Efektivitas Penjualan Shar-e Pada Unserved...
-
Upload
truongcong -
Category
Documents
-
view
219 -
download
0
Transcript of Efektivitas Penjualan Shar-e Pada Unserved...
Efektivitas Penjualan Shar-e Pada Unserved Area
(Studi Komparasi Penjualan Oleh Da’i Muamalat dan PT Pos Indonesia)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI)
Oleh :
WINDA FEVLONA
NIM : 104046101668
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1429 H / 2008
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul EFEKTIVITAS PENJUALAN SHAR-E PADA UNSERVED
AREA (STUDI KOMPARASI PENJUALAN OLEH DA’I MUAMALAT DAN
PT POS INDONESIA) telah diujikan dalam Sidang Munaqosyah Fakultas Syariah
dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada 4
November 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi Islam (SEI) pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam).
Jakarta, 4 November 2008
Mengesahkan,
Dekan Fakultas Syariah dan Hukum
Prof.DR.H.Muhammad Amin
Suma,SH,MA,MM
NIP.150 210 422
PANITIAN UJIAN
1. Ketua :Dr.Euis Amalia, M.Ag
(.........................................)
NIP. 150 289 264
2. Sekretaris :Ah.Azharuddin Lathif, M.Ag,MH
(........................................)
NIP. 150 318 308
3. Pembimbing I :Dr.Yayan Sofyan, MA
(........................................)
NIP. 150 277 991
4. Pembimbing II :Yuke Rahmawati, MA
(........................................)
NIP. 150 389 720
5. Penguji I :Dr.Euis Amalia, M.Ag
(.........................................)
NIP. 150 289 264
6. Penguji II :Dr. JM.Muslimin, P.hD
(........................................)
NIP. 150 312 427
KATA PENGANTAR
� ا���ر ��� ا� ا�
Alhamdulillahi Robbil ‘Alamin, Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT, penguasa alam semesta, yang senantiasa melimpahi kehidupan penulis.
Shalawat serta Salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga,
sahabat dan para pengikut-Nya.
Alhamdulillah, meskipun penulis mengalami banyak halangan dan rintangan
dalam menyelesaikan studi maupun skripsi ini, namun penulis dapat memetik hikmah
dari pengalaman yang penulis alami.
Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan
kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Muhamad Amin Suma, SH, MH, MM, selaku Dekan
Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Dr. Euis Amalia, M.Ag, dan Bapak Ah. Azharuddin Lathief, M.Ag, MH,
selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Muamalat yang telah memberikan
bimbingan dan bantuannya dalam penyelesaian skripsi ini.
3. Bapak Dr.Yayan Sofyan, MA dan Ibu Yuke Rahmawati, MA atas
kesediaannya memberikan waktu kepada penulis di tengah kesibukan beliau
untuk membimbing dan mengarahkan dengan penuh kesabaran sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak dan Ibu dosen yang telah memberikan berbagai bekal ilmu kepada
penulis selama kuliah
5. Pimpinan Perpustakaan yang telah memberikan fasilitas untuk mengadakan
studi perpustakaan.
6. Orang tuaku tercinta, khususku persembahkan untuk ayahku yang tidak
sempat menyaksikan selesainya skripsi ini, Allahummagfirlahu warhamhu,
semoga Allah mengampuni dosa-dosanya dan Amal Ibadahnya di terima di
sisi Allah dan untuk bundo tercinta terima kasih atas setiap do’anya setiap
malam yang tiada henti dan motivasinya yang tak pernah habis untuk selalu
mengingatkan agar tidak bermalas-malasan
7. Al Mukarram K.H.Hambali Ilyas, guru, sekaligus orang tua yang sudah
mendidik penulis sampai saat ini, terima kasih atas dukungan moril dan
materiilnya.
8. Kakanda Sri Darma Fitri serta suami Bang Yat dan Novia Roza berserta
suami Da Bas terima kasih atas dorongannya yang selalu mengingatkan untuk
tidak bermalas-malasan serta keponakan-keponakanqu yang selalu membuat
keceriaan (Azizah, Nanda, Zaki, dan Fakhri)
9. Mas David, Mas Jamal, Mba Narti Kru BIG serta Kru PT Bank Muamalat
Indonesia, Tbk yang telah banyak membantu penulis dalam penelitian ini.
10. My Best Friends, Fani, Reni, Ii, Dita, Echa, Yuni, Nelly yang telah
memberikan masukan dan diskusi-diskusi yang berarti dan seluruh rekan
mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta khususnya PS C Angkatan 2004
yang telah menemani hari-hariku selama kuliah.
11. Guru-guruku serta teman-temanku di Pondok Pesantren Al Kenaniyah mba
ika, mba itoh, k’itoh ,k’widi, aniz terima kasih atas nasehat dan kebersamaan
setiap harinya.
12. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, namun telah
memberikan kontribusi yang cukup besar sehingga penulis dapat lulus
menjalani perkuliahan di UIN hingga akhir.
Hanya kepada Allah, penulis memanjatkan doa. Semoga skripsi ini dapat
bermanfaat dan dapat memberikan kontribusi bagi pihak-pihak yang memerlukannya.
Jakarta, 23 Agustus 2008
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Kata Pengantar iii
Daftar Isi iv
Daftar Tabel vii
Daftar Gambar viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 9
D. Review Studi Terdahulu 10
E. Kerangka Teori 12
F. Metode Penelitian dan Tehknik Penulisan 15
G. Sistematika Penulisan 18
BAB II TINJAUAN UMUM
A. Pengertian Pemasaran 20
B. Pemasaran Perspektif Islam 23
C. Teori Efektivitas 25
D. Penjualan 28
1. Pengertian menjual 29
2. Tujuan Umum Penjualan 28
3. Penjualan sebagai fungsi Pemasaran 30
4. Konsep Penjualan Dalam Islam 31
E. Da’I Muamalat 34
BAB III Objek Penelitian
A. Gambaran Umum Bank Muamalat Indonesia,Tbk 38
1. Sejarah Berdirinya Bank Muamalat Indonesia,Tbk 38
2. Visi dan Misi Bank Muamalat Indonesia,Tbk 41
3. Struktur Organisasi Bank Muamalat Indonesia, Tbk 42
4. Produk dan Jasa Bank Muamalat Indonesia, Tbk 46
5. Perkembangan Bank Muamalat Dengan Adanya Shar-e 54
6. Perkembangan Kinerja Keuangan PT BMI Tbk dilihat 57
dari Beberapa Rasio
B. PT POS Indonesia
1. Sejarah Berdirinya PT POS Indonesia 63
2. Visi Dan Misi PT POS Indonesia 64
3. Struktur Organisasi PT POS Indonesia 65
4. Kerjasama PT POS dengan Bank Muamalat Indonesia 65
C. Shar-e
1. Sejarah Shar-e 67
2. Pengertian Shar-e 69
3. Landasan Hukum Kartu Shar-e 71
4. Karakteristik Produk Shar-e 71
BAB IV Hasil Penelitian Dan Pembahasan
A. Gambaran Umum Penjualan Shar-e di Indonesia 73
B. Analisis Penjualan Shar-e Oleh Da’I Muamalat 81
C. Analisis Penjualan Shar-e Oleh PT POS Indonesia 87
D. Komparasi Penjualan Da’I Muamalat dan PT POS Indonesia 91
1. Analisis SWOT Pada Strategi Da’ I Muamalat 93
2. Analisis SWOT Pada PT Pos Indonesia 98
3. Strategi Yang Dilakukan Agar Program Bis Berjalan Dengan Baik 100
BAB V Kesimpulan Dan Saran Penelitian
A. Kesimpulan Hasil Penelitian 102
B. Saran-saran Hasil Penelitian 104
Daftar Pustaka
Lampiran-Lampiran
DAFTAR TABEL
1. Tabel 3.1 Pemkembangan jaringan PT BMI Tbk lima tahun terakhir 56
2. Tabel 3.2 Rekening nasabah PT BMI Tbk 57
3. Tabel 4.1 Penjualan Shar-e di seluruh cabang di Indonesia 75
tahun 2005-2007
4. Tabel 4.2 Jumlah nasabah Shar-e se-Indonesia per Desember 2007 77
5. Tabel 4.3 Data Jumlah Aliansi Shar-e se-Indonesia 79
6. Tabel 4.4 Data Jumlah Da’i dan penjualan Shar-e 2005-2007 85
7. Tabel 4.5 Jumlah transaksi Shar-e di SOPP Pos tahun 2005-2007 90
8. Tabel 4.6 Penjualan Shar-e oleh DM dan PT Pos pada unserved area pada 91
tahun 2005-2007
9. Tabel 4.7 Matrik IFAS 96
10. Tabel 4.8 Matrik EFAS 97
11. Tabel 4.9 Matrik IFAS 99
12. Tabel 5 Matrik EFAS 100
DAFTAR GAMBAR
1. Gambar 3.1 Struktur Organisasi PT BMI Tbk 43
2. Gambar 3.2 Diagram Batang Pertumbuhan Rasio FDR 58
3. Gambar 3.3 Diagram Batang Pertumbuhan Rasio CAR 58
4. Gambar 3.4 Diagram Batang Pertumbuhan Rasio ROA 60
5. Gambar 3.5 Diagram Batang Pertumbuhan Rasio ROE 60
6. Gambar 3.6 Diagram Batang Pertumbuhan Rasio BOPO 61
7. Gambar 3.7 Diagram Batang Pertumbuhan Rasio NPF 62
8. Gambar 3.8 Struktur Organisasi PT POS Indonesia 65
9. Gambar 4.1 Diagram Penjualan Shar-e se-Indonesia 2005-2007 78
10. Gambar 4.2 Grafik Penjualan Shar-e dan Jumlah Da’i 2005-2007 86
11. Gambar 4.3 Skema Processing Shar-e 89
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tidak dapat dipungkiri oleh siapapun yang dapat berpikir jernih dan logis,
bahwa Islam merupakan suatu system hidup, suatu pedoman hidup (way of life).
Sebagai suatu pedoman hidup, ajaran Islam terdiri atas aturan-aturan mencakup
keseluruhan sisi kehidupan manusia. Secara garis besar, aturan-aturan tersebut dapat
dibagi dalam tiga bagian yaitu aqidah, akhlak dan syariah. Dua bagian pertama,
aqidah dan akhlak bersifat konstan, sedangkan syariah senantiasa berubah sesuai
dengan kebutuhan dan perkembangan kehidupan manusia.1
Syariah terdiri atas bidang muamalah (sosial) dan bidang ibadah (ritual).
Ibadah merupakan sarana manusia untuk berhubungan dengan Sang Penciptanya
(hablum minallah) sedangkan muamalah digunakan sebagai aturan main manusia
dalam berhubungan dengan sesamanya (hablum minannas). Muamalah inilah yang
menjadi obyek paling luas yang harus digali manusia dari masa ke masa, salah
satunya dalam ekonomi, karena seiring dengan perkembangan kebutuhan manusia
akan senantiasa berubah
Dari gambaran di atas dapat diketahui bahwa Islam adalah agama universal
yang tidak hanya mengatur masalah kehidupan ukhrowi saja tetapi juga masalah
duniawi termasuk di dalamnya masalah ekonomi.
1 Eko Supriyatno, Ekonomi Islam Pendekatan Ekonomi Makro Islam dan Konvensional,
(Yogyakarta:Graha Ilmu, 2005),h 1
Kehidupan ekonomi pada mulanya masih bersifat simple, dan kegiatan
produksi, konsumsi, dan distribusi yang dilakukan masih sederhana. Seiring dengan
perkembangan zaman populasi manusia mengalami pertumbuhan, sehingga kegiatan
ekonomi yang ada juga mengalami peningkatan.2 Kondisi membutuhkan fasilitas
perdagangan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Fenomena tersebut mendorong
masyarakat untuk mencari dana guna mendirikan perusahaan, dan di sisi lain terdapat
sekelompok orang yang mempunyai kelebihan dana dan bermaksud untuk melakukan
investasi. Dalam perjalanannya timbul keinginan untuk mendirikan lembaga
intermediasi untuk mempertemukan pihak yang kelebihan dana dengan pihak yang
membutuhkan dana, lembaga tersebut pada akhirnya bernama bank. Operasional
perbankan pada mulanya masih bersifat menabung, meminjam, dan investasi. Adapun
proses transaksi yang menggunakan sistem bunga, dimana hingga saat ini sistem
pranata bunga menjadi elemen terpenting dalam perekonomian.
Perkembangan sistem perbankan dengan pranata bunga diawali dengan
pembukaan cabang di negara-negara dunia yang dimaksudkan untuk mempermudah
mendapatkan investasi. Demikian pula yang terjadi di negara yang mayoritas
penduduknya Islam perbankan konvensional berkembang pesat namun realita
membuktikan bahwa sistem bunga justru membuat perekonomian menjadi hancur,
barulah kemudian muncul perbankan syariah yang dimulai pada tahun 1975 dengan
didirikannya Dubai Islamic Bank yang beroperasi sesuai prinsip syariah
2 Said Sa’ad Marton, Ekonomi Islam Di Tengah Krisis Ekonomi Global, (Jakarta:Zikrul
Hakim, 2201) h. 124
Bank syariah secara fundamental memang berbeda dengan bank konvensional
yang menguasai sistem perbankan saat ini. Sasaran yang dijadikan dasar operasional
bank syariah bukan hanya sekedar mencari keuntungan, tetapi lebih dari itu suatu
bank syariah harus berpegang teguh pada konsep syariat Islam itu sendiri yang
mencita-citakan kebahagiaan umat manusia (falah), serta kehidupan yang baik
(hayatan toyyibah) yang sangat menekankan aspek persaudaraan (ukhuwah) dan
keadilan sosioekonomi serta pemenuhan kebutuhan-kebutuhan spiritual umat
manusia3
Berkembangnya bank-bank syariah di Negara-negara Islam berpengaruh ke
Indonesia. Pada awal priode 1980-an, diskusi mengenai bank syariah sebagai pilar
ekonomi Islam mulai dilakukan. Para tokoh yang terlibat dalam kajian tersebut adalah
Karnean A Purwataatmadja, M.Dawam Raharjo, A.M Saefuddin, M.Amin Aziz dan
lain-lain.
Bank syariah pertama baru berdiri di Indonesia pada tahun 19904, ini berawal
dari Lokakarya yang dilakukan MUI tentang bunga bank dan perbankan pada tanggal
18-20 Agustus 1990 di Cisarua Bogor, Jawa Barat, hasil lokakarya tersebut dibahas
lebih mendalam pada musyawarah nasional IV MUI yang berlangsung di Hotel
Syahid Jaya Jakarta, 22-25 Agustus 1990, Berdasarkan amanat Munas IV MUI
dibentuk kelompok kerja untuk mendirikan bank islam di Indonesia, Kelompok kerja
3 M. Umer Chapra , Islam dan Tantangan Ekonomi, (Jakarta: Gema Insani Press,2000) Cet
ke-1, h 11
4 Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Yogyakarta: Ekonisia, 2004) Cet
ke-2, h 34
yang disebut tim perbankan MUI, bertugas melakukan pendekatan dan konsultasi
dengan semua pihak terkait.
Bank Muamalat Indonesia lahir sebagai hasil kerja Tim Perbankan MUI
tersebut, Akte pendirian PT Bank Muamalat Indonesia ditandatangani pada tanggal 1
November 1991, Pada saat penandatanganan akte pendirian ini terkumpul komitmen
pembelian saham sebanyak Rp 84 miliar.5
Pada tanggal 3 November 1991, dalam acara silaturahmi presiden di Istana
Bogor, dapat dipenuhi dengan total komitmen modal disetor awal sebesar Rp
106.126.382.000, dengan modal awal tersebut, pada tanggal 1 Mei 1992 Bank
Muamalat Indonesia mulai beroperasi.
Hingga saat ini Bank Muamalat Indonesia sudah berdiri selama kurang lebih
17 tahun, dan sampai saat ini perkembangan bank syariah sudah berkembang pesat
walaupun masih belum maksimal, ini terbukti dari jumlah bank syariah di Indonesia
terus meningkat terhitung per maret 2007 data bank syariah di Indonesia terdapat 23
bank syariah yang terdiri dari tiga bank umum syariah (BUS) dan dua puluh unit
usaha syariah (UUS). Disamping itu, terdapat 105 bank perkreditan rakyat syariah
(BPRS). Ketiga BUS adalah Bank Muamalat Indonesia (BMI), Bank Syariah Mandiri
(BSM), dan Bank Syariah Mega Indonesia (BSMI).
Dengan adanya kebijakan BI yang diarahkan melalui Peraturan Bank
Indonesia (PBI) Nomor 8/3/PBI/2006 tentang layanan syariah yang dapat dilakukan
5 M.Syafi’I Antonio, Bank Syariah dari teori Ke Praktek, (Jakarta:Gema Insani Press, 2001)
hal.25
di kantor cabang konvensional atau lebih dikenal dengan office channeling setelah
aturan PBI tentang office channelling efektif, maka unit usaha syariah (UUS) mulai
memperlebar sayap layanan. Tercatat pada Juni 2006, ada kira-kira 250 kantor
konvensional yang juga menjadi titik layanan syariah. Dengan tambahan kantong
layanan syariah ini, nasabah syariah memiliki ruang gerak yang lebih luas, karena
mereka tak hanya terbatas bisa menyetor dari outlet UUS, tapi juga dari kantor
konvensional bank induk yang sudah menyediakan baik layanan konvensional
maupun syariah6.
Hasilnya, ada tambahan deposit nasabah syariah hinggá Rp50miliar.
Bersamaan dengan bergulirnya waktu, tepat setahun kemudian, jaringan office
channelling telah bertambah hampir 1.000 kantor baru, yang menyimpan Rp 450
miliar lebih dana masyarakat. Unit Usaha syariah juga berkembang sangat pesat
diantaranya adalah Bank BNI Syariah, Bank BTN Syariah, Bank Bukopin Syariah,
Bank BRI syariah, Bank Danamon Syariah, Bank DKI Syariah, Bank Permata
Syariah dan lain sebagainya.
Untuk mempertahankan keberhasilan ini, maka bank umum syariah dituntut
harus lebih mampu mewujudkan budaya kerja yang islami dan juga harus mampu
menciptakan produk-produk yang bernilai rasional ekonomi dan rasional syariah yang
bisa diterima oleh masyarakat Islam maupun non Islam. Salah satu inovasi produk
yang dilakukan BMI adalah dengan adanya produk Shar-E yang diluncurkan pada
6 http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=309372&kat_id=4)
tahun 2004 yang merupakan sebuah produk simpanan sebagai upaya mewujudkan
misi BMI dan mencerminkan inovasi tiada henti dan kepeloporan BMI sebagai bank
pertama murni syariah yang ingin terus mengembangkan industri perbankan syariah
berbasis teknologi mutahir dan landasan keimanan yang tinggi. Selain itu, Shar-E
merupakan ide dan terobosan atas keterbatasan jaringan fisik dan solusi yang mutahir,
BMI terus meningkatkan konten dan konteks produknya agar nasabah
semakin terpikat. walaupun telah memiliki positioning kuat di benak nasabah, BMI
terus mengembangkan infrastrukturnya, terutama di bidang teknologi informasi,
jaringan, dan sumber daya insani. Selain itu, sebagai upaya meningkatkan kualitas
servis, BMI melakukan aliansi strategis diantaranya yang dilakukan dengan
bergabung dengan ATM bersama dan ATM BCA yang memungkinkan nasabah BMI
dapat mengakses di lebih 9000 ATM di seluruh Indonesia. Hal ini tentunya
diharapkan akan membuat layanan terhadap nasabah semakin optimal, dan
menjadikan nasabah semakin loyal dan terpuaskan. Ini adalah fasilitas yang diberikan
kepada nasabah Shar-e yaitu dengan memanjakan nasabah dengan kemudahan
bertransaksi dengan perbankan dan konsumsi dan diikuti standar keamanan yang baik
tanpa batasan geografis di Indonesia dengan menjalin kerjasama dengan banyak
pihak.
Dengan fasilitas tersebut membuat penjualan Shar-e selalu meningkat setiap
tahunnya, ini terbukti dari meningkatnya penjualan Shar-E setiap tahunnya pada
tahun pertama saja penjualannya mencapai 500.000 kartu Shar-E (setengah juta) ini
merupakan hasil yang sangat membanggakan, oleh karena keberhasilan tersebut BMI
mendapat penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI) sebagai bank dengan
pertumbuhan nasabah tabungan Shar-E tercepat di Jakarta dan oleh Majalah SWA
dinobatkan menjadi salah satu pemenang Innovation Award 2005 karena produk
Shar-E yang inovatif.
Dalam laporan Bank Muamalat pada tahun 2005 nasabah Shar-E mencapai
132.669 orang, sedang pada akhir tahun 2006 telah mencapai 663.887 nasabah atau
maningkat 400 persen. Per 24 April 2007, Bank Muamalat telah mencatatkan 800.262
nasabah Shar-E dengan total average balance Rp708,99 milyar7. Percepatan
pertumbuhan Produk Shar-E tersebut, menurut Aِ. Riawan Amin (Dirut Bank
Muamalat Indonesia), karena dukungan dari luasnya jaringan dan outlet yang
digunakan untuk penyebaran produk Shar-E tersebut.8 Juga karena bekerja sama
dengan PT POS Indonesia yang memiliki jaringan yang luas ke berbagai pelosok
Indonesia saat ini tempat-tempat yang menyediakan Shar-E telah mencapai 2.985
outlet yang terdiri dari 1 Kantor Pusat, 51 Kantor Cabang, 8 Kantor Cabang
Pembantu, 21 Unit Layanan syariah, 93 Kantor Kas, 43 Gerai Muamalat, 2.768 SOPP
POS 9, sesuai dengan misi Shar-E yaitu to serve the unserved people atau melayani
mereka yang belum terlayani.
Selain bekerjasama dengan PT POS Indonesia BMI juga melakukan program
Da’I Muamalat (DM), yaitu suatu program perekrutan da’i-da’i di daerah untuk
7 www.bankmuamalat.com
8 www.shar-e.com
9 Dikutip dari wawancara pribadi dengan David, SE staff Officer BMI, Gedung Arthaloka
Lt.4 Tanggal 10 Juni 2008
manjadi rekanan/partner BMI dalam mensosialisasikan Perbankan Syariah dan juga
bertugas memasarkan produk Shar-e, ini dilakukan BMI agar mempercepat penjualan
shar-e sehingga seluruh masyarakat di Indonesia dapat bertransaksi secara syariah.
Secara lebih spesifik, DM direkrut oleh Baitul Mall Muamalat (BMM)
kemudian BMM menseleksi sumber daya insani dengan kriteria umum memahami
syariah Islam di bidang ekonomi yang mampu memberikan pemahaman dan
mengubah perilaku masyarakat dari tidak tahu dan tidak peduli terhadap syariah
Islam di bidang ekonomi menjadi tahu, sadar, faham dan peduli untuk
melaksanakannya dalam seluruh perekonomiannya.
Da’I Muamalat tidak hanya menjual produk perbankan syariah tetapi juga
memberikan pengetahuan tentang perbankan syariah dan menginformasikan
keunggulan yang diberikan oleh produk tersebut (dalam hal ini Shar-E). Dengan latar
belakang tersebut maka penulis ingin membahas skripsi tentang “Efektivitas
Penjualan Shar-E Pada Unserved Area (Studi Komparasi Antara Penjualan
Oleh Da’I Muamalat dan PT.POS Indonesia)”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Masalah penelilitian dalam skripsi ini akan dibatasi pada beberapa hal:
Pertama, dilihat dari segi rentang waktu yang digunakan untuk penjulan produk
Shar-e adalah selama 3 (Tiga) tahun : Tahun 2005-2007. Kedua, penjualan Shar-e
hanya dibatasi pada unserved area/daerah yang tidak terjangkau oleh Bank Syariah
Agar mempermudah pembahasan, maka penulis mencoba merumuskan
masalah agar lebih spesifik dan tegas, yaitu:
1. Bagaimana strategi Da’i Muamalat dalam meningkatkan Penjualan Shar-E?
2. Bagaimana strategi PT POS dalam meningkatkan penjualan Shar-E?
3. Bagaimanakah perbandingan penjualan Shar-E oleh PT POS Indonesia dan
oleh Da’i Muamalat?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Penulisan Skripsi ini bertujuan untuk:
a. Mengetahui strategi yang dilakukan oleh Da’i Muamalat dan PT Pos
Indonesia dalam meningkatkan penjualan produk Shar-e
b. Mengetahui tingkat penjualan produk Shar-e yang dilakukan oleh PT.Bank
Muamalat Indonesia,Tbk.
c. Mengidentifikasi metode apa yang paling efektif dalam peningkatan
penjualan produk Shar-e pada unserved area/daerah yang tidak terjangkau
oleh Bank Syariah
2. Adapun manfaat dari penulisan skripsi ini adalah:
Berdasarkan tujuan penelitian, maka penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi:
a. Bank, Sebagai informasi bagi bank untuk mengetahui metode apa yang paling
efektif dalam meningkatkan penjualan Shar-e, sehingga dapat mengambil
keputusan yang dianggap perlu untuk mempertahankan dan meningkatkan
penjualan dimasa yang akan datang.
b. Penulis, supaya dapat menambah pengetahuan mengenai pemasaran, dalam
tataran teoritis dan praktek di lingkungan perbankan syariah yang berkembang
dewasa ini.
c. Kalangan akademisi dan mahasiswa, sebagai bahan bacaan tambahan dan
sumber referensi bagi pihak-pihak yang memerlukan.
D. Review Studi Terdahulu
Penelitian tentang pembahasan ini bukan penelitian yang pertama, penelitian
ini merupakan pengembangan dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh:
1. Ireesca Rahman”Analisa Pemberian Hadiah Umroh Dalam Mempengaruhi
Minat dan Jumlah Nasabah Shar-E” Jurusan Muamalat Program Studi
Perbankan Syariah , Universitas Islam negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun
2007. Pada skripsi ini penulis hanya membahas apakah adanya program
pemberian umroh bagi nasabah Shar-e mempengaruhi minat nasabah untuk
manabung, hasil dari skripsi ini menyatakan bahwa mayoritas motif utama
responden dalam menabung adalah sebagai motif simpanan dan sekaligus motif
berjaga-jaga adalah sebesar 46%.Dan untuk motifator keseluruhan yang
mempengaruhi minat nasabah dalam memilih Shar-E, Peringkat pertama yang
dipilih oleh 95% responden adalah motif agama, dan peringkat kedua yang dipilih
oleh 89% responden adalah motif fasilitas dan pelayanan, sedangkan motivator
hadiah umroh berada pada peringkat ketujuh dengan responden yang memilihnya
sebesar 44 persen.
2. Maimunah, “Pengaruh Biaya Promosi Terhadap Peningkatan Pendapatan
Pegadaian Syariah Cab. Dewi Sartika” (studi Perbandingan dengan Pegadaian
Konvensional Cabang Bidara Cina), Jurusan Muamalat program Studi Perbankan
Syariah, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Hasil dari skripsi
ini berdasarkan hasil uji hipotesa yang dilakukan penulis, maka besarnya biaya
promosi yang telah dikeluarkan antara pegadaian Syariah Cabang Dewi Sartika
dan Pegadaian konvensional Cabang Bidara Cina, tidak memiliki pengaruh yang
sangat signifikan terhadap peningkatan pendapatannya. Akan tetapi besarnya
pendapatan yang diterima disebabkan oleh faktor lain diluar kegiatan promosi
seperti banyaknya cabang pegadaian konvensional dan pegadaian merupakan
lembaga yang telah lama berdiri dan telah dikenal oleh masyarakat.
3. Abdul Rozak, “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan
Nasabah dalam Menggunakan Produk Shar-E pada PT Bank Muamalat
Indonesia,Tbk”, Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Sosial, Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Hasil penelitian ini adalah bahwa
berdasarkan regresi linier berganda antara variable independent (agama, fasilitas,
pelayanan, dan lokasi) terhadap variable dependen (keputusan nasabah) didapat
nilai koefisien determinasi yang telah disesuaikan (Adjusted R Square) sebesar
0,932. Hal ini berarti bahwa variable agama, fasilitas, pelayanan, dan lokasi
berpengaruh terhadap nilai keputusan nasabah sebesar 93,2%. Sedangkan sisanya
6,8% dipengaruhi oleh variable lain seperti persepsi masyarakat terhadap manfaat
adanya produk Shar-E.
Dengan adanya penelitian terdahulu, maka penulis pun tertarik untuk
mengangkat penelitian yang berkaitan dengan produk Shar-e dalam hal ini adalah
mengenai strategi pemasaran yang dilakukan oleh Bank Muamalat Indonesia (BMI)
yaitu tentang “Efektivitas Penjualan Produk Shar-e Pada Unserved Area (Studi
Komparasi Penjualan Oleh Da’i Muamalat dan PT Pos Indonesia), Dari beberapa
penelitian tentang produk Shar-e belum ada yang membahas tentang penjualan yang
dilakukan oleh Da’i dan PT Pos Indonesia, yang merupakan suatu strategi yang
cerdas yang dipilih oleh Bank Muamalat dalam memasarkan produknya. Hal ini
dilakukan untuk mengetahui manakah yang lebih efektif antara Da’i dan PT Pos
Indonesia
E. Kerangka Teori
Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial di mana individu dan
kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan mereka dengan menciptakan,
menawarkan dan bertukar sesuatu yang bernilai satu sama lain. Definisi ini
berdasarkan pada konsep inti, yaitu: kebutuhan, keinginan dan permintaan; produk,
nilai, biaya dan kepuasan; pertukaran, transaksi dan hubungan; pasar, pemasaran dan
pemasar, Adapun tujuan pemasaran adalah mengenal dan memahami pelanggan
sedemikian rupa sehingga produk cocok dengannya dan dapat terjual dengan
sendirinya. Idealnya pemasaran menyebabkan pelanggan siap membeli sehingga yang
tinggal hanyalah bagaimana membuat produknya tersedia. Sedangkan proses
pemasaran terdiri dari analisa peluang pasar, meneliti dan memilih pasar sasaran,
merancang strategi pemasaran, merancang program pemasaran, dan mengorganisir,
melaksanakan serta mengawasi usaha pemasaran..
Apabila pasar sasaran telah ditentukan melalui riset pemasaran, maka
perusahaan/bank harus menyusun suatu rencana untuk memasuki pangsa pasar yang
telah dipilih, rencana tersebut akan berisi keputusan-keputusan yang membagi pada
empat srategi yaitu: Produk (Product), Harga (Price), Tempat (Place), dan Promosi
(Promotion) (4P). Keempat strategi tersebut oleh pemasar harus diupayakan agar
terpadu sehingga dapat mempengaruhi tanggapan nasabah yang pada gilirannya akan
dapat memberikan kepuasan dalam melayani nasabah
Sedangkan tujuan pemasaran adalah untuk memahami keinginan dan
kubutuhan konsumen agar produk atau jasa sesuai bagi konsumen sehingga produk
atau jasa tersebut dapat terjual dengan sendirinya 10
Pemasaran merupakan kegiatan yang dirancang untuk merasakan, melayani,
dan memenuhi kebutuhan konsumen. Dalam pemasaran mencakup bauran pemasaran
diantaranya pengembangan produk, distribusi, penetapan harga, dan promosi.
Kegiatan pemasaran produk tidak terlepas dari adanya persaingan antar perusahaan.
Promosi merupakan salah satu strategi yang digunakan dalam memenangkan
persaingan. Kegiatan promosi terdiri dari periklanan, promosi penjualan, personal
selling, dan publisitas.
Adapun kegiatan promosi yang dilakukan oleh PT Bank Muamalat
Indonesia,Tbk dalam memasarkan produknya salah satunya adalah personal
10 Murti Sumarni, Marketing Perbankan, (Yogyakarta:Liberty,1997) hal 5
selling.yang dilakukan oleh Da’i Muamalat yang berperan sebagai informator dan
edukator perbankan syariah bagi masyarakat umum, khususnya di daerah-daerah
pelosok Indonesia yang tidak terjangkau oleh bank syariah,dan juga dengan
bekerjasama dengan PT POS Indonesia, yang sudah mempunyai jangkauan jaringan
yang sangat luas hampir di seluruh kecamatan di Indonesia Beberapa hal yang
melatarbelakangi bank menggunakan personal selling diantaranya dapat mendekati
nasabah untuk mengetahui lebih banyak tentang masalah yang dihadapi dan dapat
menyediakan penjelasan secara rinci.
Pencapaian tujuan perusahaan akan lebih berhasil apabila orientasi penjualan
lebih bersifat membantu menyelesaikan masalah konsumen, bukan hanya untuk
menghabiskan persediaan,
Untuk melihat efektivitas penjualan shar-e pada unserved area/daerah yang
belum terjangkau bank syariah, perbandingan penjualan yang dilakukan oleh Da’i
Muamalat dan PT Pos Indonesia maka kerangka berpikir penulis digambarkan pada
skema berikut:
Pada Penjualan
Shar-e Pada
Unserved Area
Teknik
Pemasaran
Melalui PT Pos
Indonesia
Malalui program
Da’I Muamlat
D. Metode Penelitian dan Teknik Penulisan
1. Jenis Penelitian dan Pendekatan
Penelitian ini merupakan perpaduan antara penelitian kepustakaan dan
penelitian lapangan, karena diawali dengan telaah bahan kepustakaan. Hasil telaah
kepustakaan dijadikan sebagai kerangka pemikiran atau landasan teori dalam
operasional penelitian ini.
Dari segi data yang dikumpulkan, diolah dan dianalisis, penelitian juga
merupakan perpaduan antara penelitian kualitatif dan kuantitatif dengan pendekatan
survay. Jenis pelaporan yang digunakan adalah metode deskriptif analisis, yang
bertujuan untuk menguraikan tentang sifat-sifat (karakteristik) dari suatu keadaan.
Jadi dalam penelitian ini penulis tidak mengambil kesimpulan terlalu jauh dari
data yang telah dikumpulkan, karena tujuan deskriptif analisis hanya pada taraf
pengumpulan fakta-fakta saja, jadi hanya sekedar uraian suatu keadaan.
2. Jenis Data dan Sumber Data
a. Jenis Data
1) Data kualitatif yaitu penelitian yang bukan angka, yang sifatnya tidak dapat
dihitung yang berbentuk/berupa informasi atau penjelasan yang didasarkan
pada pendekatan teoritis dan penilaian logis.
2) Data Kuantitatif yaitu data yang berbentuk angka yang sifatnya dapat dihitung
dan diukur jumlahnya untuk dioleh menggunakan metode statistik.
b. Sumber Data
1) Data Primer
Merupakan data yang berbentuk database yang diperoleh langsung dari Bank
Muamalat Indonesia tentang penjualan Shar-e Pada daerah unserved area,
penjualan melalui PT. Pos Indonesia dan database yang diperoleh dari Baitul
Mal Muamalat (BMM) tentang penjualan Shar-e malalui Da’i Muamalat.
2) Data Sekunder
Adalah data yang diperoleh dari literature-literatur kepustakaan seperti buku-
buku serta sumber lainnya yang berkaitan dengan materi penulisan ini.
3. Teknik Pengumpulan Data
Sesuai dengan permasalahan yang diangkat, maka dalam pengumpulan data
skripsi ini. Penulis menggunakan penelitian sebagai berikut:
a. Penelitian Kepustakaan (library research), dalam hal ini penulis
mengadakan penelitian terhadap beberapa literature yang ada kaitannya
dengan penulisan skripsi ini, literature ini berupa skripsi terdahulu, buku,
majalah, internet, bulletin dan lain sebagainya. Langkah dalam
melaksanakan studi kepustakaan ini adalah dengan cara membaca,
mengutip, untuk menganalisa dan merumuskan hal-hal yang dianggap
perlu dalam memenuhi data dalam penelitian ini.
b. Penelitian lapangan (field research), dalam hal ini untuk mendapatkan
data-data dan informasi tentang penjualan Shar-e dan metode dalam
meningkatkan penjualan Shar-e
1) Observasi yaitu mengamati secara langsung proses
penjualan/Pembukaan rekening Shar-e Pada PT Pos Indonesia
2) Interview yaitu dengan melakukan wawancara dengan pihak yang
terlibat dalam penelitian baik secara langsung maupun tidak langsung,
dalam hal ini penulis melakukan wawancara dengan orang yang
terlibat dalam penanganan masalah penenelitian, wawancara dengan
staff pengurus penjualan Da’i Muamalat pada Baitul Mal Muamalat
Slipi, dan juga wawancara dengan Officer Bank Muamalat Indonesia
tentang penjualan Shar-e Pada PT POS
3) Dokumentasi yaitu mengumpulkan data Penjualan Shar-e oleh Da’i
Muamalat yang diperoleh dari Baitul Mal Muamalat, dan
mengumpulkan data penjualan Shar-e Oleh PT POS yang diperoleh
sari kantor pusat Bank Muamalat Indonesia dan laporan lainnya yang
berkaitan dengan masalah penelitian ini.
C. Teknik Analisa Data
Dalam penelitian ini penulis akan menggunakan jenis penelitian kualitatif
atau penelitian yang tidak mengadakan penghitungan melainkan penekanan ilmiah11
11 Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya,
1997) cet ke-8, h.6
yang bersifat deskriptif analisis, yaitu sebuah metode dimana penulis
menggambarkan permasalahan yang didasari pada data yang telah diperoleh,
kemudian menganalisa data tersebut lebih lanjut. Proses analisa dimulai dari
membaca, mempelajari, dan menalaah data secara seksama, selanjutnya diambil
kesimpulan dari hasil analisa tersebut
Tehnik penulisan
Adapun teknik penulisan dalam penulisan skripsi ini adalah menggunakan
"Pedoman Penulisan Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2007."
F. Sistematika Penulisan
BAB I menyajikan pendahuluan. Bab ini berisi latar belakang, pembatasan
dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, review studi terdahulu,
kerangka konsep,metode penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II menyajikan tinjauan pustaka. Meliputi pemasaran,pemasaran
perspektif Islam, teori efektivitas, pengertian penjualan, tujuan umum penjualan,
penjualan sebagai fungsi umum pemasaran, politik dan hukum penjualan, penjualan
yang efekif, konsep penjualan dalam Islam, Da’i Muamalat
BAB III menyajikan data hasil penelitian. meliputi gambaran umum Bank
Muamalat Indonesia berupa sejarah perkembangan, visi, misi, produk dan jasa,
Perkembangan Bank Muamalat dengan adanya Shar-e, perkembangan kinerja
keuangan Bank Muamalat Indonesia dilihat dari beberapa rasio,dan Gambaran umum
PT Pos Indonesia meliputi sejarah, visi dan misi, struktur organisasi dan kerjasama
antara PT Pos Indonesia dan Bank Muamalat Indonesia, dan tentang Shar-e
menjelaskan tentang sejarah Shar-e, pengertian Shar-e, landasan hukum Shar-e, dan
karakteristik produk Shar-e.
BAB IV menyajikan Hasil Penelitian, gambaran umum penjualan Shar-e di
Indonesia, analisis penjualan Shar-e oleh Da’i Muamalat, analisis penjualan Shar-e
oleh PT Pos Indonesia, komparasi penjualan Shar-e oleh Da’i Muamalat dan PT Pos
Indonesia.
BAB V menyajikan Penutup. Berisi Kesimpulan dan Saran
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Pemasaran
Pemasaran adalah sebuah proses dalam memuaskan kebutuhan dan keinginan
manusia.12
Jadi, segala kegiatan dalam hubungannya dalam pemuasan kebutuhan dan
keinginan manusia merupakan bagian dari konsep pemasaran. Pemasaran dimulai
dengan pemenuhan kebutuhan manusia yang kemudian bertumbuh menjadi keinginan
manusia.
Sedangkan Pemasaran Menurut Philip Kottler Pemasaran adalah suatu proses
sosial dan manajerial dimana individu dan kelompok mendapatkan kebutuhan dan
keinginan mereka dengan menciptakan, menawarkan, dan betukar sesuatu yang
bernilai satu sama lain13
.
Definisi ini berdasarkan pada konsep inti: kebutuhan, keinginan dan
permintaan, produk nilai, biaya dan kepuasan, pertukaran transaksi dan hubungan
pasar, pemasaran serta pemasar.
Sedangkan menurut Murti Sumarni sistem Pemasaran telah memungkinkan
kesemuanya itu berlangsung sebab, pemasaran itu sendiri merupakan studi tentang
proses pertukaran yaitu, bagaimana transaksi dimulai, dimotivasikan dan
dikonsumsikan, sedangkan tujuan pemasaran adalah untuk memahami keinginan dan
12 www.wikipedia.org
13 Philip Kottler, Manajemen Pemasaran, (Jakarta:Indeks, 2005) cet ke-11, h. 10
kebutuhan konsumen agar produk atau jasa sesuai bagi konsumen sehingga produk
atau jasa tersebut dapat terjual dengan sendirinya, jadi pemasaran adalah kegiatan
manusia yang diarahkan untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan melalui proses
pertukaran.14
Definisi ini menyadari bahwa manajemen pemasaran adalah proses yang
mencakup analisis, perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan juga mencakup
barang, jasa serta gagasan. Berdasarkan pertukaran dan tujuannya adalah memberikan
kepuasan bagi pihak yang terlibat.
Pemasaran dimulai dengan pemenuhan kebutuhan manusia yang kemudian
bertumbuh menjadi keinginan manusia. Contohnya, seorang manusia membutuhkan
air dalam memenuhi kebutuhan dahaganya. Jika ada segelas air maka kebutuhan
dahaganya akan terpenuhi. Namun manusia tidak hanya ingin memenuhi
kebutuhannya namun juga ingin memenuhi keinginannya yaitu misalnya segelas air
merek Aqua yang bersih dan mudah dibawa. Maka manusia ini memilih Aqua botol
yang sesuai dengan kebutuhan dalam dahaga dan sesuai dengan keinginannya yang
juga mudah dibawa. Proses dalam pemenuhan kebutuhan dan keinginan manusia
inilah yang menjadi konsep pemasaran. Mulai dari pemenuhan produk (product),
penetapan harga (price), pengiriman barang (place), dan mempromosikan barang
(promotion). Seseorang yang bekerja dibidang pemasaran disebut pemasar. Pemasar
ini sebaiknya memiliki pengetahuan dalam konsep dan prinsip pemasaran agar
14 Murti Sumarni, Marketing Perbankan, (Yogyakarta: Liberty, 1997), edisi revisi, h. 5
kegiatan pemasaran dapat tercapai sesuai dengan kebutuhan dan keinginan manusia
terutama pihak konsumen yang dituju.
Strategi pemasaran adalah serangkaian tindakan terpadu menuju keunggulan
kompetitif yang berkelanjutan. Faktor-faktor yang mempengaruhi strategi pemasaran
adalah15
• faktor mikro, yaitu perantara pemasaran, pemasok, pesaing dan masyarakat,
• faktor makro, yaitu demografi/ekonomi, politik/hukum, teknologi/fisik dan
sosial/budaya. Sedangkan strategi dan kiat pemasaran dari sudut pendangan
penjual (4 P) adalah tempat yang strategis (place), produk yang bermutu
(product), harga yang kompetitif (price) dan promosi yang gencar
(promotion). Sedangkan dari sudut pandang pelanggan (4 C) adalah
kebutuhan dan keinginan pelanggan (customer needs and wants), biaya
pelanggan (cost to the customer), kenyamanan (convenience) dan komunikasi
(comunication). Tujuan akhir dan konsep, kiat dan strategi pemasaran adalah
kepuasan pelanggan sepenuhnya (“total Customer Statisfaction”). Kepuasan
pelanggan sepenuhnya bukan berarti memberikan kepada apa yang menurut
kita keinginan dari mereka, tetapi apa yang sesungguhnya mereka inginkan
serta kapan dan bagaimana mereka inginkan. Atau secara singkat adalah
memenuhi kebutuhan pelanggan.
15
http://hadisugito.fadla.or.id/2005/12/11/strategi-pemasaran-dan
pengendalian-mutu-produk/
Ada hubungan erat antara mutu suatu produk dengan kepuasan pelanggan
serta keuntungan industri. Mutu yang lebih tinggi menghasilkan kepuasan pelanggan
yang lebih tinggi, sekaligus mendukung harga yang lebih tinggi dan sering juga biaya
lebih rendah. Eksekutif puncak masa kini melihat tugas meningkatkan dan
mengendalikan mutu produk sebagai prioritas utama, sehingga setiap industri tidak
punya pilihan lain kecuali menjalankan manajemen mutu total (“Total Quality
Management”).
B. Pemasaran dalam Perspektif Islam
Pengertian Syariah marketing adalah sebuah disiplin bisnis strategis yang
mengarahkan proses penciptaan, penawaran, dan perubahan value dari suatu inisiator
kepada stakeholders-nya, yang dalam keseluruhan prosesnya sesuai dengan akad dan
prinsip-prinsip muamalah (bisnis) dalam Islam.16
Definisi diatas didasarkan pada salah satu ketentuan dalam bisnis islam yang
tertuang dalam kaidah fiqih yang mengatakan:
�ت ا���� ا� أن ی�ل د������ #"�ی�!ا� � �� ا�$%
“ Pada dasarnya semua bentuk muamalah (bisnis) boleh dilakukan kecuali ada
dalil yang mengharamkannya”17
16Hermawan Kertajaya, Muhammad Syakir Sula, Syariah Marketing, (Jakarta:Mizan, 2006) h.
27
17Wahbah Al Zuhaili, Al Wajiz fi Ushul Al Fiqh, (Beirut: Dar al Fikr al Mu’ashir, 1997) h 117
Ini artinya bahwa dalam Syariah marketing,seluruh proses baik proses
penciptaan, proses penawaran, maupun proses perubahan nilai (value) tidak boleh ada
hal-hal yang bertentangan dengan akad dan prinsip-prinsip muamalah yang islami.
Syakir sula di dalam bukunya Syariah marketing menyebutkan bahwa ada 4
karakteristik yang menjadi panduan bagi pemasar yaitu: Teitis (Rabbaniyah), Etis
(Akhlaqiyah), Realistis (Al Waqi’iyyah), Humanistis (Insaniyyah)18
Dalam Pemasaran Islam harus mematuhi hukum-hukum syariah dalam segala
aktivitas pemasaran mulai dari melakukan strategi pemasaran, memilah-milah pasar
(segmentasi), kemudian memilih pasar mana yang harus menjadi focusnya
(targeting), hingga menetapkan identitas perusahaan yang harus senantiasa tertanam
dalam benak pelanggannya (positioning).
Konsep pemasaran disini tidaklah berarti pemasaran sebagai sebuah fungsi
atau departemen dalam perusahaan, tetapi bagaimana kita bisa melihat pasar secara
kreatif dan inovatif. Pemasaran bukanlah hanya seperti anggapan orang, yaitu studi
untuk menjual. Atau, seperti yang dipahami beberapa kalangan hanyalah marketing
mix semata, yaitu pembuatan strategi untuk produk (product), harga (price),
tempat/distribusi (place), atau promosi (Promotion). Namun pengertian terhadap
pemasaran itu sendiri cakupannya lebih luas. Ketika perusahaan melakukan kegiatan
pemasarannya, niat yang ada adalah mendapat keuntungan semaksimal mungkin.
Namun, dalam prinsip syariah, kegiatan pemasaran ini harus dilandasi oleh semangat
ibadah kepada Tuhan Yang Maha Pencipta, berusaha semaksimal mungkin dengan
18 Syakir Sula, Syariah Marketing h.28
tujuan untuk kesejahteraan bersama, bukan untuk kepentingan golongan apalagi
kepentingan sendiri.
C. Teori Efektivitas
1. Pengertian Efektivitas
Salah satu konsep utama dalam mengukur prestasi kerja (performance) efisien
dan efektivitas. Menurut ahli manajemen Peter Brucker yang dikutip dari buku
Manajemen karangan T.Hani Handoko efektifitas adalah melakukan pekerjaan yang
benar (doing the right things). Efeketivitas adalah kemampuan untuk memilih tujuan
yang tepat atau peralatan yang tepat untuk pencapaian tujuan19
.
Efektivitas berasal dari kata efektif yang mempunyai beberapa arti antara lain:
1. Adanya efeknya (akibatnya, pengaruh dan kesan)
2. manjur dan mujarab
3. membawa hasil, berhasil guna (usaha tindakan) dan mulai berlaku
Kemudian dari kata itu muncul pada kata keefektifan yang diartikan dengan
kerelaan, hal terkesan, kemajuan dan keberhasilan20
. Sedangkan dalam Ensiklopedi
Umum efektifitas diartikan dengan menunjukkan taraf tercapainya suatu tujuan.
Maksudnya adalah suatu usaha dapat dikatakan efektif kalau usaha tersebut mencapai
19 T. Hani. Handoko, Manajemen, (Yogyakarta, BPFE,1998),cet Ke-2,h.7
20 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 1998),h.219
tujuannya.Secara ideal efektif dapat dinyatakan dengan ukuran yang agak pasti
tercapai tujuannya
2. Indikator Efektivitas
Dalam Buku Sujadi F.X disebutkan bahwa untuk mencapai efektivitas dan
efisiensi kerja haruslah dipenuhi syarat-syarat ataupun unsur-unsur sebagai berikut:
1. Berhasil guna yaitu untuk menyatakan bahwa kegiatan telah dilaksanakan
dengan tepat dalam arti target tercapai sesuai dengan waktu yang telah
ditetapkan.
2. Ekonomis ialah untuk menyebutkan bahwa di dalam usaha pencapaian efektif
itu, maka biaya tenaga kerja material , peralatan, waktu, keuangan dan lain-
lainnya telah dipergunakan dengan setepat-tepatnya sebagaimana yang telah
ditetapkan dalam perencanaan dan tidak adanya penerobosan serta
penyelewengan.
3. Pembagian Kerja yang nyata yaitu pelaksanaan kerja dibagi berdasarkan
beban kerja, kemampuan kerja dan waktunya yang tersedia.
4. Rasionalitas, wewenang dan tanggung jawab artinya wewenang haruslah
seimbang dengan tanggung jawab dan harus dihindari dengan adanya
dominasi oleh salah satu pihak terhadap pihak yang lainnya.
5. prosedur Kerja yang praktis yaitu menegaskan bahwa kegiatan kerja adalah
kegiatan yang praktis, maka target efektif dan ekonomis, pelaksanaan kerja
yang dapat dipertanggung jawabkan serta pelayanan kerja yang memuaskan
tersebut haruslah kegiatan yang operasional dan dapat dilaksanakan dengan
lancar 21
Efektivitas merupakan ukuran yang menggambarkan sejauh mana sasaran
yang dapat dicapai, sedangkan efisiensi menggambarkan bagaimana sumber daya
tersebut dikelola secara tepat dan benar. Efisiensi yang tinggi dalam mencapai
sasaran akan menghasilkan produktifitas yang tinggi dan salah urus dalam
mengelolala usaha atau organisasi dapat mengakibatkan rendahnya tingkat efektivitas
dan efisiensi.
Efektivitas dengan efisiensi rendah dapat mengakibatkan ekonomi biaya
tinggi, sebaliknya efisiensi tinggi tetapi tidak efektif berarti tidak tercapainya sasaran
atau terjadinya penyimpangan sasaran22
Sedangkan dalam manajemen Islam untuk mengatur hidupnya agar efektif
adalah sebagai berikut:23
a. Prinsip keseimbangan, maksudnya dalam menjalankan suatu kegiatan seorang
muslim haruslah berbuat, bertindak yang harmonis, pantas dan wajar dan tidak
berlebih-lebihan, tidak juga kikir dan pelit.
21 Sujudi, F.X,O & M Penunjang Keberhasilan Proses Management, (Jakarta,CV.masagung,
1990)cet, ke-3 h. 36-39
22 Kisdanto Atmo Soeprapto,Produktivitas Aktualisasi Budaya Perusahaan, (Jakarta, Media
Kumpotindo, 2000,) h. 15
23 Mochtar Efendy, Manajemen Suatu Pengantar Berdasarkan Ajaran Islam h.153-158
b. Prinsip mencapai kemanfaatan, maksudnya seorang muslim dalam menjalankan
kegiatan usahanya harus bermanfaat bagi dirinya, bagi orang lain, bagi
lingkungan dan agamanya.
c. Prinsip tidak boros, yang dimaksud disini adalah setiap muslim dalam
menjalankan aktivitasnya dalam menggunakan harta, waktu, dan tenaga tidak
digunakan secara boros. Jika dilihat dari sudut eakonomi sifat boros termasuk
biaya sehingga dalam penggunaan biaya menjadi beban dalam manajemen.
d. Prinsip berlaku adil, maksudnya adalah seorang yang ingin mencapai tindakan
yang efisien haruslah berlaku adil terhadap dirinya, terhadap orang lain, dan adil
dalam semua perbuatannya.
D. Penjualan
Istilah penjualan terkadang dianggap sama dengan istilah pemasaran. Padahal
kedua istilah tersebut mempunyai ruang lingkup yang berbeda. Pemasaran meliputi
kegiatan yang luas, sedangkan penjualan hanyalah merupakan satu kegiatan saja di
dalam pemasaran. Untuk memperoleh gambaran yang jelas haruslah diketahui
terlebih dahulu definisi dari pemasaran.
Pemasaran adalah sistem keseluruhan dari kegiatan usaha yang ditujukan
untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan
barang, jasa, ide kepada pasar sasaran agar dapat mencapai tujuan organisasi.24
24 Swastha, Basu, Manajemen Penjualan, (Yogyakarta: BPFE, 2001) Ed.3, h.8.
Berdasarkan definisi tersebut dapat dilihat bahwa proses pemasaran dimulai
sejak sebelum barang-barang diproduksi, tidak dimulai pada saat produksi selesai,
juga tidak berakhir dengan penjualan. Semua keputusan yang diambil dalam bidang
pemasaran harus ditujukan untuk menentukan produk dan pasarnya, harganya, serta
promosinya.
1. Pengertian Penjualan
Menurut Hopkins T, penjualan adalah proses permintaan atas barang dan jasa
dari produsen kepada mereka yang membutuhkan atau mereka yang akan mengambil
manfaat sebesar-besarnya dari barang atau jasa tersebut dengan melalui transaksi
pembelian.25
2. Tujuan Umum Penjualan
Pada umumnya, para pengusaha mempunyai tujuan untuk mendapatkan laba
semaksimal mungkin, dan mempertahankan atau bahkan berusaha meningkatkannya
untuk jangka waktu lama. Tujuan itu dapat tercapai apabila penjualan dapat
dilaksanakan seperti yang direncanakan, dengan demikian tidak berarti bahwa barang
atau jasa yang terjual selalu akan menghasilkan laba.
Perusahaan umumnya mempunyai tiga tujuan umum dalam penjualannya26
,
yaitu:
a. Mencapai volume penjualan tertentu
b. Mendapatkan laba tertentu
25 T, Hopkins, Selling for Dummies, (California: IGD, Books Worldwide, 1995) h.9.
26 Swastha, Manajemen Penjualan, h.80.
c. Menunjang pertumbuhan perusahaan
Usaha-usaha untuk mencapai ketiga tujuan itu tidak sepenuhnya hanya
dilakukan oleh pelaksana penjualan atau para penjual, untuk itu perlu adanya kerja
sama yang baik diantara fungsionaris dalam perusahaan (seperti bagian produksi yang
membuat produknya, bagian keuangan yang menyediakan dananya, bagian personalia
yang menyediakan tenaganya, dan sebagainya) maupun dengan para penyalur.
Namun demikian semua ini tetap menjadi tanggung jawab pimpinan atau top manager
untuk mengukur seberapa besar kesukswsan atau kegagalan yang dihadapi.
3. Penjualan Sebagai Fungsi Pemasaran
Fungsi penjualan merupakan fungsi yang paling penting dari suatu kegiatan
perusahaan. Perusahaan harus menentukan selisih antara input dan output. Keuangan
perusahaan tergantung dari usaha penjualan yang dapat terealisir melalui penjualan
yang terus-menerus disertai kenaikan volume penjualan dan harga yang dapat
dijangkau oleh konsumen.
Fungsi penjualan mencakup sejumlah fungsi-fungsi tambahan sebagai berikut:
a. Fungsi perencanaan dan pengembangan produk
Penjualan harus menawarkan produk yang akan memenuhi kebutuhan serta
keinginan para pembeli. Ia harus memutuskan produk yang akan
diproduksinya dan bilamana ia harus memproduksinya. Ia harus menyediakan
produk bilamana pembeli menginginkannya dan dengan harga yang bersedia
dibayar oleh pembeli. Perencanaan produk dapat dianggap sebagai fungsi
produksi tetapi hal itu penting pula bagi pemasaran.
b. Fungsi mencari kontak
Fungsi ini mencakup tindakan mencari dan melokasi pembeli potensial yang
dilakukanoleh para penjual.
c. Fungsi penciptaan permintaan
Fungsi ini mencakup semua usaha khusus yang dilakukan oleh para penjual
untuk merangsang para pembeli untuk membeli produk mereka. Karena
pengusaha ingin memperbesar volume penjualannya, maka usaha
menciptakan permintaan sangat luas sekali dan di dalamnya tercakup tindakan
menjual secara personil atau personal selling, mengadakan reklame dan lain-
lain.
d. Fungsi mengadakan perundingan
Syarat serta kondisi penjualan harus dirundingkan oleh para pembeli dan
penjual, yang mencakup kuantitas, kualitas, produk, harga, dan waktu.
f. Fungsi kontraktual
Fungsi ini mencakup persetujuan akhir untuk melaksanakan penjualan inklusif
transfer hak milik.
4. Konsep Penjualan dalam Islam
Jual Beli dalam istilah fiqh disebut dengan al bai’ yang berarti menjual,
mengganti, dan menukar sesuatu dengan sesuatu yang lain.Lafal al ba’ dalam bahasa
Arab terkadang digunakan untuk pengertian lawannya, yakni kata asy-syira’ (beli),
dengan demikian kata al bai’ berarti jual tetapi sekaligus juga berarti beli.27
Jadi jual
beli adalah tukar menukar sesuatu yang diingini dengan yang sepadan melalui cara
tertentu yang bermanfaat.
Pada masyarakat primitife jual beli dilangsungkan dengan cara saling
menukarkan harta dengan harta/barter (al-muqayadah), tidak dengan uang
sebagaimana berlaku di zaman ini karena masyarakat primitife belum mengenal
adanya alat tukar seperti uang, sedangkan setelah manusia mengenal nilai tukar
(uang) jual beli muqayyadah mulai kehilangan tempat, karena saat ini masyarakat
sudah mengenal adanya uang yaitu sebagai alat tukar.
Islam bukan hanya mengajarkan umatnya tetang masalah ukhrowi tetapi juga
dalam masalah-masalah dunia yang menyangkut kehidupan sehari-hari termasuk di
dalamnya adalah masalah ekonomi dan salah satunya adalah jual beli dan juga
mengajarkan bagaimana seharusnya etika bisnis yang bagus dalam masyarakat yang
tidak merugikan siapapun, manusia bekerja bukan hanya untuk meraih sukses di
dunia ini namun juga untuk kesuksesan di akhirat, semua kerja seseorang akan
mengalami efek yang demikian besar pada diri seseorang, baik efek positif maupun
efek negative, dia harus bertanggung jawab dan harus memikul semua konsekuensi
aksi dan transaksinya selama di dunia ini pada saatnya nanti di akhirat yang dikenal
dengan yaumul hisab.28
27 Dr. H.Nasrun Haroen MA, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2000) h.111
28 Dr. Mustaq Ahmad, Etika Bisnis dalam Islam, (Jakarta: Pustaka Al Kautsar, 2001) h.35
Rasululah Saw sangat banyak memberikan petunjuk mengenai etika bisnis
dan cara jual beli yang Islami, di antaranya ialah: Pertama, bahwa prinsip esensial
dalam bisnis adalah kejujuran Dalam doktrin Islam, kejujuran merupakan syarat
fundamental dalam kegiatan bisnis. Rasulullah sangat intens menganjurkan kejujuran
dalam aktivitas bisnis, Kedua, kesadaran tentang signifikansi sosial kegiatan bisnis.
Pelaku bisnis menurut Islam, tidak hanya sekedar mengejar keuntungan sebanyak-
banyaknya, sebagaimana yang diajarkan Bapak ekonomi kapitalis, Adam Smith,
tetapi juga berorientasi kepada sikap ta’awun (menolong orang lain) sebagai
implikasi sosial kegiatan bisnis. Tegasnya, berbisnis, bukan mencari untung material
semata, tetapi didasari kesadaran memberi kemudahan bagi orang lain dengan
menjual barang.29
Dan juga harus bersikap ramah-tamah dan tidak merugikan orang
lain.
Dalam Buku Etika Bisnis karangan Dr. Mustaq Ahmad h.38 bahwa bisnis/jual
beli yang menguntungkan sesuai dalam pandangan Al Quran mengandung tiga
elemen dasar yaitu:
• Mengetahui investasi yang paling baik
• Membuat keputusan yang logis, sehat dan masuk akal
• Mengikuti perilaku yang baik
Dalam sejarah, agama Islam telah mempunyai pandangan yang positif
terhadap perdagangan dan kegiatan ekonomis. Nabi Muhammad SAW adalah
29 www.agustinto.niriah.com
seorang pedagang, dan agama Islam disebarluaskan terutama melalui para pedagang
muslim, Dalam Al Qur’an disebutkan bahwa:
Artinya: Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan
seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan)
penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan
mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan
riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.
Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu
terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah
diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah)
kepada Allah. Orang yang mengulangi (mengambil riba), maka orang itu
adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.
E. Da’I Muamalat
BMI berinisiatif membangun kerjasama dengan BMM di dalam hal
pemasaran produk shar-e, kerjasama ini bertujuan untuk mendongkrak dan
meningkatkan angka penjualan kartu shar-e, sehingga seluruh masyarakat dapat
bertransaksi secara syariah, dengan menggunakan komunikasi pemasaran yang tepat.
Kerjasama yang dibangun melahirkan Da’I Muamalat yang menggunakan strategi
personal selling sebagai bagian dari strategi utamanya. Oleh karenanya, kerjasama ini
dipandang sebagai salah satu strategi pemasaran produk yang tergolong unik,
sehingga menarik untuk diteliti lebih lanjut pengaruhnya sebagai pola pemasaran
syariah dengan baragam turunannya, terhadap kenaikan penjualan produk.
Definisi da’I muamalat (DM) menurut BMM adalah seorang yang memahami
syariah islam di bidang ekonomi yang mampu memberikan pemahaman mengubah
perilaku masyarakat dari tidak tahu dan tidak peduli terhadap syariah islam di bidang
ekonomi, menjadi tahu, paham, sadar, dan peduli untuk melaksanakan dalam seluruh
perekonomiannya30
.oleh karenanya, untuk menjadi da’i muamalat, BMM menetapkan
beberapa standarisasi yang cukup ketat, terutama karena wilayah pemasarannya nanti
lebih diutamakan pada wilayah yang disana belum berdiri pelayanan cabang dari BMI
atau biasa disebut unserved area.
Da’I muamalat pertama kali diluncurkan pada bulan juni 2005 dengan
merekrut 81 orang tenaga da’I setelah melalui proses seleksi administrasi dan
kemudian diwajibkan mengikuti pelatihan intensif selama 1 minggu31
, yang meliputi
pembinaan fisik, mental, keilmuan, sebelum akhirnya diberikan amanah untuk
mengemban misi penjualan produk shar-e melalui jalur pembinaan dan da’wah secara
langsung dengan bertatap muka kepada masyarakat yang berada dalam wilayah
sesuai pembagiannya, seperti Jawa, Bali, Madura, Lampung, sebagian Kalimantan,
dan diperluas ke wilayah Irian, sulawesi, NTT dan bulan Februari 2006 lalu dengan
tambahan da’i baru menjadi total da’i 250 da’i. pada setiap area dipilih sebuah
empowering house (EH), yang dipimpin seorang kooordinator da’i, dan secara
berkala mengadakan pertemuan guna support system, pembinaan DM, evaluasi
pemasaran
30 Dikutip dari Tesis Wido supraha, Strategi Personal Selling Da’I Muamalat di dalam
memasarkan Produk Shar-e, 2007 h. 47
31 Hasil wawancara pribadi dengan Nurjamal karyawan BMM pada tanggal 28 Mei 2008
Laporan dari setiap DM diberikan kepada Koordinator DM setiap harinya, dan
kemudian coordinator DM melaporkan kepada manager 279, istilah untuk menager
BMI di wilayah terdekat dari area kerja, dan juga kepada coordinator pusat BMM
secara berkala setiap minggu dan setiap bulannya. Adapun seluruh biaya operasional
termasuk konpensasi da’i dipenuhi oleh BMI Pembina yang berlokasi paling dekat
dengan unserved area. BMI Pembina ini bertugas memberikan pembinaan dan
pengarahan langsung kepada team da’i muamalat, saat ini terdapat 17 Empowering
House (EH) yang tersebar di 17 daerah yakni Pandeglang, Kerawang, Majalengka,
Banjarnegara, Wonosobo, Pati, Unggaran, Sukoharjo, Wates, Mediun, Blitar,
Probolilnggo, Bondowoso, Madura, Jombang, Kotabumi, dan Singaraja.
Da’I muamalat diberikan kepercayaan penuh untuk bebas berkreasi dan
berimprovisasi dalam mengejar target-terget penjualannya yang telah ditetapkan oleh
BMM dengan menggunakan beragam media seperti presentasi, ceramah agama baik
melalui mesjid-mesjid, pesantren-pesantren atau sekolah-sekolah, dan beragam
institusi yang disana terdapat kesempatan untuk menyampaikan misi da’wah ini.
oleh karenanya dapat dilihat bahwa terdapat unsure pendidikan sekaligus
muatan materi perekonomian di dalam program ini yang sangat menarik untuk dapat
didukung bersama, tentunya dengan terus meningkatkan kualitas produk jual itu
sendiri yang akan berdampak pada citra ekonomi syariah di mata para penggunanya.
Program ini pun pantas didukung oleh seluruh pemerhati ekonomi syariah
dikarenakan para da’I ini pada hakikatnya mengawal fatwa majelis ulama (MUI)
tentang haramnya bunga bank, yang tentu dalam posisi ini mereka dapat disebut
sebagai konsultan perbankan yang berinteraksi langsung dengan masyarakat awam.
Singkatnya DM melakukan da’wah perbankan syariah di kabupaten-kabupaten
unserved area.
Dalam perjalanannya, DM mendapatkan cukup banyak permasalahan dan
hambatan dari lapangan yang telah menjadi input berharga bagi peningkatan kualitas
pengembangan ekonomi syariah di negeri ini seperti tingkat penerimaan masyarakat
atas konsep ekonomi syariah, tingkat kemudahan pemakaian teknologi, dukungan
bank cabang wilayah terdekat, sampai pada masalah sejauh mana efektifitas program
da’I muamalat khususnya dalam mendongkrak penjualan kartu shar-e BMI.
BAB III
OBJEK PENELITIAN
A. Gambaran Umum Bank Muamalat Indonesia
1. Sejarah Perkembangan PT Bank Muamalat Indonesia
PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk didirikan pada 24 Rabius Tsani 1412 H
atau 1 Nopember 1991 yang diprakarsai oleh beberapa tokoh Majelis Ulama Indonesa
(MUI) dan Pemerintah. Muamalat mulai beroperasi 27 Syawwal 1412 H atau 1 Mei
199232
. Dengan dukungan tokoh-tokoh dan pemimpin Muslim terkemuka dan
beberapa pengusaha muslim, pendiriannya juga mendapat dukungan masyarakat
berupa komitmen pembelian sahamsenilai Rp 84 miliar pada saat penandatanganan
Akta Pendirian Perseroan. Selanjutnya, dalam acara silaturahmi pendirian di Istana
Bogor, diperoleh tambahan modal dari masyarakat Jawa Barat sebesar Rp 106 miliar
sebagai wujud dukungannya.
Pada 27 Oktober 1994, hanya dua tahun setelah didirikan, Bank Muamalat
berhasil menyandang predikat Bank Devisa. Pengakuan ini semakin memperkokoh
posisinya sebagai bank syariah pertama dan terkemuka di Indonesia dengan beragam
jasa dan produk yang terus dikembangkan33
.
32 Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Yogyakarta: Ekonisia, 2004) Cet
ke-2 h. 35
33 www.bankmuamalat.com
Krisis moneter tahun 1997-1998 telah memporakporandakan sebagian besar
perekonomian Asia Tenggara. Sektor perbankan nasional terbelit negatif spread dan
bencana kredit macet. Akibatnya sejumlah bank mengalami kondisi terburuk dalam
pengawasan Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) dan terpaksa harus
memperoleh rekapitalisasi dari pemerintah.
Sistem syariah menjadikan Bank Muamalat terjaga dari negatif spread pada
saat krisis moneter menghantam sehingga bank syariah pertama ini tetap bertahan
dalam kategori A yang tidak membutuhkan pengawasan BPPN maupun rekapitalisasi
pemerintah.
Dalam upaya memperkuat permodalan, Bank Muamalat berupaya mencari
pemodal potensial dan mendapat tanggapan positif dari Islamic Development Bank
(IDB) yang berkedudukan di Jeddah, Saudi Arabia. Pada Rapat Umum Pemegang
Saham 21 Juni 1999, IDB secara resmi menjadi salah satu pemegang saham Bank
Muamalat. Kurun waktu antara tahun 1999 dan 2000 merupakan masa yang penuh
tantangan dan keberhasilan bagi Bank Muamalat.
Dalam periode tersebut, Bank Muamalat berhasil membalikkan keadaan dari
kondisi rugi menjadi laba berkat upaya dan dedikasi dari setiap Kru Muamalat,
ditunjang oleh kepemimpinan yang kuat, strategi pengembangan usaha yang tepat,
serta ketaatan terhadap pelaksanaan perbankan syariah secara murni.
Bank Muamalat berhasil melalui masa sulit dan bangkit dari keterpurukan
yang diawali dengan pengangkatan direksi baru dari internal. Kenudian menggelar
rencana kerja lima tahun yang berhasil mengembalikan Bank Muamalat ke kondisi
keuangan dan pertumbuhan yang berkesinambungan.
Dari tahun 1998 hingga 2007, total asset Bank Muamalat meningkat
mendekati 2.100% dan ekuitas tumbuh sebesar 2.000%.34
Perkembangan tersebut menambah jumlah asset Bank Muamalat menjadi Rp
10,57 triliun di akhir tahun 2007, dengan modal pemegang saham mencapai Rp
846,16 miliar dan pencapaian laba bersih sebesar Rp 145,33 miliar, menjadikan bank
syariah yang paling menguntungkan di Indonesia35
.
Di tahun 2004, sebuah inovasi lahir untuk mengawali fatwa MUI tentang
haramnya bunga bank, yaitu dengan diluncurkannya produk Shar-E. Shar-E lahir
untuk memberi pelayanan di wilayah yang sebelumnya tak terlayani (un-served area)
dan menggugurkan unsur ketidaktersediaan jaringan layanan perbankan syariah yang
memperoleh pengecualian fatwa MUI tersebut diatas. Berkat terobosan ini, Shar-E
meraih predikat The Most Innovative Product untuk kategori “Customer Modes of
Entry” dari Kementrian Negara Riset dan Teknologi/ Badan Pengkajian dan
Penerapan Teknologi (BPPT).
Shar-E tidak hanya memperluas jaringan pelayanan, namun juga berdampak
pada pertumbuhan nasabah yang luar biasa dan menambah ratusan ribu rekening
tabungan baru. Sejak kehadiran Shar-E, Bank Muamalat berhasil mengembangkan
jaringan pelayanannya secara pesat dan signifikan.
34 Dikutip dari Laporan Tahunan 2007 Annual Report Bank Muamalat Indonesia, h. 6
35 Ibid, h. 7
2. Visi, Misi, dan Strategi PT Bank Muamalat Indonesia
1. Visi
Menjadi Bank Syariah utama di Indonesia, dominan di pasar spiritual,
dikagumi di padar rasional.
2. Misi
Menjadi ROLE MODEL Lembaga Keuangan Syariah dunia dengan
penekanan pada semangat kewirausahaan, keunggulan manajemen dan
orientasi investasi yang inovatif untuk memaksimumkan nilai kepada
stakeholder.
3. Strategi36
Menerapkan konsep-konsep syariah murni yang Islami, dan meningkatkan
Fee Based Income. Untuk mencapai tujuannnya PT Bank Muamalat Indonesia
mendasarkan usaha dengan kegiatan sebagai berikut:
a. Sasaran pembinaan yaitu membina dan mempercepat perkembangan
masyarakat ekonomi menengah kebawah bangsa Indonesia untuk
menjembatani kesenjangan social ekonomi yang terjadi karena dampak
pembangunan, sehingga terbentuk dasar yang kokoh bagi pengembangan
36 Jurnal Muamalat, Tahun 2004
manusia Indonesia seutuhnya dalam Pembangunan Nasional jangka
panjang 25 tahun kedua.
b. Strategi Pengembangan
• Bekerjasama dengan baik dengan Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
yang telah ada. Mendorong pengembangan Bank Perkreditan Rakyat
baru di daerah potensial.
• Bekerjasama dengan Badan Amil Zakat, Infaq, dan Shodaqoh
(BAZIS) mengintensifkan pengelolaan dana zakat, infaq, dan
shodaqoh.
• Merangsang tumbuh dan berkembang lebih baik lembaga-lembaga
penyediaan bantuan teknik manajemen untuk pengusaha kecil dan
menengah.
• Merangsang tumbuh dan berkembang lebih baik lembaga-lembaga
penyediaan bantuan pembinaan ketrampilan akuntansi.
• Mengembangkan peranan kelembagaan penyediaan teknologi pasca
panen.
• Mengembangkan peranan kelembagaan pemasaran hasil produksi.
3. Struktur Organisasi PT Bank Muamalat Indonesia37
37 www.muamalatbank.com
Organisasi merupakan proses untuk merancang struktur format yang
mengelompokkan dan mengatur serta membagi tugas diantara para anggota untuk
mencapai tujuan. Dari pengertian ini perlu kita ketahui bentuk organisasi yang ada
pada bank syariah. Bank syariah dapat memiliki struktur yang sama dengan bank
konvensional misalnya dalam hal komisaris dan direksi, tetapi yang sangat
membedakan dari bank syariah adalah keharusan adanya Dewan Pengawas Syariah
(DPS) yang bertugas mengawasi operasional bank dan produk-produknya agar sesuai
dengan landasan syariat yang ditunjuk oleh Dewan Syariah Nsional (DSN).38
Gambar 3.1
Struktur Organisasi PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk
38 Bank Indonesia, Petunjuk Pelaksanaan Pembentukan Kantor Bank Syariah, Desember 1999,
h. 25.
Sumber: Bank Muamalat Indonesia
1. Shareholder Meeting (Rapat Umum Pemegang Saham/RUPS)
Pemilik saham bertindak sebagai pemilik modal dan terdiri atas umat Islam
yang berpartisipasi membeli saham PT Bank Muamalat Indonesia. Oleh karena itu,
RUPS mempunyai kedudukan tertinggi dalam organisasi PT Bank Muamalat
Indoneisa.
2. Sharia Supervisory Board (Dewan Pengawas Syariah)
Dewan Pengawas Syariah (DPS) biasanya diletakkan pada posisi setingkat
Dewan Komisaris pada setia bank. Hal ini untuk menjamin efektifitas dari setiap
opini yang diberikan oleh DPS. Karena itu, penetapan anggota DPS biasanya
dilakukan oleh RUPS, setelah para anggota DPS itu mendapat rekomendasi dari
DSN.
3. Board of Commissioners (Dewan Komisaris)
Dewan komisaris bertugas sebagai penentu garis-garis besar kebijakan
perusahaan, diantaranya adalah mengawasi kebijakan direksi dalam menjalankan
perseroan serta memberikan nasihat kepada direksi dan melaksanakan tugas-tugas
secara khusus yang diamanatkan dalam anggaran dasar.
4. President Director (Dewan Direksi)
Direksi sebagai pejabat pelaksanaan yang terlibat langsung dan bertanggung
jawab atas kegiatan operasi bank. Tugas-tugasnya adalah menghimpun dan mengurus
perseroan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan dan senantiasa berusaha
meningkatkan efisiensi dan efektifitas perseroan.
KEPENGURUSAN PT BANK MUAMALAT INDONESIA
1. Dewan Pengawas Syariah (Sharia Supervisory Board)
Ketua : K.H. M.A Sahal Mahfudh
Anggota : Prof. Dr. H. Muardi Chatib
Prof. Dr. H. Umar Shihab
K.H Ma’ruf Amin
2. Dewan Komisaris (Board of Commissioners)
Komisaris Utama : Drs. H. Abbas Adhar
Komisaris : Drs. Aulia Pohan, M.A
Prof. Korkut Ozal
H. Iskandar Zulkarnain, S.E. M.Si
Dr. Ahmed Abisourour
3. Direksi (Board of Directors)
Direktur Utama : H.A. Riawan Amin, M.Sc
Direktur : Ir.H. Arviyan Arifin
Ir.H. Andi Buchari, M.M
Drs.U. Saefudin Noer, M.Si
H.M. Hidayat, S.E.Ak
4. Produk dan Jasa PT Bank Muamalat Indonesia39
1. Produk Penghimpunan Dana
a. Shar-E
Merupakan layanan virtual banking melalui kartu tabungan dan transaksi isi
ulang yang dilayani oleh jaringan kantor pos online di seluruh Indonesia
yang belum terdapat kantor bank syariah dan merupakan solusi untuk
mengatasi kondisi darurat setelah fatwa MUI bahwa bunga bank haram.
Shar-E adalah tabungan instant investasi syariah yang memadukan
kemudahan akses ATM, debit dan phone banking dalam satu kartu dan
dapat dibeli di kantor pos seluruh Indonesia. Hanya dengan Rp 125.000,-
langsung dapat diperoleh satu kartu Shar-E dengan saldo awal Rp 100.000,-
sebagai sarana menabung dan berinvestasi di Bank Muamalat. Shar-E dapat
dibeli melalui kantor pos Diinvestasikan hanya untuk usaha halal dengan
bagi hasil kompetitif.
Tarik tunai bebas biaya di seluruh jaringan ATM BCA/PRIMA dan ATM
Bersama, akses di seluruh merchant Debit BCA/PRIMA dan fasilitas
SalaMuamalat. (Phone Banking 24 jam untuk layanan otomatis cek saldo,
informasi histori transaksi, transfer antar rekening sampai dengan Rp 50 juta
dan berbagai pembayaran).
b. Fullprotek
39 www.bankmuamalat.com
Kartu investasi berasuransi yang dikelola secara murni syariah dengan bagi
hasil menguntungkan, bekerja sama dengan Asuransi Takaful Keluarga.
FulPROTEK merupakan kartu multiguna yang berfungsi sebagai kartu
asuransi, ATM dan debit.
c. Sharia Mega Covers
Merupakan kartu tabungan multiguna berasuransi yang dikelola murni
secara syariah dengan bagi hasil menguntungkan, bekerja sama dengan
Mega Life dan Mega Insurance Syariah. Sharia Mega Covers menawarkan
berbagai macam kemudahan antara lain sebagai kartu asuransi, ATM dan
debit, tarik tunai bebas biaya disemua ATM Muamalat, ATM BCA dan
ATM Bersama di seluruh Indonesia bahkan di jaringan ATM Malaysia yang
tergabung dalam MEPS (Malaysia Electronic Payment System).
d. Taawun Card
Sebuah inovasi baru dari Bank Muamalat Indonesia, bekerja sama dengan
Asuransi Bintang Syariah dan Panin Life Syariah. Sebuah kartu tabungan
dengan berbagai macam fungsi, yaitu: ATM, Kartu Kredit dan transaksi
perbankan lainnya, juga memiliki fungsi Asuransi Rumah, Santunan Rawat
Inap, Asuransi Kecelakaan dan Asuransi Pendidikan.
e. Kas Kilat
Layanan pengiriman uang yang cepat, mudah, murah dan aman dari
Malaysia ke keluarga di tanah air melalui rekening tabungan Shar-E, bekerja
sama dengan Bank Muamalat Malaysia Berhad. Muamalat kas kilat-i
(mk2)-pengiriman uang secepat kilat dari Malaysia ke Indonesia.
f. Tabungan Ummat
Merupakan tabungan dengan akad mudharabah di counter Bank Muamalat
di seluruh Indonesia maupun di Gerai Muamalat yang penarikannya dapat
dilakukan setiap saat di seluruh counter Bank Muamalat, jaringan ATM
BCA/PRIMA dan jaringan ATM Bersama.Tabungan Ummat dengan kartu
Muamalat juga dapat berfungsi sebagai akses debit di seluruh merchant
Debit BCA/PRIMA di seluruh Indonesia. Nasabah memperoleh bagi hasil
yang berasal dari pendapatan bank atas dana tersebut.
g. Tabungan Arafah
Merupakan tabungan yang dimaksudkan untuk mewujudkan niat nasabah
untuk menunaikan ibadah haji. Produk ini akan membantu nasabah untuk
merencanakan ibadah haji sesuai dengan kemampuan keuangan dan waktu
pelaksanaan yang diinginkan. Dengan fasilitas asuransi jiwa, Insyaallah
pelaksanaan haji tetap terjamin.
h. Deposito Mudharabah
Yaitu investasi berjangka bagi nasabah perorangan dan badan hokum
dengan bagi hasil yang menarik. Simpanan dana masyarakat akan dikelola
melalui pembiayaan kepada sector riil yang halal, sehingga memberikan
bagi hasil yang halal, tersedia dalam jangka waktu 1, 3, 6, dan 12 bulan.
i. Deposito Fulinves
Merupakan jenis investasi berjangka yang dikhususkan bagi nasabah
perorangan, dengan jangka waktu 1, 6 dan 12 bulan dengan nilai nominal
minimal Rp 2.000.000 dengan fasilitas asuransi jiwa yang dapat
diperpanjang secara otomatis (Automatic Roll Over) dan dapat dipergunakan
sebagai jaminan pembiayaan atau untuk referensi Bank Muamalat. Nasabah
memperoleh bagi hasil yang sangat menarik setiap bulan.
j. Giro Wadi’ah
Merupakan titipan dana pihak ketiga berupa simpanan giro yang
penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet,
giro, pemindahbukuan. Diperuntukkan bagi nasabah pribadi maupun
perusahaan untuk mendukung aktivitas usaha. Tarik tunai bebas biaya di
seluruh jaringan ATM BCA/ PRIMA dan ATM Bersama, akses di seluruh
merchant Debit BCA/ PRIMA dan fasilitas SalaMuamalat. (Phone Banking
24 jam untuk layanan otomatis cek saldo, informasi histori transaksi,
transfer antar rekening sampai dengan Rp 50 juta dan berbagai
pembayaran).
k. Dana Pensiun Muamalat
Dana Pensiun Muamalat dapat diikuti oleh mereka yang berusia minimal 18
tahun, atau sudah menikah dan berusia maksimal 60 tahun. Iuran ini sangat
terjangkau, yaitu minimal Rp 20.000 per bulan dan pembayarannya dapat
didebet secara otomatis dari rekening Bank Muamalat atau dapat ditransfer
dari bank lain.
2. Produk Penanaman Dana
2.1. Konsep Jual Beli
a. Murabahah
Adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang
disepakati. Harga jual tidak boleh berubah selama masa perjanjian. Konsep
ini untuk penanaman Modal Kerja, Investasi dan Konsumtif.
b. Istishna’
Adalah jual beli dimana Shaani’ (produsen) ditugaskan untuk membuat
suatu barang (pesanan) dari Mustashni’ (pemesan). Istishna’ sama dengan
Salam yaitu dari segi obyek pesanannya yang harus dibuat atau dipesan
terlebih dahulu dengan ciri-ciri khusus. Perbedaannya hanya pada system
pembayarannya yaitu istishna’ pembayaran dapat dilakukan di awal, di
tengah atau di akhir pesanan. Untuk pembiayaan pembangunan gedung
(penyediaan barang yang baru memiliki kriteria-kriteria).
c. Salam
Adalah pembelian barang yang diserahkan di kemudian hari dimana
pembayaran dilakukan dimuka secara tunai. Untuk pembiayaan pertanian.
2.2. Konsep Bagi Hasil
a. Musyarakah
Adalah kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu,
dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana (atau amal/
expertise) dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko akan
ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.
b. Mudharabah
Adalah kerja sama antara bank dengan mudharib (nasabah) yang
mempunyai keahlian atau ketrampilan untuk mengelola usaha. Dalam hal ini
pemilik modal (shahibul maal) menyerahkan modalnya kepada pekerja/
pedagang (mudharib) untuk dikelola. Musyarakah dan Mudharabah banyak
digunakan untuk pembiayaan proyek atau usaha-usaha yang mudah dalam
penentuan pendapatan dan biaya usaha.
2.3.Konsep Sewa
a. Ijarah
Adalah perjanjian antara Bank (Mu’ajjir) dengan nasabah (Musta’jir)
sebagai penyewa suatu barang milik Bank, dan Bank mendapatkan imbalan
jasa atas barang yang disewakannya. Ijarah dan IMBT digunakan untuk
pembiayaan alat-alat berat.
b. Ijarah Muntahia Bittamlik (IMBT)
Adalah perjanjian antara Bank (Mu’ajjir) dengan nasabah (Musta’jir)
sebagai penyewa. Musta’jir/penyewa setuju akan membayar uang sewa
selama masa sewa yang diperjanjikan dan bila sewa berakhir penyewa
mempunyai hak opsi untuk memindahkan kepemilikan obyek sewa tersebut.
2.4.Produk Sewa
a. Wakalah
Berarti penyerahan, pendelegasian ataupemberian mandat. Secara teknis
perbankan, wakalah adalah akad pemberian wewenang/ kuasa dari lembaga/
seseorang (sebagai pemberi mandat) kepada pihak lain (sebagai wakil)
untuk melaksanakan urusan dengan batas kewenangan dan waktu tertentu.
Segala hak dan Kewajiban yang diemban wakil harus mengatasnamakan
yang memberi kuasa. Prinsip wakalah digunakan untuk collection, agency/
arranger.
b. Kafalah
Merupakan jaminan yang diberikan oleh penanggung (kafil) kepada pihak
ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung.
Dalam penertian lain, Kafalah juga berarti mengalihkan tanggung jawab
seseorang yang dijamin dengan berpegang pada tanggung jawab orang lain
sebagai penjamin. Prinsip kafalah digunakan pada Bank Garansi atau Letter
of Credit (L/C).
c. Hawalah
Adalah pengalihan hutang dari orang yang berhutang kepada orang lain
yang wajib menanggungnya. Dalam pengertian lain, merupakan
pemindahan beban hutang dari muhil (orang yang berhutang) menjadi
tanggungan muhal’alaih atau orang yang berkewajiban membayar hutang.
d. Rahn
Adalah menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai jaminan atas
pinjaman yang diterimanya. Barang yang ditahan tersebut memiliki nilai
ekonomis, sehingga pihak yang menahan memperoleh jaminan untuk dapat
mengambil seluruh atau sebagian piutangnya. Secara sederhana Rahn adalah
jaminan hutang atau gadai.
e. Qardh
Adalah pemberian hata kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta
kembali. Menurut teknis perbankan, Qardh adalah pemberian pinjaman dari
bank kepada nasabah yang dipergunakan untuk kebutuhan mendesak,
seperti dana talangan dengan kriteria tertentu dan bukan untuk pinjaman
yang bersifat konsumtif. Pengembalian pinjaman ditentukan dalam jangka
waktu tertentu (sesuai kesepakatan bersama) sebesar pinjaman tanpa ada
tambahan keuntungan dan pembayarannya dilakukan secara angsuran atau
sekaligus.
2.5. Jasa Layanan
a. ATM
Layanan ATM 24 jam yang memudahkan nasabah melakukan penarikan
dana tunai, pemindahbukuan antar rekening, pemeriksaan saldo,
pembayaran Zakat, Infaq dan Shadaqah (hanya pada ATM Muamalat), dan
tagihan telepon. Untuk penarikan tunai, kartu Muamalat dapat diakses di
seluruh ATM di seluruh Indonesia, terdiri atas mesin ATM Muamalat, ATM
BCA/PRIMA dan ATM Bersama yang bebas biaya penarikan tunai. Kartu
Muamalat juga dapat dipakai untuk bertransaksi di seluruh merchant Debit
BCA/PRIMA. Untuk ATM Bersama dan BCA/PRIMA, saat ini sudah dapat
dilakukan transfer antar bank.
b. SalaMuamalat
Merupakan layanan phone banking 24 jam dan call center melalui (0210
2511616, 0807 1 MUAMALAT atau 0807 11 SHARE yang memberikan
kemudahan kepada nasabah setiap saat dan dimanapun nasabah berada
untuk memperoleh informasi mengenai produk, saldo dan informasi
transaksi, transfer antar rekening, serta mengubah PIN.
c. Pembayaran Zakat, Infaq dan Sedekah (ZIS)
Jasa yang memudahkan nasabah dalam membayar ZIS, baik ke lembaga
pengelola ZIS Bank Muamalat maupun ke lembaga ZIS lainnya yang
bekerja sama dengan Bank Muamalat, melalui phone banking dan ATM
Muamalat di seluruh cabang Bank Muamalat.
5. Perkembangan Bank Muamalat Indonesia dengan adanya Shar-e
Salah satu srategi Bank Muamalat di dalam melipatgandakan jangkauan serta
kehadiran produk dan layanan perbankan syariah dalam waktu yang sesingkat-
singkatnya adalah dengan strategi aliansi
Era kesatuan dunia menjadikan Bank Muamalat memilih strategi aliansi
dalam menghadirkan seluruh siklus layanannya (Muamalat Service Cycles), dari
pembukaan rekening sampai dengan penarikan tunai.
Untuk pembukaan rekening, Bank Muamalat telah beraliansi dengan PT POS
Indonesia sejak tahun 2003. Badan Usaha Milik Negara ini merupakan perusahaan
berpengalaman melayani transaksi tunai dan pengiriman uang dengan jumlah outlet
terluas di Indonesia.
Melalui Shar-e dan aliansi seluruh delivery channel, seluruh kabupaten di
Indonesia telah terlayani oleh Bank Muamalat. Sampai dengan akhir tahun 2007,
nasabah yang tidak terjangkau oleh Bank Syariah namun bisa terjangkau oleh Bank
Muamalat Indonesia dengan strategi aliansinya adalah 452.796 orang, atau 37% dari
total rekening Shar-e seluruh Indonesia. Bahkan nasabah-nasabah dari kabupaten atau
kota dari propinsi baru yang belum terjangkau bank syariah telah terlayani Shar-e.
Sejak kehadiran Shar-e, Bank Muamalat berhasil mengembangkan jaringan
pelayanannya secara pesat dan signifikan. Sampai dengan 31 maret 2008 melalui
2.861 SOPP (Sistem Online Payment Point), Bank Muamalat benar-benar telah
merentangkan jangkauan pelayanan hampir ke seluruh kecamatan di Indonesia, setiap
daerah yang terdapat kantor pos online dan Anjungan Tunai Mandiri (ATM) milik
bank manapun, serta merchant Debit Prima di seluruh pelosok tanah air, nasabah
Muamalat semakin mudah memperoleh akses dan semakin terlayani, Shar-e
mencerminkan keberhasilan Bank Muamalat untuk mengedepankan aliansi serta
inovasi hingga saat ini.
Perkembangan Jaringan Bank Muamalat Lima Tahun Terakhir
Tabel 3.1
Tahun Cabang Cabang
Pembantu
Kantor Kas Gerai
Muamalat
Unit
Pelayanan
Syariah
SOPP POS
2003 32 8 70 46 - -
2004 43 10 78 46 - -
2005 47 13 81 46 - 573
2006 51 8 89 43 18 1400
2007 51 8 90 43 21 1800
(Laporan Tahunan Bank Muamalat tahun 2007 hal 20)
Shar-e tidak hanya memperluas jaringan pelayanan , namun juga berdampak
pada pertumbuhan nasabah yang luar biasa dan menambah ratusan ribu rekening
tabungan baru. Seiring dengan waktu, Bank Muamalat meyakini bahwa Shar-e akan
menjadi peran kunci dalam menjaga rasio Rekening Giro dan rekening Tabungan
terhadap total dana pihak ketiga, sehingga diperoleh komposisi pendanaan yang ideal
dan efektif. Shar-e Juga mencerminkan keberhasilan Bank Muamalat, berikut
perkembangan nasabah Bank Muamalat Indonesia Lima Tahun Terakhir:
Rekening Nasabah Bank Muamalat40
Tabel 3.2
1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
Wadiah 8,044 9,442 10,684 11,937 13,148 14,989 18,278 22,465 26,722
Non Shar-E 205,143 249,104 297,086 349,943 411,879 517,022 615,044 694,310 724,975
Shar-E - - - - - 7,521 132,669 663,877 1,239,439
Mudharabah 29,228 35,847 43,914 55,529 71,710 95,225 119,849 147,173 157,259
TOTAL 243,015 294,033 351,684 417,409 496,737 634,757 885,840 1,527,825 2,148,395
Sumber: Laporan Tahunan Bank Muamalat, 2007
Sampai dengan 25 Januari 2008, Pemegang Rekening Shar-E Bank Muamalat
mencapai 1.310.524 kartu dari 440 kabupaten/kota dari seluruh Indonesia dan
beberapa negara lainnya. Saldo rata-rata yang berhasil dihimpun mencapai Rp.
1.338.860.363,04, atau saldo rata-rata per nasabah mencapai lebih dari Rp. 1 juta.
6. Perkembangan Kinerja Keuangan PT BMI Tbk dilihat dari Beberapa Rasio.
1. Rasio Likuiditas
Rasio FDR (Financing to Debt Ratio)
40 Laporan Tahunan Bank Muamalat, 2007, h.21
Gambar 3.2
Diagram Batang Pertumbuhan Rasio FDR
Dari diagram diatas dapat dijelaskan bahwa Rasio FDR PT BMI Tbk
dari tahun 2003-2007 mengalami peningkatan yang signifikan. Ini
menunjukkan bahwa PT BMI Tbk mampu membayar kembali kepada para
nasabahnya yang telah menanamkan dananya dengan menarik kembali
pembiayaan-pembiayaan yang telah diberikan kepada mudharibnya.
2. Rasio Solvabilitas
Faktor Permodalan (CAR= Capital Adequacy Ratio)
Gambar 3.3
Diagram Batang Pertumbuhan Rasio CAR
13.0412.17
16.33
14.23
10.69
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
14.00
16.00
18.00
2003 2004 2005 2006 2007
CAR
Dari diagram batang diatas dapat dijelaskan bahwa pada tahun 2005
PT BMI Tbk mengalami peningkatan rasio CAR sebesar 3.29% dibanding
rasio CAR tahun 2003. Hal ini menunjukkan bahwa PT BMI Tbk memiliki
kemampuan untuk menutupi kenaikan aktivanya sebagai akibat dari kerugian-
kerugian bank yang disebabkan oleh aktiva yang berisiko. Tetapi pada tahun
2007 rasio CAR PT BMI Tbk mengalami penurunan sebesar 4.46% dibanding
rasio CAR tahun 2006. Hal ini menunjukkan bahwa adanya penurunan
kecukupan modal dalam menunjang aktiva yang mengandung dan
menghasilkan risiko, ini tidak diimbangi dengan penurunan aktiva bank yang
mengandung risiko tersebut. Tetapi rasio ini masih cukup aman bagi PT BMI
Tbk karena berdasarkan ketentuan Bank Indonesia, bank sehat harus memiliki
CAR paling sedikit 8%.
Kesimpulan rasio Solvabilitas:
Kinerja Keuangan PT BMI Tbk dalam hal solvabilitas menunjukkan
bahwa PT BMI Tbk mempunyai kemampuan untuk memenuhi kewajiban
keuangannya apabila perusahaan tersebut dilikuidasi, baik kewajiban
keuangan jangka pendek dan jangka panjang dengan kekayaan yang
dimilikinya.41
3. Rasio Rentabilitas (Profitabilitas)
Beberapa rasio yang sering digunakan yakni:
a. Rasio ROA (Return On Assets)
41 Malayu Hasibuan, “Dasar-dasar Perbankan”, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), h.104.
Gambar 3.4
Diagram Batang Pertumbuhan Rasio ROA
1.33
1.8
2.53
2.12.27
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
2003 2004 2005 2006 2007
ROA
Dari diagram batang diatas dapat dijelaskan bahwa pada tahun 2006
PT BMI Tbk mengalami penurunan rasio ROA, ini membuktikan
ketidakmampuan manajemen PT BMI Tbk dalam memperoleh
keuntungan (laba). Tetapi pada tahun 2007 rasio ROA PT BMI Tbk
mengalami peningkatan, ini membuktikan bahwa kemampuan manajemen
PT BMI Tbk dalam memperoleh keuntungan (laba).
b. Rasio ROE (Return On Equity)
Gambar 3.5
Diagram Batang Pertumbuhan Rasio ROE
8.81
15.49
18.1
21.9923.24
0
5
10
15
20
25
2003 2004 2005 2006 2007
ROE
Dari diagram batang diatas dapat dijelaskan bahwa terjadinya
peningkatan rasio ROE dari tahun ke tahun, artinya PT BMI Tbk mampu
memperoleh laba bersih yang dihubungkan dengan pembayaran dividen
para pemegang saham. Berarti terjadinya peningkatan laba bersih pada PT
BMI Tbk yang selanjutnya akan meningkatkan harga saham bank.
c. Rasio BOPO (Beban Operasional Pendapatan Operasional)
Gambar 3.6
Diagram Batang Pertumbuhan Rasio BOPO
Dari diagram diatas dapat dijelaskan bahwa pada tahun 2006 rasio
BOPO mengalami penurunan, artinya tingginya tingkat efisiensi dan
kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Tetapi pada
tahun 2007 rasio BOPO mengalami peningkatan, artinya rendahnya
tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan
operasinya.
d. Non Performing Financing (NPF)
Gambar 3.7
Diagram Batang Pertumbuhan Rasio NPF
Dari diagram batang diatas dapat dijelaskan bahwa NPF PT BMI
Tbk mengalami peningkatan yang sangat drastis pada tahun 2006, ini
berarti peningkatan pembiayaan bermasalah yang dihadapi oleh PT BMI
Tbk. Tetapi pada tahun 2007 PT BMI Tbk mampu menurunkan jumlah
pembiayaan bermasalah sebesar 3.51%.
Kesimpulan Rasio Rentabilitas:
Dengan menggunakan empat rasio rentabilitas diatas maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa kinerja PT BMI Tbk dalam memperoleh
keuntungan (laba) cukup maksimal dan rendahnya tingkat efisiensi usaha
yang dicapai oleh manajemen bank.
B. PT POS Indonesia
1. Sekilas Sejarah PT Pos Indonesia42
Tahun Uraian
26 - 8- 1746 Kantorpos pertama di Indonesia adalah di Batavia didirikan oleh
Gubernur Jendral GW Baron
1906 Posts Telegraafend Telefoon Diensts
27-9 – 1945
Jawatan PTT Republik Indonesia ditandai Pengambilalihan Kantor
Pusat PTT di Bandung oleh Angkatan Muda PTT dari
pemerintahan Militer Jepang. Tanggal tersebut diperingati sebagai
Hari Bakti Postel
1961 Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.240 Tahun 1961 status
Jawatan PTT berubah menjadi Perusahaan Negara (PN) Pos dan
Telekomunikasi
1965 PN Pos dan Telekomunikasi dibagi dua menjadi : PN Pos dan Giro
berdasarkan Peraturan Pemerintah No 29 Tahun 1965 dan PN
Telekomunikasi berdasarkan Peraturan Pemerintah No 30 Tahun
1965
1978 Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.9 Tahun 1978, status PN
Pos dan Giro diubah menjadi Perusahaan Umum (Perum) Pos dan
Giro.
20 - 6-1995
Dasar Hukum :
Undang-undangNomor 1 Tahun 1995 tentang Perusahaan
Perseroan;
Peraturan Pemerintah RI Nomor 5 Tahun 1995 tentang Pengalihan
Bentuk Perusahaan Umum (Perum) Pos dan Giro menjadi
Perusahaan (Persero) (Lembaran Negara RI Tahun 1995 Nomor
11);
42 www.posindonesia.com
Anggaran Dasar PT Pos Indonesia (Persero) yang tercantum dalam
akta Notaris Sutjipto, SH Nomor117 tanggal 20 Juni 1995tentang
Pendirian Perusahaan Persero PT Pos Indonesia, sebagaimana
telah diubah dengan akta Notaris Sutjipto, SH Nomor 89 tanggal
21 September 1998 dan Nomor111 tanggal 28 Oktober 1998
2. Visi dan Misi Perusahaan
Visi
Menjadi perusahaan jejaring terintegrasi yang memberikan solusi terbaik bagi
seluruh stakeholder.
Misi
1. Secara terus menerus berupaya meningkatkan kemampuan perusahaan sebagai
infrastruktur jejaring terintegrasi di bidang komunikasi, logistik, layanan jasa
keuangan dan ritel.
2. Berupaya untuk mengembangkan secara berkesinambungan produk layanan
komunikasi, logistik, layanan jasa keuangan dan ritel yang bernilai tinggi,
sehingga menjadi pilihan utama stakeholder.
3. Meningkatkan kapasitas perusahaan dalam membangun serta
mengembangkan bisnis melalui pendekatan aliansi strategis.
4. Berusaha secara terus menerus mengembangkan kualitas sumber daya
manusia yang menjunjung tinggi nilai-nilai serta memiliki kesiapan dalam
menghadapi persaingan global.
3. Struktur Organisasi Perusahaan
4. Kerjasama dengan PT POS dengan Bank Muamalat Indonesia
PT POS Indonesia merupakan Badan Usaha Milik Negara yang bertujuan
untuk turut serta melaksanakan dan menunjang kebijaksanaan dan program
pemerinatah di bidang ekonomi dan pembangunan nasional pada umumnya, dan
bidang pelayanan jasa POS bagi masyarakat pada khususnya, baik di dalam maupun
di luar wilayah Indonesia, dengan menerapkan perseroan terbatas.43
Kerjasama Bank Muamalat Indonesia dengan PT POS Indonesia sudah
dimulai sejak lama namun kerjasama mengenai penjualan dan penyetoran dana
tabungan melalui produk Shar-e baru dimulai pada 9 Maret 2004 dengan
penandatanganan kerjasama antara Bank Muamalat Indonesia dengan PT POS
Indonesia Nomor 009/BMI/PKS/III/2004 dan Nomor PKS/18/DIRKUG/0304 tentang
pemanfaatan layanan POS untuk penjualan paket kartu perdana Shar-e dan
pengiriman dana bagi pemegang kartu Bank Muamalat Indonesia.
Bank Muamalat Indonesia sengaja menggandeng PT POS untuk memasarkan
dan pendistribusian kartu Shar-e karena PT POS sangat dekat dengan masyarakat di
seluruh Indonesia, banyak dari aktivitas masyarakat yang bersentuhan dengan POS,
oleh karena itu Bank Muamalat ingin membuat bahwa Shar-e dekat dengan
masyarakat.
Salah satu faktor yang melatarbelakangi kerjasama antara Bank Muamalat
dengan POS adalah karena jaringan POS sudah sangat luas hampir mencakup seluruh
kecamatan di Indonesia, sehinggga Shar-e bisa masuk ke seluruh masyarakat di
Indonesia bahkan daerah yang tidak terdapat Bank Syariah, masyarakat dapat
memperoleh tabungan syariah hanya dengan mendatangi POS online yang terdekat
untuk membeli Shar-e dan menabung.
43 Dikutip dari Proposal Kerjasama Operasional Layanan Shar-e POS yang disajikan oleh
SBU Layanan Keuangan PT POS Indonesia Bandung 2007 h.1
Strategi Bank Muamalat bekerjasama dengan PT POS dalam memasarkan
produknya merupakan strategi yang cerdas karena Bank Muamalat tidak perlu
mengeluarkan investasi yang besar untuk membuka cabang di seluruh pelosok-
pelosok Indonesia, tetapi hanya dengan melakukan kerjasama dengan POS maka
seluruh masyarakat Indonesia akan terjangkau sampai tingkat keluruhan44
Aktivasi pelayanan transaksi Bank Muamalat di kantor pos meliputi:
verifikasi dan identifikasi data nasabah (Prinsip mengenal nasabah) saat pembeliaan
kartu perdana (starter pack), penerimaan setoran lanjutan (fund collection), sistem
operasi internal dan rekonsiliasi/settlement termasuk pemindahbukuan (transfer) dari
Pos ke Bank Indonesia.
C. Shar-E
1. Sejarah Shar-E
Ide munculnya bermula dari adanya tuntutan dari masyarakat-masayarakat di
daerah-daerah yang ingin meninggalkan riba, namun daerah tersebut tidak terjangkau
oleh layanan perbankan syariah, di sisi lain Bank Muamalat belum mampu memenuhi
keinginan masyarakat untuk membuka kantor cabang hingga ke pelosok tanah air,
karena kendala permodalan. Maka itu, manajemen berinovasi dengan meluncurkan
kartu Shar-e yang merupakan produk tabungan dan investasi syariah berbasis
teknologi yang dikombinasi dengan ATM dan kartu debit
44 http://www.sinarharapan.co.id/berita/0803/04/eko11.html
Pada dasarnya Shar-e juga memiliki keterkaitan dengan visi dan misi BMI
yang ingin dominan di pasar spritual dan dikagumi di pasar rasional sedangkan
misinya menjadi role model lembaga keuangan syariah dunia dengan penekanan
kepada semangat kewirausahaan, keunggulan manajemen dan oriantasi investasi yang
inovatif untuk memaksimumkan nilai bagi pemegang saham Shar-e.menunjukkan
semangat kewirausahaan dari segi penjualannya, misalnya dengan adanya program
penjualan shar-e crew, shar-e rabat, shar-e debitur dan sebagainya.
Untuk menjadi Bank syariah utama, maka bank muamalat indonesia harus
mamapu menjangkau seluruh lapisan masyarakat yang membutuhkan layanan
syariah, karena terbatasnya jumlah kantor cabang BMI, maka dibutuhkan produk
yang inovatif yang mampu menjawab masalah tersebut. Sehingga, diluncurkan Shar-e
sebagai terobosam mengatasi keterbatasan modal, jika bank ini harus membuka
kantor cabang di setiap daerah.
Shar-e merupakan produk penghimpunaan dana yang inovatif dan belum
pernah ada, dimana produk kartu bertabungan tersebut akan memudahkan nasabah
membuka tabungan secara instan. Operasional kartu shar-e juga inovatif dimana BMI
melakukan afiliasi dengan pihak lain, misalnya PT.POS, jaringan ATM bersama,
jaringan ATM BCA/Prima dan jaringan MEPS (Malaysian Electronic Payment
System).
Secara resmi produk shar-e diluncurkan pada tanggal 10 maret 2004, tapi
produk ini benar-benar mulai serius dipasarkan terhitung pada desember 2004, Shar-e
dilumcurkan untuk mengawal fatwa MUI mengenai haramnya bunga Bank. Dengan
adanya Shar-e, maka tercabutlah kedaruratan bank konvensional dan terbukalah pintu
hijrah muamalah bagi masyarakat yang ingin berinvestasi secara syariah di seluruh
pelosok tanah air. Sehingga, aset umat bisa disalurkan kembali untuk produktifitas
umat.
2. Pengertian Shar-E
Bank Muamalat Indonesia, tbk sebagai Bank Syariah pertama di Indonesia
telah mengambil peranan yang sangat penting dalam perkembangan perbankan islam
Indonesia. BMI terbukti berhasil dalam mengatasi badai krisis yang melanda
Indonesia pada tahun 1997an
Hal tersebut dikarenakan BMI dalam menjalankan usahanya selalu
berpedoman pada sector riil disamping produk-produk yang sesuai dengan prinsip
syariah Islam, diantara produk yang dikeluarkan oleh Bank Muamalat adalah Produk
Shar-e merupakan produk investasi syariah yang diperuntukan bank bagi nasabah
yang ingin menyimpan uangnya di bank dengan kemudahan cara transaksinya.
Shar-e berasal dari kata sharia yang berarti syariah atau aturan-aturan dari
Alllah (sedangkan (ain) dalam logo adalah kata dalam bahasa arab yang berarti mata
atau lensa yang menerima cahaya dan memantulkannya ke seluruh penjuru45
.
Huruf”e” dalam kata Shar-e adalah kependekan kata elektronik yang berarti Sha-e
didukung dengan teknologi yang tinggi yang memberikan kemudahan layanan
45 Dikutip dari Skripsi Ihdina Darsya, Analisis SWOT terhadap produk Shar-e. h.44
bertransaksi elektronis46
. Shar-e merupakan tabungan instant syariah yang dapat
dibeli di BMI dan juga kantor pos online di seluruh Indonesia. Brand Shar-e dibangun
dengan maksud untuk menerima syariah seutuhnya dan memanfaatkannya keseluruh
dunia. Melalui kemudahannya, masyarakat diajak untuk turut serta berinvestasi secara
syariah dan dananya akan disalurkan untuk membangun dan memaksimalkan
produksi secara halal
Shar-e juga berarti easy, every where, and extradionary. Easy mudah
memilikinya, mudah penyetorannya, mudah pengelolaan dananya. Dengan membeli
paket perdana Shar-e, kita langsung menjadi nasabah Bank Muamalat. Every where,
cukup membeli paket shar-e di bank muamalat dan kantor pos online. Extraordinary,
setiap bulan nasabah memperoleh bagi hasil murni syariah yang akan ditambahkan ke
rekening.
Shar-e dapat diperoleh di BMI maupun di seluruh SOPP kantor pos online di
seluruh Indonesia. Hanya dengan mendatangi BMI atau kantor pos online dan
membayar sebesar 125.000 lalu mengisi formulir pembelian Shar-e maka nasabah
akan mendapatkan starterpack dengan isi rekening awal 100.000 starterpack terdiri
dari kartu Shar-e, buku petunjuk, personal identification number (PIN) ds Telephone
identification Number (TIN) 16 digit nomor di kartu Shar-e merupakan nomor
rekening pada BMI.
Shar-e menawarkan berbagai fasilitas diantaranya: menarik uang tunai di lebih
dari 8.888 Anjungan Mandiri Tunai (ATM) yang terdiri dari ATM Bank Muamalat,
46 www.shar-e.com
ATM BCA, ATM Bank Permata dan ATM bersama, Fasilitas lainnya, kartu Shar-e
dapat dipergunakan sebagai kartu debit di merchant-merchat yang memiliki logo
debit BCA. Bank Muamalat juga menyediakan layanan phone banking 08-07-1-
Mumalat untuk keperluan informasi saldo, mutasi dan layanan pengaduan
3. Landasan Hukum Kartu Shar-e
Pada dasarnya karrtu Shar-e adalah sebuah jasa pelayanan yang diberikan oleh
Bank Muamalat untuk memudahkan proses transaksi nasabah secara Islami dalam
bentuk produk tabungan melalui teknologi kartu plastic. Dengan demikian landasan
hakum kartu shar-e mengacu pada fatwa Dewan Syariah nasional No 02/DSN-
MUI/IV/2000 tentang tabungan dan peraturan Bank Indonesia No 10 tahun 1998
4. Karakteristik Produk shar-e
1. Paket Perdana
Paket perdana Shar-e adalah satu kemasan paket dengan ukuran kotak 14 cm
x 11 cm x 2 cm yang terdiri dari:
a. sebuah dompet
b. Sebuah kartu ATM
c. Sebuah kartu TIN (Telephone Identification Number)
d. Sebuah kartu PIN (Personal Identification Number)
e. Buku Panduan
2. Fitur Shar-e
Saldo awal rekening yang merupakan saldo thresahold adalah sebesar
Rp.100.000 yang akan efektif setelah dilakukan pembelian di kantor BMI atau
kantor SOPP Pos atau agen penjuual lainnya. Shar-e bisa dibeli dengan harga
125.000 per paket, dimana Rp 100.000 merupakan saldo dan Rp 25.000
merupakan harga dari paketnya atau semacam harga kartu paket perdana SIM
card telepon selular.
3. PIN dan TIN
Pemegang kartu akan menerima nomor PIN dan TIN yang merupakan akses
untuk melakukan seluruh transaksi keuangan melalui Phone Banking, call
center, jaringan ATM dan jaringan debit BCA. Untuk meningkatkan keamanan
transaksi keuangan, maka setelah melakukan pembelian, pemegang kartu
diharuskan untuk segera melakukan perubahan PIN.
Nomor TIN yang dicetak dan dimasukkan dalam paket perdana berisi nomor
kunci yang harus disimpan selama menjadi pemegang kartu dan dapat
digunakan untuk menghubungi Phone Banking di call center pada saat
kehilangan atau lupa nomor PIN. Atas penyerahan nomor TIN dan Nomor PIN
kepada pemegang kartu, BMI dibebaskan dari segala tuntutan penyalahgunaan
kartu, nomor PIN dan nomor TIN, seluruh transaksi melalui rekening Shar-e
yang dilakukan dengan menggunakan PIN dianggap merupakan transaksi yang
sah dan pemegang kartu bertanggung jawab atas seluruh transaksi tersebut.
BAB III
OBJEK PENELITIAN
A. Gambaran Umum Bank Muamalat Indonesia
1. Sejarah Perkembangan PT Bank Muamalat Indonesia
PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk didirikan pada 24 Rabius Tsani 1412 H
atau 1 Nopember 1991 yang diprakarsai oleh beberapa tokoh Majelis Ulama Indonesa
(MUI) dan Pemerintah. Muamalat mulai beroperasi 27 Syawwal 1412 H atau 1 Mei
199247
. Dengan dukungan tokoh-tokoh dan pemimpin Muslim terkemuka dan
beberapa pengusaha muslim, pendiriannya juga mendapat dukungan masyarakat
berupa komitmen pembelian sahamsenilai Rp 84 miliar pada saat penandatanganan
Akta Pendirian Perseroan. Selanjutnya, dalam acara silaturahmi pendirian di Istana
Bogor, diperoleh tambahan modal dari masyarakat Jawa Barat sebesar Rp 106 miliar
sebagai wujud dukungannya.
Pada 27 Oktober 1994, hanya dua tahun setelah didirikan, Bank Muamalat
berhasil menyandang predikat Bank Devisa. Pengakuan ini semakin memperkokoh
posisinya sebagai bank syariah pertama dan terkemuka di Indonesia dengan beragam
jasa dan produk yang terus dikembangkan48
.
Krisis moneter tahun 1997-1998 telah memporakporandakan sebagian besar
perekonomian Asia Tenggara. Sektor perbankan nasional terbelit negatif spread dan
47 Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Yogyakarta: Ekonisia, 2004) Cet
ke-2 h. 35
48 www.bankmuamalat.com
bencana kredit macet. Akibatnya sejumlah bank mengalami kondisi terburuk dalam
pengawasan Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) dan terpaksa harus
memperoleh rekapitalisasi dari pemerintah.
Sistem syariah menjadikan Bank Muamalat terjaga dari negatif spread pada
saat krisis moneter menghantam sehingga bank syariah pertama ini tetap bertahan
dalam kategori A yang tidak membutuhkan pengawasan BPPN maupun rekapitalisasi
pemerintah.
Dalam upaya memperkuat permodalan, Bank Muamalat berupaya mencari
pemodal potensial dan mendapat tanggapan positif dari Islamic Development Bank
(IDB) yang berkedudukan di Jeddah, Saudi Arabia. Pada Rapat Umum Pemegang
Saham 21 Juni 1999, IDB secara resmi menjadi salah satu pemegang saham Bank
Muamalat. Kurun waktu antara tahun 1999 dan 2000 merupakan masa yang penuh
tantangan dan keberhasilan bagi Bank Muamalat.
Dalam periode tersebut, Bank Muamalat berhasil membalikkan keadaan dari
kondisi rugi menjadi laba berkat upaya dan dedikasi dari setiap Kru Muamalat,
ditunjang oleh kepemimpinan yang kuat, strategi pengembangan usaha yang tepat,
serta ketaatan terhadap pelaksanaan perbankan syariah secara murni.
Bank Muamalat berhasil melalui masa sulit dan bangkit dari keterpurukan
yang diawali dengan pengangkatan direksi baru dari internal. Kenudian menggelar
rencana kerja lima tahun yang berhasil mengembalikan Bank Muamalat ke kondisi
keuangan dan pertumbuhan yang berkesinambungan.
Dari tahun 1998 hingga 2007, total asset Bank Muamalat meningkat
mendekati 2.100% dan ekuitas tumbuh sebesar 2.000%.49
Perkembangan tersebut menambah jumlah asset Bank Muamalat menjadi Rp
10,57 triliun di akhir tahun 2007, dengan modal pemegang saham mencapai Rp
846,16 miliar dan pencapaian laba bersih sebesar Rp 145,33 miliar, menjadikan bank
syariah yang paling menguntungkan di Indonesia50
.
Di tahun 2004, sebuah inovasi lahir untuk mengawali fatwa MUI tentang
haramnya bunga bank, yaitu dengan diluncurkannya produk Shar-E. Shar-E lahir
untuk memberi pelayanan di wilayah yang sebelumnya tak terlayani (un-served area)
dan menggugurkan unsur ketidaktersediaan jaringan layanan perbankan syariah yang
memperoleh pengecualian fatwa MUI tersebut diatas. Berkat terobosan ini, Shar-E
meraih predikat The Most Innovative Product untuk kategori “Customer Modes of
Entry” dari Kementrian Negara Riset dan Teknologi/ Badan Pengkajian dan
Penerapan Teknologi (BPPT).
Shar-E tidak hanya memperluas jaringan pelayanan, namun juga berdampak
pada pertumbuhan nasabah yang luar biasa dan menambah ratusan ribu rekening
tabungan baru. Sejak kehadiran Shar-E, Bank Muamalat berhasil mengembangkan
jaringan pelayanannya secara pesat dan signifikan.
49 Dikutip dari Laporan Tahunan 2007 Annual Report Bank Muamalat Indonesia, h. 6
50 Ibid, h. 7
2. Visi, Misi, dan Strategi PT Bank Muamalat Indonesia
1. Visi
Menjadi Bank Syariah utama di Indonesia, dominan di pasar spiritual,
dikagumi di padar rasional.
2. Misi
Menjadi ROLE MODEL Lembaga Keuangan Syariah dunia dengan
penekanan pada semangat kewirausahaan, keunggulan manajemen dan
orientasi investasi yang inovatif untuk memaksimumkan nilai kepada
stakeholder.
3. Strategi51
Menerapkan konsep-konsep syariah murni yang Islami, dan meningkatkan
Fee Based Income. Untuk mencapai tujuannnya PT Bank Muamalat Indonesia
mendasarkan usaha dengan kegiatan sebagai berikut:
c. Sasaran pembinaan yaitu membina dan mempercepat perkembangan
masyarakat ekonomi menengah kebawah bangsa Indonesia untuk
menjembatani kesenjangan social ekonomi yang terjadi karena dampak
pembangunan, sehingga terbentuk dasar yang kokoh bagi pengembangan
manusia Indonesia seutuhnya dalam Pembangunan Nasional jangka
panjang 25 tahun kedua.
51 Jurnal Muamalat, Tahun 2004
d. Strategi Pengembangan
• Bekerjasama dengan baik dengan Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
yang telah ada. Mendorong pengembangan Bank Perkreditan Rakyat
baru di daerah potensial.
• Bekerjasama dengan Badan Amil Zakat, Infaq, dan Shodaqoh
(BAZIS) mengintensifkan pengelolaan dana zakat, infaq, dan
shodaqoh.
• Merangsang tumbuh dan berkembang lebih baik lembaga-lembaga
penyediaan bantuan teknik manajemen untuk pengusaha kecil dan
menengah.
• Merangsang tumbuh dan berkembang lebih baik lembaga-lembaga
penyediaan bantuan pembinaan ketrampilan akuntansi.
• Mengembangkan peranan kelembagaan penyediaan teknologi pasca
panen.
• Mengembangkan peranan kelembagaan pemasaran hasil produksi.
3. Struktur Organisasi PT Bank Muamalat Indonesia52
Organisasi merupakan proses untuk merancang struktur format yang
mengelompokkan dan mengatur serta membagi tugas diantara para anggota untuk
mencapai tujuan. Dari pengertian ini perlu kita ketahui bentuk organisasi yang ada
pada bank syariah. Bank syariah dapat memiliki struktur yang sama dengan bank
52 www.muamalatbank.com
konvensional misalnya dalam hal komisaris dan direksi, tetapi yang sangat
membedakan dari bank syariah adalah keharusan adanya Dewan Pengawas Syariah
(DPS) yang bertugas mengawasi operasional bank dan produk-produknya agar sesuai
dengan landasan syariat yang ditunjuk oleh Dewan Syariah Nsional (DSN).53
Gambar 3.1
Struktur Organisasi PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk
Sumber: Bank Muamalat Indonesia
53 Bank Indonesia, Petunjuk Pelaksanaan Pembentukan Kantor Bank Syariah, Desember 1999,
h. 25.
1. Shareholder Meeting (Rapat Umum Pemegang Saham/RUPS)
Pemilik saham bertindak sebagai pemilik modal dan terdiri atas umat Islam
yang berpartisipasi membeli saham PT Bank Muamalat Indonesia. Oleh karena itu,
RUPS mempunyai kedudukan tertinggi dalam organisasi PT Bank Muamalat
Indoneisa.
2. Sharia Supervisory Board (Dewan Pengawas Syariah)
Dewan Pengawas Syariah (DPS) biasanya diletakkan pada posisi setingkat
Dewan Komisaris pada setia bank. Hal ini untuk menjamin efektifitas dari setiap
opini yang diberikan oleh DPS. Karena itu, penetapan anggota DPS biasanya
dilakukan oleh RUPS, setelah para anggota DPS itu mendapat rekomendasi dari
DSN.
3. Board of Commissioners (Dewan Komisaris)
Dewan komisaris bertugas sebagai penentu garis-garis besar kebijakan
perusahaan, diantaranya adalah mengawasi kebijakan direksi dalam menjalankan
perseroan serta memberikan nasihat kepada direksi dan melaksanakan tugas-tugas
secara khusus yang diamanatkan dalam anggaran dasar.
4. President Director (Dewan Direksi)
Direksi sebagai pejabat pelaksanaan yang terlibat langsung dan bertanggung
jawab atas kegiatan operasi bank. Tugas-tugasnya adalah menghimpun dan mengurus
perseroan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan dan senantiasa berusaha
meningkatkan efisiensi dan efektifitas perseroan.
KEPENGURUSAN PT BANK MUAMALAT INDONESIA
1. Dewan Pengawas Syariah (Sharia Supervisory Board)
Ketua : K.H. M.A Sahal Mahfudh
Anggota : Prof. Dr. H. Muardi Chatib
Prof. Dr. H. Umar Shihab
K.H Ma’ruf Amin
2. Dewan Komisaris (Board of Commissioners)
Komisaris Utama : Drs. H. Abbas Adhar
Komisaris : Drs. Aulia Pohan, M.A
Prof. Korkut Ozal
H. Iskandar Zulkarnain, S.E. M.Si
Dr. Ahmed Abisourour
3. Direksi (Board of Directors)
Direktur Utama : H.A. Riawan Amin, M.Sc
Direktur : Ir.H. Arviyan Arifin
Ir.H. Andi Buchari, M.M
Drs.U. Saefudin Noer, M.Si
H.M. Hidayat, S.E.Ak
4. Produk dan Jasa PT Bank Muamalat Indonesia54
1. Produk Penghimpunan Dana
b. Shar-E
Merupakan layanan virtual banking melalui kartu tabungan dan transaksi isi
ulang yang dilayani oleh jaringan kantor pos online di seluruh Indonesia
yang belum terdapat kantor bank syariah dan merupakan solusi untuk
mengatasi kondisi darurat setelah fatwa MUI bahwa bunga bank haram.
Shar-E adalah tabungan instant investasi syariah yang memadukan
kemudahan akses ATM, debit dan phone banking dalam satu kartu dan
dapat dibeli di kantor pos seluruh Indonesia. Hanya dengan Rp 125.000,-
langsung dapat diperoleh satu kartu Shar-E dengan saldo awal Rp 100.000,-
sebagai sarana menabung dan berinvestasi di Bank Muamalat. Shar-E dapat
dibeli melalui kantor pos Diinvestasikan hanya untuk usaha halal dengan
bagi hasil kompetitif.
Tarik tunai bebas biaya di seluruh jaringan ATM BCA/PRIMA dan ATM
Bersama, akses di seluruh merchant Debit BCA/PRIMA dan fasilitas
SalaMuamalat. (Phone Banking 24 jam untuk layanan otomatis cek saldo,
informasi histori transaksi, transfer antar rekening sampai dengan Rp 50 juta
dan berbagai pembayaran).
b. Fullprotek
54 www.bankmuamalat.com
Kartu investasi berasuransi yang dikelola secara murni syariah dengan bagi
hasil menguntungkan, bekerja sama dengan Asuransi Takaful Keluarga.
FulPROTEK merupakan kartu multiguna yang berfungsi sebagai kartu
asuransi, ATM dan debit.
c. Sharia Mega Covers
Merupakan kartu tabungan multiguna berasuransi yang dikelola murni
secara syariah dengan bagi hasil menguntungkan, bekerja sama dengan
Mega Life dan Mega Insurance Syariah. Sharia Mega Covers menawarkan
berbagai macam kemudahan antara lain sebagai kartu asuransi, ATM dan
debit, tarik tunai bebas biaya disemua ATM Muamalat, ATM BCA dan
ATM Bersama di seluruh Indonesia bahkan di jaringan ATM Malaysia yang
tergabung dalam MEPS (Malaysia Electronic Payment System).
d. Taawun Card
Sebuah inovasi baru dari Bank Muamalat Indonesia, bekerja sama dengan
Asuransi Bintang Syariah dan Panin Life Syariah. Sebuah kartu tabungan
dengan berbagai macam fungsi, yaitu: ATM, Kartu Kredit dan transaksi
perbankan lainnya, juga memiliki fungsi Asuransi Rumah, Santunan Rawat
Inap, Asuransi Kecelakaan dan Asuransi Pendidikan.
e. Kas Kilat
Layanan pengiriman uang yang cepat, mudah, murah dan aman dari
Malaysia ke keluarga di tanah air melalui rekening tabungan Shar-E, bekerja
sama dengan Bank Muamalat Malaysia Berhad. Muamalat kas kilat-i
(mk2)-pengiriman uang secepat kilat dari Malaysia ke Indonesia.
f. Tabungan Ummat
Merupakan tabungan dengan akad mudharabah di counter Bank Muamalat
di seluruh Indonesia maupun di Gerai Muamalat yang penarikannya dapat
dilakukan setiap saat di seluruh counter Bank Muamalat, jaringan ATM
BCA/PRIMA dan jaringan ATM Bersama.Tabungan Ummat dengan kartu
Muamalat juga dapat berfungsi sebagai akses debit di seluruh merchant
Debit BCA/PRIMA di seluruh Indonesia. Nasabah memperoleh bagi hasil
yang berasal dari pendapatan bank atas dana tersebut.
g. Tabungan Arafah
Merupakan tabungan yang dimaksudkan untuk mewujudkan niat nasabah
untuk menunaikan ibadah haji. Produk ini akan membantu nasabah untuk
merencanakan ibadah haji sesuai dengan kemampuan keuangan dan waktu
pelaksanaan yang diinginkan. Dengan fasilitas asuransi jiwa, Insyaallah
pelaksanaan haji tetap terjamin.
h. Deposito Mudharabah
Yaitu investasi berjangka bagi nasabah perorangan dan badan hokum
dengan bagi hasil yang menarik. Simpanan dana masyarakat akan dikelola
melalui pembiayaan kepada sector riil yang halal, sehingga memberikan
bagi hasil yang halal, tersedia dalam jangka waktu 1, 3, 6, dan 12 bulan.
i. Deposito Fulinves
Merupakan jenis investasi berjangka yang dikhususkan bagi nasabah
perorangan, dengan jangka waktu 1, 6 dan 12 bulan dengan nilai nominal
minimal Rp 2.000.000 dengan fasilitas asuransi jiwa yang dapat
diperpanjang secara otomatis (Automatic Roll Over) dan dapat dipergunakan
sebagai jaminan pembiayaan atau untuk referensi Bank Muamalat. Nasabah
memperoleh bagi hasil yang sangat menarik setiap bulan.
j. Giro Wadi’ah
Merupakan titipan dana pihak ketiga berupa simpanan giro yang
penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet,
giro, pemindahbukuan. Diperuntukkan bagi nasabah pribadi maupun
perusahaan untuk mendukung aktivitas usaha. Tarik tunai bebas biaya di
seluruh jaringan ATM BCA/ PRIMA dan ATM Bersama, akses di seluruh
merchant Debit BCA/ PRIMA dan fasilitas SalaMuamalat. (Phone Banking
24 jam untuk layanan otomatis cek saldo, informasi histori transaksi,
transfer antar rekening sampai dengan Rp 50 juta dan berbagai
pembayaran).
k. Dana Pensiun Muamalat
Dana Pensiun Muamalat dapat diikuti oleh mereka yang berusia minimal 18
tahun, atau sudah menikah dan berusia maksimal 60 tahun. Iuran ini sangat
terjangkau, yaitu minimal Rp 20.000 per bulan dan pembayarannya dapat
didebet secara otomatis dari rekening Bank Muamalat atau dapat ditransfer
dari bank lain.
2. Produk Penanaman Dana
2.1. Konsep Jual Beli
a. Murabahah
Adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang
disepakati. Harga jual tidak boleh berubah selama masa perjanjian. Konsep
ini untuk penanaman Modal Kerja, Investasi dan Konsumtif.
b. Istishna’
Adalah jual beli dimana Shaani’ (produsen) ditugaskan untuk membuat
suatu barang (pesanan) dari Mustashni’ (pemesan). Istishna’ sama dengan
Salam yaitu dari segi obyek pesanannya yang harus dibuat atau dipesan
terlebih dahulu dengan ciri-ciri khusus. Perbedaannya hanya pada system
pembayarannya yaitu istishna’ pembayaran dapat dilakukan di awal, di
tengah atau di akhir pesanan. Untuk pembiayaan pembangunan gedung
(penyediaan barang yang baru memiliki kriteria-kriteria).
c. Salam
Adalah pembelian barang yang diserahkan di kemudian hari dimana
pembayaran dilakukan dimuka secara tunai. Untuk pembiayaan pertanian.
2.2. Konsep Bagi Hasil
a. Musyarakah
Adalah kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu,
dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana (atau amal/
expertise) dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko akan
ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.
b. Mudharabah
Adalah kerja sama antara bank dengan mudharib (nasabah) yang
mempunyai keahlian atau ketrampilan untuk mengelola usaha. Dalam hal ini
pemilik modal (shahibul maal) menyerahkan modalnya kepada pekerja/
pedagang (mudharib) untuk dikelola. Musyarakah dan Mudharabah banyak
digunakan untuk pembiayaan proyek atau usaha-usaha yang mudah dalam
penentuan pendapatan dan biaya usaha.
4.3.Konsep Sewa
a. Ijarah
Adalah perjanjian antara Bank (Mu’ajjir) dengan nasabah (Musta’jir)
sebagai penyewa suatu barang milik Bank, dan Bank mendapatkan imbalan
jasa atas barang yang disewakannya. Ijarah dan IMBT digunakan untuk
pembiayaan alat-alat berat.
b. Ijarah Muntahia Bittamlik (IMBT)
Adalah perjanjian antara Bank (Mu’ajjir) dengan nasabah (Musta’jir)
sebagai penyewa. Musta’jir/penyewa setuju akan membayar uang sewa
selama masa sewa yang diperjanjikan dan bila sewa berakhir penyewa
mempunyai hak opsi untuk memindahkan kepemilikan obyek sewa tersebut.
4.4.Produk Sewa
a. Wakalah
Berarti penyerahan, pendelegasian ataupemberian mandat. Secara teknis
perbankan, wakalah adalah akad pemberian wewenang/ kuasa dari lembaga/
seseorang (sebagai pemberi mandat) kepada pihak lain (sebagai wakil)
untuk melaksanakan urusan dengan batas kewenangan dan waktu tertentu.
Segala hak dan Kewajiban yang diemban wakil harus mengatasnamakan
yang memberi kuasa. Prinsip wakalah digunakan untuk collection, agency/
arranger.
b. Kafalah
Merupakan jaminan yang diberikan oleh penanggung (kafil) kepada pihak
ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung.
Dalam penertian lain, Kafalah juga berarti mengalihkan tanggung jawab
seseorang yang dijamin dengan berpegang pada tanggung jawab orang lain
sebagai penjamin. Prinsip kafalah digunakan pada Bank Garansi atau Letter
of Credit (L/C).
c. Hawalah
Adalah pengalihan hutang dari orang yang berhutang kepada orang lain
yang wajib menanggungnya. Dalam pengertian lain, merupakan
pemindahan beban hutang dari muhil (orang yang berhutang) menjadi
tanggungan muhal’alaih atau orang yang berkewajiban membayar hutang.
d. Rahn
Adalah menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai jaminan atas
pinjaman yang diterimanya. Barang yang ditahan tersebut memiliki nilai
ekonomis, sehingga pihak yang menahan memperoleh jaminan untuk dapat
mengambil seluruh atau sebagian piutangnya. Secara sederhana Rahn adalah
jaminan hutang atau gadai.
e. Qardh
Adalah pemberian hata kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta
kembali. Menurut teknis perbankan, Qardh adalah pemberian pinjaman dari
bank kepada nasabah yang dipergunakan untuk kebutuhan mendesak,
seperti dana talangan dengan kriteria tertentu dan bukan untuk pinjaman
yang bersifat konsumtif. Pengembalian pinjaman ditentukan dalam jangka
waktu tertentu (sesuai kesepakatan bersama) sebesar pinjaman tanpa ada
tambahan keuntungan dan pembayarannya dilakukan secara angsuran atau
sekaligus.
2.5. Jasa Layanan
a. ATM
Layanan ATM 24 jam yang memudahkan nasabah melakukan penarikan
dana tunai, pemindahbukuan antar rekening, pemeriksaan saldo,
pembayaran Zakat, Infaq dan Shadaqah (hanya pada ATM Muamalat), dan
tagihan telepon. Untuk penarikan tunai, kartu Muamalat dapat diakses di
seluruh ATM di seluruh Indonesia, terdiri atas mesin ATM Muamalat, ATM
BCA/PRIMA dan ATM Bersama yang bebas biaya penarikan tunai. Kartu
Muamalat juga dapat dipakai untuk bertransaksi di seluruh merchant Debit
BCA/PRIMA. Untuk ATM Bersama dan BCA/PRIMA, saat ini sudah dapat
dilakukan transfer antar bank.
b. SalaMuamalat
Merupakan layanan phone banking 24 jam dan call center melalui (0210
2511616, 0807 1 MUAMALAT atau 0807 11 SHARE yang memberikan
kemudahan kepada nasabah setiap saat dan dimanapun nasabah berada
untuk memperoleh informasi mengenai produk, saldo dan informasi
transaksi, transfer antar rekening, serta mengubah PIN.
c. Pembayaran Zakat, Infaq dan Sedekah (ZIS)
Jasa yang memudahkan nasabah dalam membayar ZIS, baik ke lembaga
pengelola ZIS Bank Muamalat maupun ke lembaga ZIS lainnya yang
bekerja sama dengan Bank Muamalat, melalui phone banking dan ATM
Muamalat di seluruh cabang Bank Muamalat.
5. Perkembangan Bank Muamalat Indonesia dengan adanya Shar-e
Salah satu srategi Bank Muamalat di dalam melipatgandakan jangkauan serta
kehadiran produk dan layanan perbankan syariah dalam waktu yang sesingkat-
singkatnya adalah dengan strategi aliansi
Era kesatuan dunia menjadikan Bank Muamalat memilih strategi aliansi
dalam menghadirkan seluruh siklus layanannya (Muamalat Service Cycles), dari
pembukaan rekening sampai dengan penarikan tunai.
Untuk pembukaan rekening, Bank Muamalat telah beraliansi dengan PT POS
Indonesia sejak tahun 2003. Badan Usaha Milik Negara ini merupakan perusahaan
berpengalaman melayani transaksi tunai dan pengiriman uang dengan jumlah outlet
terluas di Indonesia.
Melalui Shar-e dan aliansi seluruh delivery channel, seluruh kabupaten di
Indonesia telah terlayani oleh Bank Muamalat. Sampai dengan akhir tahun 2007,
nasabah yang tidak terjangkau oleh Bank Syariah namun bisa terjangkau oleh Bank
Muamalat Indonesia dengan strategi aliansinya adalah 452.796 orang, atau 37% dari
total rekening Shar-e seluruh Indonesia. Bahkan nasabah-nasabah dari kabupaten atau
kota dari propinsi baru yang belum terjangkau bank syariah telah terlayani Shar-e.
Sejak kehadiran Shar-e, Bank Muamalat berhasil mengembangkan jaringan
pelayanannya secara pesat dan signifikan. Sampai dengan 31 maret 2008 melalui
2.861 SOPP (Sistem Online Payment Point), Bank Muamalat benar-benar telah
merentangkan jangkauan pelayanan hampir ke seluruh kecamatan di Indonesia, setiap
daerah yang terdapat kantor pos online dan Anjungan Tunai Mandiri (ATM) milik
bank manapun, serta merchant Debit Prima di seluruh pelosok tanah air, nasabah
Muamalat semakin mudah memperoleh akses dan semakin terlayani, Shar-e
mencerminkan keberhasilan Bank Muamalat untuk mengedepankan aliansi serta
inovasi hingga saat ini.
Perkembangan Jaringan Bank Muamalat Lima Tahun Terakhir
Tabel 3.1
Tahun Cabang Cabang
Pembantu
Kantor Kas Gerai
Muamalat
Unit
Pelayanan
Syariah
SOPP POS
2003 32 8 70 46 - -
2004 43 10 78 46 - -
2005 47 13 81 46 - 573
2006 51 8 89 43 18 1400
2007 51 8 90 43 21 1800
(Laporan Tahunan Bank Muamalat tahun 2007 hal 20)
Shar-e tidak hanya memperluas jaringan pelayanan , namun juga berdampak
pada pertumbuhan nasabah yang luar biasa dan menambah ratusan ribu rekening
tabungan baru. Seiring dengan waktu, Bank Muamalat meyakini bahwa Shar-e akan
menjadi peran kunci dalam menjaga rasio Rekening Giro dan rekening Tabungan
terhadap total dana pihak ketiga, sehingga diperoleh komposisi pendanaan yang ideal
dan efektif. Shar-e Juga mencerminkan keberhasilan Bank Muamalat, berikut
perkembangan nasabah Bank Muamalat Indonesia Lima Tahun Terakhir:
Rekening Nasabah Bank Muamalat55
Tabel 3.2
1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
Wadiah 8,044 9,442 10,684 11,937 13,148 14,989 18,278 22,465 26,722
Non Shar-E 205,143 249,104 297,086 349,943 411,879 517,022 615,044 694,310 724,975
Shar-E - - - - - 7,521 132,669 663,877 1,239,439
Mudharabah 29,228 35,847 43,914 55,529 71,710 95,225 119,849 147,173 157,259
TOTAL 243,015 294,033 351,684 417,409 496,737 634,757 885,840 1,527,825 2,148,395
Sumber: Laporan Tahunan Bank Muamalat, 2007
Sampai dengan 25 Januari 2008, Pemegang Rekening Shar-E Bank Muamalat
mencapai 1.310.524 kartu dari 440 kabupaten/kota dari seluruh Indonesia dan
beberapa negara lainnya. Saldo rata-rata yang berhasil dihimpun mencapai Rp.
1.338.860.363,04, atau saldo rata-rata per nasabah mencapai lebih dari Rp. 1 juta.
6. Perkembangan Kinerja Keuangan PT BMI Tbk dilihat dari Beberapa Rasio.
4. Rasio Likuiditas
Rasio FDR (Financing to Debt Ratio)
55 Laporan Tahunan Bank Muamalat, 2007, h.21
Gambar 3.2
Diagram Batang Pertumbuhan Rasio FDR
Dari diagram diatas dapat dijelaskan bahwa Rasio FDR PT BMI Tbk
dari tahun 2003-2007 mengalami peningkatan yang signifikan. Ini
menunjukkan bahwa PT BMI Tbk mampu membayar kembali kepada para
nasabahnya yang telah menanamkan dananya dengan menarik kembali
pembiayaan-pembiayaan yang telah diberikan kepada mudharibnya.
5. Rasio Solvabilitas
Faktor Permodalan (CAR= Capital Adequacy Ratio)
Gambar 3.3
Diagram Batang Pertumbuhan Rasio CAR
13.0412.17
16.33
14.23
10.69
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
14.00
16.00
18.00
2003 2004 2005 2006 2007
CAR
Dari diagram batang diatas dapat dijelaskan bahwa pada tahun 2005
PT BMI Tbk mengalami peningkatan rasio CAR sebesar 3.29% dibanding
rasio CAR tahun 2003. Hal ini menunjukkan bahwa PT BMI Tbk memiliki
kemampuan untuk menutupi kenaikan aktivanya sebagai akibat dari kerugian-
kerugian bank yang disebabkan oleh aktiva yang berisiko. Tetapi pada tahun
2007 rasio CAR PT BMI Tbk mengalami penurunan sebesar 4.46% dibanding
rasio CAR tahun 2006. Hal ini menunjukkan bahwa adanya penurunan
kecukupan modal dalam menunjang aktiva yang mengandung dan
menghasilkan risiko, ini tidak diimbangi dengan penurunan aktiva bank yang
mengandung risiko tersebut. Tetapi rasio ini masih cukup aman bagi PT BMI
Tbk karena berdasarkan ketentuan Bank Indonesia, bank sehat harus memiliki
CAR paling sedikit 8%.
Kesimpulan rasio Solvabilitas:
Kinerja Keuangan PT BMI Tbk dalam hal solvabilitas menunjukkan
bahwa PT BMI Tbk mempunyai kemampuan untuk memenuhi kewajiban
keuangannya apabila perusahaan tersebut dilikuidasi, baik kewajiban
keuangan jangka pendek dan jangka panjang dengan kekayaan yang
dimilikinya.56
6. Rasio Rentabilitas (Profitabilitas)
Beberapa rasio yang sering digunakan yakni:
e. Rasio ROA (Return On Assets)
56 Malayu Hasibuan, “Dasar-dasar Perbankan”, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), h.104.
Gambar 3.4
Diagram Batang Pertumbuhan Rasio ROA
1.33
1.8
2.53
2.12.27
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
2003 2004 2005 2006 2007
ROA
Dari diagram batang diatas dapat dijelaskan bahwa pada tahun 2006
PT BMI Tbk mengalami penurunan rasio ROA, ini membuktikan
ketidakmampuan manajemen PT BMI Tbk dalam memperoleh
keuntungan (laba). Tetapi pada tahun 2007 rasio ROA PT BMI Tbk
mengalami peningkatan, ini membuktikan bahwa kemampuan manajemen
PT BMI Tbk dalam memperoleh keuntungan (laba).
f. Rasio ROE (Return On Equity)
Gambar 3.5
Diagram Batang Pertumbuhan Rasio ROE
8.81
15.49
18.1
21.9923.24
0
5
10
15
20
25
2003 2004 2005 2006 2007
ROE
Dari diagram batang diatas dapat dijelaskan bahwa terjadinya
peningkatan rasio ROE dari tahun ke tahun, artinya PT BMI Tbk mampu
memperoleh laba bersih yang dihubungkan dengan pembayaran dividen
para pemegang saham. Berarti terjadinya peningkatan laba bersih pada PT
BMI Tbk yang selanjutnya akan meningkatkan harga saham bank.
g. Rasio BOPO (Beban Operasional Pendapatan Operasional)
Gambar 3.6
Diagram Batang Pertumbuhan Rasio BOPO
Dari diagram diatas dapat dijelaskan bahwa pada tahun 2006 rasio
BOPO mengalami penurunan, artinya tingginya tingkat efisiensi dan
kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Tetapi pada
tahun 2007 rasio BOPO mengalami peningkatan, artinya rendahnya
tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan
operasinya.
h. Non Performing Financing (NPF)
Gambar 3.7
Diagram Batang Pertumbuhan Rasio NPF
Dari diagram batang diatas dapat dijelaskan bahwa NPF PT BMI
Tbk mengalami peningkatan yang sangat drastis pada tahun 2006, ini
berarti peningkatan pembiayaan bermasalah yang dihadapi oleh PT BMI
Tbk. Tetapi pada tahun 2007 PT BMI Tbk mampu menurunkan jumlah
pembiayaan bermasalah sebesar 3.51%.
Kesimpulan Rasio Rentabilitas:
Dengan menggunakan empat rasio rentabilitas diatas maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa kinerja PT BMI Tbk dalam memperoleh
keuntungan (laba) cukup maksimal dan rendahnya tingkat efisiensi usaha
yang dicapai oleh manajemen bank.
B. PT POS Indonesia
1. Sekilas Sejarah PT Pos Indonesia57
Tahun Uraian
26 - 8- 1746 Kantorpos pertama di Indonesia adalah di Batavia didirikan oleh
Gubernur Jendral GW Baron
1906 Posts Telegraafend Telefoon Diensts
27-9 – 1945
Jawatan PTT Republik Indonesia ditandai Pengambilalihan Kantor
Pusat PTT di Bandung oleh Angkatan Muda PTT dari
pemerintahan Militer Jepang. Tanggal tersebut diperingati sebagai
Hari Bakti Postel
1961 Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.240 Tahun 1961 status
Jawatan PTT berubah menjadi Perusahaan Negara (PN) Pos dan
Telekomunikasi
1965 PN Pos dan Telekomunikasi dibagi dua menjadi : PN Pos dan Giro
berdasarkan Peraturan Pemerintah No 29 Tahun 1965 dan PN
Telekomunikasi berdasarkan Peraturan Pemerintah No 30 Tahun
1965
1978 Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.9 Tahun 1978, status PN
Pos dan Giro diubah menjadi Perusahaan Umum (Perum) Pos dan
Giro.
20 - 6-1995
Dasar Hukum :
Undang-undangNomor 1 Tahun 1995 tentang Perusahaan
Perseroan;
Peraturan Pemerintah RI Nomor 5 Tahun 1995 tentang Pengalihan
Bentuk Perusahaan Umum (Perum) Pos dan Giro menjadi
Perusahaan (Persero) (Lembaran Negara RI Tahun 1995 Nomor
11);
57 www.posindonesia.com
Anggaran Dasar PT Pos Indonesia (Persero) yang tercantum dalam
akta Notaris Sutjipto, SH Nomor117 tanggal 20 Juni 1995tentang
Pendirian Perusahaan Persero PT Pos Indonesia, sebagaimana
telah diubah dengan akta Notaris Sutjipto, SH Nomor 89 tanggal
21 September 1998 dan Nomor111 tanggal 28 Oktober 1998
2. Visi dan Misi Perusahaan
Visi
Menjadi perusahaan jejaring terintegrasi yang memberikan solusi terbaik bagi
seluruh stakeholder.
Misi
5. Secara terus menerus berupaya meningkatkan kemampuan perusahaan sebagai
infrastruktur jejaring terintegrasi di bidang komunikasi, logistik, layanan jasa
keuangan dan ritel.
6. Berupaya untuk mengembangkan secara berkesinambungan produk layanan
komunikasi, logistik, layanan jasa keuangan dan ritel yang bernilai tinggi,
sehingga menjadi pilihan utama stakeholder.
7. Meningkatkan kapasitas perusahaan dalam membangun serta
mengembangkan bisnis melalui pendekatan aliansi strategis.
8. Berusaha secara terus menerus mengembangkan kualitas sumber daya
manusia yang menjunjung tinggi nilai-nilai serta memiliki kesiapan dalam
menghadapi persaingan global.
5. Struktur Organisasi Perusahaan
6. Kerjasama dengan PT POS dengan Bank Muamalat Indonesia
PT POS Indonesia merupakan Badan Usaha Milik Negara yang bertujuan
untuk turut serta melaksanakan dan menunjang kebijaksanaan dan program
pemerinatah di bidang ekonomi dan pembangunan nasional pada umumnya, dan
bidang pelayanan jasa POS bagi masyarakat pada khususnya, baik di dalam maupun
di luar wilayah Indonesia, dengan menerapkan perseroan terbatas.58
Kerjasama Bank Muamalat Indonesia dengan PT POS Indonesia sudah
dimulai sejak lama namun kerjasama mengenai penjualan dan penyetoran dana
tabungan melalui produk Shar-e baru dimulai pada 9 Maret 2004 dengan
penandatanganan kerjasama antara Bank Muamalat Indonesia dengan PT POS
Indonesia Nomor 009/BMI/PKS/III/2004 dan Nomor PKS/18/DIRKUG/0304 tentang
pemanfaatan layanan POS untuk penjualan paket kartu perdana Shar-e dan
pengiriman dana bagi pemegang kartu Bank Muamalat Indonesia.
Bank Muamalat Indonesia sengaja menggandeng PT POS untuk memasarkan
dan pendistribusian kartu Shar-e karena PT POS sangat dekat dengan masyarakat di
seluruh Indonesia, banyak dari aktivitas masyarakat yang bersentuhan dengan POS,
oleh karena itu Bank Muamalat ingin membuat bahwa Shar-e dekat dengan
masyarakat.
Salah satu faktor yang melatarbelakangi kerjasama antara Bank Muamalat
dengan POS adalah karena jaringan POS sudah sangat luas hampir mencakup seluruh
kecamatan di Indonesia, sehinggga Shar-e bisa masuk ke seluruh masyarakat di
Indonesia bahkan daerah yang tidak terdapat Bank Syariah, masyarakat dapat
memperoleh tabungan syariah hanya dengan mendatangi POS online yang terdekat
untuk membeli Shar-e dan menabung.
58 Dikutip dari Proposal Kerjasama Operasional Layanan Shar-e POS yang disajikan oleh
SBU Layanan Keuangan PT POS Indonesia Bandung 2007 h.1
Strategi Bank Muamalat bekerjasama dengan PT POS dalam memasarkan
produknya merupakan strategi yang cerdas karena Bank Muamalat tidak perlu
mengeluarkan investasi yang besar untuk membuka cabang di seluruh pelosok-
pelosok Indonesia, tetapi hanya dengan melakukan kerjasama dengan POS maka
seluruh masyarakat Indonesia akan terjangkau sampai tingkat keluruhan59
Aktivasi pelayanan transaksi Bank Muamalat di kantor pos meliputi:
verifikasi dan identifikasi data nasabah (Prinsip mengenal nasabah) saat pembeliaan
kartu perdana (starter pack), penerimaan setoran lanjutan (fund collection), sistem
operasi internal dan rekonsiliasi/settlement termasuk pemindahbukuan (transfer) dari
Pos ke Bank Indonesia.
C. Shar-E
1. Sejarah Shar-E
Ide munculnya bermula dari adanya tuntutan dari masyarakat-masayarakat di
daerah-daerah yang ingin meninggalkan riba, namun daerah tersebut tidak terjangkau
oleh layanan perbankan syariah, di sisi lain Bank Muamalat belum mampu memenuhi
keinginan masyarakat untuk membuka kantor cabang hingga ke pelosok tanah air,
karena kendala permodalan. Maka itu, manajemen berinovasi dengan meluncurkan
kartu Shar-e yang merupakan produk tabungan dan investasi syariah berbasis
teknologi yang dikombinasi dengan ATM dan kartu debit
59 http://www.sinarharapan.co.id/berita/0803/04/eko11.html
Pada dasarnya Shar-e juga memiliki keterkaitan dengan visi dan misi BMI
yang ingin dominan di pasar spritual dan dikagumi di pasar rasional sedangkan
misinya menjadi role model lembaga keuangan syariah dunia dengan penekanan
kepada semangat kewirausahaan, keunggulan manajemen dan oriantasi investasi yang
inovatif untuk memaksimumkan nilai bagi pemegang saham Shar-e.menunjukkan
semangat kewirausahaan dari segi penjualannya, misalnya dengan adanya program
penjualan shar-e crew, shar-e rabat, shar-e debitur dan sebagainya.
Untuk menjadi Bank syariah utama, maka bank muamalat indonesia harus
mamapu menjangkau seluruh lapisan masyarakat yang membutuhkan layanan
syariah, karena terbatasnya jumlah kantor cabang BMI, maka dibutuhkan produk
yang inovatif yang mampu menjawab masalah tersebut. Sehingga, diluncurkan Shar-e
sebagai terobosam mengatasi keterbatasan modal, jika bank ini harus membuka
kantor cabang di setiap daerah.
Shar-e merupakan produk penghimpunaan dana yang inovatif dan belum
pernah ada, dimana produk kartu bertabungan tersebut akan memudahkan nasabah
membuka tabungan secara instan. Operasional kartu shar-e juga inovatif dimana BMI
melakukan afiliasi dengan pihak lain, misalnya PT.POS, jaringan ATM bersama,
jaringan ATM BCA/Prima dan jaringan MEPS (Malaysian Electronic Payment
System).
Secara resmi produk shar-e diluncurkan pada tanggal 10 maret 2004, tapi
produk ini benar-benar mulai serius dipasarkan terhitung pada desember 2004, Shar-e
dilumcurkan untuk mengawal fatwa MUI mengenai haramnya bunga Bank. Dengan
adanya Shar-e, maka tercabutlah kedaruratan bank konvensional dan terbukalah pintu
hijrah muamalah bagi masyarakat yang ingin berinvestasi secara syariah di seluruh
pelosok tanah air. Sehingga, aset umat bisa disalurkan kembali untuk produktifitas
umat.
2. Pengertian Shar-E
Bank Muamalat Indonesia, tbk sebagai Bank Syariah pertama di Indonesia
telah mengambil peranan yang sangat penting dalam perkembangan perbankan islam
Indonesia. BMI terbukti berhasil dalam mengatasi badai krisis yang melanda
Indonesia pada tahun 1997an
Hal tersebut dikarenakan BMI dalam menjalankan usahanya selalu
berpedoman pada sector riil disamping produk-produk yang sesuai dengan prinsip
syariah Islam, diantara produk yang dikeluarkan oleh Bank Muamalat adalah Produk
Shar-e merupakan produk investasi syariah yang diperuntukan bank bagi nasabah
yang ingin menyimpan uangnya di bank dengan kemudahan cara transaksinya.
Shar-e berasal dari kata sharia yang berarti syariah atau aturan-aturan dari
Alllah (sedangkan (ain) dalam logo adalah kata dalam bahasa arab yang berarti mata
atau lensa yang menerima cahaya dan memantulkannya ke seluruh penjuru60
.
Huruf”e” dalam kata Shar-e adalah kependekan kata elektronik yang berarti Sha-e
didukung dengan teknologi yang tinggi yang memberikan kemudahan layanan
60 Dikutip dari Skripsi Ihdina Darsya, Analisis SWOT terhadap produk Shar-e. h.44
bertransaksi elektronis61
. Shar-e merupakan tabungan instant syariah yang dapat
dibeli di BMI dan juga kantor pos online di seluruh Indonesia. Brand Shar-e dibangun
dengan maksud untuk menerima syariah seutuhnya dan memanfaatkannya keseluruh
dunia. Melalui kemudahannya, masyarakat diajak untuk turut serta berinvestasi secara
syariah dan dananya akan disalurkan untuk membangun dan memaksimalkan
produksi secara halal
Shar-e juga berarti easy, every where, and extradionary. Easy mudah
memilikinya, mudah penyetorannya, mudah pengelolaan dananya. Dengan membeli
paket perdana Shar-e, kita langsung menjadi nasabah Bank Muamalat. Every where,
cukup membeli paket shar-e di bank muamalat dan kantor pos online. Extraordinary,
setiap bulan nasabah memperoleh bagi hasil murni syariah yang akan ditambahkan ke
rekening.
Shar-e dapat diperoleh di BMI maupun di seluruh SOPP kantor pos online di
seluruh Indonesia. Hanya dengan mendatangi BMI atau kantor pos online dan
membayar sebesar 125.000 lalu mengisi formulir pembelian Shar-e maka nasabah
akan mendapatkan starterpack dengan isi rekening awal 100.000 starterpack terdiri
dari kartu Shar-e, buku petunjuk, personal identification number (PIN) ds Telephone
identification Number (TIN) 16 digit nomor di kartu Shar-e merupakan nomor
rekening pada BMI.
Shar-e menawarkan berbagai fasilitas diantaranya: menarik uang tunai di lebih
dari 8.888 Anjungan Mandiri Tunai (ATM) yang terdiri dari ATM Bank Muamalat,
61 www.shar-e.com
ATM BCA, ATM Bank Permata dan ATM bersama, Fasilitas lainnya, kartu Shar-e
dapat dipergunakan sebagai kartu debit di merchant-merchat yang memiliki logo
debit BCA. Bank Muamalat juga menyediakan layanan phone banking 08-07-1-
Mumalat untuk keperluan informasi saldo, mutasi dan layanan pengaduan
5. Landasan Hukum Kartu Shar-e
Pada dasarnya karrtu Shar-e adalah sebuah jasa pelayanan yang diberikan oleh
Bank Muamalat untuk memudahkan proses transaksi nasabah secara Islami dalam
bentuk produk tabungan melalui teknologi kartu plastic. Dengan demikian landasan
hakum kartu shar-e mengacu pada fatwa Dewan Syariah nasional No 02/DSN-
MUI/IV/2000 tentang tabungan dan peraturan Bank Indonesia No 10 tahun 1998
6. Karakteristik Produk shar-e
1. Paket Perdana
Paket perdana Shar-e adalah satu kemasan paket dengan ukuran kotak 14 cm
x 11 cm x 2 cm yang terdiri dari:
f. sebuah dompet
g. Sebuah kartu ATM
h. Sebuah kartu TIN (Telephone Identification Number)
i. Sebuah kartu PIN (Personal Identification Number)
j. Buku Panduan
2. Fitur Shar-e
Saldo awal rekening yang merupakan saldo thresahold adalah sebesar
Rp.100.000 yang akan efektif setelah dilakukan pembelian di kantor BMI atau
kantor SOPP Pos atau agen penjuual lainnya. Shar-e bisa dibeli dengan harga
125.000 per paket, dimana Rp 100.000 merupakan saldo dan Rp 25.000
merupakan harga dari paketnya atau semacam harga kartu paket perdana SIM
card telepon selular.
3. PIN dan TIN
Pemegang kartu akan menerima nomor PIN dan TIN yang merupakan akses
untuk melakukan seluruh transaksi keuangan melalui Phone Banking, call
center, jaringan ATM dan jaringan debit BCA. Untuk meningkatkan keamanan
transaksi keuangan, maka setelah melakukan pembelian, pemegang kartu
diharuskan untuk segera melakukan perubahan PIN.
Nomor TIN yang dicetak dan dimasukkan dalam paket perdana berisi nomor
kunci yang harus disimpan selama menjadi pemegang kartu dan dapat
digunakan untuk menghubungi Phone Banking di call center pada saat
kehilangan atau lupa nomor PIN. Atas penyerahan nomor TIN dan Nomor PIN
kepada pemegang kartu, BMI dibebaskan dari segala tuntutan penyalahgunaan
kartu, nomor PIN dan nomor TIN, seluruh transaksi melalui rekening Shar-e
yang dilakukan dengan menggunakan PIN dianggap merupakan transaksi yang
sah dan pemegang kartu bertanggung jawab atas seluruh transaksi tersebut.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah dilakukan penelitian terhadap penjualan Shar-e yang dilakukan oleh
PT Pos dan Da’I Muamalat maka kesimpulannya sebagai berikut:
1. Beberapa hal yang dilakukan Da’I Muamalat dalam meningkatkan penjualan
Shar-e adalah:
• Ceramah, Da’i menjadikan strategi ceramah sebagai salah satu tehnik
pemasarannya, ceramah dilakukan dari masjid ke masjid bekerjasama dengan
pengurus masjid terkait, kegiatan ceramah ini dibuat secara formal dengan
mengadakan sesi khusus dan mengundang para jamaah untuk dapat
menghadirinya, materi ceramah masih bersifat umum, yakni pentingnya
berekonomi secara syariah, dan mengaplikasikan prinsip-prinsip dasar syariah
dalam segenap aspek kehidupan
• Presentasi, Da’i menjadikan strategi presentasi sebagai tehnik komunikasi
pemasaran berikutnya, kegiatan ini dilakukan dengan mengunjungi beragam
institusi keislaman seperti: pesantren, pusat pendidikan, organisasi dan
kelompok orang yang ingin mendapatkan pengetahuan lebih khusus tentang
produk Shar-e, oleh karena itu materi presentasi telah bersifat khusus, dimana
dijelaskan lebih detail tentang keuntungan mengunakan produk syariah dalam
hal ini kartu Shar-e pada khususnya dan produk perbankan syariah pada
umumnya.
• Koordinasi, Da’i Muamalat harus mengikuti koordinasi setiap pekannya,
koordinasi dilakukan di Empowering House (EH) yang bertanggung jawab
pada sebuah area tertentu, kegiatan ini penting dilakukan guna mengavaluasi
setiap permasalahan yang dihadapi DM di lapangan
• Closing, karena DM diberikan target untuk melakukan proses finalisasi
terhadap prospektus, dengan target penjualan adalah 100 kartu Shar-e setiap
bulan oleh setiap DM di wilayah unserved area, ini merupakan evaluai tentang
tingkat penjuakan kartu Shar-e oleh DM apakah memenuhi target atau tidak
2. PT Pos di dalam meningkatkan penjualan Shar-e hanya melakukan promosi
melalui iklan-iklan seperti brosur, spanduk, Pos hanya menunggu datangnya
nasabah yang membuka Shar-e atau melakukan transaksi lainnya, Pos akan
memberikan informasi yang lengkap apabila ada masyarakat yang akan membeli
kartu Shar-e
3. Hasil Penjualan Shar-e tiga tahun terakhir selalu meningkat sampai tahun 2007
penjualan Shar-e mencapai 1.293.493, ini berarti nasabah Shar-e sudah lebih dari
satu juta nasabah.
4. Program Da’I Muamalat hanya bisa mempunyai konstribusi yang kecil dalam
memasarkan produk shar-e, ini terbukti dari tingkat penjualan Shar-e yang
dilakukan oleh DM, pada tiga tahun terakhir DM baru bisa menjual Shar-e
sebanyak 48.552, dari seluruh penjualan Shar-e seluruh Indonesia maka penjualan
yang dilakukan oleh DM hanya 4% saja, sedangkan PT Pos dapat menjual
sebayak 177.313, yaitu sebanyak 12% walaupun masih belum tinggi angkanya
namun ini menunjukkan bahwa masyarakat lebih banyak membeli melalui PT Pos
daripada pada Da’I Muamalat.
B. Saran
Dari hasil penelitan yang dilakukan, maka peneliti menyarankan agar Bank
Muamalat melakukan metode yang lebih efektif lagi dalam meningkatkan penjualan
Shar-e, Program Da’I Muamalat masih bisa untuk dilaksanakan namun peneliti
menyarankan agar betul-betul dipilih dan diseleksi orang-orang yang benar-benar
mahir bukan saja dalam hal fiqh Muamalat namun juga ekonomi secara umum, dan
diharapkan mereka yang direkrut sebagai Da’i orang-orang yang sudah mempunyai
masa atau jamaah sehingga akan lebih mudah dalam menggandeng nasabah, dan juga
perlu adanya komunikasi yang kontinyu antara nasabah dan Da’i.
DAFTAR PUSTAKA
Al Qur’an Karim
Ahmad, Mustaq, Etika Bisnis Dalam Islam, Jakarta: Pustaka Al Kautsar,Cet Ke-4,
2006
Antonio, Muhammad Syafi’I, Bank Syariah Dari Teori ke Praktik, Jakarta: Gema
Insani Press, Cet.1, 2001.
Arifin, Zainul, Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah, Jakarta: Alvabet, 2002
Assauri, Sofyan, Manajemen Pemasaran, Jakarta: Raja Grafindo Persada, Cet Ke-7,
2004
Bank Indonesia, Petunjuk Pelaksanaan Pembentukan Kantor Bank Syariah, 1999
Bank Muamalat Indonesia, Laporan Keuangan PT BMI,Tbk, 2006
_____________________, Annual Report PT Bank Muamalat, Tbk, 2007
Basu, Swastha, Manajemen Penjualan, Ed.3, Yogyakarta: BPFE, 2001.
Chapra, Umar, Islam dan Tantangan Ekonomi, Jakarta: Gema Insani Press, Cet Ke-1,
2000
Haroen, Nasrun, Fiqh Muamalat, Jakarta: Gaya Media Pratama, Cet Ke-1, 2000
Hasibuan, Malayu S.P, Dasar-dasar Perbankan, Jakarta: Bumi Aksara, 2004.
Karim, Adiwarman, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan, Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, Ed.2, 2004.
Kasmir, Pemasaran Bank, Jakarta: Prenada Mulia, Ed.1, 2001.
_______, Dasar-dasar Perbankan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, Cet ke-1,
2002.
Kotler, Philip, Manajemen Pemasaran, Jakarta: Prenhallindo, Ed.11, 2003.
Lupiyadi, Rambat, Manajemen Pemasaran Jasa Teori dan Praktik, Jakarta: PT
Salemba Empat Patria, Ed.1, 2001.
Moleong, Lexi, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
Cet Ke-17, 2002
Marthon, Said Sa’ad, Ekonomi Islam Di Tengah Krisis Ekonomi Global, Jakarta:
Zikrul Hakim, 2004
Roesli, Abu Bakar. Ilmu Pemasaran , Jakarta: Sumber Bahagia Offset, 1998
Rangkuti, Freddy, Riset Pemasaran, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2002
Swastha, Basu DH dan sukotjo, Pengantar Bisnis Modern, adisi tiga, Yogyakarta:
Liberty, 1999
Sudarsono, Heri, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Yogyakarta: Ekonisia, Cet
Ke-2, 2004
Sumarni, Murti, Marketing Perbankan edisi revisi, Yoyakarta: Liberty, 1997
Supriyatno, Eko, Ekonomi Islam Pendekatan Ekonomi Makro Islam dan
Konvensional, Yogyakarta: Graha Ilmu, Cet Ke-1, 2005
Syakir Sula, Muhammad, Kartajaya, Hermawan, Syariah Marketing, Bandung:
Penerbit Mizan, 2006.
Syahdeini, Sutan Remi, Perbankan Islam dan Kedudukannya dalam Tata Hukum
Perbankan Indonesia, Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, Cet.1, 1999.
DEPARTEMEN AGAMA RI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
Telp.(62-21)74711537 Fax (62-21)
7491821
Jln. Ir. H.Juanda No.95 Ciputat-Jakarta www.uinjjkt.ac.id.email
PEDOMAN WAWANCARA
Nama :Winda Fevlona
Judul Skripsi :Efektivitas Penjualan Shar-e Pada Unserved Area (Studi Komparasi
Penjualan Oleh Da’i dan PT Pos Indonesia)
Narasumber :David, SE (Staff BIG BMI)
Wawancara :Pada Tangggal 10 Juni 2008 di Gedung Arthaloka Lt.4
1. Apa saja yang dilakukan Bank Muamalat di dalam menigkatkan penjualan Shar-e?
Dalam meningkatkan penjualan Shar-e BMI melakukan berbagai cara seperti
menggandeng PT Pos sebagai perantara dalam menyalurkan Shar-e kapada
masyarakat Indonesia, ini merupakan langkah strategis agar dapat menjangkau
seluruh masyarakat Indonesia,walaupun daerahnya belum terdapat cabang Bank
Syariah dan juga bekerjasama dengan BMM dengan adanya program Da’i
Muamalat
2. Berapa jumlah outlet tempat penjualan Shar-e saat ini?
Sampai saat ini tempat-tempat yang menyediakan Shar-e telah mencapai 2.985
outlet yang terdiri dari 1 Kantor Pusat, 51 Kantor Cabang, 8 Kantor Cabang
Pembantu, 21 Unit Layanan Syariah, 93 Kantor Kas, 43 Gerai Muamalat, 2.768
SOPP Pos
3. Kapan kerjasama Bank Muamalat Indonesia dengan PT Pos?
Kerjasama Bank Muamalat Indonesia dengan PT Pos Indonesia sudah dimulai
sejak lama namun kerjasama mengenai penjualan dan penyetoran dana tabungan
melalui produk Shar-e baru dimulai pada 9 maret 2004 dengan penandatanganan
kerjasama antara BMI dengan PT Pos Indonesia Nomor 009/BMI/PKS/III/2004
dan Nomor PKS/18/DIRKUG/0304 tentang pemanfaatan layanan Pos untuk
penjualan paket kartu perdana Shar-e dan pengriman dana bagi pemegang kartu
Shar-e.
4. Berapakah total transaksi layanan Bank Muamalat di Kantor Pos sampai tahun
2007?
Total transaksi layanan Bank Muamalat di kantor Pos pada tahun 2007 adalah
1.972.164 transaksi,ini terdiri dari 137.775 transaksi kolektif,74.888 transaksi
pembelian Shar-e, 1.768.397 transaksi setoran
5. Apakah Bank Muamalat melakukan pemantauan terhadap penjualan yang
dilakukan oleh Pos?dan apakah karyawan Pos mengerti tentang Shar-e?
Tentunya,BMI melakukan pemantauan terhadap penjualan Shar-e di kantor Pos,
karyawan Pos atau SDM Pos yang melakukan tugas di gerai Muamalat dia harus
mengerti Shar-e karena dia akan ditanya oleh calon-calon nasabah Shar-e,
karyawan Pos sebelumnya mengikuti training yang dilakukan oleh Bank Muamalat
Indonesia
DEPARTEMEN AGAMA RI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
Telp.(62-21)74711537 Fax (62-21)
7491821
Jln. Ir. H.Juanda No.95 Ciputat-Jakarta www.uinjjkt.ac.id.email
PEDOMAN WAWANCARA
Nama :Winda Fevlona
Judul Skripsi :Efektivitas Penjualan Shar-e Pada Unserved Area (Studi Komparasi
Penjualan Oleh Da’i dan PT Pos Indonesia)
Narasumber :Nurjamal (Staff BMM)
Wawancara :Pada Tangggal 28 Mai 2008 di Kantor BMM, Slipi
1. Apakah yang dimaksud dengan Da’i Muamalat (DM)?
Da’i Muamalat adalah seseorang yang memahami syariah Islam di bidang
ekonomi yang mampu memberikan pemahaman mengubah perilaku masyarakat
dari tidak tahu dan tidak peduli terhadap syariah Islam di bidang ekonomi,
menjadi tahu, paham, sadar dan peduli untuk melaksanakan dalam seluruh
perekonomiannya.
2. Kapan Pertama kali program Da’i ini ada?
Da’i Muamalat pertama kali diluncurkan pada bulan Juni 2005 dengan merekrut
81 orang tenaga da’i setelah melalui proses seleksi administrasi dan kemudian
diwajibkan mengikuti pelatihan intensif selama satu minggu.
3. Apa tujuan Bank Muamalat menggandeng BMM di dalam memasarkan produk
Shar-e?
Program Da’i yang dilakukan oleh BMM bertujuan untuk mensosialisasikan
Perbankan Syariah kepada masyarakat Indonesia terutama daerah unserved area,
Da’i bertugas sebagai informator dan educator tentang perbankan syariah.
4. Apa saja yang dilakukan DM di dalam memasarkan produk Shar-e?
Melakukan ceramah, presentasi serta koordinasi guna untuk evaluasi serta closing
yaitu melihat sejauh mana pencapaian target penjualan Shar-e.
5. Apakah para da’i diberikan terget dalam menjualan produk Shar-e? Berapa target
Perbulan?
Tentunya, para da’i diberikan target per bulan yaitu menjual 25 kartu, dalam
penjualan Shar-e dalam satu kartu Da’i mendapat fee sebesar Rp.7000,- apabila
melebihi target maka BMI akan memberikan intensif atau bonus.