Elektroforesis Gel Agarosa
-
Upload
raaney-hapsari -
Category
Documents
-
view
73 -
download
7
description
Transcript of Elektroforesis Gel Agarosa
ELEKTROFORESIS GEL AGAROSA
Oleh:
Nama : Suminar Sundari M.H.NIM : B1J009013Rombongan : VIIIKelompok : 3Asisten : Lia Rahayu
LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI MOLEKULER
KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONALUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGIPURWOKERTO
2011
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Elektroforesis merupakan metode yang sudah dipakai oleh banyak peneliti
terutama peneliti yang berkaitan dengan genetika ataupun molecular. Seiring
dengan kemajuan zaman yang semakin pesat dinegara-negara berkembang akan
selalu diikuti pula dengan kemajuan ilmu pengetahuan yang semakin marak
dibidang teknologi. Salah satu diantaranya adalah pengembangan di bidang Biologi
Molekul. Bidang ilmu pengetahuan Bidang Molekuler ini telah dimulai pada akhir
abad ke 19, setelah metode elektroforesis ditemukan dan dipakai untuk menganalisa
berbagai kegiatan penelitian di bidang Kimia, Biologi (Genetika, Taksonomi dan
Bio-sistematik).
Metode elektroforesis mulai berkembang akhir abad ke-19 setelah ditemukan
penelitian yang menunjukkan adanya penelitian yang menunjukkan adanya efek dari
listrik terhadap partikel-partikel atau molekul-molekul yang bermuatan listrik, dalam
hal ini termasuk juga protein. Elektroforesis berasal dari bahasa Yunani yang
mempunyai arti transport atau perpindahan melalui partikelpartikel listrik. Metode
elekroforesis telah digunakan dan dikembangkan didalam teknik analisa untuk
penelitian di bidang biologi dan genetika. Metode tersebut berkembang sangat pesat
sekali di zaman kemajuan teknologi, disebabkan karena pengerjaannya sangat
sederhana dan sangat mudah. Di dalam ilmu biologi maupun biologi molekuler,
metode elektrorofesis banyak digunakan untuk taksonomi, sistematik dan genetik dari
tumbuhan.
B. Tujuan
Tujuan praktikum adalah untuk mengetahui cara kerja dan prinsip kerja
elektroforesis..
II. MATERI DAN METODE
A. Materi
Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu DNA marker, misalnya DNA
λ yang dipotong dengan HindIII, DNA produk PCR, agarosa, larutan buffer TAE 50x
(242 g tris-base; 57,1 g asam asetat glacial; 100 ml EDTA 0,5 M pH 8; dilarutkan dalam
akuades hingga 1000 ml), akuades, Loading dye 6x (0,25% bromophenol blue; 0,25%
xylene cyalol; 15% ficoll tipe 4000; EDTA 120 mM), larutan Etidium Bromid (EtBr).
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah gelas ukur 1000 ml, labu
erlenmeyer 50 ml, tabung mikrosentrifuga, sarung tangan, seperangkat mikropipet
beserta tipnya (Bio-Rad dan Axygen Scientific), kertas parafilm, seperangkat alat
elektroforesis, UV transluminator, kaca mata UV, kamera digital.
B. Matode
Praktikum ini dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Dibuat larutan buffer TAE 1x dengn cara mencampurkan 10 ml TAE 50x ditambah
dengan akuades hingga 50 ml.
2. Agarosa dibuat, yaitu dengan agarosa 0,2 gram ditambah TAE 1x hingga 20 ml,
TAE : Agarosa (100 ml : 1 %).
3. Disiapkan baki elektroforesis, selotip diletakan di setiap ujung kaki baki
elektroforesis ( harus dipastikan bahwa selotip melekat kuat pada masing ujung
baki).
4. Dipasangkan sisir elektroforesis disalah satu ujung kaki baki dengan posisi hampir
menyentuh dasar baki.
5. Larutan suhu diperiksa dengan cara menempelkan erlenmeyer ke tangan, jika suhunya
sudah turun hingga sekitar 600 C, dituangkan larutan agarosa ke dalam baki
elektroforesis, dibiarkan hingga larutan berubah menjadi gel padat.
6. Setelah memadat, sisiran diambil, selotip dilepas dari ujung – ujung baki.
7. Baki yang berisi gel agarosa dimasukkan ke dalam tangki elektroforesis yang telah
diisi dengan sisa larutan buffer TAE 1x (dipastikan bahwa gel terendam seluruhnya
dalam TAE).
8. Disiapkan kertas parafilm didekat tangki elektroforesis.
9. Dimasukkan 15µl sampel DNA dan 3µ loading dye 6x ke dalam sumuran dengan cara
mencampurkan kedua bahan tersebut terlebh dahulu secara merata pada ketras
parafim dengan menggunakan mikropipet.
10. Dimasukkan pula DNA marka ( DNA λ) sebanyak 10µl ke dalam sumuran.
11. Dibuat catatan mengenai nomor sumuran dan jenis DNA yang dimasukkan.
12. Kedua kabel dari sumber arus ke tangki elektroforesis dihubungkan, (kutub negatif
berada didekat sumuran, sedangkan kabel yang tersambung ke kutub positif berada
jauh dari sumuran.
13. Sumber arus dinyalakan, voltase dan waktu running diatur hingga diperoleh 70 Volt.
14. Elektroforesis dijalankan (melakukan running) dengan menekan tombol run pada
sumber arus.
15. Elektroforesis akan berhenti apabila waktu yang ditetapkan sudah habis, yang
ditandai oleh adanya bunyi alarm. Sumber arus dimatikan dan baki diangkat dari
tangki elektroforesis.
16. Dengan menggunkan sarung tangan, gel agarosa dimasukkan ke dalam larutan Etbr
selama 10 menit, kemudian diletakkan di atas UV transiluminator (selubung
kacahitam diletakkan di atas UV transiluminator).
17. UV transiluminator dinyalakan, diamati pita – pita DNA yang tervisualisasi.
18. Didokumentasikan dengan menggunakan kamera.
III.HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Keterangan :
1. DNA Marker
2. DNA Kromosom
3. DNA Plasmid
4. DNA Plasmid Enzim Retriksi
1
2
3
4
B. Pembahasan
Metode Elektroforesis Gel Agarosa didasarkan pada pergerakan molekul
bermuatan dalam media penyangga matriks stabil di bawah pengaruh medan listrik.
Media yang umum digunakan adalah gel agarosa atau poliakrilamid. Elektroforesis gel
agarosa digunakan untuk memisahkan fragmen DNA yang berukuran lebih besar dari
100 pb dan dijalankan secara horizontal, sedangkan elektroforesis poliakrilamid dapat
memisahkan 1 pb dan dijalankan secara vertikal. Elektroforesis poliakrilamid biasanya
digunakan untuk menentukan urutan DNA (sekuensing). Prinsip pemisahan dalam
elektroforesis didasarkan atas perbedaan migrasi komponen pada fase pendukung,
karena adanya perbedaan muatan dan masa molekul ( Zubay, 1989).
Elektroforesis DNA merupakan teknik untuk memisahkan sampel DNA
berdasarkan atas ukuran (berat molekul) dan struktur fisik molekulnya. Gel yang biasa
digunakan antara lain agarosa. Elektroforesis gel agarosa dapat dilakukan untuk
memisahkan sampel DNA dengan ukuran dari beberapa ratus hingga 20.000 pasang basa
(bp). Molekul DNA bermuatan negatif sehingga di dalam medan listrik akan bermigrasi
melalui matriks gel menuju kutub positif (anode). Makin besar ukuran molekulnya,
makin rendah laju migrasinya. Berat molekul suatu fragmen DNA dapat diperkirakan
dengan membandingkan laju migrasinya dengan laju migrasi fragmen-fragmen molekul
DNA standar (DNA marker) yang telah diketahui ukurannya. Visulisasi DNA
selanjutnya dilakukan di bawah paparan sinar ultraviolet setelah terlebih dahulu gel
dalam pembuatannya ditambahkan larutan etidium bromid. Cara lain untuk melihat
visualisasi DNA adalah gel direndam di dalam larutan etidium bromid sebelum
dipaparkan di atas sinar ultraviolet ( Pratiwi, 2001).
Elektroforesis merupakan proses bergeraknya molekul bermuatan pada suatu
medan listrik. Kecepatan molekul yang bergerak pada medan listrik tergantung
pada muatan, bentuk dan ukuran. Dengan demikian elektroforesis dapat digunakan
untuk separasi makromolekul (seperti protein dan asam nukleat). Posisi molekul yang
terseparasi pada gel dapat dideteksi dengan pewarnaan atau autoradiografi, ataupun
dilakukan kuantifikasi dengan densitometer. Elektroforesis untuk makromolekul
memerlukan matriks penyangga untuk mencegah terjadinya difusi karena timbulnya
panas dari arus listrik yang digunakan. Elektroforesis biasanya memerlukan media
penyangga sebagai tempat bemigrasinya molekul-mulekul biologi. Media
penyangganya bermacam-macam tergantung pada tujuan dan bahan yang akan
dianalisa. Media penyangga yang sering dipakai dalam elektroforesis antara lain yaitu
kertas, selulose, asetat dan gel. Gel poliakrilamid dan agarosa merupakan matriks
penyangga yang banyak dipakai untuk separasi protein dan asam nukleat ( Zubay,
1989).
Larutan DNA yang bermuatan negatif dimasukkan ke dalam sumur-sumur yang
terdapat pada gel agarosa dan diletakkan di kutub negatif, apabila dialiri arus listrik
dengan menggunakan larutan buffer yang sesuai maka DNA akan bergerak ke kutup
positif. Laju migrasi DNA dalam medan listrik berbanding terbalik dengan massa DNA.
Migrasi DNA terutama ditentukan oleh ukuran panjang dan bentuk DNA. Fragmen
DNA yang berukuran kecil akan bermigrasi lebih cepat dibanding yang berukuran besar,
sehingga elektroforesis mampu memisahkan fragmen DNA berdasarkan ukuran
panjangnya. Untuk visualisasi maka ditambahkan larutan etidium bromida yang akan
masuk diantara ikatan hidrogen pada DNA, sehingga pita fragmen DNA akan kelihatan
dibawah lampu UV. Panjang amplikon bisa diperkirakan dengan membandingkannya
dengan pita DNA standar ( Pratiwi, 2001).
Gel elektroforesis digunakan untuk memisahkan fragmen DNA berdasarkan
ukurannya. Dimana jika sentrifugasi berarti memisahkan molekul menggunakan
kekuatan gravitasi sementara gel elektroforesis berarti memisahkan molekul dengan
menggunakan kekuatan elektrik. Gel elektroforesis mengambil keuntungan bahwa,
sebagai asam organik, DNA bermuatan negatif. Ketika diletakkan di dalam medan
listrik, molekul DNA menuju ke kutub positif (anoda) dan menjauhi kutub negatif
(katoda). Sebelum dilakukan elektroforesis, suspensi DNA terlebih dahulu harus
ditambahkan loading buffer (dye), yang berfungsi untuk menambah densitas, sehingga
DNA akan selalu berada di dasar sumur; pewarna untuk memudahkan meletakkan
sampel DNA ke dalam sumur, agar dapat bergerak ke arah anoda dengan laju yang dapat
diperkirakan sehingga dapat digunakan sebagai tanda migrasi DNA. Pewarna yang biasa
digunakan adalah bromophenol blue dan xylene cyanol. Selain itu, pembacaan pita DNA
di dalam gel yang telah diwarnai dengan ethidium bromida di atas lampu UV yang
dibandingkan dengan DNA standar juga sering dilakukan untuk menganalisis kuantitas
jumlah DNA (Suharsono dan Widyastuti , 2006).
Menurut Soedarmadji (1996), beberapa faktor mempengaruhi kecepatan migrasi
dari molekul protein yakni:
1. Ukuran molekul protein
Migrasi molekul protein berukuran besar lebih lambat daripada migrasi
molekul berukuran kecil.
2. Konsentrasi gel
Migrasi molekul protein pada gel berkosentrasi rendah lebih cepat daripada
migrasi molekul protein yang sama pada gel berkosentrasi tinggi.
3. Bufer (penyangga) dapat berperan sebagai penstabil medium pendukung dan dapat
mempengaruhi kecepatan gerak senyawa karena ion sebagai pembawa protein yang
bermuatan. Kekuatan ion yang tinggi dalam bufer akan meningkatkan panas sehingga
aliran listrik menjadi maksimal. Hal ini dapat mempercepat gerakan molekul
protein. Kekuatan ion rendah dalam bufer akan menurunkan panas sehingga aliran listrik
akan sangat minimal dan migrasi molekul protein sangat lambat.
4. Medium penyangga
Medium pendukung ideal untuk elektroforesis adalah bahan kimia inert yang
bersifat relatif stabil, mudah ditangani dan mempunyai daya serap yang baik, sebagai
migrasi elektron atau penyaringan berdasarkan ukuran molekul seperti gel
poliakrilamid (Sudarmadji, 1996). Jika ukuran pori dari medium kira-kira sama
dengan molekul, maka molekul yang lebih kecil akan berpindah lebih bebas di
dalam medan listrik, sedangkan molekul yang lebih besar akan dibatasi dalam
migrasinya. Besarnya pori-pori dapat diatur dengan mengubah konsentrasi
penyusun gel poliakrilamidnya yaitu akrilamid dan bisakrilamid.
5. Kekuatan voltase
Voltase yang dipakai rendah (100-500) V, kecepatan migrasi molekul
sebanding dengan tingginya voltase yang digunakan. Voltase yang dipakai tinggi (500-
10000) V, mobolitas molekul meningkat secara lebih tajam dan digunakan untuk
memisahkan senyawa dengan BM rendah serta jenis arus yang dipakai selalu harus
searah (bukan bolak balik).
6. Temperatur medium disaat proses elektroforesis berlangsung.
Jika temperatur tinggi akan mempercepat proses bermigrasinya protein dan
sebaliknya jika temperatur rendah akan mengurangi kekuatan bermigrasinya protein.
Pada saat elektroforesis berlangsung, protein akan bergerak dari elektroda negatif
menuju elektroda positif sampai pada jarak tertentu pada gel poliakrilamid tergantung
pada berat molekulnya. Semakin rendah berat molekulnya maka semakin jauh pula
protein bergerak atau mobilitasnya tinggi. Sebaliknya protein dengan berat molekul
lebih besar akan bergerak pada jarak yang lebih pendek atau mobilitasnya rendah
(Sumitro et al., 1996).
Hasil praktikum menunjukkan bahwa DNA sampel tidak terbaca, melainkan
terjadi penumpukan. Hal ini terjadi mungkin karena kurang tepat dan kurang hati-hati
dalam memasukkan DNA marka ke dalam sumuran, sehingga DNA marka terlalu
banyak dan hingga memenuhi sumur sebelahnya. Hasil elektroforesis akan didapatkan
pita-pita protein yang terpisahkan berdasarkan berat molekulnya. Tebal tipisnya pita
yang terbentuk dari pita protein menunjukkan kandungan atau banyaknya protein
yang mempunyai berat molekul yang sama yang berada pada posisi pita yang
sama. Hal ini sejalan dengan prinsip pergerakan molekul bermuatan, yakni molekul
bermuatan dapat bergerak bebas di bawah pengaruh medan listrik, molekul dengan
muatan dan ukuran yang sama akan terakumulasi pada zona atau pita yang sama atau
berdekatan (Soedarmadji, 1996).
Fungsi dari alat dan bahan yang digunakan dalam elektroforesis gel agarosa:
Aquades : sebagai pelarut
Etidium bromide : sebagai pewarna DNA
Baki gel agarosa : sebagai cetakan gel agarosa
Sisir elektroforesis : untuk membuat sumuran pada gel agarosa
Tangki elektroforesis: untuk running DNA
Loading dye : sebagai pemberat DNA
Mikropipet : untuk mengambil dan menghomogenkan sampel
DNA dan loading dye
Kertas Parafilm : untuk tempat menghomogenkan sampel DNA dan
loading dye
UV Transiluminator : untuk melihat pita-pita DNA
TAE : Trisbase sebagai buffer sesuai dengan pH,
Asam Asetat Glasial sebagai elektrolit gram,
EDTA (Etylen Diamine Tetra Asetic Acid) sebagai
pe-non aktif DNA-se
DNA marka : DNA penanda
Sarung tangan : Melindungi terkena DNA-se yang dapat merusak
DNA
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan, dapat disimpulkan :
1. Elektroforesis adalah teknik pemisahan komponen atau molekul bermuatan
berdasarkan perbedaan tingkat migrasinya dalam sebuah medan listrik .
2. Hasil yang didapat dilihat dari pendaran pita-pita DNA yang terbentuk pada
elektroforesis,DNA marka mengalami degradasi atau mengumpul tetapi DNA sampel
bisa terbaca. Hal ini yang mungkin terjadi karena beberapa kemungkinan antara lain
kesalahan dalam memasukkan DNA marka ke dalam sumur gel.
B. Saran
Acara praktikum sudah berjalan cukup baik,hanya saja keterbatasan alat untuk
praktikum masih kurang memadai, sehingga tidak memungkinkan masing-masing
praktikan untuk mencoba.
DAFTAR REFERENSI
Pratiwi, R. 2001. Mengenal Metode Elektroforesis. Oseana. Volume XXVI. Nomor 1. Balitbang Biologi Laut, Puslitbang Osenologi LIPI, Jakarta
Sudarmadji, S., 1996. Teknik Analisa Biokimiawi. Edisi Pertama Liberty. Yogyakarta.
Suharsono dan Widyastuti, U. 2006. Penuntun Praktikum Pelatihan Teknik Pengklonan Gen. Pusat Penelitian Sumber Daya Hayati dan Bioteknologi, IPB.
Sumitro, S. B, Fatchiyah, Rahayu, Widyarti, dan Arumningtyas. 1996. Kursus Teknik-Teknik Dasar Analisis Protein dan DNA. Jurusan Biologi FMIPA Universitas Brawijaya. Malang
Zubay, G.L. 1989. Biochemistry 2nd Edition. Mcmillan Publishing Coorporation. New York.