Emfisema paru

2
Emfisema paru-paru akut pada sapi Sinonim: adenomatosis atypical pneumonia Emfisema paru-paru akut pada sapi dapat terjadi karena perubahan ransum secara mendadak yang ditandai dengan dipsnoe dan gangguan pencernaan makanan. Gangguan paru-paru tersebut kadang memiliki morbiditas yang tinggi dan mortalitas yang kadang-kadang mencapai 25%. Etiologi Emfisema dapat terjadi 2-3 hari setelah sapi potong dipindahkan dari padang penggembalaan yang kering ke padang yang hijau segar. Secara mendadak sapi tersebut mendapatkan pakan yang mengandung protein yang tinggi. Selain itu pakan yang berjamur misalnya jagung, ubi, milo, juga mampu menyebabkan emfisema. Selanjutnya tanaman dari keluarga lucyferrae misalnya raphe dan purple mint telah pula diduga menjadi penyebab penyakit paru-paru ini. Di Negara yang menggunakan silo untuk menyimpanan dan pemprosesan pakan ternak, emfiema kadang dialami oleh sapi yang diberi pakan yang belum sempurna proses fermentasinya di dalam silo.gangguan tersebut terjadi karena kerjaan gas NO2 yang berlebihan atas jaringan paru- paru. Pathogenesis Tergantung dari jenis ransum yang dikonsumsi, bahan pakan dalam keadaan tertentu akan menghasilkan 3CH3 indol dalam jumlah yang berbeda-beda. Apabila jumlahnya cukup banyak dapat menyebabkan rangsangan terhadap jaringan epitel, sehingga akan terjadi proliferasi sel-sel alveoli dan bronkhioli. Selanjutnya, oleh karena gangguan tersebut dapat terjadi blockade atas saluran udara. Hal serupa juga dialami oleh sel-sel epitel, apabila produk gas NO2 terdapat berlebihan. Toksin-toksin yang diproduksi oleh jamur dapat mengakibatkan proses hipersentivitas hingga pada akhirnya terjadi oedema pada saluran udara. Karena adanya gangguan pada saluran pernafasan lama-kelamaan timbunan udara dalam alveoli akan mampu mengakibatkan penurunan elastisitas dinding alveoli. Dalam keadaan

Transcript of Emfisema paru

Page 1: Emfisema paru

Emfisema paru-paru akut pada sapi

Sinonim: adenomatosis atypical pneumonia

Emfisema paru-paru akut pada sapi dapat terjadi karena perubahan ransum secara mendadak yang ditandai dengan dipsnoe dan gangguan pencernaan makanan. Gangguan paru-paru tersebut kadang memiliki morbiditas yang tinggi dan mortalitas yang kadang-kadang mencapai 25%.

Etiologi

Emfisema dapat terjadi 2-3 hari setelah sapi potong dipindahkan dari padang penggembalaan yang kering ke padang yang hijau segar. Secara mendadak sapi tersebut mendapatkan pakan yang mengandung protein yang tinggi. Selain itu pakan yang berjamur misalnya jagung, ubi, milo, juga mampu menyebabkan emfisema. Selanjutnya tanaman dari keluarga lucyferrae misalnya raphe dan purple mint telah pula diduga menjadi penyebab penyakit paru-paru ini.

Di Negara yang menggunakan silo untuk menyimpanan dan pemprosesan pakan ternak, emfiema kadang dialami oleh sapi yang diberi pakan yang belum sempurna proses fermentasinya di dalam silo.gangguan tersebut terjadi karena kerjaan gas NO2 yang berlebihan atas jaringan paru-paru.

Pathogenesis

Tergantung dari jenis ransum yang dikonsumsi, bahan pakan dalam keadaan tertentu akan menghasilkan 3CH3 indol dalam jumlah yang berbeda-beda. Apabila jumlahnya cukup banyak dapat menyebabkan rangsangan terhadap jaringan epitel, sehingga akan terjadi proliferasi sel-sel alveoli dan bronkhioli. Selanjutnya, oleh karena gangguan tersebut dapat terjadi blockade atas saluran udara. Hal serupa juga dialami oleh sel-sel epitel, apabila produk gas NO2 terdapat berlebihan. Toksin-toksin yang diproduksi oleh jamur dapat mengakibatkan proses hipersentivitas hingga pada akhirnya terjadi oedema pada saluran udara. Karena adanya gangguan pada saluran pernafasan lama-kelamaan timbunan udara dalam alveoli akan mampu mengakibatkan penurunan elastisitas dinding alveoli. Dalam keadaan akut, dinding alveoli tersebut akan pecah dan dapat mengakibatkan terjadinya emfisema intertisialis.

Gejala-gejala

Di daerah yang mengenal 4 musim, emfisema biasanya terjadi pada akhir musim panas dan akhir musim gugur. Sapi-sapi yang paling peka adalah yang berumur 3 tahun atau lebih. Waktu sakit biasanya hanhya berlangsung dalam 24 jam, yang diakhiri dengan kematian. Sapi-sapi lain sepadang mungkin akan mengalami dipsnoea ekspiratorik. Gangguan pencernaan makanan biasanya berupa kembung rumen, statis intestinal yang diikuti dengan diare yang ringan : menderita bernafas dengan mulutnya, leher yang dijulurkan dan frekuensi pernafasannya sangat meningkat. Untuk mengurangi rasa sakit, kaki-kaki depan biasanya terlhat diabdusksikan.

Pada sapi padang penggembalaan mungkin yang mengalami sakit mencapai100%, sedang yang mengalami kematian pada padang penggembalaan yang baru sering mencapai angka 25%.

Page 2: Emfisema paru

Diagnosis

Penentuan diagnosis didasarkan pada anamnesis gejala yang diamati, serta tingginya ketinggian sakit di daerah sapi dipelihara.

Terapi

Injeksi dengan epinefrin dan antihistamin dengan dosis multipel sering dilakukan. Untuk mengurangi oedema dapat diberikan furosemid (lasix) dengan dosis 2,2-4,4 mg/kg, yang diulang per 12 jam. Penyuntikan furosemid dilakukan secara intravena. Untuk mengatasi infeksi sekunder biasanya digunakan antibiotika berspektrum luas atau sediaan sulfonamide.