Eksplorasi Karst Klapanunggal

128

description

Publikasi berikut ini merupakan laporan tertulis yang disusun oleh anggota Palawa Unpad yang tergabung dalam tim eksplorasi karst Klapanunggal 2014.

Transcript of Eksplorasi Karst Klapanunggal

Page 1: Eksplorasi Karst Klapanunggal

kata pengantar

klapanunggaleksplorasi karst

klapanunggal

Page 2: Eksplorasi Karst Klapanunggal

take nothing but picture kill nothing but time leave nothing but footprint

Page 3: Eksplorasi Karst Klapanunggal

Palawa Unpad | 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Alam memberikan banyak sekali manfaat kepada manusia, salah satunya ilmu pengetahuan. Keanekaragaman yang ada di alam

dapat dipelajari untuk mendapatkan potensi yang tersimpan di dalam alam itu sendiri. Perhimpunan Mahasiswa Pecinta Alam (PMPA) PALAWA UNIVERSITAS PADJADJARAN (PALAWA UNPAD) merupakan salah satu organisasi yang menjadikan alam sebagai media pengembangan.

PALAWA UNPAD telah berdiri sejak 24 Maret 1982 dan telah menjalankan roda keorganisasiannya selama lebih dari 32 tahun. Hal ini berkaitan dengan komitmen PALAWA UNPAD yang secara konsisten menjalankan kegiatannya dengan berlandaskan pada Tri Dharma Perguruan Tinggi, yang terdiri dari pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengembangan serta pengabdian kepada masyarakat.

PALAWA UNPAD sangat memperhatikan kualitas dari para anggotanya, baik dalam segi keahlian kepecintaalaman maupun kemampuan berorganisasi yang merupakan kemampuan primer seorang anggota. Peningkatan kualitas anggota dapat dicapai dengan meningkatkan jenjang keanggotaan itu sendiri. Jenjang

Page 4: Eksplorasi Karst Klapanunggal

2 | Divisi Caving

keanggotaan tersebut adalah Anggota Muda (AM), Anggota Biasa (AB) dan Anggota Luar Biasa (ALB).

Jenjang Anggota Muda diperoleh setelah anggota baru resmi dilantik usai mengikuti Pendidikan dan Latihan Dasar (Diklatdas) yang kemudian mendapatkan berbagai materi penunjang dalam berkegiatan di PALAWA UNPAD dalam Masa Bimbingan (Mabim). Jenjang keanggotaan berikutnya adalah Anggota Biasa.

Keanggotaan Anggota Biasa diperoleh dengan memenuhi dan menyelesaikan syarat-syarat dalam kegiatan pengembaraan yang diatur dalam Ketetapan Musyawarah Perhimpunan. Mengacu kepada hal-hal tersebut, seluruh anggota tim pengembaraan kawasan karst Klapanunggal, bermaksud mengubah jenjang keanggotaan tim dari Anggota Muda menjadi Anggota Biasa melalui salah satu operasional yang ada di PALAWA UNPAD yakni telusur gua di mana tim menitikberatkan pada aspek penelitian endokarst dan eksokarst.

Keberhasilan PALAWA UNPAD dalam melakukan ekspedisi Indonesia Padjadjaran Gigantic River Cave Expedition di Laos pada tahun 2011 telah memicu tim untuk mendalami operasional telusur gua dan menjadikannya sebagai medan pengembaraan. kawasan karst Maros (Sulawesi Selatan), Gombong Selatan (Jawa Tengah), dan Gunung Kidul (Yogyakarta) telah menarik banyak minat para penggiat telusur gua. Cukup banyaknya informasi mengenai daerah tersebut membuat penggiat telusur gua dapat lebih mudah mengakses lokasi. Akses lokasi tersebut mempermudah kontak dengan dunia luar sehingga dapat tercipta lingkungan konservasi yang baik.

Survei lokasi pengembaraan tim lakukan terlebih dahulu untuk memastikan dan mengembangkan informasi yang telah tim dapat sebelumnya. Survei yang tim lakukan tersebut menghasilkan

Page 5: Eksplorasi Karst Klapanunggal

Palawa Unpad | 3

informasi bahwa kawasan karst Klapanunggal termasuk ke dalam daerah yang cukup terisolir. Aksesibilitas yang cukup sulit yang harus ditempuh masyarakat sekitar untuk keluar dusun serta masyarakat sekitar yang tinggal dalam keadaan yang sederhana bahkan tanpa pasokan listrik PLN, meski secara administratif kawasan ini berada sangat dekat dengan kota-kota besar.

Jika diperhatikan kawasan tersebut terlihat potensial. Dalam artian sebagai kawasan karst, Klapanunggal berpotensi menjadi sumber pendistribusian air bersih bagi daerah-daerah sekitarnya. Belum lagi jika ditinjau dari segi ilmu pengetahuan, beberapa mulut gua yang ada lengkap dengan biota dan abiotanya tentu menarik untuk dikaji lebih lanjut khususnya oleh para penggiat telusur gua.

Melihat posisi tim sebagai mahasiswa pecinta alam PALAWA UNPAD, organisasi pecinta alam yang kini sedang giat terhadap kegiatan yang berkaitan dengan telusur gua beserta isu kawasan karstnya, tim optimis dapat memulai menggali informasi lebih lanjut mengenai kawasan karst Klapanunggal, menggali informasi mengenai keberadaan biota gua, dan menggali informasi mengenai kelayakan kualitas air setempat.

Berdasarkan survei lokasi yang tim lakukan pada pertengahan April lalu, didapatkan bahwa kawasan karst Klapanunggal ini belum memiliki banyak data, baik mengenai endokarst maupun eksokarstnya. Keadaan ini mendorong tim untuk melakukan kegiatan yang dapat menghasilkan data baik mengenai endokarst maupun eksokarstnya.

Pada tanggal 10-17 Juli 2014 tim telah melaksanakan penelitian terhadap kawasan karst tersebut khususnya dalam penelitian mengenai pengujian kualitas air dan pendataan keberadaan biota gua sebagai bagian dari penelitian endokarst

Page 6: Eksplorasi Karst Klapanunggal

4 | Divisi Caving

dan pendataan aspek sosial, ekonomi, budaya dan kesehatan gigi masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan karst tersebut sebagai bagian dari penelitian eksokarst.

Hasil pengolahan data dari kegiatan penelitian ini disosialisasikan kepada masyarakat sebagai bagian dari kegiatan pascapelaksanaan. Hasil yang disosialisasikan berupa informasi mengenai daftar data-data biota gua, hasil kualitas air serta informasi mengenai kesehatan gigi.

Melalui penelitian yang juga bagian dari kegiatan pengembaraan tim ini diharapkan dapat menambah hazanah keilmuan khususnya untuk PALAWA UNPAD beserta masyarakat sekitar kawasan karst Klapanunggal.

1.2 Dasar Pemikiran

Dengan berakhirnya Masa Bimbingan Anggota Muda maka untuk melanjutkan jenjang keanggotaan menjadi Anggota Biasa PALAWA UNPAD dan mendapatkan Nomor Pokok PALAWA (NPP) dibentuklah sebuah tim pengembaraan dengan medan pengembaraan penelitian yang berkaitan dengan medan operasional penelusuran gua, khususnya penelitian mengenai endokarst dan eksokarst.

Dengan adanya laporan pengembaraan terdahulu mengenai medan pengembaraan penelitian serta beberapa laporan pengembaran medan operasional penelusuran gua dirasa cukup untuk tim jadikan arahan dan acuan untuk melaksanakan medan pengembaraan penelitian ini, ditambah lagi dengan pengetahuan-pengetahuan mengenai penelitian, pendataan, penelusuran dan pemetaan gua yang dimiliki PALAWA UNPAD untuk mengembangkan tujuan tim.

Pengembaraan dilakukan di kawasan karst Klapanunggal,

Page 7: Eksplorasi Karst Klapanunggal

Palawa Unpad | 5

Dusun Cibuntu, Desa Leuwi Karet, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor. Mengetahui bahwa sedikitnya data yang ada pada kawasan karst tersebut maka untuk menggali potensi dan menambah data-data gua kawasan karst tersebut tim memilih kawasan karst Klapanunggal untuk melaksanakan medan pengembaraan penelitian. Dalam pengembaraan ini tim melakukan penelusuran dan pemetaan gua serta meneliti mengenai pengujian kualitas air dan pendataan keberadaan biota gua sebagai bagian dari penelitian endokarst dan pendataan aspek sosial, ekonomi, budaya setempat sebagai bagian dari penelitian eksokarst serta kesehatan gigi masyarakat sebagai bentuk pengabdian pada masyarakat setempat.

Melalui medan pengembaraan ini diharapkan dapat menambah pustaka mengenai data-data penelitian yang berkaitan dengan medan operasional penelusuran gua, khususnya bagi kepentingan PALAWA UNPAD sendiri beserta masyarakat sekitar kawasan karst Klapanunggal dan umumnya bagi masyarakat luas.

Atas dasar pemikiran di atas maka dibentuklah sebuah tim pengembaraan dengan medan pengembaraan penelitian yang berkaitan dengan medan operasional penelusuran gua dengan beranggotakan seperti yang tercantum pada lampiran 1 dan beserta pembimbing yang tercantum pada lampiran 2.

Kegiatan pengembaraanterdiri dari penelusuran dan pemetaan gua serta penelitian. Penelitian yang tim lakukan terdiri dari penelitian mengenai pengujian kualitas air, pendataan keberadaan biota gua dan pendataan aspek sosial, ekonomi, budaya dan kesehatan gigi masyarakat di kawasan karst Klapanunggal, Dusun Cibuntu, Desa Leuwi Karet, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor.

Page 8: Eksplorasi Karst Klapanunggal

6 | Divisi Caving

1.3 Dasar Pelaksanaan

1. Anggaran Dasar PMPA PALAWA UNPAD BAB IV, Pasal 9 tentang keanggotaan yang menerangkan bahwa anggota perhimpunan ini terdiri dari Anggota Muda, Anggota Biasa, Anggota Luar Biasa, dan Anggota Kehormatan,

2. Anggaran Rumah Tangga PMPA PALAWA UNPAD BAB I, Pasal 3 Ayat 1 tentang Anggota Biasa yang menerangkan bahwa Anggota Biasa adalah anggota yang telah dilantik oleh Dewan Pengurus dan mendapat Nomor Pokok PALAWA setelah memenuhi persyaratan yang diatur oleh Ketetapan Muper PALAWA UNPAD.

3. Ketetapan Musyawarah Perhimpunan No.03.02/MUPER/PLW/XXVIII/ XII/13 tentang Perubahan Pengembaraan Anggota Muda.

4. Pembukaan Anggaran Dasar untuk melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi (Pendidikan, Penelitian, dan Pengabdian Masyarakat).

1.4 Maksud dan Tujuan

1.4.1 Maksud

1. Melakukan kegiatan pengembaraan penelitian di kawasan karst Klapanunggal sesuai persyaratan pengembaraan dalam Ketetapan Musyawarah Perhimpunan dengan mengambil beberapa aspek mengenai pengujian kualitas air, pendataan keberadaan biota guadan pendataan aspek sosial, ekonomi, budaya dan kesehatan gigi masyarakat di kawasan Karst Klapanunggal.

2. Mempraktikkan materi-materi yang telah didapat seperti manajemen perjalanan dan materi telusur gua yang sudahdidapatkan dari Diklatdas XXVII dan Mabim.

3. Mendokumentasikan hasil kegiatan agar dapat menambah

Page 9: Eksplorasi Karst Klapanunggal

Palawa Unpad | 7

data PALAWA UNPAD dalam bentuk laporan kegiatan pengembaraan penelitian khususnya dalam kajian hidrologi, biospeleologi dan etnografi kawasan karst.

1.4.2 Tujuan

1. Mendapatkan NPP, sehingga mengubah jenjang keanggotaan dari Anggota Muda menjadi Anggota Biasa serta pengamalan Tri Dharma Perguruan Tinggi.

2. Memanfaatkan dan mengembangkan ilmu-ilmu yang berkaitan dengan manajemen perjalanan dan penelusuran gua yang telah didapat selama menjadi anggota PALAWA UNPAD.

3. Dokumentasi data hasil pengembaraan penelitian mengenai penelusuran dan pemetaan serta penelitian eksokarst dan endokarst kawasan karst tersebut dapat dimanfaatkan sebagai sumber informasi baru dan manfaat lainnya untuk keperluan perhimpunan ataupun luar perhimpunan.

1.5 Kajian Pustaka

1.5.1 Karst

Karst merupakan istilah yang diambil dari bahasa Slovenia tepatnya di daerah Dinaric yang diambil dari istilah kar (batuan) dan hrast (oak) dan dipakai pertama kali oleh pembuat peta asal Austria tahun 1774 sebagai suatu nama untuk daerah berbatuan kering tandus dan berhutan oak didaerah gua yang berada didekat perbatasan Yugoslavia dan Italia Utara (Moore dan Sullivan, 1978: ). Saat ini karst menjadi sebuah istilah untuk menggambarkan suatu bentang alam atau daerah-daerah yang telah mengalami pelarutan.

Page 10: Eksplorasi Karst Klapanunggal

8 | Divisi Caving

Karst ialah suatu tatanan alam yang terbentuk akibat proses pelarutan batuan karbonat atau bantuan lain yang dapat terlarutkan oleh air hujan. Kawasan karst umumnya disusun oleh batuan gamping yang bersifat karbonatan (limestone/ mengandung CaCO3) dan dolomit (CaMg(CO3)2(Milanovic, 2005: ). Batuan karbonat memiliki sifat yang keras dan tidak berpori. Namun batuan tersebut mudah terlarut olah air terutama air yang banyak mengandung unsur CO2 seperti air hujan. Proses pelarutan pada batuan karbonat oleh air tersebut dinamakan dengan proses karstifikasi. Proses pelarutan inilah yang memicu munculnya celah, rekah, dan rongga (lapies) pada batuan tersebut. Salah satu hasil pelarutan ialah lorong-lorong gua dan sistem perguaan-percelahan-rekahan.

Secara umum wilayah karst terbagi menjadi dua bagian, yaitu endokarst dan eksokarst. Endokarst merupakan bentangan atau bentukan yang ada didalam atau dibawah permukaan seperti ornamen-ornamen gua dan eksokarst lebih ditekankan pada kenampakan diluar atau di permukaan. Bentukan eksokarst dapat digunakan sebagai identifikasi lingkungan gua, bentukan tersebut antara lain doline, uvala, singking creek, singking hole, conical hills, polje, danau karst, natural bridge. Sedangkan endokarst merupakan ekosistem bawah tanah yang terbentuk dari aktivitas air membentuk suatu sistem hidrologi. Hasilnya berupa sungai bawah tanah dan gua.

Secara ekologis, ekosistem endokarst dibagi menjadi tiga bagian berdasarkan kondisi cahayanya. Pada prinsipnya, ada empat zona yang dikenal di beberapa gua yaitu zona terang (mulut gua), zona peralihan (remang-remang), zona gelap dan zona gelap total (Rahmadi, 2013).

Page 11: Eksplorasi Karst Klapanunggal

Palawa Unpad | 9

Gambar 1. Profil gua tampak dari samping dan atas (source cavefauna.wordpress.com)

Karst merupakan sebuah aset yang tidak terbaharui dan tinggi nilainya baik dari segi sains khususnya geomorfologi, speleologi, karstologi, biospeleologi, ekologi, dan arkeologi, segi ekonomi, dan segi kebudayaan. Bentang lahan karst menyediakan jasa ekosistem seperti air bersih, bahan-bahan material, dan menjadi agen pengendali perubahan iklim (Brinkmann dan Jo Garren, 2011: ).

Kawasan karst memiliki fungsi ekosistem yang serupa dengan hutan rimba yaitu sebagai pengatur tata air khususnya air bawah tanah dan penyimpan potensi karbon. Air karst merupakan penyedia air bersih sepanjang tahun seperti yang terjadi di Kota Biak, Tuban, Sorong dan Kupang. Di samping sumberdaya air, kawasan karst memiliki berbagai sumber daya yang sangat potensial untuk dikembangkan seperti sumberdaya lahan, sumberdaya hayati, dan potensi bentang lahan karst, baik

Page 12: Eksplorasi Karst Klapanunggal

10 | Divisi Caving

permukaan ataupun bawah permukaan (Suryatmojo, 2006). Kawasan karst menyimpan keanekaragaman hayati yang

melimpah di antaranya flora endemis (kayu cendana, jati, mahoni, kayu hitam, sonokeling) dan fauna endemis (aneka jenis kelelawar dan burung walet, kalacemeti, dan aneka jenis hewan yang hidup dan telah beradaptasi dengan kegelapan abadi).

Beberapa gua di zaman prasejarah dihuni oleh manusia purba. Ada yang meninggalkan lukisan-lukisan dinding gua, artefak lainnya seperti fosil serta kapak genggam dari batu. Peninggalan ini memiliki nilai arkeologi yang tinggi sekali. Dalam sedimen gua pun sering dijumpai fosil-fosil, berupa tulang belulang binatang purba yang kini sudah punah.

Dari segi kebudayaan, gua memiliki nilai historis sebagai tempat pertapaan dan penziarahan seperti Gua Langse di Parangtritis. Gua juga mempunyai nilai kepetualangan dan olahraga seperti panjat tebing dan penelusuran gua yang tinggi bagi para penggiat alam. Batu gamping sebagai penyusun utama kawasan karst dapat dipakai sebagai bahan bangunan untuk membuat ubin, asbak, pilar, dan lain-lain.

Dengan banyaknya manfaat kawasan karst baik bagi flora, fauna dan manusia, menjadikan kawasan karst termasuk wilayah yang patut dikonservasi. Penggalian batu gamping seperti pada bukit-bukit karst akan menghilangkan zona epikart yang sangat penting sebagai lapisan penangkap air. Hilangnya zona epikart ini tentu saja akan mematikan imbuhan air ke dalam lorong-lorong konduit atau sungai-sungai bawah tanah.

Air tidak dapat teresapkan ke dalam jaringan sungai bawah tanah tersebut. Air akan melimpas di permukaan dan dapat membentuk air larian dengan volume yang besar dan banjir. Akibatnya tentu adalah matinya sungai-sungai bawah tanah,

Page 13: Eksplorasi Karst Klapanunggal

Palawa Unpad | 11

matinya mata air di kawasan karst, serta potensi bencana banjir pada saat hujan.

Penelitian yang dilakukan oleh Risyanto dkk (2001) menyebutkan dampak negatif terhadap lingkungan akibat penambangan dolomit meliputi perubahan relief, ketidakstabilan lereng, kerusakan tanah, terjadinya perubahan tata air permukaan dan bawah permukaan, hilangnya vegetasi penutup, perubahan flora dan fauna, meningkatnya kadar debu dan kebisingan.

1.5.2 Fauna gua

Menurut kamus besar bahasa indonesia (KBBI)[http://bahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/index.php], fauna adalah keseluruhan kehidupan hewan suatu habitat, daerah, atau strata geologi tertentu; dunia hewan. Menurut International Union of Speleology (IUS), [http://test3.brlog.net/] gua adalah setiap ruang bawah tanah yang dapat dimasuki orang, jadi dapat disimpulkan bahwa fauna gua adalah keseluruhan kehidupan hewan yang tinggal di dalam ruang bawah tanah.

Secara alamiah fauna gua mengalami evolusi dari sejenisnya yang hidup di luar gua. Ciri khas yang dimiliki fauna gua adalah terjadi reduksi terhadap kemampuan penglihatannya karena fauna gua harus beradaptasi dengan lingkungan yang gelap sepanjang hidupnya, menipisnya kutikula, menurunnya ritme detak jantung, dan melambatnya metabolisme.

Berkurang atau menghilangnya beberapa kemampuan fisiologisnya diimbangi juga dengan munculnya adaptasi yang lain. Salah satu contoh adalah tumbuhnya antena pada jangkrik sebagai alat bantu yang menggantikan fungsi penglihatannya. Ada juga berubahnya warna pada fauna-fauna tertentu misalnya pada udang dan lobster yang memiliki warna tubuh transparan.

Page 14: Eksplorasi Karst Klapanunggal

12 | Divisi Caving

Berdasarkan tingkat adaptasinya, seperti yang diklasifikasikan oleh Vermeulen dan Whitton dalam makalah Keanekaragaman Fauna Gua Indonesia oleh Yayuk R. Suhardjono (Suhardjono, 2013: 5)bahwa fauna gua dibagi ke dalam empat kategori: trogloksen, troglofil, troglobit, dan aksidental. Trogloksenadalah fauna gua yang hidup di dalam gua namun secara periodik masih bergantung pada lingkungan di luar gua misalnya untuk mencari makan, contohnya kelelawar dan walet.

Troglofil adalah fauna gua yang hidup dan mencari makan di dalam gua namun fauna sejenisnya masih dapat ditemukan juga di luar gua, contohnya beberapa jenis dari amblifigi.

Troglobitadalah fauna gua yang seluruh daur hidupnya berada di dalam gua dan tidak bisa ditemukan di luar gua, contohnya udang gua (udang transparan). Aksidental adalah hewan yang berkunjung ke gua namun tidak dapat bertahan di dalam gua.

1.5.3 Ordo Chiroptera

1.5.3.1 Habitat

Seperti yang dikutip dalam makalah inventarisasi fauna gua, oleh Sigit Wiantoro, Nowak (1983) menyatakan bahwa ordo chiroptera atau lebih umum dikenal dengan nama kelelawar merupakan hewan yang memiliki keanekaragaman jenis kedua terbesar setelah ordo hewan pengerat (Rodentia). Sedangkan menurut Hill dan Smith (1984) ordo chiroptera merupakan satu-satunya mamalia yang mampu terbang sempurna disebabkan memiliki membran sel pada tungkai depannya(Wiantoro, 2011:1). Di beberapa daerah di Indonesia kelelwar memiliki nama lain tergantung daerahnya antara lain Kluang di Kalimantan, Lalay di Jawa Barat, Kampret di Jawa Tengah, Paniki di Sulawesi dan Mano di Papua

Page 15: Eksplorasi Karst Klapanunggal

Palawa Unpad | 13

Kelelawar tersebar di daerah tropis maupun subtropis. Habitat kelelawar pada umumnya adalah gua, menurut Suyanto (2001), bahkan lebih dari separuh dari jenis kelelawar pemakan serangga memilih gua sebagai tempat tinggalnya (Wiantoro, 2011:1) dan beberapa jenis kelelawar pemakan buah memilih pohon atau atap rumah sebagai habitatnya. Di Indonesia terdapat 215 jenis kelelawar yang diketahui menyebar di seluruh Kepulauan Indonesia. Ordo chiroptera terbagi menjadi dua sub-ordo, yaitu microchiroptera(kelelawar pemakan serangga) dan megachiroptera (kelelawar pemakan buah).

1.5.3.2 Morfologi• Microchiroptera adalah sebutan lain dari kelelawar

pemakan serangga. Kelelawar pemakan serangga berukuran relatif kecil dengan panjang lengan bawah 22-15 mm dan berat tubuh sekitar 2-196 gram. Menurut Nowak (1995) dalam makalah Inventarisasi Fauna Gua: Kelelawar karya Sigit Wiantoro, Kelelawar pemakan serangga memiliki kemampuan ekolokasi yang baik, di mana telinga luarnya berkembang dengan baik disertai lipatan-lipatan khusus serta tragus dan anti tragus yang berperan dalam penerimaan suara. Ciri lainnya adalah kelelawar pemakan serangga memiliki permukaan gigi yang tajam dan tidak memiliki cakar pada jari sayap kedua. Kelelawar jenis ini memiliki kemampuan memakan serangga 50% dari bobot tubuhnya. Peran ekologi kelelawar pemakan serangga adalah sebagai pengendali populasi serangga, khususnya serangga yang berpotensi menjadi hama (Wiantoro, 2011:1).Hasil penelitian Sularno (2011) populasi hama yang meningkat di kawasan karst Gunungsewu berhubungan dengan menurunnya populasi kelelawar di kawasan tersebut.

Page 16: Eksplorasi Karst Klapanunggal

14 | Divisi Caving

Gambar 2. Microchiroptera(source nationalgeographic.co.id)

• Megachiroptera adalah sebutan lain dari kelelawar pemakan buah-buahan. Menurut Nowak (1995) dalam makalah "Inventarisasi Fauna Gua: Kelelawar" karya Sigit Wiantoro, kelelawar pemakan buah berukuran relatif sedang hingga besar, dengan panjang lengan bawah 36-228 mm dan berat tubuhnya sekitar 10 gram hingga lebih dari 1500 gram.

Umumnya kelelawar pemakan buah tidak memiliki kemampuan ekolokasi sebaik kelelawar pemakan serangga, namun tetap diimbangi dengan kelebihan yang lain yaitu memiliki mata yang besar sehingga kemampuan melihatnya baik.

Ciri lainnya adalah memiliki moncong seperti moncong anjing dan memiliki cakar pada jari sayap kedua. Kelelawar pemakan buah biasanya memakan nektar dan polen. Peran ekologi kelelawar pemakan buah membantu dalam penyebaran biji dan membantu penyerbukan (polinasi) pada beberapa tumbuhan, sehingga

Page 17: Eksplorasi Karst Klapanunggal

Palawa Unpad | 15

dapat dikatakan kelelawar juga menjadi salah satu kunci dalam komunitas hutan. Selain itu kotoran kelelawar (guano) berfungsi sebagai sumber organik penting dalam komunitas fauna gua dan bisa juga digunakan sebagai pupuk organik yang dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman(Wiantoro, 2011:1).

Gambar 3. Megachiroptera(tipspengetahuan.com)

1.5.4 Filum Arthropoda

1.5.4.1 Habitat

Arthropoda merupakan filum terbesar dalam dunia hewan.Jumlah arthropoda kurang lebih 713.000 jenis, diantaranya tungau, lalat, ulat jeruk, belalang, artona, kumbang dan anai-anai. Lebih dari 75% binatang yang hidup di bumi ini termasuk ke dalam filum Arthropoda dan lebih kurang 90% dari Arthropoda termasuk dalam kelas Hexapoda. Dengan jumlah jenisnya yang melimpah, Arthropoda merupakan filum yang paling mudah ditemui di manapun, seperti di dalam tanah, perairan tawar, laut

Page 18: Eksplorasi Karst Klapanunggal

16 | Divisi Caving

dan lingkungan udara.Di daerah karst, umumnya gua yang merupakan ruang bawah

tanah yang dibentuk oleh proses kompleks baik kimiawi maupun fisikawi. Melalui proses tersebut baik lorong besar hingga celah-celah sempit dapat terbentuk. Kondisi yang khas lainnya di dalam gua yaitu tidak adanya cahaya, kelembaban yang relatif tinggi dan temperatur yang relatif stabil juga menjadi habitat bagi beberapa hewan dari filum Arthropoda.

1.5.4.2 Morfologi

Ciri khusus Arthropoda dapat ditinjau dari kelasnya:• Kelas Arachnida memiliki ciri-ciri ukuran tubuh sekitar 0,5

mm-9 cm, struktur tubuh terbagi atas kepala-dada (sefalotoraks) dan badan belakang (abdomen) pada bagian kepala-dada terdapat empat pasang kaki juga terdapat dua mulut, yaitu alat sengat dan alat capit, kebanyakan berkaki delapan, termasuk hewan terestial (darat), biasanya terdiri dari jenis kalacemeti, laba-laba dan kalajengking. Anggota kelas ini adalah Spcorpid, Araneae dan Acarina.

Gambar 4.

Stygophrinus sp/kalacemeti

(cavefauna.org)

Page 19: Eksplorasi Karst Klapanunggal

Palawa Unpad | 17

• Kelas Diplopoda memiliki ciri-ciri bertubuh memanjang, berkaki banyak contohnya kaki seribu dan lipan, biasa tinggal di tempat yang lembab seperti bawah batuan. Anggota dari kelas Diplopoda adalah Polydesmida, Siphonophorida dan Julida.

• Kelas Krustasea memiliki ciri-ciri terdiri dari sefalotoraks yang menyatu dan abdomen. Bagian sefalotoraks dilindungi oleh kulit keras (karapas) dan terdiri dari lima kaki yaitu satu pasang kaki capit dan empat pasang kaki jalan dan juga terdapat antena. Kebanyakan terdiri dari hewan akuatik (air), contohnya udang dan lobster.

Gambar 5. Cambalopsidae sp (cavefauna.wordpress.com)

Gambar 6. Udang Gua

(wapoda.mywapblog.com)

Page 20: Eksplorasi Karst Klapanunggal

18 | Divisi Caving

• Kelas Insecta merupakan kelas yang dicirikan dengan badan dibedakan menjadi 3 bagian yaitu kepala, thorak dan abdomen. Terdapat 3 pasang kaki yang terletak di 3 ruas bagian thorak, berantena, tidak bersayap atau memiliki sepasang dan dua pasang sayap. Alat mulut berupa mandibula. Biasanya memiliki sayap dan mampu terbang, memiliki spirakel (lubang pernapasan yang menuju tabung trakea), biasa disebut juga hewan hexapoda (berkaki enam), contohnya jangkrik, nyamuk, lalat, dan kumbang.

Gambar7. Jangkrik Gua (kronosnews.com)

1.5.5 Syarat Air Minum yang Aman Bagi Kesehatan

Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara. Tiga per empat bagian tubuh manusia terdiri dari air. Manusia tidak dapat bertahan hidup lebih dari 4-5 hari tanpa minum air. Air juga merupakan zat yang paling parah akibat pencemaran.

Penyakit-penyakit yang menyerang manusia dapat

Page 21: Eksplorasi Karst Klapanunggal

Palawa Unpad | 19

ditularkan dan disebarkan melalui air.Penyakit-penyakit tersebut merupakan akibat semakin tingginya kadar pencemar yang memasuki air. Pengadaan air bersih untuk keperluan air minum, harus memenuhi persyaratan yang sudah ditetapkan oleh pemerintah.

Air minum aman bagi kesehatan apabila memenuhi persyaratan secara fisika, mikrobiologi, kimia, dan radioaktif. Parameter wajib penentuan kualitas air minum secara mikrobiologi adalah total bakteri Coliform dan Escherichia coli. Penentuan kualitas air secara mikrobiologi dilakukan dengan Most Probable Number Test. Jika di dalam 100 ml sampel air didapatkan sel bakteri Coliform memungkinkan terjadinya diare dan gangguan pencernaan lain.

1.5.6 Definisi Oral Hygiene Index-Simplified (OHI-S)

Kebersihan gigi dan mulut dapat diukur dengan mempergunakan indeks. Indeks adalah angka yang menyatakan keadaan klinis yang didapat pada waktu diadakan pemeriksaan.Angka yang menunjukan kebersihan gigi dan mulut seseorang ini adalah angka yang diperoleh berdasarkan penilaian yang objektif, dengan menggunakan suatu indeks, maka tim dapat membuat suatu evaluasi berdasarkan data-data yang diperoleh, sehingga tim dapat melihat kemajuan atau kemunduran kebersihan gigi dan mulut seseorang atau masyarakat.

Menurut Green dan Vermillion pada tahun1964, untuk mengukur kebersihan gigi dan mulut adalah dengan mempergunakan suatu indeks yang disebut Oral Higiene Index Simplified (OHI-S). Nilai dari OHI-S ini merupakan nilai yang diperoleh dari hasil penjumlahan antara debris indeks dan kalkulus indeks.

Page 22: Eksplorasi Karst Klapanunggal

20 | Divisi Caving

Debris adalah sisa-sisa makanan yang biasanya menempel di celah gigi dan merupakan faktor pendukung timbulnya karies (lubang gigi). Karena pembersihan yang tidak maksimal, debris atau sisa-sisa makanan ini dibusukkan oleh bakteri dan dapat menimbulkan bau mulut.

Debris ini dapat mendorong terbentuknya plak. Kalkulus adalah endapan keras ataukarang gigi. Terjadi karena debris yang mengalami pengapuran yang melekat pada gigi.

1.5.7 Decayed, Missing and Filled (DMF) Index

DMF adalah suatu teknik untuk menghitung jumlah gigi yang decayed (karies), missing (hilang), atau filled (restorasi) dalam rongga mulut. Analisisnya dapat berdasarkan jumlah DMF gigi (DMFT) per orang atau jumlah DMF permukaan gigi (DMFS). Indeks ini dikembangkan oleh Henry Klein, Carrole E Palmer, and Knutson JW pada tahun 1938. Indeks ini didasarkan pada kenyataan bahwa jaringan keras gigi tidak mengalami penyembuhan diri dari karies dan meninggalkan bekas.

Gigi akan tetap menjadi membusuk dan jika dilakukan perawatan dapat diekstraksi atau direstorasi. Indeks ini irreversible, artinya mengukur total pengalaman karies seumur hidup. Indeks ini memperlihatkan jumlah pengalaman karies seumur hidup individu dan kelompok individu. D adalah gigi yang karies, M adalah gigi yang hilang karena karies, dan F adalah gigi yang direstorasi karena karies.

Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi, yaitu email, dentin dan sementum, yang disebabkan oleh aktivitas mikroba dalam suatu karbohidrat yang dapat diragikan. Tandanya adalah adanya demineralisasi jaringan keras gigi yang kemudian diikuti oleh kerusakan bahan organiknya yang akan menyebabkan

Page 23: Eksplorasi Karst Klapanunggal

Palawa Unpad | 21

terbentuknya kavitas.Kebersihan gigi dan mulut dapat diukur dengan

mempergunakan indeks yang disebut Oral Higiene Index Simplified (OHI-S). Nilai dari OHI-S ini merupakan nilai yang diperoleh dari hasil penjumlahan antara debris indeks dan kalkulus indeks.

1.5.8 Teknik Penghitungan Data Kesehatan Gigi Masyarakat

• Penghitungan Indeks OHI-SDebris indeks/kalkulus indeksdidapatkan dari hasil

pembagian jumlah penilaian debris/ kalkulus dibagi dengan jumlah gigi yang diperiksa.

Penilaian debris indeks dan kalkulus indeks adalah sebagai berikut:1. Baik (good), apabila nilai berada di antara 0-0,6.2. Sedang (fair), apabila nilai berada di antara 0,7-1,8.3. Buruk (poor), apabila nilai berada di antara 1,9-3,0.

OHI-S atau Oral Hygiene Index Simplified merupakan hasil penjumlahan debris indeks dan kalkulus indeks.

• Penilaian OHI-S adalah sebagai berikut:

1. Baik (good), apabila nilai berada di antara 0-1,2.2. Sedang (fair), apabila nilai berada di antara 1,3-3,0.3. Buruk (poor), apabila nilai berada di antara 3,1-6,0.

1.5.9 Pengertian Masyarakat

Masyarakat mempunyai arti sekumpulan orang yang terdiri

Page 24: Eksplorasi Karst Klapanunggal

22 | Divisi Caving

dari berbagai kalangan dan tinggal didalam satu wilayah. Masyarakat juga sering dikenal dengan istilah society yang berarti sekumpulan orang yang membentuk sistem, yang terjadi komunikasi didalam kelompok tersebut. Menurut Peter L. Berger, masyarakat adalah suatu keseluruhan kompleks hubungan manusia yang luas sifatnya.

Dalam suatu perkembangan daerah, masyarakat bisa dibagi menjadi dua bagian, yaitu masyarakat maju dan masyarakat sederhana.

Masyarakat maju adalah masyarakat yang memiliki pola pikir untuk kehidupan yang akan dicapainya dengan kebersamaan meskipun berbeda golongan, sedangkan masyarakat sederhana adalah sekumpulan masyarakat yang mempunyai pola pikir yang primitif, yang hanya membedakan antara laki-laki dan perempuan saja.

1.5.9.1 Masyarakat Pedesaan

Anggota-anggota suatu kelompok yang hidup bersama sedemikian rupa sehingga merasakan bahawa kelompok tersebut dapat memenuhi kepentingan-kepentingan hidup yang utama disebut masyarakat setempat.

Menurut Selo Soemardjan, masyarakat setempat menunjuk pada bagian masyarakat yang bertempat tinggal di suatu wilayah dalam arti geografis dengan batas-batas tertentu di mana faktor utama yang menjadi dasar adalah interaksi yang lebih besar diantara para anggotanya, dibandingkan dengan penduduk di luar batas wilayahnya.

Warga pedesaan memiliki hubungan yang lebih erat dan lebih mendalam. Sistem kehidupan biasanya berkelompok atas dasar sistem kekeluargaan.

Page 25: Eksplorasi Karst Klapanunggal

Palawa Unpad | 23

1.5.10 Kelas dalam Masyarakat (Social Classes)

Kelas sosial adalah semua orang dan keluarga yang sadar akan kedudukannya di dalam suatu lapisan, sedangkan kedudukan mereka itu diketahui serta diakui oleh masyarakat umum.

Max Weber membuat pembedaan antara dasar-dasar ekonomis dan dasar-dasar kehidupan sosial, dan tetap menggunakan istilah kelas bagi semua lapisan.

Adanya kelas yang bersifat ekonomis dibaginya lagi dalam kelas yang bersandarkan atas pemilikan tanah dan benda-benda, serta kelas yang bergerak dalam bidang ekonomi dengan menggunakan kecakapannya. Adanya golongan yang mendapat kehormatan khusus dari masyarakat dinamakannya stand.

Karl Marx sebagai salah satu analis konflik menjelaskan bahwa telah terjadi ketidaksetaraan sosial di dalam masyarakat. Ia menyebut faktor utama yang menyebabkan ketidaksetaraan tersebut adalah faktor ekonomi.

Di dalam masyarakat, ada kelompok orang yang mampu menguasai sumber dana ekonomi (modal) yang jumlahnya terbatas, kelompok ini adalah minoritas. Di sisi lain, kelompok mayoritas tidak mampu menguasai sumber daya.

1.5.11 Faktor yang Memengaruhi Jalannya Proses Perubahan Sosial

Faktor yang mendorong jalannya proses sosial adalah:1. Kontak dengan kebudayaan lain2. Sistem pendidikan yang maju3. Sikap menghargai hasil karya seseorang dan

keinginan-keinginan untuk maju

Page 26: Eksplorasi Karst Klapanunggal

24 | Divisi Caving

4. Toleransi terhadap perbuatan-perbuatan menyimpang

5. Siste lapisan masyarakat yang terbuka6. Penduduk yang heterogen7. Ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang-

bidang kehidupan tertentu8. Orientasi ke muka9. Nilai meningkatkan taraf hidup

Faktor yang menghambat terjadinya perubahan adalah:1. Kurangnya hubungan dengan masyarakat lain2. Pe r k e m b a n g a n i l m u p e n g e t a h u a n ya n g

terhambat3. Sikap masyarakat yang tradisionalistis4. Adanya kepentingan yang terlah tertanam dengan

kuat atau vested interest5. Rasa takut akan terjadinya kegoyahan pada

integrasi kebudayaan6. Prasangka terhadap hal-hal yang baru/asing7. Hambatan ideologis8. Kebiasaan9. Nilai pasrah

1.5.12 Fungsi Kebudayaan Bagi Masyarakat

Kebudayaan mempunyai fungsi yang sangat besar bagi manusia dan masyarakat. Bermacam kekuatan yang harus dihadapi masyarakat dan anggota-anggotanya seperti kekuatan

Page 27: Eksplorasi Karst Klapanunggal

Palawa Unpad | 25

alam, maupun kekuatan-kekuatan lainnya di dalam masyarakat tidak selalu baik baginya. Selain itu, manusia dan masyarakat memerlukan pula kepuasan, baik di bidang spiritual maupun materil. Kebutuhan-kebutuhan masyarakat tersebut sebagian besar dipenuhi oleh kebudayaan yang bersumber pada masyarakat. Menurut Ferdinand Tonnies, kebiasaan mempunyai tiga arti, yaitu:

1. Kebiasaan dalam arti yang menunjuk pada suatu kenyataan yang bersifat objektif.

2. Kebiasaan dalam arti kebiasaan tersebut dijadikan kaidah bagi seseorang, yang diciptakannya untuk dirinya sendiri.

3. Kebiasaan dalam arti sebagai perwujudan kemauan atau keinginan seseorang untuk berbuat sesuatu.

Dalam mengatur hubungan antarmanusia, kebudayaan dinamakan pula struktur normatif atau menurut istilah Ralph Linton design for living (garis-garis atau petunjuk dalam hidup). Artinya kebudayaan adalah suatu garis-garis pokok tentang perilaku yang menetapkan peraturan-peraturan mengenai apa yang seharusnya dilakukan, apa yang dilarang, dan lain sebagainya.

Unsur-unsur normatif yang merupakan bagian dari kebudayaan adalah:

1. Unsur-unsur yang menyangkut penilaian (valuational elements) misalnya apa yang baik dan buruk, apa yang menyenangkan dan tidak menyenangkan apa yang sesuai dengan keinginan dan apa yang tidak sesuai dengan keinginan;

2. Unsur-unsur yang berhubungan dengan apa yang

Page 28: Eksplorasi Karst Klapanunggal

26 | Divisi Caving

seharusnya (precriptive elements) seperti bagaimana orang harus berlaku;

3. Unsur-unsur yang menyangkut kepercayaan (cognitive elements) sepeti harus mengadakan upacara adat pada saat kelahiran, pertunangan, perkawinan, dan lain-lain.

Apabila manusia sudah dapat mempertahankan diri dan menyesuaikan diri pada alam, juga telah dapat hidup dengan manusia-manusia lain dalam suasana damai, timbullah keinginan manusia untuk menciptakan sesuatu untuk menyatakan perasaan dan keinginannya kepada orang lain, yang merupakan fungsi kebudayaan. Dengan demikian, fungsi kebudayaan sangat besar bagi manusia, yaitu untuk melindungi diri terhadap alam mengatur hubungan antarmanusia dan sebagai wadah segenap perasaan manusia.

1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan laporan ini menjelaskan kegiatan dari kegiatan prapelaksanaan, pelaksanaan hingga pascapelaksanaan, yang kemudian terbagi ke dalam lima bagian. Berikut pembagian sistematika laporan ini.

Bab I merupakan penjelasan pendahuluan dari kegiatan pengembaraan ini. Di dalamnya terdapat beberapa bagian dari latar belakang, dasar pemikiran dasar pelaksanaan, maksud dan tujuan, kajian pustaka, serta sistematika penulisan.

Pada Bab II dijelaskan mengenai gambaran umum lokasi pengembaraan di mana dijelaskan mengenai letak lokasi pengembaraan seperti letak geografis, letak administratif lokasi pengembaraan, keadaan demografi, dan aksesibiltas menuju lokasi.

Page 29: Eksplorasi Karst Klapanunggal

Palawa Unpad | 27

Ditambah dengan penjelasan mengenai kondisi iklim dan medan serta keadaan flora dan fauna pada lokasi pengembaraan.

Dalam Bab III dijelaskan mengenai tata cara kerja tim pengembaraan yang berisi mengenai kerja tim pengembaraan, menyangkut perencanaan, persiapan, dan pengaplikasian rencana saat dilapangan. Tim juga menyertainya dengan kendala yang dihadapi berkenaan dengan perencanaan tim.

Selanjutnya pada Bab IV diterangkan mengenai pelaksanaan kegiatan pengembaraan. Dijelaskan dari kronologis perjalanan, deskripsi perjalanan, tingkat kesulitan dalam kegiatan operasional serta pembahasan mengenai kelangsungan pengembaraan tim, meliputi hasil dari kegiatan yang dilaksanakan.

Pada Bab V dijelaskan mengenai penutup dari penjelasan keempat bab sebelumnya. Dijelaskan mengenai kesimpulan dan saran dari hasil kegiatan pengembaraan tim.

Laporan ini diakhiri dengan lampiran-lampiran penunjang dari hasil kegiatan pengembaraan ini. Dalam lampiran terdapat biodata peserta dan pembimbing, data subjek, tabel peralatan dan perlengkapan, tabel bahan makanan dan menu harian, absensi binjas, absensi bimbingan materi dan latihan.

Selain itu juga disertakan surat pengajuan tim pengembaraan, surat keterangan sehat, foto copy kartu tanda anggota tim, surat izin rektorat, surat jalan, tabel daftar surat keluar, tanda terima surat, form survey, laporan keuangan, nota-nota dari kegiatan, peta lokasi pengembaraan, hasil pendataan penelitian biospeleologi, hasil pendataan wawancara, hasil pendataan indeks kesehatan gigi, hasil uji kualitas air, hasil pengolahan data gua, foto kegiatan, catatan perjalanan, proposal pengajuan pengembaraan, serta proposal sponsorship.

Page 30: Eksplorasi Karst Klapanunggal

28 | Divisi Caving

Page 31: Eksplorasi Karst Klapanunggal

Palawa Unpad | 29

BAB II

TINJAUAN LOKASI PENGEMBARAAN

2.1 Letak Lokasi

2.1.1 Letak Geografis

Secara geografis, Kabupaten Bogor terletak diantara 6º18’15”-6º47’10” Lintang Selatan dan 106º23’45”-107º 13’30”

Bujur Timur.1 Lokasi pengembaraan berada di kawasan karst Klapanunggal, Dusun Cibuntu, Desa Leuwi Karet, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor. Berikut gua-gua yang terdapat di sekitar kawasan karst Klapanunggal:

no nama gua lokasi1 Gua Ciranji 106º 57’ 39,92” BT - 06º 31’

06,21” LS

Page 32: Eksplorasi Karst Klapanunggal

30 | Divisi Caving

2 Gua Ciorai 106º 57’ 37,8” BT - 06º 31’ 07,50” LS

3 Gua Cangkuang 106º 57’ 38,03” BT - 06º 31’ 06,86” LS

4 Gua Sipulus 106º 57’ 31,82” BT - 06º 31’ 13,15” LS

5 Gua Cigoler 106º 57’ 27,45” BT - 06º 31’ 09,86” LS

6 Gua Cigede 106º 57’ 30,04” BT - 06º 31’ 11,36” LS

7 Gua Leuksa 106º 57’ 28,22” BT- o6º 31’ 10,70” LS

8 Gua Cibedahan 106º 57’ 27,40” BT - 06º 31’ 12,22” LS

9 Gua Cigawir 106º 57’ 23,83” BT - 6º 31’ 07,50” LS

10 Gua Gintung 106º 57’ 36,27” BT - 06º 31’ 01,89” LS

Tabel 1. Data Gua

Page 33: Eksplorasi Karst Klapanunggal

Palawa Unpad | 31

2.1.2 Letak Administrasi

Secara administrasi pemerintahan, kawasan karst Klapanunggal terletak di Dusun Cibuntu, Desa Leuwi Karet, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat.

Secara kewilayahan, Kabupaten Bogor memiliki batas daerah sebagai berikut:

• Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Tangerang dan Kabupaten/ Kota Bekasi, Kota Depok.

• Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Karawang.

• Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Sukabumi dan Cianjur.

• Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Lebak, Provinsi Banten (Jabarprov.go.id, diakses 28 Maret 2014 Pukul 20.56 WIB).

Secara kewilayahan, kawasan karst Klapanunggal berada di Dusun Cibuntu, Desa Leuwi Karet, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Berikut batas wilayah Dusun Cibuntu, Desa Leuwi Karet, Kecamatan Klapanunggal:

• Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Cileungsi Kecamatan Cileungsi.

• Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Cibodas Kecamatan Jonggol.

• Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Pabuaran Kecamatan Sukamakmur.

• Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Tajur Kecamatan Citereup.

Page 34: Eksplorasi Karst Klapanunggal

32 | Divisi Caving

2.1.3 Keadaan Demografi

Penduduk Dusun Cibuntu sebagian besar berasal dari suku Sunda dan beragama Islam. Mata pencaharian penduduk kebanyakan petani huma, jahe, paria, cabai, jengjen dan kopi, mereka juga biasanya menanam tanaman untuk dikonsumsi pribadi, selain itu kebanyakan dari mereka juga memelihara kambing dan ayam untuk dijual maupun konsumsi pribadi.

Penduduk setempat biasanya membangun rumahnya sendiri dengan bantuan penduduk lain dengan bergotong royong, menggunakan kayu-kayu pohon albasiah yang mereka potong sendiri. Namun ada beberapa penduduk yang sudah cukup mapan untuk membuat rumah dari semen dan batu bata, bahan-bahan tersebut biasanya dibeli di daerah Citeureup dan diantar menggunakan mobil pick up karena truk-truk besar tidak diperbolehkan untuk melewati jalan di sekitar dusun ini.

Terdapat satu Madrasah Ibtidaiyah (MI, setara SD) di dekat dusun tersebut, tepatnya di Dusun Cioray. Aksesibilitas penduduk yang sulit dalam menjangkau lokasi pendidikan, menjadikan penduduk hanya mengenyam pendidikan hingga tingkat MI sehingga tidak banyak yang melanjutkan pendidikan hingga SMP dan SMA karena letaknya yang jauh berada di dusun lain. Akses sekolah menengah yang cukup jauh dari Dusun Cibuntu, membuat para pelajar asal Dusun Cibuntu tinggal di pesantren yang ada di dusun lain. Pusat perekonomian penduduk berada di Dusun Tajur.

Mayoritas penduduk disini menikah di usia muda, perempuan biasanya sudah menikah pada umur 20 tahun dan laki-laki umur 25 tahun. Perempuan yang belum menikah pada umur 20 tahun biasanya akan menjadi bahan pembicaraan warga desa sebagai perawan tua.

Page 35: Eksplorasi Karst Klapanunggal

Palawa Unpad | 33

Fasilitas kesehatan terdekat masyarakat adalah puskesmas Klapanunggal yang ada di Desa Bojong yang berjarak sekitar 10 km dari Dusun Cibuntu. Setiap hari Selasa dan Jumat, dibuka Posyandu di Kantor Kecamatan Klapanunggal yang berada sekitar 8 km dari Dusun Cibuntu. Di dusun ini juga jarang sekali ada penyuluhan tentang kesehatan, hanya pernah ada sekali penyuluhan tentang kesehatan mata disini. Hal ini menjadikan fasilitas kesehatan masih menjadi hal yang sulit didapat oleh warga Dusun Cibuntu. Dari cerita warga yang tim dapatkan disini juga ada beberapa anak yang meninggal muda karena sakit yang tidak segera diobati.

Dalam sistem sanitasi, penduduk masih mengandalkan sungai dan sumber mata air yang berasal dari gua dan gunung sebagai sumber utama. Masih sangat jarang penduduk yang memiliki kamar mandi atau kakus di tiap rumah, sehingga di kesehariannya penduduk Dusun Cibuntu melakukan kegiatan mandi, cuci, dan kakus di sungai dekat dusun mereka. Mereka melakukan kegiatan mandi, cuci, dan kakus secara bergantian, ibu-ibu dan gadis terlebih dahulu baru bapak-bapak dan lelaki setelah itu.

Penduduk Dusun Cibuntu menggunakan panel surya sebagai sumber energi listrik, tapi sayangnya listrik yang didapat dari sini tidak banyak. Biasanya listrik hanya dapat digunakan untuk menyalakan beberapa lampu kecil saat malam hari atau mengecas handphone jika matahari sedang terik. Sumber listrik dari Perusahaan Listrik Negara (PLN) lainnya belum dapat menggapai masyarakat Dusun Cibuntu tersebut.

Namun dari cerita warga hal ini terjadi karena memang warga dusun yang tidak menginginkannya, warga dusun ini menginginkan listrik yang gratis maka dibuatkanlah panel surya pada setiap rumah. Namun saat tim melakukan pengembaraan kemarin, tiang listrik sudah dipasang dan menurut penuturan warga listrik dari PLN akan segera masuk ke dusun.

Page 36: Eksplorasi Karst Klapanunggal

34 | Divisi Caving

2.1.4 Aksesibilitas

Perjalanan menuju mulut gua yang berada di Dusun Cibuntu, Desa Leuwi Karet, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, diakses menggunakan angkutan umum sesuai tabel.

Sesungguhnya lokasi dapat pula diakses dengan kendaraan roda dua dengan persayaratan sepeda motor berjenis trial.

Aksesibilitas menuju Dusun Tajur, tempat Sekretariat Linggih Alam, memakan waktu tempuh sekitar empat hingga lima jam perjalanan dari Sekretariat PALAWA.

Kemudian untuk menuju Dusun Cibuntu membutuhkan waktu tempuh sekitar satu jam menggunakan mobil pick up, atau tiga setengah jam jika berjalan kaki. Akses kesehatan terdekat masyarakat Dusun Cibuntu adalah di puskesmas di Dusun Tajur dengan jarak tempuh 10 km.

Adapun lokasi pasar terdekat berada di Dusun Tajur.

Page 37: Eksplorasi Karst Klapanunggal

Palawa Unpad | 35

2.2 Kondisi Iklim dan Medan

2.2.1 Kondisi Iklim

Menurut sumber data yang didapatkan dari Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bogor, daerah kawasan Kabupaten Bogor termasuk iklim tipe A (sangat basah) di bagian Selatan dan tipe B (basah) di bagian Utara.

Curah hujan rata-rata 3841 mm/th, dengan curah hujan minimum 2325 mm/thn dan maksimum 5279 mm/thn. Bulan-bulan basah terjadi pada bulan Oktober sampai Mei.

Jumlah hari hujan rata-rata tahunan 245 hari. Suhu udara maksimum 31,24°C dan minimum 22,7°C, suhu udara rata-rata tahunan 25,7°C (Ppsp.nawasis.info tanggal 9 April 2014 pukul 17.00). Kabupaten Bogor secara umum mengalami iklim hutan hujan tropis.

Page 38: Eksplorasi Karst Klapanunggal

36 | Divisi Caving

2.2.2 Kondisi Medan

Kawasan karst Klapanunggal seperti wilayah karst umum lainnya, memiliki topografi karst yang berbentuk bukit-bukit kerucut (Conical Hills), jarak letak antar bukit berdekatan, serta ketinggian puncak bukit yang bervariasi. Pada umumnya terdapat bentukan seperti dolina, sinkhole, dan sumuran vertikal. Medan sekitaran kawasan karst tersebut tersusun oleh batuan gamping terumbu yang menjulang dari permukaan tanah. Vegetasi lebat di sekitar kawasan ini pula mempengaruhi bentang alam kawasan karst Klapanunggal ini.

Batuan gamping yang terletak di mana-mana membuat medan kawasan karst Klapanunggal ini tidak rata dan terjal. Medan kawasan karst Klapanunggal ini adalah tanah berbatu. Medan yang terjal dan sulit ditempuh membuat akses menuju Dusun Cibuntu cukup sulit dicapai. Hanya ada jalan tanah berbatu yang rawan longsor untuk dilalui mobil. Disepanjang jalan menuju kawasan karst Klapanunggal terlihat tebing batuan gamping yang menjulang. Berikut medan sekitar gua kawasan karst Klapanunggal:

1. Gua Ciranji

Nama Gua : Ciranji Jenis Batuan : Batu gamping Karakteristik Gua : Gua lorong vertikal dan horizontal. Lorong vertikal terletak di awal mulut gua, memiliki kedalaman 17 meter. Mulut gua berukuran 2,25 x 1.87 meter. Setelah menuruni mulut vertikal akan ditemukan lubang yang tidak terlalu besar, jika diteruskan ke bawah akan ditemukan air dan terdapat celah yang bisa dilewati diatas air dan terdapat dua percabangan yang merupakan jalur aliran air. Karakteristik gua ini sendiri merupakan gua berair dengan air yang bervariasi hingga

Page 39: Eksplorasi Karst Klapanunggal

Palawa Unpad | 37

yang paling dalam sekitar 150 cm. Di beberapa lorongnya terdapat sump.

Aksesibilitas: Waktu tempuh kurang lebih 15 menit dengan berjalan kaki dari basecamp, jalanan untuk mencapai gua melewatijalan setapak berumput dengan vegetasi lebat dan jalan berbatu gamping terumbu menjulang dari permukaan tanah. Jalan tidak rata dan sedikit konturing.

Flora dan Fauna: Flora di sekitar mulut gua adalah pohon kirawai, kemiri, picung dan lainnya. Fauna yang ada di sekitar mulut gua adalah siput darat, laba-laba, kupu-kupu dan serangga lainnya, sedangkan yang di dalam gua tim menemukan burung kapinis, kalacemeti, kaki seribu, dan belalang.

2. Gua Cangkuang

Nama Gua : CangkuangJenis Batuan : Batu gamping Karakteristik Gua : Gua lorong vertikal dan horizontal.

Lorong horizontal terletak di awal mulut gua dengan medan yang sedikit menurun dan berlumpur. Memiliki lorong vertikal di dalam dengan kedalaman 15 m dan terdapat lorong horizontal lagi setelahnya diujungnya terdapat chamber yang cukup besar dan tinggi di mana menjadi tempat sarang kelelawar. Gua yang masih aktif karena terlihat banyaknya air yang masih menetes serta ornamen yang hidup. Memiliki panjang gua 126 m. Mulut gua berukuran 2,2 x 1,95 meter.

Aksesibilitas: Waktu tempuh kurang lebih 20 menit dengan berjalan kaki dari basecamp, jalanan untuk mencapai gua melewati jalan setapak dengan vegetasi lebat dan jalan berbatu gamping terumbu menjulang dari permukaan tanah.

Page 40: Eksplorasi Karst Klapanunggal

38 | Divisi Caving

Jalan tidak rata dan sedikit konturing.Flora dan Fauna: Flora di sekitar mulut gua adalah pohon

kirawai, kemiri, picung, tiang dan lainnya. Fauna yang ada di sekitar mulut gua adalah siput darat, laba-laba, kupu-kupu dan serangga lainnya, sedangkan di dalam gua ditemukan kelelawar, kaki seribu, jangkrik dan kalacemeti seperti kebanyakan gua pada umumnya.

3. Gua Ciorai

Nama Gua : CioraiJenis Batuan : Batu gamping Karakteristik Gua : Gua lorong vertikal dan horizontal.

Lorong vertikal terletak di awal mulut gua berbentuk rekahan berukuran dengan kedalaman 5,74 meter. Memiliki lorong horizontal di dalam dengan medan berlumpur dan terdapat chamber dengan diameter 13,61 meter di akhir lorong. Mulut gua berukuran 4 x 0,73 meter.

Aksesibilitas : Waktu tempuh kurang lebih 23 menit dengan berjalan kaki dari Basecamp, jalanan untuk mencapai gua melewati jalan setapak dengan vegetasi lebat dan jalan berbatu gamping terumbu menjulang dari permukaan tanah. Jalan tidak rata dan sedikit konturing dan menanjak. Mulut gua terletak tepat di bawah pohon mangga di atas bukit.

Flora dan Fauna : Flora di sekitar mulut gua adalah pohon mangga yang terletak tepat diatas mulut gua serta dikelilingi oleh ilalang yang tinggi dan lebat. Fauna yang ada di sekitar mulut gua adalah siput darat, laba-laba, kupu-kupu dan serangga lainnya, sedangkan yang di dalam gua ditemukan kalacemeti, kaki seribu, jangkrik dan fauna gua

Page 41: Eksplorasi Karst Klapanunggal

Palawa Unpad | 39

pada umumnya.

4. Gua Sipulus

Nama Gua : SipulusJenis Batuan : Batu gamping Karakteristik Gua : Gua dengan mulut gua yang

dikelilingi vegetasi cukup lebat dan bentuk mulut gua seperti sinkhole memiliki lorong vertikal dan horizontal. Lorong vertikal terletak di awal mulut gua dengan medan yang lebat akan vegetasi disekitar mulut gua dan dengan kedalaman sebelas meter kemudian memiliki lorong horizontal di dalam yang menuju ke kanan dan ke kiri. Di dalam terdapat chamber dengan diameter 16,45 meter, lubang vertikal yang cukup dalam serta terdapat kolam guano dengan kedalaman hingga mata kaki. Lubang vertikal tersebut tidak tim masuki karena keterbatasan waktu dan alat. Panjang gua ini 108,14 meter. Gua ini merupakan habitat kelelawar. Mulut gua berukuran 1,45x3,03 meter.

Aksesibilitas : Waktu tempuh kurang lebih 28 menit dengan berjalan kaki dari Basecamp, jalanan untuk mencapai gua melewati jalan setapak dengan vegetasi lebat dan jalan berbatu gamping terumbu menjulang dari permukaan tanah. Jalan tidak rata dan sedikit konturing, serta melintasi bukit perkebunan warga sekitar yang sudah ditumbuhi ilalang lebat.

Flora dan Fauna : Flora di sekitar mulut gua adalah pohon kirawai, kemiri, picung, tiang, talas, ilalang dan lainnya. Fauna yang ada di sekitar mulut gua adalah siput darat, laba-laba, kupu-kupu dan serangga lainnya, sedangkan yang di dalam gua ditemukan kelelawar, jangkrik, laba-laba, kaki

Page 42: Eksplorasi Karst Klapanunggal

40 | Divisi Caving

seribu, kaki seribu putih, dan beberapa hewan yang tidak umum dijumpai.

5. Gua Cigoler

Nama Gua : Cigoler Jenis Batuan : Batu gamping Karakteristik Gua : Gua dengan lorong horizontal secara umum. Namun pada awal terlihatnya gua ini seperti gua vertikal yang berbentuk seperti sinkhole dengan dua buah pintu masuk gua, salah satu jalurnya bisa dituruni dengan menggunakan bantuan webbing. Terdapat lorong horizontal terletak di awal mulut gua setela menuruni mulut gua dengan medan yang sedikit menurun. Gua ini berkarakteristik atap yang rendah sehingga sering pergerakan dalam penelusuran dilakukan dengan cara merayap. Karakteristik gua ini adala gua dengan lorong berlumpur. Panjang gua 86,05 meter. Mulut gua di dalam lorong horizontal tersebut berukuran 1,01 x 0,79 meter. Aksesibilitas : Waktu tempuh kurang lebih 35 menit dengan berjalan kaki dari Basecamp, jalanan untuk mencapai gua melewati jalan setapak dengan vegetasi lebat dan jalan berbatu gamping terumbu menjulang dari permukaan tanah. Jalan tidak rata dan sedikit konturing. Setelah melewati bukit perkebunan warga, melewati hutan lebat di mana terdapatnya makam. Flora dan Fauna : Flora di sekitar mulut gua adalah pohon cariang, kirawai, kemiri, picung, tiang dan lainnya. Fauna yang ada di sekitar mulut gua adalah siput darat, laba-laba, kupu-kupu dan serangga lainnya, sedangkan di dalam gua terdapat hewan hewan gua pada umunya seperti kelelawar, jangkrik, kalacemeti, dan kaki seribu.

Page 43: Eksplorasi Karst Klapanunggal

Palawa Unpad | 41

6. Gua Cigede

Nama Gua : Cigede Jenis Batuan : Batu gamping Karakteristik Gua : Gua dengan lorong horizontal. Lorong horizontal terletak di awal mulut gua yang berukuran 6,16 x 12,21 meter dengan medan yang sedikit menurun dan langsung masuk ke dalam chamber yang besar berukuran 9,35 meter. Di dalam chamber terdapat ratusan kelelawar. Di dalam chamber besar tersebut terdapat dua lorong horizontal. Lorong horizontal yang satu berakhir dengan lorong vertikal berkedalaman 7,7 meter, lorong yang satunya merupakan lorong horizontal yang buntu pada ujungnya. Panjang gua 64,8 meter. Aksesibilitas : Waktu tempuh kurang lebih 35 menit dengan berjalan kaki dari basecamp, jalanan untuk mencapai gua melewati jalan setapak dengan vegetasi lebat dan jalan berbatu gamping terumbu menjulang dari permukaan tanah. Jalan tidak rata dan sedikit konturing. Melintasi bukit perkebunan warga serta melewati hutan dengan vegetasi lebat. Semakin dekatnya dengan mulut gua, jalan setapak seperti ada dinding batu gamping yang besar dan menjulang di setiap sisinya, vegetasi lebat juga sedikit menghambat pergerakan di sekitar jalan setapak tersebut.

Flora dan Fauna : Flora di sekitar mulut gua adalah pohon karet, kirawai, kemiri, picung, tiang dan lainnya. Fauna yang ada di sekitar mulut gua ditemukan siput darat, laba-laba, kupu-kupu dan serangga lainnya, sedangkan yang di dalam gua terdapat banyak kelelawar dan beberapa spesies yang hidup di gua pada umumnya seperti jangkrik, laba-laba, kaki seribu, kalacemeti.

Page 44: Eksplorasi Karst Klapanunggal

42 | Divisi Caving

7. Gua Leuksa

Nama Gua : Leuksa Jenis Batuan : Batu gamping Karakteristik Gua : Gua lorong horizontal sepanjang 50,48 meter dengan mulut gua yang sempit sehingga perlu merayap. Lorong horizontal terletak di awal mulut gua dengan medan yang sedikit menurun. Merupakan gua horizontal berlumpur. Gua ini memiliki lorong-lorong bertingkat yang tidak cukup panjang. Mulut gua berukuran 2,48x0,53 meter. Di sepanjang lorong gua terdapat beberapa ornamen yang dipotong ujungnya dan beberapa diantaranya dibiarkan tergeletak di lantai gua. Aksesibilitas : Waktu tempuh kurang lebih 35 menit dengan berjalan kaki dari Basecamp, jalanan untuk mencapai gua melewati jalan setapak dengan vegetasi lebat dan jalan berbatu gamping terumbu menjulang dari permukaan tanah. Jalan tidak rata dan sedikit konturing. Melintasi bukit perkebunan warga serta melewati hutan dengan vegetasi lebat. Semakin dekatnya dengan mulut gua, jalan setapak seperti ada dinding batu gamping yang besar dan menjulang di setiap sisinya, vegetasi lebat juga sedikit menghambat pergerakan di sekitar jalan setapak tersebut. Gua ini berada dekat dengan Gua Cigede. Flora dan Fauna : Flora di sekitar mulut gua adalah pohon kirawai, kemiri, picung, tiang dan lainnya. Fauna yang ada di sekitar mulut gua adalah siput darat, laba-laba, kupu-kupu dan serangga lainnya, sedangkan yang di dalam gua terdapat fauna yang biasanya hidup di gua seperti kalacemeti, kaki seribu dan ditemukan hewan-hewan renik.

Page 45: Eksplorasi Karst Klapanunggal

Palawa Unpad | 43

8. Gua Cibedahan

Nama Gua : Cibedahan Jenis Batuan : Batu gamping Karakteristik Gua : Gua lorong horizontal. Lorong horizontal terletak di awal mulut gua berukuran 0,58x0,38 meter dengan medan yang sedikit menurun dan sempit pada mulut gua namun setelah masuk lorong cukup besar namun cukup terjal menurun dan licin. Pada lantainya terdapat banyak boulder. Terdapat banyak flowstone dan gordyn di dalamnya. Kebanyakan ornamen dalam gua telah mati karena warnanya sudah abu-abu dan tidak banyak air yang menetes. Terdepat pula lorong slope di dalam gua karena gua cenderung menurun. Panjang gua 104,27 meter. Pada ujungnya terdapat chamber yang tidak cukup besar berdiameter 7,44 meter. Aksesibilitas : Waktu tempuh kurang lebih 40 menit dengan berjalan kaki dari basecamp, jalanan untuk mencapai gua melewati jalan setapak dengan vegetasi lebatdan jalan berbatu gamping terumbu menjulang dari permukaan tanah. Jalan tidak rata dan sedikit konturing. Melintasi bukit perkebunan warga serta melewati hutan dengan vegetasi lebat. Semakin dekatnya dengan mulut gua, jalan setapak seperti ada dinding batu gamping yang besar dan menjulang di setiap sisinya. Gua ini terletak dekat dengan Gua Cigoler. Flora dan Fauna : Flora di sekitar mulut gua adalah pohon rotan, karet, cariang, kirawai, kemiri, picung, tiang dan lainnya. Fauna yang ada di sekitar mulut gua adalah siput darat, laba-laba, kupu-kupu dan serangga lainnya, sedangkan yang di dalam gua ditemukan jangkrik, kaki seribu dan kalacemeti.

Page 46: Eksplorasi Karst Klapanunggal

44 | Divisi Caving

9. Gua Cigawir

Nama Gua : Cigawir Jenis Batuan : Batu gamping Karakteristik Gua : Merupakan gua horizontal dengan panjang 105,36 meter. Lorong horizontal terletak di awal mulut gua dengan medan yang sedikit menurun, terdapat banyak lumpur di dalamnya. Mulut gua berukuran 0,61x0,32 meter. Gua ini terletak di dinding tebing dengan pohon bambu di sekitar mulutnya. Sepanjang lorong Gua Cigawir dipenuhi oleh lumpur yang cukup menghambat pergerakan. Aksesibilitas : Waktu tempuh kurang lebih 40 menit dengan berjalan kaki dari Basecamp, jalanan untuk mencapai gua melewati jalan setapak dengan vegetasi lebat dan jalan berbatu gamping terumbu menjulang dari permukaan tanah. Jalan tidak rata dan sedikit konturing. Flora dan Fauna : Flora di sekitar mulut gua adalah pohon bambu, kirawai, kemiri, picung, tiang dan lainnya.Fauna yang ada di sekitar mulut gua adalah babi hutan, siput darat, laba-laba, kupu-kupu dan serangga lainnya, sedangkan yang di dalam gua ditemukan laba-laba, kalacemeti, kaki seribu, kutu berwarna merah, kutu bewarna hitam, jangkrik, dan kelelawar.

10. Gua Gintung

Nama Gua : Gintung Jenis Batuan : Batu gamping Karakteristik Gua : Gua lorong vertikal dan horizontal. Lorong horizontal terletak di awal mulut gua dengan medan yang sedikit menurun. Memiliki lorong vertikal di dalam. Sama dengan kebanyakan gua lainnya gua ini memiliki beberapa

Page 47: Eksplorasi Karst Klapanunggal

Palawa Unpad | 45

chamber di dalamnya dengan diameter chamber paling luas berukuran 9,27 meter dan tidak memiliki lorong yang cukup panjang. Mulut gua berukuran 4 x 0,41 meter. Terdapat pintu kedua berupa slope. Panjang gua 68,21 meter. Aksesibilitas : Waktu tempuh kurang lebih 10 menit dengan berjalan kaki dari basecamp, jalanan untuk mencapai gua melewati jalan setapak dengan vegetasi lebat dan jalan berbatu gamping terumbu menjulang dari permukaan tanah. Jalan tidak rata dan sedikit konturing. Flora dan Fauna : Flora di sekitar mulut gua adalah pohon kirawai, kemiri, picung, tiang dan lainnya. Fauna yang ada di sekitar mulut gua adalah babi hutan, siput darat, laba-laba, kupu-kupu dan serangga lainnya, sedangkan yang di dalam gua ditemukan jangkrik, kalacemeti, kaki seribu dan fauna lainnya.

2.3 Keadaan Flora dan Fauna

2.3.1 Keadaan Flora

Kawasan karst memiliki fungsi ekosistem yang serupa dengan hutan rimba yaitu sebagai pengatur tata air khususnya air bawah tanah dan penyimpan potensi karbon. Kerusakan lingkungan pada bentang lahan karst seperti akibat penambangan akan mengakibatkan matinya sumber air bawah tanah yang berlimpah. Keanekaragaman hayati ekosistem karst dan gua sangat spesifik dan terbatas. Spesies yang hidup di kawasan karst Klapanunggal kebanyakan telah beradaptasi pada lingkungan tinggi kadar kalsium dan tahan akan kekeringan selama beberapa bulan.

Berbagai tumbuhan yang ditemukan di sana diantaranya adalah berbagai pepohonan seperti pohon albasiah (Albizia chinensis), trembesi (Samanea saman), jati (Tectona Grandis),

Page 48: Eksplorasi Karst Klapanunggal

46 | Divisi Caving

picung (Pangium edule), mangga (Mangifera indica), kemiri (Dipterocarpus Sp), karet (Hevea brasiliensis), bambu (Melocanna bacifera), rotan (Calamus rotang) dan lainnya. Karena sebagian besar masyarakat sekitar bekerja sebagai petani ladang maka banyak pula ditemukan tanaman seperti padi huma (Oryza sativa), jahe (Zingiber officinale), paria (Momordica charantia), cabai (Capsicum) dan kopi (Coffea Sp).

2.3.2 Keadaan Fauna

Kawasan karst Klapanunggal mempunyai keanekaregaman hayati seperti kawasan karst pada umumnya. Fauna yang terdapat di sekitar kawasan karst Klapanunggal merupakan fauna yang sudah beradaptasi dengan lingkungan yang ada, seperti pada medan kawasan karst yang bebatuan gersang serta medan lingkungan gua yang memiliki kondisi yang gelap.

Adapun spesies yang ditemukan di kawasan karst Klapanunggal ini adalah berbagai serangga seperti laba-laba (Arachnida Sp), lebah (Apis Sp), semut (Fomicidae) serta predator seperti babi hutan (Sus scrofa) dan macan (Panthera pardus). Tim memang belum bertatapan langsung dengan babi hutan dan macan, namun dari cerita warga masih ditemukan hewan semacam itu disini. Fauna di dalam gua merupakan fauna yang sudah beradaptasi dengan lingkungan yang ada, yaitu kondisi gelap abadi.

Adapun spesies yang dapat ditemukan pada gua dari kawasan karst Klapanunggal yang tim telusuri adalah jangkrik (Gryllus assimilis), kalacemeti (Amblypygi), kapinis (Apus nipalensis), laba-laba (Arachnida), beberapa jenis kelelawar (Chiroptera), kaki seribu (Diplopoda) dan beberapa hewan renik.

Page 49: Eksplorasi Karst Klapanunggal

Palawa Unpad | 47

Page 50: Eksplorasi Karst Klapanunggal

48 | Divisi Caving

Page 51: Eksplorasi Karst Klapanunggal

Palawa Unpad | 49

BAB III

TATA KERJA TIM PENGEMBARAAN

3.1 Kerja Tim Pengembaraan

Pelaksanaan kegiatan pengembaraan terbagi ke dalam tiga bagian kegiatan yakni prapelaksanaan, pelaksanaan dan pascapelaksaanaan. Dalam kegiatan prapelaksanaan tim melakukan berbagai rangkaian kegiatan untuk menunjang kegiatan pengembaraan tersebut. Diantaranya seperti menyiapkan proposal, pengumpulan data lokasi pengembaraan, perencanaan kerja di lapangan, perencanaan pendanaan kegiatan tim, melaksanakan program bina jasmani, melakukan pendalaman materi penunjang kegiatan serta melakukan latihan dan simulasi yang dibutuhkan oleh seluruh anggota tim. Dalam kegiatan prapelaksanaan ini tim merencanakan seluruh perencanaan yang tim lakukan sejak penyusunan proposal dan perencanaan tim hingga tahap publikasi laporan hasil pengembaraan.

Dalam tahap pelaksanaan tim melakukan kegiatan dengan dasar perencanaan dan persiapan yang telah dipersiapkan dari kegiatan dalam tahap prapelaksanaan. Dalam tahap ini tim

Page 52: Eksplorasi Karst Klapanunggal

50 | Divisi Caving

melakukan penelusuran dan pemetaan gua serta penelitian terhadap eksokarst dan endokarst kawasan karst Klapanunggal dengan melakukan operasional di lapangan selama delapan hari. Penelitian yang tim lakukan terdiri dari penelitian mengenai pendataan keberadaan biota gua, pengujian kualitas air, pendataan aspek sosial, ekonomi, budaya dan kesehatan gigi masyarakat di kawasan Karst Klapanunggal, Dusun Cibuntu, Desa Leuwi Karet Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor.

Dalam tahap pascapelaksanaan terdapat tindak lanjut dari tim setelah kegiatan dilaksanakan, seperti menyusun laporan kegiatan, laporan hasil penelitian eksokarst dan endokarst kawasan karst Klapanunggal, mengolah data hasil penelusuran dan pemetaan berupa peta-peta gua, serta mengolah hasil dokumentasi dengan berupa foto-foto kegiatan serta film-film yang dipublikasikan oleh tim. Dalam tahap pascapelaksanaan ini juga tim melakukan presentasi hasil kegiatan pengembaraan terhadap warga Dusun Cibuntu, Desa Leuwi Karet Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor.

3.1.1 Proposal

Proposal merupakan bagian penting dalam sebuah perencanaan kegiatan. Proposal adalah bentuk perencanaan tertulis yang didalamnnya terpapar mengenai tema, konsep dan segala perihal kebutuhan yang menyangkut keberlangsungan kegiatan seperti perencanaan dan persiapan. Proposal ini tim susun dengan bimbingan dari pembimbing tim serta berbagai informasi yang didapatkan dari berbagai pihak yang telah meluangkan waktu dan pikirannya.

Tim mengajukan proposal kegiatan pengembaraan ini ke Dewan Pengurus XXVI PALAWA UNPAD dan Rektorat Universitas

Page 53: Eksplorasi Karst Klapanunggal

Palawa Unpad | 51

Padjadjaran. Tim juga mengajukan proposal perihal pendanaan yang tim butuhkan ke pihak sponsor.

Dalam pelaksanaannya beberapa rencana tidak berjalan sesuai dengan yang diharapkan, karena persiapan proposal yang kurang matang dan banyak dilakukan revisi sehingga tim terlambat mengajukan proposal kegiatan ke rektorat. Terlalu sedikit waktu yang tersisa menjelang waktu keberangkatan sejak diajukannya proposal sponsor menyebabkan sulitnya permohonan sponsor dikabulkan walaupun semua perencanaan proposal untuk sponsor telah diajukan.

Page 54: Eksplorasi Karst Klapanunggal

52 | Divisi Caving

3.1.2 Perizinan

Perizinan merupakan aspek penting dalam sebuah kegiatan sebagai bentuk legalitas. Di samping demi menjaga kelancaran dan keamanan saat kegiatan berlangsung. Perizinan yang tim buat berbentuk perizinan kegiatan, tempat dan pemberitahuan pada pihak-pihak yang diperlukan. Berikut rincian perizinan yang telah tim lakukan:

Di dalam pelaksanaannya ada beberapa hal yang tidak sesuai dengan rencana, seperti terlambatnya perizinan dari rektorat dan beberapa surat pemberitahuan yang telah direncanakan untuk disampaikan pada pihak-pihak terkait sempat mengalami kehilangan. Namun perizinan tetap dapat dijalankan sesuai dengan rencana.

Page 55: Eksplorasi Karst Klapanunggal

Palawa Unpad | 53

Page 56: Eksplorasi Karst Klapanunggal

54 | Divisi Caving

3.1.3 Materi

Pembekalan materi dan teknik tentunya menjadi kebutuhan utama dalam kegiatan yang timlakukan. Materi-materi yangdiperlukan adalah materi mengenai pengenalan kawasan karst, penelusuran gua, pengambilan dan pengolahan data pemetaan, pengambilan dan pengolahan data dokumentasi, pengambilan dan pengolahan data penelitian eksokarst dan endokarst seperti pengujian kualitas air, pendataan biota-biota gua, pendataan aspek sosial, ekonomi, budaya dan kesehatan gigi masyarakat, serta diskusi materi mengenai Penolongan Pertama Gawat Darurat (PPGD) dan materi cave rescue.

Untuk materi pengenalan kawasan karst, penelusuran gua, pengambilan dan pengolahan data pemetaan gua telah tim dapatkan materi-materi dasarnya saat Pendidikan dan Latihan Dasar (Diklatdas) XXVII dan Masa Bimbingan (Mabim). Tim mengadakan materi dengan mengundang pemateri dari pihak internal PALAWA UNPAD seperti Dewan Pengurus XXVI, Pembimbing serta Anggota Luar Biasa PALAWA UNPAD serta dari pihak eksternal tim melakukan materi dengan pemateri dari HIMAKOVA IPB. Untuk pengembangan materi penelusuran dan pemetaan gua tim juga mendalami teknik cave rescue dengan lebih terperinci dan jelas dibanding saat Mabim selain itu tim juga melakukan latihan rutin serta melakukan simulasi ke lapangan untuk lebih memperdalam seluruh materi yang ada.

Tidak ada hambatan yang berarti dalam pelaksanaan materi. Beberapa hal yang tidak berjalan sesuai dengan rencana adalah adanya perubahan tanggal pemberian materi karena perubahan tanggal dan ketidakpastian dari anggota tim dalam menyanggupi keikutsertaan dalam materi, ada pula beberapa perubahan pemateri dari rencana awal karena pertimbangan waktu dan isi

Page 57: Eksplorasi Karst Klapanunggal

Palawa Unpad | 55

materi. Berikut adalah tabel kurikulum materi pendukung tim.

Page 58: Eksplorasi Karst Klapanunggal

56 | Divisi Caving

3.1.4 Latihan Fisik dan Mental

Di samping pembekalan materi, tim juga mempersiapkan fisik dan mental dalam program latihan fisik dan mental yang dijadwalkan secara teratur. Program latihan fisik yang tim buat telahdidiskusikan terlebih dahulu dengan salah seorang Anggota Luar Biasa PALAWA UNPAD, Kang Ferry (PW), yang telah memiliki spesifikasi khusus dalam bidang ini.

Pelatihan fisik dan mental tim buat dengan program latihan fisik dan mental seperti bina jasmani, latihan, serta simulasi. Diharapkan dari kegiatan tersebut fisik tim dapat berkembang dan mencapai target untuk melakukan kegiatan pengembaraan tim

Page 59: Eksplorasi Karst Klapanunggal

Palawa Unpad | 57

serta mental siap untuk melaksanakan kegiatan pengembaraan. Dalam program latihan fisik tim melakukan bina jasmani

yang dilaksanakan setiap dua kali dalam seminggu, latihan bersama seperti pemetaan, pengolahan data peta, teknik-teknik memasuki gua horizontal maupun vertikal dan cave rescue pada waktu yang terjadwalkan juga simulasi ke lapangan untuk melatih kesiapan fisik dan menguji mental dan kemampuan tim. Sedangkan untuk latihan mental dipastikan seluruh anggota tim memiliki kemampuan dalam materi dan teknik secara merata dan maksimal dengan program bina jasmani, latihan dan simulasi. Hal tersebut meningkatkan kepercayan diri dan kekompakan dalam tubuh tim yang sangat membantu saat pelaksanaan pengembaraan.

Hal dalam pelaksanaan latihan fisik dan mental yang tidak berjalan sesuai dengan rencana adalah jadwal. Perbedaan jadwal kuliah dan kegiatan yang lain membuat sulitnya menyusun jadwal bina jasmani, dan terkadang latihan. Hal ini menyebabkan diadakannya beberapa kegiatan susulan.

3.1.5 Pendanaan

Kegiatan penelitian ini tentunya tidak terlepas dari kebutuhan pendanaan untuk menunjang seluruh kebutuhan kegiatan baik saat prapelaksanaan, pelaksanaan maupun pascapelaksanaan. Pendanaan dirancang untuk memenuhi kebutuhan seluruh bidang kepanitiaan, seperti kebutuhan administrasi, konsumsi, logistik, dokumentasi, transportasi, medik dan perizinan. Sumber pendanaan kegiatan ini diantaranya berasal dari Rektorat Universitas Padjadjaran, Dewan Pengurus PALAWA UNPAD, dana usaha dan swadaya anggota tim.

Hal yang tidak berjalan sesuai dengan rencana adalah tidak adanya sponsor dan terlambatnya uang dari pihak rektorat. Namun

Page 60: Eksplorasi Karst Klapanunggal

58 | Divisi Caving

hal ini dapat ditanggulangi dengan swadaya anggota tim sehingga bukan lagi menjadi persoalan.

3.1.6 Logistik

Pengadaan logistik merupakan salah satu aspek penting dalam suatu kegiatan. Dalam pengadaan logistik peralatan dan perlengkapan yang dibutuhkan saat kegiatan dipenuhi dengan cara menggunakan alat pribadi tim dan sebagian besar meminjam serta sebagian lainnya dipenuhi dengan cara membeli. Untuk kebutuhan konsumsi tim mempersiapkan menu untuk selama delapan hari operasional ditambah makanan cadangan untuk dua hari.

Konsumsi yang dibawa berupa makanan basah dan kering. Sebagian bahan-bahan konsumsi dipersiapkan dan dibawa dari Sekretariat PALAWA UNPAD dan sebagian lainnya tim beli ketika berada di medan operasional. Untuk kebutuhan peralatan yang tim pinjam, tim memenuhinya dengan meminjam dari Dewan Pengurus XXVI PALAWA UNPAD serta beberapa organisasi mapala yang berada di wilayah Bandung Raya. Organisasi mapala yang tim mintai bantuannya mengenai peralatan adalah MAHACITA (UPI), ASTACALA (UNTEL), MAPENTA (UNISBA), KMPA GANESHA (ITB), MAPALIGI (UNIKOM).

Tidak ada hambatan yang berarti dalam pemenuhan logistik. Semua barang yang diperlukan dapat terpenuhi hingga hari keberangkatan.

Page 61: Eksplorasi Karst Klapanunggal

Palawa Unpad | 59

3.1.7 Penelusuran, Pemetaan dan Penelitian Sumber? Teknik pengumpulan dan pengolahan data

3.1.7.1 Teknik Penelusuran

Selain melakukan penelusuran tim juga melakukan pemetaan gua dengan tujuan gua yang tim telusuri dapat tim dokumentasikan ke dalam peta sehingga memudahkan tim dalam pengolahan data hasil penelitian pendataan biota-biota gua. Dalam kegiatan pemetaan di lapangan tim memakai Grade 3C. Sistem pemetaan yang tim lakukan yakni Bottom to Top. Sedangkan metode yang tim gunakan adalah Forward method. Teknik pencatatan data mengacu pada lampiran 10 dan teknik pengolahan data mengacu pada lampiran 11. Berikut akan ditampilkan juga tabel pemetaan yang berisi penjelasan pembagian kerja dalam kegiatan pemetaan.

Dari data yang diperoleh di lapangan mengenai pemetaan gua, selanjutnya tim mengolah data angka tersebut dengan menggunakan teknik penggambaran peta kartesian. Teknik penggambaran kartesian itu dimulai dengan mengolah data dengan rumus-rumus tertentu seperti yang terdapat pada lampiran 11 dengan bantuan software Microsoft excel. Data angka yang dihasilkan Microsoft excel kami gambarkan di atas kertas kalkir dengan berpedoman pada buku Stasiun Nol Teknik-Teknik Pemetaan dan Survey Hidrologi Gua karya Erlangga Esa Laksamana. Terbentuknya peta kartesian tersebut diharapkan dapat menjadi salah sumber data sekunder bagi para penggiat yang hendak menelusuri gua-gua yang telah tim telusuri dan dibuat peta kartesiannya.

Analisis data dilakukan dengan memproses angka-angka dan gambar yang tertulis di lembar pengambilan data pemetaan menjadi peta gua yang mudah dimengerti orang yang melihatnya.

Page 62: Eksplorasi Karst Klapanunggal

60 | Divisi Caving

3.1.7.2 Metode Penelitian Fauna Gua

Pengambilan sampel dan identifikasi fauna gua tim lakukan karena belum adanya sumber daya manusia yang melakukan pengambilan sampel dan identifikasi fauna gua pada gua-gua yang terdapat pada Dusun Cibuntu ini. Fauna gua sebenarnya penting untuk diteliti karena ekosistem dalam gua adalah ekosistem yang unik, sangat berbeda dengan kenampakan alam yang lain dan dari ekosistem yang unik tersebut menghasilkan fauna yang unik pula, yang mungkin juga berbeda antara gua yang satu dengan yang lainnya. Beberapa biota gua juga berfungsi dalam

Page 63: Eksplorasi Karst Klapanunggal

Palawa Unpad | 61

pengendalian ekosistem dan bisa menjadi indikator terhadap kerusakan lingkungan.

Mengenai materi dan metode pengambilan sampel fauna gua, tim dapatkan melalui diskusi langsung dengan pihak HIMAKOVA yang sudah terlebih dahulu berkecimpung dalam kegiatan semacam ini dan tentunya tim melakukan studi litelatur yang didapatkan dari berbagai sumber.

Tim mengambil sampel fauna gua kelompok filum Arthropoda (hewan beruas) dan kelompok ordo Chiroptera(kelelawar). Pengambilan sampel, tim lakukan secara langsung atau dikenal juga dengan metode koleksi langsung. penjelasan terperinci dapat dilihat pada pemaparan metode. Setelah sampel berhasil diambil dari lapangan selanjutnya tim bekerja sama dengan LIPI.

Tim pengembaraan beserta tim identifikasi fauna LIPI melakukan identifikasi dengan diskusi bersama. Tim identifikasi fauna LIPI memberikan pengarahan bagaimana mengidentifikasi fauna dengan berpedoman pada field guide (panduan lapangan). Ada sebagian sampel yang diidentifikasi langsung oleh tim identifikasi fauna LIPI. Sebagiannya tim belajar melalui pengamatan terhadap sampel yang kemudian dicocokkan sesuai yang tertera di dalam field guide.

Pengambilan sampel tim lakukan secara langsung dan untuk identifikasi fauna gua tim menjalin kerjasama dengan LIPI. Hasil dari identifikasi gua tersebut tim buat laporan tertulis secara singkat. Berikut dipaparkan alat dan bahan serta metode yang dilakukan untuk pengambilan sampel fauna gua.

Pengambilan sampel Arthropoda1. Alat dan Bahan• Botol spesimen berbagai ukuran

Page 64: Eksplorasi Karst Klapanunggal

62 | Divisi Caving

• Sarung tangan• Plastik spesimen • Alkohol 70%• Label • Kuas• Spidol permanent • Kamera• Pinset • Sendok• Jaring ikan kecil

2. Metode1. Penelusuran gua dilakukan oleh empat orang selaku

tim surveyor, leader dan descriptor. Anggota tim dibagi dalam beberapa wilayah pengamatan.

2. Pencarian dan pengambilan spesies dilakukan di sepanjang lorong gua serta tempat-tempat di dalam gua seperti ornamen gua, langit-langit gua, dinding gua, dan aliran air dalam gua.

3. Spesies filum Arthropoda yang berukuran besar diambil dengan menggunakan sarung tangan, untuk spesies yang berukuran sedang diambil dengan menggunakan pinset sedangkan untuk spesies yang berukuran kecil menggunakan kuas atau sendok dan dimasukkan ke dalam wadah sampel, jika memungkinkan spesimen langsung direndam dengan alkohol 70%, jika tidak spesimen dimasukkan ke dalam wadah plastik dan direndam diluar gua.

4. Spesimen yang diambil kemudian di dokumentasikan.5. Jumlah spesies yang diambil merupakan perwakilan dari

Page 65: Eksplorasi Karst Klapanunggal

Palawa Unpad | 63

spesies-spesies yang ditemukan pada gua tersebut.6. Untuk spesies yang sulit diperoleh, spesies diabadikan

dengan foto.7. Wadah spesimen harus diberikan label yang berisi

informasi mengenai nama gua, nama surveyor, tanggal, dan lokasi diambilnya spesimen serta nomor image di kamera dalam gua tersebut.

8. Identifikasi spesies dilakukan melalui kerja sama dengan LIPI.

9. Mencatat hasil identifikasi dan membuat peta penyebaran fauna dalam gua untuk mengetahui di zona apakah fauna tersebut banyak ditemukan.

Pengambilan sampel Chiroptera:1. Alat dan Bahan• Botol specimen • Alkohol 70%• Harpanet • Label• Polenet • Kamera• Spidol permanent • Jarum suntik

2. Metode1. Penelusuran gua dilakukan oleh empat orang selaku

tim surveyor, leader dan descriptor. Anggota tim dibagi dalam beberapa wilayah pengamatan.

2. Pencarian spesies dilakukan di sepanjang lorong gua.

Page 66: Eksplorasi Karst Klapanunggal

64 | Divisi Caving

3. Untuk lorong tinggi yang tidak memungkinkan untuk dijangkau, spesies kelelawar ditangkap dengan memancing kelelawar kemudian dijebak menggunakan harpanet yang dipasang di lorong dekat sarang kelelawar. Sedangkan untuk lorong yang dapat dijangkau, spesies ditangkap menggunakan polenet atau jaring bertangkai.

4. Kelelawar yang tertangkap langsung dibius dengan suntikan berisi alkohol 70% di jantung dan beberapa persendian tertentu.

5. Lalu spesies dimasukkan ke dalam toples spesimen berisi alkohol 70%.

6. Spesimen yang diambil kemudian di dokumentasikan.7. Identifikasi lebih lanjut mengenai spesies dilakukan

melalui kerja sama dengan LIPI.

Contoh label identifikasi fauna gua: Nama gua : Surveyor : Tanggal : Lokasi :

Analisis data dilakukan dengan membawa spesimen yang telah ditangkap ke Bidang Biologi LIPI yang terletak di Bogor. Di LIPI spesimen tersebut diidentifikasi sehingga didapatkan data mengenai nama-nama spesies tersebut sehingga dapat diketahui hewan apa saja yang dapat ditemukan di dalam gua-gua yang telah didatangi.

Page 67: Eksplorasi Karst Klapanunggal

Palawa Unpad | 65

3.1.7.3 Metode Pendataan Sosial, Ekonomi dan Budaya Masyarakat

Pendataan aspek sosial masyarakat dilakukan untuk mengetahui bagaimana kehidupan sosial masyarakat Dusun Cibuntu yang letaknya tidak jauh dari pusat kota namun aksesnya cukup sulit dijangkau dan lokasinya dipisahkan oleh perbukitan karst serta hidup tanpa listrik yang memadai.

Tim menanyakan asal mula terbentuknya Dusun Cibuntu dan asal penduduknya. Tim juga mencari tahu pola kehidupan masyarakat tanpa listrik dan fasilitas yang memadai, cara memenuhi kebutuhan hidup, dan interaksi dengan dunia luar dengan akses keluar-masuk Dusun Cibuntu yang cukup sulit.

Pendataan kondisi ekonomi di sana tim lakukan untuk meneliti taraf hidup masyarakat di sana. Tim mencari tahu pola hidup melalui sandang, pangan, dan papan yang dimiliki oleh masyarakat.

Pendataan mengenai budaya masyarakat yang dilakukan mengenai budaya masyarakat sekitar gua yang masih menjadikan gua sebagai media petapaan atau kegiatan spiritual lainnya. Hal ini berkaitan dengan upaya masyarakat untuk menjaga kelestarian gua. Sebagai kegiatan pascaoperasional, tim memberikan materi mengenai kawasan karst dan arti penting pelestarian karst agar penduduk sekitar gua tersebut teredukasi mengenai kawasan karst dan peranan kawasan karst.

Tim mengambil data dari sepuluh responden dengan metode sampling strata bertujuan dan teknik snowball untuk mendapatkan data yang menggambarkan kondisi sebenarnya di lapangan. Responden yang sesuai kemudian tim wawancarai secara informal dalam kondisi alamiahnya.

1. Alat dan bahan:

Page 68: Eksplorasi Karst Klapanunggal

66 | Divisi Caving

• Kertas • Pulpen/ pensil• Handycam2. Metode:Peneliti menggunakan metode deskriptif. Fenomena yang

diangkat adalah mengenai kondisi ekonomi, sosial, dan budaya masyarakat yang tinggal di kawasan karst yang masih asri sementara terdapat industri pertambangan yang berada tidak jauh letaknya dari dusun tersebut. Peneliti menggunakan metode deskriptif karena hendak menjabarkan keadaan yang terjadi di lapangan.

Narasumber adalah sumber data yang dapat memberikan data berupa jawaban lisan melalui wawancara atau jawaban tertulis melalui angket (Arikunto 2002: 107). Penelitian ini menggunakan narasumber yang berhubungan langsung dengan objek penelitian.

Mendekatkan diri kepada para narasumber dilakukan dengan menggunakan cara informal, dengan mendatangi narasumber secara langsung. Untuk mendapatkan pendekatan secara emosional dengan narasumber, peneliti melakukan pembicaraan yang dilakukan pada kondisi alamiah narasumber.

Analisis data dilakukan dengan mengolah data hasil wawancara kepada beberapa warga Dusun Cibuntu yang terpilih menjadi sebuah cerita yang menggambarkan bagaimana keadaan dan kehidupan di Dusun Cibuntu itu sendiri beserta asal-usul terbentuknya. Data diolah dengan memperhatikan dari tingkat keberagaman jawaban narasumber. Jawaban yang paling sering muncul,tim kaitkan dengan data sekunder yang dimiliki untuk kemudian dibuat kesimpulan.

Page 69: Eksplorasi Karst Klapanunggal

Palawa Unpad | 67

3.1.7.4 Metode Pemeriksaan Kesehatan Gigi

Tim meneliti kesehatan gigi dan mulut masyarakat sebagai upaya untuk mengamalkan Tri Dharma Perguruan Tinggi yang berupa pengabdian masyarakat serta untuk mengamalkan disiplin ilmu yang telah dipelajari beberapa anggota tim sebagai mahasiswi Fakultas Kedokteran Gigi. Setelah diteliti, didapatkan indeks mengenai kesehatan gigi masyarakat. Hasil dari indeks yang didapat tim publikasikan kepada masyarakat, setelah itu tim memberi pengetahuan kepada masyarakat bagaimana kondisi kesehatan mulut yang baik dan mengajarkan bagaimana cara merawat serta menyikat gigi dengan benar.

Tim mengambil 25 responden secara acak. Selain itu tim juga mempersiapkan beberapa pertanyaan untuk informasi yang dibutuhkan mengenai kebiasaan masyarakat dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut.

Kebersihan gigi dan mulut dapat diukur dengan mempergunakan indeks. Indeks adalah angka yang menyatakan keadaan klinis yang didapat pada waktu diadakan pemeriksaan. Angka yang menunjukan kebersihan gigi dan mulut seseorang ini adalah angka yang diperoleh berdasarkan penilaian yang objektif, dengan menggunakan suatu indeks, maka tim dapat membuat suatu evaluasi berdasarkan data-data yang diperoleh, sehingga tim dapat melihat kemajuan atau kemunduran kebersihan gigi dan mulut seseorang atau masyarakat.

Menurut Green dan Vermillion (1964) untuk mengukur kebersihan gigi dan mulut adalah dengan mempergunakan suatu indeks yang disebut Oral Higiene Index Simplified (OHI-S). Nilai dari OHI-S ini merupakan nilai yang diperoleh dari hasil penjumlahan antara debris indeks dan kalkulus indeks, berikut pemaparannya.

Page 70: Eksplorasi Karst Klapanunggal

68 | Divisi Caving

1. Alat dan Bahan• Sonde • Disclosing solution• Kaca mulut 2. Metode1. Mulut responden ditetesi dengan disclosing solution

dan disclosing solution di sebarkan ke seluruh penjuru rongga mulut.

2. Plak dalam rongga mulut diamati menggunakan sonde dengan bantuan kaca mulut

3. Hasil pengamatan ditulis pada tabel dalam lampiran 15.

Mengukur kesehatan gigi masyarakat dapat dilakukan dengan menggunakan indeks DMF. DMF adalah suatu teknik untuk menghitung jumlah gigi yang decayed (karies), missing (hilang), atau filled (restorasi) dalam rongga mulut. Analisisnya dapat berdasarkan jumlah DMF gigi (DMF-T) per orang atau jumlah DMF permukaan gigi (DMF-S). Indeks ini dikembangkan oleh Henry Klein, Carrole E Palmer, and Knutson JW pada tahun 1938. Indeks ini didasarkan pada kenyataan bahwa jaringan keras gigi tidak mengalami penyembuhan diri dari karies dan meninggalkan bekas. Gigi tetap menjadi membusuk dan jika dilakukan perawatan dapat diekstraksi atau direstorasi. Indeks ini irreversible, artinya mengukur total pengalaman karies seumur hidup. Indeks ini memperlihatkan jumlah pengalaman karies seumur hidup individu dan kelompok individu. D adalah gigi yang karies, M adalah gigi yang hilang karena karies, dan F adalah gigi yang direstorasi karena karies. Berikut adalah pemaparan mengenai alat dan bahan serta

Page 71: Eksplorasi Karst Klapanunggal

Palawa Unpad | 69

metode yang digunakan.

1. Alat dan Bahan• Sonde • Kaca mulut

2. Metode1. Responden diinstruksikan untuk membuka mulutnya.2. Semua gigi diamati apakah gigi tersebut termasuk kategori

decayed, missing, atau filling.3. Hasil dari pengamatan dicatat pada lampiran 16.Analisis data dilakukan dengan menghitung jumlah indeks

OHI-S dan DMF kemudian dimasukkan ke dalam rumus seperti yang tertera diatas. Dariperhitungan tersebut didapatkan angka. Angka tersebut diolah menggunakan perhitungan statistika deskriptif, yang kemudian digunakan sebagai penentuan indikator terhadap keadaan kesehatan mulut warga Dusun Cibuntu.

3.1.7.5 Metode Pengujian Kualitas Air

Pengujian kualitas air ini tim lakukan untuk mengetahui apakah air yang dipakai masyarakat Dusun Cibuntu layak guna dan dapat dipakai untuk mandi, konsumsi, sertakeperluan mencuci seperti mencuci baju atau peralatan dapur. Pengujian kualitas air tim lakukan pada aliran air yang terdapat pada Gua Ciranji karena aliran air pada gua tersebut mengalir ke Dusun Cibuntu dan dijadikan sumber air oleh masyarakat sekitar, selain itu tim memilih aliran air pada Gua Ciranji ini karena merupakan sumber air tanah alami.

Page 72: Eksplorasi Karst Klapanunggal

70 | Divisi Caving

Hasil dari pengujian kualitas air tersebut tim publikasikan kepada masyarakat Dusun Cibuntu, apakah air tersebut layak guna atau tidak. Indikator untuk menguji kualitas air dapat dilakukan berdasarkan uji fisik, uji biologis, danuji kimiawi. Uji fisik adalah pengujian yang berkaitan dengan kondisi fisik air yang terlihat seperti pengukuran lebar sungai, kecerahan air, warna air dan materi yang terbawa air. Uji biologis berupa melihat kandungan biologis atau makhluk hidup dari air tersebut, contohnya bakteri. Uji kimiawi adalah menguji kandungan unsur kimia yang terdapat pada air tersebut, contohnya timbal, tembaga, seng, sulfat, dll. Laboratoruim tempat tim menguji kandungan air adalah Laboratorium Ekologi Universitas Padjadjaran yang terletak di Bandung.

Ada beberapa pengujian yang dapat tim lakukan secara langsung ditempat dengan cara observasi singkat berupa mengukur suhu air, mengukur pH air, mengukur kecerahan, melihat warna air yang tampak, menamati bau air, dan mengamati materi terlihat yang terbawa air, untuk penelitian lebih lanjut mengenai kandungan air timmengambil sampel dan melakukan uji laboratorium.Berikut dipaparkan alat dan bahan serta metode untuk pengujian kualitas air.

1. Alat dan Bahan• Termometer air raksa • Kertas indikator unive rsal pH• Pita ukur • Kompan 2 liter • Cool box • Label

Page 73: Eksplorasi Karst Klapanunggal

Palawa Unpad | 71

• Spidol permanent

2. Metode1. Observasi singkat dan pengambilan sampel air dapat

dilakukan minimal oleh satu surveyor.2. Surveyor mengambil sampel dan melakukan observasi

singkat pada aliran air yang bergerak, bukan pada genangan air.3. Mengukur suhu sungai dengan menggunakan termometer

air raksa.4. Mengukur pH dengan menggunakan kertas indikator

universal5. Mengamati kecerahan dengan melihat keruh atau

kejernihan airnya dari dua titik yang berdekatan.6. Mengamati warna yang tampak pada air yang diamati.7. Mencium bau air sungai.8. Mengamati materi terlihat yang terbawa air.9. Kompan diberi label agar tidak tertukar dan dimasukkan

ke dalam cool box.10. Semua hasil observasi singkat dicatat pada lembar yang

ada pada lampiran 13.

Analisis data dilakukan dengan cara mengirim sampel air ke Laboratorium Ekologi yang terletak di Bandung. Hasil yang didapatkan dari laboratorium tersebut adalah data mengenai jumlah-jumlah zat yang dikandung sumber air dari Gua Ciranji dan bagaimana cara membuat air tersebut menjadi layak minum.Tim mengambil sampel yang berasal dari salah satu sungai yang merupakan aliran dari Gua Ciranji, Dusun Cibuntu, Desa Leuwi

Page 74: Eksplorasi Karst Klapanunggal

72 | Divisi Caving

Karet, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor sebanyak dua buah kompan berkapasitas 2,5 liter.

Beberapa parameter seperti bau, suhu, warna dan pH diuji di lapangan dengan dua kali pengulangan. Selanjutnya untuk hasil yang lebih maksimal tim melakukan pengujian dengan meminta bantuan Labolatorium Ekologi Universitas Padjadjaran di Bandung. Sampel air yang akan diuji diberikan maksimal 1x24 jam supaya keadaan fisiknya tidak berubah. Dalam perjalanan air harus didinginkan dengan diberi es batu agar kualitasnya tetap stabil. Tim memberikan contoh sampel pada hari Kamis, 17 Juli 2014 pukul 16.30. Dibutuhkan waktu selama 19 hari hingga hasil uji laboratorium tersebut selesai.

Laporan Hasil Uji berisikan parameter fisika, kimia dan biologi dengan membandingkan hasil analisis laboratorium dengan angka baku mutu sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 907/Menkes/SK/VII/2002 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum.

3.1.8 Dokumentasi

Dokumentasi merupakan salah satu faktor utama yang penting, karena dokumentasi berperan sebagai catatan otentik dalam suatu kegiatan. Untuk kegiatan pengembaraan di kawasan karst Klapanunggal data dokumentasi yang diambil berupa catatan tertulis, foto, dan video. Tim membuat laporan tertulis mengenai kegiatan pengembaraan tim serta laporan hasil penelitian tim dalam bentuk laporan kegiatan dan laporan penelitian yang tim berikan pada masyarakat sekitar dengan melakukan persentasi dan memberikan selebaran simpulan hasil kegiatan tim. Selain itu juga tim menghasilkan dokumentasi berupa foto dan video yang tim olah menjadi sebuah video dokumenter dan tim publikasikan

Page 75: Eksplorasi Karst Klapanunggal

Palawa Unpad | 73

melalui situs Youtube, Twitter dan Facebook di grup PALAWA UNPAD.

3.1.9 Publikasi

Selain melakukan dokumentasi kegiatan, t im juga melakukan publikasi mengenai kegiatan yang tim lakukan. Tim mempublikasikan kegiatan pengembaraan tim di kawasan karst Klapanunggal dalam berbagai bentuk. Pertama, tim melakukan publikasi dengan menggunakan media sosial yaitu Facebook dan Twitter menggunakan akun PALAWA UNPAD, membuat spanduk dan baliho serta menulis tulisan kegiatan yang dimuat di situs Universitas Padjadjaran, situs PALAWA UNPAD.Tim mempublikasikan hasil pengembaraan tim dalam bentuk film dan tulisan ke berbagai situs dan media sosial.

3.1.10 Komunikasi dan Evakuasi

3.1.10.1 Komunikasi

Dalam rangkaian jalur komunikasi, tim membuat tiga jalur komunikasi, yaitu antara sekretariat dan basecamp lapangan, sekretariat Linggih Alam dan basecamp lapangan, serta basecamp lapangan dengan tim yang sedang berkegiatan di lapangan. Mengikuti jalur komunikasi yang telah ada, komunikasipun dilakukan sebanyak empat kali setiap harinya dengan rincian pukul 05.00 WIB, 12.00 WIB, 16.00 WIB, 20.00 WIB. Setiap basecamp ditanggung jawabkan oleh satu orang yang nantinya berfungsi sebagai pemberi dan penerima informasi. Berikut adalah nomer kontak penting:

1. Basecamp Lapangan : • Doni (085722444682)

Page 76: Eksplorasi Karst Klapanunggal

74 | Divisi Caving

• Anggi (085323633393)2. Sekretariat PALAWA UNPAD : • Ichsan (08561331765) • Tika (087827508827)• Mustika (081927792407)3. Sekretariat Linggih Alam: • Husni (089651782381)• Bandot (089653346418)Tim menggunakan alat komunikasi HP untuk komunikasi yang

dilakukan antar sekretariat PALAWA UNPAD dengan basecamp di lapangan. Dan untuk basecamp lapangan dengan Sekretariat Linggih Alam, tim menggunakan alat komunikasi HP. Sedangkan untuk komunikasi antar basecamp lapangan dengan tim yang sedang melakukan aktifitas di lapangan, tim menggunakan alat komunikasi berupa peluit.

3.1.10.2 Evakuasi

Dalam alur evakuasi ini perihal yang dipersiapkan oleh tim meliputi perencanaan jalur evakuasi. Jalur evakuasi dirancang sebagai jalur alternatif apabila rencana perjalanan tidak sesuai dengan perencanaan awal atau jika terjadi kecelakan dan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. Jalur evakuasi disesuaikan dengan medan yang ada yang diharapkan dapat mempermudah tindakan evakuasi. Berikut beberapa tindakan evakuasi pada penelusuran gua vertikal.

Keadaan descending:

Page 77: Eksplorasi Karst Klapanunggal

Palawa Unpad | 75

Tabel 9.

Page 78: Eksplorasi Karst Klapanunggal

76 | Divisi Caving

Pada korban yang mengalami kecelakaan di posisi bawah, korban akan dibawa kedasar gua terlebih dahulu kemudian korban akan dinaikan ke mulut gua dengan cara team rescue. Team rescue ini dilakukan dengan cara membuat sistem hauling untuk mengangkat korban keatas menuju mulut gua dan keluar dari gua. Namun bila mulut gua sempit dan tidak dapat dibuat team rescue, korban diangkat keluar gua dengan sistem hauling yang lebih sederhana.

Page 79: Eksplorasi Karst Klapanunggal

Palawa Unpad | 77

Berikut tindakan evakuasi pada penelusuran gua horizontal dan terjadi hal yang tidak diinginkan ketika di basecamp. Apabila terjadi kecelakaan saat penelusuran gua horizontal maka korban akan dikeluarkan dahulu dari dalam gua dengan teknik-teknik horizontal rescue dalam gua, kemudian dievakuasi sesuai dengan prosedur Emergency Rescue Procedure (ERP). Ketika korban sudah bisa keluar dari gua maka korban akan ditangani oleh anggota tim yang lain dengan bantuan obat-obatan yang terdapat dalam tas medik, namun jika tim tidak dapat menangani korban, korban akan dibawa ke Puskesmas Klapanunggal, sesuai dengan perizinan yang telah disepakati dengan pihak puskesmas sebelumnya. Apabila penanganan di puskesmas tidak dapat memenuhi kebutuhan korban, korban akan dievakuasi menuju rumah sakit terdekat.

3.2 Antisipasi Bahaya

3.2.1Bahaya Objektif

Definisi dari bahaya objektif adalah segala bentuk bahaya atau potensi bahaya yang ditimbulkan oleh objek gua itu sendiri dan segala sesuatu yang berada dilingkungannya. Bahaya objektif ini dapat berasal dari perubahan iklim atau cuaca yang tiba-tiba, kandungan yang terdapat dalam gua, dan hewan-hewan yang berada di dalam gua.

Untuk mengantisipasi bahaya dari perubahan iklim dan cuaca, tim harus melakukan pengecekan terhadap cuaca yang ditinjau secara kasat mata. Apabila cuaca cukup aman untuk melakukan penelusuran ataukah tidak itu ditentukan bersama oleh seluruh anggota tim. Apabila saat penelusuran, kemudian cuaca berubah drastis maka timbasecamp langsung menjemput tim yang sedang melakukan eksplorasi dan menghentikannya.

Dilakukan pemeriksaan cuaca dahulu dari luar gua, apakah

Page 80: Eksplorasi Karst Klapanunggal

78 | Divisi Caving

cuaca terlihat buruk atau cuaca aman untuk tim melakukan kegiatan caving. Tim juga harus mengamati apakah gua tersebut berpotensi terkena banjir atau tidak saat hujan turun. Cara yang paling aman untuk menghindari bahaya objektif yang berupa perubahan iklim dan cuaca adalah menugaskan salah satu anggota tim diluar gua agar jika sesuatu terjadi, anggota tim tersebut dapat mengabari anggota tim lain yang berada di dalam gua.

Dalam mengantisipasi kandungan-kandungan berbahaya dalam gua, maka tim dituntut untuk selalu cermat dan peka terhadap kondisi di dalam gua. Hal yang paling mudah diperhatikan adalah dengan memperhatikan keadaan boom, sebuah alat penerangan yang berupa api yang dihasilkan oleh campuran karbit dan air. Apabila apiboom tiba-tiba mengecil atau bahkan mati, selain karena kehabisan bahan bakar, bisa juga hal tersebut mengindikasikan bahwa kadar oksigen di tempat tersebut sudah menipis. Selain petunjuk dari boom, hal lain yang dapat memberikan pertanda tidak wajar adalah terciumnya bau-bauan yang menyengat dan mengganggu pernapasan. Jika terjadi hal semacam itu maka tim sebaiknya menghentikan eksplorasi pada daerah yang rendah kadar oksigennya.

Untuk mengantisipasi bahaya yang berasal dari hewan seluruh anggota tim wajib untuk senantiasa cermat dan tentunya melakukan penelusuran secara wajar yang berarti tidak berprilaku secara berlebihan yang dapat mengarah pada perusakan gua maupun komponenya. Selain untuk menjaga gua dan komponennya, ekplorasi yang wajar juga dimaksudkan untuk menjaga agar hewan-hewan yang berada dalam gua tidak merasa terganggu, sehingga dapat meminimalisir dari kemungkinan hewan tersebut menyerang.

Page 81: Eksplorasi Karst Klapanunggal

Palawa Unpad | 79

3.2.2 Bahaya Subjektif

Definisi dari bahaya subjektif segala bentuk bahaya dan atau potensi bahaya yang diawali atau ditimbulkan oleh pelaku dalam segala bentuk perilaku, tindakan dan pengambilan keputusan baik sebelum ataupun saat berkegiatan alam. Yang berupa bahaya subjektif adalah terpeleset, terantuk dinding gua, tersesat, hipotermia, dehidrasi, kondisi fisik yang lemah atau bahaya yang timbul dari kurangnya peralatan atau pemakaian alat yang kurang baik.

Cara-cara untuk mengantisipasi bahaya subjektif dalam gua adalah mencermati keadaan gua dengan seksama, selalu waspada dan tanggap dalam segala bentuk pergerakan sehingga tidak ada yang terpeleset, terantuk dinding gua atau tersesat. Tim juga harus selalu tanggap dengan perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuh anggota tim dan selalu menjaga kadar air dalam tubuh dengan cukup cairan agar tidak hipotermia atau dehidrasi nantinya. Tubuh juga harus dijaga kebugarannya dengan binjas rutin serta latihan fisik yang sesuai dengan jenis operasionalnya agar tubuh tetap kuat dan kondisi fisik tetap terjaga.

Pemakaian alat dan kelengkapan alat juga harus dicermati agar tidak terjadi kecelakaan karena kurangnya alat atau pemakaian alat yang kurang baik. Dalam hal ini tentunya pemahaman dan kesadaran kemampuan diri sangat dibutuhkan.

Page 82: Eksplorasi Karst Klapanunggal

80 | Divisi Caving

Page 83: Eksplorasi Karst Klapanunggal

Palawa Unpad | 81

BAB IV

PELAKSANAAN KEGIATAN

4.1 Kronologis Perjalanan

Page 84: Eksplorasi Karst Klapanunggal

82 | Divisi Caving

Page 85: Eksplorasi Karst Klapanunggal

Palawa Unpad | 83

Page 86: Eksplorasi Karst Klapanunggal

84 | Divisi Caving

Page 87: Eksplorasi Karst Klapanunggal

Palawa Unpad | 85

Page 88: Eksplorasi Karst Klapanunggal

86 | Divisi Caving

Page 89: Eksplorasi Karst Klapanunggal

Palawa Unpad | 87

Page 90: Eksplorasi Karst Klapanunggal

88 | Divisi Caving

4.2 Deskripsi Perjalanan

Kamis, 10 Juli 2014

Tim mulai bersiap sejak pukul 03.00 WIB. Tim mulai makan, mandi dan bersiap untuk berangkat menuju Klapanunggal.

Pukul 05.45 WIB seluruh tim sudah siap berangkat dan segera berdoa untuk keselamatan keberangkatan. Tim bergerak menuju Pangdam Unpad untuk menggunakan bus Damri menuju Terminal Leuwi Panjang. Setelah sampai di terminal Leuwi Panjang tim mencari Bus MGI jurusan Bandung-Cibinong. Setelah lebih dari empat jam perjalanan tim sampai di sekretariat Linggih Alam.

Tim melakukan briefing untuk menjelaskan tata cara komunikasi dengan tim lapangan. Pukul 12.30 WIB tim berangkat menuju Dusun Cibuntu menggunakan kolbak. Sesampainya di basecamp Nida, Kimul, Hardi dan Fauziah segera melakukan sosialisasi kegiatan dengan Ketua RT, RW dan Kepala Dusun Cibuntu. Pandu, Doni, Yona, Kimul dan Anggi merapihkan dan melakukan cek alat serta mempersiapkan peralatan penelusuran untuk keesokan hari. Tim mulai masak makanan berbuka puasa pukul 15.30 WIB. Seluruh tim mulai makan pukul 18.00 WIB dan melakukan evaluasi pukul 20.42 WIB. Di tengah-tengah kegiatan evaluasi dan briefing tim kedatangan tamu yaitu Pak Ketua RT.

Jumat, 11 Juli 2014

Tim basecamp, Anggi dan Axel, mulai bangun dan masak sejak pukul 02.00 WIB. Pukul 04.00 WIB anggota tim lainnya bangun

dan mulai makan. Setelah siap tim penelusuran segera berangkat menuju mulut gua pukul 05.15 WIB. Tim Gua Gintung terdiri dari Hardi, Sapik, Uji dan Kimul, sedangkan tim Gua Ciranji terdiri dari Pandu, Doni, Yona dan Nida.

Page 91: Eksplorasi Karst Klapanunggal

Palawa Unpad | 89

Anggi dan Axel berada di basecamp. Tim Gua Gintung selesai sekitar pukul 11.48 WIB dan langsung bergerak menuju sungai untuk cuci alat dan kembali ke basecamp. Tim Gua Ciranji selesai sekitar pukul 18.55 WIB dan segera menuju basecamp. Tim basecamp telah menyiapkan makanan berbuka puasa sejak pukul 15.30 WIB. Seluruh tim mulai makan sejak pukul 18.00 WIB.

Evaluasi dan briefing dimulai sekitar pukul 21.35 WIB. Setelah selesai tim segera istirahat tidur. Pada kegiatan penelusuran hari pertama di Gua Ciranji terdapat lorong sump yang telah ditelusuri oleh Doni, namun tidak dipetakan karena keterbatasan. Dalam diskusi evaluasi dan briefing yang tim lakukan, tim memutuskan untuk melanjutkan pemetaan Gua Ciranji pada kesempatan lain.

Sabtu, 12 Juli 2014

Tim basecamp, Yona dan Kimul, mulai bangun dan masak sejak pukul 02.00 WIB. Pukul 04.00 WIB anggota tim lainnya bangun

dan mulai makan. Setelah siap tim penelusuran segera berangkat menuju mulut gua sekitar pukul 05.15 WIB. Tim Gua Ciorai terdiri dari Hardi, Sapik, Uji dan Anggi, sedangkan tim Gua Cangkuang terdiri dari Pandu, Doni, Axel dan Nida.

Yona dan Kimul berada di basecamp untuk bertugas menjaga dan merapihkan basecamp serta merekap data hasil penelusuran dan penelitian hari kemarin serta pula bertanggung jawab dalam melaporkan seluruh pergerakan tim kepada Sekretariat PALAWA UNPAD dan Linggih Alam.

Tim Gua Ciorai selesai sekitar pukul 12.00 WIB dan langsung bergerak menuju sungai untuk cuci alat dan kembali ke basecamp. Tim Gua Cangkuang selesai sekitar pukul 17.05 WIB dan segera menuju sungai untuk cuci alat dan bergerak menuju basecamp. Tim basecamp telah menyiapkan makanan berbuka puasa sejak

Page 92: Eksplorasi Karst Klapanunggal

90 | Divisi Caving

pukul 15.30 WIB. Seluruh tim mulai makan sejak pukul 18.00 WIB. Evaluasi dan briefing dimulai sekitar pukul 21.35 WIB.

Setelah selesai tim segera istirahat tidur. Karena ada beberapa urusan yang harus diselesaikan di Jatinangor, Axel meminta izin untuk meninggalkan kegiatan tim keesokan harinya. Dalam evaluasi dan briefing yang tim lakukan, Adun yang sejak hari pertama ikut dalam kegiatan tim sembari memberikan bimbingan kepada Aulia (FW), diputuskan untuk menggantikan peran Axel dalam kegiatan untuk seterusnya. Axel dan Aulia memutuskan untuk pulang keesokan siangnya sekitar pukul 13.00 WIB.

Minggu, 13 Juli 2014

Seperti hari sebelumnya kembali kegiatan dimulai sejak pukul 02.00 WIB dengan diawali timbasecamp, Nida dan Sapik, yang

mulai masak makanan sahur untuk seluruh tim. Penelusuran hari itu adalah menuju Gua Cibedahan dan Gua Cigoler. Sedikit sulit awalnya ketika tim penelusuran yang mencari keberadaan mulut-mulut gua tersebut. Karena GPS yang dibawa untuk penelusuran sama seperti hari lainnya, hanya satu buah, kedua tim bersamaan mencari jalur menuju mulut-mulut gua itu. Sempat beberapa kali tim salah jalur dan mencari jalur lain hingga sekitar pukul 07.00 WIB kedua tim telah sampai di guanya masing-masing.

Tim Gua Cibedahan terdiri dari Pandu, Doni, Kimul dan Yona sedangkan tim Gua Cigoler terdiri dari Adun, Hardi, Uji dan Anggi. Medan Gua Cibedahan merupakan slope hingga berujung di sebuah chamber, cukup pendek sehingga tim Gua Cibedahan selesai cukup cepat sekitar pukul 11.30 WIB. Sesaat sebelum tim Gua Cibedahan selesai, tim bertemu dengan Sapik dan Aulia yang sedang mengecek keadaan mulut gua.

Segera setelah selesai tim Gua Cibedahan langsung menuju

Page 93: Eksplorasi Karst Klapanunggal

Palawa Unpad | 91

basecamp. Sebelumnya Pandu dan Doni memutuskan untuk mencari

mulut-mulut gua yang akan ditelusuri esok harinya agar tidak sulit untuk mencari jalannya seperti sebelumnya. Sekitar pukul 14.30 WIB timbasecamp mengambil bahan makanan yang dipesan sejak tadi pagi di warung sekitar. Tim Gua Cigoler selesai sekitar pukul 15.00 WIB.

Axel dan Aulia pulang sekitar pukul 13.00 WIB dengan menggunakan ojek. Seperti malam sebelumnya evaluasi dan briefing baru bisa dilaksanakan sekitar pukul 21.00 WIB.

Senin, 14 Juli 2014

Kegiatan dimulai seperti hari sebelumnya dengan diawali oleh tim basecamp, Adun dan Uji, yang bangun dan masak sejak

pukul 02.00 WIB. Diikuti oleh tim lainnya yang mulai bangun dan segera makan dan mempersiapkan peralatan penelusuran sejak pukul 04.00 WIB. Hari itu penelusuran menuju Gua Cigede dan Gua Leuksa. Perjalanan menuju gua-gua tersebut dimulai sejak sekitar pukul 05.00 WIB. Dengan jalur yang hari sebelumnya telah ditentukan tim dengan cepat sampai di mulut-mulut gua tersebut.

Karena kedua mulut gua tersebut berdekatan, tim memutuskan untuk mengambil beberapa dokumentasi dalam gua dengan tujuan untuk mendokumentasikan seluruh tim yang melakukan penelusuran hari itu. Gua Cigede dengan mulut gua yang besar dan chamber yang sangat besar diawal lorongnya tim memutuskan untuk mendokumentasikan dengan spanduk dan bendera PALAWA yang telah dibawa tim.

Tim Gua Leuksa, Doni, Sapik, Yona dan Kimul, selesai penelusuran sekitar pukul 11.00 WIB. Seperti kesepakatan hari

Page 94: Eksplorasi Karst Klapanunggal

92 | Divisi Caving

sebelumnya tim segera menuju Gua Ciranji untuk melanjutkan pemetaan sehabis sump. Tim Gua Cigede, Hardi, Pandu, Nida dan Anggi, selesai sekitar pukul 14.00 WIB.

Tim Gua Ciranji beres sekitar pukul 18.00 WIB dan segera menuju sungai untuk melakukan cuci alat dan segera menuju ke basecamp. Pukul 15.00 WIB Uji dan Adun telah sibuk memasak makanan untuk seluruh tim. Sekitar pukul 21.00 WIB tim melakukan evaluasi dan briefing kegiatan hari itu dan segera istirahat tidur.

Selasa, 15 Juli 2014

Tim basecamp, Yona dan Pandu, mulai bangun dan masak sejak pukul 02.00 WIB. Pukul 04.00 WIB anggota tim lainnya bangun

dan mulai makan. Setelah siappenelusuran segera berangkat menuju mulut gua sekitar pukul 05.15 WIB.

Tim Gua Sipulus terdiri dari Hardi, Sapik, Uji dan Nida, sedangkan tim Gua Cigawir terdiri dari Adun, Doni, Anggi dan Kimul. Yona dan Pandu berada di basecamp untuk bertugas menjaga dan merapihkan basecamp serta merekap data hasil penelusuran dan penelitian hari kemarin serta pula bertanggung jawab dalam melaporkan seluruh pergerakan tim kepada Sekretariat PALAWA UNPAD dan Linggih Alam. Seperti beberapa hari sebelumnya timbasecamp juga bertugas untuk mengecek keadaan mulut gua.

Tim Gua Cigawir selesai sekitar pukul 13.00 WIB dan langsung bergerak menuju sungai untuk cuci alat dan kembali ke basecamp. Tim Gua Sipulus selesai sekitar pukul 14.30 WIB dan segera menuju sungai untuk cuci alat dan bergerak menuju basecamp. Tim basecamp telah menyiapkan makanan berbuka puasa sejak pukul 15.30 WIB. Seluruh tim mulai makan sejak pukul 18.00 WIB.

Page 95: Eksplorasi Karst Klapanunggal

Palawa Unpad | 93

Evaluasi dan briefing dimulai sekitar pukul 21.35 WIB. Setelah selesai tim segera istirahat tidur. Terdapat lorong

vertikal di Gua Sipulus yang belum ditelusuri karena peralatan dan perlengkapan tim telah dipakai pada mulut gua diawal, sehingga dengan mempertimbangkan waktu serta target yang masih perlu dilampaui oleh tim, tim memutuskan untuk tidak melanjutkan kegiatan penelusuran keesokan harinya pada gua tersebut melainkan melanjutkan kegiatan sesuai dengan ROH yang ada.

Rabu, 16 Juli 2014

Setelah lima hari penelusuran dan penelitian endokarst dalam gua, hari itu sesuai ROH tim akan melakukan beberapa

pendataan masyarakat terkait wawancara dan pemeriksaan gigi warga setempat. Seperti biasa pukul 02.00 WIB timbasecamp mulai bangun dan masak. Anggi dan Doni hari itu yang bangun dan masak terlebih dahulu.

Setelah makanan siap pukul 04.00 WIB seluruh tim lainnya bangun dan segera makan. Setelah makan selesai seluruh tim istirahat kembali dan bangun pukul 07.30 WIB untuk melaksanakan kegiatan pendataan hari itu. Ada beberapa tim kecil dibagi hari itu.

Yona dan Kimul beserta Uji dan Hardi merupakan dua buah tim kecil yang bertugas untuk melakukan pendataan pemeriksaan gigi masyarakat setempat. Sebelumnya telah ditargetkan mendapatkan 25 koresponden dengan berbagai latar belakang yang berbeda.

Nida dan Anggi merupakan tim lainnya yang bertugas untuk melakukan pendataan masyarakat terkait beberapa aspek yang telah tim rencanakan dari jauh hari. Dengan mengambil sepuluh koresponden dengan berbagai latar belakang yang berbeda.

Pandu, Doni, Adun dan Sapik sementara itu berada di

Page 96: Eksplorasi Karst Klapanunggal

94 | Divisi Caving

basecamp untuk menjaga kemanan dan kenyamanan basecamp. Serta mengecek dan membersihkan peralatan yang telah dipakai oleh tim. Pukul 15.00 WIB Doni, Pandu dan Sapik mulai masak dibantu oleh Kimul.

Tim pendataan eksokarst telah mulai menuju basecamp sejak pukul 14.00 WIB. Makanan siap segera pukul 18.00 WIB dan seluruh tim segera makan. Sekitar pukul 21.00 WIB tim kedatangan tamu yaitu Pak RT yang berkunjung. Sekitar pukul 22.30 WIB tim baru melakukan evaluasi dan briefing untuk kegiatan esok hari. Target pendataan masyarakat telah terlampaui.

Kamis, 17 Juli 2014

Hardi dan Kimul bertugas untuk bangun dan masak sejak pukul 02.00 WIB. Diikuti oleh seluruh anggota tim lainnya yang

bangun dan segera makan pukul 04.00 WIB. Setelah selesai makan seluruh tim bersiap untuk packing seluruh peralatan yang ada di basecamp. Pukul 06.00 WIB Yona dan Pandu bergerak menuju sumber air Sungai Ciranji untuk mengambil sampel air untuk diteliti.

Setelah semua siap pukul 07.30 WIB tim melakukan foto bersama dengan beberapa warga sekitar dan Ibu Fatimah penjaga rumah yang tim tempati sebagai basecamp. Sekitar pukul 08.00 WIB tim menuju Sekretariat Linggih Alam untuk berpamitan dan mengucapkan terima kasih atas bantuan yang telah diberikan.

Pukul 11.00 WIB tim telah sampai di pool MGI dan menunggu bus datang. Sekitar pukul 14.00 WIB tim sampai di terminal Leuwi Panjang. Anggi dan Uji segera bergerak menuju Laboratorium Ekologi Unpad untuk segera menyerahkan sampel air yang ingin timteliti. Tim lainnya sampai di sekretariat sekitar pukul 15.00 WIB dan segera bersiap untuk melakukan pengecekan dan

Page 97: Eksplorasi Karst Klapanunggal

Palawa Unpad | 95

pencucian alat. Sekitar pukul 20.00 WIB seluruh tim melakukan briefing untuk melanjutkan evaluasi dan mengolah data keesokan harinya.

4.3 Tingkat Kesulitan dalam Kegiatan Operasional

Dalam rangkaian kegiatan terdapat pengambilan data masyarakat, pemeriksaan gigi warga setempat, pengujian kualitas air setempat, penelitian biospeleologi, penelusuran serta pemetaan.

Tingkat kesulitan kegiatan yang tim alami memiliki beragam macam tingkat kesulitan yang berbeda sesuai dengan kegiatan-kegiatan yang tim lakukan. Pada pengambilan data masyarakat kesulitan yang tim alami seperti mendapatkan koresponden. Hal tersebut dikarenakan koresponden yang tim pilih merupakan orang-orang yang mempunyai latar belakang yang berbeda-beda, dari Ketua RT dan RW, Kepala Dusun, hingga orang-orang yang sering melakukan kegiatan yang berkaitan dengan gua.

Selain itu kesibukan sebagian besar koresponden yang berkebun ketika siang hari cukup menghambat dalam melakukan kegiatan pendataan tersebut.

Pada pemeriksaan gigi masyarakat kesulitan dialami saat mencari koresponden yang mau diperiksa giginya. Sebagian besar warga di sana awalnya tidak mau diperiksa karena malu. Pada pengujian kualitas air tidak banyak hal yang menyulitkan, karena awalnya tim telah mencari tahu informasi tentang sumber air tersebut serta biaya untuk melakukan pengujian kualitas air. Sedikit sulit awalnya untuk tim dalam menyimpan sampel air yang harus dimasukkan ke dalam “cool box” karena memerlukan pendingin semacam es batu sedangkan keadaan warga sekitar yang tidak banyak menggunakan listrik dalam kesehariannya.

Page 98: Eksplorasi Karst Klapanunggal

96 | Divisi Caving

Tim melakukan penelitian biospeleologi dengan sebelumnya mencari tahu informasi selengkapnya tata cara dalam melakukan kegiatan penelitian ini. Dengan peralatan yang cukup lengkap,tim menangkap beberapa biota-biota gua semacam arthropoda dan chiroptera.

Untuk biota-biota yang bergerak cepat,tim harus menangkapnya dengan perlahan. Untuk biota-biota yang ada di air, cukup sulit untuk ditangkap karena tim harus bergerak dengan hati-hati agar air yang ada tidak menjadi kotor dan tetap jernih. Biota yang sulit ditangkap seperti biota-biota renik yang sangat kecil dan harus sangat teliti dalam mencarinya. Kelelawar juga cukup sulit untuk ditangkap.

Dalam penelusuran dan pemetaan kesulitan cukup dipengaruhi oleh karakteristik gua serta lorong-lorong yang ada di dalamnya. Penelusuran pada gua vertikal lebih sulit dibanding dengan penelusuran gua horizontal. Salah satu faktornya adalah perlengkapan dan teknik yang dibutukan untuk menelusuri gua vertikal berbeda. Pada penelusuran gua vertikal, tim menggunakan single rope technique (SRT) serta bantuan webbing jika kedalamannya tidak terlalu dalam. Selain faktor tersebut keadaan gua berair dan berlumpur juga mempengaruhi tingkat kesulitan dalam penelusuran dan pemetaan.

Dalam gua berair akan lebih sulit melakukan pergerakan dan harus selalu memperhatikan ketinggian volume air dengan lorong yang ada, seperti pada Gua Ciranji dengan lorong yang penuh dengan aliran air dan terdapat beberapa sump. Pada gua berlumpur juga akan lebih sulit melakukan pergerakan tergantung dengan seberapa dalamnya tebal lumpur itu. Pada gua Cigawir dan Cigoler lumpur menyulitkan dalam pergerakan. Selain itu tinggi rendah atap lorong serta besar kecilnya lorong yang ditelusuri akan cukup banyak mempengaruhi pergerakan.

Page 99: Eksplorasi Karst Klapanunggal

Palawa Unpad | 97

4.4 Hasil Kegiatan

4.4.1Hasil Pemetaan

Pada saat melakukan penelitian biota gua, tim juga melakukan pemetaan gua untuk mengetahui sistem perguaan yang ada di lokasi penelitian.Dari hasil penelusuran ke sepuluh gua, dapat diketahui panjang lintasan pemetaan masing-masing gua, yaitu Gua Ciranji 249,39 meter, Gua Cioray 144,6 meter, Gua Cangkuang 154,67 meter, Gua Sipulus 108,14 meter, Gua Cigoler 139,25 meter, Gua Cigede 108,01 meter, Gua Leuksa 55,99 meter, Gua Cibedahan 119,35 meter, Gua Cigawir 108,14 meter, dan Gua Gintung 138,37 gua. Karakteristik gua-gua tersebut adalah berlumpur, kecuali Gua Ciranji yaitu berair.

Setelah didapatkan data pemetaan gua-gua, tim mengolah data tersebut menggunakan Microsoft Excel dengan mengacu pada aturan di buku Stasiun Nol (Laksmana, 2005: 49) sehingga didapatlah koordinat kartesian lalu timdapat menggambarkan peta gua-gua yang telah tim ambil datanya ke bidang dua dimensi. Tim menggambarkan dulu sketsa peta kartesian di kertas milimeter block, lalu disalin ke kertas kalkir.

4.4.2Penelitian Biota Gua

Dalam penelitian kali ini tim meneliti ordo Chiroptera yang berarti hewan dengan tangan berselaput termasuk kelelawar dan fillum Arthropoda yang merupakan hewan berbuku-buku, di dalamnya temasuk Arachnida, Diplopoda, Chilopoda, Krustasea. Tim meneliti hewan-hewan ini di kawasan karst Klapanunggal, Dusun Cibuntu dengan jumlah total sepuluh gua.

Dari pengambilan data diperoleh 172 spesimen Arthropoda gua terdiri dari sembilan taksa yang berbeda yaitu Diplopoda,

Page 100: Eksplorasi Karst Klapanunggal

98 | Divisi Caving

Charontidae,Aranchnea, Rhaphidophoridae, Diosramenna, Nocticolasp, Stygofauna, Hemiptera, dan Orthoplamenna sedangkan ditemukan lebih dari 1000 spesimen Chiroptera yang termasuk ke dalam empat spesies di antaranya Hipposideroslarvatus, Eonycterisspelaea, Rhinolophuspusillus, dan Miniopterusaustralis.

Biota yang paling banyak tim jumpai adalah Diplopoda atau yang biasa dikenal sebagai kaki seribu. Dari sepuluh gua terdapat tujuh gua yang di dalamnya tim mengambil sampel spesimen kaki seribu, yaitu Gua Gintung, Gua Ciranji, Gua Cibedahan, Gua Sipulus, Gua Cigede, Gua Cigawir, dan Gua Cangkuang. Di mana diketahui kaki seribu banyak hidup di medan yang berlumpur dan lembab seperti kondisi gua-gua yang tim masuki.

Selain kaki seribu, biota lain yang tim temukan selama kegiatan dan bersifat dominan yaitu kalacemeti atau Charontidae. Tim mengambil spesimen biota tersebut dari tujuh gua yang berbeda, yaitu Gua Gintung, Gua Ciranji, Gua Cioray, Gua Cibedahan, Gua Leuksa, Gua Cigoler, dan Gua Cangkuang.

Hasil penelitian di gua-gua kawasan karst Klapanunggal tim mengambil sampel lima ekor kelelawar dari empat gua yang berbeda, yaitu Gua Sipulus, Gua Cigede, Gua Cigawir, dan Gua Cangkuang.

Gua sebagai tempat tinggal kelelawar paling banyak yaitu di Gua Sipulus, ditandai dengan adanya kolam guano dengan ukuran kurang lebih 8 x 4 meter dengan kedalaman hingga melebihi mata kaki. Tim memperkirakan gua tersebut dipenuhi kelelawar pemakan buah-buahan, dari guanonya yang memiliki warna yang bervariasi.

Berikut hasil penelitian biota gua:

Page 101: Eksplorasi Karst Klapanunggal

Palawa Unpad | 99

Page 102: Eksplorasi Karst Klapanunggal

100 | Divisi Caving

Tabel 11. Daftar Jenis Arthropoda

Page 103: Eksplorasi Karst Klapanunggal

Palawa Unpad | 101

4.4.3Penelitian Uji Kualitas Air

Pada parameter fisika diuji suhu, bau, rasa, kekeruhan, residu terlarut (TDS) dan daya hantar listrik (DHL). Dapat dilihat semua parameter kecuali kekeruhan berada di bawah angka baku mutu yang berarti baik.Kekeruhan dapat disebabkan karena kondisi lingkungan ketika air diambil seperti adanya lumpur atau terjadinya hujan. Meskipun tidak berpengaruh kepada kualitas air namun senyawa gas yang ada dalam air dapat menimbulkan rasa dan bau yang kurang sedap.

Hasil pada parameter kimia menunjukkan semua parameter angka hasil pengukuran di bawah angka Baku Mutu meskipun Angka Permanganat cukup tinggi. Angka Permanganat menunjukkan banyak zat organik dalam air yang dapat dijadikan sebagai parameter angka pencemaran. Tidak ada kandungan timbal pada air maka air dapat dinyatakan aman.

Sedangkan pada parameter biologi yang menguji jumlah bakteri Escherichia Coli ditemukan angka yang cukup tinggi. Hal ini dapat disebabkan oleh kondisi wadah yang dipakai tidak steril atau terjadinya benturan selama perjalanan. Bakteri E.Coli yang berlebihan dapat menimbulkan bahaya kesehatan seperti

Page 104: Eksplorasi Karst Klapanunggal

102 | Divisi Caving

gangguan pencernaan, diare, radang usus, konstipasi bahkan kerusakan ginjal. Salah satu upaya pencegahannya adalah dengan dilakukannya proses pemanasan yaitu dengan cara mendidihkan dan dididihkan.

Pertama air yang diambil dari sungai terlebih dahulu disaring agar materi yang terdapat pada air tidak ikut tercampur. Atau dapat juga melalui proses pengendapan dengan mendiamkan air semalaman penuh. Bisa juga memberikan tawas pada air dengan takaran 1 gram tawas per 10 liter air supaya setelah air melalui proses penyaringan, air kemudian dimasak hingga suhu 100o C. Jika air telah bergolak, sebaiknya tidak langsung dimatikan tapi dididihkan kembali selama kurang lebih 15 menit supaya stabil. Setelah ketiga proses di atas barulah air dinyatakan aman dan siap dikonsumsi. Hasil pengujian kualitas air terdapat pada lampiran 23.

4.4.4Pemeriksaan Indeks Kesehatan Gigi Masyarakat

Dari 25 warga yang tim jadikan sampel,didapatkan nilai debris dengan parameter baik sebanyak 7 orang, sedang 9 orang dan buruk 9 orang. Nilai kalkulus dengan parameter baik sebanyak 5 orang, sedang 15 orang dan buruk 5 orang. Dari hasil akumulasi nilai debris dan nilai kalkulus yang merupakan OHI-S diperoleh 1 orang dengan parameter baik, 14 sedang, dan 10 buruk.

Page 105: Eksplorasi Karst Klapanunggal

Palawa Unpad | 103

Gambar 9. Grafik Presentasi nilai OHI-S Masyarakat Dusun Cibuntu

Dari hasil yang didapatkan serta hasil wawancara dari sampel, tim dapat mengetahui bahwa kebanyakan warga Dusun Cibuntu tidak menjaga kebersihan giginya dengan benar. Kebanyakan dari mereka menyikat gigi pada waktu dengan cara yang salah. Kebanyakan warga tidak menyikat gigi malam hari sebelum tidur, itu mengakibatkan debris sisa makanan yang terkumpul berubah menjadi plak kemudian mengeras jadi kalkulus.

Dari hasil nilai kalkulus juga dapat dilihat banyak debris dan kalkulus pada bagian dalam mulut warga. Hal ini disebabkan oleh cara menyikat gigi yang salah, bagian dalam mulut tidak tersikat dengan benar sehingga banyak kotoran tertinggal yang akhirnya menjadi kalkulus.

Dari hasil yang didapatkan, warga Dusun Cibuntu melakukan hal seperti itu karena warga belum pernah mendapatkan pengetahuan mengenai cara menjaga kebersihan gigi. Warga belum mengetahui bagaimana cara menyikat gigi dengan benar

Page 106: Eksplorasi Karst Klapanunggal

104 | Divisi Caving

dan belum mengetahui waktu yang tepat untuk menyikat gigi.Nilai DMF diperoleh dari jumlah gigi DMF dibagi dengan

jumlah orang yang diperiksa. Dari hasil yang tim dapatkan, jumlah gigi DMF pada 25 sampel warga Dusun Cibuntu adalah sebanyak 374, sehingga hasil nilai DMF yang didapatkan adalah 14,96 merupakan hasil yang sangat besar sekali. Ini menandakan bahwa pengalaman karies di Dusun Cibuntu parah dan kesehatan gigi dan mulutnya buruk karena banyaknya gigi karies.

Karies merupakan penyakit infeksi pada gigi yang disebabkan oleh bakteri yang menyebabkan gigi berlubang. Karies tidak akan sembuh jika tidak diobati. Pengobatan karies adalah dengan penambalan dan pencabutan.

Kebanyakan warga Dusun Cibuntu tidak mengobati gigi yang terkena karies, yang biasanya dilakukan warga adalah meminum obat penahan rasa sakit agar sakitnya tidak terasa, padahal hal itu hanya akan memperparah keadaan gigi karena gigi tersebut tetap tidak terobati.

Kebanyakan warga tidak pergi ke dokter gigi saat sakit gigi karena jaraknya yang terlalu jauh, dokter gigi terdekat yang mereka ketahui terdapat di Citeureup dan memakan biaya yang cukup mahal untuk pergi ke sana.

4.4.5 Pendataan Aspek Sosial, Ekonomi, dan Budaya Masyarakat

4.4.5.1 Dusun dan Masyarakat

Dinamakan Dusun Cibuntu karena terdapat sungai yang airnya tiba-tiba menghilang dari permukaan. Masyarakat menyebutnya dengan istilah buntu. Sungai yang buntu membuat masyarakat menamakan dusun dengan nama Dusun Cibuntu, artinya air yang

Page 107: Eksplorasi Karst Klapanunggal

Palawa Unpad | 105

buntu.Dusun Cibuntu masih asri dengan banyaknya pepohonan di

sekitar. Tidak jauh dari dusun, terlihat Gunung Sindanglaya yang sering dijadikan lahan berkebun warga.

Dusun Cibuntu adalah dusun yang tanah di sekitarnya sudah menjadi milik salah satu perusahaan pertambangan yang pabriknya berlokasi di Kecamatan Tajur, kecamatan di sebelah kecamatan Klapanunggal.

Masyarakat Dusun Cibuntu ada yang berasal dari dusun lain di sekitarnya. Biasanya pindah ke Dusun Cibuntu karena ikut suami atau istrinya. Ada pula yang memang sudah tinggal sejak lahir karena orang tuanya memang tinggal di dusun tersebut. Dusun Cibuntu merupakan dusun terakhir yang muncul di Kecamatan Klapanunggal dibandingkan dengan dusun lain di sekitarnya.

4.4.5.2 Kondisi Sosial Masyarakat

Masyarakat tinggal di dusun yang aksesnya cukup jauh dari pusat kegiatan masyarakat seperti pasar, yaitu dipisah jarak oleh perbukitan karst. Untuk menuju Dusun Cibuntu, sudah ada jalur jalan dengan permukaan yang berbatu dan terjal. Beberapa warga memiliki sepeda motor. “Soalnya susah kemana-mana kalau ga ada motor”, menurut pemilik warung yang memiliki tiga buah motor. Namun tidak jarang warga memilih untuk berjalan kaki karena merasa sulit jika mengendarai motor di medan berbatu. Apalagi jika hujan tiba, kendaraan akan sulit melaju. Ada pula bakter yang turun ke kota dua kali seminggu. Masyarakat bisa menumpang bakteri untuk turun ke kota.

Dusun Cibuntu yang akses jalannya berbatu dan terjal belum terjamahi listrik PLN. Namun, pemerintah telah memberikan bantuan pencahayaan bagi dusun dengan memberikan panel surya

Page 108: Eksplorasi Karst Klapanunggal

106 | Divisi Caving

ke setiap rumah. Beberapa bulan lalu, PLN telah memasang tiang listrik dan sambungan kabel di rumah-rumah warga. Surat legalitas pemasangan listrik sudah ada, namun listrik belum juga sampai. Rencananya, tidak lama lagi listrik dari PLN akan segera menerangi dusun. Kebutuhan akan listrik dirasakan oleh sebagian warga.

Warga ingin dapat menonton televisi, menyalakan radio, atau menyetrika dengan nyaman tanpa takut kehabisan energi. Jika pada musim hujan energi yang diserap panel surya hanya mengisi setengah energi yang dapat disimpan aki, diharapkan dengan hadirnya listrik PLN ke dusun, warga dapat dengan leluasa menggunakan listrik. Selain itu warga juga membutuhkan listrik untuk menerangi jalan.

Sebagian warga lain tidak merasa begitu membutuhkan listrik. Panel surya saja menurut mereka sudah cukup. Jikapun listrik PLN dipasang di dusun, warga belum mau melepas panel surya, jadi ada listrik PLN maupun panel surya sekaligus dalam satu rumah. Katanya, listrik dapat padam sewaktu-waktu, sedangkan panel surya tidak. Jika harus memilih, beberapa warga lebih memilih panel surya.

Walaupun cukup berat juga untuk mengganti panel yang akan rusak setelah empat tahun pemakaian, karena harganya yang relatif mahal. Pendapat lain dikemukanan warga yang merasa pengeluaran perbulannya akan bertambah jika menggunakan listrik PLN. Panel surya sudah diterima sejak sekitar lima tahun lalu.

Rumah disini rata-rata semi permanen, yaitu satu bagian rumah menggunakan tembok dari bata, sebagian yang lain berdinding bilik. Ada pula rumah yang sudah menggunakan tembok bata sepenuhnya, atau masih bilik sepenuhnya. Cukup banyak warga yang di rumahnya terdapat kambing.

Page 109: Eksplorasi Karst Klapanunggal

Palawa Unpad | 107

Warga mengurusi kambing-kambing itu untuk memenuhi kebutuhan yang mendesak sehingga dapat dijual sewaktu-waktu jika membutuhkan. Kambing yang diurusi ada yang punya sendiri, ada pula yang milik orang lain. Jika kambing beranak, biasanya yang mengurusi kambing milik orang lain mendapatkan satu anak kambing untuk menjadi miliknya.

Untuk memenuhi kebutuhan air bersih, warga biasanya turun ke sungai untuk mengambil air. Ada juga sumber air yang disalurkan dengan menggunakan selang ke penampungan. Hanya ada tiga penampungan air di sekitar rumah warga. Sebagian warga ingin dapat menyalurkan air ke rumahnya, namun kondisi permukaan yang tidak rata, membuat air tidak mampu dialiri lewat selang ke rumah-rumah warga. Sebagian warga belum merasa butuh dengan aliran air ke rumah, karena merasa cukup terpenuhi dengan mandi dan buang air di sekitar sungai.

Warga Dusun Cibuntu rata-rata hanya mengenyam pendidikan setingkat SD, namun itu pun tidak semuanya hingga tamat. Kondisi sekolah yang cukup jauh dan keterbatasan biaya dianggap sebagai alasannya. Namun ada pula sebagian kecil warga yang anaknya sekolah hingga setingkat SMP bahkan SMA.

Sekolah yang jaraknya cukup jauh dari dusun ini membuat anak-anak yang melanjutkan sekolah ke jenjang SMP atau SMA harus tinggal di pesantren sekolah. Beberapa warga yang anaknya bersekolah diluar dusun ini sesekali meninggalkan dusun untuk menjenguk anaknya.

Warga memang jarang untuk pergi keluar dusun karena kondisi jalan yang berbatu, terjal, akses kendaraan yang sulit dan jaraknya yang jauh. Warga keluar dusun hanya jika ada hal-hal tertentu atau hal penting, seperti ke pasar untuk membeli pakaian, berkunjung ke rumah orang tua, menghadiri undangan, rapat desa,

Page 110: Eksplorasi Karst Klapanunggal

108 | Divisi Caving

atau pengajian.Masyarakat Dusun Cibuntu menyadari daerahnya sulit untuk

dijangkau oleh masyarakat luar. Dusun Cibuntu dapat dikatakan sangat sederhana dan perubahan sosial berlangsung lambat. Hal Kondisi topografi menyebabkan warga pasrah dengan keadaan yang belum terjangkau listrik PLN. Masyarakat pun sudah terbiasa dengan penerangan seadanya di malam hari.

Akses jalan untuk keluar dusun yang cukup sulit membuat warga kurang berhubungan dengan masyarakat lain yang ada di luar dusun. Untuk sekolah pun, jarak menjadi hambatan. Sehingga perkembangan ilmu pengetahuan terhambat.

Kurangnya hubungan dengan masyarakat lain, perkembangan ilmu pengetahuan yang terlambat, kebiasaan, dan nilai pasrah tersebut menjadi faktor-faktor yang menghambat terjadinya perubahan sosial.

4.4.5.3 Kondisi Ekonomi Masyarakat

Setiap hari kaum bapak biasanya pergi ke kebun untuk berladang huma, cabai, jahe, pisang, singkong, leunca, dan terong. Ada yang di lahan sendiri, ada pula yang menumpang tanah di lahan milik orang lain. Sistem berladang warga Dusun Cibuntu tidak membuka lahan lantas dijadikan sawah, melainkan menggunakan sistem tadah hujan sehingga tidak merusak struktur bentuk permukaan tanah.

Padi huma yang dipanen, tidak untuk dijual melainkan disimpan dalam lumbung atau dalam istilah sunda disebut leuwit yang ada di dekat rumah. Hasil panen huma digunakan untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari hingga musim panen tahun berikutnya tiba. Tidak semua huma yang disimpan warga mampu memenuhi kebutuhan pokok hingga satu tahun.

Page 111: Eksplorasi Karst Klapanunggal

Palawa Unpad | 109

Bagi warga yang hanya menanam huma sedikit, huma hanya mampu memenuhi kebutuhan selama empat sampai enam bulan. Untuk menggiling huma, dulu warga menggilingnya sendiri, tapi sekarang sudah ada tempat pusat penggilingan di dusun. Warga membayarnya seharga 1 liter beras saat itu untuk menggiling 10 liter huma. Berbeda dengan cabai, jahe, pisang, singkong, leunca, dan terong, warga biasa menjualnya lewat bandar di dusun. Kaum bapak juga mencari kayu bakar untuk dijadikan arang kemudian dijual. Menjual arang dapat membantu memenuhi kebutuhan sehari-hari. Warga menjual arang kepada pengumpul yang dihargai duabelas hingga limabelas ribu per karungnya. Biasanya warga menjual dua hingga lima karung ke pengumpul setelah dua hingga tiga hari bekerja mengumpulkan kayu dan membakarnya hingga menjadi arang.

Untuk memenuhi kebutuhan pangan, warga bisa mengambil hasil kebun, seperti daun singkong atau daun paku. Sesekali warga berbelanja di warung sayur yang menjual bahan seadanya. Hanya ikan asin saja lauk yang tak pernah absen di warung sekitar. Sedangkan untuk memenuhi biaya sekolah, biasanya warga menjual pohon kayu jengjeng yang dimiliki atau kambingnya.

Sebagian besar masyarakat berkebun di atas tanah milik perusahaan pertambangan, Indocement. Gunung Sindanglaya yang dijadikan tempat warga berkebun sewaktu-waktu dapat diubah menjadi areal penambangan.

“Udah dibor waktu itu juga, diambil sampel batunya”, kata salah satu warga. Tidak sedikit warga yang bingung menjawab ketika ditanya mengenai indocement jika areal penambangannya sampai mendekati dusun ini, karena tidak mengetahui keuntungan dan kerugiannya.

“Kalau ada pertambangan, gapapa. Asalkan ada pengganti

Page 112: Eksplorasi Karst Klapanunggal

110 | Divisi Caving

lahannya, dan ada uang reparasinya”, kata salah satu warga yang biasa mengantar ke makam.

“Ya kan itu tanahnya punya indocement, kalau yang punya mau ambil, saya bisa apa?” menurut salah satu warga.

Namun ada pula yang sudah mengerti, seperti tokoh agama yang mengatakan, “Ga setuju kalau ada PT. Indocement, karena Gunung Sindanglayang nyimpen potensi air. Karena walau udah kemarau delapan bulan tapi air masih ada sampai sekarang. Kalau gunung ini dikeruk, nanti jadi kayak Kampung Lulut, bakal panas dan berdebu. Rumah juga jadi banyak retak”.

Indocement pernah memberikan bantuan kepada Dusun Cibuntu, yaitu pembuatan aula, namun koordinator dari salah satu dusun sekarang sudah tidak aktif karena merasa rugi dengan perhitungan bahan bangunan yang lebih murah dari harga asli. Beberapa orang seperti yatim dan jompo juga pernah diberikan bantuan sembako oleh Indocement.

Karl Marx menjelaskan bahwa telah terjadi ketidaksetaraan sosial di dalam masyarakat. Ia menyebut faktor utama yang menyebabkan ketidaksetaraan tersebut adalah faktor ekonomi. Dalam masyarakat, ada kelompok orang yang mampu menguasai sumber dana ekonomi (modal) yang jumlahnya terbatas, kelompok ini adalah minoritas. Disisi lain, kelompok mayoritas tidak mampu menguasai sumber daya.

Warga Dusun Cibuntu mengalami ketidaksetaraan sosial jika dibandingkan dengan warga pendatang yang bekerja dengan memanfaatkan sumber daya pertambangan. Dikaitkan dengan penjelasan Karl Marx, pihak Indocement merupakan pihak minoritas yang menguasai sumber dana ekonomi.

Di sisi lain, warga hanya bekerja mencari kayu bakar, berkebun, atau menjadi buruh serabutan karena tidak mampu menguasai

Page 113: Eksplorasi Karst Klapanunggal

Palawa Unpad | 111

potensi tambang di wilayahnya.

4.4.5.4 Kondisi Budaya Masyarakat

Masyarakat Dusun Cibuntu rata-rata mengetahui keberadaan gua di sekitar. Ada yang mengetahui dua hingga tiga gua, ada pula yang hanya mengetahui satu gua, yaitu gua yang dijadikan tempat pertapaan. Ada yang pernah berkunjung ke gua, ada pula yang mengaku belum pernah sama sekali berkunjung, karena tidak tahu mau apa ke sana.

Beberapa warga mengaku mengetahui keberadaan gua karena dahulu permintaan akan ornamen dari luar. Warga pun sengaja mencari keberadaan gua untuk mengambil ornamen kemudian menjualnya.

Warga mengaku mengambil ornamen dengan menggunakan gergaji atau alat pahat. Kini warga tidak memotong ornamen gua lagi, karena tidak ada permintaan dari luar.

Beberapa gua yang dikenal warga adalah Gua Ciranji yang berair, Gua Cangkuang yang memiliki ornamen besar, Gua Cioray yang didalamnya terdapat sarang walet, dan Gua Liang Inten yang sering didatangi. Gua Cioray dulunya menyimpan walet, sehingga warga berburu sarang walet di sana.

Kini sarang walet sudah banyak dicuri, sehingga sudah tidak ada lagi yang tersisa. Gua Liang Inten adalah gua yang sering dikunjungi warga dusun atau penduduk dari luar dusun untuk meminta keberkahan. Beberapa warga menyebutnya dengan istilah tapa, atau ada juga yang menyebutnya tirakat, mahabah, atau sarsilah. Mahabah merupakan bentuk ziarah kepada wali-wali yang ada di makam tersebut, sedangkan sarsilah artinya hadiah, yaitu dengan membacakan doa-doa.

Page 114: Eksplorasi Karst Klapanunggal

112 | Divisi Caving

“Kalau tapa belum pernah, paling mahabah, sarsilah,” begitu menurut salah satu warga. Istilah yang berbeda-beda itu merupakan kegiatan yang sejenis, yaitu melakukan doa dan puji-pujian. Warga biasanya membawa nampan berisi kembang, kopi, teh, susu dan gula sebagai sajian kepada penunggu Gua Liang Inten. Pernah juga ada yang memotong sapi setelah permintannya terkabul. Ada yang mengatakan berdoa kepada Tuhannya, namun melalui perantara para wali atau penunggu gua.

Dalam bahasa Sunda, warga menyebutnya nyareat; ada juga yang mengatakan berdoa untuk penghuni gua di sana, yaitu Dewi Setya Ragen dan suaminya Kang Semar (Semar dalam tokoh pewayangan dalam cerita rakyat). Konon, Gua Liang Inten dihuni oleh tokoh pewayangan Semar dan Istrinya. Biasanya sebelum ke Gua Liang Inten, warga terlebih dahulu ziarah ke 11 makam wali yang berada di atas tidak jauh dari lokasi gua, kemudian melantunkan puji-pujian di gua.

Setelah kegiatan selesai, ada yang membasuh muka, berwudhu, atau mandi di air yang ada di dalam gua. Tidak jarang warga melantunkan puji-pujian hingga larut malam hingga tertidur, kemudian pulang esok harinya. Gua Liang Inten lebih sering dikunjungi pada bulan-bulan tertentu, seperti pada peringatan Maulid Nabi, Milad, Rajab, atau menjelang bulan puasa.

Gua ini disebut Gua Liang Inten karena konon terdapat inten atau intan didalamnya. Sebagian warga menyebutnya Gua Situmpeng. “Di tengahnya itu ada batu putih muncul dari bawah ke atas, terus ada air netes”, begitu menurut salah satu warga. Stalagmit yang berbentuk seperti tumpenglah yang menjadi asal mula julukan Situmpeng.

Ferdinand Tonnies mengatakan bahwa kebiasan mempunyai tiga arti, yaitu (1) menunjuk pada suatu kenyataan yang bersifat

Page 115: Eksplorasi Karst Klapanunggal

Palawa Unpad | 113

objektif, (2) dijadikan kaidah bagi seseorang yang diciptakan untuk dirinya sendiri, dan (3) dan sebagai perwujudan kemauan atau keinginan seseorang untuk berbuat sesuatu.

Suatu kenyataan yang objektif adalah bahwa seseorang biasa melakukan perbuatan-perbuatan tertentu dalam tata cara hidupnya. Beberapa waga yang masuk ke dalam gua untuk sekadar bermain bersama teman-teman sepulang sekolah, atau mencari walet, adalah contoh yang menunjuk pada kenyataan yang bersifat objektif.

Mengunjungi Gua Liang Inten pada waktu-waktu tertentu seperti pada peringatan Maulid Nabi, Milad, Rajab, atau menjelang bulan puasa, merupakan kebiasaan yang dijadikan kaidah bagi seseorang yang diciptakannya untuk dirinya sendiri. Dalam hal ini, orang yang bersangkutanlah yang menciptakan suatu perilaku bagi dirinya sendiri. Sedangkan meminta sesuatu atau berdoa kepada penghuni Gua Liang Inten, membawa sesajen, memotong sapi sebagai rasa syukur karena permintaannya terkabul, merupakan kebiasaan dalam arti sebagai perwujudan kemauan atau keinginan seseorang untuk berbuat sesuatu.

4.4.6 Sosialisasi

Pada tanggal 6 September 2014, tim kembali ke Klapanunggal untuk melakukan sosialisasi hasil penelitian tim sesuai dengan rencana awal. Tujuannya adalah menginformasikan kepada masyarakat Dusun Cibuntu mengenai hasil kegiatan kami pada 10-17 Juli 2014, disertai dengan pemberian informasi mengenai keberadaan gua di Dusun Cibuntu, beserta deskripsinya secara singkat dan menarik. Didalam informasi keberadaan gua itu tim sertakan ornamen dan hewan-hewan yang tim temukan.

Selain itu tim juga mengedukasi masyarakat mengenai

Page 116: Eksplorasi Karst Klapanunggal

114 | Divisi Caving

pentingnya kawasan karst, termasuk Dusun Cibuntu dalam menyediakan kebutuhan air bagi kehidupan. Tidak ketinggalan, sosialisasi mengenai kesehatan gigi dan mulut yang dibawakan rekan tim kami yang berasal dari Fakultas Kedokteran Gigi. Tim menyimulasikan bagaimana cara sikat gigi yang baik dan benar.

Kegiatan sosialisasi dilakukan pada petang hari yaitu sekitar pukul 15.00-17.45 WIB. Waktu tersebut dipilih dengan pertimbangan bahwa masyarakat sudah kembali dari pekerjaannya. Sosialisasi dihadiri oleh sekitar 60 orang dengan komposisi yang beragam, mulai dari ibu-ibu, bapak-bapak, manula hingga anak-anak turut serta meramaikan.

Masyarakat yang hadir, datang dari berbagai kalangan ada pemangku jabatan penting di dusun tersebut seperti ketua RT, ketua RW, kepala dusun, tokoh agama, dan pihak Badan Penasihat Desa (BPD). Sosialisasi dilakukan dengan cara berkumpul dan presentasi materi oleh seluruh tim yang berangkat. Sosialisai dilakukan bertempat di kediaman Ibu Fatimah salah seorang tokoh masyarakat.

Masyarakat yang hadir tampak antusias mendengarkan materi, hal itu ditunjukan dengan ekspresi yang terlihat senang dan selalu berdiskusi aktif mengenai hal-hal yang diinformasikan. Bahkan salah seorang warga mengatakan bahwa anaknya menjadi rajin sikat gigi setelah adanya simulasi cara sikat gigi yang baik dan benar. Keesokan harinya saat tim hendak pulang, tim juga melihat beberapa rumah warga yang sudah memasang poster yang kami bagikan saat sosialisasi.

Page 117: Eksplorasi Karst Klapanunggal

Palawa Unpad | 115

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Sesuai dengan AD/ART yang menyebutkan bahwa untuk mengubah jenjang keanggotaan dan mendapatkan Nomor Pokok Anggota maka tiap Anggota Muda wajib menyusun kegiatan pengembaraan. Berangkat dari hal tersebut, tim mengambil pengembaraan penelitian endokarst dan eksokarst di kawasan karst Klapanunggal, Dusun Cibuntu, Desa Leuwi Karet, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor yang telah dilaksanakan pada tanggal 10-17 Juli 2014.

Penelitian endokarst yang dilakukan meliputi penelitian biota Ordo Antropoda dan Filum Chiloptera yang ada di dalam gua yang juga dibarengi dengan pemetaan gua, sedangkan penelitian eksokarst meliputi pengujian kualitas air yang digunakan untuk kebutuhan sehari-hari masyarakat, pendataan aspek ekonomi, sosial, dan budaya masyarakat, serta pemeriksaan indeks kesehatan gigi masyarakat.

Pengembaraan yang tim lakukan merupakan pengaplikasian dari apa yang telah dipelajari selama mengikuti Diklatdas dan Mabim terutama dalam materi telusur gua. Pengujian kualitas air, pendataan aspek ekonomi, sosial, budaya masyarakat dan

Page 118: Eksplorasi Karst Klapanunggal

116 | Divisi Caving

pemeriksaan indeks kesehatan gigi masyarakat yang menjadi materi penelitian eksokarst dapat tim manfaatkan dalam kegiatan pascapelaksanaan sehingga berguna bagi masyarakat sekitar dan unsur pengabdian kepada masyarakat mampu teraplikasi dalam kegiatan yang dilakukan.

Secara keseluruan proses pengembaraan ini terbagi menjadi tiga tahapan yaitu prapelaksanaan, pelaksanaan, dan pascapelaksanaan. Pada tahap prapelaksanaan, tim melakukan perencanaan dan persiapan teknis dan non-teknis seperti pencarian data-data sekunder, persiapan perizinan, pendanaan, bina jasmani, materi kelas, dan latihan rutin. Materi yang didapatkan adalah karstologi, etnografi, biospeleologi, dokumentasi melalui bentuk diskusi interaktif dan materi kelas.

Tim melakukan satu kali survey lokasi pengembaraan dan dua kali simulasi yang terdiri dari (1) simulasi rescue; (2) simulasi pemetaan gua dan penelitian biota gua. Survey lokasi pengembaraan dilaksanakan pada 25-27 Mei 2014 dan menghasilkan gambaran yang lebih jelas mengenai lokasi kegiatan seperti keadaan penduduk, medan dan kondisi mulut gua, aksesibilitas, estimasi waktu yang dibutuhkan, serta berbagai data penunjang kegiatan lainnya.

Simulasi yang dilakukan di tempat yang memiliki karakteristik sejenis dengan lokasi pengembaraan bertujuan untuk mensimulasikan tata cara pergerakan yang meliputi penelusuran, penelitian dan pemetaan, waktu yang dibutuhkan dalam pelaksanaan kegiatan, kebutuhan peralatan, dan antisipasi bahaya yang mungkin terjadi. Simulasi horizontal rescue dan vertical rescue dilaksanakan pada 30-31 Mei 2014 yang bertempat di Gua Cukang Lemah, kawasan karst Tasikmalaya.

Simulasi penelusuran, penelitian biospeleologi dan pemetaan

Page 119: Eksplorasi Karst Klapanunggal

Palawa Unpad | 117

dilaksanakan pada 19 - 23 Juni 2014 di Gua Cidomba dan Gua Cikaray, kawasan karst Leuwikaret, Kabupaten Bogor.

Pada tahap pelaksanaan kegiatan, tim melakukan operasional di lapangan selama delapan hari dengan menelusuri, memetakan serta melakukan penelitian biospeleologi terhadap sepuluh gua. Tim juga melakukan pendataan masyarakat terkait ekonomi, sosial dan budaya serta melakukan pemeriksaan gigi dan menguji kualitas air dari sungai Ciranji yang dijadikan sumber air warga setempat. Pada tahap pascapelaksanaan, tim mengolah seluruh data yang didapatkan di lapangan, yaitu identifikasi biota gua, pembuatan peta gua, laporan sebaran biota gua, hasil pengujian kualitas air, hasil pendataan ekonomi, sosial, budaya masyarakat, dan hasil pemeriksaan indeks kesehatan gigi masyarakat yang akan dipertanggungjawabkan dalam laporan pengembaraan.

Tim juga melakukan sosialisasi mengenai hasil yang didapat dari kegiatan yang telah dilakukan, seperti hasil data gua yang telah tim telusuri, hasil uji kualitas air, penyuluhan untuk menjaga kesehatan gigi dan melestarikan kawasan karst setempat.

Tim telah berhasil memetakan sebanyak sepuluh gua dengan kalkulasi panjang gua yaitu 1000,04 meter. Dari sepuluh gua yang ditelusuri, gua yang memiliki panjang terendah adalah Gua Ciorai dengan panjang 39,95 meter, dan gua terpanjang adalah Gua Ciranji dengan panjang 248,2 meter. Karakteristik gua-gua yang ditelusuri, satu diantaranya berair, sedangkan sembilan gua lainnya berlumpur. Atap gua bervariasi dengan tinggi di atas kepala dan dapat dilewati dengan berjalan dan ada juga yang hanya bisa dilalui dengan merayap. Dalam setiap gua hampir selalu ditemui chamber luas.

Bekerja sama dengan LIPI,tim menemukan bahwa biota gua Filum Antropoda dan Ordo Chiloptera yang ada di kawasan

Page 120: Eksplorasi Karst Klapanunggal

118 | Divisi Caving

karst Klapanunggal terdiri dari Diplopoda, Stago Phrynus sp, Diosramenna, Orthoplamenna, Stygofauna, Hemiptera, Rhaphidophoridae, Nocticola sp, Hipposideros larvatus, Eonyoteris spelaea, Rhinolophus pusillus, Aranchnea, Miniopterus australis, dengan karakteristik jenis yang sejenis di setiap guanya.

Kualitas air sungai yang diuji di Lab Ekologi membuktikan bahwa air tersebut dapat dimanfaatkan oleh masyarakat Dusun Cibuntu untuk mandi dan layak untuk dikonsumsi sehari-hari dengan terlebih dahulu dilakukan penyaringan dan pemanasan air yang akan dikonsumsi. Sedangkan untuk pendataan gigi, hasil menyatakan indeks kesehatan gigi masyarakat Dusun Cibuntu tergolong rendah 4 persen, buruk 40 persen, dan sedang 56 persen, maka dapat dikatakan indeks kesehatan gigi masyarakat tergolong sedang dan cenderung buruk. Hal tersebut diakibatkan oleh cara menyikat gigi yang salah dan waktu menyikat gigi yang tidak tepat sehingga bagian dalam mulut tidak tersikat dengan benar dan hasilnya kotoran yang tertinggal mengendap menjadi kalkulus.

Masyarakat Dusun Cibuntu tergolong dalam masyarakat berpendapatan rendah, dengan penghasilan berkisar antara lima puluh hingga dua ratus lima puluh ribu per bulan. Dalam pertumbuhan dan perkembangan kehidupan sosial, masyarakat Dusun Cibuntu dapat digolongkan menjadi masyarakat sederhana, di mana pembagian kerja berdasarkan jenis kelamin.

Kaum pria melakukan pekerjaan berat seperti berkebun, beternak, bekerja serabutan, dan mencari kayu bakar, sedangkan kaum wanita melakukan pekerjaan ringan seperti mengurusi rumah tangga, mengasuh anak, dan membantu berkebun sekadarnya. Masyarakat Dusun Cibuntu masih percaya hal-hal magis dan takhayul berkaitan dengan gua, terbukti dengan dijadikannya Gua Inten sebagai tempat milad dan pertapaan. Sayangnya, masyarakat belum teredukasi mengenai karst dan

Page 121: Eksplorasi Karst Klapanunggal

Palawa Unpad | 119

manfaatnya dan masih melakukan penjualan ornamen gua.Kegiatan pengembaraan penelitian yang dilaksanakan akan

menambah database perhimpunan mengenai keadaan endokarst dan eksokarst di kawasan karst Klapanunggal. Data-data tersebut telah dituangkan dalam laporan kegiatan pengembaraan. Diharapkan data yang ada dapat bermanfaat bagi perhimpunan dan khalayak luas.

kawasan karst Klapanunggal merupakan wilayah yang kaya akan potensi industri pertambangan. Gua-gua yang terdapat di Dusun Cibuntu dapat digunakan sebagai lokasi eksplorasi bagi para penelusur gua. Namun perlu diperhatikan, seiring dengan banyaknya jumlah pengunjung yang memasuki gua tersebut, secara tidak langsung akan mengganggu habibat yang ada di dalamnya.

Meskipun kawasan karst Klapanunggal memiliki potensi batu gamping yang dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan bahan tambang, namun sangat disayangkan jika kawasan yang asri tersebut harus berubah akibat kegiatan eksploitasi pertambangan. Terlebih lagi, terdapat salah satu gua yakni Gua Ciranji yang menjadi sumber air bagi warga sekitar. Keberadaannya tentu patut dijaga dan dilestarikan.

Masih cukup banyak potensi gua bawah tanah di kawasan karst Klapanuggal, namun belum ada data konkret mengenai keberadaan gua tersebut. Oleh karena itu, diharapkan khususnya kepada penggiat telusur gua untuk dapat memperkaya data tersebut.

5.2 Saran

Tim pengembaraan Penelitian Endokarst dan Eksokarst Kawasan Karst Klapanunggal telah merencanakan dan menjalankan

Page 122: Eksplorasi Karst Klapanunggal

120 | Divisi Caving

kegiatan pengembaraan semaksimal mungkin. Seluruh perencanaan kegiatan telah disusun sebaik mungkin mulai dari prapelaksanaan, pelaksanaan, hingga pascapelaksanaan. Namun tetap ditemui beberapa ketidaksesuaian antara pelaksanaan dan rancangan awal kegiatan.

Jumlah anggota tim yang seharusnya sebanyak sebelas orang berkurang menjadi delapan orang. Kurangnya kepedulian antar sesama anggota tim menjadi salah satu alasan. Tim menyarankan, bangun kembali rasa peduli dan tiap anggota harus saling memberi motivasi serta menjaga perasaan antar sesama saudaranya.

Permintaan perizinan dan permintaan bantuan dana kegiatan ke pihak universitas berjalan lebih lambat dari yang direncanakan. Hal tersebut karena sebelumnya tim tidak melakukan pembicaraan awal dan tidak berkonsultasi dengan pembina PALAWA terlebih dahulu, sehingga proposal kegiatan yang sudah tim ajukan ke pihak rektorat dikembalikan untuk dikonsultasikan dengan pembina. Akibatnya, perizinan kegiatan dan bantuan dana yang tim terima terbatas hanya untuk kegiatan pelaksanaan karena kegiatan prapelaksanaan sudah berjalan.

Untuk kegiatan pengembaraan selanjutnya, tim menyarankan agar pada saat terbentuknya tim pengembaraan, sesegera mungkin membicarakan mengenai rencana kegiatan yang akan dilaksanaan kepada pembina dengan sepengetahuan Dewan Pengurus, sehingga pembina dapat mengetahui rangkaian kegiatan yang akan dijalankan.

Jika pihak universitas belum percaya pada kredibilitas tim dalam melakukan kegiatan terutama pada kegiatan sosialisasi dalam kegiatan pascapelaksanaan, tim dapat meyakinkan dengan membawa dokumen dan laporan hasil kegiatan yang telah dilaksanakan di tahun sebelumnya.

Page 123: Eksplorasi Karst Klapanunggal

Palawa Unpad | 121

Perubahan jadwal penelusuran menjadi salah satu kendala yang tim alami di lapangan. Hal tersebut karena tim tidak mengetahui total pasti panjang gua, sehingga beberapa penelusuran berlangsung lebih singkat, dan ada yang membutuhkan waktu lebih lama. Bagi tim pengembaraan selanjutnya, disarankan untuk melakukan perencanaan kegiatan yang akan dilakukan jika estimasi waktu yang dilaksanakan tidak sesuai dengan perencanaan dengan sebaik mungkin.

Untuk kegiatan pengembaraan penelusuran gua selanjutnya, tim menyarankan untuk membawa alat cadangan yang dapat digunakan dalam penelusuran, penelitian dan pemetaan gua untuk mengantisipasi jika terjadinya kerusakan alat di lapangan. Kemudian dalam pendataan aspek ekonomi, sosial, dan budaya, serta pemeriksaan kesehatan gigi, harus sudah memiliki target responden yang tepat sehingga hasil data yang diperoleh mewakili keadaan keseluruhan.

Keapikan juga menjadi sesuatu yang patut dimulai sejak dini. Bagi tim pengembaraan selanjutnya, alangkah baiknya jika pengarsipan dikumpulkan di suatu tempat seperti map dan disimpan ditempat yang rapi seperti tas. Harus selalu menjaga dan mengecek keadaan yang dibawa. Setiap selesai kegiatan disarankan untuk melakukan pencucian dan perawatan dengan memberikan pelumas.

Kepada para pemangku kepentingan di kawasan karst Klapanunggal, diharapkan dapat memanfaatkan potensi yang tersedia dengan bijak. Apabila wilayah tersebut akan dimanfaatkan lebih lanjut untuk kepentingan wisata, tambang, atau kunjungan umum lain maka harus lebih diperhatikan dampak yang akan terjadi setelahnya.

Page 124: Eksplorasi Karst Klapanunggal

122 | Divisi Caving

Page 125: Eksplorasi Karst Klapanunggal

Palawa Unpad | 123

DAFTAR PUSTAKA

Haryono, E., Adji, T.N. 2004. Geomorfologi dan Hidrologi Karst. Bahan Ajar. Yogyakarta: Kelompok Studi Karst Fakultas Geografi UGM.

Laksmana, Erlangga Esa. 2005. Stasiun Nol Teknik-Teknik Pemetaan dan Survey Hidrologi Gua. Jogjakarta: Megalith Books dan Acintyacunyata Speleological Club.

Marya, CM. 2011. A Textbook of Public Health Dentistry. New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publishers.

Murdiyatmoko, Janu. 2007. Sosiologi: Memahami dan Mengkaji Masyarakat. Bandung: PT. Grafindo Media Pratama.

Soekanto, Soerjono. 2007. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Suhardjono, Yayuk R. 2013. Keanekaragaman Fauna Gua Indonesia. Bogor: Pusat Penelitian Biologi-LIPI Bidang Zoologi.

Pracaya, Ir. 1991. Hama dan Penyakit Tanaman. Jakarta: Penebar Swadaya.

Adhi, I Ketut Diana. 2008. Phylum Arthropoda, diakses melalui http:// gurungeblog.com/2008/11/12/phylum-arthropoda/ pada tanggal 10 Agustus 2014 pukul 22.49.

Fakultas Kedokteran Hewan IPB. 2013. Peranan Kelelawar dalam Ekosistem serta Emerging dan Reemerging Diseases, diakses melalui http://fkh.ipb.ac.id/index.php/component/content/article/7-berita/1495-peranan-kelelawar-dalam-ekosistem-serta-emerging-dan-reemergingdiseases pada tanggal 10 Agustus 2014

Page 126: Eksplorasi Karst Klapanunggal

124 | Divisi Caving

pukul 23.02.Myers, Phill. Arthropoda. Michigan: Museum of Zoology of

Michigan, diakses melaluihttp://animaldiversity.ummz.umich.edu/accounts/Arthropoda pada tanggal 10 Agustus 2014 pukul 22.56.

Notohartojo, Indriawati T., Frans X. Suharyanto Halim. 2010. Gambaran Kebersihan Mulut dan Gingivitis pada Murid Sekolah Dasar di Puskesmas Sepatan, Kabupaten Tangerang, diakses melalui http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/MPK/article/viewFile/798/859 pada tanggal 10 Agustus 2014 pukul 21.50.

Wiantoro, Sigit. 2011. Inventarisasi Fauna Gua: Kelelawar (Chiroptera). LIPI: Bidang Zoologidiakses melalui http://www.biologi.lipi.go.id/bio_ indonesia/download_jurnal.php?id_publikasi_jurnal=204 pada tanggal 10 Agustus 2014 pukul 23.20.

Page 127: Eksplorasi Karst Klapanunggal

Palawa Unpad | 125

Page 128: Eksplorasi Karst Klapanunggal

126 | Divisi Caving

Perhimpunan Mahasiswa Pencinta Alam

PALAWA UNPAD