Empati sebagai salah satu aspek pengendalian emosi

23
Emosi merupakan keadaan dalam diri individu pada satu waktu sebagai akibat adanya peristiwa yang pada umumnya berasal dari luar dirinya (Walgito, 1997, h. 65).

Transcript of Empati sebagai salah satu aspek pengendalian emosi

Page 1: Empati sebagai salah satu aspek pengendalian emosi

Emosi merupakan

keadaan dalam diri individu pada satu waktu sebagai akibat

adanya peristiwa yang pada umumnya berasal

dari luar dirinya (Walgito, 1997, h. 65).

Page 2: Empati sebagai salah satu aspek pengendalian emosi

• Emotion juga dapat didefinisikan sebagai respon terhadap stimulus yang meliputi physiological arousal, perasaan subjektif, interpretasi kognitif, and overt behavior.

Page 3: Empati sebagai salah satu aspek pengendalian emosi

• Psychological arousalUsually the stronger the arousal the more intense the emotional experience.

• Perasaan subjektif Sekalipun stimulusnya sama tetapi emosi yang ditimbulkan

berbeda2

• Kognitif Emosi merupakan reaksi kejiwaan terhadap stimulus yang

mengenainya. Interpretasi kognitif terhadap stimulus tersebut menjadi faktor pencetus emosi. Interpretasi kognitif mendahului perasaan subjektif. (pada pengalaman emosional yang lebih komplek)ex : saya terinfeksi hiv, hidup saya akan segera berakhir, saya merasa sedih.

Page 4: Empati sebagai salah satu aspek pengendalian emosi

Tetapi terdapat kasus emosi dimana nampaknya tidak ada penilaian kognitif yg terlibat. Yaitu pada pengalaman emosional yang terbatas pada perasaan negatif atau positif)

ex: anda dipukul tiba2, maka anda akan merasakan emosi sebelum anda menginterpretasikan peristiwa

• Over behavior

emosi seringkali nampak dalam tingkah laku dan ekspresi

Page 5: Empati sebagai salah satu aspek pengendalian emosi

Tujuan pengendalian emosi

• Dalam persiapan diri demi pengabdian dalam bidang perawatan seorang perawat juga harus mengenal diri dan membentuk dirinya ke arah yang lebih baik dan mengurangi sifat/perilaku yang menghambat proses penyembuhan pasien

• Perawat juga harus mampu memahami kondisi emosi orang lain ( pasien, keluarga pasien, dokter, rekan sejawat dan petugas kesehatan lainnya) agar tercipta hubungan interpersonal yang baik yang mendukung proses penyembuhan pasien

Page 6: Empati sebagai salah satu aspek pengendalian emosi

Emosi PositifEmosi positif pasti akan menghasilkan karya yang positif.

NAMUN Emosi positif yang tidak dikelola dengan baik, bisa saja menghasilkan sesuatu yang akhirnya membawa petaka.

Emosi Negatifemosi negatif pun perlu dikelola dengan baik,

agar energi yang dihasilkan bisa mengarahkan kita untuk

menghasilkan sesuatu yang positif.

Jika tidakmaka akan merugikan diri sendiri.

Page 7: Empati sebagai salah satu aspek pengendalian emosi

Semua emosi yang kita miliki

memancarkan energi yang kuat

untuk membawa kita kepada kebaikan asalkan saja kita bisa :

mengelolanya dengan baik

Page 8: Empati sebagai salah satu aspek pengendalian emosi

Teori emosi

• Teori sentral/ tokoh : Cannon

Gejala kejasmanian merupakan akibat dari emosi yang dialami individu.

emosi gejala kejasmanian

• Teori perifir/ tokoh James-lange

Emosi yang dialami individu akibat dari gejala kejasmanian.

Gejala kejasmanian emosi

• Teori kepribadian/ tokoh J. Linchoten

Emosi merupakan aktivitas pribadi dimana pribadi ini tidak bisa dipisahkan antara jasmani dan psikis

Page 9: Empati sebagai salah satu aspek pengendalian emosi

Selain bergantung pada stimulus dari luaremosi juga bergantung pada

• Keadaan jasmani individu yang bersangkutan :individu yang sedang sakit biasanya lebih perasa

• Keadaan dasar individuberhubungan dengan struktur pribadi individu

• Keadaan individu pada suatu waktuex : sedang kalut pikirannya karena memikirkan biaya pengobatan yang sangat mahal

Page 10: Empati sebagai salah satu aspek pengendalian emosi

SedihBerkaitan dengan kehilangan orang yang dicintai

TakutBerkaitan dengan ancaman

MarahBerkaitan dengan penghalang

GembiraJika bertemu dengan calon pasangan

PercayaKetika menjadi anggota kelompok

MuakBerhadapan dengan objek yang menjijikkan

AntisipasiJika mendapatkan kekuasaan baru

TerkejutBertemu dengan benda baru yang mendadak

Page 11: Empati sebagai salah satu aspek pengendalian emosi

Bayi yang baru lahir dapat memberikan

respon emosi pada rangsanganmenyenangkan

dan tidak menyenangkan

Bayi yang baru lahir dapat memberikan

respon emosi pada rangsanganmenyenangkan

dan tidak menyenangkan

Dengan meningkatknya usia anak,

emosi semakin dapat dibedakan.

seperti kegembiraan, ketakutan dan kebahagiaan.

Dengan meningkatknya usia anak,

emosi semakin dapat dibedakan.

seperti kegembiraan, ketakutan dan kebahagiaan.

Dengan bertambahnya usia, reaksi yang berupa

kata-kata meningkat, sedangkan reaksi

gerak otot berkurang.

Dengan bertambahnya usia, reaksi yang berupa

kata-kata meningkat, sedangkan reaksi

gerak otot berkurang.

Puncak ledakan marah usia

2 hingga 4 tahundan kemudian

pola ekspresi kemarahan yang lebih matang.

Puncak ledakan marah usia

2 hingga 4 tahundan kemudian

pola ekspresi kemarahan yang lebih matang.

Page 12: Empati sebagai salah satu aspek pengendalian emosi

Keadaan fisik anak

Taraf kemampuan intelektual

Besar kecilnya keluarga

Reaksi sosial

Kebutuhan anak

Jenis Kelamin

Urutan kelahiran

Pola asuh

Status sosial ekonomi

Page 13: Empati sebagai salah satu aspek pengendalian emosi

Faktor belajar

Belajar dengan try and errorModellingIdentifikasi

Conditioning Pelatihan

Peran kematangan

IntelektualMengingat & menduga

Kel. endokrin

Page 14: Empati sebagai salah satu aspek pengendalian emosi

A. Rangsangan yang menimbulkan kemarahanA. Rangsangan yang menimbulkan kemarahan

Bayi bereaksi dengan ledakan marah terhadap ketidakenakan fisik

Anak-anak hampir sama dg bayi, ditambahgangguan terhadap milik mereka,

mainan atau objek lain tidak seperti yang mereka kehendaki disuruh melakukan sesuatu yang enggan mereka lakukan saat itu.

Anak yg lebih tuarintangan terhadap keinginan, gangguan terhadap aktivitas,

diperbandingakan dengan anak lain secara tidak menyenangkan, gagal mencapai tujuan,

dihukum secara tidak adil, diremehkan, diabaikan dan dicemooh

Bayi bereaksi dengan ledakan marah terhadap ketidakenakan fisik

Anak-anak hampir sama dg bayi, ditambahgangguan terhadap milik mereka,

mainan atau objek lain tidak seperti yang mereka kehendaki disuruh melakukan sesuatu yang enggan mereka lakukan saat itu.

Anak yg lebih tuarintangan terhadap keinginan, gangguan terhadap aktivitas,

diperbandingakan dengan anak lain secara tidak menyenangkan, gagal mencapai tujuan,

dihukum secara tidak adil, diremehkan, diabaikan dan dicemooh

Page 15: Empati sebagai salah satu aspek pengendalian emosi

1). Reaksi impulsif

2). Tidak ditampakkan

B. Reaksi kemarahan

Page 16: Empati sebagai salah satu aspek pengendalian emosi

Ekspresi

Ekspresi positif• Menuliskannya / membicarakannya• Menyalurkan lewat olahraga• Berjalan-jalan sampai jauh• Meditasi / mengarahkan fokus• Melukis, musik, menulis, main drama

Ekspresi negatif :

Kehilangan kendali diriPenyiksaan fisik dan verbalMelemparkan / menendang barangTindak sabotase atau pembalasan dendamMelukai diri sendiri

Page 17: Empati sebagai salah satu aspek pengendalian emosi

Aspek mental dan emosi jugamemerlukan bimbingan.

Jika tidakmaka

keadaan emosional itu akan menyala terus

dan menyebabkan seseorang bereaksi emosional terhadap rangsangan

yang muncul kemudian

Page 18: Empati sebagai salah satu aspek pengendalian emosi

untuk dapat mengendalikan emosi, seseorang seharusnya :

1. mampu mengenali emosinya2. mengelola emosinya : self instuctional, relaxasi,

melihat dari sudut pandang orang lain3. berempati dan kemudian

4. membina hubungan.

Page 19: Empati sebagai salah satu aspek pengendalian emosi

1. mampu mengenali emosinya

• Kesadaran diri dalam mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi.

• Pada tahap ini diperlukan adanya pemantauan perasaan dari waktu ke waktu agar timbul wawasan psikologi dan pemahaman tentang diri.

• Ketidakmampuan untuk mencermati perasaan yang sesungguhnya membuat diri berada dalam kekuasaan perasaan.

• Akibatnya tidak peka akan perasaan yang sesungguhnya

yang berakibat buruk bagi pengambilan keputusan masalah.

Page 20: Empati sebagai salah satu aspek pengendalian emosi

2. mengelola emosinya

• Mengelola emosi berarti menangani perasaan agar perasaan dapat terungkap dengan tepat, hal ini merupakan kecakapan yang sangat bergantung pada kesadaran diri.

• Emosi dikatakan berhasil dikelola apabila : mampu menghibur diri ketika ditimpa kesedihan, dapat melepas kecemasan, kemurungan atau ketersinggungan dan bangkit kembali dengan cepat dari semua itu.

• Sebaliknya orang yang buruk kemampuannya dalam mengelola emosi akan terus menerus bertarung melawan perasaan murung atau melarikan diri pada hal-hal negatif yang merugikan dirinya sendiri.

Page 21: Empati sebagai salah satu aspek pengendalian emosi

Pengelolaan emosi berkaitan dengan motivasi seseorang.

Sebab dengan adanya kemampuan memotivasi diri maka seseorang akan cenderung memiliki pandangan yang positif dalam menilai segala sesuatu yang terjadi dalam dirinya.

Kemampuan seseorang memotivasi diri dapat ditelusuri melalui hal-hal sebagai berikut : a) cara mengendalikan dorongan hati; b) derajat kecemasan yang berpengaruh terhadap unjuk kerja

seseorang; c) kekuatan berfikir positif; d) optimisme; dan e) keadaan flow (mengikuti aliran), yaitu keadaan ketika perhatian seseorang sepenuhnya tercurah ke dalam apa yang sedang terjadi, pekerjaannya hanya terfokus pada satu objek.

Page 22: Empati sebagai salah satu aspek pengendalian emosi

3. berempati

• Empati atau mengenal emosi orang lain dibangun berdasarkan pada kesadaran diri.

• Jika seseorang terbuka pada emosi sendiri, maka dapat dipastikan bahwa ia akan terampil membaca perasaan orang lain.

• Sebaliknya orang yang tidak mampu menyesuaikan diri dengan emosinya sendiri dapat dipastikan tidak akan mampu menghormati perasaan orang lain.

Page 23: Empati sebagai salah satu aspek pengendalian emosi

4. membina hubungan

• Seni dalam membina hubungan dengan orang lain merupakan keterampilan sosial yang mendukung keberhasilan dalam pergaulan dengan orang lain.

• Tanpa memiliki keterampilan seseorang akan mengalami kesulitan dalam pergaulan sosial. Sesungguhnya karena tidak dimilikinya keterampilan-keterampilan semacam inilah yang menyebabkan seseorang seringkali dianggap angkuh, mengganggu atau tidak berperasaan