ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN PENGURANGAN DAMPAK BANJIR ·...

113
ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN PENGURANGAN DAMPAK BANJIR SUNGAI CITARUM (Studi Kasus: Kelurahan Andir, Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung) RIRIN SARASWATI ISTIANI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016

Transcript of ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN PENGURANGAN DAMPAK BANJIR ·...

Page 1: ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN PENGURANGAN DAMPAK BANJIR · 2017-05-31 · 2.2 Konsep Penilaian Kerusakan Sumberdaya Alam dan Lingkungan ... 6 Data bencana

ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI DAN ALTERNATIF

KEBIJAKAN PENGURANGAN DAMPAK BANJIR SUNGAI CITARUM

(Studi Kasus: Kelurahan Andir, Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung)

RIRIN SARASWATI ISTIANI

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2016

Page 2: ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN PENGURANGAN DAMPAK BANJIR · 2017-05-31 · 2.2 Konsep Penilaian Kerusakan Sumberdaya Alam dan Lingkungan ... 6 Data bencana
Page 3: ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN PENGURANGAN DAMPAK BANJIR · 2017-05-31 · 2.2 Konsep Penilaian Kerusakan Sumberdaya Alam dan Lingkungan ... 6 Data bencana

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Estimasi Nilai

Kerugian Ekonomi dan Alternatif Kebijakan Pengurangan Dampak Banjir Sungai

Citarum (Studi Kasus: Kelurahan Andir, Kecamatan Baleendah, Kabupaten

Bandung)” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan

belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber

informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak

diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam

Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta

dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2016

Ririn Saraswati Istiani

H44120059

Page 4: ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN PENGURANGAN DAMPAK BANJIR · 2017-05-31 · 2.2 Konsep Penilaian Kerusakan Sumberdaya Alam dan Lingkungan ... 6 Data bencana
Page 5: ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN PENGURANGAN DAMPAK BANJIR · 2017-05-31 · 2.2 Konsep Penilaian Kerusakan Sumberdaya Alam dan Lingkungan ... 6 Data bencana

ABSTRAK

RIRIN SARASWATI ISTIANI. Estimasi Nilai Kerugian Ekonomi dan Alternatif

Kebijakan Pengurangan Dampak Banjir Sungai Citarum (Studi Kasus: Kelurahan

Andir, Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung). Dibimbing oleh AKHMAD

FAUZI dan OSMALELI.

Luapan Sungai Citarum menyebabkan banjir di Kelurahan Andir setiap

tahun. Pada tahun 2015 banjir terjadi pada bulan Februari, Maret, April,

November, dan Desember di pemukiman masyarakat. Tujuan penelitian adalah

untuk mengetahui persepsi masyarakat mengenai banjir, mengestimasi kerugian

ekonomi masyarakat akibat banjir, dan merumuskan kebijakan untuk mengurangi

dampak banjir di Kecamatan Baleendah. Metode penelitian yang digunakan

adalah analisis deksriptif, biaya kesehatan, biaya tambahan, dan Technique for

Order Preference by Similarity to Ideal Solution (TOPSIS). Hasil menunjukkan

bahwa masyarakat memilih untuk tidak pindah karena lokasi yang strategis,

hubungan sosial yang tinggi, dan keadaan ekonomi. Berdasarkan penilaian

ekonomi menunjukkan total nilai kerugian ekonomi masyarakat akibat banjir

tahun 2015 adalah sebesar Rp 1 282 906 077,421 yang terdiri dari kerugian

langsung sebesar Rp 956 114 135,673 dan kerugian tidak langsung sebesar Rp

326 791 941,748. Hasil analisis TOPSIS menyimpulkan prioritas utama untuk

mengurangi dampak banjir adalah pembuatan check dam di DAS Citarum Hulu

dengan skor 1,000.

Kata kunci: kerugian ekonomi, cekungan bandung, biaya kesehatan, biaya

tambahan, TOPSIS

Page 6: ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN PENGURANGAN DAMPAK BANJIR · 2017-05-31 · 2.2 Konsep Penilaian Kerusakan Sumberdaya Alam dan Lingkungan ... 6 Data bencana

ABSTRACT

RIRIN SARASWATI ISTIANI. Estimating Economic Loss and Alternative

Policy for Reducing of Impact Citarum River Flood. Supervised by AKHMAD

FAUZI and OSMALELI.

Citarum River overflowing causes flood at Andir housing sector every year. In

2015, flood occurs on February, March, April, November, and December. The

study aimed to study communities perception about the flood, to estimate

economic loss, and to formulate policy for reducing impact of flood in Baleendah

Subdistrict. The study was conducted by using descriptive analysis, cost of illness,

opportunity cost, added cost, and Technique for Order Preference by Similarity to

Ideal Solution (TOPSIS). The result showed that most of local communities do

not want to move because of the strategic location, high social relationship, and

economic condition. Based on economic valuation showed that total economic

loss of flood impact in 2015 is Rp 1 282 906 077,421 consists of direct economic

loss by Rp 956 114 135,673 and indirect economic loss by Rp 326 791 941,748.

The TOPSIS analysis lead to the conclusion that the priority of reducing of flood

impact is to make check dam on Citarum River headwater by a score of 1,000.

Keywords: economic loss, bandung basin, cost of illness, opportunity cost, added

cost, TOPSIS

Page 7: ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN PENGURANGAN DAMPAK BANJIR · 2017-05-31 · 2.2 Konsep Penilaian Kerusakan Sumberdaya Alam dan Lingkungan ... 6 Data bencana

ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI DAN ALTERNATIF

KEBIJAKAN PENGURANGAN DAMPAK BANJIR SUNGAI CITARUM

(Studi Kasus: Kelurahan Andir, Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung)

RIRIN SARASWATI ISTIANI

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2016

Page 8: ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN PENGURANGAN DAMPAK BANJIR · 2017-05-31 · 2.2 Konsep Penilaian Kerusakan Sumberdaya Alam dan Lingkungan ... 6 Data bencana
Page 9: ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN PENGURANGAN DAMPAK BANJIR · 2017-05-31 · 2.2 Konsep Penilaian Kerusakan Sumberdaya Alam dan Lingkungan ... 6 Data bencana
Page 10: ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN PENGURANGAN DAMPAK BANJIR · 2017-05-31 · 2.2 Konsep Penilaian Kerusakan Sumberdaya Alam dan Lingkungan ... 6 Data bencana

PRAKATA

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas

segala rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Penulis

menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bimbingan dan

dukungan banyak pihak. Penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Kedua orang tua (Tatang Sobandi dan Iis Ismawati), Kakak (Ricka Kartika

Kurniawati), Kakak Ipar (Rizki Fadillah), Adik (Rivan Chandra Respati) atas

segala dukungan, doa, dan kasih sayang yang diberikan.

2. Prof. Dr. Ir. Akhmad Fauzi, M.Sc selaku dosen pembimbing I dan Osmaleli,

SE, M.Si selaku dosen pembimbing II atas bimbingan, bantuan, dan waktu

yang telah diberikan.

3. Rizal Bahtiar, S.Pi, M.Si selaku dosen penguji I dan Arini Hardjanto, SE,

M.Si selaku dosen pembimbing II atas masukan dan sarannya.

4. Dr. Ir. Ahyar Ismail, M.Agr selaku dosen pembimbing akademik selama

penulis menjalani masa perkuliahan.

5. Kelurahan Andir serta masyarakat Kelurahan Andir.

6. BBWS Citarum, BPLHD Kabupaten Bandung, Dinas SDAPE Kabupaten

Bandung, BPBD Kabupaten Bandung, dan Bappeda Kabupaten Bandung.

7. Keluarga di Banjaran yang telah memberikan tempat tinggal.

8. Sahabat (Dini, Desi, Amelia, Fatranella, Syafrina, Wulan, Aziz, Rizky,

Fachryan, dan Luthfi).

9. Rekan satu bimbingan (Nadia, Zara, Yayu, Razii, dan Kharisma).

10. Meizar Aulia atas motivasi yang diberikan.

11. Rekan-rekan ESL 49.

12. Keluarga ESL

13. Keluarga REESA

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna, sehingga

kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan. Semoga skripsi ini dapat

menghasilkan laporan yang bermanfaat dan dapat digunakan oleh pihak yang

membutuhkan.

Ririn Saraswati Istiani

Page 11: ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN PENGURANGAN DAMPAK BANJIR · 2017-05-31 · 2.2 Konsep Penilaian Kerusakan Sumberdaya Alam dan Lingkungan ... 6 Data bencana

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii

DAFTAR TABEL ................................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xi

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xii

I PENDAHULUAN ................................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1

1.2 Perumusan Masalah ..................................................................................... 3

1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................................... 5

1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................................... 5

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ........................................................................... 6

II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................... 7

2.1 Kerugian Ekonomi Akibat Banjir ............................................................... 7

2.2 Konsep Penilaian Kerusakan Sumberdaya Alam dan Lingkungan ............. 7

2.3 Pendekatan Harga Pasar yang Sebenarnya .................................................. 8

2.4 Pendekatan Biaya Kesehatan (Cost of Illness) ............................................ 9

2.7 Pendekatan Biaya Kesempatan (Opportunity Cost) .................................... 9

2.8 Identifikasi Persepsi .................................................................................. 10

2.9 Endowment Effect ...................................................................................... 10

2.10 Penelitian Terdahulu ................................................................................. 11

III KERANGKA PEMIKIRAN ............................................................................ 15

IV METODE PENELITIAN................................................................................. 19

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................................... 19

4.2 Jenis dan Sumber Data .............................................................................. 19

4.2 Metode Pengambilan Contoh .................................................................... 20

4.3 Metode Pengolahan dan Analisis Data ...................................................... 21

4.3.1 Identifikasi Persepsi Masyarakat ........................................................ 22

4.3.2 Estimasi Nilai Kerugian Ekonomi Masyarakat Akibat Banjir............ 22

4.3.3 Rekomendasi alternatif kebijakan untuk mengurangi dampak banjir 25

V GAMBARAN UMUM ...................................................................................... 29

5.1 Gambaran Umum Wilayah Penelitian ....................................................... 29

5.2 Gambaran Umum Sungai Citarum ............................................................ 31

Page 12: ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN PENGURANGAN DAMPAK BANJIR · 2017-05-31 · 2.2 Konsep Penilaian Kerusakan Sumberdaya Alam dan Lingkungan ... 6 Data bencana

5.3 Gambaran Umum Daerah Cekungan Bandung ......................................... 32

5.4 Gambaran Umum Banjir Luapan Sungai .................................................. 32

5.5 Karakteristik Rumah Tangga Sampel ........................................................ 33

5.5.1 Jenis Kelamin ...................................................................................... 34

5.5.2 Usia...................................................................................................... 34

5.5.3 Pendidikan Terakhir ............................................................................ 35

5.5.4 Jenis Pekerjaan Kepala Keluarga ........................................................ 35

5.5.5 Pendapatan Rumah Tangga ................................................................. 36

5.5.6 Status Tempat Tinggal ........................................................................ 37

5.5.7 Lama Tinggal ...................................................................................... 37

5.5.8 Luas Rumah......................................................................................... 38

5.5.9 Luas Tanah .......................................................................................... 39

VI PEMBAHASAN .............................................................................................. 41

6.1 Persepsi Masyarakat mengenai Banjir ....................................................... 41

6.1.1 Ketinggian Banjir ................................................................................ 41

6.1.2 Kenyamanan Masyarakat Tinggal di Lokasi Rawan Banjir................ 42

6.1.3 Penyebab Banjir .................................................................................. 43

6.1.4 Dampak Banjir terhadap Aktivitas Ekonomi ...................................... 43

6.1.5 Kondisi Lingkungan Setelah Banjir .................................................... 44

6.1.6 Analisis Persepsi Masyarakat Mengenai Banjir .................................. 45

6.2 Estimasi Nilai Kerugian Ekonomi akibat Banjir ....................................... 46

6.2.1 Kerugian Langsung ............................................................................. 46

6.2.2 Kerugian Tidak Langsung ................................................................... 49

6.2.3 Total Kerugian Ekonomi Masyarakat ................................................. 52

6.3 Rekomendasi Alternatif Kebijakan untuk Mengurangi Dampak Banjir ... 53

6.3.1 Analisis Sensitivitas ............................................................................ 58

VII SIMPULAN DAN SARAN ............................................................................ 61

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 63

LAMPIRAN .......................................................................................................... 67

RIWAYAT HIDUP ............................................................................................... 99

Page 13: ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN PENGURANGAN DAMPAK BANJIR · 2017-05-31 · 2.2 Konsep Penilaian Kerusakan Sumberdaya Alam dan Lingkungan ... 6 Data bencana

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1 Kondisi lahan kritis wilayah Citarum Hulu…………………. 1

2 Data kerugian banjir di Kecamatan Baleendah……………… 2

3 Data curah hujan hulu Sungai Citarum Tahun 2015………… 3

4 Penelitian mengenai estimasi nilai kerugian akibat banjir….. 12

5 Matriks jenis dan sumber data……………………................. 19

6 Data bencana banjir di Kelurahan Andir Desember 2015…... 20

7 Matriks metode analisis data………………………………… 21

8 Alternatif kebijakan…………………………………………. 27

9 Wilayah menurut Rukun Warga di Kelurahan Andir Tahun

2016………………………………………………………….

29

10 Jarak geografis Kelurahan Andir……………………………. 30

11 Indeks kualitas Sungai Citarum……………………………... 31

12 Karakteristik responden berdasarkan ketinggian banjir dalam

rumah………………………………………………………...

41

13 Persepsi responden mengenai kenyaman tinggal……………. 42

14 Persepsi responden mengenai penyebab banjir……………… 43

15 Persepsi responden mengenai dampak banjir terhadap

aktivitas ekonomi…………………………………………….

43

16 Persepsi responden mengenai kondisi lingkungan setelah

banjir…………………………………………………………

44

17 Total biaya perbaikan bangunan rumah……………………... 46

18 Total biaya perbaikan peralatan rumah tangga……………… 47

19 Total biaya kehilangan peralatan rumah tangga…………….. 48

20 Total kerugian langsung yang dialami masyarakat………….. 49

21 Total biaya pengobatan……………………………………… 49

22 Total pendapatan yang hilang……………………………….. 50

23 Total biaya tambahan………………………………………... 51

24 Total kerugian tidak langsung yang dialami masyarakat……. 51

25 Total nilai kerugian ekonomi masyarakat Tahun 2015……… 52

26 Nilai bobot atribut…………………………………………… 55

27 Nilai preferensi……………………………………………… 56

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1 Alur kerangka berpikir……………………………………….. 17

2 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin…………. 34

3 Karakteristik responden berdasarkan usia…………………… 35

4 Karakteristik responden berdasarkan pendidikan terakhir…… 35

5 Karakteristik responden berdasarkan jenis pekerjaan KK…… 36

6 Karakteristik responden berdasarkan pendapatan rumah

tangga…………………………………………………………

36

7 Karakteristik responden berdasarkan status tempat tinggal….. 37

8 Karakteristik responden berdasarkan lama tinggal……..……. 38

9 Karakteristik responden berdasarkan luas rumah……………. 38

Page 14: ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN PENGURANGAN DAMPAK BANJIR · 2017-05-31 · 2.2 Konsep Penilaian Kerusakan Sumberdaya Alam dan Lingkungan ... 6 Data bencana

10 Karakteristik responden berdasarkan luas tanah……………... 39

11 Perbedaan nilai total alternatif kebijakan……………..……… 59

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1 Peta lokasi penelitian………………………………………… 68

2 Peta Cekungan Bandung……………………………………... 69

3 Biaya perbaikan bangunan rumah……………………………. 70

4 Biaya perbaikan peralatan rumah tangga…………………….. 73

5 Biaya kehilangan peralatan rumah tangga…………………… 76

6 Biaya pengobatan…………………………………………….. 82

7 Pendapatan yang hilang……………………………………… 85

8 Biaya tambahan………………………………………………. 87

9 Olahan data metode TOPSIS………………………………… 90

10 Kuesioner…………………………………………………….. 91

11 Indikator persepsi masyarakat………………………………... 96

12 Dokumentasi penelitian……………………………………… 97

Page 15: ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN PENGURANGAN DAMPAK BANJIR · 2017-05-31 · 2.2 Konsep Penilaian Kerusakan Sumberdaya Alam dan Lingkungan ... 6 Data bencana

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sungai Citarum merupakan sungai terbesar dan terpanjang di Propinsi Jawa

Barat. Wilayah Sungai Citarum memiliki panjang 270 km dan luas 12.000 km

yang dimulai dari Gunung Wayang dan bermuara di Laut Jawa. Daerah Aliran

Sungai (DAS) Citarum mencakup dua belas wilayah administrasi kota dan

kabupaten di lingkungan Propinsi Jawa Barat, yaitu Kabupaten Bandung,

Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Bekasi, Kabupaten Cianjur, Kabupaten

Indramayu, Kabupaten Karawang, Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Subang,

Kabupaten Sumedang, Kota Bandung, Kota Bekasi, dan Kota Cimahi. Sungai

Citarum memiliki banyak peran untuk menunjang kehidupan sosial ekonomi

masyarakat wilayah Jawa Barat dan DKI Jakarta yaitu aktivitas domestik, industri,

irigasi pertanian, penyedia air baku, dan PLTA untuk pasokan Pulau Jawa dan

Bali.

Pembangunan ekonomi dan peningkatan jumlah penduduk terutama di

Kota Bandung sebagai Ibukota Propinsi Jawa Barat berimplikasi pada penggunaan

lahan di sekitar DAS Citarum Hulu. Pemanfaatan sumberdaya lahan untuk

kepentingan peningkatan pembangunan telah mengakibatkan terganggunya

keseimbangan tata air dan sumberdaya alam lainnya. Balai Besar Wilayah Sungai

Citarum (BBWS Citarum) (2015) menyatakan bahwa luas kawasan hutan di

wilayah Citarum Hulu lebih kecil dibanding kawasan non hutan atau hanya sekitar

22,590% dari luas wilayah 232907,660 Ha.

Tabel 1 Kondisi lahan kritis wilayah Citarum Hulu 2013

No. Sub DAS Lahan kritis

(Ha)

Run off

(juta m³/tahun)

Erosi

(juta ton/tahun)

Sedimentasi

(juta ton/tahun)

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

Cihaur

Cikapundung

Cirasea

Cisangkuy

Ciwidey

Cikeruh

Waduk Saguling

6638,250

2979,290

7495,130

5124,050

5763,430

973,590

4205,520

497,100

529,500

696,800

559,600

389,100

0,000

616,900

11,210

13,690

24,930

18,400

12,550

6,660

15,440

0,850

1,020

1,750

1,330

1,020

0,560

1,130

Sumber: Balai Besar Wilayah Sungai Citarum (2015)

Tabel 1 menunjukkan bahwa kondisi Sungai Citarum Hulu telah

mengalami kerusakan. Aktivitas domestik, industri, dan pertanian mengakibatkan

erosi dan sedimentasi di beberapa Sub DAS. Sub DAS Cirasea yang mengalir di

Page 16: ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN PENGURANGAN DAMPAK BANJIR · 2017-05-31 · 2.2 Konsep Penilaian Kerusakan Sumberdaya Alam dan Lingkungan ... 6 Data bencana

2

Kabupaten Bandung merupakan sub DAS dengan tingkat kerusakan tertinggi.

Besar sedimentasi per tahun mencapai 1,75 juta ton dengan erosi sebesar 24,93

juta ton. Berkurangnya area resapan di kawasan hulu menyebabkan terjadinya run

off yang tinggi karena limpasan air hujan yang langsung turun ke badan sungai.

Dampak lain yang ditimbulkan adalah adanya kecenderungan debit maksimum

sungai meningkat, debit minimum sungai menurun, dan frekuensi banjir pada

musim hujan serta kekeringan pada musim kemarau semakin meningkat (Wibowo

2002).

Kabupaten Bandung yang termasuk ke dalam Cekungan Bandung

merupakan daerah yang mengalami banjir luapan Sungai Citarum setiap tahun.

Banjir di wilayah Cekungan Bandung terjadi karena berkurangnya resapan air ke

dalam tanah sehingga setiap kali hujan menghasilkan proporsi air limpasan yang

besar dan terakumulasi menjadi banjir dan genangan (Narulita et al. 2008). Banjir

terjadi ketika hujan turun secara rutin di beberapa daerah di kawasan hulu sungai

dan bermuara ke Sungai Citarum yang melintasi Kabupaten Bandung.

Salah satu kecamatan yang mengalami dampak terparah akibat banjir

adalah Kecamatan Baleendah. Menurut data dari BBWS Citarum terdapat dua

kelurahan yang menjadi langganan banjir di Kecamatan Baleendah yaitu

Kelurahan Andir dan Kelurahan Cieunteung. Data kerugian banjir di Kecamatan

Baleendah dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Data kerugian banjir di Kecamatan Baleendah No. Tanggal Kerugian Keterangan

1.

2.

3.

4.

5.

06 April 2015

25 Februari 2015

18 Desember 2014

02 Maret 2014

12 Juni 2013

947

87

5000

10

250

unit rumah terendam

KK mengungsi

unit rumah terendam

Ha lahan persawahan terendam

KK mengungsi

Sumber: Badan Nasional Penanggulangan Bencana (2016)

Tabel 2 menunjukkan bahwa Kecamatan Baleendah mengalami banjir

setiap tahun. Banjir merendam bangunan rumah dan lahan pertanian. Banjir yang

terjadi menimbulkan kerugian langsung dan tidak langsung khususnya pada sektor

pemukiman. Banjir menyebabkan kerusakan pada bangunan rumah dan peralatan

rumah tangga serta menghambat aktivitas ekonomi masyarakat. Oleh karena itu,

perlu melakukan kajian tentang estimasi nilai kerugian ekonomi masyarakat

Page 17: ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN PENGURANGAN DAMPAK BANJIR · 2017-05-31 · 2.2 Konsep Penilaian Kerusakan Sumberdaya Alam dan Lingkungan ... 6 Data bencana

3

akibat banjir agar mampu memberikan informasi alternatif kebijakan terbaik

untuk mengurangi dampak banjir.

1.2 Perumusan Masalah

Kecamatan Baleendah merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten

Bandung yang selalu mengalami banjir setiap tahunnya. Banjir rutin terjadi karena

beberapa hal. Penyebab pertama adalah kapasitas sungai yang tidak memadai

sebagai akibat dari penyempitan sungai, pendangkalan sungai, dan penurunan

kecepatan aliran. Tingginya erosi dan sedimentasi membuat Sungai Citarum

menjadi dangkal sehingga menyebabkan penurunan laju aliran air. Penyempitan

sungai juga terjadi akibat banyaknya bangunan di sepanjang pinggir sungai.

Penyebab kedua yaitu banyaknya sampah kiriman terutama dari Sub DAS

Cikapundung yang merupakan sampah aktivitas Kota Bandung dan menyebabkan

terhambatnya aliran air Sungai Citarum. Penyebab ketiga yang merupakan faktor

alam yaitu karena posisi Kabupaten Bandung yang dikelilingi oleh gunung dan

berbentuk seperti cekungan. Kondisi alam ini menyebabkan Kabupaten Bandung

sebagai daerah rawan banjir karena tempat bermuaranya aliran air Sungai

Citarum. Penyebab keempat yaitu tingginya curah hujan dan lamanya durasi hujan

perbulan di kawasan hulu yang menyebabkan besarnya debit air anak-anak sungai

yang bermuara di Sungai Citarum. Data curah hujan hulu Sungai Citarum Tahun

2015 dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Data curah hujan hulu Sungai Citarum Tahun 2015

No. Nama

Wilayah Bulan

Hujan

Maksimum

(mm)

Jumlah

Curah Hujan

(mm)

Jumlah Hari

Hujan

1.

2.

3.

4.

Cileunca

Cidurian

Paseh

Sapan

Februari

Maret

April

November

Desember

Februari

Maret

April

November

Desember

Februari

Maret

April

November

Desember

Februari

Maret

100,000

55,000

24,000

47,000

65,000

145,00

71,000

175,000

70,500

71,000

41,000

80,000

74,000

88,000

48,500

28,000

53,000

276,000

245,000

130,000

270,000

502,000

1253,000

627,000

1895,000

422,000

370,500

362,000

464,500

367,000

280,000

316,000

169,000

233,000

11

14

12

14

18

15

14

21

19

19

19

22

17

14

20

18

19

Page 18: ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN PENGURANGAN DAMPAK BANJIR · 2017-05-31 · 2.2 Konsep Penilaian Kerusakan Sumberdaya Alam dan Lingkungan ... 6 Data bencana

4

Tabel 3 Data curah hujan hulu Sungai Citarum Tahun 2015 (lanjutan)

No. Nama

Wilayah Bulan

Hujan

Maksimum

(mm)

Jumlah Curah

Hujan (mm)

Jumlah hari

hujan

5.

6.

7.

Bojongsoang

Dayeuhkolot

Situ Cisanti

April

November

Desember

Februari

Maret

April

November

Desember

Februari

Maret

April

November

Desember

Februari

Maret

April

November

Desember

63,000

71,000

58,000

23,000

31,000

73,000

68,500

76,000

20,500

61,000

65,000

57,000

61,005

48,005

70,300

40,001

45,000

87,000

228,000

319,000

339,000

136,500

215,500

264,000

434,000

325,000

100,000

286,000

320,500

461,900

307,500

272,000

366,400

359,100

178,500

480,200

11

14

20

18

19

15

21

18

16

19

14

18

18

18

20

18

11

20

Sumber: Balai Besar Wilayah Sungai Citarum (2016)

Tabel 3 menunjukkan bahwa pada bulan Februari, Maret, April, November

dan Desember hujan turun antara 10 hingga 21 hari per bulannya. Hujan yang

terjadi di daerah hulu meningkatkan debit beberapa anak Sungai Citarum seperti

Sungai Cikapundung, Sungai Cisangkuy, Sungai Cirasea, Sungai Citarik, Sungai

Cikeruh, Sungai Cipamokolan, Sungai Cigado, dan Sungai Cisaranten yang

bermuara di Sungai Citarum. Kondisi ini mengakibatkan Sungai Citarum tidak

dapat menampung besarnya debit air dan terjadi banjir di pemukiman masyarakat.

Kelurahan Andir adalah salah satu kelurahan di Kecamatan Baleendah

yang mengalami banjir karena lokasinya yang sejajar dengan aliran Sungai

Citarum. Peta lokasi penelitian dapat dilihat pada Lampiran 1. Banjir yang terjadi

di pemukiman masyarakat memutus akses keluar pemukiman karena ketinggian

banjir yang lebih dari dua meter. Kerugian ekonomi langsung maupun tidak

langsung dirasakan masyarakat akibat rusaknya bangunan dan peralatan rumah

tangga. Banjir juga menyebabkan sulitnya mobilisasi sehingga sebagian

masyarakat kehilangan pendapatan karena tidak dapat bekerja.

Banjir tahunan yang terjadi di Kelurahan Andir mendapat perhatian penting

dari pemerintah. Kegiatan yang telah dilakukan untuk mengurangi dampak banjir

yaitu pengerukan dasar sungai, pembuatan tanggul sepanjang kiri-kanan sungai,

pembuatan (bronjong) di pinggiran sungai, dan pelebaran sungai. Kegiatan

Page 19: ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN PENGURANGAN DAMPAK BANJIR · 2017-05-31 · 2.2 Konsep Penilaian Kerusakan Sumberdaya Alam dan Lingkungan ... 6 Data bencana

5

tersebut belum memberikan dampak yang baik dalam penanganan banjir di

Kelurahan Andir karena banjir tetap terjadi dengan ketinggian, durasi, dan luas

genangan yang sama. Oleh sebab itu, perlu diketahui nilai kerugian yang dialami

masyarakat akibat banjir tersebut.

Berdasarkan uraian permasalahan yang dijelaskan, dapat disusun kajian

yang dilakukan sebagai berikut:

1. Bagaimana persepsi masyarakat mengenai banjir?

2. Berapa besar nilai kerugian ekonomi masyarakat yang ditimbulkan akibat

banjir?

3. Bagaimana rekomendasi alternatif kebijakan untuk mengurangi dampak

banjir?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui nilai kerugian ekonomi akibat banjir yang dikaitkan dengan:

1. Menganalisis persepsi masyarakat mengenai banjir.

2. Mengestimasi nilai kerugian ekonomi masyarakat yang ditimbulkan akibat

banjir.

3. Memberikan alternatif kebijakan untuk mengurangi dampak banjir.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi penulis, untuk meningkatkan pengetahuan serta mengaplikasikan ilmu

yang telah diperoleh selama perkuliahan pada Departemen Ekonomi

Sumberdaya dan Lingkungan untuk dipraktikan di lapangan.

2. Bagi akademisi dan peneliti, sebagai tambahan pengetahuan dan informasi

serta bahan rujukan dalam pelaksanaan penelitian selanjutnya.

3. Bagi pemerintah Kelurahan Andir, sebagai informasi dan bahan

pertimbangan untuk menghitung kerugian ekonomi masyarakat akibat

banjir serta menetapkan kebijakan yang tepat untuk mengurangi dampak

yang ditimbulkan.

4. Bagi masyarakat, sebagai bahan masukan mengani besaran nilai kerugian

ekonomi masyarakat yang terkena dampak banjir sehingga masyarakat

dapat menjaga lingkungan sekitar guna mengurangi dampak tersebut.

Page 20: ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN PENGURANGAN DAMPAK BANJIR · 2017-05-31 · 2.2 Konsep Penilaian Kerusakan Sumberdaya Alam dan Lingkungan ... 6 Data bencana

6

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dari penelitian ini adalah:

1. Penelitian dilakukan di pemukiman RW 09 dan 13 Kelurahan Andir karena

lokasinya yang berdekatan dengan Sungai Citarum dan mengalami banjir

terparah.

2. Perhitungan nilai kerugian ekonomi fokus pada kerugian langsung (direct)

dan kerugian tidak langsung (indirect) akibat banjir.

3. Penelitian mengenai nilai kerugian ekonomi menggunakan data primer

yang kemudian diolah menggunakan metode Pendekatan Harga Pasar,

Opportunity Cost, dan Cost of Illness.

4. Penelitian mengenai alternatif kebijakan untuk mengurangi dampak banjir

dijelaskan dengan metode Technique for Order Preference by Similarity to

Ideal Solution (TOPSIS).

Page 21: ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN PENGURANGAN DAMPAK BANJIR · 2017-05-31 · 2.2 Konsep Penilaian Kerusakan Sumberdaya Alam dan Lingkungan ... 6 Data bencana

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kerugian Ekonomi Akibat Banjir

Kerugian ekonomi akibat banjir dapat diartikan sebagai adanya perubahan

pada aliran ekonomi yang disebabkan oleh bencana. Halounova (2014)

menyatakan bahwa kerugian ekonomi akibat banjir timbul karena adanya

kerusakan pada sektor pemukiman, infrastruktur, dan lingkungan. Leach (2015)

menyatakan bahwa kerugian ekonomi akibat banjir adalah peningkatan

pengeluaran keuangan untuk memperbaiki peralatan akibat banjir dan mengganti

peralatan yang rusak. Banjir menyebabkan perubahan kualitas lingkungan

sehingga masyarakat yang terkena dampak harus mengeluarkan uang untuk

mengembalikan fungsi lingkungan tersebut. Banjir merupakan masalah yang

serius jika telah berpengaruh terhadap kehidupan, kesehatan, dan aktivitas

ekonomi masyarakat (Stevlana et al. 2015).

Kodoatie dan Sugiyanto (2002) membagi kerugian banjir menjadi dua,

yaitu kerugian langsung dan tidak langsung. Kerugian langsung akibat banjir

merupakan kerugian fisik akibat banjir yang terjadi, berupa robohnya gedung

sekolah, industri, dan rusaknya sarana transportasi (Kodoatie dan Sugiyanto

2002). Kerugian tidak langsung akibat banjir berupa kerugian kesulitan yang

timbul secara tidak langsung diakibatkan oleh banjir, seperti komunikasi,

pendidikan, kesehatan, kegiatan bisnis, dan lainnya (Kodoatie dan Sugiyanto

2002).

2.2 Konsep Penilaian Kerusakan Sumberdaya Alam dan Lingkungan

Sumberdaya alam merupakan aspek utama untuk setiap kegiatan konsumsi

dan produksi bagi kehidupan manusia. Pembangunan ekonomi yang semakin

meningkat menyebabkan kerusakan lingkungan akibat eksploitasi sumberdaya

alam yang semakin besar. Kerusakan lingkungan adalah terganggunya fungsi

lingkungan sebagai akibat dari tindakan, misal pencemaran atau pengambilan

berlebih dan atau perusakan Sumber Daya Alam dan Lingkungan (SDAL), yang

menimbulkan perubahan langsung atau tidak langsung terhadap sifat fisiknya

(Dhewanthi et al. 2007).

Page 22: ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN PENGURANGAN DAMPAK BANJIR · 2017-05-31 · 2.2 Konsep Penilaian Kerusakan Sumberdaya Alam dan Lingkungan ... 6 Data bencana

8

Menurut Fauzi (2014) penilaian kerusakan lingkungan berperan penting

dalam menyediakan informasi untuk membantu proses pengambilan keputusan

terkait dengan kebijakan publik. Beberapa aspek yang digunakan yaitu Pertama

adalah dalam penentuan harga yang tepat (pricing strategy) dan penggunaan

mekanisme fiskal, seperti pajak lingkungan. Informasi yang komprehensif terkait

dengan nilai SDAL yang mempertimbangkan aspek nonmarket maka penentuan

harga harus memperhitungkan dampak degradasi yang ditimbulkannya. Kedua

adalah valuasi ekonomi dan penilaian kerusakan lingkungan dapat membantu

pengambil keputusan untuk menentukan kebijakan publik akan pentingnya barang

dan jasa yang dihasilkan dari SDAL. Ketiga adalah peran nilai dari SDAL yang

berhubungan dengan perencanaan tingkat makro seperti memasukkan aspek

deplesi dan degradasi SDAL dalam konteks perencanaan pembangunan. Bukan

Produk Domestik Bruto (PDB) dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

saja yang dijadikan acuan ukuran pembangunan, tetapi juga neraca dari SDAL

dan PDB/PDRB hijau yang sudah memperhitungkan deplesi dan degradasi

lingkungan di dalamnya. Keempat adalah informasi yang diperoleh dari valuasi

ekonomi dan penilaian kerusakan lingkungan akan membantu kebijakan publik

dalam penentuan kompensasi yang terjadi pada SDAL.

2.3 Pendekatan Harga Pasar yang Sebenarnya

Suparmoko dan Ratnaningsih (2011) menyatakan bahwa dalam menilai

atau memberikan harga terhadap dampak suatu proyek, selama ada harga pasar

untuk produk atau jasa yang hilang atau yang timbul dari adanya suatu proyek,

sebaiknya digunakan harga pasar. Kerugian ekonomi yang dialami masyarakat

Kelurahan Andir yang dapat diestimasi melalui pendekatan harga pasar yang

sebenarnya meliputi:

1. Biaya perbaikan dan biaya kehilangan

Metode ini digunakan untuk mengestimasi nilai kerugian langsung akibat

banjir. Nilai kerugian meliputi kerusakan peralatan rumah tangga dan bangunan.

Metode ini juga mengestimasi kerugian ekonomi akibat memperbaiki peralatan

rumah tangga dan bangunan yang menggunakan pendekatan biaya perbaikan.

Biaya yang ditanggung dihitung dari jumlah uang yang dikeluarkan untuk

memperbaiki rumah, peralatan rumah tangga yang rusak dan hilang, serta untuk

Page 23: ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN PENGURANGAN DAMPAK BANJIR · 2017-05-31 · 2.2 Konsep Penilaian Kerusakan Sumberdaya Alam dan Lingkungan ... 6 Data bencana

9

membersihkan rumah. Biaya rata-rata dapat diperoleh dengan membagi total

jumlah uang yang dikeluarkan dengan jumlah individu yang mengeluarkan biaya

(Novita et al. 2014).

2. Biaya tambahan

Pada metode ini, nilai kerugian masyarakat akibat banjir dihitung

berdasarkan biaya yang dikeluarkan dalam menghadapi banjir. Biaya yang

dikeluarkan meliputi biaya untuk menyewa rumah selama banjir, tambahan

ongkos transportasi karena harus menggunakan perahu, dan pembelian air mineral

galon untuk keperluan minum dan masak karena air sumur tidak dapat digunakan

selama banjir.

2.4 Pendekatan Biaya Kesehatan (Cost of Illness)

Cost of illness merupakan metode umum yang digunakan untuk

menentukan biaya ekonomi yang dikeluarkan akibat adanya penyakit. Kesulitan

air bersih dan lingkungan yang kotor akibat banjir menyebabkan bibit penyakit

yang mudah menjangkiti manusia yang ada di lingkungannya (Sanim et al. 2011).

Cost of illness adalah penjumlahan dari beberapa jenis biaya, yaitu biaya

pengobatan personal seperti biaya diagnosis dan obat, biaya non medis seperti

biaya transportasi ke tempat pengobatan, biaya pengobatan non personal seperti

biaya mencari informasi tentang penyakit, dan biaya kehilangan pendapatan

karena sakit (World Economic Forum 2011). Penurunan produktivitas dan

pengurangan kapasitas kerja sebagai akibat dari penyakit seringkali berpengaruh

terhadap pendapatan rumah tangga. Dampak yang ditimbulkan dari menurunnya

status kesehatan seseorang adalah penurunan produktivitas yang berpengaruh

terhadap penurunan upah, yang juga akan berdampak terhadap pola aliran

ekonomi (WHO 2009).

2.7 Pendekatan Biaya Kesempatan (Opportunity Cost)

Kerugian ekonomi akibat banjir dapat ditentukan melalui perhitungan

pendapatan yang hilang akibat tidak bekerja. Sulitnya mendapatkan harga pasar

atau jasa yang timbul akibat adanya suatu proyek maka sedapat mungkin

digunakan nilai harga alternatif atau biaya kesempatan (Opportunity Cost).

Menurut Suparmoko dan Ratnaningsih (2001), cara ini dapat digunakan untuk

Page 24: ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN PENGURANGAN DAMPAK BANJIR · 2017-05-31 · 2.2 Konsep Penilaian Kerusakan Sumberdaya Alam dan Lingkungan ... 6 Data bencana

10

mengukur besar pendapatan yang hilang karena adanya suatu proyek. WHO

(2009) menyatakan bahwa besaran pendapatan yang hilang akibat adanya

kerusakan dihitung dengan mengukur total hari absen individu sesuai dengan upah

yang diterima.

2.8 Identifikasi Persepsi

Persepsi masyarakat terdiri dari persepsi dan proses organisasi informasi

yang menjadi proses pembentukan persepsi (Harliani 2014). Sechermerhon (2010)

mendeskripsikan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembentukan

persepsi berasal dari tiga karakteristik elemen persepsi sebagai berikut:

1. Pihak yang memberikan persepsi (The Perceiver), proses persepsi

dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu orang yang memberikan persepsi,

kebutuhan dan motivasinya, kepribadiannya, nilai dan perilaku yang

dimilikinya.

2. Konteks situasi atau karakteristik dari keadaan yang sedang terjadi

(Characteristic of the setting), yang terdiri dari konteks fisik, konteks

sosial, dan konteks organisasional.

3. Karakteristik dari sesuatu yang sedang dipersepsikan (The Perceived) baik

itu orang, benda, acara, atau kegiatan dalam kondisi tingkat kekontrasan,

intensitas, ukuran, pergerakan, pengulangan atau pembaharuan, dan lain-

lain.

2.9 Endowment Effect

Fenomena ekonomi yang terjadi di lingkugan masyarakat tidak sepenuhnya

hanya dibahas melalui sisi ekonomi. Teori ekonomi dapat menjelaskan dan

menggambarkan hubungan antara fenomena ekonomi. Teori ekonomi dapat tidak

sesuai dengan keadaan sebenarnya karena adanya asumsi atau premis (Wilkinson

dan Klaes 2012). Behavioral economics muncul untuk menjelaskan asumsi-

asumsi yang dianggap berbeda dengan teori ekonomi. Perilaku ekonomi

masyarakat menjadi rasional dengan tujuan untuk memaksimalkan kepuasan

dirinya.

Endowment effect menunjukkan bahwa selain teori ekonomi, terdapat teori

psikologi, sosial, dan biologi yang melekat pada suatu fenomena ekonomi

Page 25: ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN PENGURANGAN DAMPAK BANJIR · 2017-05-31 · 2.2 Konsep Penilaian Kerusakan Sumberdaya Alam dan Lingkungan ... 6 Data bencana

11

(Wilkinson dan Klaes 2012). Suatu fenomena dapat dikatakan rasional secara

ekonomi namun karena adanya keterlibatan aspek psikologi seseorang maka

dilakukan justifikasi untuk menentukan keputusan. Keputusan yang ditentukan

oleh seseorang tidak selalu rasional secara ekonomi namun rasional secara

psikologi dan sosialnya.

2.10 Penelitian Terdahulu

Srihuzaimah (2011) melakukan penelitian dengan judul “Kerugian Fisik

dan Nonfisik Rumahtangga Pesisir akibat Banjir Pasang di Kelurahan Kamal

Muara, Penjaringan Jakarta Utara”. Hasil dari penelitian ini adalah biaya yang

dikeluarkan masyarakat yang terkena banjir meliputi biaya perbaikan dan biaya

kehilangan sedangkan biaya pencegahan tidak terlalu berpengaruh karena banjir

disebabkan oleh pemanasan global. Biaya perbaikan untuk rumah yang terkena

banjir dipengaruhi oleh pengeluaran rumah tangga, tinggi banjir, dan status

kepemilikan rumah sedangkan biaya kehilangan dipengaruhi oleh lama tinggal.

Harliani (2012) melakukan penelitian tentang “Persepsi Masyarakat

Kampung Cieunteung, Kabupaten Bandung tentang Rencana Relokasi akibat

Bencana Banjir”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kesediaan

masyarakat yang terkena dampak banjir untuk direlokasi. Hasil dari penelitian ini

menunjukkan bahwa hampir seluruh masyarakat tidak bersedia untuk direlokasi.

Pertimbangan yang mendasar yaitu kenyamanan tempat tinggal, hubungan sosial

yang telah dijalin, serta kekhawatiran terhadap penggantian aset lahan yang tidak

sesuai.

Zaman (2012) melakukan penelitian dengan judul “Impact of Recent Flood

on the Economy of Small Business at Rockhampton”. Hasil dari penelitian adalah

banjir yang terjadi merupakan akibat dari luapan sungai. Kerugian ekonomi

terbesar pada bisnis dipengaruhi oleh jarak perusahaan dengan sungai. Kerugian

yang dialami adalah sebesar 15 000 USD per minggu.

Maulida (2013) melakukan penelitian dengan judul “Estimasi Kerugian

Ekonomi Akibat Banjir Sungai Pesanggrahan di Pemukiman Kedoya Selatan

Jakarta Barat”. Penelitian ini menggunakan metode Stage Damage Function. Nilai

kerugian yang dihasilkan yaitu sebesar Rp 4 070 167 288.

Page 26: ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN PENGURANGAN DAMPAK BANJIR · 2017-05-31 · 2.2 Konsep Penilaian Kerusakan Sumberdaya Alam dan Lingkungan ... 6 Data bencana

12

Tamaela (2013) melakukan penelitian dengan judul “Estimasi Nilai

Kerugian Ekonomi akibat Banjir Sungai Pesanggrahan pada Sektor Komersil di

Kelurahan Ulujami dan Kelurahan Kebayoran Lama Utara, Jakarta Selatan)”.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan nilai kerugian ekonomi akibat banjir untuk

responden sebesar Rp 910 446 920 serta kerugian rata-rata per unit usaha adalah

Rp 22 761 173. Faktor-faktor yang mempengaruhi kerugian adalah kedalaman

banjir, durasi banjir, luas bangunan, dan omzet usaha perhari.

Novita et al. (2014) melakukan penelitian dengan judul “Nilai Kerugian

Masyarakat akibat Banjir di Kecamatan Pujud Kabupaten Rokan Hilir”. Penelitian

ini mengestimasi nilai kerugian masyarakat akibat banjir dengan di sektor

pemukiman serta memasukan nilai kerugian pada sarana umum. Hasil penelitian

menunjukkan total kerugian akibat banjir yaitu sebesar Rp 21 905 140 464.

Svetlana et al. (2015) melakukan penelitian dengan judul “The Economic

Impact of Floods and Their Importance in Different Regions of the World with

Emphasis in Europe”. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa banjir terjadi di

beberapa negara di benua Eropa. Kerugian ekonomi terbesar adalah di Jerman

yaitu senilai 14,260 milyar Euro dan Italia senilai 13,100 milyar Euro.

Penelitian mengenai estimasi nilai kerugian ekonomi akibat banjir telah

banyak dilakukan. Namun pada penelitian ini terdapat beberapa perbedaan dengan

penelitian sebelumnya. Perbedaan pada penelitian ini menghitung kerugian

langsung dan tidak langsung masyarakat dan memberikan rekomendasi alternatif

kebijakan terbaik untuk mengurangi dampak banjir. Perbedaan penelitian dapat

dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Penelitian mengenai estimasi nilai kerugian akibat banjir No. Nama Judul Hasil Perbedaan

1.

2.

Srihuzaimah

(2011)

Harliani

(2012)

Kerugian Fisik dan

Nonfisik Rumahtangga

Pesisir akibat Banjir

Pasang di Kelurahan

Kamal Muara,

Penjaringan.

Persepsi Masyarakat

Cieunteung tentang

Rencana Relokasi

akibat Bencana Banjir.

Nilai yang fokus

dibahas adalah nilai

perbaikan fisik rumah

tangga dan melihat

hubungan antara

jarak rumah ke pantai

dengan biaya

perbaikan yang

dikeluarkan.

Hampir seluruh

masyarakat tidak

bersedia direlokasi

karena pertimbangan

Banjir terjadi akibat

kenaikan muka air

laut dan pemanasan

global. Kerugian

fisik yang dinilai

berupa biaya

perbaikan dan biaya

kehilangan.

Fokus yang dibahas

hanya kondisi sosial

ekonomi dan

persepsi masyarakat

Page 27: ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN PENGURANGAN DAMPAK BANJIR · 2017-05-31 · 2.2 Konsep Penilaian Kerusakan Sumberdaya Alam dan Lingkungan ... 6 Data bencana

13

Tabel 4 Penelitian mengenai estimasi nilai kerugian akibat banjir (lanjutan)No. Nama Judul Hasil Perbedaan

3.

4.

5.

6.

7.

Zaman

(2012)

Maulida

(2013)

Tamaela

(2013)

Novita et al.

(2014)

Svetlana et

al. (2015)

Impact of Recent

Flood on the Economy

of Small Business at

Rockhampton.

Estimasi Kerugian

Ekonomi Akibat

Banjir Sungai

Pesanggrahan di

Pemukiman Kedoya

Selatan Jakarta Barat.

Estimasi Kerugian

Ekonomi akibat Banjir

Luapan Sungai

Pesanggrahan pada

Sektor Komersil di

Kelurahan Ulujamidan

Kelurahan Kebayoran

lama Utara, Jakarta

Selatan.

Nilai Kerugian

Masyarakat akibat

Banjir di Kecamatan

Pujud Kabupaten

Rokan Hilir.

The Economic Impact

of Floods and Their

Importance in

Different Regions of

the World with

Emphasis in Europe.

kenyamanan,

hubungan sosial, dan

kekhawatiran

penggantian ganti

rugi lahan yang tidak

sesuai.

Kerugian ekonomi

terbesar pada bisnis

dipengaruhi oleh

jarak perusahaan

dengan sungai.

Nilai kerugian yang

dihasilkan yaitu

sebesar Rp 4 070 167

288 dan sebagian

masyarakat bersedia

untuk direlokasi.

Nilai kerugian

ekonomi akibat banjir

yang dialami

responden adalah

Rp 910 446 920 serta

kerugian rata-rata

perkerugian rata-rata

per unit usaha adalah

Rp 22 761 173.

Nilai kerugian yang

dialami masyarakat

akibat banjir adalah

Rp 21 905 140 464.

Kerugian ekonomi

akibat banjir terbesar

adalah di Jerman

yaitu senilai 14,260

milyar Euro dan Italia

senilai 13,100 milyar

Euro.

yang terkena banjir.

Kerugian ekonomi

dinilai pada sektor

bisnis dan

menggunakan

analisis regresi

untuk menilai

korelasi antara jarak

sungai dengan

kerugian.

Pembahasan

menggunakan Stage

Damage Function

(SDF) dan tidak

dibahas mengenai

kebijakan yang

harus diterapkan.

Nilai kerugian

ekonomi akibat

banjir pada sektor

komersil dan

menggunakan Stage

Damage Function

(SDF).

Nilai kerugian yang

didapat adalah

kerugian pada

sektor pemukiman

dan sarana umum.

Penilaian kerugian

ekonomi dilakukan

dengan menghitung

seluruh kerusakan

dan kehilangan

secara makro.

Sumber: Diolah dari berbagai sumber

Page 28: ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN PENGURANGAN DAMPAK BANJIR · 2017-05-31 · 2.2 Konsep Penilaian Kerusakan Sumberdaya Alam dan Lingkungan ... 6 Data bencana

14

Page 29: ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN PENGURANGAN DAMPAK BANJIR · 2017-05-31 · 2.2 Konsep Penilaian Kerusakan Sumberdaya Alam dan Lingkungan ... 6 Data bencana

15

III KERANGKA PEMIKIRAN

Sungai Citarum merupakan sungai penyangga bagi kehidupan masyarakat

Propinsi Jawa Barat dan DKI Jakarta. Peranan penting Sungai Citarum adalah

sebagai penunjang aktivitas domestik, industri, irigasi pertanian, penyedia air

baku, dan PLTA. Peningkatan jumlah penduduk dan aktivitas ekonomi

menyebabkan tingginya alih fungsi lahan di sekitar DAS Citarum Hulu. Kondisi

Sungai Citarum saat ini mengalami degradasi tanah maupun air akibat adanya

sedimentasi dan erosi. Berkurangnya area tutupan lahan di sekitar DAS Citarum

juga menyebabkan penyempitan lebar sungai. Kondisi tersebut berimplikasi pada

penurunan kualitas dan kuantitas air DAS Citarum Hulu.

Kondisi lahan kritis wilayah hulu Sungai Citarum pada tahun 2013 tercatat

seluas 38508,680 Ha dari total luas wilayah 232907,660 Ha. Peningkatan konversi

kawasan hutan menjadi pertanian menyebabkan tingginya laju erosi dan

sedimentasi. Berkurangnya daerah resapan air hujan di wilayah hulu juga

menyebabkan run off yang tinggi karena langsung jatuhnya air hujan ke badan

sungai.

Kabupaten Bandung merupakan wilayah yang dikelilingi oleh gunung dan

memiliki topografi alami berupa cekungan yang dikenal dengan istilah Cekungan

Bandung. Kondisi alami ini merupakan tempat muara aliran Sungai Citarum

sehingga saat musim hujan turun di beberapa wilayah hulu Sungai Citarum, banjir

menjadi bencana yang rutin terjadi.

Intensitas curah hujan yang tinggi pada bulan Februari, Maret, April,

November dan Desember 2015 meningkatkan debit air beberapa anak Sungai

Citarum yang bermuara di Sungai Citarum seperti Sub DAS Citarik,

Cikapundung, Cirasea, Cisangkuy, Ciwidey, Cikeruh, Cipamokolan, Cigado, dan

Cisaranten. Kondisi Sungai Citarum yang sempit dan dangkal tidak dapat

menahan debit air yang meningkat sehingga air sungai meluap ke pemukiman

warga. Kelurahan Andir adalah salah satu kelurahan yang mengalami banjir akibat

luapan Sungai Citarum. Banjir yang terjadi di Kelurahan Andir mencapai

ketinggian hampir tiga meter. Pertemuan aliran Sungai Citarum dan Sungai

Cisangkuy dengan debit yang besar menyebabkan backwater sehingga air sungai

meluap ke pemukiman masyarakat. Belum optimalnya penanganan banjir turut

Page 30: ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN PENGURANGAN DAMPAK BANJIR · 2017-05-31 · 2.2 Konsep Penilaian Kerusakan Sumberdaya Alam dan Lingkungan ... 6 Data bencana

16

berperan dalam kejadian banjir yang terus terjadi di Kelurahan Andir. Penelitian

ini dilatarbelakangi adanya penurunan kualitas dan kuantitas air DAS Citarum

Hulu sehingga terjadi banjir saat hujan turun dengan intensitas yang tinggi.

Tujuan pertama dari penelitian ini adalah menganalisis persepsi masyarakat

mengenai banjir. Persepsi masyarakat meliputi kenyamanan tinggal di lokasi

rawan banjir, penyebab banjir, dampak banjir terhadap aktivitas ekonomi, dan

kondisi lingkungan setelah banjir. Persepsi masyarakat diidentifikasi dengan

analisis deskriptif dan hasilnya disajikan dalam bentuk tabel.

Tujuan kedua dari penelitian ini adalah mengestimasi kerugian ekonomi

masyarakat yang terkena dampak banjir luapan Sungai Citarum. Kerugian

ekonomi yang dinilai adalah kerugian langsung dan tidak langsung akibat banjir

tahun 2015. Kerugian langsung mencakup biaya perbaikan bangunan rumah,

perbaikan peralatan rumah tangga, dan biaya kehilangan peralatan rumah tangga.

Kerugian tidak langsung mencakup biaya kesehatan, pendapatan yang hilang

akibat tidak bekerja selama banjir, dan biaya tambahan yang dikeluarkan akibat

banjir. Kerugian banjir tahun 2015 diestimasi dengan menggunakan metode biaya

perbaikan, biaya kehilangan, Cost of Illness, Opportunity Cost, dan biaya

tambahan.

Tujuan ketiga dari penelitian ini adalah mengidentifikasi rekomendasi

alternatif kebijakan untuk mengurangi dampak banjir. Pilihan kebijakan yang

dipilih untuk mengurangi dampak banjir merupakan kebijakan prioritas dan masih

terkendala oleh beberapa hal. Kebijakan-kebijakan yang sudah ada diurutkan

sesuai dengan nilai rata-rata bobot atribut. Pihak-pihak yang menjadi responden

dalam pembahasan ini adalah responden ahli yang mengetahui program

pengendali banjir, penentu kebijakan, dan pihak lain yang ikut terlibat dalam

pelaksanaan program. Melalui hasil yang diperoleh peneliti dapat memberikan

kebijakan terbaik yang menjadi masukan bagi pemerintah untuk mengurangi

dampak banjir. Metode yang digunakan adalah metode analisis deskriptif dengan

menggunakan Technique for Order Preference by Similarity to Ideal Solution

(TOPSIS). Berdasarkan uraian diatas, secara rinci kerangka pemikiran dapat

dilihat pada Gambar 1.

Page 31: ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN PENGURANGAN DAMPAK BANJIR · 2017-05-31 · 2.2 Konsep Penilaian Kerusakan Sumberdaya Alam dan Lingkungan ... 6 Data bencana

17

Peningkatan debit air di Sungai Citarum

DAS Citarum Hulu

Peningkatan pembangunan

Peningkatan sedimentasi dan erosi

Topografi berupa cekungan

Intensitas curah hujan yang tinggi di daerah hulu

Banjir luapan sungai di Kelurahan Andir

Kerugian ekonomi

masyarakat

Kebijakan

alternatif untuk

mengurangi

dampak banjir

Biaya

Kehilangan

dan Biaya

Perbaikan

Biaya

Kesehatan

Pendapatan

yang Hilang

Biaya

Tambahan

Persepsi

masyarakat

mengenai banjir

Kerugian

Langsung

Kerugian Tidak

Langsung

Pendekatan

Harga

Pasar

Cost of

Illness

Pendekatan

Harga

Pasar

Opportunity

Cost

Total Kerugian Ekonomi Masyarakat

Rekomendasi Alternatif Kebijakan untuk Mengurangi

Dampak Banjir

Analisis

Deskriptif

Analisis Deskriptif

dengan metode

TOPSIS

Gambar 1 Alur kerangka berpikir

Page 32: ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN PENGURANGAN DAMPAK BANJIR · 2017-05-31 · 2.2 Konsep Penilaian Kerusakan Sumberdaya Alam dan Lingkungan ... 6 Data bencana
Page 33: ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN PENGURANGAN DAMPAK BANJIR · 2017-05-31 · 2.2 Konsep Penilaian Kerusakan Sumberdaya Alam dan Lingkungan ... 6 Data bencana

19

IV METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di pemukiman Kelurahan Andir, Kecamatan

Baleendah, Kabupaten Bandung tepatnya di RW 09 dan RW 13. Pemilihan lokasi

penelitian dilakukan secara sengaja karena berdasarkan keterangan masyarakat

dan data banjir, lokasi ini mengalami dampak terparah dari banjir luapan Sungai

Citarum dilihat dari ketinggian banjir yang terjadi. Pengambilan data dilaksanakan

pada bulan Februari sampai April 2016.

4.2 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder. Data primer diperoleh dari survei langsung dan wawancara dengan

menggunakan kuesioner kepada masyarakat yang terkena dampak banjir yang

dapat dilihat di Lampiran 10. Menurut Sugiyono (2014), kuesioner merupakan

teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat

pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Matriks

jenis dan sumber data dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Matriks jenis dan sumber data

No. Jenis Data Parameter Satuan Unit Sumber Data

1.

Data Primer

- Persepsi

masyarakat

- Biaya perbaikan

bangunan dan

peralatan RT

- Biaya

kehilangan

peralatan RT

- Biaya

pengobatan

- Pendapatan

yang hilang

- Biaya tambahan

- Alternatif

kebijakan untuk

mengurangi

dampak banjir

Ketinggian banjir (m),

kenyamanan tinggal,

penyebab banjir, dampak

banjir, dan kondisi

lingkungan setelah banjir

Rupiah

Rupiah

Rupiah

Rupiah

Rupiah

Kebijakan

Masyarakat

Masyarakat

Masyarakat

Masyarakat

Masyarakat

Masyarakat

BBWS Citarum,

SDAPE Kab.

Bandung, Bappeda

Kab. Bandung,

BPLH Kab.

Bandung, dan

Kelurahan Andir

Page 34: ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN PENGURANGAN DAMPAK BANJIR · 2017-05-31 · 2.2 Konsep Penilaian Kerusakan Sumberdaya Alam dan Lingkungan ... 6 Data bencana

20

Tabel 5 Matriks jenis dan sumber data (lanjutan) No. Jenis Data Parameter Satuan Unit Sumber Data

2. Data Sekunder - Gambaran umum

lokasi penelitian

- Jumlah penduduk

Kab. Bandung

- Program

pengendalian

banjir Citarum

Hulu

Luas wilayah (Ha),

jumlah penduduk

(jiwa/KK)

Jiwa

Program

Kelurahan Andir

Bappeda Kab.

Bandung

BBWS Citarum

Berdasarkan Tabel 5, data primer yang dibutuhkan antara lain persepsi

masyarakat mengenai banjir, total biaya yang dikeluarkan masyarakat akibat

banjir, dan kebijakan yang dilakukan untuk mengurangi dampak banjir. Data

sekunder yang dibutuhkan antara lain yaitu data-data yang terkait dengan lokasi

penelitian, data mengenai program-program untuk mengurangi dampak banjir,

serta data lain yang dibutuhkan dalam penelitian. Data sekunder ini diperoleh dari

buku referensi, internet, informasi dari kantor Kelurahan Andir, Balai Besar

Wilayah Sungai Citarum (BBWS Citarum), Badan Perencanaan dan

Pembangunan (Bappeda) Kabupaten Bandung, Badan Penanggulangan Bencana

Daerah (BPBD) Kabupaten Bandung, Badan Pengendalian Lingkungan Hidup

(BPLH) Kabupaten Bandung, Dinas Sumberdaya Air Pertambangan Energi

(SDAPE) Kabupaten Bandung, serta Badan atau Lembaga terkait dengan

penelitian. Data primer dan sekunder yang diperoleh diolah baik secara kuantitatif

maupun kualitatif.

4.2 Metode Pengambilan Contoh

Pengambilan contoh dilakukan dengan metode multistage random

sampling (MRS) dan snowball sampling. MRS adalah penarikan sampel dimana

pemilihan elemen anggota sampel dilakukan secara bertahap (by stage) (Gulo

2005). Pengambilan sampel dilakukan secara acak dan bertahap. Tahap pertama

adalah memilih Kelurahan Andir sebagai kelurahan yang rawan banjir. Tahap

kedua yaitu memilih RW secara sengaja yang paling rawan mengalami banjir.

Tabel 6 Data bencana banjir di Kelurahan Andir Desember 2015 No Lokasi Ketinggian air (cm)

1.

2.

3.

4.

RW 06

RW 07

RW 09

RW 13

10-50

10-50

30-80

30-80

Sumber: Kelurahan Andir (2015)

Page 35: ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN PENGURANGAN DAMPAK BANJIR · 2017-05-31 · 2.2 Konsep Penilaian Kerusakan Sumberdaya Alam dan Lingkungan ... 6 Data bencana

21

Berdasarkan Tabel 6 menunjukkan bahwa RW 09 dan RW 13 merupakan

RW paling rawan banjir dilihat dari ketinggian banjir yang lebih tinggi dibanding

dua RW lainnya. Wilayah ini dipilih karena memiliki kriteria yang sesuai, yaitu

seluruh RT di RW 09 dan 13 tergenang banjir. Menurut hasil pengamatan, banjir

di RW 09 dan RW 13 lebih tinggi karena posisinya yang berada di antara dua

sungai. Tahap ketiga yaitu memilih rumah tangga yang dijadikan sebagai

responden dari dua RW terpilih. Responden yang diambil pada penelitian ini

adalah 103 KK di kedua RW.

Snowball sampling digunakan untuk mengetahui informasi mengenai

alternatif kebijakan untuk mengurangi dampak banjir. Menurut Sugiyono 2014,

dalam penentuan sampel pertama-tama dipilih satu atau dua orang tetapi karena

dengan dua orang ini belum merasa lengkap terhadap data yang diberikan, maka

peneliti mencari orang lain yang dipandang lebih tahu dan dapat melengkapi data.

Pada penelitian ini, pihak yang dijadikan responden adalah sebanyak 16

stakeholders yang terdiri dari BBWS Citarum, Dinas SDAPE Kabupaten

Bandung, Dinas BPLH Kabupaten Bandung, Bappeda Kabupaten Bandung, dan

Lurah Kelurahan Andir.

4.3 Metode Pengolahan dan Analisis Data

Metode pengolahan dan analisis data dilakukan secara manual dan

menggunakan komputer dengan program Microsoft Office Excel 2007. Data

diolah dan dianalisis secara deskriptif serta disajikan dalam bentuk diagram, tabel,

dan perhitungan matematis. Matriks metode analisis yang digunakan untuk

menjawab tujuan-tujuan dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 7 Matriks metode analisis data No. Tujuan Penelitian Sumber Data Metode Analisis Data

1.

2.

3.

Persepsi masyarakat mengenai

banjir

Estimasi nilai kerugian ekonomi

masyarakat akibat banjir

- Biaya perbaikan

- Biaya kehilangan

- Pendapatan yang hilang

- Biaya kesehatan

- Biaya tambahan

Rekomendasi alternatif kebijakan

untuk mengurangi dampak banjir.

Data primer

Data primer dan data

sekunder

Wawancara masyarakat

Wawancara masyarakat

Wawancara masyarakat

Wawancara masyarakat

Wawancara masyarakat

Data primer dan

sekunder badan dan

instansi terkait

Analisis deskriptif

Metode valuasi

ekonomi

Pendekatan harga pasar

Pendekatan harga pasar

Opportunity Cost

Cost of Illness

Pendekatan harga pasar

Analisis deskriptif dan

TOPSIS

Page 36: ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN PENGURANGAN DAMPAK BANJIR · 2017-05-31 · 2.2 Konsep Penilaian Kerusakan Sumberdaya Alam dan Lingkungan ... 6 Data bencana

22

4.3.1 Identifikasi Persepsi Masyarakat

Metode analisis data yang digunakan untuk mengidentifikasi persepsi

masyarakat mengenai banjir adalah analisis deskriptif. Metode deskriptif adalah

suatu metode dalam meneliti status kelompok, manusia, suatu objek, suatu set

kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang

(Nazir 2003). Tujuan analisis deskriptif adalah untuk membuat deksripsi,

gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat

serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Identifikasi persepsi masyarakat

meliputi ketinggian banjir di dalam rumah, kenyamanan masyarakat tinggal di

lokasi rawan banjir, penyebab banjir, dampak banjir terhadap aktivitas ekonomi,

dan kondisi lingkungan setelah banjir.

4.3.2 Estimasi Nilai Kerugian Ekonomi Masyarakat Akibat Banjir

Nilai kerugian ekonomi masyarakat akibat banjir yang dihitung dalam

penelitian ini adalah nilai kerugian langsung (direct) dan kerugian tidak langsung

(indirect). Kerugian langsung meliputi biaya kehilangan peralatan rumah tangga,

biaya perbaikan peralatan rumah tangga, dan biaya perbaikan bangunan. Kerugian

tidak langsung meliputi biaya pengobatan, kehilangan pendapatan, biaya

pencegahan dan biaya tambahan. Berikut adalah metode-metode yang digunakan

dalam penelitian ini:

4.3.2.1 Pendekatan Harga Pasar Sebenarnya

Kerugian fisik yang dialami masyarakat akibat banjir meliputi kerusakan

komponen rumah dan peralatan rumah tangga diestimasi dengan menggunakan

metode pendekatan harga pasar sebenarnya, yaitu biaya perbaikan, biaya

kehilangan, dan biaya tambahan. Biaya perbaikan yang ditanggung masyarakat

dihitung dari jumlah uang yang dikeluarkan untuk memperbaiki komponen rumah

dan peralatan rumah tangga yang rusak akibat banjir. Nilai rata-rata perbaikan

dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut ini (Novita et al. 2014):

RBPK = ∑

........................................................................................(1)

Keterangan:

RBPK = Rata-rata biaya perbaikan (Rp/KK)

= Biaya perbaikan responden ke-i (Rp)

n = Jumlah responden

Page 37: ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN PENGURANGAN DAMPAK BANJIR · 2017-05-31 · 2.2 Konsep Penilaian Kerusakan Sumberdaya Alam dan Lingkungan ... 6 Data bencana

23

i = Responden ke-i (1,2,3,…,n)

Biaya kehilangan masyarakat akibat banjir diestimasi dari nilai sisa

peralatan rumah tangga yang dilihat dari harga beli dengan mempertimbangkan

biaya penyusutan per tahun. Metode yang digunakan untuk penyusutan dalam

penelitian ini adalah metode garis lurus (Straight Line Method). Metode garis

lurus menghasilkan jumlah beban penyusutan yang sama setiap tahun sepanjang

umur manfaat barang (Warren et al. 2005). Asumsi yang digunakan dalam

penelitian ini adalah nilai sisa pada akhir tahun masa manfaat barang sama dengan

nol. Nilai penyusutan peralatan rumah tangga per tahun dapat dihitung dengan

menggunakan persamaan berikut:

NP =

…………………………………………………………………..(2)

Keterangan:

NP = Nilai penyusutan barang (Rp/tahun)

HB = Harga beli barang (Rp)

MM = Masa manfaat (tahun)

Penyusutan adalah penyesuaian nilai dengan adanya penurunan kapasitas

atau manfaat dari suatu aset. Ukuran manfaat dari masing-masing aset berbeda.

Manfaat aset yang tidak dapat terkuantifikasi secara spesifik menggunakan

indikator pengganti seperti prakiraan potensi masa manfaat (KSAP 2007). Biaya

kehilangan peralatan rumah tangga merupakan nilai sisa peralatan pada tahun

terjadinya kerusakan. Biaya kehilangan peralatan rumah tangga dapat dihitung

dengan menggunakan persamaan berikut:

BK = HB-AP …………………………………………………………(3)

Keterangan:

BK = Biaya kehilangan (Rp)

HB = Harga beli (Rp)

AP = Akumulasi penyusutan (Rp)

Selanjutnya rata-rata biaya kehilangan peralatan dapat dihitung dengan

menggunakan persamaan berikut:

RBK = ∑

…………………………………………………………(4)

Keterangan:

RBK = Rata-rata kehilangan peralatan rumah tangga (Rp/KK)

= Biaya kehilangan responden ke-i (Rp)

n = Jumlah responden

Page 38: ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN PENGURANGAN DAMPAK BANJIR · 2017-05-31 · 2.2 Konsep Penilaian Kerusakan Sumberdaya Alam dan Lingkungan ... 6 Data bencana

24

i = Responden ke-i (1,2,3,…,n)

Biaya tambahan dikeluarkan oleh responden akibat adanya pengeluaran

tambahan akibat banjir. Pengeluaran yang dimaksud adalah biaya untuk menyewa

rumah selama banjir, tambahan ongkos transportasi karena harus menggunakan

perahu, dan pembelian air mineral galon untuk keperluan minum dan masak

karena air sumur tidak dapat digunakan selama banjir. Biaya tambahan dapat

dihitung dengan menggunakan persamaan berikut:

BT = ∑

……………….………………………………………….(5)

Keterangan:

BT = Rata-rata biaya tambahan (Rp/KK)

= Biaya tambahan responden ke-i (Rp)

n = Jumlah responden

I = Responden ke-i (1,2,3,…,n)

4.3.2.2 Cost of Illness

Banjir yang terjadi di pemukiman masyarakat menimbulkan penyakit.

Masyarakat yang terkena penyakit mengeluarkan sejumlah biaya untuk berobat.

Cost of Illness merupakan metode yang digunakan untuk mengestimasi kerugian

masyarakat karena sakit. Biaya kesehatan masyarakat dapat dihitung dengan

menggunakan persamaan berikut (Novita et al. 2014):

MC = ∑

……………...……………………………………………(6)

Keterangan:

MC = Biaya pengobatan per responden (Rp/KK)

= Biaya berobat responden ke-i (Rp)

n = Jumlah responden

i = Responden ke-i (1,2,3,…,n)

4.3.2.3 Pendapatan yang Hilang (Opportunity Cost)

Opportunity cost merupakan metode yang digunakan untuk melihat

jumlah kerugian yang dialami masyarakat karena banjir menghalangi aktivitas

bekerja. Kerugian ini diestimasi dengan biaya pendekatan biaya kesempatan atau

pendapatan yang hilang. Pendapatan yang hilang merupakan pendapatan harian

yang tidak diterima oleh masyarakat karena memilih untuk tidak bekerja dan atau

untuk membersihkan rumah. Besaran Opportunity Cost dapat dihitung dengan

menggunakan persamaan berikut (Novita et al. 2014):

Page 39: ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN PENGURANGAN DAMPAK BANJIR · 2017-05-31 · 2.2 Konsep Penilaian Kerusakan Sumberdaya Alam dan Lingkungan ... 6 Data bencana

25

HP = ∑

………………..…………………………… (7)

Keterangan:

HP = Hilangnya pendapatan per responden (Rp/KK)

PRi = Pendapatan harian responden ke-i (Rp/hari)

LBi = Lama tidak bekerja responden ke-i (hari)

n = Jumlah responden (KK)

i = Responden ke-i (1,2,3,…,n)

4.3.3 Rekomendasi alternatif kebijakan untuk mengurangi dampak banjir

Upaya pengurangan dampak banjir dikaji menggunakan analisis deskriptif

melalui wawancara dengan stakeholder yang mengerti tentang banjir serta para

penentu kebijakan pengelolaan banjir. Kebijakan-kebijakan yang dianggap

berpotensi dapat mengurangi dampak banjir kemudian dianalisis dengan metode

Technique for Order Preference by Similarity to Ideal Solution (TOPSIS).

Topsis adalah metode pengambilan keputusan multi atribut yang dimana

alternatif terpilih yang terbaik tidak hanya memiliki jarak terpendek dari solusi

ideal positif, namun juga memiliki jarak terpanjang dari solusi ideal negatif

(Kusumadewi et al. 2006). Kurniasih (2013) menyatakan bahwa solusi ideal

positif didefinisikan sebagai jumlah dari seluruh nilai terbaik yang dapat dicapai

untuk setiap atribut, sedangkan solusi ideal negatif terdiri dari seluruh nilai

terburuk yang dicapai untuk setiap atribut. Pembobotan metode TOPSIS dihitung

berdasarkan tingkat kepentingan, yaitu:

1 = Sangat tidak sesuai

2 = Tidak sesuai

3 = Cukup sesuai

4 = Sesuai

5 = Sangat sesuai

Secara umum, prosedur TOPSIS mengikuti langkah-langkah sebagai

berikut:

1. Membuat matriks keputusan yang ternormalisasi,

2. Membuat matriks keputusam yang ternormalisasi terbobot,

3. Menentukan matriks solusi ideal positif dan matriks solusi ideal negatif

4. Menentukan jarak antara nilai setiap alternatif dengan matriks solusi ideal

positif dan matriks solusi ideal negatif

5. Menentukan nilai preferensi untuk setiap altenatif

Page 40: ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN PENGURANGAN DAMPAK BANJIR · 2017-05-31 · 2.2 Konsep Penilaian Kerusakan Sumberdaya Alam dan Lingkungan ... 6 Data bencana

26

TOPSIS membutuhkan rating kinerja setiap alternatif Ai pada setiap

kriteria Cj yang ternormalisasi, yaitu (Kusumadewi 2006):

=

√∑

………………..…………………………………………(8)

Keterangan:

i

j =

=

1,2,….m

1,2,…,n

Solusi ideal positif A+

dan solusi ideal negatif A-

dapat ditentukan

berdasarkan rating bobot ternormalisasi (yij) sebagai:

= ………………..………………………………..……………(9)

Keterangan:

i

j =

=

1,2,….m

1,2,…,n

Keterangan:

A+

A-

=

=

( +,

+,…,

+)

( -,

-,…,

-)

dengan

+

=

maks i ; jika j adalah atribut keuntungan

min i ; jika j adalah atribut biaya

-

=

min i ; jika j adalah atribut keuntungan

maks i ; jika j adalah atribut biaya

Jarak antara alternatif Ai dengan solusi ideal positif dirumuskan sebagai:

+ =

√∑

+ -

2 ; i=1,2,…,m

Jarak antara alternatif Ai dengan solusi ideal negatif dirumuskan sebagai:

- =

√∑

-

- )2; i=1,2,…,m

Nilai preferensi untuk setiap alternatif (Vj) diberikan sebagai:

=

; i=1,2,…,m

Nilai Vi yang lebih besar menunjukkan bahwa alternatif Ai lebih dipilih.

Analisis alternatif kebijakan pengurangan dampak banjir dalam penelitian ini

terdiri dari tiga yaitu pembuatan kolam retensi Cieunteung, pembuatan floodway

Cisangkuy dan pembangunan check dam di DAS Citarum Hulu. Ketiga alternatif

kebijakan dilakukan oleh BBWS Citarum yang belum selesai dilaksanakan karena

Page 41: ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN PENGURANGAN DAMPAK BANJIR · 2017-05-31 · 2.2 Konsep Penilaian Kerusakan Sumberdaya Alam dan Lingkungan ... 6 Data bencana

27

beberapa kendala. Atribut untuk memilih ketiga alternatif kebijakan tersebut

adalah berdasarkan biaya, manfaat, dan waktu pelaksanaan. Ketiga atribut

dianalisis berdasarkan sisi ekonomi dan lingkungan.

Proses wawancara kepada stakeholder adalah menanyakan bobot dari

ketiga atribut yang jika dijumlahkan akan menghasilkan nilai 1. Tahap selanjutnya

yaitu memberikan preferensi dari masing-masing alternatif kebijakan berdasarkan

atribut dengan range 1-5. Kebijakan dengan nilai tertinggi adalah kebijakan yang

dipilih untuk mengurangi dampak banjir. Selain itu, pada penelitian ini juga

dibahas mengenai alasan stakeholder memilih kebijakan. Matriks TOPSIS dapat

digambarkan dalam Tabel 8.

Tabel 8 Alternatif kebijakan

Alternatif

Atribut

Biaya Manfaat Waktu

pelaksaaan

Pembuatan kolam retensi Cieunteung

Pembuatan floodway Cisangkuy

Pembangunan check dam di DAS Citarum Hulu

Bobot

Sumber: Hasil analisis data (2016)

Page 42: ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN PENGURANGAN DAMPAK BANJIR · 2017-05-31 · 2.2 Konsep Penilaian Kerusakan Sumberdaya Alam dan Lingkungan ... 6 Data bencana
Page 43: ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN PENGURANGAN DAMPAK BANJIR · 2017-05-31 · 2.2 Konsep Penilaian Kerusakan Sumberdaya Alam dan Lingkungan ... 6 Data bencana

29

V GAMBARAN UMUM

5.1 Gambaran Umum Wilayah Penelitian

Kelurahan Andir merupakan salah satu kelurahan yang termasuk kedalam

wilayah Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung. Luas wilayah Kelurahan

Andir adalah sebesar ± 378,291 Ha dengan luas pemukiman sebesar 155,900 Ha.

Secara administratif, Kelurahan Andir berbatasan dengan Desa Citeureup di

sebelah utara, Desa Malakasari di sebelah selatan, Desa Bojongmalaka di sebelah

barat, dan Kelurahan Baleendah di sebelah timur. Struktur wilayah Rukun Warga

(RW) Kelurahan Andir dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9 Wilayah menurut Rukun Warga di Kelurahan Andir Tahun 2016

No RW/Nama kampung Jumlah

KK

Jumlah Penduduk (jiwa) Jumlah

(jiwa) Laki-laki Perempuan

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

RW 01 Parunghalang

RW 02 Parunghalang

RW 03 Ciodeng I

RW 04 Sadang sari

RW 05 Cibadak

RW 06 Ciputat

RW 07 Muara

RW 08 Kulalet

RW 09 Jambatan

RW 10 Babakan sadar

RW 11 Reungascondong

RW 12 Sukamelang

RW 13 Ciputat

Kelurahan Andir

763

981

712

602

604

426

523

686

658

731

844

840

364

8734

1294

1681

1228

1093

1068

784

819

1142

1174

1171

1425

1441

619

14939

1280

1742

1134

922

992

709

829

1136

1185

1113

1395

1399

610

14446

2574

3423

2362

2015

2060

1493

1648

2278

2359

2284

2820

2940

1229

29385

Sumber: Rekapitulasi penduduk Kelurahan Andir (2016)

Tabel 9 menunjukkan bahwa jumlah penduduk Kelurahan Andir tahun

2016 sebanyak 29 385 jiwa yang terdiri dari 14.939 jiwa laki-laki dan 14 446 jiwa

perempuan. Kelurahan Andir terdiri dari 13 RW (Rukun Warga).

Kelurahan Andir terletak di lokasi strategis yang menghubungkan Kota

Bandung dengan Kabupaten Bandung. Banyak kaum pendatang membeli lahan

dan membangun rumah karena dekat dengan pusat kegiatan perekonomian dan

fasilitas umum. Adanya pasar kecamatan, unit usaha, dan pabrik garmen yang

terdapat di sepanjang jalan kelurahan menjadi tempat bekerja masyarakat. Jalan

raya yang terdapat di Kelurahan Andir dikenal dengan sebutan jalan raya

Dayeuhkolot dahulunya merupakan pusat Kabupaten Bandung dan menjadi salah

Page 44: ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN PENGURANGAN DAMPAK BANJIR · 2017-05-31 · 2.2 Konsep Penilaian Kerusakan Sumberdaya Alam dan Lingkungan ... 6 Data bencana

30

satu lokasi yang banyak dipilih oleh pendatang. Setelah tahun 1986, pusat

kabupaten dipindahkan ke Soreang karena terjadi banjir besar.

Tabel 10 Jarak geografis Kelurahan Andir No. Indikator Jarak (km)

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

Jarak ke gunung

Jarak ke laut

Jarak ke sungai

Jarak ke pinggiran sungai

Jarak ke pasar

Jarak ke bandara

Jarak ke terminal

Jarak ke tempat hiburan

Jarak ke tempat wisata

Jarak ke kantor polisi/militer

Jarak ke perbatasan kabupaten

Jarak ke stasiun

Jarak ke pemerintahan kecamatan

Jarak ke pemerintahan kabupaten/kota

Jarak ke pemerintahan propinsi

3

100

0.1

0.1

2

20

2

2

4

2

20

24

3

16

15

Sumber: Profil Kelurahan Andir Semester II Tahun 2015

Berdasarkan Tabel 10 menunjukkan bahwa Kelurahan Andir merupakan

lokasi yang strategis ke pasar, terminal, tempat hiburan, dan tempat wisata. Hal

tersebut mendorong banyaknya pendatang untuk tinggal dan mencari pekerjaan di

daerah sekitar. Selain itu, jarak kelurahan ke sungai sangat dekat yaitu berjarak

100 meter sehingga menyebabkan daerah rawan banjir.

Daerah yang menjadi fokus penelitian adalah RW 09 Kampung Jambatan

dan RW 13 Kampung Ciputat. Kedua RW tersebut merupakan RW terparah yang

mengalami banjir akibat pertemuan dua aliran sungai. Posisi pemukiman

penduduk di RW 09 Kampung Jambatan sejajar dengan aliran Sungai Cisangkuy

yang merupakan Sub DAS Citarum (lihat di Lampiran 1). Aliran Sungai

Cisangkuy awalnya secara alami berkelok namun sekitar tahun 1990 dibuat lurus

sehingga aliran Sungai Cisangkuy tepat di RW 09 bertabrakan dengan aliran

Sungai Citarum. Aliran Sungai Cisangkuy yang tidak terpakai dibiarkan tidak

terawat sehingga menimbulkan kondisi yang sangat buruk dan bau sangat

menyengat. Saat musim hujan turun dengan intensitas tinggi menyebabkan air

pada Sungai Cisangkuy yang mengalir masuk menuju Sungai Citarum

bertabrakan dan mengalami backwater sehingga meluap dan masuk ke

pemukiman warga. Kondisi yang sama juga terjadi di RW 13 Kampung Ciputat

yang merupakan pertemuan antara Sungai Citarum dengan Kali Ciputat.

Page 45: ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN PENGURANGAN DAMPAK BANJIR · 2017-05-31 · 2.2 Konsep Penilaian Kerusakan Sumberdaya Alam dan Lingkungan ... 6 Data bencana

31

5.2 Gambaran Umum Sungai Citarum

Sungai Citarum yang mengalir di Kelurahan Andir berwarna coklat dan

keruh. Aliran sungai lambat akibat banyaknya sampah yang berada di tengah dan

sisi sungai. Selain itu, sungai mengalami pendangkalan yang dapat dibuktikan

dengan dapat terlihatnya tanah di bawah aliran sungai. Tembok penahan banjir di

sisi-sisi sungai banyak mengalami kerusakan yang dapat memudahkan air untuk

masuk ke pemukiman masyarakat. Menurut Badan Pengendalian Lingkungan

Hidup Kabupaten Bandung Tahun 2015, Sungai Citarum telah mengalami

pencemaran.

Tabel 11 Indeks kualitas Sungai Citarum

Tahun Mutu Air

Jumlah Titik

Sampel yang

Memenuhi

Mutu air

Persentase

Pemenuhan

Mutu Air (%)

Bobot Nilai

Indeks

Nilai Indeks

per Mutu Air

2012

Memenuhi

Ringan

Sedang

Berat

0

0

5

70

0

0

7

93

70

50

30

10

0,000

0,000

2,000

9,330

2013

Memenuhi

Ringan

Sedang

Berat

0

0

0

75

0

0

0

100

70

50

30

10

0,000

0,000

0,000

10,000

2014

Memenuhi

Ringan

Sedang

Berat

0

0

0

75

0

0

0

100

70

50

30

10

0,000

0,000

0,000

10,000

Sumber: Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Kabupaten Bandung (2014)

Berdasarkan Tabel 11, kualitas Sungai Citarum dari tahun 2012 sampai

2014 mengalami penurunan. Sebanyak 75 titik yang dijadikan sampel di

sepanjang sungai tidak ada satupun yang memenuhi mutu air. Penetapan status

cemar berat pada air sungai dibuktikan oleh tingginya parameter total E. coli dan

atau Fekal coliform yang bersumber dari limbah domestik dan peternakan. Selain

itu juga limbah industri menjadi pencemar pada air Sungai Citarum.

Hasil penilaian kualitas Sungai Citarum juga sama dengan air banjir yang

masuk ke pemukiman masyarakat. Air banjir yang menggenang berwarna coklat

dan berbau menyengat. Menurut masyarakat, air banjir yang masuk ke rumah

berbau lebih dari aroma sampah dan juga berwarna hitam.

Sungai Citarum yang mengalir di RW 13 dikelilingi oleh bronjong, yaitu

tanggul sederhana penahan air sungai yang terbuat dari batu yang dililit dengan

kawat. Menurut pihak BBWS Citarum, pekerjaan bronjong tersebut merupakan

Page 46: ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN PENGURANGAN DAMPAK BANJIR · 2017-05-31 · 2.2 Konsep Penilaian Kerusakan Sumberdaya Alam dan Lingkungan ... 6 Data bencana

32

pekerjaan sementara dalam menangani banjir. Masyarakat menilai bronjong yang

dibuat tidak dapat menahan air Sungai Citarum saat debit tinggi sehingga banjir

masih tetap terjadi.

5.3 Gambaran Umum Daerah Cekungan Bandung

Cekungan Bandung merupakan suatu cekungan (basin) yang dikelilingi

oleh gunung api dengan ketinggian 650 meter sampai lebih dari 2000 meter

(Narulita et al. 2008). Secara geologi, Cekungan Bandung dan sekitarnya tersusun

oleh batuan gunung api, sehingga sumber daya geologinya yang berupa energi,

lingkungan, dan mineral juga berasal dari kegiatan gunung api. Daerah yang

termasuk kedalam Cekungan Bandung adalah Kota Bandung, Kabupaten

Bandung, dan sebagian Kota Cimahi dan Kota Sumedang. Aliran Sungai Citarum

bagian hulu berada di daerah Cekungan Bandung yang memiliki elevasi lebih

rendah dibanding di daerah lain.

Air tanah di daerah Cekungan Bandung telah banyak dieksploitasi untuk

pemenuhan kebutuhan domestik, perumahan, dan industri perkotaan.

Perkembangan pembangunan yang pesat menyebabkan penurunan ketersediaan

air tanah dan menyebabkan peningkatan kedalaman tanah. Cekungan Bandung

mengalami penurunan kedalaman sekitar 5 hingga 7,3 sentimeter per tahun

sehingga menyebabkan daerah ini diibaratkan seperti sebuah mangkuk (lihat di

Lampiran 2).

Eksploitasi air tanah yang cukup tinggi memberikan beberapa dampak

negatif, antara lain pada musim kemarau kualitas dan kuantitas air Sungai Citarum

sangat rendah sehingga mengakibatkan terjadinya kekurangan air bersih di

beberapa tempat dan saat musim hujan, air Sungai Citarum meluap sehingga

menyebabkan banjir tahunan di daerah dataran rendah dan sepanjang aliran sungai

(Narulita et al. 2008).

5.4 Gambaran Umum Banjir Luapan Sungai

Banjir adalah proses mengalirnya air permukaan di area yang tidak terdapat

air saat kondisi normal (Halounova 2014). Menurut Kodoatie dan Sugiyanto

(2002) ada dua peristiwa banjir, yaitu pertama banjir atau genangan yang terjadi

pada daerah yang biasanya tidak terjadi banjir dan kedua persitiwa banjir terjadi

Page 47: ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN PENGURANGAN DAMPAK BANJIR · 2017-05-31 · 2.2 Konsep Penilaian Kerusakan Sumberdaya Alam dan Lingkungan ... 6 Data bencana

33

karena limpasan air banjir dari sungai karena debit air tidak mampu dialirkan oleh

alur sungai. Banjir luapan sungai biasanya terjadi secara musiman saat curah

hujan di daerah aliran sungai (DAS ) tinggi dan berlangsung lama.

Perubahan tata guna lahan sepanjang DAS dengan adanya pemukiman dan

industri menyebabkan kenaikan run-off yang signifikan dan pengurangan resapan

air (Kodoatie 2013). Lebar sungai yang semakin menyempit dan adanya

sedimentasi akibat kegiatan rumah tangga serta industri membuat air sungai tidak

bisa tertahan saat hujan turun dengan intensitas yang tinggi. Dampak yang

ditimbulkan adalah saat limpasan air yang sangat deras maka akan menimbulkan

genangan air di permukaan kawasan permukiman yang biasa disebut banjir.

Berdasarkan alur kerusakan sumberdaya alam dan lingkungan, banjir di

Kelurahan Andir dapat dijelaskan secara sederhana sebagai berikut:

1. Release. Kerusakan Sungai Citarum dirasakan dan diketahui berdasarkan

jumlah erosi, sedimentasi, dan run off yang tinggi akibat kerusakan di

daerah hulu.

2. Pathway. Hujan dengan intensitas yang tinggi setiap bulannya

menyebabkan peningkatan debit air anak-anak Sungai Citarum hulu yang

masuk ke Sungai Citarum tepat berada di Kabupaten Bandung, khususnya

Kelurahan Andir.

3. Exposure. Peningkatan debit air Sungai Citarum yang melebihi kapasitas

normal menyebabkan air sungai meluap ke jalan raya dan pemukiman

masyarakat, ditambah dengan adanya backwater dari Sungai Cisangkuy.

4. Injury. Banjir menggenangi pemukiman masyarakat dengan ketinggian dan

durasi tertentu serta menyebabkan kerusakan pada bangunan rumah dan

peralatan rumah tangga. Kondisi ini menimbulkan kerugian ekonomi

langsung maupun tidak langsung bagi masyarakat.

5.5 Karakteristik Rumah Tangga Sampel

Karakteristik masyarat merupakan hal yang penting untuk diidentifikasi

karena dapat mempengaruhi persepsi dan nilai kerugian masyarakat akibat banjir.

Selain itu, karakteristik juga dapat mempengaruhi kepedulian masyarakat terhadap

kondisi lingkungan. Karakteristik masyarakat diperoleh berdasarkan survei

Page 48: ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN PENGURANGAN DAMPAK BANJIR · 2017-05-31 · 2.2 Konsep Penilaian Kerusakan Sumberdaya Alam dan Lingkungan ... 6 Data bencana

34

40,777%

59,223%

laki-laki perempuan

terhadap 103 rumah tangga dari total populasi 1022 rumah tangga. Karakteristik

rumah tangga sampel diperoleh melalui wawancara dengan responden yang dilihat

dari beberapa aspek yaitu: jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir, jenis pekerjaan

kepala keluarga, pendapatan rumah tangga, status penduduk, dan status tempat

tinggal.

5.5.1 Jenis Kelamin

Jenis kelamin responden penting untuk diidentifikasi karena dapat

mempresentasikan jumlah masyarakat laki-laki dan perempuan secara

keseluruhan. Selain itu, jenis kelamin responden juga dapat memberikan informasi

yang akurat mengenai jumlah kerugian yang dialami akibat banjir. Perbandingan

persentase jenis kelamin dapat dilihat pada Gambar 2.

Jenis kelamin

Gambar 2 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

Sumber: Data primer diolah (2016)

Gambar 2 menunjukkan bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin

perempuan dengan jumlah 61 orang atau sama dengan 59,223% sedangkan

responden laki-laki berjumlah 42 orang atau sama dengan 40,777%. Perbedaan

persentase antara responden perempuan dan laki-laki karena pelaksanaan survei

dilakukan sebagian besar pada hari kerja. Selain itu juga karena pada umumnya

perempuan lebih mengetahui pengeluaran rumah tangga akibat banjir sehingga

membantu peneliti dalam memperoleh data.

5.5.2 Usia

Usia menjadi salah satu atribut yang dapat mencerminkan pola pikir dan

kedewasaan seseorang dalam pengambilan suatu tindakan. Usia responden

berdampak terhadap daya ingat terhadap kejadian banjir dan nilai kerugian yang

dialami. Perbandingan persentase tingkat usia dapat dilihat pada Gambar 3.

Page 49: ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN PENGURANGAN DAMPAK BANJIR · 2017-05-31 · 2.2 Konsep Penilaian Kerusakan Sumberdaya Alam dan Lingkungan ... 6 Data bencana

35

5,825%

19,417%

33,010%

27,184%

14,563%

21-30 31-40 41-50 51-60 >60

34,951% 29,126%

33,981%

1,942%

SD SMP SMA Diploma

Usia (tahun)

Gambar 3 Karakteristik responden berdasarkan usia

Sumber: Data primer diolah (2016)

Gambar 3 menunjukkan bahwa jumlah responden terbesar terdapat pada

sebaran usia 41-50 tahun sebanyak 34 orang atau sama dengan 33,010%.

Prsesentase menunjukkan mayoritas responden masuk dalam usia produktif dan

masih bekerja.

5.5.3 Pendidikan Terakhir

Tingkat pendidikan berpengaruh terhadap kualitas jawaban responden.

Selain itu, usia responden berpengaruh terhadap persepsi mengenai penyebab

banjir. Perbandingan persentase pendidikan terakhir dapat dilihat pada Gambar 4.

Pendidikan terakhir

Gambar 4 Karakteristik responden berdasarkan pendidikan terakhir

Sumber: Data primer diolah (2016)

Gambar 4 menunjukkan bahwa mayoritas pendidikan terakhir responden

adalah SD sebanyak 36 orang atau sama dengan 34,951%. Responden yang

sebagian besar adalah orang dewasa mengaku tidak memperhatikan pendidikan

dan tidak memiliki biaya untuk melanjutkan sekolah.

5.5.4 Jenis Pekerjaan Kepala Keluarga

Jenis pekerjaan responden sangat beragam antara lain PNS, karyawan

swasta, wirausaha, pedagang, buruh pabrik, TNI/POLRI, buruh lepas, pensiunan,

Page 50: ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN PENGURANGAN DAMPAK BANJIR · 2017-05-31 · 2.2 Konsep Penilaian Kerusakan Sumberdaya Alam dan Lingkungan ... 6 Data bencana

36

28,155%

39,806%

15,534%

3,883% 6,796% 5,825%

0,971%

13,592%

35,922%

15,534%

1,942% 5,825%

8,738%

17,476%

dan lainnya seperti supir, tukang ojek, tukang parkir, dan tukang pijat. Perbedaan

persentase jenis pekerjaan dapat dilihat pada Gambar 5.

Jenis pekerjaan

Gambar 5 Karakteristik responden berdasarkan jenis pekerjaan KK

Sumber: Data primer diolah (2016)

Gambar 5 menunjukkan bahwa jumlah responden terbesar terdapat pada

jenis pekerjaan wirausaha sebesar 37 orang atau sama dengan 35,922%. Mayoritas

responden bekerja sebagai wirausaha karena didukung oleh mudahnya proses jual

beli di lingkungan Kelurahan Andir.

5.5.5 Pendapatan Rumah Tangga

Pendapatan rumah tangga dalam penelitian ini adalah penjumlahan

pendapatan suami dan istri. Pendapatan rumah tangga dapat berpengaruh terhadap

kesanggupan rumah tangga untuk memperbaiki peralatan yang rusak akibat banjir

serta nilai kerugian yang ditimbulkan. Pendapatan rumah tangga Perbedaan

persentase pendapatan rumah tangga responden dapat dilihat pada Gambar 6.

Pendapatan rumah tangga (Rp)

Gambar 6 Karakteristik responden berdasarkan pendapatan rumah tangga

Sumber: Data primer diolah (2016)

Page 51: ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN PENGURANGAN DAMPAK BANJIR · 2017-05-31 · 2.2 Konsep Penilaian Kerusakan Sumberdaya Alam dan Lingkungan ... 6 Data bencana

37

93,204%

6,796%

Milik sendiri Sewa

Gambar 6 menunjukkan bahwa besaran pendapatan rumah tangga

terbesar berada di kisaran Rp 1 500 000-Rp 2 500 000 sebanyak 41 rumah tangga

atau sama dengan 39,806%.

5.5.6 Status Tempat Tinggal

Status tempat tinggal mempengaruhi responden untuk tetap tinggal

walaupun di lokasi rawan banjir. Selain itu, status tempat tinggal juga dapat

mempengaruhi responden untuk melakukan perbaikan terhadap bangunan yang

rusak akibat banjir. Perbedaan persentase status tempat tinggal responden dapat

dilihat pada Gambar 7.

Status tempat tinggal

Gambar 7 Karakteristik responden berdasarkan status tempat tinggal

Sumber: Data primer diolah (2016)

Gambar 7 menunjukkan sebagian besar tempat tinggal responden

merupakan milik pribadi sebanyak 96 orang atau sama dengan 93,204% dan

sisanya merupakan sewa sebesar 6,796%. Responden memilih untuk membangun

rumah karena harga lahan yang murah dibanding di daerah lain dengan fasilitas

yang serupa.

5.5.7 Lama Tinggal

Lama tinggal responden mempengaruhi kehidupan dan kenyamanan

tinggal di lokasi rawan banjir. Sebagian besar responden merupakan warga asli

dan telah tinggal di Kelurahan Andir semenjak lahir. Lama tinggal responden juga

berpengaruh terhadap psikis responden. Perbedaan persentase lama tinggal

responden dapat dilihat pada Gambar 8.

Page 52: ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN PENGURANGAN DAMPAK BANJIR · 2017-05-31 · 2.2 Konsep Penilaian Kerusakan Sumberdaya Alam dan Lingkungan ... 6 Data bencana

38

33,981%

65,049%

≤60 >60

3,883%

13,592% 15,534%

26,214% 24,272%

16,505%

1-10 11-20 21-30 31-40 41-50 >50

Lama tinggal

Gambar 8 Karakteristik responden berdasarkan lama tinggal

Sumber: Data primer diolah (2016)

5.5.8 Luas Rumah

Luas rumah berpengaruh terhadap kenyamanan tinggal responden.

Responden memilih untuk tetap tinggal di lokasi rawan banjir karena

mempertahankan asset rumahnya masing-masing. Sebagian responden memiliki

luas rumah yang tergolong besar karena telah melakukan kegiatan pencegahan

terhadap banjir. Perbedaan persentase luas rumah responden dapat dilihat pada

Gambar 9.

Luas rumah (m)

Gambar 9 Karakteristik responden berdasarkan luas rumah

Sumber: Data primer diolah (2016)

Gambar 9 menunjukkan bahwa 65,049% responden atau sebanyak 68

responden memiliki rumah dengan luas lebih dari 60 meter. Rumah yang

ditinggali responden telah dihuni antara 31-40 tahun. Luas rumah responden

berpengaruh terhadap keputusan responden untuk tetap mempertahankan

bangunan rumah meski terletak di lokasi rawan banjir. Responden menyatakan

bahwa mempertahankan asset rumah dan kehidupan sosial yang telah terbentuk di

dalamnya jauh lebih baik dibanding direlokasi atau pindah ke tempat lain.

Page 53: ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN PENGURANGAN DAMPAK BANJIR · 2017-05-31 · 2.2 Konsep Penilaian Kerusakan Sumberdaya Alam dan Lingkungan ... 6 Data bencana

39

25,243%

74,757%

≤60 >60

5.5.9 Luas Tanah

Luas tanah yang dimiliki responden baik yang dimanfaatkan untuk

membangun rumah maupun kepentingan lain berpengaruh terhadap persepsi.

Perbedaan persentase luas tanah responden dapat dilihat pada Gambar 10.

Luas tanah (m)

Gambar 10 Karakteristik responden berdasarkan luas tanah

Sumber: Data primer diolah (2016)

Gambar 10 menunjukkan bahwa sebesar 74,757% responden atau sebanyak

68 responden memiliki tanah dengan luas lebih dari 60 meter di Kelurahan Andir.

Tanah tersebut dimanfaat untuk membangun rumah sepenuhnya ataupun disisakan

sebagian untuk kepentingan lain. Responden menyatakan bahwa secara ekonomi,

mempertahankan tanah lebih menguntungkan dibanding menjual atau direlokasi

ke tempat lain karena nilainya tidak sesuai dengan manfaat yang dirasakan. Tanah

merupakan asset yang yang memiliki nilai dan manfaat tersendiri sehingga

responden tidak menjualnya dan membeli di tempat lain.

Page 54: ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN PENGURANGAN DAMPAK BANJIR · 2017-05-31 · 2.2 Konsep Penilaian Kerusakan Sumberdaya Alam dan Lingkungan ... 6 Data bencana

40

Page 55: ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN PENGURANGAN DAMPAK BANJIR · 2017-05-31 · 2.2 Konsep Penilaian Kerusakan Sumberdaya Alam dan Lingkungan ... 6 Data bencana

41

VI PEMBAHASAN

6.1 Persepsi Masyarakat mengenai Banjir

Setiap responden akan memberikan persepsi yang berbeda terhadap satu

situasi yang sama karena terdapat banyak faktor yang mempengaruhi. Berikut

adalah persepsi masyarakat mengenai banjir yang terjadi di pemukiman Kelurahan

Andir tepatnya di RW 09 dan RW 13 akibat luapan Sungai Citarum.

6.1.1 Ketinggian Banjir

Banjir yang terjadi di Kelurahan Andir selama tahun 2015 terjadi pada

bulan Februari, Maret, April, November, dan Desember. Banjir menggenangi

rumah masyarakat dengan ketinggian yang berbeda. Ketinggian banjir bervariasi

tergantung intensitas hujan yang terjadi dan debit air yang ditampung Sungai

Citarum. Selain itu, posisi rumah juga berpengaruh terhadap ketinggian banjir

yang masuk ke dalam rumah. Perbedaan persentase ketinggian banjir dapat dilihat

pada Tabel 12.

Tabel 12 Karakteristik responden berdasarkan ketinggian banjir dalam rumah

No. Tinggi banjir (m) Sampel

Jumlah (KK) Persentase (%)

1. Banjir bulan Februari 2015

a. ≤2

b. 2<x≤3

c. >3

24

64

15

23,301

62,136

14,563

2. Banjir bulan Maret 2015

a. ≤2

b. 2<x≤3

c. >3

31

67

5

30,097

65,049

4,854

3. Banjir bulan April 2015

a. ≤1

b. <1x≤2

c. >2

53

41

9

51,456

39,806

8,738

4. Banjir bulan November 2015

a. ≤0,5

b. 0,5<x≤1

c. >1

17

75

11

16,505

72,816

10,680

5. Banjir bulan Desember 2015

a. ≤0,5

b. 0,5<x≤1

c. >1

33

60

10

32,039

58,252

9,709

Sumber: Data primer diolah (2016)

Tabel 12 menunjukkan bahwa banjir sebagian besar dialami responden

dengan ketinggian dua sampai tiga meter pada bulan Februari 2015 yaitu

sebanyak 64 KK atau sama dengan 62,136%. Banjir setinggi dua sampai tiga

Page 56: ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN PENGURANGAN DAMPAK BANJIR · 2017-05-31 · 2.2 Konsep Penilaian Kerusakan Sumberdaya Alam dan Lingkungan ... 6 Data bencana

42

meter juga dialami sebagian besar responden pada bulan Maret sebanyak 67 KK

atau sama dengan 65,049%. Pada bulan April banjir sudah mulai surut karena

hujan yang mulai berkurang sehingga sebagian besar responden hanya mengalami

banjir setinggi kurang dari satu meter sebanyak 53 KK atau sama dengan

39,806%. Bulan November hujan kembali turun dengan intensitas yang cukup

tinggi sehingga banjir kembali terjadi namun dengan ketinggian yang lebih

rendah. Sebagian besar responden mengalami banjir dengan ketinggian setengah

sampai satu meter sebanyak 75 KK atau sama dengan 72,816%. Banjir terjadi lagi

pada bulan Desember. Sebagian besar responden mengalami banjir dengan

ketinggian setengah sampai satu meter sebanyak 60 KK atau sama dengan

58,252%. Perbedaan ketinggian banjir yang masuk ke rumah masyarakat

bergantung pada posisi dan tinggi rumah serta intensitas hujan yang terjadi setiap

bulannya.

6.1.2 Kenyamanan Masyarakat Tinggal di Lokasi Rawan Banjir

Kelurahan Andir khususnya RW 09 dan RW 13 merupakan lokasi yang

sangat rawan terjadi banjir karena posisinya yang sejajar dengan aliran Sungai

Citarum. Kondisi ini membuat masyarakat selalu waspada dengan terjadinya

banjir yang datang secara rutin. Persentase kenyamanan responden tinggal di

lokasi rawan banjir dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13 Persepsi responden mengenai kenyaman tinggal

No. Kenyamanan tinggal Responden

Jumlah Persentase (%)

1.

2.

Nyaman

Tidak nyaman

73

30

70,874

29,126

Sumber: Data primer diolah (2016)

Tabel 13 menunjukkan bahwa berdasarkan hasil penelitian terhadap 103

responden di RW 09 dan RW 13, sebanyak 73 responden atau sama dengan

70,874% merasa nyaman tinggal di lokasi rawan banjir. Alasan kenyamanan

tinggal di lokasi ini karena letaknya yang strategis ke jalan raya dan fasilitas

umum serta sudah membiasakan diri dengan banjir. Sedangkan sebanyak 14

responden atau sama dengan 29,126% merasa tidak nyaman karena khawatir

dengan banjir yang datang tiba-tiba sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari.

Selain itu, responden merasa tidak nyaman karena sering terjadi pencurian isi

rumah ketika mereka mengungsi.

Page 57: ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN PENGURANGAN DAMPAK BANJIR · 2017-05-31 · 2.2 Konsep Penilaian Kerusakan Sumberdaya Alam dan Lingkungan ... 6 Data bencana

43

6.1.3 Penyebab Banjir

Banjir akibat luapan Sungai Citarum terjadi akibat beberapa penyebab.

Responden memiliki jawaban yang berbeda mengenai penyebab banjir yang

terjadi di tempat tinggalnya. Persentase persepsi masyarakat mengenai penyebab

banjir dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14 Persepsi masyarakat mengenai penyebab banjir

No. Penyebab banjir Responden

Jumlah Persentase (%)

1.

2.

3.

Sampah

Pendangkalan sungai

Curah hujan yang tinggi

31

56

16

30,097

54,369

15,534

Sumber: Data primer diolah (2016)

Berdasarkan Tabel 14, pengetahuan responden menunjukkan bahwa

sebagian besar menyatakan bahwa penyebab banjir adalah akibat pendangkalan

sungai yaitu sebanyak 56 responden atau sama dengan 54,369%. Sisanya

menyatakan penyebab banjir adalah sampah dan curah hujan yang tinggi.

Sebagian besar responden menyatakan banjir disebabkan oleh

pendangkalan sungai berdasarkan penilaian mereka terhadap perubahan kondisi

sungai. Sungai yang dangkal menyebabkan aliran air lambat sehingga ketika debit

air besar akan langsung meluap dan masuk ke pemukiman masyarakat. Selain itu,

sebanyak 56 responden menyatakan bahwa banyaknya sampah yang terlihat di

aliran sungai menghambat laju air sungai.

6.1.4 Dampak Banjir terhadap Aktivitas Ekonomi

Banjir menyebabkan terhambatnya aktivitas ekonomi masyarakat.

Sebagian masyarakat memilih untuk tidak bekerja karena sulitnya akses keluar

rumah menuju jalan raya dan atau karena membersihkan rumah dari banjir dan

endapan lumpur yang tersisa. Sebagian lain masyarakat tetap bekerja dengan

menggunakan perahu kayu untuk keluar rumah dan menganggap sudah

membiasakan diri dengan kondisi banjir. Persentase persepsi masyarakat

mengenai dampak banjir terhadap aktivitas ekonomi dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15 Persepsi masyarakat mengenai dampak banjir terhadap aktivitas

ekonomi

No. Dampak banjir terhadap aktivitas ekonomi Responden

Jumlah Persentase (%)

1.

2.

Mengganggu

Tidak mengganggu

38

65

36,893

63,107

Sumber: Data primer diolah (2016)

Page 58: ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN PENGURANGAN DAMPAK BANJIR · 2017-05-31 · 2.2 Konsep Penilaian Kerusakan Sumberdaya Alam dan Lingkungan ... 6 Data bencana

44

Sebanyak 65 responden atau sama dengan 63,107% menyatakan banjir

tidak mengganggu aktivitas ekonomi selama banjir dan sisanya menyatakan banjir

mengganggu aktivitas ekonomi. Responden menyatakan banjir tidak mengganggu

aktivitas ekonomi selama masih dapat dilalui dengan berjalan kaki ataupun

kendaraan. Responden yang memiliki usaha seperti warung tetap berjualan jika

ketinggian banjir belum merendam barang dagangan. Responden yang bekerja

sebagai karyawan atau pekerja memilih untuk tinggal di rumah saudara atau

kerabat sehingga masih dapat bekerja seperti biasa.

6.1.5 Kondisi Lingkungan Setelah Banjir

Banjir meninggalkan lumpur dan sampah yang tersisa di rumah dan

lingkungan rumah masyarakat. Selain itu, air banjir juga menyumbat saluran air

seperti selokan dan menimbulkan bau yang tidak sedap. Banyaknya rumah kosong

yang ditinggalkan pemiliknya membuat lingkungan menjadi lebih kotor.

Sebanyak 61 responden atau sama dengan 59,223% menyatakan lingkungan

cukup bersih setelah terjadi banjir sedangkan masing-masing 21 responden

menyatakan lingkungan bersih dan kotor setelah banjir. Persentase persepsi

masyarakat mengenai kondisi lingkungan setelah banjir dapat dilihat pada Tabel

16.

Tabel 16 Persepsi masyarakat mengenai kondisi lingkungan setelah banjir

No. Kondisi lingkungan setelah banjir Responden

Jumlah Persentase (%)

1.

2.

3.

Bersih

Cukup bersih

Kotor

21

61

21

20,388

59,223

20,388

Sumber: Data primer diolah (2016)

Tabel 16 menunjukkan sebanyak 21 responden menyatakan kondisi

lingkungan menjadi kotor karena tidak ada kegiatan gotong royong membersihkan

lingkungan. Responden seperti ini biasanya memiliki rumah di pinggir jalan

sehingga masih tersisa lumpur dan sampah yang tidak langsung dibersihkan.

Berbeda dengan responden lain menyatakan bahwa lingkungan cukup bersih dan

bersih setelah banjir karena adanya kegiatan gotong royong antar warga. Kegiatan

dapat berupa membersihkan lumpur dan selokan sehingga lingkungan menjadi

bersih seperti semula.

Page 59: ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN PENGURANGAN DAMPAK BANJIR · 2017-05-31 · 2.2 Konsep Penilaian Kerusakan Sumberdaya Alam dan Lingkungan ... 6 Data bencana

45

6.1.6 Analisis Persepsi Masyarakat Mengenai Banjir

Hasil wawancara terhadap 103 responden yang mengalami banjir luapan

Sungai Citarum menunjukkan bahwa sebagian besar responden menyatakan tidak

merasa terganggu oleh banjir. Analisis mengenai persepsi dapat dikaitkan dengan

konsep endowment effect yang menyatakan bahwa terjadinya suatu fenomena

berkaitan erat dengan perilaku ekonomi, sosiologi, dan psikologi seseorang

(Wilkinson dan Klaes 2012). Responden menyatakan banjir menimbulkan

kerugian secara ekonomi tetapi tidak menjadi alasan untuk meninggalkan rumah

dan kehidupan sehari-harinya di Kelurahan Andir.

Persepsi responden mengenai kenyamanan tinggal di lokasi rawan banjir

dinyatakan nyaman oleh sebagian besar responden yaitu sebesar 70,874%.

Responden menyatakan nyaman karena banjir dianggap sebagai fenomena yang

telah biasa terjadi. Masyarakat Kelurahan Andir memiliki modal sosial yang

tinggi sehingga kenyamanan tinggal bersama masyarakat di lingkungan tempat

tinggal dirasakan dapat mengurangi ketidaknyamanan karena banjir. Banjir yang

datang setiap tahun dinilai tidak begitu berpengaruh dibanding dengan modal

sosial masyarakat yang telah lama dijalin. Pemerintah sekitar tahun 2014 memiliki

rencana untuk merelokasi tempat tinggal masyarakat Kelurahan Andir yang

terkena banjir setiap tahunnya namun ditanggapi negatif oleh masyarakat.

Persepsi responden yang terkena dampak banjir dapat dijelaskan

berdasarkan dua hal. Hal pertama yaitu persepsi responden berdasarkan perilaku

ekonomi ditunjukkan dengan preferensi responden untuk menyatakan nyaman

karena telah memiliki pekerjaan di lingkungan Kelurahan Andir. Responden

memilih untuk tetap tinggal walaupun sering terjadi banjir dibandingkan untuk

pindah ke tempat lain karena khawatir tidak mendapatkan pekerjaan yang sesuai.

Hal kedua yaitu persepsi responden berdasarkan perilaku sosial ditunjukkan

dengan hubungan sosial yang tinggi antar masyarakat. Responden merasa tetap

nyaman dengan banjir yang datang setiap tahunnya dengan kondisi sosial yang

baik dibanding untuk pindah ke tempat lain namun tidak menemukan hubungan

sosial yang baik.

Page 60: ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN PENGURANGAN DAMPAK BANJIR · 2017-05-31 · 2.2 Konsep Penilaian Kerusakan Sumberdaya Alam dan Lingkungan ... 6 Data bencana

46

6.2 Estimasi Nilai Kerugian Ekonomi akibat Banjir

Kerugian ekonomi masyarakat akibat banjir dibagi menjadi dua, yaitu

kerugian langsung dan tidak langsung. Kerugian langsung meliputi biaya

perbaikan dan biaya kehilangan. Kerugian tidak langsung meliputi biaya

pengobatan, pendapatan yang hilang, dan biaya tambahan. Kerugian ekonomi

masyarakat yang dihitung merupakan kerugian yang ditimbulkan akibat banjir

selama tahun 2015 yang merupakan banjir siklus lima tahunan dan terbesar

setelah tahun 2010.

6.2.1 Kerugian Langsung

Banjir menyebabkan masyarakat harus mengeluarkan biaya untuk

memperbaiki bangunan rumah dan peralatan rumah tangga. Selain itu beberapa

masyarakat kehilangan peralatan rumah tangga karena terbawa hanyut oleh banjir.

Kerugian yang dihitung adalah biaya perbaikan bangunan rumah serta peralatan

rumah tangga dan biaya kehilangan peralatan rumah tangga.

6.2.1.1 Biaya Perbaikan Bangunan Rumah

Biaya perbaikan digunakan untuk mengestimasi kerusakan bangunan

rumah yang sudah diperbaiki oleh responden. Banjir merusak bagian bangunan

rumah seperti lantai, tembok, pintu, jendela dan kusen (lihat di Lampiran 3).

Perhitungan nilai total biaya perbaikan bangunan rumah dapat dilihat pada Tabel

17.

Tabel 17 Total biaya perbaikan bangunan rumah

Deskripsi Jumlah

Biaya perbaikan bangunan rumah (Rp)

Jumlah responden (KK)

Rata-rata biaya perbaikan bangunan rumah (Rp/KK)

Jumlah proporsi yang mengeluarkan biaya perbaikan bangunan

rumah (KK)

25 500 000,000

57

447 368,421

566

Total biaya perbaikan bangunan rumah (Rp) 253 019 417,476

Sumber: Data primer diolah (2016)

Berdasarkan survei terhadap 103 KK, terdapat 57 KK yang

mengeluarkan biaya perbaikan bangunan rumah dengan jumlah biaya perbaikan

adalah Rp 25 500 000,000. Rata-rata biaya perbaikan bangunan rumah adalah

sebesar Rp 447 368,421/KK. Jumlah proporsi masyarakat yang mengeluarkan

biaya perbaikan bangunan adalah sebesar 55,340% dari total populasi sebesar

1022 KK sehingga didapat 566 KK. Total biaya perbaikan bangunan yang dialami

Page 61: ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN PENGURANGAN DAMPAK BANJIR · 2017-05-31 · 2.2 Konsep Penilaian Kerusakan Sumberdaya Alam dan Lingkungan ... 6 Data bencana

47

masyarakat selama banjir tahun 2015 adalah sebesar Rp 253 019 417,476. Rumah

tangga lain tidak melakukan perbaikan bangunan rumah karena belum memiliki

biaya yang cukup dan khawatir banjir akan terjadi di kemudian hari.

6.2.1.2 Biaya Perbaikan Peralatan Rumah Tangga

Peralatan rumah tangga yang diperbaiki oleh responden meliputi televisi,

mesin jahit, pompa air, kompor, kulkas, meja, radio, dvd, dan lemari (lihat di

Lampiran 4). Biaya perbaikan peralatan rumah tangga dihitung berdasarkan biaya

servis yang dikeluarkan responden. Jumlah KK yang mengeluarkan biaya

perbaikan peralatan rumah tangga tidak sebanyak KK yang mengeluarkan biaya

untuk perbaikan bangunan rumah. Berdasarkan survei responden lebih memilih

untuk membuang peralatan rumah tangganya dan membeli yang baru dibanding

untuk memperbaiki. Selain itu, sebagian besar responden telah memiliki tempat di

atap rumah untuk menyimpan barang-barang berharga seperti alat elektronik,

ijazah, dan surat berharga lainnya. Perhitungan nilai total perbaikan peralatan

rumah tangga dapat dilihat pada Tabel 18.

Tabel 18 Total biaya perbaikan peralatan rumah tangga Deskripsi Jumlah

Biaya perbaikan peralatan rumah tangga (Rp)

Jumlah responden (KK)

Rata-rata biaya perbaikan peralatan rumah tangga (Rp/KK)

Jumlah proporsi yang mengeluarkan biaya perbaikan peralatan

rumah tangga (KK)

6 150 000,000

27

227 777,778

268

Total biaya perbaikan peralatan rumah tangga (Rp) 61 022 330,097

Sumber: Data primer diolah (2016)

Tabel 18 menunjukkan jumlah biaya perbaikan peralatan rumah tangga

adalah sebesar Rp 6 150 000,000 dengan jumlah responden 27 KK. Rata-rata

biaya perbaikan peralatan rumah tangga diperoleh Rp 227 777,778/KK. Jumlah

proporsi masyarakat yang mengeluarkan biaya perbaikan peralatan rumah tangga

adalah sebesar 26,214% dari total populasi sebanyak 1022 KK sehingga

dihasilkan 268 KK. Total biaya perbaikan peralatan rumah tangga yang dialami

masyarakat selama banjir 2015 adalah sebesar Rp 61 022 330,097.

6.2.1.3 Biaya Kehilangan Peralatan Rumah Tangga

Biaya kehilangan peralatan rumah tangga adalah kerugian yang dialami

masyarakat akibat tidak dapat terpakainya lagi peralatan rumah tangga. Menurut

keterangan masyarakat, peralatan tidak dapat digunakan kembali karena

Page 62: ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN PENGURANGAN DAMPAK BANJIR · 2017-05-31 · 2.2 Konsep Penilaian Kerusakan Sumberdaya Alam dan Lingkungan ... 6 Data bencana

48

kerusakan yang sangat parah sehingga masyarakat memilih untuk membuang

dibanding memperbaikinya. Biaya kehilangan merupakan nilai sisa peralatan

rumah tangga pada tahun kerusakan. Peralatan rumah tangga yang hilang berupa

kasur, karpet, spring bed, risbang, dispenser, kursi, rak, kulkas, televisi, dan

lemari (lihat di Lampiran 5). Pendekatan biaya kehilangan peralatan rumah tangga

menggunakan konsep penyusutan per tahun dengan metode garis lurus. Masa

manfaat barang disesuaikan dengan karakteristik fisik barang. Hampir seluruh

responden membeli peralatan rumah tangga dengan kualitas rendah sehingga

umur ekonomisnya lebih pendek. Hal ini disebabkan karena banjir yang selalu

datang setiap tahun merusak peralatan rumah tangga dan merugikan responden

jika membeli peralatan rumah tangga dengan kualitas dan harga yang tinggi.

Perhitungan nilai total biaya kehilangan peralatan rumah tangga dapat dilihat pada

Tabel 19.

Tabel 19 Total biaya kehilangan peralatan rumah tangga

Deskripsi Jumlah

Biaya kehilangan peralatan rumah tangga (Rp)

Jumlah responden (KK)

Rata-rata kehilangan peralatan rumah tangga responden (Rp/KK)

Jumlah proporsi yang mengeluarkan biaya kehilangan peralatan

rumah tangga (KK)

64 690 000,000

67

965 522.388

665

Total biaya perbaikan kehilangan peralatan rumah tangga (Rp) 642 072 388,060

Sumber: Data primer diolah (2016)

Berdasarkan perhitungan, biaya kehilangan peralatan rumah tangga

responden adalah sebesar Rp 64 690 000,000 dari total 67 KK. Rata-rata biaya

kehilangan peralatan rumah tangga adalah Rp 965 522,388/KK. Jumlah proporsi

masyarakat yang mengeluarkan biaya kehilangan adalah 65,049% dari total 1022

KK sehingga didapatkan 665 KK. Total biaya kehilangan peralatan rumah tangga

akibat banjir selama tahun 2015 yaitu sebesar Rp 642 072 388,060.

6.2.1.4 Total Kerugian Langsung Masyarakat

Berdasarkan perhitungan biaya perbaikan dan biaya kehilangan, total

kerugian ekonomi langsung yang dialami masyarakat Kelurahan Andir akibat

banjir selama tahun 2015 pada bulan Februari, Maret, April, November dan

Desember adalah sebesar Rp 956 114 135,673. Perhitungan total kerugian

langsung yang dialami masyarakat dapat dilihat pada Tabel 20.

Page 63: ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN PENGURANGAN DAMPAK BANJIR · 2017-05-31 · 2.2 Konsep Penilaian Kerusakan Sumberdaya Alam dan Lingkungan ... 6 Data bencana

49

Tabel 20 Total kerugian langsung yang dialami masyarakat No Deskripsi Jumlah (Rp)

1.

2.

3.

Total biaya perbaikan bangunan rumah

Total biaya perbaikan peralatan rumah tangga

Total biaya kehilangan peralatan rumah tangga

253 019 417,476

61 022 330,097

642 072 388,060

Total kerugian ekonomi langsung yang dialami masyarakat 956 114 135,673

Sumber: Data primer diolah (2016)

Tabel 20 menunjukkan bahwa biaya kehilangan memiliki nilai yang paling

besar diantara biaya perbaikan bangunan rumah dan peralatan rumah tangga.

Berdasarkan hasil wawancara, masyarakat lebih memilih untuk mengganti

peralatan rumah tangga yang rusak dibanding untuk memperbaiki. Selain itu,

biaya memperbaiki dengan biaya membeli peralatan baru tidak memiliki selisih

yang jauh berbeda. Hal tersebut yang membuat masyarakat lebih memilih untuk

membeli peralatan dengan kualitas dan harga yang rendah dibanding untuk

memperbaiki peralatan yang rusak.

6.2.2 Kerugian Tidak Langsung

Kerugian tidak langsung akibat banjir yang dihitung adalah biaya

pengobatan karena sakit, pendapatan yang hilang karena memilih tidak bekerja,

dan biaya tambahan yang dikeluarkan. Biaya pengobatan dan biaya tambahan

yang dihasilkan merupakan jumlah total biaya pada satu rumah tangga sedangkan

pendapatan yang hilang merupakan penjumlahan antara pendapatan istri dan

suami.

6.2.2.1 Biaya Pengobatan

Banjir menyebabkan berbagai macam penyakit bagi masyarakat.

Penyakit yang ditimbulkan berupa gatal-gatal, demam, flu, kutu air, dan pegal-

pegal (lihat di Lampiran 6). Responden yang mengeluarkan biaya pengobatan ke

puskesmas atau rumah sakit adalah sebanyak 31 KK. Biaya pengobatan yang

dikeluarkan berupa biaya berobat dan membeli obat ke puskesmas atau rumah

sakit. Perhitungan nilai total biaya kesehatan dapat dilihat pada Tabel 21.

Tabel 21 Total biaya pengobatan Deskripsi Jumlah

Biaya pengobatan (Rp)

Jumlah responden (KK)

Rata-rata biaya pengobatan (Rp/KK)

Jumlah proporsi yang mengeluarkan biaya pengobatan (KK)

2 410 000,000

31

77 741,935

308

Total biaya pengobatan (Rp) 23 912 815,534

Sumber: Data primer diolah (2016)

Page 64: ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN PENGURANGAN DAMPAK BANJIR · 2017-05-31 · 2.2 Konsep Penilaian Kerusakan Sumberdaya Alam dan Lingkungan ... 6 Data bencana

50

Berdasarkan hasil perhitungan, biaya pengobatan yang dihasilkan adalah

sebesar Rp 2 410 000,000. Rata-rata biaya pengobatan adalah Rp 77 741,935/KK.

Jumlah proporsi masyarakat yang mengeluarkan biaya pengobatan adalah sebesar

30,097% dari total populasi 1022 KK sehingga didapatkan 308 KK. Total biaya

pengobatan akibat banjir selama tahun 2015 adalah sebesar Rp 23 912 815,534.

Sebagian besar responden melakukan pengobatan gratis melalui bantuan

puskesmas keliling yang disediakan oleh pihak kecamatan. Selain puskesmas

keliling, responden juga berobat menggunakan asuransi kesehatan sehingga tidak

mengeluarkan biaya pengobatan.

6.2.2.2 Pendapatan yang Hilang

Kerugian tidak langsung yang dialami masyarakat akibat banjir adalah

kehilangan pendapatan karena memilih tidak bekerja. Genangan banjir di jalan

menyebabkan sulitnya akses untuk jalan keluar bagi masyarakat. Responden yang

memilih untuk tidak bekerja terdiri dari buruh pabrik, buruh lepas, wirausaha,

tukang parkir, tukang ojek, dan supir (lihat di Lampiran 7). Sebagian besar

responden memilih untuk tetap bekerja karena tuntutan ekonomi keluarga.

Responden yang bekerja biasanya tinggal di tempat pengungsian atau di rumah

saudara sehingga tidak mengalami kesulitan untuk pergi bekerja. Perhitungan total

pendapatan yang hilang dapat dilihat pada Tabel 22.

Tabel 22 Total pendapatan yang hilang Deskripsi Jumlah

Pendapatan responden yang hilang (Rp)

Jumlah responden (KK)

Rata-rata pendapatan yang hilang (Rp/KK)

Jumlah proporsi yang mengalami kehilangan pendapatan (KK)

25 220 000,000

35

700 555,556

357

Total pendapatan yang hilang (Rp) 250 241 165,049

Sumber: Data primer diolah (2016)

Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 22, jumlah responden yang

kehilangan pendapatan yaitu sebanyak 36 KK dengan jumlah pendapatan yang

hilang sebesar Rp 25 220 000,000. Rata-rata pendapatan yang hilang adalah

sebesar Rp 700 555,556/KK. Jumlah proporsi masyarakat yang mengalami

kehilangan pendapatan adalah sebesar 34,951% dari total populasi 1022 KK

sehingga didapatkan 357 KK. Total pendapatan yang hilang akibat banjir selama

tahun 2015 adalah sebesar Rp 250 241 165,049.

Page 65: ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN PENGURANGAN DAMPAK BANJIR · 2017-05-31 · 2.2 Konsep Penilaian Kerusakan Sumberdaya Alam dan Lingkungan ... 6 Data bencana

51

6.2.2.3 Biaya Tambahan

Biaya tambahan yang dihitung berupa ongkos menggunakan perahu kayu

untuk melakukan aktivitas, biaya menyewa rumah selama banjir, dan biaya

pembelian air bersih untuk minum dan memasak (lihat di Lampiran 8). Perahu

kayu merupakan alat transportasi masyarakat yang digunakan untuk keluar rumah

menuju jalan raya. Biaya ongkos perahu berbeda sesuai harga yang diterapkan

oleh masing-masing pemilik perahu. Perhitungan total biaya tambahan dapat

dilihat pada Tabel 23.

Tabel 23 Total biaya tambahan Deskripsi Jumlah

Jumlah biaya tambahan (Rp)

Jumlah responden (KK)

Rata-rata pendapatan yang hilang (Rp/KK)

Jumlah proporsi yang mengalami kehilangan pendapatan (KK)

5 305 000,000

54

98 240,741

536

Total pendapatan yang hilang (Rp) 52 637 961,165

Sumber: Data primer diolah (2016)

Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 23, total responden yang

mengeluarkan biaya tambahan adalah sebanyak 54 KK sehingga didapatkan

jumlah biaya tambahan sebesar Rp 5 305 000,000. Rata-rata biaya tambahan

diperoleh sebesar Rp 98 240,741/KK. Jumlah proporsi masyarakat yang

mengeluarkan biaya tambahan adalah sebesar 52,427% sehingga didapat 536 KK

dari total populasi 1022 KK. Total biaya tambahan yang dikeluarkan akibat banjir

selama tahun 2015 adalah sebesar Rp 52 637 961,165.

6.2.2.4 Total Kerugian Tidak Langsung yang Dialami Masyarakat

Berdasarkan perhitungan biaya pengobatan dan pendapatan yang hilang,

dan biaya tambahan, total kerugian ekonomi tidak langsung yang dialami

masyarakat akibat banjir selama tahun 2015 adalah sebesar Rp 326 791 941,748.

Perhitungan total kerugian langsung dapat dilihat pada Tabel 24.

Tabel 24 Total kerugian tidak langsung yang dialami masyarakat No Deskripsi Jumlah (Rp)

1.

2.

3.

Total biaya pengobatan

Total pendapatan yang hilang

Total biaya tambahan

23 912 815,534

250 241 165,049

52 637 961,165

Total kerugian ekonomi tidak langsung yang dialami masyarakat 326 791 941,748

Sumber: Data primer diolah (2016)

Tabel 24 menunjukkan bahwa total pendapatan masyarakat yang hilang

memiliki nilai yang paling besar diantara biaya pengobatan dan biaya tambahan.

Banjir dengan ketinggian hampir tiga meter dan terjadi secara terus menerus

Page 66: ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN PENGURANGAN DAMPAK BANJIR · 2017-05-31 · 2.2 Konsep Penilaian Kerusakan Sumberdaya Alam dan Lingkungan ... 6 Data bencana

52

selama tahun 2015 memutus akses keluar jalan masyarakat. Masyarakat

mengalami kesulitan untuk bekerja yang sebagian besar bekerja sebagai

wirausaha. Rumah yang digenangi banjir menghambat proses pembuatan dan

penjualan barang dagangan sehingga masyarakat memilih untuk tidak bekerja.

Pemenuhan kebutuhan sehari-hari selama banjir didapat dari bantuan sosial dari

dinas-dinas tertentu dan para relawan.

6.2.3 Total Kerugian Ekonomi Masyarakat

Total kerugian ekonomi masyarakat akibat banjir selama tahun 2015 adalah

sebesar Rp 1 282 906 077,421. Berdasarkan hasil penelitian terhadap 103 KK dari

total populasi 1022 KK di RW 09 dan RW 13 Kelurahan Andir yang terkena

dampak banjir akibat luapan Sungai Citarum, kerugian terbesar yang diderita

masyarakat adalah biaya kehilangan peralatan rumah tangga yaitu sebesar Rp 642

072 388,060 atau sebesar 50,048% dari total nilai kerugian secara keseluruhan.

Perhitungan total nilai kerugian masyarakat akibat banjir selama tahun 2015 dapat

dilihat pada Tabel 25.

Tabel 25 Total nilai kerugian ekonomi masyarakat Tahun 2015

No. Jenis Kerugian Nilai Kerugian

(Rp)

Persentase

(%)

1.

2.

Kerugian langsung

a. Biaya perbaikan bangunan rumah

b. Biaya perbaikan peralatan rumah tangga

c. Biaya kehilangan peralatan rumah tangga

Kerugian tidak langsung

a. Biaya pengobatan

b. Pendapatan yang hilang karena tidak bekerja

c. Biaya tambahan

253 019 417,476

61 022 330,097

642 072 388,060

23 912 815,534

250 241 165,049

52 637 961,165

19,722

4,757

50,048

1,864

19,506

4,103

Total nilai kerugian ekonomi masyarakat Tahun 2015 1 282 906 077,421 100,000

Sumber: Data primer diolah (2016)

Tabel 25 menunjukkan bahwa masyarakat mengalami kerugian secara

ekonomi akibat banjir selama tahun 2015. Sampai tahun 2016 banjir masih terus

terjadi dan kerugian yang ditanggung oleh masyarakat diduga akan bertambah.

Berdasarkan hasil wawancara, masyarakat tetap bertahan tinggal di lokasi rawan

banjir karena beberapa pertimbangan. Pertimbangan pertama yaitu kondisi

ekonomi masyarakat yang rendah sehingga tidak memiliki biaya untuk pindah ke

tempat lain untuk menghindari banjir. Total pendapatan rumah tangga berada pada

rentang Rp 1 500 000-Rp 2 500 000 tidak cukup untuk membeli rumah lain.

Pertimbangan kedua yaitu kekhawatiran masyarakat untuk menjual rumahnya

Page 67: ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN PENGURANGAN DAMPAK BANJIR · 2017-05-31 · 2.2 Konsep Penilaian Kerusakan Sumberdaya Alam dan Lingkungan ... 6 Data bencana

53

karena akan menerima harga yang rendah. Masyarakat memilih untuk tetap

tinggal walaupun harus terkena banjir setiap tahunnya. Pertimbangan ketiga yaitu

modal sosial yang terjalin sangat baik membuat masyarakat merasa nyaman.

Sebagian besar masyarakat tinggal berdekatan dengan rumah orang tua ataupun

saudaranya. Selain itu hubungan antar tetangga yang baik membuat masyarakat

enggan untuk pindah ke tempat lain dan lebih memilih untuk tetap tinggal.

Asset rumah masyarakat rata-rata memiliki luas 85,961 meter dan telah ada

selama 31-40 tahun menjadi alasan utama masyarakat untuk tetap bertahan.

Kerugian ekonomi yang dialami oleh masyarakat sebesar Rp 1 282 906 077,421

per tahun atau sekitar Rp 1 255 289,704/KK setiap tahunnya dianggap tidak

merugikan masyarakat karena mempertahankan asset rumah dan lahan jauh lebih

penting.

6.3 Rekomendasi Alternatif Kebijakan untuk Mengurangi Dampak Banjir

Banjir luapan Sungai Citarum yang terjadi setiap tahun di pemukiman

Kelurahan Andir menimbulkan kerugian ekonomi bagi masyarakat. Beberapa

program sedang dilakukan oleh Balai Besar Wilayah Sungai Citarum untuk

mengendalikan banjir di Kabupaten Bandung. Pada sub-bab ini mengkaji program

yang dapat dijadikan sebagai alternatif kebijakan untuk mengurangi dampak

banjir. Identifikasi mengenai alternatif kebijakan menggunakan model kebijakan

Technique for Order Preference by Similarity to Ideal Solution (TOPSIS).

Penentuan kebijakan TOPSIS dilakukan berdasarkan hasil wawancara dengan

para pakar ahli yang kemudian dijadikan rekomendasi untuk memprioritaskan

kebijakan untuk mengurangi dampak banjir luapan Sungai Citarum. Para pakar

ahli yang diwawancara sebanyak 16 stakeholders yang terdiri dari 5 stakeholders

Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citarum, 3 stakeholders Badan

Pengendalian Lingkungan Hidup (BPLHD) Kabupaten Bandung, 4 stakeholders

Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Bandung, 3

stakeholders Dinas Sumberdaya Air Pertambangan Energi (SDAPE) Kabupaten

Bandung, dan Lurah Kelurahan Andir.

Alternatif kebijakan yang dipilih adalah program yang dilaksanakan untuk

mengurangi dampak banjir. Pengurangan dampak banjir dinilai berdasarkan

Page 68: ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN PENGURANGAN DAMPAK BANJIR · 2017-05-31 · 2.2 Konsep Penilaian Kerusakan Sumberdaya Alam dan Lingkungan ... 6 Data bencana

54

pengurangan tinggi banjir, durasi banjir, dan luasan genangan banjir. Berdasarkan

wawancara dengan pihak BBWS Citarum, terdapat tiga alternatif kebijakan yang

akan disusun dalam perancangan analisis TOPSIS. Alternatif kebijakan

berdasarkan program yang dilakukan oleh BBWS Citarum adalah mengurangi

dampak banjir dengan menangani masalah di Sungai Citarum. Alternatif-alternatif

kebijakan tersebut adalah:

1. Pembuatan kolam retensi Cieunteung

Kolam retensi Cieunteung merupakan suatu polder yang dibangun untuk

menampung air Sungai Cigado yang masuk ke Sungai Citarum. Tujuan

program ini adalah mengurangi debit Sungai Cigado yang masuk ke Sungai

Citarum sehingga dapat menurunkan muka air banjir di Kelurahan Andir.

Lokasi pembuatan kolam adalah di Kampung Cieunteung, Kelurahan

Baleendah, Kecamatan Baleendah dengan total area 8,7 Ha. Pelaksanaan

kolam retensi ini dimulai tahun 2015 dan ditargetkan akan selesai pada

tahun 2018.

2. Pembuatan floodway Cisangkuy

Floodway Cisangkuy merupakan sodetan yang dilakukan untuk

mengurangi debit air Sungai Cisangkuy. Aliran Sungai Cisangkuy dibuat

menjadi dua yang disebut dengan Sungai Ciranjeng. Tujuan program ini

adalah untuk mengurangi debit banjir di Sungai Cisangkuy dari Q=250

m³/detik menjadi Q=86 m³/detik. Pelaksanaan program floodway

Cisangkuy dimulai tahun 2015 dan ditargetkan akan selesai pada tahun

2019.

3. Pembangunan Check Dam di DAS Citarum Hulu

Kemiringan DAS Citarum Hulu yang cukup tajam dimanfaatkan

masyarakat sekitar sebagai area persawahan dan perkebunan. Aktivitas

tersebut menimbulkan erosi dan sedimentasi di Sungai Citarum. Check

dam atau bangunan pengendali erosi dibuat sebanyak 266 buah yang

tersebar di beberapa lokasi di kawasan hulu untuk mengontrol masalah

erosi dan sedimentasi yang menyebabkan banjir. Pelaksanaan check dam

dimulai tahun 2014 dan ditargetkan selesai pada tahun 2016.

Page 69: ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN PENGURANGAN DAMPAK BANJIR · 2017-05-31 · 2.2 Konsep Penilaian Kerusakan Sumberdaya Alam dan Lingkungan ... 6 Data bencana

55

Secara garis besar, prosedur perhitungan menggunakan metode TOPSIS

adalah sebagai berikut:

1. Menentukan atribut yang akan digunakan sebagai parameter penilaian.

Atribut berfungsi sebagai indikator penting dari sebuah kebijakan. Pada

analisis TOPSIS ini, terdapat tiga atribut yang menjadi dasar pengambilan

kebijakan dalam mengurangi dampak banjir. Masing-masing atribut

kebijakan adalah:

a. Biaya. Biaya merupakan hal penting dalam pembuatan suatu

kebijakan. Program-program pengurangan dampak banjir

membutuhkan biaya yang besar karena menyangkut kepentingan

banyak pihak. Selain itu, biaya juga dapat memudahkan atau

menghambat pelaksanaan program.

b. Manfaat. Kebijakan-kebijakan yang akan dipilih perlu dianalisis

berdasarkan manfaat yang akan didapatkan setelah proyek selesai.

Manfaat yang dihasilkan perlu sesuai dengan kebutuhan, dalam hal ini

kebijakan harus mampu mengurangi dampak banjir dilihat dari

berkurangnya durasi banjir, ketinggian banjir, dan luas genangan

banjir.

c. Waktu pelaksanaan. Waktu pembuatan kebijakan untuk mengurangi

dampak banjir menjadi penting. Semakin cepat waktu penyelesaian

maka akan semakin efektif kebijakan untuk dilaksanakan.

2. Melakukan perhitungan nilai relatif bobot atribut

Atribut manfaat mendapat nilai bobot tertinggi yaitu 0,531. Atribut

manfaat memiliki peranan yang paling penting karena kebijakan yang

dilaksanakan harus mampu memberikan hasil yang nyata untuk

mengurangi dampak banjir. Perbedaan nilai bobot atribut dapat dilihat

pada Tabel 26.

Tabel 26 Nilai bobot atribut No. Atribut Nilai bobot

1.

2.

3.

Biaya

Manfaat

Waktu pelaksanaan

0,253

0,531

0,216

Total 1,000

Sumber: Data primer diolah (2016)

Page 70: ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN PENGURANGAN DAMPAK BANJIR · 2017-05-31 · 2.2 Konsep Penilaian Kerusakan Sumberdaya Alam dan Lingkungan ... 6 Data bencana

56

Tabel 26 menunjukkan bahwa atribut biaya dan waktu pelaksanaan

memiliki bobot yang lebih rendah dibanding manfaat. Berdasarkan hasil

wawancara, biaya yang dibutuhkan untuk membuat kebijakan telah disediakan

oleh dana APBN dan APBD sehingga pertimbangan biaya tidak menjadi masalah

utama dalam pelaksanaan kebijakan. Atribut waktu pelaksanaan tidak menjadi

permasalahan untuk pembuatan kebijakan karena timeline pada masing-masing

kebijakan telah dirancang sesuai dengan waktu optimal pelaksanaan.

3. Melakukan perhitungan nilai preferensi dari setiap alternatif.

Nilai preferensi setiap alternatif dihasilkan dari beberapa langkah

perhitungan TOPSIS yang melibatkan solusi ideal positif dan negatif (lihat

di Lampiran 9). Nilai preferensi alternatif dapat dilihat pada Tabel 27.

Tabel 27 Nilai preferensi No. Alternatif Total Nilai Urutan prioritas

1.

2.

3.

Pembuatan check dam di DAS Citarum Hulu

Pembuatan kolam retensi Cieunteung

Pembuatan floodway Cisangkuy

1,000

0,432

0,350

1

2

3

Sumber: Data primer diolah (2016)

Berdasarkan hasil pada Tabel 27, alternatif kebijakan yang paling tepat

untuk mengurangi dampak banjir di Kelurahan Andir adalah pembuatan check

dam di DAS Citarum Hulu. Menurut Susilowati dan Pratama (2014), check dam

yang dibuat di hulu sungai merupakan bangunan pengendali sedimentasi dan

berdampak untuk mengurangi kapasitas banjir. Check dam dibangun dengan

posisi melintang di bagian hulu sungai yang mempunyai tebing tinggi sehingga

mempunyai daya tampung material yang besar. Sedimentasi yang tertahan dengan

adanya check dam dapat mengurangi kecepatan banjir karena sungai menjadi

lebih landai.

Jumlah Check dam yang akan dibangun di DAS Citarum Hulu adalah

sebanyak 266 unit namun sampai saat ini pembangunan baru dilakukan sebanyak

144 unit di 7 lokasi. Penyebab terhentinya pembangunan adalah belum

ditemukannya tempat-tempat yang sesuai dengan syarat berdirinya check dam.

Check dam dianggap sebagai alternatif kebijakan pertama karena proses

pembuatannya yang memperhatikan lingkungan serta tidak berdampak negatif

terhadap kelangsungan hidup masyarakat. Biaya yang dibutuhkan adalah biaya

terkecil diantara dua alternatif kebijakan lainnya serta waktu pelaksanaan yang

Page 71: ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN PENGURANGAN DAMPAK BANJIR · 2017-05-31 · 2.2 Konsep Penilaian Kerusakan Sumberdaya Alam dan Lingkungan ... 6 Data bencana

57

singkat yaitu dua tahun. Menurut BPLHD Kabupaten Bandung, check dam adalah

langkah utama untuk mengurangi dampak banjir mengingat kerusakan di DAS

Citarum Hulu merupakan penyebab utama terjadinya banjir.

Alternatif kebijakan kedua yaitu pembuatan kolam retensi Cieunteung.

Pembuatan kolam retensi dianggap bukan merupakan alternatif kebijakan yang

paling tepat karena beberapa hal. Lokasi yang akan dijadikan kolam merupakan

pemukiman masyarakat sehingga dapat menimbulkan pertentangan. Proses

normalisasi yang terjadi menghadapi kendala antara lain sulitnya menentukan

harga ganti rugi lahan yang sesuai dan masyarakat yang tidak bersedia pindah.

Selain itu, sebagian lahan yang akan digunakan merupakan lahan milik PT KAI

dan mengalami kesulitan untuk melakukan negosiasi harga. Manfaat

pembangunan kolam retensi untuk mengurangi volume air Sungai Cigado yang

masuk ke Sungai Citarum dianggap tidak terlalu berpengaruh karena kapasitas

periode ulang banjir tahunan masih menggunakan periode lima tahunan (Q5).

Alternatif dengan urutan prioritas ketiga adalah pembuatan floodway

Cisangkuy. Alternatif ini dianggap tidak terlalu berperan untuk mengurangi

dampak banjir. Beberapa pendapat stakeholder menyatakan bahwa Sungai

Cisangkuy bukan satu-satunya sungai pengirim air ke Sungai Citarum. Sungai

Citarum merupakan daerah limpahan air dari beberapa anak sungai karena

posisinya yang rendah. Pembuatan floodway Cisangkuy dianggap tidak terlalu

mengurangi dampak banjir karena hanya memperlambat aliran air Sungai

Cisangkuy yang masuk ke Sungai Citarum karena harus melalui Sungai Ciranjeng

terlebih dahulu. Selain itu, proses normalisasi diduga akan membutuhkan waktu

yang sangat lama karena terdapat empat kecamatan yang dilintasi dalam

pembuatan floodway. Pembuatan floodway telah dilakukan di beberapa anak

Sungai Citarum dengan tujuan mengurangi dampak banjir namun belum

memberikan dampak yang nyata.

Hasil analisis TOPSIS menunjukkan check dam sebagai alternatif

kebijakan terbaik untuk mengurangi dampak banjir sejalan dengan atribut yang

diberikan. Atribut pertama yaitu biaya yang memiliki niai terkecil dibanding dua

kebijakan lainnya dianggap dapat mempermudah proses pengerjaan. Atribut

kedua yaitu manfaat yang sesuai sebagai pengendali erosi dan sedimentasi yang

Page 72: ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN PENGURANGAN DAMPAK BANJIR · 2017-05-31 · 2.2 Konsep Penilaian Kerusakan Sumberdaya Alam dan Lingkungan ... 6 Data bencana

58

merupakan penyebab utama terjadinya banjir. Atribut ketiga yaitu waktu

pelaksanaan yang hanya membutuhkan waktu dua tahun dinilai efisien untuk

proses pembuatan check dam.

Berdasarkan konsep pembangunan berkelanjutan yang menerapkan tiga

unsur utama yaitu ekonomi, ekologi, dan sosial, pembuatan check dam merupakan

alternatif kebijakan paling tepat. Pertama, check dam tidak membutuhkan biaya

yang besar yang sehingga tidak memboroskan dana APBN dan APBD yang

tersedia. Pembuatan check dam dibangun di badan sungai sehingga biaya

normalisasi yang dibutuhkan tidak terlalu besar. Kedua, check dam tidak merusak

ekosistem lingkungan sekitar dan menjaga stabilitas badan sungai. Pembuatan

check dam di DAS Citarum Hulu dibuat dalam unit-unit yang kecil sehingga tidak

memerlukan alat berat yang dapat merusak lingkungan. Ketiga, check dam tidak

memberikan dampak negatif secara sosial terutama kepada masyarakat. Proses

pembuatan tidak memerlukan kegiatan normalisasi berupa pelebaran sungai yang

biasanya membutuhkan lahan masyarakat dan dapat memicu terjadinya

pertentangan.

6.3.1 Analisis Sensitivitas

Permasalahan utama dalam penggunaan teknik multi criteria decision

making (MCDM) adalah sulitnya menentukan nilai bobot pada kriteria.

Pengambilan keputusan dalam MCDM terkadang hanya melibatkan pengalaman

serta insting stakeholder sehingga berdampak pada hasil keputusan yang kurang

tepat. MCDM selalu melibatkan lebih dari satu kriteria yang saling menimbulkan

trade off keputusan dimana tingkat kepuasan dari suatu kriteria berakibat pada

penurunan kepuasan kriteria lainnya (Iksan 2006). Sensitivitas suatu keputusan

terhadap perubahan faktor atau parameter yang mempengaruhinya dapat diketahui

dengan menggunakan analisis sensitivitas. Analisis sensitivitas akan memberikan

gambaran sejauh mana keputusan akan konsisten meskipun terjadi perubahan

faktor-faktor atau parameter-parameter yang mempengaruhinya.

Analisis senstivitas yang digunakan dalam metode TOPSIS pada penelitian

ini adalah dengan menggunakan bobot baseline pada masing-masing atribut yaitu

sebesar 0,333. Penentuan nilai bobot 0,333 merupakan asumsi bahwa masing-

masing atribut memiliki kepentingan yang sama, terlepas dari penilaian yang

Page 73: ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN PENGURANGAN DAMPAK BANJIR · 2017-05-31 · 2.2 Konsep Penilaian Kerusakan Sumberdaya Alam dan Lingkungan ... 6 Data bencana

59

0

0.2

0.4

0.6

0.8

1

1.2

Kolam retensi Floodway Check dam

To

tal

nil

ai (

V)

Alternatif kebijakan

bobot stakeholder

bobot baseline

diberikan oleh stakeholder. Penggunaan bobot baseline menghasilkan perbedaan

total nilai ketiga alternatif kebijakan yang dapat dilihat pada Gambar 11.

Gambar 11 Perbedaan nilai total alternatif kebijakan

Sumber: Data primer diolah (2016)

Gambar 11 menunjukkan bahwa terjadi perubahan total nilai pada ketiga

alternatif kebijakan setelah menggunakan bobot atribut baseline. Total nilai

kebijakan pembuatan kolam retensi Cieunteung berubah dari 0,432 menjadi 0,447

atau dengan selisih nilai 0,015. Total nilai kebijakan pembuatan floodway

Cisangkuy berubah dari 0,352 menjadi 0,342 atau dengan selisih nilai 0,008. Total

nilai kebijakan kebijakan pembuatan check dam konstan yaitu 1,000 sehingga

tidak mengalami perubahan.

Menurut Iksan (2006), suatu solusi dikatakan sangat sensitif terhadap

parameter apabila terjadi perubahan yang cukup berarti terhadap tingkat

pencapaian objektif (solusi efisien) sedangkan objektif dikatakan insensitif

terhadap parameter apabila berlaku sebaliknya. Pada penelitian ini, analisis

sensitivitas dilihat dari selisih nilai total kebijakan dengan menggunakan bobot

atribut stakeholder dan bobot atribut baseline. Sesuai dengan hasil perhitungan

pada Gambar 8, alternatif kebijakan yang paling sensitif yaitu kolam retensi

Cieunteung dengan selisih nilai terbesar yaitu 0,015 yang berarti perubahan pada

bobot atribut menghasilkan perubahan terbesar pada total nilai kebijakan.

Alternatif kebijakan pembuatan kolam retensi Cieunteung merupakan

kebijakan yang paling sensitif dan sesuai dengan kondisi di lapang. Hasil

wawancara menunjukkan bahwa sebagian besar stakeholder memilih kebijakan

kolam retensi Cieunteung. Kolam retensi Cieunteung dipilah karena merupakan

Page 74: ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN PENGURANGAN DAMPAK BANJIR · 2017-05-31 · 2.2 Konsep Penilaian Kerusakan Sumberdaya Alam dan Lingkungan ... 6 Data bencana

60

proyek besar yang dinilai dapat memberikan dampak yang cepat terhadap

pengurangan debit air banjir di Kelurahan Andir. Faktor kedua yaitu rencana

pemanfaatan kolam retensi sebagai tempat wisata air yang digunakan pada musim

kemarau.

Page 75: ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN PENGURANGAN DAMPAK BANJIR · 2017-05-31 · 2.2 Konsep Penilaian Kerusakan Sumberdaya Alam dan Lingkungan ... 6 Data bencana

VII SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, diperoleh kesimpulan

sebagai berikut:

1. Mayoritas responden mengalami banjir dengan ketinggian dua sampai tiga

meter pada bulan Februari dan Maret, kurang dari satu meter pada bulan

April, dan berkisar antara setengah sampai satu meter pada bulan

November dan Desember. Selain itu, responden menyatakan nyaman

tinggal di lokasi rawan banjir, pendangkalan Sungai Citarum adalah

penyebab banjir, banjir tidak mengganggu aktivitas ekonomi, dan

lingkungan cukup bersih setelah banjir.

2. Total nilai kerugian ekonomi masyarakat akibat banjir luapan Sungai

Citarum selama Tahun 2015 adalah sebesar Rp 1 282 906 077,421. Nilai

yang diperoleh merupakan penjumlahan dari total nilai kerugian langsung

sebesar Rp 956 114 135,673 dan total nilai kerugian tidak langsung sebesar

Rp 326 791 941,748. Persentase kerugian terbesar terdapat pada biaya

kehilangan peralatan rumah tangga yaitu sebesar 50,048% dari total nilai

kerugian secara keseluruhan.

3. Hasil analisis metode Technique for Order Preference by Similarity to

Ideal Solution (TOPSIS) menunjukkan bahwa alternatif kebijakan prioritas

pertama untuk mengurangi dampak banjir di Kelurahan Andir adalah

pembuatan check dam di DAS Citarum Hulu dengan beberapa

pertimbangan, yaitu biaya yang rendah, proses pembuatan yang tidak

merusak lingkungan, dan waktu pelaksanaan yang singkat. Analisis

sensitivas dengan menggunakan bobot atribut baseline yaitu masing-

masing sebesar 0,333 menunjukkan bahwa pembuatan kolam retensi

Cieunteung adalah kebijakan yang paling sensitif.

7.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, adapun saran-saran yang

diberikan peneliti adalah sebagai berikut:

1. Pihak BBWS Citarum bekerjasama dengan dinas terkait diharapkan segera

menyelesaikan program-program untuk mengurangi dampak banjir di

Page 76: ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN PENGURANGAN DAMPAK BANJIR · 2017-05-31 · 2.2 Konsep Penilaian Kerusakan Sumberdaya Alam dan Lingkungan ... 6 Data bencana

62

Kecamatan Baleendah khususnya di Kelurahan Andir. Mengingat banjir

adalah masalah yang kompleks maka diperlukan adanya penanganan yang

sinerji antara pihak-pihak yang terlibat.

2. Pihak pemilik industri maupun pabrik yang beroperasi di sepanjang DAS

Citarum agar mengelola limbah menggunakan IPAL terpadu untuk

menghindari adanya pembuangan limbah secara langsung ke badan sungai.

Limbah yang tidak diolah membuat sungai menjadi sangat kotor dan

tercemar.

3. Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengestimasi nilai ganti rugi

yang diterima masyarakat akibat normalisai Kampung Cieunteung dan

empat kecamatan yang akan dijadikan lokasi pembuatan kolam retensi dan

floodway Cisangkuy. Penelitian perlu dilakukan mengingat proses ganti

rugi merupakan kendala utama terhambatnya proses pelaksanaan

kebijakan.

Page 77: ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN PENGURANGAN DAMPAK BANJIR · 2017-05-31 · 2.2 Konsep Penilaian Kerusakan Sumberdaya Alam dan Lingkungan ... 6 Data bencana

DAFTAR PUSTAKA

[BBWSC] Balai Besar Wilayah Sungai Citarum. 2015. Curah Hujan Harian.

Bandung (ID): Balai Besar Wilayah Sungai Citarum.

[BBWSC] Balai Besar Wilayah Sungai Citarum. 2015. Kegiatan MYC BBWS

Citarum TA 2015-2019. Bandung (ID): Balai Besar Wilayah Sungai

Citarum.

[BBWSC] Balai Besar Wilayah Sungai Citarum. 2015. Perencanaan Pengadaan

Tanah Pembangunan Kolam Retensi Cieunteung. Bandung (ID): Balai

Besar Wilayah Sungai Citarum.

[BBWSC] Balai Besar Wilayah Sungai Citarum. 2016. Kegiatan Penanganan

Banjir di Citarum Hulu. Bandung (ID): Balai Besar Wilayah Sungai

Citarum.

[BNPB] Badan Nasional Penanggulangan Bencana. 2016. Data Kejadian Bencana

Banjir [internet]. [diunduh 20 Juni 2016]. Tersedia pada: http://www.

http://geospasial.bnpb.go.id/pantauanbencana/data/databanjir.php

[BPBD] Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Bandung. 2010. Peta

Potensi Rawan Bencana Banjir Kelurahan Andir Kecamatan Baleendah.

Kabupaten Bandung (ID). Badan Penanggulangan Bencana Daerah

Kabupaten Bandung.

[BPLH] Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Kabupaten Bandung. 2014.

Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Bandung. Kabupaten

Bandung (ID): Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Kabupaten

Bandung.

Bronto S, Hartono U. 2006. Potensi Sumber Daya Geologi di Daerah Cekungan

Bandung dan Sekitarnya. Jurnal Geologi Indonesia. Vol. 1 No. 1 2006: 9-

18.

Dhewanthi et al. 2007. Panduan Valuasi Ekonomi Sumberdaya Alam dan

Lingkungan. Jakarta (ID): KLH.

Fauzi A. 2014. Valuasi Ekonomi dan Penilaian Kerusakan Sumber daya Alam

dan Lingkungan. Bogor (ID): IPB Press.

Halounova L, Holubec V. 2014. Assessment of Flood with regards to Land Cover

Changes. Procedia Economic and Finance 18 page 940-947.

Page 78: ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN PENGURANGAN DAMPAK BANJIR · 2017-05-31 · 2.2 Konsep Penilaian Kerusakan Sumberdaya Alam dan Lingkungan ... 6 Data bencana

64

Hamdani. 2013. Analisis Wilayah Rawan Banjir dan Genangan DAS Citarum

Hulu berdasarkan Aplikasi Model Hidrodinamik dan Sistem Informasi

Geografis [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Hanley N, Spash CL. 1993. Cost-Benefit Analysis and Environmental. England

(UK): Edward Elgar Publishing Limited.

Harliani F. 2014. Persepsi Masyarakat Kampung Cieunteung, Kabupaten

Bandung tentang Rencana Relokasi akibat Bencana Banjir. Jurnal

Perencanaan Wilayah dan Kota. Vol. 25 No. 1 hlm. 38-58.

Iksan. 2006. Menerapkan Model Multicriteria Decision Making (MCDM) dalam

Penentuan Optimasi Kebijakan Supply Chain. Jurnal Sistem Teknik

Industri Volume 7, No. 1.

Kelurahan Andir. 2015. Profil Kelurahan Semester II. Kabupaten Bandung (ID):

Kelurahan Andir.

Kelurahan Andir. 2016. Rekapitulasi Penduduk Kelurahan Andir. Kabupaten

Bandung (ID): Kelurahan Andir.

Kodoatie RJ. 2013. Rekayasa dan Manajemen Banjir Kota. Yogyakarta (ID). CV

Andi Offset.

Kodoatie RJ, Sugiyanto. 2002. Banjir: Beberapa Penyebab dan Metode

Pengendaliannya dalam Perspektif Lingkungan. Yogyakarta (ID): Pustaka

Pelajar.

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan. 2007. Buletin teknis standar akuntansi

pemerintahan nomor 5: akuntansi penyusutan. Jakarta (ID): KSAP.

Kurniasih D. 2013. Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Laptop dengan

Metode TOPSIS. Jurnal ISSN:Pelita Informatika Budi Darma 2301-9425

Volume III Nomor:2.

Kusumadewi et al. 2006. Fuzzy Multi Attribute Decision Making (Fuzzy MADM).

Yogyakarta: Graha Ilmu.

Leach K. 2015. Impact of Flooding and Flood Risk on Community Economic

Resilience in the Upper Calder Valley. Digbeth. Localise West Midlands.

Maulida D. 2013. Estimasi Kerugian Ekonomi akibat Banjir Sungai Pessangrahan

di Pemukiman Kedoya Selatan Jakarta Barat [skripsi]. Bogor (ID): Institut

Pertanian Bogor.

Page 79: ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN PENGURANGAN DAMPAK BANJIR · 2017-05-31 · 2.2 Konsep Penilaian Kerusakan Sumberdaya Alam dan Lingkungan ... 6 Data bencana

65

Narulita I, Rahmat A, Maria R. 2008. Aplikasi Sistem Informasi Geografi untuk

Menentukan Daerah Prioritas Rehabilitasi di Cekungan Bandung. Jurnal

Riset Geologi dan Pertambangan. Jilid 18 No.1 (2008) 23-25.

Nazir M. 2003. Metode Penelitian. Jakarta (ID): Ghalia Indonesia.

Novita R, Kadir H, Eriyanti. 2014. Nilai Kerugian Masyarakat akibat Banjir di

Kecamatan Pujud Kabupaten Rokan Hilir. Jurnal JOM FEKON Vol. 1 No.

2.

Sanim B. 2011. Sumberdaya Air dan Kesejahteraan Publik. Bogor (ID): IPB

Press.

Satrio, S Paston, Sum LC, Syafalni S. 2012. Groundwater Dynamic and Its

Interrelationship with River water of Bandung Basin using Environmental

Isotopes. Modern Applied Sciene: Vol. 6 No. 11.

Sechermerhorn J. 2010. Organizational Behavior. United States: Willey.

Srihuzaimah. 2011. Kerugian Fisik dan Nonfisik Rumah Tangga Pesisir akibat

Banjir Pasang di Kelurahan Kamal Muara, Penjaringan Jakarta Utara

[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatid dan R&D. Bandung

(ID): Alfabeta.

Suparmoko M, Ratnaningsih M. 2011. Ekonomika Lingkungan. Yogyakarta (ID):

BPFE Yogyakarta.

Suparmoko M. 2006. Panduan Valuasi dan Analisis Valuasi Ekonomi.

Yogyakarta (ID): BPFE Yogyakarta.

Susilowati et al. 2014. Perancangan Check Dam Pramuka untuk Mengatasi

Sedimentasi di Banjir Kalan barat Kota Semarang. Jurnal Karya Teknik

Sipil Volume 3 Nomor 1.

Svetlana et al. 2015. The Economic Impact of Floods and their importance in

different Regions of the World with Emphasis on Europe. Procidea

Economics and Finance. 34 (2015) 649-655.

Tamaela W. 2014. Estimasi Nilai Kerugian Ekonomi akibat Banjir Sungai

Pesanggrahan pada Sektor Komersil (Studi Kasus Kelurahan Ulujami dan

Kelurahan Kebayoran Lama Utara, Jakarta Selatan) [skripsi]. Bogor (ID):

Institut Pertanian Bogor.

Warren CS, Reeve JM, Fess PE. 2004. Pengantar Akutansi. Farahmita A,

Amanugrahani, Hendrawan T, penerjemah; Wuriati P, editor. Jakarta (ID):

Salemba Empat.

Page 80: ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN PENGURANGAN DAMPAK BANJIR · 2017-05-31 · 2.2 Konsep Penilaian Kerusakan Sumberdaya Alam dan Lingkungan ... 6 Data bencana

66

[WHO] World Health Organization. 2009. Who Guide to Identifying the

Economic Consequences of Disease and injury. Geneva, Switzerland:

World Health Organization.

Wilkinson N, Klaes M. 2012. An Introduction to Behavioral Economics. London:

Palgrave Macmillan.

[WEF] World Economic Forum. 2011. The Global Economic Burden of Non-

Communicable Disease. Geneva, Switzerland: Harvard.

Wibowo M. 2002. Analisis Peraturan Perundangan tentang Daerah Resapan Air di

DAS Citarum Hulu. Jurnal 144 Teknologi Lingkungan, Vol. 3, No. 2, Mei

2002: 144-152.

Zaman M. 2012. Impact of recent Flood on the Economic of Small Business at

Rockhampton. Procidea-Social and Behavioral Science 65 (2012) 116-126.

Page 81: ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN PENGURANGAN DAMPAK BANJIR · 2017-05-31 · 2.2 Konsep Penilaian Kerusakan Sumberdaya Alam dan Lingkungan ... 6 Data bencana

LAMPIRAN

Page 82: ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN PENGURANGAN DAMPAK BANJIR · 2017-05-31 · 2.2 Konsep Penilaian Kerusakan Sumberdaya Alam dan Lingkungan ... 6 Data bencana

68

Lampiran 1 Peta lokasi penelitian

Sumber: Kantor Kelurahan Andir, Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung

Page 83: ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN PENGURANGAN DAMPAK BANJIR · 2017-05-31 · 2.2 Konsep Penilaian Kerusakan Sumberdaya Alam dan Lingkungan ... 6 Data bencana

69

Lampiran 2 Peta Cekungan Bandung

Sumber: Narulita et al. (2008)

Page 84: ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN PENGURANGAN DAMPAK BANJIR · 2017-05-31 · 2.2 Konsep Penilaian Kerusakan Sumberdaya Alam dan Lingkungan ... 6 Data bencana

70

Lampiran 3 Biaya perbaikan bangunan rumah Nomor

responden Komponen rumah Biaya (Rp) Total biaya (Rp)

1 (tidak ada)

2 (tidak ada)

3 cat tembok 500000 500000

4 Kusen rumah 350000 350000

5 (tidak ada)

6 (tidak ada)

7 pintu 250000 250000

8 (tidak ada)

9 pintu 200000 200000

10 (tidak ada)

11 (tidak ada)

12 Tembok 1300000 1300000

13 Pintu 400000 400000

14 (tidak ada)

15 (tidak ada)

16 Pintu 100000 100000

17 (tidak ada)

18 Pintu rumah 500000

1000000 Pintu warung 500000

19 Tembok 300000 300000

20 (tidak ada)

21 (tidak ada)

22 Pintu rumah 600000 600000

23 Pintu dapur 100000 100000

24 (tidak ada)

25 Pintu rumah 200000 200000

26 Tembok 1500000 1500000

27 Kusen rumah 200000 200000

28 Kusen rumah 1000000

1500000 Pintu kamar 500000

29 Kusen rumah 400000

30 (tidak ada)

31 (tidak ada)

32 Pintu rumah 500000

700000 Tembok 200000

33 (tidak ada)

34 Cat rumah 2000000 2000000

35 Tembok 500000

1000000 Pintu rumah 500000

36 (tidak ada)

Page 85: ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN PENGURANGAN DAMPAK BANJIR · 2017-05-31 · 2.2 Konsep Penilaian Kerusakan Sumberdaya Alam dan Lingkungan ... 6 Data bencana

71

37 Tembok 500000 500000

38 (tidak ada)

39 cat tembok 750000 750000

40 (tidak ada)

41 Kusen rumah 500000 500000

42 (tidak ada)

43 (tidak ada)

44 Kusen rumah 350000 350000

45 (tidak ada)

46 (tidak ada)

47 Kusen rumah 250000 250000

48 (tidak ada)

49 Pintu 200000 200000

50 (tidak ada)

51 cat tembok 650000 650000

52 Lantai 350000 350000

53 (tidak ada)

54 (tidak ada)

55 Kusen rumah 500000 500000

56 (tidak ada)

57 (tidak ada)

58 Pintu rumah 50000 50000

59 (tidak ada)

60 pintu rumah 200000 200000

61 (tidak ada)

62 Lantai 200000 200000

63 (tidak ada)

64 Kusen rumah 500000 500000

65 Pintu 300000 300000

66 Tembok 200000 200000

67 (tidak ada)

68 Pintu rumah 200000

450000 Kusen rumah 250000

69 (tidak ada)

70 (tidak ada)

71 Kusen rumah 200000

400000 pintu rumah 200000

72 (tidak ada)

73 Cat rumah 1000000 1000000

74 Kusen rumah 200000 200000

75 Tembok 300000 300000

76 (tidak ada)

77 lemari 250000 250000

Lampiran 3 Biaya perbaikan bangunan rumah (lanjutan)

Page 86: ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN PENGURANGAN DAMPAK BANJIR · 2017-05-31 · 2.2 Konsep Penilaian Kerusakan Sumberdaya Alam dan Lingkungan ... 6 Data bencana

72

78 (tidak ada)

79 pintu 50000 50000

80 pintu 350000 350000

81 Kusen rumah 200000 200000

82 Kusen rumah 300000

400000 pintu 100000

83 Kusen rumah 200000 200000

84 pintu warung 200000 200000

85 jendela 200000 200000

86 Kusen rumah 100000 100000

87 Pintu rumah 100000 100000

88 (tidak ada)

89 Kusen rumah 250000 250000

90 Kusen rumah 300000 300000

91 Pintu rumah 250000 250000

92 Tembok 300000

500000 tralis 200000

93 pintu 150000

94 (tidak ada)

95 (tidak ada)

96 (tidak ada)

97 pintu 200000 200000

98 Kusen rumah 100000 100000

99 (tidak ada)

100 Kusen rumah 100000 100000

101 Kusen rumah 200000 200000

102 Kusen rumah 500000

1500000 pintu 1000000

103 (tidak ada)

Biaya perbaikan bangunan rumah (Rp) 25 500 000,000

Jumlah responden (KK) 57

Rata-rata biaya perbaikan bangunan rumah (Rp/KK) 447 368,421

Jumlah proporsi yang mengeluarkan biaya perbaikan bangunan

rumah (KK) 566

Total biaya perbaikan bangunan rumah (Rp) 253 019 417,476

Lampiran 3 Biaya perbaikan bangunan rumah (lanjutan)

Page 87: ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN PENGURANGAN DAMPAK BANJIR · 2017-05-31 · 2.2 Konsep Penilaian Kerusakan Sumberdaya Alam dan Lingkungan ... 6 Data bencana

73

Lampiran 4 Biaya perbaikan peralatan rumah tangga

Nomor

responden Peralatan rumah tangga Biaya (Rp) Total biaya (Rp)

1 (tidak ada)

2 (tidak ada)

3 Televisi 200000 200000

4 (tidak ada)

5 (tidak ada)

6 (tidak ada)

7 Mesin jahit 1000000

1150000 Pompa air 150000

8 (tidak ada)

9 Kompor 100000 100000

10 (tidak ada)

11 (tidak ada)

12 (tidak ada)

13 (tidak ada)

14 Kulkas 250000 250000

15 (tidak ada)

16 (tidak ada)

17 (tidak ada)

18 (tidak ada)

19 (tidak ada)

20 (tidak ada)

21 (tidak ada)

22 (tidak ada)

23 (tidak ada)

24 Televisi 200000

500000 Kulkas 300000

25 Meja makan 100000 100000

26 (tidak ada)

27 (tidak ada)

28 (tidak ada)

29 (tidak ada)

30 (tidak ada)

31 (tidak ada)

32 (tidak ada)

33 kulkas 200000 200000

34 (tidak ada)

35 (tidak ada)

36 (tidak ada)

37 kompor 200000 200000

38 sanyo 300000 300000

Page 88: ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN PENGURANGAN DAMPAK BANJIR · 2017-05-31 · 2.2 Konsep Penilaian Kerusakan Sumberdaya Alam dan Lingkungan ... 6 Data bencana

74

39 (tidak ada)

40 (tidak ada)

41 Meja warung 150000

42 (tidak ada) 150000

43 (tidak ada)

44 (tidak ada)

45 Meja dapur 200000

46 (tidak ada) 200000

47 (tidak ada)

48 meja teras 100000

49 (tidak ada) 100000

50 (tidak ada)

51 kompor gas 150000

52 (tidak ada) 150000

53 (tidak ada)

54 (tidak ada)

55 (tidak ada)

56 (tidak ada)

57 (tidak ada)

58 (tidak ada)

59 pompa air 200000

60 (tidak ada) 200000

61 (tidak ada)

62 kulkas 300000

63 (tidak ada) 300000

64 (tidak ada)

65 (tidak ada)

66 televisi 250000

67 (tidak ada) 250000

68 (tidak ada)

69 (tidak ada)

70 (tidak ada)

71 (tidak ada)

72 (tidak ada)

73 televisi 200000

74 kompor 100000 200000

75 (tidak ada) 100000

76 (tidak ada)

77 (tidak ada)

78 sanyo 100000

79 (tidak ada)

80 (tidak ada)

81 (tidak ada)

Lampiran 4 Biaya perbaikan peralatan rumah tangga (lanjutan)

Page 89: ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN PENGURANGAN DAMPAK BANJIR · 2017-05-31 · 2.2 Konsep Penilaian Kerusakan Sumberdaya Alam dan Lingkungan ... 6 Data bencana

75

82 radio 100000 100000

83 dvd 100000

400000 kursi 300000

84 lemari 100000 100000

85 sanyo 150000 150000

86 (tidak ada)

87 lemari 150000 150000

88 (tidak ada)

89 (tidak ada)

90 (tidak ada)

91 kompor gas 100000 100000

92 (tidak ada)

93 (tidak ada)

94 (tidak ada)

95 dispener 150000 150000

96 (tidak ada)

97 (tidak ada)

98 kulkas 50000 50000

99 (tidak ada)

100 (tidak ada)

101 Mesin jahit 300000 300000

102 (tidak ada)

103 (tidak ada)

Biaya perbaikan peralatan rumah tangga (Rp) 6 150 000,000

Jumlah responden (KK) 27

Rata-rata biaya perbaikan peralatan rumah tangga (Rp/KK) 227 777,778

Jumlah proporsi yang mengeluarkan biaya perbaikan peralatan

rumah tangga (KK) 268

Total biaya perbaikan peralatan rumah tangga (Rp) 61 022 330,097

Lampiran 4 Biaya perbaikan peralatan rumah tangga (lanjutan)

Page 90: ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN PENGURANGAN DAMPAK BANJIR · 2017-05-31 · 2.2 Konsep Penilaian Kerusakan Sumberdaya Alam dan Lingkungan ... 6 Data bencana

Lampiran 5 Biaya kehilangan peralatan rumah tangga

Nomor

responden

Kerusakan

peralatan

RT

Harga Beli

(Rp)

Tahun beli

(t0)

Tahun

rusak (t1)

Umur pakai

(t1-t0)

Umur

ekonomis

(tahun)

Nilai penyusutan

(Rp/tahun)

Akumulasi

penyusutan

(Rp)

Biaya

kehilangan

(Rp)

Total

biaya

kehilangan

(Rp)

1 Rak 300000 2012 2015 3 5 60000 180000 120000

400000 Kursi 350000 2014 2015 1 5 70000 70000 280000

2 kursi 500000 2013 2015 2 5 100000 200000 300000 300000

3

kasur lantai 150000 2014 2015 1 2 75000 75000 75000

225000

kasur 500000 2011 2015 4 5 100000 400000 100000

karpet 100000 2014 2015 1 2 50000 50000 50000

4 kursi tamu 700000 2013 2015 2 5 140000 280000 420000 420000

5 lemari 1000000 2011 2015 4 10 100000 400000 600000 600000

6 spring bed 1500000 2013 2015 2 10 150000 300000 1200000 1200000

7 meja makan 800000 2011 2015 4 10 80000 320000 480000 480000

8 risbang 1200000 2014 2015 1 10 120000 120000 1080000

1120000 rak tv 200000 2011 2015 4 5 40000 160000 40000

9 lemari

piring 1000000 2014 2015 1 5 200000 200000 800000 800000

10 kasur lantai 300000 2014 2015 1 2 150000 150000 150000 150000

11 kasur 700000 2014 2015 1 5 140000 140000 560000 560000

12 (tidak ada)

13 kursi 500000 2012 2015 3 5 100000 300000 200000 200000

14 kasur 500000 2014 2015 1 5 100000 100000 400000 400000

15 lemari 2000000 2014 2015 1 10 200000 200000 1800000 1800000

16 kulkas 2000000 2013 2015 2 10 200000 400000 1600000

2200000 lemari 1000000 2011 2015 4 10 100000 400000 600000

17 (tidak ada)

76

Page 91: ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN PENGURANGAN DAMPAK BANJIR · 2017-05-31 · 2.2 Konsep Penilaian Kerusakan Sumberdaya Alam dan Lingkungan ... 6 Data bencana

77

77

18 (tidak ada)

19 kulkas 2500000 2013 2015 2 10 250000 500000 2000000 2000000

20 (tidak ada)

21 (tidak ada)

22 (tidak ada)

23 kasur lantai 150000 2014 2015 1 2 75000 75000 75000 75000

24 (tidak ada)

25 (tidak ada)

26 lemari 2000000 2012 2015 3 10 200000 600000 1400000 1400000

27 (tidak ada)

28 lemari 450000 2011 2015 4 10 45000 180000 270000 270000

29 lemari 500000 2013 2015 2 10 50000 100000 400000 400000

30 (tidak ada)

31 kasur 500000 2013 2015 2 5 100000 200000 300000 300000

32 televisi 2000000 2013 2015 2 10 200000 400000 1600000 1600000

33 (tidak ada)

34 dispenser 600000 2013 2015 2 10 60000 120000 480000 480000

35 (tidak ada)

36 lemari 700000 2013 2015 2 10 70000 140000 560000 560000

37 (tidak ada)

38 lemari 2000000 2012 2015 3 10 200000 600000 1400000 1400000

39 kasur (4) 1000000 2011 2015 4 5 200000 800000 200000 200000

40 kasur 600000 2012 2015 3 5 120000 360000 240000 240000

41 rak piring 300000 2014 2015 1 3 100000 100000 200000 200000

42 (tidak ada)

43 karpet 300000 2014 2015 1 2 150000 150000 150000 150000

44 (tidak ada)

Lampiran 5 Biaya kehilangan peralatan rumah tangga (lanjutan)

Page 92: ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN PENGURANGAN DAMPAK BANJIR · 2017-05-31 · 2.2 Konsep Penilaian Kerusakan Sumberdaya Alam dan Lingkungan ... 6 Data bencana

78

78

45 dispenser 550000 2013 2015 2 10 55000 110000 440000 440000

46 tempat tidur 1000000 2012 2015 3 10 100000 300000 700000 700000

47 kasur 600000 2013 2015 2 5 120000 240000 360000

1200000 lemari 1200000 2012 2015 3 10 120000 360000 840000

48 (tidak ada)

49 (tidak ada)

50 (tidak ada)

51 rak tv 450000 2013 2015 2 3 150000 300000 150000

1750000 kulkas 2000000 2013 2015 2 10 200000 400000 1600000

52 kasur lantai 200000 2014 2015 1 2 100000 100000 100000

325000 karpet 450000 2014 2015 1 2 225000 225000 225000

53 tempat tidur 1200000 2013 2015 2 10 120000 240000 960000

1160000 karpet 400000 2014 2015 1 2 200000 200000 200000

54 risbang 1000000 2013 2015 2 10 100000 200000 800000 800000

55 (tidak ada)

56 kasur 1000000 2014 2015 1 2 500000 500000 500000 500000

57 rak hiasan

dan isinya 3000000 2014 2015 1 5 600000 600000 2400000 2400000

58 rak tv 300000 2012 2015 3 5 60000 180000 120000 120000

59 kulkas 2000000 2012 2015 3 10 200000 600000 1400000 1400000

60 kasur lantai 350000 2014 2015 1 2 175000 175000 175000

1975000 springbed 2000000 2014 2015 1 10 200000 200000 1800000

61 dispenser 500000 2013 2015 2 10 50000 100000 400000

575000 karpet 350000 2014 2015 1 2 175000 175000 175000

62 lemari 1000000 2013 2015 2 10 100000 200000 800000

1040000 rak tv 300000 2014 2015 1 5 60000 60000 240000

63 karpet 400000 2014 2015 1 2 200000 200000 200000 620000

Lampiran 5 Biaya kehilangan peralatan rumah tangga (lanjutan)

Page 93: ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN PENGURANGAN DAMPAK BANJIR · 2017-05-31 · 2.2 Konsep Penilaian Kerusakan Sumberdaya Alam dan Lingkungan ... 6 Data bencana

79

79

lemari 600000 2012 2015 3 10 60000 180000 420000

64 kursi tamu 1200000 2014 2015 1 5 240000 240000 960000

1600000 lemari 800000 2013 2015 2 10 80000 160000 640000

65 kasur 500000 2014 2015 1 2 250000 250000 250000 250000

66 (tidak ada)

67 (tidak ada)

68 lemari 2000000 2012 2015 3 10 200000 600000 1400000

1750000 dispenser 500000 2012 2015 3 10 50000 150000 350000

69 (tidak ada)

70

kasur 600000 2012 2015 3 5 120000 360000 240000

1440000

risbang 1000000 2013 2015 2 10 100000 200000 800000

kursi tamu 2000000 2011 2015 4 5 400000 1600000 400000

71 (tidak ada)

72 kasur lantai 250000 2014 2015 1 2 125000 125000 125000

720000 risbang 850000 2012 2015 3 10 85000 255000 595000

73 (tidak ada)

74 (tidak ada)

75 karpet 250000 2014 2015 1 2 125000 125000 125000 125000

76 (tidak ada)

77 (tidak ada)

78 (tidak ada)

79 risbang 1000000 2013 2015 2 10 100000 200000 800000

1800000

rak piring

dan isinya 2500000 2012 2015 3 5 500000 1500000 1000000

80 (tidak ada)

81 (tidak ada)

82 kasur 1000000 2014 2015 1 2 500000 500000 500000 1700000

Lampiran 5 Biaya kehilangan peralatan rumah tangga (lanjutan)

Page 94: ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN PENGURANGAN DAMPAK BANJIR · 2017-05-31 · 2.2 Konsep Penilaian Kerusakan Sumberdaya Alam dan Lingkungan ... 6 Data bencana

80

80

televisi 2000000 2011 2015 4 10 200000 800000 1200000

83 kursi 800000 2014 2015 1 5 160000 160000 640000 640000

84 lemari 1500000 2013 2015 2 10 150000 300000 1200000 1200000

85 (tidak ada)

86 (tidak ada)

87 kulkas 1500000 2012 2015 3 10 150000 450000 1050000 1050000

88

lemari 1000000 2012 2015 3 10 100000 300000 700000

3400000

kursi 1500000 2012 2015 3 5 300000 900000 600000

risbang 1000000 2012 2015 3 10 100000 300000 700000

televisi 2000000 2012 2015 3 10 200000 600000 1400000

89 (tidak ada)

90 (tidak ada)

91 kursi tamu 3000000 2012 2015 3 5 600000 1800000 1200000 1200000

92 kursi 1500000 2014 2015 1 5 300000 300000 1200000 1200000

93 rak tv 300000 2013 2015 2 5 60000 120000 180000 100000

94 televisi 3000000 2012 2015 3 10 300000 900000 2100000

2900000 lemari 1000000 2013 2015 2 10 100000 200000 800000

95 (tidak ada)

96 kulkas 2200000 2012 2015 3 10 220000 660000 1540000

2140000 kasur 1000000 2013 2015 2 5 200000 400000 600000

97 lemari 1000000 2013 2015 2 10 100000 200000 800000

1100000 kasur 500000 2013 2015 2 5 100000 200000 300000

98 kasur (3) 1500000 2011 2015 4 5 300000 1200000 300000

600000 lemari 500000 2011 2015 4 10 50000 200000 300000

99 (tidak ada)

100 rak piring 600000 2013 2015 2 3 200000 400000 200000 200000

101 kursi tamu 3000000 2012 2015 3 5 600000 1800000 1200000 1200000

Lampiran 5 Biaya kehilangan peralatan rumah tangga (lanjutan)

Page 95: ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN PENGURANGAN DAMPAK BANJIR · 2017-05-31 · 2.2 Konsep Penilaian Kerusakan Sumberdaya Alam dan Lingkungan ... 6 Data bencana

81

81

102 kursi tamu 2000000 2012 2015 3 5 400000 1200000 800000

1240000 kasur 550000 2014 2015 1 5 110000 110000 440000

103

tempat tidur

(3) 3000000 2011 2015 4 10 300000 1200000 1800000

2000000 kursi 1000000 2011 2015 4 5 200000 800000 200000

Biaya kehilangan peralatan rumah tangga (Rp) 64 690 000,000

Jumlah responden (KK) 67

Rata-rata kehilangan peralatan rumah tangga (Rp/KK) 965 522,388

Jumlah proporsi yang mengeluarkan biaya kehilangan peralatan rumah tangga (KK) 665

Total biaya kehilangan peralatan rumah tangga (Rp) 642 072 388,060

Lampiran 5 Biaya kehilangan peralatan rumah tangga (lanjutan)

Page 96: ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN PENGURANGAN DAMPAK BANJIR · 2017-05-31 · 2.2 Konsep Penilaian Kerusakan Sumberdaya Alam dan Lingkungan ... 6 Data bencana

82

82

Lampiran 6 Biaya pengobatan

Nomor

responden Jenis penyakit Jumlah anggota

keluarga yang sakit

Biaya berobat dan

membeli obat (Rp)

1 gatal-gatal, demam, batuk 2 60000

2 gatal-gatal, demam, batuk 2 pengobatan gratis

3 gatal-gatal, demam, batuk 1 pengobatan gratis

4 gatal-gatal, demam 2 pengobatan gratis

5 (tidak ada)

6 (tidak ada)

7 gatal-gatal, diare 3 pengobatan gratis

8 Demam 1 pengobatan gratis

9 gatal-gatal 1 pengobatan gratis

10 gatal-gatal, diare 1 pengobatan gratis

11 Demam 1 pengobatan gratis

12 gatal-gatal 2 pengobatan gratis

13 gatal-gatal 1 pengobatan gratis

14 (tidak ada)

15 (tidak ada)

16 gatal-gatal 2 pengobatan gratis

17 gatal-gatal 2 pengobatan gratis

18 gatal-gatal 1 pengobatan gratis

19 gatal-gatal 2 pengobatan gratis

20 gatal-gatal 3 pengobatan gratis

21 Kesemutan 1 100000

22 gatal-gatal 1 pengobatan gratis

23 (tidak ada)

24 (tidak ada)

25 gatal-gatal, demam 1 pengobatan gratis

26 sakit perut 1 60000

27 (tidak ada)

28 gatal, diare 2 100000

29 gatal-gatal, pilek 3 pengobatan gratis

30 (tidak ada)

31 gatal-gatal, demam 3 pengobatan gratis

32 (tidak ada)

33 (tidak ada)

34 (tidak ada)

35 (tidak ada)

36 gatal-gatal, diare 1 pengobatan gratis

37 (tidak ada)

38 Maag 2 100000

39 (tidak ada)

40 Keram 1 100000

Page 97: ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN PENGURANGAN DAMPAK BANJIR · 2017-05-31 · 2.2 Konsep Penilaian Kerusakan Sumberdaya Alam dan Lingkungan ... 6 Data bencana

83

83

41 (tidak ada)

42 (tidak ada)

43 Demam 1 100000

44 Demam 1 50000

45 batuk, pilek 1 200000

46 Demam 1 150000

47 Demam 1 100000

48 Demam 1 20000

49 gatal-gatal 1 20000

50 gatal-gatal 1 30000

51 Demam 1 15000

52 (tidak ada)

53 Diare 1 30000

54 (tidak ada)

55 (tidak ada)

56 (tidak ada)

57 Maag 1 30000

58 (tidak ada)

59 gatal-gatal 2 40000

60 (tidak ada)

61 (tidak ada)

62 (tidak ada)

63 Typhus 1 260000

64 (tidak ada)

65 gatal-gatal 1 10000

66 gatal-gatal dan demam 1 120000

67 gatal-gatal 2 pengobatan gratis

68 (tidak ada)

69 (tidak ada)

70 Demam 1 70000

71 Demam 1 bpjs

72 Demam 1 100000

73 (tidak ada)

74 Demam 50000

75 (tidak ada)

76 (tidak ada)

77 (tidak ada)

78 (tidak ada)

79 Diare

80 Demam 1 50000

81 Demam 2 pengobatan gratis

82 muntaber, asma 1 70000

83 diare, gatal-gatal, dan demam 1 150000

Lampiran 6 Biaya pengobatan (lanjutan)

Page 98: ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN PENGURANGAN DAMPAK BANJIR · 2017-05-31 · 2.2 Konsep Penilaian Kerusakan Sumberdaya Alam dan Lingkungan ... 6 Data bencana

84

84

84 diare, gatal-gatal 2 pengobatan gratis

85 Diare 1 50000

86 Demam 1 65000

87 (tidak ada)

88 gatal-gatal, demam 2 pengobatan gratis

89 demam, diare 3 pengobatan gratis

90 (tidak ada)

91 (tidak ada)

92 diare, gatal-gatal 2 pengobatan gratis

93 (tidak ada)

94 (tidak ada)

95 (tidak ada)

96 (tidak ada)

97 (tidak ada)

98 Demam 2 pengobatan gratis

99 Demam 1 pengobatan gratis

100 demam, diare 1 50000

101 (tidak ada)

102 Demam 1 pengobatan gratis

103 Demam 1 60000

Biaya pengobatan (Rp) 2 410 000,000

Jumlah responden (KK) 31

Rata-rata biaya pengobatan (Rp/KK) 77 741,935

Jumlah proporsi yang mengeluarkan biaya pengobatan (KK) 308

Total biaya perbaikan pengobatan (Rp) 23 912 815,534

Lampiran 6 Biaya pengobatan (lanjutan)

Page 99: ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN PENGURANGAN DAMPAK BANJIR · 2017-05-31 · 2.2 Konsep Penilaian Kerusakan Sumberdaya Alam dan Lingkungan ... 6 Data bencana

Lampiran 7 Pendapatan yang hilang

Nomor

responden

Pekerjaan Pendapatan (Rp/hari) Lama tidak bekerja (hari) Loss of Income Total Loss of

Income Suami Istri Suami Istri Suami Istri Suami Istri

7 Tukang jait 60000 3 180000 180000

15 Tukang bubur 40000 2 80000 80000

16 Buruh pabrik 75000 3 225000 225000

18 Tukang warung 50000 5 250000 250000

22 Buruh pabrik 60000 3 180000 180000

24 Tukang warung 50000 3 150000 150000

26 Supir 70000 3 210000 210000

27 Kuli bangunan 50000 4 200000 200000

34 Tukang bakso 50000 3 150000 150000

39 Tukang warung 20000 7 140000 140000

41 Tukang ojek 50000 7 350000 350000

42 Tukang warung 50000 3 150000 150000

43 konveksi 250000 7 1750000 1750000

47 tukang warung 100000 7 700000 700000

49 tukang martabak 50000 7 350000 350000

52 tukang warung 100000 7 700000 700000

53 Kuli bangunan 60000 5 300000 300000

54 Tukang warung 100000 10 1000000 1000000

63 tukang warung 70000 7 490000 490000

64 tukang warung 50000 30 1500000 1500000

65 pedagang tahu 50000 4 200000 200000

68 tukang parkir 100000 10 1000000 1000000

70 penjual kue 50000 7 350000 350000

85

Page 100: ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN PENGURANGAN DAMPAK BANJIR · 2017-05-31 · 2.2 Konsep Penilaian Kerusakan Sumberdaya Alam dan Lingkungan ... 6 Data bencana

86

71 tukang warung 30000 10 300000 300000

76 penjaga showroom 50000 4 200000 200000

80 penjual jajanan 30000 20 600000 600000

83 Buruh pabrik 75000 7 525000 525000

84 penjual jajanan 50000 14 700000 700000

85 penjual tahu 50000 10 500000 500000

86 penjual kerupuk 60000 30 1800000 1800000

93 penjual cendol 200000 12 2400000 2400000

94 penjual ikan 100000 21 2100000 2100000

96 ojek 50000 30 1500000 1500000

97 warung 50000 30 1500000 1500000

100 tukang kue 100000 20 2000000 2000000

101 Buruh pabrik 70000 7 490000 490000

Pendapatan responden yang hilang (Rp) 25 550 000,000

Jumlah responden (KK) 36

Rata-rata pendapatan yang hilang (Rp/KK) 700 555,556

Jumlah proporsi yang mengalami kehilangan pendapatan (KK) 357

Total pendapatan yang hilang (Rp) 250 241 165,049

Lampiran 7 Pendapatan yang hilang (lanjutan)

Page 101: ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN PENGURANGAN DAMPAK BANJIR · 2017-05-31 · 2.2 Konsep Penilaian Kerusakan Sumberdaya Alam dan Lingkungan ... 6 Data bencana

87

Lampiran 8 Biaya tambahan Nomor

responden Jenis biaya tambahan Biaya (Rp) Total Biaya (Rp)

1 Ongkos naik perahu 20000 20000

2 Ongkos naik perahu 50000 50000

3 Ongkos naik perahu 15000

35000 Beli air minum galon 20000

4 Ongkos naik perahu 30000 30000

5 Ongkos naik perahu 100000 100000

6 Sewa rumah 350000 350000

7 Ongkos naik perahu 120000

135000 Beli air minum galon 15000

8 Ongkos naik perahu 50000 50000

9 (tidak ada)

10 (tidak ada)

11 Ongkos naik perahu 60000 60000

12 (tidak ada)

13 Ongkos naik perahu 50000 50000

14 Beli air minum galon 60000 60000

15 (tidak ada)

16 (tidak ada)

17 Ongkos naik perahu 100000 100000

18 Ongkos naik perahu 50000 50000

19 Ongkos naik perahu 30000 30000

20 Ongkos naik perahu 80000 80000

21 Ongkos naik perahu 80000 80000

22 Ongkos naik perahu 60000 60000

23 Ongkos naik perahu 50000 50000

24 (tidak ada)

25 Beli air minum galon 50000 50000

26 Ongkos naik perahu 100000 100000

27 Ongkos naik perahu 30000 30000

28 Ongkos naik perahu 30000 30000

29 Ongkos naik perahu 50000 50000

30 (tidak ada)

31 Ongkos naik perahu 50000 50000

32 (tidak ada)

33 (tidak ada)

34 Ongkos naik perahu 100000 100000

35 (tidak ada)

36 Ongkos naik perahu 60000

110000 Beli air minum galon 50000

37 Beli air minum galon 50000

Page 102: ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN PENGURANGAN DAMPAK BANJIR · 2017-05-31 · 2.2 Konsep Penilaian Kerusakan Sumberdaya Alam dan Lingkungan ... 6 Data bencana

88

38 (tidak ada)

39 (tidak ada)

40 (tidak ada)

41 Ongkos naik perahu 50000 50000

42 (tidak ada)

43 (tidak ada)

44 Beli air minum galon 50000 50000

45 beli air galon untuk masak 20000 20000

46 (tidak ada)

47 (tidak ada)

48 (tidak ada)

49 Beli air minum galon 100000 100000

50 Beli air minum galon 50000 50000

51 (tidak ada)

52 (tidak ada)

53 Ongkos naik perahu 100000 100000

54 (tidak ada)

55 (tidak ada)

56 (tidak ada)

57 beli air galon untuk masak 50000 50000

58 Ongkos naik perahu

59 (tidak ada)

60 Ongkos naik perahu 100000 100000

61 (tidak ada)

62 Ongkos naik perahu 40000 40000

63 Ongkos naik perahu 50000 50000

64 (tidak ada)

65 (tidak ada)

66 (tidak ada)

67 Ongkos naik perahu 10000 10000

68 (tidak ada)

69 Ongkos naik perahu 150000 150000

70 Ongkos naik perahu 150000 150000

71 (tidak ada)

72 (tidak ada)

73 (tidak ada)

74 Ongkos naik perahu 150000 150000

75 Ongkos naik perahu 100000 100000

76 (tidak ada)

77 (tidak ada)

78 (tidak ada)

79 Ongkos naik perahu 50000 50000

80 Beli air minum galon 50000 100000

Lampiran 8 Biaya tambahan (lanjutan)

Page 103: ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN PENGURANGAN DAMPAK BANJIR · 2017-05-31 · 2.2 Konsep Penilaian Kerusakan Sumberdaya Alam dan Lingkungan ... 6 Data bencana

89

Ongkos naik perahu 50000

81 (tidak ada)

82 Ongkos naik perahu 50000 50000

83 Ongkos naik perahu 50000 50000

84 Ongkos naik perahu 100000 100000

85 (tidak ada)

86 (tidak ada)

87 (tidak ada)

88 (tidak ada)

89 Sewa rumah 400000 400000

90 Ongkos naik perahu 50000 50000

91 (tidak ada)

92 (tidak ada)

93 Ongkos naik perahu 150000 150000

94 (tidak ada)

95 Sewa rumah 500000 500000

96 (tidak ada)

97 Ongkos naik perahu 75000 75000

98 (tidak ada)

99 Ongkos mengungsi 150000 150000

100 Ongkos naik perahu 100000 100000

101 Sewa rumah 400000 400000

102 (tidak ada)

103 (tidak ada)

Jumlah biaya tambahan (Rp) 5 305 000,000

Jumlah responden (KK) 54

Rata-rata biaya tambahan (Rp/KK) 98 240,741

Jumlah proporsi yang mengeluarkan biaya tambahan (KK) 536

Total biaya tambahan (Rp) 52 637 961,165

Lampiran 8 Biaya tambahan (lanjutan)

Page 104: ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN PENGURANGAN DAMPAK BANJIR · 2017-05-31 · 2.2 Konsep Penilaian Kerusakan Sumberdaya Alam dan Lingkungan ... 6 Data bencana

90

Lampiran 9 Olahan data metode TOPSIS

Page 105: ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN PENGURANGAN DAMPAK BANJIR · 2017-05-31 · 2.2 Konsep Penilaian Kerusakan Sumberdaya Alam dan Lingkungan ... 6 Data bencana

91

Lampiran 10 Kuesioner

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN

LINGKUNGAN

Jl. Kamper Level 5 Wing Kampus IPB Dramaga Bogor 16680

Telp. (0251) 8621 834, Fax (0251) 8421 762

Nomor/Tanggal wawancara :

I. Identitas Responden

1. Nama :

2. Jenis Kelamin : P / L

3. Usia :

4. Alamat :

5. Jumlah anggota keluarga :

6. Pendidikan terakhir :

a. SD d. Akademi/Diploma

b. SMP e. Sarjana

c. SMA f. Pasca Sarjana

7. Pekerjaan Pokok :

a. PNS e. Buruh

b. Swasta f. Petani

c. TNI/POLRI g. Lainnya ……..

d. Pedagang

8. Pendapatan rumah tangga/bulan (Rp)

a. < 500 000

b. 500 001 - 1 000 000 (Tepatnya………………..)

c. 1 000 001 – 1 500 000 (Tepatnya………………..)

d. 1 500 001 – 2 000 000 (Tepatnya………………..)

e. 2 000 001 – 2 500 000 (Tepatnya………………..)

f. 2 500 001 – 3 000 000 (Tepatnya………………..)

g. > 3 000 001 (Tepatnya………………..)

9. Pendapatan lainnya/bulan (Rp)

a. Ya, sebagai ………………... besar pendapatan …………………

b. Tidak

Kuesioner ini digunakan sebagai bahan dalam penyusunan skripsi mengenai ESTIMASI

NILAI KERUGIAN EKONOMI DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN PENGURANGAN

DAMPAK BANJIR SUNGAI CITARUM (Studi Kasus: Kelurahan Andir, Kecamatan

Baleendah, Kabupaten Bandung) yang dilakukan oleh Saya, RIRIN SARASWATI

ISTIANI (H44120059). Data yang diterima dari kuisioner ini bersifat rahasia dan hanya

digunakan untuk kepentingan akademik. Atas perhatian dan kerjasama Bapak/Ibu, Saya

mengucapkan terima kasih.

Page 106: ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN PENGURANGAN DAMPAK BANJIR · 2017-05-31 · 2.2 Konsep Penilaian Kerusakan Sumberdaya Alam dan Lingkungan ... 6 Data bencana

92

10. Status penduduk

a. Asli Kab Bandung b. Pendatang

11. Lama tinggal ….. (tahun)

12. Alasan tinggal :

a. Penduduk asli d. Keluarga besar

b. Pekerjaan e. Lainnya……….

c. Ikut suami/istri

13. Status tempat tinggal :

a. Milik sendiri b. Sewa

14. Luas tanah : ….. m

15. Luas rumah : ….. m

16. Jumlah lantai rumah : ….. lantai

17. Tipe rumah :

a. Permanen (tembok dan beton)

b. Tidak permanen (bilik, kayu dan papan)

18. Kepemilikan kamar mandi :

a. Milik sendiri b. Umum

19. Sumber air untuk mandi :

a. Sumur c. Sungai

b. PDAM d. Lainnya

20. Sumber air untuk minum :

a. Sumur c. Galon

b. PDAM d. Lainnya

21. Ketinggian banjir

Banjir (bulan) Kedalaman Banjir (m)

II. Data Kerugian Ekonomi Responden

22. Apakah ada peralatan rumah tangga yang rusak karena banjir?

a. Ada b. Tidak ada

23. Data perabotan rumah tangga yang rusak dan tidak dapat dipakai

kembali

No Jenis peralatan Harga beli (Rp) Tahun beli

1

2

3

4

5

Page 107: ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN PENGURANGAN DAMPAK BANJIR · 2017-05-31 · 2.2 Konsep Penilaian Kerusakan Sumberdaya Alam dan Lingkungan ... 6 Data bencana

93

24. Data peralatan rumah tangga yang rusak akibat banjir dan masih dapat

diperbaiki

No Jenis peralatan Biaya perbaikan (Rp)

1

2

3

4

5

25. Data bangunan rumah yang rusak dan diperbaiki

No Komponen Biaya perbaikan (Rp)

1

2

3

4

5

26. Apakah banjir menghambat Anda untuk bekerja?

a. Ya b. Tidak

27. Berapa lama anda tidak bekerja? ….. hari

28. Alasan tidak bekerja :

29. Hilangnya pendapatan karena tidak bekerja: Rp/hari

30. Apakah air banjir menimbulkan penyakit?

a. Ya b. Tidak

31. Apakah ada anggota keluarga Anda yang terkena penyakit akibat

banjir?

a. Ada b. Tidak ada

32. Jumlah anggota keluarga yang terkena penyakit : ….. orang

33. Jenis penyakit :

34. Apakah penyakit tsb disebabkan karena banjir?

35. Biaya berobat : Rp

36. Biaya membeli obat : Rp

No Nama penyakit Biaya pengobatan (Rp)

1

2

3

4

5

37. Apakah Anda mengeluarkan biaya tambahan akibat banjir?

a. Ya b. Tidak

38. Data biaya tambahan yang dikeluarkan

Page 108: ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN PENGURANGAN DAMPAK BANJIR · 2017-05-31 · 2.2 Konsep Penilaian Kerusakan Sumberdaya Alam dan Lingkungan ... 6 Data bencana

94

No Jenis biaya Besar biaya (Rp)

1

2

3

4

5

39. Darimana Anda mendapat layanan air bersih untuk mandi selama

banjir?

40. Apakah ada biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh air bersih untuk

mandi?

a. Ada b. Tidak ada

41. Besaran biaya : Rp

42. Darimana Anda mendapat layanan air minum selama banjir?

43. Apakah ada biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh air bersih untuk

minum?

a. Ada b. Tidak ada

44. Besaran biaya : Rp

II. Identifikasi Kenyamanan Tinggal di Lokasi Rawan Banjir

45. Apakah Anda mengetahui bahwa Anda tinggal di lokasi rawan banjir?

a. Ya b. tidak

46. Apakah anda tetap nyaman tinggal di lokasi ini?

a. Ya b. tidak

47. Apakah alasan utama Anda untuk bertahan di lokasi rawan banjir ini?

a. Sosialisasi antar warga yang baik

b. Lokasi yg strategis

c. Pekerjaan

d. Sudah terbiasa dengan banjir

e. dll

48. Apa yang membuat anda tidak nyaman tinggal di lokasi ini?

a. Rawan banjir

b. Lingkungan kotor setelah banjir

c. Mengeluarkan biaya tambahan jika terjadi banjir

d. dll

III. Identifikasi Persepsi Masyarakat mengenai penyebab banjir

49. Apakah menurut Anda banjir disebabkan oleh kerusakan Sungai

Citarum?

a. Ya b. Tidak

50. Menurut Anda apakah yang menyebabkan banjir tahunan?

a. Sampah

b. Hujan

c. Pendangkalan sungai

51. Usaha apa saja yang Anda tahu untuk mengurangi dampak banjir?

Page 109: ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN PENGURANGAN DAMPAK BANJIR · 2017-05-31 · 2.2 Konsep Penilaian Kerusakan Sumberdaya Alam dan Lingkungan ... 6 Data bencana

95

IV. Dampak banjir terhadap aktivitas ekonomi

52. Apakah banjir mengganggu aktivitas ekonomi Anda?

a. Ya b. Tidak

53. Bagaimana banjir mengganggu aktivitas ekonomi Anda?

54. Bagaimana banjir tidak mengganggu aktivitas Anda?

55. Apakah Anda sering menggunakan perahu kayu untuk keluar dari

rumah selama banjir?

56. Apakah Anda menginap di rumah saudara/kerabat selama banjir?

V. Persepsi Terhadap Kondisi Lingkungan Setelah Banjir

57. Bagaimana kebersihan tempat tinggal dan lingkungan Saudara setelah

terjadi banjir terjadi?

a. Bersih

b. Cukup bersih

c. Kotor

58. Apakah alasannya?

59. Apakah ada tindakan dari masyarakat setempat setelah banjir?

a. Ada b. tidak ada

60. Tindakan/kegiatan apa yang dilakukan oleh masyarakat?

61. Dampak negatif apa saja yang Saudara ketahui akibat banjir?

a. Mengganggu kenyamanan dan keindahan lingkungan

b. Menimbulkan pencemaran air

c. Berkembangnya bibit penyakit

d. Semua jawaban di atas, atau lainnya, sebutkan …………………

Page 110: ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN PENGURANGAN DAMPAK BANJIR · 2017-05-31 · 2.2 Konsep Penilaian Kerusakan Sumberdaya Alam dan Lingkungan ... 6 Data bencana

96

Lampiran 11 Indikator persepsi masyarakat

No. Persepsi Pilihan Indikator

1. Kenyamanan

tinggal

1. Nyaman

2. Tidak nyaman

1. Tetap bertahan walaupun

sering banjir, membiasakan

diri dg banjir

2. Kekhawatiran mengenai

banjir

2. Penyebab banjir 1. Sampah

2. Pendangkalan

sungai

3. Curah hujan yg

tinggi

1. Terlihat tumpukan sampah

di sungai menyebabkan

aliran air terhambat

2. Perubahan kedalaman

sungai dari tahun ke tahun

3. Durasi hujan perbulan di

daerah hulu

3. Dampak banjir

thd aktivitas

ekonomi

1. Mengganggu

2. Tidak mengganggu

1. Banjir tdk dapat dilewati,

tidak masuk kerja, jual beli

terhambat, tidak memiliki

tempat lain

2. Banjir dapat dilewati,

memiliki tempat lain, tetap

bekerja

4. Kondisi

lingkungan

setelah banjir

1. Bersih

2. Cukup bersih

3. Kotor

1. Tidak ada sampah dan

lumpur di dalam rumah,

jalan raya, dan lingkungan

sekitar

2. Sedikit sampah dan lumpur

di dalam rumah, jalan raya,

dan lingkungan sekitar

3. Banyak tersisa sampah dan

lumpur di dalam rumah,

jalan raya, dan lingkungan

sekitar.

Page 111: ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN PENGURANGAN DAMPAK BANJIR · 2017-05-31 · 2.2 Konsep Penilaian Kerusakan Sumberdaya Alam dan Lingkungan ... 6 Data bencana

97

Lampiran 12 Dokumentasi penelitian

Lemari yang rusak akibat banjir Kali Ciputat di RW 13

Kondisi Sungai Cisangkuy di RW 09 Tempat tidur responden

Bronjong di pinggiran Sungai Citarum Sungai Citarum di RW 13

Page 112: ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN PENGURANGAN DAMPAK BANJIR · 2017-05-31 · 2.2 Konsep Penilaian Kerusakan Sumberdaya Alam dan Lingkungan ... 6 Data bencana

98

Kerusakan pada pintu kamar Banjir Februari 2016 saat

pelaksanaan penelitian

Banjir menggenangi halaman rumah Rumah yang ditinggalkan

Kondisi lingkungan setelah banjir Banjir di jalan masuk kelurahan

Page 113: ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN PENGURANGAN DAMPAK BANJIR · 2017-05-31 · 2.2 Konsep Penilaian Kerusakan Sumberdaya Alam dan Lingkungan ... 6 Data bencana

99

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 26 September 1994. Penulis

adalah anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Tatang Sobandi dan Iis

Ismawati.

Penulis memulai pendidikan di Sekolah Dasar Negeri Semeru 1 Kota

Bogor pada tahun 2000 dan lulus pada tahun 2006. Setelah itu penulis

melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama Negeri 4 Kota Bogor dan

lulus pada tahun 2009. Penulis kemudian melanjutkan pendidikan ke Sekolah

Menengah Atas Negeri 2 Kota Bogor dan dinyatakan lulus pada tahun 2012. Pada

tahun yang sama, penulis tercatat sebagai mahasiswa Departeman Ekonomi

Sumberdaya dan Lingkungan, Institut Pertanian Bogor melalui Seleksi Nasional

Masuk Perguruan Tinggi Negeri jalur undangan (SNMPTN Undangan).

Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi anggota Himpunan Profesi

Resources Environmental Economics Student Association pada divisi Campus

Social Responsibility. Pada tahun 2015 penulis menjadi anggota dalam

pelaksanaan Program Kreativitas Mahasiswa bidang Pemberdayaan Masyarakat

(PKM-M) yang didanai oleh Dikti dengan judul “Program Pelita (Pemanfaatan

Limbah Kertas): Optimalisasi Pendanaan PAUD CBS melalui Pemberdayaan Ibu-

Ibu Desa Situ Udik Kabupaten Bogor”.