Eksistensi.dan.Relevansi.PS-FKCB-Sby-08-2007

40
EKSISTENSI DAN RELEVANSI PANCASILA DI TENGAH ARUS IDEOLOGI GLOBAL * Pengantar Thema di atas sesungguhnya mengandung makna secara normatif filosofis-ideologis dan konstitusional yang fungsional (aktual) sebagai kami rumuskan berikut. POLITIK SUPREMASI FILSAFAT SEBAGAI SISTEM IDEOLOGI (DALAM FUNGSI SISTEM KENEGARAAN) Artinya, dunia modern sesungguhnya merupakan panggung atau arena perjuangan antar bangsa (yang menganut sistem filsafat dan sistem ideologi masing- masing, yang melembaga dalam sistem kenegaraan) berjuang berebut supremasi atau keunggulan bangsa dan negaranya (= sistem kenegaraannya). I. LATARBELAKANG Sesungguhnya manusia dan bangsa-bangsa modern sepanjang sejarah melaksanakan (mengamalkan) ajaran nilai-nilai yang diyakininya sebagai kebenaran terbaik. Kebenaran terbaik ini berwujud ajaran filsafat hidup (Weltanschauung) yang diwarisi sebagai ajaran sistem filsafat yang memuncak dalam tatanan budaya dan peradaban, dan ditegakkan sebagai sistem kenegaraan. Sejarah merekam bahwa ajaran filsafat telah berkembang di Timur Tengah sejak 5000 – 1000 sM, India 4000 – 1000 sM; juga di Cina sekitar 2500 – 500 sM (Avey 1961: 3 – 7). Menurut Radhakrishnan perkembangan dimaksud berlangsung sejak 6000 – 600 sM (1953: 11). Karenanya, diakui ajaran filsafat demikian sinergis dengan ajaran agama, yakni agama supernatural religions (revealation religions). Itu berarti sistem budaya dan peradaban umat manusia sejak penciptaannya terbimbing oleh nilai-nilai religius demi martabat kepribadian manusia, sebagai disimpulkan Mohammad Noor Syam (2006: 8 – 9; 30 – 31; dan 2007: 24 – 30). * Makalah disajikan dalam Forum Silaturahmi Pondok Pesantren (FKCB) di Islamic Center, Surabaya 2 Agustus 2007. MNS-Lab.Pancasila-UM 1

description

Eksistensi.dan.Relevansi.PS-FKCB-Sby-08-2007

Transcript of Eksistensi.dan.Relevansi.PS-FKCB-Sby-08-2007

Eksistensi dan Relevansi Pancasila

EKSISTENSI DAN RELEVANSI PANCASILA

DI TENGAH ARUS IDEOLOGI GLOBAL*Pengantar

Thema di atas sesungguhnya mengandung makna secara normatif filosofis-ideologis dan konstitusional yang fungsional (aktual) sebagai kami rumuskan berikut.POLITIK SUPREMASI FILSAFAT SEBAGAI SISTEM IDEOLOGI (DALAM FUNGSI SISTEM KENEGARAAN)Artinya, dunia modern sesungguhnya merupakan panggung atau arena perjuangan antar bangsa (yang menganut sistem filsafat dan sistem ideologi masing-masing, yang melembaga dalam sistem kenegaraan) berjuang berebut supremasi atau keunggulan bangsa dan negaranya (= sistem kenegaraannya). I.LATARBELAKANGSesungguhnya manusia dan bangsa-bangsa modern sepanjang sejarah melaksanakan (mengamalkan) ajaran nilai-nilai yang diyakininya sebagai kebenaran terbaik. Kebenaran terbaik ini berwujud ajaran filsafat hidup (Weltanschauung) yang diwarisi sebagai ajaran sistem filsafat yang memuncak dalam tatanan budaya dan peradaban, dan ditegakkan sebagai sistem kenegaraan.

Sejarah merekam bahwa ajaran filsafat telah berkembang di Timur Tengah sejak 5000 1000 sM, India 4000 1000 sM; juga di Cina sekitar 2500 500 sM (Avey 1961: 3 7). Menurut Radhakrishnan perkembangan dimaksud berlangsung sejak 6000 600 sM (1953: 11). Karenanya, diakui ajaran filsafat demikian sinergis dengan ajaran agama, yakni agama supernatural religions (revealation religions). Itu berarti sistem budaya dan peradaban umat manusia sejak penciptaannya terbimbing oleh nilai-nilai religius demi martabat kepribadian manusia, sebagai disimpulkan Mohammad Noor Syam (2006: 8 9; 30 31; dan 2007: 24 30).

Kemudian, berlanjut dengan ajaran filsafat di Eropa (terutama Yunani) yang tertua dimulai 650 sM (Avey 1961: 3 7) yang menjadi sumber dan landasan ajaran filsafat Barat yang beridentitas sekular. Berbagai sistem filsafat berkembang dengan keyakinan sistem filsafatnya sendiri sebagai yang benar dan terbaik; karenanya sampai abad XXI berkembanglah berbagai aliran atau sistem filsafat yang cenderung kompetitif merebut supremasi ---baik bidang ipteks, sosial ekonomi, dan politik..... bahkan sebagai sistem kenegaraan yang merebut dominasi---. Kita menyaksikan masing-masing penganut sistem filsafat: kapitalisme-liberalisme, sosialisme, marxisme-komunisme, theokratisme, zionisme, naziisme; dan fundamentalisme.... juga Pancasila berjuang merebut supremasi ---paling tidak mempertahankan eksistensinya---.

Fenomena dinamika globalisasi-liberalisasi dan postmodernisme adalah bagian dari politik strategis dan rekayasa global oleh ideologi negara adidaya untuk merebut supremasi sekaligus praktek neo-imperialisme abad XXI.

Sistem filsafat awal yang berkembang di Timur Tengah sesungguhnya sinergis dengan nilai-nilai Ketuhanan dan keagamaan (terutama: supernatural religions), yakni agama Yahudi, Kristen dan Islam. Pengaruh nilai fundamental ketiga agama besar ini menjangkau seluruh muka bumi, sebagai terlukis dalam skema 1.PERWUJUDAN PENGARUH SUPREMASI SISTEM FILSAFAT

TIMUR TENGAH

skema 1Catatan:

Skema ini melukiskan bagaimana peranan supremasi ajaran sistem filsafat yang bersumber dari Timur Tengah (yang beridentitas theisme-religius) menjangkau dan meliputi semua benua di dunia. Perwujudan supremasi nilai (filsafat) theisme-religius dimaksud ---sebagai agama wahyu--- ialah: agama Yahudi, Kristen dan Islam yang menjiwai dan melandasi asas moral umat manusia sedunia, sebagai integritas sistem nilai moral dan peradaban (primer) umat manusia! (Terlukis dalam garis-lingkaran - - - - - - - di dalam lingkaran bumi). Sedangkan ajaran sistem filsafat lainnya (sekular dan atheisme) adalah nilai moral dalam budaya dan peradaban (sekunder) umat manusia.

Sejarah juga mencatat antar agama itu pernah terjadi konflik; demikian pula berbagai ajaran sistem filsafat lainnya ---sebagai wujud dinamika kompetisi antar mereka merebut supremasi dalam peradaban dunia modern---.

Secara sederhana kita menyaksikan bagaimana ketegangan sejarah dunia antara blok Barat (penganut sistem filsafat: kapitalisme-liberalisme) kontra sistem filsafat blok Timur (marxisme-komunisme-atheisme). Tegasnya, berbagai ketegangan dan konflik di dunia, termasuk dalam NKRI adalah pancaran konflik atau pertentangan sistem ideologi yang dianut manusia; seperti: sistem filsafat/ideologi Pancasila yang masih terus dirongrong dan diancam integritasnya, terutama oleh ideologi marxisme-komunisme-atheisme (PKI, neo-PKI, KGB melalui berbagai organisasi mereka).

Dunia modern yang berkembang dalam multibidang, semuanya dilahirkan dan dikembangkan oleh sistem filsafat, sekaligus sebagai propaganda dan bukti supremasi atau keunggulan sistem filsafat dan atau sistem ideologi yang mereka banggakan! Diakui juga bagaimana peranan ajaran filsafat Barat yang beridentitas sekularisme di pelopori liberalisme-kapitalisme dan individualisme atas nama HAM dan demokrasi cukup mendapat simpati dan sambutan oleh intelektual yang tidak memahami bagaimana nilai fundamental ajaran itu telah menodai keyakinannya sendiri ---sebagai penganut sistem filsafat Timur yang berjiwa dan beridentitas theisme-religius---. Demikian pula bagaimana ajaran filsafat atau ideologi marxisme-komunisme-atheisme yang memuja materialisme --bahwa hidup manusia ditentukan hanya dan demi materi, komuditas ekonomi--. Fenomena sosial politik dunia modern sesungguhnya telah terjajah atau dibawah kekuasaan supremasi kedua sistem filsafat dan atau ideologi tersebut. Meskipun sebagai sistem ideologi politik marxisme-komunisme-atheisme mengalami degradasi, namun secara hakiki manusia di dunia modern sesungguhnya telah memuja materialisme --di Barat materialisme-individualisme; dan di negara blok marxisme-komunisme-atheisme = materialisme-kolektivisme dan etatisme--.

Memahami rekaman sejarah dan fungsi filsafat, dan menyaksikan fenomena budaya dan peradaban yang nampak dalam budaya dan moral politik bangsa-bangsa modern, sesungguhnya mereka, dan kita semua terlibat dalam kompetisi dan perjuangan (baca: perang) untuk merebut supremasi atau keunggulan ideologi yang kita anut masing-masing. Mulai tokoh-tokoh politik kaliber dunia, cendekiawan dan budayawan; bahkan juga kaum intelektual sebagai penganut sistem filsafat dan atau ideologi hanyalah menjadi abdi dari ajaran filsafat dan ideologi yang telah menegara. Mulai perang dingin yang berlangsung lama (1950 1990) dengan biaya tinggi, sampai berbagai media propaganda (cetak dan elektronik: koran, majalah, buku, film, tv, it, ..... sampai internet dan satelit) hanyalah alat atau instrumen untuk memenangkan perang antar sistem ideologi!

II.SISTEM FILSAFAT DAN SISTEM NILAISistem filsafat dan sistem nilai yang berkembang dalam budaya dan peradaban umat manusia dapat meliputi kategori: 1. sistem nilai yang bersumber dari nilai-niali Ketuhanan dan keagamaan; dan atau sistem filsafat yang sinergis dengan sistem nilai religius; dan 2. sistem nilai filsafat murni (yang non-religius, sekular, bahkan atheis). Kategori dimaksud secara ringkas, sebagai berikut:

A.Pandangan Sistem Filsafat Theisme Religius

Bagaimana manusia memahami alam semesta, diri sendiri dan sistem nilai yang fundamental dan universal, sesungguhnya diakui bersumber dari penghayatan manusia atas keterbatasannya (eksistensi, kehidupan di dunia..... kematian; dan kepercayaan kehidupan dalam alam keabadian). Nilai demikian bersumber dari sistem filsafat religius dan atau nilai-nilai agama, sebagai diuraikan dalam uraian dimuka.

Manusia, budaya dan peradaban sesungguhnya adalah perwujudan subyek martabat kepribadian manusia yang unggul, agung dan mulia sebagai makhluk mulia yang diciptakan (Allah) Maha Pencipta. Visi-misi penciptaan manusia dan alam semesta terlukis dalam semua Kitab Suci umat beragama, istimewa agama langit (supranatural religions), lebih-lebih agama Islam.

Sistem filsafat berkembang sebagai sistem ideologi yang membentuk, melandasi dan memandu sistem kenegaraan....yang merebut politik supremasi dalam semua bidang kehidupan: berbangsa, bernegara dan berbudaya!

Manusia sebagai makhluk unggul agung dan mulia secara kodrati menjangkau nilai-nilai alamiah (natural), budaya (kultural, peradaban/civilization) termasuk ipteks dan filsafat; berpucak dengan penghayatan dan pengamalan nilai agama dan Ketuhanan. Potensi dan martabat demikian tersirat dalam firman Allah dalam semua Kitab SuciNya; misalnya dalam Al Quran, terutama amanat dan pernyataan Allah Maha Pencipta, sbb:1. Janji kesetiaan manusia di hadapan Maha Pencipta: .....bukankah Aku Tuhan kamu? Jawab manusia: Ya, kami menjadi saksi, supaya kamu jangan mengatakan pada hari kiamat: sesungguhnya kami lengah terhadap komitmen ini. (Q 7: 172)

2. ...... bahwa sesungguhnya Allah yang memberikan karunia kepadamu, wahai manusia karena Allah menunjuki kamu kepada keimanan jika kamu orang yang benar. (Q 49: 17)

3. Amanat penciptaan manusia sebagai visi-misi kemanusiaan: Tidaklah Aku jadikan jin dan manusia, melainkan supaya mereka mengabdi kepadaKu. (Q 51: 56) Dan beberapa ayat lainnya (Q 2: 30, 24: 55).

4. Sesungguhnya manusia akan unggul, agung dan mulia bila mereka setia menunaikan dan menegakkan amanat di atas, sebagaimana dinyatakan dalam Al Quran: .....sesungguhnya orang yang termulia diantara manusia di sisi Allah, ialah orang yang lebih takwa.... (Q 49: 13); dan beberapa ayat lainnya (Q 2: 212; 39: 9).5. Keimanan manusia berpuncak dalam integritas dan pengamalan (Q 9: 24)

Filsafat yang tetap mengakui eksistensi Tuhan sebagai Maha Pencipta dan Maha Berdaulat, sebagai agama-agama langit sesuai zamannya ---termasuk sistem filsafat Pancasila--- manusia penganut ajarannya dan sistem filsafat demikian akan terjamin keunggulan, keagungan dan kemuliaannya (MNS 2007: 185)!

Beberapa aliran sistem filsafat theisme, terutama: theokratisme, zionisme, hinduisme, vedaisme, budhisme dan fundamentalisme.

Secara formal (dalam rumusan), dan secara intrinsik sistem filsafat Pancasila mengandung dan memancarkan identitas dan integritas martabatnya sebagai sistem filsafat theisme-religius. Sebagai bagian dari sistem filsafat Timur (khususnya Timur Tengah), integritas sistem filsafat Pancasila diakui sebagai sistem filsafat (monotheisme-religius). Integritas ini memancarkan keunggulan karena sesuai dengan hakikat kebenaran fundamental dan universal dari semua agama supranatural.

B.Pandangan Sistem Filsafat Non-Theisme (Non-Religius)

Manusia penganut sistem filsafat ini lebih mengunggulkan potensi kepribadian manusia, terutama akal (rasio) untuk mengerti alam semesta, hukum alam dan martabat kemanusiannya. Pandangan demikian, terutama meliputi ajaran: materialisme, sophisme, ........ berkembang terutama: rasionalisme, humanisme, pragmatisme (kapitalisme-liberalisme) yang berwatak individualisme dan sekualrisme; marxisme-komunisme-atheisme.

Sesungguhnya, sistem filsafat demikian memuja manusia, karenanya dinamakan humanisme bahkan anthroposentrisme: termasuk sistem filsafat pantheisme (serba Tuhan) dan universalisme.

Berdasarkan asas normatif filosofis religius yang diakui manusia lebih fundamental dan universal, maka pandangan filsafat ini dianggap sebagai arrogansi bahkan ketakabburan manusia.

Karenanya, sistem filsafat demikian dianggap mengingkari asas Ketuhanan dan keagamaan sebagai asas moral dan martabat kepribadian manusia, bahkan mereka telah meruntuhkan martabat kemanusiaannya yang memiliki integritas keunggulan dan kemuliaan berkat adanya potensi kerokhanian yang agung ---yang dipercaya hidup abadi melampaui dimensi ruang dan waktu--- (MNS 2006: 174 178; 224 235).

Sebagai pengetahuan dan wawasan perbandingan diuraikan secara ringkas 2 sistem ideologi modern yang cukup dominan dan menjadi tantangan budaya dan peradaban masa depan, khususnya bagi sistem filsafat Pancasila.

Sebagai bangsa modern yang hidup dalam dinamika ipteks canggih postmodernisme kita mengalami proses persaingan (perjuangan) merebut supremasi sosial politik antar berbagai sistem filsafat dan atau ideologi modern. Perjuangan dan kompetisi itu terutama melalui media informasi dan komunikasi global yang melampaui dimensi ruang (batas kenegaraan dan kebangsaan) dalam waktu yang amat cepat.

Setiap hari kita menerima informasi, baik sebagai berita berbagai peristiwa yang terjadi, maupun informasi tentang berbagai bidang kehidupan: bagaimana dan untuk apa dikelola: ekonomi, sosial politik, hukum, kepemimpinan dan manajemen, kesehatan..... dan semua bidang kehidupan modern.

Sesungguhnya, isi dan essensi serta tujuan dari informasi yang fundamental terutama sebagai wahana pendidikan, sosialisasi dan pembudayaan nilai-nilai tertentu sebagai cuplikan (unsur, elemen, fragmen) dari suatu sistem nilai yang bersumber dari ajaran sistem filsafat. Marilah kita perhatikan fragmen berikut:

1.Keunggulan Sistem Filsafat Barat (Pragmatisme, Kapitalisme-Liberalisme)

a. Budaya dan ajaran bahwa ilmu pengetahuan bebas nilai, sesungguhnya adalah ajaran sistem filsafat Pragmatisme; yang mengajarkan: di dunia tidak ada kebenaran (yang tetap), melainkan: sesuatu akan benar, bila berguna bagi (kehidupan) manusia. Tidak ada kebenaran mutlak, semuanya relatif dan individual. The truth does not exist, but it happens. The truth is what useful for individual. Karena itulah penganutnya selalu mengadakan eksperimen (percobaan dan penelitian) untuk membuktikan kebenaran dan daya gunanya bagi kehidupan (aktual) manusia. Nenek moyang ajaran pragmatisme ialah ajaran materialisme dan sophisme di Yunani awal perkembangan filsafat (400 sM).

b. Penganut pragmatisme mengembangkan teorinya dalam ilmu jiwa dengan ajaran Behaviorisme = ilmu jiwa tingkah laku (= ilmu jiwa tanpa jiwa) yang bertumpu pada hukum sebab-akibat (= stimulus-respons, dinamakan: SR-bond theory). Ajaran ini berwatak sekularisme dan materialisme.

c. Jadi, bila tidak ada kebenaran tetap, dan apalagi kebenaran mutlak; dilengkapi dengan wawasan ilmu jiwa tanpa jiwa.... bagaimana kaidah demikian dapat kita anut sementara kita percaya (baca: yakin) adanya nilai yang tetap, kebenaran mutlak.... juga adanya jiwa/roh sebagai hakikat martabat kepribadian manusia,....dan kehidupan abadi!

Sadarkah kita telah disesatkan oleh ajaran filsafat pragmatisme (alias: progressivism, environmentalism, experimentalism, instrumentalism). Karena kita belum memahami hakikat dan visi-misi sistem filsafat mereka...... maka kita menjadi penganutnya tanpa mengerti!

2.Keunggulan Sistem Filsafat Sosialisme: Marxisme-komunisme-atheisme.

Sistem filsafat ini hanya diakui sebagai sistem ideologi; yang dikembangkan oleh paham sosialisme dan komunisme. Doktrin mereka, terutama:

a. bahwa alam dan masyarakat manusia berkembang dalam hukum: dialektika historis materialisme. Artinya, seluruh eksistensi terikat dengan hukum alam: kausalitas (sebab-akibat), terutama faktor materi (komuditas ekonomi) sebagai penentu/prasyarat kehidupan manusia. Umat manusia berjuang merebut materi demi eksistensi (kehidupan) dalam hukum: survival of the fittest.

b. Alam dan manusia sebagai wujud materi bukanlah diciptakan oleh Maha Pencipta, melainkan oleh hukum alam sendiri. Karenanya, menusia untuk menjamin kelangsungan hidupnya wajib menguasai dan mengembangkan alam (sebagai sumber daya alam: = komuditas, ekonomi, modal: tenaga kerja, tanah dan dana). Sumber daya alam ini selama prarevolusi komunis, sepenuhnya dikuasai oleh kaum kapitalisme. Karenanya, penganut marxisme-komunisme melakukan revolusi untuk merebut hak rakyat yang tertindas oleh kaum kapitalisme-imperialisme. Dunia dan budaya berkembang dalam pola dialektika historis materialisme: revolusi x kotrarevolusi.

c. Negara adalah kesatuan manusia sebagai rakyat dalam komunitas atau kolektivitas yang utuh. HAM bukanlah milik individu, melainkan milik masyarakat sebagai kolektivitas. Manusia individu tidak mungkin hidup, dan tidak berfungsi; kecuali di dalam kebersamaan dalam fungsi sosial: = fungsi karya, fungsi produksi; (labor, buruh, tenaga kerja). Jadi, masyarakat (mikro) dan negara (makro) adalah milik bersama. Negara dikuasai dan dipimpin bersama (dengan asas kedaulatan negara). Untuk pelaksanaannya kedaulatan negara dipercayakan kepada partai (tunggal) negara, yakni partai komunis di dalam negara itu. Karenanya, asas kedaulatan negara melahirkan asas etatisme (= pemujaan negara; yang juga memuja kepala negara = taat sepenuhnya kepada pemimpin ketua partai komunis yang sepenuhnya menegakkan kedaulatan negara).

d. Materi penentu kehidupan dalam makna hakikat realitas semesta, budaya...... termasuk manusia adalah materi. Maknanya, materi adalah awal dan tujuan akhir manusia (materialisme). Jadi, hidup dan tujuan perjuangan manusia ialah bagaimana menguasai materi. Karenanya, negara wajib menguasai semua sumber daya alam (materi) dan alat produksi (= pabrik, teknologi) untuk menguasai materi (komuditas ekonomi: tanah, modal, industri) demi potensi dan kekuatan negara.

e. Asas demokrasi rakyat = kedaulatan negara; karena rakyat lebur dalam integritas negara. Karenanya, (hak) pemilikan sepenuhnya oleh negara sebagaimana juga kedaulatan negara. Untuk propaganda, negara komunis menamakan dirinya: sebagai republik rakyat...... (misal: RRC); atau republik demokrasi...... (misal: RDG, RDV)...... juga PRD!

Inilah dogmatisme marxisme-komunisme-atheisme yang melebihi dogma agama ---yang dihujat mereka sebagai dogmatis dan irrasional---. Padahal, mereka justru lebih dogmatis dan irrasional sebagai terlukis dalam ajaran doktrin dan dogma ideologi komunisme.

Dunia modern, melalui berbagai produk teknologi canggih sebenarnya mereka menggelar keunggulan. Demikian pula berbagai alat teknologi canggih: alat telekomunikasi: baik konvensional seperti telepon, radio, TV maupun internet.... sampai non konvensional melalui satelit.... sesungguhnya adalah media dan forum mereka yang menguasai keunggulan (supremasi) ipteks...... menggelar keunggulan dan supremasi sistem ajaran filsafat yang melahirkannya! Dengan demikian bangsa-bangsa di negara-negara berkembang ---yang masih tergantung kepada ipteks dan ekonomi atas bantuan mereka--- telah menjadi subordinat dari supremasi politik dan budaya mereka.

Bagaimana perang informasi baik sekedar materi untuk menguasai medan politik ---seperti di beberapa wilayah peperangan militer: Afghanistan dan Irak--- juga peperangan produk teknologi baik dalam persaingan politik ekonomi maupun peperangan ideologi. Artinya, apapun yang dicapai oleh USA atau Unie Eropa akan langsung menjadi tantangan bagi Rusia, Jepang dan RRC; sementara bangsa-bangsa berkembang hanyalah menjadi penonton atau supporter yang tidak memihak; bahkan menjadi sasaran (obyek) politik neoimperialisme abad XXI!

Abad modern ini bukanlah panggung sandiwara politik; melainkan medan perang yang aktual untuk merebut hegemoni dan supremasi politik (baca: filsafat dan ideologi). Fenomena cukup membuktikan bagaimana peranan USA dalam dunia ipteks dan ekonomi dunia; bahkan bagaimana supremasi mereka dalam organisasi dunia: PBB (UNO), World Bank, IMF bahkan juga CGI dan APEC. Cukup ironis Pemerintah RI yang menyambut kedatangan Presiden Iran di Istana Merdeka dan mendukung upaya Iran dalam pengembangan nuklir untuk energi listrik (= tujuan kesejahteraan dan perdamaian). Namun kenyataan politik di PBB, RI mendukung Resolusi DK No. 1747 tentang Perluasan Sanksi terhadap Iran ---yang sesungguhnya di bawah supremasi politik USA--- untuk memberikan perluasan sanksi kepada Iran. Lumayan masih ada anggota DPR yang berjuang untuk menegakkan politik bebas aktif Indonesia, dan visi-misi GNB; khususnya sikap simpatik bangsa Indonesia (yang mayoritas muslim) kepada sesama negara muslim!

Mulai intelektual, dan cendekiawan, sampai agamawan berkewajiban mendidik generasi muda bangsa untuk makin menghayati adanya perang ideologi di dunia modern. Media telekomunikasi supramodern adalah instrumen teknologi strategis memenangkan peperangan dimaksud ---ideologi Pancasila yang bermartabat theisme-religius---.

III.SISTEM FILSAFAT PANCASILA SEBAGAI SISTEM IDEOLOGI Bagi bangsa Indonesia sistem filsafat Pancasila mengandung ajaran fundamental dan universal, sebagai terpancar dari identitas dan integritas martabatnya sebagai sistem filsafat theisme religius; karenanya mengandung keunggulan bahkan keluhuran dan kemuliaan.

Untuk menghayati keunggulan sistem filsafat Pancasila, secara mendasar dapat kita uraikan dalam wawasan perbandingan ringkas, berikut:

A.Keunggulan Sistem Filsafat Pancasila

Sistem filsafat Pancasila secara filosofis-ideologis dan konstitusional dapat dihayati dalam kedudukan dan fungsinya, terutama melalui skema berikut:

skema 2Keunggulan sistem filsafat Pancasila secara natural dan kultural, historis dan konstitusional dapat dihayati dalam uraian selanjutnya.

Untuk meningkatkan kesyukuran, kebanggaan nasional dan wawasan nasional, marilah kita hayati asas-asas normatif-filosofis-ideologis dan konstitusional sistem kenegaraan Pancasila sebagai negara Proklamasi yang diwariskan dan diamanatkan PPKI kepada kita dan generasi penerus.

Thema demikian dengan sadar kami bahas supaya kita semua makin menghayati bagaimana keunggulan sistem kenegaraan Pancasila integral dengan berbagai potensi keunggulan natural, kultural termasuk SDM yang dianugerahkan Maha Pencipta. Juga wajib dihayati, bagaimana SDM (baca: manusia Indonesia) percaya bahwa penghayatan dan pengamalan nilai: HAM dan KAM, terjabar dalam sistem NKRI yang berkedaulatan rakyat (demokrasi) dan negara hukum (Rechtsstaat) serta nation state sebagai wujud dan praktek wawasan nasional yang dijiwai Pancasila dan ditegakkan dalam asas kekeluargaan; keunggulan asas konstitusional sebagai terkandung dalam UUD Proklamasi 1945.

Nilai-nilai fundamental, mulai filsafat hidup dan filsafat negara Pancasila sebagai Weltanchauung adalah sumber dan landasan nilai-nilai wawasan nasional dan wawasan nusantara yang menjamin ketahanan nasional demi tegaknya kemerdekaan, kedaulatan dan kejayaan NKRI berdasarkan Pancasila - UUD 45.

Kita bangsa Indonesia wajib bersyukur dan bangga atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa bahwa bangsa dan NKRI diberkati dengan berbagai keunggulan potensial, terutama:

1. Keunggulan natural (alamiah): nusantara Indonesia amat luas (15 juta km2, 3 juta km2 daratan + 12 juta km2 lautan, dalam gugusan 17.584 pulau); amat subur dan nyaman iklimnya; amat kaya sumber daya alam (SDA); amat strategis posisi geopolitiknya: sebagai negara bahari (maritim, kelautan) di silang benua dan samudera sebagai transpolitik-ekonomi dan kultural postmodernisme dan masa depan (MNS 2000: 23 30).

2. Keunggulan kuantitas-kualitas manusia (SDM) sebagai rakyat dan bangsa; merupakan asset primer nasional: 235 juta dengan karakteristika dan jatidiri yang diwarisinya sebagai bangsa pejuang (ksatria) ---silahkan dievaluasi bagaimana identitas dan kondisi kita sekarang!--- dalam era reformasi.

3. Keunggulan sosiokultural dengan puncak nilai filsafat hidup bangsa (terkenal sebagai filsafat Pancasila) yang merupakan jatidiri nasional, jiwa bangsa, asas kerokhanian negara dan sumber cita nasional sekaligus identitas dan integritas nasional.

4. Keunggulan historis; bahwa bangsa Indonesia memiliki sejarah keemasan: kejayaan negara Sriwijaya (abad VII - XI); dan kejayaan negara Majapahit (abad XIII - XVI) dengan wilayah kekuasaan kedaulatan geopolitik melebihi NKRI sekarang (dari Taiwan sampai Madagaskar).

5. Keunggulan sistem kenegaraan Pancasila sebagai negara Proklamasi 17 Agustus 1945; terjabar dalam asas konstitusional UUD 45:

a. NKRI sebagai negara berkedaulatan rakyat (demokrasi);

b. NKRI sebagai negara hukum (Rechtsstaat);

c. NKRI sebagai negara bangsa (nation state);

d. NKRI sebagai negara berasas kekeluargaan (paham persatuan, wawasan nasional dan wawasan nusantara);

e. NKRI menegakkan sistem kenegaraan berdasarkan UUD Proklamasi yang memancarkan asas konstitusionalisme melalui tatanan kelembagaan dan kepemimpinan nasional dengan identitas Indonesia, dengan asas budaya dan asas moral filsafat Pancasila yang memancarkan identitas martabatnya sebagai sistem filsafat theisme-religious. Asas demikian memancarkan keunggulan sistem filsafat Pancasila (sebagai bagian dari sistem filsafat Timur). Semoga dengan asas nilai sistem filsafat demikian bangsa dan NKRI mampu menghadapi tantangan dan godaan masa depan: dalam dinamika globalisasi-liberalisasi dan neo-imperialisme dalam postmodernisme yang menggoda dan melanda bangsa-bangsa modern abad XXI.

Keunggulan potensial demikian sinergis dan berpuncak dalam kepribadian SDM Indonesia sebagai penegak kemerdekaan dan kedaulatan NKRI yang memancarkan budaya dan moral Pancasila dalam mewujudkan cita-cita nasional. Potensi nasional dan keunggulan NKRI akan ditentukan oleh kuantitas-kualitas SDM yang memadai + UUD Negara yang mantap terpercaya ---bukan kontroversial sebagaimana UUD 45 amandemen---.

B.Ajaran Sistem Filsafat tentang Kedudukan dan Martabat Manusia

Setiap bangsa dan negara menegakkan sistem kenegaraannya berdasarkan sistem filsafat dan atau ideologi nasionalnya; nilai fundamental ini menjiwai, melandasi dan memandu tatanan dan fungsi kebangsaan, kenegaraan dan kebudayaan, yang secara umum diakui sebagai Weltanschauung!

Sistem filsafat terutama mengajarkan bagaimana kedudukan, potensi dan martabat kepribadian manusia di dalam alam; khususnya dalam masyarakat dan negara. Karenanya, ajaran ini melahirkan teori hak asasi manusia (HAM) dan teori kekuasaan (kedulatan) dalam negara; termasuk sistem ketatanegaraan dan sistem negara hukum.

Jadi, sistem kedaulatan maupun sistem negara hukum adalah ajaran filsafat yang bertujuan menjamin HAM dalam budaya dan peradaban, istimewa dalam sistem kenegaraan.

Sejarah HAM membuktikan bahwa sepanjang peradaban senantiasa dalam tantangan: Mesir purbakala, Cina, Yunani. . . sampai kolonialisme-imperialisme di Asia dan Afrika baru runtuh pertengahan abad XX.

Nilai demokrasi sebagai suatu teori kedaulatan, atau sistem politik (kenegaraan) diakui sebagai teori yang unggul, karena mengakui kedudukan, hak asasi, peran (fungsi), bahkan juga martabat (pribadi, individu) manusia di dalam masyarakat, negara dan hukum.

Secara universal diakui kedudukan dan martabat manusia sebagai dinyatakan, antara lain: . . . these values be democratically shared in a world-wide order, resting on respect for human dignity as a supervalue . . . (Bodenheimer 1962: 143). Sebagaimana juga Kant menyatakan: . . .that humanity should always be respected as an end it self (Mc Coubrey & White 1996: 84)

Pemikiran mendasar tentang jatidiri bangsa, peranannya dalam memberikan identitas sistem kenegaraan dan sistem hukum, dikemukakan juga oleh Carl von Savigny (1779 - 1861) dengan teorinya yang amat terkenal sebagai Volkgeist ---yang dapat disamakan sebagai jiwa bangsa dan atau jatidiri nasional---. Demikian pula di Perancis dengan "teori 'raison d' etat' (reason of state) yang menentukan eksistensi suatu bangsa dan negara (the rise of souvereign, independent, and nationa state)". (Bodenheimer 1962: 71-72)

Demikianlah budaya dan peradaban modern mengakui dan menjamin kedudukan manusia dalam konsepsi HAM sehingga ditegakkan sebagai negara demokrasi, sebagaimana tersirat dalam pernyataan: . . . fundamental rights and freedom as highest value as legal. (Bodenheimer 1962: 149) sebagaimana juga diakui oleh Murphy & Coleman: . . . respect to central human values . . . (1996: 22; 37).

Berdasarkan berbagai pandangan filosofis di atas, wajarlah kita bangga dengan filsafat Pancasila yang mengakui asas keseimbangan HAM dan KAM, sekaligus mengakui kepribadian manusia sebagai subyek budaya, subyek hukum dan subyek moral.

Secara normatif filosofis ideologis, negara RI berdasarkan Pancasila UUD 45 mengakui kedudukan dan martabat manusia sebagai asas HAM berdasarkan Pancasila yang menegakkan asas keseimbangan hak asasi manusia (HAM) dan kewajiban asasi manusia (KAM) dalam integritas nasional dan universal.

Sebagai integritas nasional bersumber dari sila III, ditegakkan dalam asas Persatuan Indonesia (= wawasan nasional) dan dijabarkan secara konstitusional sebagai negara kesatuan (NKRI dan wawasan nusantara). Bandingkan dengan fundamental values dalam negara USA sebagai terumus dalam CCE 1994: 24-25; 53-55, terutama: "Declaration of independence, Human Rights, E Pluribus Unum, the American political system, market economy and federalism."

NKRI berdasarkan Pancasila - UUD 45 memiliki integritas-kualitas keunggulan normatif filosofis-ideologis dan konstitusional: asas theisme-religious dan UUD Proklamasi menjamin integritas budaya dan moral politik yang bermartabat, sebagai integritas SDM dalam pengamalan budaya dan moral filsafat Pancasila (sebagai terkandung dalam skema 6).IV.MEMBUDAYAKAN SISTEM KENEGARAAN PANCASILA-UUD 45

Ketahanan nasional berpusat dan bertumpu kepada integritas SDM warga negara dengan ketahanan mental-moral yang dijiwai filsafat hidup Pancasila yang bermartabat theisme-religius. Asas moral demikian diamanatkan oleh PPKI dalam Penjelasan UUD 45, terutama: .....oleh karena itu, UUD harus mengandung isi yang mewajibkan pemerintah dan lain-lain penyelenggara negara untuk memelihara budipekerti kemanusiaan yang luhur dan memegang teguh cita-cita moral rakyat yang luhur.

Sebagai landasan visi-misi demikian negara berkewajiban untuk mendidikkan dan membudayakan filsafat Pancasila dasar negara RI dan sebagai ideologi nasional melalui program PKn dan pembudayaan nilai Pancasila (PNP).

Berdasarkan visi-misi demikian akan berkembang dan membudaya N-sistem nasional, sebagai dimaksud skema 5. A.Ajaran Sistem Filsafat Pancasila dan Sistem Kenegaraan RI

Filsafat Pancasila cukup memberikan kedudukan yang tinggi dan mulia atas kedudukan dan martabat manusia (sila I dan II); karenanya ajaran HAM berdasarkan Pancasila mengutamakan asas normatif theisme-religious:

1.bahwa HAM adalah karunia dan anugerah Maha Pencipta (sila I dan II); sekaligus amanat untuk dinikmati dan disyukuri oleh umat manusia.

2.bahwa menegakkan HAM senantiasa berdasarkan asas keseimbangan dengan kewajiban asasi manusia (KAM). Artinya, HAM akan tegak hanya berkat (umat) manusia menunaikan KAM sebagai amanat Maha Pencipta.

3.kewajiban asasi manusia (KAM) berdasarkan filsafat Pancasila, ialah:

a.manusia wajib mengakui sumber (HAM: life, liberty, property) adalah Tuhan Maha Pencipta (sila I).

b.manusia wajib mengakui dan menerima kedaulatan Maha Pencipta atas semesta, termasuk atas nasib dan takdir manusia; dan

c.manusia wajib berterima kasih dan berkhidmat kepada Maha Pencipta, atas anugerah dan amanat yang dipercayakan kepada (kepribadian) manusia.

Tegaknya ajaran HAM ditentukan oleh tegaknya asas keseimbangan HAM dan KAM; sekaligus sebagai derajat (kualitas) moral dan martabat manusia.

Sebagai manusia percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa, kita juga bersyukur atas potensi jasmani-rokhani, dan martabat unggul, agung dan mulia manusia berkat anugerah kerokhaniannya ---sebagai terpancar dari akal-budinuraninya--- sebagai subyek budaya (termasuk subyek hukum) dan subyek moral. (MNS 2007: 147-160)

Berdasarkan ajaran suatu sistem filsafat, maka wawasan manusia (termasuk wawasan nasional) atas martabat manusia, menetapkan bagaimana sistem kenegaraan ditegakkan; sebagaimana bangsa Indonesia menetapkan NKRI sebagai negara berkedaulatan rakyat dan negara hukum. Kedua asas fundamental ini memancarkan identitas dan keunggulan sistem kenegaraan RI berdasarkan Pancasila UUD 45.

Ajaran luhur filsafat Pancasila memancarkan identitas theisme-religious sebagai keunggulan sistem filsafat Pancasila dan filsafat Timur umumnya --- karena sesuai dengan potensi martabat dan integritas kepribadian manusia---.

B.Sistem Kenegaraan Pancasila Tegak dalam N-Sistem Nasional

Bahwa sesungguhnya UUD Negara adalah jabaran dari filsafat negara Pancasila sebagai ideologi nasional (Weltanschauung); asas kerokhanian negara dan jatidiri bangsa. Karenanya menjadi asas normatif-filosofis-ideologis-konstitusional bangsa; menjiwai dan melandasi cita budaya dan moral politik nasional, terjabar secara konstitusional:

1.Negara berkedaulatan rakyat (= negara demokrasi: sila IV).

2.Negara kesatuan, negara bangsa (nation state, wawasan nasional dan wawasan nusantara: sila III), ditegakkan sebagai NKRI.

3.Negara berdasarkan atas hukum (Rechtsstaat): asas supremasi hukum demi keadilan dan keadilan sosial: oleh semua untuk semua (sila I-II-IV-V); sebagai negara hukum Pancasila.

4.Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar Kemanusiaan yang adil dan beradab (sila I-II) sebagai asas moral kebangsaan kenegaraan RI; ditegakkan sebagai budaya dan moral manusia warga negara dan politik kenegaraan RI.

5.Negara berdasarkan asas kekeluargaan (paham persatuan: negara melindungai seluruh tumpah darah Indonesia, dan seluruh rakyat Indonesia. Negara mengatasi paham golongan dan paham perseorangan: sila III-IV-V); ditegakkan dalam sistem ekonomi Pancasila (MNS, 2000: 117 122).

Sistem kenegaraan RI secara formal adalah kelembagaan nasional yang bertujuan mewujudkan asas normatif filosofis-ideologis (in casu dasar negara Pancasila) sebagai kaidah fundamental dan asas kerokhanian negara di dalam kelembagaan negara bangsa (nation state).

Perwujudan Sistem NKRI Berdasarkan Pancasila - UUD 45

skema 3

(MNS, 1985)

Asas normatif fundamental ini bersumber dari sistem filsafat Pancasila yang memancarkan identitas martabatnya sebagai sistem filsafat theisme-religious. (Bandingkan dengan berbagai sistem filsafat yang melandasi sistem kenegaraan dari: negara komunisme, negara liberalisme-kapitalisme; negara sosialisme, zionisme maupun fascisme). Jadi, bangsa dan NKRI secara normatif memiliki integritas dan kualitas keunggulan sistem kenegaraan; karenanya kita optimis dapat menjadi bangsa dan negara jaya (MNS, 2000: 43 60)

C.Wawasan Nasional dan N-Sistem Nasional

Filsafat Pancasila berfungsi sebagai ideologi negara mengamanatkan ajaran bagaimana bangsa Indonesia menegakkan nilai budaya dan moral Pancasila, yang dijiwai nilai Ketuhanan Yang Maha Esa dalam sistem kenegaraan (cermati: Pembukaan + pasal 29 UUD 45). Karenanya, filsafat Pancasila mengamanatkan asas-asas normatif-filosofis religious ---sebagai sistem filsafat yang beridentitas theisme-religious--- dalam semua sistem nasional yang ditegakkan secara konstitusional dan melembaga.

Filsafat dan ideologi Pancasila memancarkan ajaran yang luhur dan unggul, terbukti dalam asas-asas normatif-konstitusional:

1. Sila I mengamanatkan manusia Indonesia menegakkan nilai Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar Kemanusiaan yang adil dan beradab; dalam asas theisme religious dan SDM takwa.

2. Filsafat Pancasila mengandung ajaran hak asasi manusia (HAM) bersumber sila I, beridentitas (berkarakter sila II; dijiwai dan dilandasi sila I-II-IV-V).

3. Filsafat Pancasila mengandung ajaran HAM dalam asas keseimbangan hak asasi manusia (HAM) dengan kewajiban asasi manusia (KAM): menegakkan kedaulatan rakyat, negara hukum dan supremasi hukum demi keadilan. (Hayati skema 6: HAM berdasarkan filsafat Pancasila, terlampir).

4. NKRI menegakkan nation state berkedaulatan rakyat (demokrasi); maknanya = demokrasi (berdasarkan) moral Pancasila (= demokrasi Pancasila); bukan demokrasi liberal, atau neo-liberal; apalagi anarchisme ---sebagai kita saksikan dalam era reformasi---.

5. NKRI adalah negara hukum: menegakkan supremasi hukum demi keadilan. Karenanya, kekuasaan (kelembagaan, kepemimpinan) wajib menjamin tegaknya HAM dan keadilan; dimulai dengan menegakkan budaya dan moral politik Pancasila.

Semua asas filosofis-ideologis demikian terjabar dalam UUD Proklamasi; karenanya kewajiban semua lembaga negara dan kepemimpinan nasional untuk melaksanakan amanat konstitusional dimaksud; terutama NKRI dengan identitas sebagai negara demokratis dan negara hukum menegakkan HAM dengan asas dan praktek budaya dan moral politik yang dijiwai moral filsafat Pancasila ---yang beridentitas theisme-religious---. Amanat konstitusional ini secara kenegaraan terutama menegakkan moral Ketuhanan dan kemanusiaan yang adil dan beradab; dalam NKRI sebagai negara hukum (Rechtsstaat) demi supremasi hukum dan keadilan serta keadilan sosial (oleh semua, untuk semua!).

Secara formal-struktural-kenegaraan asas normatif filosofis-ideologis Pancasila dikembangkan (dijabarkan) dalam tatanan kenegaraan sebagai terlukis dalam skema 2 3 4 5. Asas normatif demikian sebagai konsekuensi asas imperatif (mengikat, memaksa) konstitusi dalam sistem kenegaraan (umum, universal); khususnya i.c. NKRI (= UUD Proklamasi 1945). Asas imperatif ini diuraikan secara komprehensif oleh Nawiasky (1948: 30 52).

Asas dimaksud dikembangkan oleh Notonagoro (1984: 57 70, 177) yang diterima MPRS melalui Tap MPRS No. XX/MPRS/1966. Nilai fundamental ini juga diterima oleh MPR RI (reformasi) sebagaimana komitmen atas 5 asas UUD 45 yang tidak diamandemen. Sesungguhnya, nilai-nilai fundamental sebagai asas kerokhanian dan asas kultural Indonesia yang diangkat secara konstitusional dalam UUD Proklamasi, dapat dihayati dalam skema 4: Struktur nilai dalam NKRI: Struktur Nilai dalam Sistem Kenegaraan RI

skema 4

*) =N = sejumlah sistem nasional, terutama:

1. Sistem filsafat Pancasila

2. Sistem ideologi Pancasila

3. Sistem Pendidikan Nasional (berdasarkan) Pancasila

4. Sistem hukum (berdasarkan) Pancasila

5. Sistem ekonomi Pancasila

6. Sistem politik Pancasila (= demokrasi Pancasila)

7. Sistem budaya Pancasila

8. Sistem Hankamnas, Hankamrata

skema 5

(MNS, 1988)

Secara fundamental: normatif-filosofis-ideologis dan konstitusional skema di atas melukiskan asas normatif: praktek budaya dan moral politik bangsa negara sebagaimana tersurat dan tersirat dalam UUD Proklamasi (UUD 45). Pengamalan amanat dimaksud terjabar dalam UUD 45, dan dikembangkan di dalam Tap MPR No. XVII/MPR/1998 serta dilengkapi dengan Undang-Undang No. 39 tahun 1999 tentang HAM.

V.TANTANGAN NASIONAL, GLOBAL DAN POSTMODERNISME

Visi-misi NKRI menghadapi tantangan ini hendaknya berpusat kepada pendidikan dan pembudayaan dasar negara Pancasila sebagai ideologi nasional. Visi-misi demikian adalah menyelamatan bangsa dengan jatidiri nasionalnya yang telah tegak dalam sistem kenegaraan Pancasila: NKRI berdasarkan Pancasila UUD Proklamasi.

Berdasarkan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku, negara melaksanakan pembinaan kesadaran mental-ideologi berbangsa dan bernegara melalui program PKn dan atau bela negara. Diakui adanya Pembudayaan Nilai Pancasila (PNP) akan lebih meningkatkan dan memantapkan pembinaan mental ideologi generasi muda dan SDM warga negara RI dalam menghadapi tantangan nasional, global dan postmodernisme.

SDM unggul-kompetitif dan terpercaya yang berkepribadian budaya dan moral Pancasila akan mampu menjadi prajurit-ksatria bhayangkari NKRI. Tegasnya, prioritas pendidikan nasional dan PKn (PNP) menjamin tegaknya NKRI. Karena SDM adalah asset primer dan fundamental sebagai subyek penegak NKRI. SDM demikian mampu menghadang perang informasi dari sistem filsafat dan ideologi yang menjadi tantangan masa depannya; terutama: kapitalisme-liberalisme-neoimperialisme dan marxisme-komunisme-atheisme..... atau ekstrim kiri dan kanan lainnya.

Negara berkewajiban menegakkan sistem pendidikan nasional yang menjamin hak semua rakyat warga negara untuk mendapatkan pendidikan yang cukup dan berkualitas; mulai pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi. Mengingat sistem pendidikan nasional menentukan masa depan bangsa dan NKRI, Pemerintah bersama DPR berkewajiban sungguh-sungguh meletakkan landasan dan kerangka yang kuat dan benar (berdasarkan Pancasila). Kami memahami adanya kontroversial mulai PP No. 61 tahun 1999 tentang PTN sebagai BHMN yang mau ditingkatkan melalui RUU BHP.... yang akan membebani masyarakat (rakyat, publik) yang relatif cukup miskin. Karenanya, RUU yang akan melahirkan berbagai konflik dalam dunia pendidikan, hendaknya mendapat pertimbangan dengan memperhatikan semua aspirasi komponen bangsa: komponen penentang RUU BHP, termasuk lebih 2.500 PTS se Indonesia!Buku dan media pendidikan dan pembudayaan nilai dasar negara Pancasila dan UUD Negara bagi generasi muda wajib makin dikembangkan. Para guru dan pendidik berkewajiban membudayakan amanat nasional dalam Pembukaan dan UUD 45 seutuhnya demi integritas NKRI.

Tekad rakyat Indonesia untuk bersatu sejak Kebangkitan Nasional 20 Mei 1908, dimantapkan dengan Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928. Tekad ini menjadi modal nasional merebut kemerdekaan nasional Proklamasi 17 Agustus 1945. Kemerdekaan dan kedaulatan tegak dalam integritas NKRI berdasarkan Pancasila UUD 45, sistem kenegaraan dan rumah tangga bangsa Indonesia.

Untuk menjamin kelangsungan NKRI, pendiri negara (PPKI) secara konstitusional mengamanatkan: "..untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa." Bermakna bangsa negara wajib membina SDM unggul-kompetitif-terpercaya sebagai subyek penegak kemerdekaan, kedaulatan, dan kepemimpinan nasional. Sesungguhnya, visi-misi mencerdaskan kehidupan bangsa mengandung makna nation and character building. Asas moral yang terkandung di dalamnya terutama menjamin tegaknya sistem kenegaraan Pancasila oleh dan untuk SDM unggul-kompetitif-terpercaya sebagai bhayangkari negara Pancasila.

Amanat konstitusional ini dijabarkan dalam UUD 45 Pasal 31 dan dimantapkan dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Rumusan tujuan pendidikan nasional menjadi pedoman pengembangan SDM unggul-kompetitif-terpercaya sebagai bhayangkari NKRI berdasarkan Pancasila UUD 45.Semua media komunikasi sesungguhnya adalah instrumen fungsional dalam melaksanakan visi-misi pendidikan nasional; karenanya media itu perlu ditingkatkan kuantitas dan kualitasnya. Diharapkan Menegkoinfo bekerjasama dengan Depdiknas dapat mengembangkan dan menunaikan visi-misi nation and character building, dengan prioritas melalui mimbar Pendidikan dan Pembudayaan Pancasila dasar negara dan ideologi nasional.Tantangan ini makin mendesak dengan fenomena agresifitas kapitalisme-liberalisme-neoimperialisme yang juga disertai oleh gerakan komunis gaya baru (KGB) dalam NKRI. Cermati dan hayati skema terlampir: 6 dan 7.A.Tantangan Globalisasi-Liberalisasi dan Postmodernisme

Visi-misi PNP seyogyanya mampu meningkatkan wawasan nasional agar SDM warga negara kita mampu mewaspadai tantangan: globalisasi-liberalisasi dan postmodernisme; serta tantangan nasional dalam era reformasi (yang memuja kebebasan atas nama demokrasi dan HAM) ---dalam praktek menjadi budaya liberalisme dan anarchisme--- yang mengancam integritas NKRI. Pendidikan dan pembudayaan NKRI berdasarkan Pancasila UUD 45 dalam PNP juga mengandung tujuan mendasar berikut:

1. Meningkatkan mental-moral manusia dan warga negara RI sebagai satu bangsa Indonesia dalam NKRI sebagai negara bangsa (nation state, negara kebangsaan) seutuhnya. Maknanya, kondisi warisan budaya daerah dan kearifan lokal sebagai kebhinnekaan (pluralisme) dalam nusantara secara kultural dan moral ditingkatkan menjadi bangsa Indonesia. Jadi, pluralisme dan warisan keunggulan daerah (= kearifan lokal), ditingkatkan dalam puncak budaya dan semangat kebangsaan dalam integritas nasional: kesatuan nasional (tunggal ika) dan kebanggaan nasional. Inilah jiwa kebangsaan dan jiwa nasional Indonesia yang melembaga dalam NKRI berdasarkan Pancasila UUD 45. Bandingkan dengan motto negara Amerika Serikat: " E Pluribus Unum" (CCE 1994: 25).

2. Bangsa dan NKRI hidup dalam dinamika dan antar hubungan regional dan internasional. Bangsa Indonesia adalah bagian dari tatanan peradaban dunia modern dalam semangat persahabatan dan kerjasama demi kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Dunia abad XXI ditandai era globalisasi liberalisasi dan postmodernisme (pasca modernisme). Dunia demikian menjadi medan adu kekuatan. Negara adidaya, dipelopori Amerika Serikat dan Unie Eropa bergerak pesat merebut supremasi (keunggulan) politik, ekonomi, budaya dan ipteks serta militer (hankam). Kita menyaksikan bagaimana USA dan Unie Eropa bersama negara-negara industri maju lainnya (Jepang, RRC, Australia) terus mendominasi politik dan ekonomi dunia. Kapitalisme liberalisme menggoda dan melanda dunia!

3. Khusus dalam NKRI mulai era reformasi, kita mengalami budaya politik liberal dan neo-liberalisme, demokrasi liberal, termasuk ekonomi liberal. Praktek politik memuja kebebasan (liberalisme, neo-liberalisme) atas nama demokrasi dan HAM. Budaya dan praktek politik mengalami degradasi nasional, degradasi mental dan moral. Atas nama demokrasi dan HAM eks PKI (G.30S/PKI) melalui hujatan pelurusan sejarah, mereka bangkit dengan berbagai gerakan. Ini tantangan atas integritas Pancasila UUD 45 dan NKRI!

4. Bangsa dan NKRI wajib waspada PKI ---sekarang terkenal sebagai Komunis Gaya Baru atau KGB--- adalah penganut marxisme-komunisme-atheisme. Ajaran ini bertentangan dengan dasar negara Pancasila yang beridentitas theisme-religious! Tegakkan asas moral theisme-religious sebagai benteng menghadapi marxisme-atheisme. Kekuatan neo-liberalisme yang hanya memuja kebebasan dan materi (kapitalisme), yang berwatak moral individualisme-sekularisme sinergis dengan marxisme-komunisme-atheisme yang memuja materi (materialisme) dan etatisme (memuja: kedaulatan negara, negara = hanya ada satu partai politik dalam negara, partai komunis sebagai partai negara)! Dalam sistem negara komunis tidak ada demokrasi atau kedaulatan rakyat; yang ada hanya kedaulatan negara yang dilaksanakan dengan otoritas tunggal partai negara! Tidak ada moral Ketuhanan dan agama, karena marxisme = atheisme! Karenanya, "tujuan menghalalkan semua cara!" Secara filosofis-ideologis PKI melakukan gerakan separatisme ideologi (= mengkhianati ideologi nasional).

5. Tantangan nasional yang amat mendesak: bagaimana rakyat dan negara kita mengatasi tantangan sosial ekonomi yang menghimpit bangsa: kemiskinan, pengangguran; pendidikan biaya mahal; konflik horisontal sampai anarchisme. Jadikan program PNP, sinergis dengan PKn untuk meningkatkan mental-moral SDM Indonesia sebagai warga negara unggul-kompetitif-terpercaya (ksatria dan bhayangkari negara Pancasila).

B.Visi Misi PNDP/PNP dan PKn

Dengan wawasan nasional dalam NKRI sebagai negara bangsa (nation state) maka program PNP adalah mendasar dan mendesak sebagai strategi nasional untuk menjamin dan memantapkan integritas sistem kenegaraan (berdasarkan) Pancasila UUD 45. Karenanya, visi-misi PNP dapat sinergis dengan PKn dan dimantapkan secara nasional oleh lembaga-lembaga lintas departemental dan non-departemental. Khusus PNP dan PKn dalam lembaga kependidikan dan pembelajaran adalah meletakkan nilai mental-moral nasional bagi generasi muda sebagai generasi penerus.

Gagasan nasional yang mendasar dan mendesak ini cukup sinergis dengan asas-asas fundamental dan konstitusional NKRI sejak G.30S/PKI yang secara filosofis-ideologis telah melakukan gerakan separatisme ideologi. Mengingat PKI menganut ajaran marxisme-komunisme-atheisme yang berwatak materialisme-etatisme, maka sistem kenegaraan Pancasila secara niscaya tidak mungkin mereka terima atau kita menerima mereka. Artinya, akan terjadi kondisi dialektika politik dan ideologi di dalam NKRI. Itu berarti, mereka akan selalu melakukan revolusi di dalam kehidupan nasional kita; berjuang mendirikan negara di dalam negara (NKRI sebagai sistem negara Pancasila): merongrong kewibawaan dan integritas negara Pancasila ---sehingga rakyat tidak akan pernah tenteram, rukun bersatu untuk membangun masa depan yang adil beradab dan bermartabat---.

Manakala mereka tidak dihadapi dengan kaidah filosofis-ideologis dan konstitusional yang mantap, mereka akan terus menjadi tantangan nasional (= duri dalam daging, kanker dalam tubuh NKRI). Misalnya seperti gerakan neo-PKI dan KGB yang bangkit melalui upaya (pembentukan) Papernas di seluruh nusantara mendapat tantangan; terutama dari rakyat yang setia membela dasar negara Pancasila. Tanpa perlawanan kita, mereka akan benar-benar bangkit dan menodai negara Pancasila. Perlawanan rakyat di berbagai kota, dihujat Papernas sebagai melawan asas demokrasi dan HAM. Juga perlawanan kelompok pembela Pancasila dituduh bertindak anarchis! Karena itulah, seharusnya aparatur negara (Kejaksanaan Agung dan Polri) bertindak tegas menegakkan asas-asas normatif tersebut di bawah ini, demi integritas, otoritas dan supremasi hukum NKRI sebagai negara hukum!

Sebaliknya, aparatur negara jangan sampai lalai, membiarkan rakyat yang menentang neo-PKI dan KGB ---sehingga seperti membiarkan anarchisme---; padahal justru, rakyat itulah yang membela dan mengawal NKRI dan dasar negara Pancasila UUD 45.

Berdasarkan analisis filosofis-ideologis demikianlah, maka kaidah fundamental dan konstitusional berikut wajib ditegakkan oleh NKRI sebagai negara hukum; terutama:

1. Bahwa filsafat dan ideologi Pancasila memancarkan integritas sebagai sistem filsafat dan ideologi theisme-religius. Artinya, warga negara RI senantiasa menegakkan moral dan budaya politik yang adil dan beradab yang dijiwai moral Pancasila.

2. UUD Proklamasi seutuhnya memancarkan nilai filsafat Pancasila: mulai Pembukaan, Batang Tubuh (hayati: pasal 29) dan Penjelasan UUD 45.

3. Tap MPRS No. XXV/MPRS/1966 dan dikukuhkan Tap MPR RI No. I/MPR/2003 Pasal 2 dan Pasal 4.

4. Tap MPR RI No. VI/MPR/2001 tentang Etika Kehidupan Berbangsa; dan 5. Undang Undang No. 27 tahun 1999 tentang Keamanan Negara.

(Polri bersama Kejaksaan Agung berkewajiban melaksanakan asas-asas normatif di atas, khususnya implementasi UU No. 27 tahun 1999 di atas).Amanat dan kewajiban menegakkan kaidah fundamental konstitusional di atas dijiwai dan dilandasi kesadaran hak asasi manusia (HAM) berdasarkan filsafat Pancasila, yang menegakkan asas keseimbangan HAM dan KAM (kewajiban asasi manusia). Maknanya, KAM berdasarkan filsafat Pancasila ialah mengakui bahwa HAM adalah anugerah dan amanat Allah Yang Maha Kuasa. Integritas dan martabat kepribadian manusia ialah yang menunaikan dan menegakkan KAM lebih dahulu, sebelum menuntut HAM! (Hayati lampiran skema 1), bukan: hanya memuja kebebasan (baca: neoliberalisme).

Keseluruhan ketentuan filosofis-ideologis dan konstitusional ini belum ditegakkan baik oleh lembaga-lembaga tinggi negara (Presiden-MPR-DPR, MA-MK, DPD) bahkan juga oleh Menkopolhukam, Jaksa Agung dan Kapolri ---yang kita saksikan sering terjadi bentrokan massa antara rakyat pembela Pancasila dengan gerakan neo-PKI (KGB) yang dipelopori PRD dan Papernas.

Semoga keprihatinan nasional atas fenomena sosial politik era reformasi yang memuja kebebasan atas nama demokrasi dan HAM.jangan sampai meruntuhkan NKRI sebagai sistem kenegaraan Pancasila!

Benteng nasional NKRI yang dijiwai wawasan nasional, kesetiaan dan kebanggaan kepada nilai dasar negara Pancasila hendaknya menjadi asas moral dan sumber energi perjuangan generasi penerus sebagai ksatria dan bhayangkari NKRI.

Bagian dari kurikulum dasar (kurikulum inti) sebagai matakuliah pembinaan kepribadian (MKPK) ialah Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) secara umum (universal) tiap bangsa memberikan civics education. Jadi, PKn adalah pendidikan nilai kebangsaan dan kenegaraan yang imperatif; atau visi-misi keniscayaan tiap bangsa dan negara.

Demi integritas dan kejayaan NKRI maka nilai-nilai fundamental berikut secara niscaya ditanamkan dan dibudayakan bagi SDM generasi penerus bangsa:

1. Rakyat Indonesia secara geografis hidup dalam kesatuan nusantara, dengan karakter sosio-psikologis dan sosio-budaya nusantara terintegrasi dengan bahasa nusantara (Melanesia, Melayu); dan melalui Sumpah Pemuda mengakui sebagai bahasa nasional Indonesia. Maknanya secara natural dan kultural bangsa Indonesia adalah satu kesatuan.

2. Sari dan puncak sosio-budaya dengan bahasa nasional Indonesia; sosio-psikologis terbentuk sebagai jatidiri bangsa (jiwa bangsa dan jatidiri nasional) berkat nilai asas kerokhanian bangsa (filsafat hidup, Weltanschauung) Pancasila memancarkan jiwa dan kepribadian bangsa (jatidiri nasional) dengan nilai kekeluargaan dan moral Ketuhanan sebagai bangsa Indonesia yang adil dan beradab (bermartabat).

3. PPKI menjelang Proklamasi mufakat menetapkan filsafat hidup Pancasila sebagai dasar negara (ideologi negara, ideologi nasional) secara filosofis-ideologis terumus sebagai Hukum Dasar di dalam Pembukaan UUD 45. Nilai-nilai fundamental dalam Pembukaan UUD 45 terjabar secara konstitusional dalam Batang Tubuh (Pasal-pasal) seutuhnya. (Karenanya nilai fundamental dalam Hukum Dasar/Pembukaan bersifat tetap).

4. Dasar negara Pancasila secara imperatif menjadi tatanan kebangsaan dan kenegaraan NKRI. Maknanya, mulai ajaran HAM bersumber dari filsafat Pancasila, terjabar dalam asas negara berkedaulatan rakyat (= demokrasi berdasarkan moral Pancasila), NKRI sebagai negara hukum sampai tata ekonomi nasional berdasarkan Pancasila (= keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia). Kaidah fundamental ini adalah asas, identitas dan integritas sistem kenegaraan NKRI berdasarkan Pancasila UUD 45.

5. Tatanan kelembagaan negara dan tata kepemimpinan nasional sepenuhnya berkewajiban (= imperatif) menegakkan asas normatif dasar negara dalam kaidah fundamental negara (Pembukaan UUD 45). Visi-misi demikian dididikkan kepada generasi muda bangsa sebagai warga negara penegak dan pewaris NKRI berdasarkan Pancasila UUD 45.

Potensi dan tantangan nasional (globalisasi-liberalisasi-postmodernisme) dan KGB dapat dihayati dalam skema 3, terlampir). Motivasi PNP akan dimantapkan dengan dilandasi asas dan wawasan filosofis-ideologis Pancasila secara memadai. Artinya, ajaran filsafat Pancasila perlu dijabarkan kerangka dasar dan sistematikanya sebagai ajaran sistem filsafat untuk dibandingkan dengan berbagai sistem filsafat dan atau ideologi bangsa-bangsa modern. Jadi, PNP dikembangkan dengan kerangka dan sistematika filsafat Pancasila: mulai asas ontologis, epistemologis dan aksiologis yang integral fungsional dengan sistem kenegaraan Pancasila.

Secara melembaga negara berkewajiban melaksanakan pendidikan dan pembudayaan dasar negara Pancasila demi integritas mental dan moral bangsa dan ketahanan nasional. Visi-misi ini cukup mendesak menghadapi tantangan globalisasi-liberalisasi-postmodernisme yang sinergis dengan KGB dalam NKRI. Diharapkan dibentuk kelembagaan negara lintas departemental dan nondepartemental untuk melaksanakan pembudayaan dasar negara Pancasila. Kelembagaan dimaksud meliputi: Depdiknas, LIPI, Komnas HAM, Lemhannas, Wantanas, Depag, Menegpora,Dekominfo, dan berbagai komponen kelembagaan keagamaan: MUI, DGI dsb.Tujuan dan nilai dalam uraian ini kiranya dapat dijadikan bahan pertimbangan mulai dalam keluarga, berlanjut di sekolah oleh para guru dan pendidik; lebih-lebih pemimpin, elite reformasi, cendekiawan, budayawan dan agamawan berkewajiban mengembangkan kepribadian anak didik menjadi warga negara dan generasi penerus. Mereka terbina dengan informasi data (baca: ajaran nilai fundamental filsafat hidup bangsa, dasar negara, ideologi nasional dan sistem kenegaraan Pancasila yang luhur demi martabat manusia yang berwatak sebagai subyek Pancasilais). Generasi muda akan tegak-tegar dalam identitas dan integritas budaya dan moral Pancasila sekalipun badai dinamika globalisasi-liberalisasi-postmodernisme dan marxisme-komunisme-atheisme terus (melalui perang informasi) menggoda dan melanda ---pikirannya yang masih dalam proses perkembangan!--- Mereka akan tetap percaya diri dan bangga dengan jatidiri bangsa dan sistem kenegaraan Pancasila!

Semoga bangsa dan NKRI berdasarkan Pancasila UUD 45 senantiasa dalam pengayoman Tuhan Yang Maha Esa, Allah Yang Maha Kuasa, Yang menganugerahkan dan mengamanatkan kemerdekaan nasional dalam integritas NKRI. Amien.

Catatan:Mohon perhatian kelembagaan negara yang berwenang menegakkan otoritas dan integritas NKRI sebagai negara hukum (berdasarkan) Pancasila, demi supremasi hukum dan integritas NKRI sebagai sistem kenegaraan Pancasila, untuk melaksanakan dan membudayakannya. Demi ketahanan nasional, rakyat bersama pemerintah berkewajiban menegakkan:

1. Asas normatif filosofis dalam berbagai skema dalam makalah ini.

2. Melaksanakan tindakan hukum kepada para pihak yang melanggar UU No. 27 tahun 1999 terutama pasal 107a, sampai 107f sebagai implementasi asas-asas dalam kaidah filosofis-ideologis dan konstitusional (ad. 1 5) sebagai dimaksud dalam halaman 18 naskah ini dan yang dimaksud dalam skema 7.

Malang, 1 Agustus 2007

Laboratorium Pancasila Universitas Negeri Malang

Ketua

Prof. Dr. Mohammad Noor Syam, SH

KEPUSTAKAANAvey, Albert. E., 1961: Handbook in the History of Philosophy, New York, Barnas & Noble Inc.Center for Civic Education (CCE) 1994: Civitas National Standards For Civics and Government, Calabasas, California, U.S Departement of Education.

Kartohadiprodjo, Soediman, 1983: Beberapa Pikiran Sekitar Pancasila, cetakan ke-4, Bandung, Penerbit Alumni.

Kelsen, Hans 1973: General Theory of Law and State, New York, Russell & Russell

McCoubrey & Nigel D White 1996: Textbook on Jurisprudence (second edition), Glasgow, Bell & Bain Ltd.

Mohammad Noor Syam 2007: Penjabaran Fislafat Pancasila dalam Filsafat Hukum (sebagai Landasan Pembinaan Sistem Hukum Nasional), disertasi edisi III, Malang, Laboratotium Pancasila.

------------------ 2000: Pancasila Dasar Negara Republik Indonesia (Wawasan Sosio-Kultural, Filosofis dan Konstitusional), edisi II, Malang Laboratorium Pancasila.

------------------ 2006: Filsafat Ilmu, edisi II, FIP Universitas Negeri Malang.Murphy, Jeffrie G & Jules L. Coleman 1990: Philosophy of Law An Introduction to Jurisprudence, San Francisco, Westview Press.

Nawiasky, Hans 1948: Allgemeine Rechtslehre als System der rechtlichen Grundbegriffe, Zurich/Koln Verlagsanstalt Benziger & Co. AC.

Notonagoro, 1984: Pancasila Dasar Filsafat Negara, Jakarta, PT Bina Aksara, cetakan ke-6.

Radhakrishnan, Sarpavalli, et. al., 1953: History of Philosophy Eastern and Western, London, George Allen and Unwind, Ltd.

-------------------------, 1958: Indian Philosophy, London, Unwind Brother, Ltd. UNO 1988: HUMAN RIGHTS, Universal Declaration of Human Rights, New York, UNO UUD 1945, UUD 1945 Amandemen, Tap MPRS MPR RI dan UU yang berlaku. (1966; 2001, 2003)

UUD Proklamasi 1945; UUD 45 (Amandemen) 1999 2002UU No. 27 tahun 1999 tentang Keamanan Negara; dan UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Wilk, Kurt (editor) 1950: The Legal Philosophies of Lask, Radbruch, and Dabin, New York, Harvard College, University Press. LAMPIRANHAM BERDASARKAN FILSAFAT PANCASILA(DALAM BANDINGAN DENGAN: TEORI NATURAL LAW & TEORI HEGEL)

(MNS, 1983 1993; 2003)

skema 6Catatan:Dalam filsafat Islam, sesungguhnya HAM (hidup, kemerdekaan dan hak milik) sebagai anugerah hanyalah untuk manusia secara universal. Martabat mulia dan agung manusia, pada hakikatnya berwujud integritas keimanan sebagai martabat kerokhanian manusia. Keimanan (dan ketakwaan) inilah sesungguhnya yang manjadi mahkota dan integritas martabat manusia di hadapan Maha Pencipta. Jadi, kategori keimanan adalah anugerah dan amanat khusus bagi pribadi manusia yang setia dengan komitmen kerokhaniannya, sebagaimana dimaksud (Q 7: 172; dan 49: 17; 51: 56). Asas fundamental dan spiritual sebagai asas kerokhanian bangsa dan negara (NKRI) dimaksud terkandung di dalam dasar negara Pancasila (khususnya sila I dan II). INTEGRITAS NASIONAL DAN NKRI

KEMERDEKAAN DAN KEDAULATAN (NASIONAL) INDONESIA RAYA

*) =UUD 45 Amandemen = Presiden, MPR, DPR, DPD; MK, MA dan BPK

(MNS, 2007)+ =UU No. 27 Tahun 1999 tentang Keamanan Negara (yang direvisi): terutama Pasal 107a 107f.

Sebagai jabaran UUD 45 dan Tap MPRS No. XXV/MPRS/1966 (karenanya dapat ditegakkan sebagaimana mestinya).skema 7 Allah Maha Pencipta Semesta, termasuk umat manusia,

Allah Yang Maha Berdaulat dan Maha Pengayom

(Maha Rahman dan Rahim)

HAM = ANUGERAH untuk disyukuri, dinikmati

Hak hidup, sekaligus sebagai AMANAT

Kemerdekaan, (= Kewajiban Asasi Manusia/KAM)

Hak Milik

Asas HAM seimbang dengan KAM

NKRI sebagai Sistem Negara Berkedaulatan Rakyat, dan

Sistem Negara Hukum (Rechtsstaat)

NATURAL LAW

Sumber HAM = Alam Semesta

Life

Liberty

Property

For Men as Individuality

Ditegakkan dalam sistem demokrasi liberal kapitalisme:

Secularisme, Pragmatisme

HEGEL THEORY

Sumber HAM = Tuhan (God)

Life, Liberty & Property

For humankind, collectivity, State (Theocratism, Etatism) for State as Represents of God Idea.

-------------------------------------

Dijiplak dan diterapkan Karl Marx dalam Sistem Kedaulatan Negara (Etatisme, Atheisme, Totalitarianisme)

U U D 45

NEO-IMPERIALISME

NEO-LIBERALISME

SEKULARISME-PRAGMATISME

DEMOKRASI LIBERAL,

INDIVIDUALISME AN. HAM KAPITALISME (MATERIALISME)

TAP MPR *

P A N C A S I L A

NEO-KOMUNISME, NEO-PKI, KGB

KEDAULATAN NEGARA (= ETATISME), KOLEKTIVISME INTERNASIONALISME MARXISME KOMUNISME ATHEISME, DIALEKTIKAHISTORIS MATERIALISME

ERA REFORMASI

POSTMODERNISME

GLOBALISASI LIBERALISASI

7.TAP MPRS No. XXV/MPRS/1966 jo. Tap MPR RI No. I/MPR/2003, Pasal 2 dan 4

6.UUD 45 SEUTUHNYA . (PEMBUKAAN, PASAL 29 DAN PENJELASAN )

5.NKRI SEBAGAI SISTEM KENEGARAAN PANCASILA

4.UUD PROKLAMASI UUD 1945 NKRI

3.DASAR NEGARA (IDEOLOGI NEGARA, IDEOLOGI NASIONAL) PANCASILA

2.FILSAFAT HIDUP (WELTANSCHAUUNG) PANCASILA: JATIDIRI INDONESIA

1.SOSIO BUDAYA NUSANTARA INDONESIA

N-SISTEM NASIONAL

P A N C A S I L A

U U D 45

T A P M P R

Nilai Dasar

Filsafat Pancasila

7.Sistem Nasional..(cermati skema 5)

6.Sistem Filsafat Pancasila, filsafat dan budaya Indonesia

5.Ideologi Negara, ideologi nasional

4.Dasar Negara (Proklamasi, Pembukaan UUD 45): asas kerokhanian bangsa, jiwa UUD 45; Grundnorm, basic norm, sumber dari segala sumber hukum

3.Jiwa dan kepribadian bangsa; jatidiri nasional

2.Pandangan hidup bangsa (Weltanschauung)

1.Warisan sosio-budaya bangsa

AMERIKA

O

E R O P A

Amerika

Latin

A S I A

TIMUR-TENGAH

Jepang

AFRIKA

O

INDONESIA

AUSTRALIA

A N T A R T I K A

SOSIO-BUDAYA & FILSAFAT HIDUP

SISTEM EKONOMI

SISTEM POLITIK

SISTEM HUKUM NASIONAL

FILSAFAT HUKUM

FILSAFAT NEGARA

N E G A R A H U K U M

NUSANTARA (ALH-SDA) & BANGSA (SDM) INDONESIA

T A P M P R - R I

PASAL PASAL

BATANG TUBUH

PEMBUKAAN UUD 1945

PANCASILA

SOSIO BUDAYA; FILSAFAT HIDUP

BANGSA INDONESIA = SDM

ALH SDA = NUSANTARA

PENJ ELASAN

UUD 1 9

4 5

* Makalah disajikan dalam Forum Silaturahmi Pondok Pesantren (FKCB) di Islamic Center, Surabaya 2 Agustus 2007.

PAGE 22MNS-Lab.Pancasila-UM