ERAIINFO INFO BANK INDONESIA 2 EDISI 52 TAHUN VI 2015 DAFTAR ISI CERMAT KELOLA RUPIAH 06 14 Sorot...
Transcript of ERAIINFO INFO BANK INDONESIA 2 EDISI 52 TAHUN VI 2015 DAFTAR ISI CERMAT KELOLA RUPIAH 06 14 Sorot...
EDIS
I 52
TAH
UN V
I 2
015
W W W . B I . G O . I DG INFOERAI
CERMAT KELOLA NILAI TUKAR
PENGGUNAAN RUPIAH : WAJIB!
SOROT
GERAI INFO BANK INDONESIA2
EDIS
I 52
TAH
UN V
I 2
015
DAFTAR ISICERMAT KELOLA RUPIAH06
14
Sorot
Perspektif 18 BI Peduli20 Potret22 Dinamika24 Aktivitas
25 Etalase 26 Ekspos 27 Rileks
SITUASI GLOBAL GONCANG RUPIAH
BI akan mengelola volatilitas nilai tukar agar tidak berlebihan untuk menghindari ketidakpastian di pasar.
BACA RUBRIK OPINI MEREKA:
Penanggung Jawab : Tirta SegaraPemimpin Redaksi : Peter JacobsRedaksi Pelaksana : Dwi Mukti Wibowo Ernawati Jatiningrum Wahyu Indra Sukma Surya Nanggala Any Ramadhaningsih T. Rafael LardhanaKontributor : Syachman Perdymer Aan Sari Mayani
Redaksi menerima kiriman naskah dan mengedit naskah sebelum dipublikasikan. Naskah dikirim ke [email protected]
Alamat Redaksi : Departemen Komunikasi Bank IndonesiaJl. MH. Thamrin No. 2 Jakarta Contact Center BICARA : (Kode Area) 500131Email : [email protected] : www.bi.go.id @bank_indonesia flip.it/7A9uk bankindonesia BankIndonesiaChannel
RED
AK
SI
Solikin M. JuhroDepartemen Kebijakan
Ekonomi dan Moneter BI
JAGA VOLATILITAS RUPIAHHAL 9
Donny HutabaratDepartemen Pengelolaan
MoneterMENGENAL PASAR
VALUTA ASINGHAL 10
SahminanDepartemen Kebijakan
Ekonomi & Moneter
PENGARUH TRANSAKSI BERJALAN TERHADAP
RUPIAHHAL 16
Dwi Mukti WDepartemen Komunikasi
KAPAN SAJA DI MANA SAJA
HAL 20
Tiurma Natasha A. Hutabarat
Departemen Pengelolaan Devisa
SITUASI GLOBAL GONCANG RUPIAH
HAL 14
Perspektif
GERAI INFO EDISI SATU JUNI 20153
PEDOMAN
MENJAGA KESTABILAN RUPIAH
GERAI INFO BANK INDONESIA
Nilai tukar rupiah terhadap USD sudah mulai menem bus 13 ribu. Tapi, gejolak rupiah masih dalam batas volatilitas yang ditetapkan Bank Indonesia. Volatilitas secara gradual mengindikasikan rupiah te ngah mencari titik ekuili brium baru.
Pelemahan rupiah tidak lepas dari pengaruh defisit transaksi berjalan (current account deficit) yang terjadi selama tiga tahun terakhir. Penyebab utama defisit bertambah ialah impor barang modal untuk infrastruktur sebagai motor pembangunan dari peme rintah sekarang. Tekanan impor minyak yang selama ini menjadi momok seharusnya berkurang secara signifikan karena jatuh nya harga minyak dunia. Ditambah lagi, ada kebijakan pemerintah menaikkan harga bahan bakar bersubsidi.
Tingginya impor membuat kebutuhan terhadap USD semakin kuat sehingga melemahkan rupiah. Karenanya, perlu pengendalian impor dan peningkatan eks por. Dalam hal ini, pemerintah melakukan sejumlah terobosan untuk menyehatkan transaksi berjalan, di antaranya memberikan keringanan pajak (tax allowance) bagi para eksportir.
Mendukung langkah pemerintah tersebut, BI memutuskan mempertahankan suku bunga acuan sebesar 7,50% pada pertengahan April lalu. Kebijakan moneter ini merupakan salah satu cara untuk menahan derasnya impor. Dengan harapan, defisit transaksi berjalan berada pada level yang sustainable.
BI juga menyoroti transaksi valuta asing oleh pelaku usaha di dalam negeri sekitar USD6 miliar per bulan atau lebih dari USD200 juta per hari. Karenanya, BI mewajibkan penggunaan rupiah pada setiap transaksi di wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia.Utang luar negeri yang terus membengkak
juga mempengaruhi stabilitas rupiah. Utang ini hingga Maret lalu mencapai USD298 miliar. Swasta sebagai penyumbang terbesar utang luar negeri sebesar USD162 miliar. Yang perlu diperhatikan, sebagian besar nilai utang tidak dilindungi (hedging) dari risiko kurs.
Untuk menyikapi hal tersebut, BI sudah mengatur transaksi lindung nilai dan penetapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaan utang luar negeri korporasi non bank. Contoh baik datang dari PLN dengan melakukan lin dung nilai utang sebesar USD900 juta pada April lalu. Sebelumnya, di antara BUMN lain yang telah melakukan lindung nilai ialah Garuda Indonesia dan Angkasa Pura.
Indonesia akan menghadapi tantangan dengan kenaikan FFR oleh The Fed tahun ini, yang dapat menarik arus modal dari negara berkembang. Kita juga harus mewaspadai globalisasi dan krisis yang terjadi di negara lain di dunia.
Selain itu, kita juga harus mempersiapkan diri di tingkat regional dengan pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) agar tidak tertinggal.
Kondisi global tidak bisa kita atur. Yang terpenting bagi BI, pemerintah, dan pelaku usaha ialah menjaga stabilitas makroekonomi dan memperkokoh fundamental perekonomian nasional.
Salam Agus D. W. Martowardojo
3
GERAI INFO BANK INDONESIA4
EDIS
I 52
TAH
UN V
I 2
015
EDITORIAL
Selain inflasi, isu nilai tukar seringkali membuat kepala berdenyut. Dolar AS (USD), jika diibaratkan barang, mengikuti konsep pasokan dan permintaan: jika permintaan tinggi maka nilainya akan naik, demikian sebaliknya. Saat ini, kebutuhan akan dolar meningkat, se hingga nilai tukarnya terhadap rupiah menguat. Salah satu tugas Bank Indonesia memang menjaga nilai tukar rupiah. Beberapa kebijakan diluncurkan untuk merespon melemahnya rupiah saat ini.
Konsentrasi masyarakat kebanyakan adalah pada angka nilai tukar rupiah terhadap USD. Padahal, di negara penganut nilai tukar me ngambang seperti Indonesia, justru fluktuasi yang patut dicermati. Sepanjang tidak terlalu ekstrem, artinya memang itulah fundamental nilai tukar kita. Sewaktu-waktu, jika dibutuhkan, BI bisa melakukan kebijakan moneter untuk menjaga agar nilai tukar tetap stabil.
Tapi, tentu saja tidak bijak jika hanya bergantung pada pemerintah. Harus ada keinginan mengubah gaya hidup untuk menjaga kekuatan mata uang negeri sendiri. Uang sebagai alat bayar untuk barang dan jasa menjadi tidak sederhana ketika menembus batas negara.
Dalam hal ini, kebiasaan menggunakan barang impor ikut melemahkan nilai rupiah. Padahal produk dalam negeri seperti tas, sepatu, dan busana tak kalah jika dibandingkan dengan produk sejenis dari luar. Sepanjang masih banyak yang dibeli dari negara asing, tentu saja nilai tukar rupiah terancam goyah.
Di sisi lain, melemahnya nilai tukar mata uang suatu negara diharapkan mampu menaikkan ekspor. Lagi-lagi, kita ditantang untuk memberdayakan seluruh kemampuan agar bisa lebih banyak mengirimkan karya anak bangsa ke luar negeri sekaligus mengurangi konsumerisme terhadap produk impor. Jika ada produk lokal yang bagus dan murah, mengapa harus cari yang mahal?
Konsentrasi masyarakat kebanyakan adalah pada angka nilai tukar rupiah terhadap USD. Padahal, justru fluktuasinya yang patut dicermati.
JAGA FLUKTUASINYA!
Tirta Segara
GERAI INFO BANK INDONESIA5
EDIS
I 52
TAH
UN V
I 2
015
Boni (08128787484) – Media TeleponQ : Apakah pelemahan rupiah saat ini menandakan bahwa Indonesia memasuki krisis seperti pada tahun 1997/1998?
A : Pelemahan rupiah saat ini berbeda dengan yang terjadi pada tahun 1997/1998. Pada saat itu rupiah mengalami overshoot lebih dari 50% dalam waktu singkat (dari Rp2.000 ke Rp15.000, sementara nilai tukar saat ini bergerak lebih gradual. Selain itu, fundamental ekonomi Indonesia saat ini sudah jauh lebih baik dibandingkan 1997/1998, dengan keadaaan perbankan yang juga lebih stabil.
Tamlikho ([email protected]) – Media EmailPT KRAMMENARA PRIMA II bldg. 21st floorJl. DR. Ide Anak Agung Gde Agung Kav. 6.3Setiabudi - Jakarta Selatan 12950
Q : Apakah PBI No 17/3/PBI/2015 melarang pembukuan dalam mata uang asing? Bagaimana pembayaran gaji dan allowance ke expat kami, karena semua pembayaran menggunakan USD?
A : Pada dasarnya PBI ini tidak mengatur terkait pembukuan transaksi perusahaan. PBI No 17/3/PBI/2015 mengatur kewajiban penggunaan rupiah dalam setiap transaksi di wilayah NKRI. Untuk pencantuman harga pada perjanjian, serta perjanjian kerja dengan tenaga asing yang dibuat sebelum 1 Juli 2015 dapat diteruskan sampai masa kontrak berakhir, namun jika dibuat setelah 1 Juli 2015 harus menggunakan rupiah.
GERAI INFO BANK INDONESIA5
EDIS
I 52
TAH
UN V
I 2
015
Endah Pujiastuti - Media Email([email protected])
Q : Transaksi terhadap jasa konsultasi yang diberikan oleh badan usaha asing yang berada di luar negeri kepada badan usaha di Indonesia apakah dapat dilakukan dalam valas?
A : Transaksi demikian dapat dikategorikan sebagai transaksi perdagangan internasional karena kegiatan perdagangan jasa konsultasi yang diberikan telah melampaui batas wilayah negara (cross border supply) sehingga penagihan dan pembayaran dapat dilakukan dengan valas
GERAI INFO BANK INDONESIA6
Sorot
EDIS
I 52
TAH
UN V
I 2
015
GERAI INFO BANK INDONESIA7
Sorot
EDIS
I 52
TAH
UN V
I 2
015
Nilai tukar rupiah yang cenderung melemah terhadap dolar Ame rika Serikat (USD) dalam beberapa bulan terakhir menjadi topik pembahasan yang hangat di masyarakat. Namun, pelemahan nilai tukar tidak hanya dialami Indonesia. Hampir sebagian besar nilai tukar mata uang di ne garanegara maju dan berkembang juga mengalami depresiasi yang cukup dalam terhadap USD.
Dalam tiga tahun terakhir, nilai tukar rupiah terhadap USD mengalami pelemahan hingga menembus angka 13.000. Tercatat, pelemahan nilai tukar rupiah sebesar 5,25% pada kuartal I 2015. Dalam periode yang sama, nilai tukar mata uang euro Eropa, dolar Kanada, dolar Australia, dan ringgit Malaysia melemah lebih tajam terhadap USD dibandingkan nilai tukar rupiah.
Nilai tukar rupiah yang melemah mendorong harga barang impor menjadi mahal sehingga turut memicu kenaikan harga barang dalam negeri. Selain itu, nilai tukar yang melemah menyebabkan jumlah kewajiban pembayaran utang luar negeri perusahaan meningkat.
GLOBAL DAN DOMESTIKNilai tukar rupiah yang
naik dan turun terhadap USD disebabkan oleh pengaruh global dan domestik.
“Fenomena penguatan USD secara global mempe ngaruhi sentimen pasar. Hal ini disebabkan oleh perbaikan ekonomi Amerika pascakrisis keuangan global,” jelas Solikin M. Juhro, Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI. Ketika krisis global terjadi, hampir semua perekonomian negara maju melemah sehingga ba nyak modal yang mengalir ke emerging countries, termasuk Indonesia. Dalam ketidakpastian ekonomi global, indikasi perbaikan ekonomi AS mendorong sentimen positif untuk melakukan relokasi investasi dari negara berkembang ke AS.
Dari sisi domestik, sebagai negara yang sedang membangun, Indonesia masih me ngalami defisit transaksi berjalan (Current Account Deficit/CAD) yang cukup besar. Menurut Solikin, CA (Current Account) pada dasarnya mencerminkan kemampuan dari suatu perekonomian yang sedang tumbuh untuk membiayai aktivitas ekonominya dari keunggulan yang diperoleh dalam per dagangan internasional. Sejak 2 tahun terakhir, angka
defisit CA masih sekitar 3%. Ke depan angka ini diharap kan menurun agar le bih sustainable.
Jika angka defisit transaksi berjalan tidak mengecil, isu yang berkembang adalah ketidakmampuan perekonomian untuk membiayai aktivitas ekonomi. Hal ini akan sangat mempengaruhi persepsi investor. Selain defisit transaksi berjalan, pasar keuangan yang belum dalam juga menyebabkan arus modal mudah keluar dari Indonesia jika mengalami tekanan atau sentimen global.
“Pelaku pasar lebih memperhitungkan risk perception terhadap fundamental ekonomi kita. Defisit transaksi berjalan, angka pertumbuhan ekonomi, defisit fiskal serta angka inflasi, perlu dijaga pada level yang sehat. Semua faktor ini harus dikelola dengan baik agar bisa mempertahankan sentimen positif se hingga investor memiliki keyakinan memegang aset rupiah,” Solikin menjelaskan.
Dalam upaya menjaga stabilitas makroekonomi tersebut, BI senantiasa merespon perkembangan ekonomi dengan bauran kebijakannya. Respons kebijakan ini terutama tercermin pada penetapan BI Rate yang
Fluktuasi nilai tukar sejatinya berfungsi sebagai shock absorber yang akan mendorong penyesuaian ekonomi.
CERMAT KELOLA RUPIAH
GERAI INFO BANK INDONESIA8
Sorot
EDIS
I 52
TAH
UN V
I 2
015
dilakukan setiap bulan dalam Rapat Dewan Gubernur BI.
INTERVENSISebagai bank sentral, BI
bertugas untuk menjaga agar nilai rupiah tetap stabil, sesuai dengan UndangUndang No. 23 tahun 2009. Stabilitas nilai rupiah bisa dilihat dari dua sisi, yang pertama dari nilainya terhadap barang dan jasa (tingkat inflasi) dan kedua, dari nilainya terhadap mata uang lain (nilai tukar).
Negara yang menganut sistem devisa bebas dan nilai tukar mengambang seperti Indonesia, tentu nilai mata uangnya berfluktuasi sesuai dengan perkembangan ekonomi domestik relatif terhadap ekonomi global (ke seimbangan antara penawaran dan permintaan). Fluktuasi nilai tukar sejatinya berfungsi sebagai shock absorber yang akan mendorong penyesuaian ekonomi, namun fluktuasi nilai tukar tersebut perlu dijaga untuk meminimalkan dampak negatifnya terhadap stabilitas perekonomian.
Untuk menjaga stabilitas nilai
tukar, BI pada waktuwaktu tertentu dapat melakukan intervensi di pasar valuta asing, khusus nya pada saat terjadi gejolak kurs yang berlebihan yang tidak dapat diserap oleh pasar. Intervensi ini dilakukan de ngan menjual atau membeli valuta asing (khususnya USD).
Pada saat terjadi pelemahan rupiah yang berlebihan, BI dapat menjual USD di pasar domestik. Jika pasokan USD di pasar bertambah dan pasokan rupiah berkurang maka nilai rupiah akan menguat. Demikian pula sebaliknya, pada saat terjadi penguatan rupiah yang terlalu cepat, BI dapat membeli USD dan menambah pasokan rupiah di pasar agar penguatan nilai rupiah tidak terlalu cepat.
Kegiatan penjualan dan pembelian valas ini secara langsung mempengaruhi jumlah uang beredar (likuiditas). Oleh karena itu, untuk mensterilisasi dampak intervensi terhadap likuiditas rupiah, BI dapat menggunakan instrumen operasi moneter, antara lain
lelang Sertifikat Deposito Bank Indonesia (SDBI) dan reverse repo SBN.
Kegiatan intervensi hanyalah salah satu cara BI untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Alternatif lainnya adalah pengaturan transaksi valuta asing dan pengaturan arus modal. Pada prinsipnya pengaturan transaksi valuta asing bertujuan untuk meminimalkan transaksi valuta asing yang tidak didasari oleh kegiatan ekonomi. Sementara itu, pengaturan arus modal bertujuan untuk meminimalkan dampak dari arus modal jangka pendek yang mudah keluar masuk.
Ke depan, BI bersamasama dengan otoritas yang lain juga terus mendorong pendalaman pasar valuta asing agar mekanisme pa sar dalam mengelola risiko pergerakan nilai tukar bekerja dengan lebih baik. Selain itu, BI juga mendorong penerapan transaksi lindung nilai (hedging) valuta asing bagi perusahaanperusahaan BUMN dan swasta yang memiliki posisi (exposure) valuta asing.
GERAI INFO BANK INDONESIA9
Sorot
EDIS
I 52
TAH
UN V
I 2
015
Oleh : Solikin M. Juhro
Saat ini transaksi berjalan atau Current Account (CA) Indonesia masih mengalami defisit yang cukup besar. Jika defisit CA membesar, isu yang berkembang adalah kurang mampunya suatu perekonomian dalam membiayai aktivitas ekonominya. Angka defisit yang semakin besar akan mempengaruhi persepsi investor dan menekan nilai tukar.
Pelaku pasar lebih memperhitungkan risk perception terhadap fundamental ekonomi. Defisit transaksi berjalan, angka pertumbuhan ekonomi, defisit fiskal serta ang ka inflasi, harus dipertahan kan pada level yang sehat. De ngan mengelola semua faktor ini, sentimen positif pasar bisa dipertahankan sehingga investor memiliki keyakinan untuk memegang aset rupiah.
Sebagai respon atas pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang terjadi saat ini, BI mengelola volatilitas nilai tukar agar tidak berlebihan. Jika terlalu vola-tile, akan menimbulkan ketidakpastian di pasar, serta memicu ekspektasi depresiasi lebih lanjut. Depresiasi nilai tukar bisa menyebabkan kenaikan harga barang impor yang pada akhir
nya memicu inflasi dalam negeri. Perkembangan nilai tukar di
upayakan konsisten untuk mencapai stabilitas makro. Indikatornya adalah CA yang sehat, pertumbuhan ekonomi yang sustainable, inflasi yang sesuai targetnya, serta Stabilitas Sistem Keuangan (SSK) yang terjaga.
Pelemahan nilai tukar yang terjadi saat ini harus disikapi sebagai bagian dari proses penyesuaian dalam rangka menjaga nilai tukar sesuai fundamental. Salah satu kebijakan yang dilakukan BI agar volatilitas nilai tukar tidak berlebihan adalah dengan operasi moneter di pasar valas.
Ketika nilai tukar dolar AS menguat karena langka di pa sar, intervensi dilakukan de ngan memasok dolar ke pasar. Hal ini berbeda dengan kondisi pada 20112012. Saat itu, arus modal yang masuk sangat besar sehingga dolar membanjiri pasar. Akibatnya, nilai rupiah menguat, yang kurang menguntungkan untuk ekspor. Saat itu, BI menyesuaikan pasokan dolar di pasar untuk menjaga volati litas. Selain itu BI akan melakukan komunikasi kebijakan untuk menenang
kan pasar. Dalam menjaga nilai tukar, BI
juga berkoordinasi dengan pemerintah. Sebagai contoh, ketika nilai tukar mengalami tekanan akibat defisit CA yang meningkat. Saat itu, CA tertekan akibat banyaknya barang dan jasa yang diimpor. Karena itu, BI dan pemerintah koordinasi menerbitkan paket kebijakan untuk memperbaiki defisit CA. Jika CA sehat, inflow terjaga, maka nilai tukar akan membaik.
Untuk jangka menengahpanjang, pemerintah dan BI bekerja sama untuk memperkuat fundamental ekonomi. Indonesia harus memperbaiki daya saing agar mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri, serta ekspor yang kompetitif.
Keberhasilan India dalam memperbaiki defisit CA menunjukkan pentingnya kebijakan makroekonomi yang prudent dan reformasi struktural. Oleh karena itu, Indonesia perlu terus melakukan kebijakan makro ekonomi yang prudent secara konsisten dan memastikan berjalannya reformasi struktural.
Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI
JAGA VOLATILITAS RUPIAH
Sentimen global dan pasar keuangan yang belum stabil dapat meningkatkan risiko tekanan arus modal keluar dari Indonesia.
EDIS
I 52
TAH
UN V
I 2
015
GERAI INFO BANK INDONESIA10
Sorot
Oleh : Donny Hutabarat
Nilai tukar mata uang suatu negara dipengaruhi banyak faktor, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Pada praktiknya mekanisme pembentukan nilai tukar mata uang suatu negara terjadi di pasar valuta asing. Pasar valuta asing adalah tempat terjadinya transaksi penjualan atau pembelian suatu mata uang terhadap mata uang negara lainnya. Konversi mata uang yang terjadi di pasar valas terutama didorong tingginya kegiatan ekonomi internasional seperti perdagangan dan investasi antar negara.
Jika dilihat dari volume transaksinya, pasar valas global adalah jenis pasar keuangan yang terbesar di dunia dengan turnover sebesar USD5,3 trilyun per hari (survey triennial BIS, 2013). Mata uang utama yang banyak diperdagangkan di pasar valas adalah American Dollar (USD), Euro (EUR), Japanese Yen (JPY), Great British Poundsterling (GBP), Australian Dollar (AUD) dan Swiss Franc (CHF). Sementara itu volume perdagangan mata uang negara emerging seperti Brazil Real (BRL), Malaysian Ringgit (MYR), Thailand Baht (THB), Rupiah (IDR), dan Philippine Peso (PHP) masih jauh tertinggal.
Mata uang yang paling banyak diperdagangkan di pasar valas domestik terhadap IDR adalah USD. Kebutuhan akan USD secara domestik didasari oleh kebutuhan impor dan ekspor, pinjaman luar negeri, serta arus investasi dan repatriasi. Besarnya volume transaksi USD terhadap rupiah ini menjadi dasar penentuan nilai tukar rupiah yang sering ditulis dengan kode pasangan mata uang USD/IDR.
Pelaku utama transaksi di pasar valas domestik adalah institusi keuangan, bank, pialang (dealer), dan pelaku usaha (melalui bank).
Transaksi valas umumnya dilaksanakan antara penjual dan pembeli secara bilateral, disebut dengan transaksi over-the counter (OTC). Untuk mata uang yang sama, harga yang terjadi bervariasi tergantung pada lawan transaksi dan nominal transaksinya
Harga untuk nominal dan lawan transaksi yang sama pun dapat berfluktuasi dalam satu hari, tergantung waktunya. Sebagai contoh, nilai tukar rupiah pada pagi dan sore hari tidak selalu sama. Untuk mendapatkan harga yang terbaik, banyak pelaku pasar yang bertransaksi valas dengan memanfaatkan jasa pialang. Melalui dealing
room, pialang pasar valas dapat mempertemukan penjual dan pembeli karena memiliki akses terhadap sebagian besar pelaku pasar.
Keberadaan pasar valas memudahkan pelaku ekonomi untuk mengelola kebutuhan valasnya, karena tersedia banyak instrumen. Di antara instrumen tersebut adalah spot (transaksi yang penyerahan dananya dilakukan dalam 2 hari), forward (transaksi yang penyerahan dananya dilakukan pada future date di atas 2 hari), swap (transaksi gabungan antara transaksi spot dan forward dalam suatu kontrak yang disepakati), dan option (hak untuk membeli/menjual valas pada suatu harga tertentu).
Idealnya, jika pasar valas telah berkembang dan mekanisme pasar bekerja dengan baik, maka fluktuasi harga tidak akan terlalu besar. Pasar valas yang telah berkembang ditandai dengan volume transaksi yang cukup untuk mendukung kegiatan ekonomi suatu negara, transaksi yang berimbang antara jual/beli, selisih (spread) harga jual/beli yang relatif kecil, komposisi instrumen yang merata serta ketiadaan segmentasi antar pelaku.
Departemen Pengelolaan Moneter
MENGENAL PASAR VALUTA ASING
Pasar valas menyediakan instrumen tertentu untuk memudahkan pelaku ekonomi memenuhi kebutuhan valasnya.
EDIS
I 52
TAH
UN V
I 2
015
GERAI INFO BANK INDONESIA11
Fluktuasi nilai tukar yang terjadi sangat berpengaruh terhadap pelaku usaha yang banyak menggunakan USD dalam transaksinya.
“Sebenarnya pelemahan nilai tukar rupiah tidak terlalu berpengaruh kepada kami, karena untuk pembayaran tiket kepada airline menggunakan USD,” jelas Widiarahmi Ulupi, pemilik PT. Biro Perjalanan Wisata Live. Namun, menurut Lupi
biro perjalanan miliknya juga tak luput dari resiko kerugian. “Sebagai contoh, tiket dibeli dari airline pada saat rupiah pada posisi Rp12.700, sedangkan ketika sampai pada konsumen pada saat Rp12.500. Jelas ada selisih harga,” tutur Lupi.
Menjelang liburan panjang pun, pembelian paket perjalanan Live juga tak terlihat menurun dengan adanya pelemahan nilai tukar rupiah. Lupi menduga,
karena segmen pasarnya adalah warga asing serta warga setempat menengah ke atas yang tidak terlalu risau dengan perubahan harga paket, baik di dalam maupun luar negeri. “Mereka mencari servis yang bagus, dan selisih harga tidak signifikan,” lanjutnya.
Lain dengan yang dialami oleh Fitritoviana Karina atau Riri. Ia menjual tas bermerek yang berasal dari Amerika Serikat, Australia, dan Eropa. “Saya membeli barang dalam USD, sehingga jika dikonversikan ke rupiah, harga barang menjadi mahal,“ tuturnya. Akhirnya, Riri menurunkan margin keuntungan agar harga tidak terlalu mahal di mata konsumennya. “Tidak ma salah jika margin keuntungan lebih kecil, asalkan overall penjualan lancar,” kata Riri yang menjual secara daring di media sosial.
Nilai USD yang menguat juga mempengaruhi bisnis rumput buatan Royal Grass yang mengimpor produk dari Belanda. Chris Kooijman, staf Royal Grass untuk Asia Pasific menyatakan, “Banyak hal yang menyebabkan penjualan dan pengiriman barang ke Indonesia menjadi mahal, namun saat ini penguatan nilai tukar USD menjadi salah satu faktor utama.” Ia berharap nilai tukar membaik,
“Karena kami baru saja memulai bisnis ini di Indonesia.”
Di sisi lain, penguatan nilai USD memberi peluang bagi seniman yang memasarkan karya nya di luar negeri. “Jika seniman mengikuti pameran di luar negeri, perkiraan nilainya dalam bentuk rupiah yang kemudian dikonversikan dalam bentuk USD, sehingga terlihat lebih murah bagi kolektor asing,” jelas Heri Pemad, pemilik Heri Pemad Art Management (HPAM) yang terletak di Yogyakarta.
Hanya saja, keuntungan tersebut tidak selalu bisa dinikmati para seniman, melainkan oleh galeri yang memfasilitasi mereka untuk mengikuti pameranpameran di luar negeri. “Hal semacam ini adalah risiko yang harus dihadapi seniman. Apalagi tidak semua seniman mengerti dengan perubahan nilai tukar. Bagi para seniman, apresiasi karya mereka tidak selalu bisa dinilai dengan uang,” kata Heri.
APA KATA MEREKA?
Sorot
SEBAGIAN PELAKU USAHA MENURUNKAN MARGIN KEUNTUNGAN AGAR HARGA TIDAK TERLALU MAHAL DI MATA KONSUMEN.
GERAI INFO BANK INDONESIA12
Sorot
EDIS
I 52
TAH
UN V
I 2
015
Real (Brazil)
Euro (Uni Eropa)
Lira (Turki)
Yen (Jepang)
Rands (Afrika Selatan)
Rupiah (Indonesia)
Ringgit (Malaysia)
Dolar (Singapura)
Won (Korea Selatan)
Rupee (India)
Bath (Thailand)
Dolar AS menguat terhadap hampir seluruh mata uang, termasuk Indonesia.
% Penguatan Dolar AS terhadap mata uang lain (Maret 2015)
40,6 %
22,1 %
21,4 %
16,4 %
15,2 %
15,1 %
13,5 %
9,1 %
4,1 %
3,8 %
0,4 %
(yoy)
0,0% 50,0%
FAKTOR PENYEBAB
PENGUATAN DOLAR AS
TERHADAP RUPIAH
EKSTERNAL
Perbaikan perekonomian AS terhadap dan rencana kenaikan suku bunga Bank
Sentral AS (The Fed)
Perlambatan ekonomi global khususnya Tiongkok
Pelonggaran kebijakan moneter oleh Bank Sentral
Eropa (ECB) dan Bank Sentral Jepang (BoJ)
INTERNAL
Defisit transaksi berjalan
Risiko utang luar negeri
Cadangan Devisa Indonesia cukup aman di
level 111,55 miliar dolar AS, artinya cukup untuk
6,9 bulan impor. Angka ini di atas rata-rata
kecukupan internasional (3 bulan impor).
111,55
USD miliar
CADANGAN DEVISA
NILAI TUKAR & KETAHANAN EKONOMI INDONESIA
Sorot
GERAI INFO BANK INDONESIA12
GERAI INFO BANK INDONESIA13
Sorot
EDIS
I 52
TAH
UN V
I 2
015
Nilai tukar rupiah relatif stabil atau menguat terhadap mata uang lain.
% penguatan rupiah terhadap mata uang lain (Maret 2015)
Mar ’15
154,01
Mar ’15
5518,6
Risiko investasi Indonesia
menurun, kepercayaan
asing masih baik
Aliran modal terus masuk
ke Indonesia
CREDIT DEFAULT SWAP
IHSG
Mar ’15
6,38%
Mar ’15
0,17%
Inflasi menunjukkan
tren menurun
INFLASI
(mtm)
(yoy)
Real (Brazil)
Krone (Norwegia)
Krone (Denmark)
Euro (Uni-Eropa)
Yen (Jepang)
Ringgit (Malaysia)
Poundsterling (UK)
18,2 %
14,5 %
10,4 %
10,3 %
1,1 %
-1,5 %
-2,4 %
(yoy)-5,0% 0,0% 20,0%
Pertumbuhan ekonomi
relatif masih baik
2011 6,17%
2012 6,03%
2013 5,58%
2014 5,02%
PERTUMBUHAN
PERTUMBUHAN EKONOMI
(yoy)
BI senantiasa menjaga stabilitas nilai tukar, antara lain dengan intervensi
di pasar valas dan pembelian SBN di pasar sekunder, serta menerbitkan
beberapa kebijakan terkait.
bank_indonesia
Sorot
GERAI INFO BANK INDONESIA13
Perspektif
GERAI INFO BANK INDONESIA14
EDIS
I 52
T
AHUN
VI
201
5
Pergerakan pasar valuta asing global sejak awal 2015 dido minasi oleh penguatan dolar AS (USD) secara spektakuler. DXY Index (Indeks USD) sempat menem-bus level 100 dan mencapai level 100,33 pada Maret 2015 yang mer-upakan level tertinggi sejak 2003. Naiknya Indeks USD, menunjuk-kan penguatan nilai mata uang USD terhadap be berapa mata uang utama non-USD.
Penyebab utama penguatan USD tersebut adalah pemulihan ekonomi Amerika Serikat (AS) yang dianggap lebih baik diban-dingkan negara maju lainnya. Pasca berakhirnya program sti-mulus bank sentral AS, The Fed, pada Oktober 2014 dan seiring berlanjutnya pemulihan ekonomi AS terutama di sektor tenaga ker-ja, diperkirakan langkah The Fed selanjutnya adalah normalisasi suku bunga dengan meningkat-kan suku bunga acuan (Fed Fund Rate/FFR) pada 2015.
Namun, perlambatan pere-konomian AS yang terjadi be-lakangan ini serta perbedaan pendapat di antara anggota The Fed yang menginginkan kenaikan suku bunga menim-bulkan ketidakpastian imple-mentasi kebijakan peningkatan
FFR tersebut. Pada saat yang sama, beberapa bank sentral di negara maju dan berkembang melakukan kebijakan moneter yang berbeda (divergency policy) untuk merangsang pertumbuhan ekonomi di negaranya seperti kebijakan pemberlakuan suku bunga acuan rendah (kebijakan konvensional) dan implementasi instrumen Quantitative Easing/QE (kebijakan non konvensional).
Tercatat 22 bank sentral melakukan kebijakan moneter longgar baik melalui pemotongan suku bunga acuan maupun imple-mentasi instrumen QE. Bank sen-tral yang menerapkan kebijakan penurunan suku bunga acuan adalah bank sentral negara Swiss, Denmark, Kanada, Australia, Tiongkok, Korea, Thailand, Polandia dan masih banyak lagi.
Di sisi lain, European Central Bank (ECB) dan Bank of Japan (BoJ ) mengimplementasikan instrumen QE. ECB mengumum-kan program stimulus moneter besar-besaran melalui pembe-lian obligasi yang diterbitkan pemerintah yang bernaung di zona Eropa dan bersifat open-end-ed hingga tercapai target infla-si 2%. Rencananya, ECB akan melakukan pembelian obligasi
peme rintah sebesar EUR60 miliar per bulan (Maret 2015-Septem-ber 2016) dan diperkirakan akan mencapai ±EUR1,14 triliun.
Sementara itu, BoJ mengu-mumkan peningkatan stimulus moneter melalui pembelian aset pemerintah yang semula dari JPY60 triliun - JPY70 triliun/ta-hun menjadi JPY 80 triliun/tahun, guna mendorong pertumbuhan Jepang dan mencapai target inflasi 2%.
Kebijakan stimulus ECB dan BoJ tersebut menyebabkan penambahan likuiditas di pasar global dan berdampak pada pa sar keuangan negara berkembang. Namun, kebijakan QE ECB dan BoJ diperkirakan memberikan dampak berkelanjutan (spillover effect) yang berbeda dengan ke-bijakan QE The Fed. Dana yang berasal dari QE The Fed dan BoJ diperkirakan akan mengalir ke pasar keuangan global, sementara aliran dana yang berasal dari QE ECB diperkirakan mayoritas ter-konsentrasi di kawasan Eropa.
Bertambahnya likuiditas glo-bal, ketidakpastian The Fed dalam meningkatkan FFR, mendorong para investor global untuk me-maksimalkan penempatan dana yang dimilikinya, di negara- ne-
Perspektif
SITUASI GLOBAL GONCANG RUPIAHApa saja pengaruh ketidakpastian global terhadap nilai tukar rupiah? Oleh: Tiurma Natasha A. Hutabarat
Departemen Pengelolaan Devisa
Perspektif
GERAI INFO BANK INDONESIA15
EDIS
I 52
T
AHUN
VI
201
5
gara yang masih memberikan imbal hasil yang tinggi (higher yield asset), hal ini biasa dikenal sebagai capital inflow bagi ne-garanya. Akibatnya, permintaan terhadap saham dan obligasi baik yang diterbitkan oleh pemerin-tah maupun swasta, termasuk Indonesia, meningkat.
Data Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Kemen-terian Keuangan, 29 Januari 2015, menunjukkan porsi as-ing Surat Utang Negara (SUN) sempat mencapai 40,18% yang me rupakan rekor tertinggi sepanjang sejarah. Namun, pada 31 Maret 2015, porsi asing pada SUN me ngalami penurunan hingga mencapai 37,5%, yang merupakan aksi profit taking para investor asing.
Pada pasar saham, lonjakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga mencatat level ter-tingginya di sepanjang sejarah di level 5.523,90 pada 7 April 2015, akibat aksi beli investor asing yang sangat agresif.
ANTISIPASI SUDDEN REVERSAL
Otoritas moneter dan fiskal di banyak negara tengah diuji untuk merumuskan kebijakan yang tepat menghadapi mem-banjirnya dana jangka pendek. Jika tidak tepat ditangani, ketika dana tersebut keluar dalam tem-po yang singkat (sudden reversal) dari negaranya, dapat membaha-yakan stabilitas pasar keuangan negara tersebut.
Semakin membaiknya ekonomi AS menjelang kenaikan FFR, investor global diperkirakan
akan kembali melakukan re-lokasi investasinya dari nega-ra-negara berkembang, termasuk Indonesia, kembali ke AS. Se-bagai langkah mitigasi dampak mobilitas penempatan dana jangka pendek, pemerintah dan BI menerapkan bauran kebijakan antara kebijakan moneter, mak-ro prudensial dan fiskal se perti kewajiban penggunaan mata uang rupiah di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), publikasi kebijakan baru mengenai pemberian insentif berupa penawaran keringanan pajak bagi investor asing yang re-investasi profit-nya di Indonesia.
TIDAK HANYA DI INDONESIAPelemahan nilai tukar tidak
hanya dialami oleh Indonesia saja. Hampir sebagian besar nilai tukar baik di negara-negara maju dan berkembang juga ter-depresiasi cukup dalam terhadap USD. Data Bloomberg mencatat pelemahan nilai tukar rupiah ter-hadap USD sebesar 5,25% pada Kuartal I 2015 dan sempat me-nembus level Rp13.000 di pasar spot. Dalam periode yang sama, nilai tukar Euro, dolar Kanada, dolar Australia, ringgit Malaysia,
melemah lebih tajam dibanding-kan nilai tukar rupiah.
Selain faktor eksternal berupa ekspektasi kenaikan FFR oleh The Fed, faktor-faktor domestik turut mendorong pelemahan nilai tu-kar rupiah. Yang utama seperti faktor kekhawatiran perlam-batan pertumbuhan ekonomi, curent account defisit dan keter-batasan likuiditas dalam meng-akses valuta asing.
Cadangan devisa pada Maret 2015 dilaporkan menurun dari USD115.5 miliar menjadi USD111.6 miliar, akibat pening-katan pengeluaran untuk pemba-yaran utang luar negeri pemerin-tah dan dalam rangka stabilisasi nilai tukar rupiah sesuai dengan fundamental. Posisi cadangan devisa tersebut dapat memenuhi 6,9 bulan impor atau 6,6 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah yang masih berada di atas standar ke-cukupan internasional, yaitu me-menuhi 3 bulan impor.
Upaya stabilisasi nilai tukar rupiah oleh BI dianggap perlu, seiring dengan masih berlanjut-nya sentimen penguatan USD menjelang implementasi kebija-kan normalisasi suku bunga The Fed.
Oleh karena itu, diperlukan in-teraksi yang sangat erat antara sta-bilitas sektor moneter dan sektor keuangan, koordinasi yang solid antara pemerintah, BI, dan juga Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam menjalankan kebijakan moneter dan kebijakan fiskal guna mengantisipasi dampak penguatan USD terhadap nilai tukar global, termasuk rupiah.
Perspektif
GERAI INFO BANK INDONESIA16
EDIS
I 52
T
AHUN
VI
201
5
Oleh : Sahminan
Departemen Kebijakan Ekonomi & Moneter
Dalam sistem nilai tukar meng-ambang sebagaimana yang dianut Indonesia, pelemah an nilai tukar terjadi pada dasarnya karena per-mintaan dolar yang lebih tinggi daripada pasokan. Kondisi per-mintaan dan pasokan dolar salah satunya tercermin dalam neraca transaksi berjalan atau current ac-count balance, yaitu neraca yang mencerminkan pembayaran yang dilakukan dan penerimaan yang diperoleh penduduk dari transak-si de ngan penduduk ne gara lain.
Penerimaan dari pihak asing berasal dari ekspor barang, pendapatan jasa yang diberi-kan kepada pihak asing, imbal hasil investasi Indonesia di luar nege ri, serta pendapatan pekerja Indonesia di luar ne geri. Pemba-yaran kepada pihak asing terjadi karena impor, pembayaran atas jasa dari pihak asing, pembayaran imbal hasil investasi asing, dan pembayaran gaji orang asing yang bekerja di Indonesia.
Jika penerimaan dari pihak a sing le bih besar daripada pem-bayaran kepada pihak asing, maka transaksi berjalan disebut surplus. Sebaliknya, jika pene-rimaan dari pihak asing lebih se-dikit daripada pembayaran, tran-saksi dikatakan defisit. Transaksi berjalan yang defi sit mencermin-kan kebutuhan dolar yang lebih
tinggi daripada pasokan di pasar, sehingga menyebabkan kenaikan harga dolar terhadap rupiah.
Pada 2012, transaksi berjalan Indonesia berbalik menjadi defisit sebesar USD24,4 mi liar dari sur-plus USD1,7 miliar pada 2011. Defisit ini berlanjut hingga 2013 dan 2014, masing-masing menca-pai USD29,1 miliar dan USD26,2 miliar. Kondisi ini memperlihat-kan bahwa sejak 2012, kebutuhan penduduk Indonesia atas dolar meningkat sehingga memperle-mah nilai tukar rupiah terhadap dolar.
Defisit terjadi terutama kare-na anjloknya ekspor sementara nilai impor masih besar. Meski-pun telah kembali mengalami penurunan, nilai impor 2014 ma-sih lebih besar dibandingkan den-gan 2011. Di sisi lain, pembayaran terhadap jasa-jasa dan keuntun-gan investasi asing di Indonesia tetap lebih besar daripada peneri-maan yang diperoleh penduduk. Meskipun penerimaan peker ja Indonesia di luar negeri lebih be-sar daripada pembayaran pekerja asing di Indonesia, namun nilai-nya tidak cukup untuk menutupi pembayaran impor barang, jasa, maupun imbal hasil investasi asing.
Penurunan nilai ekspor teruta-ma disebabkan permin taan du-
nia yang melemah dan anjloknya harga komoditas. Ekspor kita yang mengandalkan sumber daya alam rentan terhadap per-mintaan dunia dan fluktuasi harga komoditas. Di sisi lain, kemampuan yang masih rendah untuk memenuhi kebutuhan domestik memaksa kita untuk membeli produk luar nege ri. Hal ini diperparah oleh masyarakat kita yang juga sangat se nang membeli dan menggunakan ba-rang produk luar negeri.
Meningkatkan daya saing pro-duk domestik merupakan salah satu upaya untuk mengurangi tekanan terhadap transaksi ber-jalan. Dengan begitu Indonesia ti-dak hanya mengandalkan ekspor sumber daya alam, tetapi juga mengekspor produk dengan nilai tambah yang tinggi. Selain itu, keragaman dan kua litas produk dalam negeri harus ditingkat-kan untuk memenuhi kebutuhan domestik sehingga mengurangi ketergantungan terhadap barang impor. Cara ini diharapkan mam-pu memperkuat kondisi transak-si berjalan sehingga mengurangi kerentanan nilai tukar rupiah.
Sementara itu, kebijakan mengendalikan impor, termasuk melalui pengelolaan permintaan domestik oleh BI, perlu terus dilakukan secara konsisten.
PENGARUH TRANSAKSI BERJALAN TERHADAP RUPIAHKondisi transaksi berjalan sangat berpengaruh terhadap nilai tukar mata uang di pasar.
GERAI INFO BANK INDONESIA17
EDIS
I 52
TAH
UN V
I 2
015
Perubahan suku bunga
Suku bunga acuan
Kebijakan Moneter
AMERIKA SERIKAT EROPA INGGRIS AUSTRALIA NEW ZEALAND
2014 20150,25% 0,25%
2014 20150,05% 0,05%
2014 20150,05% 0,05%
2014 20152,25% 2,00%
2014 20153,5% 3,5 %
0,25% 0,05% 0,05% 2,00% 3,5%
Normalisasi FFR diperkirakan akan tetap terjadi pada tahun 2015 (data dependen)
QE ECB 60 miliar Euro/bulan sejak Maret 2015-September 2015 (open-ended)
BoE mempertahan-kan suku bunga acuan 0,5% serta Asset Purchase target GBP375 miliar dengan stance neutral.
RBA menurunkan suku bunga 25 bps dari 2,25% menja-di 2% seiring dengan pertumbuhan ekonomi dan inflasi yang rendah.
RBNZ mempertahankan suku bunga acuan 3,5% dengan stance dovish & berpeluang menurunkan suku bunga acuan jika permintaan dan harga minyak menurun.
GERAI INFO BANK INDONESIA
Monetaria
SUMBER: BLOOMBERG
PERKEMBANGAN SUKU BUNGA KEBIJAKAN
Perubahan suku bunga
KANADA JEPANG TIONGKOK INDONESIA KOREA SELATAN
2014 20151,00% 0,75%
2014 20150,1% 0,1%
2014 2015Depo 1 yr : 2, 75% 2,5%Lending rate: 5,60% 5,35%
2014 20157,75% 7,5%
2014 20152,00% 1,75%
Suku bunga acuan 0,75% 0,1% Deposit 1 year : 2,5%Lending rate : 5,35%
7,5% 1,75%
Kebijakan Moneter Pada Januari 2015, BoC menurunkan suku bunga acuan 25bps dari 1% menjadi 0,75% seiring dengan penurunan harga minyak global.
BoJ mempertah-ankan program pembelian aset sebesar JPY 80 triliun/thn hingga mencapai target inflasi 2%
Pemerintah & PBoC melakukan easing untuk mendorong pertumbuhan ekonomi melalui penurunan RRR 100bps & lending rate sebesar 25bps menjadi 5,35% dari 5,60%
BI menurunkan suku bunga acuan 1 kali pada tahun 2015 menjadi 7,5% seiring dengan penurunan harga minyak global.
BoK mempertahankan suku bunga acuan 1,75% dengan stance dovish seiring dengan inflasi yang rendah.
GLOSSARYThe Fed : Federal Reserves , ECB :
European Central Bank, BoJ : Bank of Japan, BoE : Bank of England, BoC : Bank of Canada, PBoC : People Bank of China, BoK : Bank of Korea, BNM : Bank of Negara Malaysia, BoT : Bank of Thailand, RBNZ : Reverse Bank of
New Zealand, RBA : Reverse Bank of Australia, Stance dovish : Sebuah
pandangan Bank Sentral yang pesimis terhadap pertumbuhan ekonomi dan
peningkatan suku bunga.
Perubahan suku bunga
MALAYSIA THAILAND
2014 20153,25% 3,25%
2014 20152,00% 1,5%
Suku bunga acuan 3,25% 1,5%
Kebijakan Moneter BNM mempertahankan suku bunga acuan 3,25% seiring dengan momentum pertumbuhan ekonomi global yang relatif melambat & penurunan harga minyak global.
BoT menurunkan suku bunga acuan sebesar 50bps dari 2,00% menjadi 1,50% seiring dengan ekspektasi kontraksi pertumbuhan ekspor, melambatnya investasi swasta & sektor konsumsi.
GERAI INFO BANK INDONESIA18
EDIS
I 52
T
AHUN
VI
201
5
BI Peduli
TELADAN DARI LAPASLapas Kelas II Pontianak, adalah contoh keberhasilan binaan Bank Indonesia.
Meningkatnya kualitas sektor usaha mikro kecil dan mene
ngah (UMKM), akan membawa Indonesia menjadi negara berekonomi kuat. Sebuah negara disebut kuat ekonominya, di antaranya karena instrumen ekonominya perkasa. Dua instrumen ekonomi yang berpengaruh terhadap kekuatan ekonomi negara adalah inflasi yang terjaga dan sistem keuangan yang stabil. Bagaimana caranya? Bisa melalui peningkatan kualitas UMKM. Hal ini juga yang merupakan fokus perhatian Bank
Indonesia (BI). Ada beberapa program BI
untuk membantu kestabilan ekonomi. Beberapa program berkaitan dengan aksi sosial yang bertujuan mengendalikan inflasi, dengan membentuk cluster ketahanan pangan. Namun juga terdapat programprogram yang murni membantu kesejahteraan masyarakat. Salah satunya adalah pembinaan para narapidana.
Program pembinaan terhadap narapidana yang terbilang sukses adalah di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas II Pontianak, Kalimantan Barat. “Sukses, kare
na lapas tersebut akan menjadi kandidat lapas percontohan bagi lapas lainnya di Indonesia,” kata Kepala Kantor Perwakilan Wilayah Dalam Ne geri (KPwDN) BI Pontianak, Kalimantan
GERAI INFO BANK INDONESIA18
EDIS
I 52
T
AHUN
VI
201
5
Ernawati JatiningrumDepartemen Komunikasi
GERAI INFO BANK INDONESIA19
EDIS
I 52
T
AHUN
VI
201
5
BI Peduli
Barat, Dwi Suslamanto. Bidangbidang usaha binaan BI yang dikerjakan narapidana di Lapas Kelas II Pontianak yakni pertanian, perkebunan, dan kerajinan tangan.
Produk andalan mereka adalah alas tikar anyaman bercorak khusus Dayak. Kepala Lapas Kelas IIA Pontianak Sunarto mengatakan, tikar anyaman buah tangan para narapidana itu laris di pasaran karena multifungsi. “Bisa dipakai untuk hiasan, untuk alas meja, untuk penghias permukaan meja, atau dijadikan karpet, dan sebagainya. Produk ini sudah diekspor ke Malaysia, Brunei, dan beberapa negara Asia Tenggara lainnya.”
Menurut Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara, kerjasama BI dengan Lapas Kelas II Pontianak ini setidaknya bisa membantu menyiapkan para penghuni lapas agar punya kemampuan dan keahlian menjalankan aktivitas usaha. “Membangun semangat wirausaha, BI telah meluncurkan program pelatihan inkubator bisnis, untuk menghasilkan tenagatenaga andal yang bisa bergerak di du nia usaha. Dan pembinaan terhadap narapidana ini termasuk dalam inkubator bisnis tersebut.”
“Yang penting, program yang sudah ada sekarang ini dapat berjalan baik. Nanti jika ada lagi ruang bagi kita untuk membantu, kita akan dukung,” tambah Mirza. Saat ini mungkin BI tidak bisa membantu secara penuh. Namun setidaknya BI mem berikan fasilitas peralatan sesuai bidang usaha
yang dipelajari. Inkubator bisnis BI merupakan implementasi kebijakan moneter.
Kebijakan moneter, menurut Dwi, hasil akhirnya adalah pengendalian inflasi. Lalu bagaimana cara mengeksekusi kebijakan moneter BI di daerah? “Karena di daerah yang paling banyak menyumbang inflasi adalah dari sisi suplai, maka yang kita gempur produktivitas sisi suplai itu,” ungkap Dwi. Dalam hal ini, para penghuni lapas yang telah terbekali jiwa kewirausahaan akan menciptakan lapangan pekerjaan, bahkan terjun langsung dalam aktivitas UMKM.
Lantas kenapa UMKM? UMKM merupakan salah satu solusi dalam membantu mencetak sumber daya manusia cemerlang, sekaligus mengu rangi pengangguran di Indonesia. UMKM menciptakan lapangan pekerjaan dengan cara membuka usaha. UMKM merupakan senjata ekonomi di berbagai negara berkembang untuk meningkatkan pendapatan negara tersebut.
Di negara lain, UMKM sangat
berperan besar untuk perkembangan ekononomi. Di Jepang, Amerika Serikat, Jerman, dan Italia, pemerintah sangat mendukung kebijakan mengenai UMKM karena UMKM sangat membantu ketika terjadi krisis global.
UMKM tepat untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional karena memanfaatkan segala penunjangnya yang bersifat lokal, seperti sumber daya alam dan manusia lokal. Pada akhirnya UMKM meminimalisir biaya impor dan memaksimalkan pengeksporan yang lalu membantu menjaga kestabilan ekonomi Indonesia.
GERAI INFO BANK INDONESIA19
EDIS
I 52
T
AHUN
VI
201
5
GERAI INFO BANK INDONESIA20
EDIS
I 52
TAH
UN V
I 2
015
Bank Indonesia Call and Interaction atau yang dike-nal sebagai BICARA 131
atau BICARA, kini cukup dike-nal kiprahnya dalam merespons the real external stakeholder, ter-utama terkait permintaan infor-masi mengenai Bank Indonesia (BI). Sebagai sarana komunikasi, BICARA menjadi single point of contact setelah Kantor Kemente-rian Komunikasi dan Informasi (Kominfo) menyetujui nomor 131 sebagai branding layanan in-formasi publik (LIP) BI.
Branding berupa angka tiga digit sebagai visualisasi huruf “B” & “I” ini menempatkan BICARA sejajar dengan layanan kepada masyarakat umum yang dilaku-kan oleh institusi khusus lainnya, seperti Kepolisian RI, Dinas Pe-madam Kebakaran, PMI, atau PLN.
SINGLE POINT OF CONTACTApa konsekuensi BICARA 131
sebagai single point of contact? Pencantuman nomor 131 mem-bawa pengaruh positif terhadap kalangan eksternal maupun in-ternal. Di kalangan eksternal, stakeholder yang terdiri dari per-
orangan, perbankan, pelaku usa-ha, akademisi, dan media massa menjadi tidak ragu menghubungi dan meminta informasi seputar peran dan tugas BI. Informa-si tentang kebijakan BI terkini serta implementasinya juga bisa didapatkan melalui BICARA.Di kalangan internal BI sendiri, semua help desk terintegrasi. Ha-nya ada satu nomor yang akan dihubungi masyarakat: 131.
INTEGRASI DAN EKSPLORASI BICARA
Integrasi BICARA tidak ha-nya dilakukan di kantor pusat, tetapi juga di Kantor Perwakilan Dalam Negeri (KPwDN) atau di daerah. Kenapa? Karena KPwDN merupakan kepanjangan tangan dari kebijakan kantor pusat, sekaligus pelaksana implementa-si kebijakan satu pintu (one door
policy). Integrasi BICARA akan mam-
pu mengakomodasi kebutuhan stakeholder terhadap informasi terkini yang belum terdistribusi di daerah. Selain itu, kehadiran BICARA diyakini dapat memoti-vasi stakeholder di daerah untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan BI, karena cepat dan ber-biaya murah. Memang, BICARA menggunakan tarif lokal.
Keberadaan BICARA di daerah merupakan upaya mengek-splorasi fungsi dan perannya. BICARA 131 pascaintegrasi bukan hanya pasif menunggu stakeholder meminta informasi, tetapi mulai aktif terjun langsung ke masyarakat. Artinya, secara fisik ia hadir di tengah-tengah masyarakat. BICARA Expo, BICARA Job Fair, BICARA Exhibition adalah beberapa acara yang digagas oleh BICARA.
BICARA juga aktif menggali informasi yang menjadi aspirasi masyarakat di daerah. Sebagai contoh, pada penyelenggaraan Sharia Expo dalam rangka menyemarakkan ISEF di Sura-baya tahun lalu, BICARA meng-gali masukan sekaligus testimo-
Potret
KAPAN SAJA DI MANA SAJA
“Bank Indonesia, selamat pagi. Dengan BICARA bisa dibantu?”
Oleh: Dwi Mukti WDepartemen Komunikasi
GERAI INFO BANK INDONESIA21
EDIS
I 52
TAH
UN V
I 2
015
Potret
ni dari masyarakat selaku user dan pemangku kepentingan. Beberapa tamu yang hadir di-mintai pendapat atas kebijakan yang dikeluarkan oleh BI. Dari pendapat ini bisa diketahui apa keinginan masyarakat terhadap Bank Sentral, yang bisa diman-faatkan untuk kemajuan BI.
Testimoni serupa juga di-peroleh dari masyarakat yang mengunjungi stand BICARA di acara-acara lainnya seperti ulang tahun pemerintah daerah (Pemda) Pekalongan dan Pem-da Batam, pembukaan kantor BI Bangka, juga edukasi publik ter-kait perlindungan konsumen di Solo.
DI DAERAH PERBATASANKeberadaan BICARA di
daerah, selain sebagai jendela in-formasi untuk sosialisasi fungsi dan peran BI juga difungsikan sebagai information intelligent untuk menggali informasi dan isu yang berkembang di daerah, ter-masuk daerah perbatasan.
Di Entikong, misalnya. Infor-masi yang diperoleh BICARA se-lama berada di daerah perbatasan yang memisahkan Kuching, Negara Bagian di Malaysia, dan Pontianak, Kalimantan Barat, ini telah menarik perhatian media Bloomberg. Informasi-informasi dari daerah perbatasan ini akan ditampilkan di semua media BICARA, seperti di media sosial dan media cetak.
Tak bisa dipungkiri, informasi
yang minim terkait isu-isu yang berkembang di wilayah per-batasan sangat dipengaruhi oleh kondisi geografis. Dalam contoh kawasan Entikong, warganya lebih mudah mengakses infor-masi dari negara tetangga jika dibandingkan dengan informasi tentang negeri sendiri.
Menggali informasi di wilayah
terpencil penting maknanya, karena sekaligus melakukan pe-metaan ketersediaan informasi di daerah tersebut.
Sambil menyelam minum air, di sela kegiatan expo yang dii-kuti BICARA di Batam, Tim BICARA 131 mengunjungi Pu-lau Penyengat. Pulau terpencil di Kepulauan Riau ini tidak jauh beda dengan daerah wilayah Batam lainnya. Namun, persoa-lan di sana beragam. Bukan hanya masalah uang tidak layak edar, tetapi juga minimnya information marketing yang seharusnya dimi-
liki tempat wisata berpotensi. Pa-dahal information marketing yang tepat akan menaikkan kapasitas pengunjung di wilayah tersebut.
BICARA sebagai pusat infor-masi bisa membantu mendorong pertumbuhan wisata yang akan berdampak pada pendapatan daerah. Inilah pentingnya kelengkapan informasi, dan di
sinilah peran BICARA secara ti-dak langsung berdampak dalam menggerakkan multiplier effect perekonomian daerah.
Dengan fungsi dan peran de-mikian, keberadaan BICARA sangat urgent dan relevan dengan kondisi daerah mana pun. BICARA selalu ada di mana saja saat dibutuhkan. Kapan pun stakeholder ingin menghubungi, klik 131, maka BICARA segera merespon. Jingle BICARA “we always provide solution”, meng-gema di mana-mana, di seluruh Indonesia.
GERAI INFO BANK INDONESIA22
EDIS
I 52
TAH
UN V
I 2
015
Dinamika
April lalu, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan (KPw BI Kalsel) dengan Kepolisian Ne gara Republik Indonesia Daerah Kalimantan Selatan (Polda Kalsel) melaksanakan penandatangan an Pokok-Pokok Kesepahaman (PPK) mengenai Tata Cara Pelaksanaan Kerjasa-ma Dalam Rangka Mendukung Pelaksanaan Kegiatan Tugas dan Kewenangan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan dan Kepolisian Daerah Kalimantan Selatan.
“Kolaborasi antara KPw BI Kalsel dan Polda Kalsel ini diharap kan memberikan man-
faat untuk masyarakat,” ucap Harymurthy Gunawan, Kepala KPw BI Kalsel.
Kerjasama itu meliputi empat bidang. Penanganan dugaan tin-dak pidana di bidang sistem pem-bayaran dan kegiatan usaha penu-karan valas penanganan dugaan pelanggaran kewajiban penggu-naan dan dugaan tidak pidana
uang rupiah di wilayah NKRI, pengamanan BI dan pengawalan barang berharga milik Negara, serta pembinaan dan pengawasan terhadap badan usaha jasa peng-amanan yang melakukan kegia-tan usaha kawal angkut uang dan pengolahan uang rupiah.
Penandatanganan PPK ini ada-lah kali pertama di Indonesia.
SINERGI KPW BI & POLDA
Kunjungan Kerja Deputi Guber-nur BI Hendar di bulan April lalu berlanjut dengan kuliah umum di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Antasari Banjarmasin. IAIN Antasari merupakan kam-pus berbasis Agama Islam Negeri pertama di Indonesia yang me-nerapkan kawasan non tunai.
Hendar dalam sesi kuliah umum memaparkan kondisi per-ekonomian nasional dan global yang dirangkaikan dengan peran BI menjaga inflasi. “Nilai tukar
rupiah yang stabil menjadi fokus utama BI. Kondisi global dan regional sangat mempengaruhi pergerakan nilai rupiah,” papar-nya.
Seorang mahasiswa, Ulun, menyampaikan harapannya bah-wa kuliah umum dengan Bank Indonesia dapat dilaksanakan secara rutin. “Terima kasih Pak Hendar, Ulun dan kawan-kawan berharap Bapak dapat mengisi kuliah di Banua lagi.”
SALAM DARI TANAH BANUA
GERAI INFO BANK INDONESIA22
EDIS
I 52
TAH
UN V
I 2
015
GERAI INFO BANK INDONESIA23
EDIS
I 52
TAH
UN V
I 2
015
Senang, sehat, dan tambah wawasan bisa dilakukan bersama BI di Hari Minggu. Di Jakarta, BI memanfaatkan acara Car Free Day di sepanjang Jalan Thamrin dan Sudirman sebagai tempat sosialisasi. Tentu saja, acara dikemas dengan fun, untuk semua masyarakat.
Acara musik, karaoke, joget
bersama dan kuis interaktif diselingi sosialisasi isu ekonomi yang dibawakan oleh Bank Indonesia Call and Interaction (BICARA), contact center BI. Partisipasi beberapa bank umum membuat acara semakin meriah dengan games berhadiah. Acara serupa juga diselenggarkan di Bondowoso dan Jember.
Dinamika
Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Provinsi Bali kembali menggenjot pemakaian transaksi non-tunai di Provin-si Bali. Setelah melakukan so-sialisasi mengenai Gerakan Na-sional Non-Tunai (GNNT) dan penerapan kawasan Less Cash Society (LCS) di beberapa univer-sitas, kali ini KPw BI Provinsi Bali menggandeng Pemerintah Dae-rah (Pemda) Provinsi Bali untuk ikut terjun langsung dalam me-nyambut era elektronifikasi. Se-jalan dengan perkembangan tren digitalisasi masyarakat Indonesia dan dunia internasional, elek-tronifikasi tersebut menjadi pen-ting dalam mendorong perekono-mian yang lebih efisien.
Maret lalu, diadakan Focus Group Discussion (FGD) Elek-tronifikasi dengan mengundang jajaran Biro Keuangan, Badan Perencanaan dan Pembangunan
Daerah serta Dinas Pendapatan Provinsi dan 9 kabupaten/kota. FGD tersebut diadakan guna mengidentifikasi dan memetakan jenis-jenis layanan pemerintah yang masih dibayarkan secara tu-nai dan dapat dimigrasikan men-jadi non tunai.
“Elektronifikasi merupakan suatu hal yang penting, khu-susnya terkait faktor keamanan transaksi keuangan pemerintah. Oleh karena itu, sebagai lang-kah awal, dibutuhkan komitmen yang tinggi antara pihak-pihak terkait,” demikian sambutan Gubernur Provinsi Bali, Made Mangku Pastika, yang dibacakan
Asisten II Bidang Perekonomian, Pembangunan dan Kesejahte-raan Rakyat Provinsi Bali, I Ketut Wija.
Saat ini, pembayaran gaji pega-wai, pembayaran kontrak ke pihak ketiga, dan beberapa pembayaran lainnya telah menggunakan tran-saksi non tunai. Pastika meyakini apabila pajak khususnya Pajak Hotel dan Restoran (PHR) telah menggunakan mekanisme online dan transaksi non tunai, maka pendapatan negara bisa bertam-bah hingga sepuluh kali lipat. Jika pendapatan daerah meningkat, kesejahteraan masyarakat akan meningkat.
KIPRAH KPW BI BALI
HAPPY SUNDAY
GERAI INFO BANK INDONESIA23
EDIS
I 52
TAH
UN V
I 2
015
GERAI INFO BANK INDONESIA24
EDIS
I 52
TAH
UN V
I 2
015
Aktivitas
BI menyambut hangat negara-negara peserta IFSB di Jakarta.
Sebagai chairman Islamic Finan-cial Services Board (IFSB), Bank Indonesia mendapat kehormatan untuk menjadi tuan rumah IFSB Annual Meeting 2015. Acara yang diselenggarakan sebanyak dua kali ini, dibuka di Hotel Kempinski, Jakarta, pada 31 Maret 2015 – 2 April 2015. Lalu dilanjutkan di Surabaya, No-vember mendatang. Peserta yang hadir meliputi 44 negara anggota IFSB yang terdiri dari bank sen-tral, otoritas jasa keuangan dan institusi keuangan syariah.
Rangkaian acara ini dibu-ka dengan sejumlah seminar yang bercita-cita untuk men-dorong perkembangan ekonomi dan keuangan syariah. Dimulai dari seminar internasional yang mengangkat tema penguat an keuangan inklusif melalui keuangan syariah. Dilanjutkan esok harinya, 1 April 2015, Public Lecture mengenai pengembangan kewirausahaan melalui syariah juga pertemuan anggota IFSB dengan sektor industri keuangan.
Didaulat sebagai pamung-kas, pada 2 April 2015 digelar sekaligus tiga acara. Pertemuan IFSB Council ke-26 bertindak
sebagai pembuka. Lalu disam-bung dengan pertemuan General Assembly ke-13 dan Islamic Financial Stability Forum. Semua acara dipipimpin langsung oleh Gubernur Bank Indonesia, Agus D.W. Martowardojo.
Seminar yang digelar me-rupakan seminar bertaraf internasional, dengan mengha-dirkan pembicara dari dalam dan luar negeri. Dari dalam negeri, otoritas terkait sekaligus pusat-pusat riset. Dari luar ne-geri meliputi otoritas di bebera-pa negara anggota, Multilateral Development Bank dan lembaga riset yang terkait dengan financial inclusion. Peserta juga terdiri dari domestik dan luar negeri, setidak-nya ada utusan dari 16 negara.
Sebagai satu ringkasan, indus-tri keuangan syariah secara global telah tumbuh cepat, terutama dalam dasawarsa terakhir. Ting-kat pertumbuhan tersebut men-capai 17,3% per tahun. Artinya, sudah melampaui dua kali lipat pertumbuhan sistem keuangan konvensional. Asset yang dikelo-la industri keuangan syariah, saat ini diperkirakan mencapai USD 2 triliun.
MENGGERAKKANKEUANGAN SYARIAH
Sebagai lembaga standarisasi regulasi untuk industri keuangan syariah, banyak standar regulasi yang diterbitkan oleh IFSB dan diadopsi ke dalam pengaturan lembaga keuangan syariah agar tertib dalam beroperasi. Lembaga yang didirikan pada 2002, dan BI tercatat sebagai salah satu pendirinya ini, memiliki kewenangan dalam mengatur perbankan syariah, asuransi syariah, dan pasar modal syariah. BI dan OJK juga aktif dalam berbagai Working Group dalam hal perancangan standar-standar peraturan internasional.
SEPUTAR IFSB
GERAI INFO BANK INDONESIA24
EDIS
I 52
TAH
UN V
I 2
015
GERAI INFO BANK INDONESIA25
EDIS
I 52
TAH
UN V
I 2
015
GERAI INFO BANK INDONESIA
Etalase
Nilai tukar rupiah terhadap USD terus mengalami pelemah-an sejak awal tahun ini. Rupiah diprediksi sulit menguat secara signifikan dalam beberapa tahun ke depan. Penyebabnya, rupiah menghadapi banyak tekanan aki-bat dampak persoalan struktural ekonomi.
Ekonom Bank Danamon Dian Ayu Yustina memprediksi ru-piah sulit bergerak dari kisaran
12.800-13.200 per USD. “Saya pikir ini seperti sudah menca-pai keseimbangan baru, kecuali masalah strukturalnya sudah diperbaiki. Tapi itu butuh waktu lama,” ujar Dian.
Reformasi struktural ekonomi menjadi poin penting agar ru-piah menguat. Kita sudah lama lalai membangun ekonomi dari sektor riil. Apalagi, harga ko-moditas ekspor kini terjun bebas, karena ekonomi Tiongkok selaku
importir komoditas terbesar di Indonesia melambat secara sig-nifikan
Sejatinya, pemerintah telah berupaya menggairahkan sektor manufaktur dengan menahan ekspor mineral mentah. Na-mun, upaya pemerintah untuk membangun smelter memerlu-
kan waktu. “Akibatnya, current account deficit (defisit transaksi berjalan) kita semakin membe-sar. Impor naik, ekspor turun,” jelas Sarjana Ekonomi Interna-sional Universitas Indonesia itu.
Selain problem struktural ekonomi, Dian tidak menampik ada sejumlah hal eksternal yang melemahkan rupiah. Contoh, muncul rumor rencana The Fed menaikkan suku bunga acuan. Bila ini terjadi, akan terjadi pe-
narikan modal dari Indonesia ke luar negeri (capital flight).
Dian mengapresiasi kebi jak an BI mempertahankan suku bunga acuan tetap tinggi untuk menangkal efek negatif itu. Ini dilakukan BI agar suku bunga do-mestik tetap menarik bagi inves-tor asing, sehingga menambah pasokan USD di dalam negeri.
Namun, BI Rate tersebut juga membuat suku bunga domes-tik menjadi tinggi. Dampaknya, suku bunga luar negeri yang rela-tif rendah mendorong korporasi meminjam uang dari luar negeri. Ini juga meningkatkan per-mintaan USD ketika korporasi membayar pinjaman. “Menurut saya, BI bertindak tepat dengan mulai memperhatikan utang luar negeri dari korporasi serta mengambil tindakan preventif, seperti kebijakan lindung nilai,” pungkas Dian.
Jika ingin nilai tukar rupiah stabil, ekonomi riil seperti pem-bangunan manufaktur harus mendapat perhatian lebih. Tanpa ini, bisa dibilang upaya penguatan rupiah seperti melakukan pengo-batan tanpa melakukan pence-gahan.
ANTARA RUPIAH DAN MANUFAKTUR
Dian Ayu Yustina
Reformasi struktural ekonomi menjadi masalah fundamental untuk memperkuat nilai tukar.
NILAI TUKAR RUPIAH YANG MELEMAH SEJATINYA TIDAK MELULU BURUK
GERAI INFO BANK INDONESIA26
EDIS
I 52
TAH
UN V
I 2
015
Ekspose
GERAI INFO BANK INDONESIA
Bank Indonesia mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 17/3/PBI/2015 tentang Kewajiban Penggunaan Rupiah di Wilayah Negara Kesatuan Re-publik Indonesia. Sebagai simbol kedaulatan Negara, rupiah ha-rus dipergunakan di Indonesia. Lagipula, penggunaan rupiah akan mendukung kestabilan nilai tukar rupiah. Dalam kondi-si pasar valuta asing mengalami kelebihan permintaan, penggu-naan valuta asing untuk transak-si akan memberikan tambahan tekanan terhadap nilai tukar rupiah.
Peraturan ini mewajibkan semua transaksi tunai maupun non tunai di Indonesia dilaku-kan dalam rupiah. Baik korpora-si maupun perorangan harus menggunakan rupiah dalam se-tiap transaksi dan sama sekali ti-dak boleh menolak pembayaran
dalam rupiah. Mendukung pera-turan tersebut, BI mewajibkan pencantuman harga barang atau harga jasa dalam rupiah.
Pengawasan terhadap pelaksa-naan peraturan tersebut dilaku-kan BI dengan berbagai cara. Selain pengawasan langsung, BI dapat meminta laporan, keterangan, dan data kepada pihak yang terkait. Permintaan ini wajib dipenuhi. Selain itu, BI dapat menunjuk pihak lain untuk melakukan penelitian kepatuhan.
Pelanggar kewajiban penggu-naan rupiah dikenakan sanksi administratif, yaitu teguran ter-tulis, kedua berupa kewajiban membayar 1% dari nilai transak-si (maksimal 1 miliar rupiah), serta larangan untuk ikut dalam lalu lintas pembayaran. Jika ada pelanggaran kewajiban pencan-tuman harga barang dan atau jasa dalam rupiah, dan pelang-garan dalam penyampaian lapo-ran, keterangan atau data juga akan dikenakan teguran tertulis.
Selain sanksi administratif, BI dapat merekomendasikan ke-pada otoritas yang berwenang untuk mengambil tindakan hu-kum.
Memang, ada beberapa pengecualian, terutama untuk transaksi dalam pelaksanaan APBN, misalnya pembayaran utang luar negeri. Valuta asing juga masih boleh dipergunakan untuk transaksi perdagangan serta transaksi pembiayaan in-ternasional. Kewajiban penggu-naan rupiah juga tidak berlaku
untuk transaksi valuta asing yang dilakukan bank berdasar-kan ketentuan yang ditetapkan Undang-Undang perbankan dan perbankan syariah.
Khusus untuk transaksi penerimaan atau pemberian hi-bah, diperbolehkan menggu-nakan valuta asing jika pener-ima atau pemberi hibah salah satunya berkedudukan di luar negeri. Jika keduanya ada di In-donesia, hibah harus menggu-nakan rupiah.
PENGGUNAAN RUPIAH : WAJIB!
Bank Indonesia mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia (PBI) tentang Kewajiban Penggunaan Rupiah di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Rp
PELANGGAR KEWAJIBAN PENGGUNAAN RUPIAH DIKENAKAN SANKSI ADMINISTRATIF, YAITU TEGURAN TERTULIS, KEDUA BERUPA KEWAJIBAN MEMBAYAR 1% DARI NILAI TRANSAKSI (MAKSIMAL 1 MILIAR RUPIAH),
GERAI INFO BANK INDONESIA27
EDIS
I 52
TAH
UN V
I 2
015
Rileks
GERAI INFO BANK INDONESIA
1.Sebutkan alamat lengkap kantor pusat Bank Indonesia!
2.Apa yang disebut dengan Neraca Transaksi Berjalan?
Cari 10 kata yang berhubungan dengan keuangan!
Kuis
Email jawaban kuis Gerai Info ke: [email protected] paling lambat 31 Juli 2015. Cantumkan “KUIS” pada subjek email. Sertakan nama dan alamat lengkap, profesi,
dan nomor telepon yang dapat dihubungi. Pemenang akan diumumkan pada Majalah Gerai Info berikutnya. Hadiah menarik menanti Anda!
Pemenang Tebak Kata edisi lalu:
F I N A N S I A L S H PC K L Z D I Y M U R R TN G Y F K M O N E T E RT B B D S W Y K T M T AG Q I O S I B P D T K NA B A N K R E N E H M SW C Y R S G H R F H A FT R A N S A K S I T K EZ G Q K S S I F S D S RM T U N A I X J I G E IC D L O V Y P Q T W S NX J K U R S C I T V Q LB G B P E Z O W D M C Q
Jawaban kuis Gerai Info edisi 51:
1. Tingginya volatilitas pasar keuangan global sejalan dengan kemungkinan kenaikan suku bunga the Fed di AS dan anjloknya harga komoditas dunia.
2. Pokjanas TPID
ERIKA NURDHAJMI LAELA Jl. Kayu Jati 5 No. 16 Rt 11 Rw 05 Rawamangun Pulogadung Jakarta TimurTelepon 089660463254
E. PRATOMOTaman Dupak Bandarejo 6 Surabaya 60179Telepon 085103727698