Eva Dan Financial Distress(1)

15
Metode Pengukuran Berdasarkan Nilai (Value Based) Dengan value based sebagai alat pengukur kinerja perusahaan, manajemen dituntut untuk meningkatkan nilai perusahaan. a) Konsep EVA (Economic Value Added) Pada dasarnya, EVA menilai tambahan kemakmuran para pemilik perusahaan sejak perusahaan didirikan, EVA menilai efektivitas manajerial untuk suatu tahun tertentu. Nilai tambah ini tercipta apabila perusahaan memperoleh keuntungan (profit) di atas cost of capital perusahaan. Secara matematis, EVA dihitung dari laba setelah pajak dikurangi dengan cost of capital tahunan. Jika EVA positif, menunjukkan perusahaan telah menciptakan kekayaan. EVA membantu manajemen dalam hal menetapkan tujuan internal (internal goalsetting) perusahaan supaya tujuan berpedoman pada implikasi jangka panjang dan bukan jangka pendek saja. b) MVA (Market Value Added)

description

Eva Dan Financial Distress(1)

Transcript of Eva Dan Financial Distress(1)

Page 1: Eva Dan Financial Distress(1)

Metode Pengukuran Berdasarkan Nilai (Value Based)

Dengan value based sebagai alat pengukur kinerja perusahaan,

manajemen dituntut untuk meningkatkan nilai perusahaan.

a) Konsep EVA (Economic Value Added)

Pada dasarnya, EVA menilai tambahan kemakmuran para pemilik

perusahaan sejak perusahaan didirikan, EVA menilai efektivitas

manajerial untuk suatu tahun tertentu. Nilai tambah ini tercipta apabila

perusahaan memperoleh keuntungan (profit) di atas cost of capital

perusahaan. Secara matematis, EVA dihitung dari laba setelah pajak

dikurangi dengan cost of capital tahunan. Jika EVA positif,

menunjukkan perusahaan telah menciptakan kekayaan. EVA

membantu manajemen dalam hal menetapkan tujuan internal (internal

goalsetting) perusahaan supaya tujuan berpedoman pada implikasi

jangka panjang dan bukan jangka pendek saja.

b) MVA (Market Value Added)

MVA adalah perbedaan antara nilai pasar ekuitas dengan ekuitas

(modal sendiri) yang diserahkan ke perusahaan oleh pemegang saham,

yang dimaksimumkan untuk memaksimumkan kemakmuran pemegang

saham. MVA digunakan untuk mengukur seluruh pengaruh kinerja

manajerial sejak perusahaan berdiri hingga sekarang. MVA yang

dihasilkan oleh kinerja manajerial sepanjang umur perusahaan yang di-

present value-kan (Mirza dan Imbuh, 1999). Semakin besar MVA

berarti semakin berhasil pekerjaan manajemen mengelola perusahaan

tersebut.

c) FVA (Financial Value Added)

Page 2: Eva Dan Financial Distress(1)

Financial Economic Value Added (FVA) merupakan metode baru

dalam mengukur kinerja dan nilai tambah perusahaan. Metode ini

mempertimbangkan kontribusi dari fixed assets dalam menghasilkan

keuntungan bersih perusahaan.

d) CVA (Cash Value Added)

CVA adalah ukuran jumlah uang tunai yang dihasilkan oleh

perusahaan melalui operasinya, yang dihitung dengan mengurangkan

operating cash flow demand pada operating cash flow dalam laporan

arus kas. CVA atau nilai tambah kas adalah sama dengan nilai tambah

ekonomi tetapi memperhitungkan generasi kas hanya sebagai lawan

dari generasi kekayaan ekonomi. Langkah ini membantu memberikan

gambaran investor kemampuan perusahaan untuk menghasilkan uang

dari periode satu ke yang lain. Secara umum, semakin tinggi CVA

semakin baik bagi perusahaan dan investor.

e) NVA (Net Value Added)

Net Value Added (NVA) juga merupakan pengukuran value added

yang mengukur nilai tambah untuk pemegang saham melalui keputusan

investasi perusahaan (Patel dan Cherukuri dalam Iramani, 2005:3).

Keunggulan dan Kelemahan EVA

EVA sebagai salah satu alternatif dalam pengukuran operasional

perusahaan mempunyai beberapa kelebihan dan kelemahan.

1) Kelebihan EVA antara lain:

Menurut Paula dan Elena (tanpa tahun:56) kelebihan EVA tersebut

dapat disimpulkan sebagai berikut:

Page 3: Eva Dan Financial Distress(1)

a) Laba per lembar saham dan laba atas investasi yang / aktiva tidak mencerminkan biaya sebenarnya dari modal, tidak ada engsel apakah nilai pemegang saham telah diciptakan atau dihancurkan.

b) Membantu manajer untuk membuat keputusan investasi yang lebih baik, identifikasi peluang perbaikan dan mempertimbangkan manfaat jangka panjang dan jangka pendek bagi perusahaan.

c) Mengukur kualitas keputusan manajerial dan menunjukkan nilai pertumbuhan di masa yang akan datang. Semakin tinggi EVA di tiap tahun, para manajer melakukan pekerjaan yang lebih baik dalam menggunakan modal untuk menciptakan nilai tambah.

d) EVA sangat mudah dalam perhitungannya, penggalian data dari kedua pendapatan pernyataan dan neraca dan menyesuaikan itu

e) EVA bebas dari pendiskontoan arus kas dari usaha.f) EVA adalah perkiraan keuntungan ekonomi sejati.

Sedangkan menurut Iramani dan Febrian (2005:6) kelebihan EVA

adalah sebagai berikut:

a) EVA memfokuskan penilaian pada nilai tambah dengan memperjitungkan beban sebagai konsekuensi investasi.

b) Konsep EVA adalah alat perusahaan dalam mengukur harapan yang dilihat dari segi ekonomis dalam pengukurannya yaitu dengan memperhatikan harapan penyandang dana secara adil dimana derajat keadilan dinyatakan dengan ukuran tertimbang dari struktur modal yang ada dan berpedoman pada nilai pasar dan bukan nilai buku.

c) Perhitungan EVA dapat digunakan secara mandiri tanpa memerlukan data pembanding seperti standar industri atau data perusahaan lain sebagai konsep penelitian.

d) Konsep EVA dapat digunakan sebagai dasar penilaian pemberian bonus pada karyawan terutama pada divisi yang memberikan EVA lebih sehingga dapat dikatakan EVA menjalankan konsep stakeholders satisfaction concepts.

e) Pengaplikasian EVA yang mudah menunjukkan bahwa konsep tersebut merupakan ukuran praktis, mudah dihitung dan mudah digunakan sehingga merupakan salah satu bahan pertimbangan dalam mempercepat pengambilan keputusan bisnis.

2) Kelemahan metode EVA adalah:

Menurut Paula dan Elena (tanpa tahun:56) kelemahan EVA dapat

disimpulkan sebagai berikut:

a) EVA tidak dapat menilai kemajuan sebuah perusahaan dalam mencapai tujuan strategis dan dalam mengukur kinerja divisi.

Page 4: Eva Dan Financial Distress(1)

b) EVA tidak dapat digunakan untuk mengukur kinerja keuangan pada industri tertentu.

c) EVA terdistorsi oleh inflasi, jadi EVA tidak dapat digunakan untuk mengukur kentungan yang sebenarnya saat inflasi.

d) EVA terdistorsi oleh penyusutan normal yang kecil di awal dan besar di akhir. Sehingga perusahaan yang memiliki banyak investasi baru akan terlihat memiliki EVA yang kecil dan perusahaan yang memilki investasi yang sudah lama terlihat memiliki EVA yang besar. Tetapi hal ini tergantung pada struktur aktiva (proporsi relatif dari aset lancar, aset tetap, depresiasi aktiva) dan pada panjang periode investasi.

e) Masalah lain adalah pengukuran nilai relatif dalam keseluruhan pasar. Dimana perusahaan mempunyai EVA positif tetapi mengalami nilai saham yang menurun di pasar.

Sedangkan kelemahan EVA menurut Iramani dan Febrian (2005:6)

adalah:

a) EVA hanya mengukur hasil akhir (result) konsep ini tidak mengukur aktivitas-aktivitas penentu.

b) EVA terlalu bertumpu pada keyakinan bahwa investor sangat mengandalkan pendekatan fundamental dalam mengkaji dan mengambil keputusan untuk menjual atau membeli saham tertentu padahal faktor-faktor lain terkadang justru lebih dominan.

1. Analisis Cash Value Added (CVA)

a. Pengertian Cash Value Added (CVA)

Cash Value Added (CVA) adalah sebuah konsep yang dikembangkan oleh

Erik Ottosson dan Frederik Weissenrieder pada tahun 1996, Erik Ottosson dan

Frederik Weissenrieder adalah analis keuangan asal Swedia dari perusahaan

konsultan FWC AB, Swedia. Konsep Cash Value Added (CVA) adalah sebuah

model yang menjembatani kesenjangan antara pengukuran kinerja keuangan

masa lalu dan evaluasi investasi, dalam rangka untuk membuat pilihan strategis

yang lebih baik. Cash Value Added (CVA) adalah model yang menggunakan

pendekatan Value Based Management yaitu mengukur arus kas diskonto, karena

arus kas dan nilai waktu dari uang menentukan nilai (Ottoson dan Weissenrieder

1996:2).

Page 5: Eva Dan Financial Distress(1)

Cash Value Added (CVA) adalah model yang memungkinkan manajemen

untuk fokus pada sejumlah investasi strategis yang menguntungkan,

menggunakan manajemen waktu dengan lebih efisien, menyediakan manajemen

sebuah umpan balik yang relevan pada hasil keputusan investasi keuangan masa

lalu, dan membantu manajemen menghindari untuk mengulangi melakukan

keputusan investasi yang buruk yang pernah dilakukan di masa lalu sehingga di

masa depan manajemen mampu untuk mengidentifikasi investasi yang benar-

benar menguntungkan (Ottoson dan Weissenrieder 1996:3).

Menurut Ottoson dan Weissenrieder (1996:5) Cash Value Added (CVA)

adalah sebuah model yang sederhana karena model ini hanya mencakup item

kas, yaitu laba sebelum penyusutan, bunga dan pajak (EBDIT, disesuaikan

dengan biaya non tunai), pergerakan modal kerja dan investasi non-strategis.

Dari penjumlahan tiga item tersebut adalah Operating Cash Flow (OCF). Yang

selanjutnya Operating Cash Flow (OCF) dibandingkan dengan Operating Cash

Flow Demand (OCFD). Operating Cash Flow Demand (OCFD) ini merupakan

arus kas yang diperlukan untuk memenuhi persyaratan keuangan investor pada

investasi strategis perusahaan, yaitu biaya modal. Dan dari selisih Operating

Cash Flow (OCF) dan Operating Cash Flow Demand (OCFD) ini yang disebut

dengan Cash Value Added (CVA).

Cash Value Added (CVA) adalah konsep yang hanya berdasarkan arus kas,

bahkan saldo awal neraca menggunakan aliran kas (tetapi bukan model cash

flow). Sehingga hal ini saja dapat digunakan untuk membedakan Cash Value

Added (CVA) dengan Economic Value Added (EVA) (Weissenrieder 1997:6).

Pada penggunaan CVA memang lebih sulit dibandingkan dengan alat ukur

lain seperti EVA karena penggunaan CVA akan lebih banyak membutuhkan

Page 6: Eva Dan Financial Distress(1)

perhatian dari organisasi. Namun ini diperlukan untuk mencapai tingkat

perubahan dalam menciptakan nilai bagi pemegang saham (Weissenrieder

1997:10).

CVA menjadi sederhana apabila kita memiliki pengetahuan tentang

keuangan perusahaan karena CVA berfokus pada isu-isu yang relevan terhadap

perusahaan (Weissenrieder 1997:37).

Cash Value Added (CVA) adalah metode didasarkan pada arus kas yang

didiskontokan. Prinsipnya sederhana yaitu permintaan arus kas dihitung dari

parameter jumlah investasi, jangka waktu dan biaya modal. Permintaan arus kas

mencerminkan arus kas yang dari waktu ke waktu harus dihasilkan untuk

memberikan nilai sekarang yang sama dengan nol untuk rentang yang

diharapkan dari investasi.

dak memberi nilai pada investor.

Financial distress

suatu perusahaan mengalami financial distress dapat ditentukan dengan berbagai cara,

seperti:

1. Lau (1987) dan Hill et.al (1996) menggunakan adanya pemberhentian tenaga kerja

atau menghilangkan pembayaran deviden.

2. Asquith, Gertner dan Scharfstein (1994) dan Claessens et al (1999) menggunakan

interest coverage ratio (rasio interest expenses terhadap earning) untuk

mendefinisikan financial distress. Perusahaan yang mengalami financial distress

adalah perusahaan yang interest coverage ratio-nya kurang dari 1.

3. Whitaker (1999) mengukur financial distress dengan cara adanya arus kas yang lebih

kecil dari utang jangka panjang saat ini.

Page 7: Eva Dan Financial Distress(1)

4. Hofer (1980) dan Whitaker (1999) mendefinisikan financial distress jika beberapa

tahun perusahaan mengalami laba bersih operasi (net operating income) negatif.

5. John, lang dan Netter (1992) mendefinisikan financial distress sebagai perubahan

harga ekuitas.

6. Tirapat dan Nittayagasetwat (1999) menyatakan bahwa perusahaan dikatakan

mengalami financial distress jika perusahaan tersebut dihentikan operasinya atas

wewenang pemerintah dan perusahaan tersebut dipersyaratkan untuk melakukan

perencanaan restrukturisasi.

7. Wilkins (1997) menyatakan bahwa perusahaan dikatakan mengalami financial

distress jika perusahaan tersebut mengalami pelanggaran teknis dalam hutang dan

diprediksikan perusahaan tersebut mengalami kebangkrutan pada periode yang akan

datang.

8. Almilia (2003) menyatakan bahwa suatu perusahaan dikatakan mengalami financial

distress jika perusahaan tersebut mengalami penghapusan pencatatan saham

(delisted). Penghapusan pencatatan saham emiten dari daftar efek yang tercatat di

bursa dapat terjadi karena:

a. Permohonan emiten yang bersangkutan (voluntary delisting)

b. Dihapus pencatatan sahamnya oleh bursa sesuai dengan peraturan bursa.

Berdasarkan tingkat kesehatan keuangan dan potensi kebangkrutan, perusahaan dapat

dikelompokkan menjadi empat kategori, yaitu:

a.Perusahaan yang tidak mengalami kesulitan keuangan jangka pendek maupun

jangka panjang sehingga tidak mengalami kebangkrutan.

Page 8: Eva Dan Financial Distress(1)

b. Perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan jangka pendek dan manajemennya

mampu mengatasinya dengan baik sehingga perusahaan tidak jatuh pailit

(bangkrut).

c.Perusahaan yang tidak mengalami kesulitan keuangan tetapi menghadapi kesulitan

yang bersifat non keuangan sehingga diambil keputusan menyatakan pailit.

d.Perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan dan manajemennya tidak berhasil

mengatasinya sehingga perusahaan akhirnya jatuh pailit.

Model prediksi financial distress

Beaver (1966,1968a, 1968b) membuat model prediksi kebangkrutan dengan menggunakan

enam kelompok rasio keuangan yang dianalisis dengan menggunakan metode univariat. Tiap

rasio dilihat kekuatan prediksinya. Rasio-rasio tersebut adalah cash flow ratios (4 rasio), net

income ratios (4 rasio), debt to total assets ratio (4 rasio), liquid assets to cuurent debt ratios

(3 rasio), dan turnover ratios (11 rasio).

Edward I. Altman pada tahun 1968 menggunakan analisis diskriminan untuk

menyusun suatu model prediksi kebangkrutan perusahaan dengan mengambil sampel

sebanyak 66 perusahaan manufaktur yang dibagi menjadi dua kelompok yakni perusahaan

yang bangkrut dan tidak bangkrut untuk periode pengamatan 1946-1965. Dalam

penelitiannya Altman menggunakan 22 rasio keuangan dari rasio-rasio tersebut ditemukan 5

rasio yang dianggap paling bermanfaat untuk prediksi kebangkrutan. Rasio-rasio tersebut

adalah working capital/total assets, retained earnings/total assets, earnings before interest

and taxes/total assets, market value equity/book value of total debt, serta sales/total assets.

Berdasarkan metode tersebut dihasilkan Z skor yang formulanya adalah:

Zi = 1.2 WC/TA +1.4 RE/TA + 3.3 EBIT/TA + 0.6 MVE/BUD + 1.0 S/TA

Page 9: Eva Dan Financial Distress(1)

Altman menguji bobot masing-masing varibel dengan menggunakan analisis regresi,

hasil pengujian tersebut digunakan untuk mendapatkan konstanta tertentu sebagai bobot dari

masing-masing variabel yang telah ditentukan. Nilai yang didapat dari hasil perhitungan,

kemudian disesuaikan dengan titik cut off yang telah ditentukan untuk mengklasifikasikan

perusahaan tersebut. Jika nilai Z skor kurang dari 2,67, maka perusahaan tersebut

kemungkinan mengalami kegagalan terbilang besar sehingga perusahaan dikategorikan

bangkrut. Jika nilai Z skor diantara 2,67 sampai dengan 2,99 maka perusahaan tersebut

kemungkinan mengalami kegagalan sulit dipastikan sehingga perusahaan dikategorikan

rawan bangkrut. Jika nilai Z skor lebih dari 2,99 maka perusahaan tersebut kemungkinan

mengalami kegagalan tergolong kecil sehingga perusahaan dikategorikan tidak bangkrut.

Ohlson (1980) meneliti tentang prediksi kebangkrutan dengan menggunakan metode

analisis logit kondisional. Penggunaan metode ini untuk menghilangkan permasalahan yang

timbul akibat penggunaan metode analisis diskriminan multivariat (MDA).

Model prediksi Ohlson adalah sebagai berikut:

O skor = -1,32 – 0,407 log(total aset/GNP price level index) + 6,03 (hutang total/total aset) –

1,43 (modal kerja/total aset) + 0,076 (hutang lancar/aktiva lancar) – 1,72 (1 jika

total hutang>total aset, 0 jika sebaliknya) – 2,37 (laba bersih/total aset) – 1,83

(dana dari operasional/total hutang) + 0,285 (1 jika rugi bersih pada dua tahun

terakhir, 0 jika sebaliknya) – 0,521 {(laba bersiht – laba bersih t-1)/ (|laba bersiht |

+|laba bersih t-1|)

Ran Barniv, Anurag Agarwal dan Robert Leach (2002)

Variabel independen yang digunakan adalah 5 variabel keuangan (net income/total assets,

natural log total assets/GDP deflator, intangible asseta/net sales, interest bearing debt/total

liabilities, dan secured interest bearing debt/total liabilities) dan 5 variabel non keuangan

Page 10: Eva Dan Financial Distress(1)

(fraud activity, resignation by top management, the number of major classes of bond holders,

Herfindahl-Hirchman index of competition, price weighted CARs from 60 days prior to filling

through one day after the filling).