EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI...

163
EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN RAWAT INAP DI RSUD IR. SOEKARNO SUKOHARJO TAHUN 2017 Oleh: Siti Indah Fitriani 20144075 A FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SETIA BUDI SURAKARTA 2018

Transcript of EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI...

Page 1: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN

RAWAT INAP DI RSUD IR. SOEKARNO SUKOHARJO TAHUN 2017

Oleh:

Siti Indah Fitriani

20144075 A

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SETIA BUDI

SURAKARTA

2018

Page 2: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

i

EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN

RAWAT INAP DI RSUD IR. SOEKARNO SUKOHARJO TAHUN 2017

SKIRPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mencapai

derajat Sarjana Farmasi (S.Farm)

Program Studi S1 Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Setia Budi

Oleh :

Siti Indah Fitriani

20144075 A

HALAMAN JUDUL

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SETIA BUDI

SURAKARTA

2018

Page 3: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

ii

PENGESAHAN SKRIPSI

berjudul :

EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN

RAWAT INAP DI RSUD IR. SOEKARNO SUKOHARJO TAHUN 2017

Oleh :

Nama : Siti Indah Fitriani

NIM : 20144075A

Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi

Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi

Pada tanggal : 5 Juli 2018

Mengetahui,

Fakultas Farmasi

Universitas Setia Budi

Dekan,

Prof. Dr. R.A. Oetari, SU., MM., M.Sc., Apt

Pembimbing Utama

Prof. Dr. R.A. Oetari, SU., MM., M.Sc., Apt

Pembimbing Pendamping

Dra. Pudiastuti Rahayu SP, MM., Apt

Penguji :

1. Lucia Vita Inandha Dewi, M.Sc., Apt .......................

2. Dra. Yul Mariyah, M.Si., Apt .......................

3. Ganet Eko Pramukantoro, M.Si., Apt .......................

4. Prof. Dr. R.A. Oetari, SU., MM., M.Sc., Apt ........................

Page 4: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

iii

HALAMAN PERSEMBAHAN

“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan

orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.”

(QS. Al-Mujadalah : 11)

“Barang siapa yang menghendaki kehidupan dunia maka wajib baginya

memiliki ilmu, dan barang siapa yang menghendaki kehidupan Akhirat,

maka wajib baginya memiliki ilmu, dan barang siapa menghendaki

keduanya maka wajib baginya memiliki ilmu”

(HR. Turmudzi)

Ku persembahkan Skripsi ini untuk :

Allah SWT. Alhamdulillah sampai saat ini masih

diberi umur untuk melanjutkan pendidikan.

Abah dan Mama, Terima Kasih yang tiada

terhingga, yang telah membimbingku hingga saat

ini, yang telah memberikan kasih sayang, mendidik,

memberikan dorongan materi, selalu mendoakanku,

selalu menasehatiku menjadi lebih baik.

Sahabatku M. Angga Dwy Lucky Permana yang

selalu menemani dan membantuku hingga saat ini.

Para Teman-teman yang sampai saat ini telah

berjuang bersama Serli, Putri, Septy, Herdina,

Fatimah, Regina, Rika, Fajar, Satria, Sintya

Semoga bisa berjuang sampai akhir.

Teman-teman FKK 1 dan KKN 03 Delingan.

Page 5: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

iv

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil pekerjaan saya sendiri dan

tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di

suatu Perguruan Tinggi dan sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau

pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang tertulis

diacu dalam naskah ini dsebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila skripsi ini merupakan jiplakan dari penelitian/karya ilmiah/skripsi

orang lain, maka saya siap menerima sanksi, baik secara akademis maupun

hukum.

Surakarta, 22 Mei 2018

Siti Indah Fitriani

Page 6: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala

rahmat dan hidayah serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini degan judul “EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN

HIPERTENSI PASIEN RAWAT INAP DI RSUD IR. SOEKARNO

SUKOHARJO TAHUN 2017”. Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk

mencapai derajat Sarjana Farmasi (S.Farm) di Fakultas Farmasi Universitas Setia

Budi Surakarta.

Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini tidak lepas dari

bantuan semua pihak, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan

terimakasih kepada:

1. Rektor Universitas Setia Budi Selaku Bapak Dr. Ir. Djoni Tarungan, MBA.

2. Dekan Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi selaku Ibu Prof. Dr. R.A.

Oetari, SU., MM., M.Sc., Apt.

3. Ketua Program Studi Jurusan S1 Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta.

4. Ibu Prof. Dr. R.A. Oetari, SU., MM., M.Sc., Apt., selaku Dosen Pembimbing

Utama yang telah memberikan bimbingan, dorongan semangat dan saran

selama penyusunan skripsi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Ibu Dra. Pudiastuti Rahayu SP, MM., Apt., selaku Dosen Pembimbing

pendamping yang telah memberikan bimbingan, dorongan semangat dan saran

selama penyusunan skripsi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

6. Kepala dan staff RSUD Ir. Soekarno Sukoharjo yang sudah membantu penulis

dalam pelaksanaan penelitian skripsi ini.

7. Kedua Orang Tuaku Bapak Darsi, S.Sos dan Ibu Harnawati, serta kakak dan

adikku Futri Rahmasari, Noor Indah Fritasari, Firda Puspitasari dan Noor

Laisa Auliya yang senantiasa mendukung penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini.

8. Para sahabat dan teman-teman S1 Farmasi angkatan 2014 yang sudah

membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Page 7: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

vi

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih banyak terdapat

kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun dari pembaca guna kesempurnaan dalam penulisan skripsi ini.

Harapan penulis, skripsi ini dapat berguna bagi pihak yang terkait.

Surakarta, 25 Mei 2018

Siti Indah Fitriani

Page 8: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

vii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .................................................................................................i

PENGESAHAN SKRIPSI ...................................................................................... ii

HALAMAN PERSEMBAHAN............................................................................. iii

PERNYATAAN ......................................................................................................iv

KATA PENGANTAR ............................................................................................. v

DAFTAR ISI ......................................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR ..............................................................................................xi

DAFTAR TABEL ................................................................................................. xii

DAFTAR LAMPIRAN .........................................................................................xiv

INTISARI ............................................................................................................... xv

ABSTRACT ..........................................................................................................xvi

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1

B. Perumusan Masalah .......................................................................... 3

C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 3

D. Manfaat Penelitian ............................................................................ 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 4

A. Hipertensi ......................................................................................... 4

1. Definisi Hipertensi ....................................................................... 4

2. Etiologi ........................................................................................ 4

2.1 Hipertensi primer (essensial). ................................................ 5

2.2 Hipertensi sekunder. .............................................................. 5

3. Patofisiologi ................................................................................. 5

3.1. Curah jantung dan tahanan perifer ........................................ 5

3.2. Sistem Renin-Angiotensin .................................................... 6

3.3. Sistem Saraf Otonom ............................................................ 6

3.4. Disfungsi Endotelium ........................................................... 7

3.5. Substansi vasoaktif ............................................................... 7

3.6. Hiperkoagulasi ...................................................................... 7

3.7. Disfungsi diastolik ................................................................ 7

4. Manifestasi klinis ......................................................................... 8

Page 9: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

viii

5. Diagnosis ..................................................................................... 8

6. Faktor resiko ................................................................................ 8

6.1 Garam .................................................................................... 8

6.2 Merokok ................................................................................. 8

6.3 Kehamilan .............................................................................. 9

6.4 Stres ....................................................................................... 9

6.5 Hormon pria dan kortikosteroida ........................................... 9

6.6 Pil kehamilan ......................................................................... 9

7. Komplikasi Hipertensi ................................................................. 9

B. Tinjauan Penggobatan Hipertensi ................................................... 10

1. Dasar Pengobatan Hipertensi ..................................................... 10

2. Pengobatan Hipertensi ............................................................... 11

2.1. Pengobatan non farmakologi .............................................. 11

2.2. Pengobatan farmakologi ..................................................... 12

C. Interaksi Obat ................................................................................. 16

1. Definisi interaksi obat ................................................................ 16

2. Jenis interaksi obat ..................................................................... 16

2.1. Interaksi obat dengan obat. ................................................. 16

2.2. Interaksi obat dengan makanan. ......................................... 17

2.3. Interaksi obat dengan penyakit. .......................................... 17

2.4. Interaksi obat dengan obat herbal. ...................................... 17

3. Mekanisme interaksi obat .......................................................... 17

3.1. Interaksi farmasetik (inkompatibilitas). .............................. 18

3.2. Interaksi farmakokinetik. .................................................... 18

3.2.1. Absorbsi. .......................................................................... 18

3.2.2 Distribusi. .......................................................................... 18

3.2.3. Metabolisme. ................................................................... 19

3.2.4. Mempengaruhi eksresi ginjal. .......................................... 20

3.3. Interaksi farmakodinamik. .................................................. 21

3.3.1. Aditif. ............................................................................... 21

3.3.2. Sinergisme ....................................................................... 21

3.3.3. Antagonisme .................................................................... 21

4. Interaksi obat antihipertensi ....................................................... 21

4.1. Angiotensin-converting enzyme inhibitors (ACEi). ............ 22

4.2. Angiotensin II Receptor Blocker (ARB). ............................. 22

4.3. Calcium Channel Blocker (CCB). ...................................... 23

4.4. Diuretika ............................................................................. 23

5. Interaksi obat yang bermakna klinis .......................................... 24

6. Signifikansi interaksi obat ......................................................... 24

7. Penatalaksanaan interaksi obat .................................................. 25

7.1. Menghindari kombinasi obat yang berinteraksi. ................ 26

7.2. Penyesuaian dosis. .............................................................. 26

7.3. Memantauan pasien. ........................................................... 26

7.4. Melanjutkan pengobatan seperti sebelumnya. .................... 26

8. Faktor-faktor yang mempengaruhi interaksi obat ...................... 26

8.1. Faktor usia. ......................................................................... 26

Page 10: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

ix

8.2. Faktor penyakit. .................................................................. 26

8.3. Faktor polifarmasi. .............................................................. 27

D. Rumah Sakit ................................................................................... 27

1. Definisi Rumah Sakit ................................................................. 27

2. Tugas dan fungsi rumah sakit .................................................... 27

3. Profil Rumah Sakit Umum Daerah Ir. Soekarno Sukoharjo ...... 28

4. Formularium Rumah Sakit ........................................................ 29

E. Landasan Teori ............................................................................... 30

F. Keterangan Empiris ........................................................................ 31

G. Kerangka Pikir Penelitian ............................................................... 32

BAB III METODE PENELITIAN......................................................................... 33

A. Populasi dan Sampel....................................................................... 33

1. Populasi ...................................................................................... 33

2. Sampel ....................................................................................... 33

2.1 Kriteria inklusi. ......................................................................... 33

2.2 Kriteria ekslusi.: ....................................................................... 34

B. Variabel Penelitian ......................................................................... 34

1. Identifkasi variabel utama .......................................................... 34

2. Klasifikasi variabel utama ......................................................... 34

3. Definisi operasional variabel utama .......................................... 34

C. Bahan dan Alat ............................................................................... 36

D. Jalannya Penelitian ......................................................................... 36

E. Analisis Hasil.................................................................................. 38

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 39

A. Karakteristik Pasien ........................................................................ 39

1. Distribusi pasien berdasarkan jenis kelamin .............................. 39

2. Distribusi pasien berdasarkan usia ............................................. 40

3. Distribusi pasien berdasarkan lama perawatan .......................... 41

4. Distribusi pasien berdasarkan penyakit penyerta dan

komplikasi .................................................................................. 41

B. Profil Pengobatan Hipertensi .......................................................... 43

C. Evaluasi Interaksi Pengobatan Hipertensi ...................................... 46

1. Evaluasi interaksi obat berdasarkan jumlah pasien ................... 46

2. Evaluasi interaksi obat berdasarkan mekanisme interaksi obat

dan tingkat keparahannya .......................................................... 46

2.1 Interaksi obat antihipertensi. ............................................. 49

2.2 Interaksi obat lain. ............................................................. 51

3. Evaluasi interaksi obat berdasarkan tingkat signifikansi ........... 52

D. Keterbatasan Penelitian .................................................................. 53

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 54

A. Kesimpulan ..................................................................................... 54

B. Saran ............................................................................................... 54

Page 11: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

x

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 55

Page 12: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

xi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Algoritma Terapi Hipertensi Menurut JNC 8 ..................................... 11

Gambar 2. Skema kerangka pikir penelitian ......................................................... 33

Gambar 3. Jalannya penelitian .............................................................................. 37

Page 13: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

xii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Klasifikasi tekanan darah (JNC VII 2003) ............................................ 4

Tabel 2. Penyebab hipertensi yang dapat di indetifikasi (Dosh 2001) ................ 5

Tabel 3. Pemilihan Obat Untuk Indikasi Penyakit Penyerta (Chobanian et

al. 2003) .............................................................................................. 10

Tabel 4. Obat-obat Anti Hipertensi (Depkes 2006) .......................................... 15

Tabel 5. Beberapa contoh interaksi obat-obat pada hipertensi (Medscape

Drug Interaction Cheker) .................................................................... 24

Tabel 6. Level Signifikansi Interaksi Obat (Tatro 2009) .................................. 24

Tabel 7. Distribusi pasien rawat inap yang terdiagnosis hipertensi

berdasarkan jenis kelamin di RSUD Ir. Soekarno Sukoharjo

Tahun 2017 .......................................................................................... 39

Tabel 8. Distribusi pasien rawat inap yang terdiagnosis hipertensi

berdasarkan usia di RSUD Ir. Soekarno Sukoharjo Tahun 2017 ........ 40

Tabel 9. Distribusi pasien rawat inap yang terdiagnosis hipertensi

berdasarkan lama perawatan di RSUD Ir. Soekarno Sukoharjo

Tahun 2017 .......................................................................................... 41

Tabel 10. Distribusi penyakit komplikasi dan penyerta hipertensi pada

pasien rawat inap di RSUD Ir. Soekarno sukoharjo tahun 2017 ......... 41

Tabel 11. Profil pengobatan hipertensi pada pasien rawat inap di RSUD Ir.

Soekarno Sukoharjo Tahun 2017 ........................................................ 43

Tabel 12. Kejadian interaksi obat pada pasien hipertensi rawat inap di

RSUD Ir. Soekarno Sukoharjo tahun 2017 berdasarkan jumlah

pasien ................................................................................................... 46

Tabel 13. Persentase Mekanisme interaksi obat pada pasien hipertensi

rawat inap di RSUD Ir. Soekarno Sukoharjo Tahun 2017

berdasarkan jumlah kasus ................................................................... 46

Tabel 14. Persentase Kejadian Interaksi obat berdasarkan tingkat

keparahannya pada pasien hipertensi rawat inap di RSUD Ir.

Soekarno Sukoharjo tahun 2017 ......................................................... 47

Page 14: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

xiii

Tabel 15. Mekanisme dan sifat interaksi obat pada pasien hipertensi rawat

inap di RSUD Ir. Soekarno Sukoharjo Tahun 2017 ............................ 48

Tabel 16. Distribusi interaksi obat berdasarkan tingkat signifikansinya

pada hipertensi pasien rawat inap di RSUD Ir. Soekarno

Sukoharjo tahun 2017 ......................................................................... 52

Page 15: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Surat Keterangan Izin Penelitian ................................................... 61

Lampiran 2. Ethical Clearance .......................................................................... 62

Lampiran 3. Surat Keterangan Telah Selesai Melakukan Penelitian ................. 63

Lampiran 4. Data interaksi obat ......................................................................... 64

Page 16: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

xv

INTISARI

FITRIANI, S.I., 2018, EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN

HIPERTENSI PASIEN RAWAT INAP DI RSUD IR. SOEKARNO

SUKOHARJO TAHUN 2017, SKRIPSI, FAKULTAS FARMASI,

UNIVERSITAS SETIA BUDI, SURAKARTA.

Hipertensi merupakan salah satu problem kesehatan masyarakat, dimana

prevalensi kasus hipertensi terus meningkat. Hipertensi menduduki peringkat

kesepuluh tertinggi rawat inap tahun 2016 di RSUD Ir. Soekarno Sukoharjo

dengan jumlah kasus sebesar 257. Pasien memerlukan dua atau lebih obat

antihipertensi untuk mencapai target tekanan darah. Interaksi obat adalah

interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh kehadiran obat lain, hal

ini dapat mempengaruhi outcome terapi pasien. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui profil pengobatan, angka kejadian interaksi obat, dan persentase

mekanisme interaksi pada pengobatan hipertensi pasien rawat inap di RSUD Ir.

Soekarno Sukoharjo tahun 2017.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif non eksperimental dengan

pengumpulan data secara retrospektif. Jumlah sampel yang diambil yaitu

sebanyak 70 rekam medis yang menuhi kriteria inklusi. Data dianalis

menggunakan aplikasi Lexicomp, serta menggunakan literatur Stockley’s Drug

Interaction dan Drug Interaction Facts.

Hasil penelitian menunjukkan obat antihipertensi yang paling banyak

digunakan sebagai obat tunggal adalah amlodipin sebanyak 7 pasien (10%)

sedangkan terapi kombinasi yang paling banyak digunakan adalah amlodipin

dengan captopril yaitu sebanyak 14 pasien (20%). Kejadian interaksi obat yang

ditemukan terdapat 52 pasien (74,3%) terjadi interaksi obat dan 18 pasien (25,7%)

tidak terjadi interaksi obat. Berdasarkan mekanisme interaksi obat, interaksi

farmakodinamik sebesar 143 kasus (53,96%), farmakokinetik 53 kasus (20%) dan

unknown 71 kasus (26,04%).

Kata kunci: hipertensi, interaksi obat, instalasi rawat inap, RSUD Ir. Soekarno

Sukoharjo

Page 17: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

xvi

ABSTRACT

FITRIANI, SI., 2018, EVALUATION OF DRUG INTERACTIONS FOR

HYPERTENSION TREATMENT INPATIENTS, IN IR. SOEKARNO

SUKOHARJO REGIONAL PUBLIC HOSPITAL 2017, THESIS,

FACULTY OF PHARMACEUTICALS, UNIVERSITY SETIA BUDI,

SURAKARTA.

Hypertension is one of the public health problems, where the prevalence of

hypertension cases continues to increase. Hypertension was ranked the tenth

highest inpatient in 2016 in Ir. Soekarno Sukoharjo regional public hospital with a

total of 257 cases. Patients require two or more antihypertensive medications to

achieve blood pressure targets. Drug interaction is an interaction, which occurs

when the effect of a drug was modified by the presence of other drug, this may

affect the outcome of patient therapy. This study aims to understand the profile of

treatment, the number of drug interaction events, and the percentage of interaction

mechanism on the treatment of hypertension inpatients in soekarno sukoharjo

regional public hospital on 2017.

This research is a non experimental descriptive research with retrospective

data collection. The number of samples taken are as many as 70 medical records

that meet the criteria of inclusion. Data is analysis using the Lexicomp app, as

well as using Stockley's Drug Interaction and Drug Interaction Facts literature.

The results of the study showed that the most widely used antihypertensive

drug as a single dose was amlodipine in 7 patients (10%) whereas the most widely

used combination therapy was amlodipine with captopril with 14 patients (20%).

incidence of drug interaction was found there were 52 patients (74,3%) happened

drug interaction and 18 patient (25,7%) did not happen drug interaction. Based on

drug interaction mechanism, pharmacodynamic interaction of 143 cases (53.96%).

pharmacokinetics 53 cases (20%) and unknown 71 cases (26.04%).

Key word: hypertension, drug interaction, installation of inpatient, RSUD Ir.

Soekarno Sukoharjo

Page 18: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Hipertensi adalah keadaan dimana tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg

atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg (Kalpan & Webert 2010). Dalam

beberapa kelompok usia, risiko penyakit kardiovaskuler dua kali lipat untuk setiap

kenaikan 20/10 mmHg tekanan darah mulai 115/75mmHg. Selain penyakit

jantung koroner dan stroke, komplikasi tekanan darah meningkat termasuk gagal

jantung, penyaikt pembuluh darah perifer, gangguan ginjal, perdarahan retina, dan

gangguan penglihatan (WHO 2015).

Prevalensi kasus hipertensi di Provinsi Jawa Tengah tahun 2017 pada

triwulan kedua yaitu sebesar 162.286 kasus (55,66%) meningkat bila

dibandingkan dengan tahun 2016 sebesar 96.968 kasus (50,85%). Terdapat dua

kota dengan prevalensi sangat tinggi diatas 10% yaitu Kota Semarang (25,04%)

dan Kota Ambarawa (13,84%) (Dinkes Jateng 2017).

Interaksi obat dengan obat merupakan kejadian interaksi obat yang dapat

terjadi bila penggunaan bersama dua macam obat atau lebih (Katzung 2007).

Pemberian obat antihipertensi lebih dari satu dapat menimbulkan interaksi obat

(Fitriani, 2007). Interaksi obat merupakan Drug Related Problem (DRP) yang

dapat mempengaruhi respon tubuh terhadap pengobatan. Hasilnya berupa

peningkatan atau penurunan efek yang dapat mempengaruhi outcome terapi pasien

(Kurniawan 2009).

Hasil penelitian terdahulu menurut Carter LB et al, (2002 dalam jurnal

yang berjudul “The Extent of Potential Antihypertensive Drug Interactions in a

Medicaid Population”. Menunjukkan bahwa terdapat 1547 pasien yang menerima

obat antihipertensi. Berdasarkan jenis kelamin 23% hingga 48% pasien memiliki

potensi interaksi antara level 1 dan 2 dan berdasarkan usia 55% hingga 84%

pasien memiliki setidaknya satu potensi interaksi per pasien.

Menurut Noviani T, 2016 dalam jurnal yang berjudul “Evaluasi Interaksi

Penggunaan Obat Antihipertensi Pada Pasien Rawat Inap Di Bangsal Cempaka

Page 19: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

2

RSUD Panembahan Senopati Bantul Periode Agustus 2015”. Hasil dari penelitian

menyebutkan bahwa terdapat 69 kasus (76.7%) memiliki interaksi obat dengan

total 286 kejadian interaksi, 96 kejadian (33.6%) diantaranya melibatkan obat

antihipertensi. Interaksi yang paling banyak adalah interaksi antara captopril dan

furosemide yaitu 26 kejadian (27.1%), kategori interaksi yang paling banyak

adalah kategori moderate yaitu 89 interaksi (92.7%), mekanisme interaksi yang

paling banyak adalah farmakodinamik 27 kejadian (28.1%). Kejadian interaksi

paling banyak adalah potensial yaitu 40 kejadian (41.7%).

Hasil penelitian Mahamudu et al, 2016 dalam jurnal yang berjudul

“Kajian Potensi Interaksi Obat Antihipertensi Pada Pasien Hipertensi Primer Di

Instalasi Rawat Jalan RSUD Luwuk Periode Januari-Maret 2016”. Hasil dari

penelitian menyebutkan dari 44 pasien hipertensi primer, yang berpotensi

mengalami interaksi obat sebesar 19 pasien (43,2%) dengan jumlah 20 kasus

interaksi. Berdasarkan mekanisme, interaksi farmakodinamik 18 kasus (90%) dan

interaksi farmakokinetik 2 kasus (10%). Berdasarkan level signifikansi, 2 dari 20

kasus interaksi obat yang menyatakan level signifikansi 1 dan 3.

Berdasarkan data dari Instalasi Rekam Medis RSUD Ir. Soekarno

Sukoharjo, hipertensi menduduki peringkat kesepuluh tertinggi dari sepuluh

penyakit terbanyak rawat inap tahun 2016 di RSUD Ir. Soekarno Sukoharjo

dengan jumlah kasus sebesar 257 dan pada tahun 2017 terdapat 234 pasien yang

menderita hipertensi. Pada penelitian diatas untuk kejadian interaksi obat angka

kejadian cukup tinggi sehingga peneliti terdorong melakukan penelitian tentang

Evaluasi Interaksi Pada Pengobatan Hipertensi Pasien Rawat Inap Di RSUD Ir.

Soekarno Sukoharjo Tahun 2017.

Selain itu belum ada penelitian yang dilakukan tentang evaluasi interaksi

penggunaan obat antihipertensi pada pasien rawat inap di RSUD Ir. Soekarno

Sukoharjo pada tahun 2017. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi data

dasar tentang terjadinya interaksi obat pada pasien hipertensi rawat inap di RSUD

Ir. Soekarno Sukoharjo sehingga dapat menghindari kejadian yang tidak di

inginkan akibat penggunaan obat yang kurang tepat.

Page 20: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

3

B. Perumusan Masalah

Dari uraian latar belakang yang telah dijelaskan, maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah profil penggobatan pada hipertensi pasien rawat inap di RSUD

Ir. Soekarno Sukoharjo tahun 2017?

2. Apakah terdapat kejadian interaksi obat pada hipertensi pasien rawat inap di

RSUD Ir. Soekarno Sukoharjo tahun 2017?

3. Bagaimanakah persentase mekanisme interaksi pengobatan pada hipertensi

pasien rawat inap di RSUD Ir. Soekarno Sukoharjo tahun 2017?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk:

1. Mengetahui profil pengobatan pada hipertensi pasien rawat inap di RSUD Ir.

Soekarno Sukoharjo tahun 2017.

2. Mengetahui angka kejadian interaksi obat pada hipertensi pasien rawat inap di

RSUD Ir. Soekarno Sukoharjo tahun 2017.

3. Mengetahui persentase mekanisme interaksi pengobatan pada hipertensi

pasien rawat inap di RSUD Ir. Soekarno Sukoharjo tahun 2017.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dilakukan penelitian ini adalah:

1. Bagi Rumah Sakit memberikan informasi tentang terjadinya interaksi pada

pengobatan hipertensi pasien rawat inap di RSUD Ir. Soekarno Sukoharjo

tahun 2017 dan sebagai bahan masukan dalam meningkatkan mutu pelayanan

kesehatan khususnya dalam pengobatan hipertensi.

2. Bagi peneliti diharapkan dapat menerapkan ilmu pengetahuan yang berkaitan

dengan penelitian ini dan dapat mengembangkan kemampuan peneliti dalam

melakukan penelitian.

3. Bagi peneliti lain diharapkan sebagai bahan referensi guna kemajuan ilmu

pengetahuan khususnya di bidang farmasi.

Page 21: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Hipertensi

1. Definisi Hipertensi

Hipertensi atau tekanan darah tinggi menurut Infodatin Kementrian

Kesehatan Republik Indonesia (2014) adalah peningkatan tekanan darah sistolik

lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua

kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup

istirahat/tenang. Peningkatan tekanan darah yang berlangsung dalam jangka waktu

lama (persisten) dapat menimbulkan kerusakan pada ginjal (gagal ginjal), jantung

(penyakit jantung koroner) dan otak (menyebabkan stroke) bila tidak di deteksi

secara dini dan medapat pengobatan yang memadai.

Menurut The Sixth Report of the Joint National Commite on Prevention,

Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC-VII),

klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa terbagi menjadi kelompok normal,

prahipertensi, hipertensi derajat 1 dan derajat 2. Klasifikasi tersebut dapat dilihat

pada table 1.

Tabel 1. Klasifikasi tekanan darah (JNC VII 2003)

Klasifikasi Tekanan Darah TDS (mmHg) TDD (mmHg)

Normal

Prahipertensi

Hipertensi derajad 1

Hipertensi derajad 2

< 120

120 – 139

140 – 159

≥160

<80

80 – 90

90 – 99

≥ 100

*TDS : Tekanan Darah Sistolik, TDD : Tekanan Darah Diastolik

2. Etiologi

Hipertensi merupakan suatu penyakit dengan kondisi medik beragam.

Kebanyakan pasien etiologi patofisiologinya tidak diketahui (esensial atau

hipertensi primer). Hipertensi primer ini tidak dapat disembuhkan tetapi dapat di

kontrol. Kelompok lain dari populasi dengan presentase rendah mempunyai

penyebab yang khusus, dikenal sebagai hipertensi sekunder. Banyak penyebab

hipertensi sekunder; endogen maupun eksogen. Bila penyebab hipertensi sekunder

dapat diidentifikasi, hipertensi pada pasien-pasien ini dapat disembuhkan secara

potensial (Depkes 2006).

Page 22: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

5

2.1 Hipertensi primer (essensial). Hipertensi esensial atau hipertensi

primer yang tidak diketahui peyebabnya atau disebut juga sebagai hipertensi

idiopatik. Terdapat kurang lebih 90% kasus hipertensi termasuk dalam kelompok

ini. Banyak faktor yang mempengaruhinya seperti genetik, lingkungan,

hiperaktifitas sistem saraf simpatis dan stress. Hipertensi primer biasanya timbul

pada umur 30 – 50 tahun (Depkes 2006).

2.2 Hipertensi sekunder. Jenis hipertensi yang penyebabnya dapat

diketahui antara lain, pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar tiroid atau

penyakit kelenjar adrenal. Terdapat sekitar 5-10% adalah penderita hipertensi

sekunder (Karyadi 2002).

Tabel 2. Penyebab hipertensi yang dapat di indetifikasi (Dosh 2001)

Penyakit Obat

Penyakit ginjal kronis

Hiperaldosteronisme primer

Penyakit renovaskuler

Sindroma cushing

Pheochromocytoma

Koarktasi aorta

Penyakit tiroid / paratiroid

Kortikosteroid, ACTH

Esterogen (biasanya pil KB dengan kadar

esterogen tinggi)

NSAID, COX-2 inhibitor

Fenilpropanolamin dan analog

Cyclosporine dan Tacrolmus

Eritropoietin

Sibutramin

Antidepresan (terutama venlafaxine)

*NSAID : Non Steroid Anti Inflammatory Drug

*ACTH : Adrenokortikotropik hormon

3. Patofisiologi

Mekanisme patofisiologi yang berhubungan dengan peningkatan

hipertensi esensial antara lain :

3.1. Curah jantung dan tahanan perifer. Keseimbangan curah jantung

dan tahanan perifer sangat berpengaruh terhadap kenormalan tekanan darah. Pada

sebagian besar kasus hipertensi esensial curah jantung biasanya normal tetapi

tahanan perifernya meningkat. Tekanan darah ditentukan oleh konsentrasi sel otot

halus yang terdapat pada arteriol kecil. Peningkatan konsentrasi sel otot halus

akan berpengaruh pada peningkatan konsentrasi kalsium intraseluler. Peningkatan

konsentrasi otot halus ini semakin lama akan mengakibatkan penebalan pembuluh

darah arteriol yang mungkin dimediasi oleh angiotensin yang menjadi awal

meningkatnya tahanan perifer yang irreversible (Gray et al. 2005).

Page 23: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

6

3.2. Sistem Renin-Angiotensin. Ginjal mengontrol tekanan darah melalui

pengaturan volume cairan ekstraseluler dan sekresi renin. Sistem Renin-

Angiotensin merupakan sistem endokrin yang penting dalam pengontrolan

tekanan darah. Renin disekresi oleh juxtaglomerulus aparantus ginjal sebagai

respon glomerulus underperfusion atau penurunan asupan garam, ataupun respon

dari sistem saraf simpatetik (Gray et al. 2005).

Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin

II dari angiotensin I oleh angiotensin I-converting enzyme (ACE). ACE

memegang peranan fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah. Darah

mengandung angiotensinogen yang diproduksi hati, yang oleh hormon renin

(diproduksi oleh ginjal) akan diubah menjadi angiotensin. Oleh ACE yang

terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah menjadi angiotensin II. Angiotensin II

berpotensi besar meningkatkan tekanan darah karena bersifat sebagai

vasoconstrictor melalui dua jalur, yaitu:

a. Meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan rasa haus. ADH

diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja pada ginjal untuk

mengatur osmolalitas dan volume urin. Dengan meningkatnya ADH, sangat

sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh (antidiuresis) sehingga urin

menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya. Untuk mengencerkan, volume cairan

ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian

instraseluler. Akibatnya volume darah meningkat sehingga meningkatkan

tekanan darah (Gray et al. 2005).

b. Menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal. Aldosteron merupakan

hormon steroid yang berperan penting pada ginjal. Untuk mengatur volume

cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl (garam)

dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl

akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume cairan

ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan

darah (Gray et al. 2005).

3.3. Sistem Saraf Otonom. Sirkulasi sistem saraf simpatetik dapat

menyebabkan vasokonstriksi dan dilatasi arteriol. Sistem saraf otonom ini

Page 24: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

7

mempunyai peran yang penting dalam pempertahankan tekanan darah. Hipertensi

dapat terjadi karena interaksi antara sistem saraf otonom dan sistem renin-

angiotensin bersama-sama dengan faktor lain termasuk natrium, volume sirkulasi,

dan beberapa hormon (Gray et al. 2005).

3.4. Disfungsi Endotelium. Pembuluh darah sel endotel mempunyai peran

yang penting dalam pengontrolan pembuluh darah jantung dengan memproduksi

sejumlah vasoaktif lokal yaitu molekul oksida nitrit dan peptida endotelium.

Disfungsi endotelium banyak terjadi pada kasus hipertensi primer. Secara klinis

pengobatan dengan antihipertensi menunjukkan perbaikan gangguan produksi dari

oksida nitrit (Gray et al. 2005).

3.5. Substansi vasoaktif. Banyak sistem vasoaktif yang mempengaruhi

transpor natrium dalam mempertahankan tekanan darah dalam keadaan normal.

Bradikinin merupakan vasodilator yang potensial, begitu juga endotelin. Endotelin

dapat meningkatkan sensitifitas garam pada tekanan darah serta mengaktifkan

sistem renin-angiotensin lokal. Arterial natriuretic peptide merupakan hormon

yang diproduksi di atrium jantung dalam merespon peningkatan volum darah. Hal

ini dapat meningkatkan ekskresi garam dan air dari ginjal yang akhirnya dapat

meningkatkan retensi cairan dan hipertensi (Gray et al. 2005).

3.6. Hiperkoagulasi. Pasien dengan hipertensi memperlihatkan

ketidaknormalan dari dinding pembuluh darah (disfungsi endotelium atau

kerusakan sel endotelium), ketidaknormalan faktor homeostasis, platelet, dan

fibrinolisis. Diduga hipertensi dapat menyebabkan protombotik dan

hiperkoagulasi yang semakin lama akan semakin parah dan merusak organ target.

Beberapa keadaan dapat dicegah dengan pemberian obat anti-hipertensi (Gray et

al. 2005).

3.7. Disfungsi diastolik. Hipertropi ventrikel kiri menyebabkan ventrikel

tidak dapat beristirahat ketika terjadi tekanan diastolik. Hal ini untuk memenuhi

peningkatan kebutuhan input ventrikel, terutama pada saat olahraga terjadi

peningkatan tekanan atrium kiri melebihi normal, dan penurunan tekanan

ventrikel (Gray et al. 2005).

Page 25: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

8

4. Manifestasi klinis

Hipertensi biasanya tidak menimbulkan gejala yang khas. Hal inilah yang

membuat pentingnya pemeriksaan darah secara rutin. Baru setelah beberapa tahun

adakalanya pasien merasakan nyeri kepala pagi hari sebelum bangun tidur, nyeri

ini biasanya hilang setelah bangun tidur. Gangguan hanya dapat dikenali dengan

pengukuran tensi adakalanya melalui pemeriksaan tambahan terhadap ginjal dan

pembuluh darah (Tjay & Raharja 2007).

Sebagian besar manifestasi klinis terjadi setelah mengalami hipertensi

bertahun-tahun dan berupa (Corwin 2009):

a. Sakit kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah, akibat

peningkatan tekanan darah intrakranium

b. Penglihtan kabur akibat kerusakan hipertensif pada retina

c. Cara berjalan yang tidak mantap karena keruskan susunan saraf pusat

d. Nokturia yang disebabkan peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi

glomerulus

5. Diagnosis

Diagnosis hipertensi didasarkan pada peningkatan tekanan darah yang

terjadi pada pengukuran berulang. Diagnosis digunakan sebagai prediksi terhadap

konsekuensi yang dihadapi pasien. Diagnosis hipertensi bergantung pada

pengukuran tekanan darah dan bukan pada gejala yang dilaporkan oleh pasien.

Hipertensi lazimnya tidak menimbulkan gejala sampai terjadi kerusakan organ

akhir secara jelas (Katzung 2007).

6. Faktor resiko

Ada beberapa factor yang dapat meningkatkan tekana darah antara lain

sebagai berikut (Tjay dan Raharja 2007) :

6.1 Garam. Garam memiliki potensi yang sangat besar dalam peningkatan

tekanan darah yang sangat cepat. Ion natrium mengakibatkan retensi air, sehingga

volume darah bertambah dan menyebabkan daya tahan pembuluh darah

meningkat.

6.2 Merokok. Merokok merupakan faktor resiko utama independen untuk

penyakit kardiovaskuler. Kandungan nikotin dan zat senyawa kimia berbahaya

Page 26: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

9

yang terdapat pada rokok juga memberikan peluang besar seseorang menderita

hipertensi terutama pada perokok aktif.

6.3 Kehamilan. Kehamilan merupakan salah satu faktor resiko yang dapat

memicu terjadinya peningkatan tekanan darah. Mekanisme terjadinya hipertensi

saat hamil serupa faktor resiko yang disebabkan oleh ginjal; bila uterus

merenggang melampaui dari batas biasanya dikarenakan oleh janin yang ada dan

menerima kurangnya pasokan darah, maka akan terjadi proses pelepasan zat-zat

yang memicu kenaikan tekanan darah.

6.4 Stres. Stres dapat memicu suatu hormon dalam tubuh yang dapat

mengakibatkan tekanan darah semakin meningkat, tidak hanya itu stres juga

mampu mempengaruhi mood atau perasaan seseorang (Ridwan 2002). Stres dapat

meningkatkan tekanan darah sementara akibat pelepasan adrenalin dan

nonadrenalin (hormon stres), yang bersifat vasokonstriktif. Tekanan darah dapat

meningkat pada waktu ketegangan fisik (pengeluaran tenaga dan otot). Apabila

stres hilang tekanan darah akan kembali normal.

6.5 Hormon pria dan kortikosteroida. Hormon pria dan kortikosteroida

juga salah satu faktor risiko terjadinya hipertensi sebab akan memicu terjadinya

retensi air. Setelah penggunaan hormon pria, kortikosteroida atau pil antihamil

dihentikan, atau pemakaian garam sangat dikurangi kadarnya, pada umumnya

tekanan darah akan turun dan menjadi kembali normal.

6.6 Pil kehamilan. Pil khamilan mengandung hormon wanita yaitu

hormon esterogen, dimana hormon esterogen juga adapat memicu terjadinya

retensi garam dan air.

7. Komplikasi Hipertensi

Hipertensi yang terjadi dalam jangka waktu lama akan merusak endotel

arteri dan memepercepat proses aterosklerosis. Komplikasi yang dapat terjadi

pada penderita hipertensi adalah rusaknya organ tubuh seperti jantung, mata,

ginjal, otak, dan pembuluh darah besar. Hipertensi juga menjadi faktor risiko

utama untuk penyakit serebrovaskular (stroke dan transient ischemic attack),

penyakit arteri koroner (infark miokard dan angina), gagal ginjal, demensia dan

Page 27: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

10

arterial fibralasi. Pasien dengan hipertensi memiliki peningkatan risiko untuk

penyakit koroner, stroke, penyakit arteri perifer, dan gagal jantung (Dosh 2001).

B. Tinjauan Penggobatan Hipertensi

1. Dasar Pengobatan Hipertensi

Hipertensi sebenarnya tidak dapat disembuhkan tetapi harus selalu

dikontrol atau dikendalikan, karena hipertensi merupakan keadaan dimana

pengaturan tekanan darah kurang berfungsi sebagaimana mestinya yang

disebabkan oleh beberapa faktor. Mengobati hipertensi memang harus dimulai

dengan modifikasi gaya hidup sehat dan apabila hal ini tidak berhasil maka mulai

diberikan obat hipertensi (Karyadi 2002).

Tujuan penggunaan hipertensi secara keseluruhan adalah untuk

menurunkan angka mortalitas (kematian) dan morbiditas (kesakitan) yang

berhubungan dengan kerusakan organ target seperti gagal jantung, penyakit ginjal,

dan kejadian kardiovaskular atau serebrovaskular. Target penurunan tekanan

darah adalah kurang dari 140/90 mmHg untuk hipertensi tidak komplikasi dan

kurang dari 130/80 mmHg untuk penderita diabetes serta gagal ginjal kronik

(Sukandar et al. 2009).

Pengobatan hipertensi harus dimulai dengan modifikasi gaya hidup yang

baik. Tujuan modifikasi gaya hidup pada pasien hipertensi adalah untuk

mendapatkan tekanan darah tetap terkontrol dan mengurangi jumlah antihipertensi

yang harus digunakan.

Tabel 3. Pemilihan Obat Untuk Indikasi Penyakit Penyerta (Chobanian et al. 2003) Indikasi

Penyerta Diuretik β-blocker ACEI ARB CCB

Anti

Aldosteron

Gagal jantung + + + + +

Pasca infark + + +

Resiko tinggi

PJK + + + +

Diabetes mellitus + + + + +

Penyakit ginjal

kronik + +

Cegah stroke

berulang + +

Page 28: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

11

Berikut ini merupakan algoritma terapi hipertensi menurut JNC 8.

Populasi umum (tidak ada diabetes atau CKD) Diabetes atau ada CKD

Orang kulit selain hitam Orang kulit hitam

Ya

Tidak

Ya

Tidak

Ya

Tidak

Gambar 1. Algoritma Terapi Hipertensi Menurut JNC 8

2. Pengobatan Hipertensi

2.1. Pengobatan non farmakologi. Terapi non farmakologi merupakan

penanganan awal sebelum menggunakan obat-obatan hipertensi. Penderita

Dewasa berusia ≥ 18 tahun dengan Hipertensi

Terapkan modifikasi gaya hidup

Tetapkan sasaran TD, mulailah obat penurun TD berdasarkan algoritma

Tujuan TD

<150/90 mm Hg Tujuan TD

<140/90 mm Hg Tujuan TD

<140/90 mm Hg

Tujuan TD

<140/90 mm Hg

Berikan tipe thiazide

diuretic/ACEI/ARB/CCB

satu macam atau di campur

Berikan tipe thiazide

diuretic / CCB satu

macam atau dicampur

Berikan ACEI/ARB satu

macam atau di campur atau

kombinasi dengan obat lain

Memperkuat gaya hidup dan kepatuhan Menitrasi obat hingga dosis maksimum

atau pertimbangkan untuk menambahkan obat lain (ACEI, ARB, CCB, Thiazide)

Memperkuat gaya hidup dan kepatuhan

Tambahkan kelas obat yang belum dipilih (yaitu beta blocker, antagonis aldosteron,

lainnya) dan titrasi di atas obat sampai maksimal

Memperkuat gaya hidup dan kepatuhan Obat titrasi terhadap dosis maksimum,

tambahkan obat lain dan / atau rujuk ke spesialis hipertensi

Tentukan strategi pemberiaan titrasi obat:

1. Selesaikan pengobatan pertama sebelum pengobatan kedua,

2. Berikan pengobatan kedua sebelum pengobatan pertama selesai,

3. Mulai dengan 2 medikasi secara terpisah atau di kombinasi.

umur ≥ 60 tahun umur < 60 tahun Semua umur,

riwayat diabetes,

tidak ada CKD

Semua umur, ada

CKD tanpa riwayat

diabetes

Lanjutkan terapi

dan lakukan

monitoring

Tujuan TD tercapai?

Tujuan TD tercapai?

Tujuan TD tercapai?

Page 29: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

12

prehipertensi dan hipertensi sebaiknya dianjurkan untuk modifikasi gaya hidup

seperti penurunan berat badan jika kelebihan berat badan, diet rendah natrium,

melakukan aktivitas fisik seperti aerobik, mengurangi konsusmsi alcohol, dan

menghentikan kebiasan merokok (Sukandar et al. 2009).

2.2. Pengobatan farmakologi. Terapi farmakologi merupakan terapi yang

menggunakan obat-obatan. Pemilihan obat harus berdasarkan manfaat, keamanan,

kenyamanan pasien dan biaya. Berikut ini macam kelompok obat antihipertensi

yang lazim digunakan untuk pengobatan yaitu:

2.2.1. ACE-Inhibitor (Penghambat Angiotensin Converting Enzyme).

ACE-Inhibitor menghambat perubahan angiontensin I menjadi angiontensin II

sehingga terjadi vasodilatasi dan penurunan sekresi aldosteron. Penurunan

bradikinin dapat dihambat sehingga kadar bradikinin dalam darah meningkat dan

berperan dalam efek vasodilatasi ACE-Inhibitor. Vasodilatasi secara langsung

akan menurunkan tekanan darah, sedangkan berkurangnya aldosteron akan

menyebabkan ekresi air dan natrium serta retensi kalium. Contoh obat-obatan

ACE-Inhibitor ialah benazepril, enalapril, fisinopril, lisinopril, moexipril,

perindropril, quinapril, ramipril, randrolapril dan captopril. Captopril memiliki

durasi aksi pendek (Harvey & Champe 2013).

2.2.2. ARB (Angiotensin II Reseptor Blocker). Obat ini bekerja langsung

pada reseptor angiotensin II sehingga angiotensin II tidak dapat memperlihatkan

efek vasokontriksinya terhadap pembuluh darah. Mekanisme kerja mirip dengan

ACE-Inhibitor yaitu dengan menghambat kerja angiontensin II yang cukup efektif

bagi penderita hipertensi dengan gagal ginjal. ARB tidak meningkatkan kadar

bradikinin. Farmakokinetik semua obat tersebut aktif per oral dan hanya

memerlukan dosis sekali-sehari. Efek samping ARB memilki profil efek samping

yang serupa dengan ACE-Inhibitor, namun pada ARB tidak menyebabkan batuk

Contoh obat ARB adalah candesartan, telmisartan dan valsartan (Junaidi 2010).

2.2.3. β-blocker. β-blocker menurunkan tekanan darah, terutama dengan

penurunan curah jantung. Obat golongan β-blocker dapat menurunkan keluar

simpatis dari sistem saraf pusat (SSP) dan menghambat pelepasan renin dari ginjal

sehingga menurunkan pembentukan angiotensin II dan sekresi aldosteron.

Page 30: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

13

Farmakokinetik β-blocker efektif per oral. β-blocker diekresi di hati maupun di

ginjal tergantung kemampuan kelarutan dalam air atau lemak tiap obatnya.

Golongan ini di eliminasi oleh hati yang diberikan biasanya dalam dosis ganda

sementara yang di ekresi melalui ginjal umumnya waktu paruh lebih panjang dan

dapat diberikan sekali sehari. Contoh golongan obat ini adalah atenolol,

propranolol, hidroklorida, betaksolol, labetolol (Harvey & Champe 2013).

2.2.4. CCB (Calcium Channel Blocker). CCB menyebabkan relaksasi

jantung dan otot polos dengan menghambat saluran kalsium yang sensitif (voltage

sensitive), sehingga mengurangi masuknya kalsium ekstraseluler ke dalam sel.

Relaksasi otot polos vaskular menyebabkan vasodilatasi dan berhubungan dengan

reduksi tekanan darah (Dipiro 2008). Farmakokinetik agen ini memiliki waktu

paruh yang pendek (3-8 jam) pada dosis pemberian oral dan metabolismenya di

hati. Terapi diperlukan tiga kali sehari untuk mempertahankan kontrol yang baik

terhadap hipertensi (Harvey & Champe 2013). Antagonis kalsium secara kimiawi

dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu:

a. Derivate-dihidropiridin. Efek vasodilatasinya amat kuat, terutama untuk

pengobatan hipertensi. Golongan obat ini adalah nifedipin, amlodipine,

nicardipine, nimodipine, nitrendipin dan lacidipin.

b. Obat-obat lain. Verapamil, diltiazem, dan bepridin. Verapamil bekerja

terhadap jantung (menurunkan frekuensi dan daya kontraksi, memperlambat

penyaluran atrioventrikuler) dan terhadap sistem pembuluh (vasodilatasi).

Diltiazem khasiatnya sama dengan verapamil. Tetapi efek ionotropik

negatifnya lebih ringan. Diltiazem lebih banyak digunakan lebih lemah

daripada zat-dihidropiridin (Tan & Rahardja 2007).

2.2.5. Diuretik. Diuretik bekerja meningkatkan ekresi natrium, air dan

klorida sehingga menurunkan volume darah dan tekanan darah. Diuretik

diperkirakan berpengaruh langsung terhadap dinding pembuluh darah, yakni

penurunan kadar natrium yang membuat dinding lebih kebal terhadap

noradrenalin, sehingga daya tahannya berkurang (Tan & Rahardja 2007).

Mengingat berbagai efek samping yang membahayakan, sekarang terdapat

kecenderungan menggunakan diuretik dengan dosis rendah disertai dengan

pengurangan asupan garam. Berbagai macam obat diuretik yang digunakan untuk

Page 31: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

14

mengobati hipertensi yaitu golongan tiazid, diuretik hemat kalium dan diuretik

kuat atau loop.

a. Tiazid. Tiazid dianggap sebagai obat pertama yang dianjurkan untuk

mengobati hipertensi ringan. Tiazid bekerja meningkatkan asupan natrium dan

eksresi air. Akibatnya volume darah menurun mengakibatkan penurunan curah

jantung dan aliran darah ginjal. Farmakokoinetik diuretik tiazid aktif peroral.

Duretik tiazid mempunyai onset satu sampai dua jam pemberian dan berlanjut

selama 12-24 jam, yang memungkinkan pemberian sekali sehari. Contoh obat

tiazid adalah bendroflumetiazid, klorotiazid, klortalidon, hidroklortiazid

(HCT), indapamin, metiklotiazid, metolazone dan politiazid (Harvey &

Champe 2013).

b. Duiretik hemat kalium. Diuretik hemat kalium menghambat proses reabsorbsi

natrium yang distimulasi oleh aldosteron. Diuretik hemat kalium digunakan

bila aldosteron berlebihan. Efek samping dari obat ini adalah hiperkalemia

(kelebihan kalium), sehingga menyebabkan kontraindikasi pada penderita

dengan gangguan fungsi ginjal. Obat golongan ini tidak boleh diberikan

bersam ACE-Inhibitor karena akan meningkatkan kadar kalium dalam darah.

Golongan obat ini adalah amilorid, spironolakton, triamteren dan eplerenon

(Junaidi 2010).

c. Diuretik kuat (Diuretik loop). Loop lebih efektif daripada tiazid untuk

hipertensi dengan gangguan fungsi ginjal atau gagal jantung. Efek samping

dari loop adalah menimbulkan dehidrasi atau kekurangan cairan dalam tubuh.

Golongan obat ini terdiri atas bumetamid, furosemid, asam etakrinik dan

tosemid (Junaidi 2010).

2.2.6. Vasodilator lain. Obat jenis ini bekerja pada otot polos pembuluh

darah dan mencegah agar tidak berkontraksi, sehingga tekanan darah turun. Obat

ini biasanya digunakan pada hipertensi yang sulit diatasi dengan obat lain.

Beberapa obat golongan ini adalah hidralazin, minoxidil, diazoksid dan natrium

nitropurisuda (Goodman & Gilman 2008).

Page 32: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

15

Tabel 4. Obat-obat Anti Hipertensi (Depkes 2006)

Kelas Nama Obat Dosis lazim mg/hari Frekuensi

Diuretik Tiazid

Klortalidon

Hidroklorotiazid

Indapamide

Metolazone

6.25-25

12.5-50

1.25-2.5

0.5

1

1

1

1

Diuretik Loop

Bumetanide

Furosemide

Torsemide

0.5-4

20-80

5

2

2

1

Diuretik Penahan kalium

Triamteren

Triamteren/

HCT

50-100

37.5-75/

25-50

1 atau

2

1

Antagonis Aldosteron

Eplerenone

Spironolakton

Spironolakton/HCT

50-100

25-50

25-50/25-50

1 atau 2

1

ACE inhibitor

Benazepril

Captopril

Enalapril

Fosinopril

Lisinoril

Moexipril

Perindopril

Quinapril

Ramipril

Trandolaapril

Tanapres

10-40

12.5-150

5-40

10-40

10-40

7.5-30

4-16

10-80

2.5-10

1-4

1 atau 2

2 atau 3

1 atau 2

1

1

1 atau 2

1

1 atau 2

1 atau 2

Penyekat reseptor

angiotensin

Kandesartan

Eprosartan

Irbesartan

Losartan

Olmesartan

Telmisartan

Valsartan

8-32

600-800

150-300

50-100

20-40

20-80

80-320

1 atau 2

1 atau 2

1

1 atau 2

1

1

1

Penyekat beta

Kardioselektif

Atenolol

Betaxolol

Bisoprolol

Metoprolol

25-100

5-20

2.5-10

50-200

50-200

1

1

1

1

1

Nonselektif

Nadolol

Propranolol

Propranolol LA

Timolol

Sotalol

40-120

160-480

80-320

1

2

1

Aktifitas

simpatomimetik

intrinsik

Acebutolol

Carteolol

Pentobutolol

Pindolol

200-800

2.5-10

10-40

10-60

2

1

1

2

Campuran penyekat α

dan β

Karvedilol

Labetolol

12.5-50

200-800

2

2

Page 33: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

16

Kelas Nama Obat Dosis lazim mg/hari Frekuensi

Antagonis Kalsium

Dihidropiridin

Amlodipin

Felodipin

Isradipin

Isradipin SR

Lekarnidipin

Nicardipin SR

Nifedipin LA

Nisoldipin

2.5-10

5-20

5-10

5-20

60-120

30-90

10-40

1

1

2

1

2

1

1

Non-dihidropiridin

Diltiazem SR

Verapamil SR

180-360

1

1

Penyekat alfa-1

Doxazosin

Prazosin

Terazosin

1-8

2-20

1-20

1

2 atau 3

1 atau 2

Agonis sentral α-2 Klonidin

Metildopa

01-0.8

250-1000

2

2

Antagonis Adrenergik

Perifer

Reserpin 0.05-0.25

Vasodilator arteri langsung Minoxidil

Hidralazin

10-40

20-100

1 atau 2

2 atau 4

C. Interaksi Obat

1. Definisi interaksi obat

Interaksi obat didefinisikan sebagai penggunaan obat dua atau lebih obat

pada waktu yang sama yang dapat memberikan efek masing-masing atau saling

berinteraksi. Interaksi yang terjadi dapat bersifat potensiasi atau antagonis satu

obat oleh obat lainnya atau dapat menimbulkan efek yang lainnya. Interaksi obat

dapat dibedakan menjadi interaksi yang bersifat farmakokinetik dan

farmakodinamik (PIO Nas 2015).

Interaksi obat dapat membahayakan karena dapat meningkatkan toksisitas

obat atau mengurangi efek terapetiknya. Namun, interaksi beberapa obat dapat

menguntungkan. Sebagai contoh, efek hipotensif diuretik bila dikombinasi dengan

beta bloker dapat bermanfaat dalam pengobatan hipertensi (Fradgley 2003).

2. Jenis interaksi obat

2.1. Interaksi obat dengan obat. Interaksi obat dengan obat dapat terjadi

ketika dua obat atau lebih diberikan pada saat yang bersamaan. Interaksi obat

dengan obat dapat menurunkan atau meningkatkan efek terapetik ataupun efek

samping suatu obat (Moscou & Snipe 2009).

Page 34: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

17

2.2. Interaksi obat dengan makanan. Pengetahuan mengenai pengaruh

makanan terhadap kerja obat masih sangat kurang. Karena itu pada banyak bahan

obat, masih belum jelas bagaimana pengaruh pemberian makanan pada saat yang

sama terhadapa kinetika obat. Pada sejumlah senyawa makanan menyebabkan

penundaan absorbsi karena perubahan pH dalam lambung serta perubahan

motilitas usus.

2.3. Interaksi obat dengan penyakit. Interaksi obat dengan penyakit

dikatakan terjadi ketika suatu obat yang digunakan memiliki potensi untuk

membuat penyakit yang telah ada sebelumnya menjadi semakin parah. Pasien

geriatri sangat rentan terhadap interaksi ini karena mereka sering memiliki

beberapa penyakit kronis dan menggunakan beberapa jenis obat (Lindblad et al.

2005).

2.4. Interaksi obat dengan obat herbal. Ekstrak Glycyrrhizin glabra

(liquorice) yang digunakan dalam pengobatan gangguan pencernaan dapat

menyebabkan interaksi yang signifikan pada pasien yang mengkonsumsi digoksin

ataupun diuretik. Beberapa produk herbal mengandung senyawa antiplatelet dan

antikoagulan yang dapat meningkatkan resiko pendarahan ketika digunakan

dengan aspirin atau warfarin (Thanacoody 2012).

Interaksi obat dengan herbal yang paling banyak dibahas adalah

melibatkan St John’s wort (ekstrak Hypericum) yang dignakan untuk depresi

(Thanacoody 2012). Bukti menunjukkan bahswa herbal ini dapat menginduksi

sitokrom P450 isoenzim CYP3A4 dan juga dapat menginduksi glikoprotein-P.

Oleh karena itu, St John’s wort dapat menurunkan level siklosforin dan digoksin

(Baxter 2008).

3. Mekanisme interaksi obat

Menurut Fradgley (2003) ada beberapa keadaan dimana obat berinteraksi

dengan mekanisme yang unik, namun mekanisme interaksi tertentu sering

dijumpai. Mekanisme tersebut dapat dibagi menjadi interaksi yang melibatkan

aspek farmakokinetika obat dan interaksi yang mempengaruhi respon

farmakodinamik obat. Beberapa interaksi obat yang dikenal merupakan kombinasi

lebih dari satu mekanisme.

Page 35: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

18

3.1. Interaksi farmasetik (inkompatibilitas). Inkompatibilitas terjadi

diluar tubuh (sebelum obat diberikan) antara obat yang tidak dapat dicampur

(inkompatibel). Pencampuran obat demikian menyebabkan terjadinya interaksi

langsung secara fisik atau kimiawi, yang hasilnya mungkin terlihat sebagai

pembentukan endapan, perubahan warna dan lain-lain, atau mungkin juga tidak

terlihat. Interaksi ini berakibat inaktivitas obat (Ganiswara 2008).

3.2. Interaksi farmakokinetik. Interaksi farmakokinetik dapat terjadi

pada berbagai tahap meliputi absorbsi, distribusi, metabolisme dan eksresi.

Interaksi obat secara farmakokinetik yang terjadi pada suatu obat tidak dapat

diekstrapolasikan (tidak berlaku) untuk obat lainnya meskipun masih dalam satu

kelas terapi, disebabkan karena adanya perbedaan sifat fisikokimia, yang

menghasilkan sifat farmakokinetik yang berbeda (Ganiswara 2008).

3.2.1. Absorbsi. Pada obat yang diberikan per oral, absorbsinya di saluran

pencernaan kompleks, dan bervariasi, sehingga menyebabkan interaksi obat tipe

ini sulit diperkirakan. Perlu dibedakan antara interaksi yang mengurangi

kecepatan absorbsi dan interaksi yang mengurangi jumlah obat yang diabsorbsi

(Fradgley 2003).

a. Efek perubahan pH saluran cerna. Perjalanan obat melewati membran mukosa

dengan difusi pasif tergantung pada bentuk yang tidak terion yang larut lemak.

Oleh karena itu, absorbsi obat ditentukan oleh pKa obat, yaitu kelarutan obat

dalam lemak, pH usus dan parameter yang lain berhubungan dengan formulasi

farmasetik obat (Stockley 1999).

b. Perubahan motilitas saluran cerna. Sebagian besar obat diabsorbsi di bagian

atas usus halus obat yang dapat mengubah kecepatan pengosongan lambung

dapat berefek pada absorbsi (Stockley 1999). Disini absorbsi terjadi jauh lebih

cepat daripada lambung. Sebagai pengecualian adalah obat yang mengalami

metabolisme lintas pertama oleh enzim dalam dinding lambung dan usus halus

(Ganiswara 2008).

3.2.2 Distribusi. Ikatan obat dengan protein plasma bersivat reversibel.

Hanya obat yang tak terikat yang bebas dan aktif secara farmakologi, sedangkan

obat yang terikat tidak aktif secara farmakologi dan berlaku sebagai cadangan.

Page 36: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

19

Saat obat bebas dimetabolisme, obat yang terikat berubah menjadi bentuk bebas

dan memberikan efek farmakologis (Stockley 1999).

Interaksi pada tahap ini yaitu dapat terjadi pendesakan obat yang terjadi

apabila dua obat berkompetisi pada tempat ikatan dengan protein plasma yang

sama dan satu atau lebih obat didesak dari ikatannya dengan protein tersebut. Hal

ini mengakibatkan peningkatan sementara konsentrasi obat bebas (aktif), biasanya

peningkatan tersebut diikuti dengan peningkatan metabolisme atau eksresi.

Konsentrasi total obat menurun menyesuaikan dengan peningkatan fraksi obat

bebas. Interaksi ini melibatkan obat-obat yang ikatan dengan protein plasmanya

tinggi misalnya fenitoin, walfarin dan tolbutamide (Fradgley 2003)

3.2.3. Metabolisme. Proses tubuh merubah komposisi obat sehingga

menjadi lebih larut air untuk dapat dibuang keluar tubuh (Ganiswara 2008).

a. Induksi enzim. Jalur metabolisme yang biasanya dipengaruhi adalah oksidasi

fase I, semua yang memerlukan NADPH dan protein sitokrom P450. Saat

induksi enzim terjadi retikulum endoplasma dalam sel hati meningkat dan

jumlah sitokrom P450 juga mengalami kenaikan (Stockley 1999). Jika

metabolit hanya sedikit atau tidak mempunyai efek farmakologik (terjadi

toleransi farmakokinetik). Sebaliknya, jika metabolit lebih aktif atau

merupakan zat yang toksik, maka zat penginduksi meningkatkan efek atau

toksisitas obat (Ganiswara 2008).

b. Inhibisi enzim. Jika substrat isoenzim CYP merupakan obat dengan rentang

terapi sempit maka hambatan metabolismenyaakan menimbulkan efek toksik

sehingga dosis harus diturunkan. Jika obat dimetabolisme oleh beberapa

isoenzim CYP, hambatan pada salah satu CYP dampaknya tidak begitu besar

karena masih dapat dimetabolisme oleh isoenzim yang lain (Ganiswara 2008).

Hanya beberapa obat yang dapat menstimulusi aktivitas enzim mikrosomal,

sehingga ada obat lain yang memiliki efek yang berlawanan dan bertindak

sebagai inhibitor enzim. Langkah normal dari metabolisme obat diperlambat

sehingga metabolisme obat yang ddiberikan bersamaan juga mengalami

penurunan dan kedua obat-obat tersebut terakumulasi dalam tubuh, efeknya

sama ketika dosis obat ditingkatkan. Berbeda dengan induksi enzim yang

Page 37: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

20

membutuhkan waktu beberapa hari atau minggu untuk berjalan sempurna,

inhibisi enzim dapat terjadi dalam 2 hingga 3 hari untuk meghasilkan efek

toksik yang cepat (Stockley 1999).

c. Interaksi inhibisi enzim. Tergantung pada kenaikan obat dalam plasma. Jika

jumlah obat pada plasma berada dalam rentang terapeutik maka hal ini akan

menguntungkan. Jika tidak, maka akan terjadi ketoksikan (Stockley 1999).

d. Terdiri dari 40-50 isoenzim, masing-masing berasal dari ekspresi gen tiap

individu. Efek dari isoenzim CYP pada substrat tertentu dapat diubah oleh

interaksi dengan obat lain. Obat yang menjadi substrat isoenzim CYP dapat

menginduksi atau menginhibisi isoenzim. Pada banyak kejadian, oksidasi obat

tertentu dapat ditimbulkan oleh isoenzim CYP dan menghasilkan beberapa

metabolit (Walker & Edwards 2006).

3.2.4. Mempengaruhi eksresi ginjal. Obat dieliminasi melalui ginjal

dengan filtrasi glomerulus dan sekresi tubuler aktif. Jadi, obat yang

mempengaruhi ekresi obat melalui ginjal dapat mempengaruhi konsentrasi obat

lain dalam plasma. Hanya sejumlah kecil obat yang cukup larut dalam air yang

mendasarkan eksresinya melalui ginjal sebagai eliminasi utamanya, yaitu obat

yang tidak dimetabolisme terlebih dahulu dihati. Gangguan pada proses ini

terutama digambarkan dalam interaksi yang mempengaruhi digoksin dan lithium.

a. Perubahan pH urin. Akan menghasilkan perubahan klirens ginjal (melalui

perubahan jumlah reabsorpsi pasif di tubuli ginjal) yang berarti secara klinik

jika: Fraksi obat yang diekskresi utuh oleh ginjal cukup besar (lebih dari 30%)

dan obat berupa basa lemah dengan pKa 6,0-12,0 atau asam lemah dengan

pKa 3,0-7,5 (Ganiswara 2008).

b. Perubahan ekresi tubulus ginjal. Hambatan sekresi aktif di tubulus ginjal

terjadi akibat kompetisi antara obat dan metabolit obat untuk sistem transport

aktif yang sama, yakni P-glikoprotein untuk kation organik dan zat netral, dan

Multidrug Resistance Protein (MRP) untuk anion organik dan konjugat

(Ganiswara 2008).

c. Perubahan aliran darah ginjal. Aliran darah yang melewati ginjal dikontrol

oleh produksi prostaglandin renal vasodilator. Jika sintesis prostaglandin

Page 38: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

21

dihambat maka dapat menurunkan ekskresi beberapa obat dan meningkatkan

kadar dalam serum (Walker & Edwards 2006).

3.3. Interaksi farmakodinamik. Interaksi obat farmakodinamik adalah

interaksi yang terjadi antara obat yang bekerja pada sistem reseptor, tempat kerja

atau sistem fisiologis yang sama sehingga dapat menimbulkan efek yang aditif,

sinergis atau antagonis tanpa mempengaruhi kadar obat dalam plasma (Setiawati

2007). Dalam interaksi farmakodinamik tidak ada perubahan kadar obat dalam

darah, namun terjadi perubahan efek obat yang disebabkan karena pengaruhnya

pada tempat kerja obat (Syamsudin 2011).

3.3.1. Aditif. Efek adisi atau aditif terjadi ketika dua obat atau lebih

dengan efek yang sama digabungkan yang menghasilkan jumlah efek tersendiri

berdasarkan dosis yang digunakan. Efek ini dapat menguntungkan atau dapat juga

merugikan tergantung pada kondisi pasien (Syamsudin 2011).

3.3.2. Sinergisme. Efek sinergis terjadi ketika penggunaan dua obat atau

lebih dengan atau tanpa efek yang sama digunakan bersamaan dan memiliki efek

atau outcome yang lebih besar dari komponen salah satu obat (Syamsudin 2011).

3.3.3. Antagonisme. Antagonisme terjadi bila obat yang berinteraksi

memiliki efek farmakologi yang berlawanan. Hal ini mengakibatkan pengurangan

hasil yang diinginkan dari satu atau lebih obat. Sebagai contoh, pengunaan secara

bersamaan obat yang bersifat beta-agonis dengan obat yang bersifat beta-bloker

(salbutamol untuk pengobatan asma dengan propranolol untuk pengobatan

hipertensi dapat menyebabkan bronkospasme), vitamin K dan warfarin, diuretik

tiazida dan obat antidiabetik.

4. Interaksi obat antihipertensi

Untuk obat yang digunakan sebagai komponen dalam terapi kombinasi

atau penggunaan obat yang dapat menyebabkan interaksi yang dapat

mempengaruhi efikasi dan keamanan obat perlu dilakukan pemeriksaan terlebih

dahulu. Pemeriksaan dilakukan berdasarkan hasil studi non klinis seperti

farmakokinetik, toksisitas dan farmakologinya, jika perlu studi klinis juga

Page 39: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

22

dilakukan. Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat kemungkinan interaksi yang

terjadi dan keuntungan pada terapi yang diberikan kepada pasien.

4.1. Angiotensin-converting enzyme inhibitors (ACEi). Penggunaan awal

obat penghambat ACE pada pasien yang sedang menggunakan diuretik diberikan

dengan hati-hati. Antihipertensi dapat terjadi pada pasien dengan penggunaan

diuretik dosis tinggi, diet rendah garam, dialisis atau pasien dengan gagal ginjal.

Fungsi ginjal sebaiknya selalu dipantau sebelum ataupun selama pemberian terapi

dan untuk pasien dengan gangguan fungsi ginjal dosis diturunkan (BPOM RI

2008).

Penggunaan bersama dengan diuretik dapat meningkatkan efek

antihipertensi yang menyebabkan terjadinya hipotensi. Efek aditif ini mungkin di

inginkan, namun dosis yang diberikan harus disesuaikan terlebih dahulu. Salah

satu efek antihipertensi dari penghambat ACE adalah mensitimulasi sintsesis

vasodilator prostaglandin. Obat-obat NSAID seperti aspirin dan salisilat

menghambat sintesis vasodilator prostaglandin sehingga penggunaan bersama

dengan penghambat ACE dapat mengurangi efek untuk menurunkan tekanan

darah (Mozayani 2008).

4.2. Angiotensin II Receptor Blocker (ARB). Golongan obat penghambat

ACE bekerja dengan menghambat angiotensin converting enzyme yaitu suatu

enzim yang dapat menguraikan angiotensin I menjadi angiotensin II yang

merupakan senyawa vasokonstiktor. Sedangkan ARB bekerja dengan

menghambat reseptor angiotensin II. Kombinasi antara penghambat ACE dan

ARB dapat memperkuat efek antihipertensi karena kedua golongan ini bekerja

pada sistem RAAS (Syamsudin 2011).

Penggunaan bersama penghambat ACE dengan ARB dapat meningkatkan

kadar litium sehingga perlu dilakukan pemantauan. Losartan adalah ARB yang

menunjukkan interaksi yang signifikan dengan CYP3A4 meskipun loasartan

merupakan substrat dari CYP2C9. Obat lain yang bersifat menginduksi atau

menginhibisi jalur ini dapat meningkatkan atau menurunkan efektivitas losartan

sebagai obat yang bersifat antihipertensi. Meskipun berpotensi untuk

Page 40: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

23

menimbulkan namun belum banyak interaksi obat secara klinis ditemukan pada

pasien yang menggunakan ARB (Syamsudin 2011).

4.3. Calcium Channel Blocker (CCB). Penggunaan bersama CCB dengan

obat golongan antidepresan dapat meningkatkan kadar obat antidepresan dan

dapat meningkatkan efek antihipertensi jika diberikan bersamaan dengan obat

yang bekerja dengan menghambat MAO (monoamine oksidase). Sedangkan

penggunaan bersama dengan diuretik dapat meningkatkan efek antihipertensi

(BPOM RI 2008).

4.4. Diuretika. Penggunaan bersama diuretik dengan obat yang memiliki

sifat antihipertensi atau diuretik lain dapat memberikan efek aditif. Pada beberapa

pasien tertentu efek ini mungkin diinginkan namun perlu dilakukan penyesuaian

dosis. Selain itu penggunaan bersama diuretik dengan diuretik hemat kalium

bertujuan untuk menjaga kadar kalium dalam tubuh, sehingga diuretik hemat

kalium biasanya digunakan sebagai alternatif untuk suplememen kalium

(Mozayani 2008).

Pemberian bersama dengan NSAID dapat menurunkan kerja diuretik,

melalui penghambatan sintesis prostaglandin di ginjal. Pemberian bersama juga

meningkatkan risiko gagal ginjal akibat penurunan aliran darah ginjal, sehingga

perlu dilakukan pemantauan terhadap fungsi ginjal pasien (Mozayani 2008).

Penggunaan bersamaan dengan allopurinol dapat meningkatkan risiko

hipersensitif terutama pada pasien yang mengalami gangguan fungsi ginjal.

Penggunaan bersama dengan agen antagonis kalsium seperti amlodipin dapat

meningkatkan efek antihiprtensi (BPOM RI 2008).

Interaksi obat yang sering terjadi dan perlu diwaspadai adalah interaksi

anatar diuretik furosemid dengan obat vasodilator seperti penghambat ACE

(captopril). Furosemid menyebabkan penurunan volume darah yang bersirkulasi

karena efeknya untuk mengurangi cairan dalam tubuh. Oleh karena itu

keseimbangan air dan elektrolit dalam tubuh harus diperhatikan sebelum

pemberian bersamaan dengan vasodilator. Penggunaan bersama furosemid dengan

prednisone dapat menyebabkan terjadinya penurunan kadar kalium yang cukup

besar, sehingga perlu diberikan suplemen kalium (Mozayani 2008).

Page 41: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

24

Tabel 5. Beberapa contoh interaksi obat-obat pada hipertensi (Medscape Drug Interaction

Cheker)

Nama obat Interaksi Klasifikasi

Nifedipin + Metformin Nifedipin meningkatkan kadar metformin

dengan mempengaruhi absorbsi di saluran

cerna

Minor/non significant

interaction

Hydroklorthiazide +

metformin

Hydroklorthiazide akan meningkatkan

efek dari metformin dengan adanya

kompetisi pada tubular clearance di ginjal

Minor/non significant

interaction

Lisinopri l+ Insulin

Aspart

Interaksi farmakodinamik, bekerja

sinergis, Lisinopril meningkatkan efek

dari sinsulin aspart

Significant interaction

possible, monitor closely

Hydroklorthiazide +

Insulin Aspart

Hydroklorthiazide menurunkan efek dari

insulin aspart dengan adanya antagonism

Minor/non significant

interaction

Amlodipin + Verapamil Meningkatkan efek anti hipertensi Significant, monitor closely

Metformin + Verapamil Verapamil akan meningkatkan efek dari

metformin dengan adanya kompetisi pada

tubular clearance di ginjal

Minor/non significant

interaction

5. Interaksi obat yang bermakna klinis

Tidak semua interaksi obat bermakna klinis. Beberapa interaksi obat

secara teoritis mungkin dapat terjadi, sedangkan interaksi obat yang lain harus

dihindari kombinasinya atau memerlukan pemantauan yang cermat. Banyak

interaksi yang kemungkinan besar berbahaya, namun hanya terjadi pada sejumlah

kecil pasien. Ada beberpa macam kelompok obat yang terlibat dalam interaksi

obat yang bermakna klinis yaitu: obat-obat yang memiliki rentang terapi sempit

antara dosis terapi dan dosis toksik, obat-obat yang memerlukan pengaturan dosis

yang cermat, dan obat-obat yang dapat menginduksi atau menghambat enzim hati

(Fradgley 2003).

6. Signifikansi interaksi obat

Suatu obat yang diberikan dapat berinteraksi dan dapat mengubah kondisi

pasien disebut derajat interaksi obat (clinical significance). Menurut Tatro (2009)

clinical significance dikelompokkan bedasarkan keparahan dalam dokumentasi

interaksi yang terjadi ditunjukkan pada tabel 5 dibawah ni.

Tabel 6. Level Signifikansi Interaksi Obat (Tatro 2009)

Nilai Keparahan Dokumentasi

1

2

3

4

5

Major

Moderate

Minor

Mayor/moderate

Minor

Any (mayor, moderate minor)

Suspected, probable, establised

Suspected, probable, establised

Suspected, probable, establised

Possible

Possible

Unlikely

Page 42: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

25

Berdasarkan tingkat keparahan dibagi menjadi tiga, yaitu Major (efek

potensial mengancam jiwa atau dapat menyebabkan kerusakan permanen),

Moderate (efek dapat menyebabkan kemunduran status klinis pasien. Diperlukan

penambahan terapi, masuk rumah sakit, atau memperpanjang rawat inap), Minor

(efeknya kecil, efeknya menyusahkan tetapi tidak signifikan pada outcome terapi.

Tidak diperlukan terapi tambahan) (Tatro 2001).

Terdapat lima macam dokumentasi interaksi, yaitu suspected (interaksi

obat dapat terjadi dengan data kejadian yang cukup, diperlukan penelitian lebih

lanjut), probable (interaksi obat sering terjadi tetapi tidak terbukti secara klinis),

established (interaksi obat terjadi dalam penelitian kontrol), possible (interaksi

obat belum pasti terjadi), unlikely (interaksi obat yang terjadi diragukan) (Tatro

2009).

Signifikansi klinis terbagi atas lima kategori tingkat signifikansi 1 hingga

5. Tingkat signifikansi pertama berarti interaksi obat menyebabkan efek yang

berat (sever or life-threatening), efek ini didukung oleh beberapa data yang

bersifat suspected, established or probable in well. Tingkat segnifikansi kelima

merupakan jenis interaksi yang menghasilkan efek ringan, dengan tingkat

kejadian yang rendah serta belum ada data yang cukup (no good evidence of an

altered clinical). Dengan mengetahui signifikansi interaksi obat dapat ditentukan

prioritas dalam hal monitoring pasien (Tatro 2009).

7. Penatalaksanaan interaksi obat

Penatalaksanaan interaksi obat diawali dengan mewaspadai pasien yang

memperoleh obat-obat yang mungkin dapat berinteraksi dengan obat-obat yang

lain, kemudian perlu dinilai apakah interaksi yang terjadi dapat bermakna secara

klinis dan ditemukan kelompok-kelompok pasien yang beresiko mengalami

interaksi obat. Tahap berikutnya memberitahu dokter dan mendiskusikan berbagai

langkah yang dapat diambil untuk meminimalkan berbagai efek samping yang

mungkin terjadi. Strategi dalam penatalaksanaan interaksi obat dapat dilakukan

dengan:

Page 43: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

26

7.1. Menghindari kombinasi obat yang berinteraksi. Jika resiko

interaksi lebih tinggi daripada manfaat, maka harus dipertimbangkan untuk

memakai obat pengganti (Fradgley 2003).

7.2. Penyesuaian dosis. Jika hasil interaksi meningkatkan atau

mengurangi efek obat, maka perlu dilakukan modifikasi dosis salah satu atau

kedua obat untuk mengimbangi kenaikan atau penurunan efek obat tersebut.

Penyesuaian dosis diperlukan pada saat mulai atau menghentikan penggunaan

obat yang menyebabkan interaksi (Fradgley 2003).

7.3. Memantauan pasien. Keputusan untuk memantau atau tidak

tergantung pada berbagai faktor, seperti karakteristik psien, penyakit lain yang

diderita, waktu mulai menggunakan obat yang menyebabkan interaksi dan waktu

timbulnya reaksi interaksi obat (Fradgley 2003).

7.4. Melanjutkan pengobatan seperti sebelumnya. Jika interaksi obat

tidak bermakna klinis, atau jika kombinasi obat yang berinteraksi tersebut

merupakan pengobatan yang optimal, pengobatan pasien dapat diteruskan tanpa

perubahan (Fradgley 2003).

8. Faktor-faktor yang mempengaruhi interaksi obat

Efek keparahan interaksi obat dapat sangat bervariasi atara pasien yang

satu dengan pasien yang lainnya. Berbagai faktor dapat mempengaruhi kerentanan

pasien terhadap interaksi obat antara lain:

8.1. Faktor usia. Saat usia kita bertambah tubuh kita akan memberikan

reaksi yang berbeda terhadap obat-obatan. Distribusi obat-obatan yang larut dalam

lemak mengalami perubahan yang jelas, dimana wanita usia lanjut memiliki

jaringan lemak 33% lebih banyak dibandingkan wanita yang lebih muda, sehingga

terajadi akumulasi obat. Usia juga mempengaruhi metabolisme dan klirens obat

akibat perubahan yang terjadi pada hati dan ginjal. Saat tubuh semakin tua maka

aliran darah melalui hati berkurang dan klirens beberapa obat dapat terhambat

sekitaar 30-40%. Sehingga memastikan terapi obat pada pasien usia lanjut

merupakan hal terpenting (Syamsudin 2011).

8.2. Faktor penyakit. Kadang-kadang obat-obatan yang bermanfaat untuk

satu penyakit bisa berbahaya untuk penyakit lain misalnya beta-bloker yang

Page 44: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

27

digunakan untuk jantung dan hipertensi, tetapi dapat memperburuk pasien asma

dan mempersulit penderita diabetes untuk mengetahui ketika gula darah mereka

terlalu rendah (Syamsudin 2011).

8.3. Faktor polifarmasi. Dewasa ini upaya pengobatan dengan

menggunakan lebih dari satu macam obat (polifarmasi) sering dijumpai. Tujuan

dari polifarmasi ini tidak lain adalah untuk mencapai efek terapi yang optimum

mengurangi efek samping. Menghambat timbulnya resistensi dan mencegah

kemungkinan adanya efek toksik yang disebabkab oleh substansi zat.

Istilah ini mengandung konotasi yang berlebihan tidak diperlukan dan

sebagian besar dapat dihilangakan tanpa mempengaruhi outcome penderita dalam

hasil pengobatannya. Bila semua obat memang dibutuhkan hal ini tidak

digolongkan polifarmasi walaupun berbeda antara memakai banyak obat

bersamaan (multiple medication) dan polifarmasi tidak selalu jelas (Syamsudin

2011).

D. Rumah Sakit

1. Definisi Rumah Sakit

Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan

rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Gawat darurat adalah keadaan klinis

pasien yang membutuhkan tindakan medis segera, guna penyelamatan nyawa dan

pencegahan kecacatan lebih lanjut. Pelayanan kesehatan adalah pelayanan

kesehatan yang meliputi promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Pasien

adalah setiap orang yang melakukan konsultasi masalah kesehatannya untuk

memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan, baik secara langsung maupun

tidak langsung di Rumah Sakit (Kemenkes RI 2014).

2. Tugas dan fungsi rumah sakit

Rumah sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan perorangan

secara paripurna. Pelayanan kesehatan paripurna adalah pelayanan kesehatan yang

meliputi promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif (Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 44 Tahun 2009).

Page 45: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

28

Rumah sakit umum mempunyai fungsi (Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 44 Tahun 2009):

a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai

dengan standar pelayanan rumah sakit.

b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan

kesehatan yang paripurna.

c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam

rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan.

d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi

bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan

memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.

3. Profil Rumah Sakit Umum Daerah Ir. Soekarno Sukoharjo

Rumah Sakit Umum Daerah Ir. Soekarno Sukoharjo beralamatkan di jalan

Dr. Moewardi No.71 Sukoharjo, Jawa Tengah. Pada Bulan November 2017

RSUD Kabupaten Sukoharjo berganti nama menjadi RSUD Ir. Soekarno

Sukoharjo berdasarkan Keputusan Bupati Nomor 445/605 Tahun 2017 Tanggal 2

November 2017, diresmikan oleh Menteri Koordinator Bidang Pemberdayaan

Manusia dan Kebudayaan pada tanggal 7 November 2017.

RSUD Ir. Soekarno Sukoharjo adalah rumah sakit negeri kelas B non

Pendidikan. Rumah sakit ini mampu memberikan pelayanan kedokteran spesialis.

Rumah sakit ini satu-satunya rumah sakit milik pemerintah daerah yang menjadi

rujukan bagi ± 21 puskesmas.

Rumah Sakit Umum Daerah Ir. Soekarno Sukoharjo tersedia 285 tempat

tidur inap. Dengan 55 dokter di rumah sakit ini dimana 31 dokter adalah spesialis,

rumah sakit ini tersedia lebih banyak dibanding rata-rata rumah sakit di Jawa

Tengah. Pelayanan inap termasuk kelas tinggi, terdapat 26 dari 243 tempat tidur di

rumah sakit ini berkelas VIP keatas.

RSUD Ir. Soekarno Sukoharjo hingga kini menjadi rumah sakit pilihan

dan telah memiliki pasien dari berbagai daerah disekitar Kabupaten Sukoharjo.

RSUD Sukoharjo selain memberikan pelayanan pasien secara individu juga

melayani pasien karyawan perusahaan dan klien perusahaan asuransi.

Page 46: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

29

Rumah Sakit Umum Daerah Ir. Soekarno Sukoharjo memiliki visi dan

misi sebagai berikut :

Visi. Menjadi rumah sakit unggulan dengan mengutamakan mutu

pelayanan, profesional, mandiri dan menjadi pilihan utama masyarakat

Misi. 1) Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dengan

memanfaatkan sumber daya yang ada secara optimal. 2) Meningkatkan dan

mengembangkan kemampuan sumber daya manusia dalam pelayanan medis dan

non medis untuk lebih profesional dan bertanggungjawab. 3) Mengembangkan

kegiatan sebagai pusat pendidikan tenaga kesehatan. 4) Meningkatkan cakupan

pelayanan melalui kerjasama dengan Pihak ke III termasuk jaminan kesehatan

masyarakat. 5) Mendorong Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Sukoharjo

yang mandiri dan mampu bersaing dengan sehat serta mempunyai daya tarik dari

masyarakat.

4. Formularium Rumah Sakit

Formularium rumah sakit merupakan penerapan konsep obat esensial

dirumah sakit yang berisi daftar obat dan informasi penggunaannya. Obat yang

termasuk dalam daftar formularium merupakan obat pilihan utama (drug of

choice) dan obat-obat alternatifnya. Setiap rumah sakit di negara maju dan juga di

banyak negara negara berkembang umumnya telah menerapkan formularium

rumah sakit. Formularium rumah sakit pada hakekatnya merupakan daftar produk

obat yang telah di sepakati untuk dipakai di rumah sakit yang bersangkutan,

beserta informasi yang relevan mengenai indikasi, cara penggunaan dan informasi

lain mengenai tiap produk (Depkes 2008).

Formularium rumah sakit disusun oleh Panitia Farmasi dan Terapi

(PFT)/Komite Farmasi dan Terapi (KFT) disempurnakan dengan

mempertimbangkan obat lain yang terbukti secara ilmiah dibutuhkan untuk

pelayanan di rumah sakit tersebut. Penyusunan formularium rumah sakit juga

megacu pada pedoman pengobatan yang berlaku dan penerapan Formularium

Rumah Sakit harus selalu dipantau. Hasil pemantauan dipakai untuk pelaksanaan

evaluasi dan revisi agar sesuai dengan perkembanagan ilmu pengetahuan,

teknologi kedokteran, dan perkembangan dibidang kesehatan (Depkes 2008).

Page 47: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

30

Formularium yang dikelola dengan baik mempunyai manfaat untuk rumah

sakit. Manfaat yang dimaksud antara lain:

1. Meningkatakan mutu dan ketetapan penggunaan obat di rumah sakit.

2. Merupakan bahan edukasi bagi professional kesehatan tentang terapi obat

yang rasional.

3. Memberikan rasio manfaat biaya yang tertinggi, bukan hanya sekedar mencari

harga obat yang termurah.

4. Memudahkan profesional kesehatan dalam memilih obat yang akan digunakan

untuk perawatan pasien.

5. Membantu sejumlah pilihan terapi obat yang sejenisnya dibatasi sehingga

profesional kesehatan dapat mengetahui dan mengingat obat yang mereka

gunakan secara rutin.

E. Landasan Teori

Hipertensi dapat dibedakan menjadi hipertensi primer (esensial) dan

hipertensi sekunder. Tujuan penggunaan hipertensi secara keseluruhan adalah

untuk menurunkan angka mortalitas (kematian) dan morbiditas (kesakitan) yang

berhubungan dengan kerusakan organ target seperti gagal jantung, penyakit ginjal

dan kejadian kardiovaskular atau serebrovaskular. Target penurunan tekanan

darah adalah kurang dari 140/90 mmHg untuk hipertensi tidak komplikasi dan

kurang dari 130/80 mmHg untuk penderita diabetes serta gagal ginjal kronik

(Sukandar et al. 2009).

Interaksi obat dapat membahayakan karena dapat meningkatkan toksisitas

obat atau mengurangi efek terapetiknya. Namun, interaksi beberapa obat dapat

menguntungkan. Tidak semua interaksi obat dapat bermakna secara klinis.

Strategi dalam penatalaksanaan interaksi obat dapat dilakukan dengan:

menghindari kombinasi obat yang berinteraksi, penyesuaian dosis, pemantauan

pasien, jika interaksi obat tidak bermakna secara klinis maka dapat melanjutkan

pengobatan sebelumnya (Fradgley 2009).

Carter et al. (2002) menyebutkan bahwa berdasarkan jenis kelamin 23%

hingga 48% pasien memiliki potensi interaksi antara level 1 dan 2 dan

Page 48: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

31

berdasarkan usia 55% hingga 84% pasien memiliki setidaknya satu potensi

interaksi per pasien. Penelitian lain menyebutkan bahwa terdapat 96 kejadian

(33.6%) melibatkan obat antihipertensi. Interaksi yang paling banyak adalah

interaksi antara captopril dan furosemide yaitu 26 kejadian (27.1%) (Noviani

2016). Hasil penelitian Mahamudu et al. (2016) menyebutkan dari 44 pasien

hipertensi primer, yang berpotensi mengalami interaksi obat sebesar 19 pasien

(43,2%) dengan jumlah 20 kasus interaksi.

Formularium rumah sakit disusun oleh Panitia Farmasi dan Terapi

(PFT)/Komite Farmasi dan Terapi (KFT) disempurnakan dengan

mempertimbangkan obat lain yang terbukti secara ilmiah dibutuhkan untuk

pelayanan di rumah sakit tersebut. Penyusunan formularium rumah sakit juga

megacu pada pedoman pengobatan yang berlaku dan penerapan Formularium

Rumah Sakit harus selalu dipantau. Hasil pemantauan dipakai untuk pelaksanaan

evaluasi dan revisi agar sesuai dengan perkembanagan ilmu pengetahuan,

teknologi kedokteran, dan perkembangan dibidang kesehatan (Depkes 2008).

F. Keterangan Empiris

Berdasarkan landasan teori yang telah diuraikan, maka dapat ditarik

kesimpulan sementara yaitu:

1. Pasien Hipertensi di Instalasi Rawat Inap RSUD Ir. Soekarno Sukoharjo 2017

di terapi dengan obat antihipertensi.

2. Terdapat kejadian interaksi obat pada hipertensi pasien rawat inap di RSUD Ir.

Soekarno Sukoharjo tahun 2017.

3. Persentase mekanisme interaksi dan jenis obat yang dapat menimbulkan

interaksi pada hipertensi pasien rawat inap di RSUD Ir. Soekarno Sukoharjo

tahun 2017 dapat digambarkan dengan melakukan studi literatur.

Page 49: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

32

G. Kerangka Pikir Penelitian

Gambar 2. Skema kerangka pikir penelitian

Variabel

Tergantung Variabel Kendali Variabel Bebas

Jenis obat

antihipertensi yang

diterima sebagai

sampel pada pasien

Instalasi Rawat Inap

di RSUD Ir.

Soekarno Sukoharjo

tahun 2017

Pasien yang

terdiagnosa hipertensi

di Instalasi Rawat

Inap RSUD Ir.

Soekarno Sukoharjo

tahun 2017

Jenis interaksi obat

yang terjadi pada

pasien hipertensi di

Instalasi Rawat Inap

RSUD Ir. Soekarno

Sukoharjo 2017

Periode pengamatan: Tahun 2017

Analisa data

Page 50: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

33

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan unit atau individu dalam ruang lingkup yang

ingin diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah pasien rawat inap dengan

diagnosa hipertensi yang datanya tercantum dalam kartu rekam medik di Instalasi

Rawat Inap RSUD Ir. Soekarno Sukoharjo tahun 2017.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang ingin diteliti, yang ciri-ciri

keberadaannya diharapkan mampu mewakili atau menggambarkan keberadaan

populasi yang sebenarnya. Cara pengambilan sampel menggunakan teknik

nonprobability sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang tidak memberi

kesempatan atau peluang yang sama bagi setiap anggota populasi untuk dipilih

menjadi sampel. Teknik penentuan sampel dengan cara purposive sampling yaitu

teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono 2015). Sampel

yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari populasi yang memenuhi

kriteria sebagai berikut:

2.1 Kriteria inklusi. Kriteria Inklusi adalah kriteria dimana subjek

penelitian dapat mewakili dalam sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai

sampel (Nursalam 2011). Yang dimaksud sebagai sampel penelitian dalam

penelitian ini harus memenuhi kriteria inklusi sebagai berikut:

a. Pasien yang terdiagnosa hipertensi.

b. Pasien rawat inap di RSUD Ir. Soekarno Sukoharjo tahun 2017.

c. Pasien mendapat terapi dua jenis obat atau lebih.

d. Pasien dirawat lebih dari atau sama dengan tiga hari untuk mengetahui potensi

advers drug reaction akibat adanya interaksi obat yang diberikan.

e. Mempunyai data rekam medik dengan kelengkapan data: nomor rekam medik,

jenis kelamin, umur, diagnosis, tekanan darah dan terapi pengobatan.

Pasien yang didiagnosa hipertensi

Interaksi obat

Pengambilan data dan analisis

Page 51: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

34

2.2 Kriteria ekslusi. Kriteria eksklusi merupakan suatu keadaan yang

menyebabkan sampel yang memenuhi kriteria inklusi tidak dapat diikut sertakan.

Yang termasuk kriteria eksklusi meliputi:

a. Pasien yang meninggal dalam perawatan atau pulang paksa.

b. Rekam medik hilang/rusak dan pengobatan pasien tidak lengkap.

B. Variabel Penelitian

1. Identifkasi variabel utama

Variabel utama dalam penelitian ini adalah interaksi obat pada hipertensi

pasien rawat inap di RSUD Ir. Soekarno Sukoharjo tahun 2017.

2. Klasifikasi variabel utama

Variabel utama dalam penelitian ini diklasifikasikan dalam variabel bebas,

variabel tergantung dan variabel kendali.

Variabel bebas (independent variabel) adalah variabel yang sengaja

diubah untuk mempelajari pengaruhnya terhadap variabel tergantung. Variabel

bebas pada penelitian ini adalah jenis obat antihipertensi yang diterima sebagai

sampel pada pasien Instalasi Rawat Inap di RSUD Ir. Soekarno Sukoharjo tahun

2017.

Variabel tergantung (dependent variabel) adalah variabel yang

dipengaruhi atau disebabkan adanya variabel bebas. Variabel tergantung pada

penelitian ini adalah jenis interaksi obat yang terjadi pada pasien hipertensi di

Instalasi Rawat Inap RSUD Ir. Soekarno Sukoharjo 2017.

Variabel kendali adalah variabel yang mempengaruhi atau menyebabkan

munculnya variabel tergantung. Variabel kendali adalah pasien yang terdiagnosa

hipertensi di Instalasi Rawat Inap RSUD Ir. Soekarno Sukoharjo tahun 2017.

3. Definisi operasional variabel utama

Definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah:

a. Interaksi obat adalah interaksi obat dengan obat yang di identifikasi dengan

aplikasi Lexicomp.

b. Jenis obat adalah obat yang diresepkan dokter untuk pasien rawat inap yang

terdiagnosa hipertensi di RSUD Ir. Soekarno Sukoharjo tahun 2017.

Page 52: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

35

c. Pasien hipertensi adalah pasien rawat inap yang terdiagnosa hipertensi di

RSUD Ir. Soekarno Sukoharjo dengan penyakit penyerta.

d. Evaluasi interaksi yang dibahas dalam penelitian ini yaitu interaksi obat

dengan obat yang meliputi: jenis obat yang berinteraksi, mekanisme interaksi

dan tingkat signifikansi.

e. Interaksi obat adalah kemungkinan terjadinya interaksi antara obat

antihipertensi dengan obat lain yang digunakan pasien selama menjalani

pengobatan di rumah sakit berdasarkan Lexicomp.

f. Mekanisme interaksi meliputi aspek interaksi secara farmakokinetik dan

farmakodinamik.

g. Interaksi farmakokinetik adalah interaksi yang menyebabkan perubahan pada

proses absorbsi, distribusi, metabolisme dan eksresi dari suatu obat karena

pengaruh obat lain.

h. Interaksi farmakodinamik adalah interaksi yang terjadi antara obat yang

bekerja pada sistem reseptor, tempat kerja atau sistem fisiologis yang sama

sehingga dapat menimbulkan efek yang aditif, sinergis atau antagonis tanpa

mempengaruhi kadar obat dalam plasma.

i. Tingkat signifikansi adalah penilaian terhadap tingkat keberbahayaan interaksi

yang terjadi dari data rekam medis yang tercatat, terdiri dari tingkat

signifikansi 1 sampai 5 berdasarkan aplikasi Lexicomp.

j. Interaksi mayor adalah interaksi obat dimana terdapat probabilitas yang tinggi,

berpotensi mengancam jiwa atau dapat menyebabkan kerusakan permanen

karena interaksi obat dari resep yang diberikan kepada pasien hipertensi rawat

inap di Rumah Sakit Umum Daerah Ir. Soekarno Kabupaten Sukoharjo.

k. Interaksi moderat adalah interaksi obat dimana efek yang terjadi dapat

menyebabkan penurunan status klinis pasien karena interaksi obat dari resep

yang diberikan kepada pasien hipertensi rawat inap di Rumah Sakit Umum

Daerah Ir. Soekarno Kabupaten Sukoharjo.

l. Interaksi minor adalah interaksi obat yang jika efek yang muncul biasanya

mengganggu tetapi tidak terlalu mencolok dan tidak signifikan mempengaruhi

Page 53: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

36

hasil terapi pada pasien hipertensi rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah

Ir. Soekarno Kabupaten Sukoharjo.

m. Rekam medik adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang

identifikasi pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain

yang telah diberikan kepada pasien, selama di rawat di rumah sakit, baik rawat

jalan maupun rawat inap. Rekam mediknya adalah pasien hipertensi rawat

inap di RSUD Ir. Soekarno Sukoharjo tahun 2017.

C. Bahan dan Alat

Bahan dan sumber data diperoleh dari kartu rekam medis pasien rawat

inap RSUD Ir. Soekarno Sukoharjo tahun 2017 dengan diagnosa hipertensi.

Alat yang digunkan dalam penelitian ini adalah untuk diolah datanya

berdasarkan catatan Stockley’s Drug Interaction sebagai acuan dasar untuk

mengetahui interaksi obat yang terjadi, komputer untuk mengolah data, aplikasi

Lexicomp dan buku Drug Interaction FactsTM

, Fact and Comparisons oleh David

S. Tatro.

D. Jalannya Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif non eksperimental dengan

pengumpulan data secara retrospektif. Informasi diambil dari rekam medis pasien

rawat inap RSUD Ir. Soekarno Sukoharjo tahun 2017. Jenis data yang digunakan

adalah data sekunder yaitu data yang diperoleh dari kartu rekam medik pasien

hipertensi di Instalasi Rawat Inap.

Penelitian ini dilakukan di Instalasi Rekam Medik pasien yang didiagnosa

hipertensi di Instalasi Rawat Inap RSUD Ir. Soekarno Sukoharjo tahun 2017.

Data medik yang diambil merupakan data pasien yang dirawat mulai dari 1

Januari – 31 Desember 2017. Waktu penelitian dilakukan selama 3 bulan pada

bulan Febuari 2018 - April 2018.

Penelitian ini dimulai dengan pengambilan data yang telah memenuhi

kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditetapkan, dilakukan dengan mencatat

data dari rekam medik pasien rawat inap yang meliputi usia pasien, lama rawat

Page 54: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

37

inap, jumlah jenis obat, nama obat, dosis dan data klinis perkembanagn

penyakitnya.

Tahap selanjutnya adalah mengidentifikasi terjadinya interaksi obat

dengan aplikasi Lexicomp, kemudian mencatat hasil identifikasinya pada blanko

yang telah disiapkan. Identifikasi lanjutan dilakukan dengan studi literatur

menggunakan buku Drug Interaction FactsTM

, Facts and Comparisons oleh David

S. Tatro dan diolah datanya berdasarkan catatan Stockley’s Drug Interaction. Data

yang diperoleh kemudian digambarkan secara deskriptif.

Jalannya penelitian secara lengkap dapat dilihat pada gambar 2.

Gambar 3. Jalannya Penelitian

Pengurusan izin penelitian

Pengambilan sampel yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi

Mencatat data sampel yang telah diambil dari rekam medis

Memasukkan data jenis obat yang tercatat ke dalam aplikasi

Lexicomp dan dilakukam identifikasi lanjutan dilakukan

dengan menggunakan buku Drug Interaction FactsTM

, Facts

and Comparisons oleh Davis S. Tatro, dan Stockley’s Drug

Interaction.

Menganalisis jenis interaksi, tingkat keparahan dan signifikansi

Pembahasan

Kesimpulan

Page 55: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

38

E. Analisis Hasil

Evaluasi interaksi obat dilakukan berdasarkan studi literatur menggunakan

aplikasi Lexicomp dan buku Drug Interaction FactsTM

Fact and Comparisons oleh

David S. Tatro dan Stockley’s Drug Interaction. Data dianalisis menggunakan

metode deskriptif non eksperimental, ditentukan prosentase terjadinya interaksi

obat dengan obat baik yang mengikuti mekanisme interaksi farmakokinetik

maupun farmakodinamik serta menentukan jenis-jenis obat yang sering

berinteraksi. Data diolah dalam bentuk tabel persentase antara lain:

1. Karakteristik pasien yang meliputi jenis kelamin, usia, lama perawatan serta

distribusi penyakit.

2. Profil pengobatan hipertensi.

3. Jumlah kejadian interaksi obat berdasarkan jumlah pasien.

4. Jumlah interaksi obat menurut mekanisme berdasarkan jumlah kasus dan

tingkat keparahannya, meliputi interaksi obat antihipertensi dengan obat

antihipertensi lain serta interaksi obat antihipertensi dengan obat lain.

5. Jumlah interaksi obat berdasarkan tingkat signifikansi.

Page 56: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

39

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil dari keseluruhan Rekam Medik pasien hipertensi yang

dilakukan di RSUD Ir. Soekarno Sukoharjo tahun 2017, diperoleh total populasi

yaitu 234 pasien yang menderita, kemudian dipilih berdasarkan kriteria inklusi

terdapat 70 sampel pada penelitian ini. Hasil dan pembahasan dalam penelitian

ini akan disajikan dalam tiga bagian yaitu karateristik pasien, profil penggunaan

obat antihipertensi, evaluasi tentang interaksi pada pengobatan hipetensi kepada

pasien rawat inap di RSUD Ir. Soekarno Sukoharjo tahun 2017.

A. Karakteristik Pasien

1. Distribusi pasien berdasarkan jenis kelamin

Tabel 7. Distribusi pasien rawat inap yang terdiagnosis hipertensi berdasarkan jenis kelamin

di RSUD Ir. Soekarno Sukoharjo Tahun 2017

Karakteristik Jenis Kelamin Jumlah pasien Persentase

Laki-laki 31 44,3%

Perempuan 39 55,7%

Total 70 100%

Berdasarkan hasil pengambilan data diperoleh 70 pasien yang menjadi

subjek penellitian. Pasien berjenis kelamin perempuan berjumlah 39 pasien dan 31

pasien berjenis kelamin laki-laki. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien

yang menerima terapi pengobatan hipertensi di RSUD Ir. Soekarno Sukoharjo

tahun 2017 paling banyak adalah pasien perempuan yaitu sebesar 55,7%.

Temuan hipertensi pada perempuan lebih besar daripada pria, hal ini sama

dengan penelitian yang dilakukan Singalingging (2011) rata-rata perempuan akan

mengalami peningkatan resiko tekanan darah tinggi (hipertensi) setelah

menopouse yaitu usia diatas 45 tahun. Perempuan yang belum menopouse

dilindungi oleh hormon estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar High

Density Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol HDL rendah dan tingginya

kolesterol LDL (Low Density Lipoprotein) mempengaruhi terjadinya proses

aterosklerosis dan mengakibatkan tekanan darah meningkat (Anggraini et al,

2009). Pada perempuan dengan usia lanjut yang telah mengalami menopause, dan

Page 57: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

40

pada kondisi tersebut terjadi penurunan hormonal, yaitu terjadi penurunan

perbandingan estrogen dan androgen yang menyebabkan peningkatan pelepasan

renin, sehingga dapat memicu peningkatan tekanan darah (Sulistyaningrum,

2016). Hasil laporan Riskesdas tahun 2013 juga menunjukkan bahwa hipertensi

lebih banyak dijumpai pada perempuan (12,2%) dibandingkan laki-laki (6,5%).

2. Distribusi pasien berdasarkan usia

Tabel 8. Distribusi pasien rawat inap yang terdiagnosis hipertensi berdasarkan usia di RSUD

Ir. Soekarno Sukoharjo Tahun 2017

Karakteristik Usia Jumlah pasien Persentase

26 – 35 2 2,9%

36 – 45 9 12,9%

46 – 55 16 22,9%

56 – 65 15 21,4%

≥ 65 28 40%

Total 70 100%

Usia pasien dikelompokkan menjadi 5 kelompok berdasarkan kategori usia

menurut Depkes RI (2009) yaitu masa dewasa awal 26 – 35 tahun, masa dewasa

akhir 36 – 45 tahun, masa lansia awal 46 – 55 tahun, masa lansia akhir, 56 – 65

tahun, masa manula ≥ 65 tahun. Berdasarkan data rekam medis diketahui bahwa

kelompok usia yang mendapatkan terapi pengobatan hipertensi pada pasien rawat

inap di RSUD Ir. Soekarno Sukoharjo tahun 2017 paling banyak kelompok usia ≥

65 tahun yaitu 28 pasien (40%). Data yang diperoleh menunjukkan bahwa

hipertensi banyak ditemukan pada usia ≥ 65 tahun.

Pada umumnya penderita hipertensi adalah orang-orang berusia diatas 40

tahun, namun saat ini tidak menutup kemungkinan diderita oleh orang usia muda.

Sebagian besar hipertensi terjadi pada usia 25-45 tahun dan hanya pada 20%

terjadi dibawah usia 20 tahun dan diatas 50 tahun. Hal ini disebabkan karena

orang pada usia produktif jarang memperhatikan kesehatan, seperti pola makan

dan pola hidup yang kurang sehat seperti merokok (Dhianningtyas & Hendrati

2006).

Usia merupakan salah satu faktor yang tidak dapat di kontrol. Hal ini

terjadi karena seiring bertambahnya usia fungsi fisiologis seseorang akan

menurun. Tingginya hipertensi sejalan dengan bertambahnya umur yang

disebabkan oleh perubahan struktur pada pembuluh darah besar, sehingga

Page 58: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

41

pembuluh darah menjadi lebih sempit dan dinding pembuluh darah menjadi kaku,

sebagai akibatnya adalah meningkatnya tekanan darah sistolik (Rahajeng dan

Tuminah 2009).

3. Distribusi pasien berdasarkan lama perawatan

Tabel 9. Distribusi pasien rawat inap yang terdiagnosis hipertensi berdasarkan lama

perawatan di RSUD Ir. Soekarno Sukoharjo Tahun 2017

Karakteristik Lama Perawatan Jumlah pasien Persentase

3-5 hari 60 85,7%

6-8 hari 9 12,9%

9-11 hari 1 1,4%

Total 70 100%

Lama perawatan pasien di rumah sakit adalah 3 hari untuk batas bawah

dan 11 hari untuk batas atas. Lama perawatan pada pasien yang menerima terapi

pengobatan hipertensi pada pasien rawat inap di RSUD Ir. Soekarno Sukoharjo

tahun 2017 di bagi dalam 3 kategori seperti tabel 9. Lama perawatan yang paling

banyak adalah 3-5 hari yaitu 60 pasien (85,7%).

4. Distribusi pasien berdasarkan penyakit penyerta dan komplikasi

Tabel 10. Distribusi penyakit komplikasi dan penyerta hipertensi pada pasien rawat inap di

RSUD Ir. Soekarno sukoharjo tahun 2017

Penyakit penyerta dan komplikasi Jumlah pasie Persentase

Abdominal pain 2 2,9%

Anemia 3 4,3%

Cephalgia 15 21,4%

Chest pain 1 1,4%

Dengue fever 1 1,4%

Dispepsia 5 7,1%

Dyspnea 1 1,4%

Epistaksis 5 7,1%

Frozen Shoulder 1 1,4%

Gastritis 6 8,6%

Gastroenteritis 2 2,9%

Gingivitis 1 1,4%

Hematochezia 1 1,4%

Hiperlipidemia 1 1,4%

Hiperuricemia 1 1,4%

ISK 1 1,4%

Konstipasi 2 2,9%

Parastesia 1 1,4%

Penyakit Jantung Iskemik Kronis 3 4,3%

PPOK 1 1,4%

Stroke 2 2,9%

Thypoid fever 1 1,4%

Ulkus kronis 1 1,4%

Vertigo 12 17,1%

Total 70 100%

Page 59: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

42

Hipertensi dalam jangka waktu lama akan merusak endothel arteri dan

mempercepat atherosklerosis. Komplikasi dari hipertensi termasuk rusaknya organ

tubuh seperti jantung, mata, ginjal, otak, dan pembuluh darah besar. Hipertensi adalah

faktor resiko utama untuk penyakit serebrovaskular (stroke, transient ischemic

attack), penyakit arteri koroner (infark miokard, angina), gagal ginjal, dementia, dan

atrial fibrilasi. Menurut Studi Framingham, pasien dengan hipertensi mempunyai

peningkatan resiko yang bermakna untuk penyakit koroner, stroke, penyakit arteri

perifer, dan gagal jantung (Dosh 2001).

Hasil pengelompokan terdapat 3 pasien (4,3%) yang mengalami

komplikasi penyakit jantung iskemik kronis dan 2 pasien (2,9%) yang mengalami

komplikasi stroke. Stroke dapat terjadi akibat tersumbatnya pembuluh darah otak

oleh embolus yang terbawa dari pembuluh darah yang bertekanan tinggi. Selain

itu stroke juga dapat terjadi karena pembuluh darah menuju otak mengalami

hipertrofi sehingga aliran darah menuju otak berkurang (Subekti 2009).

Selain komplikasi diatas, ditemukan untuk penyakit penyerta terbanyak

yaitu terdapat cephalgia 15 pasien (21,4%). Berdasarkan The International

Classificatin of Headache disorder (2004), nyeri kepala dapat disebabkan oleh

hipertensi yang sedang yang berhubungan dengan pheochromocytoma, krisis

hipertensi dengan atau tanpa hipertensi encephalopathy, preeklamsi dan eklamsi

dan respon tekanan akut ke agen exogenous.

Secara patofosiologi, nyeri kepala meningkat ketika serat afferent primer

menginervasi meningeal atau pembuluh darah serebral menjadi aktif; kebanyakan

dari serat nociceptive dilokasikan di dalam bagian pertama dari ganglion

trigeminal atau ganglia servikal atas. Rangsangan terhadap struktur yang peka

terhadap nyeri dibawah tentorium (yaitu yang terletak pada fossa krani posterior)

radiks servikalis bagian atas dengan cabang – cabang saraf perifernya akan

menimbulkan nyeri pada daerah dibelakang garis tersebut diatas, yaitu pada area

oksipital, area sub-oksipital dan servikal bagian atas. Rasa nyeri ini ditransmisi

oleh saraf cranial IX, X dan saraf spinal C1, C2, C3. Kadang- kadang bisa juga

radiks servikalis bagian atas dan N. Oksipitalis mayor akan menjalarkan nyerinya

ke frontal dan mata pada sisi ipsilateral. Telah dibuktikan adanya hubungan yang

Page 60: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

43

erat antara inti – inti trigeminus dengan radiks dorsalis segmen servikal atas.

Refleks trigeminoservikal dapat dibuktikan dengan cara stimulasi n.supraorbitalis

dan direkam dengan cara pemasangan electroda pada otot strenocleido-mastoid.

Input eksteroseptif dan nosiseptif dari reflex trigeminoservikal ditransmisikan

melalui jalur polisinaptik, termasuk nukleus spinal trigeminal dan mencapai motor

neuron servikal. Dengan adanya hubungan ini jelaslah bahwa nyeri didaerah leher

dapat dirasakan atau diteruskan kearah kepala dan sebaliknya (Sjahrir 2008).

B. Profil Pengobatan Hipertensi

Berdasarkan hasil penelitian penggobatan hipertensi pada pasien hipertensi

rawat inap di RSUD Ir. Soekarno Sukoharjo Tahun 2017 dapat dilihat pada tabel

10. Obat antihipertensi yang diterima pasien rawat inap di RSUD Ir. Soekarno

Sukoharjo berupa obat antihipertensi tunggal dan kombinasi.

Tabel 11. Profil pengobatan hipertensi pada pasien rawat inap di RSUD Ir. Soekarno

Sukoharjo Tahun 2017

Macam

Terapi Golongan Nama Generik

Jumlah

pasien

Persentase

(%)

Tunggal CCB Amlodipin 7 10%

Diltiazem 2 2,9%

ARB Candesartan 2 2,9%

ACEi Captopril 3 4,3%

α-sentral 2

antagonis

Clonidin 2 2,9%

Subtotal 16 23%

2

kombinasi

CCB + ACEi Amlodipin + Captopril 14 20%

Amlodipin + Imidapril 1 1,4%

Amlodipin + Lisinopril 2 2,9%

CCB + ARB Amlodipin + Candesartan 10 14,3%

ARB + α-sentral 2

antagonis

Candesartan + Clonidin 1 1,4%

CCB + ACEi Diltiazem + Captopril 4 5,75

CCB + ACEi Diltiazem + Imidapril 1 1,4%

Diuretik + ACEi Furosemide + Imidapril 1 1,4%

HCT + Captopril 1 1,4%

HCT + Imidapril 1 1,4%

Diuretik + CCB HCT + Amlodipin 2 2,9%

3

kombinasi

CCB + ARB + β-

Blocker

Amlodipin + Candesartan +

Bisoprolol 2 2,9%

CCB + ACEi + α-

sentral 2 antagonis

Amlodipin + Captopril + Clonidin 1 1,4%

Diltiazem + Captopril + Clonidin 3

4,3%

CCB + α-sentral 2

antagonis + CCB

Amlodipin + Clonidin +

Diltiazem 1 1,4%

Diuretik + CCB +

CCB

Furosemid + Diltiazem +

Captopril 3 4,3%

Page 61: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

44

Macam

Terapi Golongan Nama Generik

Jumlah

pasien

Persentase

(%)

Diuretik + CCB +

α-sentral 2

antagonis

Furosemid + Diltiazem +

Clonidin 1 1,4%

Diuretik + CCB +

ARB

HCT + Amlodipin + Candesartan 2 2,9%

Diuretik + CCB +

ACEi

HCT + Amlodipin + Captopril 1 1,4%

4

kombinasi

Diuretik + CCB +

ARB + α-sentral

2 antagonis

Furosemide + Amlodipin +

Candesartan + Clonidin 1 1,4%

Diuretik + CCB +

ARB + α-sentral

2 antagonis

HCT + Amlodipin + Candesartan

+ Clonidin 1 1,4%

Subtotal 54 77%

Total 70 100%

Penelitian ini menunjukkan dari 16 pasien dengan persentase (23%)

menggunakan obat tunggal, lebih sedikit dibandingkan dengan penggunaan obat

kombinasi yaitu sebesar 54 pasien dengan persentase (77%), karena pada

penelitian ini penggunaan obat tunggal tekanan darah pasien masih belum bisa

terkontrol normal, sehingga penggunaan obat kombinasi lebih banyak.

Penggunaan obat tunggal paling banyak yang digunakan adalah kelas Calcium

Chanel Blocker (CCB) yaitu amlodipin sebanyak 7 pasien dengan persentase

(10%). Amlodipin golongan Calcium channel blockers (CCB) yang bekerja

dengan menghambat masuknya kalsium ke dalam otot polos pembuluh darah

sehingga mengurangi tahanan perifer. CCB menurunkan influks ion kalsium ke

dalam sel miokard, sel‐sel dalam sistem konduksi jantung, dan sel‐sel otot polos

pembuluh darah. Efek ini akan menurunkan kontraktilitas jantung, menekan

pembentukan dan propagasi impuls elektrik dalam jantung dan memacu aktivitas

vasodilatasi, interferensi dengan konstriksi otot polos pembuluh darah.

Pedoman NICE (National Institute for Health and Clinical Excellence)

yang baru mengemukakan bahwa diuretik tiazid atau CCB dihidropiridin

merupakan terapi lini pertama untuk pasien lanjut usia. Namun, harus

diperhatikan fungsi ginjal selama terapi dengan tiazid karena pasien lanjut usia

lebih beresiko mengalami gangguan ginjal. Pasien yang lebih dari 80 tahun dapat

diberi terapi seperti pasien usia > 55 tahun.

Page 62: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

45

Penggunaan terapi hipertensi tunggal masih belum bisa menurunkan target

tekanan darah sehingga penggunaan kombinasi obat anthipertensi diperlukan.

Pada penggunaan kombinasi obat yang digunakan adalah 2 sampai 4 obat.

Kombinasi 2 obat yang paling banyak digunakan adalah kombinasi antara kelas

Calcium Chanel Blocker (CCB) dengan Angiotensin Converting Enzym-inhibitor

(ACEi) yaitu amlodipin dan captopril sebanyak 14 pasien dengan persentase

(20%). Kombinasi 3 obat terbanyak dalam penelitian ini meliputi kombinasi

Diuretik, CCB dan ACEi (Furosemid + Diltiazem + Captopril) yaitu sebanyak 3

pasien dengan persentase (4,3%). Kombinasi 4 obat yang digunakan dalam

penelitian adalah kombinasi Diuretik Thiazide, CCB, ARB dan α-sentral 2

antagonis (HCT + Amlodipin + Candesartan + Clonidin) yaitu sebanyak 9 kasus

dengan persentase (3,10%).

Angiotensin converting enzyme inhibitor (ACEi) menghambat secara

kompetitif pembentukan angiotensin II dari prekursor angiotensin I yang inaktif.

Angitensin II merupakan vaso‐konstriktor kuat yang memacu penglepasan

aldosteron dan aktivitas simpatis sentral dan perifer. Penghambatan pembentukan

angiotensin II ini akan menurunkan tekanan darah. Jika sistem angiotensin‐renin‐

aldosteron teraktivasi (misalnya pada keadaan penurunan sodium, atau pada terapi

diuretik) efek antihipertensi ACEi akan lebih besar. Efek batuk dan penurunan

fungsi ginjal secara akut dan hiperkalemia adalah efek samping yang

dikhawatirkan pada ACEi. Sedangkan, obat CCB sering meningkatkan

proteinuria. Kondisi ini dapat dimaknai sebagai meningkatnya tekanan

intraglomeruler yang merugikan. Efek ini disebabkan oleh efek vasodilatasi yang

lebih besar pada vas afferent dibandingkan vas eferen oleh CCB. Efek yang tidak

diinginkan pada ginjal khususnya meningkatnya tekanan darah intraglomeruler

dapat diimbangi dengan efek penurunan tekanan darah intraglomeruler oleh obat

ACEi atau CCB. Di lain pihak efek edema oleh CCB dapat diimbangi oleh

vasodilatasi venula pada sirkulasi perifer sehinga efek samping edema dapat

ditekan. Menurunnya risiko efek samping obat kombinasi ACEi dan CCB ini

selain dapat meningkatkan efek penurunan fungsi ginjal secara akut sebagai efek

Page 63: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

46

samping jangka pendek, namun kedua obat ini memberikan efek perlindungan

ginjal jangka panjang.

C. Evaluasi Interaksi Pengobatan Hipertensi

1. Evaluasi interaksi obat berdasarkan jumlah pasien

Evaluasi keamanan pengobatan hipertensi pada pasien rawat inap di

RSUD Ir. Soekarno Sukoharjo tahun 2017 dikaji dari interaksi obat. Pada

penelitian ini, terdapat 18 pasien (25,7%) tanpa kejadian interaksi obat dan 52

pasien (74,3%) terjadi interaksi obat. Sehingga dapat dilihat bahwa jumlah pasien

yang terjadi interaksi obat lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah pasien yang

tidak terjadi interaksi obat, tersaji dalam Tabel 12.

Tabel 12. Kejadian interaksi obat pada pasien hipertensi rawat inap di RSUD Ir. Soekarno

Sukoharjo tahun 2017 berdasarkan jumlah pasien

Interaksi Obat Jumlah pasien Persentase

Terjadi Interaksi Obat 52 74,3%

Tidak terjadi Interaksi Obat 18 25,7%

Total 70 100%

2. Evaluasi interaksi obat berdasarkan mekanisme interaksi obat dan

tingkat keparahannya

Berikut ini merupakan persentase mekanisme interaksi obat pada pasien

rawat inap di RSUD Ir. Soekarno Sukoharjo Tahun 2017 pada Tabel 13.

Tabel 13. Persentase Mekanisme interaksi obat pada pasien hipertensi rawat inap di RSUD

Ir. Soekarno Sukoharjo Tahun 2017 berdasarkan jumlah kasus

Mekanisme Interaksi Obat Jumlah kasus Persentase

Farmakodinamik 143 53,96%

Farmakokinetik 53 20%

Unknown 69 26,04%

Total 265 100%

Dari Tabel 13 Terlihat bahwa mekanisme interaksi obat tidak diketahui

(unknown) sebesar 69 kasus (26,04%). Hal tersebut menunjukkan bahwa interaksi

obat masih belum jelas. Untuk mekanisme interaksi obat farmakodinamik lebih

tinggi sebesar 143 kasus (53,96%). Hal tersebut meunjukkan bahwa obat-obat

yang diberikan saling berinteraksi pada sistem reseptor, tempat kerja atau sistem

fisiologi yang sama sehingga terjadi efek aditif, sinergis (saling memperkuat) dan

Page 64: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

47

antagonis (saling meniadakan). Sedangkan, mekanisme interaksi obat

farmakokinetik sebesar 53 kasus (20%). Mekanisme ini dapat terjadi pada tahap

absorbsi, distribusi, metabolisme maupun eksresi.

Beberapa alternatif penatalaksanaan interaksi obat adalah menghindari

kombinasi obat dengan memilih obat pengganti yang tidak berinteraksi

penyesuaian dosis obat, pemantauan pasien atau meneruskan pengobatan

sebelumnya jika kombinasi obat yang berinteraksi tersebut tidak bermakna klinis

(Fradgley 2003).

Tabel 14. Persentase Kejadian Interaksi obat berdasarkan tingkat keparahannya pada

pasien hipertensi rawat inap di RSUD Ir. Soekarno Sukoharjo tahun 2017

Keparahan Interaksi Jumlah Kejadian Interaksi Persentase

Minor 14 5,3%

Moderat 234 88,3%

Major 17 6,4%

Total 265 100%

Interaksi obat diklasifikasikan berdasarkan keparahannya yaitu major,

moderat dan minor. Kategori interaksi major adalah jika kemungkinan kejadian

interaksi tinggi dan efek samping interaksi yang terjadi dapat membahayakan

nyawa pasien. Interaksi moderate adalah kemungkinan potensial interaksi dan

efek interaksi yang terjadi mengakibatkan perubahan pada kondisi klinis pasien.

Interaksi minor adalah jika kemungkinan potensial interaksi kecil dan efek

interaksi yang terjadi tidak menimbulkan perubahan pada status klinis pasien

(Stockley 2008). Kategori interaksi yang paling banyak terjadi adalah interaksi

moderate yaitu 238 kasus dengan persentase (88,5%).

Pada interaksi major terjadi interaksi antara obat clopidogrel dengan

omeprazole. Mekanisme yang terjadi adalah omeprazole dapat mengurangi efek

antiplatelet dari clopidogrel dan omeprazole dapat menurunkan konsentrasi

metabolit aktif dari clopidogrel. AUC dan konsentrasi serum dari metabolit aktif

clopidogrel berkurang masing-masing 31% dan 44% dengan penggunaan

bersamaan omeprazole pada dosis 80 mg/hari (Frelinger et al. 2012).

Pada interaksi moderate terjadi interaksi antara obat metamizol dengan

HCT. Mekanisme yang terjadi adalah HCT dapat meningkatkan efek nefrotoksik

dari metamizole. Serta metamizole dapat mengurangi efek terapeutik dari HCT.

Page 65: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

48

Diuretik menyebabkan peningkatan resiko gagal ginjal akut akibat NSAID.

Penggunaan bersamaan tidak perlu dihindari. Tetapi efek harus dipantau dan

pengaturan dosis diuretik penting dilakukan. Tidak semua pasien terkena efeknya,

pasien yang memiliki resiko terbesar adalah orang tua dengan sirosis, gagal

jantung, dan atau kelainan ginjal dan penggunaan NSAID harus dihindari

(Fitriyani 2017).

Pada interaksi minor terjadi interaksi antara amlodipin dengan ketorolac.

Mekanisme yang terjadi pada interaksi ini tidak diketahui. Interaksi yang terjadi

yaitu ketorolac dapat mengurangi efek dari amlodipin. Pada interaksi ini tidak

perlu dilakukan penanganan.

Tabel 15. Mekanisme dan sifat interaksi obat pada pasien hipertensi rawat inap di RSUD

Ir. Soekarno Sukoharjo Tahun 2017

Interaksi Obat Mekanisme Sifat Jumlah

1. Interaksi Obat Antihipertensi

Amlodipin + Diltiazem Farmakokinetik Moderate 8

Captopril + Spironolactone Farmakodinamik Moderate 4

Bisoprolol + Diltiazem Farmakodinamik Moderate 8

Bisoprolol + Clonidine Farmakodinamik Modertae 4

Captopril + Furosemid Farmakodinamik Moderate 31

HCT + Captopril Farmakodinamik Moderate 12

HCT + Imidapril Farmakodinamik Moderate 3

Imidapril + Furosemid Farmakodinamik Moderate 3

Lisinopril + HCT Farmakodinamik Moderate 1

2. Interaksi Obat Lain

Ceftriaxone + RL Farmakokinetik Major 9

Captopril + Antasid Farmakokinetik Moderate 2

Clopidogrel + Amlodipin Farmakokinetik Moderate 4

Clopidogrel + Diltiazem Farmakokinetik Moderate 1

Clopidogrel + Omeprazole Farmakokinetik Major 1

Dexamethasone + Diltiazem Farmakokinetik Moderate 1

Domperidon + Ondancentron Farmakokinetik Major 3

Diazepam + Diltiazem Farmakokinetik Moderate 5

Diltiazem + Alprazolam Farmakokinetik Moderate 7

Furosemid + Ketorolac Farmakodinamik Moderate 2

Furosemid + Sucralfate Farmakokinetik Major 1

HCT + Difenhidramin Farmakokinetik Moderate 3

HCT + Dimenhidrinat Farmakokinetik Moderate 1

HCT + Hyoscine butylbromide Farmakokinetik Moderate 1

ISDN + Diltiazem Farmakokinetik Moderate 1

Meloxicam + Captopril Farmakokinetik Moderate 1

Metamizole + HCT Farmakokinetik Moderate 1

Ondansentron + Difenhidramin Farmakokinetik Moderate 1

Simvastatin + Amlodipin Farmakokinetik Major 2

Amlodipin + Antasid Farmakodinamik Moderate 1

Asam mefenamat + Captopril Farmakodinamik Moderate 2

Bisoprolol + Diklofenak Farmakodinamik Moderate 2

Glyceryl Trinitrate + Amlodipin Farmakodinamik Moderate 4

Page 66: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

49

Interaksi Obat Mekanisme Sifat Jumlah

Glyceryl Trinitrate + Bisoprolol Farmakodinamik Moderate 2

Glyceryl Trinitrate + Candesartan Farmakodinamik Moderate 2

Glyceryl Trinitrate + Clonidine Farmakodinamik Moderate 7

Glyceryl Trinitrate + Diltiazem Farmakodinamik Moderate 1

Glyceryl Trinitrate + Imidapril Farmakodinamik Moderate 5

Glyceryl Trinitrate + ISDN Farmakodinamik Moderate 1

ISDN + Amlodipin Farmakodinamik Moderate 4

ISDN + Bisoprolol Farmakodinamik Moderate 2

ISDN + Candesartan Farmakodinamik Moderate 2

ISDN + Captopril Farmakodinamik Moderate 7

ISDN + Clonidin Farmakodinamik Moderate 3

ISDN + Diltiazem Farmakodinamik Moderate 4

ISDN + Furosemid Farmakodinamik Moderate 6

ISDN + Spironolactone Farmakodinamik Moderate 4

Ketorolac + Candesartan Farmakodinamik Moderate 1

Ketorolac + Captopril Farmakodinamik Moderate 8

Natrium diklofenak + Candesartan Farmakodinamik Moderate 3

Natrium diklofenak + Captopril Farmakodinamik Moderate 1

Natrium diklofenak + HCT Farmakodinamik Moderate 3

Total 196

2.1 Interaksi obat antihipertensi. Interaksi yang paling sering terjadi

pada penelitian ini adalah interaksi antara furosemid dan captopril. Interaksi yang

terjadi antara furosemid dan captopril yaitu farmakodinamik sinergisme bersifat

moderate. Kombinasi captopril (ACE inhibitor) dan furosemid (Loop Diuretic)

umumnya aman dan efektif, tetapi “first dose hypotension” (pusing dan pingsan

dapat terjadi. Pada semua pasien yang mengkonsumsi diuretik, tetapi dengan

inhibitor ACE harus dimulai dengan dosis yang sangat rendah. Interaksi yang

menyebabkan “first dose hypotension” belum sepenuhnya dipahami. Interaksi

antara furosemid dan captopril juga menyebabkan hipokalemia. Penyebab

hipokalemia akibat dari efek diuretik yang bekerja memperbanyak pengeluaran

kalium dan air (Stokley 2008). Pemberian diuretik dalam dosis tinggi juga sering

dihubungkan dengan kondisi predisposisi (gagal jantung, hipertensi renovaskular,

hemodialisis, kadar renin dan angiotensin tinggi, diet rendah natrium, dehidrasi,

diare atau muntah dll). Selain itu, gangguan ginjal bahkan gagal ginjal akut, telah

dilaporkan dapat terjadi bila Angiotensin-Converting Enzime Inhibitor digunakan

dengan diuretik hemat kalium. Semua pasien harus diberi peringatan tentang apa

yang dapat terjadi dan apa yang harus dilakukan jika terjadi hipotensi reaksi berat

(misalnya gangguan ginjal atau hipokalemia) jarang terjadi dan pemantauan rutin

selama penggunaan Angiotensin-Converting Enzime Inhibitor harus cukup.

Page 67: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

50

Namun jika terjadi kenaikan urea dan kreatinin, pengurangan dosis dan/atau

penghentian diuretik dan/atau Angiotensin-Converting Enzime Inhibitor mungkin

diperlukan.

Interaksi selanjutnya terjadi antara kombinasi captopril (Angiotensin

Converting Enzym-inhibitor) dan spironolakton (Diuretic). Interaksi yang terjadi

yaitu farmakodinamik sinergisme dimana terjadi hipotensi. Selain hipotensi,

terjadi juga peningkatan resiko hiperkalemia jika captopril diberikan dengan

spironolakton yang merupakan diuretik hemat kalium. Disarankan untuk

monitoring peningkatan insiden terjadinya hiperkalemia.

Keseimbangan kalium dalam tubuh harus dipertahankan karena rasio

kalium intra dan ekstraseluler merupakan faktor penentu potential listrik di sel

membran, hal ini berperan dalam bangkitan potensial jaringan syaraf dan otot.

Gangguan kadar kalium sangat mempengaruhi kelangsungan hidup karena

efeknya terhadap fungsi jantung untuk mengatur irritabilitas neuromuskuler dan

metabolisme sel (Juffrie 2014).

Kurangnya kalium dalam tubuh akan menghambat Na/K ATP-ase dan

kanal K sehingga kadar K intrasel turun dan kadar Na intrasel naik. Hal tersebut

menyebabkan depolarisasi membran sel yang akan menyebabkan Ca ekstrasel

masuk melalui kanal Ca membran, sehingga kadar Ca intrasel meningkat. Dalam

sel, Ca akan berkaitan dengan calmodulin yang akan meningkatkan aktivitas

miosin ATP-ase, sehingga terjadi interaksi aktif miosin, akibatnya terjadi

kontraksi otot polos pada pembuluh darah/vasokonstriksi (Farapati dan Sagoyo

2014). Sedangkan kelebihan kalium dalam tubuh akan menyebabkan timbulnya

gejala aritmia jantung, kelemahan otot atau paralisis (Juffrie 2014).

Interaksi berikutnya terjadi antara Calcium Channel Blocker dengan

Calcium Channel Blocker, amlodipin dengan diltiazem. Interaksi yang terjadi

pada kedua obat ini adalah farmakokinetik. Level plasma amlodipin dapat

meningkat dengan adanya diltiazem. Pantau tekanan darah pada penggunaan obat

ini secara bersamaan dan sesuaikan dosis atau hentikan salah satu Calsium

Channel Blocker. Penggunaan klinis dari dua Calsium Channel Blocker ini tidak

dibenarkan dan harus dipertimbangkan untuk menghentikan salah satu obat atau

mengganti obat lain yang sesuai.

Page 68: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

51

Beta Blocker dengan Klonidin, Kombinasi obat ini memiliki efek terapi

yang baik, akan tetapi peningkatan tekanan darah dapat terjadi secara tajam dan

serius yang sering disebut dengan “Rebound Hipertensi” disertai dengan

pemberhentian klonidin secara tiba-tiba yang diperburuk dengan adanya Beta

Blocker. Perhatikan bahwa efek hipotensi bisa terjadi, kontrol efek samping ini

dengan menghentikan Beta Blocker beberapa hari sebelum memulai

pemberhentian bertahap dari klonidin. Alternatif yang baik adalah mengganti

klonidin dan Beta Blocker dengan labetalol. Pasien mungkin mengalami tremor,

mual, Palpitasi. Tetapi tidak ada peningkatan tekanan darah yang serius ataupun

sakit kepala. Jika hipertensi berkembang kontrol dengan menggunakan

pentolamin. Penggunaan kembali klonidin oral atau intravena seharusnya bisa

menstabilkan keadaan pasien. Hal tersebut penting untuk ditekankan pada pasien

yang mengkonsumsi klonidin dan Beta Blocker bahwa pasien harus

mengkonsumsi kedua obat tersebut.

2.2 Interaksi obat lain. Interaksi yang terjadi antara amlodipin dan

gliseril trinitrat yaitu interaksi farmakodinamik sinergisme. Peningkatan efek

hipotensi dapat terjadi ketika CCB diberikan bersamaan dengan nitrat. Produsen

amlodipin mengatakan bahwa penggunaan bersama gliseril trinitrat dan

amlodipin bersifat aman. Pada pasien yang menggunakan kombinasi ini

memerlukan penyesuaian dosis serta memonitor tekanan darah (Stokcley 2008).

Interaksi yang terjadi antara amlodipin dan simvastatin yaitu interaksi

farmakokinetik. Amlodipin secara signifikan meningkatkan AUC HMG-CoA

reductase inhibitors setelah pemberian simvastatin. Karena obat ini sering

digunakan bersamaan untuk pasien dengan hipertensi dan hiperkolesterolmia.

Amlodipin dapat digunakan lebih aman denagn simvastatin dan diltiazem (Nishio

et al. 2005). Penggunaan kombinasi simvastatin dan amlodipin tidak perlu

dihindari, namun disarankan agar pengobatan dengan statin pada pasien hipertensi

dimulai dengan dosis statin serendah mungkin. Produsen simvastatin

menyarankan untuk membatasi dosis 20 mg setiap hari (Stockley 2008).

Mekanisme interaksi yang terjadi antara ceftriaxone dan ringer laktat

adalah farmakokinetik. Interaksi yang terjadi yaitu ceftriaxone mengikat kalsium

Page 69: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

52

dalam ringer laktat sehingga membentuk endapan yang tidak larut. Endapan ini

terdapat di ginjal dan paru-paru, sehingga dapat meningkatkan efek toksik dari

ceftriaxone (Rocephin 2015).

Angiotensin-Converting Enzime Inhibitor dengan NSAID, kombinasi obat

ini dapat meningkatkan resiko kelainan ginjal dan hiperkalemia. Pertimbangkan

untuk meningkatkan frekuensi pemantauan tekanan darah jika NSAID dimulai.

Pantau fungsi ginjal dan elektrolit secara berkala.

3. Evaluasi interaksi obat berdasarkan tingkat signifikansi

Tabel 15 menunjukkan persentase paling tinggi yaitu pada tingkat

signifikansi yang belum diketahui (Unknown) karena adanya beberapa interaksi

obat yang belum terdaftar ke dalam buku Drug Interaction Fact oleh David S.

Tatro tahun 2009. Jumlah interaksi yang tidak diketahui level signifikansinya

sebanyak 265 kasus dengan persentase 86,1%.

Tabel 16. Distribusi interaksi obat berdasarkan tingkat signifikansinya pada hipertensi

pasien rawat inap di RSUD Ir. Soekarno Sukoharjo tahun 2017

Level

Signifi-

kansi

Obat A Obat B Onset Severity Dokumen-

tasi

Jum-

lah

Persen-

tase (%)

1 - - - - - - -

2 - - - - - - -

3 Furosemid Captopril

Imidapril

Delayed

Delayed

Minor

Minor

Suspected

Suspected

31

3

11,7%

1.1%

4 - - - - - - -

5 Captopril

Allopurino

Antasid

HCT

Rapid

Delayed

Minor

Major

Possible

Unlikely

2

1

0,7%

0,4%

Unknown 228 86,1%

Jumlah 265 100%

Interaksi furosemid dan captopril/imidapril dengan tingkat signifikansi 3

merupakan interaksi obat yang memiliki tingkat keparahan minor dimana efek

yang yang timbul biasanya ringan atau mungkin tidak timbul dan tidak signifikan

pada outcome terapi. Tingkat kepercayaan dikategorikan suspected yaitu interaksi

obat diduga terjadi tetapi butuh penelitian lebih lanjut. Sedangkan interaksi

kombinasi kedua obat ini memiliki onset delayed dimana efek klinis timbul dalam

beberapa hari atau beberapa minggu.

Page 70: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

53

Interaksi captopril dan antasid signifikansi 5 merupakan interaksi obat

yang memiliki tingkat keparahan minor dimana efek yang yang timbul biasanya

ringan atau mungkin tidak timbul dan tidak signifikan pada outcome terapi.

Tingkat kepercayaan dikategorikan possible interaksi obat belum pasti terjadi.

Sedangkan interaksi kombinasi kedua obat ini memiliki onset rapid dimana efek

yang terjadi cepat.

Interaksi allopurinol dan HCT dengan tingkat signifikansi 5 memiliki

tingkat keparahan major atau efek yang berpotensi mengancam nayawa atau

mampu menyebabkan kerusakan permanen. Tingkat kepercayaan dikategorikan

unlikely yaitu interaksi obat yang terjadi diragukan. Sedangkan interaksi

kombinasi kedua obat ini memiliki onset delayed dimana efek klinis timbul dalam

beberapa hari atau beberapa minggu.

Untuk menghindari kemungkinan terjadinya interaksi obat, farmasis dapat

secara aktif memberikan informasi kepada dokter, dan seluruh tenaga kkesehatan

yang terlibat dalam pelayanan klinis, juga kepada pasien terkait penggunaan obat

yang tepat, jenis makanan dan minuman yang harus dihindari selama terapi.

Melalui pelayanan informasi obat, farmasi memegang peran besar dalam

mencegah timbulnya dampak negatif interaksi obat yang tidak hanya

mempengaruhi kemanjuran obat, namun jauh dapat mempengaruhi rasa aman

serta meningkatkan biaya yang harus dikeluarkan pasien.

D. Keterbatasan Penelitian

Adapun keterbatasan dalam penelitian ini antara lain:

1. Penelitian ini bersifat retrospektif sehingga tidak dapat memonitoring pasien

secara individual untuk mengetahui akibat interaksi obat.

2. Data pada rekam medis kurang lengkap, sehingga tidak dapat diketahui

kondisi yang terjadi pada pasien setelah minum obat.

Page 71: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

54

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dengan judul “Evaluasi Interaksi Pada

Pengobatan Hipertensi Pasien Rawat Inap Di Rsud Ir. Soekarno Sukoharjo Tahun

2017” dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Profil pengobatan hipertensi adalah 16 pasien (23%) dalam monoterapi dan 54

pasien (77%) dalam terapi kombinasi. Golongan obat antihipertensi yang

paling banyak digunakan sebagai obat tunggal adalah amlodipin sebanyak 7

pasien (10%). Terapi kombinasi yang paling banyak diberikan adalah Calcium

Chanel Blocker (amlodipin) dengan Angiotensin Converting Enzym-inhibitor

(captopril) yaitu sebanyak 14 pasien (20%).

2. Kejadian interaksi obat yang ditemukan terdapat 52 pasien (74,3%) terjadi

interaksi obat dan 18 pasien (25,7%) tidak terjadi interaksi obat

3. Berdasarkan mekanisme interaksi obat, interaksi farmakodinamik sebesar 143

kasus (53,96%), farmakokinetik 53 kasus (20%) dan unknown 71 kasus

(26,04%).

B. Saran

1. Saran bagi rumah sakit

a. Perlu monitoring penggunaan obat oleh dokter dan apoteker.

b. Perlu ditingkatakan komunikasi antara farmasis dan dokter dalam

menentukan terapi untuk mencegah terjadinya interaksi.

c. Diharapkan data rekam medik lebih lengkap sehingga dapat digunakan

sebagai bahan penelitian berikutnya.

2. Saran bagi peneliti lain

Diperlukan penelitian dengan metode prospektif sehingga dapat diketahui efek

yang ditimbulkan akibat interaksi obat.

Page 72: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

55

DAFTAR PUSTAKA

Aberg, J.A., Lacy, C.F, Amstrong, L.L, Goldman, M.P, and Lance, L.L., 2009,

Drug Information Handbook, 17th

edition, Lexi-comp for the American

Pharmacists Association.

Anggraini, AD., Waren, S., Situmorang, E., Asputra, H., dan Siahaan, SS. 2009.

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi Pada

Pasien Yang Berobat Di Poliklinik Dewasa Puskesmas Bangkinang

Periode Januari Sampai Juni 2008. Fakultas Kesehatan. Universitas Riau.

Files of DrsMed-FK UNRI : 1-41

Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2008, Informatorium

Obat Nasional Indonesia 2008, KOPERPOM, Jakarta, hal. 92-121

Baxter, Editor. 2008. Stockley’s Drug Interactions. Eight Edition. London:

Pharmaceutical Press, 1, 9, 10, 11.

Carter BL, Lund BC, Hayase N, Chrischilles E. 2002. The Extent of Potential

Antihypertensive Drug Interactions in a Medicaid Population. AJH 2002;

15:953–957.

Chobanian AV, Bakris GL, Black HR, Cushman WC, Green LA, Izzo JL et al.

The eighth report of the joint national comimitte on prevention, detection,

evaluation, and treatment of high blood pressure. Diunduh dari

http://www.nhlbi.nih.gov/files/docs/guidelines/jnc7full.pdf, 7 November

2014.

Corwin E. 2009. Buku Saku Patofisiologis. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran

AGC. Hal 484-489. 729-731. Sarwono Waspadji. 1996. Pengelolaan

farmakologis Diabetes Mellitus yang rasional. Buku Ajar Ilmu Penyakit

Dalam. Edisi III. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. p. 654.

[Depkes RI]. 2006. Pharmaceutical Care untuk Penyakit Hipertensi. Jakarta:

Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular Departemen Kesehatan

RI.

[Depkes RI]. 2007. Pedoman Pengobatan Dasar Di Puskesmas, Jakarta: Badan

Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Republik

Indonesia.

[Depkes RI]. 2008. Informatorium Obat Nasional Indonesia. Badan POM RI.

Gramedia, Jakarta.

[Depkes RI]. 2014. Infodatin. Pusat data dan informasi Kementrian Kesehatan RI.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Page 73: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

56

[DINKES Jateng]. 2011. Data Prevalensi Penderita Hipertensi. Dinas Kesehatan

Provinsi Jawa Tengah, Hal 35-36.

[DINKES Jateng]. 2017. Buku Kesehatan Nasional. Dinas Kesehatan Provinsi

Jawa Tengah, www.dinkesjatengprov.go.id (diakses 14 November 2017)

Dhianningtyas, Yunita, Hendrati Lucia Y. 2006. Resiko Obesitas, Kebiasaan

Merokok, dan Konsumsi garam terhadap Kejadian Hipertensi pada Usia

Produktif. The Indonesian Journal of Public Health.

Dipiro, J.T., Talbert, R. L., Yee, G.C., Matzke, G.R., Wells, B.G., Posey, L.M.,

2008, Pharmacotherapy Apathopysiologic Approach, 7th

edition, McGraw

Hill Education, USA, pp. 139-167.

Dosh SA. 2001. The Diagnosis Of Essensial and Secondary Hypertension in

adults, J. Farm Pract, hal 50:707-712.

Farapati., Sagoyo, S., 2014, air Kelapa Muda – Pengaruhnya terhadap Tekanan

Darah, CKD-223, vol.41 (12), 896-900.

Fitriani. 2007. Profil Peresepan dan Evaluasi Interaksi Obat Antihipertensi pada

Pasien Geriatri di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih

Yogyakarta Tahun 2005 [SKRIPSI]. Fakultas Farmasi Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta, Yogyakarta.

Fitriyani. 2017. Identifikasi drug related problems (dRPS) Kategori Interaksi

Obat Dengan Obat Terhadap Pasien Hipertensi di RSUD Haji Makassar

Prov. Sul-Sel tahun 2016 [SKRIPSI]. Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan. Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

Frelinger AL 3rd, Lee RD, Mulfrod DJ, et al. A randomized, 2-period, crossover

design study to assess the effects of dexlansoprazole on the steady-steate

pharmacokinetics and pharmacodynamics of clopidogrel in healthy

volenteers. J Am Coll Cardiol. 2012;59(14):1304-1311.

Fradgley S, 2003, Interaksi Obat, dalam Farmasi Klinis (Clinical Pharmacy)

Menuju Pengobatan Rasional dan Penghargaan Pilihan Pasien (Aslam M,

Tan CK, Prayitno A, Ed), PT Elex Media Komputindo Kelompok

Gramedia, Jakarta, hal 119 – 134.

Ganiswara, S, G., 2008. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. FKUI. Jakarta. 862-867.

Goodman, Gilman. 2008. Dasar Farmakologi & Terapi. Ed ke-10. Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hlm 846-849.

Gormer B, 2007. Farmakologi Hipertensi. Penerjemah Lyrawati D, 2008

Page 74: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

57

Gray, H. H., Dawkins, K.D., Morgan, J.M., Simpsom, I.A. 2005. Hipertensi.

Lecture Notes Kardiologi. Edisi ke-4. Jakarta: Erlangga. p. 57-69.

Harvey RA, Champe PC. 2013. Farmakologi Ulasan Bergambar. Ramadhani D,

Muttaqin, Dwijayani L, Rachman LY, penerjemah; Tjahyanto A, Salim C,

editor. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Terjemahan dari

Lippicott’s illustrated reviews:pharmacology, 4 Edisi.

James, P.A., Oparil, S., B.L., Cushman, W.C., Himmelfarb, C.D., Handler, J., et

al, 2014, 2014 Evidence Based Guideline Form The Management of High

Blood Pressure in Adult: Report Form The Panel Member Appointed to

Eight Joint National Committee (JNC 8), JAMA, 311 (5), pp. 507-520.

Jufrie, M., 2014. Gangguan Keseimbangan cairan dan Elektrolit pada Penyakit

Saluran Cerna, Sari Pediatri, vol. 6, no. 1 (supplement), 52-59.

Junaidi I. 2010. Pengenalan, Pencegahan dan Pengobatan Hipertensi. Jakarta:

PT. Buana Ilmu Popular.

Kalpan, N.M. and Weber, M.A., 2010, Hypertension Essentials, 2nd edition,

Kones and Bartlett Publisher, America, pp. 2.

Karyadi E. 2002. Hidup Bersama Penyakit Hipertensi, Asam Urat, dan Jantung

Koroner. Jakarta: Gramedia

Katzung, B. G. 2007. Basic and Clinical Pharmacology. 10th Edition. Mc Grow

Hill, USA.

Kementrian Kesehatan RI, 2014, Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013,

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, hal. 163-164.

Kurniawan, R. 2009. Identifikasi Drug Related Problems (DRPs) Potensial

Kategori Interaksi Obat pada Pasien Hipertensi Geriatri di Instalasi Rawat

Inap Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta [SKRIPSI]. Fakultas

Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.

Lindblad, Artz, Pieper, Sloane, Hajjar, Ruby, Schmader, Hanlon. 2005. Potential

drug-disease interactions in frail, hospitalized elderly veterans. Ann

Pharmacother: 39, 412-417.

Mahamudu YS, Citraningtyas G, Rotinsulu H. 2017. Kajian potensi interaksi obat

antihipertensi pada pasien hipertensi primer di instalasi rawat jalan rsud

luwuk periode januari-maret 2016. Pharmacon jurnal Ilmiah Farmasi–

UNSRAT Vol. 6 No. 3, ISSN 2302 – 2493.

Michael, Natalia D, Margaretta SL, Putra WD, Gabrielia CR. 2014. Tata laksana

terkini pada hipertensi. J. Kedokt Meditek Vol 20, No. 52:40.

Page 75: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

58

Moscou, Snipe. 2009. Pharmacology For Pharmacy Technicians. Kanada: Mosby

Elsevier, 54.

Mozayani, A., Raymon, L.P., 2008, Buku Ajar Interaksi Obat: Pedoman Klinis &

Forensik, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, hal. 216-236

National Institute for Health and Clinical Excwllwnccw, 2006. Hypertension:

Management Of Hypertension In Adults In Primary Care, NICE, London

Noviana T. 2016. Evaluasi interaksi penggunaan obat antihipertensi pada pasien

rawat inap di bangsal cempaka rsud panembahan senopati bantul periode

agustus 2015 [SKRIPSI]. Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.

PIO Nas. 2015. Lampiran 1: Interaksi Obat.

http://pionas.pom.go.id/ioni/lampiran-1-interaksi-obat-0 , diakses 25

September 2017.

Rahajeng, E., Tuminah, S. 2009. Prevalensi Hipertensi dan Determinannya di

Indonesia. Majalah Kedokteran Indonesia. 59(12):580- 587

Rahmiati, F., R. handayani., dan V. Gosal. 2006. Kajian Retrospektif Interaksi

Obat di Rumah Sakit Pendidikan Dr. Srdjito Yogyakarta. Majalah

Farmasi Indonesia. 17(4): 177-183

Rochepin, ceftriaxone sodium (prescribing information). South San Fransisco,

CA: Genentech USA Inc; June 2015.

Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Sukoharjo. 2017. Tentang Kami.

http://rsud.sukoharjokab.go.id/v2/tentang-kami diakses tanggal 27

november 2017.

Setiawati, A., 2007, Interaksi Obat dalam: Farmakologi dan Terapi, Departemen

Farmakologi dan Terapeutik FKUI, Jakarta, Hal. 862-867.

Sinaga, E., 2004, Interaksi Antara Beberapa Obat (Drug Interaction), (Online),

(http://www.depkes.go.id/index.php?option=articles&task=viewarticle&art

id=172&Itemid=3 , diakses 2 Maret 2011).

Singalingging, G. 2011. Karakteristik Penderita Hipertensi Di Rumah Sakit

Umum Herna Medan 2011. Medan :1-6.

Siregar, Kumolosasi. 2006. Farmasi Klinik Teori dan Penerapan. Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran EGC, 120.

Sjahrir H. Patofisiologi nyeri kepala. In: Nyeri kepala dan vertigo, Yogyakarta:

Pustaka Cendekia Press: 2008. p. 1,2,16,50-72.

Page 76: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

59

Subekti, N. B., 2009, Buku Saku Patofisiologi, Penerbit Andi, Yogyakarta, hal.

51-52.

Stockley, L.H. 1999. Drug Interaction. Edisi 5. London: Pharmaceutical Press.,

London.

Stockley, L.H. 2008. Stockley’s Drug Interaction. Eight Edition. Pharmaceutical

Press., London. p. 2-11, 23, 36.

Sukandar EY, Ardrajati R, Sigit IJ, Adnyana IK, Setiadi AP. 2009. Hipertensi.

ISO Farmakoterapi. Jakarta: ISFI. Hlm 119-128.

Syamsudin, 2011, Interaksi Obat: Konsep Dasar dan Klinis, Penerbit UI-Press,

Jakarta, Hal. 36-68, 78-85.

Tan, H. T. & Raharja, K. 2007. Obat-obat penting: Khasiat, Penggunaan Obat

dan Efek-efek sampingnya, Edisi kelima, Cetakan kedua, Penerbit PT. Elex

Media Komputindo, Jakarta, Hal. 509-510.

Tatro, D., 2001. Drug Interaction Facts 6 Edition, Facts and Comparison, a

Wolter Kuwers, St Louis.

Tatro, D.S., 2009, Drug Interaction FactsTM

, Fact and Comparison, Missouri

California.

Thanacoody. 2012. Drug Interactions. Dalam Buku Walker R dan Whittlesea,

Editor. Clinical Pharmacy and Therapeutics. Fifth Edition. London:

Churchill Livingstone Elsevier, 119-131.

The International Classification of Headache Disorders. [online]. 2004; Available

from : http://www.ihs-classification.org. diakses tanggal 10 Jul. 18

Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit. Pasal 52 ayat 1,

Jakarta.

Walker, R., Edwards, C., 2006. Clinical Pharmacy and Therapeutics. Chucrill

Livingstone, Spain.

WHO. 2003. International Society of Hypertension (ISH) statement on

management of hypertension. Journal of Hypertension. 21(11): 1983-

1992. Lippincott Williams and Wilkins.

World Health Organization. 2015. Blood pressure prevalance.

http://www.who.int/gho/ncd/risk_factors/blood_pressure_prevalence_text/

en diakses tanggal 25 September 2017

Page 77: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

60

Page 78: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

61

Lampiran 1. Surat Keterangan Izin Penelitian

Page 79: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

62

Lampiran 2. Ethical Clearance

Page 80: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

63

Lampiran 3. Surat Keterangan Telah Selesai Melakukan Penelitian

Page 81: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

6

4

Lampiran 4. Data interaksi obat

No Pasien Umur Tgl

Masuk

Tgl

Keluar

TD MRS

(mmHg)

TD KRS

(mmHg)

Hari

Rawat

Ke

Obat Interaksi Mekanisme Taraf

Signifikan Peringkat Resiko Ringkasan

1 Ny. SS

45

th

3/1/17 10/1/17 170/100 100/70 1 Inf. D5%

Inj. Ondancentron

Inj. Furosemid 10

mg/ml

Inj. Ranitidin 25

mg/ml

Amlodipin 10 mg 1x1

Captopril 25 mg 3x1

Betahistin 6 mg 3x1

Captopril +

Furosemid

Farmakodinamik Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan efek

hipotensi dari Captopril

2 Inf. D5%

Inj. Ranitidin 25

mg/ml

Amlodipin 10 mg 1x1

Captopril 25 mg 3x1

Betahistin 6 mg 3x1

Tidak terdapat interaksi

3 Inf. D5%

Inj. Ranitidin 25

mg/ml

Amlodipin 10 mg 1x1

Captopril 25 mg 3x1

Betahistin 6 mg 3x1

Klonidin 0,15 mg 2x1

Tidak terdapat interaksi

4 Inj. Ranitidin 25

mg/ml

Amlodipin 10 mg 1x1

Captopril 25 mg 3x1

Betahistin 6 mg 3x1

Klonidin 0,15 mg 2x1

Tidak terdapat interaksi

Page 82: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

6

5

5 Inf. D5%

Inj. Ranitidin 25

mg/ml

Betahistin 6 mg 3x1

Klonidin 0,15 mg 2x1

Tidak terdapat interaksi

6 Inf. D5%

Inj. Ranitidin 25

mg/ml

Betahistin 6 mg 3x1

Klonidin 0,15 mg 2x1

Tidak terdapat interaksi

7 Inf. D5%

Inj. Ranitidin 25

mg/ml

Betahistin 6 mg 3x1

Klonidin 0,15 mg 2x1

Tidak terdapat interaksi

8 Tidak mendapat terapi Tidak terdapat interaksi

2 Ny. Y 59

th

1/1/17 4/1/17 160/100 160/90 1 Inf. NaCl

Asering

Epinefrin drop

Inj. Antalgin 1g/2ml

HCT 25 mg 2x1

Captopril 25 mg 2x1

Ketorolac +

Captopril

Farmakodinamik Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan

toksisitas dan

menurunkan fungsi

ginjal

Inf. RL

Ceftriaxone 1g/amp

Ketorolac 30mg/amp

As. Tranexamat

500mg/amp

Captopril 25 mg 3x1

Clobazam 1x1

Hydrochlorothi

azide +

Captopril

Farmakodinamik Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan efek

hipotensi dan efek

nefrotoksik Captopril

2 Ceftriaxone 1g/amp

Clobazam 1x1

Tidak terdapat interaksi

3 Asering

Ceftriaxone 1g/amp

Metamizole +

Hydrochlorothi

Farmakokinetik Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan efek

nefrotoksik metamizole

Page 83: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

6

6

As. Tranexamat

500mg/amp

Gastridin

Novalgin

Candesartan 16 mg

1x1

Clobazam 1x1

Amlodipin 10 mg 1x1

HCT 25 mg 1x1

Betahistin 6 mg 1x1

Ambroxol 30 mg 1x1

azide dan mengurangi efek

terapeutik thiazide

Metamizole +

Amlodipin

Unknown Minor B: Tidak

tindakan yang

diperlukan

mengurangi efek

antihipertensi

amlodipine

4 Clonex 500mg 3x1

Candesartan 16 mg

1x1

Amlodipin 10 mg 1x1

Clobazam 1x1

Ambroxol 3x1

Betahistin 3x1

Tidak terdapat interaksi

3 Ny. S 54

th

10/1/17 13/1/17 180/120 120/80 1 Inf. RL

Inj. Difenhidramin

Inj. Ranitidin 25

mg/ml

Amlodipin 10 mg 1x1

Frego 5 mg 2x1

Betahistin 10 mg 3x1

Tidak terdapat interaksi

2 Inf. RL

Inj. Ranitidin

Inj. Antalgin

Clobazam 10 mg 1x1

Amlodipin 10 mg 1x1

Tidak terdapat interaksi

3 Inf. RL

Inj. Ranitidin

Inj. Antalgin

Clobazam 10 mg 1x1

Tidak terdapat interaksi

Page 84: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

6

7

Amlodipin 10 mg 1x1

Betahistin 10 mg 3x1

4 Ny. N 72

th

30/1/17 1/2/17 210/120 120/100 1 Inf. RL

Inj. Antalgin

Inj. Ranitidin

Ulsidex 3x1

Amlodipin 1x1

Captopril 3x1

Phospoda

Tidak terdapat interaksi

2 Inf. RL

Inj. Antalgin

Inj. Ranitidin

Amlodipin 1x1

Captopril 3x1

Phospoda

Antasid 3x1

Amlodipin +

Antasid

Farmakodinamik Moderate C: Pantau terapi Mengurangi efek

terapeutik amlodipin

Captopril +

Antasid

Unknown Moderate C: Pantau terapi Mengurangi

konsentrasi serum

captopril dan

menurunkan absorbsi

di GI

3 Amlodipin 1x1

Captopril 3x1

Scopamin 2x1

Lansopraol 1x1

Antasid 3x1

Captopril +

Antasid

Unknown Moderate C: Pantau terapi Mengurangi

konsentrasi serum

captopril

5 Ny. EP 35

th

12/1/17 16/1/17 180/100 140/70 1 Inf. RL

Inj. Ondancentron

Inj. Antalgin

Inj. Furosemid

Sucralfat 3x1

Amlodipin 10 mg 1x1

Tidak terdapat interaksi

2 Inf. RL

Inj. Omeprazol

Inj. Ranitidin

Captopril 25 mg 3x1

Diazepam 2 mg 3x1

Amlodipin 10 mg 1x1

Tidak terdapat interaksi

Page 85: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

6

8

3 Inf. RL

Inj. Omeprazol

Inj. Ranitidin

Captopril 25 mg 3x1

Diazepam 2 mg 3x1

Amlodipin 10 mg 1x1

Tidak terdapat interaksi

4 Inf. RL

Inj. Omeprazol

Inj. Ranitidin

Captopril 25 mg 3x1

Diazepam 2 mg 3x1

Amlodipin 10 mg 1x1

Tidak terdapat interaksi

6 Ny. K 66

Th

9/2/17 13/2/17 160/100 90/60 1 Inf. RL

Inj. Ranitidin

Inj. Ondancentron

Inj. Difenhidramin

Antasid 3x1

Betahistin 3x1

Tidak terdapat interaksi

2 Inf. RL

Inj. Ranitidin

Captopril 25 mg 3x1

Amlodipin 1x1

Clobazam 10 mg 1x1

Tidak terdapat interaksi

3 Inf. RL

Inj. Ranitidin

Captopril 25 mg 3x1

Amlodipin 1x1

Clobazam 10 mg 1x1

Tidak terdapat interaksi

4 Inf. RL

Inj. Ranitidin

Captopril 25 mg 3x1

Amlodipin 1x1

Clobazam 10 mg 1x1

Tidak terdapat interaksi

Page 86: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

6

9

5 Ranitidin tab 3x1

Captopril 25 mg 3x1

Amlodipin tab 5 mg

1x1

Curcuma 2x1

Tidak terdapat interaksi

7 Ny. S 75

Th

24/2/17 27/2/17 180/80 160/100 1 Inf. RL

Inj. Ceftriaxone

Inj. Ranitidin

Inj. Ondancentron

Inf. PCT

Amlodipin tab 5 mg

1x1

Ceftriaxone +

Ringer Lactat

Farmakokinetik Major C: Pantau terapi Meningkatkan efek

toksik dari ceftriaxone

2 Inf. RL

Inj. Antalgin

Candesartan tab 8 mg

1x1

HCT tab 25 mg 1x1

Curcuma tab 3x1

Tidak terdapat interaksi

3 Inf. RL

Inj. Antalgin

Candesartan tab 8 mg

1x1

HCT tab 25 mg 1x1

Curcuma tab 3x1

Amlodipin tab 5 mg

1x1

Tidak terdapat interaksi

8 Ny. K 49

Th

6/2/17 10/2/17 150/100 110/80 1 Inf. KA-EN 3B

Inj. B1, B6, B12

Inj. Difenhidramin

Inj. Antalgin

Inj. Furosemid

Betahistin 3x1

Amlodipin 5 mg 1x1

Clobazam 1x1

Tidak terdapat interaksi

Page 87: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

7

0

Captopril 50 mg 3x1

2 Inf. KA-EN 3B

Inj. B1, B6, B12

Inj. Difenhidramin

Inj. Antalgin

Inj. Furosemid

Betahistin 3x1

Amlodipin 5 mg 1x1

Clobazam 1x1

Captopril 50 mg 3x1

Tidak terdapat interaksi

3 Inf. Mecobalamin

Asering

Inj. Antalgin

Inj. Furosemid

Amlodipin 5 mg 1x1

Clobazam 1x1

Captopril 50 mg 3x1

Tidak terdapat interaksi

4 Asering

Inj. Antalgin

Inj. Omeprazol

Inj. Difenhiidramin

Captopril 25 mg 3x1

Clobazam 1x1

Tanapres tab 5 mg

1x1

Tidak terdapat interaksi

5 Captopril 25 mg 3x1

Clobazam 1x1

Tanapres tab 5 mg

1x1

HCT 1x1

Tidak terdapat interaksi

9 Ny.

PSH

47

th

8/2/17 10/2/17 190/120 130/80 1 Inf. RL

Inj. As. Tranexamat

Inj. Antalgin

Ceftriaxone +

Ringer Lactat

Farmakokinetik Major D:

Pertimbangkan

modifikasi

Meningkatkan efek

toksik dari ceftriaxone

Page 88: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

7

1

Inj. Ramitidin

Captopril tab 50 mg

3x1

Amlodipin tab 1x1

Inj. Adona

Inj. Ceftriaxone

terapi

2 Inf. RL

Inj. As. Tranexamat

Inj. Antalgin

Inj. Ramitidin

Captopril tab 50 mg

3x1

Amlodipin tab 1x1

Tidak terdapat interaksi

3 Captopril tab 50 mg

3x1

As. Tranexamat tab

3x1

Tidak terdapat interaksi

10 Ny. S 70

th

10/2/17 15/2/17 160/90 130/70 1 Inf. RL

Inj. Ramitidin

Inf. NaCl

Inj. Ceftriaxone

Pamol 3x1

Cholescor 3x1

Ceftriaxone +

Ringer Lactat

Farmakokinetik Major

D:

Pertimbangkan

modifikasi

terapi

Meningkatkan efek

toksik dari ceftriaxone

2 Inf. RL

Inj. Ramitidin

Inf. NaCl

Inj. Dexametason

Inj. Ceftriaxone

Pamol 3x1

Cholescor 3x1

Ceftriaxone +

Ringer Lactat

Farmakokinetik Major D:

Pertimbangkan

modifikasi

terapi

Meningkatkan efek

toksik dari ceftriaxone

3 Inf. NaCl

Inj. Dexametason

Inj. Ceftriaxone

Pamol 3x1

Tidak terdapat interaksi

Page 89: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

7

2

Cholescor 3x1

4 Inf. RL

Inj. Ceftriaxone

Pamol 3x1

Cholescor 3x1

Curcuma 3x1

Redaxin 3x1

Amlodipin 5 mg 1x1

Candesartan 8 mg 1x1

Ceftriaxone +

Ringer Lactat

Farmakokinetik Major D:

Pertimbangkan

modifikasi

terapi

Meningkatkan efek

toksik dari ceftriaxone

5 Inf. RL

Inj. Ceftriaxone

Pamol 3x1

Cholescor 3x1

Curcuma 3x1

HCT 1x1

Amlodipin 5 mg 1x1

Candesartan 8 mg 1x1

Ceftriaxone +

Ringer Lactat

Farmakokinetik Major D:

Pertimbangkan

modifikasi

terapi

Meningkatkan efek

toksik dari ceftriaxone

6 Inf. RL

Inj. Ceftriaxone

Pamol 3x1

Cholescor 3x1

Curcuma 3x1

HCT 1x1

Amlodipin 5 mg 1x1

Candesartan 8 mg 1x1

Ceftriaxone +

Ringer Lactat

Farmakokinetik Major D:

Pertimbangkan

modifikasi

terapi

Meningkatkan efek

toksik dari ceftriaxone

11 Ny. S 60

th

25/3/17 28/3/17 170/100 120/80 1 Inf. KA-EN 3B

Inj. Vitamin B1

Inj. Ranitidin

Inj. Ondancentron

Inj. Difenhidramin

Betahistin 3x1

Captopril 25 mg 3x1

Tidak terdapat interaksi

2 Inf. KA-EN 3B Tidak terdapat interaksi

Page 90: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

7

3

Inj. Ranitidin

Inj. Antalgin

Lisinopril 5 mg 1x1

Amlodipin 5 mg 1x1

3 Inf. KA-EN 3B

Inj. Ranitidin

Inj. Antalgin

Lisinopril 5 mg 1x1

Amlodipin 5 mg 1x1

Tidak terdapat interaksi

4 Inf. KA-EN 3B

Inj. Ranitidin

Inj. Antalgin

Lisinopril 5 mg 1x1

Amlodipin 5 mg 1x1

Tidak terdapat interaksi

12 Ny. M 54

th

7/3/17 10/3/17 230/130 140/80 1 RL

Inj. Furosemid

Inj. Antalgin

Inj. Ranitidin

Captopril 25 mg 3x1

Amlodipin 10 mg 1x1

Captopril +

Furosemid

Farmakodinamik Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan efek

hipotensi dari Captopril

2 RL

Inj. Ranitidin

Captopril 25 mg 3x1

Amlodipin 10 mg 1x1

Clobazam 1x1

Tidak terdapat interaksi

3 RL

Inj. Ranitidin

Captopril 25 mg 3x1

Amlodipin 10 mg 1x1

Clobazam 1x1

Tidak terdapat interaksi

13 Ny. S 67

th

1/3/17 4/3/17 200/100 160/100 1 Inf. Tutofusin

Inj. Antalgin

Amlodipin 10 mg 1x1

Candesartan 8 mg 1x1

Tidak terdapat interaksi

Page 91: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

7

4

Clobazam 2x1

2 RL

Inj. Antalgin

Amlodipin 10 mg 1x1

Candesartan 8 mg 1x1

HCT 10 mg 1x1

Vit. B complex tab

1x1

Alprazolam 0,5 mg

1x1

Natrium

Diklofenak +

Candesartan

Farmakodinamik Moderate C: Pantau terapi Mengurangi efek

terapeutik candesartan

& menurunkan fungsi

ginjal

Natrium

Diklofenak +

Hydrochlorothi

azide

Farmakodinamik Moderate C: Pantau terapi Mengurangi efek

terapeutik HCT &

meningkatkan efek

nefrotoksik

Amlodipin +

Natrium

diklofenak

Unknown Minor B: Tidak

tindakan yang

diperlukan

Mengurangi efek

terapeutik amlodipin

3 RL

Inj. Antalgin

Amlodipin 10 mg 1x1

Candesartan 8 mg 1x1

HCT 10 mg 1x1

Vit. B complex tab

1x1

Alprazolam 0,5 mg

1x1

Na. Diklofenak 50

Diazepam 3x1

Bisoprolol +

Natrium

Diklofenak

Farmakodinamik Moderate C: Pantau terapi Mengurangi efek

terapeutik bisoprolol

Natrium

Diklofenak +

Candesartan

Farmakodinamik Moderate C: Pantau terapi Mengurangi efek

terapeutik candesartan

& menurunkan fungsi

ginjal

Natrium

Diklofenak +

Hydrochlorothi

azide

Farmakodinamik Moderate C: Pantau terapi Mengurangi efek

terapeutik HCT &

meningkatkan efek

nefrotoksik

Amlodipin +

Natrium

diklofenak

Unknown Minor B: Tidak

tindakan yang

diperlukan

Mengurangi efek

terapeutik amlodipin

4 Vit. B complex tab

1x1

Amlodipin 10 mg 1x1

Candesartan 8 mg 1x1

HCT 10 mg 1x1

Na. Diklofenak 3x1

Omeprazol 2x1

Natrium

Diklofenak +

Candesartan

Farmakodinamik Moderate C: Pantau terapi Mengurangi efek

terapeutik candesartan

& menurunkan fungsi

ginjal

Natrium

Diklofenak +

Farmakodinamik Moderate C: Pantau terapi Mengurangi efek

terapeutik HCT &

Page 92: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

7

5

Sucralfat syr. 3x1C

Valisanbe 3x1

HCT meningkatkan efek

nefrotoksik

Amlodipin +

Natrium

diklofenak

Unknown Minor B: Tidak

tindakan yang

diperlukan

Mengurangi efek

terapeutik amlodipin

14 Ny. S 84

th

1/3/17 6/3/17 180/90 140/80 1 RL

Inj. Antalgin

Inj. Ranitidin

Inj. Ondancentron

Amlodipin 10 mg 1x1

Tidak terdapat interaksi

2 RL

Inj. Antalgin

Candesartan 8 mg 1x1

Amlodipin 10 mg 1x1

Vitamin B Comp 1x1

Tidak terdapat interaksi

3 RL

Inj. Antalgin

Inj. Ondancentron

Candesartan 8 mg 1x1

Amlodipin 10 mg 1x1

Vitamin B Comp 1x1

Alprazolam 0,5 mg

1x1

Domperidon 3x1

Betahistin 3x1

Domperidon +

Ondancentron

Farmakokinetik Major X: Hindari

kombinasi

Meningkatkan resiko

toksisitas

4 Bisoprolol 25 mg 1x1

Candesartan 16 mg

1x1

RL

Inj. Ondancentron

Amlodipin 10 mg 1x1

Vitamin B Comp 1x1

Alprazolam 0,5 mg

1x1

Domperidon +

Ondancentron

Farmakokinetik Major X: Hindari

kombinasi

Meningkatkan resiko

toksisitas

Page 93: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

7

6

Domperidon 3x1

Betahistin 3x1

5 Bisoprolol 25 mg 1x1

Candesartan 16 mg

1x1

RL

Inj. Ondancentron

Amlodipin 10 mg 1x1

Vitamin B Comp 1x1

Alprazolam 0,5 mg

1x1

Domperidon 3x1

Betahistin 3x1

Domperidon +

Ondancentron

Farmakokinetik Major X: Hindari

kombinasi

Meningkatkan resiko

toksisitas

6 Candesartan 16 mg

1x1

Amlodipin 10 mg 1x1

Vitamin B Comp 1x1

Betahistin 3x1

Ranitidn 2x1

Tidak terdapat interaksi

15 Ny. K 77

th

15/3/17 18/3/17 160/100 150/90 1 Asering

Inj. Ranitidin

Inj. Ceftriaxon

Captopril 12,5 mg 3x1

Sucralfat syr. 3x1C

Tidak terdapat interaksi

2 Inj. Brainact 500 mg

RL

Inj. Aminofluid

Inj. Ranitidin

Candesartan 8 mg 1x1

Amlodupin 5 mg1x1

Bisoprolol 5 mg 1x1

Omeprazole cap 20

mg 1x1

Tidak terdapat interaksi

Page 94: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

7

7

3 Inj. Brainact 500 mg

RL

Inj. Aminofluid

Inj. Ranitidin

Candesartan 8 mg 1x1

Amlodupin 5 mg1x1

Bisoprolol 5 mg 1x1

Neuroaid tab 3x2

Tidak terdapat interaksi

4 Candesartan 8 mg 1x1

Amlodupin 5 mg1x1

Bisoprolol 5 mg 1x1

Neuroaid tab 3x2

Brainact tab 500 mg

Tidak terdapat interaksi

16 Ny. SW 56

th

22/4/17 25/4/17 220/130 150/90 1 Asering

Inj. Ranitidin

Inj. Furosemid

Inj. Antalgin

Candesartan 16 mg

1x1

Diltiazem 3x1

Alprazolam 0,5 mg

1x1

CPG 1x1

ISDN 3x1/2

ISDN +

Diltiazem

Farmakokinetik Moderate C: Pantau terapi Menurunkan

metabolisme ISDN

2 Inf. Futrolit

Inj. Omeprazole

Inj. Antalgin

Inj. Ondancentron

Nitrokaf tab 2x1

Simvastatin tab 1x1

Concor tab 2,5 mg

1x1

Glyceryl

Trinitrate +

Bisoprolol

Farmakodinamik Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan efek

hipotensi glyceryl

trinitrate

3 Aqua pro injeksi

Inj. Omeprazole

Clopidogrel +

Omeprazole

Farmakokinetik Major D:

Pertimbangkan

Menurunkan efek

antiplatelet Clopidogrel

Page 95: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

7

8

Inj. Antalgin

Inj. Ondancentron

Nitrokaf tab 2x1

Simvastatin tab 1x1

Concor tab 2,5 mg

1x1

modifikasi

terapi

Bisoprolol +

Diltiazem

Farmakodinamik Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan efek

hipotensi diltiazem

Clopidogrel +

Diltiazem

Farmakokinetik Moderate C: Pantau terapi Menurunkan efek

clopidogrel

Glyceryl

Trinitrate +

Bisoprolol

Farmakodinamik Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan efek

hipotensi glyceryl

trinitrate

Glyceryl

Trinitrate +

Candesartan

Farmakodinamik Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan efek

hipotensi glyceryl

trinitrate

Glyceryl

Trinitrate +

Diltiazem

Farmakodinamik Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan efek

hipotensi glyceryl

trinitrate

Glyceryl

Trinitrate +

ISDN

Farmakodinamik Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan efek

hipotensi glyceryl

trinitrate

ISDN +

Bisoprolol

Farmakodinamik Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan efek

hipotensi ISDN

ISDN +

Candesartan

Farmakodinamik Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan efek

hipotensi ISDN

ISDN +

Diltiazem

Farmakodinamik Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan efek

hipotensi ISDN

4 Inf. Futrolit

Inj. Ranitidin

Inj. Ondancentron

Asering

Tidak terdapat interaksi

17 Ny. S 56

th

26/4/17 28/4/17 190/100 140/90 1 RL

Inj. Antalgin

Inj. Rannitidin

Inj. Difenhidramin

Inj. Ondancentron

Betahistine +

Difenhidramin

Unknown Moderate C: Pantau terapi Antihistamine dapat

mengurangi efek

terapeutik betahistine

Ondansentron

+

Farmakokinetik Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan efek

ondansentron

Page 96: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

7

9

Amlodipin tab 10 mg

1x1

Captopril tab 50 mg

3x1

Betahistin 3x1

Difenhidramin

2 RL

Inj. Ketorolac

Inj. Ranitidin

Inj. Ondancentron

Sucralfat syr. 3xC1

Captopril tab 50 mg

3x1

Amlodipin tab 10 mg

1x1

Betahistin 6 mg 3x1

Dimenhidrinat tab 50

mg 3x1/2

Ketorolac +

Captopril

Farmakodinamik Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan

toksisitas dan

menurunkan fungsi

ginjal

Amlodipin +

Ketorolac

Unknown Minor B: Tidak

tindakan yang

diperlukan

Mengurangi efek

antihipertensi dari

amlodipin

3 Captopril tab 50 mg

3x1

Amlodipin tab 10 mg

1x1

Betahistin tab 6 mg

3x1

Dimenhidrinat tab 50

mg 3x1/2

Betahistine +

Dimenhidrinat

Unknown Moderate C: Pantau terapi Antihistamine dapat

mengurangi efek

terapeutik betahistine

18 Ny. S 72

th

31/3/17 4/4/17 200/100 140/90 1 Inf. Tutofusin

Inj. Ranitidin

Inj. Ketorolac

Inj. Hyosin

Captopril 25 mg 3x1

Clobazam 1x1

Laxadin 3x1

Ketorolac +

Captopril

Farmakodinamik Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan

toksisitas dan

menurunkan fungsi

ginjal

2 Inf. Tutofusin

Inj. Antalgin

Tidak terdapat interaksi

Page 97: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

8

0

Inj. Ranitidin

Inj. Hyosin butil

bromid

Captopril 25 mg 3x1

Clobazam 1x1

Betahistin 3x1

Amlodipin 1x1

3 Immatrol tetes mata

3x1 gtt

Inf. Tutofusin

Inj. Antalgin

Inj. Ranitidin

Inj. Hyosin butil

bromid

Captopril 25 mg 3x1

Clobazam 1x1

Betahistin 3x1

Amlodipin 1x1

Tidak terdapat interaksi

4 Captopril 25 mg 3x1

Clobazam 1x1

Amlodipin 1x1

Catarcent 5 ml tts

mata 3x1/2 tts

Betahistin 2x1

Pct 300 mg 2x1

B1 2x1

Tidak terdapat interaksi

19 Ny. H 49

th

7/4/17 10/4/17 180/130 150/100 1 RL

Inj. Antalgin

Inj. Ranitidin

Amlodipin 10 mg 1x1

Clonidin 3x1

Diltiazem 3x1

Inj. Ondancentron

Amlodipin +

Diltiazem

Farmakokinetik Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan

konsentrasi serum

amlodipin

Diltiazem +

Clonidine

Unknown Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan efek

AV-blocking dari

diltiazem

Page 98: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

8

1

2 RL

Inj. Antalgin

Inj. Ranitidin

Amlodipin 10 mg 1x1

Clonidin 3x1

Diltiazem 3x1

Amlodipin +

Diltiazem

Farmakokinetik Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan

konsentrasi serum

amlodipin

Diltiazem +

Clonidine

Unknown Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan efek

AV-blocking dari

diltiazem

3 RL

Inj. Antalgin

Inj. Ranitidin

Amlodipin 10 mg 1x1

Clonidin 3x1

Diltiazem 3x1

Amlodipin +

Diltiazem

Farmakokinetik Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan

konsentrasi serum

amlodipin

Diltiazem +

Clonidine

Unknown Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan efek

AV-blocking dari

diltiazem

20 Ny. W 64

th

31/3/17 3/4/17 200/100 130/70 1 RL

Inj. Furosemid

Inj. Vitamin K

Inj. As. Tranexamat

Captopril 25 mg 3x1

ISDN 3x1

Captopril +

Furosemid

Farmakodinamik Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan efek

hipotensi dari Captopril

ISDN +

Captopril

Farmakodinamik Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan efek

hipotensi ISDN

ISDN +

Furosemid

Farmakodinamik Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan efek

hipotensi ISDN

2 Inf. D5%

Inj. Furosemid

Inj. Vitamin K

Inj. As. Tranexamat

Captopril 25 mg 3x1

Diazepam 2 mg 3x1

Tidak terdapat interaksi

3 Arixtra 2.5 mg inj

Diazepam 2 mg

Amlodipin 10 mg

besilat

Vitamin K tab 10 mg

Asam tranexamat 250

inj

Ranitidin inj 25

mg/ml

D5 ogb

Tidak terdapat interaksi

Page 99: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

8

2

Nacl 500 ml inf

Candesartan 16 mg

4 Ranitidin inj 25

mg/ml

D5 ogb

NaCl 500 ml inf

Valisanbe 2 mg tab

Amlodipin 10 mg

besilat

Candesartan 16 mg

Vitamin k tab 10 mg

Asam tranexamat 250

inj

Tidak terdapat interaksi

21 Ny. R 65

th

28/4/17 2/5/17 200/110 140/90 1 Kaen 3 b alprazolam

0,5

Diltiazem hcl

Amlodipin 10 mg

besilat

Omeprazole inj

Antalgin inj

1000mg/2ml

Tidak terdapat interaksi

2 Betahistin 6 mg

Hct 25 mg

Captopril 50 mg

Amlodipin 10 mg

besilat

Antalgin inj

1000mg/2ml

RL ogb inf

Hydrochlorothi

azide +

Captopril

Farmakodinamik Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan efek

hipotensi dan efek

nefrotoksik Captopril

3 Betahistin 6 mg

Hct 25 mg

Captopril 50 mg

Amlodipin 10 mg

besilat

Hydrochlorothi

azide +

Captopril

Farmakodinamik Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan efek

hipotensi dan efek

nefrotoksik Captopril

Page 100: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

8

3

Antalgin inj

1000mg/2ml

Kaen 3 b

4 Tanapress 10 mg

Hct 25 mg

Amlodipin 10 mg

besilat

Hydrochlorothi

azide +

Captopril

Farmakodinamik Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan efek

hipotensi dan efek

nefrotoksik Captopril

22 Ny. T 72

th

4/5/17 8/5/17 180/100 140/90 1 Amlodipin 10 mg

besilat

Antalgin inj

1000mg/2ml

Ranitidin inj 25

mg/ml

Vit. B12 inj 500 mg

Vit. B1 inj 100 mg

RL ogb inf

Tidak terdapat interaksi

2 Candesartan 8 mg

Amlodipin 10 mg

besilat

Valisanbe 2 mg tab

Antalgin inj

1000mg/2ml

Ranitidin inj 25

mg/ml

Tidak terdapat interaksi

3 Sucralfate 100 ml

syrup

Candesartan 8 mg

Valisanbe 2 mg tab

Antalgin inj

1000mg/2ml

Ranitidin inj 25

mg/ml

RL ogb inf

Ranitidin inj 25mg/ml

Tidak terdapat interaksi

Page 101: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

8

4

4 Antalgin inj

1000mg/2ml

Ranitidin inj 25

mg/ml

Candesartan 8 mg

Valisanbe 2 mg tab

Vit. B12 inj 500 mg

Vit. B1 inj 100 mg

Tidak terdapat interaksi

23 Ny. M 71

th

24/5/17 30/5/17 180/100 150/80 1 Citicolin 500 inj

Vit. B12 inj 500 mg

Vit.B12 inj 500 mg

RL inf

Tidak terdapat interaksi

2 Hct 25 mg

Amlodipin 10 mg

besilat

Pletaal 100 mg tab

Citicolin 500 inj

Tutofusin inf

Tidak terdapat interaksi

3 Tutofusin inf

Citicolin 500 inj

Hct 25 mg

Amlodipin 10 mg

besilat

Simvastatin 10 mg

Citicolin tab

Pletaal 100 mg tab

Tidak terdapat interaksi

4 Simvastatin 10 mg

HCT 25 mg

Amlodipin 10 mg

Citicolin tab

Pletaal 100 mg tab

Tutofusin inf

Tidak terdapat interaksi

5 Simvastatin 10 mg

Hct 25 mg

Simvastatin +

Amlodipin

Farmakokinetik Major D:

Pertimbangkan

Meningkatkan

konsentrasi serum

Page 102: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

8

5

Amlodipin 10 mg

besilat

Pletaal 100 mg tab

Citicolin tab

Tutofusin inf

modifikasi

terapi

simvastatin

6 Simvastatin 10 mg

Hct 25 mg

Amlodipin 10 mg

besilat

Pletaal 100 mg tab

Citicolin tab

Simvastatin +

Amlodipin

Farmakokinetik Major D:

Pertimbangkan

modifikasi

terapi

Meningkatkan

konsentrasi serum

simvastatin

24 Ny. S 76

th

28/5/17 3/6/17 200/110 140/90 1 RL ogb inf captopril

25 mg

Betahistin 6 mg

Ondansetron inj 4 mg

Antalgin inj

1000mg/2ml

Ranitidin inj 25

mg/ml

Furosemid inj 10

mg/ml

Aquabidest 25 ml pro

inj

Captopril +

Furosemid

Farmakodinamik Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan efek

hipotensi dari Captopril

2 HCT 25 mg

Captopril 25 mg

Betahistin 6 mg

Nacl 100 ml /piggy

bag

Antalgin inj

1000mg/2ml

E-some injeksi

RL ogb inf

Aminofluid inf 500 ml

Hydrochlorothi

azide +

Captopril

Farmakodinamik Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan efek

hipotensi dan efek

nefrotoksik Captopril

Page 103: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

8

6

3 Flunarizin 5 mg

HCT 25 mg

Captopril 25 mg

Betahistin 6 mg

Antalgin inj

1000mg/2ml

E-some injeksi

NaCl 100 ml

Aminofluid inf 500 ml

RL ogb inf

Hydrochlorothi

azide +

Captopril

Farmakodinamik Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan efek

hipotensi dan efek

nefrotoksik Captopril

4 HCT 25 mg

Captopril 25 mg

Betahistin 6 mg

Antalgin inj

1000mg/2ml

NaCl 100 ml

E-some injeksi

LK ogb inf

aminofluid inf 500 ml

Difenhidramin inj

Clobazam

Flunarizin 5 mg

Betahistine +

Difenhidramin

Unknown Moderate C: Pantau terapi Antihistamine dapat

mengurangi efek

terapeutik betahistine

Hydrochlorothi

azide +

Difenhidramin

Farmakokinetik Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan

konsentrasi serum

thiazide

5 HCT 25 mg

Captopril 25 mg

Betahistin 6 mg

Antalgin inj

1000mg/2ml

NaCl 100 ml

RL ogb inf

Aminofluid inf 500 ml

Difenhidramin inj

Clobazam

Flunarizin 5 mg

E-some injeksi

Betahistine +

Difenhidramin

Unknown Moderate C: Pantau terapi Antihistamine dapat

mengurangi efek

terapeutik betahistine

Hydrochlorothi

azide +

Captopril

Farmakodinamik Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan efek

hipotensi dan efek

nefrotoksik Captopril

Hydrochlorothi

azide +

Difenhidramin

Farmakokinetik Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan

konsentrasi serum

thiazide

Page 104: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

8

7

6 Clobazam

Difenhidramin inj

Flunarizin 5 mg

HCT 25 mg

Captopril 25 mg

Betahistin 6 mg

Antalgin inj

1000mg/2ml

E-some injeksi

NaCl 100 ml

Aminofluid inf 500 ml

RL ogb inf

Betahistine +

Difenhidramin

Unknown Moderate C: Pantau terapi Antihistamine dapat

mengurangi efek

terapeutik betahistine

Hydrochlorothi

azide +

Captopril

Farmakodinamik Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan efek

hipotensi dan efek

nefrotoksik Captopril

Hydrochlorothi

azide +

Difenhidramin

Farmakokinetik Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan

konsentrasi serum

thiazide

7 Ranitidin tab

HCT 25 mg

Captopril 25 mg

Dimenhidrinat 50 mg

Betahistin 6 mg

Betahistine +

Dimenhidrinat

Unknown Moderate C: Pantau terapi Antihistamine dapat

mengurangi efek

terapeutik betahistine

Hydrochlorothi

azide +

Captopril

Farmakodinamik Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan efek

hipotensi dan efek

nefrotoksik Captopril

Hydrochlorothi

azide +

Dimenhidrinat

Farmakokinetik Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan

konsentrasi serum

thiazide

25 Ny.

SWT

70

th

7/6/17 9/6/17 190/100 130/70 1 Amlodipin 10 mg

besilat

Furosemid inj 10

mg/ml

Antalgin inj

1000mg/2ml

Ranitidin inj 25

mg/ml

RL ogb inf

Lisinopril 10

Tidak terdapat interaksi

2 Lisinopril 10

Amlodipin 10 mg

besilat

Tidak terdapat interaksi

Page 105: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

8

8

Antalgin inj

1000mg/2ml

Ranitidin inj 25

mg/ml

RL ogb inf

3 Lisinopril 10

Amlodipin 10 mg

besilat

Tidak terdapat interaksi

26 Ny.

PDS

42

th

18/1/17 20/1/17 160/110 140/90 1 RL ogb inf

Captopril 12,5 mg

Ranitidin inj 25

mg/ml

Amlodipin 10 mg

besilat

Vitamin b1 inj 100mg

Tidak terdapat interaksi

2 Amlodipin 10 mg

besilat

Candesartan 8 mg

Dasabion

Betahistin 6 mg

Ranitidin inj 25

mg/ml

Hydrox 450 ml

Ketorolac inj 30 mg

Clonex 500 mg

RL ogb inf

Ketorolac +

Candesartan

Farmakodinamik Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan

toksisitas dan

menurunkan fungsi

ginjal

Amlodipin +

Ketorolac

Unknown Minor B: Tidak

tindakan yang

diperlukan

Mengurangi efek

antihipertensi dari

amlodipin

3 Amlodipin 10 mg

besilat

Candesartan 8 mg

Betahistin 6 mg

Fenofibrate 100 mg

Ranitidin tab

Tidak terdapat interaksi

27 Ny. D 76

th

29/5/17 2/6/17 190/110 140/70 1 RL ogb inf

Captopril 25 mg

Captopril +

Furosemid

Farmakodinamik Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan efek

hipotensi dari Captopril

Page 106: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

8

9

furosemid inj 10

mg/ml

Ranitidin inj 25

mg/ml

Ondansetron inj 4 mg

2 Clobazam

Captopril 25 mg

Furosemid inj 10

mg/ml

Ranitidin inj 25

mg/ml

Ondansetron inj 4 mg

RL ogb inf

Captopril +

Furosemid

Farmakodinamik Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan efek

hipotensi dari Captopril

3 Captopril 25 mg

Antalgin inj

1000mg/2ml

RL ogb inf

Tidak terdapat interaksi

4 Ondansetron inj 4 mg

Omeprazole inj

Captopril 25 mg

Antalgin inj

1000mg/2ml

RL ogb inf

Tidak terdapat interaksi

28 Ny. SW 36

th

13/6/17 16/6/17 260/150 150/90 1 Clobazam

Diltiazem hcl

Captopril 25 mg

Asam tranexamat 500

inj

Vitamin k inj 10

mg/ml

Furosemid inj 10

mg/ml

Herbesser 50 mg/ml

Carbazochrome 10

Captopril +

Furosemid

Farmakodinamik Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan efek

hipotensi dari Captopril

Page 107: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

9

0

mg inj

Futrolit inf

RL ogb inf

2 Asam tranexamat 500

inj

Clobazam

Diltiazem hcl

Captopril 25 mg

Asam tranexamat 500

inj

Vitamin k inj 10

mg/ml

Furosemid inj 10

mg/ml

Herbesser 50 mg/ml

Carbazochrome 10

mg inj

Futrolit inf

Rl ogb inf

Ranitidin inj 25

mg/ml

Carbazochrome 10

mg inj

Captopril +

Furosemid

Farmakodinamik Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan efek

hipotensi dari Captopril

3 Ranitidin inj 25

mg/ml

Clobazam

Captopril 25 mg

Diltiazem hcl

Asam tranexamat 500

inj

Vitamin k inj 10

mg/ml

Furosemid inj 10

Captopril +

Furosemid

Farmakodinamik Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan efek

hipotensi dari Captopril

Page 108: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

9

1

mg/ml

Futrolit inf

4 Herbesser cd 100

Tanapress 5 mg

Hct 25 mg

Kalnex 250

Hydrochlorothi

azide +

Imidapril

Farmakodinamik Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan efek

hipotensi dan efek

nefrotoksik Captopril

29 Ny. S 47

th

7/5/17 10/5/17 170/120 140/80 1 Rl ogb inf

Amlodipin 10 mg

besilat

Captopril 25 mg

Aquabidest 25 ml

pro inj

Ranitidin inj 25

mg/ml

Antalgin inj

1000mg/2ml

Tidak terdapat

interaksi

2 Clobazam

Captopril 25 mg

Betahistin 6 mg

Aquabidest 25 ml

pro inj

Ranitidin inj 25

mg/ml

Antalgin inj

1000mg/2ml

Rl ogb inf

Tidak terdapat

interaksi

3 Mecobalamin inj

Amlodipin 10 mg

besilat

Tidak terdapat

interaksi

Page 109: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

9

2

Clobazam

Captopril 25 mg

Betahistin 6 mg

Ranitidin inj 25

mg/ml

Antalgin inj

1000mg/2ml

Rl ogb inf

30 Ny. S 61

th

3/10/17 5/10/17 140/100 120/90 1 Rl ogb inf

Sucralfate 100 ml

syrup

Antalgin inj

1000mg/2ml

Ranitidin inj 25

mg/ml

Ondansetron inj 4

mg

Tidak terdapat

interaksi

2 Betahistin 6 mg

Antalgin inj

1000mg/2ml

Ranitidin inj 25

mg/ml

Ondansetron inj 4

mg

Rl ogb inf

Tidak terdapat

interaksi

3 Ranitidin tab

Ondansetron tab 4

mg

Antalgin 500

Betahistin 6 mg

Tidak terdapat

interaksi

31 Ny. S 77 6/10/17 20/10/17 210/100 130/70 1 Tidak terdapat

Page 110: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

9

3

th HERBESSER 50

MG/ML

CLOBAZAM

CAPTOPRIL 50

MG

ONDANSETRON

INJ 4 MG

RANITIDIN INJ

25 MG/ML

FUROSEMID INJ

10 MG/ML

RL OGB INF

SUCRALFATE

100 ML SYRUP

BETAHISTIN 6

MG

AMLODIPIN 10

MG BESILAT

CANUL O2

DEWASA

interaksi

Captopril +

Furosemid

Farmakodinamik Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan efek

hipotensi dari Captopril

2

AQUABIDEST 25

ML PRO INJ

BETAHISTIN 6

MG

DILTIAZEM HCL

CLOBAZAM

CAPTOPRIL 50

MG

OMEPRAZOLE

INJ

FUROSEMID INJ

10 MG/ML

Captopril +

Furosemid

Farmakodinamik Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan efek

hipotensi dari Captopril

Page 111: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

9

4

HERBESSER 50

MG/ML

SPUIT 5 CC

RL OGB INF

3 Diazepam 2 mg

Meloxicam 15 mg

Diltiazem hcl

Clobazam

Captopril 50 mg

Herbesser 50

mg/ml

Diazepam +

Diltiazem

Farmakokinetik Moderate C: Pantau terapi Menurunkan

metabolisme substrat

diazepam

Meloxicam +

Captopril

Farmakokinetik Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan efek

toksik dan menurunkan

fungsi ginjal

Diltiazem +

Meloxicam

Unknown Minor B: Tidak

tindakan yang

diperlukan

Mengurangi efek

antihipertensi dari

diltiazem

4 Diazepam 2 mg

Herbesser 50

mg/ml

Pen needle

microfine

Diltiazem hcl

Clobazam

Captopril 50 mg

Dexametasone inj 5

mg/1 ml

Dexamethason

e + Diltiazem

Farmakokinetik Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan

konsentrasi serum

dexamethasone

Diazepam +

Diltiazem

Farmakokinetik Moderate C: Pantau terapi Menurunkan

metabolisme substrat

diazepam

32 Ny. SM 35

th

29/8/17 2/9/17 150/110 120/80 1 Ringer fundin

Captopril 12,5 mg

Betahistin 6 mg

Ondansetron inj 4

mg

Difenhidramin inj

Vitamin b1 inj 100

mg

Betahistine +

Difenhidramin

Unknown Moderate C: Pantau terapi Antihistamine dapat

mengurangi efek

terapeutik betahistine

Page 112: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

9

5

Vitamin b12 inj

500 mg

2

CLOPIDOGREL

75 MG

AMLODIPIN 5

MG BESILAT

CAPTOPRIL 25

MG

BETAHISTIN 6

MG

ONDANSETRON

INJ 4 MG

ANTALGIN INJ

1000MG/2ML

RANITIDIN INJ

25 MG/ML

RINGER FUNDIN

PARACETAMOL

INF

DEXAMETASON

E INJ 5 MG/1 ML

Clopidogrel +

Amlodipin

Farmakokinetik Moderate C: Pantau terapi Menurunkan efek

clopidogrel

3

CLOPIDOGREL

75 MG

AMLODIPIN 5

MG BESILAT

CAPTOPRIL 25

MG

BETAHISTIN 6

MG

METOKLOPRAMI

D INJ

Clopidogrel +

Amlodipin

Farmakokinetik Moderate C: Pantau terapi Menurunkan efek

clopidogrel

Page 113: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

9

6

ANTALGIN INJ

1000MG/2ML

RANITIDIN INJ

25 MG/ML

RINGER FUNDIN

4 Ranitidin inj 25

mg/ml

Clopidogrel 75 mg

Amlodipin 5 mg

besilat

Captopril 25 mg

Antalgin inj

1000mg/2ml

Metoklopramid inj

Betahistin 6 mg

Clopidogrel +

Amlodipin

Farmakokinetik Moderate C: Pantau terapi Menurunkan efek

clopidogrel

5 Amlodipin 5 mg

besilat

Ranitidin tab

betahistin 6 mg

Tidak terdapat

interaksi

33 Ny. S 76

th

15/10/1

7

19/10/17 200/100 160/90 1 Clonidine 0,15 mg

Betahistin 6 mg

Herbesser 50

mg/ml

Ondansetron inj 4

mg

Antalgin inj

1000mg/2ml

Rl ogb inf

Diltiazem +

Clonidine

Unknown Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan efek

AV-blocking dari

diltiazem

2 Omeprazole inj

Clobazam

Nitrokaf f retard

Glyceryl

Trinitrate +

Clonidine

Farmakodinamik Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan efek

hipotensi dari glyceryl

trinitrate

Page 114: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

9

7

Laxadine emulsi 30

ml

Betahistin 6 mg

Clonidine 0,15 mg

Ondansetron inj 4

mg

Antalgin inj

1000mg/2ml

Ketorolac inj 30 mg

Rl ogb inf

Ketorolac inj 30 mg

3 Dulcolak supp 10 mg

Clobazam

Nitrokaf f retard

Betahistin 6 mg

Clonidine 0,15 mg

Glyceryl

Trinitrate +

Clonidine

Farmakodinamik Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan efek

hipotensi dari glyceryl

trinitrate

4 Nitrokaf f retard

Clonidine 0,15 mg

Betahistin 6 mg

Omeprazole inj

Antalgin inj

1000mg/2ml

Clobazam

Flunarizin 5 mg

Aquabidest 25 ml pro

inj

Glyceryl

Trinitrate +

Clonidine

Farmakodinamik Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan efek

hipotensi dari glyceryl

trinitrate

5 Betahistin 6 mg

Paracetamol 500 mg

Glyceryl

Trinitrate +

Clonidine

Farmakodinamik Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan efek

hipotensi dari glyceryl

trinitrate

Page 115: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

9

8

Antasida syr

Clobazam

Nitrokaf f retard

Clonidine 0,15 mg

34 Ny. HD 63

th

23/9/17 28/9/17 220/120 120/70 1 Amlodipin 10 mg

besilat

Captopril 12,5 mg

Ondansetron inj 4 mg

Furosemid inj 10

mg/ml

Omeprazole inj

Antalgin inj

1000mg/2ml

Rl ogb inf

Clobazam

Captopril +

Furosemid

Farmakodinamik Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan efek

hipotensi dari Captopril

2 Clobazam

Ondansetron inj 4 mg

Omeprazole inj

Antalgin inj

1000mg/2ml

Amlodipin 10 mg

besilat

Captopril 12,5 mg

Rl ogb inf

Tidak terdapat

interaksi

3 Dulcolak supp 10 mg

Tanapress 5 mg

Furosemid inj 10

mg/ml

Imidapril +

Furosemid

Farmakodinamik Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan efek

hipotensi dari imidapril

Page 116: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

9

9

Omeprazole inj

Asering

4 Dulcolak supp 10

mg

Tanapress 5 mg

Furosemid inj 10

mg/ml

Omeprazole inj

Imidapril +

Furosemid

Farmakodinamik Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan efek

hipotensi dari imidapril

5 Laxadine emulsi 30

ml

Tanapress 5 mg

Furosemid inj 10

mg/ml

Omeprazole inj

Imidapril +

Furosemid

Farmakodinamik Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan efek

hipotensi dari imidapril

35 Ny. S 49

th

9/12/17 13/12/17 220/120 140/90 1 Rl ogb inf

Sucralfate 100 ml

syrup

Isdn

Captopril 25 mg

Spironolacton 25 mg

Ondansetron inj 4 mg

Furosemid inj 10

mg/ml

Omeprazole inj

Diltiazem hcl

Cetirizine 10 mg

Acetylcystein 200 mg

tab

Captopril +

Furosemid

Farmakodinamik Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan efek

hipotensi dari Captopril

Captopril +

Spironolactone

Farmakodinamik Moderate C: Pantau terapi Meningaktkan efek

hiperkalemia dari

captopril

ISDN +

Captopril

Farmakodinamik Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan efek

hipotensi ISDN

ISDN +

Furosemid

Farmakodinamik Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan efek

hipotensi ISDN

ISDN +

Spironolactone

Farmakodinamik Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan efek

hipotensi ISDN

2 Acetylcystein 200 mg Captopril + Farmakodinamik Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan efek

Page 117: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

100

tab

Captopril 25 mg

Isdn

Spironolacton 25 mg

Cetirizine 10 mg

Ondansetron inj 4 mg

Furosemid inj 10

mg/ml

Omeprazole inj

Rl ogb inf

Furosemid hipotensi dari Captopril

Captopril +

Spironolactone

Farmakodinamik Moderate C: Pantau terapi Meningaktkan efek

hiperkalemia dari

captopril

ISDN +

Captopril

Farmakodinamik Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan efek

hipotensi ISDN

ISDN +

Furosemid

Farmakodinamik Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan efek

hipotensi ISDN

ISDN +

Spironolactone

Farmakodinamik Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan efek

hipotensi ISDN

3 Acetylcystein 200 mg

tab

Isdn

Spironolacton 25 mg

Captopril 50 mg

Kaen 3 b

Ondansetron inj 4 mg

Furosemid inj 10

mg/ml

Omeprazole inj

Rl ogb inf

Captopril +

Furosemid

Farmakodinamik Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan efek

hipotensi dari Captopril

Captopril +

Spironolactone

Farmakodinamik Moderate C: Pantau terapi Meningaktkan efek

hiperkalemia dari

captopril

ISDN +

Captopril

Farmakodinamik Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan efek

hipotensi ISDN

ISDN +

Furosemid

Farmakodinamik Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan efek

hipotensi ISDN

ISDN +

Spironolactone

Farmakodinamik Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan efek

hipotensi ISDN

4

CLOBAZAM

SPIRONOLACTON

25 MG

CAPTOPRIL 50 MG

KAEN 3 B

Ceftriaxone +

Ringer Lactat

Farmakokinetik Major D:

Pertimbangkan

modifikasi

terapi

Meningkatkan efek

toksik dari ceftriaxone

Captopril +

Furosemid

Farmakodinamik Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan efek

hipotensi dari Captopril

Captopril +

Spironolactone

Farmakodinamik Moderate C: Pantau terapi Meningaktkan efek

hiperkalemia dari

Page 118: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

101

ONDANSETRON

INJ 4 MG

FUROSEMID INJ 10

MG/ML

OMEPRAZOLE INJ

RL OGB INF

DILTIAZEM HCL

ACETYLCYSTEIN

200 MG TAB

ISDN

captopril

ISDN +

Captopril

Farmakodinamik Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan efek

hipotensi ISDN

ISDN +

Diltiazem

Farmakodinamik Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan efek

hipotensi ISDN

ISDN +

Spironolactone

Farmakodinamik Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan efek

hipotensi ISDN

5

CETIRIZINE 10 MG

ACETYLCYSTEIN

200 MG TAB

CEFADROXIL 500

MG

ULSIDEX

CLOPIDOGREL 75

MG

NITROKAF F

RETARD

HERBESSER CD

100

TANAPRESS 5 MG

TANAPRESS 10

MG

Glyceryl

Trinitrate +

Imidapril

Farmakodinamik Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan efek

hipotensi dari glyceryl

trinitrate

36 Ny. CI 72

th

10/11/1

7

13/11/17 190/80 120/70 1 Paracetamol inf

Hct 25 mg

Omeprazole inj

Paracetamol inf

Tidak terdapat

interaksi

Page 119: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

102

Rl ogb inf

2

ALPRAZOLAM

0,25 MG

AMLODIPIN 5 MG

BESILAT

BETAHISTIN 6 MG

ANTALGIN INJ

1000MG/2ML

RL OGB INF

Tidak terdapat

interaksi

3

AMBROXOL 30 MG

ALPRAZOLAM 0,25

MG

AMLODIPIN 5 MG

BESILAT

BETAHISTIN 6 MG

ANTALGIN INJ

1000MG/2ML

RL OGB INF

Tidak terdapat

interaksi

37 Ny. W 58

th

7/11/17 10/11/17 180/110 110/80 1 Rl ogb inf

Alprazolam 0,25 mg

Amlodipin 10 mg

besilat

Ranitidin inj 25

mg/ml

Neurobat f inj

Furosemid inj 10

mg/ml

Antalgin inj

1000mg/2ml

Tidak terdapat

interaksi

Page 120: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

103

2

CLOBAZAM

AMLODIPIN 10 MG

BESILAT

ANTALGIN INJ

1000MG/2ML

ACRAN INJ

NEUROBAT F INJ

RL OGB INF

Tidak terdapat

interaksi

3

CLOBAZAM

AMLODIPIN 10 MG

BESILAT

ONDANSETRON

INJ 4 MG

ANTALGIN INJ

1000MG/2ML

ACRAN INJ

NEUROBAT F INJ

RL OGB INF

Tidak terdapat

interaksi

38 Ny. S 55

th

23/10/1

7

25/10/17 180/100 140/90 1

CAPTOPRIL 12,5

MG

CLOBAZAM

HCT 25 MG

ONDANSETRON

INJ 4 MG

OMEPRAZOLE INJ

TUTOFUSIN INF

Hydrochlorothi

azide +

Captopril

Farmakodinamik Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan efek

hipotensi dan efek

nefrotoksik Captopril

Page 121: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

104

2

CLOBAZAM

HCT 25 MG

CAPTOPRIL 12,5

MG

HYOSIN BUTIL

BROMIDE 20 MG

INJ

ONDANSETRON

INJ 4 MG

OMEPRAZOLE INJ

TUTOFUSIN INF

Hydrochlorothi

azide +

Captopril

Farmakodinamik Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan efek

hipotensi dan efek

nefrotoksik Captopril

Hydrochlorothi

azide +

Hyoscine

butylbromide

Farmakokinetik Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan

konsentrasi serum

tiazid

3

SUCRALFATE 100

ML SYRUP

TANAPRESS 5 MG

HCT 25 MG

OMEPRAZOLE 20

MG CAP

SUCRALFATE 100

ML SYRUP

Hydrochlorothi

azide +

Imidapril

Farmakodinamik Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan efek

hipotensi dan efek

nefrotoksik Captopril

39 Ny.

MHS

64

th

7/10/17 10/10/17 180/110 130/80 1 Rl ogb inf

Candesartan 8 mg

Amlodipin 10 mg

besilat

Sucralfate 100 ml

syrup

Dimenhidrinat 50 mg

Betahistin 6 mg

Omeprazole inj

Betahistine +

Dimenhidrinat

Unknown Moderate C: Pantau terapi Antihistamine dapat

mengurangi efek

terapeutik betahistine

Page 122: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

105

Ondansetron inj 4 mg

Antalgin inj

1000mg/2ml

Difenhidramin inj

2 Candesartan 8 mg

Amlodipin 10 mg

besilat

Sucralfate 100 ml

syrup

Dimenhidrinat 50 mg

Betahistin 6 mg

Antalgin inj

1000mg/2ml

Tidak terdapat

interaksi

3

CLOPIDOGREL 75

MG

NITROKAF F

RETARD

BETAHISTIN 6 MG

CLOBAZAM

AMLODIPIN 5 MG

BESILAT

CANDESARTAN 8

MG

AQUABIDEST 25

ML PRO INJ

ONDANSETRON

INJ 4 MG

OMEPRAZOLE INJ

ANTALGIN INJ

1000MG/2ML

Tidak terdapat

interaksi

Page 123: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

106

ASERING

40 Tn. JH 44

th

17/12/1

7

19/12/17 210/130 130/80 1 Rl ogb inf

Amlodipin 10 mg

besilat

Diltiazem hcl

Vitamin k inj 10

mg/ml

Furosemid inj 10

mg/ml

Ranitidin inj 25

mg/ml

Asam tranexamat 500

inj

Amlodipin +

Diltiazem

Farmakokinetik Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan

konsentrasi serum

amlodipin

2 Amlodipin 5 mg

besilat

Nacl 100 ml

Asam tranexamat 500

inj

Carbazochrome 10 mg

inj

Rl ogb inf

Esomeprazole inj 40

mg

Tidak terdapat

interaksi

3

ALLOPURINOL 300

MG

CANDESARTAN 8

MG

AMLODIPIN 5 MG

BESILAT

Tidak terdapat

interaksi

41 Tn. GW 74

th

2/2/17 4/2/17 200/100 130/90 1 Rl ogb inf

Candesartan 8 mg

Amlodipin +

Diltiazem

Farmakokinetik Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan

konsentrasi serum

amlodipin

Page 124: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

107

Amlodipin 10 mg

besilat

Farsorbid 5 mg tab

Omeprazole inj

Furosemid inj 10

mg/ml

Herbesser 50 mg/ml

ISDN +

Amlodipin

Farmakodinamik Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan efek

hipotensi ISDN

ISDN +

Candesartan

Farmakodinamik Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan efek

hipotensi ISDN

ISDN +

Diltiazem

Farmakodinamik Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan efek

hipotensi ISDN

ISDN +

Furosemid

Farmakodinamik Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan efek

hipotensi ISDN

2 Clobazam

Amlodipin 10 mg

besilat

Farsorbid 5 mg tab

Candesartan 8 mg

Rl ogb inf

ISDN +

Amlodipin

Farmakodinamik Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan efek

hipotensi ISDN

ISDN +

Furosemid

Farmakodinamik Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan efek

hipotensi ISDN

3

AMLODIPIN 10 MG

BESILAT

CLOBAZAM

CANDESARTAN 8

MG

Tidak terdapat interaksi

42 Tn. S 45

th

23/3/17 27/3/17 160/120 110/80 1 Rl ogb inf

Amlodipin 10 mg

besilat

Captopril 25 mg

Betahistin 6 mg

Difenhidramin inj

Ranitidin inj 25

mg/ml

Ondansetron inj 4 mg

Betahistine +

Difenhidramin

Unknown Moderate C: Pantau terapi Antihistamine dapat

mengurangi efek

terapeutik betahistine

2

ONDANSETRON

Tidak terdapat

interaksi

Page 125: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

108

INJ 4 MG

RANITIDIN INJ 25

MG/ML

RL OGB INF

AMLODIPIN 10 MG

BESILAT

CAPTOPRIL 25 MG

3 Captopril 25 mg

Ondansetron inj 4 mg

Ranitidin inj 25

mg/ml

Rl ogb inf

Tidak terdapat

interaksi

4

AMLODIPIN 10 MG

BESILAT

CAPTOPRIL 25 MG

ONDANSETRON

INJ 4 MG

RANITIDIN INJ 25

MG/ML

Tidak terdapat

interaksi

43 Tn. YP 85

th

19/3/17 21/3/17 190/100 140/90 1 Asering

Paracetamol 500 mg

Amlodipin 10 mg

besilat

Furosemid inj 10

mg/ml

Ranitidin inj 25

mg/ml

Ketorolac inj 30 mg

Furosemid +

Ketorolac

Farmakodinamik Moderate D:

Pertimbangkan

modifikasi

terapi

Ketorolac mengurangi

efek diuertik

furosemid &

Furosemid

meningkatkan efek

nefrotoksik ketorolac

Amlodipin +

Ketorolac

Unknown Minor B: Tidak

tindakan yang

diperlukan

Ketorolac mengurangi

efek antihipertensi dari

amlodipin

2 Candesartan 8 mg Tidak terdapat

interaksi

Page 126: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

109

Amlodipin 10 mg

besilat

Redaxin

Paracetamol 500 mg

Betahistin 6 mg

Omeprazole inj

antalgin inj

1000mg/2ml

Asering

3 Paracetamol 500 mg

Redaxin

Candesartan 8 mg

Amlodipin 10 mg

besilat

Tidak terdapat

interaksi

44 Tn. S 51

th

24/3/17 27/3/17 180/100 120/70 1 Sucralfate 100 ml

syrup

Captopril 25 mg

Ranitidin inj 25

mg/ml

Ketorolac inj 30 mg

Aquabidest 25 ml pro

inj

Ceftriaxone 1 gr

Rl ogb inf

Ceftriaxone +

Ringer Lactat

Farmakokinetik Major D:

Pertimbangkan

modifikasi

terapi

Meningkatkan efek

toksik dari ceftriaxone

Ketorolac +

Captopril

Farmakodinamik Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan

toksisitas dan

menurunkan fungsi

ginjal

2 Alprazolam 0,5

Amlodipin 10 mg

besilat

Lisinopril 5

Ranitidin inj 25 mg/ml

Antalgin inj

Tidak terdapat

interaksi

Page 127: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

110

1000mg/2ml

Rl ogb inf

3

ANTALGIN INJ

1000MG/2ML

ALPRAZOLAM 0,5

LISINOPRIL 5

RANITIDIN INJ 25

MG/ML

RL OGB INF

Tidak terdapat

interaksi

4 Alprazolam 0,5

Amlodipin 10 mg

besilat

Lisinopril 5

Omeprazole 20 mg

cap

Buscopan 10 mg tab

Paracetamol 500 mg

Alprazolam +

Hyoscine

butylbromide

Unknown Moderate C: Pantau terapi Depresan SSP dapat

meningkatkan efek

atau merugikan/toksik

dari depresan ssp

lainnya

45 Tn. L 66

th

6/5/17 10/5/17 180/100 110/70 1 Captopril 25 mg

Antalgin inj

1000mg/2ml

Omeprazole inj

Rl ogb inf

Alprazolam 0,5

Diltiazem hcl

Captopril 50 mg

Dimenhidrinat 50 mg

Ranitidin inj 25

mg/ml

Diltiazem +

Alprazolam

Farmakokinetik Moderate C: Pantau terapi Menurunkan

metabolisme

alprazolam

Ketorolac +

Captopril

Farmakodinamik Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan

toksisitas dan

menurunkan fungsi

ginjal

Diltiazem +

Ketorolac

Unknown Minor B: Tidak

tindakan yang

diperlukan

Mengurangi efek

antihipertensi dari

diltiazem

Page 128: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

111

Ketorolac inj 30 mg

Rl ogb inf

2 Alprazolam 0,5

Diltiazem hcl

Captopril 50 mg

Dimenhidrinat 50 mg

Ranitidin inj 25

mg/ml

Ketorolac inj 30 mg

Rl ogb inf

Diltiazem +

Alprazolam

Farmakokinetik Moderate C: Pantau terapi Menurunkan

metabolisme

alprazolam

Ketorolac +

Captopril

Farmakodinamik Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan

toksisitas dan

menurunkan fungsi

ginjal

Diltiazem +

Ketorolac

Unknown Minor B: Tidak

tindakan yang

diperlukan

Mengurangi efek

antihipertensi dari

diltiazem

3 Ranitidin inj 25

mg/ml

Rl ogb inf

Alprazolam 0,5

Diltiazem hcl

Captopril 50 mg

Dimenhidrinat 50 mg

Concor 2,5

Sucralfate 100 ml

syrup

Omeprazole 20 mg

cap

Diltiazem +

Alprazolam

Farmakokinetik Moderate C: Pantau terapi Menurunkan

metabolisme

alprazolam

Alprazolam +

Dimenhidrinat

Unknown Moderate C: Pantau terapi Depresan SSP dapat

meningkatkan efek

atau merugikan/toksik

dari depresan ssp

lainnya

Bisoprolol +

Diltiazem

Farmakodinamik Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan efek

hipotensi dari

bisoprolol

4 Rl ogb inf

Ranitidin inj 25

mg/ml

Alprazolam 0,5

Diltiazem hcl

Diltiazem +

Alprazolam

Farmakokinetik Moderate C: Pantau terapi Menurunkan

metabolisme

alprazolam

Alprazolam +

Dimenhidrinat

Unknown Moderate C: Pantau terapi Depresan SSP dapat

meningkatkan efek

atau merugikan/toksik

Page 129: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

112

Captopril 50 mg

Dimenhidrinat 50 mg

Omeprazole 20 mg

cap

Bisoprolol 5 mg

Buscopan 10 mg tab

dari depresan ssp

lainnya

Alprazolam +

Hyoscine

butylbromide

Unknown Moderate C: Pantau terapi Depresan SSP dapat

meningkatkan efek

atau merugikan/toksik

dari depresan ssp

lainnya

Dimenhidrinat

+ Hyoscine

butylbromide

Unknown Moderate C: Pantau terapi Antikolinergik dapat

meningkatkan

ADR/efek toksik dari

antikolinergik lainnya

5 Vitamin b complexs

Betahistin 6 mg

Omeprazole 20 mg

cap

Bisoprolol 5 mg

Allopurinol 100 mg

Simvastatin 10 mg

Tidak terdapat

interaksi

46 Tn.

YSP

58

th

29/4/17 2/5/17 220/140 130/80 1 Amlodipin 10 mg

besilat

Furosemid inj 10

mg/ml

Antalgin inj

1000mg/2ml

Herbesser 50 mg/ml

Ondansetron inj 4 mg

Ranitidin inj 25

mg/ml

Tutofusin inf

Hydrox 450 ml

Clobazam

Amlodipin +

Diltiazem

Farmakokinetik Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan

konsentrasi serum

amlodipin

Captopril +

Furosemid

Farmakodinamik Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan efek

hipotensi dari Captopril

Page 130: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

113

Captopril 25 mg

Antalgin inj

1000mg/2ml

Furosemid inj 10

mg/ml

Omeprazole inj

Herbesser 50 mg/ml

Rl ogb inf

2 Clobazam

Captopril 25 mg

Antalgin inj

1000mg/2ml

Furosemid inj 10

mg/ml

Omeprazole inj

Herbesser 50 mg/ml

Rl ogb inf

Captopril +

Furosemid

Farmakodinamik Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan efek

hipotensi dari Captopril

3 Clobazam

Captopril 25 mg

Antalgin inj

1000mg/2ml

Furosemid inj 10

mg/ml

Omeprazole inj

Herbesser 50 mg/ml

Rl ogb inf

Captopril +

Furosemid

Farmakodinamik Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan efek

hipotensi dari Captopril

4 Omeprazole 20 mg

cap

Hct 25 mg

Hydrochlorothi

azide +

Imidapril

Farmakodinamik Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan efek

hipotensi dan efek

nefrotoksik Captopril

Page 131: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

114

Tanapress 5 mg

47 Tn. M 45

th

4/4/17 7/4/17 200/130 120/80 1 Captopril 25 mg

Amlodipin 10 mg

besilat

Furosemid inj 10

mg/ml

Ketorolac inj 10 mg

D5 ogb

Clobazam

Amlodipin 10 mg

besilat

Captopril 25 mg

Furosemid inj 10

mg/ml

Ranitidin inj 25

mg/ml

Rl ogb inf

Furosemid +

Ketorolac

Farmakodinamik Moderate D:

Pertimbangkan

modifikasi

terapi

Ketorolac mengurangi

efek diuertik

furosemid &

Furosemid

meningkatkan efek

nefrotoksik ketorolac

Captopril +

Furosemid

Farmakodinamik Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan efek

hipotensi dari Captopril

Ketorolac +

Captopril

Farmakodinamik Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan

toksisitas dan

menurunkan fungsi

ginjal

Amlodipin +

Ketorolac

Unknown Minor B: Tidak

tindakan yang

diperlukan

Ketorolac mengurangi

efek antihipertensi dari

amlodipin

2 Clobazam

Amlodipin 10 mg

besilat

Captopril 50 mg

Ranitidin inj 25

mg/ml

Rl ogb inf

Captopril +

Furosemid

Farmakodinamik Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan efek

hipotensi dari Captopril

3 Rl ogb inf

Clobazam

Amlodipin 10 mg

besilat

Captopril 25 mg

Captopril +

Furosemid

Farmakodinamik Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan efek

hipotensi dari Captopril

Page 132: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

115

4

Clobazam

Amlodipin 10 mg

besilat

Captopril 25 mg

Tidak terdapat

interaksi

48 Tn. S 60

th

18/4/17 20/4/17 180/110 120/80 1 Rl ogb inf

Herbesser 50 mg/ml

Antalgin inj

1000mg/2ml

Ondansetron inj 4 mg

Ranitidin inj 25

mg/ml

Tidak terdapat

interaksi

2 Clobazam

Clonidine 0,15 mg

Ranitidin inj 25

mg/ml

Furosemid inj 10

mg/ml

Herbesser 50 mg/ml

Rl ogb inf

Diltiazem +

Clonidine

Unknown Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan efek

AV-blocking dari

diltiazem

Clobazam +

Clonidine

Unknown Moderate C: Pantau terapi Depresan SSP dapat

meningkatkan efek

atau merugikan/toksik

dari depresan ssp

lainnya

3 Clobazam

Candesartan 8 mg

Clonidine 0,15 mg

Clobazam +

Clonidine

Unknown Moderate C: Pantau terapi Depresan SSP dapat

meningkatkan efek

atau merugikan/toksik

dari depresan ssp

lainnya

49 Tn.

ASY

55

th

11/4/17 14/4/17 200/120 120/80 1 Clonidine 0,15 mg

Herbesser 50 mg/ml

Infus set microdrip oi

34

Ranitidin inj 25 mg/ml

Diltiazem +

Clonidine

Unknown Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan efek

AV-blocking dari

diltiazem

Insulin Aspart

+ Furosemide

Unknown Moderate C: Pantau terapi Menurunkan efek

terapeutik insulin

aspart

Page 133: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

116

Vitamin k inj 10 mg/ml

Asam tranexamat 250

inj

Rl ogb inf

Novorapid flexpen

Furosemid inj 10

mg/ml

2 Diazepam 2 mg

Amlodipin 10 mg

besilat

Captopril 25 mg

Vitamin k inj 10 mg/ml

Asam tranexamat 500

inj

D5 ogb

Nacl 500 ml inf

Tidak terdapat

interaksi

3

Clonex 500 mg

Diazepam 2 mg

Amlodipin 10 mg

besilat

Captopril 25 mg

Vitamin k tab 10 mg

Asam tranexamat 500

inj

Nacl 500 ml inf

D5 ogb

Tidak terdapat

interaksi

50 Tn. T 56

th

10/3/17 20/3/17 210/140 150/100 1 Amlodipin 10 mg

besilat

Tidak terdapat

interaksi

Page 134: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

117

Captopril 25 mg

Ondansetron inj 4 mg

Ranitidin inj 25

mg/ml

Rl ogb inf

Amlodipin 10 mg

besilat

Captopril 12,5 mg

Clonidine 0,15 mg

Ondansetron inj 4

mg

Ranitidin inj 25

mg/ml

2 Candesartan 8 mg

Amlodipin 10 mg

besilat

Clonidine 0,15 mg

Ranitidin inj 25

mg/ml

Ondansetron inj 4 mg

Rl ogb inf

Candesartan 8 mg

Amlodipin 10 mg

besilat

Clonidine 0,15 mg

Ondansetron inj 4 mg

Ranitidin inj 25

mg/ml

Rl ogb inf

Tidak terdapat

interaksi

3 Hct 25 mg Tidak terdapat

Page 135: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

118

Clobazam

Clonidine 0,15 mg

Amlodipin 10 mg

Candesartan 8 mg

interaksi

4 Hct 25 mg

Clobazam

Clonidine 0,15 mg

Amlodipin 10 mg

Candesartan 8 mg

Clobazam +

Clonidine

Unknown Moderate C: Pantau terapi Depresan SSP dapat

meningkatkan efek

atau merugikan/toksik

dari depresan ssp

lainnya

5

Hct 25 mg

Candesartan 8 mg

Amlodipin 10 mg

Clonidine 0,15 mg

Ondansetron inj 4

mg

Ranitidin inj 25

mg/ml

Rl ogb inf

Clobazam

Clobazam +

Clonidine

Unknown Moderate C: Pantau terapi Depresan SSP dapat

meningkatkan efek

atau merugikan/toksik

dari depresan ssp

lainnya

6

Dulcolak supp 10 mg

Hct 25 mg

Clobazam

Clonidine 0,15 mg

Amlodipin 10 mg

besilat

Candesartan 8 mg

Clobazam +

Clonidine

Unknown Moderate C: Pantau terapi Depresan SSP dapat

meningkatkan efek

atau merugikan/toksik

dari depresan ssp

lainnya

Page 136: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

119

Ondansetron inj 4 mg

Ranitidin inj 25

mg/ml

Rl ogb inf

7

Hct 25 mg

Clobazam

Clonidine 0,15 mg

Amlodipin 10 mg

besilat

Candesartan 8 mg

Ondansetron inj 4 mg

Ranitidin inj 25

mg/ml

Rl ogb inf

Clobazam +

Clonidine

Unknown Moderate C: Pantau terapi Depresan SSP dapat

meningkatkan efek

atau merugikan/toksik

dari depresan ssp

lainnya

8 Hct 25 mg

Clobazam

Clonidine 0,15 mg

Amlodipin 10 mg

besilat

Candesartan 8 mg

Ranitidin inj 25

mg/ml

Ondansetron inj 4 mg

Clobazam +

Clonidine

Unknown Moderate C: Pantau terapi Depresan SSP dapat

meningkatkan efek

atau merugikan/toksik

dari depresan ssp

lainnya

9 Hct 25 mg

Clobazam

Clonidine 0,15 mg

Amlodipin 10 mg

besilat

Clobazam +

Clonidine

Unknown Moderate C: Pantau terapi Depresan SSP dapat

meningkatkan efek

atau merugikan/toksik

dari depresan ssp

lainnya

Page 137: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

120

Candesartan 8 mg

Ondansetron inj 4

mg

Ranitidin inj 25

mg/ml

Rl ogb inf

10 Hct 25 mg

Clobazam

Clonidine 0,15 mg

Amlodipin 10 mg

besilat

Candesartan 8 mg

Ondansetron inj 4 mg

Ranitidin inj 25

mg/ml

Rl ogb inf

Allopurinol +

Hydrochlorothi

azide

Unknown Major C: Pantau terapi Meningkatkan reaksi

hipersensitivitas

Allopurinol,

meningkatkan

konsentrasi serum

Allopurinol,

meningkatkan

konsentrasi

Oxypurinol, metabolit

aktif allopurinol

11

Hct 25 mg

Clobazam

Clonidine 0,15 mg

Amlodipin 10 mg

besilat

Candesartan 8 mg

Ranitidin tab

Tidak terdapat

interaksi

51 Tn.

SNS

69

th

12/5/17 16/5/17 210/110 160/90 1 Ondansetron inj 4 mg

Ranitidin inj 25

mg/ml

Vitamin k inj 10

mg/ml

Tidak terdapat

interaksi

Page 138: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

121

Asam tranexamat 500

inj

Furosemid inj 10

mg/ml

Herbesser 50 mg/ml

Rl ogb inf

2 Cefotaxime 1 gr

Asam tranexamat 500

inj

Ranitidin inj 25

mg/ml

Captopril 50 mg

Diltiazem hcl

Tidak terdapat

interaksi

3

Aquabidest 25 ml pro

inj

Cefotaxime 1 gr

Asam tranexamat 500

inj

Ranitidin inj 25

mg/ml

Captopril 50 mg

Diltiazem hcl

Tidak terdapat

interaksi

4

Asam tranexamat 500

inj

Aquabidest 25 ml pro

inj

Cefotaxime 1 gr

Ranitidin inj 25

mg/ml

Diltiazem +

Alprazolam

Farmakokinetik Moderate C: Pantau terapi Menurunkan

metabolisme

alprazolam

Bisoprolol +

Diltiazem

Farmakodinamik Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan efek

hipotensi dari

bisoprolol dan

meningkatkan

konsentrasi serum

diltiazem, dan

Page 139: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

122

Captopril 50 mg

Diltiazem hcl

Alprazolam 0,5

Bisoprolol 5 mg

meningkatkan efek

bradikardi

5 Hct 25 mg

Candesartan 8 mg

Amlodipin 10 mg

besilat

Clonidine 0,15 mg

Ondansetron inj 4 mg

Ranitidin inj 25

mg/ml

Rl ogb inf

Clobazam

Bisoprolol +

Clonidine

Farmakodinamik Moderate D:

Pertimbangkan

modifikasi

terapi

Meningkatkan efek

AV-blocking dari

bisoprolol dan

disfungsi nodus dapat

ditingkatkan

Bisoprolol +

Diltiazem

Farmakodinamik Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan efek

hipotensi dari

bisoprolol

Diltiazem +

Clonidine

Unknown Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan efek

AV-blocking dari

diltiazem

52 Tn. P 57

th

27/7/17 29/7/17 200/100 110/70 1 Amlodipin 5 mg

besilat

Asam tranexamat 250

inj

Ranitidin inj 25

mg/ml

Furosemid inj 10

mg/ml

Herbesser 50 mg/ml

Rl ogb inf

Aquabidest 25 ml pro

inj

Amlodipin +

Diltiazem

Farmakokinetik Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan

konsentrasi serum

amlodipin

2 Vascon inj

Nacl 1 lt

Nacl 500 ml inf

Tidak terdapat

interaksi

Page 140: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

123

Amlodipin 5 mg

besilat

Candesartan 8 mg

Ranitidin inj 25

mg/ml

Ondansetron inj 4 mg

Rl ogb inf

3 Amlodipin 5 mg

besilat

Candesartan 8 mg

Ranitidin tab

Candesartan 8 mg

Tidak terdapat

interaksi

53 Tn. J 48

th

23/7/17 26/7/17 200/130 140/100 1 Sucralfate 100 ml

syrup

Captopril 25 mg

Furosemid inj 10

mg/ml

Ondansetron inj 4 mg

Omeprazole inj

Captopril +

Furosemid

Farmakodinamik Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan efek

hipotensi dari Captopril

2

Captopril 50 mg

Diltiazem hcl

Aquabidest 25 ml pro

inj

Ondansetron inj 4 mg

Omeprazole inj

Furosemid inj 10

mg/ml

Herbesser 50 mg/ml

Captopril +

Furosemid

Farmakodinamik Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan efek

hipotensi dari Captopril

Page 141: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

124

D5 ogb

3

Captopril 50 mg

Diltiazem hcl

Ondansetron inj 4 mg

Omeprazole inj

Furosemid inj 10

mg/ml

Herbesser 50 mg/ml

D5 ogb

Captopril +

Furosemid

Farmakodinamik Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan efek

hipotensi dari Captopril

4 Diltiazem hcl

Captopril 50 mg

Ursodeoxycholic acid

250mg

Tidak terdapat

interaksi

54 Tn. S 52

th

23/7/17 26/7/17 200/110 130/90 1

Sucralfate 100 ml

syrup

Alprazolam 0,5

Amlodipin 10 mg

besilat

Ondansetron inj 4 mg

Furosemid inj 10

mg/ml

Antalgin inj

1000mg/2ml

Omeprazole inj

Aquabidest 25 ml pro

inj

Tutofusin inf

Tidak terdapat

interaksi

2 Tidak terdapat

interaksi

Page 142: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

125

Alprazolam 0,5

Amlodipin 10 mg

besilat

Furosemid inj 10

mg/ml

Mecobalamin inj

Omeprazole inj

Tutofusin inf

3

Candesartan 8 mg

Alprazolam 0,5

Amlodipin 10 mg

besilat

Citicolin 500 inj

Furosemid inj 10

mg/ml

Mecobalamin inj

Omeprazole inj

Tutofusin inf

Tidak terdapat

interaksi

55 Tn.

TSW

60

th

10/8/17 12/8/17 160/100 130/100 1

Amlodipin 5 mg

besilat

Sucralfate 100 ml

syrup

Betahistin 6 mg

Ondansetron inj 4 mg

Antalgin inj

1000mg/2ml

Omeprazole inj

Tutofusin inf

Tidak terdapat

interaksi

Page 143: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

126

2

Amlodipin 10 mg

besilat

Diazepam 2 mg

Antalgin inj

1000mg/2ml

Ranitidin inj 25

mg/ml

Tutofusin inf

Tidak terdapat

interaksi

3 Ranitidin tab

Amlodipin 10 mg

besilat

Diazepam 2 mg

Tidak terdapat

interaksi

56 Tn. M 76

th

30/8/17 2/9/17 230/150 130/90 1 Furosemid tab 40 mg

Amlodipin 10 mg

besilat

Ulsidex

Nacl 500 ml inf

Ranitidin inj 25

mg/ml

Furosemid +

Sucralfate

Farmakokinetik Major D:

Pertimbangkan

modifikasi

terapi

Menurunkan

konsentrasi serum dan

mengganggu

penyerapan furosemide

2

Captopril 50 mg

Clonidine 0,15 mg

Hydrox 450 ml

Aquabidest 25 ml pro

inj

Candesartan 8 mg

Amlodipin 5 mg

besilat

Clonidine 0,15 mg

Antalgin inj

1000mg/2ml

Tidak terdapat

interaksi

Page 144: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

127

Furosemid inj 10

mg/ml

Rl ogb inf

3 Aquabidest 25 ml pro

inj

Candesartan 8 mg

Amlodipin 5 mg

besilat

Clonidine 0,15 mg

Antalgin inj

1000mg/2ml

Furosemid inj 10

mg/ml

Rl ogb inf

Tidak terdapat

interaksi

57 Tn.

PHS

72

th

30/8/17 2/9/17 210/120 140/90 1 Inf. Tutofusin

Inj. Ranitidin

Amlodipin tab 10 mg

1x1

ISDN tab 1x11

Sucralfat syr 100 ml

3xc1

ISDN +

Amlodipin

Farmakodinamik Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan efek

hipotensi dari ISDN

2 Clonidine 0,15 mg

Isdn

Amlodipin 10 mg

besilat

Rl ogb inf

Antalgin inj

1000mg/2ml

Alprazolam 0,5

ISDN +

Clonidin

Farmakodinamik Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan efek

hipotensi dari ISDN

Alprazolam +

Clonidin

Unknown Moderate C: Pantau terapi Depresan SSP dapat

meningkatkan efek

atau merugikan/toksik

dari depresan ssp

lainnya

Glyceryl

Trinitrate +

Amlodipin

Farmakodinamik Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan efek

hipotensi dari glyceryl

trinitrate

Page 145: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

128

Tanapress 5 mg

Nitrokaf f retard

Clonidine 0,15 mg

Amlodipin 10 mg

besilat

Glyceryl

Trinitrate +

Clonidine

Farmakodinamik Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan efek

hipotensi dari glyceryl

trinitrate

Glyceryl

Trinitrate +

Imidapril

Farmakodinamik Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan efek

hipotensi dari glyceryl

trinitrate

3

Rl ogb inf

Antalgin inj

1000mg/2ml

Alprazolam 0,5

Tanapress 5 mg

Amlodipin 10 mg

besilat

Nitrokaf f retard

Clonidine 0,15 mg

ISDN +

Clonidin

Farmakodinamik Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan efek

hipotensi dari ISDN

Alprazolam +

Clonidin

Unknown Moderate C: Pantau terapi Depresan SSP dapat

meningkatkan efek

atau merugikan/toksik

dari depresan ssp

lainnya

Glyceryl

Trinitrate +

Amlodipin

Farmakodinamik Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan efek

hipotensi dari glyceryl

trinitrate

Glyceryl

Trinitrate +

Clonidine

Farmakodinamik Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan efek

hipotensi dari glyceryl

trinitrate

Glyceryl

Trinitrate +

Imidapril

Farmakodinamik Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan efek

hipotensi dari glyceryl

trinitrate

4 Tanapress 10 mg

Nitrokaf f retard

Clonidine 0,15 mg

Tanapress 10 mg

Amlodipin 10 mg

besilat

Nitrokaf f retard

Clonex 500 mg

Amlodipin 10 mg

besilat

Glyceryl

Trinitrate +

Amlodipin

Farmakodinamik Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan efek

hipotensi dari glyceryl

trinitrate

Glyceryl

Trinitrate +

Clonidine

Farmakodinamik Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan efek

hipotensi dari glyceryl

trinitrate

Glyceryl

Trinitrate +

Imidapril

Farmakodinamik Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan efek

hipotensi dari glyceryl

trinitrate

58 Tn. R 70 11/9/17 14/9/17 200/120 120/80 1 Diagit Clonidine + Unknown Moderate C: Pantau terapi Depresan SSP dapat

Page 146: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

129

th L-bio

Clonidine 0,15 mg

Diltiazem hcl

Paracetamol inf

Rl ogb inf

Cefotaxime 1 gr

Hyosin butil bromide

20 mg inj

Ranitidin inj 25

mg/ml

Furosemid inj 10 mg/

ml

Hyoscine

butylbromide

meningkatkan efek

atau merugikan/toksik

dari depresan ssp

lainnya

Diltiazem +

Clonidine

Unknown Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan efek

AV-blocking dari

diltiazem

2

L-bio

Clonidine 0,15 mg

Diltiazem hcl

Furosemid inj 10

mg/ml

Hyosin butil bromide

20 mg inj

Prosogan injeksi

Metoklopramid inj

Cefotaxime 1 gr

Rl ogb inf

Clonidine +

Hyoscine

butylbromide

Unknown Moderate C: Pantau terapi Depresan SSP dapat

meningkatkan efek

atau merugikan/toksik

dari depresan ssp

lainnya

Diltiazem +

Clonidine

Unknown Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan efek

AV-blocking dari

diltiazem

3

L-bio

Clonidine 0,15 mg

Diltiazem hcl

Furosemid inj 10

mg/ml

Clonidine +

Hyoscine

butylbromide

Unknown Moderate C: Pantau terapi Depresan SSP dapat

meningkatkan efek

atau merugikan/toksik

dari depresan ssp

lainnya

Diltiazem +

Clonidine

Unknown Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan efek

AV-blocking dari

diltiazem

Page 147: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

130

Hyosin butil bromide

20 mg inj

Prosogan injeksi

Metoklopramid inj

Cefotaxime 1 gr

Rl ogb inf

4

Sucralfate 100 ml

syrup

Lansoprazole 30 mg

Clonidine 0,15 mg

Diltiazem hcl

Diltiazem +

Clonidine

Unknown Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan efek

AV-blocking dari

diltiazem

59 Tn.

WSS

71

th

12/10/1

7

18/10/17 200/100 130/90 1

Amlodipin 10 mg

besilat

Captopril 25 mg

Isdn

Betahistin 6 mg

Aquabidest 25 ml pro

inj

Ranitidin inj 25

mg/ml

Ondansetron inj 4 mg

Rl ogb inf

ISDN +

Amlodipin

Farmakodinamik Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan efek

hipotensi dari ISDN

ISDN +

Captopril

Farmakodinamik Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan efek

hipotensi ISDN

2

Amlodipin 10 mg

besilat

Captopril 50 mg

Betahistin 6 mg

Tidak terdapat

interaksi

Page 148: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

131

Diazepam 2 mg

Ranitidin inj 25

mg/ml

Ondansetron inj 4 mg

Rl ogb inf

3

Betahistin 6 mg

Diazepam 2 mg

Ranitidin inj 25

mg/ml

Ondansetron inj 4 mg

Amlodipin 10 mg

besilat

Captopril 50 mg

Rl ogb inf

Tidak terdapat

interaksi

4

Betahistin 6 mg

Diazepam 2 mg

Ondansetron inj 4 mg

Amlodipin 10 mg

besilat

Captopril 50 mg

Hydrox 450 ml

Ranitidin inj 25

mg/ml

Tidak terdapat

interaksi

5

Diazepam 2 mg

Curcuma tab

Amlodipin 10 mg

Tidak terdapat

interaksi

Page 149: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

132

besilat

Betahistin 6 mg

Ranitidin inj 25

mg/ml

Ondansetron inj 4 mg

Rl ogb inf

6 Betahistin 6 mg

Captopril 50 mg

Amlodipin 10 mg

besilat

Diazepam 2 mg

Ranitidin inj 25

mg/ml

Ketorolac inj 30 mg

Rl ogb inf

Ketorolac +

Captopril

Farmakodinamik Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan

toksisitas dan

menurunkan fungsi

ginjal

Amlodipin +

Ketorolac

Unknown Minor B: Tidak

tindakan yang

diperlukan

Ketorolac mengurangi

efek antihipertensi dari

amlodipin

7 Na diklofenak 25

Betahistin 6 mg

Amlodipin 10 mg

besilat

Captopril 50 mg

Natrium

diklofenak +

Captopril

Farmakodinamik Moderate C: Pantau terapi Mengurangi efek

terapeutik captopril &

menurunkan fungsi

ginjal. Dan

meningkatkan efek

toksik NSAID

Amlodipin +

Natrium

diklofenak

Unknown Minor B: Tidak

tindakan yang

diperlukan

Mengurangi efek

terapeutik amlodipin

60 Tn. WS 86

th

19/10/1

7

24/10/17 210/100 130/68 1

Clonidine 0,15 mg

Aquabidest 25 ml pro

inj

Mecobalamin inj

Omeprazole inj

Diltiazem +

Clonidine

Unknown Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan efek

AV-blocking dari

diltiazem

Page 150: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

133

Antalgin inj

1000mg/2ml

Herbesser 50 mg/ml

Rl ogb inf

2

Vitamin b12 tab 50

mg

Vitamin b6 tab 10mg

Vitamin b1 tab 50 mg

Diazepam 2 mg

Omeprazole inj

Antalgin inj

1000mg/2ml

Herbesser 50 mg/ml

Rl ogb inf

Diazepam +

Diltiazem

Farmakokinetik Moderate C: Pantau terapi Menurunkan

metabolisme substrat

diazepam

3

Vitamin b12 tab 50

mg

Vitamin b6 tab 10mg

Vitamin b1 tab 50 mg

Diazepam 2 mg

Omeprazole inj

Antalgin inj

1000mg/2ml

Herbesser 50 mg/ml

Aquabidest 25 ml pro

inj

Diazepam +

Diltiazem

Farmakokinetik Moderate C: Pantau terapi Menurunkan

metabolisme substrat

diazepam

4 Vitamin b12 tab 50 mg

Vitamin b6 tab 10mg

Diazepam +

Diltiazem

Farmakokinetik Moderate C: Pantau terapi Menurunkan

metabolisme substrat

Page 151: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

134

Vitamin b1 tab 50 mg

Diazepam 2 mg

Omeprazole inj

Antalgin inj

1000mg/2ml

Herbesser 50 mg/ml

diazepam

5

Hct 25 mg

Amlodipin 10 mg

besilat

Candesartan 16 mg

Diazepam 2 mg

Spuit 5 cc

Antalgin inj

1000mg/2ml

Ranitidin inj 25 mg/ml

Rl ogb inf

Tidak terdapat

interaksi

61 Tn. S 39

th

24/10/1

7

26/10/17 180/130 110/80 1 Diazepam 2 mg

Vitamin k tab 10 mg

Captopril 50 mg

Ranitidin inj 25

mg/ml

Asam tranexamat 500

inj

Furosemid inj 10

mg/ml

Rl ogb inf

Captopril +

Furosemid

Farmakodinamik Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan efek

hipotensi dari Captopril

2 Diazepam 2 mg

Vitamin k tab 10

mg

Captopril +

Furosemid

Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan efek

hipotensi dari Captopril

Page 152: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

135

Amlodipin 5 mg

besilat

Captopril 50 mg

Furosemid inj 10

mg/ml

Ranitidin inj 25

mg/ml

Rl ogb inf

Asam tranexamat

500 inj

3 Amlodipin 5 mg

besilat

Kalnex 250

Captopril 12,5 mg

Tidak terdapat

interaksi

62 Tn. B 51

th

10/11/1

7

14/11/17 230/130 150/80 1 Captopril 12,5 mg

Aquabidest 25 ml pro

inj

Ondansetron inj 4 mg

Antalgin inj

1000mg/2ml

Omeprazole inj

Farmabes inj

Rl ogb inf

Tidak terdapat

interaksi

2 Captopril 12,5 mg

Diltiazem hcl

Clonidine 0,15 mg

Diltiazem +

Clonidine

Unknown Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan efek

AV-blocking dari

diltiazem

3 Captopril 12,5 mg

Diltiazem hcl

Clonidine 0,15 mg

Diltiazem +

Clonidine

Unknown Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan efek

AV-blocking dari

diltiazem

4 Asam mefenamat

tab 500 mg

Hydrochlorothi

azide +

Farmakodinamik Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan efek

hipotensi dan efek

Page 153: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

136

Hct 25 mg

Diltiazem hcl

Captopril 50 mg

Clonidine 0,15 mg

Rl ogb inf

Captopril nefrotoksik Captopril

Diltiazem +

Clonidine

Unknown Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan efek

AV-blocking dari

diltiazem

Asam

mefenamat +

Captopril

Farmakodinamik Moderate C: Pantau terapi Mengurangi efek

terapeutik HCT &

menurunkan fungsi

ginjal. Dan

meningkatkan efek

toksik NSAID

Asam

mefenamat +

Captopril

Farmakodinamik Moderate C: Pantau terapi Mengurangi efek

terapeutik captopril &

menurunkan fungsi

ginjal. Dan

meningkatkan efek

toksik NSAID

Diltiazem +

Asam

mefenamat

Unknown Minor B: Tidak

tindakan yang

diperlukan

Menurunkan efek

antihipertensi diltiazem

63 Tn. S 50

th

23/11/1

7

28/11/17 180/100 130/100 1 Amlodipin 10 mg

besilat

Clobazam

Candesartan 16 mg

Antalgin inj

1000mg/2ml

Ranitidin inj 25

mg/ml

Rl ogb inf

Tidak terdapat

interaksi

2

Clobazam

Amlodipin 10 mg

besilat

Candesartan 16 mg

Tidak terdapat

interaksi

Page 154: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

137

Antalgin inj

1000mg/2ml

Ranitidin inj 25

mg/ml

Rl ogb inf

3

Clobazam

Amlodipin 10 mg

besilat

Candesartan 16 mg

Antalgin inj

1000mg/2ml

Ranitidin inj 25

mg/ml

Rl ogb inf

Tidak terdapat

interaksi

4

Clobazam

Amlodipin 10 mg

besilat

Candesartan 16 mg

Antalgin inj

1000mg/2ml

Ranitidin inj 25

mg/ml

Rl ogb inf

Tidak terdapat

interaksi

5 Betahistin 6 mg

Asetosal 100 mg

Citicolin tab

Clobazam

Amlodipin 10 mg

Tidak terdapat

interaksi

Page 155: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

138

besilat

Candesartan 8 mg

Antalgin inj

1000mg/2ml

Ranitidin inj 25

mg/ml

Rl ogb inf

6

Betahistin 6 mg

Asetosal 100 mg

Citicolin tab

Clonidine 0,15 mg

Clobazam

Candesartan 16 mg

Amlodipin 10 mg

besilat

Ranitidin tab

Clobazam +

Clonidine

Unknown Moderate C: Pantau terapi Depresan SSP dapat

meningkatkan efek

atau merugikan/toksik

dari depresan ssp

lainnya

64 Tn. S 55

th

27/10/1

7

3/11/17 260/150 150/90 1

Candesartan 16 mg

Amlodipin 10 mg

besilat

Sucralfate 100 ml

syrup

Omeprazole inj

Ondansetron inj 4 mg

Asering

Furosemid inj 10

mg/ml

Tidak terdapat

interaksi

2 Captopril 50 mg

Diltiazem hcl

Diltiazem +

Clonidine

Unknown Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan efek

AV-blocking dari

Page 156: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

139

Clonidine 0,15 mg

Antalgin inj

1000mg/2ml

Rl ogb inf

diltiazem

3

Captopril 50 mg

Diltiazem hcl

Clonidine 0,15 mg

Antalgin inj

1000mg/2ml

Rl ogb inf

Diltiazem +

Clonidine

Unknown Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan efek

AV-blocking dari

diltiazem

4

Bisoprolol 5 mg

Captopril 50 mg

Diltiazem hcl

Clonidine 0,15 mg

Aquabidest 25 ml pro

inj

Antalgin inj

1000mg/2ml

Mecobalamin 250

Bisoprolol +

Clonidine

Farmakodinamik Moderate D:

Pertimbangkan

modifikasi

terapi

Meningkatkan efek

AV-blocking dari

bisoprolol dan

disfungsi nodus dapat

ditingkatkan

Bisoprolol +

Diltiazem

Farmakodinamik Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan efek

hipotensi dari

bisoprolol

Diltiazem +

Clonidine

Unknown Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan efek

AV-blocking dari

diltiazem

5

Bisoprolol 5 mg

Captopril 50 mg

Clonidine 0,15 mg

Diltiazem hcl

Rl ogb inf

Mecobalamin 250

Bisoprolol +

Clonidine

Farmakodinamik Moderate D:

Pertimbangkan

modifikasi

terapi

Meningkatkan efek

AV-blocking dari

bisoprolol dan

disfungsi nodus dapat

ditingkatkan

Bisoprolol +

Diltiazem

Farmakodinamik Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan efek

hipotensi dari

bisoprolol dan

meningkatkan

konsentrasi serum

Page 157: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

140

diltiazem, dan

meningkatkan efek

bradikardi

Diltiazem +

Clonidine

Unknown Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan efek

AV-blocking dari

diltiazem

6

Ranitidin inj 25

mg/ml

Captopril 50 mg

Diltiazem hcl

Clonidine 0,15 mg

Sucralfate 100 ml

syrup

Mecobalamin 250

Diltiazem +

Clonidine

Unknown Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan efek

AV-blocking dari

diltiazem

7

Bisoprolol 5 mg

Captopril 50 mg

Clonidine 0,15 mg

Diltiazem hcl

Isdn

Alprazolam 1 mg

Asam tranexamat

500 inj

Rl ogb inf

Bisoprolol +

Clonidine

Farmakodinamik Moderate D:

Pertimbangkan

modifikasi

terapi

Meningkatkan efek

AV-blocking dari

bisoprolol dan

disfungsi nodus dapat

ditingkatkan

Alprazolam +

Clonidin

Unknown Moderate C: Pantau terapi Depresan SSP dapat

meningkatkan efek

atau merugikan/toksik

dari depresan ssp

lainnya

Diltiazem +

Alprazolam

Farmakokinetik Moderate C: Pantau terapi Menurunkan

metabolisme

alprazolam

Bisoprolol +

Diltiazem

Farmakodinamik Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan efek

hipotensi dari

bisoprolol

Diltiazem + Unknown Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan efek

Page 158: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

141

Clonidine AV-blocking dari

diltiazem

ISDN +

Bisoprolol

Farmakodinamik Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan efek

hipotensi ISDN

ISDN +

Captopril

Farmakodinamik Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan efek

hipotensi ISDN

ISDN +

Clonidin

Farmakodinamik Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan efek

hipotensi dari ISDN

ISDN +

Diltiazem

Farmakodinamik Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan efek

hipotensi ISDN

65 Tn. S 54

th

1/11/17 4/11/17 230/120 120/80 1

Alprazolam 0,25

mg

Amlodipin 10 mg

besilat

Aquabidest 25 ml

pro inj

Ondansetron inj 4

mg

Omeprazole inj

Antalgin inj

1000mg/2ml

Herbesser 50

mg/ml

Rl ogb inf

Captopril 50 mg

Diltiazem +

Alprazolam

Farmakokinetik Moderate C: Pantau terapi Menurunkan

metabolisme

alprazolam

Amlodipin +

Diltiazem

Farmakokinetik Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan

konsentrasi serum

amlodipin

2 Captopril 50 mg

Clonidine 0,15 mg

Diltiazem hcl

Antalgin inj

1000mg/2ml

Citicolin 500 inj

Diltiazem +

Clonidine

Unknown Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan efek

AV-blocking dari

diltiazem

Page 159: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

142

Rl ogb inf

3 Captopril 50 mg

Clonidine 0,15 mg

Diltiazem hcl

Citicolin 500 inj

Ranitidin inj 25

mg/ml

Diltiazem +

Clonidine

Unknown Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan efek

AV-blocking dari

diltiazem

66 Tn. W 66

th

26/11/1

7

29/11/17 200/110 130/80 1

Captopril 25 mg

Amlodipin 10 mg

besilat

Antalgin inj

1000mg/2ml

Ranitidin inj 25

mg/ml

Furosemid inj 10

mg/ml

Rl ogb inf

Captopril +

Furosemid

Farmakodinamik Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan efek

hipotensi dari Captopril

Captopril +

Furosemid

Farmakodinamik Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan efek

hipotensi dari Captopril

2

Captopril 25 mg

Amlodipin 10 mg

besilat

Ranitidin inj 25

mg/ml

Antalgin inj

1000mg/2ml

Furosemid inj 10

mg/ml

Rl ogb inf

Clopidogrel +

Amlodipin

Farmakokinetik Moderate C: Pantau terapi Menurunkan efek

clopidogrel

Glyceryl

Trinitrate +

Amlodipin

Farmakodinamik Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan efek

hipotensi dari glyceryl

trinitrate

Glyceryl

Trinitrate +

Imidapril

Farmakodinamik Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan efek

hipotensi dari glyceryl

trinitrate

Ciprofloxacin

+ Imidapril

Unknown Moderate B: Tidak

tindakan yang

diperlukan

Meningkatkan efek

aritmogenik

ciproflixacin dan

ciprofloxacin

meningkatkan efek

nefrotoksik

Page 160: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

143

67 Tn. SR 36

th

12/12/1

7

15/12/17 180/110 140/90 1 L-bio

Diagit

Captopril 25 mg

Amlodipin 10 mg

besilat

Ranitidin inj 25

mg/ml

Antalgin inj

1000mg/2ml

Infus set semilas

type y

Rl ogb inf

Tidak terdapat interaksi

2

Diagit

L-bio

Clobazam

Captopril 25 mg

Amlodipin 10 mg

besilat

Ranitidin inj 25

mg/ml

Antalgin inj

1000mg/2ml

Rl ogb inf

Tidak terdapat interaksi

3

Diagit

L-bio

Clobazam

Captopril 25 mg

Amlodipin 10 mg

Tidak terdapat interaksi

Page 161: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

144

besilat

Ranitidin inj 25

mg/ml

Antalgin inj

1000mg/2ml

Rl ogb inf

4

Diagit

Lacto b

Clobazam

Captopril 25 mg

Amlodipin 10 mg

besilat

Ranitidin inj 25

mg/ml

Antalgin inj

1000mg/2ml

Ranitidin tab

Amlodipin 10 mg

besilat

Captopril 25 mg

Gastridin tab

Tidak terdapat interaksi

68 Tn.

WHS

66

th

2/12/17 5/12/17 200/100 110/70 1 Clobazam

Candesartan 8 mg

Aquabidest 25 ml pro

inj

Omeprazole inj

Ondansetron inj 4 mg

Farmabes inj

RL inf

Tidak terdapat interaksi

2 Farmabes inj Tidak terdapat interaksi

Page 162: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

145

Clobazam

Candesartan 8 mg

Omeprazole inj

Ondansetron inj 4 mg

Rl inf

3 Disolf

Nitrokaf f retard

Cetirizine 10 mg

Acetylcystein 200 mg

tab

Candesartan 8 mg

Omeprazole inj

Glyceryl

Trinitrate +

Candesartan

Farmakodinamik Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan efek

hipotensi glyceryl

trinitrate

69 Tn.

SDW

75

th

5/12/17 10/12/17 150/80 110/70 1 Laxadine emulsi 30ml

fleet enema

ranitidin inj 25 mg/ml

RL inf

Tidak terdapat interaksi

2 L-bio

Ranitidin inj 25

mg/ml

Tutofusin inf

Tidak terdapat interaksi

3 Tanapress 5 mg

Cefotaxime 1 gr

Ondansetron inj 4 mg

Omeprazole inj

Tutofusin inf

Tidak terdapat interaksi

4 L-bio

Amlodipin 10 mg

besilat

Captopril 25 mg

Ranitidin inj 25

mg/ml

Tutofusin inf

Tidak terdapat interaksi

5 Amlodipin 10 mg Tidak terdapat interaksi

Page 163: EVALUASI INTERAKSI PADA PENGOBATAN HIPERTENSI PASIEN …repository.setiabudi.ac.id/1180/2/SKRIPSI SITI INDAH FITRIANI.pdf · interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

146

besilat

Captopril 25 mg

Dulcolak supp 10

mg

Ranitidin inj 25

mg/ml

Tutofusin inf

70 Tn. HS 36

th

12/12/1

7

14/12/17 190/110 140/100 1 Captopril 50 mg

Diltiazem hcl

clobazam

Farmabes inj

Furosemid inj 10

mg/ml

Asam tranexamat 500

mg inj.

Captopril +

Furosemid

Farmakodinamik Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan efek

hipotensi dari Captopril

2 Concor 2,5

Inj farmabes

Inj asam tranexamat

500 mg

furosemid inj 10

mg/ml

clobazam

diltiazem hcl

captopril 50 mg

Bisoprolol +

Diltiazem

Farmakodinamik Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan efek

hipotensi dari

bisoprolol

Captopril +

Furosemid

Farmakodinamik Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan efek

hipotensi dari Captopril

3

Hct 25 mg

Amlodipin 10 mg

besilat

Lisinopril 10 mg

Concor 2,5 mg

Lisinopril +

Hydrochlorothi

azide

Farmakodinamik Moderate C: Pantau terapi Meningkatkan efek

hipotensi dari lisinopril

dan meningkatkan efek

nefrotoksik