EKONOMI TEKNIK

31
MANAJEMEN PENDIDIKAN EKONOMI TEKNIK DISUSUN OLEH : TRIE YUNIANTI ANDINI /1206263723 Aryo Bodroseno /1206314705 Adi Januardi /1206263692 Kenny Prasetyo /1206263704

description

this paper dedicated to all people who wants to know more and discoverable for everyone to get more information about economics engineering

Transcript of EKONOMI TEKNIK

MANAJEMEN PENDIDIKAN

EKONOMI TEKNIK DISUSUN OLEH :

TRIE YUNIANTI ANDINI /1206263723

Aryo Bodroseno /1206314705

Adi Januardi /1206263692

Kenny Prasetyo /1206263704

MANAJEMEN PENDIDIKAN

PENDAHULUAN

1. A. LATAR BELAKANG

Pendidikan mempunyai tugas menyiapkan sumber daya manusia untuk pembangunan.

Derap langkah pembangunan selalu diupayakan seirama dengan tuntutan zaman.

Perkembangan zaman selalu memunculkan persoalan-persoalan baru yang tidak pernah

terpikirkan sebelumnya. Bab ini akan mengkaji mengenai permasalahan pokok pendidikan,

dan saling keterkaitan antara pokok tersebut, faktor-faktor yang mempengaruhi

perkembangannya dan masalah-masalah aktual beserta cara penanggulangannya.

Suatu pendidikan dipandang bermutu-diukur dari kedudukannya untuk ikut mencerdaskan

kehidupan bangsa dan memajukan kebudayaan nasional-adalah pendidikan yang berhasil

membentuk generasi muda yang cerdas, berkarakter, bermoral dan berkepribadian. Untuk itu

perlu dirancang suatu sistem pendidikan yang mampu menciptakan suasana dan proses

pembelajaran yang menyenangkan, merangsang dan menantang peserta didik untuk

mengembangkan diri secara optimal sesuai dengan bakat dan kemampuannya. Memberikan

kesempatan kepada setiap peserta didik berkembang secara optimal sesuai dengan bakat dan

kemampuannya adalah salah satu prinsip pendidikan demokratis.

Mengenai masalah pedidikan, perhatian pemerintah kita masih terasa sangat minim.

Gambaran ini tercermin dari beragamnya masalah pendidikan yang makin rumit. Kualitas

siswa masih rendah, pengajar kurang profesional, biaya pendidikan yang mahal, bahkan

aturan uu pendidikan kacau. Dampak dari pendidikan yang buruk itu, negeri kita kedepannya

makin terpuruk. Keterpurukan ini dapat juga akibat dari kecilnya rata-rata alokasi anggaran

pendidikan baik di tingkat nasional, propinsi, maupun kota dan kabupaten.

Penyelesaian masalah pendidikan tidak semestinya dilakukan secara terpisah-pisah, tetapi

harus ditempuh langkah atau tindakan yang sifatnya menyeluruh. Artinya, kita tidak hanya

memperhatikan kepada kenaikkan anggaran saja. Sebab percuma saja, jika kualitas sumber

daya manusia dan mutu pendidikan di indonesia masih rendah. Masalah penyelenggaraan

wajib belajar sembilan tahun sejatinya masih menjadi pr besar bagi kita. Kenyataan yang

dapat kita lihat bahwa banyak di daerah-daerah pinggiran yang tidak memiliki sarana

pendidikan yang memadai. Dengan terbengkalainya program wajib belajar sembilan tahun

mengakibatkan anak-anak indonesia masih banyak yang putus sekolah sebelum mereka

menyelesaikan wajib belajar sembilan tahun. Dengan kondisi tersebut, bila tidak ada

perubahan kebijakan yang signifikan, sulit bagi bangsa ini keluar dari masalah-masalah

pendidikan yang ada, apalagi bertahan pada kompetisi di era global.

Manajemen pendidikan adalah keseluruhan (proses) yang membuat sumber-sumber

personil dan materiil sesuai yang tersedia dan efektif bagi tercapainya tujuan-tujuan bersama.

Manajemen pada pendidikan mengerjakan fungsi-fungsinya dengan jalan mempengaruhi

perbuatan orang-orang. Proses ini meliputi perencanaan, organisasi, koordinasi, pengawasan,

penyelenggaraan dan pelayanan dari segala sessuatu mengenai urusan sekolah yang langsung

berhubungan dengan pendidikan sekolah seperti kurikulum, guru, murid, metode-metode,

alat-alat pelajaran, dan bimbingan. Juga soal-soal tentang tanah dan bangunan sekolah,

perlengkapan, pembekalan, dan pembiayaan yang diperlukan penyelenggaraan pendidikan

termasuk didalamnya.

1. B. RUMUSAN MASALAH

1. Pengertian manajemen pendidikan.

2. Tujuan dan manfaat pendidikan.

3. Fungsi manajemen pendidikan.

4. Prinsip manajemen pendidikan.

5. Bagaimana ruang lingkup manajemen pendidikan.

6. Bagaimana proses manajemen kurikulum.

7. Faktor yang memengaruhu manajemen pendidikan.

8. Bagaimana pandangan terhadap manajemen pendidikan.

9. Langkah strategis manajemen pendidikan Indonesia.

1. C. TUJUAN

1. Mengetahui dan memahami Manajemen pendidikan.

2. Mengetahui dan memahami tujuan dan manfaat manajemen pendidikan.

3. Mengerti fungsi manajemen pendidikan.

4. Mengetahui prinsip dalam manajemen pendidikan.

5. Mengetahui ruang lingkup manajemen pendidikan.

6. Mengetahui proses manajemen pendidikan.

7. Mengetahui faktor yang memengaruhi manajemen pendidikan.

8. Mengetahui pandangan manajemen pendidikan.

9. Mengetahui langkah strategis Manajemen Pendidikan Indonesia

BAB II

PEMBAHASAN

2. A. PENGERTIAN MANAJEMEN PENDIDIKAN

Manajemen Pendidikan merupakan suatu cabang ilmu yang usianya relatif masih

muda sehingga tidaklah aneh apabila banyak yang belum mengenal. Istilah lama yang sering

digunakan adalah administrasi. Untuk memperjelas pengertian manajemen, tampaknya perlu

ada penjelasan lain yang lebih bervariasi mengenai makna manajemen.

Manajemen Pendidikan dalam kamus bahasa Belanda-Indonesia disebutkan bahwa istilah

manajemen berasal dari administratie yang berarti tata-usaha. Dalam pengertian manajemen

tersebut, administrasi menunjuk pada pekerjaan tulis-menulis di kantor. Pengertian inilah

yang menyebabkan timbulnya contoh-contoh keluhan kelambatan manajemen yang sudah

disinggung, karena manajemen dibatasi lingkupnya sebagai pekerjaan tulis-menulis.

Pengertian lain dari manajemen berasal dari bahasa Inggris administration• sebagai the

management of executive affairs. Dengan batasan pengertian seperti ini maka manajemen

disinonimkan dengan management•suatu pengertian dalam lingkup yang lebih luas

(Encyclopedia Americana, 1978, p. 171). Dalam pengertian Manajemen Pendidikan ini,

manajemen bukan hanya pengaturan yang terkait dengan pekerjaan tulis-menulis, tetapi

pengaturan dalam arti luas

Selain itu, Manajemen berasal dari kata to manage yang berarti mengelola. Pengelolaan

dilakukan melalui proses dan dikelola berdasarkan urutan dan fungsi-fungsi manajemen itu

sendiri. Manajemen adalah melakukan pengelolaan sumber daya yang dimiliki oleh sekolah

atau organisasi yang diantaranya adalah manusia, uang, metode, material, mesin dan

pemasaran yang dilakukan dengan sistematis dalam suatu proses. [ Rohiat. 2010. Manajemen

Sekolah, Teori Dasar dan Praktik. Bandung : PT Refika Aditama ]

Pada waktu ini istilah-istilah yang digunakan dalam menunjuk pekerjaan pelayanan kegiatan

adalah manajemen, pengelolaan, pengaturan dan sebagainya, yang didefinisikan oleh berbagai

ahli secara bermacam-macam. Antara lain :

a. Menurut Hasibuan, manajemen sebagai ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan

sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk

mencapai suatu tujuan tertentu.

[Hasibuan, Malayu S.P. 1995. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Bina Rupa

Aksara]

b. Stoner, seperti yang dikutip Fachruddin mendefinisikan manajemen sebagai suatu proses

perencanaan, pengorganisasian, memimpin dan mengawasi pekerjaan organisasi dan untuk

menggunakan semua sumber daya organisasi yang tersedia untuk mencapai tujuan organisasi

yang dinyatakan dengan jelas.

c. Gordon (1976) dalam Bafadal (2004:39), menyatakan bahwa manajemen merupakan

metode yang digunakan administrator untuk melakukan tugas-tugas tertentu atau mencapai

tujuan tertentu.

d. Ricky W. Griffin mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses perencanaan,

pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran

(goals) secara efektif dan efisien.

e. Harold Koontz & O’Donnel dalam bukunya yang berjudul “Principles of Management”

mengemukakan, manajemen adalah berhubungan dengan pencapaian sesuatu tujuan yang

dilakukan melalui dan dengan orang-orang lain.

f. Ensiclopedia of The Social Sciences, manajemen diartikan sebagai proses pelaksanaan

suatu tujuan tertentu yang diselenggarakan dan diarvasi.

g. G.R.Terry menyatakan Manajemen adalah suatu proses atau kerangka kerja, yang

melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang kearah tujuan-tujuan

organisasional atau maksudmaksud yang nyata.

h. Menurut Hilman Manajemen adalah fungsi untuk mencapai sesuatu melalui kegiatan

orang lain dan mengawasi usaha-usaha individu untuk mencapai tujuan yang sama.

i. Ricky W. Griffin berpendapat bahwa Manajemen sebagai sebuah proses perencanaan,

pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran

(goals) secara efektif dan efesien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan

perencanaan, sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar,

terorganisir, dan sesuai dengan jadwal.

j. Drs. Oey Liang Lee, Manajemen adalah seni dan ilmu perencanaan pengorganisasian,

penyusunan, pengarahan dan pengawasan daripada sumberdaya manusia untuk mencapai

tujuan yang telah ditetapkan.

k. William H. Newman mengatakan Manajemen adalah fungsi yang berhubungan dengan

memperoleh hasil tertentu melalui orang lain.

l. Prof. Eiji Ogawa, Manajemen adalah Perencanaan, Pengimplementasian dan Pengendalian

kegiatan-kegiatan termasuk system pembuatan barang yang dilakukan oleh organisasi usaha

dengan terlebih dahulu telah menetapkan sasaran-sasaran untuk kerja yang dapat

disempurnakan sesuai dengan kondisi lingkungan yang berubah.

m. Federick Winslow Taylor, Manajemen adalah Suatu percobaan yang sungguh-sungguh

untuk menghadapi setiap persoalan yang timbul dalam pimpinan perusahaan (dan organisasi

lain)atau setiap system kerjasama manusia dengan sikap dan jiwa seorang sarjana dan dengan

menggunakan alat-alat perumusan.

n. Henry Fayol, Manajemen mengandung gagasan lima fungsi utama yaitu, merancang,

mengorganisasi, memerintah, mengoordinasi, dan mengendalikan.

o. Dalam kurikulum 1975 yang disebutkan dalam Buku Pedoman Pelaksanaan Kurikulum

IIID, baik untuk Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama maupun Sekolah Menengah

Atas, manajemen ialah segala usaha bersama untuk mendayagunakan semua sumber-sumber

(personil maupun materiil) secara efektif dan efisien guna menunjang tercapainya tujuan

pendidikan.

Dari pengertian, Manajemen Pendidikan yang terakhir tersebut maka secara eksplisit

disebutkan bahwa manajemen sebagaimana yang digunakan secara resmi oleh Departemen

Pendidikan Nasional seperti dimuat dalam kurikulum 1975 dan kurikulum kelanjutannya,

diarahkan kepada tujuan pendidikan. Lebih luas lagi, apabila ditinjau dari definisi-definisi

yang lain, pengertian manajemen tersebut masih dapat diartikan untuk semua jenis kegiatan,

yang dapat diambil suatu kesimpulan definisi yaitu :

“Manajemen adalah rangkaian segala kegiatan yang menunjuk kepada usaha kerjasama

antara dua orang atau lebih untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan.”

Definisi lain dari manajemen yang lebih lengkap sebagaimana dikemukakan oleh Mulyani A.

Nurhadi adalah sebagai berikut :

“Manajemen adalah suatu kegiatan atau rangkaian kegiatan yang berupa proses

pengelolaan usaha kerjasama sekelompok manusia yang tergabung dalam organisasi

pendidikan, untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan sebelumnya, agar efektif

danefisien”.

Dari definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa di dalam pengertian

manajemen selalu menyangkut adanya tiga hal yang merupakan unsur penting, yaitu: (a).

usaha kerjasama, (b). oleh dua orang atau lebih, dan (c) untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan. Dalam pengertian tersebut sudah menunjukkan adanya gerak, yaitu usaha

kerjasama, personil yang melakukan, yaitu dua orang atau lebih, dan untuk apa kegiatan

dilakukan, yaitu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Tiga unsur tersebut, yaitu

gerak, orang, dan arah dari kegiatan, menunjukkan bahwa manajemen terjadi dalam sebuah

organisasi, bukan pada kerja tunggal yang dilakukan oleh seorang individu.

Jika pengertian Manajemen Pendidikan ini diterapkan pada usaha pendidikan maka sudah

termuat hal-hal yang menjadi objek pengelolaan atau pengaturan. Lebih tepatnya, definisi

Manajemen Pendidikan adalah sebagai berikut :

“Manajemen Pendidikan adalah rangkaian segala kegiatan yang menunjuk kepada usaha

kerjasama dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.”

Dengan menerapkan definisi tersebut pada usaha pendidikan yang terjadi dalam sebuah

organisasi, maka definisi Manajemen Pendidikan selengkapnya adalah sebagai berikut :

“Manajemen Pendidikan adalah suatu kegiatan atau rangkaian kegiatan yang berupa proses

pengelolaan usaha kerjasama sekelompok manusia yang tergabug dalam organisasi

pendidikan, untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan sebelumnya, agar efektif

dan efisien.”

Lebih lanjut Mulyani A. Nurhadi menekankan adanya ciri-ciri atau pengertian Manajemen

Pendidikan yang terkandung dalam definisi tersebut sebagai berikut : (Mulyani A. Nurhadi,

1983, pp. 2-5)

1. Manajemen merupakan kegiatan atau rangkaian kegiatan yang dilakukan dari, oleh

dan bagi manusia.

2. Rangkaian kegiatan itu merupakan suatu proses pengelolaan dari suatu rangkaian

kegiatan pendidikan yang sifatnya kompleks dan unik yang berbeda dengan tujuan

perusahaan untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya ; tujuan kegiatan

pendidikan ini tidak terlepas dari tujuan pendidikan secara umum dan tujuan

pendidikan yang telah ditetapkan oleh suatu bangsa.

3. Proses pengelolaan itu dilakukan bersama oleh sekelompok manusia yang tergabung

dalam suatu organisasi sehingga kegiatannya harus dijaga agar tercipta kondisi kerja

yang harmonis tanpa mengorbankan unsur-unsur manusia yang terlibat dalam kegiatan

pendidikan itu.

4. Proses itu dilakukan dalam rangka mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan

sebelumnya, yang dalam hal ini meliputi tujuan yang bersifat umum (skala tujuan

umum) dan yang diemban oleh tiap-tiap organisasi pendidikan (skala tujuan khusus).

5. Proses pengelolaan itu dilakukan agar tujuannya dapat dicapai secara efektif dan

efisien.

Apa yang dikemukakan oleh Mulyani A. Nurhadi ini cukup lengkap. Tetapi apabila akan

dihubungkan dan diintegrasikan dengan definisi manajemen pendidikan yang tertera di

dalam Pedoman Kurikulum tahun 1975 Buku IIID perlu ditambahkan adanya usaha bersama

untuk mendayagunakan semua sumber-sumber (personil dan materiil). Jika unsur tersebut

dimasukkan ke dalam pengertian manajemen pendidikan, maka rumusannya adalah :

“Manajemen Pendidikan adalah suatu kegiatan atau rangkaian kegiatan yang berupa proses

pengelolaan usaha kerjasama sekelompok manusia yang tergabug dalam organisasi

pendidikan yang dilakukan dengan usaha bersama secara efektif dan efisien., untuk

mendayagunakan semua sumber dan potensi yang ada demi tercapainya tujuan pendidikan

yang telah ditetapkan sebelumnya.”

1. B. TUJUAN DAN MANFAAAT MANAJEMEN PENDIDIKAN

Tujuan dan manfaat manajemen pendidikan antara lain:

1. Terwujudnya suasana belajar dan proses pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif,

menyenangkan dan bermakna (Pakemb)

2. Terciptanya peserta didik yang aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,

serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

3. Terpenuhinya salah satu dari 5 kompetensi tenaga kependidikan (tertunjangnya

kompetensi manajerial tenaga kependidikan sebagai manajer)

4. Tercapainya tujuan pendidikan secara efektif dan efesien

5. Terbekalinya tenaga kependidikan dengan teori tentang proses dan tugas administrasi

pendidikan (tertunjangnya profesi sebagai manajer atau konsultan manajemen pendidikan)

6. Teratasinya masalah mutu pendidikan, karena 80% masalah mutu disebabkan oleh

manajemennya

7. Terciptanya perencanaan pendidikan yang merata, bermutu, relevan, dan akuntabel

8. Meningkatkan citra positif pendidikan.

2. C. FUNGSI MANAJEMEN PENDIDIKAN

Secara umum, manajemen dapat dibagi menjadi 10 bagian, yaitu:

1.Planning

Planning adalah merencanakan atau perencanaan, yang terdiri dari 5 hal, yaitu :

a. Menetapkan tentang apa yang harus dikerjakan, kapan dan bagaimana melakukannya.

b. Membatasi sasaran dan menetapkan pelaksanaan-pelaksanaan kerja untuk mencapai

efektivitas maksimum melalui proses penentuan target.

c. Mengumpulkan dan menganalisa informasi

d. Mengembangkan alternatif-alternatif

e. Mempersiapkan dan mengkomunikasikan rencana-rencana dan keputusan-keputusan.

Jika disimpulkan perencanaan adalah penentuan serangkaian tindakan untuk mencapai

suatu hasil yang diinginkan dan planning adalah sebagai penetapan tujuan, policy, prosedur,

budget, dan program dari sesuatu organisasi.

2. Organizing

Organizing adalah pengelompokan kegiatan yang diperlukan yaitu penetapan susunan

organisasi serta tugas dan fungsi-fungsi dari setiap unit yang ada dalam organisasi.

Organizing dapat pula dikatakan sebagai keseluruhan aktivitas manajemen dalam

mengelompokkan orang-orang serta penetapan tugas, fungsi, wewenang, serta tanggung

jawab masing-masing dengan tujuan terciptanya aktivitas-aktivitas yang berguna dan berhasil

dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pengorganisasian terdiri dari :

a. Menyediakan fasilitas-fasilitas perlengkapan, dan tenaga kerja yang diperlukan

untuk penyusunan rangka kerja yang efisien.

b. Mengelompokkan komponen kerja ke dalam struktur organisasi secara teratur.

c. Membentuk struktur wewenang dan mekanisme koordinasi.

d. Merumuskan dan menentukan metode serta prosedur.

e. Memilih, mengadakan latihan dan pendidikan tenaga kerja dan mencari sumber-

sumber lain yang diperlukan.

3. Staffing

Staffing merupakan salah satu fungsi manajemen yang berupa penyusunan personalia

pada suatu organisasi dan pengembangannya sampai dengan usaha agar petugas memberi

daya guna maksimal kepada organisasi.

4. Directing

Merupakan fungsi manajemen yang berhubungan dengan usaha memberi bimbingan,

saran, perintah-perintah atau instruksi-instruksi kepada bawahan dalam pelaksanaan tugas

masing-masing bawahan tersebut, agar tugas dapat dilaksanakan dengan baik dan benar-benar

tertuju kepada tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

Directing merupakan fungsi manajemen yang dapat berfungsi bukan hanya agar pegawai

melaksanakan atau tidak melaksanakan suatu kegiatan, tetapi dapat pula berfungsi

mengkoordinasi kegiatan berbagai unsur organisasi agar dapat efektif tertuju kepada realisasi

tujuan yang telah ditetapkan.

5. Leading

Leading adalah pekerjaan yang dilakukan oleh seorang manajer yang menyebabkan

orang-orang lain bertindak. Pekerjaan leading, meliputi 5 macam kegiatan, yaitu :

f. Mengambil keputusan

g. Mengadakan komunikasi agar ada bahasa yang sama antara manajer dan bawahan

h. Memberi semangat inspirasi dan dorongan kepada bawahan supaya mereka

bertindak

i. Memilih orang-orang yang menjadi anggota kelompoknya

j. Memperbaiki pengetahuan dan sikap-sikap bawahan agar mereka trampil dalam

usaha mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

6. Coordinating

Coordinating adalah salah satu fungsi manajemen untuk melakukan berbagai kegiatan

agar tidak terjadi kekacauan, percekcokan, kekosongan kegiatan, dengan jalan menghubung-

hubungkan, menyatupadukan dan menyelaraskan pekerjaan-pekerjaan bawahan sehingga

terdapat kerjasama yang terarah dalam usaha mencapai tujuan bersama atau tujuan organisasi.

Usaha yang dapat dilakukan untuk mencapai maksud, antara lain :

a. Dengan memberi instruksi

b. Dengan memberi perintah

c. Mengadakan pertemuan-pertemuan yang dapat memberi penjelasan-penjelasan

d. Memberi bimbingan atau nasihat

e. Mengadakan coaching

f. Bila perlu memberi teguran.

7. Motivating

Motivating atau pendorongan kegiatan merupakan salah satu fungsi manajemen

berupa pemberian inspirasi, semangat dan dorongan kepada bawahan, agar bawahan

melakukan kegiatan secara suka rela sesuai apa yang dikehendaki oleh atasan tersebut.

8. Controlling

Controlling atau pengawasan, sering disebut pengendalian, adalah salah satu fungsi

manajemen yang berupa mengadakan penilaian dan sekaligus bila perlu mengadakan koreksi

sehingga apa yang sedang dilakukan bawahan dapat diarahkan ke jalan yang benar dengan

maksud tercapai tujuan yang sudah digariskan.

9. Reporting

Reporting atau pelaporan adalah salah satu fungsi manajemen berupa penyampaian

perkembangan atau hasil kegiatan atau pemberian keterangan mengenai segala hal yang

bertalian dengan tugas dan fungsi-fungsi kepada pejabat yang lebih tinggi baik secara lisan

maupun secara tulisan.

10. Forecasting

Forecasting adalah kegiatan meramalkan, memproyeksikan atau mengadakan taksiran

terhadap berbagai kemungkinan yang akan terjadi sebelum suatu rencana yang lebih pasti

dapat dilakukan. Misalnya, suatu akademi meramalkan jumlah mahasiswa yang akan melamar

belajar di akademi tersebut. Ramalan tersebut menggunakan indikator-indikator, seperti

jumlah lulusan SLTA dan lain sebagainya.

Sedangkan fungsi pokok manajemen pendidikan dibagi 4 macam, yaitu:

1. Perencanaan

Perencanaan program pendidikan memiliki dua fungsi utama, yaitu :

a. Perencanaan merupakan upaya sistematis yang menggambarkan penyusunan rangkaian

tindakan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi atau lembaga dengan

mempertimbangkan sumber-sumber yang tersedia atau sumber-sumber yang dapat

disediakan.

b. Perencanaan merupakan kegiatan untuk mengerahkan atau menggunakan sumber-sumber

yang terbatas secara efisien, dan efektif untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

2. Pelaksanaan

Pelaksana merupakan kegiatan untuk merealisasikan rencana menjadi tindakan nyata

dalam rangka mencapai tujuan secara efektif dan efisien, dan akan memiliki nilai jika

dilaksanakan dengan efektif dan efisien.

3. Pengawasan

Pengawasan dapat diartikan sebagai upaya untuk mengamati secara sistematis dan

berkesinambungan; merekam; memberi penjelasan, petunjuk, pembinaan dan meluruskan

berbagai hal yang kurang tepat; serta memperbaiki kesalahan, dan merupakan kunci

keberhasilan dalam keseluruhan proses manajemen.

4. Pembinaan

Pembinaan merupakan rangkaian upaya pengendalian secara profesional semua unsur

organisasi agar berfungsi sebagaimana mestinya sehingga rencana untuk mencapai tujuan

dapat terlaksana secara efektif dan efisien.

D. PRINSIP MANAJEMEN PENDIDIKAN

Douglas (1963:13-17) merumuskan prinsip-prinsip manajemen pendidikan sebagai berikut :

1. Memprioritaskan tujuan diatas kepentingan pribadi dan kepentingan mekanisme kerja.

2. Mengkoordinasikan wewenang dan tanggung jawab

3. Memberikan tanggung jawab pada personil sekolah hendaknya sesuai dengan sifat-

sifat dan kemampuannya

4. Mengenal secara baik faktor-faktor psikologis manusia

5. Relativitas nilai-nilai

Prinsip-prinsip diatas memiliki esensi bahwa manajemen dalam ilmu dan praktiknya harus

memperhatikan tujuan, orang-orang, tugas-tugas, dan nilai-nilai. Tujuan dirumuskan dengan

tepat sesuai dengan arah organisasi, tuntutan zaman, dan nilai-nilai yang berlaku. Tujuan

suatu organisasi dapat dijabarkan dalam bentuk visi, misi dan sasaran-sasaran. Ketiga bentuk

tujuan itu harus dirumuskan dalam satu kekuatan tim yang memiliki komitmen terhadap

kemajuan dan masa depan organisasi.

Drucker (1954) melalui MBO (management by objective) memberikan gagasan prinsip

manajemen berdasarkan sasaran sebagai suatu pendekatan dalam perencanaan. Penerapan

pada manajemen pendidikan adalah bahwa kepala dinas memimpin tim yang beranggotakan

unsur pejabat dan fungsional dinas, dan lebih baik terapat stakeholders untuk merumuskan

visi, misi dan objektif dinas pendidikan.

Pada tingkat sekolah, kepala sekolah, wakil kepala sekolah, siswa, orang tua siswa,

masyarakat dan stakeholders duduk bersama membahas rencana strategis sekolah dengan

mengembangkan tujuh langkah MBO yaitu:

1. Menentukan hasil akhir apa yang ingin dicapai sekolah

2. Menganalisis apakah hasil akhir itu berkaitan dengan tujuan sekolah

3. Berunding menetapkan sasaran-sasaran yang dibutuhkan

4. Menetapkan kegiatan apa yang tepat untuk mencapai sasaran

5. Menyusun tugas-tugas untuk mempermudah mencapai sasaran

6. Menentukan batas-batas pekerjaan dan jenis pengarahan yang akan dipergunakan oleh

atasan

7. Lakukan monitoring dan buat laporan.

E. RUANG LINGKUP MANAJEMEN PENDIDIKAN

Gambaran menyeluruh tentang ruang lingkup manajemen pendidikan sebagai proses

tampak pada tabel berikut ini:

BidangTugas Peserta

didik

Tenaga

pendidik dan

kependidikan

Keuangan Sarana

dan

prasarana

Humas Layanan

khusus

Kurikulum

dan

pembelajaran

Perencanaan V V V V V V V

Pengorganisasian V V V V V V V

Pengarahan V V V V V V V

Pengendalian V V V V V V V

Secara yuridis, ruang lingkup manajemen pendidikan yang dilaksanakan oleh kepala

sekolah di sekolah mengacu pada Permendiknas Nomor 19 Tahun 2005 tentang Pengelolaan

Sekolah/Madrasah adalah :

1) Rencana program sekolah

2) Pelaksanaan program sekolah

3) Kepemimpinan

4) Pengawasan/evaluasi

5) Sistem informasi manajemen

F. URGENSI MANAJEMEN PENDIDIKAN

Dalam ranah aktivitas, implementasi manajemen terhadap pengelolaan pendidikan

haruslah berorientasi pada efektivitas (ketepatgunaan) terhadap segala aspek pendidikan baik

dalam pertumbuhan, perkembangan, maupun keberkahan (dalam perspektif syariah). Berikut

ini merupakan urgensi manajemen terhadap bidang manajemen pendidikan:

a) Manajemen Kurikulum

1) Mengupayakan efektifitas perencanaan

2) Mengupayakan efektifitas pengorganisasian dan koordinasi

3) Mengupayakan efektifitas pelaksanaan

4) Mengupayakan efektifitas pengendalian/pengawasan

b) Manajemen Personalia

Manajemen ini berkisar pada staff development (teacher development), meliputi

(Pengembangan Staff dan Guru):

1) Training (Pelatihan)

2) Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP)

3) Inservice Education (Intern Pendidikan/Pendidikan Lanjutan)

c) Manajemen Siswa

1) Penerimaan Siswa (Daya Tampung, Seleksi)

2) Pembinaan Siswa (Pengelompokkan, Kenaikan Kelas, Penentuan

Program, Ekskul)

3) Pemberdayaan OSIS

d) Manajemen Keuangan

Dalam keuangan pengelolaan pendidikan, manajemen harus berlandaskan pada prinsip:

efektivitas(ketepatgunaan), efisiensi (penghematan) dan pemerataan. Dalam kaitannya dengan

uang dan pendidikan, pegawai administrasi sekolah memiliki tugas dan harus bertanggung

jawab dalam hal-hal sebagai berikut :

1) Hubungan dengan masyarakat

2) Penyusunan dan pengembangan rencana anggaran pengeluaran belanja

sekolah (RAPBS)

3) Penataran

4) Pengaturan pemasokan

5) Perencanaan dan peningkatan fasilitas sekolah

6) Pelaksanaan apa yang telah direncanakan

7) Evaluasi dan pertanggung jawaban keuangan sekolah/laporan keuangan

e) Manajemen Lingkungan

Urgensi manajemen terhadap lingkungan pendidikan bertujuan dalam merangkul seluruh

pihak terkait yang akan berpengaruh dalam segala kebijakan dan keberlangsungan

pendidikan, dan memberdayakan masyarakat sekitar sekolah.

G. PANDANGAN TERHADAP MANAJEMEN PENDIDIKAN

Untuk mengkaji lebih dalam tentang manajemen khususnya manajemen pendidikan, perlu

disampaikan pandangan tentang manajemen khususnya manajemen pendidikan:

a. Manajemen sebagai suatu system

Manajemen dipandang sebagai suatu kerangka kerja yang terdiri dari berbagai bagian

yang saling berhubungan yang diarahkan dalam rangka pencapaian tujuan organisasi.

b. Manajemen sebagai suatu proses

Manajemen sebagai rangkaian tahapan kegiatan yang diarahkan pada pencapaian

tujuan dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia. Manajemen sebagai suatu

proses dapat dipelajari dari fungsi-fungsi manajemen yang dilaksanakan oleh manajer.

c. Manajemen sebagai proses pemecahan masalah

Proses manajemen dalam prakteknya dapat dikaji dari proses pemecahan masalah

yang dilaksanakan oleh semua bagian/ komponen yang ada dalam organisasi. Secara

konkrit dalam organisasi pelayanan pendidikan, seperti yang dilakukan di Dinas

Pendidikan yaitu, identifikasi masalah à perumusan masalah à dilanjutkan dengan

langkah-langkah pemecahan masalah. Melalui tahapan tersebut diharapkan tercapai

hasil kegiatan secara efektif dan efisien. Dari beberapa pandangan di atas, dapat

disimpulkan ada dua alasan mendasar, mengapa manajemen perencanaan pendidikan

diperlukan, yaitu :

1) Untuk mencapai ketuntasan Wajar 9 tahun, manajemen pendidikan

dibutuhkan sebagai kerangka kerjasama untuk mencapai tujuan yaitu

ketercapaian APK sebesar 95% dan juga tujuan institusi pendidikan itu

sendiri.

2) Untuk menyukseskan ketuntasan Wajar 9 Tahun, manajemen pendidikan

diperlukan sebagai proses pemecahan masalah yang dihadapi dalam upaya

pencapaian tujuan.

H. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI

Manajemen pendidikan merupakan salah satu cabang ilmu sosial yang intinya adalah

mempelajari tentang perilaku manusia dalam kegiatannya sebagai subjek dan objek. Secara

filosofis, perilaku manusia terbentuk oleh interaksi antarmanusia, iklim organisasi (konteks

organisasi) dan sistem yang dianut. Ketiga interaksi tersebut, baik secara sendiri-sendiri

maupun secara bersama-sama saling berinteraksi dengan lingkungan eksternalnya. Dengan

demikian dapat disimpulkan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku manajemen

pendidikan adalah:

1) interaksi antarmanusia

2) iklim organisasi

3) sistem pendidikan yang dianut (sisdiknas)

4) lingkungan eksternal

I. HAKIKAT STRATEGI VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN DAN KEGIATAN

ORGANISASI PENDIDIKAN

1. Visi

Visi adalah wawasan yang menjadi sumber arahan bagi sekolah dan digunakan untuk

memandu perumusan visi sekolah. Dengan kata lain, visi adalah pandangan jauh ke depan

kemana sekolah akan dibawa. Visi adalah gambaran masa depan yang diinginkan oleh

sekolah, agar sekolah yang bersangkutan dapat menjamin kelangsungan hidup dan

perkembangannya. Gambaran tersebut tentunya harus didasarkan pada landasan yuridis, yaitu

undang-undang pendidikan dan sejumlah peraturan pemerintahnya, khususnya jumlah

pendidikan nasional sesuai jenjang dan jenis sekolahnya dan juga sesuai dengan profil sekolah

yang bersangkutan. Dengan kata lain, visi sekolah harus tetap dalam koridor kebijakan

pendidikan nasional tetapi sesuai dengan kebutuhan anak dan masyarakat yang dilayani.

Tujuan pendidikan nasional sama tetapi profil sekolah khususnya potensi dan kebutuhan

masyarakat yang dilayani sekolah tidak selalu sama. Oleh karena itu dimungkinkan sekolah

memiliki visi yang tidak sma dengan sekolah lain, asalkan tidak keluar dari koridor nasional

yaitu tujuan pendidikan nasional. Visi juga dapat dilihat sebagai pandangan kedepan dengan

memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

• Berorientasi kemasa depan yang lebih baik , bukan status quo

• Antisipasi tentang kecenderungan perkembangan sejarah , budaya dan nilai-nilai

yang dianut organisasi

• Keunikan (kekhasan) dan kompetensi yang ditonjolkan

• Standart keunggulan, mewujudkan cita-cita yang tinggi dan ambisi yang kuat

• Rangsangan insprisasi, antusiasme, dan komitmen

• Kejalan atau sebagai arah untuk ,mencapai tujuan.

2. Misi

Misi adalah tindakan untuk mewujudkan/merealisasikan visi tersebut. Karena visi harus

mengakomodasi semua semua kelompok kepentingan yang terkait dengan sekolah, maka

misi dapat juga diartikan sebagai tindakan untuk memnuhi kepentingan masing-masing

kelompok yang terkait dengan sekolah. Dalam merumuskan misi, harus mempertimbangkan

tugas pokok sekolah dan kelompok-kelompok kepenting yang terkait dengaan sekolah.

Dengan kata lain, misi adalah bentuk layanan untuk memenuhi tuntutan yang dituangkan

dalam visi dengan berbagai indikatornya.

3. Sasaran

Bertolak dari visi dan misi, selanjutnya sekolah merumuskan tujuan. Tujuan merupakan

“apa” yang akan dicapai/dihasilkan oleh sekolah yang bersangkutan dan “kapan’ tujuan akan

dicapai. Jika misi dan misi terkait dengan jangka waktu yang panjang, maka tujuan dikaitkan

dengan jangka waktu 3-5 tahun. Dengan demikian tujuan pada dasarnya merupakan tahapan

wujud sekolah menuju visi yang telah dicanangkan.

Jika visi merupakan gambaran sekolah di masa depan secara utuh (ideal), maka tujuan

yang ingin dicapai dalam jangka waktu 3 tahun mungkin belum se ideal visi atau belum

selengkap visi. Dengan kata lain, tujuan merupakan tahapan untuk mencapai visi.

4. Tujuan Situasional

Setelah tujuan sekolah (tujuan jangka menengah) dirumuskan, maka langkah selanjutnya

adalah memetapkan sasaran /target/ tujuan situasional/ tujuan jangka pendek. Sasaran adalah

penjabaran yaitu sesuatu yang akan dihasilkan/dicapai oleh sekolah dalam jangka waktu lebih

singkat dibandingkan tujuan sekolah. Rumusan sasaran harus selalu mengandung

peningkatan, baik peningkatan kualitas, efektifitas, produktivitas, maupun efisiensi (bisa salah

satu atau kombinasi). Agar sasaran dapat dicapai dengan efektif, maka sasaran harus dibuat

spesifik, terukur, jelas kriterianya, dan disertai indikator-indikator yang rinci. Meskipun

sasaran bersumber dari tujuan namun dalam penentuan sasaran yang mana dan berapa besar

kecilnya sasaran, tetap harus didasarkan atas tantangan nyata yang dihadapi oleh sekolah.

b. Mengindentifikasi Tantangan Nyata Sekolah

Pada tahap ini, sekolah melakukan analisis output sekolah yang hasilnya berupa

identifikasi tantangan nyata yang dihadapi oleh sekolah. Tantangan adalah selisih (ketidak

sesuaian) antara output sekolah saat ini dan output sekolah yang diharapkan di masa yang

akan datang (tujuan sekolah). Output sekolah saat ini dapat dengan mudah diidentifikasi,

karena tersedia datanya. Akan tetapi bagaimanakah caranya mengindetifikasi output sekolah

yang diharapkan, sehingga output yang diharapkan tersebut cukup realistis? Caranya, perlu

dilakukan analisis prakiraan (forecasting) lengkap dengan asumsi-asumsinya untuk

menemukan kecenderungan-kecenderungan yang diharapkan di masa depan.

Pada umumnya, tantangan sekolah bersumber dari output sekolah yang dapat dikategorikan

menjadi empat yaitu kualitas, produktivitas, efektivitas, dan efesiensi. Kualitas adalah

gambaran dan karakteristik menyeluruh dari barang atau jasa, yang menunjukan

kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang ditentukan atau tersirat. Dalam konteks

pendidikan, kualitas yang dimaksud adalah kualitas output sekolah yang bersifat akademik

(misal; NEM dan LKIR) dan non akademik (misal; olah raga dan kesenian). Mutu output

sekolah dipengaruhi oleh tingkat kesiapan input dan proses persekolahan.

Produktivitas adalah perbandingan antara output sekolah dibanding input sekolah. Baik output

maupun input sekolah adalah dalam bentuk kuantitas. Kuantitas input sekolah, misalnya

jumlah guru, model sekolah, bahan, dan energi. Kuantitas output sekolah, misalnya; jumlah

siswa yang lulus sekolah setiap tahunnya. Contoh produktivitas, misalnya, jika tahun ini

sebuah sekolah lebih banyak meluluskan siswanya dari pada tahun lalu dengan input yang

sama (jumlah guru, fasilitas, dsb.), maka dapat dikatakan bahwa tahun ini sekolah tersebut

lebih produktif dara pada tahun sebelumnya. Efektifitas adalah ukuran yang menyatakan

sejauhmana tujuan (kualitas, kuantitas, dan waktu) telah dicapai. Dalam bentuk persamaan,

efektivitas sama dengan hasil nyata dibagi hasil yang diharapkan. Efisiensi dapat

diklarifikasikan menjadi dua yaitu efisiensi internal dan efesiensi eksternal. Efisiensi internal

menunjuk kepada hubungan antara output sekolah (pencapaian prestasi belajar) dan input

(sumberdaya) yang digunakan untuk memproses/menghasilkan output sekolah. Efesiensi

internal biasanya diukur dengan biaya – efektivitas. Setiap penilaian biaya-efektifitas selalu

memerlukan dua hal, yaitu penilaian ekonomik untuk mengukur biaya masukan (input) dan

penilaian hasil pembelajaran (prestasi belajar, lama belajar, angka putus sekolah).

b. Merumuskan Sasaran (tujuan situasional)

Berdasarkan tantangan nyata yang dihadapi sekolah, maka dirumuskanlah sasaran/ tujuan

situasional yang akan dicapai oleh sekolah. Meskipun sasaran dirumuskan berdasarkan atas

tantangan nyata yang dihadapi oleh sekolah, namun perumusan sasaran tersebut harus tetap

mengacu pada visi, misi dan tujuan sekolah merupakan sumber pengertian (sumber referensi)

bagi perumusan sasaran sekolah. Karena itu, sebelum merumuskan sasaran sekolah yang akan

dicapai, setiap sekolah harus memiliki visi, misi dan tujuan sekolah.

1. Mengindentifikasi Fungsi-fungsi yang Diperlukan untuk Mencapai sasaran

Setelah sasaran dipilih, maka langkah berikutnya adalah menindentifikasi fungs-fungsi

yang perlu dilibatkan untuk mencapai sasaran dan yang masih perlu diteliti tingkat

kesiapannya. Fungsi-fungsi yang dimaksud, misalnya, fungsi proses belajar mengajar

beserta fungsi-fungsi pendukungnya yaitu fungsi pengembangan kurikulum, fungsi

perencanaan dan evaluasi, fungsi ketenagaan, fungsi keuangan, fungsi pelayanan

kesiswaan, fungsi pengembangan iklim akademik sekolah, fungsi hubungan sekolah

masyarakat, dan fungsi pengembangan fasilitas.

2. Melakukan Analisis SWOT

Setelah fungsi-fungsi yang perlu dilibatkan untuk mencapai sasaran diidentifikasi, maka

langkah berikutnya adalah menentukan tingkat kesiapan setiap fungsi dan faktor-faktornya

melalui analisis SWOT (Strength, Weakness, opportunity, and Threat) Analisis SWOT

dilakukan dengan maksud untuk mengenali tingkat kesiapan setiap fungsi dari keseluruhan

fungsi sekolah yang diperlukan untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan.

3. Alternatif Langkah Pemecahan Persoalan

Dari hasil analisis SWOT, maka langkah berikutnya adalah memilih langkah- langkah

pemecahan (peniadaan) persoalan, yakni tindakan yang diperlukan untuk mengubah fungsi

yang tidak siap menjadi fungsi yang siap. Selama masih ada persoalan, yang sama artinya

dengan ada ketidak siapan fungsi, maka sasaran yang telah ditetapkan tidak akan tercapai.

Oleh karena itu, agar sasaran tercapai, perlu dilakukan tindakan-tindakan yang mengubah

ketidak siapan menjadi kesiapan fungsi. Tindakan yang dimaksud lazimnya disebut langkah-

langkah pemecahan persoalan, yang hakekatnya merupakan tindakan mengatasi makna

kelemahan dan/atau ancaman, agar menjadi kekuatan dan/atau peluang, yakni dengan

memanfaatkan adanya satu/lebih faktor yang bermakna kekuatan dan/atau peluang.

4. Menyusun Rencana dan Program Peningkatan Mutu

Berdasarkan langkah-langkah pemecahan persoalan tersebut, sekolah bersama-sama

dengan semua unsur-unsurnya membuat rencana untuk jangka pendek, menengah, dan jangka

panjang, beserta program-programnya untuk merealisasikan rencana tersebut. Sekolah tidak

selalu memiliki sumberdaya yang cukup untuk memenuhi semua kebutuhan bagi pelaksanaan

MPMBS, sehingga perlu dibuat skala prioritas untuk jangka pendek, menengah, dan panjang.

5. Melaksanakan Rencana Peningkatan Mutu

Dalam melaksanakan rencana peningkatan mutu pendidikan yang telah disetujui bersama

antara sekolah, orang tua siswa, dan masyarakat, maka sekolah perlu mengambil langkah

proaktif untuk mewujudkan sasaran-sasaran yang telah ditetapkan. Kepala sekolah dan guru

hendaknya mendayagunakan sumberdaya pendidikan yang tersedia semaksimal mungkin,

menggunakan pengalaman- pengalaman masa lalu yang dianggap efektif, dan menggunakan

teori-teori yang terbukti mampu meningkatkan kualitas pembelajaran. Kepala sekolah dan

guru bebas mengambil inisiatif dan kreatif dalam menjalankan program-program yang

diproyeksikan dapat mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapkan. Karena itu, sekolah

harus dapat membebaskan diri dari keterikatan-keterikatan birokrastis yang biasanya banyak

menghambat penyelenggaraan pendidikan.

6. Melakukan Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan

Untuk mengetahui tingkat keberhasilan program, sekolah perlu mengadakan evaluasi

pelaksanan program, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Evaluasi jangka pendek

dilakukan setiap akhir caturwulan untuk mengetahui keberhasilan program secara bertahap.

Bilamana pada pada satu catur wulan dinilai adanya faktor-faktor yang tidak mendukung,

maka sekolah harus dapat memperbaiki pelaksanaan program peningkatan mutu pada catur

wulan berikutnya. Evaluasi jangka menengah dilakukan pada setiap akhir tahun, untuk

mengetahui seberapa jauh program peningkatan mutu telah mencapai sasaran-sasaran mutu

yang telah ditetapkan sebelumnya. Dengan evaluasi ini akan diketahui kekuatan dan

kelemahan program untuk diperbaiki pada tahun-tahun berikutnya.

7. Merumuskan Sasaran Mutu Baru

Sebagaimana dikemukakan terdahulu, terdahulu hasil evaluasi berguna untuk dijadikan alat

bagi perbaikan kinerja program yang akan datang. Namun yang tidak kalah pentingnya, hasil

evaluasi merupakan masukan bagi sekolah dan orang tua peserta didik untuk merumuskan

sasaran mutu baru untuk tahun yang akan datang.

J. STRATEGI, TANTANGAN DAN SOLUSI PENDIDIKAN NASIONAL

1. Strategi Pendidikan nasional

Untuk mengantisipasi permasalahan pada pembangunan jangka panjang kedua ini pemerintah

melalui kebijakan pembangunan pendidikan antara lain :

1. Mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang

bermutu tinggi bagi seluruh rakyat Indonesia menuju terciptanya manusia Indonesia

berkualitas tinggi dengan peningkatan anggaran pendidikan secara berarti.

2. Meningkatkan kemampuan akademik dan profesional serta meningkatkan jaminan

kesejahteraan tenaga kependidikan sehingga tenaga pendidik mampu berfungsi secara

optimal terutama dalam peningkatan pendidikan watak dan budi pekerti agar dapat

mengembalikan wibawa lembaga dan tenaga kependidikan.

3. Melakukan pembaharuan sistem pendidikan termasuk pembaharuan kurikulum,

berupa diversifikasi kurikulum untuk melayani keberagaman peserta didik,

penyusunan kurikulum yang berlaku nasional dan lokal sesuai dengan kepentingan

setempat, serta diversifikasi jenis pendidikan secara profesional.

4. Memberdayakan lembaga pendidikan baik sekolah maupun luar sekolah sebagai pusat

pembudayaan nilai, sikap, dan kemampuan, serta meningkatkan partisipasi keluarga

dan masyarakat yang didukung oleh sarana dan prasarana memadai.

5. Melakukan pembaharuan dan pemantapan sistem pendidikan nasional berdasarkan

prinsip desentralisasi, otonomi keilmuan dan manajemen.

6. Meningkatkan kualitas lembaga pendidikan yang diselenggarakan baik oleh

masyarakat maupun pemerintah untuk memantapkan sistem pendidikan yang efektif

dan efisien dalam menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.

7. Mengembangkan kualitas sumber daya manusia sedini mungkin secara terarah,

terpadu dan menyeluruh melalui berbagai upaya proaktif dan reaktif oleh seluruh

komponen bangsa agar generasi muda dapat berkembang secara optimal disertai

dengan hak dukungan dan lindungan sesuai dengan potensinya.

8. Meningkatkan penguasaan, pengembangan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan

teknologi, termasuk teknologi bangsa sendiri dalam dunia usaha, terutama usaha kecil,

menengah, dan koperasi guna meningkatkan daya saing produk yang berbasis sumber

daya lokal.

Kemudian kebijakan tersebut dituangkan ke dalam program-program pembagunan antara

lain :

1. Program Pendidikan Dasar dan Prasekolah

2. Program Pendidikan Menengah

3. Program Pendidikan Tinggi

4. Program Pembinaan Pendidikan Luar Sekolah

5. Program Sinkronisasi dan Koordinasi Pembangunan Pendidikan Nasional

6. Program Penelitian, Peningkatan Kapasitas, dan Pengembangan Kemampuan Sumber

Daya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

7. Program Peningkatan Kemandirian dan Keunggulan Iptek

Sedangkan untuk Manajemen pendidikan nasional sebagaimana diuraikan di atas

Tilaar dalam bukunya membagi ke dalam 4 bagian, yaitu : Pertama, membahas masalah

pokok pengembangan Sistem Pendidikan Nasional, yang mengacu kepada UU No. 2 tahun

1989 tentang Sisdiknas. Menurutnya Sisdiknas perlu dikelola sebagai suatu sub sistem dari

sistem manajemen pembangunan nasional. Dalam hal ini Tilaar mengusulkan gagasan untuk

menyusun suatu sistem pendidikan dan pelatihan nasional terpadu (Sisdiklatnas), alasannya

adalah karena masalah tenaga kerja terampil telah dan akan merupakan masalah serius yang

perlu segera ditanggulangi dalam Raencana Pembangunan Jangka Panjang kedua. Pada bab

ini dimuat secara ekstensif dan analitik mengenai manajemen pendidikan dasar.

Kedua, bagian ini dikemukakan tiga kasus manajemen pendidikan yang manyangkut fungsi

dan peran pendidikan swasta, pendidikan tinggi dan pendidikan didaerah terpencil; Mengenai

pendidikan swasta mengambilk kasus lembaga pendidikan yang diselenggarakan oleh PGRI,

yaitu dibahas mengenai kemitraan pendidikan swasta dalam Sisdiknas dalam usaha mencari

jati diri dari lembaga-lembaga pendidikan itu. Menurut Tilaar kebijakan pengembangan dan

pengelolaan pendidikan swasta dewasa ini cenderung menuju konformisme yang berarti

mematikan jatdiri pendidikan swasta sendiri. Konformisme akan mematikan kreativitas,

inovasi yang justru mrupakan pupuk bagi suatu kehidupan yang dinamis.

Mengenai pendidikan tinggi memerlukan oreientasi kelembagaan dan program secara terus

menerus kepada dinamika masyarakat Indonesia. Oleh karena itu diperlukan manajemen yang

sesuai dengan dan tentunya manajer-manajer pendidikan yang profesional. Dan mengenai

pendidkan daerah terpencil berkisar pada masalah pemerataan pembangunan dan

penanggulangan kemiskinan.

Ketiga, Tilaar menjelaskan pertama tentang hasil manajemen pendidikan, yaitu

kesenjangan mutu pendidikan dan tenaga pendidika yang menjalankan dan mengelola

sisdiknas, khususnya tenaga guru pada jenjang SD. Kedua, tentang pendidikan dalam

globalisasi, dimana Tilaar menghimbau negara-negara berkembang tentang perlunya

terobosan baru dalam strategi pendidikan guru. Diantaranya dikemukakan tetang pendidikan

guru yang profesional untuk menghadapi masyarakat teknologi dan informasi, serta profesi

guru sebagai manajer pendidikan untuk mempersiapkan masyarakat masa depan.

Keempat, bagian ini Tilaar mengembukakan pemikirannya tentang fungsi dan peran Sisdiknas

sebagai bagian dari strategi pembangunan nasional jangka panjang kedua, untuk

mempersiapkan masyarakat Indonesia memasukai dan menghadapi masyarakat industri

modern. Dalam hal ini Tilaar mengemukakan sepuluh kecendrungan (megatrends) dari

Sisdiknas. Yang salah satunya adalah menenagi manajemen pendidikan yang rasiona, terpadu,

serta dikelola para manajer pendidikan yang profesional.

Salah satu masalah pendidikan yang kita hadapi dewasa ini adalah rendahnya mutu

pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan khususnya pendidikan dasar dan

menengah. Berbagai usaha telah dilakukan, antara lain memlalui berbagai pelatihan dan

peningkatan kualifikasi guru, penyediaan dan perbaikan sarana/prasarana pendidikan, serta

peningkatan mutu manajemen sekolah. Namun demikian, berbagai indikator mutu pendidikan

belum menunjukkan peningkatan yang merata. Sebagaian sekolah, terutama di kota-kota,

menunjukkan peningkatan mutu yang cukup menggembirakan, namun Sebagian lainnya

masih memprihatinkan. Dari berbagai pengamatan dan analisis, sedikitnya ada tiga faktor

yang menyebabkan mutu pendidikan tidak mengalami peningkatan secara merata.

Pertama, kebijakan dan penyelenggaraan pendidikan nasional menggunakan pendekatan

educational production function yang tidak dilaksanakan secara konsekuen. Pendekatan ini

melihat bahwa lembaga pendidikan berfungsi sebagai pusat produksi yang apabila dipilih

semua input (masukan) yang diperlukan dalam kegiatan produksi tersebut, maka lembaga ini

akan menghasilkan output yang dikehendaki. Dalam kenyataan, mutu pendidikan yang

diharapkan tidak terjadi, mengapa? Karena selama ini dalam menerapkan pendekatan

education production function terlalu memusatkan pada input pendidikan dan kurang

memperhatikan pada proses pendidikan. Padahal, proses pendidikan sangat menentukan

output pendidikan.

Kedua, penyelenggaraan pendidikan dilakukan secara sentralistik, sehingga sekolah

sebagai penyelenggara pendidikan sangat tergantung pada keputusan birokrasi, yang kadang-

kadang kebijakan yang dikeluarkan tidak sesuai dengan kondisi sekolah setempat. Dengan

demikian sekolah kehilangan kemandirian, motivasi, dan inisiatif untuk mengembangkan dan

memajukan lembaganya termasuk peningkatan mutu pendidikan sebagai salah satu tujuan

pendidikan nasional.

Ketiga, peran serta masyarakat, khususnya orang tua siswa dalam penyelenggaraan

pendidikan selama ini sangat minim. Partisipasi masyarakat pada umumnya selama ini lebih

banyak bersifat dukungan dana, bukan pada proses pendidikan (pengambilan keputusan,

monitoring, evaluasi, dan akuntabilitas). Berkaitan dengan akunfabilitas, sekolah tidak

mempunyai beban untuk mempertanggungjawabkan hasil pelaksanaan pendidikan kepada

masyarakat, khususnya orang tua siswa, sebagai salah satu pihak utama yang berkepentingan

dengan pendidikan.

Berdasarkan kenyataan-kenyataan tersebut, perlu dilakukan upaya-upaya perbaikan, salah

satunya yang sekarang sedang dikembangkan adalah reorientasi penyelenggaraan pendidikan,

melalui manajemen sekolah (School Based Management).

Manajemen berbasis sekolah atau School Based Management dapat didefinisikan dan

penyerasian sumber daya yang dilakukan secara mandiri oleh sekolah dengan melibatkan

semua kelompok kepentingan yang terkait dengan sekolah secara langsung dalam proses

pengembilan keputusan untuk memenuhi kebutuhan mutu sekolah atau untuk mencapai tujuan

mutu sekolah dalam pendidikan nasional.

Esensi dari MBS adalah otonomi dan pengambilan keputusan partisipasi untuk mencapai

sasaran mutu sekolah. Otonomi dapat diartikan sebagai kewenangan (kemandirian) yaitu

kemandirian dalam mengatur dan mengurus dirinya sendiri. Jadi, otonomi sekolah adalah

kewenangan sekolah untuk mengatur dan mengurus kepentingan warga sekolah sesuai dengan

dengan peraturan perundang-undangan pendidikan nasional yang berlaku. Kemandirian yang-

dimaksud harus didukung oleh sejumlah kemampuan, yaitu kemampuan untuk mengambil

keputusan yang terbaik, kemampuan berdemokrasi/menghargai perbedaan pendapat,

kemampuan memobilisasi sumber daya, kemampuan memilih cara pelaksanaan.

Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) bertujuan untuk memandirikan atau memberdayakan

sekolah melalui pemberian kewenangan, keluwesan, dan sumber daya untuk meningkatkan

mutu sekolah. Dengan demikian, secara bertahap akan terbentuk sekolah yang memiliki

kemandirian tinggi

2. Tantangan dan Solusi Mengatasi Masalah Pendidikan Nasional

Pembangunan Pendidikan Nasional Indonesia mendapat roh baru dalam pelaksanaanya

sejak disahkannya Undang-Undang No. 23 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Selaras dengan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional maka Visi pembangunan

pendidikan nasional adalah “ Terwujudnya Manusia Indonesia Yang Cerdas, Produktif dan

Berakhlak Mulia “. Beberapa indikator yang menjadi tolak ukur keberhasilan dalam

pembangunan pendidikan nasional :

1. Sistem pendidikan yang efektif, efisien.

2. Pendidikan Nasional yang merata dan bermutu.

3. Peran serta masyarakat dalam pendidikan.

Permasalahan klasik di dunia pendidikan dan sampai saat ini belum ada langkah-langkah

strategis dari pemerintah untuk mengatasinya antara lain;

1. Kurangnya Pemerataan kesempatan pendidikan. Sebagian besar masyarakat merasa

hanya memperoleh kesempatan pendidikan masih terbatas di tingkat sekolah dasar.

2. Rendahnya tingkat relevansi pendidikan dengan kebutuhan dunia kerja. Hal ini dapat

dilihat dari jumlah angka pengangguran yang semakin meningkat di Indonesia, yang

kenyataanya tidak hanya dipengaruhi oleh terbatasnya lapangan kerja. Namun adanya

perbedaan yang cukup besar antara hasil pendidikan dan kebutuhan kerja.

3. Rendahnya mutu pendidikan. Untuk indikator rendahnya mutu pendidikan dapat

dilihat dari tingkat prestasi siswa. Semisal kemampuan membaca, pelajaran IPA dan

Matematika. Studi The Third International Mathematic and Science Study Repeat

TIMSS-R pada tahun 1999 menyebutkan bahwa diantara 38 negara prestasi siswa

SMP Indonesia berada pada urutan 32 untuk IPA dan 34 untuk Matematika.

3.Guru Dan Kualitas Pendidikan.

Guru merupakan faktor penentu tinggi rendahnya kualitas hasil pendidikan. Namun

demikian, posisi strategis guru untuk meningkatkan mutu hasil pendidikan sangat dipengaruhi

oleh kemampuan profesional, faktor kesejahteraannya, dll. Dewasa ini persoalan guru masih

ada muncul yaitu dengan jumlah kekurangan guru yang cukup besar khususnya di daerah-

daerah terpencil maka kita juga tidak dapat berharap akan terciptanya kualitas pendidikan.

Disamping itu masalah distribusi guru juga tidak merata, baik dari sisi daerah maupun dari

sisi sekolah. Dalam banyak kasus, ada SD yang hanya memiliki tiga hingga empat orang guru

sehingga mereka harus mengajar secara paralel dan simultan.

Belum lagi hal yang berkaitan dengan prasyarat akademis, baik itu menyangkut

pendidikan minimal maupun kesesuaian latar belakang bidang studi dengan pelajaran yang

harus diberikan. Semisal, masih cukup banyak guru SMA/SMK yang belum berkualifikasi

pendidikan sarjana atau strata satu. Seperti yang bersyaratkan dalam UU Guru dan Dasar.

Sejak awal pembahasan UU Guru dan Dosen, pertanyaan yang banyak muncul di masyarakat

luas adalah : “ Untuk siapa UU Guru dan Dosen tersebut ? “ hal ini mengemuka karena ada

kekhawatiran UU tersebut tidak dapat memayungi seluruh guru. Dengan kata lain ditakutkan

adanya proses diskriminasi antara guru PNS dan guru swasta. Khusus posisi guru swasta

selama ini memang seolah-olah tidak dipayungi oleh UU yang ada meskipun secara eksplisit

sudah tercantum dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

(Sisdiknas). Dari sudut UU kepegawaian jelas tidak menkhususkan untuk guru, karena yang

diatur adalah pegawai pemerintah (PNS) sedangkan dari sudut UU Ketenagakerjaan juga akan

sangat sulit karena penyelenggara pendidikan adalah yayasan. Sehingga guru tidak dapat

dikatagorikan sebagai tenaga kerja atau buruh. Bisa dikatakan sebelum UU Guru dan Dosen

disahkan, guru-guru tidak mempunyai payung hukum yang jelas. Yang memang mengatur

segala sesuatu secara khusus yang menyangkut guru, seperti halnya dengan UU Tenaga Kerja

dan UU Kepegawaian.

UU Guru dan Dosen mendapatkan sambutan yang hangat, terutama dari kalangan

pendidik. UU ini dianggap bisa menjadi payung hukum unuk guru dan dosen tanpa adanya

perlakuan yang berbeda antara guru negeri dan swasta. Meskipun di beberapa bagian masih

sangat hangat diperbincangkan dan menjadi perdebatan yang sangat seru. UU Guru dan

Dosen secara gamblang dan jelas mengatur secara detail aspek-aspek yang selama ini belum

diatur secara rinci. Semisal, kedudukan, fungsi dan tujuan dari guru, hak dan kewajiban guru,

kompetensi dll. Yang perlu digaris bawahi dan mendapat sambutan positif dari masyarakat

terhadap UU Guru dan Dosen adalah hal-hal yang menyangkut :

1. Kualifikasi, kompetensi, dan sertifikasi.

2. Hak dan kewajiban.

3. Pembinaan dan pengembangan.

4. Penghargaan,

5. Perlindungan

6. Organisasi profesi dan kode etik.

Ada beberapa hal dalam UU Guru dan Dosen yang sampai saat ini masih hangat dibicarakan,

hal-hal tersebut adalah :

1. Standardisasi.

- Standardisasi penyelenggaraan pendidikan. sampai saat ini cukup banyak penyelenggara

pendidikan (yayasan-yayasan) yang tidak jelas keberadaannya. Dalam pelaksanaanya banyak

lembaga pendidikan yang belum memenuhi standar mutu pelayanan pendidikan dan standart

mutu pendidikan yang diharapkan. Hal ini disebabkan yayasan-yayasan tersebut terkesan

memaksakan diri untuk mendirikan lembaga pendidikan, sehingga banyak lembaga

pendidikan yang tidak layak, karena sarana dan prasarana pendidikan yang jauh dari

memadai, guru yang tidak kompeten, organisasi yang tidak dikelola dengan baik dll.

Penyelenggara pendidikan seperti diatas jumlahnya cukup besar di indonesia. Dengan

lahirnya UU Guru dan Dosen diharapkan dapat menjadi acuan untuk memperbaiki kualitas

mutu pelayanan pendidikan di masyarakat baik itu negeri maupun swasta.

- Standardisasi kompetensi guru.

Hal ini akan tercantum pada pasal 8 UU Guru dan Dosen yang menjelaskan tentang

Sertifikat Profesi Pendidik. Pasal 8 menyebutkan : ”Guru wajib memiliki kualifikasi

akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki

kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional”. Banyak pihak mengkhawatirkan

program sertifikasi ini (yang diselenggarakan oleh LPTK) nantinya akan menimbulkan

masalah baru di dunia pendidikan, terutama yang mengarah pada terciptanya lembaga yang

menjadi sarang kolusi dan korupsi baru. Yang pada akhirnya akan memperburuk kondisi

pendidikan bangsa. Sedang semangat dari pasal ini adalah untuk meningkatkan kompetensi

pendidik itu sendiri, serta berusaha lebih menghargai profesi pendidik. Dengan sertifikasi

diharapkan lebih menghargai profesi guru, dan meningkatkan mutu guru di Indonesia. Hal ini

dilakukan sebagai langkah menjadikan guru sebagai tenaga profesional.

1. Kesejahteraan atau Tunjangan.

11 item Hak Guru yang tercantum pada pasal 14 UU Guru dan Dosen adalah bentuk

penghargaan pemerintah dan masyarakat kepada guru. Untuk indikator penghasilan guru PNS

sudah diatur Pasal 15 ayat 1. Guru berhak untuk mendapatkan tunjangan, yaitu :

1. Tunjangan profesi.

2. Tunjangan Fungsional.

3. Tunjangan Khusus.

Tiga jenis tunjangan diatas diatur dalam pasal 16,17 dan 18 UU Guru dan Dosen.

Tunjangan profesi diberikan kepada guru baik guru PNS ataupun guru swasta yang telah

memiliki sertifikat pendidik.

Disamping tunjangan diatas, guru juga berhak untuk memperoleh ”maslahat tambahan”

yang tercantum dalam pasal 19 UU Guru dan Dosen. Maslahat Tambahan tersebut meliputi :

1. Tunjangan pendidikan.

2. Asuransi pendidikan.

3. Beasiswa.

4. Penghargaan bagi guru.

5. Kemudahan bagi putra-putri guru untuk memperoleh pendidikan.

6. Pelayangan kesehatan.

7. Bentuk kesejahteraan lain.

UU Guru dan Dosen mungkin masih harus di perdebatkan dalam rangka memperbaikinya

di masa yang akan datang. Apalagi ada beberapa hal memang tidak serta merta dapat

dilaksanakan. Pemberian tunjangan kepada seluruh guru, akan sangat terganturng anggaran

pemerintah. Sehingga pada saat anggaran pendidikan belum mencapai 20% dari APBN maka

akan sangat sulit dilaksanakan. Demikian pula dengan program sertifikasi dll, masih

memerlukan proses untuk pelaksanaan dan mencapai tujuan yang diharapkan. Namun

diharapkan dengan adanya 2 (dua) undang-undang yaitu Undang-Undang No. 20 tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional, UU Guru dan Dosen diharapkan akan memperbaiki

mutu pendidikan nasional secara keseluruhan.

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Manajemen Pendidikan adalah suatu kegiatan atau rangkaian kegiatan yang berupa proses

pengelolaan usaha kerjasama sekelompok manusia yang tergabug dalam organisasi

pendidikan yang dilakukan dengan usaha bersama secara efektif dan efisien., untuk

mendayagunakan semua sumber dan potensi yang ada demi tercapainya tujuan pendidikan

yang telah ditetapkan sebelumnya.

Tujuan dan manfaat manajemen pendidikan antara lain:

1. Terwujudnya suasana belajar dan proses pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif,

menyenangkan dan bermakna (Pakemb)

2. Terciptanya peserta didik yang aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

3. Terpenuhinya salah satu dari 5 kompetensi tenaga kependidikan (tertunjangnya

kompetensi manajerial tenaga kependidikan sebagai manajer)

4. Tercapainya tujuan pendidikan secara efektif dan efesien

5. Terbekalinya tenaga kependidikan dengan teori tentang proses dan tugas administrasi

pendidikan (tertunjangnya profesi sebagai manajer atau konsultan manajemen

pendidikan)

6. Teratasinya masalah mutu pendidikan, karena 80% masalah mutu disebabkan oleh

manajemennya

7. Terciptanya perencanaan pendidikan yang merata, bermutu, relevan, dan akuntabel

8. Meningkatkan citra positif pendidikan