Eti Rohaeti 141
-
Upload
soeharti-isnaini -
Category
Documents
-
view
14 -
download
4
Transcript of Eti Rohaeti 141
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah IX
Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN ISSN 1410-6086
Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
141
PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DARI KEGIATAN PRAKTIKUM
ANALISIS SPOT TEST DENGAN KOAGULASI MENGGUNAKAN
POLIALUMINIUM KLORIDA
Eti Rohaeti, Trie Nenny Febriyanti, Irmanida Batubara
Departemen Kimia FMIPA-IPB Bogor
ABSTRAK
PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DARI KEGIATAN PRAKTIKUM ANALISIS SPOT TEST DENGAN KOAGULASI MENGGUNAKAN POLIALUMINIUM KLORIDA. Kegiatan di
laboratorium berpotensi mencemari lingkungan. Beragam bahan kimia berbahaya digunakan dalam
kegiatan di laboratorium. Dibandingkan limbah industri, limbah laboratorium memiliki kekhususan sebab
biasanya jumlah limbah tidak banyak namun memiliki keragaman yang sangat tinggi. Jenis bahan yang
digunakan dapat berubah dari waktu ke waktu bergantung aktivitas dalam laboratorium tersebut. Salah satu
kegiatan praktikum di Laboratorium Kimia Analitik di Departemen Kimia FMIPA-IPB menggunakan logam-
logam berat seperti mekurium, timbal, perak dan kromium, sehingga perlu dikaji potensi bahaya dan cara
penanganannya. Pengamatan dilakukan terhadap limbah yang ditimbulkan dari kegiatan praktikum
mahasiswa pada semester genap 2009/2010 dan 2007/2008 dengan judul materi praktikum ”Analisis
Kualitatif Golongan Klorida dan Spot Test”. Hasil menunjukkan jenis bahan yang digunakan sebanyak 23,
secara fisik limbah nampak keruh, berwarna, dan berbau sangat menyengat. Limbah bersifat asam dengan
pH sekitar 1,5. Koagulasi limbah menggunakan polialuminium klorida (PAC) pada konsentrasi 500, 600,
700, dan 800 PAC mg /L serta pengaturan pH pada 7, 8, 9, dan 10 menunjukkan kondisi pengendapan
terbaik pada konsentrasi 700mg/L dan pH 10. Pada kondisi tersebut kadar kromium, nikel dan timbal
mengalami penurunan tertinggi, dan penurunan mencapai 97,8% untuk kromium. Botol poli propilena yang
digunakan menyimpan limbah menjadi berwarna kehitaman setelah diisi selama 2 tahun. Hasil identifikasi
botol poli propilena men
ABSTRACT
TREATMEN OF WASTE WATER LABORATORY EXCERCISESS OF SPOT TEST
ANALYSIS USING POLYALUMUNIUM CHLORIDE AS COAGULANT. Many activities in laboratory
have potentially poluted to the environmental. There are some hazardous chemicals used in the laboratory.
Compare to industrial waste, laboratory waste is specific because there so many kinds of chemical agents
but slighty amount. The chemical agents which were used change over time and depend on the activity. One
of the practical activity in Analitical Chemistry LaboratoryDepartement of Chemistry-Faculty of
Mathematics and Physics, Bogor Institute of Agricultural is that of using heavy metal like mercury, lead,
silver and chromium. So it is important to study the potency of dangerous and how it can be carried out.
Investigation has been done for the chemicals waste generated from the practice of students activity on even
semester of 2007/2008 and 2009/2010 with title is the topic Qualitative Analysis of Chloride Groups and Spot
Test. The result shows that there are 23 chemical agents had been used, and physically of the wastes is
turbid, coloured and sharp smell. The waste is generally acid with pH is around 1.5 . Wastes coagulation
using Poly Aluminium Chloride (PAC) with 500,600 and 700 mg/l and pH control 7, 8, 9, 10 show the best
condition with coagulation level was at 700 mg/l PAC and pH=10. At that condition, concentration of
chromium, nickel and lead were highest descreasing and the concetration of chromium decreased until
97.8%. The botle of polypropilene used as wastes container during two years, its colour changed to black.
The identifiacation show that the carbon composition decrease while concetration of another elemens are
relatively stable.
PENDAHULUAN
Laboratorium di perguruan tinggi
mempunyai peran penting sebagai fasilitas
penunjang untuk kegiatan pendidikan para
mahasiswa dan penelitian mahasiswa
maupun para dosennya. Kegiatan di
laboratorium termasuk kegiatan yang
menghasilkan limbah bahan berbahaya dan
beracun B3 [1]. Sehingga perguruan tinggi
dengan sejumlah laboratorium di dalamnya,
semestinya memiliki sistem pengelolaan
limbah yang baik.
Limbah dari kegiatan laboratorium di
perguruan tinggi memiliki sifat khas,
berbeda dengan limbah yang berasal dari
kegiatan industri. Limbah kegiatan
laboratorium ini biasanya memiliki
keragaman jenis limbah yang sangat tinggi
walaupun dari setiap macam bahan yang
dibuang tersebut jumlahnya tidak banyak.
Hasil survei di IPB pada tahun 2007
menunjukkan penggunaan B3 cair 1706,5
liter terdiri dari 68 jenis senyawa, pemakaian
B3 padat sebanyak 35 jenis dengan
perkiraan bobot 51.26 kg, serta pemakaian
pelumas sebanyak 451 liter. Penggunaan
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah IX
Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN ISSN 1410-6086
Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
142
bahan kimia tersebut tersebar di 87
laboratorium di kampus IPB Darmaga.
Departemen Kimia merupakan pengguna
terbanyak yaitu 37% untuk bahan cair dan
38% bahan padat. [2]
Diantara B3 yang dipergunakan di
laboratorium Kimia IPB adalah logam
berat. Logam ini antara lain digunakan pada
praktikum Analisis Kualitatif dan Spot Test
yang berlangsung di Laboratorium Kimia
Analitik Departemen Kimia IPB. Logam ini
bersifat toksik bagi manusia dan hewan,
sehingga penting dipantau penyimpanan,
penggunaan dan peredarannya.[4]
Pemantauan ini menjadi sangat penting
dilakukan mengingat posisi Laboratorium
Kimia Analitik ini yang menempati lantai
empat Gedung Fakultas Perikanan
merupakan alasan yang menguatkan potensi
bahaya dari kegiatan praktikum tersebut.
Metode koagulasi merupakan cara
yang dapat diterapkan dalam upaya
mengurangi bahaya dari pencemaran logam
berat.[5] Metode koagulasi merupakan
proses absorpsi oleh koagulan terhadap
partikel koloid yang menyebabkan
destabilisasi partikel. Ada beberapa jenis
koagulan di antaranya adalah polialuminium
klorida (PAC) yang digunakan untuk
mengendapkan logam berat. Koagulan PAC
mempunyai kelebihan, yaitu PAC lebih
cepat membentuk flok daripada koagulan
biasa. Hal ini disebabkan adanya gugus aktif
aluminat yang bekerja efektif dalam
mengikat koloid yang ikatan ini diperkuat
dengan rantai polimer dari gugus
polielektrolit sehingga gumpalan floknya
menjadi lebih padat [6]. Karamah [7]
mengungkapkan bahwa peningkatan dosis
koagulan PAC dapat meningkatkan persen
pemisahan logam berat besi, tembaga, dan
nikel dari limbah serta dapat menurunkan
nilai kebutuhan oksigen kimiawi (COD)
dalam air limbah.
Setiap koagulan memiliki
karakteristik yang berbeda-beda. Oleh
karena itu, kondisi optimum koagulasi
dengan koagulan tertentu perlu diketahui.
Ada dua parameter utama yang
memengaruhi proses koagulasi, yaitu
konsentrasi koagulan dan pH koagulasi.
Oleh karena itu, variasi kedua parameter
tersebut dapat dilakukan untuk mencari
kondisi optimum koagulasi.
Penelitian ini bertujuan
mendapatkan informasi lebih detil mengenai
jumlah, cara pengelolaan, dan potensi
bahaya penggunaan bahan kimia dari
kegiatan praktikum Analisis Kualitatif
Terbatas: Golongan Klorida dan Spot Test.
Selain itu, ingin diketahui pula data dari
hasil simulasi pengolahan limbah yang
mengukur keberadaan logam-logam : Hg,
Pb, Ag, Cr, Fe, Mn, dan Ni sebelum dan
setelah perlakuan koagulasi menggunakan
koagulan PAC.
METODE
Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan adalah
PAC, NaOH 13%, HNO3 pekat, HCl pekat,
botol kemasan limbah, Pb(NO3)2, AgNO3,
CrCl3·6H2O, Ni(NO3)2·6H2O, air bebas ion,
dan akuades. Sampel adalah limbah yang
berasal dari praktikum mahasiswa di
Laboratorium Kimia Analitik dengan materi
“Analisis Kualitatif Terbatas Golongan
Klorida dan Spot Test” yang diadakan pada
semester genap 2009/2010. Alat-alat yang
digunakan adalah pengaduk bermagnet,
kertas saring Whatman 0.45 µm, pH meter
HM-20S, spektrofotometer serapan atom
(AAS) Analytic Jena Nova 300,
spektrofotometer DR 2000 Hach, Scaning
Electron Microsoft Energy Dispersive
Spectrometer (SEM-EDS) EVO 50, oven,
neraca analitik, corong, pompa vakum, dan
peralatan kaca yang lazim di laboratorium.
Tata Kerja
Penelitian ini meliputi dua tahapan
pokok yaitu pendataan pengelolaan bahan
dan analisis hasil simulasi pengolahan
limbah. Pengelolaan meliputi pendataan :
jumlah bahan yang digunakan per
mahasiswa dan jumlah mahasiswa yang
melakukan praktikum selama satu tahun.
Cara penyimpanan bahan baku atau sediaan
di gudang bahan. Cara pembuangan sisa
bahan dan hasil praktikum.
Beberapa tahapan penelitian guna
mengetahui hasil simulasi meliputi :
pengukuran kondisi awal limbah, sebelum,
dan setelah perlakuan PAC. Variasi
perlakuan meliputi pengaturan pH dan
penambahan koagulan PAC dengan
meragamkan konsentrasi PAC sebesar 500,
600, 700, dan 800 mg/l, serta meragamkan
pH menjadi 7, 8, 9, dan 10.
Pengukuran meliputi pH, warna,
dan kadar logam Ni, Cr, Hg, Pb, Fe, dan Mn.
Warna diukur menggunakan metode [8]
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah IX
Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN ISSN 1410-6086
Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
143
dengan spektrofotometer [8]. Pengukuran
konsentrasi logam menggunakan AAS,
pengukuran kadar Pb [9], Ni [10], Cr [11].
Koagulasi dilakukan dengan
menggunakan pengaduk bermagnet. Setiap
labu Erlenmeyer diisi 150 ml contoh limbah,
kemudian diatur pH dengan penambahan
NaOH 13% untuk mencapai pH yang
diinginkan. Selanjutnya campuran
ditambahkan koagulan PAC dan diaduk
selama 10 menit. Pengadukan dihentikan
dan didiamkan selama 30 menit. Filtrat yang
diperoleh diukur kembali pH, warna, dan
kadar logamnya. Endapan yang terbentuk
dikeringkan dalam oven sampai bobot
konstan lalu ditimbang. Setiap perlakuan
dilakukan sebanyak 2 ulangan [19].
HASIL DAN PEMBAHASAN
Komposisi Limbah
Jenis dan jumlah bahan kimia yang
digunakan pada praktikum ”Analisis
Kualitatif Terbatas Golongan Klorida dan
Spot Test” (Tabel 1) membuktikan
beragamnya bahan kimia walaupun
pemakaiannya sedikit. Nampak bahwa
bahan anorganik mendominasi limbah dari
percobaan ini, diantara 23 jenis senyawa
hanya ada dua senyawa organik, aseton dan
dimetilglioksim, sehingga dapat dikatakan
limbah cair dari kegiatan praktikum ini
tergolong kelompok limbah D, bahan
anorganik berbasis air.
Pengolahan limbah baik untuk
reuse recovery maupun reduksi limbah bisa
jadi tidak efisien manakala jumlah limbah
terlampau sedikit. Pengumpulan semua sisa
kegiatan praktikum ini termasuk air yang
digunakan untuk pembilas dan pencuci
peralatan menunjukkan volume 5,23 liter.
Jumlah ini berasal dari kegiatan satu
semester, 14 minggu, dengan jumlah
mahasiswa sebanyak 253orang.
Mengumpulkan limbah yang sama untuk
lebih dari satu semester menujukkan
perubahan yang kasat mata pada wadah
penampungan. Botol polietilen yang semula
putih nampak berubah menjadi ungu
kehitaman, Gambar 1. Selain itu, hal ini
menyalahi ketentuan tentang penyimpanan
limbah B3
Tabel 1. Bahan Praktikum
No Bahan Kimia Jumlah (mg)
1 AgNO3 429,8
2 (Pb(CH3COO)2 823,0
3 Hg2(NO3)2 1328,7
4 HCl 922,5
5 KI 4199,9
6 H2SO4 248,1
7 K2CrO4
8 NH4OH 3546,6
9 HNO3 159,4
10 (NH4)2S 1724,0
11 Co(NO3)2 462,8
12 Na2S2O3 4000,2
13 NH4SCN 1925,9
14 Aseton
15 FeCl3 410,4
16 MnSO4 382,0
17 KIO4
18 NiSO4 391,5
19 Dimetilglioksim
20 Amonium molibdat
21 SnCl2
22 NaWolframat
23 K3Fe(CN)6 833,0
Gambar 1. Wadah poli propilena (a) botol 1, (b) botol 2, dan (c) botol 3
a b c
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah IX
Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN ISSN 1410-6086
Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
144
Identifikasi unsur pada botol wadah
limbah polipropilena ini, pada bagian yang
menghitam menunjukkan meningkatnya
komposisi unsur selain karbon, ditunjukan
pada Tabel 2. Analisis unsur-unsur
menggunakan Scanning Electron
Microscope and Energy Dispersive
Spectrometer (SEM-EDS).
Selain mengandung logam berat,
limbah kegiatan praktikum ini ternyata
memiliki tingkat warna dan keasaman yang
tinggi (Tabel 3). Sehingga, pembuangan
limbah ini secara langsung dapat
menimbulkan bahaya akibat korosi dan
perubahan lain disebabkan ketidakstabilan
bahan terhadap asam. Kadar kromium yang
jauh melampaui baku mutu juga sangat
penting diperhatikan mengingat kromium
yang digunakan K2CrO4 merupakan
kromium tingkat oksidasi tinggi (kromium
heksavalen), bentuk kromium yang paling
toksik.
Tabel 2. Analisis unsur pada wadah limbah
Unsur Jumlah %
Botol
1
Botol
2
Botol
3
Botol
baru
Karbon 55.67 60.89 44.66 65.26
Oksigen 24.68 19.39 29.68 20.75
Nitrogen 13.85 13.12 14.43 12.82
Aluminium 1.33 1.51 2.28 0.53
Natrium 2.26 2.74 4.73 0.12
Magnesium 1.15 1.30 2.14 0.03
Silikon 1.06 1.05 2.08 0.49
Tabel 3. Kondisi awal limbah cair
praktikum
Parameter Satua
n
Hasil
analisi
s
Baku
Mutu
*)
pH - 1.40 6.0-9.0
Warna PtCo 472 50.00
Besi terlarut
(Fe) mg/l 6.12 10.00
Nikel (Ni) mg/l 2.46 0.50
Timbal (Pb) mg/l 82.81 1.00
Kromium (Cr) mg/l 177.39 0.50
Mangan (Mn) mg/l 0.06 5.00
* [13]
Perlakuan Koagulasi dan pH
Limbah setelah pengukuran
kondisi awal selanjutnya diberi perlakuan
koagulasi menggunakan PAC. Limbah ini
disaring terlebih dahulu sebelum pengaturan
pH dan penambahan koagulan untuk
memisahkan padatan limbah dari cairannya.
Penambahan koagulan ke dalam limbah
menyebabkan koloid dan partikel tersuspensi
lainnya bergabung membentuk partikel berat
(flok) yang dapat dihilangkan dengan
penyaringan. Proses koagulasi dapat
menghilangkan kontaminan seperti bahan
pengotor padatan yang tidak dapat
dihilangkan dengan penyaringan biasa. [6]
Penambahan koagulan PAC ke
dalam limbah akan menetralisasi partikel
bermuatan negatif. Hal tersebut karena PAC
memiliki muatan positif yang tinggi dan
dapat mengikat koloid secara kuat untuk
membentuk agregat.[14]
pH memiliki pengaruh yang besar
terhadap pengendapan logam (Tabel 4). Tiap
logam memiliki pH tertentu saat
kelarutannya minimum, atau dapat
mengendap secara maksimum. Pengaturan
pH koagulasi diperlukan karena koagulan
PAC dapat bekerja efektif pada pH 6-9.
Hasil pengukuran pH setelah koagulasi
menunjukkan terjadinya penurunan pH pada
berbagai nilai pH koagulasi. Hal tersebut
karena PAC merupakan bahan koagulan
yang bersifat asam (memiliki tapak
keasaman Bronsted-Lowry) sehingga
semakin banyak PAC yang ditambahkan,
semakin besar penurunan pH-nya pada pH
akhir setelah proses koagulasi. [7]
Tabel 4. pH akhir limbah setelah koagulasi
Konsentras
i pH Koagulasi & pH akhir
PAC
(mg/l) 7.0 8.0 9.0 10.0
500 5.43 5.66 7.22 8.57
600 5.29 5.60 6.88 8.90
700 5.25 5.41 7.05 8.74
800 5.16 5.36 6.63 8.63
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah IX
Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN ISSN 1410-6086
Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
145
Tabel 4 menunjukkan beberapa
nilai pH limbah setelah perlakuan belum
memenuhi baku mutu pH air limbah, yaitu
pH 6,0–9,0.[13] Pengaturan pH koagulasi 7
dan 8 menghasilkan nilai pH di bawah
kisaran pH baku mutu air limbah sehingga
limbah belum boleh dibuang ke lingkungan.
Pada pH koagulasi 9 dan 10, nilai pH telah
berada pada kisaran pH baku mutu air
limbah.
Warna
Warna merupakan salah satu parameter
dalam pengolahan limbah. Warna pada
limbah laboratorium ini berasal dari
kandungan logam-logam yang terdapat di
dalamnya. Sebagai contoh, adanya
[Fe(SCN)]2+
dan Fe3+
menyebabkan limbah
berwarna merah kecokelatan.
Secara visual warna setelah perlakuan
sangat berbeda dengan kondisi limbah awal,
yaitu lebih jernih. Hasil analisis warna juga
menunjukkan nilai di bawah warna limbah
awal. Warna awal limbah lebih gelap, yaitu
coklat kemerahan dengan nilai sebesar 472
Pt-Co. Setelah diberi perlakuan dengan
koagulan PAC, warna limbah tersebut
menjadi kuning cerah (Gambar 2). Warna
coklat dapat berasal dari besi klorida
sehingga perubahan bisa menandakan
bahwa ion Fe3+
di dalam larutan semakin
berkurang. Warna kuning dapat berasal dari
PAC atau kromium (VI) yang tidak
mengendap.
(a) (b)
Gambar 2. Limbah laboratorium a) sebelum
perlakuan, b) setelah perlakuan
Pengaruh ragam konsentrasi
koagulan PAC terhadap perubahan warna
tidak menunjukkan perbedaan yang
signifikan, tidak demikian halnya dengan
faktor pH (Gambar 3). Diantara semua
kisaran konsentrasi PAC, penurunan warna
tertinggi terjadi pada pH 7 dan konsentrasi
koagulan 500 mg/l, yaitu sebesar 20,66%.
Walaupun demikian, warna pada limbah
setelah diberi perlakuan dengan PAC
semuanya belum memenuhi baku mutu air
limbah sehingga masih harus diolah agar
intensitas warna berada di bawah baku mutu
air limbah.
Gambar 3 Hubungan konsentrasi PAC dan pH dengan penurunan warna ( pH 7, pH 8,
pH 9, dan pH 10)
0,00
5,00
10,00
15,00
20,00
25,00
500 600 700 800
Pen
uru
nan
war
na
(%)
Konsentrasi PAC (mg/l)
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah IX
Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN ISSN 1410-6086
Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
146
Kadar Logam Terlarut
Logam-logam yang kadarnya masih
di atas baku mutu limbah adalah ion-ion dari
logam: kromium, tembaga, dan nikel (Tabel
2). Oleh karena itu, logam-logam tersebut
diukur kembali kadarnya setelah limbah
diberi perlakuan dengan PAC.
Pada kondisi awal, kandungan nikel
yang terdapat dalam limbah adalah 2,46
mg/l. Nilai tersebut masih berada di atas
batas baku mutu air limbah, yaitu
maksimum 0,50 mg/l. Pengaturan pH
dengan NaOH dan penambahan koagulan
PAC dapat menurunkan kandungan Ni
hingga mencapai 72,36% (Gambar 4).
Penurunan logam Ni terbesar ini terjadi
pada pH koagulasi 10 dan konsentrasi PAC
sebesar 700 mg/l dengan kadar Ni sisa
sebesar 0,68 mg/l.
Penurunan kandungan Cr dan Pb
terbesar juga terjadi pada pH koagulasi 10.
Penurunan kandungan Cr terbesar sebesar
97,79% (Gambar 5) dengan kadar Cr sisa
sebesar 3,39 mg/l. Penurunan kandungan Pb
terbesar mencapai 90,13% (Gambar 6)
dengan kadar Pb sisa sebesar 8,18 mg/l.
Sama halnya dengan Ni, penurunan logam
Cr terbesar terjadi pada konsentrasi PAC
sebesar 700 mg/l, sedangkan untuk Pb,
penurunan terbesar terjadi pada konsentrasi
PAC 500 mg/l.
Gambar 4. Hubungan konsentrasi PAC dan pH dengan penurunan kadar Ni terlarut
( pH 7, pH 8, pH 9, dan pH 10)
Gambar 5 Hubungan konsentrasi PAC dan pH dengan penurunan kadar Cr terlarut
( pH 7, pH 8, pH 9, dan pH 10)
72.36
0,00
10,00
20,00
30,00
40,00
50,00
60,00
70,00
80,00
500 600 700 800
Pen
uru
nan
Ni
(%)
Konsentrasi PAC (mg/l)
97,79%
0,00
20,00
40,00
60,00
80,00
100,00
120,00
500 600 700 800
Pen
uru
na
Cr
(%)
Konsentrasi PAC (mg/l)
97.79%
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah IX
Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN ISSN 1410-6086
Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
147
Gambar 6 Hubungan konsentrasi PAC dan pH dengan penurunan kadar Pb terlarut
( pH 7, pH 8, pH 9, dan pH 10)
Gambar 7 Hubungan konsentrasi PAC dan pH terhadap bobot endapan yang dihasilkan
( pH 7, pH 8, pH 9, dan pH 10)
Dari Gambar 4, 5 dan 6, terlihat
bahwa pengaruh konsentrasi PAC terhadap
penurunan kadar logam Ni, Cr, dan Pb tidak
menunjukkan perbedaan yang signifikan,
tidak demikian halnya dengan faktor pH.
Semakin besar pH koagulasi semakin besar
logam Ni, Cr, dan Pb mengendap dan
semakin sedikit sisa dalam limbah setelah
proses. Hal ini juga dibuktikan dengan
besarnya bobot endapan yang dihasilkan
pada pH 10 dibandingkan pH 7, 8, dan 9
pada semua variasi konsentrasi PAC. Bobot
endapan terbesar terdapat pada kombinasi
konsentrasi PAC 800 mg/l pada pH 10
(Gambar 7 )
Penambahan koagulan PAC
menyebabkan unsur-unsur dalam limbah
(dalam hal ini, Ni, Cr, dan Pb) mengalami
ketidakstabilan. Ketika koagulan PAC
ditambahkan ke dalam air limbah, PAC akan
terdisosiasi dan ion logam akan mengalami
hidrolisis dan menghasilkan ion kompleks
hidrokso yang bermuatan positif sehingga
teradsorpsi pada permukaan koloid negatif.
PAC memiliki karakteristik muatan positif
dan dapat mengikat agregat dengan kuat
sehingga dapat menarik dan
mengggabungkan partikel tersuspensi di
dalam air limbah tersebut (Al-Kdasi et al.
2004).
90,13 90,12
0,00
10,00
20,00
30,00
40,00
50,00
60,00
70,00
80,00
90,00
100,00
500 600 700 800
Pen
uru
nan
Pb (
%)
Konsentrasi PAC (mg/l)
0,0000
0,0500
0,1000
0,1500
0,2000
0,2500
0,3000
0,3500
500 600 700 800
Bobot
Endap
an (
g)
Konsentrasi PAC (mg/l)
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah IX
Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN ISSN 1410-6086
Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
148
KESIMPULAN
Pengolahan limbah praktikum yang
mengandung logam berat dengan koagulasi
PAC dan pengaturan pH berhasil
menurunkan warna limbah serta kadar
logam Ni, Cr, dan Pb. Penurunan tertinggi
kadar Ni dan Cr terjadi pada pH koagulasi
10 dan konsentasi 700 mg/l PAC.
Penurunan warna dan Pb terbesar pada
konsentrasi PAC 500 mg/l. Penurunan kadar
logam tertinggi, Cr mencapai 97,79 %,
Namun demikian, penurunan warna dan
kadar logam belum ada yang memenuhi
batas baku mutu air limbah. Hasil
identifikasi botol poli propilena
menunjukkan kandungan karbon yang
menurun sementara kandungan unsur-unsur
lainnya relatif tidak berubah.
DAFTAR PUSTAKA
1. KLH. Kementrian Lingkungan Hidup.
Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun
1999 tentang Pengelolaan Limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun. Jakarta:
Departemen Lingkungan Hidup.
2. DEPARTEMEN KIMIA. Inventarisasi
dan pemetaan limbah cair dalam upaya
peningkatan kualitas air danau [laporan
penelitian]. Bogor: Departemen Kimia,
Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Institut Pertanian
Bogor, 2007.
3. JAMHARI, Reduksi logam berat Hg,
Ag, dan Cr limbah laboratorium
menggunakan metode presipitasi dan
adsorpsi [skripsi]. Bogor: Fakultas
Teknologi Pertanian, Institut Pertanian
Bogor. 2009.
4. DARMONO. Logam Dalam Sistem
Biologi Makhluk hidup. Jakarta: UI-
Press. 1995.
5. AMINZADEH B,
SARPARASTZADEH H, SAEEDI M,
NAEIMPOOR F. Pretreatment of
municipal wastewater by enhanced
chemical coagulation. Int J Environ
Res 1:104-113, 2007.
6. GAO BY, YUE QY, WANG BJ,
WANG SG. Characterization and
coagulation of a Polyaluminum
Chloride (PAC) coagulant with high
Al13 content. J Environ Mgmt. 76:143-
147, 2005.
7. KARAMAH EF, BISMO S,
SIMBOLON HM. Pengaruh ozon dan
konsentrasi zeolit terhadap kinerja
proses pengolahan limbah cair yang
mengandung logam dengan proses
flotasi. Makara 12:43-47, 2008.
8. APHA, American Public Health
Association. Standard Methods for the
Examination of Water and Wastewater
ADMI Weighted Ordinate
Spectrophotometric Methods. APHA
2120C, 2005.
9. BSN, Badan Standardisasi Nasional.
SNI 06-6989.8-2004. Air dan Air
Limbah-Cara Uji Tibal (Pb) dengan
Metode Spektrofotometri Serapan Atom
(SSA)-Nyala. Serpong: BSN, 2004.
10. BSN, Badan Standardisasi Nasional.
SNI 06-6989.18-2004. Air dan Air
Limbah-Cara Uji Nikel (Ni) dengan
Metode Spektrofotometri Serapan Atom
(SSA)-Nyala. Serpong: BSN, 2004.
11. BSN, Badan Standardisasi Nasional.
SNI 06-6989.17-2004. Air dan Air
Limbah-Cara Uji Krom Total (Cr-T)
dengan Metode Spektrofotometri
Serapan Atom (SSA)-Nyala. Serpong:
BSN, 2004.
12. MA XJ, XIA HL. Treatment of water-
base printing ink waste water by
Fenton process combined with
coagulation. Journal of Hazardous
materials. 162:386390, 2009
13. SK. Gub. Surat Keputusan Gubernur
Kepala Daerah Tingkat I Jawa Barat
No. 6/1999 Tentang Baku mutu limbah
cair bagi kegiatan industry di Jawa
Barat. Jakarta Departemen Lingkungan
Hidup
14. DEMPSEY BA. Synthesis and
speciation of polyaluminum chloride
for water treatment. Environt Int
24:899-910, 1998.
15. AL-KDASI A, IDRIS A, SAED K,
GUAN CT. Treatment of textile
wastewater by advanced oxidation
processes a review. Global Nest 6:222-
230, 2004.