Etika Profesi Kedokteran

download Etika Profesi Kedokteran

of 39

description

Seorang pasien berusia 62 tahun datang ke rumah sakit dengan karsinoma kolon yang telah terminal. Pasien yang masih cukup sadar berpendidikan cukup tinggi. Ia memahami benar tentang kondisi kesehatannya dan keterbatasan kemampuan ilmu kedokteran saat ini. Ia juga memiliki pengalaman pahit sewaktu kakaknya menjelang ajalnya dirawat di ICU dengan peralatan bermacam-macam tampak sangat menderita dan alat-alat tersebut tampaknya hanya memperpanjang penderitaan saja. Oleh karena itu, ia meminta kepada dokter apabila ia mendekati ajalnya agar menerima terapi minimal saja (tanpa antibiotika, tanpa peralatan ICU dll) dan ia ingin mati dengan tenang dan wajar. Namun ia tetap setuju apabila ia menerima obat-obatan penghilang rasa sakit bila memang dibutuhkan.

Transcript of Etika Profesi Kedokteran

ETIKA PROFESI KEDOKTERAN

ETIKA PROFESI KEDOKTERANKELOMPOK ENAM

Akhmad Kurniadi 03010016Bima Ghovaroliy03010056Gita Citra Pratiwi03010116Kamilah Nasar03010146Maria Yosephina03011176Meiria Sari03011186Nadya Marsha 03011206Noor Hasbil Hakim03011216 Olga Andrienne03011226Putri Nadhira03011236Reynold Yusmar 03011246Risadayanti03011256

Seorang pasien berusia 62 tahun datang ke rumah sakit dengan karsinoma kolon yang telah terminal. Pasien yang masih cukup sadar berpendidikan cukup tinggi. Ia memahami benar tentang kondisi kesehatannya dan keterbatasan kemampuan ilmu kedokteran saat ini. Ia juga memiliki pengalaman pahit sewaktu kakaknya menjelang ajalnya dirawat di ICU dengan peralatan bermacam-macam tampak sangat menderita dan alat-alat tersebut tampaknya hanya memperpanjang penderitaan saja.Oleh karena itu, ia meminta kepada dokter apabila ia mendekati ajalnya agar menerima terapi minimal saja (tanpa antibiotika, tanpa peralatan ICU dll) dan ia ingin mati dengan tenang dan wajar. Namun ia tetap setuju apabila ia menerima obat-obatan penghilang rasa sakit bila memang dibutuhkan.

LAPORAN KASUS

Identitas pasienNamaUsia: 62 tahunJenis Kelamin: PerempuanAlamatPekerjaan

identifikasi masalahPasien 62 tahunKarsinoma kolon stadium terminalPasien masih cukup sadarPasien berpendidikan cukup tinggiPasien meminta terapi minimal saja (tanpa antibiotika, tanpa peralatan ICU, dll)

ASPEK HUKUMPERMENKES No.1419/MENKES/PER/2005 tentang Penyelenggaraan Praktik Dokter dan Dokter Gigi Pasal 17 : dokter / dokter gigi dalam memberikan pelayanan tindakan kedokteran atau kedokteran gigi terlebih dahulu harus memberikan penjelasan kepada pasien tentang tindakan kedokteran yang akan dilakukan dan mendapat persetujuan pasien

pasien berhak menolak tindakan dan mengakhiri pengobatan serta perawatan atas tanggung jawab sendiri sesudah memperoleh informasi yang jelas tentang penyakitnya.pemberian obat-obatan : persetujuan pasien pasien meminta unstuck dihentikan pengobatan, maka terapi harus dihentikan kecuali dengan penghentian terapi akan mengakibatkan keadaan gawat darurat atau kehilangan nyawa pasien

Pedoman Penegakkan Disiplin Kedokteran (2008)seorang dokter dapat dikategorikan melakukan bentuk pelanggaran disiplin kedokteran apabila tidak memberikan penjelasan yang jujur, etis, dan memadai (adequate information) kepada pasien atau keluarganya dalam melakukan praktik kedokteranHak pasien atas informasipenyakit & tindakan medis dari aspek hukum kedokteranMenerima pelayanan praktik kedokteran mempunyai hak mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis yang akan diterimanya(Undang-Undang No. 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran pasal 52)mencakup :Diagnosis dan tata cara tindakan medisTujuan tindakan medis yang dilakukanAlternatif tindakan lain dan resikonyaResiko dan komplikasi yang mungkin terjadiPrognosis terhadap tindakan yang dilakukan (pasal 45 ayat 3).

EUTHANASIA Euthanasia aktif : tindakan dokter mempercepat kematian pasien dengan memberikan suntikan ke dalam tubuh pasien tersebut. Alasan :Pengobatan yang diberikan hanya akan memperpanjang penderitaan pasienTidak mengurangi keadaan sakitnya yang memang sudah parah.

Euthanasia pasifTindakan dokter berupa penghentian pengobatan pasien yang menderita sakit keras, yang secara medis sudah tidak mungkin lagi dapat disembuhkan dan berakibat mempercepat kematian pasien.Alasan : Karena keadaan ekonomi pasien yang terbatasFungsi pengobatan menurut perhitungan dokter sudah tidak efektif lagi.Tindakan upaya dokter menghentikan pengobatan terhadap pasien yang menurut penelitian medis masih mungkin bisa sembuh. Alasan :Ketidakmampuan pasien dari segi ekonomi padahal biaya pengobatannya yang dibutuhkan sangat tinggi.

Voluntary euthanasia : euthanasia yang dilakukan atas permintaan pasien atau korban itu sendiri (secara yuridis formal dalam hukum pidana positif di indonesia hanya dikenal voluntary euthanasia)9Pasal 344 KUHP barang siapa merampas nyawa orang lain atas permintaan orang itu sendiri yang jelas dinyatakan dengan kesungguhan hati diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun.6

Pasal 338 KUHP Barang siapa sengaja merampas nyawa orang lain diancam, karena pembunuhan dengan pidana penjara paling lama lima belas tahunEUTHANASIA Pasal 340 KUHP Barang siapa dengan sengaja dan dengan rencana lebih dulu merampas nyawa oranglain diancam, karena pembunuhan berencana, dengan pidana mati atau pidana penjaraseumur hidup atau selama waktu tertentu paling lama dua puluh tahunPasal 356 (3) KUHP Penganiayaan yang dilakukan dengan memberikan bahan yang berbahaya bagi nyawa dan kesehatan untuk dimakan atau diminumPasal 304 KUHP Barang siapa dengan sengaja menempatkan atau membiarkan seorang dalam keadaan sengsara, padahal menurut hukum yang berlaku baginya atau karena persetujuan, dia wajib memberikan kehidupan, perawatan atau pemeliharaan kepada orang itu, diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan atau denda paling banyak tiga ratus rupiah Pasal 306 (2) KUHP Jika mengakibatkan kematian, perbuatan tersebut dikenakan pidana penjara maksimal sembilan tahunaspek etikaetik deskriptif : bidang sains yang mempelajari moralitas merupakan pengatuan empiris tentang moralitas dan menjelaskan pandangan moral tentang isu-isu yang terjadi pada ketika itu.

Etika normatif :Penegakan terhadap apa yang benar secara moral dan mana yang salah secara moral dalam kaitannya.2.Etika metaetik: Memperlihatkan analisis dari kedua konsep moral yang telah disebutkan.dalam kode etik kedokteran Indonesia (KODEKI) Pasal 2 : seorang dokter harus senantiasa berupaya melaksanakan profesinya sesuai dengan standar profesi tertinggi Seorang dokter dalam melakukan kegiatan kedokterannya sebagai seorang profesi dokter harus sesuai dengan ilmu kedokteran mutakhir, hukum dan agama.Pasal 7d : setiap dokter harus senantiasa mengingat akan kewajiban melindungi hidup insani Setiap tindakan dokter harus bertujuan untuk memelihara kesehatan dan kebahagiaaan manusia.

Dalam menjalankan profesinya seorang dokter tidak boleh melakukan:1. Menggugurkan kandungan (abortus provocatus)2. Mengakhiri kehidupan seorang pasien yang menurut ilmu dan pengetahuan tidak mungkin akan sembuh lagi (euthanasia)Sumpah dokter yang dikenal sumpah hippocrates Berisi : kewajiban-kewajiban dokter dalam berperilaku dan bersikap atau seperti code of conduct bagi dokter.1

Kode Etik Kedokteran Indonesia (kodeki)Dibuat dengan mengacu kepada kode etik kedokteran internasional yang berunsurkan tentang kewajiban umum, kewajiban terhadap pasien, kewajiban terhadap sesame dan kewajiban terhadap diri sendiri.aspek etikakode etik kedokteran Indonesia (KODEKI) Pasal 1:Setiap dokter harus menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah dokter.Pasal 2:Seorang dokter harus senantiasa berupaya melaksanakan profesinya sesuai dengan standar profesi yang tertinggi.Pasal 3:Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya, seorang dokter tidak boleh dipengaruhi oleh sesuatu yang mengakibatkan hilangnya kebebasan dan kemandirian profesi.Pasal 4:Setiap dokter harus menghindarkan diri dari perbuatan yang bersifat memuji diri.Pasal 5:Tiap perbuatan atau nasehat yang mungkin melemahkan daya tahan psikis maupun fisik hanya diberikan untuk kepentingan dan kebaikan pasien, setelah memperoleh persetujuan pasien.Pasal 6:Setiap dokter harus senantiasa berhati-hati dalam mengumumkan dan menerapkan setiap penemuan teknik atau pengobatan baru yang belum diuji kebenarannya dan hal-hal yang dapat menimbulkan keresahan masyarakatpasal 7:Seorang dokter hanya memberi surat keterangan dan pendapat yang telah diperiksa sendiri kebenarannya.Pasal 7a:Seorang dokter harus, dalam setiap praktik medisnya, memberikan pelayanan medis yang kompeten dengan kebebasan teknis dan moral sepenuhnya, disertai rasa kasih sayang (compassion) dan penghormatan atas martabat manusia.Pasal 7b:Seorang dokter harus bersikap jujur dalam berhubungan dengan pasien dan sejawatnya, dan berupaya untuk mengingatkan sejawatnya yang dia ketahui memiliki kekurangan dalam karakter atau kompetensi, atau yang melakukan penipuan atau penggelapan, dalam menangani pasienPasal 7c:Seorang dokter harus menghormati hak-hak pasien, hak-hak sejawatnya, dan hak tenaga kesehatan lainnya, dan harus menjaga kepercayaan pasienPasal 7d:Setiap dokter harus senantiasa mengingat akan kewajiban melindungi hidup makhluk insani.Pasal 8:Dalam melakukan pekerjaannya seorang dokter harus memperhatikan kepentingan masyarakat dan memperhatikan semua aspek pelayanan kesehatan yang menyeluruh (promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif), baik fisik maupun psiko-sosial, serta berusaha menjadi pendidik dan pengabdi masyarakat yang sebenar-benarnya.Pasal 9:Setiap dokter dalam bekerja sama dengan para pejabat di bidang kesehatan dan bidang lainnya serta masyarakat, harus saling menghormati.2kode etik kedokteran Indonesia (KODEKI) KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP PASIEN Pasal 10:Setiap dokten wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan segala ilmu dan ketrampilannya untuk kepentingan pasien. Dalam hal ini ia tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan, maka atas persetujuan pasien,ia wajib menujuk pasien kepada dokten yang mempunyai keahlian dalam penyakit tersebut.Pasal 11:Setiap dokter harus memberikan kesempatan kepada pasien agar senantiasa dapat berhubungan dengan keluarga dan penasehatnya dalam beribadat dan atau dalam masalah lainnya.Pasal 12:Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang seorang pasien, bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia.Pasal 13:Setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu tugas perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain bersedia dan mampu memberikannya. 2KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP TEMAN SEJAWAT Pasal 14:Setiap dokter memperlakukan teman sejawatnya sebagaimana ia sendiri ingin diperlakukan.Pasal 15:Setiap dokter tidak boleh mengambil alih pasien dan teman sejawat, kecuali dengan persetujuan atau berdasarkan prosedur yang etis. 2

KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP DIRI SENDIRI Pasal 16:Setiap dokter harus memelihara kesehatannya, supaya dapat bekerja dengan baik.Pasal 17:Setiap dokter harus senantiasa mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran/kesehatan. 2Bioetikasalah satu cabang dari etik normatif di atas. bioetik atau biomedical ethics : etik yang berhubungan dengan praktek kedokteran dan atau penelitian di bidang biomedis.

contoh pertanyaan di dalam bioetika adalahApakah seorang dokter berkewajiban secara moral untuk memberitahukan kepada seorang yang berada dalam stadium terminal bahwa ia sedang sekarat? Apakah membuka rahasia kedokteran dapat dibenarkan secara moral? Apakah aborsi ataupun euthanasia dapat dibenarkan secara moral?

Prinsip-Prinsip Etika Kedokteran ETIKA : disiplin ilmu yang mempelajari baik-buruk /benar-salahnya suatu sikap dan atau perbuatan seseorang individu atau institusi dilihat dari moralitas.

Teori DEONTOLOGI (ajaran agama, tradisi dan budaya)baik buruk suatu tindakan dilihat dari tindakan itu sendiriTeori TELEOLOGI baik buruk suatu tindakan dilihat dari hasil atau akibatnya(penalaran (reasoning) dan pembenaran (justifikasi) kepada azas manfaat (aliran utilitarian)4 kaidah dasar moral untuk mencapai keputusan etikBeauchamp & Childress (1994) PRINSIP OTONOM : prinsip moral yang menghormati hak-hak pasien, terutama hak otonomi pasien informed consentPRINSIP BENEFIENCE : prinsip moral yang mengutamakan tindakan yang ditujukan ke kebaikan pasien. Tidak hanya ditujukan kepada perbuatan baik saja melainkan juga perbuatan yang sisi baiknya (manfaat) lebih besar dari pada sisi buruknya (mudharat)PRINSIP NON-MALEFIENCE : prinsip moral yang melarang tindakan yang memmperburuk keadaan pasien.PRINSIP JUSTICE : prinsip moral yang mementingkan fairness dan keadilan dalam bersikap maupun dalam mendistribusikan sumber daya Rules derivatnya adalahveracity (berbicara benar, jujur dan terbuka)privacy (menghormati hak privasi pasien)confidentiality (menjaga kerahasiaan pasien)fidelity (loyalitas dan promise keeping)Pertanyaan bioetik juga dapat menyangkut tentang dapat dibenarkan atau tidaknya suatu hukum dilihat dari segi etik, seperti: Apakah dapat dibenarkan membuat suatu peraturan perundang-undangan yang mewajibkan seseorang untuk menerima tindakan medis yang bersifat life-saving, meskipun bertentangan dengan keinginannya? Apakah dapat dibenarkan secara etik apabila dibuat suatu hukum yang mengharuskan memasukkan seseorang sakit jiwa ke dalam rumah sakit, meskipun bertentangan dengan keinginan pasien ? Apakah dapat dibenarkan membuat suatu peraturan yang membolehkan tindakan medis apa saja yang diminta oleh pasien kepada dokternya, meskipun sebenarnya tidak ada indikasi ?

Di dalam menentukan tindakan di bidang kesehatan atau kedokteran, selain mempertimbangkan keempat kebutuhan dasar di atas, keputusan hendaknya juga mempertimbangkan hak-hak asasi pasien. Pelanggaran atas hak pasien akan mengakibatkan juga pelanggaran atas kebutuhan dasar di atas terutama kebutuhan kreatif dan spiritual pasienSelain prinsip atau kaidah dasar moral di atas yang harus dijadikan pedoman dalam mengambil keputusan klinis, profesional kedokteran juga mengenal etika profesi sebagai panduan dalam bersikap dan berperilaku (code of ethical conduct). Sebagaimana diuraikan

pada pendahuluan, nilai-nilai dalam etika profesi tercermin di dalam sumpah dokter dan kode etik kedokteran. Sumpah dokter berisikan suatu "kontrak moral" antara dokter dengan Tuhan sang penciptanya, sedangkan kode etik kedokteran berisikan "kontrak kewajiban moral" antara dokter dengan peer-group-nya, yaitu masyarakat profesinya.PERATURAN YANG TERKAITAmandemen UUD 45 pasal 286:setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat dan harta benda yg dibawah kekuasaannya serta berhak atas rasa aman & perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi.setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan dan perlakuan yang merendahkan derajat martabat manusia dan berhak memperoleh suaka politik dari negara lain

Doktrin informed consent tidak berlaku pada : keadaan darurat medisancaman terhadap kesmaspelepasan hak memberikan consentclinical privilagepasien tidak kompeten

Sebagai tenaga medis dan pengambil keputusan, dokter harus melakukan tindakan medis sebelum pengambilan keputusan. Untuk kasus euthanasia pasif seperti di atas sebaiknya dokter melalui langkah sebagai berikut :Perhatikan keadaan umum pasien (Rekam Medis) Melihat dan memastikan dengan benar kondisi pasien secara umum identifikasi pasien, riwayat penyakit, laporan pemeriksaan fisik abdomen dan rektal, pemeriksaan penunjang seperti pengujian darah samar, enema barium, kolonoskopi, biopsi atau pemeriksaan antigen kersinogenik, dan diagnosis atau diagnosis banding bahwa benar pasien menderita ca colonStatus psikiatriMemastikan keadaan psikis pasien bahwa tidak terdapat gangguan mental dan memenuhi standar untuk menandatangi informed consent. Edukasi pasien terlebih dahuluSetelah menjelasakn diagnosis penyakit pada pasien, dokter harus menjeleaskan sejelas-jelasnya mengenai tindakan yang sebaiknya dilakukan dan tindakan apa yang akan diusulkan atau prosedur alternatif lain jika ada. Pengajuan informed consent

Secara konkret persyaratan Informed Consent adalah untuk setiap tindakan baik bersifat diagnostik maupun terapeutik, pada asasnya senantiasa diperlukan persetujuan pasien yang bersangkutan. Ketika pasien sudah menyetujui maka pasien tersebut telah mengetahui dan memahami apa yang akan dilakukan oleh dokter dan resiko resiko yang timbul akibat tindakan tersebut.(3) Informed ConsentKomunikasi yang efektif antara dokter dengan pasien Bertemunya pemikiran tentang apa yang akan dan apa yang tidak akan dilakukan terhadap pasienPersetujuan sepihak atas layanan yang ditawarkan pihak lain Pemberian informed consent :Dinyatakan secara lisanDinyatakan secara tertulis Tidak dinyatakan

3 Element Informed ConsentThreshold elementsPemberi consent haruslah orang yang kompetenInformation element Pengertian berdasarkan pemahaman yang adekuatConsent elements Voluntariness (kesukarelaan, kebebasan) Autohorization (pesetujuan) pasien juga harus bebas dari tekanan1. Threshold elementsPemberi consent haruslah orang yang kompeten. (Hukum) kompeten :Umur 21 tahun / pernah menikahSadar dan berada dalam keadaan mental yang baik2. Information element adalah berdasarkan pemahaman yang adekuatdisclosture (pengungkapan)understanding {pemahaman)memberikan informasi kepada pasien dapat mencapai pemahamannya yang adekuat.Informasi dilihat dari 3 standart :standart praktek profesistandart subyektifstandart pada reasonable person

3. Consent elements voluntariness (kesukarelaan, kebebasan )autohorization (pesetujuan)

Pasien juga harus bebas dari tekanan

Consent dapat diberikan :LisanTertulis : dalam tindakan yang invasif / yang beresiko mempengaruhi kesehatan pasien secara bermakna.Tidak ditanyakan : consent ini yang tidak dimiliki bukti, banyak dilakukan dalam praktek sehari-hari

PROSEDUR TINDAKAN MEDISTindakan medis yang tergantung staging dengan tujuan pengobatan :Pengobatan kuratif: mencapai kesembuhan penyakit kanker. Pengobatan paliatif : pada penderita kanker yang sudah tidak memungkinkan kembali dicapainyakesembuhan.

Klasifikasi kanker usus :Stadium 1 : kanker terjadi di dalam dinding kolon.Stadium 2 : kanker telah menyebar hingga ke lapisan otot kolon.Stadium 3 :kanker telah menyebar ke kelenjar-kelenjar limfa.Stadium 4 :kanker telah menyebar ke organ-organ lain.

Prosedur TerapiTindakan medisReseksi bedahKemoterapiPaliatifReseksi secara bedahTerapi pilihan walaupun telah terjadi metastasisDapat menghindari terjadinya obstruksi usus /perdarahan Kolon dobunag dengan cara kolektomi segmental / hemikolektomi. Tindakan bedah tergantung :luasnya tumorbatasnya dari tepi anuskeadaan umum pasien.Terapi kemoterapi ajuvanstujuannya : mengeradikasi metastasis mikroskopik pada pasien yang telah direseksi secara kuratif tapi masih beresiko tinggi untuk kambuh karena adanya metastasis ke KGB atau pasien dengan prognosis buruk. diberikan : fluorouracil & levamisol (obat dengan aktivitas imunomoulator)./ dikombinasi dengan iradiasi pasca bedah.Paliatif Meredakan nyeri akibat kanker Mengantarkan pasien dengan proses kematian yang lebih manusiawi Bukan untuk menunda kematian Merupakan terapi terintegrasi baik fisik, psikologis dan spiritual Menyediakan konseling bagi keluarga pasien yang merawatnya Rekam MedisPERMENKES No: 269/MENKES/PER/III/2008 Berkas yang berisi catatan dan dokumen :identitas pasienhasil pemeriksaanpengobatan yang telah diberikantindakanpelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. berupa manual yaitu tertulis lengkap dan jelas.

IDENTITAS PASIEN

TANGGAL DAN WAKTU.

ANAMNESIS (SEKURANG-KURANGNYA KELUHAN, RIWAYAT PENYAKIT).

HASIL PEMERIKSAAN FISIK DAN PENUNJANG MEDIS.

DIAGNOSIS

RENCANA PENATALAKSANAAN

PENGOBATAN DAN ATAU TINDAKAN

PELAYANAN LAIN YANG TELAH DIBERIKAN KEPADA PASIEN.

UNTUK KASUS GIGI DAN DILENGKAPI DENGAN ODONTOGRAM KLINIK

PERSETUJUAN TINDAKAN BILA PERLU.Pasien Rawat Jalandata pasien rawat inap yang dimasukkan dalam medical record :Pasien Rawat Inapdata pasien rawat inap yang dimasukkan dalam medical record :IDENTITAS PASIENTANGGAL DAN WAKTU.ANAMNESIS (SEKURANG-KURANGNYA KELUHAN, RIWAYAT PENYAKIT.HASIL PEMERIKSAAN FISIK DAN PENUNJANG MEDIS.DIAGNOSISRENCANA PENATALAKSANAANPENGOBATAN DAN ATAU TINDAKANPERSETUJUAN TINDAKAN BILA PERLUCATATAN OBSSERVASI KLINIS DAN HASIL PENGOBATANRINGKASAN PULANG (DISCHARGE SUMMARY)NAMA & TANDA TANGAN DOKTER, DOKTERGIGI / TENAGA KESEHATAN TERTENTU YANG MEMBERIKAN PELAYANAN KSEHATAN.PELAYANAN LAIN YANG TELAH DIBERIKAN OLEH TENAGA KESEHATAN TERTENTU.UNTUK KASUS GIGI DAN DILENGKAPI DENGAN ODONTOGRAM KLINIKRuang Gawat Daruratdata pasien rawat inap yang harus dimasukkan dalam medical record :IDENTITAS PASIENKONDISI SAAT PASIEN TIBA DI SARANA PELAYANAN KESEHATANIDENTITAS PENGANTAR PASIENTANGGAL DAN WAKTU.HASIL ANAMNESIS (SEKURANG-KURANGNYA KELUHAN, RIWAYAT PENYAKIT.HASIL PEMERIKSAAN FISIK DAN PENUNJANG MEDIS.DIAGNOSISPENGOBATAN DAN/ATAU TINDAKANRINGKASAN KONDISI PASIEN SEBELUM MENINGGALKAN PELAYANAN UNIT GAWAT DARURAT DAN RENCANA TINDAK LANJUT.NAMA DAN TANDA TANGAN DOKTER, DOKTER GIGI ATAU TENAGA KESEHATAN TERTENTU YANG MEMBERIKAN PELAYANAN KESEHATAN.SARANA TRANSPORTASI YANG DIGUNAKAN BAGI PASIEN YANG AKAN DIPINDAHKAN KE SARANA PELAYANAN KESEHATAN LAIN DANPELAYANAN LAIN YANG TELAH DIBERIKAN OLEH TENAGA KESEHATAN TERTENTU.

REKAM MEDISkepemilikan bekas rekam medis adalah milik sarana kesehatan sedangkan isi rekam medis milik pasien(UU praktik kedokteran) memperoleh isi rekam medis = salah satu hak pasien.

KEGUNAAN REKAM MEDISSebagai alat komunikasi anatara dokter dan tenanga kesehatan lainSebagai dasar untuk perencaan pengobatan atau peawatanSebagai bukti tertulis atas segala pelayanan, perkembangan penyakit dan pengobatan selama pasien berkunjung dan atau dirawat di RS Sebagai analisis studi, evaluasi terhadap mutu pelayanan yang diberikan pasienMelindungi kepentingan hukum bagi pasien RS/dokter dan tenaga kesehatan lainnyaMenyediakan data khusus yang sangat berguna untuk keprluan penelitian dan pendidikanSebagai dasar didalam perhitungan biaya pembayaran pelayanan medic pasienMenjadi sumber ingatan yang harus didokuentasikan,serta sebagai bahan pertanggung jawaban dan laporan

KesimpulanBerdasarkan hasil skenario yang kami dapatkan.Kelompok kami berpendapat bahwa kami setuju atas hak pasien yang telah disahkan dalam Declaration of Lisbon World Medical Association the right to accept or to refuse treatment after receiving adequate information dengan kata lain bahwa tidakan dokter telah melalui prosedur yang tepat, kami memberikan informasi yang sejelas-jelasnya serta akibatnya kepada pasien beserta keluarganya.

Daftar PustakaSampurna B, Syamsu Z, Dwidja T. Bioetik dan Hukum Kedokteran. 2nd Ed. Pustaka Dwipar. Jakarta: 2007.Guwandi, J., 1995. Persetujuan Tindakan Medik (Informed Consent), Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.Bahder Johan Nasution, Hukum Kesehatan Pertanggungjawaban Dokter, Rineka Cipta, Surabaya, 2005.

TERIMA KASIH