Cigar Rock
-
Upload
khaerul-akbar -
Category
Documents
-
view
225 -
download
0
description
Transcript of Cigar Rock
CIGARROCK Beranda Kesehatan
o S Integumen o S Kardio o S Respirasi o S Persepsi Sensori
Kesehatan2 o Kep Jiwa o Kep Komunitas o Kep Gawat Darurat
Menu3 o Sub Menu3a o Sub Menu3b
Menu4 o Sub Menu4a o Sub Menu4b
Menu5
Home » Keperawatan Jiwa » Asuhan Keperawatan Jiwa Dengan Isolasi Sosial
Jumat, 20 Desember 2013
Asuhan Keperawatan Jiwa Dengan Isolasi Sosial
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA DENGAN ISOLASI SOSIAL
Latar Belakang Masalah
Isolasi Sosial atau Menarik Diri adalah suatu keadaan pasien yang mengalami
ketidakmampuan untuk mengadakan hubungan dengan orang lain atau dengan lingkungan di
sekitarnya secara wajar. Pada pasien dengan perilaku menarik diri sering melakukan kegiatan
yang ditujukan untuk mencapai pemuasan diri, dimana pasien melakukan usaha untuk
melindungi diri sehingga ia jadi pasif dan berkepribadian kaku, pasien menarik diri juga
melakukan pembatasan (isolasi diri), termasuk juga kehidupan emosionalnya, semakin sering
pasien menarik diri, semakin banyak kesulitan yang dialami dalam mengembangkan hubungan
sosial dan emosional dengan orang lain. Dalam membina hubungan sosial, individu berada
dalam rentang respon yang adaptif sampai dengan maladaptif. Respon adaptif merupakan respon
yang dapat diterima oleh norma-norma sosial dan kebudayaan yang berlaku, sedangkan respon
maladaptif merupakan respon yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah yang
kurang dapat diterima oleh norma-norma sosial dan budaya.
Respon sosial dan emosional yang maladaptif sering sekali terjadi dalam kehidupan
sehari-hari, khususnya sering dialami pada pasien menarik diri sehingga melalui pendekatan
proses keperawatan yang komprehensif penulis berusaha memberikan asuhan keperawatan yang
semaksimal mungkin kepada pasien dengan masalah keperawatan utama kerusakan interaksi
sosial : menarik diri. Menurut pengajar Departemen Psikiatri, Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, Surjo Dharmono, penelitian Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di perbagai Negara
menunjukkan, sebesar 20-30 persen pasien yang datang ke pelayanan kesehatan dasar
menunjukkan gejala gangguan jiwa. Bentuk yang paling sering adalah kecemasan dan depresi.
Dari segi kehidupan sosial kultural, interaksi sosial adalah merupakan hal yang utama
dalam kehidupan bermasyarakat, sebagai dampak adanya kerusakan interaksi sosial : menarik
diri akan menjadi suatu masalah besar dalam fenomena kehidupan, yaitu terganggunya
komunikasi yang merupakan suatu elemen penting dalam mengadakan hubungan dengan orang
lain atau lingkungan disekitarnya.
DefinisiMenurut Balitbang (2007) isolasi sosial merupakan upaya menghindari suatu hubungan
komunikasi dengan orang lain karena merasa kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai
kesempatan untuk berbagi rasa, pikiran dan kegagalan. Klien mengalami kesulitan dalam
berhubungan secara spontan dengan orang lain yang dimanifestasikan dengan mengisolasi diri,
tidak ada perhatian, dan tidak sanggup berbagi pengalaman.
Isolasi sosial adalah kondisi ketika individu atau kelompok mengalami, atau merasakan
kebutuhan atau keinginan untuk lebih terlibat dalam aktivitas bersama orang lain, tetapi tidak
mampu mewujudkannya (Lynda Juall C., 2009: 1045).
Isolasi sosial adalah keadaan seorang induividu yang mengalami penurunan atau bahkan
sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain. pasien mungkin merasa ditolak, tidak
diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain (Budi
Keliat Anna, dkk., 2011: 131).
EtiologiTerjadinya gangguan ini dipengaruhi oleh faktor predisposisi di antaranya perkembangan
dan sosial budaya. Kegagalan dapat mengakibatkan individu tidak percaya pada diri, tidak
percaya pada orang lain, ragu, takut salah, pesimis, putus asa terhadap orang lain, tidak mampu
merumuskan keinginan, dan merasa tertekan. Keadaan ini dapat menimbulkan perilaku tidak
ingin berkomunikasi dengan orang lain, lebih menyukai berdiam diri, menghindar dari orang
lain, dan kegiatan sehari-hari terabaikan (Ade Herman S.D.,2011 : 123).
Manifestasi KlinisBerikut ini adalah tanda dan gejala klien dengan isolasi sosial :
a. Kurang spontan
b. Apatis (acuh terhadap lingkungan)
c. Ekspresi wajah kurang berseri
d. Tidak merawat diri dan tidak memperlihatkan kebersihan
e. Tidak ada dan tidak memperhatikan kebersihan
f. Tidak ada atau kurang komunikasi verbal
g. Mengisolasi diri
h. Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitar
i. Asupan makanan dan minuman terganggu
j. Retensi urin dan feses
k. Aktivitas menurun
l. Kurang energi (tenaga)
m. Rendah diri
n. Postur tubuh berubah, misalnya sikap fetus atau janin (khususnya pada posisi tidur)
Perilaku ini biasanya disebabkan karena seseorang menilai dirinya rendah, sehingga timbul
perasaan malu untuk berinteraksi dengan orang lain. Bila tidak dilakukan intervensi lebih lanjut,
maka akan menyebabkan perubahan persepsi sensori : halusinasi dan risiko mencederai diri,
orang lain, bahkan lingkungan. Perilaku yang tertutup dengan orang lain juga bisa menyebabkan
intoleransi aktivitas yang akhirnya bisa berpengaruh terhadap ketidakmampuan untuk melakukan
perawatan secara mandiri.
Seseorang yang mempunyai harga diri rendah awalnya disebabkan oleh ketidakmampuan
untuk menyelesaikan masalah dalam hidupnya, sehingga orang tersebut berperilaku tidak normal
(koping individu tidak efektif). Peranan keluarga cukup besar dalam mendorong klien agar
mampu menyelesaikan masalah. Oleh karena itu, bila sistem pendukungnya tidak baik (koping
keluarga tidak efektif) maka akan mendukung seseorang memiliki harga diri rendah (Ade
Herman S.D., 2011 : 125).
Rentang Respon
Pattern of
parenting
(Pola Asuh)
Ineffective
coping (Koping
Individu Tidak
Efektif)
Lack of
Development
task
(Gangguan
Tugas
Perkembanga
n)
Stessor
Internal and
External
(Stres Internal
dan Eksternal)
Misal :
Pada anak
yang
kelahirannya
tidak
dikehendaki
(unwanted
child) akibat
kegagalan
KB, hamil
diluar nikah,
jenis kelamin
yang tidak di
inginkan,
bentuk fisik
kurang
Misal :
Saat individu
menghadapi
kegagalan
menyalahkan
orang lain,
ketidakberdayaan
, menyangkal
tidak mampu
menghadapi
kenyataan dan
menarik diri dari
lingkungan,
terlalu tingginya
self ideal dan
tidak mampu
Misal :
Kegagalan
menjalani
hubungan intim
dengan sesama
jenis atau lawan
jenis, tidak
mampu mandiri
dan
menyelesaikan
tugas, bekerja,
bergaul,
bersekolah,
menyebabkan
ketergantungan
pada orang tua,
Misal :
Stres terjadi
akibat ansietas
yang
berkepanjanga
n dan terjadi
bersamaan
dengan
keterbatasan
kemampuan
individu untuk
mengatasinya.
Ansietas
terjadi akibat
akibat berpisah
dengan orang
menawan
menyebabkan
keluarga
mengeluarka
n komentar-
komentar
negatif,
merendahkan
,
menyalahkan
anak.
menerima realitas
dengan rasa
syukur.
rendahnya
ketahanan
terhadap
berbagai
kegagalan.
terdekat,
hilangnya
pekerjaan atau
orang yang
dicintai.
Rentang Respon Isolasi Sosial
Berikut ini akan dijelaskan tentang respon yang terjadi pada isolasi sosial :
a. Respon adaptif
Respon adaptif adalah respon yang masih dapat diterima oleh norma-norma, sosial dan
kebudayaan secara umum yang berlaku. Dengan kata lain individu tersebut masih dalam batas
normal ketika menyelesaikan masalah. Berikut ini adalah sikap yang termasuk respon adaptif.
1) Menyendiri, respon yang dibutuhkan seseorang untuk merenungkan apa yang telah terjadi di
lingkungan sosialnya
2) Otonomi, kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan ide, pikiran, dan perasaan
dalam hubungan sosial.
3) Bekerja sama, kemampuan individu yang saling membutuhkan satu sama lain.
4) Interdependen, saling ketergantungan antara individu dengan orang lain dalam membina
hubungan interpersonal.
b. Respon maladaptif
Respon maladaptif adalah respon yang menyimpang dari norma sosial dan kehidupan di suatu
tempat. Berikut ini adalah perilaku yang termasuk respon maladaptif :
1) Menarik diri, merupakan suatu keadaan dimana seseorang menemukan kesulitan dalam
membina hubungan secara terbuka dengan orang lain.
2) Ketergantungan, seseorang gagal mengembangkan rasa percaya diri sehingga tergantung dengan
orang lain.
3) Manipulasi, seseorang yang mengganggu orang lain sebagai objek individu sehingga tidak dapat
membina hubungan sosial secara mendalam
4) Curiga, seseorang yang mengembangkan rasa curiga terhadap orang lain.
(Stuart dan Sundeen, 1998).
Penatalaksanaan Penatalaksanaan pada klien dengan isolasi sosial adalah sebagai berikut :
a. Penatalaksanaan Medis (Dalami, et.all, 2009 : hal.120)
Isolasi sosial termasuk dalam kelompok penyakit skizofrenia tak tergolongkan maka jenis
penatalaksanaan medis yang bisa dilakukan adalah :
1) Electro Convulsive Therapy (ECT)
Electro Convulsive Therapy (ECT) adalah suatu jenis pengobatan dimana arus listrik digunakan
pada otak dengan menggunakan 2 elektrode yang ditempatkan dibagian temporal kepala (pelipis
kiri dan kanan). Arus tersebut menimbulkan kejang grand mall yang berlangsung 25-30 detik
dengan tujuan terapeutik. Respon bangkitan listriknya di otak menyebabkan terjadinya
perubahan faal dan biokimia dalam otak.
Indikasi :
a) Depresi mayor
(1) Klien depresi berat dengan retardasi mental, waham, tidak ada perhatian lagi terhadap dunia
sekelilingnya, kehilangan berat badan yang berlebihan dan adanya ide bunuh diri yang menetap.
(2) Klien depresi ringan adanya riwayat responsif atau memberikan respon membaik pada ECT.
(3) Klien depresi yang tidak ada respon terhadap pengobatan antidepresan atau klien tidak dapat
menerima antidepresan.
b) Maniak
Klien maniak yang tidak responsif terhadap cara terapi yang lain atau terapi lain berbahaya bagi
klien.
c) Skizofrenia
Terutama akut, tidak efektif untuk skizofrenia kronik, tetapi bermanfaat pada skizofrenia yang
sudah lama tidak kambuh.
2) Psikoterapi
Membutuhkan waktu yang relatif cukup lama dan merupakan bagian penting dalam proses
terapeutik, upaya dalam psikoterapi ini meliputi: memberikan rasa aman dan tenang,
menciptakan lingkungan yang terapeutik, bersifat empati, menerima klien apa adanya,
memotivasi klien untuk dapat mengungkapkan perasaannya secara verbal, bersikap ramah, sopan
dan jujur kepada klien.
3) Terapi Okupasi
Adalah suatu ilmu dan seni untuk mengarahkan partisipasi seseorang dalam melaksanakan
aktivitas atau tugas yang sengaja dipilih dengan maksud untuk memperbaiki, memperkuat dan
meningkatkan harga diri seseorang (Dalami, dkk., 2009 : hal.120).
b. Penatalaksanaan Keperawatan
Terapi Modalitas Keperawatan yang dilakukan adalah:
1) Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)
a) Pengertian
TAK merupakan salah satu terapi modalitas yang dilakukan perawat kepada sekelompok klien
yang mempunyai masalah keperawatan yang sama (Keliat, 2004 : hal.1)
b) Tujuan
Membantu anggotanya berhubungan dengan orang lain serta mengubah perilaku yang destruktif
dan maladaptif. (Keliat, 2004 : hal.3)
c) Terapi aktivitas kelompok yang digunakan untuk pasien dengan isolasi sosial adalah TAK
Sosialisasi dimana klien dibantu untuk melakukan sosialisasi dengan individu yang ada di sekitar
klien. Sosialisasi dapat pula dilakukan secara bertahap dari interpersonal, kelompok dan massa
(Keliat, 2004 : hal.14).
c. Prinsip Perawatan Isolasi Sosial
1) Psikoterapeutik
a) Bina hubungan saling percaya :
(1) Buat kontrak dengan pasien memperkenalkan nama perawat pada waktu interaksi dan tujuan.
(2) Ajak klien bercakap-cakap dengan memanggil nama klien, untuk menunjukan penghargaan yang
tulus.
(3) Jelaskan pada klien bahwa informasi tentang pribadi klien tidak akan diberitahukan kepada
orang lain yang tidak berkepentingan.
b) Berkomunikasi dengan pasien secara jelas dan terbuka
(1) Bicarakan dengan pasien tentang sesuatu yang nyata dan pakai istilah yang sederhana.
(2) Bersama klien menilai manfaat dari pembicaraan dengan perawat.
(3) Gunakan komunikasi verbal dan non verbal yang sesuai, jelas dan teratur.
(4) Tunjukan sikap empati dan beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaannya.
c) Kenal dan dukung kelebihan klien
Tunjukkan dan cari penyelesaian masalah (koping) yang bisa digunakan klien, cara menceritakan
perasaannya kepada orang lain yang terdekat/dipercaya.
(1) Bahas dengan klien tentang koping yang konstruktif.
(2) Dukung koping klien yang konstruktif.
(3) Anjurkan klien untuk menggunakan koping yang konstruktif.
d) Bantu klien mengurangi ansietasnya ketika hubungan interpersonal
(1) Batasi jumlah orang yang berhubungan dengan klien pada awal terapi.
(2) Lakukan interaksi dengan klien sesering mungkin.
(3) Temani klien beberapa saat dengan duduk di sampingnya.
(4) Libatkan klien dalam berinteraksi dengan orang lain secara bertahap.
(5) Libatkan klien dalam aktifitas kelompok.
2) Pendidikan kesehatan
a) Jelaskan kepada klien cara mengungkapkan perasaan klien selain kata-kata seperti menulis,
menangis, menggambar, berolahraga atau bermain musik.
b) Bicarakan dengan klien peristiwa yang menyebabkan menarik diri.
c) Jelaskan dan anjurkan pada keluarga untuk tetap mengadakan hubungan dengan klien.
d) Anjurkan kepada keluarga agar mengikutsertakan klien dalam kegiatan di masyarakat.
3) Kegiatan hidup sehari-hari (ADL)
a) Bantu klien dalam melaksanakan kebersihan diri sampai dapat melaksanakan secara mandiri.
b) Bimbing klien berpakaian yang rapi.
c) Batasi kesempatan untuk tidur, sediakan sarana informasi dan hiburan seperti majalah, surat
kabar, radio dan televisi.
d) Buat dan rencanakan jadwal kegiatan bersama-sama klien.
4) Lingkungan terapeutik
a) Pindahkan barang-barang yang dapat membahayakan klien maupun orang lain di lingkungan.
b) Cegah agar klien tidak berada di dalam ruang sendiri dalam jangka waktu yang lama.
c) Beri rangsangan sensorik seperti suara musik, gambar hiasan di ruangan (Nursing Poltekes,
2012).
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian Ruang rawat : Tanggal dirawat :
a. Identitas Klien :
Inisial : (L/P) Tanggal Pengkajian :
Umur : No. Rekam Medik :
Informan :
b. Alasan Masuk :
1) Faktor Predisposisi
a) Tumbuh kembang
Pada setiap tahapan tumbuh kembang individu ada tugas perkembangan yang harus dipenuhi
agar tidak terjadi gangguan dalam hubungan sosial.
Bila tugas-tugas dalam perkembangan ini tidak terpenuhi maka akan menghambat fase
perkembangan sosial yang nantinya akan menimbulkan masalah.
Berikut adalah tahap perkembangan beserta tugas yang harus dijalani setiap individu :
Masa Kembang Tugas
Bayi menetapkan rasa percaya
Bermain mengembangkan otonomi dan awal
perilaku mandiri
Pra sekolah belajar menunjukkan inisiatif, rasa
tanggung jawab, dan hati nurani
Sekolah belajar berkompetisi, bekerjasama, dan
berkompromi
Pra remaja menjalin hubungan intim dengan teman
sesame jenis kelamin
Remaja menjadi intim dengan teman lawan jenis
atau bergantung
Dewasa muda menjadi saling bergantung antara orang tua
dan teman, mencari pasangan, menikah
dan mempunyai anak
Tengah baya belajar menerima hasil kehidupan yang
sudah dilalui
Dewasa tua berduka karena kehilangan dan
mengembangkan perasaan keterikatan
dengan budaya
b) Faktor komunikasi dalam keluarga
Gangguan komunikasi dalam keluarga merupakan faktor pendukung terjadinya gangguan dalam
hubungan sosial. Dalam teori ini yang termasuk masalah dalam berkomunikasi sehingga
menimbulkan ketidakjelasan (double bind) yaitu suatu keadaan dimana seorang anggota keluarga
menerima pesan yang saling bertentangan dalam waktu bersamaan ekspresi emosi yang tinggi
dalam keluarga yang menghambat untuk berhubungan dengan lingkungan di luar keluarga.
c) Faktor sosial budaya
Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan sosial merupakan suatu faktor pendukung
terjadinya gangguan dalam hubungan sosial. Hal ini disebabkan oleh norma-norma yang salah
yang dianut oleh keluarga, dimana setiap anggota yang tidak produktif seperti usia lanjut,
berpenyakit kronis, dan penyandang cacat diasingkan dari lingkungan sosialnya.
d) Faktor biologis
Faktor biologis juga merupakan salah satu faktor pendukung terjadinya gangguan dalam
hubungan isolasi sosial. Organ tubuh yang dapat memengaruhi terjadinya gangguan hubungan
adalah otak, misalnya pada pasien Skizofrenia yang mengalami masalah dalam hubungan sosial
memiliki struktur yang abnormal pada otak seperti atrofi otak, serta perubahan ukuran dan
bentuk sel-sel dalam limbic dan daerah kortikal (Ade Herman Surya D., 2011: 123-125).
2) Faktor Presipitasi
Terjadinya gangguan hubungan sosial juga dapat ditimbulkan oleh faktor internal dan eksterna
seseorang. Faktor stressor presipitasi dapat dikelompokkan sebagai berikut :
a) Faktor eksternal
Contohnya adalah stressor sosial budaya, yaitu stress yang ditimbulkan oleh faktor sosial budaya
seperti keluarga.
b) Faktor internal
Contohnya adalah stressor psikologis, yaitu stress terjadi akibat ansietas atau kecemasan yang
berkepanjangan dan terjadi bersamaan dengan keterbatasan kemampuan individu untuk
mengatasinya. Ansietas ini dapat terjadi akibat tuntunan untuk berpisah dengan orang terdekat
atau tidak terpenuhinya kebutuhan individu (Ade Herman Surya D., 2011: 123-125).
3) Sumber Koping
Sumber koping individu harus dikaji dengan pemahaman tentang pengaruh gangguan otak pada
prilaku. Kekuatan dapat meliputi model, seperti intelegensi dan kretifitas yang tinggi. Orang tua
harus secara aktif mendidik anak – anak dan dewasa muda tentang keterampilan koping kerena
mereka biasanya tidak hanya belajar dari pangalaman ( Nursing Poltekes, 2012).
4) Mekanisme Koping
Mekanisme koping digunakan klien sebagai usaha mengatasi kecemasan yang merupakan suatu kesepian nyata yang mengancam dirinya.Mekanisme koping yang sering digunakan pada menarik diri adalah regresi, represi dan isolasi.
5) Penilaian Terhadap Stressor
a) Kognitif
b) Afektik
c) Perilaku
d) Sosial
e) fisiologis
Pohon Masalah
Pohon Masalah Isolasi Sosial
Diagnosa Keperawatan Diagnosa pada klien dengan gangguan isolasi sosial adalah sebagai berikut:
a. Isolasi sosial
b. Gangguan konsep diri (harga diri rendah)
c. Halusinasi
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. 2009. Diagnosis Keperawatan : Aplikasi Pada Praktis Klinis Edisi 9. Jakarta : EGC.
Direja, Ade Herman Surya. 2011. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika.
Keliat, Budi Anna. 2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa Edisi 3. Jakarta : EGC.
Stuart, Gail W. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 5. Jakarta : EGC
Nursing Poltekes. 2012. “Asuhan Keperawatan Isolasi Sosial”. (Online), (http://
keperawatanpoltekkes26.blogspot.com/2012/01/asuhan-keperawatan-isolasi-sosial.html, diakses
pada 19 Oktober 2013).
Diposkan oleh Noor Rio di 00.47 Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Bagikan ke Pinterest Label: Keperawatan Jiwa
1 komentar:
1.
crt_kamtis_family 20 Juni 2014 06.21
Ini Referensinya dari buku semua atau ada yang ngambil dari internet kak?
Balas
Tambahkan komentarMuat yang lain...Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda Langganan: Poskan Komentar (Atom)
Mengenai Saya
Noor Rio Lihat profil lengkapku
Statistik3960
Popular Posts
Asuhan Keperawatan Jiwa Dengan Isolasi Sosial
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA DENGAN ISOLASI SOSIAL Latar Belakang Masalah Isolasi Sosial atau Menarik Diri adalah suatu keadaan pa...
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Skin Graft
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Skin Graf Latar B elakang Masalah Bedah tandur alih kulit/cangkok kulit (transplantasi k...
Macam Macam Trauma Dada Dan Penatalaksanaannya.
TRAUMA DADA Trauma dada dapat berupa luka tumpul atau tembus. Trauma tumpul dada lebih sukar untuk dideteksi sebab organ - organ int...
Posting Awal
Mimin masih bingung mau posting apa untuk sekarang ini. Harap maklum ya :D
Konsep Keperawatan Jiwa Pada Anak Usia Sekolah
Konsep Keperawatan Jiwa Anak Usia Sekolah Masalah psikologis yang dialami pada masa kanak – kanak merujuk pada usia dan kebudayaan. Di...
Keperawatan Jiwa
Keperawatan Jiwa : Asuhan Keperawatan Jiwa Dengan Isolasi Sosial Asuhan Keperawatan Jiwa Dengan Halusinasi Asuhan Keperawatan Jiwa Denga...
Sistem Integumen
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Skin Graft Asuhan Keperawatan
Keperawatan Gawat Darurat
Macam Macam Trauma Dada Dan Penatalaksanaannya
Blog Archive ► 2014 (5)
▼ 2013 (3) o ▼ Desember (2)
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Skin Graft Asuhan Keperawatan Jiwa Dengan Isolasi Sosial
o ► November (1)
About
Categories Kep Gawat Darurat (1) Keperawatan Jiwa (1) Sistem Integumen (1)
Pages - Menu Beranda
Template Ethereal. Gambar template oleh suprun. Diberdayakan oleh Blogger.