Ekstraksi menggunakan proses infundasi
-
Upload
denny-rianto -
Category
Documents
-
view
6.287 -
download
7
Transcript of Ekstraksi menggunakan proses infundasi
EKSTRAKSI MENGGUNAKAN PROSES INFUNDASI, MASERASI, DAN PERKOLASI
BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar BelakangKesehatan merupakan kebutuhan pokok bagi seluruh rakyat Indonesia dimana kesehatan adalah kebutuhan yang harus dimiliki seluruh bangsa tujuan dan cita-cita sebagaimana tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 Pembangunan Kesehatan diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.Dalam penyelenggaraan upaya kesehatan diatur sedemikian rupa oleh pemerintah namun pelaksaannya dilakukan bersama-sama oleh pemerintah dan masyarakat secara serasi dan seimbang, terutama melalui upaya peningkatan dan pencegahan yang dilakukan secara terpadu dengan upaya penyembuhan dan pemulihan yang diperlukan. Dengan demikian upaya kesehatan diselenggarakan dalam suatu tatanan terbuka dan bersifat dinamis, dengan tujuan tercapainya kemampuan setiap penduduk untuk hidup sehat.Masyarakat diarahkan untuk dapat hidup sehat yang optimal hal tersebut dimaksudkan dalam rangka mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat diselenggarakan upaya kesehatan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), pemulihan kesehatan (rehabilitatif), yang diselenggarakan dengan menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Penyelenggaraan upaya kesehatan tersebut harus dilakukan bersama antara pemerintah, swasta dan masyarakat secara serasi dan seimbang. Kemampuan setiap penduduk untuk hidup sehat membawa pengertian masyarakat sebagai subyek dan bukan hanya sebagai obyek. Dengan demikian upaya kesehatan merupakan upaya yang berorientasi kepada kesehatan masyarakat yang bersifat menyeluruh dengan peran serta aktif masyarakat.Sudah ratusan tahun lalu, manusia mengetahui adanya”quinta essentia” yang terdapat dalam tumbuhan, hewan dan mineral. Disamping quinta essentia yang bermanfaat bagi manusia, terdapat banyak zat-zat yang hanya diperlukan bagi kehidupan tumbuhan dan hewan sendiri. Manusia hanya memerlukan quinta essentia, mereka berusaha untuk memisahkannya dari tumbuhan dan hewan tersebut.Pada tahun 1300 Raymundus Lullius menarik quinta essentia dengan anggur yang dimasukkan dalam botol, dan dibiarkan diluar rumah agar memperoleh panas atau cahaya matahari. Karena cahaya matahari mengandung ultra violet yang dapat merusak quinta essentia tersebut, maka pada perbaikan selanjutnya penarikan dijaga jangan sampai dipengaruhi oleh sinar matahari langsung. Di Indonesia penarikan sari tersebut dilakukan dengan cara ”memipis” yaitu melumatkan bahan dengan bantuan air, pada alat yang disebut pipisan kemudian diperas dan ampasnya di buang.
1.2 Rumusan Masalah1.2.1 Apakah yang dimaksud dengan ekstraksi?1.2.2 Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi ekstraksi?1.2.3 Apa saja macam-macam ekstraksi?1.2.4 Bagaimana tahap-tahap melakukan ekstraksi?
1.3 Tujuan 1.3.1 Untuk mengetahui tentang ekstraksi1.3.2 Untuk mengetahui factor yang mempengaruhi ekstraksi1.3.3 Untuk mengetahui macam-macam ekstraksi
1.3.4 Untuk mengetahui tahapan dalam melakukan ekstraksi
BAB IIDASAR TEORI
Ekstraksi adalah pemisahan suatu zat dari campurannya dengan pembagian sebuah zat terlarut antara dua pelarut yang tidak dapat tercampur untuk mengambil zat terlarut tersebut dari satu pelarut ke pelarut yang lain. Seringkali campuran bahan padat dan cair (misalnyabahan alami)tidak dapat atau sukar sekali dipisahkan dengan metode pemisahan mekanis atau termis yang telah dibicarakan. Misalnya saja,karena komponennya saling bercampur secara sangat erat, peka terhadap panas,beda sifat-sifat fisiknya terlalu kecil, atau tersedia dalam konsentrasi yang terlalu rendah.Dalam hal semacam. itu, seringkali ekstraksi adalah satu-satunya proses yang dapat digunakan atau yang mungkin paling ekonomis. Sebagai contoh pembuatan ester (essence) untuk bau-bauan dalam pembuatan sirup atau minyak wangi, pengambilan kafein dari daun teh, biji kopi atau biji coklat dan yang dapat dilihat sehari-hari ialah pelarutan komponen-komponen kopi dengan menggunakan air panas dari biji kopi yang telah dibakar atau digiling.
Factor yang mempengaruhi kecepatan penyarian adalah kecepatan difusi zat yang larut melalui lapisan-lapisan batas antara cairan penyari dengan bahan yang mengandung zat tersebut. Penyiapan bahan yang akan diekstrak dan pelarutPelarut/Cairan penyariPelarut merupakan senyawa yang bisa melarutkan zat sehingga bisa menjadi sebuah larutan yang bisa diambil sarinya.Pelarut yang digunakan dalam proses ekstraksi antara lain sebagai berikut:a. Pelarut polar : Pelarut yang larut dalam airUntuk melarutkan garamnya alkaloid,glikosida,dan bahan penyamakTabel Pelarut PolarPelarut Rumus Kimia Titik didih Konstanta Dielektrik Massa jenis1,4-Dioksana/-CH2-CH2-O-CH2-CH2-O-\ 101 °C 2.3 1.033 g/mlTetrahidrofuran (THF)/-CH2-CH2-O-CH2-CH2-\ 66 °C 7.5 0.886 g/mlDiklorometana (DCM)CH2Cl2 40 °C 9.1 1.326 g/mlAsetonaCH3-C(=O)-CH3 56 °C 21 0.786 g/mlAsetonitril (MeCN) CH3-C≡N 82 °C 37 0.786 g/mlDimetilformamida (DMF)H-C(=O)N(CH3)2 153 °C 38 0.944 g/mlDimetil sulfoksida (DMSO) CH3-S(=O)-CH3 189 °C 47 1.092 g/ml
Asam asetatCH3-C(=O)OH 118 °C 6.2 1.049 g/mln-ButanolCH3-CH2-CH2-CH2-OH 118 °C 18 0.810 g/mlIsopropanol (IPA) CH3-CH(-OH)-CH3 82 °C 18 0.785 g/ml
n-PropanolCH3-CH2-CH2-OH 97 °C 20 0.803 g/mlEtanolCH3-CH2-OH 79 °C 30 0.789 g/mlMetanolCH3-OH 65 °C 33 0.791 g/mlAsam formatH-C(=O)OH 100 °C 58 1.21 g/mlAirH-O-H 100 °C 80 1.000 g/ml
b. Pelarut non polar : Pelarut yang tidak larut dalam airUntuk melarutkan minyak atsiriPelarut Non-PolarPelarut Rumus kimiaTitik didihKonstanta DielektrikMassa jenis
HeksanaCH3-CH2-CH2-CH2-CH2-CH3 69 °C 2.0 0.655 g/mlBenzenaC6H6 80 °C 2.3 0.879 g/mlToluenaC6H5-CH3 111 °C 2.4 0.867 g/mlDietil eterCH3CH2-O-CH2-CH3 35 °C 4.3 0.713 g/mlKloroformCHCl3 61 °C 4.8 1.498 g/mlEtil asetatCH3-C(=O)-O-CH2-CH3 77 °C 6.0 0.894 g/mlPemilihan pelarut atau cairan penyari harus mempertimbangkan banyak faktor. Cairan penyari yang baik harus memenuhi criteria berikut ini:a.Murah dan mudah diperolehb.Stabil secara fisika dan kimiac.Bereaksi netrald.Tidak mudah menguap dan tidak mudah terbakare.Selektif yaitu hanya menarik zat berkhasiat yang dikehendakif.Tidak mempengaruhi zat berkhasiatUntuk ekstraksi ini Farmakope Indonesia menetapkan bahwa sebagai cairan penyari adalah air,etanol,etanol – air atau eter.Pengekstraksian pada perusahaan obat tradisional masih terbatas pada penggunaan cairan penyari air, etanol atau etanol – air.1. AirAir dipertimbangkan sebagai penyari karena:1. Murah dan mudah diperoleh2. Stabil3. Tidak mudah menguap dan tidak mudah terbakar4. Tidak beracun5. Alamiah
Kerugian penggunaan air sebagai penyari:1. Tidak selektif2. Sari dapat ditumbuhi kapang dan kuman serta cepat rusak3. Untuk pengeringan diperlukan waktu lamaAir disamping melarutkan garam alkaloid, minyak menguap, glikosida, tanin dan gula, juga melarutkan gom, pati, protein, lendir, enzim, lilin, lemak, pectin, zat warna dan asam organic. Dengan demikian penggunaan air sebagai cairan penyari kurang menguntungkan. Disamping zat aktif ikut tersari juga zat lain yang tidak diperlukan atau malah mengganggu proses pembuatan sari seperti gom, pati, protein, lemak, enzim, lendir dan lain-lain.Air merupakan tempat tumbuh bagi kuman, kapang dan khamir, karena itu pada pembuatan sari dengan air harus ditambah zat pengawet. Air dapat melarutkan enzim. Enzim yang terlarut dengannya air akan menyebabkan reaksi enzimatis, yang mengakibatkan penurunan mutu. Disamping itu adanya air akan mempercepat proses hidrolisa.Untuk memekatkan sari air dibutuhkan waktu dan bahan bakar lebih banyak bila dibandingkan dengan etanol.2. EtanolEtanol dipertimbangkan sebagai penyari karena:1. Lebih selektif2. Kapang dan kuman sulit tumbuh dalam etanol 20% keatas3. Tidak beracun4. Netral5. Absorbsinya baik6. Etanol dapat bercampur dengan air pada segala perbandingan7. Panas yang diperlukan untuk pemekatan lebih sedikit.Sedang kerugiannya adalah bahwa etanol mahal harganya.Etanol dapat melarutkan alkaloida basa, minyak menguap, glikosida, kurkumin, kumarin, antrakinon, flavonoid, steroid, dammar dan klorofil. Lemak, malam, tannin, dan saponin hanya sedikit larut hanya terbatas.Untuk meningkatkan penyarian biasanya digunakan campuran antara etanol dan air. Perbandingan jumlah etanol dan air tergantung pada bahan yang akan disari. Dari pustaka akan dapat ditelusuri kandungannya baik zat aktif maupun zat lainnya. Dengan diketahuinya kandungan tersebut dapat dilakukan beberapa percobaan untuk mencari perbandingan pelarut yang tepat.
SelektivitasPelarut hanya boleh melarutkan ekstrak yang diinginkan, bukan komponen-komponen lain dari bahan ekstraksi. Dalam praktek,terutama pada ekstraksi bahan-bahan alami, sering juga bahan lain (misalnya lemak, resin) ikut dibebaskan bersama-sama dengan ekstrak yang diinginkan. Dalam hal itu larutan ekstrak tercemar yang diperoleh harus dibersihkan, yaitu misalnya diekstraksi lagi dengan menggunakan pelarut kedua.Kelarutan Pelarut sedapat mungkin memiliki kemampuan melarutkan ekstrak yang besar (kebutuhan pelarut lebih sedikit).Kemampuan tidak saling bercampurPada ekstraksi cair-cair, pelarut tidak boleh (atau hanya secara terbatas) larut dalam bahan ekstraksi.KerapatanTerutama pada ekstraksi cair-cair, sedapat mungkin terdapat perbedaan kerapatan yang besar antara pelarut dan bahan ekstraksi. Hal ini dimaksudkan agar kedua fasa dapat dengan mudah dipisahkan kembali setelah pencampuran (pemisahan dengan gaya berat). Bila beda kerapatannya kecil, seringkali pemisahan harus dilakukan denganmenggunakan gaya sentrifugal (misalnya dalam ekstraktor sentrifugal).
ReaktivitasPada umumnya pelarut tidak boleh menyebabkan perubahan secara kimia pada komponenkornponen bahan ekstarksi. Sebaliknya, dalam hal-hal tertentu diperlukan adanya reaksi kimia (misalnya pembentukan garam) untuk mendapatkan selektivitas yang tinggi. Seringkali Ekstraksi juga disertai dengan reaksi kimia. Dalam hal ini bahan yang akan dipisahkan mutlak harus berada dalam bentuk larutan.Titik didihKarena ekstrak dan pelarut biasanya harus dipisahkan dengan cara penguapan, destilasi atau rektifikasi, maka titik didit kedua bahan itu tidak boleh terlalu dekat, dan keduanya tidak membentuk ascotrop.Ditinjau dari segi ekonomi, akan menguntungkan jika pada proses ekstraksi titik didih pelarut tidak terlalu tinggi (seperti juga halnya dengan panas penguapan yang rendah).MACAM-MACAM EKSTRAKSIA. Ekstraksi Cair-CairPada ekstraksi cair-cair, satu komponen bahan atau lebih dari suatu campuran dipisahkan dengan bantuan pelarut. Proses ini digunakan secara teknis dalam skala besar misalnya untuk memperoleh vitamin, antibiotika, bahan-bahan penyedap, produk-produk minyak bumi dan garam-garam. logam. Proses inipun digunakan untuk membersihkan air limbah dan larutan ekstrak hasil ekstraksi padat cair.Ekstraksi cair-cair terutama digunakan, bila pemisahan campuran dengan cara destilasi tidak mungkin dilakukan (misalnya karena pembentukan aseotrop atau karena kepekaannya terhadap panas) atau tidak ekonomis. Seperti ekstraksi padat-cair, ekstraksi cair-cair selalu terdiri atas sedikitnya dua tahap, yaltu pencampuran secara intensif bahan ekstraksi dengan pelarut, dan pemisahan kedua fasa cair itu sesempurna mungkin.Pada saat pencampuran terjadi perpindahan massa, yaitu ekstrak meninggalkan pelarut yang pertarna (media pembawa) dan masuk ke dalam pelarut kedua (media ekstraksi). Sebagai syarat ekstraksi ini, bahan ekstraksi dan pelarut tidak. saling melarut (atau hanya dalam daerah yang sempit). Agar terjadi perpindahan masa yang baik yang berarti performansi ekstraksi yang besar haruslah diusahakan agar terjadi bidang kontak yang seluas mungkin di antara kedua cairan tersebut. Untuk itu salah satu cairan distribusikan menjadi tetes-tetes kecil (misalnya dengan bantuan perkakas pengaduk).Tentu saja pendistribusian ini tidak boleh terlalu jauh, karena akan menyebabkan terbentuknya emulsi yang tidak dapat lagi atau sukar sekali dipisah. Turbulensi pada saat mencampur tidak perlu terlalu besar. Yang penting perbedaan konsentrasi sebagai gaya penggerak pada bidang batas tetap ada. Hal ini berarti bahwa bahan yang telah terlarutkan sedapat mungkin segera disingkirkan dari bidang batas. Pada saat pemisahan, cairan yang telah terdistribusi menjadi tetes-tetes hanis menyatu kembali menjadi sebuah fasa homogen dan berdasarkan perbedaan kerapatan yang cukup besar dapat dipisahkan dari cairan yang lain.Kecepa tan Pembentukan fasa homogen ikut menentukan output sebuah ekstraktor cair-cair. Kuantitas pemisahan persatuan waktu dalam hal ini semakin besar jika permukaan lapisan antar fasa di dalam alat semakin luas. Sama haInya seperti pada ekstraksi padat-cair, alat ekstraksi tak kontinu dan kontinu yang akan dibahas berikut ini seringkali merupakan bagian dari suatu instalasi lengkap.Instalasi tersebut biasanya terdiri atas ekstraktor yang sebenarnya (dengan zone-zone pencampuran dan pemisahan) dan sebuah peralatan yang dihubungkan di belakangnya (misalnya alat penguap, kolom rektifikasi) untuk mengisolasi ekstrak atau memekatkan larutan ekstrak dan mengambil kembali pelarut.B.EKSTRAKSI PADAT-CAIREkstraksi padat-cair tak kontinu
Dalam hal yang paling sederhana bahan ekstraksi padat dicampur beberapa kali dengan pelarut segar di dalam sebuah tangki pengaduk. Larutan ekstrak yang terbentuk setiap kali dipisahkan dengan cara penjernihan (pengaruh gaya berat) atau penyaringan (dalam sebuag alat yang dihubungkan dengan ekstraktor). Proses ini tidak begitu ekonomis,digunakan misalnya di tempat yang tidak tersedia ekstraktor khusus atau bahan ekstraksi tersedia dalam bentuk serbuk sangat halus,sehingga karena bahaya penyumbatan,ekstraktor lain tidak mungkin digunakan.Ekstraktor yang sebenamya adalah tangki-tangki dengan pelat ayak yang dipasang di dalamnya. Pada alat ini bahan ekstraksi diletakkan diatas pelat ayak horisontal. Dengan bantuan suatu distributor, pelarut dialirkan dari atas ke bawah. Dengan perkakas pengaduk (di atas pelat ayak) yang dapat dinaikturunkan, pencampuran seringkali dapat disempurnakan,atau rafinat dapat dikeluarkan dari tangki setelah berakhirnya ekstraksi. Ekstraktor semacarn ini hanya sesuai untuk bahan padat dengan partikel yang tidak terlalu halus.Yang lebih ekonomis lagi adalah penggabungan beberapa ekstraktor yang dipasang seri dan aliran bahan ekstraksi berlawanan dengan aliran pelarut.Dalam hal ini pelarut dimasukkan kedalam ekstraktor yang berisi campuran yang telah mengalami proses ekstraksi paling banyak. Pada setiap ekstraktor yang dilewati, pelarut semakin diperkaya oleh ekstrak.Pelarut akan dikeluarkan dalam konsentrasi tinggi dari ekstraktor yang berisi campuran yang mengalami proses ekstraksi paling sedikit. Dengan operasi ini pemakaian pelarut lebih sedikit dan konsentrasi akhir dari larutan ekstrak lebih tinggi.Cara lain ialah dengan mengalirkan larutan ekstrak yang keluar dari pelat ayak ke sebuah ketel destilasi, menguapkan pelarut di situ, menggabungkannya dalam sebuah kondenser dan segera mengalirkannya kembali ke ekstraktor untuk dicampur dengan bahan ekstraksi.Dalam ketel destilasi konsentrasi larutan ekstrak terus menerus meningkat.Dengan metode ini jumlah total pelarut yang diperlukan relatif kecil.Meskipun demikian, selalu terdapat perbedaan konsentrasi ekstrak yang maksimal antara bahan ekstraksi dan pelarut. Kerugiannya adalah pemakaian banyak energi karena pelarut harus diuapkan secara terus menerus.Pada ekstraksi bahan-bahan yang peka terhadap suhu terdapat sebuah bak penampung sebagai pengganti ketel destilasi.Dari bak tersebut larutan ekstrak dialirkan ke dalam alat penguap vakum (misalnya alat penguap pipa atau film). Uap pelarut yang terbentuk kemudian dikondensasikan,pelarut didinginkan dan dialirkan kem bali ke dalam ekstraktor dalam keadaan dingin.Ekstraksi padat-cair kontinyuCara kedua ekstraktor ini serupa dengan ekstraktor-ekstraktor yang dipasang seri, tetapi pengisian, pengumpanan pelarut dan juga pengosongan berlangsung secara otomatik penuh dan terjadi dalam sebuah alat yang sama. Oleh Pengumpanan karena itu dapat diperoleh output yang lebih besar dengan jumlah kerepotan yang lebih sedikit. Tetapi karena biaya untuk peralatannya besar,ekstraktor semacam itukebanyakan hanya digunakan untuk bahan ekstraksi yang tersedia dalam kuantitas besar (misalnya biji-bijian minyak, tumbuhan). Dari beraneka ragarn konstruksi alat ini, berikut akan di bahas ekstraktor keranjang (bucket-wheel extractor) dan ekstraktor sabuk (belt extractor).Ekstraktor keranjangPada ekstraktor keranjang (keranjang putar rotary extractor), bahan ekstraksi terus menerus dimasukkan ke dalam sel-sel yang berbentuk juring (sektor) dari sebuah rotor yang berputar lambat mengelilingi poros.Bagian bawah sel-sel ditutup oleh sebuah pelat ayak. Selama satu putaran, bahan padat dibasahi dari arah berlawanan oleh pelarut atau larutan ekstrak yang konsentrasinya meningkat. Pelarut atau larutan 287 tersebut dipompa dari sel ke sel dan
disiramkan ke atas bahan padat. Akhirnya, bahan dikeluarkan dan keseluruhan proses ini berlangsung secara otomatik.INFUDASI
Infuse adalah sediaan cair yang di buat dengan menyari simplisia dengan air pada suhu 900 selama 15 menit.Infudasi adalah proses penyarian yang umumnya digunakan untuk menyari zat kandungan aktif yang larut dalam air dan bahan-bahan nabati. Penyarian dengan cara ini menghasikan sari yang tidak stabil dan mudah tercemar oleh kuman dan kapang. Oleh sebab itu, sari yang diperoleh dengan cara ini tidak boleh disimpan lebih dari 24 jam.Cara ini sangat sederhana dan sering digunakan oleh perusahaan obat tradisional. Dengan beberapa modifikasi, cara ini sering digunakan untuk membuat ekstrak. Infus dibuat dengan cara :1. Membasahi bahan bakunya, biasanya dengan air 2 kali bobot bahan, untuk bunga 4 kali bobot bahan dan untuk karagen 10 kali bobot bahan.2. Bahan baku ditambah dengan air dan dipanaskan selama 15 menit pada suhu 900 – 980C. Umumnya untuk 100 bagian sari diperlukan 10 bagian bahan. Pada simplisia tertentu tidak diambilo 10 bagian bahan. Hal ini di sebabkan karena:a. Kandungan simplisia kelarutannya terbatas, misalnya kulit kina digunakan 6 bagian.b. Disesuaikan dengan cara penggunaannya dalam pengobatan, misalnya daun kumis kucing, sekali minum infuse 100cc karena itu diambil 1/2 bagian.c. Berlendir, misalnya karagen digunakan 11/2 bagiand. Daya kerjanya keras, misalnya digitalis digunakan 1/2 bagian.
3. Untuk memindahkan penyarian kadang-kadang perlu ditambah bahan kimia misalnya:a. Asam sitrat untuk infuse kinab. Kalium atau Natrium karbonat untuk infuse kelembak4. Penyaringan dilakukan pada saat cairan masih panas, kecuali bahan yang mengandung bahan yang mudah menguap.Simplisia yang digunakan untuk pembuatan infuse harus mempunyai derajat kehalusan tertentu.a. Derajat kahalusan (2/3), misalnya :Daun kumis kucingDaun sirihAkar manisb. Derajat kehalusan (3/6), misalnya :Rimpang jeringauAkar kelembakc. Derajat kehalusan (6/8), misalnya :Rimpang lengkuasRimpang temulawakRimpang jahed. Derajat kehalusan (8/24), misalnya :Kulit kina
MASERASIMaserasi merupakan cara penyarian yang sederhana. Maserasi dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan penyari akan menembus dinding seldan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dank arena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dsalam sel dengan yang diluar
sel,maka larutan yang terpekat didesak keluar. Peristiwa tersebut berulang sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan diluar sel dengan larutan di dalam sel.Maserasi digunakan untuk penyarian simplisia yang mengandung zat aktif yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengandung zat yang mudah mengembang dalam cairan penyari, tidak mengandung benzoin, stirak dan lain-lain.Cairan penyari yang digunakan dapat berupa air, etanol, air-etanol, atau pelarut lain. Bila cairan penyari digunakan air maka untuk mencegah timbulnya kapang, dapat ditambahkan bahan pengawet, yang diberikan pada awal penyarian. Keuntungan cara penyarian dengan maserasi adalah cara pengerjaan dan peralatan sederhana dan mudah diusahakan.Kerugian cara maserasi adalah pengerjaanya lama,dan penyariannya kurang sempurna.Maserasi dapat dilakukan modifikasi misalnya :1. Digesti Digesti adalah cara maserasi dengan menggunakan pemanasan lemah, yaitu pada suhu 400 - 500C. Cara maserasi ini hanya dapat dilakukan untuk simplisia yang zat aktifnya tahan terhadap pemanasan. Dengan pemnasan diperoleh keuntungan antara lain:a. Kekentalan pelarut berkurang, yang dapat mengakibatkan berkurangnya lapisan-lapisan batas.b. Daya melarutkan cairan penyari akan meningkat, sehingga pemanasan tersebut mempunyai pengaruh yang sama dengan pengadukan.c. Koefisien difusi berbanding lurus dengan suhu absolute dan berbanding terbalik dengan kekentalan, sehingga kenaikan suhu akan berpengaruhpada kecepatan difusi. Umumnya kelarutan zat aktif akan meningkat bila suhu dinaikkan.d. Jika cairan penyari mudah menguap pada suhu yang digunakan, maka perlu dilengkapi dengan pendingin balik, sehingga cairan akan menguap kembali ke dalam bejana. 2. Maserasi dengan Mesin PengadukPenggunaan mesin pengaduk yang berputar terus-menerus, waktu proses maserasi dapat dipersingkat menjadi 6 sampai 24 jam.3. RemaserasiCairan penyari dibagi menjadi 2. Seluruh serbuk simplisia di maserasi dengan cairan penyari pertama, sesudah dienap tuangkan dan diperas, ampas dimaserasi lagi dengan cairan penyari yang kedua.4. Maserasi MelingkarMaserasi dapat diperbaiki dengan mengusahakan agar cairan penyari selalu bergerak dan menyebar. Dengan cara ini penyari selalu mengalir kembali secara berkesinambungan melalui sebuk simplisia dan melarutkan zat aktifnya.
5.Maserasi Melingkar BertingkatPada maserasi melingkar, penyarian tidak dapat dilaksanakan secara sempurna, karena pemindahan massa akan berhenti bila keseimbangan telah terjadi masalah ini dapat diatasi dengan maserasi melingkar bertingkat (M.M.B), yang akan didapatkan :a.Serbuk simplisia mengalami proses penyarian beberapa kali, sesuai dengan bejana penampung. Pada contoh di atas dilakukan 3 kali, jumlah tersebut dapat diperbanyak sesuai dengan keperluan.b.Serbuk simplisia sebelum dikeluarkan dari bejana penyari, dilakukan penyarian dengan cairan penyari baru. Dengan ini diharapkan agar memberikan hasil penyarian yang maksimalc.Hasil penyarian sebelum diuapkan digunakan dulu untuk menyari serbuk simplisia yang baru,hingga memberikan sari dengan kepekatan yang maksimal.d.Penyarian yang dilakukan berulang-ulang akan mendapatkan hasil yang lebih baek daripada yang dilakukan sekalidengan jimlah pelarut yang sama.
PERKOLASIPerkolasi adalah cara penyarian yang dilakukan dengan mengalirkan cairan penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Kekuatan yang berperan pada perkolasi antara lain: gaya berat, kekentalan, daya larut, tegangan permukaan, difusi, osmosa, adesi, daya kapiler dan daya geseran (friksi). Cara perkolasi lebih baik dibandingkan dengan cara maserasi karena:a.Aliran cairan penyari menyebabkan adanya pergantian larutan yang terjadi dengan larutan yang konsentrasinya lebih rendah, sehingga meningkatkan derajat perbedaan konsentrasi.b.Ruangan diantara serbuk-serbuk simplisia membentuk saluran tempat mengalir cairan penyari.karena kecilnya saluran kapiler tersebut,maka kecepatan pelarut cukup untuk mengurangi lapisan batas,sehingga dapat meningkatkan perbedaan konsentrasi.
ReperkolasiUntuk menghindari kehilangan minyak atsiri pada pembuatan sari,maka cara perkolasi diganti dengan cara reperkolasi. Pada perkolasi dilakukan pemekatan sari dengan pemanasan pada reperkolaso tidak dilakukan pemekatan. Reperkolasi dilakukan dengan cara sinplisia dibagi dalam beberapa percolator.
Perkolasi BertingkatDalam proses perkolasi biasa,perkolat yang dihasilkan tidak dalam kadar yang maksimal. Selama cairan penyari melakukan penyarian serbuk simplisia , maka terjaji aliran melalui lapisan serbuk dari atas sampai ke bawah disertai pelarutan zat aktifnya. Proses poenyaringan tersebut aakan menghasilkan perkolat yang pekat pada tetesanm pertama dan terakhir akan diperoleh perkolat yang encer.Untuk memperbaiki cara perkolasi tersebut dialkukan cara perkolasi bertingkat. Serbuk simplisia yang hampir tersari sempurna sebelum dibuang ,disari dengan cairan penyari ang baru. Hal ini diharapkan gar serbuk simplisia tersebut dapat tersari sempurna. Sebaliknya sewrbuk simplisia yang baru disari dengan perkolat yang hampir jenuh, dengan denikian akan diperoleh perkolat akhir yang jernih. Perkolat dipisahkan dan dipekatkan.Cara ini cocok bila digunakan untuk perusahaan obat tradisional,termasuk perusahaan yang memproduksi sediaan galenik. Agar dioperoleh cara yang tepat, perlu dilakukan percobaan pendahuluan. Dengan percobaan tersebut dapat ditetapkan :1.Jumlah percolator yang diperlukan2.Bobot serbuk simplisia untuk tiap kali perkolasi3.Jenis cairan penyari4.Jumlah cairan penyari untuk tiap kali perkolasi5.Besarnya tetesan dan lain-lain.Percolator yang digunakan untuk cara perkolasi ini agak berlainan dengan percolator biasa. Percolator ini harus dapat diatur, sehingga:1.Perkolat dari suatu percolator dapat dialirkan ke percolator lainnya2.Ampus dengan mudah dapat dikeluarkan.Percolator diatur dalam suatu deretan dan tiap percolator berlaku sebagai percolator pertama. BAB IIIPEMBAHASAN
3.1 ALAT DAN BAHAN3.1.1 AlatInfudasi:
•Gelas ukur•Tangas air•PanciMaserasi:•Bejana•Gelas ukur•Alumunium foilPerkolasi:•Bejana silinder•Sekat berpori
3.1.2 Bahan•Serbuk simplisia•Air•Cairan penyari
3.2 CARA KERJAInfudasi:Simplisia yang telah dihaluskan sesuai dengan derajat kehalusan yang telah ditetapkan dicampur dengan air secukupnya dalam sebuah panci. Kemudian dipanaskan dalam tangas air selama 15 menit, dihitung mulai suhu dalam panci mencapai 900C, sambil sekali-sekali diaduk. Infuse diserkai sewaktu masih panas melalui kain flannel. Untuk mencukupi kekurangan air, ditambahkan air mendidih melalui ampasnya. Infuse simplisia yang mengandung minyak atsiri harus diserkai setelah dingin. Infuse asam jawa dan simplisia yang berlendir tidak boleh diperas. Infuse kulit kina biasanya ditambah dengan asam sitrat sepersepuluh dari bobot simplisia. Asam jawa sebelum dipakai dibuang bijinya dan sebelum direbus dibuat massaseperti bubur. Buah adas dan dan buah adas manis dipecah terlebih dahulu.Maserasi:Maserasi pada umumnya dilakukan dengan cara: 10 bagian simplisia dengan derajat halus yang cocok dimasukkan ke dalam bejana, kemudian dituangi dengan 75 bagian cairan penyari, ditutup dan dibiarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya, sambil berulang-ulang diaduk. Setelah 5 hari sari diserkai, ampas diperas. Ampas ditambah cairan penyari secukupnya diaduk dan diserkai, sehingga diperoleh seluruh sari sebanyak 100 bagian. Bejana ditutup, biarkan ditempat sejuk, terlindung dari cahaya, selama 2 hari. Kemudian endapan dipisahkan. Perkolasi:Prinsip perkolasi adalah sebagai berikut: serbuk simplisia ditempatkan dalam suatu bejana silinder, yang bagian bawahnya diberi sekat berpori. Cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui serbuk tersebut, cairan penyari akan melarutkan zat aktif sel-sel yang dilalui sampai mencapai keadaan jenuh. Gerak kebawah disebabkan oleh kekuatan gaya beratnya sendiri dan cairan diatasnya, dikurangi dengan daya kapiler yang cenderung untuk menahan. BAB IVPENUTUPKesimpulan:Ekstraksi adalah pemisahan suatu zat dari campurannya dengan pembagian sebuah zat terlarut antara dua pelarut yang tidak dapat tercampur untuk mengambil zat terlarut tersebut dari satu pelarut ke pelarut yang lain. Seringkali campuran bahan padat dan cair (misalnyabahan alami)tidak dapat atau sukar sekali dipisahkan dengan metode pemisahan
mekanis atau termis yang telah dibicarakan. Misalnya saja,karena komponennya saling bercampur secara sangat erat, peka terhadap panas,beda sifat-sifat fisiknya terlalu kecil, atau tersedia dalam konsentrasi yang terlalu rendah.Infudasi adalah proses penyarian yang umumnya digunakan untuk menyari zat kandungan aktif yang larut dalam air dan bahan-bahan nabati. Penyarian dengan cara ini menghasikan sari yang tidak stabil dan mudah tercemar oleh kuman dan kapang. Oleh sebab itu, sari yang diperoleh dengan cara ini tidak boleh disimpan lebih dari 24 jam.
Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana. Maserasi dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan penyari akan menembus dinding seldan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dank arena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dsalam sel dengan yang diluar sel,maka larutan yang terpekat didesak keluar.Perkolasi adalah cara penyarian yang dilakukan dengan mengalirkan cairan penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Kekuatan yang berperan pada perkolasi antara lain: gaya berat, kekentalan, daya larut, tegangan permukaan, difusi, osmosa, adesi, daya kapiler dan daya geseran (friksi).
CARA KERJAInfudasi:Simplisia yang telah dihaluskan sesuai dengan derajat kehalusan yang telah ditetapkan dicampur dengan air secukupnya dalam sebuah panci. Kemudian dipanaskan dalam tangas air selama 15 menit, dihitung mulai suhu dalam panci mencapai 900C, sambil sekali-sekali diaduk. Infuse diserkai sewaktu masih panas melalui kain flannel. Untuk mencukupi kekurangan air, ditambahkan air mendidih melalui ampasnya. Infuse simplisia yang mengandung minyak atsiri harus diserkai setelah dingin. Infuse asam jawa dan simplisia yang berlendir tidak boleh diperas. Infuse kulit kina biasanya ditambah dengan asam sitrat sepersepuluh dari bobot simplisia. Asam jawa sebelum dipakai dibuang bijinya dan sebelum direbus dibuat massaseperti bubur. Buah adas dan dan buah adas manis dipecah terlebih dahulu.Maserasi:Maserasi pada umumnya dilakukan dengan cara: 10 bagian simplisia dengan derajat halus yang cocok dimasukkan ke dalam bejana, kemudian dituangi dengan 75 bagian cairan penyari, ditutup dan dibiarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya, sambil berulang-ulang diaduk. Setelah 5 hari sari diserkai, ampas diperas. Ampas ditambah cairan penyari secukupnya diaduk dan diserkai, sehingga diperoleh seluruh sari sebanyak 100 bagian. Bejana ditutup, biarkan ditempat sejuk, terlindung dari cahaya, selama 2 hari. Kemudian endapan dipisahkan. Perkolasi:Prinsip perkolasi adalah sebagai berikut: serbuk simplisia ditempatkan dalam suatu bejana silinder, yang bagian bawahnya diberi sekat berpori. Cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui serbuk tersebut, cairan penyari akan melarutkan zat aktif sel-sel yang dilalui sampai mencapai keadaan jenuh. Gerak kebawah disebabkan oleh kekuatan gaya beratnya sendiri dan cairan diatasnya, dikurangi dengan daya kapiler yang cenderung untuk menahan.
Saran Dari pembahasan diatas diharapkan dapat mengaplikasikan prosedur-prosedur dari ekstraksi, serta diharapkan juga bagi penulis maupun pembaca dapat mengembangkan metode ekstraksi
yang lebih baik ditinjau dari segi ekonomi serta kepraktisan dalam pembuatan serta pemakaian alat tanpa menghilangkan factor kualitas hasil dari ekstraksi.
BAB I
PENDAHULUAN
I. 1 Latar Belakang
Kita semua telah mengetahui bahwa alam indonesia memang terkenal dengan kekayaan hayati dan hewaninya yang sangat memungkinnya sebagai bahan dasar obat alami .Bumi Indonesia menurut dunia pewayangan dikenal sebagai bumi yanggemah ripah loh jinawi lan thukul kang sarwo tinandur. Banyak tanaman obatyang hidup liar di hutan dan di lautan belum dijamah oleh tangan manusia demikesejahteraan bangsa. Sebagian memang telah dimanfaatkan dan dibudidayakanserta diteliti secara mendalam oleh para ilmuwan.
Read More
Sejak lama masyarakat telah mengenal dan memanfaatkan obat-obat
alamiah yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, hewan, dan mineral. Mereka
meramu dan meraciknya sendiri atas dasar pengalaman yang diwariskan secara
turun-temurun oleh generasi sebelumnya.
Namun banyak dari kita, orang indonesia yang tidak tahu bagaimana cara mengolah kekayaan hayati dan hewani tersebut menjadi suatu bahan obat yang bisa memberi manfaat yang sangat baik dalam menyembuhkan penyakitbahkan khasiatnya mungkin lebih baik dibandingkan obat dari bahan kimia. Oleh karena itu perlu kita ketahui tentang suatu ilmu yang mempelajari tentang cara-cara pengolahan baha- bahn alami tersebut menjadi suatu sediaan obat, yang kita kenal dengan ilmu galenika : Ilmu yang mempelajari tentang pembuatan sediaan (preparat) obat dengan cara sederhana dan dibuat dari alam (tumbuhan dan hewan).
I. 2 Tujuan
Untuk mengetahui pengertian ilmu galenika
mengetahui jenis-jenis sediaan galenika
untuk mengetahui cara-cara penarikan simplisia
I. 3 Rumusan Masalah
Apakah yang dimaksud ilmu galenika ?
Apa saja jenis-jenis sediaan galenika ?
Bagaimanakah cara-cara penarikan simplisia ?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
ilmu galenika adalah Ilmu yang mempelajari tentang pembuatan sediaan (preparat) obat dengan cara sederhana dan dibuat dari alam (tumbuhan dan hewan). (ilmu resep)
Sediaan galenik adalah sediaan yang di buat dari bahan baku hewan atau tumbuhan yang di ambil sarinya. (Anonim,2011)
Zat-zat yang tersari (berkhasiat) biasanya terdapat dalam sel-sel bagian tumbuh-tumbuhan yang umumnya dalam keadaan kering.Cairan penyari masuk kedalam zat-zat berkhasiat utama dari pada simplisia yang akan di ambil sarinya,kemudian, zat berkhasiat tersebut akan terbawa larut dengan cairan penyari, setelah itu larutan yang mengandung zat berkhasiat dipisahkan dari bagian simplisia lain yang kurang bermanfaat. (http://en.wikipedia.org)
Sediaan galenika yang menggunakan metoda khusus adalah seperti Infusum Hyoscyami Oleosum, Solutio Carbonis detergens atau Liquor Carbonatis detergens (Licadet). (anonim, 2010)
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan sediaan galenik
1. Derajat kehalusan
Derajat kehalusan ini harus disesuaikan dengan mudah atau tidaknya obat yang terkandung tersebut di sari.Semakin sukar di sari, simplisia harus dibuat semakin halus, dan sebaliknya.
2. Konsentrasi / kepekatan
Beberapa obat yang terkandung atau aktif dalam sediaan tersebut harus jelas konsentrasinya agar kita tidak mengalami kesulitan dalam pembuatan.
3. Suhu dan lamanya waktu
Harus disesuaikan dengan sifat obat, mudah menguap atau tidak, mudah tersari atau tidak.
4. Bahan penyari dan cara penyari
Cara ini harus disesuaikan dengan sifat kelarutan obat dan daya serap bahan penyari ke dalam simplisia. (ilmu resep)
Bentuk-bentuk sediaan galenik :
Hasil Penarikan : Extracta, Tinctura, Decocta / Infusa
Hasil Penyulingan/ pemerasan : Aqua aromatika, olea velatilia (minyak menguap), olea pinguia (minyak lemak)
Syrup. (ilmu resep, 2006)
Sediaan galenik dapat digolongkan berdasarkan cara pembuatanya sebagai berikut:
1. Aqua aromatica
2. Extracta
3. Sirupi dan
4. Spiritus aromatic. (anonim, 2010)
BAB III
PEMBAHASAN
III . 1 Apa Itu Ilmu Galenika ?
Istilah galenika di ambil dari nama seorang tabib Yunani yaitu Claudius Galenos (GALEN) yang membuat sediaan obat-obatan yang berasal dari tumbuhan dan hewan, sehingga timbulah ilmu obat-obatan yang disebut ilmu galenika.
Jadi Ilmu Galenika adalah : Ilmu yang mempelajari tentang pembuatan sediaan (preparat) obat dengan cara sederhana dan dibuat dari alam (tumbuhan dan hewan).
Tujuan dibuatnya sediaan galenik :
1. untuk memisahkan obat-obat yang terkandung dalam simplisia dari bagian lain yang dianggap tidak bermanfaat.
2. membuat suatu sediaan yang sederhana dan mudah dipakai
3. agar obat yang terkandung dalam sediaan tersebut stabil dalam penyimpanan yang lama.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan sediaan galenik
Derajat kehalusan
Derajat kehalusan ini harus disesuaikan dengan mudah atau tidaknya obat yang terkandung tersebut di sari.Semakin sukar di sari, simplisia harus dibuat semakin halus, dan sebaliknya.
Konsentrasi / kepekatan
Beberapa obat yang terkandung atau aktif dalam sediaan tersebut harus jelas konsentrasinya agar kita tidak mengalami kesulitan dalam pembuatan.
Suhu dan lamanya waktu
Harus disesuaikan dengan sifat obat, mudah menguap atau tidak, mudah tersari atau tidak.
Bahan penyari dan cara penyari
Cara ini harus disesuaikan dengan sifat kelarutan obat dan daya serap bahan penyari ke dalam simplisia.
III . 2 Sediaan Galenika
Sediaan galenik adalah sediaan yang di buat dari bahan baku hewan atau tumbuhan yang di ambil sarinya.
Zat-zat yang tersari (berkhasiat) biasanya terdapat dalam sel-sel bagian tumbuh-tumbuhan yang umumnya dalam keadaan kering.Cairan penyari masuk kedalam zat-zat berkhasiat utama dari pada simplisia yang akan di ambil sarinya,kemudian, zat berkhasiat tersebut akan terbawa larut dengan cairan penyari, setelah itu larutan yang mengandung zat berkhasiat dipisahkan dari bagian simplisia lain yang kurang bermanfaat.
Bentuk-bentuk sediaan galenik :
Hasil Penarikan : Extracta, Tinctura, Decocta / Infusa
Hasil Penyulingan/ pemerasan : Aqua aromatika, olea velatilia (minyak menguap), olea pinguia (minyak lemak)
Syrup.
Sediaan galenik dapat digolongkan berdasarkan cara pembuatanya sebagai berikut:
1. Aqua aromatica
2. Extracta
3. Sirupi dan
4. Spiritus aromatici
Sediaan galenika yang menggunakan metoda khusus adalah seperti Infusum Hyoscyami Oleosum, Solutio Carbonis detergens atau Liquor Carbonatis detergens (Licadet).
Tingtur (Tinctura)
Adalah sediaan cair yang dibuat dengan cara maserasi atau perkolasi simplisia nabati atau hewani atau dengan cara melarutkan senyawa kimia dalam pelarut yang tertera pada masing – masing monografi. Kecuali dinyatakan lain, tingtur dibuat menggunakan 20% zat berkhasiat dan 10 % untuk zat berkhasiat keras.
Jika dalam monografi tertera penetapan kadar, setelah diperoleh 80 bagian perkolat, tetapkan kadarnya. Atur kadar hingga memenuhi syarat, jika perlu encerkan dengan cairan penyari secukupnya.
Penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya, di tempat sejuk.
Sediaan tingtur harus jernih, untuk bahan dasar yang mengandung harsa digunakan cairan penyari etanol 90% dan pada umumnya cairan penyari adalah etanol 70%.
Tingtur yang mengandung harsa / damar adalah Mira Tinctura, Asaefoetida Tinctura, Capsici Tinctura, Tingtur Menyan.
Pembagian Tinctur
1. Menurut Cara Pembuatan
A. Tingtur Asli
Adalah tingtur yang dibuat secara maserasi atau perkolasi.
Contoh :
Tingtur yang dibuat secara maserasi
1. Opii Tinctura FI III
2. Valerianae Tinctura FI III
3. Capsici Tinctura FI II
4. Myrrhae Tinctura FI II
5. Opii Aromatica Tinctura FI III
6. Polygalae Tinctura Ext.
FI1974
Tingtur yang dibuat secara perkolasi, contoh :
B. Tingtur Tidak Asli (Palsu)
Adalah tingtur yang dibuat dengan jalan melarutkan bahan dasar atau bahan kimia dalam cairan pelarut tertentu.
1. Iodii Tinctura FI III
2. Secalis Cornuti Tinctura FI III
2. Menurut Kekerasan (perbandingan bahan dasar dengan cairan penyari)
Tingtur Keras
Adalah tingtur yang dibuat menggunakan 10 % simplisia yang berkhasiat keras
Tingtur Lemah
Adalah tingtur yang dibuat menggunakan 20 % simplisia yang tidak berkhasiat keras. Contoh :
3. Berdasarkan Cairan Penariknya
a. Tingtura Aetherea, jika cairan penariknya adalah aether atau campuran aether dengan aethanol. Contoh : Tingtura Valerianae Aetherea.
b. Tingtura Vinosa, jika cairan yang dipakai adalah campuran anggur
dengan aethanol. Contoh : Tinctura Rhei Vinosa (Vinum Rhei).
c. Tinctura Acida, jika ke dalam aethanol yang dipakai sebagai cairan
penarik ditambahkan suatu asam sulfat. Contoh : pada pembuatan Tinctura Acida Aromatica.
d. Tinctura Aquosa, jika sebagai cairan penarik dipakai air, contoh :
Tinctura Rhei Aquosa.
e. Tinctura Composita
Ekstrak (Extracta)
Adalah sediaan kering, kental, atau cair dibuat dengan menyari simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok diluar pengaruh cahaya matahari langsung. Ekstrak kering harus mudah digerus menjadi serbuk.
Cairan penyari yang dipakai adalah air, eter dan campuran etanol dan air
Cara Pembuatan
Penyarian :
Penyarian simplisia dengan air dilakukan dengan cara maserasi, perkolasi atau penyeduhan dengan air mendidih.
Penyarian dengan campuran etanol dan air dilakukan dengan cara maserasi atau perkolasi.
Penyarian dengan eter dilakukan dengan cara perkolasi.
1. Maserasi
Lakukan maserasi menurut cara yang tertera pada tingtur, suling atau uapkan maserat pada tekanan rendah pada suhu tidak leih dari 50 0C hingga konsistensi yang dikehendaki.
2. Perkolasi
Lakukan perkolasi menurut cara yang tertera pada tinctura. Setelah perkolator ditutup dan dibiarkan selama 24 jam biarkan cairan menetes, tuangi massa dengan cairan penyari hingga jika 500 mg perkolat yang keluar terakhir diuapkan tidak meninggalkan sisa. Perkolat disuling atau diuapkan dengan tekanan rendah pada suhu tidak lebih dari 50 0C hingga konsistensi yang dikehendaki
Pada pembuatan ekstrak cair 0,8 bagian perkolat pertama dipisahkan, perkolat selanjutnya diuapkan hingga 0,2 bagian campur dengan perkolat pertama.
Pembuatan ekstrak cair dengan penyari etanol dapat juga dilakukan dengan cara reperkolasi tanpa menggunakan panas.
Ekstrak yang diperoleh dengan penyari air hangatkan segera pada suhu kurang lebih 90 0C, enapkan, serkai. Uapkan serkaian pada takanan rendah pada suhu tidak lebih dari 50 0C hingga bobotnya sama dengan bobot simplisia yang digunakan.
Enapkan di tempat sejuk selama 24 jam, serkai, uapkan pada tekanan rendah pada suhu tidak lebih dari 50 0C hingga konsentrasi yang dikehendaki.
Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya
Untuk ekstrak kering dan kental perkolat disuling atau diupkan dengan tekanan rendah pada suhu tidak lebih dari 50 0C hingga konsistensi yang dikehendaki.
Contoh – Contoh Ekstrak
1. Ekstrak Belladonae
Cara pembuatan : perkolasi 100 bagian serbuk belladon (85/100) dengan campuran etanol encer dan larutan dalam air asam asetat 2% v/v volume sama sehingga alkaloida tersari sempurna yang diperiksa dengan cara sebagai berikut :
Kocok kuat-kuat campuran 3 ml eter, 5 tetes amonia encer dan 2 ml perkolat. Uapkan 2 ml lapisan eter, larutkan sisa dalam 1 tetes H2SO4 encer, kemudian tambahkan 5 tetes air dan 1 tetes larutan kalium tetraiodida hidrargyrat (II) tidak terjadi kekeruhan. Suling etanol dengan perkolat, biarkan di tempat sejuk selama 24 jam. Tambahkan talk, saring, cuci sisa dengan 100 bagian air. Uapkan filtrat menurut cara yang tertera pada extracta hingga diperoleh ekstrak kental. Ekstrak ini berkadar 1,3% alkaloida.
Penyimpanan : Ekstrak belladon dapat disimpan dalam persediaan dalam bentuk serbuk kering yang dibuat sebagai berikut :
Gerus 1 bagian ekstrak dengan 2 bagian pati beras atau laktosa, keringkan pada suhu tidak lebih dari 30 0C, tambahkan sejumlah pati beras atau laktosa hingga tepat 3 bagian. Sisa dalam wadah berisi zat pengering.
2. Ekstrak Hiosiami (Hyosyami Extractum)
Cara pembuatan : sama dengan cara pembuatan Belladonae Extractum yang dibuat dari serbuk hiosiamin
Ekstrak hiosiami kental disimpan dalam persediaan dalam bentuk serbuk yang dibuat sebagai berikut :
Gerus 1 bagian ekstrak dengan 2 bagian pati atau laktosa keringkan pada suhu tidak lebih dari 80 0C, tambahkan sejumlah pati atau laktosa kering hingga tapat 3 bagian. Simpan dalam wadah berisi zat pengering.
3. Ekstrak Akar Manis (Glycyrrhizae Succus Extractum)
Cara pembuatan : penyarian dilakukan dengan air mendidih kemudian diuapkan hingga kering.
Infus (Infusa)
Adalah sediaan cair yang dibuat dengan menyari simplisia nabati dengan air pada suhu 90 0C selama 15 menit.
Cara Pembuatan
Campur simplisia dengan derajat halus yang cocok dalam panci dengan air secukupnya, panaskan di atas tangas air selama 15 menit terhitung mulai suhu mencapai 90 0C sambil sekali-sekali di aduk. Serkai selagi panas melalui kain flanel, tambahkan air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infus yang dikehendaki.
Hal-hal yang harus diperhatikan untuk membuat sediaan infus :
1. Jumlah simplisia
2. Derajat halus simplisia
3. Banyaknya ekstra air
4. Cara menyerkai
5. Penambahan bahan-bahan lain
untuk menambah kelarutan
untuk menambah kestabilan
untuk menghilangkan zat-zat yang menyebabkan efek lain.
1. Jumlah Simplisia
Kecuali dinyatakan lain, infus yang mengandung bukan bahan berkhasiat keras di buat dengan menggunakan 10 % simplisia.
Kecuali untuk simplisia seperti yang tertera di bawah ini, untuk membuat 100 bagian infus, digunakan sejumlah simplisia seperti tersebut di bawah ini :
Kulit kina 6 bagian
Daun digitalis 0,5 bagian
Akar ipeka 0,5 bagian
Daun kumis kucing 0,5 bagian
Sekale kornutum 3 bagian
Daun sena 4 bagian
Temulawak 4 bagian
. Banyaknya Air Ekstra
Umumnya untuk membuat sediaan infus diperlukan penambahan air sebanyak 2 kali berat simplisia. Air ekstra ini perlu karena simplisia yang kita gunakan pada umumnya dalam keadaan kering.
Cara Menyerkai
Pada umumnya infus di serkai selagi panas, kecuali infus simplisia yang mengandung minyak atsiri, diserkai setelah dingin. Infus daun sena, infus asam jawa dan infus simplisia lain yang mengandung lendir tidak boleh diperas.
Untuk decocta Condurango diserkai dingin, karena zat berkhasiatnya larut dalam keadaan panas, akan mengendap dalam keadaan dingin.
Infus daun sena harus diserkai setelah dingin karena infus daun sena mengandung zat yang dapat menyebabkan sakit perut yang larut dalam air panas, tetapi tidak larut dalam air dingin.
Untuk asam jawa sebelum dibuat infus di buang bijinya dan diremas dengan air hingga massa seperti bubur.
Untuk buah adas manis dan buah adas harus dipecah dahulu.
Bila sediaan tidak disebutkan derajat kehalusannya, hendaknya diambil derajat kehalusan suatu bahan dasar yang keketalannya sama / sediaan galenik dengan bahan yang sama.
Air Aromatik (Aqua Aromatica)
Adalah larutan jenuh minyak atsiri atau zat-zat yang beraroma dalam air. Diantara air aromatika, ada yang mempunyai daya terapi yang lemah, tetapi terutama digunakan untuk memberi aroma pada obat-obat atau sebagai pengawet.
Air aromatika harus mempunyai bau dan rasa yang menyerupai bahan asal, bebas bau empirematic atau bau lain, tidak berwarna dan tidak berlendir.
Cara pembuatan :
1. larutkan minyak atsiri sejumlah yang tertera dalam masing-masing monografi dalam 60 ml etanol 95%.
2. tambahkan air sedikit demi sedikit sampai volume 100 ml sambil dikocok kuat-kuat.
3. tambahkan 500 mg talc, kocok, diamkan, saring.
4. encerkan 1 bagian filtrat dengan 39 bagian air.
Etanol disini berguna untuk menambah kelarutan minyak atsiri dalam air. Talc berguna untuk membantu terdistribusinya minyak dalam air dan menyempurnakan pengendapan kotoran sehingga aqua aromatik yang dihasilkan jernih.
Selain cara melarutkan seperti yang tertera dalam FI II, buku lain juga mencantumkan aqua aromatik adalah hasil samping dari pembuatan olea volatilia secara penyulingan sesudah diambil minyak atsirinya.
Aqua aromatik yang diperoleh sebagai hasil samping pembuatan minyak atsiri secara destilasi dapat dicegah pembusukannya dengan cara mendidihkan dalam wadah tertutup rapat yang tidak terisi penuh di atas penangas air selama 1 jam.
Pemerian aqua aromatika : cairan jernih, atau agak keruh, bau dan rasa tidak boleh menyimpang dari bau dan rasa minyak atsiri asal.
Syarat untuk resep : jika air aromatik keruh, kocok kuat-kuat sebelum digunakan.
Penyimpanan : dalam wadah terttutup rapat, terlindung dari cahaya, di tempat sejuk.
Khasiat : zat tambahan.
Air aromatika yang tertera dalam FI II ada 3 yaitu :
1. Aqua Foeniculi, adalah larutan jenuh minyak adas dalam air. Aqua foeniculi dibuat dengan melarutkan 4 g oleum foeniculi dalam 60 ml etanol 90%, tambahkan air sampai 100 ml sambil dikocok kuat-kuat, tambahkan 500 mg talc, kocok, diamkan, saring. Encerkan 1 bagian filtrat dalam 39 bagian air.
Pemerian, penyimpanan sama seperti aqua aromatik.
Syarat untuk resep : seperti aqua aromatik dan sebelum digunakan harus disaring lebih dahulu.
2. Aqua Menthae Piperitae = air permen, adalah larutan jenuh minyak permen dalam air.
Cara pembuatan : lakukan pembuatan menurut cara yang tertera pada aqua aromatika dengan menggunakan 2 g minyak permen.
Pemerian, penyimpanan dan syarat untuk resep sama seperti aqua aromatik.
3. Aqua Rosae = air mawar, adalah larutan jenuh minyak mawar dalam air. Cara pembuatan : larutkan 1 g minyak mawar dalam 20 ml etanol, saring. Pada filtrat tambahkan air secukupnya hingga 5000 ml, saring.
Pemerian, penyimpanan dan syarat untuk resep sama seperti aqua aromatika.
Minyak Lemak (Olea Pinguia)
Adalah campuran senyawa asam lemak bersuku tinggi dengan gliserin (gliserida asam lemak bersuku tinggi).
Cara-cara mendapatkan minyak lemak
1. diperas pada suhu biasa, misalnya : oleum arachidis, oleum olivae, oleum ricini
2. diperas pada suhu panas, misalnya : oleum cacao, oleum cocos
Syarat-syarat untuk minyak lemak antara lain :
1. harus jernih, yang cair harus jernih, begitupun yang padat sesudah dihangatkan (diatas suhu leburnya) tidak boleh berbau tengik.
2. kecuali dinyatakan lain harus larut dalam segala perbandingan dalam CHCl3, Eter dan Eter minyak tanah.
3. Harus memenuhi syarat-syarat minyak mineral, minyak harsa dan minyak-minyak asing lainnya, senyawa belerang dan logam berat.
Penggunaan minyak lemak :
1. Sebagai zat tambahan
2. Sebagai pelarut, misalnya : sebagai pelarut obat suntik, lotio dan lain-lain, anti racun, untuk racun yang tidak larut dalam lemak (racunnya dibalut lemak, lalu segera diberi pencahar atau emetikum) tetapi bila racun yang larut dalam lemak maka dalam bentuk terlarut absorpsi dipercepat.
3. Sebagai obat, misalnya : oleum ricini, dapat dipakai sebagai pencahar.
Minyak lemak dibagi dalam dua golongan :
1. minyak-minyak yang dapat mengering misalnya : oleum lini, oleum ricini.
2. minyak-minyak yang tidak dapat mengering, misalnya : oleum arachidis, oleum olivarum, oleum amygdalarum, oleum sesami.
Penyimpanan minyak lemak :
Kecuali dinyatakan lain, harus disimpan dalam wadah tertutup baik, terisi penuh, terlindung dari cahaya.
Contoh-contoh minyak lemak :
1. Minyak kacang = Oleum Arachidis
Adalah minyak lemak yang telah dimurnikan, diperoleh dengan pemerasan biji arachidis hypogeae L yang telah dikupas.
2. Minyak coklat = Oleum Cacao
Adalah lemak padat yang diperoleh dengan pemerasan panas biji Theobroma cacao L yang telah dikupas dan dipanggang.
3. Minyak kelapa = Oleum Cocos.
Adalah minyak lemak yang di peroleh dengan pemerasan panas endosperm cocos nucipera L yang telah di keringkan.
Minyak Atsiri (Olea Volatilia)
Minyak atsiri disebut juga minyak menguap atau minyak terbang. Olea Volatilia adalah campuran bahan-bahan berbau keras yang menguap, yang diperoleh baik dengan cara penyulingan atau perasan simplisia segar maupun secara sintetis. Minyak atsiri diperoleh dari tumbuh-tumbuhan. Contoh : daun, bunga, kulit buah, buah atau dibuat secara sintetis.
Sifat-sifat minyak atsiri :
1. mudah menguap
2. rasa yang tajam
3. wangi yang khas
4. tidak larut dalam air, larut dalam pelarut organik.
5. minyak atsiri yang segar tidak berwarna, sedikit kuning muda.
Warna coklat, hijau ataupun biru, disebabkan adanya zat-zat asing dalam minyak atsiri tersebut. Misalnya : Minyak kayu putih (Oleum Cajuputi) yang murni tidak berwarna. Warna hijau yang ada seperti yang terlihat diperdagangan karena adanya : klorophyl dan spora-spora Cu (tembaga). Warna kuning atau kuning coklat terjadi karena adanya penguraian.
Pemerian :
Cairan jernih
Bau seperti bau bagian tanaman asal.
Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat, terisi penuh, terlindung dari cahaya dan ditempat sejuk.
Identifikasi :
1. teteskan 1 tetes minyak di atas air, permukaan air tidak keruh.
2. pada sepotong kertas teteskan 1 tetes minyak yang diperoleh dengan cara penyulingan uap tidak terjadi noda transparan
3. kocok sejumlah minyak dengan larutan NaCl jenuh volume sama, biarkan memisah, volume air tidak boleh bertambah.
Cara-cara memperoleh minyak atsiri :
A. Cara pemerasan yaitu cara yang termudah dan masih dapat dikatakan primitif. Cara ini hanya dapat dipakai untuk minyak atsiri yang mempunyai kadar tinggi dan untuk minyak atsiri yang mempunyai kadar tinggi dan minyak atsiri yang tidak tahan pemanasan. Contoh : minyak jeruk
B. Cara penyulingan ( destilasi).
1. Cara langsung ( menggunakan api langsung)
Bahan yang akan diolah di masukkan ke dalam sebuah bejana di atas pelat yang berlubang dan bejana berisi air. Uap air yang naik melalui lubang dan melalui sebuah pendingin, kemudian minyak yang keluar dengan uap air di tampung. Cara ini hanya dapat digunakan untuk jumlah bahan bakal
yang sedikit, karena jumlah air yang akan menjadi uap dan membawa serta minyak terbatas jumlahnya.
2. Cara tidak langsung ( destilasi uap)
Bahan yang akan di olah di masukkan ke dalam sebuah bejana dan di tambah dengan air. Alirkan ke dalamnya uap air yang berasal dari bejana lain. Cara ini dapat digunakan untuk bahan bakal dalam jumlah yang besar terutama bahan bakal yang mempunyai kadar minyak atsiri yang rendah.
Dari ke dua cara di atas pada bejana penampungan akan terdapat dua lapisan, yaitu air dan minyak atsiri.
Letak minyak atsiri dan air tergantung pada berat jenisnya. Jika Bj minyak atsiri > Bj air maka minyak atsiri berada di bawah dan sebaliknya.
Ke dua lapisan ini dapat dipisahkan dan setelah dipisahkan sisa air dapat di keringkan dengan menggunakan zat - zat pengering, contoh: Na2SO4 exicatus.
Pengeringan sisa air ini perlu di lakukan sebab dengan adanya sisa air tersebut minyak atsiri cepat rusak / menjadi tengik. Bila lapisan minyak atsiri dan air sukar dipisahkan dapat di tambahkan NaCl jenuh untuk menarik airnya
3. Cara Enfleurage
Biasanya untuk minyak atsiri yang berasal dari daun bunga yang digunakan untuk kosmetik. Daun bunga disebarkan diatas keping gelas yang lebih dulu dilapisi dengan lemak atau gemuk. Dibiarkan beberapa lama, tergantung dari jenis daun yang diolah, contoh:bunga melati 24 jam. Kemudian daun bunga diangkat, diganti dengan yang segar sampai beberapa kali, sampai lemak itu benar-benar jenuh dengan minyak atsiri. Biasanya lemak itu dapat digunakan untuk 30 kali.
Kemudian lapisan lemak dikerok, dilarutkan dalam alkohol absolut, minyak atsiri akan larut, sedangkan lemaknya tidak larut, sehingga lemaknya dapat dipisahkan dari minyak atsiri. Minyak atsiri yang ada dalam alkohol disuling secara vacum (dengan alat evaporator vacum ). Alkohol yang digunakan bukan alkohol fortior sebab waktu diuapkan, uap air akan membawa minyak atsiri.
Cara ini dapat digunakan untuk bahan bakal dengan kandungan minyak atsiri yang rendah dan tidak tahan pemanasan.
Syarat – syarat minyak atsiri
1. Harus jernih, tidak berwarna, kalau perlu setelah pemanasan.Kejernihan dapat dibuktikan dengan cara meneteskan 1 tetes minyak atsiri keatas permukaan air, permukaan air tidak keruh.Minyak menguap umumnya tidak berwarna, hanya beberapa yang sesui dengan warna aslinya. Oleum bergamottae berwarna hijau karena klorofilnya terlarut kedalamnya. Oleum kajuputi berwarna hijau
karena senyawa tembaga dari alat penyulingnya terlarut kedalamnya. Minyak atsiri akan berwarna kuning atau kuning kecoklatan karena sudah terurai atau teroksidasi.
2. Mudah larut dalam Chloroform atau Eter.
3. Minyak atsiri yang diperoleh dari penyulingan uap harus bebas minyak lemak. Hal ini dibuktikan dengan cara meneteskan keatas kertas perkamen tidak meninggalkan noda transparan.
4. Harus kering, karena air akan mempercepat reaksi oksidasi sehingga minyak akan berwarna. Kekeringan dibuktikan dengan cara mengocok sejumlah minyak atsiri dengan larutan Natrium Klorida jenuh vbolume sama, biarkan memisah, volume air tidak boleh bertambah.
5. Bau dan rasa seperti simplisia.
Bau diperiksa dengan cara mencampurkan satu tetes minyak atsiri dengan 10 ml air. Rasa diperiksa dengan mencampur satu tetes minyak atsiri dengan 2 gram gula.
Contoh-contoh minyak atsiri :
1. Oleum foeniculi (minyak adas)
Cara pembuatan :
Penyulingan uap buah masak Foeniculum vulgaris Mill varietas vulgare dan -dulce.
2. Oleum Anisi (minyak adas manis)
Cara pembuatan :
Penyulingan uap buah kering Illicium verum Hook dan buah kering Pimpenilla anisum L (fam : Magnoliaceae)
3. Oleum Caryophylli (minyak cengkeh)
Cara pembuatan :
Penyulingan pucuk berbunga yang telah dikeringkan dari tanaman Eugenia caryophyllata
Syrup (Sirupi)
Adalah sediaan cair berupa larutan yang mengandung sakarosa. Kadar sakarosa (C12 H22 O11) tidak kurang dari 64% dan tidak lebih dari 66%.
Cara pembuatan sirup :
Buat cairan untuk sirup, panaskan, tambahkan gula, jika perlu didihkan hingga larut. Tambahkan air mendidih secukupnya hingga diperoleh bobot yang dikehendaki, buang busa yang terjadi, serkai.
Cairan untuk sirup, kedalam mana gulanya akan dilarutkan dapat dibuat dari :
1. aqua destilata : untuk sirupus simplex.
2. hasil-hasil penarikan dari bahan dasar :
a. maserat misalnya sirupus Rhei
b. perkolat misalnya sirupus Cinnamomi
c. colatura misalnya sirupus Senae
d. sari buah misalnya rubi idaei
3. larutan atau campuran larutan bahan obat misalnya : methydilazina hydrochloridi sirupus, sirup-sirup dengan nama patent misalnya yang mengandung campuran vitamin .
pada pembuatan sirup dari simplisia yang mengandung glikosida antrakinon di tambahkan Na2CO3 sejumlah 10% bobot simplisia
Kecuali dinyatakan lain, pada pembuatan sirup simplisia untuk persediaan ditambahkan metil paraben 0,25 % b/v atau pengawet lain yang cocok.
Kadar gula dalam sirup pada suhu kamar maksimum 66 % sakarosa, bila lebih tinggi akan terjadi pengkristalan, tetapi bila lebih rendah dari 62 % sirup akan membusuk.
Bj sirup kira-kira 1,3
Pada penyimpanan dapat terjadi inversi dari sakarosa ( pecah menjadi glukosa dan fruktosa ) dan bila sirup yang bereaksi asam inversi dapat terjadi lebih cepat.
Pemanasan sebaiknya dihindari karena pemanasan akan menyebabkan terjadinya gula invert.
Gula invert adalah gula yang terjadi karena penguraian sakarosa yang memutar bidang polarisasi kekiri.
Gula invert tidak dikehendaki dalam sirup karena lebih encer sehingga mudah berjamur dan berwarna tua ( terbentuk karamel ), tetapi mencegah terjadinya oksidasi dari bahan obat.
Pada sirup yang mengandung sakarosa 62 % atau lebih, sirup tidak dapat ditumbuhi jamur, meskipun jamur tidak mati.
Bila kadar sakarosa turun karena inversi, maka jamur dapat tumbuh. Bila dalam resep, sirup diencerkan dengan air dapat pula ditumbuhi jamur.
Untuk mencegah sirup tidak menjadi busuk, dapat ditambahkan bahan pengawet misalnya nipagin.
Kadang-kadang gula invert dikehendaki adanya misalnya dalam pembuatan sirupus Iodeti ferrosi.
Hal ini disebabkan karena sirup merupakan media yang mereduksi, mencegah bentuk ferro menjadi bentuk ferri.
Gula invert disini dipercepat pembuatannya dengan memanaskan larutan gula dengan asam sitrat.
Bila cairan hasil sarian mengandung zat yang mudah menguap maka sakarosa dilarutkan dengan pemanasan lemah dan dalam botol yang tertutup, seperti pada pembuatan Thymi sirupus dan Thymi compositus sirupus, aurantii corticis sirupus. Untuk cinnamomi sirupus sakarosa dilarutkan tanpa pemanasan.
Maksud menyerkai pada sirup adalah untuk memperoleh sirup yang jernih.
Ada beberapa cara menjernihkan sirup :
1. Menambahkan kocokan zat putih telur segar pada sirup . Didihkan sambil
diaduk, zat putih telur akan menggumpal karena panas.
2. Menambahkan bubur kertas saring lalu didihkan dan saring kotoran sirup akan melekat ke kertas saring.
Cara memasukkan sirup ke dalam botol.
Penting untuk kestabilan sirup dalam penyimpanan, supaya awet (tidak berjamur ) sebaiknya sirup disimpan dengan cara :
1. Sirup yang sudah dingin disimpan dalam wadah yang kering. Tetapi pada pendinginan ada kemungkinan terjadinya cemaran sehingga terjadi juga penjamuran.
2. Mengisikan sirup panas-panas kedalam botol panas ( karena sterilisasi ) sampai penuh sekali sehingga ketika disumbat dengan gabus terjadi sterilisasi sebagian gabusnya, lalu sumbat gabus dicelup dalam lelehan parafin solidum yang menyebabkan sirup terlindung dari pengotoran udara luar.
3. Sterilisasi sirup, disini harus diperhitungkan pemanasan 30 menit apakah tidak berakibat terjadinya gula invert.
Maka untuk kestabilan sirup, FI III juga menuliskan tentang panambahan metil paraben 0,25% atau pengawet lain yang cocok.
III .3 Penarikan (Extraction)
Extractio adalah cara menarik satu atau lebih zat-zat dari bahan asal yang umumnya zat berkhasiat tersebut tertarik dalam keadaan (khasiatnya) tidak berubah.
Istilah extractio hanya dipergunakan untuk penarikan zat-zat dari bahan asal dengan menggunakan cairan penarik/ pelarut. Cairan penarik yang dipergunakan disebut menstrum, ampasnya disebut marc atau faeces. Cairan yang dipisahkan disebut Macerate Liquid, Colatura, Solution, Perkolat.
Umumnya extractio dikerjakan untuk simplisia yang mengandung zat berkhasiat atau zat-zat lain untuk keperluan tertentu.. Zat-zat berkhasiat tersebut antara lain alkaloida, glukosida, damar, olea, resina, minyak atsiri, lemak. Disamping itu terdapat juga jenis-jenis gula, zat pati, zat lendir, albumin, protein, pectin, selulosa yang pada umumnya mempunyai daya larut dalam cairan pelarut tertentu dimana sifat-sifat kelarutan ini dimanfaatkan dalam extractio.
Tujuan utama extractio adalah :untuk mendapatkan zat-zat berkhasiat pengobatan sebanyak mungkin dari zat-zat yang tidak berfaedah, supaya lebih mudah digunakan dari pada simplisia asal. Begitu juga penyimpanan dan tujuan pengobatannya terjamin sebab pada umumnya simplisia terdapat dalam keadaan tercampur yang memerlukan cara-cara penarikan dan cairan-cairan penarik tertentu yang nantinya akan menghasilkan sediaan galenik sesuai dengan pengolahannya.
Suhu penarikan juga sangat mempengaruhi hasil penarikan, suhu penarikan untuk :
Maserasi : 15 – 25 0C
Digerasi : 35 – 45 0C
Infundasi : 90 – 98 0C
Memasak : suhu mendidih
Dalam beberapa hal sebelum sediaan yang dimaksud dibuat, simplisia perlu diolah terlebih dahulu, Misalnya mengawal lemakkannya seperti: Strychni, Secale cornuti; atau menghilangkan zat pahitnya seperti : Lichen islandicus.
Supaya zat-zat yang tidak berguna / merusak tidak ikut tertarik bersama-sama dengan zat-zat yang berkhasiat.
Cara menghilangkan isi simplisia yang tidak berguna :
1. Dengan memakai bahan pelarut yang tepat dimana bahan berkhasiatnya mudah larut, sedangkan yang tidak berguna sedikit atau tidak larut dalam cairan penyari tersebut.
2. Dengan menarik / merendam pada suhu tertentu dimana bahan berkhasiat terbanyak larutnya.
3. Dengan menggunakan jarak waktu menarik yang tertentu dimana bahan berkhasiat dari sipmlisia lebih banyak larutnya, sedangkan bahan yang tidak berguna sedikit atau tidak larut.
4. Dengan memurnikan / membersihkan memakai cara-cara tertentu baik secara ilmu alam maupun ilmu kimia.
Jadi kesimpulan dalam extractio ini adalah memilih salah satu cara penarikan yang tepat dengan cairan yang pantas dan memisahkan ampas dengan hasil penarikan yang akan menghasilkan sebuah preparat galenik yang dikehendaki.
Simplisia yang dipergunakan umumnya sudah dikeringkan, kadang-kadang juga yang segar. Untuk kemudahan simplisia yang kering ini dilembabkan terlebih dahulu / di maserer dalam batas waktu tertentu. Disamping itu simplisia ini ditentukan derajat halusnya untuk memperbesar atau memperluas permukaannya, sehingga menyebabkan proses difusi dari zat-zat berkhasiat lebih cepat dari pada melalui dinding-dinding sel yang utuh (proses osmose).
Cara – Cara Penarikan
1. Maserasi
Adalah cara penarikan sari dari simplisia dengan cara merendam simplisia tersebut dalam cairan penyari pada suhu biasa yaitu pada suhunya 15-25 0C. Maserasi juga merupakan proses pendahuluan untuk pembuatan secara perkolasi.
2. Digerasi
Cara penarikan simplisia dengan merendam simplisia dengan cairan penyari pada suhu 35o – 45o. Cara ini sekarang sudah jarang dilakukan karena disamping membutuhkan alat-alat tertentu juga pada suhu tersebut beberapa simplisia menjadi rusak.
3. Perkolasi
Perkolasi ialah suatu cara penarikan, memakai alat yang disebut perkolator, yang simplisianya terendam dalam cairan penyari dimana zat-zatnya terlarut dan larutan tersebut akan menetes secara beraturan keluar sampai memenuhi syarat-syarat yang telah ditetapkan.
Cara-cara perkolasi :
1. perkolasi biasa
2. perkolasi bertingkat, reperkolasi, fractional percolation
3. perkolasi dengan tekanan, pressure percolation
4. perkolasi persambungan, continous extraction, memakai alat soxhlet.
Hal-hal yang harus mendapat perhatian pada perkolasi ialah :
1. mempersiapkan simplisianya : derajat halusnya.
2. melembabkan dengan cara penyari : maserasi I
3. jenis perkolator yang dipergunakan dan memper-siapkannya
4. cara memasukkannya ke dalam perkolator dan lamanya di maserer dalam perkolator : maserasi II
5. pengaturan penetapan cairan keluar dalam jangka waktu yang ditetapkan.
A. Perkolasi Biasa
Simplisia yang telah ditentukan derajat halusnya direndam dengan cairan penyari, masukkan kedalam perkolator dan diperkolasi sampai didapat perkolat tertentu. Untuk pembuatan tingtur disari sampai diperoleh bagian tertentu, untuk ekstrak cair disari sampai tersari sempurna. Perkolasi umumnya digunakan untuk pengambilan sari zat-zat yang berkhasiat keras.
Gambar Perkolator :
perkolator perkolasi biasa perkolasi kontinyu
B. Perkolasi Bertingkat / Reperkolasi Reperkolasi adalah suatu cara perkolasi biasa, tetapi dipakai beberapa perkolator. Dengan sendirinya simplisia di bagi-bagi dalam beberapa porsi dan ditarik tersendiri dalam tiap perkolator. Biasanya simplisia dibagi dalam tiga bagian dalam tiga perkolator, perkolat-perkolat dari tiap perkolator diambil dalam jumlah yang sudah ditetapkan dan nantinya dipergunakan sebagai cairan penyari untuk perkolasi berikutnya pada perkolator yang kedua dan ketiga.
Cara Kerjanya :
Isi perkolator pertama–tama dilembabkan, dan ditarik seperti cara memperkoler biasa, tetapi perkolatnya ditentukan dalam beberapa bagian dan jumlah volume tertentu, misalnya : 200 cc, 300 cc, 300 cc, 300 cc, 300 cc, 300 cc bagian yang pertama perkolat A (200 cc) adalah sebagian sediaan yang diminta dan perkolat selanjutnya disebut susulan pertama.
Perkolator kedua dilembabkan simplisianya dengan perkolat A (susulan pertama), akan diperoleh perkolat-perkolat dalam jumlah-jumlah dan volume tertentu, dengan catatan perkolat ini nantinya terdapat 300 cc, 200 cc, 200 cc, 200 cc, 200 cc, 200 cc, bagian pertama perkolat (300 cc) adalah sebagian dari sediaan.
Perkolator ketiga diolah seperti kedua, dengan perkolator B bagian kedua 200 cc dan seterusnya sampai terdapat nantinya sebanyak 500 cc, terlihat disini bahwa perkolat A bagian pertama, lebih kecil volumenya dari perkolat B bagian pertama, tetapi sebaliknya perkolat A bagian-bagian berikutnya lebih besar volumenya dari perkolat-perkolat B. Hasilnya ialah:
- perkolat A pertama 200 cc
- perkolat B pertama 300 cc jumlah 1000 cc
- perkolat C pertama 500 cc
Keuntungan pertama pada reperkolasi ialah preparat yang terdapat dalam bentuk pekat dan berarti penghematan menstrum. Tetapi reperkolasi ini tidak dapat dipergunakan untuk ekstraksi sampai habis. Secara resmi reperkolasi dipergunakan hanya untuk pembuatan ekstrak-ekstrak cair yang simplisianya mengandung zat berkhasiat yang tidak tahan atau rusak oleh pemanasan.
C. Perkolasi Dengan Tekanan
Digunakan jika simplisia mempunyai derajat halus yang sangat kecil sehingga cara perkolasi biasa tidak dapat dilakukan. Untuk itu perlu ditambah alat penghisap supaya perkolat dapat turun ke bawah.Alat tersebut dinamakan diacolator.
BAB 1V
PENUTUP
IV. 1 Kesimpulan
Ilmu Galenika adalah : Ilmu yang mempelajari tentang pembuatan sediaan (preparat) obat dengan cara sederhana dan dibuat dari alam (tumbuhan dan hewan).
Bentuk-bentuk sediaan galenik :
1. Hasil Penarikan : Extracta, Tinctura, Decocta / Infusa
2. Hasil Penyulingan/ pemerasan : Aqua aromatika, olea velatilia (minyak menguap), olea pinguia (minyak lemak)
3. Syrup.
cara-cara penarikan simplisia
1. maserasi
2. digerasi
3. perkolasi
IV. 2 Saran
Hendaknya dalam membuat sediaan galenik kita bekerja secara serius dan hati-hati
DAFTAR PUSTAKA
“Sediaan Galenik”, Direktorat Pengawasan Obat dan Makanan, Departemen Kesehatan RI,1986. Farmakope Edisi III Departemen Kesehatan RI tahun 1995.Syamsuni, A. 2006. “Ilmu Resep”. Jakarta : EGC Farmakope Edisi IV Departemen Kesehatan RI
http://en.wikipedia.org.Anonim. 2011. Penggolongan Sediaan Galenika.
MAKALAH FITOKIMIA
EKSTRAKSI KULIT JERUK
KELOMPOK 6 :
1. Dadang Dwi . P 11.2.0960
2. Denik Ayu . F 11.2.0964
3. Irfan
AKADEMI FARMASI PUTRA INDONESIA
November 2012
I. TINJAUAN TANAMAN
Jeruk purut merupakan tanaman yang termasuk dalam anggota suku jeruk-
jerukan(rutaceae), sub family aurantioidae, genus citrus, sub genus papeda dan spesies
citrus hystrix(sarwono,1986).
Jenuk purut banyak ditanam orang di pekarangan atau di kebun. Daunnya merupakan
daun majemuk menyirip beranak daun satu. Tangkai daun sebagian melebar menyerupai anak
daun. Helaian anak daun berbentuk bulat telur sampai lonjong, pangkal membundar atau
tumpul, ujung tumpul sampai meruncing, tepi beringgit, panjang 8 -15 cm, lebar 2 – 6 cm,
kedua permukaan licin dengan bintik bintik kecil berwarna jernih, permukaan atas warnanya
hijau tua agak mengilap, permukaan bawah hijau muda atau hijau kekuningan, buram, jika
diremas baunya harum. Bunganya berbentuk bintang, berwarna putih kemerah-merahan atau
putih kekuningkuningan. Bentuk buahnya bulat telur, kulitnya hijau berkerut, berbenjol-
benjol, rasanya asam agak pahit.
Jeruk purut, merupakan tumbuhan perdu yang biasanya dimanfaatkan terutama buah dan
daunnya sebagai bumbu penyedap masakan.
KANDUNGAN KIMIA
Komponen Kimia Komposisi (%)
Kalori 146,0
Kadar air 57,1
Lemak 3,1
Protein 6,8
Karbohidrat 29,0
Fiber 8,2
Kadar abu 4,0
Ca(mg) 1,672
P(mg) 20,0
Fe(mg) 3,8
Karoten 1,185
Vitamin : Thiamin (mg) 0,20
Riboflavin (mg) 0,35
Niacin (mg) 1,0
Asam Askorbat (mg) 20,0
Minyak daun jeruk purut (Kaffir lime oil)
Minyak atsiri ini dihasilkan dari penyulingan daun jeruk lime (Citrus hystrix) dan
dalam perdagangan dise-but kaffir lime oil. Daun jeruk purut sehari-hari diperdagangkan dan
diguna-kan sebagai bumbu atau penyedap dalam berbagai masakan. Bila dilihat dari aspek
kimia, komponen utama dari minyak ini adalah senyawa sitral, menyerupai minyak sereh
dapur atau lemon grass oil. Flavor minyak daun jeruk purut agak berbeda dari flavor minyak
sereh dapur, minyak daun jeruk purut lebih segar dan lebih lembut, sehingga banyak
digunakan dalam pengolahan makanan, sementara minyak sereh dapur banyak digunakan
dalam formula parfum. Penyulingan minyak daun jeruk purut belum banyak dilakukan,
namun dengan berkembang-nya industri makanan, minuman dan flavor, minyak daun jeruk
purut merupakan salah satu alternatif yang potensial. Hasil penyulingan yang di-lakukan di
Balittro, rendemen minyak daun jeruk purut berkisar antara 1,0-1,5% (Anonimous, 2004).
Berikut ini karakteristik minyak daun jeruk purut hasil penyulingan
Tabel… Karakteristik minyak daun jeruk purut
Karakteristik Nilai
Berat jenis
Indeks bias
Putaran optik
Kelarutan dalam ethanol
Bilangan ester
Kadar sitral
0,86
1,46
-2o 30’
Larut jernih 1:1
10,10
32,5
Ekstraksi adalah proses pemisahan suatu zat berdasarkan perbedaan kelarutannya
terhadap dua cairan tidak saling larut yang berbeda, biasanya air dan yang lainnya pelarut
organik. Ekstraksi dapat dilakukan dengan berbagai cara. Ekstraksi menggunakan pelarut
didasarkan pada kelarutan komponen terhadap komponen lain dalam campuran (Suyitno,
1989). Shriner et al. (1980) menyatakan bahwa pelarut polar akan melarutkan solut yang
polar dan pelarut non polar akan melarutkan solut yang non polar atau disebut dengan “like
dissolve like”.
Proses ekstraksi dapat berlangsung pada:
a. Ekstraksi parfum, untuk mendapatkan komponen dari bahan yang wangi.
b. Ekstraksi cair-cair atau dikenal juga dengan nama ekstraksi solven. Ekstraksi.jenis ini
merupakan proses yang umum digunakan dalam skala laboratorium maupun skala industri.
c. Leaching, adalah proses pemisahan kimia yang bertujuan untuk memisahkan suatu senyawa
kimia dari matriks padatan ke dalam cairan. Tehnik ekstraksi lainnya misalnya menggunakan
air untuk mengambil pigmen alami dari tumbuhan,
PEMBUATAN SIMPLISIA.Ada beberapa hal yang penting dan mendasar pada pembuatan suatu simplisia obat
sehingga suatu simplisia tersebut memenuhi syarat.
A. Pengumpulan.
ü Dari tumbuhan liar (hutan)
ü Dari tanaman budidaya (sengaja ditanam)
Hal-hal yang harus diperhatikan pada waktu pengumpulan adalah:
a. dimana tanaman mengandung zat berkhasiat optimal (tinggi):
b. Waktu :pagi – siang – sore.
c. Bagian tanaman yang akan diambil / digunakan.
Secara umum aturan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Akar (radix) dan Umbi (rizhom) dikumpulkan pada saat pertumbuhan telah berhenti.
2. Kulit (cortex) untuk daerah tropis dikumpulkan pada saat tanaman telah dewasa dan daerah
sub tropis dipanan pada musim semi.
3. Daun dan pucuk (folium) dikumpulkan pada saat fotosintesa berlangsung sangat aktif
ditandai dengan melihat apakah tanaman tersebut sedang berbunga atau berbuah, tetapi buah
belum masak.
4. Bunga (flos) dikumpulkan pada saat bunga telah membentuk benang sari atau polen.
5. Buah (fructus) dikumpulkan pada saat buah telah tua tetapi belum masak.
6. Biji (semen) dikumpulkan pada waktu buah telah masak, sedapat mungkin biji belum
tumbuh.
B. Cara Panen.
1. Dengan tangan : biaya tinggi
2. Dengan mesin : tidak dapat untuk semua simplisia.
C. Pengeringan.
Tujuan :
Menghilangkan air supaya:
1. Tidak tumbuh jamur.
2. Enzim jadi tidak aktif yang dapat merusak zat aktif.
3. Simplisia dan kandungan kimia tidak rusak.
Cara-cara :
1. Diangin-anginkan, baik untuk bahan yang mengandung minyak atsiri.
2. Matahari langsung, baik untuk rhizom.
3. Tempat terlindung, untuk mempertahankan warna. (mis: Cabe)
4. Pengeringan buatan. Lebih baik karena: Temperatur dapat diatur sesuai kebutuhan.
5. Cepat menstop kerja enzim.
6. Efisien dan sirkulasi udara merata
Evaluasi / Pemeriksaan.
Mengevaluasi suatu simplisia berarti mengidentivikasi atau menentukan kualitas dan
kemurnian suatu simplisia dan pemeriksaan pemalsuan :
Secara skematis yang dapat dilakukan pemeriksaan adalah;
1. Organoleptis : bentuk, bau, warna dan rasa.
2. Mikroskopis : Untuk mengidentivikasi jaringan yang spesifik. Karena setiap bahan simplisia
tersebut bisaditentukan spesifikasinya masing-masing dibawah mikroskop.
3. Biologis / Farmakologis : dengan memakai binatang percobaan.
4. Pemeriksaan kimia : dengan reaksi kimia tertentu.
5. Pemeriksaan Fisika : Kelarutan, Spesifik grafitasi, pemutaran bidang terpolarisasi. Dan
lainnya.
6. Kelembaban (kadar air) : Gravimetris. Azeotrop dan Trimetri Kadar abu.
7. Penentuan dengan Kromatografi.Pengelompokan / Pembagian / Klasifikasi Simplisia dapat
dilakukan dengan beberapa cara antara lain: Berdasarkan Familinya : Solanacaea, Rubiacaea
dll.Berdasarkan khasiatnya : Obat jantung, obat diabetes dll. Berdasarkan golongan senyawa
kimia zat berkhasiatnya: Karbohidrat, Alkaloid, Glikosida, Tanin, Lemak, Minyak atsiri,
Resin dan Resin kombinasi.
CARA EKSTRAKSI
1. Metode Sederhana
Bahan yang digunakan :
1. Kulit jeruk
2. Larutan NaHCO3 5%
3. Na2SO4 anhidrat
Alat- alat yang digunakan :
1. pisau dan talenan
2. Pemeras kulit jeruk
3. Sentrifus
4. Botol dekan tasi
CARA PEMBUATAN
1. Persiapan
a. Pelunakan. Kulit jeruk sicuci sampai bersih, kemudian direndam di dalam
larutan NaHCO3 % selama 10-14 jam. Setiap kg kulit jeruk direndam dengan 1
liter larutan NaHCO3.
b. Perajangan. Setelah itu perendaman tersebut, kulit jeruk dirajang sampai
berukuran 0,3-0,5 cm.
2. Pemerasan
Kulit jeruk yang telah dirajang dibungkus dengan kain blacu tebal, kemudian diperas
dengan alat pres berulir, atau alat pres hidrolik. Mula-mula tekanan 200 kg per cm 2 ,
setelah itu tekanan dinaikkan secara pelan-pelan menjadi 400 kg per cm 2 . Selama
pemerasan dilakukan penyemprotan dengan air dingin. Pemerasn dilakukan dua kali.
Hasil yang diperoleh berupa emulsi minyak di dalam air yang disebut emulsi minyak.
3. Pemisahan Minyak
a. Dekantasi. Emulsi dimasukkan ke dalam botol dekantasi (pemisah fraksi air
dan minyak emulsi). Setelah itu botol yang berisi emulsi disimpan di dalam
lemari pendingin (4-7 0 C) selama 10-24 jam. Fraksi air yang berada pada
bagian bawah dibuang. Cara pembuangannya adalah sebagai berikut. Mula-
mula saluran pemasukan dibuka, kemudian kran pengeluaran dibuka sampai
semua fraksi air mengalir keluar.
b. Sentrifugasi. Fraksi minyak yang tertinggal di botol dekantasi dipindahkan ke
botol sentrifus. Kemudian dilakukan sentrifugasi pada kecepatan 4000-6000
rpm selama 15 menit. Sisa fraksi air akan berada pada bagian bawah cairan si
dalam botol sentrifus, dan fraksi minyak berada pada bagian atas. Fraksi
minyak ini disebut sebagai minyak kulit jeruk.
c. Pemberian Na2SO4. Minyak kulit jeruk diberi Na2SO4 anhidrat, kemudian
diaduk-aduk. Setiap liter minyak diberi dengan 1-3 g Na2SO4anhidrat. Setelah
itu, minyak disaring untuk memisahkan Na2SO4. Pemberian senyawa tersebut
bertujuan untuk mengikat air yang tidak dapat dipisahkan dengan dekantasi
dan sentrifugasi.
4. Penyimpanan
Minyak kulit jeruk disimpan di dalam botol kaca berwarna gelap dalam keadaan tertutup
rapat pada tempat yang tidak panas
2. Metode Skala Industri
1. Bahan baku bersih yang telah disortasi dikecilan ukuran ukurannya dengan cara
menggiling menggunakan mesin grinding, baru pengayakan pada mesh tertentu. Untuk
mendapat hasil berkualitas, gunakan mesin penggiling rempah yang inert yaitu berbahan
stainless steel.
2. Tahap selanjutnya serbuk bahan baku diekstraksi dengan pelarut organik. Ada
beberapa pelarut yang biasa dipakai seperti etanol, metilen chloride, aceton, hexan, dll.
Pemilihan solven organik ini disesuaikan dengan jenis rempah yang diekstraksi agar
mendapat hasil yang optimum dan spesifikasi produk oleoresin sesuai standar yang telah
Grinder
ditentukan. Selain pemilihan pelarut, pemilihan metode ekstraksi juga berpengaruh terhadap
produk. Metode ekstraksi skala industri bisa dengan ekstrak maserasi satu tahap dan multi
tahap atau menggunakan metode perkolasi dengan alat perkolator untuk mendapatkan proses
penyarian yang sempurna.
3. Selanjutnya dilakukan filtrasi untuk memisahkan residu dan filtrat
menggunakan alat filtrasi. Untuk mempercepat proses filtrasi, gunakan alat filtrasi
sistem vakum. Penggunaan filter penyaring bisa dipasang berapa mikron yang akan
dipakai, menyesuaikan bahan baku yang diekstraksi. Kemudian filtrat yang diperoleh
selanjutnya dievaporasi atau diuapkan dengan evaporator recycling solvent agar
diperoleh oleoresin murni.
4. Penggunaan alat evaporator recycling solvent ini dimaksudkan agar pelarut
tertampung dalam container dan bisa digunakan lagi untuk ekstraksi sehingga mendapat
efisien cost produksi. Peralatan pendukung produksi herbal seperti ini dapat diperoleh disini.
Perkolator
Vacuum Filter
Hasil oleoresin murni selanjutnya diuji kualitas dengan parameter yang telah ditentukan
tergantung bahan uji yang diekstraksi. Sebagai contoh, oleoresin capsicum ditest dengan
parameter tingkat kepedasan, kekentalan, sisa pelarut dan microbiological testing seperti total
plate count, total yeast and mould dan E.coli salmonella
Terdapat beberapa istilah yang perlu dietahui berkaitan dengan proses ekstraksi antara lain:
1. Ekstraktan/menstrum: pelarut/campuran pelarut yang digunakan dalam proses ekstraksi
2. Rafinat: sisa/residu dari proses ekstraksi
Dalam proses ekstraksi, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain:
a. Jumlah simplisia yang akan diesktrak
b. Derajat kehalusan simplisia
Semakin halus, luas kontak permukaan akan semakin besar sehingga proses ekstraksi
akan lebih optimal.
a. Jenis pelarut yang digunakan
Jenis pelarut berkaitan dengan polaritas dari pelarut tersebut. Hal yang perlu
diperhatikan dalam proses ekstraksi adalah senyawa yang memiliki kepolaran yang sama
akan lebih mudah tertarik/ terlarut dengan pelarut yang memiliki tingkat kepolaran yang
sama. Berkaitan dengan polaritas dari pelarut, terdapat tiga golongan pelarut yaitu:
Pelarut polar
Memiliki tingkat kepolaran yang tinggi, cocok untuk mengekstrak senyawa-senyawa
yang polar dari tanaman. Pelarut polar cenderung universal digunakan karena biasanya
walaupun polar, tetap dapat menyari senyawa-senyawa dengan tingkat kepolaran lebih
rendah. Salah satu contoh pelarut polar adalah: air, metanol, etanol, asam asetat.
Pelarut semipolar
Evaporator oleoresin
Pelarut semipolar memiliki tingkat kepolaran yang lebih rendah dibandingkan dengan
pelarut polar. Pelarut ini baik untuk mendapatkan senyawa-senyawa semipolar dari
tumbuhan. Contoh pelarut ini adalah: aseton, etil asetat, kloroform
Pelarut nonpolar
Pelarut nonpolar, hampir sama sekali tidak polar. Pelarut ini baik untuk mengekstrak
senyawa-senyawa yang sama sekali tidak larut dalam pelarut polar. Senyawa ini baik untuk
mengekstrak berbagai jenis minyak. Contoh: heksana, eter
Beberapa syarat-syarat pelarut yang ideal untuk ekstraksi:
1. Tidak toksik dan ramah lingkungan
2. Mampu mengekstrak semua senyawa dalam simplisia
3. Mudah untuk dihilangkan dari ekstrak
4. Tidak bereaksi dengan senyawa-senyawa dalam simplisia yang diekstrak
5. Murah/ ekonomis
6. Lama waktu ekstraksi
Lama ekstraksi akan menentukan banyaknya senyawa-senyawa yang terambil. Ada
waktu saat pelarut/ ekstraktan jenuh. Sehingga tidak pasti, semakin lama ekstraksi semakin
bertambah banyak ekstrak yang didapatkan.
7. Metode ekstraksi, termasuk suhu yang digunakan
Terdapat banyak metode ekstraksi. Namun secara ringkas dapat dibagi berdasarkan
penggunaan panas sehingga ada metode ekstraksi dengan cara panas, serta tanpa panas.
Metode panas digunakan jika senyawa-senyawa yang terkandung sudah dipastikan tahan
panas. Metode ekstraksi yang membutuhkan panas antara lain:
8. Dekok
Ekstraksi dilakukan dengan solven air pada suhu 90°-95°C selama 30 menit.
9. Infus
Hampir sama dengan dekok, namun dilakukan selama 15 menit.
10. Refluks
Dilakukan dengan menggunakan alat destilasi, dengan merendam simplisia dengan
pelarut/solven dan memanaskannya hingga suhu tertentu. Pelarut yang menguap sebagian
akan mengembung kembali kemudian masuk ke dalam campuran simplisia kembali, dan
sebagian ada yang menguap.
11. Soxhletasi
Mirip dengan refluks, namun menggunakan alat khusus yaitu esktraktor Soxhlet. Suhu
yang digunakan lebih rendah dibandingkan dengan refluks. Metode ini lebih hemat dalam hal
pelarut yang digunakan.
12. Coque
Penyarian dengan cara menggodok simplisia menggunakan api langsung. Hasil
godokan setelah mendidih dimanfaatkan sebagai obat secara keseluruhan (termasuk ampas)
atau hanya digunakan hasil godokannya saja tanpa menggunakan ampasnya.
13. Seduhan
Dilakukan dengan menggunakan air mendidih, simplisia direndam dengan
menggunakan air panas selama waktu tertentu (5-10 menit) seperti halnya membuat teh
seduhan.
Metode ekstraksi dingin dilakukan ketika senyawa yang terdapat dalam simplisia
tidak tahan terhadap panas atau belum diketahui tahan atau tidaknya, antara lain:
14. Maserasi
Ekstraksi dilakukan dengan cara merendam simplisia selama beberapa waktu,
umumnya 24 jam dalam suatu wadah tertentu dengan menggunakan satu atau campuran
pelarut.
15. Perkolasi
Perkolasi merupakan ekstraksi cara dingin dengan mengalirkan pelarut secara kontinu
pada simplisia selama waktu tertentu.
16. Proses Ekstraksi
Proses saat ekstraksi menentukan hasil ekstrak. Beberapa proses ekstraksi
menghendaki kondisi yang terlindung dari cahaya, ini terutama pada proses ekstraksi bahan-
bahan yang mengandung kumarin dan kuinon. Ekstraksi bisa dilakukan secara bets per bets
atau secara kontinu. Pada ekstraksi skala industri, umumnya dilakukan secara kontinu.
Ekstraksi bisa dilakukan secara statik (tanpa pengadukan) atau dengan proses dinamik
(dengan pengadukan).
Jenis-jenis Ekstrak
Terdapat beberapa jenis ekstrak baik ditinjau dari segi pelarut yang digunakan ataupun
hasil akhir dari ekstrak tersebut.
Ekstrak air
Menggunakan pelarut air sebagai cairan pengekstraksi. Pelarut air merupakan pelarut
yang mayoritas digunakan dalam proses ekstraksi. Ekstrak yang dihasilkan dapat langsung
digunakan atau diproses kembali seperti melalui pemekatan atau proses pengeringan.
Tinktur
Sediaan cari yang dibuat dengan cara maserasai ataupun perkolasi simplisia. Pelarut
yang umum digunakan dalam proses produksi tinktur adalah etanol. Satu bagian simplisia
diekstrak dengan menggunakan 2-10 bagian menstrum/ekstraktan.
Ekstrak cair
Bentuk dari ekstrak cair mirip dengan tinktur namun telah melalui pemekatan hingga
diperoleh ekstrak yang sesuai dengan ketentuan farmakope.
Ekstrak encer
Dikenal sebagai ekstrak tenuis, dibuat seperti halnya ekstrak cair. Namun kadang masih
perlu diproses lebih lanjut.
Ekstrak kental
Ekstrak ini merupakan ekstrak yang telah mengalami proses pemekatan. Ekstrak kental
sangat mudah untuk menyerap lembab sehingga mudah untuk ditumbuhi oleh kapang. Pada
proses industri ekstrak kental sudah tidak lagi digunakan, hanya merupakan tahap perantara
sebelum diproses kembali menjadi ekstrak kering.
Ekstrak kering (extract sicca)
Ekstrak kering merupakan ekstrak hasil pemekatan yang kemudian dilanjutkan ke tahap
pengeringan. Prose pengeringan dapat dilakukan dengan berbagai macam cara yaitu:
1. Menggunakan bahan tambahan seperti laktosa, aerosil
2. Menggunakan proses kering beku, proses ini mahal
3. Menggunakan proses proses semprot kering atau fluid bed drying
Ekstrak minyak
Dilakukan dengan cara mensuspensikan simplisia dengan perbandingan tertentu dalam
minyak yang telah dikeringkan, dengan cara seperti maserasi.
Oleoresin
Merupakan sediaan yang dibuat dengan cara ekstraksi bahan oleoresin (mis. Capsicum
fructus dan zingiberis rhizom) dengan pelarut tertetu umumnya etanol.
Proses Ekstraksi Skala Industri
Terdapat beberapa tahapan dalam proses ekstraksi skala industri, meliputi:
1) Penghalusan/ penggilingan simplisia
2) Ekstraksi tanaman obat
3) Pemurnian ekstrak
4) Pemekatan ekstrak
5) Pengeringan ekstrak
6) Standardisasi ekstrak
7) Pengemasan
Standardisasi Ekstrak
Ekstrak yang dihasilkan dalam skala industri harus merupakan ekstrak yang sudah
terstandar sesuai dengan ketentuan yang berlaku (mengacu pada MMI atau kompendia yang
lain seperti Farmakope). Komponen standardisasi ekstrak meliputi:
a) Pengujian makro dan mikroskopik untuk identitas
b) Pemeriksaan pengotor/ zat asing organik dan anorganik
c) Penentuan susut pengeringan dan kandungan air
d) Penentuan kadar abu
e) Penentuan kadar serat
f) Penentian kadar komponen terekstraksi (kadar sari)
g) Penentuan kadar bahan aktif/ senyawa penanda
h) Penentuan cemaran mikroba dan tidak adanya bakteri pathogen
i) Pemeriksaan residu pestisida.