Eksistensi Bahasa Indonesia Yang Kian Menurun Seiring Meningkatnya Minat Bahasa Asing Di Tanah Air

63
Eksistensi Bahasa Indonesia yang Semakin Menurun Seiring Meningkatnya Minat Bahasa Asing di MAN 2 Kota Bogor Disusun oleh : Afif Fadilah Febbi Meidawati M. Raziv Tauhid Zahrah Nur Najmi Laila Kelas : XI IPA 3 MADRASAH ALIYAH NEGERI 2 KOTA BOGOR

description

Makalah ini bertujuan untuk membandingkan minat Bahasa Indonesia dengan Bahasa Asing di kalangan pelajar.

Transcript of Eksistensi Bahasa Indonesia Yang Kian Menurun Seiring Meningkatnya Minat Bahasa Asing Di Tanah Air

Page 1: Eksistensi Bahasa Indonesia Yang Kian Menurun Seiring Meningkatnya Minat Bahasa Asing Di Tanah Air

Eksistensi Bahasa Indonesia yang Semakin Menurun Seiring Meningkatnya

Minat Bahasa Asing di MAN 2 Kota Bogor

Disusun oleh :

Afif Fadilah

Febbi Meidawati

M. Raziv Tauhid

Zahrah Nur Najmi Laila

Kelas : XI IPA 3

MADRASAH ALIYAH NEGERI 2 KOTA BOGOR

Jalan Raya Pajajaran No. 6 Bogor 16143 Telp. 0251-321417.321740

BOGOR TIMUR

2012

Page 2: Eksistensi Bahasa Indonesia Yang Kian Menurun Seiring Meningkatnya Minat Bahasa Asing Di Tanah Air

Karya Ilmiah yang berjudul

“Eksistensi Bahasa Indonesia yang Semakin Menurun Seiring Meningkatnya

Minat Bahasa Asing di MAN 2 Kota Bogor”

Telah dibaca dan disetujui pada Maret 2012

Oleh :

Kepala MA Negeri 2 Kota Bogor,

Drs. H. Hawasi, M.Pd

NIP. 195903121989031001

Pembimbing,

Dra. Mukti Hikmah

NIP. 196902251992032002

Page 3: Eksistensi Bahasa Indonesia Yang Kian Menurun Seiring Meningkatnya Minat Bahasa Asing Di Tanah Air

MOTTO

“Bahasa adalah jiwa bangsa”

Kami persembahkan untuk : Para pahlawan Kusuma bangsa yang telah memperjuangkan bahasa Indonesia

Ayah dan Ibu yang telah mengajarkan untuk mengucap kata pertama

Guru-guru yang telah mendidik kami

Seluruh warga negara Indonesia

Page 4: Eksistensi Bahasa Indonesia Yang Kian Menurun Seiring Meningkatnya Minat Bahasa Asing Di Tanah Air

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kepada Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha

Penyayang, karena atas izin-Nya, kiranya penulis dapat menyelesaikan penulisan karya ilmiah

ini yang berjudul “Eksistensi Bahasa Indonesia yang Semakin Menurun Seiring Meningkatnya

Minat Bahasa Asing di MAN 2 Kota Bogor”.

Penulisan karya ilmiah ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kecintaan anak Indonesia

terhadap bahasanya sendiri seiring dengan perkembangan bahasa asing di Indonesia. Selain itu,

karya ilmiah ini ditulis untuk memenuhi tugas Bahasa Indonesia juga untuk memperluas

wawasan tentang Bahasa Indonesia. Dengan metode-metode yang cukup dapat diterima berbagai

pihak.

Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang

telah membantu dalam menyelesaikan penulisan karya ilmiah ini, yaitu kepada :

1. Bapak Drs. H. Hawasi, M.Pd, selaku kepala MAN 2 Kota Bogor.

2. Ibu Dra. Mukti Hikmah, selaku guru pembimbing yang telah banyak membantu

memberikan masukan dan pengarahan kepada penulis, selama penulisan karya ilmiah ini.

3. Orang tua yang telah memberikan doa, bimbingan, dorongan dan bantuan, baik secara

moral, materi, maupun spiritual.

4. Teman-teman yang telah ikut bekerja sama dalam penulisan karya ilmiah ini.

5. Dan semua pihak yang telah membantu penulisan karya ilmiah ini.

Kami menyadari, sebagai pelajar masih perlu banyak belajar dalam penulisan karya ilmiah

ini, sehingga karya ilmiah ini masih memiliki kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan

kritik dan saran membangun agar karya ilmiah ini lebih baik dan berdaya guna dimasa yang akan

datang.

Harapan kami, semoga karya ilmiah ini dapat lebih berperan serta dalam pembangunan

masyarakat pada kenyataan sehari-hari dan bermanfaat khususnya bagi penulis, umumnya bagi

masyarakat.

Bogor, Maret 2012

Page 5: Eksistensi Bahasa Indonesia Yang Kian Menurun Seiring Meningkatnya Minat Bahasa Asing Di Tanah Air

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

ABSTRAKSI

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan Penelitian

1.4 Metode Penelitian

1.5 Hipotesis

1.6 Waktu dan Lokasi Penelitian

1.7 Sistematika Penulisan

BAB 2 DESKRIPSI UMUM

2.1 Keadaan Wilayah

BAB 3 PEMBAHASAN DAN HASIL PENGAMATAN

3.1 Asal Usul Bahasa Indonesia

3.2 Bahasa Asing

3.3 Penggunaan Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris dalam Kehidupan Sehari-Hari

Masyarakat Indonesia saat ini

3.4 Proses Pembentukkan Bahasa

3.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi penurunan eksistensi bahasa Indonesia saat ini

3.6 Problematika atau Tingkat Kesulitan Belajar Bahasa Indonesia

3.7 Upaya Untuk Menjaga Popularitas Dan Eksistensi Bahasa Indonesia Di Era

Globalisasi Saat Ini

3.8 Peluang Bahasa Indonesia menjadi bahasa Internasional

3.9 Alasan Bangga terhadap Bahasa Indonesia

3.10 Hasil Pengamatan

BAB 4 PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Page 6: Eksistensi Bahasa Indonesia Yang Kian Menurun Seiring Meningkatnya Minat Bahasa Asing Di Tanah Air

4.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

BIODATA

Page 7: Eksistensi Bahasa Indonesia Yang Kian Menurun Seiring Meningkatnya Minat Bahasa Asing Di Tanah Air

ABSTRAKSI

Karya ilmiah yang berjudul “Eksistensi Bahasa Indonesia yang Semakin Menurun

Seiring Meningkatnya Minat Bahasa Asing di MAN 2 Kota Bogor” yang membahas tentang

semakin berkurangnya minat pelajar Indonesia untuk mempelajari bahasanya sendiri, sehingga

bahasa Indonesia menjadi asing di negaranya sendiri.

Tujuan penulisan Karya tulis ilmiah ini adalah untuk mengetahui tingkat kecintaan

pelajar pada bahasanya, faktor penyebab rendahnya kebanggaan terhadap bahasa Indonesia, dan

minat pelajar terhadap bahasa Indonesia dibanding dengan minat bahasa asing.

Metode yang digunakan adalah dengan menyebarkan angket pada seluruh peserta didik

MAN 2 Kota Bogor. Lalu, penyusun juga melakukan pengamatan tentang fenomena yang terjadi

di sekitar dan melakukan studi pustaka mengenai masalah tersebut.

Berdasarkan hasil penelitian, sebagian besar pelajar Indonesia lebih bangga

menggunakan bahasa Indonesia, dikarenakan bahasa Indonesia merupakan bahasa ibu bagi

mereka.

Page 8: Eksistensi Bahasa Indonesia Yang Kian Menurun Seiring Meningkatnya Minat Bahasa Asing Di Tanah Air

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Apabila dilihat dari latar belakang sejarahnya, bahasa Indonesia mengalami masa-masa

yang cenderung menurun dan naik. Pada saat Indonesia masih dijajah oleh Belanda, bahasa

Indonesia jarang sekali digunakan karena di pemerintahan Belanda hanya menggunakan bahasa

Belanda dan bahasa barat (bahasa Inggris). Tetapi, ketika Indonesia dijajah oleh Jepang, bahasa

Indonesia mengalami kemajuan sebab pada saat itu pemerintahan Jepang melarang keras

digunakannya bahasa-bahasa barat, dan bahasa yang boleh digunakan hanya bahasa Indonesia.

Di era proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, Ir. Soekarno dan Mohamad Hatta

membacakan teks proklamasi dengan bahasa Indonesia. Berita tentang proklamasi tersebut

menyebar hampir ke seluruh penjuru tanah air. Rakyat Indonesia yang mengetahui bagaimana

menggunakan bahasa Belanda, bahasa Melayu, atau bahasa daerah lainnya menyambut dengan

gembira akan proklamsai kemerdekaan Indonesia yang menggunakan bahasa Indonesia lalu

berkata “Indonesia merdeka”.

Maka, penggunaan bahasa Indonesia saat itu hingga sekarang sudah sesuai dengan cita-

cita proklamasi yaitu terwujudnya bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan orang Indonesia.

Hal ini diperkuat lagi dengan adanya Sumpah Pemuda yang mengakui bahasa Indonesia sebagai

bahasa nasional.

Namun, saat ini pemakaian bahasa Indonesia mengalami krisis identitas dan mulai

tersisih oleh semakin maraknya pemakaian bahasa asing dan bahasa campuran, baik dalam

forum formal maupun nonformal. Dewasa ini banyak terlihat aneka merek dagang, nama tempat,

nama gedung, pamflet dan kain spanduk yang menggunakan bahasa asing khususnya bahasa

Inggris. Bukan itu saja, struktur teks juga menunjukkan bahwa bahasa yang digunakan adalah

bahasa Inggris. Misalnya nama hotel, seperti ABC Hotel bukan Hotel ABC. Mereka

mengasumsikan kalau merek dagang dalam bahasa asing atau bercampur dengan kata asing,

daya jualnya lebih besar dan bergengsi. Ini membuktikan bahwa bahasa Indonesia lambat laun

akan menjadi bahasa nomor dua saja di Indonesia setelah bahasa asing.

Page 9: Eksistensi Bahasa Indonesia Yang Kian Menurun Seiring Meningkatnya Minat Bahasa Asing Di Tanah Air

Fenomena lain terlihat dengan istilah dari bahasa Inggris lebih sering dipakai dalam hal

yang menyangkut komputer dan peralatan elektronik lainnya. Istilah-istilah seperti software dan

hardware lebih sering digunakan dibanding padan katanya dalam bahasa Indonesia; piranti lunak

dan piranti keras. Istilah telepon genggam juga telah kalah populer dengan handphone. Jika kita

amati, terutama anak muda, ternyata banyak yang masih rabun membaca, gagap berbicara, dan

sulit menulis. Mereka cenderung menggampangkan urusan berbahasa Indonesia. Selain itu,

muncul anggapan bahwa apabila lihai berbahasa Inggris dianggap lebih modern dan lebih

mengikuti arus perkembangan globalisasi dibanding dengan lihai dalam berbahasa Indonesia.

Fenomena yang turut mendukung lainnya adalah kian maraknya sekolah bertaraf internasional

yang mewajibkan siswa menguasai bahasa Inggris dan menjadikan bahasa Inggris sebagai

bahasa pengantar, baik dalam proses seleksi penerimaan siswa baru hingga penyampaian materi

pelajaran sehari-hari.

Sebagai generasi muda penerus bangsa hal ini patut menjadi sebuah tugas besar bagi kita

semua untuk tetap menjaga popularitas dan eksistensi bahasa Indonesia di tengah maraknya

penggunaan bahasa Inggris dalam kehidupan sehari-hari.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana penggunaan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris dalam kehidupan sehari-hari

masyarakat Indonesia saat ini ?

2. Bagaimana proses suatu bahasa dibentuk dalam suatu masyarakat ?

3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penurunan eksistensi bahasa Indonesia saat ini ?

4. Apa saja kesulitan dalam mempelajari bahasa Indonesia ?

5. Upaya apa yang bisa dilakukan untuk menjaga popularitas dan eksistensi bahasa Indonesia

sebagai bahasa ibu di Indonesia dalam era globalisasi saat ini ?

6. Adakah peluang bahasa Indonesia menjadi bahasa Internasional layaknya bahasa Inggris ?

7. Mengapa kita harus bangga terhadap bahasa Indonesia ?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Mengetahui persentase penggunaan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris dalam kehidupan

sehari-hari masyarakat Indonesia saat ini

2. Mengetahui mekanisme penerimaan bahasa di suatu daerah

Page 10: Eksistensi Bahasa Indonesia Yang Kian Menurun Seiring Meningkatnya Minat Bahasa Asing Di Tanah Air

3. Mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penurunan eksistensi bahasa

Indonesia saat ini

4. Mencari kesulitan-kesulitan dalam mempelajari bahasa Indonesia

5. Mengetahui dan berusaha mempraktikkan berbagai upaya untuk menjaga popularitas dan

eksistensi bahasa Indonesia di era globalisasi saat ini

6. Mengetahui dan berusaha mewujudkan bahasa Indonesia menjadi bahasa Internasional

layaknya bahasa Inggris

7. Mengetahui alasan-alasan bangga terhadap bahasa Indonesia

1.4 Metode Penelitian

Untuk mendapatkan data dan informasi yang diperlukan, kami menggunakan metode-

metode sebagai berikut :

1. Metode Angket merupakan sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk

memperoleh informasi dari responden, dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal

yang ia ketahui. Dari pengertian tersebut dapat diketahui bahwa angket adalah suatu cara

pengumpulan informasi dengan menyampaikan daftar pertanyaan tentang hal-hal yang

diteliti.

2. Data sekunder adalah berupa informasi suatu permasalahan yang diperoleh langsung dari

media cetak maupun elektronik.

3. Metode Observasi ialah melakukan pengamatan langsung ke lapangan mengenai hal yang

akan diteliti untuk mendapat data yang lebih nyata.

4. Metode Studi Pustaka adalah suatu kegiatan mencari informasi dengan cara mencari

sumber dari berbagai media yang berupa bacaan.

1.5 Hipotesis

Penelitian ini dilakukan atas dasar keyakinan dan keingintahuan kami setelah cukup

melakukan pengenalan masalah. Adapun keyakinan atau hipotesis tersebut adalah semakin

rendahnya tingkat kecintaan bangsa Indonesia terhadap bahasa Indonesia akibat meningkatnya

jumlah minat bahasa asing.

Page 11: Eksistensi Bahasa Indonesia Yang Kian Menurun Seiring Meningkatnya Minat Bahasa Asing Di Tanah Air

1.6 Waktu dan Lokasi Penelitian

Jangka waktu penelitian adalah satu bulan, tepatnya berakhir pada bulan Maret 2012.

Penelitian dimulai dari perumusan masalah, pengumpulan data, pengolahan data, hingga

mencapai hasil penulisan penelitian.

Kami mengambil lokasi yang meliputi seluruh peserta didik MAN 2 Kota Bogor sebagai

sampel dari seluruh pelajar di Indonesia.

1.7 Sistematika Penulisan

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan masalah

1.3 Tujuan Penelitian

1.4 Metode Penelitian

1.5 Hipotesis

1.6 Waktu dan Lokasi Penelitian

1.7 Sistematika Penulisan

BAB 2 Deskripsi Umum

BAB 3 Pembahasan dan Hasil Pengamatan

BAB 4 Kesimpulan dan Saran

Pada penulisan karya ilmiah ini, kami akan menjelaskan hasil penelitian di lapangan dimulai

dengan bab pertama. Bab ini mencakup latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan

penelitian, metode penelitian, hipotesis, waktu dan lokasi penelitian serta sistematika penulisan.

Bab kedua, penulis akan menjelaskan secara detail mengenai sejarah bahasa Indonesia,

pengertian bahasa asing, juga perbedaan bahasa Indonesia dengan bahasa asing.

Bab ketiga, penulis akan memaparkan data yang diperoleh dari hasil penelitian dan

membahasnya secara per poin berkaitan dengan merosotnya tingkat kecintaan bangsa terhadap

bahasa.

Page 12: Eksistensi Bahasa Indonesia Yang Kian Menurun Seiring Meningkatnya Minat Bahasa Asing Di Tanah Air

Bab keempat yaitu bab penutup dalam karya ilmiah ini. Pada bagian ini kami

menyimpulkan uraian sebelumnya dan memberi saran mengenai cara meningkatkan kebanggan

terhadap bahsa Indonesia.

BAB 2

DESKRIPSI UMUM

2.1 Keadaan Wilayah

MA Negeri 2 Kota Bogor adalah salah satu sekolah menengah atas yang berciri khas islam

yang kian eksis di kota Bogor. MAN 2 Kota Bogor berlokasi di Jalan Raya Pajajaran No. 6

Bogor. Lokasi ini sangat strategis karena bersebelahan dengan Masjid Raya Bogor, Terminal

Bus Baranangsiang Bogor, Kebun Raya/Istana Kepresidenan Bogor, pusat perbelanjaan, dan

terletak di ujung jalan Tol Jagorawi. Luas Tanah seluruhnya + adalah 7.500 m 2 dan telah

dimanfaatkan bangunan sebanyak + 6.000 m.

Page 13: Eksistensi Bahasa Indonesia Yang Kian Menurun Seiring Meningkatnya Minat Bahasa Asing Di Tanah Air

BAB 3

PEMBAHASAN DAN HASIL PENGAMATAN

3.1 Asal Usul Bahasa Indonesia

Anda pasti mengetahui tentang ejaan berikut : Djagoeng (dibaca: jagung)

Djoeroe Koentji (dibaca: juru kunci) dan sebagainya.

Ejaan tersebut merupakan ejaan masa lampau sebelum ejaan tersebut disempurnakan dan

diresmikan pada tanggal 1 Agustus 1962. Dalam proses evolusinya, Bahasa Indonesia

mengalami berbagai macam peristiwa yang tak jarang memperkaya serta menyempurnakan

bahasa kita, bahasa Indonesia.

Bahasa Indonesia merupakan bentuk dialek baku dari bahasa Melayu yang pokoknya berasal dari

bahasa Melayu Riau yang kemudian dikembangkan oleh tokoh-tokoh kebahasaan Indonesia

hingga menjadi bahasa yang kita kenal sekarang ini. Seperti yang diungkapkan oleh Ki Hajar

Dewantara dalam Kongres Bahasa Indonesia I tahun 1939 di Solo, Jawa Tengah, "jang

dinamakan 'Bahasa Indonesia' jaitoe bahasa Melajoe jang soenggoehpoen pokoknja berasal dari

'Melajoe Riaoe', akan tetapi jang soedah ditambah, dioebah ataoe dikoerangi menoeroet

keperloean zaman dan alam baharoe, hingga bahasa itoe laloe moedah dipakai oleh rakjat di

seloeroeh Indonesia; pembaharoean bahasa Melajoe hingga menjadi bahasa Indonesia itoe haroes

dilakoekan oleh kaoem ahli jang beralam baharoe, ialah alam kebangsaan Indonesia". Atau

seperti yang diungkapkan pada kongres Bahasai Indonesia II tahun 1954 di Medan, Sumatera

Utara, "...bahwa asal bahasa Indonesia ialah bahasa Melaju. Dasar bahasa Indonesia ialah bahasa

Melaju jang disesuaikan dengan pertumbuhannja dalam masjarakat Indonesia"

Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan sudah dengan tegas diikrarkan oleh pemuda

Indonesia pada peristiwa sumpah pemuda. Pada kongres pemuda kedua tanggal 28 Oktober

Page 14: Eksistensi Bahasa Indonesia Yang Kian Menurun Seiring Meningkatnya Minat Bahasa Asing Di Tanah Air

1928, seluruh pemuda Indonesia sepakat mengikrarkan sumpah pemuda dengan isi sebagai

berikut;

PERTAMA. Kami Poetera dan Poeteri Indonesia, Mengakoe Bertoempah Darah Jang

Satoe, Tanah Indonesia.

KEDOEA. Kami Poetera dan Poeteri Indonesia, Mengakoe Berbangsa Jang Satoe,

Bangsa Indonesia.

KETIGA. Kami Poetera dan Poeteri Indonesia, Mendjoendjoeng Bahasa Persatoean,

Bahasa Indonesia.

Pada rumusan ketiga jelas disebutkan jika pemuda Indonesia menjunjung bahasa persatuan yaitu

bahasa Indonesia.

Wujud pengamalan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan antara lain dengan menjadikan

bahasa Indonesia sebagai lambang kebanggaan bangsa serta identitas nasional. Selain itu, wujud

pengamalan lain adalah mempergunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu serta

penghubung budaya, suku, ras serta seluruh bangsa Indonesia baik yang bertempat tinggal di

Indonesia mau pun di negara lain.

Bahasa Indonesia sebagai bahasa negara terkandung dalam UUD 1945 pasal 36 yang berbunyi

“Bahasa negara ialah Bahasa Indonesia”

Perlu juga kita sadari bahwa meski bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu namun bahasa

Indonesia telah mengalami beberapa perbaikan dan perubahan. Bahasa Indonesia kini menjadi

bahasa yang sudah jauh berbeda dari bahasa Melayu. Bisa dikatakan jika bahasa Indonesia

adalah bahasa baru yang hanya dimiliki bangsa Indonesia bukan bangsa yang lain, apalagi

bangsa Melayu. Oleh karena itu mari kita tunjukan sikap bangga serta identitas kita sebagai

warga negara Indonesia dengan menjunjung bahasa kita yang hanya ada satu-satunya di dunia,

bahasa Indonesia.

Wujud pengamalan atas bahasa Indonesia sebagai bahasa negara antara lain dengan

menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi kenegaraan, bahasa resmi di lingkungan

Page 15: Eksistensi Bahasa Indonesia Yang Kian Menurun Seiring Meningkatnya Minat Bahasa Asing Di Tanah Air

pendidikan, bahasa media masa, bahasa penunjang perkembangan IPTEK di Indonesia, bahasa

pendukung sastra Indonesia, serta menggunakan bahasa Indonesia untuk melengkapi dan

memperkaya bahasa daerah.

Untuk poin terakhir yakni mempergunakan bahasa Indonesia sebagai pelengkap dan pemerkaya

bahasa daerah diwujudkan dengan menyisipkan bahasa Indonesia dalam percakapan-percakapan

mau pun penulisan karangan-karangan yang mana percakapan atau karangan tersebut

menggunakan bahasa daerah. Sebagai contoh adalah menyisipkan bahasa Indonesia dalam

percakapan antar masyarakat Jogja sehari-hari. Karena bahasa Jawa memiliki tingkatan bahasa

yakni ngoko (kasar-penj, yakni bahasa yang dipergunakan sebagai bahasa teman sebaya atau

bahasa dari orang yang lebih tua kepada orang yang lebih muda) dan Krama (Sopan-penj, yakni

bahasa yang dipergunakan oleh orang yang lebih muda atau lebih rendah pangkatnya kepada

orang yang lebih tua, lebih tinggi pangkatnya atau lebih terhiormat) oleh karena itu kadang

beberapa kata dalam bahasa ngoko sulit di-krama-kan, dan bahasa Indonesia dipandang lebih

sopan menggantikan kata tersebut dibanding menggunakan bahasa ngoko.

3.2 Bahasa Asing

Bahasa asing merupakan bahasa yang tidak digunakan oleh orang yang tinggal di sebuah tempat

yang tertentu: misalnya, bahasa Indonesia dianggap sebagai sebuah bahasa yang asing di

Australia.

Bahasa asing juga merupakan sebuah bahasa yang tidak digunakan di tanah air / negara asal

seseorang, misalnya; seorang penutur bahasa Indonesia yang tinggal di Australia boleh

mengatakan bahwa bahasa Inggris adalah bahasa yang asing untuk dirinya sendiri. Walau

bagaimanapun juga, kedua definisi tersebut masihlah kurang meliputi arti 'bahasa asing' secara

keseluruhan. Lagipula, istilah 'bahasa asing' kadang-kadang diterapkan dengan cara yang dapat

menyesatkan orang lain atau yang kurang tepat.

Ada anak yang sejak lahir (atau dari usia yang sangat muda) telah belajar dan piawai

berkomunikasi lebih dari satu bahasa; mereka disebut dengan istilah asing - bilingual

(keterampilan dwibahasa) atau multilingual (fasih dalam banyak bahasa).

Page 16: Eksistensi Bahasa Indonesia Yang Kian Menurun Seiring Meningkatnya Minat Bahasa Asing Di Tanah Air

Anak-anak seperti ini dianggap memiliki keterampilan dalam dua bahasa ibu; yang dua-duanya

bukan merupakan bahasa asing baginya, walaupun mungkin salah satu bahasa yang dikuasainya

merupakan bahasa yang asing bagi kebanyakan orang lain yang tinggal di tanah air anak

tersebut. Umpamanya, seorang anak yang belajar dan berbicara bahasa Inggris bersama ayahnya

(yang dari Australia) tetapi berkomunikasi dalam bahasa Indonesia di sekolah di Indonesia. Anak

itu berbahasa Inggris dan berbahasa Indonesia, namun kedua bahasa itu tidak asing baginya.

Sesuatu yang dianggap 'asing' bagi seseorang, belum tentu akan dianggap asing bagi orang lain,

termasuk di dalamnya bahasa

Bahasa Inggris adalah salah satu bahasa asing yang perkembangan penggunanya paling pesat di

dalam masyarakat Indonesia dibandingkan bahasa asing lainnya. Perkembangan penggunaan

bahasa Inggris oleh masyarakat Indonesia (khususnya masyarakat di kota-kota seperti Jakarta,

Denpasar dan Yogyakarta) dapat dilihat dari maraknya informasi, berita dan pesan yang

disampaikan oleh stasiun televisi swasta, media cetak, iklan-iklan di jalan dan berbagai yang

menggunakan kata serapan berbahasa Inggris, film-film impor berbahasa Inggris, dll, sehingga

secara tidak langsung mendorong masyarakat Indonesia untuk mengetahui dan mempelajari

budaya bangsa lain.

Penggunaan bahasa Inggris atau bahasa asing lainnya dalam pergaulan sehari-hari oleh

masyarakat Indonesia seringkali dicampur adukan dengan bahasa Indonesia, sehingga struktur

kata bahasa Indonesia tidak dipergunakan secara baik dan benar. Bahasa Indonesia kini tengah

pesatnya menyerap kata-kata serapan dari bahasa Inggris, misalnya : “update, sinkronisasi,

standby, diskriminasi, dll” dan hal tersebut banyak dipergunakan di kota-kota besar seperti

Jakarta. Penggunaan bahasa Inggris atau bahasa asing lainnya di era-globalisasi kini tidak dapat

terhindarkan oleh masyarakat Indonesia. Era globalisasi, melalui kemajuan teknologi internet, dll

telah berperan besar dalam penyebaran informasi berbahasa asing dan memaksa masyarakat

Indonesia untuk mengetahui dan memahami bahasa asing.

3.3 Penggunaan Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris dalam Kehidupan Sehari-Hari

Masyarakat Indonesia saat ini

“Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa Indonesia”

Page 17: Eksistensi Bahasa Indonesia Yang Kian Menurun Seiring Meningkatnya Minat Bahasa Asing Di Tanah Air

Sepotong bunyi sumpah pemuda di atas mengikrarkan penggunaan bahasa Indonesia

sebagai bahasa persatuan. Akan tetapi, itu tahun 1928. Sekarang? Bagaimana status bahasa

Indonesia di kalangan anak muda saat ini ?

Sebagai bangsa, kita sudah sepakat memilih bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu.

Sejak dicetuskan pada 2 Mei 1926 dalam Kongres Pemuda I, dan kemudian “disumpahkan” pada

28 Oktober 1928, bahasa Indonesia kemudian jatuh-bangun menjadi bahasa komunikasi di

seantero nusantara. Bahasa Indonesia menjadi bahasa resmi, juga bahasa pergaulan sehari-hari.

Di Jakarta orang berbahasa Indonesia, di Ternate pejabat berpidato dengan bahasa Indonesia.

Tua-muda pun berbahasa Indonesia. Oleh negara, bahasa Indonesia ini kemudian dikawal

sedemikian rupa supaya semakin merata dan memenuhi kaidah berbahasa. Ada proses

pembakuan yang sistematis digulirkan. Hasilnya berupa Kamus Besar Bahasa Indonesia, Ejaan

Yang Disempurnakan (EYD), Tesaurus Bahasa Indonesia, dan rujukan-rujukan berbahasa

Indonesia lainnya, baik keluaran instansi pemerintah seperti Pusat Bahasa, maupun besutan

linguis partikelir. Sampai kini pun belum sempurna benar. Masih banyak cacat bahasa di sana-

sini yang tak kunjung dilinguisterapi (linguisterapi: terapi berbahasa). Ambil contoh soal ‘k-p-t-

s’ yang luruh-tidaknya saat bersetubuh dengan awalan ‘me-’ masih riuh bergemuruh. Ada yang

bilang seluruhnya luruh, ada yang sahut khusus serapan dari bahasa asing saja yang luruh.

Bahasa Indonesia yang oleh beberapa kalangan diperjuangkan betul kebakuannya tidak akan

membeku. Sebab, kebakuan berbahasa lewat bahasa tulis berpotensi menjauhkan kita dari

orisinalitas berpikir kreatif. Dan ujungnya, bahasa Indonesia akan menjadi momok bagi

penggunanya sendiri.

Bahasa Indonesia dianggap sebagai bahasa yang tidak keren dan tidak adaptif terhadap

perkembangan zaman. Pemuda dan pemudi masa kini lebih akrab menggunakan bahasa Inggris

sebagai bahasa pergaulan dan percakapan. Nginggris dianggap simbol intelektualitas dan bagian

dari globalisasi (atau ketidakpercayadirian menggunakan bahasa Indonesia). Pembelajaran

bahasa Indonesia dianggap selesai ketika berada di bangku sekolah menengah. Alasan yang

sering dikemukakan adalah sebagai orang Indonesia tentu sudah pasti mampu berbahasa

Indonesia dengan baik dan benar. Benarkah demikian? Jika kita amati, terutama anak muda,

ternyata banyak yang masih rabun membaca, gagap berbicara, dan sulit menulis. Mereka

cenderung menggampangkan urusan berbahasa Indonesia.

Page 18: Eksistensi Bahasa Indonesia Yang Kian Menurun Seiring Meningkatnya Minat Bahasa Asing Di Tanah Air

Penggunan bahasa di kalangan pelajar SD justru sangat sopan dan sangat jelas tutur

katanya walaupun masih acak-acakan penempatan bahasa mungkin karena belum terpengarauh

bahasa moderenisasi. Mungkin ketika mereka beranjak kelas 5 dan kelas 6 mulai terlihat bahasa

yang aneh dan mulai memakai kata-kata yang tidak sopan misalya gue dan elu. Mungkin hal ini

disebabkan oleh pengaruh lingkungan tempat tinggal mereka, umumnya mereka menyerap

perkataan orang-orang yang dia lihat maupun mendengar perkatan di televisi karena sekarang

banyak acara-acara televisi yang memasukkan bahasa-bahasa gaul di dalamnya dan mengikuti

tren masa kini. Perkembanga bahasa dikalangan pelajar SD akan terus berkebang sesuai jaman

dan tidak pernah hilang karna zaman terus berkembang dan bahasa pun ikut perkembang. Salah

satu contohnya ada di situs di www.metrotvnews.com, dimana disana dijelaskan  bahwa para

pelajar sekolah dasar Malaysia mencabut kebijakan penggunan bahasa Inggris sebagai bahasa

untuk pelajaran matematika dan sains mulai tahun 2012 yang akan datang yang ditetapkan oleh

wakil perdana mentri Malaysia merangkap menteri pendidikan Muhyiddin Yasin yang

mengumumkan kebijakan di Putrajaya pada Rabu (8/7).

Penggunaan bahasa saat ini sangat memprihatinkan, banyak bahasa yang tertinggal

padahal banyak bahasa di Indonesia yang beraneka ragam seperti bahasa Sunda, Jawa, Madura

dan lain-lain, yang kita kenal justru bahasa asing (bahasa Inggris), bahasa yang harusnya kita

kenal dan budayakan makin tertinggal atau malah sudah tidak digunakan lagi.

Fenomena yang terlihat saat ini adalah istilah dari bahasa Inggris masih kerap dipakai

dalam hal yang menyangkut komputer dan peralatan elektronik lainnya. Istilah-istilah seperti

software dan hardware lebih sering digunakan dibanding padan katanya dalam bahasa Indonesia;

piranti lunak dan piranti keras. Istilah telepon genggam juga telah kalah populer dengan

handphone. Beberapa istilah asing yang populer dalam dunia perdagangan adalah;

entrepeneurship yang menggusur kata kewirausahaan, writerpeneurship yang menggantikan

istilah kepenulisan, franchise yang menggeser padan katanya; waralaba, delivery service yang

lebih populer dibanding layanan antar, dan masih banyak contoh lainnya.

Sudah bukan rahasia lagi bahwa hampir seluruh tayangan berbahasa asing selain bahasa

Inggris akan disulihsuarakan ke dalam bahasa Indonesia. Sementara mayoritas tayangan yang

menggunakan bahasa Inggris tetap ditayangkan dalam bahasa aslinya disertai dengan teks

berbahasa Indonesia. Ini menimbulkan pertanyaan di diri kita, apa keistimewaan yang dimiliki

bahasa Inggris sehingga mendapat perlakuan istimewa seperti ini? Anggapan bahwa bahasa

Page 19: Eksistensi Bahasa Indonesia Yang Kian Menurun Seiring Meningkatnya Minat Bahasa Asing Di Tanah Air

Inggris adalah bahasa dunia mungkin saja menjadi salah satu penyebabnya. Hanya saja ini hal ini

tampaknya ditelan mentah-mentah oleh praktisi pertelevisian. Karena akibat jangka panjangnya

adalah munculnya rasa inferior dari penonton terhadap bahasanya sendiri, bahasa Indonesia. Di

sisi lain penonton juga akan terkooptasi dengan pikiran bahwa bahasa Inggris adalah bagian tak

terpisahkan dari kemajuan dan modernitas.

Fenomena tentang keironisan bahasa Indonesia juga terlihat dalam dunia pendidikan saat

ini. Mayoritas pelajar di negeri ini tidak lulus Ujian Akhir Nasional (UAN) karena mendapat

nilai rendah pada mata pelajaran bahasa Indonesia. Sebaliknya, mereka justru mendapat nilai

tinggi untuk mata pelajaran bahasa Inggris. Ironisnya, fenomena ini terjadi di hampir seluruh

sekolah di Indonesia. Tak ayal, beberapa pihak yang terkait pun saling tuding, seakan mau lepas

tangan terhadap masalah ini. Satu hal yang nyata dan dirasakan betul oleh masyarakat adalah,

bahwa seseorang yang piawai berbahasa Indonesia tidak membuat mereka tenang dalam karir

dan pekerjaan. Sebaliknya, orang yang menguasai bahasa Inggris akan mudah dalam karirnya.

Mungkinkah ini akibat globalisasi? Tapi apakah kita harus menyerah dengan globalisasi yang

justru kemudian mengorbankan bahasa sendiri? Tentunya tidak demikian.

Pemerintah harus mencari program dan aplikasinya agar siswa yang pandai dalam

pelajaran bahasa Indonesia mendapatkan karir yang baik selepas pendidikan mereka. Jika perlu,

hendaknya pemerintah menyediakan program beasiswa khusus bagi mereka yang meraih nilai

tinggi dalam pelajaran bahasa Indonesia.

Di sisi lain, masyarakat kita sendiri justru lebih merasa bangga jika anaknya pandai dalam

pelajaran bahasa Inggris daripada bahasa Indonesia. Banyak orangtua yang meminta anaknya

untuk kursus tambahan bahasa Inggris. Tidak hanya itu, orangtua yang mampu cenderung lebih

memilih anaknya bersekolah ke sekolah yang bertaraf internasional, salah satu tujuannya tentu

saja untuk menunjang kemampuan berbahasa Inggris anak-anak mereka.

Pemerintah bisa saja berdalih bahwa keberadaan sekolah-sekolah bertaraf internasional itu demi

meningkatkan mutu pendidikan nasional. Namun, mengapa bahasa Inggris yang justru dijadikan

unggulan. Ke mana bahasa Indonesia sebagai jati diri bangsa?

Masalah utamanya, adalah; siswa mempelajari bahasa Inggris di Indonesia tanpa tujuan

yang jelas. Untuk berkomunikasi? Untuk ke luar negeri? untuk nilai?

3.4 Proses Pembentukkan Bahasa

Page 20: Eksistensi Bahasa Indonesia Yang Kian Menurun Seiring Meningkatnya Minat Bahasa Asing Di Tanah Air

Setiap makhluk hidup memerlukan interaksi baik dengan diri sendiri, orang lain, sistem maupun

lingkungan sekitarnya. Interaksi tersebut dibangun dengan kontak dan komunikasi antar obyek

yang berbeda. Dalam hal berkomunikasi manusia membutuhkan bahasa sebagai media

berkomunikasi. Tak akan bisa kita bayangkan jika di dunia ini tidak ada yang namanya bahasa.

Bagaimana manusia hidup? Bagaimana manusia memenuhi kebutuhan hidupnya? Bagaimana

manusia berpikir? Karena proses berpikir pun membutuhkan bahasa, dan sebagainya.

Bahasa terbentuk akibat dari proses pembentukan dan pengembangan kebudayaan manusia.

Manusia zaman dahulu mengembangkan bahasa mulai dari bahasa paling sederhana hingga

menjadi bahasa yang kompleks atau bahasa modern dengan tambahan kosa kata yang semakin

beragam. Bahasa berkembang mulai dari isyarat-isyarat tubuh, bunyi-bunyi khusus hingga

menjadi isyarat dan bunyi yang terstruktur.

Efek samping kebahasaan adalah budaya menulis. Kini bahasa tak hanya dipraktekan melalui

gerakan dan isyarat namun bahasa dituangkan dalam kegiatan menulis. Menulis adalah suatu

proses berkomunikasi dan berinteraksi kepada diri sendiri maupun antar individu yang

dituangkan dalam suatu media konkret yang dikarenakan oleh suatu kondisi tertentu.

Bahasa juga membantu seseorang berpikir. Ketika berpikir, manusia berbicara pada dirinya

sendiri. Ia menanyakan kepada dirinya sendiri mengenai suatu hal yang ia pikirkan. Misalnya

ketika pak Karman hendak membeli apel, maka pak Karman akan berpikir dengan cara bertanya

kepada dirinya sendiri; Di mana kios aple yang murah? Apakah saya harus membeli apel hijau

atau apel merah? Jika terpaksa apelnya habis maka apa yang akan saya lakukan selanjutnya? dan

sebagainya.

Pada masa pemerintahan orde baru penggunaan bahasa non baku sangat dibatasi. Terutama di

media-media. Pada masa itu, pemerintah hampir tidak memberikan ruang gerak bagi bahasa

daerah di televisi, ini menegaskan seakan-akan pemerintah benar-benar memperjuangkan

nasionalisme dengan salah satu cara yakni diwujudkan dengan mencintai bahasa nasional, bahasa

Indonesia. Akibatnya jelas, bahasa Indonesia hampir tak bergeser kedudukannya di masyarakat.

Page 21: Eksistensi Bahasa Indonesia Yang Kian Menurun Seiring Meningkatnya Minat Bahasa Asing Di Tanah Air

Kini justru dimasa reformasi dimana pembatasan berpendapat dan berekspresi sudah dihapuskan,

sedikit demi sedikit posisi bahasa Indonesia di masyarakat mulai bergeser dan digantikan bahasa

gaul yakni bahasa yang tercipta dari akulturasi bahasa Indonesia dengan bahasa prokem yang

kini tengah berkembang pesat.

Saat ini hampir semua tayangan di media televisi menggunakan bahasa prokem yang mana asal

mulanya adalah bahasa sandi kaum preman. Kalau pun ada yang menggunakan bahasa baku,

paling hanya sebatas pada program berita dan kartun impor yang dialih bahasakan. Namun

bagaimana dengan sinetron asli Indonesia? Sinetron-sinetron yang kini marak di Indonesia justru

lebih suka memilih bahasa non baku sebagai bahasa pengantar cerita. Padahal tak sedikit anak-

anak di bawah umur menyaksikan sinetron-sinetron tersebut. Kalau hal ini dibiarkan terus-

menerus, bukan mustahil kalau anak-anak tersebut di masa depan menjadi awam dengan bahasa

nasional kita dan merasa acuh untuk melestarikannya. Hal ini akan mengakibatkan berkurangnya

jiwa nasionalisme sehingga berkuranglah rasa cinta bangsa kepada negara.

Selain itu kebanyakan MC atau pembawa acara program di televisi pun tak mau ketinggalan.

Dengan dalih bahwa program tersebut adalah programnya remaja, mereka kesampingkan bahasa

Indonesia. Mereka lebih suka menggunakan bahasa gaul. Bahkan tak sedikit di antara pembawa

acara tersebut yang tidak mampu sama sekali berbahasa Indonesia yang baik dan benar.

Pemerintah pun seakan tutup mata menyaksikan hal ini. Entah dengan dalih kebebasan

berpendapat atau berekspresi, pemerintah tak lagi ambil pusing mengenai masalah ini.

Penggunaan bahasa gaul dan bahasa prokem sudah tidak dibatasi. Bahkan kini bahasa tersebut

tak hanya berkembang di media televisi saja namun mulai meracuni dunia cyber yang kini

tengah digandrungi remaja.

Kalau sudah begini, apakah kita akan diam saja? Tentunya sebagai bangsa Indonesia sejati, kita

akan katakan tidak! Menghadapi isu pengklaiman produk budaya bahkan lambang identitas

nasional ini, pemerintah diharuskan lebih tegas dan gesit untuk menepis serangan ini. Kalau

perlu, tegur siapa saja yang berani mengusik kedaulatan dan kebudayaan Indonesia. Kemudian

patenkan seluruh produk budaya Indonesia yang ada, kalau perlu diundang-undangkan juga agar

masyarakat Indonesia lebih menghormati dan menghargai bahasanya. Jangan adalagi kasus

Page 22: Eksistensi Bahasa Indonesia Yang Kian Menurun Seiring Meningkatnya Minat Bahasa Asing Di Tanah Air

seperti ini yang seolah-olah menempatkan Indonesia sebagai anak bawang (baca: pecundangnya)

Asia Tenggara.

Selain itu, tidak ada salahnya mengadopsi beberapa sistem pemerintahan orde baru. Misalnya

dari sisi ketegasannya. Karena ketegasan Suharto, tidak ada bangsa lain yang berani mengusik

Indonesia pada masa itu. Kedaulatan Indonesia diakui dunia Internasional. Tidak ada intervensi

asing selain atas izin kepala negara. Dan yang terpenting tidak ada produk budaya Indonesia

yang diklaim bangsa lain.

Masyarakat Indonesia terutama pemuda Indonesia juga seharusnya tidak tinggal diam. Jangan

hanya berteriak-teriak menghujat bangsa lain yang sudah merampas produk budaya kita saja,

namun segeralah introspeksi dan lihat kepada diri sendiri apakah kita sudah menghargai budaya,

bahasa dan bangsa kita. Selain itu, tingkatkan kepedulianmu dengan cara melestarikannya. Jaga

budaya kita, jaga bahasa kita jangan dikemudian hari malah merengek-rengek memohon barang

milik kita yang diakui oleh bangsa lain padahal kita sendiri jarang menjaganya.

Selain itu, menjaga agar hubungan bilateral tetap berjalan baik juga adalah salah satu cara

menjada warisan luhur kebudayaan Indonesia. Karena tak sedikit masalah intervensi dan

penekanan-penekanan terjadi akibat hubungan bilateral yang kurang baik.

Karenanya, mari besama kita lestarikan budaya kita, kita lestarikan bahasa kita. Agar di

kemudian hari tidak ada lagi isu serupa. Segera patenkan bahasa Indonesia dan jagalah ia karena

itu merupakan cita-cita dan janji setia pemuda Indonesia sejak dulu hingga sekarang.

3.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi penurunan eksistensi bahasa Indonesia saat ini

Bahasa Indonesia telah ditetapkan oleh UUD 1945 menjadi bahasa negara. Di beberapa

negara, bahasa Indonesia telah dipelajari. Namun, tidak berarti bahwa keberadaan bahasa

Indonesia bukan tanpa masalah.

Pada 2010, kita membaca berita bahwa banyak ketidaklulusan siswa SMA/MA/SMK

dalam ujian nasional disebabkan oleh kegagalan dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia. Fakta

Page 23: Eksistensi Bahasa Indonesia Yang Kian Menurun Seiring Meningkatnya Minat Bahasa Asing Di Tanah Air

itu menunjukkan bahwa mutu guru mata pelajaran Bahasa Indonesia amat rendah sehingga tidak

mampu memberi kemampuan minimal untuk bisa lulus.

Perlu dikaji apakah hal itu terjadi karena kurikulum yang ada atau memang karena

rendahnya mutu guru. Pelajaran Bahasa Indonesia tak mendapat perhatian memadai dari siswa

dan juga guru-guru. Jarang kepala sekolah yang memperhatikan rendahnya angka siswa dalam

ujian nasional mata pelajaran Bahasa Indonesia.

Salah satu faktor yang mengganggu perkembangan bahasa Indonesia ialah pengaruh

”bahasa gaul”. Kalau itu dilakukan dalam bahasa lisan, SMS, Twitter, atau dalam pertunjukan di

panggung dan televisi, masih bisa kita pahami. Namun, ternyata di dalam tugas mahasiswa dan

makalah juga digunakan bahasa gaul semacam itu.

Kalau praktik semacam itu terus dibiarkan, kita khawatir kemampuan berbahasa

Indonesia yang baik dan benar oleh para tamatan universitas akan menurun. Kalau hal tersebut

terus terjadi, bukan tidak mungkin suatu hari kelak kita sulit memahami laporan yang ditulis oleh

para sarjana lulusan perguruan tinggi di negeri ini.

Kebiasaan buruk lain ialah kegemaran menyerap bahasa asing, khususnya Inggris, di

dalam percakapan sehari-hari atau pidato oleh para pejabat, termasuk (maaf) oleh Presiden

Susilo Bambang Yudhoyono. Bahkan untuk kata-kata yang sudah ada dalam perbendaharaan

bahasa Indonesia, kita juga memakai kata-kata Inggris. Misal kata ”klir” dalam kalimat,

”Masalah itu sudah klir.” Bukankah kita bisa memakai kalimat, ”Masalah itu sudah jelas.” Kita

tentu tidak bisa menghindar dari menyerap kata asing, tetapi hendaknya hal itu dilakukan jika

memang benar-benar terpaksa.

Rendahnya minat terhadap bahasa Indonesia sedikit banyak akan berpengaruh terhadap

minat baca. Studi 0rganization for Economic Co-operation and Development (OECD) pada 2006

menunjukkan bahwa kemampuan membaca anak-anak Indonesia baru mencapai angka 392, jauh

di bawah kemampuan rata-rata negara-negara OECD yang ada di angka 492.

Banyak hal yang sebenarnya menjadi penyebab mengapa bahasa Indonesia seakan

menjadi orang asing di negeri sendiri. Pertama, citra penggunaan bahasa Inggris dianggap identik

Page 24: Eksistensi Bahasa Indonesia Yang Kian Menurun Seiring Meningkatnya Minat Bahasa Asing Di Tanah Air

dengan kemajuan, modernitas, kecanggihan, dan gaya hidup masa kini. Hal ini diperparah

dengan fakta bahwa sebagian besar konsumsi produk teknologi masih bergantung pada produk

luar negeri.

Karena bahasa yang umum digunakan komputer, piranti lunak, telepon genggam, serta

berbagai produk lainnya adalah bahasa inggris maka penggunaan bahasa Indonesia tak terpakai

di produk tersebut. Hal ini sudah berlangsung sangat lama. Sehingga meskipun produk teknologi

yang menggunakan bahasa Indonesia telah diluncurkan, seperti sistem operasi komputer

Windows versi bahasa Indonesia, namun produk itu kalah karena pemakaian bahasa Inggris

dibidang teknologi terlanjur melekat di hati penggunanya. Kita lihat “download” lebih populer

dibanding “unduh” dan “misscall” lebih populer dibanding “panggilan tak terjawab”.

Akhirnya berbagai pihak beramai-ramai menggunakan bahasa Inggris agar dianggap

modern, maju, canggih, dan trendi. Bahasa Inggris tak hanya diselipkan dalam percakapan baik

formal maupun informal. Melainkan juga dipakai sebagai istilah dalam dunia pendidikan,

teknologi komunikasi, dan perdagangan. Sebagian besar istilah asing tersebut tetap digunakan

kendati sudah ada padan katanya dalam bahasa Indonesia.

Kedua, kini anak-anak telah diperkenalkan bahasa asing dalam usia yang sangat dini.

Bahasa Inggris tak hanya diajarkan mulai kelas 1 SD. Di beberapa TK juga telah diajarkan

bahasa Inggris.  Bahkan ada pula bahasa Mandarin dan bahasa Jerman di beberapa TK lainnya.

Akibatnya mereka kehilangan kesempatan untuk lebih dekat dengan bahasa Indonesia dan

bahasa daerahnya. Padahal di usia yang sangat dini perlu ada penanaman rasa cinta terhadap

bangsa dan negara. Dan hal itu tentu tidak bisa dilakukan tanpa pembelajaran bahasa Indonesia

secara intensif.

Faktor ketiga adalah belum adanya undang-undang yang mengatur kaidah tata bahasa

dengan jelas. Kini formalitas hukum mengenai tata bahasa nasional mutlak diperlukan. Hal itu

disebabkan perkembangan teknologi informasi yang mencapai taraf komunikasi antar bahasa dan

budaya tanpa batas ruang dan waktu. Selain itu pemaksaan globalisasi kepada seluruh negara di

dunia juga berpotensi mengancam bahasa nasional. Tanpa undang-undang kebahasaan, infiltrasi

bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia akan makin gencar dan menjadi-jadi. Bukankah

kedaulatan Indonesia sudah digempur dari segala lini? Kita sudah tak memiliki kedaulatan

pangan, kedaulatan pertahanan militer, juga kedaulatan ekonomi. Jadi bukan suatu hal yang

Page 25: Eksistensi Bahasa Indonesia Yang Kian Menurun Seiring Meningkatnya Minat Bahasa Asing Di Tanah Air

mustahil kelak kedaulatan bahasa akan bobol dan bahasa Indonesia punah karena tidak kita

lindungi dan lestarikan.

Pelajaran dan pengajaran bahasa dan sastra di sekolah-sekolah dan juga di universitas-

universitas harus dievaluasi ulang. Selama ini mayoritas praktek pendidikan bahasa dan sastra

hanya berkutat pada hapalan dan latihan soal saja. Peserta didik tidak diajari untuk mengenal

karya sastra, memahaminya, dan membuat karya sastranya sendiri. Selama ini peserta didik

hanya diarahkan untuk mencetak skor atau nilai dalam Rapor dan ujian-ujian. Inilah yang keliru.

Bahasa dan Sastra tidak sama dengan Matematika dan Fisika. Karenanya tidak bisa dan tidak

boleh diperlakukan sama dengan pelajaran eksakta lainnya. Hendaknya dalam hal bahasa, selain

diajarkan materi-materi bahasa, peserta didik seharusnya dilibatkan dalam banyak praktek

ataupun pengamatan langsung. Misalkan peserta didik diputarkan rekaman pidato Soekarno. Bisa

juga difasilitasi dengan pengadaan lomba-lomba terkait bahasa Indonesia, seperti lomba menulis

essei, lomba pidato, lomba debat, maupun lomba-lomba lainnya yang memotifasi peserta didik.

Sedangkan dalam hal sastra, peserta didik hendaknya dikenalkan pada karya-karya sastra

bermutu milik anak bangsa. Dikenalkan bukan berarti hanya sebatas pada melihat sekelumit

cerita dan latar belakangnya namun diajak untuk membaca secara penuh karya sastra tersebut.

3.6 Problematika atau Tingkat Kesulitan Belajar Bahasa Indonesia

Tidak lama lagi murid SMA dan SMP menghadapi ujian nasional sebagai evaluasi

pembelajaran di sekolah. Dengan segala usaha para peserta didik ini mulai meningkatkan jam

belajarnya dengan melakukan belajar privat ataupun mengikuti bimbingan belajar di luar jam

sekolah.

Ketuntasan ujian nasional menjadi tujuan akhir dalam pembelajaran di tingkat sekolah

formal. Ujian nasional menjadi area parade bagi para siswa untuk mengecap sebanyak mungkin

soal-soal dalam materi pelajarannya. Hal yang tidak dapat dipungkiri adalah banyaknya

persoalan dihadapi oleh peserta didik dalam menyelesaikan soal-soal latihan atau try out, di

antaranya soal-soal yang tingkat kerumitannya terlalu tinggi, bahasa yang digunakan dalam soal-

soal sulit dipahami, tidak sinkronnya kunci jawaban yang ada di buku dan kasus yang ada dalam

soal, serta banyak lagi yang lainnya. Hal yang sama juga terjadi dalam materi Bahasa Indonesia.

Idiom “Tak Kenal Maka Tak Sayang” mungkin dapat dipakai melihat problematika

bahasa Indonesia dalam tataran sekolah formal. Banyak kritikus atau pemerhati bahasa melihat

Page 26: Eksistensi Bahasa Indonesia Yang Kian Menurun Seiring Meningkatnya Minat Bahasa Asing Di Tanah Air

permasalahan nilai bahasa Indonesia sebagai dampak globalisasi yang mendudukan bahasa

Indonesia di posisi inferior di bawah bahasa asing, khususnya bahasa Inggris.

Hal ini memungkinkan bahasa Indonesia mengalami degradasi nilai akhir dalam ujian

nasional dalam beberapa tahun belakangan ini. Paradigma ini sesungguhnya tidak sepenuhnya

salah, akan tetapi hal ini juga perlu dikritisi kembali. Sejatinya, polemik apa yang terjadi dalam

dunia “berbahasa Indonesia” saat ini?

Kemampuan penguasaan bahasa Indonesia siswa SMP dan SMA masih rendah.

Kompetensi bahasa Indonesia siswa masih kurang baik, karena yang terjadi adalah penurunan

dan bukan peningkatan dari tahun sebelumnya. Data Puspendik Nilai Rata-rata Ujian Nasional

Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Tahun 2006, 2007, dan 2008 yang dikutip Baedhowi

mengungkapkan kenyataan itu.

Tingkat SMP, nilai rata-rata bahasa Indonesia tahun 2006 adalah 7,46, tahun 2007 turun

menjadi 7,39, dan tahun 2008 turun 7,00. SMA Bahasa nilai rata-rata 2006, 2007, 2008 adalah

7,40; 7,08; 6,56 . SMA IPA tahun 2006 nilai rata-rata 7,90, tahun 2007 rata-rata 7,56, dan tahun

2008 rata-rata 7,60. Sedangkan SMA IPS nilai rata-rata UN bahasa Indonesia 7,26 (2006), 6,95

(2007), dan 6,95 (2008).

Menilik dari hasil nilai bahasa Indonesia pada ujian nasional sebelumnya, nilai bahasa

Indonesia dua tahun belakangan ini mengalami penurunan dibanding mata pelajaran lainnya.

Fenomena ini mendeskripsikan jika bahasa Indonesia memiliki tingkat kesulitan yang sama atau

mungkin lebih sulit dibanding matematika atau bahasa Inggris. Nilai ujian nasional pada mata

pelajaran bahasa Inggris tahun pembelajaran 2009-2011 bahkan bisa melewati perolehan nilai

bahasa Indonesia jika ditarik secara general di seluruh Indonesia. Mengapa hal ini dapat terjadi?

Pertama, penulis berpendapat jika soal-soal materi bahasa Indonesia (sengaja) dibentuk

dengan tingkat kesulitan yang tinggi. Opsional pemilihan dalam soal-soal pilihan ganda

didominasi oleh opsional yang mirip antara satu opsional dengan opsional lainnya. Dengan dalil

meningkatkan kekritisan dan kecermatan siswa, tipe soal seperti ini menjadi khas dalam

pelajaran bahasa Indonesia. Hal inilah yang menciptakan kondisi yang serba membingungkan

dalam diri para siswa ketika akan menjawab soal-soal bahasa Indonesia.

Page 27: Eksistensi Bahasa Indonesia Yang Kian Menurun Seiring Meningkatnya Minat Bahasa Asing Di Tanah Air

Kedua, adanya paradigma “bahasa itu fleksibel” yang diutarakan dan disetujui oleh para

guru bahasa Indonesia membentuk wacana yang salah terhadap perkembangan pembelajaran

bahasa Indonesia itu sendiri. Paradigma ini menjadi pembenaran jika bahasa Indonesia

bergantung pada selera guru bahasa Indonesia masing-masing.

Ironisnya, selera bahasa Indonesia pada tiap gurunya berbeda-beda. Hal ini berdampak pada

tidak adanya kesepahaman yang sama mengenai persoalan bahasa Indonesia antarsesama guru.

Bahasa Indonesia menjadi asing di negerinya sendiri.

Hal ini dilanggengkan dengan paradigma guru yang seolah-olah menerima dan

menyetujui jika “Bahasa Indonesia bersifat relatif dan multitafsir”. Hasilnya tentu saja berjalan

lurus dengan nilai ujian bahasa Indonesia yang berada di bawah bahasa Inggris.

Paradigma yang dikembangkan oleh sebagian guru bahasa Indonesia ini menciptakan

black hole yang berdampak buruk bagi pembelajaran bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia

memang memiliki fleksibilitas.

Akan tetapi, fleksiblitas di sini adalah fleksibilitas yang disesuaikan dengan konteks dan

kooteks wacana dari teks atau peristiwa bahas tersebut. Hal ini sesungguhnya tidak terjadi dalam

varian soal-soal yang dikerjakan oleh para siswa.

Adanya perbedaan asumsi terhadap sebuah soal dari guru bahasa Indonesia yang satu dan

guru bahasa Indonesia lainnya membentuk pembenaran guru tidak memiliki waktu mengkritisi

soal. Akhirnya, penggunaan kunci jawaban yang tertera pada buku-buku latihan soal dan try out

menjadi solusi yang dilakukan guru. Padahal, belum tentu kunci jawaban tersebut merupakan

jawaban yang paling relevan.

Guru bahasa Indonesia seolah-olah menjadi seragam dengan paradigma “fleksibilitas

bahasa”, bahwa perbedaan pendapat dalam menangani persoalan bahasa Indonesia wajar terjadi.

Para guru seperti inilah yang kerap membingungkan murid. Tanpa diberikan argumentasi yang

logis, para guru bahasa Indonesia selalu menyelesaikan soal-soal latihan dan try out ujian

nasional berdasarkan subjektivitas masing-masing.

Hal ini seolah-olah memberikan gambaran jika bahasa Indonesia tidak memiliki

objektivitas. Para siswa kerap diposisikan sebagai objek pendengar yang selalu mengamini

jawaban gurunya yang kebanyakam akan berbunyi “Ini sudah mengikuti kunci jawaban yang ada

dalam buku”. Sebuah pemikiran yang sesungguhnya patut dikritisi.

Page 28: Eksistensi Bahasa Indonesia Yang Kian Menurun Seiring Meningkatnya Minat Bahasa Asing Di Tanah Air

Jadi, paradigma “fleksibilitas bahasa” yang diterima para siswa di kelas akan menutup

kemungkinan murid mengkritisi soal-soal yang ada di hadapan mereka. Hal ini merupakan

dampak paradigma guru yang sering berorientasi pada kunci jawaban yang ada dalam buku tanpa

mengkritisinya dahulu. Jika salah, para guru-guru ini akan melancarkan argumentasi yang

filosofis, jika bahasa itu bersifat multitafsir.

Untuk menyikapi hal ini, perlu dilakukan sebuah pembentukan kesadaran dalam diri

guru-guru bahasa Indonesia untuk kembali membaca materi-materi bahasa Indonesia yang telah

didapat di bangku kuliah. Adanya kerendahan diri guru bahasa Indonesia untuk membaca ulang

materi, membaca kritis setiap soal-soal latihan ataupun soal-soal try out ujian nasional akan

mengikis paradigma yang selama ini telah berkembang.

Sesungguhnya, jika para guru mau kritis, soal-soal yang yang rata-rata ada dalam buku-

buku “Latihan Soal Menempuh UN” atau try out-try out di sekolah adalah ranah bahasa

Indonesia yang hanya meliputi gramatika bahasa Indonesia saja, kecuali bidang sastra.

Tidak ada soal-soal yang bertipe analisis wacana kritis. Soal-soal bahasa Indonesia

cenderung melihat aspek-aspek bahasa Indonesia yang semuanya telah diformulasikan dalam

Tata Baku Bahasa Indonesia dan sintaksis bahasa Indonesia.

Pembelajaran bahasa Indonesia tidak selalu berorientasi pada nilai UN saja. Jika para

guru bahasa Indonesia enggan untuk membaca ulang materi dan soal-soal yang diterima oleh

para siswa, dampak terburuk bukanlah ketidaklulusan para siswa dalam UN.

Dampak terburuk dari sikap guru bahasa Indonesia yang tidak kritis dan selalu mengacu

pada kunci jawaban yang ada di buku adalah pembentukan rasa “skeptis”, rasa “malas”, dan rasa

“jenuh” dalam diri para siswa terhadap bahasa Indonesia. Pembentukan inilah yang membentuk

sebuah dimensi baru dalam generasi Indonesia saat ini, yaitu lebih mudah dan lebih prestise

mempelajari bahasa asing daripada bahasa Indonesia.

Jadi, tidak mengherankan jika paradigma yang terjadi saat ini adalah “bahasa Indonesia

menjadi bahasa asing dalam negerinya sendiri.

3.7 Upaya Untuk Menjaga Popularitas Dan Eksistensi Bahasa Indonesia Di Era Globalisasi

Saat Ini

Page 29: Eksistensi Bahasa Indonesia Yang Kian Menurun Seiring Meningkatnya Minat Bahasa Asing Di Tanah Air

Dari tiga butir Sumpah Pemuda, mungkin sumpah ketiga yang tidak banyak mengandung

masalah.

Kita bertekad bahwa sebagai putra dan putri Indonesia, kita akan menjunjung tinggi bahasa

persatuan, bahasa Indonesia. Tampaknya butir ketiga dari Sumpah Pemuda itulah yang masih

tersisa dari ketiga butir Sumpah Pemuda. Memang ada sejumlah masalah dalam perkembangan

bahasa Indonesia, tetapi secara keseluruhan masih bisa dianggap baik.

Salah satu upaya menjaga eksistensi bahasa Indonesia adalah adanya undang-undang kebahasaan

yang efektif, undang-undang itu setidaknya memuat lima hal. Pertama, pengaturan mengenai

penggunaan bahasa Indonesia sesuai EYD dan koridornya. Kedua, paraturan penggunaan bahasa

Indonesia dalam media mass. Ketiga, peraturan menyangkut penempatan penggunaan bahasa

asing. Keempat, perlindungan terhadap bahasa daerah. Kelima, perlakuan khusus di bidang

kesenian.

            Pengaturan penggunaan bahasa Indonesia sendiri menyangkut beberapa aspek. Pertama,

pengunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar wajib dipraktekkan dalam semua lingkungan

dan aktfitas formal. Lingkungan tersebut mencakup semua institusi pendidikan, tempat kerja,

serta fasilitas-fasilitas umum.

Kedua, pengaturan penggunaan bahasa Indonesia dalam media massa. Sebagai alat

komunikasi yang menyeluruh, media massa jelas merupakan penentu keberlangsungan suatu

bahasa. Karenanya media massa harus dirangkul, didisiplinkan, serta dijadikan instrumen

pengawal dan pelestari bahasa Indonesia. Dalam penjelasan yang lebih rinci ada beberapa hal

yang harus diterapkan pada media massa di Indonesia. Hal itu terdiri dari pengaturan bahasa

Indonesia pada semua media cetak dan acara televisi bersifat formal, pembatasan iklan berbahasa

asing, serta penghapusan sikap pengistimewaan bahasa Inggris dalam tayangan asing.

Ketiga, penempatan pendidikan bahasa asing dalam kaidah yang benar. Televisi selalu

menampilkan tayangan yang jor-joran dalam menyelipkan bahasa asing (dalam hal ini bahasa

Inggris). Namun sangat jarang atau bahkan tidak pernah menampilkan pendidikan bahasa asing

sebagai salah satu tayangannya. Akibatnya muncul banyak bahasa Inggris salah kaprah yang

disebut bahasa Inggris setengah matang dalam cergam Lagak Jakarta. Bahasa Inggris akhirnya

hanya dipakai sebagai pemoles bahasa pergaulan sehari-hari untuk menunjukkan bahwa

pembicara adalah orang yang maju meski tidak jelas maju kemana. Inilah yang harus diubah.

Page 30: Eksistensi Bahasa Indonesia Yang Kian Menurun Seiring Meningkatnya Minat Bahasa Asing Di Tanah Air

Tiap stasiun televisi setidaknya harus menayangkan setidaknya satu program pendidikan bahasa

asing. Dengan pendidikan yang benar, masyarakat akan mampu menguasai bahasa asing tanpa

harus selalu berbahasa asing. Ini dibuktikan dengan KH Agus Salim yang meskipun menguasai

lima bahasa tidak serta merta selalu berbahasa asing. Ia bahkan menjunjung tinggi bahasa

Indonesia.

Keempat, harus ada perlindungan khusus terhadap bahasa daerah. Jangan sampai

keanekaragaman daerah yang salah satunya berupa bahasa daerah tergerus oleh hal-hal baru yang

masuk dari luar. Ini bisa diterapkan dengan pengoptimalan pengajaran bahasa daerah melalui

pelajaran muatan lokal (Mulok). Wewenang pengajaran bahasa daerah melalui mulok ini

sebaiknya didesentralisasikan dengan diserahkan ke tiap kota, bukan sentralistik dengan

ditentukan oleh pusat maupun provinsi. Karena walaupun sudah berada pada provinsi yang sama,

Jawa Timur misalnya. Bahasa Jawa yang dipakai di Surabaya lain dengan bahasa Jawa yang

dipakai di Malang maupun di Blitar. Karena bentuknya mulok maka bahasa daerah ini tak perlu

diujikan dan hanya bertujuan pembelajaran agar anak didik tidak tercerabut dari budaya

daerahnya.

Kelima, harus ada pengaturan khusus untuk bidang kesenian. Kreatifitas seniman tidak

boleh dibelenggu dengan peraturan kebahasaan ini. Meski harus diakui saat ini semakin banyak

musisi yang menggunakan bahasa Inggris dalam lirik lagunya, baik hanya menyelipkan atau

menggunakan dengan penuh. Hal semacam ini cukup diarahkan dengan membentuk organisasi-

organisasi kesenian yang mengarahkan seniman-seniman Indonesia. Selain itu untuk mendorong

kecintaan terhadap bahasa Indonesia, harus ada penghargaan untuk seniman-seniman (terutama

musisi karena karya-karya musisi yang sering diterima secara luas oleh masyarakat) atas

konsistensi mereka menggunakan bahasa Indonesia dan keberhasilan mereka membuat lirik yang

bagus dari bahasa Indonesia. Musisi-musisi yang pantas diganjar penghargaan ini antara lain

Efek Rumah Kaca dan Koil.

Upaya lain untuk menanamkan rasa kecintaan terhadap bahasa kebangsan itu, antara lain,

dilakukan melalui peningkatan mutu kampanye “penggunaan bahasa Indonesia secara baik dan

benar” ke seluruh lapisan masyarakat dengan pendekatan dan metode yang sesuai dengan

perkembangan zaman. Upaya perluasan penggunaan bahasa Indonesia ke luar masyarakat

Indonesia merupakan langkah memperbaiki citra Indonesia di dunia internasional melalui

peningkatan mutu pengajaran bahasa Indonesia untuk penutur asing (BIPA), yang pada

Page 31: Eksistensi Bahasa Indonesia Yang Kian Menurun Seiring Meningkatnya Minat Bahasa Asing Di Tanah Air

gilirannya akan menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa perhubungan luas di dunia

internasional.

3.8 Peluang Bahasa Indonesia menjadi bahasa Internasional

Ditengah pesatnya bahasa asing yang masuk ke Indonesia, bangsa Indonesia sebenarnya

masih memiliki peluang untuk menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa yang sejajar dengan

bahasa-bahasa lainnya, seperti bahasa Inggris dan bahasa Cina. Potensi tersebut dapat dilihat dari

penduduk masyarakat Indonesia yang berjumlah sekitar 230 juta jiwa. Namun potensi jumlah

penduduk Indonesia yang besar tersebut akan sia-sia bila tidak adanya kesadaran dan

kebanggaan masyarakat Indonesia untuk menggunakan, mengembangkan dan mempromosikan

bahasa Indonesia seperti apa yang telah dilakukan oleh masyarakat Cina.

Bahasa Indonesia berpotensi menjadi bahasa ASEAN

SEMARANG, KOMPAS.com--Pakar bahasa Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP)

PGRI Semarang, Dr. Suwandi menilai, bahasa Indonesia potensial dijadikan sebagai bahasa

resmi ASEAN dengan segala keunggulan yang dimiliki.

"Kalau dari gramatikal, bahasa Indonesia relatif lebih mudah dipahami dibandingkan bahasa lain,

misalnya bahasa Inggris," katanya, di Semarang, Kamis, menanggapi wacana bahasa Indonesia

jadi bahasa resmi ASEAN.

Dalam bahasa Indonesia, kata dia, tidak mengenal perbedaan waktu seperti halnya bahasa Inggris

yang membedakan susunan gramatikal kata antara sesuatu yang sudah terjadi, sedang terjadi, dan

belum akan terjadi.

Menurut dia, kepraktisan bahasa Indonesia itu menjadi salah satu keunggulan yang memudahkan

setiap orang untuk mempelajarinya, apalagi untuk masyarakat yang tinggal di negara-negara

kawasan ASEAN.

"Bahasa Indonesia dengan Melayu juga hampir mirip, tentunya lebih familiar bagi masyarakat

yang tinggal di kawasan ASEAN setelah bahasa Inggris," kata pengajar Fakultas Pendidikan

Bahasa dan Sastra (FPBS) IKIP PGRI Semarang itu.

Page 32: Eksistensi Bahasa Indonesia Yang Kian Menurun Seiring Meningkatnya Minat Bahasa Asing Di Tanah Air

Penulisan bahasa Indonesia yang menggunakan huruf Latin, kata dia, menjadikannya lebih

mudah dipelajari siapa pun dibandingkan misalnya bahasa Jepang atau Mandarin yang

menggunakan simbol dan tanda yang khas.

"Bentuk tulisan Latin relatif lebih banyak dikenal. Karena itu, untuk mempelajari bahasa

Indonesia tak perlu belajar simbol atau tanda, seperti halnya bahasa yang tidak menggunakan

penulisan Latin," katanya.

Ia mengatakan, bahasa Indonesia relatif mudah beradaptasi dengan istilah-istilah asing dengan

melakukan penyerapan, termasuk istilah Inggris yang seiring waktu kemudian diserap menjadi

bahasa Indonesia.

Persoalannya, kata dia, kesiapan bahasa menjadi bahasa resmi yang digunakan banyak negara

bergantung pada seberapa besar ketergantungan terhadap bahasa tersebut dalam berbagai aspek,

seperti ekonomi, sosial, dan budaya.

"Seberapa besar peran bahasa Indonesia dalam kegiatan perekonomian ASEAN? Misalnya

menggunakan bahasa Indonesia lebih memudahkan kegiatan perekonomian karena banyak

masyarakat yang memakainya," katanya.

Menurut dia, apabila kenyataannya kebergantungan masyarakat ASEAN terhadap penggunaan

bahasa Indonesia belum besar, maka sulit juga mewujudkan bahasa Indonesia digunakan sebagai

bahasa resmi kedua ASEAN, setelah bahasa Inggris.

Karena itu, kata Suwandi, perlu kesiapan, upaya serius, dan komitmen untuk

mewujudkan hal tersebut, tentunya dimulai dari kesadaran penggunaan bahasa Indonesia secara

baik dan benar oleh masyarakat Indonesia

3.9 Alasan Bangga terhadap Bahasa Indonesia

Bahasa menunjukkan bangsa. Setiap bangsa pasti memiliki bahasanya sendiri, dan merasa

bangga dengan bahasa mereka. Bahkan mereka berusaha keras untuk memperkenalkan bahasa

bangsanya ke forum-forum international. Meskipun mereka  tahu bahwa bahasa Inggris telah

menjadi bahasa Internasional yang banyak dipakai oleh masyarakat dunia dalam berkomunikasi.

Page 33: Eksistensi Bahasa Indonesia Yang Kian Menurun Seiring Meningkatnya Minat Bahasa Asing Di Tanah Air

Orang Perancis sangat bangga dengan bahasa nasionalnya. Setiap turis asing yang melancong ke

negerinya akan diarahkan untuk mengenal, dan mengerti bahasa Perancis. Begitupun dengan

orang Jerman, dan Swiss. Berbeda sekali dengan negeri yang kita cintai ini. Kita justru lebih

suka berbahasa Inggris daripada bahasa sendiri. Para turis asing yang berwisata ke negeri ini

tidak kita arahkan untuk mengenal, dan mengerti bahasa Indonesia. Jarang sekali saya temui, ada

turis asing dari manca negara yang langsung diajarkan bahasa Indonesia oleh guide atau

pemandu wisata di negeri ini. Misalnya dengan kata-kata, “Hai apa kabar?” atau “Selamat

datang di negeri impian dan negeri surgawi Indonesia”.

Hal yang lebih menyakitkan lagi, para guru  di sekolah RSBI diminta menyampaikan materi

pelajarannya dalam dua bahasa (Bahasa Inggris, dan Bahasa Indonesia), dan kalau bisa bahasa

Inggrisnya lebih ditonjolkan ketimbang bahasa Indonesia, karena sekolah sudah diharuskan

untuk bertaraf internasional dengan menguasai bahasa Inggris. Padahal tidak seperti itu

seharusnya penerapan bilingual dalam pembelajaran di sekolah.

Bahasa hanya sebagai sarana saja menyampaikan pesan. Jadi, bila seorang guru ingin pesannya

sampai kepada para peserta didik, gunakanlah bahasa Indonesia dalam menyampaikan

materinya, dan bukan memakai bahasa Inggris yang terlihat keren didengar, tetapi tidak

dipahami pesannya oleh peserta didiknya. Oleh karenanya, penerapan dua bahasa (bilingual) di

sekolah-sekolah kita, terutama sekolah RSBI/SBI harus dievaluasi segera agar supaya generasi

penerus bangsa ini bangga dengan bahasa Indonesia.

Bahasa Indonesia harus terus dipakai dalam dunia pendidikan kita. Posisinya tak boleh

tergantikan dengan bahasa internasional. Bahasa Indonesia harus terus berkembang, dan

dikembangkan oleh para guru di sekolah agar kesusastraan terus bermetamorforsis mencapai

keindahannya. Bahasa Indonesia harus menjadi bahasa resmi di negeri sendiri dalam hal

berkomunikasi. Dia harus menjadi tuan rumah di negerinya sendiri.

Sebagai sarana komunikasi, bahasa juga mampu membangun keterampilan berkomunikasi,

keterampilan menyampaikan pendapat, gagasan, dan pandangan dalam menyikapi suatu

persoalan yang dihadapi dalam kehidupan pada era global ini. Keterampilan seperti itu tentu

Page 34: Eksistensi Bahasa Indonesia Yang Kian Menurun Seiring Meningkatnya Minat Bahasa Asing Di Tanah Air

sangat dibutuhkan dalam menghadapi tantangan zaman.Tak Terkecuali, para blogger yang telah

memiliki blog sendiri di internet, dan mengelolanya secara mandiri.

Kenapa kita tak bangga dengan bahasa Indonesia? Jawabnya, karena kita tidak membiasakan diri

menulis dan membaca dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar. Oleh karena itu, peran guru

TIK sangat penting agar mampu mengarahkan para peserta didiknya untuk mampu menulis

dalam blog mereka dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Motivasi dan alasan tersebut ada lima yakni:

1. Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu.

Fakta sejarah mengatakan jika bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu Riau yang

mana menurut Jan Huygen Van linschoten dalam bukunya Itinerario disebutkan bahwa

bahasa Melayu terkenal sebagai bahasa yang paling sopan dan paling pas di kawasan

timur. Maka dari itu, meski bahasa Indonesia kini sudah berbeda dari bahasa melayu

dulu, namun kita harus bangga karena bahasa kita dahulu adalah bahasa mulia dan hingga

kini masih merupakan bahasa yang mulia serta selayaknya kita jaga dan tingkatkan

kemuliaannya dengan merawat dan melestarikannya

2. Bahasa Indonesia adalah bahasa yang mudah.

Bahasa Indonesia adalah bahasa yang berbeda dari bahasa lain di dunia. Bahasa

Indonesia adalah bahasa yang mudah karena bahasa ini tidak memiliki tingkatan kata atau

pun kalimat. Maksudnya walau pun kejadian tersebut terjadi kemarin, sekarang atau pun

besok, kata yang dipergunakan tetap sama.

Contoh:

Kemarin : Ayah membeli jeruk kemarin sore

Sekarang: Ayah membeli jeruk saat ini.

Bandingkan dengan bahasa Inggris berikut dan lihat tulisan yang bercetak tebal,

Page 35: Eksistensi Bahasa Indonesia Yang Kian Menurun Seiring Meningkatnya Minat Bahasa Asing Di Tanah Air

Kemarin : Yesterday my father bought some oranges.

Sekarang: My father buy some oranges.

Selain itu jumlah benda pun tak mempengaruhi kata yang diterangkan.

Contoh :

satu apel --> an apple

dua apel --> two apples

3. Bahasa Indonesia adalah bahasa yang unik.

Meski bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu namun bahasa Indonesia kini telah

berbeda dari bahasa Melayu, baik dari susunan kata atau fungsi kata. Contohnya adalah

pada kasus Manohara yang tengah hangat akhir-akhir ini. Jika Anda simak dialog antara

warga Negara Indonesia dengan warga Negara Malaysia di televisi, maka akan Anda

temukan beberapa penggunaan kata yang berbeda seperti kata ‘boleh’, ‘bisa’ dan

sebagainya. Dengan kata lain, bahasa Indonesia adalah bahasa yang hanya ada satu-

satunya di dunia. Satu-satunya bahasa yang menjadi identitas warga Negara Indonesia.

4. Bahasa Indonesia adalah bahasa yang sangat kaya.

Pada mulanya bahasa Indonesia adalah bahasa Melayu dan bahasa Melayu pada mulanya

adalah bahasa pasar. Bahasa pasar tercipta dari gabungan bahasa-bahasa pedagang dari

seluruh penjuru dunia yang dulu singgah di Melayu. Kemudian bahasa tersebut

berkembang pesat kosa katanya dan pada akhirnya terbentuk bahasa yang paling terkenal

dari wilayah timur yaitu bahasa Melayu.

Oleh bangsa Indonesia, bahasa melayu kemudian dijadikan pondasi awal untuk

membentuk bahasa baru dengan proses yang tidak sebentar. Proses tersebut di antaranya

adalah penambahan kosakata baru baik diserap dari bahasa asing maupun dari bahasa

daerah. Hingga pada akhirnya ejaannya disempurnakan. Namun proses penyerapan kata

Page 36: Eksistensi Bahasa Indonesia Yang Kian Menurun Seiring Meningkatnya Minat Bahasa Asing Di Tanah Air

tidak terputus hingga sekarang ini.

Karena pada awalnya bahasa Indonesia adalah bentukan dari bahasa pedagang dari

seluruh penjuru dunia, maka bahasa Indonesia memiliki ribuan kata yang diserap dari

bahasa beberapa bangsa di dunia. Proses tersebut menjadikan bahasa Indonesia menjadi

bahasa yang kaya. Bahasa Indonesia mulai dipelajari bangsa lain.

3.10 Hasil Pengamatan

Dari hasil pengamatan kelompok kami terhadap peserta didik MAN 2 Kota Bogor

mengenai EKSISTENSI BAHASA INDONESIA YANG KIAN MENURUN SEIRING

MENINGKATNYA MINAT BAHASA ASING DI MAN 2 KOTA BOGOR

1. Menurut teman-teman lebih bangga menggunakan bahasa Indonesia atau bahasa asing ?

A (Bahasa Indonesia) B (Bahasa asing) C (Netral) D (Tidak keduanya)

50% 17% 33% 0%

2. Teman-teman lebih bangga mendapatkan nilai 100 di pelajaran bahasa Indonesia atau

mendapat nilai 100 di pelajaran bahasa asing ?

A (Bahasa Indonesia) B (Bahasa asing) C (Netral) D (Tidak keduanya)

22% 33% 40% 5%

3. Menurut anda, lebih sulit mempelajari bahasa Indonesia atau bahasa asing ?

A (Bahasa Indonesia) B (Bahasa asing) C (Netral) D (Tidak keduanya)

22% 62% 11% 5%

4. Jika warga Negaranya lebih bangga menggunakan bahasa asing, apakah bisa

mempengaruhi perkembangan bahasa di negerinya sendiri ?

Page 37: Eksistensi Bahasa Indonesia Yang Kian Menurun Seiring Meningkatnya Minat Bahasa Asing Di Tanah Air

A (Bisa) B (Tidak bisa) C (Biasa saja) D (Tidak tahu)

52% 0% 33% 15%

5. Setujukah kalian jika bahasa Indonesia dijadikan bahasa terpenting kedua setelah bahasa

asing ?

A (Setuju) B (Tidak setuju) C (Biasa saja) D (Tidak tahu)

52% 26% 22% 0%

BAB 4

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dari uraian di atas, dapat Kami simpulkan bahwa :

Bahasa Indonesia berpotensi menjadi bahasa Internasional

Sebagian besar pelajar Indonesia masih bangga berbahasa Indonesia

Minat terhadap bahasa Indonesia menurun karena bahasa asing (contoh : bahasa Inggris)

lebih populer di tanah air dibanding bahasa Indonesia, contoh dalam pengiklanan atau

bahasa komputer.

Turunnya kebanggaan terhadap bahasa Indonesia diakibatkan oleh mutu guru mata

pelajaran, pengaruh bahasa lain, atau kegemaran menyerap kata-kata dari bahasa asing

Kesiapan dan peran nyata bahasa Indonesia dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,

dan bernegara memerlukan pemantapan rasa kecintaan dan rasa kebanggaan memiliki

bahasa Indonesia

4.2 Saran

Harus dilaksanakan peningkatan peran dan fungsi bahasa Indonesia, yaitu :

Page 38: Eksistensi Bahasa Indonesia Yang Kian Menurun Seiring Meningkatnya Minat Bahasa Asing Di Tanah Air

1) Meningkatkan fungsinya sebagai lambang kebanggaan dan lambang harga diri bangsa

Indonesia.

2) Meningkatkan fungsi bahasa Indonesia sebagai lambang jati diri bangsa yang akan

menampakkan ciri khas sekaligus membedakan bangsa Indonesia dari bangsa-bangsa lain

di dunia.

3) Meningkatkan fungsi bahasa Indonesia sebagai sarana pemersatu bangsa.

4) Sarana perhubungan antardaerah dan antarbudaya.

5) Meningkatkan rasa kebanggaan memiliki dan menggunakan bahasa Indonesia dalam

berbagai keperluan dan kemanfaatannya.

6) Menghindari penggunaan bahasa asing secara berlebihan atau di luar garis ketentuan dan

kebijakan yang telah ditentukan.

7) Meningkatkan frekuensi pembiasaan penggunaan bahasa Indonesia dalam segenap

kesempatan dan aktivitas, baik resmi maupun tidak resmi.

Pertahankan dan lestarikan bahasa kebanggaan bangsa dan negara ini hingga akhir dunia.

Jangan jadikan berbagai kondisi sebagai alasan bagi kita untuk meninggalkan bahasa yang

hanya ada satu-satunya di dunia ini.

Page 39: Eksistensi Bahasa Indonesia Yang Kian Menurun Seiring Meningkatnya Minat Bahasa Asing Di Tanah Air

DAFTAR PUSTAKA

Soejipto, kosasi, Raflis. 2007. Profesi Keguruan. Jakarta: rineka cipta.

Danim, Sudarman. Khairil. 2010. Profesi Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

www.google.com

www.wikipedia.com

www.kompas.com

Page 40: Eksistensi Bahasa Indonesia Yang Kian Menurun Seiring Meningkatnya Minat Bahasa Asing Di Tanah Air

BIODATA

Nama : Afif Fadillah

Tempat tanggal lahir : Bogor, 19 Juni 1995

Jenis kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Alamat : Jl. Kebon Pedes RT 02/04 No. 3

e-mail : [email protected]

Hobbi : Bermain billiard

Status : Pelajar

Umur : 16 tahun

Cita-cita :

Pendidikan :

Motto : Ingin membahagiakan orang tua

Page 41: Eksistensi Bahasa Indonesia Yang Kian Menurun Seiring Meningkatnya Minat Bahasa Asing Di Tanah Air

Nama : Febbi Meidawati

Tempat tanggal lahir : Bogor, 10 Mei 1995

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Kp. Teluk pinang RT 03/01 No. 50 Ciawi-Bogor

e-mail : [email protected]

Hobbi : Membaca novel

Status : Pelajar

Umur : 16 tahun

Cita-cita : Menjadi penulis, psikolog dan guru

Pendidikan : SDN Teluk pinang 01

SMP N 2 CIAWI

Sedang melanjutkan di MAN 2 Kota Bogor

Motto : Dengan tekad, segalanya tak ada yang mustahil

Page 42: Eksistensi Bahasa Indonesia Yang Kian Menurun Seiring Meningkatnya Minat Bahasa Asing Di Tanah Air

Nama : M. Raziv Tauhid

Tempat tanggal lahir : Bogor, 4 April 1995

Jenis kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Alamat : Jl. Industri Kp. Bojong Rt. 02/04 Desa Tarikolot Kec. Citeureup Kab.

Bogor

e-mail : [email protected]

Hobbi : Olahraga

Status : Pelajar

Umur : 16 tahun

Cita-cita : Dokter

Pendidikan : SDN Tarikolot 03

Mts. Ash-shoheh

Sedang melanjutkan di MAN 2 Kota Bogor

Motto : Memajukan bangsa Indonesia

Page 43: Eksistensi Bahasa Indonesia Yang Kian Menurun Seiring Meningkatnya Minat Bahasa Asing Di Tanah Air

Nama : Zahrah Nur Najmi Laila

Tempat tanggal lahir : Bogor, 26 Oktober 1995

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Jln. Ceremai ujung bantar jati lebak Rt 03/01 No.01

e-mail : [email protected]

Hobbi : Membaca novel, membaca buku ilmu psikologi

Status : Pelajar

Umur : 16 tahun

Cita-cita : Dokter, psikolog

Pendidikan : SDN GENTRA MASEKDAS SEMPUR KALER

Mts. AL-HAMIDIYAH ISLAMIC BOARDING SCHOOL

Sedang melanjutkan di MAN 2 Kota Bogor

Motto : ‘’Man jadda wajada’’

Page 44: Eksistensi Bahasa Indonesia Yang Kian Menurun Seiring Meningkatnya Minat Bahasa Asing Di Tanah Air