Ekonomi mikro

43
I.PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Inflasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalam suatu perekonomian. Inflasi adalah suatu keadaan dimana terdapat kenaikan harga umum secara terus-menerus. Jadi, bukan harga satu atau dua acam barang saja, melainkan kenaikan harga dari sebagian besar barang dan jasa, dan pula bukan hanya satu atau dua kali kenaikan harga secara terus menerus. Inflasi di dunia ekonomi modern sangat memberatkan masyarakat. Hal ini dikarenakan inflasi dapat mengakibatkan lemahnya efisiensi dan produktifitas ekonomi investasi, kenaikan biaya modal, dan ketidakjelasan ongkos serta pendapatan di masa yang akan datang. Keberadaan permasalahan inflasi dan tidak stabilnya sektor riil dari waktu ke waktu senantiasa menjadi perhatian sebuah rezim pemerintahan yang berkuasa serta otoritas moneter . Lebih dari itu, ada kecenderungan inflasi dipandang sebagai permasalahan yang senantiasa akan terjadi . Hal ini tercermin dari kebijakan otoritas moneter dalam menjaga tingkat inflasi. Setiap tahunnya otoritas moneter senantiasa menargetkan bahwa angka atau tingkat inflasi harus diturunkan menjadi satu digit atau inflasi moderat. 1

Transcript of Ekonomi mikro

Page 1: Ekonomi mikro

I. PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Inflasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses kenaikan harga-harga yang

berlaku dalam suatu perekonomian. Inflasi adalah suatu keadaan dimana terdapat

kenaikan harga umum secara terus-menerus. Jadi, bukan harga satu atau dua acam

barang saja, melainkan kenaikan harga dari sebagian besar barang dan jasa, dan

pula bukan hanya satu atau dua kali kenaikan harga secara terus menerus.

Inflasi di dunia ekonomi modern sangat memberatkan masyarakat. Hal ini

dikarenakan inflasi dapat mengakibatkan lemahnya efisiensi dan produktifitas

ekonomi investasi, kenaikan biaya modal, dan ketidakjelasan ongkos serta

pendapatan di masa yang akan datang. Keberadaan permasalahan inflasi dan tidak

stabilnya sektor riil dari waktu ke waktu senantiasa menjadi perhatian sebuah

rezim pemerintahan yang berkuasa serta otoritas moneter . Lebih dari itu, ada

kecenderungan inflasi dipandang sebagai permasalahan yang senantiasa akan

terjadi . Hal ini tercermin dari kebijakan otoritas moneter dalam menjaga tingkat

inflasi. Setiap tahunnya otoritas moneter senantiasa menargetkan bahwa angka

atau tingkat inflasi harus diturunkan menjadi satu digit atau inflasi moderat.

Mewujudkan inflasi nol persen atau zero inflation secara terus menerus

dalam perekonomian yang berkemabang adalah sukar untuk dicapai. Oleh sebab

itu dalam jangka panjang yang perlu diusahakan adalah menjaga agar tingkat

inflasi berada pada tingkat yang sangat rendah.

Prospek pembangunan ekonomi jangka panjang akan menjadi semakin

memburuk sekiranya inflasi tidak dapat dikendalikan. Inflasi cenderung akan

menjadi bertambah cepat apabila tidak diatasi. Inflasi yang bertambah serius

tersebut cenderung untuk mengurangi investasi yang produktif, mengurangi

ekspor dan menaikkan impor. Kecenderungan ini akan memperlambat

pertumbuhan ekonomi

Terjadinya inflasi dapat mendistorsi harga-harga relatif, tingkat pajak,

suku bunga riil, pendapatan masyarakat akan terganggu, mendorong investasi

yang keliru, dan menurunkan moral. Maka dari itu, mengatasi inflasi merupakan

sasaran utama kebijakan moneter. Pengaruh inflasi cukup besar pada kehidupan

1

Page 2: Ekonomi mikro

ekonomi, inflasi merupakan salah satu masalah ekonomi yang banyak mendapat

perhatian para ekonom, pemerintah, maupun masyarakat umum. Berbagai teori,

pendekatan dan kebijakan dikembangkan supaya inflasi dapat dikendalikan sesuai

dengan yang diinginkan.

I.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari penulisan ini antara lain sebagai berikut :

1. Apa pengertian Inflasi?

2. Ada berapa macam-macam Inflasi?

3. Apa yang menyebabkan timbulnya Inflasi?

4. Bagaimana awal mula adanya sumber Inflasi?

5. Ada berapa banyak dampak Inflasi?

6. Bagaimana cara penanggulangan Inflasi?

7. Ada berapa banyak Kebijakan Pemerintah?

I.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan ini antara lain sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengertian Inflasi.

2. Untuk mengetahui macam-macam Inflasi.

3. Untuk mengetahui penyebab yang menimbulkan adanya Inflasi.

4. Untuk mengetahui awal mulanya sumber Inflasi.

5. Untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan dari Inflasi.

6. Untuk mengetahui cara menanggulangi Inflasi.

7. Untuk mengetahui Kebijakan Pemerintah tentang Inflasi.

2

Page 3: Ekonomi mikro

II. PEMBAHASAN

II.1 Definisi Inflasi

Inflasi adalah kecenderungan dari tingkat harga untuk naik secara umum

dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat

disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan kenaikan)

kepada barang dan jasa lainnya, kenaikan bukan hanya satu kali saja tetapi secara

terus menerus. Kenaikan harga-harga seperti pada saat musiman, menjelang hari-

hari besar atau yang terjadi sekali bukan termasuk inflasi. Kenaikan harga seperti

ini tidak dianggap masalah dan tidak memerlukan kebijaksanaan khusus untuk

menanggulinya. (Boediono, 1998:155; M. Suparmoko 1991:187)

Inflasi juga diartikan sebagai suatu proses meningkatnya harga-harga secara

umum dan terus-menerus (kontinu) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat

disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang

meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan

spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidak lancaran distribusi barang.

Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang

secara kontinu. banyak cara untuk mengukur tingkat inflasi, dua yang paling

sering digunakan adalah CPI dan GDP Deflator.

Beberapa pengertian inflasi yang patut digaris bawahi mencakup aspek-

aspek :

1. Tendency yaitu kecenderungan harga-harga untuk meningkat, artinya dalam

jangka waktu tertentu dimungkinkan terjadi kecenderungan harga untuk

meningkat.

2. Sustained yaitu peningkatan harga tersebut tidak hanya terjadi pada waktu

tertentu atau sekali waktu saja, melainkan terus menerus dalam jangka waktu

yang lama.

3. General level of prices yaitu tingkat harga yang dimaksud adalah tingkat

harga barang-barang secara umum sehingga tidak hanya harga dari satu

macam barang saja.

3

Page 4: Ekonomi mikro

Secara umum inflasi dapat diartikan sebagai kenaikan tingkat harga barang

dan jasa secara umum dan terus menerus selama waktu tertentu. Menurut para

pakar beberapa pengertian mengenai inflasi:

1. Menurut Nopirin (1987:25)

Inflasi merupakan proses kenaikan harga-harga umum barang-barang secara

terus menerus selama peride tertentu.

2. Menurut Samuelson dan Nordhaus (1998: 578-603)

Inflasi dinyatakan sebagai kenaikan harga secara umum. Jadi tingkat inflasi

adalah tingkat perubahan harga secara umum yang dapat dinyatakan dengan

rumus sebagai berikut: Rate of inflation (year t) = Price level (year t)- price

level (year t-l) :Price level (year t-l).

2.2 Macam-macam Inflasi

1. Berdasarkan laju Inflasi

a. Inflasi ringan (kurang dari 10% per tahun)

b. Infasi sedang (antara 10-30% per tahun)

c. Inflasi berat (antara 30-100% per tahun)

d. Hiperinflasi (diatas 100% per tahun)

Pembedaan inflasi atas parah atau tidaknya berguna untuk mengetahui

dampak dari inflasi yang bersangkutan. Apabila inflasi ringan justru mempunyai

dampak positif, dalam arti dapat mendorong perekonomian untuk berkembang

lebih baik yaitu:

a. Meningkatkan pendapatan nasional.

b. Membuat orang menjadi semangat dalam bekerja.

c. Ada insentif untuk bekerja.

d. Menabung.

e. Mengadakan investasi.

Tetapi sebaliknya apabila terjadi hiperinflasi, keadaan perekonomian

menjadi kacau balau. Orang menjadi tidak bersemangat dalam bekerja, menabung,

mengadakan investasi, maupun produksi. Hal ini disebabkan harga meningkat

sangat cepat, sedangkan para penerima pendapatan tetap. Para penerima

pendapatan seperti pegawai negeri dan swasta akan kewalahan dalam

4

Page 5: Ekonomi mikro

mengimbangi kenaikan barang dan jasa, sehingga taraf hidup menjadi merosot

(M. Suparmoko, 1991:188-189).

Demikian pula para pengusaha yang menghasilkan barang dan jasa. Pada

saat barang akan siap untuk dijual, harga jual tersebut tidak dapat menutup biaya.

Sehingga para pemilik modal berspekulasi dengan membeli barang, kemudian

menyimpannya, dan menjualnya pada saat harga barang sudah lebih tinggi. Orang

juga semakin enggan menabung dan digantikan dengan Hoarding. Hoarding yaitu

menyimpan dalam bentuk barang bukan uang. Hal ini sama yang dilakukan oleh

para investor, yaitu membeli, menyimpan, dan kemudian menjualnya pada saat

harga barang itu sudah naik. Para investor yang melakukan hal tersebut tidak

akan rugi dengan adanya inflasi. (M. Suparmoko, 1991:189)

2. Menurut Sifatnya

Menurut sifatnya, inflasi dibagi menjadi 4 katagori utama yaitu:

a. Inflasi rendah (creeping inflation)

Inflasi ringan adalah inflasi yang masih belum begitu mengganggu

keadaan ekonomi. Inflasi ini, masih mudah dikendalikan. Harga-harga

naik secara umum, tetapi belum menimbulkan krisis dalam bidang

ekonomi. Inflasi ringan berada dibawah 10% per tahun.

b. Inflasi menengah (galloping inflation)

Inflasi sedang belum membahayakan kegiatan ekonomi. Tetapi

inflasi ini sudah menurunkan kesehjateraan orang-orang yang

berpenghasilan tetap.Besarnya inflasi ini antara 10-30% pertahun. Inflasi

ini biasanya ditandai oleh naiknya harga-harga secara cepat dan relative

besar. Angka inflasi pada kondisi ini biasanya disebut inflasi 2 digit,

misalnya 15%, 20%, 30% dan sebagainya.

c. Inflasi Berat (high inflation)

Inflasi ini sudah mengacaukan kondisi perekonomian. Pada inflasi

berai ini, orang cenderung menyimpan barang dan pada umumnya orang

enggan untuk menabung, karena bunga tabungan yang ditawarkan jauh

lebih rendah ketimbang laju inflasi. Bahkan menurut istilah ibu-ibu rumah

tangga harga berubah. Inflasi berat berkisar antara 30-100% per tahun.

5

Page 6: Ekonomi mikro

d. Inflasi Sangat Tinggi (Hyper Inflation)

Inflasi ini ditandai oleh naiknya harga secara drastis hingga

mencapai 4 digit (diatas 100%). Pada kondisi ini masyarakat tidak ingin

lagi menyimpan uang, karena nilainya merosot tajam, sehingga lenih baik

ditukarkan dengan barang.

3. Inflasi Berdasarkan Penyebabnya

a. Inflasi Tarikan Permintaan

Inflasi tarikan permintaan adalah inflasi yang disebabkan oleh

adanya tarikan permintaan terhadap barang dan jasa. Biasanya inflasi ini

timbul karena adanya pembelanjaan defisit atau anggaran belanja

pemerintah yang defisit (Defisit Financing). Anggaran belanja yang defisit

adalah anggaran belanja dimana pendapatan Negara lebih kecil daripada

belanja Negara. Untuk menutup defisit pemerintah mencetak uang.

Dengan pencetakan uang itu maka akan terjadi inflasi.

Inflasi ini biasanya terjadi pada masa perekonomian berkembang

dengan pesat. Kesempatan kerja yang tinggi menciptakan tingkat

pendapatan yang tinggi dan selanjutnya menimbulkan pengeluaran yang

melebihi kemampuan ekonomi mengeluarkan barang dan jasa.

Pengeluaran yang melebihi ini akan menimbulkan inflasi.

Disamping dalam masa perekonomian berkembang pesat, inflasi

tarikan permintaan juga dapat berlaku pada masa perang atau

ketidakstabilan politik terus-menerus. Dalam masa seperti ini pemerintah

berbelanja jauh melebihi pajak yang dipungutnya. Untuk membiayai

kelebihan pengeluaran tersebut pemerintah terpaksa mencetak uang atau

meminjam dari bank sentral. Pengeluaran pemerintah yang berlebihan

tersebut menyebabkan permintaan agregat akan melebihi kemampuan

ekonomi tersebut menyediakan barang dan jasa. Maka keadaan ini akan

mewujudkan inflasi.

Ada penyabab lain terjadinya inflasi tarikan permintaan yaitu

apabila permintaan agregat meningkat lebih cepat dibandingkan dengan

potensi produktif perekonomian atau dengan menarik harga keatas untuk

6

Page 7: Ekonomi mikro

menyeimbangkan penawaran dan permintaan agregat. (M. Suparmoko,

1991:193)

Contohnya, suatu perusahaan Blackberry menawarkan berbagai

aplikasi baru untuk menambah minat masyarakat sehingga penawaran

akan barang tersebut dapat bertambah.

b. Inflasi Dorongan Biaya

Inflasi penawaran atau sering disebut sebagai inflasi dorongan biaya.

Inflasi Dorongan Biaya (wage push inflation) adalah inflasi yang

ditimbulkan karena desakan kenaikan biaya produksi, terutana kenaikan

biaya tenaga kerja atau upah buruh. (M. Suparmoko, 1991: 193)

Apabila kaum buruh bersatu untuk menuntut kenaikan gaji atau

upah, dan perusahaan mengabulkannya, maka gaji akan naik. Tetapi

perusahaan tidak mau rugi, tentu perusahaan akan mencari sumber dana

untuk menutup biaya tenaga kerja yang lebih tinggi. Cara yang baik dan

masuk akal adalah dengan menaikkan harga jual. (M. Suparmoko, 1991:

193)

Inflasi ini berlaku dalam masa perekonomian berkembang dengan

pesat ketika tingkat pengangguran adalah sangat rendah. Apabila

perusahaan-perusahaan masih menghadapi permintaan yang bertambah,

mereka akan berusaha menaikkan produksi dengan cara memberikan gaji

dan upah yang lebih tinggi kepada pekerjanya dan mencari pekerja baru

dengan tawaran pembayaran yang lebih tinggi ini. Langkah ini

mengakibatkan biaya produksi meningkat, yang akhirnya akan

menyebabkan kenaikan harga-harga berbagai barang.

Contohnya dalam Suatu Perusahaan membutuhkan 10 (Sepuluh)

Karyawan, untuk bekerja sesuai jam kerja yang ditetapkan, namun

berhubung karyawan yang Perusahaan peroleh hanya setengah dari 10

Karyawan dan permintaan Perusahaan semakin meningkat maka

Perusahaan akan menaikan Gaji atau Upah yang lebih tinggi untuk

Karyawan yang mengerjakan permintaan Perusahaan yang meningkat itu.

7

Page 8: Ekonomi mikro

c. Inflasi Diimpor

Inflasi dapat juga bersumber dari kenaikan harga-harga barang yang

diimpor. Inflasi ini akan wujud apabila barang-barang impor yang

mengalami kenaikan harga mempunyai peranan yang penting dalam

kegiatan pengeluaran perusahaan-perusahaan. Satu contoh yang nyata

dalam hal ini adalah efek kenaikan harga minyak dalam tahun 1970-an

kepada perekonomian negara-negara barat dan negara-negara pengimpor

minyak lainnya. Minyak penting artinya dalam proses produksi barang-

barang industri. Maka kenaikan harga minyak tersebut menaikkan biaya

produksi, dan kenaikan biaya produksi mengakibatkan kenaikan harga-

harga. Kenaikan harga minyak yang tinggi pada tahun 1970-an (yaitu dari

US$3.00 pada tahun 1973 menjadi US$12.00 pada tahun 1974 dan

menjadi US$30.00 pada tahun 1979) menyebabkan masalah stagflasi yaitu

inflasi ketika pengangguran adalah tinggi, di berbagai negara.

Dengan demikian stagflasi menggambarkan keadaan di mana

kegiatan ekonomi semakin menurun, pengangguran semakin tinggi dan

pada waktu yang sama proses kenaikan harga-harga semakin bertambah

cepat.

Inflasi ini sama dengan Inflasi Penawaran. Dengan adanya kenaikan

harga maka para buruh akan merasakaanya dan mereka akan menuntut

kenaikan gaji lagi. Apabila permintaan tersebut dikabulkan oleh

perusahaan harga akan naik lagi dan begitu seterusnya. Dengan adanya hal

tersebut akan terjadi Inflasi Spiral. (M. Suparmoko, 1991: 193)

Misalnya “Minyak” yang berasal dari salah satu Negara terbesar

penghasil minyak yaitu Negara Arab Saudi, Negara Arab akan menaikan

harga minyak karena minyak peranannya sangat penting dalam proses

produksi barang-barang industri. Dengan naiknya harga Minyak, maka

harga Biaya produksipun otomatis meningkat.

8

Page 9: Ekonomi mikro

4. Berdasarkan asalnya

a. Inflasi Yang Berasal Dari Dalam Negeri (Domestic Inflation)

Inflasi yang berasal dari dalam negeri yang timbul karena terjadinya

defisit dalam pembiayaan dan belanja Negara yang terlihat pada anggaran

belanja Negara. Untuk mrngatasinya biasanya pemerintah mencetak uang

baru. Selain itu harga-harga naik dikarenakan musim panceklik (gagal

panen), bencana alam yang berkepanjangan dan lain sebagainya.

b. Inflasi Yang Berasal Dari Luar Negeri (Import Inflation)

Inflasi ini terjadi karena adanya kenaikan harga diluar negeri atau di

negara-negara langganan berdagang Negara kita. Dalam perdagangan

bebas, banyak negara yang saling berhubungan dalam bidang

perdagangan. Jika suatu negara mengimpor barang dari negara yang

mengalami suatu inflasi, maka secara otomatis kenaikan harga (inflasi)

akan mempengaruhi harga-harga dalam negerinya sehingga menimbulkan

suatu inflasi.

Penularan inflasi dari luar ataupun dari dalam mudah terjadi pada

Negara-negara yang perekonimiannya terbuka seperti Indonesia, korea,

Taiwan, Singapura, Malaysia dsb). Namun seberapa parah inflasi yang

ditularkan tergantung pada kebijaksanaan pemerintah yang di ambil.

Dengan kebijaksanaan-kebijaksanaan moneter dan perpajakan tertentu

pemerintah dapat mengendalikan kecenderungan inflasi yang berasal dari

luar negeri. (Boediono, 1998:158)

Inflasi yang berasal dari dalam negeri maupun luar negeri bisa

melalui barang yang diimpor maupun diekspor. Kenaikan harga dari luar

negeri ke dalam negeri melalui kenaikan harga barang-barang ekspor :

Bila harga barang ekspor naik, maka indeks biaya hidup akan naik pula

sebab barang-barang ini langsung masuk daftar barang-barang yang

tercakup dalam indeks harga.

Bila harga barang naik, ongkos produksi akan naik dan kemudian harga

jualnya akan naik pula.

Kenaikan harga barang-barang ekspor naik maka penghasilan eksportir

akan naik

9

Page 10: Ekonomi mikro

Kenaikan harga dari luar negeri ke dalam negeri melalui kenaikan harga

barang-barang impor

Secara langsung kenaikan indeks biaya hidup karena sebagian dari

barang-barang yang tercakup didalamnya berasal dari impor.

Sara tidak angsung menaikkan biaya produksi karena bahan mentah dan

mesin yang diimpor.

Secara tidak langsung menimbulkan kenaikan dalam negeri karena

kenaikan harga barang-barang impor mengakibatkan kenaikan

pngeluaran pemeritah/ swasta. (Boediono, 1998:158-159)

2.3 Timbulnya Inflasi

Salah satu penyebab timbulnya inflasi adalah pemerintah mencetak uang

terlalu banyak. Alasan pemerintah mencetak uang terlalu banyak karena

pemerintah membutuhkan uang untuk operasi keamanan, adanya pertarungan

politik diantara golongan-golongan politik didalam negeri.

Untuk mengetahui sebab-sebab timbulnya inflasi, merumuskannya

kemudian melaksanakan kebijaksanaan untuk menaggulanginya yaitu dengan

mempertimbangkan beberapa teori :

1. Teori Kuantitas

Teori kuantitas menyoroti hal-hal yang berperan dalam proses inflasi

mengenai penyebab utama dari inflasi adalah pertambahan jumlah uang

yang beredar dan anggapan masyarakat mengenai harga-harga dimasa

mendatang. Tambahan jumlah uang yang beredar sebesar x% bisa

menumbuhkan inflasi kurang dari x%, sama dengan x% atau lebih besar

dari x%, tergantung kepada apakah masyarakat tidak mengharapkan harga

naik lagi, akan naik tidak lebih buruk daripada sekarang atau masa-masa

lampau, atau akan naik lebih cepat dari sekarang atau masa-masa lampau.

(Boediono, 1998:169)

Laju inflasi disebabkan oleh laju pertambahan jumlah uang beredar

dan anggapan masyarakat mengenai harga-harga. Teori kuantitas ini di

kemukankan oleh Irving Fisher. Adapun rumusnya sebagai berikut :

MV = PT

10

Page 11: Ekonomi mikro

Keterangan :

M = Jumlah uang yang beredar

V = Kecepatan perputaran uang

P = Tingkat harga

T = Banyaknya transaksi

Di setiap transaksi, jumlah yang dibayarkan oleh pembeli sama

dengan jumlah uang yang diterima penjual. Hal ini berlaku untuk seluruh

perekonomian.

Dalam periode tertentu nilai barang dan jasa yang dibeli harus sama

dengan nilai barang dan jasa yang dijual. Nilai barang yang dijual sama

dengan volume transaksi (T) di kalikan harga rata-rata barang tersebut (P).

Dan untuk mencegah terjadinya inflasi maka salah satu variabel (M

atau V) harus dikendalikan. Cara mengatur vareabel M, V dan T tersebut

dapat dilakukan dengan menggunakan kebijaksanaan moneter, fiskal atau

kebijaksanaan yang menyangkut kenaikan produksi.

2. Teori Keynes

Teori Keynes mengatakan bahwa inflasi terjadi karena masyarakat

hidup diluar batas kemampuan ekonomisnya. Keynes berpendapat, proses

inflasi adalah proses perebutan bagian rezeki diantara kelompok-kelompok

sosial yang menginginkan bagian yang lebih besar dari yang bisa

disediakan oleh masyarakat tersebut. Oleh keynes proses perebutan ini

diterjemahkan menjadi keadaan di mana permintaan masyarakat terhadap

barang selalu melebihi jumlah barang-barang yang tersedia. Peristiwa

tersebut menimbulkan apa yang disebut celah inflasi atau inflationary gap.

Selama infantionary gap tetap ada, selama itu pula proses inflasi

berkelanjutan. Teori ini menarik karena menyoroti peranan system

distribusi pendapatan dalam proses inflasi dan menyarankan hubungan

antara inflasi dan factor-faktor non-ekonomis. (Boediono, 1998:159)

Celah inflasi ini timbul karena golongan-golongan masyarakat

berhasil menerjemahkan aspirasi mereka menjadi permintaan yang efektif

terhadap barang. Golongan-golongan masyarakat yang dimaksud yaitu

11

Page 12: Ekonomi mikro

pemerintah, pengusaha, dan serikat buruh. Pemerintah berusaha

memperoleh bagian lebih besar dari output masyarakat dengan cara

mencetak uang baru. Pengusaha melakukan investasi dengan modal yang

diperoleh dari kredit bank, serikat buruh atau pekerja memperoleh

kenaikan harga. Hal ini terjadi karena permintaan total melebihi jumlah

barang yang tersedia, maka harga-harga akan naik. Adanya kenaikan

harga-harga ini menunjukan sebagian dari rencana-rencana pembelian

barang dari golongan-golongan tersebut bisa dipenuhi.

Proses inflasi akan terus berlangsung selama jumlah pemintaan

efektif dari semua golongan masyarakat melebihi jumlah output yang

dihasilkan. Namun apabila permintaan efektif total tidak melebihi harg-

harga yang berlaku dari jumlah output yang tersedia, maka inflasi akan

berhenti.

3. Teori Strukturalis

Teori strukturalis adalah teori inflasi jangka panjang karena

menyoroti sebab-sebab inflasi yang berasal dari kekuatan struktur

ekonomi, khususnya kebutuhan bahan makanan dan barang ekspor. Teori

ini memberikan perhatian yang besar terhadap struktur perekonomian

Negara-negara sedang berkembang. Karena sebab-sebab structural

pertambahan produksi barang-barang ini terlau lambat dibanding dengan

pertumbuhan kebutuhannya, sehingga menaikkan bahan makanan dan

kelangkaan devisa. Akibat selanjutnya, adalah kenaikan harga-harga lain,

sehingga terjadi inflasi. Inflasi semacam ini tidak dapat teratasi hanya

dengan cara yang biasa, tetapi harus dengan pembangunan sektor bahan

makanan dan ekspor. (Boediono, 1998:159)

Teori ini didasarkan atas pengalaman di Negara-negara amerika

latin. Menurut teori ini, ada dua hal penting dalam perekonomian Negara-

negara sedang berkembang yang dapat menimbulkan inflasi, yaitu sebagai

berikut :

12

Page 13: Ekonomi mikro

Ketidak jelasan penerimaan ekspor

Nilai ekspor tumbuh secara lamban di bandingkan dengan

pertumbuhan sektor-sektor lain. Adapun penyebab kelambanan tersebut

adalah :

Di pasar dunia harga barang-barang ekspor tersebut semakin

memburuk.

Produksi barang-barang ekspor tidak responsive terhadap kenaikan

harga.

Ketidak elastisan penawaran atau produksi bahan makanan di dalam

negeri.

Produksi bahan makanan di dalam negeri tidak tumbuh secepat

pertumbuhan penduduk dan pendapatan per kapita. Hal ini

menyebabkan harga bahan makanan di dalam negeri cenderung untuk

naik, sehingga melebihi tuntutan karyawan untuk mendapatkan

kenaikan harga barang-barang lain. Dampak yang ditimbulkan yaitu

munculnya tuntutan karyawan untuk mendapatkan kenaikan upah atau

gaji. Naiknya upah karyawan menyebabkan kenaikan ongkos produksi.

Hal ini berarti akan menaikan harga barang-barang. Kenaikan harga

barang-barang tersebut mengakibatkan munculnya kenaikan upah lagi.

Adanya kenaikan upah akan diikuti oleh kenaikan harga barang-barang

begitu seterusnya. Proses ini akan berhenti apabila harga bahan

makanan tidak terus naik. Namun karena faktor strukturalis harga bahan

makanan akan terus naik sehingga proses saling dorong mendorong

antara upah dan harga tersebut selalu mendapat “umpan” baru dan tidak

akan berhenti.

2.4 Sumber Inflasi

Terdapat banyak faktor yang dapat menimbulkan inflasi. Kenaikan harga

bahan mentah yang di impor, kenaikan harga bahan bakar, defisi dalam anggaran

belanja pemerintah, pinjaman sistem bank yang berlebihan, dan kegiatan infestasi

yang sangat pesat perkembanggannya merupakan beberapa contoh dari keadaan-

keadaan dalam perekonomian yang dapat menimbulkan inflasi.  Walaupun

13

Page 14: Ekonomi mikro

masalah inflasi dapat ditimbulkan oleh berbagai faktor, secara analitis cukuplah

apabila faktor-faktor itu dibedakan dan digolongkan kepada dua faktor berikut:

1. Inflasi yang diakibatkan oleh perubahan dalam permintaan agregat.

Inflasi karena kenaikan permintaan agregat sering disebut dengan

demand-pull inflation (inflasi karena ditarik permintaan). Dalam inflasi

jenis tersebut, kenaikan kurve permintaan agregat menarik tingkat harga

keatas. Agar demand-pull inflation dapat terus terjadi maka kurve

permintaan agregat harus terus bergeser keatas sepanjang kurve penawaran

agregat. Kenaikan Amerika selama akhir tahun1960-an adalah karena

demand-pull inflation, yaitu pada saat terjadi pertumbuhan belanja federal

untuk perang Vietnam dan perluasan sosial yang menaikkan permintaan

agregat.

Inflasi tariakan permintaan dapat berlaku pada ketika perekonomian

menghadapi masalah penganguran yang tinggi maupun pada ketika

kesempatan kerja penuh sudah tercapai. Dikebanyakan negara-negara

berkembang inflasi tarikan permintaan selalu berlaku, walaupun dalam

perekonomian banyak terdapat pengganguran. Keadaan seperti ini dapat

terjadi misalnya sebagai defisit angaran belanja pemerintah yang terlalu

besar. Devisit seperti ini dibiayai oleh pencetakan uang baru dan akan

meningkatakan permintaan agregat permin taan masyarakat. Sedangkan

kapasitas produksi berbagai jenis barang ada kalanya mencapai tingkat

yang maksimal dan tidak memungkinkan pertambahan produksi dalam

keadaan seperti ini inflasi tarikan permintaan akan berlaku.

Apabila suatu perekonomian telah mencapai tingkat kesempatan

kerja penuh. Inflasi tarikan permintaan akan berlaku apabila permintaan

agregat masih tetap berkembang dengan pesat. Pada kesempatan kerja

penuh, perekonomian tidak akan mampu menaikkan produksi. Maka

permintaan agregat yang terus bertambah akan menyebabkan kenaikan

harga-harga. Ada beberapa keadaan yang menyebabkan permintaan

agregat terus berkembang. Defisit dalam anggaran belanja pemerintah

merupakan salah satunya, penyebab yang lain adalah ekspor yang terus

pesat berkembang (yang menimbulkan kenaikan pendapatan kepada

14

Page 15: Ekonomi mikro

masyarakat dan terus meningkatkan konsumsi rumah tangga dan

perbelanjaan agregat), dan sebagai akibat infestasi perusahaan yang

semakin meningkat walaupun kesempatan kerja penuh telah tercapai.

2. Inflasi yang diakibatkan oleh perubahan dalam penawaran agregat.

Inflasi dapat muncul karena penurunan penawaran agregat,

contohnya kegagalan panen dan penurunan penawaran minyak

menurunkan penawaran agregat selama tahun 1974-1975, sehingga

tinggkat harga naik. Inflasi yang terjadi karena penurunan penawaran

agregat sering disebut dengan cost-pust inflation. Kenaikan biaya produksi

mendorong tingkat harga ke atas. Penurunan penawaran agregat biasanya

tidak hanya menyebabkan kenaikan tingkat harga, tetapi penurunan tingkat

output, yaitu kombinasi yang disebut stagflasi. Agar cost-pust inflation

dapat terus terjadi maka kurva penawaran agregat harus terus bergeser

kekiri sepanjang kurva penawaran agregat.

Inflasi seperti ini berlaku pada ketika kegiatan ekonomi telah

mencapai kesempatan kerja penuh. Pada tingkat ini industri-industri telah

beroprasi pada kapasitas yang maksimal dan penganguran tenaga kerja

sangat rendah. Pada tingkat kegiatan ekonomi ini tenaga kerja cenderung

untuk menuntut kenaikan gaji dan upah yang menyebabkan peningkatan

fdalam biaya produksi. Biaya produksi juga meningkat sebagai akibat

kenaikan harga input seperti biaya pengangkutan, kenaikan sewa bangunan

dan kenaikan harga bahan mentah. Kenaikan biaya produksi sebagai akibat

dari berbagai faktor ini akan mendorong para pengusaha menaikan harga-

harga barang yang diproduksikannya.

2.5 Dampak Inflasi

Inflasi memiliki dampak positif dan dampak negatif tergantung parah atau

tidaknya inflasi. Apabila inflasi itu ringan, justru mempunyai pengaruh yang

positif dalam arti dapat mendorong perekonomian lebih baik.

15

Page 16: Ekonomi mikro

Dampak Positif Inflasi :

Meningkatkan pendapatan nasional

Membuat orang bergairah untuk bekerja, menabung dan mengadakan

investasi.

Masyarakat akan semakin selektif dalam mengkonsums

Produksi akan diusahakan seefisien mungkin dan konsumtifisme dapat

ditekan

Inflasi berkepanjangan dapat meumbuhkan industry kecil da;lam negeri

menjadi semakin dipercaya dan tangguh

Tingkat pengangguran cenderung menurun karena masyarakat akan

tergerak untuk melakukan kegiatan produksi dengan cara mendirikan atau

membuka usaha.

Bagi pengusaha barang-barang mewah (high end) yang mana barangnya

lebih laku pada saat harganya semakin tinggi (masalah prestise)

Dampak Negatif

Keadaan perekonomian menjadi kacau dan perekonomian dirasakan lesu.

Orang menjadi tidak bersemangat kerja, menabung, atau mengadakan

investasi dan produksi karena harga meningkat dengan cepat.

Para penerima pendapatan tetap seperti pegawai negeri atau karyawan

swasta serta kaum buruh juga akan kewalahan menanggung dan

mengimbangi harga sehingga hidup mereka menjadi semakin merosot dan

terpuruk dari waktu ke waktu.

Menimbulkan ganggguan pada fungsi uang

Distribusi brang relative tidak stabil dan terkonsentrasi dalam jangka

pangjang akan membangkrutkan produsen.

Bagi masyarakat yang memiliki pendapatan tetap, inflasi sangat

merugikan. Kita ambil contoh seorang pensiunan pegawai negeri tahun

1990. Pada tahun 1990, uang pensiunnya cukup untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya, namun di tahun 2003 atau tiga belas tahun kemudian,

daya beli uangnya mungkin hanya tinggal setengah. Artinya, uang

pensiunnya tidak lagi cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

16

Page 17: Ekonomi mikro

Inflasi juga menyebabkan orang enggan untuk menabung karena nilai mata

uang semakin menurun. Memang tabungan menghasilkan bunga, namun

jika tingkat inflasi di atas bunga, nilai uang tetap saja menurun. Bila orang

enggan menabung, dunia usaha dan investasi akan sulit berkembang.

Karena untuk berkembang dunia usaha membutuhkan dana dari bank yang

diperoleh dari tabungan masyarakat.

Bagi orang yang meminjam uang dari bank (debitur), inflasi

menguntungkan, karena pada saat pembayaran utang kepada kreditur, nilai

uang lebih rendah dibandingkan pada saat meminjam..

Bagi, bila inflasi menyebabkan naiknya biaya produksi hingga pada

akhirnya merugikan produsen, maka produsen enggan untuk meneruskan

produksinya. Produsen bisa menghentikan produksinya untuk sementara

waktu. Bahkan bila tidak sanggup mengikuti laju inflasi, usaha produsen

tersebut mungkin akan bangkrut (biasanya terjadi pada pengusaha kecil).

Secara umum inflasi dapat mengakibatkan berkurangnya investasi di suatu

negara, mendorong kenaikan suku bunga, mendorong penanaman modal

yang bersifat spekulatif, kegagalan pelaksanaan pembangunan,

ketidakstabilan ekonomi, defisit neraca pembayaran, dan merosotnya

tingkat kehidupan dan kesejahteraan masyarakat.

Inflasi akan menurunkan pendapat riil orang-orang yang berpendapatan

tetap. Pada umumnya kenaikan upah tidaklah secepat kenaikan harga-

harga. Maka inflasi akan menurunkan upah riil individu-individu yang

berpendapatan tetap.

Inflasi akan mengurangi nilai kekayaan yang berbentuk uang. Sebagian

kekayaan masyarakat disimpan dalam bentuk uang. Simpanan di bank,

simpanan tunai, dan simpanan dalm institusi-institusi keuangan lain

merupakan simpanan keuangan. Nilai riilnya akan menurun apabila inflasi

berlaku.

Memperburuk pembagian kekayaan. Telah ditunjukkan bahwa penerima

pendapatan tetap akan menghadapi kemerosotan dalam nilai riil

pendapatannya, dan pemilik kekayaan bersifat keuangan mengalami

penurunan dalam nilai riil kekayaannya. Akan tetapi pemilik harta-harta

17

Page 18: Ekonomi mikro

tetap (tanah, bangunan, dan rumah) dapat mempertahankan atau

menambah nilai riil kekayaannya. Juga sebagian penjual atau pedagang

dapat mempertahankan nilai riil pendapatannya. Dengan demikian inflasi

menyebabkan pembagian pendapatan di antara golongan berpendapatan

tetap dengan pemilik-pemilik harta tetap dan penjual atau pedagang akan

menjadi semakin merata.

1. Dampak terhadap distribusi pendapatan dan kekayaan

Distribusional utama dari inflasi berasal dari perbedaan bentuk

aktiva dan kewajiban yang dimiliki oleh masyarakat. Pada saat terjadi

inflasi maka suku bunga bank akan ikut naik dan hal ini akan berdamapak

pada pendapatan bunga masyarakat. Hal ini akan merugikan bank karena

nilai uang waktu sebelum inflasi dan setelah inflasi akan berbeda. Hal ini

harus diantisipasi oleh bank sebelum terjad inflasi dan segera melakukan

penyesuaian yaitu dengan memperkirakan. Misalnya suku bunga 3%,

apabila diperkirakan harga-harga meningkat 9% per tahun maka suku

bunga akan menjadi 12%. (Samuelson, Paul A, dan William D. Dord Baus,

1995: 314-315)

2. Pengaruh pada output dan efisiensi ekonomi

a. Dampak Pada Perekonomian Secara Makro

Pengaruh pertama adalah terhadap tingkat output keseluruhan.

Inflasi yang tinggi biasanya berjalan seiring dengan kesempatan kerja

output yang tinggi pula. Peningkatan inflasi muncul pada saat terjadi

investasi yang sangat cepat, dan pekerjaan berlimpah. Inflasi dapat

berhubungan dengan output dan kesempatan kerja yang tinggi ataupun

yang rendah. (Samuelson, Paul A, dan William D. Dord Baus, 1995:

315)

b. Dampak Pada Perekonomian Secara Mikro

Dampak secara mikro yaitu terhadap efisiensi ekonomi. Semakin

tinggi laju inflasi, semakin tingg pula distorsi terhadap harga-harga

relative. Distorsi terjadi pada saat harga-harga keluar dari garis relative

18

Page 19: Ekonomi mikro

terhadap biaya dan pemintaan. (Samuelson, Paul A, dan William D.

Dord Baus, 1995: 315-316)

Efek yang Ditimbulkan dari Inflasi

Efek terhadap pendapatan (equity effect)

Efek tehadap pendapatan sifatnya tidak merata, ada yang dirugikan

dan ada yang diuntungkan dengan adanya inflasi. Seorang yang

memperoleh pendapatan tetap akan dirugikan oleh adanya inflasi.

Misalnya seorang memperoleh pendapatan tetap Rp 500.000,00 per tahun

sedang laju inflasi sebesar 10 persen akan menderita kerugian penurunan

pendapatan riil sebesar laju inflasi tersebut yaitu Rp 50.000,00.

Efek terhadap efisiensi (efficiency effect)

Inflasi dapat pula mengubah pola alokasi faktor-faktor produksi

perubahan ini dapat terjadi melalui kenaikan permintaan akan berbagai

macam barang yang kemudian dapat mendorong terjadinya perubahan

dalam produksi beberapa barang tertentu sehingga dapat mengakibatkan

alokasi faktor produksi menjadi tidak efesien.

Efek terhadap output (output effect)

Dalam menganalisa kedua efek di atas (equity dan efficiency effect)

digunakan suatu anggapan bahwa output tetap. Hal ini dilakukan supaya

dapat diketahui efek inflasi terhadap distribusi pendapatan dan efisiensi

dari jumlah output tertentu tersebut.

Efek Inflasi dalam Perkembangan Ekonomi dan Kemakmuran Indonesia

Inflasi yang tinggi tingkatnya tidak akan menggalakkan

perkembangan ekonomi. Biaya yang terus menerus meningkat

menyebabkan kegiatan produktif sangat tidak menguntungkan. Maka

pemilik modal biasanya lebih suka menggunakan uangnya untuk tujuan

spekulasi. Antara lain tujuan ini dicapai dengan membeli harta-harta tetap

seperti tanah, rumah dan bangunan. Oleh karena pengusaha lebih suka

menjalankan kegiatan investasi yang bersifat seperti ini, investasi

produktif akan berkurang dan tingkat kegiatan ekonomi menurun. Sebagai

akibatnya lebih banyak pengangguran akan terwujud.

19

Page 20: Ekonomi mikro

Kenaikan harga-harga menimbulkan efek yang buruk pula ke atas

perdagangan. Kenaikan harga menyebabkan barang-barang negara itu tidak dapat

bersaing di pasaran internasional. Maka ekspor akan menurun. Sebaliknya, harga-

harga produksi dalam negeri yang semakin tinggi sebagai akibat inflasi

menyebabkan barang-barang impor menjadi lebih murah. Maka lebih banyak

impor akan dilakukan. Ekspor yang menurun dan diikuti pula oleh impor yang

bertambah menyebabkan ketidakseimbangan dalam aliran mata uang asing.

Kedudukan neraca pembayaran akan memburuk.

2.6 Cara Penaggulangan Inflasi

1. Menekan laju pertumbuhan jumlah uang yang beredar

Dengan pendekatan gradual kebijakan yang ditempuh adalah dengan

sedikit pengurangan laju pertumbuhan jumlah uang yang beredar.

Tindakan ini akan mengurangi laju peningkatan harga, tetapi juga akan

menambah tingkat pengangguran. (M. Suparmoko, 1991: 199)

2. Mengurangi jumlah uang yang beredar

Cara penaggulangan inflasi yang kedua yaitu dengan pendekatan

secara drastic dengan mengurangi jumlah uang yang beredar. Pengambil

kebijakan berusaha menghilangkan inflasi secara cepat. Dengan

mengurangi jumlah uang yang beredar akan menciptakan suatu resesi yang

hebat dan inflasi akan menurun sedikit saja. Hal ini terjadi karena

penurunan kesempatan kerja yang drastic yang membarengi turunnya laju

inflasi, justru akan menyebabkan tingkat upah meningkat. Dengan

bertambahnya tingkat pengangguran, maka upah untuk golongan pekerja

yang memiliki keahlian khusus akan semakin tinggi harganya. (M.

Suparmoko, 1991: 199)

Pedekatan ini akan mendorong turunnya tingkat inflasi sehinga jumlah

produksi nasional dan tingkat kesempatan tingkat kerja menjadi pulih pada

tingkat kesempatan kerja penuh. (M. Suparmoko, 1991: 199)

3. Kebijakan penghasilan (income policy)

Kebijakan penghasilan adalah kebijakan yang mencoba megurangi

kenaikan tingkat upah secara epat. Penekanan tingkat upah secara cepat

20

Page 21: Ekonomi mikro

baik dengan perundang-undangan atau dengan himbauan (persuasion).

Misalnya pemerintah dapat mengadakan pengawasan upah dan

pengawasan harga (wage and price control), atau pemerintah dapat

menghimbau para pimpinan organisasi buruh tersebut. Hanya saja ada

bahayanya, apabila kebijakan itu dilaksanakan terlalu lama, sehingga akan

terjadi suatu alokasi yang salah dari factor-fktor produksi. (M. Suparmoko,

1991: 200)

4. Kebijakan Insenif Perpajakan (Tax Incentive Plan)

Pemerintah akan mengenakan pajak tambahan terhadap perusahaan-

perusahaan yang menaikkan tingkat upah, dan justru mengurangi pajak

terhadap perusahaan yang tidak melakukan kenaikan tingkat upah. Cara ini

dapat diterima oleh Negara-negara maju, tetapi untuk Negara berkembang

belum bisa melakukannya. Hal ini disebabkan tingkat upah di negara-

negara berkembang masih sangat rendah dan sangat tertinggal dengan

kenaikan harga barang. (M. Suparmoko, 1991: 200)

Untuk berhasilnya kebijakan penghasilan dan insentif perpajakan guna

menaggulangi inflasi, sebaiknya harus ditempuh pula dengan kebijakan

yamg menekan permintaan agregat. Sebagai contoh pada tahun 1968 telah

ditempuh kebijakan pengehamatan melalui anggaran belanja pemerintah,

hanya pengeluaran-pengeluaran yang perlu saja yang boleh dilaksanakan.

Dengan cara ini kebutuhan uang tunai untuk transaksi akan berkurang dan

akan membantu menekan kenaikan harga pada umumnya. (M. Suparmoko,

1991: 200)

2.7 Kebijakan Pemerintah

Kebijakan fiskal dan kebijakan moneter umumnya dianggap sebagai

kebijakan untuk mengelola akan sisi permintaan barang dan jasa dalam suatu

perekonomian, dengan tujuan untuk mempertahankan produksi nasional suatu

perekonomian atau suatu negara yang mendekati kesempatan kerja penuh (full

employment) dan juga mempertahankan harga tingkat barang dan jasa pada

tingkat yang sudah tercapai sekarang. Apabila terdapat kelebihan permintaan di

21

Page 22: Ekonomi mikro

atas penawaran akan dapat menimbulkan inflasi, sedangkan apabila terdapat

kelebihan penawaran di atas permintaan akan terjadi deflasi dan pengangguran.

Pemerintah dapat mempengaruhi permintaa dalam perekonomian dengan

menggunakan kebijakan fiscal yaitu dengan cara meningkatkan dan mengurangi

pengeluaran pemerintah, subsidi dan tingkat pajak, sedangkan dengan kebijakan

moneter, pemerintah dapat mengurangi dan meningkatkan jumlah uang yang

beredar. Atau dengan campuran dua kebikjasanaan tersebut yaitu dengan

mengubah pengeluaran, pengenaan pajak ataupun jumlah uang yang beredar

secara bersama-sama.

a. Kebijakan Fiskal

Kebijakan fiskal menyangkut pengaturan tentang pengeluaran

pemerintah serta perpajakan yang secara langsung mempengaruhi permintaan

total dan dengan demikian akan mempengaruhi harga. Inflasi dapat dicegah

melalui penurunan permintaan total. Kebijakan fiskal yang berupa

pengurangan pengeluaran pemerintah serta kenaikan pajak akan dapat

mengurangi permintaan total sehingga inflasi dapat ditekan.

Pada umumnya pemerintah akan berusaha menentukan target balanja

negara, kemudian menentukan tingkat pendapatannya paling tidak dapat

menutup seluruh anggaran belanja yang telah ditetapkan tersebut.

Adapun pengeluaran pemerintah itu dapat dibedakan menjadi

pengeluaran untuk pembelian barang dan jasa (exhaustive expenditure), dan

pengeluaran transfer (transfer expenditure) seperti subsidi, bantuan bencana

alam dan sebagainya.

Kebijakan fiskal dapat dilakukan melalui instrument berikut:

Mengatur penerimaan dan pengeluaran pemerintah, sehingga pengeluaran

keseluruhan dalam perekonomian bisa dikendalikan. Pemerintah tidak

menambah pengeluarannya agar anggaran tidak defisit.

Menaikkan pajak, dengan menaikkan pajak, konsumen akan mengurangi

jumlah konsumsinya karena sebagian pendapatannya untuk membayar

pajak. Dan juga akan mengakibatkan penerimaan uang masyarakat

berkurang dan ini berpengaruh pada daya beli masyarakat yang menurun,

22

Page 23: Ekonomi mikro

dan tentunya permintaan akan barang dan jasa yang bersifat konsumtif

tentunya berkurang.

b. Kebijakan Moneter

Kebijakan moneter adalah kebijakan yang mempengaruhi permintaan

dan penawaran akan uang guna menjamin kestabilan ekonomi. Adapun

kebijakan moneter ini secara umum dibedakan menjadi kebijakan uang ketat

(tight money policy) dan kebijakan uang longgar (easy money policy).

Selanjutnya instrument dari kebijakan itu dapat dibedakan menjadi 3 macam

instrument yaitu:

Kebijakan atau politik pasar terbuka (open market operation): ini

digunakan untuk menambah atu mengurangi jumlah uang yang beredar

dengan cara pemerintah dalam hal ini adalah bank sentral ikut serta dalam

jual beli surat berharga. Kalau pemerintah ingin menambah jumlah uang

yang beredar, maka ia membeli surat berharga di paar modal. Sedangkan

kalau pemerintah bermaksud mengurangi jumlah uang yang beredar, maka

ia menjual surat berharga.

Kebijakan atau politik diskonto (rediscount policy): pemerintah yaitu bank

sentral menentukan tingkat atau suku bunga kredit terhadap dana yang

dipinjam oleh bank-bank umum dari bank sentral. Kemudian bank umum

dalam memberikan kredit kepada nasabah harus memungut bunga

pinjaman pula. Supaya bank umum tidak menderita rugi maka ia harus

memungut bunga dengan suku bunga yang lebih tinggi daripada suku

bunga yang dikenakan oleh bank sentral terhadap bank umum.

Kebijakan atau politik deking perbankan (legal reseve requirement): bank

sentral sebagai pusatnya bank dapat mengatur bank-bank lain dalam

melakukan usahanya, khususnya dalam hal yang berkaitan dengan

pengendalian kestabilan ekonomi. Bank umum dalam memberikan kredit

kepada para nasabah harus mengingat ketentuan yang diberikan oleh

pemerintah yaitu bank sentral. Bank umum dalam memberikan kredit

harus dideking dengan sejumlah karyawan tertentu, seperti emas, valuta

asing, sertifikat Bank Indonesia, deposit berjangka dan uang inti.

23

Page 24: Ekonomi mikro

Sasaran kebijaksanaan moneter di capai melalui jumlah uang yang

beredar (M). Salah satu komponen jumlah uang adalah uang giral (demand

deposito). Uang giral dapat terjadi melalui dua cara, pertama apabila

seseorang memasukkan uang kas ke Bank dalam bentuk giro, instrumen lain

yang dapat dipakai untuk mencegah inflasi adalah politik pasar terbuka

(jual/beli surat berharga). Dengan cara menjual surat berharga bank sentral

dapat menekan perkembangan jumlah uang beredar sehingga laju inflasi

dapat lebih rendah.

c. Kebijakan Non Moneter

Kebijakan nom moneter adalah kebijakan yang tidak berhubungan

dengan finansial pemerintah maupun jumla uang yang beredar, cara ini

merupakan langkah alternatif untuk mengatasi inflasi. Kebijakan non moneter

dapat dilakukan melalui instrument berikut:

Mendorong agar pengusaha menaikkan hasil produksinya.

Cara ini cukup efektif mengingat inflasi disebabkan oleh kenaikan jumlah

barang konsumsi tidak seimbang dengan jumlah uang yang beredar. Oleh

karena itu pemerintah membuat prioritas produksi atau memberi bantuan

(subsidi) kepada sektor produksi bahan bakar, produksi beras.

Menekan tingkat upah tidak lain merupakan upaya menstabilkan upah/gaji,

dalam pengertian bahwa upah tidak sering dinaikan karena kenaikan yang

relatif sering dilakukan akan dapat meningkatkan daya beli dan pada

akhirnya akan meningkatkan permintaan terhadap barang-barang secara

keseluruhan dan pada akhirnya akan menimbulkan inflasi.

Pemerintah melakukan pengawasan harga dan sekaligus menetapkan harga

maksimal.

Pemerintah melakukan distribusi secara langsung.

Dimaksudkan agar harga tidak terjadi kenaikan, hal ini seperti yang

dilakukan pemerintah dalam menetapkan harga tertinggi (harga eceran

tertinggi/HET). Pengendalian harga yang baik tidak akan berhasil tanpa

ada pengawasan. Pengawasan yang tidak baik biasanya akan menimbulkan

pasar gelap. Untuk menghindari pasar gelap maka distribusi barang harus

24

Page 25: Ekonomi mikro

dapat dilakukan dengan lancar, seperti yang dilakukan pemerintah melalui

Bulog atau KUD.

Penanggulangan inflasi yang sangat parah (hyper inflation) ditempuh

dengan cara melakukan sneering (pemotongan nilai mata uang). Sanering

berasal dari bahasa Belanda yang berarti penyehatan, pembersihan,

reorganisasi. Kebijakan sanering antara lain:

Penurunan nilai uang

Pembekuan sebagian simpanan pada bank-bank dengan ketentuan

bahwa simpanan yang dibekukan akan diganti menjadi simpanan jangka

panjang oleh pemerintah.

Sneering ini pernah dilakukan oleh pemerintah pada tahun 1960-an

pada saat inflasi mencapai 650%. Pemerintah memotong nilai mata uang

pecahan Rp 1.000,00 menjadi Rp 1,00.

Kebijakan yang berkaitan dengan output. Kenaikan output dapat

memperkecil laju inflasi. Kenaikan jumlah output ini dapat dicapai

misalnya dengan kebijakan penurunan bea masuk sehingga impor barang

cenderung meningkat. Bertambahnya jumlah barang di dalam negeri

cenderung menurunkan harga.

Kebijakan penentuan harga dan indexing.

Ini dilakukan dengan penentuan ceiling harga, serta mendasarkan pada

indeks harga tertentu untuk gaji atau upah (dengan demikian gaji/upah

secara riil). Kalau indeks harga naik maka upah atau gaji juga dinaikkan.

Devaluasi adalah penurunan nilai mata uang dalam negeri terhadap mata

uang luar negeri. Jika hal tersebut terjadi biasanya pemerintah melakukan

intervensi agar nilai mata uang dalam negeri tetap stabil. Istilah devaluasi

lebih sering dikaitkan dengan menurunnya nilai uang satu negara terhadap

nilai mata uang asing. Devaluasi juga merujuk kepada kebijakan

pemerintah menurunkan nilai mata uang sendiri terhadap mata uang asing.

25

Page 26: Ekonomi mikro

III. PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Inflasi merupakan suatu proses kenaikan harga secara umum yang terjadi

secara terus menerus namun juga mempengaruhi menurunnya nilai mata uang

Negara. Misalnya apabila persediaan uang yang semakin sedikit dapat

menyebabkan kenaikan harga secara umum. Dan harga yang tinggi namun

persediaan uang cukup banyak maka tidak menunjukkan terjadinya Inflasi.

Ada banyak hal yang ditimbulkan oleh inflasi yang berdampak negatif,

diantaranya adalah keadaan perekonomian menjadi kacau dan perekonomian

dirasakan lesu, menimbulkan ganggguan pada fungsi uang, mengakibatkan

berkurangnya investasi di suatu negara, mendorong kenaikan suku bunga,

mendorong penanaman modal yang bersifat spekulatif, kegagalan pelaksanaan

pembangunan, ketidakstabilan ekonomi, defisit neraca pembayaran, dan

merosotnya tingkat kehidupan dan kesejahteraan masyarakat. Namun ada

beberapa dampak positif yang masih bisa ditimbulkan oleh inflasi, seperti

Masyarakat akan semakin selektif dalam mengkonsumsi, serta tingkat

pengangguran cenderung menurun karena masyarakat akan tergerak untuk

melakukan kegiatan produksi dengan cara mendirikan atau membuka usaha.

Masalah inflasi di Indonesia sendiri bukan hanya sekedar masalah dalam

kurun waktu jangka pendek namun inflasi tersebut bisa menjadi masalah yang

berkepanjangan apabila tidak segera di atasi dengan benar. inflasi yang terjadi di

Indonesia ini benar – benar membuat Indonesia semakin terpuruk khususnya yang

dirasakan oleh masyarakat. namun inflasi yang terjadi di Indonesia bukan lah

semata – mata disebabkan oleh gagalnya pelaksanaan kebijakan – kebijakan

moneter oleh pemerintah tetapi juga mengindikasikan masih adanya hambatan –

hambatan structural dalam perekonomian Indonesia yang belum sepenuhnya dapat

diatasi.

26

Page 27: Ekonomi mikro

DAFTAR PUSTAKA

http://sitihajar933.blogspot.com/. Diakses pada hari rabu tanggal 8 Oktober 2014 pukul 20.25 WIB.

http://kitapunya.info/2014/02/11/cara-pemerintah-mengatasi-inflasi/.Diakses pada hari rabu tanggal 8 Oktober 2014 pukul 20.30 WIB.

http://lindapushyy.blogspot.com/2013/05/kebijakan-bi-dalam-mengatasi-inflasi.html. Diakses pada hari rabu tanggal 8 Oktober 2014 pukul 20.45 WIB.

http://reniashellyana.wordpress.com/2013/06/07/masalah-pokok-perekonomian/. Diakses pada hari kamis tanggal 9 Oktober 2014 pukul 20.05 WIB.

http://birdcendrawasih.blogspot.com/2013/04/upaya-mengatasi-inflasi-di-indonesia.html. Diakses pada hari kamis tanggal 9 Oktober 2014 pukul 20.18 WIB.

http://muhammadtamsil.blogspot.com/2014/05/makalah-inflasi-dan-kemiskinan-di.html. Diakses pada hari kamis tanggal 9 Oktober 2014 pukul 20.25 WIB.

http://liialestari.blogspot.com/2013/06/makalah-pengantar-makro-inflasi-dan.html. Diakses pada hari Jum’at tanggal 10 Oktober 2014 pukul 20.35 WIB.

http://ekonomikelasx.blogspot.com. Diakses pada hari jum’at tanggal 10 Oktober 2014 pukul 20.40 WIB.

27