Untuk Winda PPT

31
Pengaruh Pengetahuan Ibu Hamil Terhadap Angka Kunjungan Pemeriksaan Antenatal Care Di Wilayah Kerja Puskesmas Ratu Agung Tahun 2012 Pendahuluan Keselamatan dan kesejahteraan Ibu secara menyeluruh merupakan perhatian yang utama bagi petugas kesehatan. Petugas kesehatan bertanggung jawab memberikan pengawasan nasehat serta asuhan bagi wanita selama masa hamil, bersalin dan nifas. Petugas kesehatan juga harus mengenal masyarakat sesuai budaya setempat dengan sebaik-baiknya dengan cara melakukan pendekatan dan bekerja sama dalam memberikan pelayanan sehingga masyarakat dapat menyadari masalah kesehatan yang dihadapi serta secara aktif ikut dalam menanggulangi masalah kesehatan baik untuk individu mereka sendiri maupun keluarga dan masyarakat sekitarnya. Pada umumnya kehamilan berkembang dengan normal dan menghasilkan kelahiran bayi sehat cukup bulan melalui jalan lahir, namun ini kadang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Sulit sekali diketahui sebelumnya bahwa kehamilan akan menjadi masalah. Oleh karena itu pelayanan antenatal/asuhan antenatal merupakan cara penting untuk memonitor dan mendukung kesehatan ibu hamil normal dan mendeteksi ibu dengan kehamilan normal (Kusmiyati, 2009) Tinjauan pustaka

description

PPT

Transcript of Untuk Winda PPT

Pengaruh Pengetahuan Ibu Hamil Terhadap Angka Kunjungan Pemeriksaan Antenatal Care Di Wilayah Kerja Puskesmas Ratu Agung Tahun 2012

PendahuluanKeselamatan dan kesejahteraan Ibu secara menyeluruh merupakan perhatian yang utama bagi petugas kesehatan. Petugas kesehatan bertanggung jawab memberikan pengawasan nasehat serta asuhan bagi wanita selama masa hamil, bersalin dan nifas. Petugas kesehatan juga harus mengenal masyarakat sesuai budaya setempat dengan sebaik-baiknya dengan cara melakukan pendekatan dan bekerja sama dalam memberikan pelayanan sehingga masyarakat dapat menyadari masalah kesehatan yang dihadapi serta secara aktif ikut dalam menanggulangi masalah kesehatan baik untuk individu mereka sendiri maupun keluarga dan masyarakat sekitarnya. Pada umumnya kehamilan berkembang dengan normal dan menghasilkan kelahiran bayi sehat cukup bulan melalui jalan lahir, namun ini kadang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Sulit sekali diketahui sebelumnya bahwa kehamilan akan menjadi masalah. Oleh karena itu pelayanan antenatal/asuhan antenatal merupakan cara penting untuk memonitor dan mendukung kesehatan ibu hamil normal dan mendeteksi ibu dengan kehamilan normal (Kusmiyati, 2009)Tinjauan pustaka1. Pengertian Antenatal CarePemeriksaan antenatal care (ANC) adalah pemeriksaan kehamilan untuk mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu hamil. Sehingga mampu menghadapi persalinan, kala nifas, persiapan pemberiaan ASI dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar (Manuaba, 1998). Kunjungan Antenatal Care (ANC) adalah kunjungan ibu hamil ke bidan atau dokter sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan/asuhan antenatal. Pelayanan antenatal ialah untuk mencegah adanya komplikasi obstetri bila mungkin dan memastikan bahwa komplikasi dideteksi sedini mungkin serta ditangani secara memadai (Saifuddin, dkk., 2002). Pemeriksaan kehamilan atau ANC merupakan pemeriksaan ibu hamil baik fisik dan mental serta menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan, persalinan dan masa nifas, sehingga keadaan mereka post partum sehat dan normal, tidak hanya fisik tetapi juga mental (Wiknjosastro, 2005). Pelayanan antenatal terintegrasi merupakan integrasi pelayanan antenatal rutin dengan beberapa program lain yang sasarannya pada ibu hamil, sesuai prioritas Departemen Kesehatan, yang diperlukan guna meningkatkan kualitas pelayanan antenatal.

Program-program yang di integrasikan dalam pelayanan antenatal terintegrasi meliputi :a. Maternal Neonatal Tetanus Elimination (MNTE)b. Antisipasi Defisiensi Gizi dalam Kehamilan (Andika)c. Pencegahan dan Pengobatan IMS/ISR dalam Kehamilan (PIDK)d. Eliminasi Sifilis Kongenital (ESK) dan Frambusiae. Pencegahan dan Penularan HIV dari Ibu ke Bayi (PMTCT)f. Pencegahan Malaria dalam Kehamilan (PMDK)g. Penatalaksanaan TB dalam Kehamilan (TB-ANC) dan Kustah. Pencegahan Kecacingan dalam Kehamilan (PKDK)i. Penanggulangan Gangguan Intelegensia pada Kehamilan (PAGIN).(Depkes RI, 2009)

2. Tujuan Antenatal CareBaru dalam setengah abad ini diadakan pengawasan wanita hamil secara teratur dan tertentu. Dengan usaha itu ternata angka mortalitas serta morbiditas ibu dan bayi jelas menurun.Tujuan pengawasan wanita hamil ialah menyiapkan ia sebaik-baiknya fisik dan mental, serta menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan, persalinan dan masa nifas, sehingga keadaan mereka postpartum sehat dan normal, tidak hanya fisik akan tetapi juga mental. Ini berarti dalam antenatal care harus diusahakan agar :a. Wanita hamil sampai akhir kehamilan sekurang kurangnya harus sama sehatnya atau lebih sehatb. Adanya kelainan fisik atau psikologik harus ditemukan dini dan diobati,c. Wanita melahirkan tanpa kesulitan dan bayi yang dilahirkan sehat pula fisik dan metal(Wiknjosastro, 2005)

3. Tujuan Asuhan Antenatal yaitu :a. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan Ibu dan tumbuh kembang bayi;b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan sosial ibu dan bayi,c. Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan,d. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, Ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin,e. Mempersiapkan peran Ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal(Saifuddin, dkk., 2002).

4. Keuntungan Antenatal CareDapat mengetahui berbagai resiko dan komplikasi hamil sehingga ibu hamil dapat diarahkan untuk melakukan rujukan kerumah sakit. (Manuaba,1998)

5. Fungsi Antenatal Carea. Promosi kesehatan selama kehamilan melalui sarana dan aktifitas pendidikanb. Melakukan screening, identifikasi dengan wanita dengan kehamilan resiko tinggi dan merujuk bila perluc. Memantau kesehatan selama hamil dengan usaha mendeteksi dan menangani masalah yang terjadi.

6. Cara Pelayanan Antenatal CareCara pelayanan antenatal, disesuaikan dengan standar pelayanan antenatal menurut Depkes RI yang terdiri dari :a. Kunjungan Pertama1) Catat identitas ibu hamil2) Catat kehamilan sekarang3) Catat riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu4) Catat penggunaan cara kontrasepsi sebelum kehamilan5) Pemeriksaan fisik diagnostic dan laboratorium6) Pemeriksaan obstetric7) Pemberian imunisasi tetanus toxoid (TT)8) Pemberian obat rutin seperti tablet Fe, calsium, multivitamin, dan mineral lainnya serta obat-obatan khusus atas indikasi.9) Penyuluhan/konseling.

b. Jadwal Kunjungan Ibu HamilSetiap wanita hamil menghadapi resiko komplikasi yang bisa mengancam jiwanya. Oleh karena itu, wanita hamil memerlukan sedikitnya empat kali kunjungan selama periode antenatal:1) Satu kali kunjungan selama trimester satu (< 14 minggu).2) Satu kali kunjungan selama trimester kedua (antara minggu 14 28).3) Dua kali kunjungan selama trimester ketiga (antara minggu 28 36 dan sesudah minggu ke 36).(Saifudin, dkk.,2002)4) Perlu segera memeriksakan kehamilan bila dilaksanakan ada gangguan atau bila janin tidak bergerak lebih dari 12 jam (Pusdiknakes, 2003:45).

Pada setiap kunjungan antenatal, perlu didapatkan informasi yang sangat penting.a. Trimester pertama sebelum minggu ke 141) Membangun hubungan saling percaya antara petugas kesehatan dan ibu hamil.2) Mendeteksi masalah dan menanganinya3) Melakukan tindakan pencegahan seperti tetanus neonatorum, anemia kekurangan zat besi, penggunaan praktek tradisional yang merugikan4) Memulai persiapan kelahiran bayi dan kesiapan untuk menghadapi komplikasi5) Mendorong perilaku yang shat (gizi, latihan dan kebersihan, istirahat dan sebagainyab. Trimester kedua sebelum minggu ke 28Sama seperti diatas, ditambah kewaspadaan khusus mengenai preeklampsia (tanya ibu tentang gejala gejala preeklamsia, pantau tekanan darah, evaluasi edema, periksa untuk apakah ada kehamilan ganda

c. Trimester ketiga antara minggu 28-36Sama seperti diatas, dtambah palpasi abdominal untuk mengetahui apakah ada kehamilan ganda.

d. Trimester ketiga setelah 36 mingguSama seperti diatas, ditambah deteksi letak bayi yang tidak normal, atau kondisi lain yang memerlukan kelahiran di rumah sakit. (Saifuddin, dkk., 2002)

7. Tinjauan Tentang Kunjungan Ibu HamilKontak ibu hamil dan petugas yang memberikan pelayanan untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan, istilah kunjungan tidak mengandung arti bahwa selalu ibu hamil yang ke fasilitas tetapi dapat juga sebaliknya, yaitu ibu hamil yang dikunjungi oleh petugas kesehatan (Depkes RI, 1997:57).

8. Pelayanan/asuhan standar minimal termasuk 10 Ta. Timbang berat badan dan Ukur Tinggi Badanb. Pemeriksaan Tekanan darah (TD)c. Nilai Status Gizi (ukur lingkar lengan atas)d. Pemeriksaan Tinggi fundus uteri (puncak rahim)e. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)f. Skrining Status imunisasi (Tetanus Toxoid) dan berikan imunisasi TT bila diperlukang. Pemberian Tablet zat besi, minimum 90 tablet selama kehamilanh. Tes Laboratorium (routin dan khusus)i. Tatalaksana Kasusj. Temu wicara (bimbingan konseling), termasuk juga perencanaan persalinanan dan pencegahan komplikasi (P4K) serta KB pasca persalinan

9. Kebijakan Pelayanan Antenatala. Kebijakan ProgramKebijakan Departemen Kesehatan dalam upaya mempercepat penurunan AKI dan AKB pada dasarnya mengacu kepada intervensi strategis Empat Pilar Safe Motherhood yaitu meliputi : Keluarga Berencana, ANC, Persalinan Bersih dan Aman, dan Pelayanan Obstetri Essensial.

Pendekatan pelayanan obstetric dan neonatal kepada setiap ibu hamil ini sesuai dengan pendekatan Making Pregnancy Safer (MPS), yang mempunyai 3 (tiga) pesan kunci yaitu :1) Setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih.2) Setiap komplikasi obstetric dan neonatal mendapat pelayanan yang adekuat.3) Setiap perempuan dalam usia subur mempunyai akses pencegahan dan penatalaksanaan kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganannya komplikasi keguguran.

Kebijakan program pelayanan antenatal menetapkan frekuensi kunjungan antenatal sebaiknya minimal 4 (empat) kali selama kehamilan, dengan ketentuan sebagai berikut :1) Minimal satu kali pada trimester pertama (K1).2) Minimal satu kali pada trimester kedua (K2).3) Minimal dua kali pada trimester ketiga (K3 dan K4). (Depkes, 2009)

b. Kebijakan teknisPelayanan/asuhan antenatal ini hanya dapat di berikan oleh tenaga kesehatan profesional dan tidak dapat di berikan oleh dukun bayi. Untuk itu perlu kebijakan teknis untuk ibu hamil seara keseluruhan yang bertujuan untuk mengurangi resiko dan komplikasi kehamilan secara dini.Kebijakan teknis itu dapat meliputi komponen-komponen sebagai berikut:1) Mengupayakan kehamilan yang sehat2) Melakukan deteksi dini komplikasi, melakukan penatalaksanaan awal serta rujukan bila diperlukan.3) Persiapan persalinan yang bersih dan aman4) Perencanaan antisipstif dan persiapan dini untuk melakukan rujukan jika terjadi komplikasi.Beberapa kebijakan teknis pelayanan antenatal rutin yang selama ini dilaksanakan dalam rangka peningkatan cakupan pelayanan antara lain meliputi :1) Deteksi dini ibu hamil melalui kegiatan P4K dengan stiker dan buku KIA, dengan melibatkan kader dan perangkar desa serta kegiatan kelompok Kelas Ibu Hamil.2) Peningkatan kemampuan penjaringan ibu hamil melalui kegiatan kemitraan Bidan dan Dukun.3) Peningkatan akses ke pelayanan dengan kunjungan rumah.4) Peningkatan akses pelayanan persalinan dengan rumah tunggu. (Depkes, 2009)

10. Intervensi Dalam Pelayanan Antenatal CareIntervensi dalam pelayanan antenatal care adalah perlakuan yang diberikan kepada ibu hamil setelah dibuat diagnosa kehamilan. Adapun intervensi dalam pelayanan antenatal care adalah :a. Intervensi Dasar1) Pemberian Tetanus Toxoida) Tujuan pemberian TT adalah untuk melindungi janin dari tetanus neonatorum, pemberian TT baru menimbulkan efek perlindungan bila diberikan sekurang-kurangnya 2 kali dengan interval minimal 4 minggu, kecuali bila sebelumnya ibu telah mendapatkan TT 2 kali pada kehamilan yang lalu atau pada masa calon pengantin, maka TT cukup diberikan satu kali (TT ulang). Untuk menjaga efektifitas vaksin perlu diperhatikan cara penyimpanan serta dosis pemberian yang tepat.b) Dosis dan pemberian 0,5 cc pada lengan atasc) Jadwal pemberian TTTabel : 2.1Jadwal Pemberian TTAntigen Interval(selang waktu minimal)Lamaperlindungan % perlindunganTT1 Pada kunjunganantenatal pertama- -TT2 4 minggu setelah TT 1 3 tahun 80TT3 6 bulan setelah TT2 5 tahun 95TT4 1 tahun setelah TT 3 10 tahun 99TT5 1 tahun setelah TT4 25 tahun/seumur hidupketerangan : artinya apabila dalam waktu 3 tahun Wanita Usia Subur (WUS) tersebutmelahirkan, maka bayi yang dilahirkan akan terlindung dari Tetanus Neonatorum(TN). (Saifudin, 2002)

2) Pemberian Vitamin Zat Besia) Tujuan pemberian tablet Fe adalah untuk memenuhi kebutuhan Fe pada ibu hamil dan nifas karena pada masa kehamilan dan nifas kebutuhan meningkat.b) Di mulai dengan memberikan satu sehari sesegera mungkin setelah rasa mual hilang. Tiap tablet mengandung FeSO4 320 Mg (zat besi 60 Mg) dan Asam Folat 500 Mg, minimal masing-masing 90 tablet. Tablet besi sebaiknya tidak di minum bersama teh atau kopi, karenamengganggu penyerapan. (Saifudin, 2002)

b. Intervensi KhususIntervensi khusus adalah melakukan khusus yang diberikan kepada ibuhamil sesuai dengan faktor resiko dan kelainan yang ditemukan, meliputi:1) Faktor resiko, meliputi:a) Umur(1) Terlalu muda, yaitu dibawah 20 tahun(2) Terlalu tua, yaitu diatas 35 tahunb) Paritas(1) Paritas 0 (primi gravidarum, belum pernah melahirkan)(2) Paritas > 3c) IntervalJarak persalinan terakhir dengan awal kehamilan sekurangkurangnya 2 tahun.d) Tinggi badan kurang dari 145 cme) Lingkar lengan atas kurang dari 23,5 cm

2) Komplikasi Kehamilana) Komplikasi obstetri langsung(1) Perdarahan(2) Pre eklamasi/eklamsia(3) Kelainan letak lintang, sungsang primi gravida(4) Anak besar, hidramnion, kelainan kembar(5) Ketuban pecah dini dalam kehamilan.b) Komplikasi obstetri tidak langsung(1) Penyakit jantung(2) Hepatitis(3) TBC (Tuberkolosis)(4) Anemia(5) Malaria(6) Diabetes militusc) Komplikasi yang berhubungan dengan obstetri, komplikasi akibat kecelakaan (kendaraan, keracunan, kebakaran) (Mochtar R, 1998:75).

11. Pelaksana dan Tempat Pelayanan AntenatalPelayanan kegiatan pelayanan antenatal terdapat dari tenaga medis yaitu dokter umum dan dokter spesialis dan tenaga paramedic yaitu bidan, perawat yang sudah mendapat pelatihan. Pelayanan antenatal dapat dilaksanakan di puskesmas, puskesmas pembantu, posyandu, Bidan Praktik Swasta, polindes, rumah sakit bersalin dan rumah sakit umum. (Depkes RI, 1995)

12. Peran Serta Ibu Dalam Pelayanan AntenatalPeran serta ibu dalam hal ini ibu-ibu hamil di dalam memanfaatkan pelayanan antenatal dipengaruhi perilaku individu dalam penggunaan pelayanan kesehatan, adanya pengetahuan tentang manfaat pelayanan antenatal selama kehamilan akan menyebabkan sikap yang positif. Selanjutnya sikap positif akan mempengaruhi niat untuk ikut serta dalampemeriksaan kehamilan. Kegiatan yang sudah dilakukan inilah disebut perilaku. (Fizben dan Ajzen, 1989). Menurut Lewrence Green dengan modifikasi dalam Buku Pendidikan dan Perilaku Kesehatan (Sukidjo Notoatmodjo) factor yang mempengaruhi perilaku antara ain:a. Faktor yang mempermudah (Predisposing factor)Mencakup pengetahuan, sikap, kepercayaan, moral social, dan unsur lain yang terdapat dalam diri individu (masyarakat)1) PengetahuanPengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan itu terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior) (Soekidjo Notoatmodjo, 2003:121). Pengetahuan menurut HR Bloom adalah hasil tahu yang dimiliki individu atau dengan memperjelas fenomena sekitar. Sedangkan menurut Indra Jaya pengetahuandidefinisikan sebagai berikut :a) Sesuatu yang ada atau dianggap adab. Sesuatu hasil persesuaian subjek dan objek.b) Hasil kodrat manusia.c) Hasil persesuian antara induksi dengan deduksi.

Pengetahuan terdiri atas kepercayaan tentang kenyataan (reality). Salah satu cara untuk mendapatkan dan memeriksa pengetahuan adalah dari tradisi atau dari yang berwenang di masa lalu yang umumnya dikenal, seperti aristoteles. Pengetahuan juga mungkin diperoleh berdasarkan pengumuman sekuler atau kekuasaan agama, negara, atau gereja. Cara lain untuk mendapat pengetahuan dengan pengamatan dan eksperimen : metode ilmiah. Pengetahuan juga diturunkan dengan cara logika secara tradisional, otoratif atau ilmiah atau kombinasi dari mereka, dan dapat atau tidak dapat dibuktikan dengan pengamatan dan pengetesan.Pengetahuan atau kognitif merupakan dominan yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior). Dari pengetahuan dan penelitian ternyataprilaku yang didasari pengetahuan akan lebih langgeng dari pada prilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.

2) SikapSikap adalah merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak dapat dilihat langsung tetapi hanya dapat di tafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup (Soekidjo, 2003:130). Sikap adalah kesiapan pada seseorang untuk bertindak secara tertentu terhadap hal-hal tertentu. Sikap positif, kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyenangi, mengharapkan obyek tertentu, sedangkan dalam sikap negative terdapat kecenderungan menjauhi, menghindari, membenci, tidak menyukai obyek tertentu (Sarlito Wirawan Sarwono, 2000:94). Sikap merupakan penentu penting dalam tingkah laku. Sikap yang ada pada seseorang yang memberikan gambaran corak tingkah laku seseorang. Berdasar pada sikap seseorang, orang akan dapat menduga bagaiman respon atau tindakan yang akan diambil tindakan oleh orang tersebut terhadap suatu masalah atau keadaan yang dihadapinya. Jadi dalam kondisi wajar-ideal gambaran kemungkinan tindakan atau tingkah laku yang diambil sebagai respon terhadap suatu masalah atau keadaan yang dihadapkan kepadanya dapat diketahui dari sikapnya (Sugeng Hariyadi, 2003:90). Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan. Untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain fasilitas. Misalnya sikap ibu yang sudah positif terhadap imunisasi tersebut harus mendapat konfirmasi dari suaminya, dan ada fasilitas imunisasi yang mudah dicapai, agar ibu tersebut mengimunisasikan anaknya. Disamping faktor fasilitas juga diperlukan faktor dukungan dari pihak lain (Soekidjo, 2003:133).

b. Faktor pendukung (enabling factor)1) Keterjangkauan FasilitasMasalah kesehatan masyarakat terjadi tidak terlepas dari faktor-faktor yang menjadi masa rantai terjadinya penyakit, yang kesemuanya itu tidak terlepas dari faktor lingkungan dimana masyarakat itu berada, perilaku masyarakat yang merugikan kesehatan ataupun gaya hidup yang dapat merusak tatanan masyarakat dalam bidang kesehatan, ketersediaan dan keterjangkauan fasilitas kesehatan yang dapat memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, disamping faktor-faktor yang sudah dibawa sejak lahir sehingga menjadi masalah tersendiri bila dilihat dari segi individu, keluarga, kelompok, maupun masyarakat secara keseluruhan (Nasrul Effendy, 1998:8).

2) Jarak ANCMenurut Deprtemen Pendidikan Nasional (2002:456) Jarak adalah ruang sela (panjang atau jauh) antara dua benda atau tempat yaitu jarak antara rumah dengan tempat pelayanan ANC.Faktor biaya dan jarak pelayanan kesehatan dengan rumah berpengaruh terhadap perilaku penggunaan dan pemanfaatan pelayanan kesehatan (Kresno, 2005).Menurut Koenger (1983) keterjangkauan masyarakat termasuk jarak akan fasilitas kesehatan akan mempengaruhi pemilihan pelayanan kesehatan. Demikian juga menurut Andersen, et all (1975) dalam Greenlay (1980) yang mengatakan bahwa jarak merupakan komponen kedua yang memungkinkan seseorang untuk memanfaatkan pelayanan pengobatan.

c. Faktor pendorong (reinforcing factor)yaitu factor yang memperkuat perubahan perilaku seseorang di karenakan adanya sikap dan perilaku yang lain seperti sikap suami, orang tua, tokoh masyarakat, atau petugas kesehatan. Perilaku individu sangat besar pengaruhnya terhadap kesehatan, perilaku yang positif akan menunjang atau meningkatkan derajat kesehatan (Istiarti, 2000).1) Perilaku MasyarakatPada hakikatnya bila sesuatu program pembangunan kesehtan dilaksanakan berlangsung sutu proses interaksi antara provider dengan recipient, yang masing-masing memiliki latar belakang social budaya sendiri-sendiri. Provider memilki sistem kesehatan kedokteran,recipient memilki system kesehatan yang berlaku di komunitasnya. Program pembangunan kesehatan, termasuk di dalamnya upaya peningkatan kedudukan gizi, dapat mencapai tujuan program apabila dari kedua belah pihak saling berpartisipasi aktif. Pihaknya perlu memahami latar belakang sosial budaya dan psikologi recipient.Prinsip-prinsip pembangunan masyarakat pedesaan perlu diperhatikan prinsip-prinsip itu antara lain:a) Untuk memperlancar pelaksanaan program masyarakat target yang dapat menghambat, dan yang mendorong baik yang terdapat dalam masyarakat target maupun staf birokrasi inovasi.b) Berdasarkan pengalaman, suatu program pembangunan masyarakat terlaksana dengan lancer keren melibatkan peran serta masyarakat dalam kegiatan-kegiatan, karena sesuai dengan feltneed, yang berdasarkan pertimbangan provider adalah need, menjadi feel-need bagi masyarakat yang bersangkutan.c) Dalam usaha memperbaiki kebiasaan makan anak balita dan ibu menyusui, provider hendaknya memahami faktor-faktor kebiasaan makan orang-orang dari masyarakat target. Ada konsep kebiasaaan makan yang dapat dijadikan pedoman, antara lain teori channeldari Kurt Lewin. Menurut teori ini pemilihan makanan didasari oleh nilai intelektual dan emosional dan dipengaruhi oleh rasa, status social, kesehatan dan harga. Nilai-nilai berinteraksi satu dengan yang lain. Makanan apa yang dipilih tergantung pada skalanilai yang diacu (Mulyono Joyomartono, 2005:120-121).

2) Partisipasi MasyarakatPartisipasi masyarakat adalah menumbuhkan dan meningkatkan tanggungjawab individu, keluarga, terhadap kesehatan atau kesejahteraan dirinya, keluarganya dan masyarakat (Depkes RI, 1987:2).Partisipasi masyarakat dibagi menjadi lima tingkatan, yaitu:a) Tingkat partisipasi masyarakat karena perintahatau karena paksaan.b) Tingkat partisipasi masyarakat karena imbalan atau karena insensitif.c) Tingkat partisipasi masyarakat karena identifikasi karena ingin meniru.d) Tingkat partisipasi masyarakat karena kesadaran.e) Tingkat partisipasi masyarakat karena tuntutan akan hak azasi dan tanggungjawab (Depkes RI, 1987:18).Faktor penghambat dalam partisipasi masyarakat berasal dari masyarakat dan pihak provider. Dari masyarakat dapat terjadi karenakemiskinan, kesenjangan social, sistem pengambilan keputusan dariatas ke bawah, adanya kepentingan tetap, pengalaman pahit masyarakat tentang program sebelumnya, susunan masyarakat yang sangat heterogen, persepsi masyarakat yang sangat berbede dengan persepsi provider tentang masalah kesehatan yang dihadapi.Sedangkan hambatan yang ada dalam pihak provider adalah terlalu mengejar target, persepsi yang berbede antara provider dan masyarakat, dan pelaporan yang tidak obyektif (Depkes RI, 1987:20). Partisipasi masyarakat didorong oleh faktor yang berada dalam masyarakat dan pihak provider yang akan mempengaruhi perubahan perilaku yang merupakan factor penting dan besar pengaruhnya terhadap derajat kesehatan (Depkes RI, 1987:20).

B. FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ANTENATAL CARE1. UmurAdalah umur individu terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja (Nursalam 2001:133). Dengan bertambahnya umur seseorang maka kematangan dalam berpikir semakin baik sehingga akan termotivasi dalam memeriksakan kehamilan, juga mengetahui akan pentingnya Antenatal Care. Semakin muda umurnya semakin tidak mengerti tentang pentingnya pemeriksaan kehamilan.Umur sangat menentukan suatu kesehatan ibu, ibu dikatakan beresiko tinggi apabila ibu hamil berusia dibawah 20 tahun dan di atas 35 tahun. Usia berguna untuk mengantisipasi diagnosa masalah kesehatan dan tindakan yang dilakukan. Menurut penelitian Woro Tri Hardjanti (2007) seorang wanita sebagai insan biologis sudah memasuki usia produksi beberapa tahun sebelum mencapai umur dimana kehamilan dan persalinan dapat berlangsungaman, yaitu 20-35 tahun, setelah itu resiko ibu akan meningkat setiap tahun. Wiknjosastro (2005), juga menyatakan bahwa dalam kurun reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-30 tahun. Kematian maternal pada wanita hamil dan melahirkan pada usia dibawah 20 tahunternyata 2-5 kali lebih tinggi dari pada kematian maternal yang terjadi pada usia 20-29 tahun. Kematian maternal meningkat kembali sesudah usia 30-35 tahun.

2. PendidikanPendidikan adalah suatu proses ilmiah yang terjadi pada manusia. Menurut Crow, pendidikan adalah suatu proses dimana pengalaman atau informasi diperoleh sebagai hasil dari proses belajar.Menurut Dictionary of Education, pendidikan dapat diartikan suatu proses dimana seseorang mengembangkan kemampuan sikap dan bentuk tingkah laku lainnya dalam masyarakat dan kebudayaan. Pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin baik pula tingkat pengetahuannya (Notoatmodjo, 2003). Menurut Suparlan (2006) pendidikan dalam arti luas yaitu segala kegiatan pembelajaran yang berlangsung sepanjang zaman dalam segala situasi kegiatan kehidupan. Pendidikan dalam arti sempit yaitu seluruh kegiatan belajar yang direncanakan, dengan materi terorganisasi, dilaksanakan secara terjadwal dalam sistem pengawasan, dan diberikan evaluasi berdasarkan pada tujuan yang telah ditentukan. Tingkat pendidikan individu dan masyarakat dapat berpengaruh terhadap penerimaan pendidikankesehatan (Uhu Suliha dkk, 2002:51). Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa pendidikan umumnya berarti daya upaya untuk memajukan tumbuhnya budi pekerti (kekuatan, batin, karakter), pikiran (intelek) dan tubuh anak (Achmad Munib, dkk, 2004:32). Menurut dictionary of Education dalam buku Achmad Munib, dkk (2004:33) pendidikan adalah proses seseorang mengembangkan kemampuan, sikap, dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya di dalam masyarakat tempat ia hidup, proses yakni orang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol (khususnya yang datang dari sekolah), sehingga dia dapat memperoleh atau mengalami perkembangan kemampuan social dan kemampuan individu yang optimal.Proses perubahan perilaku menuju kedewasaan dan penyempurnaan hidup dengan demikian pendidikan sangat besar pengaruhnya terhadap tingkah laku yang berpendidikan tinggi akan berbeda tinggi akan berbeda tingkah lakunya dengan orang yang hanya berpendidikan dasar.(Budioro, 2002). Wanita yang berpendidikan akan lebih terbuka terhadap ide-ide baru dan perubahan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang proposional karena manfaat pelayanan kesehatan akan mereka sadari sepenuhnya(Maulani, 1999). Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan. Pendidikan di Indonesia mengenal tiga jenjang pendidikan, yaitu pendidikan dasar (SD/MI/Paket A dan SLTP/MTs/Paket B), pendidikan menengah (SMU, SMK), danpendidikan tinggi yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, doktor, dan spesialis yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi.

3. ParitasParitas adalah keadaan seorang ibu yang melahirkan janin lebih dari satu orang. Sueheilif Paritas adalah status seorang wanita sehubungan dengan jumlah anak yang pernah dilahirkannya. Ibu yang baru pertama kali hamil merupakan hal yang sangat baru sehingga termotivasi dalam memeriksakan kehamilannya ketenaga kesehatan. Sebaliknya ibu yang sudah pernah melahirkan lebih dari satu orang mempunyai anggapan bahwa ia sudah berpengalaman sehingga tidak termotivasi untuk memeriksakan kehamilannya (Wiknjosastro, 2005).Paritas adalah jumlah janin dengan berat badan lebih dari 500 gram atau lebih, yang pernah dilahirkan, hidup atau mati. Bila berat badan tidak diketahui maka dipakai batas umur kehamilannya 24 minggu. Berdasarkan pengertian tersebut maka paritas mempengaruhi kunjungan kehamilan. Paritas 1 dan paritas tinggi (lebih dari 3) mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi. Lebih tinggi paritas, lebih tinggi kematian maternal. Resiko pada paritas 1 dapat ditangani dengan asuhan obstetri lebih baik, sedangkan resiko pada paritas tinggi dapat dikurangi atau dicegah dengan keluarga berencana. Sebagian kehamilan pada paritas tinggi adalah tidak direncanakan (Wiknjosastro, 2005).

4. Pendapatan PerkapitaMenurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pendapatan perkapita adalah besarnya pendapatan rata-rata keluarga dari suatu keluarga yang dperoleh dari hasil pembagian pendapatan seluruh anggota keluarga tersebut. Pendapatan adalah hasil pencarian atau perolehan usaha (Departemen Pendidikan Nasional 2002:236). Menurut Mulyanto Sumardi dan Hans Diater Evers (1982:20), pendapatan yaitu seluruh penerimaan baik berupa uang maupun barang baik dari pihak lain maupun dari hasil sendiri.Jadi yang dimaksud pendapatan dalam penelitian ini adalah suatu tingkat penghasilan yang diperoleh dari pekerjaan pokok dan pekerjaan sampingan dari orang tua dan anggota keluarga lainnya. Pendapatan keluarga yang memadai akan menunjang antenatal care yang baik dan kesadaran untuk periksa, karena dapat menyediakan semua kebutuhan dirinya baik yang primer maupun sekunder (Soetjiningsih, 1998:10). Menurut budioro (2002:108) keterbatasan sarana dansumber daya, rendahnya penghasilan, adanya peraturan atau perundangan yang menjadi penghambat akan membatasi keberdayaan orang perorang maupun masyarakat untuk merubah perilakunya.Pendapatan mempengaruhi kunjungan ANC. Hal ini disebabkan karena biaya penghidupan yang tinggi sehingga diperlukan pasien harus menyediakan dana yang diperlukan. Adapun tingkat ekonomi yang diteliti berdasarkan upah minimal regional (UMR) adalah penghasilan Rp 939.756,- /bulan (BPS Semarang 2010).Menurut penelitian Shintha Kusumaning Pribadi (2008) meskipun faktor ekonomi bukan penentu utama ketidakpatuhan seseorang, terhadap saran tenaga kesehatan, namun kemapuan seseorang untuk membeli obat dari kantong sendiri sedikit banyak mempengaruhi kepatuhan seseorang terhadap tenaga kesehatan. Biaya pembelian obat yang dirasa terlalu mahal untuk ukuran kemampuan ekonominya, cenderung tidak dibeli meskipun itu disarankan oleh tenaga kesehatan. Walaupun obat yang gratis tidak terlalu disukai karena dirasa kurang khasiatnya.

5. JarakMenurut Deprtemen Pendidikan Nasional (2002:456) Jarak adalah ruang sela (panjang atau jauh) antara dua benda atau tempat yaitu jarak antara rumah dengan tempat pelayanan ANC. Menurut Koenger (1983) keterjangkauan masyarakat termasuk jarak akan fasilitas kesehatan akan mempengaruhi pemilihan pelayanan kesehatan. Demikian juga menurutAndersen, et all (1975) dalam Greenlay (1980) yang mengatakan bahwa jarak merupakan komponen kedua yang memungkinkan seseorang untuk memanfaatkan pelayanan pengobatan.Indonesia merupakan negara yang luas sayangnya luas wilayah ini belum diimbangi dengan kecukupan, ketersediaan sarana-sarana layanan public termasuk dibidang kesehatan. Di beberapa desa masih kesulitan mendapatkan akses pelayanan kesehatan, tidak semua desa mempunyai puskesmas dan tenaga medis seperti : dokter, bidan, perawat. Secara geografis masih banyak masyarakat yang tinggal jauh dari sarana kesehatan (Depkes RI, 2003).Menurut penelitian Elfi Rahmawati (2008) bahwa jarak tempat tinggal ketempat layanan kesehatan di ukur dengan kilometer dikelompokkan dalam jarak.

C. PENGETAHUAN TENTANG ANTENATAL CARE1. Pengertian pengetahuanMenurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003), pengetahuan didefinisikan segala sesuatu yang diketahui, segala sesuatu yang diketahui berkenaan dengan hal. Sedangkan Notoatmodjo (2003) mendefinisikan pengetahuan sebagai hasil dari tahu setelah seseorang seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu melalui indera penglihatan, pendengaran, penciuman, perasaan, dan perabaan. Pengetahuan juga dapat didefinisikan sebagai kumpulan informasi yang diperbarui yang didapat dari proses belajar selama hidup dan dapat dipergunakan sewaktu-waktu sebagai alat penyesuaian diri baik terhadap diri sendiri atau lingkungannya.

2. Tingkat pengetahuanMenurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan yang tercakup dalam domain mempunyai 6 tingkatan, yaitu :a. Tahu (Know)Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.b. Memahami (Comprehension)Memahami adalah suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.c. Aplikasi (Aplication)Aplikasi diartikan suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi sebenarnya.d. Analisis (Analysis)Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu materi atau objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih di dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.e. SintesisSintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru dengan kata lain suatu kemampuan untuk menyusun suatu formula baru dan formulasi-formulasi yang ada.f. Evaluasi (Evaluation)Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuanMenurut Sukmadinata (2003), faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang adalah sebagai berikut :a. Faktor internal1) JasmaniFaktor jasmani diantaranya adalah kesehatan indera seseorang.2) RohaniFaktor jasmani diantaranya adalah kesehatan psikis, intelektual, psikomotor, serta kondisi afektif serta kognitif individu.b. Faktor eksternal1) PendidikanTingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam memberi respon terhadap sesuatu yang datang dari luar. Orang yang berpendidikan tinggi akan memberi respon yang lebih rasional terhadap informasi yang datang, akan berpikir sejauh mana keuntungan yang mungkin akan mereka peroleh dari gagasan tersebut.2) Paparan media massaMelalui berbagai media, baik cetak maupun elektronik, berbagai informasi dapat diterima oleh masyarakat, sehingga seseorang yang lebih sering terpapar media massa (TV, radio, majalah, pamflet, dan lain-lain) akan memperoleh informasi lebih banyak jika dibandingkandengan orang yang tidak pernah terpapar informasi media. Hal ini berarti paparan media massa mempengaruhi tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang.3) EkonomiDalam memenuhi kebutuhan pokok (primer) maupun kebutuhan sekunder, keluarga dengan status ekonomi yang baik akan lebih mudah tercukupi dibanding keluarga dengan status ekonomi yang lebih rendah. Hal ini akan mempengaruhi pemenuhan kebutuhan akan informasi pengetahuan yang termasuk kebutuhan sekunder.4) Hubungan sosialManusia adalah makhluk sosial, sehingga dalam kehidupan saling berinteraksi antara satu dengan yang lain. Individu yang dapat berinteraksi secara kontinyu akan lebih besar terpapar informasi, sementara faktor hubungan sosial juga mempengaruhi kemampuan individu sebagai komunikan untuk menerima pesan menurut model komunikasi media.5) PengalamanPengalaman seseorang tentang berbagai hal dapat diperoleh dari lingkungan kehidupan dalam proses perkembangannya, misalnya seseorang mengikuti kegiatan-kegiatan yang mendidik, seperti seminar dan berorganisasi, sehingga dapat memperluas pengalamannya, karena dari berbagai kegiatan-kegiatan tersebut, informasi tentang suatu hal dapat diperoleh.

4. Cara memperoleh pengetahuanDari berbagai macam cara yang telah digunakan untuk memperolehkebenaran pengetahuan sepanjang sejarah dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu cara tradisional (non ilmiah) dan cara modern (ilmiah).a) Cara tradisional (non ilmiah)Cara ini dipakai orang untuk memperoleh pengetahuan sebelum ditemukannya metode ilmiah atau metode penemuan secara sistematis dan logis.Cara penentuan pengetahuan secara tradisional antara lain :1) Coba-coba dan salahCara ini telah dipakai orang sebelum adanya kebudayaan, bahkan mungkin sebelum adanya peradaban. Cara ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil akan dicoba dengan kemungkinan yang lain.2) Cara kekuasaan (otoritas)Prinsip dalam cara ini adalah orang lain menerima pendapat yang diketemukan oleh orang yang mempunyai aktivitas tanpa menguji atau membuktikan kebenaran terlebih dahulu berdasarkan fakta empiris atau berdasarkan penalaran sendiri.3) Berdasarkan pengalaman pribadiPengalaman merupakan sumber pengetahuan atau merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang ada pada masa lalu. Pengalaman pribadi dapat menuntun kembali seseorang untuk menarik kesimpulan dengan benar. Untuk menarik kesimpulan dari pengalaman dengan benar diperlukan berpikir kritis dan logis.4) Melalui jalan pikirDalam memperoleh kebenaran pengetahuan, manusia telah menggunakan jalan pikirannya secara induksi dan deduksi.b) Cara modern (ilmiah)Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada saat ini lebih sistematis, logis, dan ilmiah. Dalam memperoleh kesimpulan dilakukan dengan jalan mengadakan observasi langsung dan membuat pencatatan terhadap semua fakta sebelumnya dengan objek penelitian(Notoatmodjo, 2005).5. Sumber pengetahuanMenurut Istiarti (2000), pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari berbagai macam sumber, misalnya media massa, media elektronik, buku petunjuk, petugas kesehatan, media poster, kerabat dekat, dan sebagainya. Sumber pengetahuan dapat berupa pemimpin-pemimpin masyarakat baik formal maupun informal ahli agama, pemegang pemerintahan, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2005).6. Pengukuran pengetahuanCara mengukur pengetahuan seseorang, menggunakan alat bantu kuesioner dengan cara menilainya dengan dikategorikan baik, cukup dan kurang. Pengetahuan dinyatakan baik bila 76 - 100 % pertanyaan dijawab benar, cukup bila 56 - 75% pertanyaan dijawab benar, dan kurang bila pertanyaan dijawab benar < 56 % (Arikunto, 2006).

Teknik PenelitianUntuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu hamil tentang pemeriksaan Antenatal Care, dilakukan mini riset observasi mengguanakan kuisioner. Populasi target adalah ibu hamil yang berada di wilayah kerja Puskesmas Ratu Agung.Pemilihan sampel dilakukan secara acak di dua kelurahan, dengan kriteria inklusi sebagai berikut :1. Wanita, usia 20-35 tahun2. Dalam keadaan hamil3. Mau mengikuti dan mengisi kuisionerJumlah sampel yang digunakan adalah 10 orang.

Hasil Dari analisis kuisioner yang didapat dari sampel, didapatkan hasil :10% memiliki kriteria baik30% memiliki kriteria cukup baik40% memiliki kriteria kurang20% memiliki kriteria tidak baik

Kesimpulan dari sebagian besar sampel, pengetahuan tentang pemeriksaan antenatal ibu hamil masih kurang. Dibutuhkan intervensi dari puskesmas Ratu Agung berupa promosi terkait pemeriksaan antenatal. Diharapkan pihak puskesmas mempersiapkan kader kesehatan di tiap RT untuk memantau dan mengedukasi ibu hamil dalam pemeriksaan antenatal. Rekam medikpemeriksaan antenatal di puskesmas ditata dengan efektif dan representatif Mengupayakan pencapaian 10 standar pelayanan Antenatal Care