EKG dan Enzim Jantung
-
Upload
jenita-magdalena -
Category
Documents
-
view
212 -
download
10
Transcript of EKG dan Enzim Jantung
Pemeriksaan Elektrokardiogram (EKG) dan Enzim Jantung
Jenita Magdalena,1106053256
A. Elektokardiogram
1. Pengertian
Elektrokardiografi (EKG) adalah ilmu yang mempelajari aktivitas listrik jantung
Elektokardiogram adalah suatu grafik yang menggambarkan rekaman potensial listrik
yang timbul sebagai akibat aktivitas jantung. Yang direkam adalah aktivitas listrik yang
timbul pada waktu otot jantung berkontraksi. Kegiatan listrik jantung dalam tubuh dapat
dicatat dan direkam melalui elektroda-elektroda yang dipasang pada permukaan tubuh.
Elektrokardiogram standar (12 lead atau sadapan) terdiri dari enam sadapan
ekstremitas yang merekam aktivitas pada bidang frontal dan enam sadapan prekordial
yang merekam bagian horisontal.
Lead bipolar : merekam perbedaan potensial dari 2 elektrode
Lead I : merekam beda potensial antara tangan kanan (RA) dengan tangan kiri (LA)
yang mana tangan kanan bermuatan (-) dan tangan kiri bermuatan (+)
Lead II : merekam beda potensial antara tangan kanan (RA) dengan kaki kiri (LF)
yang mana tangan kanan bermuatan (-) dan kaki kiri bermuatan (+)
Lead III : merekam beda potensial antara tangan kiri (LA) dengan kaki kiri (LF) yang
mana tangan kiri bermuatan (-) dan kaki kiri bermuatan (+)
Lead unipolar : merekam beda potensial lebih dari 2 elektode
Dibagi 2 yaitu lead unipolar ekstremitas dan lead unipolar prekordial
1. Lead unipolar ekstremitas
Lead aVR : merekam beda potensial pada tangan kanan (RA) dengan tangan kiri
dan kaki kiri yang mana tangan kanan bermuatan (+)
Lead aVL : merekam beda potensial pada tangan kiri (LA) dengan tangan kanan
dan kaki kiri yang mana tangan kiri bermuatan (+)
Lead aVF : merekam beda potensial pada kaki kiri (LF) dengan tangan kanan dan
tangan kiri yang mana kaki kiri bermuatan (+)
2. Lead unipolar prekordial : merekam beda potensial lead di dada dengan ketiga
lead ekstremitas. Letak lead unipolar prekordial:
V1 : Ruang interkostal IV garis sternal kanan
V2 : Ruang interkostal IV garis sternal kiri
V3 : Pertengahan antara V2 dan V4
V4 : Ruang interkostal V garis midklavikula kiri
V5 : Sejajar V4 garis aksilla depan
Proses pembentukan sadapan prekordial (V1-V6) juga serupa dengan sadapan
unipolar ekstremitas. Elektroda yang ditempatkan didinding dada berperan sebagai elektroda
(+) dibandingkan terhadap terminal sentral wilson. Tujuannya EKG memiliki 12 sadapan
adalah untuk melihat aktivitas jantung dari berbagai sudut, agar kita dapat melihat
aktivitasnya secara lebih menyeluruh . kita akan mendapat gambar tiga dimensi yang
menggambarkan aktivitas impuls dihasilkan oleh jantung hingga menjadi kontraksi.
Ada tiga komponen yang dilihat dalam menginterpretasi EKG yaitu:
1. Gelombang, yaitu P, QRS, T dan U. Semuanya meiliki durasi amplitudo dan
morfologi.
2. Segmen, merupakan garis lurus di antara dua gelombang, ada tiga segmen dalam
EKG yaitu:
- Segmen PR : garis lurus di antara gelombang P dan kompleks QRS
- Segmen ST : garis lurus diantara kompleks QRS (tepatnya setelah gelombang S)
dan gelombang T
- Segmen TP : garis lurus antara gelombang T dan P
3. Interval adlah jarak antara awal sebuah gelombang dengan awal atau akhir
gelombang.
- Interval PR : interval antara gelombang awal P dengan awal QRS
- Interal QT : interval antara kompleks QRS dan akhir gelombang T.
EKG memberi informasi menegenai daerah iskemia namun tidak mampu mendeteksi
secara tepat cabang arteri koroner yang mana, di segmen yang mana yang mengalami
abnormal dan terjadi berapa persen penyempitannya. Indikasi pemeriksaan EKG adalah :
a. Pasien dengan keluhan nyeri dada (terutama dada kiri) sesak atau selalu merasa lelah
b. Penderita pasca serangan jantung
c. Penderita tekanan darah tinggi atau dengan gejala gagal jantung
d. Penderita yang mengalami gangguan irama jantung
e. Penderita yang tiba-tiba pingsan
f. Penderita yang memakai alat pacu jantung (untuk menilai fungsi alat pacu jantung)
EKG normal
Segmen ST menghubungkan kompleks QRS dan gelombang T serta berdurasi 0,08-0,12 s
(80-120 ms). Segmen ini bermula di titik J (persimpangan antara kompleks QRS dan segmen
ST) dan berakhir di awal gelombang T. Namun, karena biasanya sulit menentukan dengan
pasti di mana segmen ST berakhir dan gelombang T berawal, hubungan antara segmen ST
dan gelombang T harus ditentukan bersama. Durasi segmen ST yang khas biasanya sekitar
0,08 s (80 ms), yang pada dasarnya setara dengan tingkatan segmen PR dan TP. Segmen ST
normal sedikit cekung ke atas. Segmen ST yang datar, sedikit landai, atau menurun dapat
menandakan iskemia koroner.
Dari kasus tercatat data bahwa pasien mengalami elevasi pada segmen ST yang naik diatas
garis isoelektris atau disebut ST eleveasi. Elevasi segmen ST bisa menandakan infark otot
jantung. Elevasi lebih dari 1 mm dan lebih panjang dari 80 ms menyusul titik J. Tingkat
ukuran ini bisa positif palsu sekitar 15-20% (yang sedikit lebih tinggi pada wanita daripada
pria) dan negatif palsu sebesar 20-30%.
ST elevasi pada Lead I, aVl, V4, V5 dan V6 dan pasien juga menggunakan obat ACE
Inhibitor yang menyebabkan menurunnya after-load dan pre-load menghambat proses
fibrosis dan growth pada miokard, dengan demikian memperbaiki geometri ventrikel kiri
sehingga fungsi sitolik dan diastolik ikut membaik. Penurunan preload dan perbaikan fungsi
endotel meningkatkan aliran koroner sehingga ACE inhibitor bermanfaat bagi pasien
Hipertensi yang juga memiliki Penyakit Jantung Koroner dan Gagal Jantung. Dengan
demikian penyakit yang diderita pasien berhubungan dengan penyakit jantung koroner, infark
miokard, dan gagal jantung.
Berikut ini merupakan Anantomi Jantung dan perubahan 12 sadapan EKG
ST elivasi
Ventricle Lokasi infark Perubahan rekaman
sadapan EKG
Kemungkinan arteri
koroner di pengaruhi
ST
Segment
1. Left Septum V1, V2 LAD, Septal Branch Elevation
2. Left Anterior V3, V4 LAD, diagonal branch Elevation
3. Left Anteroseptal V1, V2, V3, V4 LAD Elevation
4. Left Anterolateral I, aVL, V3, V4, V5, V6 LAD, LCX Elevation
5. Left Lateral I, aVL, V5, V6 LCX Elevation
6. Left Inferior II, III, aVF RCA Elevation
7. Left Inferolateral I, II, III, aVF, aVL, V5,
V6
RCA, LCX Elevation
8. Left Posterior V1, V2, V3, V4 LCX or RCA Depression
9. Right Right ventrikel V4R, V5R RCA Elevation
B. Enzim-Enzim Jantung
Enzim-enzim kardiak adalah protein-protein yang dilepaskan kedalam darah oleh
otot-otot jantung yang mati. Enzim-enzim kardiak ini adalah Creatine Phosphokinase (CPK),
sub-fraksi khusus dari CPK (terutama, fraksi MB dari CPK), Troponin, dan Laktat
Dehidrogenase. Enzim-enzim kardiak ini secara khas meninggi dalam darah beberapa jam
setelah penimbulan dari serangan jantung. Rentetan dari tes-tes darah untuk enzim-enzim
yang dilakukan melalui periode waktu dari 24-jam adalah bermanfaat tidak hanya dalam
mengkonfirmasi diagnosis serangan jantung, namun perubahan-perubahan dalam tingkat-
tingkat mereka melalui waktu juga berkorelasi dengan jumlah dari otot jantung yang telah
mati.
Menurut American College of Cardiology (ACC) kriteria untuk Infark Miokard Akut
(IMA) ialah terdapat peningkatan nilai enzim jantung (CK-MB) atau troponin I atauTroponin
T dengan gejala dan adanya perubahan EKG yang diduga iskemia.
Creatine Kinase (CK) memiliki sensivitas dan spesifitas yang rendah untuk
keruasakan otot jantung, karena enzim ini ditemukan di otot skelet, otak, ginjal, paru dan
jaringan organ lain. CK meningkat setelah 3-8 jam terjadi IMA, mencapai konsentrasi
maksimal setelah 24 jam serangan, kemudian kembali ke nilai normal setelah 72 jam
serangan. Creatine kinase myocardial band (CK-MB) adalah isoenzim CK yang lebih
spesifik mewakili enzim miokard.Peningkatan konsentrasi enzim ini pasti menunjukkan
adanya infark miokard. CK-MB mulai meningkat dalam waktu 2-3 jam setelah onset infark,
mencapai puncaknya pada 10-12 jam dan umumnya kembali normal waktu 24 jam.
Troponin T lokasinya intraseluler, terikat pada kompleks troponin dan untaian
molekul tropomision. Kompleks troponin merupakan suatu proteinyang mengatur interaksi
aktin dan miosin bersama-sama dengan kadar kalsium intra seluler. Pada otot jantung
manusia, diperkirakan 6% dari total TnT miokardial ditemukan sebagai larutan pada
sitoplasmik (fraksi bebas),yang mungkin berfungsi sebagai prekursor untuk sintesis kompleks
troponin. TnT yang larut dalam cairan sitosol akan mencapai sirkulasi darah dengan cepat
bila terjadi kerusakan miokard, sedangkan TnT yang terikat secara struktural sirkulasi darah
lebih lambat karena harus memisahkan lebih dahulu ( degradasi proteolitik) dari jaringan
kontraktil. Karena pelepasan TnT terjadi dalam 2 tahap, maka perubahan kadar TnT serum
pada IMA mempunyai 2 puncak (bifasik).
Laktat dehidrogenase (LD, LDH) adalah enzim intraseluler yang terdapat pada
hampir semua sel yang bermetabolisme, dengan konsentrasi tertinggi dijumpai di jantung,
otot rangka, hati, ginjal, otak, dan sel darah merah. LDH merupakan suatu molekul tetramerik
yang mengandung empat subunit dari dua bentuk; H (jantung) dan M (otot), yang
berkombinasi sehingga menghasilkan lima isoenzim yang diberi nama LDH1 (H4) sampai
LDH5 (M4). Banyak tehnik yang digunakan untuk mengukur isoenzim-isoenzim LDH,
seperti pemanasan (LDH5 terurai dan LDH1 stabil), spesifitas substrat (aktivitas
hidroksibutirat dehidrogenase sebenarnya adalah LDH1), elektroforesis, dan imunoinhibisi
subunit tertentu. Metode yang terbanyak dilakukan adalah elektroforesis.
Pada kasus Peningkatan enzim yang terjadi adalah enzim LDH. Enzim LDH
meningkat pada hampir semua keadaan penyakit yang mengalami kerusakan atau destruksi
sel. Selain itu, aktivitas LDH total juga merupakan indikator yang relatif sensitif yang
menunjukkan sedang berlangsungnya proses patologik. LDH total dan rasio LDH1/LDH2
dengan kadar tertinggi LDH1 bermanfaat untuk memastikan diagnosis infark miokardium
(MCI). Kadar LDH meningkat dalam waktu 12-24 jam setelah terjadinya MCI, mencapai
puncaknya dalam 2-5 hari dan tetap tinggi hingga 6-12 hari, lalu akan menjadi normal
kembali dalam waktu 8-14 hari.
Referensi:
Lloyd-Jones D, et al. (2009). Heart disease and stroke statistic update: a report from
the American Heart Association Statistics Committee and Stroke Statistics
Subcommittee. Circulation 2009;119(3):e21-e181.Williams Wilkins.
Majalah Kedokteran Andalas No.1. Vol. 26. Januari – Juni 2002 (Pemeriksaan
Troponin T)
Price, S. A. and Wilson, L. M. (1995). Fisiologi: Proses-Proses Penyakit. Ed 4. Jakarta:
EGC.
Smeltzer, S. C. and Bare, B. G. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner
& Suddarth. Ed. 8. Jakarta: EGC.
Sudoyo, et al. (2006). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Ed. 4. Jakarta: PPIPD FKUI.