Makalah Ketenagakerjaan

33
BAB I PENDAHULUAN Pada dasarnya hubungan antara pengusaha dan pekerja/ buruh adalah hubungan kerjasama untuk menghasilkan produk dan jasa yang dibutuhkan. Pekerja/ buruh berperan dalam mengolah modal yang dimiliki oleh Pengusaha baik berupa uang atau barang baku yang kemudian dirubah menjadi barang dan jasa yang dibutuhkan. Topik yang menarik untuk dibahas dalam pola hubungan antara buruh dan pengusaha salah satunya adalah mengenai sistem pengupahan pengusaha kepada buruh. Dalam membahas menganai Upah, tidak hanya Pengusaha dan pekerja/ buruh yang mempunyai kepentingan, namun pemerintah, serta masyarakat juga umumnya sama-sama mempunyai kepentingan atas sistem ini. Pengusaha berkepentingan dalam hal pengelolaan modal yang dimilikinya, bagaimana dapat mengelola modal yang dimilikinya sebaik mungkin dengan memperoleh hasil yang maksimal. Pekerja dan keluarganya sangat tergantung pada upah yang mereka terima untuk dapat memenuhi kebutuhan sandang, pangan, perumahan dan kebutuhan lain. Pemerintah dalam hal ini berkepentingan dengan kebijakan pengupahan dan terkait juga dengan pemenuhan standar kemakmuran rakyatnya. Sedangkan 1

Transcript of Makalah Ketenagakerjaan

Page 1: Makalah Ketenagakerjaan

BAB I

PENDAHULUAN

Pada dasarnya hubungan antara pengusaha dan pekerja/ buruh adalah

hubungan kerjasama untuk menghasilkan produk dan jasa yang dibutuhkan.

Pekerja/ buruh berperan dalam mengolah modal yang dimiliki oleh Pengusaha

baik berupa uang atau barang baku yang kemudian dirubah menjadi barang dan

jasa yang dibutuhkan. Topik yang menarik untuk dibahas dalam pola hubungan

antara buruh dan pengusaha salah satunya adalah mengenai sistem pengupahan

pengusaha kepada buruh.

Dalam membahas menganai Upah, tidak hanya Pengusaha dan pekerja/

buruh yang mempunyai kepentingan, namun pemerintah, serta masyarakat juga

umumnya sama-sama mempunyai kepentingan atas sistem ini. Pengusaha

berkepentingan dalam hal pengelolaan modal yang dimilikinya, bagaimana dapat

mengelola modal yang dimilikinya sebaik mungkin dengan memperoleh hasil

yang maksimal. Pekerja dan keluarganya sangat tergantung pada upah yang

mereka terima untuk dapat memenuhi kebutuhan sandang, pangan, perumahan

dan kebutuhan lain. Pemerintah dalam hal ini berkepentingan dengan kebijakan

pengupahan dan terkait juga dengan pemenuhan standar kemakmuran rakyatnya.

Sedangkan masyarakat adalah bentuk keseluruhan dari pemerintah, pengusaha dan

pekerja/ buruh yang akan mengalami dampak dari sistem pengupahan yang

dibangun.

Dalam hal perumusan mengenai upah, pekerja/ buruh memiliki

kecenderungan yang saling berbeda. Pekerja memiliki kecenderungan untuk

mendapatkan upah yang banyak untuk mencapai penghidupan yang baik.

Pengusaha memiliki kecenderungan untuk memberikan upah yang rendah kepada

pekerja karena upah dipandang sebagai pengurang keuntungan yang didapatkan.

Semakin besar upah yang diberikan, maka semakin besar juga biaya yang harus

dikeluarkan oleh Pengusaha, hal ini berarti juga keuntungan yang akan

diperolehnya akan berkurang.

1

Page 2: Makalah Ketenagakerjaan

Menghadapi hal ini, Pemerintah terkadang harus turun tangan melalui

kebijakannya, karena masalah pengupahan akan membawa pengaruh juga kepada

tingkat kemakmuran masyarakat dan negara. Dalam hal ini Pemerintah lebih

banyak bersikap sebagai penengah diantara kepentingan Pengusaha dan Pekerja/

buruh yang saling berseberangan tersebut. Pemerintah harus dapat bersikap adil

dalam mengeluarkan kebijakannya terkait dengan masalah pengupahan ini.

Apabila pemerintah terlalu berpihak kepada Pengusaha, maka kebijakannya

tersebut akan membawa pengaruh terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat.

Sedangkan apabila Pemerintah terlalu berpihak kepada Pekerja/ buruh, maka

kebijakannya tersebut akan menghambat pembangunan ekonomi secara makro.

Dalam keadaan seluruh faktor produksi terpakai, sistem pengupahan

antara Pengusaha dan Pekerja/ buruh lebih banyak didasarkan atas kesepakatan

antara kedua belah pihak dimana posisi tawar kedua pihak tersebut sama-sama

kuat. Pengusaha membutuhkan pekerja/ buruh untuk menggerakkan pengolahan

modalnya. Sedangkan pekerja/ buruh membutuhkan pengusaha untuk membantu

meningkatkan kesejahteraannya dan pemenuhan kebutuhan pekerja/ buruh

tersebut.

Keadaan seimbang dimana Pengusaha dan Pekerja/ buruh yang saling

membutuhkan tersebut sangat jarang terjadi. Di Indonesia misalnya sebagai

negara yang menduduki peringkat ke-4 dalam jumpah penduduk didunia tentunya

memiliki potensi Sumber Daya Manusia (pekerja/ buruh) yang sangat besar,

sedangkan pertumbuhan ekonominya tidak sebesar jumlah penduduknya. Oleh

karena itu hubungan yang tercipta adalah seakan-akan pekerja/ aburuh yang

membutuhkan pekerjaan dan upah untuk meningkatkan kesejahteraannya. Dalam

kondisi demikian, Pengusaha lebih mempunyai posisi tawar yang lebih besar

dibandingkan dengan pekerja/ buruh. Oleh karena itu Pengusaha cenderung untuk

menurunkan upah yang diberikan kepada pekerja/ buruh, sedangkan pekerja/

buruh tidak bisa memberikan pilihan yang lebih baik dikarenakan dengan

kebutuhannya akan upah tersebut.

Menyikapi keadaan yang tidak seimbang tersebut, Pemerintah melalui

kebijakannya harus membantu pekerja/ buruh memperbaiki posisi tawarnya

2

Page 3: Makalah Ketenagakerjaan

tersebut atau paling tidak melindungi tingkat kesejahteraanpekerja/ buruh yang

notabene merupakan warga negara butuh perlindungan dan pemenuhan

kesejahteraan. Salah satu kebijakan Pemerintah tersebut adalah penetapan standar

upah minimum pekerja/ buruh. Pemerintah berharap agar pekerja/ buruh dalam

situasi tawar yang lemah dapat terlindungi kesejahteraannya. Kelompok kami

tertarik untuk menganalisis implementasi penerapan kebijakan penetapan upah

minimum di Indonesia dalam mewujudkan masyarakat yang berkeadilan sosial.

3

Page 4: Makalah Ketenagakerjaan

BAB. II

KERANGKA TEORI

Upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam

bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada

pekerja/buruh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja,

kesepakatan atau peraturan perundang-undangan, termasuk tunjangan dari

pekerja/buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan/atau jasa yang telah atau

akan dilakukan.

Penetapan upah minimum dipandang sebagai sarana atau instrumen

kebijaksanaan yang cocok untuk mencapai kepantasan dalam hubungan kerja.

Tujuan penetapan upah minimum adalah untuk:

a. Menghindari atau mengurangi persaingan yang tidak sehat sesama pekerja

dalam kondisi pasar kerja yang surplus, sehingga mereka bersedia

menerima upah di bawah tingkat kelayakan;

b. menghindari atau mengurangi kemungkinan eksploitasi pekerja oleh

pengusaha yang memanfaatkan kondisi pasar untuk akumulasi

keuntungannya;

c. sebagai jaring pengaman untuk menjaga tingkat upah karena satu dan lain

hal jangan turun lagi;

d. mengurangi tingkat kemiskinan absolut pekerja, terutama bila upah

minimum tersebut dikaitkan dengan kebutuhan dasar pekerja dan

keluarganya;

e. mendorong peningkatan produktivitas baik melalui perbaikan gizi dan

kesehatan pekerja maupun melalui upaya manajemen untuk memperoleh

kompensasi atas peningkatan upah minimum;

f. meningkatkan daya beli masyarakat, yang pada gilirannya akan

mendorong pertumbuhan ekonomi secara umum;

g. menciptakan hubungan industrial yang lebih aman.

4

Page 5: Makalah Ketenagakerjaan

Maksud besar penetapan upah minimum ini adalah memberikan jaminan

kesejahteraan bagi pekerja/ buruh dalam situasi tawar dengan pengusaha yang

kurang menguntungkan. Kebijakan ini bertujuan menciptakan suasana yang

berkeadilan diantara Pengusaha, Pekerja/ buruh. Dalam pembahasan ini,

kelompok kami menyimpulkan bahwa ukuran keadilan dalam penetapan upah

adalah para pihak yang terkait dalam masalah pengupahan ini tidak saling

merugikan satu sama lainnya. Kelompok kami juga akan menganalisis penetapan

kebijaksanaan upah minimun untuk mencapai keadilan sosial dengan

menggunakan beberapa teori, yaitu:

A. Teori dan Hukum Penawaran dan Permintaan

Teori pengupahan pada dasarnya masih tetap berlandaskan hukum

penawaran dan permintaan yang dikembangkan oleh Adam Smith (1723-

1790). Teori adam Smith termasuk dalam teori klasik yang didasarkan pada

pertumbuhan penyediaan atau penawaran faktor produksi. Teori dan hukum

penawaran dan permintaan tersebut didasarkan pada asumsi pasar sempurna

dan mobilitas tenaga kerja secara sempurna. Bila upah disuatu sektor ekonomi

atau disuatu daerah tertentu lebih rendah dari upah di sektor daerah lain, maka

sebagian pekerja akan berpindah.

Teori ini hanya bisa mencerminkan keadilan sosial apabila penawaran

dan permintaan tersebut didasarkan pada asumsi pasar sempurna dan mobilitas

tenaga kerja secara sempurna, artinya pengusaha dan pekerja/ buruh tidak

saling membutuhkan. Pengusaha bebas untuk mengganti pekerja/ buruhnya

dan pekerja/ buruh dapat berpindah ke pekerjaan lain yang menawarkan upah

yang lebih menarik. Lalu, apa yang akan terjadi apabila pemerintah menarik

kebijakan penetapan upah minumum? Apakah kebijakan tersebut akan

mengacaukan proses tawar menawar antar pengusaha dan pekerja/ buruh.

Buruh akan lebih merasa aman dengan posisi yang telah ditetapkan oleh

pemerintah, sebaliknya pengusaha belum tentu dapat secara finansial

mencapai kemampuan memberikan upah minimum yang ditetapkan

pemerintah. Kemudian apakah dari kekacauan proses penawaran dan

5

Page 6: Makalah Ketenagakerjaan

permintaan tersebut akan menghasilkan implementasi kebijakan yang

berkeadilan sosial?

B. Teori Investasi Sumberdaya Manusia

Teori Investasi Sumberdaya manusia didasarkan pada asumsi bahwa

setiap tambahan investasi sumberdaya manusia dalam bentuk pendidikan,

latihan, pengalaman kerja serta gizi dan kesehatan akan menambah

kemampuan berproduksi dari orang yang bersangkutan. Dengan kata lain,

produktifitas kerja atau produk yang dihasilkan oleh seseorang, berbanding

lurus dengan akumulasi investasi sumberdaya manusia yang dialami oleh

orang tersebut. Semakin besar akumulasi investasi sumberdaya manusia yang

dialamu seseorang, semakin tinggi produktifitas kerjanya.

Upah merupakan imbalan atas nilai produk yang dihasilkan oleh

seseorang. Semakin tinggi produktivitas kerja seseorang, semakin tinggi pula

upahnya. Dengan kata lain, tingkat upah berbanding lurus dengan

produktivitas kerja dan dengan demikian berbanding lurus dengan akumulasi

investasi manusia. Apa yang akan terjadi apabila Pemerintah menetapkan upah

minimum, dikhawatirkan pengusaha akan cenderung merasa aman bila

memberikan upah yang telah memenuhi standard minimum, sedangkan

pekerja cendeung tidak termotivasi untuk meningkatkan produktifitasnya

karena telah merasa aman dengan batasan upah minimum yang diberikan oleh

pemerintah.

C. Teori Upah Kontekstual

Tingkat upah dipengaruhi oleh kondisi pekerja, kondisi perusahaan

dan berbagai faktor ekonomi dan sosial dalam masyarakat. Tingkat upah

dipengaruhi oleh kualitas atau produktivitas pekerja sebagai wujud dari

akumulasi pendidikan, latihan dan pengalaman kerjanya. Tingkat upah juga

dipengaruhi oleh kondisi perusahaan, teknologi yang digunakan dan kualitas

manajemen di perusahaan tersebut. Peran serikar pekerja, tingkat upah

diperusahaan lain dan kebijaksanaan Pemerintah dapat pula mempengaruhi

pengupahan di suatu perusahaan.

6

Page 7: Makalah Ketenagakerjaan

Apa yang akan terjadi apabila Pemerintah menetapkan upah

minimum, dikhawatirkan pengusaha akan cenderung merasa aman bila

memberikan upah yang telah memenuhi standard minimum, sedangkan

pekerja cendeung tidak termotivasi untuk meningkatkan kualitas kerjanya

karena telah merasa aman dengan batasan upah minimum yang diberikan oleh

pemerintah.

7

Page 8: Makalah Ketenagakerjaan

BAB. III

FAKTA DAN MASALAH

I. Masalah yang Muncul dari Kebijakan Penetapan Upah Minimum.

Dari pemaparan yang telah disinggung sebelumnya pada Bab Kerangka

Teori, kelompok kami menyimpulkan masalah utama yang terkait dengan

penetapan upah minimum, yaitu:

1. Apakah Kebijakan pemerintah menetapkan upah minimum telah

mencerminkan keadilan sosial bagi masyarakat?

Untuk menjawab masalah tersebut, kelompok kali akan menganalisis

berdasarkan fakta empiris yang terjadi dan menganalisis secara yuridis mengenai

kebijakan pemberian upah di Indonesia. Dari pembahasan itulah maka dapat

diambil kesimpulan mengenai keadilan sosial kebijakan pemerintah enetapkan

upah minimum tersebut.

II. Pembahasan

A. Fakta Penerapan Kebijakan Upah Minimum

Untuk mengetahui fakta empiris dari penerapan kebijakan upah minimum,

maka kelompok kami mengutip hasil penelitian lembaga penelitian SMERU

dengan dukungan dari USAID /PEG yang meneliti tentang “Dampak Kebijakan

Upah Minimum terhadap Tingkat Upah dan Penyerapan Tenaga Kerja di Daerah

Perkotaan Indonesia.

Dari hasil analisis statistik penelitian ini menunjukkan kenaikan upah

minimum telah mendongkrak upah pekerja kasar. Adanya hubungan yang positif

antara tingkat upah minimum dan tingkat upah rata-rata juga ditemukan di

berbagai kelompok pekerja lainnya, misalnya pekerja perempuan, muda usia,

berpendidikan rendah, dan pekerja kerah putih (white collar worker). Namun

hubungan positif tersebut secara statistik tidak nyata. Hal ini tidak berarti bahwa

upah minimum tidak berpengaruh terhadap upah pekerja secara individu, tetapi

pengaruh tersebut berbeda-beda antar pekerja. Upah beberapa pekerja terangkat

8

Page 9: Makalah Ketenagakerjaan

oleh adanya upah minimum, sementara upah pekerja lainnya malah tertekan,

sehingga pengaruhnya menjadi tidak nyata pada upah rata-rata keseluruhan

pekerja.

Berbeda dengan dampak terhadap upah, hasil analisis statistik

menunjukkan bahwa:

- Kenaikan upah minimum berdampak negatif terhadap penyerapan tenaga

kerja di sektor formal perkotaan, dengan perkecualian bagi pekerja kerah

putih.

- Dampak negatif dari upah minimum sangat dirasakan oleh kelompok yang

mempunyai kerentanan tinggi terhadap perubahan dalam kondisi pasar tenaga

kerja, seperti pekerja perempuan, pekerja muda usia, dan pekerja

berpendidikan rendah. Perlu diingat bahwa mereka ini merupakan mayoritas

dari pekerja di Indonesia, baik di sektor formal maupun sektor informal.

- Pekerja kerah putih (white colar worker) adalah satu-satunya kategori pekerja

yang mendapat keuntungan dari upah minimum dalam hal penyerapan tenaga

kerja.

- Setelah adanya kenaikan upah minimum perusahaan mengubah proses

produksi yang padat tenaga kerja dengan proses produksi yang lebih padat

modal dan lebih menuntut keterampilan. Karena adanya saling keterkaitan

antara modal dan keterampilan, maka proporsi pekerja kerah putih yang lebih

tinggi menandai adanya pemanfaatan teknologi yang lebih padat modal.

Dengan demikian, adanya kenaikan tingkat upah minimum maka perusahaan

akan mengurangi sebagian tenaga kerja untuk digantikan dengan pekerja

kerah putih.

Karakteristik-karakteristik perusahaan sangat mempengaruhi

penerapan peraturan upah minimum di tingkat perusahaan. Secara umum,

perusahaan-perusahaan di sektor padat modal membayar upah lebih tinggi,

dan karena itu menunjukkan penerapan peraturan upah minimum yang lebih

tinggi daripada perusahaan-perusahaan di sektor padat karya. Ukuran

perusahaan juga merupakan faktor penentu dalam penerapan peraturan upah

minimum. Umumnya perusahaan yang lebih besar akan lebih mampu

9

Page 10: Makalah Ketenagakerjaan

membayar upah lebih tinggi, dan karena itu penerapan peraturan upah

minimumnya lebih baik daripada perusahaanperusahaan kecil. Perusahaan-

perusahaan modal asing juga umumnya membayar upah lebih tinggi dan

menerapkan peraturan upah minimum secara lebih efektif dibandingkan

dengan perusahaan-perusahaan domestik.

Sementara itu, perusahaan-perusahaan yang menjual produknya ke

pasar ekspor rata-rata membayar upah lebih tinggi dan menerapkan peraturan

upah minimum lebih baik daripada perusahaanperusahaan yang hanya

mengincar pasaran domestik. Namun, temuan-temuan mengenai perusahaan-

perusahaan padat modal, perusahaan asing, dan eksportir ini ternyata lebih

diakibatkan karena perusahaan-perusahaan tersebut masuk dalam kategori

sampel perusahaan skala besar. Analisis ekonometrik menunjukkan bahwa

skala perusahaan adalah penentu utama kemampuan perusahaan dalam

menerapkan peraturan upah minimum. Pekerja di perusahaan skala menengah

memiliki 21% kemungkinan lebih tinggi untuk memperoleh upah di atas upah

minimum daripada pekerja di perusahaan skala kecil. Demikian pula, pekerja

di perusahaan skala besar mempunyai 44% kemungkinan lebih tinggi untuk

menerima upah di atas upah minimum daripada pekerja di perusahaan skala

kecil.

Kkarakteristik-karakteristik pekerja juga mempengaruhi penerapan

peraturan upah minimum oleh perusahaan. Pekerja pria rata-rata digaji lebih

tinggi dari upah minimum dan hanya sedikit dari pekerja pria yang menerima

upah di bawah upah minimum dibanding dengan pekerja perempuan.

Hubungan U-terbalik yang sering ditemui antara usia dan upah juga tampak

jelas dalam studi ini. Upah mulamula meningkat seiring dengan

meningkatnya umur, tetapi kemudian menurun kembali pada tingkat umur

yang semakin tua. Pendidikan juga merupakan faktor penentu yang penting

dalam penetapan upah. Mereka yang hanya berpendidikan tidak lebih tinggi

dari sekolah lanjutan tingkat pertama rata-rata dibayar sekitar upah minimum.

Kemudian, ditemukan adanya hubungan yang positif antara pengalaman kerja

dengan tingkat upah yang diterima. Akan tetapi, analisis ekonometrik

10

Page 11: Makalah Ketenagakerjaan

mengidentifikasi jender sebagai variabel utama yang mempengaruhi apakah

seorang pekerja dibayar di atas upah minimum atau tidak. Pekerja perempuan

mempunyai 19% kemungkinan lebih rendah untuk dibayar di atas upah

minimum dibanding dengan pekerja laki-laki. Dengan demikian, baik

karakteristik-karakteristik perusahaan maupun pekerja sama-sama

mempengaruhi kemungkinan apakah seorang pekerja dibayar sesuai dengan

atau lebih rendah daripada upah minimum.

Survei kualitatif menemukan bahwa jenis kontrak kerja yang

mencerminkan hubungan kerja antara perusahaan dan pekerjanya juga

mempunyai konsekuensi penting terhadap kesejahteraan pekerja. Pekerja

harian lepas menerima upah rata-rata sekitar upah minimum dan sekitar 44%

dari pekerja dalam kategori ini dibayar lebih rendah daripada upah minimum.

Sebaliknya, pekerja bulanan tetap umumnya menerima upah lebih tinggi

daripada kategori pekerja-pekerja lainnya. Menurut responden dari

perusahaan, cara penetapan kebijakan upah minimum akhirakhir ini telah

menghambat perkembangan sejumlah perusahaan, sehingga menghambat

peningkatan penyerapan tenaga kerja di sektor moderen.

Kebijakan upah minimum juga telah menjadi salah satu penyebab

utama perselisihan perburuhan. Sebelum krisis, upah minimum ditetapkan

sekali setiap tahun. Namun baru-baru ini dibeberapa wilayah tingkat upah

minimum telah diubah lebih dari satu kali dalam setahun. Akibatnya, hal ini

menimbulkan masalah bagi perusahaan dalam melakukan perencanaan dan

memperkirakan aliran dana. Disamping itu, hal ini juga menimbulkan

kesulitan bagi perusahaan-perusahaan yang sudah menandatangani kontrak

dengan pembeli. Perhitungan biaya dalam kontrak tidak memasukkan

kenaikan tingkat upah yang tidak diperkirakan sebelumnya, sehingga

menyebabkan kerugian bagi perusahaan.

Upah minimum tampaknya juga telah mengurangi insentif bagi

pekerja untuk meningkatkan produktivitas. Sejak akhir tahun 1980an tingkat

upah minimum sudah mengalami kenaikan dengan cepat sehingga telah

mencapai satu titik dimana upah minimum menjadi tingkat upah yang berlaku

11

Page 12: Makalah Ketenagakerjaan

bagi sebagian besar pekerja. Hal ini terutama terjadi di perusahaan-

perusahaan skala menengah dan kecil. Semua pekerja tidak terampil dan

setengah terampil di perusahaan-perusahaan ini kini menerima upah yang

kurang lebih sama besarnya, yaitu upah minimum. Akibatnya, hal ini telah

membatasi kemampuan perusahaan untuk menggunakan upah sebagai sistem

insentif untuk meningkatkan produktivitas pekerja. Juga terdapat

kekhawatiran bahwa hal ini akan menimbulkan disinsentif bagi pekerja yang

lebih produktif. Akhirnya, hal ini dapat menyebabkan penurunan

produktivitas secara keseluruhan di perusahaanperusahaan tersebut.

Dampak upah minimum terhadap perusahaan berbeda antar sektor.

Dampak yang paling besar terjadi pada sektor-sektor yang padat karya.

Namun, perusahaan-perusahaan di sektor ini tidak mempunyai banyak pilihan

selain mentaati peraturan upah minimum, sekalipun sesungguhnya mereka

kesulitan untuk membayar upah pekerja pada tingkat itu. Tetapi, biaya bila

tidak mematuhi peraturan diperkirakan akan lebih besar karena kemungkinan

akan terjadinya perselisihan perburuhan.

Secara teoritis, bagi perusahaan yang sedang menghadapi kesulitan

untuk menerapkan peraturan upah minimum memang peraturan memberi

kesempatan untuk mengajukan permohonan penundaan sementara. Namun,

persyaratan untuk mendapatkan ijin penundaan ini sulit dipenuhi dan

biayanya sangat mahal, sperti harus adanya audit oleh akuntan publik.

Disamping itu, penundaan cenderung mengundang protes dan pemogokan

pekerja, sehingga akan mengganggu kegiatan produksi dan mengakibatkan

keterlambatan pengiriman produk kepada pemesan.

Kombinasi antara hubungan perburuhan yang penuh masalah dan semakin

banyaknya peraturan ketenagakerjaan yang cenderung memberatkan

perusahaan akhir-akhir ini telah menjadi keprihatinan banyak perusahaan.

Perusahaan tidak hanya harus menerapkan peraturan mengenai upah

minimum, tetapi mereka juga menghadapi kesulitan untuk mempertahankan

pekerja mereka, terutama karena adanya peraturan mengenai uang pesangon

yang mendorong pekerja untuk keluar dari pekerjaannya hanya karena ada

12

Page 13: Makalah Ketenagakerjaan

perselisihan kecil dengan pihak manajemen. Untuk mengatasi masalah ini,

beberapa perusahaan telah memilih untuk mengubah sistem kepegawaian

mereka, yaitu dengan cara lebih banyak menggunakan pekerja borongan.

B. Analisis Yuridis Kebijakan Pemberian Upah di Indonesia

Terdapat hal-hal yang menjadi kendala untuk dapat terwujudnya

tujuan yang ideal dari undang-undang No. 13 tahun 2003 tersebut karena

masih terdapat aturan-aturan dalam pasal-pasalnya yang belum jelas dan

kontradiktif dengan peraturan-peraturan pelaksanaannya.

1. Perumusan pasal yang yang tidak jelas

Pasal 88 ayat (1) Undang-Undang No, 13 Tahun 2003 mengatur bahwa :

"Setiap pekerja/buruh berhak memperoleh penghasilan yang memenuhi

penghidupan yang layak bagi kemanusiaan"

Belum ada kriteria atau parameter yang dapat digunakan sebagai

penetapan kehidupan yang layak berikut jenis-jenis kebutuhan untuk setiap

komponen. Sebaiknya dalam Undang-Undang No. 13 Tahun 2003

dijelaskan secara gamblang hal-hal apa saja yang seharusnya dipenuhi

dalam menetapkan kebutuhan hidup yang layak karena Kebutuhan hidup

yang layak dapat meningkatkan produktivitas kerja dan produktivitas

perusahaan yang pada akhirnya dapat meningkatkan produktivitas

nasional.

Adanya penetapan Upah Minimum aebagaimana diatur dalam

Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor PER-01/MEN/1999 juga pada

prakteknya masih belum memenuhi rasa keadilan para pihak yang terlibat

dalam hubungan kerja.

Penetapan upah minimum kemudian upah minimum regional

(UMR) atau upah minimum Daerah (UMD) atau Upah Minimum Kota

(UMK) mengacu pada UU Otonomi Daerah no, 22 tahun 1999. Intervensi

pemerintah dalam hal ini ditunjukkan untuk menghilangkan kesan

13

Page 14: Makalah Ketenagakerjaan

eksploitasi pemilik usaha kepada buruh karena membayar dibawah standar

hidupnya. Nilai UMR, UMD dan UMK ini biasanya dihitung bersama

berbagai pihak yang merujuk kepada kebutuhan fisik Minimum Keluarga

(KFM), kebutuhan Hidup Minimum (KHM) atau kondisi lain didaerah

yang bersangkutan.

Penetapan UMR sendiri sebenarnya sangat bermasalah dilihat dari

realitas terbentuknya kesepakatan upah dari pihak pengusaha dan buruh.

Dalam kondisi normal dan dalam sudut pandang keadilan ekonomi,

seharusnya nilai upah sebanding dengan besarnya peran jasa buruh dalam

mewujudkan hasil usaha dari perusahaan yang bersangkutan. Penetapan

UMR dan UMD di satu sisi dimanfaatkan buruh-buruh malas untuk

memaksa pengusaha memberikan gaji minimal, meski perannya dalam

kerja perusahaan sangat sedikit (meskipun ini sangat jarang terjadi). Di sisi

lain UMR dan UMD skerap digunakan pengusaha untuk menekan besaran

gaji agar tidak terlalu tinggi, meskipun si buruh telah mengorbankan

tenaga dan jam kerjanya yang sangat banyak dalam proses produksi suatu

perusahaan. Bila diteliti lebih jauh, penetapan UMR dan UMD ternyata

tidak serta merta menghilangkan masalah gaji/ upah ini. Hal ini terjadi

disebabkan oleh:

a). Pihak pekerja , yang mayoritasnya berkualitas rendah dalam kuantitas

yang banyak sehingga nyaris tidak memiliki posisi tawar yang cukup

dalam menetapkan gaji yang diinginkan. Akhirnya besaran gaji hanya

ditentukan oleh pihak pengusaha dan kaum buruh berada di posisi sulit

menolak;

b). Pihak pengusaha sendiri sering merasa keberatan dengan batasan UMR

mengingat meskipun pekerja tersebut bekerja sedikit dan mudah,

pengusaha tetap harus membayar sesuai dengan batas tersebut.

c). Posisi tawar yang rendah dari para buruh semakin memprihatinkan

dengan tidak adanya pembinaan dan peningkatan kualitas buruh oleh

14

Page 15: Makalah Ketenagakerjaan

pemerintah, baik terhadap kualitas keterampilan dan pengetahuan para

buruh terhadap berbagai regulasi perburuhan.

d). Kebutuhan hidup yang juga memang bervariasi dan bertambah tetap

saja tidak dapat dipenuhi dengan gaji sesuai UMR. Pangkal dari

masalah ini adalah pemasukan dalam memenuhi berbagai kebutuhan

dasar kehidupan masyarakat.

2. Pengecualian Asas No Work No Pay

Beadasarkan Pasal 93 (2) buruh/ pekaaja berhak atas upah penuh

selama tidak masuk kerja sebagai pengecualian asas No Work No Pay.

Namun penggunaan hak tersebut tidak dapat dilaksanakan jika hak

pengecualian asas No Work No Pay tersebut tidak diatur dalam perjanjian

kerja, Peraturan Perusahaan, atau Perjanjian Kerja Bersama. Hal ini diatur

dalam Pasal 93 (5) yang menentukan: "Pengaturan pelaksanaan ketentuan

sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) ditetapkan dalam perjanjian kerja,

peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama. Pengaturan Pelaksaan

Pasal 93 ayat (2) dalam Perjanjian Kerja, pexatuaaa Perusahaan, perjanjian

Kerja bersama tersebut di atas bertentangan dengan Undang-Undang No.

10 Tahun 2005 yang mengatur hierarki Peraturan Perundang-undangan

yang tidak memasukkan perjanjian kerja, peraturan perusahaan, dan

perjanjian kerja bersama ke dalam hierarki peraturan perundang-undangan.

Peraturan Pelaksana dari Undang-undang No, 13 Tahun 2003 ini

seharusnya dituangkan dalam Peraturan Pemerantah atau minimal

dalam Keputusan Presiden.

3. Inkonsistensi antara Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 dengan salah

satu peraturan pelaksanaannya.

Dalam Pasal 1 angka 30 Undang-undang No. 13 Tahun 2003

diatur bahwa upah adalah hak pekerja atau buruh yang diterima dan

dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau

pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang ditetapkan dan

dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan 15

Page 16: Makalah Ketenagakerjaan

perundang-undangan, termasuk tunjangan bagi pekerja/ buruh dan

keluarganya atas suatu pekerjaan dan/ atau jasa yang telah atau akan

dilakukan.

Disisi lain dalam Pasal 1 huruf a Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun

1981 diatur bahwa upah adalah suatu pemerimaan sebagai imbalan dari

pengusaha kepada buruh untuk suatu pekerjaanatau jasa yang telah

dilakukan atau akan dilakukan, dinyatakan atau dinilai dalam bentuk uang

yang ditetapkan menurut suatu persetujuan atau peraturan perundang-

undangan, dan dibayarkan atas dasar suatu perjanjian kerja antara pengusaha

dengan buruh, termasuk tunjangan baik untuk buruh sendiri maupun

keluarganya.

Dari uraian diatas jelas upah diberikan dalam bentuk uang, namun

secara normatif masih ada kelonggaran bahwa upah dapat diberikan dalam

bentuk lain berdasarkan perjanjuan atau peraturan perundang-undangan,

dengan batasan nilainya tidak boleh melebihi 25 % (dua puluh lima persen)

dari nilai upah yang seharusnya diterima (Pasal 12 Peraturan Pemerintah

No. 8 Tahun 1981).

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan adanya ketidaksesuaian pembatasan

pengertian upah itu sendiri.

16

Page 17: Makalah Ketenagakerjaan

BAB. IV

PEMECAHAN MASALAH

A. Peningkatan Peran Pemerintah Dalam Masalah Hubungan Pengusaha dan

Pekerja/ Buruh.

Pemerintah dalam upaya mewujudkan keadilan antara pekerja/ buruh

dan pengusaha di Indonesia saat ini masih belum seimbang, hal ini terbukti

dengan masih bergejolaknya masalah perburuhan akibat perundang-undangan

yang ada tidak memberi kepastian hukum. Kelompok kami melihat bahwa ada

dua peran pemerintah yang dapat dijalankan, yaitu sebagai mediator dan

sebagai regulator.

1. Sebagai mediator

Fungsi mediator yang dilakukan oleh pemerintah dilakukan dengan tujuan:

a. Menjembatani antara kepentingan buruh/ pekerja dengan kepentingan

pengusaha agar nantinya diproleh solusi jalan tengah (win win solution)

melalui proses yang demokratis. Pada dasarnya kepentingan pekerja/

buruh adalah memperoleh kesejahteraan atas imbalab dari pekerjaan

yang dilakukannya, dan kepentingan dari pengusaha adalah dapat

menjalankan usaha dengan biaya terjangkau sehingga dapat memperoleh

keuntungan atas usaha yang dilakukannya.

b. Berusaha memberi keadilan bagi pengusaha maupun bagi buruh, karena

pada dasarnya keduanya saling membutuhkan dalam menciptakan

kesejahteraan satu sama lain pada khususnya dan bagu perekonomian

Indonesia pada umumnya. Bagi pengusaha agar dapat berusaha,

memperoleh keuntungan dan memutar roda perekonomian, sedangkan

bagi buruh mendapatkan perlindungan dan memperoleh haknya sebagai

tenaga kerja.

17

Page 18: Makalah Ketenagakerjaan

Langkah-langkah yang dilakukan oleh pemerintah dalam mewujudkan

perannya sebagai mediator dilakukan dengan :

a. Menghidupkan kembali forum tripartit.

Sebagai salah satu unsur dari tripartit, diharapkan pemerintah dapat

memiliki peran yang lebih besar dalam menjembatani kepentingan

pengusaha dan buruh/ pekerja yang seringnya berseberangan.

b. Membuka ruang dialog bagi buruh dan pelaku usaha.

2. Sebagai Regulator

Sebagai regulator, pemerintah berperanan aktif dalam usaha membuat

peraturan perundang-undangan dalam bidang ketenagakerjaan. Dalam hal

terdapat kekurangan dari suatu

peraturan peruiluangan maka pemerintah dalam perannya sebagai regulator

dapat melaukan revisi terhadap peraturan tersebut dengan memperhatikan

aspirasi dari semua pihak yang Lerkait. Jangan sarnpai terjadi kekacauan

akibat adanya undang-undang tersebut.

Sebagai contoh adaiah adanya revisi Undang-undang terhadap Undang-

Undang No. 13 Tabun 2003 yang manual reaksi keras dan i pihak

buruh/pekerja. Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

yang kini berlaku dirasa menguntungkan kepentingan pihak buruh. Kongres

Serikat Pekerja Indonesia terus menolak rencana revisi Undang-Undang No.

13 tahun 2003 tersebut karena dinilai. sangat merugikan kaum pekerja. Hal

tersebut diatas terjadi karena pemerintah saaL ini masih sangat berorientasi

pada perbaikan ekondmi dengan care menarik para investor penanam modal

using dengan mengunggulkan politik upah murah, tanpa melakukan

perbaikan masalah birokrasi yang juga masih simpang siur (dan masih

banyak pungutan-pungutan liar), serta masih banyak lagi hal lain yang

seharusnya juga dibenahi seperti korupsi dan lain sebagainya.

18

Page 19: Makalah Ketenagakerjaan

Selain berperan sebagai mediator dan regulator dalam bidang

ketenagakerjaan pada khususnya, pemerintah pun seharusnya dapat

memberikan jaminan kesejahteraan yang layak bagi pekerja , karena saat ini

terdapat kecenderungan pemahaman bahwa kesejahteraan pekerja adalah

tanggung jawab pengusaha. Negara dalam hal ini seolah-olah lepas tangan

sama sekali. Sektor kesehatan yang harus dipenuhi oleh Negara. Sebab,

kedua sektor tersebut termasuk dalam kategori pemeliharaan kemaslahatan

umum. Negaralah yang harus menjamin seluruh fasilitas kesehatan dan

pendidikan yang memadai sehingga dapat dinikmati oleh seluruh warga

negara, tidak terkecuali para buruh.

Dengan demikian, tidak akan terjadi lagi tarik ulur antara pengusaha dengan

buruhnya mengenai masalah tersebut. Para buruh bisa bekerja dengan

kenang, karena kebutuhan primernya sudah terpenuhi sambil menunggu

upahnya untuk memenuhi kebutuhan sekunder dan tersiernya. Dengan

lancarnya pekerjaan para buruh maka pengusaha pun akan senang karena

berarti produksi berjalan baik maka keuntungan dapat diraih. Negara pun

akan memperoleh bagian dengan lancarnya perniagaan para pengusaha yaitu

melalui pajak yang disetorkan untuk dikelola demi kepentingan seluruh

rakyat.

19

Page 20: Makalah Ketenagakerjaan

BAB. V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Upah minimum telah menguntungkan sebagian pekerja tetapi

merugikan sebagian lainnya. Para pekerja yang dapat mempertahankan

pekerjaannya di pabrik-pabrik jelas mendapat keuntungan dari peningkatan

upah minimum. Pekerja kerah putih jelas merasakan manfaat besar dari

penegakan kebijakan upah minimum. Namun, mereka yang kehilangan

pekerjaan sebagai akibat meningkatnya upah minimum adalah mereka yang

dirugikan oleh kebijakan upah minimum. Mereka ini khususnya terdiri dari

para pekerja yang rentan terhadap perubahan kondisi pasar tenaga kerja,

seperti pekerja perempuan, muda usia, dan mereka yang berpendidikan

rendah.

Dalam iklim pertumbuhan ekonomi tinggi, peningkatan upah

minimum tidak terlalu menjadi persoalan karena pertumbuhan itu sendiri

akan mendorong peningkatan upah, sehingga tingkat upah yang berlaku sama

dengan atau di atas upah minimum. Pertumbuhan ekonomi juga akan

mendorong penciptaan kesempatan kerja yang lebih besar daripada yang

hilang karena kebijakan upah minimum.

Dampak upah minimum terhadap kesejahteraan pekerja di sektor

informal, yang merupakan sebagian besar dari angkatan kerja di Indonesia,

mungkin sama pentingnya atau bahkan lebih penting lagi. Salah satu bidang

yang penting untuk dikaji di waktu yang akan datang adalah bagaimana

dampak pengurangan kesempatan kerja di sektor modern dari upah minimum

berpengaruh terhadap penghasilan riil dari mereka yang bekerja di sektor

informal.

20

Page 21: Makalah Ketenagakerjaan

Penetapan upah yang ditetapkan oleh Pemerintah adalah ketentuan

upah minimum yang berlaku secara regional, sektoral regional atau sub

sektoral regional wajib dilaksanakan oleh setiap perusahaan dengan

pengertian bahwa perusahaan tidak boleh membayar upah pekerjanya di

bawah Ketentuan Upah Minimum. Apabila Pemerintah mengeluarkan

Ketetapan Upah Minimum yang baru yang jumlahnya meningkat dari yang

lama maka akan terjadi perubahan upah di dalam perusahaan. Mereka yang

berada pada tingkat upah minimum yang lama akan mengalami kenaikan

upah minimal sama dengan kenaikan di dalam Ketetapan Upah Minimum.

Dengan naiknya upah pekerja yang paling bawah dapat mendekati atau

menyamai tingkat upah pekerja di atasnya. Pekerja yang berada di atas

Ketentuan Upah Minimum Pemerintah.

B. SARAN

Inti dari menaikkan posisi tawar pekerja/ buruh dalam proses

negosiasi upah tidak adalah tingkat kesejahteraan pekerja/ buruh itu sendiri.

Kesejahteraan merupakan pertanda telah terpenuhinya kebutuhan masyarakat

di suatu Negara. Pemenuhan kebutuhan masyarakat disuatu Negara, paling

tidak kebutuhan pokoknya, adalah tugas dari pemerintah.

21

Page 22: Makalah Ketenagakerjaan

DAFTAR PUSTAKA

Gaol, Lumban S, Pengaturan Upah Perusahaan, Pendidikan Lanjutan Ilmu Hukum, Universitas Indonesia.

Simanjuntak, Payaman J, Teori dan Sistem Pengupahan, Himpunan Pembina Sumberdaya Manusia Indonesia, Jakarta 1996.

SMERU, Dampak Kebijakan Upah Minimum terhadap Tingkat Upah dan Penyerapan Tenaga Kerja di Daerah Indonesia, Jakarta, Oktober 2001.

Silalahi, Marulinda, Tinjauan Yuridis Pengaturan Upah Pekerja/ Buruh Dihubungkan Dengan UU No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan Serta Implikasinya Terhadap Upaya Mewujudkan Keadilan Antara Pekerja/ Buruh dan Pengusaha, Tesis: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta, 2006.

Supriadi, Andri Yudhi, Dampak Kenaikan Upah Minimum Terhadap Pekerjaan Formal di Perkotaan Tahun 1998-2004, Tesis: Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik Program Pascasarjana Universitas Indonesia, Jakarta 2005.

22