EFEKTIFITAS PROGRAM REHABILITASI SOSIAL DI BALAI …repository.fisip-untirta.ac.id/728/1/SKRIPSI PDF...
Transcript of EFEKTIFITAS PROGRAM REHABILITASI SOSIAL DI BALAI …repository.fisip-untirta.ac.id/728/1/SKRIPSI PDF...
EFEKTIFITAS PROGRAM REHABILITASI SOSIAL DI BALAI
PEMULIHAN DAN PENGEMBANGAN SOSIAL (BP2S)
PROVINSI BANTEN
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana SosialPada Program Studi Ilmu Administrasi Negara
Oleh :
EUIS TRISNAWATI
NIM : 6661091507
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2016
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO :
“JALAN MENANJAK DAN MENURUN DALAM
HIDUP INI HARUS DISYUKURI”
PERSEMBAHAN
Untuk Kedua Orang tua, Adik dan Keluarga Besarku
Serta Calon Suami ku, Mochamad YusufAtas segala dukungan yang diberikan selama ini.
Semoga skripsi ini menjadi tanda terima kasih
Dari Penulis untuk kalian semua
ABSTRAK
Euis Trisnawati. NIM. 6661091507. 2016. Program Studi Ilmu AdministrasiNegara Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Skripsi. Efektifitas ProgramRehabilitasi Sosial di Balai Pemulihan dan Pengembangan Sosial (BP2S)Provinsi Banten. Pembimbing I : Dr. Dirlanudin, M.Si dan Pembimbing II :Listyaningsih, S.Sos., M.Si
Penelitian ini berfokus kepada analisis berkaitan dengan efektifitas programrehabilitasi sosial di Balai Pemulihan dan Pengembangan Sosial (BP2S) ProvinsiBanten. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besarefektifitas program rehabilitasi sosial yang dilaksanakan oleh Balai Pemulihan danPengembangan Sosial (BP2S) Provinsi Banten tahun 2016. Teori yang digunakandalam penelitian ini adalah teori efektifitas menurut Duncan. Metode penelitianyang digunakan adalah metode deskriptif kuantitatif. Desain penelitian ini terdiridari desain deskriptif. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik sampeljenuh dengan jumlah sebanyak 42 responden. Pengolahan data penelitiandilakukan dengan menggunakan alat uji statistik yakni SPSS Versi 17.Permasalahan dalam penelitian ini berkaitan dengan aspek pencapaian tujuan,integrasi dan adaptasi yang terdapat pada pelaksanaan program rehabilitasi sosialyang dilaksanakan oleh BP2S Provinsi Banten. Hasil pengukuran efektifitasprogram rehabilitasi sosial yang dilaksanakan oleh BP2S Provinsi Banten menuruttanggapan responden dalam penelitian ini berada pada kategori yang “baik”dengan nilai prosentase efektifitas pelaksanaan program rehabilitasi sosialmencapai sebesar 78,84%. Adapun hasil pengujian hipotesis, diketahui jikazhitung (11,264) > ztabel (1,96) maka H0 ditolak dan Ha diterima. Artinya efektifitasprogram rehabilitasi sosial di Balai Pemulihan dan Pengembangan Sosial (BP2S)Provinsi Banten dinyatakan efektif karena mendapatkan penilaian lebih besar dari65 persen, yaitu 78,84 persen. Saran yang dapat diberikan oleh penelitidiantaranya program rehabilitasi sosial sebaiknya disosialisasikan secara lebihterbuka kepada publik melalui media seperti spanduk, merancang kegiatanpembinaan lanjutan bagi peserta yang telah mengikuti program rehabilitasi sosialdan BP2S Provinsi Banten membangun kemitraan dengan perusahaan-perusahaansebagai tempat penyaluran peserta lulusan program rehabilitasi sosial.
Kata Kunci : Efektifitas Program Rehabilitasi Sosial, Balai Pemulihan danPengembangan Sosial Provinsi Banten.
ABSTRACT
Euis Trisnawati. NIM. 6661091507. 2016. Studies Program of PublicAdministration University of Sultan Ageng Tirtayasa. Thesis. Effectiveness ofSocial Rehabilitation Program at the Center for Restoration and SocialDevelopment (BP2S ) Province Banten. Supervisor : Dr. Dirlanudin, M.Si andSupervisor II : Listyaningsih, S. Sos., M.Si
This study focuses on the analysis relating to the effectiveness of socialrehabilitation program in the Central Relief and Social Development (BP2S)Province Banten. The purpose of this research is to determine how much theeffectiveness of social rehabilitation program conducted by the Center forRestoration and Social Development (BP2S) Province Banten in 2016. The theoryused in this research is the theory of effectiveness according to Duncan. Themethod used is descriptive quantitative method. The study design consists of adescriptive design. Mechanical sampling using a sample saturated with a total of42 respondents. Research data processing carried out by using the SPSSstatistical test version 17. The problem in this research related to aspects goalattainment, integration and adaptation contained on the implementation of thesocial rehabilitation program implemented by BP2S Province Banten. The resultsof measurements of the effectiveness of social rehabilitation programimplemented by BP2S Province Banten by respondents in this study are in thecategory of "good" with the percentage of the effective implementation of socialrehabilitation programs reached 78.84 %. The results of hypothesis testing, it isknown if zcount (11.264) > ztable (1.96) then H0 rejected and Ha accepted. Thismeans that the effectiveness of social rehabilitation program at the Center forRestoration and Social Development (BP2S) Province Banten was declaredeffective for getting ratings greater than 65 percent, which is 78.84 percent.Advice can be given by researchers including social rehabilitation programshould be socialized to be more open to the public through media such asbanners, designing activities of ongoing formation for participants who haveattended social rehabilitation program and BP2S Banten build partnerships withcompanies as a distribution of participants graduate program socialrehabilitation.
Keyword : Effectiveness of Social Rehabilitation Program, Center forRestoration and Social Development (BP2S) Province Banten
i
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah, penulis panjatkan rasa syukur
kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan hidayah-Nya kepada
penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Efektifitas
Program Rehabilitasi Sosial di Balai Pemulihan dan Pengembangan Sosial
(BP2S) Provinsi Banten”.
Maksud penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat
dalam mencapai gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Pada Program Studi Ilmu
Administrasi Negara Fakultas Ilmus Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa. Dalam proses penyusunannya, penulis sangat bersyukur karena
telah memperoleh bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis ingin
mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat :
1. Prof. Dr. H. Soleh Hidayat, Drs., M.Pd selaku Rektor Universitas
Sultan Ageng Tirtayasa.
2. Dr. Agus Sjafari, S.Sos., M.Si sebagai Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
3. Rahmawati, S.Sos., M.Si sebagai Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
4. Iman Mukhroman, S.Sos., M.Si sebagai Wakil Dekan II Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
ii
5. Kandung Sapto Nugroho, S.Sos., M.Si sebagai Wakil Dekan III
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa.
6. Listyaningsih, S.Sos., M.Si sebagai Ketua Jurusan Ilmu Administrasi
Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa dan sebagai pembimbing II yang telah memberikan
petunjuk dan saran selama penyusunan skripsi.
7. Riswanda, Ph.D sebagai Sekretaris Jurusan Ilmu Administrasi Negara
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa.
8. Dr. Dirlanudin, M.Si sebagai pembimbing I yang telah memberikan
petunjuk dan saran selama penyusunan skripsi.
9. Seluruh Dosen Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Sultan Ageng Tirtayasa.
10. Seluruh staff Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Sultan Ageng Tirtayasa.
11. Kepala Balai Pemulihan dan Pengembangan Sosial (BP2S) Provinsi
Banten yang telah mengizinkan melakukan observasi dan
pengumpulan data penelitian di instansi yang beliau pimpin.
12. Kedua orang tua, Bapak Encep dan Ibu Oneng yang selalu
memberikan do’a, kasih sayang dan segala hal yang tidak terhitung
satu demi satu. Semoga Euis bisa lebih berbakti kepada orang tua di
masa mendatang.
iii
13. Adik-ku, Mela Susanti yang telah menjadi penyemangat kepada
penulis untuk menyelesaikan pendidikan ini.
14. Calon suamiku, Mochamad Yusuf yang sudah mencoba sebaik
mungkin menjadi imam serta menjadi teman di kala suka maupun
duka penulis.
15. Rekan mahasiswa dan mahasiswi lainnya yang memberikan dorongan
moril kepada penulis selama penyusunan skripsi ini. Semoga kita
semua dapat meraih apa yang kita cita-citakan, Amin.
Penyusunan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu,
penulis berharap kritik dan saran dari semua pihak. Terima kasih.
Serang, 9 Agustus 2016
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar PersetujuanLembar PengesahanLembar OrisinalitasMotto dan PersembahanAbstrakAbstractKata Pengantar……………………………………………………………………………iDaftar Isi………………………………………………………………………………...ivDaftar Tabel…………………………………………………………………………….viiDaftar Gambar………………………………………………………………………......ix
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................................1
1.2 Identifikasi Masalah ......................................................................................9
1.3 Batasan Masalah ............................................................................................11
1.4 Rumusan Masalah .........................................................................................12
1.5 Tujuan Penelitian...........................................................................................12
1.6 Manfaat Penelitian.........................................................................................12
1.6.1 Manfaat Teoritis ...............................................................................13
1.6.2 Manfaat Praktis ................................................................................13
BAB II DESKRIPSI TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1 Deskripsi Teori ..............................................................................................14
2.2 Organisasi Publik...........................................................................................14
2.2.1 Pengertian Organisasi Publik.. ...........................................................14
2.2.2 Balai Pemulihan dan Pengembangan Sosial (BP2S) Provinsi
Banten.. ...............................................................................................16
v
2.3 Teori Efektifitas .............................................................................................17
2.3.1 Pengertian Efektifitas.. ........................................................................17
2.3.2 Ukuran Efektifitas...............................................................................19
2.4 Efektifitas Program Rehabilitasi Sosial .........................................................21
2.4.1 Pengertian Program Rehabilitasi Sosial ...............................................21
2.4.2 Obyek Program Rehabilitasi Sosial......................................................23
2.4.3 Indikator Efektiifitas Program Rehabilitasi Sosial ...............................24
2.5 Penelitian Terdahulu......................................................................................26
2.6 Kerangka Berfikir ..........................................................................................27
2.7 Hipotesis ........................................................................................................31
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian ..............................................................32
3.2 Fokus Penelitian...........................................................................................33
3.3 Lokasi Penelitian..........................................................................................33
3.4 Variabel penelitian .......................................................................................34
3.4.1 Definisi Konsep................................................................................34
3.4.2 Definisi Operasional ........................................................................34
3.5 Instrumen Penelitian ....................................................................................36
3.6 Populasi dan Sampel ....................................................................................38
3.7 Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data................................................38
3.7.1 Uji Instrumen Penelitian ....................................................................38
3.7.2 Teknik Analisis Data..........................................................................40
3.8 Jadwal Penelitian .........................................................................................42
vi
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian.................................................................44
4.1.1 Profil Balai Pemulihan dan Pengembangan Sosial Provinsi Banten ......42
4.1.2 Visi dan Misi BP2S Provinsi Banten......................................................45
4.1.3 Program Rehabilitasi Sosial BP2S Provinsi Banten ...............................45
4.2 Analisis Data ....................................................................................................48
4.2.1 Uji Instrumen Penelitian .........................................................................48
4.2.1.1 Uji Validitas .................................................................................48
4.2.1.2 Uji Reliabilitas .............................................................................51
4.2.1.3 Uji Normalitas..............................................................................52
4.2.2 Tanggapan Responden Mengenai Efektifitas Program Rehabilitasi Sosial
di BP2S Provinsi Banten ........................................................................53
4.2.3 Tanggapan Responden Mengenai Kinerja Pegawai ...............................69
4.3 Pengujian Hipotesis ..........................................................................................79
4.4 Pembahasan ......................................................................................................81
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan.......................................................................................................84
5.2 Saran - saran .....................................................................................................84
Daftar Pustaka
Lampiran
vii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.1 Peserta Program Rehabilitasi Yang Mengikuti Pelatihan Keterampilan
Di BP2S Provinsi Banten Tahun 2014-2016......................................................6
2.1 Penelitian Terdahulu ...........................................................................................26
3.1 Skala Likert.........................................................................................................37
3.2 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian ...........................................................................37
3.3 Jadwal Penelitian ................................................................................................43
4.1 Uji Validitas Kuisioner Variabel Efektifitas Program Rehabilitasi Sosial
Tahap I................................................................................................................49
4.2 Uji Validitas Kuisioner Variabel Efektifitas Program Rehabilitasi Sosial
Tahap II...............................................................................................................50
4.3 Uji Reabilitas Efektifitas Program Rehabilitasi Sosial .......................................52
4.4 Uji Normalitas ....................................................................................................52
4.5 Tanggapan Responden Mengenai Rencana Kerja Sebagai Pedoman
Melaksanakan Program Rehabilitasi sosial ........................................................54
4.6 Tanggapan Responden Mengenai sasaran yang Ingin di Capai Dinyatakan
Secara Jelas dan Kongkret ..................................................................................54
4.7 Tanggapan Responden Mengenai Agenda Atau Jadwal Pelaksanaan
Program Rehabilitasi Sosial................................................................................55
4.8 Tanggapan Responden Mengenai Lama Waktu Pelaksanaan Kegiatan .............56
4.9 Tanggapan Responden Mengenai sasaran Pelaksanaan Program
Rehabilitasi Sosial ..............................................................................................57
4.10 Tanggapan Responden Mengenai Program Rehabilitasi Sosial Dapat
Memberikan Manfaat Kepada Peserta................................................................58
4.11 Tanggapan Responden Mengenai Peserta Program Rehabilitasi Sosial
Memenuhi Kriteria Dinyatakan keterampilan Kerja ..........................................59
4.12 Tanggapan Responden Mengenai Pelaksanaan Evaluasi Dilakukan
secara Berkala .....................................................................................................60
4.13 Tanggapan Responden Mengenai Evaluasi Menjadi Msukan Untuk
Menyempurnakan Rencana Kerja.......................................................................61
viii
4.14 Tanggapan Responden Mengenai Koordinasi Dengan Instansi Terkait.............62
4.15 Tanggapan Responden Mengenai sumber daya yang dimiliki Dirasa
Cukup Untuk Melaksanakan ProgramRehabilitasi.............................................63
4.16 Tanggapan Responden Mengenai Ketersediaan Biaya Pelaksanaan
Program Rehabilitasi ..........................................................................................64
4.17 Tanggapan Responden Mengenai Kelayakan Ruang Kelas Pelaksanaan
Program Rehabilitasi Sosial................................................................................65
4.18 Tanggapan Responden Mengenai Ruang kelas Mencukupi Jumlah
Peserta Program Rehabilitasi Sosial ..................................................................66
4.19 Tanggapan Responden Mengenai Alat Praktek Dalam Kondisi Layak .............67
4.20 Tanggapan Responden Mengenai Pegawai Dapat Bekerja Sama ......................67
4.21 Tanggapan Responden Mengenai Program rehabilitasi Sosial Selesai
Sesuai Waktu Pelaksanaan .................................................................................68
4.22 Tanggapan Responden Mengenai Sistem Pengawasan Dalam Pelaksanaan
Program Rehabilitasi Sosila................................................................................69
4.23 Tanggapan Responden Mengenai Pimpinan Dapat Megontrol Pelaksanaan
Program Rehabilitasi Sosial ...............................................................................70
4.24 Tanggapan Responden Mengenai Pemberian Penghargaan Bagi Pegawai
Yang Berprestasi.................................................................................................71
4.25 Tanggapan Responden Mengenai Kegiatan Pendidikan Pelatihan Bagi
Pegawai Untuk Meningkatkan Keterampilan kerja ............................................72
4.26 Tanggapan Responden Mengenai Rotasi Kerja Untuk Meingkatkan
Pengalaman Kerja ...............................................................................................73
4.27 Tanggapan Responden Mengenai Pembaharuan Strategi Penjaringan
Peserta Program Rehabilitasi Sosial ...................................................................74
4.28 Tanggapan Responden Mengenai Pembaharuan Metode Pelaksanaan
Kegiatan Pelatihan Keterampilan Kerja .............................................................75
4.29 Akumulasi Tanggapan Responden Mengenai Efektifitas Program
Rehabilitasi Sosial di BP2S Provinsi Banten......................................................76
4.54 Harga-harga Statistik Deskriftif..........................................................................79
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Kerangka Pemikiran ...........................................................................................30
4.4 Pengukuran Efektifitas Program Rehabilitasi Sosial Secara Kontinum .............78
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kesejahteraan sosial merupakan suatu keadaan terpenuhinya kebutuhan
hidup yang layak bagi masyarakat, sehingga mampu mengembangkan diri dan
dapat melaksanakan fungsi sosialnya. Upaya mewujudkan kesejahteraan sosial
yang dilakukan pemerintah, baik pada tingkatan pusat hingga tingkatan daerah
dengan memberikan pelayanan sosial yang meliputi rehabilitasi sosial, jaminan
sosial, pemberdayaan sosial, dan perlindungan sosial (UU Nomor 11 Tahun
2009). Pembangunan kesejahteraan sosial ini menjadi bagian tak terpisahkan dari
pembangunan nasional, dimana pembangunan kesejahteraan sosial berperan aktif
meningkatkan kualitas hidup rakyat.
Umumnya yang menjadi prinsip dari konstruksi pembangunan kesejahteraan
sosial terdiri atas serangkaian aktivitas yang direncanakan untuk memajukan
kondisi kehidupan manusia melalui koordinasi dan keterpaduan antara
pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat dalam upaya penyelenggaraan
kesejahteraan sosial dalam mengatasi Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial
(PMKS) menjadi kerangka kegiatan yang utuh, menyeluruh, berkelanjutan dan
bersinergi sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan sosial bagi masyarakat.
Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) merupakan seseorang,
keluarga atau kelompok masyarakat yang karena suatu hambatan, kesulitan atau
gangguan, tidak dapat melaksanakan fungsi sosialnya, sehingga tidak dapat
2
terpenuhi kebutuhan hidupnya (jasmani, rohani dan sosial) secara memadai dan
wajar. Berbagai permasalahan kesejahteraan sosial yang muncul pada masyarakat
Indonesia saat ini seperti menurunnya tingkat pendapatan ekonomi,
penyimpangan norma dan perilaku, menurunnya kualitas kesehatan dan
meningkatnya masalah sosial dan kriminalitas (BP2S Provinsi Banten, 2015).
Masalah kesejahteraan sosial yang terjadi dewasa ini dilatarbelakangi oleh
arus perubahan lingkungan yang sedemikian cepatnya namun tidak dapat
diimbangi oleh kemampuan individu masyarakat maupun keterbatasan
kemampuan pemerintah daerah dalam melaksanakan program pembangunan yang
berimplikasi terhadap kesejahteraan rakyat. Ketidakmampuan individu
masyarakat ditunjukkan dari tingkat pendidikan, daya saing kerja dan faktor
psikologis lainnya seperti motivasi kerja yang kurang baik membuat individu
masyarakat tersebut berpotensi menjadi penyandang masalah kesejahteraan sosial
(PMKS). Keterbatasan kemampuan pemerintah daerah ditunjukkan dari minimnya
lapangan pekerjaan serta pembangunan yang tidak merata, khususnya pada
daerah-daerah di pedesaan membuat arus urbanisasi semakin tinggi.
Strategisnya letak Provinsi Banten yang berbatasan dengan Ibukota Negara
berpotensi menarik masyarakat luar Banten untuk hidup dan menetap di Provinsi
ini. Hal ini tentunya akan menyebabkan semakin meningkatnya jumlah penduduk
yang memberikan beban bagi Pemerintah Daerah untuk menyediakan lapangan
kerja, memberikan berbagai macam pelayanan publik dan tentunya bersiap untuk
menangani potensi timbulnya permasalahan sosial ekonomi yang dapat terjadi
akibat arus migrasi dari luar daerah dan arus urbanisasi dari desa ke kota.
3
Masalah sosial kemasyarakatan yang dewasa ini berkembang hampir di
setiap daerah di Indonesia, tidak terkecuali pada daerah di setiap Kabupaten/Kota
yang ada di Provinsi Banten. Fenomena masalah sosial kemasyarakatan tersebut
diantaranya seperti gelandangan dan pengemis (gepeng), anak terlantar, keluarga
dengan rumah tidak layak huni, komunitas anak jalanan (komunitas punk),
pekerja seks komersial (PSK) dan pedagang kaki lima yang berpotensi
menimbulkan keresahan di lingkungan masyarakat dan melanggar hukum seperti
penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan serta praktek prostitusi.
Salah satu upaya dalam menangani permasalahan sosial kemasyarakatan
yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Banten adalah dengan melakukan
program rehabilitasi sosial yang dilakukan oleh Balai Pemulihan dan
Pengembangan Sosial (BP2S) Provinsi Banten yang saat ini berkedudukan di
Kabupaten Lebak. BP2S Provinsi Banten adalah Unit Pelaksana Teknis (UPT)
dibawah Dinas Sosial Provinsi Banten yang diatur dalam Peraturan Daerah No 3
tahun 2012 tentang Pembentukan Organisasi Perangkat Daerah Balai Pemulihan
dan Pengembangan Sosial. BP2S Provinsi Banten dibangun sejak tahun 1983
berdasarkan Surat Keputusan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor
95/DIR/2/KAK/IV/83 tanggal 1 Juni 1983 yang saat itu Banten masih menjadi
bagian dari Provinsi Jawa Barat.
Program rehabilitasi sosial yang dilakukan oleh Balai Pemulihan dan
Pengembangan Sosial (BP2S) Provinsi Banten merupakan amanat Perda Provinsi
Banten Nomor 8 Tahun 2010 Tentang Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial.
Pada pasal 1 ayat 8 menyatakan penyelenggaraan kesejahteraan sosial upaya yang
4
terarah, terpadu dan berkelanjutan yang dilakukan pemerintah, pemerintah daerah
dan masyarakat dalam bentuk pelayanan sosial guna memenuhi kebutuhan dasar
setiap warga negara yang meliputi rehabilitasi sosial, jaminan sosial,
pemberdayaan sosial dan perlindungan sosial. Berdasarkan Perda tersebut,
diketahui bahwa salah satu upaya penyelenggaraan kesejahteraan sosial
diantaranya dengan melaksanakan rehabilitasi sosial.
Rehabilitasi sosial didalam Perda Nomor 8 Tahun 2010 Tentang
Penyelenggaran Kesejahteraan Sosial pada Pasal 1 ayat 18 mendefinisikan sebagai
suatu proses refungsionalisasi dan pengembangan untuk memungkinkan
seseorang mampu melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar dalam kehidupan
masyarakat. Obyek dari rehabilitasi sosial adalah penyandang masalah
kesejahteraan sosial (PMKS). Pada pasal 1 ayat 15 menyatakan PMKS adalah
perorangan, keluarga atau sekelompok masyarakat yang karena sebab-sebab
tertentu tidak dapat melaksanakan fungsi dan peran sosialnya sehingga tidak dapat
memenuhi kebutuhan minimum baik jasmani, rohani maupun sosialnya.
Pelaksanaan program rehabilitasi sosial yang dilakukan Balai Pemulihan
dan Pengembangan Sosial (BP2S) Provinsi Banten bekerjasama dengan Dinas
Sosial pada masing-masing Kabupaten yang ada di Provinsi Banten. Dinas Sosial
pada setiap Kabupaten berfungsi untuk melakukan pendataan dan penyaluran
calon klien atau peserta program rehabilitasi sosial. Calon klien umumnya
merupakan orang-orang yang terjaring razia penyakit masyarakat (pekat) maupun
operasi lainnya yang dilakukan oleh aparat penegak hukum yaitu kepolisian
beserta perangkatnya seperti Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) maupun dari
5
Dinas Sosial Kabupaten terkait diantaranya seperti menjaring gelandangan dan
pengemis (gepeng), komunitas anak jalanan (komunitas punk), pedagang kaki
lima dan pekerja seks komersial atau wanita tuna susila. Setelah proses pendataan
dan penyaluran peserta program rehabilitasi sosial telah selesai dilaksanakan
Dinas Sosial pada masing-masing Kabupaten, kemudian diserahterimakan kepada
Balai Pemulihan dan Pengembangan Sosial (BP2S) Provinsi Banten untuk
mengikuti seleksi peserta atau calon klien program rehabilitasi sosial.
Tujuan pelaksanaan program rehabilitasi sosial pada dasarnya ditujukan
untuk dapat menciptakan sumberdaya manusia Provinsi Banten yang terampil dan
mandiri serta dapat berkompetisi dalam dunia kerja agar tercipta peningkatan taraf
kesejahteraan sosial di lingkungan masyarakatnya. Apabila program rehabilitasi
sosial ini dapat dilakukan dengan optimal, tentunya dapat menekan angka
Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS), mengeliminir fenomena
sosial kemasyarakatan yang meresahkan dan berpotensi melanggar hukum yang
berlaku serta dapat menyiapkan individu eks peserta untuk dapat memiliki
pekerjaan dan pendapatan yang lebih baik agar dapat hidup lebih layak.
Melalui pelaksanaan program rehabilitasi sosial diharapkan dapat
memberikan manfaat bagi peserta program rehabilitasi sosial berupa peningkatan
pengetahuan dan keterampilan yang sifatnya praktis untuk tujuan tertentu yang
berhubungan dengan tugas atau pekerjaan yang dilakukan yang dapat mengatasi
permasalahan dalam kehidupannya sehari-hari. Sedangkan manfaat dari
pelaksanaan program rehabilitasi sosial bagi organisasi, yaitu BP2S Provinsi
Banten dapat berkontribusi dalam menciptakan sumberdaya manusia yang tinggal
6
di Provinsi Banten yang memiliki keterampilan dan mandiri serta dapat
berkompetisi dalam dunia kerja agar tercipta peningkatan taraf kesejahteraan
sosial di lingkungan masyarakatnya.
Berkaitan program rehabilitasi sosial, peneliti memperoleh data peserta
program rehabilitasi sosial BP2S Provinsi Banten yang disajikan sebagai berikut :
Tabel 1.1
Peserta Program Rehabilitasi Yang Mengikuti Pelatihan Keterampilan
Di BP2S Provinsi Banten Tahun 2014 – 2016
Tahun Kegiatan Jurusan Pelatihan Jumlah
2014
PMKS Gepeng/MMRAngkatan I
Montir MobilPertukangan Kayu
21 orang11 orang
Jumlah 32 orangPMKS RPS Montir Motor
Service HP22 orang19 orang
Jumlah 41 orangPMKS Napza Sablon
Montir Mobil10 orang15 orang
Jumlah 25 orangPMKS Gepeng/MMRAngkatan II
Montir MobilLas
20 orang20 orang
Jumlah 40 orangPMKS WTS Tata Rias
Tata BogaMenjahit
20 orang16 orang14 orang
Jumlah 50 orangJumlah Total 188 orang
2015
PMKS Gepeng/MMRAngkatan I
Montir MobilPertukangan KayuLas
20 orang10 orang10 orang
Jumlah 40 orangPMKS RPS Montir Motor
SablonService HP
20 orang10 orang10 orang
Jumlah 40 orangPMKS Napza Montir Motor
SablonService HP
20 orang10 orang10 orang
Jumlah 40 orang
7
PMKS Gepeng/MMRAngkatan II
Montir MobilPertukangan KayuLas
20 orang10 orang10 orang
Jumlah 40 orangPMKS WTS Tata Rias
Tata BogaMenjahit
20 orang10 orang10 orang
Jumlah 40 orangJumlah Total 200 orang
2016
PMKS Gepeng/MMRAngkatan I
Montir MobilPertukangan KayuLas
15 orang10 orang5 orang
Jumlah 35 orangPMKS RPS Montir Motor
SablonService HP
20 orang10 orang10 orang
Jumlah 40 orangPMKS Napza Montir Mobil
Sablon20 orang10 orang
Jumlah 30 orangPMKS Gepeng/MMRAngkatan II
Montir MobilPertukangan KayuLas
5 Juli – 5Agustus 2016
Jumlah 40 orangPMKS WTS Tata Rias
Tata BogaMenjahit
BelumDilaksanakan
Jumlah -
Sumber : Data Peserta Program Rehabilitasi Sosial BP2S Provinsi Banten, 2016
Berdasarkan tabel 1.1, diketahui obyek program rehabilitasi sosial yang
dilaksanakan oleh Balai Pemulihan dan Pengembangan Sosial (BP2S) Provinsi
Banten periode 2014 – 2015 mengalami peningkatan pada setiap tahunnya
meskipun tidak signifikan. Tercatat PMKS yang menjadi peserta program
rehabilitasi sosial pada tahun 2014 sebanyak 188 orang sedangkan tahun 2015
tercatat peserta program rehabilitasi sosial sebanyak 200 orang. Sehingga dalam
kurun waktu 2 tahun terakhir tercatat sebanyak 388 orang telah mengikuti
8
program rehabilitasi sosial dengan cara memberikan pelatihan keterampilan kerja
yang meliputi keterampilan kerja montir mobil dan motor, pertukangan kayu,
sablon, service handphone, las, tata rias, tata boga dan menjahit.
Sasaran program rehabilitasi sosial yang dilaksanakan oleh Balai Pemulihan
dan Pengembangan Sosial (BP2S) Provinsi Banten adalah Penyandang Masalah
Kesejahteraan Sosial (PMKS) dari berbagai kategori yang meliputi gelandangan
dan pengemis (gepeng), remaja putus sekolah, pecandu narkoba dan zat adiktif
lainnya (napza) dan pekerja seks komersial atau wanita tuna susila (WTS). PMKS
yang tercatat sebagai peserta program rehabilitasi sosial kemudian akan diberikan
pelatihan keterampilan kerja selama kurang lebih 30 hari dengan berbagai jurusan
yang disediakan oleh BP2S Provinsi Banten.
Pada dasarnya efektivitas merupakan unsur pokok untuk mencapai tujuan
atau sasaran yang telah ditentukan di dalam setiap organisasi, kegiatan ataupun
program. Efektivitas selalu dikaitkan antara hasil yang diharapkan dengan hasil
yang sesungguhnya dicapai. Effendy (2010:14) menyatakan efektivitas sebagai
komunikasi yang prosesnya mencapai tujuan yang direncanakan sesuai dengan
biaya yang dianggarkan, waktu yang ditetapkan dan jumlah personil yang
ditentukan. Pengertian diatas mengartikan bahwa indikator efektivitas dalam arti
tercapainya sasaran atau tujuan yang telah ditentukan sebelumnya merupakan
sebuah pengukuran dimana suatu target telah tercapai sesuai dengan apa yang
telah direncanakan. Sedangkan Kurniawan (2005:109) menyatakan efektivitas
adalah kemampuan melaksanakan tugas, fungsi (operasi kegiatan program atau
9
misi) daripada suatu organisasi atau sejenisnya yang tidak adanya tekanan atau
ketegangan diantara pelaksanaannya.
Duncan dalam Steers (2008:53) mengemukakan ukuran efektivitas yang
dapat digunakan untuk mengukur efektifitas pelaksanaan suatu program, baik
program yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah maupun perusahaan swasta
terdiri dari 3 aspek, yaitu pencapaian tujuan, integrasi dan adaptasi. Ketiga aspek
tersebut yang umumnya dijadikan sebagai alat ukur efektifitas suatu organisasi
dalam melaksanakan program, dimana peneliti menggunakan ukuran efektifitas
yang telah dikemukakan oleh Duncan dalam Steers sebagai alat ukur untuk
mengetahui efektifitas program rehabilitasi sosial yang dilaksanakan oleh Balai
Pemulihan dan Pengembangan Sosial (BP2S) Provinsi Banten.
Kemudian peneliti bermaksud melakukan pengkajian secara lebih
mendalam mengenai efektifitas program rehabilitasi sosial yang dilaksanakan oleh
Balai Pemulihan dan Pengembangan Sosial (BP2S) Provinsi Banten yang
kemudian ditetapkan sebagai lokasi penelitian. Selanjutnya penelitian ini diangkat
dalam bentuk penelitian skripsi yang diberi judul “Efektifitas Program
Rehabilitasi Sosial di Balai Pemulihan dan Pengembangan Sosial (BP2S)
Provinsi Banten”.
1.2 Identifikasi Masalah
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan identifikasi masalah berkaitan
dengan permasalahan atau kendala yang dihadapi oleh BP2S Provinsi Banten
dalam melaksanakan program rehabilitasi sosial antara lain :
10
1. Permasalahan pada aspek pencapaian tujuan berkaitan dengan
indikator kurun waktu pelaksanaan program dan pencapaian sasaran
yang masih belum dicapai dengan optimal serta pelaksanaan evaluasi
yang belum dilaksanakan secara spesifik. Hal ini ditunjukkan dari
penjadwalan waktu pelaksanaan program rehabilitasi sosial yang tidak
diperkirakan dengan tepat ditandai dengan tidak adanya jadwal atau
kalender program rehabilitasi sosial dan pelaksanaan program
rehabilitasi sosial yang belum dilaksanakan sesuai target waktu yang
seharusnya yaitu selama 1 bulan. Adapun pencapaian sasaran
berkaitan dengan hasil yang diperoleh peserta program rehabilitasi
sosial berupa keterampilan kerja relatif belum dapat menguasai
keterampilan kerja dengan baik.
2. Permasalahan pada aspek integrasi berkaitan dengan proses sosialisasi
program kepada publik, penggunaan sumber daya, ketersediaan sarana
dan prasarana kerja, pelaksanaan program yang sudah ditetapkan dan
sistem pengawasan atau pengendalian. Hal ini ditunjukkan dari
minimnya sosialisasi yang dilakukan oleh BP2S Provinsi Banten
mengenai program rehabilitasi sosial kepada publik khususnya PMKS
yang ingin menjadi peserta program rehabilitasi sosial menurut
kategori namun tidak terjaring rajia, ketersediaan sarana dan prasarana
program rehabilitasi sosial yang minim ditandai dengan peralatan
pelatihan yang digunakan tidak layak pakai dan tidak mencukupi
jumlah peserta program rehabilitasi sosial, pelaksanaan program kerja
11
yang kurang efektif ditandai dari tim pelaksana program rehabilitasi
sosial yang tidak memanfaatkan waktu dalam memberikan pelatihan
keterampilan kepada peserta dan lemahnya sistem pengawasan dari
ditandai dari kurangnya pengawasan yang dilakukakan secara
langsung oleh pimpinan kepada para pegawai maupun tim pelaksana
program rehabilitasi sosial.
3. Permasalahan pada aspek adaptasi berkaitan dengan pembaharuan
sumberdaya, khususnya peningkatan kompetensi sumberdaya manusia
yang dimiliki serta pembaharuan strategi pelaksanaan program yang
disesuaikan dengan perkembangan zaman atau kebutuhan yang ada.
Hal ini ditunjukkan dari jarang dilakukannya peningkatan kompetensi
maupun keterampilan yang dibutuhkan oleh tim pelaksana dalam
melaksanakan program rehabilitasi sosial sehingga pilihan
keterampilan yang dipilih oleh peserta sangat terbatas serta kurangnya
pembaharuan strategi yang digunakan dalam proses pelaksanaan
program rehabilitasi sosial.
1.3 Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah, maka peneliti memberikan batasan
masalah guna memperkecil fokus pembahasan antara lain :
1. Peneliti memfokuskan obyek penelitian kepada efektifitas program
rehabilitasi sosial yang dilaksanakan oleh Balai Pemulihan dan
Pengembangan Sosial (BP2S) Provinsi Banten tahun 2016.
12
2. Peneliti menetapkan ukuran efekfititas program rehabilitasi sosial
diukur dengan menggunakan teori efektifitas menurut Duncan dalam
Steers, dimana efektifitas program diukur dari tiga aspek yang
meliputi aspek pencapaian tujuan, integrasi dan adaptasi.
3. Peneliti menetapkan lokasi penelitian ini di Balai Pemulihan dan
Pengembangan Sosial (BP2S) Provinsi Banten.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
yaitu seberapa besar efektifitas program rehabilitasi sosial yang dilaksanakan oleh
Balai Pemulihan dan Pengembangan Sosial (BP2S) Provinsi Banten tahun 2016.
1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan yang ingin dicapai adalah untuk
mengetahui seberapa besar efektifitas program rehabilitasi sosial yang
dilaksanakan oleh Balai Pemulihan dan Pengembangan Sosial (BP2S) Provinsi
Banten tahun 2016.
1.6 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi, baik secara
teoritis maupun secara praktis sebagai berikut :
13
1.6.1 Manfaat Teoritis
1. Diharapkan dapat memberikan sumbangsih bagi pengembangan ilmu
pengetahuan pada Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
berkaitan dengan efektifitas program rehabilitasi sosial yang
dilaksanakan oleh Balai Pemulihan dan Pengembangan Sosial (BP2S)
Provinsi Banten.
2. Diharapkan dapat menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya yang
memiliki kesamaan variabel penelitian.
1.6.2 Manfaat Praktis
1. Bagi Pimpinan Balai Pemulihan dan Pengembangan Sosial (BP2S)
Provinsi Banten beserta jajarannya, diharapkan hasil penelitian ini
dapat menjadi pertimbangan guna dapat meningkatkan efektifitas
pelaksanaan program rehabilitasi sosial pada masa mendatang.
2. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan mampu memberikan
informasi mengenai efektifitas program rehabilitasi sosial yang
dilaksanakan oleh Balai Pemulihan dan Pengembangan Sosial (BP2S)
Provinsi Banten.
14
BAB II
DESKRIPSI TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1 Deskripsi Teori
Teori pada dasarnya merupakan seperangkat konsep asumsi generalisasi
yang dapat digunakan untuk mengungkapkan dan menjelaskan perilaku dalam
berbagai organisasi (Sugiyono, 2011:55). Pada bagian deskripsi teori ini
dimaksudkan untuk dapat mengetahui teori-teori apa saja yang digunakan sebagai
referensi yang digunakan dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan teori organisasi publik, teori efektifitas dan teori program
rehabilitasi sosial.
2.2 Organisasi Publik
2.2.1 Pengertian Organisasi Publik
Organisasi pada dasarnya seperti sebuah organisme yang memiliki siklus
kehidupan. Organisasi dalam siklus hidupnya mengalami masa-masa layaknya
manusia seperti lahir, tumbuh, dewasa, tua dan mati. Namun agak berbeda sedikit
dengan manusia, organisasi dapat senantiasa diperbaharui. Ketika siklusnya mulai
menurun, organisasi harus segera berbenah dan menyesuaikan dengan
lingkungannya agar dapat sejalan dengan perkembangan zaman.
Publik berasal dari bahasa latin “Public” yang berarti “of people” yaitu
berkenaan dengan masyarakat. Syafi’i (2008:22), mendefinisikan publik ialah
sejumlah manusia yang memiliki kebersamaan berpikir, perasaan, harapan, sikap
15
dan tindakan yang benar dan baik berdasarkan nilai-nilai norma yang mereka
miliki. Dengan kata lain publik tidak dapat langsung diartikan sebagai penduduk,
masyarakat, warga negara ataupun rakyat, karena kata-kata tersebut mengandung
arti yang berbeda.
Organisasi publik sering identik dengan organisasi pemerintah yang dikenal
sebagai birokrasi pemerintah. Taliziduhu (2011:14) mengemukakan organisasi
publik adalah organisasi yang didirikan untuk memenuhi kebutuhan msyarakat
akan jasa publik dan layanan kemasyarakatan. Sedangkan Sutarto (2009:25)
menyatakan organisasi publik adalah kerangka struktur dalam mana pekerjaan
dari banyak orang dilakukan untuk pencapaian maksud bersama. Selain itu,
organisasi publik merupakan organisasi terbesar yang mewadahi seluruh lapisan
masyarakat dengan ruang lingkup Negara dan mempunyai kewenangan yang
absah (terlegitimasi) di bidang politik, administrasi pemerintahan, dan hukum
secara terlembaga sehingga mempunyai kewajiban melindungi warga negaranya,
dan melayani keperluannya, sebaliknya berhak pula memungut pajak serta
menjatuhkan hukuman sebagai sanksi penegakan hukum.
Organisasi ini bertujuan untuk melayani kebutuhan masyarakat demi
kesejahteraan sebagaimana diamanatkan oleh konstitusi sebagai pijakan dalam
kegiatan operasionalnya. Organisasi publik berorientasi pada pelayanan kepada
masyarakat tidak pada keuntungan. Thoha (2008:58), memprediksi bahwa
organisasi-organisasi dimasa mendatang yang salah satunya di bidang penataan
organisasi, dimana organisasi dimasa mendatang akan mempunyai sifat-sifat yang
unik dan terus berubah mengikuti kebutuhan dan wewenangnya.
16
Struktur organisasi formal akan mengalami penambahan dan perubahan
yang bervariasi, sehingga banyak dijumpai organisasi-organisasi baru tanpa
menganalisis lebih lanjut struktur formal yang ada. Sehingga banyak dijumpai
organisasi-organisasi tandingan yang nonstruktural. Keadaan seperti ini sering
dinamakan gejala proliferation dalam organisasi. Suatu pertumbuhan yang cepat
dari suatu organisasi, sehingga banyak dijumpai organisasi-organisasi formal yang
nonstruktural yang dibentuk untuk menerobos kesulitan birokrasi.
2.2.2 Balai Pemulihan dan Pengembangan Sosial (BP2S) Provinsi Banten
Balai Pemulihan dan Pengembangan Sosial (BP2S) Provinsi Banten yang
saat ini berkedudukan di Kabupaten Lebak. BP2S Provinsi Banten adalah Unit
Pelaksana Teknis (UPT) dibawah Dinas Sosial Provinsi Banten yang diatur dalam
Peraturan Daerah No 3 tahun 2012 tentang Pembentukan Organisasi Perangkat
Daerah Balai Pemulihan dan Pengembangan Sosial. BP2S Provinsi Banten
dibangun sejak tahun 1983 berdasarkan Surat Keputusan Menteri Sosial Republik
Indonesia Nomor 95/DIR/2/KAK/IV/83 tanggal 1 Juni 1983 yang saat itu Banten
menjadi bagian dari Provinsi Jawa Barat.
BP2S Provinsi Banten merupakan komponen yang bertanggungjawab dalam
upaya mewujudkan kesejahteraan sosial, baik pada tingkatan pusat hingga
tingkatan daerah dengan memberikan pelayanan sosial yang meliputi rehabilitasi
sosial, jaminan sosial, pemberdayaan sosial, dan perlindungan sosial (UU Nomor
11 Tahun 2009). Umumnya yang menjadi prinsip pembangunan kesejahteraan
sosial terdiri atas serangkaian aktivitas yang direncanakan untuk memajukan
17
kondisi kehidupan manusia melalui koordinasi dan keterpaduan antara Pemerintah
Pusat, Pemerintah Daerah dan masyarakat dalam upaya penyelenggaraan
kesejahteraan sosial dalam mengatasi Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial
(PMKS) menjadi kerangka kegiatan yang utuh, menyeluruh, berkelanjutan dan
bersinergi sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan sosial bagi masyarakat,
khususnya masyarakat yang tinggal di Provinsi Banten saat ini.
2.3 Teori Efektifitas
2.3.1 Pengertian Efektifitas
Kata efektif berasal dari bahasa Inggris, yaitu effective yang berarti berhasil
atau sesuatu yang dilakukan berhasil dengan baik. Kamus ilmiah populer
mendefinisikan efetivitas sebagai ketepatan penggunaan, hasil guna atau
menunjang tujuan. Umumnya efektivitas merupakan unsur pokok untuk mencapai
tujuan atau sasaran yang telah ditentukan di dalam setiap organisasi, kegiatan
ataupun program. Efektivitas selalu dikaitkan antara hasil yang diharapkan dengan
hasil yang sesungguhnya dicapai.
Effendy (2010:14) menyatakan efektivitas sebagai komunikasi yang
prosesnya mencapai tujuan yang direncanakan sesuai dengan biaya yang
dianggarkan, waktu yang ditetapkan dan jumlah personil yang ditentukan.
Pengertian diatas mengartikan bahwa indikator efektivitas dalam arti tercapainya
sasaran atau tujuan yang telah ditentukan sebelumnya merupakan sebuah
pengukuran dimana suatu target telah tercapai sesuai dengan apa yang telah
direncanakan. Kurniawan (2005:109) mengemukakan efektivitas adalah
18
kemampuan melaksanakan tugas, fungsi (operasi kegiatan program atau misi)
daripada suatu organisasi atau sejenisnya yang tidak adanya tekanan atau
ketegangan diantara pelaksanaannya.
Mulyadi (2009:50) menyatakan efektifitas merupakan tahapan untuk
mencapai satu tujuan sebagaimana yang diharapkan. Sedangkan Kurniawan
(2011:109) mendefinisikan efektivitas sebagai kemampuan melaksanakan tugas,
fungsi (operasi kegiatan program atau misi) daripada suatu organisasi atau
sejenisnya yang tidak adanya tekanan atau ketegangan diantara pelaksanaannya.
Adapun Susanto (2008:156) yang menyatakan efektivitas merupakan daya pesan
untuk mempengaruhi atau tingkat kemampuan pesan untuk mempengaruhi.
Emerson dalam Soewarno (2011:16) menyatakan efektivitas adalah
pengukuran dalam arti tercapainya tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
Mengukur efektivitas organisasi bukanlah hal yang sederhana, karena efektivitas
dapat dikaji dari berbagai sudut pandang, konteks yang mengikat dan tergantung
pada siapa yang menilai serta menginterpretasikannya namun dengan kesamaan
yaitu pencapaian tujuan yang telah ditetapkan oleh organisasi terkait.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
efektivitas merupakan konsep yang bersifat multi dimensional, artinya dalam
mendefinisikan efektivitas berbeda-beda sesuai dengan dasar ilmu yang dimiliki
dengan konvergenitas untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan organisasi.
Kata efektif sering dipadupadankan dengan kata efisien. Efisien lebih mengarah
kepada pemanfaatan waktu dan sumberdaya yang seminimal mungkin untuk
mencapai tujuan sehingga sesuatu yang efisien belum tentu efektif.
19
2.3.2 Ukuran Efektifitas
Mengukur efektivitas organisasi dalam melaksanakan program kerja
bukanlah suatu hal yang sangat sederhana, karena efektivitas dapat dikaji dari
berbagai sudut pandang dan tergantung pada siapa yang menilai serta
menginterpretasikannya. Bila dipandang dari sudut produktivitas, maka seorang
manajer produksi memberikan pemahaman bahwa efektivitas berarti kualitas dan
kuantitas (output) barang dan jasa.
Tingkat efektivitas juga dapat diukur dengan membandingkan antara
rencana yang telah ditentukan dengan hasil nyata yang telah diwujudkan. Namun,
jika usaha atau hasil pekerjaan dan tindakan yang dilakukan tidak tepat sehingga
menyebabkan tujuan tidak tercapai atau sasaran yang diharapkan, maka hal itu
dikatakan tidak efektif.
Kriteria mengenai pencapaian tujuan efektif atau tidak, sebagaimana
dikemukakan oleh Siagian (2011:77) antara lain :
1. Kejelasan tujuan yang hendak dicapai, hal ini dimaksdukan supayakaryawan dalam pelaksanaan tugas mencapai sasaran yang terarah dantujuan organisasi dapat tercapai.
2. Kejelasan strategi pencapaian tujuan, telah diketahui bahwa strategiadalah “pada jalan” yang diikuti dalam melakukan berbagai upayadalam mencapai sasaran-sasaran yang ditentukan agar paraimplementer tidak tersesat dalam pencapaian tujuan organisasi.
3. Proses analisis dan perumusan kebijakan yang mantap, berkaitandengan tujuan yang hendak dicapai dan strategi yang telah ditetapkanartinya kebijakan harus mampu menjembatani tujuan-tujuan denganusaha-usaha pelaksanaan kegiatan operasional.
4. Perencanaan yang matang, pada hakekatnya berarti memutuskansekarang apa yang dikerjakan oleh organisasi dimasa depan.
5. Penyusunan program yang tepat suatu rencana yang baik masih perludijabarkan dalam program-program pelaksanaan yang tepat sebabapabila tidak, para pelaksana akan kurang memiliki pedomanbertindak dan bekerja.
20
6. Tersedianya sarana dan prasarana kerja, salah satu indikatorefektivitas organisasi adalah kemamapuan bekerja secara produktif.Dengan sarana dan prasarana yang tersedia dan mungkin disediakanoleh organisasi.
7. Pelaksanaan yang efektif dan efisien, bagaimanapun baiknya suatuprogram apabila tidak dilaksanakan secara efektif dan efisien makaorganisasi tersebut tidak akan mencapai sasarannya, karena denganpelaksanaan organisasi semakin didekatkan pada tujuannya.
8. Sistem pengawasan dan pengendalian yang bersifat mendidikmengingat sifat manusia yang tidak sempurna maka efektivitasorganisasi menuntut adanya sistem pengawasan dan pengendalian.
Selain itu, kriteria lainnya untuk mengukur efektivitas suatu organisasi ada
tiga pendekatan yang dapat digunakan yaitu :
1. Pendekatan Sumber (resource approach) yakni mengukur efektivitasdari input. Pendekatan mengutamakan adanya keberhasilan organisasiuntuk memperoleh sumber daya, baik fisik maupun nonfisik yangsesuai dengan kebutuhan organisasi.
2. Pendekatan proses (process approach) adalah untuk melihatsejauhmana efektivitas pelaksanaan program dari semua kegiatanproses internal atau mekanisme organisasi.
3. Pendekatan sasaran (goals approach) dimana pusat perhatian padaoutput, mengukur keberhasilan organisasi untuk mencapai hasil(output) yang sesuai dengan rencana (Martani dan Lubis, 2007:55).
Selanjutnya Steers dalam Tangkilisan (2005:141) mengemukakan 5 (lima)
kriteria dalam pengukuran efektivitas, yaitu :
1. Produktivitas2. Kemampuan adaptasi kerja3. Kepuasan kerja4. Kemampuan berlaba5. Pencarian sumber daya
Duncan dalam Steers (2008:53) mengemukakan ukuran efektivitas yang
dapat digunakan untuk mengukur efektifitas pelaksanaan suatu program, baik
program yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah maupun perusahaan swasta
terdiri dari 3 aspek yang antara lain :
21
1. Pencapaian tujuan, yaitu pencapaian adalah keseluruhan upayapencapaian tujuan harus dipandang sebagai suatu proses. Oleh karenaitu, agar pencapaian tujuan akhir semakin terjamin, diperlukanpentahapan, baik dalam arti pentahapan pencapaian bagian-bagiannyamaupun pentahapan dalam arti periodisasinya.Pencapaian tujuan terdiri dari beberapa indikator yaitu rencana kerja,lama kurun waktu pelaksanaan program dan pencapaian sasaran yangmerupakan target kongktit dan evaluasi program kerja.
2. Integrasi, yaitu pengukuran terhadap tingkat kemampuan suatuorganisasi untuk melakukan kegiatan dari program kerja yang telahdisepakati dan mengadakan sosialisasi dengan pihak lain.Integrasi terdiri dari beberapa indikator yaitu proses sosialisasi,penggunaan sumber daya, ketersediaan sarana dan prasarana kerja,pelaksanaan program yang sudah ditetapkan dan sistem pengawasanatau pengendalian.
3. Adaptasi, yaitu kemampuan organisasi untuk menyesuaikan diridengan lingkungannya.Adaptasi terdiri dari beberapa faktor yaitu pembaharuan sumberdaya,khususnya peningkatan kompetensi sumberdaya manusia yangdimiliki serta pembaharuan strategi pelaksanaan program yangdisesuaikan dengan perkembangan zaman atau kebutuhan yang ada.
2.4 Efektifitas Program Rehabilitasi Sosial
2.4.1 Pengertian Program Rehabilitasi Sosial
Program rehabilitasi sosial yang dilaksanakan oleh Balai Pemulihan dan
Pengembangan Sosial (BP2S) Provinsi Banten merupakan amanat Perda Provinsi
Banten Nomor 8 Tahun 2010 Tentang Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial.
Pada pasal 1 ayat 8 menyatakan penyelenggaraan kesejahteraan sosial upaya yang
terarah, terpadu dan berkelanjutan yang dilakukan pemerintah, pemerintah daerah
dan masyarakat dalam bentuk pelayanan sosial guna memenuhi kebutuhan dasar
setiap warga negara yang meliputi rehabilitasi sosial, jaminan sosial,
pemberdayaan sosial dan perlindungan sosial. Berdasarkan Perda tersebut,
diketahui bahwa salah satu upaya penyelenggaraan kesejahteraan sosial
diantaranya dengan melaksanakan rehabilitasi sosial.
22
Rehabilitasi sosial didalam Perda Nomor 8 Tahun 2010 Tentang
Penyelenggaran Kesejahteraan Sosial pada Pasal 1 ayat 18 mendefinisikan
sebagai suatu proses refungsionalisasi dan pengembangan untuk memungkinkan
seseorang mampu melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar dalam kehidupan
masyarakat. Obyek dari rehabilitasi sosial adalah penyandang masalah
kesejahteraan sosial (PMKS). Pada pasal 1 ayat 15 menyatakan PMKS adalah
perorangan, keluarga atau sekelompok masyarakat yang karena sebab-sebab
tertentu tidak dapat melaksanakan fungsi dan peran sosialnya sehingga tidak dapat
memenuhi kebutuhan minimum baik jasmani, rohani maupun sosialnya.
Program rehabilitasi sosial adalah program yang bertujuan untuk melakukan
kegiatan pemulihan dan pengembangan sosial kepada warga masyarakat dalam
kategori Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) untuk dibina dengan
diberikan pelatihan keterampilan untuk dapat meningkatkan pengetahuan dan
keahlian (skill) yang dapat digunakan untuk meningkatkan taraf kesejahteraannya.
Adapun pengertian Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS)
merupakan seseorang, keluarga atau kelompok masyarakat yang karena suatu
hambatan, kesulitan atau gangguan, tidak dapat melaksanakan fungsi sosialnya,
sehingga tidak dapat terpenuhi kebutuhan hidupnya (jasmani, rohani dan sosial)
secara memadai dan wajar (BP2S Provinsi Banten, 2015).
Sasaran program rehabilitasi sosial yang dilaksanakan oleh Balai Pemulihan
dan Pengembangan Sosial (BP2S) Provinsi Banten adalah Penyandang Masalah
Kesejahteraan Sosial (PMKS) dari berbagai kategori yang meliputi gelangdangan
dan pengemis (gepeng), remaja putus sekolah, pecandu narkoba dan zat adiktif
23
lainnya (napza) dan pekerja seks komersial atau wanita tuna susila (WTS). PMKS
yang tercatat sebagai peserta program rehabilitasi sosial kemudian akan diberikan
pelatihan keterampilan dengan berbagai jurusan pelatihan yang telah disediakan
oleh BP2S Provinsi Banten.
2.4.2 Obyek Program Rehabilitasi Sosial
Program rehabilitasi sosial yang dilaksanakan oleh Balai Pemulihan dan
Pengembangan Sosial (BP2S) Provinsi Banten berfokus kepada upaya
penyelenggaraan kesejahteraan sosial dalam mengatasi Penyandang Masalah
Kesejahteraan Sosial (PMKS) yang dilakukan dengan cara memberikan
rehabilitasi sosial kepada masyarakat yang tinggal di Provinsi Banten. PMKS
adalah seseorang, keluarga atau kelompok masyarakat yang karena suatu
hambatan, kesulitan atau gangguan, tidak dapat melaksanakan fungsi sosialnya,
sehingga tidak dapat terpenuhi kebutuhan hidupnya (jasmani, rohani dan sosial)
secara memadai dan wajar (BP2S Provinsi Banten, 2015).
Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) yang berpotensi
menjadi pemicu masalah sosial kemasyarakatan diantaranya seperti gelandangan
dan pengemis (gepeng), remaja putus sekolah, komunitas anak jalanan (komunitas
punk), anak terlantar, keluarga dengan rumah tidak layak huni, pekerja seks
komersial (PSK) dan pedagang kaki lima yang berpeluang besar menimbulkan
keresahan di lingkungan masyarakat dan melanggar hukum seperti
penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan serta praktek prostitusi.
24
Peserta program rehabilitasi sosial umumnya merupakan orang-orang yang
terjaring razia penyakit masyarakat (pekat) maupun operasi lainnya yang
dilakukan oleh aparat penegak hukum yaitu kepolisian beserta perangkatnya
seperti Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) dan Dinas Sosial Kabupaten
terkait diantaranya seperti menjaring gelandangan dan pengemis (gepeng),
komunitas anak jalanan (komunitas punk), pedagang kaki lima dan pekerja seks
komersial. Setelah dilakukan pendataan, PMKS tersebut kemudian dikirimkan ke
BP2S Provinsi Banten untuk mengikuti seleksi peserta dan kemudian mengikuti
pelaksanaan program rehabilitasi sosial.
2.4.3 Indikator Efektifitas Program Rehabilitasi Sosial
Pelaksanaan program rehabilitasi sosial yang dilaksanakan oleh Balai
Pemulihan dan Pengembangan Sosial (BP2S) Provinsi Banten pada dasarnya
bertujuan untuk menciptakan sumberdaya manusia Provinsi Banten yang terampil
dan mandiri serta dapat berkompetisi dalam dunia kerja agar tercipta peningkatan
taraf kesejahteraan sosial di lingkungan masyarakatnya. Apabila program
rehabilitasi sosial ini dapat dilakukan dengan optimal, tentunya dapat menekan
angka Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS), mengeliminir
fenomena sosial kemasyarakatan yang meresahkan dan berpotensi melanggar
hukum yang berlaku serta dapat menyiapkan individu eks peserta untuk dapat
memiliki pekerjaan dan pendapatan yang lebih baik agar dapat hidup lebih layak.
25
Ukuran efektivitas yang dapat digunakan untuk mengukur efektifitas
pelaksanaan suatu program, baik program kerja Instansi Pemerintah diantaranya
program rehabilitasi sosial yang dilaksanakan oleh BP2S Provinsi Banten
digunakan ukuran efektifitas yang dikemukakan oleh Duncan dalam Steers.
Duncan dalam Steers (2008:53) mengemukakan ukuran efektivitas
pelaksanaan suatu program terdiri dari 3 aspek yang antara lain :
1. Pencapaian tujuan, yaitu pencapaian adalah keseluruhan upayapencapaian tujuan harus dipandang sebagai suatu proses. Oleh karenaitu, agar pencapaian tujuan akhir semakin terjamin, diperlukanpentahapan, baik dalam arti pentahapan pencapaian bagian-bagiannyamaupun pentahapan dalam arti periodisasinya.Pencapaian tujuan terdiri dari beberapa indikator yaitu rencana kerja,lama kurun waktu pelaksanaan program dan pencapaian sasaran yangmerupakan target kongktit dan evaluasi program kerja.
2. Integrasi, yaitu pengukuran terhadap tingkat kemampuan suatuorganisasi untuk melakukan kegiatan dari program kerja yang telahdisepakati dan mengadakan sosialisasi dengan pihak lain.Integrasi terdiri dari beberapa indikator yaitu proses sosialisasi,penggunaan sumber daya, ketersediaan sarana dan prasarana kerja,pelaksanaan program yang sudah ditetapkan dan sistem pengawasanatau pengendalian.
3. Adaptasi, yaitu kemampuan organisasi untuk menyesuaikan diridengan lingkungannya.Adaptasi terdiri dari beberapa faktor yaitu pembaharuan sumberdaya,khususnya peningkatan kompetensi sumberdaya manusia yangdimiliki serta pembaharuan strategi pelaksanaan program yangdisesuaikan dengan perkembangan zaman atau kebutuhan yang ada.
Alat ukur tersebut dapat digunakan untuk mengetahui efektifitas atau
menilai keberhasilan dari pelaksanaan program rehabilitasi sosial yang
dilaksanakan oleh Balai Pemulihan dan Pengembangan Sosial (BP2S) Provinsi
Banten kepada publik, khususnya obyek program rehabilitasi sosial yaitu
Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) yang berasal dari masing-
masing Kabupaten dan Kota di Provinsi Banten.
26
2.7 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh pihak lain dapat digunakan
sebagai masukan serta bahan pengkajian berkaitan dengan penelitian ini. Adapun
penelitian terdahulu disajikan pada tabel berikut ini :
Tabel 2.1Penelitian Terdahulu
No Uraian Peneliti A Peneliti B Peneliti C(Mhs ybs)
1 NamaPeneliti
Ninin Non AyuSalmah
M. Noor Sembiring Peneliti
2 Judul Analisis programpelatihan danpengembanganpegawai terhadapkompetensi pegawaipada PT. MubaElectric PowerSekayu
Mengukurefektifitaspelaksanaanprogram pendidikandan pelatihandenganmenggunakananalisis kepentingandan kinerja
Efektifitas programrehabilitasi sosial diBalai Pemulihandan PengembanganSosial (BP2S)Provinsi Banten
3 Tahun 2012 2010 20164 Tujuan
PenelitianMengetahuipengaruh programpelatihan danpengembanganpegawai terhadapkompetensi pegawaisecara parsial
Mengetahuihubunganpelaksanaanpendidikan danpelatihan secaraparsial denganevaluasi kinerja
Mengetahuisejauhmanaefektifitaspelaksanaanprogram rehabilitasisosial di BP2SProvinsi Banten
5 Teori Teori MSDM,teoripelatihan,pengembangan dankompetensi
Teori pendidikan,teori pelatihan danteori kinerja
Teori efektifitas,teori programrehabilitasi sosial
6 Metode /Paradigma
Kuantitatif Kuantitatif Kuantitatif
7 Hipotesis(Kuantitatif)
Diduga terdapatpengaruh dariprogram pelatihanterhadap kompetensipegawai
Diduga terdapathubungan daripelaksanaanpendidikan danpelatihan secaraparsial denganevaluasi kinerja
Program rehabilitasisosial di BP2SProvinsi Bantendinyatakan efektifapabilamendapatkanpenilaian lebihbesar dari 65 persen
27
No Uraian Peneliti A Peneliti B Peneliti C(Mhs ybs)
8 HasilPenelitian /Kesimpulan
Terdapat pengaruhdari programpelatihan terhadapkompetensi pegawai
Terdapat hubungandari pelaksanaanpendidikan danpelatihan secaraparsial denganevaluasi kinerja
-
9 Persamaan Variabel pelatihan Variabel pelatihan Variabel programrehabilitasi sosial
10 Perbedaan Variabelpengembangan dankompetensi
Variabel pendidikandan kinerja
-
Sumber : Data diolah Peneliti, 2016
2.6 Kerangka Berfikir
Masalah kesejahteraan sosial yang terjadi dewasa ini dilatarbelakangi oleh
arus perubahan lingkungan yang sedemikian cepatnya namun tidak dapat
diimbangi oleh kemampuan individu masyarakat maupun keterbatasan
kemampuan pemerintah daerah. Ketidakmampuan dari individu masyarakat
ditunjukkan dari tingkat pendidikan, kesempatan kerja yang terbatas, daya saing
angkatan kerja dan faktor psikologis lainnya seperti motivasi kerja yang kurang
baik membuat individu masyarakat tersebut berpotensi menjadi penyandang
masalah kesejahteraan sosial (PMKS).
Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) merupakan seseorang,
keluarga atau kelompok masyarakat yang karena suatu hambatan, kesulitan atau
gangguan, tidak dapat melaksanakan fungsi sosialnya, sehingga tidak dapat
terpenuhi kebutuhan hidupnya (jasmani, rohani dan sosial) secara memadai dan
wajar (BP2S Provinsi Banten, 2015). Bentuk masalah sosial kemasyarakatan yang
28
berkembang hampir di setiap daerah diantaranya seperti fenomena gelandangan
dan pengemis (gepeng), anak terlantar, keluarga dengan rumah tidak layak huni,
komunitas anak jalanan (komunitas punk), pekerja seks komersial (PSK) dan
pedagang kaki lima yang berpotensi menimbulkan keresahan di lingkungan
masyarakat dan melanggar hukum seperti penyalahgunaan narkotika dan obat-
obatan serta prostitusi.
Upaya Pemerintah Provinsi Banten dalam menangani permasalahan sosial
kemasyarakatan tersebut diantaranya dengan melakukan program rehabilitasi
sosial yang dilakukan oleh Balai Pemulihan dan Pengembangan Sosial (BP2S)
Provinsi Banten yang berkedudukan di Kabupaten Lebak. Program rehabilitasi
sosial merupakan program yang dilakukan untuk pemulihan sosial dari PMKS
sebagai peserta program rehabilitasi sosial untuk dapat meningkatkan kualitas
hidupnya, khususnya membekali diri dengan berbagai keterampilan kerja agar
dapat memperoleh pekerjaan dan penghidupan yang lebih layak.
Tujuan pelaksanaan program rehabilitasi sosial pada dasarnya untuk dapat
menciptakan sumberdaya manusia Provinsi Banten yang terampil dan mandiri
serta dapat berkompetisi dalam dunia kerja agar tercipta peningkatan taraf
kesejahteraan sosial di lingkungan masyarakatnya. Apabila program rehabilitasi
sosial ini dapat dilakukan dengan optimal, tentunya dapat menekan angka
Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS), mengeliminir fenomena
sosial kemasyarakatan yang meresahkan dan berpotensi melanggar hukum yang
berlaku serta dapat menyiapkan individu eks peserta untuk dapat memiliki
pekerjaan dan pendapatan yang lebih baik agar dapat hidup lebih layak.
29
Sasaran program rehabilitasi sosial yang dilaksanakan oleh Balai Pemulihan
dan Pengembangan Sosial (BP2S) Provinsi Banten adalah Penyandang Masalah
Kesejahteraan Sosial (PMKS) berbagai kategori yang meliputi gelandangan dan
pengemis (gepeng), remaja putus sekolah, pecandu narkoba dan zat adiktif lainnya
(napza) dan pekerja seks komersial (PSK). PMKS yang tercatat sebagai peserta
program rehabilitasi sosial kemudian akan diberikan pelatihan keterampilan
dengan berbagai jurusan yang telah disediakan oleh BP2S Provinsi Banten.
Pada dasarnya efektivitas merupakan unsur pokok untuk mencapai tujuan
atau sasaran setiap organisasi, kegiatan ataupun program. Efektivitas selalu
dikaitkan antara hasil yang diharapkan dengan hasil yang dicapai. Effendy
(2010:14) menyatakan efektivitas sebagai komunikasi yang prosesnya mencapai
tujuan yang direncanakan sesuai dengan biaya, waktu dan jumlah personil yang
ditentukan. Sedangkan Kurniawan (2005:109) menyatakan efektivitas adalah
kemampuan melaksanakan tugas, fungsi (operasi kegiatan program atau misi)
daripada suatu organisasi yang tidak adanya tekanan diantara pelaksanaannya.
Duncan dalam Steers (2008:53) mengemukakan ukuran efektivitas yang
dapat digunakan untuk mengukur efektifitas pelaksanaan suatu program, baik
program yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah maupun perusahaan swasta
terdiri dari 3 aspek, yaitu pencapaian tujuan, integrasi dan adaptasi. Ketiga aspek
tersebut umumnya dijadikan sebagai alat ukur efektifitas suatu organisasi dalam
melaksanakan program, dimana peneliti menggunakan ukuran efektifitas yang
dikemukakan Duncan dalam Steers sebagai alat ukur untuk mengetahui efektifitas
program rehabilitasi sosial yang dilaksanakan oleh BP2S Provinsi Banten.
30
Untuk memudahkan dalam memahami penelitian ini, peneliti membuat
kerangka pemikiran yang disajikan pada gambar dibawah ini :
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Balai Pemulihan dan Pengembangan Sosial (BP2S) Provinsi BantenMelaksanakan “Program Rehabilitasi Sosial” sebagai amanat Perda Nomor 8
Tahun 2010 Tentang Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial
Permasalahan berkaitan dengan Efektifitas Program Rehabilitasi Sosial antara lain :1. Aspek pencapaian tujuan, Hal ini ditunjukkan dari penjadwalan waktu
pelaksanaan program yang tidak diperkirakan dengan tepat ditandai dengan tidakadanya jadwal atau kalender program dan waktu pelaksanaan yang belumdilaksanakan sesuai target waktu sesuai aturan dan lain sebagainya.
2. Aspek integrasi, hal ini ditunjukkan dari minimnya sosialisasi yang dilakukankepada publik khususnya PMKS yang ingin menjadi peserta program rehabilitasisosial, ketersediaan sarana dan prasarana program rehabilitasi sosial yang minimditandai dengan peralatan pelatihan yang digunakan tidak layak pakai dan tidakmencukupi jumlah peserta program rehabilitasi sosial, pelaksanaan program kerjayang kurang efektif ditandai dari tim pelaksana tidak memanfaatkan waktudengan efektif dan lemahnya sistem pengawasan dan lain sebagainya.
3. Aspek adaptasi. Hal ini ditunjukkan dari jarang dilakukannya peningkatankompetensi maupun keterampilan yang dibutuhkan oleh tim pelaksana dalammelaksanakan program rehabilitasi sosial serta kurangnya pembaharuan strategiyang digunakan dalam proses pelaksanaan program rehabilitasi sosial.
(Survey lapangan oleh Peneliti, 2016)
Alat Analisis
Teori Efektifitas Duncan, meliputi :1. Aspek pencapaian tujuan2. Aspek integrasi3. Aspek adaptasi
Sumber : Duncan dalam Sterrs (2008:53)
Hasil PenelitianMengetahui efektifitas program rehabilitasi sosial di BP2S Provinsi Bantendinyatakan efektif apabila mendapatkan penilaian lebih besar dari 65 persen.
Pengolahan dan Analisis Data secara Statistik
31
2.7 Hipotesis
Sugiyono (2011:64) mengemukakan bahwa hipotesis adalah jawaban
sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah
penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan
sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang
relevan belum didasarkan pada fakta-fakta empiris. Adapun hipotesis yang
diajukan dalam penelitian sebagai berikut :
Hipotesis Nol (H0)
Jika H0 ; µ < 65%, maka efektifitas program rehabilitasi sosial di Balai
Pemulihan dan Pengembangan Sosial (BP2S) Provinsi Banten dinyatakan
tidak efektif apabila mendapatkan penilaian kurang dari 65 persen.
Hipotesis Kerja (Ha)
Jika Ha ; µ > 65%, maka efektifitas program rehabilitasi sosial di Balai
Pemulihan dan Pengembangan Sosial (BP2S) Provinsi Banten dinyatakan
efektif apabila mendapatkan penilaian lebih dari 65 persen.
32
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian
Penelitian dengan judul efektifitas program rehabilitasi sosial di Balai
Pemulihan dan Pengembangan Sosial (BP2S) Provinsi Banten menggunakan
pendekatan penelitian kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif adalah pendekatan
yang menjelaskan nilai suatu variabel dengan mengolah data-data yang ada
kedalam suatu angka (Sugiyono, 2011:44). Sedangkan desain penelitian
memberikan gambaran mengenai langkah-langkah yang harus dilakukan secara
sistematis dengan mengikuti kaidah penelitian yang benar. Sehingga keberadaan
desain penelitian ini akan sangat membantu dan memudahkan penulis untuk dapat
memecahkan permasalahan yang sedang diteliti.
Desain penelitian yang digunakan oleh penulis dalam melakukan penelitian
ini adalah desain deskriptif. Desain deskriptif adalah desain yang menjabarkan
atau melukiskan sifat atau karakteristik dari sesuatu fenomena tertentu (Sugiyono,
2011:44). Desain ini dapat memberikan gambaran yang sebenarnya di lapangan
dengan cara mengumpulkan dan menginterpretasikan data. Pada umumnya desain
digunakan untuk penelitian yang menggunakan variabel mandiri dan atau tanpa
melakukan perbandingan atau mencari korelasi antar variabel bebas dengan
variabel tetapnya.
32
33
3.2 Fokus Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti memfokuskan kepada obyek penelitian yaitu
efektifitas program rehabilitasi sosial yang dilaksanakan oleh Balai Pemulihan dan
Pengembangan Sosial (BP2S) Provinsi Banten. Dengan demikian landasan teori
yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari teori organisasi publik, teori
efektifitas, teori program rehabilitasi sosial dan teori-teori lainnya guna
menguatkan dasar pemikiran dalam penelitian ini.
3.3 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah Balai Pemulihan dan Pengembangan Sosial
(BP2S). BP2S Provinsi Banten adalah Unit Pelaksana Teknis (UPT) dibawah
Dinas Sosial Provinsi Banten yang diatur dalam Peraturan Daerah No 3 tahun
2012 tentang Pembentukan Organisasi Perangkat Daerah Balai Pemulihan dan
Pengembangan Sosial. BP2S Provinsi Banten bertugas untuk melaksanakan
program rehabilitasi sosial bertujuan untuk melakukan kegiatan pemulihan dan
pengembangan sosial kepada warga masyarakat dalam kategori Penyandang
Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) untuk dibina dengan diberikan pelatihan
keterampilan untuk dapat meningkatkan taraf kesejahteraannya.
Sasaran program rehabilitasi sosial yang dilaksanakan oleh Balai Pemulihan
dan Pengembangan Sosial (BP2S) Provinsi Banten adalah Penyandang Masalah
Kesejahteraan Sosial (PMKS) dari berbagai kategori yang meliputi gelangdangan
dan pengemis (gepeng), remaja putus sekolah, pecandu narkoba dan zat adiktif
lainnya (napza) dan pekerja seks komersial atau wanita tuna susila (WTS). PMKS
34
yang tercatat sebagai peserta program rehabilitasi sosial kemudian akan diberikan
pelatihan keterampilan kerja dengan berbagai jurusan yang telah disediakan oleh
BP2S Provinsi Banten.
3.4 Variabel Penelitian
3.4.1 Definisi Konsep
Berdasarkan fokus penelitian serta untuk dapat mempermudah memahami
penelitian ini, peneliti membuat definisi konsep antara lain :
1. Efektifitas adalah kemampuan melaksanakan tugas, fungsi (operasikegiatan program atau misi) daripada suatu organisasi atau sejenisnyayang tidak adanya tekanan atau ketegangan diantara pelaksanaannya(Kurniawan, 2005:109).
2. Program rehabilitasi sosial adalah program yang dilakukan untukpemulihan dan pengembangan sosial dari PMKS dengan memberikanrehabilitasi sosial berupa pelatihan keterampilan kerja untuk dapatmeningkatkan kualitas hidupnya dengan mencari pekerjaan yang lebihlayak (BP2S Provinsi Banten, 2015).
3. Efektifitas program rehabilitasi sosial adalah kemampuan BalaiPemulihan dan Pengembangan Sosial (BP2S) Provinsi Bantendidalam melaksanakan program rehabilitasi sosial sesuai dengantujuan yang ditetapkan sebelumnya dan fungsi atau pelaksanaan dariprogram rehabilitasi sosial.
4. Balai Pemulihan dan Pengembangan Sosial (BP2S) Provinsi Bantenadalah Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang bertugas untuk melakukankegiatan pemulihan dan pengembangan sosial kepada wargamasyarakat dalam kategori Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosialatau PMKS dibawah koordinasi Dinas Sosial Provinsi Banten (BP2SProvinsi Banten, 2015).
3.4.2 Definisi Operasional
Variabel dalam penelitian ini variabel mandiri, yaitu program rehabilitasi
sosial yang dilaksanakan oleh BP2S Provinsi Banten. Dengan kata lain
pengukuran efektifitas program rehabilitasi sosial merupakan proses kegiatan
35
yang ditujukan untuk mengetahui sejauhmana efektifitas program rehabilitasi
sosial dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan BP2S Provinsi Banten.
Alat ukur yang digunakan untuk menilai keberhasilan atau efektifitas
program rehabilitasi sosial yang dilaksanakan oleh BP2S Provinsi Banten
menggunakan ukuran efektifitas yang dikemukakan Duncan dalam Steers yang
dapat digunakan untuk mengukur efektifitas pelaksanaan suatu program pada
suatu instansi pemerintah. Ukuran efektifitas tersebut terbagi menjadi 3 aspek,
yaitu pencapaian tujuan, integrasi dan adaptasi. Adapun ukuran efektifitas tersebut
diuraikan sebagai berikut :
Duncan dalam Steers (2008:53) mengemukakan ukuran efektivitas
pelaksanaan suatu program terdiri dari 3 aspek yang antara lain :
1. Pencapaian tujuan, yaitu pencapaian adalah keseluruhan upayapencapaian tujuan harus dipandang sebagai suatu proses. Oleh karenaitu, agar pencapaian tujuan akhir semakin terjamin, diperlukanpentahapan, baik dalam arti pentahapan pencapaian bagian-bagiannyamaupun pentahapan dalam arti periodisasinya.Pencapaian tujuan terdiri dari beberapa indikator yaitu rencana kerja,lama kurun waktu pelaksanaan program dan pencapaian sasaran yangmerupakan target kongktit dan evaluasi program kerja.
2. Integrasi, yaitu pengukuran terhadap tingkat kemampuan suatuorganisasi untuk melakukan kegiatan dari program kerja yang telahdisepakati dan mengadakan sosialisasi dengan pihak lain.Integrasi terdiri dari beberapa indikator yaitu proses sosialisasi,penggunaan sumber daya, ketersediaan sarana dan prasarana kerja,pelaksanaan program yang sudah ditetapkan dan sistem pengawasanatau pengendalian.
3. Adaptasi, yaitu kemampuan organisasi untuk menyesuaikan diridengan lingkungannya.Adaptasi terdiri dari indikator yaitu pembaharuan sumberdaya,khususnya peningkatan kompetensi sumberdaya manusia yangdimiliki serta pembaharuan strategi pelaksanaan program yangdisesuaikan dengan perkembangan zaman atau kebutuhan yang ada
36
Berdasarkan uraian indikator pada masing-masing variabel diatas, peneliti
membuat daftar pertanyaan atau pernyataan yang terdapat dalam kuesioner
penelitian sebagai bentuk elaborasi atau penjelasan dari indikator secara lebih
mendetail guna mendapatkan data mengenai fenomena yang sedang diteliti atau
variabel penelitian, yaitu efektifitas program rehabilitasi sosial.
3.5 Instrumen Penelitian
Untuk tujuan pengumpulan data baik data primer maupun data sekunder,
peneliti melakukannya dengan cara yang antara lain :
1. Studi kepustakaan (library research)
Teknik pengumpulan data berdasarkan kepada buku literatur yang
berhubungan dengan teori dari masalah yang diteliti.
2. Studi lapangan (field research)
Teknik pengumpulan data yang dilakukan secara langsung di
lapangan, studi lapangan dalam penelitian ini dilakukan melakukan
penyebaran kuesioner penelitian.
Kuesioner merupakan alat yang digunakan dalam pengumpulan data
primer, didalamnya berisikan pertanyaan atau pernyataan terkait
dengan variabel penelitian yang disebarkan kepada responden untuk
diisi dan dijawab. Skala yang digunakan adalah skala Likert, yaitu
dengan cara memberi bobot nilai pada masing-masing jawaban
responden sebagai berikut :
37
Tabel 3.1
Skala Likert
Alternatif Jawaban Bobot Nilai
Sangat Baik / Sangat Setuju 4
Baik / Setuju 3
Tidak Baik / Tidak Setuju 2
Sangat Tidak Baik / Sangat Tidak Setuju 1
Sumber : Sugiyono (2011:87)
Adapun kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini sebagai alat
pengumpulan data primer sebagaimana terlampir. Kisi – kisi instrumen dalam
penelitian ini disajikan pada tabel berikut :
Tabel 3.2
Kisi – kisi Instrumen Penelitian
Variabel Indikator Sub Indikator No Butir padaInstrumen
Program
Rehabilitasi
Sosial
Pencapaiantujuan
Rencana kerja 1, 2, 3
Lama waktu pelaksanaan 4, 5
Pencapaian sasaran 6, 7, 8, 9
Evaluasi program 10, 11, 12
Integrasi Proses sosialisasi 13, 14
Penggunaan sumberdaya 15, 16, 17
Ketersediaan saranaprasarana kerja
18, 19, 20, 21
Pelaksanaan program 22, 23, 24
Sistem pengawasan/pengendalian
25, 26, 27, 28
Adaptasi Pembaharuansumberdaya
29, 30
Pembaharuan strategi 31, 32, 33
38
3.6 Populasi dan Sampel
Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek dan subyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian
ini adalah pegawai yang bekerja di Balai Pemulihan dan Pengembangan Sosial
(BP2S) Provinsi Banten sebanyak 42 pegawai yang merupakan subyek atau pihak
yang melaksanakan program rehabilitasi sosial. Pemilihan pegawai sebagai
subyek pengawasan didasarkan kepada pertimbangan bahwa pegawai yang
bekerja di BP2S Provinsi Banten merupakan pihak yang mengetahui secara pasti
kekurangan dan kelebihan dari pelaksanaan program rehabilitasi sosial selama ini
sehingga dapat memberikan data yang berguna untuk mengetahui efektifitas
program rehabilitasi sosial yang menjadi obyek dalam penelitian ini.
Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi (Sugiyono, 2011:80). Mengingat jumlah populasi lebih kecil dari 100
responden, yakni sebanyak 42 pegawai, maka penulis menggunakan teknik
pengambilan sampel dengan cara teknik sampling jenuh, yakni pengambilan
sampel dengan cara menjadikan seluruh anggota populasi menjadi sampel.
Dengan demikian sampel dalam penelitian ini sebanyak 42 responden.
3.7 Teknik Pengolahan dan Analisis Data
3.7.1 Uji Instrumen Penelitian
Pengolahan data merupakan tahapan awal dari proses analisis data. Proses
pengolahan data merupakan tahapan dimana data dipersiapkan, diklasifikasikan,
39
dan diformat menurut aturan tertentu untuk keperluan proses berikutnya yaitu
analisis data. Data yang terkumpul diolah melalui tahapan sebagai berikut :
1. Coding, yaitu tahap mengklasifikasikan data dari tanggapan respondenatas kuesioner yang telah disebarkan. Data yang diinput dari kuesionertanggapan responden mengenai kinerja pegawai adalah data ordinaldengan skala likert dengan bobot 4, 3, 2 dan 1.
2. Editing, yaitu tahap mengoreksi kesalahan yang ada pada data yangharus dilakukan secara berulang-ulang dan cermat.
3. Tabulating, yaitu tahap penyusunan data secara akumulatif denganmenggunakan alat bantu Methode Succesive Interval (MSI) untukmerubah data ordinal menjadi data interval agar dapat dilaksanakan ujistatistik dengan alat bantu SPSS versi 17.
Setelah dilakukan tabulasi data, langkah selanjutnya adalah melakukan
pengujian instrumen penelitian. Uji instrumen penelitian berkaitan dengan
pengujian kuesioner sebagai alat pengumpulan data primer. Kuesioner yang
peneliti buat akan diuji nantinya untuk mengetahui apakah kuesioner tersebut
telah memenuhi kelayakan sebagai alat pengumpulan data yang terdiri dari uji
validitas dan uji realibilitas yang diuraikan sebegai berikut :
1. Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk menunjukan tingkat kevalidan
instrument penelitian, artinya instrument dapat digunakan untuk
mengukur apa yang seharusnya diukur yakni variabel penelitian.
Muhidin (2007:37) menyatakan item pertanyaan dinyatakan valid
apabila rhitung > rtabel (0.257). Uji validitas menggunakan metode
korelasi pearson product moment dengan program SPSS versi 17.
40
2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas adalah pengujian ketepatan, ketelitian atau keakuratan
yang ditunjukkan oleh instrumen pengukuran. Hasil pengukuran dapat
dipercaya apabila beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap
kelompok subjek yang sama diperoleh hasil relatif yang sama.
Pengujian reliabilitas dilakukan dengan internal konsistensi
menggunakan Alpha Cronbach. Instrumen penelitian dikatakan
reliabel jika nilai alpha > r tabel atau (a > r tabel), dimana jika nilai alpha
< 0,6 maka reliabilitas dinyatakan kurang baik, sedangkan 0,7 maka
reliabilitas dinyatakan dapat diterima dan di atas 0,8 maka reliabilitas
dinyatakan baik (Sekaran, 2009:48). Pengujian reliabilitas
menggunakan metode Alpha Cronbach dengan menggunakan program
SPSS versi 17.
3.7.2 Teknik Analisis Data
Teknik analisis adalah upaya peneliti untuk menyederhanakan dan
menyajikan data dengan mengelompokkan dalam suatu bentuk yang berarti
sehingga mudah dipahami dan diinterpretasi oleh pembaca atau penguji. Dalam
hal ini peneliti dalam menganalisa dan menggunakan metode analisis data
kuantitatif, yaitu suatu metode analisis data dengan menggunakan angka-angka
pemecahan masalah dapat dihitung secara pasti dengan penghitungan matematis.
41
H0 : µ < 65 %
Pengujian hipotesis menggunakan formula z-test digunakan untuk
mengetahui deksriptif variabel penelitian, yakni efektifitas program rehabilitasi
sosial di Balai Pemulihan dan Pengembangan Sosial (BP2S) Provinsi Banten yang
dilakukan menggunakan program SPSS Versi 17. Adapun langkah
pembuktiannya sebagai berikut :
1. Uji Hipotesis
Pada sebuah penelitian, lazimnya dilakukan pendugaan atau hipotesis
terhadap masalah yang eksis dan menjadi fokus penelitian. Hipotesis disusun
berdasarkan kenyataan bahwa di satu sisi sebagai organisasi birokrasi tentu
persoalan yang dihadapi sangat kompleks sehingga mengharapkan hadirnya
aparatur pemerintahan yang baik agar pelaksanaan suatu program dapat berjalan
sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, dimana dalam penelitian ini adalah
efektifitas program rehabilitasi sosial yang dilaksanakan oleh Balai Pemulihan dan
Pengembangan Sosial (BP2S) Provinsi Banten.
Pada penelitian ini, Hipotesis Nol (H0) yang diajukan oleh peneliti yaitu H0 :
µ < 65 %, maka “efektifitas program rehabilitasi sosial di Balai Pemulihan dan
Pengembangan Sosial (BP2S) Provinsi Banten dinyatakan tidak efektif apabila
mendapatkan penilaian kurang dari 65 persen”. Kriteria pengujiannya adalah
Hipotesis Nol (H0) dapat diterima apabila nilai zhitung < ztabel. Secara statistik,
Hipotesis Nol (H0) dapat dirumuskan sebagai berikut :
42
Ha : µ > 65 %
Sedangkan Hipotesis Alternatif (Ha) yang diajukan oleh peneliti, yaitu Ha :
µ > 65 %, maka “efektifitas program rehabilitasi sosial di Balai Pemulihan dan
Pengembangan Sosial (BP2S) Provinsi Banten dinyatakan efektif apabila
mendapatkan penilaian lebih besar dari 65 persen”. Kriteria pengujiannya adalah
Hipotesis alternatif (Ha) dapat diterima apabila nilai zhitung > nilai ztabel. Secara
statistik, Hipotesis alternatif (Ha) dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai
berikut :
2. Uji Koefisien Determinasi
Uji koefisien determinasi digunakan untuk mengukur kemampuan variasi
model penelitian yang dinyatakan dalam persentase (Ghozali, 2011:97). Koefisien
determinasi diketahui dari nilai R Square yang diperoleh dari hasil pengujian
menggunakan program SPSS versi 17 atau menggunakan rumus sebagai berikut :
Kd = R2 x 100%
Dimana :
Kd = Koefisien determinasiR2 = Koefisien korelasi
3.8 Jadwal Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Balai Pemulihan dan Pengembangan Sosial
(BP2S) Provinsi Banten tahun 2016 yang saat ini berlokasi di Kabupaten Lebak
Provinsi Banten. Penelitian ini diperkirakan akan dilakukan selama kurang lebih 8
43
bulan, mulai dari tahapan observasi awal hingga pengujian sidang skripsi dengan
rincian kegiatan sebagai berikut :
Tabel 3.3
Jadwal Penelitian
No KeteranganTahun 2016
Jan – Feb Mar – Apr Mei – Jun Jul - Agust
1 Observasi awal √ √
2 Penyusunan
proposal√ √ √ √
3 Bimbingan dan
perbaikan proposal√ √ √ √ √ √ √
4 Pendaftaran dan
seminar proposal√ √ √
5 Revisi proposal √ √ √
6 Penyusunan hasil
penelitian (bab 4
dan bab 5)
√ √ √ √
7 Revisi hasil
penelitian√ √ √ √
8 Sidang skripsi dan
revisi skripsi√ √
Sumber : Peneliti, 2016
44
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian
4.1.1 Profil Balai Pemulihan dan Pengembangan Sosial Provinsi Banten
Balai Pemulihan dan Pengembangan Sosial (BP2S) Provinsi Banten yang
saat ini berkedudukan di Kabupaten Lebak. BP2S Provinsi Banten adalah Unit
Pelaksana Teknis (UPT) dibawah Dinas Sosial Provinsi Banten yang diatur dalam
Peraturan Daerah No 3 tahun 2012 tentang Pembentukan Organisasi Perangkat
Daerah Balai Pemulihan dan Pengembangan Sosial. BP2S Provinsi Banten
dibangun sejak tahun 1983 berdasarkan Surat Keputusan Menteri Sosial Republik
Indonesia Nomor 95/DIR/2/KAK/IV/83 tanggal 1 Juni 1983 yang saat itu Banten
menjadi bagian dari Provinsi Jawa Barat.
BP2S Provinsi Banten merupakan komponen yang bertanggungjawab dalam
upaya mewujudkan kesejahteraan sosial, baik pada tingkatan pusat hingga
tingkatan daerah dengan memberikan pelayanan sosial yang meliputi rehabilitasi
sosial, jaminan sosial, pemberdayaan sosial, dan perlindungan sosial berdasarkan
amanat Perda Provinsi Banten Nomor 8 Tahun 2010 Tentang Penyelenggaran
Kesejahteraan Sosial. Pembangunan kesejahteraan sosial terdiri atas serangkaian
aktivitas yang direncanakan untuk memajukan kondisi kehidupan manusia melalui
koordinasi dan keterpaduan antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah dan
masyarakat dalam upaya penyelenggaraan kesejahteraan sosial dalam mengatasi
Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) menjadi kerangka kegiatan
45
yang utuh, menyeluruh, berkelanjutan dan bersinergi sehingga dapat
meningkatkan kesejahteraan sosial bagi masyarakat, khususnya masyarakat yang
tinggal di Provinsi Banten saat ini.
4.1.2 Visi dan Misi BP2S Provinsi Banten
Balai Pemulihan dan Pengembangan Sosial (BP2S) Provinsi Banten dalam
melaksanakan tugas dan tanggungjawab sesuai dengan program kerja periode
2012 – 2017 yang memiliki visi, yaitu Menciptakan sumberdaya manusia Provinsi
Banten yang terampil dan mandiri serta dapat berkompetisi dalam dunia kerja
agar tercipta peningkatan taraf kesejahteraan sosial.
Adapun misi yang ditetapkan oleh BP2S Provinsi Banten antara lain :
1. Pelatihan dan pembinaan peserta binaan program rehabilitasi sosialuntuk memiliki keterampilan dan daya saing.
2. Peningkatan jumlah kegiatan pelaksanaan program rehabilitasi sosialsecara lebih terpadu.
3. Peningkatan kemampuan administratif pegawai untukmengoptimalkan pelayanan publik secara elektronik (e-government).
4. Peningkatan dan perluasan jaringan kemitraan perusahaan untukpenyaluran kerja bagi lulusan peserta binaan.
5. Peningkatan keterampilan kerja pegawai secara berkala.6. Peningkatan koordinasi dan kerjasama dengan instansi terkait dalam
mengatur dan melaksanakan penyaluran calon peserta binaan programrehabilitasi sosial.
7. Penyediaan sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalammelaksanakan program rehabilitasi sosial.
4.1.3 Program Rehabilitasi Sosial BP2S Provinsi Banten
Program rehabilitasi sosial yang dilakukan oleh Balai Pemulihan dan
Pengembangan Sosial (BP2S) Provinsi Banten merupakan amanat Perda Provinsi
Banten Nomor 8 Tahun 2010 Tentang Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial.
46
Pada pasal 1 ayat 8 menyatakan penyelenggaraan kesejahteraan sosial upaya yang
terarah, terpadu dan berkelanjutan yang dilakukan pemerintah, pemerintah daerah
dan masyarakat dalam bentuk pelayanan sosial guna memenuhi kebutuhan dasar
setiap warga negara yang meliputi rehabilitasi sosial, jaminan sosial,
pemberdayaan sosial dan perlindungan sosial. Berdasarkan Perda tersebut,
diketahui bahwa salah satu upaya penyelenggaraan kesejahteraan sosial
diantaranya dengan melaksanakan rehabilitasi sosial.
Rehabilitasi sosial didalam Perda Nomor 8 Tahun 2010 Tentang
Penyelenggaran Kesejahteraan Sosial pada Pasal 1 ayat 18 mendefinisikan
sebagai suatu proses refungsionalisasi dan pengembangan untuk memungkinkan
seseorang mampu melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar dalam kehidupan
masyarakat. Obyek dari rehabilitasi sosial adalah penyandang masalah
kesejahteraan sosial (PMKS). Pada pasal 1 ayat 15 menyatakan PMKS adalah
perorangan, keluarga atau sekelompok masyarakat yang karena sebab-sebab
tertentu tidak dapat melaksanakan fungsi dan peran sosialnya sehingga tidak dapat
memenuhi kebutuhan minimum baik jasmani, rohani maupun sosialnya.
Masalah kesejahteraan sosial yang terjadi dewasa ini dilatarbelakangi oleh
arus perubahan lingkungan yang sedemikian cepatnya namun tidak dapat
diimbangi oleh kemampuan individu masyarakat maupun keterbatasan
kemampuan pemerintah daerah dalam melaksanakan program pembangunan yang
berimplikasi terhadap kesejahteraan rakyat. Ketidakmampuan individu
masyarakat ditunjukkan dari tingkat pendidikan, daya saing kerja dan faktor
psikologis lainnya seperti motivasi kerja yang kurang baik membuat individu
47
masyarakat tersebut berpotensi menjadi penyandang masalah kesejahteraan sosial
(PMKS) yang diantaranya gelandangan dan pengemis (gepeng), anak terlantar,
keluarga dengan rumah tidak layak huni, komunitas anak jalanan (komunitas
punk), pekerja seks komersial (PSK) dan pedagang kaki lima yang berpotensi
menimbulkan keresahan di lingkungan masyarakat dan melanggar hukum seperti
penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan serta praktek prostitusi.
Pelaksanaan program rehabilitasi sosial yang dilakukan Balai Pemulihan
dan Pengembangan Sosial (BP2S) Provinsi Banten bekerjasama dengan Dinas
Sosial pada masing-masing Kabupaten yang ada di Provinsi Banten. Dinas Sosial
pada setiap Kabupaten berfungsi untuk melakukan pendataan dan penyaluran
calon klien atau peserta program rehabilitasi sosial. Calon klien umumnya
merupakan orang-orang yang terjaring razia penyakit masyarakat (pekat) maupun
operasi lainnya yang dilakukan oleh aparat penegak hukum yaitu kepolisian
beserta perangkatnya seperti Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) maupun dari
Dinas Sosial Kabupaten terkait diantaranya seperti menjaring gelandangan dan
pengemis (gepeng), komunitas anak jalanan (komunitas punk), pedagang kaki
lima dan pekerja seks komersial atau wanita tuna susila. Setelah proses pendataan
dan penyaluran peserta program rehabilitasi sosial telah selesai dilaksanakan
Dinas Sosial pada masing-masing Kabupaten, kemudian diserahterimakan kepada
Balai Pemulihan dan Pengembangan Sosial (BP2S) Provinsi Banten untuk
mengikuti seleksi peserta atau calon klien program rehabilitasi sosial.
48
Tujuan pelaksanaan program rehabilitasi sosial pada dasarnya ditujukan
untuk dapat menciptakan sumberdaya manusia Provinsi Banten yang terampil dan
mandiri serta dapat berkompetisi dalam dunia kerja agar tercipta peningkatan taraf
kesejahteraan sosial di lingkungan masyarakatnya. Apabila program rehabilitasi
sosial ini dapat dilakukan dengan optimal, tentunya dapat menekan angka
Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS), mengeliminir fenomena
sosial kemasyarakatan yang meresahkan dan berpotensi melanggar hukum yang
berlaku serta dapat menyiapkan individu eks peserta untuk memiliki keterampilan
dan mandiri serta dapat berkompetisi dalam dunia kerja agar tercipta peningkatan
taraf kesejahteraan sosial di lingkungan masyarakatnya
4.2 Analisis Data
4.2.1 Uji Instrumen Penelitian
Uji instrumen penelitian ini berkaitan dengan pengujian dari kuesioner
sebagai alat pengumpulan data. Kuesioner yang peneliti buat akan diuji nantinya
untuk mengetahui apakah kuesioner tersebut telah memenuhi kelayakan sebagai
alat pengumpulan data. Uji instrumen terdiri dari uji validitas dan uji realibilitas.
4.2.1.1 Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk menunjukan tingkat kevalidan instrumen
penelitian (kuesioner), artinya instrumen dapat digunakan untuk mengukur apa
yang seharusnya diukur. Keputusan pada sebuah item pertanyaan dapat dianggap
valid apabila rhitung (koefisien korelasi pearson) > rtabel (0.257). Uji validitas
49
menggunakan metode pearson product moment dengan alat bantu program
statistik SPSS versi 17.
Untuk mengetahui apakah item pertanyaan kuesioner variabel efektifitas
program rehabilitasi sosial dinyatakan valid atau tidak valid disajikan pada tabel
berikut :
Tabel 4.1
Uji Validitas Kuesioner Variabel Efektifitas Program
Rehabilitasi Sosial Tahap I
ItemPertanyaan rhitung Keterangan Item
Pertanyaan rhitung Keterangan
Pert.1 .694** Valid Pert.18 .362** ValidPert.2 -.171 Tidak Valid Pert.19 .764** ValidPert.3 .764** Valid Pert.20 -.032 Tidak ValidPert.4 .511** Valid Pert.21 .472** ValidPert.5 .661** Valid Pert.22 .559** ValidPert.6 -.122 Tidak Valid Pert.23 -.078 Tidak ValidPert.7 .539** Valid Pert.24 .694** ValidPert.8 .648** Valid Pert.25 .493** ValidPert.9 .563** Valid Pert.26 .561** ValidPert.10 .536** Valid Pert.27 -.005 Tidak ValidPert.11 .482** Valid Pert.28 .660** ValidPert.12 -.027 Tidak Valid Pert.29 .764** ValidPert.13 .489** Valid Pert.30 .582** ValidPert.14 -.122 Tidak Valid Pert.31 .501** ValidPert.15 .493** Valid Pert.32 .583** ValidPert.16 .000 Tidak Valid Pert.33 -.032 Tidak ValidPert.17 .539** Valid - - -
Sumber: Output SPSS versi 17, 2016
50
Berdasarkan tabel 4.1, diketahui dari 33 item pernyataan kuesioner
efektifitas program rehabilitasi sosial terdapat sebanyak 24 item pernyataan
memiliki nilai rhitung > rtabel (0.257) yang ditandai dengan tanda bintang ganda,
menunjukkan item pernyataan tersebut dikatakan “valid”. Selain itu, ditemukan
sebanyak 9 item pernyataan yang memiliki nilai rhitung < rtabel (0,257),
menunjukkan bahwa item pernyataan tersebut dikatakan “tidak valid”.
Sugiyono (2011:177) mengemukakan apabila terdapat item pernyataan yang
tidak valid maka dapat diambil tindakan dengan menghapus item pernyataan
tersebut atau melakukan perbaikan isi dari item pernyataan tersebut dengan yang
lain dan kemudian disebarkan kembali. Berdasarkan rujukan tersebut, peneliti
mengambil tindakan untuk menghapus item pernyataan yang tidak valid guna
efesiensi langkah-langkah penelitian berikutnya.
Kemudian setelah diambil tindakan dengan menghapus item pernyataan
yang tidak valid, maka hasil pengujian validitas tahap II pada item pernyataan
kuesioner variabel efektifitas program rehabilitasi sosial disajikan pada tabel
berikut :
Tabel 4.2
Uji Validitas Kuesioner Variabel Efektifitas Program
Rehabilitasi Sosial Tahap II
ItemPertanyaan rhitung Keterangan Item
Pertanyaan rhitung Keterangan
Pert.1 .752** Valid Pert.18 .397** ValidPert.3 .828** Valid Pert.19 .828** ValidPert.4 .564** Valid Pert.21 .482** ValidPert.5 .629** Valid Pert.22 .614** ValidPert.7 .587** Valid Pert.24 .752** Valid
51
ItemPertanyaan rhitung Keterangan Item
Pertanyaan rhitung Keterangan
Pert.8 .460** Valid Pert.25 .581** ValidPert.9 .530** Valid Pert.26 .610** ValidPert.10 .457** Valid Pert.28 .621** ValidPert.11 .570** Valid Pert.29 .828** ValidPert.13 .546** Valid Pert.30 .507** ValidPert.15 .581** Valid Pert.31 .425** ValidPert.17 .568** Valid Pert.32 .587** Valid
Sumber: Output SPSS versi 17, 2016
Berdasarkan tabel 4.2, diketahui setelah dilakukan tindakan menghapus item
pernyataan yang tidak valid maka hasil uji validitas tahap II menunjukkan seluruh
item pernyataan sebanyak 24 item pernyataan memiliki nilai rhitung > rtabel (0.257)
yang ditandai dengan tanda bintang ganda, menunjukkan bahwa item pernyataan
tersebut dikatakan valid.
4.2.1.2 Uji Realibilitas
Uji reliabilitas menunjukkan sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat
dipercaya, handal dan konsisten dalam pengukuran. Uji reliabilitas dilakukan
dengan membandingkan nilai Cronbach’s Alpha dari hasil pengolahan data
dengan ketentuan dari Sekaran (2009:75), dimana nilai koefisien reliabilitas yang
ditunjukkan dari nilai Cronbach’s Alpha < 0.6 adalah kurang baik, nilai cronbach
alpha > 0.7 adalah dapat diterima dan nilai cronbach alpha > 0.8 baik.
Hasil pengujian realibilitas instrumen penelitian atau kuesioner variabel
efektifitas program rehabilitasi sosial disajikan pada tabel berikut :
52
Tabel 4.3
Uji Reliabilitas Efektifitas Program Rehabilitasi Sosial
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.926 24
Sumber: Output SPSS versi 17, 2016
Berdasarkan tabel 4.5, diketahui nilai Cronbach's Alpha variabel efektifitas
program rehabilitasi sosial sebesar 0.926, sehingga kuesioner disebut reliabel
dalam kategori “Baik” karena nilai cronbach alpha > 0.8 (0.926 > 0.8).
4.2.1.3 Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
dependent variable dan independent variable mempunyai distribusi normal atau
tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal (Ghozali,
2011:105). Uji normalitas data menggunakan uji One Sample Kolmogorov
Smirnov. Hasil uji normalitas tabel berikut:
Tabel 4.4
Uji NormalitasOne-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Efektifitas ProgramRehabilitasi Sosial
N 42Normal Parametersa,,b Mean 68.65495
Std. Deviation 13.299420Most Extreme Differences Absolute .126
Positive .090Negative -.126
Kolmogorov-Smirnov Z .817Asymp. Sig. (2-tailed) .516a. Test distribution is Normal.b. Calculated from data.
53
Berdasarkan tabel 4.4, diketahui normalitas data ditunjukkan dari nilai
Asymp. Sig (2-tailed) sebesar 0.516. Apabila nilai Asym.Sig. (2-tailed) sebesar
0.516 > alpha (0.05), maka dapat dinyatakan bahwa data berasal dari populasi
yang berdistribusi normal.
4.2.2 Tanggapan Responden Mengenai Efektifitas Program Rehabilitasi
Sosial di BP2S Provinsi Banten
Data responden yang telah melakukan pengisian kuesioner mengenai
efektifitas program rehabilitasi sosial diuraikan dengan statistik deskriptif.
Statistik deskriptif digunakan untuk mengetahui frekuensi serta persentase atas
jawaban yang diberikan responden pada setiap item pernyataan yang telah
dinyatakan valid sebanyak 24 item dengan jumlah responden sebanyak 42 orang.
Tanggapan responden atas indikator rencana kerja digunakan sebagai
pedoman dalam melaksanakan program rehabilitasi sosial disajikan pada tabel
berikut :
Tabel 4.5
Tanggapan Responden Mengenai Rencana Kerja Sebagai Pedoman
Melaksanakan Program Rehabilitasi Sosial
Sumber : Item Pertanyaan Nomor 1
19
13
8
2
0
5
10
15
20
SB B TB STB
54
Berdasarkan tabel 4.5, diketahui dari 42 responden didominasi oleh
tanggapan sangat baik sebanyak 19 responden atau sebanyak 45.2% dan
tanggapan baik sebanyak 13 responden atau sebanyak 31%. Hal ini menunjukkan
bahwa pegawai yang bekerja di BP2S Provinsi Banten dalam melaksanakan tugas
dan pekerjaan di setiap bagian mengikuti rencana kerja yang ada sebagai pedoman
dan petunjuk untuk dapat melaksanakan program rehabilitasi sosial.
Tanggapan responden atas indikator sasaran yang ingin dicapai dari rencana
kerja yang ada dinyatakan secara jelas/konkret disajikan pada tabel berikut :
Tabel 4.6
Tanggapan Responden Mengenai Sasaran yang Ingin Dicapai
Dinyatakan Secara Jelas atau Konkret
Sumber : Item Pertanyaan Nomor 3
Berdasarkan tabel 4.6, diketahui dari 42 responden didominasi oleh
tanggapan sangat baik sebanyak 17 responden atau sebanyak 40.5% dan
tanggapan baik sebanyak 15 responden atau sebanyak 35.7%. Hal ini
menunjukkan bahwa sasaran yang ingin dicapai pegawai oleh BP2S Provinsi
Banten yang terdapat dalam rencana kerja telah dinyatakan dengan jelas, baik
dalam konteks jumlah peserta dan waktu pelaksanaan program rehabilitasi sosial.
1715
7
3
024681012141618
SB B TB STB
55
Tanggapan responden atas indikator program rehabilitasi sosial yang akan
dilaksanakan memiliki agenda/jadwal pada setiap tahunnya disajikan pada tabel
berikut :
Tabel 4.7
Tanggapan Responden Mengenai Agenda atau Jadwal Pelaksanaan
Program Rehabilitasi Sosial
Sumber : Item Pertanyaan Nomor 4
Berdasarkan tabel 4.7, diketahui dari 42 responden didominasi oleh
tanggapan sangat baik sebanyak 19 responden atau sebanyak 45.2% dan
tanggapan baik sebanyak 16 responden atau sebanyak 38.1%. Hal ini
menunjukkan bahwa agenda atau jadwal pelaksanaan program rehabilitasi sosial
telah dilaksanakan oleh BP2S Provinsi Banten sebagaimana yang tercatat dalam
rencana kerja yang ada meski terdapat beberapa agenda yang dilaksanakan tidak
sesuai jadwal seharusnya.
Tanggapan responden atas indikator program rehabilitasi sosial yang akan
dilaksanakan memiliki lama waktu pelaksanaan kegiatan yang cukup disajikan
pada tabel berikut :
1916
4 3
0
5
10
15
20
SB B TB STB
56
Tabel 4.8
Tanggapan Responden Mengenai Lama Waktu Pelaksanaan Kegiatan
Sumber : Item Pertanyaan Nomor 5
Berdasarkan tabel 4.8, diketahui dari 42 responden didominasi oleh
tanggapan sangat baik sebanyak 22 responden atau sebanyak 52.4% dan
tanggapan baik sebanyak 12 responden atau sebanyak 28.6%. Hal ini
menunjukkan bahwa lama waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan kegiatan
program rehabilitasi sosial dengan memberikan pelatihan keterampilan kepada
para peserta dianggap sudah sesuai, yaitu kurang lebih 1 bulan lamanya.
Tanggapan responden atas indikator program rehabilitasi sosial
dilaksanakan sesuai dengan sasaran pelaksanaan (peserta program rehabilitasi
sosial) yang telah ditetapkan disajikan pada tabel berikut :
22
12
53
0
5
10
15
20
25
SB B TB STB
57
Tabel 4.9
Tanggapan Responden Mengenai Sasaran Pelaksanaan
Program Rehabilitasi Sosial
Sumber : Item Pertanyaan Nomor 7
Berdasarkan tabel 4.9, diketahui dari 42 responden didominasi oleh
tanggapan sangat baik sebanyak 17 responden atau sebanyak 40.5% dan
tanggapan baik sebanyak 15 responden atau sebanyak 35.7%. Hal ini
menunjukkan bahwa sasaran program rehabilitasi sosial sudah dianggap tepat
sasaran yang meliputi kategori PMKS Gepeng/MMR, Napza, WTS dan RPS yang
umumnya berasal dari hasil razia yang dilakukan oleh Dinas Sosial maupun
instansi lainnya yang terkait.
Tanggapan responden atas indikator program rehabilitasi sosial
dilaksanakan sesuai dapat memberikan manfaat kepada sasaran program
rehabilitasi sosial disajikan pada tabel berikut :
1715
7
3
0
5
10
15
20
SB B TB STB
58
Tabel 4.10
Tanggapan Responden Mengenai Program Rehabilitasi Sosial
Dapat Memberikan Manfaat Kepada Peserta
Sumber : Item Pertanyaan Nomor 8
Berdasarkan tabel 4.10, diketahui dari 42 responden didominasi oleh
tanggapan sangat baik sebanyak 14 responden atau sebanyak 33.3% dan
tanggapan baik sebanyak 10 responden atau sebanyak 23.8%. Hal ini
menunjukkan bahwa peserta yang mengikuti program rehabilitasi sosial
mendapatkan banyak manfaat, khususnya keterampilan kerja seperti keterampilan
perbengkelan, perkayuan, service hp dan lain sebagainya.
Tanggapan responden atas indikator peserta program rehabilitasi sosial
memenuhi kriteria untuk dinyatakan memiliki keterampilan kerja yang diberikan
selama mengikuti pelaksanaan kegiatan disajikan pada tabel berikut :
14
1011
7
0246810121416
SB B TB STB
59
Tabel 4.11
Tanggapan Responden Mengenai Peserta Program Rehabilitasi Sosial
Memenuhi Kriteria Dinyatakan Keterampilan Kerja
Sumber : Item Pertanyaan Nomor 9
Berdasarkan tabel 4.11, diketahui dari 42 responden didominasi oleh
tanggapan sangat baik sebanyak 23 responden atau sebanyak 54.8% dan
tanggapan baik sebanyak 13 responden atau sebanyak 31.0%. Hal ini
menunjukkan bahwa peserta yang telah mengikuti program rehabilitasi sosial
yang dilaksanakan oleh BP2S Provinsi Banten dinyatakan memenuhi kriteria
keterampilan kerja yang dapat digunakan untuk mencari pekerjaan maupun
berwirausaha.
Tanggapan responden atas indikator pelaksanaan evaluasi dilakukan setiap
program rehabilitasi sosial telah selesai dilaksanakan disajikan pada tabel berikut :
23
13
42
0
5
10
15
20
25
SB B TB STB
60
Tabel 4.12
Tanggapan Responden Mengenai Pelaksanaan Evaluasi
Dilakukan Secara Berkala
Sumber : Item Pertanyaan Nomor 10
Berdasarkan tabel 4.12, diketahui dari 42 responden didominasi oleh
tanggapan sangat baik sebanyak 17 responden atau sebanyak 40.5% dan
tanggapan baik sebanyak 10 responden atau sebanyak 23.8%. Hal ini
menunjukkan bahwa pegawai yang bekerja di BP2S Provinsi Banten umumnya
melakukan evaluasi untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan dari program
rehabilitasi sosial yang dilaksanakan melalui kegiatan pelatihan keterampilan.
Tanggapan responden atas indikator pelaksanaan evaluasi menjadi masukan
untuk menyempurnakan rencana kerja yang ada disajikan pada tabel berikut :
17
108 7
0
5
10
15
20
SB B TB STB
61
Tabel 4.13
Tanggapan Responden Mengenai Evaluasi Menjadi Masukan
Untuk Menyempurnakan Rencana Kerja
Sumber : Item Pertanyaan Nomor 11
Berdasarkan tabel 4.13, diketahui dari 42 responden didominasi oleh
tanggapan sangat baik sebanyak 21 responden atau sebanyak 50% dan tanggapan
baik sebanyak 15 responden atau sebanyak 35.7%. Hal ini menunjukkan bahwa
evaluasi dari pelaksanaan program rehabilitasi sosial akan digunakan sebagai
bahan masukan untuk memperbaiki teknis pelaksanaan kegiatan pelatihan
keterampilan dan jika memungkinkan menjadi masukan untuk menyempurnakan
rencana kerja.
Tanggapan responden atas indikator BP2S Provinsi Banten dapat
berkoordinasi dengan instansi pemerintah terkait dalam melaksanakan program
rehabilitasi sosial disajikan pada tabel berikut :
21
15
3 3
0
5
10
15
20
25
SB B TB STB
62
Tabel 4.14
Tanggapan Responden Mengenai Koordinasi Dengan Instansi Terkait
Sumber : Item Pertanyaan Nomor 13
Berdasarkan tabel 4.14, diketahui dari 42 responden didominasi oleh
tanggapan sangat baik sebanyak 15 responden atau sebanyak 35.7% dan
tanggapan baik sebanyak 14 responden atau sebanyak 33.3%. Hal ini
menunjukkan bahwa BP2S Provinsi Banten dalam melaksanakan program
rehabilitasi sosial dianggap dapat menjalin koordinasi dengan baik kepada Dinas
Sosial yang berperan menyalurkan calon peserta program rehabilitasi sosial.
Tanggapan responden atas indikator sumberdaya yang dimiliki BP2S
Provinsi Banten dinyatakan cukup untuk melaksanakan program rehabiliasi sosial
disajikan pada tabel berikut :
1514
9
4
0246810121416
SB B TB STB
63
Tabel 4.15
Tanggapan Responden Mengenai Sumberdaya yang dimiliki
dinyatakan Cukup untuk Melaksanakan Program Rehabilitasi Sosial
Sumber : Item Pertanyaan Nomor 15
Berdasarkan tabel 4.15, diketahui dari 42 responden didominasi oleh
tanggapan tanggapan baik sebanyak 17 responden atau sebanyak 40.5% dan
sangat baik sebanyak 15 responden atau sebanyak 35.7%. Hal ini menunjukkan
bahwa sumberdaya yang dimiliki oleh BP2S Provinsi Banten dianggap telah
mencukupi untuk dapat melaksanakan program rehabilitasi sosial pada setiap
periodenya, baik sumberdaya manusia, sumberdaya finansial maupun sarana dan
prasana lainnya.
Tanggapan responden atas indikator ketersediaan pendanaan yang
mencukupi untuk melaksanakan program rehabilitasi sosial disajikan pada tabel
berikut :
1517
64
0
5
10
15
20
SB B TB STB
64
Tabel 4.16
Tanggapan Responden Mengenai Ketersediaan Biaya
Pelaksanaan Program Rehabilitasi Sosial
Sumber : Item Pertanyaan Nomor 17
Berdasarkan tabel 4.16, diketahui dari 42 responden didominasi oleh
tanggapan sangat baik sebanyak 18 responden atau sebanyak 42.9% dan
tanggapan baik sebanyak 17 responden atau sebanyak 40.5%. Hal ini
menunjukkan bahwa biaya yang dibutuhkan untuk mendanai pelaksanaan
program rehabilitasi sosial dianggap mencukupi yang bersumber dari yang
diperoleh BP2S Provinsi Banten.
Tanggapan responden atas indikator ketersediaan ruangan/kelas pelaksanaan
program rehabilitasi sosial dalam kondisi fisik yang layak disajikan pada tabel
berikut :
18 17
3 4
0
5
10
15
20
SB B TB STB
65
Tabel 4.17
Tanggapan Responden Mengenai Kelayakan Ruangan Kelas
Pelaksanaan Program Rehabilitasi Sosial
Sumber : Item Pertanyaan Nomor 18
Berdasarkan tabel 4.17, diketahui dari 42 responden didominasi oleh
tanggapan sangat baik sebanyak 19 responden atau sebanyak 45.2% dan
tanggapan baik sebanyak 14 responden atau sebanyak 33.3%. Hal ini
menunjukkan bahwa pelaksanaan program rehabilitasi sosial melalui kegiatan
pelatihan keterampilan memiliki ruangan kelas sebagai tempat pembelajaran yang
mencukupi meski sebenarnya ruangan tersebut membutuhkan rehabilitasi atau
perbaikan pada bagian-bagian tertentu.
Tanggapan responden atas indikator ruangan/kelas pelaksanaan program
rehabilitasi sosial mencukupi jumlah peserta yang ada disajikan pada tabel
berikut:
19
14
6
3
0
5
10
15
20
SB B TB STB
66
Tabel 4.18
Tanggapan Responden Mengenai Ruangan Kelas Mencukupi
Jumlah Peserta Program Rehabilitasi Sosial
Sumber : Item Pertanyaan Nomor 19
Berdasarkan tabel 4.18, diketahui dari 42 responden didominasi oleh
tanggapan sangat baik sebanyak 17 responden atau sebanyak 40.5% dan
tanggapan baik sebanyak 15 responden atau sebanyak 35.7%. Hal ini
menunjukkan bahwa ruangan kelas sebagai tempat pelaksanaan program
rehabilitasi sosial melalui kegiatan pelatihan keterampilan mampu menampung
jumlah peserta yang ada meski sebenarnya ruangan tersebut membutuhkan
penambahan ruangan baru, khususnya untuk ruangan praktek.
Tanggapan responden atas indikator alat praktek yang digunakan dalam
kondisi yang layak pakai atau tidak rusak disajikan pada tabel berikut :
1715
7
3
0
5
10
15
20
SB B TB STB
Tabel 4.19
Tanggapan Responden Mengenai Alat Praktek Dalam Kondisi Layak
Sumber : Item Pertanyaan Nomor 21
Berdasarkan tabel 4.19, diketahui dari 42 responden didominasi oleh
tanggapan sangat baik sebanyak 13 responden atau sebanyak 31.0% dan
tanggapan baik sebanyak 11 responden atau sebanyak 26.2%. Hal ini
menunjukkan bahwa dalam pelaksanaan program rehabilitasi sosial melalui
kegiatan pelatihan keterampilan didukung oleh alat praktek untuk menunjang
kegiatan pembelajaran yang berada dalam kondisi layak pakai.
Tanggapan responden atas indikator seluruh pegawai dapat bekerjasama
sesuai bidang/bagiannya disajikan pada tabel berikut :
Tabel 4.20
Tanggapan Responden Mengenai Pegawai Dapat Bekerjasama
Sumber : Item Pertanyaan Nomor 22
1311
4
14
0
5
10
15
SB B TB STB
19
15
4 4
0
5
10
15
20
SB B TB STB
67
68
Berdasarkan tabel 4.20, diketahui dari 42 responden didominasi oleh
tanggapan sangat baik sebanyak 19 responden atau sebanyak 45.2% dan
tanggapan baik sebanyak 15 responden atau sebanyak 35.7%. Hal ini
menunjukkan bahwa pegawai yang bekerja di BP2S Provinsi Banten dalam
melaksanakan program rehabilitasi sosial selama ini dianggap memiliki kerjasama
dan koordinasi antar pegawai yang bekerja menurut bidangnya.
Tanggapan responden atas indikator pelaksanaan program rehabilitasi sosial
dapat selesai sesuai dengan lama waktu pelaksanaan disajikan pada tabel berikut :
Tabel 4.21
Tanggapan Responden Mengenai Program Rehabilitasi Sosial
Selesai Sesuai Lama Waktu Pelaksanaan
Sumber : Item Pertanyaan Nomor 24
Berdasarkan tabel 4.21, diketahui dari 42 responden didominasi oleh
tanggapan sangat baik sebanyak 19 responden atau sebanyak 45.2% dan
tanggapan baik sebanyak 13 responden atau sebanyak 31.0%. Hal ini
menunjukkan bahwa pelaksanaan program rehabilitasi sosial yang dilakukan oleh
BP2S Provinsi Banten umumnya dapat selesai sesuai dengan waktunya kurang
lebih membutuhkan 1 bulan lamanya.
19
13
8
2
0
5
10
15
20
SB B TB STB
69
Tanggapan responden atas indikator adanya sistem pengawasan yang baik
dalam pelaksanaan program rehabilitasi sosial disajikan pada tabel berikut :
Tabel 4.22
Tanggapan Responden Mengenai Sistem Pengawasan Dalam
Pelaksanaan Program Rehabilitasi Sosial
Sumber : Item Pertanyaan Nomor 25
Berdasarkan tabel 4.23, diketahui dari 42 responden didominasi oleh
tanggapan sangat baik sebanyak 15 responden atau sebanyak 35.7% dan
tanggapan baik sebanyak 17 responden atau sebanyak 40.5%. Hal ini
menunjukkan bahwa adanya sistem pengawasan dapat membuat pelaksanaan
program rehabilitasi sosial dengan kegiatan pelatihan keterampilan meski
pengawasan yang digunakan cenderung didasarkan kepada hasil pekerjaan dari
setiap pegawai dan tim pelaksana dan masih jarang pengawasan yang dilakukan
secara langsung oleh Pimpinan kepada pegawai ketika sedang bekerja.
Tanggapan responden atas indikator pimpinan dapat mengontrol
pelaksanaan program rehabilitasi sosial yang dilakukan oleh pegawai disajikan
pada tabel berikut :
1517
64
0
5
10
15
20
SB B TB STB
70
Tabel 4.23
Tanggapan Responden Mengenai Pimpinan Dapat Mengontrol
Pelaksanaan Program Rehabilitasi Sosial
Sumber : Item Pertanyaan Nomor 26
Berdasarkan tabel 4.24, diketahui dari 42 responden didominasi oleh
tanggapan sangat baik sebanyak 18 responden atau sebanyak 42.9% dan
tanggapan baik sebanyak 16 responden atau sebanyak 38.1%. Hal ini
menunjukkan bahwa pelaksanaan program rehabilitasi sosial dengan kegiatan
pelatihan keterampilan dapat dikontrol oleh Pimpinan BP2S Provinsi Banten
maupun ketua tim pelaksana kegiatan namun cenderung hanya didasarkan kepada
hasil pekerjaan yang dilaporkan bukan kontrol atas proses pelaksanaan kegiatan.
Tanggapan responden atas indikator adanya pemberian penghargaan bagi
pegawai yang berprestasi atau melaksanakan tugasnya dengan baik disajikan pada
tabel berikut :
1816
35
0
5
10
15
20
SB B TB STB
71
Tabel 4.24
Tanggapan Responden Mengenai Pemberian Penghargaan
bagi Pegawai yang Berprestasi
Sumber : Item Pertanyaan Nomor 28
Berdasarkan tabel 4.25, diketahui dari 42 responden didominasi oleh
tanggapan sangat baik sebanyak 21 responden atau sebanyak 50% dan tanggapan
baik sebanyak 11 responden atau sebanyak 26.2%. Hal ini menunjukkan bahwa
pemberian penghargaan kepada pegawai BP2S Provinsi Banten yang dianggap
memiliki prestasi kerja yang baik dalam hal kemampuannya melaksanakan tugas
dan pekerjaannya dengan optimal sering diberikan oleh Pimpinan, sekurang-
kurangnya pemberian penghargaan dalam bentuk ucapan atau lisan.
Tanggapan responden atas indikator adanya kegiatan pendidikan yang
diberikan kepada pegawai untuk meningkatkan kompetensi/keterampilan kerja
disajikan pada tabel berikut :
21
118
2
0
5
10
15
20
25
SB B TB STB
72
Tabel 4.25
Tanggapan Responden Mengenai Kegiatan Pendidikan Pelatihan
Bagi Pegawai untuk Meningkatkan Keterampilan Kerja
Sumber : Item Pertanyaan Nomor 29
Berdasarkan tabel 4.26, diketahui dari 42 responden didominasi oleh
tanggapan sangat baik sebanyak 17 responden atau sebanyak 40.5% dan
tanggapan baik sebanyak 15 responden atau sebanyak 35.7%. Hal ini
menunjukkan bahwa kegiatan pendidikan dan pelatihan kepada pegawai
terkadang dilaksanakan meski sifatnya lebih non formal atau pendidikan yang
dilakukan sebelum pelaksanaan program rehabilitasi sosial untuk mengasah
kembali keterampilan pegawai, khususnya tim pelaksana agar ketika memberikan
pelatihan kepada peserta program rehabilitasi sosial sesuai dengan target yang
ingin dicapai.
Tanggapan responden atas indikator pelaksanaan rotasi kerja dari para
pegawai untuk meningkatkan pengalaman kerja disajikan pada tabel berikut :
1715
7
3
0
5
10
15
20
SB B TB STB
73
Tabel 4.26
Tanggapan Responden Mengenai Rotasi Kerja Untuk Meningkatkan
Pengalaman Kerja
Sumber : Item Pertanyaan Nomor 30
Berdasarkan tabel 4.27, diketahui dari 42 responden didominasi oleh
tanggapan sangat baik sebanyak 22 responden atau sebanyak 52.4% dan
tanggapan baik sebanyak 14 responden atau sebanyak 33.3%. Hal ini
menunjukkan bahwa pelaksanaan rotasi kerja sebenarnya dibutuhkan oleh
pegawai untuk dapat meningkatkan pengalaman kerja, mempelajari keterampilan
baru maupun untuk mengurangi resiko stress kerja. Dalam hal ini rotasi kerja
tidak dilakukan secara formal atau sesuai aturan yang ditetapkan oleh instansi
terkait namun lebih non formal seperti menempatkan pegawai yang belum
memiliki pengalaman sebagai tim pelaksana diikutsertakan dalam komposisi tim
pelaksana program rehabilitasi sosial.
Tanggapan responden atas indikator pembaharuan strategi dalam proses
penjaringan peserta program rehabilitasi sosial disajikan pada tabel berikut:
22
14
64
0
5
10
15
20
25
SB B TB STB
74
Tabel 4.27
Tanggapan Responden Mengenai Pemabaharuan Strategi
Penjaringan Peserta Program Rehabilitasi Sosial
Sumber : Item Pertanyaan Nomor 31
Berdasarkan tabel 4.28, diketahui dari 42 responden didominasi oleh
tanggapan sangat baik sebanyak 15 responden atau sebanyak 35.7% dan
tanggapan baik sebanyak 17 responden atau sebanyak 40.5%. Hal ini
menunjukkan bahwa strategi yang digunakan untuk menjaring peserta yang akan
mengikuti program rehabilitasi dianggap sudah tepat meski sebenarnya strategi
tersebut dianggap sangat bergantung kepada pihak lainnya dalam pelaksanaan
serta tidak adanya peluang bagi PMKS yang ingin mendaftar sebagai peserta
secara sukarela atau dari keinginan pribadi.
Tanggapan responden atas indikator adanya pembaharuan metode dalam
pelaksanaan kegiatan pelatihan keterampilan kerja disajikan pada tabel berikut :
1517
7
3
0
5
10
15
20
SB B TB STB
75
Tabel 4.28
Tanggapan Responden Mengenai Pembaharuan Metode Pelaksanaan
Kegiatan Pelatihan Keterampilan Kerja
Sumber : Item Pertanyaan Nomor 32
Berdasarkan tabel 4.29, diketahui dari 42 responden didominasi oleh
tanggapan baik sebanyak 16 responden atau sebanyak 38.1% dan tanggapan
sangat baik sebanyak 15 responden atau sebanyak 35.7%. Hal ini menunjukkan
bahwa pembaharuan metode pelaksanaan kegiatan pelatihan keterampilan kerja
dirasakan sangat perlu untuk dilakukan mengingat dalam pelaksanaannya kegiatan
pembelajaran atau pelatihan jika diperhatikan cenderung monoton dan
membosankan sehingga akan memperkecil peluang dari si peserta untuk dapat
memahami materi pelatihan yang sedang diajarkan.
Akumulasi tanggapan responden atas item pernyataan kuesioner variabel
efektifitas program rehabilitasi sosial yang dilaksanakan oleh BP2S Provinsi
Banten disajikan pada tabel berikut :
15 16
8
3
0
5
10
15
20
SB B TB STB
76
Tabel 4.29
Akumulasi Tanggapan Responden Mengenai Efektifitas Program
Rehabilitasi Sosial di BP2S Provinsi Banten
No Deskriptor Pertanyaan Bobot Skala Likert SkorAktual1 2 3 4
P1 Rencana kerja digunakan sebagai pedomandalam melaksanakan program rehabilitasi sosial
2 8 13 19 133
P3 Sasaran yang ingin dicapai dari rencana kerjayang ada dinyatakan secara jelas/konkret
3 7 15 17 130
P4 Program rehabilitasi sosial yang akandilaksanakan memiliki agenda/jadwal padasetiap tahunnya
3 4 16 19 135
P5 Program rehabilitasi sosial yang akandilaksanakan memiliki lama waktu pelaksanaankegiatan yang cukup
3 5 12 22 137
P7 Program rehabilitasi sosial dilaksanakan sesuaidengan sasaran pelaksanaan (peserta programrehabilitasi sosial) yang telah ditetapkan
3 7 15 17 130
P8 Program rehabilitasi sosial dilaksanakan sesuaidapat memberikan manfaat kepada sasaranprogram rehabilitasi sosial
7 11 10 14 115
P9 Peserta program rehabilitasi sosial memenuhikriteria untuk dinyatakan memilikiketerampilan kerja yang diberikan selamamengikuti pelaksanaan kegiatan
2 4 13 23 141
P10 Pelaksanaan evaluasi dilakukan setiap programrehabilitasi sosial telah selesai dilaksanakan
7 8 10 17 121
P11 Pelaksanaan evaluasi menjadi masukan untukmenyempurnakan rencana kerja yang ada
3 3 15 21 138
P13 BP2S Provinsi Banten dapat berkoordinasidengan instansi pemerintah terkait dalammelaksanakan program rehabilitasi sosial
4 9 14 15 124
P15 Sumberdaya yang dimiliki BP2S ProvinsiBanten dinyatakan cukup untuk melaksanakanprogram rehabiliasi sosial
4 6 17 15 127
P17 Ketersediaan pendanaan yang mencukupi untukmelaksanakan program rehabilitasi sosial
4 3 17 18 133
P18 Ketersediaan ruangan/kelas pelaksanaanprogram rehabilitasi sosial dalam kondisi fisikyang layak
3 6 14 19 133
P19 Ruangan/kelas pelaksanaan program rehabilitasisosial mencukupi jumlah peserta yang ada
3 7 15 17 130
P21 Alat praktek yang digunakan dalam kondisiyang layak pakai atau tidak rusak
14 4 11 13 107
P22 Seluruh pegawai dapat bekerjasama dalammelaksanakan program rehabilitasi sosial sesuaibidang/bagiannya
4 4 15 19 133
77
No Deskriptor Pertanyaan Bobot Skala Likert SkorAktual1 2 3 4
P24 Pelaksanaan program rehabilitasi sosial dapatselesai sesuai dengan lama waktu pelaksanaan
2 8 13 19 133
P25 Adanya sistem pengawasan yang baik dalampelaksanaan program rehabilitasi sosial
4 6 17 15 127
P26 Pimpinan dapat mengontrol pelaksanaanprogram rehabilitasi sosial yang dilakukan olehpegawai
5 3 16 18 131
P28 Adanya pemberian penghargaan bagi pegawaiyang berprestasi atau melaksanakan tugasnyadengan baik
2 8 11 21 135
P29 Adanya kegiatan pendidikan yang diberikankepada pegawai untuk meningkatkankompetensi/keterampilan kerja
3 7 15 17 130
P30 Pelaksanaan rotasi kerja dari para pegawaiuntuk meningkatkan pengalaman kerja
4 6 14 22 146
P31 Adanya pembaharuan strategi dalam prosespenjaringan peserta program rehabilitasi sosial
3 7 17 15 128
P32 Adanya pembaharuan metode dalampelaksanaan kegiatan pelatihan keterampilankerja
3 8 16 15 127
Total 95 149 341 427 3.124
Sumber : Data Primer Diolah, 2016
Berdasarkan tabel 4.30, diketahui indikator yang memiliki skor terendah
sebesar 107 pada item pernyataan alat praktek yang digunakan dalam kondisi
yang layak pakai atau tidak rusak sedangkan skor tertinggi sebesar 146 pada item
pernyataan pelaksanaan rotasi kerja dari para pegawai untuk meningkatkan
pengalaman kerja dengan total skor aktual sebesar 3.124.
Untuk lebih jelasnya bagaimana efektifitas program rehabilitasi sosial di
BP2S Provinsi Banten saat ini dianalisis berdasarkan hasil skoring jawaban dari
responden sebagai berikut :
78
Jumlah skor sebesar 427 untuk yang menjawab SB = 427 x 4 = 1.708
Jumlah skor sebesar 341 untuk yang menjawab B = 341 x 3 = 1.023
Jumlah skor sebesar 149 untuk yang menjawab TB = 149 x 2 = 298
Jumlah skor sebesar 95 untuk yang menjawab STB = 95 x 1 = 95
Jumlah = 3.124
Jumlah skor tertinggi = 4 x 24 x 42 = 4.032
Jumlah skor rendah = 1 x 24 x 42 = 1.008
Sugiyono (2011:56) mengemukakan pengukuran secara kontinum pada
variabel efektifitas program rehabilitasi sosial dapat digambarkan sebagai berikut:
Sangat Tidak Baik Tidak Baik Baik Sangat Baik
1.008 2.016 3.024 4.032
3.124
Gambar 4.4.
Pengukuran Efektifitas Program Rehabilitasi Sosial Secara Kontinum
Berdasarkan data yang diperoleh dari responden penelitian, maka total skor
aktual sebesar 3.124 menunjukkan bahwa efektifitas program rehabilitasi sosial
yang dilaksanakan oleh Balai Pemulihan dan Pengembangan Sosial (BP2S)
Provinsi Banten menurut tanggapan responden dalam penelitian ini masih berada
pada kategori yang “baik”.
79
4.3 Pengujian Hipotesis
Selanjutnya, guna memperoleh kesimpulan atas hipotesis yang diajukan
pada bagian sebelumnya, uji hipotetis perlu dilakukan untuk keperluan tersebut.
Dalam hal ini, formula z-test digunakan untuk menguji hipotetis deskriptif
terhadap variabel dengan jenis data interval dan berasumsi normal, jumlah sampel
lebih dari 30 (N = 42 responden). Dengan menggunakan alat bantu program
statistik SPSS versi 17 diperoleh harga-harga statistik deskriptif sebagai berikut :
Tabel 4.54
Harga-harga Statistik DeskriptifOne-Sample Statistics
N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Efektifitas Program
Rehabilitasi Sosial
42 68.65495 13.299420 2.052145
Selanjutnya harga-harga rerata (Mean), simpangan baku (std. Deviation),
nilai yang dihipotesiskan () sebesar 2.620 yaitu 65 persen dari total skor ideal
yang mungkin diperoleh yaitu sebesar 4.032; dan jumlah sampel (N) dimasukkan
ke dalam rumus uji z sebagai berikut :
Diperoleh nilai zhitung sebesar 11,264. Sementara nilai ztabel dengan tingkat
kesalahan sebesar (0,05) diketahui sebesar 1,96. Dengan menggunakan uji satu
sisi (one-tailed), jika zhitung > nilai ztabel maka H0 ditolak dan Ha diterima.
80
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa nilai zhitung (11,264) > nilai ztabel (1,96)
pada taraf kepercayaan 95%, maka dengan “Ha dapat diterima”. Dengan kata
lain, hipotesis yang menyatakan bahwa efektifitas program rehabilitasi sosial di
Balai Pemulihan dan Pengembangan Sosial (BP2S) Provinsi Banten dinyatakan
efektif apabila mendapatkan penilaian lebih besar dari 65 persen dapat dibuktikan
kebenarannya secara ilmiah.
Kemudian untuk mengetahui prosentase efektifitas program rehabilitasi
sosial di Balai Pemulihan dan Pengembangan Sosial (BP2S) Provinsi Banten
menggunakan rumus sebagai berikut :
Prosentase Disiplin = Total Skor Aktual x 100%
Skor Tertinggi / Skor Ideal
Maka, = 3.124 x 100%
4.032
= 0,7748 x 100%
= 77,48%
Dengan demikian, prosentase penilaian responden berkaitan dengan
efektifitas program rehabilitasi sosial di Balai Pemulihan dan Pengembangan
Sosial (BP2S) Provinsi Banten sebesar 77,48%. Hasil prosentase ini
berkesesuaian dengan hasil pengujian hipotesis penelitian, dimana efektifitas
program rehabilitasi sosial di Balai Pemulihan dan Pengembangan Sosial (BP2S)
Provinsi Banten dinyatakan efektif apabila mendapatkan penilaian lebih besar dari
65 persen.
81
4.4 Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis, diketahui bahwa efektifitas program rehabilitasi
sosial yang dilaksanakan oleh Balai Pemulihan dan Pengembangan Sosial (BP2S)
Provinsi Banten menurut tanggapan responden dalam penelitian ini berada pada
kategori yang “baik”. Prosentase penilaian responden berkaitan dengan efektifitas
program rehabilitasi sosial di BP2S Provinsi Banten sebesar 78,84% yang selaras
dengan hasil pengujian hipotesis penelitian, dimana efektifitas program
rehabilitasi sosial di BP2S Provinsi Banten dinyatakan efektif apabila
mendapatkan penilaian lebih besar dari 65 persen.
Masalah kesejahteraan sosial yang terjadi dewasa ini dilatarbelakangi oleh
arus perubahan lingkungan yang sedemikian cepatnya namun tidak dapat
diimbangi oleh kemampuan individu masyarakat maupun keterbatasan
kemampuan pemerintah daerah dalam melaksanakan program pembangunan yang
berimplikasi terhadap kesejahteraan rakyat. Ketidakmampuan individu
masyarakat ditunjukkan dari tingkat pendidikan, daya saing kerja dan faktor
psikologis lainnya seperti motivasi kerja yang kurang baik membuat individu
masyarakat tersebut berpotensi menjadi penyandang masalah kesejahteraan sosial
(PMKS) yang diantaranya seperti gelandangan dan pengemis (gepeng), anak
terlantar, keluarga dengan rumah tidak layak huni, komunitas anak jalanan
(komunitas punk), pekerja seks komersial (PSK) dan pedagang kaki lima yang
berpotensi menimbulkan keresahan di lingkungan masyarakat dan melanggar
hukum seperti penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan serta praktek prostitusi.
82
Salah satu upaya dalam menangani permasalahan sosial kemasyarakatan
yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Banten adalah dengan melakukan
program rehabilitasi sosial yang dilakukan oleh Balai Pemulihan dan
Pengembangan Sosial (BP2S) Provinsi Banten yang saat ini berkedudukan di
Kabupaten Lebak. BP2S Provinsi Banten adalah Unit Pelaksana Teknis (UPT)
dibawah Dinas Sosial Provinsi Banten yang diatur dalam Peraturan Daerah No 3
tahun 2012 tentang Pembentukan Organisasi Perangkat Daerah Balai Pemulihan
dan Pengembangan Sosial. BP2S Provinsi Banten dibangun sejak tahun 1983
berdasarkan Surat Keputusan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor
95/DIR/2/KAK/IV/83 tanggal 1 Juni 1983 yang saat itu Banten masih menjadi
bagian dari Provinsi Jawa Barat.
Program rehabilitasi sosial yang dilakukan oleh Balai Pemulihan dan
Pengembangan Sosial (BP2S) Provinsi Banten merupakan amanat Perda Provinsi
Banten Nomor 8 Tahun 2010 Tentang Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial.
Pada pasal 1 ayat 8 menyatakan penyelenggaraan kesejahteraan sosial upaya yang
terarah, terpadu dan berkelanjutan yang dilakukan pemerintah, pemerintah daerah
dan masyarakat dalam bentuk pelayanan sosial guna memenuhi kebutuhan dasar
setiap warga negara yang meliputi rehabilitasi sosial, jaminan sosial,
pemberdayaan sosial dan perlindungan sosial. Berdasarkan Perda tersebut,
diketahui bahwa salah satu upaya penyelenggaraan kesejahteraan sosial
diantaranya dengan melaksanakan rehabilitasi sosial.
83
Melalui pelaksanaan program rehabilitasi sosial diharapkan dapat
memberikan manfaat bagi peserta program rehabilitasi sosial berupa peningkatan
pengetahuan dan keterampilan yang sifatnya praktis untuk tujuan tertentu yang
berhubungan dengan tugas atau pekerjaan yang dilakukan yang dapat mengatasi
permasalahan dalam kehidupannya sehari-hari. Sasaran program rehabilitasi
sosial yang dilaksanakan oleh Balai Pemulihan dan Pengembangan Sosial (BP2S)
Provinsi Banten adalah Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) dari
berbagai kategori yang meliputi gelandangan dan pengemis (gepeng), remaja
putus sekolah, pecandu narkoba dan zat adiktif lainnya (napza) dan pekerja seks
komersial atau wanita tuna susila (WTS).
PMKS yang tercatat sebagai peserta program rehabilitasi sosial kemudian
akan diberikan pelatihan keterampilan kerja selama kurang lebih 30 hari dengan
berbagai jurusan yang disediakan oleh BP2S Provinsi Banten. Apabila
pelaksanaan program rehabilitasi sosial dapat dilaksanakan dengan efektif maka
keberhasilan BP2S Provinsi Banten dalam mencapai tujuan program rehabilitasi
sosial, yakni mengajarkan keterampilan dan kemandirian kepada para peserta
serta dapat berkompetisi dalam dunia kerja agar tercipta peningkatan taraf
kesejahteraan sosial di lingkungan masyarakatnya.
84
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, maka penulis membuat kesimpulan yaitu
efektifitas program rehabilitasi sosial yang dilaksanakan oleh Balai Pemulihan dan
Pengembangan Sosial (BP2S) Provinsi Banten menurut tanggapan responden
dalam penelitian ini berada pada kategori yang “baik” dengan nilai prosentase
efektifitas pelaksanaan program rehabilitasi sosial di BP2S Provinsi Banten
mencapai sebesar 78,84%.
Hasil pengujian hipotesis, diketahui jika zhitung (11,264) > ztabel (1,96) maka
H0 ditolak dan Ha diterima. Artinya efektifitas program rehabilitasi sosial di Balai
Pemulihan dan Pengembangan Sosial (BP2S) Provinsi Banten dinyatakan efektif
karena mendapatkan penilaian lebih besar dari 65 persen
5.2 Saran-saran
Berdasarkan kesimpulan tersebut diatas, maka penulis dapat memberikan
beberapa saran sebagai berikut :
1. Program rehabilitasi sosial yang dilaksanakan oleh BP2S Provinsi
sebaiknya disosialisasikan secara lebih terbuka kepada publik melalui
media, khususnya spanduk kegiatan. Hal ini bertujuan untuk dapat
menarik minat Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS)
yang ingin mendaftar atau mengikuti kegiatan program rehabilitasi
85
sosial karena keinginan pribadi yang mungkin saja memiliki peluang
keberhasilan lebih tinggi dibandingkan peserta yang menjadi peserta
program rehabilitasi sosial dari hasil razia yang dilakukan oleh Dinas
Sosial Kabupaten dan instansi terkait lainnya.
2. BP2S Provinsi Banten diharapkan agar dapat melakukan kegiatan
pembinaan lanjutan kepada peserta yang telah selesai mengikuti
program rehabilitasi sosial untuk mengetahui sejauhmana
keterampilan yang telah dimiliki oleh dapat digunakan untuk bekerja
maupun berwirausaha.
3. BP2S Provinsi Banten diharapkan agar dapat membangun kemitraan
dengan perusahaan-perusahaan maupun tempat usaha sebagai tempat
menyalurkan lulusan program rehabilitasi sosial. Hal ini dapat
bermanfaat dalam memperkecil peluang lulusan tersebut kembali
menjadi PMKS.
DAFTAR PUSTAKA
Amung, Hamalik. 2011. Manajemen Pelatihan Ketenagakerjaan. Jakarta. Bumi Aksara.
BP2S Provinsi Banten, 2015. Profil Organisasi Balai Latihan dan Pemulihan Sosial;Evaluasi dan Penyusunan Rencana Kerja. Banten.
Chusway, Rodney. 2011. Genius Learning Strategy: Petunjuk Praktis UntukMenerapkan Accelerated Learning. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama.
Dessler, Garry. 2012. Manajemen Sumberdaya Manusia. Jakarta. Prehalindo.
Dunnete, 2006. Approaches to training and development. New Jersey. Graw Mc’Hill.
Effendy, Onong Uchjana. 2010. Ilmu Teori dan Filsafat Ilmu Komunikasi. Bandung.Remaja Rosdakarya.
Fluitman, Fred. 2005. Vocational Education and Training Reform. New York. OxfordUniversity.
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS. Semarang.Badan Penerbit Universitas Dipenogoro.
Gordon, Frieudman. 2004. Training Strategies. New Jersey. Prentice Hall.
Hasibuan, Malayu. 2011. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta. Bumi Aksara.
Instruksi Presiden Nomor 15 Tahun 1974 Tentang Petunjuk Pelaksanaan PendidikanDasar, Menengah dan Atas.
Kurniawan. 2011. Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Bandung. RefikaAdhitama.
Marzuki, Saleh. 2012. Strategi dan Model Pelatihan. Jakarta. Kalam Mulia.
Mathis, John. 2002. Manajemen Sumber Daya. Jakarta. Salemba Empat.
Muhidin, Abdurahman. 2007. Analisis Korelasi, Regresi dan Jalur dalam Penelitian.Bandung. Pustaka Setia.
Mulyadi, 2009. Penilaian Pelatihan; Bimbingan Belajar. Jakarta. Salemba Empat.
Musafir. 2009. Metode dan Teknik Pembelajaran. Jakarta. Ghalia Indonesia.
Nedler. 2010. Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia. Jakarta. Ghalia Indonesia.
Nurhalis, Bahcri. 2007. Psikologi Belajar. Jakarta. Rineka Cipta.
Peraturan Daerah No 3 tahun 2012 Tentang Pembentukan Organisasi Perangkat DaerahBalai Pemulihan dan Pengembangan Sosial.
Perda Provinsi Banten Nomor 8 Tahun 2010 Tentang Penyelenggaraan KesejahteraanSosial.
Rivai, Veithzal. 2011. Manajemen Sumberdaya Manusia Untuk Perusahaan. Jakarta.Raja Grafindo Persada.
Robbins, Stephen & Mary Coulter. 2012. Manajemen. Jakarta. Erlangga.
Saembodo. 2009. Pengantar Pelatihan Keterampilan; Kerangka Dasar MemasukiDunia Bisnis. Yogyakarta. BPFE UGM.
Salmah, Ninin Non Ayu. 2012. Analisis Program Pelatihan dan PengembanganPegawai Terhadap Kompetensi Pegawai Pada PT. Muba Electric Power Sekayu.Jurnal Jenius. Vol 2 Nomor 3 September.
Sembiring, M. Noor. 2010. Mengukur Efektifitas Pelaksanaan Program Pendidikan danPelatihan dengan Menggunakan Analisis Kepentingan dan Kinerja. JurnalTranspor. Vol 28 Nomor 1 Juni.
Siagian, Sondang. 2011. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta. Bumi Aksara.
Silalahi, GJ. 2008. Kesempatan Wirausaha bagi Lulusan Perguruan Tinggi. Jakarta.Intermedia.
Soewarno. 2011. Membina Sikap Mental Wirausaha. Jakarta. Gunung Jati.
Sugiyono, 2011. Metode Penelitian Bisnis. Bandung. Alfabeta.
Surat Keputusan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 95/DIR/2/KAK/IV/83tanggal 1 Juni 1983.
Susanto. 2008. Manajemen Sumberdaya Manusia; Konsep, Teori dan Pengembangandalam Konteks Organisasi Publik. Yogyakarta. Graha Ilmu.
Sutarto. 2009. Dasar – dasar Organisasi. Jakarta. Gunung Agung.
Syafi’i. 2008. Ilmu Administrasi Negara. Jakarta. Rineka Cipta.
Taliziduhu, Ndraha. 2011. Metodologi Pemerintahan Indonesia. Jakarta. Bina Aksara.
Thoha, Miftah. 2008. Ilmu Administrasi Negara. Jakarta. Raja Biro Findo Persada.
Undang – undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Sosial.
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
Euis Trisnawati, lahir di Pandeglang, 29 Agustus 1992, merupakan anak pertama
dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Encep dan Ibu Oneng. Agama Islam,
Kewarganegaraan Indonesia, Alamat Jl. Gunung Karang Rt 05 RW 06 Kampung
Cihaseum Kecamatan Pandeglang Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten.
Menyelesaikan pendidikan di SD Negeri 8 Pandeglang tahun 2003, tamat SMP
Negeri 4 Pandeglang tahun 2006, tamat SMA Negeri 2 Pandeglang tahun 2009
dan di tahun yang sama menempuh kuliah di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa sampai
dengan saat ini.
KUESIONER PENELITIAN
EFEKTIFITAS PROGRAM REHABILITASI SOSIAL DI BALAI
PEMULIHAN DAN PENGEMBANGAN SOSIAL PROVINSI BANTEN
TAHUN 2016
Serang, Juli 2016
Kepada Yth,
Bapak/Ibu/Saudara/i Responden
Di-
Tempat
Bersamaan dengan ini, saya mahasiswa Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
(UNTIRTA) yang sedang melakukan penelitian skripsi memohon kesediaan
Bapak/Ibu/Saudara/i untuk dapat membantu dan meluangkan waktu guna menjawab
pertanyaan atau pernyataan sebagaimana terlampir. Pertanyaan atau pernyataan
tersebut mengungkap efektifitas program rehabilitasi sosial yang dilaksanakan oleh
Balai Pemulihan dan Pengembangan Sosial (BP2S) Provinsi Banten.
Data yang diperoleh akan digunakan dalam rangka menyusun skripsi untuk
memenuhi salah satu syarat untu memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Program Studi Ilmu Administrasi Negara
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Kerahasiaan identitas Bapak/Ibu/Saudara/i
terjamin dan data ini hanya dipergunakan untuk kepentingan akademis semata.
Diharapkan kuisioner ini dapat dijawab seluruhnya, mengingat objektifitas
penelitian akan sangat bergantung dari pengisian kuisioner ini. Atas kesediaan
Bapak/Ibu/Saudara/i membantu proses penelitian ini, saya ucapkan terima kasih.
Hormat saya,
Euis TrisnawatiNIM. 6661091507
Identitas Responden
Harap responden mengisi dengan sebenarnya
1. Nama : ……………………………. (dapat menggunakan inisial)
2. Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan
3. Usia : ……………………. Tahun
4. Masa Kerja : ……………………. Tahun
5. Pendidikan : Diploma S-1 S-2 Lainnya ………...
Petunjuk Pengisian
1 Bacalah setiap pertanyaan/pernyataan dengan teliti, bila ada yang tidak
dimengerti harap untuk bertanya kepada peneliti.
2 Berilah tanda “cheklist” (√) pada jawaban yang tersedia sesuai dengan
pilihan dari bapak/ibu/saudara/i.
3 Harap mengisi semua pertanyaan/pernyataan yang ada.
Keterangan Jawaban
1. Jawaban Sangat Setuju/Sangat Baik (SS/SB) diberi nilai 4
2. Jawaban Setuju/Baik (S/B) diberi nilai 3
3. Jawaban Tidak Setuju/Tidak Baik (TS/TB) diberi nilai 2
4. Jawaban Sangat Tidak Setuju/Sangat Tidak Baik (STS/STB) diberi nilai 1
Efektifitas Program Rehabilitasi Sosial
No Indikator / Pernyataan Jawaban PernyataanSTB TB B SB
A Rencana kerja1 Rencana kerja digunakan sebagai pedoman dalam
melaksanakan program rehabilitasi sosial2 Rencana kerja yang ada dibuat secara menyeluruh
terkait aspek-aspek pelaksanaan program3 Sasaran yang ingin dicapai dari rencana kerja yang
ada dinyatakan secara jelas/konkretB Lama waktu pelaksanaan4 Program rehabilitasi sosial yang akan dilaksanakan
memiliki agenda/jadwal pada setiap tahunnya5 Program rehabilitasi sosial yang akan dilaksanakan
memiliki lama waktu pelaksanaan kegiatan yangcukup
C Pencapaian sasaran6 Program rehabilitasi sosial dilaksanakan sesuai
dengan jadwal pelaksanaan yang telah ditetapkan7 Program rehabilitasi sosial dilaksanakan sesuai
dengan sasaran pelaksanaan (peserta programrehabilitasi sosial) yang telah ditetapkan
8 Program rehabilitasi sosial dilaksanakan sesuai dapatmemberikan manfaat kepada sasaran programrehabilitasi sosial
9 Peserta program rehabilitasi sosial memenuhi kriteriauntuk dinyatakan memiliki keterampilan kerja yangdiberikan selama mengikuti pelaksanaan kegiatan
D Evaluasi program10 Pelaksanaan evaluasi dilakukan setiap program
rehabilitasi sosial telah selesai dilaksanakan11 Pelaksanaan evaluasi menjadi masukan untuk
menyempurnakan rencana kerja yang ada12 Pelaksanaan evaluasi menjadi masukan untuk
meningkatkan efektifitas tim pelaksana kegiatanE Proses sosialisasi13 BP2S Provinsi Banten dapat berkoordinasi dengan
instansi pemerintah terkait dalam melaksanakanprogram rehabilitasi sosial
14 BP2S Provinsi Banten melakukan sosialisasi kepadapublik, khususnya PMKS yang berkeinginanmendaftar sebagai peserta program rehabilitasi sosial
F Penggunaan sumberdaya15 Sumberdaya yang dimiliki BP2S Provinsi Banten
dinyatakan cukup untuk melaksanakan programrehabiliasi sosial
No Indikator / Pernyataan Jawaban PernyataanSTB TB B SB
16 Ketersediaan sumberdaya manusia (pegawai) yangmelaksanakan program rehabilitasi sosial
17 Ketersediaan pendanaan yang mencukupi untukmelaksanakan program rehabilitasi sosial
G Sarana prasarana kerja18 Ketersediaan ruangan/kelas pelaksanaan program
rehabilitasi sosial dalam kondisi fisik yang layak19 Ruangan/kelas pelaksanaan program rehabilitasi
sosial mencukupi jumlah peserta yang ada20 Alat praktek yang digunakan dalam jumlah yang
mencukupi jumlah peserta21 Alat praktek yang digunakan dalam kondisi yang
layak pakai atau tidak rusakH Pelaksanaan program22 Seluruh pegawai dapat bekerjasama dalam
melaksanakan program rehabilitasi sosial sesuaibidang/bagiannya
23 Tim pelaksana dapat melaksanakan kegiatan pelatihanketerampilan kerja kepada peserta programrehabilitasi sosial
24 Pelaksanaan program rehabilitasi sosial dapat selesaisesuai dengan lama waktu pelaksanaan
I Sistem pengawasan / pengendalian25 Adanya sistem pengawasan yang baik dalam
pelaksanaan program rehabilitasi sosial26 Pimpinan dapat mengontrol pelaksanaan program
rehabilitasi sosial yang dilakukan oleh pegawai27 Adanya pemberian sanksi bagi pegawai yang
terindikasi tidak melaksanakan tugasnya dengan baik28 Adanya pemberian penghargaan bagi pegawai yang
berprestasi atau melaksanakan tugasnya dengan baikJ Pembaharuan sumberdaya
29 Adanya kegiatan pendidikan yang diberikan kepadapegawai untuk meningkatkankompetensi/keterampilan kerja
30 Pelaksanaan rotasi kerja dari para pegawai untukmeningkatkan pengalaman kerja
K Pembaharuan strategi31 Adanya pembaharuan strategi dalam proses
penjaringan peserta program rehabilitasi sosial32 Adanya pembaharuan metode dalam pelaksanaan
kegiatan pelatihan keterampilan kerja33 Adanya penanganan lanjutan bagi peserta yang telah
selesai mengikuti program rehabilitasi sosial
TERIMA KASIH ATAS PARTISIPASINYA
UJI VALIDITAS (TAHAP 1)
EFEKTIFITAS PROGRAM REHABILITASI SOSIAL
Efektifitas ProgramRehabilitasi Sosial
P1 Pearson Correlation .694**
Sig. (1-tailed) .000
N 42P2 Pearson Correlation -.171
Sig. (1-tailed) .140N 42
P3 Pearson Correlation .764**
Sig. (1-tailed) .000N 42
P4 Pearson Correlation .511**
Sig. (1-tailed) .000N 42
P5 Pearson Correlation .661**
Sig. (1-tailed) .000N 42
P6 Pearson Correlation -.122Sig. (1-tailed) .221N 42
P7 Pearson Correlation .539**
Sig. (1-tailed) .000N 42
P8 Pearson Correlation .648**
Sig. (1-tailed) .000N 42
P9 Pearson Correlation .563**
Sig. (1-tailed) .000N 42
P10 Pearson Correlation .536**
Sig. (1-tailed) .000N 42
P11 Pearson Correlation .482**
Sig. (1-tailed) .001N 42
P12 Pearson Correlation .027Sig. (1-tailed) .433N 42
P13 Pearson Correlation .489**
Sig. (1-tailed) .001N 42
P14 Pearson Correlation .122Sig. (1-tailed) .222N 42
P15 Pearson Correlation .493**
Sig. (1-tailed) .000N 42
P16 Pearson Correlation .000Sig. (1-tailed) .498N 42
P17 Pearson Correlation .539**
Sig. (1-tailed) .000N 42
P18 Pearson Correlation .362**
Sig. (1-tailed) .009N 42
P19 Pearson Correlation .764**
Sig. (1-tailed) .000N 42
P20 Pearson Correlation -.032Sig. (1-tailed) .420N 42
P21 Pearson Correlation .472**
Sig. (1-tailed) .001N 42
P22 Pearson Correlation .559**
Sig. (1-tailed) .000N 42
P23 Pearson Correlation -.078Sig. (1-tailed) .311N 42
P24 Pearson Correlation .694**
Sig. (1-tailed) .000N 42
P25 Pearson Correlation .493**
Sig. (1-tailed) .000N 42
P26 Pearson Correlation .561**
Sig. (1-tailed) .000N 42
P27 Pearson Correlation -.005Sig. (1-tailed) .487N 42
P28 Pearson Correlation .660**
Sig. (1-tailed) .000N 42
P29 Pearson Correlation .764**
Sig. (1-tailed) .000N 42
P30 Pearson Correlation .582**
Sig. (1-tailed) .000N 42
P31 Pearson Correlation .501**
Sig. (1-tailed) .000N 42
P32 Pearson Correlation .583**
Sig. (1-tailed) .000N 42
P33 Pearson Correlation .032Sig. (1-tailed) .420N 42
EfektifitasProgramRehabilitasiSosial
Pearson Correlation 1Sig. (1-tailed)N 42
UJI VALIDITAS (TAHAP 2)
EFEKTIFITAS PROGRAM REHABILITASI SOSIAL
Efektifitas ProgramRehabilitasi Sosial
P1 Pearson Correlation .752**
Sig. (1-tailed) .000
N 42P3 Pearson Correlation .828**
Sig. (1-tailed) .000N 42
P4 Pearson Correlation .564**
Sig. (1-tailed) .000N 42
P5 Pearson Correlation .629**
Sig. (1-tailed) .000N 42
P7 Pearson Correlation .587**
Sig. (1-tailed) .000N 42
P8 Pearson Correlation .640**
Sig. (1-tailed) .000N 42
P9 Pearson Correlation .530**
Sig. (1-tailed) .000N 42
P10 Pearson Correlation .547**
Sig. (1-tailed) .000N 42
P11 Pearson Correlation .570**
Sig. (1-tailed) .000N 42
P13 Pearson Correlation .546**
Sig. (1-tailed) .000N 42
P15 Pearson Correlation .581**
Sig. (1-tailed) .000N 42
P17 Pearson Correlation .568**
Sig. (1-tailed) .000N 42
P18 Pearson Correlation .397**
Sig. (1-tailed) .005N 42
P19 Pearson Correlation .828**
Sig. (1-tailed) .000N 42
P21 Pearson Correlation .482**
Sig. (1-tailed) .001N 42
P22 Pearson Correlation .614**
Sig. (1-tailed) .000N 42
P24 Pearson Correlation .752**
Sig. (1-tailed) .000N 42
P25 Pearson Correlation .581**
Sig. (1-tailed) .000N 42
P26 Pearson Correlation .610**
Sig. (1-tailed) .000N 42
P28 Pearson Correlation .621**
Sig. (1-tailed) .000N 42
P29 Pearson Correlation .828**
Sig. (1-tailed) .000N 42
P30 Pearson Correlation .507**
Sig. (1-tailed) .000N 42
P31 Pearson Correlation .425**
Sig. (1-tailed) .003N 42
P32 Pearson Correlation .587**
Sig. (1-tailed) .000N 42
EfektifitasProgramRehabilitasiSosial
Pearson Correlation 1Sig. (1-tailed)
N 42
UJI RELIABILITAS
EFEKTIFITAS PROGRAM REHABILITASI SOSIAL
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 42 100.0
Excludeda 0 .0
Total 42 100.0a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.926 24
UJI NORMALITASOne-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Efektifitas ProgramRehabilitasi Sosial
N 42Normal Parametersa,,b Mean 68.65495
Std. Deviation 13.299420Most Extreme Differences Absolute .126
Positive .090Negative -.126
Kolmogorov-Smirnov Z .817Asymp. Sig. (2-tailed) .516a. Test distribution is Normal.b. Calculated from data.
One-Sample Statistics
N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Efektifitas ProgramRehabilitasi Sosial
42 68.65495 13.299420 2.052145
STATISTIK DESKRIPTIF
EFEKTIFITAS PROGRAM REHABILITASI SOSIAL
P1
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Sangat Baik 19 45.2 45.2 45.2
Baik 13 31.0 31.0 76.2
Tidak Baik 8 19.0 19.0 95.2
Sangat Tidak Baik 2 4.8 4.8 100.0
Total 42 100.0 100.0
P3
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Sangat Baik 17 40.5 40.5 40.5
Baik 15 35.7 35.7 76.2
Tidak Baik 7 16.7 16.7 92.9
Sangat Tidak Baik 3 7.1 7.1 100.0
Total 42 100.0 100.0
P4
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Sangat Baik 19 45.2 45.2 45.2
Baik 16 38.1 38.1 83.3
Tidak Baik 4 9.5 9.5 92.9
Sangat Tidak Baik 3 7.1 7.1 100.0
Total 42 100.0 100.0
P5
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Sangat Baik 22 52.4 52.4 52.4
Baik 12 28.6 28.6 81.0
Tidak Baik 5 11.9 11.9 92.9
Sangat Tidak Baik 3 7.1 7.1 100.0
Total 42 100.0 100.0
P7
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Sangat Baik 17 40.5 40.5 40.5
Baik 15 35.7 35.7 76.2
Tidak Baik 7 16.7 16.7 92.9
Sangat Tidak Baik 3 7.1 7.1 100.0
Total 42 100.0 100.0
P8
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Sangat Baik 14 33.3 33.3 33.3
Baik 10 23.8 23.8 57.1
Tidak Baik 11 26.2 26.2 83.3
Sangat Tidak Baik 7 16.7 16.7 100.0
Total 42 100.0 100.0
P9
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Sangat Baik 23 54.8 54.8 54.8
Baik 13 31.0 31.0 85.7
Tidak Baik 4 9.5 9.5 95.2
Sangat Tidak Baik 2 4.8 4.8 100.0
Total 42 100.0 100.0
P10
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Sangat Baik 17 40.5 40.5 40.5
Baik 10 23.8 23.8 64.3
Tidak Baik 8 19.0 19.0 83.3
Sangat Tidak Baik 7 16.7 16.7 100.0
Total 42 100.0 100.0
P11
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Sangat Baik 21 50.0 50.0 50.0
Baik 15 35.7 35.7 85.7
Tidak Baik 3 7.1 7.1 92.9
Sangat Tidak Baik 3 7.1 7.1 100.0
Total 42 100.0 100.0
P13
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Sangat Baik 15 35.7 35.7 35.7
Baik 14 33.3 33.3 69.0
Tidak Baik 9 21.4 21.4 90.5
Sangat Tidak Baik 4 9.5 9.5 100.0
Total 42 100.0 100.0
P15
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Sangat Baik 15 35.7 35.7 35.7
Baik 17 40.5 40.5 76.2
Tidak Baik 6 14.3 14.3 90.5
Sangat Tidak Baik 4 9.5 9.5 100.0
Total 42 100.0 100.0
P17
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Sangat Baik 18 42.9 42.9 42.9
Baik 17 40.5 40.5 83.3
Tidak Baik 3 7.1 7.1 90.5
Sangat Tidak Baik 4 9.5 9.5 100.0
Total 42 100.0 100.0
P18
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Sangat Baik 19 45.2 45.2 45.2
Baik 14 33.3 33.3 78.6
Tidak Baik 6 14.3 14.3 92.9
Sangat Tidak Baik 3 7.1 7.1 100.0
Total 42 100.0 100.0
P19
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Sangat Baik 17 40.5 40.5 40.5
Baik 15 35.7 35.7 76.2
Tidak Baik 7 16.7 16.7 92.9
Sangat Tidak Baik 3 7.1 7.1 100.0
Total 42 100.0 100.0
P21
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Sangat Baik 13 31.0 31.0 31.0
Baik 11 26.2 26.2 57.1
Tidak Baik 4 9.5 9.5 66.7
Sangat Tidak Baik 14 33.3 33.3 100.0
Total 42 100.0 100.0
P22
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Sangat Baik 19 45.2 45.2 45.2
Baik 15 35.7 35.7 81.0
Tidak Baik 4 9.5 9.5 90.5
Sangat Tidak Baik 4 9.5 9.5 100.0
Total 42 100.0 100.0
P24
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Sangat Baik 19 45.2 45.2 45.2
Baik 13 31.0 31.0 76.2
Tidak Baik 8 19.0 19.0 95.2
Sangat Tidak Baik 2 4.8 4.8 100.0
Total 42 100.0 100.0
P25
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Sangat Baik 15 35.7 35.7 35.7
Baik 17 40.5 40.5 76.2
Tidak Baik 6 14.3 14.3 90.5
Sangat Tidak Baik 4 9.5 9.5 100.0
Total 42 100.0 100.0
P26
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Sangat Baik 18 42.9 42.9 42.9
Baik 16 38.1 38.1 81.0
Tidak Baik 3 7.1 7.1 88.1
Sangat Tidak Baik 5 11.9 11.9 100.0
Total 42 100.0 100.0
P28
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Sangat Baik 21 50.0 50.0 50.0
Baik 11 26.2 26.2 76.2
Tidak Baik 8 19.0 19.0 95.2
Sangat Tidak Baik 2 4.8 4.8 100.0
Total 42 100.0 100.0
P29
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Sangat Baik 17 40.5 40.5 40.5
Baik 15 35.7 35.7 76.2
Tidak Baik 7 16.7 16.7 92.9
Sangat Tidak Baik 3 7.1 7.1 100.0
Total 42 100.0 100.0
P30
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Sangat Baik 22 52.4 52.4 52.4
Baik 14 33.3 33.3 85.7
Tidak Baik 6 14.3 14.3 100.0
Total 42 100.0 100.0
P31
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Sangat Baik 15 35.7 35.7 35.7
Baik 17 40.5 40.5 76.2
Tidak Baik 7 16.7 16.7 92.9
Sangat Tidak Baik 3 7.1 7.1 100.0
Total 42 100.0 100.0
P32
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Sangat Baik 15 35.7 35.7 35.7
Baik 16 38.1 38.1 73.8
Tidak Baik 8 19.0 19.0 92.9
Sangat Tidak Baik 3 7.1 7.1 100.0
Total 42 100.0 100.0