TEORI PENDUGAAN (TEORI ESTIMASI) · Pendugaan Interval (Estimasi Interval).
ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN PENGURANGAN DAMPAK BANJIR ·...
Transcript of ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN PENGURANGAN DAMPAK BANJIR ·...
ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI DAN ALTERNATIF
KEBIJAKAN PENGURANGAN DAMPAK BANJIR SUNGAI CITARUM
(Studi Kasus: Kelurahan Andir, Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung)
RIRIN SARASWATI ISTIANI
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Estimasi Nilai
Kerugian Ekonomi dan Alternatif Kebijakan Pengurangan Dampak Banjir Sungai
Citarum (Studi Kasus: Kelurahan Andir, Kecamatan Baleendah, Kabupaten
Bandung)” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta
dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2016
Ririn Saraswati Istiani
H44120059
ABSTRAK
RIRIN SARASWATI ISTIANI. Estimasi Nilai Kerugian Ekonomi dan Alternatif
Kebijakan Pengurangan Dampak Banjir Sungai Citarum (Studi Kasus: Kelurahan
Andir, Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung). Dibimbing oleh AKHMAD
FAUZI dan OSMALELI.
Luapan Sungai Citarum menyebabkan banjir di Kelurahan Andir setiap
tahun. Pada tahun 2015 banjir terjadi pada bulan Februari, Maret, April,
November, dan Desember di pemukiman masyarakat. Tujuan penelitian adalah
untuk mengetahui persepsi masyarakat mengenai banjir, mengestimasi kerugian
ekonomi masyarakat akibat banjir, dan merumuskan kebijakan untuk mengurangi
dampak banjir di Kecamatan Baleendah. Metode penelitian yang digunakan
adalah analisis deksriptif, biaya kesehatan, biaya tambahan, dan Technique for
Order Preference by Similarity to Ideal Solution (TOPSIS). Hasil menunjukkan
bahwa masyarakat memilih untuk tidak pindah karena lokasi yang strategis,
hubungan sosial yang tinggi, dan keadaan ekonomi. Berdasarkan penilaian
ekonomi menunjukkan total nilai kerugian ekonomi masyarakat akibat banjir
tahun 2015 adalah sebesar Rp 1 282 906 077,421 yang terdiri dari kerugian
langsung sebesar Rp 956 114 135,673 dan kerugian tidak langsung sebesar Rp
326 791 941,748. Hasil analisis TOPSIS menyimpulkan prioritas utama untuk
mengurangi dampak banjir adalah pembuatan check dam di DAS Citarum Hulu
dengan skor 1,000.
Kata kunci: kerugian ekonomi, cekungan bandung, biaya kesehatan, biaya
tambahan, TOPSIS
ABSTRACT
RIRIN SARASWATI ISTIANI. Estimating Economic Loss and Alternative
Policy for Reducing of Impact Citarum River Flood. Supervised by AKHMAD
FAUZI and OSMALELI.
Citarum River overflowing causes flood at Andir housing sector every year. In
2015, flood occurs on February, March, April, November, and December. The
study aimed to study communities perception about the flood, to estimate
economic loss, and to formulate policy for reducing impact of flood in Baleendah
Subdistrict. The study was conducted by using descriptive analysis, cost of illness,
opportunity cost, added cost, and Technique for Order Preference by Similarity to
Ideal Solution (TOPSIS). The result showed that most of local communities do
not want to move because of the strategic location, high social relationship, and
economic condition. Based on economic valuation showed that total economic
loss of flood impact in 2015 is Rp 1 282 906 077,421 consists of direct economic
loss by Rp 956 114 135,673 and indirect economic loss by Rp 326 791 941,748.
The TOPSIS analysis lead to the conclusion that the priority of reducing of flood
impact is to make check dam on Citarum River headwater by a score of 1,000.
Keywords: economic loss, bandung basin, cost of illness, opportunity cost, added
cost, TOPSIS
ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI DAN ALTERNATIF
KEBIJAKAN PENGURANGAN DAMPAK BANJIR SUNGAI CITARUM
(Studi Kasus: Kelurahan Andir, Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung)
RIRIN SARASWATI ISTIANI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PRAKATA
Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas
segala rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Penulis
menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bimbingan dan
dukungan banyak pihak. Penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada:
1. Kedua orang tua (Tatang Sobandi dan Iis Ismawati), Kakak (Ricka Kartika
Kurniawati), Kakak Ipar (Rizki Fadillah), Adik (Rivan Chandra Respati) atas
segala dukungan, doa, dan kasih sayang yang diberikan.
2. Prof. Dr. Ir. Akhmad Fauzi, M.Sc selaku dosen pembimbing I dan Osmaleli,
SE, M.Si selaku dosen pembimbing II atas bimbingan, bantuan, dan waktu
yang telah diberikan.
3. Rizal Bahtiar, S.Pi, M.Si selaku dosen penguji I dan Arini Hardjanto, SE,
M.Si selaku dosen pembimbing II atas masukan dan sarannya.
4. Dr. Ir. Ahyar Ismail, M.Agr selaku dosen pembimbing akademik selama
penulis menjalani masa perkuliahan.
5. Kelurahan Andir serta masyarakat Kelurahan Andir.
6. BBWS Citarum, BPLHD Kabupaten Bandung, Dinas SDAPE Kabupaten
Bandung, BPBD Kabupaten Bandung, dan Bappeda Kabupaten Bandung.
7. Keluarga di Banjaran yang telah memberikan tempat tinggal.
8. Sahabat (Dini, Desi, Amelia, Fatranella, Syafrina, Wulan, Aziz, Rizky,
Fachryan, dan Luthfi).
9. Rekan satu bimbingan (Nadia, Zara, Yayu, Razii, dan Kharisma).
10. Meizar Aulia atas motivasi yang diberikan.
11. Rekan-rekan ESL 49.
12. Keluarga ESL
13. Keluarga REESA
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna, sehingga
kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan. Semoga skripsi ini dapat
menghasilkan laporan yang bermanfaat dan dapat digunakan oleh pihak yang
membutuhkan.
Ririn Saraswati Istiani
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii
DAFTAR TABEL ................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xii
I PENDAHULUAN ................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2 Perumusan Masalah ..................................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................................... 5
1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................................... 5
1.5 Ruang Lingkup Penelitian ........................................................................... 6
II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................... 7
2.1 Kerugian Ekonomi Akibat Banjir ............................................................... 7
2.2 Konsep Penilaian Kerusakan Sumberdaya Alam dan Lingkungan ............. 7
2.3 Pendekatan Harga Pasar yang Sebenarnya .................................................. 8
2.4 Pendekatan Biaya Kesehatan (Cost of Illness) ............................................ 9
2.7 Pendekatan Biaya Kesempatan (Opportunity Cost) .................................... 9
2.8 Identifikasi Persepsi .................................................................................. 10
2.9 Endowment Effect ...................................................................................... 10
2.10 Penelitian Terdahulu ................................................................................. 11
III KERANGKA PEMIKIRAN ............................................................................ 15
IV METODE PENELITIAN................................................................................. 19
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................................... 19
4.2 Jenis dan Sumber Data .............................................................................. 19
4.2 Metode Pengambilan Contoh .................................................................... 20
4.3 Metode Pengolahan dan Analisis Data ...................................................... 21
4.3.1 Identifikasi Persepsi Masyarakat ........................................................ 22
4.3.2 Estimasi Nilai Kerugian Ekonomi Masyarakat Akibat Banjir............ 22
4.3.3 Rekomendasi alternatif kebijakan untuk mengurangi dampak banjir 25
V GAMBARAN UMUM ...................................................................................... 29
5.1 Gambaran Umum Wilayah Penelitian ....................................................... 29
5.2 Gambaran Umum Sungai Citarum ............................................................ 31
5.3 Gambaran Umum Daerah Cekungan Bandung ......................................... 32
5.4 Gambaran Umum Banjir Luapan Sungai .................................................. 32
5.5 Karakteristik Rumah Tangga Sampel ........................................................ 33
5.5.1 Jenis Kelamin ...................................................................................... 34
5.5.2 Usia...................................................................................................... 34
5.5.3 Pendidikan Terakhir ............................................................................ 35
5.5.4 Jenis Pekerjaan Kepala Keluarga ........................................................ 35
5.5.5 Pendapatan Rumah Tangga ................................................................. 36
5.5.6 Status Tempat Tinggal ........................................................................ 37
5.5.7 Lama Tinggal ...................................................................................... 37
5.5.8 Luas Rumah......................................................................................... 38
5.5.9 Luas Tanah .......................................................................................... 39
VI PEMBAHASAN .............................................................................................. 41
6.1 Persepsi Masyarakat mengenai Banjir ....................................................... 41
6.1.1 Ketinggian Banjir ................................................................................ 41
6.1.2 Kenyamanan Masyarakat Tinggal di Lokasi Rawan Banjir................ 42
6.1.3 Penyebab Banjir .................................................................................. 43
6.1.4 Dampak Banjir terhadap Aktivitas Ekonomi ...................................... 43
6.1.5 Kondisi Lingkungan Setelah Banjir .................................................... 44
6.1.6 Analisis Persepsi Masyarakat Mengenai Banjir .................................. 45
6.2 Estimasi Nilai Kerugian Ekonomi akibat Banjir ....................................... 46
6.2.1 Kerugian Langsung ............................................................................. 46
6.2.2 Kerugian Tidak Langsung ................................................................... 49
6.2.3 Total Kerugian Ekonomi Masyarakat ................................................. 52
6.3 Rekomendasi Alternatif Kebijakan untuk Mengurangi Dampak Banjir ... 53
6.3.1 Analisis Sensitivitas ............................................................................ 58
VII SIMPULAN DAN SARAN ............................................................................ 61
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 63
LAMPIRAN .......................................................................................................... 67
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................... 99
DAFTAR TABEL
No. Halaman
1 Kondisi lahan kritis wilayah Citarum Hulu…………………. 1
2 Data kerugian banjir di Kecamatan Baleendah……………… 2
3 Data curah hujan hulu Sungai Citarum Tahun 2015………… 3
4 Penelitian mengenai estimasi nilai kerugian akibat banjir….. 12
5 Matriks jenis dan sumber data……………………................. 19
6 Data bencana banjir di Kelurahan Andir Desember 2015…... 20
7 Matriks metode analisis data………………………………… 21
8 Alternatif kebijakan…………………………………………. 27
9 Wilayah menurut Rukun Warga di Kelurahan Andir Tahun
2016………………………………………………………….
29
10 Jarak geografis Kelurahan Andir……………………………. 30
11 Indeks kualitas Sungai Citarum……………………………... 31
12 Karakteristik responden berdasarkan ketinggian banjir dalam
rumah………………………………………………………...
41
13 Persepsi responden mengenai kenyaman tinggal……………. 42
14 Persepsi responden mengenai penyebab banjir……………… 43
15 Persepsi responden mengenai dampak banjir terhadap
aktivitas ekonomi…………………………………………….
43
16 Persepsi responden mengenai kondisi lingkungan setelah
banjir…………………………………………………………
44
17 Total biaya perbaikan bangunan rumah……………………... 46
18 Total biaya perbaikan peralatan rumah tangga……………… 47
19 Total biaya kehilangan peralatan rumah tangga…………….. 48
20 Total kerugian langsung yang dialami masyarakat………….. 49
21 Total biaya pengobatan……………………………………… 49
22 Total pendapatan yang hilang……………………………….. 50
23 Total biaya tambahan………………………………………... 51
24 Total kerugian tidak langsung yang dialami masyarakat……. 51
25 Total nilai kerugian ekonomi masyarakat Tahun 2015……… 52
26 Nilai bobot atribut…………………………………………… 55
27 Nilai preferensi……………………………………………… 56
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman
1 Alur kerangka berpikir……………………………………….. 17
2 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin…………. 34
3 Karakteristik responden berdasarkan usia…………………… 35
4 Karakteristik responden berdasarkan pendidikan terakhir…… 35
5 Karakteristik responden berdasarkan jenis pekerjaan KK…… 36
6 Karakteristik responden berdasarkan pendapatan rumah
tangga…………………………………………………………
36
7 Karakteristik responden berdasarkan status tempat tinggal….. 37
8 Karakteristik responden berdasarkan lama tinggal……..……. 38
9 Karakteristik responden berdasarkan luas rumah……………. 38
10 Karakteristik responden berdasarkan luas tanah……………... 39
11 Perbedaan nilai total alternatif kebijakan……………..……… 59
DAFTAR LAMPIRAN
No. Halaman
1 Peta lokasi penelitian………………………………………… 68
2 Peta Cekungan Bandung……………………………………... 69
3 Biaya perbaikan bangunan rumah……………………………. 70
4 Biaya perbaikan peralatan rumah tangga…………………….. 73
5 Biaya kehilangan peralatan rumah tangga…………………… 76
6 Biaya pengobatan…………………………………………….. 82
7 Pendapatan yang hilang……………………………………… 85
8 Biaya tambahan………………………………………………. 87
9 Olahan data metode TOPSIS………………………………… 90
10 Kuesioner…………………………………………………….. 91
11 Indikator persepsi masyarakat………………………………... 96
12 Dokumentasi penelitian……………………………………… 97
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sungai Citarum merupakan sungai terbesar dan terpanjang di Propinsi Jawa
Barat. Wilayah Sungai Citarum memiliki panjang 270 km dan luas 12.000 km
yang dimulai dari Gunung Wayang dan bermuara di Laut Jawa. Daerah Aliran
Sungai (DAS) Citarum mencakup dua belas wilayah administrasi kota dan
kabupaten di lingkungan Propinsi Jawa Barat, yaitu Kabupaten Bandung,
Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Bekasi, Kabupaten Cianjur, Kabupaten
Indramayu, Kabupaten Karawang, Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Subang,
Kabupaten Sumedang, Kota Bandung, Kota Bekasi, dan Kota Cimahi. Sungai
Citarum memiliki banyak peran untuk menunjang kehidupan sosial ekonomi
masyarakat wilayah Jawa Barat dan DKI Jakarta yaitu aktivitas domestik, industri,
irigasi pertanian, penyedia air baku, dan PLTA untuk pasokan Pulau Jawa dan
Bali.
Pembangunan ekonomi dan peningkatan jumlah penduduk terutama di
Kota Bandung sebagai Ibukota Propinsi Jawa Barat berimplikasi pada penggunaan
lahan di sekitar DAS Citarum Hulu. Pemanfaatan sumberdaya lahan untuk
kepentingan peningkatan pembangunan telah mengakibatkan terganggunya
keseimbangan tata air dan sumberdaya alam lainnya. Balai Besar Wilayah Sungai
Citarum (BBWS Citarum) (2015) menyatakan bahwa luas kawasan hutan di
wilayah Citarum Hulu lebih kecil dibanding kawasan non hutan atau hanya sekitar
22,590% dari luas wilayah 232907,660 Ha.
Tabel 1 Kondisi lahan kritis wilayah Citarum Hulu 2013
No. Sub DAS Lahan kritis
(Ha)
Run off
(juta m³/tahun)
Erosi
(juta ton/tahun)
Sedimentasi
(juta ton/tahun)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Cihaur
Cikapundung
Cirasea
Cisangkuy
Ciwidey
Cikeruh
Waduk Saguling
6638,250
2979,290
7495,130
5124,050
5763,430
973,590
4205,520
497,100
529,500
696,800
559,600
389,100
0,000
616,900
11,210
13,690
24,930
18,400
12,550
6,660
15,440
0,850
1,020
1,750
1,330
1,020
0,560
1,130
Sumber: Balai Besar Wilayah Sungai Citarum (2015)
Tabel 1 menunjukkan bahwa kondisi Sungai Citarum Hulu telah
mengalami kerusakan. Aktivitas domestik, industri, dan pertanian mengakibatkan
erosi dan sedimentasi di beberapa Sub DAS. Sub DAS Cirasea yang mengalir di
2
Kabupaten Bandung merupakan sub DAS dengan tingkat kerusakan tertinggi.
Besar sedimentasi per tahun mencapai 1,75 juta ton dengan erosi sebesar 24,93
juta ton. Berkurangnya area resapan di kawasan hulu menyebabkan terjadinya run
off yang tinggi karena limpasan air hujan yang langsung turun ke badan sungai.
Dampak lain yang ditimbulkan adalah adanya kecenderungan debit maksimum
sungai meningkat, debit minimum sungai menurun, dan frekuensi banjir pada
musim hujan serta kekeringan pada musim kemarau semakin meningkat (Wibowo
2002).
Kabupaten Bandung yang termasuk ke dalam Cekungan Bandung
merupakan daerah yang mengalami banjir luapan Sungai Citarum setiap tahun.
Banjir di wilayah Cekungan Bandung terjadi karena berkurangnya resapan air ke
dalam tanah sehingga setiap kali hujan menghasilkan proporsi air limpasan yang
besar dan terakumulasi menjadi banjir dan genangan (Narulita et al. 2008). Banjir
terjadi ketika hujan turun secara rutin di beberapa daerah di kawasan hulu sungai
dan bermuara ke Sungai Citarum yang melintasi Kabupaten Bandung.
Salah satu kecamatan yang mengalami dampak terparah akibat banjir
adalah Kecamatan Baleendah. Menurut data dari BBWS Citarum terdapat dua
kelurahan yang menjadi langganan banjir di Kecamatan Baleendah yaitu
Kelurahan Andir dan Kelurahan Cieunteung. Data kerugian banjir di Kecamatan
Baleendah dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Data kerugian banjir di Kecamatan Baleendah No. Tanggal Kerugian Keterangan
1.
2.
3.
4.
5.
06 April 2015
25 Februari 2015
18 Desember 2014
02 Maret 2014
12 Juni 2013
947
87
5000
10
250
unit rumah terendam
KK mengungsi
unit rumah terendam
Ha lahan persawahan terendam
KK mengungsi
Sumber: Badan Nasional Penanggulangan Bencana (2016)
Tabel 2 menunjukkan bahwa Kecamatan Baleendah mengalami banjir
setiap tahun. Banjir merendam bangunan rumah dan lahan pertanian. Banjir yang
terjadi menimbulkan kerugian langsung dan tidak langsung khususnya pada sektor
pemukiman. Banjir menyebabkan kerusakan pada bangunan rumah dan peralatan
rumah tangga serta menghambat aktivitas ekonomi masyarakat. Oleh karena itu,
perlu melakukan kajian tentang estimasi nilai kerugian ekonomi masyarakat
3
akibat banjir agar mampu memberikan informasi alternatif kebijakan terbaik
untuk mengurangi dampak banjir.
1.2 Perumusan Masalah
Kecamatan Baleendah merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten
Bandung yang selalu mengalami banjir setiap tahunnya. Banjir rutin terjadi karena
beberapa hal. Penyebab pertama adalah kapasitas sungai yang tidak memadai
sebagai akibat dari penyempitan sungai, pendangkalan sungai, dan penurunan
kecepatan aliran. Tingginya erosi dan sedimentasi membuat Sungai Citarum
menjadi dangkal sehingga menyebabkan penurunan laju aliran air. Penyempitan
sungai juga terjadi akibat banyaknya bangunan di sepanjang pinggir sungai.
Penyebab kedua yaitu banyaknya sampah kiriman terutama dari Sub DAS
Cikapundung yang merupakan sampah aktivitas Kota Bandung dan menyebabkan
terhambatnya aliran air Sungai Citarum. Penyebab ketiga yang merupakan faktor
alam yaitu karena posisi Kabupaten Bandung yang dikelilingi oleh gunung dan
berbentuk seperti cekungan. Kondisi alam ini menyebabkan Kabupaten Bandung
sebagai daerah rawan banjir karena tempat bermuaranya aliran air Sungai
Citarum. Penyebab keempat yaitu tingginya curah hujan dan lamanya durasi hujan
perbulan di kawasan hulu yang menyebabkan besarnya debit air anak-anak sungai
yang bermuara di Sungai Citarum. Data curah hujan hulu Sungai Citarum Tahun
2015 dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Data curah hujan hulu Sungai Citarum Tahun 2015
No. Nama
Wilayah Bulan
Hujan
Maksimum
(mm)
Jumlah
Curah Hujan
(mm)
Jumlah Hari
Hujan
1.
2.
3.
4.
Cileunca
Cidurian
Paseh
Sapan
Februari
Maret
April
November
Desember
Februari
Maret
April
November
Desember
Februari
Maret
April
November
Desember
Februari
Maret
100,000
55,000
24,000
47,000
65,000
145,00
71,000
175,000
70,500
71,000
41,000
80,000
74,000
88,000
48,500
28,000
53,000
276,000
245,000
130,000
270,000
502,000
1253,000
627,000
1895,000
422,000
370,500
362,000
464,500
367,000
280,000
316,000
169,000
233,000
11
14
12
14
18
15
14
21
19
19
19
22
17
14
20
18
19
4
Tabel 3 Data curah hujan hulu Sungai Citarum Tahun 2015 (lanjutan)
No. Nama
Wilayah Bulan
Hujan
Maksimum
(mm)
Jumlah Curah
Hujan (mm)
Jumlah hari
hujan
5.
6.
7.
Bojongsoang
Dayeuhkolot
Situ Cisanti
April
November
Desember
Februari
Maret
April
November
Desember
Februari
Maret
April
November
Desember
Februari
Maret
April
November
Desember
63,000
71,000
58,000
23,000
31,000
73,000
68,500
76,000
20,500
61,000
65,000
57,000
61,005
48,005
70,300
40,001
45,000
87,000
228,000
319,000
339,000
136,500
215,500
264,000
434,000
325,000
100,000
286,000
320,500
461,900
307,500
272,000
366,400
359,100
178,500
480,200
11
14
20
18
19
15
21
18
16
19
14
18
18
18
20
18
11
20
Sumber: Balai Besar Wilayah Sungai Citarum (2016)
Tabel 3 menunjukkan bahwa pada bulan Februari, Maret, April, November
dan Desember hujan turun antara 10 hingga 21 hari per bulannya. Hujan yang
terjadi di daerah hulu meningkatkan debit beberapa anak Sungai Citarum seperti
Sungai Cikapundung, Sungai Cisangkuy, Sungai Cirasea, Sungai Citarik, Sungai
Cikeruh, Sungai Cipamokolan, Sungai Cigado, dan Sungai Cisaranten yang
bermuara di Sungai Citarum. Kondisi ini mengakibatkan Sungai Citarum tidak
dapat menampung besarnya debit air dan terjadi banjir di pemukiman masyarakat.
Kelurahan Andir adalah salah satu kelurahan di Kecamatan Baleendah
yang mengalami banjir karena lokasinya yang sejajar dengan aliran Sungai
Citarum. Peta lokasi penelitian dapat dilihat pada Lampiran 1. Banjir yang terjadi
di pemukiman masyarakat memutus akses keluar pemukiman karena ketinggian
banjir yang lebih dari dua meter. Kerugian ekonomi langsung maupun tidak
langsung dirasakan masyarakat akibat rusaknya bangunan dan peralatan rumah
tangga. Banjir juga menyebabkan sulitnya mobilisasi sehingga sebagian
masyarakat kehilangan pendapatan karena tidak dapat bekerja.
Banjir tahunan yang terjadi di Kelurahan Andir mendapat perhatian penting
dari pemerintah. Kegiatan yang telah dilakukan untuk mengurangi dampak banjir
yaitu pengerukan dasar sungai, pembuatan tanggul sepanjang kiri-kanan sungai,
pembuatan (bronjong) di pinggiran sungai, dan pelebaran sungai. Kegiatan
5
tersebut belum memberikan dampak yang baik dalam penanganan banjir di
Kelurahan Andir karena banjir tetap terjadi dengan ketinggian, durasi, dan luas
genangan yang sama. Oleh sebab itu, perlu diketahui nilai kerugian yang dialami
masyarakat akibat banjir tersebut.
Berdasarkan uraian permasalahan yang dijelaskan, dapat disusun kajian
yang dilakukan sebagai berikut:
1. Bagaimana persepsi masyarakat mengenai banjir?
2. Berapa besar nilai kerugian ekonomi masyarakat yang ditimbulkan akibat
banjir?
3. Bagaimana rekomendasi alternatif kebijakan untuk mengurangi dampak
banjir?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui nilai kerugian ekonomi akibat banjir yang dikaitkan dengan:
1. Menganalisis persepsi masyarakat mengenai banjir.
2. Mengestimasi nilai kerugian ekonomi masyarakat yang ditimbulkan akibat
banjir.
3. Memberikan alternatif kebijakan untuk mengurangi dampak banjir.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi penulis, untuk meningkatkan pengetahuan serta mengaplikasikan ilmu
yang telah diperoleh selama perkuliahan pada Departemen Ekonomi
Sumberdaya dan Lingkungan untuk dipraktikan di lapangan.
2. Bagi akademisi dan peneliti, sebagai tambahan pengetahuan dan informasi
serta bahan rujukan dalam pelaksanaan penelitian selanjutnya.
3. Bagi pemerintah Kelurahan Andir, sebagai informasi dan bahan
pertimbangan untuk menghitung kerugian ekonomi masyarakat akibat
banjir serta menetapkan kebijakan yang tepat untuk mengurangi dampak
yang ditimbulkan.
4. Bagi masyarakat, sebagai bahan masukan mengani besaran nilai kerugian
ekonomi masyarakat yang terkena dampak banjir sehingga masyarakat
dapat menjaga lingkungan sekitar guna mengurangi dampak tersebut.
6
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dari penelitian ini adalah:
1. Penelitian dilakukan di pemukiman RW 09 dan 13 Kelurahan Andir karena
lokasinya yang berdekatan dengan Sungai Citarum dan mengalami banjir
terparah.
2. Perhitungan nilai kerugian ekonomi fokus pada kerugian langsung (direct)
dan kerugian tidak langsung (indirect) akibat banjir.
3. Penelitian mengenai nilai kerugian ekonomi menggunakan data primer
yang kemudian diolah menggunakan metode Pendekatan Harga Pasar,
Opportunity Cost, dan Cost of Illness.
4. Penelitian mengenai alternatif kebijakan untuk mengurangi dampak banjir
dijelaskan dengan metode Technique for Order Preference by Similarity to
Ideal Solution (TOPSIS).
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kerugian Ekonomi Akibat Banjir
Kerugian ekonomi akibat banjir dapat diartikan sebagai adanya perubahan
pada aliran ekonomi yang disebabkan oleh bencana. Halounova (2014)
menyatakan bahwa kerugian ekonomi akibat banjir timbul karena adanya
kerusakan pada sektor pemukiman, infrastruktur, dan lingkungan. Leach (2015)
menyatakan bahwa kerugian ekonomi akibat banjir adalah peningkatan
pengeluaran keuangan untuk memperbaiki peralatan akibat banjir dan mengganti
peralatan yang rusak. Banjir menyebabkan perubahan kualitas lingkungan
sehingga masyarakat yang terkena dampak harus mengeluarkan uang untuk
mengembalikan fungsi lingkungan tersebut. Banjir merupakan masalah yang
serius jika telah berpengaruh terhadap kehidupan, kesehatan, dan aktivitas
ekonomi masyarakat (Stevlana et al. 2015).
Kodoatie dan Sugiyanto (2002) membagi kerugian banjir menjadi dua,
yaitu kerugian langsung dan tidak langsung. Kerugian langsung akibat banjir
merupakan kerugian fisik akibat banjir yang terjadi, berupa robohnya gedung
sekolah, industri, dan rusaknya sarana transportasi (Kodoatie dan Sugiyanto
2002). Kerugian tidak langsung akibat banjir berupa kerugian kesulitan yang
timbul secara tidak langsung diakibatkan oleh banjir, seperti komunikasi,
pendidikan, kesehatan, kegiatan bisnis, dan lainnya (Kodoatie dan Sugiyanto
2002).
2.2 Konsep Penilaian Kerusakan Sumberdaya Alam dan Lingkungan
Sumberdaya alam merupakan aspek utama untuk setiap kegiatan konsumsi
dan produksi bagi kehidupan manusia. Pembangunan ekonomi yang semakin
meningkat menyebabkan kerusakan lingkungan akibat eksploitasi sumberdaya
alam yang semakin besar. Kerusakan lingkungan adalah terganggunya fungsi
lingkungan sebagai akibat dari tindakan, misal pencemaran atau pengambilan
berlebih dan atau perusakan Sumber Daya Alam dan Lingkungan (SDAL), yang
menimbulkan perubahan langsung atau tidak langsung terhadap sifat fisiknya
(Dhewanthi et al. 2007).
8
Menurut Fauzi (2014) penilaian kerusakan lingkungan berperan penting
dalam menyediakan informasi untuk membantu proses pengambilan keputusan
terkait dengan kebijakan publik. Beberapa aspek yang digunakan yaitu Pertama
adalah dalam penentuan harga yang tepat (pricing strategy) dan penggunaan
mekanisme fiskal, seperti pajak lingkungan. Informasi yang komprehensif terkait
dengan nilai SDAL yang mempertimbangkan aspek nonmarket maka penentuan
harga harus memperhitungkan dampak degradasi yang ditimbulkannya. Kedua
adalah valuasi ekonomi dan penilaian kerusakan lingkungan dapat membantu
pengambil keputusan untuk menentukan kebijakan publik akan pentingnya barang
dan jasa yang dihasilkan dari SDAL. Ketiga adalah peran nilai dari SDAL yang
berhubungan dengan perencanaan tingkat makro seperti memasukkan aspek
deplesi dan degradasi SDAL dalam konteks perencanaan pembangunan. Bukan
Produk Domestik Bruto (PDB) dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
saja yang dijadikan acuan ukuran pembangunan, tetapi juga neraca dari SDAL
dan PDB/PDRB hijau yang sudah memperhitungkan deplesi dan degradasi
lingkungan di dalamnya. Keempat adalah informasi yang diperoleh dari valuasi
ekonomi dan penilaian kerusakan lingkungan akan membantu kebijakan publik
dalam penentuan kompensasi yang terjadi pada SDAL.
2.3 Pendekatan Harga Pasar yang Sebenarnya
Suparmoko dan Ratnaningsih (2011) menyatakan bahwa dalam menilai
atau memberikan harga terhadap dampak suatu proyek, selama ada harga pasar
untuk produk atau jasa yang hilang atau yang timbul dari adanya suatu proyek,
sebaiknya digunakan harga pasar. Kerugian ekonomi yang dialami masyarakat
Kelurahan Andir yang dapat diestimasi melalui pendekatan harga pasar yang
sebenarnya meliputi:
1. Biaya perbaikan dan biaya kehilangan
Metode ini digunakan untuk mengestimasi nilai kerugian langsung akibat
banjir. Nilai kerugian meliputi kerusakan peralatan rumah tangga dan bangunan.
Metode ini juga mengestimasi kerugian ekonomi akibat memperbaiki peralatan
rumah tangga dan bangunan yang menggunakan pendekatan biaya perbaikan.
Biaya yang ditanggung dihitung dari jumlah uang yang dikeluarkan untuk
memperbaiki rumah, peralatan rumah tangga yang rusak dan hilang, serta untuk
9
membersihkan rumah. Biaya rata-rata dapat diperoleh dengan membagi total
jumlah uang yang dikeluarkan dengan jumlah individu yang mengeluarkan biaya
(Novita et al. 2014).
2. Biaya tambahan
Pada metode ini, nilai kerugian masyarakat akibat banjir dihitung
berdasarkan biaya yang dikeluarkan dalam menghadapi banjir. Biaya yang
dikeluarkan meliputi biaya untuk menyewa rumah selama banjir, tambahan
ongkos transportasi karena harus menggunakan perahu, dan pembelian air mineral
galon untuk keperluan minum dan masak karena air sumur tidak dapat digunakan
selama banjir.
2.4 Pendekatan Biaya Kesehatan (Cost of Illness)
Cost of illness merupakan metode umum yang digunakan untuk
menentukan biaya ekonomi yang dikeluarkan akibat adanya penyakit. Kesulitan
air bersih dan lingkungan yang kotor akibat banjir menyebabkan bibit penyakit
yang mudah menjangkiti manusia yang ada di lingkungannya (Sanim et al. 2011).
Cost of illness adalah penjumlahan dari beberapa jenis biaya, yaitu biaya
pengobatan personal seperti biaya diagnosis dan obat, biaya non medis seperti
biaya transportasi ke tempat pengobatan, biaya pengobatan non personal seperti
biaya mencari informasi tentang penyakit, dan biaya kehilangan pendapatan
karena sakit (World Economic Forum 2011). Penurunan produktivitas dan
pengurangan kapasitas kerja sebagai akibat dari penyakit seringkali berpengaruh
terhadap pendapatan rumah tangga. Dampak yang ditimbulkan dari menurunnya
status kesehatan seseorang adalah penurunan produktivitas yang berpengaruh
terhadap penurunan upah, yang juga akan berdampak terhadap pola aliran
ekonomi (WHO 2009).
2.7 Pendekatan Biaya Kesempatan (Opportunity Cost)
Kerugian ekonomi akibat banjir dapat ditentukan melalui perhitungan
pendapatan yang hilang akibat tidak bekerja. Sulitnya mendapatkan harga pasar
atau jasa yang timbul akibat adanya suatu proyek maka sedapat mungkin
digunakan nilai harga alternatif atau biaya kesempatan (Opportunity Cost).
Menurut Suparmoko dan Ratnaningsih (2001), cara ini dapat digunakan untuk
10
mengukur besar pendapatan yang hilang karena adanya suatu proyek. WHO
(2009) menyatakan bahwa besaran pendapatan yang hilang akibat adanya
kerusakan dihitung dengan mengukur total hari absen individu sesuai dengan upah
yang diterima.
2.8 Identifikasi Persepsi
Persepsi masyarakat terdiri dari persepsi dan proses organisasi informasi
yang menjadi proses pembentukan persepsi (Harliani 2014). Sechermerhon (2010)
mendeskripsikan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembentukan
persepsi berasal dari tiga karakteristik elemen persepsi sebagai berikut:
1. Pihak yang memberikan persepsi (The Perceiver), proses persepsi
dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu orang yang memberikan persepsi,
kebutuhan dan motivasinya, kepribadiannya, nilai dan perilaku yang
dimilikinya.
2. Konteks situasi atau karakteristik dari keadaan yang sedang terjadi
(Characteristic of the setting), yang terdiri dari konteks fisik, konteks
sosial, dan konteks organisasional.
3. Karakteristik dari sesuatu yang sedang dipersepsikan (The Perceived) baik
itu orang, benda, acara, atau kegiatan dalam kondisi tingkat kekontrasan,
intensitas, ukuran, pergerakan, pengulangan atau pembaharuan, dan lain-
lain.
2.9 Endowment Effect
Fenomena ekonomi yang terjadi di lingkugan masyarakat tidak sepenuhnya
hanya dibahas melalui sisi ekonomi. Teori ekonomi dapat menjelaskan dan
menggambarkan hubungan antara fenomena ekonomi. Teori ekonomi dapat tidak
sesuai dengan keadaan sebenarnya karena adanya asumsi atau premis (Wilkinson
dan Klaes 2012). Behavioral economics muncul untuk menjelaskan asumsi-
asumsi yang dianggap berbeda dengan teori ekonomi. Perilaku ekonomi
masyarakat menjadi rasional dengan tujuan untuk memaksimalkan kepuasan
dirinya.
Endowment effect menunjukkan bahwa selain teori ekonomi, terdapat teori
psikologi, sosial, dan biologi yang melekat pada suatu fenomena ekonomi
11
(Wilkinson dan Klaes 2012). Suatu fenomena dapat dikatakan rasional secara
ekonomi namun karena adanya keterlibatan aspek psikologi seseorang maka
dilakukan justifikasi untuk menentukan keputusan. Keputusan yang ditentukan
oleh seseorang tidak selalu rasional secara ekonomi namun rasional secara
psikologi dan sosialnya.
2.10 Penelitian Terdahulu
Srihuzaimah (2011) melakukan penelitian dengan judul “Kerugian Fisik
dan Nonfisik Rumahtangga Pesisir akibat Banjir Pasang di Kelurahan Kamal
Muara, Penjaringan Jakarta Utara”. Hasil dari penelitian ini adalah biaya yang
dikeluarkan masyarakat yang terkena banjir meliputi biaya perbaikan dan biaya
kehilangan sedangkan biaya pencegahan tidak terlalu berpengaruh karena banjir
disebabkan oleh pemanasan global. Biaya perbaikan untuk rumah yang terkena
banjir dipengaruhi oleh pengeluaran rumah tangga, tinggi banjir, dan status
kepemilikan rumah sedangkan biaya kehilangan dipengaruhi oleh lama tinggal.
Harliani (2012) melakukan penelitian tentang “Persepsi Masyarakat
Kampung Cieunteung, Kabupaten Bandung tentang Rencana Relokasi akibat
Bencana Banjir”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kesediaan
masyarakat yang terkena dampak banjir untuk direlokasi. Hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa hampir seluruh masyarakat tidak bersedia untuk direlokasi.
Pertimbangan yang mendasar yaitu kenyamanan tempat tinggal, hubungan sosial
yang telah dijalin, serta kekhawatiran terhadap penggantian aset lahan yang tidak
sesuai.
Zaman (2012) melakukan penelitian dengan judul “Impact of Recent Flood
on the Economy of Small Business at Rockhampton”. Hasil dari penelitian adalah
banjir yang terjadi merupakan akibat dari luapan sungai. Kerugian ekonomi
terbesar pada bisnis dipengaruhi oleh jarak perusahaan dengan sungai. Kerugian
yang dialami adalah sebesar 15 000 USD per minggu.
Maulida (2013) melakukan penelitian dengan judul “Estimasi Kerugian
Ekonomi Akibat Banjir Sungai Pesanggrahan di Pemukiman Kedoya Selatan
Jakarta Barat”. Penelitian ini menggunakan metode Stage Damage Function. Nilai
kerugian yang dihasilkan yaitu sebesar Rp 4 070 167 288.
12
Tamaela (2013) melakukan penelitian dengan judul “Estimasi Nilai
Kerugian Ekonomi akibat Banjir Sungai Pesanggrahan pada Sektor Komersil di
Kelurahan Ulujami dan Kelurahan Kebayoran Lama Utara, Jakarta Selatan)”.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan nilai kerugian ekonomi akibat banjir untuk
responden sebesar Rp 910 446 920 serta kerugian rata-rata per unit usaha adalah
Rp 22 761 173. Faktor-faktor yang mempengaruhi kerugian adalah kedalaman
banjir, durasi banjir, luas bangunan, dan omzet usaha perhari.
Novita et al. (2014) melakukan penelitian dengan judul “Nilai Kerugian
Masyarakat akibat Banjir di Kecamatan Pujud Kabupaten Rokan Hilir”. Penelitian
ini mengestimasi nilai kerugian masyarakat akibat banjir dengan di sektor
pemukiman serta memasukan nilai kerugian pada sarana umum. Hasil penelitian
menunjukkan total kerugian akibat banjir yaitu sebesar Rp 21 905 140 464.
Svetlana et al. (2015) melakukan penelitian dengan judul “The Economic
Impact of Floods and Their Importance in Different Regions of the World with
Emphasis in Europe”. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa banjir terjadi di
beberapa negara di benua Eropa. Kerugian ekonomi terbesar adalah di Jerman
yaitu senilai 14,260 milyar Euro dan Italia senilai 13,100 milyar Euro.
Penelitian mengenai estimasi nilai kerugian ekonomi akibat banjir telah
banyak dilakukan. Namun pada penelitian ini terdapat beberapa perbedaan dengan
penelitian sebelumnya. Perbedaan pada penelitian ini menghitung kerugian
langsung dan tidak langsung masyarakat dan memberikan rekomendasi alternatif
kebijakan terbaik untuk mengurangi dampak banjir. Perbedaan penelitian dapat
dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Penelitian mengenai estimasi nilai kerugian akibat banjir No. Nama Judul Hasil Perbedaan
1.
2.
Srihuzaimah
(2011)
Harliani
(2012)
Kerugian Fisik dan
Nonfisik Rumahtangga
Pesisir akibat Banjir
Pasang di Kelurahan
Kamal Muara,
Penjaringan.
Persepsi Masyarakat
Cieunteung tentang
Rencana Relokasi
akibat Bencana Banjir.
Nilai yang fokus
dibahas adalah nilai
perbaikan fisik rumah
tangga dan melihat
hubungan antara
jarak rumah ke pantai
dengan biaya
perbaikan yang
dikeluarkan.
Hampir seluruh
masyarakat tidak
bersedia direlokasi
karena pertimbangan
Banjir terjadi akibat
kenaikan muka air
laut dan pemanasan
global. Kerugian
fisik yang dinilai
berupa biaya
perbaikan dan biaya
kehilangan.
Fokus yang dibahas
hanya kondisi sosial
ekonomi dan
persepsi masyarakat
13
Tabel 4 Penelitian mengenai estimasi nilai kerugian akibat banjir (lanjutan)No. Nama Judul Hasil Perbedaan
3.
4.
5.
6.
7.
Zaman
(2012)
Maulida
(2013)
Tamaela
(2013)
Novita et al.
(2014)
Svetlana et
al. (2015)
Impact of Recent
Flood on the Economy
of Small Business at
Rockhampton.
Estimasi Kerugian
Ekonomi Akibat
Banjir Sungai
Pesanggrahan di
Pemukiman Kedoya
Selatan Jakarta Barat.
Estimasi Kerugian
Ekonomi akibat Banjir
Luapan Sungai
Pesanggrahan pada
Sektor Komersil di
Kelurahan Ulujamidan
Kelurahan Kebayoran
lama Utara, Jakarta
Selatan.
Nilai Kerugian
Masyarakat akibat
Banjir di Kecamatan
Pujud Kabupaten
Rokan Hilir.
The Economic Impact
of Floods and Their
Importance in
Different Regions of
the World with
Emphasis in Europe.
kenyamanan,
hubungan sosial, dan
kekhawatiran
penggantian ganti
rugi lahan yang tidak
sesuai.
Kerugian ekonomi
terbesar pada bisnis
dipengaruhi oleh
jarak perusahaan
dengan sungai.
Nilai kerugian yang
dihasilkan yaitu
sebesar Rp 4 070 167
288 dan sebagian
masyarakat bersedia
untuk direlokasi.
Nilai kerugian
ekonomi akibat banjir
yang dialami
responden adalah
Rp 910 446 920 serta
kerugian rata-rata
perkerugian rata-rata
per unit usaha adalah
Rp 22 761 173.
Nilai kerugian yang
dialami masyarakat
akibat banjir adalah
Rp 21 905 140 464.
Kerugian ekonomi
akibat banjir terbesar
adalah di Jerman
yaitu senilai 14,260
milyar Euro dan Italia
senilai 13,100 milyar
Euro.
yang terkena banjir.
Kerugian ekonomi
dinilai pada sektor
bisnis dan
menggunakan
analisis regresi
untuk menilai
korelasi antara jarak
sungai dengan
kerugian.
Pembahasan
menggunakan Stage
Damage Function
(SDF) dan tidak
dibahas mengenai
kebijakan yang
harus diterapkan.
Nilai kerugian
ekonomi akibat
banjir pada sektor
komersil dan
menggunakan Stage
Damage Function
(SDF).
Nilai kerugian yang
didapat adalah
kerugian pada
sektor pemukiman
dan sarana umum.
Penilaian kerugian
ekonomi dilakukan
dengan menghitung
seluruh kerusakan
dan kehilangan
secara makro.
Sumber: Diolah dari berbagai sumber
14
15
III KERANGKA PEMIKIRAN
Sungai Citarum merupakan sungai penyangga bagi kehidupan masyarakat
Propinsi Jawa Barat dan DKI Jakarta. Peranan penting Sungai Citarum adalah
sebagai penunjang aktivitas domestik, industri, irigasi pertanian, penyedia air
baku, dan PLTA. Peningkatan jumlah penduduk dan aktivitas ekonomi
menyebabkan tingginya alih fungsi lahan di sekitar DAS Citarum Hulu. Kondisi
Sungai Citarum saat ini mengalami degradasi tanah maupun air akibat adanya
sedimentasi dan erosi. Berkurangnya area tutupan lahan di sekitar DAS Citarum
juga menyebabkan penyempitan lebar sungai. Kondisi tersebut berimplikasi pada
penurunan kualitas dan kuantitas air DAS Citarum Hulu.
Kondisi lahan kritis wilayah hulu Sungai Citarum pada tahun 2013 tercatat
seluas 38508,680 Ha dari total luas wilayah 232907,660 Ha. Peningkatan konversi
kawasan hutan menjadi pertanian menyebabkan tingginya laju erosi dan
sedimentasi. Berkurangnya daerah resapan air hujan di wilayah hulu juga
menyebabkan run off yang tinggi karena langsung jatuhnya air hujan ke badan
sungai.
Kabupaten Bandung merupakan wilayah yang dikelilingi oleh gunung dan
memiliki topografi alami berupa cekungan yang dikenal dengan istilah Cekungan
Bandung. Kondisi alami ini merupakan tempat muara aliran Sungai Citarum
sehingga saat musim hujan turun di beberapa wilayah hulu Sungai Citarum, banjir
menjadi bencana yang rutin terjadi.
Intensitas curah hujan yang tinggi pada bulan Februari, Maret, April,
November dan Desember 2015 meningkatkan debit air beberapa anak Sungai
Citarum yang bermuara di Sungai Citarum seperti Sub DAS Citarik,
Cikapundung, Cirasea, Cisangkuy, Ciwidey, Cikeruh, Cipamokolan, Cigado, dan
Cisaranten. Kondisi Sungai Citarum yang sempit dan dangkal tidak dapat
menahan debit air yang meningkat sehingga air sungai meluap ke pemukiman
warga. Kelurahan Andir adalah salah satu kelurahan yang mengalami banjir akibat
luapan Sungai Citarum. Banjir yang terjadi di Kelurahan Andir mencapai
ketinggian hampir tiga meter. Pertemuan aliran Sungai Citarum dan Sungai
Cisangkuy dengan debit yang besar menyebabkan backwater sehingga air sungai
meluap ke pemukiman masyarakat. Belum optimalnya penanganan banjir turut
16
berperan dalam kejadian banjir yang terus terjadi di Kelurahan Andir. Penelitian
ini dilatarbelakangi adanya penurunan kualitas dan kuantitas air DAS Citarum
Hulu sehingga terjadi banjir saat hujan turun dengan intensitas yang tinggi.
Tujuan pertama dari penelitian ini adalah menganalisis persepsi masyarakat
mengenai banjir. Persepsi masyarakat meliputi kenyamanan tinggal di lokasi
rawan banjir, penyebab banjir, dampak banjir terhadap aktivitas ekonomi, dan
kondisi lingkungan setelah banjir. Persepsi masyarakat diidentifikasi dengan
analisis deskriptif dan hasilnya disajikan dalam bentuk tabel.
Tujuan kedua dari penelitian ini adalah mengestimasi kerugian ekonomi
masyarakat yang terkena dampak banjir luapan Sungai Citarum. Kerugian
ekonomi yang dinilai adalah kerugian langsung dan tidak langsung akibat banjir
tahun 2015. Kerugian langsung mencakup biaya perbaikan bangunan rumah,
perbaikan peralatan rumah tangga, dan biaya kehilangan peralatan rumah tangga.
Kerugian tidak langsung mencakup biaya kesehatan, pendapatan yang hilang
akibat tidak bekerja selama banjir, dan biaya tambahan yang dikeluarkan akibat
banjir. Kerugian banjir tahun 2015 diestimasi dengan menggunakan metode biaya
perbaikan, biaya kehilangan, Cost of Illness, Opportunity Cost, dan biaya
tambahan.
Tujuan ketiga dari penelitian ini adalah mengidentifikasi rekomendasi
alternatif kebijakan untuk mengurangi dampak banjir. Pilihan kebijakan yang
dipilih untuk mengurangi dampak banjir merupakan kebijakan prioritas dan masih
terkendala oleh beberapa hal. Kebijakan-kebijakan yang sudah ada diurutkan
sesuai dengan nilai rata-rata bobot atribut. Pihak-pihak yang menjadi responden
dalam pembahasan ini adalah responden ahli yang mengetahui program
pengendali banjir, penentu kebijakan, dan pihak lain yang ikut terlibat dalam
pelaksanaan program. Melalui hasil yang diperoleh peneliti dapat memberikan
kebijakan terbaik yang menjadi masukan bagi pemerintah untuk mengurangi
dampak banjir. Metode yang digunakan adalah metode analisis deskriptif dengan
menggunakan Technique for Order Preference by Similarity to Ideal Solution
(TOPSIS). Berdasarkan uraian diatas, secara rinci kerangka pemikiran dapat
dilihat pada Gambar 1.
17
Peningkatan debit air di Sungai Citarum
DAS Citarum Hulu
Peningkatan pembangunan
Peningkatan sedimentasi dan erosi
Topografi berupa cekungan
Intensitas curah hujan yang tinggi di daerah hulu
Banjir luapan sungai di Kelurahan Andir
Kerugian ekonomi
masyarakat
Kebijakan
alternatif untuk
mengurangi
dampak banjir
Biaya
Kehilangan
dan Biaya
Perbaikan
Biaya
Kesehatan
Pendapatan
yang Hilang
Biaya
Tambahan
Persepsi
masyarakat
mengenai banjir
Kerugian
Langsung
Kerugian Tidak
Langsung
Pendekatan
Harga
Pasar
Cost of
Illness
Pendekatan
Harga
Pasar
Opportunity
Cost
Total Kerugian Ekonomi Masyarakat
Rekomendasi Alternatif Kebijakan untuk Mengurangi
Dampak Banjir
Analisis
Deskriptif
Analisis Deskriptif
dengan metode
TOPSIS
Gambar 1 Alur kerangka berpikir
19
IV METODE PENELITIAN
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di pemukiman Kelurahan Andir, Kecamatan
Baleendah, Kabupaten Bandung tepatnya di RW 09 dan RW 13. Pemilihan lokasi
penelitian dilakukan secara sengaja karena berdasarkan keterangan masyarakat
dan data banjir, lokasi ini mengalami dampak terparah dari banjir luapan Sungai
Citarum dilihat dari ketinggian banjir yang terjadi. Pengambilan data dilaksanakan
pada bulan Februari sampai April 2016.
4.2 Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh dari survei langsung dan wawancara dengan
menggunakan kuesioner kepada masyarakat yang terkena dampak banjir yang
dapat dilihat di Lampiran 10. Menurut Sugiyono (2014), kuesioner merupakan
teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat
pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Matriks
jenis dan sumber data dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Matriks jenis dan sumber data
No. Jenis Data Parameter Satuan Unit Sumber Data
1.
Data Primer
- Persepsi
masyarakat
- Biaya perbaikan
bangunan dan
peralatan RT
- Biaya
kehilangan
peralatan RT
- Biaya
pengobatan
- Pendapatan
yang hilang
- Biaya tambahan
- Alternatif
kebijakan untuk
mengurangi
dampak banjir
Ketinggian banjir (m),
kenyamanan tinggal,
penyebab banjir, dampak
banjir, dan kondisi
lingkungan setelah banjir
Rupiah
Rupiah
Rupiah
Rupiah
Rupiah
Kebijakan
Masyarakat
Masyarakat
Masyarakat
Masyarakat
Masyarakat
Masyarakat
BBWS Citarum,
SDAPE Kab.
Bandung, Bappeda
Kab. Bandung,
BPLH Kab.
Bandung, dan
Kelurahan Andir
20
Tabel 5 Matriks jenis dan sumber data (lanjutan) No. Jenis Data Parameter Satuan Unit Sumber Data
2. Data Sekunder - Gambaran umum
lokasi penelitian
- Jumlah penduduk
Kab. Bandung
- Program
pengendalian
banjir Citarum
Hulu
Luas wilayah (Ha),
jumlah penduduk
(jiwa/KK)
Jiwa
Program
Kelurahan Andir
Bappeda Kab.
Bandung
BBWS Citarum
Berdasarkan Tabel 5, data primer yang dibutuhkan antara lain persepsi
masyarakat mengenai banjir, total biaya yang dikeluarkan masyarakat akibat
banjir, dan kebijakan yang dilakukan untuk mengurangi dampak banjir. Data
sekunder yang dibutuhkan antara lain yaitu data-data yang terkait dengan lokasi
penelitian, data mengenai program-program untuk mengurangi dampak banjir,
serta data lain yang dibutuhkan dalam penelitian. Data sekunder ini diperoleh dari
buku referensi, internet, informasi dari kantor Kelurahan Andir, Balai Besar
Wilayah Sungai Citarum (BBWS Citarum), Badan Perencanaan dan
Pembangunan (Bappeda) Kabupaten Bandung, Badan Penanggulangan Bencana
Daerah (BPBD) Kabupaten Bandung, Badan Pengendalian Lingkungan Hidup
(BPLH) Kabupaten Bandung, Dinas Sumberdaya Air Pertambangan Energi
(SDAPE) Kabupaten Bandung, serta Badan atau Lembaga terkait dengan
penelitian. Data primer dan sekunder yang diperoleh diolah baik secara kuantitatif
maupun kualitatif.
4.2 Metode Pengambilan Contoh
Pengambilan contoh dilakukan dengan metode multistage random
sampling (MRS) dan snowball sampling. MRS adalah penarikan sampel dimana
pemilihan elemen anggota sampel dilakukan secara bertahap (by stage) (Gulo
2005). Pengambilan sampel dilakukan secara acak dan bertahap. Tahap pertama
adalah memilih Kelurahan Andir sebagai kelurahan yang rawan banjir. Tahap
kedua yaitu memilih RW secara sengaja yang paling rawan mengalami banjir.
Tabel 6 Data bencana banjir di Kelurahan Andir Desember 2015 No Lokasi Ketinggian air (cm)
1.
2.
3.
4.
RW 06
RW 07
RW 09
RW 13
10-50
10-50
30-80
30-80
Sumber: Kelurahan Andir (2015)
21
Berdasarkan Tabel 6 menunjukkan bahwa RW 09 dan RW 13 merupakan
RW paling rawan banjir dilihat dari ketinggian banjir yang lebih tinggi dibanding
dua RW lainnya. Wilayah ini dipilih karena memiliki kriteria yang sesuai, yaitu
seluruh RT di RW 09 dan 13 tergenang banjir. Menurut hasil pengamatan, banjir
di RW 09 dan RW 13 lebih tinggi karena posisinya yang berada di antara dua
sungai. Tahap ketiga yaitu memilih rumah tangga yang dijadikan sebagai
responden dari dua RW terpilih. Responden yang diambil pada penelitian ini
adalah 103 KK di kedua RW.
Snowball sampling digunakan untuk mengetahui informasi mengenai
alternatif kebijakan untuk mengurangi dampak banjir. Menurut Sugiyono 2014,
dalam penentuan sampel pertama-tama dipilih satu atau dua orang tetapi karena
dengan dua orang ini belum merasa lengkap terhadap data yang diberikan, maka
peneliti mencari orang lain yang dipandang lebih tahu dan dapat melengkapi data.
Pada penelitian ini, pihak yang dijadikan responden adalah sebanyak 16
stakeholders yang terdiri dari BBWS Citarum, Dinas SDAPE Kabupaten
Bandung, Dinas BPLH Kabupaten Bandung, Bappeda Kabupaten Bandung, dan
Lurah Kelurahan Andir.
4.3 Metode Pengolahan dan Analisis Data
Metode pengolahan dan analisis data dilakukan secara manual dan
menggunakan komputer dengan program Microsoft Office Excel 2007. Data
diolah dan dianalisis secara deskriptif serta disajikan dalam bentuk diagram, tabel,
dan perhitungan matematis. Matriks metode analisis yang digunakan untuk
menjawab tujuan-tujuan dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 7 Matriks metode analisis data No. Tujuan Penelitian Sumber Data Metode Analisis Data
1.
2.
3.
Persepsi masyarakat mengenai
banjir
Estimasi nilai kerugian ekonomi
masyarakat akibat banjir
- Biaya perbaikan
- Biaya kehilangan
- Pendapatan yang hilang
- Biaya kesehatan
- Biaya tambahan
Rekomendasi alternatif kebijakan
untuk mengurangi dampak banjir.
Data primer
Data primer dan data
sekunder
Wawancara masyarakat
Wawancara masyarakat
Wawancara masyarakat
Wawancara masyarakat
Wawancara masyarakat
Data primer dan
sekunder badan dan
instansi terkait
Analisis deskriptif
Metode valuasi
ekonomi
Pendekatan harga pasar
Pendekatan harga pasar
Opportunity Cost
Cost of Illness
Pendekatan harga pasar
Analisis deskriptif dan
TOPSIS
22
4.3.1 Identifikasi Persepsi Masyarakat
Metode analisis data yang digunakan untuk mengidentifikasi persepsi
masyarakat mengenai banjir adalah analisis deskriptif. Metode deskriptif adalah
suatu metode dalam meneliti status kelompok, manusia, suatu objek, suatu set
kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang
(Nazir 2003). Tujuan analisis deskriptif adalah untuk membuat deksripsi,
gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat
serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Identifikasi persepsi masyarakat
meliputi ketinggian banjir di dalam rumah, kenyamanan masyarakat tinggal di
lokasi rawan banjir, penyebab banjir, dampak banjir terhadap aktivitas ekonomi,
dan kondisi lingkungan setelah banjir.
4.3.2 Estimasi Nilai Kerugian Ekonomi Masyarakat Akibat Banjir
Nilai kerugian ekonomi masyarakat akibat banjir yang dihitung dalam
penelitian ini adalah nilai kerugian langsung (direct) dan kerugian tidak langsung
(indirect). Kerugian langsung meliputi biaya kehilangan peralatan rumah tangga,
biaya perbaikan peralatan rumah tangga, dan biaya perbaikan bangunan. Kerugian
tidak langsung meliputi biaya pengobatan, kehilangan pendapatan, biaya
pencegahan dan biaya tambahan. Berikut adalah metode-metode yang digunakan
dalam penelitian ini:
4.3.2.1 Pendekatan Harga Pasar Sebenarnya
Kerugian fisik yang dialami masyarakat akibat banjir meliputi kerusakan
komponen rumah dan peralatan rumah tangga diestimasi dengan menggunakan
metode pendekatan harga pasar sebenarnya, yaitu biaya perbaikan, biaya
kehilangan, dan biaya tambahan. Biaya perbaikan yang ditanggung masyarakat
dihitung dari jumlah uang yang dikeluarkan untuk memperbaiki komponen rumah
dan peralatan rumah tangga yang rusak akibat banjir. Nilai rata-rata perbaikan
dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut ini (Novita et al. 2014):
RBPK = ∑
........................................................................................(1)
Keterangan:
RBPK = Rata-rata biaya perbaikan (Rp/KK)
= Biaya perbaikan responden ke-i (Rp)
n = Jumlah responden
23
i = Responden ke-i (1,2,3,…,n)
Biaya kehilangan masyarakat akibat banjir diestimasi dari nilai sisa
peralatan rumah tangga yang dilihat dari harga beli dengan mempertimbangkan
biaya penyusutan per tahun. Metode yang digunakan untuk penyusutan dalam
penelitian ini adalah metode garis lurus (Straight Line Method). Metode garis
lurus menghasilkan jumlah beban penyusutan yang sama setiap tahun sepanjang
umur manfaat barang (Warren et al. 2005). Asumsi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah nilai sisa pada akhir tahun masa manfaat barang sama dengan
nol. Nilai penyusutan peralatan rumah tangga per tahun dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan berikut:
NP =
…………………………………………………………………..(2)
Keterangan:
NP = Nilai penyusutan barang (Rp/tahun)
HB = Harga beli barang (Rp)
MM = Masa manfaat (tahun)
Penyusutan adalah penyesuaian nilai dengan adanya penurunan kapasitas
atau manfaat dari suatu aset. Ukuran manfaat dari masing-masing aset berbeda.
Manfaat aset yang tidak dapat terkuantifikasi secara spesifik menggunakan
indikator pengganti seperti prakiraan potensi masa manfaat (KSAP 2007). Biaya
kehilangan peralatan rumah tangga merupakan nilai sisa peralatan pada tahun
terjadinya kerusakan. Biaya kehilangan peralatan rumah tangga dapat dihitung
dengan menggunakan persamaan berikut:
BK = HB-AP …………………………………………………………(3)
Keterangan:
BK = Biaya kehilangan (Rp)
HB = Harga beli (Rp)
AP = Akumulasi penyusutan (Rp)
Selanjutnya rata-rata biaya kehilangan peralatan dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan berikut:
RBK = ∑
…………………………………………………………(4)
Keterangan:
RBK = Rata-rata kehilangan peralatan rumah tangga (Rp/KK)
= Biaya kehilangan responden ke-i (Rp)
n = Jumlah responden
24
i = Responden ke-i (1,2,3,…,n)
Biaya tambahan dikeluarkan oleh responden akibat adanya pengeluaran
tambahan akibat banjir. Pengeluaran yang dimaksud adalah biaya untuk menyewa
rumah selama banjir, tambahan ongkos transportasi karena harus menggunakan
perahu, dan pembelian air mineral galon untuk keperluan minum dan masak
karena air sumur tidak dapat digunakan selama banjir. Biaya tambahan dapat
dihitung dengan menggunakan persamaan berikut:
BT = ∑
……………….………………………………………….(5)
Keterangan:
BT = Rata-rata biaya tambahan (Rp/KK)
= Biaya tambahan responden ke-i (Rp)
n = Jumlah responden
I = Responden ke-i (1,2,3,…,n)
4.3.2.2 Cost of Illness
Banjir yang terjadi di pemukiman masyarakat menimbulkan penyakit.
Masyarakat yang terkena penyakit mengeluarkan sejumlah biaya untuk berobat.
Cost of Illness merupakan metode yang digunakan untuk mengestimasi kerugian
masyarakat karena sakit. Biaya kesehatan masyarakat dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan berikut (Novita et al. 2014):
MC = ∑
……………...……………………………………………(6)
Keterangan:
MC = Biaya pengobatan per responden (Rp/KK)
= Biaya berobat responden ke-i (Rp)
n = Jumlah responden
i = Responden ke-i (1,2,3,…,n)
4.3.2.3 Pendapatan yang Hilang (Opportunity Cost)
Opportunity cost merupakan metode yang digunakan untuk melihat
jumlah kerugian yang dialami masyarakat karena banjir menghalangi aktivitas
bekerja. Kerugian ini diestimasi dengan biaya pendekatan biaya kesempatan atau
pendapatan yang hilang. Pendapatan yang hilang merupakan pendapatan harian
yang tidak diterima oleh masyarakat karena memilih untuk tidak bekerja dan atau
untuk membersihkan rumah. Besaran Opportunity Cost dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan berikut (Novita et al. 2014):
25
HP = ∑
………………..…………………………… (7)
Keterangan:
HP = Hilangnya pendapatan per responden (Rp/KK)
PRi = Pendapatan harian responden ke-i (Rp/hari)
LBi = Lama tidak bekerja responden ke-i (hari)
n = Jumlah responden (KK)
i = Responden ke-i (1,2,3,…,n)
4.3.3 Rekomendasi alternatif kebijakan untuk mengurangi dampak banjir
Upaya pengurangan dampak banjir dikaji menggunakan analisis deskriptif
melalui wawancara dengan stakeholder yang mengerti tentang banjir serta para
penentu kebijakan pengelolaan banjir. Kebijakan-kebijakan yang dianggap
berpotensi dapat mengurangi dampak banjir kemudian dianalisis dengan metode
Technique for Order Preference by Similarity to Ideal Solution (TOPSIS).
Topsis adalah metode pengambilan keputusan multi atribut yang dimana
alternatif terpilih yang terbaik tidak hanya memiliki jarak terpendek dari solusi
ideal positif, namun juga memiliki jarak terpanjang dari solusi ideal negatif
(Kusumadewi et al. 2006). Kurniasih (2013) menyatakan bahwa solusi ideal
positif didefinisikan sebagai jumlah dari seluruh nilai terbaik yang dapat dicapai
untuk setiap atribut, sedangkan solusi ideal negatif terdiri dari seluruh nilai
terburuk yang dicapai untuk setiap atribut. Pembobotan metode TOPSIS dihitung
berdasarkan tingkat kepentingan, yaitu:
1 = Sangat tidak sesuai
2 = Tidak sesuai
3 = Cukup sesuai
4 = Sesuai
5 = Sangat sesuai
Secara umum, prosedur TOPSIS mengikuti langkah-langkah sebagai
berikut:
1. Membuat matriks keputusan yang ternormalisasi,
2. Membuat matriks keputusam yang ternormalisasi terbobot,
3. Menentukan matriks solusi ideal positif dan matriks solusi ideal negatif
4. Menentukan jarak antara nilai setiap alternatif dengan matriks solusi ideal
positif dan matriks solusi ideal negatif
5. Menentukan nilai preferensi untuk setiap altenatif
26
TOPSIS membutuhkan rating kinerja setiap alternatif Ai pada setiap
kriteria Cj yang ternormalisasi, yaitu (Kusumadewi 2006):
=
√∑
………………..…………………………………………(8)
Keterangan:
i
j =
=
1,2,….m
1,2,…,n
Solusi ideal positif A+
dan solusi ideal negatif A-
dapat ditentukan
berdasarkan rating bobot ternormalisasi (yij) sebagai:
= ………………..………………………………..……………(9)
Keterangan:
i
j =
=
1,2,….m
1,2,…,n
Keterangan:
A+
A-
=
=
( +,
+,…,
+)
( -,
-,…,
-)
dengan
+
=
maks i ; jika j adalah atribut keuntungan
min i ; jika j adalah atribut biaya
-
=
min i ; jika j adalah atribut keuntungan
maks i ; jika j adalah atribut biaya
Jarak antara alternatif Ai dengan solusi ideal positif dirumuskan sebagai:
+ =
√∑
+ -
2 ; i=1,2,…,m
Jarak antara alternatif Ai dengan solusi ideal negatif dirumuskan sebagai:
- =
√∑
-
- )2; i=1,2,…,m
Nilai preferensi untuk setiap alternatif (Vj) diberikan sebagai:
=
; i=1,2,…,m
Nilai Vi yang lebih besar menunjukkan bahwa alternatif Ai lebih dipilih.
Analisis alternatif kebijakan pengurangan dampak banjir dalam penelitian ini
terdiri dari tiga yaitu pembuatan kolam retensi Cieunteung, pembuatan floodway
Cisangkuy dan pembangunan check dam di DAS Citarum Hulu. Ketiga alternatif
kebijakan dilakukan oleh BBWS Citarum yang belum selesai dilaksanakan karena
27
beberapa kendala. Atribut untuk memilih ketiga alternatif kebijakan tersebut
adalah berdasarkan biaya, manfaat, dan waktu pelaksanaan. Ketiga atribut
dianalisis berdasarkan sisi ekonomi dan lingkungan.
Proses wawancara kepada stakeholder adalah menanyakan bobot dari
ketiga atribut yang jika dijumlahkan akan menghasilkan nilai 1. Tahap selanjutnya
yaitu memberikan preferensi dari masing-masing alternatif kebijakan berdasarkan
atribut dengan range 1-5. Kebijakan dengan nilai tertinggi adalah kebijakan yang
dipilih untuk mengurangi dampak banjir. Selain itu, pada penelitian ini juga
dibahas mengenai alasan stakeholder memilih kebijakan. Matriks TOPSIS dapat
digambarkan dalam Tabel 8.
Tabel 8 Alternatif kebijakan
Alternatif
Atribut
Biaya Manfaat Waktu
pelaksaaan
Pembuatan kolam retensi Cieunteung
Pembuatan floodway Cisangkuy
Pembangunan check dam di DAS Citarum Hulu
Bobot
Sumber: Hasil analisis data (2016)
29
V GAMBARAN UMUM
5.1 Gambaran Umum Wilayah Penelitian
Kelurahan Andir merupakan salah satu kelurahan yang termasuk kedalam
wilayah Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung. Luas wilayah Kelurahan
Andir adalah sebesar ± 378,291 Ha dengan luas pemukiman sebesar 155,900 Ha.
Secara administratif, Kelurahan Andir berbatasan dengan Desa Citeureup di
sebelah utara, Desa Malakasari di sebelah selatan, Desa Bojongmalaka di sebelah
barat, dan Kelurahan Baleendah di sebelah timur. Struktur wilayah Rukun Warga
(RW) Kelurahan Andir dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9 Wilayah menurut Rukun Warga di Kelurahan Andir Tahun 2016
No RW/Nama kampung Jumlah
KK
Jumlah Penduduk (jiwa) Jumlah
(jiwa) Laki-laki Perempuan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
RW 01 Parunghalang
RW 02 Parunghalang
RW 03 Ciodeng I
RW 04 Sadang sari
RW 05 Cibadak
RW 06 Ciputat
RW 07 Muara
RW 08 Kulalet
RW 09 Jambatan
RW 10 Babakan sadar
RW 11 Reungascondong
RW 12 Sukamelang
RW 13 Ciputat
Kelurahan Andir
763
981
712
602
604
426
523
686
658
731
844
840
364
8734
1294
1681
1228
1093
1068
784
819
1142
1174
1171
1425
1441
619
14939
1280
1742
1134
922
992
709
829
1136
1185
1113
1395
1399
610
14446
2574
3423
2362
2015
2060
1493
1648
2278
2359
2284
2820
2940
1229
29385
Sumber: Rekapitulasi penduduk Kelurahan Andir (2016)
Tabel 9 menunjukkan bahwa jumlah penduduk Kelurahan Andir tahun
2016 sebanyak 29 385 jiwa yang terdiri dari 14.939 jiwa laki-laki dan 14 446 jiwa
perempuan. Kelurahan Andir terdiri dari 13 RW (Rukun Warga).
Kelurahan Andir terletak di lokasi strategis yang menghubungkan Kota
Bandung dengan Kabupaten Bandung. Banyak kaum pendatang membeli lahan
dan membangun rumah karena dekat dengan pusat kegiatan perekonomian dan
fasilitas umum. Adanya pasar kecamatan, unit usaha, dan pabrik garmen yang
terdapat di sepanjang jalan kelurahan menjadi tempat bekerja masyarakat. Jalan
raya yang terdapat di Kelurahan Andir dikenal dengan sebutan jalan raya
Dayeuhkolot dahulunya merupakan pusat Kabupaten Bandung dan menjadi salah
30
satu lokasi yang banyak dipilih oleh pendatang. Setelah tahun 1986, pusat
kabupaten dipindahkan ke Soreang karena terjadi banjir besar.
Tabel 10 Jarak geografis Kelurahan Andir No. Indikator Jarak (km)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Jarak ke gunung
Jarak ke laut
Jarak ke sungai
Jarak ke pinggiran sungai
Jarak ke pasar
Jarak ke bandara
Jarak ke terminal
Jarak ke tempat hiburan
Jarak ke tempat wisata
Jarak ke kantor polisi/militer
Jarak ke perbatasan kabupaten
Jarak ke stasiun
Jarak ke pemerintahan kecamatan
Jarak ke pemerintahan kabupaten/kota
Jarak ke pemerintahan propinsi
3
100
0.1
0.1
2
20
2
2
4
2
20
24
3
16
15
Sumber: Profil Kelurahan Andir Semester II Tahun 2015
Berdasarkan Tabel 10 menunjukkan bahwa Kelurahan Andir merupakan
lokasi yang strategis ke pasar, terminal, tempat hiburan, dan tempat wisata. Hal
tersebut mendorong banyaknya pendatang untuk tinggal dan mencari pekerjaan di
daerah sekitar. Selain itu, jarak kelurahan ke sungai sangat dekat yaitu berjarak
100 meter sehingga menyebabkan daerah rawan banjir.
Daerah yang menjadi fokus penelitian adalah RW 09 Kampung Jambatan
dan RW 13 Kampung Ciputat. Kedua RW tersebut merupakan RW terparah yang
mengalami banjir akibat pertemuan dua aliran sungai. Posisi pemukiman
penduduk di RW 09 Kampung Jambatan sejajar dengan aliran Sungai Cisangkuy
yang merupakan Sub DAS Citarum (lihat di Lampiran 1). Aliran Sungai
Cisangkuy awalnya secara alami berkelok namun sekitar tahun 1990 dibuat lurus
sehingga aliran Sungai Cisangkuy tepat di RW 09 bertabrakan dengan aliran
Sungai Citarum. Aliran Sungai Cisangkuy yang tidak terpakai dibiarkan tidak
terawat sehingga menimbulkan kondisi yang sangat buruk dan bau sangat
menyengat. Saat musim hujan turun dengan intensitas tinggi menyebabkan air
pada Sungai Cisangkuy yang mengalir masuk menuju Sungai Citarum
bertabrakan dan mengalami backwater sehingga meluap dan masuk ke
pemukiman warga. Kondisi yang sama juga terjadi di RW 13 Kampung Ciputat
yang merupakan pertemuan antara Sungai Citarum dengan Kali Ciputat.
31
5.2 Gambaran Umum Sungai Citarum
Sungai Citarum yang mengalir di Kelurahan Andir berwarna coklat dan
keruh. Aliran sungai lambat akibat banyaknya sampah yang berada di tengah dan
sisi sungai. Selain itu, sungai mengalami pendangkalan yang dapat dibuktikan
dengan dapat terlihatnya tanah di bawah aliran sungai. Tembok penahan banjir di
sisi-sisi sungai banyak mengalami kerusakan yang dapat memudahkan air untuk
masuk ke pemukiman masyarakat. Menurut Badan Pengendalian Lingkungan
Hidup Kabupaten Bandung Tahun 2015, Sungai Citarum telah mengalami
pencemaran.
Tabel 11 Indeks kualitas Sungai Citarum
Tahun Mutu Air
Jumlah Titik
Sampel yang
Memenuhi
Mutu air
Persentase
Pemenuhan
Mutu Air (%)
Bobot Nilai
Indeks
Nilai Indeks
per Mutu Air
2012
Memenuhi
Ringan
Sedang
Berat
0
0
5
70
0
0
7
93
70
50
30
10
0,000
0,000
2,000
9,330
2013
Memenuhi
Ringan
Sedang
Berat
0
0
0
75
0
0
0
100
70
50
30
10
0,000
0,000
0,000
10,000
2014
Memenuhi
Ringan
Sedang
Berat
0
0
0
75
0
0
0
100
70
50
30
10
0,000
0,000
0,000
10,000
Sumber: Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Kabupaten Bandung (2014)
Berdasarkan Tabel 11, kualitas Sungai Citarum dari tahun 2012 sampai
2014 mengalami penurunan. Sebanyak 75 titik yang dijadikan sampel di
sepanjang sungai tidak ada satupun yang memenuhi mutu air. Penetapan status
cemar berat pada air sungai dibuktikan oleh tingginya parameter total E. coli dan
atau Fekal coliform yang bersumber dari limbah domestik dan peternakan. Selain
itu juga limbah industri menjadi pencemar pada air Sungai Citarum.
Hasil penilaian kualitas Sungai Citarum juga sama dengan air banjir yang
masuk ke pemukiman masyarakat. Air banjir yang menggenang berwarna coklat
dan berbau menyengat. Menurut masyarakat, air banjir yang masuk ke rumah
berbau lebih dari aroma sampah dan juga berwarna hitam.
Sungai Citarum yang mengalir di RW 13 dikelilingi oleh bronjong, yaitu
tanggul sederhana penahan air sungai yang terbuat dari batu yang dililit dengan
kawat. Menurut pihak BBWS Citarum, pekerjaan bronjong tersebut merupakan
32
pekerjaan sementara dalam menangani banjir. Masyarakat menilai bronjong yang
dibuat tidak dapat menahan air Sungai Citarum saat debit tinggi sehingga banjir
masih tetap terjadi.
5.3 Gambaran Umum Daerah Cekungan Bandung
Cekungan Bandung merupakan suatu cekungan (basin) yang dikelilingi
oleh gunung api dengan ketinggian 650 meter sampai lebih dari 2000 meter
(Narulita et al. 2008). Secara geologi, Cekungan Bandung dan sekitarnya tersusun
oleh batuan gunung api, sehingga sumber daya geologinya yang berupa energi,
lingkungan, dan mineral juga berasal dari kegiatan gunung api. Daerah yang
termasuk kedalam Cekungan Bandung adalah Kota Bandung, Kabupaten
Bandung, dan sebagian Kota Cimahi dan Kota Sumedang. Aliran Sungai Citarum
bagian hulu berada di daerah Cekungan Bandung yang memiliki elevasi lebih
rendah dibanding di daerah lain.
Air tanah di daerah Cekungan Bandung telah banyak dieksploitasi untuk
pemenuhan kebutuhan domestik, perumahan, dan industri perkotaan.
Perkembangan pembangunan yang pesat menyebabkan penurunan ketersediaan
air tanah dan menyebabkan peningkatan kedalaman tanah. Cekungan Bandung
mengalami penurunan kedalaman sekitar 5 hingga 7,3 sentimeter per tahun
sehingga menyebabkan daerah ini diibaratkan seperti sebuah mangkuk (lihat di
Lampiran 2).
Eksploitasi air tanah yang cukup tinggi memberikan beberapa dampak
negatif, antara lain pada musim kemarau kualitas dan kuantitas air Sungai Citarum
sangat rendah sehingga mengakibatkan terjadinya kekurangan air bersih di
beberapa tempat dan saat musim hujan, air Sungai Citarum meluap sehingga
menyebabkan banjir tahunan di daerah dataran rendah dan sepanjang aliran sungai
(Narulita et al. 2008).
5.4 Gambaran Umum Banjir Luapan Sungai
Banjir adalah proses mengalirnya air permukaan di area yang tidak terdapat
air saat kondisi normal (Halounova 2014). Menurut Kodoatie dan Sugiyanto
(2002) ada dua peristiwa banjir, yaitu pertama banjir atau genangan yang terjadi
pada daerah yang biasanya tidak terjadi banjir dan kedua persitiwa banjir terjadi
33
karena limpasan air banjir dari sungai karena debit air tidak mampu dialirkan oleh
alur sungai. Banjir luapan sungai biasanya terjadi secara musiman saat curah
hujan di daerah aliran sungai (DAS ) tinggi dan berlangsung lama.
Perubahan tata guna lahan sepanjang DAS dengan adanya pemukiman dan
industri menyebabkan kenaikan run-off yang signifikan dan pengurangan resapan
air (Kodoatie 2013). Lebar sungai yang semakin menyempit dan adanya
sedimentasi akibat kegiatan rumah tangga serta industri membuat air sungai tidak
bisa tertahan saat hujan turun dengan intensitas yang tinggi. Dampak yang
ditimbulkan adalah saat limpasan air yang sangat deras maka akan menimbulkan
genangan air di permukaan kawasan permukiman yang biasa disebut banjir.
Berdasarkan alur kerusakan sumberdaya alam dan lingkungan, banjir di
Kelurahan Andir dapat dijelaskan secara sederhana sebagai berikut:
1. Release. Kerusakan Sungai Citarum dirasakan dan diketahui berdasarkan
jumlah erosi, sedimentasi, dan run off yang tinggi akibat kerusakan di
daerah hulu.
2. Pathway. Hujan dengan intensitas yang tinggi setiap bulannya
menyebabkan peningkatan debit air anak-anak Sungai Citarum hulu yang
masuk ke Sungai Citarum tepat berada di Kabupaten Bandung, khususnya
Kelurahan Andir.
3. Exposure. Peningkatan debit air Sungai Citarum yang melebihi kapasitas
normal menyebabkan air sungai meluap ke jalan raya dan pemukiman
masyarakat, ditambah dengan adanya backwater dari Sungai Cisangkuy.
4. Injury. Banjir menggenangi pemukiman masyarakat dengan ketinggian dan
durasi tertentu serta menyebabkan kerusakan pada bangunan rumah dan
peralatan rumah tangga. Kondisi ini menimbulkan kerugian ekonomi
langsung maupun tidak langsung bagi masyarakat.
5.5 Karakteristik Rumah Tangga Sampel
Karakteristik masyarat merupakan hal yang penting untuk diidentifikasi
karena dapat mempengaruhi persepsi dan nilai kerugian masyarakat akibat banjir.
Selain itu, karakteristik juga dapat mempengaruhi kepedulian masyarakat terhadap
kondisi lingkungan. Karakteristik masyarakat diperoleh berdasarkan survei
34
40,777%
59,223%
laki-laki perempuan
terhadap 103 rumah tangga dari total populasi 1022 rumah tangga. Karakteristik
rumah tangga sampel diperoleh melalui wawancara dengan responden yang dilihat
dari beberapa aspek yaitu: jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir, jenis pekerjaan
kepala keluarga, pendapatan rumah tangga, status penduduk, dan status tempat
tinggal.
5.5.1 Jenis Kelamin
Jenis kelamin responden penting untuk diidentifikasi karena dapat
mempresentasikan jumlah masyarakat laki-laki dan perempuan secara
keseluruhan. Selain itu, jenis kelamin responden juga dapat memberikan informasi
yang akurat mengenai jumlah kerugian yang dialami akibat banjir. Perbandingan
persentase jenis kelamin dapat dilihat pada Gambar 2.
Jenis kelamin
Gambar 2 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin
Sumber: Data primer diolah (2016)
Gambar 2 menunjukkan bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin
perempuan dengan jumlah 61 orang atau sama dengan 59,223% sedangkan
responden laki-laki berjumlah 42 orang atau sama dengan 40,777%. Perbedaan
persentase antara responden perempuan dan laki-laki karena pelaksanaan survei
dilakukan sebagian besar pada hari kerja. Selain itu juga karena pada umumnya
perempuan lebih mengetahui pengeluaran rumah tangga akibat banjir sehingga
membantu peneliti dalam memperoleh data.
5.5.2 Usia
Usia menjadi salah satu atribut yang dapat mencerminkan pola pikir dan
kedewasaan seseorang dalam pengambilan suatu tindakan. Usia responden
berdampak terhadap daya ingat terhadap kejadian banjir dan nilai kerugian yang
dialami. Perbandingan persentase tingkat usia dapat dilihat pada Gambar 3.
35
5,825%
19,417%
33,010%
27,184%
14,563%
21-30 31-40 41-50 51-60 >60
34,951% 29,126%
33,981%
1,942%
SD SMP SMA Diploma
Usia (tahun)
Gambar 3 Karakteristik responden berdasarkan usia
Sumber: Data primer diolah (2016)
Gambar 3 menunjukkan bahwa jumlah responden terbesar terdapat pada
sebaran usia 41-50 tahun sebanyak 34 orang atau sama dengan 33,010%.
Prsesentase menunjukkan mayoritas responden masuk dalam usia produktif dan
masih bekerja.
5.5.3 Pendidikan Terakhir
Tingkat pendidikan berpengaruh terhadap kualitas jawaban responden.
Selain itu, usia responden berpengaruh terhadap persepsi mengenai penyebab
banjir. Perbandingan persentase pendidikan terakhir dapat dilihat pada Gambar 4.
Pendidikan terakhir
Gambar 4 Karakteristik responden berdasarkan pendidikan terakhir
Sumber: Data primer diolah (2016)
Gambar 4 menunjukkan bahwa mayoritas pendidikan terakhir responden
adalah SD sebanyak 36 orang atau sama dengan 34,951%. Responden yang
sebagian besar adalah orang dewasa mengaku tidak memperhatikan pendidikan
dan tidak memiliki biaya untuk melanjutkan sekolah.
5.5.4 Jenis Pekerjaan Kepala Keluarga
Jenis pekerjaan responden sangat beragam antara lain PNS, karyawan
swasta, wirausaha, pedagang, buruh pabrik, TNI/POLRI, buruh lepas, pensiunan,
36
28,155%
39,806%
15,534%
3,883% 6,796% 5,825%
0,971%
13,592%
35,922%
15,534%
1,942% 5,825%
8,738%
17,476%
dan lainnya seperti supir, tukang ojek, tukang parkir, dan tukang pijat. Perbedaan
persentase jenis pekerjaan dapat dilihat pada Gambar 5.
Jenis pekerjaan
Gambar 5 Karakteristik responden berdasarkan jenis pekerjaan KK
Sumber: Data primer diolah (2016)
Gambar 5 menunjukkan bahwa jumlah responden terbesar terdapat pada
jenis pekerjaan wirausaha sebesar 37 orang atau sama dengan 35,922%. Mayoritas
responden bekerja sebagai wirausaha karena didukung oleh mudahnya proses jual
beli di lingkungan Kelurahan Andir.
5.5.5 Pendapatan Rumah Tangga
Pendapatan rumah tangga dalam penelitian ini adalah penjumlahan
pendapatan suami dan istri. Pendapatan rumah tangga dapat berpengaruh terhadap
kesanggupan rumah tangga untuk memperbaiki peralatan yang rusak akibat banjir
serta nilai kerugian yang ditimbulkan. Pendapatan rumah tangga Perbedaan
persentase pendapatan rumah tangga responden dapat dilihat pada Gambar 6.
Pendapatan rumah tangga (Rp)
Gambar 6 Karakteristik responden berdasarkan pendapatan rumah tangga
Sumber: Data primer diolah (2016)
37
93,204%
6,796%
Milik sendiri Sewa
Gambar 6 menunjukkan bahwa besaran pendapatan rumah tangga
terbesar berada di kisaran Rp 1 500 000-Rp 2 500 000 sebanyak 41 rumah tangga
atau sama dengan 39,806%.
5.5.6 Status Tempat Tinggal
Status tempat tinggal mempengaruhi responden untuk tetap tinggal
walaupun di lokasi rawan banjir. Selain itu, status tempat tinggal juga dapat
mempengaruhi responden untuk melakukan perbaikan terhadap bangunan yang
rusak akibat banjir. Perbedaan persentase status tempat tinggal responden dapat
dilihat pada Gambar 7.
Status tempat tinggal
Gambar 7 Karakteristik responden berdasarkan status tempat tinggal
Sumber: Data primer diolah (2016)
Gambar 7 menunjukkan sebagian besar tempat tinggal responden
merupakan milik pribadi sebanyak 96 orang atau sama dengan 93,204% dan
sisanya merupakan sewa sebesar 6,796%. Responden memilih untuk membangun
rumah karena harga lahan yang murah dibanding di daerah lain dengan fasilitas
yang serupa.
5.5.7 Lama Tinggal
Lama tinggal responden mempengaruhi kehidupan dan kenyamanan
tinggal di lokasi rawan banjir. Sebagian besar responden merupakan warga asli
dan telah tinggal di Kelurahan Andir semenjak lahir. Lama tinggal responden juga
berpengaruh terhadap psikis responden. Perbedaan persentase lama tinggal
responden dapat dilihat pada Gambar 8.
38
33,981%
65,049%
≤60 >60
3,883%
13,592% 15,534%
26,214% 24,272%
16,505%
1-10 11-20 21-30 31-40 41-50 >50
Lama tinggal
Gambar 8 Karakteristik responden berdasarkan lama tinggal
Sumber: Data primer diolah (2016)
5.5.8 Luas Rumah
Luas rumah berpengaruh terhadap kenyamanan tinggal responden.
Responden memilih untuk tetap tinggal di lokasi rawan banjir karena
mempertahankan asset rumahnya masing-masing. Sebagian responden memiliki
luas rumah yang tergolong besar karena telah melakukan kegiatan pencegahan
terhadap banjir. Perbedaan persentase luas rumah responden dapat dilihat pada
Gambar 9.
Luas rumah (m)
Gambar 9 Karakteristik responden berdasarkan luas rumah
Sumber: Data primer diolah (2016)
Gambar 9 menunjukkan bahwa 65,049% responden atau sebanyak 68
responden memiliki rumah dengan luas lebih dari 60 meter. Rumah yang
ditinggali responden telah dihuni antara 31-40 tahun. Luas rumah responden
berpengaruh terhadap keputusan responden untuk tetap mempertahankan
bangunan rumah meski terletak di lokasi rawan banjir. Responden menyatakan
bahwa mempertahankan asset rumah dan kehidupan sosial yang telah terbentuk di
dalamnya jauh lebih baik dibanding direlokasi atau pindah ke tempat lain.
39
25,243%
74,757%
≤60 >60
5.5.9 Luas Tanah
Luas tanah yang dimiliki responden baik yang dimanfaatkan untuk
membangun rumah maupun kepentingan lain berpengaruh terhadap persepsi.
Perbedaan persentase luas tanah responden dapat dilihat pada Gambar 10.
Luas tanah (m)
Gambar 10 Karakteristik responden berdasarkan luas tanah
Sumber: Data primer diolah (2016)
Gambar 10 menunjukkan bahwa sebesar 74,757% responden atau sebanyak
68 responden memiliki tanah dengan luas lebih dari 60 meter di Kelurahan Andir.
Tanah tersebut dimanfaat untuk membangun rumah sepenuhnya ataupun disisakan
sebagian untuk kepentingan lain. Responden menyatakan bahwa secara ekonomi,
mempertahankan tanah lebih menguntungkan dibanding menjual atau direlokasi
ke tempat lain karena nilainya tidak sesuai dengan manfaat yang dirasakan. Tanah
merupakan asset yang yang memiliki nilai dan manfaat tersendiri sehingga
responden tidak menjualnya dan membeli di tempat lain.
40
41
VI PEMBAHASAN
6.1 Persepsi Masyarakat mengenai Banjir
Setiap responden akan memberikan persepsi yang berbeda terhadap satu
situasi yang sama karena terdapat banyak faktor yang mempengaruhi. Berikut
adalah persepsi masyarakat mengenai banjir yang terjadi di pemukiman Kelurahan
Andir tepatnya di RW 09 dan RW 13 akibat luapan Sungai Citarum.
6.1.1 Ketinggian Banjir
Banjir yang terjadi di Kelurahan Andir selama tahun 2015 terjadi pada
bulan Februari, Maret, April, November, dan Desember. Banjir menggenangi
rumah masyarakat dengan ketinggian yang berbeda. Ketinggian banjir bervariasi
tergantung intensitas hujan yang terjadi dan debit air yang ditampung Sungai
Citarum. Selain itu, posisi rumah juga berpengaruh terhadap ketinggian banjir
yang masuk ke dalam rumah. Perbedaan persentase ketinggian banjir dapat dilihat
pada Tabel 12.
Tabel 12 Karakteristik responden berdasarkan ketinggian banjir dalam rumah
No. Tinggi banjir (m) Sampel
Jumlah (KK) Persentase (%)
1. Banjir bulan Februari 2015
a. ≤2
b. 2<x≤3
c. >3
24
64
15
23,301
62,136
14,563
2. Banjir bulan Maret 2015
a. ≤2
b. 2<x≤3
c. >3
31
67
5
30,097
65,049
4,854
3. Banjir bulan April 2015
a. ≤1
b. <1x≤2
c. >2
53
41
9
51,456
39,806
8,738
4. Banjir bulan November 2015
a. ≤0,5
b. 0,5<x≤1
c. >1
17
75
11
16,505
72,816
10,680
5. Banjir bulan Desember 2015
a. ≤0,5
b. 0,5<x≤1
c. >1
33
60
10
32,039
58,252
9,709
Sumber: Data primer diolah (2016)
Tabel 12 menunjukkan bahwa banjir sebagian besar dialami responden
dengan ketinggian dua sampai tiga meter pada bulan Februari 2015 yaitu
sebanyak 64 KK atau sama dengan 62,136%. Banjir setinggi dua sampai tiga
42
meter juga dialami sebagian besar responden pada bulan Maret sebanyak 67 KK
atau sama dengan 65,049%. Pada bulan April banjir sudah mulai surut karena
hujan yang mulai berkurang sehingga sebagian besar responden hanya mengalami
banjir setinggi kurang dari satu meter sebanyak 53 KK atau sama dengan
39,806%. Bulan November hujan kembali turun dengan intensitas yang cukup
tinggi sehingga banjir kembali terjadi namun dengan ketinggian yang lebih
rendah. Sebagian besar responden mengalami banjir dengan ketinggian setengah
sampai satu meter sebanyak 75 KK atau sama dengan 72,816%. Banjir terjadi lagi
pada bulan Desember. Sebagian besar responden mengalami banjir dengan
ketinggian setengah sampai satu meter sebanyak 60 KK atau sama dengan
58,252%. Perbedaan ketinggian banjir yang masuk ke rumah masyarakat
bergantung pada posisi dan tinggi rumah serta intensitas hujan yang terjadi setiap
bulannya.
6.1.2 Kenyamanan Masyarakat Tinggal di Lokasi Rawan Banjir
Kelurahan Andir khususnya RW 09 dan RW 13 merupakan lokasi yang
sangat rawan terjadi banjir karena posisinya yang sejajar dengan aliran Sungai
Citarum. Kondisi ini membuat masyarakat selalu waspada dengan terjadinya
banjir yang datang secara rutin. Persentase kenyamanan responden tinggal di
lokasi rawan banjir dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13 Persepsi responden mengenai kenyaman tinggal
No. Kenyamanan tinggal Responden
Jumlah Persentase (%)
1.
2.
Nyaman
Tidak nyaman
73
30
70,874
29,126
Sumber: Data primer diolah (2016)
Tabel 13 menunjukkan bahwa berdasarkan hasil penelitian terhadap 103
responden di RW 09 dan RW 13, sebanyak 73 responden atau sama dengan
70,874% merasa nyaman tinggal di lokasi rawan banjir. Alasan kenyamanan
tinggal di lokasi ini karena letaknya yang strategis ke jalan raya dan fasilitas
umum serta sudah membiasakan diri dengan banjir. Sedangkan sebanyak 14
responden atau sama dengan 29,126% merasa tidak nyaman karena khawatir
dengan banjir yang datang tiba-tiba sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari.
Selain itu, responden merasa tidak nyaman karena sering terjadi pencurian isi
rumah ketika mereka mengungsi.
43
6.1.3 Penyebab Banjir
Banjir akibat luapan Sungai Citarum terjadi akibat beberapa penyebab.
Responden memiliki jawaban yang berbeda mengenai penyebab banjir yang
terjadi di tempat tinggalnya. Persentase persepsi masyarakat mengenai penyebab
banjir dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14 Persepsi masyarakat mengenai penyebab banjir
No. Penyebab banjir Responden
Jumlah Persentase (%)
1.
2.
3.
Sampah
Pendangkalan sungai
Curah hujan yang tinggi
31
56
16
30,097
54,369
15,534
Sumber: Data primer diolah (2016)
Berdasarkan Tabel 14, pengetahuan responden menunjukkan bahwa
sebagian besar menyatakan bahwa penyebab banjir adalah akibat pendangkalan
sungai yaitu sebanyak 56 responden atau sama dengan 54,369%. Sisanya
menyatakan penyebab banjir adalah sampah dan curah hujan yang tinggi.
Sebagian besar responden menyatakan banjir disebabkan oleh
pendangkalan sungai berdasarkan penilaian mereka terhadap perubahan kondisi
sungai. Sungai yang dangkal menyebabkan aliran air lambat sehingga ketika debit
air besar akan langsung meluap dan masuk ke pemukiman masyarakat. Selain itu,
sebanyak 56 responden menyatakan bahwa banyaknya sampah yang terlihat di
aliran sungai menghambat laju air sungai.
6.1.4 Dampak Banjir terhadap Aktivitas Ekonomi
Banjir menyebabkan terhambatnya aktivitas ekonomi masyarakat.
Sebagian masyarakat memilih untuk tidak bekerja karena sulitnya akses keluar
rumah menuju jalan raya dan atau karena membersihkan rumah dari banjir dan
endapan lumpur yang tersisa. Sebagian lain masyarakat tetap bekerja dengan
menggunakan perahu kayu untuk keluar rumah dan menganggap sudah
membiasakan diri dengan kondisi banjir. Persentase persepsi masyarakat
mengenai dampak banjir terhadap aktivitas ekonomi dapat dilihat pada Tabel 15.
Tabel 15 Persepsi masyarakat mengenai dampak banjir terhadap aktivitas
ekonomi
No. Dampak banjir terhadap aktivitas ekonomi Responden
Jumlah Persentase (%)
1.
2.
Mengganggu
Tidak mengganggu
38
65
36,893
63,107
Sumber: Data primer diolah (2016)
44
Sebanyak 65 responden atau sama dengan 63,107% menyatakan banjir
tidak mengganggu aktivitas ekonomi selama banjir dan sisanya menyatakan banjir
mengganggu aktivitas ekonomi. Responden menyatakan banjir tidak mengganggu
aktivitas ekonomi selama masih dapat dilalui dengan berjalan kaki ataupun
kendaraan. Responden yang memiliki usaha seperti warung tetap berjualan jika
ketinggian banjir belum merendam barang dagangan. Responden yang bekerja
sebagai karyawan atau pekerja memilih untuk tinggal di rumah saudara atau
kerabat sehingga masih dapat bekerja seperti biasa.
6.1.5 Kondisi Lingkungan Setelah Banjir
Banjir meninggalkan lumpur dan sampah yang tersisa di rumah dan
lingkungan rumah masyarakat. Selain itu, air banjir juga menyumbat saluran air
seperti selokan dan menimbulkan bau yang tidak sedap. Banyaknya rumah kosong
yang ditinggalkan pemiliknya membuat lingkungan menjadi lebih kotor.
Sebanyak 61 responden atau sama dengan 59,223% menyatakan lingkungan
cukup bersih setelah terjadi banjir sedangkan masing-masing 21 responden
menyatakan lingkungan bersih dan kotor setelah banjir. Persentase persepsi
masyarakat mengenai kondisi lingkungan setelah banjir dapat dilihat pada Tabel
16.
Tabel 16 Persepsi masyarakat mengenai kondisi lingkungan setelah banjir
No. Kondisi lingkungan setelah banjir Responden
Jumlah Persentase (%)
1.
2.
3.
Bersih
Cukup bersih
Kotor
21
61
21
20,388
59,223
20,388
Sumber: Data primer diolah (2016)
Tabel 16 menunjukkan sebanyak 21 responden menyatakan kondisi
lingkungan menjadi kotor karena tidak ada kegiatan gotong royong membersihkan
lingkungan. Responden seperti ini biasanya memiliki rumah di pinggir jalan
sehingga masih tersisa lumpur dan sampah yang tidak langsung dibersihkan.
Berbeda dengan responden lain menyatakan bahwa lingkungan cukup bersih dan
bersih setelah banjir karena adanya kegiatan gotong royong antar warga. Kegiatan
dapat berupa membersihkan lumpur dan selokan sehingga lingkungan menjadi
bersih seperti semula.
45
6.1.6 Analisis Persepsi Masyarakat Mengenai Banjir
Hasil wawancara terhadap 103 responden yang mengalami banjir luapan
Sungai Citarum menunjukkan bahwa sebagian besar responden menyatakan tidak
merasa terganggu oleh banjir. Analisis mengenai persepsi dapat dikaitkan dengan
konsep endowment effect yang menyatakan bahwa terjadinya suatu fenomena
berkaitan erat dengan perilaku ekonomi, sosiologi, dan psikologi seseorang
(Wilkinson dan Klaes 2012). Responden menyatakan banjir menimbulkan
kerugian secara ekonomi tetapi tidak menjadi alasan untuk meninggalkan rumah
dan kehidupan sehari-harinya di Kelurahan Andir.
Persepsi responden mengenai kenyamanan tinggal di lokasi rawan banjir
dinyatakan nyaman oleh sebagian besar responden yaitu sebesar 70,874%.
Responden menyatakan nyaman karena banjir dianggap sebagai fenomena yang
telah biasa terjadi. Masyarakat Kelurahan Andir memiliki modal sosial yang
tinggi sehingga kenyamanan tinggal bersama masyarakat di lingkungan tempat
tinggal dirasakan dapat mengurangi ketidaknyamanan karena banjir. Banjir yang
datang setiap tahun dinilai tidak begitu berpengaruh dibanding dengan modal
sosial masyarakat yang telah lama dijalin. Pemerintah sekitar tahun 2014 memiliki
rencana untuk merelokasi tempat tinggal masyarakat Kelurahan Andir yang
terkena banjir setiap tahunnya namun ditanggapi negatif oleh masyarakat.
Persepsi responden yang terkena dampak banjir dapat dijelaskan
berdasarkan dua hal. Hal pertama yaitu persepsi responden berdasarkan perilaku
ekonomi ditunjukkan dengan preferensi responden untuk menyatakan nyaman
karena telah memiliki pekerjaan di lingkungan Kelurahan Andir. Responden
memilih untuk tetap tinggal walaupun sering terjadi banjir dibandingkan untuk
pindah ke tempat lain karena khawatir tidak mendapatkan pekerjaan yang sesuai.
Hal kedua yaitu persepsi responden berdasarkan perilaku sosial ditunjukkan
dengan hubungan sosial yang tinggi antar masyarakat. Responden merasa tetap
nyaman dengan banjir yang datang setiap tahunnya dengan kondisi sosial yang
baik dibanding untuk pindah ke tempat lain namun tidak menemukan hubungan
sosial yang baik.
46
6.2 Estimasi Nilai Kerugian Ekonomi akibat Banjir
Kerugian ekonomi masyarakat akibat banjir dibagi menjadi dua, yaitu
kerugian langsung dan tidak langsung. Kerugian langsung meliputi biaya
perbaikan dan biaya kehilangan. Kerugian tidak langsung meliputi biaya
pengobatan, pendapatan yang hilang, dan biaya tambahan. Kerugian ekonomi
masyarakat yang dihitung merupakan kerugian yang ditimbulkan akibat banjir
selama tahun 2015 yang merupakan banjir siklus lima tahunan dan terbesar
setelah tahun 2010.
6.2.1 Kerugian Langsung
Banjir menyebabkan masyarakat harus mengeluarkan biaya untuk
memperbaiki bangunan rumah dan peralatan rumah tangga. Selain itu beberapa
masyarakat kehilangan peralatan rumah tangga karena terbawa hanyut oleh banjir.
Kerugian yang dihitung adalah biaya perbaikan bangunan rumah serta peralatan
rumah tangga dan biaya kehilangan peralatan rumah tangga.
6.2.1.1 Biaya Perbaikan Bangunan Rumah
Biaya perbaikan digunakan untuk mengestimasi kerusakan bangunan
rumah yang sudah diperbaiki oleh responden. Banjir merusak bagian bangunan
rumah seperti lantai, tembok, pintu, jendela dan kusen (lihat di Lampiran 3).
Perhitungan nilai total biaya perbaikan bangunan rumah dapat dilihat pada Tabel
17.
Tabel 17 Total biaya perbaikan bangunan rumah
Deskripsi Jumlah
Biaya perbaikan bangunan rumah (Rp)
Jumlah responden (KK)
Rata-rata biaya perbaikan bangunan rumah (Rp/KK)
Jumlah proporsi yang mengeluarkan biaya perbaikan bangunan
rumah (KK)
25 500 000,000
57
447 368,421
566
Total biaya perbaikan bangunan rumah (Rp) 253 019 417,476
Sumber: Data primer diolah (2016)
Berdasarkan survei terhadap 103 KK, terdapat 57 KK yang
mengeluarkan biaya perbaikan bangunan rumah dengan jumlah biaya perbaikan
adalah Rp 25 500 000,000. Rata-rata biaya perbaikan bangunan rumah adalah
sebesar Rp 447 368,421/KK. Jumlah proporsi masyarakat yang mengeluarkan
biaya perbaikan bangunan adalah sebesar 55,340% dari total populasi sebesar
1022 KK sehingga didapat 566 KK. Total biaya perbaikan bangunan yang dialami
47
masyarakat selama banjir tahun 2015 adalah sebesar Rp 253 019 417,476. Rumah
tangga lain tidak melakukan perbaikan bangunan rumah karena belum memiliki
biaya yang cukup dan khawatir banjir akan terjadi di kemudian hari.
6.2.1.2 Biaya Perbaikan Peralatan Rumah Tangga
Peralatan rumah tangga yang diperbaiki oleh responden meliputi televisi,
mesin jahit, pompa air, kompor, kulkas, meja, radio, dvd, dan lemari (lihat di
Lampiran 4). Biaya perbaikan peralatan rumah tangga dihitung berdasarkan biaya
servis yang dikeluarkan responden. Jumlah KK yang mengeluarkan biaya
perbaikan peralatan rumah tangga tidak sebanyak KK yang mengeluarkan biaya
untuk perbaikan bangunan rumah. Berdasarkan survei responden lebih memilih
untuk membuang peralatan rumah tangganya dan membeli yang baru dibanding
untuk memperbaiki. Selain itu, sebagian besar responden telah memiliki tempat di
atap rumah untuk menyimpan barang-barang berharga seperti alat elektronik,
ijazah, dan surat berharga lainnya. Perhitungan nilai total perbaikan peralatan
rumah tangga dapat dilihat pada Tabel 18.
Tabel 18 Total biaya perbaikan peralatan rumah tangga Deskripsi Jumlah
Biaya perbaikan peralatan rumah tangga (Rp)
Jumlah responden (KK)
Rata-rata biaya perbaikan peralatan rumah tangga (Rp/KK)
Jumlah proporsi yang mengeluarkan biaya perbaikan peralatan
rumah tangga (KK)
6 150 000,000
27
227 777,778
268
Total biaya perbaikan peralatan rumah tangga (Rp) 61 022 330,097
Sumber: Data primer diolah (2016)
Tabel 18 menunjukkan jumlah biaya perbaikan peralatan rumah tangga
adalah sebesar Rp 6 150 000,000 dengan jumlah responden 27 KK. Rata-rata
biaya perbaikan peralatan rumah tangga diperoleh Rp 227 777,778/KK. Jumlah
proporsi masyarakat yang mengeluarkan biaya perbaikan peralatan rumah tangga
adalah sebesar 26,214% dari total populasi sebanyak 1022 KK sehingga
dihasilkan 268 KK. Total biaya perbaikan peralatan rumah tangga yang dialami
masyarakat selama banjir 2015 adalah sebesar Rp 61 022 330,097.
6.2.1.3 Biaya Kehilangan Peralatan Rumah Tangga
Biaya kehilangan peralatan rumah tangga adalah kerugian yang dialami
masyarakat akibat tidak dapat terpakainya lagi peralatan rumah tangga. Menurut
keterangan masyarakat, peralatan tidak dapat digunakan kembali karena
48
kerusakan yang sangat parah sehingga masyarakat memilih untuk membuang
dibanding memperbaikinya. Biaya kehilangan merupakan nilai sisa peralatan
rumah tangga pada tahun kerusakan. Peralatan rumah tangga yang hilang berupa
kasur, karpet, spring bed, risbang, dispenser, kursi, rak, kulkas, televisi, dan
lemari (lihat di Lampiran 5). Pendekatan biaya kehilangan peralatan rumah tangga
menggunakan konsep penyusutan per tahun dengan metode garis lurus. Masa
manfaat barang disesuaikan dengan karakteristik fisik barang. Hampir seluruh
responden membeli peralatan rumah tangga dengan kualitas rendah sehingga
umur ekonomisnya lebih pendek. Hal ini disebabkan karena banjir yang selalu
datang setiap tahun merusak peralatan rumah tangga dan merugikan responden
jika membeli peralatan rumah tangga dengan kualitas dan harga yang tinggi.
Perhitungan nilai total biaya kehilangan peralatan rumah tangga dapat dilihat pada
Tabel 19.
Tabel 19 Total biaya kehilangan peralatan rumah tangga
Deskripsi Jumlah
Biaya kehilangan peralatan rumah tangga (Rp)
Jumlah responden (KK)
Rata-rata kehilangan peralatan rumah tangga responden (Rp/KK)
Jumlah proporsi yang mengeluarkan biaya kehilangan peralatan
rumah tangga (KK)
64 690 000,000
67
965 522.388
665
Total biaya perbaikan kehilangan peralatan rumah tangga (Rp) 642 072 388,060
Sumber: Data primer diolah (2016)
Berdasarkan perhitungan, biaya kehilangan peralatan rumah tangga
responden adalah sebesar Rp 64 690 000,000 dari total 67 KK. Rata-rata biaya
kehilangan peralatan rumah tangga adalah Rp 965 522,388/KK. Jumlah proporsi
masyarakat yang mengeluarkan biaya kehilangan adalah 65,049% dari total 1022
KK sehingga didapatkan 665 KK. Total biaya kehilangan peralatan rumah tangga
akibat banjir selama tahun 2015 yaitu sebesar Rp 642 072 388,060.
6.2.1.4 Total Kerugian Langsung Masyarakat
Berdasarkan perhitungan biaya perbaikan dan biaya kehilangan, total
kerugian ekonomi langsung yang dialami masyarakat Kelurahan Andir akibat
banjir selama tahun 2015 pada bulan Februari, Maret, April, November dan
Desember adalah sebesar Rp 956 114 135,673. Perhitungan total kerugian
langsung yang dialami masyarakat dapat dilihat pada Tabel 20.
49
Tabel 20 Total kerugian langsung yang dialami masyarakat No Deskripsi Jumlah (Rp)
1.
2.
3.
Total biaya perbaikan bangunan rumah
Total biaya perbaikan peralatan rumah tangga
Total biaya kehilangan peralatan rumah tangga
253 019 417,476
61 022 330,097
642 072 388,060
Total kerugian ekonomi langsung yang dialami masyarakat 956 114 135,673
Sumber: Data primer diolah (2016)
Tabel 20 menunjukkan bahwa biaya kehilangan memiliki nilai yang paling
besar diantara biaya perbaikan bangunan rumah dan peralatan rumah tangga.
Berdasarkan hasil wawancara, masyarakat lebih memilih untuk mengganti
peralatan rumah tangga yang rusak dibanding untuk memperbaiki. Selain itu,
biaya memperbaiki dengan biaya membeli peralatan baru tidak memiliki selisih
yang jauh berbeda. Hal tersebut yang membuat masyarakat lebih memilih untuk
membeli peralatan dengan kualitas dan harga yang rendah dibanding untuk
memperbaiki peralatan yang rusak.
6.2.2 Kerugian Tidak Langsung
Kerugian tidak langsung akibat banjir yang dihitung adalah biaya
pengobatan karena sakit, pendapatan yang hilang karena memilih tidak bekerja,
dan biaya tambahan yang dikeluarkan. Biaya pengobatan dan biaya tambahan
yang dihasilkan merupakan jumlah total biaya pada satu rumah tangga sedangkan
pendapatan yang hilang merupakan penjumlahan antara pendapatan istri dan
suami.
6.2.2.1 Biaya Pengobatan
Banjir menyebabkan berbagai macam penyakit bagi masyarakat.
Penyakit yang ditimbulkan berupa gatal-gatal, demam, flu, kutu air, dan pegal-
pegal (lihat di Lampiran 6). Responden yang mengeluarkan biaya pengobatan ke
puskesmas atau rumah sakit adalah sebanyak 31 KK. Biaya pengobatan yang
dikeluarkan berupa biaya berobat dan membeli obat ke puskesmas atau rumah
sakit. Perhitungan nilai total biaya kesehatan dapat dilihat pada Tabel 21.
Tabel 21 Total biaya pengobatan Deskripsi Jumlah
Biaya pengobatan (Rp)
Jumlah responden (KK)
Rata-rata biaya pengobatan (Rp/KK)
Jumlah proporsi yang mengeluarkan biaya pengobatan (KK)
2 410 000,000
31
77 741,935
308
Total biaya pengobatan (Rp) 23 912 815,534
Sumber: Data primer diolah (2016)
50
Berdasarkan hasil perhitungan, biaya pengobatan yang dihasilkan adalah
sebesar Rp 2 410 000,000. Rata-rata biaya pengobatan adalah Rp 77 741,935/KK.
Jumlah proporsi masyarakat yang mengeluarkan biaya pengobatan adalah sebesar
30,097% dari total populasi 1022 KK sehingga didapatkan 308 KK. Total biaya
pengobatan akibat banjir selama tahun 2015 adalah sebesar Rp 23 912 815,534.
Sebagian besar responden melakukan pengobatan gratis melalui bantuan
puskesmas keliling yang disediakan oleh pihak kecamatan. Selain puskesmas
keliling, responden juga berobat menggunakan asuransi kesehatan sehingga tidak
mengeluarkan biaya pengobatan.
6.2.2.2 Pendapatan yang Hilang
Kerugian tidak langsung yang dialami masyarakat akibat banjir adalah
kehilangan pendapatan karena memilih tidak bekerja. Genangan banjir di jalan
menyebabkan sulitnya akses untuk jalan keluar bagi masyarakat. Responden yang
memilih untuk tidak bekerja terdiri dari buruh pabrik, buruh lepas, wirausaha,
tukang parkir, tukang ojek, dan supir (lihat di Lampiran 7). Sebagian besar
responden memilih untuk tetap bekerja karena tuntutan ekonomi keluarga.
Responden yang bekerja biasanya tinggal di tempat pengungsian atau di rumah
saudara sehingga tidak mengalami kesulitan untuk pergi bekerja. Perhitungan total
pendapatan yang hilang dapat dilihat pada Tabel 22.
Tabel 22 Total pendapatan yang hilang Deskripsi Jumlah
Pendapatan responden yang hilang (Rp)
Jumlah responden (KK)
Rata-rata pendapatan yang hilang (Rp/KK)
Jumlah proporsi yang mengalami kehilangan pendapatan (KK)
25 220 000,000
35
700 555,556
357
Total pendapatan yang hilang (Rp) 250 241 165,049
Sumber: Data primer diolah (2016)
Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 22, jumlah responden yang
kehilangan pendapatan yaitu sebanyak 36 KK dengan jumlah pendapatan yang
hilang sebesar Rp 25 220 000,000. Rata-rata pendapatan yang hilang adalah
sebesar Rp 700 555,556/KK. Jumlah proporsi masyarakat yang mengalami
kehilangan pendapatan adalah sebesar 34,951% dari total populasi 1022 KK
sehingga didapatkan 357 KK. Total pendapatan yang hilang akibat banjir selama
tahun 2015 adalah sebesar Rp 250 241 165,049.
51
6.2.2.3 Biaya Tambahan
Biaya tambahan yang dihitung berupa ongkos menggunakan perahu kayu
untuk melakukan aktivitas, biaya menyewa rumah selama banjir, dan biaya
pembelian air bersih untuk minum dan memasak (lihat di Lampiran 8). Perahu
kayu merupakan alat transportasi masyarakat yang digunakan untuk keluar rumah
menuju jalan raya. Biaya ongkos perahu berbeda sesuai harga yang diterapkan
oleh masing-masing pemilik perahu. Perhitungan total biaya tambahan dapat
dilihat pada Tabel 23.
Tabel 23 Total biaya tambahan Deskripsi Jumlah
Jumlah biaya tambahan (Rp)
Jumlah responden (KK)
Rata-rata pendapatan yang hilang (Rp/KK)
Jumlah proporsi yang mengalami kehilangan pendapatan (KK)
5 305 000,000
54
98 240,741
536
Total pendapatan yang hilang (Rp) 52 637 961,165
Sumber: Data primer diolah (2016)
Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 23, total responden yang
mengeluarkan biaya tambahan adalah sebanyak 54 KK sehingga didapatkan
jumlah biaya tambahan sebesar Rp 5 305 000,000. Rata-rata biaya tambahan
diperoleh sebesar Rp 98 240,741/KK. Jumlah proporsi masyarakat yang
mengeluarkan biaya tambahan adalah sebesar 52,427% sehingga didapat 536 KK
dari total populasi 1022 KK. Total biaya tambahan yang dikeluarkan akibat banjir
selama tahun 2015 adalah sebesar Rp 52 637 961,165.
6.2.2.4 Total Kerugian Tidak Langsung yang Dialami Masyarakat
Berdasarkan perhitungan biaya pengobatan dan pendapatan yang hilang,
dan biaya tambahan, total kerugian ekonomi tidak langsung yang dialami
masyarakat akibat banjir selama tahun 2015 adalah sebesar Rp 326 791 941,748.
Perhitungan total kerugian langsung dapat dilihat pada Tabel 24.
Tabel 24 Total kerugian tidak langsung yang dialami masyarakat No Deskripsi Jumlah (Rp)
1.
2.
3.
Total biaya pengobatan
Total pendapatan yang hilang
Total biaya tambahan
23 912 815,534
250 241 165,049
52 637 961,165
Total kerugian ekonomi tidak langsung yang dialami masyarakat 326 791 941,748
Sumber: Data primer diolah (2016)
Tabel 24 menunjukkan bahwa total pendapatan masyarakat yang hilang
memiliki nilai yang paling besar diantara biaya pengobatan dan biaya tambahan.
Banjir dengan ketinggian hampir tiga meter dan terjadi secara terus menerus
52
selama tahun 2015 memutus akses keluar jalan masyarakat. Masyarakat
mengalami kesulitan untuk bekerja yang sebagian besar bekerja sebagai
wirausaha. Rumah yang digenangi banjir menghambat proses pembuatan dan
penjualan barang dagangan sehingga masyarakat memilih untuk tidak bekerja.
Pemenuhan kebutuhan sehari-hari selama banjir didapat dari bantuan sosial dari
dinas-dinas tertentu dan para relawan.
6.2.3 Total Kerugian Ekonomi Masyarakat
Total kerugian ekonomi masyarakat akibat banjir selama tahun 2015 adalah
sebesar Rp 1 282 906 077,421. Berdasarkan hasil penelitian terhadap 103 KK dari
total populasi 1022 KK di RW 09 dan RW 13 Kelurahan Andir yang terkena
dampak banjir akibat luapan Sungai Citarum, kerugian terbesar yang diderita
masyarakat adalah biaya kehilangan peralatan rumah tangga yaitu sebesar Rp 642
072 388,060 atau sebesar 50,048% dari total nilai kerugian secara keseluruhan.
Perhitungan total nilai kerugian masyarakat akibat banjir selama tahun 2015 dapat
dilihat pada Tabel 25.
Tabel 25 Total nilai kerugian ekonomi masyarakat Tahun 2015
No. Jenis Kerugian Nilai Kerugian
(Rp)
Persentase
(%)
1.
2.
Kerugian langsung
a. Biaya perbaikan bangunan rumah
b. Biaya perbaikan peralatan rumah tangga
c. Biaya kehilangan peralatan rumah tangga
Kerugian tidak langsung
a. Biaya pengobatan
b. Pendapatan yang hilang karena tidak bekerja
c. Biaya tambahan
253 019 417,476
61 022 330,097
642 072 388,060
23 912 815,534
250 241 165,049
52 637 961,165
19,722
4,757
50,048
1,864
19,506
4,103
Total nilai kerugian ekonomi masyarakat Tahun 2015 1 282 906 077,421 100,000
Sumber: Data primer diolah (2016)
Tabel 25 menunjukkan bahwa masyarakat mengalami kerugian secara
ekonomi akibat banjir selama tahun 2015. Sampai tahun 2016 banjir masih terus
terjadi dan kerugian yang ditanggung oleh masyarakat diduga akan bertambah.
Berdasarkan hasil wawancara, masyarakat tetap bertahan tinggal di lokasi rawan
banjir karena beberapa pertimbangan. Pertimbangan pertama yaitu kondisi
ekonomi masyarakat yang rendah sehingga tidak memiliki biaya untuk pindah ke
tempat lain untuk menghindari banjir. Total pendapatan rumah tangga berada pada
rentang Rp 1 500 000-Rp 2 500 000 tidak cukup untuk membeli rumah lain.
Pertimbangan kedua yaitu kekhawatiran masyarakat untuk menjual rumahnya
53
karena akan menerima harga yang rendah. Masyarakat memilih untuk tetap
tinggal walaupun harus terkena banjir setiap tahunnya. Pertimbangan ketiga yaitu
modal sosial yang terjalin sangat baik membuat masyarakat merasa nyaman.
Sebagian besar masyarakat tinggal berdekatan dengan rumah orang tua ataupun
saudaranya. Selain itu hubungan antar tetangga yang baik membuat masyarakat
enggan untuk pindah ke tempat lain dan lebih memilih untuk tetap tinggal.
Asset rumah masyarakat rata-rata memiliki luas 85,961 meter dan telah ada
selama 31-40 tahun menjadi alasan utama masyarakat untuk tetap bertahan.
Kerugian ekonomi yang dialami oleh masyarakat sebesar Rp 1 282 906 077,421
per tahun atau sekitar Rp 1 255 289,704/KK setiap tahunnya dianggap tidak
merugikan masyarakat karena mempertahankan asset rumah dan lahan jauh lebih
penting.
6.3 Rekomendasi Alternatif Kebijakan untuk Mengurangi Dampak Banjir
Banjir luapan Sungai Citarum yang terjadi setiap tahun di pemukiman
Kelurahan Andir menimbulkan kerugian ekonomi bagi masyarakat. Beberapa
program sedang dilakukan oleh Balai Besar Wilayah Sungai Citarum untuk
mengendalikan banjir di Kabupaten Bandung. Pada sub-bab ini mengkaji program
yang dapat dijadikan sebagai alternatif kebijakan untuk mengurangi dampak
banjir. Identifikasi mengenai alternatif kebijakan menggunakan model kebijakan
Technique for Order Preference by Similarity to Ideal Solution (TOPSIS).
Penentuan kebijakan TOPSIS dilakukan berdasarkan hasil wawancara dengan
para pakar ahli yang kemudian dijadikan rekomendasi untuk memprioritaskan
kebijakan untuk mengurangi dampak banjir luapan Sungai Citarum. Para pakar
ahli yang diwawancara sebanyak 16 stakeholders yang terdiri dari 5 stakeholders
Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citarum, 3 stakeholders Badan
Pengendalian Lingkungan Hidup (BPLHD) Kabupaten Bandung, 4 stakeholders
Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Bandung, 3
stakeholders Dinas Sumberdaya Air Pertambangan Energi (SDAPE) Kabupaten
Bandung, dan Lurah Kelurahan Andir.
Alternatif kebijakan yang dipilih adalah program yang dilaksanakan untuk
mengurangi dampak banjir. Pengurangan dampak banjir dinilai berdasarkan
54
pengurangan tinggi banjir, durasi banjir, dan luasan genangan banjir. Berdasarkan
wawancara dengan pihak BBWS Citarum, terdapat tiga alternatif kebijakan yang
akan disusun dalam perancangan analisis TOPSIS. Alternatif kebijakan
berdasarkan program yang dilakukan oleh BBWS Citarum adalah mengurangi
dampak banjir dengan menangani masalah di Sungai Citarum. Alternatif-alternatif
kebijakan tersebut adalah:
1. Pembuatan kolam retensi Cieunteung
Kolam retensi Cieunteung merupakan suatu polder yang dibangun untuk
menampung air Sungai Cigado yang masuk ke Sungai Citarum. Tujuan
program ini adalah mengurangi debit Sungai Cigado yang masuk ke Sungai
Citarum sehingga dapat menurunkan muka air banjir di Kelurahan Andir.
Lokasi pembuatan kolam adalah di Kampung Cieunteung, Kelurahan
Baleendah, Kecamatan Baleendah dengan total area 8,7 Ha. Pelaksanaan
kolam retensi ini dimulai tahun 2015 dan ditargetkan akan selesai pada
tahun 2018.
2. Pembuatan floodway Cisangkuy
Floodway Cisangkuy merupakan sodetan yang dilakukan untuk
mengurangi debit air Sungai Cisangkuy. Aliran Sungai Cisangkuy dibuat
menjadi dua yang disebut dengan Sungai Ciranjeng. Tujuan program ini
adalah untuk mengurangi debit banjir di Sungai Cisangkuy dari Q=250
m³/detik menjadi Q=86 m³/detik. Pelaksanaan program floodway
Cisangkuy dimulai tahun 2015 dan ditargetkan akan selesai pada tahun
2019.
3. Pembangunan Check Dam di DAS Citarum Hulu
Kemiringan DAS Citarum Hulu yang cukup tajam dimanfaatkan
masyarakat sekitar sebagai area persawahan dan perkebunan. Aktivitas
tersebut menimbulkan erosi dan sedimentasi di Sungai Citarum. Check
dam atau bangunan pengendali erosi dibuat sebanyak 266 buah yang
tersebar di beberapa lokasi di kawasan hulu untuk mengontrol masalah
erosi dan sedimentasi yang menyebabkan banjir. Pelaksanaan check dam
dimulai tahun 2014 dan ditargetkan selesai pada tahun 2016.
55
Secara garis besar, prosedur perhitungan menggunakan metode TOPSIS
adalah sebagai berikut:
1. Menentukan atribut yang akan digunakan sebagai parameter penilaian.
Atribut berfungsi sebagai indikator penting dari sebuah kebijakan. Pada
analisis TOPSIS ini, terdapat tiga atribut yang menjadi dasar pengambilan
kebijakan dalam mengurangi dampak banjir. Masing-masing atribut
kebijakan adalah:
a. Biaya. Biaya merupakan hal penting dalam pembuatan suatu
kebijakan. Program-program pengurangan dampak banjir
membutuhkan biaya yang besar karena menyangkut kepentingan
banyak pihak. Selain itu, biaya juga dapat memudahkan atau
menghambat pelaksanaan program.
b. Manfaat. Kebijakan-kebijakan yang akan dipilih perlu dianalisis
berdasarkan manfaat yang akan didapatkan setelah proyek selesai.
Manfaat yang dihasilkan perlu sesuai dengan kebutuhan, dalam hal ini
kebijakan harus mampu mengurangi dampak banjir dilihat dari
berkurangnya durasi banjir, ketinggian banjir, dan luas genangan
banjir.
c. Waktu pelaksanaan. Waktu pembuatan kebijakan untuk mengurangi
dampak banjir menjadi penting. Semakin cepat waktu penyelesaian
maka akan semakin efektif kebijakan untuk dilaksanakan.
2. Melakukan perhitungan nilai relatif bobot atribut
Atribut manfaat mendapat nilai bobot tertinggi yaitu 0,531. Atribut
manfaat memiliki peranan yang paling penting karena kebijakan yang
dilaksanakan harus mampu memberikan hasil yang nyata untuk
mengurangi dampak banjir. Perbedaan nilai bobot atribut dapat dilihat
pada Tabel 26.
Tabel 26 Nilai bobot atribut No. Atribut Nilai bobot
1.
2.
3.
Biaya
Manfaat
Waktu pelaksanaan
0,253
0,531
0,216
Total 1,000
Sumber: Data primer diolah (2016)
56
Tabel 26 menunjukkan bahwa atribut biaya dan waktu pelaksanaan
memiliki bobot yang lebih rendah dibanding manfaat. Berdasarkan hasil
wawancara, biaya yang dibutuhkan untuk membuat kebijakan telah disediakan
oleh dana APBN dan APBD sehingga pertimbangan biaya tidak menjadi masalah
utama dalam pelaksanaan kebijakan. Atribut waktu pelaksanaan tidak menjadi
permasalahan untuk pembuatan kebijakan karena timeline pada masing-masing
kebijakan telah dirancang sesuai dengan waktu optimal pelaksanaan.
3. Melakukan perhitungan nilai preferensi dari setiap alternatif.
Nilai preferensi setiap alternatif dihasilkan dari beberapa langkah
perhitungan TOPSIS yang melibatkan solusi ideal positif dan negatif (lihat
di Lampiran 9). Nilai preferensi alternatif dapat dilihat pada Tabel 27.
Tabel 27 Nilai preferensi No. Alternatif Total Nilai Urutan prioritas
1.
2.
3.
Pembuatan check dam di DAS Citarum Hulu
Pembuatan kolam retensi Cieunteung
Pembuatan floodway Cisangkuy
1,000
0,432
0,350
1
2
3
Sumber: Data primer diolah (2016)
Berdasarkan hasil pada Tabel 27, alternatif kebijakan yang paling tepat
untuk mengurangi dampak banjir di Kelurahan Andir adalah pembuatan check
dam di DAS Citarum Hulu. Menurut Susilowati dan Pratama (2014), check dam
yang dibuat di hulu sungai merupakan bangunan pengendali sedimentasi dan
berdampak untuk mengurangi kapasitas banjir. Check dam dibangun dengan
posisi melintang di bagian hulu sungai yang mempunyai tebing tinggi sehingga
mempunyai daya tampung material yang besar. Sedimentasi yang tertahan dengan
adanya check dam dapat mengurangi kecepatan banjir karena sungai menjadi
lebih landai.
Jumlah Check dam yang akan dibangun di DAS Citarum Hulu adalah
sebanyak 266 unit namun sampai saat ini pembangunan baru dilakukan sebanyak
144 unit di 7 lokasi. Penyebab terhentinya pembangunan adalah belum
ditemukannya tempat-tempat yang sesuai dengan syarat berdirinya check dam.
Check dam dianggap sebagai alternatif kebijakan pertama karena proses
pembuatannya yang memperhatikan lingkungan serta tidak berdampak negatif
terhadap kelangsungan hidup masyarakat. Biaya yang dibutuhkan adalah biaya
terkecil diantara dua alternatif kebijakan lainnya serta waktu pelaksanaan yang
57
singkat yaitu dua tahun. Menurut BPLHD Kabupaten Bandung, check dam adalah
langkah utama untuk mengurangi dampak banjir mengingat kerusakan di DAS
Citarum Hulu merupakan penyebab utama terjadinya banjir.
Alternatif kebijakan kedua yaitu pembuatan kolam retensi Cieunteung.
Pembuatan kolam retensi dianggap bukan merupakan alternatif kebijakan yang
paling tepat karena beberapa hal. Lokasi yang akan dijadikan kolam merupakan
pemukiman masyarakat sehingga dapat menimbulkan pertentangan. Proses
normalisasi yang terjadi menghadapi kendala antara lain sulitnya menentukan
harga ganti rugi lahan yang sesuai dan masyarakat yang tidak bersedia pindah.
Selain itu, sebagian lahan yang akan digunakan merupakan lahan milik PT KAI
dan mengalami kesulitan untuk melakukan negosiasi harga. Manfaat
pembangunan kolam retensi untuk mengurangi volume air Sungai Cigado yang
masuk ke Sungai Citarum dianggap tidak terlalu berpengaruh karena kapasitas
periode ulang banjir tahunan masih menggunakan periode lima tahunan (Q5).
Alternatif dengan urutan prioritas ketiga adalah pembuatan floodway
Cisangkuy. Alternatif ini dianggap tidak terlalu berperan untuk mengurangi
dampak banjir. Beberapa pendapat stakeholder menyatakan bahwa Sungai
Cisangkuy bukan satu-satunya sungai pengirim air ke Sungai Citarum. Sungai
Citarum merupakan daerah limpahan air dari beberapa anak sungai karena
posisinya yang rendah. Pembuatan floodway Cisangkuy dianggap tidak terlalu
mengurangi dampak banjir karena hanya memperlambat aliran air Sungai
Cisangkuy yang masuk ke Sungai Citarum karena harus melalui Sungai Ciranjeng
terlebih dahulu. Selain itu, proses normalisasi diduga akan membutuhkan waktu
yang sangat lama karena terdapat empat kecamatan yang dilintasi dalam
pembuatan floodway. Pembuatan floodway telah dilakukan di beberapa anak
Sungai Citarum dengan tujuan mengurangi dampak banjir namun belum
memberikan dampak yang nyata.
Hasil analisis TOPSIS menunjukkan check dam sebagai alternatif
kebijakan terbaik untuk mengurangi dampak banjir sejalan dengan atribut yang
diberikan. Atribut pertama yaitu biaya yang memiliki niai terkecil dibanding dua
kebijakan lainnya dianggap dapat mempermudah proses pengerjaan. Atribut
kedua yaitu manfaat yang sesuai sebagai pengendali erosi dan sedimentasi yang
58
merupakan penyebab utama terjadinya banjir. Atribut ketiga yaitu waktu
pelaksanaan yang hanya membutuhkan waktu dua tahun dinilai efisien untuk
proses pembuatan check dam.
Berdasarkan konsep pembangunan berkelanjutan yang menerapkan tiga
unsur utama yaitu ekonomi, ekologi, dan sosial, pembuatan check dam merupakan
alternatif kebijakan paling tepat. Pertama, check dam tidak membutuhkan biaya
yang besar yang sehingga tidak memboroskan dana APBN dan APBD yang
tersedia. Pembuatan check dam dibangun di badan sungai sehingga biaya
normalisasi yang dibutuhkan tidak terlalu besar. Kedua, check dam tidak merusak
ekosistem lingkungan sekitar dan menjaga stabilitas badan sungai. Pembuatan
check dam di DAS Citarum Hulu dibuat dalam unit-unit yang kecil sehingga tidak
memerlukan alat berat yang dapat merusak lingkungan. Ketiga, check dam tidak
memberikan dampak negatif secara sosial terutama kepada masyarakat. Proses
pembuatan tidak memerlukan kegiatan normalisasi berupa pelebaran sungai yang
biasanya membutuhkan lahan masyarakat dan dapat memicu terjadinya
pertentangan.
6.3.1 Analisis Sensitivitas
Permasalahan utama dalam penggunaan teknik multi criteria decision
making (MCDM) adalah sulitnya menentukan nilai bobot pada kriteria.
Pengambilan keputusan dalam MCDM terkadang hanya melibatkan pengalaman
serta insting stakeholder sehingga berdampak pada hasil keputusan yang kurang
tepat. MCDM selalu melibatkan lebih dari satu kriteria yang saling menimbulkan
trade off keputusan dimana tingkat kepuasan dari suatu kriteria berakibat pada
penurunan kepuasan kriteria lainnya (Iksan 2006). Sensitivitas suatu keputusan
terhadap perubahan faktor atau parameter yang mempengaruhinya dapat diketahui
dengan menggunakan analisis sensitivitas. Analisis sensitivitas akan memberikan
gambaran sejauh mana keputusan akan konsisten meskipun terjadi perubahan
faktor-faktor atau parameter-parameter yang mempengaruhinya.
Analisis senstivitas yang digunakan dalam metode TOPSIS pada penelitian
ini adalah dengan menggunakan bobot baseline pada masing-masing atribut yaitu
sebesar 0,333. Penentuan nilai bobot 0,333 merupakan asumsi bahwa masing-
masing atribut memiliki kepentingan yang sama, terlepas dari penilaian yang
59
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
Kolam retensi Floodway Check dam
To
tal
nil
ai (
V)
Alternatif kebijakan
bobot stakeholder
bobot baseline
diberikan oleh stakeholder. Penggunaan bobot baseline menghasilkan perbedaan
total nilai ketiga alternatif kebijakan yang dapat dilihat pada Gambar 11.
Gambar 11 Perbedaan nilai total alternatif kebijakan
Sumber: Data primer diolah (2016)
Gambar 11 menunjukkan bahwa terjadi perubahan total nilai pada ketiga
alternatif kebijakan setelah menggunakan bobot atribut baseline. Total nilai
kebijakan pembuatan kolam retensi Cieunteung berubah dari 0,432 menjadi 0,447
atau dengan selisih nilai 0,015. Total nilai kebijakan pembuatan floodway
Cisangkuy berubah dari 0,352 menjadi 0,342 atau dengan selisih nilai 0,008. Total
nilai kebijakan kebijakan pembuatan check dam konstan yaitu 1,000 sehingga
tidak mengalami perubahan.
Menurut Iksan (2006), suatu solusi dikatakan sangat sensitif terhadap
parameter apabila terjadi perubahan yang cukup berarti terhadap tingkat
pencapaian objektif (solusi efisien) sedangkan objektif dikatakan insensitif
terhadap parameter apabila berlaku sebaliknya. Pada penelitian ini, analisis
sensitivitas dilihat dari selisih nilai total kebijakan dengan menggunakan bobot
atribut stakeholder dan bobot atribut baseline. Sesuai dengan hasil perhitungan
pada Gambar 8, alternatif kebijakan yang paling sensitif yaitu kolam retensi
Cieunteung dengan selisih nilai terbesar yaitu 0,015 yang berarti perubahan pada
bobot atribut menghasilkan perubahan terbesar pada total nilai kebijakan.
Alternatif kebijakan pembuatan kolam retensi Cieunteung merupakan
kebijakan yang paling sensitif dan sesuai dengan kondisi di lapang. Hasil
wawancara menunjukkan bahwa sebagian besar stakeholder memilih kebijakan
kolam retensi Cieunteung. Kolam retensi Cieunteung dipilah karena merupakan
60
proyek besar yang dinilai dapat memberikan dampak yang cepat terhadap
pengurangan debit air banjir di Kelurahan Andir. Faktor kedua yaitu rencana
pemanfaatan kolam retensi sebagai tempat wisata air yang digunakan pada musim
kemarau.
VII SIMPULAN DAN SARAN
7.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, diperoleh kesimpulan
sebagai berikut:
1. Mayoritas responden mengalami banjir dengan ketinggian dua sampai tiga
meter pada bulan Februari dan Maret, kurang dari satu meter pada bulan
April, dan berkisar antara setengah sampai satu meter pada bulan
November dan Desember. Selain itu, responden menyatakan nyaman
tinggal di lokasi rawan banjir, pendangkalan Sungai Citarum adalah
penyebab banjir, banjir tidak mengganggu aktivitas ekonomi, dan
lingkungan cukup bersih setelah banjir.
2. Total nilai kerugian ekonomi masyarakat akibat banjir luapan Sungai
Citarum selama Tahun 2015 adalah sebesar Rp 1 282 906 077,421. Nilai
yang diperoleh merupakan penjumlahan dari total nilai kerugian langsung
sebesar Rp 956 114 135,673 dan total nilai kerugian tidak langsung sebesar
Rp 326 791 941,748. Persentase kerugian terbesar terdapat pada biaya
kehilangan peralatan rumah tangga yaitu sebesar 50,048% dari total nilai
kerugian secara keseluruhan.
3. Hasil analisis metode Technique for Order Preference by Similarity to
Ideal Solution (TOPSIS) menunjukkan bahwa alternatif kebijakan prioritas
pertama untuk mengurangi dampak banjir di Kelurahan Andir adalah
pembuatan check dam di DAS Citarum Hulu dengan beberapa
pertimbangan, yaitu biaya yang rendah, proses pembuatan yang tidak
merusak lingkungan, dan waktu pelaksanaan yang singkat. Analisis
sensitivas dengan menggunakan bobot atribut baseline yaitu masing-
masing sebesar 0,333 menunjukkan bahwa pembuatan kolam retensi
Cieunteung adalah kebijakan yang paling sensitif.
7.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, adapun saran-saran yang
diberikan peneliti adalah sebagai berikut:
1. Pihak BBWS Citarum bekerjasama dengan dinas terkait diharapkan segera
menyelesaikan program-program untuk mengurangi dampak banjir di
62
Kecamatan Baleendah khususnya di Kelurahan Andir. Mengingat banjir
adalah masalah yang kompleks maka diperlukan adanya penanganan yang
sinerji antara pihak-pihak yang terlibat.
2. Pihak pemilik industri maupun pabrik yang beroperasi di sepanjang DAS
Citarum agar mengelola limbah menggunakan IPAL terpadu untuk
menghindari adanya pembuangan limbah secara langsung ke badan sungai.
Limbah yang tidak diolah membuat sungai menjadi sangat kotor dan
tercemar.
3. Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengestimasi nilai ganti rugi
yang diterima masyarakat akibat normalisai Kampung Cieunteung dan
empat kecamatan yang akan dijadikan lokasi pembuatan kolam retensi dan
floodway Cisangkuy. Penelitian perlu dilakukan mengingat proses ganti
rugi merupakan kendala utama terhambatnya proses pelaksanaan
kebijakan.
DAFTAR PUSTAKA
[BBWSC] Balai Besar Wilayah Sungai Citarum. 2015. Curah Hujan Harian.
Bandung (ID): Balai Besar Wilayah Sungai Citarum.
[BBWSC] Balai Besar Wilayah Sungai Citarum. 2015. Kegiatan MYC BBWS
Citarum TA 2015-2019. Bandung (ID): Balai Besar Wilayah Sungai
Citarum.
[BBWSC] Balai Besar Wilayah Sungai Citarum. 2015. Perencanaan Pengadaan
Tanah Pembangunan Kolam Retensi Cieunteung. Bandung (ID): Balai
Besar Wilayah Sungai Citarum.
[BBWSC] Balai Besar Wilayah Sungai Citarum. 2016. Kegiatan Penanganan
Banjir di Citarum Hulu. Bandung (ID): Balai Besar Wilayah Sungai
Citarum.
[BNPB] Badan Nasional Penanggulangan Bencana. 2016. Data Kejadian Bencana
Banjir [internet]. [diunduh 20 Juni 2016]. Tersedia pada: http://www.
http://geospasial.bnpb.go.id/pantauanbencana/data/databanjir.php
[BPBD] Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Bandung. 2010. Peta
Potensi Rawan Bencana Banjir Kelurahan Andir Kecamatan Baleendah.
Kabupaten Bandung (ID). Badan Penanggulangan Bencana Daerah
Kabupaten Bandung.
[BPLH] Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Kabupaten Bandung. 2014.
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Bandung. Kabupaten
Bandung (ID): Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Kabupaten
Bandung.
Bronto S, Hartono U. 2006. Potensi Sumber Daya Geologi di Daerah Cekungan
Bandung dan Sekitarnya. Jurnal Geologi Indonesia. Vol. 1 No. 1 2006: 9-
18.
Dhewanthi et al. 2007. Panduan Valuasi Ekonomi Sumberdaya Alam dan
Lingkungan. Jakarta (ID): KLH.
Fauzi A. 2014. Valuasi Ekonomi dan Penilaian Kerusakan Sumber daya Alam
dan Lingkungan. Bogor (ID): IPB Press.
Halounova L, Holubec V. 2014. Assessment of Flood with regards to Land Cover
Changes. Procedia Economic and Finance 18 page 940-947.
64
Hamdani. 2013. Analisis Wilayah Rawan Banjir dan Genangan DAS Citarum
Hulu berdasarkan Aplikasi Model Hidrodinamik dan Sistem Informasi
Geografis [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Hanley N, Spash CL. 1993. Cost-Benefit Analysis and Environmental. England
(UK): Edward Elgar Publishing Limited.
Harliani F. 2014. Persepsi Masyarakat Kampung Cieunteung, Kabupaten
Bandung tentang Rencana Relokasi akibat Bencana Banjir. Jurnal
Perencanaan Wilayah dan Kota. Vol. 25 No. 1 hlm. 38-58.
Iksan. 2006. Menerapkan Model Multicriteria Decision Making (MCDM) dalam
Penentuan Optimasi Kebijakan Supply Chain. Jurnal Sistem Teknik
Industri Volume 7, No. 1.
Kelurahan Andir. 2015. Profil Kelurahan Semester II. Kabupaten Bandung (ID):
Kelurahan Andir.
Kelurahan Andir. 2016. Rekapitulasi Penduduk Kelurahan Andir. Kabupaten
Bandung (ID): Kelurahan Andir.
Kodoatie RJ. 2013. Rekayasa dan Manajemen Banjir Kota. Yogyakarta (ID). CV
Andi Offset.
Kodoatie RJ, Sugiyanto. 2002. Banjir: Beberapa Penyebab dan Metode
Pengendaliannya dalam Perspektif Lingkungan. Yogyakarta (ID): Pustaka
Pelajar.
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan. 2007. Buletin teknis standar akuntansi
pemerintahan nomor 5: akuntansi penyusutan. Jakarta (ID): KSAP.
Kurniasih D. 2013. Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Laptop dengan
Metode TOPSIS. Jurnal ISSN:Pelita Informatika Budi Darma 2301-9425
Volume III Nomor:2.
Kusumadewi et al. 2006. Fuzzy Multi Attribute Decision Making (Fuzzy MADM).
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Leach K. 2015. Impact of Flooding and Flood Risk on Community Economic
Resilience in the Upper Calder Valley. Digbeth. Localise West Midlands.
Maulida D. 2013. Estimasi Kerugian Ekonomi akibat Banjir Sungai Pessangrahan
di Pemukiman Kedoya Selatan Jakarta Barat [skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
65
Narulita I, Rahmat A, Maria R. 2008. Aplikasi Sistem Informasi Geografi untuk
Menentukan Daerah Prioritas Rehabilitasi di Cekungan Bandung. Jurnal
Riset Geologi dan Pertambangan. Jilid 18 No.1 (2008) 23-25.
Nazir M. 2003. Metode Penelitian. Jakarta (ID): Ghalia Indonesia.
Novita R, Kadir H, Eriyanti. 2014. Nilai Kerugian Masyarakat akibat Banjir di
Kecamatan Pujud Kabupaten Rokan Hilir. Jurnal JOM FEKON Vol. 1 No.
2.
Sanim B. 2011. Sumberdaya Air dan Kesejahteraan Publik. Bogor (ID): IPB
Press.
Satrio, S Paston, Sum LC, Syafalni S. 2012. Groundwater Dynamic and Its
Interrelationship with River water of Bandung Basin using Environmental
Isotopes. Modern Applied Sciene: Vol. 6 No. 11.
Sechermerhorn J. 2010. Organizational Behavior. United States: Willey.
Srihuzaimah. 2011. Kerugian Fisik dan Nonfisik Rumah Tangga Pesisir akibat
Banjir Pasang di Kelurahan Kamal Muara, Penjaringan Jakarta Utara
[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatid dan R&D. Bandung
(ID): Alfabeta.
Suparmoko M, Ratnaningsih M. 2011. Ekonomika Lingkungan. Yogyakarta (ID):
BPFE Yogyakarta.
Suparmoko M. 2006. Panduan Valuasi dan Analisis Valuasi Ekonomi.
Yogyakarta (ID): BPFE Yogyakarta.
Susilowati et al. 2014. Perancangan Check Dam Pramuka untuk Mengatasi
Sedimentasi di Banjir Kalan barat Kota Semarang. Jurnal Karya Teknik
Sipil Volume 3 Nomor 1.
Svetlana et al. 2015. The Economic Impact of Floods and their importance in
different Regions of the World with Emphasis on Europe. Procidea
Economics and Finance. 34 (2015) 649-655.
Tamaela W. 2014. Estimasi Nilai Kerugian Ekonomi akibat Banjir Sungai
Pesanggrahan pada Sektor Komersil (Studi Kasus Kelurahan Ulujami dan
Kelurahan Kebayoran Lama Utara, Jakarta Selatan) [skripsi]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Warren CS, Reeve JM, Fess PE. 2004. Pengantar Akutansi. Farahmita A,
Amanugrahani, Hendrawan T, penerjemah; Wuriati P, editor. Jakarta (ID):
Salemba Empat.
66
[WHO] World Health Organization. 2009. Who Guide to Identifying the
Economic Consequences of Disease and injury. Geneva, Switzerland:
World Health Organization.
Wilkinson N, Klaes M. 2012. An Introduction to Behavioral Economics. London:
Palgrave Macmillan.
[WEF] World Economic Forum. 2011. The Global Economic Burden of Non-
Communicable Disease. Geneva, Switzerland: Harvard.
Wibowo M. 2002. Analisis Peraturan Perundangan tentang Daerah Resapan Air di
DAS Citarum Hulu. Jurnal 144 Teknologi Lingkungan, Vol. 3, No. 2, Mei
2002: 144-152.
Zaman M. 2012. Impact of recent Flood on the Economic of Small Business at
Rockhampton. Procidea-Social and Behavioral Science 65 (2012) 116-126.
LAMPIRAN
68
Lampiran 1 Peta lokasi penelitian
Sumber: Kantor Kelurahan Andir, Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung
69
Lampiran 2 Peta Cekungan Bandung
Sumber: Narulita et al. (2008)
70
Lampiran 3 Biaya perbaikan bangunan rumah Nomor
responden Komponen rumah Biaya (Rp) Total biaya (Rp)
1 (tidak ada)
2 (tidak ada)
3 cat tembok 500000 500000
4 Kusen rumah 350000 350000
5 (tidak ada)
6 (tidak ada)
7 pintu 250000 250000
8 (tidak ada)
9 pintu 200000 200000
10 (tidak ada)
11 (tidak ada)
12 Tembok 1300000 1300000
13 Pintu 400000 400000
14 (tidak ada)
15 (tidak ada)
16 Pintu 100000 100000
17 (tidak ada)
18 Pintu rumah 500000
1000000 Pintu warung 500000
19 Tembok 300000 300000
20 (tidak ada)
21 (tidak ada)
22 Pintu rumah 600000 600000
23 Pintu dapur 100000 100000
24 (tidak ada)
25 Pintu rumah 200000 200000
26 Tembok 1500000 1500000
27 Kusen rumah 200000 200000
28 Kusen rumah 1000000
1500000 Pintu kamar 500000
29 Kusen rumah 400000
30 (tidak ada)
31 (tidak ada)
32 Pintu rumah 500000
700000 Tembok 200000
33 (tidak ada)
34 Cat rumah 2000000 2000000
35 Tembok 500000
1000000 Pintu rumah 500000
36 (tidak ada)
71
37 Tembok 500000 500000
38 (tidak ada)
39 cat tembok 750000 750000
40 (tidak ada)
41 Kusen rumah 500000 500000
42 (tidak ada)
43 (tidak ada)
44 Kusen rumah 350000 350000
45 (tidak ada)
46 (tidak ada)
47 Kusen rumah 250000 250000
48 (tidak ada)
49 Pintu 200000 200000
50 (tidak ada)
51 cat tembok 650000 650000
52 Lantai 350000 350000
53 (tidak ada)
54 (tidak ada)
55 Kusen rumah 500000 500000
56 (tidak ada)
57 (tidak ada)
58 Pintu rumah 50000 50000
59 (tidak ada)
60 pintu rumah 200000 200000
61 (tidak ada)
62 Lantai 200000 200000
63 (tidak ada)
64 Kusen rumah 500000 500000
65 Pintu 300000 300000
66 Tembok 200000 200000
67 (tidak ada)
68 Pintu rumah 200000
450000 Kusen rumah 250000
69 (tidak ada)
70 (tidak ada)
71 Kusen rumah 200000
400000 pintu rumah 200000
72 (tidak ada)
73 Cat rumah 1000000 1000000
74 Kusen rumah 200000 200000
75 Tembok 300000 300000
76 (tidak ada)
77 lemari 250000 250000
Lampiran 3 Biaya perbaikan bangunan rumah (lanjutan)
72
78 (tidak ada)
79 pintu 50000 50000
80 pintu 350000 350000
81 Kusen rumah 200000 200000
82 Kusen rumah 300000
400000 pintu 100000
83 Kusen rumah 200000 200000
84 pintu warung 200000 200000
85 jendela 200000 200000
86 Kusen rumah 100000 100000
87 Pintu rumah 100000 100000
88 (tidak ada)
89 Kusen rumah 250000 250000
90 Kusen rumah 300000 300000
91 Pintu rumah 250000 250000
92 Tembok 300000
500000 tralis 200000
93 pintu 150000
94 (tidak ada)
95 (tidak ada)
96 (tidak ada)
97 pintu 200000 200000
98 Kusen rumah 100000 100000
99 (tidak ada)
100 Kusen rumah 100000 100000
101 Kusen rumah 200000 200000
102 Kusen rumah 500000
1500000 pintu 1000000
103 (tidak ada)
Biaya perbaikan bangunan rumah (Rp) 25 500 000,000
Jumlah responden (KK) 57
Rata-rata biaya perbaikan bangunan rumah (Rp/KK) 447 368,421
Jumlah proporsi yang mengeluarkan biaya perbaikan bangunan
rumah (KK) 566
Total biaya perbaikan bangunan rumah (Rp) 253 019 417,476
Lampiran 3 Biaya perbaikan bangunan rumah (lanjutan)
73
Lampiran 4 Biaya perbaikan peralatan rumah tangga
Nomor
responden Peralatan rumah tangga Biaya (Rp) Total biaya (Rp)
1 (tidak ada)
2 (tidak ada)
3 Televisi 200000 200000
4 (tidak ada)
5 (tidak ada)
6 (tidak ada)
7 Mesin jahit 1000000
1150000 Pompa air 150000
8 (tidak ada)
9 Kompor 100000 100000
10 (tidak ada)
11 (tidak ada)
12 (tidak ada)
13 (tidak ada)
14 Kulkas 250000 250000
15 (tidak ada)
16 (tidak ada)
17 (tidak ada)
18 (tidak ada)
19 (tidak ada)
20 (tidak ada)
21 (tidak ada)
22 (tidak ada)
23 (tidak ada)
24 Televisi 200000
500000 Kulkas 300000
25 Meja makan 100000 100000
26 (tidak ada)
27 (tidak ada)
28 (tidak ada)
29 (tidak ada)
30 (tidak ada)
31 (tidak ada)
32 (tidak ada)
33 kulkas 200000 200000
34 (tidak ada)
35 (tidak ada)
36 (tidak ada)
37 kompor 200000 200000
38 sanyo 300000 300000
74
39 (tidak ada)
40 (tidak ada)
41 Meja warung 150000
42 (tidak ada) 150000
43 (tidak ada)
44 (tidak ada)
45 Meja dapur 200000
46 (tidak ada) 200000
47 (tidak ada)
48 meja teras 100000
49 (tidak ada) 100000
50 (tidak ada)
51 kompor gas 150000
52 (tidak ada) 150000
53 (tidak ada)
54 (tidak ada)
55 (tidak ada)
56 (tidak ada)
57 (tidak ada)
58 (tidak ada)
59 pompa air 200000
60 (tidak ada) 200000
61 (tidak ada)
62 kulkas 300000
63 (tidak ada) 300000
64 (tidak ada)
65 (tidak ada)
66 televisi 250000
67 (tidak ada) 250000
68 (tidak ada)
69 (tidak ada)
70 (tidak ada)
71 (tidak ada)
72 (tidak ada)
73 televisi 200000
74 kompor 100000 200000
75 (tidak ada) 100000
76 (tidak ada)
77 (tidak ada)
78 sanyo 100000
79 (tidak ada)
80 (tidak ada)
81 (tidak ada)
Lampiran 4 Biaya perbaikan peralatan rumah tangga (lanjutan)
75
82 radio 100000 100000
83 dvd 100000
400000 kursi 300000
84 lemari 100000 100000
85 sanyo 150000 150000
86 (tidak ada)
87 lemari 150000 150000
88 (tidak ada)
89 (tidak ada)
90 (tidak ada)
91 kompor gas 100000 100000
92 (tidak ada)
93 (tidak ada)
94 (tidak ada)
95 dispener 150000 150000
96 (tidak ada)
97 (tidak ada)
98 kulkas 50000 50000
99 (tidak ada)
100 (tidak ada)
101 Mesin jahit 300000 300000
102 (tidak ada)
103 (tidak ada)
Biaya perbaikan peralatan rumah tangga (Rp) 6 150 000,000
Jumlah responden (KK) 27
Rata-rata biaya perbaikan peralatan rumah tangga (Rp/KK) 227 777,778
Jumlah proporsi yang mengeluarkan biaya perbaikan peralatan
rumah tangga (KK) 268
Total biaya perbaikan peralatan rumah tangga (Rp) 61 022 330,097
Lampiran 4 Biaya perbaikan peralatan rumah tangga (lanjutan)
Lampiran 5 Biaya kehilangan peralatan rumah tangga
Nomor
responden
Kerusakan
peralatan
RT
Harga Beli
(Rp)
Tahun beli
(t0)
Tahun
rusak (t1)
Umur pakai
(t1-t0)
Umur
ekonomis
(tahun)
Nilai penyusutan
(Rp/tahun)
Akumulasi
penyusutan
(Rp)
Biaya
kehilangan
(Rp)
Total
biaya
kehilangan
(Rp)
1 Rak 300000 2012 2015 3 5 60000 180000 120000
400000 Kursi 350000 2014 2015 1 5 70000 70000 280000
2 kursi 500000 2013 2015 2 5 100000 200000 300000 300000
3
kasur lantai 150000 2014 2015 1 2 75000 75000 75000
225000
kasur 500000 2011 2015 4 5 100000 400000 100000
karpet 100000 2014 2015 1 2 50000 50000 50000
4 kursi tamu 700000 2013 2015 2 5 140000 280000 420000 420000
5 lemari 1000000 2011 2015 4 10 100000 400000 600000 600000
6 spring bed 1500000 2013 2015 2 10 150000 300000 1200000 1200000
7 meja makan 800000 2011 2015 4 10 80000 320000 480000 480000
8 risbang 1200000 2014 2015 1 10 120000 120000 1080000
1120000 rak tv 200000 2011 2015 4 5 40000 160000 40000
9 lemari
piring 1000000 2014 2015 1 5 200000 200000 800000 800000
10 kasur lantai 300000 2014 2015 1 2 150000 150000 150000 150000
11 kasur 700000 2014 2015 1 5 140000 140000 560000 560000
12 (tidak ada)
13 kursi 500000 2012 2015 3 5 100000 300000 200000 200000
14 kasur 500000 2014 2015 1 5 100000 100000 400000 400000
15 lemari 2000000 2014 2015 1 10 200000 200000 1800000 1800000
16 kulkas 2000000 2013 2015 2 10 200000 400000 1600000
2200000 lemari 1000000 2011 2015 4 10 100000 400000 600000
17 (tidak ada)
76
77
77
18 (tidak ada)
19 kulkas 2500000 2013 2015 2 10 250000 500000 2000000 2000000
20 (tidak ada)
21 (tidak ada)
22 (tidak ada)
23 kasur lantai 150000 2014 2015 1 2 75000 75000 75000 75000
24 (tidak ada)
25 (tidak ada)
26 lemari 2000000 2012 2015 3 10 200000 600000 1400000 1400000
27 (tidak ada)
28 lemari 450000 2011 2015 4 10 45000 180000 270000 270000
29 lemari 500000 2013 2015 2 10 50000 100000 400000 400000
30 (tidak ada)
31 kasur 500000 2013 2015 2 5 100000 200000 300000 300000
32 televisi 2000000 2013 2015 2 10 200000 400000 1600000 1600000
33 (tidak ada)
34 dispenser 600000 2013 2015 2 10 60000 120000 480000 480000
35 (tidak ada)
36 lemari 700000 2013 2015 2 10 70000 140000 560000 560000
37 (tidak ada)
38 lemari 2000000 2012 2015 3 10 200000 600000 1400000 1400000
39 kasur (4) 1000000 2011 2015 4 5 200000 800000 200000 200000
40 kasur 600000 2012 2015 3 5 120000 360000 240000 240000
41 rak piring 300000 2014 2015 1 3 100000 100000 200000 200000
42 (tidak ada)
43 karpet 300000 2014 2015 1 2 150000 150000 150000 150000
44 (tidak ada)
Lampiran 5 Biaya kehilangan peralatan rumah tangga (lanjutan)
78
78
45 dispenser 550000 2013 2015 2 10 55000 110000 440000 440000
46 tempat tidur 1000000 2012 2015 3 10 100000 300000 700000 700000
47 kasur 600000 2013 2015 2 5 120000 240000 360000
1200000 lemari 1200000 2012 2015 3 10 120000 360000 840000
48 (tidak ada)
49 (tidak ada)
50 (tidak ada)
51 rak tv 450000 2013 2015 2 3 150000 300000 150000
1750000 kulkas 2000000 2013 2015 2 10 200000 400000 1600000
52 kasur lantai 200000 2014 2015 1 2 100000 100000 100000
325000 karpet 450000 2014 2015 1 2 225000 225000 225000
53 tempat tidur 1200000 2013 2015 2 10 120000 240000 960000
1160000 karpet 400000 2014 2015 1 2 200000 200000 200000
54 risbang 1000000 2013 2015 2 10 100000 200000 800000 800000
55 (tidak ada)
56 kasur 1000000 2014 2015 1 2 500000 500000 500000 500000
57 rak hiasan
dan isinya 3000000 2014 2015 1 5 600000 600000 2400000 2400000
58 rak tv 300000 2012 2015 3 5 60000 180000 120000 120000
59 kulkas 2000000 2012 2015 3 10 200000 600000 1400000 1400000
60 kasur lantai 350000 2014 2015 1 2 175000 175000 175000
1975000 springbed 2000000 2014 2015 1 10 200000 200000 1800000
61 dispenser 500000 2013 2015 2 10 50000 100000 400000
575000 karpet 350000 2014 2015 1 2 175000 175000 175000
62 lemari 1000000 2013 2015 2 10 100000 200000 800000
1040000 rak tv 300000 2014 2015 1 5 60000 60000 240000
63 karpet 400000 2014 2015 1 2 200000 200000 200000 620000
Lampiran 5 Biaya kehilangan peralatan rumah tangga (lanjutan)
79
79
lemari 600000 2012 2015 3 10 60000 180000 420000
64 kursi tamu 1200000 2014 2015 1 5 240000 240000 960000
1600000 lemari 800000 2013 2015 2 10 80000 160000 640000
65 kasur 500000 2014 2015 1 2 250000 250000 250000 250000
66 (tidak ada)
67 (tidak ada)
68 lemari 2000000 2012 2015 3 10 200000 600000 1400000
1750000 dispenser 500000 2012 2015 3 10 50000 150000 350000
69 (tidak ada)
70
kasur 600000 2012 2015 3 5 120000 360000 240000
1440000
risbang 1000000 2013 2015 2 10 100000 200000 800000
kursi tamu 2000000 2011 2015 4 5 400000 1600000 400000
71 (tidak ada)
72 kasur lantai 250000 2014 2015 1 2 125000 125000 125000
720000 risbang 850000 2012 2015 3 10 85000 255000 595000
73 (tidak ada)
74 (tidak ada)
75 karpet 250000 2014 2015 1 2 125000 125000 125000 125000
76 (tidak ada)
77 (tidak ada)
78 (tidak ada)
79 risbang 1000000 2013 2015 2 10 100000 200000 800000
1800000
rak piring
dan isinya 2500000 2012 2015 3 5 500000 1500000 1000000
80 (tidak ada)
81 (tidak ada)
82 kasur 1000000 2014 2015 1 2 500000 500000 500000 1700000
Lampiran 5 Biaya kehilangan peralatan rumah tangga (lanjutan)
80
80
televisi 2000000 2011 2015 4 10 200000 800000 1200000
83 kursi 800000 2014 2015 1 5 160000 160000 640000 640000
84 lemari 1500000 2013 2015 2 10 150000 300000 1200000 1200000
85 (tidak ada)
86 (tidak ada)
87 kulkas 1500000 2012 2015 3 10 150000 450000 1050000 1050000
88
lemari 1000000 2012 2015 3 10 100000 300000 700000
3400000
kursi 1500000 2012 2015 3 5 300000 900000 600000
risbang 1000000 2012 2015 3 10 100000 300000 700000
televisi 2000000 2012 2015 3 10 200000 600000 1400000
89 (tidak ada)
90 (tidak ada)
91 kursi tamu 3000000 2012 2015 3 5 600000 1800000 1200000 1200000
92 kursi 1500000 2014 2015 1 5 300000 300000 1200000 1200000
93 rak tv 300000 2013 2015 2 5 60000 120000 180000 100000
94 televisi 3000000 2012 2015 3 10 300000 900000 2100000
2900000 lemari 1000000 2013 2015 2 10 100000 200000 800000
95 (tidak ada)
96 kulkas 2200000 2012 2015 3 10 220000 660000 1540000
2140000 kasur 1000000 2013 2015 2 5 200000 400000 600000
97 lemari 1000000 2013 2015 2 10 100000 200000 800000
1100000 kasur 500000 2013 2015 2 5 100000 200000 300000
98 kasur (3) 1500000 2011 2015 4 5 300000 1200000 300000
600000 lemari 500000 2011 2015 4 10 50000 200000 300000
99 (tidak ada)
100 rak piring 600000 2013 2015 2 3 200000 400000 200000 200000
101 kursi tamu 3000000 2012 2015 3 5 600000 1800000 1200000 1200000
Lampiran 5 Biaya kehilangan peralatan rumah tangga (lanjutan)
81
81
102 kursi tamu 2000000 2012 2015 3 5 400000 1200000 800000
1240000 kasur 550000 2014 2015 1 5 110000 110000 440000
103
tempat tidur
(3) 3000000 2011 2015 4 10 300000 1200000 1800000
2000000 kursi 1000000 2011 2015 4 5 200000 800000 200000
Biaya kehilangan peralatan rumah tangga (Rp) 64 690 000,000
Jumlah responden (KK) 67
Rata-rata kehilangan peralatan rumah tangga (Rp/KK) 965 522,388
Jumlah proporsi yang mengeluarkan biaya kehilangan peralatan rumah tangga (KK) 665
Total biaya kehilangan peralatan rumah tangga (Rp) 642 072 388,060
Lampiran 5 Biaya kehilangan peralatan rumah tangga (lanjutan)
82
82
Lampiran 6 Biaya pengobatan
Nomor
responden Jenis penyakit Jumlah anggota
keluarga yang sakit
Biaya berobat dan
membeli obat (Rp)
1 gatal-gatal, demam, batuk 2 60000
2 gatal-gatal, demam, batuk 2 pengobatan gratis
3 gatal-gatal, demam, batuk 1 pengobatan gratis
4 gatal-gatal, demam 2 pengobatan gratis
5 (tidak ada)
6 (tidak ada)
7 gatal-gatal, diare 3 pengobatan gratis
8 Demam 1 pengobatan gratis
9 gatal-gatal 1 pengobatan gratis
10 gatal-gatal, diare 1 pengobatan gratis
11 Demam 1 pengobatan gratis
12 gatal-gatal 2 pengobatan gratis
13 gatal-gatal 1 pengobatan gratis
14 (tidak ada)
15 (tidak ada)
16 gatal-gatal 2 pengobatan gratis
17 gatal-gatal 2 pengobatan gratis
18 gatal-gatal 1 pengobatan gratis
19 gatal-gatal 2 pengobatan gratis
20 gatal-gatal 3 pengobatan gratis
21 Kesemutan 1 100000
22 gatal-gatal 1 pengobatan gratis
23 (tidak ada)
24 (tidak ada)
25 gatal-gatal, demam 1 pengobatan gratis
26 sakit perut 1 60000
27 (tidak ada)
28 gatal, diare 2 100000
29 gatal-gatal, pilek 3 pengobatan gratis
30 (tidak ada)
31 gatal-gatal, demam 3 pengobatan gratis
32 (tidak ada)
33 (tidak ada)
34 (tidak ada)
35 (tidak ada)
36 gatal-gatal, diare 1 pengobatan gratis
37 (tidak ada)
38 Maag 2 100000
39 (tidak ada)
40 Keram 1 100000
83
83
41 (tidak ada)
42 (tidak ada)
43 Demam 1 100000
44 Demam 1 50000
45 batuk, pilek 1 200000
46 Demam 1 150000
47 Demam 1 100000
48 Demam 1 20000
49 gatal-gatal 1 20000
50 gatal-gatal 1 30000
51 Demam 1 15000
52 (tidak ada)
53 Diare 1 30000
54 (tidak ada)
55 (tidak ada)
56 (tidak ada)
57 Maag 1 30000
58 (tidak ada)
59 gatal-gatal 2 40000
60 (tidak ada)
61 (tidak ada)
62 (tidak ada)
63 Typhus 1 260000
64 (tidak ada)
65 gatal-gatal 1 10000
66 gatal-gatal dan demam 1 120000
67 gatal-gatal 2 pengobatan gratis
68 (tidak ada)
69 (tidak ada)
70 Demam 1 70000
71 Demam 1 bpjs
72 Demam 1 100000
73 (tidak ada)
74 Demam 50000
75 (tidak ada)
76 (tidak ada)
77 (tidak ada)
78 (tidak ada)
79 Diare
80 Demam 1 50000
81 Demam 2 pengobatan gratis
82 muntaber, asma 1 70000
83 diare, gatal-gatal, dan demam 1 150000
Lampiran 6 Biaya pengobatan (lanjutan)
84
84
84 diare, gatal-gatal 2 pengobatan gratis
85 Diare 1 50000
86 Demam 1 65000
87 (tidak ada)
88 gatal-gatal, demam 2 pengobatan gratis
89 demam, diare 3 pengobatan gratis
90 (tidak ada)
91 (tidak ada)
92 diare, gatal-gatal 2 pengobatan gratis
93 (tidak ada)
94 (tidak ada)
95 (tidak ada)
96 (tidak ada)
97 (tidak ada)
98 Demam 2 pengobatan gratis
99 Demam 1 pengobatan gratis
100 demam, diare 1 50000
101 (tidak ada)
102 Demam 1 pengobatan gratis
103 Demam 1 60000
Biaya pengobatan (Rp) 2 410 000,000
Jumlah responden (KK) 31
Rata-rata biaya pengobatan (Rp/KK) 77 741,935
Jumlah proporsi yang mengeluarkan biaya pengobatan (KK) 308
Total biaya perbaikan pengobatan (Rp) 23 912 815,534
Lampiran 6 Biaya pengobatan (lanjutan)
Lampiran 7 Pendapatan yang hilang
Nomor
responden
Pekerjaan Pendapatan (Rp/hari) Lama tidak bekerja (hari) Loss of Income Total Loss of
Income Suami Istri Suami Istri Suami Istri Suami Istri
7 Tukang jait 60000 3 180000 180000
15 Tukang bubur 40000 2 80000 80000
16 Buruh pabrik 75000 3 225000 225000
18 Tukang warung 50000 5 250000 250000
22 Buruh pabrik 60000 3 180000 180000
24 Tukang warung 50000 3 150000 150000
26 Supir 70000 3 210000 210000
27 Kuli bangunan 50000 4 200000 200000
34 Tukang bakso 50000 3 150000 150000
39 Tukang warung 20000 7 140000 140000
41 Tukang ojek 50000 7 350000 350000
42 Tukang warung 50000 3 150000 150000
43 konveksi 250000 7 1750000 1750000
47 tukang warung 100000 7 700000 700000
49 tukang martabak 50000 7 350000 350000
52 tukang warung 100000 7 700000 700000
53 Kuli bangunan 60000 5 300000 300000
54 Tukang warung 100000 10 1000000 1000000
63 tukang warung 70000 7 490000 490000
64 tukang warung 50000 30 1500000 1500000
65 pedagang tahu 50000 4 200000 200000
68 tukang parkir 100000 10 1000000 1000000
70 penjual kue 50000 7 350000 350000
85
86
71 tukang warung 30000 10 300000 300000
76 penjaga showroom 50000 4 200000 200000
80 penjual jajanan 30000 20 600000 600000
83 Buruh pabrik 75000 7 525000 525000
84 penjual jajanan 50000 14 700000 700000
85 penjual tahu 50000 10 500000 500000
86 penjual kerupuk 60000 30 1800000 1800000
93 penjual cendol 200000 12 2400000 2400000
94 penjual ikan 100000 21 2100000 2100000
96 ojek 50000 30 1500000 1500000
97 warung 50000 30 1500000 1500000
100 tukang kue 100000 20 2000000 2000000
101 Buruh pabrik 70000 7 490000 490000
Pendapatan responden yang hilang (Rp) 25 550 000,000
Jumlah responden (KK) 36
Rata-rata pendapatan yang hilang (Rp/KK) 700 555,556
Jumlah proporsi yang mengalami kehilangan pendapatan (KK) 357
Total pendapatan yang hilang (Rp) 250 241 165,049
Lampiran 7 Pendapatan yang hilang (lanjutan)
87
Lampiran 8 Biaya tambahan Nomor
responden Jenis biaya tambahan Biaya (Rp) Total Biaya (Rp)
1 Ongkos naik perahu 20000 20000
2 Ongkos naik perahu 50000 50000
3 Ongkos naik perahu 15000
35000 Beli air minum galon 20000
4 Ongkos naik perahu 30000 30000
5 Ongkos naik perahu 100000 100000
6 Sewa rumah 350000 350000
7 Ongkos naik perahu 120000
135000 Beli air minum galon 15000
8 Ongkos naik perahu 50000 50000
9 (tidak ada)
10 (tidak ada)
11 Ongkos naik perahu 60000 60000
12 (tidak ada)
13 Ongkos naik perahu 50000 50000
14 Beli air minum galon 60000 60000
15 (tidak ada)
16 (tidak ada)
17 Ongkos naik perahu 100000 100000
18 Ongkos naik perahu 50000 50000
19 Ongkos naik perahu 30000 30000
20 Ongkos naik perahu 80000 80000
21 Ongkos naik perahu 80000 80000
22 Ongkos naik perahu 60000 60000
23 Ongkos naik perahu 50000 50000
24 (tidak ada)
25 Beli air minum galon 50000 50000
26 Ongkos naik perahu 100000 100000
27 Ongkos naik perahu 30000 30000
28 Ongkos naik perahu 30000 30000
29 Ongkos naik perahu 50000 50000
30 (tidak ada)
31 Ongkos naik perahu 50000 50000
32 (tidak ada)
33 (tidak ada)
34 Ongkos naik perahu 100000 100000
35 (tidak ada)
36 Ongkos naik perahu 60000
110000 Beli air minum galon 50000
37 Beli air minum galon 50000
88
38 (tidak ada)
39 (tidak ada)
40 (tidak ada)
41 Ongkos naik perahu 50000 50000
42 (tidak ada)
43 (tidak ada)
44 Beli air minum galon 50000 50000
45 beli air galon untuk masak 20000 20000
46 (tidak ada)
47 (tidak ada)
48 (tidak ada)
49 Beli air minum galon 100000 100000
50 Beli air minum galon 50000 50000
51 (tidak ada)
52 (tidak ada)
53 Ongkos naik perahu 100000 100000
54 (tidak ada)
55 (tidak ada)
56 (tidak ada)
57 beli air galon untuk masak 50000 50000
58 Ongkos naik perahu
59 (tidak ada)
60 Ongkos naik perahu 100000 100000
61 (tidak ada)
62 Ongkos naik perahu 40000 40000
63 Ongkos naik perahu 50000 50000
64 (tidak ada)
65 (tidak ada)
66 (tidak ada)
67 Ongkos naik perahu 10000 10000
68 (tidak ada)
69 Ongkos naik perahu 150000 150000
70 Ongkos naik perahu 150000 150000
71 (tidak ada)
72 (tidak ada)
73 (tidak ada)
74 Ongkos naik perahu 150000 150000
75 Ongkos naik perahu 100000 100000
76 (tidak ada)
77 (tidak ada)
78 (tidak ada)
79 Ongkos naik perahu 50000 50000
80 Beli air minum galon 50000 100000
Lampiran 8 Biaya tambahan (lanjutan)
89
Ongkos naik perahu 50000
81 (tidak ada)
82 Ongkos naik perahu 50000 50000
83 Ongkos naik perahu 50000 50000
84 Ongkos naik perahu 100000 100000
85 (tidak ada)
86 (tidak ada)
87 (tidak ada)
88 (tidak ada)
89 Sewa rumah 400000 400000
90 Ongkos naik perahu 50000 50000
91 (tidak ada)
92 (tidak ada)
93 Ongkos naik perahu 150000 150000
94 (tidak ada)
95 Sewa rumah 500000 500000
96 (tidak ada)
97 Ongkos naik perahu 75000 75000
98 (tidak ada)
99 Ongkos mengungsi 150000 150000
100 Ongkos naik perahu 100000 100000
101 Sewa rumah 400000 400000
102 (tidak ada)
103 (tidak ada)
Jumlah biaya tambahan (Rp) 5 305 000,000
Jumlah responden (KK) 54
Rata-rata biaya tambahan (Rp/KK) 98 240,741
Jumlah proporsi yang mengeluarkan biaya tambahan (KK) 536
Total biaya tambahan (Rp) 52 637 961,165
Lampiran 8 Biaya tambahan (lanjutan)
90
Lampiran 9 Olahan data metode TOPSIS
91
Lampiran 10 Kuesioner
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN
LINGKUNGAN
Jl. Kamper Level 5 Wing Kampus IPB Dramaga Bogor 16680
Telp. (0251) 8621 834, Fax (0251) 8421 762
Nomor/Tanggal wawancara :
I. Identitas Responden
1. Nama :
2. Jenis Kelamin : P / L
3. Usia :
4. Alamat :
5. Jumlah anggota keluarga :
6. Pendidikan terakhir :
a. SD d. Akademi/Diploma
b. SMP e. Sarjana
c. SMA f. Pasca Sarjana
7. Pekerjaan Pokok :
a. PNS e. Buruh
b. Swasta f. Petani
c. TNI/POLRI g. Lainnya ……..
d. Pedagang
8. Pendapatan rumah tangga/bulan (Rp)
a. < 500 000
b. 500 001 - 1 000 000 (Tepatnya………………..)
c. 1 000 001 – 1 500 000 (Tepatnya………………..)
d. 1 500 001 – 2 000 000 (Tepatnya………………..)
e. 2 000 001 – 2 500 000 (Tepatnya………………..)
f. 2 500 001 – 3 000 000 (Tepatnya………………..)
g. > 3 000 001 (Tepatnya………………..)
9. Pendapatan lainnya/bulan (Rp)
a. Ya, sebagai ………………... besar pendapatan …………………
b. Tidak
Kuesioner ini digunakan sebagai bahan dalam penyusunan skripsi mengenai ESTIMASI
NILAI KERUGIAN EKONOMI DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN PENGURANGAN
DAMPAK BANJIR SUNGAI CITARUM (Studi Kasus: Kelurahan Andir, Kecamatan
Baleendah, Kabupaten Bandung) yang dilakukan oleh Saya, RIRIN SARASWATI
ISTIANI (H44120059). Data yang diterima dari kuisioner ini bersifat rahasia dan hanya
digunakan untuk kepentingan akademik. Atas perhatian dan kerjasama Bapak/Ibu, Saya
mengucapkan terima kasih.
92
10. Status penduduk
a. Asli Kab Bandung b. Pendatang
11. Lama tinggal ….. (tahun)
12. Alasan tinggal :
a. Penduduk asli d. Keluarga besar
b. Pekerjaan e. Lainnya……….
c. Ikut suami/istri
13. Status tempat tinggal :
a. Milik sendiri b. Sewa
14. Luas tanah : ….. m
15. Luas rumah : ….. m
16. Jumlah lantai rumah : ….. lantai
17. Tipe rumah :
a. Permanen (tembok dan beton)
b. Tidak permanen (bilik, kayu dan papan)
18. Kepemilikan kamar mandi :
a. Milik sendiri b. Umum
19. Sumber air untuk mandi :
a. Sumur c. Sungai
b. PDAM d. Lainnya
20. Sumber air untuk minum :
a. Sumur c. Galon
b. PDAM d. Lainnya
21. Ketinggian banjir
Banjir (bulan) Kedalaman Banjir (m)
II. Data Kerugian Ekonomi Responden
22. Apakah ada peralatan rumah tangga yang rusak karena banjir?
a. Ada b. Tidak ada
23. Data perabotan rumah tangga yang rusak dan tidak dapat dipakai
kembali
No Jenis peralatan Harga beli (Rp) Tahun beli
1
2
3
4
5
93
24. Data peralatan rumah tangga yang rusak akibat banjir dan masih dapat
diperbaiki
No Jenis peralatan Biaya perbaikan (Rp)
1
2
3
4
5
25. Data bangunan rumah yang rusak dan diperbaiki
No Komponen Biaya perbaikan (Rp)
1
2
3
4
5
26. Apakah banjir menghambat Anda untuk bekerja?
a. Ya b. Tidak
27. Berapa lama anda tidak bekerja? ….. hari
28. Alasan tidak bekerja :
29. Hilangnya pendapatan karena tidak bekerja: Rp/hari
30. Apakah air banjir menimbulkan penyakit?
a. Ya b. Tidak
31. Apakah ada anggota keluarga Anda yang terkena penyakit akibat
banjir?
a. Ada b. Tidak ada
32. Jumlah anggota keluarga yang terkena penyakit : ….. orang
33. Jenis penyakit :
34. Apakah penyakit tsb disebabkan karena banjir?
35. Biaya berobat : Rp
36. Biaya membeli obat : Rp
No Nama penyakit Biaya pengobatan (Rp)
1
2
3
4
5
37. Apakah Anda mengeluarkan biaya tambahan akibat banjir?
a. Ya b. Tidak
38. Data biaya tambahan yang dikeluarkan
94
No Jenis biaya Besar biaya (Rp)
1
2
3
4
5
39. Darimana Anda mendapat layanan air bersih untuk mandi selama
banjir?
40. Apakah ada biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh air bersih untuk
mandi?
a. Ada b. Tidak ada
41. Besaran biaya : Rp
42. Darimana Anda mendapat layanan air minum selama banjir?
43. Apakah ada biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh air bersih untuk
minum?
a. Ada b. Tidak ada
44. Besaran biaya : Rp
II. Identifikasi Kenyamanan Tinggal di Lokasi Rawan Banjir
45. Apakah Anda mengetahui bahwa Anda tinggal di lokasi rawan banjir?
a. Ya b. tidak
46. Apakah anda tetap nyaman tinggal di lokasi ini?
a. Ya b. tidak
47. Apakah alasan utama Anda untuk bertahan di lokasi rawan banjir ini?
a. Sosialisasi antar warga yang baik
b. Lokasi yg strategis
c. Pekerjaan
d. Sudah terbiasa dengan banjir
e. dll
48. Apa yang membuat anda tidak nyaman tinggal di lokasi ini?
a. Rawan banjir
b. Lingkungan kotor setelah banjir
c. Mengeluarkan biaya tambahan jika terjadi banjir
d. dll
III. Identifikasi Persepsi Masyarakat mengenai penyebab banjir
49. Apakah menurut Anda banjir disebabkan oleh kerusakan Sungai
Citarum?
a. Ya b. Tidak
50. Menurut Anda apakah yang menyebabkan banjir tahunan?
a. Sampah
b. Hujan
c. Pendangkalan sungai
51. Usaha apa saja yang Anda tahu untuk mengurangi dampak banjir?
95
IV. Dampak banjir terhadap aktivitas ekonomi
52. Apakah banjir mengganggu aktivitas ekonomi Anda?
a. Ya b. Tidak
53. Bagaimana banjir mengganggu aktivitas ekonomi Anda?
54. Bagaimana banjir tidak mengganggu aktivitas Anda?
55. Apakah Anda sering menggunakan perahu kayu untuk keluar dari
rumah selama banjir?
56. Apakah Anda menginap di rumah saudara/kerabat selama banjir?
V. Persepsi Terhadap Kondisi Lingkungan Setelah Banjir
57. Bagaimana kebersihan tempat tinggal dan lingkungan Saudara setelah
terjadi banjir terjadi?
a. Bersih
b. Cukup bersih
c. Kotor
58. Apakah alasannya?
59. Apakah ada tindakan dari masyarakat setempat setelah banjir?
a. Ada b. tidak ada
60. Tindakan/kegiatan apa yang dilakukan oleh masyarakat?
61. Dampak negatif apa saja yang Saudara ketahui akibat banjir?
a. Mengganggu kenyamanan dan keindahan lingkungan
b. Menimbulkan pencemaran air
c. Berkembangnya bibit penyakit
d. Semua jawaban di atas, atau lainnya, sebutkan …………………
96
Lampiran 11 Indikator persepsi masyarakat
No. Persepsi Pilihan Indikator
1. Kenyamanan
tinggal
1. Nyaman
2. Tidak nyaman
1. Tetap bertahan walaupun
sering banjir, membiasakan
diri dg banjir
2. Kekhawatiran mengenai
banjir
2. Penyebab banjir 1. Sampah
2. Pendangkalan
sungai
3. Curah hujan yg
tinggi
1. Terlihat tumpukan sampah
di sungai menyebabkan
aliran air terhambat
2. Perubahan kedalaman
sungai dari tahun ke tahun
3. Durasi hujan perbulan di
daerah hulu
3. Dampak banjir
thd aktivitas
ekonomi
1. Mengganggu
2. Tidak mengganggu
1. Banjir tdk dapat dilewati,
tidak masuk kerja, jual beli
terhambat, tidak memiliki
tempat lain
2. Banjir dapat dilewati,
memiliki tempat lain, tetap
bekerja
4. Kondisi
lingkungan
setelah banjir
1. Bersih
2. Cukup bersih
3. Kotor
1. Tidak ada sampah dan
lumpur di dalam rumah,
jalan raya, dan lingkungan
sekitar
2. Sedikit sampah dan lumpur
di dalam rumah, jalan raya,
dan lingkungan sekitar
3. Banyak tersisa sampah dan
lumpur di dalam rumah,
jalan raya, dan lingkungan
sekitar.
97
Lampiran 12 Dokumentasi penelitian
Lemari yang rusak akibat banjir Kali Ciputat di RW 13
Kondisi Sungai Cisangkuy di RW 09 Tempat tidur responden
Bronjong di pinggiran Sungai Citarum Sungai Citarum di RW 13
98
Kerusakan pada pintu kamar Banjir Februari 2016 saat
pelaksanaan penelitian
Banjir menggenangi halaman rumah Rumah yang ditinggalkan
Kondisi lingkungan setelah banjir Banjir di jalan masuk kelurahan
99
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 26 September 1994. Penulis
adalah anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Tatang Sobandi dan Iis
Ismawati.
Penulis memulai pendidikan di Sekolah Dasar Negeri Semeru 1 Kota
Bogor pada tahun 2000 dan lulus pada tahun 2006. Setelah itu penulis
melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama Negeri 4 Kota Bogor dan
lulus pada tahun 2009. Penulis kemudian melanjutkan pendidikan ke Sekolah
Menengah Atas Negeri 2 Kota Bogor dan dinyatakan lulus pada tahun 2012. Pada
tahun yang sama, penulis tercatat sebagai mahasiswa Departeman Ekonomi
Sumberdaya dan Lingkungan, Institut Pertanian Bogor melalui Seleksi Nasional
Masuk Perguruan Tinggi Negeri jalur undangan (SNMPTN Undangan).
Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi anggota Himpunan Profesi
Resources Environmental Economics Student Association pada divisi Campus
Social Responsibility. Pada tahun 2015 penulis menjadi anggota dalam
pelaksanaan Program Kreativitas Mahasiswa bidang Pemberdayaan Masyarakat
(PKM-M) yang didanai oleh Dikti dengan judul “Program Pelita (Pemanfaatan
Limbah Kertas): Optimalisasi Pendanaan PAUD CBS melalui Pemberdayaan Ibu-
Ibu Desa Situ Udik Kabupaten Bogor”.