Masa Pemerintahan Sby

26
BAB II KONFIGURASI POLITIK PEMERINTAHAN SBY-JK TAHUN 2004-2009 1. Kekuasaan Eksekutif Setelah mengalami perubahan sebanyak empat kali maka terjadi pula perubahan kekuasaan eksekutif yang sangat drastis. Ini merupakan implikasi dari terauma masa orde baru yang mana lembaga eksekutif sangat dominan. Sehingga masyarakat sipil dan organisasi masyarakat menginginkan penyempurnaan batasan kekusaan lembaga eksekutif. Berikut adalah kekuasaan eksekutif menurut UUD 1945 Pasal 4 ayat (1) menyebutkan bahwa Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut Undang-Undang Dasar. Dalam kewenangannya sebagai kepala pemerintahan tentu juga presiden juga menjabat sebagai kepala Negara. Ini menanadakan bahwa Negara Indonesia menganut sistem presidensialisme. Kekuasaan Presiden sebagai kepala negara hanyalah kekuasaan administratif, simbolis dan terbatas yang merupakan suatu kekuasaan disamping kekuasaan utamanya sebagai kepala pemerintahan. Pasal 5 ayat (1) menyebutkan bahwa Presiden berhak mengajukan rancangan undang-undang kepada Dewan Perwakilan Rakyat. Dalam kewenangan presiden tersebut hanya sebatas mengajukan rancangan undang-undang dan membahasnya bersaman. Akan tetapi pemegang kekuasaan membentuk undang-undang berada pada lembaga legislatif. Pada awalnya sebelum mengalami perubahan presiden memegang kekuasaan membentuk undang-undang dengan persetujuan Dewan Perwakilan Universitas Sumatera Utara

Transcript of Masa Pemerintahan Sby

Page 1: Masa Pemerintahan Sby

BAB II

KONFIGURASI POLITIK PEMERINTAHAN SBY-JK

TAHUN 2004-2009 1. Kekuasaan Eksekutif

Setelah mengalami perubahan sebanyak empat kali maka terjadi pula

perubahan kekuasaan eksekutif yang sangat drastis. Ini merupakan implikasi dari

terauma masa orde baru yang mana lembaga eksekutif sangat dominan. Sehingga

masyarakat sipil dan organisasi masyarakat menginginkan penyempurnaan batasan

kekusaan lembaga eksekutif.

Berikut adalah kekuasaan eksekutif menurut UUD 1945

Pasal 4 ayat (1) menyebutkan bahwa Presiden Republik Indonesia memegang

kekuasaan pemerintahan menurut Undang-Undang Dasar. Dalam kewenangannya

sebagai kepala pemerintahan tentu juga presiden juga menjabat sebagai kepala

Negara. Ini menanadakan bahwa Negara Indonesia menganut sistem

presidensialisme. Kekuasaan Presiden sebagai kepala negara hanyalah kekuasaan

administratif, simbolis dan terbatas yang merupakan suatu kekuasaan disamping

kekuasaan utamanya sebagai kepala pemerintahan.

Pasal 5 ayat (1) menyebutkan bahwa Presiden berhak mengajukan rancangan

undang-undang kepada Dewan Perwakilan Rakyat. Dalam kewenangan presiden

tersebut hanya sebatas mengajukan rancangan undang-undang dan membahasnya

bersaman. Akan tetapi pemegang kekuasaan membentuk undang-undang berada pada

lembaga legislatif. Pada awalnya sebelum mengalami perubahan presiden memegang

kekuasaan membentuk undang-undang dengan persetujuan Dewan Perwakilan

Universitas Sumatera Utara

Page 2: Masa Pemerintahan Sby

Rakyat. Dari perubahan tersebut terjadi pergeseran kekuasaan membentuk undang-

undang yang semula berada pada presiden ke lembaga DPR. Presiden hanya berhak

mengajukan undang-undang.

Pasal 5 ayat (2) berbunyi Presiden menetapkan peraturan pemerintah untuk

menjalankan undang-undang sebagaimana mestinya. Setelah rancangan undang-

undang mendapat persetujuan bersama oleh eksekutif dan legislatif menjadi undang-

undang, maka presiden menetapkan peraturan pemerintah untuk menjalankan

undang-undang tersebut.

Pasal 10 mengatakan bahwa Presiden memegang kekuasaan tertinggi atas

Angkatan Darat, Angkatan Laut dan Angkatan Udara. Presiden sebagai kepala

pemerintahan sekaligus sebagai kepala Negara memegang kendali atau sebagai

panglima tertinggi atas angkatan bersenjata.

Pasal 11 ayat (1) berbunyi Presiden dengan persetujuan Dewan Perwakilan

Rakyat menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan Negara

lain.39

Pasal 11 ayat (2), Presiden dalam membuat perjanjian internasional lainnya

yang menimbulkan akibat yang luas dan mendasar bagi kehidupan rakyat yang terkait

dengan beban keuangan negara, dan/atau mengharuskan perubahan atau pembentukan

undang-undang harus dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.

Dalam hal ini kewenangan presiden masih terikat juga oleh kewenangan

legislatif berupa bentuk persetujuan. Semua hal diatas tidak berlaku tanpa

persetuajuan lembaga legislatif.

40

39 Perubahan keempat UUD 1945 40 Perubahan ketiga UUD 1945

Tidak semua

perjanjian internasional diharuskan mendapat persetujuan dari DPR. Jelas disebutkan

Universitas Sumatera Utara

Page 3: Masa Pemerintahan Sby

bahwa perjanjian internasional yang menimbulkan akibat yang luas dan mendasar

bagi kehidupan rakyat seperti kedaulatan Negara, keuangan Negara dan perjanjian

yang mengharuskan pembentukan undang-undang baru seperti ratifikasi perjanian

internasional.

Pasal 12 berisis Presiden menyatakan keadaan bahaya. Syarat-syarat dan

akibatnya keadaan bahaya ditetapkan dengan undang-undang. Kewenangan presiden

dalam menyatakan keadaan bahaya tentu dengan alasan yang kuat seperti dalam

menyataka darurat militer atau darurat sipil

Pasal 13 ayat (1) Presiden mengangkat duta dan konsul dan ayat (2) dalam hal

mengangkat duta, Presiden memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan

Rakyat.41 Serta ayat (3) Presiden menerima penempatan duta negara lain dengan

menperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat.42

Pasal 14 ayat (1) Presiden memberi grasi dan rehabilitasi dengan

memperhatikan pertimbangan Mahkamah Agung.

Dalam mekanisme

pemberian pertimbangan DPR selama ini adalah melakukan pemanggilan satu perstau

calon duta besar yang diajukan presiden. DPR melakukan semacam uji kelayakan dan

menyampaikan hasil uji kelayakan tersebut kepada presiden sebagai bahan

pertimbangan presiden untuk mengambil keputusan tentang pengangkatan duta besar

tersebut. Demikian halnya dengan penerimaan penempatan duta besar Negara lain.

Presiden seyogianya memberikan pemberitahuan sebelumnya kepada DPR dalam

penerimaan duta besar Negara lain sehingga DPR dapat memberikan pertimbangan.

43

41 Perubahan pertama UUD 1945 42 Perubahan pertama UUD 1945 43 Perubahan pertama UUD 1945

Dalam hal ini presiden

memegang kekuasaan dalam hal kehakiman berupa pemberian grasi dan rehabilitasi.

Universitas Sumatera Utara

Page 4: Masa Pemerintahan Sby

Akan tetapi pemberian grasi dan rehabilitasi tersebut dengan memperhatikan

pertimbangan daru Mahkamah Agung. Grasi merupakan dihapuskannya sanksi

hukuman terhadap narapidana demikian juga rehabilitasi merupakan pemulihan nama

baik seseorang yang rusak akibat putusan pengadilan.44

Pasal 14 ayat (2) Presiden memberi amnesti dan abolisi dengan

memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat.

45

Pasal 15 menyatakan bahwa Presiden memberi gelar, tanda jasa, dan lain-lain

tanda kehormatan yang diatur dengan undang-undang.

Dalam memberi amnesty

dan abolisi memperhatikan pertimangan DPR karena ini bersifat politis.

46

Pasal 16 berbunyi Presiden membentuk suatu dewan pertimbangan yang

bertugas memberikan nasihat dan pertimbangan kepada Presiden, yang selanjutanya

diatur dalam undang-undang.

47

Pasal 17 yat (2) menyatakan bahwa Menteri-menteri itu diangkat dan

diberhentikan oleh Presiden. Ini merupakan kewenangan mutlak yang dimiliki

presiden. Pembentukan kabinet merupakan hak prerogatif dari presiden. Dalam

Dewan pertimbangan inilah yang sering disebut

Wantimpres yang pada masa pemerintahan SBY-JK beranggotakan sembilan orang

yaitu: Ali Alatas, Emil Salim, Sjahrir, Rachmawati Soekarno Putri, T.B Silalahi,

Yenny Wahid, A.Gani, dan lainnya. Jika sebelumnya ada lembaga Negara yang

memberikan pertimbangan kepada presiden yang setingkat dengan presiden yaitu

Dewan Pertimbangan Agung. Namun lembaga itu dihapus dan dibuat Wantimpres

yang secara langsung melekat pada lembaga presiden

44 Jimly Asshiddiqie. Komentar Atas Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Jakarta, Sinar Grafika, 2009, hal. 50 45 Perubahan pertama UUD 1945 46 Perubahan pertama UUD 1945 47 Perubahan keempat UUD 1945

Universitas Sumatera Utara

Page 5: Masa Pemerintahan Sby

pembentukan kabinet, presiden memiliki kekuasaan tunggal dalam menyususn

kabinetnya. Presiden terbebas dari intervensi partai politik dan lebih mengedepankan

profesionalisme dan kemampuan daripada akomodatif terhadapa kepentingan partai

politik. Namun dalam kenyataannya, pembentukan kabinet Indonesia Bersatu SBY-

JK sangat kental dengan pembentukan kabinet dalam sistem pemerintahan

parlementer.

Pasal 20 ayat (2) Setiap rancangan undang-undang dibahas oleh Dewan

Perwakilan Rakyat dan Presiden untuk mendapat persetujuan bersama.

Pasal 20 ayat (4) Presiden mengesahkan rancangan undang-undang yang telah

disetujui bersama untuk menjadi undang-undang.

Pasal 22 ayat (1) Dalam hal ihwal kegentingan yang memaksa, Presiden

berhak menetapkan peraturan pemerintah sebagai pengganti undang-undang. Dalam

hal darurat, presiden dapat menetapkan peraturan pemerintah pengganti undang-

undang yang mengharuskan Presiden menetapkan sesuatu kebujakan atau melakukan

suatu tindakan yang melanggar undang-undang yang sah. Untuk itu perlu diadakan

perubahan undang-undang itu, akan tetapi waktu yang tersedia tidak mencukupi,

sementara kebijakan yang bersangkutan sudah sangat mendesak dibutuhkan segera,

maka timbullah keadaan yang disebut kegentingan yang memaksa. Untuk itulah pasal

ini memberikan fasilitas konstitusional kepada presiden untuk menerbitkan perpu

yang dari segi bentuknya adalah PP, tetaoi berisi materi yang seharusnya diatur dalam

UU.48

48 Jimly. Komentar, op cit, hal. 70

Apabila Perpu tersebut ditolak oleh DPR maka otomatis Perpu tersebut batal

demi hukum.

Universitas Sumatera Utara

Page 6: Masa Pemerintahan Sby

Pasal 23 ayat (2) Rancangan undang-undang anggaran pendapatan dan belanja

negara diajukan oleh Presiden untuk dibahas bersama Dewan Perwakilan Rakyat

dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah.49

Pasal 23F ayat (1) Anggota Badan Pemeriksa Keuangan dipilih oleh Dewan

Perwakilan Rakyat dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah

dan diresmikan oleh Presiden.

Dalam hal ini

presiden melalui amanat presiden memberikan wewenang kepada Menteri Keuangan

dalam menyusun RAPBN dan membahasnya bersama DPR untuk mendapat

persetujuan bersama menjadi undang-undang. Undang-undang RAPBN akan selalu

datang dari presiden sebagai pelaksana anggaran.

50

Pasal 24B ayat (3) Anggota Komisi Yudisial diangkat dan diberhentikan oleh

Presiden dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.

Presiden membentuk panitia seleksi untuk memilih

calon anggota BPK untuk diajukan ke DPR. DPR akan memilih calon yang telah

ditentukan oleh presiden dan setelah itu diresmikan oleh presiden.

Dalam pasal 24A ayat (3) presiden memiliki kewenangan untuk menetapkan

hakim agung dari calon hakim agung diusulkan Komisi Yudisial kepada Dewan

Perwakilan Rakyat untuk mendapatkan persetujuan.

51

Dalam pasal 24C ayat (3) presiden memiliki kewenangan untuk menunjuk tiga orang

calon hakim konstitusi dan menetapkan sembilan orang anggota hakim konstitusi.

Sembilan orang anggota hakim konstitusi yang ditetapkan oleh Presiden tersebut

adalah yang diajukan masing-masing tiga orang oleh Mahkamah Agung, tiga orang

oleh Dewan Perwakilan Rakyat, dan tiga orang oleh Presiden.

49 Perubahan ketiga UUD 1945 50 Perubahan ketiga UUD 1945 51 Perubahan ketiga UUD 1945

Universitas Sumatera Utara

Page 7: Masa Pemerintahan Sby

1.2. Presiden-Partai Politik

Pola relasi kekuasaan presiden dan partai politik pada era pemerintahan SBY-

JK yang memiliki kekuatan signifikan di DPR sangat dipengaruhi sejauh mana

intervensi partai politik terhadap Presiden Yudhoyono dan sebaliknya sejauh mana

presiden mengakomodasi kepentingan partai politik dalam komposisi dan proses

penyususnan kabinet.52

Kompromi politik dalam penyusunan dan perombakan kabinet selama

pemerintahan SBY-JK selalu disertai maneuver dan intervensi partai politik yang

tergabubg dalam koalisi pendukung pemerintah. Intervensi partai politik terhadap

presiden terlihat bila Presiden Yudhoyono berencana mencopot seorang menteri dari

partai politik. Partai politik tersebut mengancam akan mencabut dukungannya kepada

pemerintah. Model lain, apabila ada menteri tidak loyal kepada partainya, partai itu

Dalam pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu sangat jelas ada kompromi

politik antara SBY dan partai politik pendukung pemerintah. SBY-JK

mengakomodasi kepentingan partai tersebut dengan menempatkan kader-kader partai

tersebut di kabinetnya. Partai Persatuan Pembangunan menempatkan dua kadernya di

kabinet yaitu Suryadarma Ali sebagai Menteri Koprasi dan Usaha Menengah dan

Bachtiar Chamsah sebagai menteri sosial. Partai Amanat Nasional juga menempatkan

dua kadernya di kabinet yaitu Hatta Radjasa sebagai Menteri Perhubungan dan

Bambang Sudibyo sebagai Menteri Pendidikan Nasional. Demikian juga dengan

Partai Kebangkitan Bangsa dan Partai Bulan Bintang Yang masing-masing

menempatkan kadernya 2 orang di kabinet serta PKPI mendapatkan 1 kursi kabinet.

52 Hanta Yuda. Op cit, hal. 134

Universitas Sumatera Utara

Page 8: Masa Pemerintahan Sby

mendesak presiden agar menteri tersebut dicopot dari kabinet. Jika tidak diganti,

partai tersebut mengancam menarik dukungannya kepada presiden.53

(3) Pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden yang mendapatkan suara lebih dari

lima puluh persen dari jumlah suara dalam pemilihan umum dengan sedikitnya dua

puluh persen suara di setiap provinsi yang tersebar di lebih dari setengah jumlah

provinsi di Indonesia, dilantik menjadi Presiden dan Wakil Presiden.

Dengan demikian kekuasaan Presiden Yudhoyono tersandera oleh

kepentingan pragmatis partai politik yang ingin mendapatkan jatah kekuasaan. Dan

hal ini tidak dapat diabaikan oleh presiden karena hal itu menjadi keharusan dalam

sistem pemerintahan yang menganut paham multi partai.

1.3. Presiden-DPR

Pemerintahan Soesilo Bambang Yudhoyono-Jusuf Kalla merupakan hasil

pemilihan secara langsung oleh rakyat. Pemerintahan tersebut merupakan

pemerintahan pertama di Indonesia hasil dari pemilihan langsung oleh rakyat.

Sebagai bukti bahwa karakteristik presidensialisme pada pemerintahan SBY-JK telah

terpenuhi dalam pemilihan langsung oleh rakyat. Pada pemerintahan sebelumnya

pemilihan presiden dilakukan oleh parlemen. Pemilihan presiden secara langsung

oleh rakyat sebagaimana amanat Undang-Undang Dasar 1945 pasal 6A :

(1) Presiden dan Wakil Presiden dipilih dalam satu pasangan secara langsung oleh

rakyat.

(2) Pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden diusulkan oleh partai politik atau

gabungan partai politik peserta pemilihan umum sebelum pelaksanaan pemilihan

umum.

53 Ibid, hal. 153

Universitas Sumatera Utara

Page 9: Masa Pemerintahan Sby

(4) Dalam hal tidak ada pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden terpilih dua

pasangan calon yang memperoleh suara terbanyak pertama dan kedua dalam

pemilihan umum dipilih oleh rakyat secara langsung dan pasangan yang memperoleh

suara rakyat terbanyak dilantik sebagai Presiden dan Wakil Presiden.

(5) Tata cara pelaksanaan pemilihan Presiden dan Wakil Presiden lebih lanjut diatur

dalam undang-undang.

Model pemilihan presiden secara langsung ini merupakan hasil amandemen

ketiga Undang-Undang Dasar 1945 sebagai bentuk penyempurnaan sistem

pemerintahan presidensial.

Implikasi dari pemilihan presiden secara langsung adalah hubungan presiden

dan parlemen hanya sebatas pengawasan dan keseimbangan. Presiden dan parlemen

sebagai lembaga mandiri menjalankan kekuasaan masing-masing. Antara kedua

lembaga tersebut tidak dapat saling membubarkan. Dalam Undang-Undang Dasar

1945 pasal 7C menyebutkan presiden tidak dapat membekukan dan/atau

membubarkan Dewan Perwakilan Rakyat.54

54 Perubahan ketiga UUD 1945

Ini untuk menguatkan sistem

presidensialisme dan menjaga keberlangsungan pemerintahan selama masa

jabatannya. Tidak seperti sistem parlementer keberlangsungan pemerintahan sangat

rawan sekali akibat dari kepentingan-kepentingan partai politik di parlemen. Namun

dalam prakteknya pemerintahan SBY-JK selalu di bawah ancaman pemakzulan oleh

DPR dalam mekanisme check and balances. Pemerintahan SBY-JK sering sekali

mendapat tekanan dari DPR dalam pemerintah melaksanakan kebijakannya. Akan

tetapi ini semua tidak terlepas dari kompleksnya kepentingan yang terangkum dalam

lembaga DPR. Mungkin ini akibat dari kita menganut sistem banyak partai.

Universitas Sumatera Utara

Page 10: Masa Pemerintahan Sby

Setelah amandemen Undang-Undang Dasar 1945, relasi kedua lembaga

tersebut semakin mandiri dan setara. Presiden sebagai lembaga pelaksana undang-

undang tidak lagi mendominasi kekuasaan sebagiaman terjadi sebelum Undang-

Undang Dasar 1945 diamandemen. Presiden hanya sebatas melaksanakan undang-

undang dan sedikit terlibat dalam pembahasan undang-undang dan parlemen

melaksankan kekuasaan membuat undang-undang dan menjalankan fungsi kontrol

bagi pemerintah terhadap pelaksanaan undang-undang tersebut. Namun dalam

pelaksanaan sistem pemerintahan presidensial dalam pemerintahan SBY-JK terlihat

sekali bahwa DPR sangat dominan. Ini telihat dalam penunjukan Kapolri dan

Pangliam TNI yang dalam strukutur setingkat dengan menteri dan berada di bawah

presiden harus mendapat persetujuan DPR. Demikian juga dengan penunjukan duta

besar juga harus mendapat persetujuan DPR. Dalam proses penunjukan Kapolri dan

Panglima TNI terjadi dinamika yang sangat keras sekali antara Presiden dan DPR.

Sebagai contoh ketika Presiden SBY menunjuk Jenderal Sutanto sebagai calon

tunggal Kapolri sangat banyak pertentangan dari kalangan DPR karena membuat

mereka tidak memungkinkan melakukan deal-deal politik dengan calon. Demikian

juga dengan calon Panglima TNI ketika itu Jenderal Endriartono Sutarto yang juga

dalam hal ini Presiden mengajukan calon tunggal.

Rapuhnya ikatan koalisi juga sangat terlihat dalam pemerintahan SBY-JK

terutama dalam hal menyangkut kebijakan pemerintah. Banyaknya hak interpelasi

yang digunakan DPR menandakan ikatan koalisi sangat cair dan tidak dapat

mengamankan jalannya kebijakan pemerintahan. Akan tetapi mereka sebaliknya

mengabaikan ikatan koalisi dan melakukan tekanan terhadapa pemerintah. Dan yang

Universitas Sumatera Utara

Page 11: Masa Pemerintahan Sby

paling memojokkan pemerintah adalah lolosnya hak angket DPR terhadap kebijakan

pemerintah menaikkan harga BBM. Ini juga menandakan terjadinya kontrol DPR

terhadap pemerintah yang terlalu kuat yang membuat pemerintahan SBY-JK berjalan

tidak efektif.

Potensi pemakzulan oleh DPR juga sangat jelas adanya, walaupun

pemakzulan tersebut masih melalui pengadilan di Mahkamah Konstitusi.

2. Partai Politik Indonesia dan Sistem Kepartaian

2.1. Partai politik di Indonesia

Politik kepartaian di Indonesia dimulai sejak Wakil Presiden Mohammad

Hatta mengeluarkan Maklumat No. X tanggal 16 Oktober 1945 yang menyatakan

bahwa Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) sebelum terbentuk Majelis

Permusyawaratan Rakyat dan Dewan Perwakilan Rakyat diserahi kekuasaan

eksekutif, yang sehari-hari dilakukan oleh Badan Pekerja KNIP.

Selain mengeluarkan Maklumat No. X, Mohammad Hatta juga pernah

mengeluarkan Maklumat Pemerintah tanggal 3 November 1945 tentang anjuran

kepada rakyat untuk membentuk partai-partai politik, yang isinya berbunyi sebagai

berikut:

Berhubung dengan usul Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat

kepada Pemerintah, supaya diberikan kesempatan kepada rakyat seluas-luasnya untuk

mendirikan partai-partai politik, dengan restriksi bahwa partai-partai politik itu

hendaknya memperkuat perjuangan kita mempertahankan kemerdekaan dan

menjamin keamanan masyarakat, Pemerintah menegaskan pendiriannya yang telah

diambil beberapa waktu yang lalu, bahwa:

Universitas Sumatera Utara

Page 12: Masa Pemerintahan Sby

1. Pemerintah menyukai timbulnya partai-partai politik karena dengan adanya partai-

partai itulah dapat dipimpin ke jalan yang teratur segala aliran paham yang ada dalam

masyarakat.

2. Pemerintah berharap supaya partai-partai politik itu telah tersusun, sebelum

dilangsungkannya pemilihan anggota Badan-badan Perwakilan Rakyat pada bulan

Januari 1946.

Dengan anjuran itu, berdirilah 10 partai politik, yaitu:

1. Masyumi (Majelis Syuro Muslimin Indonesia), yang dipimpin oleh Dr.

Soekiman Wirjosandjoyo, berdiri 7 November 1945.

2. PKI (Partai Komunis Indonesia), yang dipimpin oleh Mr. Moch. Yusuf,

berdiri 7 November 1945.

3. PBI (Partai Buruh Indonesia), yang dipimpin oleh Njono, berdiri 8 November

1945.

4. Partai Rakyat Jelata, yang dipimpin oleh Sutan Dewanis, berdiri 8 November

1945.

5. Parkindo (Partai Kristen Indonesia), yang dipimpin oleh Ds. Probowinoto,

berdiri 10 November 1945.

6. PSI (Partai Sosialis Indonesia), yang dipimpin oleh Mr. Amir Sjarifuddin,

berdiri 10 November 1945.

7. PRS (Partai Rakyat Sosialis), yang dipimpin oleh Sutan Syahrir, berdiri 20

November 1945. PSI dan PRS kemudian bergabung dengan nama Partai

Sosialis, yang dipimpin oleh Sutan Syahrir, Amir Sjarifuddin, dan Oei Hwee

Goat, pada Desember 1945.

Universitas Sumatera Utara

Page 13: Masa Pemerintahan Sby

8. PKRI (Partai Katholik Republik Indonesia), yang dipimpin oleh I.J. Kasimo,

berdiri 8 Desember 1945.

9. Permai (Persatuan Rakyat Marhaen Indonesia), yang dipimpin oleh J.B. Assa,

berdiri 17 Desember 1945.

10. PNI (Partai Nasional Indonesia), yang dipimpin oleh Sidik Djojosukarto,

berdiri 29 Januari 1946. PNI didirikan sebagai hasil penggabungan antara PRI

(Partai Rakyat Indonesia), Gerakan Republik Indonesia, dan Serikat Rakyat

Indonesia, yang masing-masing telah berdiri antara bulan November dan

Desember 1945.

Sejak keluarnya maklumat tersebut, partai poiltik di Indonesia mengalami

perkembangan yang sangat pesat sampai pada pemilu 1971. Akan tetapi pada

perkembangan berikutnya, satu hal yang cukup menyakitkan bagi nafas demokrasi

dan politik kepartaian adalah kebijakan penciutan partai politik atau fusi partai yang

dibuat oleh rezim Orde Baru. Jika pada pemilu sebelumnya diikuti oleh banyak partai,

maka sejak pemilu tahun 1971 sampai 1997 hanya diikuti oleh tiga partai saja, yakni

Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Demokrasi Indonesia (PDI) dan

Golongan Karya (Golkar)

Pada masa rentang itu, pemilihan umum hanya dapat diikuti oleh ketiga partai

tersebut. Penguasa Orde baru berkeinginan untuk menjaga stabilitas perpolitikan

dengan cara fusi partai tersebut. Seperti dalam salah satu konsideran UU No. 3/1975

mengenai Partai Politik dan Golkar disebutkan,”Dengan adanya tiga organisasi

kekuatan sosial politik tersebut, diharapkan agar partai-partai politik dan Golkar

benar-benar dapat menjamin terpeliharanya persatuan dan kesatuan bangsa, stabilitas

Universitas Sumatera Utara

Page 14: Masa Pemerintahan Sby

nasional serta terlaksananya proses percepatan pembangunan. Dari hal itu jelas sekali

pemerintah ingin mengkooptasi kebebasan yang seharusnya dimiliki partai politik

dengan dalih stabilitas nasional.55

Partai-partai baru yang bermunculan dengan susah payah mencari konstituen

dengan berbagai ideologi dan cara pandang terahadap demokrasi. Dengan demikian

partai politik dihadapkan pada kenyataan yang dapat menjaga eksistensi mereka

sebagai partai politik. Ada beberapa hal yang mempengaruhi keberlanjutan dari

sebuah partai politik yaitu, pertama, massa anggota yang kelak diperkuat dengan

massa pemilih meski keduanya tidak selalu sama, pemilih tidak dengan sendirinya

anggota. Kedua, tingkat kompetensi pengurus. Perpecahan sendiri sudah merupakan

pertanda jenis kepemimpinan partai yang bersangkutan. Sentralisasi kepemimpinan

partai ke dalam tangan Dewan Pimpinan Pusat memberikan pengaruh yang tidak

sedikit. Ketiga, tingkat kompetensi para anggota perwakilan sebagai anggota

Akan tetapi peranan partai politik dalam sistem politik di Indonesia kembali

mencuat seiring dengan jatunya pemerintahan Orde Baru. Partai-partai politik di

Indonesia semakin bebas untuk berekspresi dan berserikat. Ini akibat dari

dikeluarkannya paket revisi undang-undang politik salah satunya adalah undang-

undang partai politik yang dirancang oleh tim tujuh yang beranggotakan Ryaas

Rasyid, Anas Urbaningrum, Andi Malaranggeng, Ramlan Surbakti, Affan Gafar,

Djohermansyah Djohan dan Luthfi Mutty. Sampai pada pemilu tahun 2004 yang

melahirkan parlemen tahun 2004, parati-partai politik semakin berperan sejalan

dengan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2002 tentang Partai Politik.

55 Koirudin. Partai Politik dan Agenda Transisi Demokrasi, Yogyakart, Pustaka Pelajar, 2004, hal. 45-46

Universitas Sumatera Utara

Page 15: Masa Pemerintahan Sby

parlemen. Keempat, tingkat penguasaan sumber daya finansial. Kelima, kemampuan

eksekutif dan potensi melakukan pekerjaan eksekutif dari sumber daya di dalam

partai.56

Partai-partai politik Indonesia pada era pemerintahan SBY-JK gagal

menjalankan fungsi pengawasan dan perimbangan di tingkat pemerintahan. Menurut

Kuskridho Ambardi partai-partai politik malah membentuk kartel yang menghalangi

munculnya oposisi. Tanpa kehadiran oposisi di parlemen, tidak ada

pertanggungjawaban horizontal antara parlemen dan pemerintah.

57

Parpol

kartelisasi partai politik dapat dilihat dalamkomposisi kabinet SBY-JK tahun

2004. setelah perombakan kabinet yang kedua, ada 8 partai politik yang tergabung

dalam koalisi pendukung pemerintah dari berbagai macam ideologi. Ini tercermin dari

komposisi kabinet Pemerintahan SBY-JK. Adapun komposisi kabinet tersebut adalah

sebagai berikut.

Tabel 2.1 Jatah Partai Poltik di Kabinet Indonesia Bersatu pasca Reshufle II

Jatah Menteri di Kabinet Indonesia Bersatu Demokrat Menteri Negara-PAN: Taufik Effendi

Menteri Kebudayaan dan Pariwisata: Jero Wacik Golkar Menko Kesra: Aburizal Bakrie

Menteri Perindustrian: Fahmi Idris Menteri Negara PPN: Paskah Suzetta Menteri Hukum dan HAM: Andi Matalatta

PPP Menteri Sosial: Bachtiar Chamsyah Menteri Koperasi dan UKM: Suryadarma Ali

PKS Menteri Pertanian: Anton Apriyantono Menpora: Adhyaksa Dault Menpera: Muhammad Yusuf Ashari

PAN Menhub: Hatta Radjasa Mendiknas: Bambang Sudibyo

PKB Menteri Negara PDT: Lukman Edy 56 Daniel Dhakidae. Partai-Partai Politik Indonesia, Ideologi dan Program 2004-2009. Jakarta, Kompas Media Nusantara, 2004, hal. 12 57 Kuskridho Ambardi. Mengungkap Politik Kartel, Jakarta, Gramedia, 2009, hal. 6

Universitas Sumatera Utara

Page 16: Masa Pemerintahan Sby

Menakertrans: Erman Suparno PBB Menhut: M.S.Kaban PKPI Meteri Negara PP: Meutia Hatta Sumber: Hanta Yuda,Op cit hal. 150

Bagaimanan partai-partai peserta pemilu 2004 secara kolektif mengabaikan

perbedaan ideologis, membentuk koalisi secara permisif, mengaburkan oposisi dan

membuat hasil pemilu tak lagi menjadi faktor penentu koalisi. Puncaknya, mereka

bertindak seragam sebagai satu kelompok tunggal demi kepentingan bersama. Ini

memelihara sistem kepartaian yang terkartelisasi. Semua indicator kartelisasi tersbut

tercermin pada pilpres 2004 ketika berbagai koalisi berbasis ideology muncul,

mencair dan kemudian berubah menjadi koalisi kemenangan-minimal. Koalisis jenis

ini kemudian berpadu dalam pembentukan kabinet dimana semua partai kecuali PDIP

dan PDS bergabung dalam kabinet. Akhirnya, semua partai di DPR merekayasa satu

mekanisme untuk mendistribusikan keuntungan politik dalam bentuk pembagian

posisi ketua komisi. Kesepakatan yang dicapai di antara partai-partai di DPR itu jelas-

jelas mengingkari gagasan tentang sistem kepartaian yang kompetitif. 58

58Kuskridho, Op cit 249

2.2. Sitem Kepartaian

Semangat untuk membangun sistem multi partai yang bermartabat di mulai

sejak berakhirnya pemerintahan Orde Baru. Sebelum pemerintahan Orde Baru

sebenarnya Negara kita telah menganut sistem multi partai. Dimulai tahun 1945

sampai tahun 1971. Namun sistem multi partai hilang akibat kebijakan fusi partai

yang dibuat Rezim Soeharto. Sejak reformasi tahun 1999 dukungan terhadap

keberadaan sistem multi partai datang dari berbagai lapisan masyarakat.

Universitas Sumatera Utara

Page 17: Masa Pemerintahan Sby

Banyak partai yang bemunculan menumbuhkan harapan dan kecemasan.

Sebagian masyarakat menyambut gembira dengan penuh antusias dan dengan cepat

menjadikan kemunculan partai-partai politik baru sebagai sarana untuk menyalurkan

kembali naluri politik yang selama ini dikekang oleh rezim Soeharto. Namun ada juga

masyarakt yang resah dengan banyaknya partai baru yang muncul pada saat itu yang

mencapai ratusan partai politik akhirnya bukan memperlancar arus reformasi, tetapi

sebaliknya mengganggu proses reformasi.59 Banyak faktor yang mempengaruhi

sistem kepartaian di suatu Negara. Untuk konteks politik Indonesia, ada tiga faktor

penyebab sistem multi partai sulit dihindari. Pertama, tingginya tingkat pluralitas

masyarakat (faktor pembentuk). Faktor ini yang menyebabkan keharusan bagi

penerapan sistem multi partai. Sementara kemajemukan masyarakat merupakan suatu

yang bersifat harus diterima dalam struktur masyarakat indonesia. Kedua, dukungan

sejarah sosio-kultural masyarakat (faktor pendorong). Ketiga, desain sistem pemilihan

proporsional dalam beberapa sejarah pemilihan umum (faktor penopang).60

59 Bambang Cipto. Partai, Kekuasaan dan Militersisme. Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2000, hal. 2 60 Hanta Yuda. Op cit, hal 102

Untuk konteks pemilihan umum 2004 partai politik peserta pemilu adalah

sebanyak 24 partai. Melihat jumlah partai sebanyak itu kita menganut sistem multi

partai yang ekstrim. Dalam sistem ini sangat sulit mendapatkan suara mayoritas

pemenang pemilu dan hal itu memang betul dan terjadi di pemilu Indonesia tahun

2004 yang lalu. Berikut ini merupakan partai politik peserta pemilu tahun 2004

beserta perolehan suara masing-masing partai.

Universitas Sumatera Utara

Page 18: Masa Pemerintahan Sby

Tabel 2.2 Partai Politik Peserta Pemilu Tahun 2004 Beserta Perolehan Suara

No Partai politik Perolehan Suara Jlh kursi DPR Jumlah Persen

1 Partai Golongan Karya 24.480.757 21,58 128

2 Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan 21.026.629 18,53 109 3 Partai Kebangkitan Bangsa 11.989.564 10,57 52 4 Partai Persatuan Pembangunan 9.248.764 8,15 58 5 Partai Demokrat 8.455.225 7,45 57 6 Partai Keadilan Sejahtera 8.325.020 7,34 45 7 Partai Amanat Nasional 7.303.324 6,44 52 8 Partai Bulan Bintang 2.970.487 2,62 11 9 Partai Bintang Reformasi 2.764.998 2,44 13 10 Partai Damai Sejahtera 2.414.254 2,13 12 11 Partai Karya Peduli Bangsa 2.399.290 2,11 2 12 Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia 1.424.240 1,26 1 13 Partai Persatuan Demokrasi Kebangsaan 1.313.654 1,16 5 14 Partai Nasional Banteng Kemerdekaan 1.230.455 1,08 1 15 Partai Patriot Pancasila 1.073.139 0,95 0 16 Partai Nasional Indonesia Marhaenisme 923,159 0,81 1

17 Partai Persatuan Nahdlatul Ummah Indonesia 895.610 0,79 0

18 Partai Pelopor 878.932 0,77 2 19 Partai Penegak Demokrasi Indonesia 855.811 0,75 1 20 Partai Merdeka 842.541 0,74 0 21 Partai Sarikat Indonesia 679.296 0,60 0 22 Partai Perhimpunan Indonesia Baru 672.952 0,59 0 23 Partai Persatuan Daerah 657.916 0,58 0 24 Partai Buruh Sosial Demokrat 636.056 0,56 0 Total 113.462.414 100 550

Sumber: www.kpu.go.id

Berdasarkan data tersebut di atas maka partai politik yang memiliki wakil

yang duduk di parlemen ada 17 partai politik. Tidak ada partai politik yang

memperoleh suara mayoritas sehingga sulit membentuk pemerintahan tanpa koalisi di

parlemen. Dalam perkembangan selanjutnya bahwa di parlemen partai politik

membuat fraksi masing-masing atau bergabung dengan partai tertentu untuk

membentuk satu fraksi. Ada 10 fraksi di DPR RI yaitu:

Universitas Sumatera Utara

Page 19: Masa Pemerintahan Sby

Tabel 2.3 Kelompok Fraksi di DPR RI Tahun 2004-2009

No Kelompok Fraksi % Kursi 1 Fraksi Partai Golkar (F-PG) 23 129

2 Fraksi PDI Perjuangan (F-PDIP) 20 109

3 Fraksi Partai Persatuan Pembangunan (F-PPP) 10 58 4 Fraksi Partai Demokrat (F-PD) 10 57 5 Fraksi Partai Amanat Nasional (F-PAN) 10 53

6 Fraksi Kebangkitan Bangsa (F-KB) 9 52

7 Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (F-PKS) 8 45

8 Fraksi Bintang Pelopor Demokrasi (Fraksi Gabungan) 4 20 9 Fraksi Partai Bintang Reformasi (F-PBR) 2 14

10 Fraksi Partai Damai Sejahtera (F-PDS) 2 13 Sumber: www.dpr.go.id

Melihat data di atas sangat mungkin dan suatu keharusan pemerintahaan SBY-

JK membuat koalisi di parlemen untuk menopang pemerintahan mereka. SBY-JK

yang awal pencalonanya hanya didukung oleh Partai Demokrat, Partai Bulan Bintang

dan Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia dan pada putaran kedua bergabung

Partai Keadilan Sejahtera belum mendapat dukungan mayoritas di DPR. Gabungan

keempat partai tersebut hanya mencakup112 kursi dari 550 kursi. Kenyataan ini akan

sangat rawan bila pemerintahan SBY-JK tidak melakukan koalisi di DPR. Dan atas

dasar itulah dalam perkembangannya pemerintahan SBY-JK mengakomodasi

kepentingan partai politik yang bersedia memberikan dukungan terhadap

keberlangsungan pemerintahan mereka dan di sisi lain partai-partai politik melakukan

intervensi terhadap presiden dalam penyusunan kabinet.. Bergabunglah Partai

Amanat Nasional, Partai kebangkitan Bangsa, Partai Persatuan Pembangunan dan

berikutnya Partai Golkar sehubungan dengan kemenangan Jusuf Kalla dalam

Universitas Sumatera Utara

Page 20: Masa Pemerintahan Sby

perebutan ketua umum Partai Golkar. Dengan demikian hanya Partai Demokrasi

Indonesia Perjuangan dan Partai Damai Sejahtera yang berada di luar pendukung

pemerintah.

Bila mayoritas anggota DPR menenukan pilihan politik yang berbeda dengan

presiden, sering kali sistem presidensial terjebak dalam pemerintahaan yang terbelah

antara pemegang kekuasaan legislatif dan pemegang kekuasaan eksekutif. Biasanya,

dukungan legislatif semakin sulit didapat jika sistem pemerintahaan presidensial

dibangun dalam sistem multi partai.61

Menurut Hanta Yuda, ketika presiden mengakomodasi kepentingan partai

politik yang mengintervensi presiden itu sendiri dalam penyususnan kabinet

merupakan bentuk kompromi eksternal. Hal ini tentu berimplikasi terhadap

kekuasaan internal hak prerogatif presiden semakin tereduksi. Dia juga menemukan

bahwa ada empat kompromi dalam struktur internal kekuasaan kepresidenan di era

Pemerintahan SBY-JK.

62

Indikasi presidensialisme yang kompromis di era pemerintahan SBY

tergolong dalam presidensialisme setengah hati terlihat dari beberapa aspek

kompromi eksternal berikut ini: Pertama, kompromi dalam pembentukan dan

perombakan kabinet yang tidak terlepas dari intervensi partai-partai politik mitra

koalisi pemerintahan SBY-JK dan akomdasi pemerintah terhadap kepentingan partai

Berdasarkan fakta bahwa masih sangat kentalnya

kompromi-kompromi politik dalam pelaksanaan kekuasaan presiden dalam

Pemerintahan SBY-JK maka kita belum melihat sistem pemerintahan presidensial

murni dalam pemerintahan tersebut.

61 Saldi Isra, Pergeseran Fungsi Legislatif, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2010, hal.269 62 Hanta yuda. Op cit hal. 231

Universitas Sumatera Utara

Page 21: Masa Pemerintahan Sby

politik tersebut berupa kursi di kabinet. Kedua, rapuhnya ikatan koalisi partai

pendukung pemerintah. Koalisi yang terbangun sangat cair dan sarat dengan

kepentingan sesaat partai anggota koalisi. Ketiga, adanya kontrol parlemen terhadap

pemerintah secara berlebihan yang mengakibatkan jalannya pemerintahan kurang

efektif. Dan keempat, perjalanan pemerintahan SBY-JK rentan dengan ancaman

pemakzulan dari DPR. Pemerintah masih sangat rentan pemakzulan oleh DPR karena

alasan politis atau disebabkan kebijakan pemerintah yang ditentang DPR.63

Ada juga kompromi internal yang dilakukan oleh pemerintahan SBY-JK.

Adapun kompromi internal Era Pemerintahan SBY-JK dapat kita lihat dalam tabel

ini.

64

Aspek Kompromi

Tabel 2.4 kompromi Internal Presidensialisme Era Pemerintahan SBY-JK

Praktek dan Karakteristik Kompromi Hak Prerogatif Presiden Hak prerogatif Presiden Yudhoyono untuk

menyusun/merombak kabinet tereduksi akibat intervensi partai politik. Penggunaan hak prerogatih presiden dalam pembentukan kabinet selalu disertai intervensi elite-elite partai politik. Tereduksinya hak prerogatif presiden ini merupakan akibat dari kuatnya intervensi partai politik yang juga didukung oleh gaya kepemimpinan presiden yang cenderung akomodatif dan kurang percaya diri dalam menghadapi interpensi partai politik.

Komposisi Kabinet Kabinet koalisi yang dibentuk oleh Presiden Yudhoyono terdiri atas koalisi delapan partai politik. Sementara komposisi antara unsusr parpol dan nonparpol dalam kabinet Indonesia Bersatu relatif seimbang. Persnalitas dan gaya kepemimpinan presiden cenderung akomodatif terhadap partai politik dan pertimbangan presiden dalam mengangkat menteri cenderung lebih dominant karena factor tawar-menawar disbanding faktor kompetensi dan profesionalitas.

Loyalitas Menteri Adanya dualisme loyalita para menteri Kabinet Indonesia Bersatu dari unsure partai politik. Satu sisi loyalitas kepada presiden sebagai kepala pemerintahan, di sisi lain

63 Ibid. hal 134 64 Ibid hal. 233

Universitas Sumatera Utara

Page 22: Masa Pemerintahan Sby

loyalitas kepada parpol asalnya juga. Bahkan beberapa anggota kbinet juga sebagai ketua umum partai dan memegang jabatan strategis lainnya di partai politik. Dualisme loyalitas ini merupakan implikasi dari pola rekrutmen menteri dari unsur partai politik dan proses pengangkatnnya cenderung atas pertimbangan akomodatif presiden terhadap rekomendasi dari partai politik. Potensi dualisme itu semakin memuncak menjelang pelaksanaan Pemilu 2009 karena para menteri juga berkepentingan untuk membesarkan partainya masing-masing

Hubungan Presiden dan Wakil Presiden

Relasi politik Presiden Yudhoyono dan Wakil Presiden Jusuf Kalla mengalami keretakan dan semakin menguat menjelang tahun terakhir masa kepemimpina mereka. Salah satu penyulut disharmonisasi ini adalah implikasi dari posisi politik wakil Presiden lebih kuat daripada Presiden Yudhoyono di parlemen. Golkar menguasai 23% kursi di DPR, sementara Demokrat hanya 10%. Pola hubungan presiden dan wakil presiden bersifat persaingan, baik secara terselubung maupun terbuka. Kondisi ininjuga memeiliki kecenderungan terjadinya persaingan terbuka antara presiden dan wakil presiden menjelang pemilu legislative, apalagi jika keduanya memutuskan untuk berpisah di pemilihan presiden selanjutnya.nkeretakan dan disharmonisasi itu akan semakin terbuka.

Berdasarkan keempat aspek kompromi internal tersebut jelas bahwa

penerapan sistem pemerintahan presidensialisme dalam pemerintahan Yudhoyono-

Kalla masih setengah hati. Presidensialisme yang diterapkan belumlah

presidensialisme efektif dimana hak prerogatif presiden dilakukan dilaksanakan

sepenuhnya oleh presiden tanpa intervensi partai politik.

3. Kekuasaan Dewan Perwakilan Rakyat

Setelah mengalami perubahan Undang-Undang Dasar 1945, tugas dan fungsi

dari Dewan Perwakilan Rakyat semakin kuat. Ini dilakukan untuk dapat melakukan

kontrol yang kuat terhadap lembaga eksekutif yang melaksanakan jalannya

pemerintahan.

Universitas Sumatera Utara

Page 23: Masa Pemerintahan Sby

Kekuasaan Dewan Perwakilan Rakyat menurut Undang-Undang Dasar 1945

adalah :

Pasal 7B ayat (1) menyaebutkan bahwa Usul pemberhentian Presiden dan/atau

Wakil Presiden dapat diajukan oleh Dewan Perwakilan Rakyat kepada Majelis

Permusyawaratan Rakyat hanya dengan terlebih dahulu mengajukan permintaan

kepada Mahkamah Konstitusi untuk memeriksa, mengadili, dan memutus pendapat

Dewan Perwakilan Rakyat bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden telah melakukan

pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan,

tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela; dan/atau pendapat bahwa Presiden

dan/atau Wakil Presiden tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil

Presiden.65

Dalam pasal 11 ayat (1) dan ayat (2) disebutkan bahwa Dewan Perwakilan

Rakyat memiliki kewenangan untuk memberikan persetujuan dalam menyatakan

perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara lain.

Dalam konteks ini Dewan Perwakilan Rakyat dengan kewenangannya dapat

mengusulkan pemberhentian Presiden dan/atau wakil presiden

66

Pasal 20 ayat (1) menyebutkan Dewan Perwakilan Rakyat memegang

kekuasaan membentuk undang-undang.

Pemberian pertimbangan kepada Presiden dalam pengangkatan duta (pasal 13

ayat 2), dalam menerima penempatan duta Negara lain (pasal 13 ayat 3) dan

pertimbangan dalam pemberian amnesti dan abolisi (pasal 14 ayat 2)

67

65 Perubahan ketiga UUD 1945 66 Perubahan keempat UUD 1945 67 Perubahan pertama UUD 1945

Universitas Sumatera Utara

Page 24: Masa Pemerintahan Sby

Pasal 20A ayat (1) menyebutkan Dewan Perwakilan Rakyat memiliki fungsi

legislasi, fungsi anggaran dan fungsi pengawasan.68

Dalam menjalankan fungsi legislasi tidak serta-merta hanya dijalankan oleh

DPR akan tetapi bersama-sama dengan presiden. Dalam hal ini pula yang

menyebabkan perlunya koalisi pendukung pemerintah untuk memuluskan proses

legislasi berupa pembentukan Undang-undang. Dalam pemerintahan Presiden

Yudhoyono, ketegangan yang terjadi antara DPR dan Presiden sejak awal

pemerintahannya berdampak terhadap jumlah undang-undang yang dihasilkan.

Misalnya, pada tahun 2005 proses legislasi hanya menghasilkan 14 undang-undang.

Sangat jauh dari target yang ditetapkan yaitu 55 rancangan undang-undang.

Fungsi legislasi yaitu sebagai pembuat kebijakan dan undang-undang yang

sebagai patron pihak eksekutif untuk melaksanakan tugas. Atas dasar itulah maka

melekat hak pada legislatif yaitu hak inisiatif yaitu hak untuk melakukan perubahan

undang-undang yang diusulkan pemerintah.

69

Fungsi Anggaran dapat kita lihat dalam penyusunan RAPBN. Legislatif turut

serta dalam penuyusan Anggaran Pendapatan Belanja Negara untuk mencapai

Dalam

menjalankan fungsinya tersebut, dalam DPR juga sangat dinamis dan cair karena

membawa berbagai macam kepentingan dari partai politik.

Fungsi kontrol yang dijalankan badan legislatif untuk mencegah pemerintah

menjalankan kekuasaannya secara sewenang-wenang. Badan legislatif menjalankan

fungsi pengawasan terhadap pemerintah agar program-program yang dicanangkan

pemerintah berjalan sesuai dengan harapan rakyat.

68 Perubahan kedua UUD 1945 69 Saldi Isra, Op cit, hal 276

Universitas Sumatera Utara

Page 25: Masa Pemerintahan Sby

kemakmuran rakyat banyak. Pada umumnya anggota DPR membawa ususlan-usulan

proyek dari daerah yang diwakilinya. Demikian juga untuk memastikan bahwa

anggaran yang akan dilaksanakan tersebut sesuai dengan kebutuhan masyarakat

banyak.

(2) Dalam melaksanakan fungsinya, selain hak yang diatur dalam pasal-pasal

lain Undang-Undang Dasar ini, Dewan Perwakilan Rakyat mempunyai hak

interpelasi, hak angket, dan hak menyatakan pendapat.70

(3) Selain hak yang diatur dalam pasal-pasal lain Undang-Undang Dasar ini,

Dewan Perwakilan Rakyat mempunyai hak mengajukan pertanyaan, menyampaikan

usul dan pendapat, serta hak imunitas.

Hak Interpelasi merupaka hak untuk meminta keterangan kepada eksekutuf

terkait dengan kebijakan yang dijalankannya. Hal ini dilaksanakan untuk memastikan

kebijakan eksekutif tersebut tidak mencederai rasa keadilan rakyat banyak dan tetap

sesuai dengan undang-undang.

Hak Angket merupakan hak untuk langsung melakukan penyelidikan terhadap

kebijakan yang telah dilaksanakan oleh eksekutif. Hak ini digunakan sebelumnya

karena ada kecurigaan legislatif terhadap kebijakan eksekutuif yang terindikasi tidak

tepat dan melanggar undang-undang

Hak menyatakan pendapat merupakan lanjutan dari hak angket. Apabila

dalam penyelidikan legislatif memang ditemukan pelanggaran, maka legislative

menggunakan hak tersebut. Hak menyatakan pendapat biasanya berujung kepada

pemakzulan terhadap pemerintah yang melakukan pelanggaran tersebut.

71

70 Perubahan kedua UUD 1945 71 Perubahan kedua UUD 1945

Universitas Sumatera Utara

Page 26: Masa Pemerintahan Sby

Pasal 21

Anggota Dewan Perwakilan Rakyat berhak mengajukan usul rancangan

undang-undang.72

72 Perubahan pertama UUD 1945

Pasal 22 ayat (2) Dewan Perwakilan Rakyat berhak memberikan persetujuan

atas peraturam pemerintah pengganti undang-undang

Banyak sekali kekuasaan Dewan Perwakilan Rakyat yang tidak tercantum

dalam Undang-Undang Dasar 1945. Seperti dalam pemilihan anggota komisi-komisi

yang ada di Negara Indonesia, dalam hal ini Komisi Nasional Hak Asasi Manusia,

Komisi Pemberantasan Korupsi, Komisi Penyiaran Indonesia, Komisi Pengawas

Persaingan Usaha, Komisi Pemilihan Umum, Komisi Perlindungan Perempuan dan

Anak dan masih banyak lagi.

Universitas Sumatera Utara