Efusi Pleura He Mi Thorax Dextra
Transcript of Efusi Pleura He Mi Thorax Dextra
EFUSI PLEURA HEMITHORAX DEXTRA
LAPORAN KASUS
Oleh Dora Anjarwati
Pembimbing :Dr. Andi Irawan, Sp.FK
Identitas pasien Nama : Ny. Trianti Usia : 25 Tahun Alamat : Jln. Jakarta, Loa
Bakung Agama : Islam Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga MRS : 7 Agustus 2010 No.Rekam Medik : 10.03.24.35 Dokter yang memeriksa : dr. Donni
Irfandi, Sp.P
Keluhan Utama : sesak napas
Riwayat Penyakit sekarang : Sesak napas dialami pasien sejak 4 hari
sebelum masuk rumah sakit. Sebelum sesak, pasien merasakan nyeri di sekitar ulu hati, tidak disertai mual maupun muntah. Pasien juga memiliki riwayat demam “summer” yang naik turun dan berkeringat malam namun tidak disertai batuk lama. Batuk baru muncul bersama sesak.
Tidak ada nyeri dada. Nafsu makan pasien baik, berat badan pasien stabil. Tidak ada riwayat menggunakan OAT maupun keluarga yang mendapatkan terapi OAT. Pasien pernah MRS 4 bulan yang lalu di RS Dirgahayu dan dilakukan pungsi dada sebelah kanan, keluar cairan berwarna coklat teh.
Riwayat Penyakit Dahulu :Asma (-), Riwayat pungsi 4 bulan yang lalu
Riwayat Penyakit Keluarga :Asma (-), Hipertensi (-)
Pemeriksaan Fisik Kesadaran : Compos Mentis Tanda Vital Nadi : 98 x/menit Respiratory Rate : 46 x/menit
Tekanan Darah : 130/90 mmHg
Temperatur : 36,5 oC Kepala/Leher : Konjungtiva Anemia (-/-), sclera ikterik (-/-),
sianosis (-/-),Pembesaran KGB (-)
Thorax Inspeksi Cor : ictus cordis tidak tampak Pulmo : pergerakan dada S>D, retraksi Costa (+)Palpasi Cor : ictus cordis teraba ICS V Pulmo : fremitus raba D<SPerkusi Cor : Batas Jantung Kanan tidak dapat dievaluasi
Batas Jantung Kiri ICS V MCL Sinistra Pulmo : Redup pada hemithoraks dextraAuskultasi Cor :S1S2 tunggal, regular, murmur (-), gallop (-) Pulmo: vesikuler, Rhonki (+/+), Wheezing (-/-)
Abdomen Inspeksi : tidak distensi Palpasi : soepel, nyeri tekan (-),
hepatomegali (-), splenomegali (-), Asites (-)
Perkusi : Timpani Auskultasi : Bising Usus (+) Normal
Ekstrimitas Akral Hangat, Edema (-)
Diagnosis : Efusi Pleura Dextra
Masalah yang akan dibahas : Penatalaksanaan pada pasien laporan kasus Rasionalitas terapi
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi Efusi pleura merupakan suatu kondisi dimana
terdapat cairan non-fisiologis dalam cavum pleura
Patogenesis dan etiologi Menurunnya Tekanan koloid osmotik Meningkatnya permeabilitas kapiler Meningkatnya tekanan hidrostatik Tekanan negative intrapleura
Efusi pleura berdasarkan etiologi Efusi karena gagal jantung Pleuritis TB Efusi parapneumonic Efusi sekunder karena proses keganasan Efusi sekunder karena infeksi virus
MANIFESTASI KLINIS
Nyeri dada sisi sakit Sesak Batuk
Pemeriksaan FisiskFremitus melemahSuara napas melemah & menghilang Redup
Pemeriksaan RadiologiPemeriksaan radiologik mempunyai nilai yang
tinggi dalam menegakkan diagnosis efusi pleura, meskipun tidak berguna dalam menentukan faktor penyebabnya.
Penatalaksanaan Evakuasi cairan pleura/thoracosintesis Pemasangan WSD
TINJAUAN FARMAKOLOGI
Aminofilin Merupakan suatu komplek teofilin-
etilendiamin. Termasuk kedalam golongan obat-obat metilxantin. Merupakan garam teofilin yang mengandung 79-86% berat teofilin.
Farmakodinamik :menghambat enzim fosfodiesterase. Karena
fosfodiesterase menghambat siklik nukleotida, penghambat ini menghasilkan konsentrasi cAMP intraseluler yang tinggi.
FARMAKODINAMIK
Metilxantin cepat diabsorbsi setelah pemberian oral, rectal atau parenteral.
Metilxantin didistribusikan ke seluruh tubuh, melalui plasenta dan masuk ke air susu ibu. katan teofilin dengan protein kira-kira 60%
Eliminasi metilxantin terutama melalui metabolism dalam hati. Waktu paruh plasma teofilin pada orang dewasa 8-9 jam dan pada anak muda kira-kira 3,5 jam.
Indikasi Asma bronkial, COPD, Apneu bayi prematur
Kontra Indikasi Hipersensitifitas terhadap teofilin dan
etilendiamin
Efek samping yang sering terjadi : Saluran cerna : diare, mual dan muntah, Neurologi : pusing, sakit kepala, insomnia, dan tremor, Renal : diuresis
Interaksi obatMeningkatkan kadar teofilinMenghambat Cytochrome P450 Menurunkan kadar Teofilin
SalbutamolMerupakan obat simpatomimetik golongan
agonis reseptor β2 yang digunakan sebagai short acting drug pada terapi asma akut.
Farmakodinamik Pada dosis kecil kerja obat ini pada reseptor β2
jauh lebih kuat daripada kerjanya pada reseptor β1. Tetapi bila dosisnya ditinggikan, selektivitas ini hilang. Melalui aktivitas reseptor β2 obat ini menimbulkan relaksasi otot polos bronchus, uterus dan pembuluh darah otot rangka.
Farmakokinetik
Indikasi Pengobatan dan pencegahan asma serta
pencegahan timbulnya asma Sebagai tokolitik pada his sebelum waktunya dan
ancaman aborsi Sebagai vasodilator pada gangguan sirkulasi perifer
KontraindikasiReaksi hipersensitivitas terhadap salbutamol/albuterol, diabetes mellitus, penyakit jantung koroner
Efek samping Efek samping yang sering terjadi antara lain : Kardiovaskular : Palpitasi, Takiaritmia Endocrine metabolic : Hipokalemia Neurologic : Tremor Psychiatric : Nervousness Sedangkan efek samping yang cukup parah
meliputi : Dermatologic : Erythema multiforme,
Stevens-Johnson syndrome.
INTERAKSI
Peningkatan efek / toksisitas :Peningkatan durasi efek bronkodilatasi mungkin terjadi jika salbutamol digunakan bersama Ipratropium inhalasi. Peningkatan efek pada kardiovaskular dengan penggunaan MAO Inhibitor, Antidepresan Trisiklik, serta obat-obat sympathomimetic
Penurunan efek: Penggunaan bersama dengan Beta-Adrenergic Blocker
DekstrometorfanMekanisme kerja Dibandingkan dengan turunan morfin yang
lain, dekstrometorfan hanya memiliki aktivitas antitusif Memiliki efek menahan reflek batuk yang setara dengan kodein. Tidak memiliki efek ekspektoran.
Farmakodinamik Derivate morfin sintetik dengan efek antitusif
sentral
Farmakokinetik
IndikasiBatuk kering
Kontraindikasi1.Hipersensitif terhadap dekstromethrofan 2.Diberikan bersama dengan monoamine
oxidase inhibitors
Efek samping Neurologic : pusing (ringan), mengantuk
(ringan), pengurangan nafsu makan Lain-lain : Fatigue (ringan). Tidak menyebabkan ketergantungan
Interaksi Dengan Obat Lain : Beberapa kasus interaksi yang berat dan
fatal (serotonin syndrome) pernah dilaporkan setelah penggunaan dekstromethrofan pada pasien yang menerima MAOIs. Kemungkinan interaksi dengan inhibitor cytochrome P450 isoenzime CYP2D6 (amiodarone, fluoxetine, haloperidol, paroxetine, propafenone, quinidine, dan thioridazine).
FurosemideTermasuk diuretic kuat (loop diuretic)
Mekanisme kerja Bekerja di ansa henle asenden bagian epitel
tebal dengan cara menghambat kotransport Natrium, Kalium, Klorida dan menghambat resorpsi air dan elektrolit.
Farmakokinetik
Indikasi Penanganan edema paru akut yang berhubungan
dengan dekompensasi,akibat luka bakar dan edema kronis akibat gagal jantung koroner dan penyakit hati, diberikan tunggal atau dalam kombinasi dengan antihipertensi pada penanganan hipertensi.
Kontraindikasi Hipersensitif terhadap furosemid, atau komponen
lain dalam sediaan atau sulfonil urea, anuria, pasien koma hepatik atau keadaan penurunan elektrolit parah sampai keadaannya membaik.
Efek samping Hipotensi ortostatik, tromboflebitis, aortitis
kronik, hipotensi akut,serangan jantung (akibat pemberian melalui I.V atau I.M)
interaksiDengan Obat Lain : Hipokalemia yang diinduksi oleh furosemid akan
menyebabkan toksisitas pada digoksin Risiko toksisitas litium dan salisilat akan
meningkat dengan adanya diuretik loop. Dengan Makanan : Konsentrasi furosemid menurun dengan adanya
makanan.
Ranitidin Mekanisme kerja : termasuk antagonis
reseptor H2 bekerja menghambat sekresi asam lambung
Farmakodinamik Menghambat reseptor H2 secara selektif dan
reversible.
Farmakokinetik
A : bioavaibilitas per oral 50% dan meningkat pada pasien dengan penyakit hati, masa paruh 1,7-3 jam dan memanjang pada lansia dan pasien gagal ginjal.
D : terikat protein plasma 15%M : metabolism lintas pertama di hepar dalam jumlah
besar setelah pemberian per oral.E : 70% secara IV dan 30% diberikan per oral di
ekskresi dalam urin
Indikasi Terapi tukak lambung dan tukak duodenum
Interaksi Antasida mengurangi bioavaibilitas oral
ranitidine. Kenaikan kadar plasma warfarin, nifedipin,
teofilin dan metoprolol Menghambat enzim sitokrom P-450 Menghambat absorbsi diazepam dan
mengurangi kadar plasmanya sejumlah 25%. Pengurangan absorbsi ketokonazol
Antasida
Farmakokdinamik Mentralkan asam lambung karena bersifat
basa lemah, jika bereaksi dengan asam akan membentuk garam dan air
Farmakokinetik Obat ini tidak larut dan tidak efektif sebelum
obat ini bereaksi dengan Hcl membentuk garam dan diabsorbsi dalam usus dan di ekrkresi melalui urin dan tinja.
Indikasi Hiperaciditas, nausea, nyeri gastric, gastritis ulkus
peptikum atau duodenum
Kontraindikasi Anak kurang dari 6 tahun, obstruksi usus,
hipersensitif, kehamilan dan gangguan ginjal. Efek samping obat Sakit kepala, irritable, mual dan muntah, batu
kalsium saluran kemih
Interaksi Antacid dapat mengurangi absorbs berbagai obat:
INH, penisilin, tetrasiklin, asam malidiksat, sulfonamide, fenilbutazon, digoksin dan klorpromazin
DexamethasonGlukokortikoid sintetik dengan aktivitas
imunosupresan dan anti-inflamasi.
Farmakokinetik Pada pemberian oral diabsorbsi cukup baik.
Glukokortikoid dapat diabsorbsi melalui kulit, sakus konjungtiva dan ruang sianovial. T ½ biologic 36-72 jam.
Indikasi Deksametason digunakan sebagai
imunosupresan/antialergi, anti-inflamasi pada keadaan-keadaan yang memerlukan terapi dengan glukokortikoid : Reaksi alergi
Gangguan kolagen, Gangguan dermatologik, Alergi dan inflamasi akut dan kronik pada
mata Gangguan pernafasan Gangguan hematologik Gangguan neoplastik Gangguan gastrointestinal
KontraindikasiPenderita yang hipersensitif terhadap Deksametason dan penderita infeksi jamur sistemik.
Efek Samping Efek samping terapi jangka pendek hampir tidak ada. Penggunaan Deksametason jangka panjang dapat
mengakibatkan supresi korteks adrenal, kelemahan otot, mudah terkena infeksi, gangguan keseimbangan cairan tubuh dan elektrolit, kelainan mata, gangguan sistem endokrin, gangguan saluran pencernaan, sakit kepala atau atropi kulit
Interaksi Obat Obat penginduksi enzim mikrosomal hati,
seperti rifampisin, fenitoin, fenobarbital, meningkatkan metabolisme Deksametason.
Obat anti-inflamasi nonsteroid, seperti indometasin meningkatkan resiko tukak gastrointestinal, dan
Salisilat dapat menurunkan konsentrasi salisilat dalam serum.
Anti-diabetik, seperti tiasida, furosemida dan amfoterisina B akan meningkatkan pengurangan kalium.
Efek vaksin dan toksoid diminimalkan karena efek Deksametason menghambat respon antibodi.
DISKUSI
Terapi simtomatik Tidak ada perbaikan gejala klinis (sesak nafas).
Pasien mengaku sesak berkurang setelah dilakukan pungsi.
Secara teori penatalaksanaan efusi pleura Evakuasi cairan pleura/thoracosintesis dan pemasangan WSD (Water Seal Drainage).
Akan tetapi pada kondisi tertentu seperti efusi pleura karena proses keganasan dilakukan terapi simptomatik dan kondisi efusi pleura karena infeksi bakteri diberikan terapi antibiotic. Selain itu, pada efusi pleura karena virus dapat menghilang dengan spontan.
Pada hari ke-3 pasien di diagnosis pleuritis TB dengan dasar teori
kasus ini paling sering ditemukan yang menyebabkan eksudatif efusi pleura.
Terjadi karena perkontuinatum, limfogen, hematogen dan reaksi hipersensitif pada cavum pleura.
pemeriksaan BTA (+) ≤ 20%, gejala klinis TB seperti malaise, Berat badan
menurun, nafsu makan menurun dan keringat malam,
insiden usia 15-35 tahun.
Secara umum dosis yang diberikan serta interval pemberian terapi pasien laporan kasus dalam range dosis yang telah ditetapkan. namun untuk aminofilin kurang tepat untuk maintenance dose.
aminofilin merupakan obat yang memiliki indeks terapi sempit. Sehingga pada dosis yang melebihi dari dosis terapi akan muncul efek samping maupun efek toksik.
Pada laporan pasien ini diberikan ranitidine injeksi. Hal ini bisa dirasionalisasikan sebagai terapi terhadap efek samping yang ditimbulkan oleh terapi aminofilin maupun teofilin.
Penambahan terapi dengan antasida yang memiliki efek menetralkan asam lambung masih rasional Rute pemberian berbeda dengan ranitidine (injeksi). Karena secara teori antasida akan mempengaruhi pemberian oral ranitidine.
Pemberian terapi DMP yang memiliki efek anti tusif non sedative tidak mempengaruhi kondisi klinis pasien karena obat ini tidak memiliki efek ekpektoran.
Secara teori efusi pleura merupakan suatu kondisi dimana terdapat cairan non-fisiologis dalam cavum pleura mekanisme tubuh untuk mengeluarkan benda asing dengan reflek batuk.
Pemberian furosemide sebagai antidiuretik mekanisme tekanan hidrostatik maupun diffuse membrane
Pemberian obat ini masih rasional karena diagnosis pasien belum tegak. Akan tetapi efek obat ini tidak akan berfungsi pada pasien dengan gagal ginjal dan kondisi efusi pleura karena hipoalbumin.
Deksamethason diberikan untuk mencegah proses inflamasi dan reaksi hipersensitifitas lebih lanjut.
KESIMPULAN
Pada pasien laporan kasus ini terapi yang diberikan dari tinjauan farmakologis bisa dikatakan tidak rasional terhadap pemberian aminofilin. Sementara untuk terapi yang lain secara farmakologis masih rasional,