EFEKTIVITAS MODEL PROJECT BASED LEARNING DITINJAU …digilib.unila.ac.id/60998/20/SKRIPSI TANPA BAB...
Transcript of EFEKTIVITAS MODEL PROJECT BASED LEARNING DITINJAU …digilib.unila.ac.id/60998/20/SKRIPSI TANPA BAB...
EFEKTIVITAS MODEL PROJECT BASED LEARNING DITINJAU
DARI KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA
(Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Muhammadiyah 3
Bandarlampung Tahun Ajaran 2019/2020)
(Skripsi)
Oleh
VINA ZAHRA VENA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2020
ii
ABSTRAK
EFEKTIVITAS MODEL PROJECT BASED LEARNING DITINJAU DARI
KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA
(Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Muhammadiyah 3
Bandarlampung Tahun Pelajaran 2019/2020)
Oleh
VINA ZAHRA VENA
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas model Project Based
Learning ditinjau dari kemampuan pemahaman konsep matematis siswa. Populasi
penelitian adalah seluruh siswa kelas VIII semester ganjil SMP Muhammadiyah 3
Bandarlampung Tahun Pelajaran 2019/2020 yang terdistribusi dalam 6 kelas.
Sampel penelitian diambil dengan teknik cluster random sampling. Desain yang
digunakan adalah the randomized posttest-only control group design. Analisis uji
hipotesis pada menunjukkan bahwa kemampuan pemahaman konsep
matematis siswa yang mengikuti model Project Based Learning lebih tinggi
secara signifikan daripada pembelajaran konvesional, namun persentase siswa
tuntas belajar yang mengikuti model Project Based Learning tidak lebih dari 60%
jumlah siswa. Kesimpulan pada penelitian ini adalah model Project Based
Learning tidak efektif ditinjau dari kemampuan pemahaman konsep matematis
siswa.
Kata kunci : efektivitas, model project based learnig, kemampaun pemahaman
konsep matematis.
iii
EFEKTIVITAS MODEL PROJECT BASED LEARNING DITINJAU
DARI KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA
(Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Muhammadiyah 3
Bandarlampung Tahun Ajaran 2019/2020)
Oleh
VINA ZAHRA VENA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Matematika
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2020
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 25 Februari 1997. Penulis merupakan
anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Suparman dan Ibunda Lia
Asnawi (Khoiriyah) serta memiliki adik laki-laki bernama M. Risky Suganda dan
adik perempuan bernama Cahya Gendis Ratu Mawardah.
Penulis menyelesaikan pendidikan formal di kecamatan Blambangan Umpu,
kabupaten Way Kanan, provinsi Lampung tepatnya di SD Negeri 01 Negeri Baru
pada tahun 2009, SMP Negeri 05 Blambangan Umpu pada tahun 2012, dan SMA
01 Blambangan Umpu pada tahun 2015. Kemudian pada tahun 2015, melalui jalur
Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN), penulis diterima di
Universitas Lampung sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika,
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA), Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Universitas Lampung.
Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) pada tahun 2018 di Desa Muara
Jaya, Kecamatan Sukadana, Kabupaten Lampung Timur. Selain itu, penulis
melaksanakan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) di SMPN 02 Sukadana,
Lampung Timur.
ii
Selama menjadi mahasiswa, penulis bergabung menjadi Eksakta Muda Himasakta
divisi Kreativitas Mahasiswa (Kresma) periode 2015-2016, menjadi bendahara
Himasakta kabinet satu hati periode 2017, anggota komisi II (administrasi dan
keuangan) DPM (Dewan Perwakilan Mahasiswa) FKIP Unila tahun 2018, dan
anggota komisi III (administrasi dan keuangan) DPM (Dewan Perwakilan
Mahasiswa) Unila tahun 2019.
Motto
“Teruslah belajar untuk menjadi BAIK, lebih BAIK, dan TERBAIK, kemudian jadikan kebaikan tersebut menjadi
sesuatu yang bermanfaat”
(Vina Zahra Vena)
Persembahan
Bismillahirahmanirohim
Alhamdulillahirobbil„alamin
Segala puji bagi Allah Subhanahu Wata‟ala, Dzat yang Maha Sempurna.
Shalawat dan salam selalu tercurah kepada Nabi Muhammad Shallallahu „Alaihi
Wasallam
Alhamdulillah, dengan kerendahan hati dan ucapan syukur pada Allah SWT serta
dengan penuh rasa cinta, ku persembahkan karya sederhana ini kepada:
Kedua orang tua ku tercinta,
Yang senantiasa mendoakanku dan tidak pernah letih memberikan semangat,
kasih sayang, serta melakukan yang terbaik demi kesuksesanku.
Semoga karya ini bisa menjadi salah satu dari sekian banyak alasan untuk
membuat Bapak dan Mama tersenyum.
Adek-adekku tersayang, serta seluruh keluarga besar yang terus memberikan
dukungan dan doanya padaku.
Seluruh keluarga besar Pendidikan Matematika (MEDFU)
Para pendidik yang telah mengajar dengan penuh kesabaran.
Semua sahabat yang selalu ada dan begitu tulus menyayangiku saat bahagia
maupun sedihku, dari kalian aku belajar memahami arti persahabatan.
Keluarga Besar KKN Muara Jaya, Himasakta, DPM FKIP Unila, dan DPM Unila
Terima kasih telah banyak sekali memberikan inspirasi dan pembelajaran baik
akademik maupun non-akademik
Almamater Universitas Lampung tercinta.
ii
SANWACANA
Alhamdulillahirobbil„alamin, puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wata‟ala
yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan skripsi ini
dapat diselesaikan. Sholawat serta salam semoga selalu tercurah atas manusia
yang akhlaknya paling mulia, yang telah membawa perubahan luar biasa, menjadi
uswatun hasanah, yaitu Rasulullah Muhammad Shallallahu „Alaihi Wa sallam.
Skripsi ini berjudul “Efektivitas Model Project Based Learning Ditinjau dari
Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa (Studi pada Siswa Kelas VIII
Semester Ganjil SMP Muhammadiyah 3 Bandarlampung Tahun Ajaran
2019/2020)”. Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Lampung.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari
bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Kedua orang tuaku (Bapak Suparman dan Ibu Lia Asnawi), adik-adikku
(Muhammad Risky Suganda dan Cahya Gendis Ratu Mawardah), serta
seluruh keluarga besarku yang selalu mendoakan, memberikan motivasi,
dukungan, bantuan, dan semangat kepadaku.
iii
2. Bapak Drs. M. Coesamin, M.Pd., Pembimbing I sekaligus dosen Pembimbing
Akademik yang selalu bersedia meluangkan waktu untuk konsultasi
akademik, memberikan perhatian, motivasi serta kritik dan saran yang
membangun selama penulis menempuh pendidikan di perguruan tinggi dan
dalam menyusun skripsi sehingga skripsi ini selesai dan menjadi lebih baik.
3. Ibu Widyastuti, S.Pd., M.Pd., selaku Dosen Pembimbing II yang telah
bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing, memotivasi, memberikan
wawasan, serta memberikan kritik dan saran yang membangun selama
penyusunan skripsi sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.
4. Ibu Dr. Sri Hastuti Noer, M.Pd., selaku Dosen Pembahas sekaligus Ketua
Program Studi Pendidikan Matematika yang telah memberikan masukan dan
saran yang membangun sehingga skripsi ini dapat selesai dan menjadi lebih
baik.
5. Bapak Prof. Dr. Patuan Raja, M.Pd., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung
beserta jajaran dan stafnya yang telah memberikan bantuan kepada penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan PMIPA FKIP Unila yang
telah memberikan kemudahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini.
7. Bapak dan Ibu dosen Pendidikan Matematika di Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis.
8. Kepala SMP Muhammadiyah 3 Bandarlampung beserta wakil, guru-guru, dan
staf tata usaha yang telah memberikan kemudahan dan dukungan selama
penelitian.
iii
iv
9. Bapak Kiki Kurniawan, S.Pd., selaku guru mitra yang telah banyak membantu
dan memberikan masukan serta semangat dalam penelitian ini.
10. Siswa/siswi kelas VIII D dan VIII E SMP Muhammadiyah 3 Bandarlampung
tahun pelajaran 2019/2020, atas perhatian dan kerjasama yang telah terjalin.
11. Teman sekaligus sahabatku tersayang Dinda Wiwid Rahmawati dan Cahya
Pratama yang selalu menemani dalam keadaan senang maupun susah.
12. Keluarga KKN desa Muara Jaya tahun 2018, Fachri Fajar Satria (Penjaskes),
Hendi Nur Pratama (Pend. B.Inggris), Sudarto (Pend. Biologi), Ella Utami
(Pend. Ekonomi), Novita Suparmi (Pend. Sejarah), Nur Ayu Rahmawati
(Bimbingan dan Konseling), Selvia Febriana (Pend. Geografi), Pio Amalia
(PKn), dan Zara Paradita (Pend. Fisika) terima kasih untuk waktu berharga
yang telah dihabiskan bersama walaupun hanya sebentar, semoga kita dapat
berkumpul dan selalu terjalin silaturahmi yang baik.
13. Seluruh guru dan siswa-siswi SMPN 02 Sukadana Lampung Timur tahun
pelajaran 2018/2019, terimakasih telah memberikan pengalaman yang tak
terlupakan.
14. Sahabat-sahabatku yang baik, Mila, Irma, Mulyani, Amalina, Ratna, Mar‟atus,
Desak, Desi, Putri, Gita, Sella, Ria, Piya, Ratu, Bunga, Deta, Kiki, dan Indah,
terimakasih atas bantuan dan semangat yang diberikan selama ini.
15. Sahabat-sahabatku tersayang, Agnis, Agnes, Alkias, Ambar, April, Asti,
Awan, Daryono, Desta, Destia, Dewi, Diyah Ayu, Dwir, Eki, Ernia, Etia,
Fajar, Indri, Isma, Kartika H., Lia, Miranda, Mustainatun, Novita, Ocha, Eno,
Ronal, Wanda, Yulia, Zakiya, Alya, Okta, Amel, Brigita, Anika, Kartikakur,
Reza, Ika, Annisa, Suci, Atika, Ina, Windi, Nadila, Mba Ratna, dan Tiur.
iv
v
16. Kakak-kakakku angkatan 2014, 2013, dan 2012 serta adik-adikku angkatan
2016, 2017, 2018, dan 2019 terima kasih atas kebersamaannya.
17. Keluarga Himasakta satu hati, Ridwan Saputra, Kartika Mei Linda, Prima
Istiana, Siti Hardiyanti, Almh. Mira Khadijah, Lulu Sekardini, Alfinanto
Febrian Nasrullah, Febrina Ismulita, Wahib Nurmansyah, Fitri Septi Lutfiani
Widodo, Andre Kurnianto, Nova Patria Ningsih, Rifan Winarto, Yulia Uji
Taba, Dimas Setiawan, Dewi Puspita Sari, Burhanudin, Alda Novita Sari,
Rizky Aftama, Eka Yustia Al-Husnul, Nana Kusuma Wardhani, dan Tri Okta
Priani.
18. Teman-teman di keluarga DPM FKIP Unila 2018 dan DPM Unila 2019,
terima kasih untuk perhatian, bimbingan, dan kebersamaannya. Semoga
silaturahmi kita selalu terjaga.
19. Mba Reni dan Mba Eka serta Pengurus Gedung G FKIP Pak Mariman, dan
Pak Liyanto, terima kasih atas bantuan dan perhatiannya selama ini.
20. Almamater tercinta yang telah mendewasakanku.
21. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Semoga
kebaikan, bantuan, dan dukungan yang telah diberikan pada penulis mendapat
balasan pahala dari Allah Subhanahu Wata‟ala dan semoga skripsi ini
bermanfaat. Aamiin.
Bandar Lampung, 22 Januari 2020
Penulis,
Vina Zahra Vena
v
vi
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ..................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ............................................................................................ viii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... ix
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................. 14
C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 14
D. Manfaat Penelitian ................................................................................. 14
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
A. Kajian Teori ........................................................................................... 15
1. Model Project Based Learning (PjBL) .............................................. 15
2. Pembelajaran Konvensional ............................................................... 19
3. Kemampuan Pemahaman Konsep ...................................................... 22
4. Efektivitas Pembelajaran .................................................................... 25
B. Penelitian yang Relevan ......................................................................... 27
C. Definisi Operasional ............................................................................... 28
D. Kerangka Pikir ....................................................................................... 30
E. Anggapan Dasar ..................................................................................... 33
F. Hipotesisi Penelitian ............................................................................... 33
III. METODE PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel ............................................................................... 34
B. Desain Penelitian .................................................................................... 35
vii
C. Posedur Pelaksanaan Penelitian ............................................................. 36
D. Data dan Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 38
E. Instrumen Penelitian ............................................................................... 38
F. Analisis Instrumen Tes ........................................................................... 40
G. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ...................................... 44
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ...................................................................................... 50
1. Data Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa ................. 50
2. Pencapaian Indikator Pemahaman Konsep Matematis ...................... 51
3. Hasil Uji Hipotesis Pertama (Kesamaan 2 rata-rata) ......................... 52
4. Hasil Uji Hipotesis Kedua (Proporsi) ................................................. 53
B. Pembahasan ............................................................................................ 54
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ................................................................................................ 61
B. Saran ....................................................................................................... 61
DAFTAR PUSTAKA
vii
viii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.1 Hasil studi TIMSS (Tahun 1999-2011) siswa SMP Indonesia
kelas VIII ...................................................................................................... 3
3.1 Rata-rata nilai UAS Semester Genap Tahun Pelajaran 2018/2019 .............. 34
3.2 Desain Penelitian .......................................................................................... 36
3.3 Pedoman Penskoran Pemahaman Konsep Matematis .................................. 39
3.4 Kriteria Koefisien Reliabilitas ...................................................................... 41
3.5 Interpretasi Daya Pembeda .......................................................................... 42
3.6 Interpretasi Tingkat Kesukaran .................................................................... 43
3.7 Rekapitulasi Hasil Uji Coba Posttest ........................................................... 44
3.8 Rekapitulasi Uji Normalitas Sampel Data Kemampuan Pemahaman
Konsep Matematis ........................................................................................ 45
4.1 Data Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa .......................... 50
4.2 Data Pencapaian Indikator Pemahaman Konsep Matematis ........................ 51
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
A. PERANGKAT PEMBELAJARAN
A.1 Silabus Eksperimen ........................................................................ 68
A.2 Silabus Kontrol ............................................................................... 75
A.3 RPP Eksperimen ............................................................................. 80
A.4 RPP Kontrol .................................................................................... 98
A.5 LKP (Lembar Kerja Proyek) .......................................................... 114
A.6 LKPD (Lembar Kerja Peserta Didik) ............................................. 128
B. PERANGKAT TES
B.1 Kisi-kisi Soal Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis
(Post-Test) ....................................................................................... 136
B.2 Soal Tes Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis
(Post-Test) ...................................................................................... 137
B.3 Pedoman Penskoran Soal Tes Kemampuan Pemahaman Konsep
Matematis (Post-Test) ..................................................................... 138
B.4 Kunci Jawaban Soal Tes Kemampuan Pemahaman Konsep
Matematis (Post-Test) ..................................................................... 140
B.5 Form Penilaian Validitas Isi Post-Test ........................................... 144
B.6 Kisi-kisi Soal Tes Kemampuan Awal Pemahaman Konsep
Matematis ....................................................................................... 145
B.7 Soal Tes Kemampuan Awal Pemahaman Konsep Matematis......... 147
x
B.8 Pedoman Penskoran Soal Tes Kemampuan Awal Pemahaman
Konsep Matematis ......................................................................... 148
B.9 Kunci Jawaban Soal Tes Kemampuan Awal Pemahaman Konsep
Matematis ....................................................................................... 150
C. ANALISIS DATA
C.1 Analisis Reliabilitas Hasil Uji Coba Instrumen Tes ....................... 152
C.2 Analisis Daya Pembeda dan Tingkat Kesukaran ............................ 153
C.3 Rekapitulasi Data Kemampuan Awal Pemahaman Konsep
Matematis Siswa ............................................................................. 156
C.4 Uji Normalitas Data Kemampuan Awal Pemahaman Konsep
Matematis Siswa ............................................................................. 158
C.5 Uji Homogenitas Data Kemampuan Awal Pemahaman Konsep ...
Matematis Siswa ............................................................................. 162
C.6 Ranking Data Kemampuan Awal Pemahaman Konsep Matematis
Siswa ............................................................................................... 163
C.7 Uji Kesamaan 2 Rata-rata Data Kemampuan Awal ....................... 165
C.8 Rekapitulasi Data Posttest Kemampuan Pemahaman Konsep
Matematis Siswa ............................................................................. 167
C.9 Uji Normalitas Data Posttest Pemahaman Konsep Matematis
Siswa ............................................................................................... 169
C.10 Uji Homogenitas Data Posttest Pemahaman Konsep Matematis
Siswa ............................................................................................... 173
C.11 Uji Hipotesis Pertama ..................................................................... 174
C.12 Data Tuntas Belajar Kelas Eksperimen .......................................... 176
C.13 Uji Hipotesis Kedua (Proporsi) ...................................................... 177
C.14 Data Pencapaian Indikator Kemampuan Pemahaman Konsep
Matematis Siswa ............................................................................. 179
C.15 Nilai UAS Semester Genap Tahun Pelajaran 2018/2019 ............... 180
x
xi
C.16 Uji Normalitas Data Nilai UAS Semester Genap Tahun Pelajaran
2018/2019 ....................................................................................... 182
C.17 Analisis Kesamaan Rata-rata Nilai UAS Semester Genap Tahun
Pelajaran 2018/2019 (Uji Kruskal Wallis) ..................................... 183
D. ADMINISTRASI PENELITIAN
D.1 Surat Izin Penelitian Pendahuluan .................................................. 184
D.2 Surat Izin Penelitian ....................................................................... 185
D.3 Surat Keterangan Penelitian ........................................................... 186
xi
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh era globalisasi.
Hal ini sejalan dengan pendapat Nurhaidah dan Musa (2015: 2) yang menyatakan
bahwa globalisasi menyentuh seluruh aspek penting kehidupan. Salah satu
tantangan bangsa Indonesia menghadapi era globalisasi adalah pengadaan Sumber
Daya Manusia (SDM) berkualitas yang mampu bersaing dalam bidang Ilmu
Pengetahuan, Teknologi, dan Seni (IPTEKS). Oleh sebab itu, kualitas Sumber
Daya Manusia (SDM) Indonesia harus ditingkatkan agar dapat memajukan bangsa
Indonesia menjadi lebih baik di mata dunia.
Pendidikan merupakan salah satu hal penting untuk menentukan maju mundurnya
suatu bangsa. Salah satu bidang yang mempunyai peran penting dalam dunia
pendidikan adalah matematika. Menurut Hardini (2012: 159), matematika adalah
ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai
peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia.
Matematika sebagai disiplin ilmu perlu dikuasi dan dipahami dengan baik oleh
segenap lapisan masyarakat terutama siswa sekolah formal, oleh karena itu,
2
matematika dipelajari di setiap jenjang pendidikan mulai dari Sekolah Dasar
sampai dengan perguruan tinggi. Menurut Depdiknas (2009: 387), untuk dapat
menguasai dan menciptakan teknologi serta bertahan di masa depan diperlukan
penguasaan ilmu matematika yang kuat sejak dini. Oleh karena itu, ilmu
matematika memainkan peranan penting untuk mempersiapkan individu dalam
pembangunan Indonesia sehingga matematika perlu dipelajari siswa dengan
sungguh-sungguh.
Tujuan pembelajaran matematika di Indonesia berdasarkan kurikulum 2013 yang
dikemukakan oleh kemendikbud (2015) salah satunya adalah agar peserta didik
memiliki kemampuan pemahaman konsep yang baik. Berdasarkan tujuan
tersebut, adanya pembelajaran matematika di tingkat satuan pendidikan ditujukan
sebagai sarana untuk melatih siswa agar setiap siswa memiliki pemahaman
konsep. Ini menunjukkan bahwa pemahaman konsep merupakan salah satu aspek
penting dalam proses pembelajaran, khususnya pembelajaran matematika.
Pemahaman konsep matematis yang dimiliki oleh sebagian besar siswa di
Indonesia belum optimal. Hal ini berdasarkan hasil studi Trends In Mathematics
and Science Study (TIMSS) yang diikuti oleh siswa Indonesia pada jenjang SMP
kelas VIII pada tahun 1999 sampai 2011 yang dapat dilihat pada Tabel 1.1.
TIMSS (Rosnawati, 2013), menampilkan 4 tingkatan untuk mempresentasikan
rentang kemampuan peserta didik berdasar benckmark internasional, yaitu standar
mahir (625), standar tinggi (550), standar menengah (475), dan standar rendah
(400). Berdasarkan data pada Tabel 1.1 terlihat bahwa dari tahun ke tahun capaian
rata-rata TIMSS matematika siswa Indonesia berada pada standar rendah.
3
Tabel 1.1. Hasil studi TIMSS siswa SMP Indonesia kelas VIII
Tahun Peringkat
Indonesia
Jumlah negara yang
mengikuti TIMSS Skor
1999 34 38 403
2003 34 46 411
2007 36 48 397
2011 38 42 386 (Sumber: Kuncoro, 2017)
Mullis et al. (2012), mengemukakan hasil TIMSS yang diikuti siswa SMP pada
tahun 2011 (siswa SMP Indonesia tidak berpartisipasi saat TIMSS 2015), pada
dimensi kognitif diperoleh persentase penilaian domain pengetahuan (knowing),
penerapan (applying), dan penalaran (reasoning) berturut-turut yaitu sebesar 37%,
23%, dan 17%. Knowing relevan dengan seberapa luas konsep yang dipahami
oleh siswa, semakin luas pemahaman konsep yang dimiliki maka akan semakin
besar potensi siswa bisa memecahkan berbagai masalah matematika. Hasil
persentase penilaian domain pengetahuan (knowing) yang diperoleh menunjukan
bahwa pemahaman konsep matematis siswa di Indonesia masih tergolong rendah.
Hal ini diperkuat dengan salah satu contoh soal pada TIMSS yang dikutip dalam
Rosnawati (2013) untuk mengukur domain kognitif pada level yang paling rendah
yaitu pengetahuan (Knowing) yang terkait dengan domain konten bilangan, yaitu
sebagai berikut.
Contoh:
Soal tersebut sebenarnya tidak terlalu sulit, namun hanya 57% siswa Indonesia
yang mampu menjawab dengan benar. Menurut Rosnawati (2013), rendahnya
persentase tersebut umumnya karena pemahaman nilai tempat yang masih belum
42,65 + 5,748 =
Jawab: …………………….
4
baik. Hal ini ditunjukkan dengan sering ditemukan siswa membaca 42,65 dengan
“empat puluh dua koma enam puluh lima”. Pemahaman konsep yang keliru
tersebut menyebabkan kekeliruan dalam operasi penjumlahan. Dengan demikian,
rendahnya kemampuan matematika siswa di Indonesia disebabkan rendahnya
pemahaman konsep matematis siswa.
Rendahnya pemahaman konsep matematis juga dialami siswa kelas VIII SMP
Muhammadiyah 3 Bandarlampung. Hal tersebut diketahui dari tes kemampuan
awal yang dilakukan untuk mengukur kemampuan pemahaman konsep matematis
siswa. Instrumen tes awal berbentuk uraian dengan materi yang digunakan yaitu
bilangan bulat sebagai materi prasyarat dari koordinat kartesius. Berikut
instrumen tes awal yang mengukur kemampuan pemahaman konsep matematis
siswa yang diujikan pada kelas VIII D dan VIII E dengan jumlah siswa 55 orang.
beserta penjelasannya setelah diujikan.
1) Soal nomor 1 mengukur pemahaman konsep matematis siswa pada indikator
mengklarifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu dan menggunakan,
memanfaatkan, dan memilih prosedur tertentu. Berikut soalnya.
Diketahui bilangan X, Y, dan Z.
Bilangan X = 123abc
Bilangan Y = 45bcde
Bilangan Z = 9abcd
Jika setiap huruf kecil pada bilangan tersebut mewakili suatu angka, urutkan
bilangan tersebut dari yang terbesar. Kemudian jelaskan alasannya!
Pada soal nomor 1, ada 43 siswa (76,79% siswa) yang mengalami kekeliruan
dalam menjawab soal. Ada 2 tipe jawaban siswa. Jawaban siswa tipe 1, siswa
belum dapat membedakan bilangan bulat yang lebih besar atau lebih kecil dari
bilangan bulat tertentu, oleh karena itu, siswa belum dapat mengklarifikasikan
5
objek-objek menurut sifat-sifat tertentu. Selain itu, siswa tidak bisa memberikan
alasan dengan benar cara/prosedur mendapatkan jawaban, oleh karenanya, siswa
belum dapat menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur tertentu dengan
tepat. Dari 55 siswa, terdapat 37 siswa atau 67,27% siswa yang mengerjakan soal
dengan jawaban seperti itu. Diambil sampel jawaban siswa yang mengerjakan soal
dengan jawaban tipe 1 sebagai berikut.
Gambar 1.1 Jawaban Siswa Tipe 1 Soal nomor 1.
Jawaban tipe 2, siswa dapat membedakan bilangan bulat yang lebih besar
atau lebih kecil dari bilangan bulat, sehingga siswa telah dapat
mengklarifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu. Namun siswa
belum dapat memberikan alasan dengan benar cara atau prosedur
mendapatkan jawaban tersebut, oleh karenanya, siswa belum dapat
menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur tertentu. Dari 55 siswa,
terdapat 6 siswa atau 10,90% siswa yang mengerjakan soal dengan jawaban
seperti itu. Diambil sampel jawaban siswa yang mengerjakan soal dengan
jawaban tipe 2 sebagai berikut.
Gambar 1.2 Jawaban Siswa Tipe 2 Soal nomor 1.
6
2) Soal nomor 2 mengukur pemahaman konsep matematis siswa pada indikator
mengaplikasikan konsep. Berikut soalnya.
Ada sebuah ruangan yang memiliki suhu . Beberapa menit kemudian
suhu di ruangan tersebut naik menjadi . Berapakah kenaikan suhu di
ruangan tersebut? Buatlah dalam garis bilangan secara vertikal!
Pada soal nomor 2, ada 25 siswa (44,64% siswa) yang mengalami kekeliruan
dalam menjawab soal. Ada 2 tipe jawaban siswa. Jawaban siswa tipe 1, siswa
salah dalam melakukan operasi pengurangan dan beberapa siswa belum
mengerti cara mengerjakan soal tersebut. Selain itu, siswa belum dapat
menentukan kedudukan titik pada garis bilangan bulat yang digambar secara
vertikal. Oleh karena itu, siswa belum dapat mengaplikasikan konsep bilangan
bulat. Dari 55 siswa, terdapat 14 siswa atau 25,45% siswa yang mengerjakan
soal dengan jawaban seperti itu. Diambil sampel jawaban siswa yang
mengerjakan soal dengan jawaban tipe 1 sebagai berikut.
Gambar 1.3 Jawaban Siswa Tipe 1 Soal nomor 2.
Pada jawaban siswa tipe 2, siswa sudah benar dalam melakukan operasi
pengurangan namun masih belum dapat membuat atau menggambar garis
bilangan secara vertikal, beberapa siswa membuat garis bilangan secara
horizontal. Oleh karena itu, siswa belum dapat mengaplikasikan konsep
bilangan bulat. Dari 55 siswa, terdapat 11 siswa atau 20% siswa yang
mengerjakan soal dengan jawaban seperti itu. Diambil sampel jawaban siswa
yang mengerjakan soal dengan jawaban tipe 2 yang dapat dilihat pada gambar
berikut.
7
Gambar 1.4 Jawaban Siswa Tipe 2 Soal nomor 2.
3) Soal nomor 3, mengukur pemahaman konsep matematis siswa pada indikator
memberi contoh dan non-contoh dari konsep. Berikut soalnya.
Apakah -70 merupakan bilangan bulat negatif yang lebih besar dari -30
sekaligus lebih kecil dari -9? Jika ya jelaskan, jika tidak jelaskan dan berikan
contoh penyangkalnya!
Pada soal nomor 3, semua siswa tidak ada yang menjawab dengan benar. Dari
55 siswa, terdapat 10 siswa yang tidak menjawab dan 45 siswa menjawab
dengan salah. Terdapat 2 tipe jawaban siswa. Jawaban tipe 1, siswa salah
dalam menjawab dan memberikan alasan. Oleh karena itu, siswa belum dapat
memberi contoh dan non-contoh dari konsep. Dari 55 siswa, terdapat 29 siswa
atau 52,73% siswa yang mengerjakan soal dengan jawaban seperti itu.
Diambil sampel jawaban siswa yang mengerjakan soal dengan jawaban tipe 1
sebagai berikut.
Gambar 1.5 Jawaban Siswa Tipe 1 Soal nomor 3.
Jawaban tipe 2, siswa benar dalam menjawab, namun tidak bisa /salah dalam
memberikan alasan dan contoh penyangkal. Oleh karena itu, siswa belumdapat
memberi contoh dan non-contoh dari konsep. Dari 55 siswa, terdapat 17 siswa
8
atau 30,90% siswa yang mengerjakan soal dengan jawaban seperti itu. Diambil
sampel jawaban siswa yang mengerjakan soal dengan jawaban tipe 2 sebagai
berikut.
Gambar 1.6 Jawaban Siswa Tipe 2 Soal nomor 3.
4) Soal nomor 4, mengukur pemahaman konsep matematis siswa pada indikator
mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu. Berikut Soalnya.
Heri diminta oleh gurunya untuk mengembalikan alat peraga berupa garis
bilangan ke perpustakaan sekolah. Ketika melewati lapangan sekolah, kaki
Heri tersandung sehingga beberapa papan bilangan terjatuh.
a. Bantulah Heri untuk menyusun kembali papan bilangan yang terjatuh
sehingga alat peraganya menjadi benar kembali. Tariklah garis untuk
menghubungkan papan bilangan dan tempat yang tepat.
b. Ternyata saat terjatuh, ada sebuah papan bilangan yang hilang. Bilangan
apakah itu?
Pada soal nomor 4, ada 7 siswa (12,73% siswa) yang menjawab salah/keliru.
Kesalahan siswa ada di poin b, yaitu tidak dapat menentukan dengan benar
bilangan yang hilang. Siswa masih belum dapat menentukan urutan pada
bilangan bulat. Sehingga masih ada siswa yang belum dapat
1
-2 5 -6
9
mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu. Berikut contoh
jawaban siswa yang masih salah.
Gambar 1.7 Jawaban Siswa Soal nomor 4.
5) Soal nomor 5, mengukur pemahaman konsep matematis siswa pada indikator
mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu dan menggunakan,
memanfaatkan, dan memilih prosedur tertentu. Berikut Soalnya.
Diketahui dua bilangan bulat A = 6584678656 dan B = 6473263749,
bagaimana cara kalian menentukan bilangan yang terbesar dari kedua bilangan
bulat tersebut? Jelaskan.
Pada soal nomor 5, ada 52 siswa (94,54% siswa) yang mengalami kesalahan.
Dari 55 siswa, terdapat 20 siswa yang tidak menjawab dan 32 siswa menjawab
dengan salah. Terdapat 2 tipe jawaban siswa. Jawaban tipe 1, siswa salah
dalam menjawab bilangan yang terbesar dan alasan bilangan tersebut adalah
bilangan terbesar. Oleh karena itu, siswa belum dapat mengklarifikasikan
objek-objek menurut sifat-sifat tertentu dan belum dapat menggunakan,
memanfaatkan, dan memilih prosedur tertentu dengan tepat. Dari 55 siswa,
terdapat 12 siswa atau 21,82% siswa yang mengerjakan soal dengan kesalahan
10
seperti itu. Diambil sampel jawaban siswa yang mengerjakan soal dengan
jawaban tipe 1 sebagai berikut.
Gambar 1.8 Jawaban Siswa Tipe 1 Soal nomor 5.
Jawaban tipe 2, siswa benar dalam menjawab bilangan yang terbesar, yang
berarti siswa telah dapat mengklarifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat
tertentu. Namun, siswa tidak bisa memberikan alasan dengan benar cara atau
prosedur mendapatkan jawaban, oleh karenanya, siswa belum memenuhi
indikator pemahaman konsep menggunakan, memanfaatkan, dan memilih
prosedur tertentu dengan tepat. Dari 55 siswa, terdapat 20 siswa atau 36,36%
siswa yang mengerjakan soal dengan jawaban seperti itu. Diambil sampel
jawaban siswa yang mengerjakan soal dengan jawaban tipe 2 yaitu sebagai
berikut.
Gambar 1.9 Jawaban Siswa Tipe 2 Soal nomor 5.
Berdasarkan uraian di atas, terlihat bahwa sebagian besar siswa masih belum
dapat menjawab dengan benar materi prasyarat yang diujikan untuk mengukur
11
kemampuan pemahaman konsep matematis siswa. Oleh karena itu, pemahaman
konsep siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 3 Bandarlampung masih tergolong
rendah. Selain itu, rendahnya pemahaman konsep matematis siswa dapat dilihat
dari rata-rata nilai matematika siswa saat Ujian Akhir Semester Genap Tahun
Pelajaran 2018/2019 yaitu 58,33 yang masih di bawah KKM yaitu 72. Dalam
proses pembelajaran siswa mengaku dapat memahami materi yang dibahas, tetapi
ketika diberikan soal latihan siswa mengalami kesulitan. Bahkan ketika
dilaksanakan ulangan harian dengan soal yang tidak berbeda dengan soal latihan,
hasilnya masih jauh di bawah KKM. Hal ini disebabkan siswa hanya sebatas
memahami soal yang telah dipelajari dan tidak memahami konsep secara
mendalam. Siswa cenderung mudah memahami pelajaran jika diberikan contoh
realistik (dunia nyata). Selain itu, siswa mudah bosan dengan pembelajaran yang
monoton, dengan adanya kegiatan yang menyenangkan saat belajar siswa akan
lebih mudah memahami pelajaran karena siswa terlibat langsung dalam
pembelajaran.
Proses pembelajaran yang diterapkan oleh guru memiliki peranan penting dalam
membentuk pemahaman konsep matematis siswa. Berdasarkan Permendikbud
Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan Pasal 1 ayat 3,
pembelajaran adalah proses interaksi antara siswa dengan siswa lainnya, siswa
dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Selain itu,
dalam Kurikulum 2013 juga dijelaskan bahwa proses pembelajaran haruslah
berpusat pada siswa. Oleh karena itu, pembelajaran menuntut siswa untuk
berperan aktif (student center) dan guru membantu siswa sebagai fasilitator dan
motivator.
12
Agar diperoleh hasil yang optimal, diperlukan model yang tepat dan efektif dalam
pembelajaran matematik. Menurut Sab‟ati (2019:7) model pembelajaran yang
tepat yaitu model pembelajaran yang mampu menciptakan suasana belajar dengan
melibatkan siswa secara aktif juga mampu melatih siswa untuk mengungkapkan
ide-ide matematika yang dapat disajikan dalam bentuk atau simbol matematika
lain untuk memperjelas suatu konsep serta dapat memodelkan permasalahan
matematis secara benar guna menyelesaikan persoalan yang disajikan. Sedangkan
model pembelajaran yang efektif menurut Mulyasa (2006: 193) adalah model
pembelajaran yang mampu memberikan pengalaman baru dan membentuk
kompetensi siswa, serta mengantarkan mereka ke tujuan yang ingin dicapai secara
optimal. Salah satu model yang tepat dan efektif dalam meningkatkab kemampuan
pemahaman konsep matematis siswa yaitu model pembelajaran saintifik berbasis
proyek (Project based learning, disingkat PjBL). Model Project based learning
merupakan salah satu dari 3 model pembelajaran utama dalam kurikulum 2013
yang mendukung penerapan pendekatan saintifik (Permendikbud Nomor 103
Tahun 2014). Dalam pembelajaran saintifik, siswa dituntut lebih dominan dalam
pembelajaran dibandingkan guru (student center).
Menurut Fathurrohman (2016: 119), pembelajaran berbasis proyek (Project Based
Learning) merupakan model pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan
sebagai sarana pembelajaran untuk mencapai kompetensi sikap, pengetahuan, dan
keterampilan. Pada pembelajaran berbasis proyek, siswa aktif membangun
pengetahuan baru dari pengetahuan yang telah ada, siswa diberikan kebebasan
untuk mengerjakan proyek berdasarkan pemahaman dan pengetahuan yang
mereka miliki, siswa belajar melalui aktivitas-aktivitas untuk membangun suatu
13
pengetahuan baru dan pada akhirnya siswa diharapkan menghasilkan suatu produk
(dapat berupa barang, laporan, presentasi, dan sebagainya) yang mengindikasikan
bahwa siswa telah memahami materi tersebut.
Selanjutnya, menurut pendapat Thomas (2000), model Project Based Learning
memiliki karakteristik, antara lain: 1) centrally yang berarti proyek menjadi pusat
dalam pembelajaran, 2) driving question, Project Based Learning difokuskan
pada pertanyaan atau masalah yang mengarahkan siswa untuk mencari solusi
dengan konsep yang sesuai, 3) constructive investigation, siswa membangun
pengetahuannya dengan melakukan investigasi secara mandiri, 4) Autonomy,
menuntut siswa untuk lebih aktif (student center) karena siswa sebagai problem
solver dari masalah yang dibahas, 5) Realisme, kegiatan siswa difokuskan pada
pekerjaan yang serupa dengan keadaan yang sebenarnya. Oleh karena itu, model
Project Based Learning dianggap cocok untuk meningkatkan kemampuan
pemahaman konsep matematis siswa. Hal ini didukung oleh hasil penelitian
Novianti (2018) yang menunjukkan bahwa penerapan model Project Based
Learning mampu meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematis
siswa. Sejalan dengan Novianti (2018), Sari (2018) dalam penelitiannya
menemukan bahwa pembelajaran Project Based Learning efektif ditinjau dari
kemampuan pemahaman konsep matematis siswa. Selain itu, Tri (2018) dalam
penelitiannya menyatakan bahwa model Project Based Learning lebih efektif
terhadap kemampuan pemahaman konsep matematis siswa dibandingkan dengan
pembelajaran konvensional. Berdasarkan hal tersebut, dilakukan penelitian
tentang efektivitas model project based learning terhadap kemampuan
pemahaman konsep matematis siswa.
14
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
yaitu: “Apakah model Project Based Learning efektif ditinjau dari pemahaman
konsep matematis siswa?”.
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini untuk mengetahui
efektivitas model Project Based Learning ditinjau dari pemahaman konsep
matematis siswa.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian digolongkan menjadi 2, yaitu:
1) Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan informasi dalam
pendidikan matematika yang berkaitan dengan model Project Based Learning
serta hubungannya dengan pemahaman konsep matematis siswa.
2) Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi praktisi pendidikan sebagai
informasi tambahan dalam pembelajaran matematika terkait model
pembelajaran berbasis proyek dan pemahaman konsep matematis siswa.
Selain itu, diharapkan dapat dijadikan bahan masukkan bagi peneliti yang
akan melakukan penelitian sejenis di masa akan datang.
15
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
A. Kajian Teori
1. Model Project Based Learning (PjBL)
Model Project Based Learning merupakan salah satu model pembelajaran yang
direkomendasikan oleh tim pengembang kurikulum 2013 (Widyaiswara, 2014).
Menurut Fathurrohman (2016: 119), pembelajaran berbasis proyek (Project Based
Learning) merupakan model pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan
sebagai sarana pembelajaran untuk mencapai kompetensi sikap, pengetahuan, dan
keterampilan. Penekanan pembelajaran terletak pada aktivitas peserta didik untuk
memecahkan masalah dengan menerapkan keterampilan meneliti, menganalisis,
membuat, hingga mempresentasikan produk (baik berupa karya tulis, laporan,
karya seni, atau karya teknologi/prakarya) pembelajaran berdasarkan pengalaman
nyata atau kontekstual. Model pembelajaran ini memperkenankan peserta didik
untuk bekerja secara mandiri atau berkelompok dalam mengkonstruksikan produk
autentik yang bersumber dari masalah nyata dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut Trisnawati (2014 : 9), pembelajaran berbasis proyek berfokus pada
konsep-konsep dan prinsip-prinsip utama (central) dari suatu disiplin, melibatkan
peserta didik dalam kegiatan pemecahan masalah dan tugas-tugas bermakna
16
lainnya, memberi peluang peserta didik bekerja secara otonom mengkonstruk
belajar mereka sendiri, dan puncaknya menghasilkan produk karya peserta didik
bernilai, dan realistik.
Menurut Fathurrohman (2016: 122), pelaksanaan pembelajaran berbasis proyek
dapat memberi peluang pada peserta didik untuk bekerja mengkonstruksi tugas
yang diberikan guru yang puncaknya dapat menghasilkan produk yang berupa
laporan atau hasil karya peserta didik. Manfaat pembelajaran berbasis proyek
antara lain adalah: (a).memperoleh pengetahuan dan keterampilan baru dalam
pembelajaran, (b) mengembangkan dan meningkatkan keterampilan peserta didik
dalam mengelola sumber/bahan/alat untuk menyelesaikan tugas, (c) meningkatkan
kolaborasi peserta didik khususnya pada pembelajaran berbasis proyek yang
bersifat kelompok, (d) peserta didik membuat keputusan dan membuat kerangka
kerja, (e) peserta didik merancang proses untuk mencapai hasil, (f) peserta didik
bertanggung jawab untuk mendapatkan dan mengelola informasi yang
dikumpulkan, (g) peserta didik melakukan evaluasi secara kontinu, (h) peserta
didik secara teratur melihat kembali apa yang mereka kerjakan, (i) hasil akhir
berupa produk dan dievaluasi kualitasnya, dan (j) kelas memiliki atmosfer yang
memberi toleransi kesalahan dan perubahan.
Menurut Widyantini (2014 : 6), pembelajaran berbasis proyek memiliki beberapa
kelebihan yaitu: (a) meningkatkan motivasi siswa, (b) meningkatkan kemampuan
menyelesaikan masalah, (c) meningkatkan kolaborasi, (d) meningkatkan
keterampilan mengelola sumber, (e) meningkatkan keaktifan siswa, (f)
meningkatkan keterampilan siswa dalam mencari informasi, (g) mendorong siswa
17
untuk mengembangkan keterampilan komunikasi, (h) memberikan pengalaman
kepada siswa dalam mengorganisasi proyek, (i) memberikan pengalaman dalam
membuat alokasi waktu untuk menyelesaikan tugas, (j) menyediakan pengalaman
belajar yang melibatkan siswa sesuai dunia nyata, dan (k) membuat suasana
belajar menjadi menyenangkan.
Berdasarkan materi pelatihan kurikulum 2013 mata pelajaran matematika
SMP/MTs yang diterbitkan BPSDMPK dan PMP Kemendikbud (Widyaiswara :
2014), tahap-tahap pembelajaran matematika berbasis proyek adalah: (1)
Penentuan Pertanyaan Mendasar (Start With the Essential Question), (2)
Mendesain Perencanaan Proyek (Design a Plan for the Project), (3) Menyusun
Jadwal (Create a Schedule), (4) Memonitor peserta didik dan kemajuan proyek
(Monitor the Students and the Progress of the Project), (5) Menguji Hasil (Assess
the Outcome), dan (6) Mengevaluasi Pengalaman (Evaluate the Experience).
Pada tahap penentuan pertanyaan mendasar (start with the essential question),
guru mengemukakan pertanyaan esensial yang bersifat eksplorasi pengetahuan
yang telah dimiliki peserta didik berdasarkan pengalaman belajarnya yang
bermuara pada penugasan peserta didik dalam melakukan suatu aktivitas. Pada
tahap mendesain perencanaan proyek (design a plan for the project), guru dan
peserta didik membuat aturan main dalam pelaksanaan tugas proyek, pemilihan
aktivitas yang dapat mendukung tugas proyek, pengintegrasian berbagai
kemungkinan penyelesaian tugas proyek, perencanaan sumber/bahan/alat yang
dapat mendukung penyelesaian tugas proyek, dan kerja sama antaranggota
kelompok. Pada tahap menyusun jadwal (create a schedule), peserta didik di
18
dampingi oleh guru melakukan penjadwalan semua kegiatan yang telah dirancang.
Pada tahap memonitor peserta didik dan kemajuan proyek (monitor the students
and the progress of the project), guru bertanggung jawab memonitor aktivitas
peserta didik dalam melakukan tugas proyek mulai dari proses hingga
penyelesaian proyek. Aktivitas yang dapat dilakukan dalam kegiatan proyek di
antaranya adalah dengan (a) membaca, (b) meneliti, (c) observasi, (d) interview,
(e) merekam, (f) berkarya seni, (g) mengunjungi obyek proyek, atau (h) akses
internet. Pada langkah menguji hasil (assess the outcome), peserta didik
mempresentasikan/mempublikasikan hasil projek, yaitu menyajikan produk baik
berupa karya tulis, karya seni, atau karya teknologi/prakarya kepada peserta didik
yang lain dan guru. atau masyarakat dalam bentuk pameran produk pembelajaran.
Terakhir tahap mengevaluasi pengalaman (evaluate the experience), guru dan
peserta melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil tugas proyek. Proses
refleksi pada tugas proyek dapat dilakukan secara individu maupun kelompok.
Pada tahap evaluasi, peserta didik diberi kesempatan mengemukakan
pengalamannya selama menyelesaikan tugas proyek yang berkembang dengan
diskusi untuk memperbaiki kinerja selama menyelesaikan tugas proyek. Pada
tahap ini juga dilakukan umpan balik terhadap proses dan produk yang telah
dihasilkan.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berbasis
proyek merupakan model pembelajaran yang menekankan pada aktivitas siswa
untuk dapat memahami suatu konsep dan prinsip dengan melakukan penyelidikan
yang mendalam tentang suatu masalah secara personal maupun kelompok dengan
melakukan pengerjaan proyek dan hasil akhir dari kerja proyek tersebut adalah
19
suatu produk yang dapat berupa barang, laporan tertulis atau lisan, presentasi atau
rekomendasi, sehingga siswa mengalami proses pembelajaran yang bermakna
dengan membangun pengetahuannya sendiri. Tahap-tahap umum pembelajaran
berbasis proyek adalah: (1) Penentuan Pertanyaan Mendasar (Start With the
Essential Question), (2) Mendesain Perencanaan Proyek (Design a Plan for the
Project), (3) Menyusun Jadwal (Create a Schedule), (4) Memonitor peserta didik
dan kemajuan proyek (Monitor the Students and the Progress of the Project), (5)
Menguji Hasil (Assess the Outcome), dan (6) Mengevaluasi Pengalaman
(Evaluate the Experience).
2. Pembelajaran Konvensional
Depdiknas (2008: 752) mendefinisikan pembelajaran konvensional sebagai
pembelajaran yang banyak digunakan guru dalam kegiatan pembelajaran.
Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang berpusat pada guru dan
umumnya menggunakan metode ceramah (Yulianto, dkk, 2018 : 91). Dalam
pembelajaran konvensional, guru memegang peran yang sangat dominan karena
pembelajaran berorientasi kepada guru (teacher center). Melalui pembelajaran ini,
guru menyampaikan materi pembelajaran secara terstruktur dengan harapan
pembelajaran yang disampaikan dapat dikuasai siswa dengan baik. Namun, pada
penelitian ini pembelajaran konvensional yang dimaksud adalah pembelajaran
konvensional pada kurikulum 2013. Permendikbud No. 103 tahun 2014
mengatakan pembelajaran pada Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan
saintifik atau pendekatan berbasis proses keilmuan. Pendekatan saintifik
pembelajaran kurikulum 2013 meliputi lima pengalaman belajar yaitu: (1)
20
mengamati, (2) menanya, (3) mengumpulkan informasi/mencoba, (4)
menalar/mengasosiasi, dan (5) mengomunikasikan (Permendikbud No. 103 :
2014).
Pada tahap mengamati (observing), siswa mengamati dengan indra (membaca,
mendengar, menyimak, melihat, menonton, dan sebagainya) dengan atau tanpa
alat. Pada tahap menanya (questioning), siswa membuat dan mengajukan
pertanyaan, tanya jawab, tentang informasi yang belum dipahami, informasi
tambahan yang ingin diketahui, atau sebagai klarifikasi. Jenis, kualitas, dan
jumlah pertanyaan yang diajukan siswa (pertanyaan faktual, konseptual, dan
prosedural). Pada tahap mengumpulkan informasi/mencoba (experimenting),
siswa mengeksplorasi, mencoba, mendemonstrasikan, meniru bentuk/gerak,
melakukan eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks, mengumpulkan
data dari narasumber melalui angket, wawancara, dan memodifikasi/
menambahi/mengembangkan. Pada tahap menalar/mengasosiasi (associating),
siswa mengolah informasi yang sudah dikumpulkan, menganalisis data dalam
bentuk membuat kategori, mengasosiasi/menghubungkan fenomena/informasi
yang terkait dalam rangka menemukan suatu pola, dan menyimpulkan. Terakhir
pada tahap mengomunikasikan (communicating), siswa menyajikan laporan dalam
bentuk bagan, diagram, atau grafik; menyusun laporan tertulis; dan menyajikan
laporan meliputi proses, hasil, dan kesimpulan secara lisan.
Pembelajaran menurut Kurikulum 2013 mempunyai sintak secara umum dan tidak
mengarahkan kepada model pembelajaran tertentu. Menurut Permendikbud No.
103 tahun 2014, pelaksanaan pembelajaran Kurikulum 2013 sebagai berikut.
21
a. Kegiatan pendahuluan
Guru mengondisikan suasana belajar yang menyenangkan, mendiskusikan
kompetensi yang sudah dipelajari dan dikembangkan sebelumnya berkaitan
dengan kompetensi yang akan dipelajari dan dikembangkan, menyampaikan
kompetensi yang akan dicapai dan manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari,
menyampaikan garis besar cakupan materi dan kegiatan yang akan dilakukan, dan
menyampaikan lingkup dan teknik penilaian yang akan digunakan.
b. Kegiatan inti
Kegiatan inti menggunakan pendekatan saintifik yang disesuaikan dengan materi.
Guru memfasilitasi siswa untuk melakukan proses mengamati, menanya,
mengumpulkan informasi atau mencoba, menalar atau mengasosiasi, dan
mengomunikasikan.
c. Kegiatan penutup
Membuat rangkuman atau simpulan pelajaran, melakukan refleksi terhadap
kegiatan yang sudah dilaksanakan, memberikan umpan balik terhadap proses dan
hasil pembelajaran, memberikan tugas baik tugas individual/kelompok sesuai
dengan hasil belajar siswa, menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan
berikutnya.
Berdasarkan uraian di atas, pembelajaran konvensional yang dimaksudkan dalam
penelitian ini merupakan pembelajaran konvensional Kurikulum 2013 yang
kegiatan inti disesuaikan dengan langkah-langkah pembelajan yang ada di buku
guru edisi revisi 2017 meliputi lima pengalaman belajar yaitu: (1) mengamati, (2)
menanya, (3) mengumpulkan informasi atau mencoba, (4) menalar atau
mengasosiasi, dan (5) mengomunikasikan.
22
3. Kemampuan Pemahaman Konsep
Sudjana (1995) menyatakan bahwa pemahaman adalah hasil belajar, misalnya
siswa dapat menjelaskan dengan susunan kalimatnya sendiri atas apa yang
dibacanya atau didengarnya, memberi contoh lain dari yang telah dicontohkan
guru dan menggunakan petunjuk penerapan pada kasus lain. Menurut Ernawati
(2003: 8), pemahaman adalah mampu mengungkapkan suatu materi dalam bentuk
lain yang dapat dipahami, mampu memberikan interpretasi dan mampu
mengklarifikasikannya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pemahaman adalah
kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu
diketahui dan diingat, kemudian dari hal tersebut dapat ia sampaikan dengan
bahasanya sendiri.
Konsep (Soedjadi, 2000: 14) adalah ide abstrak yang dapat digunakan untuk
mengadakan klasifikasi atau penggolongan yang pada umumnya dinyatakan
dengan suatu istilah atau rangkaian kata. Suherman (2003) berpendapat bahwa
konsep adalah ide abstrak yang memungkinkan seseorang dapat mengelompokkan
objek kedalam contoh dan non contoh. Wardhani (2008) menyatakan bahwa
konsep dapat diartikan sebagai ide abstrak yang dapat digunakan atau
memungkinkan seseorang untuk menggolongkan suatu objek. Hal tersebut sejalan
dengan pendapat Bahri (2008: 30) bahwa konsep dapat diartikan sebagai satuan
arti yang mewakili sejumlah objek yang memiliki ciri-ciri yang sama.
Berdasarkan definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa konsep merupakan suatu
ide abstrak yang memungkinkan seseorang untuk dapat mengelompokkan
sekumpulan objek yang memiliki ciri-ciri tertentu.
23
Kesumawati (2008) menyatakan bahwa pemahaman konsep merupakan salah satu
kecakapan atau kemahiran yang diharapkan dapat tercapai dalam belajar
matematika. Menurut Sanjaya (2009) pemahaman konsep adalah kemampuan
siswa dalam menguasai sejumlah materi pelajaran, dimana siswa tidak sekedar
mengetahui atau mengingat sejumlah konsep yang dipelajari, tetapi mampu
mengungkapkan kembali dalam bentuk lain yang mudah dimengerti, memberikan
interprestasi data dan mampu mengaplikasikan konsep yang sesuai dengan
struktur kognitif yang dimilikinya. Berdasarkan penjelasan di atas, pemahaman
konsep adalah kemampuan siswa dalam menerima dan memahami informasi yang
diperoleh dari pembelajaran yang dilihat melalui kemampuan bersikap, berpikir
dan bertindak yang ditunjukkan oleh siswa dalam memahami definisi, pengertian,
ciri khusus, hakikat dan isi dari materi matematika dan kemampuan dalam
memilih serta menggunakan prosedur secara efisien dan tepat.
Menurut Kesumawati (2015: 2), untuk memahami konsep matematika yang rumit
dan kompleks diperlukan adanya kecermatan, yaitu cermat memahami makna
simbol pada suatu konsep, memahami konsep-konsep sebelumnya, dan
mengaitkan konsep sebelumnya dengan konsep yang sedang dipelajari. Maka dari
itu, penting bagi guru untuk membuat siswa paham benar bagaimana konsep dari
suatu materi, sebab dengan paham konsep mampu mempermudah siswa dalam
menyelesaikan masalah matematis. Dijelaskan dalam NCTM (2000), siswa
dikatakan memahami konsep jika mampu: (1) memaknai secara verbal dan tulisan
konsep yang ditemukan, (2) mengidentifikasi masalah dan membuat contoh atau
bukan contoh, (3) menggunakan model diagram dan simbol-simbol untuk
mempresentasikan suatu konsep, (4) mengubah suatu bentuk representasi
24
kebentuk yang lainnya, (5) mengenal berbagai konsep yang bermakna dan mampu
menginterpretasikan konsep, (6) mengidentifikasi konsep yang diberikan dan
memahami konsep tersebut, dan (7) membandingkan dan membedakan konsep.
Terdapat beberapa indikator pemahaman siswa terhadap konsep matematika
menurut Kesumawati (2015: 4) antara lain: (1) Menyatakan ulang sebuah konsep,
(2) Mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu (sesuai dengan
konsepnya); (3) Memberikan contoh dan non contoh dari konsep; (4) Menyajikan
konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis; (5) Mengembangkan
syarat cukup dan syarat perlu suatu konsep; (6) Menggunakan, memanfaatkan dan
memilih prosedur atau operasi tertentu serta (7) Mengaplikasikan konsep atau
alogaritma ke pemecahan masalah.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep
matematis siswa adalah kemampuan siswa memahami materi atau konsep
matematika sehingga dapat mengungkapkan apa yang diketahuinya dengan
bahasa yang mudah dipahami. Adapun indikator pemahaman konsep matematis
siswa yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu, menyatakan ulang sebuah
konsep, mengklarifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu, memberikan
contoh dan non contoh dari konsep, menggunakan, memanfaatkan dan memilih
prosedur atau operasi tertentu, serta menyajikan konsep dalam berbagai bentuk
representasi matematis. Alasan hanya menggunakan 5 indikator karena terdapat
indikator yang tidak dapat digunakan untuk mengukur kemampuan pemahaman
konsep matematis siswa pada materi yang digunakan dalam penelitian (materi
koordinat kartesius).
25
4. Efektivitas Pembelajaran
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 352), efektivitas berasal dari kata
efektif yang berarti berhasil guna. Menurut Alwi (2007), efektif berarti ada
efeknya (akibatnya, pengaruhnya, kesannya), manjur atau mujarab (tentang obat)
dan dapat membawa hasil serta berhasil guna (tentang usaha, tindakan). Menurut
Siagian (2001: 24), efektivitas adalah pemanfaatan sumber daya, sarana dan
prasarana dalam jumlah tertentu yang secara sadar ditetapkan sebelumnya untuk
menghasilkan sejumlah barang atas jasa kegiatan yang dijalankannya. Menurut
Muslih (2014: 71), efektivitas merupakan gambaran tingkat keberhasilan atau
keunggulan dalam mencapai sasaran yang telah ditetapkan dan adanya keterikatan
antara nilai-nilai yang bervariasi. Dengan demikian, efektivitas dapat diartikan
sebagai gambaran tingkat keberhasilan dalam mencapai suatu tujuan tertentu
berdasarkan upaya yang telah dilakukan.
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat 20
menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi siswa dengan pendidik
dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Menurut Sagala (2009: 61),
pembelajaran adalah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun
teori belajar yang merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan.
Selanjutnya menurut Faturrohman (2016: 17) pembelajaran adalah proses, cara,
dan perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Dari beberapa
pendapat tersebut, disimpulkan bahwa pembelajaran adalah proses, cara, dan
perbuatan dalam mengatur lingkungan belajar siswa agar tercapainya tujuan
pendidikan.
26
Aunurrahman (2009: 34) menyatakan bahwa pembelajaran yang efektif ditandai
dengan terjadinya proses belajar dalam diri siswa. Seseorang dikatakan telah
mengalami proses belajar jika dalam dirinya telah terjadi perubahan, dari tidak
tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti, dan sebagainya.
Menurut Hamalik (2004: 171), pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran
yang memberikan kesempatan pada siswa untuk belajar sendiri dengan melakukan
aktivitas belajar. Adanya kesempatan siswa untuk belajar secara mandiri tersebut
diharapkan dapat membantu siswa dalam memahami makna suatu pelajaran yang
sedang dipelajarinya.
Menurut Sutikno (2005: 88), efektivitas pembelajaran adalah kemampuan dalam
melaksanakan pembelajaran yang telah direncanakan yang memungkinkan siswa
untuk dapat belajar dengan mudah dan dapat mencapai tujuan dan hasil yang
diharapkan. Uno (2007: 29) menyatakan bahwa efektivitas pembelajaran dapat
diketahui dengan melihat tingkat ketercapaian tujuan pembelajaran oleh peserta
didik. Lebih lanjut pembelajaran dikatakan efektif apabila mengacu pada standar
ketuntasan belajar. BSNP (2006: 12) menyatakan bahwa ketuntasan belajar setiap
indikator yang telah ditetapkan dalam suatu kompetensi dasar berkisar antara
kriteria ideal untuk masing-masing indikator dengan kriteria ketuntasan minimal
yang ditentukan masing-masing lembaga pendidikan. Pada pelaksanaannya,
penggunaan kriteria ketuntasan ini bergantung ketetapan setiap sekolah. Sejalan
dengan hal ini, kriteria keefektifan menurut Jusmawati (2015) yaitu berdasarkan
hasil belajar siswa, nilai rata-rata hasil belajar siswa untuk posttest melebihi
KKM. Selain itu, Depdiknas (2008: 4) menyatakan bahwa kriteria keberhasilan
pembelajaran salah satunya ialah siswa mampu menyelesaikan serangkaian tes,
27
baik tes formatif, tes sumatif, maupun tes keterampilan yang mencapai tingkat
keberhasilan rata-rata 60%.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dikatakan
efektif jika pembelajaran tersebut bermakna bagi siswa dan mampu meningkatkan
keberhasilan siswa dalam belajar sehingga tercapainya tujuan pembelajaran yang
diharapkan. Dalam penelitian ini, Model project based learning dikatakan efektif
ditinjau dari pemahaman konsep matematis siswa jika memenuhi kriteria sebagai
berikut.
a. Kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti model
project based learning lebih tinggi dibandingkan kemampuan pemahaman
konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.
b. Persentase siswa tuntas belajar lebih dari 60% banyaknya siswa yang
mengikuti model project based learning. Siswa dikatakan tuntas belajar jika
nilai yang diperoleh siswa lebih dari atau sama dengan KKM yaitu 72.
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang digunakan merupakan KKM yang
ditetapkan oleh sekolah yang diteliti. Memakai KKM sekolah sebagai kriteria
tuntas belajar bertujuan untuk melihat keberhasilan peserta didik yang diharapkan
mampu mendapatkan nilai melebihi KKM.
B. Penelitian yang Relevan
Beberapa penelitian yang relevan dalam penelitian ini antara lain:
1. Hasil penelitian Novianti (2018) menunjukkan bahwa model project based
learning efektif ditinjau dari kemampuan pemahaman konsep matematis
siswa, hal ini dapat dilihat dari peningkatan pemahaman konsep matematis
28
siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan model project based
learning lebih tinggi daripada peningkatan pemahaman konsep matematis
siswa yang mengikuti pembelajaran kooperatif, serta pencapaian proporsi
siswa yang memiliki pemahaman konsep yang baik lebih dari 60%.
2. Hasil penelitian Sari (2018) menunjukkan bahwa model project based
learning efektif ditinjau dari kemampuan pemahaman konsep matematis
siswa, hal ini dapat dilihat dari peningkatan pemahaman konsep matematis
siswa yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model project
based learning lebih tinggi daripada peningkatan pemahaman konsep
matematis siswa yang mengikuti model non project based learning, serta
pencapaian proporsi siswa yang memiliki pemahaman konsep yang baik lebih
dari 60%.
3. Hasil penelitian Tri (2018) menunjukkan bahwa model project based learning
lebih efektif terhadap kemampuan pemahaman konsep matematis dan
kreativitas siswa dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. Perbedaan
penelitian Tri dengan peneliti yaitu peneliti hanya mengukur efektivitas
terhadap pemahaman konsep.
C. Definisi Operasional
Dengan memperhatikan judul penelitian, ada beberapa istilah yang perlu
dijelaskan agar tidak terjadi perbedaan persepsi antara penulis dengan pembaca.
1. Pembelajaran dikatakan efektif jika pembelajaran tersebut bermakna bagi
siswa dan mampu meningkatkan keberhasilan siswa dalam belajar sehingga
29
tercapainya tujuan pembelajaran yang diharapkan. Dalam penelitian ini, model
Project Based Learning dikatakan efektif ditinjau dari pemahaman konsep
matematis siswa apabila kemampuan pemahaman konsep matematis siswa
yang mengikuti PjBL lebih tinggi dibandingkan kemampuan pemahaman
konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional dan
persentase siswa tuntas belajar lebih dari 60% banyaknya siswa yang
mengikuti PjBL. Siswa dikatakan tuntas belajar jika nilai yang diperoleh siswa
lebih dari atau sama dengan KKM yaitu 72.
2. Model project based learning merupakan suatu model pembelajaran yang
menekankan pada aktivitas siswa untuk dapat memahami suatu konsep dan
prinsip dengan melakukan penyelidikan yang mendalam tentang suatu
masalah secara personal maupun kelompok dan mencari suatu solusi yang
relevan serta di implementasikan dalam pengerjaan proyek dan hasil akhir dari
kerja proyek tersebut adalah suatu produk yang antara lain berupa laporan
tertulis atau lisan, presentasi atau rekomendasi, sehingga siswa mengalami
proses pembelajaran yang bermakna dengan membangun pengetahuannya
sendiri. Model project based learning memiliki tahapan/langkah
pembelajaran. Tahap-tahap umum pembelajaran berbasis proyek (project
based learning) ada 6, yaitu sebagai berikut. (1) Penentuan Pertanyaan
Mendasar (Start With the Essential Question), (2) Mendesain Perencanaan
Proyek (Design a Plan for the Project), (3) Menyusun Jadwal (Create a
Schedule), (4) Memonitor peserta didik dan kemajuan proyek (Monitor the
Students and the Progress of the Project), (5) Menguji Hasil (Assess the
Outcome), dan (6) Mengevaluasi Pengalaman (Evaluate the Experience).
30
3. Pemahaman konsep matematis adalah kemampuan siswa dalam
mengungkapkan materi atau konsep yang diketahuinya dengan bahasa yang
mudah dipahami. Adapun indikator yang akan digunakan dalam penelitian ini
yaitu, menyatakan ulang sebuah konsep, mengklarifikasikan objek-objek
menurut sifat-sifat tertentu, memberikan contoh dan non contoh dari konsep,
menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi tertentu,
serta menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis.
D. Kerangka Pikir
Penelitian tentang efektivitas model project based learning ditinjau dari
kemampuan pemahaman konsep terdiri dari satu variabel bebas dan satu variabel
terikat. Dalam penelitian ini, yang menjadi variabel bebas adalah model project
based learning sedangkan variabel terikatnya adalah kemampuan pemahaman
konsep.
Kemampuan pemahaman konsep merupakan komponen penting dalam
mempelajari matematika karena faktor penentu keberhasilan pembelajaran
matematika sangat berpengaruh dengan kemampuan pemahaman konsep
matematis siswa. Untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep
matematis, diperlukan suatu model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik
materi dan siswa sehingga tujuan pembelajaran yang direncanakan dapat tercapai.
Salah satu model pembelajaran yang diharapkan efektif dalam pembelajaran
matematika adalah model project based learning. Dengan menggunakan model
project based learning, siswa diajarkan untuk mencari, menyelidiki, menemukan
dan mengolah konsep-konsep, baik yang sudah diperoleh maupun yang akan
31
diperoleh. Kegiatan tersebut dilakukan dengan menggunakan tahap-tahap model
tersebut.
Pada tahap pertama yaitu penentuan pertanyaan mendasar (start with the essential
question). Pada tahap ini, pembelajaran dimulai dengan pertanyaan yang dapat
memberi penugasan siswa dalam melakukan suatu aktivitas. Topik yang diambil
sesuai dengan realitas dunia nyata dan relevan untuk para peserta didik. Setelah
itu, guru mengorganisir peserta didik ke dalam kelompok-kelompok
beranggotakan 5-6 orang, kemudian guru memfasilitasi setiap kelompok untuk
mendeskripsikan tugas masing-masing setiap kelompok. Pada tahapan ini,
indikator pemahaman konsep yang diharapkan akan muncul yaitu siswa pada
tahap ini mampu menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi
tertentu.
Tahap kedua, mendesain perencanaan proyek (design a plan for the project). Guru
dan peserta didik membicarakan aturan main untuk disepakati bersama dalam
proses penyelesaian proyek. Hal-hal yang disepakati yaitu: pemilihan aktivitas,
waktu maksimal yang direncanakan, tempat pelaksanaan proyek, hal-hal yang
dilaporkan, serta alat dan bahan untuk membantu penyelesaian proyek.
Tahap ketiga, menyusun jadwal (create a schedule), yaitu menyusun tahap-tahap
pelaksanaan projek dengan mempertimbangkan langkah-langkah dan teknik
penyelesaian produk serta waktu yang ditentukan guru.
Tahap keempat, memonitor peserta didik dan kemajuan proyek (monitor the
students and the progress of the project), yaitu siswa mencari atau mengumpulkan
data/material dan kemudian mengolahnya untuk menyusun bagian demi bagian
32
sampai dihasilkan produk akhir. Guru memfasilitasi peserta didik dalam membuat
laporan. Pada tahap ini, diharapkan indikator pemahaman konsep matematis yakni
mengklarifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu, menggunakan,
memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi tertentu, serta menyajikan
konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis.
Tahap kelima, menguji hasil (assess the outcome). Peserta didik
mempresentasikan atau mempublikasikan hasil proyek, yaitu menyajikan produk
dalam bentuk presentasi, diskusi, atau publikasi (dalam majalah dinding) untuk
memperoleh tanggapan dari peserta didik yang lain dan guru. Indikator
pemahaman konsep yang akan dibangun siswa pada tahap ini yaitu menyatakan
ulang suatu konsep serta memberikan contoh dan non contoh dari konsep.
Tahap keenam, mengevaluasi pengalaman (evaluate the experience), yaitu guru
dan peserta didik melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek yang
sudah dijalankan dan mengajak siswa untuk mengaplikasikan suatu konsep yang
telah dipelajari dalam kehidupan sehari-hari. Proses refleksi dilakukan baik secara
individu maupun kelompok.
Berdasarkan tahap-tahap tersebut, terlihat bahwa dengan menggunakan model
pembelajaran berbasis proyek siswa dituntut untuk aktif dalam suatu kegiatan
belajar. Selain itu, pembelajaran juga mengedepankan siswa untuk memperoleh
suatu konsep secara mandiri dengan guru sebagai fasilitator. Hal ini berbeda
dengan pembelajaran konvensional yang selama ini diterapkan guru. Pada
pembelajaran yang berlangsung selama ini, guru lebih aktif memberikan informasi
sedangkan siswa hanya bertugas untuk menerima informasi, sehingga siswa
33
kurang diberikan kesempatan untuk aktif dalam membentuk suatu konsep.
Dengan demikian, diperkirakan model pembelajaran berbasis proyek efektif
ditinjau dari pemahaman konsep matematis siswa.
E. Anggapan Dasar
Penelitian ini mempunyai anggapan dasar sebagai berikut:
1. Semua siswa yang menjadi objek penelitian memperoleh materi yang sama
dan sesuai dengan Kurikulum 2013.
2. Faktor-faktor lain yang memberikan pengaruh terhadap pemahaman konsep
matematis selain model pembelajaran Project Based Learning diabaikan.
F. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka pikir dan anggapan dasar, maka dapat dirumuskan hipotesis
umum dan hipotesis khusus dalam penelitian ini sebagai berikut.
1. Hipotesis Umum
Model Project Based Learning efektif ditinjau dari kemampuan pemahaman
konsep matematis siswa.
2. Hipotesis Khusus
a. Kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti
pembelajaran dengan model Project Based Learning lebih tinggi daripada
kemampuan pemahaman konsep matematis siswa dengan pembelajaran
konvensional.
b. Persentase siswa yang tuntas belajar lebih dari 60% banyaknya siswa yang
mengikuti model Project Based Learning.
34
III. METODE PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel
Penelitian ini dilakukan pada semester ganjil tahun ajaran 2019/2020 di SMP
Muhammadiyah 3 Bandarlampung, dengan populasi seluruh siswa kelas VIII
yang terdiri dari 6 kelas (Kelas VIII A sampai VIII F). Seluruh siswa kelas VIII di
SMP Muhammadiyah 3 Bandarlampung memiliki rata-rata kemampuan
matematika yang relatif sama (selengkapnya pada lampiran C.17, hlm. 183). Hal
tersebut dapat dilihat dari rata-rata nilai Ujian Akhir Semester (UAS) Genap
Tahun Pelajaran 2018/2019 (saat populasi masih di kelas VII dan tidak ada rolling
kelas) yang disajikan pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Rata-rata nilai UAS Semester Genap Tahun Pelajaran 2018/2019
Kelas Rata-rata nilai UAS
VII A 57,67
VII B 57,67
VII C 57,67
VII D 58,53
VII E 58,10
VII F 58,79
Nilai rata-rata kelas 58,07
(Sumber : SMP Muhammadiyah 3 Bandarlampung)
Sampel dipilih secara acak sebanyak dua kelas dengan satu kelas sebagai kelas
eksperimen dan satu kelas lagi sebagai kelas kontrol. Penentuan sampel penelitian
35
ini menggunakan teknik cluster random sampling yaitu mengambil dua kelas
sebagai sampel secara acak dari beberapa kelompok tertentu, mengingat tidak ada
kelas unggulan pada kelas VIII di SMP Muhammadiyah 3 Bandarlampung.
Pengambilan sampel dilakukan dengan cara pengundian, terpilih kelas VIII E
sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII D sebagai kelas kontrol.
B. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu karena tidak memungkinkan
untuk mengendalikan dan memanipulasi semua faktor yang relevan. Penelitian ini
terdiri dari satu variabel bebas dan satu variabel terikat. Variabel bebasnya adalah
penerapan pembelajaran dengan model Project Based Learning sedangkan
variabel terikatnya adalah kemampuan pemahaman konsep matematis siswa.
Desain yang digunakan yaitu the randomized posttest only control group design
karena kelas dari populasi yang digunakan memiliki kemampuan yang relatif
sama. Hal ini berdasarkan hasil uji kesamaan dua rata-rata dari hasil tes
kemampuan awal yang diujikan pada kelas sampel (kelas VIII E dan VIII D).
Hasil uji menunjukkan rata-rata kemampuan awal pemahaman konsep matematis
siswa kelas VIII E tidak berbeda secara signifikan dengan rata-rata kemampuan
awal pemahaman konsep matematis siswa Kelas VIII D. Hal ini berarti
kemampuan awal kedua sampel relatif sama sehingga dapat digunakan desain
penelitian berupa tes akhir saja (the randomized posttest only control group
design). Hasil perhitungan selengkapnya mengenai data dari tes kemampuan awal
dapat dilihat pada Lampiran C.3-C.7, hlm. 156-166. Desain penelitian menurut
Setiyadi (2006: 142) disajikan pada Tabel 3.2.
36
Tabel 3.2 Desain Penelitian
Kelas Pembelajaran Posttest
K1 X T1
K2 O T2
Keterangan:
K1 = Kelas Eksperimen
K2 = Kelas Kontrol
X = Project Based Learning
O = Pembelajaran konvensional
T1 = Nilai posttest pada kelas eksperimen
T2 = Nilai posttest pada kelas kontrol
Penelitian ini menggunakan kelas pembanding (kelas kontrol). Kelas eksperimen
menggunakan pembelajaran model Project Based Learning dan kelas kontrol
menggunakan pembelajaran konvensional. Dalam penelitian ini, subyek pada
masing-masing kelas terlebih dahulu diberikan perlakuan, yaitu pembelajaran
dengan model Project Based Learning di kelas eksperimen dan pembelajaran
konvensional di kelas kontrol. Setelah diberi perlakuan, siswa pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol diberikan tes akhir (posttest) untuk mengetahui
sejauh mana efektivitas antara model Project Based Learning dan pembelajaran
konvensional ditinjau dari kemampuan pemahaman konsep matematis siswa.
C. Prosedur Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kuasi eksperimental dengan langkah-langkah
penelitian sebagai berikut.
1. Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan ini dilakukan hal-hal sebagai berikut.
a. Merumuskan masalah atau latar belakang penelitian.
37
b. Studi pendahuluan, studi pendahuluan diawali dengan menelusuri literatur
guna mendapatkan teori yang relevan mengenai model Project based
Learning, seperti karakteristik siswa yang cocok, materi yang digunakan, dan
lain sebagainya.
c. Meminta izin kepada kepala sekolah dan waka kesiswaan untuk melaksanaan
penelitian.
d. Konsultasi dengan pihak sekolah dan guru matematika mengenai waktu
penelitian, populasi dan sampel yang dijadikan objek penelitian, serta materi
yang digunakan dalam penelitian.
e. Melakukan tes awal kemampuan pemahaman konsep matematis siswa dengan
materi prasyarat.
f. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja
Peserta Didik (LKPD) yang sesuai dengan SK, KD dan tujuan pembelajaran.
g. Menyusun instrumen tes pemahaman konsep matematis siswa.
h. Melakukan uji coba instrumen tes kemampuan pemahaman konsep matematis.
i. Menguji validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, serta daya pembeda soal tes
dari hasil uji coba tes pada kelas IX.
j. Melakukan perbaikan instrumen tes.
2. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan ini dilakukan hal-hal sebagai berikut.
a. Melaksanakan pembelajaran pada kedua kelas sampel dengan model Project
based Learning di kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional di kelas
kontrol.
b. Melakukan tes kemampuan akhir (posttest).
38
3. Tahap Pelaporan
Pada tahap pelaporan ini dilakukan hal-hal sebagai berikut.
a. Mengumpulkan data.
b. Pengolahan dan analisis data.
c. Penarikan kesimpulan dan penyusunan laporan akhir penelitian.
D. Data dan Teknik Pengumpulan Data
Data penelitian ini berupa skor pemahaman konsep matematis siswa. Teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah teknik tes. Tes digunakan untuk
mengukur pemahaman konsep matematis siswa. Tes dilakukan setelah siswa
mengikuti model Project Based Learning pada kelas eksperimen dan
pembelajaran konvensional pada kelas kontrol. Tes yang diberikan sesudah
pembelajaran bertujuan untuk melihat keefektifan pembelajaran dalam
meningkatkan pemahaman konsep matematis siswa.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen untuk mengukur pemahaman konsep matematis siswa disusun dalam
bentuk esai/uraian. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini harus
memenuhi kriteria tes yang baik, yaitu memenuhi kriteria validitas dan reliabilitas
agar mendapatkan data yang akurat. Sejalan dengan pendapat Arikunto (2013: 72)
bahwa suatu tes dikatakan baik apabila memenuhi persyaratan tes, yaitu memiliki
validitas dan reliabilitas. Selain itu, diukur juga daya pembeda dan tingkat
kesukaran dari instrumen tes yang akan digunakan. Adapun pedoman penskoran
tes kemampuan pemahaman konsep matematis siswa dapat dilihat pada Tabel 3.3.
39
Tabel 3.3 Pedoman Penskoran Pemahaman Konsep Matematis
No Indikator
Pemahaman Konsep Rubrik Penilaian Skor
1 Menyatakan ulang
suatu konsep
Tidak menjawab atau menyatakan ulang
suatu konsep dengan proses salah 0
Menyatakan ulang suatu konsep dengan
proses kurang tepat 1
Menyatakan ulang suatu konsep dengan
proses benar namun hasil salah 2
Menyatakan ulang suatu konsep dengan
proses benar dan hasil benar 3
2 Mengklasifikasikan
objek-objek menurut
sifat-sifat tertentu
Tidak menjawab atau mengklasifikasikan
objek-objek menurut sifat-sifat tertentu
dengan proses salah
0
Mengklasifikasikan objek-objek menurut
sifat-sifat tertentu dengan proses kurang
lengkap
1
Mengklasifikasikan objek-objek menurut
sifat-sifat tertentu dengan proses benar
namun hasil salah/tidak menjawab hasil
2
Mengklasifikasikan objek-objek menurut
sifat-sifat tertentu dengan proses benar dan
hasil benar
3
3 Memberi contoh dan
non contoh dari
konsep
Tidak menjawab atau memberi contoh dan
non contoh dari konsep dengan hasil salah 0
Memberi contoh dan non contoh dari konsep
dengan hasil kurang tepat 1
Memberi contoh dan non contoh dari konsep
dengan hasil benar 2
4 Menggunakan,
memanfaatkan, dan
memilih prosedur
atau operasi tertentu
Tidak menjawab atau menggunakan dan
memilih prosedur yang salah 0
Menggunakan dan memilih prosedur dengan
proses kurang lengkap 1
Menggunakan dan memilih prosedur dengan
proses namun hasil salah/tidak ada hasil 2
Menggunakan dan memilih prosedur dengan
proses benar dan hasil benar 3
5 Menyajikan konsep
dalam bentuk
representasi matematis
Tidak menjawab atau menyajikan konsep
dalam bentuk representasi tetapi tidak tepat 0
Menyajikan konsep dalam bentuk
representasi tetapi kurang tepat 1
Menyajikan konsep dalam bentuk
representasi namun hasil salah/tidak
menjawab hasil
2
Menyajikan konsep dalam bentuk
representasi dengan proses benar dan hasil
benar
3
Modifikasi dari Sasmita (2010: 30)
40
F. Analisis Instrumen Tes
1. Uji Validitas
Instrumen penelitian ini menggunakan validitas isi. Validitas isi tes pemahaman
konsep matematis ini dapat diketahui dengan cara membandingkan isi yang
terkandung dalam tes pemahaman konsep matematis dengan indikator
pembelajaran yang telah ditentukan. Tes dikonsultasikan terlebih dahulu kepada
guru mata pelajaran matematika kelas VIII terkait materi tes.
Suatu tes dikategorikan valid jika butir-butir soal tes sesuai dengan standar
kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator pembelajaran yang diukur. Penelitian
terhadap kesesuaian isi tes dengan kisi-kisi tes yang diukur dan penilaian terhadap
kesesuaian bahasa yang digunakan dalam tes dengan kemampuan bahasa siswa
dilakukan dengan menggunakan daftar checklist oleh guru mitra.
Berdasarkan hasil penilaian, instrumen yang digunakan pada penelitian ini
dinyatakan valid (Lampiran B.5, hlm. 144). Langkah selanjutnya ialah melakukan
uji coba instrumen tes di luar sampel penelitian kemudian menganalisis hasil uji
coba dengan Microsoft Office Excel 2007 untuk mengetahui reliabilitas, tingkat
kesukaran, dan daya pembeda.
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas tes diukur berdasarkan koefisien reliabilitas dan digunakan untuk
mengetahui tingkat ketetapan suatu tes. Untuk menghitung koefisien reliabilitas
tes didasarkan pada pendapat Sudijono (2013: 208) dengan rumus alpha, yaitu:
41
(
) (
)
Keterangan:
: Koefisien reliabilitas tes
: Banyaknya butir item yang dikeluarkan dalam tes
: Jumlah varians skor dari tiap-tiap butir item
: Varians total
Koefisien reliabilitas suatu butir soal diinterpretasikan dalam Sudijono (2013:
208) disajikan dalam Tabel 3.4.
Tabel 3.4 Kriteria Koefisien Reliabilitas
Koefisien Relibilitas ( ) Kriteria
≥ 0,70 Reliabel
< 0,70 Tidak Reliabel
Berdasarkan hasil perhitungan uji coba instrumen tes, diperoleh nilai koefisien
reliabilitasnya sebesar 0,78. Hal ini menunjukkan bahwa instrumen tes yang
digunakan memiliki kriteria reliabel. Perhitungan selengkapnya terdapat pada
Lampiran C.1, hlm. 152.
3. Daya Pembeda
Daya pembeda item adalah kemampuan suatu butir soal untuk dapat membedakan
antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang kemampuannya
rendah. Sebelum menghitung daya pembeda, data terlebih dahulu diurutkan dari
siswa yang memperoleh nilai tertinggi sampai terendah, kemudian diambil 27%
siswa yang memperoleh nilai tertinggi sebagai kelompok atas dan 27% siswa
yang memperoleh nilai terendah sebagai kelompok bawah. Menurut Sudijono
(2013: 389-390), koefisien daya pembeda dihitung menggunakan rumus:
42
Keterangan:
: Koefisien daya pembeda.
: Besar skor siswa kelompok atas
: Besar skor siswa kelompok bawah
: Skor maksimum siswa yang termasuk dalam kelompok atas.
: Skor maksimum siswa yang termasuk dalam kelompok bawah.
Kriteria daya pembeda butir soal yang digunakan menurut Sudijono (2013: 389)
disajikan pada Tabel 3.5 berikut.
Tabel 3.5 Interpretasi Daya Pembeda
Koefisien DP Interpretasi
0,70 < ≤ 1,00 Sangat baik
0,40 < ≤ 0,70 Baik
0,20 < ≤ 0,40 Cukup
0,00 < ≤ 0,20 Buruk
≤ 0,00 Sangat Buruk
Berdasarkan hasil perhitungan uji coba instrumen, diperoleh nilai indeks daya
pembeda butir soal intrumen tes untuk soal nomor 1, poin a sebesar 0,25 dan poin
b sebesar 0,54; soal nomor 2, poin a sebesar 0,44 dan poin b sebesar 0,44; soal
nomor 3 sebesar 0,33; serta soal nomor 4, poin a sebesar 0,67, poin b dan c
sebesar 0,58 dan poin d sebesar 0,83. Interpretasi soal nomor 1 sampai 4 tergolong
cukup, baik, dan sangat baik. Perhitungan selengkapnya mengenai interpretasi
daya pembeda butir soal instrumen dapat dilihat pada Lampiran C.2.1, hlm. 154.
4. Tingkat Kesukaran
Untuk menentukan tingkat kesukaran butir soal digunakan indeks tingkat
kesukaran. Menurut Sudijono (2013: 372), indeks tingkat kesukaran butir soal
dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut.
43
Keterangan:
: Tingkat kesukaran suatu butir soal.
NP : Jumlah skor yang diperoleh siswa pada suatu butir soal
N : Jumlah skor maksimum yang dapat diperoleh siswa pada suatu butir
soal.
Untuk menginterpretasi tingkat kesukaran suatu butir soal digunakan kriteria
indeks kesukaran menurut Robert L. Thorndike dan Elisabeth Hagen (Sudijono
2013: 372) yang tertera dalam Tabel 3.6.
Tabel 3.6 Interpretasi Tingkat Kesukaran
Tingkat Kesukaran Interpretasi
P < 0,30 Terlalu Sukar
0,30 ≤ P ≤ 0,70 Cukup (Sedang)
P > 0,70 Terlalu Mudah
Berdasarkan hasil perhitungan uji coba instrumen, diperoleh tingkat kesukaran
butir soal intrumen tes untuk soal nomor 1, poin a sebesar 0,48 dan poin b sebesar
0,68; soal nomor 2, poin a sebesar 0,38 dan poin b sebesar 0,30; soal nomor 3
sebesar 0,33, soal nomor 4, poin a sebesar 0,32, poin b sebesar 0,32, serta poin c
dan d sebesar 0,31. Interpretasi seluruh soal yaitu cukup (sedang). Perhitungan
selengkapnya mengenai interpretasi tingkat kesukaran butir soal instrumen dapat
dilihat pada Lampiran C.2.2, hlm. 154.
Setelah dilakukan analisis reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran butir
soal tes pemahaman konsep matematis diperoleh rekapitulasi hasil analisis uji
coba soal posttest. Rekapitulasi hasil uji coba soal posttest dapat dilihat pada
Tabel 3.7.
44
Tabel 3.7 Rekapitulasi Hasil Uji Coba Posttest
No
Soal Validitas Reliabilitas Daya Pembeda
Tingkat
Kesukaran
1a
Valid 0,78
(Reliabel)
0,25 (Cukup) 0,48 (Sedang)
1b 0,54 (Baik) 0,68 (Sedang)
2a 0,44 (Baik) 0,38 (Sedang)
2b 0,44 (Baik) 0,30 (Sedang)
3 0,33 (Cukup) 0,33 (Sedang)
4a 0,67 (Baik) 0,32 (Sedang)
4b 0,58 (Baik) 0,32 (Sedang)
4c 0,58 (Baik) 0,31 (Sedang)
4d 0,83 (Sangat Baik) 0,31 (Sedang)
Dari Tabel 3.7, instrumen tes pemahaman konsep matematis pada penelitian ini
telah memenuhi kriteria reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda yang
ditentukan serta telah dinyatakan valid, sehingga instrumen tes pemahaman
konsep matematis layak digunakan untuk mengumpulkan data.
G. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis
Data skor posttest pada siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol dianalisis
menggunakan uji statistik untuk mengetahui efektivitas model Project Based
Learning ditinjau dari pemahaman konsep matematis siswa.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas data dilakukan untuk melihat data sampel berasal dari populasi
yang berdistribusi normal atau tidak normal. Uji Normalitas dalam penelitian ini
menggunakan uji Chi-Kuadrat. Uji Chi-Kuadrat menurut Sudjana (2009 : 273)
adalah sebagai berikut.
Hipotesis
Ho : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H1 : sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal
45
Taraf signifikan: α = 0,05
Statistik uji:
Keterangan:
Oi : frekuensi pengamatan
Ei : frekuensi yang diharapkan
𝑘 : banyaknya pengamatan
Kriteria uji:
Terima H0 jika
.
Tabel 3.8 Rekapitulasi Uji Normalitas Sampel Data Kemampuan
Pemahaman konsep Matematis
Kelas
Keputusan Uji
Eksperimen 4,22 7,81 Terima H0
Kontrol 6,45 7,81 Terima H0
Berdasarkan hasil uji normalitas, diketahui bahwa keputusan uji untuk kelas
eksperimen dan kelas kontrol ialah hipotesis H0 diterima. Maka disimpulkan
sampel berasal dari populasi yang datanya berdistribusi normal, sehingga
pengujian hipotesis penelitian menggunakan uji parametrik. Hasil perhitungan
selengkapnya mengenai uji normalitas kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat
dilihat pada Lampiran C.9, hlm. 169.
2. Uji Homogenitas Variansi
Dalam penelitian ini uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah kedua
kelompok data yaitu data kemampuan pemahaman konsep siswa pada kelas model
Project Based Learning dan kelas konvensional memiliki variansi yang homogen
46
atau tidak. Menurut Sudjana (2009: 249) untuk menguji homogenitas data dapat
digunakan ketentuan berikut.
Hipotesis
Ho :
(varians kedua populasi homogen)
H1 :
(varians kedua populasi tidak homogen)
Taraf signifikan: α = 0,05
Satitistik Uji:
Keterangan:
: varians terbesar
: varians terkecil
Kriteria Uji:
Tolak H0 jika dengan
dengan
didapat dari
daftar distribusi F dengan taraf signifikan 0,05 dan derajat kebebasan masing-
masing sesuai dk pembilang dan penyebut.
Hasil Uji:
Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh nilai Fhitung = 1,54 dan nilai Ftabel = 2,17.
Karena Fhitung < Ftabel, maka H0 diterima. Hal ini berarti kedua sampel data
memiliki varians yang homogen. Hasil perhitungan selengkapnya mengenai uji
homogenitas kedua kelas dapat dilihat pada Lampiran C.10, hlm. 169.
3. Uji Hipotesis Pertama (Uji Kesamaan Dua Rata-rata)
Setelah melakukan uji normalitas dan homogenitas data, diperoleh hasil bahwa
data pemahaman konsep matematis berasal dari populasi yang berdistribusi
normal dan bersifat homogen, sehingga untuk menguji hipotesis digunakan uji-t.
47
Hipotesis:
H0: (rata-rata kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang
mengikuti pembelajaran model Project Based Learning tidak
berbeda secara signifikan dengan rata-rata kemampuan pemahaman
konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran
konvensional).
H1: (rata-rata kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang
mengikuti pembelajaran model Project Based Learning lebih tinggi
secara signifikan dari rata-rata kemampuan pemahaman konsep
matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional).
Taraf Siginifikansi:
Taraf signifikansi yang digunakan adalah α = 0,05.
Statistik Uji:
Statisik yang digunakan untuk uji-t menurut Sudjana (2009:239) menggunakan
rumus:
√
dengan
Keterangan:
: Rata-rata skor tes kemampuan pemahaman konsep matematis
siswa pada kelas eksperimen.
: Rata-rata skor tes kemampuan pemahaman konsep matematis
siswa pada kelas kontrol.
: Banyaknya subyek kelas eksperimen.
: Banyaknya subyek kelas kontrol.
: Varians kelompok eksperimen.
Varians kelompok kontrol
Varians gabungan
48
Kriteria Uji:
Tolak H0 jika dengan didapat dari daftar distribusi
student-t dengan peluang , taraf signifikan 0,05 dan derajat kebebasan dk
= (n1 + n2 – 2 ).
4. Uji Hipotesisi Kedua (Uji Proporsi)
Uji hipotesis yang kedua yaitu uji proporsi. Uji proporsi pada penelitian ini
dilakukan untuk menguji apakah persentase siswa tuntas belajar setelah mengikuti
Project Based Learning adalah 60% dari total jumlah siswa. Menurut Sudjana
(2009:234) rumusan hipotesis untuk uji proporsi yaitu:
Hipotesis
H0 : π = 0,6 (Persentase siswa tuntas belajar setelah mengikuti model Project
Based Learning dengan nilai minimum 72 tidak lebih dari 60%
jumlah siswa).
H1 : π > 0,6 (Persentase siswa tuntas belajar setelah mengikuti model Project
Based Learning dengan nilai minimum 72 lebih dari 60% jumlah
siswa).
Taraf Signifikansi:
Taraf signifikansi yang digunakan adalah α = 0,05.
Uji Statistik:
Menurut Sudjana (2009: 233), statistik z yang digunakan untuk uji ini adalah
√
Keterangan:
: 0,6
49
: Banyaknya siswa yang mencapai KKM setelah mengikuti
pembelajaran.
: Jumlah sampel.
Kriteria Uji:
Kriteria uji terima H0 jika . Nilai diperoleh dari daftar
normal baku dengan peluang dengan taraf signifikan α = 0,05.
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, kemamupan pemahaman konsep
matematis siswa yang mengikuti model Project Based Learning lebih tinggi dari
pada kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti
pembelajaran konvensional, tetapi persentase siswa tuntas belajar setelah
mengikuti model Project Based Learning dengan nilai minimum 72 tidak lebih
dari 60% jumlah siswa. Oleh karena itu, menurut hipotesis penelitian, model
Project Based Learning tidak efektif ditinjau dari pemahaman konsep matematis
siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 3 Bandarlampung semester ganjil tahun
pelajaran 2019/2020.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, dikemukakan saran-saran sebagai berikut.
4. Bagi guru yang ingin menerapkan model Project Based Learning hendaknya
melakukan pengelolaan kelas yang baik dan pengelolaan waktu yang cermat
agar suasana belajar semakin kondusif. Hal ini dimaksudkan agar
pembelajaran memperoleh hasil yang optimal.
5. Bagi pembaca dan peneliti lain yang ingin mengembangkan penelitian
lanjutan mengenai penerapan model Project Based Learning untuk
62
meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa disarankan
melakukan penelitian dengan jangka waktu yang lebih lama agar siswa dapat
beradaptasi dengan model Project Based Learning dengan baik dan
memperhatikan efisiensi waktu agar proses pembelajaran berjalan secara
optimal. Selain itu, perlu diperhatikan bahwa karakteristik siswa harus sesuai
dengan model pembelajaran berbasis proyek.
63
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta. 413 hlm.
Aunurrahman. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. 244 hlm.
Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). 2006. Permendiknas RI No. 22
Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah. Jakarta.
Depdiknas. 2008. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas.
Depdiknas. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa. 1699
hlm.
Depdiknas. 2008. Pedoman Khusus Pengembangan Sistem Penilaian Berbasis
Kompetensi SMP. Jakarta: Depdiknas.
Depdiknas. 2009. Permendiknas No. 58/2009 tentang Standar Tingkat
Pencapaian Perkembangan. Jakarta: Depdikbud.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
226 hlm.
Ernawati. 2003. Meningkatkan K emampuan P emahaman Konsep
Matematika Siswa SMU Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah.
Bandung: UPI.
Fathurrohman, Muhammad. 2016. Model-Model Pembelajaran Inovatif.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. 244 hlm.
Hamalik, Oemar. 2004. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan
Sistem. Jakarta: Bumi Aksara. 239 hlm.
64
Hanafiah. 2009. Konsep Strategi Pembelajaran. Refika Aditama, Bandung. 232
hlm.
Hardini, Isriani. 2012. Strategi Pembelajaran Terpadu. Yogyakarta : Familia. 230
hlm.
Jusmawati. 2015. Efektivitas Penerapan Model Berbasis Masalah Setting
Kooperatif Dengan Pendekatan Saintifik Dalam Pembelajaran Matematika
di Kelas X Sma Negeri 11 Makassar. Jurnal Inovasi Pendidikan
Matematika. (Online), Vol. 3, No. 1,
(https://ojs.unm.ac.id/JDM/article/view/1314), diakses 20 Juli 2019.
Kemdikbud. 2013. Konsep Pendekatan Scientific. Jakarta: Kemendikbud.
Kemdikbub. 2015. Modul Pelatihan Kurikulum 2013. Jakarta: Kemdikbud.
Kesumawati, Nila. 2008. Pemahaman Konsep Matematik dalam Pembelajaran
Matematika. Seminar Matematika dan Pendidikan Matematika 2-229.
Kesumawati, Nila. 2015. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika
Mahasiswa pada Mata Kuliah Struktur Aljabar. Jurnal. KNPM 2015.
Kuncoro, B.D. Wahyu. 2017. Pengembangan Soal Serupa Trends International
Science Study (TIMSS) untuk Mengukur Kemampuan Berpikir Kritis dalam
Pemecahan Masalah Pada Siswa Kelas IV SD Universitas Muhammadiyah
Surakarta. [Online]. Tersedia:
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://eprints.u
ms.ac.id/49663/35/02.NASKAH%2520PUBLIKASI-
debbi.pdf&ved=2ahUKEwjl2baLl6_mAhWy7HMBHYjMCLkQFjAEegQI
BxAC&usg=AOvVaw1I8Sa3b6fVxHeNJ10qlC-N. Diakses pada tanggal 7
Juli 2019.
Mullis, Martin, Ruddock, O‟Sullivan, dan Preuschoff. 2012. TIMSS 2011
Assessment Frameworks. (Online),
(https://timssandpirls.bc.edu/timss2011/downloads/TIMSS2011_Framewo
rks.pdf), diakses 20 Juli 2019.
Mulyasa, E. 2006. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Remaja Rosda Karya,
Bandung. 266 hlm.
Muslih. 2014. Analisis Efektifitas Program Magang untuk Sinkronisasi Link dan
Match Perguruan Tinggi dengan Dunia Industri (Studi Terhadap Program
Magang Pada Fakultas Ekonomi Prodi Manajemen Universitas
Muhammadiyah Sumatra Utara). Jurnal Manajemen & Bisnis Vol. 14 No.
01April 2014. Sumatra Utara: Universitas Muhamadiyah Sumatra Utara.
NCTM. 2000. Executive Summary Principal and Standards for School
Mathematics. (Online),
65
(https://www.nctm.org/uploadedFiles/Standards_and_Positions/PSSM_Ex
ecutiveSummary.pdf), diakses 9 Mei 2019.
Novianti, Elvita Lia. 2018. Efektivitas Model Pembelajaran Project Based
Learning Ditinjau dari Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa
[Skripsi]. Universitas Lampung. Diambil dari digilib.unila.ac.id.
Nurhaidah. Musa, M. Insya. 2015. Dampak Pengaruh Globalisasi Bagi Kehidupan
Bangsa Indonesia. Jurnal Pesona Dasar Vol. 3 No. 3, April 2015, hal 1-14,
ISSN: 2337-9227. Universitas Syiah Kuala. [Online]. Tersedia:
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://www.jurn
al.unsyiah.ac.id/PEAR/article/download/7506/6178&ved=2ahUKEwiH8frC
1PfmAhXPdCsKHeKnCucQFjAAegQIBBAF&usg=AOvVaw0AJNPW10w
S0XsRRsppcNoZ. Diakses pada tanggal 3 Maret 2019.
Permendikbud No. 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan Satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah.
Permendikbud No. 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada Pendidikan
Dasar dan Menengah.
Rosnawati. 2013. Kemampuan penalaran Matematika Siswa SMP Indonesia pada
TIMSS 2011. Prosiding Seminar Nasiona Penelitian, Pendidikan, dan
Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 18 Mei
2013 [Online]. Tersedia:
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://staff.uny.
ac.id/sites/default/files/penelitian/R.%2520Rosnawati,%2520Dra.%2520M.
Si./Makalah%2520Semnas%25202013%2520an%2520R%2520Rosnawati
%2520FMIPA%2520UNY.pdf&ved=2ahUKEwjQhKzcna_mAhWs7XMB
HZojD-MQFjAAegQIBhAB&usg=AOvVaw2w40v-pj2hRadRlfrpUn7B.
Diakses pada tanggal 7 Juli 2019.
Ruseffendi. 1998. Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan. Bandung: IKIP
Bandung Press. 550 hlm.
Sab‟ati, Mila. 2019. Efektivitas Model Pembelajaran Discovery Ditinjau dari
Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa [Skripsi]. Universitas Lampung.
Sagala, Syaiful. 2009. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. 266
hlm.
Sanjaya, Wina. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Prenada: Jakarta. 308 hlm.
Sari, Ayu Setiana. 2018. Efektivitas Model Pembelajaran Project Based Learning
Ditinjau dari Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa [Skripsi].
Universitas Lampung. Diambil dari digilib.unila.ac.id/32547/.
66
Setiyadi, Bambang. 2006. Metode Penelitian Untuk Pengajaran Bahasa Asing
Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu. 316 hlm.
Siagian, P. Sondang. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi
Aksara. 380 hlm.
Siregar, Eveline., Nara, Hartini. 2010. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:
Ghalia Indonesia. 200 hlm.
Soedjadi. 2000. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Jakarta:
Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departeman Pendidikan Nasional. 206
hlm.
Sudjana. 1995. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja
Rosdakarya. 168 hlm.
Sudjana. 2009. Metoda Statistika. Tarsito: Bandung. 508 hlm.
Sudijono, Anas. 2013. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo
Persada. 488 hlm.
Suherman, Eman. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.
Bandung : JICA-UPI. 265 hlm.
Sutikno, M. Sobry. 2005. Pembelajaran Efektif: Apa dan bagaimana upayanya?.
Mataram: NTP Press.
Thomas, J.W. 2000. A Review of Research on Project-Based Learning [Online].
Tersedia:
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://www.bob
pearlman.org/BestPractices/PBL_Research.pdf&ved=2ahUKEwjLiPrb9Jrn
AhUA73MBHWTHBj8QFjAAegQIAxAF&usg=AOvVaw3HCn6PPzMVX
8Yf7EvGZT8A. Diakses pada 24 Januari 2020.
Titu, Maria Anita. 2015. Penerapan Model Pembelajaran Project Based Learning
(PjBL) untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa pada Materi Konsep Masalah
Ekonomi. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya. Diambil dari
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://eprints.un
y.ac.id/21708/1/18%2520Maria%2520Anita%2520Titu.pdf&ved=2ahUKE
wjLg_335-
3mAhXZAnIKHalOCCQQFjADegQICRAF&usg=AOvVaw0fthkodWz1fer
NMlSXY-9A. Diakses pada tanggal 6 Januari 2020.
Tri, M. Ananda. 2018. Efektivitas Model Pembelajaran Project Based Learning
(PjBL) Pemahaman Konsep Matematika Siswa dan Kreativitas Siswa
[Skripsi]. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Diambil
dari digilib.uin-suka.ac.id.
67
Trisnawati, Ice. 2014. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Fisiska Dengan Model
PBL (Project Based Learning) Pada Peserta Didik Kelas VIII SMP Negeri
26 Makassar. Makassar : FKIP UNISMUH.
Uno, Hamzah B.. 2007. Teori Motivasi dan Pengukurannya: Analisis di Bidang
Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. 136 hlm.
Wardhani, S. 2008. Analisis SI dan SKL Mata Pelajaran Matematika SMP/MTs
untuk optimalisasi Tujuan Mata Pelajaran Matematika. Yogyakarta: Pusat
Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Matematika. Diambil dari
https://sites.google.com/site/kkgmgmpmatematika/13-Analisis.
Widyantini, Theresia. 2014. Penerapan Model Project Based Learning (Model
Pembelajaran Berbasis Proyek) dalam Materi Pola Bilangan Kelas VII.
Yogyakarta : Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik Dan
Tenaga Kependidikan (PPPPTK).
Widyaiswara. 2014. Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning)
Dalam Materi Statistika SMP. Artikel E-Buletin LPMP SulSel Edisi
Desember 2014 ISSN. 2355-3189.
Yuliyanto, Aan, dkk. 2018. Pendekatan Saintifik untuk Mengembangkan Karakter
Disiplin dan Tanggung Jawab Siswa SD. Metodik Didaktik: Vol. 13 No. 2,
Januari 2018, Hal. 87-98.