Pneumothorax Dextra

37
STATUS PENDERITA I. IDENTITAS PENDERITA Nama : An. F Umur : 7 tahun Jenis kelamin : Laki-laki Alamat : Bumiayu 5/3 Agama : Islam Tanggal masuk RS : 27 Januari 2015 No.CM : 283438 II. ANAMNESIS 1. Keluhan utama : Sesak nafas 2. Keluhan tambahan : Badan lemas, nyeri pada perut 3. Riwayat penyakit sekarang : Pasien datang ke IGD RS PKU Muhammadiyah Gombong pada tanggal 27 Januari 2015 pukul 12.00 rujukan Puskesmas Tambak II post terserempet mobil saat perjalanan pulang dari sekolah. Pasien mengeluh sesak nafas yang hebat, badan lemas, dan nyeri pada perut. Mual (-), muntah (-). 4. Riwayat Penyakit Dahulu a. Riwayat trauma pada thorax : disangkal b. Riwayat post KLL sebelumnya : disangkal c. Riwayat penyakit Asma/ Alergi : disangkal

description

bedah

Transcript of Pneumothorax Dextra

STATUS PENDERITA

I. IDENTITAS PENDERITANama: An. F Umur : 7 tahunJenis kelamin: Laki-lakiAlamat : Bumiayu 5/3Agama : IslamTanggal masuk RS: 27 Januari 2015No.CM: 283438

II. ANAMNESIS 1. Keluhan utama: Sesak nafas2. Keluhan tambahan : Badan lemas, nyeri pada perut3. Riwayat penyakit sekarang :Pasien datang ke IGD RS PKU Muhammadiyah Gombong pada tanggal 27 Januari 2015 pukul 12.00 rujukan Puskesmas Tambak II post terserempet mobil saat perjalanan pulang dari sekolah. Pasien mengeluh sesak nafas yang hebat, badan lemas, dan nyeri pada perut. Mual (-), muntah (-). 4. Riwayat Penyakit Dahulu a. Riwayat trauma pada thorax: disangkalb. Riwayat post KLL sebelumnya: disangkalc. Riwayat penyakit Asma/ Alergi: disangkald. Riwayat TB: disangkale. Riwayat Mondok dg keluhan serupa: disangkal5. Riwayat Penyakit Keluargaa. Riwayat penyakit Asma: disangkalb. Riwayat TB: disangkal6. Riwayat Sosial Ekonomi. a. DietSebelum pasien mengalami kejadian ini, dalam sehari makan 3kali sehari dan kadang disertai konsumsi makanan ringan.b. DrugPasien tidak rutin minum obat apapun selama ini.

III. PEMERIKSAAN FISIKKeadaan Umum: Tampak sesakKesadaran: Composmentis (E4 M6 V5)Vital Sign: N: 104 x/menit RR: 36 x/menit S: 36,70CTinggi Badan: 75 cmBerat Badan: 16 kgStatus Gizi: CukupA. Status Generalis1. Pemeriksaan kepala Bentuk kepala: Mesocephal, Simetris, Venektasi Temporal (-)Rambut : Warna hitam, tidak mudah dicabut, distribusi merata.Mata : simetris, Konjungtiva Anemis +/+, Sklera Ikterik -/-, Refleks Pupil +/+ Normal, Isokor, diameter 3/3 mm, Edema Palpebra -/-Telinga : discharge -/-, deformitas -/-Hidung : discharge -/-, deformitas -/-Mulut : bibir sianosis +

2. Pemeriksaan leher Deviasi trakea (-), tidak teraba pembesaran kelenjar tyroid dan kelenjar lymponodi.

3. Pemeriksaan Toraks a. Paru Inspeksi : dada asimetris, ketinggalan gerak (+/ normal)Palpasi : Ketinggalan gerak dada kanan (+)Perkusi : hipersonor pada paru kanan, pekak sampai ICS IXAuskultasi: SD vesikuler paru kanan menurun/ kiri normal, RBH -/-, RBK -/-, Wh -/-b. Jantung Inspeksi : Ictus Cordis tampak SIC V 2 jari Medial LMCSPalpasi: Ictus Cordis tampak SIC V 2 jari Medial LMCSPerkusi: Batas Jantung Kanan atas SIC II LPSDKiri atas SIC II LPSSKanan bawah SIC IV LMCDKiri bawah SIC V 2 jari medial LMCSAuskultasi : S1>S2, Regular

4. Pemeriksaan Abdomen Inspkesi : CembungAuskultasi: BU (+) NPerkusi : TimpaniPalpasi : Nyeri Tekan (+) Hepar: tidak terabaLien : tidak teraba

5. Pemeriksaan ekstermitas Superior : Edema (-/-),Pucat (+/+), Sianosis +/+Inferior : Edema (-/-),Pucat (+/+), Sianosis +/+6. Status neurologi: Dalam batas normal

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANGHasil laboratorium tanggal 27 Januari 2015 (Pre OP)

Darah LengkapLeukosit19.59 10x3/uL H

Eritrosit3.32 10x3/Ul L

Haemoglobin8.6 g/Dl L

Hematokrit 26.1 % L

MCV78.6 Fl

MCH25.9 pg

MCHC33.0 g/Dl

Trombosit 102 10x3/Ul L

Hitung Jenis

Basinofil 0.1 %

Eosinofil1.0 %

Neutrofil 50.3 %

Limfosit 44.5 %

Monosit 3.6 %

Golongan DarahB

Hasil laboratorium tanggal 28 Januari 2015 (Post OP)Leukosit12.56 10x3/uL H

Eritrosit3.13 10x3/Ul L

Haemoglobin8.7 g/Dl L

Hematokrit 26.6 % L

MCV78.6 Fl

MCH27.8 pg

MCHC35.7 g/Dl

Trombosit 233 10x3/Ul

Hasil Pemeriksaan RO-THORAX dan RO BNO ABDOMEN

HASIL PEMERIKSAAN RO THORAX Thorax : Tampak corakan bronchovascular pulmo sinistra normalDeskripsi: Gambaran : area lusen (+) di hemithorax dextraSudut costo-frenicus dextra et sinistra lancipDeviasi trachea (-)CTR < 0.5Tak tampak discontinuitas tulangKesan : Gambaran pneumothorax dextra dan pneumo-mediastinum

HASIL PEMERIKSAAN RO BNO ABDOMENKesan : Udara didalam usus merataUdara didalam gaster normalFree air ( - )Air Fluid level ( - )Cupula sign ( - )Foot ball sign ( - )Dilatasi usus (-)Gambaran pneumoperitoneum (-)

V. RESUME 1. Anamnesis a. Sesak nafasb. Badan lemasc. Nyeri perutd. RPD: riwayat trauma sebelumnya, post KLL, asma, TB disangkale. RPK: riwayat asma, TB disangkal

2. Pemeriksaan Fisik a. KU/Kes: Tampak sesak b. Vital Sign: N: 104 x/mnt, S: 36,7 , RR : 36 x/mnt.c. Status gizi: Cukupd. Mata : simetris, Konjungtiva Anemis +/+e. Mulut : bibir sianosis +f. Pemeriksaan Toraks : Paru Inspeksi : dada asimetris, ketinggalan gerak (+/ normal)Palpasi : Ketinggalan gerak dada kanan (+)Perkusi : hipersonor pada paru kanan, pekak sampai ICS IX Auskultasi: SD vesikuler paru kanan menurun/ kiri normal, RBH -/-, RBK -/-, Wh -/-g. Abdomen: Nyeri tekan (+)3. Pemeriksaan Penunjanga. Laboratorium Darah lengkap PRE-OP : peningkatan Leukosit, penurunan Haemoglobin Eritrosit Hematokrit dan Trombosit.b. Laboratorium Darah Lengkap POS-OP : Leukosit mengalami sedikit peningkata dan Hemoglobin, Hematokrit dan TRombosit mengalami penurunan.c. HASIL PEMERIKSAAN RO THORAX Gambaran pneumothorax dextra dan pneumo-mediastinum

VI. DIAGNOSIS Diagnosis kerja : Pneumothorax dextraDiagnosis Post OP : Hematopneumothorax dextra

VII. PENATALAKSANAAN 1. Penatalaksanaan di IGDa. IVFD RL 12 tpm (TS)Konsultasi dr.Yudi Sp.BA

VIII. CATATAN PERKEMBANGANTanggalCat perkembanganTerapi ( P )

27/1/1512.30IGDS: Post terserempet mobil, sesak +, nyeri perutO: KU/Kes:sesak/CMRR 30 x/mntTh/C: S1>S2 reg P: SD Ves menurun/ normal, ronkhi -, wheezing - Abd: NT +A: Trauma Thorax susp Pneumothorax Trauma abdomenKonsul dr Yudi SpBA : Ro thorax dan Ro abdomen Cek Darah Lengkap Pro ICU post OP

27/1/201513.30IBS ICU

S: sesak nafasO: KU/Kes:sesak/CMTD 123/70Th/A: SDVes menurun/+ A: Pneumothorax dextraWSD citoInj ceftriaxon 2x700mgInj Kalnex 2x100mgInj Ranitidin 2 x ampInj Ketorolac 3 x ampTransfusi PRC 150 cc

28/1/15RUANGS: sesakO: KU/Kes : sedang/CMTh/P: SDVes +/+ ,undulasi +/-

A: Hematopneumothoraks Pindah Ruang Terapi lanjutDiet bubur

29/1/2015RUANGS : sedikit sesakO : baik/ CM P : SDVes +/+A : HematopneumothoraksTerapi lanjutDiet bubur

30/1/2015RUANG

S : sedikit sesakO : Anemia A :Post pasang WSD e.c HematopneumothoraxTransfusi PRC 170 cc Terapi lanjut Diet bubur

30/1/201523.00RUANGS : muntah 1kali warna kuningO : BaikA: Post WSD e.c HematopneumothoraxInj Ondansentron 2 x amp

31/1/2015RUANGS : tidak ada keluhan O : I : Simetris P : Sonor +/+ P : Nyeri Tekan -/- A : vesikuler +/+ NA : HematopneumothoraxBLPLCefixime 2 x cth Ibuprofen 3 x cth IElkan cl 1 x cth I Aff WSD

IX. PROGNOSISAd Vitam: dubia ad bonamAd Sanationam: dubia ad bonamAd Functionam: dubia ad bonam

TRAUMA THORAKSI. DEFINISITrauma thoraks adalahabnormalitas yang disebabkan oleh trauma pada thoraks yang mengenai tulang pada thoraks, pleura, diafragma ataupun isi mediastinal baik oleh benda tajam maupun tumpul yang dapat menyebabkan gangguan system pernafasan. Trauma thoraks adalah masalah utama yang paling sering terjadi pada bagian emergency.

II. EPIDEMIOLOGI Trauma adalah penyebab kematian terbanyak pada dekade 3 kehidupan diseluruh kota besar didunia dan diperkirakan 16.000 kasus kematian akibat trauma per tahun yang disebabkan oleh trauma toraks di Amerika. Sedangkan insiden penderita trauma toraks di Amerika Serikat diperkirakan 12 penderita per seribu populasi per hari dan kematian yang disebabkan oleh trauma toraks sebesar 20-25% dan hanya 10-15% penderita trauma tumpul toraks yang memerlukan tindakan operasi, jadi sebagian besar hanya memerlukan tindakan sederhana untuk menolong korban dari ancaman kematian. Canadian Study dalam laporan penelitiannya selama 5 tahun pada "Urban Trauma Unit" menyatakan bahwa insiden trauma tumpul toraks sebanyak 96.3% dari seluruh trauma toraks, sedangkan sisanya sebanyak 3,7% adalah trauma tajam.

III. KLASIFIKASITrauma TembusTerjadi diskontinuitas dinding toraks (laserasi) langsung akibat penyebab trauma. Terutama akibat tusukan benda tajam (pisau, kaca, dsb) atau peluru. Sekitar 10-30% memerlukan operasi torakotomi.1. Pneumothoraks terbuka2.Hemothoraks3.Trauma tracheobronkial4.ContusioParu5.Ruptur diafragma6.Trauma Mediastinal

Trauma TumpulTidak terjadi diskontinuitas dinding toraks. Terutama akibat kecelakaan lalu-lintas, terjatuh, olahraga, crush atau blast injuries. Kelainan tersering akibat trauma tumpul toraks adalah kontusio paru. Sekitar 750 cc, pada pemasangan WSD < 4 jam setelah kejadian trauma. Perdarahan 3-5 cc/kgBB/jam dalam 3 jam berturut-turut Perdarahan 5-8 cc/kgBB/jam dalam 2 jam berturut-turut Perdarahan > 8cc/kgBB/jam dalam 1 jamBila berat badan dianggap sebagai 60 kg, maka indikasi operasi, bila produksi WSD: 200 cc/jam dalam 3 jam berturut-turut 300 cc/jam dalam 2 jam berturut-turut 500 cc dalam 1 jamPenatalaksanaanTujuan: Evakuasi darah dan pengembangan paru secepatnya. Penanganan hemodinamik segera untuk menghindari kegagalan sirkulasi.Tindakan Bedah : WSD (pada 90% kasus) atau operasi torakotomi cito (eksplorasi) untuk menghentikan perdarahan.

TAMPONADE JANTUNGTamponade jantung disebabkan oleh luka tembus. Walaupun demikian, trauma tumpul juga dapat menyebabkan perikardium terisi darah baik dari jantung, pembuluh darah besar maupun dari pembuluh darah perikard. Perikard manusia terdiri dari struktur jaringan ikat yang kaku dan walaupun relatif sedikit darah yang terkumpul, namun sudah dapat menghambat aktivitas jantung dan mengganggu pengisian jantung. Diagnosis tamponade jantung tidak mudah. Diagnosis klasik adalah adanya Trias Beck yang terdiri dari peningkatan tekanan vena, penurunan tekanan arteri, dan suara jantung yang menjauh. Penilaian suara jantung menjauh sulit dinilai jika ruang UGD dalam keadaan berisik, distensi vena leher tidak ditemukan jika keadaan penderita hipovolemi dan hipotensi sering disebabkan oleh hipovolemia. Pulsus paradoksus yaitu keadaaan fisiologis dimana terjadi penurunan tekanan darah sistolik selama inspirasi spontan. Bila penurunan tersebut lebih dari 10 mmHg, maka ini merupakan tanda lain dari tamponade jantung. Tanda Kusssmaul (peningkatan vena pada saat inspirasi biasa) adalah kelainan paradoksal tekanan vena yang sesungguhnya dan menunjukkan adanya tamponade jantung. Pemeriksaan USG dengan Echocardiography merupakan metode invasif yang dapat membantu penilaian perikardium, tetapi banyak penelitian yang melaporkan angka negatif yang tinggi yaitu sekitar 50%. Evakuasi cepat darah dari perikard merupakan indikasi bila penderita dengan syok hemoragik tidak memberikan respon pada resusitasi cairan dan mungkin ada tamponade jantung. Tindakan ini menyelamatkan nyawa dan tidak boleh diperlambat untuk mengadakan pemeriksaan diagnostik tambahan. Metode sederhana untuk mengeluarkan cairan dari perikard adalah dengan perikardiosintesis. Kecurigaan yang tinggi adanya tamponade jantung pada penderita yang tidak memberikan respon terhadap usaha resusitasi, merupakan indikasi untuk melakukan tindakan perikardiosintesis melalui metode subskifoid. Tindakan alternatif lain, adalah dengan melakukan operasi jendela perikard atau torakotomi dengan perikardiotomi oleh seorang ahli bedah. Prosedur ini akan lebih baik dilakukan di ruang operasi jika kondisi penderita memungkinkan. Walaupun kecurigaan besar akan adanya tamponade jantung pemberian cairan infus awal masih dapat meningkatkan tekanan vena dan cardic output untuk sementara, sambil melakukan persiapan untuk tindakan perikardiosintesis melalui subksifoid. Pada tindakan ini menggunakan plastic-sheated-needle atau insersi teknik Seldinger merupakan cara yang paling baik, tetapi dalam keadaan yang lebih gawat, prioritas utama adalah aspirasi darah dari kantung perikard. Monitoring EKG dapat menunjukkan tertusuknya miokard (peningkatan voltase gelombang T, ketika jarum perikardiosintesis menyentuh epikardium) atau terjadinya disritmia.

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan foto toraksPemeriksaan ini mempunyai nilai diagnostik pada pasien dengan trauma toraks. Pemeriksaan klinis harus selalu dihubungkan dengan hasil pemeriksaan foto toraks. Lebih dari 90% kelainan serius trauma toraks dapat terdeteksi hanya dari pemeriksaan foto toraks. CT ScanSangat membantu dalam membuat diagnose pada trauma tumpul toraks, seperti fraktur kosta, sternum dan sterno clavikular dislokasi. Adanya retro sternal hematoma serta cedera pada vertebra torakalis dapat diketahui dari pemeriksaan ini. Adanya pelebaran mediastinum pada pemeriksaan toraks foto dapat dipertegas dengan pemeriksaan ini sebelum dilakukan Aortografi EkhokardiografiTranstorasik dan transesofagus sangat membantu dalam menegakkan diagnose adanya kelainan pada jantung dan esophagus. Hemoperikardium, cedera pada esophagus dan aspirasi, adanya cedera pada dinding jantung ataupun sekat serta katub jantung dapat diketahui segera. Pemeriksaan ini bila dilakukan oleh seseorang yang ahli, kepekaannya meliputi 90% dan spesifitasnya hampir 96%. ElektrokardiografiSangat membantu dalam menentukan adanya komplikasi yang terjadi akibat trauma tumpul toraks, seperti kontusio jantung pada trauma . Adanya abnormalitas gelombang EKG yang persisten, gangguan konduksi, tachiaritmia semuanya dapat menunjukkan kemungkinan adanya kontusi jantung. Hati hati, keadaan tertentu seperti hipoksia, gangguan elektrolit, hipotensi gangguan EKG menyerupai keadaan seperti kontusi jantung. AngiografiGold Standard untuk pemeriksaan aorta torakalis dengan dugaan adanya cedera aorta pada trauma tumpul toraks.

VI. KOMPLIKASI TRAUMA THORAKSa. Surgical Emfisema SubcutisKerusakan pada paru dan pleura oleh ujung patahan iga yang tajam memungkinkan keluarnya udara ke dalam cavitas pleura dari jaringan dinding dada, paru. Tanda-tanda khas: penmbengkakan kaki, krepitasi.b. Cedera VaskulerDi antaranya adalah cedera pada perikardium dapat membuat kantong tertutup sehingga menyulitkan jantung untuk mengembang dan menampung darah vena yang kembali. Pembulu vena leher akan mengembung dan denyut nadi cepat serta lemah yang akhirnya membawa kematian akibat penekanan pada jantung.c. PneumothorakAdanya udara dalam kavum pleura. Begitu udara masuk ke dalam tapi keluar lagi sehingga volume pneumothorak meningkat dan mendorong mediastinim menekan paru sisi laind. Pleura EffusionAdanya udara, cairan, darah dalam kavum pleura, sama dengan efusi pleura yaitu sesak nafas pada waktu bergerak atau istirahat tetapi nyeri dada lebih mencolok. Bila kejadian mendadak maka pasien akan syok.Akibat adanya cairan udara dan darah yang berlebihan dalam rongga pleura maka terjadi tanda tanda :1) Dypsnea sewaktu bergerak/ kalau efusinya luas pada waktu istirahatpun bisa terjadi dypsnea.2) Sedikit nyeri pada dada ketika bernafas.3) Gerakan pada sisi yang sakit sedikit berkurang.4) Dapat terjadi pyrexia (peningkatan suhu badan di atas normal).e. Flail ChestPada trauma yang hebat dapat terjadi multiple fraktur iga dan bagian tersebut. Pada saat insprirasi bagian tersebut masuk sedangkan saat ekspirasi keluar, ini menunjukan adanya paroxicqalmution (gerakan pernafasan yang berlawanan)f. HemopneumothorakHemopneumothotak yaitu penimbunan udara dan darah pada kavum pleura.g. HipoksemiaAkibat gangguan jalan napas, cedera pada parenkim paru, dinding thoraks dan otot pernapasan, kolaps paru, dan pneumotoraks.h. HipovolemiaAkibat kehilangan cairan massif dari pembuluh besar, ruptur jantung, atau hemotoraks.i. Gagal jantung akibat tamponade jantung, kontusio jantung, atau tekanan intratoraks yang meningkat.

VII. PENATALAKSANAAN TRAUMA THORAKS Prinsip1. Penatalaksanaan mengikuti prinsip penatalaksanaan pasien trauma secara umum (primary survey - secondary survey)2. Tidak dibenarkan melakukan langkah-langkah: anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan diagnostik, penegakan diagnosis dan terapi secara konsekutif (berturutan)3. Standar pemeriksaan diagnostik (yang hanya bisa dilakukan bila pasien stabil), adalah : portable x-ray, portable blood examination, portable bronchoscope. Tidak dibenarkan melakukan pemeriksaan dengan memindahkan pasien dari ruang emergency.4. Penanganan pasien tidak untuk menegakkan diagnosis akan tetapi terutama untuk menemukan masalah yang mengancam nyawa dan melakukan tindakan penyelamatan nyawa.5. Pengambilan anamnesis (riwayat) dan pemeriksaan fisik dilakukan bersamaan atau setelah melakukan prosedur penanganan trauma.PRIMARY SURVEYAirwayAssessment : Perhatikan patensi airway Dengar suara napas Perhatikan adanya retraksi otot pernapasan dan gerakan dinding dadaManagement : Inspeksi orofaring secara cepat dan menyeluruh, lakukan chin-lift dan jaw thrust, hilangkan benda yang menghalangi jalan napas Re-posisi kepala, pasang collar-neck Lakukan cricothyroidotomy atau traheostomi atau intubasi (oral / nasal)BreathingAssesment Periksa frekwensi napas Perhatikan gerakan respirasi Palpasi toraks Auskultasi dan dengarkan bunyi napasManagement: Lakukan bantuan ventilasi bila perlu Lakukan tindakan bedah emergency untuk atasi tension pneumotoraks, open pneumotoraks, hemotoraks, flail chestCirculationAssesment Periksa frekwensi denyut jantung dan denyut nadi Periksa tekanan darah Pemeriksaan pulse oxymetri Periksa vena leher dan warna kulit (adanya sianosis)Management Resusitasi cairan dengan memasang 2 iv lines Torakotomi emergency bila diperlukan Operasi Eksplorasi vaskular emergencyPENATALAKSANAAN1.Konservatifa. Pemberian analgetikb. Pemasangan plak/plesterc. Jika perlu antibiotikaAntibiotika yang digunakan disesuaikan dengan tes kepekaan dan kultur.Apabila belum jelas kuman penyebabnya, sedangkan keadaan penyakit gawat, maka penderita dapat diberi broad spectrum antibiotic, misalnya Ampisillin dengan dosis 250 mg 4 x sehari.d. Fisiotherapy2. Operatif/invasifa. Pamasangan Water Seal Drainage (WSD).WATER SEALED DRAINAGEFungsi WSD sebagai alat:1. Diagnostik2. Terapeutik3. Follow-upTujuan: Evakuasi darah/udara Pengembangan paru maksimal MonitoringIndikasi pemasangan: Pneumotoraks Hematotoraks Empiema Effusi pleura lainnya Pasca operasi toraks Monitoring perdarahan, kebocoran paru atau bronkhus, dsb.Tindakan :Lokasi di antara garis aksilaris anterior dan posterior pada sela iga V atau VI.Pemasangan dengan teknik digital tanpa penggunaan trokard.Indikasi pencabutan WSD :i. Tercapai kondisi: produksi < 50 cc/hari selama 3 hari berturut-turut, dan undulasi negatif atau minimal, dan pengembangan paru maksimal.ii. Fungsi WSD tidak efektif lagi (misal: adanya sumbatan, clot pada selang, dsb.)b. Pemasangan alat bantu nafas.c. Pemasangan drain.d. Aspirasi (thoracosintesis).e. Operasi (bedah thoraxis)f. Tindakan untuk menstabilkan dada:Miring pasien pada daerah yang terkena, Gunakan bantal pasien pada dada yang terkena, Gunakan ventilasi mekanis dengan tekanan ekspirai akhir positif, didasarkan pada kriteria sebagai berikut:i. Gejala contusio paruii. Syok atau cedera kepala berat.iii. Fraktur delapan atau lebih tulang iga.iv. Umur diatas 65 tahun.v. Riwayat penyakit paru-paru kronis.g. Pasang selang dada dihubungkan dengan WSD, bila tension Pneumothorak mengancam.h. Oksigen tambahan.

PEMBAHASAN

I. DIAGNOSISDiagnosis kerja pasien ketika masuk IGD adalah trauma thoraks suspek pneumothoraks. Hal ini didapatkan dari riwayat pasien terserempet mobil beberapa saat sebelumnya. Kemudian pasien di bawa ke Puskesmas dan dirujuk ke IGD. Sesampainya di IGD pasien tampak sangat sesak dan lemas. Pada pemeriksaan fisik didapatkan pasien tampak anemis, bibir sianosis, thoraks tampak asimetris, dinding dada kanan tampak cembung dan ketinggalan gerak. Pada perkusi didapatkan paru kanan hipersonor dan pekak, dan pada auskultasi suara dasar vesikuler paru kanan menurun dibandingkan suara dasar vesikuler kiri. Kemudian dikonsultasikan ke dokter spesialis Bedah Anak dan dilakukan pemasangan WSD segera. Tampak darah keluar dari selang WSD, sehingga pasien didiagnosis Hematopneumothoraks.

II. PENATALAKSANAANTatalaksana yang diberikan di IGD berupa pemberian cairan intravena RL 12 tpm (TS), mengusulkan untuk dilakukan Ro thoraks dan Ro abdomen, dan segera di konsultasikan ke dokter spesialis Bedah Anak. Kemudian disarankan untuk segera di lakukan pemasangan WSD di kamar operasi dan perawatan post operasi di ICU. Setelah kondisi pasien stabil pasien di pindahkan ke ruangan. Setelah dilakukan pemasangan WSD di kamar operasi kemudian pasien di pindah ke ICU dan diberikan terapi berupa inj ceftriaxon 2 x 700 mg, inj kalnex 2 x 100 mg, inj ranitin 2 x ampul, inj ketorolac 3 x ampul, dan transfuse PRC 150 cc. Hari selanjutnya kondisi pasien cukup stabil, mengeluh sedikit sesak dan di pindah ke ruangan dengan terapi lanjut dan diet bubur. Pada hari ke 5 perawatan di Rs, kondisi pasien membaik, tidak sesak nafas, dari selang WSD tidak mengeluarkan darah seperti hari sbelumnya kemudian pasien dianjurkan untuk pulang dan di berikan terapi Cefixime 2 x cth , Ibuprofen 3 x cth I, Elkan cl 1 x cth I, aff WSD.PRESENTASI KASUSPNEUMOTHORAKS

Disusun oleh :

dr. Lina HandayaniDokter Internsip RS PKU Muhammadiyah Gombong

Narasumber :

dr. Yudi Suryana, Sp.BA

Pembimbing:

Dr. Mardiati Rahayu

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIARUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH GOMBONGKEBUMEN JAWA TENGAH2015DAFTAR PUSTAKA

American College of Surgeons Committee on Trauma (ACSCOT). 2008. Rujukan. Dalam: Advanced Trauma Life Support for Doctors, ATLS Student Course Manual . Eight Edition. Chicago.Augustin Besson and Frederic Saegesser,Color Atlas of Chest Trauma and Associated injuries,volume1,Oradell,New Jersey,1983Bruncardi,F.Charles.Schwartzs Principles of surgery.8th edition McGraw Hill.Amerika Serikat,2005Dr.Halim Danusantoso,buku saku ilmu penyakit paru.jakarta,2000Eyolfson, D. 2010. Thoracic Injuries.Paramedic Association of Canada.4-18.Lukitto, P., K.B. Rachmad, dan T.W. Manuaba. 2004. Dinding Thoraks dan Pleura.Hal. 4040-14. Dalam : W. Karnadihardja, R. Sjamsuhidajat. Dan W. de Jong (Eds.). Buku Ajar Ilmu Bedah.EGC, Jakarta.Martini, Ric. 2000. Fundamentals of Anatomy and Physiology. Pearson Company.Wanek, S. and J.C. Mayberry. 2008. Blunt Thoracic Trauma. Critical Care Clinics. 20: 71-81.http://www.dokterbedahherryyudha.com/2012/08/trauma-thoraks-dan-kegawatdaruratan_2.html (diakses tanggal 19 sep 2013).

BERITA ACARA PRESENTASI KASUS

Pada hari Jumat , 6 Maret 2015 telah dipresentasikan kasus portofolio oleh :Nama : dr. Lina HandayaniJudul/topik: PneumothoraksNama Pendamping: dr. Mardiati RahayuNama wahana: RS PKU Muhammadiyah GombongDaftar peserta yang hadir :No.Nama peserta presentasiKeteranganTanda tangan

1.dr. Lina HandayaniPresentan

2.dr. Herlin Ajeng NDokter internship

3.dr. Natalia Dyah MDokter internship

4.dr. Naila Shulya EDokter internship

5.dr. Nian Puspita KDokter internship

Berita acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan sesungguhnya.

Dokter PendampingPresentan

dr. Mardiati Rahayu dr. Lina Handayani