EPINEFRIN Dan Opioid

6
EPINEFRIN NAMA GENERIK : Epinefrin NAMA KIMIA : Epinephrine STRUKTUR KIMIA : C9H23NO3 GB STRUKTUR KIMIA : 18 DEFINISI Epinefrin terdapat dalam kelenjar adrenal atau dapat dibuat secara sintetis. ;Obat ini merupakan katekolamin endogen dengan aktivitas pada medula adrenal. Bentuk levorotatori isomer 15X lebih aktif dibanding bentuk dekstrorotatori. SIFAT FISIKOKIMIA Epinefrin berbentuk mikrokristalin berwarna putih, mudah larut dalam air; sedikit larut dalam etanol; praktis tidak larut dalam kloroform dan dalam eter. SUB KELAS TERAPI Antialergi KONTRA INDIKASI Meskipun diindikasikan untuk open-angled glaucoma, epinefrin kontraindikasi mutlak pada closed-angle glaucoma karena dapat memperparah kondisi ini. ;Hindari ekstravasasi epinefrin, karena dapat menyebabkan kerusakan jaringan da/atau gangren atau reksi injeksi setempat di sekitar suntikan. ;Epinefrin jangan disuntikkan ke dalam jari tangan, ibu jari, hidung, dan genitalia, dapat menyebabkan nekrosis jaringan karena terjadi vasokonstriksi pembuluh kapiler. ;Epinefrin, terutama bila diberikan IV, kontraindikasi mutlak pada syok selain syok anafilaksi. Gangguan kardiovaskuler yang kontraindikasi epinefrin misalnya syok hemoragi, insufisiensi pembuluh koroner jantung, ;penyakit arteri koroner (mis., angina, infark miokard akut) dilatasi jantung dan aritmia jantung (takikardi). Efek epinefrin pada kardiovaskuler (mis., peningkatan kebutuhan oksigen

Transcript of EPINEFRIN Dan Opioid

  • EPINEFRIN

    NAMA GENERIK : Epinefrin

    NAMA KIMIA : Epinephrine

    STRUKTUR KIMIA : C9H23NO3

    GB STRUKTUR KIMIA : 18

    DEFINISI

    Epinefrin terdapat dalam kelenjar adrenal atau dapat dibuat secara sintetis. ;Obat ini

    merupakan katekolamin endogen dengan aktivitas pada medula adrenal. Bentuk

    levorotatori isomer 15X lebih aktif dibanding bentuk dekstrorotatori.

    SIFAT FISIKOKIMIA

    Epinefrin berbentuk mikrokristalin berwarna putih, mudah larut dalam air; sedikit larut

    dalam etanol; praktis tidak larut dalam kloroform dan dalam eter.

    SUB KELAS TERAPI

    Antialergi

    KONTRA INDIKASI

    Meskipun diindikasikan untuk open-angled glaucoma, epinefrin kontraindikasi mutlak

    pada closed-angle glaucoma karena dapat memperparah kondisi ini. ;Hindari ekstravasasi

    epinefrin, karena dapat menyebabkan kerusakan jaringan da/atau gangren atau reksi

    injeksi setempat di sekitar suntikan. ;Epinefrin jangan disuntikkan ke dalam jari tangan,

    ibu jari, hidung, dan genitalia, dapat menyebabkan nekrosis jaringan karena terjadi

    vasokonstriksi pembuluh kapiler. ;Epinefrin, terutama bila diberikan IV, kontraindikasi

    mutlak pada syok selain syok anafilaksi. Gangguan kardiovaskuler yang kontraindikasi

    epinefrin misalnya syok hemoragi, insufisiensi pembuluh koroner jantung, ;penyakit

    arteri koroner (mis., angina, infark miokard akut) dilatasi jantung dan aritmia jantung

    (takikardi). Efek epinefrin pada kardiovaskuler (mis., peningkatan kebutuhan oksigen

  • miokard, kronotropik, ;potensial proaritmia, dan vasoaktivitas) dapat memperparah

    kondisi ini.

    EFEK SAMPING

    Kardiovaskuler : Angina, aritmia jantung, nyeri dada, flushing, hipertensi, peningkatan

    kebutuhan oksigen, pallor, palpitasi, kematian mendadak, takikardi (parenteral),

    vasokonstriksi, ektopi ventrikuler. ;SSP : Ansietas, pusing, sakit kepala, insomnia.

    ;Gastrointestinal : tenggorokan kering, mual, muntah, xerostomia. ;Genitourinari : Retensi

    urin akut pada pasien dengan gangguan aliran kandung kemih.

    INTERAKSI MAKANAN

    Epinefrin tidak digunakan melalui oral

    INTERAKSI OBAT

    Karena epinefrin merupakan obat simpatomimetik dengan aksi agonis pada reseptor alfa

    maupun beta, harus digunakan hati-hati bersama obat simpatomimetik lain karena

    kemungkinan efek farmakodinamik yang aditif, ;yang kemungkinan tidak diinginkan.

    Juga hati-hati digunakan pada pasien yang menerima obat-obat seperti: albuterol,

    dobutamin, dopamin, isoproterenol, metaproterenol, norepinefrin, fenilefrin,

    ;fenilpropanolamin, pseudoefedrin, ritodrin, salmeterol dan terbutalin.

    FARMAKODINAMIKA

    Menstimulasi reseptor alfa-, beta1-, dan beta2-adrenergik yang berefek relaksasi otot

    polos bronki, stimulasi jantung, dan dilatasi vaskulatur otot skelet; ;dosis kecil berefek

    vasodilatasi melalui reseptor beta2-vaskuler; dosis besar menyebabkan konstriksi otot

    polos vaskuler dan skelet.

    FARMAKOINETIK

    Farmakokinetika : Onset : Bronkodilatasi : SC : 5-10 menit; Inhalasi : 1 menit.

    Metabolisme : diambil oleh saraf adrenergik dan dimetabolisme oleh monoamine oxidase

    dan catechol-o-methyltransferase; ;obat dalam sirkulasi mengalami metabolisme di hepar.

  • Ekskresi : Urin (sebagai metabolit inaktif metanefrin, dan sulfat dan derivat hidroksi asam

    mandelat, jumlah kecil dalam bentuk tidak berubah)

    PERAN PERAWAT

    Monitor EKG pada pasien yang mendapat epinefrin IV, PFTs

    Kaji penggunaan obat lain yang diminum pasien terhadap kemungkinan interaksi atau

    mempengaruhi efektivitasnya.

    Pantau tanda-tanda vital dan berikan informasi tentang penggunaan obat, efek samping

    yang mungkin timbul dan cara mengatasinya.

    PETHIDIN

    NAMA GENERIK : Pethidin

    NAMA KIMIA : Ethyl 1-methyl-4-phenylpiperidine-4-carboxylate

    hydrochloride.

    STRUKTUR KIMIA : C15H21NO2.HCL

    KONTRA INDIKASI

    Pasien yang menggunakan trisiklik antidepresan dan MAOi. 14 hari sebelumnya

    (menyebabkan koma, depresi pernapasan yg parah, sianosis, hipotensi, hipereksitabilitas,

    hipertensi, sakit kepala, kejang);Hipersensitivitas. Pasien dengan gagal ginjal lanjut ,

    EFEK SAMPING

    Depresi pernapasan, ;Sistem saraf : sakit kepala, gangguan penglihatan, vertigo, depresi,

    rasa mengantuk, koma, eforia, disforia, lemah, agitasi, ketegangan, kejang,;Pencernaan :

    mual, muntah, konstipasi, ;Kardiovaskular : aritmia, hipotensi postural, ;Reproduksi,

    ekskresi & endokrin : retensi urin, oliguria. ;Efek kolinergik : bradikardia, mulut kering,

    palpitasi, takikardia, tremor otot, pergerakan yg tidak terkoordinasi, delirium atau

    disorintasi, halusinasi. ;Lain-lain : berkeringat, muka merah, pruritus, urtikaria, ruam kulit

  • FARMAKOKINETIK

    Potensi petidin kira-kira 1/10 dari morfin. Mulai kerja lebih cepat dan durasinya lebih

    singkat (Gwinnut, 1997). Setelah injeksi Petidin, absorbsi terjadi secara cepat dan

    komplit. Petidin mampu menggantikan histamin dari ikatannya di sel mast dan histamine

    dilepaskan ke dalam sirkulasi yang akan menyebabkan vasodilatasi perifer dan hipotensi.

    Jumlah dari pelepasan histamin dan derajat hipotensi mungkin dihubungkan oleh dosis,

    khususnya saat disuntikkan secara intravena. Hipotensi yang dihasilkan dari pelepasan

    histamin pada induksi opioid dapat dihambat dengan kombinasi H1-H2-antihistamin

    (Nunn, Utting , Brown, 1989). Petidin menurunkan cardiac output sampai 30%,

    disamping menurunkan stroke volume. (Olson, 1998). Petidin juga mengakibatkan

    kenaikan denyut jantung. Penyerapan obat dalam saluran cerna cukup baik, obat diikat

    oleh protein plasma 40-50%. Kadar plasma tertinggi obat dicapai dalam 1-2 jam, dengan

    waktu paruh plasma 5 jam.(Siswandoyo & Soekarjo, 1995). Metabolisme sangat

    tergantung pada biotransformasinya di hepar, aliran darah hepar. Produk akhir berupa

    bentuk yang tidak aktif. Eliminasi terutama oleh metabolisme hati, kurang lebih 10%

    melewati bilier dan tergantung pada aliran darah hepar.

    FARMAKODINAMIKA

    Opioid intravena dapat meningkatkan rigiditas dinding dada, yang dapat melemahkan

    ventilasi, dan depresi pernafasan pasca bedah.(Katzung, 1995) Petidin mempunyai efek

    depresi pernafasan lebih besar dari morfin. Sifat mendepresi pernafasan dapat

    meniadakan terjadinya takipnea selama anestesi.(Dripps, 1985) Depresi pernafasan

    terjadi akibat penekanan pusat nafas, ditandai dengan penurunan frekuensi nafas, dengan

    jumlah volume tidal yang menurun . PaCO2 meningkat dan respon terhadap CO2

    tumpul sehingga kurve respon CO2 menurun dan bergeser ke kanan, selain itu juga

    mampu menimbulkan depresi pusat nafas akibat depresi pusat nafas atau kelenturan otot

    nafas.

  • Pada gastrointestinal, Petidin dapat menyebabkan penurunan peristaltik sehingga

    pengosongan lambung juga terhambat. Pada pemberian petidin, tahanan pembuluh

    darah biasanya akan menurun karena terjadi penurunan aliran simpatis medulla, tahanan

    sistemik juga menurun hebat karena adanya pelepasan histamin. Petidin

    menurunkan cardiac output sampai 30%, disamping menurunkan stroke volume dan

    menaikkan laju nadi.

    PERAN PERAWAT

    Monitor status sistem pernapasan.

    Monitor status mental.

    Monitor tekanan darah.

    Hindari pemberian pada pasien dengan disfungsi hati & ginjal karena akan memperlama

    kerja & efek kumulasi opiod, pasien usia lanjut, pada depresi sistem saraf pusat yg

    parah,anoreksia, hiperkapnia, depresi pernapasan, aritmia, kejang, cedera kepala, tumor

    otak, asma bronkial.