Etos Kerja

22
BAB X ISLAM DAN EKONOMI Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, ‘Tuhan kami ialah Allah’ kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan) ‘janganlah kamu merasa takut dan jangan merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu”. QS. Fush-shilat (41):30 1 A. DEFINISI EKONOMI ISLAM Dalam istilah “Ekonomi Islam” ditemukan dua asal kata yang berbeda yaitu ekonomi dari Bahasa Yunani Kuno dan dikemukakan pertama kali oleh Xenophon (440 – 355 SM). Kata ini terdiri dari “oikos” artinya rumah tangga dan “nomos” artinya aturan dan norma. 1 Dan kata "Islam" dari bahasa Arab, yang berarti: "damai {silmun, lihat QS (8): 61}, sepenuh hati / kebulatan hati {taslimun, lihat QS (4):65}, patuh {aslamun, lihat QS (2):131}, jenjang /

Transcript of Etos Kerja

Page 1: Etos Kerja

BAB X

ISLAM DAN EKONOMI

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, ‘Tuhan kami

ialah Allah’ kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka,

maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan

mengatakan) ‘janganlah kamu merasa takut dan jangan

merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh)

surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu”. QS. Fush-shilat

(41):301

A. DEFINISI EKONOMI ISLAM

Dalam istilah “Ekonomi Islam” ditemukan dua asal kata yang berbeda

yaitu ekonomi dari Bahasa Yunani Kuno dan dikemukakan pertama kali oleh

Xenophon (440 – 355 SM). Kata ini terdiri dari “oikos” artinya rumah tangga

dan “nomos” artinya aturan dan norma.1 Dan kata "Islam" dari bahasa Arab,

yang berarti: "damai {silmun, lihat QS (8): 61}, sepenuh hati / kebulatan hati

{taslimun, lihat QS (4):65}, patuh {aslamun, lihat QS (2):131}, jenjang /

tangga {sullamun, QS (6): 35},dan

keselamatan/kesuksesan/kesejahteraan /ucapan selamat {salamun,

QS(20):47,QS(7): 46, QS(36):58, QS(10):10}"2

Dengan demikian, dapat mengambil dua

pendekatan definisi ekonomi Islam, yaitu definisi dalam pendekatan

2

Page 2: Etos Kerja

etimologi (etimology approach) dan pendekatan istilah (terminology

approach).

Definisi Ekonomi Islam secara etimology approach:

Ekonomi Islam ialah aturan rumah tangga yang menciptakan kedamaian,

kelapangan hati, kepatuhan pada Tuhan, kemulyaan martabat dan

menuju kesejahteraan jangka pendek (dunia) dan jangka panjang

(akhirat).

Ekonomi Islam secara terminology approach:

Ekonomi Islam ialah tata aturan rumah tangga untuk penyelenggaraan

konsumsi, produksi, distribusi dan sirkulasi yang memakai pola ajaran

Islam, agar tercapai keseimbangan (equilibrium) dan hubungan sinergis

antara berbagai kepentingan kehidupan.

B. KEGIATAN EKONOMI SEBAGAI BAGIAN DARI TUGAS

KEKHALIFAHAN

Kegiatan ekonomi memerankan peranan yang sangat penting untuk

penyelenggaraan kehidupan, khususnya kehidupan umat manusia. Di sinilah

Allah SWT menjalankan fungsi “Rabbaniyah-Nya” atau perawatan alam

demi kehidupan yang terus berjalan melalui kebijakanNya yang tertuang

dalam sunnatullah. Artinya setiap manusia sepantasnya menyadari bahwa

alam semesta ini merupakan sumberdaya ekonomi (economical resources)

sebagai pemberian dari Tuhan Semesta Alam, dan karenanya menyadari

pula akan kebersamaan dalam pengalokasian fungsi ekonomi, tanpa ada :

persengketaan, ketimpangan, dan kesenjangan dalam pendistri-busian hak-

hak ekonomi. Betapa pentingnya akan hal ini – maka perlu diakui bahwa

“Kebijakan Illahi” wajib direspon baik oleh manusia, mengingat segala aturan

ekonomi menurut pemikiran manusia lebih cenderung kepada egosentris

(ananiyah) yang berlebihan. Yakni bila tanpa atribut pelaksanaan “aturan-

aturan ekonomi Illahiyah” oleh manusia – maka khalayak manusia dalam

interaksi ekonomi tidak mendapat perwasitan & kewasitan sehingga

ketidakadilan ekonomi terjadi di mana-mana. Dengan demikian aturan-

aturan ekonomi menurut garis kebijakan Allah SWT perlu diterapkan, untuk

mendapat keridla-anNya3. Untuk ketaatan akan aturanNya maka tidak hanya

menghasilkan kesejahteraan materi pemenuh kebutuhan – bahkan

keridlaan-Nya akan dibalas (ajrun) dengan fahla ketaqwaan (tsawab) yaitu

sebaik-baik tempat kembali.

2

Page 3: Etos Kerja

Berikut ini merupakan penjelasan secara skematis mengenai perilaku

ekonomi manusia berdasarkan arahan Kebijakan Ekonomi Illahiyah :

A. Mengutus & Mewahyukan

timbal balik

Menjadikan C

MANUSIA Ketaqwaan

Kegiatan Non Ekonomi

1. IBADAH(adz-Dzariat: 57)

B

1 2RUSUL & RASUL SAW Kitabullah Hadits 12

Mematuhi Norma:Perintah, menjalankan: Produksi, efisien,

adil & merata Menjaga kehalalan produkSistem Mu’amalat islami Larangan menjauhi: riba, ihtikar

(menimbun/monopoli/kartel), gharar (spekulasi), talaqqi (memborong sebelum tiba di pasar/menghambat distribusi barang dan najsy (reklame palsu)

3

ALLAH

Mematuhi Norma: Kaifiyat Ibadah Ritual Kaifiyat ibadah Sosial Kaifiyat penegakan hukum

Sumber Tata Aturan, Aqidah, Syariah & Akhlak

1. KHALIFAH(QS Al-Baqarah: 30-33)

(QS Hud: 61)1. KEGIATAN EKONOMI (alokasi, produksi, konsumsi, distribusi

& sirkulasi)

Page 4: Etos Kerja

C. LANDASAN AQIDAH, SYARI’AH DAN AKHLAQ UNTUK PERILAKU

EKONOMI

1. Landasan Aqidah

Aqidah sebagai keyakinan yang bermula dari penyaksian pancaindra

tentang gejala natural yang menyimpulkan hakikat wujud “Robbani” atau

aktivitas kehendakNya – lalu hakikat tersebut menetap di hati dan

menjadi pendorong / kontrol untuk penerbitan pikiran, ucapan, serta

perbuatan yang mengikuti / mentaati Kehendak Rabbani. Generalisasi

semacam ini didasarkan pada untaian hadits:”Berpikirlah kamu tentang

makhluk Allah dan jangan kamu berpikir tentang Zat-Nya, niscaya kamu

celaka” 4.

Aqidah berperan untuk perilaku ekonomi di mana aktifitas

Rabbani diyakini oleh seorang mukmin saat ia melakukan proses

kegiatan ekonomi. Misal saja seorang mukmin yang sedang beraktifitas

ekonomi tadi ia merasa harus bekerja secara optimal yakni efektif, efisien

dan sinergis – sebab ia berkeyakinan Allah tidak akan merubah nasib

(tetap bernasib tidak mendapat rizki), melainkan ia sendiri berikhtiar /

kasab / usaha (proaktif untuk mendatangkan rizki)5 lihat QS (13): 11.

Bagi mukmin yang beraktifitas dalam dunia produksi atau perdagangan,

pada saat ada kepakuman pelayanan pelanggan meskipun telah penuh

upaya secara pisik namun terus bersabar dan tetap berdzikir serta

berharap kepada “Ar-Razzaaqu Jalla Jalaaluh” (Asma’ul-

Husna ke-17 : Allah SWT), sehingga keadaan sedemikian tidak

dirasakan sebagai penderitaan, malah melahirkan “taqarub dan

muhasabah” (mendekatkan diri kepada Allah dan mengoreksi

kesalahan diri). Hal ini disinyalir dalam QS (62): 10: “…carilah karunia

(rizki) Allah dan ingatlah (sebutlah) Allah sebanyak-banyaknya supaya

kamu beruntung”6. Adapun pada saat mukmin menerima keuntungan

dalam sela-sela periode keberlangsungan aktifitas ekonomi, maka ia pula

menyampaikan rasa syukurnya kepada “Ar-Razzaqu Jalla Jalaaluh” (Allah

SWT).

4

Page 5: Etos Kerja

Perilaku ekonomi seorang mukmin berkaitan dengan keyakinan

terhadap unsur-unsur keimanan lainnya: mengimani peran para Malaikat,

mengimani al-Qur’an dan Hadits, dan Hari Akhirat.

Peran para Malaikat diyakini keterlibatannya karena mereka turun

untuk menolong dan menggembirakan pelaku ekonomi yang senantiasa

meneguhkan diri tentang “tidak ada Tuhan kecuali Allah” 7 dan secara

simultan diartikulasikan “tidak ada pemberi rizki kecuali Allah SWT“ lihat

QS (41): 30, sehingga nuansa kesalehan dalam perilaku ekonomi terkait

ke motiv untuk mendapatkan pertolongan para Malaikat.

Al-Qur’an dan Hadits diyakini kebenarannya dan karenanya

diperankan sebagai “pengarah” (directing) ke visi dan missi ekonomi saat

seorang mukmin beraktifitas ekonomi.

Ingat hari Akhirat sangat berperan penting untuk mengontrol perilaku

ekonomi seorang mukmin manakala ia tergoda mengikuti naluri

hedonisme, kemudian membatasinya karena memikirkan ketercapaian

kesejahteraan ukhrawi. Jadi ia menghindari penyimpangan perilaku

ekonomi sehingga tidak terjadi pemecah-belahan keuntungan. Yakni agar

dua keuntungan diperoleh secara utuh; tidak menghilangkan keuntungan

surgawi karena berbuat dosa demi mendapatkan keuntungan duniawi

semata.

2. Landasan Syari’ah

a. Hal kepemilikan: “segala sesuatu yang ada di langit dan di bumi

mutlak milik Allah SWT”, lihat QS (2): 284, QS (3): 189. Karena

semua milik Allah SWT maka manusia bukan penguasa mutlak atas

segala sumberdaya ekonomi di bumi. Manusia hanya menjalankan

amanat pengelolaan atas harta Allah SWT atau disebut

“mustakhlafin”.8 Jadi kekuasaan manusia yang menggenggam

sejumlah uang atau modal tidak boleh berlebihan sebagaimana

paham kapitalisme, dimana perolehan penghasilan menurut ukuran

uang. Dan gagasan memperbanyak jumlah uang dengan cara

membungakan pinjaman uang merupakan kebalikan dari gagasan

memperoleh nafkah9.

5

Page 6: Etos Kerja

b. Memakmurkan bumi: “manusia asal kejadiannya dari bumi maka

Allah menghendaki manusia pula yang menjadi pemakmur

bumi”, lihat QS (11): 61. Atas dasar statemen ini maka sesatlah

pemikiran bahwa uang merupakan faktor produksi yang utama

sebagaimana paham kapitalisme. Tidak, faktor produksi yang utama

adalah “human resources” (sumberdaya manusia) beserta

ketauhidan bahwa Allah sumber berkah, keutungan atau kerugian.

c. Potensi geografis dan pengalokasiannya:

“Tuhan kami ialah Yang telah memberikan kepada tiap-tiap

sesuatu bentuk kejadiannya kemudian memberinya petunjuk”.

QS (20): 50. “Dan Dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung

yang kokoh di atasnya. Dia memberkahinya dan Dia menentukan

padanya kadar makanan-makanan (penghuninya)....”QS (41): 10

Ayat-ayat tersebut menunjukkan bahwa Allah menyediakan potensi-

potensi ekonomi yang terkandung dalam sumberdaya alam, yang

pada gilirannya manusia harus menentukan pilihan-pilihan optimal

dalam pengalokasian sebagai sumber produktif.

d. Pemanfaatan Sumberdaya Manusia: “…setiap orang bekerja

menurut tabiat / keahlian ecara demografis terhadap alam

sekitarnya….” Lihat QS (17): 84. Jadi pada dasarnya keahlian SDM

secara alamiah dibentuk oleh keadaan geografi. Sehingga pada

setiap tata letak bumi yang memiliki potensi alamnya tersendiri

berjodohan dengan tangan terampil manusia setempat yang penuh

kreasi dalam merespon alamnya.

e. Kehalalan barang kebutuhan:

1) Halal dzat, fiman Allah SWT: “Hai sekalian manusia makanlah

yang halal lagi baik dari apa yang ada di bumi….”,QS (2):

168, 172-173 & QS(5): 90-91. Jadi konsumsi atau output produksi

harus dijamin kehalalannya dan kewalitas kebaikan, multimanfaat

serta daya tahannya.

2) Halal cara memperoleh atau tidak dengan cara batil dalam

mengupayakan / memproduksi / menjual-belikan. Firman

6

Page 7: Etos Kerja

Allah SWT:“…janganlah makan harta sesamamu dengan cara

batil kecuali cara jual-beli yang saling rela…” QS (4): 29, dan

cara batil karena menyuap hakim…” QS (2): 188

f. Kebutuhan nafkah:“…janganlah kamu berlebih- lebihan….” Lihat

QS (7): 31. Kriteria nafkah merupakan ukuran optimal (efektif dan

hemat) bagi pemakaian konsumsi, dan menjadi penentu jumlah

barang yang ingin dibuat untuk persediaan sehubungan besarnya

kebutuhan permintaan pasar. Karena Islam pun melarang terjadinya

kekurangan di suatu waktu – serta terjadi pemborosan atau tindakan

mubadzir pada saat ini, lihat QS (17): 27.

g. Memperbaiki Tarap Hidup dan perekonomian: “ …janganlah

kamu lemparkan dirimu oleh kamu sendiri ke lembah

kebinasaan, perbaikilah sesungguhnya Allah mencintai orang

yang memperbaiki”. QS(2): 195

h. Urgensi data dan pencatatan transaksi (akunting), QS (2) : 282.

Sehubungan pelaksanaan klaim penagihan utang atau kewajiban

agar tidak bermasalah dengan ketiadaan data besar/kecilnya hak

klaim.

j. Beberapa larangan penting untuk menyelamatkan perekonomiam :

1) Gharar, adalah kegiatan bisnis yang bersifat "untung-untungan"

(spekulasi), Rasulullah SAW melarangnya (Hadits Riwayat

Muslim)10. Misalnya, menjual-belikan buah yang masih ada di

pohon (belum diketahui kuantitas dan kualitasnya).

2) Ihtikar, adalah menimbun/ menyembunyikan barang yang sedang

dibutuhkan mendesak karena penimbun (penjual) ingin menaikkan

harga hingga diperoleh keuntungan berlipat-lipat ganda.

Rasulullah SAW melarang ihtikar, H.R. Muslim11

3) Talqqi, ialah memborong / mendominasi pembelian barang yang

seharusnya langsung dijual di pasar karena konsumen banyak

menunggu kedatangannya di pasar. Rasulullah SAW melarang

talaqqi (HR. Bukhari / Muttafaq alaih: Mutawatir) 12

4) Najasy, adalah adalah iklan palsu atau pura-pura sebagai

pembeli agar terkesan di depan barang dagangannya banyak

7

Page 8: Etos Kerja

pembeli, sehingga mengundang pembeli yang sesungguhnya.

Rasulullah SAW melarang najasy, (H.R .Muttafaq alaih) 13

5) Riba adalah tambahan atau memberi lebihan terhadap barang /

uang pinjaman atau tukaran. Q.S. al-Baqarah(2): 275

Islam menghendaki keuntungan dibagi secara adil di antara

pemilik dana (investor) dan pengelola dana (pengusaha). Sebab

peluang ekonomi itu milik orang yang mempunyai modal (dana)

dan orang yang mempunyai keahlian usaha (entrepreneurship).

Sedangkan “riba” dalam praktek pembungaan uang pinjaman,

hanya memberi keuntungan sepihak yaitu keuntungan bagi

kreditor semata. Jadi peluang ekonomi hanya milik “tuan uang”.

Adapun pemilik keahlian seringkali dikalahkan keuntungannya

dengan kewajiban membayar bunga..Terdapat 4 (empat) jenis

Riba:

(1) Riba Nasiah ialah perjanjian pinjaman uang dengan

pelunasan plus bunga tertentu, dan jika jatuh tempo tidak

mampu melunasi debitur dikenakan denda 100% dari nilai

pokok pinjaman oleh kreditur.

(2) Riba Qardhi ialah perjanjian pinjaman uang dengan

pelunasan plus bunga tertentu, dan bila diperpanjang pokok

& bunga yang lalu dikenakan bunga akumulatif.

(3) Riba Fadli ialah pemberian tambahan terhadap barang

tukaran dalam transaksi tukar-menukar barang sejenis.

(4) Riba Yadi ialah nilai tambah yang diraih salah satu pihak

penukar dengan cara menyembunyikan kekurangan (atau

kecacatan) barang yang ditukarkan ke pihak lain.

3. Landasan Akhlaq

Akhlaq: “ menyembah Allah laksana ia melihatNya namun bila tidak

merasa melihatNya maka Ia (Allah) melihat hambaNya…”(HR.

Muslim)14. Pengamalan Islam tarap tinggi manakala sudah pada tataran

implementasi akhlaq. Sebab norma-norma dalam akhlaq perlu sinergi

dengan karakter jiwa (nafs) yang “muraqabah” (monitoring Allah hadir

diperasaannya ). Tak ubahnya dalam shalat dimana terjadi respon

interaktif antara hamba dengan Tuhannya; demikian halnya dalam

perilaku ekonomi sang hamba menyertakan Allah dalam pikiran dan

8

Page 9: Etos Kerja

persaan yang mempengaruhi dalam tindakan ekonomi. Jadi akhlaq

tercela dapat dicegahnya. Misal sikap penghianatan dan hasud selalu

ditawarkan oleh nafsu sebagai cara untuk memenangkan persaingan

ekonomi, namun akh akhlaq tercela itu tidak dilakukannya. Akhlaqul

Mahmudah senantiasa diperjuangkan untuk tetap membiasa. Misal,

senantiasa shalat duha dan berdo’a untuk keberhasilan ekonomi,

memikat pelanggan dengan kelembutan budi bahasan, jujur dan adil.

D. KONSEP INTERAKSI EKONOMI MENURUT PEMAHAMAN ISLAM

1. Interaksi akad-akad Mu’amalat, sebagaimana diaplikasikan Bank

Syari’ah:

a) Jual-beli (bay’i) dengan konsep umum dalam skema:

b. Pesananan (salam):

PEMBELI BANK

5 BAYAR

3 PENGIRIMAN 2 PEMESANAN

PESANAN SUPPLIER & BAYAR (DP)

4 KIRIM DOKUMEN

Salam ini lazimnya berguna pada saat langka terasedianya barang

sedangkan permintaan (demand) lebih banyak.

1. NEGOSIASI PERSYARATAN

2. AKAD JUAL-BELI

BANK NASABAH

5. BAYAR

SUPPLIER

3 Beli 4. Kirim barang & dokumen

Jika lunas sekaligus dalam tempo yang disepakati dinamakan “Murabbahah”;Jika dicicil dalam harga dan tempo yang dimufakati, dinamakan “BBA” (Ba’i Bitsamanil Aji)

9

Page 10: Etos Kerja

c) Kemitraan dana dan usaha (mudlarabah);

PERJANJIAN BAGI HASIL

MUDLARIB B A N K

KEAHLIAH MODAL 100%

PROYEK USAHA

Nisbah X% Nisbah Y%

PEMBAGIAN UNTUNG

MODAL PENGEMBALIAN

d) Penyertaan saham (musyarakah atau syirkah);

NASABAH B A N K

Parsial Parsial

ASSET VALUE PEMBIAYAAN

PROYEK/USAHA

KEUNTUNGAN

BAGI HASIL KEUNTUNGAN

MENURUT KONTRIBUSI MODAL (NISBAH)

e) Pemindahan piutang (hiwalah);

BANK SYARI'AH 4 TAGIH BANK KORESPONDEN

7 BAYAR

2 INVOICE 3 BAYAR 5 TAGIH 6 BAYAR

SUPPLIER 1 PENGIRIMAN BARANG BUYER

10

Page 11: Etos Kerja

f) Penjaminan (kafalah);

4 Deposito Mudharabah

& Pengembalian Dana talangan

BANK SYARI'AH NASABAH BPR

1 AKAD PENJAMINAN /PERUSAHAAN

5 Pengembalian 2 go public investasi 3 Investasi Dok. Investasi Bagi-Hasil Bagi-Hasil PUBLIK SUMBER DANA

g) Titipan (wadi’ah);

BANK SYARI'AH NASABAH 1 GIRO

2 PENARIKAN GIR0

h) Gadai (rahn);

PEMBIAYAAN 2 PERMOHONAN PEMBIAYAAN Marhun Bih BANK SYARI'AH 3 AKAD PEMBIAYAAN NASABAH Murtahin 4 HUTANG + MARK UP Rahin 1 TITIPAN/GADAI : PEMBIAYAAN JAMINAN Marhun

i) Sewa-beli (ijarah wa iqtina);

B MILIK

SUPPLIER OBJEK SEWA NASABAH

A MILIK 3 SEWA-BELI

2 BELI OBJEK SWA

11

Page 12: Etos Kerja

BANK SYARI'AH 1 BUTUH OBJEK SEWA

2. Interaksi Kewarisan

Sebagaimana ketentuan QS an-Nisa: 7, 11 dan 12

a. Dzawil Furudh: Yang mempunyai bagian-bagian tertentu, misalnya:

½ = untuk suami jika isteri wafat tidak meninggalkan anak

½ = untuk anak perempuan tunggal jika ibu/bapaknya wafat hanya

punya anak satu-satunya yaitu dia.

¼ = untuk suami jika isteri wafat meninggalkan anak

¼ = untuk isteri jika suami wafat tidak meninggalkan anak

1/8 = untuk isteri jika suami wafat meninggalkan anak

2/3 = untuk anak perempuan dua orang/ lebih jika ibu/bapaknya wafat

tidak punya anak laki-laki.

1/3 = untuk ibu jika anak wafat tidak punya anak

1/3 = untuk saudara perempuan kandung/sebapak bila yang wafat

tidak punya anak

1/6 = untuk ibu jika anaknya yang wafat mempunyai anak

1/6 = untuk bapak jika anaknya yang wafat mempunyai anak

b. Ashabah: Yang mempunyai hak sisa, terdiri dari tiga jenis:

Ashabah bin-Nafsi: Hak sisa harta waris hanya dimiliki oleh 1 atau

lebih anak laki-laki atau anak-nya (cucu laki-laki) dari anak laki-

laki yang telah meninggal lebih dahulu; atau hanya dimiliki oleh

ayah pewaris karena pewaris tidak punya anak laki-laki.

Ashabah bil-ghair: Hak sisa yang dimiliki secara berskutu anak

laki-laki dengan anak perempuan, atau cucu-cucu (yang sekutu

laki-laki dan perempuan) dari anak laki-laki yang telah wafat lebih

dahulu, dimana porsi yang laki-laki 2 bagian, dan perempuan 1

bagian; atau ayah pewaris bersekutu dengan saudara laki-laki

kandung manakala pewaris tidak punya anak laki-laki atau cucu

dari anak laki-laki yang wafat lebih dahulu.

Ashabah ma’al-Ghair; Hak sisa yang dimiliki misal hanya anak

perempuan tunggal bersama saudara perempuan kandung /

sebapak.

c. Dzawil Arham: Kerabat pewaris yang dapat menggantikan posisi

dzawil furudh; dan menggantikan posisi ashabah.

12

Page 13: Etos Kerja

3. Interaksi Dermawan Kaya dan Dua’afa

a. Zakat dari para Muzakki.

TABEL ZAKAT ( MUI PUSAT)15

1 1

3

4

5

6

7

8

9

1

1

1

1

1

1

13

No JENIS HARTA NISABNYA HAULNYA % ZAKATNYA

1. Emas 93,6 gram setahun 2,5 % 2. Perak 624 gram setahun 2,5 % 3. Hasil Pertanian 750 Kg. Waktu 5 % dengan teknologi Panen 10 % tanpa teknologi 4. Benda Niaga 93,6 gram setahun 2,5 % 5. Mata Uang 93,6 gram setahun 2,5 % 6. Hasil Tambang 93,6 gram setahun 2,5 % 7. Barang Temuan 93,6 gram waktu di- 20 % temukan8. Binatang Ternak :

a. Unta 5 ekor setahun 1 ekor kambing biasa umur 2 tahun / lebihb. Sapi / Kerbau 30 ekor setahun 1 ekor anak sapi/kerbau

umur 2 tahun/lebih c. Kambing 40 ekor setahun 1 ekor kambing betina biasa umur 2 tahun/lebih atau 1 ekor kambing domba betina umur 1 ta- hun / lebih.9. Pendapatan Bersih

Perusahaan 93,6 gram setahun 2,5 %

Page 14: Etos Kerja

b. Infaq dan Sedekah. Infaq berasal dari kata "nafaqah" (sarana pemenuh

kebutuhan), pengertiannya adalah sumbangan harta untuk memberi

pertolongan kepada orang-orang yang sedang mendapat musibah seperti

kebanjiran, kebakaran dan lain-lain. Besarnya infaq tidak ada batasan

tertentu karena sifatnya sunnah. Sedangkan sedekah pada dasarnya

sama dengan infaq yaitu tidak ada batasan seberapa besarnya, namun

sedekah diberikan untuk "du'afa" (orang lemah) di samping para mustahik

zakat.

c. Radh Harta Waris. Yang dimaksud rod harta waris di sini dimana orang

yang wafat tidak punya ahli waris baik dzawil furudh maupun dzawil

arham. Dzawil furudh adalah yang punya hubungan dekat dengan

pewaris dan mendapat bagian tertentu. Dzawil arham adalah kerabat jauh

dengan pewaris dan menggantikan dzawil furudh bila mereka tidak ada.

Dengan demikian harta waris tersebut harus diserahkan ke Bait-alMal.

d. Skematis Manajemen BM Konseptual.

a PENDATAAN

MUZAKKI/

DERMAWAN

MUSLIM

b. PENDATAAN

MUSTAHIK

c. COLEKTOR

14

DANA ZAKAT INFAQ SODAQOH ROD HARTA

WARIS

MANAJEMEN VISI & MISSI PERENCANAAN, PENGORGANISASIAN PENGARAHAN PENGAWASAN

MUSTAHIKKONSUMTIF

MUSTAHIKPRODUKTIF

ACCOUNTING

TREASURES

PENYALURDANA /MAL

REGISTRASI& ADMINISTRASI

Page 15: Etos Kerja

DAFTAR KUTIPAN

1Departemen Haji dan Wakaf Saudi Arabia, Al-Qur’an wa Tarjamatu

ma’aniyatu ila Lughati al-Indunisiya, ( Medinah Munawwarah: khadim al-

Haramain asy-Syarifain, Tahun 1411 H ), h. 847

2Deliarnov, Perkembangan Pemikiran Ekonomi, ( Jakarta: Rajawali

Pers, 1995 ) Cet. I, h.13

3 Departemen Haji dan Wakaf Saudi Arabia Op. Cit.. h. 34, 129, 191,

228, 271, 306, 480, dan 712

4Yusuf Qardhawi, Daurul - Qiyam wal - Akhlaq fil – Iqtishadil -

Islami, terjemah, Didin Hafidhuddin, ( Jakarta: Rabbani Press, 1997 ),

Cet. Ke-,1 h.25

5Muhammad Abduh, Syekh, Risalatut-Tauhid, terjemahan: Firdaus

AN, K.H., Jakarta: Bulan Bintang, Cet. VII, 1979, hal: 79

6 Departemen Haji dan Wakaf Saudi Arabia, Op. Cit. Hal: 370

7Ibid, hal: 933

15

LAPANGAN USAHA / BISNIS- PRODUKSI- PERDAGANGAN- JASA, dll.

MANAJEMENINVESTASI

PEMBINAAN:- MENTAL ISLAM- KEWIRAUSAHAAN

PENERIMAAN :- LAPORAN KEBERHA- SILAN / KEGAGALAN USAHA.

- PERNYATAAN KESANG- GUPAN BERZAKAT/IFAQ ATAU SEDEKAH - PENGEMBALIAN SEBA- GIAN (% tertentu) PINJAM AN 'QARDHUL-HASAN'

Page 16: Etos Kerja

8Ibid, hal: 777

9Yusuf Qardhawi, Op. Cit., hal: 47

10Muhammad Abdul Manan, Islamic economic: theory and practice,

terjemahan oleh M. Nastangin, ( Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1993 ), h: 311

11Ismail alKahlani, Muhammad, Subul al-Salam, Juz III Maktabat

Dahlan, h. 15

12Ibid., h. 25

13Ibid, hal: 21-22

14Barmawie Umary, Materia Akhlaq, Solo: Ramadhani, Cet. Ke-10,

1991, hal: 4

15Masjfuk Zuhdi, Masail Fiqhiyah, ( Jakarta: Haji Masagung, 1989 ) Cet ke-3, h. 271

16