emulsi tekfar

12
BAB V PEMBAHASAN Emulsi adalah suatu sistem yang secara termadinamik tidak stabil, terdiri dari paling sedikit dua fasa sebagai globul-globul dalam fasa cair yang lainnya. Sistem ini biasanya distabilkan dengan adanya emulsi. Dalam bidang farmasi, emulsi biasanya terdiri dari minyak dan air. Berdasarkan fase terdispersinya dikenal dua jenis emulsi, yaitu 1. Emulsi minyak dalam air, yaitu bila fase minyak terdispersi di dalam fase air. 2. Emulsi air dalam minyak, yaitu bila fase air terdispersi di dalam fase minyak Apabila menggunkan surfaktan sebagai emulgator dsapat pula terjadi emulsi dengan sistem yang kompleks (multiple emulsion). Sistem ini merupakan jenis emulsi air-minyak-air atau sebaliknya.

description

tekfar

Transcript of emulsi tekfar

Page 1: emulsi tekfar

BAB V

PEMBAHASAN

Emulsi adalah suatu sistem yang secara termadinamik tidak stabil,

terdiri dari paling sedikit dua fasa sebagai globul-globul dalam fasa cair

yang lainnya. Sistem ini biasanya distabilkan dengan adanya emulsi.

Dalam bidang farmasi, emulsi biasanya terdiri dari minyak dan air.

Berdasarkan fase terdispersinya dikenal dua jenis emulsi, yaitu

1. Emulsi minyak dalam air, yaitu bila fase minyak terdispersi di dalam

fase air.

2. Emulsi air dalam minyak, yaitu bila fase air terdispersi

di dalam fase minyak

Apabila menggunkan surfaktan sebagai emulgator dsapat pula terjadi

emulsi dengan sistem yang kompleks (multiple emulsion). Sistem ini

merupakan jenis emulsi air-minyak-air atau sebaliknya.

Dalam pembuatan suatu emulsi, pemilihan suatu emulgator

merupakan faktor yang penting karena mutu dan kestabilan suatu emulsi

banyak dipengaruhi oleh emulgator yang digunakan. Salah satu emulgator

yang yang banyak digunakan adalah zat aktif permukaan atau lebih

dikenal dengan surfaktan. Mekanisme kerja emulgator ini adalah

menurunkan tegangan antar permukaan air dan minyak serta membentuk

lapisan film pada permukaan globul-globul fase terdisperisnya.Tipe emulsi

Page 2: emulsi tekfar

dapat ditentukan dari jenis surfaktan digunakan. Secara kimia, molekul

surfaktan terdiri atas gugus polar dan non polar. Apabila surfaktan

dimasukkan ke dalam sistem yang dari air dan minyak, maka guugus

polar akan terarah ke fasa air sedangkan gugus non polar terarah ke fasa

minyak. Surfaktan yang mempunyai gugus polar lebih kuat akan

cenderung membentuk emulsi minyak dalam air, sedangkan bila gugus

non polar yang lebih kuat maka akan cenderung membentuk emulsi air

dalam minyak.

Berbagai tipe bahan telah digunakan dalam farmasi sebagai zat

pengemulasi jumlahnya ratusan bahkan, ribuan yang telah dites

kemampuan emulsifikasinya. Walaupun dalam hal ini tidak ada maksud

untuk membicarakan masing-masing zat ini dalam emulasi farmasi, tapi

baik untuk dicatat tipe bahan-bahan yang umumnya digunakan sebagai

zat pengemulsi secara umum. Di antara zat pengemulsi dan zat penstabil

untuk sistem farmasi adalah sebagai berikut :

1. Bahan-bahan karbohidrat seperti zat-zat yang terjadi secara alami :

aksia (gom) tragakan, agar, kondrus, dan paktin. Bahan-bahan ini

membentuk koloida hidrofilik bila ditambahkan ke dalam air dan

mumumnya menghasilkan emulsi m/a. Gom mungkin merupakan

zat pengemulsi yang paling sering digunakan dalam preparat

emulasi yang dibuat baru (r.p) oleh ahli farmasi di apotek. Tragakan

dan agar umumnya digunakan sebagai zat pengental dalam

produk-produk yang dihasilkan dengan gom.

1

Page 3: emulsi tekfar

2. Zat-zat protein seperti : gelatin, kuning telur,dan kasein. Zat-zat ini

manghasilkan emulasi m/a. Kerugian gelatin sebagai suatu zat

pengemulasi adalah bahwa emulasi yang disiapkan dari gelatin

seringkali terlalu cair pada pendiaman.

3. Alkohol dengan bobot molekul tingi seperti: stearil alkohol, setil

alkohol, dan gliseril monostearat. Bahan-bahan ini digunakan

terutama sebagai zat pengantal dan penstabil untuk emulasi m/a

dari latio dan salep tertentu dan digunakan sebagai obat luar .

kolesterol dan turunan kolesterol bisa juga digunakan sebagai

emulasi untuk obat luar dan menghasilkan emulasi a/m.

4. Zat-zat pembasah,yang bisa bersifat kationik, anionik, dan

nonionik. Zat-zat ini mengandung gugus-gugus hidrofilik dan

lipofilik, dengan bagian lipopilik dari molekul menyebabkan aktivitas

permukaan dari molekul tersebut. Dalam zat anionik, bagian

lipofilik ini bermuatan negatif, tapi dalam zat kationik bagian lipofilk

ini bermuatan positif. Lantaran muatan ini ionnya yang berlawanan,

zat anionik dan zat kationik cenderung untuk saling menetralkan

jika ada dalam sistem yang sama, jadi kedua bahan ini tidak

tercampurkan satu dengan yang lainnya. Zat pengemulsi nonionik

menunjukkan tidak adanya kecenderungan untuk mengion.

Tergantung pada sifatnya masing-masing, beberapa dari grup ini

membentuk emulsi a/m.

2

Page 4: emulsi tekfar

5. Zat padat yang terbagi halus, seperti tanah liat koloid termasuk

bentonit, magnesium hidroksida dan alminium hidroksida. Ini

umumnya membentuk emulsi m/a bila bahan yang tidak larut

ditambahkan ke fase air jika ada sejumlah volume pase air lebih

besar dari pada fase minyaknya. Tetapi, jika serbuk padat yang

halus ditambahkan kedalam minyak lebih besar, suatu zat seperti

bentonit sanggup membentuk suatu emlsi a/m.

Kestabilan suatu emulsi adalah kemampuan suatu emulsi untuk

mempertahankan distribusi yang teratur dari fase terdispersi dalam

jangka waktu yang lama. Penurunan stabilitas dapat dilihat jika terjadi

campuran (Bj fase terdispersi lebih kecil dari Bj fase pendispersi ). Hal ini

menyebabkan pemisahan dari kedua fase emulsi.

Ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi kestabilan yaitu :

1. Teknik pembuatan

2. Penambahan garam atau elektrolit lemah dalam konsentrasi besar

mempengaruhi kestabilan emulsi.

3. Pengocokan yang keras, apabila emulsi dikocok keras-keras maka

partikel-partikel kecil akan mengadakan kontak menjadi partikel yang

lebih besar sehingga emulsi akan pecah.

4. Penyimpanan

3

Page 5: emulsi tekfar

Pada percobaan ini mula-mula dilakukan adalah menentukan

jumlah span dan tween yang akan digunakan dan bahan yang lainnya.

Pencampuran bahan berdasarkan dari sifat bahan itu tujuannya bahan

yang berfase air dicampur dengan fase air itu sendiri dan untuk fase

minyak juga pada fase minyak itu sendiri.

Jadi pada percobaan ini untuk fase air yaitu tween 80 dan air,fase

air terdiri dari (Sukrosa+ Na siklamat larutkan dengan air hangat kemudian propil

dan metil paraben dicampurkan dan Na bisulfit dicampurkan sambil diaduk diatas

penangas air) sedangkan untuk fase minyak yaitu span 80 dan minyak ikan

pada cawan porselen. Kemudian pencampuran dilakukan pada suhu

70oC. Alasannya, kedua fase tersebut memiliki suhu lebur yang sama

yaitu pada suhu 70oC sehingga dapat diperoleh emulsi yang baik dan

tidak pecah.

Pada fase air dilakukan pengaturan suhu, yaitu suhu dilebihkan

sedikit dari suhu rata-rata kedua fase minyak dan air sebab pada fase ini

dapat terjadi penurunan suhu yang cepat. Lalu campuran dikocok,

dengan menggunakan mikser selama 5 menit.dan diistirahatkan setiap 20

detik. Pengocokan intermitten dilakukan untuk memberikan kesempatan

pada minyak untuk terdispersi ke dalam air dengan baik serta emulgator

dapat membentuk lapisan film pada permukaan fase terdispersi.

Pengamatan emulsi dilakukan selama 5 hari tujuannya untuk

melihat pemisahan antara fase air dan fase minyak, perubahan warna dari

kedua fase tersebut, dan volume dari emulsi setelah 5 hari kemudian.

4

Page 6: emulsi tekfar

Penyimpanan emulsi dilakukan pada suhu yang dipaksakan (stress

coindition) perlakuan ini dimaksudkan untuk mengetahui kestabilan emulsi

dimana terjadi penurunan suhu secara drastis, kondisi ini akan lebih

mempercepat pengamatan kita terhadap stabil atau tidaknya suatu emulsi.

Berdasarkan pengamatan selama lima hari berturut-turut dapat

dilihat bahwa hasil yang diperoleh stabil.

Pengukuran pH

Dilakukan dengan mencelupkan pH indicator ke dalam sediaan

kemudian dibandingkan dengan tabel perubahan warna. Setelah

dilakukan pengukuran, pH emulsi yang dibuat adalah 3.

Penentuan Tipe Emulsi

2. Dengan menggunakan kertas saring

Dilakukan dengan meneteskan sedikit emulsi ke atas kertas

saring. Setelah dilakukan, didapatkan hasil emulsi membentuk

noda seperti air pada kertas saring. Hal ini menunjukan bahwa

emulsi mempunyai tipe M/A (minyak dalam air)

Adapun parameter ketidakstabilan suatu emulsi dalam percobaan

ini adalah terjadinya :

a. Flokulasi dan Creaming

Fenomena ini terjadi karena penggabungan partikel yang disebabkan

oleh adanya energi permukaan bebas saja. Flokulasi adalah terjadinya

kelompok-kelompok globul yang letaknya tidak beraturan di dalam

suatu emulsi. Creaming adalah terjadinya lapisan-lapisan dengan

kosentrasi yang berbeda-beda di dalam suatu emulsi. Lapisan dengan

5

Page 7: emulsi tekfar

konsentrasi yang paling pekat akan berada di sebelah atas atau di

sebelah bawah tergantung dari bobot jenis fasa yang terdispersi.

b. Koalesen dan demulsifikasi

Fenomena ini tejadi bukan semata-mata karena energi bebas

permukaan tetapi juga karena tidak semua globul terlapis oleh film

antar permukaan. Koalesen adalah terjadinya penggabungan globul-

globul menjadi lebih besar, sedangkan demulsifikasi adalah proses

lebih lanjut pada keadaan koalesen dimana kedua fasa ini terpisah

kembali menjadi dau cairan yang tidak bercampur. Kedua fenomena

ini tidak dapat diperbaiki kembali dengan pengocokan.

Pada sediaan kami setelah 5 hari tidak terbentuk flokulasi ataupun

koalesen emulsi tetap stabil artinya sediaan emulsi kami memenuhi

standar produk pasaran.

KESIMPULAN

Pada pembuatan emulsi pemilihan emulgator

yang tepat sangat berpengaruh pada hasil akhir emulsi. Pemilihan

emulgator yang kurang tepat dan dengan perbandingan yang salah

(terutama Tween dan Span) akan menyebabkan emulsi kurang stabil

dan mudah pecah (fase air dan fase minyak terpisah)

Untuk mengetahui tipe emulsi dapat

dilakukan dengan kertas saring. Dengan kertas saring adalah dengan

cara meneteskan sedikit emulsi ke atas kertas saring. Emulsi tipe M/A

akan meninggalkan noda seperti air, sedangkan tipe A/M akan

meninggalkan noda seperti minyak.

6

Page 8: emulsi tekfar

Suhu pada saat pembuatan maupun pada saat

penyimpanan sangat berpengaruh pada kestabilan emulsi. Hal ini juga

dapat digunakan untuk mengetahui kesatbilan emulsi, dengan cara

memanaskannya pada suhu tinggi.

DAFTAR PUSTAKA

1. Tim Asisten.,(2008)., “Penuntun Praktikum Farmasi fisika”, Jurusan

Farmasi, UNHAS, Makassar, 30.

2. Jenkins, G.L., (1957), “Scoville’s ; The Art Of Compounding’, Ninth

Edition, McGraw-Hill Book Company,Inc., New York, Toronto, 314,

315.

3. Parrot, L.E., (1970), “Pharmaceutical technology”, Burgess Publishing

Company. Mineneapolis, 335.

4. Ditjen POM., (1979), “Farmakope Indonesia”, Edisi III, Depkes RI,

Jakarta, 474, 509.

5. Ansel, H.C., (1989), “Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi”, edisi IV,

Terjemahan Farida Ibrahim, UI Press, Jakarta.

6. Anief, Moh., (2005)., ”Ilmu Meracik Obat”, cetakan XII, Gadjah Mada

University Press. Yogyakarta.143, 147.

7

Page 9: emulsi tekfar

8