EKSTRAK BUNGA PACAR AIR formalin.docx
-
Upload
rina-nur-azizah -
Category
Documents
-
view
962 -
download
21
description
Transcript of EKSTRAK BUNGA PACAR AIR formalin.docx
EKSTRAK BUNGA PACAR AIR (Impatiens basalmina) SEBAGAI INDIKATOR SEDERHANA UJI FORMALIN
ABSTRAK
Salah satu kemajuan yang memiliki dampak positif dan negatif adalah kemajuan di
bidang pengolahan makanan yang biasanya menggunakan zat pengawet, baik alami
maupun sintetis. Penggunaan bahan pengawet yang aman bagi kesehatan mulai berkurang.
Hal ini disebabkan harga pengawet tersebut cukup tinggi dibandingkan jenis formalin.
Senyawa ini termasuk disinfektan kuat yang dapat membasmi berbagai bakteri pembusuk,
namun berbahaya bagi kesehatan jika digunakan dalam bahan makanan. Oleh sebab itu
pengujian sederhana terhadap formalin sangat diperlukan.
Berdasarkan hal tersebut memunculkan adanya inovasi dalam pengujian sederhana
pada formalin dengan ekstrak bunga dari tanaman Pacar Air (Impatiens basalmina) yang
mengandung antosianin, untuk pengujian asam- basa. Adapun tujuan penelitian untuk
mengetahui potensi Ekstrak Bunga Pacar Air sebagai indikator sederhana pengujian
formalin pada makanan
Metode penelitian secara eksperimental meliputi variabel dan analisis, serta cara
kerja. Penelitian dilakukan dengan membandingkan tahu berformalin dan non formalin
dengan menggunakan ekstrak bunga pacar air. Hasil penelitian menunjukan bahwa tahu
yang berformalin akan merubah kertas saring menjadi merah muda karena mengandung
asam, dan tahu non fomalin merubah kertas saring menjadi ungu kebiruan karena
mengandung basa. Dapat disimpulkan bahwa ekstrak bunga Pacar Air (Impatiens
basalmina) berpotensi sebagai indikator sederhana pengujian formalin pada makanan.
Kata Kunci : Formalin, Antosianin, Pacar Air, Impatiens basalmina1
EXTRACT OF FLOWER PACAR AIR (Impatiens basalmina) AS SIMPLE INDICATOR FORMALIN TEST
ABSTRAK
One of the advances that have positive and negative effects is the progress in the
field of food processing typically use preservatives, both natural and synthetic. The use of
preservatives is safe for health began to decline. This is due to the relatively high price of
preservatives than other types of formalin. These compounds include a powerful
disinfectant that can kill a variety of bacterial decay, but harmful to health when used in
foodstuffs. Therefore, a simple test of the formalin is necessary.
Based on that led to the innovation in a simple test on formalin with flower extracts
from plants Pacar Air (Impatiens basalmina), which containing anthocyanin, for testing
of acid-base balance. The purpose of the study to determine the potential Flower Extract
with water as a simple indicator of formaldehyde in food testing.
Experimental research methods include variables and analysis, as well as ways of
working. The study was conducted by comparing knows formalin andnon-formalin using
Pacar Air flower extract. The results showed that formalin know that will change the filter
paper to pink because it contains acid and non fomalin change out the filter paper becomes
bluish purple because it contains bases. It can be concluded that the extract of flower Pacar
Air (Impatiens basalmina) has potential as a simple indicator of formalin test on the food.
Key words: Formalin, Anthocyanins, Pacar Air, Impatiens basalmina2
I.PENDAHULUAN
Perkembangan zaman menghasilkan berbagai ide dan inovasi baru.
Keadaan tersebut membawa manusia pada bebagai kemajuan di bidang ekonomi,
kesehatan, bioteknologi dan lain sebagainya. Salah satu kemajuan yang memiliki dampak
positif dan negatif adalah kemajuan di bidang pengolahan makanan, yaitu dalam bentuk
kaleng maupun botol. Teknologi pengolahan makanan ini biasanya menggunakan zat
pengawet, baik alami maupun sintetis. Bahan pengawet dicampurkan dalam makanan
untuk memperpanjang daya tahan suatu makanan.
Bahan pengawet makanan adalah bahan (senyawa) yang ditambahkan ke dalam
makanan dan minuman yang bertujuan untuk mencegah atau menghambat terjadinya
kerusakan makanan oleh kehadiran organisme. Tujuan umum pemberian bahan pengawet
ke dalam makanan dan minuman adalah untuk memelihara kesegaran dan mencegah
kerusakan makanan atau bahan makanan.
Zat pengawet alami aman digunakan untuk makanan dan tidak bersifat toksik,
seperti gula, garam, cuka, kunyit dan bahan alami lainnya. Pengawet sintetis yang aman
digunakan untuk makanan diantaranya Asam Benzoat, Kalium Nitrit, Kalium Propionat, BHA,
Natrium Metasulfat, Asam Propionat, Asam Askorbat dan Kalium Asetat.
Beberapa pengawet makanan dan minuman yang diizinkan berdasarkan Permenkes
No. 722/1988 adalah berupa senyawa kimia seperti asam benzoate,3
kalium bisulfit, kalium meta bisulfit, kalkum nitrat, kalium nitrit, belerang dioksida, asam
sorbat, asam propionate, kalium propionate, kalium sorbat, kalium sulfite, kalsium benzoit,
kalsium propionate, kalsium sorbat, natrium benzoate, metal-p-hidroksi benzoit, natrium
bisulfit, natrium metabisulfit, natrium nitrat, natrium nitrit, natrium propionate, natrium
sulfite, nisin, danpropel-p-hidroksibenzoat. Namun penggunaannya harus sesuai dengan
takaran yang dianjurkan, karena jika digunakan dalam takaran yang berlebihan dapat
berbahaya bagi kesehatan.
Penggunaan bahan pengawet yang aman bagi kesehatan mulai berkurang. Hal ini
disebabkan harga pengawet tersebut cukup tinggi dibandingkan jenis formalin. Selain
murah dari segi harga, penggunaan formalin dapat memperbaiki tekstur makanan.
Beberapa makanan ditemukan menggunakan formalin diantaranya bakso, kerupuk, ikan,
tahu, mie dan daging ayam.
Formalin termasuk kelompok senyawa disinfektan kuat yang dapat membasmi
berbagai bakteri pembusuk dan biasanya digunakan sebagai pengawet mayat. Penggunaan
formalin dalam bahan makanan sangat berbahaya karena dapat menyebabkan gejala
langsung, seperti rasa panas pada mulut; kerongkongan; isophagus dan lambung. Selain itu,
gejala lain yang ditimbulkan adalah rasa sakit yang sangat, pingsan mendadak, diare,
kerusakan hati, bahkan kematian.4
Bahaya memunculkan larangan penggunaan formalin pada bahan makanan. Namun
pada kenyataannya, di pasaran masih banyak ditemukan berbagai makanan yang masih
menggandung formalin. Oleh sebab itu, berbagai upaya pengujian banyak dilakukan untuk
mengurangi peredaran makanan berformalin di masyarakat. Pengujian formalin yang
dilakukan diantaranya dengen analisis spektrofotometer visibel, maupun dengan
menggunakan reagensia seperti Fuchsin, Reagen Tollens, Fehling, KMnO4 0,1 N + NaHSO3
0,1 N dan KMnO4 0,1 N. Pengujian tersebut masih terbatas skala laboratorium, sehingga
masyarakat umum sulit untuk menguji secara mandiri.
Berdasarkan hal tersebut, perlu adanya pengujian sederhana terhadap formalin
yang dapat dilakukan oleh masyarakat umum, dengan cara yang mudah dan biaya yang
murah. Adapun inovasi yang ditawarkan adalah dengan menggunakan ekstrak bunga dari
tanaman Pacar Air (Impatiens basalmina) yang berpotensi sebagai indikator sederhana uji
formalin pada makanan. Bunga pacar air mengandung antosianin yang dapat digunakan
dalam pengujian asam basa. Sehingga diharapkan inovasi tersebut dapat mempermudah
masyarakat untuk membedakan antara makanan berformalin dan non formalin.
II.TUJUAN
Untuk mengetahui potensi Ekstrak Bunga Pacar Air (Impatiens basalmina)
sebagai indikator sederhana pengujian formalin pada makanan.5
III.DASAR TEORI
A. FORMALIN
Formalin adalah nama dagang dari campuran formaldehid, metanol dan air.
Formalin yang beredar di pasaran mempunyai kadar formaldehid yang bervariasi, antara
20% – 40%. Formalin atau senyawa kimia formaldehida (juga disebut metanal), merupakan
aldehida berbentuknya gas dengan rumus kimia H2CO, yang biasanya ditambahkan 10-
15% metanol sebagai stabilisator. Formaldehida bisa dihasilkan dari pembakaran bahan
yang mengandung karbon yang terkandung dalam asap pada kebakaran hutan, knalpot
mobil, dan asap tembakau. Formaldehida dalam kadar kecil sekali juga dihasilkan sebagai
metabolit kebanyakan organisme, termasuk manusia.
Larutan formaldehid mempunyai nama dagang formalin, formol, atau mikrobisida.
Formalin merupakan cairan jernih tidak berwarna dengan bau yang menusuk, uap dapat
merangsang selaput lendir hidung, tenggorokan dan mempunyai rasa yang membakar.
Bobot tiap milliliter adalah 1,08 gram dan dapat bercampur dengan air dan alkohol, tetapi
tidak bercampur dengan kloroform dan eter.
Gambar 1. Struktur Kimia Formalin6
Formalin merupakan larutan yang digunakan sebagai desinfektan. Selain itu juga
digunakan dalam industri tekstil untuk mencegah bahan menjadi kusut dan meningkatkan
ketahanan bahan tenunan. Besarnya manfaat formalin di bidang industri ternyata
disalahgunakan untuk penggunaan pengawetan industri makanan. Biasanya hal ini sering
ditemukan dalam industri rumahan karena mereka tidak terdaftar dan tidak terpantau oleh
Depkes dan Balai POM.
Beberapa makanan yang biasanya ditambahkan dengan formalin adalah bakso,
kerupuk, ikan, tahu, mie dan daging ayam. Formalin sangat berbahaya jika terakumulasi di
dalam tubuh, tidak hanya dikonsumsi melainkan kontak terhadap formalin. Gangguan
kesehatan yang terjadi akibat kontak dengan formalin tergantung pada cara masuk zat
tersebut dalam tubuh. Kontak dengan formalin dapat menyebabkan luka bakar jika
mengenai kulit, iritasi pada saluran pernafasan bila terhirup uapnya dalam konsentrasi yang
tinggi, maupun reaksi alergi dan bahaya kanker. Sedangkan penggunaan formalin dalam
bahan makanan sangat berbahaya karena dapat menyebabkan gejala langsung, seperti rasa
panas pada mulut; kerongkongan; isophagus dan lambung. Selain itu, gejala lain yang
ditimbulkan adalah rasa sakit yang sangat, pingsan mendadak, diare, kerusakan hati dan
gangguan pada saluran pencernaan. Penggunaan formalin dalam dosis tinggi dapat
menyebabkan konvulsi (kejang-kejang), haematuri (kencing darah dan haematomesis
(muntah darah) yang berakhir dengan kematian dalam waktu 3 jam.7
B.ANTOSIAN IN
Antosianin adal ah suatu kelas dari senyawa flavonoid yang s ecara luas terbagi
dalam polifenol tumbuhan. Flavonoid, flavan-3-ol, flavon, flavanon dan flavanonol adalah
kelas tambahan flavonoid yang berbeda dalam ok sidasi dari antosianin.
Gambar 2. Struktur Kimia Antosianin
Secara kimia, antosianin merupakan sub-tipe senyawa organik dari keluarga
flavonoid dan merupakan anggota kelompok senyawa yang lebih besar yaitu polifenol.
Beberapa senyawa antosianin yang banyak ditemukkan adalah pelargonidin, peonidin,
sianidin, malvidin, petunidin dan delfinidin. Antosianin merupakan senyawa fl avonoid yang
memiliki kemampuan sebagai antioksidan. Umumnya senyawa flavonoid berfungsi sebagai
antioksidan primer, ch elator dan scavenger terhadap superoksida anion.
Aktivitas antioksidan antosianin dipengaruhi oleh sistem yang digunakan sebagai
substrat dan kondisi yang dipergunakan untuk mengkatalisis reaksi oksidasi. Antosianin
bersifat amfoter yang memiliki kemampuan untu k bereaksi baik dengan asam mau pun
dalam basa. Dalam media asam, antosianin berwarna merah seperti halnya sa at dalam
vakuola sel dan berubah menjadi ung u dan biru8
jika media bertambah basa. Perubahan warna karena perubahan kondisi lingkungan ini
tergantung dari gugus yang terikat pada struktur dasar dari posisi ikatannya.
Kadar keasaman (pH) suatu sistem akan sangat mempengaruhi aktivitas antioksidan
antosianin. pH juga akan mempengaruhi stabilitas dari antosianin disamping berpengaruh
terhadap warna dari antosianin tersebut. Senyawa tersebut lebih stabil pada pH asam
dibanding dalam pH netral atau basa. Warna yang ditimbulkan oleh antosianin tergantung
dari tingkat keasaman (pH) lingkungan sekitar sehingga pigmen ini dapat dijadikan sebagai
indikator pH melalui uji titrasi asam basa. Warna yang ditimbulkan adalah merah (pH 1),
biru kemerahan (pH 4), ungu (pH 6), biru (pH 8), hijau (pH 12), dan kuning (pH 13). Dalam
suasana asam, antosianin berwarna merah-oranye sedangkan dalam suasana basa
antosianin berwarna merah muda/pink, merah, merah tua hingga ke arah jingga.
Antosianin adalah pigmen larut air yang secara alami terdapat pada berbagai jenis
tumbuhan. Sesuai namanya (bahasa inggris: anthocyanin, dari gabungan kata
Yunani: anthos: bunga dan cyanos: biru), pigmen ini memberikan warna pada bunga, buah
dan daun tumbuhan hijau. Antosianin telah banyak digunakan sebagai pewarna, khususnya
minuman, karena banyak pewarna sintetis diketahui bersifat toksik dan karsinogenik.
Menurut JEFCA (Join
FAO/WHO Expert ommitte on Food Additives) telah menyatakan bahwa ekstrak yang
mengandung antosianin efek toksisitasnya rendah. Antosianin juga9
bermanfaat bagi kesehatan manusia, termasuk mengurangi resiko penyakit jantung
koroner, resiko stroke, aktifitas antikarsinogen, efek anti-inflammatory,memperbaiki
ketajaman mata dan memperbaiki perilaku kognitif.
Antosianin banyak ditemukan pada pangan nabati yang berwarna merah, ungu,
merah gelap seperti pada beberapa buah, sayur maupun umbi. Beberapa sumber
antosianin telah dilaporkan seperti buah mulberry, blueberry, cherry, blackberry, rosela,
kulit dan sari buah anggur. Antosianin juga terdapat pada beberapa jenis bunga seperti
bunga kana, bunga mawar, bunga kembang sepatu dan mahkota bunga pacar air. Pigmen
antosianin bunga pacar air merah efektif diekstrak dengan pelarut air (aquades) dan asam
sitrat dengan perbandingan 9:1.
C. PACAR AIR (Impatiens basalmina)
Pacar air (Impatiens basalmina) adalah tanaman yang berasal dari Asia Selatan dan
Asia Tenggara. Tanaman ini termasuk herba dengan batang basah dan tergolong dalam
famili Balsaminaceae. Pacar air bersinonim dengan I. Corcuta L., I. Mutila Dc., I.
Trifora Blanco, Basalmina mutila Dc. Nama daerah pacar air antara lain : Kimhong (Jakarta),
Lahine dan Parunai (Sumatera), Pacar cai, Pacar Air, Pacar Banyu (Jawa), Pacar Foya, Pacar
Aik (Nusa Tenggara), Tilanggele Duluku dan Kolending Ungga-Ayu (Sulawesi), Bunga Jebelu,
Glabebe, Gofu, Laka dan Bunga Tahoianai Anyer (Maluku).
Tanaman ini adalah tanaman tahunan atau dua tahunan dan memiliki bunga yang
berwarna putih, merah, ungu atau merah jambu. Bentuk bunganya10
menyerupai bunga anggrek kecil dengan batang yang tebal dan daun yang bergerigi di
bagian tepinya. Adapun klasifikasi Pacar Air (Impatiens basalmina) :
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan Berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Tumbuhan Berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (Berkeping Dua)
Sub Kelas : Rosidae
Ordo : Geraniales
Famili : Balsaminaceae
Genus : Impatiens
Speses : Impatiens basalmina L.
. Di Indoensia, tanaman ini sangat mudah ditemukan dan sering dipakai sebagai
tanaman hias maupun dimanfaatkan sebagai tanaman obat. Bagian tanaman pacar air yang
dapat digunakan sebagai obat adalah bagian biji, bunga, daun dan akar karena memiliki
kandungan kimia yang berkhasiat.
Gambar 3. Tanaman Pacar Air (Impatiens basalmina)11
Biji bermanfaat sebagai peluruh haid (emenagog), terlambat datang haid
(amenorrhea), mempermudah persalinan (parturifasien) dan kanker saluran pencernaan
bagian atas. Bunga berkhasiat untuk mengobati tekanan darah tinggi (hipertensi),
pembengkakan akibat terpukul (hematoma), bisul (furunculosis), rematik sendi, gigitan ular
berbisa, radang kulit. Bagian daun untuk mengobati keputihan (leucorrhoea), nyeri haid
(dysmenorrhoea), radang usus buntu kronis (cronic appendicitis), tulang patah / retak
(fraktur) dan radang kulit (dermatitis). Sedangkan akar digunakan sebagai peluruh haid,
antiinflamasi (antiradang), kaku leher dan sakit pinggang (lumbago).
Biji terdapat kandungan kimia berupa saponin dan fixed oil. Bunga mengandung
anthocyanins (antosianin), cyanidin, delphinidin, pelargonidin, malvidin, kaemphenol,
quercetin. Daun mengandung minyak atsiri, alkaloid, damar, garam mineral dan tanin.
Sedangkan akar mengandung cynadin mono- glicoside.
IV. MATERI DAN METODE
A.MATERI
Materi yang digunakan dalam penelitian ini meliputi alat dan bahan yang berupa :
1.Alat
-Mortar dan Pastle, untuk menghaluskan bahan
-Pipet tetes, untuk mengambil larutan12
-Cawan petri, untuk menempatkan bahan yang akan diuji
-Kertas saring, untuk mempermudah pengamatan warna
-Gunting, untuk memotong kertas saring
-Kamera digital, untuk mendokumentasi kegiatan penelitian
-Alat tulis, untuk mempermudah dalam pengumpulan data.
2.Bahan
-Bunga Pacar Air (Impatiens basalmina), untuk bahan ekstraksi
-Air, untuk pelarut ekstraksi
-Tahu, untuk bahan pengujian formalin
-Formalin, untuk membedakan tahu berformalin dan non formalin
-Jeruk nipis, untuk diperas dan diambil sarinya sebagai pengganti asam sitrat.
B.METODE
Metode penelitian secara eksperimental meliputi variabel dan
analisis, serta cara kerja.
1.Variabel dan analisis
Variabel yang digunakan antara membandingkan perlakuan dan ulangan, dengan analisis
deskriptif.
2.Cara Kerja
-Tahu sebanyak 9 buah disiapkan dalam praktikum ini, dengan 6 buah tahu direndam dalam
formalin dan 3 tahu tidak direndam13
-Tahu direndam dalam formalin selama 10 menit
-Bunga pacar air dihaluskan dengan menggunakan mortar dan pastle, kemudian ditambahkan
air sebanyak 6 ml sebagai pelarut
-Ekstrak bunga pacar air diambil sebanyak 4,5 ml; kemudian dicampur dengan air perasan jeruk
nipis sebanyak 0,5 ml
-Kertas saring yang telah dipotong persegi, direndam dalam campuran ekstrak pacar air dan
perasan jeruk nipis selama 5 menit. Hingga kertas saring barwarna ungu merata.
-Letakan 9 tahu yang telah disiapkan ke masing-masing cawan petri untuk pengamatan
-Perlakuan yang dilakukan dalam penelitian, antara lain : Cawan A : Tahu non formalin yang
diberi kertas saring yang
tidak direndam dalam ekstrak pacar air. Cawan B : Tahu non formalin yang
diberi kertas saring
dengan ekstrak pacar air.
Cawan C : Tahu berformalin yang diberi kertas saring dengan ekstrak pacar air.
-Penelitian dilakukan 3 kali ulangan pada masing-masingperlakuan
-Amati perubahan kertas warna setelah 15 menit.14
V.HASIL DAN PEMBAHASAN
A.HASIL
Berdasarkan pengamatan selama penelitian, didapat data sebagai
berikut :
Tabel 1. Pengamatan Warna Kertas dari Berbagai Perlakuan dan Ulangan
Perlakuan A B C
Ulangan 1 Putih Ungu kebiruan Ungu muda
Ulangan 2 Putih Ungu tua Ungu muda
Ulangan 3 Putih Ungu kebiruan Merah muda
Gambar 4. Tahu dengan Perlakuan A Gambar 5. Tahu dengan Perlakuan B
Gambar 6. Tahu dengan Perlakuan C15
Data penelitian menunjukan pada perlakuan A dengan tahu non formalin dan kertas
saring tanpa ekstrak, menghasilkan warna putih atau tetap tanpa perubahan. Perlakuan B
dengan tahu non formalin dan kertas saring dengan ekstrak, menghasilkan warna ungu tua
hingga ungu kebiruan. Sedangkan perlakuan C dengan tahu berformalin dan kertas saring
dengan ekstrak, menghasilkan warna ungu muda hingga merah muda.
B.PEMBAHASAN
Warna yang ditimbulkan dari perlakuan berbeda-beda karena adanya antosianin
dalam ekstrak pacar air. Warna yang ditimbulkan oleh antosianin tergantung dari tingkat
keasaman (pH) lingkungan sekitar sehingga pigmen ini dapat dijadikan sebagai indikator pH
melalui uji titrasi asam basa. Warna yang ditimbulkan adalah merah (pH 1), biru kemerahan
(pH 4), ungu (pH 6), biru (pH 8), hijau (pH 12), dan kuning (pH 13).
Berdasarkan hasil dapat dibahas bahwa pada kertas saring yang berwarna putih
merupakan kontrol warna, dalam pH netral. Kertas saring yang berwarna ungu kebiruan
menandakan tahu bersifat basa, sedangkan warna kertas saring yang berwarna merah
muda menandakan tahu bersifat asam. Dapat diketahui bahwa tahu non formalin bersifat
asam, sedangkan tahu berformalin bersifat basa. Formalin sendiri bersifat asam karena
mengandung asam formiat akibat oksidasi formaldehida.16
VI. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa
ekstrak bunga Pacar Air (Impatiens basalmina) berpotensi sebagai
indikator sederhana pengujian formalin pada makanan.17
VII. DAFTAR REFERENSI
Arifin, Zainal, Tri Budhi Murdiati dan R. Firmansyah, 2005, Deteksi Formalin dalam Ayam
Broiler di Pasaran. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2005.
Arifin, Anshoril, 2012, Pengawet Makanan
Sintetis,http://avicenna91.blogspot.com/2012/08/pengawet-makanan-sintesis.html.
Ariviani, Setyaningrum, 2010, Kapasitas Anti Radikal Ekstrak Antosianin Buah Salam
(Syzygium polyanthum [Wight.] Walp) Segar dengan Variasi Proporsi Pelarut, Jurusan Ilmu
dan Teknologi Pangan UNS. Caraka Tani XXV No.1 Maret 2010.
Cahyadi, Wisnu, 2009, Analisis & Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan, Bumi Aksara,
Jakarta.
Davletshina, T.A., Shul gina, L.V., Lazhentseva, L.Y., Blinov, Y.G. and Pivnentoko, T.N.,
(2003), Inhibitory Effect of an Antimicrobial Preparation from Lipids Of Marine Fishes on
Tissue and Microbial Enzimes, Applied Biochemistry and Microbiology, 39 ( 6 ): 596-598.
Dolaria, Nanik dan Helena Manik, 2007, Uji Validasi pada Analisis Formalin Menggunakan
Spektrofotometer UV-VIS, Buletin Tek. Lit. Akuakultur Vol. 6 No 1 Tahun 2007.
Endrikat, S., Gallagher, G., Pouillot, R. G., Quesenberry, H.H., Labarre, D., Schroeder, C.M.,
and Kause, J., 2010, A Comparative Risk Assesment for Listeria monocytogenes in
Prepackaged versus Retail- Sliced Deli Meat, Journal of Food Protection, 73 ( 4 ): 612- 619.
Hamdani, 2012, Formalin, http://catatankimia.com/formalin.html.
Marsitta, Utary, 2012, Antosianin. http://utarymarsitta.blogspot.com.18
Rahmadetiasani, Afifi, Marlia F. Hayoto dan Tenno Mauldan, 2010,Impatiens basalmina :
Pacar Air, Fakultas Biologi, Universitas Nasional, Jakarta.
Saati, E. Anis, 2005, Studi Stabiltas Ekstrak Pigmen Antosianin Bunga Mawar Rontok pada
Peiode Simpan Tertentu (Kajian Keragaman pH Media dan Suhu Pasteurisasi, Gamma
Volume 1, Nomor 1, September 2005, hal 77-82.
Saati, E. Anis, 2007, Identifikasi dan Uji Kualitas Pigmen Kulit Buah Naga Merah (Hylocareus
costaricensis) pada Beberapa Umur Simpan dengan Perbedaan Jenis Pelarut.