Ekopub Ketenagakerjaan

17
KETENAGAKERJAAN (Studi Terhadap Analisis Kasus Ribuan Kasus TKI di Malaysia Belum Terselesaikan) {Tugas Kelompok Ekonomi Publik} Oleh : Anugrah Putra Sanjaya 0616041021 Indah Sri Wahyuni 0616041008 Resa Margareta 0616041048 Barita P.M Siahaan 0616041024

description

if u need more information, just send me a post.. tx..

Transcript of Ekopub Ketenagakerjaan

Page 1: Ekopub Ketenagakerjaan

KETENAGAKERJAAN

(Studi Terhadap Analisis Kasus Ribuan Kasus

TKI di Malaysia Belum Terselesaikan)

{Tugas Kelompok Ekonomi Publik}

Oleh :

Anugrah Putra Sanjaya

0616041021

Indah Sri Wahyuni

0616041008

Resa Margareta

0616041048

Barita P.M Siahaan

0616041024

Page 2: Ekopub Ketenagakerjaan

JURUSAN ILMU ADMINISTRASI NEGARAFAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

POLITIKUNIVERSITAS LAMPUNG

2008

Pengantar

Saat ini Indonesia telah menjadi bagian dari negara-negara pengirim buruh migran dalam

jumlah yang cukup besar. Mereka memenuhi lapangan pekerjaan baik di negara-negara

Timur Tengah, Asia Timur, Asia Tenggara, Amerika, maupun Eropa. Depnaker

memproyeksikan peningkatan pengiriman buruh migran ke luar negeri pada Pelita VI

(1993/4-1998/9) hingga 1,25 juta. Dalam era globalisasi proyeksi ini dimungkinkan

terjadi bahkan besar kemungkinan jauh terlampaui. Migrasi buruh menjadi sebuah

keniscayaan yang tak mungkin dibendung; yang menjadi persoalan adalah --seperti juga

nasib buruh migran dari negara-negara lainnya-- kondisi buruh migran Indonesia banyak

diwarnai dengan berbagai peristiwa kelabu, dan posisi mereka begitu rentan terhadap

proses eksploitasi.

Kasus kekerasan terhadap buruh migran Indonesia (terutama TKW) hampir terjadi setiap

waktu. Sebenarnya permasalahan ketenagakerjaan mempengaruhi dan dipengaruhi oleh

perekonomian suatu nigara. Percaya atau tidak, pada mulanya muncul akibat dari

pengangguran yang luas terutama di Indonesia. Pengganguran ini memberikan efek yang

besar bagi menurunya pertumbuhan ekonomi negara Indonesia. Banyaknya

pengangguran akibat dari minimnya lapangan pekerjaan di Indonesia merupakan

permaslahan yang sangat kompleks dan perlu dipikirkan jalan keluarnya oleh pemerintah.

Masalah pengangguran merupakan masalah yang dapat menggangu laju pertumbuhan

ekonomi negara terhambat.

Secara kasat mata, sebenarnya masih ada aspek positif yang dapat dijadikan sebagai

modal sosial untuk perumusan kebijakan ketenagakerjaan di masa mendatang. Aspek itu

adalah perhatian positif terhadap hak-hak dasar pekerjaKami yakin jika permasalahan

Page 3: Ekopub Ketenagakerjaan

tersebut dapat dikelola secara optimal oleh pemerintah, bukan tidak mungkin suatu saat

nanti permasalahan tersebut dapat berubah menjadi aset yang paling utama dalam

peningkatan perekonomian negara ini.

PEMBAHASAN

A. Istilah-istilah di Ketenagakerjaan

Tenaga Kerja adalah setiap orang laki-laki atau wanita yang sedang dalam dan/atau akan

melakukan pekerjaan, baik di dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan

barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

Tingkat Produktivitas Tenaga Kerja merupakan nilai tambah Produk Domestik Bruto

(PDB) dibagi dengan jumlah penduduk yang bekerja untuk menghasilkan nilai tambah

tersebut.

Jaminan Sosial Tenaga Kerja adalah suatu perlindungan bagi tenaga kerja dalam bentuk

santuan berupa uang sebagai pengganti sebagian dari penghasilan yang hilang atau

berkurang, dan pelayanan sebagai akibat peristiwa atau keadaan yang dialami oleh tenaga

kerja berupa kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin, hari tua, dan meninggal dunia.

B. Perkembangan Ketenagakerjaan di Indonesia

Menurut Undang-undang No.13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, ditentukan bahwa

yang dimaksud dengan ketenagakerjaan adalah segala hal yang berhubungan dengan

tenaga kerja pada waktu sebelum, selama dan sesudah masa kerja.

Ketenagakerjaan adalah merupakan bagian penting bagi suatu perusahaan karena

menyangkut eksistensi suatu perusahaan dalam dunia industri. Lingkup ketenagakerjaan

Page 4: Ekopub Ketenagakerjaan

meliputi fungsi pekerja dalam menjalankan pekerjaan sesuai dengan kewajibannya,

menjaga ketertiban demi kelangsungan produksi, menyalurkan aspirasi secara

demokratis, mengembangkan keterampilan dan keahliannya serta ikut memajukan

perusahaan dan memperjuangkan kesejahteraan anggota beserta keluargannya. Di sisi

lain pengusaha memiliki fungsi menciptakan kemitraan, mengembangkan usaha,

memperluas lapangan kerja, dan memberikan kesejahteraan pekerja/buruh secara terbuka,

demokratis dan berkeadilan. Memperhatikan fungsi para pihak maka hubungan yang

tercipta antara pekerja dan pengusaha atau yang biasa disebut dengan hubungan

industrial, harus dijalankan secara selaras dan seimbang guna mencapai tujuan

perusahaan.

Dalam perjalanannya permasalahan utama yang muncul dalam hubungan industrial ini,

adalah menyangkut perselisihan mengenai hak-hak dan kepentingan dari pekerja dalam

suatu perusahaan, polemik mengenai pilihan hukum dalam penyelesaian juga sering

muncul. Kontroversi ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain dikarenakan sering

berubahnya peraturan perundang-undangan dibidang ketenagakerjaan, ketidaksesuaian

pemahaman antara pengusaha dengan pekerja, dll.

Ketidaksesuaian paham antara pekerja dan pengusaha, dikarenakan pengusaha

memandang bagaimana mengeluarkan output biaya produksi dan konsumsi seminimal

mungkin untuk mendapatkan income yang maksimal, sedangkan disisi lain para pekerja

menginginkan terjaminnya hak-hak dan kepentingan mereka selaku pekerja yang telah

memberikan sumbangsih kepada perusahaan dalam mendapatkan keuntungan. Akibat

yang timbul dari perselisihan ini adalah aksi mogok yang dilakukan oleh pekerja,

pemutusan hubungan kerja tanpa pesangon dan uang penghargaan masa kerja bagi

pekerja yang telah memenuhi masa kerja tertentu. ikuti perkembangan keteyang

Secara teoritis, ada tiga cara pokok untuk menciptakan kesempatan kerja atau berusaha

dalam jangka panjang, yakni :

1. Memperlambat laju pertumbuhan penduduk, yang diharapkan dapat menekan laju

pertumbuhan sisi penawarantenaga kerja.. Tetapi seperti dikemukakan di atas, cara

Page 5: Ekopub Ketenagakerjaan

ini tidak memadai bagi Indonesia karena angka kelahiran memang tidak relatif

rendah dan dampaknya terhadap pertumbuhan kerja kurang signifikan dalam jangka

pendek.

2. Meningkatkan intensitas pekerja dalam menghasilkan output (labour intensity of

output). Tetapi dalam jangka panjang, cara ini tidak selalu berhasil karena tidak

selalu kondusif bagi pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan.

3. melalui pertumbuhan ekonomi. Cara ini bukan tanpa kualifikasi karena secara

empiris terbukti bahwa pertumbuhan ekonomi dan kesempatan kerja tidak terdapat

hubungan otomatis atau niscaya, tetapi justru tantangannya menjadi riil, karena

hubungan yang tidak otomatis itu, maka peranan pemerintah menjadi strategis dan

crucial untuk merancang strategi pertumbuhan ekonomi yang tinggi, akan tetapi juga

lebih kepada "ramah" terhadap ketenagakerjaan (employment - friendly - growth)..

C. Rencana Tenaga Kerja Indonesia 2004-2009 (Upaya Untuk Memulihkan

Perekonomian)

Salah satu prioritas pembangunan nasional sebagaimana diamanatkan oleh program

pembangunan nasional (Propenas 2000-2004 dan sejalan dengan CBHN 1999-2004

adalah mempercepat pemulihan ekonomi dan memperluas landasan pembangunan

berkelanjutan dan berkeadilan yang berdasarkan sistem ekonomi kerakyatan. Untuk

mengukur keberhasilan pencapaian sasaran itu Propenas menggunakan sejumlah

indikator yang mencakup antara lain pertumbuhan ekonomi yang meningkat secara

bertahap sehingga mencapai 6-7 persen, inflasi terkendali sekitar 3-5 persen, menurunkan

tingkat pengangguran menjadi sekitar 5,1 persen, dan menurunnya jumlah penduduk

miskin menjadi sekitar 14 persen pada tahun 2004. Semua sasaran kuantitatif itu

tampaknya masih jauh dari yang diharapkan. Pertumbuhan ekonomi diukur dengan

Produk Domestik Bruto (PDB) pada tahun 2002 masih sekitar 3,7 persen, sementara

angka pengangguran menurut Survey Angkatan kerja Nasional (Sakernas) 2002 masih

Page 6: Ekopub Ketenagakerjaan

sekitar 9,1 persen dari total angkatan kerja yang berjumlah hampir mencapai 100 juta

jiwa.

D. Masalah Ketenagakerjaan Indonesia dan kebijakan

Masalah ketenagakerjaan di Indonesia sangat besar dan komplek, karena menyangkut

jutaan jiwa, dan kompleks, karena masalahnya mempengaruhi sekaligus dipengaruhi oleh

banyak faktor yang saling berinteraksi mengikuti pola yang sulit dipahami. Faktor

demografis mempengaruhi jumlah dan komposisi angkatan kerja. Indonesia cukup

berhasil dalam menurunkan angka kelahiran dan kematian secara berkesinambungan. Hal

ini justru berdampak pada pertumbuhan penduduk usia kerja yang jauh lebih cepat dari

pada pertumbuhan penduduk secara keseluruhan. Fakta ini menunjukkan tekanan kuat

dalam sisi penyediaan tenaga kerja. Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi secara nasional

masih terlalu rendah, yaitu hanya 3,7 persen pada tahun 2002, suatu angka yang terlalu

rendah untuk dapat menyediakan lapangan kerja baru secara memadai. Akibatnya, angka

pengangguran terus meningkat mencapai 9,13 juta jiwa pada tahun yang sama.

Masalah ketenagakerjaan di Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya

yang penting adalah masih sulitnya arus masuk modal asing, perilaku proteksionis

sejumlah negara-negara maju dalam menerima ekspor negara-negara berkermbang, iklim

investasi, pasar global, berbagai regulasi dan perilaku birokrasi yang kurang kondusif

bagi pengembangan usaha, serta tekanan kenaikan upah di tengah dunia usaha yang

masih lesu. Masalah lain, yang tak kalah pentingnya adalah pelaksanaan etonomi daerah

yang dalam banyak hal seringkali tidak mendukung penciptaan lapangan kerja atau "tidak

ramah" terhadap tenaga kerja. Masalah ketenagakerjaan secara langsung maupun tidak

langsung berkaitan dengan masalah-masalah lainnya termasuk kemiskinan,

ketidakmerataan pendapatan, pertumbuhan ekonomi, urbanisasi, dan stabilitas politik.

Semua ini secara intuitif tampaknya telah dipahami oleh kebanyakan pengambil

kebijakan. Yang tampaknya kurangnya dipahami adalah bahwa masalah ketenagakerjaan

di Indonesia bersifat multidimensi, sehingga juga memerlukan cara pemecahan yang

Page 7: Ekopub Ketenagakerjaan

multi-dimensi pula. Tidak ada jalan pintas dan sederhana untuk mengatasinya.

Masalah-masalah ketenagakerjaan bersifat multi-dimensi, mempengaruhi dan

dipengaruhi oleh berbagai faktor dengan pola hubungan yang kompleks sehingga

penyelesaiannya menuntut arah kebijakan dan pendekatan yang multi-dimensi pula.

Masalah ketenagakerjaan yang berskala besar, kompleks, serta masih didominasi oleh

tenaga kerja pertanian dan sektor informal memerlukan kebijakan pasar kerja yang lentur

(labour market flexibility). Melalui kebijakan itu, pihak pengusaha diharapkan dapat

mengatasi permasalahan ketenagakerjaan internal melalui penyelesaian tingkat upah,

bukan melalui pemutusan hubungan kerja yang berdampak sangat luas. Kebijakan

semacam itu diharapkan dapat mempersempit tingkat kesenjangan upah antara lapangan

usaha formal dan sektor informal, menekan laju kenaikan pengangguran terbuka, serta

memberikan peluang dalam menurunkan angka kemiskinan di negeri ini.

CONTOH KASIUS & ANALISIS

KASUS KETENAGAKERJAANRibuan Kasus TKI di Malaysia Belum Terselesaikan

KUPANG--MIOL: Atase Ketenagakerjaan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Malaysia, Teguh Hendro Cahyono mengatakan, ribuan kasus ketenagakerjaan di Malaysia yang melibatkan 2.208 orang Tenaga Kerja Indonesia (TKI) dalam tahun 2006 belum terselesaikan.

"Secara keseluruhan terdata 54.476 orang TKI yang terlibat masalah, namun kasus yang melibatkan 52.893 orang sudah diselesaikan sehingga kasus yang belum terselesaikan melibatkan 2.208 orang," kata Cahyono dalam Desiminasi Perlindungan dan Advokasi TKI di Luar Negeri, di Kupang, Jumat.Desiminasi itu diselenggarakan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) yang dihadiri instansi terkait.

Cahyono mengatakan, penanganan kasus ketenagakerjaan TKI itu tidak semuanya dapat dilakukan dalam waktu singkat. Seringkali menyita waktu terutama kasus-kasus yang penyelesaiannya melalui jalur hukum atau jabatan buruh.

Page 8: Ekopub Ketenagakerjaan

Ia mencontohkan, kasus kekerasan yang dialami Nirmala Bonat yang hingga kini masih dalam proses pengadilan (baru tahapan pemeriksaan saksi). Demikian pula kasus kekerasan yang menimpa dua orang TKW lainnya yakni Sanih dan Yudista.

"Sejauh ini selama menunggu proses penanganannya, TKI yang mengadu ke KBRI ditampung sementara di 'shelter' KBRI yang terletak di bagian belakang gedung KBRI," ujarnya.

Ia menyebut kasus ketenagakerjaan yang melibatkan TKI di pabrik, konstruksi, ladang dan jasa berupa gaji tidak dibayar, hak dan fasilitas serta jenis pekerjaan tidak sesuai dengan yang dijanjikan atau tidak sesuai dengan yang tercantum dalam perjanjian kerja.

Kasus dalam sektor informal atau pekerja rumah tangga berupa gaji tidak dibayar, pemotongan gaji tidak sesuai ketentuan, majikan kasar, disuruh memasak masakan tidak halal, tidak betah kerja, bekerja ganda, pelecehan seksual, dilarang berkomunikasi dengan orang luar dan tidak diberi makanan layak.

"Setiap terjadi permasalahan, KBRI mengacu kepada kontrak kerja yang telah ditandatangani oleh majikan dan PJTKI (Perusahaan Jasa TKI) sebagai wakil pekerja serta diketahui oleh KBRI," ujarnya.

Kontrak kerja itu, tambah Cahyono, sering disebut sebagai kontrak induk yang diperbanyak untuk dibaca dan ditandatangani oleh pekerja sebelum berangkat ke Malaysia.KBRI pun mengeluarkan "term of service" (TOS) sebagai acuan standar untuk semua sektor. TOS tersebut menjelaskan hak dan kewajiban pekerja serta majikan sesuai peraturan ketenagakerjaan yang berlaku di Malaysia.

"Khusus penyelesaian masalah ketenagakerjaan hubungan industrial atau perselisihan kerja diupayakan melalui musyawarah mufakat antar majikan dan pekerja yang difasilitasi KBRI. Penyelesaian seperti ini lebih banyak dilakukan hampir 95 persen," ujarnya.

Cahyono mengakui, secara umum pengguna tenaga kerja di Malaysia cukup puas dengan kinerja TKI yang dinilai jujur, produktif, mudah menyesuaikan diri dan mempunyai motivasi kerja yang tinggi.

"Banyak juga TKI yang berhasil menjalani masa kerja di Malaysia sehingga memperoleh penghasilan yang memadai. Keluarganya di Tanah Air ikut sejahtera," ujarnya.

Analisis

Page 9: Ekopub Ketenagakerjaan

Berdasarkan informasi yang didapat, saat ini permasalahan ketenagakerjaan di Indonesia

memang sangat besar dan komplek. Pemberdayaan dalam sector ketenagakerjaan jika

dikelola dan di lindungi pemerintah secara baik dapat meningkatkan devisa Negara dan

nantinya akan membawa kemajuan perekonomian Negara kearah yang baik. Akan tetapi

jika permasalahan ini hanya ditangani setengah hati oleh pemerintah maka hal yang akan

tmenimbulkan masalah yang cukup sulit bagipemerintah, hal ini dapat dilihat dari

banyaknya difficult problem yang harus diselesaikan Negara seprti contoh kasus diatas.

Untuk itu hal yang seharusnya dilakukan pemerintah tidak hanya sebatas membuat

undang-undangsecara formal bagi ketenagakerjaan Indonesia,akan tetapi lebih mengarah

pada implementasi perlindungan dan evaluaasi (control) terhadap kebijakannya, sehingga

pada akhirnya akan membawa pengaruh positif bagi tenaga kerja dan juga perumbuhan

ekonomi Negara ditengah pengangguran yang merajalela.

Berdasarkan informasi analisa kelompok kami, permasalahan ketemngakerjaan dapat

digolongkan sebagai berikut :

1. Masalah universal yakni jaminan kesejahteraan pekerja di Indonesia

2. Masalah kesesuaian paham antar hak pekerja dan pengusaha (upah buruh rendah)

3. Kekerasan terhadap tenaga kerja

4. Keterampilan dan keahlian tenaga kerja Indonesia masih diragukan

5. Kurang konsernnya pemerintah terhadap permasalahan ini (terutama dalam

perlingungan tenaga kerja)

6. Ekonomi daerah yang kurang memperhatikan prospek lapangan pekerjaan

Terdapat beberapa cara yang harus diperhatikan pemerintah dalam mengatasi

permasalahan seperti diatas, yakni :

1. Menjamin kesejahteraan pekerja : Perusahaan mempunyai tugas etis untuk membayar

upah yang sama dan menyediakan standar buruh yang sama dimanapun mereka

Page 10: Ekopub Ketenagakerjaan

berada. Namun pandangan ini ditolak oleh sebagian besar business ethicists dan

pengkritik international sweatshops. Karyawan di Indonesia banyak yang tidak

menerima gaji yang sesuai standard. Seharusnya pemerintah melakukan pengawasan

yang ketat terhadap banyak kasus remunerasi di Indonesia.

2. Melakukan pengawasan (kontrol) tegas bagi perusahaan tenaga kerja : Menurut De

George perusahaan harus membayar upah minimum sebesar standar hidup, walaupun

perusahaan lokal tidak melakukannya. Namun, kenyataannya pandangan ini sulit

untuk diimplementasikan. Karyawan sudah seharusnya memperoleh upah yang sesuai

dengan standar hidup di negara mereka bekerja, walaupun perusahaan lokal tidak

mampu mewujudkannya.

3. Peningkatan kinerja pekerja (terampil) : yang relevan adalah apakah perusahaan

mencapai tujuan minimum secara universal. Dalam pandangan ini, memang logis

apabila apa yang diberikan perusahaan kepada karyawannya sesuai dengan kinerja

mereka bagi perusahaan, namun sulit untuk diwujudkan dalam kehidupan nyata

khususnya di Indonesia mengingat kinerja perusahaan sangat minim dipengaruhi

produktivitas karyawannya.

4. Penentuan standar upah pekerja : Menurut standar ini, upah atau standar buruh secara

pasti dapat diterima apabila secara bebas dipilih oleh pekerja. Kebanyakan business

ethics menolak standar ini karena terdapat kegagalan pasar atau pasar tidak dapat

bekerja secara efektif. Pandangan ini juga lebih sulit lagi diimplementasikan di

Indonesia. Perusahaan mana yang mau rugi mengingat situasi global yang tidak

menentu tentunya perusahaan dituntut menekan cost sehingga mereka sangat sulit

untuk memberikan kebebasan kepada karyawannya untuk menentukan sendiri gajinya.

Standar yang ditentukan pemerintah saja masih banyak yang tidak dipenuhi apalagi

dengan classic liberal standard tentunya sangat tidak mungkin.

5. Pemerintah lebih menjamin K3, keamanan, keselamatan dan kesehatan para pekerja al

ini dilakukan agar para pekerja merasa dilingungi oleh pemerintah.

Page 11: Ekopub Ketenagakerjaan

Saat ini permasalahan ketenagakerjaan lebih banyak didominasi oleh masalah

kesejahteraan (gaji, tunjangan, dll). Namun penyiksaan terhadap TKI maupun TKW

masih banyak terjadi. Pemerintah sudah mulai menunjukkan perhatian yang serius, berita

terakhir menunjukkan bahwa pihak pemerintah Indonesia telah bekerja sama dengan

pihak pemerintah Malaysia untuk menuntut 87 majikan yang terindikasi melakukan

pelanggaran kontrak kerja maupun bentuk kekerasan baik fisik maupun mental kepada

TKI & TKW. Hal ini berbeda jauh dengan tahun 1997 dimana kasus-kasus tersebut

sangat kurang diperhatikan oleh pemerintah kita.

Kasus outsourcing serta maraknya tuntutan status honorer karyawan untuk diangkat

menjadi karyawan tetap yang intinya berujung pada kesejahteraan tetap menjadi

permasalahan sentral mengingat pemerintah sampai saat ini belum mengakomodir

tuntutan berbagai serikat pekerja mengenai posisi karyawan yang masih terbilang lemah

dalam UU no 13 tahun 2003.

Kesimpulan

Deretan panjang kasus-kasus yang menimpa buruh migran Indonesia menuntut

keseriusan Pemerintah Indonesia untuk menciptakan instrumen perlindungan bagi buruh

migran Indonesia dan mengupayakan agar negara-negara yang mempekerjakan buruh

migran Indonesia mempunyai komitmen untuk menyediakan instrumen perlindungan.

Ironisnya, dengan UU No. 25 tahun 1997 tentang Ketenagakerjaan, Pemerintah Indonesia

mengabaikan dimensi perlindungan terhadap buruh (termasuk buruh migran) dan bahkan

semakin mempersempit ruang gerak hak-hak buruh. Dalam UU tersebut, tak satu

pasalpun mengatur soal perlindungan buruh migran Indonesia. Adalah sebuah kewajiban

yang tak bisa ditunda-tunda bagi Pemerintah Indonesia untuk melakukan perubahan

secara mendasar kebijakan ketenagakerjaan agar lebih berorientasi perlindungan. Buruh

migran Indonesia yang telah disanjung-sanjung sebagai "pahlawan devisa" sudah

seharusnya dilindungi dengan instrumen hukum yang memadai.

Tidak ada kata terlambat bagi pemerintah untuk mengatasi masalah ini, dimana ada usaha

maka jalan menuju keberhasilan akan tercapai. Setidaknya hal yang perlu di lakukan

Page 12: Ekopub Ketenagakerjaan

pemerintah dalam strategi kebijakannya lebih mengarah pada pengawasan/perlindungan

yang tegas terhadap para pekerjanya, membuat perjanjian/draft kontrak upah pekerja

dengan pengusaha, memberikan pelatihan atau keterampilan khusus bagi para pekerja

agar nantinya dapat menjadi pekerja yang berkualitas. Serta pembukaan lapangan kerja di

daerah-daerah yang berpotensi.

Tempo Interaktif, Sabtu, 12 Juni 2004. Istilah-Istilah Ketenagakerjaan

Levi Silalahi, Depnakertrans, Minggu, 13 Juni 2004. Rencana Tenaga

kerja 2004-2009

By : Anugrah Putra Sanjaya

Indah Sri Wahyuni

Resa Margareta

Barita P.M Siahaan