ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI AKIBAT … dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah subhanallahu...
Transcript of ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI AKIBAT … dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah subhanallahu...
ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI AKIBAT BANJIR LUAPAN
SUNGAI CIDURIAN PADA PERTANIAN PADI SAWAH DI
KECAMATAN KRESEK, KABUPATEN TANGERANG
NURUL AINI MUHTAR
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Estimasi Nilai
Kerugian Ekonomi Akibat Banjir Luapan Sungai Cidurian pada Pertanian Padi
Sawah di Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang adalah benar karya saya
dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun
pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari
karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan
dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2014
Nurul Aini Muhtar
NIM H44090115
ABSTRAK
NURUL AINI MUHTAR. Estimasi Nilai Kerugian Ekonomi Akibat Banjir
Luapan Sungai Cidurian pada Pertanian Padi Sawah di Kecamatan Kresek,
Kabupaten Tangerang. Dibimbing oleh AHYAR ISMAIL dan NUVA.
Peningkatan intensitas curah hujan di wilayah hulu Daerah Aliran Sungai
Cidurian menyebabkan peningkatan debit air yang mengalir dan terjadinya banjir
di salah satu daerah hilir yaitu di Kecamatan Kresek. Tanggul Sungai Cidurian
sepanjang 60 meter mengalami kerusakan sehingga air meluap ke daerah
sekitarnya. Kawasan pertanian khususnya padi sawah merupakan salah satu sektor
yang terkena dampak dari banjir Sungai Cidurian. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengidentifikasi persepsi petani mengenai kondisi lingkungan
pertanian akibat banjir, mengestimasi besarnya kerugian ekonomi setelah banjir
pada sektor pertanian akibat banjir Sungai Cidurian, menganalisis faktor-faktor
yang mempengaruhi besarnya kerugian banjir pada sektor pertanian, dan
menganalisis stakeholder yang berperan dalam mengatasi permasalahan banjir di
Kecamatan Kresek. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penilaian responden
petani terhadap kondisi lingkungan pertanian setelah banjir adalah buruk. Banjir
di Kecamatan Kresek melibatkan semua pihak baik kelompok pemerintah maupun
kelompok non-pemerintah dalam mengatasi permasalahan banjir. Hasil
wawancara menunjukkan bahwa setiap kelompok memiliki peran masing-masing
dan bersinergi dalam mengatasi banjir. Kerugian banjir dipengaruhi secara
signifikan oleh jarak sungai terhadap sawah, luas lahan yang terkena banjir,
ketinggian banjir, dan lama banjir. Hasil estimasi kerugian ekonomi petani
pemilik lahan sebesar Rp 8 927 087.50 dan kerugian ekonomi total satu
kecamatan sebesar Rp 1 904 574 711 sedangkan hasil estimasi kerugian ekonomi
per responden sebesar Rp 6 994 231.27 dan kerugian ekonomi total satu
kecamatan sebesar Rp 2 081 848 142. Tindakan perbaikan yang dilakukan oleh
pemerintah yaitu memperbaiki tanggul yang rusak sebesar Rp 1 385 989 000.
Selain itu, perbaikan kondisi lingkungan terutama normalisasi Sungai Cidurian
perlu dilakukan agar dapat meminimalkan luapan air ke daratan.
Kata kunci: Kecamatan Kresek, kerugian ekonomi, luapan sungai, padi sawah
ABSTRACT
NURUL AINI MUHTAR. Estimating Economic Losses of Paddy Agricultural
due to Flooding of Cidurian River in Kresek Subdistrict, Tangerang Regency.
Supervised by AHYAR ISMAIL and NUVA.
The raise of rainfall intensity in the upper area of Cidurian watershed
causes an increase water discharge and flood in Kresek subdistrict as a
downstream areas. Cidurian river’s levee is damaged for about sixty meters, that
makes the water overflows into the surrounding area. One of the sectors affected
by the river flood is the agricultural sector, especially in rice planting area. The
objectives of this study are to identify farmers' perceptions about the condition of
their farmlands during flood periods, to estimate the economic losses of
agricultural sector due to the flooding of Cidurian river, to analyze the factors
that affect the magnitude of economic losses in the agricultural sector, and
analyze the stakeholder’s role to overcome the problem of floods in Kresek
subdistrict. The result shows that respondents have bad perceptions about the
condition of post-flood of the agricultural sector. Flood disaster in Kresek
subdistrict involves both governmental and non-governmental parties to overcome
the flood problem. Based on the interview, each of them has a role and works
together to solve the problem. The total economic losses of the subdistrict is
estimated for about IDR 1 904 574 711 with the average loss of IDR 8 927 087.50
per landowner farmer while the total economic losses of the subdistrict is
estimated for about IDR 2 081 848 142 with the average loss of IDR 6 994 231.27
per sharecropper. Moreover, the economic losses due to the flood are
significantly influenced by the wide of affected land area, flood frequency, and
age of the rice planting. The government has taken service action by spending
IDR 1 385 989 000 to fix the broken levee. In addition, the improvement of
environmental conditions, including the normalization of Cidurian River needs to
be implemented in order to minimize the overflowing river.
Keywords: economic losses, Kresek Subdistrict, paddy, river flooding
ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI AKIBAT BANJIR LUAPAN
SUNGAI CIDURIAN PADA PERTANIAN PADI SAWAH DI
KECAMATAN KRESEK, KABUPATEN TANGERANG
NURUL AINI MUHTAR
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Judul Skripsi : Estimasi Nilai Kerugian Ekonomi Akibat Banjir Luapan Sungai
Cidurian pada Pertanian Padi Sawah di Kecamatan Kresek,
Kabupaten Tangerang
Nama : Nurul Aini Muhtar
NIM : H44090115
Disetujui oleh
Dr Ir Ahyar Ismail, MAgr Nuva, SP, MSc
Pembimbing I Pembimbing II
Diketahui oleh
Dr Ir Aceng Hidayat, MT
Ketua Departemen
Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah subhanallahu wa ta’ala
atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Estimasi Nilai Kerugian Ekonomi Akibat Banjir Luapan Sungai Cidurian pada
Pertanian Padi Sawah di Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang”. Penulis
menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan
banyak pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih
kepada:
1. Kedua orang tua tercinta yaitu Muhtarman dan Sumaryani, serta kakak dan
adik, yaitu Sendi Firdaus dan Fathan Robbiansyah yang senantiasa
memberikan doa, dukungan, kasih sayang, dan perhatian.
2. Bapak Dr Ir Ahyar Ismail, MAgr dan Ibu Nuva SP, MSc selaku dosen
pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu serta memberikan
bimbingan dan arahan selama penulisan skripsi ini.
3. Bapak Rizal Bahtiar, Spi, MSi dan Ibu Hastuti, SP, MP, MSi selaku dosen
penguji yang telah memberikan saran dan masukannya dalam penulisan
skripsi ini.
4. Bapak Adi Hadianto, SP, MSi selaku dosen pembimbing akademik serta
segenap dosen dan staff Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan
atas ilmu, kesabaran, dan bimbingan yang telah diberikan.
5. Pihak pemerintah Kecamatan Kresek dan pihak pemerintah Desa Patrasana,
Desa Koper, Desa Pasir Ampo, Desa Renged, Desa Kresek, dan Desa Talok
yang sudah banyak membantu dalam pengumpulan data primer dan
sekunder untuk kelancaran penulisan skripsi ini.
6. Bapak Suhayar selaku penyuluh pertanian Kecamatan Kresek yang telah
banyak membantu penulis dalam melakukan penelitian serta seluruh staff
Balai Penyuluhan Pertanian Kaliasin.
7. Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Tangerang, Badan Pusat
Statistik Kabupaten Tangerang, Dinas Bina Marga dan Pengairan
Kabupaten Tangerang, serta seluruh kelompok tani Kecamatan Kresek yang
telah memberikan informasi dan kesempatan kepada penulis untuk
melakukan penelitian.
8. Tante Ida, Om Ambardi yang telah memberikan tempat tinggal dan
semangat kepada penulis selama penelitian.
9. Teman-teman satu bimbingan Annisia, Nita, Rizqiyyah, Galuh, Dita, dan
Sandra yang selalu memberikan semangat.
10. Tria, Syfa, Mutiara, Linda, Dara yang telah memberikan doa dan semangat.
11. Tina, Kukuh, Lusi, Fitri, Frima, Nasita, Gugat, atas doa, dukungan, dan
semangat serta rekan-rekan ESL angkatan 46 yang tidak bisa disebutkan
satu per satu namanya.
12. Agus Nuramin yang telah memberikan doa dan motivasi serta berbagi cerita
dengan penulis.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini belum sempurna. Akhir kata, semoga
penelitian ini dapat memberikan informasi yang berguna bagi para pembaca.
Bogor, Februari 2014
Nurul Aini Muhtar
NIM H44090115
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ..............................................................................................
DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN ..............................................................................................
I. PENDAHULUAN .........................................................................................
1.1 Latar Belakang .......................................................................................
1.2 Perumusan Masalah ................................................................................
1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................................
1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................................
1.5 Ruang Lingkup Penelitian ......................................................................
II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................
2.1 Bencana Banjir .......................................................................................
2.2 Dampak Banjir terhadap Sektor Pertanian .............................................
2.3 Konsep Penilaian Kerugian Ekonomi ....................................................
2.4 Penelitian Terdahulu ..............................................................................
III. KERANGKA PEMIKIRAN .........................................................................
3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis .................................................................
3.1.1 Analisis Deskriptif ......................................................................
3.1.2 Pendekatan Produktivitas (Productivity Approach) ....................
3.1.3 Metode Regresi Linear Berganda ...............................................
3.1.4 Analisis Stakeholder ...................................................................
3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ...........................................................
IV. METODE PENELITIAN ..............................................................................
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................................
4.2 Jenis dan Sumber Data ...........................................................................
4.3 Metode Pengambilan Sampel .................................................................
4.4 Metode Pengolahan Data dan Analisis Data ..........................................
4.4.1 Identifikasi Penilaian Petani terhadap Kondisi Lingkungan
Pertanian Padi Sawah ..................................................................
4.4.2 Estimasi Nilai Kerugian Ekonomi pada Pertanian Padi Sawah
Akibat Banjir ...............................................................................
4.4.2.1 Kerugian tangible secara langsung (direct) ....................
4.4.2.2 Kerugian tangible secara tidak langsung (indirect) ........
4.4.3 Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Besar Kerugian
Banjir ...........................................................................................
4.4.3.1 Model Kerugian Ekonomi ............................................
4.4.3.2 Hipotesis .......................................................................
4.4.3.3 Evaluasi Model .............................................................
4.4.4 Analisis Stakeholder dalam Mengatasi Permasalahan Banjir di
Kecamatan Kresek ......................................................................
V. GAMBARAN UMUM ..................................................................................
5.1 Gambaran Umum Kecamatan Kresek ....................................................
x
xii
xii
1
1
3
5
5
6
7
7
8
9
10
15
15
15
16
17
18
18
21
21
21
22
22
24
25
25
26
26
27
28
28
30
31
31
5.2 Kondisi Lingkungan Daerah Penelitian ..................................................
5.3 Karakteristik Responden Petani ..............................................................
5.3.1 Jenis Kelamin ..............................................................................
5.3.2 Usia .............................................................................................
5.3.3 Pendidikan Formal ......................................................................
5.3.4 Jenis Pekerjaan ............................................................................
5.3.5 Jumlah Tanggungan ....................................................................
5.4 Karakteristik Lahan Pertanian ..............................................................
5.4.1 Status Kepemilikan Lahan ..........................................................
5.4.2 Lama Bertani ...............................................................................
5.4.3 Luas Lahan Pertanian ..................................................................
5.5 Karakteristik Banjir ..............................................................................
5.5.1 Jarak Sungai terhadap Lahan Pertanian ......................................
5.5.2 Ketinggian Banjir ........................................................................
5.5.3 Lama Banjir ................................................................................
VI. ANALISIS PERSEPSI PETANI TERHADAP KONDISI
LINGKUNGAN PERTANIAN ..................................................................
6.1 Persepsi Responden Petani terhadap Kondisi Lingkungan Pertanian
Sebelum dan Setelah Banjir .................................................................
6.2 Persepsi Responden Petani terhadap Keberhasilan Lingkungan
Sebelum dan Setelah Banjir .................................................................
6.3 Persepsi Responden Petani terhadap Upaya Pencegahan.....................
6.4 Penilaian Responden Petani terhadap Gangguan Kenyamanan ...........
VII. ESTIMASI KERUGIAN EKONOMI .........................................................
7.1 Kerugian yang Dialami oleh Petani......................................................
7.1.1 Perubahan Produksi ....................................................................
7.1.2 Biaya Produksi Setelah Banjir ....................................................
7.1.3 Perubahan Pendapatan Petani .....................................................
7.2 Biaya Kerusakan yang Dikeluarkan oleh Pemerintah ..........................
VIII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BESAR KERUGIAN
BANJIR .......................................................................................................
IX. ANALISIS STAKEHOLDER DALAM MENGATASI
PERMASALAHAN BANJIR .....................................................................
9.1 Kelompok Pemerintah Daerah .............................................................
9.2 Kelompok Non-Pemerintah ..................................................................
X. SIMPULAN DAN SARAN ........................................................................
10.1 Simpulan ...............................................................................................
10.2 Saran .....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................
LAMPIRAN .......................................................................................................
RIWAYAT HIDUP .............................................................................................
32
33
33
34
34
35
35
36
36
36
37
37
37
38
38
39
39
40
41
41
43
44
44
46
48
49
51
55
56
58
61
61
61
63
65
97
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Luas tanaman padi yang terendam dan luas puso akibat banjir di
Indonesia tahun 2011 ..................................................................................
2. Luas lahan per kecamatan yang terkena puso di Kabupaten Tangerang
akibat banjir bulan januari 2013 ..................................................................
3. Matriks metode analisis data .......................................................................
4. Indikator persepsi petani terhadap kondisi lingkungan pertanian padi
sawah setelah banjir ....................................................................................
5. Analisis stakeholder dalam mengatasi permasalahan banjir.......................
6. Sembilan nama desa beserta luas wilayahnya yang berada di Kecamatan
Kresek .........................................................................................................
7. Jumlah responden petani berdasarkan kelompok usia ................................
8. Jumlah responden petani berdasarkan pendidikan formal terakhir .............
9. Jumlah responden petani berdasarkan jenis pekerjaan utama dan
pekerjaan sampingan ...................................................................................
10. Jumlah responden petani berdasarkan jumlah tanggungan .........................
11. Jumlah responden petani berdasarkan kepemilikan lahan ..........................
12. Jumlah responden petani berdasarkan lama bertani ....................................
13. Jumlah responden petani menurut luas kepemilikan lahan .........................
14. Jumlah responden petani berdasarkan jarak sungai terhadap lahan
pertanian ......................................................................................................
15. Jumlah responden petani berdasarkan ketinggian banjir .............................
16. Jumlah responden petani berdasarkan lama banjir .....................................
17. Persepsi responden petani terhadap kondisi lingkungan pertanian
sebelum dan setelah banjir ..........................................................................
18. Persepsi responden petani terhadap kebersihan lingkungan sebelum dan
setelah banjir ...............................................................................................
19. Upaya pencegahan responden petani terhadap banjir di Kecamatan
Kresek tahun 2013 ......................................................................................
20. Persepsi responden terhadap gangguan kenyamanan akibat banjir ............
21. Perubahan produksi padi per responden petani pemilik akibat banjir
tahun 2013 dalam satu musim tanam ..........................................................
22. Perubahan produksi padi per responden petani penggarap akibat banjir
tahun 2013 dalam satu musim tanam ..........................................................
2
3
23
24
30
31
34
34
35
35
36
36
37
38
38
38
39
40
41
42
45
45
23. Total dan rata-rata biaya produksi per responden petani pemilik sebelum
banjir di Kecamatan Kresek tahun 2013 dalam satu musim tanam ............
24. Total dan rata-rata biaya produksi per responden petani penggarap
sebelum banjir di Kecamatan Kresek tahun 2013 dalam satu musim
tanam ...........................................................................................................
25. Total dan rata-rata biaya tambahan produksi per reponden petani
pemilik setelah banjir di Kecamatan Kresek tahun 2013 dalam satu
musim tanam ...............................................................................................
26. Total dan rata-rata biaya tambahan produksi per reponden petani
penggarap setelah banjir di Kecamatan Kresek tahun 2013 dalam satu
musim tanam ...............................................................................................
27. Perubahan pendapatan responden petani pemilik di Kecamatan Kresek
akibat banjir tahun 2013 dalam satu musim tanam .....................................
28. Perubahan pendapatan responden petani penggarap di Kecamatan
Kresek akibat banjir tahun 2013 dalam satu musim tanam .........................
29. Total kerugian pendapatan petani berdasarkan kepemilikan lahan yang
terkena dampak banjir tahun 2013 dalam satu musim tanam......................
30. Peran dan fungsi stakeholder pemerintah dan non-pemerintah dalam
mengatasi permasalahan banjir di Kecamatan Kresek ................................
46
46
47
48
48
49
49
55
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Diagram alur kerangka berpikir ..................................................................
2. Peta wilayah Kecamatan Kresek .................................................................
20
33
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Kuesioner penelitian responden petani .......................................................
2. Penerimaan responden petani pemilik sebelum banjir ................................
3. Penerimaan responden petani penggarap sebelum banjir ...........................
4. Penerimaan responden petani pemilik lahan setelah banjir ........................
5. Penerimaan responden petani penggarap setelah banjir .............................
6. Biaya produksi responden petani pemilik sebelum banjir ..........................
7. Biaya produksi responden petani penggarap sebelum banjir ......................
8. Biaya perbaikan responden petani pemilik .................................................
9. Biaya perbaikan responden petani penggarap .............................................
10. Produktivitas padi responden petani pemilik ..............................................
11. Produktivitas padi responden petani penggarap ..........................................
12. Hasil model regresi .....................................................................................
13. Dokumentasi penelitian...............................................................................
66
72
74
77
79
82
83
84
86
87
89
91
94
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sektor pertanian merupakan sektor yang berperan penting dalam
pembangunan nasional dan kelangsungan hidup masyarakat Indonesia terutama
berperan dalam memberikan kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB),
sebagai penyedia pangan, penyedia bahan baku, penyedia lapangan pekerjaan, dan
sumber devisa bagi negara. Badan Pusat Statistik Republik Indonesia (2013)
menjelaskan sektor pertanian menyumbang cukup besar untuk perekonomian
nasional dan perekonomian daerah pada triwulan II tahun 2013 sebesar 23.77
persen namun Armah et al. (2010) menjelaskan sektor pertanian merupakan salah
satu sektor yang paling rentan terhadap perubahan iklim.
Perubahan iklim merupakan implikasi dari pemanasan global. Pemanasan
global disebabkan oleh meningkatnya gas-gas rumah kaca yang menimbulkan
pemantulan dan penyerapan gelombang panjang yang bersifat panas (inframerah)
kembali ke permukaan bumi sehingga menjadikan permukaan bumi semakin
panas (Susandi et al. 2008). Perubahan iklim memberikan dampak pada kenaikan
suhu dan peningkatan curah hujan yang berpotensi menyebabkan banjir.
Frekuensi dan intensitas banjir dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang
dapat mengancam wilayah Indonesia dan berbagai sektor pertanian.
Data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) (2011)
menunjukkan bahwa hampir setiap tahun banjir terjadi di setiap provinsi
Indonesia atau seluruh wilayah Indonesia. Sebagian besar banjir yang terjadi di
wilayah Indonesia umumnya disebabkan oleh tingginya intensitas curah hujan
pada waktu musim penghujan. Perkembangan penggunaan lahan di sejumlah
daerah aliran sungai khususnya di wilayah hulu untuk berbagai pemanfaatan
seperti pemukiman, industri, dan pariwisata yang terus meningkat merupakan
faktor penyebab pendukung terjadinya banjir di Indonesia. Kondisi tersebut
menyebabkan berkurangnya daerah resapan air. Apabila kondisi saluran air yang
membawa air permukaan menuju ke hilir tidak cukup menampung volume air
maka air akan mencari jalannya sendiri kemudian air akan melewati bahkan
menggenagi daerah yang rendah.
2
Banjir pada lahan pertanian terutama sawah merupakan salah satu ancaman
yang sangat serius sebagai salah satu dampak perubahan iklim terhadap sektor
pertanian karena berpotensi mendatangkan masalah bagi keberlanjutan produksi
pangan dan sistem produksi pertanian pada umumnya. Banjir pada sektor
pertanian menyebabkan kerusakan pada sumber daya lahan pertanian,
berkurangnya luas areal panen, penurunan produksi dan produktivitas, dan
pergeseran waktu tanam. Berdasarkan data Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
tahun 2010, luas tanaman padi yang terkena banjir dan puso sebagai dampak dari
banjir mencapai 290 446 hektar dan luas yang mengalami puso mencapai 89 228
hektar. Banjir tahun 2009 menyebabkan tanaman padi terendam seluas 222 481
hektar dan 67 821 hektar yang mengalami puso. Luas tanaman padi yang
terendam dari tahun 2009 ke tahun 2010 mengalami peningkatan seperti data yang
ditunjukkan di Tabel 1.
Tabel 1 Luas tanaman padi yang terendam dan luas puso akibat banjir di
Indonesia tahun 2011
Komoditi Tahun 2010 Tahun 2009 Rata-rata 5 tahun
T (ha) P (ha) T (ha) P (ha) T (ha) P (ha)
Padi 296 491 91 088 222 481 67 821 309 937 99 598 Keterangan: T= luas yang terkena banjir, P= luas yang terkena puso
Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 2011
Salah satu provinsi yang mengalami banjir adalah Provinsi Banten.
Kabupaten Tangerang, Kota Serang, Kabupaten Serang, Kabupaten Pandeglang,
dan Kabupaten Lebak adalah daerah terdampak banjir di Provinsi Banten pada
bulan Januari 2013 (BNPB 2013). Kabupaten Tangerang merupakan salah satu
kabupaten yang ada di Provinsi Banten yang mengalami banjir di sektor pertanian.
Banjir yang terjadi disebabkan oleh meluapnya air sungai akibat curah hujan yang
tinggi. Daerah Aliran Sungai (DAS) yang menjadi penyebab banjir adalah DAS
Cidurian. Wilayah administratif kabupaten yang dilalui Sungai Cidurian adalah
Kabupaten Bogor, Kabupaten Lebak, Kabupaten Serang, dan Kabupaten
Tangerang (Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman Provinsi Banten 2013).
Banjir menyebabkan dampak negatif berupa kerusakan pada sumberdaya
lahan pertanian dan kerugian pada aspek sosial ekonomi masyarakat dan masalah
lingkungan. Genangan banjir mengakibatkan kerugian ekonomi yang cukup besar,
baik kerugian materi maupun nonmateri. Besarnya dampak pada sektor pertanian
3
perlu dilakukan penelitian dan pengkajian lebih lanjut mengenai kerugian pada
sektor pertanian akibat banjir tahun 2013 serta perlu mendapat perhatian yang
serius dari berbagai pihak berupa kebijakan sehingga dapat diketahui usaha-usaha
yang dapat dilakukan untuk mencegah dan meminimalkan dampak tersebut.
1.2 Perumusan Masalah
Banjir yang terjadi pada bulan Januari 2013 merupakan banjir besar di
Kabupaten Tangerang. Banjir luapan air Sungai Cidurian ini tidak hanya
berdampak pada sektor perumahan saja tetapi juga pada sektor pertanian yang
dirasakan oleh para petani. Data Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten
Tangerang (2013) menunjukkan terdapat 24 kecamatan di Kabupaten Tangerang
yang terendam banjir khususnya pada sektor pertanian. Banjir Januari 2013
mengakibatkan total lahan pertanian di Kabupaten Tangerang yang ditanami padi
mengalami gagal panen atau puso seluas 3328.45 hektar. Tabel 2 menunjukkan
luas lahan yang mengalami puso akibat banjir di 24 kecamatan Kabupaten
Tangerang.
Tabel 2 Luas lahan per kecamatan yang terkena puso di Kabupaten Tangerang
akibat banjir bulan Januari 2013
No Kecamatan Luas Puso (ha) No Kecamatan Luas Puso (ha)
1 Cisoka 192.00 13 Legok 10.00
2 Jambe 50.00 14 Kelapa Dua 6.00
3 Tigaraksa 206.00 15 Panongan 75.00
4 Balaraja 236.50 16 Kronjo 79.00
5 Sukamulya 124.15 17 Pakuhaji 224.00
6 Rajeg 92.00 18 Sepatan 13.00
7 Sindang Jaya 67.00 19 Mauk 110.00
8 Pasar Kemis 99.00 20 Sukadiri 70.00
9 Kemeri 486.00 21 Pagedangan 20.00
10 Teluk Naga 6.00 22 Jayanti 315.80
11 Kresek 511.00 23 Mekar Baru 157.00
12 Kosambi 19.00 24 Gunung Kaler 144.00 Sumber: Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Tangerang (diolah) 2013
Wilayah Kecamatan Kresek merupakan wilayah yang memiliki dampak
terparah akibat banjir khususnya terhadap sektor pertanian karena Kecamatan
Kresek merupakan wilayah hilir dan berdekatan dengan Sungai Cidurian.
Penyebab banjir di Kecamatan Kresek adalah peningkatan intensitas curah hujan
4
yang mengakibatkan debit air Sungai Cidurian meningkat secara berlebih namun
penyempitan daerah resapan air menjadikan badan sungai tidak mampu
menampung air berlebih yang berasal dari hulu sehingga air merusak tanggul
sungai dan menggenangi lahan pertanian yang berada di daerah hilir. Lahan
pertanian berupa areal persawahan seluas 798 hektar terendam selama kurang
lebih dua minggu saat musim tanam yang menyebabkan kegagalan panen seluas
511 hektar (Kecamatan Kresek 2013). Dampak banjir biasanya juga menyebabkan
pergeseran waktu musim panen dan terjadi penurunan luas panen sehingga
produksi padi dan produktivitas mengalami penurunan. Dampak dari pergeseran
waktu musim panen mendatangkan serangan organisme pengganggu tanaman
yaitu hama penggerek dan walang sangit yang berasal dari wilayah lain yang
sudah melakukan panen. Tanaman padi yang umumnya berusia dua bulan
terendam sehingga sudah tidak dapat dimanfaatkan oleh petani yang akhirnya
memaksa petani harus mengeluarkan biaya produksi kembali untuk mengganti
tanaman yang terendam oleh air. Banjir yang terjadi merupakan ancaman bagi
para petani karena akan mempengaruhi pendapatan usaha tani mereka.
Sebagian besar lahan sawah di Kecamatan Kresek merupakan sawah tadah
hujan yang artinya air hujan menjadi sumber pengairan sawah. Air hujan yang
seharusnya menjadi sumber pengairan sawah menjadi penyebab bencana ketika
memasuki musim penghujan karena air hujan yang berlebih menyebabkan lahan
sawah banyak terendam air yang dapat mengganggu kegiatan masyarakat maupun
ekonomi wilayah ini. Banjir luapan air Sungai Cidurian menyebabkan saluran
irigasi terendam yang menimbulkan kendala besar bagi warga yang memiliki
lahan persawahan karena khususnya di Kecamatan Kresek sebagian besar
masyarakatnya adalah petani. Permasalahan-permasalahan yang timbul akibat
banjir di Kecamatan Kresek jika dibiarkan dapat menimbulkan kerugian yang
lebih besar. Hal tersebut menjadi perhatian khusus dari berbagai pihak pembuat
kebijakan yang terkait. Oleh karena itu, perlu dilakukan identifikasi mengenai
siapa saja stakeholder yang berperan dalam mengatasi permasalahan banjir di
Kecamatan Kresek. Selain itu, estimasi nilai kerugian akibat banjir di Kecamatan
Kresek, Kabupaten Tangerang menjadi sangat penting dilakukan untuk melihat
5
seberapa besar dampak yang dialami oleh petani. Berdasarkan uraian perumusan
masalah, beberapa pertanyaan penelitian yang perlu dikaji diantaranya adalah:
1. Bagaimana persepsi petani mengenai kondisi lingkungan pertanian padi
sawah akibat banjir di sekitar Kecamatan Kresek?
2. Berapa estimasi nilai kerugian ekonomi pertanian padi sawah akibat banjir
di Kecamatan Kresek?
3. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi besarnya kerugian banjir
pada pertanian padi sawah?
4. Siapa saja stakeholder yang berperan dalam mengatasi permasalahan banjir
di Kecamatan Kresek?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan, penelitian ini
bertujuan untuk:
1. Mengidentifikasi persepsi petani mengenai kondisi lingkungan pertanian
padi sawah di sekitar Kecamatan Kresek akibat banjir.
2. Mengestimasi nilai kerugian ekonomi pertanian padi sawah akibat banjir di
Kecamatan Kresek.
3. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya kerugian banjir
pada pertanian padi sawah.
4. Menganalisis stakeholder yang berperan dalam mengatasi permasalahan
banjir di Kecamatan Kresek.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi banyak pihak,
diantaranya:
1. Bagi peneliti, sebagai media pembelajaran dan penerapan ilmu ekonomi
sumberdaya dan lingkungan.
2. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan mejadi pelengkap khasanah
keilmuan ekonomi sumberdaya dan lingkungan.
3. Bagi pemerintah, pemerintah daerah, dan para pemangku kepentingan
sebagai bahan panduan dalam melakukan pengkajian estimasi nilai kerugian
6
sosial ekonomi dari sebuah bencana serta bahan pertimbangan dalam
menetapkan kebijakan.
4. Bagi masyarakat, sebagai bahan informasi mengenai besarnya nilai kerugian
sosial ekonomi yang diderita akibat bencana dan sebagai bahan
pertimbangan dalam menjaga kelestarian lingkungan.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah mengestimasi kerugian tangible
petani akibat banjir luapan air Sungai Cidurian pada bulan Januari 2013 yaitu
musim tanam pertama. Kerugian tangible terdiri dari kerugian langsung (direct)
dan kerugian tidak langsung (indirect). Kerugian langsung meliputi kerusakan
pada lahan pertanian yang diestimasi melalui pendekatan biaya perbaikan.
Kerugian tidak langsung meliputi pendekatan perubahan produktivitas dan
kehilangan pendapatan petani akibat penurunan produktivitas. Pertanian
difokuskan pada komoditas padi sawah jenis ciherang. Penelitian ini tidak
mengestimasi nilai kerugian dari ketertinggalan masa panen. Kerugian dibedakan
menjadi kerugian petani pemilik lahan dan petani penggarap lahan. Satu
responden petani ada yang mengolah kedua lahan yaitu lahan milik sendiri dan
lahan milik orang lain. Oleh karena itu, jumlah responden akan lebih dari
responden petani yang diwawancarai dalam perhitungan. Total lahan masing-
masing kepemilikan dalam satu kecamatan dihitung berdasarkan asumsi
perbandingan antara jumlah masing-masing kepemilikan lahan responden petani
dengan jumlah seluruh lahan responden dikalikan total lahan yang mengalami
kerusakan. Hal ini dilakukan karena keterbatasan data.
Penelitian ini mengestimasi biaya perbaikan yang dikeluarkan oleh Dinas
Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang. Biaya perbaikan yang
dilakukan dinas terkait yaitu biaya pembuatan tanggul Sungai Cidurian. Analisis
stakeholder merupakan penjabaran dari kelompok pemerintah dan kelompok non-
pemerintah dalam mengatasi permasalahan banjir di Kecamatan Kresek.
7
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bencana Banjir
Menurut Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan
Bencana, bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh
faktor alam dan atau faktor non-alam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian
harta benda, dan dampak psikologis. Menurut Subiyantoro (2010), dampak yang
diakibatkan oleh suatu bencana dapat memberikan kerugian dan kerusakan bagi
manusia dan lingkungannya, seperti kehilangan jiwa, cidera serta gangguan
terhadap kesehatan, kerugian harta benda, bahkan kerusakan bangunan serta
fasilitas layanan masyarakat seperti putusnya aliran listrik dan rusaknya jaringan
komunikasi.
Salah satu bencana yang frekuensi kejadiannya sering terjadi pada beberapa
tahun terakhir ini di seluruh wilayah Indonesia yaitu bencana banjir. Banjir
merupakan bencana klimatologis karena banjir dipengaruhi oleh faktor iklim
seperti tingginya intensitas curah hujan. Menurut Kodoatie dan Sjarief (2008),
penyebab banjir dan genangan yang terjadi di su atu lokasi diakibatkan oleh
perubahan tata guna lahan (land-use) di daerah aliran sungai, pembuangan
sampah, erosi dan sedimentasi, kawasan kumuh di sepanjang sungai atau drainase,
perencanaan sistem pengendalian banjir tidak tepat, curah hujan, pengaruh
fisiografi atau geofisik sungai, kapasitas sungai dan drainase yang tidak memadai,
pengaruh air pasang, penurunan tanah dan rob (genangan akibat pasang air laut),
drainase lahan, bendung dan bangunan air, dan kerusakan bangunan pengendali
banjir.
Menurut Badan Nasional Penanggulangan Banjir (2010), berdasarkan
sumber air, banjir dikategorikan menjadi empat, yaitu:
1. Banjir yang disebabkan oleh hujan lebat yang melebihi kapasitas penyaluran
sistem pengaliran air yang terdiri dari sistem sungai alamiah dan sistem
drainase buatan manusia.
8
2. Banjir yang disebabkan meningkatnya muka air di sungai sebagai akibat
pasang laut maupun meningginya gelombang laut akibat badai.
3. Banjir yang disebabkan oleh kegagalan bangunan air buatan manusia seperti
bendungan, bendung, tanggul, dan bangunan pengendalian banjir.
4. Banjir akibat kegagalan bendungan alam atau penyumbatan aliran sungai
akibat runtuhnya atau longsornya tebing sungai.
2.2 Dampak Banjir terhadap Sektor Pertanian
Menurut Armah et al. (2010), bagi negara agraris, sektor pertanian
merupakan sumber mata pencaharian penduduk. Sebagian besar pendapatan
penduduknya dihasilkan dari sektor pertanian. Sektor pertanian menyumbang
cukup besar untuk pendapatan nasional namun sektor pertanian merupakan salah
satu sektor yang paling rentan terhadap perubahan iklim atau bencana khususnya
bencana banjir. Apabila musim penghujan datang dan intensitas hujan yang lebih
sering, wilayah perdesaan yang dekat dengan aliran sungai selalu digenangi banjir
yang mengakibatkan hilangnya nyawa, perpindahan tempat tinggal, hancurnya
infrastruktur utama, kerusakan pada sistem irigasi dan pasokan air, dan
hancurnya lahan pertanian serta hilangnya cadangan makanan dan ternak di
seluruh wilayah. Hal tersebut dapat menyebabkan penurunan produksi pertanian,
pergeseran mata pencaharian dari sektor pertanian ke sektor non-pertanian, dan
secara signifikan akan berpengaruh terhadap ketahanan pangan. Tanaman pangan
(jagung, sorgum, millet, kacang tanah, ubi, singkong, dan padi) yang terkena
banjir diperkirakan rentan mengalami kerawanan pangan dan kekurangan gizi
pascabencana.
Selanjutnya Armah et al. (2010) menjelaskan kerentanan yang
ditimbulkan dari bencana banjir adalah timbulnya kerentanan lingkungan,
kerentanan perubahan sosial, dan tidak adanya kemampuan untuk beradaptasi.
Kerentanan sosial ekologi menjelaskan tindakan manusia, struktur sosial
masyarakat, dan kebijakan pemerintah terhadap pertanian yang sewenang-wenang
memanfaatkan dan mengolah sumberdaya alam dan lingkungan. Kerentanan
adaptif menjelaskan kapasitas adaptif manusia terhadap bencana banjir. Kapasitas
adaptif merupakan kemampuan manusia untuk merencanakan, mempersiapkan,
9
dan melaksanakan langkah-langkah adaptasi. Faktor yang menentukan kapasitas
adaptasi manusia yaitu kekayaan ekonomi, teknologi dan infrastruktur, informasi,
pengetahuan dan keterampilan, kelembagaan, keadilan, dan modal sosial.
Menurut Kumar et al. (2009), bencana alam hidrometeorologi seperti banjir
menimbulkan dampak negatif berupa kerusakan dan kerugian cukup besar
terhadap kehidupan manusia dan dapat menghambat pembangunan daerah bahkan
negara. Banjir yang menggenangi sumberdaya alam seperti lahan pertanian,
peternakan, dan perikanan menimbulkan banyak kerugian yang sangat besar bagi
masyarakat yang memiliki mata pencaharian sebagai petani. Dampak banjir
terhadap lahan pertanian yaitu perubahan pola tanam secara drastis dan tanaman
padi sebagian besar terendam oleh banjir. Itu artinya petani mengalami penurunan
produksi padi sehingga dapat menyebabkan beberapa kasus seperti kelaparan,
menurunkan pendapatan petani yang terkena dampak, dan mengurangi
kemampuan daya beli masyarakat terhadap kebutuhan makanan dan input
pertanian. Dampak banjir terhadap peternakan yaitu menurunnya populasi jumlah
ternak karena hewan ternak beserta kandangnya hanyut terbawa arus banjir yang
mengakibatkan pendapatan petani berkurang dan mengalami kerugia cukup besar.
Dampak banjir terhadap perikanan menimbulkan kerugian bagi petani karena ikan
terbawa hanyut arus banjir.
2.3 Konsep Penilaian Kerugian Ekonomi
Konsep penilaian kerugian akibat kerusakan sumberdaya alam dan
lingkungan yaitu pemberian nilai moneter secara kuantitatif terhadap kerusakan
sumberdaya alam dan lingkungan. Sebelum melakukan penilaian, peneliti terlebih
dahulu mengidentifikasi kerusakan yang terjadi agar metode yang digunakan
sesuai dengan hasil identifikasi. Bencana alam dapat menimbulkan berbagai
perubahan, baik terhadap manusia dan lingkungan. Perubahan yang ditimbulkan
tersebut dihitung secara ekonomi kemudian dinamakan kerugian ekonomi.
Kerugian ekonomi ini mengacu pada kerugian finansial dan kerugian fisik atau
properti. Metode yang dapat diterapkan untuk perhitungan nilai ekonomi total
kerusakan lingkungan dan kerugian ekonomi ini disesuaikan dengan fungsi dan
manfaat lingkungan yang terganggu.
10
Kementerian Lingkungan Hidup (2007) menjelaskan penetapan nilai
ekonomi total maupun nilai ekonomi dari kerusakan lingkungan digunakan
pendekatan harga pasar dan pendekatan non pasar. Pendekatan harga pasar dapat
dilakukan melalui harga pasar yang sebenarnya atau pendekatan produktivitas,
pendekatan modal manusia (human capital) atau pendekatan nilai yang hilang
(foregone earning), dan pendekatan biaya kesempatan (opportunity cost).
Sedangkan pendekatan harga non pasar dapat digunakan melalui pendekatan
preferensi masyarakat (non-market method). Beberapa pendekatan non-pasar yang
dapat digunakan antara lain adalah metode nilai hedonis (hedonic pricing),
metode biaya perjalanan (travel cost), metode kesediaan membayar atau
kesediaan menerima ganti rugi (contingent valuation), dan metode benefit
transfer.
Suriya et al. (2012) menjelaskan kerusakan akibat banjir terbagi menjadi
dua yaitu tangible dan intangible. Kerusakan tangible dapat dibagi ke dalam
kerusakan langsung (direct damages) dan kerusakan secara tidak langsung
(indirect damages). Kerusakan langsung diakibatkan oleh kontak langsung air
banjir dengan properti yang mengalami kerusakan dan tingkat kerusakan
diasumsikan menjadi biaya restorasi atau perbaikan dari properti yang rusak
tersebut, pada kondisi sebelum banjir atau kerusakan yang dihitung dengan harga
pasar apabila biaya restorasi atau perbaikan tidak dapat dilaksanakan. Kerusakan
tidak langsung adalah kerugian yang disebabkan oleh hubungan gangguan fisik
dan ekonomi yang termasuk kehilangan produksi, kehilangan pendapatan,
kehilangan bisnis dan penundaan transportasi. Kerusakan intangible termasuk
ketakutan, kegelisahan, gangguan kesehatan, dan kehilangan nyawa.
2.4 Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian yang membahas mengenai penilaian kerusakan
sumberdaya alam dan lingkungan dijadikan referensi dalam penelitian ini.
Penelitian yang dijadikan referensi adalah penelitian yang dilakukan oleh Kumar
et al. (2009) mengenai penilaian dampak sosial ekonomi terhadap mata
pencaharian akibat Tsunami di sektor pertanian, peternakan, dan budi daya
perikanan. Penelitian ini dilakukan di Pulau Andaman, India. Benua India sangat
11
rentan terhadap bencana alam seperti gempa bumi, banjir, kekeringan, tanah
longsor, dan kebakaran hutan. Banjir besar dan gempa bumi dengan 9.2 skala
richter terjadi pada tanggal 26 Desember 2004 di Pulau Andaman yang
mengakibatkan tenggelamnya lahan pertanian, peternakan, dan perikanan. Survei
dilakukan pada 150 responden saat sebelum terjadi Tsunami dan setelah bencana
Tsunami. Hasil penelitian menunjukkan bahwa banjir besar pada lahan pertanian
menghilangkan sumber mata pencaharian petani dan sumber kelangsungan hidup
petani. Kontribusi sumber pendapatan dari sektor pertanian mengalami penurunan
yang sangat signifikan yaitu 40.30 persen menjadi 7.13 persen sedangkan sumber
pendapatan dari sektor peternakan dan sektor perikanan sedikit meningkat dari
6.51 sampai 6.61 persen dan 2.21 sampai 4.19 persen. Hal tersebut terjadi karena
departemen pembangunan telah memberikan bantuan berupa anak-anak kambing,
unggas, dan bibit ikan pasca-Tsunami. Dampak Tsunami pada lahan pertanian
yaitu menurunnya pendapatan petani, menggeser sumber mata pencaharian dari
pertanian ke non-pertanian karena Tsunami telah menghilangkan lahan pertanian
mereka, mengubah pola tanam secara drastis karena tanaman padi yang sebagian
besar terendam oleh banjir digantikan oleh tanaman baru, dan hilangnya nilai
tanah serta tanaman yang mengakibatkan petani merugi. Dampak Tsunami
terhadap peternakan yaitu menurunnya populasi jumlah ternak, seperti sapi,
kambing, unggas, dan lain-lain. Hal ini terjadi karena ternak dan kandang ternak
hanyut oleh arus Tsunami yang menyebabkan pendapatan petani berkurang dan
mengalami kerugian yang cukup besar. Dampak Tsunami terhadap budi daya
perikanan yaitu petani mengalami kerugian karena beberapa kolam hanyut dan
terkena gempa. Implikasi kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah India yaitu
melakukan tindakan rehabilitasi yang dapat meningkatkan mata pencaharian di
desa yang terkena Tsunami dan menciptakan kesempatan kerja pada sektor
pertanian dan non-pertanian.
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) (2005) juga
melakukan penelitian mengenai penilaian kerusakan dan kerugian akibat bencana
alam Tsunami di Aceh dengan menggunakan metode ECLAC (Economic
Commission for Latin America and Carebian). Total kerusakan dan kerugian
akibat bencana Tsunami di Aceh diperkirakan mencapai Rp 41.4 triliun.
12
Kerusakan dan kerugian pada sektor sosial khususnya perumahan, pendidikan,
kesehatan, sarana ibadah dan lembaga sosial merupakan kerusakan yang terparah
sebesar Rp 1.74 miliar. Sektor lain yaitu infrastruktur, produktif, dan lintas
sektoral. Kerusakan dan kerugian di sektor infrastruktur seperti transportasi,
komunikasi, energi, sanitasi dan air, pengontrol banjir, irigasi, dan pelindung laut
sebesar Rp 876.8 juta. Sektor produktif yaitu pertanian dan peternakan, perikanan,
dan perusahaan swasta sebesar Rp 1.18 miliar, sedangkan lintas sektoral yaitu
lingkungan, pemerintahan dan administrasi, serta bank dan badan keuangan
sebesar Rp 652 juta.
Laksono (2010) melakukan penelitian mengenai estimasi nilai kerusakan
dan kerugian bencana Situ Gintung dengan menggunakan metode analisis
deskriptif, Habitat Equivalency Analysis, loss of earnings, pendekatan
produktivitas dan pendekatan biaya pemulihan dengan software Habitat
Equivalency Analysis 2.5 dan Microsoft Office Excel. Penelitian ini mengestimasi
nilai kerusakan dan kerugian terhadap sumberdaya buatan seperti sektor
perumahan, sektor infrastruktur, sektor ekonomi, dan sektor sosial yang terdiri
dari beberapa subsektor. Nilai kerusakan dan kerugian dari sektor perumahan
sebesar Rp 12 554 003 833, sektor infrastruktur Rp 315 771 870, sektor ekonomi
Rp 10 330 361 675, dan sektor sosial sebesar Rp 10 151 250 000. Total nilai
kerusakan dan kerugian yang diestimasi dari sumberdaya alam dan sumberdaya
buatan sebesar Rp 149 681 265 728.48.
Penelitian lain dilakukan oleh Brown et al. (no date) mengenai dampak
cuaca ekstrim terhadap sektor pertanian. Penelitian ini dilakukan di Amerika
Serikat. Perubahan iklim dalam dekade terakhir menyebabkan kondisi cuaca
menjadi ekstrim yang mengakibatkan terjadinya tornado, kekeringan, angin topan,
banjir, dan angin musim. Peristiwa ini memiliki efek merugikan pada sektor
pertanian yang dapat mempengaruhi produksi pertanian dan sektor peternakan
yang dapat mempengaruhi jumlah hewan. Penelitian ini menunjukkan bahwa
banjir menyebabkan kegagalan panen, mengurangi pendapatan petani, mengubah
pengeluaran petani dalam satu musim, serta kerusakan pada tanaman padi yaitu
penipisan oksigen, penyakit, dan hilangnya nitrogen pada tanaman. Banjir juga
13
menyebabkan hewan ternak mati, kandang hancur, dan membawa penyakit serta
hama yang menyebar dengan cepat.
Penelitian yang mengkaji penilaian kerugian terhadap kerusakan
sumberdaya alam dan lingkungan akibat dampak banjir cukup banyak dilakukan.
Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian terdahulu yaitu lokasi dan
bahasan penelitian. Lokasi penelitian ini berkonsentrasi pada sektor pertanian
khususnya pertanian padi di kawasan Kabupaten Tangerang yang terendam banjir
sehingga kemungkinan kerugian yang dirasakan petani cukup besar. Pertanian
padi ini berada di Kecamatan Kresek. Selain itu, penelitian ini membahas faktor-
faktor yang mempengaruhi besar kerugian akibat banjir pada pertanian padi.
Terdapat beberapa kesamaan dalam penelitian ini dengan penelitian terdahulu
yaitu metode yang digunakan untuk menghitung perubahan produktivitas dan
biaya perbaikan dengan menggunakan pendekatan change of productivity.
14
15
III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis
Penelitian ini terdiri atas empat tujuan. Tujuan pertama dari penelitian ini
adalah mengidentifikasi persepsi petani mengenai kondisi lingkungan pertanian
padi sawah di sekitar Kecamatan Kresek akibat banjir. Tahap untuk
mengidentifikasi persepsi petani terhadap kondisi lingkungan adalah
mendeskripsikan karakteristik petani. Karakteristik petani sangat berpengaruh
terhadap kepedulian petani terhadap lingkungannya. Pendekatan ini dilakukan
menggunakan analisis deskriptif dan wawancara langsung kepada responden.
Tujuan kedua adalah mengestimasi nilai kerugian ekonomi setelah banjir pada
pertanian padi sawah di Kecamatan Kresek dengan menggunakan pendekatan
perbaikan, pendekatan perubahan produktivitas, dan pendekatan kehilangan
pendapatan. Tujuan ketiga adalah menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi
besarnya kerugian banjir pada pertanian padi sawah. Hasil ini menggambarkan
faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya kerugian banjir. Hasil ini didapat dari
hasil regresi liniear berganda. Tujuan keempat adalah menganalisis stakeholder
yang berperan dalam mengatasi permasalahan banjir di Kecamatan Kresek.
Pendekatan analisis deskriptif digunakan dalam menganalisis tujuan ini.
3.1.1 Analisis Deskriptif
Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang menjadikan data deskripsi
berupa suatu status, keadaan, sikap, hubungan, atau suatu sistem pemikiran suatu
masalah sebagai objek penelitian. Objek penelitian biasanya individu manusia
atau suatu masyarakat untuk mendapatkan deskripsi, gambaran atau suatu lukisan
secara sistematis, faktual, detail dan akurat serta sifat-sifat atau perilaku hubungan
antara berbagai fenomena. Metode deskriptif ini dituntut untuk mengumpulkan
dan menginterpretasikan secara objektif walaupun sangat sulit untuk
menghilangkan subjektif. Metode ini biasanya difokuskan pada masalah aktual
yang ada pada waktu penelitian. Data yang dikumpulkan, disusun, dianalisis, dan
diinterpretasi sangat tergantung pada teknik penelitian yang digunakan, karena
teknik pengumpulan dan analisis data yang disajikan harus jelas dan detail.
16
Penelitian dengan menggunakan metode deskriptif juga dituntut memiliki nilai
kuantitatif walaupun teknik pengumpulan data dapat diperoleh melalui
wawancara, observasi, angket, uji atau testing (Suratmo 2002).
3.1.2 Pendekatan Produktivitas (Productivity Approach)
Menurut Kementerian Lingkungan Hidup (2007), penilaian nilai ekonomi
kerusakan lingkungan dengan menggunakan pendekatan produktivitas bertujuan
untuk memberikan harga sumberdaya alam dan lingkungan yang menggunakan
harga pasar sesungguhnya. Tahapan pelaksanaannya adalah:
1. Menyiapkan data dan informasi mengenai kuantitas sumberdaya (SDA).
2. Melakukan survei sederhana untuk membantu mendapatkan informasi yang
diperlukan mengenai kuantitas dan harga SDA yang belum tersedia.
3. Mengalikan jumlah kuantitas SDA dengan harga pasarnya.
Selanjutnya KLH (2007) menjelaskan terdapat beberapa metode yang biasa
digunakan dalam pendekatan produktivitas ini, yaitu perubahan produktivitas,
biaya pengganti, dan biaya pencegahan.
a) Perubahan Produktivitas (Change of Productivity)
Metode perubahan produktivitas ini menggunakan nilai pasar yang ada dari
suatu SDA dengan mengetahui harga pasar dan kuantitas SDA kemudian
dapat diketahui nilai dari SDA tersebut. Kuantitas SDA dipandang sebagai
faktor produksi. Perubahan dalam kualitas lingkungan mengubah
produktivitas dan biaya produksi yang kemudian mengubah harga dan
tingkat hasil yang dapat diamati dan diukur. Tahapan pelaksanaannya, yaitu:
1. Menggunakan pendekatan langsung dan menuju sasaran.
2. Menentukan perubahan kuantitas SDA yang dihasilkan untuk jangka
waktu tertentu.
3. Memastikan bahwa perubahan merupakan hal yang berkaitan dengan
perubahan lingkunga yang terjadi.
4. Mengalikan perubahan kuantitas dengan harga pasar.
b) Biaya Pengganti (Replacement Cost)
Metode ini mengidentifikasi biaya pengeluaran untuk perbaikan lingkungan
hingga mencapau keadaan semula. Tahapan pelaksanaannya adalah:
17
1. Mengidentifikasi fungsi SDA yang hilang karena perubahan kualitas
lingkungan.
2. Menentukan pengganti fungsi SDA yang hilang atau terganggu.
3. Menyiapkan data fisik termasuk harga pasar untuk masing-masing
komponen yang dibutuhkan sehubungan dengan fungsi pengganti.
4. Menghitung jumlah nilai moneter untuk menciptakan semua fungsi dan
manfaat yang diganti.
c) Biaya Pencegahan (Prevention Cost Expenditure)
Metode ini dapat dipakai apabila nilai jasa lingkungan tidak dapat diduga
nilainya, baik pengeluaran aktual maupun potensi pengeluaran. Nilai
lingkungan dihitung berdasarkan hal-hal yang disiapkan masyarakat untuk
melakukan upaya pencegahan kerusakan lingkungan. Tahapan
pelaksanaannya adalah:
1. Menentukan cara untuk melakukan pencegahan (meminimkan dampak),
baik cara preventif secara fisik maupun perilaku menghindari risiko.
2. Mengidentifikasi data dan harga pasar untuk setiap komponen data yang
dibutuhkan.
3. Menjumlahkan semua nilai pengeluaran untuk melaksanakan upaya
pencegahan tersebut.
3.1.3 Metode Regresi Linear Berganda
Analisis regresi linear berganda mempertimbangkan kemungkinan adanya
lebih dari satu variabel penjelas yang mempengaruhi variabel tak bebas (Gujarati
2007). Fungsi linear berganda adalah:
Y = β0 + β1 X1 + β2 X2 + ... + βn Xn + ε .......................................................(1)
Keterangan:
Y = variabel tak bebas/dependent
β0 = konstanta
β1,...,βn = koefisien regresi
X1,...,Xn = variabel bebas/independent
ε = error
18
Metode analisis regresi paling sering digunakan adalah metode kuadrat
terkecil (LS) atau yang lebih dikenal dengan sebutan metode kuadrat terkecil biasa
(ordinary least squares/OLS). Metode kuadrat terkecil biasa (OLS) digunakan
umtuk menaksir parameter-parameter dalam regresi linear berganda yang ciri
utamanya adalah bersifat tak bias linear yang terbaik (best linear unbiased
estimator, BLUE).
3.1.4 Analisis Stakeholder
Analisis stakeholder diperlukan ketika akan memutuskan siapa saja
stakeholder yang harus diikutsertakan dalam pertimbangan pengambilan
keputusan berdasarkan analisis pengaruh dan kepentingan dari masing-masing
stakeholder. Kebijakan yang berlaku dalam mengatasi permasalahan banjir di
Kecamatan Kresek tidak terlepas dari peran seluruh stakeholder. Masing-masing
stakeholder memiliki tugas dan fungsi tersendiri yaitu dalam pelaksanaannya
berada dalam sistem kerja yang terintegritas.
Grimbel dan Chan (1995) menjelaskan analisis stakeholder sebagai suatu
pendekatan dan prosedur untuk mencapai pemahaman suatu sistem dengan cara
mengidentifikasi aktor-aktor kunci atau stakeholder kunci di dalam sistem serta
menilai kepentingan masing-masing di dalam sistem tersebut. Stakeholder yang
dimaksud adalah semua stakeholder mempengaruhi dan/atau dipengaruhi oleh
kebijakan, keputusan dan tindakan sistem tersebut. Hal ini dapat bersifat
individual, masyarakat, kelompok sosial atau institusi. Stakeholder meliputi
pembuat kebijakan, perancang, dan administrator dalam pemerintah serta
kelompok pengguna objek dalam sistem.
3.2 Kerangka Pemikiran Operasional
Bencana banjir merupakan salah satu bencana yang sering terjadi di
Indonesia setiap tahunnya. Banjir menggenangi hampir di seluruh kawasan di
Indonesia termasuk di Kabupaten Tangerang. Salah satu wilayah di Kabupaten
Tangerang yang terendam banjir yaitu Kecamatan Kresek. Enam dari sembilan
desa yang ada di Kecamatan Kresek mengalami kerusakan dan kerugian yaitu
Desa Koper, Pasir Ampo, Patrasana, Renged, Talok, dan Kresek. Penyebabnya
19
adalah tingginya intensitas curah hujan, buruknya sistem drainase, dan kurangnya
daerah resapan air di wilayah tersebut sehingga mengakibatkan air Sungai
Cidurian meluap dan tanggul Sungai Cidurian rusak. Bencana banjir ini
menimbulkan berbagai dampak dimana salah satu sektor yang terkena dampak
cukup parah adalah pertanian padi sawah. Penelitian ini mengkaji dampak banjir
luapan sungai terhadap lahan pertanian yang mengakibatkan turunnya
produktivitas kemudian menimbulkan kerugian ekonomi cukup besar bagi petani
serta siapa saja stakeholder yang berperan dalam mengatasi permasalahan banjir.
Penelitian ini memiliki empat tujuan yakni mengidentifikasi kondisi
lingkungan pertanian berdasarkan persepsi petani, mengestimasi nilai kerugian
ekonomi yang dialami petani, mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi
besarnya kerugian banjir, dan menganalisis stakeholder yang berperan dalam
mengatasi permasalahan banjir. Kajian mengenai kondisi lingkungan pertanian
padi sawah berdasarkan persepsi petani dianalisis secara deskriptif untuk
menjelaskan kondisi pertanian setelah bencana. Kajian mengenai estimasi nilai
kerugian ekonomi dianalisis melalui pendekatan pendekatan biaya perbaikan,
pendekatan perubahan produktivitas (change of productivity) pada lahan
pertanian, dan pendapatan yang hilang. Kajian mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi besar kerugian banjir dianalisis dengan menggunakan metode
regresi linear berganda. Selanjutnya, kajian mengenai stakeholder dianalisis
secara deskriptif untuk menjelaskan pihak atau aktor yang berperan dalam
mengatasi permasalahan banjir.
Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi
mengenai besarnya kerugian ekonomi petani akibat banjir. Alur penelitian yang
lebih jelas dapat dilihat pada diagram alur kerangka berpikir dalam Gambar 1.
20
Keterangan: Batasan Penelitian Aliran
Gambar 1 Diagram alur kerangka berpikir
Menganalisis
stakeholder yang
berperan dalam
mengatasi banjir
Mengidentifikasi
kondisi
lingkungan
pertanian
berdasarkan
persepsi petani
Analisis
Deskriptif
Menganalisis
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
kerugian banjir
Pendekatan
biaya
perbaikan
Pendekatan
produktivitas
(productivity)
Banjir di sektor pertanian Kecamatan Kresek
akibat luapan air sungai
Kerugian ekonomi akibat banjir luapan
sungai pada pertanian padi sawah
Penilaian Kerugian Ekonomi Petani Padi Sawah Akibat Bencana Banjir
Dampak banjir luapan sungai terhadap
pertanian padi sawah di Kecamatan Kresek
Mengestimasi
nilai kerugian
ekonomi pada
pertanian padi
sawah
Pendekatan
pendapatan
petani yang
hilang
Analisis Regresi
Linear Berganda
Analisis
Deskriptif
21
IV. METODE PENELITIAN
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang,
Provinsi Banten. Wilayah penelitian meliputi enam desa yang terkena banjir, yaitu
Desa Koper, Desa Pasir Ampo, Desa Patrasana, Desa Renged, Desa Talok, dan
Desa Kresek. Pemilihan lokasi ini ditentukan secara sengaja (purposive) karena
pada awal bulan Januari tahun 2013 wilayah ini digenangi banjir akibat luapan air
Sungai Cidurian yang mengakibatkan kerusakan dan kerugian yang cukup besar
di sektor pertanian padi sawah. Pengambilan data primer dilaksanakan dari bulan
Mei hingga Agustus 2013.
4.2 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan
data sekunder. Pengumpulan data primer diperoleh dari pengamatan dan
wawancara menggunakan kuesioner kepada petani yang mengelola lahan milik
sendiri, lahan garapan, dan mengelola keduanya serta mengalami kerugian akibat
bencana banjir. Data primer adalah data cross section yang meliputi karakteristik
petani, karakteristik lahan pertanian, persepsi petani terhadap kondisi lingkungan,
biaya perbaikan, dan perubahan produktivitas pada lahan pertanian.
Data sekunder yang diperoleh meliputi data keadaan umum kecamatan,
keadaan umum keenam desa, dan data terkait dengan bencana yang terjadi. Data
sekunder diperoleh dari berbagai literatur-literatur yang relevan berupa buku
referensi, jurnal ilmiah, internet, hasil-hasil penelitian terdahulu yang pernah
dilakukan oleh instansi, lembaga, atau perorangan yang berkaitan dengan
penelitian ini serta instansi yang terkait seperti Badan Pusat Statistik (BPS)
Kabupaten Tangerang, Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Tangerang,
Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang, Balai Penyuluhan
Pertanian (BPP) Kaliasin, Kecamatan Kresek, Desa Koper, Desa Pasir Ampo,
Desa Patrasana, Desa Renged, Desa Talok, dan Desa Kresek, Perkumpulan Petani
Pemakai Air (P3A) Mitra Cai, dan ketua kelompok tani.
22
4.3 Metode Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan dengan metode non-probability sampling
yaitu purposive sampling. Teknik penentuan sampel berdasarkan kriteria dari
responden, yaitu responden petani pemilik dan/atau penggarap yang
mengusahakan pertanian padi secara langsung dan mengalami dampak banjir serta
menderita kerugian produksi padi. Sampel yang diambil sebanyak 84 responden
yang sudah mencakup perwakilan semua kelompok tani yang lahannya terkena
dampak banjir. Jumlah tersebut diharapkan sudah dapat mewakili populasi petani
secara keseluruhan di satu kecamatan. Gujarati (2007) menjelaskan rata-rata
sampel dari besaran sampel yang terdiri dari sekurang-kurangnya 30 observasi
akan mendekati normal apapun distribusi probabilitas yang mendasarinya.
4.4 Metode Pengolahan Data dan Analisis Data
Data dan informasi yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis secara
kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan dalam mengidentifikasi
persepsi petani petani mengenai kondisi lingkungan pertanian akibat banjir serta
menganalisis stakeholder yang berperan dalam mengatasi banjir. Analisis
kuantitatif digunakan dalam mengestimasi kerugian ekonomi pada pertanian padi
sawah melalui analisis pendekatan perubahan produktivitas, biaya perbaikan, dan
kehilangan pendapatan serta menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi
besarnya kerugian banjir. Data yang telah terkumpul diolah dengan menggunakan
Microsoft Excel 2007 dan SPSS 16. Matriks metode analisis data yang akan
dilakukan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.
23
Tab
el 3
Mat
riks
met
ode
anal
isis
dat
a
No
. T
uju
an P
enel
itia
n
Var
iab
el y
an
g D
igu
nakan
S
um
ber
Dat
a M
eto
de
Anal
isis
Dat
a
1.
Men
gid
enti
fikas
i ko
nd
isi
lin
gk
un
gan
per
tania
n p
adi
saw
ah d
i se
kit
ar
Kec
am
atan K
rese
k a
kib
at b
anji
r
ber
das
arkan
per
sep
si r
esp
ond
en.
Ind
ikat
or
per
sep
si r
esp
ond
en
terh
adap
ko
nd
isi
lin
gk
ungan
per
tania
n p
adi
saw
ah
Dat
a p
rim
er
(kuesi
oner
) d
an s
eku
nd
er
Pet
ani,
Kel
ura
han D
esa,
Kec
am
atan
Kre
sek.
Anal
isis
Desk
rip
tif
2.
Men
gest
imas
i nil
ai
ker
ugia
n e
ko
no
mi
pad
a p
erta
nia
n p
adi
saw
ah a
kib
at
ban
jir
di
Kec
amat
an K
rese
k.
Luas
lahan
saw
ah,
bia
ya
pen
cegahan
res
po
nd
en,
bia
ya
per
bai
kan
res
po
nd
en,
pro
dukti
vit
as
seb
elu
m d
an
sete
lah t
erja
di
ben
cana,
har
ga
pro
duk p
erta
nia
n.
Dat
a p
rim
er
(kuesi
oner
) d
an s
eku
nd
er
Din
as P
erta
nia
n K
abup
aten
Tan
ger
ang ,
BP
S,
Din
as B
ina
Mar
ga
dan
Pen
gai
ran,
Kec
am
atan K
rese
k,
Pet
ani
Pen
dek
atan
har
ga
pas
ar y
aitu
pen
dek
atan
per
ub
ahan
pro
dukti
vit
as
(Ch
an
ge
of
Pro
du
ctiv
ity)
, p
end
ekat
an b
iaya
per
bai
kan
, p
end
ekat
an k
ehil
an
gan
pen
dap
atan
3.
Men
ganal
isis
fakto
r-fa
kto
r yang
mem
pen
gar
uhi
bes
arn
ya
ker
ugia
n
akib
at b
anji
r te
rhad
ap p
erta
nia
n p
adi
saw
ah d
i K
ecam
atan K
rese
k.
Kar
akte
rist
ik y
ang d
iper
ole
h
dar
i re
spo
nd
en s
etel
ah b
anji
r
dan
to
tal
ker
ugia
n r
esp
ond
en
Dat
a p
rim
er
(kuesi
oner
)
Reg
resi
Lin
ear
Ber
gan
da
4.
Men
ganal
isis
st
ake
ho
lder
yan
g
ber
per
an
dal
am
men
gat
asi
ban
jir
di
Kec
am
atan K
rese
k.
Per
an d
an f
un
gsi
kel
om
po
k
pem
erin
tah d
an n
on
-pem
erin
tah
dal
am
men
gat
asi
per
masa
lahan
ban
jir
Dat
a p
rim
er
(kuesi
oner
) d
an d
ata
sek
und
er
Anal
isis
Desk
rip
tif
23
4.4.1 Identifikasi Persepsi Petani terhadap Kondisi Lingkungan Pertanian
Padi Sawah
Analisis data yang digunakan untuk mengetahui kondisi lingkungan
pertanian di Kecamatan Kresek dilakukan dengan menggunakan analisis
deskriptif. Nazir (2011) menjelaskan analisis deskriptif merupakan suatu metode
dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu
sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari
penelitian deskriptif adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan
secara sistematis, faktual dan akurat, mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta
hubungan antarfenomena yang diselidiki.
Data dan informasi yang diperlukan meliputi indikator persepsi terhadap
kondisi lingkungan pertanian padi sawah. Hasil yang diperoleh kemudian
dikelompokkan berdasarkan jawaban yang sama dan dipersentasekan berdasarkan
jumlah responden. Persentase terbesar dari setiap hasil merupakan faktor dominan
dari masing-masing variabel yang dianalisis. Tabel 4 menyajikan informasi
mengenai pengukuran persepsi petani terhadap kondisi lingkungan pertanian
setelah banjir.
Tabel 4 Indikator persepsi petani terhadap kondisi lingkungan pertanian padi
sawah setelah banjir No Persepsi Indikator
1 Kondisi lingkungan Dibedakan menjadi empat kelas, yaitu:
Sangat buruk Seluruh tanaman padi rusak dan busuk,
sawah dipenuhi sampah plastik, pematang
sawah hancur
Buruk Sebagian besar tanaman padi rusak dan
busuk, tidak banyak sampah plastik di
sawah, pematang sawah hancur
Baik Tanaman padi utuh walaupun terendam
banjir namun merebah
Sangat baik Tanaman padi utuh walaupun terndam
banjir, masih pada posisi tegak, sawah bersih
dari sampah
2 Kebersihan lingkungan Dibedakan menjadi empat kelas, yaitu:
Sangat buruk Tempat tinggal ikut terendam banjir dan
terbawa oleh arus bersama barang rumah
tangga, meninggalkan sampah dan lumpur
sehingga mengeluarkan bau tidak sedap
Buruk Tempat tinggal ikut terendam banjir, sedikit
meninggalkan sampah dan lumpur namun
tidak mengeluarkan bau tidak sedap
Baik Tempat tinggal tidak terendam banjir,
lingkungan tidak kotor
Sangat baik Tempat tinggal tidak terendam banjir,
lingkungan bersih dan asri
24
25
No Persepsi Indikator
3 Gangguan kenyamanan Sangat
mengganggu
Mengganggu kegiatan sehari-hari (kegiatan
bertani dan kegiatan lainnya terhenti) dan
terisolir
Mengganggu Mengganggu kegiatan sehari-hari khususnya
kegiatan bertani terhenti namun kegiatan
lainnya bisa berjalan
Tidak
mengganggu
Kegiatan sehari-hari berjalan seperti biasa
Sangat tidak
mengganggu
Tidak mengganggu kegiatan sehari-hari dan
tidak merasakan dampak tidak langsung dari
banjir Sumber: data primer diolah 2013
4.4.2 Estimasi Nilai Kerugian Ekonomi pada Pertanian Padi Sawah Akibat
Banjir
Estimasi nilai kerugian ekonomi akibat banjir luapan sungai terhadap
pertanian padi sawah merupakan kerugian tangible yang terdiri dari direct dan
indirect yang menggunakan beberapa metode. Kerugian langsung (direct)
meliputi kerusakan pada lahan pertanian yang diestimasi melalui pendekatan
biaya perbaikan. Selanjutnya kerugian tidak langsung (indirect) meliputi
penurunan produktivitas dan kehilangan pendapatan petani yang menggunakan
pendekatan perubahan produktivitas.
4.4.2.1 Kerugian tangible secara langsung (direct)
Kerugian yang diakibatkan oleh kerusakan fisik pada lahan pertanian
diestimasi dari pengeluaran biaya petani untuk memperbaiki kualitas lahan
pertanian yang mengalami kerusakan akibat genangan air banjir selama satu
periode. Biaya perbaikan ini nantinya dimasukkan ke dalam biaya produksi
setelah banjir untuk menghitung pendapatan petani yang hilang. Metode yang
digunakan dalam mengestimasi kerugian ini adalah pendekatan harga pasar yang
berlaku dengan menggunakan rumus di bawah ini:
...........................................................................................(2)
Keterangan:
= Rata-rata biaya perbaikan (Rupiah/Kepala Keluarga)
= Biaya perbaikan responden i (Rupiah)
n = Jumlah responden (Kepala Keluarga)
i = Responden ke-i (1,2,3,...,n)
26
Selain itu, kerugian juga dilihat dari pengeluaran biaya Dinas Bina Marga
dan Pengairan Kabupaten Tangerang untuk memperbaiki tanggul rusak akibat
terkena banjir yang bertujuan untuk mencegah kerugian yang lebih besar lagi
akibat banjir di masa yang akan datang. Biaya perbaikan tanggul diestimasi
melalui biaya yang dikeluarkan dinas untuk membuat tanggul.
4.4.2.2 Kerugian tangible secara tidak langsung (indirect)
Perubahan hasil produksi pada lahan pertanian akibat dari kerusakan
sumberdaya alam yang ditimbulkan oleh genangan banjir menyebabkan terjadinya
penurunan pada hasil produksi padi yang dapat diestimasi menggunakan
pendekatan perubahan produktivitas (change of productivity). Nilai perubahan
hasil produksi tersebut diestimasi dengan menggunakan harga pasar untuk barang
dan jasa yang memiliki pasar atau mengestimasi nilai non-pasar untuk barang dan
jasa yang tidak memiliki nilai pasar. Bencana banjir akibat rusaknya tanggul
Sungai Cidurian telah berdampak pada perubahan produktivitas lahan pertanian di
enam desa Kecamatan Kresek. Nilai kerugian dari perubahan produktivitas dapat
dihitung dengan rumus:
KHP= ΔP x L x H ...........................................................................................(3)
ΔP = P1 – Pt+1 ...........................................................................................(4)
Keterangan:
KHP = Nilai kerugian turunnya hasil panen padi (Rp)
ΔP = Perubahan jumlah hasil panen padi (kw/ha)
P1 = Jumlah hasil panen padi sebelum terjadi bencana (kw/ha)
Pt+1 = Jumlah hasil panen padi setelah terjadi bencana (kw/ha)
L = Luas sawah padi yang terkena banjir (ha)
H = Harga produk padi (Rp/kw)
4.4.3 Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Besar Kerugian Banjir
Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya nilai kerugian banjir
pada pertanian padi sawah di Kecamatan Kresek dilakukan menggunakan metode
regresi linear berganda pada aplikasi SPSS 16. Model yang digunakan dalam
menganalisis faktor-faktor tersebut adalah model double log. Metode regresi
linear berganda mempunyai asumsi bahwa variabel dependent Y merupakan
27
fungsi linear dari beberapa variabel independent X1, X2, ..., Xn, dan komponen
sisaan ε (error). Metode ini juga bisa dijelaskan bahwa metode yang menjelaskan
hubungan linear antara satu variabel dependent dengan dua atau lebih variabel
independent (Juanda 2009). Nilai kerugian dalam penelitian ini merupakan
penjumlahan dari kehilangan pendapatan akibat perubahan produktivitas dan
biaya perbaikan pada lahan pertanian. Nilai kerugian tersebut merupakan fungsi
dari beberapa variabel independent, yaitu: jarak sungai ke lahan (jss), luas lahan
yang terkena banjir (luban), ketinggian banjir (tiban), lamanya banjir (lamban),
umur padi (umpad).
4.4.3.1 Model Kerugian Ekonomi
Faktor-faktor yang diduga berpengaruh terhadap besarnya nilai kerugian
adalah jarak sungai terhadap sawah, luas sawah yang terkena banjir, ketinggian
banjir, lamanya banjir, dan umur padi.
Fungsi persamaan regresi linear berganda dalam penelitian ini dapat
dituliskan sebagai berikut:
Ln RUGI = β0 + β1 Ln JSSᵢ + β2 Ln LUBANᵢ + β3 Ln TIBANᵢ + β4 Ln LAMBANᵢ
+ β5 Ln UMPADᵢ + εᵢ ...................................................................(5)
Estimasi parameter yang diharapkan adalah β0, β2, β3, β4, β5 > 0 dan β1 < 0
Keterangan:
Ln RUGI = nilai kerugian (Rp/responden)
β0 = intersep
β1,...,β5 = koefisien regresi
Ln JSS = jarak sungai ke lahan (m)
Ln LUBAN = luas lahan yang terkena banjir (m²)
Ln TIBAN = ketinggian banjir (m)
Ln LAMBAN = lamanya banjir (hari)
Ln UMPAD = umur padi (hari)
εᵢ = error
Variasi model ini dipilih dengan mengubah peubah bebas menjadi Ln
membuat jarak antar data menjadi tidak terlalu lebar sehingga dapat terhindar dari
heteroskedastisitas dan ketidakstasioneran. Hasil regresi berupa presentase yang
telah mencerminkan elastisitas variabel X terhadap variabel Y (Juanda 2009).
28
4.4.3.2 Hipotesis
Hipotesis penelitian ini diduga β1 < 0 yaitu jarak lahan sawah berpengaruh
negatif terhadap nilai kerugian banjir karena semakin jauh jarak sungai terhadap
sawah akan menurunkan besar nilai kerugian yang dialami oleh petani sedangkan
β2, β3, β4, β5 > 0 karena luas sawah yang terkena banjir, ketinggian banjir,
lamanya banjir, dan umur padi diduga berpengaruh positif terhadap nilai kerugian
banjir. Semakin luas lahan sawah yang terkena banjir, semakin tinggi banjir yang
terjadi, semakin lama hari banjir, dan semakin bertambah umur padi diduga akan
menimbulkan kerugian yang semakin besar.
4.4.3.3 Evaluasi Model
Evaluasi model dalam penelitian ini menggunakan kriterian uji statistik dan
uji ekonometrika. Kriteria uji statistik dilakukan dengan melihat nilai R2-Adjusted
untuk mengukur keragaman variabel dependent, nilai F-hitung untuk menguji
model secara keseluruhan (uji-F), dan nilai t-hitung untuk menguji masing-masing
koefisien regresi (uji-t). Kriteria uji ekonometrika dilakukan untuk melihat ada
atau tidaknya pelanggaran asumsi pada model.
1. Kriteria Uji Statistik
R2-Adj dapat mengukur proporsi keragaman Y yang dijelaskan oleh model
regresi berganda. R2-Adj mempunyai karakteristik yang diinginkan sebagai
ukuran kesesuaian model (goodness of fit) (Juanda 2009).
Uji-F dilakukan untuk menguji model secara keseluruhan yang dapat
mengetahui variabel bebas secara keseluruhan memiliki pengaruh terhadap
variabel tidak bebas. Hipotesis statistiknya adalah:
H0 : βi = 0 atau variabel bebas Xi secara keseluruhan tidak berpengaruh
nyata terhadap variabel Y
H1 : βi ≠ 0 atau variabel bebas Xi secara keseluruhan berpengaruh nyata
terhadap variabel Y
Pengujian dilakukan dengan membandingkan antara nilai F-hitung yang
didapatkan dari hasil regresi dengan nilai kritis F-tabel. Jika nilai F-hitung <
F-tabel maka terima H0/tolak H1, artinya variabel bebas Xi secara
keseluruhan tidak berpengaruh nyata terhadap variabel Y. Jika F-hitung >
29
F-tabel maka tolak H0/terima H1, artinya secara keseluruhan variabel bebas
Xi berpengaruh nyata terhadap variabel Y. Pengujian statistik dapat
digunakan dengan membandingkan Pvalue dengan α, yaitu tolak H0 jika
Pvalue< α dan terima H0 jika Pvalue > α.
Uji-t dilakukan untuk menguji masing-masing koefisien regresi yang dapat
mengetahui masing-masing variabel bebas memiliki pengaruh terhadap
variabel tidak bebas. Hipotesis statistiknya adalah:
H0 : βi = 0 atau variabel bebas Xi tidak berpengaruh nyata terhadap variabel
Y
H1 : βi ≠ 0 atau variabel bebas Xi berpengaruh nyata terhadap variabel Y
Pengujian dilakukan dengan membandingkan antara nilai t-hitung yang
didapatkan dari hasil regresi dengan nilai kritis t-tabel. Jika nilai t-hitung <
t-tabel maka terima H0/tolak H1, artinya variabel bebas Xi tidak berpengaruh
nyata terhadap variabel Y. Jika t-hitung > t-tabel maka tolak H0/terima H1,
artinya variabel bebas Xi berpengaruh nyata terhadap variabel Y. Selain itu,
dapat digunakan dengan membandingkan Pvalue dengan α, yaitu tolak H0 jika
Pvalue < α dan terima H0 jika Pvalue > α.
2. Kriteria Uji Ekonometrika
Uji ekonometrika dilakukan untuk melihat ada atau tidaknya pelanggaran
asumsi pada model. Uji asumsi ini terdiri dari uji normalitas, uji
multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui distribusi data residual
menyebar normal atau tidak. Uji normalitas dapat menggunakan uji
Kolmogorov-Smirnov dengan melihat nilai asymp. sig (2-tailed) yaitu
tolak H0 jika Pvalue < α dan terima H0 jika Pvalue > α. Hipotesis uji
normalitas adalah sebagai berikut:
H0 : data residual berdistribusi normal
H1 : data residual tidak berdistribusi normal
b. Uji Multikolinearitas
Salah satu asumsi dari model regresi linear berganda adalah tidak ada
hubungan linear sempurna antarpeubah bebas dalam model tersebut. Jika
30
hubungan tersebut ada, peubah-peubah bebas dikatakan berkolinearitas
ganda atau multikolinearitas. Cara mendeteksinya adalah dengan melihat
Varian Inflation Factor (VIF). Jika VIF < 10 dapat disimpulkan bahwa
tidak terjadi multikolinearitas (Juanda 2009).
c. Uji Heteroskedastisitas
Salah satu asumsi dari model regresi linear berganda adalah ragam sisaan
sama atau homogen. Asumsi ini disebut homoskedastisitas. Pelanggaran
atas asumsi homoskedastisitas adalah heteroskedastisitas. Cara
mendeteksinya adalah dengan menggunakan uji Gold Feld-Quant, uji
Breush Pagan, uji White, uji Park, dan uji Gleiser (Juanda 2009).
d. Uji Autokorelasi
Autokorelasi terjadi apabila adanya korelasi yang tinggi antara nilai
errornya. Cara mendeteksi autokorelasi adalah dengan menggunakan uji
Durbin Watson (DW). Nilai statistik DW berada diantara 1.55 dan 2.46
maka menunjukkan tidak ada autokorelasi (Firdaus 2004).
4.4.4 Analisis Stakeholder dalam Mengatasi Permasalahan Banjir di
Kecamatan Kresek
Analisis stakeholder dalam mengatasi permasalahan banjir dilakukan
dengan menggunakan metode deskriptif. Analisis stakeholder dilakukan dengan
mengidentifikasi peran dan fungsi masing-masing stakeholder baik kelompok
pemerintah maupun kelompok non-pemerintah dalam mengatasi permasalahan
banjir di Kecamatan Kresek. Matriks analisis stakeholder disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5 Analisis stakeholder dalam mengatasi permasalahan banjir
Stakeholder Peran Fungsi
Pemerintah 1.
2.
3.
Non-
pemerintah 1.
2.
3.
31
V. GAMBARAN UMUM
5.1 Gambaran Umum Kecamatan Kresek
Kecamatan Kresek secara administratif terletak di Kabupaten Tangerang,
Provinsi Banten. Kecamatan Kresek berbatasan dengan Kabupaten Serang
disebelah Barat, Kecamatan Gunung Kaler sebelah Utara, Kecamatan Sukamulya
sebelah Timur, dan Kecamatan Jayanti di sebelah Selatan. Kecamatan Kresek
sebagian besar wilayahnya merupakan areal persawahan dan pemukiman
penduduk. Letak ketinggian laut sekitar tujuh meter dengan curah hujan rata-rata
15 milimeter. Jarak Kecamatan Kresek dari ibu kota kabupaten sekitar 25
kilometer yang dihubungkan dengan jalan negara, jalan provinsi, dan jalan
kabupaten. Desa-desa yang termasuk wilayah Kecamatan Kresek dapat dilihat di
Tabel 6.
Tabel 6 Sembilan nama desa beserta luas wilayahnya yang berada di Kecamatan
Kresek
No Desa Luas Wilayah
1 Desa Kresek 381 hektar
2 Desa Renged 381 hektar
3 Desa Talok 248 hektar
4 Desa Kemuning 448 hektar
5 Desa Patrasana 234 hektar
6 Desa Rancailat 309 hektar
7 Desa Jengkol 357 hektar
8 Desa Pasir Ampo 245 hektar
9 Desa Koper 260 hektar Sumber: Kecamatan Kresek 2012
Secara demografis, Kecamatan Kresek terbagi menjadi sembilan desa
dengan jumlah penduduk sebanyak 62.240 orang dengan perbandingan jumlah
laki-laki sebanyak 30.804 jiwa dan perempuan sebanyak 31.436 jiwa serta jumlah
Kepala Keluarga (KK) sebanyak 17.363 jiwa. Jumlah penduduk didominasi oleh
kategori usia 15-60 tahun baik jenis kelamin laki-laki maupun perempuan, yaitu
21.378 jiwa dan 21.077 jiwa. Matapencaharian penduduk Kecamatan Kresek
didominasi oleh penduduk yang bermatapencaharian sebagai buruh, pegawai
swasta, dan petani yaitu sebanyak 8.189 jiwa, 7.357 jiwa, dan 5.212 jiwa
(Kecamatan Kresek 2012).
32
Penelitian secara khusus difokuskan pada wilayah enam desa yaitu wilayah
Desa Patrasana, Desa Renged, Desa Pasir Ampo, Desa Koper, Desa Kresek, dan
Desa Talok. Wilayah-wilayah ini merupakan desa yang mengalami banjir dan
letaknya dekat dengan Sungai Cidurian. Oleh karena itu, jika terjadi luapan air
yang besar dari Sungai Cidurian, desa-desa tersebut terkena dampak banjir. Desa
Patrasana, Desa Pasir Ampo, Desa Koper merupakan desa yang paling parah
diantara tiga desa lainnya yaitu Desa Renged, Desa Kresek, dan Desa Talok. Tiga
desa yang paling parah merupakan wilayah yang berbatasan langsung dengan
Sungai Cidurian, sedangkan tiga desa lainnya tidak terlalu parah.
5.2 Kondisi Lingkungan Daerah Penelitian
Kecamatan Kresek merupakan daerah yang hampir tiap tahun mengalami
banjir khususnya pada musim hujan. Banjir di wilayah Kecamatan Kresek
disebabkan tingginya intensitas hujan dan meningkatnya debit air Sungai
Cidurian. Hal lain yang menyebabkan banjir di wilayah ini adalah rusaknya
tanggul Sungai Cidurian sepanjang 12 meter yang dibangun oleh Dinas
Sumberdaya Air Provinsi Banten pada tahun 2012. Lamanya banjir menggenangi
wilayah ini antara 7 sampai 14 hari dengan ketinggian banjir rata-rata mencapai
0.5 meter sampai 5 meter tergantung intensitas air hujan dan lokasi sawah.
Perubahan fungsi lahan di sekitar bantaran sungai menjadi perumahan
menyebabkan pendangkalan sungai dan penyempitan aliran sungai sehingga tidak
dapat menampung debit air yang mengalami peningkatan dari bagian hulu sungai.
Banjir di Kecamatan Kresek juga menyebabkan kerugian yang cukup besar
bagi masyarakat yang tempat tinggalnya tergenang banjir dan harta benda ikut
terbawa arus air. Kondisi lingkungan pertanian Kecamatan Kresek akibat banjir
juga mengalami penurunan seperti banyaknya sampah pada lahan pertanian. Tidak
hanya kerugian materi saja yang dialami oleh masyarakat, tetapi kerugian
nonmateri pun mereka alami seperti gangguan psikologis, hilangnya kenyamanan
dalam melakukan aktivitas sehari-hari, dan timbulnya penyakit akibat banjir.
Gambar 2 adalah peta wilayah Kecamatan Kresek.
33
Sumber: Kecamatan Kresek 2013
Gambar 2 Peta wilayah Kecamatan Kresek
5.3 Karakteristik Responden Petani
Karakteristik sosial ekonomi responden di Kecamatan Kresek didapatkan
berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada 84 orang responden yang
diwakili oleh beberapa petani dari berbagai kelompok tani. Kelompok responden
ini didapat dari enam desa Kecamatan Kresek yang terkena banjir. Karakteristik
responden petani ini dilihat dari berbagai aspek yang meliputi jenis kelamin, usia,
pendidikan formal, jenis pekerjaan, dan jumlah tanggungan.
5.3.1 Jenis Kelamin
Seluruh responden petani yang masuk dalam survei berjenis kelamin laki-
laki karena pada umumnya kegiatan usaha tani di Kecamatan Kresek dilakukan
oleh laki-laki yang berperan sebagai kepala keluarga yang bertindak sebagai
manajer usaha tani dan pengambil keputusan mengenai tindakan yang akan
dilakukan dalam usaha taniya. Persentase jumlah responden laki-laki sebesar 100
persen.
34
5.3.2 Usia
Tingkat usia responden petani tergolong cukup bervariasi dengan sebaran
usia 29 tahun sampai 65 tahun. Persentase tertinggi terdapat pada kelompok usia
>50 tahun, yaitu sebesar 48 persen. Responden yang berusia lebih dari 50 tahun
memiliki banyak pengalaman dalam melakukan usaha tani. Suratiyah (2006)
menjelaskan umur seseorang dapat menentukan kinerja seseorang tersebut.
Semakin tua tenaga kerja dan berat pekerjaan fisik maka semakin turun pula
kinerjanya namun dalam hal tanggung jawab semakin tua umur tenaga kerja tidak
akan berpengaruh karena semakin berpengalaman. Sebaran kelompok usia
responden petani dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7 Jumlah responden petani berdasarkan kelompok usia
No Kelompok Umur Jumlah (orang) Persen (%)
1 ≤ 30 1 1.19
2 31-40 12 14.29
3 41-50 31 36.90
4 > 50 40 47.62
Total 84 100.00 Sumber: data primer diolah 2013
5.3.3 Pendidikan Formal
Tingkat pendidikan terakhir responden petani diklasifikasikan berdasarkan
lama tahun menempuh pendidikan formal dimulai dari jenjang tidak sekolah
sampai dengan perguruan tinggi. Tingkat pendidikan akan mempengaruhi cara
pandang responden petani terhadap persepsi kejadian banjir dan cara menghadapi
suatu permasalahan banjir. Sebagian besar responden memiliki latar belakang
pendidikan lulusan sekolah dasar atau sederajat sebesar 64 persen. Sebaran jumlah
responden tingkat pendidikan formal dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8 Jumlah responden petani berdasarkan pendidikan formal terakhir
No Pendidikan Jumlah (orang) Persen (%)
1 Tidak Sekolah 4 4.76
2 SD 54 64.29
3 SLTP 13 15.48
4 SLTA 10 11.90
5 S1 3 3.57
Total 84 100.00 Sumber: data primer diolah 2013
35
5.3.4 Jenis Pekerjaan
Jenis pekerjaan responden petani dibagi menjadi dua bagian, yaitu pekerjaan
utama dan pekerjaan sampingan. Pekerjaan utama responden petani sebagian
besar adalah petani. Pekerjaan sampingan terdiri dari guru, wirausaha, dan
pegawai swasta. Mayoritas responden petani memiliki pekerjaan utama petani dan
tidak memiliki pekerjaan sampingan sebesar 82 persen. Hal ini dikarenakan
sebagian besar curahan waktu responden petani digunakan untuk mengelola lahan
sawah. Sebaran jenis pekerjaan responden petani dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9 Jumlah responden petani berdasarkan jenis pekerjaan utama dan
pekerjaan sampingan
No Pekerjaan Utama - Pekerjaan Sampingan Jumlah (orang) Persen (%)
1 Petani - Tidak ada 69 82.14
2 Petani - Wirausaha 5 5.95
3 Petani - Lainnya 3 3.57
4 Wirausaha - Petani 3 3.57
5 Lainnya - Petani 3 3.57
6 Pegawai swasta - Petani 1 1.19
Total 84 100.00 Sumber: data primer diolah 2013
5.3.5 Jumlah Tanggungan
Jumlah tanggungan yang dimaksud mecakup keluarga inti (anak dan istri)
serta tambahan tanggungan bukan keluarga inti yang tinggal satu rumah maupun
tidak tetapi kebutuhannya dibiayai oleh responden petani. Presentase jumlah
tanggungan responden petani mayoritas berada pada selang 2-3 orang yaitu
sebesar 56 persen. Sebaran jumlah tanggungan dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10 Jumlah responden petani berdasarkan jumlah tanggungan
No Tanggungan Jumlah (orang) Persen (%)
1 ≤ 1 11 13.10
2 2-3 47 55.95
3 4-5 22 26.19
4 ≥ 6 4 4.76
Total 84 100.00 Sumber: data primer diolah 2013
36
5.4 Karakteristik Lahan Pertanian
Karakteristik lahan pertanian responden petani dilihat dari berbagai aspek
yang meliputi status kepemilikan lahan, lama bertani, dan luas lahan pertanian.
5.4.1 Status Kepemilikan Lahan
Status kepemilikan lahan yang dikelola oleh responden petani terbagi
menjadi tiga jenis, yaitu lahan milik sendiri, lahan garapan, dan keduanya.
Responden petani yang mengelola lahan milik sendiri sebesar 14 persen,
responden petani yang mengelola lahan garapan sebesar 50 persen, dan responden
petani yang mengelola lahan keduanya yaitu sebesar 36 persen. Sebaran
responden petani menurut status kepemilikan lahan dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11 Jumlah responden petani berdasarkan kepemilikan lahan
No Kepemilikan Lahan Jumlah (orang) Persen (%)
1 Milik Sendiri 12 14.29
2 Garapan (Bagi Hasil) 42 50.00
3 Milik Sendiri dan Garapan 30 35.71
Total 84 100.00 Sumber: data primer diolah 2013
5.4.2 Lama Bertani
Lama bertani responden petani sebagian besar berada pada kelompok antara
11-20 tahun dengan presentase sebesar 31 persen dan kelompok antara 21-30
tahun sebesar 30 persen. Hal ini terkait dengan kemampuan pengelolaan (skill)
responden petani dalam melakukan usaha tani. Daniel (2004) menjelaskan
semakin baik pengelolaan atau manajemen suatu usaha pertanian maka akan
semakin tinggi produksi yang diperoleh. Sebaran lama bertani dapat dilihat di
Tabel 12.
Tabel 12 Jumlah responden petani berdasarkan lama bertani
No Lama Bertani Jumlah (orang) Persen (%)
1 ≤ 10 tahun 24 28.57
2 11-20 tahun 26 30.95
3 21-30 tahun 25 29.76
4 31-40 tahun 6 7.14
5 ≥ 40 tahun 3 3.57
Total 84 100.00 Sumber: data primer diolah 2013
37
5.4.3 Luas Lahan Pertanian
Mayoritas responden petani mengelola lahan milik sendiri dengan luas 0.5-
1.0 hektar sebanyak 20 orang. Satu responden petani ada yang mengelola lahan
milik sendiri, lahan garapan, dan keduanya. Sebagian besar responden petani
mengelola lahan garapan dengan luas kurang dari 0.5 hektar sebanyak 25 orang.
Sebaran luas lahan pertanian dapat dilihat di Tabel 13.
Tabel 13 Jumlah responden petani menurut luas kepemilikan lahan
No Luas Lahan Jenis Kepemilikan Lahan
Lahan Milik Sendiri (orang) Lahan Garapan (orang)
1 < 0.5 ha 14 25
2 0.5 – 1.0 ha 20 16
3 1.1 – 2.0 ha 4 8
4 2.1 – 5.0 ha 1 6
5 > 5.1 ha 1 0
Total 40 55
Sumber: data primer diolah 2013
5.5 Karakteristik Banjir
Karakteristik banjir dilihat dari aspek yang meliputi jarak sungai terhadap
lahan pertanian dan kedalaman banjir.
5.5.1 Jarak Sungai terhadap Lahan Pertanian
Ketinggian banjir di sektor pertanian Kecamatan Kresek tergantung dari
seberapa dekat jarak sungai terhadap lahan sawah responden petani. Faktor lain
yang mempengaruhi ketinggian banjir adalah tinggi atau rendahnya suatu lahan.
Presentase jarak sungai responden terhadap lahan sawah sebagian besar memiliki
jarak 20 < x ≤ 2500 meter yaitu sebesar 90 persen. Hal ini menunjukkan sebagian
besar lahan sawah di Kecamatan Kresek dekat dengan sumber air baik rawa
maupun sungai. Petani umumnya sadar akan resiko lahan sawah mereka dekat
dengan sumber air namun itu tidak mempengaruhi petani untuk memiliki sawah
dekat dengan sumber air. Sebaran jarak sungai terhadap lahan pertanian dapat
dilihat di Tabel 14.
38
Tabel 14 Jumlah responden petani berdasarkan jarak sungai terhadap lahan
pertanian
No Jarak Sungai Ke Sawah (meter) Jumlah (orang) Persen (%)
1 ≤ 20 6 7.14
2 20 < x ≤ 2500 76 90.48
3 > 2500 2 2.38
Total 84 100.00 Sumber: data primer diolah 2013
5.5.2 Ketinggian Banjir
Ketinggian banjir di sawah yang berbeda-beda disebabkan oleh perbedaan
kemiringan sawah antar masing-masing wilayah dan jarak lahan sawah terhadap
sumber penyebab banjir. Ketinggian banjir yang paling banyak dialami responden
petani adalah antara 0.5 < x ≤ 2.5 meter sebesar 79 persen. Sebaran ketinggian
banjir dapat dilihat pada Tabel 15.
Tabel 15 Jumlah responden petani berdasarkan ketinggian banjir
No Ketinggian Banjir (meter) Jumlah (orang) Persen (%)
1 ≤ 0.5 13 15.48
2 0.5 < x ≤ 2.5 66 78.57
3 > 2.5 5 5.95
Total 84 100.00 Sumber: data primer diolah 2013
5.5.3 Lama Banjir
Petani memiliki pendapat yang berbeda-beda mengenai lama banjir. Hal ini
disebabkan oleh perbedaan kemiringan sawah antar masing-masing wilayah dan
jarak lahan sawah terhadap sumber penyebab banjir. Presentase lama banjir
terbesar antara 10 < x ≤ 15 hari sebesar 79 persen. Sebaran lama banjir dapat
dilihat pada Tabel 16.
Tabel 16 Jumlah responden petani berdasarkan lama banjir
No Lamanya Banjir (hari) Jumlah (orang) Persen (%)
1 ≤ 10 13 15.48
2 10 < x ≤ 15 70 83.33
3 > 15 1 1.19
Total 84 100.00 Sumber: data primer diolah 2013
39
VI. PERSEPSI PETANI TERHADAP KONDISI LINGKUNGAN
PERTANIAN
6.1 Persepsi Responden Petani terhadap Kondisi Lingkungan Pertanian
Sebelum dan Setelah Banjir
Penilaian kondisi lingkungan pertanian diklasifikasikan ke dalam empat
golongan, yaitu sangat buruk, buruk, baik, dan sangat baik. Penilaian persepsi
responden dilakukan untuk menilai penurunan kualitas pada lingkungan pertanian
akibat banjir dengan cara membandingkan kondisi lingkungan sebelum dan
setelah banjir. Genangan banjir membawa material sampah dari hulu sungai dan
meninggalkan berbagai kerusakan fisik di sekitar lingkungan pertanian. Areal
persawahan menjadi kotor akibat banyak sampah menumpuk, tanaman padi yang
terendam sehingga membusuk, pematang sawah rusak, saluran irigasi dan sarana
pengairan lainnya rusak serta akses jalan menuju sawah rusak.
Hasil survei terhadap 84 orang responden di Kecamatan Kresek
menunjukkan bahwa mayoritas responden menilai kondisi lingkungan tempat
tinggal dan lingkungan pertanian sebelum banjir adalah baik karena kondisi sawah
bagus, tanaman padi tumbuh dengan baik, lingkungan bersih, dan asri. Persepsi
responden petani terhadap kondisi lingkungan pertanian sebelum dan setelah
banjir dapat dilihat di Tabel 17.
Tabel 17 Persepsi responden petani terhadap kondisi lingkungan pertanian
sebelum dan setelah banjir
No Persepsi Kondisi
Lingkungan
Sebelum Banjir Setelah Banjir
Jumlah
(orang)
Persen
(%)
Jumlah
(orang)
Persen
(%)
1 Sangat Buruk 0 0.00 33 39.29
2 Buruk 0 0.00 49 58.33
3 Baik 84 100.00 2 2.38
4 Sangat Baik 0 0.00 0 0.00
Total 84 100.00 84 100.00 Sumber: data primer diolah 2013
Sebanyak 49 responden petani menilai kondisi lingkungan pertanian setelah
banjir adalah buruk karena sebagian besar tanaman padi rusak dan membusuk,
tidak banyak sampah plastik di sawah, serta pematang sawah hancur. Sebanyak 33
responden petani menilai kondisi lingkungan pertanian sangat buruk karena
seluruh tanaman padi rusak dan membusuk, sawah dipenuhi oleh sampah plastik,
40
serta pematang sawah hancur. Sebanyak 2 responden petani menilai kondisi
lingkungan pertaniannya baik. Hal ini dikarenakan setelah banjir, tanaman padi
utuh walaupun terendam banjir namun tanaman padi merebah.
6.2 Persepsi Responden Petani terhadap Kebersihan Lingkungan Sebelum
dan Setelah Banjir
Banjir yang terjadi di suatu wilayah akan menyebabkan penurunan kualitas
kebersihan lingkungan. Banjir di Kecamatan Kresek tidak hanya merendam lahan
pertanian saja tetapi pemukiman penduduk juga. Penilaian penurunan kualitas
lingkungan akibat banjir dilakukan dengan cara membandingkan persepsi
responden terhadap kondisi lingkungan sebelum dan setelah banjir di wilayah
mereka. Persepsi responden petani terhadap kebersihan lingkungan sebelum dan
setelah banjir dapat dilihat di Tabel 18.
Tabel 18 Persepsi responden petani terhadap kebersihan lingkungan sebelum dan
setelah banjir
No Persepsi Kebersihan
Lingkungan
Sebelum Banjir Setelah Banjir
Jumlah
(orang)
Persen
(%)
Jumlah
(orang)
Persen
(%)
1 Sangat Buruk 0 0.00 15 17.86
2 Buruk 0 0.00 52 61.90
3 Baik 84 100.00 17 20.24
4 Sangat Baik 0 0.00 0 0.00
Total 84 100.00 84 100.00 Sumber: data primer diolah 2013
Sebanyak 84 responden petani menilai kondisi kebersihan lingkungan
mereka baik karena lingkungan pemukiman tidak kotor. Penilaian responden
petani terhadap kondisi kebersihan lingkungan sekitar tempat tinggalnya setelah
banjir sebanyak 52 responden menilai buruk karena tempat tinggal ikut terendam
banjir, sedikit meninggalkan sampah dan lumpur namun tidak mengeluarkan bau
yang tidak sedap. Sebanyak 17 responden petani menilai kondisi kebersihan
lingkungan sekitar tempat tinggalnya baik. Hal ini dikarenakan wilayah tempat
tinggal responden berada di daerah tinggi sehingga tidak ikut terendam oleh
genangan banjir. Sebanyak 15 responden petani menilai kondisi kebersihan
lingkungan sekitar tempat tinggalnya sangat buruk karena wilayah tempat tinggal
responden ikut terendam banjir, beberapa peralatan rumah tangga ikut terbawa
41
derasnya arus banjir, meninggalkan sampah dan lumpur serta mengeluarkan bau
yang tidak sedap.
6.3 Persepsi Responden Petani terhadap Upaya Pencegahan
Upaya pencegahan yang dilakukan responden petani pada lahan pertanian
dalam meminimalkan kerugian banjir sangat rendah. Upaya pencegahan banjir
responden petani dapat dilihat pada Tabel 19.
Tabel 19 Upaya pencegahan responden petani terhadap banjir di Kecamatan
Kresek tahun 2013
No Upaya Pencegahan Jumlah (orang) Persen (%)
1 Pembersihan saluran kali pembuang 80 95.24
2 Pembersihan saluran irigasi 4 4.76
Total 84 100.00 Sumber: data primer diolah 2013
Berdasarkan hasil wawancara, bentuk upaya pencegahan responden petani
dalam meminimalkan kerugian banjir adalah dengan melakukan pembersihan
saluran kali pembuang dan pembersihan saluran irigasi dari sesuatu yang dapat
menghambat aliran air. Responden petani yang melakukan upaya pembersihan
saluran kali pembuang sebanyak 80 orang sedangkan responden petani yang
melakukan pembersihan saluran irigasi sebanyak 4 orang. Responden petani tidak
melakukan upaya peninggian pematang sawah dalam mengatasi permasalahan
banjir di lahan pertanian karena setinggi apapun upaya peninggian pematang
sawah tidak dapat mengurangi besar kerugian akibat banjir karena menurut
mereka upaya pencegahan dilakukan pada Sungai Cidurian yang merupakan
penyebab banjir.
6.4 Persepsi Responden Petani terhadap Gangguan Kenyamanan
Persepsi responden petani terhadap gangguan kenyamanan dalam
melakukan aktivitas sehari-hari khususnya melakukan kegiatan bertani akibat
adanya banjir pada lahan sawah dilakukan dengan cara memilih satu dari empat
pilihan. Nilai 1 menunjukkan sangat mengganggu, nilai 2 menunjukkan
mengganggu, nilai 3 menunjukkan tidak mengganggu, dan nilai 4 menunjukkan
sangat tidak mengganggu. Hasil persepsi responden terhadap gangguan
kenyamanan akibat adanya banjir dapat dilihat di Tabel 20.
42
Tabel 20 Persepsi responden petani terhadap gangguan kenyamanan akibat banjir
No Gangguan Jumlah (orang) Persen (%)
1 Sangat Mengganggu 50 59.52
2 Mengganggu 33 39.29
3 Tidak Mengganggu 1 1.19
4 Sangat Tidak Mengganggu 0 0.00
Total 84 100.00 Sumber: data primer diolah 2013
Sebesar 60 persen responden petani menilai bencana banjir yang terjadi di
areal persawahan sangat mengganggu aktivitas sehari-hari mereka dalam kegiatan
bertani maupun kegiatan ekonomi lainnya. Hal ini dikarenakan kegiatan bertani
dan kegiatan lainnya terhenti dan akses menuju sawah terisolir. Sebesar 39 persen
responden petani menilai bencana banjir yang terjadi mengganggu aktivitas
sehari-hari karena tidak semua kegiatan bertani, bekerja, kegiatan berdagang
terganggu. Akses menuju sawah tidak terlalu terganggu karena tidak semua lahan
terendam banjir dan kedalaman banjir tidak terlalu tinggi. Sebesar 1 persen
responden petani menilai bencana banjir tidak mengganggu kegiatan sehari-hari
karena sawah milik responden petani ini hanya sebagian kecil terendam.
43
VII. ESTIMASI KERUGIAN EKONOMI
Peningkatan intensitas curah hujan di wilayah hulu DAS Cidurian
menyebabkan tingginya debit air yang merusak salah satu tanggul daerah hilir
Sungai Cidurian yaitu di Kecamatan Kresek. Kerusakan tanggul Sungai Cidurian
mengakibatkan luapan air sungai menggenangi sebagian wilayah di Kecamatan
Kresek. Banjir tersebut menimbulkan kerusakan fisik pada lahan pertanian,
saluran irigasi, dan jalan desa. Kerusakan fisik tersebut secara tidak langsung
menimbulkan kerugian terutama pada petani berupa kerugian produksi. Sebagian
besar tanaman padi sudah berumur dua bulan bahkan ada tanaman padi yang
beberapa hari lagi akan dipanen. Keterbatasan biaya dan waktu membuat sebagian
petani menggunakan tanaman padi yang masih dapat dimanfaatkan untuk ditanam
kembali. Petani kehilangan satu kali musim tanam pertama yang mengharuskan
petani menanam kembali tanaman padi yang rusak. Satu tahun terjadi dua kali
musim tanam. Akibatnya, terjadi pergeseran waktu musim panen jika
dibandingkan dengan wilayah lain yang tidak terendam banjir. Hal ini
menimbulkan ancaman pengganggu organisme atau hama yang berasal dari
wilayah yang sudah memasuki musim panen. Kumpulan jerami yang dibiarkan di
areal persawahan wilayah lain menyebabkan hama seperti hama penggerek
batang, wereng, dan tikus bermunculan yang kemudian menyerang areal
persawahan di Kecamatan Kresek yang baru memasuki musim tanam akibat
banjir. Produksi padi menjadi turun setiap hektarnya kemudian berpengaruh
terhadap pendapatan petani.
Kerugian dalam penelitian ini juga dihitung dari biaya yang dikeluarkan
untuk mengurangi (preventif) dan memperbaiki dampak yang sudah terjadi.
Upaya pencegahan atau preventif diketahui sebagai perlakuan sebelum terjadinya
dampak (ex-ante) sedangkan perbaikan merupakan perlakuan setelah dampak
terjadi (ex-post) (Sihite 2001). Pengambilan kebijakan ataupun keputusan
mengenai upaya perbaikan dilakukan oleh Dinas Bina Marga dan Pengairan
dengan membuat tanggul sungai dan upaya perbaikan dilakukan oleh petani
untuk memperbaiki dampak yang sudah terjadi dalam memperbaiki benih, pupuk,
dan obat-obatan yang sudah diberikan terhadap tanaman padi yang terendam. Hal
ini mengakibatkan biaya sarana produksi menjadi lebih tinggi karena terjadi
44
peningkatan biaya untuk mengelola kembali sawah yang terendam banjir. Pupuk
yang biasa digunakan oleh petani dan dianjurkan oleh penyuluh adalah pupuk
organik (pupuk kandang) dan pupuk an-organik (Urea, NPK Poska, SP-36, NPK
Kujang). Penggunaan pestisida yang biasa digunakan adalah jenis pestisida cair,
trobost atau PPC, dan carbofuran. Proporsi sarana produksi yang digunakan oleh
petani berbeda tiap musim tanam karena tergantung faktor cuaca dan hama. Selain
itu, biaya tenaga kerja harus dikeluarkan lagi untuk mengolah kembali lahan
karena tipe produksi pertanian di Kecamatan Kresek merupakan padat karya.
Sebagian kecil petani mengalami peningkatan biaya dalam menyewa peralatan
dan mesin seperti traktor serta ongkos irigasi atau pengairan.
7.1 Kerugian yang Dialami oleh Responden Petani
Kerugian yang dialami petani berkaitan dengan kerusakan yang terjadi pada
lahan sawah adalah biaya-biaya yang harus dikeluarkan oleh petani dalam
menghadapi masalah banjir. Nilai kerugian meliputi biaya kehilangan pendapatan
petani akibat penurunan produktivitas dan biaya perbaikan lahan sawah yang
meningkatkan biaya produksi petani setelah banjir. Kerugian yang dialami oleh
responden petani dibagi menjadi tiga berdasarkan kepemilikan lahan, yaitu
kerugian yang dialami oleh petani yang menggarap lahan milik sendiri, petani
yang menggarap lahan milik orang lain (bagi hasil).
7.1.1 Perubahan Produksi
Dampak secara tidak langsung langsung akibat banjir luapan sungai adalah
penurunan produktivitas pertanian komoditi padi. Kerugian yang ditanggung
petani merupakan perubahan produktivitas akibat penurunan produksi. Total luas
lahan responden petani padi yang terkena banjir adalah seluas 83.95 hektar
mengalami penurunan hasil panen selama satu musim sedangkan total lahan
sawah yang terkena puso satu Kecamatan Kresek adalah 511 hektar. Perubahan
produksi padi responden petani setelah banjir dibagi berdasarkan status
kepemilikan lahan yaitu perubahan produksi padi lahan milik sendiri yang
disajikan pada Tabel 21 (perhitungan dapat dilihat di Lampiran 2 dan 4)
sedangkan perubahan produksi padi lahan garapan milik orang lain disajikan pada
45
Tabel 22 (perhitungan dapat dilihat di Lampiran 3 dan 5). Faktor penyebab
menurunnya hasil produksi padi adalah gagal tanam dan ketertinggalan masa
panen sehingga banyak tanaman padi yang terserang hama. Kualitas gabah setelah
banjir menjadi kurang baik dan beras menjadi kehitam-hitaman. Hal ini
mengakibatkan harga gabah setelah banjir sebagian besar menurun dibandingkan
harga sebelum banjir.
Tabel 21 Perubahan produksi padi per responden petani pemilik akibat banjir
tahun 2013 dalam satu musim tanam
Uraian
Rata-rata Jumlah
Produksi
(kw/MT)
Rata-rata
Harga Produk
(Rp/kw)
Rata-rata Nilai
Produksi
(Rp/MT)
Produksi sebelum banjir
(per petani) 41.80 413 750 17 766 400.00
Produksi setelah banjir
(per petani) 26.85 381 500 10 419 312.50
Nilai Penurunan
Produksi Padi 14.95 32 250 7 347 087.50
Keterangan: MT = masa tanam
Kw = kuintal
Sumber: data primer diolah 2013
Rata-rata perubahan produksi padi per responden petani yang mengelola
lahan milik sendiri sebesar 14.95 kw/MT dengan penurunan harga per kuintal
rata-rata sebesar Rp 32 350 yang mengakibatkan penurunan rata-rata penerimaan
sebesar Rp 7 347 087.50/MT. Produktivitas padi responden petani pemilik sebesar
49.33 kw/ha sedangkan produktivitas setelah banjir 31.50 kw/ha sehingga
penurunan produktivitas padi petani pemilik sebesar 17.83% (dapat dilihat di
Lampiran 9).
Tabel 22 Perubahan produksi padi per responden petani penggarap akibat banjir
tahun 2013 dalam satu musim tanam
Uraian
Rata-rata Jumlah
Produksi
(kw/MT)
Rata-rata
Harga Produk
(Rp/kw)
Rata-rata Nilai
Produksi
(Rp/MT)
Produksi sebelum banjir
(per petani) 42.01 410 727 16 790 472.73
Produksi setelah banjir
(per petani) 29.58 384 909 11 277 790.91
Nilai Penurunan
Produksi Padi 12.43 25 818 5 512 681.82
Keterangan: MT = masa tanam
Sumber: data primer diolah 2013
46
Rata-rata perubahan produksi padi responden petani penggarap yang
mengelola lahan milik orang lain sebesar 12.43 kuintal/MT dengan penurunan
harga per kuintal rata-rata sebesar Rp 25 818 yang menurunkan rata-rata
penerimaan responden petani sebesar Rp 5 512 681.82/MT. Produktivitas padi
responden petani penggarap sebesar 48.65 kw/ha sedangkan produktivitas setelah
banjir 34.49 kw/ha sehingga penurunan produktivitas padi petani penggarap
sebesar 14.16% (dapat dilihat di Lampiran 11).
7.1.2 Biaya Produksi Setelah Banjir
Pendekatan biaya produksi sebelum banjir diperoleh dari biaya yang
dikeluarkan oleh petani pemilik dan petani penggarap untuk mengolah lahan
sawah dalam memproduksi padi yang terdiri dari biaya tenaga kerja dan biaya
saprodi yang disajikan pada Tabel 23 dan Tabel 24 (perhitungan dapat dilihat di
Lampiran 6 dan 7).
Tabel 23 Total dan rata-rata biaya produksi per responden petani pemilik sebelum
banjir di Kecamatan Kresek tahun 2013 dalam satu musim tanam
Jenis Biaya Jumlah Biaya
(Rp/MT)
Biaya Rata-rata Produksi/MT
(Rp/MT)
Biaya Tenaga Kerja 81 484 000 2 037 100.00
Biaya Saprodi 50 698 500 1 267 462.50
Jumlah 132 182 500 3 304 562.50 Sumber: data primer diolah 2013
Keterangan: MT = masa tanam
Rata-rata biaya produksi yang dikeluarkan responden petani pemilik untuk
biaya tenaga kerja sebelum terjadi banjir sebesar Rp 2 037 100/MT dan biaya
saprodi sebesar Rp 1 267 462.50/MT. Rata-rata biaya produksi per hektar sebelum
banjir sebesar Rp 3 304 562.50/MT.
Tabel 24 Total dan rata-rata biaya produksi per responden petani penggarap
sebelum banjir di Kecamatan Kresek tahun 2013 dalam satu musim
tanam
Jenis Biaya Jumlah Biaya
(Rp/MT)
Biaya Rata-rata Produksi
(Rp/MT)
Biaya Tenaga Kerja 105 222 000 1 913 127.27
Biaya Saprodi 30 562 000 555 672.73
Jumlah 135 784 000 2 468 800.00 Sumber: data primer diolah 2013
Keterangan: MT = masa tanam
47
Rata-rata biaya produksi yang dikeluarkan responden petani penggarap
untuk biaya tenaga kerja sebelum terjadi banjir sebesar Rp 1 913 127.27/MT.
Responden petani penggarap membagi dua biaya saprodi dengan pemilik lahan
sehingga rata-rata biaya saprodi sebesar Rp 555 672.73/MT. Rata-rata biaya
produksi per hektar sebelum banjir sebesar Rp 2 468 800/MT.
Rusaknya tanaman padi yang sudah diberikan perlakuan seperti benih,
pupuk, dan obat mengakibatkan petani mengeluarkan kembali biaya saprodi.
Pengelolaan lahan sawah yang cukup luas sangat memerlukan bantuan tenaga
kerja, untuk itu petani harus mengeluarkan biaya tenaga kerja untuk memperbaiki
kerusakan akibat banjir. Biaya untuk memperbaiki kerusakan ini sangat
diperlukan guna mengembalikan fungsi dari lahan sawah itu sendiri.
Berdasarkan hasil survei, rata-rata biaya tambahan produksi setelah banjir
yang dikeluarkan oleh responden petani pemilik dapat dilihat pada Tabel 25
(perhitungan dapat dilihat di Lampiran 8) sedangkan rata-rata biaya tambahan
produksi setelah banjir yang dikeluarkan oleh responden petani penggarap dapat
dilihat pada Tabel 26 (perhitungan dapat dilihat di Lampiran 9).
Tabel 25 Total dan rata-rata biaya tambahan produksi per reponden petani pemilik
setelah banjir di Kecamatan Kresek tahun 2013 dalam satu musim
tanam
Jenis Biaya
Tambahan
Jumlah Biaya
(Rp/MT)
Biaya Rata-rata Produksi
(Rp/MT)
Biaya Tenaga Kerja 34 169 500 854 237.50
Biaya Saprodi 29 030 500 725 762.50
Jumlah 63 200 000 1 580 000.00 Sumber: data primer diolah 2013
Keterangan: MT = masa tanam
Rata-rata biaya tambahan tenaga kerja responden petani pemilik untuk
memperbaiki kerusakan setelah banjir sebesar Rp 854 237.5/MT sedangkan rata-
rata biaya sarana produksi yang dikeluarkan responden petani pemilik dalam
memperbaiki kerusakan setelah banjir sebesar Rp 725 762.5/MT sehingga
diperoleh rata-rata jumlah biaya tambahan produksi setelah banjir secara
keseluruhan sebesar Rp 1 580 000/MT.
48
Tabel 26 Total dan rata-rata biaya tambahan produksi per reponden petani
penggarap setelah banjir di Kecamatan Kresek tahun 2013 dalam satu
musim tanam
Jenis Biaya
Tambahan
Jumlah Biaya
(Rp/MT)
Biaya Rata-rata Produksi
(Rp/MT)
Biaya Tenaga Kerja 47 352 000 860 945.45
Biaya Saprodi 34 133 000 620 600.00
Jumlah 81 485 000 1 481 545.45 Sumber: data primer diolah 2013
Keterangan: MT = masa tanam
Rata-rata biaya tambahan tenaga kerja responden petani penggarap untuk
memperbaiki kerusakan setelah banjir sebesar Rp 860 945.45/MT sedangkan rata-
rata biaya sarana produksi yang dikeluarkan responden petani penggarap dalam
memperbaiki kerusakan setelah banjir sebesar Rp 620 600/MT sehingga diperoleh
rata-rata jumlah biaya tambahan produksi setelah banjir secara keseluruhan
sebesar Rp 1 481 545.45/MT. Responden petani yang memiliki lahan sawah milik
sendiri mengalami kerugian yang lebih besar dibandingkan responden petani
dengan mengolah lahan sawah garapan namun tergantung dari luas kepemilikan
lahan sawah yang terkena banjir. Hal ini disebabkan responden petani yang
mengelola lahan sawah sendiri memiliki keinginan lebih besar untuk melakukan
perbaikan jika terjadi kerusakan akibat banjir.
7.1.3 Perubahan Pendapatan Petani
Penurunan produksi setelah banjir mempengaruhi nilai penerimaan petani,
biaya produksi, dan nilai pendapatan petani. Tabel 27 menunjukkan rata-rata
penerimaan petani pemilik berkurang sebesar Rp 7 347 087.50/MT dibandingkan
rata-rata penerimaan saat kondisi normal sedangkan biaya produksi mengalami
peningkatan sebesar Rp 1 580 000/MT dari kondisi normal sehingga pendapatan
petani berkurang sebesar Rp 8 927 087.50/MT.
Tabel 27 Perubahan pendapatan responden petani pemilik di Kecamatan Kresek
akibat banjir tahun 2013 dalam satu musim tanam
Uraian Nilai Penerimaan
Produksi Padi (Rp/MT)
Biaya Produksi
Padi (Rp/MT)
Pendapatan
Petani (Rp/MT)
Sebelum banjir 17 766 400.00 3 304 562.50 14 461 837.50
Setelah banjir 10 419 312.50 4 884 562.50 5 534 750.00
Selisih perubahan 7 347 087.50 1 580 000.00 8 927 087.50
Sumber: data diolah peneliti 2013
49
Tabel 28 menunjukkan rata-rata penerimaan petani penggarap berkurang
sebesar Rp 5 512 681.82/MT dibandingkan rata-rata penerimaan saat kondisi
normal sedangkan biaya produksi yang dikeluarkan mengalami peningkatan
sebesar Rp 1 481 549.45/MT dari kondisi normal sehingga pendapatan petani
berkurang sebesar Rp 6 994 231.27/MT.
Tabel 28 Perubahan pendapatan responden petani penggarap di Kecamatan
Kresek akibat banjir tahun 2013 dalam satu musim tanam
Uraian Nilai Penerimaan
Produksi Padi (Rp/MT)
Biaya Produksi
Padi (Rp/MT)
Pendapatan
Petani (Rp/MT)
Sebelum banjir 16 790 472.73 2 468 800.00 14 321 672.73
Setelah banjir 11 277 790.91 3 950 349.45 7 327 441.46
Selisih perubahan 5 512 681.82 1 481 549.45 6 994 231.27
Sumber: data diolah peneliti 2013
Total kerugian yang dialami oleh seluruh petani yang mengelola lahan milik
sendiri di Kecamatan Kresek akibat penurunan pendapatan yaitu sebesar
Rp 1 904 574 711/MT dan total kerugian akibat penurunan pendapatan yang
dialami seluruh petani yang mengelola lahan milik orang lain atau petani
penggarap sebesar Rp 2 081 848 142/MT. Data tersebut dapat dilihat di Tabel 29.
Tabel 29 Total kerugian pendapatan petani berdasarkan kepemilikan lahan yang
terkena dampak banjir tahun 2013 dalam satu musim tanam
No Kerugian Nilai Kerugian (Rp/MT) Persen (%)
1 Kehilangan pendapatan
petani pemilik 1 904 574 711 47.78
2 Kehilangan pendapatan
petani penggarap 2 081 848 142 52.22
Total 3 986 422 853 100.00 Sumber: data diolah peneliti 2013
7.2 Biaya Kerusakan yang Dikeluarkan oleh Pemerintah
Kebijakan mengurangi suatu dampak lingkungan akan dipengaruhi oleh
perhitungan biaya yang harus dikeluarkan untuk mengurangi (preventif) atau
memperbaiki dan manfaat yang akan diperoleh kemudian (Spash 1997).
Pengambilan kebijakan ataupun keputusan apakah preventif atau perbaikan harus
dibuat terutama untuk melihat besar investasi yang dikeluarkan untuk tindakan
preventif maupun melihat biaya untuk memperbaiki dampak yang sudah terjadi.
Permasalahan banjir yang terjadi pada tahun 2013 dikarenakan tidak adanya
50
pemeliharaan pada daerah aliran sungai serta tanggul sungai sehingga tanggul
mengalami kerusakan ketika debit air sungai mengalami peningkatan.
Pemerintah daerah mengeluarkan beberapa kebijakan dalam memperbaiki
kerusakan dampak banjir salah satunya dengan memperbaiki tanggul dan dinding
penahan Sungai Cidurian serta jalan Kampung Koper Kecamatan Kresek. Tanggul
dan dinding penahan banjir dibangun di sepanjang aliran Sungai Cidurian yang
mengalami kerusakan untuk menahan dan menghindari luapai air ke daratan atau
di sekitarnya. Tanggul dan dinding penahan banjir menggunakan batu yang
dililitkan kawat (bronjong), dinding beton, dan bahan lainnya yang memenuhi
syarat teknik. Pemerintah daerah yang berwenang dalam perbaikan tanggul dan
jalan ini adalah Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang. Biaya
perbaikan yang dihitung dalam penelitian ini adalah biaya perbaikan yang
dikeluarkan oleh Bupati Tangerang tentang Alokasi Anggaran Penanggulangan
Banjir dan Pascabanjir Kabupaten Tangerang tahun 2013 No.903/Kep.102-
Huk/2013 tanggal 14 Februari 2013 kepada Dinas Bina Marga dan Pengairan
Kabupaten Tangerang sebesar Rp 1 385 989 000.
Perbaikan alur sungai dan normalisasi saluran Sungai Cidurian sangat
diharapkan semua pihak agar dampak banjir dapat diminimalkan serta banjir tidak
terjadi lagi. Salah satu upaya perbaikan alur sungai yaitu perbaikan tanggul yang
lebih kokoh kemudian didukung dengan pemeliharaan pada tanggul serta
pengerukan sedimen pada endapan lumpur atau limpasan bawah sungai. Upaya
perbaikan ini merupakan upaya yang paling efektif dan efisien dalam
meminimalkan dampak banjir.
51
VIII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BESAR
KERUGIAN PETANI
Model pendugaan fungsi faktor sosial, ekonomi, dan lingkungan yang
mempengaruhi besar biaya kerugian petani merupakan model regresi double log.
Peubah bebas yang dimasukkan ke dalam model, yaitu jarak sungai terhadap
sawah (JSS), luas banjir (LUBAN), ketinggian air banjir (TIBAN), lamanya banjir
(LAMBAN), dan umur padi (UMPAD). Model diperoleh dari pengolahan data
melalui program Microsoft Office Excel 2007 dan SPSS 16. Persamaan kerugian
banjir yaitu:
Ln Y = 11.366 – 0.257 Ln JSS + 0.533 Ln LUBAN + 0.156 Ln TIBAN + 0.244
Ln LAMBAN + 0.123 Ln UMPAD
Hasil dari pengolahan data menunjukkan persamaan regresi double log
dengan peubah tak bebas biaya kerugian memiliki koefisien determinasi yang
telah disesuaikan (R² Adjusted) sebesar 75.5%. Artinya, keragaman pada kerugian
dapat dijelaskan oleh peubah bebas yang dimasukkan ke dalam model dan sisanya
24.5% dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak dimasukkan ke dalam model.
Hubungan antara peubah bebas dan peubah tak bebas dilakukan pengujian
terhadap model yaitu uji kenormalan, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas,
dan uji autokorelasi.
Nilai asymp. sig. (2-tailed) uji Kolmogorov-Smirnov (0.842) lebih besar
dari taraf nyata 20% maka galat menyebar normal. Nilai Variance Inflation
Factor (VIF) semua variabel bebas tidak lebih dari 10. Hal ini menunjukkan tidak
terjadi multikolinearitas karena keberadaan multikolinearitas ditunjukkan apabila
VIF > 10. Uji Gleiser dilakukan untuk memeriksa keberadaan homoskedastisitas
yaitu diperoleh nilai Pvalue abresid lebih besar dari taraf nyata 20%. Hal ini
menunjukkan tidak ada pelanggaran asumsi homoskedastisitas sehingga model
tidak terdapat heteroskedastisitas.
Selain uji normalitas, uji multikolinearitas, dan uji heteroskedatisitas,
dilakukan uji autokorelasi dengan menggunakan uji Durbin-Watson. Hasil
pengolahan data menunjukkan nilai DW sebesar 1.635 yang berada diantara
selang 1.55 sampai 2.46 maka dapat disimpulkan tidak terdapat autokorelasi pada
52
model (Firdaus 2004). Hasil uji parameter model regresi lebih lengkap dapat
dilihat pada Lampiran 12.
Tanda koefisien positif memiliki arti pengaruh dari peubah bebas tersebut
bersifat berbanding lurus, yaitu peningkatan peubah bebas tersebut akan
meningkatkan besar kerugian banjir sedangkan tanda koefisien negatif memiliki
arti sebaliknya, yaitu peningkatan peubah bebas akan menurunkan besarnya
kerugian banjir.
Berdasarkan hasil analisis regresi pada model double log, peubah bebas
yang terdapat pada model berpengaruh nyata (signifikan) pada taraf nyata 20%
adalah jarak sungai ke sawah, luas banjir, ketinggian banjir, dan lamanya banjir.
Peubah bebas tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Jarak Sungai ke Sawah
Jarak sungai ke sawah mempengaruhi besar dampak banjir yang dialami
responden. Berdasarkan hasil analisis regresi pada model double log,
peubah bebas jarak sungai ke sawah memiliki hubungan negatif terhadap
besar kerugian dengan nilai elastisitas -0.257. Hal ini berarti apabila terjadi
peningkatan jarak sungai ke sawah sebesar 1% maka rata-rata kerugian
banjir diduga akan mengalami penurunan sebesar 0.257% dengan asumsi
variabel lainnya tetap (cateris paribus).
Nilai Pvalue jarak sungai ke sawah yaitu 0.000. Artinya, jarak sungai ke
sawah memberikan pengaruh nyata terhadap besar kerugian banjir pada
taraf nyata 1%. Hal tersebut sesuai secara teoritis dan keadaan di lapang
yaitu responden yang memiliki jarak lahan sawah yang lebih dekat dengan
Sungai Cidurian yang menjadi sumber penyebab banjir menerima dampak
lebih besar.
2. Luas Banjir
Luas banjir mempengaruhi besar dampak banjir yang dialami responden.
Peubah bebas luas banjir memiliki hubungan positif terhadap besar kerugian
dengan nilai elastisitas 0.533. Artinya, apabila terjadi peningkatan luas lahan
yang terkena banjir sebesar 1% maka rata-rata kerugian banjir diduga akan
mengalami peningkatan sebesar 0.533% (cateris paribus).
53
Nilai Pvalue luas banjir yaitu 0.000 yang berarti luas lahan yang terkena banjir
memberikan pengaruh nyata terhadap besar kerugian pada taraf nyata 1%.
Hal tersebut sesuai secara teoritis dan keadaan di lapang yaitu semakin luas
suatu lahan sawah responden terkena banjir maka semakin banyak tanaman
padi yang rusak akibat terendam banjir.
3. Ketinggian Banjir
Ketinggian banjir mempengaruhi besar dampak banjir yang dialami
responden. Hasil regresi pada model double log menunjukkan peubah bebas
ketinggian banjir memiliki hubungan positif terhadap besar kerugian banjir
dengan nilai elastisitas 0.156. Hal ini berarti apabila terjadi peningkatan
ketinggian banjir sebesar 1% maka rata-rata besar kerugian banjir diduga
akan mengalami peningkatan sebesar 0.156% dengan asumsi peubah bebas
lain tetap (cateris paribus).
Berdasarkan pengujian Pvalue diperoleh nilai sebesar 0.196 yang berarti
ketinggian banjir berpengaruh nyata terhadap besar kerugian banjir pada
taraf nyata 20%. Hal tersebut sesuai dengan hipotesis awal karena tingginya
air banjir di lahan sawah akan mengakibatkan semakin banyak tanaman padi
yang mengalami kerusakan.
4. Lama Banjir
Lama banjir mempengaruhi besar dampak banjir yang dialami responden.
Hasil regresi pada model double log menunjukkan peubah bebas lama banjir
memiliki hubungan positif terhadap besar kerugian banjir dengan nilai
elastisitas 0.244. Hal ini berarti apabila terjadi peningkatan lamanya banjir
sebesar 1% maka rata-rata besar kerugian banjir diduga akan mengalami
peningkatan sebesar 0.244% (cateris paribus).
Berdasarkan pengujian Pvalue diperoleh nilai sebesar 0.168 yang berarti
lamanya banjir berpengaruh nyata terhadap besar kerugian banjir pada taraf
nyata 20%. Hal tersebut sesuai dengan hipotesis awal yaitu lama hari banjir
mengakibatkan tanaman padi membusuk karena semakin lama tanaman padi
dalam genangan air semakin tidak mampu bertahan dan membusuk.
Adapun peubah bebas yang tidak berpengaruh nyata pada taraf nyata 20%
adalah umur padi. Peubah bebas tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
54
5. Umur Padi
Hasil regresi pada model double log menunjukkan peubah bebas umur padi
memiliki hubungan positif terhadap besar kerugian banjir dengan nilai
elastisitas 0.123. Semakin bertambah umur padi, semakin besar petani
mengeluarkan biaya untuk memberi perlakuan terhadap tanaman padi. Hal
ini berarti apabila terjadi peningkatan umur padi sebesar 1% maka rata-rata
besar kerugian banjir diduga akan mengalami peningkatan sebesar 0.123%
(cateris paribus).
Berdasarkan pengujian Pvalue diperoleh nilai sebesar 0.340 yang berarti
lamanya umur padi tidak berpengaruh nyata terhadap besar kerugian banjir
pada taraf nyata 20%. Hal tersebut tidak sesuai dengan hipotesis awal
karena fakta di lapang menunjukkan semakin bertambah umur padi semakin
kuat padi untuk bertahan dalam genangan banjir. Hal ini tidak banyak
mengakibatkan kerusakan pada tanaman padi khususnya pada ketinggian air
banjir yang rendah tergantung dari kekuatan tanaman padi saat terendam air.
Ada beberapa petani yang memanfaatkan padi yang sudah terendam namun
masih dalam keadaan baik untuk ditanam kembali.
55
IX. ANALISIS STAKEHOLDER DALAM MENGATASI
PERMASALAHAN BANJIR
Besarnya dampak kerugian baik fisik dan non-fisik yang dialami petani
dikhawatirkan dapat merugikan kehidupan masyarakat, oleh karena itu diperlukan
kebijakan dari banyak pihak dalam mengambil langkah yang terkoordinasi dan
terintegrasi sesuai tugas, fungsi, dan kewenangannya masing-masing untuk
mengatasi permasalahan banjir di Kecamatan Kresek. Analisis stakeholder
dilakukan terhadap sembilan stakeholder yang terdiri dari kelompok pemerintah
dan kelompok non-pemerintah. Masing-masing kelompok memiliki peran, fungsi,
dan kewenangan yang berbeda. Perbedaan tersebut dapat saling melengkapi untuk
mengatasi banjir di Kecamatan Kresek dan diperlukan sinergisasi antar
stakeholder. Identifikasi peran dan fungsi masing-masing stakeholder dalam
mengatasi permasalahan banjir dapat dilihat pada Tabel 30.
Tabel 30 Peran dan fungsi stakeholder pemerintah dan non-pemerintah dalam
mengatasi permasalahan banjir di Kecamatan Kresek
Stakeholder Peran Fungsi
Pemerintah
Daerah
1. Bupati Menetapkan dan menyetujui
keputusan terkait alokasi
anggaran penanggulangan banjir
dan setelah banjir
Perencanaan dan
pengawasan
2. Kepala Dinas
Pertanian dan
Peternakan
Kabupaten
Tangerang
Membentuk Tim Gerak Reaksi
Cepat, melakukan observasi dan
mengidentifikasi tingkat
keparahan banjir, dan membuat
laporan kepada Dinas Pertanian
Provinsi Banten
Penyelenggaraan
monitoring
terhadap kondisi
daerah bencana
3. Kepala Dinas
Pekerjaan Umum
Bina Marga dan
Pengairan Kabupaten
Tangerang
Memperbaiki sarana dan
prasarana yang rusak sesuai
kewenangan akibat banjir
Pengawasan
terhadap sarana
dan prasarana
yang mengalami
kerusakan akibat
banjir
4. Kepala Dinas
Penanggulangan
Bencana dan
Kebakaran
Kabupaten
Tangerang
Membuat tim pemberi bantuan
untuk menyelamatkan atau
evakuasi korban
Pelaksanaan
penanggulangan
bencana
5. Kepala Dinas
Kesehatan
Membentuk tim kesehatan,
menyediakan obat-obatan, dan
membuat posko kesehatan yang
bekerjasama dengan petugas
medis dan Puskesmas
Kecamatan Kresek di Kantor
Desa Patrasana dan Kantor Desa
Koper
Penanggulangan
timbulnya
penyakit akibat
banjir
56
Stakeholder Peran Fungsi
6. Pemerintah
Kecamatan Kresek
(Camat dan
Sekretaris) dan
Pemerintah Desa
(Kepala Desa)
Menyediakan tempat untuk
menampung warga yang terkena
banjir sebagai posko dan
memberikan izin kepada para
donatur dalam mendistribusikan
bantuan
Perencanaan dan
pengawasan
Non-
pemerintah
1. Masyarakat Bergotong royong dalam
mengatasi masalah banjir
Pengawasan
dampak banjir
2. Penyuluh Pertanian
Kecamatan Kresek
Melakukan observasi lapang
bersama DPP Kabupaten
Tangerang untuk
mengumpulkan data petani yang
lahannya terkena dampak dan
memberikan penyuluhan cara
menanam dan pemupukan yang
baik kepada petani
Distributor
bantuan benih
kepada para
kelompok petani
yang telah diberi
oleh Kementerian
Pertanian
3. Ketua Perkumpulan
Petani Pengguna Air
Mitra Cai Banyu Aji
Menanggulangi kerusakan berat
pada jaringan irigasi
Perbaikan
kerusakan
Sumber: data primer diolah 2013
9.1 Kelompok Pemerintah Daerah
Pemerintah daerah yang terlibat dalam mengatasi banjir di Kecamatan
Kresek adalah Bupati, Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Tangerang,
Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang, Dinas
Penanggulangan Bencana dan Kebakaran Kabupaten Tangerang, Dinas
Kesehatan, Pemerintah Kecamatan, dan Desa. Peran Bupati dalam mengatasi
banjir di Kecamatan Kresek adalah sebagai stakeholder pemerintah tingkat
kabupaten yang berwenang dalam menetapkan dan menyetujui keputusan terkait
alokasi anggaran penanggulangan banjir dan setelah banjir.
1. Dinas Pertanian dan Peternakan (DPP) Kabupaten Tangerang
Peran DPP dalam mengatasi kerugian saat banjir dan pasca banjir adalah
membentuk Tim Gerak Reaksi Cepat yang telah ditetapkan pada Surat
Keputusan Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Tangerang.
Tugas dari tim ini adalah melakukan observasi terhadap wilayah banjir dan
melakukan pendataan luasan lahan yang terendam banjir dan puso. DPP
juga mengidentifikasi tingkat keparahan banjir dan membuat laporan kepada
Dinas Pertanian Provinsi Banten. Laporan tersebut disampaikan kepada
Kementerian Pertanian untuk mendapatkan ganti rugi benih bagi petani
yang mengalami puso akibat banjir. DPP menjadi penghubung antara petani
57
dengan pemerintah Kementerian Pertanian dalam pendistribusian bantuan
benih sesuai dengan penetapan Surat Keputusan Kepala Dinas Pertanian dan
Peternakan Kabupaten Tangerang tentang Penetapan Kelompok Tani Calon
Penerima Bantuan Benih Padi melalui Cadangan Benih Nasional (CBN)
tahun Anggaran 2013. CBN salah satunya diperuntukkan dalam rangka
memenuhi kebutuhan benih yang bersifat mendesak guna pemulihan
tanaman yang rusak atau puso sebagai akibat atau dampak anomali (bencana
alam). Setiap petani yang mengalami kerugian mendapatkan bantuan per
hektar sebanyak 25 kilogram benih padi varietas Ciherang (Penyuluh
Kecamatan Kresek 2013). Fungsi DPP Kabupaten Tangerang adalah
penyelenggaraan monitoring terhadap kondisi daerah bencana dan
pelaksanaan koordinasi serta kerja sama dengan BPP dalam mencatat siapa
saja dan luas lahan yang terkena dampak.
2. Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang
Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Pengairan berperan penting dalam
mengatasi banjir di Kecamatan Kresek yaitu memperbaiki sarana dan
prasarana yang rusak sesuai kewenangan akibat banjir. Perbaikan kerusakan
pada tanggul Sungai Cidurian sebagian dilakukan oleh Dinas Pekerjaan
Umum Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Tangerang. Pengelolaan
Sungai Cidurian adalah kewenangan dari pemerintah provinsi namun
pemerintah kabupaten ikut serta dalam upaya perbaikan pada tanggul
sungai. Upaya ini sangat penting dalam mengatasi permasalahan banjir
karena penyebab utama banjir adalah luapan air sungai yang berasal dari
Sungai Cidurian. Fungsi dinas ini adalah penyelenggaraan monitoring
terhadap sarana dan prasarana yang mengalami kerusakan akibat banjir.
Dinas ini terdapat sub dinas pengairan yaitu Unit Pelaksana Teknis Dinas
Bina Marga Kecamatan Kresek yang berfungsi dalam pelaksanaan
perbaikan, pengembangan, dan pembangunan pengairan dan jaringan irigasi.
3. Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana Kabupaten
Tangerang
Penanganan banjir di Kecamatan Kresek pun tidak luput dari perhatian
Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana Kabupaten
58
Tangerang. Peran dinas ini adalah membuat tim bersama untuk memberikan
bantuan dalam tindakan penyelamatan atau evakuasi korban. Dinas ini
menyediakan peralatan berupa perahu karet beserta personil-personil yang
terlatih untuk mengevakuasi warga yang menjadi korban banjir. Selain itu,
dinas menerima laporan dari pemerintah desa berupa kerusakan yang
ditimbulkan akibat bencana banjir. Fungsi dinas ini adalah menanggulangi
dampak bencana alam.
4. Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang
Peran Dinas Kesehatan dalam mengatasi banjir di Kecamatan Kresek adalah
membentuk tim kesehatan, menyediakan obat-obatan, dan membuat posko
kesehatan yang bekerjasama dengan petugas medis dan Puskesmas
Kecamatan Kresek di Kantor Desa Patrasana dan Kantor Desa Koper.
Fungsi dinas ini adalah pelaksanaan kegiatan pencegahan, pemberantasan,
dan penanggulangan penyakit yang diakibatkan oleh bencana banjir.
5. Pemerintah Kecamatan dan Pemerintah Desa
Pemerintah kecamatan dan pemerintah desa menyediakan tempat yang
digunakan untuk menampung warga yang terkena banjir sebagai posko.
Pemerintah kecamatan dan pemerintah desa menjadi fasilitator dan
memberikan izin kepada para donatur dalam mendistribusikan bantuan.
Fungsi kecamatan dan desa dalam mengatasi bencana banjir adalah
merencanakan dan mengawasi dampak dari bencana banjir.
9.2 Kelompok Non-pemerintah
Stakeholder yang termasuk ke dalam kelompok non-pemerintah yang
terlibat dalam mengatasi banjir di Kecamatan Kresek adalah masyarakat, Balai
Penyuluhan Pertanian Kaliasin, dan Perkumpulan Petani Pemakai Air.
1. Kelompok Masyarakat
Peran aktif masyarakat baik secara swadaya maupun dengan bantuan
pemerintah dalam mengatasi banjir sangat penting dalam penanggulangan
awal. Masyarakat berperan dalam memantau kondisi perubahan lingkungan
akibat banjir. Masyarakat terlibat dalam mengawasi dampak bencana banjir
59
karena masyarakat dianggap lebih mengetahui perubahan kondisi
lingkungan mereka masing-masing.
2. Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kaliasin
Peran BPP Kaliasin dalam mengatasi banjir adalah melakukan observasi
lapang bersama DPP Kabupaten Tangerang untuk mengumpulkan data
petani yang lahannya terkena dampak dan memberikan penyuluhan cara
menanam dan pemupukan yang baik kepada petani. Fungsi BPP Kaliasin
adalah sebagai distributor bantuan benih kepada para kelompok petani yang
telah diberi oleh Kementerian Pertanian.
3. Perkumpulan Petani Pengguna Air (P3A) Mitra Cai Banyu Aji
Kelembagaan yang ada dalam P3A Mitra Cai Banyu Aji (MCBA) terbentuk
sejak awal dibentuknya P3A. P3A memiliki tugas pokok mendayagunakan
potensi air irigasi yang tersedia di dalam Petak Tersier atau Daerah Irigasi
Pedesaan untuk kesejahteraan masyarakat tani.
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 77 tahun 2001
tentang Irigasi, perkumpulan petani pemakai air atau P3A adalah
kelembagaan pengelola irigasi yang menjadi wadah petani pemakai air
dalam suatu daerah pelayanan irigasi yang dibentuk oleh petani secara
demokratis, termasuk kelembagaan lokal pengelola air irigasi. Setiap
anggota P3A MCBA dapat memanfaatkan pelayanan air irigasi tersier jika
membayar iuran berupa Iuran Pengelolaan Irigasi (IPI). Bentuk IPI dapat
berupa uang atau barang. Berdasarkan hasil rapat anggota, ditetapkan bahwa
tiap anggota harus membayar iuran wajib sebesar 50 kilogram gabah kering
panen per hektar setiap musim. Jika anggota membayar dengan uang berarti
50 kilogram gabah kering panen per hektar dikali harga gabah kering pada
saat panen. Iuran ini harus dibayarkan selambat-lambatnya satu minggu
setelah panen.
Banjir yang merendam jaringan irigasi mengakibatkan kerusakan fisik pada
jaringan irigasi. Peran kelembagaan P3A menjadi penting karena dengan
kelembagaan kegiatan pengelolaan air dan jaringan tersier atau irigasi
pedesaan terhadap sawah petani yang merupakan sawah tadah hujan dapat
berjalan kembali dengan lancar dan terstruktur dengan baik. Guna
60
mengembalikan fungsi dan pelayanan irigasi seperti semula diperlukan
rehabilitasi jaringan irigasi yaitu kegiatan rehabilitasi dan perbaikan jaringan
irigasi.
Berdasarkan tugas dan kewajibannya, pada saat banjir ini pengurus yang
mengarahkan tenaga kerja petani anggota P3A MCBA bersama kelompok
kwarter dalam menanggulangi kerusakan berat pada jaringan irigasi adalah
pelaksana teknis atau ulu-ulu. Pengurus dan anggota P3A MCBA secara
swadaya dan gotong royong hanya memperbaiki jaringan irigasi yang rusak.
Hal ini dikarenakan kelembagaan P3A kurang berjalan dengan baik sesuai
peran dan fungsinya.
Besar biaya iuran anggota atau IPI sudah ditetapkan setiap anggota harus
membayar hasil panen per hektar setiap musim dengan membagi sawah
menbagi tujuh bagian. Banjir yang mengakibatkan penurunan produksi padi
bahkan mengalami kegagalan panen tetap diwajibkan membayar IPI. Petani
tetap membayar IPI meskipun banjir menurunkan hasil produksi panen
namun petani merasa keberatan jika harus tetap membagi lahan sawah
menjadi tujuh bagian untuk membayar IPI.
61
X. SIMPULAN DAN SARAN
10.1 Simpulan
1. Banjir merendam beberapa wilayah Kecamatan Kresek termasuk
lingkungan pertanian. Banjir mengakibatkan kondisi lingkungan menjadi
buruk dan sangat mengganggu kegiatan bertani namun upaya pencegahan
petani dalam meminimalkan kerugian akibat sangat rendah.
2. Banjir menyebabkan penurunan produktivitas padi baik terhadap petani
yang memiliki lahan sawah milik sendiri maupun petani yang mengolah
lahan sawah garapan. Total kerugian yang dialami oleh seluruh petani akibat
kehilangan pendapatan di Kecamatan Kresek sebesar Rp 3 986 422 853 per
musim tanam dalam satu kali periode banjir.
3. Faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap besarnya kerugian banjir,
yaitu jarak sungai dengan lahan sawah, luas lahan yang terkena banjir,
ketinggian banjir, dan lamanya banjir.
4. Kelompok pemeritah daerah maupun non-pemerintah memiliki peran dan
fungsi sesuai dengan kewenangan masing-masing. Stakeholder ini
bersinergi dan saling melengkapi dalam mengatasi permasalahan banjir di
Kecamatan Kresek.
10.2 Saran
Saran yang terkait hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Berdasarkan penelitian, selain tingginya curah hujan, salah satu penyebab
banjir di Kecamatan Kresek adalah rusaknya tanggul Sungai Cidurian.
Upaya pembangunan tanggul yang kokoh dan normalisasi di Daerah Aliran
Sungai Cidurian perlu dilakukan dengan harapan upaya tersebut dapat
menanggulangi banjir di Kecamatan Kresek.
2. Perlu dilakukan pemeliharaan jaringan irigasi dengan mengaktifkan kembali
atau rehabilitasi kelembagaan P3A. Adanya kelembagaan P3A merupakan
salah satu upaya agar petani dapat mewujudkan pengurangan resiko banjir
pada pertanian padi sawah.
62
3. Keinginan petani yang rendah dalam melakukan upaya pencegahan untuk
meminimalkan dampak kerugian banjir pada sektor pertanian perlu menjadi
pertimbangan pemerintah dalam melakukan sosialisasi kepada petani
tentang perlunya upaya strategi adaptasi dalam menentukan musim tanam
agar tidak terkena banjir yang bekerja sama dengan Badan Meteorologi
Klimatologi dan Geofisika setempat guna memberikan peringatan dini.
4. Perlu dilakukan penelitian lanjut mengenai total kerugian ekonomi pada
seluruh sektor pertanian serta dampak yang ditimbulkan banjir terhadap
kerentanan pangan petani.
63
DAFTAR PUSTAKA
Alokasi Anggaran Penanggulangan Banjir dan Pascabanjir Kabupaten Tangerang
tahun 2013 No.903/Kep.102-Huk/2013.
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Perkumpulan Petani Pemakai Air
(P3A) Mitra Cai Banyu Aji Tahun 2011.
Armah FA, Yawson DA, Yengoh GT, Odoi JO, dan Afrira EKA. 2010. Impact of
Floods on Livelihoods and Vulnerability of Natural Resource Dependent
Communities in Northern Ghana. Journal Water Vol 2 Hal 120-139.
[BAPPENAS] Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. 2005. INDONESIA:
Preliminary Damage and Loss Assessment. Banda Aceh (ID): Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional.
[BNPB] Badan Nasional Penanggulangan Bencana. 2010. BAB III Karakteristik
Bencana di Indonesia. http://mis.bnpb.go.id. Diakses pada tanggal 04 April
2013.
[BNPB] Badan Nasional Penanggulangan Bencana. 2013. Peta Daerah
Terdampak Banjir di Provinsi Banten. http://geospasial.bnpb.go.id.
Diakses pada tanggal 04 April 2013
[BNPB] Badan Nasional Penanggulangan Bencana. 2011. Peta Zonasi Ancaman
Bencana Banjir di Indonesia. http://geospasial.bnpb.go.id/2011/02/23/peta-
zonasi-ancaman-bencana-banjir-di-indonesia/. Diakses pada tanggal 04
April 2013
[BPSRI] Badan Pusat Statistik Republik Indonesia. 2013. Berita Resmi Statistik.
http://www.bps.go.id/?news=1031. Diakses pada tanggal 29 Desember
2013
Brown AR, Schmidt JM, Berg KL, Monga R, and Catoire SM. No Date. Through
the Decade: Extreme Weather’s Impact On Agriculture. Governor’s
School for Agriculture, Virginia Tech, Blacksburg, VA 24061.
Daniel M. 2004. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta (ID): Bumi Aksara.
Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Tangerang. 2013. Data Puso
Kebanjiran Kabupaten Tangerang. Tangerang (ID): Dinas Pertanian dan
Peternakan Kabupaten Tangerang.
Dinas Sumber Daya dan Pemukiman Provinsi Banten. 2013. Profil Sungai di
Provinsi Banten. http://dsdap.bantenprov.go.id/read/contents/67.html.
Diakses pada tanggal 20 Oktober 2013
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. 2011. Laporan Tahunan 2011.
Firdaus M. 2004. Ekonometrika Suatu Pendekatan Aplikatif. Jakarta (ID): Bumi
Aksara.
Grimble R and Chan MK. 1995. Analisis Stakeholder untuk Pengelolaan Sumber
Daya Alam di Negara Berkembang. Mokhsen A dan Trajudi D,
penerjemah; Suporahardjo, editor. Bogor (ID): Pustaka LATIN.
64
Terjemahan dari: Stakeholder Analysis for Natural Resource Management
Developing Countries
Gujarati DN. 2007. Dasar-dasar Ekonometrika. Edisi Ketiga: Jilid 1. Jakarta (ID):
Erlangga.
Juanda B. Ekonometrika Pemodelan dan Pendugaan. Bogor (ID): IPB Press.
Kecamatan Kresek. 2013. Laporan Kondisi Pasca Banjir Tahun 2013.
_______________. 2013. Peta wilayah Kecamatan Kresek Tahun 2013.
_______________. 2012. Profil Kecamatan Kresek Tahun 2012.
[KLH] Kementerian Negara Lingkungan Hidup. 2007. Panduan Valuasi Ekonomi
Sumber Daya Alam dan Lingkungan. Jakarta (ID):
Kementerian Negara Lingkungan Hidup.
Kodoatie RJ dan Sjarief R. 2008. Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu.
Yogyakarta (ID): ANDI OFFSET.
Kumar BG, Sendhil R, Venkatesh P, Raja R, Jayakumar V, dan Jeyakumar S.
2009. Socio-economic Impact Assessment of Livelihood Security in
Agriculture, Animal Husbandry and Aquaculture on the Tsunami-hit Lands
of Andaman. Journal Agricultural Economics Research Review Vol 22 Hal
483-494.
Laksono AP. 2010. Estimasi Nilai Kerusakan dan Kerugian Bencana Situ Gintung
[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Nazir M. 2011. Metode Penelitian. Bogor (ID): Ghalia Indonesia.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 77 tahun 2001 tentang Irigasi.
Sihite J. 2001. Evaluasi Dampak Erosi Tanah Model Pendekatan Ekonomi
Lingkungan dalam Perlindungan DAS: Kasus Sub-DAS Besai – DAS
Tulang Bawang [disertasi]. Lampung (ID): Institut Pertanian Bogor.
Spash CL. 1997. Ethics and Environmental Attitudes with Implication for
Economic Valuation. Journal of Environmental Management Vol.50.
Academic Press.
Subiyantoro I. 2010. Selayang Pandang Tentang Bencana. Jurnal Dialog
Penanggulangan Bencana Vol.1 No. 1. Jakarta.
Suratiyah K. 2006. Ilmu Usahatani. Yogyakarta (ID): Penebar Swadaya.
Suratmo FG. 2002. Panduan Penelitian Multidisiplin. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor Press.
Suriya S, Mudgal BV, Nelliyat P. 2012. Flood damage assessment of an urban
area in Chennai, India. Nat Hazards. 62:149-167.doi:10.1007/s11069-011-
9985-3.
Susandi A, Herlianti I, Tamamadin M, dan Nurlela I. 2008. Dampak Perubahan
Iklim terhadap Ketinggian Muka Laut di Wilayah Banjarmasin. Jurnal
Ekonomi Lingkungan. Vol.12/No.2/2008.
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Definisi Bencana.
65
LAMPIRAN
66
Lampiran 1. Kuesioner penelitian responden petani Tanggal:
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN
LINGKUNGAN
Jalan Kamper Level 5 Wing 5 Kampus IPB Darmaga Bogor 16680
Telp. (0251) 8621 834, Fax (0251) 8421 762
KUESIONER PENELITIAN
Nomor Responden :
Nama Responden :
No Hp/Telp :
Alamat : a. Desa Koper b. Desa Pasir Ampo c. Desa Patrasana
d. Desa Renged e. Desa Talok f. Desa Kresek
Kampung / RT/RW :
Petunjuk : Isilah pertanyaan di bawah ini dengan benar
A. Karakteristik Responden
1. Jenis Kelamin : L / P
2. Usia : ....................... tahun
3. Status Pernikahan : Belum Menikah / Menikah
4. Jumlah Tanggungan : .......... orang
5. Pendidikan Formal Terakhir :
a. SD/ Sederajat = ....................... tahun
b. SLTP/ Sederajat = ....................... tahun
c. SLTA/ Sederajat = ....................... tahun
d. Akademi/ Diploma / PT = ....................... tahun
e. Tidak Sekolah = ....................... tahun
6. Pekerjaan Utama :
a. PNS
b. Pegawai Swasta
c. Petani
d. Wirausaha
e. Lainnya : ...............
7. Pekerjaan Sampingan
a. PNS
b. Pegawai Swasta
Kuesioner ini digunakan sebagai bahan SKRIPSI mengenai “ESTIMASI
NILAI KERUGIAN EKONOMI AKIBAT BANJIR LUAPAN SUNGAI
CIDURIAN PADA PERTANIAN PADI SAWAH DI KECAMATAN
KRESEK, KABUPATEN TANGERANG” yang dilakukan oleh Nurul Aini
Muhtar (H44090115), mahasiswa Departemen Ekonomi Sumberdaya dan
Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, IPB. Saya mohon
partisipasi Bapak/ Ibu/ Saudara/ i untuk berkenan mengisi kuesioner ini dengan
teliti dan lengkap sehingga dapat memberikan data yang objektif. Informasi
yang Bapak/ Ibu/ Saudara/ i berikan dijamin kerahasiaannya, tidak untuk
dipublikasikan, dan tidak untuk kepentingan politis. Atas perhatian dan
partisipasi Bapak/ Ibu/ Saudara/ i, Saya ucapkan terima kasih.
67
c. Petani
d. Wirausaha
e. Lainnya : ...............
8. Status Penduduk :
a. Penduduk Asli
b. Penduduk Pendatang, alasan.............................................................
9. Lama Tinggal : ........................ tahun
10. Rata-rata pendapatan per bulan :
Rata-Rata Pendapatan
Pekerjaan Utama Pekerjaan Sampingan
11. Lama Bertani : ........................ tahun
12. Status Lahan : a. Pemilik
b. Penggarap
c. Lainnya, ................
13. Luas Lahan: a. ............................. = ............................. m²
b. ............................. = ............................. m²
c. ............................. = ............................. m²
B. Informasi Mengenai Banjir
14. Dalam 1 tahun terakhir berapa kali banjir? Bulan apa saja? Apa
penyebabnya?
......................................................................................................................
15. Dalam 5 tahun terakhir, kapan banjir yang terparah? Apa penyebabnya?
......................................................................................................................
16. Apakah lahan pertanian Anda mengalami kerusakan akibat banjir?
......................................................................................................................
17. Kerusakan apa saja yang Anda alami pada lahan pertanian akibat banjir?
......................................................................................................................
18. Ketika banjir terjadi, apakah musim tanam / musim panen?
......................................................................................................................
19. Berapa kali Anda mengalami banjir di tahun ini antara bulan Januari
hingga Mei?
......................................................................................................................
20. Berapa lama daerah Anda mengalami banjir ? (hari/jam)
......................................................................................................................
21. Berapa kedalaman banjir yang Anda alami? (cm)
......................................................................................................................
22. Berapa jarak lahan pertanian Anda ke Sungai Cidurian? (km)
......................................................................................................................
23. Apakah Anda memiliki keinginan untuk bermitigasi?
......................................................................................................................
68
C. Kerugian Ekonomi Akibat Banjir
24. Kerusakan pada lahan pertanian
a. ............................. = ............................. m²
b. ............................. = ............................. m²
c. ............................. = ............................. m²
25. Harga lahan pertanian
Lahan Pertanian / Harga Lahan (m²)
Perikanan Sebelum Banjir Setelah Banjir
a. Pertanian
- Padi
- Lainnya : .................
26. Adakah upaya perbaikan yang Anda lakukan terhadap kerusakan yang
ditimbulkan di lahan pertanian Anda?
a. Ada
b. Tidak
Upaya Perbaikan Biaya Perbaikan
Pertanian
1. 1.
2. 2.
3. 3.
27. Adakah upaya pencegahan yang Anda lakukan agar banjir tidak merusak
lahan pertanian Anda lagi?
a. Ada
b. Tidak
Upaya Pencegahan Biaya Pencegahan
Pertanian
1. 1.
2. 2.
3. 3.
28. Apakah ada iuran wajib di sekitar wilayah Anda untuk program
pencegahan banjir?
a. Ya, berapa? ..........................................................................................
b. Tidak
29. Apakah terjadi perubahan pada produktivitas tanaman pangan padi akibat
banjir?
a. Ya
b. Tidak
30. Jika ya, apakah terjadi peningkatan produktivitas atau penurunan
produktivitas tanaman pangan padi?
Peningkatan padi ................... /Ha menjadi ................... /Ha
Penurunan padi ................... /Ha menjadi ................... /Ha
31. Berapa produksi tanaman pangan yang gagal panen?
......................................................................................................................
69
32. Berapakah harga produk pertanian per kg?
Lahan Pertanian / Harga produk (kg)
Perikanan Sebelum Banjir Setelah Banjir
a. Pertanian
- Padi
- Lainnya : .................
33. Berapa penerimaan Anda pada saat kondisi normal?
......................................................................................................................
Hasil penjualan padi (Jumlah produksi x harga jual) =
................... kg x Rp ................... /kg
34. Pascabencana banjir, berapa besanya penerimaan Anda?
......................................................................................................................
Hasil penjualan padi (Jumlah produksi x harga jual) =
................... kg x Rp ................... /kg
35. Jika ada penerimaan lainnya, berapa besarnya pascabencana banjir?
......................................................................................................................
D. Penilaian Kondisi Lingkungan Pertanian
36. Dampak apa saja yang Anda rasakan akibat bencana banjir?
Keterangan Sebelum Terjadi
Banjir
Setelah Terjadi
Banjir (Sekarang)
SOSIAL
1. Hubungan dengan
masyarakat
2. Keamanan
3. Penyimpangan sosial
4. Kegiatan gotong royong
atau kerja bakti
5. Lainnya: ....................
37. Kondisi lahan pertanian Anda sebelum terjadi banjir?
a. Sangat buruk
b. Buruk
c. Baik
d. Sangat baik
e. Alasan, .....................................................................................................
38. Kondisi lahan pertanian Anda setelah terjadi banjir?
a. Sangat buruk
b. Buruk
c. Baik
d. Sangat baik
e. Alasan, .....................................................................................................
39. Bagaimana kebersihan lingkungan Anda sebelum terjadi banjir?
a. Sangat kotor
b. Kotor
c. Bersih
70
d. Sangat bersih
e. Alasan, .....................................................................................................
40. Bagaimana kebersihan lingkungan Anda setelah terjadi banjir?
a. Sangat kotor
b. Kotor
c. Bersih
d. Sangat bersih
e. Alasan, .....................................................................................................
41. Apakah ada tindakan dari masyarakat setempat dengan adanya banjir
tahunan tersebut?
a. Ada
b. Tidak ada
c. Alasan, .....................................................................................................
42. Apakah ada peran pemerintah Kecamatan Kresek atas terjadinya banjir
tahunan tersebut?
a. Ada
b. Tidak ada
c. Alasan, .....................................................................................................
43. Dampak negatif apa saja yang Anda ketahui akibat adanya banjir tahunan
tersebut?
a. Mengganggu kenyamanan dan keindahan lingkungan
b. Menimbulkan pencemaran air
c. Berkembangnya bibit penyakit
d. Lainnya, sebutkan ...................................................................................
44. Apakah dengan terjadi banjir tahunan tersebut memberikan gangguan
terhadap aktivitas dan kehidupan anda sehari-hari?
a. Sangat tidak mengganggu
b. Mengganggu
c. Sangat mengganggu
e. Alasan, .....................................................................................................
71
E. Biaya Produksi Pertanian
No Kegiatan
Sebelum
Banjir
Setelah
Banjir
Harga
Satuan
(Sebelum)
Harga
Satuan
(Setelah) MT1 MT2 MT1 MT2
I Biaya Produksi
A Biaya Tenaga Kerja
Pembibitan
Olah Tanah
Penanaman
Pemupukan
Penyiangan
Pengairan
Pengendalian HPT
Pemanenan
B Biaya Saprodi
Bibit/benih
Kapur
Pupuk
Kandang
Urea
Kujang
TSP/SP 36
Lainnya.............
Pestisida
Trobost/PPC
Karbofuran
Furadan
Lainnya.............
Jumlah biaya produksi
II Hasil Produksi
Harga Per Kwintal
Jumlah hasil produksi
III Keuntungan Usahatani
Jumlah hasil produksi -
jumlah biaya produksi
Lam
pir
an 2
Pen
erim
aan r
esponden
pet
ani
pem
ilik
seb
elum
ban
jir
No R
esponden
L
ahan
Mil
ik S
endir
i (h
a)
Has
il P
roduksi
(kw
) H
arga
Jual
Pro
duk (
Rp/k
w)
Pen
erim
aan
(R
p)
2
6.0
0
300.0
0
500 0
00
150 0
00 0
00
4
1.0
0
55.0
0
380 0
00
20 9
00 0
00
8
0.0
6
3.0
0
400 0
00
1 2
00 0
00
9
0.1
5
6.0
0
400 0
00
2 4
00 0
00
10
0.2
0
12.0
0
400 0
00
4 8
00 0
00
13
0.2
9
13.7
0
400 0
00
5 4
80 0
00
15
0.2
5
10.0
0
400 0
00
4 0
00 0
00
18
1.0
0
40.0
0
400 0
00
16 0
00 0
00
20
0.1
0
8.0
0
400 0
00
3 2
00 0
00
21
0.5
0
20.0
0
400 0
00
8 0
00 0
00
22
3.0
0
120.0
0
400 0
00
48 0
00 0
00
23
1.0
0
40.0
0
400 0
00
16 0
00 0
00
24
1.5
0
50.0
0
400 0
00
20 0
00 0
00
25
0.2
7
13.9
0
400 0
00
5 5
60 0
00
26
0.4
0
20.0
0
400 0
00
8 0
00 0
00
27
0.6
0
36.0
0
400 0
00
14 4
00 0
00
28
0.7
0
40.0
0
400 0
00
16 0
00 0
00
30
0.3
0
15.0
0
400 0
00
6 0
00 0
00
32
1.0
0
50.0
0
400 0
00
20 0
00 0
00
33
0.4
0
15.0
0
400 0
00
6 0
00 0
00
36
0.2
0
10.3
0
420 0
00
4 3
26 0
00
39
0.7
0
36.0
0
420 0
00
15 1
20 0
00
41
1.0
0
30.0
0
420 0
00
12 6
00 0
00 72
73
No R
esponden
L
ahan
Mil
ik S
endir
i (h
a)
Has
il P
roduksi
(kw
) H
arga
Jual
Pro
duk (
Rp/k
w)
Pen
erim
aan
(R
p)
42
1.0
0
47.5
0
420 0
00
19 9
50 0
00
43
1.0
0
52.0
0
500 0
00
26 0
00 0
00
44
1.5
0
77.0
0
450 0
00
34 6
50 0
00
45
1.0
0
50.0
0
380 0
00
19 0
00 0
00
52
0.5
0
30.0
0
400 0
00
12 0
00 0
00
57
0.8
0
40.0
0
400 0
00
16 0
00 0
00
59
2.0
0
91.0
0
380 0
00
34 5
80 0
00
61
0.8
3
43.0
0
380 0
00
16 3
40 0
00
63
0.2
0
10.5
0
500 0
00
5 2
50 0
00
64
0.1
0
4.0
0
500 0
00
2 0
00 0
00
72
0.8
0
50.0
0
400 0
00
20 0
00 0
00
73
1.0
0
50.0
0
450 0
00
22 5
00 0
00
76
0.8
0
48.0
0
400 0
00
19 2
00 0
00
80
0.4
0
24.0
0
450 0
00
10 8
00 0
00
82
1.5
0
65.0
0
400 0
00
26 0
00 0
00
83
0.5
0
22.0
0
400 0
00
8 8
00 0
00
84
0.5
0
24.0
0
400 0
00
9 6
00 0
00
Tota
l 35.0
5
1 7
26.9
0
16 5
50
000.0
0
710 6
56 0
00.0
0
Rat
a-ra
ta
0.8
8
43.1
7
413
750.0
0
17 7
66 4
00.0
0
73
74
Lam
pir
an 3
Pen
erim
aan r
esponden
pet
ani
pen
ggar
ap s
ebel
um
ban
jir
No
Res
ponden
L
ahan
Gar
apan
(ha)
H
asil
Pro
duksi
(kw
) H
arga
Jual
Pro
duk (
Rp/k
w)
Pen
erim
aan (
Rp)
1
0.2
0
10.0
0
360 0
00
3 6
00 0
00
3
1.5
0
53.0
0
300 0
00
15 9
00 0
00
4
5.0
0
250.0
0
380 0
00
95 0
00 0
00
5
3.0
0
135.0
0
380 0
00
51 3
00 0
00
6
0.4
0
24.0
0
300 0
00
7 2
00 0
00
7
2.5
0
100.0
0
350 0
00
35 0
00 0
00
11
2.0
0
100.0
0
400 0
00
40 0
00 0
00
12
1.5
0
71.2
5
400 0
00
28 5
00 0
00
13
0.5
0
23.7
5
400 0
00
9 5
00 0
00
14
0.3
0
14.2
5
400 0
00
5 7
00 0
00
16
0.3
5
15.0
0
400 0
00
6 0
00 0
00
17
0.3
0
14.0
0
400 0
00
5 6
00 0
00
19
0.4
0
15.0
0
390 0
00
5 8
50 0
00
25
1.0
0
51.5
0
400 0
00
20 6
00 0
00
26
0.5
0
26.0
0
400 0
00
10 4
00 0
00
29
0.2
0
10.0
0
400 0
00
4 0
00 0
00
31
0.5
0
30.0
0
400 0
00
12 0
00 0
00
34
0.2
0
7.0
0
400 0
00
2 8
00 0
00
35
1.0
0
42.0
0
400 0
00
16 8
00 0
00
36
0.1
0
6.9
0
420 0
00
2 8
98 0
00
37
0.4
0
16.0
0
420 0
00
6 7
20 0
00
38
0.8
0
38.0
0
420 0
00
15 9
60 0
00
39
0.3
0
14.0
0
420 0
00
5 8
80 0
00
74
75
No
Res
ponden
L
ahan
Gar
apan
(ha)
H
asil
Pro
duksi
(kw
) H
arga
Jual
Pro
duk (
Rp/k
w)
Pen
erim
aan (
Rp)
40
0.5
0
27.0
0
420 0
00
11 3
40 0
00
41
0.5
0
25.0
0
420 0
00
10 5
00 0
00
42
1.0
0
38.0
0
420 0
00
15 9
60 0
00
43
1.5
0
60.0
0
500 0
00
30 0
00 0
00
44
0.5
0
28.0
0
450 0
00
12 6
00 0
00
45
2.5
0
96.0
0
380 0
00
36 4
80 0
00
46
1.0
0
50.0
0
450 0
00
22 5
00 0
00
47
1.5
0
70.0
0
450 0
00
31 5
00 0
00
48
0.1
5
7.2
0
450 0
00
3 2
40 0
00
49
0.1
4
7.1
4
450 0
00
3 2
13 0
00
50
0.1
0
5.1
0
450 0
00
2 2
95 0
00
51
0.1
5
8.0
0
450 0
00
3 6
00 0
00
53
0.2
0
12.0
0
400 0
00
4 8
00 0
00
54
0.2
0
12.0
0
400 0
00
4 8
00 0
00
55
0.3
0
15.6
0
400 0
00
6 2
40 0
00
56
0.3
0
16.0
0
400 0
00
6 4
00 0
00
58
3.0
0
120.0
0
380 0
00
45 6
00 0
00
60
0.2
5
5.0
0
400 0
00
2 0
00 0
00
62
1.5
0
60.0
0
380 0
00
22 8
00 0
00
65
0.2
5
10.0
0
500 0
00
5 0
00 0
00
66
0.2
0
8.0
0
500 0
00
4 0
00 0
00
67
0.1
5
6.0
0
500 0
00
3 0
00 0
00
68
1.0
0
60.0
0
400 0
00
24 0
00 0
00
69
0.5
0
40.0
0
400 0
00
16 0
00 0
00
75
76
No
Res
ponden
L
ahan
Gar
apan
(ha)
H
asil
Pro
duksi
(kw
) H
arga
Jual
Pro
duk (
Rp/k
w)
Pen
erim
aan (
Rp)
70
1.5
0
80.0
0
400 0
00
32 0
00 0
00
71
1.0
0
40.0
0
400 0
00
16 0
00 0
00
74
0.5
0
26.0
0
450 0
00
11 7
00 0
00
75
1.5
0
78.0
0
450 0
00
35 1
00 0
00
77
3.0
0
178.0
0
400 0
00
71 2
00 0
00
78
0.5
0
28.0
0
400 0
00
11 2
00 0
00
79
0.4
0
18.0
0
400 0
00
7 2
00 0
00
81
0.1
6
10.0
0
400 0
00
4 0
00 0
00
Tota
l 48.9
0
2 3
10.6
9
22 5
90
000.0
0
923 4
76 0
00.0
0
Rat
a-ra
ta
0.8
9
42.0
1
410
727.2
7
16 7
90 4
72.7
3
76
77
L
ampir
an 4
Pen
erim
aan r
esponden
pet
ani
pem
ilik
lah
an s
etel
ah b
anji
r
No
Res
pon
den
Lah
an M
ilik
Sen
dir
i (h
a)
Has
il P
roduksi
Seb
elum
Ban
jir
(kw
)
Keh
ilan
gan
Pro
duksi
(kw
)
Has
il P
rod
uksi
Set
elah
Ban
jir
(kw
)
Har
ga
Jual
Pro
duk
Pas
ca (
Rp/k
w)
Pen
erim
aan (
Rp)
2
6.0
0
300.0
0
100
.00
200.0
0
380 0
00
76 0
00 0
00
4
1.0
0
55.0
0
25
.00
30.0
0
400 0
00
12 0
00 0
00
8
0.0
6
3.0
0
0.2
5
2.7
5
310 0
00
852 5
00
9
0.1
5
6.0
0
3.0
0
3.0
0
300 0
00
900 0
00
10
0.2
0
12.0
0
2.0
0
10.0
0
300 0
00
3 0
00 0
00
13
0.2
9
13.7
0
6.5
0
7.2
0
300 0
00
2 1
60 0
00
15
0.2
5
10.0
0
4.0
0
6.0
0
350 0
00
2 1
00 0
00
18
1.0
0
40.0
0
20
.00
20.0
0
350 0
00
7 0
00 0
00
20
0.1
0
8.0
0
4.0
0
4.0
0
350 0
00
1 4
00 0
00
21
0.5
0
20.0
0
10
.00
10.0
0
300 0
00
3 0
00 0
00
22
3.0
0
120.0
0
60
.00
60.0
0
400 0
00
24 0
00 0
00
23
1.0
0
40.0
0
40
.00
0.0
0
400 0
00
0
24
1.5
0
50.0
0
20
.00
30.0
0
300 0
00
9 0
00 0
00
25
0.2
7
13.9
0
8.8
0
5.1
0
300 0
00
1 5
30 0
00
26
0.4
0
20.0
0
10
.00
10.0
0
450 0
00
4 5
00 0
00
27
0.6
0
36.0
0
18
.00
18.0
0
450 0
00
8 1
00 0
00
28
0.7
0
40.0
0
10
.00
30.0
0
450 0
00
13 5
00 0
00
30
0.3
0
15.0
0
1.0
0
14.0
0
450 0
00
6 3
00 0
00
32
1.0
0
50.0
0
20
.00
30.0
0
450 0
00
13 5
00 0
00
33
0.4
0
15.0
0
5.0
0
10.0
0
450 0
00
4 5
00 0
00
36
0.2
0
10.3
0
1.3
0
9.0
0
400 0
00
3 6
00 0
00
39
0.7
0
36.0
0
7.0
0
29.0
0
380 0
00
11 0
20 0
00
77
78
No
Res
pon
den
Lah
an M
ilik
Sen
dir
i (h
a)
Has
il P
roduksi
Seb
elum
Ban
jir
(kw
)
Keh
ilan
gan
Pro
duksi
(kw
)
Has
il P
rod
uksi
Set
elah
Ban
jir
(kw
)
Har
ga
Jual
Pro
duk
Pas
ca (
Rp/k
w)
Pen
erim
aan (
Rp)
41
1.0
0
30.0
0
7.0
0
23.0
0
380 0
00
8 7
40 0
00
42
1.0
0
47.5
0
14
.00
33.5
0
380 0
00
12 7
30 0
00
43
1.0
0
52.0
0
7.0
0
45.0
0
400 0
00
18 0
00 0
00
44
1.5
0
77.0
0
15
.00
62.0
0
400 0
00
24 8
00 0
00
45
1.0
0
50.0
0
10
.00
40.0
0
400 0
00
16 0
00 0
00
52
0.5
0
30.0
0
15
.00
15.0
0
380 0
00
5 7
00 0
00
57
0.8
0
40.0
0
15
.00
25.0
0
380 0
00
9 5
00 0
00
59
2.0
0
91.0
0
21
.00
70.0
0
370 0
00
25 9
00 0
00
61
0.8
3
43.0
0
21
.00
22.0
0
370 0
00
8 1
40 0
00
63
0.2
0
10.5
0
3.5
0
7.0
0
400 0
00
2 8
00 0
00
64
0.1
0
4.0
0
1.5
0
2.5
0
400 0
00
1 0
00 0
00
72
0.8
0
50.0
0
5.0
0
45.0
0
380 0
00
17 1
00 0
00
73
1.0
0
50.0
0
15
.00
35.0
0
400 0
00
14 0
00 0
00
76
0.8
0
48.0
0
15
.00
33.0
0
400 0
00
13 2
00 0
00
80
0.4
0
24.0
0
11
.00
13.0
0
400 0
00
5 2
00 0
00
82
1.5
0
65.0
0
25
.00
40.0
0
400 0
00
16 0
00 0
00
83
0.5
0
22.0
0
11
.00
11.0
0
400 0
00
4 4
00 0
00
84
0.5
0
24.0
0
10
.00
14.0
0
400 0
00
5 6
00 0
00
Tota
l 35.0
5
1 7
26.9
0
597.8
5
1 1
29.0
5
15
260 0
00.0
0
438 7
72 5
00.0
0
Rat
a-ra
ta
0.8
8
43.1
7
14.9
5
28.2
3
381 5
00.0
0
10 9
69 3
12.5
0
78
79
L
ampir
an 5
Pen
erim
aan r
esponden
pet
ani
pen
ggar
ap s
etel
ah b
anji
r
No
Res
pon
den
Lah
an
Gar
apan
(ha)
Has
il P
roduksi
Seb
elum
Ban
jir
(kw
)
Keh
ilan
gan
Pro
duksi
(kw
)
Has
il P
roduksi
Set
elah
Ban
jir
(kw
)
Har
ga
Jual
Pro
duk
Pas
ca (
Rp/k
w)
Pen
erim
aan (
Rp)
1
0.2
0
10.0
0
1.5
0
8.5
0
360 0
00
3 0
60 0
00
3
1.5
0
53.0
0
5.1
5
47.8
5
400 0
00
19 1
40 0
00
4
5.0
0
250.0
0
35
.00
215.0
0
400 0
00
86 0
00 0
00
5
3.0
0
135.0
0
24
.00
111.0
0
400 0
00
44 4
00 0
00
6
0.4
0
24.0
0
6.0
0
18.0
0
400 0
00
7 2
00 0
00
7
2.5
0
100.0
0
40
.00
60.0
0
300 0
00
18 0
00 0
00
11
2.0
0
100.0
0
47
.00
53.0
0
300 0
00
15 9
00 0
00
12
1.5
0
71.2
5
6.0
0
65.2
5
300 0
00
19 5
75 0
00
13
0.5
0
23.7
5
10
.00
13.7
5
300 0
00
4 1
25 0
00
14
0.3
0
14.2
5
5.0
0
9.2
5
350 0
00
3 2
37 5
00
16
0.3
5
15.0
0
6.0
0
9.0
0
350 0
00
3 1
50 0
00
17
0.3
0
14.0
0
2.0
0
12.0
0
300 0
00
3 6
00 0
00
19
0.4
0
15.0
0
7.5
0
7.5
0
400 0
00
3 0
00 0
00
25
1.0
0
51.5
0
13
.00
38.5
0
300 0
00
11 5
50 0
00
26
0.5
0
26.0
0
0.0
0
26.0
0
450 0
00
11 7
00 0
00
29
0.2
0
10.0
0
3.0
0
7.0
0
450 0
00
3 1
50 0
00
31
0.5
0
30.0
0
5.0
0
25.0
0
450 0
00
11 2
50 0
00
34
0.2
0
7.0
0
2.0
0
5.0
0
380 0
00
1 9
00 0
00
35
1.0
0
42.0
0
15
.00
27.0
0
380 0
00
10 2
60 0
00
36
0.1
0
6.9
0
0.9
0
6.0
0
400 0
00
2 4
00 0
00
37
0.4
0
16.0
0
7.0
0
9.0
0
400 0
00
3 6
00 0
00
38
0.8
0
38.0
0
15
.00
23.0
0
400 0
00
9 2
00 0
00
79
80
No
Res
pon
den
Lah
an
Gar
apan
(ha)
Has
il P
roduksi
Seb
elum
Ban
jir
(kw
)
Keh
ilan
gan
Pro
duksi
(kw
)
Has
il P
roduksi
Set
elah
Ban
jir
(kw
)
Har
ga
Jual
Pro
duk
Pas
ca (
Rp
/kw
)
Pen
erim
aan (
Rp)
39
0.3
0
14.0
0
3.0
0
11.0
0
380 0
00
4 1
80 0
00
40
0.5
0
27.0
0
5.0
0
22.0
0
380 0
00
8 3
60 0
00
41
0.5
0
25.0
0
8.0
0
17.0
0
380 0
00
6 4
60 0
00
42
1.0
0
38.0
0
16
.00
22.0
0
380 0
00
8 3
60 0
00
43
1.5
0
60.0
0
10
.00
50.0
0
400 0
00
20 0
00 0
00
44
0.5
0
28.0
0
0.0
0
28.0
0
400 0
00
11 2
00 0
00
45
2.5
0
96.0
0
31
.00
65.0
0
400 0
00
26 0
00 0
00
46
1.0
0
50.0
0
10
.00
40.0
0
400 0
00
16 0
00 0
00
47
1.5
0
70.0
0
30
.00
40.0
0
450 0
00
18 0
00 0
00
48
0.1
5
7.2
0
2.1
0
5.1
0
450 0
00
2 2
95 0
00
49
0.1
4
7.1
4
2.0
0
5.1
4
450 0
00
2 3
13 0
00
50
0.1
0
5.1
0
1.5
0
3.6
0
450 0
00
1 6
20 0
00
51
0.1
5
8.0
0
2.0
0
6.0
0
450 0
00
2 7
00 0
00
53
0.2
0
12.0
0
3.0
0
9.0
0
380 0
00
3 4
20 0
00
54
0.2
0
12.0
0
3.0
0
9.0
0
380 0
00
3 4
20 0
00
55
0.3
0
15.6
0
5.0
0
10.6
0
380 0
00
4 0
28 0
00
56
0.3
0
16.0
0
5.0
0
11.0
0
380 0
00
4 1
80 0
00
58
3.0
0
120.0
0
40
.00
80.0
0
370 0
00
29 6
00 0
00
60
0.2
5
5.0
0
1.5
0
3.5
0
370 0
00
1 2
95 0
00
62
1.5
0
60.0
0
15
.00
45.0
0
370 0
00
16 6
50 0
00
65
0.2
5
10.0
0
3.0
0
7.0
0
400 0
00
2 8
00 0
00
66
0.2
0
8.0
0
2.0
0
6.0
0
400 0
00
2 4
00 0
00
67
0.1
5
6.0
0
2.0
0
4.0
0
400 0
00
1 6
00 0
00
80
81
No
Res
pon
den
Lah
an
Gar
apan
(ha)
Has
il P
roduksi
Seb
elum
Ban
jir
(kw
)
Keh
ilan
gan
Pro
duksi
(kw
)
Has
il P
roduksi
Set
elah
Ban
jir
(kw
)
Har
ga
Jual
Pro
duk
Pas
ca (
Rp
/kw
)
Pen
erim
aan (
Rp)
68
1.0
0
60.0
0
20
.00
40.0
0
380 0
00
15 2
00 0
00
69
0.5
0
40.0
0
2.0
0
38.0
0
380 0
00
14 4
40 0
00
70
1.5
0
80.0
0
15
.00
65.0
0
380 0
00
24 7
00 0
00
71
1.0
0
40.0
0
15
.00
25.0
0
380 0
00
9 5
00 0
00
74
0.5
0
26.0
0
26
.00
0.0
0
400 0
00
0
75
1.5
0
78.0
0
78
.00
0.0
0
400 0
00
0
77
3.0
0
178.0
0
54
.00
124.0
0
400 0
00
49 6
00 0
00
78
0.5
0
28.0
0
10
.00
18.0
0
400 0
00
7 2
00 0
00
79
0.4
0
18.0
0
4.5
0
13.5
0
400 0
00
5 4
00 0
00
81
0.1
6
10.0
0
3.0
0
7.0
0
280 0
00
1 9
60 0
00
Tota
l 48.9
2310.6
9
683.6
5
1 6
27.0
4
21 1
70 0
00.0
0
416 7
72 5
00
.00
Rat
a-ra
ta
0.8
9
42.0
1
12.4
3
29.5
8
384 9
09.0
9
10 4
19 3
12
.50
81
Lampiran 6 Biaya produksi responden petani pemilik sebelum banjir
No
Responden
Biaya Produksi
Biaya Tenaga Kerja
(Rp) Biaya Saprodi (Rp) Total Biaya (Rp)
2 12 220 000 8 730 000 20 950 000
4 2 450 000 1890 000 4 340 000
8 236 000 250 000 486 000
9 318 000 350 000 668 000
10 600 000 325 000 925 000
13 740 000 375 500 1 115 500
15 435 000 450 000 885 000
18 1 520 000 1 390 000 2 910 000
20 273 000 330 000 603 000
21 1 220 000 1 052 500 2 272 500
22 6 300 000 3 660 000 9 960 000
23 1 000 000 1 500 000 2 500 000
24 3 695 000 1 890 000 5 585 000
25 682 000 343 000 1 025 000
26 992 000 540 000 1 532 000
27 1 660 000 912 000 2 572 000
28 1 976 000 1 019 000 2 995 000
30 645 000 555 000 1 200 000
32 2 090 000 1 435 000 3 525 000
33 1 520 000 577 000 2 097 000
36 426 000 319 000 745 000
39 1 795 000 924 500 2 719 500
41 2 820 000 1 320 000 4 140 000
42 2 570 000 1 550 000 4 120 000
43 2 500 000 1 360 000 3 860 000
44 3 610 000 1 965 000 5 575 000
45 2 470 000 1 445 000 3 915 000
52 1 005 000 1 085 000 2 090 000
57 2 128 000 1 010 000 3 138 000
59 4 480 000 2 770 000 7 250 000
61 2 158 000 1 231 000 3 389 000
63 480 000 314 500 794 500
64 315 000 200 000 515 000
72 1 600 000 1 133 000 2 733 000
73 2 400 000 1 360 000 3 760 000
76 2 535 000 1 035 000 3 570 000
80 1 120 000 650 000 1 770 000
82 3 900 000 2 077 500 5 977 500
82
83
No
Responden
Biaya Produksi (Rp)
Biaya Tenaga Kerja
(Rp) Biaya Saprodi (Rp) Total Biaya (Rp)
83 1300 000 687 500 1 987 500
84 1 300 000 687 500 1 987 500
Total 81 484 000.00 50 698 500.00 132 182 500.00
Rata-rata 2 037 100.00 1 267 462.50 3 304 562.50
Lampiran 7 Biaya produksi responden petani penggarap sebelum banjir
No
Responden
Biaya Produksi (Rp)
Biaya Tenaga
Kerja (Rp)
Biaya
Saprodi
(Rp)
Biaya
Penggarap
(Rp)
Total Biaya
(Rp)
1 775 000 325 000 162 500 937 500
3 1 530 000 1 620 000 810 000 2 340 000
4 11 250 000 5 637 500 2 818 750 14 068 750
5 6 000 000 1 950 000 975 000 6 975 000
6 800 000 1 020 000 510 000 1 310 000
7 2 500 000 2 587 500 1 293 750 3 793 750
11 4 840 000 2 520 000 1 260 000 6 100 000
12 2 760 000 2 117 500 1 058 750 3 818 750
13 950 000 720 000 360 000 1 310 000
14 790 000 444 000 222 000 1 012 000
16 600 000 600 000 300 000 900 000
17 750 000 410 000 205 000 955 000
19 1 068 000 749 000 374 500 1 442 500
25 2 350 000 1 435 000 717 500 3 067 500
26 1 195 000 717 500 358 750 1 553 750
29 460 000 383 000 191 500 651 500
31 1 095 000 665 000 332 500 1 427 500
34 480 000 257 500 128 750 608 750
35 1 970 000 1 700 000 850 000 2 820 000
36 253 000 201 000 100 500 353 500
37 845 000 604 000 302 000 1 147 000
38 1 770 000 1 164 000 582 000 2 352 000
39 336 000 495 000 247 500 583 500
40 1 115 000 750 000 375 000 1 490 000
41 1 180 000 650 000 325 000 1 505 000
42 2 510 000 1 232 500 616 250 3 126 250
43 3 395 000 1 871 500 935 750 4 330 750
44 1 285 000 632 500 316 250 1 601 250
45 5 750 000 2 800 000 1 400 000 7 150 000
46 2 230 000 1 150 000 575 000 2 805 000
84
No
Responden
Biaya Produksi (Rp)
Biaya Tenaga
Kerja (Rp)
Biaya
Saprodi
(Rp)
Biaya
Penggarap
(Rp)
Total Biaya
(Rp)
47 2 840 000 1 845 000 922 500 3 762 500
48 311 000 210 000 105 000 416 000
49 313 000 196 000 98 000 411 000
50 253 000 140 000 70 000 323 000
51 293 000 250 000 125 000 418 000
53 420 000 285 000 142 500 562 500
54 420 000 340 000 170 000 590 000
55 780000 420 000 210 000 990 000
56 800 000 450 000 225 000 1 025 000
58 5 400 000 3 570 000 1 785 000 7 185 000
60 580 000 315 000 157 500 737 500
62 3 600 000 1 957 500 978 750 4 578 750
65 450 000 345 000 172 500 622 500
66 400 000 267 000 133 500 533 500
67 390 000 110 000 55 000 445 000
68 2 400 000 1 343 000 671 500 3 071 500
69 1 530 000 650 000 325 000 1 855 000
70 3 125 000 1 950 000 975 000 4 100 000
71 2 150 000 1 872 500 936 250 3 086 250
74 1 585 000 750 000 375 000 1 960 000
75 3 830 000 1 744 000 872 000 4 702 000
77 7 800 000 3 210 000 1 605 000 9 405 000
78 1 300 000 700 000 350 000 1 650 000
79 1 000 000 560 000 280 000 1 280 000
81 420 000 235 000 117 500 537 500
Total 105 222 000.00
30 562 000.00 135 784 000.00
Rata-rata 1 913 127.27
555 672.73 2 468 800.00
Lampiran 8 Biaya perbaikan responden petani pemilik
No
Responden
Perbaikan Tenaga
Kerja (Rp)
Perbaikan Saprodi
(Rp)
Total Biaya
Perbaikan (Rp)
2 3 600 000 4 180 000 7 780 000
4 913 000 343 000 1 256 000
8 56 000 76 000 132 000
9 140 000 130 000 270 000
10 120 000 325 000 445 000
13 145 000 493 000 638 000
15 190 000 460 000 650 000
18 680 000 635 000 1 315 000
85
No
Responden
Perbaikan Tenaga
Kerja (Rp)
Perbaikan Saprodi
(Rp)
Total Biaya
Perbaikan (Rp)
20 90 000 410 000 500 000
21 260 000 1 000 000 1 260 000
22 6 300 000 2 440 000 8 740 000
23 1 000 000 1 500 000 2 500 000
24 780 000 500 000 1 280 000
25 513 000 121 000 634 000
26 728 000 382 000 1 110 000
27 1 660 000 840 000 2 500 000
28 1 330 000 490 000 1 820 000
30 400 000 1 100 000 1 500 000
32 760 000 1 240 000 2 000 000
33 300 000 400 000 700 000
36 280 000 380 000 660 000
39 556 500 493 500 1 050 000
41 753 000 580 000 1 333 000
42 1 300 000 950 000 2 250 000
43 420 000 300 000 720 000
44 562 500 937 500 1 500 000
45 200 000 371 000 571 000
52 300 000 500 000 800 000
57 1 492 500 1 007 500 2 500 000
59 780 000 320 000 1 100 000
61 729 000 596 000 1 325 000
63 292 000 250 000 542 000
64 200 000 100 000 300 000
72 144 000 320 000 464 000
73 600 000 340 000 940 000
76 950 000 750 000 1 700 000
80 545 000 420 000 965 000
82 2 500 000 2 050 000 4 550 000
83 800 000 650 000 1 450 000
84 800 000 650 000 1 450 000
Total 34 169 500.00 29 030 500.00 63 200 000.00
Rata-rata 854 237.50 725 762.50 1 580 000.00
86
Lampiran 9 Biaya perbaikan responden petani penggarap
No
Responden
Perbaikan Tenaga
Kerja (Rp)
Perbaikan Saprodi
(Rp)
Total Biaya
Perbaikan (Rp)
1 184 000 220 000 404 000
3 2 410 000 750 000 3 160 000
4 4 567 000 1 717 000 6 284 000
5 3 000 000 1 025 000 4 025 000
6 214 000 500 000 714 000
7 250 000 1 675 000 1 925 000
11 400 000 600 000 1 000 000
12 640 000 1 020 000 1 660 000
13 355 000 1 207 000 1 562 000
14 398 000 497 000 895 000
16 200 000 300 000 500 000
17 200 000 340 000 540 000
19 267 000 386 000 653 000
25 1 387 000 329 000 1 716 000
26 912 000 478 000 1 390 000
29 290 000 195 000 485 000
31 680 000 320 000 1 000 000
34 225 000 250 000 475 000
35 600 000 1 400 000 2 000 000
36 140 000 190 000 330 000
37 450 000 1 550 000 2 000 000
38 1 060 000 480 000 1 540 000
39 238 500 211 500 450 000
40 650 000 300 000 950 000
41 377 000 290 000 667 000
42 1 300 000 950 000 2 250 000
43 630 000 450 000 1 080 000
44 187 500 312 500 500 000
45 500 000 929 000 1 429 000
46 1 200 000 1 300 000 2 500 000
47 800 000 1 200 000 2 000 000
48 325 000 210 000 535 000
49 300 000 196 000 496 000
50 225 000 140 000 365 000
51 400 000 250 000 650 000
53 445 000 520 000 965 000
54 300 000 550 000 850 000
55 570 000 420 000 990 000
56 500 000 400 000 900 000
58 1 100 000 1 800 000 2 900 000
87
No
Responden
Perbaikan Tenaga
Kerja (Rp)
Perbaikan Saprodi
(Rp)
Total Biaya
Perbaikan (Rp)
60 575 000 300 000 875 000
62 1 700 000 1 200 000 2 900 000
65 400 000 150 000 550 000
66 370 000 125 000 495 000
67 253 000 110 000 363 000
68 1 700 000 780 000 2 480 000
69 1 900 000 625 000 2 525 000
70 1 900 000 690 000 2 590 000
71 875 000 865 000 1 740 000
74 2 600 000 750 000 3 350 000
75 3 900 000 1 500 000 5 400 000
77 380 000 150 000 530 000
78 950 000 350 000 1 300 000
79 720 000 280 000 1 000 000
81 252 000 400 000 652 000
Total 47 352 000.00 34 133 000.00 81 485 000.00
Rata-rata 860 945.45 620 600.00 1 481 545.45
Lampiran 10 Produktivitas padi responden petani pemilik
Keterangan Produktivitas Sebelum Banjir Produktivitas Setelah Banjir
No
Res
Luas
(ha)
Hasil
Produksi
(kw)
Produktivitas
(kw/ha)
Hasil
Produksi
(kw)
Produktivitas
(kw/ha)
2 6.00 300.00 50.00 200.00 33.33
4 1.00 55.00 55.00 30.00 30.00
8 0.06 3.00 50.00 2.75 45.83
9 0.15 6.00 40.00 3.00 20.00
10 0.20 12.00 60.00 10.00 50.00
13 0.29 13.70 47.24 7.20 24.83
15 0.25 10.00 40.00 6.00 24.00
18 1.00 40.00 40.00 20.00 20.00
20 0.10 8.00 80.00 4.00 40.00
21 0.50 20.00 40.00 10.00 20.00
22 3.00 120.00 40.00 60.00 20.00
23 1.00 40.00 40.00 0.00 0.00
24 1.50 50.00 33.33 30.00 20.00
25 0.27 13.90 51.48 5.10 18.89
26 0.40 20.00 50.00 10.00 25.00
27 0.60 36.00 60.00 18.00 30.00
28 0.70 40.00 57.14 30.00 42.86
30 0.30 15.00 50.00 14.00 46.67
88
No
Res
Luas
(ha)
Hasil
Produksi
(kw)
Produktivitas
(kw/ha)
Hasil
Produksi
(kw)
Produktivitas
(kw/ha)
32 1.00 50.00 50.00 30.00 30.00
33 0.40 15.00 37.50 10.00 25.00
36 0.20 10.30 51.50 9.00 45.00
39 0.70 36.00 51.43 29.00 41.43
41 1.00 30.00 30.00 23.00 23.00
42 1.00 47.50 47.50 33.50 33.50
43 1.00 52.00 52.00 45.00 45.00
44 1.50 77.00 51.33 62.00 41.33
45 1.00 50.00 50.00 40.00 40.00
52 0.50 30.00 60.00 15.00 30.00
57 0.80 40.00 50.00 25.00 31.25
59 2.00 91.00 45.50 70.00 35.00
61 0.83 43.00 51.81 22.00 26.51
63 0.20 10.50 52.50 7.00 35.00
64 0.10 4.00 40.00 2.50 25.00
72 0.80 50.00 62.50 45.00 56.25
73 1.00 50.00 50.00 35.00 35.00
76 0.80 48.00 60.00 33.00 41.25
80 0.40 24.00 60.00 13.00 32.50
82 1.50 65.00 43.33 40.00 26.67
83 0.50 22.00 44.00 11.00 22.00
84 0.50 24.00 48.00 14.00 28.00
Total 35.05 1671.90 1973.10 1074.05 1260.09
Rata-
rata 0.88 41.80 49.33 26.85 31.50
89
Lampiran 11 Produktivitas padi responden petani penggarap
Keterangan Produktivitas Sebelum Banjir Produktivitas Setelah Banjir
No
Res
Luas
(ha)
Hasil
Produksi
(kw)
Produktivitas
(kw/ha)
Hasil
Produksi
(kw)
Produktivitas
(kw/ha)
1 0.20 10.00 50.00 8.50 42.50
3 1.50 53.00 35.33 47.85 31.90
4 5.00 250.00 50.00 215.00 43.00
5 3.00 135.00 45.00 111.00 37.00
6 0.40 24.00 60.00 18.00 45.00
7 2.50 100.00 40.00 60.00 24.00
11 2.00 100.00 50.00 53.00 26.50
12 1.50 71.25 47.50 65.25 43.50
13 0.50 23.75 47.50 13.75 27.50
14 0.30 14.25 47.50 9.25 30.83
16 0.35 15.00 42.86 9.00 25.71
17 0.30 14.00 46.67 12.00 40.00
19 0.40 15.00 37.50 7.50 18.75
25 1.00 51.50 51.50 38.50 38.50
26 0.50 26.00 52.00 26.00 52.00
29 0.20 10.00 50.00 7.00 35.00
31 0.50 30.00 60.00 25.00 50.00
34 0.20 7.00 35.00 5.00 25.00
35 1.00 42.00 42.00 27.00 27.00
36 0.10 6.90 69.00 6.00 60.00
37 0.40 16.00 40.00 9.00 22.50
38 0.80 38.00 47.50 23.00 28.75
39 0.30 14.00 46.67 11.00 36.67
40 0.50 27.00 54.00 22.00 44.00
41 0.50 25.00 50.00 17.00 34.00
42 1.00 38.00 38.00 22.00 22.00
43 1.50 60.00 40.00 50.00 33.33
44 0.50 28.00 56.00 28.00 56.00
45 2.50 96.00 38.40 65.00 26.00
46 1.00 50.00 50.00 40.00 40.00
47 1.50 70.00 46.67 40.00 26.67
48 0.15 7.20 48.00 5.10 34.00
49 0.14 7.14 51.00 5.14 36.71
50 0.10 5.10 51.00 3.60 36.00
51 0.15 8.00 53.33 6.00 40.00
53 0.20 12.00 60.00 9.00 45.00
54 0.20 12.00 60.00 9.00 45.00
55 0.30 15.60 52.00 10.60 35.33
90
No
Res
Luas
(ha)
Hasil
Produksi
(kw)
Produktivitas
(kw/ha)
Hasil
Produksi
(kw)
Produktivitas
(kw/ha)
56 0.30 16.00 53.33 11.00 36.67
58 3.00 120.00 40.00 80.00 26.67
60 0.25 5.00 20.00 3.50 14.00
62 1.50 60.00 40.00 45.00 30.00
65 0.25 10.00 40.00 7.00 28.00
66 0.20 8.00 40.00 6.00 30.00
67 0.15 6.00 40.00 4.00 26.67
68 1.00 60.00 60.00 40.00 40.00
69 0.50 40.00 80.00 38.00 76.00
70 1.50 80.00 53.33 65.00 43.33
71 1.00 40.00 40.00 25.00 25.00
74 0.50 26.00 52.00 0.00 0.00
75 1.50 78.00 52.00 0.00 0.00
77 3.00 178.00 59.33 124.00 41.33
78 0.50 28.00 56.00 18.00 36.00
79 0.40 18.00 45.00 13.50 33.75
81 0.16 10.00 62.50 7.00 43.75
Total 48.90 2310.69 2675.42 1627.04 1896.83
Rata-
rata 0.89 42.01 48.64 29.58 34.49
91
Lampiran 12 Hasil model regresi
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 11.366 1.025
11.091 .000
jss -.257 .048 -.389 -5.381 *.000 .565 1.769
luban .533 .073 .517 7.326 *.000 .594 1.684
tiban .156 .120 .084 1.304 **.196 .709 1.410
lamban .244 .176 .076 1.392 **.168 .992 1.008
uspad .123 .128 .056 .960 .340 .875 1.143
a. Dependent Variable: rugi
*nyata pada taraf α = 1%
**nyata pada taraf α = 20%
Uji Normalitas
H0: Data residual berdistribusi normal
H1: Data residual tidak berdistribusi normal
Asymp. Sig. (2-tailed)= 0.842 > α 20% maka data residual menyebar normal
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 84
Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation .48216654
Most Extreme Differences Absolute .067
Positive .067
Negative -.054
Kolmogorov-Smirnov Z .616
Asymp. Sig. (2-tailed) .842
a. Test distribution is Normal.
92
Uji F
Hipotesis uji:
H0: Semua variabel bebas Xi tidak berpengaruh nyata terhadap variabel Y
H1: Semua variabel bebas Xi berpengaruh nyata terhadap variabel Y
Pvalue (0.000) < α 20% maka tolak H0 artinya semua variabel bebas Xi berpengaruh
nyata terhadap variabel Y (model signifikan).
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 64.513 5 12.903 52.155 .000a
Residual 19.296 78 .247
Total 83.809 83
a. Predictors: (Constant), uspad, lamban, luban, tiban, jss
b. Dependent Variable: rugi
93
Uji Multikolinearitas
Hasil regresi menunjukkan bahwa tidak ada masalah multikolinearitas karena VIF
semua variabel bebas kurang dari 10 (VIF < 10)
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 11.366 1.025
11.091 .000
jss -.257 .048 -.389 -5.381 .000 .565 1.769
luban .533 .073 .517 7.326 .000 .594 1.684
tiban .156 .120 .084 1.304 .196 .709 1.410
lamban .244 .176 .076 1.392 .168 .992 1.008
uspad .123 .128 .056 .960 .340 .875 1.143
a. Dependent Variable: rugi
Uji Heteroskedastisitas
Nilai Pvalue (0.336) > α 20% sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
heteroskedastisitas pada model
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression .459 5 .092 1.161 .336a
Residual 6.165 78 .079
Total 6.624 83
a. Predictors: (Constant), uspad, lamban, luban, tiban, jss
b. Dependent Variable: abresid
Uji Autokorelasi
Nilai Durbin-Watson hasil regresi (1.635) menunjukkan tidak terjadi autokorelasi
pada model karena berada pada selang antara 1.55 dan 2.46 (Firdaus 2004)
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .877a .770 .755 .497 1.635
a. Predictors: (Constant), uspad, lamban, luban, tiban, jss
b. Dependent Variable: rugi
94
Lampiran 13 Dokumentasi penelitian
Kondisi Setelah Banjir
Sumber: penulis 2013
Ketua kelompok tani sedang
menunjukkan hasil padi yang akan
dipanen setelah banjir
Sumber: penulis 2013
Kualitas hasil padi yang buruk setelah
banjir
Sumber: penulis 2013
Lahan sawah yang sudah dipanen
setelah banjir
Sumber: penulis 2013
Lahan sawah di Desa Koper yang
mengalami keterlambatan panen
Sumber: penulis 2013
Pengairan sawah menggunakan sistem
pompanisasi
Sumber: penulis 2013
Kondisi lahan pertanian di Desa
Renged Kecamatan Kresek
95
Kondisi Setelah Banjir
Sumber: penulis 2013
Tanggul Sungai Cidurian
Sumber: penulis 2013
Tanggul Sungai Cidurian
Kegiatan Wawancara dengan Petani
Sumber: penulis 2013
Wawancara dengan petani di Desa
Kresek
Sumber: penulis 2013
Wawancara dengan petani di Desa
Renged
Sumber: penulis 2013
Wawancara dengan petani di Desa
Talok
Sumber: penulis 2013
Wawancara dengan petani di Desa
Koper
96
Kondisi Saat Banjir
Sumber: Ketua poktan 2013
Banjir di lahan sawah
Sumber: Kecamatan Kresek 2013
Banjir yang terjadi pada saluran irigasi
Sumber: Kecamatan Kresek 2013
Tanggul Sungai Cidurian yang rusak
Sumber: Kecamatan Kresek 2013
Kondisi lahan pertanian saat banjir
97
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama lengkap Nurul Aini Muhtar, dilahirkan di Bogor pada
tanggal 31 Mei 1991 sebagai anak kedua dari tiga bersaudara pasangan
Muhtarman dan Sumaryani. Penulis mengawali pendidikan di TK Miftahussalam
Bogor dan melanjutkan ke pendidikan dasar di Sekolah Dasar Rimba Putra tahun
1997-2003. Penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama
Negeri 6 Bogor dan lulus pada tahun 2006. Penulis kemudian melanjutkan
pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri 5 Bogor dan lulus pada tahun 2009.
Penulis melanjutkan kuliah di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi
Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri tahun 2009 dan diterima sebagai
mahasiswi di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas
Ekonomi dan Manajemen.
Selama menjadi mahasiswa, penulis juga aktif dalam kegiatan organisasi
kemahasiswaan. Penulis pernah aktif sebagai anggota Divisi Musik Gentra
Kaheman tahun 2010 dan Staff Divisi Entrepreneurship Resource and
Environmental Economics Student Association (REESA) tahun 2011-2012. Selain
itu, penulis aktif sebagai panitia kegiatan mahasiswa dan peserta pada berbagai
kegiatan seminar serta lomba karya tulis ilmiah seperti Program Kreativitas
Mahasiswa (PKM). Penulis menerima beasiswa Bantuan Belajar Mahasiswa
(BBM) pada tahun 2010-2011 dan Peningkatan Prestasi Akademik (PPA) pada
tahun 2012-2013.