Etika Dalam Praktik Auditing Dan Konsultan Manajemen

37
BAB I PENDAHULUAN Kode etik merupakan prinsip dasar dan aturan etika profesi yang harus dijunjung tinggi tiap-tiap praktisi dalam menjalankan profesinya. Setiap praktisi wajib mematuhi dan menerapkan seluruh prinsip dasar dan aturan etika profesi yang diatur dalam Kode etik profesi. Secara etimologi etika bisa didefinisakan sebagai karakter, watak, kesusilaan atau adat, yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu ethos. Beberapa pakar mendefinisikan etika sebagai berikut : · Drs. O.P. Simorangkit : “ Etika atau etika sebagai pandangan manusia dalam berprilaku menurut ukuran dan nilai yang baik “ · Drs. Sidi Gajalba dalam sistematika Filsafat : “ etika adalah teori tentang tingkah laku perbuatan manusia dipandang dari segi baik dan buruk sejuh yang dapat ditentukan oleh akal.” · Drs. H. Burhanudin Salam : “ Etika adalah cabang filsafat yang beribicara mengenai nilai dan norma moral yang menetukan prilaku manusia dalam hidupnya.” Dari beberpa pendapat para pakar di atas kita bisa menyimpulkan bahwa pengertian etika adalah aturan-aturan atau pandangan hidup manusia yang menyangkut norma-norma, nilai- nilai, kaidah-kaidah dan ukuran-ukuran bagi tingkah laku manusia yang baik. Etika profesi adalah cabang filsafat yang mempelajari penerapan prinsip-prinsip moral dasar atau norma-norma etis umum pada bidang-bidang khusus ( profesi ) kehidupan manusia.

Transcript of Etika Dalam Praktik Auditing Dan Konsultan Manajemen

Page 1: Etika Dalam Praktik Auditing Dan Konsultan Manajemen

BAB I

PENDAHULUAN

Kode etik merupakan prinsip dasar  dan aturan etika profesi yang harus dijunjung tinggi

tiap-tiap praktisi dalam menjalankan profesinya. Setiap praktisi wajib mematuhi dan

menerapkan seluruh prinsip dasar dan aturan etika profesi yang diatur dalam Kode etik

profesi. Secara etimologi etika bisa didefinisakan sebagai karakter, watak, kesusilaan atau

adat, yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu ethos. Beberapa pakar mendefinisikan etika

sebagai berikut :

·         Drs. O.P. Simorangkit : “ Etika atau etika sebagai pandangan manusia dalam berprilaku

menurut ukuran dan nilai yang baik “

·         Drs. Sidi Gajalba dalam sistematika Filsafat : “ etika adalah teori tentang tingkah laku

perbuatan manusia dipandang dari segi baik dan buruk sejuh yang dapat ditentukan oleh

akal.”

·         Drs. H. Burhanudin Salam : “ Etika adalah cabang filsafat yang beribicara mengenai

nilai dan norma moral yang menetukan prilaku manusia dalam hidupnya.”

Dari beberpa pendapat para pakar di atas kita bisa menyimpulkan bahwa pengertian etika

adalah aturan-aturan atau pandangan hidup manusia  yang menyangkut norma-norma, nilai-

nilai, kaidah-kaidah dan ukuran-ukuran bagi tingkah laku manusia yang baik.

Etika profesi adalah cabang filsafat yang mempelajari penerapan prinsip-prinsip moral

dasar atau norma-norma etis umum pada bidang-bidang khusus ( profesi ) kehidupan

manusia. Istilah profesi adalah suatu hal yang berkaitan dengan bidang tertentu atau jenis

pekerjaan (accoupation) yang sangat dipengaruhi oleh pendidikan dan keahlian. Profesi

adalah pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan terhadap suatu pengetahuan

khusus. Suatu profesi biasanya memiliki asosiasi profesi, kode etika, serta proses sertifikasi

dan lisensi yang khusus untuk bidang profesi tersebut. Contoh profesi adalah pada bidan

hukum, kedokteran, keunagn, militer, dan teknik.

Seiring dengan tuntutan untuk menghadirkan suatu proses bisnis yang terkelola dengan

baik, sorotan atas kinerja akuntan terjadi dengan begitu tajamnya. Ini tidak dapat dilepaskan

dari terjadinya beberapa skandal besar “malpraktik bisnis” yang telah melibatkan profesional

akuntan. Peristiwa bisnis yang melibatkan akuntan tersebut seharusnya memberikan pelajaran

untuk mengutamakan etika dalam melaksananakan praktik profesional akuntansi. Krisis

Page 2: Etika Dalam Praktik Auditing Dan Konsultan Manajemen

moral dalam dunia bisnis yang sangat fenomenal pada dekade terakhir ini adalah kasus

“Enron”, yang di dalamnya melibatkan salah satu the big five accounting firm “Arthur

Anderson”. Suatu kasus yang sedemikian kompleks, yang kemudian diikuti mencuatnya

kasus-asus oleh mencuatnya kasus-kasus besar lainnya. Skandal keuangan ini tidak saja

berakibat pada menurunnya kinerja perekonomian Amerika Serikat (yang ditandai dengan

menurunnya harga saham di Wall Street dan indeks harga saham Dow Jones), tetapi

kemudian juga merembet ke negara-negara lainnya (Suharto, 2002). Bahkan kemudian

peristiwa ini memicu kalangan pemerintahan dan legislatif di Amerika Serikat untuk

meninjau kembali perangkat hukum yang mengatur perusahaan (korporat) dan praktik

akuntan publik dengan antara lain mengeluarkan“Sarbanes-Oxley Act of 2002”Di Indonesia

kasus-kasus serupa juga terjadi, misalnya kasus audit PT Telkom oleh KAP “Eddy Pianto &

Rekan” (Media Akuntansi, 2003).

Dalam kasus ini laporan keuangan auditan PT Telkom tidak diakui oleh SEC (pemegang

otoritas pasar modal di Amerika Serikat), dan atas peristiwa ini audit ulang diminta untuk

dilakukan oleh KAP yang lainnya. Kasus lainnya yang cukup menarik adalah keterlibatan10

KAP (jumlahsample dalam peer review) yang melakukan audit terhadap bank beku operasi

dan bank beku kegiatan usaha (Toruan, 2002; Baidaie, 2000). Bahkan dalam kasus ini KAP-

KAP besar disebut-sebut juga terlibat (lihat Media Akuntansi, 2002). Selain itu terdapat kasus

penggelapan pajak yang melibatkan KAP “KPMG Sidharta Sidharta & Harsono” (KPMG-

SSH) yang menyarankan kepada kliennya (PT. Easman Christensen/PTEC) untuk melakukan

penyuapan kepada aparat perpajakan Indonesia untuk mendapatkan keringanan atas jumlah

kewajiban pajak yang harus dibayarnya (Sinaga dkk., 2001).

BAB II

Page 3: Etika Dalam Praktik Auditing Dan Konsultan Manajemen

PEMBAHASAN

A. ETIKA DALAM PRAKTIK AUDITING

Secara garis besar etika dapat didefinisikan sebagai serangkaian prinsip atau nilai moral

yang dimiliki oleh setiap orang. Dalam hal ini kebutuhan etika dalam masyarakat sangat

mendesak sehingga sangatlah lazim untuk memasukkan nilai-nilai etika ini ke dalam undang-

undang atau peraturan yang berlaku di negara kita. Banyaknya nilai etika yang ada tidak

dapat dijadikan undang-undang atau peraturan karena sifat nilai-nilai etika sangat tergantung

pada pertimbangan seseorang.

A.1 PRINSIP-PRINSIP ETIKA

Prinsip etika seorang auditor terdiri dari enam yaitu:

a) pertama rasa tanggung jawab (responsibility) mereka harus peka serta memiliki

pertimbangan moral atas seluruh aktivitas yang mereka lakukan.

b) Kedua kepentingan publik, auditor harus menerima kewajiban untuk bertindak

sedemikian rupa agar dapat melayani kepentingan orang banyak, menghargai

kepercayaan publik, serta menunjukan komitmennya pada profesionalisme.

c) Ketiga Integritas, yaitumempertahankan dan memperluas keyakinan publik.

d) Keempat Obyektivitas dan Indepensi, auditor harus mempertahankan obyektivitas dan

terbebas dari konflik antar kepentingan dan harus berada dalam posisi yang

independen.

e) Kelima Due care, seorang auditor harus selalu memperhatikan standar tekhnik dan

etika profesi dengan meningkatkan kompetensi dan kualitas jasa, serta melaksanakan

tanggung jawab dengan kemampuan terbaiknya.

f) Keenam Lingkup dan sifat jasa, auditor yang berpraktek bagi publik harus

memperhatikan prinsip-prinsip pada kode etik profesi dalam menentukan lingkup dan

sifat jasa yang disediakannya.

A.2 DILEMA ETIKA SEORANG AUDITOR

Page 4: Etika Dalam Praktik Auditing Dan Konsultan Manajemen

Setiap profesi pasti pernah mengalami dilema etika. Dilema etika merupakan situasi yang

dihadapi oleh seseorang dimana ia merasa bingung untuk mengambil suatu keputusan tentang

perilaku apa yang seharusnya dilakukan. Banyak alternatif untuk menyelesaikan dilema-

dilema etika, hanya saja diperlukan suatu perhatian khusus dari tiap individu untuk

menghindari rasionalisasi tindakan-tindakan yang kurang atau bahkan tidak etis.

A.3 PEMBELAJARAN UNTUK PARA AUDITOR DI INDONESIA

Belajar dari kasus Mulyana W Kusumah, tampaknya rakyat Indonesia masih harus

menunggu dalam waktu yang cukup lama untuk memperoleh pemerintahan yang kredibel,

akuntabel, dan transparan, sehingga tidak terjadi kecurangan atau korupsi..Banyak hal yang

harus dipelajari, dipahami, dan dilaksanakan, dan semua ini butuh waktu dan melibatkan

berbagai pihak dengan berbagai kepentingan. Seandainya, pemerintah Indonesia mempunyai

kemampuan teknis bagaimana meyakinkan bahwa dana yang disalurkan telah dikelola

dengan benar, transparan, dan akuntabel oleh penerima kerja, maka pencegahan korupsi bisa

dijalankan.

Hal yang pertama standar-standar etika pribadi menghendaki adanya suatu berkomitmen

etika yaitu suatu keteguhan hati untuk bertindak sesuai etika. Selanjutnya kita harus memiliki

suatu kemampuan untuk mengamati implikasi-implikasi etika dari sebuah situasi.

A.4 MODEL UMUM UNTUK MEMBUAT KEPUTUSAN BERETIKA

Berikut adalah model yang digunakan oleh seorang CPA dalam pekerjaan mereka:

1) Mengumpulkan /mengidentifikasi semua fakta-fakta yang relevan tentang situasi yang

menimbulkan isu etika dan membuat suatu kebutuhan untuk suatu keputusan beretika.

2) Memikirkan individu-individu/kelompok-kelompok yang akan terkena dampaknya.

3) Memikirkan akibat-akibat alternatif dai suatu tindakan.

4) Memikirkan hasil-hasil yang mungkin sebagai konsekuensi yang diakibatkan tindakan

tersebut.

5) Membandingkan akibat-akibat tindakan tersebut dengan pertanyaan-pertanyaan etika

yang timbul.

6) Memilih suatu alur aksi diantara alternatif-alternatif tersebut.

A.5 KODE ETIKA PROFESIONAL DALAM PROFESI AKUNTAN

Page 5: Etika Dalam Praktik Auditing Dan Konsultan Manajemen

Kode ini menjelma dalam kode etik profesional AKDA, ada 3 karakteristik dan hal-

hal yang ditekankan untuk dipertanggungjawabkan oleh CPA kepada publik.

1. CPA harus memposisikan diri untuk independen, berintegritas, dan obyektif.

2. CPA harus memiliki keahlian teknik dalam profesinya.

3. CPA harus melayani klien dengan profesional dan konsisten dengan tanggung jawab

mereka kepada publik.

A.6 PRINSIP-PRINSIP KODE ETIKA PERILAKU PROFESIONAL

Prinsip-prinsip aturan perilaku profesional mengandung 7 cakupan umum.

1) Suatu pernyataan dari maksud prinsip-prinsip tersebut. Banyak dari kode etik

AICPA yang dapat dilanggar tanpa harus melanggar hukum/peraturan. Alasan

utama dari kode etik ini adalah menyemangati anggotanya untuk melatih

disiplin diri di dalam/di luar hukum/peraturan.

2) Tanggung jawab, Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai

profesional CPA harus menggunakan pertimbangan profesional dan moral

yang sensitif dalam semua aktifitasnya. Sebagaimana disebutkan dalam bab I,

CPA/akuntan publik melaksanakan suatu peran penting di masyarakat. Mereka

bertanggung jawab, bekerja sama satu sama lain untuk mengembangkan

metode akuntansi dan pelaporan, memelihara kepercayaan publik, dan

melaksanakan tanggung jawab profesi bagi sendiri.

3) Kepentingan public, CPA wajib memberikan pelayanannya bagi kepentingan

publik, menghormati kepercayaan publik, dan menunjukkan komitmen serta

profesionalisme. Salah satu tanda yang membedakan profesi adalah

penerimaan tanggung jawabnya kepada publik. CPA diandalkan oleh banyak

unsur masyarakat, termasuk klien, kreditor, pemerintah, pegawai, investor, dan

komunitas bisnis serta keuangan. Kelompok ini mengandalkan obyektifitas

dan integritas CPA untuk memelihara fungsi perdagangan yang tertib.

4) Integritas, Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik, CPA

harus melaksanakan semua tanggung jawab profesionalnya dengan integritas

tertinggi. Perbedaan karakteristik lainnya dari suatu profesi adalah pengakuan

anggotanya akan kebutuhan memiliki integritas. Integritas menurut CPA

bertindak jujur dan terus terang meskipun dihambat kerahasiaan klien.

Pelayanan dan kepercayaan publik tidak boleh dimanfaatkan untuk

keuntungan pribadi. Integritas dapat mengakomodasi kesalahan akibat kurang

Page 6: Etika Dalam Praktik Auditing Dan Konsultan Manajemen

berhati-hati dan perbedaan pendapat yang jujur, akan tetapi, integritas tidak

dapat mengakomodasi kecurangan/pelanggaran prinsip.

5) Obyektifitas dan independensi, Seorang CPA harus mempertahankan

obyektifitas dan bebas dari konflik kepentingan dalam melaksanakan tanggung

jawab profesional. Seorang CPA dalam praktek publik harus independent

dalam kenyataan dan dalam penampilan ketika memberikan jasa auditing dan

jasa atestasi lainnya. Prinsip obyektifitas menuntut seorang CPA untuk tidak

memihak, jujur secara intelektual, dan bebas dari konflik kepentingan.

Independensi menghindarkan diri dari hubungan yang bisa merusak

obyektifitas seorang CPA dalam melakukan jasa atestasi.

6) Kemahiran, Seorang CPA harus melakukan standar teknis dan etis profesi,

terus berjuang meningkatkan kompetensi mutu pelayanan, serta melaksanakan

tanggung jawab profesional dengan sebaik- baiknya. Prinsip kemahiran (due

care) menuntut CPA untuk melaksanakan jasa profesional dengan sebaik-

baiknya. CPA akan memperoleh kompetensi melalui pendidikan dan

pengalaman dimulai dengan menguasai ilmu yang disyaratkan bagi seorang

CPA. Kompetensi juga menuntut CPA untuk terus belajar di sepanjang

karirnya.

7) Lingkup dan sifat jasa, Seorang CPA yang berpraktik publik harus

mempelajari prinsip kode etik perilaku profesional dalam menentukan lingkup

dan sifat jasa yang akan diberikan. Dalam menentukan apakah dia akan

melaksanakan atau tidak suatu jasa, anggota AICPA yang berpraktik publik

harus mempertimbangkan apakah jasa seperti itu konsisten dengan setiap

prinsip perilaku profesional CPA.

A.7 PERATURAN PERILAKU PROFESIONAL

Peraturan perilaku profesional lebih spesifik karena menunjukkan aksi dan hubungan CPA, dan jika CPA tidak menaati/melanggar kode etik peraturan ini mengakibatkan sanksi dari AICPA.

Page 7: Etika Dalam Praktik Auditing Dan Konsultan Manajemen

A.8 BAGIAN 100-PERATURAN 101. INDEPENDENSI

Peraturan 101 mengenai independensi menyatakan “seorang CPA yang berpraktik publik harus independen dalam memberikan jasa profesional sebagaimana disyaratkan oleh standar resmi yang dikeluarkan oleh dewan.” Sebagaimana telah dibahas bab I, tidak peduli bagaimana kompetennya seorang CPA, pendapat CPA atas laporan keuangan akan berkurang nilainya bagi para pemakai kecuali CPA mempertahankan independensi. Peraturan 101 memasyaratkan independensi, telaah dan penugasan atestasi lainnya.

A.9 HUBUNGAN KEUANGAN-KEPENTINGAN KEUANGAN TIDAK LANGSUNG

Kepentingan keuangan tidak langsung yang material dapat mengurangi independensi. Kepentingan seorang CPA dapat mengurangi independensi jika memiliki kepentingan keuangan dalam suatu kesatuan yang memiliki suatu kepentingan keuangan terhadap klien audit.

A.10 HUBUNGAN KEUANGAN PINJAMAN DARI KLIEN AUDIT

Peraturan mengenai independensi melarang pinjaman ke/dari klien audit, akan tetapi pinjaman dari lembaga keuangan adalah dimaklumi dalam situasi tertentu jika pinjaman dibuat menurut persyaratan pinjaman normal.

A.11 HUBUNGAN KEUANGAN-TUNTUTAN HUKUM KLIEN

Independensi dapat berkurang jika seorang klien audit memulai atau berniat untuk mengajukan tuntutan hukum terhadap kinerja audit CPA. Terdapat 2 ciri penting tentang audit:

1. Klien aaudit harus bersedia untuk mengungkapkan seluruh aspek dari operasi bisnis kepada auditor.

2. Sebaliknya, auditor harus obyektif dalam penilaian tearhadap hasil laporan keuangan.

A.12 HUBUNGAN MANAJERIAL ATAU KARYAWAN-POSISI DENGAN KLIEN

Umumnya auditor akan independen jika mereka dihubungkan dengan audit klien sebagai karyawan, pegawai, direktur atau posisi yang sama selama periode penugasan profesional mereka atau pada waktu mengungkapkan suatu opini. Anggota dapat dihubungkan dengan laporan keuangan dari organisasi amal, keagamaan, atau yang memikirkan kepentingan umum jika mereka hanya direktur atau trustee (wali) honorer dari organisasi tersebut.

Page 8: Etika Dalam Praktik Auditing Dan Konsultan Manajemen

A.13 HUBUNGAN MANAJERIAL ATAU KARYAWAN-JASA AKUNTANSI UNTUK AUDIT KLIEN

Di bawah kondisi tertentu auditor dapat memberikan jasa auditing dan pembukuan untuk klien yang sama. Satu alasan untuk membolehkan hubungan tersebut adalah bahwa auditor menilai kewajaran dari hasil keputusan operasi manajemen bukan kebijaksanaan dari keputusan. Syarat- syaratnya:

1. Klien harus menerima tanggung jawab atas laporan keuangan. Ketika diperlukan, auditor harus membantu kliennya untuk memahami masalah-masalah akuntansi secukupnya agar klien dapat menjalankan tanggnug jawabnya..

2. Auditor tidak boleh menjadi pegawai/manajemen. Ini berarti bahwa sebaiknya auditor tidak memberi kuasa atas transaksi, pemeliharaan atas harta klien atau kuasa penugasan pada kepentingan klien.

3. Ketika laporan keuangan disiapkan dari buku dan catatan yang dikelola oleh auditor, auditor tersebut harus menaati standar audit yang berlaku umum.

A.14 HUBUNGAN MANAJERIAL ATAU KARYAWAN-INDEPENDENSI AUDITOR DAN JASA KONSULTASI MANAJEMEN

Seorang CPA tidak akan kehilangan independensinya saat melakukan jasa konsultasi manajemen untuk klien audit karena konsultasi manajemen tidak meliputi suatu pendapat tentang kewjaran dari suatu laporan keuangan.

Pelaksanaan  tugas  audit,  seorang auditor  dituntut  untuk  bersikap  dan bertindak 

independen  dan  objektif. Independen  berarti  bebas  dari  pengaruh, tidak  dikendalikan atau

tidak  tergantung  kepada pihak lain termasuk memberi  penugasan.  Objektif berarti  sikap 

tidak  memihak  dalam mempertimbangkan fakta. Objektivitas lebih banyak ditentukan faktor

dari dalam diri auditor, sedangkan independensi  selain  ditentukan  faktor  dari  dalam  diri

auditor, juga banyak ditentukan oleh faktor dari luar diri auditor. Independensi dalam audit

mencakup independensi dalam  perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan:

a) Independensi  dalam  perencanaan  audit  berarti  bebas  dari  pengaruh manajemen 

dalam  menerapkan  prosedur  audit,  menentukan  sasaran  dan ruang lingkup audit. 

b) Independensi dalam pelaksanaan berarti bebas dalam mengakses aktivitas yang akan

diaudit.

c) Independensi pelaporan berarti bebas dari usaha untuk menghilangkan atau

memengaruhi makna laporan serta bebas untuk mengungkapkan fakta.

Page 9: Etika Dalam Praktik Auditing Dan Konsultan Manajemen

Kerangka kerja kembali kepada empat aktivitas dasar yang dibutuhkan untuk

mengevaluasi independensi auditor, yaitu: 

a) Prinsip 1. Menentukan Level Resiko Independensi: pengambil keputusan harus

menilai level resiko  independensi dengan mempertimbangkan tipe dan signifikansi

ancaman bagi independensi auditor dan tipe efektivitas perlindungan.

b) Prinsip 2. Menentukan Penerimaan Level Resiko Independensi: Setelah menilai level resiko maka

auditor perlu menentukan apakah level independensi adalah sebuah posisi yang dapat diterima pada

kontinum resiko independensi.

c) Prinsip 3. Memperhatikan Keuntungan Dan Biaya: Independensi pengambil keputusan harus

memastikan bahwa keuntungan yang dihasilkan dari mengurangi resiko independensi menimbulkan

perlindungan tambahan melebihi biaya perlindungan.

d) Prinsip 4. Memperhatikan Pandangan Pihak-Pihak Yang Tertarik Dalam Mengalamatkan Isu

Independensi Auditor: independensi pengambil keputusan harus memperhatikan pandangan dari

investor dan harus memecahkan isu berdasarkan keputusan pengambil keputusan tentang bagaimana

memenuhi tujuan independensi auditor.

Sikap  independen  auditor  pada  dasarnya  sangat  tergantung  pada  diri auditor 

sendiri. Secara etika, auditor yang independen harus dapat memosisikan dirinya, agar

dapat memperoleh kepercayaan dari  masyarakat  atau  pihak lain melalui sikap dan 

tindakan nyata yang dapat dirasakan oleh pihak lain tersebut, misalnya dengan  menolak

penugasan audit bila menemui kondisi berikut:

a) Terdapat hubungan istimewa antara auditor dengan auditi/ aktivitas auditi.

b) Terjadi pembatasan ruang lingkup, sifat dan luas audit.

c) Tidak  memiliki  kemampuan untuk  memahami  aktivitas  yang  akan  diaudit

sehingga dapat  memengaruhi  sikap independensi, misalnya: tidak memahami

kejahatan di bidang komputer.

d) Auditor tidak dapat independen karena posisi auditor dalam organisasi auditi.

Page 10: Etika Dalam Praktik Auditing Dan Konsultan Manajemen

B. ETIKA DALAM PRAKTIK KONSULTAN MANAJEMEN

Setiap profesi yang menyediakan jasanya kepada masyarakat memerlukan

kepercayaan dari masyarakat yang dilayaninya. Kepercayaan masyarakat terhadap mutu

jasa konsultan manajemen akan menjadi lebih tinggi jika profesi tersebut menerapkan

standar mutu tinggi terhadap pelaksanaan pekerjaan profesional yang dilakukan oleh

anggota profesinya. Tujuan konsultan manajemen adalah memenuhi tanggung-jawabnya

dengan standar profesionalisme tertinggi, mencapai tingkat kinerja tertinggi, dengan

orientasi kepada kepentingan publik. Untuk mencapai tujuan tersebut terdapat empat

kebutuhan dasar yang harus dipenuhi:

1. Kredibilitas. Masyarakat membutuhkan kredibilitas informasi dan sistem informasi.

2. Profesionalisme. Diperlukan individu yang dengan jelas dapat diidentifikasikan oleh

pemakai jasa konsultan sebagai profesional di bidangnya.

3. Kualitas Jasa. Terdapatnya keyakinan bahwa semua jasa yang diperoleh diberikan

dengan standar kinerja tertinggi.

4. Kepercayaan. Pemakai jasa konsultan manajemen harus dapat merasa yakin bahwa

terdapat kerangka etika profesional yang melandasi pemberian jasanya.

Jasa konsultansi adalah jasa profesional yang disediakan dengan memadukan

kemahiran teknis, pendidikan, pengamatan, pengalaman, dan pengetahuan praktisi mengenai

proses konsultansi. Jasa konsultansi dapat meliputi jasa-jasa berikut ini:

a.       Konsultasi (consultations).

Untuk jenis jasa ini, fungsi praktisi adalah memberikan konsultasi atau saran profesional

(professional advice) yang memerlukan respon segera, berdasarkan pada pengetahuan

mengenai klien, keadaan, masalah teknis terkait, representasi klien, dan tujuan bersama

berbagai pihak.

Contoh: review dan komentar terhadap rencana bisnis buatan klien dan pemberian saran

tentang perangkat lunak komputer yang cocok digunakan oleh klien.

b.      Jasa Pemberian Saran Profesional (Advisory Services).

Untuk jenis jasa ini, fungsi praktisi adalah mengembangkan temuan, kesimpulan, dan

rekomendasi untuk dipertimbangkan dan diputuskan oleh klien.

Page 11: Etika Dalam Praktik Auditing Dan Konsultan Manajemen

Contoh: revew operasional dan improvement study, analisis terhadap suatu sistem

akuntansi, pemberian bantuan dalam proses perencanaan strategik, dan definisi

persyaratan yang harus dipenuhi oleh suatu sistem informasi.

c.       Jasa Implementasi.

Untuk jenis jasa ini, fungsi praktisi adalah mewujudkan rencana kegiatan menjadi

kenyataan. Sumber daya dan personel klien digabung dengan sumber daya dan personel

praktisi untuk mencapai tujuan implementasi. Praktisi bertanggung jawab kepada klien

dalam hal pelaksanaan dan manajemen kegiatan perikatan.

Contoh: penyediaan jasa instalasi sistem komputer dan jasa pendukung yang berkaitan,

pelaksanaan tahap-tahap peningkatan produktivitas, dan pemberian bantuan dalam

proses penggabungan (merger) organisasi.

d.      Jasa Transaksi.

Untuk jenis jasa ini, fungsi praktisi adalah untuk menyediakan jasa yang berhubungan

dengan beberapa transaksi khusus klien yang umumnya dengan pihak ketiga.

Contoh: jasa pengurusan kepailitan, jasa penilaian, penyediaan informasi untuk

mendapatkan pendanaan, analisis kemungkinan penggabungan usaha atau akuisisi, dan

jasa pengurusan perkara pengadilan.

e.       Jasa Penyediaan Staf dan Jasa Pendukung Lainnya.

Untuk jenis jasa ini, fungsi praktisi adalah menyediakan staf yang memadai dan

kemungkinan jasa pendukung lain untuk melaksanakan tugas yang ditentukan oleh klien

dan bekerja di bawah pengarahan klien sepanjang keadaan mengharuskan demikian.

Contoh: manajemen fasilitas pemrosesan data, pemrograman komputer, perwalian dalam

rangka kepailitan, dan aktivitas controllership.

f.       Jasa Produk.

Untuk jenis jasa ini, fungsi praktisi adalah untuk menyediakan bagi klien suatu produk

dan jasa profesional sebagai pendukung atas instalasi, penggunaan, atau pemeliharaan

produk tertentu.

Contoh: penjualan dan penyerahan paket program pelatihan, penjualan dan implementasi

perangkat lunak komputer, dan penjualan dan instalasi metodologi pengembangan

sistem.

Praktisi jasa konsultansi adalah akuntan publik, yang terlibat dalam penyediaan jasa

konsultansi untuk kliennya, atau siapa saja yang menyediakan jasa konsultansi untuk klien

dengan mengatasnamakan akuntan publik. Proses konsultansi adalah rangkaian kegiatan

Page 12: Etika Dalam Praktik Auditing Dan Konsultan Manajemen

dengan pendekatan analitik dalam penyediaan jasa konsultansi. Secara rinci, proses tersebut

merupakan gabungan kegiatan perumusan sasaran yang ditentukan oleh klien, penemuan

fakta, perumusan masalah atau peluang, pengkajian berbagai alternatif, penentuan usulan

tindakan, penyampaian temuan, implementasi, dan penindaklanjutan.

Jasa konsultasi manajemen atau management advisory services (MAS) merupakan

fungsi pemberian konsultasi dengan memberikan saran dan bantuan teknis kepada klien

untuk peningkatan penggunaan kemampuan dan sumber daya untuk mencapai tujuan

perusahaan klien. Akuntan dapat dikontrak untuk memberikan pendapat sebagai seorang ahli

mengenai suatu hal tertentu seperti penggunaan prinsip akuntansi, undang-undang

perpajakan, dan penggunaan teknologi pemroses data-data keuangan. Akuntan publik, dengan

kapasitasnya sebagai konsultan, tidak dibenarkan membuat ataupun menentukan keputusan

manajemen.

Jasa konsulatansi pada hakikatnya berbeda dari jasa atestasi akuntan publik terhadap

asersi pihak ketiga. Dalam jasa atestasi, para praktisi menyajikan suatu kesimpulan mengenai

keandalan suatu asersi tertulis yang menjadi tanggung jawab pihak lain, yaitu pembuat asersi

(asserter). Dalam jasa konsultansi, para praktisi menyajikan temuan, kesimpulan dan

rekomendasi. Sifat dan lingkup pekerjaan jasa konsultansi ditentukan oleh perjanjian antara

praktisi dengan kliennya. Umumnya, pekerjaan jasa konsultansi dilaksanakan untuk

kepentingan klien.

Dalam praktiknya, tidak jarang bahwa jasa atestasi merupakan bagian dari jasa

konsultasi manajemen. Bila praktisi memberikan jasa atestasi sebagai bagian dari penugasan

jasa konsultasi manajemen, Pernyataan Standar Atestasi hanya berlaku terbatas untuk jasa

atestasi saja. Jika praktisi menentukan bahwa jasa atestasi dilaksanakan sebagai bagian dari

penugasan jasa konsultasi manajemen, praktisi harus memberitahu klien mengenai perbedaan

yang relevan antara dua tipe jasa tersebut dan harus memperoleh persetujuan dari klien

bahwa jasa atestasi harus dilaksanakan berdasarkan persyaratan profesional yang memadai.

Surat perjanjian jasa konsultasi manajemen harus menyebutkan persyaratan pelaksanaan jasa

atestasi tersebut. Praktisi harus melakukan tindakan itu karena persyaratan profesional untuk

jasa atestasi berbeda dengan persyaratan jasa konsultasi manajemen.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, salah satu bentuk jasa konsultasi manajemen

adalah pemberian jasa sistem teknologi informasi untuk memproses data-data keuangan

klien. Dalam Kode Etik Profesi Akuntan Publik paragraf 290.187-191, disebutkan sebagai

berikut.

Par. 290.187:

Page 13: Etika Dalam Praktik Auditing Dan Konsultan Manajemen

Ancaman telaah pribadi dapat terjadi ketika KAP atau Jaringan KAP memberikan jasa

profesional kepada klien audit laporan keuangan yang melibatkan perancangan dan

penerapan sistem teknologi informasi keuangan yang digunakan untuk menghasilkan

informasi yang selanjutnya menjadi bagian dari laporan keuangan.

Par. 290.188:

Kemungkinan terjadinya ancaman telaah pribadi demikian signifikan ketika KAP atau

Jaringan KAP memberikan jasa profesional tersebut diatas kepada klien audit laporan

keuangan, kecuali jika KAP atau Jaringan KAP telah menerapkan pencegahan yang tepat

yang memastikan klien audit laporan keuangan untuk:

a) Mengakui tanggung jawabnya dalam menetapkan dan memantau sistem pengendalian

intern;

b) Menugaskan karyawan yang kompeten (dengan mengutamakan karyawan pada

tingkat manajemen senior) untuk bertanggung jawab atas setiap keputusan manajemen

yang terkait dengan perancangan dan penerapan sistem perangkat keras dan perangkat

lunak;

c) Membuat keputusan manajemen yang terkait dengan proses perancangan dan

penerapan sistem teknologi informasi;

d) Mengevaluasi kecukupan dan hasil dari perancangan dan penerapan sistem tersebut;

e) Bertanggung jawab atas pengoperasian sistem perangkat keras dan perangkat lunak

serta data yang digunakan dalam atau dihasilkan oleh sistem tersebut.

Par. 290.189:

Pertimbangan juga harus dilakukan mengenai perlu tidaknya pemberian jasa

profesional selain jasa assurance hanya dilakukan oleh personil KAP atau Jaringan KAP

yang tidak terlibat dalam perikatan audit laporan keuangan serta berada pada lini pelaporan

yang berbeda.

Par. 290.190:

Ancaman telaah pribadi dapat terjadi ketika KAP atau Jaringan KAP memberikan jasa

profesional kepada klien audit laporan keuangan yang melibatkan perancangan dan

penerapan sistem teknologi informasi keuangan yang digunakan untuk menghasilkan

informasi yang selanjutnya menjadi bagian dari laporan keuangan. Signifikansi setiap

ancaman harus dievaluasi dan, jika ancaman tersebut merupakan ancaman selain ancaman

yang secara jelas tidak signifikan, maka pencegahan yang tepat harus dipertimbangkan dan

diterapkan untuk menghilangkan ancaman tersebut atau menguranginya ke tingkat yang dapat

diterima.

Page 14: Etika Dalam Praktik Auditing Dan Konsultan Manajemen

Par. 290.191:

Pemberian jasa profesional oleh KAP atau Jaringan KAP yang melibatkan penilaian,

perancangan, dan penerapan pengendalian akuntansi internal dan pengendalian manajemen

risiko tidak menimbulkan ancaman terhadap independensi selama personil KAP atau Jaringan

KAP yang terlibat dalam pemberian jasa profesional tersebut tidak melaksanakan fungsi

manajemen.

Standar umum untuk akuntan publik sebagai praktisi yang harus diterapkan dalam

setiap perikatannya adalah sebagai berikut:

a.       Kecakapan Profesional.

Setiap perikatan jasa profesional hanya dapat diterima apabila akuntan publik sebagai

praktisi yakin bahwa perikatan tersebut dapat diselesaikan dengan kompeten dan

tanggung jawab.

b.      Penggunaan kemahiran profesional dengan cermat dan seksama.

Dalam setiap pelaksanaan jasa profesional, kemahiran profesional praktisi harus

digunakan dengan cermat dan seksama.

c.       Perencanaan dan supervisi.

Setiap pekerjaan jasa profesional praktisi harus dilaksanakan dengan perencanaan dan

supervisi yang memadai.

d.      Data relevan yang memadai.

Data yang relevan harus didapatkan praktisi dalam jumlah yang memadai sehingga

kesimpulan atau rekomendasi yang berhubungan dengan semua jasa profesional, selalu

didasarkan pada pertimbangan yang rasional.

Selain itu, standar umum tambahan untuk semua jasa konsultansi yang ditetapkan

karena kekhususan sifat jasa konsultansi yaitu kesepakatan dengan klien dapat menjadi

pembatas bagi praktisi dalam pelaksanaan tugasnya, yaitu:

a.       Kepentingan klien.

Dalam setiap perikatan, praktisi harus melayani kepentingan klien untuk mencapai tujuan

yang telah ditetapkan dalam kesepakatan dengan klien dengan tetap mempertahankan

integritas dan objektivitas.

b.      Kesepakatan dengan klien.

Dalam setiap perikatannya, praktisi harus mencapai kesepakatan, baik secara lisan

maupun tertulis, dengan klien mengenai tanggung jawab masing-masing pihak dan sifat,

Page 15: Etika Dalam Praktik Auditing Dan Konsultan Manajemen

lingkup, dan keterbatasan jasa yang akan disediakan, dan mengubah kesepakatan tersebut

apabila terjadi perubahan signfikan selama masa perikatan.

c.       Komunikasi dengan klien.

Praktisi harus memberitahu kliennya tentang adanya benturan kepentingan, keraguan

signifikan yang berkaitan dengan lingkup dan manfaat suatu perikatan, dan temuan atau

kejadian signifikan selama periode perikatan.

Pertimbangan profesional harus selalu digunakan dalam penerapan Standar Jasa

Konsultansi terutama untuk hal-hal khusus, sebab kesepakatan dengan klien, baik lisan

maupun tertulis, dapat menjadi kendala dalam pelaksanaan suatu jasa. Sebagai contoh,

kesepakatan dengan klien dapat menjadi kendala bagi usaha praktisi dalam proses

pengumpulan data relevan. Praktisi tidak diharuskan untuk menolak atau mengundurkan diri

dari suatu perikatan jasa konsultansi apabila lingkup jasa yang disepakati bersama memiliki

keterbatasan tersebut.

Page 16: Etika Dalam Praktik Auditing Dan Konsultan Manajemen

CONTOH KASUS:

Arthur Andersen LPP adalah salah satu firma akuntansi terbesar di AS yang berdiri

sejak 1913. Selama perjalanannya perusahan ini mmiliki reputasi sebagai kepercayaan,

integritas dan etika yang penting bagi perusahaan yang di bebani auditing secara independen

dan melaporkan laporan-laporan perusahaan publik, dimana akurasi investor tergantung

keputusan investasi.

Di masa-masa awalnya Andersen memiliki standar-standar profesi akuntansi dan

mengembangkan inisiatif-inisiatif baru pada kekuatan-kekuatan integritasnya Arthur

Andersen pernah menjadi model sebuah karakter teguh hati dan integritas yang merupakan

profesionalitas dalam akuntansi. Tetapi kebangkrutan klien-klien besar membuka skandal-

skandal besar yang membuat firma akuntansi ini tutup.

Kebangkitan

Ketika Leonard Spacek bergabung di tahun 1947, ia mulai mengembangkan jasa

konsultan kepada klien-klien besar. Selama rentang waktu 30 tahunan, bisnis konsultasi

Andersen menjadi lebih menguntungkan daripada usaha aslinya.

Di Andersen, pertumbuhan menjadi prioritas dan penekanannya pada perekrutan dan

mempertahankan klien-klien besar berdampak pada kualitas dan independensi audit. Fokus

pada pertumbuhan ini menghasilkan perubahan yang mendasar pada budaya perusahaan.

Bisnis konsultasi Andersen menjadi yang tercepat pertumbuhannya dan paling

menguntungkan dan paling berkembang pesat di dunia. Banyak yang meninjaunya sebagai

model sukses yang ditiru frima-firma lainnya. Tetapi model ini menjadikan Securities and

Exchange Commission (SEC) memberikan peringatan berkaitan independensi auditing.

Ketua SEC yang prihatin akan hal ini menyarankan aturan-aturan baru untuk membatasi

layanan di luar audit. Tetapi saran ini ditolak Andersen.

Tahun 1999 Andersen memisahkan fungsi akuntansi dan konsultasi. Namun

seringkali strategi ini menjadikan persaingan di antara kedua unit yang cenderung

melemahkan dan memicu kerahasiaan dan keegoisan. Komunikasi menjadi merosot,

Page 17: Etika Dalam Praktik Auditing Dan Konsultan Manajemen

merintangi kemampuan perusahaan untuk tanggap dan bekerja efektif menghadapi krisis.

Dengan pendapatan yang berkembang, unit konsultasi menuntut kompensasi dan pengakuan

yang lebih besar. Perselisihan yang meruncing ini menjadikan pertikaian.

Tahun 2000 dalam pengadilan arbitrase, hakim memutuskan bahwa konsultan

Andersen bisa memisahkan diri dan bekerja secara efektif. Perusahaan konsultasi berubah

namanya menjadi Accenture.

Pada Januari 2001, Andersen mengangkat Joseph Berardino sebagai CEO baru dalam

auditing. Tugas pertamanya adalah melacak perusahaan yang lebih kecil melalui sejumlah

tuntutan hukum yang sudah ada. Andersen membayar amat mahal untuk tuntutan-tuntutan

ini. Tahun berikutnya, banyak perusahaan klien Andersen meninjau ulang hubungannya

dengan Andersen. Bagian selanjutnya adalah menjabarkan segelintir kasus yang membuat

keruntuhan Andersen.

Keruntuhan

BFA

Skandal Baptist Foundation of Arizona (BFA) menjadi kebangkrutan terbesar

perusahaan amal nirlaba dalam sejarah AS, dimana Andersen bertindak sebagai auditornya.

Mereka dianggap menipu investor sebesar $570 juta.

BFA didirikan untuk menghimpun dana dan mengelola gereja di Arizona. Lembaga

ini bekerja seperti bank, membayar bunga deposito yang digunakan sebagian besar untuk

berinvestasi di Arizona real estate. Ini merupakan investasi yang lebih spekulatif daripada apa

yang dilakukan lembaga pembaptis lainnya.

Masalah dimulai ketika pasar real estate mengalami penurunan, dan manajemen

dituntut untuk menghasilkan keuntungan. Karenanya, pengurus yayasan diduga

menyembunyikan kerugian  dari investor sejak 1986  dengan menjual beberapa properti

dengan harga tinggi kepada entitas-entitas yang telah meminjam uang dari ayyasan yang tak

mungkin membayar properti kecuali kondisi pasar real estate berbalik. Dalam dokumen

pengadilan apa yang disebut dengan “skema Ponzi” setelah kasus peniupuan yang terkenal,

pejabat yayasan diduga mengambil uang dari investor baru untuk membayar investor yang

sudah ada untuk menjaga arus kas. Sementara itu, pejabat puncak menerima gaji. Skema ini

Page 18: Etika Dalam Praktik Auditing Dan Konsultan Manajemen

akhirnya terurai, mengarah pada investigasi kriminal dan tuntutan terhadap BFA dan

Andersen. Akhirnya, yayasan mengajukan petisi Bab 11 mengenai perlindungan

kebangkrutan pada tahun 1999.

Gugatan investor terhadap Andersen menuduh perusahaan ini melakukan pemalsuan

dan menyesatkan laporan keuangan BFA. Dala sebuah pernyataannya di tahun 2000,

Andersen merespon rasa simpatinya kepada BFA tetapi membela keakuratan dengan

opininya tentang audit. Namun setelah dua tahun penyelidikan, laporan menunjukkan bahwa

Andersen sudah diperingatkan kemungkinan kegiatan penipuan oleh beberapa karyawan

BFA, yang akhirnya perusahaan setuju untuk membayar $217 juta untuk menyelesaikan

gugatan dengan pemegang saham pada taun 2002.

Sunbeam

Masalah Andersen dengan Sunbeam bermula dari kegagalan audit yang membuat

kesalahan serius pada akuntansinya yang akhirnya menghasilkan tuntutan class action dari

investor Sunbeam. Baik dari gugatan hukum dan perintah sipil yang diajukan SEC menuduh

Sunbeam membesar-besarkan penghasilan melaului strategi penipuan akuntansi, seperti

pendapatan “cookie jar”, recording revenue on contingent sales, dan mempercepat penjualan

dari periode selanjutnya ke kuartal masa kini. Perusahaan juga dituduh melakukan hal yang

tidak benar melakukan transaksi “bill-and-hold”, dimana menggembungkan pesanan bulan

depan dari pengiriman sebenarnya dan tagihannya.

Akibatnya, Sunbeam dipaksa meyatakan kembali laporan keuangan selama enam

kuartal. SEC juga menuduh Arthur Andersen. Pada 2001, Sunbeam mengajukan petisi kepada

Pengadilan kepailitan AS Distrik Selatan New York dengan Bab 11 Judul 11 tentang aturan

kebangkrutan. Agustus 2002, pengadilan memutuskan pembayaran sebesar $141 juta.

Andersen setuju membayar $110 juta untuk menyeleaikan klaim tanpa mengakui kesalahan

dan tanggung jawab. Sunbeam mengalami kerugian pemegang saham sebesar $4,4 miliar dan

kehilangan ribuan karyawannya. Sunbeam terbebas dari kebangkrutan.

Page 19: Etika Dalam Praktik Auditing Dan Konsultan Manajemen

Waste Management

Andersen juga terlibat dalam pengadilan atas data akuntansi yang dipertanyakan

mengenai pendapatan yang berlebih sebesar $1,4 miliar dari Waste Management. Gugatan

diajukan oleh SEC atas penipuan laporan keuangan selama lebih dari lima tahun.

Menurut SEC, Waste Management membayar jasa audit kepada Andersen, yang

menyarankan bahwa bisa memperoleh biaya tambahan melalui “tugas khusus”. Awalnya

Andersen mengidentifikasi praktek-praktek akuntansi yang tidak tepat dan disajikan kepada

Waste Management. Namun pimpinan Waste Management menolak mengkoreksi. Hal ini

dilihat oleh SEC sebagai upaya menutupi penipuan masa lalu untuk melakukan penipuan

masa depan.

Hasilnya, Andersen harus membayar $220 juta ke pemegang saham Waste

Management dan $7 juta ke SEC. Andersen dipaksa untuk melakukan perjanjian untuk tidak

melakukan laporan palsu di masa mendatang atau izin usahanya akan dicabut – suatu

persetujuan yang kemudian memutuskan hubungannya dengan Enron.

Enron

Bulan Oktober 2001, SEC mengumumkan investigasi akuntansi Enron, salah satu

klien terbesar Andersen. Dengan Enron, Andersen mampu membuat 80 persen perusahaan

minyak dan gas menjadi kliennya. Namun, pada November 2001 harus mengalami kerugian

sebesar $586 juta. Dalam sebulan, Enron bangkrut.

Departemen Kehakiman AS menmulai melakukan penyelidikan kriminal pada 2002

yang mendorong Andersen dan kliennya runtuh. Perusahaan audit akhirnya mengakui telah

menghancurkan dokumen yang berkaitan dengan audit Enron yang menghambat putusan.

Atas kasus itu, Nancy Temple, pengacara Andersen meminta perlindungan

Amandemen Kelima yang dengan demikian tidak memiliki saksi. Banyak pihak yang

menamainya sebagai “bujukan koruptif” yang menyesatkan. Dia menginstruksikan David

Duncan, supervisor Andersen dalam pengawasan rekening Enron, untuk menghapus namanya

dari memo yang bisa memberatkannya.

Page 20: Etika Dalam Praktik Auditing Dan Konsultan Manajemen

Pada Juni 2005, pengadilan memutuskan Andersen bersalah menghambat peradilan,

menjadikannya perusahaan akuntan pertama yang dipidana. Perusahaan setuju untuk

menghentikan auditing publik  pada 31 Agustus 2002, yang pada prinsipnya mematikan

bisnisnya.

Perusahaan Telekomunikasi

Sayangnya, tuduhan penipuan tidak berakhir pada kasus Enron. Berita segera muncul

ketika WorldCom, klien terbesar Andersen, memiliki penyimpangan sebesar $3,9 miliar.

Harga sahamnya kemudian jatuh dan investor melayangkan serangkaian tuntutan hukum

yang mengirim WorldCOm ke Pengadilan Kepailitan. Andersen menyalahkan WorldCom

dan berikeras bahwa penyimpangan tidak pernah diungkapkan kepada auditor dan bahwa ia

telah memenuhi standar SEC dalam auditnya. WorldCOm balik menuduh Andersen karena

gagal menemukan penyimpangan yang ada.

Selama kasus Enron dan WorldCOm berlanjut, banyak perusahaan-perusahaan

lainnya dituduh melakukan penyimpangan akuntansi.

Isu-isu seputar hukum dan etika dalm pengauditan Andersen yang menyimpang

Dari kasus tersebut secara kasat mata kasus tersebut terlihat sebuah tindakan malpraktik jika

dilihat dari etika bisnis dan profesi akuntan antara lain:

Adanya praktik discrimination of information/unfair discrimination, terlihat dari

tindakan dan perilaku yang tidak sehat dari manajemen yang berperan besar pada

kebangkrutan perusahaan, terjadinya pelanggaran terhadap norma etika corporate

governance dan corporate responsibility oleh manajemen perusahaan, dan perilaku

manajemen perusahaan merupakan pelanggaran besar-besaran terhadap kepercayaan

yang diberikan kepada perusahaan.

Adanya penyesatan informasi. Dalam kasus Enron misalnya, pihak manajemen Enron

maupun Arthur Andersen mengetahui tentang praktek akuntansi dan bisnis yang tidak

sehat. Tetapi demi mempertahankan kepercayaan dari investor dan publik kedua belah

pihak merekayasa laporan keuangan mulai dari tahun 1985 sampai dengan Enron

menjadi hancur berantakan. Bahkan CEO Enron saat menjelang kebangkrutannya

masih tetap melakukan Deception dengan menyebutkan bahwa Enron secara

Page 21: Etika Dalam Praktik Auditing Dan Konsultan Manajemen

berkesinambungan memberikan prospek yang sangat baik. Andersen tidak mau

mengungkapkan apa sebenarnya terjadi dengan Enron, bahkan awal tahun 2001

berdasarkan hasil evaluasi Enron tetap dipertahankan.

Arthur Andersen, merupakan kantor akuntan publik tidak hanya melakukan

manipulasi laporan keuangan, Andersen juga telah melakukan tindakan yang tidak

etis, dalam kasus Enron adalah dengan menghancurkan dokumen-dokumen penting

yang berkaitan dengan kasus Enron. Arthur Andersen memusnahkan dokumen pada

periode sejak kasus Enron mulai mencuat ke permukaan, sampai dengan munculnya

panggilan pengadilan. Walaupun penghancuran dokumen tersebut sesuai kebijakan

internal Andersen, tetapi kasus ini dianggap melanggar hukum dan menyebabkan

kredibilitas Arthur Andersen hancur. Disini Andersen telah ingkar dari sikap

profesionallisme sebagai akuntan independen dengan melakukan tindakan

menerbitkan laporan audit yang salah dan meyesatkan.

Bukti bahwa budaya perusahaan Andersen berkontribusi terhadap kejatuhan

perusahaan

Ada beberapa poin yang membuktikan bahwa budaya perusahaan berkontribusi terhadap

kejatuhan perusahaan, diantaranya:

Pertumbuhan perusahaan dijadikan prioritas utama dan menekankan pada perekrutran

dan mempertahankan klien-klien besar, namun mutu dan independensi audit

dikorbankan.

Standar-standar profesi akuntansi dan integritas yang menjadi contoh perusahaan-

perusahaan lainnya luntur seiring motivasi meraup keuntungan yang lebih besar.

Perusahaan terlalu fokus terhadap pertumbuhan, sehingga tanpa sadar menghasilkan

perubahan mendasar dalam budaya perusahaan. Perubahan sikap lebih

memprioritaskan mendapatkan bisnis konsultasi yang memiliki pertumbuhan

keuntungan lebih besar lebih tinggi dibanding menyediakan layanan auditing yang

obyektif yang merupakan dasar dari awal mula berdirinya Kantor Akuntan Publik

Arthur Andersen. Pada akhirnya ini menggiring pada kehancuran perusahaan.

Page 22: Etika Dalam Praktik Auditing Dan Konsultan Manajemen

Andersen menjadi membatasi pengawasan terhadap tim audit akibat kurangnya check

and balances yang bisa terlihat ketika tim audit telah menyimpang dari kebijakan

semula.

Sikap Arthur Andersen yang memusnahkan dokumen pada periode sejak kasus Enron

mulai mencuat ke permukaan, sampai dengan munculnya panggilan pengadilan.

Walaupun penghancuran dokumen tersebut sesuai kebijakan internal Andersen, tetapi

kasus ini dianggap melanggar hokum dan menyebabkan kredibilitas Arthur Andersen

hancur. Akibatnya, banyak klien Andersen yang memutuskan hubungan dan Arthur

Andersen pun ditutup.

Bagaimana UU Sarbanes-Oxiety bisa meminimalkan kesalahan auditor dan

penyimpangan akuntansi

Akibat dari rentetan kasus itu, pemerintah AS menerbitkan Sarbanes-Oxley Act

(SOX) untuk melindungi para investor dengan cara meningkatkan akurasi dan reabilitas

pengungkapan yang dilakukan perusahaan publik. Kegagalan ini menimbulkan krisis yang

serius terhadap kredibilitas akuntansi, pelaporan, dan proses tata kelola perusahaan sehingga

oleh politisi AS diciptakan kerangka kerja baru terhadap akuntabilitas dan tata kelola

perusahaan melalui Sarbanes-Oxley Act (SOX) untuk memulihkan kepercayaan yang cukup

dan untuk menjadikan pasar modal kembali berfungsi normal.

Undang-Undang Sarbanes-Oxiety bisa menetapkan pedoman dan arah baru untuk

perusahaan dan bisa untuk pertanggungjawaban kepada divisi akuntansi. Dengan adanya

tindakan ini , bisa untuk memerangi penipuan sekuritas dan akuntansi. Dan untuk

menekankan kepada independensi dan kualitas, membatasi kemampuan perusahaan untuk

menyediakan keduanya yaitu non-audit dan jasa untuk klien yang sama dan memerlukan

tinjauan berkala audit perusahaan, agar hasilnya bisa memuaskan.

Beberapa perubahan yang ditentukan dalam SOX memiliki beberapa tujuan, diantaranya:

Untuk menjamin independensi auditor. Kantor Akuntan Publik dilarang memberikan

jasa non-audit kepada perusahaan yang diaudit.

Membutuhkan persetujuan dari audit committee perusahaan sebelum melakukan

audit. Setiap perusahaan memiliki audit committee ini karena definisinya diperluas,

yaitu jika tidak ada, maka seluruh dewan komisaris menjadi audit committee.

Page 23: Etika Dalam Praktik Auditing Dan Konsultan Manajemen

Melarang Kantor Akuntan Publik memberikan jasa audit jika audit partnernya telah

memberikan jasa audit tersebut selama lima tahun berturut-turut kepada klien

tersebut.

Kantor Akuntan Publik harus segera membuat laporan kepada audit committee yang

menunjukkan kebijakan akuntansi yang penting yang digunakan, alternatif

perlakukan-perlakuan akuntansi yang sesuai standar dan telah dibicarakan dengan

manajemen perusahaan, pemilihannya oleh manajemen dan preferensi auditor.

KAP dilarang memberikan jasa audit jika CEO, CFO, chief accounting officer,

controller klien sebelumnya bekerja di KAP tersebut dan mengaudit klien tersebut

setahun sebelumnya.

Berkaitan dengan pemusnahan dokumen, SOX melarang pemusnahan atau manipulasi

dokumen yang dapat menghalangi investigasi pemerintah kepada perusahaan yang

menyatakan bangkrut.

Selain itu, kini CEO dan CFO harus membuat surat pernyataan bahwa laporan keuangan

yang mereka laporkan adalah sesuai dengan peraturan SEC dan semua informasi yang

dilaporkan adalah wajar dan tidak ada kesalahan material. Sebagai tambahan, menjadi

semakin banyak ancaman pidana bagi mereka yang melakukan pelanggaran ini.

Kasus yang menimpa Andersen dan kaitannya dengan Islam

Dari kasus ini banyak terjadi perilaku tidak etis. Perilaku tidak etis paling paling

mengemuka disini adalah adalah adanya manipulasi laporan keuangan untuk menunjukkan

seolah-olah kinerja perusahaan baik. Andersen telah menciderai kepercayaan dari pihak stock

holder untuk memberikan suatu informasi yang adil mengenai pertanggungjawaban dari

pihak agen dalam mengemban amanah.

Faktor tersebut adalah merupakan perilaku tidak etis yang sangat bertentangan dengan

nilai-nilai keadilan dalam Islam dan dalam bisnis membahayakan. Faktor penyebab

kecurangan tersebut diantaranya dilatarbelakangi oleh sikap tidak etis, tidak jujur, karakter

moral yang rendah, dominasi kepercayaan, dan lemahnya pengendalian. Hal tersebut akan

dapat dihindari melalui meningkatkan moral, akhlak, etika, perilaku, dan lain sebagainya,

karena tindakan yang bermoral akan memberikan implikasi terhadap kepercayaan publik.

Page 24: Etika Dalam Praktik Auditing Dan Konsultan Manajemen

Dalam kasus Andersen diketahui terjadinya perilaku moral hazard diantaranya

manipulasi laporan keuangan dengan mencatat keuntungan padahal perusahaan mengalami

kerugian. Manipulasi keuntungan disebabkan keinginan perusahaan agar saham tetap

diminati investor. Ini merupakan salah satu contoh kasus pelanggaran etika profesi Auditor

yang terjadi di Amerika Serikat, sebuah negara yang memiliki perangkat Undang-undang

bisnis dan pasar modal yang lebih lengkap. Hal ini terjadi akibat keegoisan satu pihak

terhadap pihak lain, dalam hal ini pihak-pihak yang selama ini diuntungkan atas penipuan

laporan keuangan terhadap pihak yang telah tertipu. Hal ini buah dari sebuah ketidakjujuran,

kebohongan atau dari praktik bisnis yang tidak etis yang berakibat hutang dan sebuah

kehancuran yang menyisakan penderitaan bagi banyak pihak disamping proses peradilan dan

tuntutan hukum

Untuk itulah kode etik profesi harus dibuat untuk menopang praktik yang sehat bebas

dari kecurangan. Kode etik mengatur anggotanya dan menjelaskan hal apa yang baik dan

tidak baik dan mana yang boleh dan tidak boleh dilakukan sebagai anggota profesi baik

dalam berhubungan dengan kolega, klien, publik dan karyawan sendiri.

Yang harus menjadi sebuah pelajaran bahwa sesungguhnya suatu praktik atau

perilaku yang dilandasi dengan ketidakbaikan maka akhirnya akan menuai ketidakbaikan

pula termasuk kemadharatan bagi banyak pihak.