Emergency Drug1s

6
Emergency Drugs Tujuan Pembelajaran Setelah mengikuti pelatihan ini peserta diharapkan mampu 1. Mampu dan mengetahui indikasi dan dosis pemberian adrenalin untuk kasus emergensi 2. Mampu dan mengetahui indikasi dan dosis pemberian bikarbonat untuk kasus emergensi 3. Mampu dan mengetahui indikasi dan dosis pemberian atropin untuk kasus emergensi 4. Mampu dan mengetahui indikasi dan dosis pemberian amiodarone untuk kasus emergensi 5. Mampu dan mengetahui indikasi dan dosis pemberian lidokain untuk kasus emergensi 6. Mampu dan mengetahui indikasi dan dosis pemberian magnesium untuk kasus emergensi 7. Mampu dan mengetahui indikasi dan dosis pemberian kalsium untuk kasus emergensi Adrenalin Meskipun hanya sedikit data untuk penggunaan pada manusia, namun cukup beralasan untuk menggunakan adrenalin saat ventilasi dan kompresi dada yang adekuat gagal untuk meningkatkan denyut jantung di atas 60 kali/menit . Jika digunakan, berikan adrenalin 10-30µg/kg secara intravena sesegera mungkin. Rute trakea tidak dianjurkan tetapi jika digunakan, maka dosis yang digunakan

description

emergency drugs

Transcript of Emergency Drug1s

Page 1: Emergency Drug1s

Emergency DrugsTujuan Pembelajaran

Setelah mengikuti pelatihan ini peserta diharapkan mampu

1. Mampu dan mengetahui indikasi dan dosis pemberian adrenalin untuk kasus emergensi

2. Mampu dan mengetahui indikasi dan dosis pemberian bikarbonat untuk kasus emergensi

3. Mampu dan mengetahui indikasi dan dosis pemberian atropin untuk kasus emergensi

4. Mampu dan mengetahui indikasi dan dosis pemberian amiodarone untuk kasus

emergensi

5. Mampu dan mengetahui indikasi dan dosis pemberian lidokain untuk kasus emergensi

6. Mampu dan mengetahui indikasi dan dosis pemberian magnesium untuk kasus

emergensi

7. Mampu dan mengetahui indikasi dan dosis pemberian kalsium untuk kasus emergensi

Adrenalin

Meskipun hanya sedikit data untuk penggunaan pada manusia, namun cukup beralasan

untuk menggunakan adrenalin saat ventilasi dan kompresi dada yang adekuat gagal untuk

meningkatkan denyut jantung di atas 60 kali/menit. Jika digunakan, berikan adrenalin 10-30µg/kg

secara intravena sesegera mungkin. Rute trakea tidak dianjurkan tetapi jika digunakan, maka

dosis yang digunakan adalah 50-100 µg/kg. Walaupn keamanan maupun manfaat dari dosis rute

trakea yang lebih tinggi telah dibuktikan. Jangan memberikan dosis tinggi ini secara intravena.

Meskipun adrenalin digunakan secara luas saat resusiatsi dan beberapa studi mengenai

vasopressor, tidak ada studi placebo-controlled yang menunjukkan bahwa penggunaan

vasopressor pada saat serangan jantung dapat meningkatkan keutuhan status neurologis.

Meskipun data terbatas, penggunaan adrenalin masih direkomendasikan. Rekomendasi ini

didasarkan pada penelitian pada hewan dan adanya peningkatan kelangsungan hidup jangka

pendek pada manusia. 227,228 Dosis optimal adrenalin tidak diketahui, dan tidak ada yang

mendukung pemberian dosis berulang. Hanya sedikit data mengenai farmakokinetik adrenalin

selama RKP dan durasi RKP optomal serta jumlah shock yang harus diberikan sebelum obat juga

tidak diketahui saat ini tidak ada bukti yang cukup untuk mendukung dan menyangkal

Page 2: Emergency Drug1s

penggunaan vasopressor lain sebagai alternatif atau dikombinasikan dengan dengan adrenalin

pada penangan serangan jantung ritme apapun untuk meningkatkan kelangsungan hidup atau pun

keluaran neurologis. Berdasarkan konsensus para ahli, dianjurkan agara pada VF/VT diberian

adrenalin setelah shock ketiga saat kompresi dada dilanjutkan kembali, dan ulangi setiap 3-5

menit. Jangan hentikan RKP untuk memberikan obat

Atropin

Atropin merupakan antagonis dari neurotransmitter parasimpatis asetilkolin pada reseptor

muscarinik. Atropin memblok efek nervus vagus pada nodus sinoatrial (SA) dan nodus

atrioventricular (AV), meningkatkan rasio sinus dan memfasilitasi konduksi AV node.

Pedoman 2005 merekomendasikan pemberian atropine 3 mg dosis tunggal untuk asistol dan PEA

lambat (< 60 min-1); namun, asistol biasanya lebih disebabkan oleh miokardial yang patologis

dibanding oleh tonus vagal yang berlebihan, dan tidak ada bukti yang menyatakan penggunaan

rutin atropine bermanfaat dalam penanganan asistol atau PEA. Beberapa studi gagal

menunjukkan manfaat atropine dalam cardiac arrest, sehingga penggunaan atropine untuk asistol

dan PEA tidak lagi direkomendasikan.

Amiodaron

Amiodaron adalah obat anti aritmia membrane-stabilising yang meningkatkan durasi aksi

potensial dan periode refrakter pada miokardium atrium dan ventrikel. Selain itu, konduksi

atrioventrikular juga diperlambat, dan efek yang sama juga terjadi pada jalur aksesorius.

Hipotensi yang terjadi setelah pemberian amiodarone diduga tergantung pada kecepatan

pemberian dan juga diduga terjadi lebih karena efek pelarutnya (Polysorbate 80 dan benzyl

alcohol), yang menyebabkan pelepasan histamin dibandingkan karena efek obatnya sendiri.

Sediaan amiodaron cair yang bebas dari efek samping itu saat ini telah disetujui penggunaannya

di Amerika Serikat.

Berdasarkan konsensus para ahli, bila VF/VT menetap, beri 300 mg amiodarone (setelah itu beri

20 ml NaCl 0,9% atau Dextrosa 5 %) setelah shock yang ketiga. Dosis selanjutnya, 150 mg,

Page 3: Emergency Drug1s

dapat diberikan bila terjadi VF/VT rekuren atau refrakter, dan setelah itu diikuti dengan

pemberian infus 900 mg dalam 24 jam.

Lidokain

Lidokain 1mg/kg dapat digunakan sebagai alternatif bila amiodarone tidak tersedia, tetapi jangan

berikan lidokain bila sebelumnya telah diberi amiodaron.

Magnesium

Meskipun magnesium diketahui bermanfaat dalam kondisi hipomagnesemia, namun manfaat

penggunaannya secara rutin saat henti jantung tidak terbukti. Penelitian pada orang dewasa di

dalam dan luar rumah sakit tidak dapat menunjukkan adanya peningkatan angka kembalinya

sirkulasi spontan (Return of Spontaneous Circulatin ROSC) bila magnesium diberikan secara

rutin saat RKP. Berikan dosis awal 2 g (=9 mmol, 4 ml magnesium sulfat 50%) secara IV untuk

VF refrakter bila terdapat kecurigaan hipomagnesemia (misalnya pasien yang mengonsumsi

diuretik yang tidak hemat potassium); dosis dapat diulang setelah 10-15 menit. Indikasi yang lain

diantaranya:

Takiaritmia ventrikular yang disertai kemungkinan hipomagnesemia

VT torsade de pointes

Keracunan digoksin

Kalsium

Kalsium memegang peran penting dalam mekanisme seluler yang menyebabkan kontraksi

miokardium. Tidak ada data yang menggambarkan adanya manfaat kalsium pada kasus-kasus

henti jantung. Konsentrasi plasma yang tinggi dapat berbahaya bagi miokardium yang iskemik

dan dapat mengganggu proses penyembuhan serebral. Pemberian kalsium saat resusitasi hanya

bila terdapat indikasi seperti pada henti jantung yang diakibtkan oleh hiperkalemia,

hipokalsemia, dan obat calcium channel blocker.

Dosis permulaan adalah 10 ml kalsium klorida 10% (6,8 mmol Ca2+) dan dapat diulangi bila

perlu. Kalsium dapat menurunkan denyut jantung dan menyebabkan aritmia. Pada henti jantung,

kalsium dapat diberikan melalui injeksi intravena secara cepat. Bila ada sirkulasi spontan,

Page 4: Emergency Drug1s

berikan secara pelan. Jangan berikan larutan kalsium dan sodium bikarbonat secara bersamaan

melalui rute yang sama.

Bikarbonat

Henti jantung mengakibatkan kombinasi asidosis respirasi dan metabolik karena terhentinya

pertukaran gas di paru dan metabolisme seluler menjadi anaerob. Penanganan terbaik untuk

acidemia pada henti jantung adalah kompresi dada dan manfaat tambahan lain didapatkan dari

ventilasi. Saat henti jantung, nilai gas arteri dapat menyesatkan dan hanya sedikit hubungannya

dengan status asam-basa jaringan; analisis darah dari vena sentral dapat memberikan perkiraan

pH jaringan yang lebih baik. Bikarbonat menyebabkan pembentukan karbondioksida yang

kemudian berdifusi ke sel dengan cepat. Efek bikarbonat diantaranya:

Mengeksaserbasi asidosis intraselular

Menyebabkan efek inotropik negatif pada miokardium yang iskemik

Menyebabkan penimbunan sodium yang besar, yang aktif berosmosis pada sirkulasi dan otak

yang sudah terganggu

Menyebabkan pergeseran kurva disosiasi oksigen ke kiri (shift to the left) yang nantinya

menghalangi pelepasan oksigen ke jaringan

Pemberian sodium bikarbonat secara rutin pada henti jantung dan Resusitasi Kardipulmoner

(utamanya pada kasus henti jantung di ;uar rumah sakit), atau setelah sirkulasi spontan kembali,

tidak direkomendasikan. Beri sodium bikarbonat (50mmol) bila henti jantung diduga akibat

hiperkalemia atau overdosis antidepresan trisiklik. Pemberian dosis ulang disesuaikan dengan

keadaan klinis pasien dan hasil analisis gas darah.