Ekspor Beras

download Ekspor Beras

of 120

Transcript of Ekspor Beras

  • 7/30/2019 Ekspor Beras

    1/120

    ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI

    DAN EKSPOR BERAS INDONESIA

    MARISSA AMBARINANTIA14303029

    SKRIPSI

    PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA

    FAKULTAS PERTANIANINSTITUT PERTANIAN BOGOR

    2007

  • 7/30/2019 Ekspor Beras

    2/120

    ii

    RINGKASAN

    MARISSA AMBARINANTI. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

    Produksi dan Ekspor Beras Indonesia. Dibawah bimbingan MANGARATAMBUNAN.

    Beras merupakan salah satu komoditi pangan yang mempunyai arti

    penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Hal ini disebabkan keberadaannyasebagai makanan pokok bagi hampir seluruh bangsa Indonesia. Hampir 97 %

    penduduk Indonesia memiliki ketergantungan yang tinggi untuk mengkonsumsi

    beras sebagai makanan pokok utama. Selain merupakan negara pengkonsumsiberas, Indonesia juga merupakan negara produsen beras terbesar ke tiga di dunia.

    Hal ini didukung oleh kondisi alam, iklim, dan topografi yang mendukungdilakukannya usahatani padi di Indonesia. Indonesia pernah mencapai

    swasembada pangan pada tahun 1984 dan berhasil menjadi net eksportir beras,tetapi setelah periode swasembada tersebut produksi beras Indonesia berfluktuasidengan laju pertumbuhan yang cenderung menurun sedangkan laju pertumbuhan

    konsumsi terus meningkat, sehingga Indonesia lebih sering tergantung pada imporuntuk memenuhi kebutuhan beras domestiknya.

    Selain melakukan impor beras, Indonesia juga melakukan ekspor beras.

    Fluktuasi pada produksi dan predikat Indonesia sebagai negara pengimpor berasmengakibatkan ekspor beras Indonesia cenderung menurun dan bahkan terhapus.

    Namun demikian pada tahun 2004 hingga 2005, ekspor beras meningkat cukupsignifikan yaitu dari 4.495 ton pada tahun 2004 menjadi 44.285 ton pada tahun2005. Hal ini memberikan harapan dan peluang bagi Indonesia untuk

    mempertahankan dan mengembangkan ekspor beras yang ada mengingat padadasarnya Indonesia merupakan salah satu negara produsen beras terbesar.

    Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) menganalisis faktor-faktor yangmempengaruhi produksi beras Indonesia, (2) menganalisis faktor-faktor yangmempengaruhi ekspor beras Indonesia.

    Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu datatime series selama peride waktu 30 tahun (1976-2005). Data tersebut diperoleh

    dari Badan Pusat Statistik, Departemen Pertanian, BULOG, dan DepartemenPerdagangan. Model analisis data yang digunakan adalah model regresi bergandadengan persamaan tunggal. Persamaan ini diduga dengan menggunakan metode

    Ordinary Least Square (OLS) dengan menggunakan program Minitab 14.Berdasarkan hasil estimasi model secara keseluruhan, pendugaan dan

    pengujian model ekonomi dengan kriteria statistik yang ada menunjukkan hasilyang sangat baik, dimana parameter-parameter dalam setiap persamaanmemberikan tanda yang sesuai dengan harapan dan cukup logis dari sudut

    pandang ekonomi. Nilai koefisien determinasi (R2) yang diperoleh untuk modelproduksi adalah sebesar 98,6 persen dan nilai koefisien determinasi (R2) yang

    diperoleh untuk model ekspor adalah sebesar 71,0 persen. Hal ini menunjukkanbahwa keragaman masing-masing variabel endogen dapat dijelaskan dengan baikoleh variabel-variabel eksogen yang terdapat dalam model. Masalah autokorelasi,

    heteroskedastisitas, dan multikolinier tidak terdapat dalam kedua model yang

    dianalisis.

  • 7/30/2019 Ekspor Beras

    3/120

    iii

    Hasil analisis regresi pada model produksi menunjukkan bahwa faktor-

    faktor yang mempengaruhi produksi beras Indonesia terdiri dari luas areal panenpadi Indonesia, harga dasar gabah, pupuk urea, dan curah hujan. Dari hasil

    perhitungan didapatkan bahwa semua variabel yang digunakan berpengaruh nyata

    secara bersama-sama dalam peningkatan dan penurunan volume produksi berasIndonesia. Hasil analisis regresi menyatakan bahwa dari keempat variabel

    eksogen terdapat tiga variabel eksogen yang berpengaruh nyata terhadap produksiberas Indonesia, yaitu luas areal panen padi Indonesia (pada taraf 0,01), harga

    dasar gabah (0,01), dan pupuk urea (pada taraf 0,01). Sedangkan variabel eksogenyang tidak berpengaruh nyata adalah variabel curah hujan dengan nilai P value0,815.

    Hasil analisis regresi pada model ekspor menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi volume ekspor beras Indonesia terdiri dari produksi

    beras Indonesia, nilai tukar rupiah terhadap dollar, harga beras eceran, dankonsumsi beras per kapita. Dari hasil perhitungan didapatkan bahwa semua

    variabel yang digunakan berpengaruh nyata secara bersama-sama dalampeningkatan dan penurunan volume ekspor beras Indonesia. Hasil analisis regresimenyatakan bahwa dari keempat variabel eksogen terdapat dua variabel eksogen

    yang berpengaruh nyata terhadap volume ekspor beras Indonesia, yaitu produksiberas Indonesia (pada taraf 0,2) dan konsumsi beras per kapita (pada taraf 0,01).Sedangkan variabel eksogen yang tidak berpengaruh nyata adalah nilai tukar

    rupiah terhadap dollar dengan nilai P value 0,539 dan harga beras eceran dengannilai P value 0,883.

    Adapun saran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Menciptakankebijakan yang mendukung pertanian di indonesia, misalnya dengan memberikansubsidi pupuk bagi para petani dengan cara yang bijak dan tepat sehingga tersedia

    dalam jumlah dan harga yang memadai, mengingat pupuk urea merupakan salahsatu faktor utama yang mempengaruhi produksi beras Indonesia. Selain itu

    menetapkan kebijakan harga dasar gabah yang melindungi petani, sehingga haltersebut memberikan insentif bagi petani untuk meningkatan produksi padi, (2)Perlu diupayakan peningkatan luas areal tanam padi untuk meningkatkan produksi

    padi Indonesia, sehingga produksi beras pun akan meningkat. Selain itu perludiupayakan adanya diversifikasi pangan untuk mengurangi ketergantungan pada

    beras, (3) Membina, menjaga, dan mengembangkan pasar ekspor beras yangsudah ada. Mengorientasikan produksi beras bukan hanya untuk konsumsi tetapi

    juga untuk mulai mengembangkan ekspor beras, dan (4) Saran bagi penelitian

    selanjutnya adalah mencoba melakukan penelitian ini dengan metode two stageleast square (2SLS) dengan menggunakan model persamaan simultan. Dapat juga

    mencoba dengan membagi rentang waktu penelitian antara waktu sebelumterjadinya krisis ekonomi dengan waktu setelah terjadi krisis ekonomi.

  • 7/30/2019 Ekspor Beras

    4/120

    iv

    ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI

    DAN EKSPOR BERAS INDONESIA

    SKRIPSI

    Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian

    Pada Fakultas PertanianInstitut Pertanian Bogor

    Oleh:

    Marissa AmbarinantiA14303029

    PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYAFAKULTAS PERTANIAN

    INSTITUT PERTANIAN BOGOR

    2007

  • 7/30/2019 Ekspor Beras

    5/120

    v

    Judul : ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

    PRODUKSI DAN EKSPOR BERAS INDONESIA

    Nama : Marissa Ambarinanti

    NRP : A14303029

    Menyetujui,

    Pembimbing

    Prof. Dr. Ir. Mangara Tambunan, MSc

    NIP. 130 345 010

    Mengetahui,

    Dekan Fakultas Pertanian

    Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, MAgrNIP. 131 124 013

    Tanggal Lulus :

  • 7/30/2019 Ekspor Beras

    6/120

    vi

    PERNYATAAN

    DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-

    BENAR HASIL KARYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN

    SEBAGAI TULISAN ILMIAH PADA SUATU PERGURUAN TINGGI ATAU

    LEMBAGA MANAPUN.

    Bogor, Mei 2007

    Marissa AmbarinantiA14303029

  • 7/30/2019 Ekspor Beras

    7/120

    vii

    RIWAYAT HIDUP

    Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 26 Juni 1985. Penulis

    merupakan anak ke lima dari enam bersaudara pasangan Bapak Indarjo dan Ibu

    Juminten.

    Penulis mengawali pendidikan di Taman Kanak-kanak (TK) Katholik Eka

    Prasetia Reni Jaya pada tahun 1990 dan memasuki jenjang Sekolah Dasar (SD)

    pada tahun 1991 di SD Eka Prasetia, Reni Jaya. Kemudian pada tahun 1995

    penulis melanjutkan pendidikan kelas 5 SD di SD Negeri Pondok Petir 03,

    Sawangan. Pada tahun 1997, penulis melanjutkan pendidikan di SLTP Negeri 1

    Ciputat. Pendidikan sekolah menengah atas ditempuh penulis di SMU Negeri 1

    Ciputat pada tahun 2000-2003. Pada tahun 2003, penulis diterima sebagai

    mahasiswa Program Studi Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya, Departemen

    Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

    melalui jalur Undangan Seleksi Mahasiswa IPB (USMI). Selama menjadi

    mahasiswa di IPB, penulis aktif dalam organisasi Persekutuan Mahasiswa Kristen

    dalam Komisi Kesenian.

  • 7/30/2019 Ekspor Beras

    8/120

    viii

    KATA PENGANTAR

    Dengan memanjatkan puji syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yang

    Maha Esa atas segala berkat dan kasihNya sehingga penulis dapat menyelesaikan

    skripsi yang berjudul Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi dan

    Ekspor Beras Indonesia. Skripsi ini disusun sebagai bagian dari persyaratan untuk

    memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian

    Bogor.

    Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor apa saja

    yang mempengaruhi produksi dan ekspor beras Indonesia. Selain itu, penelitian

    ini juga membahas perkembangan kondisi perberasan baik di Indonesia maupun

    dunia.

    Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

    membantu dalam proses penyusunan skripsi mulai dari awal hingga akhir. Penulis

    berharap semoga hasil yang telah disajikan dalam skripsi ini dapat bermanfaat

    bagi semua pihak, khususnya bagi penulis sendiri dan bagi yang berminat untuk

    melakukan penelitian lebih lanjut.

    Bogor, Mei 2007

    Penulis

  • 7/30/2019 Ekspor Beras

    9/120

    ix

    UCAPAN TERIMA KASIH

    Selama menulis skripsi ini, penulis banyak mendapatkan pimpinan,

    bimbingan, bantuan, arahan, dan dukungan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini

    penulis mengucapkan terima kasih kepada:

    1. TUHAN ALLAH sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi bagi penulis.2. Prof. Dr. Ir. Mangara Tambunan, MSc sebagai dosen pembimbing skripsi

    yang dengan penuh kesabaran membimbing, mendukung, dan memberikan

    kritik serta saran kepada penulis dalam menulis skripsi ini.

    3. Dr. Ir. Harianto, MS sebagai dosen penguji utama yang telah memberikankritik serta saran kepada penulis bagi kesempurnaan skripsi ini.

    4. Ir. Murdianto, MSi sebagai dosen penguji wakil departemen yang telahmemberikan kritik serta saran kepada penulis bagi kesempurnaan skripsi

    ini.

    5. Keluarga terkasih, Ayah, Ibu, kakak-kakak, serta adik yang telahmemberikan kasih sayang, doa, semangat dan dukungan kepada penulis

    selama proses belajar ini.

    6. Keluarga terkasih, Papa Hadi, Mama Botty, Aldes, dan Dyota yang telahmemberikan kasih sayang, doa, dukungan dan keceriaan kepada penulis

    selama proses belajar ini.

    7. Bapak Rasidin Karo-karo Sitepu yang memberikan masukan dan bantuankepada penulis dalam proses penyusunan skripsi.

    8. Sahabat-sahabat tersayang: Sardina, Rosa, Welly, Nela, Ferdy, Silvy,Christine, Kak Eva, Tati, Ance, Ade Eva, Fitri, Rendy, Bolon, Bang

  • 7/30/2019 Ekspor Beras

    10/120

    x

    Eprim, Robin, Roy Sinaga, dan Mas Sandi yang telah memberikan

    semangat, dukungan, dan bantuan kepada penulis

    9. Eyang dan teman-teman yang tinggal bersama penulis di Wisma Rosa:Mbak Fitri, Dimmy, Via, Nitha, Pak Eko, Neny, ibu Yus, dan sebagainya.

    10.Teman-teman dari EPS 40, EPS 41, EPS 39, AGB 40 dan AGB4111.Teman-teman di Komisi Kesenian PMK IPB.

  • 7/30/2019 Ekspor Beras

    11/120

    xi

    DAFTAR ISI

    Halaman

    DAFTAR ISI ............................................................................................... viii

    DAFTAR TABEL....................................................................................... xi

    DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xii

    DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xiii

    BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................... 1

    1.1 Latar Belakang ........................................................................... 11.2 Perumusan Masalah.................................................................... 6

    1.3 Tujuan......................................................................................... 8

    1.4 Kegunaan Penelitian................................................................... 8

    1.5 Ruang Lingkup Penelitian dan Keterbatasan Penelitian ............ 9

    BAB II. TINJAUAN PUSTAKA................................................................. 10

    2.1 Beras Sebagai Pangan Pokok Utama ....................................... 10

    2.2 Penelitian Terdahulu ................................................................ 11

    2.2.1 Penelitian Mengenai Beras ........................................... 11

    2.2.2 Penelitian Mengenai Produksi dan Ekspor Produk

    Pertanian........................................................................ 15

    2.2.3 Pemilihan Metode Analisis ........................................... 17

    2.2.4 Perbedaan Penelitian dengan Penelitian Terdahulu ...... 20

    BAB III. KERANGKA PEMIKIRAN ......................................................... 22

    3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ................................................... 22

    3.1.1 Teori Penawaran dan Permintaan.................................. 22

    3.1.2 Fungsi Produksi............................................................. 27

    3.1.3 Teori Perdagangan Internasional................................... 28

    3.1.4 Fungsi Ekspor................................................................ 33

    3.1.5 Analisis Regresi Berganda ............................................ 36

  • 7/30/2019 Ekspor Beras

    12/120

    xii

    3.2 Kerangka Pemikiran Operasional............................................ 38

    3.3 Hipotesis Penelitian................................................................. 42

    BAB IV. METODE PENELITIAN ............................................................ 43

    4.1 Jenis dan Sumber Data ............................................................ 43

    4.2 Metode Analisis Data .............................................................. 44

    4.2.1. Perumusan Model......................................................... 46

    4.2.2. Pengujian Model dan Hipotesis.................................... 47

    4.2.2.1 Goodness Of Fit (Kesesuaian Model) ............. 47

    4.2.2.2 Uji Statistik...................................................... 47

    4.2.2.2.1 Uji F................................................. 484.2.2.2.2 Uji t.................................................. 49

    4.2.2.2.3 Uji Normalitas ................................. 50

    4.2.2.2.4 Uji Multikolinieritas ........................ 51

    4.2.2.2.5 Uji Heteroskedastisitas .................... 51

    4.2.2.2.6 Uji Autokorelasi .............................. 52

    4.2.2.2.7 Pengukuran Elastisitas .................... 53

    4.2.3 Model Alternatif ............................................................ 54

    BAB V. POTENSI PRODUKSI DAN EKSPOR BERAS .......................... 56

    5.1 Kondisi Perberasan Indonesia ................................................ 56

    5.1.1 Perkembangan Produksi Beras Indonesia ..................... 60

    5.1.2 Perkembangan Konsumsi Beras Indonesia ................... 63

    5.1.3 Perkembangan Ekspor dan Impor Beras Indonesia....... 65

    5.2 Kondisi Perberasan dunia ........................................................ 69

    5.2.1 Perkembangan Produksi Beras Dunia .......................... 69

    5.2.2 Perkembangan Konsumsi Beras Dunia ......................... 70

    5.2.3 Perkembangan Ekspor dan Impor Beras Dunia ........... 72

    5.3 Keadaan Pergerakan Harga Beras Domestik, Harga BerasInternasional, dan Nilai Tukar ................................................ 75

  • 7/30/2019 Ekspor Beras

    13/120

    xiii

    BAB VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI

    DAN EKSPOR BERAS INDONESIA ......................................... 78

    6.1 Uji Empiris Model Ekonometrika Faktor- faktor yangMempengaruhi Produksi Beras Indonesia................................ 78

    6.2 Uji Empiris Model Ekonometrika Faktor-faktor yangMempengaruhi Ekspor Beras Indonesia................................... 84

    6.3 Definisi Variabel yang Digunakan .......................................... 90

    BAB VII. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................... 92

    7.1 Kesimpulan............................................................................... 92

    7.2 Saran ......................................................................................... 93

    DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 94

    LAMPIRAN ................................................................................................. 97

  • 7/30/2019 Ekspor Beras

    14/120

    xiv

    DAFTAR TABEL

    Nomor Teks Halaman

    1. Perkembangan Volume Ekspor Beras (Kg) Indonesia BerdasarkanNegara Tujuan Tahun 2000-2004 ............................................................... 4

    2. Perkembangan Produksi Beras, Luas Panen Padi, Produkstivitas,

    dan Ekspor Beras Tahun 2001-2005 ............................................................ 5

    3. Produksi padi (GKG) menurut Pulau di Indonesia Tahun 2001-2005 (000 ton) ............................................................................................. 61

    4. Perkembangan Produksi Padi dan Beras Tahun 2000-2005 ........................ 62

    5. Jumlah Penduduk dan Tingkat Konsumsi beras di Indonesia...................... 64

    6. Perkembangan Volume dan Nilai Ekspor Beras Indonesia Tahun2000-2005..................................................................................................... 67

    7. Produksi, Impor/Ekspor Beras (1000 Ton), dan Tingkat Swasembada

    dan Ketergantungan impor: Rataan 4 periode 1995-2005 ........................... 68

    8. Produksi Beras Dunia Tahun 2001-2004 ..................................................... 70

    9. Konsumsi Beras Dunia Tahun 1999/2000-2002/2003 ................................. 71

    10. Perkembangan Ekspor Beras Dunia Tahun 2001-2004 ............................. 73

    11. Perkembangan Impor Beras Dunia Tahun 2001-2004 ............................... 74

    12. Perkembangan Harga Beras Domestik, Harga Beras Internasional,

    dan Nilai Tukar........................................................................................... 76

    13. Hasil Pendugaan Persamaan Produksi Beras Indonesia............................. 80

    14. Hasil Pendugaan Persamaan Ekspor Beras Indonesia ............................... 86

  • 7/30/2019 Ekspor Beras

    15/120

    xv

    DAFTAR GAMBAR

    Nomor Teks Halaman

    1. Kurva Terjadinya Perdagangan Internasional ........................................ 29

    2. Kurva Terjadinya Perdagangan Internasional 2 ..................................... 30

    3. Mekanisme Pengaruh Kurs Terhadap Volume Ekspor .......................... 32

    4. Pergerakan Harga Beras Domestik, Harga Beras Internasional, dan

    Nilai Tukar ............................................................................................ 77

  • 7/30/2019 Ekspor Beras

    16/120

    xvi

    DAFTAR LAMPIRAN

    Nomor Teks Halaman

    1. Lampiran 1. Produksi Padi, Produksi Beras, Luas Panen Padi,Konsumsi Beras Domestik, dan Ekspor Beras Tahun 1976-2005 ........... 98

    2. Lampiran 2.Perkembangan Harga Dasar Gabah, Harga EceranBeras, Harga Beras Dunia, dan Nilai Tukar Rupiah ................................ 99

    3. Lampiran 3. Hasil Analisis Regresi Fungsi Produksi Beras Indonesia.... 100

    4. Lampiran 3. Uji Normalitas dan Uji Homoscedasticity Analisis Regresi

    Fungsi Produksi Beras Indonesia ............................................................. 101

    5. Lampiran 4. Hasil Analisis Regresi Fungsi Ekspor Beras Indonesia...... 102

    6. Lampiran 5. Uji Normalitas dan UjiHomoscedasticity Fungsi EksporBeras Indonesia ........................................................................................ 103

  • 7/30/2019 Ekspor Beras

    17/120

    xvii

  • 7/30/2019 Ekspor Beras

    18/120

    I. PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Beras merupakan salah satu komoditi pangan yang mempunyai arti

    penting dalam kehidupan bangsa Indonesia dan memiliki sejarah panjang dalam

    kebijakan ekonomi politik Indonesia. Hal ini disebabkan keberadaannya sebagai

    makanan pokok bagi hampir seluruh rakyat Indonesia. Hampir 97 % penduduk

    Indonesia memiliki ketergantungan yang tinggi untuk mengkonsumsi beras

    sebagai makanan pokok utama. Oleh karena tingginya permintaan terhadap beras

    dan ketersediaannya yang relatif terbatas, maka beras dapat disebut sebagai

    komoditas ekonomi, bahkan beras juga sering dijadikan sebagai alat sosial dan

    politik.

    Indonesia merupakan negara pengkonsumsi beras terbanyak setelah Cina

    dan India. Keadaan ini menyebabkan Indonesia harus berusaha memproduksi

    beras untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat Indonesia. Selain

    merupakan negara pengkonsumsi beras, Indonesia juga merupakan negara

    produsen beras ke tiga di dunia (Deptan, 2004). Hal ini didukung oleh kondisi

    alam, iklim, dan topografi yang mendukung dilakukannya usahatani padi di

    Indonesia. Selain Indonesia, negara-negara yang menjadi negara produsen beras

    adalah Thailand, Vietnam, India, Pakistan, China, dan Amerika Serikat. Produksi

    beras Indonesia umumnya diorientasikan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi

    beras domestik, sehingga produksi beras merupakan salah satu faktor utama yang

    menopang ketahanan pangan Indonesia.

  • 7/30/2019 Ekspor Beras

    19/120

    2

    Pada era orde baru, yaitu sekitar tahun 1960-an hingga awal 1990-an

    Indonesia termasuk salah satu negara yang berhasil mengantar sektor pertanian

    terutama beras dari keadaan kekurangan menuju swasembada beras. Pemenuhan

    kebutuhan sendiri ini berlangsung pada era 1980-an, bahkan pada tahun 1984

    hingga tahun 1994 Indonesia adalah net-eksportir beras. Hal ini terjadi karena

    program Revolusi Hijau yang digalakkan pemerintah orde baru mulai tahun 1970.

    Sebelum Revolusi Hijau, produktivitas padi di Indonesia lebih tinggi dari

    rata-rata Asia. Setelah penerapan teknologi Revolusi Hijau produktivitas padi

    Indonesia selalu berada di atas rata-rata Asia, akan tetapi setelah swasembada

    beras tercapai tahun 1984 senjang produktivitas padi Indonesia dengan rata-rata

    Asia semakin mengecil. Hal ini antara lain disebabkan mulai melandainya

    produktivitas padi Indonesia sedangkan produktivitas negara Asia lainnya

    terutama Cina dan Vietnam masih meningkat (Kasryno et al., 2002).

    Selama periode tahun 1990 hingga 2003 produksi beras Indonesia

    berfluktuasi dan cenderung menurun, seperti terlihat pada lampiran 1. Selama

    periode 1995 2001 rata-rata produksi beras Indonesia sebesar 32,02 juta ton.

    Selama periode tersebut, produksi tertinggi dicapai pada tahun 1996 yaitu sebesar

    33,22 juta ton dan terendah pada tahun 1998 hanya sebesar 31,01 juta ton. Pada

    periode yang sama rata-rata konsumsi beras Indonesia sebesar 26,8 juta ton,

    dimana konsumsi tertinggi dicapai pada tahun 1998 yaitu sebesar 28,5 juta ton dan

    konsumsi terendah pada tahun 2000 yaitu hanya sebesar 23,4 juta ton. Konsumsi

    yang cenderung meningkat ini selain disebabkan oleh peningkatan jumlah

    penduduk Indonesia yang relatif masih tinggi, juga karena konsumsi per kapita

    terhadap berasnya masih tinggi. Sebagai contoh pada tahun 1999 konsumsi per

  • 7/30/2019 Ekspor Beras

    20/120

    3

    kapita penduduk Indonesia masih sekitar 122,76 kg/tahun. Idealnya, konsumsi per

    kapita penduduk Indonesia harusnya sebesar 80-90 kg/tahun (Suryana et al.,

    2001) .

    Usaha untuk memenuhi kebutuhan beras dalam negeri terus dilakukan

    dengan mengimplementasikan berbagai program diantaranya Sistem Usahatani

    Berbasis Padi Berorientasi Agribisnis (SUTPA) pada 1995-1999, namun demikian

    kenaikan tersebut belum mencukupi kebutuhan cadangan beras nasional sehingga

    impor beras terus meningkat. Kelemahan dan kekurangan program tersebut terus

    diperbaiki dalam program selanjutnya, misalnya pada tahun 1998 lahir program

    Intensifikasi yang Berwawasan Agribisnis (Inbis), dan Peningkatan Mutu

    Intensifikasi (PMI). Program Ketahanan Pangan yang diluncurkan tahun 2000

    disertai dengan pembenahan paradigma dalam rencana strategis pembangunan

    tanaman pangan tahun 2001-2004. Selain itu, Departemen Pertanian merancang

    dua program/proyek yaitu Program Pengembangan Agribisnis (PA) dan Program

    Peningkatan Ketahanan Pangan (PKP) (Situmorang, 2005).

    Meskipun berbagai program peningkatan produksi beras telah

    diimplementasikan, namun demikian produksi beras nasional tetap belum mampu

    mencukupi kebutuhan domestik. Jumlah produksi beras Indonesia sebenarnya

    sudah dapat memenuhi kebutuhan konsumsi domestik, akan tetapi laju

    pertumbuhan konsumsi domestik lebih tinggi dari laju pertumbuhan produksi

    beras domestik. Oleh karena itu stok cadangan beras nasional harus selalu

    terpenuhi untuk tujuan emergensi dan stabilitas harga beras. Sehingga meskipun

    produksi beras dalam negeri masih dapat memenuhi kebutuhan konsumsi

    domestik, Indonesia tetap melakukan impor beras untuk melengkapi ketersediaan

  • 7/30/2019 Ekspor Beras

    21/120

  • 7/30/2019 Ekspor Beras

    22/120

    5

    dari 4.495 ton pada tahun 2004 menjadi 44.285 ton pada tahun 2005. Peningkatan

    ekspor beras pada tahun 2005 lebih disebabkan oleh adanya peningkatan pada

    harga beras dunia yaitu dari 225 US$/ton pada tahun 2004 menjadi 265 US$/ton

    dan peningkatan nilai tukar rupiah terhadap dollar dari Rp.9.290,00/US$ menjadi

    Rp.9.900/US$.

    Tabel 2. Perkembangan Produksi Beras, Luas Panen Padi, Produkstivitas,

    dan Ekspor Beras Tahun 2001-2005

    Tahun Produksi Beras

    (ton)

    Luas Areal

    Panen Padi (ha)

    Produktivitas

    (ton/ha)

    Ekspor Beras

    (ton)

    2001 31.790.293 11.499.997 4,38 5.2222002 32.438.507 11.521.166 4,47 11.320

    2003 32.809.663 11.477.357 4,54 1.234

    2004 34.075.735 11.922.974 4,54 4.495

    2005 34.055.458 11.818.913 4,57 44.285

    Sumber: Badan Pusat Statistik dan Departemen Pertanian.

    Peningkatan ekspor beras merupakan hal baru yang menggembirakan bagi

    Indonesia, karena selama periode tahun 1994 hingga 2003 ekspor beras

    berfluktuasi dan cenderung menurun. Peningkatan ekspor merupakan salah satu

    faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Dengan semakin

    meningkatnya ekspor maka pertumbuhan ekonomi dapat dipacu dan cadangan

    devisa negara menjadi bertambah. Peningkatan ekspor dapat dilakukan dengan

    cara merangsang produksi domestik. Dalam perdagangan internasional apabila

    terjadi peningkatan perdagangan domestik suatu komoditi dengan asumsi terjadi

    kelebihan produksi pada komoditi tersebut (over supply), maka kelebihan tersebut

    dapat diekspor ke luar negeri. Hal ini berarti dengan semakin meningkatnya

    produksi, maka volume ekspor juga meningkat (Salvator, 1997).

  • 7/30/2019 Ekspor Beras

    23/120

    6

    1.2 Perumusan Masalah

    Indonesia merupakan negara agraris yang sangat berpotensi untuk

    memproduksi beras. Pertanian merupakan salah satu sumber daya alam terbesar

    yang dimiliki oleh Indonesia. Hampir seluruh masyarakat bermatapencaharian

    sebagai petani, hingga bangsa Indonesia dijuluki sebagai negara agraris. Keadaan

    alam, topografi, dan iklim yang ada di Indonesia sangat mendukung

    diupayakannya usahatani padi baik padi sawah maupun padi ladang.

    Selama ini produksi beras Indonesia sangat berfluktuasi. Sekitar tahun

    1984 pertanian Indonesia menjadi sorotan dunia, hal itu dikarenakan Indonesia

    mampu berswasembada beras. Namun demikian, tahun-tahun berikutnya hasil

    produksi beras Indonesia terus mengalami penurunan. Konsep pembangunan yang

    tidak berkelanjutan dan pengalihan sektor pembangunan ke sektor industri

    dianggap sebagai salah satu penyebabnya. Hal ini ditandai dengan banyaknya

    konversi lahan pertanian ke non pertanian yang menyebabkan luas areal tanam

    padi semakin berkurang. Selain faktor konversi lahan, jumlah penduduk Indonesia

    yang semakin bertambah setiap tahun secara langsung mengindikasikan

    peningkatan konsumsi penduduk. Selain itu faktor lain yang menyebabkan

    penurunan produksi beras Indonesia adalah fenomena penurunan rendemen beras.

    Penurunan rendemen beras menyebabkan menurunnya hasil dan total produksi

    padi dalam bentuk beras sehingga berdampak negatif baik dalam profitabilitas

    usahatani maupun produksi beras nasional (Suryana et al., 2001).

    Saat ini Indonesia sedang mengembangkan pertaniannya dengan konsep

    pertanian yang berkelanjutan dengan memperhatikan keseimbangan lingkungan.

    Penerapan teknologi modern pun dilakukan. Dari sisi teknologi yang digunakan

  • 7/30/2019 Ekspor Beras

    24/120

    7

    dalam pertanian, sebenarnya Indonesia tidak kalah dengan negara-negara

    produsen beras lainnya. Pembangunan pertanian yang dimulai dari hulu (saprotan,

    obat-obatan, pupuk, bibit, dll), kemudian on farm (cara bercocok tanam), sampai

    dengan hilir (pengolahan dan pemasaran), serta didukung dengan sarana

    pelayanan dan jasa diharapkan mampu meningkatkan sektor pertanian Indonesia.

    Sehingga pada tahun 2004, pertanian Indonesia mampu mengantarkan Indonesia

    mencapai produksi beras tertinggi selama republik Indonesia berdiri..

    Perdagangan dunia akan lebih cenderung pada spesialisasi perdagangan,

    dalam arti suatu negara akan memperdagangkan produk-produk yang merupakan

    keunggulan komparatifnya. Sebagai negara yang memiliki keunggulan komparatif

    dalam memproduksi beras, Indonesia seharusnya memiliki peluang yang lebih

    besar dalam berswasembada beras dan mengekspor beras dibandingkan dengan

    negara-negara lainnya.

    Pada kenyataannya Indonesia lebih sering tergantung pada impor untuk

    mencukupi kebutuhan berasnya, bahkan Indonesia dikategorikan sebagai negara

    besar dalam mengimpor beras. Keadaan tersebut menyebabkan resiko

    perkembangan ekspor beras Indonesia semakin lama semakin menurun bahkan

    terhapus.

    Potensi Indonesia untuk memproduksi beras dalam negeri

    mengindikasikan bahwa seharusnya Indonesia mampu mencukupi kebutuhan

    beras dalam negeri dan menjadikan beras sebagai komoditi unggulan sehingga

    Indonesia dapat memenuhi kebutuhan konsumsi domestik dan mengupayakan

    ekspor beras dalam rangka menambah devisa negara. Peningkatan ekspor beras

    Indonesia yang cukup signifikan pada periode 2004-2005 mengindikasikan

  • 7/30/2019 Ekspor Beras

    25/120

    8

    adanya perbaikan dalam sektor pertanian khususnya padi, sehingga ekspor beras

    dapat dijadikan sebagai fenomena baru yang layak dipertahankan dan

    dikembangkan.

    Selama ini produksi sektor pertanian tanaman pangan khususnya beras,

    hanya diorientasikan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi domestik dan tidak

    berorientasi untuk ekspor. Namun demikian peningkatan ekspor beras yang cukup

    signifikan pada tahun 2004 hingga 2005 memberikan harapan baru bagi

    Indonesia, dimana Indonesia sebagai negara produsen beras selayaknya mampu

    mempertahankan dan mengembangkan potensi produksi dan ekspor yang ada.

    Berdasarkan kondisi tersebut, maka dapat ditarik suatu permasalahan yang

    menarik untuk dianalisis, yaitu sebagai berikut:

    1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi produksi beras Indonesia?2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi ekspor beras Indonesia?

    1.3 Tujuan Penelitian

    Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

    1. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi beras Indonesia2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor beras Indonesia.

    1.4 Kegunaan Penelitian

    Penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk:

    1. Menyediakan informasi bagi pemerintah, produsen beras domestik, danmasyarakat secara umum tentang perkembangan produksi dan ekspor

  • 7/30/2019 Ekspor Beras

    26/120

    9

    beras selama kurun waktu 30 tahun yaitu pada periode 1976-2005, serta

    faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dan ekspor beras Indonesia.

    2. Sebagai sumber referensi, penyedia informasi, dan penambah wawasanbagi mahasiswa dalam melakukan studi lanjutan.

    3. Sebagai sarana bagi pengembangan wawasan dan pengaplikasian ilmupengetahuan yang diperoleh penulis selama melakukan studi di Institut

    Pertanian Bogor.

    1.5 Ruang Lingkup Penelitian dan Keterbatasan Penelitian

    Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis faktor-faktor yang

    mempengaruhi produksi dan ekspor beras Indonesia. Penelitian ini membahas

    mengenai produksi beras dan ekspor beras secara umum, tidak secara khusus ke

    negara tujuan tertentu. Ekspor beras yang dianalisis dalam penelitian ini adalah

    beras secara umum, bukan beras dengan jenis tententu seperti, (a) Broken rice

    (beras pecah); (b) Semi milled or4 wholly milled rice, whether or not polished or

    glazed(beras setengah giling atau giling penuh); (c) Husked (brown) rice (beras

    pecah kulit); dan (d) Rice in the husk (paddy or rough) (gabah). Dengan

    keterbatasan data, maka penelitian dibatasi menggunakan data periode 1976-2005.

  • 7/30/2019 Ekspor Beras

    27/120

    10

    II. TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Beras Sebagai Pangan Pokok Utama

    Beras adalah hasil olahan dari produk pertanian yang disebut padi (Oryza

    Sativa, L). Beras merupakan komoditas pangan yang dijadikan makanan pokok

    bagi bangsa Asia, khususnya Indonesia, Thailand, Malaysia, Vietnam, Jepang,

    dan Myanmar.

    Pangan pokok adalah pangan yang muncul dalam menu sehari-hari,

    mengambil porsi terbesar dalam hidangan dan merupakan sumber energi terbesar.

    Sedangkan pangan pokok utama ialah pangan pokok yang dikonsumsi oleh

    sebagian besar penduduk serta dalam situasi normal tidak dapat diganti oleh jenis

    komoditas lain (khumaidi 1997).

    Sebagai bahan pangan pokok, ketersediaan beras dalam jumlah dan

    kandungan gizi yang cukup memiliki arti penting dalam kehidupan berbangsa dan

    bernegara. Untuk itu ketersediaan beras perlu diupayakan kelestariannya dan

    keserasiannya dengan dinamika ekosistem tropik.

    Menurut Dawe (1997) dan Tsujii (1998) dalam Amang dan Sawit (1999)

    karakteristik beras adalah sebagai berikut:

    i. 90 persen produksi dan konsumsi beras dilakukan di Asia, hal ini berbedadengan gandum dan jagung yang diproduksi oleh banyak negara di dunia.

    ii. Beras yang diperdagangkan di pasar dunia tipis (thin market) yaitu antara4-5 % total produksi, berbeda sekali dengan sejumlah komoditas lainnya

    seperti gandum(20%), jagung (15%), dan kedelai (30%). Pada umumnya

    volume beras yang diperdagangkan merupakan sisa konsumsi dalam

  • 7/30/2019 Ekspor Beras

    28/120

    11

    negara. Semakin tidak stabilnya harga beras dunia (atau harga beras dalam

    negeri suatu negara), semakin besar tingkat self-sufficiency besar yang

    dianut oleh suatu negara, demikian juga rumah tangga tani di Asia.

    iii. Harga beras sangat tidak stabil dibandingkan komoditas pangan lainnya,misalnya gandum.

    iv. 80 % perdagangan beras dikuasai oleh enam negara yaitu Thailand, AS,Vietnam, Pakistan, Cina, dan Myanmar. Oleh karena itu pasar beras

    internasional tidak sempurna, harga beras akan ditentukan oleh kekuatan

    oligopoli tersebut.

    v. Indonesia merupakan negara net importir terbesar beras pada peride tahun1997-1998 yaitu sekitar 31% dari total beras yang diperdagangkan dunia.

    vi. Hampir banyak negara di Asia, memperlakukan beras sebagai wage goodsdanpolitical goods. Pemerintah akan goncang apabila harga beras tidak

    stabil dan tinggi.

    2.2 Penelitian Terdahulu

    2.2.1 Penelitian Mengenai Beras

    Pada tahun 2005, Simbolon (2005) melakukan penelitian tentang integrasi

    pasar beras domestik dengan pasar beras dunia dan pengaruh adanya tarif impor.

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) secara umum terjadi integrasi antara

    pasar beras domestik dengan pasar beras dunia. Namun derajat integrasi tersebut

    berbeda menurut varietas atau jenis beras: ha rga satu varietas beras domestik

    (yaitu setra) terintegrasi kuat dengan ketiga jenis beras dunia (yaitu broken 5

    persen, broken 25 persen, dan broken 35 persen) dan lima harga varietas beras

  • 7/30/2019 Ekspor Beras

    29/120

    12

    domestik (yaitu Muncul, IR 64, IR I, IR II, IR III) terintegrasi lemah dengan harga

    ketiga jenis beras dunia tersebut. (2) tarif impor yang diterapkan oleh pemerintah

    dalam perdagangan beras ternyata meningkatkan harga beras di pasar beras

    domestik. Tetapi peningkatan harga tersebut tidak mampu menekan volume impor

    beras. (3) lonjakan volume impor yang terjadi pada tahun 1998 hanya

    berpengaruh nyata terhadap harga beras domestik varietas IR II, yang merupakan

    varietas dengan volume perdagangan terbanyak kedua setelah varietas IR 64.

    Situmorang (2005) meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi

    produksi dan impor beras Indonesia. Situmorang mengemukakan bahwa faktor-

    faktor yang mempengaruhi produksi dan impor beras Indonesia adalah jumlah

    penggunaan urea, harga impor beras, produksi padi, dan lag harga gabah; variabel

    jumlah penggunaan urea dan lag produktivitas berpengaruh nyata terhadap

    produktivitas. Impor beras Indonesia dipengaruhi oleh harga impor beras,

    produksi beras, jumlah penduduk, nilai tukar rupiah terhadap Dollar Amerika, dan

    lag impor beras; hanya variabel harga impor beras yang berpengaruh nyata

    terhadap impor beras Indonesia. Harga impor beras Indonesia dipengaruhi oleh

    harga beras dunia, tarif impor, dan lag harga impor; selain tarif impor semua

    variabel berpengaruh nyata terhadap harga impor beras Indonesia.

    Azziz (2006) yang melakukan penelitian tentang impor beras serta

    pengaruhnya terhadap harga beras dalam negeri. Penelitian tersebut bertujuan

    menganalisis pengaruh impor terhadap harga beras dalam negeri dan menganalisis

    faktor-faktor yang mempengaruhi harga beras dalam negeri, termasuk kebijakan

    pemerintah. Azziz mengemukakan bahwa impor beras secara nyata

    mempengaruhi harga beras dalam negeri dengan tingkat kepercayaan 15 % dan

  • 7/30/2019 Ekspor Beras

    30/120

    13

    berpengaruh negatif; dimana ketika impor beras meningkat maka harga beras

    dalam negeri akan menurun tetapi memiliki respon yang inelastis baik dalam

    jangka pendek maupun jangka panjang. Faktor- faktor yang mempengaruhi impor

    beras secara nyata adalah kebijakan perdagangan (penetapan tarif impor), harga

    terigu, harga beras impor dan harga beras dalam negeri; nilai tukar rupiah

    terhadap dollar AS, dan produksi beras nasional.

    Menurut Azziz (2006), faktor-faktor yang mempengaruhi impor beras

    secara negatif adalah variabel produksi beras nasional, nilai tukar rupiah terhadap

    dollar AS, harga beras impor dan harga terigu. Sedangkan faktor-faktor yang

    mempengaruhi impor beras secara positif adalah harga beras dalam negeri, dan

    kebijakan impor beras dimana ketika impor beras dapat dilakukan tanpa dilakukan

    tanpa tarif impor, impor beras lebih besar daripada ketika tarif impor beras sudah

    diterapkan. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kebijakan pemerintah dengan

    menerapkan tarif untuk impor beras sudah efektif dalam upaya mengurangi

    volume beras impor yang masuk ke Indonesia. Selain itu hasil ramalannya dengan

    model peramalan memperlihatkan trend yang menurun dan volume impor beras

    yang masuk menunjukkan besaran yang negatif. Hal tersebut menunjukkan bahwa

    Indonesia dalam lima periode ke depan tidak akan melakukan impor beras.

    Dampak kebijakan perdagangan dan liberalisasi perdagangan terhadap

    permintaan dan penawaran beras di Indonesia telah dianalisis oleh Sitepu (2002).

    Sitepu menganalisis dengan menggunakan model ekonometrika dengan

    persamaan simultan. Hasil analisisnya menunjukkan bahwa kebijakan

    perdagangan dan liberalisasi perdagangan tersebut tidak efisien dan tidak tepat

    untuk dilaksanakan karena keuntungan yang diterima produsen sehingga total net

  • 7/30/2019 Ekspor Beras

    31/120

    14

    surplus menurun. Kebijakan tersebut merugikan petani kecil dan memperburuk

    distribusi pendapatan.

    Hasil analisis Sitepu (2002) juga menunjukkan bahwa jumlah impor beras

    secara nyata dipengaruhi oleh harga impor (taraf nyata 10 persen), produksi beras

    Indonesia (taraf nyata 20 persen), stok beras awal tahun (taraf nyata 5 persen),

    jumlah penduduk (taraf nyata 10 persen). Sedangkan pengaruh dari GDP dan

    impor beras tahun lalu tidak berbeda nyata dari nol.

    Mulyana (1998) melakukan penelitian yang berjudul Keragaan

    Penawaran dan Permintaan Beras Indonesia dan Prospek Swasembada menuju Era

    Perdagangan Bebas: Suatu Simulasi. Dalam analisisnya, produksi domestik

    disegregasikan ke dalam lima wilayah, yaitu Jawa dan Bali, Kalimantan,

    Sulawesi, Sumatera, dan sisa wilayah Indonesia sedangkan analisis permintaan

    dilakukan secara agregat nasional.

    Model impor beras yang digunakan Mulyana (1998) menyertakan variabel

    harga beras domestik, harga beras impor, total produksi beras, stok beras awal

    tahun, nilai tukar rill rupiah terhadap dollar, bunga pinjaman Bulog dan impor

    beras tahun lalu sebagai variabel independen. Berdasarkan model impor yang

    terbentuk, diperoleh hasil bahwa impor beras responsif terhadap perubahan stok

    beras awal tahun, produksi beras, tren waktu dan impor beras tahun lalu, tetapi

    tidak responsif terhadap harga beras dan harga impor.

    Mulyana (1998) menyimpulkan bahwa Bulog telah berhasil melakukan

    stabilisasi lewat mekanisme pengelolaan stok, pengadaan dan operasi pasar beras,

    disertai dengan elastisnya intervensi harga konsumen terhadap harga impor dan

    produksi, serta relatif stabilnya harga gabah dan beras di pasar domestik

  • 7/30/2019 Ekspor Beras

    32/120

    15

    menunjukkan bahwa pasar beras diproteksi secara ketat. Selain itu, pada

    kenyataannya negara-negara importir dan eksportir beras utama sangat protektif

    terhadap pasar beras domestik masing-masing negara dan peran indonesia sebagai

    stabilitas dan destabilator pasar beras dunia relatif lebih besar. Ketidakstabilan

    pasar beras dunia, biaya impor yang besar pada krisis ekonomi dan potensi

    peningkatan produksi di luar Jawa dan Bali melalui pengembangan teknologi

    produksi dan pasca panen merupakan justifikasi bagi upaya swasembada beras

    pada masa mendatang.

    Hasil simulasi menunjukkan bahwa kebijakan yang sama tidak selalu

    direspon dengan arah yang sama di tiap-tiap wilayah. Kombinasi antara

    liberalisasi perdagangan dan penghapusan peran Bulog akan lebih menurunkan

    produksi dan konsumsi beras dan swasembada beras tidak tercapai dalam jangka

    pendek. Hal ini mengindikasikan bahwa Indonesia belum siap dalam

    meliberalisasikan pasar berasnya. Dengan adanya liberalisasi perdagangan

    tersebut, Indonesia tidak bisa lagi mencapai swasembada absolut, tetapi akan

    menjadi net eksportir beras pda tahun 2013.

    2.2.2 Penelitian Mengenai Produksi dan Ekspor Produk Pertanian

    Saleh (2005) mencoba melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang

    mempengaruhi produksi dan ekspor tomat segar Indonesia dengan menggunakan

    data time series kurun waktu 1984-2003. Penelitian tersebut dianalisis dengan

    pendekatan ekonometrika model regresi linier berganda dengan menggunakan

    software minitab 14. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran

    produksi dan ekspor tomat segar Indonesia serta menganalisis faktor-faktor yang

    mempengaruhinya dan seberapa besar pengaruh-pengaruh tersebut. Hasil analisis

  • 7/30/2019 Ekspor Beras

    33/120

    16

    menunjukkan bahwa variabel-variabel yang berpengaruh nyata terhadap ekspor

    tomat segar Indonesia adalah ekspor tomat tahun sebelumnya, dan harga tomat

    domestik tahun sebelumnya pada taraf nyata 10 persen. Harga tomat ekspor tahun

    sebelumnya memiliki hubungan yang negatif dengan ekspor tomat, nilai ini tidak

    sesuai dengan nilai dugaan yang diharapkan dimana seharusnya harga tomat

    ekspor tahun sebelumnya memiliki hubungan yang positif dengan ekspor tomat.

    Sambudi (2005) melakukan yang berjudul Analisis Faktor-faktor yang

    Mempengaruhi Produksi dan Ekspor Kopi Arabika Indonesia. Data yang

    digunakan dalam penelitian tersebut adalah data time series selama periode tahun

    1992-2002. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model regresi

    linier berganda. Pada model penawaran produksi digunakan model fungsi Cobb-

    Douglas dan pada model fungsi penawaran ekspor digunakan model fungsi linier.

    Kedua model tersebut diduga dengan menggunakan metode Ordinary Least

    Square (OLS).

    Hasil pendugaan Sambudi menunjukkan bahwa faktor-faktor yang

    mempengaruhi bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi produksi kopi Arabika

    Indonesia adalah luas lahan, tenaga kerja, bibit, pupuk urea, dan pestisida.

    Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor kopi Arabika Indonesia

    harga ekspor, harga domestik, nilai tukar, produksi, dan lag ekspor.

    Lubis (2006) dalam penelitiannya mencoba meneliti faktor-faktor yang

    mempengaruhi ekspor nenas segar Indonesia. Penelitiannya tersebut bertujuan

    mengetahui perkembangan ekspor nenas segar Indonesia, menganalisis faktor-

    faktor yang mempengaruhi ekspor nenas segar Indonesia ke negara-negara tujuan

    ekspor serta pengaruhnya terhadap ekspor beras nenas segar Indonesia. Data yang

  • 7/30/2019 Ekspor Beras

    34/120

    17

    digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berupa data times series

    tahunan dari tahun 1996-2004 dan data cross section yang berupa data negara-

    negara importir nenas segar.

    Lubis (2006) menggunakan metode deskriptif digunakan untuk melihat

    perkembangan ekspor nenas segar Indonesia, sedangkan model kuantitatif dengan

    analisis regresi data panel dengan Metode Fixed Effect digunakan untuk

    menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor nenas segar Indonesia.

    Hasil dugaan model nenas segar Indonesia dengan menggunakan Metode Fixes

    Effect menunjukkan bahwa variabel-variabel yang berpengaruh nyata terhadap

    ekspor nenas segar Indonesia adalah harga ekspor, produksi nenas, pendapatan per

    kapita negara-negara tujuan ekspor, volume ekspor dalam bentuk nenas segar

    olahan, dan volume nenas segar tahun sebelumnya.

    2.2.3 Pemilihan Metode Analisis

    Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi impor ilegal daging

    sapi dan susu Indonesia dengan pendekatan regresi linier berganda yang dilakukan

    oleh Amelia (2006), mencoba menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi

    impor ilegal daging sapi dan susu ke Indonesia oleh negara-negara eksportir,

    mengkaji implikasi dari impor ilegal daging sapi dan susu terhadap perekonomian

    sektor perternakan domestik, dan memberikan alternatif kebijakan apa yang harus

    diambil pemerintah dalam mengurangi impor ilegal daging sapi dan susu. Data

    yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa times series

    periode tahun 1980-2004. Analisis yang digunakan adalah pendekatan

    ekonometrika yang diduga dengan metode Ordinary Least Square (OLS) dengan

    menggunakan model regresi linier berganda. Proses pengolahan data dilakukan

  • 7/30/2019 Ekspor Beras

    35/120

    18

    dengan menggunakan program minitab 14. Dari hasil analisis diketahui bahwa

    faktor-faktor yang mempengaruhi volume impor ilegal daging sapi terdiri:

    pendapatan perkapita penduduk Indonesia, harga daging sapi impor, indeks

    trnsparansi, tarif, serta konsumsi daging sapi domestik, pada taraf nyata 1-15

    persen. dari hasil perhitungan didapatkan bahwa semua variabel yang digunakan

    berpengaruh nyata dalam peningkatan dan penurunan volume impor ilegal untuk

    daging sapi, dimana variabel eksogen pembentuk model tersebut yang memiliki

    nilai elastis adalah konsumsi daging sapi domestik berpengaruh positif terhadap

    peningkatan volume impor ilegal, yang menindikasikan bahwa konsumsi

    domestik bersifat responsif terhadap peningkatan volume impor ilegal daging

    sapi.

    Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi volume impor ilegal susu

    dipengaruhi oleh faktor-faktor eksogen berupa, pendapatan perkapita Indonesia,

    produksi domestik, nilai tukar rupiah, indeks transparansi Indonesia, serta bea

    masuk (tarif) impor susu bubuk Indonesia. Hasil analisis menyatakan bahwa

    perkapita Indonesia, produksi domestik, indeks transparansi Indonesia, serta bea

    masuk (tarif) impor susu berpengaruh nyata pada taraf nyata 1-10 persen.

    Novansi (2006) melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang

    mempengaruhi volume ekspor beberapa buah-buahan penting Indonesia.

    Penelitian tersebut membahas perkembangan ekspor beberapa buah-buahan

    penting Indonesia menurut negara tujuan ekspor dan pengaruh faktor-faktor

    (harga dometik, harga ekspor, nilai tukar rupiah, volume ekspor ke negara lain dan

    volume ekspor periode sebelumnya) terhadap volume ekspor beberapa buah-

    buahan penting Indonesia.

  • 7/30/2019 Ekspor Beras

    36/120

    19

    Dalam penelitiannya tersebut Novansi menggunakan data bulanan dari

    Januari 2002 sampai dengan Desember 2004. metode deskriptif untuk melihat

    perkembangan ekspor dan metode kuantitatif yaitu analisis regresi linier berganda

    untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume ekspor beberapa

    buah-buahan penting Indonesia. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa

    perkembangan ekspor beberapa buah penting Indonesia seperti pisang, manggis,

    mangga, dan rambutan selama tahun 2002-2003 cenderung menurun. Sedangkan

    faktor-faktor yang mempengaruhi volume ekspor beberapa buah-buahan penting

    Indonesia menunjukkan tidak semua peubah bebas yang digunakan dalam model

    berpengaruh nyata terhadap volume ekspor.

    Resmisari (2006) juga menggunakan regresi linier berganda untuk

    menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor teh PT Perkebunan

    Nusantara VIII. Variabel dependen yang digunakan adalah volume ekspor teh

    PTPN VIII ke masing-masing negara tujuan. Sedangkan variabel independen

    meliputi volume produksi, harga harga ekspor periode t, harga ekspor periode

    sebelumnya (t-1), harga kopi periode t, nilai tukar rupiah terhadap dollar, lag

    ekspor, dan nilai tukar negara tujuan terhadap dollar. Hasil penelitian tersebut

    menunjukkan bahwa variabel yang berpengaruh nyata pada taraf lima persen ke

    tiga negara tujuan adalah variabel harga ekspor periode t. Variabel tersebut juga

    bersifat elastis untuk setiap negara. Ini berarti bahwa variabel harga ekspor

    merupakan variabel yang perlu diperhatikan PTPN VIII untuk melakukan ekspor

    ke tiga negara.

    Pemilihan model didasarkan pada tujuan penelitian yang ingin dicapai

    yaitu, untuk menduga faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dan ekspor

  • 7/30/2019 Ekspor Beras

    37/120

    20

    beras Indonesia. Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu, model regresi

    berganda dinilai lebih sederhana dan mampu menunjukkan berapa persen variabel

    dependen dapat dijelaskan oleh variabel independen. Selain itu model ini dapat

    melihat apakah variabel-variabel independennya berpengaruh nyata atau tidak

    terhadap variabel dependen dengan melihat uji-F dan uji-t, serta perhitungannya

    lebih sederhana. Metode ini diduga dengan Ordinary Least square (OLS). Oleh

    karena itu, penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dan

    ekspor beras Indonesia menggunakan metode analisis yang sama, yaitu metode

    Ordinary Least square (OLS) dengan model regresi berganda.

    2.2.4 Perbedaan Penelitian dengan Penelitian Terdahulu

    Penelitian yang dilakukan oleh Situmorang (2005), Azziz (2006), Sitepu

    (2002), dan Mulyana (1998) membahas tentang impor beras, mulai dari faktor-

    faktor yang mempengaruhinya sampai pada tingkat responsitasnya terhadap

    berbagai variabel lainnya dengan berbagai metoda dan alat analisis. Situmorang

    (2005) dan Sitepu (2002) melakukan analisisnya dengan metode Two Stage Least

    Square (2SLS) dengan persamaan simultan menggunakan Software Eviews, Azzis

    (2006) melakukan penelitiannya dengan menggunakan analisis regresi linier

    berganda dengan software minitab 14 untuk menganalisis faktor-faktor yang

    mempengaruhi impor beras dan menggunakan metode peramalan times series

    untuk melakukan peramalan. Sedangkan penelitian ini membahas tentang

    produksi dan ekspor beras Indonesia, yaitu faktor-faktor yang mempengaruhinya.

    Pada umumnya penelitian-penelitian terdahulu menggunakan data time

    series tahunan yang kurang dari tiga puluh tahun dan data bulanan selama kurun

    waktu bebarapa tahun saja, sedangkan penelitian ini menggunakan data time

  • 7/30/2019 Ekspor Beras

    38/120

    21

    series selama kurun waktu tiga puluh tahun yaitu dari tahun 1976 sampai dengan

    tahun 2005. Penelitian ini mencoba menganalisis faktor-faktor yang

    mempengaruhi produksi dan ekspor beras Indonesia dengan metode Ordinary

    Least Square (OLS) dengan model regresi linier berganda dengan menggunakan

    software minitab 14.

  • 7/30/2019 Ekspor Beras

    39/120

    22

    III. KERANGKA PEMIKIRAN

    3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

    3.1.1. Teori Penawaran dan Permintaan

    Penawaran suatu komoditi baik barang maupun jasa merupakan jumlah

    komoditi yang ditawarkan oleh produsen kepada konsumen dalam suatu pasar

    pada tingkat harga dan waktu tertentu. Lebih lanjut dikatakan bahwa antara harga

    dan jumlah yang ditawarkan ini mempunyai hubungan yang positif yaitu jika

    harga naik maka jumlah komoditi yang ditawarkan semakin banyak. Adapun

    sumber penawaran meliputi produksi pada waktu tertentu dan persediaan (stok)

    pada waktu sebelumnya.

    Menurut Iswardono (1994), faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran

    suatu komoditi dapat digambarkan dengan fungsi sebagai berikut:

    QSK= f (PK, PS, PI, G, T, TX) ....................................................... (1)

    Dimana :

    QSK = Penawaran komoditi

    PK = Harga komoditi yang bersangkutan

    PS = Harga komoditi substitusi dan komplementer

    PI

    = Harga faktor produksi

    G = Tujuan perusahaan

    T = Tingkat penggunaan teknologi

    TX = Pajak dan subsidi

  • 7/30/2019 Ekspor Beras

    40/120

    23

    1. Harga komoditi yang bersangkutan (PK)

    Suatu hipotesa dasar ekonomi menyatakan bahwa harga sejumlah

    komoditi mempunyai hubungan yang positif dengan jumlah yang ditawarkan yaitu

    semakin tinggi harganya semakin besar jumlah yang ditawarkan, cateris paribus.

    Hal ini karena peningkatan harga komoditi menyebabkan peningkatan keuntungan

    yang akan memacu peningkatan produksi maupun penjualan hasil produksinya.

    Jadi peningkatan harga dari suatu komoditi akan menyebabkan peningkatan

    penawaran komoditi tersebut. Dengan demikian perubahan harga suatu komoditi

    akan menyebabkan pergerakan sepanjang kurva penawaran.

    2. Harga komoditi substitusi dan komplementer (PS)

    Berbagai komoditi dapat disubstitusi dan juga memiliki komoditi

    pendukung, baik dalam produksi maupun konsumsi. Perubahan harga pada

    komoditi substitusi dan komplementer akan mempengaruhi jumlah penawaran

    pada komoditi yang bersangkutan. Peningkatan harga komoditi substitusi akan

    menyebabkan berkurangnya jumlah penawaran komoditi bersangkutan. Dan

    sebaliknya, penurunan harga komoditi substitusi akan menyebabkan peningkatan

    jumlah penawaran komoditi yang bersangkutan. Sedangkan penurunan pada harga

    komoditi komplementer akan menyebabkan penurunan pula pada jumlah

    penawaran komoditi yang bersangkutan, sebaliknya peningkatan pada harga

    komoditi komplementer akan menyebabkan peningkatan komoditi yang

    bersangkutan.

    3. Harga faktor produksi (PI)

    Harga suatu faktor produksi merupakan biaya yang harus dikeluarkan oleh

    perusahaan. Dengan meningkatnya harga faktor produksi maka keuntungan yang

  • 7/30/2019 Ekspor Beras

    41/120

    24

    diterima perusahaan akan berkurang. Hal ini menyebabkan perusahaan akan

    mengurangi jumlah produksinya. Dari hal ini dapat disimpulkan bahwa

    peningkatan harga faktor produksi yang digunakan untuk memproduksi suatu

    komoditi, akan menyebabkan berkurangnya jumlah komoditi ya ng ditawarkan.

    4. Tujuan perusahaan (G)

    Jumlah komoditi yang ditawarkan juga tergantung apa tujuan perusahaan.

    Tujuan suatu perusahaan tidak semata-mata memaksimumkan keuntungan saja.

    Jika perusahaan lebih mementingkan volume produksi, perusahaan dapat

    menghasilkan dan menjual lebih banyak.

    5. Tingkat penggunaan teknologi (T)

    Teknologi berkorelasi positif dengan jumlah yang ditawarkan. Jika

    perusahaan menggunakan teknologi baru, fungsi produksi akan bergeser ke atas

    yang berarti produksi meningkat dan kurva biaya akan bergeser ke bawah yang

    berarti biaya produksi berkurang. Keuntungan yang akan diperoleh menjadi lebih

    besar. Jadi dapat disimpulkan, jumlah komoditi yang ditawarkan dipengaruhi oleh

    tingkat penggunaan teknologi dalam proses produksinya.

    6. Pajak dan subsidi (TX)

    Adanya pajak seperti pajak penjualan, pajak penghasilan akan

    mengakibatkan kenaikan pada ongkos produksi sehingga mengurangi insentif

    untuk berproduksi. Maka penawaran komoditi tersebut akan berkurang.

    Sebaliknya, pemberian subsidi akan mengurangi ongkos produksi dan

    meningkatkan keuntungan, sehingga penawaran komoditi tersebut akan

    meningkat.

  • 7/30/2019 Ekspor Beras

    42/120

    25

    Penawaran pasar dari suatu komoditi merupakan fungsi dari harga

    komoditi itu sendiri dengan koefisien arah (slope) yang positif. Jika harga

    komoditas tersebut naik maka jumlah komoditas yang ditawarkan akan

    meningkat. Sebaliknya, jika harga komoditas tersebut menurun maka jumlah

    komoditi yang ditawarkan akan menurun. Perubahan pada harga komoditi tersebut

    menyebabkan pergerakan sepajang kurva penawaran. Sedangkan pengaruh dari

    perubahan harga faktor produksi, teknologi, dan tujuan perusahaan adalah faktor

    yang dapat menggeser kurva penawaran.

    Menurut Pappas dan Hirschey (1995) dalam Purnamasari (2005),

    permintaan adalah sejumlah barang atau jasa yang rela dan mampu dibeli oleh

    konsumen selama periode tertentu, yang dapat digambarkan dengan fungsi

    berikut:

    QDK= f (PK, PS, I, S, JP) ............................................................ (2)

    Dimana :

    QDK = Permintaan komoditi

    PK = Harga komoditi itu sendiri

    PS = Harga komoditi lain

    I = Pendapatan

    S = Selera

    JP = Populasi penduduk

    1. Harga komoditi itu sendiri (PK)

    Dengan asumsi cateris paribus, peningkatan harga komoditi yang

    bersangkutan akan menurunkan permintaannya, dan sebaliknya. Permintaan dan

    harga komoditi yang bersangkutan memiliki hubungan yang negatif.

  • 7/30/2019 Ekspor Beras

    43/120

    26

    2. Harga komoditi lain (PS)

    Perubahan harga komoditi substitusi akan mempengaruhi permintaan atas

    komoditi yang bersangkutan secara positif. Kenaikan harga komoditi substitusi

    akan meningkatkan permintaan atas komoditi yang bersangkutan, dan sebaliknya.

    Sedangkan perubahan harga barang komplementer dapat mengubah permintaan

    komoditi yang bersangkutan secara negatif. Semakin tinggi harga barang

    komplementer, semakin rendah permintaan atas komoditi yang bersangkutan.

    3. Pendapatan (I)

    Kenaikan pendapatan cenderung meningkatkan permintaan untuk

    komoditi yang berupa barang normal, dan sebaliknya.

    4. Selera (S)

    Salah satu hal yang berpengaruh terhadap permintaan adalah selera.

    Perubahan selera terjadi dari waktu ke waktu, dan cepat atau lambat akan

    meningkatkan permintaan pada periode tertentu dan tingkat harga tertentu.

    5. Populasi penduduk (JP)

    Peningkatan jumlah penduduk dapat meningkatkan permintaan atas suatu

    komoditi. Hal ini diakibatkan semakin banyak jumlah penduduk maka semakin

    banyak konsumen yang menginginkan suatu komoditi.

    Hubungan antara penawaran dan permintaan suatu komoditi merupakan

    petunjuk penting dalam teori ekonomi, yang memperlihatkan berbagai jumlah

    barang dan jasa yang diminta atau dibeli oleh konsumen dan yang ditawarkan oleh

    produsen secara bersamaan sebagai pengaruh adanya perubahan harga barang dan

    jasa yang bersangkutan atau faktor- faktor lainnya.

  • 7/30/2019 Ekspor Beras

    44/120

    27

    3.1.2 Fungsi Produksi

    Suatu proses produksi melibatkan suatu hubungan yang erat antara faktor-

    faktor produksi yang digunakan dengan produk yang dihasilkan. Produksi adalah

    tindakan dalam membuat komoditi, baik berupa barang maupun jasa (Lipsey,

    1993). Dalam pertanian, proses produksi begitu kompleks dan terus-menerus

    berubah seiring dengan kemajuan teknologi.

    Menurut Salvator (1997), fungsi produksi merupakan hubungan matematis

    antara input dan output. Menurut Doll and Orazem (1984), fungsi produksi selain

    menggambarkan hubungan antara input dan output, juga menggambarkan tingkat

    dimana sumberdaya diubah menjadi produk. Ada banyak hubungan input dan

    output dalam pertanian karena input yang diubah menjadi output akan berbeda-

    beda di antara tipe tanah, hewan, teknologi, curah hujan, dan faktor lainnya. Tiap

    hubungan input output menggambarkan kuantitas dan kualitas yang berbeda dari

    sumberdaya yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk tertentu. Nicholson

    (2002) dalam Purnamasari (2005) menyatakan bahwa fungsi produksi

    memperlihatkan jumlah maksimum sebuah barang yang dapat diproduksi dengan

    menggunakan kombinasi alternatif antara modal (K) dan Tenaga kerja (L).

    Sebuah fungsi produksi dapat digambarkan dengan cara yang berbeda;

    dalam bentuk tertulis, menyebutkan dan menggambarkan tiap input yang

    berhubungan dengan output; dengan membuat daftar input dan hasil output secara

    numerik dalam tabel; dalam bentuk grafik atau diagram; dan dalam bentuk

    persamaaan aljabar. Menurut Doll and Orazem (1984), secara matematis fungsi

    produksi dapat ditulis sebagai berikut:

    Y = f (X1, X2, ..., Xn) ................................................................. (3)

  • 7/30/2019 Ekspor Beras

    45/120

  • 7/30/2019 Ekspor Beras

    46/120

    29

    negara A (sebelum terjadinya perdagangan) relatif lebih rendah bila dibandingkan

    dengan harga domestik di negara B (Gambar 1 ). Struktur harga yang relatif lebih

    rendah di negara A tersebut disebabkan karena adanya kelebihan penawaran

    (excess supply) yaitu produsi domestik melebihi konsumsi domestik, sebesar BE.

    Dalam hal ini faktor produksi di negara A relatif berlimpah. Dengan demikian

    negara A mempunyai kesempatan menjual kelebihan produksinya ke negara lain.

    Negara B mengalami kekurangan suplai beras karena konsumsi domestiknya

    melebihi produksi domestik (excess demand), sebesar BE sehingga harga

    menjadi lebih tinggi. Pada kesempatan ini negara B berkeinginan untuk membeli

    komoditi beras dari negara lain yang harganya lebih murah.

    Px/Py Px/Py Px/Py

    Sa Sw Sb

    Ekspor A Pb

    B E Pw E* B A E

    Pa A A* D Impor Db

    0 Da

    Negara A Perdagangan Internasional Negara B

    Gambar 1. Kurva Terjadinya Perdagangan Internasional

    Sumber: Salvatore, 1997

    Apabila kemudian terjadi komunikasi antara negara A dan negara B, maka

    akan terjadi perdagangan antara kedua negara tersebut. Dalam hal ini negara A

    akan mengekspor beras ke negara B. dapat dilihat pada gambar 1, sebelum

    terjadinya perdagangan internasional, harga di negara A adalah sebesar Pa

  • 7/30/2019 Ekspor Beras

    47/120

    30

    sedangkan di negara B adalah sebesar Pb. Suplai di pasar internasional akan terjadi

    jika harga internasional lebih besar dari Pa, sedangkan permintaan di pasar

    internasional akan terjadi jika harga internasional lebih rendah dari Pb. Pada saat

    harga internasional sama dengan Pw maka di negara B terjadi kelebihan

    permintaan sebesar BE, sedangkan di negara A terjadi kelebihan suplai sebesar

    BE. Perpaduan antara kelebihan penawaran di negara A dan kelebihan permintaan

    di negara B akan menentukan harga yang terjadi di pasar internasional, yaitu

    sebesar Pw. Dengan adanya perdagangan tersebut maka negara A akan

    mengekspor beras sebesar BE, dan negara B akan mengimpor beras sebesar BE.

    Negara A Perdagangan Internasional Negara B

    Sb

    Sa Sw Sw1 Db

    Da Sa1 E* Eb

    Pw1 E**

    Pa

    Pa1

    B F E G 0 Q1 Q2 F B E G

    Gambar 2. Kurva Terjadinya Perdagangan Internasional 2.

    Sumber: Salvator, 1997.

    Berdasarkan gambar 2, dapat dilihat adanya saling ketergantungan antar

    negara yang terlibat dalam perdagangan internasional. Seandainya oleh karena

    satu atau beberapa hal menyebabkan penawaran ekspor suatu komoditi di negara

    A meningkat sebagaimana yang ditunjukkan oleh pergeseran kurva penawaran

  • 7/30/2019 Ekspor Beras

    48/120

    31

    dari Sa menjadi Sa1. Pergeseran kurva penawaran ke kanan dapat disebabkan

    karena terjadinya peningkatan produksi.

    Pergeseran kurva penawaran Sa menjadi Sa1 menyebabkan harga domestik

    menjadi turun. Oleh karena harga domestik relatif lebih rendah dibandingkan

    dengan harga internasional maka secara ekonomis adalah lebih menguntungkan

    bila mengekspor, dan ini ditunjukkan oleh pergeseran kurva penawaran ekspor

    dari Sw menjadi Sw1. akibatnya harga di pasar internasional turun menjadi di

    bawah P menjadi Pw1. penurunan harga di pasar internasional ini menyebabkan

    permintaan domestik di negara B meningkat, sehingga akan terjadi pningkatan

    jumlah impor menjadi FG oleh negara B yang besarnya sama dengan jumlah

    peningkatan ekspor oleh negara A menjadi FG. Kenaikan ekspor impor ini

    ditunjukkan dalam perdagangan dunia yang meningkat dari 0Q1 menjadi 0Q2.

    Mekanisme perdagangan internasional dapat dilihat pada gambar 2.

    Kondisi nilai tukar seperti terdepresiasinya rupiah terhadap dollar juga

    merupakan faktor yang dapat menyebabkan kurva penawaran bergeser ke kanan.

    Nilai tukar menggambarkan daya saing suatu negara dalam perdagangan

    internasional. Terdepresiasinya rupiah terhadap dollar membuat harga beras

    Indonesia relatif lebih murah sehingga mendorong terjadinya peningkatan jumlah

    penawaran ekspor (Mankiw, 2000). Mekanisme pengaruh perubahan kurs

    terhadap volume ekspor dapat dilihat pada gambar 3.

  • 7/30/2019 Ekspor Beras

    49/120

    32

    Pengeluaran E Pengeluaran aktual

    ? NX

    Pengeluarandirencanakan

    Kurs e Kurs, e

    e1 e1

    e2 e2

    NX1 NX2 (ekspor bersih) Y1 Y2 (output)

    Sw Db Sb

    Da Sa

    P Sw1

    Dw

    F B E G 0 Q1 Q2 F B E G

    Negara A Perdagangan Internasional Negara B

    Gambar 3. Mekanisme Pengaruh Kurs Terhadap Volume Ekspor

    Sumber: Mankiw, 2000.

  • 7/30/2019 Ekspor Beras

    50/120

    33

    Seandainya di negara A terjadi deperesiasi kurs yang terlihat pada

    penurunan kurs dari e1 menjadi e2. Penurunan kurs yang terjadi ini menyebabkan

    terjadinya peningkatan output pada kurva IS. Peningkatan output ini terjadi karena

    adanya peningkatan ekspor bersih sebagaimana ditunjukkan pada gambar

    perpotongan Keynesian. Oleh karenanya dapat disimpulkan bahwa penurunan

    kurs (depresiasi) menyebabkan terjadinya peningkatan volume ekspor.

    Selanjutnya dapat dijelaskan pula bagaimana mekanisme peningkatan

    volume ekspor yang disebabkan penurunan kurs pada gambar perdagangan

    internasional. Semula sebelum terjadinya penurunan kurs, besarnya nilai excess

    supply di negara A sebesar BE. Setelah terjadinya penurunan kurs menyebabkan

    terjadinya peningkatan excess supply menjadi FG. Kondisi ini mengakibatkan

    kurva suppy dunia mengalami pergeseran dengan titik awal yang sama.

    Pergeseran kurva supply dunia dari Sw menjadi Sw1 menyebabkan tingkat harga

    dunia yang terjadi lebih rendah dan volume perdagangan internasional meningkat

    dari 0Q1 menjadi 0Q2. negara pengimpor merespon perubahan harga ini dengan

    meningkatkan jumlah impornya. Besarnya volume ekspor negara A setelah

    depresiasi kurs (FG) sama dengan besarnya volume impor negara B (FG).

    3.1.4 Fungsi Ekspor

    Ekspor suatu negara merupakan selisih produksi domestik dikurangi

    konsumsi domestik ditambah dengan stok pada akhir tahun lalu, secara matematis

    dapat digambarkan sebagai berikut:

    Xt = PBt KBt + SBt ............................................................................. (4)

  • 7/30/2019 Ekspor Beras

    51/120

    34

    Dimana:

    Xt = Jumlah ekspor tahun ke t

    PBt = Jumlah produksi domestik pada tahun ke t

    KBt = Jumlah konsumsi domestik pada tahun ke t

    SBt-1 = jumlah stok awal tahun ke t atau akhir tahun lalu (tahun ke t-1)

    Jumlah produksi beras tahun ke t (PBt) pada dasarnya ditentukan input-

    inputnya yaitu luas areal panen padi (LPt), penggunaan pupuk urea (PUt), iklim

    yang terjadi selama satu tahun dan dalam hal ini adalah curah hujan rata-rata

    (CHt), dan penggunaan teknologi (yang ditunjukkan oleh produktivitas (PVt)).

    Dengan melihat faktor-faktor tersebut maka fungsi produksi dapat dituliskan

    sebagai berikut:

    PBt = f (LPt, PUt, CHt, PVt,) ................................................................. (5)

    Produksi yang dihasilkan tersebut sebagian besar akan dikonsumsi

    mengingat jumlah penduduk yang besar sehingga kebutuhan pangan pun besar.

    Besar konsumsi tersebut (KBt) tergantung pada harga beras domestik (HEt),

    Jumlah penduduk (JPt), Pendapatan per kapita (YPt), harga komoditi substitusi

    (dalam hal ini jagung (HJt)) dan selera (yang ditunjukkan oleh konsumsi per

    kapita (CPt)). Dengan demikian maka fungsi konsumsi dapat dituliskan sebagai

    berikut :

    KBt= f (HEt, JPt, YPt, HJt, CPt) ........................................................... (6)

    Dari penjelasan-penjelasan tersebut maka ekspor (Xt) suatu komoditi

    pertanian dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan struktural sebagai berikut:

    Xt= f (LPt, PUt, CHt, PVt, HEt, JPt, YPt, HJt, CPt,SBt) .. .................. (7)

  • 7/30/2019 Ekspor Beras

    52/120

    35

    Selain dipengaruhi oleh faktor-faktor dalam negeri, jumlah ekspor tahun

    ke t juga dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berasal dari luar negeri. Ada dua

    faktor yang berpengaruh terhadap jumlah ekspor tahun ke t yaitu tingkat nilai

    tukar (Exchange Rate (ERt)), dan harga beras internasional (HDt). Dengan

    demikian maka fungsi ekpor menjadi :

    Xt= f (LPt, PUt, CHt, PVt, HEt, JPt, YPt, HJt, CPt,SBt, ERt, HDt)...(8)

    Berdasarkan teori tersebut di atas maka pada saat fungsi ekspor tersebut

    digunakan pada komoditas beras pada penelitian ini ada beberapa peubah yang

    dikeluarkan dari fungsi ekspor karena diduga berpengaruh sangat kecil dan ada

    peubah yang sulit diduga. Selain itu juga karena ketidaktersediaan data yang

    diperlukan. Beberapa variabel yang tidak dimasukkan dalam analisis yaitu:

    1. Luas Panen Padi (LPt), curah hujan (CHt), pupuk urea (PUt), harga dasar gabah

    (HGt), stok beras (SBt), dan teknologi atau produktivitas (PVt).

    Pada penelitian ini, variabel-variabel seperti luas panen padi (LPt), curah hujan

    (CHt), pupuk urea (PUt), stok beras (SBt), dan teknologi atau produktivitas

    (PVt) sudah terwakili oleh variabel produksi beras (PBt), sehingga tidak perlu

    dimasukkan kembali ke dalam model persamaan ekspor.

    2. Jumlah penduduk (JPt), pendapatan per kapita (YPt), dan konsumsi beras

    domestik (KBt).

    Pendapatan per kapita (Ypt) dan konsumsi beras domestik telah diwakili oleh

    tingkat konsumsi beras per capita (CPt). Peningkatan jumlah penduduk akan

    mempengaruhi tingkat konsumsi domestik. Oleh karena variabel konsumsi

    beras per kapita telah mewakili konsumsi beras domestik, maka variabel

    jumlah penduduk tidak perlu dimasukkan kembali ke dalam model.

  • 7/30/2019 Ekspor Beras

    53/120

    36

    3. Harga komoditi substitusi atau harga jagung (HJt)

    Variabel harga komoditi substitusi atau harga jagung (HJt) tidak dimasukkan

    ke dalam model persamaan karena diduga berpengaruh sangat kecil terhadap

    volume ekspor beras Indonesia.

    4. Harga beras internasional atau harga beras dunia (HDt)

    Variabel harga beras internasional (HDt) tidak dimasukkan ke dalam

    persamaan karena variabel tersebut sudah terwakili oleh adanya variabel nilai

    tukar rupiah terhadap dollar (ERt). Nilai tukar rupiah terhadap dollar (ERt)

    menyatakan berapa besar nilai rupiah yang harus dikorbankan untuk

    mendapatkan dollar Amerika Serikat, yang dinyatakan dengan satuan rupiah

    per dollar AS (Rp/US$). Nilai tukar ini menggambarkan daya saing suatu

    negara dalam melakukan perdagangan internasional. Pada saat nilai tukar

    rupiah meningkat yang berarti nilai rupiah melemah, maka secara teori

    permintaan terhadap dollar meningkat sehingga peningkatan permintaan

    terhadap dollar akan meningkatkan ekspor.

    Dari teori tersebut maka fungsi ekspor dapat dirumuskan sebagai berikut:

    Xt = f (PBt, ERt, HEt, CPt ) ........................................................ (9)

    Sedangkan fungsi produksi dapat dirumuskan sebagai berikut:

    PBt = f (LPt, HGt, PUt, CHt) ........................................................ (10)

    3.1.5 Analisis Regresi Berganda

    Analisis regresi linier berganda adalah analisis yang berkenaan dengan

    studi ketergantungan satu variabel (variabel dependen) yang satu atau lebih

    variabel lain (variabel independen) dengan maksud menaksir dan atau

    meramalkan nilai variabel dependen berdasarkan nilai yang diketahui dari variabel

  • 7/30/2019 Ekspor Beras

    54/120

    37

    yang menjelaskan (variabel independen). Model regresi yang terdiri lebih dari satu

    variabel independen disebut model regresi berganda (Gujarati, 1991).

    Pendekatan yang paling umum digunakan dalam menentukan garis yang

    paling cocok disebut Metode Kuadrat Terkecil atau Ordinary Least Square (OLS).

    Metode kuadrat terkecil digunakan untuk menghitung persamaan garis lurus yang

    meminimisasi jumlah kuadrat jarak antara titik data X-Y dengan garis yang diukur

    ke arah vertikal Y. Dengan menggunakan OLS, dapat diperoleh intersep dan slope

    sehingga diperoleh garis regresi yang menunjukkan trend data secara baik.

    Dalam mengevaluasi apakah model ya ng digunakan sudah baik atau

    belum, terdapat beberapa kriteria yang memerlukan pengujian secara statistik.

    Indikator untuk melihat kebaikan model adalah R2, F-hitung, dan t-hitung.ukuran

    ini digunakan untuk menunjukkan signifikan atau tindakannya model yang

    diperoleh secara keseluruhan.

    Dalam model regresi berganda dapat terjadi keterkaitan antar variabel

    bebas yang disebut multikolinieritas. Multikolinieritas merupakan keadaan

    dimana variabel-variabel independen pada regresi berganda saling berhubungan

    erat. Kekuatan multikolinieritas diukur melalui faktor varian inflasi. Dalam

    analisis regresi dengan data time series dan cross-section terdapat masalah

    autokorelasi. Autokorelasi timbul karena sederetan pengamatan dari waktu ke

    waktu saling berkaitan satu dengan yang lainnya, sehingga suatu nilai kejadian

    pada periode waktu sebelumnya akan mempengaruhi nilai pada kejadian peride

    waktu berikutnya. Pengujian autokorelasi tersebut dilakukan dengan uji Durbin

    Watson.

  • 7/30/2019 Ekspor Beras

    55/120

    38

    3.2 Kerangka Pemikiran Operasional

    Beras merupakan komoditas pangan yang dijadikan sebagai bahan pangan

    utama oleh sebagian besar penduduk Asia, termasuk Indonesia. Pangan adalah

    kebutuhan yang paling mendasar dari suatu bangsa, sehingga dalam

    keberlangsungannya ketersediaan beras menjadi hal yang sangat penting bagi

    suatu negara.

    Negara Indonesia merupakan negara produsen utama beras ke tiga di

    dunia. Hal tersebut didukung oleh keadaan alam di Indonesia yang sangat

    potensial untuk menanam padi. Namun demikian negara-negara produsen beras

    lainnya seperti Vietnam dan Thailand telah mampu berswasembada beras, bahkan

    menjadi eksportir beras utama pada tahun 2002 sampai sekarang. Sedangkan

    Indonesia yang memiliki lahan lebih luas dari Thailand dan Vietnam sulit sekali

    mempertahankan swasembada beras yang pernah dicapai pada tahun 1984 bahkan

    Indonesia cenderung lebih sering bergantung pada impor beras untuk memenuhi

    kebutuhan pangan berasnya.

    Selain melakukan impor beras, Indonesia juga melakukan ekspor beras

    untuk beras jenis tertentu. Produksi beras di Indonesia berfluktuasi dengan laju

    pertumbuhan yang cenderung semakin menurun. Produksi beras ya ng berfluktuasi

    tersebut mempengaruhi ekspor beras Indonesia. Sehingga dengan ketidakstabilan

    produksi beras dalam negeri, ekspor beras Indonesia cenderung menurun dan

    bahkan terhapus.

    Adanya peningkatan ekspor yang cukup signifikan pada tahun 2004-2005

    membuka peluang dan harapan bagi Indonesia untuk mempertahankan keadaan

    tersebut dan bahkan untuk mengembangkannya, mengingat pada dasarnya

  • 7/30/2019 Ekspor Beras

    56/120

    39

    Indonesia memang memiliki potensi untuk memproduksi beras. Indonesia yang

    memiliki keunggulan komparatif dalam memproduksi beras seharusnya mampu

    meningkatkan produksinya dan mulai berusaha untuk mengembangkan ekspor

    beras yang sudah ada.

    Oleh karena itu kebutuhan untuk mengetahui faktor-faktor yang

    mempengaruhi produksi beras Indonesia dan faktor-faktor yang mempengaruhi

    ekspor beras Indonesia tersebut penting untuk dilakukan guna mengetahui

    kebijakan strategi yang dapat dilakukan oleh pemerintah Indonesia untuk

    meningkatkan produksi beras Indonesia dan ekspor beras yang sudah ada.

    Pada dasarnya produksi beras merupakan perkalian antara faktor rendemen

    beras (konversi beras) dengan produksi padi. Berdasarkan pada komponen input

    yang digunakan dalam usahatani padi dan insentif bagi petani untuk menanam

    padi, produksi beras Indonesia diduga dipengaruhi oleh luas areal panen padi,

    harga dasar gabah, pupuk urea, dan curah hujan. Produksi padi pada dasarnya

    tergantung pada luas areal panen padi dan produktivitas padi. Sehingga variabel

    luas areal panen padi merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi

    produksi beras Indonesia. Sedangkan harga dasar gabah merupakan harga yang

    dapat memberikan insentif bagi petani untuk menanam padi, sehingga ketika

    harga dasar gabah akan meningkat, produksi beras pun akan meningkat.

    Selain luas panen padi dan harga gabah, faktor lain yang dapat

    diperhitungkan sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi produksi beras

    Indonesia adalah pupuk urea dan curah hujan. Hal ini didasari pada suatu

    pemikiran dimana pupuk urea merupakan salah satu komponen input utama dalam

    memproduksi padi sehingga penggunaan pupuk urea akan sangat menentukan

  • 7/30/2019 Ekspor Beras

    57/120

    40

    produktivitas padi yang dihasilkan dan akan mempengaruhi produksi beras

    Indonesia, sedangkan curah hujan merupakan suatu iklim yang sangat mendukung

    usahatani padi.

    Sedangkan ekspor beras Indonesia diduga dipengaruhi oleh produksi

    beras, nilai tukar, harga eceran beras atau harga beras domestik, dan konsumsi

    beras per kapita. Produksi beras dan konsumsi beras per kapita diduga merupakan

    faktor yang mempengaruhi ekspor karena ekspor beras dilakukan pada saat terjadi

    surplus produksi. Variabel konsumsi beras per kapita menunjukkan besarnya

    selera masyarakat dalam mengkonsumsi beras, dan dapat mewakili variabel

    konsumsi beras domestik. Sedangkan harga beras eceran atau harga beras

    domestik dijadikan pertimbangkan karena harga eceran diduga mempengaruhi

    keputusan ekspor, dimana ketika harga beras eceran meningkat, insentif utuk

    melakukan ekspor akan berkurang karena akan lebih menguntungkan jika menjual

    beras di pasar domestik.

    Nilai tukar mata uang suatu negara terhadap dollar dijadikan pertimbangan

    untuk mengukur nilai pembelian dan penjualan barang ke luar negeri, sehingga

    nilai tukar mata uang suatu negara mencerminkan daya saing negara tersebut di

    pasar internasional. Berdasarkan pada kondisi tersebut, maka harga beras dunia

    dapat diwakili oleh variabel nilai tukar rupiah terhadap dollar. Dengan semakin

    meningkatnya nilai tukar rupiah terhadap dollar, maka nilai rupiah akan semakin

    menurun dan mendorong penawaran ekspor. Harga barang-barang domestik yang

    diperdagangkan di pasar internasiona l akan berdaya saing karena memiliki harga

    yang dirasakan lebih murah bagi negara-negara tujuan ekspor, dan hal tersebut

    akan mendorong peningkatan ekspor beras Indonesia.

  • 7/30/2019 Ekspor Beras

    58/120

    41

    Bagan 1. Alur Kerangka Berpikir

    Indonesia SebagaiProdusen Beras

    Fluktuasi ekspor yangcenderung menurun

    Pendugaan faktor-faktor yangMempengaruhi Produksi Beras

    Indonesia

    Pengujian terhadap Faktor-faktor yang Mempengaruhi

    Produksi dan Ekspor Beras

    Indonesia

    Hasil Dugaan:

    Faktor Dominan yangMempengaruhi Produksi dan

    Ekspor Beras Indonesia

    Pendugaan faktor-faktor yangMempengaruhi Ekspor Beras

    Indonesia

    Analisis Regresi Berganda

    Selain melakukan imporjuga melakukan ekspor

    beras

    Fluktuasi Produksiberas

    Peningkatan Ekspor padaperiode 2004-2005

  • 7/30/2019 Ekspor Beras

    59/120

    42

    3.3 Hipotesis Penelitian

    Berdasarkan pada kerangka pemikiran yang ada, maka hipotesis penelitian

    ini adalah sebagai berikut:

    1. Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi produksi beras Indonesia adalah luas

    areal panen padi, harga dasar gabah, pupuk urea, dan curah hujan. Dimana

    semua variabel tersebut memiliki korelasi positif terhadap produksi beras

    Indonesia.

    2. Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi ekspor beras Indonesia adalah

    produksi beras Indonesia, nilai tukar rupiah terhadap dollar, harga eceran

    beras/harga beras domestik, dan konsumsi beras per kapita. Dimana produksi

    beras Indonesia dan nilai tukar rupiah terhadap dollar memiliki korelasi positif

    terhadap ekspor beras Indonesia, sedangkan harga beras eceran atau harga

    beras domestik dan konsumsi beras per kapita memiliki korelasi negatif

    terhadap ekspor beras Indonesia.

  • 7/30/2019 Ekspor Beras

    60/120

    43

    IV. METODE PENELITIAN

    4.1 Jenis dan Sumber Data

    Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang

    berupa data time series. Data time series meliputi data tahunan selama 30 tahun

    (tahun 1976-2005). Semua data yang dikumpulkan diperoleh dari Departemen

    Pertanian, Departemen Perdagangan, Badan Pusat Statistik, Badan Urusan

    Logistik, dan Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi, serta literatur-

    literatur dan situs-situs yang terkait dengan penelitian ini.

    Penelitian ini dilakukan di Jakarta dan Bogor. Lokasi penelitian ini

    ditentukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa di Jakarta dan

    Bogor terdapat instansi-instansi terkait seperti Departemen Pertanian, Departemen

    Perdagangan, Badan Pusat Statistik, Badan Urusan Logistik, dan Pusat Penelitian

    dan Pengembangan Sosial Ekonomi yang menyediakan kebutuhan data yang

    diperlukan dalam penelitian. Pengumpulan data dilakukan selama bulan Februari

    sampai Maret 2007.

    Adapun data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data-data yang

    digunakan dalam analisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dan ekspor

    beras Indonesia, antara lain adalah: volume ekspor beras (ton), produksi beras

    (ton), produksi padi (ton), harga dasar gabah (Rp/kg), curah hujan (mm/tahun),

    harga beras eceran (Rp/kg), luas areal panen padi (Ha), produktivitas padi

    (Ton/Ha), volume impor beras, penggunaan pupuk urea (kg/ha), harga jagung

    (Rp/ton), konsumsi beras per kapita (kg/kapita/tahun), nilai tukar rupiah terhadap

  • 7/30/2019 Ekspor Beras

    61/120

    44

    dollar (Rp/US$), harga beras dunia (US$/ton), dan indeks harga konsumen

    Indonesia.

    4.2 Metode Analisis Data

    Metode yang digunakan untuk untuk menganalisis faktor-faktor yang

    mempengaruhi produksi dan ekspor beras Indonesia adalah metode kuantitatif

    dengan menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS) dengan model regresi

    linier berganda. Proses pengolahan data dilakukan dengan menggunakan software

    Microsoft Excel dan Minitab 14. Sedangkan metode deskriptif dalam penulisan

    digunakan untuk memberikan penjelasan tentang gambaran umum perkembangan

    perberasan, baik di Indonesia maupun di dunia. Selain itu metode deskriptif juga

    digunakan untuk menginterpretasi data.

    Model yang digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang

    mempengaruhi produksi dan ekspor beras Indonesia adalah model regresi

    berganda dengan persamaan tunggal karena bentuk ini mampu menunjukkan

    berapa persen variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabel independen

    dengan nilai R2. Selain itu model ini dapat melihat apakah variabel-variabel

    independennya berpengaruh nyata atau tidak terhadap variabel dependen dengan

    melihat uji-F dan uji-t serta perhitungannya lebih sederhana. Bentuk umum dari

    fungsi regresi tersebut adalah:

    Y = ao + ? ai Xi + Ei

    Dimana:

    Y = variabel dependen

    ao = intersep

  • 7/30/2019 Ekspor Beras

    62/120

    45

    ai = parameter penduga Xi

    Xi = variabel independen yang menjelaskan variabel Y

    Ei = pengaruh sisa (error term)

    Model terse