esofagitis

32
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Oesophagitis merupakan peradangan pada kerongkongan atau oesophagus. Penyakit ini umum terjadi diakbatkan oleh terjadinya refluks asam lambung atau isi intestinal lainnya. Tetapi bukan hanya itu saja penyebab terjadinya oesophagitis. Banyak faktor-faktor lain yang dapat menyebabkan terjadinya oesophagitis. Bahkan penyakit ini dapat terjadi akibat penurunan system imun dan akibat dari penyakit lain seperti HIV/AIDS. Banyak orang yang mungkin tidak terlalu memperdulikan penyakit ini, dikarenakan terkadang penyakit ini dapat sembuh dengan sendirinya. Tetapi apabila penyakit ini terjadi akibat suatu pemicu yang cukup berbahaya dan berlangsung berulang-ulang, ini dapat merugikan si penderita bahkan dapat menyebabkan kematian. I.2. Rumusan Masalah 1.Apakah penyebab terjadinya oesophagitis ? 2.Bagaimanakah gejala dan tanda dari oesophagitis ? 3.Bagaimanakah teknik pemeriksaan pada oesophagitis ? 1

description

esofagitis

Transcript of esofagitis

Page 1: esofagitis

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Oesophagitis merupakan peradangan pada kerongkongan atau oesophagus.

Penyakit ini umum terjadi diakbatkan oleh terjadinya refluks asam lambung atau

isi intestinal lainnya. Tetapi bukan hanya itu saja penyebab terjadinya

oesophagitis. Banyak faktor-faktor lain yang dapat menyebabkan terjadinya

oesophagitis. Bahkan penyakit ini dapat terjadi akibat penurunan system imun dan

akibat dari penyakit lain seperti HIV/AIDS.

Banyak orang yang mungkin tidak terlalu memperdulikan penyakit ini,

dikarenakan terkadang penyakit ini dapat sembuh dengan sendirinya. Tetapi

apabila penyakit ini terjadi akibat suatu pemicu yang cukup berbahaya dan

berlangsung berulang-ulang, ini dapat merugikan si penderita bahkan dapat

menyebabkan kematian.

I.2. Rumusan Masalah

1. Apakah penyebab terjadinya oesophagitis ?

2. Bagaimanakah gejala dan tanda dari oesophagitis ?

3. Bagaimanakah teknik pemeriksaan pada oesophagitis ?

I.3. Tujuan

I.3.1. Tujuan Umum

Tujuan umum pembuatan karya tulis ilmiah mengenai teknik pemeriksaan

prostat ini adalah untuk memenuhi tugas akhir “modul diagnostik fisik”

semester empat.

I.3.2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui penyebab terjadinya oesophagitis

2. Mengetahui gejala dan tanda-tanda terjadinya oesophagitis

3. Mengetahui pemeriksaan-pemeriksaan yang dilakukan pada oesophagitis

1

Page 2: esofagitis

I.4. Manfaat

Dengan mempelajari tentang penyakit oesophagitis ini, penulis dan pembaca

dapat mengetahui tentang penyebab, gejala dan tanda, serta pemeriksaan apa saja

yang digunakan pada kasus ini meliputi:

Selain itu penulis dan pembaca mengetahui bagaimana teknik dari masing-

masing pemeriksaan dan bagaimana interpretasi dari hasil pemeriksaan tersebut.

I.5. Sistematika penulisan

Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis membuat sistematika penulisan

sebagai berikut :

BAB 1 : Bab ini adalah bab yang membahas pendahuluan. Dimana

dalam bab ini akan dibahas tentang latar belakang pembuatan

karya tulis ilmiah ini. Kemudian penulis menjelaskan apa saja

yang menjadi masalah dalam rumusan masalah. Tujuan dalam

pembuatan karya tulis ilmiah ini dijabarkan dalam tujuan umum

dan tujuan khususnya. Selain itu, penulis juga menjelaskan

manfaat penulisan karya tulis ilmiah ini, baik untuk penulis

maupun untuk pembaca. Dan terakhir, akan dibahas tentang

sistematika penulisan dalam menulis karya tulis ilmiah ini.

BAB 2 : Bab ini membahas tentang tinjauan pustaka mengenai dasar-

dasar teori yang dibutuhkan untuk membahas masalah yang

penulis angkat. Pada bab ini akan dibahasa mengenai anatomi

oesophagus, histologi oesophagus, fisiologi oesophagus,

definisi, etiologi, gejala serta tanda, jenis-jenis, diagnosa, dan

penatalaksanaan oesophagitis.

BAB 3 : Bab ini membahas tentang kasus atau permasalahan yang

penulis angkat. Pada bab ini akan ada sebuah trigger yang

nantinya akan memicu penulis untuk membuat anamanesa serta

menentukan diagnosa dan penatalaksanaan yang akan dilakukan

pada kasus ini.

2

Page 3: esofagitis

BAB 4 : Pada bab ini terdapat kesimpulan dari karya tulis ilmiah ini

serta saran yang diberikan penulis baik untuk penulis sendiri

maupun untuk pembaca.

3

Page 4: esofagitis

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Anatomi Oesophagus

Oesophagus merupakan lanjutan dari faring dan lanjut beralih menjadi

gaster. Oesophagus berawal pada bidang median setingi tepi bawah cartilago

cricoidea dan melintas ke inferior menjadi gaster pada ostium cardiacum.

Oesophagus terletak antara trachea dan corpora vertebrarum cervicalioum. Pada

bagian sebelah kanannya bersentuhan dengan pleura cervicalis di pangkal leher

dan disebelah kirinya antara pleura dan oesophagus terdapat ductus thoracicus

dibelakang arteri subclavia.

Organ ini berbentuk seperti tabung. Merupakan organ muscular dan

berdinding tebal yang terdiri dari tunika mucosa dan tunika muscularis. Bagian

superiornya terdiri dari otot lurik dan bagian distalnya terdiri dari otot polos.

Memilik 2 sphincter yaitu juncture pharyngo-oesophageal pada bagian superior

dan sphincter oeso-gastrica pada bagian inferior. Oesophagus memiliki 3

penyempitan, yaitu :

Pharyngo-esophageal joint

Pada saat arcus aorta dan bronchus pulmonaris sinistra menyilangi

oesophagus

Pada saat oesophagus menembus diaphragma untuk lanjut menjadi gaster

Oesophagus divascularisasikan oleh a.thyroidea superior dan a.gastrica sinistra.

Sumber : www.imaios.com Sumber : health.detik.com

4

Page 5: esofagitis

II.2. Histologi Oesophagus

Oesophagus merupakan saluran yang relatif lurus dan memiliki panjang

kurang lebih 25cm. Pada bagian atasnya berhubungan dengan faring pada tepi

bawah cartilage cricoid, kemudian melalui leher bagian bawah dan mediastinum

toraks lalu menembus diafragma sampai akhirnya bermuara ke lambung.

Dindingnya terdiri beberapa lapisan yaitu tunika mukosa, tunika submukosa, dan

tunika muskularis eksterna.

Epitel mukosa merupakan epitel berlapis gepeng tidak bertanduk sebagai

lanjutan dari epitel yang melapisi faring dan tampak tebal (sekitar 300 mikron

atau mikrometer). Tunika submukosa mengandung serat-serat elastin dan pada

esophagus yang kosong, terlihat beberapa lipatan memanjang, memberikan ciri

khusus pada lumen esophagus yang tampaknya tidak teratur. Ketika esophagus

melebar (dilatasi), agar dapat dilewati oleh gumpalan makanan, lipatan

longitudinal tersebut menjadi rata (licin).

Pada sepertiga bagian atas esophagus, seluruh serat ototnya merupaka otot

rangka, bergaris lintang dan susunannya sering bervariasi. Pada sepertiga bagian

tengah, berkas serat otot polos bercampur dengan otot rangka dan jumlah serat

otot polos ini makin lama makin bertambah sampai akhirnya hanya serat otot

polos yang terdapat pada sepertiga bagin bawah esophagus. Pada ujung atas dan

ujung bawah esophagus terdapat lapisan otot sirkular yang menebal dan menjadi

sfingter superior (sfingter faring-esophagus) dan sfingter inferior (sfingter

esophagus-gastrika). Sfingter-sfingter ini berfungsi untuk mencegah terjadinya

aliran balik dari gaster ke esophagus dan dari esophagus ke faring.

Sumber : www.scoopweb.com Sumber : www.mh-hannover.de

5

Page 6: esofagitis

Sumber : tobias-lib.uni-tuebingen.de

II.3. Fisiologi Oesophagus

Oesophagus merupakan suatu saluran berotot yang relatif lurus dan

terbentang dari faring ke lambung. Pada kedua ujung oesophagus dijaga oleh

sphincter yaitu suatu struktur otot berbentuk cincin yang berfungsi untuk

mencegah terjadinya aliran balik sesuatu zat yang telah melewatinya.

Oesophagus memiliki dua fungsi, yaitu untuk menghantarkan bolus

makanan dari mulut ke lambung dan untuk mencegah terjadinya aliran balik

makanan yang telah melalui saluran pencernaan. Oesophagus dan faring berkaitan

erat pada saat terjadinya proses menelan.

Tahap oesophagus pada proses menelan dimulai setelah terjadinya tahap

orofaring yaitu kurang lebih 1 detik setelah proses menelan. Pusat menelan

memicu gelombang peristaltik primer yang menyapu dari pangkal ke ujung

oesophagus, mendorong bolus atau gumpalan makanan agar masuk ke oesophagus

dan lanut ke lambung. Kata peristaltic merujuk kepada suatu kontraksi otot polos

sirkular berbentuk cincin yang bergerak progresif maju dan mendorong bolus.

Gelombang peristaltic memerlukan waktu sekitar 5 sampai 9 detik untuk

mencapai ujung bawah dari oesophagus. Perambatan gelombang ini dikontrol oleh

pusat menelan dengan persarafan melalui nervus vagus. Jika bolus yang tertelan

berukuran cukup besar dan lengket, maka akan terjadi gelombang peristaltik

akibat terjadinya peregangan pada dinding oesophagus.

6

Page 7: esofagitis

Sumber : geneticworlds.blogspot.com

II.4. Definisi Oesophagitis

Oesophagitis merupakan suatu peradangan pada mukosa oesophagus yang

dapat bersifat akut atau kronis, dan dijumpai dalam berbagai keadaan termasuk

dalam gangguan motilitas. Suatu jenis oesophagitis yang tidak berbahaya dapat

terjadi setelah menelan cairan panas. Sensasi panas substernal biasanya terjadi

dalm waktu singkat dan dikaitkan dengan edema superficial serta

esophagospasme. Jenis oesophagitis yang paling sering dijumpai biasanya

disebabkan oleh refluks asam lambung atau biasa disebut juga gastroesophageal

refluks. Disamping itu terdapat pula oesophagitis lain seperti yang disebabkan

oleh candida, virus, bakteri, dan akibat dari pengobatan yang pernah dilakukan

sebelumnya.

II.5. Etiologi Oesophagitis

Penyebab oesophagitis yang paling sering dijumpai adalah akibat dari

terjadinya refluks asam lambung. Yang disebabkan oleh sphincter oesophagus

bagian bawah bekerja kurang baik. Selain itu oesophagitis juga dapat disebabkan

oleh candida yang biasaya terjadi pada penderita HIV atau pada penderita diabetes

mellitus.

Oesophagitis juga dapat disebabkan oleh virus dan bakteri. Virus yang

biasanya memicu terjadinya oesophagitis adalah virus herpes simpleks dan bakteri

7

Page 8: esofagitis

yang biasanya menyebabkan terjadinya oesophagitis adalah bakteri-bakteri seperti

Lactobacillys dan streptococcus beta hemoliticus pada pejamu dengan tanggap

imun yang lemah.

Kejadian oesophagitis ini juga dapat dipicu akibat penggunaan obat atau

terapi yang pernah dilakukan sebelumnya misalnya akibat radiasi pada

pemeriksaan paru atau terjadinya korosif akibat penggunaan obat-obatan kaustik

seperti alkali dan asam kuat.

II.6. Gejala dan Tanda

Walaupun ada beberapa penyebab terjadinya oeosphagitis, tetapi pada

umumnya gejala dan tanda yang dirasakan akibat terjadinya oeosphagitis tersebut

sama. Adanya rasa panas di dada, rasa panas di ulu hati adalah gejala yang khas

dan disebabkan oleh kontak bahan yang mengalir kembali dengan mukosa

oesophagus yang menglami inflamasi. Nyeri dada seperti angina atau yang tidak

khas dapat terjadi pada beberapa pasien sedangkan lainnya mungkin tidak

mengalami rasa panas di ulu hati atau nyeri dada.

Gejala-gejala lain yang timbul adalah disfagia, adinofagia, terasa nyeri dan

pahit saat menelan. Pada beberapa penderita mengeluh dapat merasakan jalannya

makanan yang ditelan dari kerongkongan ke lambung, rasa nyeri retrosternal yang

menyebar sampai ke daerah skapula atau terasa disepanjang vertebra torakalis,

sinistra.

II.7. Jenis-jenis Oesophagitis

II.7.1. Oesophagitis Refluks

Terjadi akibat inflamasi mukosa esofagus yang disebabkan oleh refluks

cairan lambung atau isi intestinal ke dalam oesophagus. Cairan ini

mengandung asam pepsin atau cairan empedu. Ini merupakan bentuk

oesophagitis yang paling sering dijumpai. Ada 3 pertimbangan yang

melibatkan patofisiologi oesophagitis refluks yaitu pathogenesis episode

refluks oesophagus, refluks oesophagus kumulatif atau murni, dan

pathogenesis oesophagitis.

8

Page 9: esofagitis

Dua keadaan yang harus dijumpai agar episode refluks terjadi adalah isi

lambung harus siap untuk refluks, dan mekanisme anti refluks pada ujung

bawah oesophagus harus menurun. Isi lambung akan sangat mungkin

berefluks apabila volume lambung meningkat, isi lambung terletak dekat

dengan sambungan gastroesofagus, dan apabila tekanan lambung meningkat.

Refluks oesophagus murni atau kumulatif adalah jumlah dan lamanya

materi berbahaya yang direfluksikan, yang tinggal didalam oesophagus

tergantung pada jumlah materi yang direfluksikan per-episode, frekuensi

episode refluks, kecepatan pembersihan oesophagus oleh gravitasi dan

kontraksi peristaltic, dan netralisasi asam lambung oleh sekresi kelenjar air

liur.

Oesophagitis merupakan komplikasi refluks, dan oesophagitis berkembang

jika pertahanan mukosa yang normalnya menimbangi efek perlukaan oleh obat

pada mukosa oesophagus mengalahkan serangan gencar pepsin asam atau

empedu yang direfluksikan.

Sumber : www.kolombus.fi

II.7.2. Oesophagitis Virus

Virus herpes simpleks tipe I dan tipe II dapat menjadi penyebab

oesophagitis pada pasien imunosupresi. Pasien ini biasanya mengeluh

timbulnya nyeri dada yang akut, odinofagia dan disfagia. Perdarahan dapat

terjadi pada kasus yang berat dan terjadi manifestasi sistemik seperti nausea,

9

Page 10: esofagitis

vomitus, demam, menggigil, dan leukositosis ringan. Infeksi persisten dapat

menyebabkan superinfeksi dari mukosa oesophagus yang gundul dengan

jamur atau bakteri.

Virus varisela zoster (VZV) kadang dapat menimbulkan oesophagitis pada

anak dengan cacar air dan orang dewasa dengan herpes zoster. VZV

oesophageal juga dapat menjadi sumber infeksi VZV adanya gejala pada kulit.

Pada pejamu dengan tanggap imun yang lemah, oesophagitis VZV dapat

menyebabkan vesikel dan ulkus yang berkumpul dan biasanyasembuh secara

spontan, tetapi dapat menyebabkan oesophagitis nekrotik pada pasien dengan

gangguan imunitas yang berat.

Infeksi sitomegalivirus (CMV) hanya terjadi pada pasien dengan tanggap

imun yang lemah. CMV biasanya diaktifkan dari stadium laten atau mungkin

didapat dari transfuse produk darah, lesi CMV mula-mula tampak sebagai

ulkus serpiginosa pada mukosa yang tidak normal. Ulkus ini berkumpul

membentuk ulkus raksasa terutama pada oesophagus bagian distal. Virus

mengenai fibroblast submukosa dan sel endotel pembuluh darah tetapi bukan

sel epitel.

Sumber : en.wikipedia.org

II.7.3. Oesophagitis Bakterial

Oesophagitis bacterial jarang terjadi, tetapi biasanya dapat terjadi akibat

lactobacillus dan streptococcus beta hemolitikus pada pasien dengan tanggap

10

Page 11: esofagitis

imun yang lemah. Pada pasien dengan granulositopenik berat dan pasien

dengan kanker, oeosophagitis bacterial seringkali terlewatkan karena biasanya

terjadi bersamaan dengan organism lain seperti virus dan jamur, dan karena

bakteri sulit untuk diidentifikasikan pada pemeriksaan histology rutin.

II.7.4. Oesophagitis Candida

Beberapa spesies candida adalah komensal normal pada oesophagus tetapi

dapat menjadi patogenik sehingga dapat menimbulkan oesophagitis pada

keadaan defisiensi imun. Dalam hal ini termasuk HIV, neoplasma maligna,

diabetes mellitus, hipoparatiroidisme, sistemik lupus eritematosus, dan

hemoglobinopati. Terkadang oesophagitis candida monolial dapat terjadi

tanpa adanya faktor predisposisi diatas. Pasien mungin asimtomatik atau

mengeluk odinofagia dan disfagia. Sariawan atau tanda candidiasis

mukokutaneus mungkin juga tidak ada. Oesophagitis candida jarang disertai

dengan komplikasi perdarahan oesophagus, perforasi, dan stikura atau dengan

invasi sistemik.

Sumber : www.gastrolab.net

II.7.5. Oesophagitis Radiasi

Merupakan oesophagitis yang biasa terjadi selama pengobatan radiasi pada

paru, mediastina, atau karsinoma oesophagus. Frekuensi dan beratnya

oesophagitis meningkat sesuai dengan jumlah radiasi pada area yang terkena

11

Page 12: esofagitis

radiasi. Disfagia dan odinofagia adalah gejala utama dan dapat berakhir

beberapa minggu sampai beberapa bulan setelah terapi berakhir.

II.7.6. Oesophagitis Korosif

Merupakan oesophagitis yang terjadi akibat mengkonsumsi obat-obat

kaustik seperti alkali dan asam atau basa kuat. Basa kuat menyebabkan

terjadinya nekrosis mencair. Secara histologik dinding esofagus sampai

lapisan otot seolah-olah mencair. Asam kuat yang tertelan akan menyebabkan

nekrosis menggumpal secara histologik dinding esofagus sampai lapisan otot

seolah-olah menggumpal. Zat organik (lisol, karbol) menyebabkan edema di

mukosa atau sub mukosa. Asam kuat menyebabkan kerusakan pada lambung

lebih berat dibandingkan dengan kerusakan di esofagus. Sedangkan basa kuat

menimbulkan kerusakan di esofagus lebih berat dari pada lambung.

II.7.7. Oesophagitis akibat penggunaan obat atau pil

Oesophagitis dapat terjadi akibat menelan pil tertentu. Pil atau kapsul yang

ditelan kemudian tertahan di esofagus mengakibatkan timbulnya iritasi dan

inflamasi yang disebabkan oleh penyempitan lumen esofagus oleh desakan

organ-organ di luar esofagus. Obstruksi oleh karena peradangan, tumor atau

akalasia, menelan pil dalam posisi tidaur dapat menyebabkan esofagitis karena

obat. Antibiotik seperti dosisiklin, tetrasiklin dan klindamisin bertanggung

jawab terhadapa sebagian kasus oesophagitis ini. Pil lain yang dapat memicu

terjadinya oesophagitis termasuk aspirin, kalium klorida, fero sulfat, kinidin,

alprenolol, dan berbagai obat anti-inflamasi baik steroid dan non steroid.

II.8. Pemeriksaan Oesophagitis

1. Oesophagitis Refluks

Pemeriksaan esofagoskopi : tidak didapatkan kelainan yang jelas

(blackstone), ciri khas dari esofagitis refluks yaitu peradangan mulai dari

daerah perbatasan esofagus gaster (garisz) ke proksimal daerah esofagus.

Menunjukkan adanya ulkus atau adenokarsinoma pada oesophagus bagian

distal yang dibatasi oleh sel kolumner .

12

Page 13: esofagitis

Pemeriksaan dengan menelan barium : menelan barium biasanya normal

bagi penderita oesophagitis tanpa komplikasi, tetapi dapat menunjukkan

adanya komplikasi stikura atau pembentukan ulkus.

Pemeriksaan radiologik : kontras barium dapat menunjukkan kelainan

yang terjadi pada keadaan pasca operasi.

Pemeriksaan endoskopi : terlihat lesi di mukosa esofagus, mukosa

hipermis, rapuh, erosif, eksudat dan pada kasus yang berat terdapat striktur

dan stenosis

2. Oesophagitis Virus

Dapat dilakukakan beberapa macam pemeriksaan seperti :

Pemeriksaan klinik

Terdapat lesi herpes zooster dimukosa mulut atau di kulit.

Pemeriksaan endoskopi

Menunjukkan bahwa adanya lesi berupa papula, mukosa hipermesis,

vesikel dan ulserasi superficialis berlubang, terpisah, kecil dengan atau

tanpa eksudat fibrinosa.

Pemeriksaan imunohistologi

Pada pemeriksaan histologi rutin, sulit untuk dibedakan tentang VZV

dan HSV, tetapi perbedaan dapat ditentukan dengan menggunakan

pemeriksaan imunohistologi atau pemeriksaan kultur.

Pemeriksaan radiologic

Menunjukkan kelainan yang tidak spesifik.

3. Oesophagitis Bakterial

Dapat dilakukan pemeriksaan histologi, tetapi sulit untuk

membedakannya, karena biasanya oesophagitis bacterial sering

terlewatkan dan terjadi bersamaan dengan organisme lain seperti virus dan

jamur.

4. Oesophagitis Candida

Dapat dilakukan pemeriksaan endoskopi pada oesophagitis candida ini,

sehingga akan tampak mukosa rapuh, eritemateus, mukosa sembab,

berlapiskan selaput tebal dan berwarna putih seperti susu kental tersebar di

seluruh esofagus, terutama pada 2/3 distal, plak kecil berwarna

13

Page 14: esofagitis

kekuningan yang meninggi dengan eritema. Ditemukannya ragi dan hifa

dapat dilakukan pada pemeriksaan dengan menggunakan apusan plak dan

pewarnaan gram serta eksudat.

5. Oesophagitis Radiasi

Dapat melakukan pemeriksaan radiologis dan pemeriksaan endoskopi,

kemudian diitemukannya stikura oesophagus.

6. Oesophagitis Korosif

Dapat melakukakan pemeriksaan oesophagogram dan pemeriksaan

endoskopi, kemudian ditemukan adanya perforasi atau mediastinitis serta

perdarahan.

7. Oesophagitis karena obat

Dapat melakukan pemeriksaan oesophagoskopi. Pada pemeriksaan ini

akan dilihat bahwa terdapat edema lokal dengan eritem, lesi erosif dengan

pseudomembran atau eksudat.

II.9. Diagnosa Oesophagitis

Evaluasi refluks oesophagitis dilakukan untuk menilai ada dan beratnya

refluks, sifat bahan yang mengalir kembali, ada dan beratnya oesophagitis, serta

patologis refluks. Adanya refluks dapat diketahui dari anamnesis. Refluks spontan

dari lambung ke dalam oesophagus pada pemeriksaan barium menunjukkan

refluks lanjut. Beberapa tes menggunakan rekaman pH lumen oesophagus dengan

elektroda pH kecil yang digunakan untuk mendeteksi dan mengukur refluks asam

lambung. Adanya refluks oesophagus dan komplikasinya ini dapat dinilai dengan

menelan barium, oesophagoskopi,dan biopsi mukosa. Menelan barium biasanya

normal pada oesophagitis tanpa komplikasi, tetapi dapat menunjukkan komplikasi

striktura atau pembentukan ulkus.

Pada penderita oesophagitis virus, perdarahan dapat terjadi pada kasus

berat dan ditemukannya vesikel herpas pada hidung dan bibir terkadang dapat

memberikan petunjuk untuk diagnosa. Diagnosa memerlukan pemeriksaan

endoskopi dan biopsy dari bagian tengah ulkus yang terbentuk akibat virus ini.

Sedangkan pada penderita oesophagitis bakteri adang sulit untuk didiagnosa

karena biasanya terjadi bersama organism lain seperti jamur dan virus. Tetapi

14

Page 15: esofagitis

pada penderita oesophagitis bakteri dengan AIDS, biasanya terjadi inflamasi

nonspesifik dan terjadi ulserasi yang dalam dari oesophagus bagian distal.

Pasien dengan oesophagitis candida mungkin asimtomatik, tetapi diagnose

dapat ditegakkan dengan adanya ragi atau bentuk hifa pada apusan plak dan

pewarnaan eksudat dengan pewarnaan gram. Pemeriksaan kultur mungkin tidak

berguna dalam diagnosis, tetapi dapat membantu untuk menentukan spesies

candida yang menyebabkan oesophagitis ini.

Ditemukannya mukosa oesophagus yang menjadi eritema, edem dan rapuh

dapat membantu menegakkan diagnosa untuk oesophagitis radiasi. Ditemukannya

perforasi dan perdarahan akut dapat menegakkan diagnose bahwa terjadinya

korosi pada oesophagus dan oeosphagitis akibat penggunaan pil.

II.10. Penatalaksanaan Oesophagitis

1. Oesophagitis Refluks

Pengobatan untuk refluks antasida dengan atau tanpa antagonis H2,

receptor. Tindakan pembedahan untuk menghilangkan refluks hnya

dilakukan pada mereka dengan gejala refluks menetap walaupun telah

memberikan pengobatan optimal. Pengobatan refluks basa harus cepat dan

intensif, antara lain pemberian antibiotika, steroid, cairan intravena dan

kemungkinan dilakukan pembedahan, apabila penyakit ini telah

memetasfase (menyebar) di sekitarnya.

2. Oesophagitis Virus

Pengobatan suporatif yaitu dengan memberikan makanan lunak dan cair,

anastesi lokaldiberikan adalah antibiotik selama 2-3 minggu atau 5 hari

bebas demam. Kartikosteroid untuk mencegah terjadinya pembentukan

fibrosis yang berlebihan dan Analgetik. Selain itu yang dilakukan

esofagoskopi pada hari ke-3 setelah kejadian atau bila luka di bibir, mulut

dan faring sudah tenang.

3. Oesophagitis Bakterial

Dikarenakan oesophagitis ini seringkali terlewatkan karena terjadi

bersamaan dengan oesophagitis virus dan jamur, jadi pengobatannya pun

15

Page 16: esofagitis

biasanya dilakukan bersamaan dengan pengobatan oesophagitis virus atau

jamur.

4. Esofagitis Candida

Nystatin 200.000 unit diberikan sebagai obat kumur yang ditelan maupun

yang dimakan setiap 2 jam pada saat pasien tidak sedang tidur, merupakan

pengobatan standar, cukup efektif dan hampir tidak ada efek sampingnya.

Bila pasien resisten terhadap Nystatin, maka pilihan kedua adalah

Flusitosine 100 mg per Kg BB, tiap hari dibagi dalam 3 kali pemberian

setiap sesudah makan, selama 4-6 minggu. Obat-obat antifungal lain yang

dinyatakan efektif yaitu Imidazole, Ketoconazole, Amphotericine dan

Miconazole.

5. Esofagitis radiasi

Pada keadaan akut, pengobatan dilakukan dengan memodifikasi jenis

penyinaran, diit cair dan pemberian analgesik dan anastetik lokal sebelum

tidur atau sebelum makan. Striktur yang terjadi diatasi dengan dilatasi

peroral.

6. Oesophagitis Korosif

Penyembuhan biasanya ditandai dengan adanya stiktura. Umumnya

membutuhkan dilatasi dengan dilator yang dimasukkan melali kawat

penuntun pada striktura.

7. Esofagitis karena obat

Dengan menghentikan pemakaian obat-obat yang dicurigai lesi esofagus

dapat sembuh, dan mengajarkan kepada penderita untuk minum obat

dalam posisi tegak (tidak berbaring) dan disertai air yang cukup banyak.

16

Page 17: esofagitis

BAB III

PEMBAHASAN

Trigger :

Pak Ahmad, laki-laki umur 52 seorang guru SMA datang ke RSI Siti

Rahmah dengan keluhan rasa panas di dada sejak seminggu yang lalu, bertambah

setelah makan,perut terasa kembung dan mual, sering rasa asam dimulut. Nafsu

makan berkurang sejak sakit.

III.1. Identitas pasien

1. Nama : Ahmad

2. Jenis kelamin : Laki-laki

3. Umur : 52 tahun

4. Pekerjaan : Guru SMA

5. Tingggi badan : 165 cm

6. Berat badan : 57 kg

III.2. Anamnesa

1. Keluhan utama

Rasa panas di dada sejak seminggu yang lalu

2. Keluhan Tambahan

Perut terasa kembung dan mual

Sering rasa asam dimulut

Nafsu makan berkurang sejak sakit

3. Riwayat penyakit sekarang

Rasa panas di dada sejak seminggu yang lalu

Perut terasa kembung dan mual

Sering rasa asam dimulut

Nafsu makan berkurang sejak sakit

Tidak ada kelainan buang air besar maupun buang air kecil

Demam (-)

Sesak nafas (-)

17

Page 18: esofagitis

4. Riwayat penyakit dahulu : tidak ada yang penting

5. Riwayat penyakit keluarga : Tidak ada keluarga lain yang sakit seperti

ini

III.3. Pemeriksaan Fisik

Vital Sign

Keadaan Umum : Sedang

Kesadaran : Compos mentis

TD : 110/70 mmHg

HR : 88x/menit pada arteri radialis

RR : 20 x/menit

T : 37°C

Kepala

Mata : konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik

Telinga : tidak ada kelainan

Hidung : tidak ada kelainan

Leher

JVP : normal

KGB : tidak ada pembesaran

Thorax

Paru : dalam batas normal

Jantung : dalam batas normal

Abdomen

Hepar dan lien tidak teraba

Nyeri tekan di epigastrium (+)

Ekstremitas

Superior : Reflex fisiologis (+)

Reflek patologis (-)

Inferior : Reflex fisiologis (+)

Reflek patologis (-)

Edema (-/-)

18

Page 19: esofagitis

III.4. Pemeriksaan penunjang

Darah rutin : dalam batas normal

Urine : dalam batas normal

Kimia darah : dalam batas normal

III.5. Diagnosa

Oesophagitis et causa GERD

III.6. Pemeriksaan anjuran

Pemeriksaan endoskopi

Pemeriksaan radiologic

III.7. Penatalaksanaan

Diet : diet lambung 2

Makanan lunak, tidak merangsang, tidak menggunakan bumbu yang

banyak

Obat

Omeprazol 1x1 : untuk mengurangi produksi asam lambung

Donperidon 3x1 : untuk motilitas lambung, muntah, mengurangi kembung

Sukralfat syrup 3x10cc : untuk melindungi mukosa lambung dan

oesophagus

Makanan yang harus di hindari

oMakanan yang merangsang ( terlalu asam, pedas, mengandung

banyak bumbu )

oKopi, alcohol, coklat

oMinuman yang banyang mengandung gas

19

Page 20: esofagitis

BAB IV

PENUTUPIV.1. Kesimpulan

Oesophagitis merupakan suatu peradangan pada oesophagus. Penyakit ini

dapat terjadi oleh beberapa penyebab seperti karena asam lambung yang naik,

karena virus, bakteri, jamur, radiasi, bahan-bahan korosif seperti alkali, dan

penggunaan obat-obatan berbentuk pil. Factor-faktor pernyebab terjadinya

oesophagitis ini dapat mengakibatkan rusaknya dinding dan sphincter oesophagus

sehingga penderita penyakit ini akan merasakan nyeri pada bagian dada, rasa

asam dan pahit dimulut, nyeri ketika menelan, mual dan muntah akibat naiknya

asam lambung atau isi-isi dari intestinal. Mengkonsumsi alcohol, cokelat, kopi,

makanan yang mengandung banyak bumbu dan asam juga dapat memicu

terjadinya oesophagitis. Oleh karena itu, para penderita oesophagitis dianjurkan

untuk menghindari makanan dan minuman tersebut.

VI.2. Saran

1. Memberikan pengetahuan kepada masyarakat mengenai penyakit

oesophagitis yang dapat terjadi akibat berbagai macam penyebab, bukan

hanya karena mengkonsumsi makanan yang dapat menyebabkan

oesophagitis.

2. Semakin cepat seseorang menyadari mendapati penyakit ini maka

semakin cepat memperoleh penanganan serta kerusakan yang terjadi tidak

semakin besar dan semakin kecil juga komplikasi yang akan

diperolehnya.

20

Page 21: esofagitis

DAFTAR PUSTAKA

o L. Moore, Keith,. M. R. Agur, Anne. Anatomi Klinis Dasar. Jakarta :

Hipokrates, 2002

o W.Tank, Patrick, dan Thomas R.Gest. Atlas Anatomi.Jakarta: Erlangga,

2009

o C. Guyton, Arthur,. E. Hall, John. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi

11. Jakarta: EGC, 2007

o Sherwood, Lauralee. Fisiologi Manusia dari Sel Ke Sistem Edisi 6.

Jakarta: EGC, 2011

o Leeson, C. Roland,. Leeson, Thomas S,. Paparo, Anthony A. Buku Ajar

Histologi Edisi 5. Jakarta: EGC, 1996

o Editor : Prof. dr. Efiaty Arsyad Soepardi, Sp.THT (K), dkk. Buku Ajar

Ilmu Kesehatan Teliga Hidung Tenggorokan Kepala dan Leher Edisi 6.

Jakarta: FKUI, 2007

o Price, Sylvia A., Wilson, Lorainne M. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-

Proses Penyakit Edisi 6. Jakarta: EGC, 2006

o Isselbacher, Kurt J., (et a). Harrison Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit

Dalam Edisi 13. Jakarta: EGC, 2002

o Sudoyo, Aru W. (et al). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi V.

Jakarta : EGC. 2010

o Haryadie, Wahyu Rahmad. Oesophagitis.

http://kampusdokter.blogspot.com/2012/12/ esofagitis.html

o http://geneticworlds.blogspot.com/2012/12/sistem-pencernaan-

manusia_12.html

o http://health.detik.com/read/2009/06/30/115105/1156317/770/benda-

asing-di-esofagus

o http://www.imaios.com/en/e-Anatomy/Thorax-Abdomen-Pelvis/

Mediastinum-Illustrations

o http://medisato.com/id/esofagitis-gejala/

o http://www.gastrolab.net/ku02.htm

21

Page 22: esofagitis

o http://en.wikipedia.org/wiki/Herpes_esophagitis

o http://www.kolumbus.fi/hans/gastrolab/e024.htm

22