ETOS BANGSA JERMAN

4
 ADAT ISTIADAT & ETOS KERJA ORANG JERMAN GERMAN Jerman sangat mengutamakan peraturan dan disiplin, dan mereka melakukan dengan sangat serius. Di mata beberapa orang, dalam banyak kasus, orang Jerman kaku, tidak fleksibel, dan  bahkan sedikit tidak manusiawi. Jerman mengutamakan peraturan tentang kebersihan dan kerapian. Di Jerman, baik taman, jalan-  jalan, atau teater atau tempat-tempat umum lainnya, dan di mana-mana terlihat rapi. Jerman juga meneka nkan perat uran untuk memaka i pakaia n pada tempatnya . Saat bekerja memakai pakai an kerja, saat di rumah meskipun Anda bisa berpakaian santai, tapi selama ketika ada tamu datang, atau pergi keluar, anda harus berpakaian rapi. Di teater, para wanita mengenakan rok panjang, atau setidaknya mengenakan pakaian gelap. * Menghargai waktu * Jerman sangat menghargai waktu, jika ada janji, tidak akan berubah waktu dengan mudah. Orang Jerman jika diundang ke rumah orang lain atau pergi keluar untuk mengunjungi teman, akan tiba dengan tepat waktu , tidak membuang-buang waktu dengan datang lebih awal ataupun terlambat. Di Jerman jika tidak ada acara khusus, mereka harus menghargai tetangga sekitar dengan tidak diperbolehkan menbuat kebisingandari pukul 20:00-8:00 hari berikutnya. Jika ada acara khusus, harus minta izin di awal ke tetangga-tetangga. Jika tidak, akan menuai protes dari tetangga dan  bahkan akan dikasuskan polisi. * Tulus dan fokus pada etiket * Berurusan dengan orang Jerman tidaklah memiliki banyak kesulitan. Dalam kebanyakan kasus, yang bisa mereka lakukan, mereka akan segera memberitahu Anda “bisa melakukannya.” Di mana mer eka ti dak dapa t dil akukan, mer eka jel as aka n member ita hu Anda “Tida k”, ata u memberi jawaban yang jelas. Tentu saja, tingkat hubungan pribadi tidak akan pengaruh pada hubungan pekerjaan. Mirip dengan kebanyakan negara Barat, Jerman lebih memperhatikan etiket. Mereka bertemu, selalu menyapa “Hello.” .Bertemu dengan teman mereka akan berjabat tangan dulu. Jika teman lama mereka akan saling memeluk. Pada acara formal mereka juga akan mencium tangan wanita sebagai rasa hormat. Member i hadi ah adal ah sangat diharg ai di Jer man . Ket ika diunda ng ke rumah ora ng lai n,  biasanya datang dengan hadiah. Kebanyakan orang dengan karangan bunga, beberapa tamu laki- laki dengan botol anggur, ada juga yang membawakan buku atau album. Dalam menyambut para tamu (seperti stasiun , bandara dan tempat -tempa t lain) untuk mengun jungi pasien, banyak juga mengir imkan bunga. Bia sanya mer eka langsung membuka hadiah di depan pemberi dan mengucapkan terimakasih. Di Jerman dan negara-negara Barat lain, perempuan adalah prioritas. Seperti saat antrian mereka aka n mendahu lukan per empuan. Dal am ber bic ara deng an rekan ker ja, ora ng Jer man sangat

Transcript of ETOS BANGSA JERMAN

Page 1: ETOS BANGSA JERMAN

5/13/2018 ETOS BANGSA JERMAN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/etos-bangsa-jerman 1/4

ADAT ISTIADAT & ETOS KERJA ORANG JERMAN GERMAN

Jerman sangat mengutamakan peraturan dan disiplin, dan mereka melakukan dengan sangat

serius. Di mata beberapa orang, dalam banyak kasus, orang Jerman kaku, tidak fleksibel, dan bahkan sedikit tidak manusiawi.

Jerman mengutamakan peraturan tentang kebersihan dan kerapian. Di Jerman, baik taman, jalan-

 jalan, atau teater atau tempat-tempat umum lainnya, dan di mana-mana terlihat rapi. Jerman juga

menekankan peraturan untuk memakai pakaian pada tempatnya. Saat bekerja memakai pakaiankerja, saat di rumah meskipun Anda bisa berpakaian santai, tapi selama ketika ada tamu datang,

atau pergi keluar, anda harus berpakaian rapi. Di teater, para wanita mengenakan rok panjang,

atau setidaknya mengenakan pakaian gelap.

* Menghargai waktu *

Jerman sangat menghargai waktu, jika ada janji, tidak akan berubah waktu dengan mudah. Orang

Jerman jika diundang ke rumah orang lain atau pergi keluar untuk mengunjungi teman, akan tibadengan tepat waktu , tidak membuang-buang waktu dengan datang lebih awal ataupun terlambat.

Di Jerman jika tidak ada acara khusus, mereka harus menghargai tetangga sekitar dengan tidak diperbolehkan menbuat kebisingandari pukul 20:00-8:00 hari berikutnya. Jika ada acara khusus,

harus minta izin di awal ke tetangga-tetangga. Jika tidak, akan menuai protes dari tetangga dan

 bahkan akan dikasuskan polisi.

* Tulus dan fokus pada etiket *

Berurusan dengan orang Jerman tidaklah memiliki banyak kesulitan. Dalam kebanyakan kasus,

yang bisa mereka lakukan, mereka akan segera memberitahu Anda “bisa melakukannya.” Dimana mereka tidak dapat dilakukan, mereka jelas akan memberitahu Anda “Tidak”, atau

memberi jawaban yang jelas. Tentu saja, tingkat hubungan pribadi tidak akan pengaruh padahubungan pekerjaan.

Mirip dengan kebanyakan negara Barat, Jerman lebih memperhatikan etiket. Mereka bertemu,

selalu menyapa “Hello.” .Bertemu dengan teman mereka akan berjabat tangan dulu. Jika teman

lama mereka akan saling memeluk. Pada acara formal mereka juga akan mencium tangan wanitasebagai rasa hormat.

Memberi hadiah adalah sangat dihargai di Jerman. Ketika diundang ke rumah orang lain,

 biasanya datang dengan hadiah. Kebanyakan orang dengan karangan bunga, beberapa tamu laki-laki dengan botol anggur, ada juga yang membawakan buku atau album. Dalam menyambut paratamu (seperti stasiun, bandara dan tempat-tempat lain) untuk mengunjungi pasien, banyak juga

mengirimkan bunga. Biasanya mereka langsung membuka hadiah di depan pemberi dan

mengucapkan terimakasih.

Di Jerman dan negara-negara Barat lain, perempuan adalah prioritas. Seperti saat antrian merekaakan mendahulukan perempuan. Dalam berbicara dengan rekan kerja, orang Jerman sangat

Page 2: ETOS BANGSA JERMAN

5/13/2018 ETOS BANGSA JERMAN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/etos-bangsa-jerman 2/4

 berhati-hati untuk menghormati satu sama lain. Jangan tanya urusan pribadi orang lain (seperti

usia wanita).

Etos Kerja Bangsa Jerman

Etos Kerja Orang JermanMax Weber: The Spirit of Capitalism

Bertindak rasional

Berdisiplin tinggiBekerja keras

Berorientasi sukses material

Tidak mengumbar kesenangan

Hemat dan bersahajaMenabung dan berinvestasi

Dua belas tahun periode Adolf Hitler merupakan aib bagi bangsa Jerman yang sebelumnya

dikenal sebagai negara yang telah melahirkan filsuf-filsuf besar, penulis, komposer, dan ilmuwansetara Albert Einstein. Sisi gelap itu terus membayangi bangsa ini, hingga kini.

”Mungkin akan sulit bagi orang asing untuk mengerti betapa beban masa lalu itu telah

memengaruhi bangsa Jerman di segala hal,” kata Klaus Liedtke, Pemimpin Redaksi National

Geographic Jerman, yang dilahirkan pada tahun 1944. ”Selama 20 tahun pertama setelah perang berakhir, kami selalu dihadapkan dan diingatkan pada rasa bersalah itu dan kami tidak bisa hidup

normal,” katanya. ”Tahun-tahun kehidupan awal saya sangat berat. Saya selalu merasa malu

dengan negara saya. Dan di sekolah semua keburukan ini diajarkan dan ditanamkan. Sulit bagi

kami untuk merasa bangga terhadap negara ini. Karena yang orang luar lihat tentang Jermanhanyalah 12 tahun masa kepemimpinan Hitler, bahwa Jerman adalah negara yang menyerang

Eropa dua kali dan melakukan kejahatan perang,” ujarnya.

Berdasarkan survei yang dilakukan Eurobarometer, Jerman memiliki peringkat terendah diantara 25 anggota Uni Eropa dalam hal kebanggaan nasional (national pride). Sedangkan survei

yang dilakukan majalah Spiegel terhadap 1.000 responden bulan Maret 2005 menunjukkan

 bahwa nilai ”kesadaran nasional” (national consciousness) merupakan nilai yang paling rendah

(26-31 persen) di antara nilai-nilai lainnya yang dianggap penting dalam kehidupan rakyatJerman. Nilai yang tertinggi peringkatnya adalah kejujuran dan integritas (81-83 persen).

Adakah ini semua berkaitan dengan beban sejarah itu? ”Ya. Setelah perang dunia berakhir, kami

  berhasil dengan baik di bidang ekonomi, tapi kami tak terlalu berhasil dalam cara kami

memperlakukan masa lalu,” kata Marianne Zepp, Ketua Departemen Sejarah dan Demokrasi dariHeinrich Boll Foundation. Zepp menganggap sisi gelap sejarah Jerman sebagai ”bagian dari

identitas” bangsanya. Sisi ini akan muncul ke permukaan setiap kali warga Jerman dihadapkan

 pada pertanyaan menyangkut perang dan perdamaian, isu Israel dan Yahudi, ataupun isu rasismedan radikalisme.

Generasi pasca-Perang Dunia II adalah yang paling merasakan beban ini karena setidaknya ada

anggota keluarga mereka yang ”tersangkut” dengan aib itu. Prof Dr Wolfgang Wippermann, ahli

Page 3: ETOS BANGSA JERMAN

5/13/2018 ETOS BANGSA JERMAN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/etos-bangsa-jerman 3/4

sejarah modern dari Friedrich-Meinecke Institut, Freie Universitat Berlin, mengenang betapa ia

dan rekan segenerasinya sulit untuk terbebas dari ikatan ”keterlibatan” itu.

”Saat itu saya masih mahasiswa. Pada sebuah pertemuan anti-fasisme di tahun 1970-an, sayamengajukan usul agar kita berbicara tentang generasi orangtua kita. Saya katakan bahwa ayah

saya adalah kapten di militer Jerman (SS, Schutz-Staffel), lalu orang di sebelah sayamengatakan, oh ayah saya kolonel di situ, lalu ada juga yang mengatakan bahwa ayahnya adalah

 pejabat penting dalam kepemimpinan Nazi, sampai akhirnya seorang politisi ternama dari PartaiHijau angkat bicara dan mengatakan, ayah saya adalah Albert Speer (arsitek yang dikagumi

Hitler dan sejak 1933 membangun gedung-gedung representatif di Berlin, Munchen, dan

 Nuernberg—Red),” kata Wippermann.

”Kesimpulannya, seluruh generasi kami adalah anti-fasis, namun mereka memiliki fascistrelation. Ini mungkin sebuah kesalahan yang menjadi penyebab mengapa kita tidak terlalu sukses

di tahun 1960-an untuk mengajari masyarakat bagaimana berhadapan dengan masa lalu,”

katanya.

Proses panjang

Penerimaan terhadap aib di masa lalu menjadi sebuah proses panjang dan bertahap. Usai PD II

negeri ini hancur berkeping-keping dan ada sekitar 10 juta penduduk yang kehilangan tempat

tinggal. Belum lagi para pengungsi yang terusir dari kediamannya setelah wilayah Jermandipangkas berdasarkan kesepakatan Postdam. Rakyat Jerman memang tak memiliki pilihan.

Untuk bisa bertahan hidup, mereka harus bangkit dan berkonsentrasi penuh pada gagasan

”pembangunan kembali”. Membangun kembali ekonomi, kota-kota yang hancur, dan tentunya

membangun kembali kehidupan mereka.

”Rakyat Jerman harus bekerja untuk bertahan hidup. Selama 30 tahun mentalitas ini berkembang bahwa Anda harus bekerja keras setiap hari, bahwa Anda harus menciptakan keajaiban ekonomi,

dan seandainya Anda berhasil mungkin tetangga-tetangga Anda akan melupakan kejahatan yangtelah Anda lakukan di PD II. Dengan kata lain, rakyat Jerman saat itu telah membantu

memunculkan etos negeri ini yang dikaitkan dengan kerja keras dan mengejar pertumbuhan

ekonomi,” kata Klaus Liedtke.

Pihak Sekutu mengerahkan segala cara agar militerisme Jerman tidak bisa bangkit lagi, antaralain melalui ”De-Nazifikasi”. Di satu sisi, Sekutu ingin ”menghukum” Jerman, tapi di sisi lain

mereka juga berhati-hati dalam langkahnya agar rakyat tidak berpaling pada komunisme jika

 perekonomian memburuk.

Perang Dingin pada akhirnya mengubah pendekatan Sekutu. Hal itu tercermin dalam kebijakanekonomi yang diterapkan melalui Marshall Plan atau Europe Recovery Programme. Pada

intinya, AS menganggap bahwa sebuah Eropa yang sejahtera membutuhkan kontribusi ekonomi

dari sebuah ”Jerman yang stabil dan sejahtera”.

Marshall Plan telah ”berjasa” dalam hal mendepolitisasi industri, di mana industri lebih terfokus pada peningkatan produktivitas. Karyawan yang rela digaji rendah, tingkat aksi pemogokan yang

Page 4: ETOS BANGSA JERMAN

5/13/2018 ETOS BANGSA JERMAN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/etos-bangsa-jerman 4/4

rendah, dan menurunnya karakter militansi dalam tubuh asosiasi buruh, ikut mempercepat

 pergerakan ekonomi di Jerman. Inilah yang disebut psikologi ”rebuilding”. (Mary Fulbrook, hal

182).

”Jangan lupa, bangsa Jerman tidak bangkit dengan sendirinya. Selain ada Marshall Plan, Jerman

 juga memperoleh keuntungan dari Perang Korea tahun 1950 dan Perang Vietnam,” kata SvenHansen, editor Asia-Pasifik surat kabar Die Tageszeitung.

Kesuksesan ekonomi menjadi faktor signifikan dalam mengarahkan rakyat Jerman untuk komitterhadap nilai-nilai demokrasi. ”Demokrasi bukan hanya soal parlemen atau pembagian

kekuasaan antara eksekutif dan legislatif. Demokrasi juga sangat terkait dengan masa lalu sebuah

  bangsa dan ketika kita menyadarinya bahwa kesalahan itu tidak boleh terjadi lagi,” kata

Wippermann yang bangga bahwa para mahasiswanya yang berusia 30 sampai 40 tahun lebihmuda dari dirinya dan sama sekali tak memiliki kontak dengan periode Hitler, tetap kritis dalam

menilai sejarah Jerman.

”Tujuan kita bukanlah bagaimana menguasai masa lalu, tapi bagaimana kita belajar darisejarah, dan kemudian menjadikannya sebagai bagian integral dari identitas nasional

kita,” lanjutnya.

Inilah hasil demokrasi yang sesungguhnya. Sebuah proses yang patut ditiru bangsa kita yang

sangat mudah melupakan masa lalu.

Sumber :

http://artnculture.ilmci.com/category/adat-istiadat/jerman

http://training-ethos.blogspot.com/2007/11/etos-kerja-bangsa-jerman.html

http://freebody.multiply.com/journal/item/49