environment architecture "compact city" in Kampung Melayu SemarangTTT

19
JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGOROSEMARANG MEI 2014 ARSITEKTUR LINGKUNGAN 2 S T U D I K O N S E P COMPACT CITY BERSKALA KAWASAN DAN TERAPANNYA DI KAMPUNG MELAYU SEMARANG OKKA SABRYNA (21020112130058) | JEANNIAGO PERMATA (21020112130059) | DIAJENG HANI PUSPITA (21020112130060) | NABILA ILMI HAKIMAH (21020112140061) | WULANDARI GILANG MERAPI (21020112130062) | DWITA OKTAVIANA (21020112130063) DR. IR. R. SITI RUKAYAH MT. BAB I KAJIAN

description

Compact city secara umum adalah suatu pendekatan dalam perencanaan kota yang didasarkan pada pengembangan secara intensif dalam kawasan perkotaan eksisting atau pada kota-kota dengan kepadatan yang relatif tinggi, dengan membatasi pertumbuhannya (Cowan, 2004). Definisi compact city sebagai pendekatan atau strategi pengembangan kota adalah meningkatkan kawasan terbangun dan kepadatan penduduk perumahan; mengintensifkan kegiatan ekonomi, sosial dan budaya perkotaan; dan memanipulasi ukuran kota, bentuk dan struktur perkotaan, serta sistem permukiman dalam rangka mencapai manfaat keberlanjutan lingkungan, sosial, dan global, yang diperoleh dari pemusatan fungsi-fungsi perkotaan (Jenk, 2000).

Transcript of environment architecture "compact city" in Kampung Melayu SemarangTTT

JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS DIPONEGOROSEMARANGMEI 2014

1. Pengertian Compact City Compact city secara umum adalah suatu pendekatan dalam perencanaan kota yang didasarkan pada pengembangan secara intensif dalam kawasan perkotaan eksisting atau pada kota-kota dengan kepadatan yang relatif tinggi, dengan membatasi pertumbuhannya (Cowan, 2004). Definisi compact city sebagai pendekatan atau strategi pengembangan kota adalah meningkatkan kawasan terbangun dan kepadatan penduduk perumahan; mengintensifkan kegiatan ekonomi, sosial dan budaya perkotaan; dan memanipulasi ukuran kota, bentuk dan struktur perkotaan, serta sistem permukiman dalam rangka mencapai manfaat keberlanjutan lingkungan, sosial, dan global, yang diperoleh dari pemusatan fungsi-fungsi perkotaan (Jenk, 2000).

Konsep compact city adalah kota yang memiliki kawasan yang kompak, komplit dan terintegrasi. Kota yang kompak ditunjukkan dengan intensifikasi di pusat kota, pembangunan dengan penambahan pada struktur yang telah ada, kombinasi fungsi-fungsi setiap bagian wilayah kota, penyediaan dan penyebaran fasilitas umum dan pembangunan dengan kepadatan yang tinggi. Menurut Burton (2001) manfaat compact city, adalah:

1. Ketergantungan yang lebih kecil pada kendaraan bermotor sehingga menimbulkan emisi yang lebih rendah.

2. Pengurangan konsumsi energi.

3. Pelayanan transportasi umum yang lebih baik.

4. Peningkatan aksesibitas secara keseluruhan.

5. Penggunaan kembali (re-use) prasarana dan lahan yang telah dibangun.

6. Regenerasi kawasan perkotaan dan vitalitas perkotaan.

7. Kualitas hidup yang lebih tinggi.

8. Preservasi ruang terbuka hijau.

9. Penciptaan lingkungan untuk meningkatkan kegiatan bisnis dan perdagangan.

Diagram Setting Definisi Kota Kompak

2. Prinsip-prinsip Compact CitySebagai konsep tata ruang fungsional, compact city sesungguhnya merupakan tipikal kota-kota lama di Eropa (Le Clercq dan Hoogendoorn 1983 dalam Roo, 2003) yang mempunyai prinsip-prinsip:

1. Menekankan kota dan lansekap

2. Pembangunan ditambahkan pada struktur yang telah ada Mengkombinasikan fungsi-fungsi dalam tingkat bagian wilayah kota

3. Menyebarkan fasilitas dalam rangka membatasi lalu lintas dan meningkatkan aksesibilitas bagi penduduk

4. Pembangunan dengan kepadatan tinggi

5. Penekanan pada transportasi umum.

Ciri kota kompak menurut Dantzig & Saaty (1978) paling tidak dapat dilihat dari 3 aspek yaitu bentuk ruang, karakteristik ruang, dan fungsinya. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang dekat antara bentuk kota kompak dan keberlanjutan (sustainability), diantaranya:

1. Pengurangan ketergantungan pada kendaraan bermotor

2. Penyediaan infrastruktur dan service publik yang efisien

3. Komunitas yang aktif melalui hunian berkepadatan tinggi

4. Revitalisasi pusat kota Menurut Roychansyah (2006) terdapat enam atribut kota kompak yang kesemuanya tidak dapat dipisahkan dan semestinya saling mendukung keberadaan Compact City, yaitu:

1. Penaikan penduduk dan lingkungan

2. Pengkonsentrasian kegiatan

3. Intensifikasi transportasi umum

4. Pertimbangan besaran dan akses kota

5. Target kesejahteraan sosial-ekonomi

6. Proses (perbaikan) menuju kompak

Gambar 2.1Ilustrasi Atribut Compact City3. Contoh Compact CityA. Roppongi Hills (Jepang)

Roppongi Hills adalah salah satu contoh yang dianggap berhasil dalam membentuk sebuah kota yang kompak (compact city) adalah Minori Mori, seorang konglomerat Jepang mendirikan Roppongi Hills di akhir April 2003 lalu. Roppongi Hills pula lah yang dinilai berhasil oleh sebagian pengamat kota sebagai proyek terbesar yang cukup mengagetkan dan ambisius dalam pembangunan kembali (urban renewal) bagian kota Tokyo sejak perang dunia kedua berakhir. Didirikan di distrik Roppongi, sebuah bagian pusat kota Tokyo yang terkenal dengan berbagai fasilitas hiburan dan komersial, tempat banyak kedubes asing untuk Jepang berlokasi. Pendeknya lokasi yang tak pernah tidur, membuat mata sebagian besar masyarakat Jepang tertuju padanya. Pikiran-pikiran Mori yang demikian jauh dan tak hanya berorientasi pada bagaimana menumpuk keuntungan, tapi secara jitu diimbangi dengan visi perbaikan gaya hidup kaum urban sebagai obyek bisnisnya, sering kali mengherankan. Dia sebenarnya bisa saja membangun tanah-tanah miliknya di pinggiran (suburban) Tokyo untuk mendapatkan keuntungan dari kaum kota yang memang lebih memilih hidup di daerah suburban. Konsep yang dipakai untuk Roppongi Hills pun adalah menciptakan kawasan yang kompak, komplit, terintegrasi, dalam ruang vertikal kota yang nikmat dan terjangkau (dalam sebuah kawasan besar dan acak bernama Tokyo). Jangka panjangnya memang secara tersirat Mori bersambisi untuk membuat Tokyo sebagai sebuah kota yang mudah ditinggali (livable city) melalui sebuah konsep kota kompak (compact city).

Melalui konsep compact city, Roppongi Hills dirancang untuk membuat Tokyo sebagai sebuah kota yang mudah ditinggali (liveable city). Didirikan di atas lahan tak lebih dari 12 hektar, Roppongi Hills memadukan kebutuhan hidup manusia sejak bangun tidur sampai tidur kembali. Tanpa harus jauh-jauh beranjak dari sebuah lokasi, mereka bisa melakukannya. Fasilitas yang digabungkan dalam area tersebut adalah paduan kompleks untuk bekerja, belajar, bermain, dan bertempat tinggal. Fasilitas itu berupa perkantoran, pertokoan, apartemen dengan 4 buah paduan tower rendah dan tinggi (800 unit), restoran, kafe, bioskop, museum, perpustakaan, sebuah observatorium, ruang-ruang konferensi, sebuah TV studio (milik TV Asahi), sebuah ampititer terbuka dan sebuah taman lengkap dengankolamnya, yang dibuat secara atraktif dan menarik.

Gambar 3.A.1

Gambar 3.A.2

Gambar 3.A.3

1. Gambaran Umum

A. Sejarah Kampung Melayu

Pada tahun 1743 pelabuhan Mangkang dipindah di Boom Lama (ngebom) oleh Belanda, kepindahan diawali oleh kapal-kapal kompeni Belanda. Perkataan Ngeboom berari adalah tempat persinggahan kapal-kapal (boom = bahasa Belanda). Kepindahan pelabuhan bertujuan untuk memoermudah pengangkutan barang-barang dari kapal-kapal ke jung-jung (kapal kecil) untuk di bawa ke daerah pasar dan daerah pergudangan. Boom lama dianggap jauh lebih baik, karena lebih dekat dengan pusat kota lama yang terkenal dengan perdagangannya yang ramai dan berkembang pesat di sepanjang Kali Semarang maupun Pasar Pedamaran.

Boom lama merupakan pintu gerbang kedatangan bagi pedagang-pedagang yang memasuki Semarang. Wilayah di sekitar pintu gerbang Boom Lama dinamakan Darat, karena daerah tersebut merupakan daratan tempat dimana orang untuk pertama kalinya mendarat di Semarang. Menurut Liem Thian Joe akhirnya daerah di sekitar Boom Lama menjadi ramai terutama di dekat pelabuhan, hal ini dikarenakan ramainya aktivitas bongkar muat barang-barang dari kapal besar menuju kapal kecil (jung) dan juga banyak akum perantau atau pedagang beristirahat di tempat tersebut. Kemudian banyak orang mulai tinggal dan menetap di kawasan tersebut, dan muncullah desa kecil yang disebut Dusun Darat.

Perkembangan dan kemajuan aktivitas perdagangan mempengaruhi perkembangan daerah tersebut. Pemukiman di dusun Darat semakin padat dan merembes ke arah barat dan selatan, dan akhirnya menyatu dengan dusun Ngilit yang telah berkembang sejak abad 17. Kemuadian lama kelamaan Dusun Darat dan Dusun Ngilir semakin ramai dan menjadi suatu kawasan pemukiman bagi kosmopolitan kaum pedagangd dari berbagai penjuru dan etnik, yang semakin kompleks dan dinamis. Dalam perkembangannya kedua dusun tersebut dikenal sebagai KAMPUNG MELAYU oleh masyarakat Semarang.

Kampung Melayu merupakan pemukiman multietnik yang berkembang sejak abad ke-17 di kota Semarang. Kata Melayu berasal dari sebutan untuk orang-orang yang datang di sekitar (pinggiran) Kali Semarang. Masyarakat Kampung Melayu mayoritas bermataperncaharian sebagai pedagang dan beragama islam. Bahasa yang di gunakan adalah bahasa Melayu. Sebutan Kampung Melayu juga digunakan untuk membedakan kampung pribumi dan pemukiman Belanda. Awalnya permukiman terbentuk karena para pedagang dari Cina, Gujarat dan Arab mulai menetap dan tinggal di dekat pantai dan pinggir Kali Semarang.B. Deskripsi Umum Kampung Melayu

Pada abad ke-21 saat ini kampung melayu menjadi kampung permukiman yang di huni oleh berbagai etnis. Tidak hanya etnis Tionghoa, Arab, dan Melayu saja tetapi etnis Jawa serta Pakistan telah menetap di kampung tersebut. Di dalam kampung tersebut terdapat Masjid yang menjadi peninggalan serta situs budaya dan menajdi masjis tertua di kota Semarang, masjid tersebut di namakan Masjid Layur namun lebih di kenal sebagai Masjid Menara Kampung Melayu.

Masjid Layur merupakan salah satu masjid tertua yang berada di Kota Semarang. Masjid ini berada di Jl. Layur nomor 33, Kampung Melayu, Semarang. Kawasan ini merupakan tempat bermukim penduduk Melayu pada masa Hindia Belanda (sekitar 1743 Masehi). Posisi Masjid Layur menghadap ke arah Kali Mberok Semarang (pada masa itu, Kali Semarang digunakan sebagai sarana transportasi utama penduduk Semarang).Dinding masjid dihiasi ornamen bermotif geometric, dan berwarna-warni tetapi karena kompleks Masjid Menara ini dibatasi oleh tembok tinggi kurang lebih lima meter dengan demikian yang kelihatan dari luar hanya menara saja yang tinggi. Karena adanya menara yang tinggi di Masjid Layur ini maka menyebabkan masjid juga terkenal dengan Masjid Menara. Fungsi menara adalah tempat bilal atau muazin. Tetapi pada masa perang kemerdekaan 1945-1949 fungsi menara sempat berubah sebagai menara pengawas pantai.

Masjid yang didirikan pada tahun 1802 dan dibangun oleh sejumlah saudagar dari Yaman yang bermukim di ibu kota Jawa Tengah. Masjid Layur ini lebih dikenal dengan sebutan Masjid Menara Kampung Melayu.Atap Masjid Layur tidak menggunakan kubah sirap yang umumnya digunakan pada Masjid-Masjid zaman dulu, te tapi Masjid ini memiliki atap yang berbentuk tajuk bersusun tiga dan tertutup genteng.Meski sudah berusia ratusan tahun, Masjid ini masih kokoh dan terawat.

Warga Kampung Melayu, khususnya kalangan Arab memiliki kecintaan yang sangat besar pada bangunan bersejarah ini. Hal ini terbukti pada saat merealisasikan program normalisasi sungai (program pemerintah sekitar tahun 1980-an, untuk memperbaiki lingkungan sekitar Kali Semarang), masjid tersebut seharusnya mengalami penggusuran dan pemotongan, diperkirakan hanya menaranya saja yang tertinggal. Tetapi dengan gigih mereka memperjuangkan keberadaan masjid menara tersebut, sehingga sampai sekarang masjid ini masih berdiri dengan kokoh dan terawat dengan baik.

Selain masjid, terdapat pula klenteng yang dibangun di Kampung Melayu. Menurut Liem Thian Joe, dalam proses pembangunannya klenteng ini mengalami sedikit kendala, karena adanya pro dan kontra dari komunitas Arab Hadramaut yang tinggal berdekatan dengan komplek rumah toko (ruko) Cina. Menurut Singgih, Klenteng ini baru dapat dibangun setelah pembangunan Masjid Menara selesai, yaitu sekitar tahun 1800-an. Penyelesaian permasalahan dilakukan dengan mengadakan pembicaraan dan kesepakatan antara pihak Arab Hadramaut dan Cina, yang disaksikan dan disetujui oleh Pemerintah Hindia Belanda. Sampai sekarang, klenteng ini masih kokoh berdiri se rta berfungsi untuk tempat ibadah bagi kaum Tionghoa.

Di kampung melayu, kebanyakan penduduk bermatapencaharian sebagai wirausaha mandiri, seperti warung klontong, warung makan, toko alat pancing, salon, toko meubel, dll. Seiring dengan berjalannya waktu, semakin banyak permasalahan lingkungan pada kampung tersebut seperti banjir. Bertahun-tahun kampung melayu terkena banjir rob. Karena masalah itu, banyak penduduk kampung melayu pindah sehingga banyak bangunan atau rimah-rumah yang kosong karena ditinggal oleh pemiliknya dan tidak terawat sehingga di kampung melayu banyak rumah kosong, tetapi tidak jarang masih banyak juga warga yang masih tinggal di kampung tersebut, walaupun mereka harus merenovasi rumah mereka.

Di kampung melayu, jalan utama telah banyak di naikkan,rumah-rumah warga yang terletak dipinggir jalan akibatnya lebih rendah dari pada jalan, namun hal ini sudah tidak menjadi ke khawatiran bagi warga karena di daerah tersebut sudah jarang terkena banjir lagi karena di Kali asin terdapat penyedotan air sungai sehingga tidak meluap sampai ke wilayah kampung melayu selain itu jalan utama di kampung tersebut sudah ditinggikan.

2. Data Non-Fisik

A. Budaya

Masyarakat kampung melayu adalah multi etnik, disamping terdiri dari masyarakat asli Semarang juga terdapat etnik lain yang berasal dari luar Semarang Seperti Arab Hadrarraut, Tionghoa, melayu, Cirebon, Banjar, Koja, dan lain lain. Budaya yang beragam ini masing masing tetap dipertahankan oleh masing-masing etnik, sebagai contoh koridor layur yang sebagiann besar dihuni oeh etnik tionghoa dan sebagian kecil etnik arab hadramaut,. Walaupun awalnya mereka membentuk kelompok-kelompok akan tetapi masyarakat kampung melayu hidup berdampingann secara damai. Dalam peerkembangannya, hidup bersama dalam waktu yang lama menyebabkan masyarakat kampung melayu mengalami akultursi dan asimilasi, dimana kelompok-kelompok kebudayaan mereka yang berbeda-beda, bertemu dan mengadakan kontak secara langsung dan terus menerus sehingga menibulkan pola perubahan yang asli dari suatu kelompok atau kedua-duanya. Masyarakat kampung melayu mengalami suatu proses social yang ditandaidengan semakin berkurangnya perbedaan individudan antar kelomok serta semakin eratnya kebersamaan untuk kepentungan dan tujuan yang sama. Keadaan ini tercermin dari tenggang rasa , gotong royong, guyub, musyawarah, ataupun kegiatan-kegiatan bersama yang melibatkan masyarakat kampung melayu.

Di sisi arsitektur, nilai kearifan local tercermin dengan arsitektur yang lentur dan adaptif terhadap budaya yaitu dengan terjadinya akulturasi dalam pola perubahan desain rumah etnik-etnik di kampung melayu semarang yang memiliki kecenderungan bentuk baru dengan maknna lama, dimana pada beberapa bagian bangunan terdapat bentuk baru pada beberapa bagian bangunan terdapat bentuk baru dalam pengertian unusur lama yan diperbarui, sehingga terjadi interperetasi baru terhadap bentuk lama yang pada dasarnya tetap berakar dari kebudayaan masing masing etnik di kampung melayu Semarang.

B. Sosial

Masyarakat kampung melayu juga membentuk organisasi ataupun kelompok, seperti arisan, pengajian, salawatan, terbangan, hadrahan dan sebagainya, yang beranggotakan orang kampungnya. Interaksi antar warga tidak terlalu erat karena kurangnya fasilitas pendukung dalam lingkungan yang dapat mewadahi warga dalam berkumpul dan bersosialisasi.C. Religi

Sebagian besar masyarakat kampung melayu adalah pemeluk agama Islam, dimana terdapat keiatan kegiatan yang berhubungan dengan agama yang mereka anut, seperti masyarakat yang beragama Islam mengadakan kegiatan pengajian, mauludan, dan silaturahmi, serta kebiasaan warga untuk melaksanakan shalat di masjid pada waktu Dzuhur, Maghrib, dan Shalat Jumat. Hal itu juga ditandai dengan adanya masjid Layur di kawasan tersebut. Selain itu sebagian dari masyarakat disana adalah etnis tionghoa hal itu ditandai dengan adanya klenteng di daerah tersebut.

D. Data FisikA. Elemen Citra Pembentuk Kawasan Kampung MelayuMenurut Kenvin Lynch (1990), terdapat lima buah elemen-elemen pembentuk ruang kota atau yang biasa disebut dengan citra kota, yaitu:1. PATHS (JALUR)Paths merupakan suatu elemen yang berupa rute sirkulasi dan biasa dipergunakan sebagai jalur pergerakan penduduk dalam suatu wilayah kota yang menghubungkan suatu tempat dengan tempat yang lainnya. Paths dapat berupa jalan, rel kereta api, gang, dan sebagainya.

Adapun pengaplikasiannya pada kawasan Kampung Melayu adalah sebagai berikut:

VISUALISASIKETERANGAN

JALAN

Merupakan salah satu jalan atau jalur utama pada kawasan Kampung Melayu yang dijadikan sebagai sirkulasi umum, dimana tidak ada transportasi umum selain becak. Mayoritas menggunakan kendaraan pribadi

GANG

Merupakan jalan yang berfungsi sebagai pergerakan khusus untuk menuju suatu tempat yang tidak berada pada jalan utama

Garis Path Kawasan Kampung Melayu2. EDGES (TEPIAN / BATAS WILAYAH)Edges merupakan suatu elemen linier yang tidak dipakai sebagai path yang juga merupakan pengakhiran dari suatu wilayah serta untuk membedakan antara satu wilayah dengan wilayah lainnya. Edges dapat terbentuk baik karena penaruh dari fasade bangunan, kondisi alam, maupun karakteristik fungsi kawasan. Edges dapat berupa jalur pantai, sungai, pantai, penghijauan, jalur kereta api, dapat juga berupa suatu batas pemisah dengan karakter yang kuat.

Adapun pengaplikasiannya pada kawasan Kampung Melayu adalah sebagai berikut:VISUALISASIKETERANGAN

SUNGAI

Aliran Kali Semarang menjadi pembatas antara kawasan Kampung Melayu dengan kawasan lapangan tiang bendera

REL KERETA API

Terdapat jalur perkereta apian pada akses masuk menuju Jalan Layur yang berfungsi sebagai tepian atau pembatas antar kawasan

3. DISTRIK (KAWASAN / WILAYAH)

Distrik merupakan suatu elemen yang merupakan bagian-bagian kota, serta memiliki luas sedang sampai besar dan memiliki karakter tertentu dalam batasnya. Distrik mempunyai identitas yang baik jika batasnya dibentuk dengan jelas tampilannya dan dapat dilihat homogen, serta fungsi dan posisinya jelas (introvert / ekstrovet; berdisi sendiri atau dikasitkan dengan yang lain). Citra distrik ini tidak boleh hilang karena apabila hal ini terjadi akan mengaburkan citra kawasan.

Adapun pengaplikasiannya pada kawasan Kampung Melayu adalah sebagai berikut:

VISUALISASIKETERANGAN

Merupakan salah satu area pada kawasan Kampung Melayu yang memiliki fungsi khusus perdagangan, khusus rumah tinggal, dan ruko.

4. NODES (SIMPUL / PUSAT AKTIVITAS)Nodes merupakan suatu titik dalam kota dimana pengamat dapat masuk dan merupakan ruang intensif bagi orang untuk bergerak dari dan ke tempat itu atau suatu konsentrasi penting karena menampung berbagai fungsi atau karakter seperti sudut jalan atau plasa ruang tertutup. Nodes dapat berupa persimpangan jalan utama, tempat break pada jalur transportasi, dan sebagainya.

Ciri-ciri node:

Pusat kegiatan

Pertemuan beberapa ruas jalan

Tempat pergantian alat transportasi

Perwujudan node:

Secara konseptual: berupa titik kecil dalam kota

Secara realistis berupa square skala besar, bentuk linier, keseluruhan pusat distrik pada tingkat yang luas.

Tipe node:

Junction node, misalnya stasiun bawah tanah, stasiun kereta api utama.

Thematic consentration, berfungsi sebagai core focus dan symbol sebuah wilayah penting.

Junction and concentration.

Kualitas node

Introvert rode, memberikan sedikit kesan mengarahkan

Ekstrovert node: menerangkan arah-arah umum, penghubung yang jelas ke berbagai distrik, dan pendekatan terlihat dari sisi tertentu.

VISUALISASIKETERANGAN

Jalan Layur merupakan pertemuan dari beberapa ruas jalan yang digunakan sebagai jalan alternatif dan digunakan oleh mobil pribadi. Pada bagian sisi jalana terdapat banyak bangunan dengan fungsi baik sebagai rumah tinggal ataupun toko serta terdapat masjid yang merupakan landmark dari Kampung Melayu sehingga Jalan Layur merupakan nodes dari Kampung Melayu.

Nodes Kawasan Kampung Melayu5. LANDMARK (TETANGER / TANDA YANG MENONJOL)Landmark merupakan suatu elemen yang dapat berwujud bangunan ataupun benda-benda alam yang berbeda dari sekelilingnya. Landmark adalah elemen paling penting dari bentuk kota karena membantu orang untuk mengorientasikan diri dalam kota dan membantu orang mengenali suatu daerah. Dapat berupa tugu, gedung, dan sebagainya.

Adapun pengaplikasiannya pada kawasan Kampung Melayu adalah sebagai berikut:VISUALISASIKETERANGAN

MASJID LAYUR

Merupakan bentuk visual paling menonjol di kawasan Kampung Melayu serta memiiki identitas yang jelas

B. Pemetaan Area Pada Kawasan Kampung Melayu1. Fungsi Bangunan Pada Kawasan Kampung Melayu2. Area Ruang Terbuka Hijau

Ruang Terbuka Hijau Kawasan Kampung MelayuArea ruang terbuka hijau pada kawasan Kampung Melayu hanya sebagian kecil dari kawasan tersebut. RTH terletak pada area didekat kali semarang, yang pada awalnya adalah bangunan yang diruntuhkan untuk pelebaran badan kali. Pada jalan layur juga terdapat sedikit penghijauan. Namun selebihnya, tidak ada ruang terbuka hijau lainnya pada kawasan tersebut. 3. Area Ruang Terbuka Non-Hijau

Ruang Tebuka Non Hijau Kawasan Kampung MelayuPada Kawasan Kampung melayu terdapat ruang terbuka non hijau yang berada disisi jalan layur, biasanya digunakan sebagai parkiran, sedangkan pada ruang terbuka didekat rel kereta dijadikan warung-warung non-permanen oleh warga.

Terdapat juga area terbuka non-hijau yang merupakan lahan dengan runtuhan bangunan yang dijadikan tempat pembuangan sampah oleh warga sekitarC. Sarana Lingkungan Pada Kawasan Kampung Melayu

Klenteng

Masjid

Mushola

Sarana Lingkungan yang terdapat pada Kawasan Kampung Melayu antara lain adalah;

1. Sarana sosial budaya beruapa tempat ibadah, terdapat 1 masjid Layur yang merupakan bangunan cagar

budaya, 1 klenteng, dan 2 musholla

E. Utilitas Lingkungan Pada Kawasan Kampung Melayu

Saluran Pembuangan Air

Titik Tiang ListrikUtilitas lingkungan yang nampak jelas pada kawasan kampung melayu adalah saluran air dengan lebar 30 cm 1..5 m serta tiang-tiang yang menghubungkan jaringan listrik yang beberapanya disertai dengan penerangan umum. F. Pemetaan Fungsi Bangunan Kawasan Kampung Melayu

Kawasan Kampung Melayu terdiri dari bangunan-bangunan dengan fungsi yang bervariatif. Diantaranya terdapat fasilitas ibadah terdiri dari 1 buah Masjid, 2 buah Musholla dan 1 buah klenteng dan beberapa rumah tinggal yang juga difungsikan untuk kepentingan komersil.

Contohnya:

1 buah kantor Scaffolding

1 tempat praktek dokter gigi

1 buah toko alat tulis

1 buah toko alat tulis

1 buah toko bangunan

1 buah toko pembuatan stempel

1 buah toko cetak foto

1 buah toko mebel

1 buah toko alat tulis

1 buah toko aksesoris

1 tempat tambal ban

5 buah toko alat pancing

1 buah toko aksesoris motor

1 buah toko servis laptop

2 buah bengkel motor

1 buah toko isi ulang air

2 buah salon

2 buah tempat jahit

1 buah medical home

1 buah kios bakso

1 buah kios sate

1 buah kios potong rambut madura

3 buah toko pembuat plat kendaraan

Selain rumah yang difungsikan untuk kepentingan komersil, terdapat 14 rumah yang hanya difungsikan sebagai rumah tinggal (tidak double function untuk kegiatan komersil). Dan terdapat 22 rumah yang sudah tidak dihuni lagi, 21 buah diantaranya merupakan rumah wakaf dari Masjid Layur. Selain itu terdapat 3 buah bangunan nonpermanen, dan 1 buah tempat pompa air sungai. Sehingga, bangunan permanen di kawasan ini sejumlah 73 bangunan, dan 3 buah bangunan non-permanen.

1. Prinsip-Prinsip Compact CitySebagai konsep tata ruang fungsional, compact city sesungguhnya merupakan tipikal kota-kota lama di Eropa (Le Clercq dan Hoogendoorn 1983 dalam Roo, 2003) yang mempunyai prinsip-prinsip: a. Menekankan kota dan lansekapb. Pembangunan ditambahkan pada struktur yang telah ada Mengkombinasikan fungsi-fungsi dalam tingkat bagian wilayah kota

c. Menyebarkan fasilitas dalam rangka membatasi lalu lintas dan meningkatkan aksesibilitas bagi pendudukd. Pembangunan dengan kepadatan tinggie. Penekanan pada transportasi umum.2. Karakteristik Kampung Melayua. Kelebihan:1. Multi etnis

2. Kebutuhan dalam kawasan tersebut sudah lengkap seperti area perdagangan, permukiman, dan ruang terbuka hijau.3. Merupakan kawasan yang memiliki nilai sejarah, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai kawasan wisata cagar budaya

4. Kawasan ini sudah dilengkapi dengan sarana ibadah berupa masjid dan klenteng

b. Kekurangan:1. Ruang Terbuka Hijau tidak terawat dan tidak tertata rapi, sehingga tidak berfungsi maksimal.

2. Kurangnya ketersediaan fasilitas penunjang berupa tempat sampah3. Tidak adanya pedestrian sehingga pejalan kaki tidak memiliki tempat untuk berjalan4. Jalan lingkungan yang sempit sehingga apabia ada dua kendaraan besar yang berpapasan menimbulkan kemacetan.5. adanya bangunan non permanen yang menyebabkan kawasan terlihat kumuh di beberapa titik.3. Redesain Setelah meninjau kawasan kampung melayu dari segi kelebihan dan kekurangannya. Didapatkan hal-hal yang merupakan tinjauan untuk di redesai dengan prinsip-prinsip compact city, sehingga menjadi sebuah kawasan kompak yang terintegrasi.

a. Aksesibilitas jalan layur

Aksesibilitas jalan di kawasan kampung melayu diperlebar dan ditambahkan jalur khusus untuk pesepedan dan becak. Selain itu juga ditambahkan pedestrian di sisi kanan dan kiri jalan guna memfasilitasi pejalan kaki sehingga penduduk nyaman untuk berjalan dan lebih memilih berpergian dengan berjalan kaki di banding menggunakan kendaraan bermotor. Sehingga tingkat emisi gas buang di daerah kawasan tersebut dapat berkurang sesuai dengan prinsip dari konsep compact city yang ada.

b. Penambahan dan pemusatan sarana service publicPada redesain kawasan kampung melayu terdapat sebuah area public yang dilengkapi dengan sarana dan service public ruang terbuka hijau berupa taman aktif dan ruang terbuka non hijau sebagai lahan parker di dekat masjid layur. Fungsi dari pemusatan area public agar dapat terjadi peningkatan kehidupan social masyarakat kampong melayu karena pada awalnya kampung tersebut sangat minim ruang untuk masyarakat berinteraksi. Sarana dan service public yang disediakan antara lain.

1. Balai warga2. Balai kesehatan3. Ruang parkir4. Taman aktif5. Area olahraga warga berupa lapangan dan jogging trackSerta sarana dan prasarana lainnya sehingga kawasan tersebut menjadi komplit dan dapat mengakomodasi warganya.

Pada kawasan Kampung Melayu kami meletakkan ruang terbuka hijau agar kebutuhan akan ruang terbuka hijau terpenuhi.

c. Pemusatan area rumah tinggalPemusatan area pemukiman pada redesain kawasan kampung melayu bertujuan agar sesuai dengan prinsip yang ada pada compact city. Agar jika suatu saat terjadi peningkatan densitas penduduk tidak akan ada pembangunan pembangunan rumah tinggal di luar area tersebut yang dapat menginterupsi kawasan lainnya.

DAFTAR PUSTAKAAnonim. (2010, Februari 11). Peneitian Compact City. Retrieved April 24, 2014, from compactcityits.blogspot.com/2010/02/apa-itu-compact-city.html?m=1

Kusuma, D. (2013, Januari 10). SEKILAS SEJARAH KOTA SEMARANG. Retrieved Mei 10, 2014, from http://agen-asuransi-prudential-semarang.blogspot.com/2013/01/sekilas-sejarah-kota-semarang.html

Wardhani, A. G. (2009, April 08). ( I ) ELEMEN PRIMER DI KAMPUNG MELAYU SEMARANG . Retrieved Mei 11, 2014, from http://melayusemarang.blogspot.com/

ARSITEKTUR LINGKUNGAN 2

S T U D I K O N S E P

COMPACT CITY

BERSKALA KAWASAN DAN TERAPANNYA

DI KAMPUNG MELAYU SEMARANG

DR. IR. R. SITI RUKAYAH MT.

OKKA SABRYNA (21020112130058) | JEANNIAGO PERMATA (21020112130059) | DIAJENG HANI PUSPITA (21020112130060) | NABILA ILMI HAKIMAH (21020112140061) | WULANDARI GILANG MERAPI (21020112130062) | DWITA OKTAVIANA (21020112130063)

BAB IKAJIAN

Masa lalu

Saat ini

KOTA KOMPAK

Penaikan densitas penduduk

Proses menuju kompak

Pertimbangan skala dan akses kota

Kesejahteraan sosial-ekonomi

Intensifikasi transportasi umum

Pengkonsentrasian kegiatan

Waktu

Ruang

Karakter

Komunitas berkelanjutan

Proses

Masa Depan

BAB IIDESKRIPSI KASUS STUDI

BATAS WILAYAH KAMPUNG MELAYU

Batas Utara: Bangunan Seni Foto Gerak Cepat

Batas Selatan: Rel Kereta Api

Batas Barat: Deretan Bangunan Sisi Kiri Jalan LAyur

Batas Timur: Kali Semarang

BAB IIIPENERAPAN KONSEP COMPACT CITY PADA KAWASAN KAMPUNG MELAYU