Makalah Pemetaan Pesisir

40
MAKALAH PEMETAAN PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL Oleh : Surya Tri Prasongko 1125046 TEKNIK GEODESI FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG i

description

Makalah Pemetaan Pesisir

Transcript of Makalah Pemetaan Pesisir

Page 1: Makalah Pemetaan Pesisir

MAKALAH

PEMETAAN PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL

Oleh :

Surya Tri Prasongko

1125046

TEKNIK GEODESI

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG

2014

i

Page 2: Makalah Pemetaan Pesisir

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii

1. Pemetaan Wilayah Pesisir.................................................................................................1

1.1. Demografi dan Kependudukan..................................................................................1

1.1.1. Masyarakat Pesisir dan Struktur Sosial Nelayan.....................................................1

1.1.2. Konsep Masyarakat Maritim...................................................................................1

1.1.3. Konsep Masyarakat Pantai......................................................................................3

1.1.4. Struktur dan Stratifikasi Sosial Nelayan..................................................................4

1.2. Habitat Flora dan Fauna............................................................................................6

1.3. Fisik Lingkungan.......................................................................................................8

1.4. Hidro Oseanografi......................................................................................................9

1.4.1. Defenisi Oseanografi................................................................................................9

1.4.2. Parameter Fisika Oseanografi................................................................................10

1.4.3. Pasang Surut..........................................................................................................11

1.4.4. Arus........................................................................................................................13

1.4.5. Kedalaman Perairan (Batimetri)............................................................................14

2. Pemetaan Pulau-Pulau Kecil...........................................................................................17

2.1. Batasan Luasan........................................................................................................17

2.2. Ekosistem Laut sebagai variable utama...................................................................18

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................iii

ii

Page 3: Makalah Pemetaan Pesisir

Makalah “Pemetaan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil”

1. Pemetaan Wilayah Pesisir

1.1. Demografi dan Kependudukan

1.1.1. Masyarakat Pesisir dan Struktur Sosial Nelayan

Secara historis-kultural, timbulnya pranata masyarakat pesisir atau

masyarakat pantai dimana komunitas masyarakatnya dominan kaum

nelayan, dapat dijelaskan melalui beberapa fase yang meliputi munculnya

masyarakat maritim, adanya tatanan masyarakat pantai dan mobilitas kaum

nelayan sebagai pendukung budaya maritim.

1.1.2. Konsep Masyarakat Maritim

Sudah menjadi suatu mitos yang berkembang ditengah-tengah masyarakat

bahwa Indonesia memiliki kekayaan laut yang berlimpah, baik sumber

hayatinya maupun non hayatinya, walaupun mitos seperti itu perlu

dibuktikan dengan penelitian yang lebih mendalam dan komprehensif.

Terlepas dari mitos tersebut, kenyataannya Indonesia adalah negara maritim

dengan 70% wilayahnya adalah laut, namun sangatlah ironis sejak 46 tahun

yang lalu kebijakan pembangunan kesehatan masyarakat tidak pernah

mendapat perhatian yang serius dari pemerintah.

Munculnya tatanan masyarakat maritim sebagai suatu komunitas tradisional

berawal dari kebangkitan kerajaan maritim di Sulawesi Selatan yang sangat

berpengaruh di Kawasan Timur Indonesia pada abad XV – XVII.

Setidaknya, ada tiga ciri utama pola dasar pembentukan kehidupan budaya

masyarakat maritim yaitu kultur laut (tas‘ akkajang), tradisi agraris (pallaon

ruma) dan mobilitas pasar (pasa-maroae) atau pedagang. Ketiga pola ini erat

hubungannya dengan ekologi, letak geografis dan tatanan sosial-budaya

masyarakat maritim.

Bila tasi’ akkajang dominan dalam aktivitas masyarakat, maka pranata-

pranata yang tumbuh dalam masyarakat mengarah ke kultur laut. Dalam

suasana seperti ini, ritual-ritual yang erat hubungannya dengan laut tumbuh

dan menjadi pesat. Ilmu pengetahuan, seni, arsitektur, adat, mistik, hukum

1

Page 4: Makalah Pemetaan Pesisir

Makalah “Pemetaan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil”

yang erat hubungannya dengan dunia kemaritiman tumbuh dengan

pesatnya.

Secara historis pertumbuhan masyarakat semacam ini dapat ditemukan pada

daerah-daerah pesisir Sulawesi Selatan yang mendapat pengaruh dari

kerajaan Gowa, kerajaan Makassar pada abad XVI – XVII. Bila aktivitas

“pallaon-ruma” mewarnai kegiatan masyarakat, maka pranata-pranata yang

tumbuh pun merujuk ke tradisi agraris. Pada masyarakat ini ditemukan

ritual-ritual agraris. Ilmu pengetahuan, seni, arsitektur, adat, mistik, hukum

dan lain-lainnya yang berkaitan erat dengan pertanian tumbuh pesat. Basis

agraris ini dipengaruhi oleh kerajaan Bone, Sidenreng dan Soppeng yang

merupakan kerajaan agraris Bugis dan sangat berpengaruhi di daerah

pedalaman Sulawesi Selatan pad abad ke XV – XVII.

Bila aktivitas pasa’ maroae atau pa’ balu-balu lebih dominan dalam

masyarakat maritim, maka aturan-aturan atau adat istiadat yang menyangkut

perdagangan/jual beli (bicaranna pabalue) menjadi ketentuan yang sangat

dipatuhi oleh masyarakat. Kondisi masyarakat semacam ini berada di bawah

pengaruh kerajaan Wajo yang hingga sekarang dikenal sebagai negeri asal

para pedagang Bugis.

Konsep budaya maritim, tidak hanya terbatas pada masalah tasi’ akkajang

tetapi juga sangat erat hubungannya dengan pasa’ maroae atau pa’ balu-balu

yang dilakukan melalui pelayaran dan lintas laut. Corak niaga semacam ini

disebut passompe atau perniagaan laut.

Kompleksitas perwujudan budaya yang berhubungan dengan laut, dapat

dilihat dari dua sisi. Pertama, tradisi besar kemaritiman, diwakili kaum

bangsawan, orang-orang baik (tubaji), dan orang-orang kaya

(tukalumannyang), para pemilik modal, serta penduduk perkotaan di pesisir

pantai. Kedua, tradisi kecil kemaritiman diwakili rakyat biasa atau nelayan,

para sawi (klien). Pada tradisi besar kemaritiman ditemukan kompleksitas

budaya yang mencakup; ide-ide gagasan-gagasan, nilai-nilai, aturan-aturan,

tindakan-tindakan, dan aktivitas serta benda-benda hasil karya yang

berhubungan dengan laut, baik secara langsung atau tidak langsung. Secara

2

Page 5: Makalah Pemetaan Pesisir

Makalah “Pemetaan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil”

harfiah dapat dikatakan bahwa filsafat, seni, mistik, arsitektur, birokrasi,

perang dan lain-lain bersumber dari tradisi besar. Dengan demikian, tampak

adanya perbedaan antara kebudayaan maritim dan kebudayaan nelayan.

Nelayan acap kali diasosiasikan dengan kemiskinan dan karenanya budaya

nelayan atau kebiasaan masyarakat pesisir diidentikkan dengan kemiskinan

atau budaya orang miskin. Meskipun tak dapat disangkali bahwa pendukung

kebudayaan maritim adalah kaum nelayan, tetapi nelayan hanyalah

kelompok masyarakat pemangku “abiasang jemma tebbe” (little tradition)

dari masyarakat bahari. Jaringan aktivitasnya sangat terbatas pada

penangkapan ikan, sistem pengetahuan yang berkembang pun berhubungan

erat dengan penangkapan ikan dan sumberdaya laut, sementara jaringan

sosial-nya sangat terbatas pada network pinggawa-sawi (patron-klien).

Sedangkan Badan Pendidikan Latihan dan Penyuluhan Pertanian (BPLPP)

Departemen Pertanian mengartikan nelayan sebagai pengelola usaha

penangkapan ikan yang sebagian atau seluruh pendapatannya diperoleh

dengan jalan melakukan penangkapan ikan di laut atau perairan umum.

1.1.3. Konsep Masyarakat Pantai

Konsep mengenai masyarakat pantai dapat didekati melalui upaya

pemanfaatan sumberdaya alam oleh penduduknya dan kompleksitas

perwujudan budaya masyarakat. Berdasarkan hasil penelaahan dasar

(baseline study) yang dilakukan oleh Fachruddin dkk., ditemukan beberapa

tipe desa-desa pantai di Sulawesi Selatan melalui pendekatan pemanfaatan

sumberdaya alam, yaitu:

a. Desa pantai tipe bahan makanan, yaitu desa-desa pantai yang sebagian

besar atau seluruh penduduknya bermata pencaharian pokok sebagai

petani sawah khususnya sawah padi.

3

Page 6: Makalah Pemetaan Pesisir

Makalah “Pemetaan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil”

b. Desa pantai tipe tanaman industri, yaitu desa-desa pantai yang sebagian

besar atau seluruh penduduknya bermata pencaharian pokok sebagai

petani tanaman industri terutama kelapa.

c. Desa pantai tipe nelayan / empang, yaitu desa-desa pantai yang sebagian

besar atau seluruh penduduknya bermata pencaharian pokok sebagai

penangkap ikan laut / pemeliharaan ikan darat.

d. Desa pantai niaga dan transportasi, yaitu desa-desa pantai yang

sepanjang tahun dapat ditempati oleh perahu-perahu layar.

Sedangkan pendekatan kompleksitas perwujudan budaya masyarakat pantai

sangat berkaitan dengan kultur laut (tasi’ akkajang) yang mendapat

pengaruh dari maritime great tradition.

Adapun konsep pengertian masyarakat pesisir yang digunakan dalam studi

ini adalah konsep masyarakat pesisir di perkotaan tipe nelayan dimana

sebagian besar penduduknya bermata-pencaharian pokok sebagai nelayan.

1.1.4. Struktur dan Stratifikasi Sosial Nelayan

Munculnya teknologi penangkapan ikan terutama penguasaan alat-alat

penangkapan ikan yang bersifat individu dan dapat diwariskan atau

diperjual belikan berakibat terbentuknya hubungan pemilikan yang lebih

kongkret. Bersamaan dengan hal tersebut terjadi diferensiasi hubungan

antara nelayan dengan pemilik alat penangkap ikan dan perahu, lalu

berkembang menjadi suatu struktur dan berlanjut menjadi suatu pelapisan

sosial baru.

Istilah-istilah menyangkut struktur dan pelapisan sosial nelayan dari

berbagai studi sangat beragam dan spesifik. Meskipun demikian pada

dasarnya terdapat kesamaan pengertian yang secara umum dapat

diklasifikasikan sebagai berikut:

Pertama, Ponggawa yaitu para pemilik modal, alat penangkap ikan dan

perahu yang biasanya menangani bagi hasil dan pemasarannya.

4

Page 7: Makalah Pemetaan Pesisir

Makalah “Pemetaan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil”

Kedua, Juragan yaitu nelayan yang menyewa alat penangkap ikan dan

perahu ataukah memimpin operasi penangkapan ikan di laut.

Ketiga, Sawi yaitu nelayan yang tidak bermodal dan hanya menawarkan

tenaganya untuk jenis pekerjaan yang sesuai dengan kemampuannya.

Selain itu, terdapat pula nelayan mandiri atau nelayan tradisional yang

terdiri atas nelayan pancing, nelayan patorani yang menggunakan jaring

khusus untuk penangkapan ikan terbang pada musim teduh, dan nelayan

parengge yang melakukan penangkapan ikan pada malam hari saja terutama

di bulan purnama dengan memakai rengge atau gaek yaitu sejenis pukat.

Habitat masyarakat pesisir terdapat banyak kelompok kehidupan

masayarakat diantaranya:

a) Masyarakat nelayan tangkap, adalah kelompok masyarakat pesisir

yang mata pencaharian utamanya adalah menangkap ikan dilaut. Kelompok

ini dibagi lagi dalam dua kelompok besar, yaitu nelayan tangkap modern

dan nelayan tangkap tradisional. Keduanya kelompok ini dapat dibedakan

dari jenis kapal/peralatan yang digunakan dan jangkauan wilayah

tangkapannya.

b) Masyarakat nelayan pengumpul/bakul, adalah kelompok masyarakt

pesisir yang bekerja disekitar tempat pendaratan dan pelelangan ikan.

Mereka akan mengumpulkan ikan-ikan hasil tangkapan baik melalui

pelelangan maupun dari sisa ikan yang tidak terlelang yang selanjutnya

dijual ke masyarakat sekitarnya atau dibawah ke pasar-pasar lokal.

Umumnya yang menjadi pengumpul ini adalah kelompok masyarakat

pesisir perempuan.

c) Masayarakat nelayan buruh, adalah kelompok masyarakat nelayan

yang paling banyak dijumpai dalam kehidupan masyarakat pesisir. Ciri dari

mereka dapat terlihat dari kemiskinan yang selalu membelenggu kehidupan

mereka, mereka tidak memiliki modal atau peralatan yang memadai untuk

usaha produktif. Umumnya mereka bekerja sebagai buruh/anak buah kapal

(ABK) pada kapal-kapal juragan dengan penghasilan yang minim.

5

Page 8: Makalah Pemetaan Pesisir

Makalah “Pemetaan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil”

d) Masyarakat nelayan tambak, masyarakat nelayan pengolah, dan

kelompok masyarakat nelayan buruh.

(sumber : http://antropologifisip.blogspot.com/2013/01/kajian-masyarakat-

maritim.html)

1.2. Habitat Flora dan Fauna

Karakteristik dari ekosistem pesisir adalah mempunyai beberapa jumlah

ekosistem yang berada di daerah pesisir. Contoh ekosistem lain yang ikut

kedalam wilayah ekosistem pesisir adalah ekosistem mangrove, ekosistem

lamun ( seagrass ), dan ekosistem terumbu karang. Dari ekosistem pesisir

ini, masing masing ekosistem mempunyai sifat- sifat dan karakteristik yang

berbeda beda. Berikut merupakan penjelasan dari ekosistem pesisir dan

faktor pendukungnya :

1.Pasang Surut

Daerah yang terkena pasang surut itu brmacam – macam antara lain gisik,

rataan pasang surut. Lumpur pasang surut, rawa payau, delta, rawa

mangrove, dan padang rumput (sea grass beds). Rataan pasut adalah suatu

mintakat pesisir yang pembentukannya beraneka, tetapi umumnya halus,

pada rataan pasut umumnya terdapat pola sungai yang saling berhubungan

dan sungai utamanya halus, dan masih labil. Artinya Lumpur tersebut dapat

cepat berubah apabila terkena arus pasang. Pada umumnya rataan pasut

telah bervegetasi tetapi belum terlalu rapat, sedangkan lumpur pasut belum

bervegetasi.

2.Estuaria

Menurut kamus (Oxford) eustaria adalah muara pasang surut dari sungai

yang besar. Batasan yang umum digunakan saat sekarang, eustaria adalah

suatu tubuh perairan pantai yang semi tertutup, yang mempunyai hubungan

bebas dengan laut terbuka dan didalamnya ait laut terencerkan oleh air

tawar yang berasal dari drainase daratan. Eustaria biasanya sebagai pusat

permukiman berbagai kehidupan. Fungsi dari eustaria cukup banyak antara

6

Page 9: Makalah Pemetaan Pesisir

Makalah “Pemetaan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil”

lain : merupakan daerah mencari ikan, tempat pembuangan limbah, jalur

transportasi, sumber keperluan air untuk berbagai industri dan tempat

rekreasi.

3.Hutan Mangrove

Hutan mangrove dapat diketemukan pada daerah yang berlumpur seperti

pada rataan pusat, Lumpur pasut dan eustaria, pada mintakat litoral.

Agihannya terutama di daerah tropis dan subtropis, hutan mangrove kaya

tumbuhan yang hidup bermacam – macam, terdiri dari pohon dan semak

yang dapat mencapai ketinggian 30 m. Species mangrove cukup banyak 20

– 40 pada suatu area dan pada umumnya dapat tumbuh pada air payau dan

air tawar. Fungsi dari mangrove antara lain sebagai perangkap sedimen dan

mengurangi abrasi.

4.Padang Lamun (Sea Grass Beds)

Padang lamun cukup baik pada perairan dangkal atau eustaria apabila sinar

matahari cukup banyak. Habitanya berada terutama pada laut dangkal.

Pertumbuhannya cepat kurang lebih 1.300 – 3.000 gr berat kering/m2/th.

Padang lamun ini mempunya habitat dimana tempatnya bersuhu tropis atau

subtropics. Ciri binatang yang hidup di padang lamun antara lain:

a. Yang hidup di daun lamun

b. Yang makan akar canopy daun

c. Yang bergerak di bawah canopy daun

d. Yang berlindung di daerah padang lamun

5. Terumbu Karang

Ekosistem terumbu karang merupakan ekosistem dengan tingkat

keanekaragaman tinggi dimana di Wilayah Indonesia yang mempunyai

sekitar 18% terumbu karang dunia, dengan keanekaragaman hayati tertinggi

di dunia (lebih dari 18% terumbu karang dunia, serta lebih dari 2500 jenis

7

Page 10: Makalah Pemetaan Pesisir

Makalah “Pemetaan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil”

ikan, 590 jenis karang batu, 2500 jenis Moluska, dan 1500 jenis udang-

udangan) merupakan ekosistem yang sangat kompleks.

Dapat hidup pada kedalaman hingga 50 meter, memerlukan intensitas

cahaya yang baik untuk dapat melakukan proses fotosintesis, salinitas 30-

35ppt merupakan syarat batas untuk terumbu karang dapat hidup disuatu

perairan. Selain berfungsi sebagai tempat tinggal banyak biota, letaknya

yang berada diujung/bibir pantai juga bermanfaat sebagai pemecah

gelombang alami. Keindahannya dengan warna-warni ikan dan karang

membuat terumbu karang dapat menjadi obyek wisata air, baik snorkeling

ataupun selam.

(sumber : http://terangi.or.id)

1.3. Fisik Lingkungan

Wilayah laut dan pesisir beserta sumberdaya alamnya memiliki makna

strategis bagi pengembangan ekonomi Indonesia, karena dapat diandalkan

sebagai salah satu pilar ekonomi nasional. Disamping itu, fakta-fakta yang

telah dikemukakan beberapa ahli dalam berbagai kesempatan, juga

mengindikasikan hal yang serupa. Fakta-fakta tersebut antara lain adalah :

Secara sosial, wilayah pesisir dihuni tidak kurang dari 110 juta jiwa atau

60% dari penduduk Indonesia yang bertempat tinggal dalam radius 50 km

dari garis pantai. Dapat dikatakan bahwa wilayah ini merupakan cikal bakal

perkembangan urbanisasi Indonesia pada masa yang akan dating.

Secara administratif kurang lebih 42 Daerah Kota dan 181 Daerah

Kabupaten berada di pesisir, dimana dengan adanya otonomi daerah

masing-masing daerah otonomi tersebut memiliki kewenangan yang lebih

luas dalam pengolahan dan pemanfaatan wilayah pesisir.

Secara fisik, terdapat pusat-pusat pelayanan sosial-ekonomi yang tersebar

mulai dari Sabang hingga Jayapura, dimana didalamnya terkandung

berbagai asset sosial (Social Overhead Capital) dan ekonomi yang memiliki

nilai ekonomi dan financial yang sangat besar.

8

Page 11: Makalah Pemetaan Pesisir

Makalah “Pemetaan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil”

Secara ekonomi, hasil sumberdaya pesisir telah memberikan kontribusi

terhadap pembentuka PDB nasional sebesar 24% pada tahun 1989. Selain

itu, pada wilayah ini juga terdapat berbagai sumber daya masa depan (future

resources) dengan memperhatikan berbagai potensinya yang pada saat ini

belum dikembangkan secara optimal, antara lain potensi perikanan yang

saat ini baru sekitar 58,5% dari potensi lestarinya yang termanfaatkan.

Wilyah pesisir di Indonesia memiliki peluang untuk menjadi produsen

(exporter) sekaligus sebagi simpul transportasi laut di Wilayah Asia Pasifik.

Hal ini menggambarkan peluang untuk meningkatkan pemasaran produk-

produk sektor industri Indonesia yang tumbuh cepat (4%-9%)

Selanjutnya, wilayah pesisir juga kaya akan beberapa sumber daya pesisir

dan lauatan yang potensial dikembangkan lebih lanjut meliputi (a)

pertambangan dengan diketahuinya 60% cekungan minyak, (b) perikanan

dengan potensi 6,7 juta ton/tahun yang tersebar pada 9 dari 17 titik

penangkapan ikan di dunia, (c) pariwisata bahari yang diakui duniadengan

keberadaan 21 spot potensial, dan (d) keanekaragaman hayati yang sangat

tinggi (natural biodiversity) sebagai daya tarik bagi pengembangan kegiatan

“ecotaurism”.

Secara biofisik, wilayah pesisir di Indonesia merupakan pusat biodiversity

laut tripis dunia kerena hamper 30% hutan bakau dan terumbu karang dunia

terdapat di Indonesia.

Secara politik dan hankam, wilayah pesisir merupakan kawasan perbatasan

antar Negara maupun antar daerah yang sensitive dan memiliki implikasi

terhadap pertahanan dan keamanan Negara Kesatuan Republik Indonesia

(NKRI).

1.4. Hidro Oseanografi

1.4.1. Defenisi Oseanografi

oseanografi berasal dari kata ocean yang berarti laut dan graphy yang

berarti gambaran, deskripsi. Sehingga oseanografi mempunyai arti

gambaran tentang lautan. Oseanografi itu sendiri bukan ilmu murni tetapi

9

Page 12: Makalah Pemetaan Pesisir

Makalah “Pemetaan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil”

didukung oleh berbagai macam cabang ilmu seperti kimia oseanografi,

fisika oseanografi, biologi oseanografi serta geologi oseanografi (Hutabarat

dan Evans, 1984).

Bagian penting dari gambaran oseanografi suatu perairan laut adalah

deskripsi dari penyebaran atau distribusi spasial maupun temporal dari

parameter suhu dan salinitas. Pengamatan suhu dan salinitas ini merupakan

parameter yang tak dapat ditinggalkan dalam hampir setiap penelitian di

laut (Nontji, 1987).

Bahasa lain yang lebih lengkap, oseanografi dapat diartikan sebagai studi

dan penjelajahan (eksplorasi) ilmiah mengenai laut dan segala

fenomenanya. Laut sendiri adalah bagian dari hidrosfer. Seperti diketahui

bahwa bumi terdiri dari bagian padat yang disebut litosfer, bagian cair yang

disebut hidrosfer dan bagian gas yang disebut atmosfer. Sementara itu

bagian yang berkaitan dengan sistem ekologi seluruh makhluk hidup

penghuni planet Bumi dikelompokkan ke dalam biosfer. Nontji, (1987).

Hutabarat dan Evans (1985), pada bagian lain menjelaskan bahwa

oseanografi adalah studi ilmiah mengenai bumi yang ditutupi oleh air dan

lingkunganya. Sasarannya adalah memperluas pengertian manusia

mengenai semua aspek kelautan, sifat antara tingkah laku air, flora dan

fauna dalam alam laut, interaksi udara diatasnya serta bentuk dan struktur

air laut itu sendiri.

1.4.2. Parameter Fisika Oseanografi

Fisika oseanografi adalah ilmu yang mempelajari tentang hubungan

antara sifat – sifat fisika yang terjadi dalam lautan sendiri dan yang terjadi

antara lautan dengan atmosfer dan daratan. Hal ini termasuk kejadian-

kejadian pokok seperti terjadinya tenaga pembangkit pasang dan

gelombang, iklim dan sistem- sistem arus yang terdapat di lautan dunia

(Hutabarat dan Evans, 1984).

Dahuri dkk (2008) mengemukakan bahwa kondisi oseanografi fisika di

kawasan pesisir dan laut dapat digambarkan oleh terjadinya fenomena alam

10

Page 13: Makalah Pemetaan Pesisir

Makalah “Pemetaan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil”

seperti terjadinya pasang surut, arus, gelombang, kondisi suhu dan salinitas

serta angin. Fenomena- fenomena ini memberikan ciri khas/karakter pada

kawasan pesisir dan lautan. Sehingga menyebabkan terjadinya kondisi fisika

perairan yang berbeda- beda.

1.4.3. Pasang Surut

Menurut Pariwono (1989), fenomena pasang surut diartikan sebagai

naik turunnya muka laut secara berkala akibat adanya gaya tarik benda-

benda angkasa terutama matahari dan bulan terhadap massa air di bumi.

Lebih jauh Dronkers (1964) menjelaskan pasang surut laut merupakan suatu

fenomena pergerakan naik turunnya permukaan air laut secara berkala yang

diakibatkan oleh kombinasi gaya gravitasi dan gaya tarik menarik dari

benda-benda astronomi terutama oleh matahari, bumi dan bulan. Pengaruh

benda angkasa lainnya dapat diabaikan karena jaraknya lebih jauh atau

ukurannya lebih kecil.

Pasang surut laut merupakan hasil dari gaya tarik gravitasi dan efek

sentrifugal. Efek sentrifugal adalah dorongan ke arah luar pusat rotasi.

Gravitasi bervariasi secara langsung dengan massa tetapi berbanding

terbalik terhadap jarak. Meskipun ukuran bulan lebih kecil dari matahari,

gaya tarik gravitasi bulan dua kali lebih besar daripada gaya tarik matahari

dalam membangkitkan pasang surut laut karena jarak bulan lebih dekat

daripada jarak matahari ke bumi. Gaya tarik gravitasi bumi menarik air laut

ke arah bulan dan matahari menghasilkan dua tonjolan (bulge) pasang surut

gravitasional di laut. Lintang dari tonjolan pasang surut ditentukan oleh

deklinasi, yaitu sudut antara sumbu rotasi bumi dan bidang orbital bulan dan

matahari (Priyana,1994)

Pasang surut terbentuk karena rotasi bumi yang berada di bawah muka air

yang menggelembung ini, yang mengakibatkan kenaikan dan penurunan

permukaan laut di wilayah pesisir secara periodik. Gaya tarik gravitasi

matahari memiliki efek yang sama namun dengan derajat yang lebih kecil.

11

Page 14: Makalah Pemetaan Pesisir

Makalah “Pemetaan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil”

Daerah-daerah pesisir mengalami dua kali pasang dan dua kali surut selama

periode sedikit di atas 24 jam (Priyana,1994).

Perairan laut memberikan respon yang berbeda terhadap gaya

pembangkit pasang surut, sehingga terjadi tipe pasut yang berlainan di

sepanjang pesisir. Menurut Dronkers (1964), ada tiga tipe pasut yang dapat

diketahui, yaitu :

a. Pasang surut diurnal. Yaitu bila dalam sehari terjadi satu kali pasang

dan satu kali surut. Biasanya terjadi di laut sekitar katulistiwa.

b. pasang surut semi diurnal. Yaitu bila dalam sehari terjadi dua kali

pasang dan dua kali surut yang hampir sama tingginya.

c. pasang surut campuran. Yaitu gabungan dari tipe 1 dan tipe 2, bila

bulan melintasi khatulistiwa (deklinasi kecil), pasutnya bertipe semi diurnal,

dan jika deklinasi bulan mendekati maksimum, terbentuk pasut diurnal.

Menurut Wyrtki (1961), pasang surut di Indonesia dibagi menjadi 4 yaitu :

a. Pasang surut harian tunggal (Diurnal Tide) merupakan pasut yang

hanya terjadi satu kali pasang dan satu kali surut dalam satu hari, ini

terdapat di Selat Karimata

b. Pasang surut harian ganda (Semi Diurnal Tide) merupakan pasut yang

terjadi dua kali pasang dan dua kali surut yang tingginya hampir sama

dalam satu hari, ini terdapat di Selat Malaka hingga Laut Andaman.

c. Pasang surut campuran condong harian tunggal (Mixed Tide Prevailing-

Diurnal), merupakan pasut yang tiap harinya terjadi satu kali pasang dan

satu kali surut tetapi terkadang dengan dua kali pasang dan dua kali surut

yang sangat berbeda dalam tinggi dan waktu.

d. Pasang surut campuran condong harian ganda (Mixed Tide Prevailing

Semi- Diurnal), merupakan pasut yang terjadi dua kali pasang dan dua kali

surut dalam sehari tetapi terkadang terjadi satu kali pasang dan satu kali

surut dengan memiliki tinggi dan waktu yang berbeda, ini terdapat di Pantai

Selatan Jawa dan Indonesia Bagian Timur.

Beberapa alat pengukuran pasang surut diantaranya adalah sebagai berikut :

12

Page 15: Makalah Pemetaan Pesisir

Makalah “Pemetaan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil”

a. Tide Staff. Alat ini berupa tiang yang telah diberi skala dalam meter

atau centi meter. Biasanya digunakan pada pengukuran pasang surut di

lapangan. Tide Staff (tiang berskala) merupakan alat pengukur pasut paling

sederhana yang umumnya digunakan untuk mengamati ketinggian muka

laut atau tinggi gelombang air laut. Bahan yang digunakan biasanya terbuat

dari kayu, alumunium atau bahan lain yang dicat anti karat.

b. Tide gauge, Merupakan perangkat untuk mengukur perubahan muka

laut secara mekanik dan otomatis. Alat ini memiliki sensor yang dapat

mengukur ketinggian permukaan air laut yang kemudian direkam ke dalam

komputer.

c. Satelit.

Sistem satelit altimetri berkembang sejak tahun 1975 saat diluncurkannya

sistem satelit Geos-3. Pada saat ini secara umum sistem satelit altimetri

mempunyai tiga objektif ilmiah jangka panjang yaitu mengamati sirkulasi

lautan global, memantau volume dari lempengan es kutub, dan mengamati

perubahan muka laut rata-rata (MSL) global. Prinsip dasar satelit Altimetri

adalah dilengkapi dengan pemancar pulsa radar (transmitter), penerima

pulsa radar yang sensitif (receiver), serta jam berakurasi tinggi. Pada sistem

ini, altimeter radar yang dibawah oleh satelit memancarkan pulsa-pulsa

gelombang elektromagnetik (radar) kepermukaan laut. Pulsa-pulsa tersebut

dipantulkan balik oleh permukaan laut dan diterima kembali oleh satelit.

1.4.4. Arus

Arus adalah pergerakan massa air secara vertikal dan horizontal sehingga

menuju keseimbangannya, atau gerakan air yang sangat luas yang terjadi

diseluruh lautan dunia (Hutabarat dan Evans, 1984). Sistem arus laut utama

dihasilkan oleh beberapa daerah angin secara terus menerus, berbeda satu

sama lain dengan berubah-ubah. Arus ini juga mempengaruhi penyebaran

organisme laut dan juga menentukan pergeseran daerah biografi melalui

perpindahan air hangat ke daerah yang lebih dingin dan sebaliknya. Angin

dapat mendorong bergeraknya air permukaan, menghasilkan suatu gerakan

arus horizontal yang lamban yang mampu mengangkut suatu volume air

13

Page 16: Makalah Pemetaan Pesisir

Makalah “Pemetaan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil”

yang sangat besar melintasi jarak jauh di lautan (Nybakken, 1992). Arus

permukaan merupakan percerminan langsung dari pola angin. Jadi arus

permukaan digerakkan oleh angin dan air dilapisan bawahnya ikut terbawa.

Karena disebabkan oleh adanya gaya coriolis yaitu gaya yang di sebabkan

oleh perputaran bumi (Romimohtarto dan Juana, 2002).

Faktor – faktor pembangkit arus permukaan adalah sebagai berikut

(Hutabarat dan Evans, 1984):

1. Bentuk topografi dasar lautan dan pulau-pulau yang ada disekitarnya.

Beberapa sistem lautan utama di dunia dibatasi oleh massa daratan dari tiga

sisi dan oleh arus equatorial counter dari sisi ke empat. Batas-batas ini

menghasilkan aliran yang hampir tertutup dan cenderung membuat aliran air

mengarah dalam bentuk bulatan.

2. Gaya coriolis. Gaya coriolis mempengaruhi aliran massa air dimana

gaya ini akan membelokkan arah arus dari arah yang lurus. Gaya ini timbul

sebagai akibat dari perputaran bumi pada porosnya.

3. Perbedaan tekanan. Pada umumnya air di daerah tropik dan sub tropik

lebih tinggi daripada daerah kutub. Walaupun perbedaan ini kecil, namun

dapat menyebabkan timbulnya perbedaan tekanan air yang berakibat air

akan mengalir dari daerah yang bertekanan tinggi ke daerah yang

bertekanan rendah.

4. Perbedaan densitas. Gerakan air yang luas dapat diakibatkan oleh

perbedaan densitas dari lapisan lautan yang mempunyai kedalaman

berbeda-beda perbedaan ini timbul terutama diakibatkan oleh perbedaan

suhu dan salinitas.

1.4.5. Kedalaman Perairan (Batimetri)

Batimetri adalah ilmu yang mempelajari kedalaman di bawah air dan

studi tentang tiga dimensi lantai samudra atau danau. Sebuah peta batimetri

umumnya menampilkan relief lantai atau dataran dengan garis-garis kontur

(contour lines) yang disebut kontor kedalaman (depth contours atau

14

Page 17: Makalah Pemetaan Pesisir

Makalah “Pemetaan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil”

isobath), dan dapat memiliki informasi tambahan berupa informasi navigasi

permukaan.

Awalnya, batimetri mengacu kepada pengukuran kedalaman samudra.

Teknik-teknik awal batimetri menggunakan tali berat terukur atau kabel

yang diturunkan dari sisi kapal. Keterbatasan utama teknik ini adalah hanya

dapat melakukan satu pengukuran dalam satu waktu sehingga dianggap

tidak efisien. Teknik tersebut juga menjadi subjek terhadap pergerakan

kapal dan arus.

Tak ada kawasan di muka bumi ini yang unik gambaran relief

(topografi) dasar lautnya seperti perairan laut nusantara kita. Dalam

kawasan yang terbatas ini boleh dikatakan semua tipe topografi dasar laut

bisa ditemukan seperti paparan yang dangkal, depresi yang dalam dengan

berbagai bentuk basin atau cekung, berbagai bentuk elevasi berupa dasar

laut, gunung bawah laut (seamount), terumbu karang dan sebagainya. Tetapi

topografi yang menakjubkan ini kadang-kadang kurang memberikan kesan

yang berarti bagi banyak orang, karena wujudnya tidak bisa terlihat

langsung dengan nyata (Nontji, 1987).

Pemetaan batimetri secara umum dapat menggunakan dua metode dasar,

yaitu:

• Metode Mekanik

Metode mekanik disebut juga dengan metode pengukuran kedalaman

secara langsung. Metode ini efektif digunakan untuk perairan yang sangat

dangkal atau rawa. Instrumen yang digunakan adalah tongkat ukur atau

rantai ukur yang dilakukan dengan bantuan wahana apung. Bentuk tongkat

ukur mirip dengan rambu ukur yang dipakai untuk pengukuran sipat datar.

Sedangkan rantai ukur, karena fleksibilitas bentuknya, biasanya dipakai

untuk pengukuran kedalaman yang rata-rata lebih dalam dibanding dengan

tongkat ukur. Pada ujung rantai ukur digantungkan pemberat untuk

menghindari sapuan arus perairan dan menjaga agar rantai senantiasa relatif

tegak. Pengukuran kedalaman dengan metode mekanik efektif digunakan

15

Page 18: Makalah Pemetaan Pesisir

Makalah “Pemetaan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil”

untuk pemetaan pada batas daerah survei yang relatif tidak luas dengan

skala yang cukup besar.

• Metode Akustik

Metode akustik merupakan proses-proses pendeteksian target di laut

dengan mempertimbangkan proses-proses perambatan suara, karakteristik

suara (frekuensi, pulsa, intensitas), faktor lingkungan/medium, kondisi

target dan lainnya. Aplikasi metode ini dibagi menjadi 2, yaitu sistem

akustik pasif dan sistem akustik aktif. Salah satu aplikasi dari sistem

aplikasi aktif yaitu Sonar yang digunakan untuk penentuan batimetri. Sonar

(Sound Navigation And Ranging) berupa sinyal akustik yang diemisikan

dan refleksi yang diterima dari objek dalam air (seperti ikan atau kapal

selam) atau dari dasar laut. Bila gelombang akustik bergerak vertikal ke

dasar laut dan kembali, waktu yang diperlukan digunakan untuk mengukur

kedalaman air, jika c juga diketahui (dari pengukuran langsung atau dari

data temperatur, salinitas dan tekanan). Salah satu alat pengukuran

kedalaman yaitu Fishfinder yang merupakan teknologi pendeteksian bawah

air dengan menggunakan perangkat akustik (acoustic instrument).

Teknologi ini menggunakan suara atau bunyi untuk melakukan

pendeteksian. Sebagaimana diketahui bahwa kecepatan suara di air adalah

1.500 m/detik, sedangkan kecepatan suara di udara hanya 340 m/detik,

sehingga teknologi ini sangat efektif untuk deteksi di bawah air.

Beberapa langkah dasar pendeteksian bawah air adalah adanya

transmitter yang menghasilkan listrik dengan frekuensi tertentu. Kemudian

disalurkan ke transducer yang akan mengubah energi listrik menjadi suara,

kemudian suara tersebut dalam berbentuk pulsa suara dipancarkan.

Suara yang dipancarkan tersebut akan mengenai obyek (target), kemudian

suara itu akan dipantulkan kembali oleh obyek (dalam bentuk echo) dan

diterima kembali oleh alat transducer. Echo tersebut diubah kembali

menjadi energi listrik, lalu diteruskan ke receiver dan oleh mekanisme yang

cukup rumit hingga terjadi pemprosesan dengan menggunakan echo signal

processor dan echo integrator. Prosesnya didukung oleh peralatan lainnya

16

Page 19: Makalah Pemetaan Pesisir

Makalah “Pemetaan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil”

yaitu komputer, GPS (Global Positioning System), Colour Printer, software

program dan kompas. Hasil akhir berupa data siap diinterpretasikan untuk

bermacam-macam kegunaan yang diinginkan. Bila dibandingkan dengan

metode lainnya dalam hal estimasi atau pendugaan, teknologi ini memiliki

kelebihan, yaitu informasi pada areal yang dideteksi dapat diperoleh secara

cepat (real time). Kelebihan lain adalah tidak perlu bergantung pada data

statistik. Serta tidak berbahaya atau merusak objek yang diteliti (friendly),

karena pendeteksian dilakukan dari jarak jauh dengan menggunakan suara

(underwater sound).

Teknologi ini juga dapat digunakan dalam mengukur dan menganalisa

hampir semua yang terdapat di kolom dan dasar air, aplikasi teknologi ini

untuk berbagai keperluan antara lain adalah eksplorasi bahan tambang,

minyak dan energi dasar laut (seismic survey), deteksi lokasi bangkai kapal

(shipwreck location), estimasi biota laut, mengukur laju proses sedimentasi

(sedimentation velocity), mengukur arus dalam kolom perairan (internal

wave), mengukur kecepatan arus (current speed), mengukur kekeruhan

perairan (turbidity) dan kontur dasar laut (bottom contour). Saat ini,

fishfinder memiliki peran yang sangat besar dalam sektor kelautan dan

perikanan, salah satunya adalah dalam pendugaan sumberdaya ikan (fish

stock assessment (Supangat, 2003).

(sumber : http://manajimensumberdayaperairan.blogspot.com)

2. Pemetaan Pulau-Pulau Kecil

2.1. Batasan Luasan

Pengertian pulau kecil menurut Undang-Undang 27 Tahun 2007 adalah

pulau dengan luas lebih kecil atau sama dengan 2.000 Km2 (dua ribu

kilometer persegi) beserta kesatuan ekosistemnya. Di samping kriteria

utama tersebut, beberapa karakteristik pulau-pulau kecil adalah secara

ekologis terpisah dari pulau induknya (mainland island), memiliki batas

fisik yang jelas dan terpencil dari habitat pulau induk, sehingga

17

Page 20: Makalah Pemetaan Pesisir

Makalah “Pemetaan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil”

bersifat insular; mempunyai sejumlah besar jenis endemik dan

keanekaragaman yang tipikal dan bernilai tinggi; tidak mampu

mempengaruhi hidroklimat; memiliki daerah tangkapan air (catchment

area) relatif kecil sehingga sebagian besar aliran air permukaan dan sedimen

masuk ke laut serta dari segi sosial, ekonomi dan budaya masyarakat pulau-

pulau kecil bersifat khas dibandingkan dengan pulau induknya.

(sumber : http://www.ppk-kp3k.kkp.go.id/)

2.2. Ekosistem Laut sebagai variable utama

Pulau-pulau kecil memiliki potensi pembangunan yang besar karena

didukung oleh letaknya yang strategis dari aspek ekonomi, pertahanan dan

keamanan serta adanya ekosistem khas tropis dengan produktivitas hayati

tinggi yaitu terumbu karang (coral reef), padang lamun (seagrass), dan

hutan bakau (mangrove). Ketiga ekosistem tersebut saling berinteraksi baik

secara fisik, maupun dalam bentuk bahan organik terlarut, bahan organik

partikel, migrasi fauna, dan aktivitas manusia. Selain potensi terbarukan

pulau-pulau kecil juga memiliki potensi yang tak terbarukan seperti

pertambangan dan energi kelautan serta jasa-jasa lingkungan yang tinggi

nilai ekonomisnya yaitu sebagai kawasan berlangsungnya kegiatan

kepariwisataan, media komunikasi, kawasan rekreasi, konservasi dan jenis

pemanfaatan lainnya.

(sumber : http://www.ppk-kp3k.kkp.go.id/)

Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal

balik tak terpisahkan antara makhluk hidup dengan lingkungannya

Pulau merupakan daratan yang terbentuk secara alamiah, dikelilingi oleh air

dan selalu ada di atas air pada saat air pasang (UNCLOS, 1982 dalam

Asriningrum, 2004)

Pulau-pulau kecil (PPK) didefinisikan sebagai pulau dengan luas lebih kecil

atau sama dengan 2.000 km2 (dua ribu kilometer persegi) beserta kesatuan

ekosistemnya (Undang-undang RI No. 27 Tahun 2007).

18

Page 21: Makalah Pemetaan Pesisir

Makalah “Pemetaan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil”

Alternatif batasan pulau kecil dikemukakan pada pertemuan CSC (1984)

yang menetapkan pulau kecil adalah pulau dengan luas area maksimum

5.000 km2.

Selanjutnya berlandaskan pada kepentingan hidrologi (ketersediaan air

tawar), ditetapkan batasan pulau kecil sebagai pulau dengan ukuran kurang

dari 1.000 km2 atau lebarnya kurang dari 10 km.

Batasan ini mengalami perubahan UNESCO (1991) yang memberikan

batasan sebagai pulau dengan luas area kurang dari atau sama dengan 2.000

km2.

Dari segi luasnya, UNESCO (1994) menetapkan bahwa pulau-pulau yang

luasnya kurang dari 200 km tergolong pulau kecil, sedangkan yang luasnya

kurang dari 100 km2 tergolong pulau sangat kecil.

Definisi lainnya menyebutkan, pulau kecil adalah ruang daratan yang

berelevasi di atas muka air pasang dari perairan yang mengelilinginya

dengan luas kurang dari 100 km2 (BBPT-Proyek Pesisir USAID 1998).

kriteria pembatasan pulau kecil sebagai berikut :

a. Secara Ekologis

• Habitat/ Ekosistem pulau kecil cenderung memiliki spesies endemik yang

tinggi dibandingkan proporsi ukuran pulaunya.

• Memiliki resiko lingkungan yang tinggi, misalnya akibat pencemaran dan

kerusakan akibat aktivitas transportasi laut dan aktivitas penangkapan

ikan, akibat bencana alam seperti gempa tsunami.

• Keterbatasan daya dukung lingkungan pulau (ketersediaan air tawar dan

tanaman pangan

b. Secara Fisik

1) Terpisah dari pulau besar

2) Bentuk gugusan atau sendiri

3) Tidak mampu mempengaruhi hidroklimat laut

4) Luas pulau tidak lebih dari 10.000 km2

19

Page 22: Makalah Pemetaan Pesisir

Makalah “Pemetaan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil”

5) Rentan terhadap perubahan alam dan atau manusia seperti bencana

angin badai, gelombang tsunami, letusan gunung berapi, fenomena

kenaikan permukaan air laut (sea level rise) dan penambangan

c. Secara Sosial – Budaya – Ekonomi

1) Ada pulau yang berpenduduk dan tidak

2) Penduduk asli mempunyai budaya dan sosial ekonomi yang khas

3) Kepadatan penduduk sangat rendah (1-2 orang per hektar)

4) Ketergantungan ekonomi lokal pada perkembangan ekonomi luar

(pulau induk, kontinen)

5) Keterbatasan kualitas sumberdaya manusia

6) Aksesibilitas (sarana, jarak, waktu) rendah atau maksimal satu kali

sehari. Jika aksesibilitasnya tinggi maka keunikan pulau lebih muda

Potensi Sumberdaya Hayati Pulau-pulau Kecil

Terumbu karang terbentuk dari endapan-endapan massif kalsium karbonat

(CaCO3)

Manfaat terumbu karang :

1. Manfaat langsung (sebagai habitat bagi sumberdaya ikan, batu karang,

pariwisata, wahana penelitian

2.manfaat tidak langsung (sebagai penahan abrasi pantai, keanekaragaman

hayati)

Lamun merupakan satu-satunya tumbuhan berbunga (Angiospermae) yang

memiliki rhizoma, daun dan akar sejati yang hidup terendam di dalam laut.

Fungsinya :

1. Sebagai produsen detritus dan zat hara.

2. Mengikat sedimen.

3. Sebagai tempat berlindung, mencari makan, tumbuh besar, dan

memijah bagi beberapa jenis biota laut.

20

Page 23: Makalah Pemetaan Pesisir

Makalah “Pemetaan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil”

hutan mangrove

fungsi ekologis : sebagai penyedia nutrien bagi biota perairan, penyerap

limbah dan penahan abrasi

fungsi ekonomis : sebagai penyedia kayu, bahan baku obat-obatan, sebagai

habitat bagi bermacam-macam binatang seperti binatang laut

perikanan

Perikanan yang terdapat di pulau-pulau kecil adalah spesiea yang

menggunkan karang sebagai habitatnya, seperti : kerapu, napoleon, kima

raksasa (Tridacna gigas)

komoditas seperti ini dapat dikatakan sebagai komoditas spesifik pulau

kecil.

Potensi Sumber Daya Alam

Nir Hayati Pulau – Pulau Kecil

Pertambangan

1. Aktivitas pertambangan banyak dilakukan di negara-negara pulau kecil

di dunia maupun di Indonesia pada propinsi tertentu.

2. Pemanfaatan potensi mineral di kawasan pulau-pulau kecil harus

dilakukan dengan perencanaan yang ketat dan dilakukan secara

berkelanjutan sesuai peraturan perundangan yang berlaku.

1. Struktur batuan dan geologi pulau-pulau kecil di Indonesia adalah

struktur batuan tua yang diperkirakan mengandung deposit bahan-bahan

tambang/mineral penting seperti emas, mangan, nikel dan lain-lain.

2. Beberapa aktivitas pertambangan baik pada tahap penyelidikan umum,

eksplorasi maupun eksploitasi di pulau-pulau kecil antara lain : timah di

P. Kundur, P. Karimun (Riau); nikel di P. Gag (Papua), P. Gebe

(Maluku Utara), P. Pakal (Maluku); batubara di P. Laut, P. Sebuku

21

Page 24: Makalah Pemetaan Pesisir

Makalah “Pemetaan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil”

(Kalsel); emas di P. Wetar, P. Haruku (Maluku) dan migas di P. Natuna

(Riau).

kelautan

1.Dengan luas wilayah laut yang lebih besar dibandingkan darat maka

potensi energi kelautan memiliki prospek yang baik sebagai energi alternatif

2.Sumberdaya kelautan yang mungkin digunakan untuk pengelolaan pulau-

pulau kecil adalah Konversi Energi Panas Samudera/Ocean Thermal Energy

Conversion (OTEC), Panas Bumi (Geothermal), Ombak dan Pasang Surut.

Pulau-pulau kecil memberikan jasa-jasa lingkungan yang tinggi nilai

ekonomisnya yaitu sebagai kawasan berlangsungnya kegiatan

kepariwisataan, media komunikasi, kawasan rekreasi, konservasi dan jenis

pemanfaatan lainnya.

Kawasan pulau-pulau kecil merupakan aset wisata bahari yang sangat besar

yang didukung oleh potensi geologis dan karaktersistik yang mempunyai

hubungan sangat dekat dengan terumbu karang (Coral Reef), khususnya

hard corals.

Kondisi pulau-pulau kecil yang tidak berpenghuni, secara logika akan

memberikan kualitas keindahan dan keaslian dari bio-diversity yang

dimilikinya.

Potensi wisata terestrial yaitu wisata yang merupakan satu kesatuan dengan

potensi wisata perairan laut.

Wisata terestrial di pulau-pulau kecil misalnya TN Komodo (NTT), sebagai

lokasi Situs Warisan Dunia (World Herritage Site) merupakan kawasan

yang memiliki potensi darat sebagai habitat komodo, serta potensi

keindahan perairan lautnya di P. Rinca dan P. Komodo.

22

Page 25: Makalah Pemetaan Pesisir

Makalah “Pemetaan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil”

Contoh lain adalah Pulau Moyo yang terletak di NTB sebagai Taman Buru

(TB), dengan kawasan hutan yang masih asri untuk wisata berburu dan

wisata bahari (diving).

Pulau-pulau kecil merupakan suatu prototipe konkrit dari suatu unit

kesatuan utuh dari sebuah ekosistem yang terkecil.

Salahsatu komponennya yang sangat signifikan adalah komponen

masyarakat lokal. Masyarakat ini sudah lama sekali berinteraksi dengan

ekosistem pulau kecil, sehingga secara realitas di lapangan, masyarakat

pulau-pulau kecil tentunya mempunyai budaya dan kearifan tradisional

(local wisdom) tersendiri yang merupakan nilai komoditas wisata yang

tinggi.

(sumber : https://www.facebook.com/notes/vera-sewuri/ekosistem-pulau-

pulau-kecil/10151661974523724)

23

Page 26: Makalah Pemetaan Pesisir

DAFTAR PUSTAKA

http://antropologifisip.blogspot.com/2013/01/kajian-masyarakat-maritim.html)

http://terangi.or.id)

http://manajimensumberdayaperairan.blogspot.com)

http://www.ppk-kp3k.kkp.go.id/)

http://www.ppk-kp3k.kkp.go.id/)

https://www.facebook.com/notes/vera-sewuri/ekosistem-pulau-pulau

kecil/10151661974523724)

iii