Efektivitas Sistem
-
Upload
melina-wijaya -
Category
Documents
-
view
19 -
download
3
description
Transcript of Efektivitas Sistem
efektivitas sistem, sistem informasi dikatakan efektif hanya jika sistem
tersebut dapat mencapai tujuannya. Untuk menilai efektivitas sistem,
perlu upaya untuk mengetahui kebutuhan pengguna sistem tersebut
(user). Selanjutnya, untuk menilai apakah sistem menghasilkan laporan
atau informasi yang bermanfaat bagi user (misalnya pengambil
keputusan), auditor perlu mengetahui karakteristik user berikut proses
pengambilan keputusannya. Biasanya audit efektivitas sistem dilakukan
setelah suatu sistem berjalan beberapa waktu. Manajemen dapat
meminta auditor untuk melakukan post audit guna menentukan sejauh
mana sistem telah mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Evaluasi ini
akan memberikan masukan bagi pengambil keputusan apakah kinerja
sistem layak dipertahankan; harus ditingkatkan atau perlu dimodifikasi;
atau sistem sudah usang, sehingga harus ditinggalkan dan dicari
penggantinya
Audit efektivitas sistem dapat juga dilaksanakan pada tahap
perencanaan sistem (system design). Hal ini dapat terjadi jika desainer
sistem mengalami kesulitan untuk mengetahui kebutuhan user, karena
user sulit mengungkapkan atau mendeskripsikan kebutuhannya. Jika
sistem bersifat komplek dan besar biaya penerapannya, manajemen
dapat mengambil sikap agar sistem dievaluasi terlebih dahulu oleh pihak
yang independen untuk mengetahui apakah rancangan sistem sudah
sesuai dengan kebutuhan user. Melihat kondisi seperti ini, auditor perlu
mempertimbangkan untuk melakukan evaluasi sistem dengan berfokus
pada kebutuhan dan kepentingan manajemen.
Mencapai efisiensi sumberdaya, suatu sistem sebagai fasilitas
pemrosesan informasi dikatakan efisien jika ia menggunakan sumberdaya
seminimal mungkin untuk menghasilkan output yang dibutuhkan. Pada
kenyataannya, sistem informasi menggunakan berbagai sumberdaya,
seperti mesin, dan segala perlengkapannya, perangkat lunak, sarana
komunikasi dan tenaga kerja yang mengoperasikan sistem tersebut.
Sumberdaya seperti ini biasanya sangat terbatas adanya. Oleh karena itu,
beberapa kandidat sistem (system alternatif) harus berkompetisi untuk
memberdayakan sumberdaya yang ada tersebut.
Adapun tujuan yang lain adalah :
1. Untuk memeriksa kecukupan dari pengendalian lingkungan,
keamanan fisik, keamanan logikal serta keamanan operasi sistem
informasi yang dirancang untuk melindungi piranti keras, piranti
lunak dan data terhadap akses yang tidak sah, kecelakaan,
perubahan yang tidak dikehendaki.
2. Untuk memastikan bahwa sistem informasi yang dihasilkan benar-
benar sesuai dengan kebutuhan sehingga bisa membantu
organisasi untuk mencapai tujuan strategis.
http://12puby.wordpress.com/2011/04/15/audit-sistem-informasi-bab-ii/
Contoh dalam perusahaan
http://www.ciputraproperty.com/id/content/tata-kelola-perusahaan
ciputraproperty
Sebagai warga korporasi (corporate citizen) yang baik Perseroan
senantiasa menjalankan usahanya sesuai dengan prinsip dan sistem tata
kelola yang baik. Perseroan, oleh karena itu, memiliki Komite Audit,
Sekretaris Korporasi dan Departemen Internal Audit sebagai perangkat
dasar pelaksanaan prinsip tersebut. Perusahaan pun aktif memantau
risiko-risiko usaha yang ada dan senantiasa berupaya mengantisipasi dan
meminimalkan risiko tersebut sesuai dengan kebijakan dan strategi yang
berlaku.
Selain itu Perusahaan juga tidak lupa memberikan kontribusi yang nyata
kepada masyarakat dan lingkungan sekitar dengan melakukan beberapa
program sosial sebagai bentuk tanggung jawabnya.
URAIAN DEWAN KOMISARIS
Sesuai dengan Anggaran Dasar Perseroan, Dewan Komisaris dan Direksi
diangkat oleh Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) untuk masa jabatan
3 (tiga) tahun dan dapat diangkat kembali.
Hingga saat ini Perseroan memiliki 5 (lima) Komisaris, dua di antaranya
yang mana adalah Komisaris Independen, yang bertugas mengawasi
kebijakan dan kinerja Direksi dalam menjalankan rencana usaha
Perseroan serta mendorong penerapan tata kelola yang baik di ling-
kungan Perseroan.
Dewan Komisaris bertugas untuk melakukan pengawasan dan penilaian
atas pengelolaan Perseroan oleh direksi dan mengawasi komisi-komisi
yang berada di bawah Dewan Komisaris.
Profil Dewan Komisaris dapat dilihat pada halaman 6-8.
Sesuai dengan aturan yang berlaku frekuensi Rapat Dewan Komisaris
adalah minimal 2 (dua) kali dalam setahun. Pada tahun 2010, Dewan
Komisaris telah mengadakan pertemuan sebanyak 6 (enam) kali yaitu
pada tanggal 1 Februari 2010, 2 Maret 2010, 8 April 2010, 12 Agustus
2010, 12 November 2010 dan 6 Desember 2010 dengan rata-rata tingkat
kehadiran 60 persen.
URAIAN DIREKSI
Direksi Perseroan terdiri dari 8 (delapan) Direktur, dua diantaranya yang
mana adalah Direktur Tidak Terafiliasi. Tugas utama Direksi adalah
memimpin dan menjalankan Perseroan sesuai dengan tujuan serta visi
dan misi, dan juga rencana dan strategi usaha yang telah ditetapkan.
Profil Direksi Perusahaan dapat dilihat pada halaman 13-18.
Frekuensi pertemuan Direksi sesuai aturan yang berlaku adalah 2 (dua)
kali dalam setahun. Pada tahun 2010, Rapat Direksi diadakan sebanyak 6
(enam) kali, yaitu pada tanggal 1 Februari 2010, 2 Maret 2010, 8 April
2010, 12 Agustus 2010, 12 November 2010 dan 6 Desember 2010.
Tingkat kehadiran rata-rata para Direktur dalam Rapat Direksi ini adalah
48 persen.
URAIAN MENGENAI REMUNERASI DEWAN KOMISARIS DAN
DIREKTUR
Remunerasi yang dibayarkan kepada Dewan Komisaris dan Direksi selama
tahun 2010 dan 2009 masing-masing adalah sebesar Rp 13,7 miliar dan
Rp 11,9 miliar.
KOMITE AUDIT
Komite Audit dibentuk dan diangkat oleh Dewan Komisaris pada tanggal 8
November 2007. Tugas utamanya adalah membantu Dewan Komisaris
melakukan pengawasan terhadap Direksi dalam menjalankan rencana
usaha Perseroan.
Masa jabatan Komite Audit sama dengan Dewan Komisaris. Saat ini,
Komite Audit terdiri dari 3 (tiga) anggota termasuk Ketua, dan wajib
mengadakan rapat umum minimal satu kali dalam setahun. Sepanjang
tahun 2010, Komite Audit telah mengadakan rapat sebanyak 2 (dua) kali
yaitu pada tanggal 1 Februari 2010 dan 12 Agustus 2010 dengan tingkat
kehadiran rata-rata 100 persen.
Ada pun susunan Komite Audit adalah sebagai berikut:
Posisi Nama Jabatan lainnya di
Perusahaan
Ketua Widigdo Sukarman Komisaris Independen
Anggota Thomas Bambang Komisaris Independen
Anggota Lanny Bambang
KOMITE REMUNERASI DAN NOMINASI
Hingga tahun 2010, Perseroan belum mempunyai Komite Nominasi dan
Remunerasi.
KOMITE PEMANTAUAN RISIKO
Komite ini diketuai oleh Direktur Pengelola Sub-holding Sekretariat Komite
yaitu Manajer Risiko.
Anggota tetap terdiri dari:
- Direksi Sub Holding/Direktur Proyek
Anggota tidak tetap terdiri dari:
- Manajer Umum Proyek yang terkait
- Audit Internal
VISI DAN MISI
Visi
Mengelola Risiko untuk memaksimalkan kemampuan Perusahaan dalam
mencapai sasaran Perusahaan yang mengarah pada maksimalisasi Nilai
Perusahaan dan Kekayaan Pemegang Saham.
Misi
Mewujudkan visi Perusahaan dengan membangun sistem dan pendekatan
Manajemen Risiko yang komprehensif untuk mengantisipasi,
mengidentifikasi, memprioritaskan, dan mengelola risiko-risiko material
terhadap pencapaian Sasaran Perusahaan.
CAKUPAN RISIKO
Mencakup setiap kejadian-kejadian penting atau keadaan yang dapat
mempengaruhi pencapaian sasaran-sasaran Perseroan, termasuk risiko
strategis, keuangan, operasional, hazard, maupun kepatuhan terhadap
peraturan perundangan yang berlaku.
KEBIJAKAN MANAJEMEN RISIKO PERUSAHAAN
Penerapan Manajemen Risiko secara terintegrasi dengan pendekatan
multi aspek atau dikenal dengan istilah Enterprise Wide Risk Managemen
(ERM), sudah dilaksanakan sejak tahun 2009. Progress penerapan di
tahun 2010 sudah lebih baik dibandingkan tahun 2009, dimana dari awal
tahun 2010 sejumlah proyek sudah menyusun daftar risiko yang sudah
disaring menurut skala prioritas yang didiskusikan disetujui bersama
Direktur Proyek masing-masing, termasuk tindakan mitigasi yang akan
dilakukan selama tahun 2010.
Dari daftar risiko dan rencana mitigasi yang sudah disusun tersebut, akan
terlihat peta risiko awal tahun / bawaan yang dikenal dengan istilah
inherent risk, yang akan dimitigasi dan dipantau implementasi mitigasinya
sehingga diharapkan dapat menurunkan tingkat risikonya menjadi
residual risk yang dapat diterima.
Selain laporan tindakan mitigasi, proyek-proyek juga akan melaporkan
kejadian insidentil baik yang biasa maupun kritis jika ada, yang dilaporkan
setiap bulan. Kelancaran pelaporan dan monitoring tingkat risiko melalui
peta risiko memang masih perlu terus mengalami penyempurnaan hingga
dapat menjadi kebiasaan individu dan budaya Perusahaan serta menjadi
bagian dalam proses pengambilan keputusan Manajemen di seluruh lini
dan seluruh unit usaha.
PENGAWAS MANAJEMEN RISIKO PERUSAHAAN
Manajer Manajemen Risiko:
Adi Subrata, 47 tahun.
Saat ini juga merangkap sebagai Pengawas Keuangan Mal Ciputra Jakarta
Semarang.
Pengawas Manajemen Risiko:
1. Agung Trihendardoyo, 36 tahun.
Merangkap sebagai Accounting Staff Hotel Ciputra Jakarta.
2. Rudy Sani Ramli, 42 tahun.
Merangkap sebagai Pengawas Departemen Sumber Daya Manusia
Hotel Ciputra Jakarta.
3. Veronica Ria E., 40 tahun.
Merangkap sebagai Kepala Sumber Daya Manusia Mal Ciputra
Semarang.
4. Setyoadhi Pratomo, 46 tahun.
Merangkap sebagai Head of Engineering Hotel Ciputra Semarang.
5. Ibrahim Andi, 30 tahun.
Merangkap sebagai Collection Officer Ciputra World Jakarta.
KOMITE-KOMITE LAIN YANG DIMILIKI PERUSAHAAN
Selain komite-komite di atas, Perseroan tidak memilki komite lain.
URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SEKRETARIS KORPORASI
Selain Komite Audit, Perseroan juga memiliki Sekretaris Korporasi yang
berfungsi untuk melaksanakan tata kelola perusahaan yang baik,
terutama dalam hal keterbukaan informasi. Sekretaris Korporasi juga
bertugas memastikan Perusahaan mematuhi segala ketentuan Badan
Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan dan Bursa Efek Indonesia,
serta sebagai jembatan antara Perseroan dengan masyarakat.
URAIAN MENGENAI PELAKSANAAN PENGAWASAN DAN
PENGENDALIAN INTERNAL
KETERBUKAAN INFORMASI
Perseroan tanpa lalai senantiasa menerapkan prinsip keterbukaan
informasi kepada semua pihak yang membutuhkan dengan secara rutin
melaporkan informasi mengenai laporan keuangan, hasil penggunaan
dana IPO, transaksi material, hasil Rapat Umum Pemegang Saham,
paparan publik serta informasi penting lainnya, sesuai dengan peraturan
Badan Pengawasan Pasar Modal dan Lembaga Keuangan serta Bursa Efek
Indonesia.
SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL
Perseroan telah menyusun dan mempunyai Sistem Pengendalian Internal
berupa serangkaian kebijakan dan prosedur standard dalam menjalankan
setiap kegiatan operasionalnya serta system informasi dan pelaporan
untuk menunjang pengambilan keputusan
manajemen. Sistem ini terus mengalami penyempurnaan dan hingga saat
ini dinilai cukup efektif untuk mengendalikan dan meminimalkan risiko
yang ada.
Adalah tugas divisi Audit Internal untuk memastikan system pengendalian
internal yang ada sudah baik dan efektif dijalankan di setiap lini usaha,
sesuai dengan misi yang tercantum dalam Piagam Audit Internal, yaitu
untuk memberikan penilaian yang obyektif dan independen serta
memberikan layanan konsultatif dalam hal keefektifan dan kecukupan
control, manajemen risiko dan tata kelola perusahaan.
Selama tahun 2010, Audit Internal telah melakukan hal-hal sebagai
berikut:
• Menyusun Rencana Audit tahunan untuk audit unit-unit usaha maupun
kantor pusat, dan telah menyelesaikan seluruh penugasan audit sesuai
rencana;
• Lingkup audit meliputi pengujian dan evaluasi atas kecukupan dan
keefektifan pelaksanaan sistem pengendalian internal;
penilaian atas efektifitas dan efisiensi di bidang keuangan, akuntansi,
pemasaran, sumber daya manusia, operasional,
teknologi informasi, dan kegiatan lainnya dengan pendekatan risiko
(risk based audit), serta pendeteksian atas kemungkinan terjadinya
pelanggaran atau kecurangan;
• Memberikan saran perbaikan atas system pengendalian internal yang
diperlukan, serta membahasnya bersama Direktur
dan jajaran manajemen terkait;
• Memantau tindak lanjut perbaikan yang telah disepakati;
• Menyusun dan melaporkan hasil audit beserta tindaklanjutnya kepada
Direktur Utama;
• Melaporkan secara berkala progres dan hasil audit serta tindak lanjut
Direksi dan manajemen kepada Komite Audit dan
Dewan Komisaris;
• Mengevaluasi mutu Audit Internal yang dilakukan dan melakukan
penyempunaan program audit, audit teknik, sistem
pelaporan maupun meningkatkan kompetensi para auditor.
URAIAN MENGENAI UNIT AUDIT INTERNAL
MISI
Memberikan keyakinan (assurance) dan konsultasi yang bersifat
independen dan obyektif dengan tujuan untuk meningkatkan nilai dan
memperbaiki operasional Perseroaan, melalui pendekatan yang
sistematis, dengan cara mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas
manajemen risiko, pengendalian, dan proses tata kelola perusahaan.
LINGKUP TUGAS
Memastikan apakah manajemen risiko, pengendalian, dan pengelolaan
Perseroan yang dirancang dan dijalankan manajemen sudah cukup dan
berfungsi baik, meliputi:
• Risiko telah cukup diidentifikasi dan dikelola.
• Interaksi dengan para pihak pengelola berlangsung sesuai
semestinya.
• Informasi penting keuangan, manajerial, dan operasional adalah
akurat, handal, dan tepat waktu.
• Tindakan karyawan sesuai dengan kebijakan, standard, prosedur,
hukum dan peraturan yang berlaku.
• Sumber daya diperoleh secara ekonomis, digunakan secara efisien,
dan cukup terlindungi.
• Program, Rencana, dan Sasaran dapat dicapai.
• Kualitas dan perbaikan yang berkesinambungan terpelihara di dalam
proses pengendalian perusahaan.
• Peraturan dan Undang-undang penting yang berpengaruh terhadap
perusahaan telah diketahui dan diperhatikan secara
layak.
Potensi perbaikan atas pengendalian manajemen, profitabilitas, dan
image perusahaan dapat ditemukan selama proses audit, dan akan
dikomunikasikan ke level manajemen yang memadai.
Audit Internal juga dapat menjadi mitra pemecahan masalah atas
persoalan manajemen dan operasional yang dihadapi Perseroan.
STRUKTUR DAN KEDUDUKAN
Struktur dan kedudukan Unit Audit Internal adalah sebagai berikut:
• Unit Audit Internal dipimpin oleh seorang kepala Unit Audit Internal.
• Kepala Audit Internal diangkat dan diberhentikan oleh Direktur Utama
atas persetujuan Dewan Komisaris.
• Direktur Utama dapat memberhentikan kepala Unit Audit Internal,
setelah mendapat persetujuan Dewan Komisaris, jika
kepala Unit Audit Internal tidak memenuhi persyaratan sebagai auditor
internal sebagaimana diatur dalam piagam ini
dan atau gagal atau tidak cakap menjalankan tugas.
• Kepala Unit Audit Internal bertanggung jawab kepada Direktur Utama.
• Auditor yang duduk dalam Unit Audit Internal bertanggung jawab
secara langsung kepada kepala Unit Audit Internal.
• Larangan perangkapan tugas dan jabatan auditor dan pelaksana yang
duduk dalam Unit Audit Internal dari pelaksanaan
kegiatan operasional baik di Perseroan. maupun anak perusahaan.
TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB
Unit Audit Internal memiliki tugas dan tanggung jawab:
• Menyusun dan melaksanakan Rencana Audit Internal Tahunan;
• Menguji dan mengevaluasi pelaksanaan pengenda-lian interen dan
sistem manajemen risiko sesuai dengan kebijakan
perusahaan;
• Melakukan pemeriksaan dan penilaian atas efisiensi dan efektivitas di
bidang keuangan, akuntansi, operasional, sumber daya
manusia, pemasaran, teknologi informasi dan kegiatan lainnya;
• Memberikan saran perbaikan dan informasi yang obyektif tentang
kegiatan yang diperiksa pada semua tingkatan
Manajemen;
• Membuat laporan hasil audit dan menyampaikan laporan tersebut
kepada Direktur Utama dan Dewan Komisaris;
• Memantau, menganalisis dan melaporkan pelaksanaan tindak lanjut
perbaikan yang telah disarankan;
• Bekerja sama dengan Komite Audit;
• Menyusun program untuk mengevaluasi mutu kegiatan audit internal
yang dilakukannya;
• Melakukan pemeriksaan khusus apabila diperlukan maupun anak
perusahaan.
WEWENANG
Wewenang Unit Audit Internal meliputi antara lain:
• Mengakses seluruh informasi yang relevan tentang Perseroan terkait
dengan tugas dan fungsinya;
• Melakukan komunikasi secara langsung dengan Dewan Direksi, Dewan
Komisaris, dan/ atau Komite Audit serta anggota dari
Dewan Direksi, Dewan Komisaris, dan/ atau Komite Audit;
• Mengadakan rapat secara berkala dan insidentil dengan Dewan
Direksi, Dewan Komisaris, dan/ atau Komite Audit;
• Melakukan koordinasi kegiatan audit dengan kegiatan auditor
eksternal;
• Mengalokasikan sumber daya manusia, menentukan frekuensi,
memilih subyek, menentukan cakupan tugas, dan
menerapkan teknik yang dibutuhkan untuk mencapai sasaran audit.
KODE ETIK
Kode Etik Audit Internal meliputi dua unsur, yaitu (1) Prinsip Dasar dan (2)
Aturan Perilaku.
(1) PRINSIP DASAR
Auditor Internal diharapkan untuk menerapkan dan menegakan prinsip-
prinsip sebagai berikut:
- Integritas
Integritas auditor internal menetapkan kepercayaan dan dengan
begitu menyediakan dasar bagi kepercayaan atas
pertimbangan keahlian audit internal mereka.
- Obyektifitas
Auditor Internal memperlihatkan tingkatan yang paling tinggi dari
obyektifitas profesional di dalam mengumpulkan,
mengevaluasi, dan mengkomunikasikan informasi tentang aktivitas
atau proses yang sedang diuji. Auditor Internal
membuat suatu penilaian yang seimbang dari semua keadaan yang
relevan dan tidaklah terlalu dipengaruhi oleh
kepentingannya sendiri atau oleh orang lain di dalam membentuk
pertimbangan keahliannya.
- Kerahasiaan
Auditor Internal menghormati nilai dan kepemilikan informasi yang
mereka terima dan tidak mengungkapkan informasi
tanpa otoritas yang sah kecuali jika ada suatu kewajiban yang sah
menurut hukum atau profesi untuk melakukannya.
- Kemampuan
Auditor Internal menerapkan pengetahuan, keteram-pilan, dan
pengalaman yang diperlukan dalam melaksanakan
pelayanan/ jasa audit internal.
(2) ATURAN PERILAKU
- Integritas
• Akan melaksanakan pekerjaannya dengan jujur, rajin, dan
bertanggung jawab.
• Akan mengamati hukum dan membuat pengungkapan yang
diharapkan oleh hukum dan profesi.
• Dengan sadar tidak akan menjadi suatu bagian atas setiap aktivitas
yang tidak sah, atau terlibat dalam tindakan yang
dapat menghilangkan kepercayaan kepada profesi audit internal
atau departemen Audit Internal.
• Akan menghormati dan berperan untuk tujuan Perseroan yang sah
dan etis.
- Objektifitas
• Tidak akan mengambil bagian dalam setiap aktivitas atau
hubungan apapun yang dapat merusak atau diduga merusak
penilaian mereka yang tidak memihak. Keikutsertaan ini meliputi
aktivitas atau hubungan yang mungkin akan bertentangan
dengan kepentingan Perseroan.
• Tidak akan menerima suatu apapun yang dapat merusak atau
diduga merusak pertimbangan keahlian profesional mereka.
• Akan mengungkapkan semua fakta-fakta penting yang diketahui
oleh mereka yang jika tidak diungkapkan dapat
merubah pelaporan aktivitas yang sedang diteliti.
- Kerahasiaan
• Akan berhati-hati dalam menggunakan dan melindungi informasi
yang diperoleh selama bertugas.
• Tidak akan menggunakan informasi untuk keuntungan pribadi
apapun atau dengan cara apapun yang akan bertentangan
dengan hukum atau yang akan merugikan tujuan Perseroan yang
sah dan etis.
- Kemampuan
• Hanya akan melibatkan diri dalam pelayanan di mana mereka
mempunyai pengetahuan, ketrampilan, dan pengalaman
yang diperlukan.
• Akan melaksanakan pelayanan audit internal sesuai dengan
Standar Praktek Profesional Audit Internal.
• Secara terus menerus akan meningkatkan kemampuannya dan
efektivitas serta kualitas pelayanannya.
PERTANGGUNGJAWABAN
Kepala Unit Audit Internal dalam menjalankan tugasnya bertanggung
jawab kepada Direktur Utama dan memiliki akses ke Dewan Komisaris,
untuk:
• Menyampaikan hasil penelaahan tahunan atas kecukupan dan
keefektifan pengendalian internal dan manajemen
resiko dari proses operasi Perseroan / unit usaha yang ada.
• Melaporkan issue penting sehubungan dengan pengendalian internal
perusahaan / unit usaha, dan rekomendasi
perbaikan yang dapat ditempuh.
• Secara berkala menyampaikan status dan hasil atas Rencana Audit
Tahunan dan kecukupan sumber daya Unit.
• Berkoordinasi dan bekerjasama dengan fungsi pengendalian lainnya
yang ada (komite audit, auditor eksternal, dll).
Unit Audit Internal Perseroan dipimpin oleh Kepala Unit Audit Internal
yaitu Martin Rahardja, umur 31 tahun, seorang sarjana lulusan Fakultas
Ekonomi/Akuntansi dari Universitas Tarumanagara, Jakarta.
URAIAN MENGENAI MANAJEMEN RISIKO PERSEROAN
USAHA PENGELOLAAN RISIKO
Perseroan dihadapi oleh risiko dalam berbagai aspek usahanya. Oleh
karena itu, Perseroan senantiasa meningkatkan upaya dan kemampuan
pengelolaan risikonya. Segala hal atau kejadian yang berpotensi menjadi
risiko dikaji secara seksama melalui penerapan ERM (Enterprise Wide Risk
Management) agar tidak berkembang menjadi risiko. Dengan demikian,
Perseroan dimungkinkan untuk menjalankan usahanya secara hati-hati,
dan selalu waspada terhadap risiko-risiko yang terkandung dalam
pengambilan keputusan dan aktivitas operasionalnya.
RISIKO USAHA
Setiap kegiatan usaha pasti memiliki faktor risiko yang melekat dan harus
senantiasa diperhatikan dengan seksama karena apabila diabaikan faktor
risiko tersebut dapat berdampak negatif terhadap operasional,
pendapatan dan aset Perseroan. Beberapa risiko utama tersebut antara
lain:
- Risiko Keterbatasan Lahan
Kendati rencana pengembangan usaha Perseroan juga meliputi akuisisi
lahan di daerah dengan tingkat pertumbuhan
tinggi dan di sentra usaha Jakarta, namun ketersediaan tanah di daerah
tersebut sangat terbatas. Tidak terealisasinya
akuisisi tersebut akan berimbas pada rencana yang sudah ditetapkan
dan berisiko mempengaruhi kondisi keuangan
dan hasil operasi Perseroan di masa mendatang.
- Risiko Kepastian Hukum
Perseroan senantiasa berupaya mendapatkan Hak Guna Bangunan
(HGB) dan hak pengembangan atas tanah yang
diakuisisi. Namun demikian, tidak adanya kepastian penegakan hukum
undang-undang pertanahan dan tidak seragamnya
hak atas tanah di Indonesia membawa risiko terjadinya perselisihan atas
hak kepemilikan tanah yang dibeli dari pemilik sebelumnya.
- Risiko Fluktuasi Pasar Properti
Industri properti Indonesia memiliki siklus dan dipengaruhi secara
signifikan oleh perubahan kondisi ekonomi umum
maupun lokal, seperti tingkat pengangguran, ketersediaan pembiayaan,
suku bunga, tingkat kepercayaan konsumen
dan permintaan produk properti, baik ritel, kantor, hotel maupun
perumahan. Dengan demikian risikonya selalu ada
di mana proyek baru bisa dipasarkan saat pasar sedang mengalami
depresi, padahal pengembangan, pembiayaan
dan penggunaan sumber daya lainnya sudah dilakukan jauh
sebelumnya. Tekanan semacam ini di industri
properti Indonesia dapat mempengaruhi bisnis, kondisi keuangan dan
hasil operasi Perseroan.
- Risiko Keuangan/Pembiayaan
Aktivitas pengembangan properti membutuhkan modal investasi yang
besar. Perseroan mungkin saja perlu mencari
pembiayaan tambahan atau eksternal untuk memenuhi kebutuhan
tersebut. Namun demikian, tidak ada jaminan
bahwa pembiayaan tambahan, baik jangka pendek maupun jangka
panjang, dapat tersedia untuk Perseroan, atau
jika tersedia, pembiayaan tersebut bisa didapatkan dengan persyaratan
yang menguntungkan bagi Perseroan.
- Risiko Persaingan
Dalam beberapa tahun terakhir, industri properti di Indonesia semakin
didominasi oleh persaingan yang ketat,
tidak hanya antara pengembang properti lokal tetapi juga dengan
pengembang mancanegara. Persaingan yang
semakin ketat dapat menyebabkan peningkatan biaya untuk akuisisi
tanah, berlebihnya persediaan lahan dan
lambatnya proses persetujuan untuk pengembangan properti baru oleh
yang berwenang. Semuanya dapat
berpengaruh buruk terhadap usaha dan kinerja Perseroan.
- Risiko Ekonomi
Industri properti dihadapi oleh risiko ekonomi yang mencakup faktor-
faktor yang secara sendiri-sendiri maupun
bersamaan dapat berdampak negatif terhadap para pelaku industri
properti. Fluktuasi nilai tukar Rupiah
terhadap Dolar AS, tingkat suku bunga dan inflasi semuanya berdampak
besar pada posisi keuangan Peseroan,
daya beli konsumen, tingkat belanja konsumen dan permintaan pasar
ritel.
- Risiko Lainnya
Kegiatan usaha Perseroan juga dapat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi,
sosial politik, bencana alam, serangan
teroris, kebakaran dan risiko lainnya. Guna menghadapi dan memitigasi
risiko-risiko tersebut, Perseroan telah
melakukan berbagai langkah seperti selalu menjaga kualitas dan
keunikan dari properti yang dibangun,
mengasuransikan aset-aset utamanya, aktif mencari lahan untuk lokasi
pengembangan baru, mencari pendanaan
baik melalui perbankan maupun melakukan aksi korporasi di pasar
modal untuk memenuhi kebutuhan dana yang
besar dan berbagai program lainnya.
URAIAN MENGENAI KEGIATAN PEMASARAN PERSEROAN
Selama tahun 2010, Perseroan telah mengeluarkan biaya untuk seluruh
kegiatan promosi dan pemasaran seluruh unit usahanya sebesar Rp 22
miliar.
URAIAN MENGENAI AKTIVITAS PERSEROAN YANG BERKAITAN
DENGAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN PERLINDUNGAN
KONSUMEN
Sebagai bentuk komitmennya terhadap tanggung jawab sosial
perlindungan konsumen, Perseroan menyediakan layanan customer care
yang dapat diakses melalui telepon atau e-mail 24 jam setiap harinya
untuk masing-masing bidang usaha Perseroan.
URAIAN MENGENAI TANGGUNG JAWAB PERSEROAN TERHADAP
LINGKUNGAN
Menjaga lingkungan dengan membangun dan mengelola tempat tinggal
atau gedung perkantoran yang ramah lingkungan.
Hal ini dilakukan dengan menerapkan konsep ”Go Green” pada setiap
proyek Perseroan, dengan semaksimal mungkin memanfaatkan teknologi
lingkungan yang dapat meminimalkan pemakaian energi. Semisal
menyediakan ventilasi yang menghasilkan sirkulasi udara yang baik
sehingga dapat mengurangi pemakaian AC dan penyediaan halaman yang
dapat dipakai sebagai ruang terbuka hijau.
PERKARA HUKUM
Perseroan dan Anak Perusahaan tidak sedang terlibat dalam kasus dan
perkara hukum di Indonesia maupun di luar negeri, baik berupa gugatan
atau sedang dalam status penyelesaian perkara atau gugatan yang
berdampak signifikan terhadap kondisi keuangan, pendapatan, aset dan
kelangsungan usaha Perseroan dan Anak Perusahaan.
AKSES INFORMASI DAN DATA PERUSAHAAN
Perseroan memiliki situs yang memuat berbagai informasi penting dan
dapat diakses oleh public, www.ciputraproperty.com. Investor dan publik
juga bisa mendapatkan informasi dan penjelasan lebih lanjut mengenai
Perseroan melalui alamat dan e-mail Perseroan di
ETIKA DAN KODE PERILAKU PERSEROAN
Kode Perilaku merupakan seperangkat Praktik-praktik Tata Kelola
Perusahaan yang menjelaskan nilai dan standar praktik usaha yang
dijalankan oleh Perseroan dan menjadi acuan bagi setiap individu yang
bergabung di dalamnya, dan sekaligus memberi penjelasan kepada pihak
yang paling berkepentingan (Pemegang Saham) bagaimana Perseroan
menjalankan usahanya.
Filosofi yang mendasari Kode Perilaku Perseroan adalah Integritas, yaitu
usaha untuk menjunjung tinggi kejujuran, etika, dan moral dalam bekerja
untuk menciptakan iklim bekerja yang kondusif dan mengoptimalkan nilai
bagi Pemegang Saham sesuai dengan visi dan misi Perseroan.
Kunci keberhasilan implementasi Kode Perilaku adalah Kerja Sama dan
Peran Serta dari seluruh pengurus dan karyawan. Ketiga hal ini juga
merupakan penyataan atas budaya Perseroan yang diharapkan mampu
menjadi etos kerja dan citra positif di hati individu maupun publik.
Setiap pengurus dan karyawan Perseroan menerima salinan Kode
Perilaku. Semua pasal dan aturan dalam Kode Perilaku Perseroan berlaku
bagi semua individu tanpa kecuali. Perseroan akan menjatuhkan sanksi
bagi pengurus dan karyawan yang melanggar aturan yang ditetapkan
sesuai dengan Peraturan Perusahaan dan perundang-undangan yang
berlaku.
Penggelapan Uang di Greater Providence Deposit and Trust
Pada Sabtu sore di musim semi tahun 1988, Nino Moscardi menerima
surat tanpa pengirim di kotak posnya. Moscardi, Direktur Utama Greater
Providence Deposit and Trust, kaget ketika membaca berita bahwa
seorang pegawai di bank memasukkan pinjaman palsu. Pada hari
seninnya, Moscardi mengarahkan auditor internal bank untuk menyelidiki
transaksi tertentu yang dirinci dalam surat tersebut. Penyelidikan
mengarah ke James Guisti, manajer kantor cabang North Providence dan
pegawai yang telah bekerja selam 14 tahun yang pernah bertugas
sebagai salah satu auditor bank tersebut. Guisti kemudian dinyatakan
bersalah menggelapkan uang sebesar 1,83 juta dolar dari bank tersebut
melalui 67 pinjaman fiktif yang dikeuarkan selama periode tiga tahun.
Dokumen-dokumen pengadilan menyingkap berbagai rincian mengenai
skema penggelapan uang yang dilakukan oleh Guisti. Contohnya,
pinjaman palsu yang pertama ditulis pada bulan April 1985 sebesar
$10.000. Semua pinjaman berupa catatan 90 hari yang tidak memerlukan
jaminan dan berkisar antara $10.000 sampai $63.500. Guisti menciptakan
semua pinjaman tersebut; ketika satu pinjaman jatuh tempo, dia akan
mengeluarkan pinjaman baru, atau menulis ulang yang lama, untuk
membayar pokok pinjaman atau bunganya. Beberapa pinjaman telah
ditulis ulang sebanyak lima atau enak kali.
Ke-67 pinjaman tersebut dikeluarkan dengan menggunakan berbagai
nama, termasuk nama gadis istrinya, nama ayahnya, dan nama dua orang
temannya. Orang-orang ini membantah telah meneriman dana yang dicuri
tersebut dan menyatakan tidak mengetahui apa pun mengenai
penggelapan uang tersebut. Selain itu, satu pinjaman menggunakan
nama James Vanesse, yang menurut polisi tidak ada orang yang memiliki
nama tersebut. Nomor jaminan social untuk aplikasi pinjaman atas nama
Vanesse adalah nomor seorang wanita, dan nomor teleponnya merupakan
nomor dealer mobil di North Providence. Menurut Lucy Fraioli, staf
pelayanan pelanggan yang turut menandatangani cek untuk lima nama
yang digunakan Guisti untuk mengeluarkan pinjaman, Guisti adalah
supervisornya dan dia mengira tidak ada yang salah dengan cek tersebut,
meskipun dia tidak mengetahui kelima orang tersebut. Marcia Perfetto,
kepala teller di cabang tersebut, menyampaikan ke polisi bahwa dia telah
mencairkan cek untuk Guisti yang dibuat untuk empat dari lima orang
tersebut. Ketika ditanya apakah dia memberikan uang tersebut ke Guisti
ketika mencairkan cek tersebut, Marcia menjawab, “Tidak semua
sekaligus,” meskipun dia tidak dapat mengingat pernah memberikan uang
kepada keempatorang tersebut, yang katanya tidak dia kenal.
Menurut laporan berita, Guisti memiliki otorisasi untuk menyetujui
pinjaman konsumen sampai suatu batas jumlah tertentu tanpa harus
meminta persetujuan dari komite pinjaman. Hal itu merupakan praktik
industri yang standar. Batas pinjaman yang dapat disetujui langsung oleh
Guisti adalah $10.000 sampai bulan Januari 1987, yang kemudian
dinaikkan menjadi $15.000. Pada bulan Februari 1988 batas tersebut naik
lagi menjadi $25.000. Akan tetapi, beberapa pinjaman tersebut, termasuk
yang berjumlah $63.500, jauh melebihi batas yang ditentukan. Selain itu,
semua aplikasi pinjaman seharusnya disertai dengan laporan mengenai
sejarah kredit aplikan, yang dibeli dari firma rating kreditan independent.
Pinjaman yang dikeluarkan dengan menggunakan nama fiktif tidak
memiliki laporan kredit, dan seharusnya dihentikan oleh staf analis kredit
pada kantor pusat bank tersebut.
Laporan berita memunculkan beberapa pertanyaan mengenai mengapa
penipuan tersebut tidak dideteksi lebih awal. Petugas pemerintah Negara
bagian telah memeriksa buku bank itu pada bulan September 1986.
Auditor internal bank itu juga gagal mendeteksi penipuan tersebut. Akan
tetapi, ketika memeriksa pinjaman yang meragukan, auditor bank tidak
memeriksa semua pinjaman, dan umumnya memfokuskan pada pinjaman
yang jauh lebih besar daripada pinjaman yang dipertanyakan. Selain itu,
Greater Providence baru saja menghapuskan rencana pelayanan
computer dengan bank local untuk kepentingan bank diluar Negara
bagian tersebut, dan perubahan ini mungkin telah mengurangi keefektifan
prosedur pengendalian bank. Akhirnya, staf analis kredit bank sering
dirotasi, sehingga tindak lanjut untuk pinjaman yang dipertanyakan
menjadi lebih sulit.
Catatan pengadilan menunjukkan bahwa Guisti sering berjudi dan
menggunakan dana dari penggelapan uang untuk membayar utang
judinya. Secara keseluruhan, bank kehilangan $624.000. Perusahaan
persekutuan(bonding company), Hartford Accident and Indemnity
Company, menutupi kerugian yang kurang dari $1,83 juta dolar dari
jumlah keseluruhan pinjaman palsu, karena Guisti menggunakan bagian
dari uang yang dipinjam untuk membayar beberapa pinjaman yang jatuh
tempo.
Menurut laporan keuangan yang disediakan oleh pejabat Greater
Providence, bank memiliki aset 200 juta dolar dan pinjaman beredar
sebesar 184juta dolar pada akhir tahun 1987. Bank tersebut memiliki
delapan cabang di area Providence.
Bank itu mengalami publisitas buruk lainnya selama periode tersebut.
Pada tahun 1985, bank itu didenda $50.000 setelah terbukti bersalah atas
kelalaian utuk melaporkan berbagai transaksi tunai yang melebihi
$10.000, yang termasuk tindakan pidana. Pada tahun 1986, setelah
melalui perjuangan public yang panjang dengan Kejaksaan Umum Negara
Bagian Arlene Violet, para pemilik bank saat itu berhasil menarik kembali
kepemilikan bank dari public(taken private). Negara bagian menuduh
bank menggelembungkan asetnya dan terlalu melebihkan perkiraan
surplus modalnya untuk membuat neracanya nampak lebih kuat. Bank
menyangkal tuduhan tersebut.
Pendapatnya:
1. Direktur Utama Greater Providence Deposit and Trust dapat
memperbaiki prosedur pengendalian terhadap pencairan dana
pinjaman untuk mengurangi risiko penipuan seperti yang disebutkan
diatas dengan cara Membatasi otoritas atau kewenangan kepada
setiap supervisor yang ada dibank tersebut dengan mencabut
peraturan yang dengan mudah menyetujui pinjaman konsumen sampai
suatu batas jumlah tertentu tanpa harus meminta persetujuan dari
komite pinjaman. Hal ini yang menyebabkan mudahnya
penyelewengan dana yang terjadi dibank tersebut dan hasilnya akan
sulit dideteksi apa hal tersebut benar penipuan atau bukan.
2. Greater Providence dapat memperbaiki prosedur analisis kreditnya
pada kantor pusat bank untuk mengurangi risiko penipuan dengan
dibatasi kewenangan yang ada pada supervisor , biarpun orang
tersebut sudah lama bekerja dan mungkin bisa dipercaya tapi kalau
untuk soal uang manusia akan sangat lemah untuk menolak, dan akan
sangat mudah berbuat kejahatan atau kriminal. Hal seperti ini sering
sekali terjadi didunia modern seperti sekarang ini. Hal lain yang bisa
dilakukan adalah menugaskan para auditor internal bank yang
terpercaya disetiap kantor cabang bank agar semua bisa terkontrol
dengan baik. Setelah audit yang dilakukan bisa langsung dilaporkan ke
direktur utama bank tersebut.
3. auditor Greater Providence seharusnya telah mampu mendeteksi
penipuan karena ketika memeriksa pinjaman yang meragukan, auditor
bank tidak memeriksa semua pinjaman, dan umumnya memfokuskan
pada pinjaman yang jauh lebih besar daripada pinjaman yang
dipertanyakan. Selain itu, Greater Providence baru saja menghapuskan
rencana pelayanan computer dengan bank local untuk kepentingan
bank diluar Negara bagian tersebut, dan perubahan ini mungkin telah
mengurangi keefektifan prosedur pengendalian bank.
4. lingkungan pengendalian di Greater providence kurang baik mudahnya
seorang supervisor memanipulasi data pinjaman uang pada bank
tersebut karena bagian analis internal kurang teliti menangani
penggelapan uang yang dilakukan oleh supervisor tersebut. Dan
hasilnya pun bisa dilihat dengan 67 kasus pinjaman fiktif yang
merugikan bank tersebut hingga $1,83 juta dollar dari kurun waktu
selama 3 tahun.