Potensi Dan Pengelolaan Karst Gombong

62
POTENSI DAN PENGELOLAAN KARST GOMBONG SELATAN Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Geografi Lingkungan Dan Sumberdaya Alam Dosen Pengampu Ahmad S, Si, Msi Disusun oleh: Gunawan Tri Nugroho K5407024 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

description

Potensi Karst Di Gombong.

Transcript of Potensi Dan Pengelolaan Karst Gombong

POTENSI DAN PENGELOLAAN

POTENSI DAN PENGELOLAAN

KARST GOMBONG SELATANDisusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Geografi Lingkungan Dan Sumberdaya AlamDosen Pengampu Ahmad S, Si, Msi

Disusun oleh:Gunawan Tri NugrohoK5407024

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFIFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS SEBELAS MARETSURAKARTA2010BAB I

PENDAHULUANWilayah Gombong Selatan yang sebagian besar wilayahnya merupakan kawasan karst sebenarnya memiliki potensi yang besar terhadap semua sumberdaya yang ada di dalamnya. Potensi sumberdaya alam kawasan karst sebenarnya tidak hanya pada sumberdaya mineral atau tambang saja, akan tetapi masih sumberdaya lain yang sangat potensial untuk dikembangkan, yaitu sumberdaya air, sumberdaya lahan, sumberdaya hayati, dan potensi landscape baik dibawah permukaan sebagai goa dan sungai atau danau bawah tanah, serta permukaan berupa lembah kering dolin, bukit-bukit karst, dan pantai berdinding terjal.

Karakteristik wilayah di ekosistem karst yang sangat spesifik menimbulkan berbagai permasalahan terutama menyangkut fungsi dan daya dukung ekosistem karst, diantaranya permasalahan tentang kekeringan, kekurangan air, gagal panen, hijauan makanan ternak terbatas, lahan kritis yang luas, kualitas sumberdaya air, rendahnya pendapatan, kemiskinan, tingkat pendidikan rendah, sarana dan prasarana publik yang tidak tersedia dll.

Sebelum di rancang strategi pengelolaan ekosistem karst, perlu diidentifikasikan terlebih dahulu potensi dan permasalahan yang muncul dari komponen-komponen ekosistem meliputi komponen abiotik, biotik dan sosial. asil dari identifikasi potensi dan masalah tersebut dijadikan acuan dalam menyusun strategi pengelolaan ekosistem karst dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip keseimbangan dan kelestarian antar komponen ekosistem. air, rendahnya pendapatan, kemiskinan dll.BAB II

DASAR TEORIA. Definisi Karst

Nama karst menurut Thornbury (1964) dipakai pertama kali untuk menamakan sebuah daerah di Italia yaitu carso. Daerah Carso merupakan daerah dengan luas kurang lebih 38.500 km dengan ketinggian mencapai 2.500 meter yang litologinya batugamping dimana gejala topografi karst berkembang baik di sana. Indonesia mempunyai batuan karbonat yang luasnya mencapai 15,4 juta hektar. Beberapa diantaranya dikenal telah berkembang menjadi kawasan karst, dan menjadi kawasan karst penting klas dunia. Kars Gunungsewu (Jawa Tengah Jawa Timur), kars Karangbolong dan Gombong Selatan (Jawa Tengah), Kars Maros (Sulawesi Selatan), dan beberapa kawasan kars di Papua merupakan kawasan kars penting kaliber dunia. Menurut Flint dan Skiner (1977) mendefinisikan topografi karst sebagai wilayah yang berbatuan mudah larut dengan surupan (sink) dan goa yang berkombinasi membentuk topografi yang aneh dan dicirikan oleh adanya lembah kecil, penyaluran tidak teratur, aliran sungai secara tiba-tiba masuk ke dalam tanah meninggalkan lembah kering dan muncul kembali di tempat lain sebagai mata air yang besar. Menurut bloom (1979) karst adalah istilah dalam bahasa Jerman yang diambil dari istilah Slovenia kuno yang berarti topografi hasil pelarutan (solution topography). Dari bebrapa definisi di atas, dapat kita simpulkan bahwa yang dimaksud dengan topografi karst adalah topografi dengan litologi berupa batuan mudah larut, menunjukan relief yang khas, penyaluran tidak teratur, aliran sungainya secra tiba-tiba masuk ke dalam tanah dan lemudian keluar di tempat lain sebagai mata air yang besar.Karst merupakan salah satu bentuklahan asal proses pelarutan atau solusional. Pelarutan sebagai tenaga geomorfologi terdapat pada batuan yang permeable dan mudah larut seperti pada batukapur (gamping). Bentuk lahan yang berkembang dipengaruhi oleh beberapa factor, yang paling menonjol adalah karakteristik batuan dan kondisi iklimnya. Bentuk topografi karst yang khusus dijumpai pada batukapur murni dengan sedikit mineral yang tidak larut. Porositas atau kapasitas penyerapan air batukapur dan tingkat retakan-retakannya merupakan factor penting pada perkembangan bentuk karst.

Porositas yang tinggi dengan retakan yang sedikit akan menghasilkan infiltrasi yang tersebar pada seluruh daerah. Retakan-retakan yang intensif akan mengakibatkan konsentrasi dan kelurusan dari sinkhole sepanjang retakan.gua dan air bawah permukaan hanya akan dapat dikenal bila atapnya runtuh. Akhirnya runtuhan ini akan mengakibatkan terbentuknya canyon karst. Pada iklim basah sedang bentuk negatif seperti hallow, sinkhole, dan uvala sangat spesifik, sedangkan pada daerah tropic basah bentuk-bentuk positif seperti bentuk bukit yang bervariasi dari bentuk kerucut hingga menara karst banyak dijumpai. Karst di Indonesia memiliki bentuk positif sehingga memiliki kerucut, mogote dan menara karst.

Kerucut karst adalah bukit karst yang berbentuk kerucut, berlereng terjal dikelilingi oleh depresi yang biasanya berbentuk bintang (Ritter, 1978). Kerucut karst disebut juga kagelkarst (bahasa Jerman). Pada kenyataanya, kerucut karst sering kali lebih mirip dengan bola dibandingkan dengan bentuk kerucut ( Lehman,1963 vide Bloom,1979). Kerucut karst adalah depresi tertutup yang mengelilingi bukit sisa, yang biasanya bebentuk bintang atau tidak teratursering juga disebut sebagai cockpits, dan terbentuk oleh proses pelarutan sepanjang zona kekar atau patahan (Sweeting,1958 Vide Ritter, 1978).

Menara karst adalah bukit sisa pelarutan dan erosi yang berbentuk menara dengan lereng yang terjal, tegak atau menggantung, terpisah satu dengan yang lainnya dan dikelilingi oleh dataran alluvial (Ritter,1978). Menurut Jenning (1971) dan Vide Ritter (1978), menara karst dan kerucut karst dibedakan dalam hal keterjalan lereng dan adanya rawa atau dataran alluvial yang mengelilinginnya. Menara karst disebut juga sebagai pepino hill atau haystacks atau turmkarst.

Mogote adalah bukit terjal yang merupakan sisa pelarutan dan erosi, umumnya dikelilingi oleh dataran alluvial yang hamper rata. Bentuknya kadang-kadang tidak simetri antara sisi yang mengarah kea rah datangnya angin dengan sisi sebaliknya (Ritter, 1978). Mogote dan menara karst dibedakan dari bentuk dan keterjalan lereng pada sisi-sisinya. B. Batuan Karbonat Batuan karbonat adalah batuan sedimen dengan komposisi yang dominan ( lebih dari 50% ) terrdiri dari mineral-mineral atau garam-garam karbonat, yang dalam prakteknya secara umum meliputi batugamping dan dolomit. Batuan karbonat adalah batuan sedimen dengan tekstur, struktur seta fosil yang beraneka ragam. Hal tersebut dapat memberikan informasi yang penting mengenai lingkungan laut purba, kondisi paleoekologi serta evolusi bentuk dari organism laut. Proses pembentukannya dapat terjadi secara insitu berasal dari larutan yang mengalami proses kimia maupun proses biokimia dimana organism turut berperan, dapat terjadi dari butiran rombak yang mengalami transportasi secara mekanik dan diendapkan di tempat lain. Seluruh proses tersebut berlangsung pada lingkungan air laut, jadi praktis bebas dab detritus asal darat.C. Klasifikasi batugamping

Batugamping atau limestone diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:1. Batugamping klastik

Batugamping klastik adalah batugamping yang terbentuk dari pengendapan kembali dedritus batugamping asal.

Contoh:

Kalsirudit: butiran berukuran rudit (granuler) Kalkarenit: butuiran berukuran arenit (sand) Kalsilutit: butiran berukuran lutit (clay)

2. Batugamping nonklastik

Batugamping nonklastik adalah batugamping yng terbentuk dari proses-proses kimiawi maupun organis. Umumnya bersifat nonmineral. Dapat dibedakan menjadi:

hasil biokimia

: bioherm, biostrom

hasil larutan kimia

: travertine, tufa

hasil replacement

: batugamping fosfat, batugamping dolomite, batugamping silikat dan lain-lainnya.Tabel 1. Pembagian batugamping berdasarkan tekstur klastik dan nonklastik (selley,1976)

BATUAN KARBONAT

KLASTIKNONKLASTIK

Dominan detritus karbonatDominan dedritus fosilPertumbuhan fosilkristalin

Kalsirudite

(ukuran rudit)

Kalkarenite arenit (ukuran arenit)

Kalsilutite

(ukuran lutite)Batugamping bioklastikBatugamping kerangka koralBatugamping kristalin

D. Komponen Penyusun BatugampingBatugamping menurut definisi Reijers &Hsu (1986) adalah batuan yang mengandung kalsium karbonat hingga 95 %. Sehingga tidak semua batuan karbonat adalah batugamping. Menurut Tucker (1991), komponen penyusun batugamping dibedakan atas non skeletal grain, skeletal grain, matrix dan semen.1. Non Skeletal grain, terdiri dari :a) Ooid dan Pisoid

Ooid adalah butiran karbonat yang berbentuk bulat atau elips yang punya satu atau lebih struktur lamina yang konsentris dan mengelilingi inti. Inti penyusun biasanya partikel karbonat atau butiran kuarsa (Tucker, 1991). Ooid memiliki ukuran butir < 2 mm dan apabila memiliki ukuran > 2 mm maka disebut pisoid.b) PeloidPeloid adalah butiran karbonat yang berbentuk bulat, elipsoid atau merincing yang tersusun oleh mikrit dan tanpa struktur internal. Ukuran peloid antara 0,1 0,5 mm. Kebanyakan peloid ini berasala dari kotoran (faecal origin) sehingga disebut pellet (Tucker 1991).c) Agregat dan IntraklasAgregat merupakan kumpulan dari beberapa macam butiran karbonat yang tersemenkan bersama-sama oleh semen mikrokristalin atau tergabung akibat material organik. Sedangkan intraklas adalah fragmen dari sedimen yang sudah terlitifikasi atau setengah terlitifikasi yang terjadi akibat pelepasan air lumpur pada daerah pasang surut atau tidal flat (Tucker,1991). 2. Skeletal GrainSkeletal grain adalah butiran cangkang penyusun batuan karbonat yang terdiri dari seluruh mikrofosil, butiran fosil, maupun pecahan dari fosil-fosil makro. Cangkang ini merupakan allochem yang paling umum dijumpai dalam batugamping (Boggs, 1987). Komponen cangkang pada batugamping juga merupakan penunjuk pada distribusi invertebrata penghasil karbonat sepanjang waktu geologi (Tucker, 1991).

3. Lumpur Karbonat atau MikritMikrit merupakan matriks yang biasanyaberwarna gelap. Pada batugamping hadir sebagai butir yang sangat halus. Mikrit memiliki ukuran butir kurang dari 4 mikrometer. Pada studi mikroskop elektron menunjukkan bahwa mikrit tidak homogen dan menunjukkan adanya ukuran kasar sampai halus dengan batas antara kristal yang berbentuk planar, melengkung, bergerigi ataupun tidak teratur. Mikrit dapat mengalami alterasi dan dapat tergantikan oleh mozaik mikrospar yang kasar (Tucker, 1991). 4. Semen

Semen terdiri dari material halus yang menjadi pengikat antar butiran dan mengisi rongga pori yang diendapkan setelah fragmen dan matriks. Semen dapat berupa kalsit, silika, oksida besi ataupun sulfat.E. Mineral Batugamping

Batugamping disusun dari sisa-sisa tumbuhan dan binatang yang menghasilkan kalsium karbonat sebagai bagian dari metabolismenya membentuk bagian utama dari batugamping. Komponen lainnya adalah dari pengendapan secara kimiawi atau oleh proses biokimia. Secara bersama-sama tersedimentasi pada dasar laut; dan hal ini tidak memilki karakter yang seragam diseluruh bagiannya, jadi batugamping bukan merupakan komposisi yang seragam. Jenis dari batugamping ini sangat tidak terbatas. Sederetan sejarah dari jenis sedimentasi adalah litifikasi, formasi batuan dari bentuk yang khusus. Hal ini melibatkan perubahan kimia yang komplek seperti halnya adalah sementasi dan rekristalisasi, silikafikasi dan dolomitasi: secara bersama-sama biasa disebut dengan istilah diagenesis. Ada beberapa sistem pengklasifikasian batugamping (limestone). Sebagian tergantung kepada komponen perbedaan lingkungan formasi, perbedaan material komponen, perbedaan ukuran butir, perbedaan matrix, dan perbedaan perubahan diagenesisnya. Berbagai sistem klasifikasi tersebut memungkinkan untuk adanya derajat gradasi antar klasifikasi dan ada beberapa kelengkapan tambahan. Adapun mineral dari batugamping adalah:Tabel 2. Mineral BatugampingCalciteCaCO3Material strukturnya sebagian besar dari invertebrata laut dan merupakan komponen utama dari limestone. Mengkristal dalm sistem trigonal.

AragoniteCaCO3Material strukturnya dari moluska laut; terkadang terendapkan dalam air dangkal yang hangat. Mengkristal dalam sistem orthorhombic. Dibandingkan dengan kalsit, kestabilannya lebih rendah dan lebih mudah larut; seringkali merngkristal menjadi kalsit

Dolomite

CaMg(CO3)2

Diketahui sebagai mineral sedimen primer, tetapi lazimnya hasil dari invasi sedimen kalsit oleh air asin yang kaya dengan magnesium yang menyebabkan rekristalisasi dimana dolomite menggantikan kalsit.

ChalchedonySiO2Material struktur mengadung silika dari sedikit invertebrata laut, khususnya Radiolaria. Keberadaan di batugamping biasanya sebagai flint dan nodul chert.

BAB IIIHASIL DAN PEMBAHASANA. Karst Gombong Selatan

Gambar 1. Lokasi Karst Gombong Selatan

Secara administratif daerah karst Gombong Selatan termasuk wilayah Kecamatan Ayah, Kabupaten Kebumen, Propinsi Jawa Tengah, berjarak sekitar 250 km dari Ibukota Propinsi Semarang ke arah Selatan. Secara geografis daerah penyelidikan menempati wilayah dalam koordinat 109o150BT - 109o3000 BT 7o300LS 7o4500LS. Untuk mencapai daerah penyelidikan dapat dipakai kendaraan bermotor roda 4 sampai ke lokasi, di mana jalan aspal sampai di pantai Ayah. Curah hujan rata-rata per bulan 244,7 mm, dengan jumlah rata-rata hujan tiap bulannya 10,5 hari hujan dimana curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari dan curah hujan terendah pada bulan Juli. Dari data yang dicatat di stasiun pengamatan Prembun diketahui suhu rata-rata maksimum 2,9oC dan suhu rata-rata minimum 18,4oC, kelembaban udara relatif rata-rata 87% dan penguapan air 28,73 mm. Tataguna lahan di wilayah ini dibagi menurut kegunaannya, meliputi tanah sawah dan tanah kering, dimana tanah sawah meliputi sawah tadah hujan dan sawah irigasi, sedangkan tanah kering meliputi hutan negara, kolam, tambak, tegalan dan tanah lainnya.

1. Terbentuknya Karst Gombong Selatan

Lempeng Samudra Hindia-Australia sangat besar terhadap berkembangan tektonik dan cekungan pengendapan pada Zona Pegunungan Selatan. Tumbukan tersebut mengakibatkan terbentuknya perlipatan-perlipatan dan rekahan yang kemudian berkembang menjadi sesar (Sujanto dan Roskamil, 1975). Data bawah permukaan menunjukkan adanya sejumlah sesar padaSelatan yang diikuti oleh suatu pengangkatan yang menyebabkan daerah tersebut terangkat ke atas permukaan laut. Pengendapan pada Kala Miosen Tengah menghasilkan Formasi Kalipucang dan Formasi Pamaluan di Selatan, Formasi Panosogan dan Formasi Pemali di Utara. Pada Miosen Akhir sampai Pliosen Awal terjadi lagi gerakan tektonik dan kegiatan gunung api meningkat, dan menyebabkan daerah cekungan menjadi labil, terjadinya longsoran bawah laut berulang kali dan menghasilkan Formasi Halang, lalu terjadi pendangkalan yang membentuk Formasi Tapak. Pada Kala Pliosen Akhir, terjadi penerobosan basal disusul oleh pengangkatan, kemudian pelipatan dan pensesaran, pada Kala Plistosen, pengangkatan terus berlangsung dengan ditandai oleh terbentuknya undak sungai yang disertai oleh pembentukan aluvium dan endapan pantai yang berlanjut sampai kini.2. Stratigrafi dan Geologi Gombong Selatan Geologi Gombong Selatan dan sekitarnya ditinjau dari tatanan tektoniknya merupakan daerah tinggian Karangbolong. Secara umum dibentuk oleh batuan sedimen yang menempati bagian utara dan produk volkanik menempati bagian selatan. (Sujanto dan Rokskamil,1975). Menurut Asikin dan kawan-kawan (1992) stratigrafi daerah Gombong Selatan mulai dari tua kemuda adalah batuan tertua (F. Gabon) yang terbentuk dari hasil kegiatan gunungapi yang menghasilkan batuan breksi dengan fragmen andesit sampai basalt dan tufaan. Umur dari batuan ini adalah oligosen akhir miosen awal. Di atasnya diendapkan secara tidak selaras terdiri dari batugamping terumbu dengan warna putih kekuningan, padat, permukaan tajam mengandung cangkang moluska dan ganggang (F.Kalipucang). di atas formasi Kalipucang diendapkan formasi Halang secara selaras yang merupakan endapan turbidit yang berumur akhor miosen tengah sampai pliosen awal. Formasi ini disusun oleh perselingan batupasir, batulempung, napal dan tufa dengan sisipan breksi. Di beberaapa tempat muncul intrusi andesit. Selanjutnya diendapkan sedimen kuarter tidak selaras. Semua satuan di atas berupa sataun alluvial yang terdiri dari lempung, lanau, pasir, krikil dan krakal dan juga endapan pantai yang umumnya disusun oleh pasir, terpilah baik sedang sampai lepas. Struktur geologi yang berkembang umumnya patahan atau sesar dan kekar-kekar dominan pada satuan gamping. Arah kemiringan lapisan umumnya miring kea rah utara. Ditafsirkan pada daerah ini mengalami deformasi yang dicerminkan oleh kedudukan perlapisan dan kemiringan yang berfariasi terutama dijumpai pada transisi batuan dasardan lapisan di atasnya. Secara regional daerah karst Gombong Selatan termasuk kedalam wilayah Zona Pegunungan Selatan dari Fisiografi Pulau Jawa. Seperti sudah dikenal, van Bemmelen (1949) membagi Fisiografi Pulau Jawa bagian Tengah menjadi 6 zona, masing-masing adalah sebagai berikut:

1. Endapan Gunung Api Kuarter

2. Endapan Aluvium Jawa Utara

3. Antiklinorium Bogor

4. Pusat Depresi Jawa Tengah

5. Kubah dan Depresi Rangkaian Pegunungan Serayu Selatan

6. Pegunungan Selatan Jawa Barat dan Jawa Timur

Urutan stratigrafi daerah penyelidikan di mulai dari yang muda ke tua adalah sebagai berikut :

1. Endapan Aluvium Satuan batuan ini menempati daerah bagian Barat dan Timur daerah penyelidikan, dengan litologi lempung, lanau, pasir, kerikil, kerakal.

2. Endapan Pantai Penyebarannya terbatas sepanjang garis pantai dengan litologi pada umumnya pasir lepas, terpilah baik sampai sedang. Kedua satuan ini berumur Holosen.

3. Formasi Halang Formasi ini berumur Akhir Mosen Tengah Pliosen Awal disusun oleh litologi perselingan batupasir, batulempung, napal tufa dan kalkarenit. Batupasir berwarna abu-abu kekuningan, berbutir halus-kasar, terpilah buruk, membundar tanggung, menyudut tanggung, setempat. Tufaan dengan porositas sedang, tebal 5-10cm di beberapa tempat hampir mencapai 1m. Napal, warna putih kekuningan, rapuh, sisipan batulempung, tufa dan kalkarenit dengan tebal 5-30cm, terpilah buruk menyudut tanggung dengan semen yang mengandung oksida besi, struktur sedimen yang teramati perlapisan bersusun.4. Formasi Kali Pucang Formasi Kalipucang dengan litologi batugamping terumbu, batugamping klastik, batulempung, serpih dan batupasir. Bagian bawah terdiri dari batulempung kelabu kecoklatan mengandung pirit, fosil dan butiran garam halus, diatasnya terdapat serpih bitumen berwarna abu-abu kehitaman. Batupasir terdapat di atas serpih, berwarna kelabu kecoklatan berbutir sedang, agak gampingan. Bagian atas terdiri dari gamping koral, berwarna putih kekuningan-kelabu, padat, permukaan tajam, berlubang-lubang.

5. Formasi Gabon Formasi ini diperkirakan berumur Oligosen Akhir Miosen Awal, litologi penyusun formasi ini berupa Breksi Gunung Api, setempat tufa lapili, breksi lahar bersisipan konglomerat dan batupasir, Pada umumnya satuan batuan ini terkersikkan dan di beberapa tempat terpropilitisasi, Breksi Gunung api berwarna kelabu tua, kehitaman, kecoklatan, tidak berlapis sampai berlapis buruk, padat, berkomponen batuan andesit, komponennya terpilah buruk.B. Potensi Bagtugamping Karst Gombong Selatan

1. Pemanfaatan Batugamping

Tipe karst di Indonesia merupakan karst tropic basah dan hal inilah yang membedakan karst di Indonesia dengan kawasan karts di tempat lain di dunia. Kawasan karst Indonesia rata-rata mempunyai cirri-ciri yang hampir sama yaitu tanahnya yang kurang subur untuk daerah pertanian, sensitive terhadap erosi, mudah longsor, bersifat rentan dengan pori-pori aerasi yang rendah, gaya permeabilitas yang lamban, dan didominasi oleh pori-pori mikro. Ekosistem karst memiliki keunikan tersendiri, dengan keragaman aspek biotis yang tidak dijimpai di ekosistem lainnya. Perbukitan kapur atau daerah karst merupakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui (unrenewable resources). Sebab kawasan karst merupakan kawasan yang terbentuk dari proses alam yang terjadi pada jutaan tahun lampau dan kini terancam oleh penambangan dan aktivitas penduduk.Seiring meningkatnya kebutuhan batugamping pulau Jawa, maka belakangan di kawasan kars banyak bermunculan pabrik-pabrik penggilingan batu kapur, pengusahaan pertambangan, dan pertambangan rakyat (liar). Batugamping yang diusahakan dalam bentuk gamping tepung (keprus), kalsit (watu lintang), kalice (watu jahe). Di kawasan karst Gombong Selatan telah dilakukan pengusahaan batugamping. Penambangan rakyat dilakukan di atas tanah milik masing-masing dengan cara penggalian sederhana. Khusus untuk penambangan kalsit dilakukan dengan hunting ke tengah "hutan". Kawasan kars Gombong Selatan terancam pabrik semen yang sekarang masih terlantar.Terlebih, begitu otonomi daerah diluncurkan, serentak masing-masing lembaga eksekutif dan legislatif menghitung-hitung kapasitas sumberdaya daerahnya. Semua bagaikan kebakaran jenggot, bersiasat meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) guna menutup kebutuhan rutin. Kawasan karst tentu tidak luput dari ancaman dan perhitungan itu. Pikiran paling konvensional dan sederhana adalah menjadikan potensi kawasan tersebut sebagai aset pertambangan. Apalagi, kehidupan nyata keseharian kita tidak lepas dari kebutuhan atas bahan tambang itu. Posisi itu pula yang cenderung ditekankan oleh kalangan perguruan tinggi. Jika dicermati, menempatkan karst sebagai bahan tambang, berarti menempatkannya kars sebagai bahan tidak berharga. Nilai yang diberikan bukan atas bahan tambang, tetapi atas proses penambangan : menghitung ongkos gali dan memasukkan ke truk. Lebih jauh, penambangan serampangan justru merupakan tindakan menebar ancaman yang akan menuai bencana dikemudian hari. Setidaknya pada pemanfaatan lahan dan air.Paling tidak terdapat empat bidang kegiatan yang memanfaatkan keunggulan sifat fisik dan kimia batu gamping, yaitu, bidang pertanian, bahan bangunan, industri dan lingkungan. Pemanfaatan batu gamping di bidang pertanian sangat prospektif. Seperti dikatahui bahwa batu gamping dapat meningkatkan ketersediaan unsur hara tanah untuk diserap tanaman. Proses kerjanya melalui penurunan kadar asam tanah.Sementara itu lahan-lahan pertanian saat ini banyak yang mencapai keasaman yang tinggi sehingga memerlukan penetralan melalui penggunaan batu gamping.Dibidang industri, penggunaan batu gamping sangat beragam untuk pembuatan berbagai produk, seperti kaca, karbid, bata silika, peleburan baja dan lain-lain. Melihat penggunaan seperti itu, dapat disimpulkan, bahwa permintaan batu gamping akan terus meningkat seiring dengan semakin bertambahnya jumnlah penduduk dan dinamika pembangunan. Secara lebih rinci prospek pemanfaatan batu gamping tersebut diuraikan dalam Tabel berikut. Tabel 3. Pemanfaatan Batu GampingNO BIDANG PEMANFAATAN

1.Pertanian- Mengurangi derajat keasaman (pH) tanah.

- Meningkatkan ketersediaan kandungan N, P, Ca, Mg, Na dan KTK tanah.

- Mengurangi kandungan Alumunium.

- Memperbaiki struktur fisik tanah.

2.Kontruksi- Podasi bangunan rumah, jalan dan jambatan.

-Sebagai campuran dalam adukan pasangan bata/plester.

- Pembutan semen trass atau semen merah.

3.Industri- Industri keramik, berfungsi menurunkan suhu leleh.

- Industri kaca digunakan sebagai bahan tambahan.

- Pembuatan bata silika dengan kandungan CaO 90%.

- Pembuatan karbid dengan kandungan kapur tohor (60% ), kokas (40 %) antrasit, petrolium coke (carbon black).

- Untuk pelaburan dan pemurnian baja sebagai imbuh pada tanur tinggi.

- Bahan pemutih dalam industri kertas, pulp dan karet.

- Pembuatan soda abu

- Proses pengendapan biji logam non-ferrous.

- Proses penjernihan nira tebu dan menaikan pH nira.

4.Lingkungan- Digunakan dalam pengolahan air bersih

- Penetralisir air yang mengandung CO2

2. Penambangan Batugamping Karst Gombong SelatanSalah satu potensi dari kast adalah unuk pertambangan., bik pertambangan kapur untuk industry semen, gips, maupun tambang batugamping. Dengan potensi yang besar dan beragam ini harusnya dapat dikembangkan untuk kesejahteraan masyarakat dan kelangsungan ekologi di kawasan tersebut.

Sebanyak 98 lokasi penambangan bahan galian golongan C di Kabupaten kebumen tidak mengantongi izin usaha tambang atau dapat dikatakan illegal. Parahnya, penambangan illegal itu berada pada kawasan yang dilindungi, seperti kawasan karst Gombong Selatan dan cagar alam geologi Karangsambung. Kabid pertambangan dinas Sumber Daya Air Pertambangan dan Energi (SDAPE) kabupaten Kebumen, Ir. Herunoto membenarkan adanya kegiatan penambangan batu kapur di zona satu kawasan karst Gombong Selatan, serta penambangan batuan cagar alam geologi di Karangsambung.Kegiatan penambangan di dua kawasan yang dilindungi itu, hingga sekarang masih berjalan. Permasalahannya adalah selain aspek kemanusiaan, lokasi penambangan itu merupakan milik penambang bukan milik pemerintah. Berdasarkan catatan dinas SDAPE Kabupaten kebumen jumlah lokasi yang ditambang 120 titik yang tersebar di delapan kecamatan. Dari 120 lokasi yang ada hanya 22 lokasi yang memiliki izin penambangan.Terkait penambangan liar tersebut, Kepala Satuan Polisi Pamong Praja (satpol PP) Kabupaten Kebumen RAI Ageng S. Handoko SIP mengatakan bahwa pihaknya masih mempertimbangkan aspek kemanusiaan untuk menutup atau menertibkan penambangan illegal. Karena kegiatan Penambangan khususnya pasir, batu dan kapur merupakan mata pencaharian pokok penduduk di lokasi penambangan. Pemkab sulit memberikan izin penambangan, jika lokasi penambangan berada di daerah yang dilarang. Khirnya kegiatan penambangan illegal akan terus berlangsung. Pada tahap awal pemkab melakukan pepembinaan terhadap penambang. Penyuluhan menjadi upaya yang pertama untuk dilakukan untuk mencegah penambangan yang merusak lingkungan. Namun demikian, upaya penegakan hokum dengan menindak penambangan illegal susuah dilakukan. C. Potensi Sumberdaya Air di Karst Gombong SelatanDesa Sikayu termasuk salah satu dari puluhan desa di kec. Buayan dan kec. Ayah yang menjadi tandon air yang tidak pernah kering di Gombong, Kebumen Selatan. Sejak tahun 2002 wilayah ini diusulkan menjadi salah satu International Heritage of Karst, karena potensi karst (batu gamping) yang luar biasa. Pada tahun 2005 Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memasukan wilayah ini menjadi kawasan ecokarst yakni suatu kawasan pegunungan selatan di Jawa bagian tengah yang batuannya terdiri atas batu gamping atau batu kapur. Kawasan karst yang membujur di Gombong Selatan kabupaten Kebumen ini adalah sebaran batu gamping yang tidak terlalu luas, membentuk bukit-bukit kerucut yang khas dengan lembah-lembahnya yang jika dilihat dari udara seperti sarang ayam (dinamakan cockpit) seluas kira-kira 70 km persegi. Pada kawasan ini terdapat sekitar 125 gua ukuran besar kecil, beberapa diantaranya mempunyai lorong panjang dan berliku, bertingkat bahkan ruang jauh dibawah tanah seukuran lapangan sepak bola (gua Macan) yang diyakini merupakan jalur air bawah tanah.

Banyak goa di kawasan karst Gombong Selatan yang mulai dikembangkan seperti Goa Simbar dan Goa Darat di Kecamatan Buayan. Ada satu goa yang lokasinya tidak jauh dari Jatijajar yang menyimpan keindahan alam di dalam perut bumi. Namanya Goa Barat. Goa Barat terletak di Blok Karangpucung Dusun Palamarta Desa Jatijajar, Ayah, Kebumen. Goa itu dapat dijangkau dengan kendaraan pribadi atau angkutan umum, menempuh jarak 42 kilometer dari Kota Kebumen atau 21 kilometer dari Gombong. Lokasi mulut goa itu tidak jauh dari perkampungan. Dengan berjalan kaki, hanya dibutuhkan waktu sekitar 15 menit untuk sampai di mulut goa tersebut. Jika terus menelusuri sampai kedalaman sekitar 200 meter akan ada fenomena alam yang sangat menakjubkan. Di dalam goa itu ternyata terdapat sebuah aliran sungai bawah tanah dengan air yang jernih. Air tersebut muncul dari tanah yang mengalir sepanjang 1.000 meter lalu masuk kembali ke dalam tanah. Balai Pengelolaan Sumberdaya Air (PSDA) Progo Bogowonto Luk Ulo (Probolo) pernah mengukur kapasitas sumber air di di goa tersebut mencapai 255 liter/detik. Di sana dapat dilihat keindahan tiga air terjun yang ada di dalam goa. Ketiga air terjun tersebut berada agak berjauhan air terjun pertama 19 meter, kedua 27 meter dan yang ketiga 34 meter.

Hampir di semua gua di Kecamatan Ayah seperti Gua Jatijajar, Gua Petruk, dan puluhan gua lainnya , terdapat mata air tanah. Belum diketahui seberapa besar debit air tanah dan banyaknya aliran air sungai di kawasan tersebut,. Hanya saja melihat banyaknya air yang keluar, para pakar meyakini, di bawah tanah pegunungan Gombong selatan itu ada sungai yang mengalir deras. Penelitian dan pemetaan masih terus dilakukan para ahli.

Air dari berbagai sumber mata air yang mengalir sepanjang tahun itu dimanfaatkan masyarakat untuk minum dan makan sehari-hari, mengairi kebutuhan sehari-hari, lahan pertanian penduduk dan kolam ikan air tawar. Sejak jaman penjajah Belanda, sumber air di karst Gombong Selatan sudah dimanfaatkan sebagai air bersih sebagai minum dan keperluan sehari-hari bagi warga kota Kebumen dan Gombong. Sekarang, sumber air di desa Sikayu, ini tidak hanya digunakan masyarakat sekitarnya saja, karena PDAM Kebumen pun kini telah ikut memanfaatkannya. untuk kebutuhan pelanggannya di kota Kebumen. Beberpa pengelolaan air yang ada di kawasan karst gombong selatan adalah sebagai berikut:

1. Pengelolaan Air Sistem BakSejarah penemuan sumber mata air di desa Sikayu bermula dari suara bergemuruh yang muncul dari bawah bebatuan bukit yang ditemukan oleh seorang pengembala ternak. Kemudian bebatuan itu digali dan dibuatkan wadah cekungan untuk menampung air. Air dalam cekungan itulah yang kemudian digunakan penduduk desa untuk minum, mandi, memasak, memberi minum ternak, dan keperluan lainnya. Penduduk mengambil air dengan dipikul, atau digendong, ditampung dalam genthong masing masing rumahnya.Ada lagi cerita salah seorang warga. Awalnya adalah ditemukan burung yang keluar dari sebuah gua, setelah dilihat bahwa bulu burung itu basah. Salah seorang penduduk masuk kedalam gua sedalam 7 M dan diketemukan sumber air dalam gua. Salah seorang penduduk desa, Primayasa mencoba menggunakan selang ukuran 1 inchi untuk mengalirkan air dari sumber air ke rumahnya. Walaupun hasilnya tidak begitu menggembirakan, langkah Primayasa ini akhirnya diikuti oleh kurang lebih 250 warga penduduk desa Sikayu. Kemudian dibuat system pengelolaaan bak, sistem yang diperkenalkan ini mengikuti sifat air , dimana air mengalir dari tempat tinggi ke tempat yang rendah. Rancangan sistem ini adalah air dari mata air dialirkan atau ditampung dalam bak utama. Dari bak utama air dibagi dalam bak-bak kelompok di berbagai dusun, baru dialirkan ke masing-masing rumah tangga lewat pipa atau selang. Kemudian dibangunlah bak utama dan bak-bak penampungan kelompok di masing-masing dusun, ada 6 dusun di desa Sikayu, yang dapat menjangkau 15-20 rumah tangga.Pada awalnya (1997) dana yang digunakan untuk membangun bak penampungan utama, bak-bak kelompok, pipa dan peralatan lainnya dan tenaga kerja mencapai 13 juta rupiah. Dana itu didapat dari pinjaman BRI Unit Buayan dengan agunan sertifikat 3 orang warga desa Sikayu yakni Ranmirja, Swamikarta dan Marso. Dana 13 juta itu disepakati ditanggung oleh 8 orang dan dicicil setiap bulan sebesar Rp. 3.000 atau Rp. 72.000 selama tiga tahun. Inilah yang kemudian disebut anggota inti. Sisa dana yang lebih dari hasil cicilan itu dikelola untuk kas kelompok, perbaikan, perawatan atau penggantian peralatan yang rusak, fee atau honor tehnisi, dan operasional sekretariat kelompok. Dalam perkembangannya anggotanya bertambah menjadi 15 orang, 250 orang hingga kemudian sebagian besar KK yang ada di desa Sikayu, yang kemudian lebih dikenal sebagai anggota tambahan . Pengelolaan air sistem bak cukup membawa manfaat bagi masyarakat desa Sikayu. Air terus mengalir ke bak-bak penampungan di rumah tangganya. Hal ini juga diuntungkan oleh ketersediaan air sumber air yang terus menerus. Tetapi mereka juga khawatir suatu saat sumber air itu akan kering. Warga berharap ketersediaan air tetap ada dan mencukupi kebutuhan mereka. Mereka juga berharap ada pihak lain yang dapat membantu untuk menemukan sumber sumber air baru di sekeliling desa mereka.2. Masuknya PDAMDikawasan karst ini PDAM kabupaten Kebumen mengambil air dari sumber air yang ada di desa Sikayu, kec. Buayan, beberapa di kecamatan Ayah dan kecamatan Rowokele. Menurut rencana, 10-20 % debit air dari kawasan karst desa Sikayu ini akan dijual PDAM Kabupaten Kebumen ke kab. Cilacap guna mencukupi kebutuhan air di wilayah Nusawungu, Tambak dan Sumpiuh. Dan sekarang ini aliran sungai bawah tanh di karst Gombong selatan yang berasal dari sikayu dan Goa petruk sudah dikelola oleh pemerintah daerah untuk dijadikan sebagi PDAM. Daerah yang berada pada sekitar karst ini sudah dapat menikmati PDAM dari aliran sungai bawah tanh, bahkan tidak hanya pada daerah sekitar karst saja seperti kecamatan Ayah dan Kecamatan Buayan saja, akan tetapi kecamatan Rowokela juga menggunakan PDAM yang berasal dari sumber air tersebut.D. Permasalahan yang Timbul Di Karst Gombong Selatan

1. Ancaman Kerusakan Karst Akibat PenambanganKawasan karst Gombong selatan sudah mulai menghadapi ancaman kerusakan lingkungan. Bahkan akibat penambangan kapur oleh rakyat seperti di kecamatan Rowokele dan Ayah, mulai dijumpai perbukitan kapur yang hancur dan bisa menjadi penyebab terjadinya bencana kekeringan, banjir dan longsor. Belum lagi rencana pendirian pabrik semen, akan menjadi ancaman serius bagi pelestarian alam dan ekosistem di kawasan karst. Apalagi di kawasan itu terdapan penambangan rakyat yang dikelola 113 pengusaha tambang batukapur dan ribuan pekerja. Eksploitasi penambangan rakyat itu 35.250 ton pertahun. Sementara itu potensi batu kapur 5.500 hektar, sehingga batu kapur sebagai komponen karst cepat atau lambat akan habis.Sebuah perusahaan berencana membangun pabrik semen di Desa Nagaraji, Gombong Selaan, Kabupaten Kebumen, Profinsi Jawa Tengah. Bahan baku semen berupa batugamping, terdapat di kawasan gua karst Gombong Selatan. Kebenyakan penduduk daerah memiliki pendapatan yang rendah. Pengusaha beranggapan pembangunan pebrik bermanfaat bagi daerah karena mengurangi pengangguran dan kemiskinan dan menaikan pendapatan asli daerah. Tetapi, pembangunan pabrik semen juga merusak karst Gombong Selatan, merusak habitat tempat sarang burung wallet dan kelelawar serta menghancurkan fungsinya sebagai waduk alam penyimpan air.Muncul persoalan yang mempertentangkan pembangunan semen melawan pelestarian gua karst Gombong. Pengusaha telah mengantongi izin pemerintah (1996) tentang analisis mengenai dampak lingkungan (amdal) sehingga syarat legal dipenuhi. Namun, banyak pihak menentang pembangunan pabrik semen yang dianggap akan merusak kawasan karst Gombong Selatan. Di daerah berbukit kapur itu kini sedang disiapkan pembangunan industri semen. Pihak investor, PT Semen Gombong, menyediakan dana Rp 400 miliar untuk memproduksi semen 1,5 juta ton per tahun. Inilah proyek harapan Pemerintah Daerah Jawa Tengah, yang diperkirakan bisa menjadi terobosan bagi kerawanan ekonomi daerah itu. Sebaliknya, Departemen Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi serta Departemen Lingkungan Hidup sangat tidak menyetujui rencana tersebut. Keberatan itu tercermin antara lain dalam surat Menteri KLH dan Parpostel yang dilayangkan Maret lalu. Surat itu pada intinya mempermasalahkan pembangunan pabrik semen yang mengancam kelestarian kawasan Karangbolong. Seperti diketahui, kawasan ini dilindungi Undang-Undang tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Kalau nanti di sana berdiri pabrik semen, objek wisata berupa gua-gua dengan stalaktit dan stalakmitnya yang berusia jutaan tahun dikhawatirkan bisa terancam. Begitu pula habitat burung walet dan sumber air bersih. Tapi Gubernur Jawa Tengah H.M. Ismail keberatan jika proyek yang telah mulai disurvei sejak 1990 itu dihentikan. Namun surat dari dua menteri tak urung merepotkan aparat daerah. Gubernur Ismail, yang masa jabatannya berakhir Agustus, mengumpulkan para bupati yang wilayahnya akan kebagian pabrik semen. Hasil pertemuan itu belum jelas, namun Gubernur tampaknya keberatan jika proyek itu dibatalkan. Saat ini pabrik yang paling maju tahap pembangunannya adalah PT Semen Gombong. Studi kelayakannya sudah selesai, dan kini telah mulai mengeksplorasi. ''Pemda sangat antusias karena proyek ini diharapkan bisa memacu pertumbuhan daerah Kebumen, yang dinilai paling stagnant di Jawa Tengah. Tenaga kerja yang akan terserap 300 sampai 400 orang. Gombong Selatan memang merupakan kawasan yang kaya akan bahan baku pembuat semen. Kawasan ini juga memiliki gua-gua tempat terdapat sumber air. Menurut penelitian PPLH (Pusat Studi Lingkungan Hidup) UGM pada 1986, gua ini menjadi sumber air satu-satunya bagi kawasan Gombong Selatan. Kalau daerah ini dieksploitasi untuk bahan baku industri semen, maka akan merusak gua-gua yang ada dan akhirnya mengancam sumber air. Namun, menurut penelitian pihak pabrik semen yang setiap tahun butuh 1,6 juta ton batu gamping eksploitasi ini tak akan membahayakan sumber air bersih. Dengan tracer test, bisa diletahui sumber-sumber air itu berhubungan ke mana saja. Lewat tes itu diketahui bahwa Kecamatan Buayan lokasi yang diambil Semen Gombong tidak mempunyai hubungan hidrolik dengan Kecamatan Ayah daerah yang selama ini dijadikan objek wisata. Menurut Hitler, penelitian PPLH memperlihatkan bahwa hanya Kecamatan Ayah saja yang merupakan daerah konservasi dan pariwisata. Ini berarti wilayah lain di luar itu layak dieksploitasi. Fungsi gua sebagai alat keseimbangan geologi tempat berjuta kelelawar dan walet tinggal juga tak akan diusik. Habitat walet itu ada di pantai Karangbolong, belasan kilometer dari lokasi pabrik semen. Lagi pula burung pemakan hama ini radius jelajahnya hanya empat kilometer. Sehingga, menurut perhitungannya, debu yang beterbangan dari tambang dan pabrik tak akan melewati habitat walet. Masih ada alasan lain. Pabrik semen itu terletak 50 meter di atas permukaan laut. Antara pabrik dan habitat walet ada perbukitan yang titik tertingginya mencapai 350 meter. Debu kami tak akan mengganggu walet-walet itu. Berbagai hasil penelitian ini telah diajukan dalam sebuah seminar yang diadakan tahun lalu. Ternyata hasil penelitian tak bisa diterima oleh Bambang Prabowo, Deputi II Bapedal (Badan Pengendalian Dampak Lingkungan). Alasan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, misalnya. Yang jelas, penduduk malah harus siap-siap untuk digusur. Menurut Umaryono, Kepala Desa Banyumudal, pabrik semen Gombong akan mengambil wilayah di lima desa. Dari desanya saja akan dipindahkan 49 kepala keluarga. Pada areal itu akan ditambang bahan baku semen yang terdiri dari batu kapur, pasir kwarsa, pasir besi, dan tanah liat. Untuk tahap pertama lokasi penggalian adalah daerah Sikayu, yang konon bisa mencukupi kebutuhan pabrik selama 100 tahun. Bambang Prabowo mengkhawatirkan dampak pabrik itu terhadap gua- gua, yang kontribusinya tidak kecil terhadap kas daerah. Gua- gua, yang merupakan objek wisata di Karangbolong, mampu menyumbang sektor pariwisata sebesar Rp 350 juta per tahun. Sebagai wilayah yang dikonservasi, kawasan ini juga amat berguna bagi pendidikan dan penelitian. Anehnya, tanpa Amdal, perusahaan itu telah mengantongi SIPD (Surat Izin Penambangan Daerah), yang dikeluarkan Departemen Pertambangan dan Energi Jawa Tengah. Ini salah. Mestinya SIPD baru muncul setelah Amdal-nya disetujui. Jadi, eksplorasi itu tidak boleh dilakukan tanpa dokumen Amdal. Mestinya surat seperti itu dijadikan peringatan agar para investor tak perlu buang-buang ongkos lebih besar untuk meneruskan usahanya. Pihak Semen Gombong ternyata tak menghiraukan lampu kuning yang dinyalakan Emil. Saat ini memang ada beberapa beberapa peraturan yang dapat dipergunakan sebagai acuan mengenai pemanfaatan daerah karst. Peraturan Pemerintah RI Nomor : 28 Tahun 1985 tentang Perlindungan hutan, mengatur beberapa hal yang menyangkut pengelolaan gua, pihak yang harus dilibatkan, penyuluhan kepada masyarakat, dan sangsi terhdap tindakan perusakan gua. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : KEP-11/MENLH /3/1994, menyebutkan bahwa dalam Daftar Kawasan Lindung, termasuk diantaranya adalah daerah kars berair dan daerah lokasi situs purbakala atau peninggalan sejarah yang bernilai tinggi sebagai Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan. Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi nomor 1518/MPE/1999, juga mengatur masalah boleh dan tidaknya pemanfaatan kawasan karst tertentu berdasar klasifikasinya. Tetapi, terlepas ada atau tidak peraturan itu, jika hubungan mutualis yang ingin dikembangkan maka tidak berlebihan jika kawasan kars ini lebih layak jika dikonservasi : diamankan bentuk bentang alam kars permukaan maupun bawah permukaan dengan segala ekosistemnya, untuk dimanfaatkan secara lestari. Konservasi itu pemanfaatan lestari. Sayangnya, konservasi ini sering disalah artikan sebagai usaha yang dilakukan agar kawasan kars tidak diutik-utik. Padahal, prinsipnya empan papan : menempatkan segala sesuatu, sub sistem pemanfaatan kars, pada tempat yang tepat. Prinsip empan papan dengan perspektif konservasi ini memungkinkan kawasan kars dimanfaatkan secara lestari dan mutualistis. Termasuk jika kegiatan pertambangan terpaksa harus dilakukan di kawasan itu. Sebenarnya, usulan ini bagaikan berpacu dengan proses perusakan ekotipe-ekotipe kars yang ada. Seiring dengan laju pembangunan dan kebutuhan batugamping di pulau Jawa meningkat tajam, cepat atau lambat kegiatan penambangan yang sporadis akan menghancurkan fenomena kars. Oleh karenanya perlu segera dilakukan pendataan ulang potensi kars untuk membuat tata ruang yang benar. Dari posisi itu tata ruang yang mendukung semua komponen dapat berkembang dengan baik. Tata ruang bukan sekedar ditentukan atas kenampakan fisik. Dan, PAD bukan cuma tambang. 2. Permasalahan Sumberdaya Air yang Ada di Kawasan Karst Gombong Selatan

Potensi sumberdaya alam kawasan karst sebenarnya tidak hanya pada sumberdaya mineral atau tambang saja, akan tetapi masih ada sumberdaya lain yang sangat potensial untuk dikembangkan yaitu sumberdaya air, sumber daya lahan, sumberdaya hayati dan potensi land scape baik di bawah permukaan sebagai goad an sungai atau danau bawah tanah, serta permukaan berupa lembah kering doline, bukit karst, dan pantai berdinding terjal. Daerah karst gombong selatan merupakan contoh obyek lingkungan karst di daerah tropic basah. Berbagai masalah yang masih sering muncul di masyarakat yang tinggal di daerah karst akibat kurangnya optimalisasi pemanfaatan kawasan karst diantaranya masalah kekeringan, kekurangan air, pertanian yang gagal, kurangnya hijauan makanan ternak, lahan kritis yang luas, kualitas sumber daya air, rendahnya pendapatan, dan kemiskinan.Sebanyak 98 lokasi penambangan bahan galian golongan C di Kabupaten kebumen tidak mengantongi izin usaha tambang atau dapat dikatakan illegal. Parahnya, penambangan illegal itu berada pada kawasan yang dilindungi, seperti kawasan karst Gombong Selatan dan cagar alam geologi Karangsambung. Kabid pertambangan dinas Sumber Daya Air Pertambangan dan Energi (SDAPE) kabupaten Kebumen, Ir. Herunoto membenarkan adanya kegiatan penambangan batu kapur di zona satu kawasan karst Gombong Selatan, serta penambangan batuan cagar alam geologi di Karangsambung. Berdasarkan catatan dinas SDAPE Kabupaten kebumen jumlah lokasi yang ditambang 120 titik yang tersebar di delapan kecamatan. Dari 120 lokasi yang ada hanya 22 lokasi yang memiliki izin penambangan. Permasalahan yang muncul dari kegiatan pemanfaatan air di Gombong selatan yaitu:

(1). Air terus mengalir

Sepanjang pengamatan diketemukan bahwa sistem bak penampungan ini mengakibatkan tekanan air ke bak-bak kelompok menjadi berkurang dan air di bak-bak penampungan kelompok meluber kesana kemari. Tetapi karena pasokan debit air dari bak utama mengalir terus, hal ini tidak terlalu dipersoalkan oleh warga. Persoalan baru terjadi bila musim kemarau dimana debit sumber air berkurang. Persoalan juga terjadi pada waktu musim penghujan dimana sumber air terkadang menjadi keruh. Bebeberapa kasus juga ditemukan KK baru nyabang (mencoblos sambungan dari pipa rumah tangga) tanpa memberitahukan kepada pengurus. Akan tetapi juga sering terjadi induk KK memberikan aliran air kepada KK baru yang masih ada hunungan keluarga atau tetangga dekat. Tidak ada sanksi berupa denda atau sanksi sosial lainnya. Hanya himbauan atau teguran lisan saja.Rumah tangga penduduk mempunyai kecenderungan membiarkan air mengalir begitu saja di bak penampungan atau bak kamar mandinya, karena toh kalau kran nya ditutup maka bak penampungan kelompok akan meluber. Jadi banyak rumah tangga yang menggunakan pipa atau selang terbuka tanpa kran. Beberapa juga mempunyai ukuran batas maksimal yakni bak mandinya penuh, baru kemudian kran ditutup atau mengalihkan ke RT lainnya yang bersebelahan. Praktek ini menjadi kelaziman di desa Sikayu

(2). kesulitan Mendapatkan Air

Walaupun sumber air melimpah,, rupanya masih ada sekitar 335 KK didesa Sikayu yang belum mendapatkan aliran air secara mudah. Untuk mendapatkan air, mereka masih harus menggunakan ember, memikul, menggedong wadah air dari sumber ke rumahnya. Persoalannya, menurut kepala Desa Sikayu, rumah-rumah warga ini berada ditempat yang tinggi, sementara debit air semakin berkurang. Menyusutnya debit air ini menyebabkan kelompok pemakai air minum yang ada di masing-masing dusun tidak bisa lagi menerima pelanggan baru. Kalau ada peminat, mereka diharapkan nyabang (menyambung ) ke tetangga sebelahnya atau mengambil sendiri air di sumber air. Beberapa sumber mata air, mislanya sumber air Candi pada musim kemarau debit airnya berkurang.(3). Permasalahan Menyangkut Fungsi Dan Daya Dukung Ekosistem KarstKarakteristik wilayah di ekosistem karst yang sangat spesifik menimbulkan berbagai permasalahan terutama menyangkut fungsi dan daya dukung ekosistem karst terhadap aktivitas kehidupan manusia yang berada di dalamnya. Berbagai permasalahan yang muncul dapat diklasifikasi dalam permasalahan lingkup abiotik, biotik dan sosial.Dalam lingkup abiotik, berbagai permasalahan yang muncul sebagian besar berhubungan dengan lingkungan fisik ekosistem karst yang sangat spesifik tersebut. Beberapa permasalahan lingkup abiotik yang dapat diidentifikasikan adalah :

a. Kondisi Iklim yang relatif kering dengan curah hujan tahunan yang rendah terutama di ekosistem karst bagian selatan menyebabkan produktivitas lahan rendah dan terjadi kekeringan.b. Karakteristik fisik formasi karst memberikan sistem drainase yang unik dan didominasi oleh aliran bawah permukaan. Dengan kondisi tersebut pada musim penghujan, air hujan yang jatuh ke daerah karst tidak dapat tertahan di permukaan tanah tetapi akan langsung masuk ke jaringan sungai bawah tanah melalui ponor/luweng. Sumber air permukaan di kawasan karst hanya diperoleh melalui telaga dan sumber air dari sungai bawah tanah yang keluar. Akibatnya pada musim kemarau sering terjadi kekeringan yang parah dan kekurangan pasokan air untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.c. Kawasan karst yang didominasi batuan carbonat (batu bertanah) dengan solum yang sangattipis membentuk suatu kawasan lahan kritis yang luas.d. Banyaknya ponor-ponor di kawasan karst menjadi saluran langsung yang menghubungkan permukaan karst dengan sungai bawah tanah. Aliran air di permukaan dari air hujan akan langsung masuk melalui ponor dan terkumpul di air bawah tanah tanpa adanya proses penyaringan oleh lapisan tanah atau batuannya. Hal ini menimbulkan kerawanan terhadap pencemaran air bawah tanah, terlebih bila di bagian atas terdapat usaha pertanian intensif dengan memanfaatkan pupuk maupun pestisida kimiawi yang berlebihan sehingga sisanya tidak termanfaatkan dan justru akan masuk ke aliran bawah tanah dan menurunkan kualitas air bawah tanah.

E. Pengelolaan Kawasan Karst

1. Aspek Abiotik(1). Pengendalian kerusakan eksokarst (morfologi)

Program ini dimaksudkan untuk menetapkan sebagian kawasan karst yang memiliki keunikan bentangalam yang masih belum terusik dan kawasan yang telah rusak dan berpotensi memberikan dampak negatif yang lebih besar bagi kelestarian sumberdaya yang ada di dalamnya. Agar diperoleh keterpaduan dalam pengelolaan, penetapan kawasan perlindungan karst. Kawasan perlidungan tersebut diharapkan juga dapat menjadi daya tarik dan pusat pengembangan kawasan karst, terutama dari sector pariwisata.a. Program berkaitan dengan perlindungan kawasan karst meliputi:Mengupayakan penerbitan SK tentang Klasifikasi Karst. SK dibuat buat oleh intstansi pemerintah pusat dan daerah. Pemerintah pusat memberikan arahan fungsi lindung seluruh kawasan Karst Gunungsewu secara global, sedangkan kabupaten atau provinsi dapat menetapkan SK untuk kepentingan pemanfaatan secara lebih rinci.b. Menentukan kriteria kawasan konservasi;

c. Inventarisasi dan pendataan kondisi kawasan. Hal ini penting dilakukan agar dapat disusun rencana pengelolaan yang sesuai dengan karakteristik dan permasalahan yang ada di rencana kawasan perlindungan;d. Melakukan pemetaan dan penetapan kawasan konservasie. Pembentukan kelembagaan dan peraturan; danf. Penyusunan rencana pengelolaan. Rencana pengelolaan mutlak diperlukan agar dalam melakukan perlindungan atau konservasi dapat terarah.

Program berkaitan dengan pengendalian kegiatan penambangan di kawasan lindungkarst (Kelas I):a. Evaluasi tapak kegiatan penambangan yang ada; danb. Penghentian dan merelokasi kegiatan penambangan dari kawasan kelas I (Kawasan Lindung) ke lain lokasi.

(2). Penanggulangan Penurunan Kualitas dan Kuantitas Air Tanah

Program ini dimaksudkan untuk mengendalikan kegiatan yang potensial menimbulkan pencemaran dan pengurangan imbuhan air di daerah tangkapan permukaan sungai bawah tanah. Program penanggulangan penurunan kualitas dan kuantitas air meliputi:

a. Identifikasi dan pemetaan tangkapan air permukaan dari jaringan system sungai bawah tanah yang berada di kawasan Karst Gunung Sewu;b. Pengendalian tata ruang, yaitu dengan cara tidak menempatkan penggunaan lahan yang potensial menghasilkan bahan pencemar;c. Pengendalian erosi melalui rehabilitasi lereng atas perbukitan dan intensifikasi pertanian di dasar cekungan;d. Pengendalian dan pengurangan penggunaan pupuk kimia dan pestisidae. Perlindungan sempadan ponor; danf. Perbaikan sanitasi daerah perkotaan yang berada di daerah tangkapan permukaan sungai bawah tanah.

(3). Penanggulangan Penurunan kualitas lahan

Program ini dimaksudkan untuk pemulihan dan peningkatan potensi lahan. Adapun program ini meliputi:

a. Reklamasi lahan (pemindahan tanah, pot);b. Penyuburan lahan dengan bahan organik, dan pengembangan pertanian organik; danc. Konservasi tanah baik secara teknis (terasering) maupun vegetatif.

(4). Rehabilitasi Telaga

Program ini dimaksudkan untuk merehabilitasi telaga dan daerah tangkapan airnya. Program aksi untuk rehabilitasi telaga meliputi:

a. Penghijauan daerah tangkapan untuk mengurangi sedimentasi;b. Rehailitasi tepian dasar telaga untuk mengurangi kebocoran dan penguapan air; danc. Rehabilitasi teknis daerah tangkapan air telaga (teras, guludan, gully plug).

2. Aspek Biotik

Rehabilitasi Tutupan Vegetasi

Program ini dimaksudkan untuk mengembalikan tutupan vegetasi terutama di lahan puncak dan lereng atas bukit-bukit karst dan puncak bukit. Diharapkan dengan kebijakan ini dapat memulihkan sebagian kawasan karst menjadi kawasan bervegetasi rapat baik sebagai hutan atau tanaman-tanaman tahunan lainnya. Keberadaan kembali tutupan vegetasi yang rapat diharapkan dapat menyelesaikan masalah yang lain seperti sedimentasi telaga dan pencemaran sungai bawah tanah. Program aksi rehabilitasi tutupan vegetasi meliputi:

(1). Penghijauan lahan di lereng-lereng atas perbukitan karst

Rehabilitasi yang dimaksud dalam program ini adalah upaya menanami lereng-lereng atas perbukitan tanaman tahunan yang bukan dimanfaatkan sebagai bahan kayu. Dengan tanaman ini diharapkan tidak terjadi penebangan kembali akibat pemanfaatan kayu. (2). Rehabilitasi lahan bekas galian tambang

Upaya rehabilitasi yang dilakukan harus mengacu pada prinsip pembuatan artificial landform, sehingga lahan pasca tambang dapat mengembalikan prosesproses alami, seperti proses geomorfologi dan hidrologi.

F. Analisis dan PembahasanKarst Gombong selatan merupakan salah satu Karst yang ada di Indonesia yang merupakan tipe karst tropic basah yang mempunyai cirri-ciri tanahnya yang kurang subur untuk daerah pertanian, sensitive terhadap erosi, mudah longsor, bersifat rentan dengan pori-pori aerasi yang rendah, gaya permeabilitas yang lamban, dan didominasi oleh pori-pori mikro. Secara geografis daerah penyelidikan menempati wilayah dalam koordinat 109o150BT - 109o3000 BT 7o300LS 7o4500LS. Curah hujan rata-rata per bulan 244,7 mm, diketahui suhu rata-rata maksimum 29oC dan suhu rata-rata minimum 18,4oC, kelembaban udara relatif rata-rata 87% dan penguapan air 28,73 mm. Karst Gombong Selatan memiliki iklim tropic basah sehingga didominasi oleh bentuk-bentuk positif seperti bentuk bukit yang bervariasi dari bentuk kerucut hingga menara karst banyak dijumpai. Karst di Indonesia memiliki bentuk positif sehingga memiliki kerucut, mogote dan menara karst. Karst Gombong selatan ini terbentuk karena Lempeng Samudra Hindia-Australia sangat besar terhadap berkembangan tektonik dan cekungan pengendapan pada Zona Pegunungan Selatan. Tumbukan tersebut mengakibatkan terbentuknya perlipatan-perlipatan dan rekahan yang kemudian berkembang menjadi sesar (Sujanto dan Roskamil, 1975). Data bawah permukaan menunjukkan adanya sejumlah sesar padaSelatan yang diikuti oleh suatu pengangkatan yang menyebabkan daerah tersebut terangkat ke atas permukaan laut. Batugamping disusun dari sisa-sisa tumbuhan dan binatang yang menghasilkan kalsium karbonat sebagai bagian dari metabolismenya membentuk bagian utama dari batugamping. Komponen lainnya adalah dari pengendapan secara kimiawi atau oleh proses biokimia. Secara bersama-sama tersedimentasi pada dasar laut; dan hal ini tidak memilki karakter yang seragam diseluruh bagiannya, jadi batugamping bukan merupakan komposisi yang seragam. Jenis dari batugamping ini sangat tidak terbatas. Batugamping yang terdapat di karst Gombong selatan berada pada formasi Kalipucang yang terbentuk pada masa miosen tengah. Formasi Kalipucang memiliki litologi batugamping terumbu, batugamping klastik, batulempung, serpih dan batupasir. Bagian bawah terdiri dari batulempung kelabu kecoklatan mengandung pirit, fosil dan butiran garam halus, diatasnya terdapat serpih bitumen berwarna abu-abu kehitaman. Batupasir terdapat di atas serpih, berwarna kelabu kecoklatan berbutir sedang, agak gampingan. Bagian atas terdiri dari gamping koral, berwarna putih kekuningan-kelabu, padat, permukaan tajam, berlubang-lubang.

Salah satu potensi dari kast adalah unuk pertambangan., baik pertambangan kapur untuk industry semen, gips, maupun tambang batugamping. Karst Gombong Selatan dimanfaatkan batugampingnya. Batugamping yang ada di sana dimanfaatkan untuk bahan pembuatan semen. Ada pula yang menjadikannya sebagai tambang kapur. Sebagian besar penambangan batugamping di kawasan ini masih berupa penambangan tradisional yang dilakukan oleh penduduk sekitar karst. Penambangan yang ada di sana sebagian besar merupakan penambangan illegal yang tidak mengantongi izin dari pemerintah daerah. Hal ini menjadi ancaman dan mimpi buruk bagi kelestarian batugamping di karst gombong selatan ini. Bagaimana tidak dari 120 penambangan hanya 22 yang memiliki izin. Pembangunan pabrik semen yang akan didirikan di kecamatan Buayan sangat berbahaya bagi kelestarian batugamping di sana. Dengan adanya pendirian ini akan mengurangi pengangguran, dan meningkatkan kesejahteraan rakyat. Namun jika dilihat dari segi kelestarian ala mini sangat membahayakan. Apalagi batugamping bukan merupakan sumberdaya alam yang tidak terbatas. Jika betugammping terus menerus dikeruk maka lama kelamaan juga akan habis. Keputusan pemerintah daerah yang mengizinkan dilakukannya pendirian pabrik semen di sana bukanlah hal yang baik bagi kelestarian alam. Selain itu tindakan pemerintah yang membiarkan penambangan illegal terus berlangsung karena alas an kemanusiaan bukan hal yang patut untuk ditolerir. Seharusnya pemerintah dengan tegas melarang dilakukannya penembangan tersebut, karena merusak lingkungan dan mengganggu ekosistem karst di sana. Pemerintah harus tegas memberikan sangsi kepada para penambang liar. Pemerintah harusnya ikut melestarikan alam dan menjaga kekayaan alam yang dimiliki daerahnya.

Kawasan karst Gombong selatan sudah mulai menghadapi ancaman kerusakan lingkungan. Bahkan akibat penambangan kapur oleh rakyat seperti di kecamatan Rowokele dan Ayah, mulai dijumpai perbukitan kapur yang hancur. Hal ini bisa menjadi penyebab terjadinya bencana kekeringan, banjir dan longsor. Belum lagi rencana pendirian pabrik semen, akan menjadi ancaman serius bagi pelestarian alam dan ekosistem di kawasan karst. Kerusakan karst dapat menjadi penyebab bencana, bencana yang paling banyak terjadi dan banyak dijumpai adalah bencana longsor dan kekeringan. Longsor yang terjadi di tempat penambangan akan mengakibatkan kerusakan berupa rusaknya ekosistem, rusaknya permukuman penduduk dan adanya korban jiwa. Selain longsor, bencana yang sering terjadi di kawasan karst adalah adanya kekeringan. Hal ini terjadi karena karst yang berfungsi menyerap air dan mengalirkannya melalui sungai bawah tanah ssudah rusak. Ketersediaan batugamping, jenis batugamping (tiap jenis batugamping memiliki angka prioritas berbeda ), luas sebaran dan ketebalan batugamping merupakan bebrapa factor yang berpengaruh pada jumlah air yang dapat disimpan dan lama waktu tinggal ( residence time). Semakin baik batugamping dan semakin luas sebaran dan semakin tebal maka jumlah air yang dapat disimpan semakin banyak. Sehingga masyarakat dapat memanfaatkan sungai bawah tanah untuk kehidupan sehari-hari. Namun sebaliknya, jika batugamping sedikit dan tipis air yang tersimpan juga akan semakin sedikit. Hal ini akan berakibat pada bencana kekeringan.

Untuk mengantisipasi terjadinya kerusakan lebih parah lagi, maka perlu diadakannya upaa-upaya pelestarian upaya yang dapat dilakukan untuk menyelamatkan batugamping di Gombong selatan adalah dengan cara pembangunan yang berkelanjutan. Perlu dilakukan pembangunan yang berkelanjutan yang mencakup tiga unsure, yaitu unsure ekonomi, social, dan ekologi lingkungan. Unsure ekonomi mencakup usaha untuk membrantas kemiskinan, membuka lapangn pekerjaan, mengembangkan eko-wisata. Unsur sosila memuat penanganan masalah gender dan masalah social akibat penutupan penambangan batugamping setelah bahan bakunya habis. Unsure ekologi meliputi konservasi karst Gombong selatan, melestarikan volume dan kualitas air, menggunakan proses dan teknik produksi sehingga dapat mengurangi kerusakan. Untuk tempat-tempat wisata yang ada di kawasan ini seharusnya memperhatikan kelestarian lingkungan juga, yaitu dengan membuat penginapan yang mengutamakan rumah-rumah rakyat bertilet bersih serta dihindari pembukaan lahan untuk pembangunan hotel berbintang. Pemerintah juga perlu mengembangkan agro-ekosistem terpadu dengan struktur tajuk bertingkat yang mencakup tumbuhan, hewan ternak, dan ikan. Sistem dibangun atas dasar pencagaran terintegrasi bermuatan kearifan ekologi penduduk.

Usaha pelastarian bencana kekeringan di kawasan Gombong selatan ini bisa dilakukan dengan cara memperbaiki bentang lahan, misalnya denganpembuatan teras sering. Pelestarian tanaman penutup juga perlu dilakukan, tanaman yang dipilih adalah tanaman yang memiliki laju penguapan yang rendah, bernilai ekonomis tinggi, mudah dan cepat tumbuh dan tahan panas. Upaya pelestarian ini perlu dilakukan karena mengingat bahwa batugamping memiliki potensi sumber air, misalnya di Desa Banyumudal, Kecamatan Buayan. Meski musim hujan, sumber air di daerah itu tetap jernih karena mata air meresap di sela-sela batu gamping atau karst. Sebaliknya, pada musim kemarau air tetap mengalir dan bisa dimanfaatkan penduduk. Penambangan batu gamping di daerah sekitar Buayan tetap diizinkan. Namun harus selektif, di daerah yang banyak sumber air semestinya diatur atau diperketat.Sumberdaya air di kawasan karst Gombong selatan memiliki fungsi hidrologi yang tinggi. Sebagian besar warga sekitar Karst memanfaatkan air yang ada disana untuk memenuhi kebutuhan air bagi kehidupan mereka. Pengelolaan air yang ada di sana dilakukan oleh warga dan ada juga yang dilakukan oleh pemerintah daerah dengan mendirikan PDAM. Namun disini ada masalah yang timbul akibat pengelolaan oleh masyarakat yaitu dalam system pengelolaan air system bak. Dimana air yang yang ada dibiarkan mengalir terus melalui slang-slang. Hal ini akan menjadikan masalah bagi ketersediaan air di kawasan karst tersebut, karena dikhawatirkan air yang ada akan debitnya akan mengecil dan akibatnya akan terjadi kekeringan. Demikian pula pengelolaan air oleh PDAM, pengelolaan air yang terlalu dieksploitasi secara berlebihan akan mengakibatkan sumberdaya air yang akan semakin berkurang. Apalagi pengguna PDAM jumlahnya tidak sedikit, dan sebagian besar masyarakat yang sudah menjadi pelanggan PDAM hanya memanfaatkan air PDAM tanpa memanfaatkan air tanah dari sumur-sumur. Hal ini akan beakibbat pada ketersediaan cadangan air yang semakin berkurang.Kegiatan penambangan yang dilakukan oleh masyarakat sekitar Karst yaitu daerah Buayan, Redisari, Kalisari, Jatijajar, dan Candirenggo akan berakibat pada kerusakan kawasan karst yang merupakan tendon air penyimpan cadangan air. Penambangan di daerah Karst adalah penambangan batugamping yang mengikis kubah-kubah karst. Efek yang terjadi sebagai akibat kegiatan penambangan yang berkaitan dengan kualitas air di kawasan karst adalah terjadinya penccemaran air yang menurunkan kualitas air. Seperti layaknya sungai permukaan, sungai bawah tanh juga memiliki daerah tangkapan air dan daerah aliran sungai. Usaha-usaha pelestarian sungai bawah tanah ini dilaksanakan dengan menyentuh aspek pelestarian kuantitas dan kualitas air. Ada beberapa factor yang berpengaruh terhadap jumlah air yang dapat disimpan dan lama waktu tinggalnya. Di permukaan, factor yang berpengaruh adalah tanaman penutup, tanah penutup, dan bentuk lahan. Factor lain yang berpengaruh adalah jenis batugamping, luas sebaran dan ketebalan batugamping. Dari uraian di atas usaha perbaikan hendaknya menyentuh satu atau keseluruhan factor. Sehingga diharrapka akan memberikan hasil akhir yang baik, yang dapat mempertahankan atau menambah jumlah air. Pelestarian dengan mnggunakan tanaman penutup, dapat dilakukan dengan menanam tanaman yang memilki laju penguapan rendah tidak bernilai ekonomis tinggi, mudah dan cepat tumbuh serta tahan terhadap panas. Usaha pelestarian lain dapat dilakukan dengan memperbaiki bentuk bentanglahan, misalnya dengan pembuatan terasering. Teras berfungsi mengurangi panjang lereng dan menhan air sehingga mengurangi kecepatan dan jumlah aliran permukaan, dan memungkinkan penyerapan oleh tanah. Dengan demikian maka laju erosi dan aliran permukaan dapat dikurangi. Ada dua jenis terras yaitu, teras tangga atau teras bangku dan teras berdasar lebar. Disamping itu perlu juga dilakukan pengusahaan penjagaan kualitas air sungai bawah tanah. Pemakaian pestisidan dan penyubur buatan di permukaan dapat menyebabkan terkontaminasinya air sungai bawah tanah oleh polutan kimia. Untuk melakukan pelestarian air di kawasan karst gombong selatan ini diperlukan adanya kesadaran dari masyarakat, bukan hanya dari pemerintah semata. Di negara maju, pemanfaatan dan pengelolaan kawasan karst untuk pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan sudah terpola dengan baik dan jelas. Perwujudan dari pemikiran itu diimplementasikan ke dalam tata guna dan tata ruang kawasan karst yang dibangun berdasarkan pendekatan yang partisipatif.Pemerintah mengikutsertakan masyarakat dalam merumuskan kebijakan pengelolaan dengan maksud untuk mengajak masyarakat sebagai pemilik tanah menyampaikan aspirasinya. Tidak dibenarkan pemerintah seakan-akan bertindak selaku satu-satunya perumus penetapan kebijakan, namun hendaknya kebijakan tersebut ditetapkan berdasarkan melalui share vision antara pemerintah dan masyarakat. Oleh karena itu, pemanfaatan dan pengelolaan mengedepankan empat prinsip pokok penataan ruang yaitu: holistik dan terpadu, keterpaduan penanganan secara lintas sektoral dan lintas wilayah, dan pelibatan peran serta masyarakat mulai dari perencanaan, pemanfaatan, dan pengelolaan yang ada. Pemerintah dituntut kerelaannya untuk berperan sebagai fasilitator dan melakukan pelayanan yang prima. Dengan demikian diharapkan akan tercipta pengelolaan ruang yang bercirikan good governance, dimana akan tercipta keseimbangan baru antara peran pemerintah dengan partisipasi aktif masyarakat. AMDAL sebagai instrumen Pengelolaan Kawasan KarstBAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Karst Gombong selatan merupakan kawasan karst yang memiliki potensi sumberdaya yang sangat besar, karena banyak ditemukan sumber-sumber mata air dan juga potensi batugamping. Pemanfaatan batugamping yang terdapat di karst Gombong Selatan masih banyak yang ilegal dan tidak mengantongi izin usaha dari pemerintah. Pemanfaatan batugamping untuk penambangan masih menimbulkan banyak kerusakkan dan menimbulkan bencana seperti kekeringan dan pencemaran udara. Selain pemanfaatan batugamping, sumberdaya air yang ada di kawasan karst juga merupakan potensi sumberdaya alam yang menjanjikan. Sumberdaya air yang ada di kawasan karst dimanfaatkan untuk sumber air bagi penduduk sekitar dan juga dibuat untuk PDAM. Akan tetapi kegiatan eksploitasi yang dilakukan di kawasan karst ini menimbulkan penurunan kualitas dan kuantitas sumberdaya alam yang ada disana. Ekosistem Karst Gombong Selatan saat ini telah mengalami tekanan lingkungan yang melebihi daya dukungnya. Namun demikian sumberdaya air dikawasan ini masih belum mengalami penurunan kualitas dan kualitas yang terlalu signifikan. Namun jika masyarakat tidak menjaga keseimbangan antara pemanfaatan dan pengelolaan maka dalam hitungan beberapa tahun kedepan akan terjadi kerusakan dan penurunan kualitas yang sangat parah.B. Saran

Upaya penting dalam mengelola dan memanfaatkan sumber daya alam karst adalah dengan merubah pola paradigma potensi karst sebagai sumber eksploitasi, tetapi juga peningkatan kesadaran akan pentingnya kawasan karst kepada masyarakat. Sebaiknya eksploitasi yang berlebihan dihindari dalam pemanfaatan sumberdaya yang ada di kawasan karst. Eksploitasi bahan tambang dan air boleh dilakukan tetapi harus mengingat pada prinsip berwawasan lingkungan dan berkelanjutan. Pemanfaatan harus diseimbangkan dengan pengelolaan yang baik, misalnya dilakukan penanaman fegetasi, pembuatan teras-teras dan menghindari penggunaan pestisida agar kualitas dan kuantitas iar tetap terjaga.

Upaya pengelolaan karst juga harus dilakukan secara bersama-sama antara pemerintah dan masyarakat setempat. Kesadaran akan pentingnya karst dan kesadaran pentingnya pengelolaan dan pemanfaatan karst yang berwawasan lingkungan harus ditingkatkan. Kerjsama antara pemerintah dan masyarakat akan membawa pada dampak perbaikan yang akan menguntungkan bagi semua pihak.DAFTAR PUSTAKAArsyad, Sitanala. 1989. Konservasi Tanah dan Air. IPB: Bogor.Endarto, Danang. 2005. Pengantar Geologi Dasar. Surakarta: LPP UNS dan UPT Penerbitan dan Pencetakan (UNS Press).Endarto, Danang. 2007. Geomorfologi Umum. Surakarta: UPT Penerbitan dan Pencetakan UNS(UNS Press).

karstaceh.com/.../pengelolaan-kawasan-karst-dan-prinsip-pembangunan berkelanjutanwww.bappeda.kebumenkab.go.id/data/tataruang.pdf www.kebumen.go.id/data/lkpj/lkpj_2005.pdf www.suaramerdeka.com/harian/0207/22/dar16.htm www.suaramerdeka.com/harian/0210/28/dar14.htm www.suaramerdeka.comiklgombong.info/modules.php

www.mapala-upn-yk.org/artikel/kawasan-wisata-ekokarst.html

www.mapala-upn-yk.org/artikel/kawasan-wisata-ekokarst.html www.hagi.or.id/download/JGeofisika/2004_2/2004_2_2.pdf LAMPIRANTabel 4. Stratigafi Karst Gombong Selatan

Tabel 5. Stratigrafi Regional Karst Gombong Selatan

Gambar 2. Stratigrafi dan Geologi Daerah Karst Gombong Selatan

Gambar 3. Sebaran Mata Air Di Karst Gombong Selatan