I. PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Inflasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses kenaikan harga-harga yang
berlaku dalam suatu perekonomian. Inflasi adalah suatu keadaan dimana terdapat
kenaikan harga umum secara terus-menerus. Jadi, bukan harga satu atau dua acam
barang saja, melainkan kenaikan harga dari sebagian besar barang dan jasa, dan
pula bukan hanya satu atau dua kali kenaikan harga secara terus menerus.
Inflasi di dunia ekonomi modern sangat memberatkan masyarakat. Hal ini
dikarenakan inflasi dapat mengakibatkan lemahnya efisiensi dan produktifitas
ekonomi investasi, kenaikan biaya modal, dan ketidakjelasan ongkos serta
pendapatan di masa yang akan datang. Keberadaan permasalahan inflasi dan tidak
stabilnya sektor riil dari waktu ke waktu senantiasa menjadi perhatian sebuah
rezim pemerintahan yang berkuasa serta otoritas moneter . Lebih dari itu, ada
kecenderungan inflasi dipandang sebagai permasalahan yang senantiasa akan
terjadi . Hal ini tercermin dari kebijakan otoritas moneter dalam menjaga tingkat
inflasi. Setiap tahunnya otoritas moneter senantiasa menargetkan bahwa angka
atau tingkat inflasi harus diturunkan menjadi satu digit atau inflasi moderat.
Mewujudkan inflasi nol persen atau zero inflation secara terus menerus
dalam perekonomian yang berkemabang adalah sukar untuk dicapai. Oleh sebab
itu dalam jangka panjang yang perlu diusahakan adalah menjaga agar tingkat
inflasi berada pada tingkat yang sangat rendah.
Prospek pembangunan ekonomi jangka panjang akan menjadi semakin
memburuk sekiranya inflasi tidak dapat dikendalikan. Inflasi cenderung akan
menjadi bertambah cepat apabila tidak diatasi. Inflasi yang bertambah serius
tersebut cenderung untuk mengurangi investasi yang produktif, mengurangi
ekspor dan menaikkan impor. Kecenderungan ini akan memperlambat
pertumbuhan ekonomi
Terjadinya inflasi dapat mendistorsi harga-harga relatif, tingkat pajak,
suku bunga riil, pendapatan masyarakat akan terganggu, mendorong investasi
yang keliru, dan menurunkan moral. Maka dari itu, mengatasi inflasi merupakan
sasaran utama kebijakan moneter. Pengaruh inflasi cukup besar pada kehidupan
1
ekonomi, inflasi merupakan salah satu masalah ekonomi yang banyak mendapat
perhatian para ekonom, pemerintah, maupun masyarakat umum. Berbagai teori,
pendekatan dan kebijakan dikembangkan supaya inflasi dapat dikendalikan sesuai
dengan yang diinginkan.
I.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari penulisan ini antara lain sebagai berikut :
1. Apa pengertian Inflasi?
2. Ada berapa macam-macam Inflasi?
3. Apa yang menyebabkan timbulnya Inflasi?
4. Bagaimana awal mula adanya sumber Inflasi?
5. Ada berapa banyak dampak Inflasi?
6. Bagaimana cara penanggulangan Inflasi?
7. Ada berapa banyak Kebijakan Pemerintah?
I.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan ini antara lain sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian Inflasi.
2. Untuk mengetahui macam-macam Inflasi.
3. Untuk mengetahui penyebab yang menimbulkan adanya Inflasi.
4. Untuk mengetahui awal mulanya sumber Inflasi.
5. Untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan dari Inflasi.
6. Untuk mengetahui cara menanggulangi Inflasi.
7. Untuk mengetahui Kebijakan Pemerintah tentang Inflasi.
2
II. PEMBAHASAN
II.1 Definisi Inflasi
Inflasi adalah kecenderungan dari tingkat harga untuk naik secara umum
dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat
disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan kenaikan)
kepada barang dan jasa lainnya, kenaikan bukan hanya satu kali saja tetapi secara
terus menerus. Kenaikan harga-harga seperti pada saat musiman, menjelang hari-
hari besar atau yang terjadi sekali bukan termasuk inflasi. Kenaikan harga seperti
ini tidak dianggap masalah dan tidak memerlukan kebijaksanaan khusus untuk
menanggulinya. (Boediono, 1998:155; M. Suparmoko 1991:187)
Inflasi juga diartikan sebagai suatu proses meningkatnya harga-harga secara
umum dan terus-menerus (kontinu) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat
disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang
meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan
spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidak lancaran distribusi barang.
Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang
secara kontinu. banyak cara untuk mengukur tingkat inflasi, dua yang paling
sering digunakan adalah CPI dan GDP Deflator.
Beberapa pengertian inflasi yang patut digaris bawahi mencakup aspek-
aspek :
1. Tendency yaitu kecenderungan harga-harga untuk meningkat, artinya dalam
jangka waktu tertentu dimungkinkan terjadi kecenderungan harga untuk
meningkat.
2. Sustained yaitu peningkatan harga tersebut tidak hanya terjadi pada waktu
tertentu atau sekali waktu saja, melainkan terus menerus dalam jangka waktu
yang lama.
3. General level of prices yaitu tingkat harga yang dimaksud adalah tingkat
harga barang-barang secara umum sehingga tidak hanya harga dari satu
macam barang saja.
3
Secara umum inflasi dapat diartikan sebagai kenaikan tingkat harga barang
dan jasa secara umum dan terus menerus selama waktu tertentu. Menurut para
pakar beberapa pengertian mengenai inflasi:
1. Menurut Nopirin (1987:25)
Inflasi merupakan proses kenaikan harga-harga umum barang-barang secara
terus menerus selama peride tertentu.
2. Menurut Samuelson dan Nordhaus (1998: 578-603)
Inflasi dinyatakan sebagai kenaikan harga secara umum. Jadi tingkat inflasi
adalah tingkat perubahan harga secara umum yang dapat dinyatakan dengan
rumus sebagai berikut: Rate of inflation (year t) = Price level (year t)- price
level (year t-l) :Price level (year t-l).
2.2 Macam-macam Inflasi
1. Berdasarkan laju Inflasi
a. Inflasi ringan (kurang dari 10% per tahun)
b. Infasi sedang (antara 10-30% per tahun)
c. Inflasi berat (antara 30-100% per tahun)
d. Hiperinflasi (diatas 100% per tahun)
Pembedaan inflasi atas parah atau tidaknya berguna untuk mengetahui
dampak dari inflasi yang bersangkutan. Apabila inflasi ringan justru mempunyai
dampak positif, dalam arti dapat mendorong perekonomian untuk berkembang
lebih baik yaitu:
a. Meningkatkan pendapatan nasional.
b. Membuat orang menjadi semangat dalam bekerja.
c. Ada insentif untuk bekerja.
d. Menabung.
e. Mengadakan investasi.
Tetapi sebaliknya apabila terjadi hiperinflasi, keadaan perekonomian
menjadi kacau balau. Orang menjadi tidak bersemangat dalam bekerja, menabung,
mengadakan investasi, maupun produksi. Hal ini disebabkan harga meningkat
sangat cepat, sedangkan para penerima pendapatan tetap. Para penerima
pendapatan seperti pegawai negeri dan swasta akan kewalahan dalam
4
mengimbangi kenaikan barang dan jasa, sehingga taraf hidup menjadi merosot
(M. Suparmoko, 1991:188-189).
Demikian pula para pengusaha yang menghasilkan barang dan jasa. Pada
saat barang akan siap untuk dijual, harga jual tersebut tidak dapat menutup biaya.
Sehingga para pemilik modal berspekulasi dengan membeli barang, kemudian
menyimpannya, dan menjualnya pada saat harga barang sudah lebih tinggi. Orang
juga semakin enggan menabung dan digantikan dengan Hoarding. Hoarding yaitu
menyimpan dalam bentuk barang bukan uang. Hal ini sama yang dilakukan oleh
para investor, yaitu membeli, menyimpan, dan kemudian menjualnya pada saat
harga barang itu sudah naik. Para investor yang melakukan hal tersebut tidak
akan rugi dengan adanya inflasi. (M. Suparmoko, 1991:189)
2. Menurut Sifatnya
Menurut sifatnya, inflasi dibagi menjadi 4 katagori utama yaitu:
a. Inflasi rendah (creeping inflation)
Inflasi ringan adalah inflasi yang masih belum begitu mengganggu
keadaan ekonomi. Inflasi ini, masih mudah dikendalikan. Harga-harga
naik secara umum, tetapi belum menimbulkan krisis dalam bidang
ekonomi. Inflasi ringan berada dibawah 10% per tahun.
b. Inflasi menengah (galloping inflation)
Inflasi sedang belum membahayakan kegiatan ekonomi. Tetapi
inflasi ini sudah menurunkan kesehjateraan orang-orang yang
berpenghasilan tetap.Besarnya inflasi ini antara 10-30% pertahun. Inflasi
ini biasanya ditandai oleh naiknya harga-harga secara cepat dan relative
besar. Angka inflasi pada kondisi ini biasanya disebut inflasi 2 digit,
misalnya 15%, 20%, 30% dan sebagainya.
c. Inflasi Berat (high inflation)
Inflasi ini sudah mengacaukan kondisi perekonomian. Pada inflasi
berai ini, orang cenderung menyimpan barang dan pada umumnya orang
enggan untuk menabung, karena bunga tabungan yang ditawarkan jauh
lebih rendah ketimbang laju inflasi. Bahkan menurut istilah ibu-ibu rumah
tangga harga berubah. Inflasi berat berkisar antara 30-100% per tahun.
5
d. Inflasi Sangat Tinggi (Hyper Inflation)
Inflasi ini ditandai oleh naiknya harga secara drastis hingga
mencapai 4 digit (diatas 100%). Pada kondisi ini masyarakat tidak ingin
lagi menyimpan uang, karena nilainya merosot tajam, sehingga lenih baik
ditukarkan dengan barang.
3. Inflasi Berdasarkan Penyebabnya
a. Inflasi Tarikan Permintaan
Inflasi tarikan permintaan adalah inflasi yang disebabkan oleh
adanya tarikan permintaan terhadap barang dan jasa. Biasanya inflasi ini
timbul karena adanya pembelanjaan defisit atau anggaran belanja
pemerintah yang defisit (Defisit Financing). Anggaran belanja yang defisit
adalah anggaran belanja dimana pendapatan Negara lebih kecil daripada
belanja Negara. Untuk menutup defisit pemerintah mencetak uang.
Dengan pencetakan uang itu maka akan terjadi inflasi.
Inflasi ini biasanya terjadi pada masa perekonomian berkembang
dengan pesat. Kesempatan kerja yang tinggi menciptakan tingkat
pendapatan yang tinggi dan selanjutnya menimbulkan pengeluaran yang
melebihi kemampuan ekonomi mengeluarkan barang dan jasa.
Pengeluaran yang melebihi ini akan menimbulkan inflasi.
Disamping dalam masa perekonomian berkembang pesat, inflasi
tarikan permintaan juga dapat berlaku pada masa perang atau
ketidakstabilan politik terus-menerus. Dalam masa seperti ini pemerintah
berbelanja jauh melebihi pajak yang dipungutnya. Untuk membiayai
kelebihan pengeluaran tersebut pemerintah terpaksa mencetak uang atau
meminjam dari bank sentral. Pengeluaran pemerintah yang berlebihan
tersebut menyebabkan permintaan agregat akan melebihi kemampuan
ekonomi tersebut menyediakan barang dan jasa. Maka keadaan ini akan
mewujudkan inflasi.
Ada penyabab lain terjadinya inflasi tarikan permintaan yaitu
apabila permintaan agregat meningkat lebih cepat dibandingkan dengan
potensi produktif perekonomian atau dengan menarik harga keatas untuk
6
menyeimbangkan penawaran dan permintaan agregat. (M. Suparmoko,
1991:193)
Contohnya, suatu perusahaan Blackberry menawarkan berbagai
aplikasi baru untuk menambah minat masyarakat sehingga penawaran
akan barang tersebut dapat bertambah.
b. Inflasi Dorongan Biaya
Inflasi penawaran atau sering disebut sebagai inflasi dorongan biaya.
Inflasi Dorongan Biaya (wage push inflation) adalah inflasi yang
ditimbulkan karena desakan kenaikan biaya produksi, terutana kenaikan
biaya tenaga kerja atau upah buruh. (M. Suparmoko, 1991: 193)
Apabila kaum buruh bersatu untuk menuntut kenaikan gaji atau
upah, dan perusahaan mengabulkannya, maka gaji akan naik. Tetapi
perusahaan tidak mau rugi, tentu perusahaan akan mencari sumber dana
untuk menutup biaya tenaga kerja yang lebih tinggi. Cara yang baik dan
masuk akal adalah dengan menaikkan harga jual. (M. Suparmoko, 1991:
193)
Inflasi ini berlaku dalam masa perekonomian berkembang dengan
pesat ketika tingkat pengangguran adalah sangat rendah. Apabila
perusahaan-perusahaan masih menghadapi permintaan yang bertambah,
mereka akan berusaha menaikkan produksi dengan cara memberikan gaji
dan upah yang lebih tinggi kepada pekerjanya dan mencari pekerja baru
dengan tawaran pembayaran yang lebih tinggi ini. Langkah ini
mengakibatkan biaya produksi meningkat, yang akhirnya akan
menyebabkan kenaikan harga-harga berbagai barang.
Contohnya dalam Suatu Perusahaan membutuhkan 10 (Sepuluh)
Karyawan, untuk bekerja sesuai jam kerja yang ditetapkan, namun
berhubung karyawan yang Perusahaan peroleh hanya setengah dari 10
Karyawan dan permintaan Perusahaan semakin meningkat maka
Perusahaan akan menaikan Gaji atau Upah yang lebih tinggi untuk
Karyawan yang mengerjakan permintaan Perusahaan yang meningkat itu.
7
c. Inflasi Diimpor
Inflasi dapat juga bersumber dari kenaikan harga-harga barang yang
diimpor. Inflasi ini akan wujud apabila barang-barang impor yang
mengalami kenaikan harga mempunyai peranan yang penting dalam
kegiatan pengeluaran perusahaan-perusahaan. Satu contoh yang nyata
dalam hal ini adalah efek kenaikan harga minyak dalam tahun 1970-an
kepada perekonomian negara-negara barat dan negara-negara pengimpor
minyak lainnya. Minyak penting artinya dalam proses produksi barang-
barang industri. Maka kenaikan harga minyak tersebut menaikkan biaya
produksi, dan kenaikan biaya produksi mengakibatkan kenaikan harga-
harga. Kenaikan harga minyak yang tinggi pada tahun 1970-an (yaitu dari
US$3.00 pada tahun 1973 menjadi US$12.00 pada tahun 1974 dan
menjadi US$30.00 pada tahun 1979) menyebabkan masalah stagflasi yaitu
inflasi ketika pengangguran adalah tinggi, di berbagai negara.
Dengan demikian stagflasi menggambarkan keadaan di mana
kegiatan ekonomi semakin menurun, pengangguran semakin tinggi dan
pada waktu yang sama proses kenaikan harga-harga semakin bertambah
cepat.
Inflasi ini sama dengan Inflasi Penawaran. Dengan adanya kenaikan
harga maka para buruh akan merasakaanya dan mereka akan menuntut
kenaikan gaji lagi. Apabila permintaan tersebut dikabulkan oleh
perusahaan harga akan naik lagi dan begitu seterusnya. Dengan adanya hal
tersebut akan terjadi Inflasi Spiral. (M. Suparmoko, 1991: 193)
Misalnya “Minyak” yang berasal dari salah satu Negara terbesar
penghasil minyak yaitu Negara Arab Saudi, Negara Arab akan menaikan
harga minyak karena minyak peranannya sangat penting dalam proses
produksi barang-barang industri. Dengan naiknya harga Minyak, maka
harga Biaya produksipun otomatis meningkat.
8
4. Berdasarkan asalnya
a. Inflasi Yang Berasal Dari Dalam Negeri (Domestic Inflation)
Inflasi yang berasal dari dalam negeri yang timbul karena terjadinya
defisit dalam pembiayaan dan belanja Negara yang terlihat pada anggaran
belanja Negara. Untuk mrngatasinya biasanya pemerintah mencetak uang
baru. Selain itu harga-harga naik dikarenakan musim panceklik (gagal
panen), bencana alam yang berkepanjangan dan lain sebagainya.
b. Inflasi Yang Berasal Dari Luar Negeri (Import Inflation)
Inflasi ini terjadi karena adanya kenaikan harga diluar negeri atau di
negara-negara langganan berdagang Negara kita. Dalam perdagangan
bebas, banyak negara yang saling berhubungan dalam bidang
perdagangan. Jika suatu negara mengimpor barang dari negara yang
mengalami suatu inflasi, maka secara otomatis kenaikan harga (inflasi)
akan mempengaruhi harga-harga dalam negerinya sehingga menimbulkan
suatu inflasi.
Penularan inflasi dari luar ataupun dari dalam mudah terjadi pada
Negara-negara yang perekonimiannya terbuka seperti Indonesia, korea,
Taiwan, Singapura, Malaysia dsb). Namun seberapa parah inflasi yang
ditularkan tergantung pada kebijaksanaan pemerintah yang di ambil.
Dengan kebijaksanaan-kebijaksanaan moneter dan perpajakan tertentu
pemerintah dapat mengendalikan kecenderungan inflasi yang berasal dari
luar negeri. (Boediono, 1998:158)
Inflasi yang berasal dari dalam negeri maupun luar negeri bisa
melalui barang yang diimpor maupun diekspor. Kenaikan harga dari luar
negeri ke dalam negeri melalui kenaikan harga barang-barang ekspor :
Bila harga barang ekspor naik, maka indeks biaya hidup akan naik pula
sebab barang-barang ini langsung masuk daftar barang-barang yang
tercakup dalam indeks harga.
Bila harga barang naik, ongkos produksi akan naik dan kemudian harga
jualnya akan naik pula.
Kenaikan harga barang-barang ekspor naik maka penghasilan eksportir
akan naik
9
Kenaikan harga dari luar negeri ke dalam negeri melalui kenaikan harga
barang-barang impor
Secara langsung kenaikan indeks biaya hidup karena sebagian dari
barang-barang yang tercakup didalamnya berasal dari impor.
Sara tidak angsung menaikkan biaya produksi karena bahan mentah dan
mesin yang diimpor.
Secara tidak langsung menimbulkan kenaikan dalam negeri karena
kenaikan harga barang-barang impor mengakibatkan kenaikan
pngeluaran pemeritah/ swasta. (Boediono, 1998:158-159)
2.3 Timbulnya Inflasi
Salah satu penyebab timbulnya inflasi adalah pemerintah mencetak uang
terlalu banyak. Alasan pemerintah mencetak uang terlalu banyak karena
pemerintah membutuhkan uang untuk operasi keamanan, adanya pertarungan
politik diantara golongan-golongan politik didalam negeri.
Untuk mengetahui sebab-sebab timbulnya inflasi, merumuskannya
kemudian melaksanakan kebijaksanaan untuk menaggulanginya yaitu dengan
mempertimbangkan beberapa teori :
1. Teori Kuantitas
Teori kuantitas menyoroti hal-hal yang berperan dalam proses inflasi
mengenai penyebab utama dari inflasi adalah pertambahan jumlah uang
yang beredar dan anggapan masyarakat mengenai harga-harga dimasa
mendatang. Tambahan jumlah uang yang beredar sebesar x% bisa
menumbuhkan inflasi kurang dari x%, sama dengan x% atau lebih besar
dari x%, tergantung kepada apakah masyarakat tidak mengharapkan harga
naik lagi, akan naik tidak lebih buruk daripada sekarang atau masa-masa
lampau, atau akan naik lebih cepat dari sekarang atau masa-masa lampau.
(Boediono, 1998:169)
Laju inflasi disebabkan oleh laju pertambahan jumlah uang beredar
dan anggapan masyarakat mengenai harga-harga. Teori kuantitas ini di
kemukankan oleh Irving Fisher. Adapun rumusnya sebagai berikut :
MV = PT
10
Keterangan :
M = Jumlah uang yang beredar
V = Kecepatan perputaran uang
P = Tingkat harga
T = Banyaknya transaksi
Di setiap transaksi, jumlah yang dibayarkan oleh pembeli sama
dengan jumlah uang yang diterima penjual. Hal ini berlaku untuk seluruh
perekonomian.
Dalam periode tertentu nilai barang dan jasa yang dibeli harus sama
dengan nilai barang dan jasa yang dijual. Nilai barang yang dijual sama
dengan volume transaksi (T) di kalikan harga rata-rata barang tersebut (P).
Dan untuk mencegah terjadinya inflasi maka salah satu variabel (M
atau V) harus dikendalikan. Cara mengatur vareabel M, V dan T tersebut
dapat dilakukan dengan menggunakan kebijaksanaan moneter, fiskal atau
kebijaksanaan yang menyangkut kenaikan produksi.
2. Teori Keynes
Teori Keynes mengatakan bahwa inflasi terjadi karena masyarakat
hidup diluar batas kemampuan ekonomisnya. Keynes berpendapat, proses
inflasi adalah proses perebutan bagian rezeki diantara kelompok-kelompok
sosial yang menginginkan bagian yang lebih besar dari yang bisa
disediakan oleh masyarakat tersebut. Oleh keynes proses perebutan ini
diterjemahkan menjadi keadaan di mana permintaan masyarakat terhadap
barang selalu melebihi jumlah barang-barang yang tersedia. Peristiwa
tersebut menimbulkan apa yang disebut celah inflasi atau inflationary gap.
Selama infantionary gap tetap ada, selama itu pula proses inflasi
berkelanjutan. Teori ini menarik karena menyoroti peranan system
distribusi pendapatan dalam proses inflasi dan menyarankan hubungan
antara inflasi dan factor-faktor non-ekonomis. (Boediono, 1998:159)
Celah inflasi ini timbul karena golongan-golongan masyarakat
berhasil menerjemahkan aspirasi mereka menjadi permintaan yang efektif
terhadap barang. Golongan-golongan masyarakat yang dimaksud yaitu
11
pemerintah, pengusaha, dan serikat buruh. Pemerintah berusaha
memperoleh bagian lebih besar dari output masyarakat dengan cara
mencetak uang baru. Pengusaha melakukan investasi dengan modal yang
diperoleh dari kredit bank, serikat buruh atau pekerja memperoleh
kenaikan harga. Hal ini terjadi karena permintaan total melebihi jumlah
barang yang tersedia, maka harga-harga akan naik. Adanya kenaikan
harga-harga ini menunjukan sebagian dari rencana-rencana pembelian
barang dari golongan-golongan tersebut bisa dipenuhi.
Proses inflasi akan terus berlangsung selama jumlah pemintaan
efektif dari semua golongan masyarakat melebihi jumlah output yang
dihasilkan. Namun apabila permintaan efektif total tidak melebihi harg-
harga yang berlaku dari jumlah output yang tersedia, maka inflasi akan
berhenti.
3. Teori Strukturalis
Teori strukturalis adalah teori inflasi jangka panjang karena
menyoroti sebab-sebab inflasi yang berasal dari kekuatan struktur
ekonomi, khususnya kebutuhan bahan makanan dan barang ekspor. Teori
ini memberikan perhatian yang besar terhadap struktur perekonomian
Negara-negara sedang berkembang. Karena sebab-sebab structural
pertambahan produksi barang-barang ini terlau lambat dibanding dengan
pertumbuhan kebutuhannya, sehingga menaikkan bahan makanan dan
kelangkaan devisa. Akibat selanjutnya, adalah kenaikan harga-harga lain,
sehingga terjadi inflasi. Inflasi semacam ini tidak dapat teratasi hanya
dengan cara yang biasa, tetapi harus dengan pembangunan sektor bahan
makanan dan ekspor. (Boediono, 1998:159)
Teori ini didasarkan atas pengalaman di Negara-negara amerika
latin. Menurut teori ini, ada dua hal penting dalam perekonomian Negara-
negara sedang berkembang yang dapat menimbulkan inflasi, yaitu sebagai
berikut :
12
Ketidak jelasan penerimaan ekspor
Nilai ekspor tumbuh secara lamban di bandingkan dengan
pertumbuhan sektor-sektor lain. Adapun penyebab kelambanan tersebut
adalah :
Di pasar dunia harga barang-barang ekspor tersebut semakin
memburuk.
Produksi barang-barang ekspor tidak responsive terhadap kenaikan
harga.
Ketidak elastisan penawaran atau produksi bahan makanan di dalam
negeri.
Produksi bahan makanan di dalam negeri tidak tumbuh secepat
pertumbuhan penduduk dan pendapatan per kapita. Hal ini
menyebabkan harga bahan makanan di dalam negeri cenderung untuk
naik, sehingga melebihi tuntutan karyawan untuk mendapatkan
kenaikan harga barang-barang lain. Dampak yang ditimbulkan yaitu
munculnya tuntutan karyawan untuk mendapatkan kenaikan upah atau
gaji. Naiknya upah karyawan menyebabkan kenaikan ongkos produksi.
Hal ini berarti akan menaikan harga barang-barang. Kenaikan harga
barang-barang tersebut mengakibatkan munculnya kenaikan upah lagi.
Adanya kenaikan upah akan diikuti oleh kenaikan harga barang-barang
begitu seterusnya. Proses ini akan berhenti apabila harga bahan
makanan tidak terus naik. Namun karena faktor strukturalis harga bahan
makanan akan terus naik sehingga proses saling dorong mendorong
antara upah dan harga tersebut selalu mendapat “umpan” baru dan tidak
akan berhenti.
2.4 Sumber Inflasi
Terdapat banyak faktor yang dapat menimbulkan inflasi. Kenaikan harga
bahan mentah yang di impor, kenaikan harga bahan bakar, defisi dalam anggaran
belanja pemerintah, pinjaman sistem bank yang berlebihan, dan kegiatan infestasi
yang sangat pesat perkembanggannya merupakan beberapa contoh dari keadaan-
keadaan dalam perekonomian yang dapat menimbulkan inflasi. Walaupun
13
masalah inflasi dapat ditimbulkan oleh berbagai faktor, secara analitis cukuplah
apabila faktor-faktor itu dibedakan dan digolongkan kepada dua faktor berikut:
1. Inflasi yang diakibatkan oleh perubahan dalam permintaan agregat.
Inflasi karena kenaikan permintaan agregat sering disebut dengan
demand-pull inflation (inflasi karena ditarik permintaan). Dalam inflasi
jenis tersebut, kenaikan kurve permintaan agregat menarik tingkat harga
keatas. Agar demand-pull inflation dapat terus terjadi maka kurve
permintaan agregat harus terus bergeser keatas sepanjang kurve penawaran
agregat. Kenaikan Amerika selama akhir tahun1960-an adalah karena
demand-pull inflation, yaitu pada saat terjadi pertumbuhan belanja federal
untuk perang Vietnam dan perluasan sosial yang menaikkan permintaan
agregat.
Inflasi tariakan permintaan dapat berlaku pada ketika perekonomian
menghadapi masalah penganguran yang tinggi maupun pada ketika
kesempatan kerja penuh sudah tercapai. Dikebanyakan negara-negara
berkembang inflasi tarikan permintaan selalu berlaku, walaupun dalam
perekonomian banyak terdapat pengganguran. Keadaan seperti ini dapat
terjadi misalnya sebagai defisit angaran belanja pemerintah yang terlalu
besar. Devisit seperti ini dibiayai oleh pencetakan uang baru dan akan
meningkatakan permintaan agregat permin taan masyarakat. Sedangkan
kapasitas produksi berbagai jenis barang ada kalanya mencapai tingkat
yang maksimal dan tidak memungkinkan pertambahan produksi dalam
keadaan seperti ini inflasi tarikan permintaan akan berlaku.
Apabila suatu perekonomian telah mencapai tingkat kesempatan
kerja penuh. Inflasi tarikan permintaan akan berlaku apabila permintaan
agregat masih tetap berkembang dengan pesat. Pada kesempatan kerja
penuh, perekonomian tidak akan mampu menaikkan produksi. Maka
permintaan agregat yang terus bertambah akan menyebabkan kenaikan
harga-harga. Ada beberapa keadaan yang menyebabkan permintaan
agregat terus berkembang. Defisit dalam anggaran belanja pemerintah
merupakan salah satunya, penyebab yang lain adalah ekspor yang terus
pesat berkembang (yang menimbulkan kenaikan pendapatan kepada
14
masyarakat dan terus meningkatkan konsumsi rumah tangga dan
perbelanjaan agregat), dan sebagai akibat infestasi perusahaan yang
semakin meningkat walaupun kesempatan kerja penuh telah tercapai.
2. Inflasi yang diakibatkan oleh perubahan dalam penawaran agregat.
Inflasi dapat muncul karena penurunan penawaran agregat,
contohnya kegagalan panen dan penurunan penawaran minyak
menurunkan penawaran agregat selama tahun 1974-1975, sehingga
tinggkat harga naik. Inflasi yang terjadi karena penurunan penawaran
agregat sering disebut dengan cost-pust inflation. Kenaikan biaya produksi
mendorong tingkat harga ke atas. Penurunan penawaran agregat biasanya
tidak hanya menyebabkan kenaikan tingkat harga, tetapi penurunan tingkat
output, yaitu kombinasi yang disebut stagflasi. Agar cost-pust inflation
dapat terus terjadi maka kurva penawaran agregat harus terus bergeser
kekiri sepanjang kurva penawaran agregat.
Inflasi seperti ini berlaku pada ketika kegiatan ekonomi telah
mencapai kesempatan kerja penuh. Pada tingkat ini industri-industri telah
beroprasi pada kapasitas yang maksimal dan penganguran tenaga kerja
sangat rendah. Pada tingkat kegiatan ekonomi ini tenaga kerja cenderung
untuk menuntut kenaikan gaji dan upah yang menyebabkan peningkatan
fdalam biaya produksi. Biaya produksi juga meningkat sebagai akibat
kenaikan harga input seperti biaya pengangkutan, kenaikan sewa bangunan
dan kenaikan harga bahan mentah. Kenaikan biaya produksi sebagai akibat
dari berbagai faktor ini akan mendorong para pengusaha menaikan harga-
harga barang yang diproduksikannya.
2.5 Dampak Inflasi
Inflasi memiliki dampak positif dan dampak negatif tergantung parah atau
tidaknya inflasi. Apabila inflasi itu ringan, justru mempunyai pengaruh yang
positif dalam arti dapat mendorong perekonomian lebih baik.
15
Dampak Positif Inflasi :
Meningkatkan pendapatan nasional
Membuat orang bergairah untuk bekerja, menabung dan mengadakan
investasi.
Masyarakat akan semakin selektif dalam mengkonsums
Produksi akan diusahakan seefisien mungkin dan konsumtifisme dapat
ditekan
Inflasi berkepanjangan dapat meumbuhkan industry kecil da;lam negeri
menjadi semakin dipercaya dan tangguh
Tingkat pengangguran cenderung menurun karena masyarakat akan
tergerak untuk melakukan kegiatan produksi dengan cara mendirikan atau
membuka usaha.
Bagi pengusaha barang-barang mewah (high end) yang mana barangnya
lebih laku pada saat harganya semakin tinggi (masalah prestise)
Dampak Negatif
Keadaan perekonomian menjadi kacau dan perekonomian dirasakan lesu.
Orang menjadi tidak bersemangat kerja, menabung, atau mengadakan
investasi dan produksi karena harga meningkat dengan cepat.
Para penerima pendapatan tetap seperti pegawai negeri atau karyawan
swasta serta kaum buruh juga akan kewalahan menanggung dan
mengimbangi harga sehingga hidup mereka menjadi semakin merosot dan
terpuruk dari waktu ke waktu.
Menimbulkan ganggguan pada fungsi uang
Distribusi brang relative tidak stabil dan terkonsentrasi dalam jangka
pangjang akan membangkrutkan produsen.
Bagi masyarakat yang memiliki pendapatan tetap, inflasi sangat
merugikan. Kita ambil contoh seorang pensiunan pegawai negeri tahun
1990. Pada tahun 1990, uang pensiunnya cukup untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya, namun di tahun 2003 atau tiga belas tahun kemudian,
daya beli uangnya mungkin hanya tinggal setengah. Artinya, uang
pensiunnya tidak lagi cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
16
Inflasi juga menyebabkan orang enggan untuk menabung karena nilai mata
uang semakin menurun. Memang tabungan menghasilkan bunga, namun
jika tingkat inflasi di atas bunga, nilai uang tetap saja menurun. Bila orang
enggan menabung, dunia usaha dan investasi akan sulit berkembang.
Karena untuk berkembang dunia usaha membutuhkan dana dari bank yang
diperoleh dari tabungan masyarakat.
Bagi orang yang meminjam uang dari bank (debitur), inflasi
menguntungkan, karena pada saat pembayaran utang kepada kreditur, nilai
uang lebih rendah dibandingkan pada saat meminjam..
Bagi, bila inflasi menyebabkan naiknya biaya produksi hingga pada
akhirnya merugikan produsen, maka produsen enggan untuk meneruskan
produksinya. Produsen bisa menghentikan produksinya untuk sementara
waktu. Bahkan bila tidak sanggup mengikuti laju inflasi, usaha produsen
tersebut mungkin akan bangkrut (biasanya terjadi pada pengusaha kecil).
Secara umum inflasi dapat mengakibatkan berkurangnya investasi di suatu
negara, mendorong kenaikan suku bunga, mendorong penanaman modal
yang bersifat spekulatif, kegagalan pelaksanaan pembangunan,
ketidakstabilan ekonomi, defisit neraca pembayaran, dan merosotnya
tingkat kehidupan dan kesejahteraan masyarakat.
Inflasi akan menurunkan pendapat riil orang-orang yang berpendapatan
tetap. Pada umumnya kenaikan upah tidaklah secepat kenaikan harga-
harga. Maka inflasi akan menurunkan upah riil individu-individu yang
berpendapatan tetap.
Inflasi akan mengurangi nilai kekayaan yang berbentuk uang. Sebagian
kekayaan masyarakat disimpan dalam bentuk uang. Simpanan di bank,
simpanan tunai, dan simpanan dalm institusi-institusi keuangan lain
merupakan simpanan keuangan. Nilai riilnya akan menurun apabila inflasi
berlaku.
Memperburuk pembagian kekayaan. Telah ditunjukkan bahwa penerima
pendapatan tetap akan menghadapi kemerosotan dalam nilai riil
pendapatannya, dan pemilik kekayaan bersifat keuangan mengalami
penurunan dalam nilai riil kekayaannya. Akan tetapi pemilik harta-harta
17
tetap (tanah, bangunan, dan rumah) dapat mempertahankan atau
menambah nilai riil kekayaannya. Juga sebagian penjual atau pedagang
dapat mempertahankan nilai riil pendapatannya. Dengan demikian inflasi
menyebabkan pembagian pendapatan di antara golongan berpendapatan
tetap dengan pemilik-pemilik harta tetap dan penjual atau pedagang akan
menjadi semakin merata.
1. Dampak terhadap distribusi pendapatan dan kekayaan
Distribusional utama dari inflasi berasal dari perbedaan bentuk
aktiva dan kewajiban yang dimiliki oleh masyarakat. Pada saat terjadi
inflasi maka suku bunga bank akan ikut naik dan hal ini akan berdamapak
pada pendapatan bunga masyarakat. Hal ini akan merugikan bank karena
nilai uang waktu sebelum inflasi dan setelah inflasi akan berbeda. Hal ini
harus diantisipasi oleh bank sebelum terjad inflasi dan segera melakukan
penyesuaian yaitu dengan memperkirakan. Misalnya suku bunga 3%,
apabila diperkirakan harga-harga meningkat 9% per tahun maka suku
bunga akan menjadi 12%. (Samuelson, Paul A, dan William D. Dord Baus,
1995: 314-315)
2. Pengaruh pada output dan efisiensi ekonomi
a. Dampak Pada Perekonomian Secara Makro
Pengaruh pertama adalah terhadap tingkat output keseluruhan.
Inflasi yang tinggi biasanya berjalan seiring dengan kesempatan kerja
output yang tinggi pula. Peningkatan inflasi muncul pada saat terjadi
investasi yang sangat cepat, dan pekerjaan berlimpah. Inflasi dapat
berhubungan dengan output dan kesempatan kerja yang tinggi ataupun
yang rendah. (Samuelson, Paul A, dan William D. Dord Baus, 1995:
315)
b. Dampak Pada Perekonomian Secara Mikro
Dampak secara mikro yaitu terhadap efisiensi ekonomi. Semakin
tinggi laju inflasi, semakin tingg pula distorsi terhadap harga-harga
relative. Distorsi terjadi pada saat harga-harga keluar dari garis relative
18
terhadap biaya dan pemintaan. (Samuelson, Paul A, dan William D.
Dord Baus, 1995: 315-316)
Efek yang Ditimbulkan dari Inflasi
Efek terhadap pendapatan (equity effect)
Efek tehadap pendapatan sifatnya tidak merata, ada yang dirugikan
dan ada yang diuntungkan dengan adanya inflasi. Seorang yang
memperoleh pendapatan tetap akan dirugikan oleh adanya inflasi.
Misalnya seorang memperoleh pendapatan tetap Rp 500.000,00 per tahun
sedang laju inflasi sebesar 10 persen akan menderita kerugian penurunan
pendapatan riil sebesar laju inflasi tersebut yaitu Rp 50.000,00.
Efek terhadap efisiensi (efficiency effect)
Inflasi dapat pula mengubah pola alokasi faktor-faktor produksi
perubahan ini dapat terjadi melalui kenaikan permintaan akan berbagai
macam barang yang kemudian dapat mendorong terjadinya perubahan
dalam produksi beberapa barang tertentu sehingga dapat mengakibatkan
alokasi faktor produksi menjadi tidak efesien.
Efek terhadap output (output effect)
Dalam menganalisa kedua efek di atas (equity dan efficiency effect)
digunakan suatu anggapan bahwa output tetap. Hal ini dilakukan supaya
dapat diketahui efek inflasi terhadap distribusi pendapatan dan efisiensi
dari jumlah output tertentu tersebut.
Efek Inflasi dalam Perkembangan Ekonomi dan Kemakmuran Indonesia
Inflasi yang tinggi tingkatnya tidak akan menggalakkan
perkembangan ekonomi. Biaya yang terus menerus meningkat
menyebabkan kegiatan produktif sangat tidak menguntungkan. Maka
pemilik modal biasanya lebih suka menggunakan uangnya untuk tujuan
spekulasi. Antara lain tujuan ini dicapai dengan membeli harta-harta tetap
seperti tanah, rumah dan bangunan. Oleh karena pengusaha lebih suka
menjalankan kegiatan investasi yang bersifat seperti ini, investasi
produktif akan berkurang dan tingkat kegiatan ekonomi menurun. Sebagai
akibatnya lebih banyak pengangguran akan terwujud.
19
Kenaikan harga-harga menimbulkan efek yang buruk pula ke atas
perdagangan. Kenaikan harga menyebabkan barang-barang negara itu tidak dapat
bersaing di pasaran internasional. Maka ekspor akan menurun. Sebaliknya, harga-
harga produksi dalam negeri yang semakin tinggi sebagai akibat inflasi
menyebabkan barang-barang impor menjadi lebih murah. Maka lebih banyak
impor akan dilakukan. Ekspor yang menurun dan diikuti pula oleh impor yang
bertambah menyebabkan ketidakseimbangan dalam aliran mata uang asing.
Kedudukan neraca pembayaran akan memburuk.
2.6 Cara Penaggulangan Inflasi
1. Menekan laju pertumbuhan jumlah uang yang beredar
Dengan pendekatan gradual kebijakan yang ditempuh adalah dengan
sedikit pengurangan laju pertumbuhan jumlah uang yang beredar.
Tindakan ini akan mengurangi laju peningkatan harga, tetapi juga akan
menambah tingkat pengangguran. (M. Suparmoko, 1991: 199)
2. Mengurangi jumlah uang yang beredar
Cara penaggulangan inflasi yang kedua yaitu dengan pendekatan
secara drastic dengan mengurangi jumlah uang yang beredar. Pengambil
kebijakan berusaha menghilangkan inflasi secara cepat. Dengan
mengurangi jumlah uang yang beredar akan menciptakan suatu resesi yang
hebat dan inflasi akan menurun sedikit saja. Hal ini terjadi karena
penurunan kesempatan kerja yang drastic yang membarengi turunnya laju
inflasi, justru akan menyebabkan tingkat upah meningkat. Dengan
bertambahnya tingkat pengangguran, maka upah untuk golongan pekerja
yang memiliki keahlian khusus akan semakin tinggi harganya. (M.
Suparmoko, 1991: 199)
Pedekatan ini akan mendorong turunnya tingkat inflasi sehinga jumlah
produksi nasional dan tingkat kesempatan tingkat kerja menjadi pulih pada
tingkat kesempatan kerja penuh. (M. Suparmoko, 1991: 199)
3. Kebijakan penghasilan (income policy)
Kebijakan penghasilan adalah kebijakan yang mencoba megurangi
kenaikan tingkat upah secara epat. Penekanan tingkat upah secara cepat
20
baik dengan perundang-undangan atau dengan himbauan (persuasion).
Misalnya pemerintah dapat mengadakan pengawasan upah dan
pengawasan harga (wage and price control), atau pemerintah dapat
menghimbau para pimpinan organisasi buruh tersebut. Hanya saja ada
bahayanya, apabila kebijakan itu dilaksanakan terlalu lama, sehingga akan
terjadi suatu alokasi yang salah dari factor-fktor produksi. (M. Suparmoko,
1991: 200)
4. Kebijakan Insenif Perpajakan (Tax Incentive Plan)
Pemerintah akan mengenakan pajak tambahan terhadap perusahaan-
perusahaan yang menaikkan tingkat upah, dan justru mengurangi pajak
terhadap perusahaan yang tidak melakukan kenaikan tingkat upah. Cara ini
dapat diterima oleh Negara-negara maju, tetapi untuk Negara berkembang
belum bisa melakukannya. Hal ini disebabkan tingkat upah di negara-
negara berkembang masih sangat rendah dan sangat tertinggal dengan
kenaikan harga barang. (M. Suparmoko, 1991: 200)
Untuk berhasilnya kebijakan penghasilan dan insentif perpajakan guna
menaggulangi inflasi, sebaiknya harus ditempuh pula dengan kebijakan
yamg menekan permintaan agregat. Sebagai contoh pada tahun 1968 telah
ditempuh kebijakan pengehamatan melalui anggaran belanja pemerintah,
hanya pengeluaran-pengeluaran yang perlu saja yang boleh dilaksanakan.
Dengan cara ini kebutuhan uang tunai untuk transaksi akan berkurang dan
akan membantu menekan kenaikan harga pada umumnya. (M. Suparmoko,
1991: 200)
2.7 Kebijakan Pemerintah
Kebijakan fiskal dan kebijakan moneter umumnya dianggap sebagai
kebijakan untuk mengelola akan sisi permintaan barang dan jasa dalam suatu
perekonomian, dengan tujuan untuk mempertahankan produksi nasional suatu
perekonomian atau suatu negara yang mendekati kesempatan kerja penuh (full
employment) dan juga mempertahankan harga tingkat barang dan jasa pada
tingkat yang sudah tercapai sekarang. Apabila terdapat kelebihan permintaan di
21
atas penawaran akan dapat menimbulkan inflasi, sedangkan apabila terdapat
kelebihan penawaran di atas permintaan akan terjadi deflasi dan pengangguran.
Pemerintah dapat mempengaruhi permintaa dalam perekonomian dengan
menggunakan kebijakan fiscal yaitu dengan cara meningkatkan dan mengurangi
pengeluaran pemerintah, subsidi dan tingkat pajak, sedangkan dengan kebijakan
moneter, pemerintah dapat mengurangi dan meningkatkan jumlah uang yang
beredar. Atau dengan campuran dua kebikjasanaan tersebut yaitu dengan
mengubah pengeluaran, pengenaan pajak ataupun jumlah uang yang beredar
secara bersama-sama.
a. Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiskal menyangkut pengaturan tentang pengeluaran
pemerintah serta perpajakan yang secara langsung mempengaruhi permintaan
total dan dengan demikian akan mempengaruhi harga. Inflasi dapat dicegah
melalui penurunan permintaan total. Kebijakan fiskal yang berupa
pengurangan pengeluaran pemerintah serta kenaikan pajak akan dapat
mengurangi permintaan total sehingga inflasi dapat ditekan.
Pada umumnya pemerintah akan berusaha menentukan target balanja
negara, kemudian menentukan tingkat pendapatannya paling tidak dapat
menutup seluruh anggaran belanja yang telah ditetapkan tersebut.
Adapun pengeluaran pemerintah itu dapat dibedakan menjadi
pengeluaran untuk pembelian barang dan jasa (exhaustive expenditure), dan
pengeluaran transfer (transfer expenditure) seperti subsidi, bantuan bencana
alam dan sebagainya.
Kebijakan fiskal dapat dilakukan melalui instrument berikut:
Mengatur penerimaan dan pengeluaran pemerintah, sehingga pengeluaran
keseluruhan dalam perekonomian bisa dikendalikan. Pemerintah tidak
menambah pengeluarannya agar anggaran tidak defisit.
Menaikkan pajak, dengan menaikkan pajak, konsumen akan mengurangi
jumlah konsumsinya karena sebagian pendapatannya untuk membayar
pajak. Dan juga akan mengakibatkan penerimaan uang masyarakat
berkurang dan ini berpengaruh pada daya beli masyarakat yang menurun,
22
dan tentunya permintaan akan barang dan jasa yang bersifat konsumtif
tentunya berkurang.
b. Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter adalah kebijakan yang mempengaruhi permintaan
dan penawaran akan uang guna menjamin kestabilan ekonomi. Adapun
kebijakan moneter ini secara umum dibedakan menjadi kebijakan uang ketat
(tight money policy) dan kebijakan uang longgar (easy money policy).
Selanjutnya instrument dari kebijakan itu dapat dibedakan menjadi 3 macam
instrument yaitu:
Kebijakan atau politik pasar terbuka (open market operation): ini
digunakan untuk menambah atu mengurangi jumlah uang yang beredar
dengan cara pemerintah dalam hal ini adalah bank sentral ikut serta dalam
jual beli surat berharga. Kalau pemerintah ingin menambah jumlah uang
yang beredar, maka ia membeli surat berharga di paar modal. Sedangkan
kalau pemerintah bermaksud mengurangi jumlah uang yang beredar, maka
ia menjual surat berharga.
Kebijakan atau politik diskonto (rediscount policy): pemerintah yaitu bank
sentral menentukan tingkat atau suku bunga kredit terhadap dana yang
dipinjam oleh bank-bank umum dari bank sentral. Kemudian bank umum
dalam memberikan kredit kepada nasabah harus memungut bunga
pinjaman pula. Supaya bank umum tidak menderita rugi maka ia harus
memungut bunga dengan suku bunga yang lebih tinggi daripada suku
bunga yang dikenakan oleh bank sentral terhadap bank umum.
Kebijakan atau politik deking perbankan (legal reseve requirement): bank
sentral sebagai pusatnya bank dapat mengatur bank-bank lain dalam
melakukan usahanya, khususnya dalam hal yang berkaitan dengan
pengendalian kestabilan ekonomi. Bank umum dalam memberikan kredit
kepada para nasabah harus mengingat ketentuan yang diberikan oleh
pemerintah yaitu bank sentral. Bank umum dalam memberikan kredit
harus dideking dengan sejumlah karyawan tertentu, seperti emas, valuta
asing, sertifikat Bank Indonesia, deposit berjangka dan uang inti.
23
Sasaran kebijaksanaan moneter di capai melalui jumlah uang yang
beredar (M). Salah satu komponen jumlah uang adalah uang giral (demand
deposito). Uang giral dapat terjadi melalui dua cara, pertama apabila
seseorang memasukkan uang kas ke Bank dalam bentuk giro, instrumen lain
yang dapat dipakai untuk mencegah inflasi adalah politik pasar terbuka
(jual/beli surat berharga). Dengan cara menjual surat berharga bank sentral
dapat menekan perkembangan jumlah uang beredar sehingga laju inflasi
dapat lebih rendah.
c. Kebijakan Non Moneter
Kebijakan nom moneter adalah kebijakan yang tidak berhubungan
dengan finansial pemerintah maupun jumla uang yang beredar, cara ini
merupakan langkah alternatif untuk mengatasi inflasi. Kebijakan non moneter
dapat dilakukan melalui instrument berikut:
Mendorong agar pengusaha menaikkan hasil produksinya.
Cara ini cukup efektif mengingat inflasi disebabkan oleh kenaikan jumlah
barang konsumsi tidak seimbang dengan jumlah uang yang beredar. Oleh
karena itu pemerintah membuat prioritas produksi atau memberi bantuan
(subsidi) kepada sektor produksi bahan bakar, produksi beras.
Menekan tingkat upah tidak lain merupakan upaya menstabilkan upah/gaji,
dalam pengertian bahwa upah tidak sering dinaikan karena kenaikan yang
relatif sering dilakukan akan dapat meningkatkan daya beli dan pada
akhirnya akan meningkatkan permintaan terhadap barang-barang secara
keseluruhan dan pada akhirnya akan menimbulkan inflasi.
Pemerintah melakukan pengawasan harga dan sekaligus menetapkan harga
maksimal.
Pemerintah melakukan distribusi secara langsung.
Dimaksudkan agar harga tidak terjadi kenaikan, hal ini seperti yang
dilakukan pemerintah dalam menetapkan harga tertinggi (harga eceran
tertinggi/HET). Pengendalian harga yang baik tidak akan berhasil tanpa
ada pengawasan. Pengawasan yang tidak baik biasanya akan menimbulkan
pasar gelap. Untuk menghindari pasar gelap maka distribusi barang harus
24
dapat dilakukan dengan lancar, seperti yang dilakukan pemerintah melalui
Bulog atau KUD.
Penanggulangan inflasi yang sangat parah (hyper inflation) ditempuh
dengan cara melakukan sneering (pemotongan nilai mata uang). Sanering
berasal dari bahasa Belanda yang berarti penyehatan, pembersihan,
reorganisasi. Kebijakan sanering antara lain:
Penurunan nilai uang
Pembekuan sebagian simpanan pada bank-bank dengan ketentuan
bahwa simpanan yang dibekukan akan diganti menjadi simpanan jangka
panjang oleh pemerintah.
Sneering ini pernah dilakukan oleh pemerintah pada tahun 1960-an
pada saat inflasi mencapai 650%. Pemerintah memotong nilai mata uang
pecahan Rp 1.000,00 menjadi Rp 1,00.
Kebijakan yang berkaitan dengan output. Kenaikan output dapat
memperkecil laju inflasi. Kenaikan jumlah output ini dapat dicapai
misalnya dengan kebijakan penurunan bea masuk sehingga impor barang
cenderung meningkat. Bertambahnya jumlah barang di dalam negeri
cenderung menurunkan harga.
Kebijakan penentuan harga dan indexing.
Ini dilakukan dengan penentuan ceiling harga, serta mendasarkan pada
indeks harga tertentu untuk gaji atau upah (dengan demikian gaji/upah
secara riil). Kalau indeks harga naik maka upah atau gaji juga dinaikkan.
Devaluasi adalah penurunan nilai mata uang dalam negeri terhadap mata
uang luar negeri. Jika hal tersebut terjadi biasanya pemerintah melakukan
intervensi agar nilai mata uang dalam negeri tetap stabil. Istilah devaluasi
lebih sering dikaitkan dengan menurunnya nilai uang satu negara terhadap
nilai mata uang asing. Devaluasi juga merujuk kepada kebijakan
pemerintah menurunkan nilai mata uang sendiri terhadap mata uang asing.
25
III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Inflasi merupakan suatu proses kenaikan harga secara umum yang terjadi
secara terus menerus namun juga mempengaruhi menurunnya nilai mata uang
Negara. Misalnya apabila persediaan uang yang semakin sedikit dapat
menyebabkan kenaikan harga secara umum. Dan harga yang tinggi namun
persediaan uang cukup banyak maka tidak menunjukkan terjadinya Inflasi.
Ada banyak hal yang ditimbulkan oleh inflasi yang berdampak negatif,
diantaranya adalah keadaan perekonomian menjadi kacau dan perekonomian
dirasakan lesu, menimbulkan ganggguan pada fungsi uang, mengakibatkan
berkurangnya investasi di suatu negara, mendorong kenaikan suku bunga,
mendorong penanaman modal yang bersifat spekulatif, kegagalan pelaksanaan
pembangunan, ketidakstabilan ekonomi, defisit neraca pembayaran, dan
merosotnya tingkat kehidupan dan kesejahteraan masyarakat. Namun ada
beberapa dampak positif yang masih bisa ditimbulkan oleh inflasi, seperti
Masyarakat akan semakin selektif dalam mengkonsumsi, serta tingkat
pengangguran cenderung menurun karena masyarakat akan tergerak untuk
melakukan kegiatan produksi dengan cara mendirikan atau membuka usaha.
Masalah inflasi di Indonesia sendiri bukan hanya sekedar masalah dalam
kurun waktu jangka pendek namun inflasi tersebut bisa menjadi masalah yang
berkepanjangan apabila tidak segera di atasi dengan benar. inflasi yang terjadi di
Indonesia ini benar – benar membuat Indonesia semakin terpuruk khususnya yang
dirasakan oleh masyarakat. namun inflasi yang terjadi di Indonesia bukan lah
semata – mata disebabkan oleh gagalnya pelaksanaan kebijakan – kebijakan
moneter oleh pemerintah tetapi juga mengindikasikan masih adanya hambatan –
hambatan structural dalam perekonomian Indonesia yang belum sepenuhnya dapat
diatasi.
26
DAFTAR PUSTAKA
http://sitihajar933.blogspot.com/. Diakses pada hari rabu tanggal 8 Oktober 2014 pukul 20.25 WIB.
http://kitapunya.info/2014/02/11/cara-pemerintah-mengatasi-inflasi/.Diakses pada hari rabu tanggal 8 Oktober 2014 pukul 20.30 WIB.
http://lindapushyy.blogspot.com/2013/05/kebijakan-bi-dalam-mengatasi-inflasi.html. Diakses pada hari rabu tanggal 8 Oktober 2014 pukul 20.45 WIB.
http://reniashellyana.wordpress.com/2013/06/07/masalah-pokok-perekonomian/. Diakses pada hari kamis tanggal 9 Oktober 2014 pukul 20.05 WIB.
http://birdcendrawasih.blogspot.com/2013/04/upaya-mengatasi-inflasi-di-indonesia.html. Diakses pada hari kamis tanggal 9 Oktober 2014 pukul 20.18 WIB.
http://muhammadtamsil.blogspot.com/2014/05/makalah-inflasi-dan-kemiskinan-di.html. Diakses pada hari kamis tanggal 9 Oktober 2014 pukul 20.25 WIB.
http://liialestari.blogspot.com/2013/06/makalah-pengantar-makro-inflasi-dan.html. Diakses pada hari Jum’at tanggal 10 Oktober 2014 pukul 20.35 WIB.
http://ekonomikelasx.blogspot.com. Diakses pada hari jum’at tanggal 10 Oktober 2014 pukul 20.40 WIB.
27