ekologi

13
ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN DAERAH BALI NAMA : I PUTU SUYADNYA PUTRA UTAMA NIM : P07133013012 PROGRAM : DIII KESEHATAN LINGKUNGAN KEMENTRIAN KESEHATAN RI POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

description

ekologi kesehatan lingkungan

Transcript of ekologi

ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN DAERAH BALI

NAMA: I PUTU SUYADNYA PUTRA UTAMANIM: P07133013012PROGRAM: DIII KESEHATAN LINGKUNGAN

KEMENTRIAN KESEHATAN RIPOLITEKNIK KESEHATAN DENPASARJURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN2013/2014

I. PENDAHULUAN

Analisis dampak lingkungan (di Indonesia, dikenal dengan nama AMDAL) adalah kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan di Indonesia. AMDAL ini dibuat saat perencanaan suatu proyek yang diperkirakan akan memberikan pengaruh terhadap lingkungan hidup di sekitarnya. Yang dimaksud lingkungan hidup di sini adalah aspek abiotik, biotik dan kultural. Dasar hukum AMDAL di Indonesia adalah Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1999 tentang "Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup".AMDAL sudah dikembangkan oleh negara-negara maju sjak tahun 1970 dengan nama Environmental Impact Analysis atau Environmental Impact Assessment yang kedua-duanya disingkat menjadi EIA.Impact atau Dampak disini di artikan sebagai adanya suatu benturan antara dua kepentingan,yaitu kepentingan pembangunan proyek dengan kepentingan usaha melestarikan kualitas lingkungan yang baik.Dampak yang diartikan dari benturan dua kepentingan itupun masih kurang tepat karena yang tercermin dari benturan tersebut hanyalah kegiatan yang akan menimbulkan dampak negatif (merugikan).Pengertian ini pula yang dahulunya banyak ditentang oleh para pemilik atau pengusul proyek.Hal ini tercermin juga pada konsep asli dari metodologi Amdal dari Leopold (1971).Pertanian adalah kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang dilakukan manusia untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri, atau sumber energi, serta untuk mengelola lingkungan hidupnya. Kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang termasuk dalam pertanian biasa difahami orang sebagai budidaya tanaman atau bercocok tanam (bahasa Inggris: crop cultivation) serta pembesaran hewan ternak (raising), meskipun cakupannya dapat pula berupa pemanfaatan mikroorganisme dan bioenzim dalam pengolahan produk lanjutan, seperti pembuatan keju dan tempe, atau sekedar ekstraksi semata, seperti penangkapan ikan atau eksploitasi hutan.Pertanian dalam pengertian yang luas mencakup semua kegiatan yang melibatkan pemanfaatan makhluk hidup (termasuk tanaman, hewan, dan mikrobia) untuk kepentingan manusia. Dalam arti sempit, pertanian juga diartikan sebagai kegiatan membudidayakan jenis tanaman tertentu, terutama yang bersifat semusim.Usaha pertanian diberi nama khusus untuk subjek usaha tani tertentu. Kehutanan adalah usaha tani dengan subjek tumbuhan (biasanya pohon) dan diusahakan pada lahan yang setengah liar atau liar (hutan). Peternakan menggunakan subjek hewan darat kering (khususnya semua vertebrata kecuali ikan dan amfibia) atau serangga (misalnya lebah). Perikanan memiliki subjek hewan perairan (termasuk amfibia dan semua non-vertebrata air). Suatu usaha pertanian dapat melibatkan berbagai subjek ini bersama-sama dengan alasan efisiensi dan peningkatan keuntungan. Pertimbangan akan kelestarian lingkungan mengakibatkan aspek-aspek konservasi sumber daya alam juga menjadi bagian dalam usaha pertanian.Sebagai sebuah pulau di antara 13,677 pulau di Indoensia , Bali terbilang kecil. Luas Pulau Bali hanya 5.632,86 km atau hanya seluas 0,29% dari luas keseluruhan INKRI. Namun sebagai sebuah propinsi di antar 30 provinsi di Indonesia, tidak dipungkiri bahwa Bali mempunyai banyak kekhususan yang tidak ada di provinsi lain di Indonesia. Kekhususan tsb nampak dari keadaan alamnya, agama Hindu Bali, seni budayanya serta sistem sosial / adat istiadatnya ( desa pakraman, sistem pengairan yang dikenal dengan subak dll ). Kekhususan tsb telah mengantar Bali menjadi salah satu icon budaya dunia dan masuk ke alam World Cultural Heritage.Kemudian keindahan alam Bali yang yang menjadikan Bali sebagai icon pariwisata Indonesia telah mengundang investor dari luar Bali baik lokal maupun investor asing, untuk berinvestasi di Bali, dengan maraknya pembangunan sara dan prasarana penunjang pariwisata. Dan makin banyaknya migrasi ke daerah Bali, baik untuk mencari pekerjaan maupun hanya tinggal di Bali semakin menambah angka alih fungsi lahan pertanian di Daerah Bali.Di sisi lain,pembangunan yang pesat tersebut tidak di sertai dengan pola pembangunan yang terkonsep dengan baik,pengalihan fungsi lahan yang terkesan asal-asalan dan tidak memperhatikan aspek lingkungan dengan karakteristik yang sesuai dengan pola keruangan daerah Bali. Akibat kondisi itu, wilayah yang menjadi resapan air di Bali tiap tahun semakin berkurang. Mulai minimnya daerah resapan air tersebut bisa dilihat dengan mulai terlihatnya daerah daerah pemukiman warga yang dulunya tak pernah terendam air kini malah terendam saat musim penghujan tiba.AMDAL selaku wahana atau cara dalam menganalisis suatu dampak lingkungan berperan sangat penting dalam menjaga dan melestarikan lingkungan. Bali memiliki banyak daerah resapan air, salah satunya yang sering di jadikan masyarakat sebagai lahan pertanian. Jika lahan pertanian tersebut berkurang maka berkuranglah lahan resapan air yang ada di Bali. Lahan Pertanian di Bali saat ini banyak beralih fungsi menjadi lahan buat perumahan/pemukiman, real estate, perhotelan, lahan pariwisata dan lain-lain. Oleh karena itu peranan Amdal sangat berperan penting dalam usaha menjaga dan melestarikan lahan pertanian daerah Bali.

II. TUJUAN

Berdasarkan permasalahan di atas, dapat saya tarik kesimpulan bahwa tujuan dari pembuatan artikel ini adalah untuk sebagai bahan kajian dan pembahasan serta memberdayakan lahan pertanian di daerah Bali secara baik dan berencana kedepan.

III. TINJAUAN PUSTAKA

Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) adalah kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan di Indonesia. AMDAL memgatur tentang lingkungan hidup, yang mencakup aspek abiotik, biotic, dan cultural. Dasar hukum AMDAL di Indonesia adalah Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.AMDAL merupakan kajian dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup, dibuat pada tahap perencanaan, dan digunakan untuk pengambilan keputusan. Hal-hal yang dikaji dalam proses AMDAL, : aspek fisik-kimis, ekologi, social-ekonomi, sosialbudaya, dan kesehatan masyarakat sebagai pelengkap studi kelayakan suatu rencana usaha dan kegiatan. AMDAL di bagian studi kelayakan untuk melaksanakan suatu rencana dan kegiatan, disisi lain merupakan syarat yang harus dipenuhi untuk mendapatkan izinmelakukan usaha dan kegiatan. Berdasarkan analisis ini dapat diketahui secara lebih jelas dampak besar dan penting terhadap lingkungan, baik itu negatif maupun dampak positif yang akan timbul. Dan di persiapkan langkah untuk menanggulangi dampak negatif dan mengembangkan dampak positif.Untuk mengukur atau menentukan dampak besar dan penting tersebut digunakan kriteria mengenai :a. Besarnya jumlah manusia yang akan terkena dampak.b. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung.c. Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang akan terkena dampak. d. Sifat kumulatif dampak.e. Berbalik (reversible) atau tidak berbalikknya (irreversible) dampak.Menurut PP No. 27/1999 pasal 3 ayat 1 Usaha dan kegiatan yang kemungkinan dapat menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup meliputi :a. Pengubahan bentuk lahan dan bentang alam.b. Eksploitasi sumber daya alam baik yang terbaharui maupun yanhg tak terbaharui.c. Proses dan kegiatan yag secara potensial dapat menimbulkan pemborosan, pencemaran, dan kerusakan linmgkungan hidup, serta kemerosotan sumber day alam dalam pemanfaatannya.d. Proses dan kegiatan yang hasilnya dapat mempengaruhi lingkungan alam, lingkungan buatan, serta lingkungan sosial dan budaya.e. Proses dan kegiatan yang hasilnya akan dapat memengaruhi pelestarian kawasan konservasi sumber day dan perlindungan cagar budaya.f. Introduksi jenis tumbuh-tumbuhan, jenis hewan, dan jenis jasad renik.Tujuan secara umum AMDAL adalah menjaga dan meningkatkan kualitas lingkungan serta menekan pencemaran sehingga dampak negatifnya menjadi serendah mungkin. Dengan demikian AMDAL diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang pelaksanaan rencana kegiatan yang mempunyai dampak terhadap lingkungan hidup, contohnya yang sedang marak yaitu alih fungsi lahan pertanian.

IV. LAHAN PERTANIAN DI BALI

Kedatangan investor dari luar Bali baik lokal maupun investor asing, untuk berinvestasi di Bali, dengan maraknya pembangunan sara dan prasarana penunjang pariwisata. Dan makin banyaknya migrasi ke daerah Bali, baik untuk mencari pekerjaan maupun hanya tinggal di Bali, semakin menambah angka alih fungsi lahan pertanian di Daerah Bali.Namun, pembangunan yang pesat tersebut tidak di sertai dengan pola pembangunan yang terkonsep dengan baik,pengalihan fungsi lahan yang terkesan asal-asalan dan tidak memperhatikan aspek lingkungan dengan karakteristik yang sesuai dengan pola keruangan daerah Bali. Akibat kondisi itu, wilayah yang menjadi resapan air di Bali tiap tahun semakin berkurang. Mulai minimnya daerah resapan air tersebut bisa dilihat dengan mulai terlihatnya daerah daerah pemukiman warga yang dulunya tak pernah terendam air kini malah terendam saat musim penghujan tiba.Alih fungsi lahan pertanian di Bali dalam lima tahun belakangan ini sangat mengkhawatirkan sehingga bisa mengancam ketahanan pangan masyarakatnya, kata Guru Besar Universitas Udayana, Prof Dr I Wayan Windia. "Dalam lima tahun terakhir terjadi alih fungsi lahan sekitar 5.000 hektare, atau setiap tahunnya rata-rata 1.000 hektare," ujar Windia, yang juga Ketua Pusat Penelitian Subak Universitas Udayana itu di Denpasar. Ia mengatakan, dalam lima tahun sebelumnya rata-rata sawah di Bali berkurang sekitar 750 hektare setiap tahunnya.Hal ini menunjukkan adanya kecenderungan penjualan sawah, dan dinilainya, semakin cepat dan semakin meluas karena jual beli sawah itu tidak hanya terjadi di daerah perkotaan, namun juga sampai kepedesaan. Ia mengemukakan, terjadinya penjualan sawah dengan kecenderungan yang terus meningkat itu menunjukkan masyarakat setempat mulai kurang menghargai warisan leluhurnya, padahal sawah itu dibangun dengan berdarah-darah. Mungkin, menurut dia, masyarakat belakangan ini telah berkembang menjadi orang yang serakah, pragmatis, dan kemudian idealisme kalah melawan arus pragmatisme-globalisasi. Windia menjelaskan, globalisasi dunia ditandai dengan persaingan yang ketat, dan diwarnai dengan konsumerisme, materialisme, dan kapitalisme. Kalau kita kalah, maka kita akan terlindas, dan akibatnya seluruh sistem sosial masyarakat, termasuk kebudayaannya akan menjadi debu. Sawah, subak, dan sistem pertanian adalah landasan dan bagian integral dari kebudayaan Bali, ujarnya.Kawasan Subak di Bali dibangun secara susah payah oleh para leluhur masyarakat Bali karena membuat sawah di kawasan Bali yang berlereng-lereng sangat sulit. Bahkan, mereka harus membelanya mati-matian setelah sawahnya jadi. Ini pula yang membuat Subak diakui Oganisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) dihargai sebagai Warisan Kebudayaan Dunia.Di Bali alih fungsi lahan sawah dari tahun 2000 2005 rata-rata 913,20 ha per tahun (Iqbal, 2007). Parahnya alih fungsi lahan ini bersifat permanen, artinya setelah lahan sawah beralih fungsi tidak dapat dikembalikan lagi menjadi lahan sawah seperti semula. Luas lahan sawah yang ada di Bali seluas 80.997 ha (14,38 %) akan tetapi luas lahan kering sekitar 480.043 ha (85,16 %) (BPS Bali, 2007). Mengingat data tersebut, alih fungsi lahan pertanian hendaknya tdak dilakukan karena akan berdampak langsung maupun tak langsung pada kepribadian masyarakat tentang sejarah historis leluhur membangun sistem subak, mengurangi wilayah ekologis, dan mengganggu kesediaan dan ketahanan pangan berkelanjutan.

V. PRODUKSI, KEBUTUHAN DAN KETAHANAN PANGAN BERAS

Produksi atau persediaan beras merupakan sumber utama untuk memenuhi kebutuhan dan menunjukkan tingkat ketahanan pangan beras itu sendiri. Apabila persediaan lebih rendah dari kebutuhan maka ketahanan lemah, untuk menutupi kebutuhan harus ada impor. Apabila persediaan sama dengan kebutuhan ketahanan pangan khususnya beras masih dalam kondisi berimbang atau pas-pasan, belum stabil sehingga impor masih perlu dilakukan. Apabila persediaan melebihi dari kebutuhan, apalagi surplusnya itu banyak dan berkelanjutan misalnya sampai bisa mengekspor beras, berarti ketahanan pangan beras mantap dan kuat. Sebenarnya situasi ini yang diinginkan oleh Negara. Indonesia terkait dengan ketahanan pangan beras yang situasinya belum mantap, impor beras masih sangat sering dilakukan. Sebagai gambaran mengenai keseimbangan antara produksi dan kebutuhan beras di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1.

Selama empat tahun dari tahun 2001 2004 terjadi defisit beras. Hal ini berarti untuk memenuhi kebutuhan mau tidak mau harus dilakukan impor paling tidak sejumlah defisit untuk setiap tahun yang bersangkutan (Tabel 1). Dari sumber lain juga didapatkan bahwa pada tahun berikutnya yaitu tahun 2005 masih terjadi impor beras 16 ribu ton, tahun 2006 impor 150 ribu ton dan tahun 2007 mencapai 500 ribu ton. Pada tahun 2008 tidak terjadi impor dan pada tahun 2009 sudah memancangkan bendera swasembada beras (Anon, 2011). Namun pada tahun 2010 kembali terjadi impor beras sebanyak 1,2 juta ton dan pada tahun 2011 diperkirakan impor meningkat deiroyeksikan menjadi 1,75 juta ton. Sejumlah Lembaga Internasional menyatakan Indonesia bakal menjadi Importir beras ke empat terbesar di Dunia (RMOL, 2011).Berdasarkan kenyataan diatas, perencanaan secara matang harus dilakukan untuk kestabilan dan ketahanan pangan beras secara berkelanjutan. Dalam artikel ini diambil contoh daerah Bali terkait dengan ketahanan pangan. Gambaran tentang ketahanan pangan daerah atas dasar kemampuan produksi dan konsumsi beras diuraikan dengan data statistic yang tersedia serta menggunakan asumsi-asumsi yang dapat diterima.Jenis data di antaranya berupa luas panen, produktivitas, dan produksi beras periode tahun 2006-2010. Selain itu, data jumlah penduduk dibutuhkan untuk konsumsi beras pada periode tahun yang sama. Asumsi-asumsi yang digunakan untuk membantu perhitungan berturut-turut diantaranya adalah rata-rata laju pertumbuhan penduduk 2,0%/tahun, rata-rata konsumsi beras 135 kg/jiwa/tahun, dan rendemen beras 55% dari bobot gabah berat kering giling (GKG). Selanjutnya, dibuat proyeksi melalui perbandingan antara produksi dengan konsumsi beras serta menghitung keseimbangannya selama periode 2006-2010. Nilai proyeksi perbandingan produksi dengan konsumsi beras (p:k) > 1 berarti terjadi surplus beras dan situasi ini yang senantiasa selalu diharapkan; apabila nilai p:k=1 berarti terjadi keseimbangan, dan p: k < 1 berarti defisit. Hasil perhitungan keseimbangan produksi dan konsumsi beras daerah Bali periode 2006-2010 ditampilkan pada Tabel 2.

Pada tahun 2006, Bali masih mengalami surplus beras sekitar 6 ribu ton (Tabel 2). Namun, tahun-tahun berikutnya terjadi defisit pada kisaran 700 - 32.000 ton/tahun. Berdasarkan pendekatan demikian, dapat dikatakan bahwa Bali mengalami defisit beras sejak tahun 2007, yang berarti persediaan beras untuk Bali harus didukung oleh Provinsi lain.Berdasarkan gambaran tersebut, beberapa alternatif solusi dibutuhkan dalam kerangka ketahanan pangan daerah atas dasar kemampuan produksi, sebelum regulasi impor beras dilakukan yaitu: Menekan laju konversi lahan sawah sampai di bawah 100 ha/tahun melalui regulasi insentif terhadap petani sawah; Meningkatkan luas tanam padi sampai IP 4 (indeks panen empat kali dalam satu tahun) dan produktivitas tanaman ditingkatkan sampai 10 ton/ha GKP melalui perbaikan teknik budidaya dan penggunaan varietasunggul baru (VUB); Mengendalikan laju pertumbuhan penduduk sampai di bawah 1 % per tahun melalui program Keluarga Berencana (KB) dan Melaksanakan program keanekaragaman pangan yang dimulai dari penduduk perkotaan.

VI. KENDALA DAN STRATEGI MEMPERTAHANKAN KETAHANAN BERAS

Kepemilikan Lahan Sempit dan Pendapatan RendahPemilikan lahan sawah di Bali dan juga di Indonesia rata-rata kurang dari setengah hektar. Pemilikan sawah yang sedikit, mengakibatkan pendapatan rendah dan cenderung memuat pemilik lahan untuk mengalih fungsikan lahannya menjadi usaha yang lebih menjanjikan.Adanya Anggapan Bahwa Lahan Pertanian Hanya Menghasilkan Produk PertanianAnggapan bahwa lahan pertanian hanya menghasilkan produk pertanian, akan mendorong masyarakat untuk melakukan alih fngsi lahan pertanian. Padahal lahan pertanian itu memiliki fungsi yang sangat banyak untuk menopang kehidupan umat maunusia. Fungsi-fungsi tersebut adalah sebagai penghasil produk pertanian, antisipasi banjir, pengendali erosi tanah,memelihara pemasukan cadangan air tanah, antisipasi CO2, dan juga sebagai pemelihara biodiversitas tanah dan bahkan telah diidentifikasi bahwa lahan pertanian memiliki 30 jenis fungsi yang sanat perlu untuk dilindungi (Salama, 2010). Fungsi Pertanian yang vital ini harus disosialisasikan kepada masyarakat secara terus menerus untuk mendapat persepsi dan langkah yang sama, bahwa alih fungsi lahan sawah itu harus dihindari.Peningkatan Produksi Melalui Penerapan TeknologiSantosa et al. (2009) mengemukakan bahwa penterapan paket teknologi dapat meningkatkan produksi sampai 12,39 ton per hektar sementara di tingkat petani rata-rata hanya 8 ton per hekar. Hal ini berarti tejadi peningkatan produksi sebesar 50 % lebih, yang berarti pula dapat menutup 50% areal yang mengalami alih fungsi.Fenomena Iklim EkstremBelakangan ini diketahui bahwa iklim sudah tidak berjalan normal. Adanya anomaly iklim seperti peristiwa El Nino yaitu iklim kering yang lebih kering dari normalnya. Oleh karena tu, petani menghadapi masalah perairan untuk pertanian.Gangguan Organisme Penganggu TanamanDalam hal pertanian, sering dihadapkan pada kasus OPT ( Organisme Pengganggu Tanaman). Seperti contoh di Bali tahun 2007, OPT yang menyerang tanaman padi terdiri dari 14 jenis hama, dan 7 jenis penyakit. Oleh karena itu, usaha pengendalian hendaknya diprogram lebih mantap atas dasar Pengendalian Hama Penyakit Terpadu.Diversifikasi Bahan PanganSolusi yang lain, dianjurkan untuk melakukan diversifikasi bahan pangan (non beras) lebih intensif seperti jagung, kedelai, kacang tanah, umbiumbian dan mengerjakan lahan kering lebih intesif, terutama untuk bahan pangan ini. Seperti disebutkan di atas di Indonesia lahan kering jauh lebih luas dibanding lahan sawah. Lahan kering meliputi 87,16 juta hektar (Utomo, 2002) sementara lahan sawah hanya 7,78 juta hektar (BPSIndonesia, 2002). Oleh karena itu lahan kering memiliki peluang yang sangatbaik untuk dikembangkan ke depan.

VII. PENUTUP

KesimpulanBerdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan dan disarankan beberapa hal sebagai berikut : (1) Alih fungsi lahan sawah sangat sulit dihentikan bahkan terjadi secara terus menerus dengan luas yang semakin meningkat, (2) Alih fungsi lahan sangat bepengaruh pada ketahanan pangan beras. Alih fungsi lahan mengakibatkan penurunan produksi dan sekaligus menurunkan ketahanan pangan, (3) Alih fungsi lahan sawah yang terus menerus dapat mempengaruhi kualitas tanah, yang dimana tanah yang telah dialih fungsikan tidak dapat dikembalikan menjadi lahan petanian dalam waktu singkat.SaranAdapun saran yang dapat saya berikan yaitu : Kepada masyarakat: untuk mengurangi tindak alih fungsi lahan pertanian, karena akan berdampak langsung maupun tidak langsung kepada ketahanan pangan beras, baik di Bali maupun nasional. Untuk melakukan alih fungsi lahan pertanan agar memperhatkan aspek AMDAL. Kepada Pemerintah: Agar tidak terlalu mudah untuk member izin untuk membuka suatu lahan, baik untuk kepentingan industry maupun pariwisata dll. Penambahan daerah hijau, dimana tidak ada seorangpun yang dapat membangun diatas lahan tersebut, sehingga terus dapat menjadi lahan pertanian.

VIII. LAMPIRAN

DAFTAR PUSTAKAhttp://id.wikipedia.org/wiki/beras.http//www.berita Indonesia.co.id/berita utama/tak-bisahidup-tanpahttp://www.deptan.go.id/pesantren/bkp/top/analisis_permintaan_dan_ produksi.htmwww.rakyatmerdekaonline.comhttp//www.sinartani.com/agriwicanahttp://www.fao.org/ docrep/005/ac623eog.htmhttp://www.antaranews.comhttp://deddywawan-dewa.blogspot.com/2010/03/makalah-amdal_31.htmlhttp://id.wikipedia.org/wiki/Pertanianhttp://id.wikipedia.org/wiki/Analisis_dampak_lingkunganhttp://indonesiaforest.webs.com/masalah_amdal.pdf