PENGARUH KEPEMILIKAN PUBLIK, FINANCIAL DISTRESS
Transcript of PENGARUH KEPEMILIKAN PUBLIK, FINANCIAL DISTRESS
i
PENGARUH KEPEMILIKAN PUBLIK, FINANCIAL DISTRESS,
OPINI AUDIT GOING CONCERN, UKURAN PERUSAHAAN, DAN
PROFITABILITAS TERHADAP AUDITOR SWITCHING
(Studi Empiris pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI Periode
2011-2014)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Disusun oleh :
NIDA NADYA HASAN NIM. 1112082000004
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H/2016 M
ii
PENGARUH KEPEMILIKAN PUBLIK, FINANCIAL DISTRESS,
OPINI AUDIT GOING CONCERN, UKURAN PERUSAHAAN, DAN
PROFITABILITAS TERHADAP AUDITOR SWITCHING
(Studi Empiris pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI Periode
2011-2014)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Disusun oleh :
NIDA NADYA HASAN NIM. 1112082000004
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H/2016 M
iii
iv
v
vi
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan dibawah ini, Nama : Nida Nadya Hasan No. Induk Mahasiswa : 1112082000004 Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Jurusan : Akuntansi Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini saya: 1. Tidak mengembangkan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan
dan mempertanggungjawabkan 2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah orang lain 3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebut sumber asli atau
tanpa izin pemilik karya 4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data 5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggungjawab atas
karya ini.
Jika dikemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan melalui pembuktian yang dapat dipertangunggjawabkan, ternyata memang ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan di atas, maka saya siap untuk dikenakan sanksi berdasarkan peraturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Jakarta, Maret 2016
Nida Nadya Hasan
vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama : Nida Nadya Hasan
2. Tempat Tanggal Lahir : Tasikmalaya, 23 Maret 1994
3. Alamat : Jl. Mede 1 Komplek Sasmita Loka RT
02/04 No. 57 Pamulang, Tangerang Selatan
4. Telepon : 081315088682
5. Email : [email protected]
II. PENDIDIKAN
1. MI Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2000-2006
2. MTs Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2006-2009
3. SMA Pondok Pesantren Daar El Qolam Tangerang Tahun 2009-2012
4. S1 Ekonomi Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Tahun 2012-2016
III. PENDIDIKAN NON FORMAL
1. Kursus Bahasa Inggris di LIA Tangerang, 2007-2008
IV. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Ketua Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Akuntansi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta periode 2015/2016
viii
2. Anggota Saman Fakultas Ekonomi dan Bisnis (SEISDANCE) UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta periode 2014/2015
V. SEMINAR DAN WORKSHOP
1. Seminar Nasional oleh HMJ Akuntansi: Pathway Profesi Akuntansi
Indonesia, Untuk Mengembangkan Wawasan berbagai Profesi
Akuntansi di Indonesia, 2015.
2. Seminar Nasional Accounting Fair: Kredibilitas Seorang Akuntan
Dalam Menghadapi Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia,
2014.
3. Seminar Nasional oleh Jurusan Akuntansi S1 Fakultas Ekonomi dan
Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau yang
bekerjasama dengan Ikatan Mahasaiswa Akuntansi Indonesia (IMAI)
Simpul Riau, 2013.
VI. KEPANITIAAN
1. Orientasi Pengenalan Akademik dan Kemahasiswaan (OPAK) Jurusan
Akuntansi UIN Jakarta, sebagai ketua pelaksana, 2014.
2. Accounting Fair 2014 oleh HMJ Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, sebagai wakil bendahara, 2014.
3. Visit Company to Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK) oleh HMJ
Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, sebagai wakil ketua, 2014.
ix
VII. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : Hasanudin Ibnu Hibban
2. Tempat Tanggal Lahir : Indramayu, 5 Juni 1966
3. Ibu : Wiwi Siti Sajaroh
4. Tempat Tanggl Lahir : Tasikmalaya, 10 Februari 1969
5. Alamat : Jl. Mede 1 Komplek Sasmita Loka RT
02/04 N0. 57 Pamulang, Tangerang Selatan
6. Telepon : 081310725156
7. Anak ke : 1 dari 3 bersaudara
x
ABSTRACT
THE EFFECTS OF PUBLIC OWNERSHIP, FINANCIAL DISTRESS, GOING CONCERN OPINION, COMPANY’S SIZE, AND PROFITABILITY
TO AUDITOR SWITCHING
(Empirical Study on Banking Companies that Listed at Indonesian Stock Exchange Period 2011-2014)
By
Nida Nadya Hasan
The research examines the effect of public ownership, financial distress, going concern opinion, company’s size, and profitability to auditor switching. This research used the sample of banking industries which listed in Indonesian Stock Exchange during 2011-2014 period. The number of banking industries sampled in this study were 28 companies with 4 years observation. Based on purposive sampling method, sample consist of 112 financial statements in this research. Hypothesis in this research are tested by logistic regression analytical method.
Result of this research find that profitability has positive and significant impact on auditor switching and find that company’s size has negative and significant impact on auditor switching.
Keywords: Public Ownership, Financial Distress, Going Concern Opinion,
Company’s Size, Profitability, Auditor Switching
xi
ABSTRAK
PENGARUH KEPEMILIKAN PUBLIK, FINANCIAL DISTRESS, OPINI AUDIT GOING CONCERN, UKURAN PERUSAHAAN, DAN
PROFITABILITAS TERHADAP AUDITOR SWITCHING
(Studi Empiris pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI Periode 2011-2014)
Oleh Nida Nadya Hasan
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh kepemilikan publik,
financial distress, opini audit going concern, ukuran perusahaan, dan profitabilitas terhadap auditor switching. Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2011-2014. Jumlah perusahaan perbankan yang dijadikan sampel penelitian ini adalah 28 perusahaan dengan pengamatan selama 4 tahun. Berdasarkan metode purposive sampling, total sampel penelitian adalah 112 laporan keuangan. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi logistik.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara profitabilitas terhadap auditor switching, serta menunjukan hubungan negatif dan signifikan antara ukuran perusahaan terhadap auditor switching.
Kata kunci: kepemilikan publik, financial distress, opini audit going concern, ukuran perusahaan, profitabilitas, auditor switching
xii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah S.W.T yang telah memberikan rahmat dan karunia-
Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang
berjudul “Pengaruh Kepemilikan Publik, Financial Distress, Opini Audit
Going Concern, Ukuran Perusahaan, Dan Profitabilitas Terhadap Auditor
Switching (Studi Empiris Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar di
Bei Periode 2011-2014)”. Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi
sebagian syarat-syarat guna mencapai gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada:
1. Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya yang diberikan kepada penulis
sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Kedua orangtuaku tercinta, umi dan abi yang tidak hentinya melantunkan
doa, mencurahkan kasih sayang, semangat, dukungan, dan perhatian kepada
penulis. Terimakasih atas doa, saran, didikan serta nasehatnya sehingga
membuat penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
3. Adik-adik penulis Vivi Nafilah Chairani Hasan dan Zahra Shufiyah Hasan.
4. Keluarga besar penulis yang selalu memberikan dukungan dan doa kepada
penulis.
5. Ka Abdul Azis yang telah memberikan saran, doa, dan motivasi kepada
penulis.
6. Bapak Dr. Arief Mufraini, LC., M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Ibu Yessi Fitri, SE., M.Si., Ak selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
8. Bapak Hepi Prayudiawan SE., Ak., MM. selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Terima kasih
atas bantuan dan saran dari bapak demi terselesaikannya skripsi ini.
xiii
9. Bapak Dr. Amilin, M.Si., Ak., CA., QIA., BKP selaku dosen Pembimbing
Skripsi I yang telah bersedia memberikan waktunya untuk membimbing
penulis selama menyusun skripsi. Terima kasih atas ilmu yang telah bapak
berikan selama ini.
10. Ibu Nur Wachidah Yulianti, SE., M.S., Ak selaku dosen Pembimbing Skripsi
II yang telah bersedia meluangkan waktu, memberikan pengarahan dan
bimbingan dalam penulisan skripsi ini. Terima kasih atas semua saran yang
ibu berikan selama selama proses penulisan skripsi sampai terlaksananya
sidang skripsi.
11. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam
Negeri yang telah memberikan bantuan kepada penulis.
12. Teman-teman Akuntansi 2012 yang tidak bisa penulis sebutkan satuper satu,
terima kasih atas semua persahabatan, doa, dan motivasinya, terima kasih atas
perjuangan bersama kita di kampus demi menempuh gelar sarjana.
13. Teman-teman Akuntansi A 2012, terima kasih atas dukungan dan do’a
kepada penulis.
14. Sahabat seperjuangan Elsa, Tuti, Naya, Lulu, Dwi, dan Ferina, terima kasih
atas dukungan yang telah diberikan kepada penulis.
15. Teman-teman di HMJ Akuntansi, terutama Galih, Revan, Yudhi, Farisi,
Irvan, dan Ajay yang telah bersama-sama memberikan pelajaran yang
berharga selama di kampus.
16. Kakak-kakak senior Akuntansi terutama kepada Ka Alif, Ka Heru, Ka Umi,
Ka Uum, Ka Gita, Ka Vania, dan Ka Mpit.
17. Adik-adik Akuntansi angkatan 2013-2015, terutama Ema, Fitri, Agias,
Hanifah, Pepi, Dio, Bambang, Fifi, Najah, Fatin, Liana, Andi, Dwi, Riana,
Tiwi, dkk yang telah menemani penulis dan memberikan semangat kepada
penulis.
18. Teman seperjuangan (Naya, Elsa, Rita, Yudhi, & Revan) dari mulai Ujian
Komprehensif hingga Sidang Skripsi, terima kasih atas semangat dan doanya.
19. Temen-teman KKN SERABI terimakasih atas doa dan motivasinya.
xiv
20. Semua pihak yang tak bisa penulis sebutkan satu persatu atas bantuannya
dalam terselesainya penyusunan skripsi ini. Semoga amal kebaikan kalian
semua dapat dibalas oleh Allah SWT.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik
yang membangun dari berbagai pihak.
Jakarta, 29 Maret 2016
Nida Nadya Hasan
xv
DAFTAR ISI
COVER ....................................................................................................... i
COVER DALAM ........................................................................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI .......................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ............................... iv
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI .............................................. v
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH......................... vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ..................................................................... vii
ABSTRACT .................................................................................................. x
ABSTRAK .................................................................................................. xi
KATA PENGANTAR ................................................................................. xii
DAFTAR ISI ............................................................................................... xv
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xviii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xix
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xx
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1
B. Perumusan Masalah ...................................................................... 14
C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 14
D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 15
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 17
A. Tinjauan Literatur .......................................................................... 17
1. Teori Agensi .............................................................................. 17
2. Peraturan Pemerintah mengenai Rotasi Auditor ......................... 22
3. Auditor Switching ...................................................................... 24
4. Kepemilikan Publik ................................................................... 25
5. Financial Distress ..................................................................... 26
6. Opini Audit Going Concern ....................................................... 28
7. Ukuran Perusahaan .................................................................... 30
8. Profitabilitas .............................................................................. 31
xvi
B. Dasar Perumusan Hipotesis ........................................................... 32
1. Kepemilikan Publik terhadap Auditor switching ........................ 32
2. Financial distress terhadap Auditor Switching ........................... 33
3. Opini Audit Going concern terhadap Auditor switching ............. 36
4. Ukuran perusahaan terhadap Auditor Switching ......................... 37
5. Profitabilitas terhadap Auditor Switching ................................... 39
C. Penelitian Sebelumnya .................................................................. 40
D. Kerangka Berfikir .......................................................................... 50
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ....................................................... 52
A. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................. 52
B. Metode Penentuan Sampel ............................................................ 52
C. Metode Pengumpulan Data ........................................................... 53
D. Metode Analisis Data.................................................................... 54
1. Pengertian Regresi Logistik ....................................................... 54
2. Tahapan Regresi Logistik .......................................................... 55
a. Menilai Kelayakan Model Regresi .................................... 55
1) Uji Statistik -2 Log Likelihood ..................................... 55
2) Uji Statistik Cox and Snell’s R Square ......................... 56
3) Uji Statistik Hosmer and Lemeshow’s Goodness of
Fit Test ............................................................................ 56
4) Matriks Klasifikasi ...................................................... 57
b. Pengujian Hipotesis .......................................................... 57
E. Operasionalisasi Variabel Penelitian .............................................. 58
1. Auditor Switching ...................................................................... 59
2. Kepemilikan Publik ................................................................... 59
3. Financial Distress ..................................................................... 59
4. Opini Audit Going Concern ....................................................... 60
5. Ukuran Perusahaan .................................................................... 60
6. Profitabilitas .............................................................................. 61
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN .................................................... 63
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ................................... 63
xvii
1. Deskripsi Objek Penelitian ........................................................ 63
2. Deskripsi Sampel Penelitian ...................................................... 66
B. Analisis dan Pembahasan .............................................................. 67
1. Hasil Uji Hipotesis Penelitian .................................................... 67
a. Hasil Uji Kesesuaian Keseluruhan Model .............................. 67
b. Hasil Uji Koefisien Determinasi ............................................ 71
c. Hasil Uji Kelayakan Model Regresi ...................................... 72
d. Hasil Matriks Klasifikasi ....................................................... 73
e. Hasil Uji Regresi Logistik ..................................................... 74
f. Pembahasan Penelitian .......................................................... 75
1) Pengaruh Kepemilikan Publik terhadap Auditor Switching 75
2) Pengaruh Financial Distress terhadap Auditor Switching . 77
3) Pengaruh Opini Audit Going Concern terhadap Auditor
Switching ........................................................................ 79
4) Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Auditor Switching 81
5) Pengaruh Profitabilitas terhadap Auditor Switching .......... 83
BAB V PENUTUP ........................................................................................... 85
A. Kesimpulan .................................................................................. 85
B. Implikasi....................................................................................... 87
C. Keterbatasan ................................................................................. 88
D. Saran ............................................................................................ 89
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 91
LAMPIRAN ...................................................................................................... 94
xviii
DAFTAR TABEL
No. Keterangan Halaman
2.1 Hasil Penelitian Terdahulu di Luar Negeri ........................................... 40
2.2 Hasil Penelitian Terdahulu di Dalam Negeri ........................................ 42
3.1 Operasionalisasi Variabel Penelitian .................................................... 59
4.1 Tahapan Seleksi Sampel Berdasarkan Kriteria ..................................... 62
4.2 Sampel Penelitian ................................................................................ 63
4.3 Menilai Keseluruhan Model ................................................................. 66
4.4 Iteration History 1 .............................................................................. 67
4.5 Koefisiensi Determinasi ....................................................................... 68
4.6 Menguji Kelayakan Model Regresi ..................................................... 69
4.7 Matriks Klasifikasi .............................................................................. 70
4.8 Hasil Uji Koefisien Regresi Logistik ................................................... 71
4.9 Ringkasan Hasil Penelitian................................................................... 72
xix
DAFTAR GAMBAR
No. Keterangan Halaman
2.1 Kerangka Berfikir Penelitian ............................................................... 48
xx
DAFTAR LAMPIRAN
No. Keterangan Halaman
1 Data Sampel ........................................................................................ 92
2 Hasil Output SPSS ............................................................................... 105
1
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Banyaknya pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan, maka
informasi yang disajikan dalam laporan keuangan tersebut haruslah wajar,
dapat dipercaya dan tidak menyesatkan. Untuk menjamin kewajaran informasi
yang disajikan dalam laporan keuangan, maka diperlukan adanya suatu
pemeriksaan yang dilakukan oleh auditor independen. Pihak manajemen suatu
perusahaan berkepentingan untuk menyajikan laporan keuangan sebagai suatu
gambaran prestasi kerja mereka. Laporan ini berpotensi dipengaruhi
kepentingan pribadi, sementara pihak ketiga, yaitu pihak eksternal selaku
pemakai laporan keuangan sangat berkepentingan untuk mendapatkan laporan
keuangan yang dapat dipercaya.
Laporan keuangan yang merupakan tanggung jawab manajemen perlu
diaudit oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) sebagai pihak ketiga yang
independen. Hal ini penting karena jika tidak diaudit, ada kemungkinan bahwa
laporan keuangan tersebut mengandung kesalahan baik yang disengaja
maupun tidak disengaja. Karena itu laporan keuangan yang belum diaudit
kurang dipercaya kewajarannya oleh pihak-pihak yang berkepentingan
terhadap laporan keuangan tersebut (Agoes, 2008:8).
Independensi harus ada pada diri auditor saat ia sedang melakukan tugas
dalam hal mengaudit yang mengharuskan ia memberi atestasi atas kewajaran
2
laporan keuangan sebuah perusahaan yang menjadi kliennya. Terkadang
pengguna laporan keuangan ada yang mempertanyakan apakah seorang
auditor independen dalam menjalankan tugasnya, dan hal tersebut wajar saja
untuk dipertanyakan (Indahsari, 2015). Peran Akuntan Publik sebagai pihak
yang independen untuk menengahi kedua pihak (agen dan prinsipal) dengan
kepentingan berbeda tersebut (Lee, 1993 dalam Damayanti dan Sudarma,
2007), yaitu untuk memberi penilaian dan pernyataan pendapat (opini)
terhadap kewajaran laporan keuangan yang disajikan.
Hubungan yang lama antara auditor dan klien akan membuat mereka
merasa lebih akrab. Hal ini dapat mengancam independensi auditor dalam
mengaudit laporan keuangan klien tersebut. Berbagai kasus telah terjadi
terkait dengan lunturnya independensi auditor. Auditor mungkin saja tidak
dapat menemukan, bahkan mengabaikan kesalahan saji material, baik itu
berupa kecurangan maupun kekeliruan. Hal ini dapat menyebabkan kegagalan
audit (audit failure), dimana auditor tidak dapat menemukan kesalahan salah
saji material dalam laporan keuangan sehingga dapat terjadi kesalahan dalam
menentukan opini audit terhadap laporan keuangan. Kesalahan memberikan
opini audit ini dapat menimbulkan dampak negatif yang besar bagi klien.
Auditor mungkin saja dapat dituntut secara hukum, terlebih jika kesalahan
tersebut murni milik auditor.
Contoh kasus terbesar yang terkait dengan independensi auditor adalah
kasus runtuhnya perusahaan energi Enron yang melakukan kerjasama dengan
KAP Arthur Andersen dengan cara memanipulasi laba perusahaan. Laba
3
dalam laporan keuangan Enron dicatat overstated oleh staf akuntan Enron
yang merupakan mantan auditor di KAP Arthur Andersen, sementara KAP
Arthur Andersen menjadi auditor eksternal atas laporan keuangan tersebut.
Akibat dari peristiwa ini, Enron hancur dan KAP Arthur Andersen dicabut izin
operasinya oleh pemerintah AS (Hutabarat, 2012:1).
Selain Enron, di Indonesia juga terjadi kasus yang melibatkan auditor
eksternal dan kliennya. Kasus yang menimpa akuntan publik JAS yang
diindikasi melakukan kesalahan dalam mengaudit laporan keuangan PT Great
River Internasional, Tbk menyebabkan munculnya keraguan atas opini audit
dan akibatnya masyarakat mengkritik profesi auditor. Kasus tersebut muncul
setelah adanya temuan auditor investigasi dari Bapepam yang menemukan
indikasi penggelembungan akun penjualan, piutang dan aset hingga ratusan
milyar rupiah pada laporan keuangan PT Great River, Tbk yang
mengakibatkan perusahaan tersebut akhirnya kesulitan arus kas dan gagal
dalam membayar utang.
Berdasarkan investigasi Bapepam menyatakan bahwa Akuntan Publik
yang memeriksa laporan keuangan PT Great River, Tbk ikut menjadi
tersangka. Oleh karenanya, Menteri Keuangan RI terhitung sejak tanggal 28
November 2006 telah membekukan izin akuntan publik JAS selama dua tahun
karena terbukti melakukan pelanggaran terhadap Standar Profesi Akuntan
Publik (SPAP) berkaitan dengan laporan audit atas laporan keuangan
konsolidasi PT. Great River, Tbk tahun 2003 (Hutabarat, 2012:2).
4
Di Indonesia, PT. Kimia Farma, Tbk sempat tidak mendapatkan
kepercayaan dari pemilik saham terbesarnya sendiri. Setelah dilakukan audit
ulang, ternyata laporan keuangan yang telah diaudit menyajikan jumlah total
penjualan yang overstated. Selain PT. Kimia Farma, Tbk terdapat pula kasus
PT. Telkom, Tbk tentang tidak diakuinya KAP Eddy Pianto oleh SEC
(Securities Exchange Comission), dimana SEC sebagai pemegang otoritas
pasar modal di Amerika Serikat tentu memiliki alasan khusus mengapa
mereka tidak mengakui keberadaan KAP Eddy Pianto. Hal tersebut bisa saja
terkait dengan kompetensi dan independensi yang dimiliki oleh auditor masih
diragukan oleh SEC, dimana kompetensi dan independensi merupakan dua
karakteristik sekaligus yang harus dimiliki oleh auditor.
Selanjutnya kasus yang terjadi pada sejumlah perusahaan terbuka Grup
Bakrie mengenai kisruh laporan keuangan. Dimana tujuh perusahaan yang
termasuk dalam perusahaan terbuka Grup Bakrie diantaranya adalah Bakrie
Sumatra Plantation, Energi Mega Persada, Bumi Resources, Bakrie Telecom,
Bakrieland Development, Darma Henwa dan Benakat Petroleum Energy.
Keributan bermula dari adanya dana triliunan rupiah di ketujuh perusahaan itu
yang pencatatannya diduga bermasalah. Dalam laporan keuangan kuartal
pertama mereka menyebutkan mempunyai dana deposito sekitar Rp 6,8 triliun
di Bank Capital Indonesia. Padahal, seluruh dana nasabah di bank swasta
tersebut hanya sebesar Rp 2,7 triliun. Itulah yang memunculkan berbagai
spekulasi tidak sedap. Sorotan terutama ditunjukkan kepada dua perusahaan
5
Grup Bakrie yaitu Bakrie Sumatra Plantation Dan Energi Mega Persada
dengan kepemilikan deposito Rp 4,6 triliun. (Annisa, 2013)
Dengan alasan mencegah hilangnya independensi auditor, digagaslah
kewajiban mengganti auditor secara periodik, atau yang sering disebut rotasi
auditor. Rotasi atau pergantian auditor secara wajib (mandatory) ini adalah
peraturan perputaran auditor yang harus dilakukan oleh perusahaan, dengan
tujuan untuk menghasilkan kualitas dan menegakkan independensi auditor.
Indonesia merupakan salah satu negara yang mewajibkan adanya
pergantian kantor akuntan dan mitra audit yang diberlakukan secara periodik
sesuai peraturan yang berlaku. Peraturan tersebut adalah Keputusan Menteri
Keuangan Republik Indonesia Nomor 359/KMK.06/2003 Pasal 2 tentang
“Jasa Akuntan Publik” (perubahan atas Keputusan Menteri Keuangan Nomor
423/KMK.06/2002). Peraturan ini menyatakan bahwa pemberian jasa audit
umum atas laporan keuangan dari suatu entitas dapat dilakukan oleh Kantor
Akuntan Publik (selanjutnya disebut KAP) paling lama untuk 5 (lima) tahun
buku berturut-turut dan oleh seorang akuntan publik paling lama untuk 3 (tiga)
tahun buku berturut-turut. Jika perusahaan mengganti KAP-nya yang telah
mengaudit selama lima tahun, hal itu tidak akan menimbulkan pertanyaan
karena bersifat wajib (mandatory). Jadi, yang biasanya menjadi masalah
apabila pergantian KAP bersifat voluntary, yaitu atas keinginan perusahaan
sendiri di luar aturan dari Menteri Keuangan.
Peraturan tersebut kemudian diperbaharui dengan dikeluarkannya
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 17/PMK.01/2008
6
tentang “Jasa Akuntan Publik”. Perubahan yang dilakukan diantaranya adalah,
pertama, pemberian jasa audit umum menjadi enam tahun berturut-turut oleh
kantor akuntan dan tiga tahun berturut-turut oleh akuntan publik kepada satu
klien yang sama (pasal 3 ayat 1). Kedua, akuntan publik dan kantor akuntan
boleh menerima kembali penugasan setelah satu tahun buku tidak memberikan
jasa audit kepada klien yang di atas (pasal 3 ayat 2 dan 3).
Dan pada tahun 2011, pemerintah memperbaharui peraturan tersebut
dengan ditetapkannya Undang-Undang No. 5 Tahun 2011 tentang akuntan
publik. Dijelaskan dalam pemberian jasa audit oleh akuntan publik dan/ atau
KAP atas informasi keuangan historis suatu klien untuk tahun buku yang
berturut-turut dapat dibatasi dalam jangka waktu tertentu (pasal 4 ayat1).
Ketentuan mengenai pembatasan pemberian jasa audit atas informasi
keuangan historis diatur dalam peraturan pemerintah (pasal 4 ayat 2) yang
menjelaskan mengenai jumlah tahun buku berturut-turut, jenis industri,
perusahaan publik atau privat, dan sanksi administrasi untuk menjaga
independensi akuntan publik dan/ atau KAP. Dengan adanya peraturan
tersebut diharapkan dapat memberikan independensi auditor sehingga kualitas
audit menjadi lebih tinggi.
Auditor switching dapat bersifat mandatory (wajib) atau voluntary
(sukarela). Auditor switching yang bersifat mandatory (wajib) terjadi karena
melaksanakan kewajiban dari ketentuan regulasi yang berlaku. Sedangkan
voluntary auditor switching terjadi karena suatu alasan atau terdapat faktor-
7
faktor tertentu dari pihak perusahanan klien maupun dari KAP yang
bersangkutan di luar ketentuan regulasi yang berlaku.
Kecurigaan dari para pemakai laporan keuangan dan pihak eksternal
lainnya timbul apabila terjadi auditor switching yang dilakukan diluar aturan,
maka faktor penyebab dilakukannya auditor switching perlu untuk diketahui.
Auditor switching dapat menimbulkan dampak negatif. Menurut Nasser et
al.(2006), pergantian KAP yang sering cenderung akan mengakibatkan
peningkatan fee audit. Selain itu, penugasan pertama terbukti memiliki
kemungkinan kekeliruan yang tinggi. Berdasarkan beberapa sisi negatif di
atas, perusahaan seharusnya melakukan pertimbangan dan perencanaan yang
matang sebelum melakukan auditor switching secara voluntary. Selama ini
penelitian yang berkaitan dengan auditor switching sudah cukup banyak
dilakukan dan sampai saat ini pun masih menarik untuk diteliti. Hal ini
disebabkan penelitian-penelitian yang dilakukan sebelumnya memiliki hasil
penelitian empiris yang berbeda-beda.
Kepemilikan publik merupakan saham yang dimiliki oleh publik atau
masyarakat. Adapun variabel kepemilikan publik dapat dilihat dari persentase
saham yang dimiliki oleh publik (Aprillia, 2013). Untuk menjaga
independensi auditor maka perlu dilakukannya auditor switching atau
pergantian auditor, hal ini dilakukan untuk memberikan kepercayan terhadap
publik atas kepemilikan saham yang mereka miliki pada perusahaan tersebut.
Menurut penelitian Putra (2011) profesi akuntan publik tidak boleh memiliki
hubungan istimewa dengan pihak klien, agar publik dapat tetap percaya
8
terhadap kualitas jasa audit yang diberikan oleh KAP. Serangkaian prosedur
audit harus dilakukan dengan baik dan benar oleh auditor, sehingga auditor
dapat meningkatkan keahliannya dalam menjaga kepentingan publik.
Kesulitan keuangan terdiri dari likuiditas sampai dengan kondisi
perusahaan berpotensi bangkrut. Banyak faktor menyebabkan terjadinya
kesulitan keuangan perusahaan, baik dari dalam maupun dari luar perusahaan.
Namun, serangkaian keputusan manajemen yang salah adalah penyebab yang
sering mengakibatkan perusahaan ambruk. Sinarwati dan Sudarma (2008)
menyatakan perusahaan klien yang terancam bangkrut cenderung
meningkatkan evaluasi subjektivitas dan kehati-hatian auditor. Dalam kondisi
seperti ini suatu perusahaan akan cenderung melakukan pergantian KAP.
Auditor switching juga bisa disebabkan karena perusahaan sudah tidak lagi
memiliki kemampuan untuk membayar biaya audit yang dibebankan oleh
KAP yang diakibatkan penurunan kemampuan keuangan perusahaan. Temuan
Sinarwati (2010) menunjukkan bahwa kesulitan keuangan berpengaruh positif
terhadap pergantian KAP. Namun hasil penelitian ini bertolak belakang
dengan hasil penelitian Indahsari (2015) dan Kurniaty (2014) yang
menemukan bahwa kesulitan keuangan tidak memiliki pengaruh terhadap
auditor switching.
Opini audit going concern merupakan opini mengenai kepastian
perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya yang dikeluarkan
oleh auditor. Hudaib dan Cooke (2005) mengemukakan bahwa perusahaan
yang mendapat tekanan finansial dan mengalami perubahan manajemen
9
mungkin mendapatkan opini qualified dan melakukan auditor switching. Hasil
penelitian membuktikan bahwa opini audit going concern berpengaruh
signifikan pada auditor switching. Hasil penelitian Astuti dan Ramantha
(2014) juga menunjukan bahwa opini audit going concern berpengaruh positif
pada pergantian auditor. Namun, hasil penelitian ini bertolak belakang dengan
hasil penelitian Damayanti dan Sudarma (2008) serta Sinarwati (2010) yang
menemukan bahwa tidak adanya pengaruh antara opini audit going concern
pada auditor switching.
Opini audit going concern merupakan opini yang dikeluarkan auditor
untuk memastikan apakah perusahaan dapat mempertahankan kelangsungan
hidupnya (SPAP, 2001). Menurut Junaidi dan Hartono (2010), seorang auditor
mempertimbangkan penerbitan opini going concern jika ia menemukan alasan
atas keraguan keberlangsungan suatu perusahaan berdasarkan pengujian.
Karena auditor tidak mencari-cari bukti tersebut, perolehan informasi dalam
pola normal audit akan mendorong pertimbangan analisis kemungkinan
pengeluaran opini going concern (Junaidi dan Hartono, 2010). Pengeluaran
opini audit going concern adalah hal yang tidak diharapkan oleh perusahaan
karena dapat berdampak pada kemunduran harga saham, kesulitan dalam
meningkatkan modal pinjaman, ketidakpercayaan investor, kreditor,
pelanggan, dan karyawan terhadap manajemen perusahaan.
Hudaib dan Cooke (2005) menemukan bahwa auditee memiliki
kecenderungan untuk mengganti auditornya setelah menerima opini audit
qualified. Jika auditor tidak dapat memberikan opini wajar tanpa pengecualian
10
(tidak sesuai dengan harapan perusahaan), perusahaan akan berpindah KAP
yang mungkin dapat memberikan opini sesuai dengan yang diharapkan
perusahaan (Tandirerung, 2006 dalam Damayanti, 2008). Klien cenderung
berpindah KAP ke non Big Four auditor untuk mencari audit yang lebih baik.
Klien yang berpotensi atau akan menerima opini going concern atau opini
auditor modifikasi dimungkinkan akan mencari auditor yang kualitasnya lebih
rendah yang menawarkan opini audit yang diinginkan klien.
Chan et al. (2006) dalam penelitiannya di China menemukan bahwa
perusahaan dengan opini qualified cenderung sering mengganti dari KAP
nonlokal ke KAP lokal daripada perusahaan dengan opini unqualified.
Temuan ini didukung oleh Carcello dan Neal (2003) dalam Sinarwati (2010)
yang menyatakan bahwa auditor sering kali percaya bahwa mereka lebih
mungkin diganti jika mengeluarkan opini audit going concern. Namun, hal itu
bertentangan dengan hasil temuan Juniarti dan Kawijaya (2002), Damayanti
dan Sudarma (2008), dan Sinarwati (2010) yang mengungkapkan bahwa opini
going concern tidak berpengaruh terhadap pergantian kantor akuntan publik.
Setiap pendirian suatu usaha diharapkan dapat menghasilkan keuntungan
yang nantinya dapat digunakan untuk mempertahankan kelangsungan hidup
usaha tersebut dalam periode yang tidak terbatas. Artinya perusahaan akan
terus hidup dan diharapkan tidak akan mengalami likuidasi. Kelangsungan
hidup (going concern) suatu usaha selalu dihubungkan dengan kemampuan
manajemen dalam mengelola perusahaan agar dapat bertahan hidup. Prestasi
kerja yang telah dicapai oleh pihak manajemen suatu perusahaan akan
11
disajikan berupa laporan keuangan. Pengungkapan laporan keuangan
merupakan informasi yang sangat penting bagi auditor. Haron et al. (2009)
dalam Junaidi dan Hartono (2010) menemukan bahwa pengungkapan laporan
keuangan mempengaruhi opini audit going concern.
Kondisi keuangan perusahaan juga mencerminkan ukuran perusahaan.
Sudarmaji dan Sularto, 2007 menyatakan bahwa nilai aktiva relatif lebih stabil
dibandingkan dengan nilai kapitalisasi pasar dan penjualan dalam mengukur
sebuah perusahaan. Perusahaan besar dipercaya mampu mengatasi kesulitan
keuangan yang dihadapi dibandingkan perusahaan kecil (Mutchler, 1985
dalam Nabila, 2011). Penelitian yang telah dilakukan Sinason et all., 2001;
Woo dan Koh, 2001; Nasser at all., 2006; Suparlan dan wuryan, 2010;
menyatakan ukuran perusahaan klien berpengaruh pada pergantian auditor.
Sedangkan hasil penelitian Martina, 2010 menunjukkan hasil yang berbeda
yaitu, ukuran perusahaan tidak berpengaruh pada pergantian auditor.
Faktor lain yang dapat mempengaruhi auditor switching adalah
profitabilitas. Riyanto (2001) menjelaskan bahwa profitabiltas merupakan
kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba pada periode tertentu, pada
penelitian sebelumnya profitabilitas yang mempengaruhi pergantian auditor
diukur dengan menggunakan rasio ROA, Rizkilah dan Didin (2012)
menjelaskan bahwa perubahan ROA tidak mempengaruhi auditor switching,
hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Pangky Wijaya (2011)
yang menyatakan profitabilitas dapat mempengaruhi auditor switching, jika
perusahaan memperoleh peningkatan profitabilitas maka perusahaan
12
mengalami pertumbuhan pada perusahaannya dengan demikian perusahaan
yang sedang mengalami pertumbuhan akan cenderung untuk melakukan
auditor switching. Besarnya tingkat laba perusahaan yang dihasilkan maka
perusahaan mampu untuk menyewa KAP yang lebih berkualitas.
Berdasarkan hasil penelitian yang berbeda-beda tersebut, maka peneliti
akan menguji apakah kepemilikan publik, financial distress, opini audit going
concern, ukuran perusahaan, dan profitabilitas berpengaruh terhadap auditor
switching. Di samping itu, auditor switching masih sangat menarik untuk
diteliti karena banyaknya faktor yang dapat mempengaruhi keputusan
perusahaan untuk melakukan auditor switching. Faktor tersebut dapat berasal
dari klien ataupun dari auditor. Faktor penyebab pergantian auditor yang
berasal dari klien, seperti adanya pergantian manajemen, kepemilikan publik,
financial distress, ukuran perusahaan, dan sebagainya. Sedangkan faktor yang
berasal dari auditor seperti fee audit, opini audit yang diberikan, kualitas audit,
dan sebagainya.
Dalam penelitian ini, populasi yang digunakan adalah perusahaan
perbankan yang go public, merupakan emiten di Bursa Efek Indonesia yang
terdaftar selama periode tahun 2011-2014. Alasan penggunaan data selama
empat tahun mulai tahun 2011-2014 adalah karena tahun 2011-2014
merupakan data perusahaan yang dapat memberikan gambaran tentang kondisi
keuangan perusahaan setelah rotasi audit dilakukan sesuai dengan Undang-
Undang No. 5 Tahun 2011 tentang akuntan publik.
13
Dijelaskan dalam pemberian jasa audit oleh akuntan publik dan/ atau KAP
atas informasi keuangan historis suatu klien untuk tahun buku yang berturut-
turut dapat dibatasi dalam jangka waktu tertentu (pasal 4 ayat1). Ketentuan
mengenai pembatasan pemberian jasa audit atas informasi keuangan historis
diatur dalam peraturan pemerintah (pasal 4 ayat 2) yang menjelaskan
mengenai jumlah tahun buku berturut-turut, jenis industri, perusahaan publik
atau privat, dan sanksi administrasi untuk menjaga independensi Akuntan
Publik dan/ atau KAP. Pemilihan satu jenis industri bertujuan untuk
menghindari adanya resiko bisnis yang mungkin terjadi antara jenis industri
yang berbeda. Peneliti memilih industri perbankan karena untuk mengukur
kinerja kesehatan industri ini menggunakan pendekatan tertentu yaitu
pendekatan risk-based bank rating dengan melihat faktor-faktor penilaian
yang terdiri dari profil risiko (risk profile). Selain itu, industri perbankan
adalah industri yang sangat bertumpu kepada kepercayaan masyarakat.
Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti melakukan penelitian yang
berjudul “Pengaruh Kepemilikan Publik, Financial distress, Opini Audit
Going concern, Ukuran Perusahaan, dan Profitabilitas terhadap Auditor
Switching”.
Penelitian ini merupakan pengembangan penelitian yang dilakukan oleh
Astuti dan Ramantha (2014). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian
sebelumnya adalah sebagai berikut:
1. Variabel yang digunakan peneliti terdahulu adalah Audit Fee, Opini Going
concern, Financial distress, dan Ukuran Perusahaan yang diduga
14
mempengaruhi Pergantian Auditor. Sedangkan, dalam penelitian ini,
peneliti mengubah variabel independen menjadi Kepemilikan Publik,
Financial distress, Opini Audit Going Concern, Ukuran Perusahaan, dan
Profitabilitas.
2. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI
periode 2011-2014. Sedangkan, penelitian sebelumnya dilakukan pada
perusahaan manufaktur yang listing di BEI periode 2008-2012.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan permasalahan yang
hendak diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah kepemilikan publik berpengaruh terhadap auditor switching?
2. Apakah financial distress berpengaruh terhadap auditor switching?
3. Apakah opini audit going concern berpengaruh terhadap auditor
switching?
4. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap auditor switching?
5. Apakah profitabilitas berpengaruh terhadap auditor switching?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk
menemukan bukti empiris atas hal-hal sebagai berikut:
1. Pengaruh kepemilikan publik terhadap auditor switching.
2. Pengaruh financial distress terhadap auditor switching.
15
3. Pengaruh opini audit going concern terhadap auditor switching.
4. Pengaruh ukuran perusahaan terhadap auditor switching.
5. Pengaruh profitabilitas terhadap auditor switching.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan sebagai
berikut:
1. Manfaat Akademisi
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan dan
referensi penelitian mengenai pandangan dan wawasan terhadap
pengembangan pengauditan khususnya mengenai pergantian auditor
perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sehingga
hasil penelitian ini nantinya dapat digunakan sebagai acuan bagi penelitian
berikutnya. Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat mengonfirmasi
hasil-hasil penelitian sebelumnya yang masih belum konsisten.
2. Manfaat Praktisi
a. Bagi Auditor Kantor Akuntan Publik
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai
alasan-alasan dibalik pergantian auditor yang dilakukan oleh
perusahaan.
b. Bagi Investor dan Calon Investor
16
Penelitian ini diharapkan sebagai bahan pertimbangan dalam
pengambilan keputusan investasi pada suatu perusahaan yang
mempunyai kinerja tertentu berdasarkan laporan audit.
c. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber referensi dan
informasi untuk memungkinkan penelitian selanjutnya mengenai
pergantian auditor.
17 17
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Literatur
1. Teori Agensi
Jensen dan Meckling (1976) mendefinisikan hubungan keagenan
sebagai sebuah kontrak di mana satu orang atau lebih (prinsipal)
melibatkan orang lain (agen) untuk melakukan beberapa layanan atas nama
mereka yang melibatkan pendelegasian beberapa wewenang pengambilan
keputusan kepada agen. Yang dimaksud dengan prinsipal dalam hal ini
adalah pemegang saham sedangkan agen yang dimaksud adalah manajer.
Pemegang saham memberikan wewenang kepada manajer untuk mengelola
perusahaan sesuai kepentingan pemegang saham termasuk memberikan
wewenang dalam mengambil keputusan.
Dalam kenyataannya hubungan kontraktual antara manajer dan
pemegang saham ini sering menimbulkan konflik. Sebagai makhluk
ekonomi yang memiliki kepentingan pribadi, manajer dan pemegang
saham memiliki tujuan yang berbeda yaitu untuk menguntungkan diri
masing-masing. Pemegang saham menginginkan tingkat pengembalian
tinggi atas investasi yang dilakukan. Di sisi lain manajer juga
menginginkan kompensasi yang tinggi atas kinerja yang telah
dilakukannya. Demikian dapat disimpulkan bahwa agen tidak selalu
bertindak untuk memenuhi kepentingan prinsipal (Jensen dan Meckling;
18
1967). Manajer sebagai agen memiliki tanggung jawab moral untuk
mengoptimalkan kepentingan prinsipal, akan tetapi disisi lain manajer juga
memiliki kepentingan untuk memaksimumkan kesejahteraan pribadinya.
Penyebab konflik antara agen dan prinsipal terjadi karena adanya
informasi asimetri diantara pemegang saham dan manajer (Sihombing;
2012). Manajer sebagai pengelola perusahaan memiliki informasi lebih
banyak mengenai prospek perusahaan di masa yang akan datang dan
keadaan riil perusahaan saat ini dibandingkan dengan pemegang saham.
Manajer memiliki informasi yang lebih superior dibandingkan dengan
pemegang saham sehingga keadaan seperti ini disebut dengan informasi
asimetri. Alasan adanya asimetris informasi antara manajemen dan investor
didorong karena adanya kesengajaan untuk menyembunyikan situasi
ekonomi yang sebenarnya, atau karena alasan kebijakan, untuk
menggambarkan kondisi perusahan yang baik (Velte and Stiglbauer, 2012).
Adanya informasi asimetri ini menyebabkan agen memiliki
kesempatan untuk melakukan creative accounting (Sihombing; 2012).
Creative accounting adalah manajer mungkin melakukan tindakan yang
menyalahi aturan atau etika seperti income smoothing agar setiap tahun
perusahaan terlihat memiliki kenaikan laba padahal dalam kenyataannya
tidak demikian. Selain itu manajer terkadang juga melakukan penghapusan
terhadap piutang yang tidak tertagih untuk menaikkan nilai aktiva di dalam
neraca.
Tujuan dilakukannya creative accounting bahwa manajer berusaha
19
untuk memperoleh insentif yang tinggi. Harapannya setelah
melakukan creative accounting, manajer dapat memperoleh penilaian prestasi
yang tinggi dimata pemegang saham. Semakin tinggi keuntungan yang
diperoleh perusahaan, meningkatnya harga saham, serta adanya kenaikan
deviden bagi pemegang saham menunjukkan bahwa agen atau manajer
dianggap sukses dan layak untuk memperoleh insentif yang lebih tinggi.
Disinilah letak pentingnya keberadaan auditor sebagai penengah dan
pihak yang independen untuk mencegah dilakukannya tindakan-tindakan
yang menyalahi aturan dan etika dalam membuat laporan keuangan.
Auditor juga berperan dalam mengurangi terjadinya biaya agensi karena
perilaku yang mengutamakan kepentingan pribadi diantara principal dan
agen. Biaya agensi tersebut di tentukan dari banyaknya aktivitas yang
dilakukan dalam mengaudit laporan keuangan. Untuk menentukan
kewajaran suatu laporan keuangan, dibutuhkan biaya pengawasan yang
tinggi. Biaya pengawasan yang tinggi tersebut dapat memicu terjadinya
financial distress pada suatu perusahaan sehingga memicu terjadinya
auditor switching secara voluntary.
Eisenhardt (1989) dalam Nuratama (2011) berpendapat bahwa teori
keagenan (agency theory) dilandasi oleh beberapa asumsi. Asumsi-asumsi
tersebut dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu asumsi tentang sifat manusia,
asumsi keorganisasian, dan asumsi informasi. Asumsi sifat manusia
menekankan bahwa manusia memiliki sifat mementingkan dirinya sendiri
(self interest), memiliki keterbatasan rasionalitas (bounded rationality) dan
20
tidak menyukai risiko (risk aversion). Asumsi keorganisasian menekankan
bahwa adanya konflik antar anggota organisasi dan adanya asimetri
informasi antara principal dan agent, sedangkan asumsi informasi
menekankan bahwa informasi sebagai barang komoditi yang bisa
diperjualbelikan.
Berdasarkan asumsi pertama mengenai sifat manusia yang
mementingkan dirinya sendiri dapat terlihat dari perilaku principal dan
agent. Prinsipal diasumsikan hanya tertarik pada pengembalian keuangan
yang diperoleh dari investasi mereka di perusahaan sedangkan agen
diasumsikan akan menerima kepuasan tidak hanya dari kompensasi
keuangan tetapi juga dari keterlibatannya dalam hubungan agensi, seperti
memutuskan untuk melakukan auditor switching karena adanya
ketidaksepakatan atas praktik akuntansi tertentu dengan auditor (Andra,
2012).
Teori agensi dijadikan dasar dari hipotesis pertama. Menurut Indahsari
(2015) kepemilikan publik mempunyai pengaruh penting untuk
memperoleh laporan keuangan yang berkualitas tinggi diwujudkan dalam
pemilihan auditor dari KAP. Kepemilikan publik oleh masyarakat akan
mendorong perusahaan untuk berganti auditor ke KAP yang berkualitas,
sehingga kepemilikan publik menjadi faktor terjadinya auditor switching.
Penelitian ini juga menjadikan teori agensi sebagai dasar hipotesis
kedua. Schwartz dan Soo (1995) menyatakan bahwa perusahaan yang
bangkrut lebih sering berpindah KAP dari pada perusahaan yang tidak
21
bangkrut. Ketidakpastian dalam bisnis pada perusahaan-perusahaan yang
terancam bangkrut (mempunyai kesulitan keuangan) menimbulkan kondisi
yang mendorong perusahaan berpindah KAP. Kesulitan keuangan
signifikan mempengaruhi perusahaan terancam bangkrut untuk berpindah
KAP. (Schwartz dan Menon, 1985).
Hipotesis ketiga, keempat dan kelima penelitian ini juga didasarkan
pada teori agensi. Auditor kemungkinanakan diganti jika memberikan opini
audit going concern (Carcello dan Neal, 2003). Opini audit going concern
merupakan opini audit yang dikeluarkan oleh auditor dimana seorang
auditor ingin memastikan perusahaan yang diaudit dapat mempertah.ankan
kelangsu.ngan usah.anya (SP.AP, 2001). Pemberian opini audit going
concern yang dilakukan auditor kepada perusahaan, menjelaskan tentang
keraguan kondisi perusahaan menyebabkan kondisi perusahaan terganggu.
Menurut Jones, 1996 serta Melu.dav dan Z.iv, 1997 dalam Sinarwati, 2010
menyatakan perusahaan yang mendapatkan opini audit going concern
maka perusahaan mendapatkan respon negatif terhadap harga saham,
sehingga kemungkinan besar perusahaan melakukan pergantian auditor
untuk mengatasi hal tersebut.
Ukuran perusahaan secara langsung akan mencerminkan tinggi
rendahnya aktivitas operasi perusahaan. Perusahaan yang besar umumnya
lebih komplek dibandingkan dengan perusahaan atau entitas yang lebih
kecil (Kurniaty, 2014).
Rasio profitabilitas mengukur efektivitas manajemen secara
22
keseluruhan yang ditunjukkan oleh besa kecilnya keuntungan yang
diperoleh dalam hubungannya dengan penjualan dan investasi (Fahmi,
2012:68). Carslaw dan Kaplan telah membuktikan bahwa kemampuan
perusahaan menghasilkan laba berhubungan dengan penyajian informasi
tersebut kepada publik (Wirakusuma, 2006). Dampak dari perusahaan tidak
mempublikasikan laporan tepat waktu, akan menyebabkan perusahaan
mengganti auditornya (switch). Hal ini didukung oleh hasil penelitian
Robbitasari dan Wiratmaja (2013) yang menunjukkan adanya pengaruh
yang signifikan terhadap auditor switching.
2. Peraturan Pemerintah mengenai Rotasi Auditor
Di Indonesia, peraturan mengenai rotasi KAP telah diterapkan dalam
Keputusan Menteri Keuangan. Pasal 4 ayat 1 dan 2 UU Nomor 5 tahun
2011 tentang akuntan publik menyebutkan bahwa pemberian jasa audit
oleh Akuntan Publik dan/atau KAP atas informasi keuangan historis suatu
klien untuk tahun buku yang berturut-turut dapat dibatasi dalam jangka
waktu tertentu. Ketentuan mengenai pembatasan pemberian jasa audit atas
informasi keuangan historis diatur dalam Peraturan Pemerintah.
Peraturan yang mengatur tentang kewajiban rotasi audit dituangkan
dalam Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
359/KMK.06/2003 pasal 2 tentang “Jasa Akuntan Publik” (perubahan atas
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 423/KMK.06/2002). Peraturan ini
menyatakan bahwa pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari
suatu entitas dapat dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik (selanjutnya
23
disebut KAP) paling lama untuk 5 (lima) tahun buku berturut-turut dan
oleh seorang akuntan publik paling lama untuk 3 (tiga) tahun buku
berturut-turut.
Kemudian peraturan tersebut diperbaharui dengan dikeluarkannya
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 17/PMK.01/2008
tentang “Jasa Akuntan Publik” antara lain yaitu:
1) Pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari suatu entitas
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf a dilakukan oleh
KAP paling lama untuk 6 (enam) tahun buku berturut-turut dan oleh
seorang Akuntan Publik paling lama untuk 3 (tiga) tahun buku
berturut-turut.
2) Akuntan Publik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat menerima
kembali penugasan audit umum untuk klien sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) setelah 1 (satu) tahun buku tidak memberikan jasa audit
umum atas laporan keuangan klien tersebut.
3) Jasa audit umum atas laporan keuangan dapat diberikan kembali
kepada klien yang sama melalui KAP sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) setelah 1 (satu) tahun buku tidak diberikan melalui KAP
tersebut.
Akibat dikeluarkannya peraturan-peraturan diatas, maka timbul
perilaku perusahaan untuk melakukan auditor switching. Jika pergantian
audit berfokus pada auditor, maka perusahaan akan melakukan auditor
switching sesuai dengan masa perikatan audit (audit tenure) yang telah
24
diatur oleh Keputusan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia.
Tetapi jika pergantian audit berfokus pada klien, maka perusahaan akan
melakukan auditor switching berdasarkan kondisikondisi perusahaan klien
(pertumbuhan perusahaan klien, kondisi keuangan perusahaan klien dan
lain-lain).
Dengan adanya regulasi kewajiban rotasi auditor, maka dapat
meningkatkan dan mempertahankan independesi, kualitas dan kompetensi
yang dimliki auditor sehingga dapat menghasilkan laporan keuangan
auditan yang bersifat obyektif dan valid.
3. Auditor Switching
Auditor switching adalah pergantian auditor atau pergantian kantor
akuntan publik yang dilakukan oleh sebuah perusahaan. Pergantian auditor
ini dapat dilakukan secara mandatory atupun secara voluntary. Pergantian
auditor atau KAP secara mandatory terjadi karena adanya peraturan
pemerintah yang mewajibkan dilakukannya auditor switching. Seperti yang
terjadi di Indonesia dimana perusahaan wajib melakukan pergantian
auditor sesuai dengan peraturan Peraturan Menteri Keuangan Republik
Indonesia Nomor 17/PMK.01/2008 tentang “Jasa Akuntan Publik”.
Sedangkan pergantian auditor secara voluntary yang dimaksud bahwa
perusahaan melakukan pergantian auditor secara sukarela tanpa adanya
keharusan dari peraturan yang dibuat oleh pemerintah.
Pergantian auditor secara wajib dan secara sukarela bisa dibedakan
pula atas dasar pihak mana yang menjadi fokus perhatian dari isu tersebut.
25
Apabila pergantian auditor terjadi secara sukarela, maka perhatian utama
adalah pada sisi klien. Sebaliknya, jika pergantian terjadi secara wajib,
perhatian utama beralih kepada auditor (Febrianto, 2009).
Menurut Boynton, Johson, dan Kell (2003:271) pergantian auditor
perusahaan dapat diakibatkan oleh berbagai faktor. Faktor-faktor tersebut
diantaranya adalah: (1) merger antara perusahaan yang memiliki auditor
independen yang berbeda, (2) kebutuhan akan jasa profesional yang lebih
luas, (3) ketidakpuasan terhadap KAP tertentu, (4) keinginan untuk
mengurangi biaya audit, (5) merger antara KAP.
4. Kepemilikan Publik
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007
Tentang Perseroan Terbatas pasal 1 Perseroan Terbatas adalah badan
hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan
perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya
terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam
Undang-Undang ini serta peraturan pelaksanaannya.
Pada suatu perusahaan publik terdapat kepemilikan publik di
dalamnya. Kepemilikan publik merupakan saham yang dimiliki oleh publik
atau masyarakat (Aprillia, 2013). Para pihak eksternal perusahaan yaitu
pemilik saham perusahaan membutuhkan laporan keuangan yang dibuat
oleh pihak manajemen. Laporan keuangan tersebut harus diperiksa oleh
auditor eksternal agar menjamin bahwa laporan yang dibuat oleh pihak
manajemen perusahaan wajar, handal, dan dapat dipercaya.
26
Profesi akuntan publik tidak boleh memiliki hubungan istimewa
dengan pihak klien, agar publik dapat tetap percaya terhadap kualitas jasa
audit yang diberikan oleh KAP. Serangkaian prosedur audit harus
dilakukan dengan baik dan benar oleh auditor, sehingga auditor dapat
meningkatkan keahliannya dalam menjaga kepentingan publik (Putra,
2011).
Kepemilikan publik mempunyai pengaruh penting untuk memperoleh
laporan keuangan yang berkualitas tinggi diwujudkan dalam pemilihan
auditor dari KAP. Kepemilikan publik oleh masyarakat akan mendorong
perusahaan untuk berganti auditor ke KAP yang berkualitas, sehingga
kepemilikan publik menjadi faktor terjadinya auditor switching (Indahsari,
2015).
5. Financial Distress
Financial distress merupakan kondisi perusahaan yang sedang dalam
keadaan kesulitan keuangan. Financial distress (kesulitan keuangan)
sebenarnya mempunyai berbagai definisi, tergantung pada cara
pengukurannya. Baldwin dan Scott (1983) menyatakan bahwa suatu
perusahaan mengalami financial distress apabila perusahaan tersebut tidak
dapat memenuhi kewajiban finansialnya. Atmini dan Wuryana (2005)
mendefinisikan financial distress jika beberapa tahun perusahaan
mengalami laba bersih operasi negatif. Sedangkan Lau (1987) menyatakan
bahwa perusahaan mengalami financial distress jika melakukan
pemberhentian tenaga kerja.
27
Dalam memprediksi suatu kebangkrutan atau dalam keadaan
bermasalah dapat dilihat dari kinerja perbankan yang dapat dilihat dari
penilaian kesehatan bank berdasarkan rasio keuangan. Bank Indonesia
selaku bank sentral menetapkan pengukuran kinerja kesehatan bank dalam
Peraturan Bank Indonesia (PBI) No.13/1/PBI/2011 tentang Penilaian
Tingkat Kesehatan Bank Umum yang berisi tentang tata cara penilaian
kesehatan bank dengan pendekatan risk-based bank rating dengan melihat
faktor-faktor penilaian yang terdiri dari profil risiko (risk profile). Dalam
penelitian ini rasio yang digunakan adalah rasio Non Performing Loan
(NPL) yang mewakili risiko kredit.
NPL dapat digunakan untuk memprediksi potensi terjadinya kondisi
bermasalah sebuah bank. Rasio ini merupakan rasio yang paling dominan
dalam memprediksi kondisi bermasalah bank. Semakin tinggi rasio ini
maka akan semakin buruk kualitas kredit bank yang menyebabkan jumlah
kredit bermasalah semakin besar dan menurunkan kemampuan dalam
pencapaian rasio keuntungan. Hal ini dikarenakan jenis risiko ini
merupakan risiko terbesar (sistemik) dalam sistem perbankan Indonesia
dan dapat menjadi penyebab utama kegagalan bank (Prasidha, 2015).
Perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan perusahaan (financial
distress) memiliki dorongan kuat untuk melakukan pergantian auditor. Hal
ini dapat disebabkan karena kondisi perusahaan klien yang terancam
bangkrut cenderung meningkatkan evaluasi subjektifitas dan kehati-hatian
auditor sehingga dalam kondisi ini perusahaan akan cenderung melakukan
28
auditor switching (Pelu, 2012).
6. Opini Audit Going Concern
Opini audit modifikasi mengenai going concern merupakan opini
audit yang dalam pertimbangan auditor terdapat ketidakmampuan atau
ketidakpastian signifikan atas kelangsungan hidup perusahaan dalam
menjalankan operasinya pada kurun waktu yang pantas, tidak lebih dari
satu tahun sejak tanggal laporan keuangan yang sedang diaudit (SPAP,
2011).
Dalam melaksanakan proses audit, auditor dituntut tidak hanya
melihat sebatas pada hal-hal yang ditampakkan dalam laporan keuangan
saja tetapi juga harus lebih mewaspadai hal-hal potensial yang dapat
mengganggu kelangsungan hidup (going concern) suatu perusahaan. Hal
inilah yang menjadi alasan bahwa auditor turut bertanggung jawab atas
kelangsungan hidup suatu satuan usaha. SA Seksi 341, PSA No. 30 (SPAP,
2011) memberikan contoh paragraf penjelasan mengenai kemampuan
satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya yang
dicantumkan pada laporan auditor jika auditor memberikan opini audit
going concern kepada auditee, seperti berikut ini:
“Laporan keuangan terlampir telah disusun dengan anggapan Perusahaan akan melanjutkan usahanya secara berkelanjutan. Seperti yang diuraikan dalam Catatan X atas laporan keuangan, Perusahaan telah mengalami kerugian yang berulangkali dari usahanya dan mengakibatkan saldo ekuitas negatif serta pada tanggal 31 Desember 20X2, jumlah liabilitas lancar Perusahaan melebihi jumlah aset sebesar Rp YYY. Rencana manajemen untuk mengatasi masalah ini juga telah diungkapkan dalam Catatan X. Laporan keuangan terlampir tidak mencakup penyesuaian yang berasal dari masalah tersebut.”
29
Santosa dan Wedari (2007) menyatakan beberapa faktor yang
menimbulkan ketidakpastian mengenai kelangsungan hidup perusahaan
adalah:
1. Kerugian usaha yang besar secara berulang atau kekurangan modal
kerja.
2. Ketidakmampuan perusahaan untuk membayar kewajibannya pada saat
jatuh tempo dalam jangka pendek.
3. Kehilangan pelanggan utama, terjadinya bencana yang tidak
diasuransikan seperti gempa bumi atau banjir atau permasalahan
perburuhan yang tidak biasa.
4. Perkara pengadilan, gugatan hukum atau masalah serupa yang sudah
terjadi yang dapat membahayakan kemampuan perusahaan untuk
beroperasi.
Menurut Astuti dan Ramantha (2014), auditor mempunyai tanggung
jawab terhadap penilaian dan pernyataan pendapat (opini) atas kewajaran
laporan keuangan yang dibuat oleh manajemen. Pemberian opini tertentu
pada laporan keuangan auditan dianggap memberi pengaruh tertentu
terhadap motivasi pergantian auditor. Opini audit going concern yang
dikeluarkan auditor diyakini memiliki pengaruh yang besar terhadap
pergantian auditor (Carcello dan Neal, 2003 dan Vanstraelen, 2000). Sama
dengan hasil penelitian Robbitasari dan Wiratmaja (2013) yang
menyatakan bahwa opini audit going concern berpengaruh signifikan pada
auditor switching. Akan tetapi hasil penelitian yang dilakukan Sinarwati,
30
2010 menunjukkan perbedaan, yaitu opini audit going concern tidak
berpengaruh terhadap pergantian auditor.
7. Ukuran Perusahaan
Variabel ini menunjukkan besar kecilnya perusahaan klien. Ukuran
perusahaan dapat diukur dengan menggunakan total aktiva, nilai pasar
saham, nilai penjualan, dan lain-lain. Umumnya, perusahaan dikategorikan
menjadi tiga kelompok berdasarkan total aset perusahaan, yaitu perusahaan
besar, perusahaan menengah, dan perusahaan kecil. Menurut Machfoedz
(1994) dalam Febrianty (2011:297) mengemukakan bahwa penentuan
perusahaan ini didasarkan pada total aset perusahaan. Berikut disajikan
kategori ukuran perusahaan:
a. Perusahaan Besar
Perusahaan besar adalah perusahaan yang memiliki kekayaan bersih
lebih besar dari Rp 10 Milyar termasuk tanah dan bangunan. Memiliki
penjualan lebih dari Rp 50 Milyar/tahun.
b. Perusahaan Menengah
Perusahaan menengah adalah perusahaan yang memiliki kekayaan
bersih Rp 1-10 Milyar termasuk tanah dan bangunan. Memiliki hasil
penjualan lebih besar dari Rp 1 Milyar dan kurang dari Rp 50
Milyar/tahun.
c. Perusahaan Kecil
Perusahaan kecil adalah perusahaan yang memiliki kekayaan bersih
paling banyak Rp 200 juta tidak termasuk tanah dan bangunan dan
31
memiliki hasil penjualan minimal Rp 1 Milyar/tahun.
Selain itu, ukuran perusahaan yang didasarkan pada total aset diatur
dengan ketentuan BAPEPAM No. 11/PM/1997, yang menyatakan bahwa:
“Perusahaan menengah atau kecil adalah perusahaan yang memiliki jumlah
total aset tidak lebih dari 100 milyar rupiah”. Ukuran perusahaan dalam
penelitian ini dilihat berdasarkan besarnya total aset yang dimiliki
perusahaan karena nilai aktiva relatif lebih stabil dibandingkan dengan nilai
kapitalisasi pasar dan penjualan dalam mengukur ukuran perusahaan.
Ukuran perusahaan ini dihitung dengan menggunakan logaritma natural
(Ln) dari total aktiva. Semakin besar total aset yang dimiliki perusahaan,
semakin besar pula ukuran perusahaan tersebut.
8. Profitabilitas
Profitabilitas merupakan kemampuan atau kinerja perusahaan dalam
mendapatkan laba melalui semua sumber tertentu yang ada pada
perusahaan, seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan,
jumlah cabang dan sebagainya, pada suatu periode tertentu, Harahap
(2004). Tingkat Profitabilitas suatu perusahaan akan mempengaruhi
kebijakan para investor atas investasiyang dilakukan. Apabila perusahaan
memiliki tingkat profitabilitas yang tinggi atau perusahaan memiliki
kemampuan untuk menghasilkan laba dengan baik, maka hal itu akan dapat
menarik minat parainvestor untuk menanamkan dananya pada perusahaan
tersebut untuk memperluas usahanya, sebaliknya tingkatprofitabilitas yang
rendah akan menyebabkan para investor menarik dananya karena ragu akan
32
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba untuknya. Sedangkan
bagiperusahaan itu sendiri profitabilitas dapat digunakan sebagai evaluasi
atas efektivitaspengelolaan badan usaha tersebut.
Pengukuran profitabilitas dapat berbagai macam cara seperti: laba
operasi, laba bersih, tingkat pengembalian investasi, tingkat pengembalian
aktiva, dan tingkat pengembalian ekuitas pemilik. Di dalam penelitian ini,
pengukuran profitabilitas akan dilakukan dengan menghitung tingkat
pengembalian aktiva, atau biasa disebut Return of Asset (ROA).Pemilihan
penggunaan ROA dalam melakukan pengukuran profitabilitas dikarenakan
ROA dinilai dapat menunjukan bagaimana kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat asset tertentu.Semakin tinggi
rasio yang diperoleh maka semakin efisien manajemen mampu untuk
mengelola asset perusahaan.
B. Dasar Perumusan Hipotesis
1. Kepemilikan Publik terhadap Auditor Switching
Dalam penelitian Cenker (2008) dalam Suparlan dan Andayani (2010)
menyatakan bahwa karakteristik klien mempengaruhi keputusan
perusahaan untuk mengganti atau mempertahankan auditor. Hal ini
dikarenakan perusahaan publik membutuhkan kepercayaan pemegang
saham yang mendorongnya untuk melakukan Corporate Governance/CG.
Demikian kepemilikan saham oleh publik yang meningkat akan
mendorong perusahaan untuk berganti ke KAP yang lebih berkualitas.
33
Laporan keuangan auditan perusahaan publik digunakan oleh pemakai dari
kalangan lebih luas, dan pemakai laporan keuangan tersebut hanya
mengandalkan pengambilan keputusan investasinya terutama atas laporan
keuangan auditan (Mulyadi, 2009:79). Demikian, semakin besar jumlah
saham yang dimiliki oleh publik atau dalam penelitian ini dilihat dari
persentase saham publik, maka semakin mendorong perusahaan untuk
menggunakan KAP yang berkualitas yaitu KAP Big Four.
Menurut Indahsari (2015), kepemilikan publik mempunyai pengaruh
penting untuk memperoleh laporan keuangan yang berkualitas tinggi
diwujudkan dalam pemilihan auditor dari KAP. Kepemilikan publik oleh
masyarakat akan mendorong perusahaan untuk berganti auditor ke KAP
yang berkualitas, sehingga kepemilikan publik menjadi faktor terjadinya
auditor switching. Aprillia (2013) menyatakan semakin besar jumlah
saham yang dimiliki oleh publik atau dalam penelitian ini dilihat dari
persentase saham publik, maka semakin mendorong perusahaan untuk
menggunakan KAP yang berkualitas yaitu KAP Big Four atau melakukan
pergantian auditor. Berdasarkan uraian tersebut serta mengacu pada
penelitian sebelumnya, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H1 : Kepemilikan publik berpengaruh positif dan signifikan terhadap
auditor switching.
2. Financial distress terhadap Auditor Switching
Kesulitan keuangan merupakan suatu kondisi yang dialami sebuah
perusahaan sebelum kebangkrutan. Kesulitan keuangan dimulai ketika
34
perusahaan tidak dapat memenuhi jadwal pembayaran atau ketika proyeksi
arus kas mengindikasikan bahwa perusahaan tersebut akan segera tidak
dapat memenuhi kewajibannya (Brigham dan Daves, 2003). Perusahaan
yang mengalami kesulitan keuangan cenderung akan melakukan
penggantian KAP dengan harapan mendapatkan fee audit yang lebih
rendah.
Salah satu faktor yang mendorong terjadinya pergantian auditor
adalah kebangkrutan perusahaan atau yang disebut failing firms dalam
penelitian Schwartz dan Menon (1985) yang dilakukan pada perusahaan
yang terdaftar di New York Stock Exchange atau di The American Stock
Exchange dalam periode tahun 1974-1982. Faktor ini juga didukung oleh
penelitian Ismail et al. (2008) yang dilakukan pada perusahaan publik di
Malaysia yang menemukan bahwa faktor potensi kebangkrutan dilihat dari
ukuran beberapa rasio finansial menjadi faktor pendorong terjadinya
pergantian auditor.
Schwartz dan Soo (1995) berpendapat bahwa perusahaan yang
terancam bangkrut lebih sering berpindah KAP daripada perusahaan yang
tidak terancam bangkrut. Ketidakpastian dalam bisnis pada perusahaan-
perusahaan yang terancam bangkrut (mempunyai kesulitan keuangan)
menimbulkan kondisi yang mendorong perusahaan berpindah KAP.
Hudaib dan Cooke (2005) juga menyatakan bahwa perusahaan dengan
tekanan finansial cenderung untuk mengganti KAP dibandingkan dengan
perusahaan yang lebih sehat. Selain itu, Sinarwati (2010) menyatakan ada
35
dorongan yang kuat untuk berpindah auditor pada perusahaan yang
mengalami kesulitan keuangan.
Perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan memiliki dorongan
kuat untuk melakukan auditor switching. Hal ini dapat disebabkan karena
kondisi perusahaan klien yang terancam bangkrut cenderung
meningkatkan evaluasi subjektifitas dan kehati-hatian auditor sehingga
dalam kondisi ini perusahaan akan cenderung melakukan auditor
switching (Widowati, Anjar dan Mukodim, Didin 2012).
Astrini dan Muid (2013) menyatakan bahwa perusahaan yang bangkrut
lebih sering berpindah KAP daripada perusahaan yang tidak bangkrut.
Ketidakpastian dalam bisnis pada perusahaanperusahaan yang terancam
bangkrut (mempunyai kesulitan keuangan) menimbulkan kondisi yang
mendorong perusahaan berpindah KAP.
Pergantian KAP dapat disebabkan karena perusahaan tidak dapat
memenuhi biaya audit yang dibebankan oleh KAP yang mengauditnya
karena sedang menurunnya kondisi keuangan perusahaan. Dengan
demikian, perusahaan yang sedang mengalami financial distress akan
cenderung berganti KAP dibandingkan perusahaan yang sehat.
Berdasarkan uraian tersebut serta mengacu pada penelitian sebelumnya,
maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H2 : Financial distress berpengaruh positif dan signifikan terhadap
auditor switching.
36
3. Opini Audit Going Concern terhadap Auditor Switching
Tujuan dari keberadaan suatu entitas bisnis ketika didirikan adalah
untuk mempertahankan kelangsungan hidup (going concern) usahanya.
Salah satu pertimbangan investor ketika ingin menginvestasikan modalnya
pada suatu perusahaan adalah melalui opini auditor atas laporan keuangan
perusahaan tersebut. Asumsi going concern berarti suatu badan usaha
dianggap akan mampu mempertahankan kegiatan usahanya dalam jangka
waktu panjang dan tidak akan dilikuidasi dalam jangka waktu pendek
(Hany et al., 2003).
Setyarno et al. (2006) menyatakan bahwa auditor dalam menerbitkan
opini going concern akan mempertimbangkan opini going concern yang
telah diterima oleh auditee pada tahun sebelumnya. Opini audit tahun
sebelumnya berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini going
concern. Auditor harus bertanggung jawab terhadap opini going concern
yang dikeluarkannya, karena akan mempengaruhi keputusan para pemakai
laporan keuangan (Setiawan, 2006).
Opini audit going concern merupakan opini auditor yang dikeluarkan
untuk memastikan apakah perusahaan dapat mempertahankan
kelangsungan hidupnya. Jika opini going concern diberikan pada
perusahaan maka perusahaan akan mendapatkan suatu respon harga saham
negatif sehingga besar kemungkinan akan mendorong dilakukan
pergantian KAP (Abdillah dan Sabeni, 2013).
37
Menurut Astuti dan Ramantha (2014) menjelaskan apabila perusahaan
menerima opini going concern maka perusahaan mendapatkan respon
negatif pada harga sahamnya. Hasil penelitian membuktikan bahwa opini
audit going concern berpengaruh signifikan pada auditor switching. Hal
ini juga sejalan dengan Carcello dan Neal (2003) dalam Ainurrizky (2013)
yang berpendapat bahwa diberhentikannya auditor sebagai suatu bentuk
hukuman atas pemberian opini yang tidak sesuai dengan harapan
perusahaan atas laporan keuangannya dilakukan oleh manajemen dengan
harapan mendapatkan auditor yang lebih mudah diatur. Jika opini yang
diberikan auditor tidak sesuai dengan keinginan manajer maka manajer
merasa perlu untuk melakukan auditor switching untuk mengatasi
permasalahan yang ada dalam perusahaan. Berdasarkan uraian tersebut
serta mengacu pada penelitian sebelumnya, maka dapat dirumuskan
hipotesis sebagai berikut
H3 : Opini audit going concern berpengaruh positif dan signifikan
terhadap auditor switching
4. Ukuran Perusahaan terhadap Auditor Switching
Ukuran perusahaan klien merupakan suatu skala di mana dapat
diklasifikasikan besar kecilnya perusahaan yang dihubungan dengan
keadaan keuangan perusahaan. Perusahaan yang besar dipercayai dapat
menyelesaikan kesulitan-kesulitan keuangan yang dihadapinya daripada
perusahaan kecil (Mutchler, 1985). Untuk mengukur ukuran perusahaan
dapat diproyeksikan pada total aset. Francis et al. (1988), Naaser et al.
38
(2006), serta Suparlan dan Andayani (2010) menunjukkan bahwa ukuran
perusahaan klien memiliki pengaruh signifikan terhadap pemilihan kantor
akuntan publik. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Chadegani,
Mohamed, dan Jari (2011) menemukan bahwa ukuran perusahaan klien
tidak berpengaruh signifikan terhadap auditor switching.
Sinason et al., (2001:4) mengemukakan bahwa perusahaan besar
mungkin memerlukan biaya awal yang lebih besar untuk auditor baru.
Kenaikan biaya (baik langsung dan tidak langsung) dapat menyebabkan
peningkatan hubungan auditor-klien, sehingga meningkatkan penguasaan
auditor. Klien juga dikenai biaya awal saat terlibat auditor baru. Misalnya,
personil klien banyak menghabiskan waktu dengan auditor baru untuk
memberikan informasi mengenai bisnis klien. Hal itu menimbulkan biaya
tidak langsung ketika membina hubungan baru dengan auditor baru.
Auditee yang lebih besar, karena kompleksitas operasi mereka dan
peningkatan pemisahan antara manajemen dan kepemilikan, sangat
memerlukan KAP yang dapat mengurangi agency cost dan ancaman
kepentingan pribadi auditor (Hudaib dan Cooke, 2005:8). Hal ini berarti,
klien besar memiliki kecenderungan lebih rendah untuk berganti auditor
dibandingkan klien yang kecil. Berdasarkan penemuan tersebut, dapat
dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H4: Ukuran perusahaan klien berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
auditor switching.
39
5. Profitabilitas terhadap Auditor Switching
Menurut Pangky Wijaya (2011) Pertumbuhan perusahaan yang
diproksikan menggunakan rasio profitabilitas yaitu perubahan ROA
menjelaskan bahwa pertumbuhan perusahaan berpengaruh terhadap
auditor switching. Pertumbuhan perusahaan merupakan hal yang penting
bagi perusahaan. Tingkat pertumbuhan perusahaan menjadi salah satu hal
yang perlu dipertimbangan bagi investor untuk membuat keputusan
terhadap investasinya. Pertumbuhan ini menunjukkan bahwa bisnis yang
dijalankan oleh perusahaan tidak mengalami stagnancy. Dengan demikian
perusahaan merasa mampu untuk mengganti KAP yang lebih besar lagi
ketika perusahaan mendapatkan labah yang lebih. Profitabilitas perusahaan
yang tinggi dapat mempengaruhi keputusan perusahaan melakukan
pergantian KAP yang lebih memiliki nama (Sumadi, 2011).
Hasil dari penelitian Mulyono dan Majidah (2014) diperoleh fakta
bahwa profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap auditor switching.
Temuan ini mendukung hasil penelitian Luypaert et al. (2012) yang
menemukan bahwa profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap auditor
switching. Hal ini dapat dijelaskan bahwa jika perusahaan yang profotable
akan mempertahankan auditornya karena jika dipertahankan berpeluang
akan mendapat opini yang baik sehingga merupakan goodnews bagi
investor.
H5 : Profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap auditor
switching.
40
C. Penelitian Sebelumnya
Adapun hasil penelitian terdahulu mengenai topik yang berkaitan
dengan penelitian dapat dilihat dalam tabel 2.1 dan tabel 2.2 pada halaman
selanjutnya :
41
Tabel 2.1. Hasil Penelitian Terdahulu di Luar Negeri
No. Nama Peneliti (Tahun) Judul Penelitan Metode Penelitian Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
1 Nemanja, et. al. (2014)
Auditor switching and Qualified Audit Opinion: Evidence from Serbia.
Meneliti tentang auditor switching.
Meneliti hubungan antara auditor switching dan opini audit qualified. Data yang digunakan adalah laporan opini audit dari random sampel yang terdiri 800 entitas industri dari Republik Serbia.
Hasil penelitian ini adalah perusahaan yang telah menerima opini wajar tanpa pengecualian dalam satu periode, dan kemudian mereka berubah kantor auditor, secara signifikan lebih kecil kemungkinannya untuk menerima pendapat wajar tanpa pengecualian dalam periode berikutnya, ketika dibandingkan dengan perusahaan yang belum berubah auditor.
2 Yueh-Ju Lin (2014)
The Relation between Auditor switching and Self-fulfilling Prophecy Effect: The Bivariate Probit Model
Meneliti pengaruh auditor switching terhadap opini going concern.
Penelitian ini mengkaji tentang dampak buruk initial going-concern qualified opinion (IGCQ) pada employi saham dan audit pasar model probit bivariat pada perusahaan publik Taiwan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak teramati gangguan faktor yang mungkin bertanggung jawab atas efek samping pasar, adanya interaksi antara saham dan audit pasar, probabilitas auditor switching lebih tinggi jika klien tidak tercatat di pasar.
Bersambung pada halaman selanjutnya
42
Tabel 2.1. (Lanjutan)
No. Nama Peneliti (Tahun) Judul Penelitan Metode Penelitian Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
3 Mazrah dan Saidatunur (2014)
Auditor switching and Investors’ Reliance on Earnings: Evidence From Bursa Malaysia
Meneliti tentang auditor switching
Penelitian ini membahas tentang pandangan investor terhadap independensi auditor yang berfokus pada perpindahan auditor. Sampel penelitian ini yaitu 162 perusahaan yang terdaftar di Bursa Malaysia untuk tahun 2011.
Hasil penelitian ini adalah respon laba bagi perusahaan yang melakukan auditor switching secara signifikan lebih tinggi dari pada perusahaan yang tidak melakukan auditor switching. Temuan ini memberikan dukungan tentang pentingnya rotasi auditor dalam menjaga independensi auditor.
4 Chadegani, Mohammed, dan Jari (2011)
The Determinant Factors of Auditor Switch among Companies Listed on Tehran Stock Exchange
Meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi auditor switching. Model regresi logistik juga digunakan dalam penelitian ini. Variabel independen pada penelitian ini adalah financial ditress dan ukuran klien.
Variabel independen yang digunakan yaitu pergantian manajemen, kualitas audit, opini audit qualified, dan perubahan pada audit fee.
Penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara menerima opini audit qualified dengan auditor swicthing. Dengan demikian, hasil ini menunjukkan bahwa opinion shopping tidak menjadi perhatian di TSE. Variabel kualitas audit berpengaruh signifikan terhadap auditor switching
43
Tabel 2.2. Hasil Penelitian Terdahulu di Dalam Negeri
No. Nama Peneliti (Tahun) Judul Penelitan Metode Penelitian Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
1 Indahsari (2015)
Analisis Pengaruh Pergantian Manajemen, Kepemilikan Publik, Financial distress, dan Ukuran KAP terhadap Auditor switching.
Variabel independen penelitian ini adalah kepemilikan publik dan financial distress. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang terdiri dari perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI. Alat analisis yang digunakan regresi logistik.
Variabel independen penelitian ini adalah pergantian manajemen dan ukuran KAP.
Hasil penelitian ini adalah pergantian manajemen dan kepemilikan publik berpengaruh (secara statistik signifikan) terhadap auditor switching, sedangkan financial distress dan ukuran KAP tidak berpengaruh (secara statistk tidak signifikan) terhadap auditor switching.
2 Susanto (2015) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perusahaan Melakukan Auditor switching
Variabel independen pada penelitian ini adalah financial distress dan ukuran perusahaan. Pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling
Variabel independen dalam penelitian ini adalah opini audit, pergantian manajemen, dan ukuran KAP.
Hasil penelitian ini adalah opini audit berpengaruh terhadap auditor switching. Pergantian manajemen, ukuran KAP, ukuran perusahaan dan financial distress tidak berpengaruh terhadap auditor switching.
Bersambung pada halaman selanjutnya
44
No. Nama Peneliti (Tahun) Judul Penelitan Metode Penelitian Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
3 Arsih dan Anisykurlillah (2015)
Pengaruh Opini Going concern, Ukuran Kap Dan Profitabilitas Terhadap Auditor switching
Variabel independen pada penelitian ini adalah opini going concern dan profitabilitas. Metode analisis data menggunakan analisis statistik deskriptif dan analisis regresi logistik.
Variabel independen pada penelitian ini adalah ukuran KAP.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa variabel opini going concern, ukuran KAP dan profitabilitas tidak berpengaruh terhadap auditor switching.
4 Astuti, Ramantha (2014)
Pengaruh Audit Fee, Opini Going concern, Financial Distres dan Ukuran Perusahaan pada Pergantian Auditor
Variabel independen pada penelitian ini adalah opini audit going concern, financial distress dan ukuran perusahaan.Untuk menentukan sampel menggunakan metode purposive sampling. Teknik analisis data adalah analisis regresi logistic.
Variabel independen pada penelitian ini adalah audit fee.
Hasil penelitian ini yaitu audit fee, opini audit going concern dan ukuran perusahaan berpengaruh pada pergantian auditor. Sedangkan financial distress tidak berpengaruh pada pergantian auditor.
Tabel 2.2. (Lanjutan)
Bersambung pada halaman selanjutnya
45
No. Nama Peneliti (Tahun) Judul Penelitan Metode Penelitian Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
5 Ekka Aprilia (2013)
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Auditor Switching
Variabel independen dalam penelitian ini adalah kepemilikan publik dan financial distress.
Variabel independen dalam penelitian ini adalah pergantian manajemen dan ukuran KAP.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel pergantian manajemen, kepemilikan publik, financial distress dan ukuran KAP secara simultan berpengaruh terhadap auditor switching. Sementara itu, ukuran KAP yang secara parsial berpengaruh terhadap auditor switching, variabel lain dalam penelitian seperti pergantian manajemen, kepemilikan publik, dan financial distress tidak berpengaruh secara parsial terhadap auditor switching.
Tabel 2.2. (Lanjutan)
Bersambung pada halaman selanjutnya
46
No. Nama Peneliti (Tahun) Judul Penelitan Metode Penelitian Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
6 Robbitasari dan Wiratmaja (2013)
Pengaruh Opini Audit Going concern, Kepemilikan Institusional dan Audit Delay pada Voluntary Auditor switching
Salah satu variebel independen pada penelitian ini adalah opini audit going concern. Sampel terpilih ditentukan menggunakan metode purposive sampling. Teknik analisis data dan pengujian hipotesis diuji menggunakan metode regresi logistik.
Variabel independen pada penelitian ini adalah kepemilikan institusional dan audit delay.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa opini audit going concern dan audit delay berpengaruh signifikan pada voluntary auditor switching, kepemilikan institusional berpengaruh tapi tidak signifikan pada voluntary auditor switching.
7 Meryani dan Mimba (2012)
Pengaruh Financial distress, Going concern Opinion, dan Management Changes pada Voluntary Auditor switching
Variabel independen pada penelitian ini adalah financial distress dan going concern opinion. Sampel ditentukan menggunakan metode purposive sampling. Teknik analisis data dan pengujian hipotesis diuji menggunakan metode regresi logistik.
Variabel independen pada penelitian ini adalah pergantian manajemen.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa financial distress dan going concern opinion tidak berpengaruh secara signifikan pada auditor switching. Sedangkan, management changes yang diproksikan dengan pergantian dewan komisaris secara signifikan berpengaruh pada auditor switching.
Bersambung pada halaman selanjutnya
Tabel 2.2. (Lanjutan)
47
No. Nama Peneliti (Tahun) Judul Penelitan Metode Penelitian Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
8 Sumadi (2011) Mengapa Perusahaan melakukan Auditor Switch?
Variebel independen pada penelitian ini adalah profitabilitas dan kesulitan keuangan.
Variabel independen pada penelitian ini adalah opini audit selain wajar tanpa pengecualian, pergantian manajemen, dan ekspansi.
Opini audit selain WTP cenderung mempengaruhi klien untuk melakukan auditor switch. Pergantian manajemen secara langsung dan tidak langsung akan mendorong auditor switch. Perusahaan yang melakukan ekspansi membutuhkan jasa audit yang lebih baik seiring dengan pengembangan segmen bisnis baru perusahaan. Profitabilitas dan kesulitan keuangan berpengaruh terhadap auditor switching.
Tabel 2.2. (Lanjutan)
48
D. Kerangka Berfikir
Kerangka pemikiran merupakan sintesa dari serangkaian teori yang
tertuang dalam tinjauan pustaka, yang pada dasarnya merupakan gambaran
sistematis dari kinerja teori dalam memberikan solusi atau alternatif solusi dari
serangkaian masalah yang ditetapkan. Kerangka pemikiran dapat disajikan
dalam bentuk bagan, deskripsi kualitatif, dan atau gabungan keduanya
(Hamid, 2012:25).
Kerangka berpikir ini merupakan model yang menggambarkan bagaimana
teori yang telah ada berhubungan dengan faktor-faktor yang telah diketahui
sebagai masalah yang akan dipecahkan. Faktor-faktor yang terdapat dalam
penelitian ini adalah kepemilikan publik, financial distress, dan opini audit
going concern yang mempengaruhi perusahaan dalam melakukan pergantian
auditor. Berikut merupakan gambaran kerangka pemikiran dari penelitian ini
pada halaman selanjutnya:
49
Gambar 2.1
Kerangka Berfikir Penelitian
Keputusan Menteri Keuangan (KMK) Nomor 423/KMK.06/2002 tentang pembatasan praktik jasa akuntan publik yang diperbaharui
dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 17/PMK.01/2008 tentang jasa akuntan publik
Terdapat Kasus Mengenai Akuntan Publik yang Melakukan Pelanggaran dan Skandal Audit
Teori yang Berkaitan dengan Masalah
Variabel Independen
Variabel Dependen
Kepemilikan Publik
Financial distress
Opini Audit Going concern
Metode analisis : regresi logistik
Hasil Pengujian dan Pembahasan
Kesimpulan, Implikasi, dan Saran
Auditor Switching
Ukuran Perusahaan
Profitabilitas
50
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kausalitas, yaitu penelitian yang
bertujuan untuk mengetahui hubungan serta pengaruh antara dua variabel atau
lebih (Indriantoro dan Supomo, 2002:27). Penelitian ini bertujuan untuk
menguji pengaruh variabel independen, yaitu kepemilikan publik, financial
distress, opini audit going concern, ukuran perusahaan, dan profitabilitas
terhadap variabel dependen, yaitu auditor switching. Populasi dalam
penelitian ini adalah perusahaan dalam industri perbankan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2011-2014.
B. Metode Penentuan Sampel
Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisis yang ciri-cirinya
akan diduga. Pada penelitian ini yang menjadi populasi adalah semua
perusahaan industri perbankan yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI) pada tahun 2011-2014.
Sampel adalah sebagian dari elemen populasi yang diteliti. Pengambilan
sampel harus dilakukan sedemikian rupa sehingga dapat diperoleh sampel
yang benar-benar dapat mewakili populasi sebenarnya, dengan kata lain
sampel harus representative. Pemilihan sampel penelitian ini dilakukan
dengan menggunakan metode purposive sampling dengan tujuan untuk
50
51
mendapatkan sampel yang representative sesuai dengan kriteria yang
ditentukan (Indriantoro dan Supomo, 2002:131). Adapun kriteria yang
digunakan untuk memilih sampel adalah sebagai berikut:
a. Perusahaan industri perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
selama periode 2011-2014
b. Perusahaan industri perbankan yang terdaftar secara berturut-turut di Bursa
Efek Indonesia selama periode 2011-2014
c. Perusahaan yang diperoleh informasi mengenai nama auditor eksternal
yang mengaudit perusahaan tersebut.
C. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini digunakan data sekunder. Data sekunder adalah data
penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media
perantara atau telah diperoleh dan dicatat oleh pihak lain yang umumya berupa
bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip yang
dipublikasikan atau yang tidak dipublikasikan. Data sekunder lebih mudah
untuk diperoleh karena sudah tersedia dan peneliti tinggal mengolah data
tersebut. Dalam menggunakan data sekunder peneliti harus lebih hati-hati
karena suatu data yang dilaporkan sumber yang berbeda ada kemungkinan
datanya juga berbeda (Indriantoro dan Supomo, 2002:146).
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
studi kepustakaan, yaitu data diperoleh dari beberapa literatur yang berkaitan
dengan masalah yang sedang diteliti, penelusuran data ini dilakukan dengan
52
carapenelitian pustaka (Library Research), peneliti memperoleh data yang
berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti melalui buku, jurnal, majalah,
tesis, internet yaitu situs resmi BEI www.idx.co.id dan perangkat lain yang
berkaitan dengan judul penelitian.
D. Metode Analisis Data
1. Pengertian Regresi Logistik
Pengujian hipotesis dilakukan secara multivariate dengan
menggunakan regresi logistik. Regresi logistik digunakan apabila
variabel dependennya adalah satu non-metrik dengan dua kategori dan
variabel independen adalah satu atau lebih metrik dan non-metrik
(Ghozali,2011:268).
Regresi logistik adalah bentuk khusus dimana variabel dependennya
terbagi menjadi dua bagian atau kelompok (biner). Walaupun formulanya
dapat saja lebih dari dua kelompok. Regresi logistik adalah regresi yang
digunakan untuk mencari persamaan regresi jika variabel dependennya
merupakan variabel yang berbentuk skala nominal. Regresi logistik
binary digunakan untuk menemukan persamaan regresi dimana variabel
dependennya bertipe kategorial dua pilihan seperti ya atau tidak, atau
lebih dari dua pilihan seperti: tidak setuju, setuju, sangat setuju. Variabel
dependen dalam penelitian ini adalah auditor switching yang dinyatakan
dengan variabel dummy, dimana kategori 1 untuk perusahaan yang
53
melakukan auditor switching dan kategori 0 untuk perusahaan yang tidak
melakukan auditor switching.
2. Tahapan Regresi Logistik
a. Menilai Kelayakan Model Regresi (Overall Fit Model)
Ada beberapa ukuran untuk menilai keseluruhan model, yaitu
melalui nilai -2 Log Likelihood, Cox and Snell’s R Square dan
Nagelkerke’s RSquare, dan Hosmer and Lemeshow’s Goodness of
Fit Test, Classificationtable.
1) Uji Statistik -2 Log Likelihood
Langkah pertama adalah menilai overall model fit terhadap
data. Beberapa test statistik diberikan untuk menilai hal ini.
Hipotesis untuk menilai model fit adalah:
H0 :Model yang dihipotesiskan fit dengan data
Ha :Model yang dihipotesiskan tidak fit dengan data
Dalam menilai keseluruhan model dapat dilakukan dengan
memperhatikan nilai -2LL (-2 log Likelihood). Statistik -2LL
dapat digunakan untuk menentukan jika variabel independen
ditambah ke dalam model apakah secara signifikan memperbaiki
model fit (Ghozali, 2011:269). Apabila nilai -2LL pada kondisi
awal (Blok 0) terjadi penurunan pada kondisi selanjutnya (Blok
1) menunjukkan bahwa model regresi yang lebih baik
dibandingkan sebelum variabel independen dimasukkan dalam
model.
54
2) Uji Statistik Cox and Snell’s R Square
Cox and Snell’s R Square merupakan ukuran yang mencoba
meniru ukuran R2 pada multiple regression yang didasarkan
pada teknik estimasi likelihood. Nilai Nagelkerke’s R2 dapat
diinterpretasikan seperti nilai R2 pada multiple regression.
Berdasarkan nilai Nagelkerke’s R2 dapat diketahui seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel
independen.
3) Uji Statistik Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test
Menilai kelayakan dari model regresi dapat dilakukan
dengan memperhatikan goodness of fit model yang diukur
dengan Chi-Square pada kolom Hosmer and Lemeshow’s
(Ghozali, 2009: 269). Jika nilai Hosmer and Lemeshow
Goodness-of-fit-test statistics sama dengan atau kurang dari
0.05, maka hipotesis nol ditolak yang berarti ada perbedaan
signifikan antara model dengan nilai observasinya sehingga
Goodness fit model tidak dapat memprediksi nilai observasinya.
Jika nilai Hosmer and Lemeshow Goodness-of-fit-test statistics
lebih besar dari 0.05, maka hipotesis nol tidak dapat ditolak dan
berarti model mampu memprediksi nilai observasinya atau dapat
dikatakan model dapat diterima karena cocok dengan data
observasinya. Hal ini berarti model regresi layak dipakai untuk
analisis selanjutnya, karena tidak ada perbedaan yang nyata
55
antara klasifikasi yang diprediksi dengan klasifikasi yang
diamati.
4) Matriks Klasifikasi
Matriks klasifikasi menunjukkan kekuatan prediksi dari
model regresi untuk memprediksi kemungkinan pergantian
auditor yang dilakukan oleh perusahaan.
b. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis
multivariate dengan menggunakan regresi logistik (logistic
regresion), yang variabel bebasnya merupakan kombinasi antara
metrik dan non metrik (nominal). Regresi logistik adalah regresi
yang digunakan untuk menguji sejauh mana probibalitas terjadinya
variabel dependen dapat diprediksi dengan variabel independen.
Pada teknik analisis regresi logistik tidak memerlukan lagi uji
normalitas dan uji asumsi klasik pada variabel bebasnya (Ghozali,
2009:331). Regresi logistik juga mengabaikan heteroscedacity,
artinya variabel dependen tidak memerlukan homoscedacity untuk
masing-masing variabel independennya. Model regresi logistik yang
digunakan untuk menguji hipotesis penelitian adalah sebagai berikut:
56
퐿푛 ( )( )
= 훼 + 푏1퐾푃 + 푏2퐹퐷 + 푏3푂퐴퐺퐶 + 푏4퐿푛푈푘푝푒푟 + 푏5푃푅푂퐹 + 휀
dimana:
퐿푛 ( )( )
= Probabilitas melakukan auditor switching
α = Konstanta
b1, b2, b3 = Koefisien Regresi
KP = Kepemilikan Publik
FD = Financial distress
OAGC = Opini Audit Going concern
LnUkper = Ukuran Perusahaan
PROF = Profitabilitas
ε = Koefisien error
E. Operasionalisasi Variabel Penelitian
Di dalam penelitian ini variabel-variabel penelitian diklasifikasikan
menjadi dua kelompok variabel, yaitu variabel bergantung (dependent
variable) dan variabel bebas (independent variable). Variabel bergantung pada
penelitian ini adalah auditor switching, dan yang menjadi variabel bebas
adalah kepemilikan publik, financial distress, opini audit going concern,
ukuran perusahaan dan profitabilitas. Beberapa variabel yang digunakan dan
pengukurannya adalah sebagai berikut:
57
1. Auditor Switching
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah auditor switching.
Auditor switching merupakan perilaku yang dilakukan oleh perusahaan
untuk berpindah auditor. Pengukuran variabel ini telah dilakukan oleh
Prastiwi dan Wilsya (2009), dan Chadegani et al. (2011) yang mengukur
variabel ini menggunakan variabel dummy. Perusahaan yang melakukan
auditor switching termasuk kategori nilai 1 dan yang tidak melakukan
auditor switching termasuk kategori nilai 0.
2. Kepemilikan Publik
Kepemilikan publik merupakan saham yang dimiliki oleh publik atau
masyarakat. Adapun variabel kepemilikan publik dapat dilihat dari
persentase saham yang dimiliki oleh publik (Aprillia, 2013), yaitu
sejumlah saham yang dimiliki masyarakat.
3. Financial Distress
Tingkat kesulitan keuangan perusahaan merupakan variabel bebas
dalam penelitian ini. Dalam pengukuran variable ini menggunakan
pendekatan risk-based bank rating dengan melihat faktor-faktor penilaian
yang terdiri dari profil risiko (risk profile) dimana salah satu rasionya
adalah NPL yang mewakili risiko kredit.
Menurut Siamat (2005), Non Performing Loan (NPL) merupakan
presentase jumlah kredit bermasalah (dengan kriteria kurang lancar,
diragukan dan macet) terhadap total kredit yang disalurkan bank. Semakin
tinggi rasio ini maka akan semakin buruk kualitas kredit bank yang
58
menyebabkan jumlah kredit bermasalah semakin besar, maka
kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin besar
(Almilia dan Herdaningtyas, 2005). Kredit dalam hal ini adalah kredit
yang diberikan kepada pihak ketiga tidak termasuk kredit kepada bank
lain. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut (Surat Edaran BI Nomor
13/24/DPNP tanggal 25 Oktober 2011) :
푁푃퐿 = 퐾푟푒푑푖푡퐵푒푟푚푎푠푎푙푎ℎ
푇표푡푎푙퐾푟푒푑푖푡 푥100%
Besarnya NPL yang diperbolehkan oleh bank Indonesia saat ini adalah
maksimal 5% (Rahmania, 2014). Variabel ini di golongkan menjadi dua
kategori. Kategori 1 untuk NPL lebih dari 5% (tidak sehat), dan kategori 0
untuk NPL kurang dari 5% ( sehat).
4. Opini Audit Going Concern
Dalam penelitian ini, opini audit dikelompokkan menjadi 2 kelompok,
yaitu kelompok perusahaan yang menerima opini audit going concern, dan
kelompok perusahaan yang tidak menerima opini audit going concern.
Variabel opini audit going concern diproksikan dengan variabel dummy
dimana perusahaan yang menerima opini audit going concern diberikan
nilai 1 dan perusahaan yang tidak menerima opini audit going concern
diberikan nilai 0 (Damayanti dan Sudarma, 2008).
5. Ukuran Perusahaan
Ukuran klien merupakan besarnya ukuran sebuah perusahaan yang
diukur berdasarkan total aset. Semakin besar total aset sebuah perusahaan
mengindikasikan bahwa ukuran perusahaan tersebut besar, begitu juga
59
sebaliknya, semakin kecil total aset sebuah perusahaan mengindikasikan
bahwa ukuran perusahaan tesebut kecil. Variabel ukuran klien dalam
penelitian ini dihitung dengan melakukan logaritma natural (Ln) atas total
aset perusahaan (Nasser et al., 2006:729).
6. Profitabilitas
Dengan besarnya tingkat profitabilitas, perusahaan akan mampu
menyewa KAP yang lebih besar sehingga kualitas laporan keuangan dapat
ditingkatkan. Pada penelitian ini profitabilitas perusahaan dihitung
menggunakan rasio Return on Assets (ROA) yang merupakan salah satu
tolok ukur seberapa besar laba yang dihasilkan oleh perusahaan yang
berasal dari penggunaan aktiva (Sumadi,2011). Jika mengalami
peningkatan, maka perusahaan dianggap meningkatkan reputasinya begitu
juga sebaliknya. Anindito dan Fitriany (2010) menyatakan bahwa ada
pengaruh antara profitabilitas perusahaan terhadap keputusan kperusahaan
mengganti ke KAP yang lebih memiliki nama.
푅푂퐴 = 퐿푎푏푎퐵푒푟푠푖ℎ푇표푡푎푙퐴푠푠푒푡
60
Variabel dan skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian disajikan
secara ringkas pada tabel di bawah ini:
Tabel 3.1. Operasionalisasi Variabel Penelitian
No Variabel Jenis Variabel
Indikator Skala Pengukuran
1 Auditor Switching (Prastiwi dan Wilsya, 2009)
Dependen Variabel dummy, diberikan nilai 1 jika perusahaan melakukan pergantian auditor, nilai 0 jika tidak melakukan pergantian auditor
Nominal
2 Kepemilikan Publik (Aprillia, 2013)
Independen Jumlah persentase saham yang dimiliki oleh publik atau masyarakat
Rasio
3 Financial Distress (Rahmania, 2014)
Independen 푁푃퐿 =
퐾푟푒푑푖푡퐵푒푟푚푎푠푎푙푎ℎ푇표푡푎푙퐾푟푒푑푖푡 푥100%
Kategori 1 untuk NPL lebih dari 5% (tidak sehat), dan kategori 0 untuk NPL kurang dari 5% (sehat).
Nominal
4 Opini Audit Going Concern (Abdillah dan Sabeni, 2013)
Independen Variabel dummy. Apabila opini audit going concern diterima perusahaan maka diberikan nilai 1. Sedangkan apabila perusahaan tidak menerima opini audit going concern maka diberikan nilai 0
Nominal
5 Ukuran Perusahaan Klien (Nasser et.al, 2006)
Independen Logaritma natural (Ln) atas total aset perusahaan
Rasio
6 Profitabilitas (Sumadi, 2011)
Independen 푅푂퐴 =
퐿푎푏푎퐵푒푟푠푖ℎ푇표푡푎푙퐴푠푠푒푡
Rasio
Sumber: Hasil data olahan
61
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Deskripsi Objek Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan industri perbankan go
public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) mulai tahun 2011
2014. Perusahaan industri perbankan tersebut telah terdaftar di Bursa Efek
Indonesia sebelum tanggal 1 Januari 2011 dan selama periode penelitian
tersebut tidak keluar dari Bursa Efek Indonesia atau mengalami delisting.
Pemilihan perusahaan industri perbankan karena perusahaan perbankan
mempunyai karakteristik yang berbeda dengan perusahaan lainnya. Selain
itu penggunaan perusahaan perbankan dipilih untuk menghindari adanya
industrial effect, yaitu resiko industri yang berbeda antara sektor industri
yang satu dengan yang lain. Pemilihan satu jenis industri bertujuan untuk
menghindari adanya resiko bisnis yang mungkin terjadi antara jenis
industri yang berbeda. Selain itu peneliti memilih industri perbankan
karena untuk mengukur kinerja kesehatan industri ini menggunakan
pendekatan tertentu yaitu pendekatan risk-based bank rating dengan
melihat faktor-faktor penilaian yang terdiri dari profil risiko (risk profile).
Fokus penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kepemilikan
publik, financial distress, opini audit going concern, ukuran perusahaan,
61
62
dan profitabilitas terhadap auditor switching pada perusahaan industri
perbankan.
Periode pengamatan dilakukan selama empat tahun mulai tahun 2011-
2014 adalah karena tahun 2011-2014 merupakan data perusahaan yang
dapat memberikan gambaran tentang kondisi keuangan perusahaan setelah
rotasi audit dilakukan sesuai dengan Undang-Undang No. 5 Tahun 2011
tentang akuntan publik yang dapat memberikan gambaran tentang kondisi
keuangan perusahaan yang dapat berubah baik dipengaruhi oleh faktor
internal dan eksternal perusahan selama waktu tersebut.
Dimana peraturan-peraturan tersebut tertuang dalam Undang-Undang
No. 5 Tahun 2011 tentang akuntan publik. Dijelaskan dalam pemberian
jasa audit oleh akuntan publik dan/ atau KAP atas informasi keuangan
historis suatu klien untuk tahun buku yang berturut-turut dapat dibatasi
dalam jangka waktu tertentu (pasal 4 ayat1). Ketentuan mengenai
pembatasan pemberian jasa audit atas informasi keuangan historis diatur
dalam peraturan pemerintah (pasal 4 ayat 2) yang menjelaskan mengenai
jumlah tahun buku berturut-turut, jenis industri, perusahaan publik atau
privat, dan sanksi administrasi untuk menjaga independensi Akuntan
Publik dan/ atau KAP.
Adapun tahun penelitian ini terdiri atas empat periode, dimana sampel
yang dipilih dari populasi menggunakan teknik purposive sampling, yaitu
proses pemilihan sample berdasarkan kriteria tertentu. Tabel 4.1 dibawah
63
ini meyajikan tahapan seleksi sampel berdasarkan kriteria yang telah di
tetapkan antara lain:
a. Perusahaan industri perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
selama periode 2011-2014
b. Perusahaan industri perbankan yang terdaftar secara berturut-turut di
Bursa Efek Indonesia selama periode 2011-2014
c. Perusahaan yang diperoleh informasi mengenai nama auditor eksternal
yang mengaudit perusahaan tersebut.
Tabel 4.1 Tahapan Seleksi Sampel Berdasarkan Kriteria
No Kriteria Sampel Jumlah Perusahaan
1 Perusahaan industri perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2011-2014
40
2 Perusahaan industri perbankan yang tidak terdaftar secara berturut-turut di Bursa Efek Indonesia selama periode 2011-2014
11
3 Perusahaan yang tidak diperoleh informasi mengenai nama auditor eksternal yang mengaudit perusahaan tersebut.
1
Jumlah perusahaan sampel 28 Tahun pengamatan 4
Jumlah sampel total selama periode penelitian 112 Sumber: Hasil data olahan
Jumlah perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI) selama periode 2011-2014 berjumlah 40 perusahaan. Dari 40
perusahaan perbankan tersebut terdapat 11 perusahaan yang tidak terdaftar
secara berturut-turut selama periode pengamatan, dan 1 perusahaan yang
tidak diperoleh informasi mengenai nama auditor eksternal yang
mengaudit perusahaan tersebut. Sehingga perusahaan perbankan yang
64
dijadikan sampel adalah sebanyak 28 perusahaan. Sedangkan total
pengamatan yang dijadikan sampel penelitian ini adalah sebanyak 112
pengamatan.
2. Deskripsi Sampel Penelitian
Dalam penelitian ini, sampel dipilih dengan metode purposive
sampling dengan menggunakan kriteria-kriteria yang telah ditentukan.
Sampel dipilih bagi perusahaan industri perbankan yang menyajikan data
yang dibutuhkan dalam penelitian ini, seperti nama auditor eksternal,
persentase kepemilikan saham masyarakat, NPL, total aset, dan ROA.
Ringkasan sampel penelitian disajikan dalam Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Sampel Penelitian
No Nama Perusahaan Kode 1 Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk. AGRO 2 Bank MNC Internasional BABP 3 Bank Ekonomi Raharja Tbk. BAEK 4 Bank Central Asia Tbk. BBCA 5 Bank Bukopin Tbk. BBKP 6 Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. BBNI 7 Bank Nusantara Parahyangan Tbk. BBNP 8 Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. BBRI 9 Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. BBTN 10 Bank Mutiara Tbk. BCIC 11 Bank Danamon Indonesia Tbk. BDMN 12 Bank Pundi Indonesia Tbk. BEKS 13 Bank QNB Indonesia Tbk. BKSW 14 Bank Mandiri (Persero) Tbk. BMRI 15 Bank Bumi Arta Tbk. BNBA 16 Bank CIMB Niaga Tbk. BNGA 17 Bank Internasional Indonesia Tbk. BNII 18 Bank Permata Tbk. BNLI 19 Bank of India Indonesia Tbk. BSWD
65
No Nama Perusahaan Kode 20 Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk. BTPN 21 Bank Victoria International Tbk. BVIC 22 Bank Artha Graha Internasional Tbk. INPC 23 Bank Mayapada Internasional Tbk. MAYA 24 Bank Windu Kentjana International Tbk. MCOR 25 Bank Mega Tbk. MEGA 26 Bank OCBC NISP Tbk. NISP 27 Bank Pan Indonesia Tbk. PNBN 28 Bank Woori Saudara Indonesia 1906 Tbk. SDRA
Sumber: Hasil data olahan
B. Analisis dan Pembahasan
Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan model regresi
logistik (logistic regression). Tujuannya adalah untuk memperoleh gambaran
yang menyeluruh mengenai pengaruh variabel independen (kepemilikan
publik, financial distress, opini audit going concern, ukuran perusahaan, dan
profitabilitas) terhadap variabel dependen yaitu auditor switching.
1. Hasil Uji Hipotesis Penelitian
Karena variabel dependen bersifat dummy (melakukan auditor
switching dan tidak melakukan auditor switching), maka pengujian
terhadap hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji regresi logistik.
Tahapan dalam pengujian dengan menggunakan uji regresi logistik dapat
dijelaskan sebagai berikut (Ghozali, 2011):
a. Hasil Uji Kesesuaian Keseluruhan Model (Overall Model Fit)
Pengujian kesesuaian keseluruhan model (overall model fit)
dilakukan dengan membandingkan nilai antara -2 Log Likelihood (-
2LL) pada awal (Block Number=0) dengan nilai -2 Log Likelihood
Tabel 4.2 (Lanjutan)
66
(-2LL) pada akhir (Block Number=1). Hipotesis untuk menilai
model fit adalah:
Ho : Model yang dihoptesiskan fit dengan data
Ha : Model yang dihipotesiskan tidak fit dengan data
Berdasarkan hipotesis ini, maka Ho harus dterima dan Ha
harus ditolak agar model fit dengan data. Statistik yang digunakan
berdasarkan fugsi likelihood. Likelihood L dari model adalah
probabilitas bahwa model yang dihipotesiskan menggambarkan
data input.
Tabel 4.3 adalah Iteration History 0 yang merupakan -2Log
Likelihood awal. Tabel ini akan dibandingkan dengan tabel 4.4,
tabel Iteration History 1 yang merupakan -2Log Likelihood akhir.
Adanya selisih antara -2 Log Likelihood awal dengan -2 Log
Likelihood akhir menunjukan bahwa hipotesis nol (H0) tidak dapat
di tolak dan model fit dengan data.
67
Tabel 4.3 Menilai Keseluruhan Model
Berdasarkan hasil pegolahan SPSS 20.0, pada tabel 4.4
menunjukan bahwa nilai -2 Log Likelihood awal (tabel Iteration
History 0) adalah sebesar 128,279. Secara matematis, angka
tersebut signifikan pada alpha 5% dan berarti bahwa hipotesisi nol
(H0) ditolak. Hal ini berarti hanya konstanta saja yang tidak fit
dengan data (sebelum dimasukkan variabel bebas ke dalam model
regresi) (Ghozali, 2011:268).
Iteration Historya,b,c
Iteration -2 Log
likelihood
Coefficients
Constant Step 0 1 128,279 ,964
2 128,113 1,050 3 128,113 1,052 4 128,113 1,052
a. Constant is included in the model. b. Initial -2 Log Likelihood: 128,113 c. Estimation terminated at iteration number 4 because parameter estimates changed by less than ,001.
68
Tabel 4.4 Iretation History 1
Sumber: Hasil data olahan
Langkah selanjutnya adalah membandingkan antara nilai -2 Log Likelihood awal (
tabel Iteration History 0) dengan -2 Log Likelihood akhir (tabel Iteration History 1),
Pada tabel Iteration History 0, nilai -2 Log Likelihood awal menunjukan sebesar
128,279. Setelah variabel bebas dimasukan pada model regresi, maka nilai -2 Log
Likelihood pada tabel 4.4 Iteration History1 adalah sebesar 116,074. Berdasarkan
Iteration Historya,b,c,d
Iteration -2 Log
likelihood Coefficients
Constant kp fd(1) ogc(1) Proft ln_ukper Step 1 1 120,611 1,342 -,157 ,726 1,297 24,281 -,214
2 117,406 1,560 -,442 1,453 2,893 48,420 -,325 3 116,450 1,620 -,607 1,675 4,725 63,639 -,381 4 116,190 1,643 -,665 1,688 6,218 69,478 -,403 5 116,115 1,646 -,672 1,693 7,306 70,215 -,405 6 116,089 1,646 -,672 1,693 8,323 70,248 -,405 7 116,079 1,646 -,672 1,693 9,328 70,250 -,405 8 116,076 1,646 -,672 1,693 10,330 70,250 -,405 9 116,075 1,646 -,672 1,693 11,330 70,250 -,405 10 116,074 1,646 -,672 1,693 12,331 70,250 -,405 11 116,074 1,646 -,672 1,693 13,331 70,250 -,405 12 116,074 1,646 -,672 1,693 14,331 70,250 -,405 13 116,074 1,646 -,672 1,693 15,331 70,250 -,405 14 116,074 1,646 -,672 1,693 16,331 70,250 -,405 15 116,074 1,646 -,672 1,693 17,331 70,250 -,405 16 116,074 1,646 -,672 1,693 18,331 70,250 -,405 17 116,074 1,646 -,672 1,693 19,331 70,250 -,405 18 116,074 1,646 -,672 1,693 20,331 70,250 -,405 19 116,074 1,646 -,672 1,693 21,331 70,250 -,405 20 116,074 1,646 -,672 1,693 22,331 70,250 -,405
a. Method: Enter b. Constant is included in the model. c. Initial -2 Log Likelihood: 128,113 d. Estimation terminated at iteration number 20 because maximum iterations has been reached. Final solution cannot be found.
69
output tersebut, terjadi penurunan nilai antara-2 Log Likelihood awal dan akhir sebesar
12,205. Penurunan nilai-2 Log Likelihood ini dapat diartikan bahwa penambahan
variabel bebas ke dalam model dapat memperbaiki model fit serta menunjukan model
regresi yang lebih baik atau dengan kata lain model yang dihipotesiskan fit dengan data.
b. Hasil Uji Koefisien Determinasi (Nagelkerke R Square)
Koefisien determinasi digunakan untuk menjelaskan seberapa
besar variabilitas variabel-variabel independen mampu
menjelaskan variabilitas variabel independenya (Solikah, 2007).
Koefisien determinasi dalam regresi logistik biner ditunjukan
dengan nilai Nagelkerke R Square. Nagelkerke R Square dapat
diiterpretasikan seperti nilai R Square dalam regresi berganda
(Ghozali, 2011).
Tabel 4.5 Koefisien Determinasi
Model Summary
Step -2 Log
likelihood Cox & Snell
R Square Nagelkerke R Square
1 116,074a ,102 ,150 a. Estimation terminated at iteration number 20 because maximum iterations has been reached. Final solution cannot be found.
Sumber: Output SPSS
Besarnya nilai koefisien determinasi pada model regresi
logistik ditunjukkan oleh nilai Nagelkerke R Square. Nilai
Nagelkerke RSquare adalah sebesar 0,150 yang berarti variabilitas
variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen
70
adalah sebesar 15%, sedangkan sisanya sebesar 85% dijelaskan
oleh variabel-variabel lain di luar model penelitian, seperti fee
audit, pergantian manajemen perusahaan klien, reputasi auditor,
dan merger antara perusahaan yang memiliki auditor independen
yang berbeda.
c. Hasil Uji Kelayakan Model Regresi
Analisis selanjutnya yang dilakukan adalah menilai kelayakan
model regresi logistik biner. Menilai kelayakan dari model regresi
dapat dilakukan dengan memperhatikan goodness of fit model yang
diukur dengan Chi-Square pada kolom Hosmer and Lemeshow’s
(Ghozali, 2009: 269). Hipotesis yang digunkaan untuk menilai
kelayakan model regresi ini adalah:
Ho : Tidak ada perbedaan antara model dengan data
Ha : Ada perbedaan antara model dengan data
Tabel 4.6 Menguji Kelayakan Model Regresi
Sumber: Output SPSS
Tabel 4.6 menunjukan hasil pengujian Hosmer and
Lemeshow’s Test. Berdasarkan tabel tersebut, dapat diketahui
bahwa nilai signifikansi adalah sebesar 0,074. Nilai signifikan yang
diperoleh tersebut diatas 0,05 yang berarti hipotesis 0 (Ho) tidak
Hosmer and Lemeshow Test Step Chi-square df Sig. 1 14,294 8 ,074
71
dapat ditolak (diterima). Hal ini berarti model mampu memprediksi
niali observasinya atau model dapat diterima karena cocok dengan
data observasinya sehingga model ini dapat digunakan untuk
analisis selanjutnya.
d. Hasil Matriks Klasifikasi
Matriks klasifikasi menunjukkan kekuatan prediksi dari model
regresi untuk memprediksi kemungkinan auditor switching yang
dilakukan oleh perusahaan.
Tabel 4.7 Matriks Klasifikasi
Classification Tablea
Observed
Predicted As
Percentage Correct
tidak melakukan
auditor switching
melakukan auditor
switching Step 1 As tidak melakukan
auditor switching 2 27 6,9
melakukan auditor switching 1 82 98,8
Overall Percentage 75,0 a. The cut value is ,500
Sumber: Output SPSS
Kekuatan prediksi dari model regresi untuk memprediksi kemungkinan
perusahaan melakukan auditor switching adalah sebesar 98,8%. Hal ini
menunjukkan bahwa dengan menggunakan model regresi yang digunakan,
terdapat sebanyak 82 perusahaan (98,8%) yang diprediksi akan melakukan
auditor switching dari total 83 perusahaan yang melakukan auditor switching.
72
Kekuatan prediksi model perusahaan yang tidak melakukan auditor switching
adalah sebesar 6,9%, yang berarti bahwa dengan model regresi yang digunakan
ada sebanyak 2 perusahaan (6,9%) yang diprediksi tidak melakukan auditor
switching dari total 29 perusahaan yang melakukan auditor switching. Kekuatan
model prediksi keseluruhan sebesar 75,0%.
e. Hasil Uji Regresi Logistik
Model regresi yang terbentuk disajikan pada tabel di bawah
ini:
Tabel 4.8 Hasil Uji Koefisien Regresi Logistik
Sumber: Output SPSS
Hasil pengujian terhadap koefisien regresi menghasilkan model berikut ini:
퐿푛 ( )
( )= 1,646− 0,672퐾푃 + 1,693퐹퐷 + 22,331푂퐴퐺퐶 −
0,405퐿푛_푈푘푝푒푟 + 70,250푃푅푂퐹퐼푇
Berdasarkan pengujian regresi logistik (logistic regression) sebagaimana
telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, interpretasi hasil disajikan dalam lima
bagian. Bagian pertama membahas pengaruh kepemilikan publik terhadap auditor
B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Step 1a Kp -,672 1,465 ,211 1 ,646 ,510
fd(1) 1,693 1,325 1,631 1 ,202 5,434 ogc(1) 22,331 12672,625 ,000 1 ,999 4990639146,3
31 Proft
70,250 33,210 4,475 1 ,034
3230821938093388400000000000000,00
0 ln_ukper -,405 ,189 4,591 1 ,032 ,667 Constant 1,646 ,671 6,015 1 ,014 5,186
73
switching (SWITCH) (H1). Bagian kedua membahas pengaruh financial distress
terhadap auditor switching (SWITCH) (H2). Bagian ketiga membahas pengaruh
opini audit going concern terhadap auditor switching (SWITCH) (H3). Bagian
keempat membahas pengaruh ukuran perusahaan terhadap auditor switching
(SWITCH) (H4). Bagian kelima membahas pengaruh profitabilitas terhadap
auditor switching (SWITCH) (H5).
Adapun ringkasan hasil penelitian dijelaskan pada tabel berikut:
Tabel 4.9 Ringkasan Hasil Penelitian
Variabel Independen Variabel Dependen (Auditor switching)
Kepemilikan Publik Berpengaruh tidak signifikan Financial Distress Berpengaruh tidak signifikan
Opini Audit Going Concern Berpengaruh tidak signifikan Ukuran Perusahaan Berpengaruh negatif dan signifikan
Profitabilitas Berpengaruh positif dan signifikan
Variabel kepemilikan publik (KP), financial distress (FD), opini audit going
concern (OAGC) berpengaruh tetapi tidak signifikan terhadap auditor switching.
Sementara dua variabel lainnya pada penelitian ini ukuran perusahaan (Ln_Ukper)
berpengaruh negatif signifkan, dan profitabilitas (PROF) berpengaruh positif
signifikan terhadap auditor switching.
f. Pembahasan Penelitian
1) Pengaruh Kepemilikan Publik terhadap Auditor Switching
Variabel kepemilikan publik menunjukkan koefisiensi
negatif sebesar 0,672 dengan tingkat signifikan (p) sebesar
0,646, lebih besar dari α= 5%. Karena tingkat signifikasi (p)
74
lebih besar dari α= 5% maka hipotesis ke-1 tidak berhasil
didukung. Artinya dapat disimpulkan bahwa kepemilikan publik
berpengaruh tetapi tidak tidak signifikan terhadap auditor
switching. Penelitian ini tidak berhasil membuktikan bahwa
kepemilikan publik yang diukur persentase saham yang dimiliki
masyarakat berpengaruh signifikan terhadap auditor switching.
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang
dilakukan Aprilia (2013) yang menyatakan bahwa kepemilikan
publik berpengaruh tetapi tidak signifikan terhadap auditor
switching. Hasil penelitian ini juga konsisten dengan hasil
penelitian Wibowo, 2014. Penelitian tersebut menyatakan bahwa
tidak signifikannya pengaruh kepemilikan publik terhadap
auditor switching ini disebabkan oleh adanya peningkatan
kepemilikan publik menunjukkan besarnya minat masyarakat
dalam berinvestasi pada perusahaan. Hal ini mengindikasikan
adanya peningkatan pada kinerja keuangan perusahaan,
sehingga tidak menjadi masalah bagi perusahaan untuk
melakukan auditor switching.
Akan tetapi hasil penelitian ini tidak mendukung hasil
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Suparlan dan
Andayani (2010) dan guedhami et al (2009). Hasil penelitian ini
juga tidak mendukung hasil penelitian sebelumnya Indahsari
75
(2015). Hasil penelitian tersebut menunjukan kepemilikan
publik berpengaruh signifikan terhadap auditor switching.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kepemilikan saham
menyebar tidak lantas mendorong perusahaan untuk melakukan
kebijakan dalam hal auditor switching. Hal tersebut
menunjukkan auditor yang mengaudit sebelumnya tetap akan
dipertahankan perusahaan. Herusetya (2008) menyebutkan
kepemilikan terkonsentrasi akan mendominasi pemegang saham
minoritas, ini menunjukkan semakin tinggi pemegang saham
oleh publik mendorong untuk membuat keputusan yang tidak
merugikan semua pemegang saham. Perusahaan menganggap
dengan seringnya melakukan auditor switching dapat
menimbulkan anggapan negatif yang dapat menggaggu citra
perusahaan (Sulistiarini dkk, 2012).
2) Pengaruh Financial Distress terhadap Auditor Switching
Variabel financial distress menunjukkan koefisiensi positif
sebesar 1,693 dengan tingkat signifikan (p) sebesar 0,202, lebih
besar dari α= 5%. Karena tingkat signifikasi (p) lebih besar dari
α= 5% maka hipotesis ke-2 tidak berhasil didukung. Artinya
dapat disimpulkan bahwa financial distress berpengaruh tetapi
tidak signifikan terhadap auditor switching. Penelitian ini tidak
berhasil membuktikan bahwa financial distress yang diukur
76
dengan rasio NPL perusahaan berpengaruh signifikan terhadap
auditor switching.
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang
dilakukan oleh Wijayanti (2010), Novia dan Muid (2013), dan
Aprilia (2013) yang menyatakan bahwa financial distress
berpengaruh tetapi tidak signifkan terhadap auditor switching.
Hasil penelitian ini juga mendukung hasil penelitian dari
Damayanti dan Sudarma (2008), Wijayanti (2010), Chadegani
et. al., (2011), dan Wijayani dan Juniarti (2011). Namun tidak
mendukung hasil penelitian dari Rizkillah (2012), Mahantara
(2012), Sinarwati (2010), dan Nasser et. al., (2006). Penelitian
tersebut menunjukan bahwa financial distress berpengaruh
signifikan terhadap auditor switching.
Financial distress perusahaan merupakan gambaran atas
kinerja dari perusahaan. Financial distress perusahaan klien
mungkin memiliki implikasi penting terhadap pengambilan
keputusan dalam mempertahankan perusahaan audit. Saat
perusahaan mengalami kesulitan keuangan atau financial
distress, akan ada kemungkinan perusahaan mengganti KAP
yang lama dan menggantinya dengan KAP yang berbiaya lebih
rendah untuk menekan biaya audit. Namun berdasarkan hasil
penelitian ini, ketika perusahaan mengalami financial distress,
perusahaan tidak akan mengganti KAP karena untuk
77
menunjukkan bahwa semua hal yang terjadi di dalam
perusahaan berjalan dengan baik. Perusahaan juga tidak
mengganti KAP untuk menghindari anggapan negatif dari pihak
eksternal ketika mengganti KAP karena kesulitan keuangan
yang dialami perusahaan (Wijayani dan Januarti, 2011:18).
Financial distress merupakan kondisi perusahaan yang
sedang dalan keadaan kesulitan keuangan. Perusahaan dalam
kondisi financial distress cenderung tidak melakukan auditor
switching. Hal ini disebabkan pergantian auditor pada suatu
perusahaan yang terlalu sering akan meningkatkan fee audit.
Ketika pertama kali mengaudit suatu klien, hal pertama yang
dilakukan auditor adalah memahami lingkungan bisnis klien dan
risiko audit klien, sehingga berakibat pada tingginya biaya start
up dan dapat menaikkan fee audit. Selain itu, penugasan pertama
juga akan memungkinkan terjadinya kekeliruan yang tinggi.
Indikator terjadinya financial distress apabila perusahaan tidak
dapat memenuhi kewajiban finansialnya dan perusahaan
melakukan pemberhentian tenaga kerja.
3) Pengaruh Opini Audit Going Concern terhadap Auditor
Switching
Variabel opini audit going concern menunjukkan
koefisiensi positif sebesar 22,331 dengan tingkat signifikan (p)
sebesar 0,999, lebih besar dari α= 5%. Karena tingkat signifikasi
78
(p) lebih besar dari α= 5% maka hipotesis ke-3 tidak berhasil
didukung. Artinya dapat disimpulkan bahwa opini audit going
concern berpengaruh tetapi tidak signifikan terhadap auditor
switching. Penelitian ini tidak berhasil membuktikan bahwa
opini audit going concern yang diukur dengan ada atau tidaknya
opini audit going concern berpengaruh signifikan terhadap
auditor switching.
Hasil penelitian ini tidak berhasil mendukung temuan Chan
et al. (2006), Hudaib dan Cooke (2005), Astuti dan Ramantha
(2014), Robbitasari dan Wiratmaja (2013), dan Mahantara
(2012). Penelitian tersebut menujukan adanya pengaruh
signifikan opini audit going concern terhadap auditor switching.
Akan tetapi penelitian ini mendukung hasil penilitian dari
Maulina (2015), Arsih dan Anisykurlillah (2015), Wahyuningsih
dan Suryanawa (2010), dan Sinarwati (2010).
Berdasarkan pedoman Standar Profesional Akuntan Publik
seksi 341 (IAI, 2001) dapat diartikan bahwa opini going concern
merupakan opini wajar tanpa pengecualian yang dikeluarkan
karena terdapat kondisi dan/atau peristiwa yang berdampak
terhadap kelangsungan hidup perusahaan atas kondisi itu
terdapat kesangsian auditor, akan tetapi telah terdapat rencana
manajemen untuk mengatasi kondisi tersebut dan menurut
penilaian auditor rencana tersebut dapat efektif dijalankan serta
79
terdapat cukup pengungkapan, sehingga opini going concern
bukanlah opini yang buruk.
Hasil pengujian yang gagal menemukan adanya pengaruh
opini audit going concern terhadap auditor switching, hal ini
diduga disebabkan karena pada umumnya perusahaan sampel
telah mendapatkan opini unqualified. Tidak sinifikannya
pengaruh opini audit going concern terhadap auditor switching
mungkin juga disebabkan oleh jumlah amatan yang menerima
opini going concern tidak mencukupi. Hal ini terbukti dari 112
amatan hanya terdapat 7 amatan yang memperoleh opini audit
going concern dan 105 yang tidak memperoleh opini audit going
concern.
4) Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Auditor Switching
Variabel ukuran perusahaan menunjukkan koefisien regresi
negatif sebesar 0,405 dengan tingkat signifikansi (p) sebesar
0,032, lebih kecil dari α = 5%. Karena tingkat signifikansi (p)
lebih kecil dari α =5% maka hipotesis ke-4 berhasil didukung.
Penelitian ini berhasil membuktikan adanya pengaruh signifikan
ukuran perusahaan klien terhadap auditor switching. Hasil yang
sama juga ditemukan dalam penelitian Nasser et al. (2006),
Suparlan dan Andayani (2010). Hasil penelitian ini tidak sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Pratitis (2012), dan
Chadegani et al. (2011).
80
Hasil penelitian ini tidak mendukung hasil penelitian dari
Jayanti (2016), Susanto (2015), Shezaritasari (2015), Biantoro
(2015), Chatrine (2014), Wijayani dan Januarti (2011) dan
Suparlan dan Andayani (2010). Akan tetapi mendukung hasil
penelitian dari Prasetyaningrum (2015), Astuti dan Ramantha
(2014), Kurniaty (2014), Rofika dkk (2013), dan Rizkillah
(2012). Penelitian tersebut menujukan bahwa ukuran perusahaan
berpengaruh signifikan terhadap auditor switching.
Sinason et al., (2001:4) mengemukakan bahwa perusahaan
besar mungkin memerlukan biaya awal yang lebih besar untuk
auditor baru. Dalam penelitian ini, koefisien regresi ukuran
perusahaan klien (LnTA) memiliki pengaruh negatif terhadap
auditor switching, dimana klien yang total asetnya kecil lebih
sering untuk melakukan auditor switching, sedangkan
perusahaan klien yang lebih besar cenderung untuk tidak
melakukan auditor switching dibandingkan dengan klien yang
lebih kecil dikarenakan klien menganggap bahwa mereka akan
mengeluarkan biaya awal untuk proses audit yang lebih besar
jika terlalu sering melakukan auditor switching. Disamping itu,
dengan adanya kompleksitas auditee, klien yang lebih besar
cenderung mempertahankan auditornya karena klien
menganggap auditor yang lama dapat lebih mudah memahami
situasi dan kondisi perusahaan. Sedangkan semakin kecil ukuran
81
perusahaan klien mendorong klien melakukan pergantian KAP
dan mencari KAP yang harga sewanya tidak mahal (Suparlan
dan Andayani, 2010:19).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran perusahaan
klien memiliki hubungan yang negative terhadap auditor
switching sehingga mengindikasikan bahwa klien yang total
assetnya kecil lebih sering untuk melakukan auditor switching,
sedangkan perusahaan klien yang lebih besar cenderung tidak
akan melakukan auditor switching dibandingkan dengan klien
yang lebih kecil. Implikasinya, perusahan dengan total asset
yang besar akan memilih untuk mempertahankan auditornya
agar kulaitas dari laporan keuangannya tetap terjaga dengan
diaudit oleh auditor lama yang telah memahami bisnis klien.
5) Pengaruh Profitabilitas terhadap Auditor Switching
Variabel profitabilitas menunjukkan koefisien regresi positif
sebesar 70,250 dengan tingkat signifikansi (p) sebesar 0,034,
lebih kecil dari α = 5%. Karena tingkat signifikansi (p) lebih
kecil dari α =5% maka hipotesis ke-5 berhasil didukung.
Penelitian ini berhasil membuktikan adanya pengaruh signifikan
profitabilitas terhadap auditor switching.
Hasil yang sama juga ditemukan dalam penelitian Mulyono
dan Majidah (2014), Sumadi (2011), (Wijayani dan Januarti,
2011), dan Anindito dan Fitriany (2010). Hasil penelitian ini
82
tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Arsih dan
Anisykurlillah (2015).
Dengan besarnya tingkat profitabilitas, perusahaan akan
mampu menyewa auditor yang dianggap lebih berkualitas
sehingga kualitas laporan keuangan dapat ditingkatkan.
Profitabilitas perusahaan dihitung menggunakan rasio Return on
Assets (ROA) yang merupakan salah satu tolok ukur seberapa
besar laba yang dihasilkan oleh perusahaan yang berasal dari
penggunaan aktiva. Jika mengalami peningkatan, maka
perusahaan dianggap meningkatkan reputasinya begitu juga
sebaliknya. Maka dapat disimpulkan profitabilitas berpengaruh
signifikan terhadap auditor switching.
83
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian ini meneliti tentang pengaruh kepemilikan publik, financial
distress, opini audit going concern, ukuran perusahaan, dan profitabilitas
terhadap auditor switching. Analisis dilakukan dengan menggunakan analisis
regresi logistik dengan program Statistical Package for Social Science (SPSS).
Data sampel perusahaan sebanyak 112 pengamatan perusahaan perbankan go
public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2011-
2014.
Berdasarkan hasil pengujian dan pembahasan yang dijelaskan pada bagian
sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Berdasarkan hasil uji regresi logistik (logistic regression) menunjukkan
bahwa terdapat pengaruh tidak signifikan kepemilikan publik terhadap
auditor switching selama empat tahun pengamatan (2011-2014). Hasil
penelitian ini tidak mendukung penelitian yang dilakukan tidak
mendukung penelitian yang dilakukan oleh Suparlan dan Andayani (2010)
dan guedhami et al (2009).
2. Berdasarkan hasil uji regresi logistik (logistic regression) menunjukkan
bahwa terdapat pengaruh tidak signifikan financial distress terhadap
auditor switching selama empat tahun pengamatan (2011-2014). Hasil
83
84
penelitian ini mendukung hasil penelitian Wijayanti (2010), Novia dan
Muid (2013), dan Aprilia (2013).
3. Berdasarkan hasil uji regresi logistik (logistic regression) menunjukkan
bahwa terdapat pengaruh tidak signifikan opini audit goign concern
terhadap auditor switching selama empat tahun pengamatan (2011-2014).
Hasil penelitian ini tidak mendukung hasil penelitian Chan et al. (2006),
Hudaib dan Cooke (2005), Astuti dan Ramantha (2014), Robbitasari dan
Wiratmaja (2013), dan Mahantara (2012).
4. Berdasarkan hasil uji regresi logistik (logistic regression) menunjukkan
bahwa terdapat pengaruh negatif dan signifikan ukuran perusahaan
terhadap auditor switching selama empat tahun pengamatan (2011-2014).
Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Prasetyaningrum (2015),
Astuti dan Ramantha (2014), Kurniaty (2014), Rofika dkk (2013), dan
Rizkillah (2012).
5. Berdasarkan hasil uji regresi logistik (logistic regression) menunjukkan
bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan profitabilitas terhadap
auditor switching selama empat tahun pengamatan (2011-2014). Hasil
penelitian ini mendukung hasil penelitian Mulyono dan Majidah (2014),
Sumadi (2011), (Wijayani dan Januarti, 2011), dan Anindito dan Fitriany
(2010).
85
B. Implikasi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada
pengembangan ilmu pemeriksaan akuntansi yang khususnya membahas
mengenai auditor switching. Serta diharapkan dapat memberikan informasi
tambahan mengenai faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi
perusahaan dalam melakukan auditor switching, pada penelitian ini, faktor
yang mempengaruhi secara signifikan adalah ukuran perusahaan dan
profitabilitas. Hasil penelitian ini juga dapat bermanfaat bagi kantor akuntan
publik maupun perusahaan.
1. Bagi Kantor Akuntan Publik (KAP) hasil penelitian ini diharapkan
dapat dijadikan bahan informasi bagi para akuntan publik di KAP
mengenai praktik pergantian kantor akuntan publik yang dilakukan
oleh perusahaan.
2. Bagi perusahaan, penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan
informasi tambahan mengenai faktor-faktor apa saja yang dapat
mempengaruhi perusahaan melakukan pergantian kantor akuntan
publik. Dalam penelitian ini faktor yang mempengaruhi adalah ukuran
perusahaan dan profitabilitas. Kepemilikan publik tidak berpengaruh
terhadap auditor switching. Kepemilikan saham menyebar tidak lantas
mendorong perusahaan untuk melakukan kebijakan dalam hal
pergantian auditor eksternal. Implikasinya, sebaiknya perusahaan
publik mempertimbangkan secara serius dampak-dampak yang
mungkin terjadi jika perusahaan memutuskan untuk melakukan auditor
86
switching dengan tetap melakukan penunjukan KAP berdasarkan hasil
keputusan RUPS. Ukuran perusahaan klien memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap auditor switching. Implikasinya, perusahaan
dengan total aset yang besar akan memilih untuk mempertahankan
auditornya agar kualitas dari laporan keuangannya tetap terjaga dengan
diaudit oleh auditor eksternal lama yang telah memahami bisnis klien.
3. Bagi auditor, dalam mengaudit suatu perusahaan tentunya auditor
melakukan tugasnya sesuai dengan standar profesional yang telah
ditetapkan oleh IAPI. Dengan demikian, opini audit yang terdapat
dalam laporan auditor merupakan representasi yang sesungguhnya dari
laporan keuangan. Ketika klien meminta opini wajar tanpa
pengecualian kepada auditor padahal opini yang seharusnya diberikan
adalah bukan opini wajar tanpa pengecualian, auditor harus memegang
teguh independensinya dan menolak permintaan klien tersebut dengan
tetap memberikan opini sesuai dengan sebagaimana mestinya, dan juga
memberikan opini audit going concern ketika diperlukan untuk
memastikan apakah perusahaan dapat mempertahankan kelangsungan
hidupnya.
87
C. Keterbatasan
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yang mungkin dapat
melemahkan hasil penelitian. Keterbatasan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Penelitian ini hanya menguji pengaruh variabel-variabel kepemilikan
publik, financial distress, opini audit going concern, ukuran
perusahaan, dan profitabilitas terhadap auditor switching. Variabel-
variabel lain yang mungkin berpengaruh terhadap auditor switching,
seperti ukuran KAP, pergantian dewan komisaris, fee audit,
pergantian manajemen dan sebagainya tidak diuji dalam penelitian ini.
2. Pengukuran variabel financial distress menggunakan proksi rasio Non
Performing Loan (NPL). Untuk menggambarkan financial distress
perusahaan, terdapat proksi lain yang dapat digunakan sehingga
memungkinkan adanya hasil yang berbeda jika menggunakan proksi
lain tersebut.
3. Jumlah sampel yang digunakan relatif sedikit, yaitu hanya 28
perusahaan perbankan yang dijadikan sampel dalam penelitian karena
jumlah perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI tidak sebanyak
sektor industri lainnya dan tidak semua perusahaan perbankan di BEI
memiliki data keuangan yang lengkap pada tahun 2011-2014.
88
D. Saran
Penelitian mengenai auditor switching dimasa yang akan datang
diharapkan mampu memberikan hasil penelitian yang lebih berkualitas dengan
mempertimbangkan saran sebagai berikut:
1. Penelitian selanjutnya mungkin dapat memperluas sampel penelitian
dengan mempertimbangkan penggunaan seluruh perusahaan yang
terdaftar di BEI sebagai populasi penelitian.
2. Penelitian selanjutnya dapat mempertimbangkan beberapa variabel
independen lain, seperti ukuran KAP, pergantian komit audit, fee audit,
dan sebagainya yang mungkin dapat mempengaruhi pergantian KAP
untuk meningkatkan pengetahuan mengenai auditor switching di
Indonesia.
3. Pengukuran terhadap variabel fiancial distress pada penelitian
selanjutnya dapat menggunakan alternatif proksi lain.
89
DAFTAR PUSTAKA
Agoes Sukrisno, “Auditing (Pemeriksaan Akuntansi) oleh Kantor Akuntan Publik”, Edisi Ketiga Cetakan Keempat, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, 2008.
Astuti dan Ramantha, “Pengaruh Audit Fee, Opini Going concern, Financial
distress Dan Ukuran Perusahaan Pada Pergantian Auditor”, E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 7.3, 2014.
Boynton, William C. Johnson., Raymond N. and Kell, Walter G. “Modern
Auditing”, edisi ketujuh, Erlangga, Jakarta. 2003. Chadegani, et.al., “ The Determinant Factors of Auditor Switch among
Companies Listed on Tehran Stock Exchange”, International Research Journal of Finance and Economics, ISSN 1450-2887 Issue 80, 2011.
Damayanti Shulamite, Sudarma Made, “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Perusahaan Berpindah Kantor Akuntan Publik”, Simposium Nasional Akuntansi XI, Pontianak, 2008.
Ekka Aprillia, “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Auditor switching”,
Accounting Analysis Journal 2, Semarang, 2013. Ghozali, Imam, “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 21”,
Edisi 7, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 2013. Guedhami, O., Pittman, J.A. and Saffar, W., “Auditor choice in privated firms:
Empirical evidence on the role of state and foreign owners”, Journal of Accounting & Economics. Vol. 48, 2009.
Hamid Abdul, “Buku Panduan Penulisan Skripsi”, Fakultas Ekonomi dan Ilmu
Sosial Universitas Islam Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2007. Hudaib, Mohammad. dan Cooke, T. E. “The Impact of Managing Director
Changes and Financial distress on Audit Qualification and Auditor switching”. Journal of Business Finance and Accounting, November/Desember, Volume XXXII (9&10):1703-1739, 2005.
Indahsari Diana Nur, “Analisis Pengaruh Pergantian Manajemen, Kepemilikan
Publik, Financial distress, dan Ukuran KAP terhadap Auditor switching”, Naskah Publikasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2015.
90
Jayanti, “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perusahaan Di Indonesia Melakukan Auditor switching, Naskah Publikasi, 2016.
Jensen, Michael C, dan Meckling, William H., Theory of The Firm; Managerial
Behavior, Agency Costs and Ownership Structure. Journal of Financial Economics, Oktober 1976.
Kadek Sumadi, “Mengapa Perusahaan Melakukan Auditor Switch?”, Universitas
Udayana, Bali, 2011. Kawijaya Nelly, Juniarti, “Faktor-Faktor yang Mendorong Perpindahan Auditor
pada Perusahaan-Perusahaan di Surabaya dan Sidoarjo”, Jurnal Akuntansi & Keuangan, Vol. 4 No. 2, 93-105, 2002.
Lee, T., 1993, Corporate Audit Theory. Chapman & Hall: London. Mahantara, “Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Pergantian Kantor Akuntan
Publik Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”, Universitas Udayana, Bali, 2012.
Nasser, Abu T.; Wahid, Emelin A.; Nazri, Sharifah N. F. S. M. dan Hudaib,
Mohammad, “Auditor-Client Relationship: The Case of Audit Tenure and Auditor switching in Malaysia”, Managerial Auditing Journal, Volume XXI (7): 724-737. 2006.
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 17/PMK.01/2008
tentang “Jasa Akuntan Publik”. (perubahan atas Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 359/KMK.06/2003).
Prasetyaningrum, “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Auditor
switching”, Naskah Publikasi Ilmiah, Surakarta, 2015. Prastiwi dan Wilsya, “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pergantian Auditor:
Studi Empiris Perusahaan Publik Di Indonesia”, Jurnal Dinamika Akuntansi Vol. 1, No. 1, 2009.
Rizkilah dan Didin, “Faktor–Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Auditor
switching Pada Perusahaan Perbankan Di Indonesia”, Universitas Gunadarma, 2012.
Robitsar dan Wiratmaja, “Pengaruh Opini Audit Going concern, Kepemilikan
Institusional Dan Audit Delay Pada Voluntary Auditor switching”, E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 5.3, 2013.
91
Rofika, dkk., “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perusahaan Melakukan Auditor switching (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia)”, Universitas Riau, 2013.
Schwartz, K.B., dan Soo, B.S., “An Analysis of Form 8-K Disclosures of Auditor
Changes by Firms Approaching Bankruptcy”, Auditing: A Journal of Practice & Theory. Vol. 14. No. 1. pp. 125-135, 1995.
Sinarwati, “Mengapa Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Melakukan
Pergantian Kantor Akuntan Publik?”. Simposium Nasional Akuntansi 13, Purwokerto. Standar Profesional Akuntan Publik, 2010.
Susanto, “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perusahaan Melakukan Auditor
switching”, Naskah Publikasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2015. Undang-Undang No. 5 Tahun 2011 tentang akuntan publik. Vina Kurniaty, “Pengaruh Pergantian Manajemen, Opini Audit, Financial
distress, Ukuran Kap, Dan Ukuran Perusahaan Klien Terhadap Auditor switching Pada Perusahaan Real Estate Dan Properti Di Bursa Efek Indonesia”, JOM FEKON Vol.1 No 2, Pekanbaru, 2014.
Wahyuningsih dan Suryanawa, “Analisis Pengaruh Opini Audit Going concern
Dan Pergantian Manajemen Pada Auditor switching”, Universitas Udayana, Bali, 2010.
Wijayani Evi Dwi da Indira Januarti, “Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Perusahaan di Indonesia Melakukan Auditor switching”, Simposium Nasional Akuntansi XIV, Aceh, 2011.
Wijayanti Martina Putri, “Analisis Hubungan Auditor-Klien: Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Auditor switching di Indonesia”, Skripsi, Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro, Semarang, 2010.
93
94
LAMPIRAN
95
Daftar Nama Sampel Penelitian
No Nama Perusahaan Kode 1 Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk. AGRO 2 Bank MNC Internasional BABP 3 Bank Ekonomi Raharja Tbk. BAEK 4 Bank Central Asia Tbk. BBCA 5 Bank Bukopin Tbk. BBKP 6 Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. BBNI 7 Bank Nusantara Parahyangan Tbk. BBNP 8 Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. BBRI 9 Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. BBTN 10 Bank Mutiara Tbk. BCIC 11 Bank Danamon Indonesia Tbk. BDMN 12 Bank Pundi Indonesia Tbk. BEKS 13 Bank QNB Indonesia Tbk. BKSW 14 Bank Mandiri (Persero) Tbk. BMRI 15 Bank Bumi Arta Tbk. BNBA 16 Bank CIMB Niaga Tbk. BNGA 17 Bank Internasional Indonesia Tbk. BNII 18 Bank Permata Tbk. BNLI 19 Bank of India Indonesia Tbk. BSWD 20 Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk. BTPN 21 Bank Victoria International Tbk. BVIC 22 Bank Artha Graha Internasional Tbk. INPC 23 Bank Mayapada Internasional Tbk. MAYA 24 Bank Windu Kentjana International Tbk. MCOR 25 Bank Mega Tbk. MEGA 26 Bank OCBC NISP Tbk. NISP 27 Bank Pan Indonesia Tbk. PNBN 28 Bank Woori Saudara Indonesia 1906 Tbk. SDRA
89
Proses Seleksi Sampel Berdasarkan Kriteria
No Kriteria Sampel Jumlah
Perusahaan
1 Perusahaan industri perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2011-2014
40
2 Perusahaan industri perbankan yang tidak terdaftar secara berturut-turut di Bursa Efek Indonesia selama periode 2011-2014
9
3 Perusahaan yang tidak menyajikan informasi keuangan lengkap.
2
4 Perusahaan yang tidak diaudit oleh auditor eksternal.
1
Jumlah perusahaan sampel 28 Tahun pengamatan 4
Jumlah sampel total selama periode penelitian 112
96
97
97
Tabel Nama Auditor
No Daftar Bank Kode Nama Auditor
2014 2013 2012 2011 2010 2009
1 Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk. AGRO sinarta sinarta peter hari ferdinand sibarani
2 Bank MNC Internasional BABP bing peter peter sinarta suherman suherman
3 Bank Ekonomi Raharja Tbk. BAEK kusuma liana susanto susanto susanto susanto
4 Bank Central Asia Tbk. BBCA elisabet elisabet elisabet peter peter hari 5 Bank Bukopin Tbk. BBKP sinarta sinarta sinarta hari hari hari
6 Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. BBNI haryanto haryanto harynto peter peter benyanto
7 Bank Nusantara Parahyangan Tbk. BBNP deddy johanna johanna johanna sugiat fahmi
8 Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. BBRI sinarta sinarta peter hari hari benyanto
9 Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. BBTN benyanto benyanto benyanto hari hari hari
10 Bank Mutiara Tbk. BCIC riani riani david dedy saptoto saptoto
11 Bank Danamon Indonesia Tbk. BDMN hari hari hari tohana kusumaningsih kusumaningsih
12 Bank Pundi Indonesia BEKS florus florus darmenta tjiong tjiong tjiong
98
Tbk. 13 Bank QNB Indonesia Tbk. BKSW peter peter liana liana ferdinand ferdinand
14 Bank Mandiri (Persero) Tbk. BMRI haryanto haryanto lucy haryanto haryanto haryanto
15 Bank Bumi Arta Tbk. BNBA muhammad peter peter riniek riniek muhammad 16 Bank CIMB Niaga Tbk. BNGA haryanto haryanto haryato muhammad w muhammad w muhammad w
17 Bank Internasional Indonesia Tbk. BNII benyanto benyanto benyanto hari hari hari
18 Bank Permata Tbk. BNLI kusumaningsih liana liana liana kusumaningsih kusumaningsih
19 Bank of India Indonesia Tbk. BSWD renie johanna johanna johanna basar bing
20 Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk. BTPN m. Jusuf m. Jusuf angeliqui m. Jusuf m. Jusuf m. Jusuf
21 Bank Victoria International Tbk. BVIC lucy junarto junarto junarto tan iskariman
22 Bank Artha Graha Internasional Tbk. INPC riani junarto junarto junarto junarto iskariman
23 Bank Mayapada Internasional Tbk. MAYA sinarta iskariman iskariman iskariman achmad iskariman
24 Bank Windu Kentjana International Tbk. MCOR sinarta peter peter eddy lianny lianny
25 Bank Mega Tbk. MEGA sinarta sinarta sinarta elisabet elisabet elisabet 26 Bank OCBC NISP Tbk. NISP m jusuf m. Jusuf m. Jusuf lucy lucy m. Jusuf 27 Bank Pan Indonesia Tbk. PNBN bing bing bing basar basar basar
28 Bank Woori Saudara Indonesia 1906 Tbk. SDRA m. Irfan m. Jusuf m. Jusuf m. Jusuf fahmi fahmi
99
Tabel Hasil Penelitian Auditor Switching
No Daftar Bank Kode Hasil Penelitian Auditor switching
(1 ganti,0 tidak) 2014 2013 2012 2011
1 Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk. AGRO 1 1 1 1 2 Bank MNC Internasional BABP 1 1 1 1 3 Bank Ekonomi Raharja Tbk. BAEK 1 1 0 0 4 Bank Central Asia Tbk. BBCA 0 1 1 1 5 Bank Bukopin Tbk. BBKP 0 1 1 0 6 Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. BBNI 0 1 1 1 7 Bank Nusantara Parahyangan Tbk. BBNP 1 0 1 1 8 Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. BBRI 1 1 1 1 9 Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. BBTN 0 1 1 0 10 Bank Mutiara Tbk. BCIC 1 1 1 1 11 Bank Danamon Indonesia Tbk. BDMN 0 1 1 1 12 Bank Pundi Indonesia Tbk. BEKS 1 1 1 0 13 Bank QNB Indonesia Tbk. BKSW 1 1 1 1 14 Bank Mandiri (Persero) Tbk. BMRI 1 1 1 0 15 Bank Bumi Arta Tbk. BNBA 1 1 1 1 16 Bank CIMB Niaga Tbk. BNGA 0 1 1 0 17 Bank Internasional Indonesia Tbk. BNII 0 1 1 0 18 Bank Permata Tbk. BNLI 1 0 1 1 19 Bank of India Indonesia Tbk. BSWD 1 0 1 1 20 Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk. BTPN 1 1 1 0
100
21 Bank Victoria International Tbk. BVIC 1 0 1 1 22 Bank Artha Graha Internasional Tbk. INPC 1 0 0 1 23 Bank Mayapada Internasional Tbk. MAYA 1 0 1 1 24 Bank Windu Kentjana International Tbk. MCOR 1 1 1 1 25 Bank Mega Tbk. MEGA 0 1 1 0 26 Bank OCBC NISP Tbk. NISP 0 1 1 1 27 Bank Pan Indonesia Tbk. PNBN 0 1 1 0 28 Bank Woori Saudara Indonesia 1906 Tbk. SDRA 1 0 1 1
101
Tabel Hasil Penelitian Variabel Financial Distress
No Daftar Bank Kode NPL 1 tidak sehat= >5%. 0 sehat= <5% (kredit bermasalah/total kredit)
2014
2013
2012
2011
1 Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk. AGRO 2,02% 0 2,27% 0 3,68% 0 3,55% 0
2 Bank MNC Internasional BABP 5,88% 1 4,88% 0 5,78% 1 6,25% 1 3 Bank Ekonomi Raharja Tbk. BAEK 0,34% 0 0,37% 0 2,11% 0 0.81% 0 4 Bank Central Asia Tbk. BBCA 0,60% 0 0,44% 0 0,38% 0 0,49% 0 5 Bank Bukopin Tbk. BBKP 2,77% 0 2,43% 0 2,23% 0 2,42% 0
6 Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. BBNI 1,96% 0 2,17% 0 2,81% 0 3.61% 0
7 Bank Nusantara Parahyangan Tbk. BBNP 1,86% 0 0,92% 0 0,97% 0 0,88% 0
8 Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. BBRI 1,69% 0 1,55% 0 1,78% 0 2,30% 0
9 Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. BBTN 4,01% 0 4,05% 0 4,22% 0 2,70% 0
10 Bank Mutiara Tbk. BCIC 12,24% 1 12,28% 1 3,90% 0 6,24% 1 11 Bank Danamon Indonesia Tbk. BDMN 2,47% 0 2,03% 0 2,62% 0 2,71 0 12 Bank Pundi Indonesia Tbk. BEKS 6,94% 1 6,75% 1 9,95% 1 9,12% 1 13 Bank QNB Indonesia Tbk. BKSW 0,31% 0 0,23% 0 0,73% 0 1,56% 0 14 Bank Mandiri (Persero) Tbk. BMRI 1,66% 0 1,60% 0 1,74% 0 2,18%, 0 15 Bank Bumi Arta Tbk. BNBA 0,25% 0 0,21% 0 0,63% 0 1,07% 0 16 Bank CIMB Niaga Tbk. BNGA 4,95% 0 3,34% 0 2,73% 0 3,68% 0 17 Bank Internasional Indonesia Tbk. BNII 2,23% 0 2,11% 0 1,70% 0 2,14% 0
102
18 Bank Permata Tbk. BNLI 1,70% 0 1,04% 0 1,37% 0 2,04% 0 19 Bank of India Indonesia Tbk. BSWD 1,78% 0 1,60% 0 1,40% 0 1,98% 0
20 Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk. BTPN 0.70% 0 0.67% 0 0,58% 0 0.72% 0
21 Bank Victoria International Tbk. BVIC 3,52% 0 0,70% 0 2,30% 0 2,38% 0
22 Bank Artha Graha Internasional Tbk. INPC 1,92% 0 1,76% 0 0,80% 0 1,85% 0
23 Bank Mayapada Internasional Tbk. MAYA 1,46% 0 1,04% 0 3,02% 0 2,51% 0
24 Bank Windu Kentjana International Tbk. MCOR 2,71% 0 1,69% 0 1,98% 0 2,18% 0
25 Bank Mega Tbk. MEGA 2,09% 0 2,17% 0 2,09% 0 0,98% 0 26 Bank OCBC NISP Tbk. NISP 1,34% 0 0,73% 0 0,91% 0 1,26% 0 27 Bank Pan Indonesia Tbk. PNBN 2,05% 0 2,13% 0 1,69% 0 3,56% 0
28 Bank Woori Saudara Indonesia 1906 Tbk. SDRA 2,51% 0 0,48% 0 1.99% 0 1,65% 0
103
Tabel Hasil Penelitian Variabel Opini Audit Going Concern
No Daftar Bank Kode Opini Audit Going Concern
2014 2013 2012 2011
1 Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk. AGRO 0 0 0 0 2 Bank MNC Internasional BABP 0 0 0 0 3 Bank Ekonomi Raharja Tbk. BAEK 0 0 0 0 4 Bank Central Asia Tbk. BBCA 0 0 0 0 5 Bank Bukopin Tbk. BBKP 0 0 0 0 6 Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. BBNI 0 0 0 0 7 Bank Nusantara Parahyangan Tbk. BBNP 0 0 0 0 8 Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. BBRI 0 0 0 0 9 Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. BBTN 0 0 0 0 10 Bank Mutiara Tbk. BCIC 1 1 1 1 11 Bank Danamon Indonesia Tbk. BDMN 0 0 0 0 12 Bank Pundi Indonesia Tbk. BEKS 0 0 0 0 13 Bank QNB Indonesia Tbk. BKSW 0 0 0 0 14 Bank Mandiri (Persero) Tbk. BMRI 0 0 0 0 15 Bank Bumi Arta Tbk. BNBA 0 0 0 0 16 Bank CIMB Niaga Tbk. BNGA 0 0 0 0 17 Bank Internasional Indonesia Tbk. BNII 0 0 0 0 18 Bank Permata Tbk. BNLI 0 0 1 1 19 Bank of India Indonesia Tbk. BSWD 0 0 0 0 20 Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk. BTPN 0 0 0 0
104
21 Bank Victoria International Tbk. BVIC 0 0 0 0 22 Bank Artha Graha Internasional Tbk. INPC 0 0 0 0 23 Bank Mayapada Internasional Tbk. MAYA 0 0 0 0 24 Bank Windu Kentjana International Tbk. MCOR 0 0 0 0 25 Bank Mega Tbk. MEGA 0 0 0 0 26 Bank OCBC NISP Tbk. NISP 0 0 0 0 27 Bank Pan Indonesia Tbk. PNBN 0 0 0 0 28 Bank Woori Saudara Indonesia 1906 Tbk. SDRA 1 0 0 0
Tabel Hasil Penelitian Variabel Kepemilikan Publik
No Daftar Bank Kode Kepemilkan Publik (Masyarakat)
2014 2013 2012 2011
1 Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk. AGRO 5,550% 5,550% 6,220% 6,220% 2 Bank MNC Internasional BABP 54,740% 24,640% 13,230% 13,230% 3 Bank Ekonomi Raharja Tbk. BAEK 0,060% 0,060% 0,060% 0,060% 4 Bank Central Asia Tbk. BBCA 52,850% 50,830% 50,300% 50,280% 5 Bank Bukopin Tbk. BBKP 40,340% 39,550% 39,310% 38,940% 6 Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. BBNI 2,010% 2,200% 2,190% 2,420% 7 Bank Nusantara Parahyangan Tbk. BBNP 14,650% 14,650% 9,490% 9,490% 8 Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. BBRI 43,250% 43,250% 43,250% 43,250% 9 Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. BBTN 38,920% 34,610% 38,550% 28,090% 10 Bank Mutiara Tbk. BCIC 0,004% 0,004% 0,004% 0,004%
105
11 Bank Danamon Indonesia Tbk. BDMN 25,660% 25,960% 25,980% 26,160% 12 Bank Pundi Indonesia Tbk. BEKS 8,100% 8,100% 8,070% 1,340% 13 Bank QNB Indonesia Tbk. BKSW 9,810% 10,290% 9,970% 8,580% 14 Bank Mandiri (Persero) Tbk. BMRI 40,000% 40,000% 40,000% 40,000% 15 Bank Bumi Arta Tbk. BNBA 9,100% 9,100% 9,100% 9,100% 16 Bank CIMB Niaga Tbk. BNGA 2,190% 2,190% 2,190% 2,190% 17 Bank Internasional Indonesia Tbk. BNII 2,710% 2,710% 2,710% 2,710% 18 Bank Permata Tbk. BNLI 10,880% 10,880% 10,880% 10,970% 19 Bank of India Indonesia Tbk. BSWD 5,000% 5,270% 5,270% 5,270%
20 Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk. BTPN 32,320% 32,890% 41,280% 39,460%
21 Bank Victoria International Tbk. BVIC 31,140% 33,520% 33,270% 32,560% 22 Bank Artha Graha Internasional Tbk. INPC 48,830% 48,830% 47,380% 33,270% 23 Bank Mayapada Internasional Tbk. MAYA 14,170% 14,510% 19,490% 7,980%
24 Bank Windu Kentjana International Tbk. MCOR 13,580% 13,570% 12,440% 12,140%
25 Bank Mega Tbk. MEGA 42,180% 42,180% 42,180% 42,180% 26 Bank OCBC NISP Tbk. NISP 14,940% 14,940% 14,940% 14,940% 27 Bank Pan Indonesia Tbk. PNBN 15,140% 15,140% 15,240% 15,720%
28 Bank Woori Saudara Indonesia 1906 Tbk. SDRA 7,230% 35,530% 35,510% 35,300%
106
Tabel Hasil Penelitian Variabel Ukuran Perusahaan dan Profitabilitas
No Daftar Bank Kode
Ukuran Perusahaan Profitabilitas
Total Asset ROA
(Laba Tahun Berjalan/Total Asset) 2014 2013 2012 2011 2014 2013 2012 2011
1 Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk. AGRO 6,385 5,124 4,040 3,481 0,97% 1,02% 0,82% 0,94% 2 Bank MNC Internasional BABP 9,430 8,166 7,434 7,300 -0,58% -1,00% 0,01% -1,31% 3 Bank Ekonomi Raharja Tbk. BAEK 29,727 28,750 25,365 22,435 0,22% 0,84% 0,76% 0,87% 4 Bank Central Asia Tbk. BBCA 552,424 496,305 442,994 381,908 2,99% 2,87% 2,65% 2,83% 5 Bank Bukopin Tbk. BBKP 79,051 69,458 65,690 57,183 0,92% 1,35% 1,28% 1,30% 6 Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. BBNI 416,574 386,655 333,304 299,058 2,60% 2,34% 2,11% 1,94% 7 Bank Nusantara Parahyangan Tbk. BBNP 9,469 9,986 8,212 6,573 1,02% 1,05% 1,04% 1,04% 8 Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. BBRI 801,955 626,183 551,337 469,899 3,02% 3,41% 3,39% 3,21% 9 Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. BBTN 144,576 131,170 111,749 89,121 0,77% 1,19% 1,22% 1,26% 10 Bank Mutiara Tbk. BCIC 12,682 14,576 15,240 13,127 -5,22% -7,79% 0.96% 1,98% 11 Bank Danamon Indonesia Tbk. BDMN 195,709 184,237 155,791 141,934 1,37% 2,26% 2,64% 2,43% 12 Bank Pundi Indonesia Tbk. BEKS 9,044 9,003 7,683 5,993 -1,32% 1,07% 0,61% -2,46% 13 Bank QNB Indonesia Tbk. BKSW 20,839 11,048 4,645 3,594 0,58% 0,03% -0,64% 0,14% 14 Bank Mandiri (Persero) Tbk. BMRI 855,040 733,100 635,619 551,892 2,42% 2,57% 2,52% 2,30% 15 Bank Bumi Arta Tbk. BNBA 5,155 4,046 3,484 2,963 1,01% 1,39% 1,64% 1,44% 16 Bank CIMB Niaga Tbk. BNGA 233,162 218,866 197,412 166,801 1,01% 1,96% 2,15% 1,90% 17 Bank Internasional Indonesia Tbk. BNII 143,318 140,547 115,773 94,919 0,50% 1,12% 1,05% 0,71% 18 Bank Permata Tbk. BNLI 185,350 165,834 131,799 101,324 0,86% 1,04% 1,04% 1,14%
107
19 Bank of India Indonesia Tbk. BSWD 5,199 3,601 2,541 2,080 2,04% 2,26% 2,16% 2,33% 20 Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk. BTPN 75,015 69,665 59,090 46,651 2,49% 3,06% 3,35% 3,00% 21 Bank Victoria International Tbk. BVIC 19,153 19,171 14,353 11,803 0,49% 1,37% 1,43% 1,59% 22 Bank Artha Graha Internasional Tbk. INPC 23,453 21,189 20,559 19,185 0,47% 1,07% 0,31% 0,52% 23 Bank Mayapada Internasional Tbk. MAYA 36,174 24,016 17,167 12,951 1,20% 1,60% 1,53% 1,32% 24 Bank Windu Kentjana International Tbk. MCOR 9,770 7,917 6,495 6,453 0,54% 0,99% 1,45% 0,56% 25 Bank Mega Tbk. MEGA 66,648 66,476 65,219 61,909 0,90% 0,79% 2,11% 1,73% 26 Bank OCBC NISP Tbk. NISP 103,123 97,525 79,142 59,834 1,29% 1,17% 1,16% 1,26% 27 Bank Pan Indonesia Tbk. PNBN 172,582 164,056 148,793 124,754 1,50% 1,50% 1,53% 1,82% 28 Bank Woori Saudara Indonesia 1906 Tbk. SDRA 16,433 8,231 7,621 5,086 0,84% 1,50% 1,56% 1,77%
108
LAMPIRAN : OUTPUT SPSS
Logistic Regression [DataSet1] C:\Users\ADMIN\Documents\data 5 variabel X (ada kp).sav
Case Processing Summary Unweighted Casesa N Percent Selected Cases Included in
Analysis 112 100,0
Missing Cases 0 ,0 Total 112 100,0
Unselected Cases 0 ,0 Total 112 100,0 a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.
Dependent Variable Encoding
Original Value Internal Value
tidak melakukan auditor switching
0
109
melakukan auditor switching
1
Categorical Variables Codings
Frequency
Parameter coding
(1) ogc tidak mendapat opini
going concern 105 ,000
mendapat opini going concern
7 1,000
fd sehat 102 ,000 tidak sehat 10 1,000
Block 0: Beginning Block
Iteration Historya,b,c
Iteration -2 Log
likelihood
Coefficients
Constant Step 0 1 128,279 ,964
2 128,113 1,050
110
3 128,113 1,052 4 128,113 1,052
a. Constant is included in the model. b. Initial -2 Log Likelihood: 128,113 c. Estimation terminated at iteration number 4 because parameter estimates changed by less than ,001.
Classification Tablea,b
Observed
Predicted as
Percentage Correct
tidak melakukan
auditor switching
melakukan auditor
switching Step 0 as tidak melakukan
auditor switching 0 29 ,0
melakukan auditor switching
0 83 100,0
Overall Percentage 74,1 a. Constant is included in the model. b. The cut value is ,500
111
Variables in the Equation B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Step 0 Constant 1,052 ,216 23,764 1 ,000 2,862
Variables not in the Equation Score df Sig. Step 0 Variables kp ,811 1 ,368
fd(1) 1,445 1 ,229 ogc(1) 2,609 1 ,106 proft ,093 1 ,761 ln_ukper 2,964 1 ,085
Overall Statistics 7,681 5 ,175
Block 1: Method = Enter
Iteration Historya,b,c,d
Iteration -2 Log
likelihood Coefficients
Constant kp fd(1) ogc(1) proft ln_ukper
112
Step 1 1 120,611 1,342 -,157 ,726 1,297 24,281 -,214 2 117,406 1,560 -,442 1,453 2,893 48,420 -,325 3 116,450 1,620 -,607 1,675 4,725 63,639 -,381 4 116,190 1,643 -,665 1,688 6,218 69,478 -,403 5 116,115 1,646 -,672 1,693 7,306 70,215 -,405 6 116,089 1,646 -,672 1,693 8,323 70,248 -,405 7 116,079 1,646 -,672 1,693 9,328 70,250 -,405 8 116,076 1,646 -,672 1,693 10,330 70,250 -,405 9 116,075 1,646 -,672 1,693 11,330 70,250 -,405 10 116,074 1,646 -,672 1,693 12,331 70,250 -,405 11 116,074 1,646 -,672 1,693 13,331 70,250 -,405 12 116,074 1,646 -,672 1,693 14,331 70,250 -,405 13 116,074 1,646 -,672 1,693 15,331 70,250 -,405 14 116,074 1,646 -,672 1,693 16,331 70,250 -,405 15 116,074 1,646 -,672 1,693 17,331 70,250 -,405 16 116,074 1,646 -,672 1,693 18,331 70,250 -,405 17 116,074 1,646 -,672 1,693 19,331 70,250 -,405 18 116,074 1,646 -,672 1,693 20,331 70,250 -,405 19 116,074 1,646 -,672 1,693 21,331 70,250 -,405 20 116,074 1,646 -,672 1,693 22,331 70,250 -,405
a. Method: Enter b. Constant is included in the model.
113
c. Initial -2 Log Likelihood: 128,113 d. Estimation terminated at iteration number 20 because maximum iterations has been reached. Final solution cannot be found.
Omnibus Tests of Model Coefficients Chi-square df Sig. Step 1 Step 12,039 5 ,034
Block 12,039 5 ,034 Model 12,039 5 ,034
Model Summary
Step -2 Log
likelihood Cox & Snell
R Square Nagelkerke R Square
1 116,074a ,102 ,150 a. Estimation terminated at iteration number 20 because maximum iterations has been reached. Final solution cannot be found.
Hosmer and Lemeshow Test Step Chi-square df Sig.
114
1 14,294 8 ,074
Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test
as = tidak melakukan auditor switching
as = melakukan auditor switching
Total Observed Expected Observed Expected Step 1 1 7 5,117 4 5,883 11
2 4 4,415 7 6,585 11 3 2 3,991 9 7,009 11 4 1 3,578 10 7,422 11 5 7 3,250 4 7,750 11 6 2 2,792 9 8,208 11 7 3 2,272 8 8,728 11 8 1 1,903 10 9,097 11 9 1 1,336 10 9,664 11 10 1 ,346 12 12,654 13
115
Classification Tablea
Observed
Predicted as
Percentage Correct
tidak melakukan
auditor switching
melakukan auditor
switching Step 1 as tidak melakukan
auditor switching 2 27 6,9
melakukan auditor switching
1 82 98,8
Overall Percentage 75,0 a. The cut value is ,500
116
Variables in the Equation
B S.E. Wald Df Sig. Exp(B) 95% C.I.for EXP(B) Lower Upper
Step 1a kp -,672 1,465 ,211 1 ,646 ,510 ,029 9,013 fd(1) 1,693 1,325 1,631 1 ,202 5,434 ,405 72,998 ogc(1)
22,331 12672,625 ,000 1 ,999 4990639146,3
31 ,000 .
proft
70,250 33,210 4,475 1 ,034
3230821938093388400000000000000,00
0
174,100 5,996E+58
ln_ukper -,405 ,189 4,591 1 ,032 ,667 ,460 ,966 Constant 1,646 ,671 6,015 1 ,014 5,186
a. Variable(s) entered on step 1: kp, fd, ogc, proft, ln_ukper.
117
Correlation Matrix
Constant kp fd(1) ogc(1) proft ln_ukper Step 1 Constant 1,000 -,217 -,242 ,000 ,071 -,711
kp -,217 1,000 -,106 ,000 -,244 -,091 fd(1) -,242 -,106 1,000 ,000 ,457 -,078 ogc(1) ,000 ,000 ,000 1,000 ,000 ,000 proft ,071 -,244 ,457 ,000 1,000 -,569 ln_ukper -,711 -,091 -,078 ,000 -,569 1,000
118
Step number: 1 Observed Groups and Predicted Probabilities 8 + + I I I m mI F I m mI R 6 + m m m+ E I m m mI Q I m m mt m m m mI U I m m mt m m m mI E 4 + m m m mt m m mm m+ N I m m m mt m m mm mI C I m t mmmm m mt m m mm mm m mI Y I m t mmmm m mt m m mm mm m mI 2 + m tmt mm mmmm m mtmmt mmm mmmmmm m mm m m m+ I m tmt mm mmmm m mtmmt mmm mmmmmm m mm m m mI I tt mt tttmmtmtttt mmtttmt mtm ttmmtm mtmmmm tmm mI I tt mt tttmmtmtttt mmtttmt mtm ttmmtm mtmmmm tmm mI Predicted ---------+---------+---------+---------+---------+---------+---------+---------+---------+---------- Prob: 0 ,1 ,2 ,3 ,4 ,5 ,6 ,7 ,8 ,9 1 Group: ttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm Predicted Probability is of Membership for melakukan auditor switching The Cut Value is ,50 Symbols: t - tidak melakukan auditor switching m - melakukan auditor switching Each Symbol Represents ,5 Cases.