Elektronika Digital - Sistem Biner Dan Sandi

34
MAKALAH SISTEM BILANGAN BINER DAN SANDI (KODE) ELEKTRONIKA DIGITAL (Untuk memenuhi tugas mata kuliah Elektronika Digital) Dosen Pengampu: Agus Krisbiantoro, M.T OLEH Nur Khamidah 11640030 Mochamad Aji Saputro 11640037 JURUSAN FISIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI i

description

Sistem biner dan sandi

Transcript of Elektronika Digital - Sistem Biner Dan Sandi

Page 1: Elektronika Digital - Sistem Biner Dan Sandi

MAKALAH

SISTEM BILANGAN BINER DAN SANDI (KODE)

ELEKTRONIKA DIGITAL

(Untuk memenuhi tugas mata kuliah Elektronika Digital)

Dosen Pengampu: Agus Krisbiantoro, M.T

OLEH

Nur Khamidah 11640030

Mochamad Aji Saputro 11640037

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

NOPEMBER 2012

i

Page 2: Elektronika Digital - Sistem Biner Dan Sandi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Alloh SWT berkat rahmat dan

karunia-Nya kami diberikan kesempatan untuk bekerjasama dalam

menyelesaikan penulisan makalah yang berjudul “Sistem Bilangan Biner dan

Sandi”. Makalah ini merupakan salah satu tugas untuk memenuhi mata kuliah

Elektronika Digital yang diampu oleh bapak Agus Krisbiantoro, M.T

Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada bapak Agus dan rekan-

rekan yang telah memberikan dukungan dalam penyusunan makalah ini.

Kami menyadari dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat

kekurangan baik dalam segi penulisan maupun isi dan sebagainya. Maka

kami mengharapkan kritik juga saran untuk penyusunan makalah di masa

mendatang.

Semoga dengan makalah ini dapat memberikan konstribusi dalam

pengembangan keilmuan civitas akademika Jurusan Fisika, juga civitas

akademika Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

umumnya.

Demikianlah sebagai pengantar kami, penyusun berharap saran dan

kritik yang membangun dari pembaca demi tercapainya karya yang relevan

sebagai bahan pembelajaran juga sebagai rujukan.

Malang, 7 Maret 2013

Penyusun

ii

Page 3: Elektronika Digital - Sistem Biner Dan Sandi

DAFTAR ISI

COVER........................................................................................................................ i

KATA PENGANTAR................................................................................................. ii

DAFTAR ISI............................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.....................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................2

1.3 Tujuan......................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Sistem Bilangan Biner...........................................................................................3

2.1.1. Konversi Bilangan Biner...............................................................................4

2.1.2. Operasi Aritmethic Bilangan Biner..........................................................7

2.1.3. Aplikasi Bilangan Biner.................................................................................7

2.2. Sistem Sandi (Kode)..............................................................................................8

1. Sandi BCD (Biner Code Desimal).................................................................9

2. Sandi Excess-3 (XS-3).......................................................................................11

3. Sandi GrayS............................................................................................................11

4. Sandi ASCII............................................................................................................ 14

5. Bit Paritas...............................................................................................................15

2.2.1.Aplikasi Sistem Bilangan Dan Sandi...........................................................17

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan................................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................20

iii

Page 4: Elektronika Digital - Sistem Biner Dan Sandi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sistem bilangan dan kode (sandi) biasanya banyak digunakan dalam

rangkaian elektronika digital. Pada sistem bilangan dan kode (sandi) akan

dibahas tentang bilangan desimal, bilangan biner, hexadesimal, BCD

( Binary Code Desimal ), dan ACSII. Tetapi sesuai dengan judul makalah

ini kami hanya akan terfokus pada satu sistem bilangan, yaitu bilangan

biner.

Bilangan biner atau bilangan basis 2 atau pembobotan 2n bilangan

dasar yang sering digunakan dalam sistem digital. Sistem digital

memproses dengan sistem atau cara atau bentuk yang terputus-putus

(diskrit) yang dituangkan dalam angka, bilangan, huruf atau simbol.

Selain menjalankan, mengukur dan mengubah bentuk; sistem digital

melakukan penyimpanana data dan informasi yang telah diproses tadi.

Data dan informasi yang disimpan dapat digunakan dan diolah lagi

sewaktu-waktu di waktu yang akan datang. sebab sistem digital secara

garis besar hanya berada dalam dua keadaan yang berbeda, yang dapat

dinyatakan dengan 0 dan 1. Karena dinyatakan hanya dengan dua

keadaan inilah maka sistem ini dinyatakan dengan bialangan Biner (Bi =

dua).

Elektronika digital menggunakan sistem bilangan biner karena sistem

tersebut hanya terdiri dari angka 0 dan 1, yang dapat dituangkan secara

sederhana dalam sebuah sistem digital dengan dua level tegangan,

sedemikian sehingga +5 Volt = 1 dan 0 Volt = 0. Adanya 1 dan 0 tersebut

disebut binary digit atau bit. Dalam rangkaian elektronika komputer, bit 0

dinyatakan sebagai tegangan rendah (low), sedangkan bit 1 dinyatakan

sebagai tegangan tinggi (high).

1

Page 5: Elektronika Digital - Sistem Biner Dan Sandi

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud bilangan biner?

2. Bagaimana mengkonversikan bilangan biner ke dalam bentuk lain?

3. Apa saja macam-macam sandi (kode) dalam sistem digital?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui apakah yang dimaksud sistem bilangan biner?

2. Untuk mengetahui bagaimana mengkonversikan bilangan biner ke

dalam bentuk lain

3. Untuk mengetahui apa saja macam-macam sandi (kode) dalam sistem

digital

2

Page 6: Elektronika Digital - Sistem Biner Dan Sandi

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sistem Bilangan Biner

Ada beberapa sistem bilangan yang digunakan dalam sistem digital.

Diantaranya yaitu;

a. Bilangan Desimal

b. Bilangan Biner

c. Bilangan Oktal

d. Bilangan Heksadesimal

e. Bilangan BCD

Dalam bab ini akan membahas mengenai ‘Sistem Biner’. Sistem

bilangan Biner atau bilangan basis dua merupakan sebuah sistem

penulisan angka menggunakan dua simbol, yaitu 0 dan 1. Sistem bilangan

biner modern ditemukan oleh Gottfried Wilhelm Leibnis pada abad ke –

17. Sistem bilangan ini merupakan dasar dari semua sistem bilangan

berbasis digital.1

Digit bilangan biner disebut binary digit atau bit. Empat bit

dinamakan nibble, delapan bit dinamakan byte. Sejumlah bit yang terdiri

dari karakter berupa huruf, angka atau lambang khusus dinamakan

word.2 Bit di paling kanan dikenal sebagai Least Significant Bit (LSB),

sedangkan bit paling kiri dikenal sebagai Most Significant Bit (MSB).

4 Bits Nibble

8 Bits Byte

16 Bits Word

32 Bits Double Word

64 Bits Quad Word/Paragraph

1 dikutip dari http://kepala-blog.blogspot.com/2011/12/sistem-bilangan-biner.html, diakses tanggal 5 Maret 20132 Azizmur, Sistem Bilangan dan Format Data, (Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta, 2012), h.16

3

Page 7: Elektronika Digital - Sistem Biner Dan Sandi

Ciri bilangan biner adalah adanya tambahan subskrip bin atau 2 di

akhir suatu bilangan.

Contoh: 1010011bin = 10100112

Keadaan biner dapat dianalogikan sebagai berikut:3

2.1.1 Konversi Bilangan Biner

Bilangan biner dapat dikonversikan ke jenis sistem bilangan lain

seperti bilangan desimal, oktal dsb. Manusia sering menggunakan

bilangan desimal dalam kehidupannya sehari-hari. Bilangan biner dan

jenis sistem bilangan lainnya saling menyusun satu sama lain. Misalnya

bilagan biner 00000010 merupakan angka 2 dalam bilangan desimal.

Begitupun sebaliknya, apabila angka 2 desimal maka berarti angka

00000010 dalam bilangan biner.4

Mengubah Bilangan Desimal menjadi Bilangan Biner

3 Ir. Wijaya Wijanarka, Teknik Digital, (Jakarta: Erlangga, 2006), h.54 Putri Nurul Adha, Bilangan Biner dalam http://putlinulul.blogspot.com/2012/12/makalah-bilangan-biner.html , diakses tanggal 08 Maret 2013

4

Desimal Biner

Page 8: Elektronika Digital - Sistem Biner Dan Sandi

Cara menyelesaikannya: kalikan setiap bilangan biner dengan

faktor bobot terdekat dan jumlahkan hasilnya. 5

Contoh 1 :

Sebuah piranti digital memiliki data yang dinyatakan dengan

bilangan biner 10112 (Ini dibaca: bilangan biner, satu nol satu satu.

Bukannya seribu sebelas). Terjemahkan bilangan tersebut dalam

bilangan yang dikenal sehari-hari (bilangan desimal)

Jadi 1011 dalam bilangan biner setara atau ekivalen dengan 11

dalam bilangan desimal.

Contoh 2 :

Ubahlah atau konversikan bilangan biner 1011,10012 menjadi desimal.

Jadi bilangan biner 1011,1001 setara dengan bilangan desimal 11,5625.

Mengubah Bilangan Biner Menjadi Bilangan Desimal

5 Ir. Wijaya Wijanarka, Teknik Digital, (Jakarta: Erlangga, 2006),h.6

5

DesimalBiner

Page 9: Elektronika Digital - Sistem Biner Dan Sandi

Untuk mengubah angka desimal menjadi angka biner digunakan

metode pembagian dengan angka 2 sambil memperhatikan angka

sisanya.

Contoh:

1. 205(10)

205 : 2 = 102 sisa 1

102 : 2 = 51 sisa 0

51 : 2 = 25 sisa 1

25 : 2 = 12 sisa 1

12 : 2 = 6 sisa 0

6 : 2 = 3 sisa 0

3 : 2 = 1 sisa 1

1 sebagai sisa akhir “1”

Note:Untuk menuliskan notasi binernya, pembacaan dilakukan dari bawah

yang berarti 11001101(2)

2. 60(10)

60 : 2 = 30 sisa 0

30 : 2 = 15 sisa 0

15 : 2 = 7 sisa 1

7 : 2 = 3 sisa 1

3 : 2 = 1 sisa 1

1 sebagai sisa akhir “1”

Note:

Dibaca dari bawah menjadi 111100(2) atau lazimnya dituliskan dengan

00111100(2). Ingat bentuk umumnya mengacu untuk 8 digit! Kalau

111100 (ini 6 digit) menjadi 00111100 (ini sudah 8 digit).

6

Page 10: Elektronika Digital - Sistem Biner Dan Sandi

2.1.2 Operasi Aritmethic Bilangan Biner

1. Penambahan Biner

A B A+B Carry Result

0 0 0 0 0

0 1 1 0 1

1 0 1 0 1

1 1 0 1 0

2. Pengurangan Biner

A B A-B Borrow Result

0 0 0 0 0

0 1 0 0 1

1 0 1 1 1

1 1 0 0 0

2.1.3 Aplikasi Bilangan Biner

Bilangan biner umum digunakan dalam dunia komputasi.

komputer menggunakan bilangan biner agar dapat saling berkomunikasi

antar sesama (hardware) maupun sesama komputer. Komputer hanya

menggunakan bahasa mesin, yaitu apabila komputer menggunakan

7

Page 11: Elektronika Digital - Sistem Biner Dan Sandi

sinyal listrik atau tegangan (volt), berarti bernilai 1. Apabila komputer

tidak mendapatkan sinyal listrik atau tegangan listrik, berarti bernilai 0.6

Bilangan biner digunakan untuk menyusun suatu data ataupun file

yang terdapat didalam komputer. Misalanya terdapat suatu file

berukuran 1 MB (MegaByte). Apabila 1 Byte = 8bit berarti file tersebut

tersusun atas beratus-ratus bit menjadi sebuah file tersebut.

Bilangan biner juga digunakan untuk berkomunikasi antar sesama

komputer dalam suatu jaringan. Karena komputer hanya mengerti

bilangan biner, maka komputer mentransmisikan sinyal-sinyal listrik ke

perangkat jaringan untuk bisa berkomunikasi satu sama lain, dalam hal

ini bilangan biner diterapkan dalam penentuan IP adress. IP adress

terdiri dari 32 bit angka biner yang dapat dituliskan kedalam 4 kelompok

8 bit (oktet) dan dipisahkan oleh tanda titik.

Contoh:

11000000.10101000.00000000.00000001 Bilangan Biner

dapat ditulis:

192.168.0.1 Penulisan dalam Bilangan Desimal

2.2 Sistem Sandi (Kode)

Pada mesin digital, baik intruksi (perintah) maupun informasi

(data) diolah dalam bentuk biner. Karena mesin digital hanya dapat

memahami data dalam bentuk biner. Kita sering menggunakan mesin-

mesin digital seperti jam digital, multimeter digital, thermometer digital,

kalkulator, computer dan sebagainya. Tampilan yang langsung dapat

dilihat berupa angka desimal atau kumpulan huruf latin yang dikenal

dalam keseharian, padahal proses yang terjadi di dalam mesin-mesin

tersebut berbentuk biner. Sedangkan instruksi maupun informasi dalam

bentuk biner tidsk disukai karena diluar kebiasaan sehingga terasa rumit

dan kurang praktis. Kita telah terbiasa dengan huruf latin A sampai Z dsn

angka-angka dari 0, 1, 2, …, sampai 9. Sehingga apabila disajikan bilangan

atau kata dalam bentuk biner tidak segera dapat diketahui maknanya.

6 Putri Nurul Adha, Bilangan Biner dalam http://putlinulul.blogspot.com/2012/12/makalah-bilangan-biner.html , diakses tanggal 08 Maret 2013

8

Page 12: Elektronika Digital - Sistem Biner Dan Sandi

Misalnya pada sederet bit biner 00010111, kita tidak segera tahu bahwa

deretan bit itu menyatakan bilangan atau huruf. Jika bilangan, deretan bit

tersebut dapat menunjukkan bilangan 1716 atau 2310. Agar deretan bit

00010111 dapat tampil sebagai bilangan 1716 atau 2310 diperlukan teknik

atau rangkaian tertentu. Sebaliknya, agar 1716 atau 2310 dapat dikenali

oleh suatu mesin digital sebagai 00010111 juga diperlukan teknik atau

rangkaian tertentu.7

Dalam pemakaian kalkulator, bilangan yang dimasukkan melalui

tombol kunci (tuts) perlu diubah dari bentuk desimal menjadi biner.

Sebaliknya bilangan yang muncul pada tampilan kalkulator mengalami

proses pengubahan dari bentuk biner ke dalam format 7-segmen yang

umumnya berbentuk desimal.

1. Sandi BCD (Biner Code Desimal)

Dalam mesin digital biasa menampilkan bilangan dalam bentuk

desimal. Sedangkan proses komputasi dalam mesin digital dalam bentuk

biner, kita mengalami hambatan atau bahkan sulit memahaminya,

karena kita tidak biasa dengan bilangan yang tampil dalam bentuk biner.

Oleh karena itu diperlukan suatu cara penyandian dari biner ke desimal

dan sebalikya. Sebagai contoh bilangan desimal 25 dan 43 masing-

masing disandikan dalam biner sebagai berikut:

2510 = 110012

4310 = 1010112.

Sembarang bilangan desimal dapat disajikan dalam bentuk biner

yang setara. Sekelompok 0 dan 1 dalam bentuk biner dapat dipikirkan

sebagai penggambaran sandi suatu bilangan desimal. Dua contoh diatas

memperlihatkan bahwa setiap angka biner mempunyai nilai sesuai

dengan posisinya (satuan, duaan, empatan, dan seterusnya). Dalam

contoh diatas semua digit dilangan desimal disandikan langsung, atau

sebaliknya semua pernyataan biner menyandikan suatu bilangan

desimal, jadi bukan digit per digit yang disandikan.

7 Sumarna, Elektronika Digital (Konsep Dasar dan Aplikasi), (Yogyakarta, 2006),h.30

9

Page 13: Elektronika Digital - Sistem Biner Dan Sandi

Dalam sandi jenis lain bilangan-bilangan 0,1,2,3,4,5,6,7,8, dan 9

disandikan sendiri-sendiri. Dengan demikian untuk menyatakan suatu

bilangan desimal lebih dari satu digit, maka setiap digitnya disandikan

sendiri. Salah satu sistem sandi yang cukup terkenal adalah BCD atau

desimal yang disandikan biner. Karena digit desimal terbesar 9, maka

diperlukan 4 bit biner untuk menyandi setiap digit. Susunan 4 bit biner

tersebut menghasilkan 16 kombinasi yang berbeda, tetapi hanya

diperlukan 10 kombinasi di antaranya. Untuk menyatakan bilangan

desimal N digit diperlukan N x 4 bit biner. Untuk bilangan bulat,

kelompok 4 bit yang pertama (paling kanan) menyatakan satuan,

kelompok 4 bit ke dua adalah puluhan, kelompok 4 bit ke tiga merupakan

ratusan, dan seterusnya. Sebagai contoh bilangan desimal 468 (terdiri

dari 3 digit) memerlukan 3 kelompok masing-masing 4 bit seperti

tampak pada table berikut:

Desimal 4 6 8

BCD 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0

Bobot 800 400 200 100 80 40 20 10 8 4 2 1

Setiap digit desimal diubah secara langsung menjadi biner yang

setara. Perlu dicatat bahwa 4 bit biner selalu digunakan untuk setiap

digit. Dengan demikian sandi 4 bit biner yang digunakan adalah dari

0000, 0001, 0011, …, hingga 1001. Dalam BCD tidak digunakan sandi-

sandi 1010, 1011, 1100, 1101, 1110, dan 1111. Jika sembarang bilangan

4 bit yang terlarang itu terjadi pada mesin yang menggunakan sandi BCD,

maka biasanya akan terjadi indikasi terjadi kesalahan. Tampaknya

penulisan dengan cara BCD ini merupakan pemborosan bit, karena 4 bit

biner dapat untuk melambangkan 16 bilangan (pada BCD hanya 10).

Tetapi keuntungannya kita tidak perlu menuliskannya bilangan yang

lebih besar dari 9 (dalam desimal tidak dikenal A, B, …, F), sehingga BCD

sangat cocok untuk memperagakan bilangan desimal, cukup dengan

mengubah setiap karakter BCD mejadi bilangan desimal yang diinginkan.

10

Page 14: Elektronika Digital - Sistem Biner Dan Sandi

2. Sandi Excess-3 (XS-3)

Sandi XS-3 ini seperti BCD, terdiri dari kelompok 4 bit untuk

melambangkan sebuah digit desimal. Sandi ini untuk bilangan desimal

dibentuk dengan cara yang sama seperti BCD kecuali bahwa 3 tambahan

pada setiap digit desimal sebelum penyandian ke binernya. Misalkan

untuk menyandi bilangan desimal 5 dalam XS-3, pertama kali

menambahkan 3 kepada 5 yang menghasilkan 8, kemudian 8 disandikan

dalam biner 4 bit yang setara, yaitu 1000.

5 + 3 = 8 1000.

Sandi XS-3 hanya menggunakan 10 dari 16 kelompok sandi 4 bit

yang mungkin. kelompok biner 4 bit yang tidak valid (terlarang) pada

sandi XS-3 adalah 0000, 0001, 0010, 1101, 1110, dan 1111.

3. Sandi Gray

Merupakan sistem sandi tak berbobot karena posisi bit dalam

kelompok sandi tidak memiliki nilai bobot tertentu. Dengan demikian

sandi gray cocok dalam operasi aritmatik, dan aplikasinya banyak

dijumpa berdekati dalam piranti input/output dan ADC. Dalam sandi

gray, antara sandi yang berdekatan mengalami perubahan bit minimum,

Karena sifatnya yang hanya berubah satu bit dalam kelompok apabila

berubah dari satu digit bilangan ke digit bilangan berikutnya. Hal ini

dapat mencegah terjadinya kesalahan dalam transisi perubahan apabila

lebih dari satu bit mengalami perubahan dari desimal 7 (binernya 0111)

menjadi desimal 8 (binernya 1000) yang seluruhnya bitnya mengalami

perubahan yang kemungkinan dapat bertransisi dahulu ke biner 1111

(desimal 15). Kejadian 1111 tersebut sebenarnya hanya sementara

tetapi dapat menimbulkan operasi yang dapat mengacau unsur-unsur

yang dikendalikan bit tersebut.

Aturan untuk mengubah biner ke sandi gray adalah sebagai

berikut:

a. Bit pertama (paling kiri) sandi gray sama dengan bit pertama dari

bilangan biner.

11

Page 15: Elektronika Digital - Sistem Biner Dan Sandi

b. Bit kedua sandi gray sama dengan EX-OR dari bit pertama dan bit ke

dua bilangan biner. (EX-OR: sama dengan 1 bila kedua bit biner itu

berbeda, dan 0 bila sama).

c. Bit sandi gray ke tiga sama dengan EX-OR bit ke dua dan bit ke tiga

bilangan biner.

d. Dan seterusnya, perhatikan gambar dibawah ini yang merupakan

gerbang EX-OR untuk mengubah bit-bit bilangan biner ke dalam sandi

gray, kecuali bit pertama.

Sebagai contoh mengubah bilangan biner 10110 ke dalam sandi

gray (hasilnya 11101) adalah sebagai berikut:

Selanjutnya untuk mengubah sandi gray menjadi biner digunakan

langkah-langkah (yang berlawanan dengan cara mengubah biner ke

sandi gray) sebagai berikut:

a. Bit pertama biner sama dengan bit pertama sandi gray .

12

Page 16: Elektronika Digital - Sistem Biner Dan Sandi

b. Bila bit sandi gray ke dua 0 maka bit biner ke dua sama dengan yang

pertama, dan bila bit sandi gray ke dua 1 maka bit biner ke dua adalah

kebalikan dari bit biner pertama.

c. Bila bit sandi gray ke tiga 0 maka bit biner ke tiga sama dengan yang

ke dua, dan bila bit sandi gray ke tiga 1 maka bit biner ke tiga adalah

kebalikan darri bit biner ke dua.

d. Demikian seterusnya.

Sebagai contoh mengubah sandi gray 1101 ke dalam biner yang

hasilnya adalah 1001, seperti tampak pada ilustrasi berikut:

Ternyata setiap bit biner (kecuali yang pertama) diperoleh dengan

mencari EX-OR dari bit sandi gray yang sesuai dan bit biner sebelumnya,

perhatikan gambar berikut!

13

Page 17: Elektronika Digital - Sistem Biner Dan Sandi

Contoh berikutnya mengubah sandi gray 1101 ke dalam biner yang

hasilnya adalah 1001.

4. Sandi ASCII

Sandi alpanumerik merupakan sejumlah tombol yang lengkap dan

memadai yang diperlukan itu meliputi 26 tombol untuk huruf kecil, 26

tombol untuk huruf besar, 10 tombol untuk digit angka, dan sedikitnya

25 tombol untuk tanda maupun fungsi khusus seperti +, /, %, $, @, #, Esc,

Insert, Page Up, dan seterusnya. Untuk menampilkan 87 karakter yang

berbeda tersebut dengan sandi biner setidaknya diperlukan 7 bit.

Dengan 7 bit tersebut akan diperoleh 27 = 128 sandi biner yang berbeda.

Sandi alpanumerik yang paling terkenal adalah sandi ASCII

(American Standard Code for Information Interchange) yang digunakan

oleh hampir seluruh computer. Pada table berikut ini dikemukakan sandi

ASCII.

14

Page 18: Elektronika Digital - Sistem Biner Dan Sandi

Tabel sandi ASCII (7 bit).

LSB MSB

000 001 010 011 100 101 110 111

0000 NUL DLE SP 0 @ P p

0001 SOH DC1 ! 1 A Q A q

0010 STX DC2 “ 2 B R B r

0011 ETX DC3 # 3 C S C s

0100 EOT DC4 $ 4 D T D t

0101 ENQ NAK % 5 E U E u

0110 ACK SYN & 6 F V F v

0111 BEL ETB ‘ 7 G W G w

1000 BS CAN ( 8 H X H x

1001 HT EM ) 9 I Y I y

1010 LF SUB * : J Z J z

1011 VT ESC + ; K [ K {

1100 FF FS , < L \ L 1/2

1101 CR GS - = M ] M }

1110 SO RS . > N - N ~

1111 SI US / ? O 3/4 O DEL

Sebagai contoh seorang operator komputer memasukkan suatu

pernyataan dari papan kunci berupa tulisan STOP yang maksudnya

memerintah komputer untuk menghentikan suatu program, maka sandi

biner yang dikenali komputer adalah sebagai berikut:

101 0011 101 0100 100 01111 101 0000

S T O P

5. Bit Paritas

Merupakan bit tambahan yang disertakan ke dalam sekelompok

sandi yang sedang dipindahkan dari suatu tempat ke tempat lain. Bit

15

Page 19: Elektronika Digital - Sistem Biner Dan Sandi

paritas dapat berguna 0 atau 1 tergantung pada banyaknya angka 1 yang

dimuat di dalam kelompok sandi itu, sehingga dikenal paritas genap dan

paritas ganjil.

Pada metode paritas genap, nilai bit paritas dipilih sedemikian

hingga banyaknya angka 1 dalam suatu kelompok sandi (termasuk bit

paritas) berjumlah genap. Sebagai contoh suatu kelompok sandi 100

0011 yang merupakan huruf C pada sandi ASCII. Kelompok sandi itu

memiliki 1 sebanyak 3 buah (ganjil, tidak termasuk bit paritas).

Selanjutnya akan ditambahkan bit paritas 1 untuk membuat banyaknya

angka 1 berjumlah genap(4 termasuk bit paritasnya). Kelompok sandi

yang baru, termasuk bit paritas,kemudian menjadi

1 100 0011

Bit paritas yang

ditambahkan.

Jika suatu kelompok sandi berisi 1 dalam jumlah genap, maka bit

paritas yang ditambahkan bernilai 0. Sebagai contoh, suatu kelompok

sandi 100 0001 (Sandi ASCII untuk huruf A) akan ditandai dengan bit

paritas 0, sehingga diperoleh sandi yang baru (termasuk bit paritas)

yaitu 0 100 0001.

Metode paritas ganjil digunakan dengan cara yang persis sama

kecuali bahwa bit paritas dipilih sedemikian jumlah angka 1 (termasuk

bit paritas) adalah ganjil. Sebagai contoh, untuk kelompok sandi 100

0001 diberi bit paritas 1 sehingga diperoleh sandi baru sebagai 1 100

0001. Untuk kelompok sandi 100 0011 dikenai bit paritas 0 dan

diperoleh sandi baru yakni 0 100 0011.

Terlepas dari paritas genap atau ganjil yang digunakan, bit paritas

menjadi bagian yang nyata dari suatu sandi. Penambahan bit paritas

kepada sandi ASCII 7 bitmenghasilkan sandi 8 bit. Sehingga bit paritas

diperlakukan seperti bit-bit lainya didalam sandi tersebut. Bit paritas

digunakan untuk mendeteksi kesalahan bit tunggal yang terjadi selama

pemindahan data dari suatu tempat ke tempat lain. Sehingga ilustrasi

16

Page 20: Elektronika Digital - Sistem Biner Dan Sandi

akan dipindahkan huruf A dan digunakan paritas ganjil. Kode yang

dipindahkan berupa :

1 100 0001

2.2.1 Aplikasi Sistem Bilangan Dan Sandi

Suatu rumah bersalin memiliki 3 buah inkubator untuk

menempatkan anak-anak yang memerlukan perawatan khusus. Keadaan

temperature (T), kadar oksigen (O), kelembaban (M), dan suara (V) pada

setiap inkubator dapat dimonitor dari ruang lain menggunakan

computer. Kapan saja temperature, kadar oksigen, kelembaban dan

suara melebihi atau atau kurang dari (keadaan bahaya) nilai normal yang

telah ditentukan, maka sensor-sensor besaran pada setiap inkubator

akan memberikan data “1” kepada computer. Jika semua keadaan

besaran tersebut normal, maka computer akan menerima data “0”.

Ilustrasi sistem tersebut dapat dilihat pada gambar.

a. Jika computer membaca data $000 (BCD : 0000 0000 0000), maka

setiap inkubator dalam keadaan normal atau aman atau tidak

membahayakan atau tidak ada hal yang mencurigakan.

b. Jika computer membaca $A51 (BCD : 1010 0101 0001), maka ada

kejadian bahwa T2, M2, O1, V1, dan V0 dalam keadaan tidak normal atau

ada yang membahayakan pada anak di dalam inkubator yang

bersangkutan.

17

Page 21: Elektronika Digital - Sistem Biner Dan Sandi

Gambar sistem monitor inkubator.

c. Jika computer membaca $0F0 (BCD: 0000 1111 0000), maka ada

kejadian bahwa T1, O1. M1, dan V1 atau inkubator 1 dalam keadaan

tidak normal atau membahayakan pada anak di dalam inkubator

tersebut.

d. Jika anak-anak yang ditempatkan dalam ketiga inkubator tersebut

semua menangis, sedangkan hal-hal lain dalam keadaan normal, maka

computer akan menerima pesan atau data $111 (BCD : 0001 0001

0001).

e. Dan seterusnya.

18

Page 22: Elektronika Digital - Sistem Biner Dan Sandi

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Bilangan biner merupakan bilangan basis dua dengan menggunakan

simbol angka 0 dan 1

2. Cara mengkonversikan bilangan biner menjadi bilangan desimal yaitu

dengan mengalikan setiap bilangan biner dengan faktor bobot

terdekat dan dijumlahkan hasilnya.

3. Bilangan biner bisa di gunakan dalam penentuan IP address dan ini

berguna untuk menghubungkan satu jaringan komputer dengan

komputer yang lain.

4. Macam-macam sandi (kode) dalam sistem digital diantaranya:

a. Sandi BCD

b. Sandi Excess-3 (XS-3)

c. Sandi Gray

d. Sandi Sandi ASCII

e. Bit Paritas

19

Page 23: Elektronika Digital - Sistem Biner Dan Sandi

DAFTAR PUSTAKA

Azizmur.2012.Sistem Bilangan dan Format Data.Yogyakarta: Universitas Negeri

Yogyakarta Press

(online) dalam http://kepala-blog.blogspot.com/2011/12/sistem-bilangan-biner.html,

diakses tanggal 5 Maret 2013

Putri Nurul Adha.2012. Bilangan Biner. (dalam

http://putlinulul.blogspot.com/2012/12/makalah-bilangan-biner.html , diakses

tanggal 08 Maret 2013)

Sumarna. 2006. Elektronika Digital (Konsep Dasar dan Aplikasi). Yogyakarta: Graha Ilmu

Wijanarka, Wijaya. 2006. Teknik Digital.Jakarta: Erlangga

20