EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI...

140
EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI TERHADAP PENYELENGGARA PERJALANAN IBADAH UMRAH (PPIU) DAN PERLINDUNGAN JEMAAH Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh : YEYET ROHILAH NIM: 1113053000086 JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH KONSENTRASI MANAJEMEN HAJI DAN UMROH FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2018 M / 1439 H  

Transcript of EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI...

Page 1: EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41486/1/YEYET... · EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI TERHADAP PENYELENGGARA

EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI

TERHADAP PENYELENGGARA PERJALANAN IBADAH UMRAH

(PPIU) DAN PERLINDUNGAN JEMAAH

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk

Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh :

YEYET ROHILAH

NIM: 1113053000086

JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH

KONSENTRASI MANAJEMEN HAJI DAN UMROH

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2018 M / 1439 H

 

Page 2: EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41486/1/YEYET... · EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI TERHADAP PENYELENGGARA

 

Page 3: EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41486/1/YEYET... · EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI TERHADAP PENYELENGGARA

 

Page 4: EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41486/1/YEYET... · EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI TERHADAP PENYELENGGARA

 

Page 5: EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41486/1/YEYET... · EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI TERHADAP PENYELENGGARA

i

ABSTRAK

Yeyet Rohilah (1113053000086)

Efektivitas Kebijakan Kementerian Agama RI Terhadap Penyelenggara

Perjalanan Ibadah Umrah (PPIU) dan Perlindungan Jemaah

Beberapa tahun belakangan pemberitaan tentang penyelenggaraan

ibadah umrah tidak lagi dihiasi dengan kisah indahnya menjalankan syariat,

kekhusyukan beribadah di tanah suci atau keramahan travel penyelenggara,

akan tetapi justru memunculkan fenomena betapa semrawutnya tata niaga

umrah, maraknya penipuan, jemaah yang ditelantarkan oleh penyelenggara

baik di Tanah Air, negara transit maupun di Arab Saudi, fasilitas penginapan

dan konsumsi alakadarnya dan perang tarif antara travel yang sudah sangat

tidak sehat. Dalam situasi seperti ini jemaah adalah pihak yang paling di

rugikan, sehingga harus diketahui sejauh mana efektivitas kebijakan

Kementerian Agama terhadap PPIU dan apa saja bentuk perlindungan yang

diberikan kepada Jemaah ketika melaksanakan ibadah umrah.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui mekanisme

perizinan, pengawasan dan pengendalian Kementerian Agama terhadap PPIU,

mengetahui kewajiban PPIU berdasarkan kebijakan/peraturan yang berlaku,

serta mengetahui bentuk perlindungan dan penyelesaian kasus bagi jemaah

umrah.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan melakukan

penelitian yang menghasilkan data melalui analisis dari berbagai informasi,

hasil observasi, wawancara, dan melalui regulasi-regulasi seperti UU No 13

Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji, PMA No 18 Tahun 2015

tentang Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umrah, dan PP No 79 Tahun 2012

tentang Pelaksanaan UU No 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah

haji.

Dari hasil penelitian ini, efektivitas mengenai pengaturan tentang

perizinan, pengawasan dan pengendalian PPIU berjalan secara efektif,

sehingga ada beberapa kasus-kasus tentang pelanggaran kebijakan pemerintah

dapat ditangani dengan baik diantaranya 22 kasus diantara sekian kasus yang

sudah ditangani oleh Kementerian Agama. Adapun bentuk perlindungan yang

diberikan kepada jemaah umrah meliputi jaminan kepastian berangkat dan

pulang jemaah umrah, jaminan kesehatan dan keamanan serta jaminan

terselenggaranya ibadah umrah sesuai paket program PPIU.

Kata Kunci: Efektivitas, Kebijakan, PPIU, Perlindungan dan

Jemaah.

 

Page 6: EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41486/1/YEYET... · EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI TERHADAP PENYELENGGARA

ii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah

memberikan bermacam-macam kenikmatan yang tak terhitung jumlahnya.

Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada baginda kita Nabi besar

Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari zaman kegelapan

sampai zaman terang benderang seperti saat ini, beserta keluarganya, para

sahabatnya dan kita semua selaku umatnya hingga hari kebangkitan aamiin

ya rabbal ‘aalamiin.

Alhamdulillah atas izin Allah SWT akhirnya penulis dapat

menyelesaikan penulisan skripsi ini yang berjudul “Efektivitas Kebijakan

Kementerian Agama RI Terhadap Penyelenggara Perjalanan Ibadah

Umrah (PPIU) dan Perlindungan Jemaah” Skripsi ini diajukan untuk

memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar S1 di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Jurusan

Manajemen Dakwah Konsentrasi Manajemen Haji dan Umroh.

Dalam penulisan Skripsi ini, penulis mengucapkan banyak terima

kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis untuk

menyelesaikan skripsi ini, khususnya kepada kedua orangtua penulis,

ayahanda Bapak H. Rohani dan Ibunda Ibu Hj. Suma’ah yang selalu

menasehati dan selalu mendoakan penulis sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Ucapan terima kasih juga penulis

haturkan kepada:

1. Dr. H. Arief Subhan, MA. selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu

Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta;

2. Dr. Suparto, M. Ed, Ph.d selaku Wadek I, Dr. Hj. Roudhonah, MA

 

Page 7: EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41486/1/YEYET... · EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI TERHADAP PENYELENGGARA

iii

selaku Wadek II dan Dr. Suhaimi, M.Si selaku Wadek III Fakultas

Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta;

3. Drs. Cecep Castrawijaya, MA selaku Ketua Jurusan Manajemen

Dakwah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta;

4. Drs. Sugiharto, MA selaku Sekretaris Jurusan Manajemen Dakwah

Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta;

5. Drs. H. Kartono, Msi Selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang selalu

memberikan masukan-masukan, kritikan dan arahan kepada penulis

sehingga skripsi ini bisa diselesaikan dengan baik.

6. Tim Penguji Ujian Skripsi yang telah membantu penulis dalam

mengarahkan penulisan skripsi menjadi lebih baik lagi.

7. Mustolih Siradj SHI. MH. CLA, selaku Wakil Ketua Umum Dewan

Pimpinan Nasional Asosiasi Pengacara Syariah Indonesia (DPN

APSI), Ketua Komnas Haji dan Umrah sekaligus Dosen Fakultas

Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

8. Ibu Susianah Affandy M.Si dan Bapak Nahroni Affandy yang selalu

memotivasi penulis agar segera menyelesaikan skripsi

9. Seluruh Keluarga tercinta yang memberikan semangat agar penulis

segera menyelesaikan skripsi ini

10. Seluruh teman-teman Tim Kader Kreatif Hebat yang selalu

menemani penulis dalam mengerjakan skripsi.

11. Seluruh sahabat-sahabat KOMFAKDA dan KOPRI PC PMII

Ciputat 2015-2016 yang selalu memotivasi penulis agar segera

menyusun skripsi.

 

Page 8: EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41486/1/YEYET... · EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI TERHADAP PENYELENGGARA

iv

Penulis senantiasa berdo’a semoga amal baik yang telah di berikan

kepada penulis mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini jauh dari sempurna

namun penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat

bagi yang membacanya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Jakarta, 6 Juni 2018

Penulis

 

Page 9: EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41486/1/YEYET... · EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI TERHADAP PENYELENGGARA

v

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

LEMBAR PERNYATAAN

ABSTRAK ................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ................................................................................ .ii

DAFTAR ISI............................................................................................ …v

DAFTAR TABEL ................................................................................... .viii

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. ix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................. ..1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ............................................. ..8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ....................................................... ..8

D. Metodologi Penelitian ..................................................................... ..9

E. Tinjauan Pustaka ............................................................................. 14

F. Sistematika Penulisan ..................................................................... 15

BAB II LANDASAN TEORI

A. Efektifitas Kebijakan Kementrian Agama RI ................................. .17

1. Efektifitas ................................................................................... .17

2. Kebijakan .................................................................................. .21

3. Kementrian Agama RI .............................................................. .26

B. Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umrah (PPIU) ........................... .27

1. Profil PPIU ................................................................................ 27

2. Tugas Pokok PPIU .................................................................... .27

3. Kewajiban PPIU......................................................................... 28

C. Perlindungan Jemaah ..................................................................... .29

1. Perlindungan ............................................................................. .29

2. Jemaah........................................................................................ 30

 

Page 10: EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41486/1/YEYET... · EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI TERHADAP PENYELENGGARA

vi

BAB III GAMBARAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL

PENYELENGGARAAN HAJI DAN UMRAH (DITJEN PHU)

KEMENTRIAN AGAMA RI

A. Sejarah Penyelenggaraan Haji ........................................................ .31

B. Visi dan Misi Ditjen PHU ............................................................... .35

C. Tugas dan Fungsi ............................................................................ .37

D. Susunan dan Struktur Organisasi .................................................... .39

E. Subdirektorat Perizinan, Akreditasi, dan Bina

Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umrah ....................................... 45

F. Direktorat Penyelenggaraan Haji dan Umrah Dari Masa ke Masa .. .47

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pengaturan tentang Perizinan, Pengawasan dan Pengendalian

PPIU .............................................................................................. .49

1. Mekanisme perizinan Penyelenggara Perjalanan Ibadah

Umrah (PPIU) ........................................................................ .49

2. Pengawasan PPIU .................................................................. .53

3. Pengendalian PPIU ................................................................ .56

4. Dampak Positif Peraturan, Pengawasan dan Pengendalian

PPIU ...................................................................................... .57

B. Kewajiban Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umrah

(PPIU) Terhadap Jemaah Umrah .................................................. .61

1. Pelayanan Administrasi dan Pendaftaran Jemaah Umrah .... .61

2. Pelayanan Bimbingan Ibadah/Manasik Jemaah Umrah ........ .62

3. Pelayanan Keberangkatan dan Pemulangan Jemaah Umrah . .62

4. Beberapa Aspek Pelayanan PPIU yang Belum Sesuai

 

Page 11: EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41486/1/YEYET... · EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI TERHADAP PENYELENGGARA

vii

Standar Pelayanan ................................................................. .64

C. Bentuk Perlindungan dan Penyelesaian Kasus Jemaah .................. .67

1. Jaminan Kepastian Berangkat dan Pulang Jemaah Umrah .. .67

2. Jaminan Kesehatan dan Keamanan Selama Dalam

Ibadah Umrah....................................................................... .68

3. Jaminan Terselenggaranya Ibadah Umrah Sesuai

Paket Program PPIU ............................................................ .69

4. Penyelesaian Kasus Jemaah Umrah

D. Jenis Kasus dan Solusi dalam Penyelenggaraan Ibadah Umrah .... .71

1. Kasus Yang Menimpa Jemaah Umrah ..................................... .71

2. Jenis Kasus (Pelanggaran) Penyelenggaraan Umrah ............... .72

3. Penyelesaian Kasus Jemaah Umrah ......................................... .74

4. Bentuk Sanksi Administrasi dan Hukum ................................. .81

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ...................................................................................... .90

B. Saran ............................................................................................... .92

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ .94

LAMPIRAN-LAMPIRAN

 

Page 12: EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41486/1/YEYET... · EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI TERHADAP PENYELENGGARA

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Struktur Organisasi Ditjen PHU …….................................. 44

Tabel 3.2 Direktorat Penyelenggaraan Haji dan Umrah Dari Masa ke

Masa ………………………………………………………. 47

Tabel 4.1 PPIU Yang Diberikan Sanksi oleh Kemenag RI …………. 84

 

Page 13: EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41486/1/YEYET... · EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI TERHADAP PENYELENGGARA

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Bimbingan Skripsi

Lampiran 2 : Surat Penelitian Skripsi

Lampiran 3 : Surat Keterangan Hasil Penelitian

Lampiran 4 : PMA No. 18 Tahun 2015 tentang Penyelenggara Perjalanan

Ibadah Umrah

Lampiran 5 : Hasil wawancara

Lampiran 6 : Nota Kesepahaman Kemenag RI dan Polri

Lampiran 7 : Surat Himbauan kepada Kepala Kanwil Kementerian Agama

Seluruh Indonesia tentang Pembinaan dan Pengawasan PPIU

Lampiran 8 : Dokumentasi

 

Page 14: EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41486/1/YEYET... · EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI TERHADAP PENYELENGGARA

i

ABSTRAK

Yeyet Rohilah (1113053000086)

Efektivitas Kebijakan Kementerian Agama RI Terhadap Penyelenggara Perjalanan

Ibadah Umrah (PPIU) dan Perlindungan Jemaah

Beberapa tahun belakangan pemberitaan tentang penyelenggaraan ibadah umrah tidak

lagi dihiasi dengan kisah indahnya menjalankan syariat, kekhusyukan beribadah di tanah suci

atau keramahan travel penyelenggara, akan tetapi justru memunculkan fenomena betapa

semrawutnya tata niaga umrah, maraknya penyalahgunaan, penipuan, Jemaah yang

ditelantarkan oleh penyelenggara baik di Tanah Air, negara transit maupun di Arab Saudi,

fasilitas penginapan dan konsumsi alakadarnya dan perang tarif antara travel yang sudah

sangat tidak sehat. Dalam situasi seperti ini Jemaah adalah pihak yang paling di rugikan,

sehingga harus diketahui sejauh mana efektivitas kebijakan Kementerian Agama terhadap

PPIU dan apa saja bentuk perlindungan yang diberikan kepada Jemaah ketika melaksanakan

ibadah umrah.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui mekanisme perizinan, pengawasan

dan pengendalian Kementerian Agama terhadap PPIU, mengetahui kewajiban PPIU

berdasarkan kebijakan/peraturan yang berlaku, serta mengetahui bentuk perlindungan dan

penyelesaian kasus bagi Jemaah umrah.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan melakukan penelitian yang

menghasilkan data melalui analisis dari berbagai informasi, hasil observasi, wawancara, dan

melalui regulasi-regulasi seperti UU No 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah

Haji, PMA No 18 Tahun 2015 tentang Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umrah, dan PP No

79 Tahun 2012 tentang Pelaksanaan UU No 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah

haji.

Dari hasil penelitian ini, efektivitas mengenai pengaturan tentang perizinan,

pengawasan dan pengendalian PPIU berjalan secara efektif, sehingga ada beberapa kasus-

kasus tentang pelanggaran kebijakan pemerintah dapat ditangani dengan baik diantaranya 22

kasus diantara sekian kasus yang sudah ditangani oleh Kementerian Agama. Adapun bentuk

perlindungan yang diberikan kepada Jemaah umrah meliputi jaminan kepastian berangkat dan

pulang Jemaah umrah, jaminan kesehatan dan keamanan serta jaminan terselenggaranya

ibadah umrah sesuai paket program PPIU.

Kata Kunci: Efektivitas, Kebijakan, PPIU, Perlindungan dan Jemaah.

 

Page 15: EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41486/1/YEYET... · EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI TERHADAP PENYELENGGARA

ii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan

bermacam-macam kenikmatan yang tak terhitung jumlahnya. Shalawat dan salam senantiasa

tercurahkan kepada baginda kita Nabi besar Muhammad SAW yang telah membawa umatnya

dari zaman kegelapan sampai zaman terang benderang seperti saat ini, beserta keluarganya,

para sahabatnya dan kita semua selaku umatnya hingga hari kebangkitan aamiin ya rabbal

‘aalamiin.

Alhamdulillah atas izin Allah SWT akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan

skripsi ini yang berjudul “Efektivitas Kebijakan Kementerian Agama RI Terhadap

Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umrah (PPIU) dan Perlindungan Jemaah” Skripsi ini

diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar S1 di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Jurusan Manajemen Dakwah

Konsentrasi Manajemen Haji dan Umroh.

Dalam penulisan Skripsi ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua

pihak yang telah membantu penulis untuk menyelesaikan skripsi ini, khususnya kepada kedua

orangtua penulis, ayahanda Bapak H. Rohani dan Ibunda Ibu Hj. Suma’ah yang selalu

menasehati dan selalu mendoakan penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

dengan baik. Ucapan terima kasih juga penulis haturkan kepada:

1. Dr. H. Arief Subhan, MA. selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta;

2. Dr. Suparto, M. Ed, Ph.d selaku Wadek I, Dr. Hj. Roudhonah, MA selaku Wadek II

dan Dr. Suhaimi, M.Si selaku Wadek III Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta;

 

Page 16: EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41486/1/YEYET... · EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI TERHADAP PENYELENGGARA

iii

3. Drs. Cecep Castrawijaya, MA selaku Ketua Jurusan Manajemen Dakwah Fakultas

Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta;

4. Drs. Sugiharto, MA selaku Sekretaris Jurusan Manajemen Dakwah Fakultas Dakwah

dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta;

5. Drs. H. Kartono, Msi Selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang selalu memberikan

masukan-masukan, kritikan dan arahan kepada penulis sehingga skripsi ini bisa

diselesaikan dengan baik.

6. Mustolih Siradj SHI. MH. CLA, selaku Wakil Ketua Umum Dewan Pimpinan

Nasional Asosiasi Pengacara Syariah Indonesia (DPN APSI), Ketua Komnas Haji dan

Umrah sekaligus Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

7. Ibu Susianah Affandy M.Si dan Bapak Nahroni Affandy yang selalu memotivasi

penulis agar segera menyelesaikan skripsi

8. Kepada keluarga tercinta A Ali, Teh Eni, Teh Imas, A Leli dan adik tersayang Asep

Tabrizi, serta keponakan yang selalu memberikan keceriaan di dalam keluarga.

9. Kepada teman-temanku Tim Kader Kreatif Hebat yang selalu menemani penulis

dalam mengerjakan skripsi.

Penulis senantiasa berdo’a semoga amal baik yang telah di berikan kepada penulis

mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa

penulisan skripsi ini jauh dari sempurna namun penulis berharap semoga skripsi ini dapat

memberikan manfaat bagi yang membacanya.

Wassalamu’alaikum Wr. W

Jakarta, 6 Juni 2018

Penulis

 

Page 17: EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41486/1/YEYET... · EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI TERHADAP PENYELENGGARA

v

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

LEMBAR PERNYATAAN

ABSTRAK i

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI v

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR LAMPIRAN ix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 8

D. Metodologi Penelitian 9

E. Tinjauan Pustaka 13

F. Sistematika Penulisan 14

BAB II LANDASAN TEORI

A. Efektifitas Kebijakan Kementrian Agama RI 16

1. Efektifitas 16

2. Kebijakan 19

3. Kementrian Agama RI 24

B. Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umrah (PPIU) 24

1. Profil PPIU 24

2. Tugas Pokok PPIU 24

3. Kewajiban PPIU 25

C. Perlindungan Jemaah 26

1. Perlindungan 26

2. Jemaah 27

 

Page 18: EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41486/1/YEYET... · EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI TERHADAP PENYELENGGARA

vi

BAB III GAMBARAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL

PENYELENGGARAAN HAJI DAN UMRAH (DITJEN PHU) KEMENTRIAN

AGAMA RI

A. Sejarah Penyelenggaraan Haji 28

B. Visi dan Misi Ditjen PHU 32

C. Tugas dan Fungsi 34

D. Susunan dan Struktur Organisasi 35

E. Subdirektorat Perizinan, Akreditasi, dan Bina Penyelenggara Perjalanan Ibadah

Umrah 41

F. Direktorat Penyelenggaraan Haji dan Umrah Dari Masa ke Masa 42

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Efektivitas Pengaturan Tentang Perizinan, Pengawasan dan Pengendalian PPIU 44

1. Mekanisme perizinan Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umrah (PPIU) 44

2. Pengawasan PPIU 47

3. Pengendalian PPIU 50

4. Dampak Positif Peraturan, Pengawasan dan Pengendalian PPIU 51

B. Kewajiban Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umrah (PPIU) Terhadap Jemaah

Umrah 54

1. Pelayanan Administrasi dan Pendaftaran Jemaah Umrah 54

2. Pelayanan Bimbingan Ibadah/Manasik Jemaah Umrah 55

3. Pelayanan Keberangkatan dan Pemulangan Jemaah Umrah 56

4. Beberapa Aspek Pelayanan PPIU yang Belum Sesuai Standar Pelayanan 58

C. Perlindungan Jemaah Umrah 60

1. Jaminan Kepastian Berangkat dan Pulang Jemaah Umrah 60

2. Jaminan Kesehatan dan Keamanan Selama Dalam Ibadah Umrah 61

3. Jaminan Terselenggaranya Ibadah Umrah Sesuai Paket Program PPIU 62

D. Jenis Kasus dan Solusi dalam Penyelenggaraan Ibadah Umrah 63

 

Page 19: EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41486/1/YEYET... · EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI TERHADAP PENYELENGGARA

vii

1. Kasus Yang Menimpa Jemaah Umrah 63

2. Jenis Kasus (pelanggaran) Penyelenggara Umrah 64

3. Penyelesaian Kasus Jemaah Umrah 66

4. Bentuk Sanksi Administrasi dan Hukum 72

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan 80

B. Saran 82

DAFTAR PUSTAKA 84

LAMPIRAN-LAMPIRAN

 

Page 20: EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41486/1/YEYET... · EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI TERHADAP PENYELENGGARA

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Struktur Organisasi Ditjen PHU ……………………………………….. 40

Tabel 3.2 Direktorat Penyelenggaraan Haji dan Umrah Dari Masa ke Masa …….. 42

Tabel 4.1 PPIU Yang Diberikan Sanksi oleh Kemenag RI ………………………. 75

 

Page 21: EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41486/1/YEYET... · EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI TERHADAP PENYELENGGARA

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Bimbingan Skripsi

Lampiran 2 : Surat Penelitian Skripsi

Lampiran 3 : Surat Keterangan Hasil Penelitian

Lampiran 4 : PMA No. 18 Tahun 2015 tentang Penyelenggara Perjalanan Ibadah

Umrah

Lampiran 5 : Hasil wawancara

Lampiran 6 : Nota Kesepahaman Kemenag RI dan Polri

Lampiran 7 : Surat Himbauan kepada Kepala Kanwil Kementerian Agama Seluruh

Indonesia tentang Pembinaan dan Pengawasan PPIU

Lampiran 8 : Dokumentasi Wawancara

 

Page 22: EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41486/1/YEYET... · EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI TERHADAP PENYELENGGARA

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara muslim terbesar di dunia dan

menjadi pengirim jemaah umrah terbesar setelah Mesir dan Pakistan.

Beberapa dekade yang lalu peminat ibadah umrah1 belum seramai

seperti saat ini, jumlah jemaah yang berangkat ke tanah suci setiap

tahunnya hanya berkisar antara 150 ribu - 200 ribu orang per musim.

Di luar perkiraan, dari tahun ke tahun ternyata jumlahnya meningkat

secara signifikan, tahun 2015 mencapai 600 ribuan orang.

Diperkirakan angka tersebut akan terus mengalami peningkatan,

salah satu penyebabnya karena umrah dianggap sebagai alternatif lain

untuk mensiasati penumpukan daftar tunggu antrian haji (waiting list)

yang saat ini telah mencapai puluhan tahun. Umrah yang juga

dianggap sebagai haji kecil (hajj al-ashghar) yang dapat mengobati

kerinduan kaum muslim untuk mengunjungi baitullah (rumah Allah).

Soal antrian ibadah haji, saat ini untuk wilayah Jakarta dan

sekitarnya antrian haji rata-rata sudah mencapai 15 tahun, artinya jika

calon jemaah haji mendaftar hari ini berarti kesempatan untuk

berangkat ke baitullah pada musim haji adalah lima belas tahun

mendatang. Di Kabupaten Banteang Sulawesi Selatan antriannya

sudah mencapai 25 tahun. Di satu sisi pada saat yang sama

Kementerian Agama kini tidak begitu saja mengizinkan kaum

muslimin melaksanakan haji berkali-kali seperti sebelumnya, orang

yang sudah berhaji dapat melaksanakan haji kemudian apabila sudah

1. Pengertian umrah dalam tulisan ini merujuk pada Pasal 1 angka 16 Undang-Undang No.

13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Haji (UU Haji) yang menyatakan : “Ibadah Umrah adalah

umrah yang dilaksanakan di luar musim haji,”

 

Page 23: EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41486/1/YEYET... · EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI TERHADAP PENYELENGGARA

2

jeda selama sepuluh tahun sejak menjalankan haji terakhir. Kebijakan

ini dapat dilihat pada Pasal 3 ayat (4) Peraturan Menteri Agama

(PMA) Nomor 29 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan

Menteri Agama Nomor 14 Tahun 2002 tentang Penyelenggaraan

Ibadah Haji Reguler : “Jemaah Haji yang pernah menunaikan ibadah

haji dapat melakukan ibadah haji setelah 10 (sepuluh) tahun sejak

menunaikan ibadah haji yang terakhir”. Secara tekstual pada

dasarnya norma pada pasal tersebut tidak menunjukkan adanya

larangan haji berkali-kali, disisi lain jika pasal tersebut dimaknai

sebagai pelarangan maka aturan tersebut beraroma diskriminatif

mengingat pembatasan sepuluh tahun hanya berlaku pada jemaah haji

reguler, sedangkan bagi jemaah haji khusus (dulu disebut haji plus)

tidak ada aturan pembatasan semacam itu. 2

Kebijakan ini guna memberikan kesempatan kepada kaum

muslimin yang sama sekali belum sempat menunaikan ibadah haji,

khususnya yang telah mencapai usia lanjut (lansia). Antrian jemaah

haji tidak hanya terjadi di Indonesia, namun juga di semua negara

terutama negara-negara yang mayorias berpenduduk muslim. Hal ini

karena jumlah jemaah haji di dunia ditetapkan berdasarkan kuota

oleh negara tuan rumah yakni Arab Saudi.3

Dari aspek ibadah, umrah berdimensi asketis sebagai ritual

keagamaan yang terikat dengan tata cara fiqh (syari‟at) yang ketat

karena harus tunduk pada tata cara tertentu (manasik) yang diyakini

memiliki keutamaan dan bertujuan untuk menyucikan jiwa serta

2 Peraturan Menteri Agama (PMA) Nomor 29 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan

Menteri Agama Nomor 14 Tahun 2002 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji Reguler

3. Ktuipan penelitian ombudsman

 

Page 24: EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41486/1/YEYET... · EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI TERHADAP PENYELENGGARA

3

mendekatkan diri kepada Yang Maha Pencipta.4 Dalam Al-Quran

Allah SWT mengundang ummat muslim untuk mengunjungi rumah-

NYA (baitullah), hukumnya wajib sekali seumur hidup bagi yang

mampu.5 Oleh karena itu ibadah umrah harus dilaksanakan secara

sempurna, sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat

196:

سر فإن أحصرتم فما است وا الحج والعمرة لل من الهدي ول تحلقوا وأتم

بلغ الهدي محله فمن كان منكم مرضا أو به أذى من رأسه ى رءوسكم حت

ع بالعمرة إلى ال ام أو صدقة أو نسك فإذا أمنتم فمن تمت ة من ص حج ففد

ام ف الحج وسبعة إذا ام ثلثة أ جد فص سر من الهدي فمن لم فما است

كن أهله حاضري المسجد الحرام لك لمن لم رجعتم تلك عشرة كاملة ذ

واعل قوا للا شدد العقاب وات موا أن للا

Artinya :

Dan sempurnakanlah ibadah haji dan 'umrah karena Allah.

Jika kamu terkepung (terhalang oleh musuh atau karena sakit), maka

(sembelihlah) korban yang mudah didapat, dan jangan kamu

mencukur kepalamu, sebelum korban sampai di tempat

penyembelihannya. Jika ada di antaramu yang sakit atau ada

gangguan di kepalanya (lalu ia bercukur), maka wajiblah atasnya

berfid-yah, yaitu berpuasa atau bersedekah atau berkorban. Apabila

kamu telah (merasa) aman, maka bagi siapa yang ingin mengerjakan

'umrah sebelum haji (di dalam bulan haji), (wajiblah ia menyembelih)

korban yang mudah didapat. Tetapi jika ia tidak menemukan

4. M. Quraish Shihab, Haji dan Umrah, (Tangerang : Lentera Hati, 2012), h. 2017. 5. Ibid., h. 217-218.

 

Page 25: EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41486/1/YEYET... · EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI TERHADAP PENYELENGGARA

4

(binatang korban atau tidak mampu), maka wajib berpuasa tiga hari

dalam masa haji dan tujuh hari (lagi) apabila kamu telah pulang

kembali. Itulah sepuluh (hari) yang sempurna. Demikian itu

(kewajiban membayar fidyah) bagi orang-orang yang keluarganya

tidak berada (di sekitar) Masjidil Haram (orang-orang yang bukan

penduduk kota Mekah). Dan bertakwalah kepada Allah dan

ketahuilah bahwa Allah sangat keras siksaan-Nya. (Qs. Al-Baqarah :

196)

Di era modern seperti saat ini umrah telah menjadi bagian dari

life style (gaya hidup) sehingga penyelenggaraan umrah dapat

disejajarkan dengan perjalanan wisata komersial pada umumnya,

terlebih pelaksaan umrah yang berada di Arab Saudi maka umrah

menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari industri wisata global

lintas negara. Hal ini diperkuat dengan menjamurnya paket-paket

perjalanan umrah yang dikemas dengan perjalanan mengunjungi

tujuan wisata ke negara-negara di luar Arab Saudi yang tidak ada

kaitannya sama sekali dengan ritual ibadah umrah itu sendiri, seperti

ke negara Turki, Mesir dan lain sebagainya. Praktik ini lazim disebut

paket umrah plus. Tentu saja umrah plus memiliki bandrol harga

berbeda dengan paket umrah biasa. Namun demikian ciri khas umrah

tidak dapat dilepaskan begitu saja dari karakternya yang memiliki

warna, makna dan urgensi tersendiri. Tingkat urgensi umrah lebih

tinggi dari wisata pada umumnya membuat bisnis ini lebih kebal

terhadap berbagai gejolak yang menimbulkan sentimen negatif.6

Sehingga bisnis umrah akan selalu tumbuh terlebih di negara

Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam.

6. Haadiy Fatahillah, Umrah Beckpaker, Cara Umrah Seribu Dollar, (Tangerang Selatan :

Ihsan Media, 2015), h. 233.

 

Page 26: EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41486/1/YEYET... · EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI TERHADAP PENYELENGGARA

5

Dalam beberapa tahun belakangan pemberitaan tentang

penyelenggaraan umrah tidak lagi dihiasi dengan kisah indahnya

menjalankan syariat, kekhusyukan beribadah di tanah suci atau

fasilitas dan keramahaan travel penyelenggara, akan tetapi justru

memunculkan fenomena betapa semrawutnya tata niaga umrah,

maraknya penipuan, jemaah yang ditelantarkan oleh penyelenggara

baik di tanah air, negara transit maupun di Arab Saudi, fasilitas

penginapan dan konsumsi alakadarnya, dan perang tarif antara travel

yang sudah sangat tidak sehat. Dalam situasi seperti ini jemaah

adalah pihak yang paling dirugikan. Pengetahuan hak-hak jemaah

umrah saat ini masih sangat minim sehingga mudah sekali menjadi

objek eksploitasi penyelenggara yang hanya mengedepankan

keuntungan semata (profit oriented).

Kementerian Agama (Kemenag) sebagai pengawas dan

regulator sebenarnya sudah melakukan upaya melindungi jemaah

umrah misalnya dengan melakukan moratorium pemberian izin baru

kepada PPIU, menjalin kerjasama penanganan kasus-kasus umrah

dengan Mabes Polri, membentuk satgas penegakan hukum kasus-

kasus umrah, kampanye Gerakan Lima Pasti Umrah. Gerakan ini

dicanangkan Kementerian Agama pada tahun 2015, dimana setiap

jemaah yang ingin berumrah harus memastikan lima hal: pertama,

pastikan siapa biro perjalanan/travel apakah memiliki izin resmi atau

tidak dengan mengecek www.haji.kemenag.go.id. Kedua, pastikan

jadwal penerbangan/maskapainya. Ketiga, pastikan harga dan paket

yang ditawarkan dari harga yang ditentukan. Keempat, pastikan

hotelnya, dan kelima, pastikan visanya.7

7 https://haji.kemenag.go.id/v2/content/menteri-agama-luncurkan-gerakan-nasional-

lima-pasti-umrah, diakses 29 September 2017

 

Page 27: EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41486/1/YEYET... · EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI TERHADAP PENYELENGGARA

6

Selanjutnya Kementerian Agama dapat menggunakan cara-

cara administratif dengan pembekuan maupun mencabut izin

beberapa PPIU. Sanksi tersebut diberikan karena mereka terbukti

merugikan jemaah mulai dari gagal berangkat ke tanah suci, terlantar

di negara transit, masalah pemondokan, tidak ada tiket berangkat,

terlantar di negara transit dan bahkan ada yang sampai tidak dapat

atau tertunda pulang dari Arab Saudi ke tanah air. Intinya pelayanan

PPIU mengecewakan dan tidak sesuai dengan janji dan promosi. Bagi

travel/biro perjalanan wisata yang belum punya izin operasional dari

Kemenag maka bagi jemaah umrah yang dirugikan seharusnya

langsung malaporkan ke Bareskrim Mabes Polri, namun upaya-upaya

tersebut masih belum mendapatkan hasil yang diinginkan.

Penyebabnya bukan hanya dari pihak travel, sebab ternyata masih

banyak masyarakat yang mudah tergiur dengan iming-iming harga

umrah murah tanpa memperhatikan trade record travel/biro

perjalanan wisata dan aspek keselamatan. Apalagi pada umumnya

travel menggaet jemaah dengan memanfaatkan tokoh masyarakat

setempat sebagai endorsment bahkan dijadikan sebagai koordinator.

Oleh karena itu dibutuhkan sosialisasi dan edukasi yang lebih masif

dan berkelanjutan kepada masyarakat yang akan berangkat umrah

lebih cerdas dan kritis dalam memilih penyedia jasa penyelenggara

perjalanan umrah sehingga tidak mudah tertipu.

Di sisi lain, persoalan umrah muncul tidak bisa dilepaskan

dari banyaknya celah dari perundang-undangan yang belum secara

ketat mengatur tentang penyelenggaraan dan tata niaga umrah.

Selama ini aturan penyelenggaraan umrah merujuk pada Undang-

undang Nomor 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji

(UU Haji). Dalam undang-undang tersebut tidak banyak mengatur

 

Page 28: EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41486/1/YEYET... · EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI TERHADAP PENYELENGGARA

7

tentang penyelenggaraan umrah, karena diatur dengan 4 (empat)

pasal yakni pada pasal 43-46, jauh lebih sedikit porsinya dibanding

aturan tentang penyelenggaraan haji khusus atau Dana Abadi Umat

(DAU). Hal ini mengakibatkan sektor umrah mudah dimanfaatkan

dan disusupi penyelenggara yang beriktikad tidak baik.

Minimnya pengaturan tentang umrah dari satu sisi „dapat

dimaklumi‟ mengingat pada saat UU Haji dibentuk animo dan

persoalan umrah tidak seramai dan serumit seperti sekarang,

pembentuk UU (baik pemerintah maupun DPR) lebih fokus pada

masalah-masalah haji sehingga tidak menyiapkan antisipasi akan

adanya persoalan-persoalan umrah setelah UU tersebut diundangkan

sehingga hak dan perlindungan jemaah umrah kurang terakomodasi

dan kurang diperhatikan. Hal ini terjadi juga pada peraturan-

peraturan turunan dari UU tersebut yakni Peraturan Pemerintah

Nomor 79 tahun 2012 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor

13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Peraturan

Menteri Agama (PMA) Nomor 18 tahun 2015 tentang

Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah porsinya lebih banyak

mengatur tentang aturan dan izin bagi PPIU.8

Dengan uraian pada latar belakang masalah diatas, maka

penulis amat tertarik meneliti mengenai kebijakan Kementrian

Agama RI terhadap perlindungan jemaah umrah sehingga penulis

menuangkannya dalam skripsi dengan judul “ Efektivitas Kebijakan

Kementerian Agama RI Terhadap Penyelenggara Perjalanan

Ibadah Umrah (PPIU) dan Perlindungan Jemaah”.

8 Mustolih Siradj, Makalah Penelitian Perlindungan Hukum Terhadap Jemaah

Umrah

 

Page 29: EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41486/1/YEYET... · EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI TERHADAP PENYELENGGARA

8

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Batasan Masalah

Pada penelitian ini penulis membatasi masalah yang akan

dibahas agar materi pembahasan skripsi lebih terarah. Adapun

masalah yang akan dibahas adalah kebijakan dan perlindungan

jemaah umrah.

2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang akan di teliti dalam skripsi ini

dirumuskan dalam rangka menjawab permasalahan tersebut diatas

meliputi tiga hal:

a. Bagaimana efektivitas dan mekanisme perizinan, pengawasan

dan pengendalian Kementrian Agama terhadap PPIU ?

b. Apa kewajiban Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umrah

(PPIU) berdasarkan kebijakan/peraturan ?

c. Apa bentuk perlindungan dan penyelesaian kasus bagi jemaah

umrah?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Dengan mengacu pada latar belakang dan perumusan masalah

yang sudah disebutkan sebelumnya, maka tujuan penelitian ini

adalah:

a. Untuk mengetahui mekanisme perizinan, pengawasan dan

pengendalian Kementrian Agama terhadap PPIU.

b. Untuk mengetahui kewajiban Penyelenggara Perjalanan

Ibadah Umrah berdasarkan kebijakan/peraturan yang berlaku.

c. Untuk mengetahui bentuk perlindungan dan penyelesaian

kasus bagi jemaah umrah.

 

Page 30: EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41486/1/YEYET... · EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI TERHADAP PENYELENGGARA

9

2. Manfaat Penelitian

a. Akademis

Secara akademis penelitian ini diharapkan dapat

memberikan kajian yang menarik dan menambah khazanah

keilmuan bagi para pembaca khususnya Mahasiswa Jurusan

Manajemen Dakwah, Konsentrasi Manajemen Haji dan

Umrah mengenai perlindungan hukum terhadap jama‟ah

umraSh yang nantinya dapat menjadi tambahan referensi atau

perbandingan pengetahuan ke depannya.

b. Praktisi

Diharapkan dapat menambah pengetahuan baru bagi

para praktisi yang berkecimpung dalam bidang hukum dan

penyelenggara perjalanan ibadah umrah.

c. Masyarakat

Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat

menambah wawasan bagi masyarakat terkait perlindungan

terhadap jemaah umrah, dan apabila masyarakat (Jemaah)

menemukan penyimpangan pada penyelenggara perjalanan

ibadah umrah dalam hal ini adalah PPIU, maka masyarakat

dapat mengetahui bahwa ada payung hukum yang

menangani hal tersebut dan masyarakat dapat mengerti apa

saja yang harus dilakukan ketika mendapati permasalahan-

permasalahan terhadap jemaah umrah.

D. Metodologi Penelitian

1. Metode Penelitian

Metode yang digunakan penulis dalam hal ini adalah metode

kualitatif, dimana menurut Prof. Dr. Sugiyono, penelitian

kualitatif adalah pengumpulan data yang di padu oleh fakta-fakta

 

Page 31: EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41486/1/YEYET... · EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI TERHADAP PENYELENGGARA

10

yang ditemukan pada saat penelitian di lapangan,9 sedangkan

menurut Bogdan dan Taylor yang di kutip oleh Loxy Moleong

yang mendefinisikan metode kualitatif sebagai prosedur

penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata

tertulis dan lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat di

amati.10

Penulis menggunakan pendekatan kualitatif karena penelitian

ini di harapkan dapat menghasilkan data yang akurat dan lengkap.

Ditinjau dari sifat penyajian datanya, penulis menggunakan

metode deskripsi yang mana metode deskripsi merupakan

penelitian yang tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak

menguji hipotesis, atau produksi.11

2. Subjek dan Objek Penelitian

a. Subjek penelitian

Subjek penelitian ini adalah Kemeterian Agama RI

(Direktorat Penyelenggaraan Haji dan Umrah).

b. Objek penelitian

Objek Penelitian ini adalah Penyelenggara Perjalanan Ibadah

Umrah (PPIU) dan Jemaah Umrah

3. Waktu dan Tempat Penelitian

Dalam penelitian ini penulis membatasi waktu penelitian pada

bulan Januari-Maret 2018. Dalam penelitian ini penulis

melakukan penelitian di Ditjen PHU Kementrian Agama RI.

9 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung, Alfabet, 2010), h.3

10 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2009), h.4.

11 Jalaludin Rahmat, Metode Penelitian Komunikasi Dilengkapi Contoh Analisis

Statistik (Bandung: PT. Rosdakarya, 2002), h. 24

 

Page 32: EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41486/1/YEYET... · EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI TERHADAP PENYELENGGARA

11

4. Sumber Data

Sumber data merupakan sesuatu hal yang sangat penting

untuk digunakan dalam penelitian guna menjelaskan valid atau

tidaknya suatu penelitian tersebut. Dalam hal ini penulis

menggunakan:

a. Data Primer

Data Primer merupakan data yang didapat dari sumber

pertama, dari individu seperti hasil wawancara atau hasil

pengisian kuisioner yang dilakukan peneliti, yakni peneliti

melakukan sendiri observasi dilapangan maupun di

laboratorium.12

pelaksanaannya dapat berupa survei dengan

mewawancarai ketua Komnas haji.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang tersusun dalam bentuk

dokumen-dokumen maupun informasi, dalam penelitian ini

adalah undang-undang, buku-buku, jurnal, makalah, website

dan sumber informasi lainnya yang memiliki relevansi

dengan masalah penelitian sebagai penunjang penelitian.

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang penlis lakukan adalah

menggunakan teknik pengumpulan data kualitatif, yaitu berupa

pengumpulan data dalam bentuk kata-kata dan pernyataan. Dalam

pelaksanaannya melalui:

12

Dergibson Siagian dan Sugiarto, Metode Statistik untuk Bisnis dan Ekonomi,

(Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2000), h. 16

 

Page 33: EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41486/1/YEYET... · EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI TERHADAP PENYELENGGARA

12

a. Observasi

Observasi adalah pengamatan dan pencatatan yang

sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti.13

Teknik

observasi pada awalnya dipergunakan dalam penelitian

etnografi, yakni merupakan studi tentang kebudayaan suatu

bangsa dan tujuannnya adalah untuk memahami suatu cara

hidup dari pandangan orang-orang yang terlibat

didalamnya.14

b. Wawancara

Wawancara atau interview adalah percakapan atau

tanya jawab antara dua orang atau lebih untuk

mendapatkan sebuah informasi. Dalam penelitian ini

penulis menggunakan wawancara tidak terstruktur, yakni

wawancara yang tidak tertuju pada satu pedoman

wawancara atau wawancara yang dilakukan bebas dimana

penulis hanya menggunakan garis-garis besar

permasalahan yang akan ditanyakan.15

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah pengambilan data yang diperoleh

melalui dokumen-dokumen seperti berupa data-data,

arsip-arsip dan gambar-gambar ataupun bentuk lainnya.

Dimana dalam kaidah metodologi penelitian, sumber data

13

Husaini Usman dan Purnomo Akbar Setiady, Metodologi Penelitian Sosial,

(Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2003), h. 53.

14 Rosady Ruslan, Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi, (Jakarta:

PT. Raja Grafindo Persada, 2003), h. 33.

15 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung:

ALFABETA, 2008), h. 140

 

Page 34: EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41486/1/YEYET... · EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI TERHADAP PENYELENGGARA

13

dibagi menjadi dua menurut cara perolehannya yakni data

primer (primary data) yang merupakan data yang

diperoleh secara langsung dari objek penelitian

perorangan, kelompok atau organisasi dan data sekunder

(secondary data) yakni data yang diperoleh dalam bentuk

yang sudah jadi atau tesedia melalui publikasi dan

informasi yang dikeluarkan di berbagai organisasi atau

perusahaan, termasuk majalah jurnal. Website dan

sebagainya.16

6. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data adalah suatu proses mengorganisasikan

dan mengurutkan ke dalam pola, kategori dan suatu uraian dasar

kemudian di analisa agar mendapatkan hasil berdasarkan yang

ada. Hal ini disesuaikan dengan metode yang digunakan dalam

penelitian ini adalah analisis deskriptif.17

Secara garis besar langkah-langkah menganalisis data adalah

sebagai berikut:

a. Redaksi data, merupakan bentuk analisis yang relevan,

membuang yang tidak perlu dan mengorganisasi data

dengan cara sedemikian rupa hngga kesimpulan-

kesimpulannya dapat ditarik dan diverifikasi.

16

Rosady Ruslan, Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi, (Jakarta :

PT. Gramedia Pusaka Utama), 2003, h.29-30.

17 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta:

Bulan Bintang, 2003), Cet ke-9, h. 11.

 

Page 35: EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41486/1/YEYET... · EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI TERHADAP PENYELENGGARA

14

b. Penyajian data, setelah data mengenai manajemen

diperoleh maka data tersebut disajikan dalam bentuk

narasi, gambar, visual, bagan, matriks, tabel bahkan

dengan uraian pun sehingga tujuan dari penelitian dapat

terjawab.

c. Penyimpulan data yang tersaji pada analisa antar kasus

khususnya yang berisi jawaban atas tujuan penelitian

diuraikan secara singkat, sehingga dapat mengambil

kesimpulan mengenai Perlindungan Hukum terhadap

Jama‟ah Umrah.

7. Pedoman Penulisan Skripsi

Dalam penulisan ini, penulis berpedoman dan mengacu

kepada buku “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis

dan Disertasi)” yang diterbitkan oleh Center for Quality

Development and Assurance (CeQDA) UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, Januari 2007.

E. Tinjauan Pustaka

Pada penelitian ini, peneliti melakukan tinjauan pustaka

dengan tujuan untuk meyakinkan bahwa penulisan skripsi ini bukan

merupakan hasil plagiat dari skripsi sebelumnya.

Berikut ini judul skripsi yang dijadikan tinjauan pustaka:

1. Roudotul Jannah, “Sistem Pengawasan Pelayanan

Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umrah (PPIU) Pada

Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah

Kementerian Agama Republik Indonesia” Mahasiswi

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Ilmu Dakwah

dan Ilmu Komunikasi Jurusan Manajemen Dakwah

 

Page 36: EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41486/1/YEYET... · EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI TERHADAP PENYELENGGARA

15

Konsentrasi Manajemen Haji dan Umrah dengan NIM

1112053100013 pada tahun 2016.

2. Kicky Mayantie, “Manajemen Pengawasan Asosiasi

Penyelenggara Haji Umrah dan In Bound Indonesia

(ASPHURINDO) terhadap Travel-travel Penyelenggara

Haji dan Umrah” Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

Jurusan Manajemen Dakwah Konsentrasi Manajemen

Haji dan Umrah dengan NIM 1111053100010 pada

tahun 2016.

Dari tinjauan pustaka yang tertulis diatas, telah jelas bahwa

penulis tidak melakukan penelitian yang sama terhadap apa yang

sudah diteliti karena Saudari Roudotul Jannah objek penelitiannya

dilakukan pada masalah Sistem Pengawasan Pelayanan

Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umrah (PPIU) Pada Ditjen PHU

Kemenag RI sedangkan saudari Kicky Mayantie pada masalah

Manajemen Pengawasan Asosiasi Penyelenggara Haji Umrah dan In

Bound Indonesia (ASPHURINDO) terhadap Travel-travel

Penyelenggara Haji dan Umrah.

F. Sistematika Penulisan

BAB I Pendahuluan, berisi tentang latar belakang,

pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,

metodologi penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan.

BAB II Landasan Teori, berisi tentang tinjauan teori yang

membahas efektifitas kebijakan, Kementrian Agama RI dan

perlindungan jemaah umrah.

 

Page 37: EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41486/1/YEYET... · EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI TERHADAP PENYELENGGARA

16

BAB III Gambaran Umum Ditjen PHU Kementrian

Agama RI, berisi tentang Profil Ditjen PHU, Visi dan Misi, Struktur

Organisasi dan Program Kerja.

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, membahas

mengenai mekanisme perizinan PPIU, pengawasan dan pengendalian

PPIU, kewajiban PPIU terhadap jemaah umrah, serta bentuk

perlindungan dan penyelesaian kasus jemaah umrah.

BAB V Penutup, Pada bab ini menguraikan kesimpulan dan

saran perbaikan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis.

 

Page 38: EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41486/1/YEYET... · EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI TERHADAP PENYELENGGARA

17

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Efektivitas Kebijakan Kementrian Agama RI

1. Efektivitas

a. Pengertian Efektivitas

Efektivitas dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)

berasal dari kata efektif yang diartikan dengan ada efeknya

(ada akibatnya, pengaruh, ada kesannya), manjur atau

mujarab, dapat membawa hasil, berhasil guna (usaha,

tindakan).18

Jika dirunut dari segi bahasa, kata „efektivitas‟

berasal dari Bahasa Inggris ‘effective’ yang berarti berhasil,

mujarab, berlaku atau mengesankan.19

Sedangkan jika ditinjau dari segi istilah, banyak pendapat

dari para ahli yang mencoba mengemukakan mengenai

pengertian dari efektifitas sendiri. Beberapa diantaranya:

1) Sarmon dalam Tony Bush dan Marianne Coleman

menyatakan bahwa “efektifitas dilakukan untuk

menemukan bukti yang kuat agar dapat menyelesaikan

masalah dan memberikan gambaran yang akurat tentang

banyak faktor dalam sekolah yang berkaitan dengan

murid”.20

18

Departemen Pendidikan & Kebudayaan, Kamus besar bahasa indonesia (Jakarta:

Balai Pustaka, 1996) cet. Ke-1, h. 284

19 Jhon M. Echols & Hasan Shadily, An-English-IndonesiaDictionary, (Jakarta: PT.

Gramedia Utama, 1996), cet. Ke-23, h. 207

20 Tony Bush & Marianne Coleman, Manajemen Strategi Kepemimpinan

Pendidikan, (Yogyakarta: IRCiSoD, 2008), h. 162

 

Page 39: EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41486/1/YEYET... · EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI TERHADAP PENYELENGGARA

18

2) Petter Drucker dalam James A.F. Stoner & Alfonsius

Sirait menyatakan bahwa “efektifitas berarti melakukan

pekerjaan yang benar”.21

3) James A. F Stoner menyatakan bahwa “Efektifitas

adalah kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat.”22

Efektivitas berasal dari kata efektif dan efek. Berhubungan

dengan efek, Jalaludin Rahmat menuliskan dalam bukunya

Psikologi Komunikasi bahwa efek dari sebuah pesan

meliputi beberapa aspek, yaitu:

1) Efek Kognitif, terjadi apabila ada perubahan pada yang

dipahami atau dipersepsi khalayak. Efek ini berkaitan

dengan transmisi pengetahuan, keterampilan,

kepercayaan, atau informasi.

2) Efek Efektif, timbul apabila ada perubahan pada apa

yang dirasakan, disenangi, atau dibenci khalayak. Efek

ini berhubungan dengan emosi, sikap, atau nilai.

3) Efek Behavioral, merujuk pada perilaku nyata yang

dapat diamati; yang meliputi pola-pola tindakan,

kegiatan, atau kebiasaan berperilaku.23

Selain itu Efektifitas juga berkaitan dengan bagaimana

suatu organisasi atau lembaga berhasil mendapatkan dan

21

James A.F. Stoner & Alfonsius Sirait, Manajemen, (Jakarta, Penerbit Erlangga,

1994) cet. Ke-5, h.14

22 Ibid

23 Jalaludin Rahmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya,

2004), h. 219

 

Page 40: EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41486/1/YEYET... · EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI TERHADAP PENYELENGGARA

19

memanfaatkan sumber daya dalam usaha mewujudkan

tujuan operasional.24

Jadi, apabila dilihat dari beberapa pengertian yang

dikemukakan oleh para ahli di atas maka dapat

disimpulkan bahwa efektifitas adalah melakukan pekerjaan

yang benar untuk menemukan bukti yang kuat agar dapat

menyelesaikan masalah dan memberikan gambaran yang

akurat.

b. Pengukuran Efektivitas

FX. Suwarto berpendapat untuk mengukur sejauh

mana tingkat keefektifan, terdapat tiga pendekatan dalam hal

pengukuran keefektifan, yaitu:

1) Pendekatan Tujuan, adalah yang menekankan pada

pentingnya pencapaian tujuan sebagai kriteria

penilaian keefektifan.

2) Pendekatan Teori Sistem, yaitu pendekatan yang

menekankan pentingnya adaptasi tuntutan ekstern

saling tergantung.

3) Pendekatan Teori Multipel Konstituensi Organisasi,

dapat dikatakan efektif bila dapat terpenuhi tuntutan

dari konstitusi yang terdapat dalam lingkungan

organisasi, yaitu konstituensi yang terdapat dalam

24

Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, (Bandung PT. Remaja

Rosda Karya 2014), Cet ke 18, h. 82

 

Page 41: EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41486/1/YEYET... · EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI TERHADAP PENYELENGGARA

20

lingkungan organisasi, yaitu konstituensi yang

menjadi pendukung kelanjutan organisasi tersebut.25

Di sisi lain, Yodhia Antariksa berpendapat bahwa

efektifitas dapat diukur berdasarkan empat aspek, yaitu :

1) Reaction, evaluasi reaksi peserta pelatihan

terhadap program yang di berikan. Apakah mereka

menyukai program ini?, apakah mereka merasa

program ini bermanfaat?.

2) Learning, menguji peserta pelatihan untuk

menentukan apakah mereka telah mempelajari

prinsip, keterampilan, dan pengetahuan yang telah

mereka pelajari.

3) Behaviour Application, menanyakan apakah

perilaku peserta pelatihan berubah karena program

pelatihan.

4) Bussines Impact, apakah dampak pelatihan

terhadap kinerja bisnis ini?, apakah terjadi

penurunan jumlah keluhan?.26

Pengukuran efektivitas dalam Skripsi ini penulis

menggunakan pendekatan teori yang dikemukakan oleh FX.

Suwarto melalui pendekatan tujuan, pendekatan teori sistem, dan

pendekatan teori multipel konstituensi organisasi.

25

FX. Suwarto, Perilaku Organisasi, (Yogyakarta: Universitas Atma Jaya

Yogyakarta, 1999) , h. 5-8

26 Yodhia Antariksa, Mengukur Efektifitas Trainning, artikel diakses tanggal 12

Desember 2017, dari www.slideshare.net.

 

Page 42: EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41486/1/YEYET... · EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI TERHADAP PENYELENGGARA

21

2. Kebijakan

a. Pengertian Kebijakan

Kebijakan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)

adalah rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis besar

dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan dalam

mencapai tujuan atau sasaran. Secara etimologis, menurut

Dunn menjelaskan bahwa istilah kebijakan (Policy) berasal

dari bahasa Yunani, Sansakerta dan Latin. Dalam bahasa

Yunani dan kebijakan disebut dengan polis yang berarti

“negara-kota” dan sansakerta disebut dengan pur yang

berarti “kota” serta dalam bahasa Latin disebut dengan

politia yang berarti negara.27

Beberapa ilmuan menjelaskan berbagai macam mengenai

kebijakan diantaranya, Carl Friedrich dalam Indiahono

menyatakan bahwa kebijakan merupakan suatu arah tindakan

yang diusulkan oleh seseorang, kelompok atau pemerintah

dalam suatu lingkungan tertentu yang memberikan

hambatan-hambatan dan kesempatan-kesempatan terhadapa

kebijakan ang diusulkan untuk menggunakan dan mengatasi

dalam rangka mencapai suatu tujuan, atau merealisasikan

suatu sasaran atau suatu maksud tertentu.28

Sementara itu

Jones mendefinisikan kebijakan yaitu perilaku yang tetap

dan berulang dalam hubungan dan usaha yang ada didalam

dan melalui pemerintah untuk memecahkan masalah uum.

27

William N Dunn, Pengantar Analisis Kebijaan Publik, (Yogyakarta, Gadjah

Mada University Press, 2000), h. 51-52

28 Dwiyanto Indiahono, Kebijakan Publik Berbasis Dynamic Policy Analisys,

(Yogyakarta Gava Media, 2009), h. 18

 

Page 43: EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41486/1/YEYET... · EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI TERHADAP PENYELENGGARA

22

Definisi ini memberi makna bahwa kebijakan itu bersifat

dinamis. Ini akan dibicarakan secara khusus dalam bagian

lain, dalam hubungan dengan sifat dari kebijakan.29

Menurut Abidin Kebijakan secara umum di bedakan menjadi

3 (tiga) tingkatan:

1) Kebijakan Umum, yaitu kebijakan yang mejadi

pedoman atau petunjuk pelaksanaan baik yang

bersifat positif ataupun yang bersifat negatif yang

meliputi keseluruhan wilayah atau instansi yang

bersangkutan.

2) Kebijakan Pelaksanaan, adalah kebijakan yang

menjabarkan kebijakan umum. Untuk tingkat pusat,

peraturan pemerintah tentang pelaksanaan suatu

undang-undang.

3) Kebijakan teknis, yaitu kebijakan operasional yang

berada dibawah kebijakan pelaksanaan.30

Kebijakan menurut James E. Anderson, yaitu

serangkaian tindakan yang mempunyai tujuan tertentu

yang diikuti dan dilaksanakan oleh seorang pelaku atau

kelompok pelaku guna memecahkan suatu masalah

tertentu.31

Menurut Suharno kebijakan akan di

sepadankan dengan kata policy. Istilah ini berbeda

29

Said Zainal Abidin, Kebijakan Publik, (Jakarta: Penerbit Pancur Siwah, 2004),

h. 25

30 Ibid 30-31

31 Islamy, Prinsip-prinsip Perumusan Kebijakan Negara, ( Jakarta: Bumi Aksara,

1997), h. 67

 

Page 44: EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41486/1/YEYET... · EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI TERHADAP PENYELENGGARA

23

maknanya dengan kata kebjaksanaan (wisdom) maupun

kebijakan (Virtues). Demikian Budi Winarno dan

Solichin A. Wahab sepakat bahwa istilah kebijakan

penggunaannya sering diperuntukan dengan istilah-istilah

lain seperti tujuan (goal) program, keputusan, undang-

undang, ketentuan-ketentuan, standar, proposal dan

grand design. 32

Kebijakan atau policy berkaitan dengan perencanaan,

pengambilan dan perumusan keputusan, implementasi

keputusan, dan evaluasi terhadap dampak dari

implementasi keputusan tersebut terhadap orang-orang

yang menjadi sasaran kebijakan (kelompok target) .

Kebijakan merupakan sebuah alat atau instrumen untuk

mengatur masyarakat dari atas kebawah.

Menurut Heinz Eulau dan Kenneth Prewith, kebijakan

adalah keputusan tetap yang dicirikan konsistensi dan

pengulangan tingkah laku dari mereka yang mematuhi

keputusan-keputusan. Dengan cara memberi reward dan

sanctions. Secara sentralistik, kebijakan adalah instrumen

teknis, rasional, dan action-oriented untuk

menyelesaikan masalah. Kebijakan sengaja di susun dan

di rancang untuk membuat prilaku orang banyak yang

dituju (kelompok target) menjadi terpola sesuai dengan

32

Edi Suharto, Analisis Kebijakan Publik. Panduan Praktis Mengkaji Masalah dan

Kebijakan Sosial, (Bandung: Alfabeta, 2008), h. 11.

 

Page 45: EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41486/1/YEYET... · EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI TERHADAP PENYELENGGARA

24

bunyi dan rumusan kebijakan tersebut.33

Dewasa ini

istilah kebijakan lebih sering dan secara luas

dipergunakan dalam kaitannya dengan tindakan-tindakan

pemerintah, serta prilaku negara pada umumnya.34

Dari beberapa penjelasan terkait pensgertian

kebijakan diatas maka dapat disimpulkan bahwa

kebijakan merupakan upaya atau tindakan untuk

mempengaruhi sistem pencapaian tujuan yang diinginkan

dan yang telah direncanakan.

b. Konsep Kebijakan

Menurut Aderson dan Winarno konsep kebijakan memiliki

beberapa implikasi, yakni:

1) Titik perhatian dalam kebijakan publik berorientasi

pada maksud atau tujuan dan bukan pada prilaku

yang serampangan. Kebijakan publik secara luas

dalam sistem politik modern bukan suatu yang terjadi

begitu saja melainkan direncanakan oleh aktor yang

terlibat dalam sistem politik.

2) Kebijakan merupakan arah atau pola tindakan yang

dilakukan oleh pejabat-pejabat pemerintah dan bukan

merupakan keputusan-keputusan tersendiri. Suatu

kebijakan mencakup tidak hanya keputusan untuk

menetapkan undang-undang mengenai suatu hal

33

Amri Marzali, Antropologi dan Kebijakan Publik, ( Jakarta: Kencana Prenada

Media Group 2012), hal. 20

34 Charles O. Jones, Pengantar Kebijakan Publik, (Jakarta: Rajawali Press), hal 166

 

Page 46: EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41486/1/YEYET... · EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI TERHADAP PENYELENGGARA

25

tetapi juga keputusan-keputusan beserta

pelaksananya.

3) Kebijakan adalah apa yang sebenernya dilakukan

oleh pemerintah dalam mengatur perdagangan,

mengendalikan inflasi, atau mempromosikan

perumahan rakyat dan bukan apa yang diinginkan

pemerintah.

4) Kebijakan publik mungkin dalam bentuknya bersifat

positif atau negatif. Secara positif, kebijakan

mungkin mencakup bentuk tindakan pemerintah yang

jelas untuk mempengaruhi suatu masalah tertent.

Secara negatif, mungkin kebijakan mencakup suatu

keputusan oleh pejabat-pejabat pemerintah, tetapi

tidak untuk mengambil tindakan dan tidak untuk

melakukan sesuatu mengenai suatu persoalan yang

memerlukan keterlibatan pemerintah.

5) Kebijakan publik memiliki paksaan yang secara

potensial sah dilakukan. Hal ini berarti bahwa

kebijakan publik menuntut ketaatan yang luas dari

masyarakat. Sifat yang terakhir inilah yang

membedakan kebijakan publik dengan kebijakan

lainnya.

Secara umum kebijakan merupakan aturan tertulis yang

merupakan keputusan formal organisasi yang bersifat

mengikat anggota yang terkait dengan organisasi tersebut,

yang dapat mengatur perilaku dengan tujuan menciptakan tata

nilai baru dalam masyarakat. Berbeda dengan hukum dan

peraturan, kebijakan hanya menjadi sebuah pedoman tindakan

 

Page 47: EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41486/1/YEYET... · EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI TERHADAP PENYELENGGARA

26

dan tidak memaksa seperti hukum. Meskipun kebijakan

mengatur apa yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan

namun kebijakan hanya bersifat adaptif dan interpretatif.

Kebijakan pada umumnya bersifat problem solving serta

diharapkan bersifat umumtetapi tanpa menghilangkan ciri

lokal suatu organisasi atau lemaga, dengan kata lain kebijakan

harus memberi peluang di interpretasikan sesuai dengan

kondisi yang ada.35

Dari penjelasan tersebut diatas dapat dikemukakan bahwa

bahwa efektivitas kebijakan adalah melakukan pekerjaan yang

benar dalam suatu upaya atau tindakan untuk mempengaruhi

sistem pencapaian tujuan yang diinginkan dan yang telah

direncanakan.

3. Kementerian Agama RI

Kementerian Agama Republik Indonesia (disingkat Kemenag

RI, dahulu Departemen Agama Republik Indonesia, disingkat

Depag RI) adalah kementerian dalam Pemerintah Indonesia yang

membidangi urusan agama. Kementerian Agama dipimpin oleh

seorang Menteri Agama (Menag). Dibawah Menteri Agama

terdapat beberapa pejabat eselon I yang membantu tugas-tugas

Menteri sesuai bidangnya masing-masing diantaranya pejabat

eselon I tersebut adalah Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah

yang bertanggung jawab secara tekhnis tentang perencanaan

kebijakan dan pelaksanaan penyelenggaraan haji dan umrah baik

35

Budi Winarno, Kebijakan Publik:Teori dan Proses, (Yogyakarta: Media

Pressindo, 2007), h. 20-21

 

Page 48: EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41486/1/YEYET... · EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI TERHADAP PENYELENGGARA

27

di Tanah air maupun di Arab Saudi berdasarkan Peraturan

Pemerintah (PP) dan Peraturan Menteri Agama (PMA).36

B. Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umrah (PPIU)

1. Profil PPIU

Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umrah yang disingkat PPIU

adalah biro perjalanan wisata yang telah mendapat izin dari

Menteri untuk menyelenggarakan perjalanan ibadah umrah. PPIU

dalam penyelenggaraannya dilaksanakan berdasarkan asas

keadilan, profesionalitas, transparansi, dan akuntabilitas. PPIU

bertujuan untuk memberikan pembinaan, pelayanan, dan

perlindungan yang sebaik-baiknya kepada jemaah sehingga

jemaah dapat menunaikan ibadahnya sesuai dengan ketentuan

syariat islam.37

2. Tugas Pokok PPIU

Dalam Undang-undang No. 13 Tahun 2008, PPIU wajib

memenuhi ketentuan sebagai berikut:

a. Menyediakan pembimbing dan petugas kesehatan;

Memberangkatkan dan memulangkan jemaah sesuai dengan

masa berlaku visa umrah di Arab Saudi;

b. Memberikan pelayanan sesuai perjanjian tertulis antara

penyelenggara dan jemaah;

c. Melapor kepada Perwakilan Republik Indonesia di Arab Saudi

(Kepala Kantor Misi Haji Indonesia) di Arab Saudi pada saat

datang dan pada saat akan kembali ke Indonesia.

36

PMA No 10 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Agama

37 Pasal 1-3 Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No. 18 Tahun 2015

Tentang Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umrah

 

Page 49: EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41486/1/YEYET... · EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI TERHADAP PENYELENGGARA

28

d. Melaporkan keberangkatan jemaah umrah meliputi, rencana

perjalanan umrah, pemberangkatan dan pemulangan kepada

Dirjen PHU.

3. Kewajiban PPIU

Dalam Peraturan Menteri Agama Nomor 18 Tahun 2015 Pasal

10 disebutkan bahwa PPIU wajib memberikan pelayanan :

a. Bimbingan ibadah umrah, sebelum keberangkatan, selama

di perjalanan dan selama di Arab Saudi serta di berikan

materi bimbingan manasik dan perjalanan umrah.

b. Transportasi, dari dan ke Arab Saudi dan selama di Arab

Saudi, palin banyak 1 (satu) kali transit dengan

menggunakan maskapai penerbangan yang sama dan

memiliki izin mendarat di Indonesia dan di Arab Saudi.

Transportasi darat selama di Arab Saudi wajib memililki

tasreh atau izin dengan memperhatikan aspek

kenyamanan, keselamatan, dan keamanan.

c. Akomodasi dan Konsumsi, dengan menempatkan jemaah

umrah di hotel minimal bintang 3 (tiga) atau penginapan

yang layak. Sedangkan konsumsi diberikan oleh PPIU

sebelum berangkat, dalam perjalanan, dan selama di Arab

Saudi dan harus sesuai standar menu, higienitas dan sehat.

d. Pelayanan kesehatan, yang meliputi penyediaan petugas

kesehatan, penyediaan obat-obatan dan pengurusan bagi

jemaah umrah yang sakit selama di perjalanan dan Arab

Saudi. Pada pelayanan kesehatan ini jemaah wajib

melakukan vaksin meningitis yang menjadi tanggung

jawab jemaah secara individu akan tetapi PPIU dapat

 

Page 50: EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41486/1/YEYET... · EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI TERHADAP PENYELENGGARA

29

memfasilitasinya dengan mengacu kepada ketentuan

peraturan perundang-undangan.

e. Perlindungan jemaah dan petugas, menjadi tanggung

jawab PPIU dengan memberikan asuransi jiwa, kesehatan

dan kecelakaan.

f. Administrasi dan dokumen, dalam bentuk pengurusan

dokumen perjalanan umrah dan visa bagi jemaah dan

pengurusan dokumen jemaah sakit, meninggal, dan

hilang.

C. Perlindungan Jemaah

1. Perlindungan

Perlindungan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah

tempat berlindung, hal (perbuatan dan sebagainya)

memperlindungi.38

Dalam konsep hukum menurut Satijipto

Rahardjo perlindungan adalah memberikan pengayoman kepada

hak asasi manusia yang dirugikan orang lain dan perlindungan

tersebut diberikan kepada masyarakat agar mereka dapat

menikmati semua hak-hak yang diberikan oleh hukum.39

Dengan

kata lain dapat disimpulkan bahwa perlindungan dalam hal ini

dapat diartikan juga sebagai upaya hukum yang harus diberikan

oleh aparat penegak hukum untuk memberikan rasa aman, baik

secara pikiran maupun fisik untuk masyarakat dari gangguan dan

ancaman dari pihak manapun.

38

https://kbbsi.web.id/perlindungan, diakses 6 Oktober 2017, pukul 19.00 WIB

39 Satijipto Rahardjo, Ilmu Hukum, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000, h. 55

 

Page 51: EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41486/1/YEYET... · EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI TERHADAP PENYELENGGARA

30

2. Jemaah

Jemaah adalah kata yang berasal dari bahasa Arab yang

artinya “kompak” atau “bersama-sama”, ungkapan shalat

berjama‟ah berarti shalat yang dikerjakan secara bersama-sama

dibawah pimpinan seorang imam. Jemaah juga berarti

sekelompok manusia yang terikat oleh sikap, pendirian,

keyakinan, dan tugas serta tujuan yang sama. Islam menganjurkan

ummat islam menggalang kekompakan dan kebersamaan, yaitu

suatu masyarakat yang terdiri dari pribadi-pribadi muslim, yang

berpegang pada norma-norma islam, menegakan prinsip

“ta‟awun” (tolong-menolong) dan (kerja sama) untuk tegaknya

kekuatan bersama demi tercapainya tujuan yang sama.40

Jemaah yang dimaksud dalam skripsi ini adalah Jemaah Umrah,

adapun Jemaah Umrah adalah setiap orang yang beragama Islam

dan telah mendaftarkan diri untuk menunaikan Ibadah Umrah

sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.41

Dari penjelasan yang telah disebutkan di atas penulis dapat

menyimpulkan bahwa perlindungan Jemaah Umrah adalah

perbuatan memberikan pengayoman kepada sekelompok orang

yang dirugikan orang lain baik secara pikiran maupun fisik untuk

memperoleh dan menikmati hak-haknya selama dalam

perjalanan, selama di Arab Saudi dan ketika kembali ke Tanah

Air.

40

Harun Nasution, Ensiklopedi Islam Indonesia, (Jakarta, Djembatan, 1992),

hlm.486-487

41 Pasal 1 ayat 4 PMA No 18 tahun 2015, Tentang Penyelenggaraan Perjalanan

Ibadah Umrah

 

Page 52: EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41486/1/YEYET... · EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI TERHADAP PENYELENGGARA

31

BAB III

GAMBARAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL

PENYELENGGARAAN HAJI DAN UMRAH (DITJEN PHU)

KEMENTRIAN AGAMA RI

A. Sejarah Penyelenggaraan Haji

1. Penyelenggaraan Haji Pasca-Kemerdekaan

Pada tanggal 21 Januari 1950, Badan Kongres Muslimin

Indonesia (BKMI) mendirikan sebuah yayasan yang secara

khusus menangani kegiatan penyelenggaraan haji, yaitu Panitia

Perbaikan Perjalanan Haji Indonesia (PPPHI) yang kemudian

kedudukannya diperkuat dengan dikeluarkannya Surat

Kementrian Agama Republik Indonesia Serikat (RIS) Nomor

3170 tanggal 6 Pebruari 1950, disusul dengan surat edaran

Menteri Agama RIS Nomor A.III/I/648 tanggal 9 Februari

1950 yang menunjuk PPPHI sebagai satu-satunya wadah yang

sah disamping Pemerintah untuk dan menyelenggarakan haji

Indonesia. Sejak saat itulah penyelenggaraan haji ditangani olh

Pemerintah, dalam hal ini Kementrian Agama, dibantu oleh

instansi lain seperti Pamongpraja.42

Tahun ini merupakan

tahun pertama rombongan haji Indonesia yang diikuti dan

dipimpin oleh Majelis Pimpinan Haji bersama dengan

Rombongan Kesehatan Indonesia (RKI).

Dengan dibentuknya Kementrian Agama sebagai salah satu

unsur kabinet Pemerintah setelah masa kemerdekaan, maka

seluruh beban PIH ditanggung Pemerintah dan segala

42

Zakaria Anshar, Profil Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah,

(jakarta: Direktorat Penyelenggaraan Haji dan Umrah, 2008), hal. 5

 

Page 53: EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41486/1/YEYET... · EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI TERHADAP PENYELENGGARA

32

kebijakan tentang pelaksanaan ibadah haji semakin terkendali

dengan semakin membaiknya tatanan kenegaraan Indoesia,

pada tahun 1964 pemerintah mengambil alih kewenangan

dalam PIH dengan msembubarkan PPPHI yang kemudian

diserahkan kepada Dirjen Urusan Haji (DUHA) dibawah

koordinasi Menteri Urusan Haji.43

2. Penyelenggaraan Haji Masa Orde Baru

Tugas awal penguasa Orde Baru sebagai pucuk pimpinan

negara pada tahun 1966 adalah membenahi sistem kenegaraan.

Pembenahan sistem pemerintahan tersebut berpengaruh pula

terhadap PIH dengan dibentuknya Departemen Agama yang

merubah struktur dan tata kerja organisasi Menteri Urusan Haji

dan mengalihkan tugas PIH di bawah wewenang Dirjen

Urusan Haji, termasuk penetapan biaya, sistem manajemen dan

bentuk organisasi yang kemudian ditetapkan dalam keputusan

Dirjen Urusan Haji Nomor 105 tahun 1967, penetapan

besarnya biaya haji ditentukan oleh Menteri Agama.44

Pada Tahun 1968, keputusan tentang besarnya biaya haji

kembali ditetapkan oleh Dirjen Urusan Haji dengan keputusan

Nomor 111 tahun 1968. Dalam perjalanan selanjutnya,

pemerintah bertanggung jawab secara penuh dalam PIH mulai

dari penentuan biaya haji, pelaksanaan ibadah haji serta

hubungan antara dua negara yang mulai di laksanakan pada

tahun 1970. Pada tahun tersebut biaya perjalanan haji

ditetapkan oleh presiden melalui keputusan presiden Nomor 11

43

Ibid

44 Ibid

 

Page 54: EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41486/1/YEYET... · EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI TERHADAP PENYELENGGARA

33

tahun 1970. Dalam tahun-tahun berikutnya PIH tidak banyak

mengalami perubahan-perubahan kebijakan dan keputusan

tentang biaya perjalanan haji ditetapkan melalui Keputusan

Presiden.

Pada tahun 1976, seluruh pelaksanaan operasional

perjalanan ibadah haji dilaksanakan oleh Dirjen BIUH.

Beberapa panitia penyelenggara di daerah juga menjalin

koordinasi dengan Badan Koordinator Urusan Haji (BAKUH)

ABRI, hal ini dikarenakan BAKUH ABRI memiliki lembaga

tersendiri untuk pelaksanaan operasional PIH.

Setelah tahun 1976, seluruh pelaksanaan operasional

perjalanan ibadah haji dilaksanakan oleh Dirjen BIUH, pada

tahun 1985, pemerintah kembali mengikutsertakan pihak

swasta dalam PIH, dimana pihak-pihak swasta tersebut

mempunyai kewajiban langsung kepada pemerintah. Dalam

perkembangan selanjutnya, lingkungan bisnis modern

mengubah orientasi pihak-pihak swasta tersebut dengan

menyeimbangkan antara orientasi pelayanan dan orientasi

keuntungan yang selanjutnya dikenal dengan istilah PIH Plus.

Pada tahun1987 pemerintah mengeluarkan keputusan tentang

PIH dan Umrah Nomor 22 tahun 1987 yang selanjutnya

disempurnakan degan mengeluarkan peraturan PIH Nomor

245 tahun 1991 yang lebih menekankan pada pemberian sanksi

yang jelas kepada pihak swasta yang tidak melaksanakan tugas

sebagaimana ketentuan yang berlaku.45

45

Zakaria Anshar, Profile Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah,

(Jakarta: Direktorat Penyelenggaraan Haji dan Umrah, 2008) hal. 6

 

Page 55: EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41486/1/YEYET... · EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI TERHADAP PENYELENGGARA

34

Pembatasan jemaah haji yang lebih dikenal dengan

pembagian kuota haji diterapkan pada tahun 1996 dengan

dukungan Sistem Komputerisasi Haji Terpadu (SISKOHAT)

untuk menegah terjadinya over quota seperti yang terjadi pada

tahun 1995 dan sempat menimbulkan keresahan dan

kegelisahan di masyarakat, khususnya calon jemaah haji yang

telah terdaftar pada tahun tersebut namun tidak dapat

berangkat. Mulai tahun 2005 penetapan porsi provinsi

dilakukan sesuai dengan ketentuan Organisasi Konferensi

Islam (OKI) yaitu 1 orang per mil dari jumlah penduduk yang

beragama Islam dari masing-masing provinsi kecuali untuk

jemaah haji khusus diberikan porsi tersendiri.46

3. Penyelenggaraan Haji Masa Reformasi

Melalui Keputusan Presiden Nomor 119 tahun 1998,

pemerintah menghapus monopoli angkutan haji dengan

mengizinkan kepada perusahaan penerbangan lain selain PT.

Garuda Indonesia untuk melaksanakan angkutan haji.

Dibukanya kesempatan tersebut disambut hangat oleh sebuah

perusahaan asing. Saudi Arabian Airlines untuk ikut serta

dalam angkutan haji dengan mengajukan penawaran kepada

pemerintah dan mendapat respon yang positif. Sejak era

reformasi, setiap bentuk kebijakan harus memenuhi aspek

keterbukaan dan transparansi, jika tidak akan menuai kritik

dari masyarakat. Pemerintah dituntut untuk terus

menyepurnakan sistem penyelenggaraan haji dengan

46

ibid

 

Page 56: EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41486/1/YEYET... · EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI TERHADAP PENYELENGGARA

35

menekankan pada pelayanan, pembinaan dan perlindungan

secara optimal.

Penyelenggaraan haji menjadi tanggung jawab Menteri

Agama yang dalam pelaksanaan sehari-hari, secara struktural

dan teknis fungsional dilaksanakan oleh Dirjen Bimbingan

Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji

(BIPH) yang ditetapkan berdasarkan Keputusan Presiden

Nomor 165 tahun 2000. Dalam perkembangan terakhir

berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 10 tahun 2005, Ditjen

BPIH direstrukturasi menjadi 2 unit kerja eselon1, yaitu Ditjen

Bimbingan Masyarakat Islam (Bimas Islam) dan Ditjen

Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU). Dengan demikian

mulai operasional haji tahun 2007 pelaksana teknis PIH dan

pembinaan umrah berada dibawah ditjen PHU.47

B. Visi dan Misi Ditjen PHU

Berdasarkan keputusan Dirjen PHU Nomor: D.054 tahun

2010 tentang Visi dan Misi Ditjen PHU, disebutkan sebagai

berikut: 48

1. Visi

Terwujudnya pembinaan, pelayanan, dan perlindungan

kepada jemaah haji dan umrah berdasarkan asas keadilan,

transparan, akuntabel dengan prinsip nirlaba. Penjabaran dari

Visi Ditjen PHU tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

47

Zakaria Anshar, Profile Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah,

(Jakarta: Direktorat Penyelenggaraan Haji dan Umrah, 2008) hal. 6

48 Kementerian Agama Republik Indonesia, Ditjen PenyelenggaraHaji dan Umrah,

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Tahun 2010-2014

 

Page 57: EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41486/1/YEYET... · EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI TERHADAP PENYELENGGARA

36

a. Pembinaan, diwujudkan dalam bentuk bimbingan,

penyuluhan dan penerangan kepada masyarakat dan

jemaah haji dan umrah. Sedangkan pembinaan petugas

diarahkan pada profesionalisme dan dedikasinya.

b. Pelayanan, diwujudkan dalam bentuk pemberian layanan

administrasi dan dokumen, transportasi, kesehatan, serta

akomodasi dan konsumsi.

c. Perlindungan, diwujudkan dalam bentuk jaminan

keselamatan dan keamanan jemaah haji selama

menunaikan ibadah haji dan umrah.

d. Asas keadilan, bahwa penyelenggaraan ibadah hai harus

berpegang pada kebenaran, tidak berat sebelah dan tidak

memihak, tidak sewenang-wenang dalam

penyelenggaraannya.

e. Transparan, bahwa segala sesuatu yang dilakukan dalam

proses penyelenggaraan haji dan umrah dapat diketahui

oleh masyarakat dan jemaah haji dan umrah.

f. Akuntabel dengan prinsip nirlaba, bahwa penyelenggaraan

ibadah haji dan umrah dilakukan secara terbuka dan dapat

dipertanggungjawabkan secara etik dan hukum dengan

prinsip tidak mencari keuntungan.

2. Misi

a. Meningkatkan kualitas penyuluhan, bimbingan dan

pemahaman manasik haji dan umrah.

b. Meningkatkan profesionalisme dan dedikasi petugas haji

dan umrah.

 

Page 58: EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41486/1/YEYET... · EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI TERHADAP PENYELENGGARA

37

c. Memberdayakan masyarakat dalam penyelenggaraan

ibadah haji dan umrah melalui pembinaan haji khusus,

umrah dan kelompok bimbingan ibadah.

d. Meningkatkan pelayanan pendaftaran, dokumen,

akomodasi, transportasi, dan katering sesuai standar

pelayanan minimal penyelengaraan haji dan umrah.

e. Memberikan perlindungan kepada jemaah sehingga

diperoleh rasa aman, keadilan dan kepastian melaksanakan

ibadah haji dan umrah.

f. Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dana haji

serta pengembangan sistem informasi haji.

g. Meningkatkan kualitas dukungan manajemen dan

dukungan teknis lainnya dalam penyelenggaraan ibadah

haji dan umrah.

C. Tugas dan Fungsi

Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah

adalah unsur pelaksana yang berada dibawah dan bertanggung

jawab kepada Menteri Agama yang dipimpin oleh seorang

Direktur Jenderal.49

Berdasarkan Peraturan Menteri Agama Nomor 10 Tahun

2010, Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah

memiliki tugas dan fungsi sebagai berikut:50

49

Pasal 273 Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No 42 Tahun 2016

Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Agama

50 Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No. 10 Tahun 2010 Tentang

Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Agama RI, h. 56s

 

Page 59: EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41486/1/YEYET... · EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI TERHADAP PENYELENGGARA

38

1. Tugas

Ditjen PHU mempunyai tugas merumuskan serta

melaksanakan kebijakan dan standarisasi teknis di bidang

penyelenggaraan haji dan umrah.

2. Fungsi

Sedangkan dalam melaksanakan tugas, Ditjen PHU memiliki

fungsi sebagai berikut:

a. Perumusan kebijakan di bidang penyelenggaraan haji dan

umrah.

b. Pelaksanaan kebijakan dibidang penyelenggaraan haji dan

umrah.

c. Penyusunan norma, standar, prosedur, kriteria di bidang

penyelenggaraan haji dan umrah.

d. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi

penyelenggaraan haji dan umrah.

e. Pelaksanaan administrasi Ditjen PHU.

Menurut pasal 274 Peraturan Menteri Agama No 42 Tahun

2016, Ditjen PHU mempunyai tugas menyelenggarakan

perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang penyelenggaraan

haji dan umrah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.51

Adapun dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud

dalam pasal 274, Ditjen PHU memiliki fungsi sebagai berikut:52

51

Pasal 274 PMA No 42 Tahun 2016

52 Pasal 275 PMA No 42 Tahun 2016

 

Page 60: EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41486/1/YEYET... · EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI TERHADAP PENYELENGGARA

39

a. Perumusan kebijakan di bidang pembinaan haji dan

umrah, pelayanan haji, dan pengelolaan dana haji, serta

akreditasi penyelenggara ibadah haji khusus dan umrah

b. Koordinasi pelaksanaan kebijakan di bidang pembinaan

haji dan umrah dan pelayanan haji, serta akreditasi

penyelenggara ibadah haji khusus dan umrah

c. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang

penyelenggaraan haji dan umrah

d. Pelaksanaan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di

bidang penyelenggaraan haji dan umrah

e. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal

Penyelenggaraan Haji dan Umrah

f. Pelaksanaan Fungsi lain yang diberikan oleh menteri.

D. Susunan dan Struktur Organisasi

1. Susunan Organisasi

Susunan Organisasi Direktorat Jenderal Penyelenggaraan

Haji dan Umrah terdiri atas53

:

a. Sekretariat Ditjen PHU

Sekretariat Ditjen PHU terdiri dari :

1) Bagian Perencanaan dan Hubungan Masyarakat

a) Subbagian Perencanaan dan Anggaran

b) Subbagian Informasi dan Hubungan

Masyarakat

c) Subbagian Evaluasi Program dan Pelaporan

53

Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No 42 Tahun 2016 Tentang

Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Agama

 

Page 61: EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41486/1/YEYET... · EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI TERHADAP PENYELENGGARA

40

2) Bagian Keuangan dan Penerimaan Negara Bukan

Pajak

a) Subbagian Pelaksanaan Anggaran dan

Perbendaharaan

b) Subbagian Verifikasi

c) Subbagian Penerimaan Negara Bukan

Pajak, Akuntansi, Pelaporan Keuangan dan

Barang Milik Negara.

3) Bagian Organisasi, Kepegawaian, dan Hukum

a) Subbagian Organisasi dan Tata Laksana

b) Subbagian Kepegawaian

c) Subbagian Hukum

4) Bagian Umum dan Barang Milik Negara

a) Subbagian Tata Usaha

b) Subbagian Rumah Tangga

c) Subbagian Perlengkapan dan Barang Milik

Negara

b. Direktorat Pembinaan Haji

Direktorat Pembinaan Haji dan Umrah terdiri dari:

1) Subdirektorat Bimbingan Jemaah Haji

a) Seksi Pengembangan Materi Bimbingan

b) Seksi Pelaksanaan Bimbingan

c) Seksi Bina Kelompok Bimbingan Jemaah

Haji

2) Subdirektorat Pembinaan Petugas Haji

a) Seksi Rekrutmen Petugas

b) Seksi Pelatihan Petugas

c) Seksi Penilaian Kinerja Petugas

 

Page 62: EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41486/1/YEYET... · EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI TERHADAP PENYELENGGARA

41

3) Subdirektorat Advokasi Haji

a) Seksi Identifikasi dan Pemetaan Masalah

Haji

b) Seksi Penanganan Masalah Haji

4) Subbagian Tata Usaha

c. Direktorat Pelayanan Haji Dalam Negeri

1) Subdirektorat Pendaftaran dan Pembatalan Haji

Reguler

a) Seksi Pendaftaran dan Pelunasan Haji

b) Seksi Pembatalan Haji

2) Subdirektorat Dokumen dan Perlengkapan Haji

Reguler

a) Seksi Dokumen Haji

b) Seksi Pemvisaan Haji

c) Seksi Penilaian Perlengkapan Haji

3) Subdirektorat Asrama Haji

a) Seksi Penyiapan Asrama Haji

b) Seksi Pelayanan Asrama Haji

c) Seksi Monitoring dan Evaluasi Asrama Haji

4) Subdirektorat Transportasi dan Perlindungan

Jemaah Haji Reguler

a) Seksi Penyiapan Transportasi Udara

b) Seksi Pelayanan Transportasi Udara

c) Seksi Kerjasama Kesehatan dan

Perlindungan Jemaah Haji

5) Subbagian Tata Usaha

d. Direktorat Pelayanan Haji Luar Negeri

1) Subdirektorat Akomodasi Haji

 

Page 63: EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41486/1/YEYET... · EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI TERHADAP PENYELENGGARA

42

a) Seksi Penyiapan Akomodasi

b) Seksi Pelayanan Akomodasi

c) Seksi Monitoring dan Evaluasi Akomodasi

2) Subdirektorat Katering Haji

a) Seksi Penyiapan Katering

b) Seksi Pelayanan Katering

c) Seksi Monitoring dan Evaluasi Katering

3) Subdirekrorat Transportasi Haji

a) Seksi Penyiapan Transportasi Haji

b) Seksi Pelayanan Transportasi Haji

c) Seksi Monitoring dan Evaluasi Transportasi

Haji

4) Subdirektorat Fasilitasi Komisi Pengawas Haji

Indonesia

a) Seksi Fasilitasi Administrasi

b) Seksi Pengaduan Masyarakat, Informasi dan

Komunikasi

c) Seksi Analisis dan Pelaporan

5) Subbagian Tata Usaha

e. Direktorat Pembinaan Umrah dan Haji Khusus

1) Subdirektorat Perizinan, Akreditasi, dan Bina

Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umrah

a) Seksi Perizinan Penyelenggara Perjalanan

Ibadah Umrah

b) Seksi Akreditasi Penyelenggara Perjalanan

Ibadah Umrah

c) Seksi Bina Penyelenggara Perjalanan

Ibadah Umrah

 

Page 64: EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41486/1/YEYET... · EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI TERHADAP PENYELENGGARA

43

2) Subdirektorat Perizinan, Akreditasi, dan Bina

Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus

a) Seksi Perizinan dan Akreditasi

Penyelenggara Ibadah Haji Khusus

b) Seksi Pendaftaran dan Pembatalan Ibadah

Haji Khusus

c) Seksi Dokumen dan Perlengkapan Ibadah

Haji Khusus

3) Subdirektorat Pemantauan dan Pengawasan Ibadah

Umrah dan Ibadah Haji Khusus

a) Seksi Pemantauan dan Pengawasan Ibadah

Umrah

b) Seksi Pemantauan dan Pengawasan Ibadah

Haji Khusus

c) Seksi Identifikasi dan Penanganan Masalah

Ibadah Haji Khusus

4) Subbagian Tata Usaha

f. Direktorat Pengelolaan Dana Haji dan Sistem Informasi

Haji Terpadu

1) Subdirektorat Perencanaan Anggaran Operasional

dan Pengelolaan Aset Haji

a) Seksi Perencanaan Anggaran Operasional

Haji

b) Seksi Pengelolaan Aset Haji

c) Seksi Monitoring dan Evaluasi

2) Subdirekotorat Pengelolaan Keuangan Operasional

Haji

 

Page 65: EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41486/1/YEYET... · EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI TERHADAP PENYELENGGARA

44

a) Seksi Pelaksanaan Anggaran dan

Perbendaharaan Haji

b) Seksi Verifikasi Anggaran

c) Seksi Akuntansi dan Pelaporan

3) Subdirektorat Data dan Sistem Informasi Haji

Terpadu

a) Seksi Pengelolaan Infrastruktur

b) Seksi Pengembangan Database Haji

c) Seksi Pengembangan Sistem Informasi Haji

4) Subbagian Tata Usaha

2. Struktur Organisasi Ditjen PHU

Tabel 3.1

Struktur Organisasi Ditjen PHU

Dit

Pembinaan

Haji

Sekretariat Direktorat

Jenderal

Penyelenggaraan Haji

dan Umrah

Dit

Pelayanan

Haji

Dalam

Negeri

Direktorat

Jenderal

Penyelenggaraan

Haji dan Umrah

Dit

Pelayanan

Haji Luar

Negeri

Dit

Pembinaan

Umrah dan

Haji

Khusus

Dit

Pengelolaan

Dana Haji

dan Sistem

Informasi

Haji

Terpadu

 

Page 66: EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41486/1/YEYET... · EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI TERHADAP PENYELENGGARA

45

E. Subdirektorat Perizinan, Akreditasi, dan Bina Penyelenggara

Perjalanan Ibadah Umrah

Berdasarkan Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No.

42 Tahun 2016 tentang organisasi dan Tata Kerja Kementerian

Agama, Subdirektorat Perizinan, Akreditasi, dan Bina Penyelenggara

Perjalanan Ibadah Umrah memiliki tugas dan fungsi sebagai berikut :

1. Tugas

Subdirektorat Perizinan, Akreditasi, dan Bina Penyelenggara

Perjalanan Ibadah Umrah mempunyai tugas melaksanakan

penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, kriteria, bimbingan teknis, supervisi,

dan evaluasi di bidang perizinan, akreditasi, bina penyelenggara

perjalanan ibadah umrah dan penyuluhan penyelenggaraan ibadah

umrah.54

2. Fungsi

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana di maksud di atas,

Subdirektorat Perizinan, Akreditasi, dan Bina Penyelenggara

Perjalanan Ibadah Umrah mempunyai fungsi sebagai berikut:

a. Penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di

bidang penyelenggaraan ibadah umrah

b. Penyiapan bahan rumusan perizinan dan akreditasi di

bidang penyelenggaraan ibadah umrah

c. Peyiapan bahan penyusunan norma, standar, prosedur, dan

kriteria di bidang penyelenggaraan ibadah umrah

d. Penyiapan bahan bimbingan teknis, supervisi, dan

penyuluhan di bidang penyelenggaraan ibadah

54

Pasal 355 Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No. 42 Tahun 2016,

tentang organisasi dan Tata Kerja Kementerian Agama

 

Page 67: EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41486/1/YEYET... · EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI TERHADAP PENYELENGGARA

46

umrahPenyiapan bahan pelaksanaan pengawasan dan

pengendalian di bidang penyelenggaraan ibadah umrah

e. Penyiapan bahan pelaksanaan pengawasan dan

pengendalian di bidang penyelenggaraan ibadah umrah55

Subdirektorat Perizinan, Akreditasi, dan Bina

Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umrah sebagaimana telah

disebutkan sebelumnya memiliki tiga seksi yaitu:

a. Seksi Perizinan Penyelenggara Perjalanan Ibadah

Umrah

b. Seksi Akreditasi Penyelenggara Perjalanan Ibadah

Umrah

c. Seksi Bina Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umrah.56

F. Direktorat Penyelenggaraan Haji dan Umrah Dari Masa ke

Masa

Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah sejak

berdirinya di tahun1964 sudah mengalami 11 kali pergantian

direktur, yaitu sebagai berikut:

55

Pasal 356 Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No. 42 Tahun 2016,

tentang organisasi dan Tata Kerja Kementerian Agama

56 Pasal 357 Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No. 42 Tahun 2016,

tentang organisasi dan Tata Kerja Kementerian Agama

 

Page 68: EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41486/1/YEYET... · EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI TERHADAP PENYELENGGARA

47

Tabel 3.2

Direktorat Penyelenggaraan Haji dan Umrah dari Masa ke Masa

No Nama Jabatan Masa Bakti

1

Prof. KH. Farid

Ma‟ruf

Menteri Urusan Haji 1964 – 1965

Dirjen Urusan Haji 1965 – 1973

2

H. Burhani

Tjokrohandoko

Dirjen Urusan Haji 1973 – 1979

Dirjen Bimas Islam dan

Urusan Haji

1979 – 1984

3 H. A. Qadir

Basalamah

Dirjen Bimas Islam dan

Urusan Haji

1984 – 1989

4 H. Andi Lolo

Tonang, SH

Dirjen Bimas Islam dan

Urusan Haji

1989 – 1991

5 Drs. H. Amidhan Dirjen Bimas Islam dan

Urusan Haji

1991 – 1995

6 Drs. H. A. Ghazali Dirjen Bimas Islam dan

Urusan Haji

1995 – 1996

7 Drs. H. Mubarok,

M.Si

Dirjen Bimas Islam dan

Penyelenggaraan Haji

1996 – 2000

8 Drs. H. Taufiq Kamil Dirjen Bimas Islam dan 2000 – 2005

 

Page 69: EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41486/1/YEYET... · EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI TERHADAP PENYELENGGARA

48

Penyelenggaraan Haji

9

Drs. H. Slamet

Riyanto, M.Si

Dirjen Bimas Islam dan

Penyelenggaraan Haji

2005 – 2006

Dirjen Penyelenggaraan

Haji dan Umrah

2006 -2012

10 Dr. H. Anggito

Abimanyu, M.Sc

Dirjen Penyelenggaraan

Haji dan Umrah

2012 – 2014

11 Prof. Dr. Abdul

Jamil, M.A

Dirjen Penyelenggaraan

Haji dan Umrah

2014 – 2017

12 Prof. Dr. H. Nizar

Ali, M.Ag

Dirjen Penyelenggaraan

Haji dan Umrah

2017 - Sekarang

Sumber: Buku Haji dari Masa ke Masa

 

Page 70: EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41486/1/YEYET... · EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI TERHADAP PENYELENGGARA

49

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Efektivitas Pengaturan Tentang Perizinan, Pengawasan dan

Pengendalian PPIU

1. Mekanisme Perizinan Penyelenggara Perjalanan Ibadah

Umrah (PPIU)

Travel/biro perjalanan dapat beroperasi menjalankan bisnis

umrah hanya yang memiliki izin dari Menteri Agama yang dapat

menjalankan bisnis umrah yang ditetapkan sebagai Penyelenggara

Perjalanan Ibadah Umrah (PPIU). Proses pengajuan permohonan

perizinan PPIU diajukan ke PTSP (Pelayanan Terpadu Satu

Pintu) Kementerian Agama yang ditangani oleh petugas PTSP

yang nantinya akan di proses sekitar satu sampai dua bulan

sampai keluar izin sebagai PPIU.57

Persyaratan pengajuan PPIU

diatur pada Pasal 5 ayat (3) dan (4) PMA Nomor 18 Tahun 2015

tentang Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah yaitu :

a. Pemilik dalam akta perusahaan adalah Warga Negara

Republik Indonesia (WNI) beragama Islam dan tidak sebagai

pemilik PPIU lain, dibuktikan dengan foto copy KTP dan

curriculum vitae (CV) singkat pemilik;

b. Memiliki susunan kepengurusan perusahaan;

57

Dewi Gustikarini, Kepala Seksi Perizinan Penyelenggara Perjalanan Ibadah

Umrah, Wawancara Pribadi , pada 20 Maret 2018 Pukul 12.30-12.45 WIB. Ditjen PHU

Kemenag RI

 

Page 71: EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41486/1/YEYET... · EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI TERHADAP PENYELENGGARA

50

c. Memiliki izin usaha sebagai biro perjalanan wisata dari

Dinas Pariwisata setempat yang sudah beroperasi paling

singkat 2 (dua) tahun;

d. Memiliki akta notaris pendirian Perseroan Terbatas (PT)

dan/atau perubahannya sebagai biro perjalanan wisata yang

memiliki bidang keagamaan/perjalanan ibadah yang telah

mendapat pengesahan dari Kementerian Hukum dan HAM;

e. Memiliki surat Keterangan Domisili Usaha (SKDU) dari

pemerintah daerah setempat yang masih berlaku;

f. Memiliki surat Keterangan Terdaftar Pajak (SKTP) dari

Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan setempat

dan foto copy Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) atas nama

perusahaan dan pimpinan perusahaan;

g. Memiliki surat rekomendasi asli dari instansi pemerintah

daerah dan/atau kebupaten kota setempat yang membidangi

pariwisata yang asih berlaku;

h. Memiliki laporan keuangan perusahaan yang sehat 1 (satu)

tahun terakhir dan telah diaudit oleh akuntan publik yang

terdaftar dengan opini minimal Wajar Dengan Pengecualian

(WDP);

i. Memiliki surat rekomendasi asli dari Kantor Wilayah

(Kanwil) Kementerian Agama setempat dengan dilampiri

berita acara peninjauan lapangan (visitasi) yang sedikitnya

memenuhi ketentuan:

1) Memiliki sumber daya di bidang tiketing, keuangan,

akuntansi, pemasaran dan pembimbing ibadah;

2) Memiliki bukti operasional sebagai Biro Perjalanan

Wisata (BPW) minimal 2 (dua) tahun;

 

Page 72: EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41486/1/YEYET... · EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI TERHADAP PENYELENGGARA

51

3) Memiliki sarana dan prasarana yang memadai;

4) Memiliki laporan keuangan perusahaan 1 tahun terakhir

dan telah diaudit oleh akuntan publik yang terdaftar

dengan opini minimal WDP;

j. Menyerahkan jaminan dalam bentuk bank garansi atas nama

biro perjalanan wisata yang diterbitkan oleh bank syariah

dan/atau bank umum nasional disertai surat kuasa pencairan

yang ditujukan dan ditetapkan oleh Direktur Jenderal.

Setelah mendapatkan izin, PPIU dimonitoring melalui sistem

akreditasi58

yang merupakan penilaian terhadap kinerja meliputi

komponen kualitas pelayanan, sumber daya manusia, finansial,

sarana dan prasarana serta administrasi dan manajemen dengan

cara memberikan pemeringkatan melalui sistem abjad A, B, C

dan D. Hasil dari proses akreditasi nantinya akan dijadikan

sebagai salah satu pertimbangan apakah PPIU patut untuk

diperpanjang atau tidak izin operasionalnya. Masa berlaku izin

PPIU 3 (tiga tahun), paling lambat 3 (tiga) bulan sebelum

berakhir, PPIU sudah harus mengajukan permohonan

perpanjangan.

Dalam proses pengajuan perizinan PPIU masih banyak

kendala yang dihadapi oleh Kementerian Agama seperti banyak

ketidaksesuaian dokumen yang masuk ke Pelayanan Terpadu

Satu Pintu (PTSP). Dokumen yang masuk ke PTSP Kementerian

Agama akan di verifikaasi ulang di Subdirektorat Perizinan,

Akreditasi, dan Bina Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umrah.

58. Akreditasi PPIU diatur dalam Pasal 24 PMA Nomor 18 Tahun 2015 tentang

Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah.

 

Page 73: EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41486/1/YEYET... · EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI TERHADAP PENYELENGGARA

52

Apabila ditemukan ketidaksesuaian dokumen yang sudah di

verifikasi ulang Kementerian Agama melakukan peninjauan

lapangan walaupun tidak untuk keseluruhan karena sebelumnya

peninjauan lapangan sendiri sudah dilakukan oleh Kanwil

Kementerian Agama setempat.

Secara garis besar mekanisme perizinan PPIU berjalan

dengan efektif apabila pada proses pengajuannya berjalan sesuai,

karena perizinan PPIU tidak hanya dimulai dari Kementerian

Agama akan tetapi PPIU sendiri sudah mempunyai izin

sebelumnya sebagai Biro Perjalanan Wisata (BPW) dari Dinas

Pariwisata, selain itu PPIU juga harus mempunyai TDUP (Tanda

Daftar Usaha Pariwisata), SIUP (Surat Izin Usaha Pariwisata),

dan sudah memiliki pajak sehingga sudah terseleksi di awal

sebelum mengajukan perizinan sebagai PPIU ke Kementerian

Agama.

Dalam operasionalnya, PPIU membentuk susunan organisasi

terdiri atas Komisaris, Direktur Utama, Para Direktur serta

Pembimbing. Komisaris bertugas mengawasi para Direktur oleh

karena itu seseorang yang menjabat sebagai Komisaris tidak ikut

menjadi pegawai didalam PPIU. Direktur Utama bertugas

sebagai penanggung jawab penyelenggaraan operasional PPIU,

apabila operasional tidak dapat dijalankan seluruhnya oleh

Direktur Utama maka akan dilimpahkan kepada Direktur sebagai

kepanjangan tangan dari Direktur Utama. Adapun Pembimbing

bertugas membimbing manasik untuk jemaah umrah.59

59

Dewi Gustikarini, Kepala Seksi Perizinan Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umrah,

Wawancara Pribadi , pada 20 Maret 2018 Pukul 12.30-12.45 WIB.

 

Page 74: EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41486/1/YEYET... · EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI TERHADAP PENYELENGGARA

53

2. Pengawasan PPIU

PPIU harus diawasi agar menjalankan aturan yang ditetapkan

oleh Kementerian Agama. Pengawasan dilakukan untuk

membangun kesadaran dan budaya professional, membangun

sistem dan prosedur serta penanganan pelanggaran.60

Pengawasan PPIU di atur dalam pasal 20 PMA No 18 tahun

2015 yang berbunyi sebagai berikut:

a. Pengawasan dilakukan oleh Direktur Jenderal atas nama

Menteri.

b. Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi

pengawasan terhadap rencana perjalanan, kegiatan

operasional pelayanan jemaah, ketaatan dan/atau penertiban

terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan.

c. Dalam hal diperlukan, pengawasan sebagaimana dimaksud

pada ayat (2), dapat bekerjasama dengan Inspektorat

Jenderal, instansi pemerintah/lembaga terkait.

d. Kantor Urusan Haji pada Konsulat Jenderal Republik

Indonesia Jeddah dapat memfasilitasi pelaksanaan

pengawasan terhadap pelayanan jemaah di Arab Saudi.61

Mekanisme Pengawasan PPIU dilakukan terhadap jemaah

yang akan berangkat dan pulang melalui sistem online

Kementerian Agama yaitu SIMPU (Sistem Informasi Manajemen

Pelaporan Umrah), sehingga jemaah yang akan berangkat dapat

dimonitor waktu keberangkatan, pesawat, hotel, dan lain-lain

60

Denny Fathurahman, Kepala Seksi Pemantauan dan Pengawasan Ibadah Umrah,

Wawancara Pribadi, pada 20 Maret 2018, (Pukul 13.00-13.30)

61 Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2015 Tentang

Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah

 

Page 75: EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41486/1/YEYET... · EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI TERHADAP PENYELENGGARA

54

sampai kepulangan ke Indonesia dan PPIU melaporkannya

kepada Kementerian Agama secara online.62

Mekanisme pengawasan PPIU khususnya ketika operasional

penyelenggaraan ibadah umrah meliputi rencana perjalanan dari

mulai pemberangkatan dari Tanah Air ke Arab Saudi sampai

kembali ke Tanah Air, pelayanan ketika di Arab Saudi yang

meliputi transportasi, akomodasi, konsumsi serta pelayananan

kesehatan. Pengawasan PPIU juga melibatkan pihak Inspektorat

Jenderal Kemenag RI dan juga pihak Kepolisian ketika

pengawasan dilakukan di Indonesia, namun apabila pengawasan

dilakuan di Arab Saudi maka melibatkan Kantor Urusan Haji

(KUH).63

Ruang lingkup tindakan preventif dalam pengawasan

Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah meliputi:

1) Kegiatan pengawasan terhadap perizinan dan akreditasi

PPIU

Memastikan pengawasan dan pengendalian terhadap bahan

perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma,

standar, prosedur, kriteria, bimbingan teknis, evaluasi, serta

laporan perizinan dan verifikasi PPIU.

2) Kegiatan pengawasan terhadap laporan PPIU

Memastikan pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan

ibadah umrah yang sudah dilaksanakan, memperoleh

informasi yang benar, akurat dan termutakhir perihal PPIU

62

Denny Fathurahman, Kepala Seksi Pemantauan dan Pengawasan Ibadah Umrah,

Wawancara Pribadi, pada 20 Maret 2018, (Pukul 13.00-13.30)

63 Tree Agung Nugroho, Kepala Seksi Identifikasi dan Penanganan Masalah Ibadah

Umrah, Wawancara Pribadi, Pada Kamis, 25 Januari 2018 (13.30-14.00)

 

Page 76: EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41486/1/YEYET... · EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI TERHADAP PENYELENGGARA

55

dan perihal ketaatan PPIU dalam pelaporan rencana

perjaanan secara online (LRPU).

3) Kegiatan pengawasan di Bandara

Memastikan proses pelayanan dan perlindungan jemaah di

Bandara dilakukan sesuai standar pelayanan minimal dan

ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

4) Kegiatan pengawasan di Arab Saudi

Memastikan proses pelayanan di Arab Saudi sesuai standar

pelayanan minimal dan ketentuan peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

5) Kegiatan pengawasan provider visa

Memastikan pengurusan visa Jemaah hanya kepada PPIU

yang memiliki izin operasional yang masih berlaku dan

ketaatan PPIU terhadap peraturan yang dikeluarkan oleh

pemerintah Indonesia dan pemerintah Arab Saudi.

Sejauh ini Kementerian Agama memiliki kewenangan

melakukan pengawasan hanya kepada Biro Perjalanan yang

mendapatkan izin dari Kementerian Agama sebagai PPIU, untuk

PPIU yang tidak berizin Kementerian Agama tidak mempunyai

wewenang untuk mengawasi karena hal tersebut tugas Kepolisian

berdasarkan MOU Kemenag dengan Polri.

Secara garis besar pengawasan yang dilakukan terhadap PPIU

sudah berjalan dengan efektif, walaupun terkendala anggaran

yang sangat minim karena setiap hari Kementerian Agama harus

mengawasai 1000 PPIU dengan keterbatasan sumber daya. Untuk

menjangkau ke pelosok dibutuhkan dana sekitar Rp.

 

Page 77: EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41486/1/YEYET... · EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI TERHADAP PENYELENGGARA

56

5.000.000.000 sehingga pengawasan yang dilakukan oleh

Kanwilpun berperan hingga ke pelosok.64

3. Pengendalian PPIU

Pengendalian adalah usaha sistematik untuk menetapkan

standar prestasi tertentu dengan perencanaan, mendesain sistem

umpan balik informasi, membandingkan prestasi yang

sesungguhnya dengan standar prestasi, menentukan apakah

terjadi penyimpangan dan mengukur apakah penyimpangan

tersebut berarti, dan melakukan perbaikan yang diperlukan untuk

memastikan bahwa sumber daya perusahaan digunakan dengan

cara yang paling efektif dan efisien untuk mencapai tujuan

organisasi.65

Pengendalian PPIU dilakukan oleh Direktur Jenderal atas

nama Menteri terhadap operasional Penyelenggara Perjalanan

Ibadah Umrah di Tanah Air dan Arab Saudi. Pengendalian

Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umrah meliputi kepemilikan,

domisili, masa berlaku izin operasional, finansial, sarana dan

prasarana, serta kinerja pelayanan kepada jemaah.66

Secara garis besar pengendalian terhadap PPIU berjalan

dengan efektif walaupun masih ada yang belum maksimal

disebabkan regulasi yang harus di revisi menjadi lebih baik.67

64

Denny Fathurahman, Kepala Seksi Pemantauan dan Pengawasan Ibadah Umrah,

Wawancara Pribadi, pada 20 Maret 2018, (Pukul 13.00-13.30)

65 Mahmud M. Hanafi, Manajemen, (Yogyakarta: UPP AMP YPKN,1997). Hal. 202

66 Pasal 21 Ayat 1-2 PMA No 18 Tahun 2015 Tentang Penyelenggara Perjalanan Ibadah

Umrah

67 Denny Fathurahman, Kepala Seksi Pemantauan dan Pengawasan Ibadah Umrah,

Wawancara Pribadi, pada 20 Maret 2018, (Pukul 13.00-13.30)

 

Page 78: EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41486/1/YEYET... · EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI TERHADAP PENYELENGGARA

57

4. Dampak Positif Peraturan, Pengawasan dan Pengendalian

PPIU

a. Dampak Positif Peraturan dan Kebijakan PPIU

Penyelenggara perjalanan Ibadah Umrah (PPIU) diatur

dalam Peraturan Menteri Agama No 18 Tahun 2015 tentang

Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah yang mana

mengatur terkait perizinan, kewajiban memberikan pelayanan

(bimbingan ibadah umrah, transportasi, akomodasi dan

konsumsi, kesehatan, perlindungan Jemaah dan petugas

umrah, administrasi dan dokumentasi), mengatur terkait

pelaporan, pengawasan dan pengendalian, pembinaan,

akreditasi, serta tata cara pengenaan sanksi.

Peraturan dan Kebijakan PPIU memiliki dampak yang

baik pada Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah, karena

dengan adanya peraturan dan kebijakan yang sudah diatur

sedemikian rinci akan memudahkan Kementerian Agama

untuk melakukan penertiban, pengawasan dan pengendalian

terhadap PPIU.68

Adapun dampak positif dari peraturan dan kebijakan

PPIU diantaranya adalah:

1) Kebijakan harga referensi Biaya Penyelenggara

Ibadah Umrah (BPIU) ditetapkan berkala oleh

Menteri Agama yaitu sebesar 20 juta rupiah, aturan

ini dapat mengantisipasi harga promosi di bawah

68

Dewi Gustikarini, Kepala Seksi Perizinan Penyelenggara Perjalanan Ibadah

Umrah, Wawancara Pribadi , pada 20 Maret 2018 Pukul 12.30-12.45 WIB.

 

Page 79: EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41486/1/YEYET... · EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI TERHADAP PENYELENGGARA

58

standar yang kerap ditawarkan oleh biro perjalanan,

sehingga mengurangi persaingan yang tidak sehat.

2) Kebijakan terkait calon jemaah yang hanya

menunggu enam bulan untuk berangkat sejak

mendaftar umrah, peraturan ini berdampak positif

dalam menanggulangi jemaah yang gagal berangkat,

karena selama ini proses keberangkatan tidak terukur,

bahkan PPIU kerap menundanya hingga bertahun-

tahun.69

b. Dampak Positif Pengawasan PPIU

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, PPIU harus

diawasi agar menjalankan aturan yang ditetapkan oleh

Kementerian Agama, pengawasan tersebut dilakukan untuk

membangun kesadaran dan budaya professional, membangun

sistem dan prosedur serta penanganan pelanggaran. Adapun

kegiatan pengawasan tersebut meliputi:

1) Kegiatan pengawasan terhadap perizinan dan akreditasi

PPIU;

2) Kegiatan pengawasan terhadap laporan PPIU;

3) Kegiatan pengawasan di Bandara;

4) Kegiatan pengawasan di Arab Saudi;

5) Kegiatan pengawasan provider visa.

Pengawasan dilakukan bertujuan agar hasil pelaksanaan

pekerjaan diperoleh secara berdaya guna (efisien) dan berhasil

guna (efektif) sesuai dengan rencana yang telah ditentukan

sebelumnya. Pengawasan juga memiliki fungsi meliputi:

69

Ibid

 

Page 80: EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41486/1/YEYET... · EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI TERHADAP PENYELENGGARA

59

1) Mempertebal rasa tanggung jawab terhadap pejabat

yang diserahi tugas dan wewenang dalam

melaksanakan pekerjaan;

2) Mendidik para pejabat agar mereka melaksanakan

pekerjaan sesuai prosedur yang telah ditentukan;

3) Untuk mencegah terjadinya penyimpangan,

penyelewengan, kelalaian dan kelemahan agar tidak

terjadi kerugian yang tidak diinginkan;

4) Untuk memperbaiki kesalahan dan penyelewengan

agar pelaksanaan pekerjaan tidak mengalami hambatan

dan pemborosan.70

Dari penjelasan yang telah disebutkan di atas penulis

dapat menyimpulkan bahwa pengawasan memiliki dampak

yang baik untuk sebuah perusahaan diantaranya agar

pelaksanaan pekerjaan berjalan dengan efektif dan efisien.

Pengawasan terhadap PPIU sendiri memiliki dampak

positif antara lain tertib administrasi dan perbaikan

manajemen, penurunan segala bentuk penyalahgunaan

wewenang, penyimpangan, dan pelanggaran terhadap

peraturan perundang-undangan.71

c. Dampak Positif Pengendalian PPIU

70

Maringin Masry Simbolon, dasar-dasar Administrasi dan Manajemen, (Jakarta:

Ghalia Indonesia, 2004), h.62

71 Denny Fathurahman, Kepala Seksi Pemantauan dan Pengawasan Ibadah Umrah,

Wawancara Pribadi, pada 20 Maret 2018, (Pukul 13.00-13.30)

14 Mahmud M. Hanafi, Manajemen, (Yogyakarta: UPP AMP YPKN,1997). Hal.

202

 

Page 81: EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41486/1/YEYET... · EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI TERHADAP PENYELENGGARA

60

Pengendalian sebagaimana yang telah dibahas

sebelumnya merupakan usaha sistematik untuk menetapkan

standar prestasi tertentu dengan perencanaan, mendesain

sistem umpan balik informasi, membandingkan prestasi yang

sesungguhnya dengan standar prestasi, menentukan apakah

terjadi penyimpangan dan mengukur apakah penyimpangan

tersebut berarti, dan melakukan perbaikan yang diperlukan

untuk memastikan bahwa sumber daya perusahaan digunakan

dengan cara yang paling efektif dan efisien untuk mencapai

tujuan organisasi.72

Pengendalian Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umrah

meliputi kepemilikan, domisili, masa berlaku izin operasional,

finansial, sarana dan prasarana, serta kinerja pelayanan

kepada Jemaah.73

Pengendalian yang dilakukan oleh Kementerian

Agama terhadap PPIU memiliki dampak positif antara lain

meningkatkan keefektifan manajemen resiko, pengendalian

proses, proses pengaturan, kehematan, efesiensi, dan

efektivitas dalam pengelolaan dan pendayagunaan sumber-

sumber daya mencakup anggaran, personel, sarana dan

prasarana agar penyelenggaraan perjalanan ibadah umrah

dapat mencapai kinerja yang optimal.74

73Pasal 21 Ayat 1-2 PMA No 18 Tahun 2015 Tentang Penyelenggara Perjalanan

Ibadah Umrah

74 Denny Fathurahman, Kepala Seksi Pemantauan dan Pengawasan Ibadah Umrah,

Wawancara Pribadi, pada 20 Maret 2018, (Pukul 13.00-13.30)

 

Page 82: EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41486/1/YEYET... · EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI TERHADAP PENYELENGGARA

61

B. Kewajiban Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umrah (PPIU)

Terhadap Jemaah Umrah

1. Pelayanan Administrasi dan Pendaftaran Jemaah Umrah

Pelayanan administrasi dan pendaftaran jemaah umrah diatur

pada pasal 9 PMA no 18 tahun 2015 yaitu:

a. Jemaah yang akan melakukan perjalanan Ibadah Umrah wajib

mendaftarkan diri kepada PPIU;

b. PPIU menerima pendaftaran jemaah sesuai dengan paket

layanan dan PPIU wajib melaporkan kepada Direktur

Jenderal;

c. Pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dilakukan

dengan ketentuan:

1) Jemaah mengisi blanko pendaftaran yang di tetapkan oleh

PPIU;

2) Jemaah membayar BPIU sesuai paket yang dipilih;

3) Jemaah dan PPIU menandatangani perjanjian yang berisi

hak dan kewajiban masing-masing pihak;

4) BPIU yang telah dibayar jemaah sebagaimana dimaksud

pada ayat (3) huruf b digunakan untuk penyelenggaraan

ibadah umrah;

5) Dalam hal jemaah yang telah terdafar membatalkan, PPIU

wajib membatalkan BPIU setelah dikurangi biaya yang

telah dikeluarkan sesuai perjanjian yang telah disepakati;

6) Ketentuan lebih lanjut mengenai pendaftaran Jemaah

Umrah ditetapkan oleh Direktur Jenderal.75

75

Pasal 9 PMA Nomor 18 tahun 2015 tentang tentang Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah

Umrah.

 

Page 83: EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41486/1/YEYET... · EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI TERHADAP PENYELENGGARA

62

2. Pelayanan Bimbingan Ibadah/Manasik Jemaah Umrah

Pelayanan bimbingan ibadah/manasik diatur pada pasal 10

huruf a PMA No 18 tahun 2015 bahwa salah satu kewajiban

PPIU adalah memberikan pelayanan terkait bimbingan ibadah

umrah.76

Pelayanan jemaah sebagaimana dimaksud dalam pasal

10 huruf a tersebut meliputi:

a. Pelayanan bimbingan umrah yang diberikan oleh

pembimbing ibadah sebelum keberangkatan, dalam

perjalanan, dan selama di Arab Saudi

b. Pelayanan bimbingan jemaah umrah meliputi materi

bimbingan manasik dan perjalanan umrah

c. Pembimbing ibadah diangkat oleh PPIU, dan wajib memiliki

standar kompetensi meliputi pengetahuan di bidang manasik

haji/umrah dan telah melaksanakan haji/umrah

d. Materi bimbingan manasik dan perjalanan umrah

berpedoman pada bimbingan manasik dan pejalanan haji dan

umrah yang diterbitkan oleh Kemeterian Agama.77

3. Pelayanan Keberangkatan dan Pemulangan Jemaah Umrah

Pelayanan keberangkatan dan pemulangan jemaah umrah

diatur dalam Bab 13 pasal 45 ayat 1 huruf (b) UU No 13 Tahun

2008 yang berbunyi “Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umrah

Wajib memenuhi ketentuan memberangkatkan dan memulangkan

jemaah sesuai dengan masa visa umrah di Arab Saudi dan

ketentuan peraturan perundang-undangan”.78

Selain itu

76

Pasal 10 huruf a Peraturan Menteri Agama no 18 tahun 2015 tentang Penyelenggaraan

Perjalanan Ibadah Umrah

77 Pasal 11 PMA no 18 tahun 2015 tentang penyelenggaraan Perjalanan Ibadah umrah.

78 Pasal 45 ayat 1 huruf b UU No 13 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji

 

Page 84: EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41486/1/YEYET... · EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI TERHADAP PENYELENGGARA

63

Pelayanan Keberangkatan dan Pemulangan Jema‟ah Umrah juga

diatur pada Bab 13 Pasal 36 ayat 2 huruf (e) Keputusan Menteri

Agama Republik Indonesia Nomor 371 Tahun 2002 tentang

Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah yang menyatakan

bahwa Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umrah berkewajiban

memberangkatkan, memulangkan dan memberikan pelayanan

kepada jemaahnya sesuai dengan ketentuan ibadah umrah dan

perjanjian yang disepakati kedua belah pihak meliputi hak dan

kewajiban masing-masing.79

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa PPIU

memiliki sejumlah kewajiban kepada jemaah umrah80

yaitu :

a. Bimbingan ibadah umrah (manasik), dilakukan sebelum

berangkat dan selama di Arab Saudi yang diberikan oleh

petugas yang memiliki standard kompetensi dan pernah

memiliki pengalaman umrah ;

b. Transportasi jemaah umrah ke dan dari Arab Saudi (maksimal

satu kali tansit dengan maskapai yang sama) serta selama di

Arab Saudi dengan memperhatikan keselamatan, kenyamanan

dan keamanan jemaah;

c. Akomodasi dan konsumsi selama di Arab Saudi. Konsumsi

diberikan kepada jemaah sebelum dan selama di perjalanan

dengan mempertimbangkan standard menu, higienitas dan

kesehatan. Sedangkan akomodasi yang diberikan minimal

hotel bintang tiga.

79

Kementrian Agama RI, Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Ibadah Haji, Himpunan

Peraturan Perundang-undangan Tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji, 2011, hal 93

80. Lihat Pasal 58 PP Nomor 79 Tahun 2012 tentang Pelaksanaan UU Nomor 13 tahun

2008 tentang penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah dan pasal 10 -17 PMA Nomor 18

tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah.

 

Page 85: EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41486/1/YEYET... · EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI TERHADAP PENYELENGGARA

64

d. Menjaga kesehatan jemaah umrah yaitu dengan penyediaan

petugas kesehatan, obat-obatan dan pengurusan jemaah umrah

selama di perjalanan dan di Arab Saudi;81

e. Perlindungan jemaah umrah dan petugas umrah melalui

penyediaan asuransi jiwa, kesehatan dan kecelakaan

(besarnya pertanggungan disesuaikan dengan disesuaikan

dengan aturan asuransi perjalanan), pengurusan kehilangan

dokumen selama proses perjalanan dan pengurusan jemaah

yang meninggal sebelum tiba kembali di tempat domisili;

f. Administrasi dan dokumen umrah berupa visa jemaah dan

dokumen bagi jemaah yang sakit, meninggal atau

ghaib/hilang;

g. Melaporkan penyelenggaraan perjalanan umrah meliputi

rencana perjalanan, pemberangkatan dan pemulangan dan

laporan akhir tahun kepada Dirjen Penyelenggara Haji dan

Umrah sebelum musim umrah berikutnya;82

4. Beberapa Aspek Pelayanan PPIU Yang Belum Sesuai

Standar Pelayanan

Beberapa permasalahan dalam Penyelenggaraan Perjalanan

Ibadah Umrah, yaitu adanya jemaah umrah yang terlantar, gagal

berangkat, terkena penipuan, kurang tertib dalam pelaporan

pemberangkatan, serta adanya rombongan umrah oleh kelompok

bimbingan atau biro perjalanan wisata yang tidak memiliki izin

sebagai PPIU, hal tersebut disebabkan beberapa hal antara lan:

81. Vaksinasi meningitis menjadi tanggungjawab pribadi dari jemaah. PPIU dapat

memfasilitasi penyelenggaraan vaksinasi kepada para jemaah. Lihat pasal 15 angka (2) dan

(3) PMA Nomor 18 tahun 2015 tentang tentang Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah. 82. Pasal 19 PMA Nomor 18 tahun 2015 tentang tentang Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah

Umrah.

 

Page 86: EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41486/1/YEYET... · EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI TERHADAP PENYELENGGARA

65

a. Adanya PPIU yang menawarkan biaya umrah murah tidak

memperhitungkan biaya pelayanan yaitu tiket penerbangan

yang nyaman, kesehatan jemaah, akomodasi, transportasi

yang layak, asuransi dan sarana prasarana.

b. Hasil pemantauan di Bandara ditemukan adanya

perusahaan, yayasan atau kelompok bimbingan yang tidak

berhak sebagai Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umrah,

tetapi memberangkatkan jemaah umrah dengan

menonjolkan identitasnya.

c. Adanya PPIU yang melakukan kerjasama dan/atau

memfasilitasi pengurusan visa jemaah umrah yang berasal

dari biro perjalanan wisata, yayasan, kelompok bimbingan,

atau keikutsertaan para pihak yang tidak memiliki izin

sebagai PPIU melakukan kegiatan penyelenggaraan

perjalanan ibadah umrah.

d. Hasil pemantauan di bandara bahwa masih di temukan

PPIU yang memberangkatkan belum menyelesaikan

dokumen administrasi yaitu tidak membuat laporan

keberangkatan melalui aplikasi online.

e. Sesuai hasil monitoring KUH Jeddah yang dilaporkan

kepada Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah ditemukan

adanya jemaah umrah yang tidak memiliki tiket kembali,

jadwal tiket dengan paket perjalanan yang tidak sama,

jemaah diberikan akomodasi tidak sesuai perjanjian.

f. Sesuai laporan dari Kedutaan Besar Republik Indonesia

yang menjadi transit jemaah umrah, adanya jemaah umah

yang tertunda keberangkatannya tidak mendapat pelayanan

 

Page 87: EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41486/1/YEYET... · EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI TERHADAP PENYELENGGARA

66

yang layak, jemaah sakit tidak didampingi oleh petugas dari

penyelenggara.

g. Hasil pemantauan dan klarifikasi hasil pengawasan

diperoleh informasi adanya Provider visa dan PPIU yang

mengurus/menjual visa kepada perusahaan atau yayasan

yang tidak berhak sebagai PPIU.83

Dari uraian pemasalahan diatas penulis menyimpulkan bahwa

permasalahan umrah yang terjadi selama ini tidak terlepas dari aspek

pelayanan PPIU yang belum sesuai dengan standar dan mutu

pelayanan, karena menurut Zeithmal dan Philip Kotler terdapat lima

kriteria penentu mutu pelayanan, yaitu:

1) Reliability (keandalan), yaitu kemampuan untuk memberikan

pelayanan yang tepat dan terpercaya.

2) Responsiveness (ketanggapan), yaitu kesediaan atau kemauan

untuk membantu pelanggan dan memberikan pelayanan yang

cepat.

3) Assurance (jaminan), yaitu pengetahuan dan kesopanan

karyawan dan kemampuannya untuk memberikan rasa

percaya dan keyakinan atas pelayanan yang diberikan kepada

pelanggan. Dan komponen dari dimensi ini yaitu keramahan,

kompetensi, dan keamanan.

4) Empathy (kepedulian), yaitu membina hubungan dan

memberikan pelayanan serta perhatian secara individual pada

pelanggannya.

83

Surat Edaran Ditjen PHU Kemenag RI kepada Kepala Kanwil Kemenag Provinsi

seluruh Indonesia tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah

Umrah, Nomor DJ.VII/HJ.09/731/2015, 11 Februari 2015

 

Page 88: EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41486/1/YEYET... · EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI TERHADAP PENYELENGGARA

67

5) Tangibles (keberwujudan), yaitu meliputi fasilitas fisik,

peralatan, personil, dan media komunikasi yang dapat

dirasakan langsung oleh pelanggan.84

C. Perlindungan Jemaah Umrah

1. Jaminan Kepastian Berangkat dan Pulang Jema’ah Umrah

Keberangkatan dan pemulangan jemaah umrah diatur dalam

Bab 13 pasal 45 ayat 1 huruf (b) UU No 13 Tahun 2008 yang

berbunyi “Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umrah Wajib

memenuhi ketentuan memberangkatkan dan memulangkan

jemaah sesuai dengan masa visa umrah di Arab Saudi dan

ketentuan peraturan perundang-undangan”.85

Terkait jaminan

kepastian berangkat dan pulang jemaah umrah berbeda dengan

jaminan pada perjalanan ibadah haji karena dari segi keuangan

dan manajemennya diatur oleh Kementerian Agama sehingga

kegagalan terkait keberangkatan dan kepulangan lebih kecil.

Sedangkan umrah sendiri dari segi keusangan dan manajemen

diatur oleh Travel atau Biro Perjalanan Wisata yang mana ada

semacam kemungkinan jemaah yang gagal berangkat untuk

menjalankan ibadah umrah. Terkait hal tersebut, Kementerian

Agama memberikan sanksi kepada PPIU yang gagal

memberangkatkan jemaahnya, sanksi tersebut merupakan sanksi

administrasi dari mulai peringatan, pembekuan sampai

pencabutan. Dalam meminimalisir permasalahan umrah yang

terjadi Kementerian agama sendiri mencanangkan gerakan Lima

84

Husein Umar, Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen, Jakarta: PT. Gramedia

Pustaka Utama, 2005, h.38-39.

85 Pasal 45 ayat 1 huruf b UU No 13 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji

 

Page 89: EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41486/1/YEYET... · EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI TERHADAP PENYELENGGARA

68

Pasti Umrah, hal ini dilakukan untuk mengedukasi masyarakat

agar lebih berhati-hati ketika memilih travel umrah.86

2. Jaminan Kesehatan dan Keamanan Selama Dalam Ibadah

Umrah

a. Jaminan Kesehatan

Jaminan Kesehatan selama dalam ibadah umrah diatur pada

Pasal 10 huruf d PMA No 18 Tahun 2015 disebutkan bahwa

salah satu kewajiban PPIU adalah memberikan pelayanan

kesehatan bagi Jemaah Umrah.87

Pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada pasal 10

huruf d meliputi :

1) Penyediaan Petugas Kesehatan

2) Penyediaan Obat-obatan

3) Pengurusan bagi Jemaah Umrah yang sakit selama di

perjalanan dan di Arab Saudi.88

Selain itu pada pasal 15 PMA No 18 Tahun 2015

menyebutkan bahwa:

1) Setiap jemaah wajib melakukan vaksinasi meningitis

2) Vaksinasi meningitis sebagaimana dimaksud pada ayat

(1), menjadi tanggung jawab jemaah secara individu

3) PPIU dapat memfasilitasi vaksinasi meningitis Jemaah

86

Tree Agung Nugroho, Kepala Seksi Identifikasi dan Penanganan Masalah Ibadah

Umrah, Wawancara Pribadi, Pada Kamis, 25 Januari 2018 (13.30-14.00)

87 pasal 10 huruf d Peraturan Menteri Agama no 18 tahun 2015 tentang Penyelenggaraan

Perjalanan Ibadah Umrah

88 Pasal 13 Peraturan Menteri Agama No 18 Tahun 2015 Tentang Penyelenggaraan

Perjalanan Ibadah Umrah

 

Page 90: EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41486/1/YEYET... · EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI TERHADAP PENYELENGGARA

69

4) Dalam hal PPIU memfasilitasi pemberian vaksinasi

meningitis pada para jemaah, wajib mengacu pada

peraturan perundang-undangan.89

b. Jaminan Keamanan

Jaminan Keamanan selama dalam ibadah umrah diatur

dalam Pasal 10 huruf e PMA No 18 Tahun 2015 disebutkan

bahwa salah satu kewajiban PPIU adalah memberikan

perlindungan jemaah umrah dan petugas umrah.90

Pelayanan jemaah umrah dan petugas umrah sebagaimana

dimaksud dalam pasal huruf e wajib dilakukan oleh PPIU

meliputi

1) Asuransi jiwa, kesehatan, dan kecelakaan

2) Pengurusan dokumen jemaah yang hilang selama

perjalanan ibadah

3) Pengurusan jemaah yang meninggal sebelum tiba

kembali di tempat domisili

Adapun besaran pertanggung jawaban asuransi atau

nilai manfaat sebagaimana dimaksud diatas disesuaikan

dengan ketentuan dalam asuransi perjalanan.91

3. Jaminan Terselenggaranya Ibadah Umrah Sesuai Paket

Program PPIU

Pada pasal 45 ayat 1 huruf (c) UU No 13 Tahun 2008

disebutkan bahwa PPIU wajib memberikan pelayanan kepada

89

Pasal 15 PMA No 18 Tahun 2015 Tentang Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umrah

90 Pasal 10 huruf e Peraturan Menteri Agama No 18 Tahun 2015 Tentang

Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah

91 Pasal 16 Peraturan Menteri Agama No 18 Tahun 2015 Tentang Penyelenggaraan

Perjalanan Ibadah Umrah

 

Page 91: EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41486/1/YEYET... · EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI TERHADAP PENYELENGGARA

70

jemaah umrah sesuai dengan perjanjian tertulis yang disepakati

antara penyelenggara dengan jemaah.92

Ditjen PHU pada

dasarnya juga mengatur bahwa setiap PPIU diwajibkan untuk

membuat kesepakatan dengan Jemaahnya terkait program paket

ibadah umrah. Ketika PPIU telah mendapatkan Jemaah umrah

maka harus ada kontrak kesepakatan yang di tanda tangani oleh

kedua belah pihak baik hotel, pesawat, konsumsi dan lain

sebagainya.

Pada saat di bandara Ditjen PHU mengadakan pengawasan

kepada PPIU yang berangkat dan melihat sejauh mana PPIU

mentaati aturan-aturan yang telah di tetapkan oleh Kementerian

Agama, dan disana pihak Ditjen PHU menanyakan kepada PPIU

terkait penanggung jawab keberangkatan dan menanyakan apakah

keberangkatan tersebut sudah melapor atau belum ke

Kementerian Agama, berapa paketnya, berapa lama disana, nama

pesawatnya apa, dan lain sebagainya. Dari pengawasan tersebut

terkadang Ditjen PHU dapat mendeteksi dini terjadinya

pelanggaran-pelanggaran atau minimal dapat mendeteksi jemaah

yang berangkat yang hanya mengetahui tiket keberangkatannya

saja namun tidak mengetahui terkait tiket kepulangannya,

disitulah Ditjen PHU mencari tahu dan memastikan bahwa tiket

kepulangan jemaah sudah ada.93

92

Pasal 45 ayat 1 huruf (c) UU No 13 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji

93 Tree Agung Nugroho, Kepala Seksi Identifikasi dan Penanganan Masalah Ibadah

Umrah, wawancara Pribadi, Tanggal 25 Januari 2018, Pukul 13.30 – 14.00 WIB.

 

Page 92: EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41486/1/YEYET... · EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI TERHADAP PENYELENGGARA

71

D. Jenis Kasus dan Solusi dalam Penyelenggaraan Ibadah Umrah

1. Kasus Yang Menimpa Jemaah Umrah

Beragam upaya dilakukan Kementerian Agama dalam rangka

memberikan perlindungan dan pelayanan kepada Jemaah umrah,

namun demikian sejumlah masalah masih mewarnai dalam

penyelenggaraannya.

Selama ini Kementerian Agama menangani kasus yang

menimpa Jemaah umrah mulai dari gagal berangkat, tidak

keluarnya visa, sampai tidak ada tiket kepulangan, namun apabila

ranahnya pidana seperti penipuan dan penggelapan maka hal

tersebut ditangani oleh pihak kepolisian. Dengan demikian

apabila laporan kasus Jemaah umrah terkait dengan ranahnya

Kementerian Agama maka akan ditangani oleh Pihak Kemenag,

akan tetapi apabila kasus tersebut ranahnya pidana maka

ditangani oleh pihak Kepolisian dengan meminta saksi ahli dari

Kementerian Agama dan Jemaah langsung dapat melapor kepada

pihak Kepolisian.94

Penulis mewawancarai korban kasus gagal berangkat dari

travel Solusi Balad Lumampah (SBL) yaitu saudara Apipudin

salah satu Alumni Jurusan Manejemen Dakwah. Beliau mendaftar

bersama keluarga dan tetangganya ke travel tersebut lewat agen

travel SBL yang menawarkan di kampung sebelah rumahnya di

kawasan Kabupaten Tangerang. Apip pertama membayar uang

daftar sebesar satu juta rupiah (Rp.1000.000), selanjutnya

membayar lima juta rupiah (Rp.5.000.000) untuk memesan seat

dan diberitahu jadwal keberangkatan. Apip mengambil paket

94

Ibid

 

Page 93: EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41486/1/YEYET... · EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI TERHADAP PENYELENGGARA

72

umrah dari travel SBL senilai dua puluh satu juta lima ratus ribu

rupiah (Rp.21.500.000) dan djanjikan ganti rugi senilai tujuh

belas juta rupiah (Rp. 17.000.000) namun sampai hari ini baru

mendapat ganti kerugian senilai delapan juta rupiah

(Rp.8000.000).95

2. Jenis Kasus (Pelanggaran) Penyelenggara Umrah

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa

Kementerian Agama sudah menangani kasus dalam ibadah umrah

mulai dari gagal berangkat, tidak keluarnya visa, sampai tidak ada

tiket kepulangan. Adapun jenis kasus (pelanggaran) yang

dilakukan oleh Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umrah (PPIU)

antara lain:

1. PT Mediterania Travel, kasus penelantaran jemaah pada

tahun 2015;

2. PT Mustaqbal Lima, kasus penelantaran jemaah pada

tahun 2015;

3. PT Kopindo Wisata, kasus penelantaran Jemaah pada

tahun 2015;

4. PT Diva Sakinah, kasus penipuan dan penggelapan uang

jemaah pada tahun 2016 ;

5. PT Hikmah Sakti Perdana, kasus penipuan dan

penggelapan uang Jemaah pada tahun 2016;

6. PT Timur Sarana Tour & Travel (Tisa Tour), kasus gagal

memberangkatkan Jemaah pada tahun 2016;

7. PT First Anugrah Karya Wisata (First Travel), kasus

penipuan umrah pada tahun 2017;

95

Apipudin, Korban Gagal Berangkat Travel SBL, Wawancara Pribadi, 28 April 2018,

pukul 16.00-16.30 WIB

 

Page 94: EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41486/1/YEYET... · EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI TERHADAP PENYELENGGARA

73

8. PT Biro Perjalanan Wisata Al-Utsmaniyah Tours (Hanin

Tours), kasus penipuan umrah pada tahun 2017.96

Pada tahun 2018 setidaknya ada empat travel yang

memiliki kasus dan dikenai sanksi oleh Kementerian Agama

antara lain:

1. PT Amanah Bersama Ummat (Abu Tours), kasus gagal

memberangkatkan jemaah

2. Solusi Balad Lumampah (SBL), kasus gagal

memberangkatkan jemaah

3. Mustaqbal Prima Wisata, kasus gagal memberangkatkan

Jemaah

4. Interculture Tourindo, kasus gagal memberangkatkan

Jemaah

Keempat PPIU yang disebutkan di atas telah di berikan sanksi

oleh Kementerian Agama berupa pencabutan izin sebagai PPIU

karena terbukti gagal memberamgkatkan Jemaah. Khusus untuk

Interculture dianggap tidak lagi memiliki kemampuan finansial

sebagai PPIU, disebabkan bank garansinya di sita oleh pihak

kepolisian terkait kasus First Travel, Intelculture sendiri

merupakan PPIU yang berafiliasi dengan First Travel.97

Lebih

lengkapnya terkait kasus PPIU beserta sanksinya bias dilihat di

halaman 75.

96

https://kemenag.go.id/berita/read/507435/sejak-2015--kemenag-beri-sanksi-26-travel-

umrah, diakses pada Kamis, 3 Mei 2018, Pukul 15.00 WIB

97 http://www.harnas.co/2018/03/28/paket-umrah-murah-diantisipasi, diakses pada

Selasa, 01 Mei 2018, Pukul 15:14 WIB

 

Page 95: EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41486/1/YEYET... · EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI TERHADAP PENYELENGGARA

74

3. Penyelesaian Kasus Jemaah Umrah

Sebagaimana diatur Pasal 58 PP Nomor 79 Tahun 2012

tentang Pelaksana Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008

tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Pasal 10 PMA Nomor

18 tahun 2015 tentang tentang Penyelenggaraan Perjalanan

Ibadah Umrah PPIU memiliki sejumlah kewajiban yang harus

diberikan kepada kepada jemaah umrah 98

yaitu :

a. Bimbingan ibadah umrah (manasik);

b. Transportasi jemaah umrah;

c. Akomodasi dan konsumsi.

d. Kesehatan jemaah umrah

e. Perlindungan jemaah umrah dan petugas umrah;

f. Administrasi dan dokumen umrah

Maka apabila layanan tersebut ternyata tidak didapatkan atau

layanan ternyata tidak sesuai dengan perjanjian maupun berbeda

dengan promo yang dilakukan oleh PPIU, maka jemaah umrah

dapat menempuh beberapa cara dan instrumen hukum kepada

PPIU :

1) Pendekatan hukum administrasi

Jemaah dapat melaporkan pelanggaran atau layanan

PPIU kepada pemerintah sebagai pengawas yakni

Kementerian Agama. Kemenag akan merespon dan

biasanya mengklarifikasi kepada PPIU selaku terlapor

tentang duduk masalah yang sebenarnya. Apabila

98. Lihat Pasal 58 PP Nomor 79 Tahun 2012 tentang Pelaksanaan UU Nomor 13 Tahun 2008

tentang Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Haji dan pasal 10 -17 PMA Nomor 18 tahun 2015 tentang

tentang Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah.

 

Page 96: EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41486/1/YEYET... · EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI TERHADAP PENYELENGGARA

75

ditemukan pelanggaran maka secara administrasi PPIU

akan dikenakan sanksi99

berupa peringatan terulis.

Peringatan tertulis oleh Menteri Agama apabila PPIU

tidak melaksanakan beberapa ketentuan yaitu layanan

transportasi dari dan ke Arab Saudi (dengan

mempertimbangkan kenyamanan, keselamatan, dan

keamanan), pelayanan akomodasi berupa penginapan yang

layak, pengurusan dokumen perjalanan umrah dan visa

bagi jemaah umrah, pelaporan keberangkatan jemaah

umrah kepada Menteri, laporkan kedatangan dan

kepulangan jemaah umrah dari dan ke Arab Saudi kepada

Kepala Kantor Misi Haji Indonesia di Arab Saudi, laporan

pelaksanaan Penyelenggaraan Ibadah Umrah kepada

Menteri.100

pembekuan izin penyelenggaraan maksimal

selama 2 (dua) tahun,101

dan pencabutan izin

penyelenggaraan102

sesuai tingkat kesalahannya. Sejauh ini

pihak Kementerian Agama telah mencabut izin 3 (tiga) izin

PPIU yaitu PT Mediterania Travel, PT Mustaqbal Lima

Wisata, PT Kopindo Wisata, beberapa lainnya PT Mulia

Wisata Abadi, PT Sanabil Madinah Barokah, PT Al-Aqsha

Jisru Dakwah, PT Pandi Kencana Murni, dan PT Muaz

Barakat Safari dikenakan peringatan tertulis. Peranan

99. Pasal 6 ayat 1 UU Haji 100

Lihat Pasal 68 ayat 1 UU Haji.

101.Pembekuan dilakukan apabila terjadi pengulangan atas pelanggaran yang telah

diberikan peringatan tertulis. Lihat pasal 68 ayat 2 UU Haji. 102

. Pencabutan izin dilakukan apabila PPIU melakukan kesalahan berupa gagal

berangkat ke Arab Saudi, melanggar masa berlaku visa, terancam keamanan dan

keselamatannya.

 

Page 97: EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41486/1/YEYET... · EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI TERHADAP PENYELENGGARA

76

Kementerian Agama sangat penting selain sebagai

pengawas juga memberikan izin penerbitan izin dan

kontrol standar layanan PPIU kepada jemaah umrah.

2) Pendekatan hukum perdata (litigasi)

Saluran hukum yang dapat ditempuh oleh jemaah

umrah adalah mensengketakan PPIU melalui institusi

pengadilan (litigasi). Jika seorang konsumen haknya

terganggu dan menyebabkan kerugian, maka jemaah umrah

dapat mengajukan gugatan ke pengadilan dengan

mengajukan gugatan perdata (wanprestasi/perbuatan

melawan hukum) untuk mempertahankan dan

mendapatkan kembali haknya. Tentu saja bersengketa di

pengadilan harus tunduk dan patuh pada mekanisme dan

ketentuan-ketentuan sebagai mana diatur dalam

penyelesaian sengketa keperdataan pada umumnya.103

Kelemahannya di pengadilan prosesnya berlangsung lama

dan memakan biaya yang tidak sedikit.

3) Pendekatan hukum perlindungan konsumen

Sama dengan jalur perdata, mekanisme penyelesaian

sengketa dalam Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999

tentang Perlindungan Konsumen (UUPK) juga dapat

menggunakan jalur pengadilan (litigasi) sebagai

penyelesaian sengketa. Tetapi UUPK juga menawarkan

alternatif lain, apabila konsumen (jemaah umrah) merasa

keberatan dengan proses litigasi maka bisa melalui jalur

Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) yang

dapat dikategorikan sebagai instrumen penyelesaian

103

. Janus Sidabalok, Op. Cit., h. 58.

 

Page 98: EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41486/1/YEYET... · EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI TERHADAP PENYELENGGARA

77

sengketa di luar pengadilan (alternative dispute

resulution)104

melalui konsiliasi, mediasi dan arbitrase

sebagaimana diatur Pasal 49 ayat 1dan Pasal 54 ayat 2

UUPK. Panel mejelis nantinya terdiri dari unsur pelaku

usaha, konsumen dan pemerintah.

4) Pendekatan hukum pidana

Penyelesaian sengketa melalui jalur pidana haruslah

dipahami sebagai langkah terakhir (ultimum remedium)

dalam penyelesaian sengketa umrah, sebab persoalan

umrah tidak bisa dilepaskan begitu saja dari aspek ibadah.

Akan tetapi pada umumnya jemaah umrah bersedia

menempuh jalur musyawarah dan mediasi, namun apabila

jalur ini sudah tidak memberikan solusi pemidanaan bisa

menjadi langkah terakhir dengan melapor ke pihak

penegak hukum (kepolisian). Dalam UU Haji sendiri

ancaman pidana ditujukan kepada travel/biro perjalanan

yang tidak memiliki izin menyelenggarakan umrah

diancam dengan pidana paling lama 4 (empat) tahun

dan/atau denda paling banyak Rp 500 juta.105

Ancaman pidana juga berlaku bagi PPIU tetapi tidak

memberikan fasilitas dan pelayanan kepada jemaah umrah

sebagaimana telah yang telah disepakati berupa pidana

penjara selama 6 (enam) tahun dan/atau denda Rp 1

milyar.106

Ketentuan pidana dalam penyelenggaraan umrah

juga bisa dikaitkan dengan UUPK sebagaimana diatur

104

. Yusuf Shofie, Penyelesaian Sengketa Konsumen Menurut Undang-Undang

Perlindungan Konsumen, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2003) h. 27. 105

. Pasal 63 ayat (2) UU Haji. 106

. Pasal 64 ayat (2) UU Haji

 

Page 99: EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41486/1/YEYET... · EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI TERHADAP PENYELENGGARA

78

dalam pasal 62 UUPK bilamana PPIU merugikan jemaah.

PPIU juga dapat dijerat dengan Pasal 378 KUHP atas dasar

tindak pidana penipuan, yakni secara melawan hukum

dengan tipu muslihat, rangkaian kebohongan, dan

menggerakkan calon jemaah haji/umrah untuk

menyerahkan sesuatu kepadanya (misalnya mentransfer

sejumlah uang) dengan maksud untuk menguntungkan diri

sendiri atau orang lain dengan melawan hak.

Kementerian Agama dalam menyelesaikan kasus Jemaah

umrah yaitu dengan cara memeriksa laporan yang diterima

dari Jemaah yang tertimpa kasus dengan mempelajari bukti-

bukti dari laporan yang diterima oleh pihak Kemenag.

Apabila telah ditemukan bukti maka pihak Kemenag

memanggil pihak-pihak terkait dalam hal ini PPIU yang

berizin, namun apabila PPIU tersebut tidak berizin maka

Kementerian Agama menyarankan agar Jemaah melapor

kepada pihak Kepolisian.

Dalam proses penyelesaian kasus Jemaah umrah

Kementerian Agama melakukan koordinasi dengan

melibatkan pihak-pihak terkait, apabila di internal Kemenag

maka pihak tersebut adalah Inspektorat Jenderal (Itjen)

Kemenag RI, dan apabila diluar Kementerian Agama maka

berkoordinasi dengan Kementerian Perhubungan,

Kementerian Luar Negeri, dan Kementerian Imigrasi. Artinya

apabila terjadi permasalahan maka Kementerian Agama

melibatkan Inspektorat Jenderal dan bekerjasama dengan

Kementerian Luar Negeri apabila Tempat Kejadian Perkara

(TKP) terjadi di Luar Negeri, selain itu dapat melibatkan

 

Page 100: EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41486/1/YEYET... · EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI TERHADAP PENYELENGGARA

79

Kementerian Perhubungan dalam hal ini Ditjen Perhubungan

Udara dengan cara pihak Kemenag melakukan komunikasi

dengan pihak Kementerian perhubungan apabila

permasalahannya terjadi dalam hal perhubungan karena

penyelenggaraan umrah menggunakan maskapai udara.

Apabila permasalahannya terkait Jemaah yang over stay

seperti Jemaah yang tidak dapat pulang maka dalam hal ini

pihak Kemenag berkoordinasi dengan Kementerian

Imigrasi.107

Dalam perkembangannya, banyaknya jumlah korban

jemaah umrah yang mencapai ribuan yang menjadi korban

penipuan serta besarnya kerugian apabila cuma menghukum

pelaku dengan kurungan badan dalam waktu tertentu

dianggap suudah tidak mencerminkan rasa keadilan bagi para

korban. Disisi lain minimnya hukuman tidak membuat efek

jera, maka pemidanaan dengan instrumen UU Haji, UUPK

dan KUHP masih kurang optimal.

Oleh karena itu semakin mendesak untuk menambah

pemidanaan penipuan umrah dengan Undang-Undang Nomor

8 tahun 2010 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU),

sehingga aset hasil penipuan dapat dirampas sebagaimana

disuarakan oleh Komnas Haji Indonesia.108

Hal ini mengingat

jemaah umrah adalah calon tamu-tamu Allah yang mestinya

lebih dihargai. Langkah semacam ini telah diterapkan oleh

107

Tree Agung Nugroho, Kepala Seksi Identifikasi dan Penanganan Masalah Ibadah

Umrah, wawancara Pribadi, Tanggal 25 Januari 2018, Pukul 13.30 – 14.00 WIB.

108. Komnas Haji: Harta Pelaku Penipuan Umrah Harus Dirampas, tersedia di

http://hajiumrahnews.com/2016/05/20/komnas-haji-harta-pelaku-penipu-umrah-harus-dirampas-

agar-jera/, diakses 20 Mei 2016.

 

Page 101: EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41486/1/YEYET... · EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI TERHADAP PENYELENGGARA

80

Polda Metro Jaya dalam kasus dugaan penipuan umrah oleh

PT Lasantu Sentosa terhadap 437 jemaah umrah dengan

kerugian mencapai Rp 5,8 miliar. Selain menangkap direksi

dan komisarisnya, penyidik menerapkan UU TPPU dengan

menyita 30 unit taksi yang diduga berasal dari uang

jemaah.109

Langkah Polda Metro Jaya semestinya diikuti oleh

aparat kepolisian di wilayah lainnya.110

Secara konseptual dan normatif sesungguhnya regulasi

penyelenggaraan ibadah umrah cukup memadai untuk

memberikan jaminan perlindungan kepada jemaah umrah.

Hanya saja belum detail dan rinci sebagaimana aturan yang

diberlakukan dalam penyelenggaraan haji khusus yang sama-

sama dijalankan oleh pihak swasta. Disisi lain aturan tersebut

bobot dan daya ikatnya masih sektoral karena diatur pada

level Peraturan Menteri Agama (PMA) yang berdasarkan tata

urut pembentukan peraturan perundang-undangan kurang kuat

dan memliki daya ikat yang kurang luas. Sudah saatnya

peraturan perlindungan terhadap jemaah umrah dinaikkan

levelnya di tingkat undang-undang.

Selain itu yang perlu diperbaiki dalam tata kelola niaga

umrah Kemenag sebabagi leading sector agar meningkatkan

kerjasama lebih erat dan instens dengan pihak terkait seperti

Kementerian Pariwisata, Kementerian Perdagangan, pihak

109

.Pengusaha Taksi Ini Tipu 437 Jemaah Umrah Senilai Rp 5,8 M, tersedia di

http://news.detik.com/berita/3214360/pengusaha-taksi-ini-tipu-437-jemaah-umrah-senilai-rp-58-m,

diakses 23 November 2017.

110

Mustolih Siradj, Makalah Peneleitian Perlindungan Hukum Terhadap Jema’ah

Umroh

 

Page 102: EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41486/1/YEYET... · EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI TERHADAP PENYELENGGARA

81

imigrasi dan Kementerian Luar Negeri serta kepolisian. Sebab

penananganan pesoalan umrah tidak bisa berjalan sendiri

tetapi melibatkan lintas kementerian dan instansi. Termasuk

dengan negara penyelenggara umrah yakni Arab Saudi.

Karena umrah sekarang ini melibatkan persoalan yang sangat

kompleks.

4. Bentuk Sanksi Administrasi dan Hukum

Banyaknya masalah pada penyelenggaraan ibadah umrah

tidak terlepas dari lemahnya kebijakan mengenai

Penyelenggaraan perjalanan ibadah umrah sebagai contoh pada

Pasal 3 PMA no 18 Tahun 2015 disebutkan bahwa “Perjalanan

Ibadah Umrah bertujuan untuk memberikan pembinaan,

pelayanan, dan perlindungan yang sebaik-baiknya kepada

jemaah, sehingga jemaah dapat menunaikan ibadahnya sesuai

ketentuan syariat islam,”111

namun pada kenyataannya dalam

beberapa temuan masih ada permasalahan adanya jemaah umrah

yang terlantar, gagal berangkat, terkena penipuan, dan lain

sebagainya, hal ini membuktikan bahwa kebijakan tersebut masih

memiliki kelemahan karena masih banyak PPIU yang melanggar

kebijakan yang telah ditetapkan yang akhirnya jemaah terganggu

ketika melaksanakan ibadah umrah dan Kementerian agama

menerapkan sanksi administrasi kepada PPIU yang melakukan

pelanggaran berupa peringatan, pembekuan, dan yang terberat

adalah pencabutan.112

111

Pasal 3 PMA no 18 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah

112 Tree Agung Nugroho, Kepala Seksi Identifikasi dan Penanganan Masalah Ibadah

Umrah, wawancara Pribadi, Tanggal 25 Januari 2018, Pukul 13.30 – 14.00 WIB.

 

Page 103: EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41486/1/YEYET... · EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI TERHADAP PENYELENGGARA

82

PPIU wajib memberikan pelayanan kepada Jemaah umrah

meliputi:

a. Bimbingan ibadah umrah;

b. Transportasi Jemaah umrah;

c. Akomodasi dan konsumsi di Arab Saudi;

d. Kesehatan Jemaah umrah;

e. Perlindungan Jemaah umrah dan Petugas umrah;

f. Administrasi dan dokumen umrah.113

Bimbingan kepada Jemaah umrah dilakukan sebelum

keberangkatan, selama di perjalanan, dan selama di Arab Saudi.

Bimbingan yang diberikan kepada Jemaah umrah dilakukan oleh

petugas yang diangkat oleh PPIU sesuai standar yang di tetapkan oleh

Menteri. 114

Selain itu PPIU juga diwajibkan memberikan pelayanan

transportasi dari dan ke Arab Saudi dan selama di Arab Saudi dengan

wajib memperhatikan aspek kenyamanan, keselamatan, dan

keamanan.115

Pelayanan akomodasi wajib dilakukan oleh PPIU

dengan menempatkan Jemaah umrah di penginapan yang layak,

adapun pelayanan konsumsi diberikan kepada Jemaah dengan

memperhatikan standar menu, higienitas, dan kesehatan.116

Pelayanan

kesehatan diberikan kepada Jemaah umrah dilakukan sesuai dengan

113

Pasal 58 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 79 Tahun 2012 Tentang

Pelaksanaan Undang-undang No 13 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji

114 Pasal 59 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 79 Tahun 2012 Tentang

Pelaksanaan Undang-undang No 13 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji

115 Pasal 60 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 79 Tahun 2012 Tentang

Pelaksanaan Undang-undang No 13 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji

116 Pasal 61 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 79 Tahun 2012 Tentang

Pelaksanaan Undang-undang No 13 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji

 

Page 104: EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41486/1/YEYET... · EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI TERHADAP PENYELENGGARA

83

ketentuan Pemerintah Kerajaan Arab Saudi, 117

adapun perlindungan

Jemaah dan Petugas umrah menjadi tanggung jawab PPIU dengan

memberikan asuransi jiwa, kesehatan, dan kecelakaan yang mana

besaran pertanggungannya diatur dalam Peraturan Menteri.118

Pelayanan administrasi dan dokumen umrah wajib dilakukan PPIU

dalam bentuk:

a. Melakukan pengurusan dokumen perjalanan umrah dan visa

bagi Jemaah umrah

b. Melaporkan keberangkatan Jemaah umrah kepada Menteri

c. Melaporkan kedatangan dan kepulangan Jemaah umrah dari

dan ke Arab Saudi kepada Kepala Kantor Misi Haji Indonesia

di Arab Saudi

d. Melaporkan pelaksanaan Penyelenggaraan Ibadah Umrah

kepada Menteri.119

PPIU apabila tidak memberikan pelayanan sesuai dengan apa

yang uraikan di atas, maka Kementerian Agama memberikan sanksi

administratif berupa peringatan tertulis, adapun apabila PPIU

melakukan pengulangan terhadap pelanggaran maka Kementeraian

Agama akan memberikan sanksi aministratif berupa pembekuan izin

penyelenggaraan paling lama 2 (dua) tahun.

117

Pasal 62 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 79 Tahun 2012 Tentang

Pelaksanaan Undang-undang No 13 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji

118 Pasal 63 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 79 Tahun 2012 Tentang

Pelaksanaan Undang-undang No 13 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji

119 Pasal 64 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 79 Tahun 2012 Tentang

Pelaksanaan Undang-undang No 13 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji

 

Page 105: EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41486/1/YEYET... · EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI TERHADAP PENYELENGGARA

84

PPIU dilarang menelantarkan Jemaah umrah yang mengakibatkan

Jemaah umrah gagal berangkat ke Arab Saudi, melanggar masa

berlaku visa, terancam keamanan dan keselamatannya,120

apabila

PPIU melanggar ketentuan tersebut maka Kementerian Agama

memberikan sanksi administrative berupa pencabutan izin

penyelenggaraan.121

Berikut tabel PPIU yang melanggar dan telah diberikan sanksi oleh

Kemenag RI:

Tabel 4.1

PPIU yang diberikan Sanksi oleh Kemenag RI

No Nama PPIU Kasus/pelanggaran Sanksi Tahun

1 PT. Mediterania

Travel

Penelantaran

Jemaah

Pencabutan Izin 2015

2 PT. Mustaqbal

Lima

Penelantaran

Jemaah

Pencabutan Izin 2015

3 PT. Kopindo

Wisata

Penelantaran

Jemaah

Tidak Dapat Di

Proses Izin

Perpanjangan

Dikarenakan Kasus

2015

120

Pasal 65 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 79 Tahun 2012 Tentang

Pelaksanaan Undang-undang No 13 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji

121 Pasal 65 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 79 Tahun 2012 Tentang

Pelaksanaan Undang-undang No 13 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji

 

Page 106: EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41486/1/YEYET... · EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI TERHADAP PENYELENGGARA

85

Penelantaran Dan

Izin Sudah Habis

Masa Berlakunya

(Pencabutan)

4 PT Diva Sakinah Penipuan dan

Penggelapan uang

Jemaah

Pencabutan Izin 2016

5 PT Hikmah Sakti

Perdana

Penipuan dan

Penggelapan uang

Jemaah

Pencabutan Izin 2016

6 PT Timur sarana

Tour & Travel

(Tisa tour)

Gagal

memberangkatkan

Jemaah

Pencabutan Izin 2016

7 PT First Anugrah

Karya Wisata

(First Travel)

Penipuan Umrah Pencabutan Izin 2017

8 PT Biro

Perjalanan Wisata

Al-Utsmaniyah

Tours (Hanin

Tours)

Penipuan Umrah Pencabutan Izin 2017

 

Page 107: EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41486/1/YEYET... · EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI TERHADAP PENYELENGGARA

86

9 PT Interculture

Tourindo

Gagal

memberangkatkan

Jemaah

Pencabutan Izin 2018

10 PT. Solusi Balad

Lumampah (SBL)

Gagal

memberangkatkan

Jemaah

Pencabutan Izin 2018

11 PT. Amanah

Bersama Umat

(Abu Tours)

Gagal

memberangkatkan

Jemaah

Pencabutan Izin 2018

12 PT Mustaqbal

Wisata Prima

Gagal

memberangkatkan

Jemaah

Pencabutan Izin 2018

13 PT. Catur Daya

Utama

Dinyatakan tidak

berlaku lagi

Berdasarkan Hasil

Akreditasi

Tidak diperpanjang

izin berdasarkan

akreditasi

2015

14 PT. Huli Saqdah Dinyatakan tidak

berlaku lagi

Berdasarkan Hasil

Akreditasi

Tidak diperpanjang

izin berdasarkan

akreditasi

2015

15 PT. Maccadina Dinyatakan tidak Tidak diperpanjang (2015)

 

Page 108: EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41486/1/YEYET... · EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI TERHADAP PENYELENGGARA

87

berlaku lagi

Berdasarkan Hasil

Akreditasi

izin berdasarkan

akreditasi

16 PT. Gema Arofah

Dinyatakan tidak

berlaku lagi

Berdasarkan Hasil

Akreditasi

Tidak diperpanjang

izin berdasarkan

akreditasi

2015

17 PT. Wisata Pesona

Nugraha

Dinyatakan tidak

berlaku lagi

Berdasarkan Hasil

Akreditasi

Tidak diperpanjang

izin berdasarkan

akreditasi

2016

18 PT. Assuryaniyah

Cipta Prima

Dinyatakan tidak

berlaku lagi

Berdasarkan Hasil

Akreditasi

Tidak diperpanjang

izin berdasarkan

akreditasi

2016

19 Pt. Maulana

Dinyatakan tidak

berlaku lagi

Berdasarkan Hasil

Akreditasi Dan

Pengawasan

Tidak diperpanjang

izin berdasarkan

akreditasi

2016

20 PT Al-Maha Tour Dinyatakan tidak Tidak diperpanjang 2017

 

Page 109: EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41486/1/YEYET... · EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI TERHADAP PENYELENGGARA

88

& Travel berlaku berdasarkan

hasil pengawasan

dan pengendalian

izin berdasarkan hasil

pengawasan dan

pengendalian

21 PT Asyifa Mandiri

Wisata

Dinyatakan tidak

berlaku berdasarkan

hasil pengawasan

dan pengendalian

Tidak diperpanjang

izin berdasarkan hasil

pengawasan dan

pengendalian

2017

22 PT Raudhah

Karisma Wisata

Dinyatakan tidak

berlaku berdasarkan

hasil pengawasan

dan pengendalian

Tidak diperpanjang

izin berdasarkan hasil

pengawasan dan

pengendalian

2017

Sumber: www.kemenag.go.id122

Dalam pasal 43 ayat 2 UU no 13 tahun 2008 disebutkan bahwa

Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umrah dilakukan oleh Pemerintah dan/

atau Biro Perjalanan wisata yang ditetapkan oleh Menteri.123

Hal ini

dipertegas pula pada pasal 4 PMA No 18 tahun 2015 disebutkan bahwa

Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah dapat dilakukan oleh Pemerintah

dan/ atau Biro Perjalanan Wisata yang ditetapkan oleh Menteri, dalam hal ini

dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal yang mana ketentuannya ditetapkan

122

https://kemenag.go.id/berita/read/507435/sejak-2015--kemenag-beri-sanksi-26-travel-

umrah, diakses pada Kamis, 3 Mei 2018, Pukul 15.00 WIB

123 Pasal 43 UU no 13 tahun 2008 Tentang penyelenggaraan Ibadah Haji

 

Page 110: EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41486/1/YEYET... · EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI TERHADAP PENYELENGGARA

89

oleh Direktur Jenderal.124

Perihal penyelenggaraan umrah dalam UU no 13

tahun 2008 dan PMA no 18 tahun 2015 pada dasarnya sudah diatur

sedemikian tegas dan rapi namun pada kenyataannya selama ini

Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umrah hanya dilaksanakan oleh Biro

Perjalanan Wisata namun artinya Pemerintah juga pada dasarnya dapat

merealisasikan hal tersebut dengan menyelenggarakan perjalanan ibadah

umrah seperti halnya biro perjalanan umrah lainnya karena sudah diatur

secara legal. Artinya hal ini membuktikan dengan tidak ikut sertanya

Pemerintah sebagai Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umrah bahwa

kebijakan-kebijakan yang telah diatur dengan sedemikian rapi tidak dapat di

realisasikan dengan baik.

124

Bab 2 Pasal 4 PMA No 18 Tahun 2015 tentang Psenyelenggara Perjalanan Ibadah

Umrah

 

Page 111: EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41486/1/YEYET... · EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI TERHADAP PENYELENGGARA

90

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis dari hasil penelitian dan pembahasan dalam

skripsi ini maka penulis menyimpulkan sebagai berikut:

1. Efektivitas dan mekanisme perizinan, pengawasan dan

pengendalian Kementerian Agama terhadap PPIU meliputi:

a. Mekanisme perizinan Penyelenggara Perjalanan Ibadah

Umrah (PPIU) merupakan proses pengajuan PPIU yang

diajukan ke PTSP (Pelayanan Terpadu Satu Pintu)

Kementerian Agama yang ditangani oleh petugas PTSP yang

nantinya akan di proses sekitar satu sampai dua bulan sampai

keluar izin sebagai PPIU dengan persyaratan yang telah

ditentukan oleh Kementrian Agama. Mekanisme perizinan

PPIU secara garis besar berjalan dengan efektif apabila proses

pengajuannya berjalan dengan sesuai seperti sudah memiliki

izin sebagai Biro Perjalanan Wisata (BPW), memiliki TDUP

(Tanda Daftar Usaha Pariwisata), mempunyai Surat Izin

Usaha Pariwisata (SIUP), dan sudah memiliki pajak sehingga

telah terseleksi di awal sebelum mengajukan perizinan

sebagai PPIU ke Kementerian Agama.

b. Mekanisme Pengawasan PPIU ketika operasional

penyelenggaraan ibadah umrah meliputi rencana perjalanan

dari mulai pemberangkatan dari Tanah Air ke Arab Saudi

sampai kembali ke Tanah Air, pelayanan ketika di Arab Saudi

yang meliputi transportasi, akomodasi, konsumsi serta

 

Page 112: EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41486/1/YEYET... · EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI TERHADAP PENYELENGGARA

91

pelayanan kesehatan. Pengawasan PPIU melibatkan pihak

Inspektorat Jenderal Kemenag RI dan juga pihak kepolisian

ketika pengawasan dilakukan di Indonesia, namun apabila

pengawasan dilakukan di Arab Saudi maka melibatkan

Kantor Urusan Haji (KUH). Pengawasan PPIU secara garis

besar sudah berjalan efektif, walaupun terkendala dana yang

sangat minim karena dibutuhkan dana yang cukup untuk

menjangkau ke pelosok.

c. Mekanisme pengendalian PPIU dilakukan oleh Direktur

Jenderal atas nama Menteri terhadap operasional

Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umrah di Tanah air dan

Arab Saudi. Pengendalian PPIU meliputi kepemilikan,

domisili, masa berlaku izin operasional, finansial, sarana dan

prasarana, serta kinerja pelayanan kepada Jemaah. Secara

garis besar pengendalian terhadap PPIU berjalan dengan

efektif walaupun masih ada yang belum maksimal disebabkan

regulasi yang harus direvisi menjadi lebih baik.

2. Kewajiban Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umrah (PPIU)

berdasarkan kebijakan dan peraturan meliputi pelayanan

administrasi dan pendaftaran Jemaah umrah, pelayanan

bimbingan ibadah/manasik Jemaah umrah yang dilakukan

sebelum berangkat dan selama di Arab saudi, pelayanan

keberangkatan dan pemulangan Jemaah umrah, pelayanan

akomodasi dan konsumsi selama di Arab Saudi, pelayanan

kesehatan bagi Jemaah umrah, serta perlindungan Jemaah dan

petugas umrah.

3. Bentuk perlindungan dan penyelesaian kasus bagi Jemaah umrah

antara lain:

 

Page 113: EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41486/1/YEYET... · EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI TERHADAP PENYELENGGARA

92

a. Perlindungan bagi Jemaah umrah meliputi jaminan kepastian

berangkat dan pulang Jemaah umrah, jaminan kesehatan dan

keamanan selama dalam ibadah umrah, serta jaminan

terselenggaranya ibadah umrah sesuai paket program PPIU.

b. Penyelesaian kasus bagi Jemaah umrah dilakukan dengan cara

memeriksa laporan yang diterima dari Jemaah yang tertimpa

kasus dengan mempelajari bukti-bukti dari laporan yang

diterima oleh pihak Kemenag. Apabila telah ditemukan bukti

maka pihak Kemenag memanggil pihak-pihak terkait dalam

hal ini PPIU yang berizin, namun apabila PPIU tersebut tidak

berizin maka Kementerian Agama menyarankan agar Jemaah

melapor kepada pihak Kepolisian. Dalam proses penyelesaian

kasus Jemaah umrah Kementerian Agama melakukan

koordinasi dengan melibatkan pihak-pihak terkait, apabila di

internal Kemenag maka pihak tersebut adalah Inspektorat

Jenderal (Itjen) Kemenag RI, dan apabila diluar Kementerian

Agama maka berkoordinasi dengan melibatkan Kementerian

Perhubungan, Kementerian Luar Negeri, dan Kementerian

Imigrasi.

B. Saran

Untuk meningkatkan kinerja Kementerian Agama RI dalam

meningkatkan efektivitas kebijakan terhadap PPIU dan perlindungan

Jemaah, maka saran penulis antara lain:

1. a. Proses perizinan PPIU agar menggunakan system online, hal

ini memperhatikan apabila lokasi tempat usaha biro perjalanan

wisata yang berada jauh dari ibu kota agar tidak harus ke

Kementerian Agama untuk mengajukan izin PPIU. Kemenag RI

agar berkoordinasi dengan Direktorat Jenderal Pajak Kementerian

 

Page 114: EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41486/1/YEYET... · EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI TERHADAP PENYELENGGARA

93

Keuangan dalam Pelaksanaan Konfirmasi Status Wajib (PKSW)

pajak sebelum proses pelayanan perizinan PPIU diproses.

b. Kepada Pemerintah hendaknya memberikan anggaran yang

cukup sebagai operasional dalam melakukan pengawasan,

sehingga proses pengawasan dan pemantauan terhadap PPIU

lebih maksimal sampai ke pelosok daerah.

c. Regulasi terkait pengendalian agar di revisi menjadi lebih

baik agar pengendalian terhadap PPIU berjalan secara

maksimal.

2. Ditjen PHU Kemenag RI hendaknya disegerakan membuat

Standar Pelayanan Minimal (SPM) ibadah umrah.

3. a. Kementerian Agama lebih memperketat regulasi terkait

Jaminan pelayanan yang diberikan kepada Jemaah umrah

sehingga pelanggaran-pelanggaran terhadap Jemaah dapat di

minimalisir.

b. Kementerian Agama agar lebih meningkatkan kerjasama yang

erat dan intens dengan pihak terkait seperti Kementerian

Pariwisata, Kementerian Perdagangan, Pihak Imigrasi,

Kementerian Luar Negeri serta Kepolisian, karena

penanganan persoalan umrah tidak bias berjalan sendiri tetapi

melibatkan lintas Kementerian dan Instansi.

 

Page 115: EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41486/1/YEYET... · EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI TERHADAP PENYELENGGARA

94

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Said Zainal, Kebijakan Publik, Penerbit Pancur Siwah, Jakarta 2004

Anshar, Zakaria, Profile Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan

Umrah, Jakarta: Direktorat Penyelenggaraan Haji dan Umrah,

2008

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek,

Jakarta: Bulan Bintang, 2003

Bush, Tony & Marianne Coleman, Manajemen Strategi Kepemimpinan

Pendidikan, Yogyakarta: IRCiSoD, 2008

Dunn, William N, Pengantar Analisis Kebijaan Publik, Gadjah Mada

University Press, Yogyakarta 2000

Echols, Jhon M. & Hasan Shadily, An-English-IndonesiaDictionary, Jakarta:

PT. Gramedia Utama, 1996

Fatahillah, Haadiy. Umrah Beckpaker, Cara Umrah Seribu Dollar,

Tangerang Selatan : Ihsan Media, 2015.

Hanafi, Mahmud M, Manajemen, Yogyakarta: UPP AMP YPKN,1997

Indiahono, Dwiyanto, Kebijakan Publik Berbasis Dynamic Policy Analisys,

Gava Media, Yogyakarta 2009

Islamy, Prinsip-prinsip Perumusan Kebijakan Negara, Jakarta, Bumi

Aksara, 1997

Jones, Charles O, Pengantar Kebijakan Publik, Jakarta: Rajawali Press

Kristiyanti, Celina Tri Siwi. Hukum Perlindungan Konsumen, Sinar Grafika,

Jakarta, 2009

Marzali, Amri, Antropologi dan Kebijakan Publik, Jakarta: Kencana Prenada

Media Group 2012

Mertokusumo, Sudikno. Bab-bab Tentan Penemuan Hukum, Bandung; Citra

Aditya Bakti, 1993

 

Page 116: EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41486/1/YEYET... · EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI TERHADAP PENYELENGGARA

95

Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2009.

Mulyana, Deddy, Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, Cet ke 18, Bandung

PT. Remaja Rosda Karya 2014

Mursid, H. Pengertian Haji dan Umroh, Kementrian Agama Kota Depok,

Jakarta tahun 2009

Nasution, Az. Hukum Perlindungan Konsumen Suatu Pengantar, Diadit

Media, Jakarta, 2001

Nasution, Prof. Dr Harun, Ensiklopedi Islam Indonesia, Jakarta, Djembatan,

1992

Nugroho, Susanti Adi, Hukum Persaiangan Usaha di Indonesia dalam

Teori dan Praktik serta Penerapan Hukumnya, Jakarta : PT

Prenada media Group, 2014

Rahardjo, Satijipto, Ilmu Hukum, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000

Raharjo, Satjipto Penyelenggaraan Keadilan Dalam Masyarakat yang

Sedang Berubah, 1999

Rahmat, Jalaludin, Psikologi Komunikasi, Bandung: PT. Remaja Rosda

Karya, 2004

Rahmat, Jalaludin. Metode Penelitian Komunikasi Dilengkapi Contoh

Analisis Statistik Bandung: PT. Rosdakarya, 2002.

Ruslan, Rosady. Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi,

Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003

Shihab, M. Quraish. Haji dan Umrah, Tangerang : Lentera Hati, 2012.

Shofie, Yusuf. Penyelesaian Sengketa Konsumen Menurut Undang-Undang

Perlindungan Konsumen, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2003

Siagian Dergibson dan Sugiarto, Metode Statistik untuk Bisnis dan Ekonomi,

Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2000

Stoner, James A.F. & Alfonsius Sirait, Manajemen, Jakarta, Penerbit

Erlangga, 1994

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung:

ALFABETA, 2008), h. 140

 

Page 117: EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41486/1/YEYET... · EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI TERHADAP PENYELENGGARA

96

Sugiyono, Prof. Dr. Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung, Alfabet,

2010

Suharto, Edi, Analisis Kebijakan Publik. Panduan Praktis Mengkaji Masalah

dan Kebijakan Sosial, Alfabeta, Bandung, 2008

Suharto, Edi. Analisis Kebijakan Publik., Bandung, Alfabeta, 2008

Suryabrata, Sumardi. Metodologi Penelitian, Jakarta : CV Rajawali, 1993.

Susanto, Happy. Hak-Hak Konsumen Jika Dirugikan, Jakarta, Visimedia,

2008

Suwarto, FX, Perilaku Organisasi, Yogyakarta: Universitas Atma Jaya

Yogyakarta, 1999

Syawali, Husni, dan Neni Sri Imaniyati, “Hukum Perlindungan Konsumen”,

Bandung, Mandar Maju, 2000

Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islami, Surabaya : Al-Ikhlas, 1983

Umar, Husein, Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen, Jakarta: PT.

Gramedia Pustaka Utama, 2005

Usman, Husaini, dan Purnomo Akbar Setiady, Metodologi Penelitian Sosial,

Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2003

Winarno, Budi, Kebijakan Publik:Teori dan Proses, Media Pressindo,

Yogyakarta 2007

Sumber Lain

Apipudin S.Sos, Korban Gagal Berangkat Travel SBL, Wawancara Pribadi,

28 April 2018, pukul 16.00-16.30 WIB

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:

Balai Pustaka, 1988

Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Bulan Bintang, 2002

H. Denny Fathurahman, Kepala Seksi Pemantauan dan Pengawasan Ibadah

Umrah, Wawancara Pribadi, pada 20 Maret 2018, (Pukul 13.00-

13.30)

 

Page 118: EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41486/1/YEYET... · EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI TERHADAP PENYELENGGARA

97

Hj. Dewi Gustikarini, SH, Kepala Seksi Perizinan Penyelenggara Perjalanan

Ibadah Umrah, Wawancara Pribadi , pada 20 Maret 2018 Pukul

12.30-12.45 WIB.

Kementerian Agama Republik Indonesia, Ditjen PenyelenggaraHaji dan

Umrah, Rencana Strategis Direktorat Jenderal Penyelenggaraan

Haji dan Umrah Tahun 2010-2014

Peraturan Menteri Agama (PMA) Nomor 29 Tahun 2015 tentang perubahan

atas Peraturan Menteri Agama Nomor 14 Tahun 2002 tentang

Penyelenggaraan Haji Reguler

Peraturan Menteri Agama (PMA) Republik Indonesia No 42 Tahun 2016

Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Agama

Peraturan Menteri Agama (PMA) Republik Indonesia No. 18 Tahun 2015

Tentang Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umrah

PMA No 10 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian

Agama

PP Nomor 79 Tahun 2012 tentang Pelaksanaan UU Nomor 13 tahun 2008

tentang penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah

Siradj, Mustolih, Makalah Penelitian Perlindungan Hukum Terhadap Jemaah

Umroh

Surat Edaran Ditjen PHU Kemenag RI kepada Kepala Kanwil Kemenag

Provinsi seluruh Indonesia tentang Pembinaan dan Pengawasan

Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah, Nomor

DJ.VII/HJ.09/731/2015, 11 Februari 2015

Tree Agung Nugroho, Kepala Seksi Identifikasi dan Penanganan Masalah

Ibadah Umrah, Wawancara Pribadi, Pada Kamis, 25 Januari 2018

13.30-14.00 WIB

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Ibadah

Haji

Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

(UUPK)

 

Page 119: EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41486/1/YEYET... · EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI TERHADAP PENYELENGGARA

98

Internet

https://haji.kemenag.go.id/v2/content/menteri-agama-luncurkan-gerakan-

nasional-lima-pasti-umrah, diakses 29 September 2017

www.slideshare.net, Yodhia Antariksa, Mengukur Efektifitas Trainning,

artikel diakses tanggal 12 Desember 2017

https://kbbsi.web.id/perlindungan, diakses 6 Oktober 2017, pukul 19.00 WIB

http://www.harnas.co/2018/03/28/paket-umrah-murah-diantisipasi, diakses

pada Selasa, 01 Mei 2018, Pukul 15:14 WIB

https://kemenag.go.id/berita/read/507435/sejak-2015--kemenag-beri-sanksi-

26-travel-umrah, diakses pada Kamis, 3 Mei 2018, Pukul 15.00

WIB

 

Page 120: EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41486/1/YEYET... · EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI TERHADAP PENYELENGGARA

LAMPIRAN – LAMPIRAN

 

Page 121: EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41486/1/YEYET... · EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI TERHADAP PENYELENGGARA

WAWANCARA TAHAP PERTAMA

Narasumber : H. Tree Agung Nugroho, S.Sos, M.I.Kom

Jabatan : Kepala Seksi Identifikasi dan Penanganan Masalah Ibadah

Umrah

Tanggal : 25 Januari 2018

Lokasi : Ditjen PHU Kemenag RI

Waktu : 13.30 – 14.00 WIB

1. Bagaimana mekanisme perizinan Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umrah (PPIU)?

Kalo mekanismenya secara garis besarnya menurut undang-undang No 13, ia harus

Biro Perjalanan Wisata dulu (BPW) selama dua tahun, setelah ia sudah BPW dua

tahun baru nanti ia bisa mengajukan permohonan sebagai PPIU (Penyelenggara

Perjalanan Ibadah Umrah). Caranya bagaimana, ditempat domisilinya ia berketetapan

itu ia menghubungi ke Kanwil Kementerian Agama untuk mendapatkan rekomendasi

tentunya dengan syarat-syarat ya, nanti terkait persyaratannya bisa ditanyakan ke

bagian perizinan atau nanti bisa dilihat di PMA No 18 tahun 2015 tentang

Pelaksanaan Penyelenggara Ibadah Umrah seperti itu, nanti bisa dilihat disitu syarat-

syaratnya apa saja, saya ulang ya tadi PMA (Peraturan Menteri Agama) Republik

Indonesia No 18 Tahun 2015 tentang Perjalanan Ibadah Umrah, itu nanti ada

persyaratannya untuk menjadi PPIU (Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umrah)

setelah ia melengkapi persyaratan, ia datang ke Kanwil nanti dari Kanwil ia melihat

kesesuaian data dengan semacam kunjungan setelah dinyatakan sesuai nanti Kanwil

membuat rekomendasi. Dari rekomendasi itu nanti pihak BPW mengajukan lagi

permohonan kepada Kementerian Agama dalam hal ini ada pelayanan dari PTSP di

 

Page 122: EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41486/1/YEYET... · EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI TERHADAP PENYELENGGARA

bawah nanti di proses oleh PTSP setelah lengkap dokumennya diterima, nanti dikirim

ke bagian perizinan umrah diproses sampai jadi izinya, secara garis besarnya seperti

itu. Terus terkait persyaratannya nanti bisa dilihat ya di PMA.

2. Apa saja ketentuan dan mekanisme pengawasan PPIU?

Baik, ketentuan pengawasan juga disini diatur dalam PMA ya di PMA 18 tadi tahun

2015 ada di pasal 20 itu yang mengatur tentang pengawasan dan pegendalian PPIU,

ya disitu berbunyi bahwa pengawasan dilakukan oleh Direktur Jenderal atas nama

Menteri. Pengawasan disini ya itu terkait dengan rencana perjalanan, kegiatan

operasionalnya, pelayanan jemaahnya, terus ketentuan peraturan per Undang-

undangan. Nah di pengawasan ini kita juga bisa melibatkan pihak lain dalam hal ini

Inspektorat kita atau pihak Kepolisian seperti itu. Nah itu kan untuk yang kalau

terjadinya di Indonesia, kalau terjadinya di Arab Saudi kita punya namanya Kantor

Urusan Haji (KUH) merekalah yang membantu kita kalau itu terjadi di Arab Saudi.

3. Siapa yang mengendalikan Program dan Operasional PPIU?

Program, ya PPIU nya sendiri karena kan umrah ini diselenggarakan oleh swasta,

beda dengan haji regular kita yang mengendalikan.

4. Selanjutnya Pak, bagaimana pelayanan administrasi dan pendaftaran jemaah

umrah?

Baik, sebetulanya kalau pendaftaran itu kan ada di ranah PPIU ya, Cuma yang kita

ketahui bahwa mereka itu mendapatkan jemaah mereka membayar sesuai dengan

paket layanannya nanti disana diproses, proses tiketnya, proses LA nya, LA itu land

arrangement jadi kebutuhan ia di Saudi itu kita sebut LA (land arrangement) dari

mulai mobil penjemputan, hotel, sampai makan sampai pendamping muthawif segala

macam itu disebut LA.

 

Page 123: EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41486/1/YEYET... · EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI TERHADAP PENYELENGGARA

5. Bagaimana pelayananan bimbingan ibadah dan manasik jemaah umrah?

Itu diatur di PMA nya lagi, jadi PPIU itu punya kewajiban sebagai Penyelenggara

Perjalanan Ibadah Umrah untuk memberikan manasik kepada jemaahnya, disini ada

di pasal 10 PMA 18 lagi “PPIU wajib memberikan pelayanan bimbingan ibadah

umrah, transportasi jemaah umrah, akomodasi dan konsumsi, kesehatan jemaah

umrah, perlindungan jemaah umrah dan petugas umrah dan administrasi dan

dokumen umrah” itu tertuang di pasal 10 itu kewajiban.

6. Artinya terkait keberangkatan juga ada di pasal 10 ya pak?

Ya, keberangkatan itu masuk kategorinya mungkin transportasi tadi, pengurusan

administrasi dan dokumen umrah.

7. Mengenai bentuk perlindungan dan penyelesaian kasus jemaah umrah, apa sih pak

jaminan kepastian berangkat dan pulang jemaah umrah?

Kalau ditanya kepastian ini kan berbeda dengan haji ya kalau haji itu kan uangnya ada

di kita manajemennya ada di kita, jadi namanya kegagalan itu lebih sedikit lah ya,

tapi kalau di umrah ini memang ada semacam kemungkinan jemaah itu gagal

berangkat. Nah terkait dengan jemaah gagal berangkat itu kita disini punya sanksi

nya, sanksi itu adalah sanksi administrasi, dari mulai peringatan, pembekuan sampai

pencabutan. Jadi kalau ada PPIU yang melanggar ya kita lihat pelanggarannya

dimana, kalau memang sudah berat ya kita cabut seperti itu, terus sampai hari ini kan

kita punya namanya lima pasti umrah, itu adalah sebetulnya keinginan kita memberi

edukasi kepada masyarakat ketika memilih travel umrah ya harus lebih smart,

maksudnya jemaah ini harus lebih yang berhati-hati untuk memilih, tidak langsung

berfikir ini murah berangkat, terus ini karena pak kiayi saya berangkat saya mau

berangkat, selidiki dulu siapa penyelenggaranya amanah atau tidak, nah terkait

 

Page 124: EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41486/1/YEYET... · EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI TERHADAP PENYELENGGARA

kepastian sih itu saja, kita hanya mengedukasi masyarakat terus kita punya sanksi

yang bisa kita berikan kepada PPIU yang gagal memberangkatkan.

8. Apa jaminan kesehatan dan keamanan selama dalam ibadah umrah?

Kembali lagi alhamdulillah aturannya ini sudah lengkap, jadi kita mewajibkan kepada

PPIU untuk memberikan asuransi kepada jemaah. PPIU wajib memberikan asuransi

itu masuk ke perlindungan kesehatan jemaah umrah ada di pasal 14 “pelayanan

kesehatan sebagian yang di maksud dalam huruf d meliputi penyediaan petugas

kesehatan, penyediaan obat-obatan dan pengurus bagi jemaah umrah yang sakit

selama perjalanan dan di Arab Saudi” terkait asuransi ada tercantum di pasal 16

“pelayanan perlindungan jemaah umrah dan petugas umrah sebagaimana dimaksud

dalam pasal 10 huruf e wajib dilakuan oleh PPIU meliputi asuransi jiwa, kesehatan

dan kecelakaaan” itu juga yang kita minta kepada mereka.

9. Kalau untuk jaminan terselenggaranya ibadah umrah sesuai program paket, itu

bagaimana pak?

Kita disini juga mengatur bahwa setiap PPIU mewajibkan untuk membuat semacam

kesepakatan dengan jemaahnya, jadi ketika ia mendapatkan jemaah itu harus ada

kontrak kesepakatan di tanda tangani oleh kedua belah pihak hotelnya apa,

pesawatnya apa, makanya itu harus detail disitu. Itu yang kita wajibkan kepada PPIU.

Jaminanya nanti di pengawasan, utamanya pada saat dibandara kita melakukan

pengawasan, nanti sejauh mana ketaatan PPIU dalam rangka ini yang tercantum di

pasal-pasal ini. Di bandara jadi nanti ada tim yang dari sini berangkat, disana

melakukan semacam pengawasan kepada PPIU yang berangkat, ditanya siapa

penanggung jawabnya, setelah bertemu dengan penanggung jawabnya kita tanya

sudah melaporkan atau belum ke Kementrian Agama keberangkatan ini, paketnya

berapa, berapa lama disana, nama pesawatnya apa, nah itu juga kadang-kadang kita

 

Page 125: EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41486/1/YEYET... · EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI TERHADAP PENYELENGGARA

bisa mendeteksi dini terjadinya pelanggaran-pelanggaran atau minimal ternyata pas

berangkat jemaahnya hanya mengetahui tiket berangkatnya saja pulangnya tidak ada,

itu kita cari tahu memastikan bahwa tiket pulangnya sudah ada.

10. Apa saja tahapan-tahapan untuk penyelesaian kasus jemaah umrah?

Tahapan-tahapannya mungkin secara pemberian sanksi itu ada di pasal 25, jadi ketika

ada PPIU yang melanggar kita merujuk ke pasal 25 ini. Izin PPIU yang melanggar

ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 68 sampai dengan 70 itu ada sanksinya,

mulai siapa pelapornya nanti kita lakukan identifikasi masalahnya apa, setelah kita

identifikasi masalahnya kita konstruksikan seperti apa, nanti kita panggil kalau itu

berizin, kalau tidak berizin kami tidak punya kewenangan. Ketika berizin kita panggil,

kita mediasi kalau memang dimungkinkan diselesaikan oleh Kementerian Agama kita

selesaikan, tapi kalau ada kemungkinan tidak bisa di selesaikan oleh Kementerian

Agama ya kita arahkan kepada Kepolisian. Ya kan sudah ada aturan-aturannya, kita

berperan dengan kewenangannya masing-masing.

11. Apa saja kasus yang pernah ditangani yang menimpa Jemaah umrah?

Kalau jumlahnya saya harus melihat, tapi yang jelas rata-rata memang dari versi kami

adalah mulai gagal berangkat, penelantaran, seperti itu yang ranahnya kami. Tapi

kalau dari sisi pidana itu pihak kepolisian meminta kepada kita untuk menjadi saksi

ahli lah ya seperti itu, itu dari versi Kementerian Agama itu tindak pidananya adalah

penipuan, penipuan dan penggelapan seperti itu. Jadi laporan umrah ini kan bisa kalau

terkait dengan yang ranahnya Kementerian Agama memang kita selesaikan nah kalau

ranahnya pidana nanti polisi yang menangani, jadi jemaahnya melapor kepada pihak

kepolisian.

 

Page 126: EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41486/1/YEYET... · EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI TERHADAP PENYELENGGARA

12. Bagaimana penyelesaian kasus terhadap Jemaah umrah?

Penyelesaiannya ya sifatnya kita menerima laporan, nanti jemaahnya memberikan

bukti-bukti kita pelajari bukti-buktinya, kita panggil pihak-pihak terkait dalam hal ini

kalau memang berizin itu kita bisa panggil yang penyelenggaranya. Tapi ketika tidak

berizin, kami menyarankan ia lapor kepada kepolisian kalau tidak menutup

kemungkinan banyak ternyata masalahnya itu jemaah mendaftar kepada yang tidak

berizin.

13. Bagaimana cara melakukan koordinasi dalam penyelesaian kasus jemaah umrah?

Kita disini kalau ada masalah umrah itu diperaturannya bisa melibatkan pihak-pihak

terkait. Pihak-pihak terkaitnya ini kalau di internal kita ini ada Itjen (Inspektorat

Jenderal) terus nanti kalau diluarnya bisa dengan Kementerian Perhubungan, dengan

Kementerian Luar Negeri, dengan Kementerian Imigrasi itu pihak-pihak yang kita

minta. Maksudnya ketika ada permasalahan kita bisa bekerjasama dengan Inspektorat

Jenderal kita terus melibatkan Kementerian Luar Negeri karena TKP nya di Luar

Negeri, terus bisa melibatkan Kementerian Perhubungan dalam hal ini Ditjen

Perhubungan Udara, kenapa karena di dalam penyelenggaraan umrah menggunakan

maskapai udara, kalau permasalahannya ada disana kita berkomunikasi dengan

mereka, kalau terkait dengan Jemaah over stay tidak pulang sesuai visi yang berlaku

kita koordinasinya dengan dinas itu tadi imigrasi.

14. Apa bentuk sanksi administrasi dan hukum dalam kasus ibadah umrah?

Ya itu diatur dalam PMA 18 tahun 2015 tentang penyelenggaraan ibadah umrah, itu

sanksinya ada di undang-undang ada. Sanksi administrasi ya, kita menerapkan sanksi

berupa administrasi kepada penyelenggara yang melakukan pelanggaran, bentuknya

yaitu peringatan, sanksi pembekuan, dan terberat adalah pencabutan.

 

Page 127: EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41486/1/YEYET... · EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI TERHADAP PENYELENGGARA

15. Apakah mekanisme pengendalian dan penyelesaian kasus Jemaah umrah sudah

efektif?

Kalau ditanya efektif atau tidak ya kita berusaha seperti itu, dan pasti yakin

masyarakat masih menilai belum efektif. Tapi kami disini berusaha lah untuk

mewujudkan itu karena bicara efektif parameternya banyak sekali begitu kan. Kalau

dari versi kami dengan kekuatan yang kita punya, SDM, politik anggaran yang sudah

ada saat ini yah menurut kami sudah efektif. Tapi kalau dari versi masyarakat ya

wajar saja menyatakan belum efektif.

16. Apa saja kendala yang dialami dalam penyelesaian kasus Jemaah umrah?

Kendala yang ditangani pastinya pertama peraturannya harus lebih diperketat lagi ya,

karena dilapangannya itu umrah bergerak cepat aturannya belum seimbang dengan

peraturannya.

Narasumber

H. Tree Agung Nugroho, S.Sos, M.I.Kom

 

Page 128: EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41486/1/YEYET... · EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI TERHADAP PENYELENGGARA

 

Page 129: EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41486/1/YEYET... · EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI TERHADAP PENYELENGGARA

WAWANCARA TAHAP KEDUA

Narasumber : Hj. Dewi Gustikarini, SH

Jabatan : Kepala Seksi Perizinan Penyelenggara Perjalananan

Ibadah Umrah

Tanggal : 20 Maret 2018

Lokasi : Ditjen PHU Kemenag RI

Waktu : 12.30 – 12.45 WIB

1. Bagaimana cara mengajukan surat permohonan terkait perizinan

Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umrah?

Proses pengajuan permohonan perizinan itu diajukan ke Menteri

Agama dengan persyaratan harus beroperasional sebagai Biro

Perjalanan Wisata, itu selama dua tahun. Ia harus berpengalaman

dulu sebagai Biro Perjalanan Wisata aktif beroperasional, ia harus

punya legalitas terkait dengan operasional tersebut. Pertama akta

pendiriannya, yang kedua kemudian pengesahan Kementerian

Hukum dan HAM, ketiga dibuktikan dengan beroperasional dua

tahun itu dengan TDUP (Tanda Daftar Usaha Pariwisata), terus ia

harus punya domisili (tempat), terus ia harus punya pajak yaitu

dengan surat keterangan terdaftar pajak dan NPWP perusahaan.

Setelah memenuhi syarat itu ia harus punya rekomendasi dari

Pariwisata terkait ia dari Biro Perjalanan Wisata menjadi

Penyelenggara, setelah itu laporan keuangan satu tahun terakhir

dengan opini WDP (Wajar Dengan Pengecualian) sementara ini

sebelum ada perubahan ya, kedepan nanti WTP (Wajar Tanpa

Pengecualian) dalam arti perusahaan itu sehat. Nah ia harus memiliki

susunan dan struktur pengurus perusahaan, SDM nya, setelah itu ia

ke Kanwil dulu setelah memenuhi syarat yang disebutkan tadi ia ke

Kanwil setempat kantor wilayah Kementerian Agama Provinsi

setempat. Setelah memenuhi syarat yang disebutkan tadi, dokumen

 

Page 130: EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41486/1/YEYET... · EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI TERHADAP PENYELENGGARA

tersebut setelah memenuhi syarat akan dilakukan peninjauan

lapangan oleh Kanwil. Setelah memenuhi syarat di Kanwil nanti itu

melihat sarana prasarana, SDM, finansialnya, setelah memenuhi

syarat nanti oleh Kanwil sudah ditinjau lapangan akan diteruskan

memberikan rekomendasi oleh Kakanwil. Setelah dikeluarkan

rekomendasi dari Kanwil baru diajukan ke Menteri Agama tadi.

Setelah melakukan pengajuan ke Menteri Agama tadi harus ditambah

dengan Bank Garansi yang dikeluarkan oleh Bank Syariah dan Bank

Umum Nasional dua ratus juta nah tapi jangan lupa juga pemilik

saham seluruhnya maupun seluruh Direksi semua itu harus WNI dan

Muslim dibuktikan dengan melampirkan Copy KTP.

2. Adakah tempat khusus untuk mengajukan surat permohonan

tersebut?

Itu ke PTSP (Pelayanan Terpadu Satu Pintu) Kementerian Agama

3. Adakah petugas khususnya?

Ada yang di PTSP

4. Berapa lama prosesnya sampai keluar surat izin PPIU?

Satu bulan sampai dua bulan, paling lama dua bulan atau kurang

lebih enam puluh hari.

5. Apakah sudah efektif mekanisme perizinan tersebut?

Secara garis besar sih sudah kalau semuanya normal, semua artinya

sesuai. Artinya perizinan ini kan bukan hanya mulainya itu dari

Kementerian Agama, tapi sudah mempunyai izin-izin sebelumnya

yaitu di Biro Perjalanan Wisata, Dinas Pariwisatanya, pajaknya juga

sudah ada artinya sudah terseleksi di awal, ia harus punya TDP dan

SIUP nya.

6. Apa saja kendala yang pernah dihadapi ketika menangani

permohonan terkait perizinan PPIU?

Banyak ketidaksesuaian bahwa dokumen yang masuk juga masih ada

yang tidak sesuai. Karena dokumen yang masuk ke PTSP akan

dilakukan verifikasi di unit kita di subdit ya, direktorat yang

 

Page 131: EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41486/1/YEYET... · EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI TERHADAP PENYELENGGARA

memproses walaupun semua melalui PTSP di subdit tersebut kita

melakukan verifikasi ulang dari dokumen apabila ada

ketidaksesuaian kita lakukan verifikasi lapangan, bahwa sebenarnya

verifikasi lapangan itu sudah tidak lagi karena sudah dilakukan oleh

Kanwil tetapi apabila ada suatu ketidaksesuaian itu akan kita lakukan

juga tapi tidak untuk keseluruhan. Beberapa sampel yang memang

tidak sesuai ya kita lakukan cek ulang. Jadi kendalanya bias saja yang

sudah lengkap di terima PTSP pada saat mau kita proses di verifikasi

ulang itu ada juga yang tidak dapat di proses kita kembalikan dengan

dijawab surat. Karena banyak juga yang ditemukan seperti yang saya

bilang tadi, dokumen yang diajukan perizinan itu semuanya belum

tentu benar, sesuai, karena ternyata dibutuhkan beberapa kali

verifikasi itu sebenarnya itu untuk memfilter, juga untuk seleksi,

kemudian mengecek ulang bahwa banyak juga yang tidak sesuai

seperti kantor yang ditemukan fiktif dikondisikan, terus saat kita

mengecek berkali-kali orang berfikir bahwa sudah clear disatu posisi

yang mengecek, dikeluarkan untuk surat rekomendasi di kita belum

tentu pasti ada juga yang kita cek ulang dan itu ditemukan banyak.

7. Apa dampak positif terkait peraturan/kebijakan PPIU?

Mungkin ada beberapa kebijakan yang seperti saya sebutkan,

mengeluarkan izin itu sebenarnya secara legalitas sudah memenuhi

syarat tetapi kebijakan pimpinan bahwa kita harus melakukan

verifikasi ulang atau apa, itu sebenarnya positifnya ya kita

menemukan hal-hal yang tidak sesuai. Menertibkan otomatis,

penertiban lebih-lebih lagi, pengawasannya, pengendalian kebijakan-

kebijakan seperti itu. Adapun contoh lainnya dari dampak positif

kebijakan PPIU misalnya kebijakan harga referensi Biaya

Penyelenggaraan Ibadah Umrah (BPIU) ditetapkan berkala oleh

Menteri Agama sebesar dua puluh juta, aturan ini dapat

mengantisipasi harga promosi dibawah standar yang kerap

ditawarkan oleh biro perjalanan sehingga mengurangi persaingan

yang tidak sehat. Selain itu kebijakan terkait calon Jemaah yang

hanya menunggu enam bulan untuk berangkat sejak mendaftar

umrah, peraturan ini berdampak positif dalam menanggulangi Jemaah

 

Page 132: EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41486/1/YEYET... · EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI TERHADAP PENYELENGGARA

yang gagal berangkat, karena selama ini proses keberangkatan tidak

terukur, bahkan PPIU kerap menundanya hinga bertahun-tahun.

8. Dalam organisasinya PPIU membentuk susunan organisasi terdiri

atas komisaris, direktur utama, para Direktur, dan pembimbing yang

mempunyai tugasnya masing-masing, apa saja tugas-tugas tersebut?

Tugas itu ya sesuai dengan jobs nya masing-masing, tugas dan

fungsinya kayak Komisaris kan sudah jelas kalau di undang-undang

perseroan terbatas bisa dibaca, Komisaris itu mengawasi para

direkturnya, makanya sebenarnya tidak boleh double job apabila dia

sudah sebagai jabatan Komisaris dia gak mungkin ikut menjadi

pegawai didalamnya. Direktur Utama penanggung jawab Direktur,

Direktur itu adalah bertanggung jawab diantara penyelenggaraan

operasional perusahaan tersebut terhadap karyawan seluruhnya.

Direktur itu kan ya dia kepanjangan tangannya apabila semua tidak

bisa dijalankan oleh Direktur Utama bisa ada pelimpahan ke

Direktur. Pembimbing, Pembimbing itu kan jelas karena disitu ada

susunan, struktur, tugas Pembimbing adalah manasik, tidak mungkin

bagi petugas administrasi akan membimbing, jadi job itu sudah

disesuaikan dengan basic pendidikannya juga. Jadi bukan hanya

pembimbing saja sebenarnya di struktur itu ada ticketing, ada

marketing, ada keuangan dan lain sebagainya.

9. Apakah SDM terkait PPIU ada peraturannya?

Di PMA kita ada, di PMA 18 tahun 2015 karena belum perubahan.

Itu ada sarana prasarana, SDM makanya nanti disitu sebenarnya

sudah di lakukan peninjauan kesesuaian oleh Kanwil benar atau tidak

kebenarannya. Tapi nanti ada revisi itu tidak di rinci mungkin nanti

sebenarnya merujuk ke peraturan pariwisata, jadi kan izin sebelum ke

Kementerian Agama ke Pariwisata kan yang saya sampaikan dia

beroperasional dulu, otomatis dia mengikuti aturan. SDM nya ya

harusnya yang sudah sesuai dengan aturannya pariwisata nanti

tinggal di pariwisata aja digali lagi. Apa saja sih tour planner,

dokumen, terus tenaga ticketing itu pasti, baru tambahan di kita

karena dia ini sifatnya khusus penyelenggaraan makanya dia harus

ditambahkan pembimbing. Kalau yang lain itu harus sudah ada sih

 

Page 133: EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41486/1/YEYET... · EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI TERHADAP PENYELENGGARA

merujuk ke BPW tadi artinya tidak langsung tiba-tiba dapat izin dari

Kementerian Agama tapi dia sudah punya standar dulu sebagai Biro

Perjalanan Wisata. Nah nanti di cek Biro Perjalanan Wisata itu apa

saja wajib SDM nya.

Narasumber

Hj. Dewi Gustikarini, SH

 

Page 134: EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41486/1/YEYET... · EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI TERHADAP PENYELENGGARA

WAWANCARA TAHAP KETIGA

Narasumber : H. Denny Fathurahman, SE, M.Si

Jabatan : Kepala Seksi Pemantauan dan Pengawasan Ibadah Umrah

Tanggal : 20 Maret 2018

Lokasi : Ditjen PHU Kemenag RI

Waktu : 13.00 – 13.30 WIB

1. Kenapa PPIU perlu diawasi?

Karena tugas kami membina PPIU dan mengawasi PPIU agar menjalankan sesuai aturan

yang ada

2. Bagaimana Mekanisme Pengawasan PPIU?

Pengawasan dilakukan terhadap jemaah yang akan berangkat dan pulang melalui sistem

online kami SIMPU, sehingga jemaah yang berangkat dapat kami monitor kapan

berangkat, dengan pesawat apa, menginapnya di hotel apa, dan lain-lain sampai

kepulangan ke Indonesia PPIU melaporkan ke kami secara online. Setiap tiga tahun

sebelum habis masa izin kami melakukan akreditasi yaitu penilaian secara kinerja PPIU

yang terdiri dari aspek keuangan, SDM, sarana prasarana, hasilnya minimal B dapat

diperpanjang jika hasil C kami memberikan pembinaan lagi agar perusahaan menjadi

lebih baik, hal ini ada di pedoman akreditasi. PPIU diwajibkan melaporkan kegiatannya

setiap akhir tahun musim umrah dan laporan berkala lainnya. Pengawasan terhadap

provider visa kami lakukan juga, dengan mereka memberikan pelaporan kepada kami dan

kami melakukan verifikasi terhadap jumlah visa yang sudah dikeluarkan. Di Arab Saudi

kami juga ada tim yang mengawasi dibantu oleh Teknis Urusan Haji (TUH) di Jeddah.

3. Apa saja unsur-unsur dilakukannya pengawasan?

Membangun kesadaran dan budaya professional, membangun system dan prosedur,

penanganan pelanggaran.

4. Apa saja yang perlu diawasi?

Ruang lingkup tindakan preventif dalam pengawasan dan pengendalian pada titik kritis

penyelenggaraan perjalanan ibadah umrah meliputi, kegiatan pengawasan terhadap

perizinan dan akreditasi PPIU hal ini untuk memastikan pengawasan dan pengendalian

terhadap bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,

 

Page 135: EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41486/1/YEYET... · EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI TERHADAP PENYELENGGARA

prosedur, kriteria, bimbingan teknis, dan evaluasi, serta laporan perizinan dan verifikasi

PPIU. Kegiatan pengawasan terhadap laporan PPIU hal ini untuk memastikan

pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan ibadah umrah yang sudah dilaksanakan,

memperoleh informasi yang benar, akurat dan termutakhir perihal PPIU dan perihal

ketaatan PPIU dalam pelaporan rencana perjalanan secara online (LRPU). Kegiatan

pengawasan di bandara memastikan proses pelayanan dan perlindungan Jemaah di

Bandara dilakukan sesuai standar pelayanan minimal dan ketentuan peraturan perundang-

undangan yang berlaku. Kegiatan pengawasan di Arab Saudi memastikan proses

pelayanan di Arab Saudi sesuai standar pelayanan minimal dan ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berlaku. Kegiatan pengawasan provider visa dilakukan untuk

memastikan pengurusan visa Jemaah hanya kepada PPIU terhadap peraturan yang

dikeluarkan oleh pemerintah Indonesia dan pemerintah Arab Saudi.

5. Sejauh mana kewenangan Kementerian Agama dalam melakukan pengawasan terhadap

PPIU?

Melakukan pengawasan kepada Biro Perjalanan yang mendapatkan izin dari Kementerian

Agama sebagai PPIU, untuk yang tidak berizin kita tidak punya kewenangan untuk

mengawasi karena itu tugas kepolisian berdasarkan MOU Kemenag dan Polri.

6. Siapa saja yang melakukan pengawasan?

Pengawasan dilakukan oleh Direktur Jenderal atas nama Menteri.

7. Apa bentuk dan prinsip pengawasan PPIU?

Bentuk pengawasan dan pengendalian PPIU meliputi, pengawasan langsung, merupakan

pengawasan yang dilakukan di tempat penyelenggaraan ibadah umrah/atau berhadapan

langsung dengan penyelenggara ibadah umrah. Pengawasan tidak langsung merupakan

pengawasan yang dilakukan dengan tidak berhadapan langsung dengan penyelenggara

ibadah umrah, pengawasan tidak langsung dapat dilakukan secara elektronik. Prinsip

pengawasan dan pengendalian PPIU meliputi, pertama mengutamakan pencegahan diatas

penindakan, kedua peran serta, pengawasan dimaksudkan untuk melakukan

pendampingan guna perbaikan, ketiga keadilan, setiap tindakan dan atau pemberian

sanksi dilakukan secara objektif, cermat, teliti, dan benar, keempat membimbing,

mendidik dan memberi petunjuk dalam melaksanakan pengawasan. Pengawasan

dilaksanakan dengan mengembangkan pola pengawasan yang bersifat pencegahan,

dilakukan melalui system peringatan dini yang berupa audit (audit kinerja dan audit

dengan tujuan tertentu), pemantauan, konsultasi, penyusunan pedoman kerja,

pendampingan, dan atau bimbingan teknis.

8. Apakah sudah efektif pengawasan tersebut?

Sudah efektif

 

Page 136: EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41486/1/YEYET... · EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI TERHADAP PENYELENGGARA

9. Siapa yang mengendalikan program dan operasional PPIU?

Pengendalian dilakukan oleh Direktur Jenderal atas nama Menteri terhadap operasional

PPIU di Tanah Air dan Arab Saudi.

10. Apakah sudah efektif pengendalian tersebut?

Sudah efektif

11. Apa saja kendala yang dihadapi dalam melakukan pengawasan dan pengendalian

terhadap PPIU?

Anggaran yang sangat minim, karena kami harus mengawasi 1000 PPIU setiap hari

dengan keterbatasan sumber daya, dan untuk menjangkau ke pelosok dibutuhkan

anggaran sekitar 5 M, sehingga pengawasan kanwilpun berperan sampai ke pelosok.

Pengendalian belum maksimal, regulasi sedang kita revisi menjadi lebih baik.

12. Ketika melakukan pengawasan, biasanya kasus apa saja yang ditemukan yang menimpa

Jemaah umrah pak?

Gagal berangkat karena visa tidak keluar, tidak punya tiket untuk pulang.

Narasumber

H. Denny Fathurahman, SE, M.Si

 

Page 137: EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41486/1/YEYET... · EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI TERHADAP PENYELENGGARA

WAWANCARA TAHAP KEEMPAT

Narasumber : Apipudin S.Sos

Status : Alumni Jurusan Manajemen Dakwah /Korban Gagal Berangkat Umrah

Travel Solusi Balad Lumampah (SBL)

Tanggal : 29 April 2018

Lokasi : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Waktu : 16.00-16.15 WIB

1. Bagaimana mekanisme pendaftaran umrah di travel SBL?

Seperti biasa pendataran di travel-travel pada umumnya, jadi mulanya ada agen SBL di kampung

sebelah yang nawarin, dulu Orang tua daftar bareng sama Saudara-saudara dan tetangga.

2. Terus Apip bayar berapa?

Bayar di awal satu juta dan di kasih bill yet, dan ketika itu belum dijanjikan di tanggal berapa

berangkat umrahnya. Terus harus bayar lima juta dulu untuk booking seat dan baru dikasih

tanggal berapa berangkat umrahnya.

3. Apip kemarin mengambil paket yang berapa di SBL?

Dua puluh satu koma lima juta

4. Apa menerima ganti rugi ketika gagal berangkat?

Dijanjikan di ganti rugi, dari dua puluh satu koma lima juta Cuma dapat tujuh belas juta, dan

sekarang baru dapet delapan juta.

5. Sarannya apa untuk Kemenag,, karena Apip kan salah satu korban dari pelanggaran PPIU?

Yang mau di sarankan sudah terealisasikan sebetulnya di sistem SIPATUH Kemenag yang

sekarang. Sarannya jalankan peraturan yang sudah dibuat, jadi sekarang itu Kemenag sedang

gencar-gencarnya, sedang ketat-ketatnya memantau travel-travel yang tak berizin khususnya

supaya tidak ada lagi penipuan seperti sebelumnya. Mulai sekarang kan sedang di berlakukan

moratorium atau pembekuan perizinan penyelenggara umrah hingga akhir tahun 2018 begitu

kabarnya.

Narasumber

Apipudin, S.Sos

 

Page 138: EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41486/1/YEYET... · EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI TERHADAP PENYELENGGARA

Bersama H. Tree Agung Nugroho, S. Sos, M.I. Kom

Kepala Seksi Identifikasi dan Penanganan Masalah Umrah

Bersama H. Denny Fathurahman, SE, M.Si

Kepala Seksi Pemantauan dan Pengawasan Ibadah Umrah

 

Page 139: EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41486/1/YEYET... · EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI TERHADAP PENYELENGGARA

KEGIATAN MANASIK UMRAH

PERSIDANGAN PT. FIRST TRAVEL

 

Page 140: EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41486/1/YEYET... · EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA RI TERHADAP PENYELENGGARA