EVALUASI KUALITAS SUARA PADA LAYANAN VOICE CALL...
Transcript of EVALUASI KUALITAS SUARA PADA LAYANAN VOICE CALL...
1
Abstrak— Saat ini standard kualitas suara pada layanan
GSM "Voice Call" menggunakan standard Quality of Service
(QoS). Sesuai dengan Per-men Kominfo tahun 2008, kualitas
yang dijamin adalah Endpoint Service Availability, namun tidak
pada kualitas suara yang dihasilkan. Pada penelitian ini
diusulkan metode QoE untuk mengukur kualitas suara, sehingga
tidak hanya menjamin ketersediaan layanan saja tapi juga
kenyamanan dalam berkomunikasi dengan cara Subjektif dan
Objektif. Pengukuran subjektif digunakan dalam mengukur
tingkat 'Speech Intelligibility' dan tingkat penurunan kualitas
suara digunakan nilai Percent Correct Words dan Degradation
Mean Opinion Score (DMOS). Pada pengukuran objektif
menggunakan nilai Perceptual Evaluation of Speech Quality
(PESQ). Waktu pengambilan data pada jam sibuk
(PermenKominfo), untuk mendapatkan gangguan paling besar.
Dilihat dari tren keduanya nilai DMOS dan PESQ berbanding
lurus dengan koefisien korelasi=0.82. Berdasarkan nilai 'Speech
Intelligibility' (Percent Correct Words), penurunan kualitas
suara(DMOS) dan PESQ. Kualitas kedua operator masih dalam
kategori baik (ada penurunan kualitas yang tidak mengganggu)
sekalipun dalam jam sibuk.
Kata Kunci— QoE, DMOS, PESQ
I. PENDAHULUAN
aat ini hampir semua Jaringan Telepon Seluler di
Indonesia telah menggunakan generasi ke-3 (3G) dalam
melayani pelang-gannya baik untuk pertukaran data (data
transfer) maupun percakapan biasa (voice call). Badan
Regulasi Telekomunikasi Indonesia yang kemudian disingkat
BRTI, sebagai regulator resmi pemerintah telah memiliki
standard kualitas pelayanan berdasarkan Quality of Service
(QoS). BRTI menggunakan QoS sebagai penjamin kualitas
layanan kepada konsumen dengan tolok ukur ketersediaan
layanan untuk sambungan panggilan (Endpoint Service
Availability).[1]
Pada tahun 2011, Hertiana,dkk melakukan penelitian
tentang deteksi dini penyakit tenggorok dengan komunikasi
nirkabel. Dalam penelitian ini alat komunikasi yang digunakan
adalah jaringan 3G yang telah memenuhi QoS, namun suara
hasil transmisi dari telepon seluler ke yang lainnya kualitasnya
dinilai buruk. Energi sinyal suara mengalami penurunan,
terdapat derau latar, dan ada beberapa sampel yang datanya
tidak utuh [2]
. Kemudian penelitian dilanjutkan oleh Januar,
dengan tema perbaikan kualitas suara pada komunikasi
nirkabel. Dan hasil dari penelitian ini adalah terjadi
peningkatan kualitas suara berdasarkan uji objektif yaitu
dengan Mean Square Error (MSE) dan Preceptual Evaluation
of Speech Quality (PESQ).[3]
Pada hakikatnya percobaan Objektif seperti PESQ dan
MSE adalah model pendekatan percobaan Subjektif dimana
hasil yang didapat adalah estimasi. Kemudian saat ini sedang
berkembang metode yang disebut Quality of Experience,
sebuah metode yang menitik beratkan penilaian pada manusia
itu sendiri sebagai pemakai produk. Dengan QoE kita dapat
mengukur sebuah kualitas jaringan dengan tepat dan menjaga
hak setiap konsumen terhadap kualitas telepon yang baik. QoE
sampai saat ini belum menjadi sebuah sistem standar yang
harus dipakai, karena memang sampai saat ini metode QoE
seperti apa yang dianggap bisa diterima oleh semua kalangan
tanpa terkecuali masih terus dikembangkan.[4]
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Quality of Service (Qo)S & Quality of Experience (QoE)
Saat mekanisme Quality of Service (QoS) di terapkan
dalam sistem jaringan, dengan mudah kita akan
mengasumsikan bahwa penggunanya secara otomatis akan
men-dapatkan pelayanan yang baik. Namun dalam
kenyataannya QoS tidak benar-benar berimplikasi pada
kualitas pelayanan yang dirasakan oleh pengguna. Sehingga
saat ini berkembang sebuah konsep dimana pengalaman
pengguna (User Experience) lebih penting dari mekanisme
teknik yang ada dalam jaringan yang dapat mempengaruhi
pengguna dengan pelaku bisnisnya. Dan muncullah istilah
Quality of Experience (QoE) disamping QoS yang telah lama
diterapkan.
Gambar 1. Terminologi QoE berdasarkan definisinya, ling-
karan merah QoE dan lingkaran biru QoS[4]
Pada kasus layanan dasar telepon genggam yaitu telepon
dibuat beberapa hal yang penting untuk diamati dalam metode
QoE yaitu, lokasi dimana pengguna bisa membuat dan
EVALUASI KUALITAS SUARA PADA LAYANAN
VOICE CALL TELEPON SELULAR DENGAN
METODE QUALITY OF EXPERIENCE (QoE) Try Rahadi Sulistomo
1, dan Dr. Dhany Arifianto, ST., M.Eng
2
Jurusan Teknik Fisika, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, ITS
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111
E-mail: [email protected], [email protected]
S
2
menerima panggilan, kejernihan atau kejelasan suara telepon
kemudian kemungkinan telepon berhasil dan kemungkinan
telepon tidak terputus tiba-tiba. Selain itu karakter dan bahasa
dari masyarakat juga sangat berpengaruh dalam penilaian
QoE.
B. Presepsi Suara
Perseptual suara sendiri adalah tanggapan dari
penerimaan panca indera suara atau telinga. Setiap orang
memiliki perseptual yang berbeda-beda meskipun suara yang
didengar adalah sama. Sebagai contoh, seorang pecinta musik
Rock akan nyaman mendengar musik dengan SPL 100dB
namun jika ia hanya menyukai musik klasik SPL dengan nilai
100dB akan terasa tidak nyaman. Atau dengan Frekuensi dan
SPL yang sama ada orang yang bisa mendengarnya dan
adapula yang tidak bisa mendengarnya. Seperti yang
dijelaskan diatas bahwa menganalisa perseptual suara yang
didengar oleh manusia cukup kompleks. Namun untuk
mempermudahnya analisa suara percakapan biasanya
didasarkan pada pitch.
C. Kualitas Suara
Dalam sebuah percakapan, terdapat tahap-tahap yang
menjelaskan bagaimana pesan dari pengirim pesan dapat
tersampaikan kepada si pendengar. Salah satunya adalah
'Intelligibility' yaitu bagaimana kejelasan suara yang
diucapkan dalam penyampaian pesan.
Gambar 3. Skematis representasi tes subjektif
[5]
Selain Intelligibility, faktor lain adalah kenyamanan. Jika
infromasi yang diterima baik, maka selanjutnya kualitas suara
yang diuji adalah tingkat kenyamanannya. Tingkat
kenyamanan bergantung dari presepsi manusia dan nilainya
berbentuk kualitatif, sedangkan dalam pengukuran data yang
dibutuhkan adalah data kuantitatif. Sehingga dibutuhkan cara
atau metode untuk mengkuantifikasikan data dari kualitatif
menjadi kuantitatif atau terukur. Dalam skala kuantifikasi
data-data yang didapat dikategorikan, biasanya dibuat dalam 5
kategori. Dan disinilah pentingnya pengukuran QoE
dilakukan.[6]
D. Percent Correct Words
Dalam tes subjektif selain DMOS ada pula Percent
Correct Words. Penilaian Percent Correct Words didasari
pada seberapa banyak (dalam presentase) kata yang bisa
ditulis kembali setelah didengarkan Perolehan nilai kemudian
di cocokan dengan grafik hubungan Percent Correct Words
dengan Articulation Index sesuai dengan ANSI S3.5 1969
untuk mengetahui tingkat Speech Intelligibility.[7]
Dari sini
dapat dilihat seberapa baik pesan yang diterima oleh
pendengar, semakin sedikit kata yang salah maka semakin
baik kualitas suara dari sisi pesan yang diterima. Oleh karena
itu jenis kata yang diberikan harus diperhatikan betul semisal
kata-kata yang diberikan adalah kata-kata umum.
Gambar 4. Grafik Hubungan Percent Correct Word dengan
Articulation Index.[7]
E. Degradation Mean Opinion Score (DMOS)
Degradation mean Opinion Score (DMOS) adalah
pengukuran pada tingkat perubahan suara antara sumber suara
dengan suara yang dihasilkan berdasarkan penilaian telinga
manusia yang telah menjadi standar internasional (ITU-T).
Untuk mengukur DMOS diperlukan 2 data suara, yang
pertama adalah suara sebelum masuk jaringan dan yang kedua
adalah suara setelah melewati jaringan. Skor DMOS dilakukan
dengan mengukur kualitas suara langsung dari Mobile Stasion
dalam hal ini telepon selular. Kemudian dibandingkan
perubahannya dengan menggunakan kemampuan pendengaran
manusia. Setelah mendengar yang pertama dan yang kedua
pendengar diminta untuk mengisi skor dari 1-5 sesuai dengan
tabel 1.[8]
Tabel 1. Parameter penelaian uji DMOS[8]
Parameter
Kualitas
Score Parameter
Sangat baik 5 Degradasi tidak terdengar
Baik 4 Degradasi terdengar namun tidak
mengganggu
Cukup baik 3 Degradasi sedikit mengganggu
Buruk 2 Degradasi Mengganggu
Sangat buruk 1 Degradasi sangat meng-ganggu
F. Perceptual Evaluation Speech Quality (PESQ)
Perceptual Evaluation Speech Quality (PESQ) meru-
pakan suatu teknik pengevaluasian kualitas sinyal suara.
Dalam perhitungannya (lihat Gambar 6.) sinyal asli dan sinyal
hasil pemrosesan terlebih dahulu disamakan levelnya ke
standard level pendengaran, kemudian difilter dengan respon
3
seperti headset telepon seluler. Selanjutnya diolah melalui
sebuah transformasi dari pendengaran untuk mendapatkan
spektrum loudnessnya. Perbedaan loudness antara sinyal asli
dengan hasil olahan dihitung dan dirata-rata dari waktu ke
waktu dan frekuensi untuk mendapatkan prediksi kualitas
subjektif. Nilai PESQ berkisar antara -0,5 sampai 4,5 dimana
pada nilai PESQ 4,5 sinyal suara yang diproses sama dengan
sinyal suara asli.[9]
Gambar 6. Pemodelan PESQ
[9]
G. Perbandingan penilaian objektif dan subjektif
Koefisien korelasi adalah parameter statistika yang
bertujuan untuk menilai 2 atau lebih metode yang digunakan
untuk 1 tujuan yang sama. Koefisien Korelasi dapat dihitung
dengan persamaan Pearson, yaitu:
𝜌𝑖 = 𝑆𝑛−𝑆 (𝑀𝑛−𝑀 )𝑁
𝑛=1
(𝑆𝑛−𝑆 )2 (𝑀𝑛−𝑀 )2𝑁𝑛=1
𝑁𝑛=1
Dimana, 𝜌𝑖 = Koefisien korelasi
𝑆𝑛 = Skor subjektif tiap kalimat n
𝑆 = Rata-rata skor subjektif seluruh kalimat
𝑀𝑛 = Skor Objektif tiap kalimat n
𝑀 = Rata-rata skor subjektif seluruh kalimat
Nilai Koefisien Korelasi biasanya dihitung dari sebaran
rata-rata masing-masing metode (Subjektif dan Objektif).
Semakin nilainya mendekati 1 maka antara metode subjektif
dengan objektif semakin dekat kesesuaiannya.
Kemudian untuk mengetahui perbedaan nilai dalam
angka antara tes subjektif dengan objektif, digunakan
perhitungan residual error. Dari residual error dapat
diketahui pula seberapa banyak error tersebut terjadi.
Persamaan matematis residual error adalah sebagai berikut:
𝑒𝑖 = 𝑆𝑛 − 𝑀𝑛
Dimana, 𝑒𝑖 = Nilai error tiap data n
𝑆𝑛 = Skor subjektif tiap kalimat n
𝑀𝑛 = Skor Objektif tiap kalimat n
Karena adanya perbedaan skala antara DMOS dengan
PESQ maka perlu dilakukan normalisasi. Normalisasi ini
membuat skala DMOS 1-5 dan PESQ (-0.5) - 4.5 menjadi 0-1,
agar perhitungan correlation coefficient dengan residual error
menjadi adil. Selain itu dengan normalisasi kita juga bisa
melihat tren perubahan dari PESQ terhadap DMOS.
III METODOLOGI PENELITIAN
Dari Speaker (pembicara) mengirim sinyal akustik
berupa 180 kalimat stimulus kedalam Telepon seluler
pengirim (Tx) untuk kemudian dikirim melewati jaringan
GSM ke penerima (Rx). Diwaktu yang bersamaan, pada
masing-masing telepon seluler sinyal akustik tersebut
direkam kedalam bentuk format digital yaitu ".amr". Setelah
itu data disimpan kedalam komputer untuk diperdengarkan
kembali ke listener atau pendengar (tes subjektif) dan diolah
kedalam bentuk nilai PESQ (tes obejktif). Dari pengambilan
data baik subjektif dan objektif diolah lagi dalam komputer
untuk menampilkan hasilnya baik dalam grafik maupun
tabel.
A. Pembuatan Stimulus
Stimulus atau kalimat uji adalah suara hasil rekaman dari
layanan voice call yang ada pada telepon selular penelpon dan
telepon selular penerima. Kalimat direkam pada hari kerja
(senin-jumat) pada rentang pukul 09.00-12.00 WIB dan 13.00-
15.00WIB. Total keseluruhan kalimat ada 180 kalimat yang
direkam sebagai stimulus.
Kalimat yang digunakan adalah bahasa Indonesia baku
yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari, tidak ada istilah
teknis atau khusus sehingga sembarang naracoba dapat
mengerti tanpa melihat latar belakangnya. Pelafalan kalimat
tersebut oleh pembicara tidak menggunakan intonasi (nada
datar). Arti dari kalimat 1 dengan lainnya tidak saling
berhubungan. Rata-rata 1 kalimat terdiri dari 7 kata, dan rata-
rata durasinya adalah 3 detik. Contoh kalimatnya adalah,
"Kecelakaan kereta api itu terjadi tengah malam".
Gambar 8. Proses pembuatan stimulus
Setelah telepon selesai kemudian hasil rekaman yang
dijadikan kalimat stimulus nanti juga dalam bentuk format
“.amr” sehingga tidak ada perbedaan kualitas sinyal dari
aslinya dengan rekaman.
Gambar 9. Waveform suara terekam dalam bentuk ".amr"
B. Evaluasi subjektif
Pengambilan data disini hanya untuk metode subjektif,
pada PESQ langsung bisa diolah dengan Matlab. Untuk
metode Subjektif pengambilan data dilakukan dengan
(2.1)
(2.2)
4
menggunakan manusia sebagai naracoba. Naracoba yang
digunakan adalah mahasiswa Teknik Fisika ITS yang berusia
rata-rata 22 tahun, diasumsikan memiliki pendengaran normal
karena tidak ada catatan medis perlu ataupun pernah
menggunakan "hearing impairment". Naracoba bersedia untuk
memberikan penilaian sesuai pendengaran dan presepsi
mereka dengan mengikuti prosedur yang ditetapkan.
Gambar 10. Naracoba sedang melakukan tes subjektif
Metode QoE yang dipakai adalah penilaian penurunan
kualitas suara (Degradation Mean Opinion Score) dari ITU-T
dan Speech Intelligibility (Percent Correct Words). Setiap
naracoba hanya mengevaluasi 1 jenis penilaian dan 1 operator.
Sehingga dalam penelitian ini jumlah naracoba sebanyak 55
orang dengan rincian:
Tabel 2. Jumlah naracoba per penelaian per operator
Jenis
penilaian Operator
Jumlah
Naracoba
Percent
Correct
Words
1 12 orang
2 11 orang
DMOS 1 16 orang
2 16 orang
C. Pengolahan dan analisa data
Pengolahan data Subjektif dilakukan dengan
menggunakan rumus statistika rata-rata. Pada DMOS, setiap
kalimat dirata-rata skornya sehingga didapatkan nilai DMOS
per kalimat. Setelah itu dibuat rata-rata lagi dari keseluruhan
nilai tiap orang untuk mendapatkan nilai DMOS per operator.
Untuk Percent Correct Words, nilai dirata-rata dari setiap
orang pada masing-masing operator. Yang nantinya akan
menghasilkan nilai Percent Correct Words pada masing-
masing operator.
IV. PEMBAHASAN
A. Speech Intelligibility
Seperti yang disebutkan sebelumnya, Speech
Intelligibility adalah parameter kualitas suara yang dapat
mengetahui seberapa baik informasi dari pengirim pesan
diterima oleh penerima. Speech Intelligibility dapat dilihat dari
Articulation Index (AI) yang memiliki kategori-kategori
berdasarkan poin AI. Untuk mendapatkan AI, pada penelitian
ini digunakan teknik Percent Correct Words yang nantinya
akan di hubungkan dengan grafik AI sesuai dengan ANSI S3.5
1969. Pada Tabel 4.1 ditunjukan data Percent Correct Words
pada setiap naracoba per operator,
Dari kedua tabel diatas dapat kita ketahui bahwa rentang
nilai antar naracoba sangat kecil, sehingga nilai Percent
Correct Words operator 1 dan 2 tidak akan mengalami
perubahan yang signifikan jika jumlah naracoba ditambah
lagi. Setelah itu dibandingkan nilai rata-rata operator 1 dan
operator 2 dan didapatkan hasil bahwa operator 2 nilai
Percent Correct Wordsnya lebih tinggi0.36% dari operator 1
(lihat Gambar 11.).
Gambar 11. Perbandingan Percent Correct Words Operator
1&2
Setelah mendapatkan nilai Percent Correct Words tiap
operator, kemudian nilai tersebut dimasukan ke dalam grafik
ANSI S3.5 1969 untuk mendapatkan nilai AI. Karena
perbedaan Percent Correct Words 1&2 sangat kecil, maka
dianggap sama. Pada Gambar 12. didapatkan nilai AI kedua
operator sebesar 1.0.
Berdasarkan ANSI S3.5 1969, tiap operator memiliki
tingkat Intelligibility yang sempurna. Atau tidak terjadi
penurunan Speech Intelligibility yang signifikan. Nilai
Intelligibility hanya menggambarkan seberapa baik informasi
dapat di dengar, namun tidak dapat mengukur tingkat
kenyamanannya. Setelah mengukur tingkat Intelligibility maka
pengukuran berikutnya adalah tingkat kenyamanan yang
didasarkan dari nilai DMOS (Subjektif) dan PESQ(Objektif).
B. Degradasi Kualitas Suara (Subjektif)
Nilai DMOS adalah nilai rata-rata dari setiap subjek yang
melakukan percobaan. Terdapat 16 orang naracoba yang
melakukan penilaian DMOS ini dan ada 180 kalimat yang
diuji. Lalu masing-masing kalimat di buat nilai rata-ratanya.
Setelah didapatkan tren distribusi nilai DMOS, maka
nilai-nilai tersebut dapat dimasukan dalam kategori-kategori
yang mewakili nilai DMOS agar dapat diketahui kualitas suara
tersebut. Apakah tidak ada perubahan, tidak mengganggu atau
cukup mengganggu.
98.54 98.9
0
20
40
60
80
100
Op. 1 Op. 2
Per
cen
t C
orr
ect
Wo
rds
Operator
Percent Correct Words Tiap Operator
Op. 1Op. 2
5
Gambar 16. Grafik nilai DMOS rata-rata Operator 1&2
Untuk mengetahui nilai DMOS pada masing-masing
operator secara keseluruhan diperlukan nilai rata-rata.
Sehingga dengan 1 parameter yaitu nilai rata-rata kita dapat
mem-bandingkan kualitas suara operator 1 dengan 2 terhadap
layanan "voice call" secara eksak. Maka, nilai rata-rata pada
operator 1 adalah 4.2 dan nilai rata-rata pada operator 2 adalah
4.5. Sehingga ditinjau dari nilai DMOS keseluruhan operator 2
memiliki kualitas lebih baik dari operator 1.
C. Degradasi kualitas suara (Objektif)
Pada penilaian ini nilai yang dipakai adalah PESQ,
karena memakai model matematis dan perhitungan
berdasarkan parameter yang dibuat sesuai dengan pendekatan
telinga manusia yang terlatih sehingga nilainya absolut.
Keuntungan dari penilaian ini hanya dibutuhkan 1 kali
perhitungan setiap operator dengan jumlah kalimat 180
kalimat. Dengan menggunakan software Matlab dengan
program yang digunakan adalah PESQ buatan Loizou,
didapatkan nilai PESQ pada tiap jenis kalimat. Setelah dibuat
rata-rata PESQ tiap operator, grafiknya adalah sebagai berikut:
Gambar 17. Nilai PESQ masing-masing operator
Nilai PESQ rata-rata tiap operator adalah 3.17 untuk
operator 1 dan 3.44 untuk operator 2. Nilai PESQ pada
operator 2 memiliki nilai rata-rata yang lebih besar 0.27 poin
dari operator 1. Pada PESQ cara membaca hasil penilaian
adalah jika 3 keatas dan dibawah 4 masuk dalam kategori
cukup baik. Dan yang perlu diingat adalah skala pada PESQ
yaitu (-0.5)-4.5, tidak seperti DMOS yang memiliki skala 1-5.
Maka jika ingin membandingkan nilai PESQ dengan nilai
DMOS diperlukan normalisasi terlebih dahulu.
D. Subjektif & Objektif
Pada dasarnya penilaian objektif adalah pendekatan dari
subjektif sehingga biasanaya di setiap penelitian yang meneliti
kualitas suara dengan menggunakan objektif
membandingkannya dengan subjektif. Di penelitian ini dipakai
2 pendekatan perbandingan, yang pertama adalah Coefficient
Correlation dan kedua adalah error residual. Untuk coefficient
correlation digunakan persamaan pearson (persamaan 2.1),
dan error residual menggunakan pengurangan biasa pada tiap
kalimat antara DMOS dengan PESQ (persamaan 2.2).
Sebelum dibandingkan terlebih dahulu dilakukan normalisasi
agar skala dari DMOS dan PESQ sama dengan skala 0-1.
Untuk mengetahui setiap perubahan DMOS dengan
PESQ dilakukan perhitungan residual errornya. Dengan
mengetahui nilai residual error tiap kalimat kita dapat melihat
tren dari kedua jenis penilaian ini. Residual error DMOS
dengan PESQ memiliki rentang -0.14 sampai 0.37. Dari
rentang ini dapat diketahui bahwa nilai residual error antara
DMOS dengan PESQ tidak terlalu jauh.
E. Penerapan Quality of Experience
Presepsi suara sangat bergantung pada masyarakat dan
bahasa yang didengarkan. Untuk korelasi nilai PESQ selama
ini belum pernah diuji pada bahasa Indonesia, beberapa bahasa
yang telah diuji adalah Inggris, Perancis dalam ITU-T
kemudian Jepang dan Jerman dalam beberapa jurnal. Hal ini
dapat menjadi pintu gerbang dalam mengembangkan metode
Quality of Experience (QoE).
QoE cukup relevan jika ingin dijadikan standard
disamping QoS yang sudah lebih dahulu ada. Karena QoE
dapat menjaga hak dari konsumen terhadap layanan operator
yang dipakainya tidak hanya segi "Service Availability"
namun juga kualitas kenyamanan suara. Selain menjaga hak
konsumen QoE juga harus adil dan dapat menguntungkan
pihak penyelenggara layanan (operator) dengan cara
mengkuantifikasikan nilai kualitatif dan menyesuaikan standar
QoE dengan kondisi masyarakat Indonesia.
Pada operator kita bisa lihat bagaimana respon
masyarakat terhadap gangguan yang ada di layanan mereka.
Seberapa besar gangguan yang ditoleransi oleh masyarakat,
sehingga nantinya operator bisa dengan efisien menentukan
desain layanan mereka. Seperti yang dijelaskan sebelumnya,
parameter fisis kualitas suara dibagi menjadi 2 yaitu frekuensi
dasar dan SPL. Berikut adalah contoh pada salah satu stimulus
yang diplot dalam bentuk spektogram dengan menampilkan
frekuensi dasar.
Nilai DMOS dari Gambar 4.10 adalah 3.6 atau artinya
terdapat gangguan yang cukup mengganggu. Bagian yang
dilingkari adalah bagian yang berubah dari suara pengirim ke
penerima, sehingga dapat dibuktikan memang terjadi
penurunan kualitas.
4.24.5
1
2
3
4
5
Op.1 Op.2
DM
OS
Operator
DMOS Rata-rata Tiap Operator
Op.1Op.2
3.17 3.44
-0.5
0.5
1.5
2.5
3.5
4.5
1 2
PESQ OPERATOR 1 &2
6
Gambar 19. Spektogram suara pengirim (atas) dan Spekto-
gram suara penerima (bawah), DMOS=3.6
Nilai DMOS dari Gambar 4.10 adalah 3.6 atau artinya
terdapat gangguan yang cukup mengganggu. Bagian yang
dilingkari adalah bagian yang berubah dari suara pengirim ke
penerima, sehingga dapat dibuktikan memang terjadi
penurunan kualitas.
Gambar 20. Spektogram suara pengirim (atas) dan spekto-
gram suara penerima (bawah), DMOS=4.6
Jika dibandingkan dengan gambar 4.10, pada gambar
diatas (Gambar 4.11, lingkaran merah) juga terlihat
mengalami penurunan sinyal. Namun nilai DMOSnya jauh
berbeda, dan gambar 4.10 nilainya 3.6 (penurunan kualitas
cukup mengganggu). Inilah yang dimaksudkan dapat
menguntungkan konsumen dan penyedia jasa layanan. Di satu
sisi konsumen mendapatkan kenyamanan mereka di sisi lain
operator dapat mengetahui batas toleransi dari penurunan
kualitas layanan mereka dan pemerintah dapat membuat
standar yang mengacu pada kondisi masyarakatnya.
V. KESIMPULAN
Pada penelitian ini telah dilakukan evaluasi kualitas
suara pada layanan "voice call" dengan metode Quality of
Experience. Berdasarkan nilai Intelligibility (%Correct
Words), penurunan kualitas suara (DMOS) dan PESQ
operator 2 memiliki kualitas yang lebih baik dari operator 2.
Namun kualitas kedua operator masih dalam kategori baik,
ada penurunan kualitas yang tidak mengganggu. Untuk
perbandingan penilaian secara objektif dan subjektif, dalam
penelitian ini memiliki korelasi yang cukup dekat karena
PESQ dengan DMOS memiliki koefisien korelasi sebesar
0.82. Sehingga Metode QoE yang diusulkan dapat digunakan
dalam mengevaluasi kualitas suara pada layanan "Voice call"
telepon seluler.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Menteri Komunikasi Dan Informatika-RI, 2008,
"Standar Kualitas Pelayanan Jasa Teleponi Dasar
Pada Jaringan Bergerak Selular", PermenKominfo
12/PER/M. KOMINFO/04/2008
[2] Bertaningtyas D.K. Hertiana, 2011, "Analisis Sinyal
Suara Melalui Jaringan Nirkabel Dengan Metode
Wavelet Transform Untuk Deteksi Gejala Kelainan
Pita Suara", Thesis Teknik Fisika - ITS
[3] Januar Alif, 2012, "Penerapan Metode Sinusoidal
Modelling and Synthesis untuk Perbaikan Sinyal
Suara pada Komunikasi Nirkabel", Tugas Akhir
Teknik Fisika - ITS
[4] Kilkki Kalevi, 2008 ,"Quality of Experience in
Communications Ecosystem", Journal of Universal
Computer Science vol.14, no.5
[5] Raake Alexander, 2006 "Speech Quality of VoIP",
John Wiley&Sons, Ltd, England
[6] Brooks Peter, et al., 2010 "User Measures of Quality of
Experience Why Being Objective and Quantitative Is
Important", IEEE Network March/April
[7] ANSI, 1969 ,"American National Standard Method
for Calculate Articulation Index", ANSI S3.5
[8] ITU-T, 1996 ,"Methods For Subjective
Determination Of Transmission Quality", ITU-T
P800
[9] Rix Antony W., et al., 2001,"Perceptual Evaluation Of
Speech Quality (PESQ) - A New Method For Speech
Quality Assesment Of Telephone Networks And
Codecs", 0-7803-7041-41/01 IEEE