Efektivitas Sistem

21
efektivitas sistem, sistem informasi dikatakan efektif hanya jika sistem tersebut dapat mencapai tujuannya. Untuk menilai efektivitas sistem, perlu upaya untuk mengetahui kebutuhan pengguna sistem tersebut (user). Selanjutnya, untuk menilai apakah sistem menghasilkan laporan atau informasi yang bermanfaat bagi user (misalnya pengambil keputusan), auditor perlu mengetahui karakteristik user berikut proses pengambilan keputusannya. Biasanya audit efektivitas sistem dilakukan setelah suatu sistem berjalan beberapa waktu. Manajemen dapat meminta auditor untuk melakukan post audit guna menentukan sejauh mana sistem telah mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Evaluasi ini akan memberikan masukan bagi pengambil keputusan apakah kinerja sistem layak dipertahankan; harus ditingkatkan atau perlu dimodifikasi; atau sistem sudah usang, sehingga harus ditinggalkan dan dicari penggantinya Audit efektivitas sistem dapat juga dilaksanakan pada tahap perencanaan sistem (system design). Hal ini dapat terjadi jika desainer sistem mengalami kesulitan untuk mengetahui kebutuhan user, karena user sulit mengungkapkan atau mendeskripsikan kebutuhannya. Jika sistem bersifat komplek dan besar biaya penerapannya, manajemen dapat mengambil sikap agar sistem dievaluasi terlebih dahulu oleh pihak yang independen untuk mengetahui apakah rancangan sistem sudah sesuai dengan kebutuhan user. Melihat kondisi seperti ini, auditor perlu mempertimbangkan untuk melakukan evaluasi sistem dengan berfokus pada kebutuhan dan kepentingan manajemen. Mencapai efisiensi sumberdaya, suatu sistem sebagai fasilitas pemrosesan informasi dikatakan efisien jika ia menggunakan sumberdaya seminimal mungkin untuk menghasilkan output yang dibutuhkan. Pada kenyataannya, sistem informasi menggunakan berbagai sumberdaya, seperti mesin, dan segala perlengkapannya, perangkat lunak, sarana komunikasi dan tenaga kerja yang mengoperasikan sistem tersebut. Sumberdaya seperti ini biasanya sangat terbatas adanya. Oleh karena itu, beberapa kandidat sistem (system alternatif) harus berkompetisi untuk memberdayakan sumberdaya yang ada tersebut.

description

audit SI

Transcript of Efektivitas Sistem

Page 1: Efektivitas Sistem

efektivitas sistem, sistem informasi dikatakan efektif hanya jika sistem

tersebut dapat mencapai tujuannya. Untuk menilai efektivitas sistem,

perlu upaya untuk mengetahui kebutuhan pengguna sistem tersebut

(user). Selanjutnya, untuk menilai apakah sistem menghasilkan laporan

atau informasi yang bermanfaat bagi user (misalnya pengambil

keputusan), auditor perlu mengetahui karakteristik user berikut proses

pengambilan keputusannya. Biasanya audit efektivitas sistem dilakukan

setelah suatu sistem berjalan beberapa waktu. Manajemen dapat

meminta auditor untuk melakukan post audit guna menentukan sejauh

mana sistem telah mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Evaluasi ini

akan memberikan masukan bagi pengambil keputusan apakah kinerja

sistem layak dipertahankan; harus ditingkatkan atau perlu dimodifikasi;

atau sistem sudah usang, sehingga harus ditinggalkan dan dicari

penggantinya

Audit efektivitas sistem dapat juga dilaksanakan pada tahap

perencanaan sistem (system design). Hal ini dapat terjadi jika desainer

sistem mengalami kesulitan untuk mengetahui kebutuhan user, karena

user sulit mengungkapkan atau mendeskripsikan kebutuhannya. Jika

sistem bersifat komplek dan besar biaya penerapannya, manajemen

dapat mengambil sikap agar sistem dievaluasi terlebih dahulu oleh pihak

yang independen untuk mengetahui apakah rancangan sistem sudah

sesuai dengan kebutuhan user. Melihat kondisi seperti ini, auditor perlu

mempertimbangkan untuk melakukan evaluasi sistem dengan berfokus

pada kebutuhan dan kepentingan manajemen.

Mencapai efisiensi sumberdaya, suatu sistem sebagai fasilitas

pemrosesan informasi dikatakan efisien jika ia menggunakan sumberdaya

seminimal mungkin untuk menghasilkan output yang dibutuhkan. Pada

kenyataannya, sistem informasi menggunakan berbagai sumberdaya,

seperti mesin, dan segala perlengkapannya, perangkat lunak, sarana

komunikasi dan tenaga kerja yang mengoperasikan sistem tersebut.

Sumberdaya seperti ini biasanya sangat terbatas adanya. Oleh karena itu,

beberapa kandidat sistem (system alternatif) harus berkompetisi untuk

memberdayakan sumberdaya yang ada tersebut.

Adapun tujuan yang lain adalah :

Page 2: Efektivitas Sistem

1. Untuk memeriksa kecukupan dari pengendalian lingkungan,

keamanan fisik, keamanan logikal serta keamanan operasi sistem

informasi yang dirancang untuk melindungi piranti keras, piranti

lunak dan data terhadap akses yang tidak sah, kecelakaan,

perubahan yang tidak dikehendaki.

2. Untuk memastikan bahwa sistem informasi yang dihasilkan benar-

benar sesuai dengan kebutuhan sehingga bisa membantu

organisasi untuk mencapai tujuan strategis.

http://12puby.wordpress.com/2011/04/15/audit-sistem-informasi-bab-ii/

Contoh dalam perusahaan

http://www.ciputraproperty.com/id/content/tata-kelola-perusahaan

ciputraproperty

Sebagai warga korporasi (corporate citizen) yang baik Perseroan

senantiasa menjalankan usahanya sesuai dengan prinsip dan sistem tata

kelola yang baik. Perseroan, oleh karena itu, memiliki Komite Audit,

Sekretaris Korporasi dan Departemen Internal Audit sebagai perangkat

dasar pelaksanaan prinsip tersebut. Perusahaan pun aktif memantau

risiko-risiko usaha yang ada dan senantiasa berupaya mengantisipasi dan

meminimalkan risiko tersebut sesuai dengan kebijakan dan strategi yang

berlaku.

Selain itu Perusahaan juga tidak lupa memberikan kontribusi yang nyata

kepada masyarakat dan lingkungan sekitar dengan melakukan beberapa

program sosial sebagai bentuk tanggung jawabnya.

 

URAIAN DEWAN KOMISARIS

Sesuai dengan Anggaran Dasar Perseroan, Dewan Komisaris dan Direksi

diangkat oleh Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) untuk masa jabatan

3 (tiga) tahun dan dapat diangkat kembali.

Hingga saat ini Perseroan memiliki 5 (lima) Komisaris, dua di antaranya

yang mana adalah Komisaris Independen, yang bertugas mengawasi

kebijakan dan kinerja Direksi dalam menjalankan rencana usaha

Perseroan serta mendorong penerapan tata kelola yang baik di ling-

kungan Perseroan.

Page 3: Efektivitas Sistem

Dewan Komisaris bertugas untuk melakukan pengawasan dan penilaian

atas pengelolaan Perseroan oleh direksi dan mengawasi komisi-komisi

yang berada di bawah Dewan Komisaris.

Profil Dewan Komisaris dapat dilihat pada halaman 6-8.

Sesuai dengan aturan yang berlaku frekuensi Rapat Dewan Komisaris

adalah minimal 2 (dua) kali dalam setahun. Pada tahun 2010, Dewan

Komisaris telah mengadakan pertemuan sebanyak 6 (enam) kali yaitu

pada tanggal 1 Februari 2010, 2 Maret 2010, 8 April 2010, 12 Agustus

2010, 12 November 2010 dan 6 Desember 2010 dengan rata-rata tingkat

kehadiran 60 persen.

 

 

URAIAN DIREKSI

Direksi Perseroan terdiri dari 8 (delapan) Direktur, dua diantaranya yang

mana adalah Direktur Tidak Terafiliasi. Tugas utama Direksi adalah

memimpin dan menjalankan Perseroan sesuai dengan tujuan serta visi

dan misi, dan juga rencana dan strategi usaha yang telah ditetapkan.

Profil Direksi Perusahaan dapat dilihat pada halaman 13-18.

Frekuensi pertemuan Direksi sesuai aturan yang berlaku adalah 2 (dua)

kali dalam setahun. Pada tahun 2010, Rapat Direksi diadakan sebanyak 6

(enam) kali, yaitu pada tanggal 1 Februari 2010, 2 Maret 2010, 8 April

2010, 12 Agustus 2010, 12 November 2010 dan 6 Desember 2010.

Tingkat kehadiran rata-rata para Direktur dalam Rapat Direksi ini adalah

48 persen.

 

 

URAIAN MENGENAI REMUNERASI DEWAN KOMISARIS DAN

DIREKTUR

Remunerasi yang dibayarkan kepada Dewan Komisaris dan Direksi selama

tahun 2010 dan 2009 masing-masing adalah sebesar Rp 13,7 miliar dan

Rp 11,9 miliar.

KOMITE AUDIT

Komite Audit dibentuk dan diangkat oleh Dewan Komisaris pada tanggal 8

November 2007. Tugas utamanya adalah membantu Dewan Komisaris

melakukan pengawasan terhadap Direksi dalam menjalankan rencana

usaha Perseroan.

Masa jabatan Komite Audit sama dengan Dewan Komisaris. Saat ini,

Komite Audit terdiri dari 3 (tiga) anggota termasuk Ketua, dan wajib

Page 4: Efektivitas Sistem

mengadakan rapat umum minimal satu kali dalam setahun. Sepanjang

tahun 2010, Komite Audit telah mengadakan rapat sebanyak 2 (dua) kali

yaitu pada tanggal 1 Februari 2010 dan 12 Agustus 2010 dengan tingkat

kehadiran rata-rata 100 persen.

Ada pun susunan Komite Audit adalah sebagai berikut:

Posisi                  Nama                                 Jabatan lainnya di

Perusahaan

Ketua                   Widigdo Sukarman         Komisaris Independen

Anggota               Thomas Bambang          Komisaris Independen

Anggota               Lanny Bambang   

 

 

KOMITE REMUNERASI DAN NOMINASI

Hingga tahun 2010, Perseroan belum mempunyai Komite Nominasi dan

Remunerasi. 

KOMITE PEMANTAUAN RISIKO

Komite ini diketuai oleh Direktur Pengelola Sub-holding Sekretariat Komite

yaitu Manajer Risiko.

Anggota tetap terdiri dari:

-  Direksi Sub Holding/Direktur Proyek

 

Anggota tidak tetap terdiri dari:

-  Manajer Umum Proyek yang terkait

-  Audit Internal

 

 

VISI DAN MISI

Visi

Mengelola Risiko untuk memaksimalkan kemampuan Perusahaan dalam

mencapai sasaran Perusahaan yang mengarah pada maksimalisasi Nilai

Perusahaan dan Kekayaan Pemegang Saham.

Misi

Mewujudkan visi Perusahaan dengan membangun sistem dan pendekatan

Manajemen Risiko yang komprehensif untuk mengantisipasi,

mengidentifikasi, memprioritaskan, dan mengelola risiko-risiko material

terhadap pencapaian Sasaran Perusahaan.

 

Page 5: Efektivitas Sistem

CAKUPAN RISIKO

Mencakup setiap kejadian-kejadian penting atau keadaan yang dapat

mempengaruhi pencapaian sasaran-sasaran Perseroan, termasuk risiko

strategis, keuangan, operasional, hazard, maupun kepatuhan terhadap

peraturan perundangan yang berlaku.

 

 

KEBIJAKAN MANAJEMEN RISIKO PERUSAHAAN

Penerapan Manajemen Risiko secara terintegrasi dengan pendekatan

multi aspek atau dikenal dengan istilah Enterprise Wide Risk Managemen

(ERM), sudah dilaksanakan sejak tahun 2009.  Progress penerapan di

tahun 2010 sudah lebih baik dibandingkan tahun 2009, dimana dari awal

tahun 2010 sejumlah proyek sudah menyusun daftar risiko yang sudah

disaring menurut skala prioritas yang didiskusikan disetujui bersama

Direktur Proyek masing-masing, termasuk tindakan mitigasi yang akan

dilakukan selama tahun 2010.

Dari daftar risiko dan rencana mitigasi yang sudah disusun tersebut, akan

terlihat peta risiko awal tahun / bawaan yang dikenal dengan istilah

inherent risk, yang akan dimitigasi dan dipantau implementasi mitigasinya

sehingga diharapkan dapat menurunkan tingkat risikonya menjadi

residual risk yang dapat diterima.

Selain laporan tindakan mitigasi, proyek-proyek juga akan melaporkan

kejadian insidentil baik yang biasa maupun kritis jika ada, yang dilaporkan

setiap bulan. Kelancaran pelaporan dan monitoring tingkat risiko melalui

peta risiko memang masih perlu terus mengalami penyempurnaan hingga

dapat menjadi kebiasaan individu dan budaya Perusahaan serta menjadi

bagian dalam proses pengambilan keputusan Manajemen di seluruh lini

dan seluruh unit usaha.

 

 

PENGAWAS MANAJEMEN RISIKO PERUSAHAAN

Manajer Manajemen Risiko:

Adi Subrata, 47 tahun.

Saat ini juga merangkap sebagai Pengawas Keuangan Mal Ciputra Jakarta

Semarang.

Pengawas Manajemen Risiko:

1.    Agung Trihendardoyo, 36 tahun.

       Merangkap sebagai Accounting Staff Hotel Ciputra Jakarta.

Page 6: Efektivitas Sistem

2.    Rudy Sani Ramli, 42 tahun.

       Merangkap sebagai Pengawas Departemen Sumber Daya Manusia

Hotel Ciputra Jakarta.

3.    Veronica Ria E., 40 tahun.

       Merangkap sebagai Kepala Sumber Daya Manusia Mal Ciputra

Semarang.

4.    Setyoadhi Pratomo, 46 tahun.

       Merangkap sebagai Head of Engineering Hotel Ciputra Semarang.

5.    Ibrahim Andi, 30 tahun.

       Merangkap sebagai Collection Officer Ciputra World Jakarta.

 

 

KOMITE-KOMITE LAIN YANG DIMILIKI PERUSAHAAN

Selain komite-komite di atas, Perseroan tidak memilki komite lain.

 

 

URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SEKRETARIS KORPORASI

Selain Komite Audit, Perseroan juga memiliki Sekretaris Korporasi yang

berfungsi untuk melaksanakan tata kelola perusahaan yang baik,

terutama dalam hal keterbukaan informasi. Sekretaris Korporasi juga

bertugas memastikan Perusahaan mematuhi segala ketentuan Badan

Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan dan Bursa Efek Indonesia,

serta sebagai jembatan antara Perseroan dengan masyarakat.

 

 

URAIAN MENGENAI PELAKSANAAN PENGAWASAN DAN

PENGENDALIAN INTERNAL

KETERBUKAAN INFORMASI

Perseroan tanpa lalai senantiasa menerapkan prinsip keterbukaan

informasi kepada semua pihak yang membutuhkan dengan secara rutin

melaporkan informasi mengenai laporan keuangan, hasil penggunaan

dana IPO, transaksi material, hasil Rapat Umum Pemegang Saham,

paparan publik serta informasi penting lainnya, sesuai dengan peraturan

Badan Pengawasan Pasar Modal dan Lembaga Keuangan serta Bursa Efek

Indonesia.

SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL

Perseroan telah menyusun dan mempunyai Sistem Pengendalian Internal

berupa serangkaian kebijakan dan prosedur standard dalam menjalankan

Page 7: Efektivitas Sistem

setiap kegiatan operasionalnya serta system informasi dan pelaporan

untuk menunjang pengambilan keputusan

manajemen. Sistem ini terus mengalami penyempurnaan dan hingga saat

ini dinilai cukup efektif untuk mengendalikan dan meminimalkan risiko

yang ada.

Adalah tugas divisi Audit Internal untuk memastikan system pengendalian

internal yang ada sudah baik dan efektif dijalankan di setiap lini usaha,

sesuai dengan misi yang tercantum dalam Piagam Audit Internal, yaitu

untuk memberikan penilaian yang obyektif dan independen serta

memberikan layanan konsultatif dalam hal keefektifan dan kecukupan

control, manajemen risiko dan tata kelola perusahaan.

 

Selama tahun 2010, Audit Internal telah melakukan hal-hal sebagai

berikut:

•    Menyusun Rencana Audit tahunan untuk audit unit-unit usaha maupun

kantor pusat, dan telah menyelesaikan seluruh penugasan audit sesuai

rencana;

•    Lingkup audit meliputi pengujian dan evaluasi atas kecukupan dan

keefektifan pelaksanaan sistem pengendalian internal;

     penilaian atas efektifitas dan efisiensi di bidang keuangan, akuntansi,

pemasaran, sumber daya manusia, operasional,

     teknologi informasi, dan kegiatan lainnya dengan pendekatan risiko

(risk based audit), serta pendeteksian atas kemungkinan terjadinya

pelanggaran atau kecurangan;

•    Memberikan saran perbaikan atas system pengendalian internal yang

diperlukan, serta membahasnya bersama Direktur

     dan jajaran manajemen terkait;

•    Memantau tindak lanjut perbaikan yang telah disepakati;

•    Menyusun dan melaporkan hasil audit beserta tindaklanjutnya kepada

Direktur Utama;

•    Melaporkan secara berkala progres dan hasil audit serta tindak lanjut

Direksi dan manajemen kepada Komite Audit dan

     Dewan Komisaris;

•    Mengevaluasi mutu Audit Internal yang dilakukan dan melakukan

penyempunaan program audit, audit teknik, sistem

     pelaporan maupun meningkatkan kompetensi para auditor.

 

 

Page 8: Efektivitas Sistem

URAIAN MENGENAI UNIT AUDIT INTERNAL

MISI

Memberikan keyakinan (assurance) dan konsultasi yang bersifat

independen dan obyektif dengan tujuan untuk meningkatkan nilai dan

memperbaiki operasional Perseroaan, melalui pendekatan yang

sistematis, dengan cara mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas

manajemen risiko, pengendalian, dan proses tata kelola perusahaan.

 

LINGKUP TUGAS

Memastikan apakah manajemen risiko, pengendalian, dan pengelolaan

Perseroan yang dirancang dan dijalankan manajemen sudah cukup dan

berfungsi baik, meliputi:

•    Risiko telah cukup diidentifikasi dan dikelola.

•    Interaksi dengan para pihak pengelola berlangsung sesuai

semestinya.

•    Informasi penting keuangan, manajerial, dan operasional adalah

akurat, handal, dan tepat waktu.

•    Tindakan karyawan sesuai dengan kebijakan, standard, prosedur,

hukum dan peraturan yang berlaku.

•    Sumber daya diperoleh secara ekonomis, digunakan secara efisien,

dan cukup terlindungi.

•    Program, Rencana, dan Sasaran dapat dicapai.

•    Kualitas dan perbaikan yang berkesinambungan terpelihara di dalam

proses pengendalian perusahaan.

•    Peraturan dan Undang-undang penting yang berpengaruh terhadap

perusahaan telah diketahui dan diperhatikan secara

     layak.

 

Potensi perbaikan atas pengendalian manajemen, profitabilitas, dan

image perusahaan dapat ditemukan selama proses audit, dan akan

dikomunikasikan ke level manajemen yang memadai.

Audit Internal juga dapat menjadi mitra pemecahan masalah atas

persoalan manajemen dan operasional yang dihadapi Perseroan.

 

 

STRUKTUR DAN KEDUDUKAN

Struktur dan kedudukan Unit Audit Internal adalah sebagai berikut:

•    Unit Audit Internal dipimpin oleh seorang kepala Unit Audit Internal.

Page 9: Efektivitas Sistem

•    Kepala Audit Internal diangkat dan diberhentikan oleh Direktur Utama

atas persetujuan Dewan Komisaris.

•    Direktur Utama dapat memberhentikan kepala Unit Audit Internal,

setelah mendapat persetujuan Dewan Komisaris, jika

     kepala Unit Audit Internal tidak memenuhi persyaratan sebagai auditor

internal sebagaimana diatur dalam piagam ini

     dan atau gagal atau tidak cakap menjalankan tugas.

•    Kepala Unit Audit Internal bertanggung jawab kepada Direktur Utama.

•    Auditor yang duduk dalam Unit Audit Internal bertanggung jawab

secara langsung kepada kepala Unit Audit Internal.

•    Larangan perangkapan tugas dan jabatan auditor dan pelaksana yang

duduk dalam Unit Audit Internal dari pelaksanaan

     kegiatan operasional baik di Perseroan. maupun anak perusahaan.

 

TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB

Unit Audit Internal memiliki tugas dan tanggung jawab:

•    Menyusun dan melaksanakan Rencana Audit Internal Tahunan;

•    Menguji dan mengevaluasi pelaksanaan pengenda-lian interen dan

sistem manajemen risiko sesuai dengan kebijakan

     perusahaan;

•    Melakukan pemeriksaan dan penilaian atas efisiensi dan efektivitas di

bidang keuangan, akuntansi, operasional, sumber daya

     manusia, pemasaran, teknologi informasi dan kegiatan lainnya;

•    Memberikan saran perbaikan dan informasi yang obyektif tentang

kegiatan yang diperiksa pada semua tingkatan

     Manajemen;

•    Membuat laporan hasil audit dan menyampaikan laporan tersebut  

kepada Direktur Utama dan Dewan Komisaris;

•    Memantau, menganalisis dan melaporkan pelaksanaan tindak lanjut

perbaikan yang telah disarankan;

•    Bekerja sama dengan Komite Audit;

•    Menyusun program untuk mengevaluasi mutu kegiatan audit internal

yang dilakukannya;

•    Melakukan pemeriksaan khusus apabila diperlukan maupun anak

perusahaan.

 

WEWENANG

Wewenang Unit Audit Internal meliputi antara lain:

Page 10: Efektivitas Sistem

•    Mengakses seluruh informasi yang relevan tentang Perseroan terkait

dengan tugas dan fungsinya;

•    Melakukan komunikasi secara langsung dengan Dewan Direksi, Dewan

Komisaris, dan/ atau Komite Audit serta anggota dari

     Dewan Direksi, Dewan Komisaris, dan/ atau Komite Audit;

•    Mengadakan rapat secara berkala dan insidentil dengan Dewan

Direksi, Dewan Komisaris, dan/ atau Komite Audit;

•    Melakukan koordinasi kegiatan audit dengan kegiatan auditor

eksternal;

•    Mengalokasikan sumber daya manusia, menentukan frekuensi,

memilih subyek, menentukan cakupan tugas, dan

     menerapkan teknik yang dibutuhkan untuk mencapai sasaran audit.

 

KODE ETIK

Kode Etik Audit Internal meliputi dua unsur, yaitu (1) Prinsip Dasar dan (2)

Aturan Perilaku.

(1) PRINSIP DASAR

Auditor Internal diharapkan untuk menerapkan dan menegakan prinsip-

prinsip sebagai berikut:

-    Integritas

     Integritas auditor internal menetapkan kepercayaan dan dengan

begitu menyediakan dasar bagi kepercayaan atas

     pertimbangan keahlian audit internal mereka.

-    Obyektifitas

     Auditor Internal memperlihatkan tingkatan yang paling tinggi dari

obyektifitas profesional di dalam mengumpulkan,

     mengevaluasi, dan mengkomunikasikan informasi tentang aktivitas

atau proses yang sedang diuji. Auditor Internal

     membuat suatu penilaian yang seimbang dari semua keadaan yang

relevan dan tidaklah terlalu dipengaruhi oleh

     kepentingannya sendiri atau oleh orang lain di dalam membentuk

pertimbangan keahliannya.

-    Kerahasiaan

     Auditor Internal menghormati nilai dan kepemilikan informasi yang

mereka terima dan tidak mengungkapkan informasi

     tanpa otoritas yang sah kecuali jika ada suatu kewajiban yang sah

menurut hukum atau profesi untuk melakukannya.

-    Kemampuan

Page 11: Efektivitas Sistem

     Auditor Internal menerapkan pengetahuan, keteram-pilan, dan

pengalaman yang diperlukan dalam melaksanakan

     pelayanan/ jasa audit internal.

 

(2) ATURAN PERILAKU

-    Integritas

     •    Akan melaksanakan pekerjaannya dengan jujur, rajin, dan

bertanggung jawab.

     •    Akan mengamati hukum dan membuat pengungkapan yang

diharapkan oleh hukum dan profesi.

     •    Dengan sadar tidak akan menjadi suatu bagian atas setiap aktivitas

yang tidak sah, atau terlibat dalam tindakan yang

          dapat menghilangkan kepercayaan kepada profesi audit internal

atau departemen Audit Internal.

     •    Akan menghormati dan berperan untuk tujuan Perseroan yang sah

dan etis.

-    Objektifitas

     •    Tidak akan mengambil bagian dalam setiap aktivitas atau

hubungan apapun yang dapat merusak atau diduga merusak

          penilaian mereka yang tidak memihak. Keikutsertaan ini meliputi

aktivitas atau hubungan yang mungkin akan bertentangan

          dengan kepentingan Perseroan.

     •    Tidak akan menerima suatu apapun yang dapat merusak atau

diduga merusak pertimbangan keahlian profesional mereka.

     •    Akan mengungkapkan semua fakta-fakta penting yang diketahui

oleh mereka yang jika tidak diungkapkan dapat

          merubah pelaporan aktivitas yang sedang diteliti.

-    Kerahasiaan

     •    Akan berhati-hati dalam menggunakan dan melindungi informasi

yang diperoleh selama bertugas.

     •    Tidak akan menggunakan informasi untuk keuntungan pribadi

apapun atau dengan cara apapun yang akan bertentangan

          dengan hukum atau yang akan merugikan tujuan Perseroan yang

sah dan etis.

-    Kemampuan

     •    Hanya akan melibatkan diri dalam pelayanan di mana mereka

mempunyai pengetahuan, ketrampilan, dan pengalaman

Page 12: Efektivitas Sistem

          yang diperlukan.

     •    Akan melaksanakan pelayanan audit internal sesuai dengan

Standar Praktek Profesional Audit Internal.

     •    Secara terus menerus akan meningkatkan kemampuannya dan

efektivitas serta kualitas pelayanannya.

 

 

 

PERTANGGUNGJAWABAN

Kepala Unit Audit Internal dalam menjalankan tugasnya bertanggung

jawab kepada Direktur Utama dan memiliki akses ke Dewan Komisaris,

untuk:

•    Menyampaikan hasil penelaahan tahunan atas kecukupan dan

keefektifan pengendalian internal dan manajemen

     resiko dari proses operasi Perseroan / unit usaha yang ada.

•    Melaporkan issue penting sehubungan dengan pengendalian internal

perusahaan / unit usaha, dan rekomendasi

     perbaikan yang dapat ditempuh.

•    Secara berkala menyampaikan status dan hasil atas Rencana Audit

Tahunan dan kecukupan sumber daya Unit.

•    Berkoordinasi dan bekerjasama dengan fungsi pengendalian lainnya

yang ada (komite audit, auditor eksternal, dll).

 

Unit Audit Internal Perseroan dipimpin oleh Kepala Unit Audit Internal

yaitu Martin Rahardja, umur 31 tahun, seorang sarjana lulusan Fakultas

Ekonomi/Akuntansi dari Universitas Tarumanagara, Jakarta.

 

 

URAIAN MENGENAI MANAJEMEN RISIKO PERSEROAN

USAHA PENGELOLAAN RISIKO

Perseroan dihadapi oleh risiko dalam berbagai aspek usahanya. Oleh

karena itu, Perseroan senantiasa meningkatkan upaya dan kemampuan

pengelolaan risikonya. Segala hal atau kejadian yang berpotensi menjadi

risiko dikaji secara seksama melalui penerapan ERM (Enterprise Wide Risk

Management) agar tidak berkembang menjadi risiko. Dengan demikian,

Perseroan dimungkinkan untuk menjalankan usahanya secara hati-hati,

dan selalu waspada terhadap risiko-risiko yang terkandung dalam

pengambilan keputusan dan aktivitas operasionalnya.

Page 13: Efektivitas Sistem

 

RISIKO USAHA

Setiap kegiatan usaha pasti memiliki faktor risiko yang melekat dan harus

senantiasa diperhatikan dengan seksama karena apabila diabaikan faktor

risiko tersebut dapat berdampak negatif terhadap operasional,

pendapatan dan aset Perseroan. Beberapa risiko utama tersebut antara

lain:

-  Risiko Keterbatasan Lahan

   Kendati rencana pengembangan usaha Perseroan juga meliputi akuisisi

lahan di daerah dengan tingkat pertumbuhan

   tinggi dan di sentra usaha Jakarta, namun ketersediaan tanah di daerah

tersebut sangat terbatas. Tidak terealisasinya

   akuisisi tersebut akan berimbas pada rencana yang sudah ditetapkan

dan berisiko mempengaruhi kondisi keuangan

   dan hasil operasi Perseroan di masa mendatang.

-  Risiko Kepastian Hukum

   Perseroan senantiasa berupaya mendapatkan Hak Guna Bangunan

(HGB) dan hak pengembangan atas tanah yang

   diakuisisi. Namun demikian, tidak adanya kepastian penegakan hukum

undang-undang pertanahan dan tidak seragamnya

   hak atas tanah di Indonesia membawa risiko terjadinya perselisihan atas

hak kepemilikan tanah yang dibeli dari pemilik sebelumnya.

-  Risiko Fluktuasi Pasar Properti

   Industri properti Indonesia memiliki siklus dan dipengaruhi secara

signifikan oleh perubahan kondisi ekonomi umum

   maupun lokal, seperti tingkat pengangguran, ketersediaan pembiayaan,

suku bunga, tingkat kepercayaan konsumen

   dan permintaan produk properti, baik ritel, kantor, hotel maupun

perumahan. Dengan demikian risikonya selalu ada

   di mana proyek baru bisa dipasarkan saat pasar sedang mengalami

depresi, padahal pengembangan, pembiayaan

   dan penggunaan sumber daya lainnya sudah dilakukan jauh

sebelumnya. Tekanan semacam ini di industri

   properti Indonesia dapat mempengaruhi bisnis, kondisi keuangan dan

hasil operasi Perseroan.

-  Risiko Keuangan/Pembiayaan

   Aktivitas pengembangan properti membutuhkan modal investasi yang

besar. Perseroan mungkin saja perlu mencari

Page 14: Efektivitas Sistem

   pembiayaan tambahan atau eksternal untuk memenuhi kebutuhan

tersebut. Namun demikian, tidak ada jaminan

   bahwa pembiayaan tambahan, baik jangka pendek maupun jangka

panjang, dapat tersedia untuk Perseroan, atau

   jika tersedia, pembiayaan tersebut bisa didapatkan dengan persyaratan

yang menguntungkan bagi Perseroan.

-  Risiko Persaingan

   Dalam beberapa tahun terakhir, industri properti di Indonesia semakin

didominasi oleh persaingan yang ketat,

   tidak hanya antara pengembang properti lokal tetapi juga dengan

pengembang mancanegara. Persaingan yang

   semakin ketat dapat menyebabkan peningkatan biaya untuk akuisisi

tanah, berlebihnya persediaan lahan dan

   lambatnya proses persetujuan untuk pengembangan properti baru oleh

yang berwenang. Semuanya dapat

   berpengaruh buruk terhadap usaha dan kinerja Perseroan.

-  Risiko Ekonomi

   Industri properti dihadapi oleh risiko ekonomi yang mencakup faktor-

faktor yang secara sendiri-sendiri maupun

   bersamaan dapat berdampak negatif terhadap para pelaku industri

properti. Fluktuasi nilai tukar Rupiah

   terhadap Dolar AS, tingkat suku bunga dan inflasi semuanya berdampak

besar pada posisi keuangan Peseroan,

   daya beli konsumen, tingkat belanja konsumen dan permintaan pasar

ritel.

-  Risiko Lainnya

   Kegiatan usaha Perseroan juga dapat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi,

sosial politik, bencana alam, serangan

   teroris, kebakaran dan risiko lainnya. Guna menghadapi dan memitigasi

risiko-risiko tersebut, Perseroan telah

   melakukan berbagai langkah seperti selalu menjaga kualitas dan

keunikan dari properti yang dibangun,

   mengasuransikan aset-aset utamanya, aktif mencari lahan untuk lokasi

pengembangan baru, mencari pendanaan

   baik melalui perbankan maupun melakukan aksi korporasi di pasar

modal untuk memenuhi kebutuhan dana yang

   besar dan berbagai program lainnya.

 

Page 15: Efektivitas Sistem

 

URAIAN MENGENAI KEGIATAN PEMASARAN PERSEROAN

Selama tahun 2010, Perseroan telah mengeluarkan biaya untuk seluruh

kegiatan promosi dan pemasaran seluruh unit usahanya sebesar Rp 22

miliar.

 

 

URAIAN MENGENAI AKTIVITAS PERSEROAN YANG BERKAITAN

DENGAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN PERLINDUNGAN

KONSUMEN

Sebagai bentuk komitmennya terhadap tanggung jawab sosial

perlindungan konsumen, Perseroan menyediakan layanan customer care

yang dapat diakses melalui telepon atau e-mail 24 jam setiap harinya

untuk masing-masing bidang usaha Perseroan.

 

 

URAIAN MENGENAI TANGGUNG JAWAB PERSEROAN TERHADAP

LINGKUNGAN

Menjaga lingkungan dengan membangun dan mengelola tempat tinggal

atau gedung perkantoran yang ramah lingkungan.

 

Hal ini dilakukan dengan menerapkan konsep ”Go Green” pada setiap

proyek Perseroan, dengan semaksimal mungkin memanfaatkan teknologi

lingkungan yang dapat meminimalkan pemakaian energi. Semisal

menyediakan ventilasi yang menghasilkan sirkulasi udara yang baik

sehingga dapat mengurangi pemakaian AC dan penyediaan halaman yang

dapat dipakai sebagai ruang terbuka hijau.

 

PERKARA HUKUM

Perseroan dan Anak Perusahaan tidak sedang terlibat dalam kasus dan

perkara hukum di Indonesia maupun di luar negeri, baik berupa gugatan

atau sedang dalam status penyelesaian perkara atau gugatan yang

berdampak signifikan terhadap kondisi keuangan, pendapatan, aset dan

kelangsungan usaha Perseroan dan Anak Perusahaan.

AKSES INFORMASI DAN DATA PERUSAHAAN

Perseroan memiliki situs yang memuat berbagai informasi penting dan

dapat diakses oleh public, www.ciputraproperty.com. Investor dan publik

juga bisa mendapatkan informasi dan penjelasan lebih lanjut mengenai

Page 16: Efektivitas Sistem

Perseroan melalui alamat dan e-mail Perseroan di

[email protected].

ETIKA DAN KODE PERILAKU PERSEROAN

Kode Perilaku merupakan seperangkat Praktik-praktik Tata Kelola

Perusahaan yang menjelaskan nilai dan standar praktik usaha yang

dijalankan oleh Perseroan dan menjadi acuan bagi setiap individu yang

bergabung di dalamnya, dan sekaligus memberi penjelasan kepada pihak

yang paling berkepentingan (Pemegang Saham) bagaimana Perseroan

menjalankan usahanya.

Filosofi yang mendasari Kode Perilaku Perseroan adalah Integritas, yaitu

usaha untuk menjunjung tinggi kejujuran, etika, dan moral dalam bekerja

untuk menciptakan iklim bekerja yang kondusif dan mengoptimalkan nilai

bagi Pemegang Saham sesuai dengan visi dan misi Perseroan.

 

Kunci keberhasilan implementasi Kode Perilaku adalah Kerja Sama dan

Peran Serta dari seluruh pengurus dan karyawan. Ketiga hal ini juga

merupakan penyataan atas budaya Perseroan yang diharapkan mampu

menjadi etos kerja dan citra positif di hati individu maupun publik.

Setiap pengurus dan karyawan Perseroan menerima salinan Kode

Perilaku. Semua pasal dan aturan dalam Kode Perilaku Perseroan berlaku

bagi semua individu tanpa kecuali. Perseroan akan menjatuhkan sanksi

bagi pengurus dan karyawan yang melanggar aturan yang ditetapkan

sesuai dengan Peraturan Perusahaan dan perundang-undangan yang

berlaku.

Penggelapan Uang di Greater Providence Deposit and Trust

Pada Sabtu sore di musim semi tahun 1988, Nino Moscardi menerima

surat tanpa pengirim di kotak posnya. Moscardi, Direktur Utama Greater

Providence Deposit and Trust, kaget ketika membaca berita bahwa

seorang pegawai di bank memasukkan pinjaman palsu. Pada hari

seninnya, Moscardi mengarahkan auditor internal bank untuk menyelidiki

transaksi tertentu yang dirinci dalam surat tersebut. Penyelidikan

mengarah ke James Guisti, manajer kantor cabang North Providence dan

pegawai yang telah bekerja selam 14 tahun yang pernah bertugas

sebagai salah satu auditor bank tersebut. Guisti kemudian dinyatakan

bersalah menggelapkan uang sebesar 1,83 juta dolar dari bank tersebut

Page 17: Efektivitas Sistem

melalui 67 pinjaman fiktif yang dikeuarkan selama periode tiga tahun.

Dokumen-dokumen pengadilan menyingkap berbagai rincian mengenai

skema penggelapan uang yang dilakukan oleh Guisti. Contohnya,

pinjaman palsu yang pertama ditulis pada bulan April 1985 sebesar

$10.000. Semua pinjaman berupa catatan 90 hari yang tidak memerlukan

jaminan dan berkisar antara $10.000 sampai $63.500. Guisti menciptakan

semua pinjaman tersebut; ketika satu pinjaman jatuh tempo, dia akan

mengeluarkan pinjaman baru, atau menulis ulang yang lama, untuk

membayar pokok pinjaman atau bunganya. Beberapa pinjaman telah

ditulis ulang sebanyak lima atau enak kali.

Ke-67 pinjaman tersebut dikeluarkan dengan menggunakan berbagai

nama, termasuk nama gadis istrinya, nama ayahnya, dan nama dua orang

temannya. Orang-orang ini membantah telah meneriman dana yang dicuri

tersebut dan menyatakan tidak mengetahui apa pun mengenai

penggelapan uang tersebut. Selain itu, satu pinjaman menggunakan

nama James Vanesse, yang menurut polisi tidak ada orang yang memiliki

nama tersebut. Nomor jaminan social untuk aplikasi pinjaman atas nama

Vanesse adalah nomor seorang wanita, dan nomor teleponnya merupakan

nomor dealer mobil di North Providence. Menurut Lucy Fraioli, staf

pelayanan pelanggan yang turut menandatangani cek untuk lima nama

yang digunakan Guisti untuk mengeluarkan pinjaman, Guisti adalah

supervisornya dan dia mengira tidak ada yang salah dengan cek tersebut,

meskipun dia tidak mengetahui kelima orang tersebut. Marcia Perfetto,

kepala teller di cabang tersebut, menyampaikan ke polisi bahwa dia telah

mencairkan cek untuk Guisti yang dibuat untuk empat dari lima orang

tersebut. Ketika ditanya apakah dia memberikan uang tersebut ke Guisti

ketika mencairkan cek tersebut, Marcia menjawab, “Tidak semua

sekaligus,” meskipun dia tidak dapat mengingat pernah memberikan uang

kepada keempatorang tersebut, yang katanya tidak dia kenal.

Menurut laporan berita, Guisti memiliki otorisasi untuk menyetujui

pinjaman konsumen sampai suatu batas jumlah tertentu tanpa harus

meminta persetujuan dari komite pinjaman. Hal itu merupakan praktik

industri yang standar. Batas pinjaman yang dapat disetujui langsung oleh

Guisti adalah $10.000 sampai bulan Januari 1987, yang kemudian

dinaikkan menjadi $15.000. Pada bulan Februari 1988 batas tersebut naik

Page 18: Efektivitas Sistem

lagi menjadi $25.000. Akan tetapi, beberapa pinjaman tersebut, termasuk

yang berjumlah $63.500, jauh melebihi batas yang ditentukan. Selain itu,

semua aplikasi pinjaman seharusnya disertai dengan laporan mengenai

sejarah kredit aplikan, yang dibeli dari firma rating kreditan independent.

Pinjaman yang dikeluarkan dengan menggunakan nama fiktif tidak

memiliki laporan kredit, dan seharusnya dihentikan oleh staf analis kredit

pada kantor pusat bank tersebut.

Laporan berita memunculkan beberapa pertanyaan mengenai mengapa

penipuan tersebut tidak dideteksi lebih awal. Petugas pemerintah Negara

bagian telah memeriksa buku bank itu pada bulan September 1986.

Auditor internal bank itu juga gagal mendeteksi penipuan tersebut. Akan

tetapi, ketika memeriksa pinjaman yang meragukan, auditor bank tidak

memeriksa semua pinjaman, dan umumnya memfokuskan pada pinjaman

yang jauh lebih besar daripada pinjaman yang dipertanyakan. Selain itu,

Greater Providence baru saja menghapuskan rencana pelayanan

computer dengan bank local untuk kepentingan bank diluar Negara

bagian tersebut, dan perubahan ini mungkin telah mengurangi keefektifan

prosedur pengendalian bank. Akhirnya, staf analis kredit bank sering

dirotasi, sehingga tindak lanjut untuk pinjaman yang dipertanyakan

menjadi lebih sulit.

Catatan pengadilan menunjukkan bahwa Guisti sering berjudi dan

menggunakan dana dari penggelapan uang untuk membayar utang

judinya. Secara keseluruhan, bank kehilangan $624.000. Perusahaan

persekutuan(bonding company), Hartford Accident and Indemnity

Company, menutupi kerugian yang kurang dari $1,83 juta dolar dari

jumlah keseluruhan pinjaman palsu, karena Guisti menggunakan bagian

dari uang yang dipinjam untuk membayar beberapa pinjaman yang jatuh

tempo.

Menurut laporan keuangan yang disediakan oleh pejabat Greater

Providence, bank memiliki aset 200 juta dolar dan pinjaman beredar

sebesar 184juta dolar pada akhir tahun 1987. Bank tersebut memiliki

delapan cabang di area Providence.

Bank itu mengalami publisitas buruk lainnya selama periode tersebut.

Pada tahun 1985, bank itu didenda $50.000 setelah terbukti bersalah atas

Page 19: Efektivitas Sistem

kelalaian utuk melaporkan berbagai transaksi tunai yang melebihi

$10.000, yang termasuk tindakan pidana. Pada tahun 1986, setelah

melalui perjuangan public yang panjang dengan Kejaksaan Umum Negara

Bagian Arlene Violet, para pemilik bank saat itu berhasil menarik kembali

kepemilikan bank dari public(taken private). Negara bagian menuduh

bank menggelembungkan asetnya dan terlalu melebihkan perkiraan

surplus modalnya untuk membuat neracanya nampak lebih kuat. Bank

menyangkal tuduhan tersebut.

Pendapatnya:

1. Direktur Utama Greater Providence Deposit and Trust dapat

memperbaiki prosedur pengendalian terhadap pencairan dana

pinjaman untuk mengurangi risiko penipuan seperti yang disebutkan

diatas dengan cara Membatasi otoritas atau kewenangan kepada

setiap supervisor yang ada dibank tersebut dengan mencabut

peraturan yang dengan mudah menyetujui pinjaman konsumen sampai

suatu batas jumlah tertentu tanpa harus meminta persetujuan dari

komite pinjaman. Hal ini yang menyebabkan mudahnya

penyelewengan dana yang terjadi dibank tersebut dan hasilnya akan

sulit dideteksi apa hal tersebut benar penipuan atau bukan.

2. Greater Providence dapat memperbaiki prosedur analisis kreditnya

pada kantor pusat bank untuk mengurangi risiko penipuan dengan

dibatasi kewenangan yang ada pada supervisor , biarpun orang

tersebut sudah lama bekerja dan mungkin bisa dipercaya tapi kalau

untuk soal uang manusia akan sangat lemah untuk menolak, dan akan

sangat mudah berbuat kejahatan atau kriminal. Hal seperti ini sering

sekali terjadi didunia modern seperti sekarang ini. Hal lain yang bisa

dilakukan adalah menugaskan para auditor internal bank yang

terpercaya disetiap kantor cabang bank agar semua bisa terkontrol

dengan baik. Setelah audit yang dilakukan bisa langsung dilaporkan ke

direktur utama bank tersebut.

3. auditor Greater Providence seharusnya telah mampu mendeteksi

penipuan karena ketika memeriksa pinjaman yang meragukan, auditor

bank tidak memeriksa semua pinjaman, dan umumnya memfokuskan

pada pinjaman yang jauh lebih besar daripada pinjaman yang

dipertanyakan. Selain itu, Greater Providence baru saja menghapuskan

rencana pelayanan computer dengan bank local untuk kepentingan

bank diluar Negara bagian tersebut, dan perubahan ini mungkin telah

mengurangi keefektifan prosedur pengendalian bank.

Page 20: Efektivitas Sistem

4. lingkungan pengendalian di Greater providence kurang baik mudahnya

seorang supervisor memanipulasi data pinjaman uang pada bank

tersebut karena bagian analis internal kurang teliti menangani

penggelapan uang yang dilakukan oleh supervisor tersebut. Dan

hasilnya pun bisa dilihat dengan 67 kasus pinjaman fiktif yang

merugikan bank tersebut hingga $1,83 juta dollar dari kurun waktu

selama 3 tahun.