ETOS KERJA MASYARAKAT PESISIR DI DESA SIMPANG...
Transcript of ETOS KERJA MASYARAKAT PESISIR DI DESA SIMPANG...
ETOS KERJA MASYARAKAT PESISIR DI DESA SIMPANG
TIGA JAYA KECAMATAN TULUNG SELAPAN
KABUPATEN OGAN KOMRING ILIR PROVINSI
SUMATERA SELATAN
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperole hgelar
Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I)
Oleh:
RODI HANEDI
NIM: 108054000010
JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H/2014 M
i
ABSTRAK
NAMA: RODY HANEDY
NIM: 108054000010
JUDUL: Etos Kerja Masyarakat Pesisir DI Desa Simpang Tiga Jaya Kecamatan
Tulung Selapan Kabupatyen Ogan Komring Ilir Provinsi Sumatra Selatan.
Sebagai Negara maritime Indonesia memiliki garis pantai terpanjang di
dunia. Kawasan inilah yang disebut kawasan pesisir yang memiliki potensi dan
sumber daya alam yang berlimpah. Walaupun wilayah pesisir dihuni oleh banyak
orang yang gagal memanfaatkannya. Maka wilayah pesisir sering dikatakan
sebagai kantung-kantung kemiskinan yang strurtural dan potensial.khususnya di
desa simpang tiga jaya terjadinya kesenjangan perekonomian, sebagaimana yang
kita ketahui bahwasanya potensi kelautan Indonesia sangat beragam dan
melimpah. Namun mengapa justru para penduduk pantai khususnya petani dan
nelayan tradisioanal justru terlilit masalah kemiskinan.
Mayoritas masyarakat kita adalah islam, dan dalam konteks ini peran
agama menjadi sangat penting, terutama dalam kaitannya membentuk Etos Kerja
produktif dan mandiri. Penelitian ini dilakukan di Pesisir pantai Desa Simpang
Tija Jaya. Kabupaten Ogan Komring Ilir Sumatra Selatan. Dan perumusan
masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana Etos Kerja Masyarakar pesisir di
desa simpang tiga jaya ? serta bagaimana keterkaitan Etos Kerja yang sudah
dimiliki masyarakat pesisir pantai simpang tiga jaya dengan peningkatan
kesejahteraan mereka.
Penelitian ini menggunakan paradigm kuantitatif. Jenis penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah survai, adapun desain yang digunakan
dalam penelitian adalah metode deskriftif analitis. Yang menjadi populasi dalam
penelitian ini adalah penduduk sekitar pesisir desa simpang tiga jaya. Adapun
semple dilakukan dengan cara mengundi unit-unit populasi, sehinngga didapat
hasil hitungan bahwa semple yang diambil 100 responden. Hasil dari pengolahan
data menggambarkan bahwa etoas kerja masyarakat pesisir di desa simpang tiga
jaya dengan upaya peningkatan kesejahteraan sosial memiliki hubungan
signifikan.
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmaanirahiim
Alhamdulillahllahirabbilalamiin atas berkat rahmat Allah SWT, Tuhan
semesta alam yang selalu memberikan limpahan karunia kepada hambanya.
Skripsi yang berjudul “”Etos Kerja Masyarakat Pesisir di Desa Simpang Tiga
Jaya, Kecamatan Tulung Selapan, Kabupaten Ogan Komring Ilir Provinsi
Sumatera selatan” ini telah berhasil penulis rakumangkan. Guna mendapatkan
gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I) pada Fakultas Dakwah dan Komunikasi,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Shalawat serta salam tak lupa selalu penulis curahkan kepada baginda
Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan umat yang selalu setia
pada syafaatnya hingga akhir zaman. Terima kasih penulis hanturkan kepada
semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan skripsi ini. Atas bantuan
baik itu berupa dukungan, tenaga maupun waktu dan materi. Tiada kata-kata yang
bisa mengugkapkan rasa terima kasih penulis selain ’Jazakumullah Khairaa
Katsira” semoga kebaikan dari semua pihak dibalas Allah dengan berlipat ganda.
Adapun pihak-pihak yang berjasa penulis mengucapkan rasa terima kasih yang
mendalam kepada :
1. Bapak Dr. Arif subhan M.A. selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasih UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Wati Nilamsari, M.Si. selaku KETUA jurusan Pengembangan Masyarakat
Islam.
3. Bapak M. Hudri, M.A. selaku Sekretaris Jurusan Pengembangan Masyarakat
Islam.
4. Ibu Nurul Hidayati, M.Pd. selaku dosen pembimbing yang telah bersedia
meluangkan waktunya untuk membimbing, memberi petunjuk dan nasehat
pada penulis dengan ikhlas yang penuh didih kasih demi keberhasilan penulis.
iii
5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Dakwah dan Komunikasi terutama
untuk jurusan Pengembangan Masyarakat Islam, yang telah memberikan
kotribusi, selama penulis menjadi mahasiswa.
6. Pimpinan dan karyawan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah dan
Perpustakaan Fakultas Dakwah dan Ilmul Komunikasi yang telah
menyediakan buku dan fasilitas Wifi untuk mendapatkan referensi dan
memperkaya skripsi ini.
7. Keluarga Tercinta, Ayahanda Muhammad Damiri Afendi dan Ibunda Jamila
beserta adik-adikku Rizal Afendi, Mardina, Rosaldi Bagus Santoso yang
selalu setia memberikan dukungan kepada penulis baik secara moril dan
materil, serta kasih sayang yang besar sehingga penuh dapat menyelesaikan
study ini dengan baik dan lancar.
8. Sahabat-sahabatku terimah kasih yang selalu meberikan dukungan baik suka
dan duka dan kebersamaan selama penulis menggarap skripsi ini.
9. Teman-teman seperjuangan mahasiswa (Pengembangan Masyarakat Islam)
angkatan 2008
Terima kasih dengan tulus untuk semuanya,penulis hanya bisa berdo’a
semoga amal baik dari semua pihak yang telah membantu penulis dalam
menyelesaikan study di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini dibalas oleh Allah
SWT.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna dan
bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca padaumumnya.
Jakarta, 30 September 2014
Penulis
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIBIMBING
ABSTRAK ........................................................................................................ i
KATA PENGANTAR. ...................................................................................... ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL. ............................................................................................ vii
DAFTAR LAMPIRAN. .....................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.
A. Latar Belakang. ............................................................................... 1
B. Batasan Masalah. .............................................................................. 6
C. Rumusan Masalah. ........................................................................... 7
D. Tujuan Penelitian. ............................................................................. 7
E. Manfaat Penelitian. .......................................................................... 8
F. Metodologi Penulisan ....................................................................... 8
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Etos Kerja .......................................................................................... 10
1. Pengertian Etos Kerja. ................................................................... 10
2. Terbentuknya Etos Kerja Islami. ................................................... 12
3. Indikasi-indikasi Orang Beretos Kerja Tinggi................................ 15
v
4. Faktor yang Mempengaruhi E.tos Kerja Tinggi ............................. 16
5. Karacteristik Etos Kerja dalam Islam. ........................................... 18
B. Masyarakat Pesisir ............................................................................. 21
1. Pengertian Masyarakat Pesisir ....................................................... 21
2. Karacteristik Masyaakat Pesisir ..................................................... 27
3. Sistim Kekerabatan Mayarakat Nelayan ......................................... 29
4. Strategi Pemberdayaan Masyarakat Nelayan. ................................ 32
5. Gaya Hidup Nelayan ..................................................................... 36
6. Strategi Pemberdayaan Nelayan. .................................................... 36
7. Perspektif Nelayan Terhadap Pendidikan Dini. .............................. 39
BAB III METODOLOGI PRNELITIAN.
A. Metodologi Penelitian. ..................................................................... 42
B. Lokasi dan Jadwal Penelitian. ........................................................... 43
C. Populasi dan Sampel......................................................................... 43
D. Variabel.. .......................................................................................... 44
E. Tekhnik Pengumpulan Data. .............................................................. 44
1. Observasi.. .................................................................................. 45
2. Dokumentasi............................................................................... 46
3. Wawancara. ................................................................................ 46
4. Angket. ....................................................................................... 47
F. Teknik Analisis Data ..................................................................... .... 52
vi
BAB IV HASIL DAN KESIMPULAN
A. Gambaran Umum Desa Simpang Tiga Jaya. .................................... 54
B. Deskriptip Data Responden Penelitian. ............................................ 57
C. Deskripsi Data. ................................................................................ 58
D. Hasil Penelitian. .............................................................................. 59
BAB V KESIMPULAN dan SARAN
A. Kesimpulan. ...................................................................................... 76
B. Saran . ............................................................................................... 77
DAFTAR PUSTAKA. ...................................................................................... 78
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sebagai Negara maritim, Indonesia memiliki pantai terpanjang di dunia,
dengan garis pantai sepanjang 81.000 km, dari 67.439 desa di Indonesia kurang
lebih 9.261 desa dikatagorikan sebagai desa pesisir. Yang sebagian besar
penduduknya miskin.1
Sebagai daerah peralihan antara daratan dan lautan, kawasan pesisir
merupakan kawasan yang unik ditinjau dari karakteristiknya ekososio-sistemnya,
yakni: (a) kawasan pesisir merupakan multiple-use zona yang memiliki
keanekaragaman hayati yang tinggi, dan memiliki open access untuk semua yang
berkepentingan, (b) beberapa habitat di kawasan pesisir menpunyai atribut
ekologis” (spesies endemic, spesies langka dll) dan ”proses-proses ekologis”
(daerah pemijahan, daerah asuhan, alur migrasi biodata dll) yang menentukan
daya dukungan kawasan pesisir dalam menunjang pembangunan yang
berkelanjutan, dan (c) seluruh limbah dan sediment yang berasal dari daratan
(kawasan hulu) akan mengalir dan terakumulasi di kawasan pesisir.2
Jika ditinjau dari fungsinya, ekosistem pesisir memiliki empat fungsi utama
bagi kehidupan manusia, yaitu:
1) Sebagai penyedia jasa-jasa pendukung kehidupan.
Sebagai penyedia jasa-jasa kenyamanan
1Kusnadi, Konflik Sosial Nelayan, (Yogyakarta: LKIS, 2006),h-1
2 Budi Wahyu Setiawan, Interaksi Daratan dan Lautan, (Jakarta: LIPI, 2004),h-29
2
3 Sebagai penyedia sumber daya alam
4 Sebagai penerima atau penyerap limbah
Sebagai pendukung eksistensi kehidupan manusia. Wilayah pesisir
menyediakan jasa-jasa pendukung kehidupan seperti udara yang sangat segar, air
yang bersih dan juga ruang bagi barbagai kegiatan manusia.3
Bank dunia memper hitungkan bahwa 108,78 juta orang atau 49% dari total
penduduk Indonesia dalam kondisi miskin dan rentan menjadi miskin. Kalangan
tersebut hidup hanya kurang dari 2 dollar AS atau sekitar Rp. 19.000,– per hari.
Badan Pusat Statistik (BPS) dengan perhitungan yang agak berbeda dari Bank
dunia, mengumumkan angka kemiskinan di Indonesia “hanya” sebesar 34,96 juta
orang (15,42%). Angka tersebut diperoleh berdasarkan ukuran garis kemiskinan
ditetapkan sebesar 1,55 dollar AS. Namun, terlepas dari perbedaan angka-angka
tersebut, yang terpenting bagi kita adalah bukan memperdebatkan masalah
banyaknya jumlah orang miskin di Indonesia, tapi bagaimana menemukan solusi
untuk mengatasi masalah kemiskinan tersebut.
Dengan potensi yang demikian besar, kesejahteraan nelayan justru sangat
minim dan identik dengan kemiskinan. Sebagian besar (63,47%) penduduk miskin
di Indonesia berada di daerah pesisir dan pedesaan. Data statistik menunjukan
bahwa upah riil harian yang diterima seorang buruh tani (termasuk buruh nelayan)
hanya sebesar Rp. 30.449,- per hari. Jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan
upah nominal harian seorang buruh bangunan biasa (tukang bukan mandor) Rp.
48.301,- per hari. Hal ini perlu menjadi perhatian mengingat ada keterkaitan erat
antara kemiskinan dan pengelolaan wilayah pesisir.
3Ibid., h, 27
3
Tekanan terhadap sumber daya pesisir sering diperberat oleh tingginya
angka kemiskinan di wilayah tersebut. Kemiskinan sering pula memicu sebuah
lingkaran setan karena penduduk yang miskin sering menjadi sebab rusaknya
lingkungan pesisir, namun penduduk miskin pulalah yang akan menanggung
dampak dari kerusakan lingkungan. Dengan kondisi tersebut, tidak mengherankan
jika praktik perikanan yang merusak masih sering terjadi di wilayah pesisir.
Pendapatan mereka dari kegiatan pengeboman dan penangkapan ikan karang
dengan cyanide masih jauh lebih besar dari pendapatan mereka sebagai nelayan.
Dengan besarnya perbedaan pendapatan tersebut di atas, sulit untuk mengatasi
masalah kerusakan ekosistem pesisir tanpa memecahkan masalah kemiskinan
yang terjadi di wilayah pesisir itu sendiri.
Wilayah pesisir sebagai suatu wilayah peralihan antara daratan dan lautan
merupakan sumber daya pontensial di Indonesia. Wilayah ini merupakan kawasan
yang mempunyai karakteristik dan problem yang unik dan kompleks. Unik secara
ekonomi karena berkontribusi penting sebagi sarana pelabuhan dan bisnis
komersial lainnya, yang dapat menghasilkan banyak keuntungan financial. Karena
itu tidaklah mengherankan jika wilayah pesisir dihuni oleh oleh lebih dari
setengah penduduk dunia.4
Berdasarkan pada potensi wilayah tersebut, sumber daya kelautan akan
menjadi tumpuan harapan bangsa di masa depan. Di dalam wilayah laut dan
pesisir tersebut terkandung sejumlah potensi pembangunan yang besar dan
beragam, antara lain sumber daya bisa diperbaharui, sumber daya yang tidak bisa
4 Burhanudin Safari, dkk, Kewirausahaan Pemuda Bahari, (Jakarta: Deputi Bidang
Kewirausahaan Pemuda dan Industri Olahraga Republik Indonesia, 2006), h-13
4
diperbaharui, environmental service, dan lagi temuan benda-benda berharga asal
muatan kapal yang tenggelam dibawah permukaan laut yang memiliki nilai
ekonomi dan sejarah yang tinggi.5
Mereka yang menghuni wilayah pesisir disebut sebagai masyarakat pesisir.
Masyarakat pesisir diartikan sebagai kelompok orang yang bermukin di wilayah
pesisir, mempunyai mata pencaharian dari sumber daya alam dan jasa-jasa
lingkungan pesisir dan laut, misalnya nelayan, penbudidaya ikan atau udang,
pedagang, pengelola ikan, pemilik atau pekerja perusahaan perhubungan laut,
pemilik galangan kapal dan coastal dan engineering.6
Walaupun wilayah pesisir dihuni oleh banyak orang serta memiliki potensi
yang sangat besar, namun tidak sedikit orang gagal memanfaatkannya. Sebagai
contoh masyarakat pesisir nelayan kecil, umumnya masih sangat miskin dengan
tingkat pendapatan rendah, posisi tawar mereka sangat rendah dan permasalahan
hidup lainnya.7
Oleh karena banyak orang yang gagal memanfaatkan wilayah pesisir maka
wilayah pesisir sering dikatakan sebagai kantong-kantong kemiskinan struktural
yang pontesial. Pada dasarnya pengelolaan sosial dalam masyarakat nelayan dapat
ditinjau dari tiga sudut pandang. Pertama, dari segi penguasaan alat-alat produksi
atau peralatan tangkap, struktur masyarakat nelayan terbagi dalam katagori
nelayan pemilik (alat produksi) dan nelayan buruh. Dalam kegiatan produksi
nelayan buruh hanya menyumbangkan jasa tenaganya dan memperoleh hak-hak
5Moh. Ali Azis, Dakwah Pemberdayaan Masyarakat, (Yogyakarta: PT LKiS Pelangi
Aksara, 2005),h-133 6 Burhanudin Safari, dkk, h-14
7Ibid., h-14
5
yang sangat terbatas. Kedua, ditinjau dari tingkat skala investasi modal usahanya,
struktur masyarakat nelayan terbagi dalam katagori nelayan besar dan nelayan
kecil. Disebut nelayan besar karena jumlah modal yang diinvestasikan dalam
usaha perikanan relatif banyak, sedangkan pada nelayan kecil justru sebaliknya.
Ketiga dipandang dari tingkat teknologi peralatan tangkap yang digunakan,
masyarakat nalayan modern reltif kecil dibandingkan nelayan tradisional.8
Dalam masa-masa sepi penghasilan, biasanya para istri dan anak-anak
nelayan, harus berjuang keras ikut mencari nafkah dengan melakukan segala
pekerjaan yang mendatangkan penghasilan. Demikan juga ketika sedang tidak
melaut, nelayan buruh dapat berkerja apa saja di daratan untuk memperoleh
penghasilan sehingga kelangsungan hidup rumah tangganya dapat dijamin. Seperti
bekerja di tambak udang atau ikan, itu salah satu artenatif jalan keluar jika
datangnya musin para pelaut anjelok. Akan tetapi, sejauh mana peluang-peluang
kerja tersebut bisa di peroleh anggota-anggota rumah tangga nelayan buruh sangat
ditentukan juga oleh karakteristik struktur sumber ekonomi desa setempat.9
Oleh sebab itu keadaan seperti ini akan mengakibatkan keadaan mereka
manjadi terpuruk. Sebagi mana yang dikatakan oleh Yusuf Solichien
Martadiningrat ketua Umum DPP Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI)
di Medan, Sumatera Utara, belum lama ini, data yang ia miliki menyatakan bahwa
sedikitnya 14,58 juta atau sekitar 92% dari 16,2 juta nelayan di Indonesia hidup di
bawah garis kemiskinan.10
8 Kusnadi, Komflik Sosial Nelayan, (Yogyakarta : LKIS, 2006), h-9
9Ibid., h-7
10 http://www.menkokesra.go.id/content/view/9794/39/
6
Begitu pula dengan yang terjadi pada masyarakat pantai pesisir di desa
simpang tiga jaya yang mayoritas di desa ini adalah nelayan, setelah peneliti
mengamati adanya kesenjangan sosial yang terjadi pada masyarakat tersebut.
Maka dari itu penulis ingin mengetahui lebih dalam faktor yang menjadikan desa
ini mengalami kesenjangan sosial khususnya dalam hal kesejahteraan dalam
bidang ekonomi sehari-hari.
Atas dasar hal-hal yang telah dibahas maka sepertinya menjadi penting bagi
kita untuk mengetahui atau mempelajari sudahkah etos kerja diterapkan oleh
masyarakat dalam meningkatkan taraf kesejahteraannya, yang khususnya dalam
hal ini adalah masyarakat pantai pesisir di desa Simpang Tiga Jaya.
Hal inilah yang mendorong penulis untuk meneliti lebih jauh bagaimana
etos kerja yang diterapkan oleh masyarakat pesisir desa Simpang Tiga Jaya serta
bagaimana kaitannya dengan peningkatan taraf kesejahteraannya. Untuk penulis
memilih judul ”Etos Kerja Masyarakat Pesisir di Desa Simpang Tiga Jaya,
Kecamatan Tulung Selapan, Kabupaten Ogan Komring Ilir Provinsi
Sumatera selatan”.
B. Batasan Masalah
Agar masalah penelitian ini tidak terlalu luas maka peneliti memberikan
batasan masalah:
Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Etos kerja yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kebiasaan kerja
atau cara kerja yang dilakukan oleh masyarakat pesisir di desa simpang
tiga jaya.
7
2. Kesejahteraan ekonomi yaitu terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan yang
mendasar pada setiap masyarakat yang tinggal di desa simpang tiga
jaya. Kebutuhan-kebutuhan yang dapat menunjang kehidupan
masyarakat menjadi lebih mudah seperti pendidikan dan lembaga
swadaya masyarakat yang turut menunjang dan andil untuk mencapai
kesejahteraan suatu daerah.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada permasalahan yang dijelaskan, maka rumusan masalah
pada penelitian ini yaitu:
1. Bagaimana etos kerja masyarakat Desa Simpang Tiga Jaya?
2. Apakah etos kerja yang dimiliki masyarakat Desa Simpang Tiga Jaya
dapat memperbaiki kesenjangan sosial yang terjadi di desa tersebut?
3. Apa faktor penyebab yang mempengaruhi etos kerja masyarakat Desa
Simpang Tiga Jaya?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui etos kerja yang dimiliki masyarakat desa simpang
tiga jaya.
2. Untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana etos kerja yang dimiliki
oleh masyarakat Desa Simpang Tiga Jaya.
3. Untuk mengetahui apa saja faktor yang mempengaruhi etos kerja
masyarakat Desa Simpang Tiga Jaya
8
E. Manfaat Penelitian
1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan bahan masukan bagi universitas
yang membidangin ilmu sosial, khususnya jurusan pengembang masyarakat,
dalam rangka menciptakan program pendidikan, kurikulum, serta network
untuk pendidikan.
2. Penelitian ini agar diharapkan dapat memberikan sumbangan keilmuan dan
pengaruh, baik bagi para pembacanya maupun bagi para praktisi
pengembangan masyarakat, khususnya yang membidangi ilmu sosial.
3. Penelitian ini ddiharapkan dalap memberikan informasi dan bahan masukan
bagi lembaga-lembaga khususnya yang berada di desa simpang jaya agar
lebih meningkatkan lagi sumber daya masyarakat untuk tercapainya
perekonomian yang lebih baik.
F. Metodologi Penelitian
Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif analisis yaitu menganalisa data yang diperoleh dari hasil penelitian
berupa data dan informasi yang berkaitan dengan tema yang diteliti.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui etos kerja yang dimiliki
masyarakat Desa Simpang Tiga Jaya. Maka untuk mengetahui lebih dalam etos
kerja yang dimiliki masyarakat Desa Simpang Tiga Jaya peneliti mempersiapkan
angket yang akan disebarkan kepada sampel yang telah dipilih secara random atau
acak dari banyaknya populasi yang ada di Desa Simpang Tiga Jaya. Adapun
jumlah sampel yang diambil 10-15% dari jumlah populasi. Dengan cara
9
pengamatan dan menggunakan data dokumentasi, wawancara kepada beberapa
pihak yang terpilih untuk memperkuat analisa peneliti dan upaya melengkapi
data-data akurat yang terkait dengan penelitian ini.
10
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Etos Kerja
1. Pengertian Etos kerja
1.1. Pengertian Etos
Etos bersal dari bahasa yunani (ethos) yang memberikan arti sikap,
kepribadian, watak, karakter, serta keyakinan atas sesuatu.Etos dibentuk oleh
berbagai kebiasaan, pengaruh budaya, serta system nilai yang diyakini.11
Menurut Nurcholis Madjid, etos berasal dari bahasa yunani (ethos), artinya
watak atau karakter. Secara etos adalah karakter dan sikap, kebiasaan serta
kepercayaan dan seterusnya yang bersifat khusus tentang seorang individu atau
sekelompok manusia.12
Sedangkan menurut Geertz, etos suatu bangsa adalah sifat, watak, kualitas
kehidupan mereka, moral, gaya, estetis, dan suasana-suasana hati mereka. Etos
adalah sikap mendasar terhadap dari mereka dan terhadap dunia mereka yang
direfleksikan dalam kehidupan.13
Berdasarkan defenisi etos diatas maka peneliti mendefinisikan etos sebagai
sikap atau pola prilaku seseorang terhadap sesuatu.
11 K. H. Toto Tasmara, Membudayakan Etos Kerji, (Jakarta: Gema Insani, 2002), h. 15
12 Ibid., h.26
13 Kusnadi, JaminaSosial Nelayan, (Yogyakarta: PT LKiS Pelangi Aksara,2007), h.102
10
11
Teori Weber tertarik untuk membahas masalah manusia yang dibentuk oleh
budaya di sekitarnya, khususnya agama. Weber tertarik untuk mengkaji pengaruh
agama, pada saat itu adalah protestanisme yang mempengaruhi munculnya
kapitalisme modern di Eropa. Pertanyaan yang diajukan oleh Weber adalah
mengapa beberapa negara di Eropa dan Eropa mengalami kemajuan yang pesat di
bawah system kapitalisme. Setelah itu, Weber melakukan analisis dan mencapai
kesimpulan bahwa salah satu penyebabnya adalah Etika Protestan.
Kepercayaan atau etika protestan menyatakan bahwa hal yang menentukan
apakah mereka masuk surge atau masuki neraka adalah keberhasilan kerjanya
selama di dunia. Apabila dia melakukan karya yang bermanfaat luas maka dapat
dipastikan bahwa dia akan mendapatkan surga setelah mati. Semangat inilah yang
membuat orang protestan melakukan kerja dengan sepenuh hati dan etos kerja
yang tinggi. Dengan demikian, seluruh pekerjaan yang dilakukan akan serta-merta
menghasilkan surga dan agregat semangat individual inilah yang memunculkan
kapitalisme di Eropa dan Amerika.
Hasil penelitian Weber ini merupakan penelitian pertama yang
menghubungkan antara agama dan pertumbuhan ekonomi. Dan jika diperluas,
maka agama bisa menjadi sebuah kebudayaan dan hal ini kemudian merangsang
penelitian mengenai bagaimana hubungan antara kebudayaan dan pertumbuhan
ekonomi. Selanjutnya, istilah Etika Protestan ini menginspirasi Robert Bellah
yang menulis tentang agma Tokugawa yang ada di Jepang dan pengaruhnya
terhadap pertumbuhan ekonomi di Jepang, hal itu bisa dilihat bagaimana tingginya
pertumbuhan ekonomi di Jepang. Hal ini tentu saja relevan jika diterapkan
12
diIndonesia, bahwa semangat agama di Indonesia dapat mendukung, mendorong
pertumbuhan ekonomi di Indonesia.14
1.2. Pengertian Kerja
Ada pun kerja dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBB) kegiatan
melakukan sesuatu yang dilakukan (diperbuat) yang dilakukan untuk mencari
nafkah atau mata pencaharian.15
Dalam buku Membudayakan Etos Kerja Islami, makna bekerja bagi seorang
muslim adalah suatu upaya yang sungguh-sungguh, dengan mengerahkan seluruh
aset, pikir, dan zikirnya untuk mengaktualisasikan atau menampakan arti dirinya
sebagai hamba Allah yang harus menundukkan dunia dan menempatkan dirinya
sebagai bagian dari masyarakat yang terbaik atau dengan kata lain dapat juga kita
katakana bahwa hanya dengan bekerja manusia itu memanusiakan dirinya.16
Berdasarkan definisi kerja diatas, maka peneliti mendefinisikan kerja
sebagai suatu kegiatan yang dilakukan dengan mengarahkan tenaga, pikiran, dan
kemampuannya untuk mencapai suatu tujuan.
1.3. Pengertian Etos Kerja
Etos kerja, menurut Mochtar Buchori dapat diartikan sebagai sikap dan
pandangan terhadapat kerja, kebiasaan kerja, ciri-ciri atau sifat-sifat mengenai
cara kerja yang dimiliki seseorang, suatu kelompok manusia atau suatu bangsa.
Sedangkan dalam buku Dakwah Penberdayaan Masyarakat, etos kerja pada
hakikatnya dibentuk dan dipengaruhi oleh sistem nilai-nilai yang dianut oleh
14
http://febasfi.blogspot.com/2013/05/teori-modernisasi-max-weber-etika. 15
Hoetomo, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Surabaya: Mitra Pelajar, 2005), h.266 16
K. H. Toto Tasmara, Membudayakan Etos Kerja Islam, Jakarta : Gema Insan,2002. ,h.25
13
seseorang dalam bekerja kemudian membentuk semangat yang membedakanya,
antara yang satu dan yang lain.17
Dengan demikian etos kerja Islam merupakan refleksi pribadi seorang
khalifah yang berkerja dengan bertumpu pada kemampuan konseptual yang
dimilikinya, bersifat kreatif dan inovatif.18
2. Terbentuknya Etos Kerja Islami
Manusia bukan entitas homogeny, melainkan suatu realitas heterogen yang
tidak jarang merupakan carut-marut yang tak teratur. Menurut Hanna Djumhana
Bastaman (seorang psikolog yang serius mengkaji keterkaitan psikologi dengan
Islam) ciri manusia antara lain: ia merupakan kesatuan dari empat dimensi, yakni:
fisik-biologis, mental-psikis, sosio-kultural, dan spiritual. Sehingga untuk
memahami tingkah laku seseorang perlu dipertimbangkan perasaan, keinginan,
harapan dan aspirasinya.
Sehingga penelitian dan pembahasan cara terbentuknya etos kerja manusia
tidak boleh mengabaikan kenyataan-kenyataan seperti yang diungakap di atas.
Salah satu karakteristik yang melekat pada etos kerja manusia, ia merupakan
pancaran dari sikap hidup mendasar pemiliknya terhadap kerja. Dikarenakan latar
belakang keyakinan dan motivasi berlainan, maka cara terbentuknya etos kerja
yang tidak bersangkut paut agama (non agama) dengan sendirinya mengandung
perbedaan dengan cara terbentuknya etos kerja yang berbasis ajaran agama, dalam
hal ini etos kerja islami. Tentang bagaimana etos kerja dapat diaktualisasiakan
17
Moh. Ali Azis, Dakwah Pemberdayaan Masyarakat, (Yogyakarta: PT LKiS Pelangi
Aksara, 2005), h.35 18
Ibid., h.35
14
dalam kehidupan manusia yang bersifat dinamis, majemuk, berubah-ubah, dan
antara satu dengan lainya mempunyai latar belakang, kondisi sosial dan
lingkungan yang berbeda. Perubahan sosial ekonomi seseorang dalam hal ini juga
dapat mempengaruhi etos kerjanya. Disamping terpengaruh oleh faktor eksternal
yang amat beraneka ragam, meliputi faktor fisik, lingkungan, pendidikan dan
latihan, ekonomi dan imbalan, Ternyata etos kerja juga sangat dipengaruhi oleh
faktor internal bersifat psikis yang begitu dinamis dan bagian diantaranya
merupakan dorongan alamiah seperti basic need dengan berbagai habatannya.
Ringkasnya, etos kerja seseorang tidak teruntuk oleh hanya satu dua variabel.
Proses terbentuknya etos kerja (termasuk etos kerja Islami) seiring dengan
kompleksitas manusia yang besifat kodrati, melibatkan kondisi, prakondisi dan
faktor-faktor yang banyak: fisik bilogis, mental psikis, sosio-kultural dan mungkin
spiritual transcendental. Jadi, etos kerja bersifat kompleks serta dinamis.19
Kemajuan Islam tidak terlepas dari peran serta ilmuan Islam, termasuk para
ekonom muslim. Peran para ilmuwan muslim tersebut terinspirasi oleh pesan
wahyu Al-Quran untuk pendayagunaan akal. Inilah mutiara yang hilang dewasa
ini dan sebagai akibatnya Dunia Islam tertinggal dan kehilangan daya saing.
Motivasi keilmuwan lebih banyak diisi oleh keinginan memiliki materi sebanyak
mungkin (materialisme).
Materialisme mengajarkan bahwa kesejahteraan diukur dari pemilikan
barang-barang mewah. Semakin banyak barang mewah yang dimiliki maka
tingkat kesejahteraannya semakin tinggi pula, begitu pun sebaliknya logika
19
Ibid., h.30-31
15
masyarakat sekarang tentang kesejahteraan terkontruksi dengan pemikiran
materialisme. Dimana sangat tidak masuk akal dalam arti lain sangat susah untuk
diterima oleh akal jika mengatakan bahwa orang yang tinggal di gubuk sederhana
jauh lebih sejahtera dibanding dengan orang yang tinggal di apartemen mewah,
atau menganggap gila jika ada yang mengatakan bahwa orang yang hanya
memiliki sepeda butut jauh lebih sejahtera dibanding dengan orang yang memiliki
BMW limitted edition. Adanya perubahan struktur sosial masyarakat saat ini tidak
dapat dipisahkan dari sistem ekonomi yang dianut. Sistem ekonomi kapitalis yang
memuja materi sebagai indikator kesejahteraan (economisentris). Atas dasar
kalkulasi-kalkulasi ekonomi yang ada dalam benak dan pikiran yang kemudian
membangun relasi-relasi sosial ekonomi masyarakat. Inilah yang membentuk
penerimaan individu terhadap masyarakat. Orang akan lebih dihargai jika
memiliki ekonomi yang bagus.
Sisi-sisi buruk pembangunan ekonomi, secara sosial yang diakibatkan oleh
ketimpangan distribusi pendapatan, dimana golongan kaya semakin kaya dan
golongan miskin semakin memiriskan. Relasi-relasi sosial semakin menurun,
lebih menghargai individu yang memiliki atau bagus secara ekonomi dibanding
individu yang memiliki kualitas sosial dan moral yang bagus. Hal ini terbukti
ketika saat ini masyarakat ternyata lebih menghargai individu yang punya banyak
uang walau seorang koruptor dibanding orang alim atau baik hati tapi miskin.
Lebih dari itu perlu dijadikan catatan penting bahwa manusia adalah mahluk
biologis, sosial, intelektual, spiritual dan pencarian Tuhan. Ia berjiwa dinamis.
Oleh karena itu, manusia dalam kehidupanya termasuk dalam kehidupan kerjanya
16
sering mengalami kesukaran untuk membebaskan diri dari pengaruh faktor-faktor
tertentu, baik yang bersifat internal maupun eksternal.Yang bersifat internal
timbul dari faktor psikis misalnya dari dorongan kebutuhan, frustasi, suka atau
tidak suka, persepsi, emosi, kemalasan, dan sebagianya. Sedangkan yang bersifat
eksternal, datangnya dari luar seperti faktor fisik, lingkungan alam sekitar,
pergaulan, budaya, pendidikan pengalaman dan latihan, keadaan politik, ekonomi,
imbalan kerja, seperti janji dan ancaman yang bersumber dari ajaran agama. Serta
kesehatan pun memainkan peranan amat penting20
3. Indikasi-Indikasi Orang Beretos Kerja Tinggi
Indikasi-indikasi etos kerja yang terefleksi dari pendapat-pendapat para
ahli yang dikemukakan berdasarkan konteks daerah, isme atau Negara-negara
tertentu, namun secara universal kiranya cukup menggambarkan etos kerja yang
baik pada manusia, bersumber dari kualitas diri, diwujudkan berdasarkan tata nilai
sebagai etos kerja yang diaktualisasikan dalam aktivitas kerja. Adapun indikasi-
indikasi orang beretos kerja tinggi pada umumnya meliputi sifat-sifat:21
1. Aktif dan suka bekerja keras
2. Bersemangat dan hemat
3. Sederhana, tabah dan ulet
4. Mandiri
5. Tekun dan professional
6. Jujur, disiplin, dan bertanggung jawab
20
Ibid., h.32-33 21
Ibid., h.35-38
17
7. Rasional serta mempunyai visi yang jauh kedepan
8. Efisien dan kreatif
9. Percaya diri namun mampu bekerja sama dengan orang lain
10. Sehat jasmani dan rohani.22
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Etos Kerja
Faktor-faktor yang pontensial mempengaruhi proses terbentuknya etos kerja
selain banyak, dan tidak banyak di latar belakangi oleh kauslitas plural yang
kompleks hingga memunculkan berbagai kemungkinan. Maka, tidak aneh kalu
sejumlah pakar lalu menampilkan teori bertolak dari tinjauan tertentu yang
berbeda antara satu dengan lainnya.Dapat ditambahkan kiranya teori iklim yang
dikemukakan oleh sejumlah pakar ilmu sosial. Mereka berpendapat iklim
berpengaruh terhadap etos kerja penduduk. Negara yang berlokasi didaerah
subtropik mempunyai iklim yang merangsang warganya untuk bekerja lebih giat.
Sebaliknya Negara-negara yang terletak di sekitar khatulistiwa, karena iklimnya
panas, meyebabkan warga negaranya kurang giat bekerja dan lebih cepat lelah.
David C. McCelland menyatakan terori ini mengandung banyak kelemahan.
Teori ini tidak mampu menjelaskan mengapa Negara-negara yang iklimnya
relative tidak berdeda jauh, ternyata pertumbuhan ekonominya berbeda. Kalau
dianalisis lebih cermat, pendapat Miller dan Form, mungkin mengandung
kebenaran meskipun tidak seluruhnya. Apa yang dikemukakan McCellend juga
serupa itu. Karena faktor-faktor yang melatar belakangi manusia giat bekerja atau
sebaliknya, hakikatnya tidak terbatas pada hanya satu, dua atau tiga faktor saja.
22
Ibid., h.39-40
18
Demikian pula berkenaan dengan teori-teori lainya yang menonjolkan faktor ras,
penyebaran budaya, dan sebagainya. Masing-masing tidak ada yang menjadi
faktor satu-satunya penyebab, tetapi sangat mungkin masing-masing ikut
memberikan pengaruh dan ikut berperan dalam rangka terbentuknya etos kerja.23
Manusia memang makhluk yang sangat kompleks.Ia memiliki rasa suka,
benci, marah gembira, sedih, berani, takut, dan lain-lain.Ia juga mempunyai
kebutuhan, kemauan, cita-cita, dan angan-angan. Manusia mempunyai dorongan
hidup tertentu, pikiran dan pertimbangan-pertimbangan dalam mentukan sikap
dan pendirian. Selain itu, ia juga mempunyai lingkungan pergaulan dirumah atau
ditempat kerjanya. Realitas sebagaimana tersebut diatas tentu mempengaruhi
dinamika kerjanya secara langsung atau tidak. Sebagi misal ras benci yang
terdapat pada seorang pekerja, ketidak cocokan terhadap atasan atau teman satu
tim, keadaan seperti itu sangat potensial untuk menimbulkan dampak negative
pada semangat, konzentrasi, dan stabilitas kerja orang yang bersngkutan.
Sebaliknya rasa suka pada pekerjaan, kehidupan keluarga yang harmonis, keadaan
sosio cultural, sosial ekonomi dan kesehatan yang baik, akan sangat mendukung
kegairahan dan kativitas kerja. Orang yang bekerja sesuai dengan bidangnya dan
cita-cita dibandingkan dengan orang yang bekerja diluar bidang dan kehendak
mereka, niscaya tidak sama dalam antusias dan ketekunan kerja masing-masing.24
Disamping itu faktor lingkungan alam berperan bila keadaan alam, iklim
dan sebagainya berpengaruh terhadap sikap kerja orang itu, sedangkan dimensi
transcendental adalah dimensi yang melampui batas-batas nilai materi yang
23
Ibid., h.39-40 24
Ibid., h. 41-42
19
mendasari etos kerja manusia hingga pada demensi ini kerja dipandang sebagai
ibadah.Jalaludin secara lebih tegas mengemukakan agama dapat menjadi sumber
motivasi kerja, karena didorong oleh rasa ketaatan dan kesadaran ibadah.Etos
kerja terpencar dari sikap hidup mendasar manusia tehadap kerja. Konsekuesinya
pandangan hidup yang bernilai transenden juga dapat menjadi sumber motivasi
yang berpengaruh serta ikut berperan dalam proses terbentuknya sikap itu. Nilai-
nilai transenden akan menjadi landasan bagi berkembangnya spiritualitas sebagai
salah satu faktor yang efektif membentuk kepribadian. Etos kerja tidak terbentuk
oleh kualitas pendidikan dan kemampuan semata.Faktor-faktor yang berhubungan
dengan inner life, suasana batin dan semangat hidup yang terpancar dari
keyakinan dan keimanan ikut menentukan pula. Oleh karena itu agama (islam)
jelas dapat menjadi sumber nilai dan sumber mitivasi yang mendasari aktivitas
hidup, termasuk etos kerja pemeluknya.25
5. Karakteristik Etos Kerja dalam Islam
5.1. Kerja merupakan Penjabaran Aqidah
Ajaran agama merupakan salah satu faktor yang dapat menjadikan sebab
timbulnya keyakinan, pandangan serta sikap hidup mendasar yang menyebabkan
etos kerja tinggi manusia terwujud. Maka etos kerja dalam islam merupakan
pancaran keyakinan orang muslim dan muslimah bahwa kerja berkaitan dengan
tujuan mencari ridhaa Allah, yakni dalam rangka ibadah. Dan bahwasanya untuk
mendekatkan diri serta memperoleh ridha Allah, seorang hamba harus melakukan
amal saleh yang dikerjakan dengan ikhlas hanya karena dia semata, yakni dengan
25
Ibid., h.42-43
20
memurnikan tauhid. Definisi ibadah mencakup perkataan dan perbuatan apa saja
yang disukai dan di ridhai oleh Allah SWT baik yang bersifat lahir dan batin.
Yang bersifat lahir atau Nampak misalnya pengamalan rukun Islam, berbicsrs
benar, menunaikan amanah, dan silaturahmi. Adapun yang bersifat batin seperti
ikhlas, sabar, bersyukur tawakal berusaha mencintai keadilan dan kebenaran, dan
kegiatan-kegiatan batin lain yang disukai dan mendapat ridha Allah. Maka kerja
dan perbuatan posistif yang (pada mulanya) bernilai sukuler dan bersifat duniawi
belaka dapat beubah menjadi bernilai ibadah seperti kegiatan dibidang pertanian,
bisnis, pekerjaan rumah tangga, dan olah raga yang dilakukan secara baik-baik,
dengan syarat didasri niat, motivasi, atau komitmen ibadah.26
5.2. Kerja Dilandasi Ilmu
Tanpa iman kerja hanya dapat berorientasi pada pengejaran materi.
Kemungkinan besar hal itu akan melahirkan keserakahan, sikap terlalu
mementingkan diri sendiri, merugikan diri sendiri dan orang lain. Kerja tanpa
iman dapat mendorong prilaku manusia tidak sesuai dengan nilai kemanusiaan
dan melahirkan alienated man. Oleh karena itu, tanpa ilmu iman mudah menjadi
salah satu arah yang dapat mengoyakan keimanan kita atau mengelincirkan kita,
karena dilandasi pemahaman yang tidak proposional. Keadaan demikian akan
mengakibatkan keyakinan dan sikap keliru pada orang yang bersangkutan. Jadi
iman, ilmu dan kerja dalam rangka mewujudkan amal ibadah, ternyata masing-
masing memegang atau memaikan peranan urgen bagi yang lain. Keistimewaan
sekaligus kelebihan manusia terutama bertolak dari akal yang dianugrahkan tuhan
26
Ibid., h. 104-109
21
kepadanya. Dan karena mempunyai akallah, manusia berhasil menguasi ilmu
pengetahuan dan teknologi, mencapai kebudayaan dan peradaban tinggi.
Karenanya, manusia juga dapat mangatur dan memanfaatkan alam sekitar bagi
kesejahteraannya baik untuk mas kini maupun mendatang.27
5.3. Kerja Dengan Meneladani Sifat-sifat Ilahi Serta Mengikuti
Petunjuk-petunjuknya
Kalau dikaji lebih jauh, memang banyak sifat-sifat manusia yang
mempunyai nama, sebutan, bahkan indikasi yang serupa dengan Al-Asma’ Ul-
Husna dan sifat-sifat Allah. Namun demikian, tentu saja dalam bentuk sarta
kualitas yang sangat jauh berbeda karena tidak ada satupun yang bisa
menyerupainya. Namun dari meneladani sifat-sifat ilahi dapat di gali sikap kerja
aktif, kreatif, tekun, konsekuen, adil, kerja didukung ilmu pengetahuan dan
teknologi, visioner, berusaha efektif dan efisien, percaya diri, dan mandiri. Allah
menunjuk betapa Dia memiliki sifat maha sempurna dalam bekerja. Maka
manusia juga dapat mengembangkan aktivitas dan prestasinya sampai tingkat
tinggi menurut ukuran manusiawi, kalau dia berusaha sesungguh-sungguhnya.
Manusia punya pontensi untuk mengembangkan karakteristik etos kerja tinggi
seperti aktif, berencana, efisien, efektif, disiplin, professional, ilmiah, kritis
konstruktif, dan indikasi-indikasi etos kerja tinggi lainya.Allah Maka Kuasa (Al-
Malik) dengan kekuasan yang tak terbatas dan maha pengatur (Al-Mudabbir),
manusia juga punya potensi untuk menguasai memimpin, dan mngembangkan
manajemen di bidang usaha, plitik, sosial, dan lain-lain.28
27
Ibid., h. 112-113 28
Ibid., h. 119-129
22
B. Masyarakat Pesisir
1. Pengertian Masyarakat Pesisir
Masyarakat berasal dari kata musyarak (arab), yang artinya bersama-sama,
yang kemudian berubah menjadi masyarakat, yang artinya berkumpulbersama,
hidup bersama dengan saling berhubungan dan saling mempengaruhi, selanjutnya
mendapatkan kesepakatan menjadi masyarakat (Indonesia).29
Menurut Abdul Syani bahwa masyarakat merupakan kelompok-kelompok
makhluk hidup dengan realitas-realitas baru yang berkembang menurut hukum-
hukumnya sendiri dan berkembang menurut pola perkembangan yang tersendiri.
Masyarakat dapat membentuk kepribadian yang khas bagi manusia, sehingga
tanpa adanya kelompok, manusia tidak akan mampu untuk dapat berbuat banyak
dalam kehidupan.
Supaya dapat menjelaskan pengertian masyarakat secara umum, maka
perlu ditelaah tentang ciri-ciri dari masyarakat itu sendiri. Menurut Soerjono
Soekanto, menyatakan bahwa sebagai suatu pergaulan hidup atau suatu bentuk
kehidupan bersama manusia, maka masyarakat itu mempunyai ciri-ciri pokok
yaitu:
1) Manusia yang hidup bersama. Di dalam ilmu sosial tidak ada ukuran yang
mutlak ataupun angka yang pasti untuk menentukan berapa jumlah
manusia yang harus ada. Akan tetapi secara teoritis, angka minimumnya
ada dua orang yang hidup barsama.
29
Abdul Syani, Sosiologi Skematika, Teori, Dan Terapan (Bandung: PT Bumi Aksara,
2007), h.30.
23
2) Bercampur untuk waktu yang cukup lama. Kumpulan dari manusia
tidaklah sama dengan kumpulan benda-benda mati seperti umpamanya
kursi, meja dan sebagainya. Oleh karena dengan berkumpulnya manusia,
maka akan timbul manusia-manusia baru. Manusia itu juga dapat
bercakap-cakap, merasa dan mengerti, mereka juga mempunyai keinginan-
keinginan untuk menyampaikan kesan-kesan atau perasaan-perasaannya.
Sebagai akibat hidup bersama itu, timbullah sistem komunikasi dan
timbullah peraturan-peraturan yang mengatur hubungan antar manusia
dalam kelompok tersebut.
3) Mereka sadar bahwa mereka merupakan suatu kesatuan.
4) Mereka merupakan suatu sistem hidup bersama. Sistem kehidupan
bersama menimbulkan kebudayaan, oleh karena setiap anggota kelompok
merasa dirinya terikat satu dengan yang lainnya.30
Nelayan di dalam Ensiklopedia Indonesia digolongkan sebagai pekerja,
yaitu orang-orang yang secara aktif melakukan kegiatan menangkap ikan, baik
secara langsung maupun tidak lansung sebagai mata pencahariannya.31
Dalam
kamus besar Indonesia pengertian nelayan adalah orang yang mata pencaharian
utama dan usaha menangkap ikan di laut.32
Masyarakat nelayan sendiri secara geografis adalah masyarakat yang hidup,
tumbuh, dan berkembang dikawasan pesisir, yakni suatu kawasan transisi antara
30 Ibid., h. 32
31
Ensklopidia Indonesia 1983, Ichtiar Baru-Van Heave dan Elsevier Publishing Projects,
Jakarta, h. 133
32 Dapertemen Pendidikan dan Kebudayaan, “Kamus Besar Indonesia”, (Jakarta: PT.
Balai Pustaka,1989), h. 612
24
wilayah darat dan laut.33
Sedangkan menurut M. Khalil Mansyur mengatakan
bahwa masyarakat nelayan dalam hal ini bukan berarti mereka yang dalam
mengatur hidupnya hanya mencari ikan di laut untuk menghidupi keluarganya
akan tetapi juga orang-orang yang integral dalam lingkungan itu.34
Dari beberapa definisi masyarakat nelayan dan definisi nelayan yang telah
disebutkan diatas dapat ditarik suatu pengertian bahwa:
1) Masyarakat nelayan adalah kelompok manusia yang mempunyai mata
pencaharian menangkap ikan laut.
2) Masyarakat nelayan bukan hanya mereka yang mengatur kehidupannya
hanya bekerja dan mencari ikan di laut, melainkan mereka yang juga
tinggal disekitar pantai walaupun mata pencaharian mereka adalah
bercocok tanam dan berdagang.
Jadi pengertian nelayan secara luas adalah sekelompok manusia yang
mempunyai mata pencaharian pokok mencari ikan di laut dan hidup di daerah
pantai, bukan mereka yang bertempat tinggal di pedalaman, walaupun tidak
menutup kemungkinan mereka juga mencari ikan di laut karena mereka bukan
termasuk komunitas orang yang memiliki ikatan budaya masyarakat pantai.
Sebagai suatu sistem, masyarakat nelayan terdiri atas kategori-kategori
sosial yang membentuk kesatuan sosial. Mereka juga memiliki sistem nilai dan
simbol-simbol kebudayaan sebagai refrensi prilaku mereka sehari-hari.
33 Kusnadi, Keberadaan Nelayan Dan Dinamika Ekonomi Pesisir, (Yogyakarta: Ar-
RuzzMedia, 2009), h. 27 34
M. Khalil Mansyur, Sosiologi Masyarakat Kota dan Desa, (Surabaya: Usaha Nasional
Indonesia, ), h. 148
25
Faktor kebudayaan ini menjadi pembeda masyarakat nelayan dari
kelompok sosial lainnya. Sebagian besar masyarakat pesisir, baik langsung
maupun tidak langsung, menggantungkan kalangsungan hidupnya dari
mengelolah potensi sumber daya perikanan. Mereka menjadi komponen utama
konstruksi masyarakat maritim Indonesia.
Seperti juga masyarakat yang lain, masyarakat menghadapi sejumlah
masalah politik, sosial, dan ekonomi yang kompleks. Masalah-masalah tersebut
diantaranya adalah sebagai berikut :
1) Kemiskinan, kesenjangan sosial, dan tekanan-tekanan ekonomi yang
datang setiap saat.
2) Keterbatasan akses modal, teknologi, dan pasar, sehingga mempengaruhi
dinamika usaha.
3) Kelemahan fungsi kelembagaan sosial ekonomi yang ada.
4) Kualitas SDM yang rendah sebagai akibat keterbatasan akses pendidikan,
kesehatan, dan pelayanan publik.
5) Degradasi sumber daya lingkungan baik dikawasan pesisir, laut, maupun
pulau-pulau kecil.
6) Belum kuatnya kebijakan yang berorientasi pada kemaritiman sebagai
pilar utama pembangunan nasional.
Masalah-masalah di atas saling terkait satu sama lain misalnya, masalah
kemiskinan. Ini disebabkan oleh hubungan-hubungan korelatif antara keterbatasan
akses, lembaga ekonomi belum berfungsi, kualitas SDM rendah, degradasi
sumber daya lingkungan, dan belum adanya ketegasan kebijakan pembangunan
26
nasional yang berorientasi kesektor maritim. Atau sebaliknya, kemiskinan
menjadi penyebab timbulnya kualitas SDM dan degradasi sumberdaya
lingkungan. Karena itu, penyelesaian persoalan kemiskinan dalam masyarakat
pesisir harus bersifat integralistik.
1) Masalah aktual lain yang perlu diperhatikan adalah bahwa potensi untuk
berkembangnya jumlah penduduk miskin dikawasan pesisir cukup
terbuka. Hal ini disebabkan dua hal penting sebagai berikut: Meningkatnya
degradasi kualitas dan kuantitas lingkungan pesisir laut. Degradasi
lingkungan ini terjadi karena pembuangan limbah dari wilayah darat atau
perubahan tata guna lahan di kawasan pesisir untuk kepentingan
pembangunan fisik. Disamping itu, ancaman terhadap kelangsungan hidup
sumber daya perikanan berasal dari praktik-praktik penangkapan yang
merusak ekosistem laut.
2) Membengkaknya biaya operasi penangkapan karena meningkatnya bahan
bakar minyak (bensin dan solar). Sehingga nelayan menyiasati kenaikan
harga bahan bakar dengan menggunakan bahan bakar minyak tanah
dicampur dengan oli bekas atau solar. Hal ini berdampak negatif terhadap
kerusakan mesin perahu, sehingga dapat membebani biaya investasi
nelayan.35
Persoalan lain yang menjadi akar kemiskinan nelayan adalah
ketergantungan yang tinggi terhadap kegiatan penangkapan. Faktor-faktor
ketergantungan ini sangat beragam. Akan tetapi, jika ketergantungan itu terjadi di
35 Kusnadi. Konflik Sosial Nelayan, Yogyakarta LKIS, 2006., h. 27-28
27
tengah-tengah masih tersedia pekerjaan lain di luar sektor perikanan, tentu saja hal
ini sangat mengurangi daya tahan nelayan dalam menghadapi tekanan-tekanan
ekonomi. Keragaman sumber pendapatan sangat membantu kemampuan nelayan
dalam beradaptasi terhadap kemiskinan. Nelayan juga kurang menyadari bahwa
kondisi ekosistem perairan mudah berubah setiap saat, sehingga bisa berpengaruh
terhadap pendapatan nelayan.36
Pada musim ikan, aktivitas ekonomi sangat tinggi, pada musim lain,
aktivitas para nelayan nyaris tidak ada, mereka menunggu musim panen. Sebagian
nelayan melakukan aktivitas perikanan tangkap lain misalnya memancing.
Sebagian lain berprofesi menjadi tukang atau kuli bangunan, melakukan aktivitas
produksi dan penjualan ikan asap.37
Di samping hal-hal diatas, rendahnya ketrampilan nelayan untuk melakukan
diversifikasi kegiatan penangkapan dan keterikatan yang kuat terhadap
pengoperasian satu jenis alat tangkap telah memberikan kontribusi terhadap
timbulnya kemiskinan nelayan. Karena terikat pada satu jenis alat tangkap dan
untuk menangkap ikan tertentu maka ketika sedang tidak musim jenis ikan
tersebut, nelayan tidak dapat berbuat banyak. Dengan demikian,diversifikasi
penangkapan sangat diperlukan untuk membantu nelayan dalam mengatasi
masalah kemiskinan.38
Dalam kamus bahasa Indonesia, masyarakat diartikan: pergaulan hidup
manusia; sehimpunan manusia yang hidup besama dalam suatu tempat dengan
ikatan-ikatan aturan tertentu, orang banyak; khalayak ramai.39
36 Akar Kemiskinan Nelayan, (Yogyakarta: LKIS, 2003), h. 7-8
37 Budi Siswanto, Kemiskinan Dan Perlawanan Kaum Nelayan, (Malang: Laksbang
Mediatama, 2008), h. 96-97 38
Kusnadi., h. 8 39
Hoetomo, Kamus Umun Bahasa Indonesia, (Surabaya: Mitra Pelajar, 2005), h. 336
28
Sedangkan pesisir diartikan sebagai tanah dasar berpasir dipantai ditepi
laut.40
Masyarakat pesisir adalah kelompok orang yang bermukim di wilayah
pesisir, mempunyai mata pencarian dari sumber daya alam dan jasa-jasa
lingkungan pesisir dan laut, misalnya nelayan, penbudidaya ikan, pedagang,
pengelola ikan, pemilik atau pekerja perusahaan perhubungan laut, pemilik atau
pekerja pertambangan dan energi di wilayah pesisir, pemilik atau pekerja industri
maritime misalnya galagan kapal, dan coastal and engineering.41
Berdasarkan definisi masyarakat pesisir diatas, maka peneliti
mendefinisikan masyarakat pesisir sebagai sekumpulan orang yang bertempat
tinggal di tepi pantai dan bermata pencaharian dari sumber daya laut dan pantai
tersebut.
2. Karakteristik Masyarakat Pesisir
Masyarakat pesisir adalah kelompok orang yang bermukim di wilayah
pesisir, mempunyai mata pencaharian dari sumber daya alam atau jasa-jasa
lingkungan pesisir laut itu sendiri, misalnya nelayan, pembudidaya ikan,
pedagang, pegelola ikan, pemilik atau pekerja perusahaan perhubungan laut. Sifat
dan karakteristik masyarakat pesisir sangat dipengaruhi oleh jenis kegiatan
mereka. Menurut Fachrudin (1997) bahwa masyarakat pesisir bebeda dengan
masyarakat lainnya. Perbedaan tersebut terletk pada karakteristik aktivitas
ekonomi masyarakat pesisir dari latar belakang budaya meraka.Sifat dan
40
Ibid, h.384 41
Burhanudin Safari, dkk, Kewirausahaan Pemuda Bahari, Jakarta: Deputi Bidang
Kewirausahaan Pemuda dan Industri olaraga Republik Indonesia, 2006, h. 55
29
karakteristik nelayan berbedah dengan pedagang. Nelayan memiliki dinamika
kehidupan yang dipengaruhi oleh lingkungan, musim dan pasar, sehingga
kehidupannya tidak menentu.42
Pada dasarnya pegelola sosial Burhanudin Safari, dalam masyarakat nelayan
dapat ditinjau dari tiga sudut pandang.Pertama dari segi penguasaan alat-alat
produksi atau peralatan tangkap (perahu, jaring, dan perlengkapan yang lainya).
Struktur masyarakat nelayan terbagi dalam kategori nelayan pemilik (alat-alat
produksi) dan nelayan buruh. Nelayan buruh tidak memiliki alat-alat produksi.
Dalam kegiatan produksi sebuah unit perahu, nelayan buruh hanya
menyumbangkan jasa tenaganya dengan memperoleh hak-hak yang sangat
terbatas. Kedua, ditinjau dari tingkat skala investasi modal usahanya, struktur
masyarakat nelayan terbagi dalam katagori nelayan besar dan nelayan kecil.
Disebut nelayan besar karena jumlah modal yang diinvestasikan dalam usaha
perikanan relative banyak, sedangkan pada nelayan kecil justru sebaliknya.
Ketiga, dipandang darri tingkat teknologi peralatan tangkap yang digunakan,
masyarakat nelayan terbagi dalam katagori nelayan modern dan nelayan
tradisional.43
Yang dimaksud nelayan tradisional adalah nelayan memanfaatkan sumber
daya perikanan dengan peralatan tangkap tradisional, modal usaha yang kecil, dan
organisasi penangkapan yang relative sederhana.44
42
Ibid, h. 14-16 43
Kusnadi, Komflik Sosial Nelayan, (Yogyakarta: LKIS, 2006), h.1-4 44
Rr. Suhartini, A. Halim, Model-model Pemberdayaan Masyarakat, (Yogyakarta: Pustaka
Pesantren,2005), h.31
30
Jumlah nelayan modern relative lebih kecil dibandingkan nelayan
tradisional. Perbedaan tersebut membawa implikasi pada tingkat pendapatan dan
kemampuan atau kesejahteraan sosial ekonomi. Baik nelayan besar atau nelayan
modern maupun nelayan kecil atau nelayan tradisional, biasanya masing-masing
merupakan katagori sosial ekonomi yang relatif sama, dengan orientasi usaha dan
prilaku yang berbeda-beda.
3. Sistem Kekerabatan Masyarakat Nelayan
Dalam masyarakat nelayan, keluarga dikenal sebagai satuan kehidupan
sosial yang terpenting. Menurut pola kehidupan masyarakatnya, keluarga
merupakan unit dasa, sementara rumah tangga merupakan tempat tinggal. Di
dalam keluarga, anggota rumah tangga dibesarkan dan dijadikan sebagai manusia,
dengan suatu identitas masyarakat. Karena di dalamnya, mereka memperoleh
proteksi atau perlindungan serta pertolongan dari anggota-anggota keluarga atas
segala kesulitan atau bahaya yang mengancam baik pada masa anak-anak,
dewasa, maupun ketika menjadi tua jompo.
Keluarga merupakan segala-galanya dalam kehidupan masyarakat Fungsi
pokoknya adalah menjamin kebutuhan hidup keturunannya dan melestarikan
ikatan kekeluargaan. Sebab, hubungan diantara anggota keluarga merupakan
hubungan perorangan yang mendalam dan belangsung lama. Jadi, bukan semata
dalam batas dilahirkan oleh sepasang orang tua yang sama atau satu keturunan,
tetapi juga terdapat hubungan persahabatan mendalam yang terwujudkan dalam
bentuk saling berkorban, saling tolong menolong, dan saling melindungi sehingga
menjadi hubungan erat diantara kerabat. Model hubungan demikian sering disebut
31
dengan hubungan pengabdian, karena ada keterkaitan dan jaringan yang tidak
terpisahkan dengan penguasaan maupun fungsi lahan, terutama dari subsistem
secara keseluruhan.
Sistem hubungan yang berlaku di atas sangat dipengaruhi oleh pola
perkawinan suami dan istri. Masyarakat adat melalui kekuatan ikatan sosialnya
menetapkan bahwa hubungan dalam keluarga seperti diatas telah mendasari suatu
keluarga atau rumah tangga yang dibentuk dengan system perkawinan, yaitu istri
masuk dan menjadi bagian dari keluarga suami. Prinsip ini menetapkan garis
kekerabatannya yang hanya menghubungkannya dengan keluarga suami. Tradisi
ini menggaris bawahi peran suami istri, di mana suami adalah kepala dan
pemimpin keluarga yang berkewajiban memberikan proteksi terhadap anak-anak,
istri, dan seluruh anggota keluarganya, baik menyangkut kenyamanan psikologis
maupun kesejahteraan jasmani.
Sedangkan istri sebagai kepala rumah tangga bertanggung jawab dengan
aktivitas domistiknya, seperti menyediakan makan untuk suami dan anaknya,
mengasuh anak, memerhatikan pendidikan anak, maupun sosialisasi anak.
Sebagaimana dalam suatu masyarakat pedesaan umumnya, perkawinan
merupakan asas pembentukan keluarga dalam ikatan kekerabatan. Sistem
kekeluargaan terbentuk melalui jaringan rumah tangga, darah dan perkawinan.
Oleh karena itu, menurut tradisi masyarakat nelayan, perkawinan harus dilakukan
dengan sangat sakral dan penting dalam setiap perjalanan anggota keluarga,
dengan cara tersebut, ia baru dianggap sebagai warga penuh dan memperoleh hak-
hak serta kewajiban-kewajibannya sebagai seorang warga komunitas dan warga
32
kelompok kerabat. Menurut Koentjaraningrat, mengatakan bahwa garis kekerabat
kekerabatan dapat dibedakan menjadi dua jalur, yaitu: pertama, menurut jalinan
hubungan kerabat yang didasarkan pada keturunan atau hubungan darah, dan
kedua, menurut jalinan hubungan kekerabatan yang didasarkan pada kerabatan
sosiologis.
Sistem kekerabatan merupakan suatu cara tertentu untuk mengatur
hubungan kekeluargaan dalam kehidupan masyarakatnya. Sistem kekerabatan
demikikian menurut Husain menganut tiga kelompok keluarga yaitu: pertama,
keluarga inti, dimana terdapat satu keluarga beranggotakan seorang suami, istri,
dan anak-anaknya yang belum menikah serta tinggal bersama dalam satu rumah
tangga. Suami adalah kepala keluarga dan istri kepala rumah tangga dibawah
pengawasan suami. Kedua, kelompok keluarga luas, yaitu suatu keluarga yang
beranggotakan suami, istri, dan anak-anaknya yang sudah menikah dan
mempunyai anak.
Keluarga demikian, dalam tradisi masyarakat nelayan, berperan sebagai lalu
lintas hubungan di antara keluarga dalam satu kerabatnya serta menjadi pusat
perlindungan baik dalam hal keamanan maupun sebagai sumber pertimbangan dan
petuah dan nasihat-nasihat untuk menentukan sebuah keputusan langkah hidup
yang akan ditempuh. Keputusan mana dalam kehidupan mereka sekarang tidak
selalu mengikat. Namun, sanksi-sanksi moral atas hubungan-hubungan mereka
akan terganggu dan cacat manakala terjadi pengabaian terhadap peran keluarga
luas itu. Ketiga, kelompok keluarga campuran yang biasanya berasal dari
33
kelompok keluarga campuran yang biasanya beasal dari kelompok kekerabatan
yang berpusat
pada nenek moyang.45
4. Strategi Pemberdayaan Masyarakat Nelayan
Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan oleh pemberdayaan masyarakat
nelayan dalam mewujudkan pendekatan sosial budaya ini adalah dengan
mengedepankan pikiran, tindakan, dan sikap sebagai berikut:
1) Mewujudkan rasa simpati, empati, dan kepekaan sosial terhadap
kehidupan masyarakat, khususnya peduli pada kesulitan-kesulitan sosial
ekonomi yang mereka hadapi setiap hari.
2) Menempatkan masyarakat sebagai subjek pemberdayaan sosial ekonomi.
3) Mudah beradaptasi secara sosial budaya dan dapat menghargai nilai-nilai
budaya dalam masyarakat.
4) Memperluas interaksi dan pergaulan sosial dengan berbagai pihak agar
memperoleh informasi luas tentang masyarakat.
5) Menjalin komunikasi yang intensif dan terstruktur dengan tokoh-tokoh
masyarakat lokal.
6) Membangun rapor diri yang baik, dengan menghindarkan diri dari konflik
sosial atau personal dan dengan menunjukkan sikap untuk membantu
masyarakat.
45
Ibid., h. 83-84
34
Upaya untuk mengidentifikasi aspek-aspek sosial, ekonomi, dan budaya
masyarakat nelayan dalam rangka memahami kehidupan mereka dapat dilakukan
dengan strategi sebagai berikut:
1) Melaksanakan identifikasi secara umum tentang kondisi lingkungan desa
dan kehidupan masyarakat, dengan jalan menyerap informsi sebanyak
mungkin dari berbagai pihak.
2) Mengidentifikasi modal sosial, menguraikannya, dan mengidentifikasikan
fungsinya dalam kehidupan masyarakat nelayan. Modal sosial adalah
segala sesuatu berposisi sebagai pilar atau tumpuan kehidupan dan
kelangsungan hidup masyarakat. Modal sosial masyarakat terdiri atas
unsur-unsur sebagai berikut:
a) Kelembagaan sosial ekonomi, seperti kelompok pengajian, arisan,
simpan-pinjam, paguyuban sosial, sistem perdagangan, dan
sebagainya.
b) Organisasi perahu dan pranata sistem bagi hasil.
c) Jaringan sosial budaya, termasuk relasi patron-klien.
d) Adat istiadat, sistem etika dan sopan santun upacara-upacara
tradisional, dan nilai-nilai budaya lokal.
e) Sistem pembagian kerja secara seksual (the devision of labor by sex)
yang berlaku.
f) Tokoh-tokoh masyarakat dan bentuk-bentuk pengaruhnya.
35
3) Mengidentifikasi model-model penguasa dan pengelolaan sumber daya
sosial ekonomi lokal oleh kelompok-kelompok sosial yang ada, relasirelasi
ekonomi, sistem produksi, dan pemasaran.
4) Mengidentifikasi pihak-pihak atau kelompok sosial yang berpengaruh dan
menjadi referensi sosial budaya masyarakat pesisir beserta perananperanan
yang dimainkan mereka. Yang termasuk dalam katagori sosial ini adalah:
a) orang-orang yang sukses secara ekonomi seperti pemilik perahu,
pedagang ikan berskala besar, dan nahkoda perahu (juragan), dan b)
tokoh-tokoh masyarakat lainnya, seperti ulama lokal, pemimpin informal,
dan pemimpin formal lokal.
5) Mengidentifikasi jenis-jenis konflik sosial yang terjadi dan perekat
integrasi sosial pada masyarakat pesisir. Identifikasi ini dilengkapi dengan
latar belakang, pelaku yang terlibat, akibat yang terjadi, dan
penyelesaiannya.
6) Mengidentifikasi kebijakan-kebijakan pembangunan pemerintah,
khususnya program-program pemberdayaan yang pernah ada pada
masyarakat setempat, disertai dengan inventarisasi data-data tentang
respons masyarakat pada program-program tersebut dan dampak positif
dan negatifnya terhadap kehidupan masyarakat.
7) Menarik relasi fungsioanal antar unsur sosial budaya dan kebijakan
pembangunan yang ada atau yang pernah ada untuk memperoleh
gambaran yang utuh tentang konstruksi masyarakat.
36
8) Berdasarkan hasil kajian pemberdaya dan masukan dari berbagai pihak di
dalam masyarakat pesisir, mulai menentukan jenis-jenis modal sosial dan
pihak-pihak yang berpengaruh, yang diharapkan peranannya dapat
membantu kelancaran dan keberhasilan pelaksanaan program
pemberdayaan masyarakat pesisir.
Melalui langkah-langkah tersebut, diharapkan para pemberdaya masyarakat
nelayan memiliki pemahaman yang baik tehadap aspek-aspek kehidupan sosial,
ekonomi, dan budaya masyarakat yang akan diberdayakan.46
Dari segi geografis permasalahan yang dihadapi masyarakat nelayan yaitu,
desa-desa di daerah pantai pada umumnya relatif lebih rendah keadaan lingkungan
hidupnya, baik dilihat dari kondisi prasarana perumahan, kesehatan lingkungan
dan pendidikan. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, dengan teknologi yang
dimilikinya, telah menimbulkan gejala-gejala yang membahayakan kelestarian
lingkungan hidup di daerah itu.
Cara mengatasi suatu masalah yang terjadi dikalangan para nelayan yaitu
dengan cara sebagai berikut:
1) Mengajukan kepemerintah kabupaten/ kota agar merancang skim kredit
khusus berbunga rendah untuk pengusaha pemindangan.
2) Membangun kerja sama dengan lembaga perbankan yang terdekat untuk
memudahkan akses modal usaha.
3) Membentuk unit simpan-pinjam (USP) berbasis masyarakat berbudaya
lokal.47
46
Kusnadi, Komflik Sosial Nelayan, (Yogyakarta: LKIS, 2006),h. 40-42 47
Ibid., h. 43-44
37
5. Gaya Hidup Nelayan
Dalam konteks ini, ada tiga jenis capital yang berpengaruh besar terhadap
penentuan kualitas status sosial seorang nelayan, yaitu:
1) Kapital Politik berkaitan dengan pemilikan akses kekuasaan oleh
seseorang terhadap pusat-pusat kebijakan lokal, seperti ditingkat desa dan
kecamatan. Misalnya, eksistensi seseorang senantiasa dipertimbangkan
aspirasi dan pemikiran dalam penentuan kebijakan politik local atau bisa
mempengaruhi perubahan kebijakan pembagunan setempat.
2) Kapital Ekonomi berhubungan dengan pemikiran usaha ekonomi yang
berkala besar dan beragam, misalnya memiliki beberapa perahu, usaha
pengelola hasil tangkap, rumah yang bagus, mobil, ternak yang banyak,
dan memiliki tanah persawahan-tegal yang luas.48
3) Kapital Budaya berkaitan dengan pemilikan symbol-simbol kesalehaan
beragama, misalnya sudah menuaikan haji, suka beramal atau dermawan,
memiliki kepedulian besar terhadap berbagai persoalan yang terjadi di
lingkungan masyarakat, dan bergaya hidup yang lebih dari kebiasaan
local.
6. Strategi Pemberdayaan Nelayan
Dalam rangka memperbaiki taraf hidup dan memberikan peluang kepada
nelayan tradisional agar dapat melakukakan mobilitas vartikal, paling tidak ada
dua yang bisa ditempuh, yaitu:49
1) Adalah dengan cara mendorong pergeseran status nelayan tradisional
menjadi nelayan modern.
48
Ibid, h. 107 49
Rr. Suhartini, A. Halim, Model-model Pemberdayaan Masyarakat, (Yogyakarta: Pustaka
Pesantren,2005), h.72
38
2) Dengan cara tetap membiarkan nelayan tradisional dalam status
tradisional, tetapi mempasilitasi meraka agar lebih berdaya dan memiliki
kemampuan penyengga ekonomi keluarga yang kenyal terhadap tekanan
krisis.
Pilihan manapun yang diambil yang jelas, pertimbangan utama yang
semestinya dijadikan dasar pengambilan keputusan adalah kepentingan dan nasib
nelayan tradisional itu sendiri sebagai subjek pembangunan.Berikut ini, beberapa
hal yang harus diperhatikan sebelum melaksanakan program pemberantasan
kemiskinan stuktural nelayan tradisional adalah.50
1) Pemberdayaan nelayan tradisional seyogyanya mempertimbangkan, dan
bahkan lurus bertumpuh pada keberadaan pranata sosial budaya di
masing-masing komunitas local nelayan tradisio nal.51
2) Apapun bantuan yang diberikan kepada kelompok nelayan tradisional
tidak beroriantasi pada kepentingan jangka pendek, sekedar menekankan
pada kepentingan efisiensi pengambilan dana. Padahal semestinya, harus
lebih berorientasi pada pemumpukan investasi sosial yang berjangka
panjang dan bersifat strategis.52
3) Berusaha mengurangi kadar kerentanan keluarga nelayan tradisional
dengan cara meningkatkan daya tahan dan nilai tawar dari produk yang
mera hasilkan.
4) Pemberdayaan perempuan dan lansia untuk mendukung proses penguatan
penyangga ekonomi keluarga nelayan tradisional.
50
Ibid., h.72 51
Ibid., h.73 52
Ibid., h.74
39
5) Bagai mana memutus mata rantai eksploitasi yang selama ini merugikan
posisi nelayan tradisional. Caranya tidak semata-mata mengandalkan
kebijakan regulative dan pemerintahan atau pemberdayaan komunitas
nelayan tradisional itu sendiri sebagai sebuah kelompok sosial.53
6) Perlu disadari bahwa yang namanya nelayan atau komunitas desa pantai
sebetulnya bukanlah kelompok yang homogeny. Buruh nelayan dan
nelayan tradisional umumnya adalah golongan masyarakat pesisir yang
pada lapisan sosial paling bawah, yang dalam banyak hal memiliki
kadarkerentanan, ketidak berdayaan, kelemahan jasmani, kemisinan, dan
keterisolasian yang lebih parah dibandingkan nelayan modern. Oleh
karena itu yang dibutuhkan adalah spesifikasi program, terutama program
yang bertujuan untuk memberdayakan nelayan tradisional.
7) Sebagai tindak lanjut dari program pelindung dan pemberdayaan
keluarga nelayan tradisional melalui program pengembangan
diversifikasi usaha, tahap berikutnya yang tak kalah penting untuk
dikembangkan di lingkungan komunitas pesisir adalah bagaimana
mendorong nelayan tradisional agar dapat lebih produktif, efisien, dan
lebih mampu berkompetisi di sector perikanan atau sctor non perikanan
yang ditekuninnya.
7. Perspektif Nelayan Terhadap Pendidikan Anak
Pendidikan merupakan salah satu bentuk investasi dalam sumber daya
manusia. Pendidikan memberikan sumbangan langsung terhadap pertumbuhan
53
Ibid., h.77
40
pendapatan nasional melalui peningkatan keterampilan dan produktivitas kerja.
Pendidikan diharapkan dapat mengatasi keterbelakangan ekonomi lewat efeknya
pada peningkatan kemampuan manusia dan motivasi manusia untuk berprestasi.
Pendidikan berfungsi menyiapkan salah satu input dalam proses produksi, yaitu
tenaga kerja. Hal ini selanjutnya akan mendorong peningkatan output yang
diharapkan bermuara pada kesejahteraan penduduk. Semakin tinggi mutu
pendidikan, semakin tinggi pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi suatu
masyarakat.54
Persoalan pendidikan anak nelayan di wilayah pesisir Indonesia tergolong
masih memprihatinkan. Data Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) tahun
2005 menunjukkan, hanya sekitar 1-1,3 persen anak nelayan yang lulus
pendidikan sarjana sisanya hanya sekitar 3 persen yang lulus SLTA, 6 persen
lulus SMP, dan 85 persen sisanya hanya mengenyam pendidikan SD. Di sisi lain,
persoalan pendidikan anak nelayan ini tidak terlepas dari kemiskinan yang
melingkupi masyarakat pesisir. "Perlu digagas pemberdayaan masyarakat pesisir,
khususnya pendidikan nonformal yang cocok bagi anak nelayan untuk
mengeluarkan mereka dari kondisi sebagai pekerja anak. Diperkirakan, dari total
pekerja anak di Indonesia yang rata-rata berusia 8-15 tahun, sekitar 50 persennya
merupakan anak nelayan," Menurut Ketua Umum HNSI, Sumyaryo Sumiskum
dalam diskusi terbatas di Sekretariat Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah
(PLS) Departemen Pendidikan Nasional. Pemberdayaan bagi anak nelayan ini,
menurut dia, tidak bisa diseragamkan, tetapi harus disesuaikan dengan kondisi
54 Mulyadi, Ekonomi Sumber Daya Manusia Dalam Perspektif Pembangunan (Jakarta:
Rajagrafindo Persada, 2003), h. 41
41
aktual masyarakat setempat. Misalnya saja pendidikan manajemen keuangan yang
diharapkan memungkinkan mereka terbebas dari jeratan tengkulak, harus
diberikan dengan memperhatikan budaya dan kondisi psikologis mereka. Jika ini
tidak diperhatikan, dipastikan program pemberdayaan pendidikan akan gagal
seperti sejumlah bantuan pemerintah yang pernah diberikan kepada masyarakat
pesisir. M Ikhsan dari Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Mentari
menyatakan, pemberdayaan pendidikan anak nelayan tidak terlepas dari
pemberdayaan masyarakat pesisir. Persoalan yang dihadapi adalah, sebagian
masyarakat pesisir masih beranggapan bahwa pendidikan itu tidak penting. Yang
perlu dilakukan memotong pragmatisme nelayan dan membalik paradigma bahwa
pendidikan itu penting.55
Dalam kamus bahasa Indonesia perspektif adalah sudut pandang atau
pandangan.56
Perspektif merupakan suatu kumpulan asumsi maupun keyakinan
tentang sesuatu hal, dengan perspektif orang akan memandang sesuatu hal
berdasarkan cara-cara tertentu, dan cara-cara tersebut berhubungan dengan asumsi
dasar yang menjadi dasarinya, unsur-unsur pembentuknya dan ruang lingkup apa
yang dipandangnya.
Perspektif membimbing setiap orang untuk menentukan bagian yang
relevan dengan fenomena yang terpilih dari konsep-konsep tertentu untuk
dipandang secara rasional. Secara ringkas dapat disimpulkan bahwa Dalam
konteks sosiologi juga memiliki perspektif yang memandang proses sosial
55 Pendidikan anak nelayan ( http://groups.yahoo.com/group/pendidikan/message/3136,
diakses 22 juni 2010). 56 Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 1987)
42
didasarkan pada sekumpulan asumsi, nilai, gagasan yang melingkupi proses sosial
yang terjadi.57
Pada perspektif nelayan pendidikan tetap merupakan kebutuhan dasar yang
penting karena memiliki implikasi kuat terhadap pembangunan yang kuat dan
aspek kehidupan lainnya. Orang tua yang berpendidikan (educated) menunjukkan
minat yang tinggi untuk menyekolahkan anaknya. Harapan yang mendasarinya
tentu agar kelak anaknya memiliki kehidupan yang lebih baik, setidaknya tidak
lebih rendah kualitas hidup sang anak dibanding dengan kehidupannya sendiri.
Proses pendidikan anak sangat dipengaruhi oleh keadaan sosial ekonomi orang
tua, apalagi biaya sekolah merupakan beban yang terus meningkat dan hampir
tidak terpikul di pundak orang tua dari golongan paling miskin. Penghasilan orang
tua sebagi determinan yang sangat mempengaruhi bahkan menentukan
kelangsungan pendidikan anak. Dapat disimpulakan rendahnya pendapatan orang
tua berpengaruh terhadap rendahnya pendidikan seorang anak.
57 Perspektif Sosologi (Agussetiaman.wordpress.com/2008/11/…/perspektif-sosiologi/,
diakses 22 juni 2010).
43
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metodologi Penelitian
Penelitian ini digunakan dengan menggunakan metode Deskriptif.
Menurut Muhammad Nazir, metode deskriptif adalah suatu metode yang
digunakan dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu set
kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa sekarang.58
Sedangkan menurut Whitney, metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan
interpretasi yang tepat. Dua pendapat tersebut mengandung makna bahwa metode
deskriptif merupakan metode penelitian yang dilakukan dengan mendeskripsikan
berbagai fenomena, baik social, maupun pendidikan , kemudian diinterpretasikan
secara tepat.
Penelitian deskriptif (descriptive research) yang biasa disebut juga
penelitian taksonomik (taksonomic research), seperti telah disebutkan
sebelumnya, dimaksudkan untuk eksplorasi dan klarifikasi mengenai suatu
fenomena atua kenyataan sosial, dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variabel
yang berkenaan dengan masalah dan uinit yang diteliti.
Adapun format yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
Deskriptif yaitu suatu metode penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan,
meringkaskan berbagai kondisi dan situasi, atau berbagai variable yang timbul
dimasyarakat yang menjadi objek penelitian itu berdasarkan apa yang terjadi.
58
Muhammad Nazir, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Ghalio Indonesia, 1998), cet. 3, h. 62
43
44
Kemudian mengangkat kepermukaan karakter atau gambaran tentang kondisi,
situasi ataupun variabel tersebut.59
B. Lokasi dan Jadwal Penelitian
Penelitian dilakukan di pesisir pantai timur Sumatera Selatan. Dan yang
menjadi subjek penelitian disini adalah penduduk sekitar pantai timur Simpang
Tiga Jaya Sumsel. Adapun alasan memilih lokasi tersebut didasari atas
pertimbangan-pertimbangan yaitu:
1. Lokasi tersebut cukup strategis, mudah di jangkau oleh peneliti.
2. Peneliti mudah dalam memperoleh data-data dan izin dari pihak yang
terkait.
Adapun waktu penelitian kurang lebih 3 bulan yaitu terhitung mulai bulan
Oktober sampai dengan Desember tahun 2013.
C. Populasi dan Sample
1) Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.60
Dalam penelitian ini
populasi targetnya adalah seluruh masyarakat yang bertempat tinggal di
desa simpang tiga jaya yang berjumlah kurang lebih 850 kepala keluarga.
2) Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi sebagai contoh yang diambil
dengan menggunakan cara-cara tertentu.61
Sample yang digunakan dalam
59
H. M. Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: kencana, 2005),
cetakan ke 4, h.36.
60
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2006), h. 102.
61
Ibid., h. 132.
45
penelitian ini yaitu probability sampling, dengan tehnik pengambilan
sample yaitu simple random sampling yaitu pengambilan secara acak yang
dilakukan dengan mengundi nomor daftar kepala keluarga. Penulis
menggunakan teknik sample dengan mengacu kepada pendapat Suharsimi
Arikunto,62
yaitu apabila subyeknya kurang dari 100 lebih baik diambil
semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya
jika jumlah subyeknya lebih besar dari 100 dapat diambil 10-15% atau 20-
25%, atau lebih. Dalam penelitian ini penulis mengambil 10%-15% dari
jumlah populasi yang ada yaitu kurang lebih 100 kepala keluarga.
D. Variabel
Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian
suatu penelitian.63
Dalam penelitian ini terdapat satu variabel yang digunakan
yaitu Etos Kerja Masyarakat Pesisir di Desa Simpang Tiga Jaya, Kecamatan
Tulung Selapan, Kabupaten Ogan Komring Ilir Provinsi Sumatera selatan.
E. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mengetahui etos kerja yang dimiliki masyarakat desa simpang tiga
jaya, maka diperlukan data atau sumber data, dan metode pengumpulan data, serta
alat yang digunakan dalam pengumpulan data. Adapun tekhnik yang digunakan
dalam pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menyebarkan angket,
dokumentasi, pengamatan (observation), dan wawancara (interview).
62
Ibid., h. 134. 63
Ibid., h. 91.
46
Teknik pengumpulan data merupakan langkah-langkah yang dilakukan
oleh peneliti untuk memperoleh data dalam usaha pemecahan masalah penelitian.
Adapun dalam pengumpulan data tersebut diperlukan teknik-teknik tertentu
sehingga data yang diharapkan dapat terkumpul dan benar-benar relevan dengan
permasalahan yang hendak dipecahkan.
Teknik yang digunakan dalam penelitian lapangan yang secara khusus
penulis lakukan dalam upaya melengkapi data-data akurat yang terkait dengan
pembahasan dalam bab-bab selanjutnya. Adapun teknik pengumpulan data
tersebut adalah:
1. Observasi
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematis
terhadap fenomena-fenomena yang di selidiki.64
Seperti yang di kutip oleh
Drs. Jalaludin Rakhmat, M.SC mendefinisikan observasi sebagai
“pemilihan, perubahan, pencatatan, dan pengkodean serangkai prilaku dan
suasana yang berkenan dengan organisasi sesuai dengan tujuan-tujuan
empiris”. Dari definisi itu kita melihat tujuh karakteristik observasi:
pemilihan (selection), pengubahan (provocation), pencatan (recording)
pengkodean (encoding) rangkaian prilaku dan suasana (test of behaviors
and settings), dan tujuan empiris.65
Adapun hal yang diobservasi dalam hal ini adalah:
a) Etos kerja masyarakat pesisir
b) Tempat pelaksanaan penelitian
64
Sutrisno hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta : Ardi Offset, 1992), h. 136. 65
Jalaludin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi,(Bandung: remaja rosdakarya,1991),,
h.83
47
c) Penghitungan jumlah kepala keluarga
2. Dokumentasi
Bersangkutan dengan obyek penelitian seperti tempat, sosial
cultural, jumlah penduduk, serta hal-hal yang terkait dengan penelitian ini.
3. Wawancara
Metode wawancara yang penulis ambil adalah sebuah penelitian
face to face dengan tanpa adanya jawaban rekayasa dari kedua pihak.
Wawancara ini, penulis lakukan dengan masyarakat atau pihak-pihak yang
dipilih dan telah menyetujui untuk diwawancarai.
Wawancara merupakan tekhnik pengumpulan data yang sesuai
berdasarkan laporan verbal, di mana pada wawancara ini terdapat dialog
yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari orang
yang di wawancarai.66
Wawancara ini juga untuk mengetahui dan menggali informasi
secara lebih detail dan mendalam dari subyek penelitian sehubungan
dengan fokus masalah yang diteliti. Yaitu mengenai etos kerja yang
dimiliki masyarakat desa simang tiga jaya.
Dalam penelitian ini penulis mengadakan wawancara langsung
dengan ketua dusun di desa simpang tiga jaya dan beberapa penduduk
yang bersedia untuk diwawancari.
66
Ibid., h. 113.
48
4. Angket
Angket adalah alat pengumpulan data dalam bentuk pertanyaan
dengan cara menyerahkan atau mengirim daftar pertanyaan untuk diisi
sendiri oleh responden.67
Metode angket yang penulis lakukan adalah dengan mengajukan
beberapa point pertanyaan kesejumlah responden penelitian yang terkait
dengan indicator etos kerja, Adapun kisi-kisi instrumen pada penelitian ini
yaitu:
Kisi- kisi Instrument Penelitian Etos Kerja Masyarakat Pesisir
Dimensi
Indicator
No
Item
Jumlah
Item
Kemampuan
masyarakat dalam
bekerja
Mengerjakan pekerjaan dengan
sekuat tenaga.
Senang dan semangat untuk
berangkat ketempat kerja.
Menyelesaikan pekerjaan sesuai
dengan yang ditargetkan.
1
2
3
3
Bekerja dengan baik
dipekerjaan yang anda tekuni
saat ini.
4
67
Irwan Soehartono. Metode Penelitian,sosial, (Bandung: Remaja Rosdakarya,2004), h.65
49
Kepercayaan diri
masyarakat dalam
Selama ini telah bekerja dengan
baik.
Yakin bisa mencapai harapan-
harapan yang anda miliki
selama ini.
Yakin bahwa sesungguhnya
setiap orang memiliki potensi
dan keahlian.
5
6
7
4
Kedisiplinan bekerja
masyarakat
Berangkat dan pulang kerja
rutin dilakukan pada jam yang
sama.
Selalu menyelesaikan pekerjaan
yang lain dirumah.
Memanfaatkan waktu senggang
untuk mencari penghasilan
tambahan.
Selalu ada aktivitas atau
pekerjaan yang dikerjakan,
hingga tak ada waktu luang.
8
9
10
11
4
Mengisi waktu senggang
dengan kegiatan-kegiatan yang
kreatif.
12
50
Kreativitas masyarakat Punya cara untuk
menghilangkan rasa januh saat
bekerja.
Punya keterampilan khusus
yang bisa menghasilkan uang
atau menambah penghasilan
anda.
Punya cara sendiri untuk
menambah penghasilan.
13
14
15
4
Kejujuran masyarakat
Selalu berkata jujur kepada
orang lain.
Anda tidak pernah mencurigai
teman kerja anda.
Anda selalu jujur dalam hal
pembagian uang (hasil kerja).
Teman-teman anda selalu
mempercayai anda untuk
menjadi rekan kerjanya.
Anda selalu jujur dalam hal
penghasilan kepada keluarga.
16
17
18
19
20
5
Memiliki penyakit serius.
Merasa stress.
21
22
51
Kondisi kesehatan
masyarakat
Memiliki keluhan rasa sakit
pada badan anda.
23 3
Visi kedepan yang
dimiliki masyarakat
Bercita-cita untuk naik haji.
Bercita-cita untuk membeli
cetek/kapal laut.
Keinginan untuk menggali
potensi atau belajar lebih
banyak lagi.
Keinginan membeli sepit bud
dalam waktu dekat.
Bercita-cita untuk
menyekolahkan anak hingga
keperguruan tinggi.
Membangun rumah dalam
waktu dekat.
24
25
26
27
28
29
6
Kemampuan
masyarakat dalam
bekerja dengan orang
lain
Berusaha menjaga perasaan
teman-teman dalam pergaulan
atau dunia kerja.
Menjalin hubungan dengan baik
dengan teman-teman anda.
30
31
3
52
Bekerjasama dengan orang lain.
Senang bekerja dalam 1 team.
32
Professionalitas yang
dimiliki masyarakat
Memilki keinginan untuk
belajar lebih banyak lagi.
Cocok dengan pekerjaan yang
ditekuni saat ini.
Memiliki kehalian dibidang
pekerjaan yang ditekuni saat ini.
Minat dengan pekerjaan yang
ditekuni saat ini.
34
35
36
37
4
Jumlah anggota
keluarga yang menjadi
tanggungan masing-
masing masyarakat.
Jumlah anak yang dimiliki.
Jumlah anggota keluarga yang
menjadi tanggungan.
38
39
2
Kemampuan ekonomi
yang dimiliki
masyarakat
Penghasilan cukup untuk biaya
hidup sehari-hari.
Memiliki tanah/rumah.
Memiliki kendaraan laut.
40
41
42
3
53
Kondisi kesehatan
masyarakat
Memiliki penyakit serius.
Pergi kedokter/puskesmas bila
sedang sakit.
Memiliki keluhan rasa sakit pada
badan.
43
44
45
4
F. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah penyederhanaan data kedalam bentuk yang lebih
mudah dibaca dan diinterpretasikan. Data-data yang telah dikumpulkan diolah
melalui berapa tahap, yaitu dibaca, dipelajari dan ditelaah, maka langkah
berikutnya adalah mengadakan reduksi data yang dilakukan dengan jalan
membuat abstraksi, abstraksi merupakan usaha membuat rangkuman inti, proses
dan peryataan-peryataan yang perlu dijaga, sehingga tetap berada didalamnya,
maksudnya untuk melihat porsi setiap pendapat atau alternative jawaban yang
dihitung dengan prosentase.68
Tekhnik analisis data merupakan suatu cara yang digunakan untuk menguraikan
keterangan-keterangan atau data-data tersebut dapat dipahami tidak hanya oleh
peneliti, akan tetapi dapat dipahami oleh orang lain yang ingin mengetahui hasil
penelitian. Dalam menganalis data penulis menggunakan teknik sebagai berikut:
1. Editing, yaitu memeriksa kelengkapan dan pengisian angket atau
kuesioner yang berhasil dikumpulkan.
2. Skoring, yaitu memberikan nilai pada setiap jawaban angket.
3. Tabulasi data, kegiatan ini dilaksanakan dengan memasukan data-data
kedalam tabel presentasi sesuai dengan jumlah item-item pertanyaan
68
Muhammad Nazir,Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1999, h-64.
54
yang diajukan. Data yang dikumpulkan dari hasil angket yang telah
disebarkan pada masyaratat. Teknik analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai kemudian
diolah dengan menggunakan rumus distribusi frekuensi prosentase,
yang diletakan dalam tabel dengan menggunakan rumus :
P = _F_ X 100%
N
Ket : P : Prosentase untuk setiap alternative jawaban
F : frekuensi (jumlah Jawaban Responden)
N : Number of Cases (Jumlah Responden)
100% : bilangan tetap
4 Display Data (penyajian data), yaitu peneliti akan menyajikan data
hasil penelitian dalam bentuk teks yang bersifat naratif. Maksud dari
penyajian data ini adalah akan memudahkan untuk memahami apa
yang telah terjadi dan merencankan kerja selanjutnya berdasarkan
pada apa yang telah dipahami tersebut.
Conclusion Drawing/Verification (Penarikan
kesimpulan/Pemeriksaan) Penarikan kesimpulan dan pemeriksaan
dilakukan dengan cara meninjau hasil penelitian secara kritis dengan
teori yang relevan dan informasi akurat yang diperoleh dari lapanga
55
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Desa Simpang Tiga Jaya
1. Nama Desa : Desa Simpang Tiga Jaya
2. Kecamatan : Tulung Selapan
3. Kabupaten : Ogan Komring Ilir (OKI)
4. Kota : Palembang
5. Luas Wilayah (Km2): 266,6169
6. Klasifikasi Penduduk Berdasarkan Kelompok umur:
Tabel 4.1
Klasifikasi Penduduk Berdasarkan Kelompok umur
Usia Jumlah
0-4 57
5-9 76
10-14 80
15-19 115
20-24 112
25-29 107
30-34 81
69
://mirror.unpad.ac.id/orari/library/library-non
ict/statistics/depdagri/Data_Wilayah_Pemekaran.pdf
55
56
35-39 53
40-44 59
45-49 43
50-54 48
55-59 18
60-64 21
65-69 23
Jumlah 893
Sumber: Diolah berdasarkan data kependudukan keluruhan Desa Simpang Tiga
Jaya tahun 2013 636
Dari tabel klasifikasi penduduk berdasarkan kelompok umur ini terlihat
bahwa mayoritas penduduk ada pada usia produktif yang mana usai produktif
adalah usai ketika seseorang maupun bekerja dan menghasilkan sesuatu yaitu usia
15-60 tahun.70
Sehingga dapat diketahui bahwa 71,2% penduduk desa Simpang
Tiga Jaya ada pada usia produktif.
7. Klasifikasi Penduduk Berdasarkan agama
Tabel 4.2
Klasifikasi Penduduk Berdasarkan agama
No Agama Jumlah
1 Islam 893
2 Kristen -
3 Katolik -
70
http//www.datastatistik-indonesia.com
57
4 Budha -
5 Hindu -
Sumber: Diolah berdasarkan data kependudukan Kelurahan Desa Simpang Tiga
Jaya tahun 2013
Dari tabel klasifikasi penduduk berdasarkan agama ini dapat diketahui
bahwa 100% penduduk Simpang Tiga Jaya beragama Islam. Dan dalam konteks
ini agama Islam menjadi sangat penting, terutama dalam kaitannya membentuk
suatu etos kerja produktif dan mandiri.
8. Lapangan Kerja Penduduk
Tabel 4.3
Lapangan Kerja Penduduk
No Jenis Pekerjaan Jumlah
1. Petani 13
2. Petani
Pengarap/Penyekap
55
3. Buruh Tani 34
4. Nelayan 284
5. Petambak 156
6. Pertukangan 20
7. Pegawai Negeri Sipil
(PNS)
4
8. Perangakat Desa 18
9. Pengangguran 52
Sumber: Diolah berdasarkan data kependudukan Kelurahan Desa Simpang Tiga
Jaya tahun 2013
58
Mayoritas pneduduk di Desa Simpang Tiga Jaya bekerja di sector non
formal yaitu sebagai nelayan, yang artinya perekonomian di Desa Simpang Tiga
Jaya ditepong oleh sector perikanan.
B. Deskripsi Data Responden Penelitian
Tabel 4.4
Karakteristik responden berdasarkan pendidikan
No Jenjangn
Pendidikan
Frekuensi
1 >SD 5 orang
2 SD 36 orang
3 SMP 59 orang
Sumber: Berdasarkan data hasil penelitian
Dari tabel karakteristik responden berdasarkan pendidikan dapat diketahui
bahwa 95% berada pada pendidikan yang terbilang rendah yang hanya menempuh
hingga jenjeng pendidikan dasar di tambah dengan tidak adanya SMA yang
terletak di kecamatan,untuk mencapai dikecatan perluh biaya kurang lebih
Rp250.000,-. Hal ini yang memungkinkan penduduk mayoritas bekerja di sector
non formal.
59
Karakteristik responden berdasarkan penghasilan
Table 4.5
Karakteristik responden berdasarkan penghasilan
No Skala Penghasilan Frekuensi
1. 10.000-50000 25 orang
2. 60.000-100.000 24 orang
3. 110.000-150.00 8 orang
4. 160.000-200.000 19 orang
5. 250.000-315.000 9 orang
6. 290.000-325.000 15 orang
Sumber: Berdasarkan data hasil penelitian
Dari tabel karakteristik responden berdasarkan penghasilan dapat diketahui
bahwa rata-rata penghasilan perhari responden terbilang cukup besar, hanya saja
penghasilannya ini tidak cukup tergantung pada musim dan cuaca.
C. Deskripsi Data
Dalam pengumpulan data, tentang Etos Kerja Masyarakat Pesisir di Desa
Simpang Tiga Jaya, Kecamatan Tulung Selapan, Kabupaten Ogan Komring Ilir
Provinsi Sumatera selatan didapatkan memalui penyebaran angket. Angket yang
penulis gunakan berbentuk skala sikap. Skala sikap ini berisi pernyataan-
pernyataan mengenai etos kerja yang disebarkan kepada sampel sebanyak 100
(seratus) orang responden dari seluruh populasi yang berjumlah kurang lebih 893
(Delapan ratus Sembilan puluh tiga) penduduk. Jumlah pernyataan yang diberikan
keresponden sebanyak 25 (dua puluh lima) item. Pilihan tersebut harus dijawab
60
oleh responden dengan memberikan tanda silang (X). Kemudian data tersebut
dihitung sehingga dapat diperoleh kesimpulan. Selain itu juga, peneliti
memperoleh data memalui observasi, wawancara dan observasi penelitian
dilakukan untuk memperoleh data mengenai keadaan masyarakat di desa Simpang
Tiga Jaya baik keadaan fiksi maupun non fiksi, data masyarakat. Sedangkan
wawancara kepada beberapa pihak yang terpilih untuk memperkuat analisa
peneliti dan upaya melengkapi data-data akurat yang terkait dengan penelitian ini.
D. Hasil Penelitian
Untuk mengetahui bagaimana Etos Kerja Masyarakat Pesisir di Desa
Simpang Tiga Jaya, Kecamatan Tulung Selapan, Kabupaten Ogan Komring Ilir
Provinsi Sumatera selatan Maka tabel dibawah ini merupakan perolehan nilai
hasil angket.
1. Etos Kerja Masyarakat Pesisir Pantai Simpang Tiga Jaya
1) Bekerja Keras
Mereka yang memiliki jiwa pekerja keras akan senantiasa bekerja
dengan memaksimalkan kemampuan dan tenaga yang mereka
memiliki. Tabel no 4.6,4.7 dan 4.8 menyajikan skor mengenai
kemampuan masyarakat dalam bekerja.
Tabel 4.6
Saya mengerjakan pekerjaan sekuat dengan sekuat tenaga
No Alternatif Jawaban F P (%)
Sangat setuju 97 97%
61
1
Setuju 3 3%
Tidak setuju - -
Sangat tidak setuju - -
Jumlah 100 100%
Sumber diambil dari hasil wawan cara
Tabel 4.6 menjelaskan bahwa masyarakat desa mengerjakan pekerjaan
dengan sekuat tenaga, dapat dilihat dari hasil skor 97% menyatakan sangat setuju
untuk mengerjakan pekerjaan dengan sekuat tenaga begitu pula bila ditinjau dari
segi mata pencaharian yang lebih dari 70% dari masyarakat di desa ini adalah
nelayan. Hal ini didukung dengan mata pencaharian mereka di dapat dari laut.
Maka harus memilii tekad dan keinginan yang besar untuk memperoleh hasil yang
mereka butuhkan untuk emenuhi kebutuhan keseharian mereka.
Tabel 4.7
Saya senang dan semangat untuk berangkat ke tempat kerja
No Alternatif Jawaban F P (%)
2
Sangat setuju 70 70%
Setuju 25 25%
Tidak setuju 3 3%
Sangat tidak setuju 2 2%
Jumlah 100 100%
Sumber diambil dari masyaraakat Desa Simpang Tiga Jaya
Pada tabel 4.7 menyatakan bahwa masyarakat desa senang dan semangat
untuk berangkat ketempat kerja, 70% dari jawaban responden menyatakan sangat
setuju dan 25% menyatakan setuju. Maka 95% masyarakat memiliki semangat
62
yang tinggi untuk bekerja. Karena masyarakat pesisir memiliki musim dan cuaca
yang dapat menentukan kegiatan keseharian masyarakat sehingga kehidupannya
tidak menentu.
Tabel 4.8
Terkadang saya males pergi bekerja
No Alternatif Jawaban F P (%)
3
Sangat setuju 5 5%
Setuju - -
Tidak setuju 89 89%
Sangat tidak setuju 6 6%
Jumlah 100 100%
Sumber : diambil dari masyarakat setempat
Tabel 4.8 menjelaskan responden mengatakan tidak setuju dengan sifat
malas, hal ini membuktikan bahwasannya masyarakat selalu bekerja keras untuk
mencukupi kebutuhan keluarganya. Sedangkan pernyataan dengan skor terendah
karena tidak menentunya hasil karena disebabkan factor cuaca dan musim.
2) Percaya diri
Sikap percaya diri akan melahirkan kekuatan, keberanian, dan tegas dalam
besikap dalam bekerja. Mengenai kepercayaan diri masyarakat dalam
bekarja akan digambarkan dalam tabel 4.9 dan 4.10.
63
Tabel 4.9
Saya yakin bisa mencapai harapan-harapan yang saya miliki selama ini
No Alternatif Jawaban F P (%)
4
Sangat setuju 84 84%
Setuju 6 6%
Tidak setuju 5 5%
Sangat tidak setuju 5 5%
Jumlah 100 100%
Sumber : juga diambil dari masyarakat setempat
Keyakinan yang kuat dapat terlihat dari tingginya pernyataan masyarakat
yaitu 84% masyarakat mempunyai keyakinan bisa mencapai harapan-harapan
yang dimilikinya. Begitu pula bila dilihat dari factor usia yang sebagian besar
masih dalam masa produktif, sehingga kesehatan jasmani masih cukup kuat untuk
bekerja sekuat tenaga hal inilah yang membuat mereka yakin bisa mencapai
harapan-harapan yang dimiliki selama ini.
Tabel: 4.10
Saya yakin bahwa sesungguhnya setiap orang memiliki potensi dan keahlian
No Alternatif Jawaban F P (%)
5
Sangat setuju 85 85%
Setuju 3 3%
Tidak setuju - -
Sangat tidak setuju 12 12%
Jumlah 100 100%
Sumber : di ambil melalu penyebaran keosoner
64
Potensi yang dimiliki setiap individu berbeda-beda, bila kita dapat menggali
potensi tersebut maka kita dapat menguasai keahlian yang orang lain belum tentu
memiliki potensi yang sama. Dengan potensi yang dimiliki setiap individu dapat
menggunakannya untuk memperoleh penghasilan yang lebih. 85% menyatakan
mereka sangat setuju dengan pernyataan bahwa sesungguhnya setiap orang
memiliki potensi dan keahlian masing-masing. Adapun pernyataan sangat tidak
setuju karena mayoritas dari mereka memiliki jenjang pendidikan yang rendah,
sehingga mempengaruhi rasa percaya diri mereka.
1. Disiplin
Pribadi yang disiplin akan hati-hati dalam mengelola pekerjaan serta penuh
tanggung jawab memenuhi kewajibannya. Tabel 4.11,4.12 dan 4.13 akan
mengambarkan kedisiplinan bekerja masyarakat pesisir simpang tiga jaya.
Tabel 4.11
Saya berangkat dan pulang kerja rutin dilakukan pada jam yang sama
No Alternatif Jawaban F P (%)
6
Sangat setuju 53 53%
Setuju 33 33%
Tidak setuju 10 10%
Sangat tidak setuju 4 4%
Jumlah 100 100%
Sumber :di ambil dari masyarakat setempat
Karena sebagian besar masyarakat disini adalah nelayan yang pola kerjanya
bergantung pada iklim dan cuaca, waktu berangkat dan pulang merekapun
65
bergantung pada angina, ini yang menjadi alasan mereka setuju untuk berangkat
dan pulang kerja rutin dilakukan pada jam yang sama.
Tabel 4.12
Saya tidak mensia-siakan waktu kerja
No Alternatif Jawaban F P (%)
7
Sangat setuju 66 66%
Setuju 29 29%
Tidak setuju 5 5%
Sangat tidak setuju -
Jumlah 100 100%
Sumber :di ambil dari masyarakat setempat
Waktu adalah uang, mungkin itu motto yang pas untuk mereka,dengan
cuaca yang tidak tentu dan arah angin yang terkadang berubah-rubah membuat
masyarakat harus bias menggunakan waktu dengan pintar. Sebagian pemuda di
desa ini juga harus pintar krna sebagian dri mereka mencari pencaharian ke pulau
Bangka yang dapat diempuh dengan menggunakan perahu sekitar 3 sampai 4 jam.
Maka pernyataan sangat setuju memiliki prosetase yang cukup hingga 66%.
walaupun sebagian dari mereka memilih untuk mencari ikan dengan
menggunakan perahu di wilayahnya. Hal ini difaktori karena bahaya yang cukup
tinggi pula. Banyaknya pembajakan perahu yang terjadi di perjalanan selagi
mereka berada ditengah laut, belum juga arah mata angina yang tib-tiba berubah
karena kondiisi cuaca.
66
2. Kreatif
Seorang yang kreatif akan bekerja dengan informasi, data, serta keahliannya
sedemikian rupa sehingga memberikan hasil atau manfaat yang besar.
Mengenai kreativitas masyarakat pesisir akan digambarkan dalam tabel
4.13, 4.14 dan 4.15
Tabel 4.13
Saya sering terlambat ketempat kerja
No Alternatif Jawaban F P (%)
8
Sangat setuju 24 24%
Setuju - -
Tidak setuju 76 76%
Sangat tidak setuju -
Jumlah 100 100%
Sumber :di ambil dari masyarakat setempat
Jika dilihat dari perrnyataan responden 76% mengatakan bahwa mereka
tidak setuju hal ini masih bersangkutan dengan pertanyaan table no 4.6 dan 4.7.
Karena mereka pekerjaan mereka bergantung dengan keadaan cuaca, bila cuaca
bagus maka mereka akan bersama-sama pergi ke laut untuk mencari nafkah.
Tabel 14
Saya punya cara untuk menghilangkan rasa jenuh saat bekerja
No Alternatif Jawaban F P (%)
9
Sangat setuju 25 25%
Setuju 5 5%
Tidak setuju 50 50%
Sangat tidak setuju 20 20%
Jumlah 100 100%
Sumber :di ambil dari masyarakat setempat
67
Tidak semua orang memiliki cara untuk menghilangkan rasa jenuh saat
bekerja, hal ini dapat terlihat pada jawaban yang cukup tinggi yaitu tidak setuju
dengan nilai prosentase 50% dan sangat tidak setuju dengan skore 20%. Bila
ditinjau kembali hal ini disebabkan karena factor minimnya lapangan pekerjaan
pada daerah tersebut. Dan selain menjadi nelayan sebagian besar dari mereka
bekerja menjadi buruh di pabrik.
Tabel 4.15
Saya punya cara sendiri utnuk menambah penghasilan
No Alternatif Jawaban F P (%)
10
Sangat setuju 67 67%
Setuju 25 25%
Tidak setuju 8 8%
Sangat tidak setuju - -
Jumlah 100 100%
Sumber :di ambil dari masyarakat setempat
Karena pada musim ikan, aktivitas ekonomi sangat tinggi, pada musim lain,
aktivitas para nelayan nyaris tidak ada, mereka menunggu musim panen. Sebagian
nelayan melakukan aktivitas perikanan tangkap lain misalnya memancing.
Sebagian lain berprofesi menjadi tukang atau kuli bangunan, melakukan aktivitas
produksi dan penjualan ikan asap.71
Begitu pula dengan masyarakat di desa
simpang tiga jaya ini. Selain dari menangkap ikan mereka melakukan pekerjaan
lain, seperti bertani dan menjadi kuli bangunan.
71 Budi Siswanto, Kemiskinan Dan Perlawanan Kaum Nelayan, (Malang: Laksbang Mediatama,
2008), h. 96-97
68
Tabel 4.16
Jika ada waktu senggang saya mengisinya dengan tidut
No Alternatif Jawaban F P (%)
11
Sangat setuju 20 20%
Setuju 9 9%
Tidak setuju 12 12%
Sangat tidak setuju 59 59%
Jumlah 100 100%
Sumber :di ambil dari masyarakat setempat
Dengan kegiatan yang cukup padat sebagian warga memanfaatkan jam
kosong dengan istirahat, hal ini dilakukan agar mereka dapat bekerja tepat waktu
dan dalam keadaan yang fit, sehingga tidak mengganggu konsentrasi mereka saat
bekerja.
3. Jujur
Mengenai kejujuran masyarakat pesisir pantai simpang tiga jaya akan
digambarkan dalam tabel 4.17, 4.18 dan 4.19:
Tabel 4.17
Saya selalu bekerja jujur kepada orang lain
No Alternatif Jawaban F P (%)
12
Sangat setuju 91 91%
Setuju 9 9%
Tidak setuju - -
Sangat tidak setuju - -
Jumlah 100 100%
Sumber :di ambil dari masyarakat setempat
69
Dari table 4.17 ini kita dapat menilai bahwa mereka berkata jujur kepada orang
lain.
Tabel 4.18
Teman-teman saya selalu mempercayai saya untuk menjadi rekan kerjanya
No Alternatif Jawaban F P (%)
13
Sangat setuju 84 84%
Setuju 16 16%
Tidak setuju - -
Sangat tidak setuju - -
Jumlah 100 100%
Sumber :di ambil dari masyarakat setempat
Karena kehidupan di desa lebih erat dan tidak seperti kehidupan yang ada di
kota, hubungan persaudaraan mereka sangat erat. Hal inilah dapat mempengaruhi
penilaian seseorang terhadap orang lain. Karena mereka memiliki hubungan yang
cukup erat. Terlihat dari jawaban responden 84% menyatakan bahwa mereka
sangat setuju dengan pertanyaan Teman-teman saya selalu mempercayai anda
untuk menjadi rekan kerjanya.
Tabel 4.19
Saya berbohong jika dalam keadaan terpepet
No Alternatif Jawaban F P (%)
14
Sangat setuju 11 11%
Setuju 8 8%
Tidak setuju 60 60%
Sangat tidak setuju 21 21%
Jumlah 100 100%
Sumber :di ambil dari masyarakat setempat
70
Bila ditinjau kembali dari hasil pernyataan responden bahwa ada sekitar
11% dari mereka menyataan sangat setuju dan 8% setuju untuk berbohong jika
dalam keadaan terpepet.
6. Sehat jasmani dan rohani
Mengenai kondisi keshatan masyarakat pesisir pantai pesisir pantai simpang
tiga jaya akan digambarkan dalam tabel 4.20 dan 4.21:
Tabel: 4.20
Saya memiliki penyakit serius.
No Alternatif Jawaban F P (%)
15
Sangat setuju 56 56%
Setuju 4 4%
Tidak setuju 40 40%
Sangat tidak setuju - -
Jumlah 100 100%
Sumber :di ambil dari masyarakat setempat
Sebagian besar responden memiliki penyakit yang serius, hal ini diduga
karena responden tidak menjaga kesehatan tubuh dan lingkungan sehingga
memiliki penyakit serius. Dengan skore 56% ini maka dapat dinilai cukup
tingginya masyarakat yang kurang menjaga pola hidup sehat.
Tabel 4.21
Saya memiliki keluhan rasasakit pada badan saya
No Alternatif Jawaban F P (%)
16
Sangat setuju 76 76%
Setuju 18 18%
Tidak setuju - -
Sangat tidak setuju 6 6%
Jumlah 100 100%
Sumber :di ambil dari masyarakat setempat
71
Dengan skore 76% yamg menyatakan bahwa mereka memiliki keluhan rasa
sakit pada badan, hal ini wajar terjadi karena mayoritas masyarakat adalah
nelayan yang pola bekerjanya berbeda dengan pekerjaan lain.
4. Memiliki visi
Visi atau orientasi kemasa depan akan mempengaruhi kualitas etos kerja
seseorang. Mengenai visi kedepan yang dimiliki masyarakat pesisir pantai
simpang tiga jaya akan digambarkan dalam tabel 4.22 dan 23:
Tabel 4.22
Saya bercita-cita untuk membeli cetek/kapal laut
No Alternatif Jawaban F P (%)
17
Sangat setuju 84 84%
Setuju 7 7%
Tidak setuju 3 3%
Sangat tidak setuju 6 6%
Jumlah 100 100%
Sumber :di ambil dari masyarakat setempat
Karena sebagian besar masyarakat adalah nelayan maka sangatlah wajar
apabila mereka memiliki cita-cita untuk memiliki kapal laut, karena mereka
menggunakan kapal dari hasil sewaan kepada saudagar yang memiliki kapal
banyak, dan hasil tangkapan mereka digunakan untuk membayar biaya sewa
kapal.
72
Tabel 4.23
Saya ingin membangun rumah dalam waktu dekat
No Alternatif Jawaban F P (%)
18
Sangat setuju 82 82%
Setuju 18 18%
Tidak setuju - -
Sangat tidak setuju - -
Jumlah 100 100%
Sumber :di ambil dari masyarakat setempat
Keinginan untuk memiliki rumah yang cukup besar bagi mereka terlihat
dengan hasil pernyataan mereka dengan skore 82% sangat setuju, namun dengan
keadaan sebagai masyarakat pesisir yang bermukim diwilayah pesisir mempunyai
mata pencaharian dari sumber daya alam dan jasa-jasa lingkungan pesisir dan laut,
misalnya nelayan, pembudi daya ikan, pemilik atau pekerja perusahaan
perhubungan laut. Yang tinggal diwilayah pesisir yang yidak memungkinkan
mereka untuk membangun rumah seperti apa yang dibangun oleh masyarakat
umum diwilayah yang berbeda.
5. Bekerja Sama
Mampu bekerja sama dengan orang lain atau rekan kerja juga menjadi hal
penting pada orang yang beretos tinggi. Mengenai kemampuan masyarakat
dalam bekerja dengan orang lain akan digambarkan pada tabel 24, 25 dan
26:
73
Tabel 4.24
Saya menjalin hubungan baik dengan teman-teman kerja
No Alternatif Jawaban F P (%)
19
Sangat setuju 85 85%
Setuju 15 15%
Tidak setuju - -
Sangat tidak setuju - -
Jumlah 100 100%
Sumber :di ambil dari masyarakat setempat
Mampu bekerja sama dengan orang lain atau rekan juga menjadi hal penting
pada orang yang beretos kerja tinggi, mengenai kemampuan masyarakat dalam
bekerja sama dengan orang lain tergambar pada table diatas yang menyatakan
85% mengatakan setuju dan 15% mengatakan setuju, hasil ini cukup tinggi yang
menunjukan masyarakat memiliki hubungan baik antar sesame rekan kerja.
Tabel 4. 25
Saya senang berkerja dengan satu team
No Alternatif Jawaban F P (%)
20
Sangat setuju 74 74%
Setuju 11 11%
Tidak setuju 15 15%
Sangat tidak setuju - -
Jumlah 100 100%
Sumber :di ambil dari masyarakat setempat
74
Dari tabel 4.24 dapat terlihat masyarakat pesisir senang bekerja sama
dengan orang lain, maka bila di tabel 4.25 terdapat 74% menyatakan sangat setuju
dan 11% setuju bila mereka senang dalam 1 team. Dan walaupun sebagian dari
mereka ada ketidak cocokan dalam sikap dan sifat salah satu teman teamnya.
Namun mereka bersaha untuk menjaga perasaan teman 1 team, karena manusia
adalah makhluk yang komplek yang memiliki rasa benci, marah, tidak suka, dll.
Manun mereka juga mempnyai kebutuhan, kemauan, cita-cita dan angan-angan.
Tabel 4.26
Saya lebih senang berkerja sendiri
No Alternatif Jawaban F P (%)
21
Sangat setuju 8 8%
Setuju 2 2%
Tidak setuju 2 2%
Sangat tidak setuju 88 88%
Jumlah 100 100%
Sumber :di ambil dari masyarakat setempat
Dari 88% yang menjawab sangat tidak setuju dapat disimpulkan bahwa
masyarakat tidak senang bekerja sendiri, dari tabel 4.24 dan 4.25 sudah dapat
disimpulkan pula masyarakat lebih senang bekerja dengan satu team.
6. Professional
Professional bisa dilihat pada pekerjaan yang ditekuni sesuai atau tidak
dengan kemampuan dan minat yang dimiliki. Yang tentu hal ini akan
mempengaruhi orang dalam pembentukan etos kerjanya. Mengenai
75
professionalitas yang dimiliki masyarakat pesisir panti simpang tiga jaya
akan digambarkan dalam tabel 27 dan 28:
Tabel 4.27
Saya memiliki keinginan untuk belajar lebih banyak lagi
No Alternatif Jawaban F P (%)
22
Sangat setuju 65 65%
Setuju 25 25%
Tidak setuju 10 10%
Sangat tidak setuju - -
Jumlah 100 100%
Sumber :di ambil dari masyarakat setempat
65% menyatakan sangat setuju untuk belajar lebih banyak lagi,dan 25%
menyatakan setuju. Hal ini dipicu karena di desa simpang tiga jaya ini memiliki
keterbatasan sekolah. Di desa ini hanya ada jenjang pendidikan sekolah sampai
SMP saja, apabila mereka ingin melanjutkan sekolah ke jenjang selanjutnya harus
keluar dari desa tersebut, misalnya pergi ke perkotaan atau merantau ke ibu kota.
Hal ini pula yang menjadi alasan bagi masyarakat tidak memiliki keinginan untuk
belajar lebih banyak lagi. Karena selain factor fasilitas yang tidak memadai, faktor
ekonomi yang rendah menjadi halangan mereka untuk melanjutkan pendidikan
kepada jenjang yg lebih tinggi.
76
Tabel 4.28
Saya minat dengan pekerjaan yang di tekunin saat ini
No Alternatif Jawaban F P (%)
23
Sangat setuju 87 87%
Setuju 8 8%
Tidak setuju 5 5%
Sangat tidak setuju - -
Jumlah 100 100%
Sumber :di ambil dari masyarakat setempat
Dari pernyataan mereka 87% menyatakan minat dengan pekerjaan mereka,
hal ini didasari karena sulitnya mencari pekerjaan di desa simpang tiga jaya, dan
factor pendidikan mereka yang rata-rata lulusan sekolah dasar (SD) sehingga
kurangnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang mereka kuasai. Maka mereka
melakukan apa saja yang mampu dikerjakan untuk memenuhi kebutuhan pokok
sehari-hari dan tetap bekerja keras untuk mencapai harapan-harapan mereka.
7. Bertanggung jawab
Bertanggung jawab adalah salah satu ciri seseorang yang beretos kerja
tinggi, dengan bertanggung jawab ia menjalani apa yang dikerjakan dengan
penuh kesungguhan. Tabel 29 dan 30 ini menjelaskan sikap tanggung jawab
masyarakan di desa simpang tiga jaya.
Tabel 4.29
Saya selalu menyelesaikan pekerjaan lain dirumah
No Alternatif Jawaban F P (%)
24
Sangat setuju 2 2%
Setuju 8 8%
Tidak setuju 56 56%
Sangat tidak setuju 34 34%
Jumlah 100 100%
Sumber :di ambil dari masyarakat setempat
77
Bagi mereka setelah berada di rumah adalah waktu untuk beristirahat dan
berkumpul bersama keluarga. Karena mayoritas masyarakat pesisir menjadi
nelayan dan memerlukan keadaan tubuh yang fit dalam melaksanakan
pekerjaannya. Maka sangat wajar apabila mereka banyak yang tidak setuju untuk
melaksanakan pekerjaan dirumah. Bagi mereka laut adalah tempat mereka bekerja
dan rumah adalah tempeh mereka beristirahat dan berkumpul bersama anak dan
istri mereka.
Tabel 4.30
Saya memanfaatkan waktu untuk mencari penghasilan tambahan
No Alternatif Jawaban F P (%)
25
Sangat setuju 56 56%
Setuju 24 24%
Tidak setuju 13 13%
Sangat tidak setuju 7 7%
Jumlah 100 100%
Sumber :di ambil dari masyarakat setempat
Sebagian dari masyarakat di desa ini memilih untuk mencari penghasilan di
luar rumah untuk memenuhi kebutuhan mereka, karena tidak setiap hari mereka
mendapatkan hasil tangkapan ikan yang banyak, sebagian dari mereka juga ada
yang menjadi kuli bangunan atau beternak wallet untuk menutip kekurangan
kebutuhan keluarga.
78
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Adapun Etos Kerja Masyarakat Desa Simpang Tiga Jaya cukup baik, dapat
dilihat dari hasil khususnya dari segi financial yang cukup baik. Walaupun
hasil yang mereka dapatkan tidak selalu sesuai dengan yang mereka
butuhkan. kebiasaan keseharian masyarakat desa simpang tiga jaya yang
memiliki pekerjaan sebagai nelayan yang mendominasi kebanyakan dari
kepala keluarga. Hal ini dikarenakan mata pencaharian merekadan
keadaan tempat tinggal yang berada di pesisir pantai.
2. Kesenjangan social pun masih ada, tidak mudah untuk memper baiki
kesenjangan social pada masyarakat ini khususnya di desa tiga simpang
jaya karena membutuhkan waktu,biaya dan keikutsertaan pemerintah
dalam menangani kesenjangan ini. Bila dianalisa dari keadaan social
masyarakat di desa ini, mereka dapat mengatasi konflik khususnya dalam
hal perekonomian walaupun masih dalam hal perindividu, untuk
meningkatkan kesejahteraan mereka memanfaatan sumber daya laut dan
alam yang ada di desa ini, selain menjadi nelayan mereka juga membudi
daya wallet memanfaatkanya untuk mata pencaharian tambahan. Hal ini
dikarenakan iklim dan cuaca dapat mempengaruhi penghasilan mereka.
78
79
3. adapun factor yang mempengaruhi etos krja masyarakat adalah:
a. keadaan masyarakat yang berada di pesisir
b. tidak adanya LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) yang membantu
desa untuk berkembang.
c. Masih tinggi nya tingkat kriminal di laut seperti menggunakan bom
ikan saat menangkap ikan, pembajakan kapal-kapal dan lain-lain.
B. Saran
1. Diperlukan dukungan dan penelitian yang lebih besar dari berbagai pihak
di desa simpang tiga jaya agar dapat memenuhi kebutuhan pokok
masyarakat pesisir sehari-hari.
2. Pemkot Palembang harus bekerja lebih keras lagi dalam mengembangkan
kesejahteraan masyarakat khususnya masyarakat yang bedara di wilayah
pesisir. Pemerintah seharusnya membuat kebijakan yang dapat
memperbaiki/meningkatkan pendapatan rumah tangga miskin agar bisa
hidup sejahtera dan paling tidak bisa memenuhi kebutuhan dasarnya.
3. Pemerintah harus ikut ikut andil dalam proses pendidikan,karena
kurangnya pendidikan di desa simpang iga jaya yang wilayahnya berada
pada pesisir dapat mempengauhi etos kerja dan perkembangan pola fikir
anak-anak.
4. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut mengenai pola konsumsi terutama
melihat variabel-variabel lain yang lebih spesifik yang bisa mempengaruhi
pola konsumsi rumah tangga seperti jenis pekerjaan, jumlah tanggungan
keluarga,dan pendidikan.
80
DAFTAR PUSTAKA
Ali Azis, Moh, Dakwah Pemberdayaan Masyarakat, Yogyakarta: PT LKiS Pelangi
Aksara, 2005.
Arikunto,Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka
Cipta, 2006.
Budi, Wahyu Setiawan, Interaksi Daratan dan Lautan, Jakarta: LIPI, 2004.
Dapertemen Pendidikan dan Kebudayaan, “Kamus Besar Indonesia”, Jakarta: PT.
Balai Pustaka,1989. diakses 22 juni 2010).
Ensklopidia Indonesia 1983, Ichtiar Baru-Van Heave dan Elsevier Publishing
Projects, Jakarta 2007.
Hoetomo, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Surabaya: Mitra Pelajar, 2005.
Rakhmat Jalaludin, Metode Penelitian Komunikasi,Bandung: remaja
rosdakarya,1991.
Mansyur K, M, Sosiologi Masyarakat Kota dan Desa, Surabaya: Usaha Nasional
Indonesia.
Kusnadi, Konflik Sosial Nelayan, Yogyakarta: LKIS, 2006.
----------------------, Jaminan Sosial Nelayan, (Yogyakarta: PT LKiS Pelangi Aksara,
2007
----------------------, Keberadaan Nelayan Dan Dinamika Ekonomi Pesisir,
Yogyakarta: Ar- RuzzMedia, 2009
M. H,Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Jakarta: kencana, 2005.
Nazir Muhammad, Metodologi Penelitian, Jakarta: Ghalio Indonesia, 1998
Mulyadi, Ekonomi Sumber Daya Manusia Dalam Perspektif Pembangunan Jakarta:
Perspektif Sosologi (Agussetiaman.wordpress.com/2008/11/…/perspektif-sosiologi/,
Rajagrafindo Persada, 2003.
81
Safari, Burhanudin, dkk, Kewirausahaan Pemuda Bahari, Jakarta: Deputi Bidang
Kewirausahaan Pemuda dan Industri Olahraga Republik Indonesia, 2006.
Siswanto, Budi, Kemiskinan Dan Perlawanan Kaum Nelayan, Malang: Laksbang
Mediatama, 2008
Soehartono, Irwan, Metode Penelitian,sosial, (Bandung: Remaja Rosdakarya,2004.
Suhartini, r.r, A. Halim, Model-model Pemberdayaan Masyarakat, Yogyakarta:
Pustaka Pesantren,2005
Syani, Abdul, Sosiologi Skematika, Teori, Dan Terapan Bandung: PT Bumi Aksara,
Toto Tasmara, K. H. Membudayakan Etos Kerja Islami, Jakarta: Gema Insani, 2002.
://mirror.unpad.ac.id/orari/library/library-non
ict/statistics/depdagri/Data_Wilayah_Pemekaran.pdf
http://www.menkokesra.go.id/content/view/9794/39/
http//www.datastatistik-indonesia.com
http://groups.yahoo.com/group/pendidikan/message/3136
Kisi- kisi Instrument Penelitian Etos Kerja Masyarakat Pesisir
Indikator-indikator etos kerja
1. Bekerja keras
2. Percaya diri
3. Disiplin
4. Kreatif
5. Jujur
6. Sehat jasmani dan rohani
7. Memiliki visi kedepan
8. Bekerja sama
9. Professional
10. Bertanggung jawab
ET
OS
KE
RJA
ET
OS
KE
RJA
Indikator
Pertanyaan
No Item
Jumlah
1. Bekerja keras
1. Mengerjakan pekerjaan
dengan sekuat tenaga
2. Senang dan semangat
untuk berangkat
ketempat kerja.
3. Terkadang saya malas
pergi bekerja
4,6,25
3
2. Percaya diri
1. Yakin bisa mencapai
harapan-harapan yang
anda miliki selama ini.
2. Yakin bahwa
sesungguhnya setiap
orang memiliki potensi
1,9
2
dan keahlian
3. Disiplin
1. Berangkat dan pulang
kerja rutin dilakukan
pada jam yang sama.
2. Tidak mensia-siakan
waktu.
3. Saya sering terlambat
pergi ke tempat kerja.
2,7,15
3
ET
OS
KE
RJA
4. Kreatif
1. Punya cara untuk
menghilangkan rasa
jenuh saat bekerja.
2. Punya cara sendiri
untuk menambah
penghasilan.
3. Jika ada waktu
senggang saya
mengisinya dengan
tidur
13,5,18
3
5. Jujur
1. Selalu berkata jujur
kepada orang lain.
2. Teman-teman anda
selalu mempercayai
anda untuk menjadi
rekan kerjanya.
3. Saya berbohong jika
dalam keadaan terpepet
11,12,3
3
6. Sehat jasmani
dan rohani
1. Memiliki penyakit
serius.
2. Memiliki keluhan rasa
sakit pada badan anda.
8,14
2
1. Bercita-cita untuk
7. Memiliki visi
membeli cetek/kapal
laut.
2. Membangun rumah
dalam waktu dekat.
16,19
2
8. Bekerja sama
1. Menjalin hubungan
baik dengan teman-
teman anda.
2. Senang bekerja dalam 1
team.
3. Saya lebih senang
bekerja sendiri
17,22,10
3
9. Professional
1. Memiliki keinginan
untuk belajar lebih
banyak lagi.
2. Minat dengan pekerjaan
yang ditekuni saat ini.
24,20
2
E
TO
S K
ER
JA
10. Bertanggung
jawab
1. Selalu menyelesaikan
pekerjaan yang lain di
rumah.
2. Memanfaatkan waktu
senggang untuk
mencari penghasilan
tambahan.
23,21
2
Rekapitulasi Variabel X (Etos Kerja Masyarakat Pesisir di Desa Simpang Tiga Jaya)
Responden Butir-bitur Kuisioner Jumlah1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
1 4 4 4 2 4 4 4 2 1 2 1 4 3 4 2 4 4 3 4 4 1 2 4 3 3 77
2 4 3 2 4 4 3 4 2 2 4 1 4 3 1 4 4 4 3 4 4 1 4 4 2 4 79
3 4 4 1 4 4 3 3 2 4 4 1 4 4 2 2 4 4 4 4 4 1 4 4 3 4 82
4 4 3 2 4 4 4 3 2 4 4 2 4 4 4 2 4 4 4 4 4 1 2 4 2 3 82
5 4 3 2 4 4 2 3 2 4 4 2 4 4 2 2 4 4 3 4 4 1 4 4 2 4 80
6 4 4 2 2 4 4 4 4 1 4 2 4 4 2 4 4 4 3 4 4 1 4 4 3 3 83
7 4 4 4 4 4 4 4 4 2 3 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 4 4 2 3 88
8 4 3 2 1 4 3 4 4 2 3 1 4 4 1 4 4 4 4 4 4 1 4 4 2 3 78
9 4 4 1 4 4 3 4 2 1 3 1 4 4 4 2 4 4 4 4 4 1 2 4 2 3 77
10 4 4 2 4 4 3 4 2 1 3 1 4 3 4 2 4 4 4 4 4 1 4 4 1 4 79
11 4 3 4 4 4 3 4 4 3 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 4 4 1 4 89
12 4 4 2 4 4 4 4 2 4 4 1 4 3 2 3 4 4 3 4 4 1 4 4 1 4 82
13 3 4 2 4 4 2 4 2 2 3 3 4 4 1 4 4 4 4 4 4 1 3 4 4 4 82
14 4 4 4 4 1 4 3 2 1 3 1 4 4 1 2 4 4 4 4 4 1 4 4 1 4 76
15 4 3 2 4 4 3 3 2 4 3 1 4 4 2 4 4 4 3 4 4 1 2 4 2 4 79
16 4 3 2 4 4 3 3 4 4 3 1 4 4 2 4 4 4 3 4 4 1 4 4 1 4 82
17 4 4 1 4 4 1 4 4 4 4 3 4 4 2 2 4 4 4 4 4 1 2 4 2 3 81
18 4 4 2 4 4 2 4 4 3 4 1 4 4 2 2 4 4 4 4 4 1 4 4 1 3 81
19 4 3 2 4 4 3 4 2 2 4 3 4 4 2 4 4 4 4 4 4 1 4 4 2 3 83
20 4 4 2 4 4 4 4 2 2 4 1 4 4 2 3 4 4 4 4 4 1 4 4 2 4 83
21 4 4 2 4 4 3 4 2 1 4 3 4 4 2 4 4 4 4 4 4 1 3 4 1 4 82
22 3 4 2 4 1 3 3 2 2 4 1 4 4 1 3 4 4 4 4 4 1 4 4 2 4 76
23 4 3 2 4 4 3 3 2 1 4 3 4 3 1 4 4 4 4 4 4 1 4 4 2 4 80
24 4 4 2 4 4 1 4 2 4 4 3 3 3 4 4 4 4 3 4 4 1 4 4 1 3 82
25 4 4 4 4 4 1 4 2 4 4 2 4 3 2 4 4 4 3 4 4 1 4 4 3 4 85
26 4 3 1 4 4 2 3 2 2 4 1 4 3 1 3 4 4 4 4 4 1 2 4 2 4 74
27 4 4 2 3 1 4 4 2 1 4 2 4 4 2 4 4 4 4 4 4 1 4 4 1 4 79
28 4 4 2 4 1 3 3 2 2 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 1 4 4 2 4 82
29 3 4 2 4 4 4 4 2 1 4 1 4 4 2 2 4 1 4 4 4 2 2 4 4 3 77
30 4 4 2 4 4 2 4 4 4 3 1 3 4 2 2 4 4 4 4 4 1 4 4 1 4 81
31 4 4 1 4 4 4 4 2 4 3 1 4 4 2 4 4 4 3 4 4 1 4 4 2 4 83
32 4 3 2 4 4 3 4 4 4 2 1 4 4 1 4 4 1 4 3 4 1 4 4 3 3 79
33 4 4 2 2 1 4 3 2 3 4 2 4 4 2 4 4 4 4 4 4 1 4 4 1 4 79
34 4 4 2 4 4 2 4 4 2 2 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 1 2 4 2 4 84
35 4 4 2 4 4 3 4 2 1 4 1 4 4 2 4 4 1 3 4 4 1 3 4 3 3 77
36 4 4 2 4 1 4 4 2 3 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 1 3 4 1 3 82
37 4 4 2 4 4 1 4 2 2 3 1 4 4 4 2 4 4 4 4 4 1 3 4 2 3 78
38 4 3 2 4 4 4 2 2 1 3 1 4 4 2 4 3 4 3 4 4 1 4 4 3 4 78
39 4 4 2 4 1 3 4 2 4 3 1 4 4 1 4 4 4 4 4 2 1 4 4 1 3 76
40 4 4 2 4 4 4 4 2 2 4 2 4 4 2 2 4 4 4 4 2 1 4 4 2 4 81
41 4 3 2 4 4 4 4 2 4 2 1 4 3 1 4 3 4 4 4 4 1 3 2 1 4 76
42 4 4 2 4 4 2 3 2 2 4 1 3 3 4 4 4 4 3 4 4 1 4 4 3 4 81
43 4 4 2 4 1 3 3 2 2 3 2 4 4 2 4 4 4 4 4 2 1 4 4 1 3 75
44 4 4 2 4 4 4 4 2 4 4 1 4 4 2 2 4 2 3 4 4 4 4 2 2 4 82
45 4 3 2 3 4 2 4 2 1 2 4 4 4 2 4 1 4 4 3 4 4 3 4 2 1 75
46 4 3 1 4 4 3 4 2 4 4 1 4 4 2 4 4 4 4 4 4 1 4 4 1 4 82
47 4 4 2 4 4 4 4 2 2 3 4 4 4 3 2 4 4 4 4 3 1 4 4 2 3 83
48 4 3 2 4 1 4 4 2 2 4 1 4 4 2 4 4 4 3 4 2 1 3 4 2 4 76
49 4 4 2 4 4 3 4 2 3 2 1 3 4 2 4 1 1 3 3 2 1 4 4 1 4 70
50 4 4 2 1 4 2 4 2 4 4 1 4 3 2 2 4 4 3 4 4 4 2 4 2 1 75
51 4 4 2 4 4 4 4 2 4 3 4 4 4 2 4 4 1 4 4 4 1 3 2 2 3 81
52 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 1 4 4 3 2 1 4 4 4 4 1 4 4 1 1 80
53 4 4 2 4 4 3 4 4 1 2 4 4 4 1 4 1 4 4 4 4 1 4 4 1 3 79
54 4 4 2 4 4 4 3 4 2 4 1 4 4 1 4 4 4 4 3 4 1 4 4 2 4 83
55 4 1 2 4 4 2 3 2 2 3 1 4 4 3 4 4 4 4 4 4 1 3 4 2 2 75
56 4 4 2 4 1 3 3 2 2 2 4 3 4 2 2 4 4 4 4 4 3 3 4 2 3 77
57 4 4 2 3 4 4 4 2 1 4 1 4 4 2 4 4 4 4 3 4 1 3 4 2 4 80
58 4 4 2 4 4 3 4 2 1 4 1 4 3 2 4 4 4 4 4 4 1 2 4 2 3 78
59 4 4 2 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 3 2 3 4 4 4 4 4 4 4 2 4 90
60 4 4 2 4 4 4 4 2 1 3 3 4 4 2 2 1 3 4 4 4 1 4 4 2 2 76
61 4 4 2 4 3 3 4 2 2 4 1 4 4 2 4 4 4 4 3 3 1 4 3 2 3 78
62 4 4 2 4 4 4 4 4 2 4 2 4 4 2 2 4 4 4 4 4 1 4 3 2 4 84
63 4 4 2 4 4 4 4 2 1 4 1 4 4 1 2 3 4 4 4 4 1 4 4 2 3 78
64 4 2 2 2 4 3 3 2 2 4 1 4 3 2 4 3 4 4 4 2 1 4 4 1 2 71
65 4 4 2 4 4 4 3 2 1 3 2 4 4 2 2 3 3 4 4 4 1 4 4 1 4 77
66 4 4 2 4 1 4 4 2 2 4 1 4 4 3 4 4 4 4 3 4 2 4 4 1 1 78
67 4 1 2 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 2 2 4 4 4 4 2 1 4 4 1 4 81
68 4 4 2 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 2 4 4 2 4 4 4 1 4 4 1 2 84
69 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 1 4 3 1 4 3 2 1 3 4 2 3 80
70 4 4 2 1 4 4 2 2 4 3 1 3 4 2 4 3 4 4 4 4 1 3 2 2 4 75
71 4 4 2 4 4 4 2 2 2 4 3 4 4 2 4 4 4 4 4 3 1 3 4 2 4 82
72 4 4 2 4 4 4 4 2 1 3 4 4 3 3 2 1 4 4 3 3 3 3 4 2 2 77
73 4 4 2 4 4 3 4 2 2 4 1 4 4 2 4 4 2 4 4 3 1 4 4 2 4 80
74 4 4 2 2 4 4 4 4 1 3 1 4 4 1 4 4 4 4 3 4 4 4 4 2 4 83
75 4 4 2 4 4 3 2 2 2 4 1 4 4 2 2 4 4 4 4 2 4 3 4 1 2 76
76 4 2 2 4 1 4 4 2 4 3 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 1 4 4 1 4 82
77 4 4 2 4 4 4 3 4 2 4 1 4 4 2 4 4 4 4 4 2 4 4 2 1 4 83
78 4 4 2 4 4 3 3 2 2 4 1 4 4 1 2 4 4 4 4 4 1 4 4 2 1 84
79 4 4 2 1 3 4 3 2 2 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 3 1 3 3 2 2 77
80 4 4 2 4 4 4 4 2 2 4 1 4 4 2 4 3 3 4 3 4 1 4 3 1 4 79
81 4 4 2 4 4 4 4 4 2 4 1 4 4 3 4 3 3 4 4 2 1 4 3 2 4 82
82 4 3 2 4 4 3 4 2 2 4 1 3 4 2 2 3 3 4 3 4 1 4 4 2 2 74
83 4 4 2 4 4 4 4 4 2 4 1 4 4 2 2 3 4 4 4 3 1 4 3 2 4 81
84 4 4 2 4 4 4 4 2 2 4 1 4 4 2 2 3 4 4 4 4 1 4 4 1 4 80
85 4 3 2 3 4 4 4 2 2 4 4 4 4 1 2 4 4 4 4 4 1 4 4 2 1 79
86 4 4 2 4 4 4 4 2 2 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 2 4 3 4 2 2 85
87 4 4 2 4 4 4 4 2 2 4 4 4 4 2 4 3 4 4 4 3 1 3 4 2 4 84
88 4 3 2 4 4 4 3 2 2 4 1 4 3 2 2 4 4 4 4 4 1 3 3 2 4 77
89 4 4 2 4 4 4 3 2 2 4 1 4 4 3 4 4 4 4 4 2 1 3 4 2 2 79
90 4 3 2 3 4 3 3 2 2 4 2 4 4 1 2 3 4 4 4 4 1 4 4 2 1 74
91 4 4 2 4 3 3 4 2 2 4 1 4 4 2 4 4 4 4 4 3 1 3 4 1 4 79
92 4 3 2 4 4 3 2 2 2 4 4 4 4 2 4 4 3 4 4 4 4 4 4 1 2 82
93 4 4 2 4 4 4 4 2 2 3 1 4 4 1 4 4 4 4 4 4 1 4 4 1 4 81
94 4 3 2 4 4 3 3 2 2 4 1 4 4 2 2 3 4 4 3 4 1 3 3 2 4 75
95 4 2 2 4 4 4 4 2 2 4 4 3 4 2 4 4 4 4 3 3 1 4 4 2 2 80
96 4 3 2 4 4 4 3 4 2 4 1 4 4 2 2 4 4 4 4 2 1 4 4 1 4 79
97 4 3 2 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 1 4 3 3 4 4 4 1 3 4 2 2 82
98 4 4 2 3 4 3 3 2 2 4 1 4 4 2 2 4 4 4 4 3 1 4 4 2 4 78
99 4 4 2 4 4 4 4 2 4 4 1 4 4 2 2 4 4 4 4 4 1 4 4 1 4 83
100 4 3 2 1 4 4 3 4 2 4 1 4 4 1 4 3 4 4 3 2 1 4 4 2 4 76
Jumlah 397 363 204 369 361 335 361 248 235 359 190 391 384 209 322 364 369 382 385 359 133 355 382 178 328 7971
A. Etos Kerja Masyarakat Pesisir
No Pernyataan SS S TS STS
1. Saya yakin bisa mencapai harapan-harapan miliki
selama ini.
2. Saya berangkat dan pulang kerja rutin dilakukan
pada jam yang sama.
3. Saya berbohong jika dalam keadaan terpepet
4. Saya mengerjakan pekerjan dengan sekuat tenaga.
5. Saya punya cara sendiri untuk menambah
penghasilan.
6. Saya senang dan semangat untuk berangakat
ketempat kerja
7. Saya tidak mensia-siakan waktu
8. Saya memiliki penyakit serius.
9. Saya yakin bahwa sesungguhnya setiap orang
memiliki potensi dan keahlian.
10. Saya lebih senang bekerja sendiri.
11. Saya selalu berkata jujur kepada orang lain
12. Teman-teman selalu mempercayai saya untuk
menjadi rekan kerjanya.
13. Saya memiliki cara menghilangkan rasa jenuh saat
bekerja.
14. Saya memiliki keluhan rasa sakit pada badan.
15. Saya sering terlambat pergi ke tempat kerja.
16. Bercita-cita untuk membeli cetek/kapal laut.
17. Menjalin hubungan dengan baik dengan teman-
teman saya.
18. Jika ada waktu senggang saya mengisinya dengan
tidur.
19. Saya ingin membangun rumah dalam waktu dekat
20. Saya berminat dengan pekerjaan yang ditekuni saat
ini.
21. Saya memanfaatkan waktu senggang untuk mencari
penghasilan tambahan.
22. Saya senang bekerja dalam 1 team.
23. Terkadang saya malas pergi bekerja.
24. Saya selalu menyelesaikan pekerjaan yang lain di
rumah.
25. Saya memilki keinginan untuk belajar lebih banyak
lagi.
Statistics
VAR00001
N Valid 100
Missing 25
Mean 73,0400
Median 73,5000
Mode 74,00
Std. Deviation 6,12483
Variance 37,514
Range 27,00
Minimum 60,00
Maximum 87,00
Sum 7304,00
Percentiles
10 65,0000
20 67,0000
25 68,2500
30 69,0000
40 71,0000
50 73,5000
60 74,6000
70 77,0000
75 77,7500
80 79,0000
90 81,0000
100 87,0000
VAR00001
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
60,00 1 ,8 1,0 1,0
61,00 2 1,6 2,0 3,0
62,00 1 ,8 1,0 4,0
64,00 3 2,4 3,0 7,0
65,00 6 4,8 6,0 13,0
66,00 3 2,4 3,0 16,0
67,00 5 4,0 5,0 21,0
68,00 4 3,2 4,0 25,0
69,00 9 7,2 9,0 34,0
70,00 4 3,2 4,0 38,0
71,00 3 2,4 3,0 41,0
72,00 5 4,0 5,0 46,0
73,00 4 3,2 4,0 50,0
74,00 10 8,0 10,0 60,0
75,00 4 3,2 4,0 64,0
76,00 4 3,2 4,0 68,0
77,00 7 5,6 7,0 75,0
78,00 2 1,6 2,0 77,0
79,00 7 5,6 7,0 84,0
80,00 3 2,4 3,0 87,0
81,00 4 3,2 4,0 91,0
82,00 4 3,2 4,0 95,0
83,00 1 ,8 1,0 96,0
84,00 2 1,6 2,0 98,0
85,00 1 ,8 1,0 99,0
87,00 1 ,8 1,0 100,0
Total 100 80,0 100,0
Missing System 25 20,0
Total 125 100,0
Rekapitulasi Variabel X (Etos Kerja Masyarakat Pesisir di Desa Simpang Tiga Jaya)
Butir-butir Kuisioner
1 2,00 2,00 3,00 2,00 3,00 4,00 4,00 2,00 3,00 3,00 2,00 2,00
3,00 2,00
2 3,00 3,00 4,00 2,00 4,00 4,00 4,00 2,00 4,00 2,00 1,00 2,00
3,00 2,00
3 3,00 3,00 2,00 2,00 4,00 4,00 4,00 2,00 4,00 2,00 3,00 3,00
3,00 2,00
4 4,00 4,00 3,00 2,00 4,00 4,00 4,00 2,00 4,00 2,00 2,00 3,00
3,00 2,00
5 3,00 3,00 3,00 2,00 3,00 4,00 4,00 2,00 4,00 2,00 2,00 3,00
3,00 2,00
6 3,00 3,00 2,00 2,00 4,00 4,00 4,00 3,00 4,00 2,00 4,00 3,00
3,00 3,00
7 3,00 3,00 2,00 1,00 3,00 3,00 4,00 2,00 4,00 2,00 3,00 3,00
3,00 2,00
8 3,00 3,00 2,00 2,00 3,00 3,00 4,00 2,00 4,00 3,00 3,00 3,00
2,00 2,00
9 4,00 4,00 2,00 2,00 4,00 4,00 4,00 2,00 4,00 2,00 3,00 3,00
3,00 2,00
10 3,00 2,00 3,00 2,00 3,00 3,00 3,00 2,00 4,00 2,00 2,00 4,00
4,00 2,00
11 4,00 3,00 3,00 2,00 4,00 3,00 4,00 2,00 4,00 2,00 2,00 4,00
3,00 1,00
12 4,00 4,00 2,00 2,00 3,00 3,00 3,00 2,00 4,00 2,00 3,00 3,00
3,00 2,00
13 4,00 4,00 3,00 1,00 4,00 4,00 4,00 2,00 4,00 2,00 2,00 3,00
3,00 2,00
14 3,00 2,00 2,00 2,00 3,00 3,00 3,00 2,00 4,00 2,00 3,00 3,00
3,00 2,00
15 2,00 2,00 3,00 2,00 4,00 3,00 3,00 3,00 4,00 2,00 2,00 3,00
3,00 3,00
16 3,00 4,00 3,00 1,00 4,00 2,00 3,00 2,00 4,00 2,00 2,00 3,00
3,00 2,00
17 3,00 4,00 3,00 2,00 3,00 3,00 4,00 2,00 4,00 2,00 2,00 4,00
4,00 2,00
18 3,00 4,00 3,00 1,00 3,00 4,00 3,00 2,00 3,00 3,00 2,00 4,00
4,00 2,00
19 3,00 2,00 2,00 2,00 2,00 3,00 4,00 3,00 3,00 2,00 3,00 3,00
3,00 2,00
20 3,00 2,00 3,00 2,00 3,00 3,00 3,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00
2,00 2,00
21 3,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 3,00 2,00 2,00 3,00 3,00 2,00
2,00 2,00
22 3,00 3,00 3,00 2,00 3,00 3,00 3,00 2,00 3,00 1,00 2,00 3,00
2,00 2,00
23 3,00 2,00 2,00 2,00 4,00 4,00 4,00 1,00 4,00 2,00 2,00 4,00
4,00 2,00
24 3,00 3,00 2,00 2,00 33,00 3,00 4,00 2,00 4,00 2,00 3,00 3,00
3,00 2,00
25 3,00 4,00 2,00 1,00 3,00 3,00 4,00 1,00 3,00 2,00 3,00 3,00
4,00 2,00
26 3,00 2,00 3,00 2,00 4,00 4,00 4,00 2,00 4,00 2,00 2,00 3,00
3,00 2,00
27 3,00 2,00 3,00 1,00 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00 1,00 2,00 3,00
3,00 3,00
28 4,00 4,00 2,00 1,00 3,00 3,00 3,00 1,00 3,00 2,00 3,00 3,00
3,00 1,00
29 4,00 4,00 2,00 1,00 3,00 3,00 3,00 1,00 3,00 2,00 3,00 3,00
3,00 2,00
30 4,00 3,00 2,00 1,00 3,00 3,00 3,00 2,00 3,00 2,00 3,00 3,00
3,00 2,00
31 3,00 2,00 3,00 1,00 3,00 3,00 3,00 1,00 4,00 1,00 2,00 3,00
4,00 1,00
32 3,00 3,00 2,00 2,00 4,00 4,00 4,00 2,00 3,00 2,00 2,00 3,00
3,00 1,00
33 3,00 2,00 2,00 2,00 3,00 3,00 4,00 1,00 3,00 1,00 3,00 3,00
3,00 1,00
34 3,00 3,00 3,00 2,00 3,00 3,00 3,00 2,00 3,00 2,00 2,00 2,00
3,00 2,00
35 2,00 2,00 3,00 2,00 3,00 3,00 3,00 1,00 3,00 2,00 2,00 2,00
3,00 2,00
36 3,00 2,00 3,00 1,00 3,00 3,00 3,00 1,00 3,00 1,00 2,00 3,00
3,00 1,00
37 3,00 2,00 2,00 1,00 3,00 3,00 3,00 1,00 3,00 1,00 3,00 3,00
3,00 1,00
38 3,00 2,00 2,00 2,00 3,00 3,00 3,00 1,00 3,00 2,00 3,00 3,00
3,00 1,00
39 3,00 2,00 3,00 2,00 3,00 3,00 3,00 2,00 3,00 2,00 2,00 3,00
4,00 1,00
40 4,00 4,00 3,00 2,00 3,00 3,00 3,00 2,00 3,00 2,00 2,00 3,00
3,00 2,00
41 3,00 3,00 2,00 2,00 3,00 3,00 4,00 1,00 3,00 2,00 3,00 3,00
3,00 1,00
42 4,00 4,00 3,00 2,00 2,00 3,00 3,00 2,00 3,00 2,00 2,00 3,00
3,00 2,00
43 3,00 2,00 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00 1,00 3,00 2,00 2,00 3,00
3,00 1,00
44 2,00 2,00 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00 4,00 2,00 3,00 3,00 2,00
3,00 3,00
45 3,00 3,00 2,00 1,00 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00 2,00 2,00 3,00
3,00 3,00
46 4,00 4,00 3,00 3,00 3,00 3,00 4,00 2,00 3,00 3,00 2,00 3,00
2,00 2,00
47 4,00 3,00 3,00 1,00 3,00 3,00 4,00 1,00 4,00 2,00 2,00 3,00
3,00 1,00
48 3,00 2,00 2,00 1,00 4,00 3,00 3,00 1,00 3,00 2,00 3,00 3,00
3,00 1,00
49 4,00 2,00 3,00 1,00 3,00 3,00 3,00 1,00 3,00 1,00 2,00 3,00
3,00 1,00
50 3,00 4,00 2,00 3,00 2,00 3,00 3,00 1,00 3,00 1,00 3,00 3,00
3,00 1,00
51 3,00 4,00 2,00 1,00 3,00 3,00 3,00 3,00 4,00 1,00 2,00 3,00
3,00 3,00
52 3,00 2,00 3,00 3,00 3,00 3,00 1,00 3,00 2,00 2,00 3,00 3,00
2,00 2,00
53 3,00 3,00 3,00 2,00 3,00 3,00 3,00 1,00 3,00 2,00 2,00 3,00
3,00 2,00
54 3,00 3,00 3,00 2,00 3,00 3,00 3,00 2,00 3,00 1,00 3,00 3,00
3,00 2,00
55 3,00 2,00 3,00 3,00 3,00 4,00 3,00 2,00 3,00 2,00 3,00 3,00
3,00 2,00
56 3,00 3,00 2,00 2,00 3,00 3,00 4,00 2,00 4,00 3,00 2,00 3,00
3,00 2,00
57 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 3,00 4,00 1,00 3,00 1,00 3,00 3,00
3,00 3,00
58 3,00 2,00 3,00 2,00 4,00 4,00 4,00 3,00 3,00 2,00 3,00 3,00
3,00 3,00
59 4,00 2,00 2,00 3,00 3,00 4,00 4,00 2,00 3,00 3,00 3,00 2,00
3,00 2,00
60 3,00 2,00 3,00 2,00 4,00 3,00 4,00 2,00 3,00 2,00 2,00 3,00
3,00 3,00
61 3,00 2,00 3,00 3,00 4,00 4,00 3,00 2,00 4,00 1,00 2,00 2,00
3,00 3,00
62 3,00 3,00 3,00 2,00 4,00 4,00 3,00 2,00 3,00 2,00 3,00 4,00
3,00 2,00
63 4,00 3,00 3,00 4,00 4,00 4,00 3,00 1,00 3,00 2,00 3,00 3,00
4,00 3,00
64 3,00 2,00 3,00 2,00 3,00 3,00 3,00 2,00 3,00 2,00 2,00 3,00
3,00 2,00
65 3,00 2,00 3,00 2,00 3,00 3,00 3,00 2,00 3,00 2,00 2,00 3,00
3,00 2,00
66 3,00 3,00 2,00 2,00 4,00 3,00 3,00 1,00 3,00 2,00 2,00 3,00
3,00 2,00
67 3,00 3,00 2,00 2,00 3,00 3,00 3,00 1,00 3,00 2,00 2,00 2,00
2,00 1,00
68 3,00 2,00 2,00 2,00 3,00 3,00 3,00 1,00 3,00 2,00 2,00 2,00
3,00 1,00
69 4,00 3,00 3,00 2,00 3,00 3,00 3,00 1,00 3,00 2,00 2,00 3,00
3,00 2,00
70 3,00 2,00 2,00 2,00 4,00 4,00 4,00 2,00 4,00 2,00 3,00 3,00
3,00 2,00
71 4,00 4,00 2,00 2,00 4,00 4,00 4,00 2,00 4,00 2,00 4,00 3,00
3,00 2,00
72 3,00 4,00 2,00 1,00 4,00 4,00 4,00 2,00 4,00 2,00 3,00 3,00
4,00 2,00
73 3,00 3,00 2,00 2,00 4,00 4,00 4,00 1,00 4,00 1,00 3,00 4,00
4,00 1,00
74 4,00 4,00 2,00 2,00 4,00 4,00 4,00 2,00 4,00 2,00 4,00 4,00
4,00 2,00
75 4,00 4,00 2,00 1,00 4,00 4,00 3,00 1,00 4,00 2,00 3,00 3,00
4,00 1,00
76 4,00 4,00 2,00 2,00 4,00 4,00 3,00 2,00 4,00 2,00 4,00 4,00
3,00 2,00
77 3,00 4,00 2,00 2,00 4,00 4,00 3,00 1,00 4,00 2,00 4,00 3,00
3,00 2,00
78 3,00 4,00 2,00 2,00 4,00 4,00 4,00 2,00 4,00 2,00 3,00 3,00
4,00 1,00
79 4,00 4,00 2,00 2,00 4,00 4,00 4,00 2,00 4,00 2,00 4,00 3,00
3,00 1,00
80 4,00 4,00 2,00 2,00 4,00 3,00 4,00 2,00 4,00 1,00 3,00 3,00
3,00 1,00
81 4,00 4,00 2,00 4,00 4,00 4,00 4,00 4,00 2,00 4,00 1,00 4,00
4,00 3,00
82 4,00 3,00 2,00 4,00 4,00 3,00 4,00 2,00 2,00 4,00 1,00 3,00
4,00 2,00
83 4,00 4,00 2,00 4,00 4,00 4,00 4,00 4,00 2,00 4,00 1,00 4,00
4,00 2,00
84 4,00 4,00 2,00 4,00 4,00 4,00 4,00 2,00 2,00 4,00 1,00 4,00
4,00 2,00
85 4,00 3,00 2,00 3,00 4,00 4,00 4,00 2,00 2,00 4,00 4,00 4,00
4,00 1,00
86 4,00 4,00 2,00 4,00 4,00 4,00 4,00 3,00 2,00 4,00 4,00 4,00
4,00 2,00
87 4,00 4,00 2,00 4,00 4,00 4,00 4,00 2,00 2,00 4,00 4,00 4,00
4,00 2,00
88 4,00 3,00 2,00 4,00 4,00 4,00 3,00 2,00 2,00 4,00 1,00 4,00
3,00 2,00
89 4,00 3,00 2,00 4,00 4,00 4,00 3,00 2,00 2,00 4,00 1,00 4,00
4,00 3,00
90 4,00 3,00 2,00 3,00 4,00 3,00 3,00 2,00 2,00 4,00 2,00 4,00
4,00 1,00
91 4,00 4,00 2,00 4,00 3,00 3,00 4,00 2,00 2,00 4,00 1,00 4,00
4,00 2,00
92 4,00 3,00 2,00 4,00 4,00 3,00 2,00 2,00 2,00 4,00 4,00 4,00
4,00 2,00
93 4,00 4,00 2,00 4,00 4,00 4,00 4,00 2,00 2,00 3,00 1,00 4,00
4,00 1,00
94 4,00 3,00 2,00 4,00 4,00 3,00 3,00 2,00 2,00 4,00 1,00 4,00
4,00 2,00
95 4,00 2,00 2,00 4,00 4,00 4,00 4,00 2,00 2,00 4,00 4,00 3,00
4,00 2,00
96 4,00 3,00 2,00 4,00 4,00 4,00 3,00 4,00 2,00 4,00 1,00 4,00
4,00 2,00
97 4,00 3,00 2,00 4,00 4,00 4,00 3,00 4,00 4,00 3,00 4,00 4,00
4,00 1,00
98 4,00 4,00 2,00 3,00 4,00 3,00 3,00 2,00 2,00 4,00 1,00 4,00
4,00 2,00
99 4,00 4,00 2,00 4,00 4,00 4,00 4,00 2,00 4,00 4,00 1,00 4,00
4,00 2,00
100 4,00 3,00 2,00 1,00 4,00 4,00 3,00 4,00 2,00 4,00 1,00 4,00
4,00 1,00
Posyandu simpang tiga jaya (Sungai Pedada)
Ini gerbang SDN 1 simpang tiga jaya (sungai pedada)
Permukinan masyarakat simpang tiga jaya (Sungai Pedada)
Nampak dari hulu desa dimpang tiga jaya (Sungai Pedada) terlihat kira dan kanan kapal-kapal nelayan,
dan ditengah aliran sungai terlihat sepit bud,alat transportasi penghubung antar desa
SDN 1 simpang tiga jaya (sungai pedada)
Nampak lapangan SDN 1 disaat pasang air laut naik, dijadikan tempat permainan anak-anak desa, jauh
sebelum mereka, kami pada masa itu sudah sangat sering bermain di lapang sekolah sama persisi yang
dilakukan mereka sekarang ini.
Jembatan penguhubungan desa simpang tiga jaya (sungai pedada),sebelum ada jembatan penghubung
yang ada digambar, masyarakat menggunakan sampan sebagai alat pembantu untuk menyebrang
Salah satu nelayan Desa Simpang Tiga Jaya (Sungai Pedada) baru pulang dari laut, terlihat istri dan anak
setia menunggu suaminya yang menaruh kan harapan penuh pada sang suami
Acara 17 agustus yang di adakan oleh karang taruna desa,di balai serba guna,adapun permainan yang
dimainkan desa Simpang Tiga Jaya (Sungai Pedada) masih permainan tradisional semua
Ini salah satu mata pencarian tambak udang dan ikan Masyarakat Desa Simpang Tiga Jaya (Sungai
Pedada) diambil dari tambak penulis sendiri, pada saat panen, kurang lebih 60 % masyarakat memiliki
tambak
Salah satu anak UIN Fakultas Usulludin orang medan yang pernah penulis ajak ke desa penulis untuk
melihat panen tambak
Gamabar ini juga salah satu mata pecarian masyarakat Simpang Tiga Jaya (Sungai Pedada), terlihat
gedung hitam itu adalah gedung wallet kurang lebih 15 % masyarakat memiliki gedung walet
Fotoh ini diambil penulis saat nelayan pulang dari laut untuk menjual hasilnya ke pegepul, kurang lebih
25 % masyarakat mengeluti dibidang nelayan