasi dan tingkat pemahaman peserta sosialisasi (guru).

3) Perlu adanya persiapan yang matang dari para instruktur sebelum

memberi pelatihan kepada para guru

4) Dibentuk tim khusus pendamping K-13 di setiap Kabupaten untuk

mendampingi sekolah-sekolah secara khusus SMA di Kabupaten

Belu dalam mengimplementasikan K-13 dan dibuat jadwal

kunjungan dan pendampingan tetap ke sekolah-sekolah di Kabupaten

belu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 85: EVALUASI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI TINGKAT …repository.usd.ac.id/7229/2/132222211_full.pdfKata kunci: Evaluasi, Implementasi, Kurikulum dan Kurikulum 2013 PLAGIAT MERUPAKAN

71

c. Manajemen Pembelajaran

Untuk menghasilkan pembelajaran yang berkualitas, diperlukan

manajemen yang baik dan dapat mendukung tercapainya tujuan

pendidikan. Manajemen yang baik menentukan baik buruknya

pembelajran, cara seoran guru menggunakan metode yang tepat,

penyediaan alat belajar yang cukup dan susanan kelas yang cukup

kondusif pada saat proses belajar mengajar.

Evaluasi kegiatan manajemen pembelajaran yang dilakukan di

Kabupaten Belu terdiri dari 7 indikator, yaitu:

1) Penyesuaian jadwal pelajaran dengan struktur kurikulum,

2) Penetapan peminatan siswa,

3) Penempatan guru yang mata pelajarannya tidak tercantum dalam

struktur K-13 dan mata pelajaran baru,

4) Penyesuaian penyusunan jadwal pelajaran dengan ketersediaan

fasilitas (jumlah, jenis, dan kualitasnya),

5) Penyesuaian jumlah dan beban tugas mengajar guru

6) Kesesuaian jumlah dan waktu penerimaan buku,

7) Dukungan fasilitas dalam pelaksanaan pembelajaran hampir semua

sudah terlaksana.

Tabel 4.4

Skor Nilai Manajemen Pembelajaran Kepala Sekolah

No Responden Jumlah n N DP Kesimpulan

1 Kepala 7 144 28(7) 73,47% Baik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 86: EVALUASI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI TINGKAT …repository.usd.ac.id/7229/2/132222211_full.pdfKata kunci: Evaluasi, Implementasi, Kurikulum dan Kurikulum 2013 PLAGIAT MERUPAKAN

72

Sekolah

Jumlah 7 144 28 73,47% Baik

Keterangan:

n :skor nilai yang diperoleh dari jawaban responden

N: skor ideal seluruh responden. Untuk aspek Manajemen

Pembelajaran karena seluruh pertanyaan dalam kuesioner

berjumlah 7 maka dikalikan dengan 7

DP : Deskripsi Persentase

Dari ketujuh indikator tersebut didapatkan rata-rata persentase

skor sebesar 73, 47% yang berarti bahwa aspek manajemen pembelajaran

di sekolah sudah melaksanakan K-13 dengan baik. Hal ini tentunya

belum memuaskan karena ada dua indikator yang belum terlaksana yaitu

penerimaan buku pedoman guru maupun buku pelajaran siswa dan

ketersediaan fasilitas pendukung.

Hasil evaluasi menunjukkan bahwa sekolah sudah berusaha

dengan baik untuk mengatur segala aktivitas pembelajaran agar sesuai

dengan K-13 walaupun masih ada kekurangan di beberapa hal yang

berada di luar kuasa sekolah untuk menanganinya seperti buku pedoman

guru dan buku pelajaran siswa dan ketersediaan fasilitas pendukung

pemebelajaran.

Mulyasa (2004), untuk menunjang manajemen pembelajaran, ada

beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam implementasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 87: EVALUASI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI TINGKAT …repository.usd.ac.id/7229/2/132222211_full.pdfKata kunci: Evaluasi, Implementasi, Kurikulum dan Kurikulum 2013 PLAGIAT MERUPAKAN

73

pembelajaran, yaitu : Berpusat pada peserta didik, menciptakan kondisi

menyenangkan dan menantang bagi siswa, mengembangkan kreativitas

peserta didik, bermuatan nilai, etika, estetika, logika, kinestetika dan

menyediakan pengalaman belajar yang beragam melalui penerapan

berbagai strategi dan metode pembelajaran yang menyenangkan,

kontekstual, efektif, efisien dan bermakna.

Kunci sukses pertama yang menentukan keberhasilan

implementasi K-13 adalah kepemimpinan kepala sekolah, terutama

dalam mengkoordinasikan, menggerakan, dan menyelaraskan semua

sumber daya pendidikan yang tersedia. Kepemimpinan kepala sekolah

merupakan salah satu faktor penentu yang dapat menggerakan semua

sumber daya sekolah untuk dapat mewujudkan visi, misi, tjuan dan

sasaran sekolah melalui program-program yang dilaksanakan secara

terencana dan bertahap

Kepala sekolah adalah pemimpin tertinggi di mana sekolah itu

berada. Kepemimpinan kepala sekolah adalah seni atau cara dari kepala

sekolah dalam mempengaruhi, mendorong, membimbing,

mengarahkan, dan menggerakkan orang lain (guru, karyawan, siswa,

orang tua siswa, dan pihak terkait) untuk bekerja atau berperan serta

guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama

Peran kepala sekolah sebagai manajer dalam manajemen

pembelajaran sangat ditekankan. Kepala sekolah selaku manajer di

suatu lembaga pendidikan harus mampu menjaga sinergi antarpersonil

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 88: EVALUASI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI TINGKAT …repository.usd.ac.id/7229/2/132222211_full.pdfKata kunci: Evaluasi, Implementasi, Kurikulum dan Kurikulum 2013 PLAGIAT MERUPAKAN

74

yang berada di bawah kepemimpinannya. Kepala sekolah harus

menempatkan diri sebagai orang yang harus dipatuhi kebijakannya

meski tanpa mengkaji kebutuhan personil di bawahnya seperti guru.

d. Layanan Kesiswaan

Data mengenai layanan kesiswaan diperoleh berdasarkan

kuesioner yang dibagikan kepada komite (orang tua) berjumlah 2 orang.

Dalam aspek layanan kesiswaan terdapat 6 indikator, yaitu

1) Keterlaksanaan layanan bantuan kesulitan belajar dan pengayaan,

2) Keterlaksanaan layanan konsultasi dengan orang tua dan siswa,

3) Keterlaksanaan layanan administrasi kesiswaan (seperti data siswa,

data perkembangan kesehatan, data prestasi, dan data minat),

4) Keterlaksanaan layanan bantuan peminatan studi

5) Keterlaksanaan layanan bantuan peminatan ekstrakurikuler, dan

6) Keterlaksanaan layanan bimbingan dan konseling.

Tabel 4.5

Hasil analsis Kuesioner Layanan Kesiswaan

No Responden Jumlah n N DP Keterangan

1 Komite Sekolah 7 117 28 69,64% Baik

Jumlah 7 117 69,64% Baik

Keterangan:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 89: EVALUASI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI TINGKAT …repository.usd.ac.id/7229/2/132222211_full.pdfKata kunci: Evaluasi, Implementasi, Kurikulum dan Kurikulum 2013 PLAGIAT MERUPAKAN

75

n: skor nilai yang diperoleh dari jawaban responden

N: menunjukkan skor ideal seluruh responden. Untuk aspek layanan

kesiswaan karena seluruh pertanyaan dalam kuesioner berjumlah 6

maka dikalikan dengan 6

DP : Deskripsi persentase

Rata-rata skor dari keenam indikator tersebut sebesar 69, 64%,

sehingga dapat disimpulkan bahwa layanan kesiswaan di ketujuh

sekolah SMA di Kabupaten Belu terlaksana dengan cukup baik.

Harapannya layanan kesiswaan terus ditingkatkan kualitasnya agar

dapat digunakan sebagaimana mestinya dan tidak menyulitkan berbagai

pihak.

Guru juga memiliki tugas untuk memberikan layanan berupa

pengajaran remedial yang dilakukan dengan memberikan pengajaran

terhadap tujuan yang gagal dicapai oleh siswa serta memberikan

tambahan waktu pada siswa yang membutuhkan atau belum menguasai

bahan secara tuntas (Mulyasa, 2013).

Hal yang perlu ditingkatkan secara khusus di Kabupaten Belu

adalah membenahi manajemen kesiswaan. Manajemen kesiswaan

adalah penataan dan pengaturan terhadap kegiatan yang berkaitan

dengan peserta didik, mulai masuk sampai dengan keluarnya peserta

didik tersebut dari suatu sekolah. Adapun ruang lingkup mengenai

manajemen kesiswaan adalah perencanaan kesiswaan, penerimaan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 90: EVALUASI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI TINGKAT …repository.usd.ac.id/7229/2/132222211_full.pdfKata kunci: Evaluasi, Implementasi, Kurikulum dan Kurikulum 2013 PLAGIAT MERUPAKAN

76

peserta didik, orientasi siswa baru, mengatur kehadiran, ketidakhadiran

siswa di sekolah, mengatur evaluasi peserta didik, mengatur kenaikan

tingkat siswa, mengatur siswa yang mutasi dan drop out.

Dari penelitian yang dilakukan, catatan dari peniliti bagi para

kepala sekolah SMA adalah meningkatkan manajemen kesiswaan yang

sudah secara baik dilakukan di Kabupaten Belu. Keberhasilan kepala

sekolah dalam memanajemen sekolah akan menjadi kunci keberhasilan

implementasi kurikulum.

3. Evaluasi Proses (Process)

Worthen & Sanders (1981) dalam Widoyoko (2009) menjelaskan

bahwa, evaluasi proses menekankan pada tiga tujuan: Pertama: evaluasi

proses digunakan untuk mendeteksi atau memprediksi rancangan prosedur

atau rancangan implementasi selama tahap implementasi, Kedua:

menyediakan informasi untuk keputusan program dan sebagai rekaman

atau arsip prosedur yang telah terjadi. Ketiga: Evaluasi proses meliputi

koleksi data penilaian yang telah ditentukan dan diterapkan dalam praktik

pelaksanaan program. Dalam penelitian ini, evaluasi proses terdiri dari

Evaluasi proses pembelajaran dan evaluasi proses penilaian.

a. Proses Pembelajaran

Indikator aspek keterlaksanaan proses pembelajaran dalam

penelitian ini terdiri atas pemahaman guru tentang materi pelajaran yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 91: EVALUASI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI TINGKAT …repository.usd.ac.id/7229/2/132222211_full.pdfKata kunci: Evaluasi, Implementasi, Kurikulum dan Kurikulum 2013 PLAGIAT MERUPAKAN

77

ada di buku pelajaran siswa, pemahaman guru tentang cara pencapaian

kompetensi spiritual (KI-1) dan sosial (KI-2) dalam pembelajaran,

pemahaman guru tentang penggunaan pendekatan saintifik, kesesuaian

prosedur pembelajaran dengan pendekatan saintifik, dan keterlaksanaan

pembelajaran remedial dan pengayaan.

Tabel 4.6

Analisis hasil data kuesioner proses pembelajaran

No Responden Jumlah n

N DP Kesimpulan

1 Kepala

Sekolah

7 100 28 71,42% Baik

2 Guru 70 1117 280 79,78% Sangat Baik

3 Siswa 70 894 280 79,82% Sangat Baik

4 Pengawas 2 31 8 75% Baik

Jumlah 151 76,51%

Sangat Baik

Keterangan:

n : skor nilai yang diperoleh dari jawaban responden

N : skor ideal seluruh responden. Untuk aspek pelatihan karena seluruh

pertanyaan dalam kuesioner berjumlah 5 maka dikalikan dengan 5

DP : Deskripsi Persentase

Persepsi guru terhadap proses belajar mengajar K-13 diperoleh

hasil yang sangat baik. Data yang diperoleh dari hasil analisis kuesioner

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 92: EVALUASI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI TINGKAT …repository.usd.ac.id/7229/2/132222211_full.pdfKata kunci: Evaluasi, Implementasi, Kurikulum dan Kurikulum 2013 PLAGIAT MERUPAKAN

78

yang diisi oleh guru adalah sebesar 79,78% dan hasil peersepsi siswa

adalah 79, 82%. Data lain yang diperoleh dari kepala sekolah tentang

pelaksanaan pembelajaran adalah sebesar 71,42%. Sedangkan dari

pendapat pengawas mengenai proses pembelajaran K-13 diperoleh skor

75%.

Hasil analisis tentang kelayakan dan pemahaman guru terhadap K-

13 menunjukkan bahwa SMA Kabupaten Belu yang sudah mengikuti

pelatihan dapat dikatakan mampu dan memiliki kompetensi baik dalam

melaksanakan proses belajar mengajar berdasarkan K-13. Bagi guru yang

belum sempat mengikuti pelatihan atau beberapa guru penguasaannya

kurang baik, beberapa kendala yang dihadapi adalah strategi pembelajaran

karena terbatasnya sarana prasarana untuk mengimplementasikan K-13.

Kelemahan pada umumnya dalam pengembangan kontekstual, karena

diperlukan pengatahuan guru yang luas. Sementara pada umumnya, guru

masih mengajar berdasarkan teks dalam buku.

Dari persepsi siswa, ada berbagai jawaban yang bervariasi dari

pertanyaan wawancara yang diajukan, tapi kebanyakan responden (siswa)

menyukai gaya pembelajaran K-13 karena lebih berpusat pada siswa.

“Saya secara pribadi lebih suka dengan Kurikulum KTSP karena

lebih mudah dipahami dan lebih lengkap penjelasannya. K-13

ini sulit dipahami karena saya tidak mengerti tentang kurikulum

ini sebab tidak ada pemberitahuan dan sosialisasi terlebih dahulu

untuk kami mengenai K-13. Ditambah lagi dengan keterbatasan

sarana dan prasarana di sekolah kami membuat kami semakin

sulit untuk mengembangkan kurikulum ini”

(Demetrianus Koi, Siswa Kelas XII Alam, SMA Stella Gratia

Atambua).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 93: EVALUASI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI TINGKAT …repository.usd.ac.id/7229/2/132222211_full.pdfKata kunci: Evaluasi, Implementasi, Kurikulum dan Kurikulum 2013 PLAGIAT MERUPAKAN

79

“Saya suka dengan gaya pembelajaran K-13 karena kami

(siswa) diberikan waktu yang lebih oleh guru-guru untuk

berkrativitas dalam mengetahui materi materi yang diberikan.

Siswa dituntut untuk lebih rajin dan lebih tekun dalam

menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan”.

(Laura Klau, Siswa SMAK Surya Atambua).

Hasil ini menunjukkan bahwa para siswa dapat mengikuti

proses pembelajaran dengan baik meskipun berada di tengah berbagai

macam keterbatasan sarana dan prasarana di sekolah mereka masing-

masing. Terlepas dari semua ini, kelihatannya mereka sangat

bersemangat untuk melaksanakan sesuatu yang baru apalagi sesuatu yang

lebih mengutamakan kepentingan mereka.

Berdasarkan hasil analisis tentang keterlaksanaan pembelajaran

menggunakan K-13 pada jenjang SMA pada tujuh (7) sekolah di

kabupaten Belu diperoleh rata-rata 76, 51%. Hasil ini menunjukkan

bahwa proses pembelajaran di Kabupaten Belu dengan menggunakan K-

13 berjalan dengan sangat baik. Meskipun begitu, dari hasil wawancara

dan pengsian kuesioner, beberapa hal yang menjadi kendala

implementasi K-13 yaitu :

1) Keterbatasan sarana prasarana seperti buku, laboratorium, akses

internet, dan prasarana lainnya yang menghambat proses

implementasi K-13.

2) Kurangnnya pemahaman siswa tentang K-13 karena sosialisasi

yang kurang (bahkan ada beberapa sekolah yang sama sekali tidak

dilakukan sosialisasi kepada siswa).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 94: EVALUASI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI TINGKAT …repository.usd.ac.id/7229/2/132222211_full.pdfKata kunci: Evaluasi, Implementasi, Kurikulum dan Kurikulum 2013 PLAGIAT MERUPAKAN

80

3) Lingkungan sekolah yang tidak mendukung untuk implementasi

Proses pembelajaran yang dikehendaki dalam K-13 adalah

proses pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student centered

active learning) dengan sifat pembelajaran yang kontekstual. Standar

proses yang semula terfokus pada eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi

dilengkapi dengan mengamati, menanya, mengolah, menyajikan,

menyimpulkan, dan mencipta (Pengembangan K-13, Bahan Uji Publik,

Kemendikbud).

Solusi untuk mengatasi hambatan yang terjadi pada saat

mengimplementasikan K-13 dalam pelaksanaan pembelajaran yaitu:

1) Guru melakukan berbagai pendekatan pembelajaran untuk

menciptakan suasana belajar aktif agar suasana belajar tidak

menjenuhkan bagi siswa dan siswa lebih aktif dalam menggali

informasi;

2) Guru juga memaksimalkan fasilitas KBM yang ada di sekolah

dengan menambah alat peraga atau membuat alat peraga,

membuat modul/buku pegangan siswa secara mandiri agar KBM

dapat berlangsung dengan baik

a. Proses Penilaian

Indikator proses penilaian dalam evaluasi implementasi K-13 di

Kabupaten Belu adalah: pemahaman guru tentang konsep dan aplikasi

ulangan harian, konsep dan aplikasi penilaian autentik, konsep dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 95: EVALUASI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI TINGKAT …repository.usd.ac.id/7229/2/132222211_full.pdfKata kunci: Evaluasi, Implementasi, Kurikulum dan Kurikulum 2013 PLAGIAT MERUPAKAN

81

aplikasi penilaian diri, konsep dan aplikasi penilaian berbasis portofolio,

dan konsep dan aplikasi ulangan tengah semester

Tabel 4.7

Hasil skor nilai Aspek Proses Penilaian

No Responden Jumlah n N DP Kesimpulan

1 Kepala

Sekolah

7 82 28 48, 81% Kurang

Baik

2 Guru 70 972 280 49, 75% Kurang

Baik

Jumlah 77 49, 28% Kurang

Baik

Keterangan

n : skor nilai yang diperoleh dari jawaban responden

N : skor ideal seluruh responden. Untuk aspek proses penilaian

seluruh pertanyaan dalam kuesioner berjumlah 6 maka dikalikan

dengan 6

DP: Deskripsi Persentase

Berdasarkan hasil perhitungan data kuesioner, bahwa persentase

persepsi guru tentang penilaian adalah 49,75% merupakan kategori

kurang baik. Sedangkan dari hasil olah data kuesioner yang dibagikan

kepada kepala sekolah, persepsi aspek proses penilaian diperoleh hasil

persentasenya sebesar 49, 75%. Rata-rata yang diperoleh dari pengisian

kuesioner oleh kepala sekolah dan guru terkait aspek proses penilaian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 96: EVALUASI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI TINGKAT …repository.usd.ac.id/7229/2/132222211_full.pdfKata kunci: Evaluasi, Implementasi, Kurikulum dan Kurikulum 2013 PLAGIAT MERUPAKAN

82

implementasi K-13 di tingkat SMA di Kabupaten Belu adalah 49, 28%.

Hasil ini merujuk pada kategori kurang baik pada aspek proses penilaian.

Dari wawancara yang dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut :

“Guru-guru saya mengalami kesulitan dalam aspek penilaian

karena kelihatannya seluruh format penilaian dalam K-13 baru, jadi

mungkin mereka masih butuh proses untuk mengerti dan

memahami secara baik”.

(David Seran, S.Pd, Kepala Sekolah SMA I Tasifeto Timur).

“Secara keseluruhan kami bisa melaksanakan Kurikukum 2013 ini

dengan baik setelah diberi bekal saat pelatihan hanya kesulitan

kami sekarang adalah pada aplikasi penilaian sebab kami harus

melakukan penilain kepada siswa dari berbagai aspek, diantaranya

adalah sikap, pengetahuan dan keterampilan. Yang membuat

semakin sulit adalah ketiga aspek ini masing-masing dengan format

penilaiannya masing-masing”.

(Donatus Bria, S.Pd, Wakil Kepala Sekolah bagian Kurikulum

SMA Negeri I Atambua).

“Saya secara pribadi mengakui bahwa hal yang paling sulit dari

kurikulum ini adalah dalam hal penilaian karena saya adalah gurur

senior yang sudah mengajar dan mengabdi selama 20 tahun di

Republik ini tetapi aplikasi penilaian yang dikeluarkan ini betul-

betul menyulitkan saya. Selain karena sudah terbiasa dengan cara

lama dalam format penilaian, tetapi juga karena banyaknya konsep

penilaian dalam K-13”.

(Bapak Martinus Mau. BA. Guru SMA Stella Maris Atamabua).

Dari hasil wawancara di atas tergambar jelas bahwa aspek

penilaian menjadi kesulitan bagi para guru dalam implementasi K-13 di

Kabupaten Belu. Alasannya adalah kurangnya pelatihan pada aspek

pelatihan dan format penilaian yang terlalu banyak dalam aplikasi

penilaian. Proses penilaian dalam K-13 dirasakan lebih sulit dan rumit,

namun banyak guru yang optimis dapat melaksanakan penilaian dengan

baik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 97: EVALUASI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI TINGKAT …repository.usd.ac.id/7229/2/132222211_full.pdfKata kunci: Evaluasi, Implementasi, Kurikulum dan Kurikulum 2013 PLAGIAT MERUPAKAN

83

Sudjana (2005) mengatakan bahwa penilaian hasil belajar adalah

proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa

dengan kriteria tertentu. Hal ini mengisyaratkan bahwa objek yang

dinilainya adalah hasil belajar siswa. Tingkah laku sebagai hasil belajar

dalam pengertian luas mencakup bidang kognitif, afektif dan

psikomotorik. Penilaian dan pengukuran hasil belajar dilakukan dengan

menggunakan tes hasil belajar, terutama hasil belajar kognitif berkenaan

dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan tujuan pendidikan

dan pengajaran.

Secara umum, kendala yang dihadapi oleh guru dalam standar

penilaian adalah sebagai berikut: Guru belum memahami secara baik

model penilaian autentik karena cara pengisiannya yang dirasa

memberatkan guru dan banyak rubrik yang harus diisi. Penilaian

autentik yang digunakan dalam K-13 terdiri atas penilaian sikap spiritual

dan sosial, penilaian keterampilan dan penilaian pengetahuan. Tugas

guru lebih berat dan perlu ketelitian dalam mengenal siswa satu persatu,

tidak bisa secara klasikal. Banyak hal yang membuat guru mengalami

hambatan yaitu aspek-aspek penilaian sikap itu memiliki beberapa unsur

misalnya, nilai kedisiplinan, kerjasama dan sikap menghargai pendapat

orang lain, dan lain-lain. Selain itu, dalam hal keterampilan juga, guru

harus melakukan penilaian observasi dan portofolio. Penilaian dalam

aspek pengetahuan dilakukan dengan mengerti, memahami dan mampu

mempresentasikan, ada nilai persentasi dan penilain tugas-tugas.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 98: EVALUASI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI TINGKAT …repository.usd.ac.id/7229/2/132222211_full.pdfKata kunci: Evaluasi, Implementasi, Kurikulum dan Kurikulum 2013 PLAGIAT MERUPAKAN

84

Penilaian ini akan mengakibatkan penilaian sikap yang sulit, siswa yang

baik dan siswa yang buruk saja yang menjadi patokan perbedaan nilai,

sementara nilai yang lainnya standar umum saja.

Untuk meningkatkan pemahaman guru dalam menerapkan aplikasi

penilaian secara khusus pada tingkat SMA di Kabupaten Belu, hal yang

perlu dilaksanakan adalah diadakan pelatihan berkala yang berfokus pada

pembelajaran akan aplikasi penilaian sehingga tidak terjadi lagi

kesalahan persepsi. Selain itu pendampingan akan penerapan K-13 harus

dilaksanakan dengan sebaik-baiknya agar bisa diketahui kesulitan apa

yang masih dirasakan oleh para guru dalam menerapkan aplikasi

penilaian.

Upaya lain untuk bisa mengatasi hambatan yang dialami guru

selama proses pembelajaran dalam hal penilaian terhadap peserta didik

yaitu sangat perlu dilakukan diskusi-diskusi bagi para guru dalam

mengatasi permasalahan-permasalahan yang dihadapinya. Dengan cara

tersebut guru bisa saling tukar pikiran dan saling membantu satu sama

lain sehingga guru yang tidak mengetahui bisa mengetahui dalam

melakukanpenilaian yang benar. Forum diskusi ini dapat dilakukan pada

saat Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), sehingga MGMP ini

dapat menjadi alternatif para guru dalam mengatasi permasalahan-

permasalahan yang dihadapi.

b. Evaluasi Keluaran (Product)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 99: EVALUASI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI TINGKAT …repository.usd.ac.id/7229/2/132222211_full.pdfKata kunci: Evaluasi, Implementasi, Kurikulum dan Kurikulum 2013 PLAGIAT MERUPAKAN

85

Sax (1980) dalam Widoyoko (2009) memberikan pengertian

evaluasi produk/hasil adalah sebagai “ to allow to project director (or

techer) to make decision of program “. Dari evaluasi proses diharapkan

dapat membantu pimpinan proyek atau guru untuk membuat keputusan

yang berkenaan dengan kelanjutan, akhir, maupun modifikasi program.

Berkaitan dengan penelitian ini, evaluasi keluaran berupa tanggapan

umum responden tentang implementasi K-13 di Kabupaten Belu

Sebagai produk yang baru dari pemerintah (Kemententerian

Pendidikan) K-13 tentunya menimbulkan banyak persepsi yang berbeda

dari para pelaku pendidikan di Kabupaten Belu. Secara umum warga

sekolah di SMA di Kabupaten Belu menanggapi secara positif kehadiran

K-13 sebagai salah satu produk pendidikan yang semakin mengarahkan

siswa untuk bersaing secara global dengan menguasai informasi dan

teknologi. Berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh peneliti di 7 SMA

di Kabupaten Belu, diperoleh beberapa tanggapan tentang K-13.

“Kurikulum ini sangat bagus karena membawa murid-murid menuju

ke jenjang globalisasi dengan berbasiskan teknologi. Jadi kalau kita

memang mau setara dengan pendidikan di luar dalam hal ini

pendidikan di luar negeri , semestinya kita mengikuti K-13 karena

memang menurut pengalaman saya sebgai guru dan kepala sekolah,

kurikulum itu diubah dan berubah-ubah sesuai perkembangan

pendidikan dan juga menyangkut output pendidikan itu sendiri.

Tetapi tentunya implementasi itu juga harus disesuaikan dengan

kondisi dan situasi lingkungan sekolah yang bersangkutan. Jika kita

berbiacara mengenai ini, maka akan terjadi gab atau adanya jurang

karena implementasi kurikulum tidak didukung denga sarana

prasarana yang memadai”.

(Evodius K. Suri,S.Fil, Guru SMAN I Lamaknen)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 100: EVALUASI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI TINGKAT …repository.usd.ac.id/7229/2/132222211_full.pdfKata kunci: Evaluasi, Implementasi, Kurikulum dan Kurikulum 2013 PLAGIAT MERUPAKAN

86

“K-13 itu Not Teacher centries but student centries. Hal ini

merupakan revolusi dalam dunia pendidikan Indonesia yang lebih

mengutamakan keterampilan dan kemandirian siswa daripada guru”

(Drs.Videlis Bau, Kepala Sekolah SMAK Gabriel Manek Lahurus)

“Kurikulum ini sangat baik karena memacu siswa untuk lebih

kreatif. Apabila dilaksanakan dengan baik maka saya yakin

pendidikan kita di Indonesia akan mampu bersaing dengan

pendidikan di negara lain”.

( Amandus Bauk, S.Pd. Guru SMA Weluli).

“Kurikulum ini lebih bagus dari kurikulum sebelumya karena lebih

mengutamakan siswa dan siswa lebih aktif dari guru”.

(Natriana Koko, Siswi SMAN I Tasifeto Timur).

“Kurikulum ini sangat bagus dan sangat pas dengan kondisi

sekarang. Dimana, di Indonesia dikritik dan dituntut untuk

menghasilkan output yang lebih baik untuk bias langsung bekerja

dan bersaing dengan negara lain”.

(Kanisius Leto, Siswa SMAN I Lamaknen).

“Kurikulum ini sangat bagus dan kami senang dengan kehadirannya

di Indonesi karena siswa dituntut untuk lebih aktif dalam proses

pembelajaran”

(Gregorius A. Kas, S.Fil. Guru SMUK Surya Atambua).

“Kami senang dengan kurikulum ini, pak. Walau kami dituntut

untuk lebih bekerja keras dalam menyelesaikan tugas-tugas. Kami

juga dipaksa untuk selalu tampil di depan gurur dan teman-teman

semua. Kami kadang takut, tp kami lebih tajkut kalau nanti tidak

dapat nilai. Jadi kami maju saja biar bicara tidak tau juga”. (Delfiana

Bere, Siswa SMAK Gabriel Manek, Lahurus).

Kebanyakan dari responden yang diwawancara mengatakan bahwa

kurikulum ini lebih bagus karena lebih mengutamakan keaktifan siswa. Ini

merupakan revolusi dalam dunia pendidikan karena selama ini yang

menjadi patokan adalah guru dan guru dianggap mengetahui segalanya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 101: EVALUASI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI TINGKAT …repository.usd.ac.id/7229/2/132222211_full.pdfKata kunci: Evaluasi, Implementasi, Kurikulum dan Kurikulum 2013 PLAGIAT MERUPAKAN

87

sedangkan siswa hanya mengikuti guru. Perubahan sudut pandang dari

pedagogi ke andragogi tentunya juga membawa implikasi pada

perubahan pola hubungan yang terjadi antara pendidik dan peserta didik

dalam proses pembelajaran. Pedagogi yang menempatkan guru sebagai

sumber belajar utama bagi peserta didik membuat guru menjadi pusat

dari seluruh proses pembelajaran yang berlangsung (teacher oriented).

Guru menjadi subyek pembelajaran dan peserta didik menjadi obyek

pembelajaran. Guru memberi dan peserta didik menerima. Sedangkan

andragogi yang menekankan pada persamaan hak dalam pengembangan

ilmu pengetahuan dan pendapat memberi kesempatan bagi peserta didik

untuk tidak lagi menjadi sekedar obyek pembelajaran, namun ia bersama

dengan pendidik akan menjadi subyek bagi proses pembelajaran yang

berlangsung. Peserta didik bahkan harus berperan aktif dalam mencari,

mengembangkan, dan menemukan hal-hal baru dalam proses

pembelajaran yang dilaksanakan (Tilaar, Nugroho, 2008).

Mempertahankan keberadaan dan penerapan K-13 di Kabupaten Belu

adalah pilihan yang ideal mengingat banyak warga sekolah yang sudah terlanjur

tertarik dan menyukai gaya pembelajaran K-13. Dengan berbagai pembenahan

pada manajemen implementasi (perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan

evaluasi) K-13 di tingkat SMA di Kabupaten Belu, diharapkan implementasi K-

13 bisa berjalan dengan sukses dan tujuan untuk menciptakan generasi bangsa

Indonesia yang berkarakter baik bisa tercapai.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 102: EVALUASI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI TINGKAT …repository.usd.ac.id/7229/2/132222211_full.pdfKata kunci: Evaluasi, Implementasi, Kurikulum dan Kurikulum 2013 PLAGIAT MERUPAKAN

88

B. Faktor-faktor yang Menghambat Implementasi Kurikulum 2013 di

Kabupaten Belu

Bagian ini mendeskripsikan dan membahas tentang masalah penelitian

kedua yaitu kendala yang dihadapi dalam implementasi K-13 di Kabupaten

Belu. Peneliti mencoba untuk mendeskripsikan faktor-faktor yang menghambat

implementasi K-13 di Kabupaten Belu selama implementasi berlangsung.

Faktor penghambat implementasi K-13 di Kabupaten Belu dapat

dirumuskan dari hasil wawancara dengan narasumber terkait dengan

implementasi K-13. Berikut rincian wawancara dengan narasumber baik para

guru, siswa dan kepala seklolah sebagai informan kunci (key-informan).

“Pastilah Pak, ada faktor panghambat dalam pelaksanaan implementasi

K-13. Oke pak, saya terangkan yang pertama yakni saya kurang dalam

mendapatkan informasi yang valid tentang K-13. Kedua, pemerintah

dalam mensosialisasikan K-13 masih lambat jadi kita yang kena

imbasnya. Imbasnya yakni kita tertatih dalam usaha pendalaman dan

pengaplikasian K-13 tersebut. Faktor ketiga, saya lebih suka

menggunakan kurikulum KTSP 2006. Karena kurikulum 2006 sudah

lama saya pakai, jadi saya paham apa yang harus saya lakukan.

Menurut saya itu yang menjadi penghambat dalam K-13”.

(Evodius K. Suri, S.Fil- Guru SMAN 1 Lamaknen).

“Saya merasa lebih senang dengan kurikulum yang lama, karena

waktunya lebih enak. Kita masuk kelas jam 7.15, pulang jam 1. Tapi

kalau kurikulum yang baru ini, kita masuk jam 7, pulang jam 2. Belum

lagi sore kita harus les sore, pulang ke asrama kadang tidak makan

langsung ganti baju untuk les sore“

(Karolus De Carvajal, siswa SMAN I Tasifeto Timur).

“Faktor penghambatnya adalah buku dan jaringan komputer dan

internet.“

(Gresiana Mau – siswa SMAN I Atambua)

“Faktor penghambatnya adalah sarana prasaran yang terbatas, kemudian

waktu yang terlalu menekan siswa sampai ada orang tua yang mengadu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 103: EVALUASI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI TINGKAT …repository.usd.ac.id/7229/2/132222211_full.pdfKata kunci: Evaluasi, Implementasi, Kurikulum dan Kurikulum 2013 PLAGIAT MERUPAKAN

89

di sini bilangnya waktu sekolah anak-anaknya terlalu panjang dan apa

segala macam. Tetapi harus diakui bahwa kami mengalami keterbatasan

sarana prasarana. Buku saja kami peroleh hampir setelah akhir

semester. Sedangkan tenaga guru masih bisa diandalakan setelah

mereka mengikuti pelatihan-pelatihan. Meskipun tertatih tapi kami bisa

menlaksanakan K-13”

(Godefridus Nahak, SE. MM, Kepala Sekolah SMA Stella

Gratia-Atambua).

“Tidak bisa dipungkiri bahwa sarana prasarana pendukung K-13

menjadi halangan dan kendala utama bagi semua sekolah dalam

melaksanakan K-13. Hal ini terjadi karena durasi waktu pemberitahuan

tentang implementasi dan persiapan sekolah yang terlalu singkat

sehingga membuat kami kesulitan untuk mempersipkan segala sesuatu

terkait implementasi K-13 di Kabupaten Belu. Tetapi ke depannya, saya

rasa kami sebagai pemerintah siap untuk implementasi K-13 di

Kabupaten Belu, paling lambat tahun 2019, setelah kami melakukan

pembenahan-pembenahan”.

(Novelino Ramos, Kepala Bidang Kurikulum di Dinas Pendidikan dan

Kebudayaan Kabuapten Belu).

“Dari hasil pengawasan dan superivisor yang kami lakukan, semua guru

mengeluhkan kekurangan sarana prasarana yang menghambat mereka

dalam melaksanakan K-13. Bahkan ada beberapa sekolah di kecamatan

yang jauh dari kota yang mengeluhkan akses internet yang tidak

terjangkau. Mereka mengeluhkan hal ini karena K-13 yang berbasis

teknolgi, yang mana internet dan fasilitas lainya seperti ketersediaan

komputer menjadi sangat penting”

(Marsel Bau, Pengawas SMA di Kabupaten Belu).

Dari semua data yang diperoleh dari wawancara maka, peneliti dapat

mengetahui faktor penghambat dalam implementasi K-13 di SMA Kabupaten

Belu. Penghambat tersebut antara lain :

1) Keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM) pendukung implementasi K-

13

Dimensi sumber daya manusia meliputi jumlah, komposisi,

karakteristik (kualitas), dan persebaran penduduk (Effendi, 1991). Dimensi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 104: EVALUASI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI TINGKAT …repository.usd.ac.id/7229/2/132222211_full.pdfKata kunci: Evaluasi, Implementasi, Kurikulum dan Kurikulum 2013 PLAGIAT MERUPAKAN

90

tersebut saling terkait satu dengan yang lainnya. Selain keterkaitan antara

kuantitas dan kualitas, komposisi dan persebaran juga sangat penting.

Di Kabupaten Belu, salah satu faktor yang menyebabkan

terhambatnya proses implementasi K-13 adalah Sumber Daya Manusia

(SDM). Banyak dimensi yang dinilai dari faktor ini yaitu kurangnya

jumlah guru (pengajar), banyak guru yang memiliki tingkat pemahaman

terbatas tentang K-13, serta ada guru yang tidak memiliki kemampuan

dalam mengolah barang elektronik karena masih terpaku dengan pola

pengajaran yang lama.

2) Keterbatasan sarana-prasarana pendukung implementasi K-13(buku,

laboratorium, perpustakaan, komputer, jaringan internet, LCD, proyektor)

Salah satu faktor yang mendukung keberhasilan program

pendidikan adalah sarana prasarana pendidikan. Sarana dan prasarana

pendidikan adalah salah satu sumber daya yang menjadi tolak ukur mutu

sekolah dan perlu peningkatan terus-menerus seiring dengan

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang cukup canggih. Oleh

karena itu sarana prasarana harus disiapkan secara cermat dan

berkesinambungan.

Dalam penyelenggaraan pendidikan, sarana prasarana sangat

dibutuhkan untuk menghasilkan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) yang

efektif dan efisien. Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang

Standar Nasional Pendidikan yang menyangkut standar sarana dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 105: EVALUASI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI TINGKAT …repository.usd.ac.id/7229/2/132222211_full.pdfKata kunci: Evaluasi, Implementasi, Kurikulum dan Kurikulum 2013 PLAGIAT MERUPAKAN

91

prasarana pendidikan secara nasional pada Bab VII Pasal 42 dengan tegas

disebutkan bahwa

a) Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi

perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan

sumber belajar lainnya, bahan habis pakai, serta perlengkapan

lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajran

yang teratur dan berkelanjutan.

b) Setiap satuan pendidikan wajib memiliki prasarana yang

meliputi lahan, ruang kelas, ruang pimpinan satuan pendidikan,

ruang pendidik, ruang tata usaha, ruang perpustakaan, ruang

laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit produksi, ruang

kantin, instalasi daya dan jasa, tempat berolahraga, tempat

beribadah, tempat bermain, tempat berekreasi, dan ruang atau

tempat lain yang diperlukan untuk menunjang proses

pembelajaran yang berkelanjutan.

Berdasarkan data dari hasil penelitian yang dilakukan di

Kabupaten Belu, sarana dan prasarana masih sangat terbatas untuk

implementasi K-13. Langkah yang perlu diambli untuk mengatasi hal ini

adalah perlu adanya kerja sama antara pemerintah dan institusi sekolah

serta orang tua untuk membenahi sarana dan prasarana yang masih kurang.

Hal ini perlu dilakukan agar implementasi K-13 ke depannya tidak lagi

menghadapi hambatan yang sama.

3) Kurangnya informasi yang akurat tentang K-13 karena lambatnya

sosialisasi dari pihak Departemen pendidikan dan Kebudaayaan tentang K-

13.

K-13 dimulai pada bulan Juli tahun ajaran 2013/2014 yang

merupakan tahun ajaran baru bagi satuan pendidikan. Implementasi K-13

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 106: EVALUASI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI TINGKAT …repository.usd.ac.id/7229/2/132222211_full.pdfKata kunci: Evaluasi, Implementasi, Kurikulum dan Kurikulum 2013 PLAGIAT MERUPAKAN

92

dilakukan di beberapa sekolah diawali pada kelas I dan kelas IV SD/MI,

kelas VII SMP/MTs, dan kelas X SMA/MA.

Pemerintah mengadakan sosialisasi K-13 kepada DPR, DPRD,

Gubernur, Bupati/Wali Kota, Dewan Pendidikan, Dinas Pendidikan

Provinsi/Kabupaten/Kota dan masyarakat. Pemerintah juga memberikan

Pelatihan K-13 kepada guru, kepala sekolah, dan pengawas (Pedoman

Pelatihan Implementasi K-13). Hal yang menjadi hambatan di sini adalah

para guru, siswa, pengawas dan kepala sekolah merasa bahwa masih ada

warga sekolah yang terlambat untuk mengetahui substansi dari K-13,

sehingga ketika diimplementasikan mereka sulit untuk beradaptasi dengan

kurikulum yang baru ini.

4) Kebiasaan para guru masih menggunakan metode pembelajaran lama.

Metode lama yang dimaksudkan di atas adalah guru aktif dan siswa

pasif. Sehingga guru secara leluasa bertatap muka dengan siswa, mengajar

dan berbagi ilmu pengetahuan. Sedangkan metode baru yang dituntut

dalam K-13 adalah metode guru pasif dan siswa aktif. Sehingga guru

hanya menjadi fasilitator bagi murid. Metode baru ini dirasa memberatkan

karena guru-guru yang sudah terbiasa dengan cara mengajar lama, secara

cepat harus merubah kebiasaan mereka dan menggunakan kebiasaan yang

baru.

5) Waktu yang terlalu membebani siswa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 107: EVALUASI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI TINGKAT …repository.usd.ac.id/7229/2/132222211_full.pdfKata kunci: Evaluasi, Implementasi, Kurikulum dan Kurikulum 2013 PLAGIAT MERUPAKAN

93

Perubahan waktu dari 38 jam per minggu menjadi 44 jam per

minggu menjadi beban tersendiri bagi siswa dan guru-guru. Guru-guru

merasa kesulitan harus mengajar selama sehari penuh (khusus untuk guru-

guru yang mengajar pagi dan sore hari). Begitu juga dengan siswa yang

sekolah pada pagi hari dan harus mengikuti les tambahan di sekolah.

Walaupun sudah dipersiapkan dengan matang, teliti dan hati-hati, desain

K-13 ini tentunya tetap memiliki banyak kendala dalam implementasinyat

seperti yang diktakan oleh Alawiyah (2013) bahwa masih ditemukan beberapa

kendala, termasuk kebingungan satuan pendidikan dan guru.

C. Strategi-stretegi Yang Perlu Disiapkan di Kabupaten Belu Untuk

Mengatasi Kendala Implementasi K-13.

Ulasan yang dibahas dalam bagian ini merupakan jawaban dan penjelasan

terhadap masalah ketiga yang diajukan dalam penelitian ini. Berdasarkan

hambatan yang dihadapi oleh keseluruhan pelaksanaan K-13 di tingkat Sekolah

Menengah Atas (SMA) di Kabupaten Belu, maka peneliti mencoba untuk

membuat dan merekomendasikan strategi-strategi yang bisa diterapakan dalam

implementasi K-13 di Kabupaten Belu, khususnya di tingkat SMA. Strategi

yang dibuat oleh peneliti ini bertumpu pada ilmu manajemen yang menjadi basic

(dasar) dari peneliti dalam membuat penelitian ini.

Strategi yang perlu disiapkan di Kabupaten Belu dalam mengatasi kendala

implementasi K-13 di Tingkat SMA adalah sebagai berikut

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 108: EVALUASI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI TINGKAT …repository.usd.ac.id/7229/2/132222211_full.pdfKata kunci: Evaluasi, Implementasi, Kurikulum dan Kurikulum 2013 PLAGIAT MERUPAKAN

94

1. Perencanaan

Perencanaan (planning) adalah pemilihan atau penetapan tujuan

organisasi dan penentuan strategi, kebijaksanaan, proyek, program,

prosedur, metode, sistem, anggaran dan standar yang dibutuhkan untuk

mencapai tujuan. Arti penting perencanaan terutama adalah memberikan

kejelasan arah bagi setiap kegiatan, sehingga setiap kegiatan dapat

diusahakan dan dilaksanakan seefisien dan seefektif mungkin.

a. Tenaga Pengajar

Fungsi perencanaan yang bisa dilakukan untuk mengatasi kendala

dalam aspek tenaga pengajar adalah melakukan pendataan secara

lengkap terhadap semua guru di SMA di Kabupaten Belu sehingga bisa

diketahui kompetensi dan keahlian yang dimiliki guru tersebut. Karena

berdasarkan pengalaman, perekrutan tenaga pengajar yang dilakukan di

sekolah-sekolah di Kabupaten Belu tidak berdasarkan kebutuhan

sekolah, tetapi lebih pada faktor kedekatan dan kekeluargaan. Hal ini

bisa menjadi menjadi boomerang bagi pendidikan Kabupaten Belu.

Dinas PPO Kabupaten Belu harus lebih tegas dalam bersikap untuk

mengatasi masalah ini. Misalnya dengan membuat ketentuan untuk

yang boleh diterima di setiap sekolah adalah guru-guru yang memiliki

IPK minimal 2, 75. Hal ini penting dilakukan untuk menagatasi

kekurangan SDM yang bermutu di Kabupaten Belu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 109: EVALUASI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI TINGKAT …repository.usd.ac.id/7229/2/132222211_full.pdfKata kunci: Evaluasi, Implementasi, Kurikulum dan Kurikulum 2013 PLAGIAT MERUPAKAN

95

b. Sarana-prasarana

Menurut Affifudin (2014) Perencanaan merupakan kegiatan

penyusunan daftar sarana prasarana yang dibutuhkan setiap sekolah.

Startegi yang ditawarkan di Kabupaten Belu untuk mengatasi

hambatan dalam sarana prasarana adalah sebelum implementasi K-13,

sebaiknya pemerintah bekerja sama dengan setiap sekolah untuk

mengadakakan inventarisasi terhadap sarana prasarana yang ada di

setiap sekolah (SMA) di Kabupaten Belu untuk mengetahui sarana

prasarana apa saja yang masih dibutuhkan oleh sekolah yang

bersangkutan. Setelah itu pemerintah dan sekolah bertanggung jawab

untuk mengadakan sarana prasarana yang belum tersedia untuk

mendukung implementasi K-13. Selain itu, sekolah juga bisa

menganggarkan dalam rencana anggaran rutin atau anggaran BOS

untuk mengadakan sarana prasana yang bisa dijangkau dengan ana rutin

dan dana BOS.

c. Proses Pengembangan Kurikulum

Perencanaan implementasi harus dilaksanakan secara matang.

Artinya, sebelum implementasi, pemerintah bekerja sama dengan

sekolah sudah harus melakukan penyelidikan dan penelitian terkait

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 110: EVALUASI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI TINGKAT …repository.usd.ac.id/7229/2/132222211_full.pdfKata kunci: Evaluasi, Implementasi, Kurikulum dan Kurikulum 2013 PLAGIAT MERUPAKAN

96

hal-halyang diperlukan dalam implementasi. Hal utama yang harus

dipersiapkan adalah dikenalnya konten dari kurikulum itu sendiri.

Kurikulum baru sudah haru s dikenal oleh guru, siswa dan masyarakat

(komite sekolah) yang terlibat dalam pengembangan kurikulum.

Caranya adalah dengan memberikan sosialisasi dan pelatihan kepada

pihak-pihak yang terlibat dalam pengembangan kurikulum. Dari hasil

sosialisasi dan pelatihan akan diketahui keberatan dan kendala apa saja

yang dirasakan oleh guru, sisiwa, dan komite sekolah.

2. Pengorganisasian

Pengorganisasian merupakan fungsi manajemen yang kedua dan

merupakan langkah strategis untuk mewujudkan suatu rencana organisasi.

Menurut Afifudin (2010) pengorganisasian ialah suatu proses di mana

pekerjaan yang ada dibagi dalam komponen-komponen yang dapat

ditangani dan aktivitas-aktivitas mengkoordinasikan hasil yang dicapai

untuk mencapai tujuan tertentu.

a. Tenaga Pengajar

Yang dimaksudkan dengan pengorganisasian tenaga pengajar

dalam lingkup pengembangan K-13 adalah menetapkan secara tepat

tugas dan fungsi tenaga pengajar (guru, kepala sekolah, siswa dan

pengawas) dan masyarakat (komite sekolah) yang terlibat dalam

implementasi sehingga tidak terjadi perdebatan dan kesalahpahaman

dalam pelaksanaan tugas dalam pengembangan dan implementasi

kurikulum. Hal ini penting untuk dilakukan di Kabupaten Belu karena

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 111: EVALUASI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI TINGKAT …repository.usd.ac.id/7229/2/132222211_full.pdfKata kunci: Evaluasi, Implementasi, Kurikulum dan Kurikulum 2013 PLAGIAT MERUPAKAN

97

ada berbagai pihak yang belum menyadari adanya keterlibatan mereka

dalam implementasi K-13. Penentuan tugas dan fungsi masing-masing

pengembang ini bisa dilaksanakan dalam bentuk sosialisasi dan

pelatihan baik oleh pemerintah maupun oleh sekolah yang

bersangkutan.

b. Sarana Prasarana

Setalah mendata dan membuat inventarisasi terhadap sarana

prasarana di setiap sekolah, langkah berikutnya adalah

mengorganisasikan sarana prasarana. Pengorganisasian ini bisa

dilakukan dengan upaya menghadirkan sarana prasarana untuk

menunjang proses belajar mengajar. Cara untuk menghadirkan sarana

prasarana ini adalah dengan menghubungi pemerintah dan usaha

mandiri dari sekolah melalui annggaran rutin dan dana BOS serta kerja

sama dengan orang tua.

c. Proses Pengembangan Kurikulum

Dalam proses pengembangan kurikulum, hubungan antara

sekolah dan masyarakat harus dikelola dengan baik dan produktif. Hal

ini dimaksudkan agar masyarakat benar-benar merasa memiliki

sekolah. Dari hal tersebut, diharapkan terbentuklah suatu hubungan

yang sinergis antara sekolah dan masyarakat untuk mewujudkan

program-program sekolah. Dengan demikian, hubungan yang baik

antara masyarakat dan sekolah dalam keterlibatannya dengan

manajemen kurikulum dimaksudkan agar dapat memahami, membantu,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 112: EVALUASI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI TINGKAT …repository.usd.ac.id/7229/2/132222211_full.pdfKata kunci: Evaluasi, Implementasi, Kurikulum dan Kurikulum 2013 PLAGIAT MERUPAKAN

98

dan mengontrol implementasi kurikulum, sehingga lembaga pendidikan

atau sekolah selain dituntut kooperatif juga mampu mandiri dalam

mengidentifikasi kebutuhan kurikulum, mendesain kurikulum,

menentukan prioritas kurikulum, melaksanakan pembelajaran, menilai

kurikulum, mengendalikan serta melaporkan sumber dan hasil

kurikulum baik pada masyarakat maupun pada pemerintah.

3. Pelaksanaan

Dari seluruh rangkaian proses manajemen, pelaksanaan (actuating)

merupakan fungsi manajemen yang paling utama. Dalam fungsi

perencanaan dan pengorganisasian lebih banyak berhubungan dengan

aspek-aspek abstrak proses manajemen, sedangkan fungsi actuating justru

lebih menekankan pada kegiatan yang berhubungan langsung dengan

orang-orang dalam organisasi.

Terry (1986) mengemukakan bahwa pelaksanaan (actuating) tidak

lain merupakan upaya untuk menjadikan perencanaan menjadi kenyataan

melalui berbagai pengarahan dan pemotivasian agar setiap karyawan dapat

melaksanakan kegiatan secara optimal sesuai dengan peran, tugas dan

tanggung jawabnya.

a. Tenaga Pengajar

Terkait dengan pelaksanaan dalam aspek tenaga pengajar, penulis

merekomendasikan agar aspek ini harus betul-betul di tingkatakan demi

keberhasilan implementasi K-13 dan keberhasilan pendidikan di

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 113: EVALUASI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI TINGKAT …repository.usd.ac.id/7229/2/132222211_full.pdfKata kunci: Evaluasi, Implementasi, Kurikulum dan Kurikulum 2013 PLAGIAT MERUPAKAN

99

Kabupaten Belu. Penentuan dan pembagian fungsi dan tugas masing-

masing warga sekolah (kepala sekolah, guru, siswa dan komite sekolah)

bisa dilakukan oleh pemerintah melalui sosialisasi dan pelatihan ke

sekolah-sekolah. Pelatihan ini bisa dikemas dalam ragam kegiatan yang

bagus seperti permainan, pemecahan masalah dan cara lainnya dengan

tetap merujuk pada tujuan K-13 yaitu untuk menciptakan generasi yang

seimbang dalam aspek sikap, pengetahuan dan keterampilan. Selain

sosialisasi dan pendampingan, kepala sekolah dan guru-guru juga harus

lebih bersifat proaktif untuk mencari hal-hal yang berkaitan dengan

peningkatan kemampuan guru dalam menggunakan media

pembelajaran berbasis informasi dan teknologi, strategi pembelajaran

dan metode pembelajaran yang efektif. Hal ini bisa dilakukan melalui

pencarian di internet, mengikuti seminar tentang K-13 dan berdiskusi

dengan teman-teman guru.

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah sistem rekrutmen tenaga

pengajar yang tidak sesuai dengan kompetensi pendidikan yang

dibutuhkan tetapi lebih pada rasa kekeuargaan dan belas kasihan.

b. Sarana Prasarana

Fungsi pelaksanaan dalam manajemen sarana prasarana di

Kabupaten Belu lebih berkaitan dengan kegiatan pengadaan dan

pemeliharaan sarana dan prasarana untuk menunjang proses belajar

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 114: EVALUASI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI TINGKAT …repository.usd.ac.id/7229/2/132222211_full.pdfKata kunci: Evaluasi, Implementasi, Kurikulum dan Kurikulum 2013 PLAGIAT MERUPAKAN

100

mengajar. Pengadaan dilakukan dengan cara membeli, menyumbang,

hibah dan bantuan dari pemerintah. Dalam aspek pengadaan, pihak

sekolah dapat berkonsultasi dan bekerja sama dengan pihak pemerintah

untuk meminta bantuan, mengadakan sarana prasarana seperi ruang

kelas, laboratorium, dan komputer serta LCD. Sekolah juga bisa

mengadakan media pembelajaran lainnya (media cetak dan media

elektronik serta medoia berbasis lingkungan hidup) melalui

penganggaran dalam dana rutin sekolah dan dana BOS. Sedangkan

dalam aspek pemeliharaan, kepala sekolah bertanggung jawab penuh

dalam prsoses pemeliharaan ini. Pertanggung jawaban kepala sekolah

bisa diimplementasikan dengan mengangkat dan memberi tugas khusus

kepada guru-guru, pegawai dan siswa untuk memelihara sarana

prasarana yang ada dalam sekolah tersebut. Penekanan pada aspek

pemeliharaan ini dimaksudkan untuk mengurangi peluang sarana dan

prasarana sekokplah yang memerlukan yang bersifat mendesak.

Masalah keterlambatan pendistribusian buku juga menjadi

kendala utama terhambatnya implementasi K-13 di tingkatt SMA di

Kabupaten Belu. Hal yang perlu dibenahi dalam aspek pengembangan

kurikulum adalah adanya organisasi dan kerja sama yang lebih matang

antara pemerintah pusat, pemerintah daerah dan sekolah-sekolah untuk

lebih tepat mengadakan buku-buku. Strategi lainnya adalah, sebaiknya

pengadaan buku-buku pedoman guru dan siswa tidak tergantung pada

ketersediaan dana Biaya Operasional Sekolah (BOS) tiap sekolah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 115: EVALUASI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI TINGKAT …repository.usd.ac.id/7229/2/132222211_full.pdfKata kunci: Evaluasi, Implementasi, Kurikulum dan Kurikulum 2013 PLAGIAT MERUPAKAN

101

karena seperti yang dikatakan oleh Yohanes Bau Mali selaku Kepala

Sekolah SMAN Weluli ketika diminta penjelasan mengenai

keterlambatan buku, beliau mengatakan bahwa di Kabupaten Belu

bukan hal baru lagi bahwa pencairan dana BOS selalu mengalami

hambatan dengan alasan yang tidak jelas. Penekanan dan ketegasan dari

pemerintah dalam ketetapatan pencairan dana BOS tiap sekolah sangat

diperlukan untuk mengatasi masalah ini.

c. Pengembangan Kurikulum

Strategi yang ditawarkan untuk mengatasi hambatan-hambatan

dalam aspek proses pengembangan kurikulum adalah

1) Sebelum implementasi K-13 seharusnya diberikan bekal

keterampilan TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) terhadap

guru-guru di setiap sekolah, sehingga implementasi K-13 benar-

benar berjalan sesuai harapan.

2) Sekolah perlu membuat kegiatan untuk pembinaan berkelanjutan

bagi guru dalam implementasi K-13 , melalui MGMP sekolah,

kegiatan workshop, lokakarya, dan sebagainya. Pembiayaan

kegiatan ini dapat menggunakan dana BOS atau BOS, dana rutin

sekolah atau dukungan komite sekolah.

3) Guru yang belum memahami konsep dan teknis penilaian

keterampilan agar mendapat "pendampingan khusus" oleh Tim

yang dibentuk Dinas Pendidikan setempat dan/atau diikutkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 116: EVALUASI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI TINGKAT …repository.usd.ac.id/7229/2/132222211_full.pdfKata kunci: Evaluasi, Implementasi, Kurikulum dan Kurikulum 2013 PLAGIAT MERUPAKAN

102

dalam kegiatan penyegaran K-13 khusus pada materi penilaian

keterampilan.

4. Pengawasan

Menurut Mulyasa (2012) pengawasan merupakan salah satu kunci

keberhasilan dalam keseluruhan proses pendidikan. Pengawasan

(controlling) merupakan fungsi manajemen yang tidak kalah pentingnya

dalam suatu organisasi. Semua fungsi terdahulu, tidak akan efektif tanpa

disertai fungsi pengawasan.

Strategi yang perlu dilakukan terkait dengan pengawasan adalah :

1) Adanya pendampingan rutin tim pengembangan kurikulum dari

Kabupaten dan Provinsi untuk melihat, menilai dan membenahi

implementasi kurikulum di setiap sekolah.

2) Pengawasan sarana prasarana yaitu kegiatan pengamatan,

pemeriksaan dan penilaian terhadap pelaksanaan administrasi sarana

dan prasarana. Pengawasan ini bisa dilakukan oleh guru, siswa atau

pegawai yang bertanggung jawab terhadap keberadaan sarana

prasarana disekolah yang bersangkutan. Dalam pengawasan sarana

prasarana juga, segenap SMA di Kabupaten Belu perlu mengawasi

pemakaian barang-barang milik sekolah dan wajib membuat laporan

tentang pertanggungjawaban. Kepala sekolah mempunyai wewenang

untuk menagturhal ini. Ketegasan dari kepala sekolah menjadi kunci

keberhasilan pengawasan sarana prasarana

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 117: EVALUASI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI TINGKAT …repository.usd.ac.id/7229/2/132222211_full.pdfKata kunci: Evaluasi, Implementasi, Kurikulum dan Kurikulum 2013 PLAGIAT MERUPAKAN

103

3) Di Kabupaten Belu, penguatan montoring dan evaluasi masih perlu

untuk ditingkatkan pelaksanaannya untuk memperoleh umpan balik

pelaksanaan kurikulum. Hambatan dan kesulitan-kesulitan yang

dihadapi dalam rangka implementasi, solusi, dan strategi perbaikan

dari hasil monitoring dan evaluasi akan menjadi materi umpan balik

untuk penguatan implementasi. Monitoring dan evaluasi dilakukan,

terutama pada pelaksanaan kurikulum di tingkat mikro, sekolah dan

kelas-kelas melalui kegiatan proses belajar mengajar. Umpan balik

dalam rangka monitoring dilakukan terhadap guru, kepala sekolah,

siswa, orang tua maupun pihak terkait, seperti dinas pendidikan dan

atau komite sekolah.

4) Guru yang belum memahami konsep dan teknis penilaian sikap agar

mendapat "pendampingan khusus" dan/atau diikutkan dalam kegiatan

penyegaran K-13 khusus pada materi penilaian sikap, keterampilan

dan pengetahuan.

BAB V

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 118: EVALUASI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI TINGKAT …repository.usd.ac.id/7229/2/132222211_full.pdfKata kunci: Evaluasi, Implementasi, Kurikulum dan Kurikulum 2013 PLAGIAT MERUPAKAN

104

1. Evaluasi Implementasi K-13 di Kabupaten Belu

Berdasarkan hasil penelitian mengenai implementasi K-13 di

tingkat SMA di Kabupaten Belu dapat disimpulkan impelemtasi K-13 di

tingkat SMA di Kabupaten Belu belum bisa dikatakan berjalan lancar dan

sempurna. Hal ini dikarenakan kurangnya persiapan implementasi

kurikulum dari sekolah-sekolah (SMA). Selain itu keterbatasan sarana-

prasarana menjadi kendala tersendiri dalam implementasi K-13 di

Kabupaten Belu. Akan tetapi, di tengah serba kurangnya persiapan dan

keterbatasan sarana prasarana tersebut, bisa dikatakan implementasinya

sudah sesuai dengan karakteristik K-13 yakni menggunakan pendekatan

ilmiah atau saintifik yang meliputi mengamati, menanya, mengumpulkan.

2. Kendala-kendala yang Dihadapi dalam Implementasi K-13 Tingkat

SMA di Kabupaten Belu

Dalam implementasi K-13 di tingkat SMA di Kabupeten Belu, ada

beberapa faktor yang dianggap menghambat implementasi K-13 yaitu

a. Keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM) seperti guru, pengawas

dan kepala sekolah sebagai pendukung implementasi K-13

b. Keterbatasan sarana-prasarana pendukung implementasi K-13(buku,

laboratorium, perpustakaan, komputer, jaringan internet, LCD,

proyektor)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 119: EVALUASI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI TINGKAT …repository.usd.ac.id/7229/2/132222211_full.pdfKata kunci: Evaluasi, Implementasi, Kurikulum dan Kurikulum 2013 PLAGIAT MERUPAKAN

105

c. Kurangnya informasi yang akurat tentang K-13 karena lambatnya

sosialisasi dari pihak Departemen pendidikan dan Kebudaayaan

tentang K-13.

d. Kebiasaan para guru masih menggunakan metode pembelajaran lama.

e. Waktu yang terlalu membebani siswa

3. Strategi-stretegi yang Perlu Disiapkan di Kabupaten Belu untuk

Mengatasi Kendala Implementasi K-13 di Tingkat SMA di Kabupaten

Belu

a. Perencanaan secara matang oleh pemerintah baik pemerintah pusat

maupun pemerintah daerah mengenai sarana prasarana, tenaga pengajar

dan proses implementasi K-13 di Kabupeten Belu sebelum

implementasi K-13. Caranya adalah dengan mendata seluruh

kebutuhan, baik kebutuhan tenaga pengajar, kebutuhan akan sarana

prasarana maupun kebutuhan yang diperlukan dalam proses

implementasi yang diperlukan oleh setiap sekolah di Kabupaten Belu.

b. Pengorganisasian yang solid antara pemerintah dan sekolah serta

dengan masyarakat mengenai kendala implementasi K-13 di Kabupaten

Belu: sarana prasarana, ketersediaan pengajar dan proses implementasi

K-13 di tingkat SMA di Kabupaten Belu dan cara mengatasi kendala-

kendala tersebut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 120: EVALUASI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI TINGKAT …repository.usd.ac.id/7229/2/132222211_full.pdfKata kunci: Evaluasi, Implementasi, Kurikulum dan Kurikulum 2013 PLAGIAT MERUPAKAN

106

c. Pelaksanaan (pemenuhan kebutuhan sarana prasarana, tenaga pengajar

dan kendala proses imlementasi) secara tepat, cermat dan teliti demi

suksesnya implementasi K-13 di tingkat SMA di Kabupaten Belu.

Contohnya penyediaan sarana prasarana dan tenaga pengajar sesuai

kebutuhan yang sudah didata dan direncanakan.

d. Pengawasan dan pemeliharaan terhadap sarana prasarana yang ada dan

pengawasan terhadap proses implementasi yang sedang berjalan dengan

aktif melakukan pendampingan baik oleh tim dari Kabupaten Belu

maupun dari Provinsi NTT

B. Saran

1. Saran Untuk Pengambil Kebijakan Publik (Pemerintah Pusat)

Pemerintah dalam hal ini Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan Republik Indonesia sebaiknya memikirkan secara matang

mengenai kesiapan, pelaksanaan dan akibat yang ditimbulkan dari

keputusan yang diambil sehingga pada pelaksanaanya tidak terkesan

amburadul dan terkesan adanya unsur politis di dalam pengambilan

keputusan itu. Sebagai contoh imlementasi K-13 yang dinilai banyak

kalangan sebagai kebijakan pemerintah yang belum tepat. Bila perlu

melihat dan mengecek langsung semua unsur yang dibutuhkan dalam

implementasi; apakah sudah tersedia dan sudah siap melaksanakan

implementasi atau belum, apabila belum siap maka pemerintah pusat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 121: EVALUASI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI TINGKAT …repository.usd.ac.id/7229/2/132222211_full.pdfKata kunci: Evaluasi, Implementasi, Kurikulum dan Kurikulum 2013 PLAGIAT MERUPAKAN

107

bekerja sama dengan pemerintah daerah bertanggung jawab untuk

mengadakan dan memenuhi semua yang diperlukan dalam implementasi.

2. Untuk Pemerintah Daerah (Dinas Pendidikan dan Kebudayaan

Kabupaten Belu).

Pemerintah daerah sebaiknya rutin melakukan pendampingan

terhadap para guru sehingga memperoleh umpan balik (feedback)

mengenai kendala yang mereka hadapi dalam implementasi K-13 Setelah

mengetahui kendala implementasi, pemerintah daerah (Dinas Pendidikan

dan Kebudayaan harus membentuk tim pendamping khusus K-13 yang

bertugas untuk mendampingi dan mengarahkan para guru yang belum

memahami konsep dan teknis implementasi K-13 untuk lebih memahami

dan mengerti tentang implementasi K-13. Dinas Pendidikan dan

Kebudayaan Kabupaten Belu juga harus lebih menekankan pelaksanaan

tugas pengawasan dan supervisi bagi para pengawas tingkat SMA di

Kabupaten Belu. Agar mereka lebih aktif dalam melakukan tugas dan

tanggung jawab mereka sebagai pengawas.

3. Untuk Kepala Sekolah

Kepala sekolah harus meningkatkan koordinasi dengan segenap

pelaksana K-13 baik guru, komite sekolah, pengawas, dan orang tua

siswa untuk mengatasi kendala/hambatan dalam pelaksanaan K-13.

Caranya adalah kepala sekolah mengadakan sosialisasi mengenai

hambatan implementasi di sekolah tersebut dan bersama perangkat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 122: EVALUASI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI TINGKAT …repository.usd.ac.id/7229/2/132222211_full.pdfKata kunci: Evaluasi, Implementasi, Kurikulum dan Kurikulum 2013 PLAGIAT MERUPAKAN

108

sekolah mencari solusi untuk mengatasi hambatan yang dialami oleh

sekolah dalam implementasi K-13.

4. Untuk Guru dan Siswa

Guru dan siswa hendaknya lebih proaktif untuk mengetahui konsep dan

teknis mengenai implementasi K-13. Dalam hal ini mereka harus

menggunakan metode jemput bola untuk lebuh memehami mengenai

implementasi K-13. Tidak melulu hanya menunggu sosialisasi dan

pelatihan dari pemerintah setempat.

DAFTAR PUSTAKA

Abduhzen, Mohammad. (2015). Kurikulum Ganda. KOMPAS, 05 Januari 2015.

Kemdikbud. RI/posts/655757491200361?fref=nf.

Abidin, Yunus. (2014). Desain Sistem Pembelajaran Dalam Konteks Kurikulum

2013. Bandung : PT. Refrika Aditama.

Afifudin. (2013). Manajemen Sumber Daya Pendidikan.Bandung : Pustaka Setia

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 123: EVALUASI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI TINGKAT …repository.usd.ac.id/7229/2/132222211_full.pdfKata kunci: Evaluasi, Implementasi, Kurikulum dan Kurikulum 2013 PLAGIAT MERUPAKAN

109

Alawiyah, Faridah, (2014). Dampak Implementasi Kurikulum 2013 Terhadap

Guru. Jurnal Info Singkat Kesejahteraan Sosial ISSN 2088-2351

Volume V. No. 19/I/P3DI/Oktober/2013 halaman 9-12. Jakarta: jurnal

on line www.dpr.go.id

Altrichter, Herbert. (2005). “Curriculum Implementation–Limiting and

Facilitating Factors, Johannes-Kepler-University”, Published in Peter

Nentwig and David Waddington (eds.): Context Based Learning of

Science. Waxmann: Münster 2005, 35–62, www.c2c.oise.utoronto.ca,

Arifin, Zaenal. (2015). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdokarya.

Arikunto, Suharsimi, 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,

Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.

Cronholm, S dan Goldkuhl, G. (2003). Strategies for Information systems

Evaluation- Six generic Types. Electronic journal of Information

Systems Evaluations. Vol.6. Academic conference Limited.www.

ejise.com.

De Bruyn, A. & Lilien, G.L. (2008). A Multi-Stage Model Of Word-Of-Mouth

Influence Through Viral Marketing. Intern. J. Of Research In

Marketing.

Depdiknas. (2003). Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun

2003. Jakarta: Depdiknas.

Dimba, Friedah Moko. (2001). The Role of Principals in Managing Curriculum

Change, Department of Educational Planning and Administration

University of Zululand, 2001. www. uzspace.uzulu.ac.za.

Effendi Tadjuddin ,.Noer. (1995) Sumber Daya Manusia, Peluang Kerja dan

Kemiskinan. Yogyakarta: Tiara Wacana

Faddilah, M. (2014). Implementasi Kurikulum 2013. Yogyakarta : Ar-Ruzz Media

Fullan, M.G. (2007). School development: the new meaning of educational

change. New York: Teachers College Press

Kemendikbud. (2013). Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 65

Tahun 2013 Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah.

Jakarta: Kemendikbud.

Handoko ,T. Hani (2003). Manajemen Personalia dan Sumberdaya Manusia.

Yogyakarta: BPFE.

Hamalik, Oemar. (2008). Implementasi Kirikulum (Hand out) PPS Universitas

Pendidikan Indonesia.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 124: EVALUASI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI TINGKAT …repository.usd.ac.id/7229/2/132222211_full.pdfKata kunci: Evaluasi, Implementasi, Kurikulum dan Kurikulum 2013 PLAGIAT MERUPAKAN

110

Hasan, Hamid. (2009). Evaluasi Kurikulum.Bandung: Remaja Rosdakarya.

Indrtano, T.Ferry. (2013). Menyambut Kurikulum 2013. Jakarta: Kompas Media

Nusantara.

Katuuk, D. Adolfien, (2014). Manajemen Implementasi Kurikulum: Strategi

Penguatan Implementasi Kurikulum 2013. Cakrawala Pendidikan,

Th.XXXIII, No. 1. Jurnal Ilmiah UNY Yogyakarta.

Kunandar. (2013). Penilaian autentik. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Labane, Nokubonga. (2009). Planning and Managing Curriculum Implementation

in Rural Schools: an Investigation, Nelson Mandela Metropolitan

University, www.- dspace.nmmu.ac.za:8080.

Lindeman, M. (2007). Program Evaluation.

Sumber:www.tedi.uq.edu.au/conferences/A_conf/papers/Isaacs.html.

Mafuddin, Azis. (2011). Evaluasi Pelaksanaan Kurikulum Satuan Pendidikan.

(Tesis)

Majid, A. (2014). Implementasi Kurikulum 2013 Kajian Teoritis dan Praktis.

Bandung: Interes Media

Marsh, C.J. (2009). Key concepts for understanding curriculum (4thed). New

York. Routledge.

Mendikbud. (2013). Dokumen Kurikulum 2013 (Draf). Jakarta: Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan, Kemendikbud, 2013.

___________ Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: Kementerian Pendidikan

dan Kebudayaan.

___________ Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan

Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan (2013).

____________ Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik

Indonesia Nomor 81A Tahun 2013 Tentang Implementasi Kurikulum

2013.

____________ Salinan Lampiran Permendikbud No. 69, tahun 2013

____________ Surat Edaran No. 179342/MPK/KP/2014 tentang Pemberhentian

K-13

Miles, Matthew. B & Michael Huberman. (2009). Analisis Data Kualitatif.

Jakarta : UI-Press

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 125: EVALUASI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI TINGKAT …repository.usd.ac.id/7229/2/132222211_full.pdfKata kunci: Evaluasi, Implementasi, Kurikulum dan Kurikulum 2013 PLAGIAT MERUPAKAN

111

Moleong. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja

Rosdakarya.

Mulyasa, E. (2013). Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung:

PT Remaja Rosdakarya.

Mulyasa.E. (2004). Menjadi Kepala Sekolah Profesional dalam Konteks

Menyukseskan MBS dan KBK, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Nazir, Muhammad. (2009). Metode Penelitian. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Nuh, Mohammad. (2013). Arahan Mendikbud Pengembangan Kurikulum 2013.

Jakarta: www.kemendikbud.go.id.

Nurdin, syafruddin, & Basyiruddin Usman, (2011). Guru Profesional dan

Implementasi Kurikulum. Jakarta: Ciputat Press.

Nursalam. (2010). Metodologi Penelitian. Bandung: Alfabeta

Oliva, P.F. (1992). Developing The Curriculum. Harper: Collins Publishers.

Pangabaean, S. Mutiara. (2004). Manajemen Sumber Daya Manusia.

Bogor : Ghalia Indonesia.

Purwanto.(2011) Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Robbins, Stephen dan Mary Coulter. (2007), Management. New York

:PrenticeHall.

Stufflebeam, D.L. (1971). Educational evaluation: Theory and practice. Oshio:

Charles A. Jones Publishing Company.

Subandija. (2006). Pengembangan dan Inovasi Kurikulum. Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada

Sudjana, Nana. 2005. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar

Baru Algesindo.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Penerbit Alfabeta.

Sukardi. 2012. Evaluasi Pendidikan: Prinsip dan Operasionalnya. Jakarta: Bumi

Aksara

Sukmadinata, N. S. (2008). Pengembangan kurikulum. Teori dan praktek.

Bandung: Remaja Rosdakarya.

Syaodih.,Nana (2009). Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya. Tim Pengembangan MKDP Kurikulum dan

Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers. 2012.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 126: EVALUASI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI TINGKAT …repository.usd.ac.id/7229/2/132222211_full.pdfKata kunci: Evaluasi, Implementasi, Kurikulum dan Kurikulum 2013 PLAGIAT MERUPAKAN

112

Syarief, A. Hamid. (2012). Pengembangan Kurikulum. Surabaya: Bina Ilmu

Suyanto & Asep Jihad. (2013). Menjadi guru profesional. Jakarta:

ErlanggaThomas, J. Alan. (2005). The Productive School:A system

analisys Approach to educational administration. Chicago University.

Terry, George. (1986). Asas-Asas Manajemen. (terjemahan oleh Winardi).

Bandung : R. Publisher.

Tilaar & Riant Nugroho. 2008. Kebijakan Pendidikan: Pengantar untuk

Memahami Kebijakan Pendidikan sebagai Kebijakan Publik.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Usman, Husaini dan Akbar. (2007), Metodologi Penelitian Sosial, Jakarta : Bumi

Aksara.

Wahab, Abdul. (2008), Analisis Kebijaksanaan dari Formulasi ke Implementasi

Kebijaksanaan Negara. Jakarta: Bumi Aksara

Widoyoko, Eko Putro (2009). Evaluasi Program Pembelajaran : Panduan Praktis

Bagi Pendidik dan Calon Pendidik, Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Worthen, B.R & Sanders, J.R.2010 , Program Evaluation in Higher Education

International Journal of Research & Review . Oct2010, Vol. 5 Issue 2,

p56-65. 10p. 1 Diagram

Yusuf T. Farida. (2008). Evaluasi Program dan Instrumen Evaluasi.

Jakarta:Rineka Cipta.

Zaini,.Muhammad,2009. Konsep Kurikulum, Jakarta: Rineka Cipta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI